Dana Aspirasi DPR

29
Selasa, 09/06/2015 13:11 WIB Dana Aspirasi DPR Formappi: Tolak Dana Aspirasi DPR Rp 11,2 Triliun! Indah Mutiara Kami - detikNews Dana Aspirasi DPR Rp 11,2 T Jakarta - Dana aspirasi Rp 11,2 triliun yang diajukan DPR untuk masuk ke APBN 2016 dikhawatirkan hanya jadi modus anggota untuk menarik hati pemilih lagi. Oleh sebab itu, dana aspirasi didesak untuk dibatalkan. "Saya kira akan ditolak karena ini semacam bentuk otoritarianisme DPR dengan menggunakan fungsi anggaran. Sudah seharusnya ditolak," kata peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Lucius Karus saat dihubungi, Selasa (9/6/2015). Formappi heran dengan pembahasan soal dana aspirasi yang muncul di awal proses pembahasan RAPBN 2016. Seharusnya, DPR lebih dahulu membahas kepentingan rakyat untuk masuk ke anggaran. "Jika baru di tahap awal saja, DPR sudah sibuk membicarakan anggaran untuk mereka sendiri, ini sungguh keterlaluan," ucap Lucius.

description

Perlukah Dana Aspirasi DPR?

Transcript of Dana Aspirasi DPR

Selasa, 09/06/2015 13:11 WIBDana Aspirasi DPRFormappi: Tolak Dana Aspirasi DPR Rp 11,2 Triliun!Indah Mutiara Kami- detikNews

Dana Aspirasi DPR Rp 11,2 TJakarta- Dana aspirasi Rp 11,2 triliun yang diajukan DPR untuk masuk ke APBN 2016 dikhawatirkan hanya jadi modus anggota untuk menarik hati pemilih lagi. Oleh sebab itu, dana aspirasi didesak untuk dibatalkan.

"Saya kira akan ditolak karena ini semacam bentuk otoritarianisme DPR dengan menggunakan fungsi anggaran. Sudah seharusnya ditolak," kata peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Lucius Karus saat dihubungi, Selasa (9/6/2015).

Formappi heran dengan pembahasan soal dana aspirasi yang muncul di awal proses pembahasan RAPBN 2016. Seharusnya, DPR lebih dahulu membahas kepentingan rakyat untuk masuk ke anggaran.

"Jika baru di tahap awal saja, DPR sudah sibuk membicarakan anggaran untuk mereka sendiri, ini sungguh keterlaluan," ucap Lucius.

Sebagai wakil rakyat, sudah seharusnya anggota DPR menyalurkan aspirasi meskipun tanpa adanya dana tersebut. Besaran dana yang fantastis itu dikhawatirkan hanya menjadi ajang cari Muka agar terpilih kembali di Pemilu 2019.

"Jika negara harus menyediakan dana khusus bernama dana aspirasi, bisa jadi ini modus investasi politik anggota agar bisa kembali dipilih rakyat pada pemilu selanjutnya," ungkapnya.

Formappi meyakini dana aspirasi ini tidak akan lolos di pembahasan RAPBN 2016. Masyarakat diyakini akan menolak habis-habisan.

"Saya kira potensi ditolak oleh publik sangat besar peluangnya. Tidak bisa diterima anggota DPR dijatuhi dana untuk serap aspirasi dapil. Negara sudah membiayai operasional mereka untuk melakukan penyerapan aspirasi," tutupnya.Selasa, 09/06/2015 11:37 WIBDana Aspirasi DPRIni Penjelasan Ketua DPR Soal Dana Aspirasi Rp 11,2 TriliunIndah Mutiara Kami- detikNews

Dana Aspirasi DPR Rp 11,2 TJakarta- DPR mengajukan anggaran dana aspirasi dapil sebesar Rp 11,2 triliun atau Rp 20 miliar per anggota di RAPBN 2016. Ketua DPR Setya Novanto mengungkapkan bahwa dana ini bagian dari kewajiban anggota yang menampung aspirasi.

"Karena dana masalah dapil ini memang menjadi suatu hal bagi anggota bisa mempunyai kewajiban di dalam melakukan program-programnya. Jadi program-program ini dengan dapil ini tidak dimiliki, tetapi semua diserahkan kepada pemerintah," kata Novanto di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (9/6/2015).

Novanto menuturkan bahwa dana aspirasi ini dialokasikan untuk mewujudkan usulan-usulan dari anggota yang mendapat keluhan soal daerah pemilihannya. Dia menegaskan bahwa ini untuk kepentingan masyarakat.

"Jadi, anggota hanya mengusulkan. Jadi program-program itu berkaitan dengan untuk kepentingan masyarakat yang ada di desa-desa," ucap Waketum Golkar kubu Aburizal Bakrie ini.

Angka Rp 20 miliar per anggota itu cukup besar. Novanto mengungkapkan bahwa pembahasannya akan melihat situasi masyarakat saat ini. Dia pun akan meminta masukan dari fraksi-fraksi.

"Tentu semuanya kita sesuaikan dengan situsasi-situasi yang ada, dan ini sedang pembahasan, dan hari ini kita akan liat perkembangannya," ujarnya.

"Kita lihat kepada seluruh fraksi-fraksi yang ada, dan seluruh komisi yang terkait nanti kita lihat hasilnya," lanjut Novanto.

