Dana Alokasi Khusus Pendidikan - Social Accountability...

2
Akselerasi Mempercepat dan Mengurangi Kempangan Pendidikan Dasar Gras Bermutu - Saat ini, Dana Alokasi Khusus (DAK) Pendidikan menjadi andalan utama untuk membiayai sarana dan prasarana pendidikan dasar. Hal itu terjadi karena minimnya anggaran, sekaligus ragam skema pendanaan yang ada, dak mampu mendanai sarana – prasarana pendidikan dasar. Langkah Yang Belum Tuntas Saat ini, Dana Alokasi Khusus (DAK) Pendidikan menjadi andalan utama Agenda Prioritas untuk Memaksimalkan DAK Pendidikan Memperbesar alokasi DAK pendidikan sampai 50 persen pada tahun 2013 dari kebutuhan sarana-prasarana pendidikan dasar. Penambahan alokasi DAK pendidikan salah satunya dengan caramengalihkan anggaran tugas pembantuan dan pos sarana dan prasarana yang tersebar dalam Kemdiknas dan Kemenag ke dalam skema DAK Pendidikan. Analisis PI menunjukkan bahwa, ada banyak anggaran sarana dan prasarana pendidikan dasar pada Kemdiknas dan Kemenag namun dak berada dalam lingkup pendidikan dasar. Pengalihan anggaran tugas pembantuan dan pos lain ke dalam DAK Pendidikan ini mempunyai alasan kuat karena pada dasarnya tujuan tugas pembantuan dan pos sarana-prasarana lain sama dengan pengalokasian DAK Pendidikan. DAK pendidikan sudah seharusnya didesain ulang sebagai tranfer afirmaf kepada HANYA daerah yang sarana dan prasarananya paling rendah dengan kapasitas fiskal rendah. Pilihan ini akan berkonsekuensi pada perubahan kriteria-kriteria yang telah menunjuk daerah penerima DAK. Desain ulang kriteria daerah dan sekolah yang menerima sudah saatnya didasarkan pada standar pelayanan minimum, terutama daerah dan sekolah yang masih jauh dalam pemenuhan SPM. Kejelasan standar dan data yang akurat sebagai basis alokasi DAK pendidikan, seharusnya membuka ruang dak ada lagi praktek negoisiasi DAK Pendidikan antara Pusat dengan Daerah. Kegiatan DAK pendidikan sebaiknya memberi diskresi kepada Dana Alokasi Khusus Pendidikan POLICY BRIEF 1 Dana Alokasi Khusus Pendidikan PATTIRO Instute Gedung CIKS Lt 3 No 316 Jl. Cikini Raya No 84 - 86 Jakarta Pusat - Indonesia Tel: +62 21 3142 854 Fax: +62 21 3142 854 Email: [email protected] www.paroinstute.org Execuve Director Dini Mentari Senior Supervisor Ambarsari Dwi Cahyani Chitra Retna S Senior Program Manager Ermy Sri Ardhyan Senior Associate Researcher Sonny Mumbunan Internal Manager Lukman Hakim Finance Manager Erry Murni Office Manager Cici Yusella Didukung oleh sekolah dan diarahkan hanya pada belanja sarana dan prasara pendidikan dasar yang masih kurang. Karena kebutuhan sarana- prasarana pendidikan dasar sangat beragam, maka sudah seharusnya pemenuhannya ditentukan sendiri oleh sekolah-sekolah. Hanya dengan diskresi, alokasi DAK Pendidikan akan sesuai dengan kebutuhan dan pas menunjang pendidikan dasar. Selain itu, batasan kegiatan DAK Pendidikan menjadi penng karena pembiayaan pendidikan dasar lainnya akan ditutupi skema lain yang lebih sesuai, misalnya guru dengan DAU Pendidikan, operasional non personalia dengan Biaya Operasional Sekolah. Membangun dan mengembangkan akuntabilitas DAK Pendidikan. Hal ini bisa dilakukan dengan pembagian tugas dan hak yang jelas antara pusat dan daerah dalam pelaksanaan DAK Pendidikan: Pembagian tugas perlu diperjelas antara pusat dan daerah dalam pelaksanaan DAK. Berbagai kasus di daerah menunjukkan bahwa pembelanjaan untuk proyek-proyek yang dibiayai oleh DAK terkadang dilakukan oleh instansi pusat, sedangkan dinas dan sekolah terkait hanya nggal melaksanakannya. Oleh karena itu, ke depan sebaiknya pelaksanaan DAK dilakukan sepenuhnya oleh pemerintah daerah, dan untuk itu diperlukan penataaan sistem yang dapat menjamin terlaksananya mekanisme transparansi dan parsipasi, prosedur akuntabilitas, dan sistem ganjaran. untuk membiayai sarana dan prasarana pendidikan dasar. Hal itu terjadi karena minimnya anggaran, sekaligus ragam skema pendanaan yang ada, dak mampu mendanai sarana – prasarana pendidikan dasar. Meski alokasi DAK Pendidikan terus meningkat, namun masih menyisakan tantangan yang bisa mempercepat pendidikan dasar gras bermutu. 1. Alokasi anggaran DAK Pendidikan masih jauh dari kebutuhan. Analisis PI (2011), menunjukkan DAK Pendidikan hanya mencapai 9% - 10% dari dana transfer pendidikan. Bahkan, DAK 4 PATTIRO Instute adalah lembaga yang didedikasikan untuk memperkuat kebijakan lokal dan desentralisasi di Indonesia. PATTIRO Instute lahir sebagai lini difusi dari PATTIRO, sebuah organisasi yang sejak 1998 telah mengakar dalam kerja-kerja penguatan pemerintahan daerah dan masyarakat sipil di puluhan wilayah Indonesia. Kami berupaya memperkuat kerja-kerja itu melalui produksi pengetahuan secara mendalam dengan mendorong perubahan kebijakan yang berlandaskan buk. Kerja-kerja PATTIRO Instute diperkuat oleh Board of Expert Associate, yang terdiri dari kumpulan pakar yang mendalami pengetahuan yang kami produksi.