Sebelumnya, Ketua Badan Anggaran Ahmadi Noor Supit menjelaskan bahwa duit Rp 20 miliar itu tidak sepeser pun akan dipegang oleh anggota. Dana itu nantinya dikelola oleh pemerintah daerah.Selasa, 09/06/2015 16:26 WIBDana Aspirasi DPRGerindra: Dana Aspirasi Rp 11,2 T untuk Anggota DPR atau Rakyat?Indah Mutiara Kami- detikNews

Dana Aspirasi DPR Rp 11,2 TJakarta- Fraksi Partai Gerindra masih belum mengambil keputusan soal dana aspirasi DPR Rp 11,2 triliun yang diajukan masuk ke APBN 2016. Harus ada kejelasan apakah dana itu akan menguntungkan rakyat atau justru kembali ke anggota DPR.

"Fraksi itu lagi bingung menerima atau menolak. Gerindra bingung. Menerima gimana, menolak gimana. Kita harus objektif melihatnya," kata anggota Fraksi Gerindra Desmon J Mahesa di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (9/6/2015).

Desmon menuturkan bahwa saat ini kondisi setiap daerah berbeda-beda. Ada yang memiliki banyak masalah infrastruktur sehingga dana Rp 20 miliar per anggota itu bisa berarti.

Dana aspirasi ini jadi dikhawatirkan ajang pencitraan anggota dewan agar kembali terpilih di Pemilu 2019. Menurut Desmon, Gerindra juga tak mau dana aspirasi cuma untuk pencitraan.

"Ini bukan setuju atau tidak. Ini bicara soal daerah. Daerah yang susah, butuh dana aspirasi. Ini untuk anggota dewan atau untuk rakyat? Itu dulu. Kalau untuk anggota dewan bagus di daerah, buat apa?" ujar Wakil Ketua Komisi III DPR ini.

Desmon tak memungkiri bahwa akan ada anggota DPR yang memanfaatkan dana aspirasi untuk pencitraan. "Banyak orang yang untuk mempersiapkan 2019, tapi banyak juga yang tulus," ucapnya.

Bila dana aspirasi ini nanti disetujui, maka Gerindra akan mendampingi anggotanya agar tidak ada penyelewengan. Untuk saat ini, Desmon mengungkapkan bahwa daerah pemilihannya termasuk yang membutuhkan dana aspirasi.

"Kalau saya tolak, nanti jembatan banyak enggak beres. Sekolah enggak beres," pungkasnya.Rabu, 10/06/2015 11:21 WIBJK Tak Setuju Anggaran Rp 20 M Dana Aspirasi untuk Tiap Anggota DPRMuhammad Taufiqqurahman- detikNews

Dana Aspirasi DPR Rp 11,2 TJakarta- Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menolak usulan dana aspirasi bagi anggota DPR sebesar Rp 20 miliar per anggota. JK menyebut aspirasi DPR sudah masuk dalam APBN yang disusun bersama pemerintah.

"Ya mustinya (tidak usah) seperti itu. Ada nggak di luar aspirasi DPR yang 2000 Triliun? Kan semua aspirasi DPR, semua dibahas, semua dibicarakan dengan pemerintah. Itu aspirasi. Nanti kalau aspirasi, ada lagi aspirasi menteri, aspirasi gubernur, dan bupati," ujar JK di hotel Sahid Jaya, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat, Rabu (10/6/2015).

"Saya belum tahu sensinya hal itu, belum tahu tujuannya apa. Tapi jangan lupa kalau bicara aspirasi, semua APBN itu aspirasi DPR juga. Kan DPR yang bahas dan setujui kan," tambahnya.

Menurut JK, pemerintah dan DPR bersama sama menentukan anggaran belanja negara dan anggaran kerja yang memiliki kriteria dan pembangunan.

"Sebenarnya begitu anggaran itu diputuskan DPR dalam bentuk Undang undang itu sudah aspirasi DPR kan sebenarnya," terangnya.

Oleh karena itu, aspirasi anggota dewan dapat diwakilkan dalam proyek kerja dan belanja negara yang telah disusun bersama sama dengan DPR.

"Katakanlah aspirasinya bikin jalan, ya tunjuklah di mana jalan yang baik itu. Tetap aspirasi, walaupun daerahnya daerah pertanian, ya perjuangkanlah agar ada pertanian atau pusat penelitian atau peningkatan di tempat itu," ujarnya.

Selasa, 09/06/2015 18:28 WIBDana Aspirasi DPRTaufik Kurniawan: Bukan Dana Aspirasi Tapi Program Aspirasi DPRIndah Mutiara Kami- detikNewsHalaman 1 dari 2

Dana Aspirasi DPR Rp 11,2 TJakarta- Wakil Ketua DPR Taufik Kurniawan yang juga Ketua Tim Program Aspirasi Pembangunan Daerah Pemilihan DPR RI menjelaskan duduk perkara soal kontroversi dana aspirasi DPR Rp 11,2 triliun. Taufik meluruskan tidak ada istilah dana aspriasi, yang ada adalah program aspirasi.

"Bukan dana aspirasi tapi usulan program aspirasi dapil. Terus terang saja ini berawal dari proses yang sangat panjang sejak DPR periode 2009-2014 lalu," kata Taufik kepada wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (9/6/2015).

Program tersebut dijelaskan Taufik meneruskan apa yang sudah diatur di UU MD3. Terkait dengan kewajiban DPR menyerap aspirasi dan merealisasikan dalam bentuk usulan program pembangunan yang disampaikan ke pemerintah.

"Jadi yang saya luruskan ini bukan lantas Rp 20 miliar dibagi-bagi ke anggota DPR. DPR hanya menyerap aspirasi, mengusulkan program ke pemerintah, nanti realisasinya di pemerintah. Dananya juga nanti dari APBN ke APBD. Jadi tidak ada urusan DPR dengan kontraktor dengan pekerjaan proyek," papar Taufik.