Transcript of Dana Alokasi Khusus Pendidikan - Social Accountability...

Page 1: Dana Alokasi Khusus Pendidikan - Social Accountability Atlassaatlas.org/uploads/files/PB01_2011-DAK-Pattiro_Institute_(2011).pdf · pemenuhan SPM. Kejelasan standar ... Gedung CIKS

Akselerasi Mempercepat dan Mengurangi Ketimpangan Pendidikan Dasar Gratis Bermutu - Saat ini, Dana Alokasi Khusus (DAK) Pendidikan menjadi andalan utama untuk membiayai sarana dan prasarana pendidikan dasar. Hal itu terjadi karena minimnya anggaran, sekaligus ragam skema pendanaan yang ada, tidak mampu mendanai sarana – prasarana pendidikan dasar.

Langkah Yang Belum TuntasSaat ini, Dana Alokasi Khusus (DAK) Pendidikan menjadi andalan utama

Agenda Prioritas untuk Memaksimalkan DAK Pendidikan

Memperbesar alokasi DAK pendidikan sampai 50 persen pada tahun 2013 dari kebutuhan sarana-prasarana pendidikan dasar. Penambahan alokasi DAK pendidikan salah satunya dengan caramengalihkan anggaran tugas pembantuan dan pos sarana dan prasarana yang tersebar dalam Kemdiknas dan Kemenag ke dalam skema DAK Pendidikan. Analisis PI menunjukkan bahwa, ada banyak anggaran sarana dan prasarana pendidikan dasar pada Kemdiknas dan Kemenag namun tidak berada dalam lingkup pendidikan dasar. Pengalihan anggaran tugas pembantuan dan pos lain ke dalam DAK Pendidikan ini mempunyai alasan kuat karena pada dasarnya tujuan tugas pembantuan dan pos sarana-prasarana lain sama dengan pengalokasian DAK Pendidikan.

DAK pendidikan sudah seharusnya didesain ulang sebagai tranfer afirmatif kepada HANYA daerah yang sarana dan prasarananya paling rendah dengan kapasitas fiskal rendah. Pilihan ini akan berkonsekuensi pada perubahan kriteria-kriteria yang telah menunjuk daerah penerima DAK. Desain ulang kriteria daerah dan sekolah yang menerima sudah saatnya didasarkan pada standar pelayanan minimum, terutama daerah dan sekolah yang masih jauh dalam pemenuhan SPM. Kejelasan standar dan data yang akurat sebagai basis alokasi DAK pendidikan, seharusnya membuka ruang tidak ada lagi praktek negoisiasi DAK Pendidikan antara Pusat dengan Daerah.