Taufik mengutip UU tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD (MD3) yang mewajibkan anggota DPR terpilih menjadi penyambung lidah rakyat yang diwakilinya. Program dan aspirasi ini, menurut Taufik, sebenarnya menjalankan tugas DPR menyerap aspirasi, mengusulkan program pro rakyat sesuai aspirasi masyarakat, dan mengawasi kinerja pemerintah.

"Apa yang sudah dibahas beberapa hari ini bukan dalam bentuk dana aspirasi tapi usulan program daerah pembangunan tertinggal yang secara konstitusional itu diserahkan kepada dapil. Sifatnya anggota DPR terpilih ini adalah melakukan supervisi terhadap program di daerah agar tepat sasaran," katanya.

"Artinya fungsi DPR di sini melengkapi fungsi pengawasan dan anggaran dari pemerintah jadi ini ini two in one," umbuh Taufik

Soal Dana Aspirasi, DPR Dianggap Belokkan Makna UU MD3Minggu, 14 Juni 2015 | 21:17 WIBTerkait Wapres: Kalau DPR Punya Anggaran, Siapa yang Akan Mengawasi? DPR Makin Lupa Diri "Usulan Dana Aspirasi Pertegas DPR Kehilangan Kredibilitas, Karisma, Integritas" Nasdem Bantah Tolak Dana Aspirasi demi PencitraanTweet

3

JAKARTA, KOMPAS.com- Koordinator Advokasi dan Investigasi Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran Apung Widadi menilai ada upaya pembelokan makna Pasal 80 huruf J Undang-Undang Nomor 17 Tahun 201 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD untuk mengusulkan peningkatan dana aspirasi bagi setiap anggota Dewan.Pasal 80 huruf J pada UU MD3 menyebutkan bahwa anggota DPR berhak mengusulkan dan memperjuangkan program pembangunan daerah pemilihan.Pasal tersebut tidak mengatur besarnya dana aspirasi."DPR memang berhak mengusulkan pembangunan dapil sesuai dengan pasal tersebut. Tapi kemudian mereka menerjemahkan dengan adanya anggara Rp 20 miliar," ujar Apung saat diskusi bertajuk "Menolak Dana Aspirasi dan Upaya Judicial Review Pasal Dana Aspirasi UU MD3" di Jakarta, Minggu (14/6/2015).Menurut Apung, usulan dana aspirasi dengan besaran yang seakan telah ditentukan itu secara tidak langsung telah melecehkan masyarakat. Parlemen seakan menganggap bahwa masyarakat butuh bantuan berupa dana segar. Menurut dia, bantuan yang dibutuhkan masyarakat dalam bentuk peningkatan kesejahteraan, seperti pembangunan sarana pendidikan dan kesehatan."Seolah-olah DPR itu melihat masyarakat di daerah mata duitan. Seolah-olah mereka butuh uang saja," ujarnya.Secara terpisah, Direktur for Center Budget of Analysis Uchok Sky Khadafi mengatakan, daripada mengusulkan peningkatan dana aspirasi yang belum diatur dalam regulasi, lebih baik DPR memperjuangkan peningkatan dana desa. DPR juga diminta mengawasi penyaluran dana tersebut agar tepat sasaran dan tepat guna."Kalau DPR itu betul serius ingin bantu rakyat, caranya bukan melalui dana aspirasi. Tapi dana desa tuh diperjuangkan sama, satu desa Rp 1 miliar lebih," ujarnya.

Anggota DPR Salah Paham Soal Dana AspirasiRabu, 17 Juni 2015 07:31 WIB Facebook Twitter WhatsApp Google+POJOKSATU.id, JAKARTA Ribut-ribut soal dana aspirasi di DPR, menuai kritik dari masyarakat. DPR dianggap salah presepsi terhadap UU nomor 17 tahun 2003, yang menjadi landasan dari muculnya rencana pengusulan dana pembangunan daerah pemilihan sebesar Rp 20 miliar untuk setiap anggota dewan.Alasan yang dikeluarkan untuk Usulan Program Pembangunan Daerah Pemilihan (UP2DP), saya yakin ada keasalahan persepsi terhadap UU MD3, kata Pengamat politik dari Indonesia institute for Development (Inded) Arif Susanto di Jakarta, baru-baru ini.Arif mengatakan, kesalahan penafsiran oleh DPR yang terjadi pada UU MD3 itu di pasal 78 dan pasal 80 huruf (J). Pasal 78 tersebut berbunyi bahwa para anggota dewan akan memperjuangkan aspirasi rakyat yang saya wakili untuk mewujudkan tujuan nasional demi kepentingan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.Sementara Pasal 80 huruf (J) UU MD3 yang berbunyi, anggota DPR berhak mengusulkan dan memperjuangkan program pembangunan daerah pemilihan. Ini tidak sesuai dengan fungsi dan tugas pokok anggota DPR untuk legislasi, pengawasan, anggaran dan aspirasi karena yang tertulis adalah mengusulkan bukan memasukan apalagi menganggarkan, ujarnya.Menurut Arif, pengusulan itu juga akan bermasalah ketika melihat prestasi kerja yang sudah dilakukan anggota dewan selama ini dan capaiannya seperti apa. Keinginan DPR periode ini untuk mengalokasikan Rp 11,2 triliun pertahun untuk 560 anggotanya. Kita harus lihat dulu apa yang sudah dicapai anggota DPR periode sekarang ini, saya rasa dengan prestasi yang ada, kawan-kawan di DPR ini mengalami sesat pikiran, tegasnya.Kinerja DPR juga, kata Arif, justru kontraproduktif yang terlihat dari program legislasi setiap tahun, di mana para wakil rakyat tersebut hanya menghasilkan rata-rata 32 undang-undang, jauh dibandingkan target prolegnas yang mencapai 74 UU.Dari yang sudah dihasilkan juga kualitas legislasinya masih dipertanyakan, lebih dari 500 UU digugat ke Mahkamah Konstitusi, dan 10 persen di antaranya dibatalkan sebagian atau seluruhnya karena melanggar hak konstitusional warga negara, katanya.(ril)

Ketua DPD: Dana Aspirasi Jangan Dibagi Per Anggota DPRSelasa, 16 Juni 2015 | 14:03 WIBKOMPAS.com/INDRA AKUNTONOKetua DPD RI Irman GusmanTerkait Wapres: Kalau DPR Punya Anggaran, Siapa yang Akan Mengawasi? DPR Makin Lupa Diri "Usulan Dana Aspirasi Pertegas DPR Kehilangan Kredibilitas, Karisma, Integritas" Nasdem Bantah Tolak Dana Aspirasi demi PencitraanTweet

0

JAKARTA, KOMPAS.com- Ketua Dewan Perwakilan Daerah Irman Gusman mengaku mendukung usulan dana aspirasi daerah pemilihan yang diusulkan oleh DPR. Namun, demi terciptanya pemerataan di setiap daerah, dia meminta agar dana aspirasi tersebut dibagi secara proposional."Jangan dibagikan per anggota," kata Irman di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (16/5/2015).Irman menjelaskan, saat ini sebaran setiap anggota DPR tidak merata di setiap daerahnya. Di Pulau Jawa yang memiliki banyak penduduk, secara otomatis memiliki banyak perwakilan Anggota DPR.Adapun di wilayah Indonesia bagian timur yang memiliki penduduk lebih sedikit, hanya diwakili oleh sedikit anggota DPR."Misalnya di Jawa Barat wakilnya ada sembilan. Dikalikan Rp 2 miliar sudah Rp 1,8 triliun. Sedangkan di Maluku wakilnya cuma 3, hanya Rp 6 miliar," ujar Irman.Padahal, lanjut dia, daerah yang padat penduduk selama ini justru yang paling banyak mendapatkan perbaikan infrastruktur. Adapun daerah yang memiliki sedikit penduduk, infrastrukturnya masih jauh tertinggal."Solusi saya, kalau memang sulit dibagi secara proporsional, cukup dibagi rata saja ke setiap provinsi yang ada," ucap Irman.

Dana Aspirasi Dinilai Permudah Kinerja PemerintahKiswondariRabu, 17 Juni 2015 04:27 WIB

Ilustrasi (Sindonews)JAKARTA - Program Pembangunan Daerah Pemilihan (P2DP) atau yang dikenal dengan dana aspirasi DPR menuai prokontra.

Sekretaris Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) DPR, Yandri Susanto menilai dana aspirasi harus ditanggapi positif.

Menurut dia, program tersebut dapat mempermudah kinerja pemerintah, khususnya dalam pemerataan pembangunan.

"Ini harus dimaknai positif. Kalau tidak benar aparat hukum harus masuk. Kalau ada yang cawe-cawe harus disikat. Ini bisa mempermudah kinerja pemerintahan," kata Yandri di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa 16 Juni 2015.

Menurut Yandri, selama ini jembatan rakyat menuju ke pemerintah tidak ada sehingga aspirasi rakyat cenderung diabaikan.

Melalui dana aspirasi, lanjut dia, program pemerintan akan lebih tepat sasaran dan sesuai dengan aspirasi rakyat di daerah.

Menurut dia, anggota DPR lebih memahami apa yang dibutuhkan oleh masyarakat di daerah pemilihannya (dapil) sendiri.

"Anggaran kita selama ini kebanyakan copy paste. Contoh Pantura, tiap tahun tidak habis-habis. Dengan program ini maka akan ada pemerataan anggaran dan pembangunan," tuturnya.

Menurut dia, fraksi yang melakukan penolakan ana aspirasi karena belum memahami program tersebut secara utuh. Alhasil dana aspirasi masih menjadi perdebatan.

Menurut dia, anggota DPR bukan berperan sebagai pelaksana dana aspirasi. Anggota DPR hanya mengusulkan program untuk kemudian dibawa ke kementerian/lembaga.

"Kita (anggota DPR) tidak bawa apa-apa, dan tidak ikut-ikut tender proyek. Kita murni membawa aspirasi," ujar Yandri.

source: http://nasional.sindonews.com/read/1013466/12/dana-aspirasi-dinilai-permudah-kinerja-pemerintah-1434483285

Minta Dana Aspirasi, Kinerja dan Keuangan DPR Harus DiauditM Rodhi Aulia- 16 Juni 2015 17:00 wib

Foto: MI/Mohamad IrfanMetrotvnews.com, Jakarta:Sebagian besar dari 560 Anggota DPR RI periode 2014-2019 tak kunjung mengubah wajah parlemen yang sempat tercoreng di muka publik. Alih-alih mempercantik diri dengan prestasi, DPR malah menambah goresan buruk, dengan mengusulkan dana aspirasi hingga Rp20 miliar per tahun.

Peneliti dari Indonesian Institute for Development (Inded) Arif Susanto meminta lembaga berwenang untuk mengaudit kinerja dan keuangan DPR. Auditnya pun harus dilakukan secara investigatif.