Kegiatan DAK pendidikan sebaiknya memberi diskresi kepada

Dana Alokasi Khusus Pendidikan

POLICY BRIEF 1

Dana Alokasi Khusus Pendidikan

PATTIRO InstituteGedung CIKS Lt 3 No 316Jl. Cikini Raya No 84 - 86Jakarta Pusat - Indonesia

Tel: +62 21 3142 854Fax: +62 21 3142 854

Email: [email protected]

Executive DirectorDini Mentari

Senior SupervisorAmbarsari Dwi Cahyani

Chitra Retna S

Senior Program ManagerErmy Sri Ardhyanti

Senior Associate ResearcherSonny Mumbunan

Internal ManagerLukman Hakim

Finance ManagerErry Murni

Office ManagerCici Yusella

Didukung oleh

sekolah dan diarahkan hanya pada belanja sarana dan prasara pendidikan dasar yang masih kurang. Karena kebutuhan sarana-prasarana pendidikan dasar sangat beragam, maka sudah seharusnya pemenuhannya ditentukan sendiri oleh sekolah-sekolah. Hanya dengan diskresi, alokasi DAK Pendidikan akan sesuai dengan kebutuhan dan pasti menunjang pendidikan dasar. Selain itu, batasan kegiatan DAK Pendidikan menjadi penting karena pembiayaan pendidikan dasar lainnya akan ditutupi skema lain yang lebih sesuai, misalnya guru dengan DAU Pendidikan, operasional non personalia dengan Biaya Operasional Sekolah.

Membangun dan mengembangkan akuntabilitas DAK Pendidikan. Hal ini bisa dilakukan dengan pembagian tugas dan hak yang jelas antara pusat dan daerah dalam pelaksanaan DAK Pendidikan: Pembagian tugas perlu diperjelas antara pusat dan daerah dalam pelaksanaan DAK. Berbagai kasus di daerah menunjukkan bahwa pembelanjaan untuk proyek-proyek yang dibiayai oleh DAK terkadang dilakukan oleh instansi pusat, sedangkan dinas dan sekolah terkait hanya tinggal melaksanakannya. Oleh karena itu, ke depan sebaiknya pelaksanaan DAK dilakukan sepenuhnya oleh pemerintah daerah, dan untuk itu diperlukan penataaan sistem yang dapat menjamin terlaksananya mekanisme transparansi dan partisipasi, prosedur akuntabilitas, dan sistem ganjaran.

untuk membiayai sarana dan prasarana pendidikan dasar. Hal itu terjadi karena minimnya anggaran, sekaligus ragam skema pendanaan yang ada, tidak mampu mendanai sarana – prasarana pendidikan dasar. Meski alokasi DAK Pendidikan terus meningkat, namun masih menyisakan tantangan yang bisa mempercepat pendidikan dasar gratis bermutu.

1. Alokasi anggaran DAK Pendidikan masih jauh dari kebutuhan. Analisis PI (2011), menunjukkan DAK Pendidikan hanya mencapai 9% - 10% dari dana transfer pendidikan. Bahkan, DAK

4

PATTIRO Institute adalah lembaga yang didedikasikan

untuk memperkuat kebijakan lokal dan desentralisasi di

Indonesia. PATTIRO Institute lahir sebagai lini difusi dari PATTIRO, sebuah organisasi

yang sejak 1998 telah mengakar dalam kerja-kerja

penguatan pemerintahan daerah dan masyarakat sipil

di puluhan wilayah Indonesia. Kami berupaya memperkuat

kerja-kerja itu melalui produksi pengetahuan secara mendalam dengan mendorong perubahan

kebijakan yang berlandaskan bukti.

Kerja-kerja PATTIRO Institute diperkuat oleh Board of

Expert Associate, yang terdiri dari kumpulan pakar yang

mendalami pengetahuan yang kami produksi.