"Saya mendorong dua jenis audit untuk DPR. Audit kinerja dan audit keuangan. Supaya terang, apa yang sudah dibuat dan yang belum. Serta apa yang tidak mampu dibuat oleh DPR," kata Arif dalam sebuah diskusi di Dre's Kopitiam, Jalan Sabang, Jakarta Pusat, Selasa, (16/6/2015).

Arif berpandangan, kinerja DPR seringkali kali mempermalukan diri sendiri. Ia mencontohkan, sikap percaya diri yang tinggi DPR untuk menetapkan target program legislasi nasional. Seperti periode sebelumnya yang menargetkan 74 Undang-undang (UU), hanya selesai 32 UU.

"Tidak sampai setengahnya," sesal dia.

Direktur Eksekutif Lingkar Madani Ray Rangkuti menambahkan, periode 2014-2019 menargetkan 37 UU selama lima tahun, tapi nyaris satu tahun berjalan tidak satupun karya legislasi yang lahir di luar revisi.

Belum lagi, ketika kualitas sekitar 500 produk perundang-undangan yang dihasilkan DPR, digugat berbagai pihak ke Mahkamah Konstitusi. Hasilnya, sekira 10 persen, MK membatalkan karya penghuni Senayan tersebut, baik untuk sebagiannya atau secara keseluruhan.

Sementara, dari segi audit keuangan DPR secara kelembagaan. Dia heran, DPR mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Pasalnya, jika melihat rekam jejak anggota DPR dari catatan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), periode tahun lalu, 42,7 persen anggota terindikasi korupsi.

"Bagaimana mungkin lembaga dapat WTP, tapi diindikasikan 47,2 persen anggotanya korup oleh PPATK. Kita sebagai rakyat terombang-ambing dihadapkan dengan dua fakta dari lembaga berbeda, terhadap satu lembaga," kata dia.

Dengan bergulirnya wacana dana aspirasi, Arif menuding DPR seolah kekurangan beban kerja. Artinya dana aspirasi ini, DPR mengambil peran eksekutif sebagai eksekutor anggaran. Sedangkan, tiga fungsi DPR selama ini, dirasakan belum memuaskan rakyat yang diwakilinya.

"DPR seolah masih kurang beban kerja. Padahal ada tiga fungsi. Yang paling lemah fungsi legislasi, sebagai fungsi utama sebuah lembaga legislatif," pungkas dia.

Arif menambahkan, audit dapat dilakukan secara investigatif dan sayangnya, ia tak merekomendasikan lembaga mana yang berwenang mengaudit DPR tersebut.MBM

Dana Aspirasi Patut DicurigaiAdam PrawiraRabu, 17 Juni 2015 08:51 WIB

Ilustrasi (Sindonews)JAKARTA - Usulan dana aspirasi sebesar Rp20 miliar untuk setiap anggota DPR dipertanyakan. Terlebih, hingga saat ini kinerja DPR belum memuaskan.

Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Ahmad Bakir Ihsan menilai dana aspirasi menjadi pertanyaan besar karena kinerja DPR selama ini jauh panggang dari api.

"Sehingga patut dicurigai efektivitas (penggunaan) dana tersebut," ujar Bakir kepada Sindonews, Selasa 16 Juni 2015.

Dia mengatakan, pada dasarnya setiap kegiatan DPR membutuhkan dana, termasuk dalam rangka menindaklanjuti aspirasi masyarakat yang telah memberikan mandat kepada mereka.

Namun, sambung dia, hal tersebut bergantung bagaimana efektivitas penggunaan dana tersebut dan besaran jumlah dana yang digunakan semestinya. Sementara, lanjut dia, selama ini belum ada evaluasi terkait efektivitas kegiatan DPR dalam menyerap aspirasi.

Terkait besaran dana aspirasi, kata Bakir, hal itu bergantung kinerja DPR. "Besaran dana berbanding lurus dengan kinerja. Kalau kinerjanya buruk untuk apa penambahan dana aspirasi, kalau perlu dikurangi," tutur Bakir

Menurut dia, harus ada indikator korelasi yang jelas antara kinerja dan kebutuhan serap aspirasi di lapangan. "Kalau tidak, dana aspirasi akan menjadi bancakan pundi-pundi anggota DPR yang sampai saat ini kinerjanya masih jauh dari harapan," katanya.

source: http://nasional.sindonews.com/read/1013517/12/dana-aspirasi-patut-dicurigai-1434505867

Pembagian Dana Aspirasi Harus Tekankan Rasa KeadilanSelasa, 16 Juni 2015 | 16:55Ilustrasi dana aspirasi. [Poskotanews.com]

Berita Terkait JK Tetap Tolak Dana Aspirasi DPR Dana Aspirasi Picu Ketimpangan Pembangunan Nasional Dana Aspirasi Itu Bentuk Salah Persepsi PDIP Tunggu Jokowi Soal Dana Aspirasi Taufik Ingatkan Fraksi Jangan Berpolitik 'Makan Tulang Kawan'Julah dana aspirasi Rp 11,2 triliun untuk daerah pemilihan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, bukanlah angka yang kecil. Karena itu, sebelum dibagikan perlu dilakukan pengkajian mendalam supaya tidak menimbulkan kesenjangan antardaerah.Dana aspirasi perlu dikaji sebelum dibagi. "Jangan serta-merta dibagikan menurut daerah pemilihan agar jangan menimbulkan kesenjangan antardaerah," kata Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Irman Gusman seusai acara peletakan batu pertama pembangunan gedung Kantor DPD RI di Daerah Istimewa Yogyakarta.Menurut dia, pola pembagian dana aspirasi yang sebelumnya direncakan masing-masing anggota DPR RI mendapatkan Rp 20 miliar dari Rp 11,2 triliun untuk dapilnya, tidak adil dan justru menimbulkan kesenjangan.Dengan pola demikian, kata dia, dana yang akan diambil dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) itu hanya banyak dinikmati daerah yang memiliki perwakilan lebih banyak di DPR RI.Padahal, lanjut dia, sebanyak 60 persen dari seluruh anggota DPR RI di Senayan berasal dari dapil empat provinsi di Pulau Jawa. Sementara itu, pembangunan di Indonesia hingga saat ini hampir 58 persen telah dilakukan di Jawa, sedangkan daerah lain, seperti Kalimantan baru 8 persen dan Sulawesi 4 persen."Jika Rp 7 triliun dari Rp 11,2 triliun pada akhirnya diperuntukkan bagi dapil-dapil yang ada di Pulau Jawa, lalu kapan kita bangun Papua, Maluku, Kalimantan, dan daerah-daerah perbatasan di Indonesia Timur?" kata dia.Irman berpendapat bahwa dana aspirasi tersebut justru akan memenuhi rasa keadilan seluruh masyarakat apabila dapat disalurkan secara merata. Misalnya, dibagi per provinsi atau per kabupaten. "Jadi, misalnya per provinsi, sebesar Rp 11,2 triliun itu dibagi 34 (provinsi) sehingga setiap provinsi akan menerima sekitar Rp 400 miliar. Itu lebih adil," katanya.Sebelumnya, Ketua Badan Anggaran DPR RI Ahmadi Noor Supit mengungkapkan bahwa DPR berencana mengalokasikan dana sebesar Rp 11,2 triliun untuk seluruh anggota DPR sebagai dana aspirasi di RAPBN 2016.Masing-masing anggota DPR akan menerima dana aspirasi sebesar Rp20 miliar yang disalurkan ke pemerintah daerah untuk digunakan sesuai agenda pembangunan masing-masing daerah.Dana itu digunakan untuk menyerap aspirasi dari masing-masing daerah pemilihan para wakil rakyat.Namun, Ketua DPD Irman Gusman menegaskan bahwa pihaknya tidak akan mengusulkan dana aspirasi untuk memprioritaskan pembangunan di daerah pemilihannnya. "Anggota DPD RI tidak akan mengusulkan untuk mendapat dana aspirasi," katanya di Gedung MPR/DPR/DPD Jakarta, Jumat (12/6).Menurut dia, Indonesia menganut parlemen modern dengan sistem dua kamar, yakni DPR dan DPD. Tugas utamanya adalah legislasi, pengawasan, dan persetujuan terhadap anggaran.Sebagai lembaga legislatif, menurut Irman, tugas utama DPD di bidang anggaran adalah menyetujui anggaran untuk eksekutif, kemudian melakukan pengawasan pada program kerja yang dilakukan eksekutif. "Tugas seperti ini adalah juga tugas DPR," katanya.Sebagai lembaga legislatif yang melakukan pengawasan terhadap eksekutif, kata Irman, DPD bukan tempatnya untuk mengusulkan dana aspirasi bagi anggotanya.Apabila DPD sampai mengusulkan dana aspirasi bagi anggotanya, kata Irman, hal itu tidak sesuai dengan tugas utamanya.Menurut dia, sikap DPD dalam hal ini adalah melakukan pengawasan terhadap pemerintah daerah di seluruh Indonesia agar melaksanakan pembangun dengan benar.Tak Beralasan KuatSementara itu, anggota Fraksi PDI Perjuangan Budiman Sudjatmiko menilai wacana dana aspirasi senilai Rp 20 miliar bagi tiap legislator tidak memiliki alasan kuat karena tidak terkait dengan fungsi legislasi, pengawasan, dan anggaran."Anggaran Rp 20 miliar sebagai dana aspirasi yang dialokasikan melalui anggota DPR dan ditujukan untuk pembangunan daerah pemilihan sesungguhnya tidak memiliki alasan yang kuat," katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta.Ia menjelaskan, fungsi DPR, seperti legislasi, pengawasan, dan anggaran, tidak perlu menjangkau sejauh itu, yaitu legislator menjadi semacam saluran anggaran di daerah pemilihan.Di sisi lain, menurut dia, penggunaan anggaran yang selama ini seperti tunjangan reses dan sebagainya, belum dapat dimaksimalkan untuk menyerap aspirasi masyarakat di daerah pemilihan."Kedua, jika kelak kemudian dana aspirasi itu direalisasikan, kerja-kerja angggota DPR kemudian akan diukur dari bagaimana dana aspirasi itu disalurkan," ujarnya.Apabila dana tersebut terealisasi, lanjut dia, seorang anggota DPR hanya akan fokus bagaimana dana aspirasi ini tersalurkan.Menurut dia, tentu akan ada faktor-faktor subjektif di dalamnya, yaitu menyangkut basis pemilihan dan sebagainya. "Sementara itu, sejatinya ketika sudah menjadi anggota DPR, yang bersangkutan sudah terlepas dari sekat-sekat subjektif tersebut dan bekerja untuk kepentingan masyarakat yang lebih luas," katanya.Alasan ketiga Budiman menolak dana aspirasi itu, karena dirinya masih percaya bahwa masih banyak anggota DPR yang memiliki kesungguhan untuk bekerja tanpa harus dibekali dengan alokasi anggaran sebesar Rp20 miliar.Keempat, menurut dia, dengan alokasi Rp20 miliar, anggota DPR terkesan mengambil kerja-kerja eksekutif.Menurut dia, jika kemudian alasannya untuk kepentingan daerah pemilihan, di sana sudah terdapat pemerintah daerah yang bekerja untuk pembentukan daerah masing-masing. "Belum lagi karena daerah pemilihan yang beragam ada yang dua kabupaten/kota, bahkan ada yang sampai belasan kabupaten/kota dengan beragam persoalan dan kesulitan sendiri-sendiri," ujarnya.Dengan empat alasan tersebut, dia menegaskan bahwa dana Rp20 miliar tersebut sudah melecehkan nurani dan akal sehat, baik untuk anggota DPR maupun untuk rakyat.Menurut dia, kerja legislator adalah bagaimana menghasilkan undang-undang yang baik dan bermanfaat bagi masyarakat secara luas demi kelangsungan bangsa dan negara.Pendapat yang kurang setuju dengan dana aspirasi juga datang dari Indonesia Budget Center (IBC). Indonesia Budget Center menilai dana aspirasi DPR RI sarat dengan kepentingan politis legislator sehingga berpotensi melemahkan fungsi pengawasan DPR RI."Dana aspirasi ini juga berpotensi mengabaikan prinsip 'performance budgeting' (anggaran yang berorientasi pada kinerja) dalam pengelolaannya," kata peneliti IBC Roy Salam melalui pesan singkatnya kepada Antara di Semarang. [Ant/N-6]

DPR: Terlambat untuk Menolak Dana AspirasiChristie Stefanie,CNN IndonesiaRabu, 17/06/2015 12:56 WIBIlustrasi. (CNN Indonesia/Safir Makki)Jakarta,CNN Indonesia-- Ketua Tim Usulan Program Pembangunan Daerah Pemilihan (UP2DP) Taufik Kurniawan mengimbau fraksi-fraksi di DPR untuk mengingatkan diri sendiri dan tak lagi menyoalkan usulan yang dikenal dengan dana aspirasi.

Menurut Taufik, hal tersebut bukan dibentuk tanpa persetujuan semua fraksi. Terlebih lagi dana aspirasi sudah disetujui melalui rapat paripurna pada 17 Februari 2015. Sedangkan strukturnya disepakati dalam rapat paripurna 20 Mei lalu.

Pilihan Redaksi Ketua Fraksi PAN Minta Dana Aspirasi Dikaji Ulang Dana Aspirasi Bukti DPR Melanggar Konstitusi Banyak Ajukan Proyek, Peran Pimpinan DPR Dipertanyakan NasDem: Dana Aspirasi Produk Dari Cacat Pikir

Politikus Partai Amanat Nasional (PAN) ini mengatakan, DPR tidak akan lagi mengambil suara untuk merealisasikan dana aspirasi karena akan menjadi preseden buruk bagi lembaga wakil rakyat. "Sudah terlalu terlambat apabila menolak," ujar Taufik di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (17/6).

Taufik berharap hal tersebut tak terus menjadi polemik terutama pada saat rapat paripurna pada Selasa mendatang (23/6). Diketahui, saat ini darf peraturan DPR tentang UP2DP tengah dibahas di dalam Panitia Kerja (Panja) Baleg DPR.

Selain itu, Wakil Ketua DPR ini mengatakan, pimpinan DPR tidak memiliki kepentingan apapun terkait realisasi dana aspirasi. Menurutnya, pimpinan DPR hanya bertugas memfasilitasi sarana dan prasarana UP2DP sesuai dengan undang-undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD.

Wakil Ketua Badan Legislasi (Baleg) DPR Firman Soebagyo sebelumnya mengatakan pimpinan DPR tak memiliki kapasitas untuk menentukan program apa saja yang layak diterima dan direalisasikan. Senada, Taufik mengakui tim UP2DP yang dia pimpin bersama dengan tim Kesekretariatan Jenderal DPR akan melakukan verifikasi dan menentukan program apa saja yang dapat diterima.

"Semua susunan program juga kami tembuskan ke KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dan BPK (Badan Pemeriksa Keuangan)," tuturnya.

Usulan dana aspirasi ini mendapat penolakan dari publik, terutama karena dianggap sulit untuk dipertanggungjawabkan. Publik juga mempertanyakan transparansi penggunaan dana aspirasi.

"Usulan Dana Aspirasi Pertegas DPR Kehilangan Kredibilitas, Karisma, Integritas"Rabu, 17 Juni 2015 | 09:55 WIBSandro GatraIlustrasi: Bangku-bangku kosong ketika sidang paripurna DPR Selasa (5/2/2013)Terkait Wapres: Kalau DPR Punya Anggaran, Siapa yang Akan Mengawasi? DPR Makin Lupa Diri "Usulan Dana Aspirasi Pertegas DPR Kehilangan Kredibilitas, Karisma, Integritas" Nasdem Bantah Tolak Dana Aspirasi demi PencitraanTweet

9

JAKARTA, KOMPAS.comSekretaris Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) Romo Benny Susatyo menilai, dana aspirasi sebesar Rp 20 miliar per anggota Dewan setiap tahun yang dikabarkan untuk pembangunan daerah pemilihan mereka adalah usaha penyuapan DPR pada masyarakat."Saat ini orang mulai meragukan kemampuan, pengetahuan, dan kesanggupan mendesain UU, dan menjalankan fungsi DPR lainnya, akhirnya anggota Dewan ingin menyuap konstituennya dengan dana aspirasi," kata Benny di Jakarta, Selasa (17/6/2015), seperti dikutipAntara.Menurut Benny, dengan adanya usulan dana aspirasi tersebut mempertegas lembaga DPR sudah kehilangan kredibilitas, karisma, dan integritasnya sebagai institusi perwakilan rakyat. (Baca:IPC: Dana Reses DPR Saja Tak Transparan, Bagaimana Dana Aspirasi?)"Hilangnya itu semua karena kebanyakan dari mereka adalah orang yang belum selesai dan puas dengan dirinya. Hal ini berbahaya bagi masyarakat dan ini sudah terjadi perampokan uang rakyat," katanya.Benny menilai masyarakat juga ikut andil dalam memilih para pemimpin dan anggota Dewan yang hobi pencitraan. Dia menegaskan perlunya masyarakat sadar akan banyaknya politik transaksional dan kritis pada upaya pembangunanimagecalon pemimpin dan legislator.Kita semua, kata Benny, harus mendorong masyarakat untuk lebih kritis sebelum memilih para wakil rakyat dan pemimpin bangsa. (Baca:Jebakan Dana Aspirasi)"Jika kita ingin mengubah ini, kita harus memilih orang yang ingin melayani, bukan orang yang ingin dilayani, agar tidak seperti ini di mana mereka mencari jabatan untuk mencari proyek, bukan merancang desain kenegaraan," ujarnya.Benny menambahkan, penggunaan Pasal 78 dan 80 huruf (J) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang MPR, DPR, DPRD, dan DPD oleh anggota Dewan adalah siasat yang dimasukkan seolah DPR bisa menganggarkan dana aspirasi dengan dalih 'untuk rakyat'."Ini siasat agar DPR bisa menganggarkan dana yang kepentingannya tidak ada yang tahu untuk apa dan urgensinya, hanya dengan mengatasnamakan rakyat. Padahal, banyak masalah di situ," katanya. (Baca:DPR Makin Lupa Diri)Sementara itu, pengamat politik dari Indonesia institute for Development (Inded) Arif Susanto menilai, pengusulan dana pembangunan daerah pemilihan sebesar Rp 20 miliar untuk setiap anggota Dewan adalah bentuk salah persepsi para legislator terhadap UU Nomor 17 Tahun 2003."Alasan yang digunakan anggota Dewan tidak sesuai dengan fungsi dan tugas pokok anggota DPR untuk legislasi, pengawasan, anggaran, dan aspirasi karena yang tertulis adalah mengusulkan, bukan memasukkan, apalagi menganggarkan," ujar Arif.Dia menambahkan, jika usulan dana aspirasi ini terealisasi, maka akan terjadi tumpang tindih kebijakan pembangunan antara badan legislatif dan eksekutif, adanya praktik percaloan proyek dengan lobi-lobi tidak sehat, serta akan menimbulkan kesenjangan yang semakin di setiap daerah. (Baca:Pimpinan DPR: Fraksi yang Menolak Dana Aspirasi Ingkari Paripurna)"Nanti efeknya akan tumpang tindih kebijakan. Tidak akan ada pemerataan pembangunan karena anggota Dewan di semua daerah jumlahnya berbeda serta akan ada lobi tidak sehat pengusaha dan anggota DPR untuk proyek pembangunan," katanya.

Lukman Edy Beri Formula Hindari Penyelewengan Dana AspirasiAlfani Roosy AndinniSelasa, 16 Juni 2015 11:01 WIB

Wakil Ketua Komisi II DPR Lukman Edy. (SINDOphoto)JAKARTA - Wakil Ketua Komisi II DPR Lukman Edy memiliki solusi untuk menghindari terjadinya penyelewengan dana aspirasi daerah pemilihan (dapil) atau Program Pembangunan Daerah Pemilihan (P2DP).

Menurut mantan menteri era SBY ini, dana yang akan diberikan untuk masing-masing anggota DPR sebesar Rp20 miliar itu diberikan melalui mekanisme transfer.

"Yang pertama, harus ada formula yang tepat bagaimana meletakkan 'titipan' dana Rp20 miliar dalam sistem APBN dan APBD," ujar Lukman saat di hubungi wartawan, Selasa (16/6/2015).

Kata politikus PKB ini, formulanya tetap harus melalui APBN dengan mekanisme transfer ke daerah. "Yaitu formula DAK daerah pemilihan dengan nama P2DP," jelasnya.

Pelaksana program ini tetap berada dan disesuaikan dengan sektor di pemerintahan. Misal aspirasinya infrastruktur, maka pelaksananya adalah dinas Pekerjaan Umum di kabupaten/kota. DPR sama sekali tidak mengelola dana tersebut.

Kemudian formula yang kedua, lanjut dia, bagaimana menjamin penggunaan dana tersebut tidak tumpang tindih dengan anggaran daerah dan yang diinginkan oleh DPRD provinsi, kabupaten dan kota.

"P2DP tidak akan tumpang tindih dengan anggaran daerah karena wajib ada rekomendasi kepala daerah dan atau dinas sektor di kabupaten/kota," tuturnya.

Ditambahkannya, hingga pada akhirnya rekomendasi tersebut akan menutupi kekosongan anggaran di kabupaten atau kota. "Karena selama ini kurang dari 25% dari hasil Musrenbangda yang terakomodasi dalam APBD maupun APBN," tandasnya.

source: http://nasional.sindonews.com/read/1013215/12/lukman-edy-beri-formula-hindari-penyelewengan-dana-aspirasi-1434427281