Page 2: Dana Alokasi Khusus Pendidikan - Social Accountability Atlassaatlas.org/uploads/files/PB01_2011-DAK-Pattiro_Institute_(2011).pdf · pemenuhan SPM. Kejelasan standar ... Gedung CIKS

Pendidikan DAK tahun 2011 rata-rata hanya memenuhi 16,6 persen, dimana untuk SD mencukupi sekitar 28,1 persen, sedangkan SMP hanya mencukupi 5,1 persen dari kebutuhan sarana-prasarana pendidikan dasar. Ghozali (2009) memperkirakan kebutuhan tahun 2008 untuk SD dan MI sebesar Rp21.4 trilun dan Rp24,9 trilun tahun 2009. Sedangkan bagi SMP dan MTs, kebutuhan anggarannya Rp31.211.933 tahun 2008 dan Rp34,0 triliun tahun 2009. Dengan demikian, secara keseluruhan anggaran sarana-prasarana pendidikan dasar tahun 2008 mencapai Rp52,6 triliun dan Rp58,9 triliun pada 2009. Jika dibandingkan dengan alokasi DAK pendidikan tahun 2008 Rp7 triliun, ternyata alokasi tersebut hanya mencapai 13,3 % dari kebutuhan. Sementara tahun 2009, alokasi DAK Rp9,3 triliun hanya mencukupi sekitar 15,8 persen dari kebutuhan. Jika hitungan Ghozali digunakan pada tahun 2011 dengan asumsi tetap dan hanya menambahkan inflasi rata-rata pertahun, maka kebutuhan untuk SD mencapai Rp28,5 triliun dan Rp38,9 triliun dengan total mencapai Rp67,5 triliun. Dengan hitungan tersebut,

2. Penentuan penerima DAK tidak didasarkan pada data yang akurat dan cenderung politis. Meski DAK Pendidikan ditentukan dengan kriteri teknis, namun berdasarkan kajian Pattiro Institute (2011) menunjukkan bahwa, distribusi DAK pada dasarnya tidak mengacu pada kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dasar, baik SD maupun SMP, misalnya tidak berkorelasi dengan tingkat kerusakan sekolah, baik kerusakan ringan maupun kerusakan berat, dan juga

Pemda harus mengikuti ragam regulasi pusat, seperti UU, PP, keputusan presiden, peraturan/keputusan menteri, surat edaran direktur jenderal, dan surat edaran direktur departemen. Dengan banyaknya regulasi pusat tersebut, Pemda hanya menjadi pelaksana yang tunduk dan patuh. Dalam kaitan berbagai peraturan perundangan DAK Pendidikan tersebut, banyak pihak menilai bahwa regulasi tentang DAK Pendidikan yang dikeluarkan Pemerintah Pusat sering kali terlambat dan tidak cocok dengan jadwal perencanaan dan penganggaran di daerah.

5. DAK pendidikan kurang akuntabel dan tidak melibatkan publik. Meskisecara juklak dan

tidak berkorelasi dengan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dasar (lihat tabel). Karenanya, penentuan daerah penerima DAK tidak serta merta merupakan daerah yang paling membutuhkan sarana dan prasarana pendidikan dasar. Kenyataannya, banyak Pemda yang melobi Pusat, karena menganggap DAK Pendidikan ditentukan secara politis. Penetapan jumlah DAK dan alokasinya kepada daerah merupakan hasil keputusan antara Panitia Anggaran DPR dengan Pemerintah yang terdiri dari unsur Kemkeu, Kemdagri, Bappenas, dan Kemdiknas. Meski mekanisme penetapan melibatkan beberapa lembaga, keputusan akhir mengenai total jumlah DAK Pendidikan dan alokasinya per daerah menjadi wewenang Menteri Keuangan setelah berkonsultasi dengan DPR. Karena itulah, seringkali, DPR juga memainkan peran bagi daerah-daerah yang akan menerima DAK Pendidikan.

3. DAK Pendidikan ditetapkan tanpa diskresi dan seringkali tidak relevan dengan kebutuhan sekolah. Sampai saat ini,kegiatan DAK Pendidikanditetapkan secara sentralistik dengan menyeragamkan semua wilayah. Meski pelaksana DAK Pendidikan adalah pemerintah daerah, namun tidak ada diskresi bagi daerah untuk mengalokasikan DAK pendidikan sesuai kebutuhan sekolah. Pemerintah pusat seringkali mengasumsikan berbagai alat, bahan dan input pendidikan lainnya yang dibutuhkan sekolah, mengadakan dan mengirimkannya ke sekolah. Cara lain, Pemerintah Pusat memberikan anggaran kepada sekolah yang sebagian besar atau seluruhnya sudah di-earmarked untuk pembelanjaan alat, bahan, atau input pendidikan tertentu sesuai dengan asumsi pusat.

4. Dana pendamping dan regulasi Pemerintah Pusat cenderung menyebabkan ketidakefektifan. Daerah penerima DAK wajib menyediakan dana pendamping minimal 3% sampai 10% dari DAK. Kewajiban pendamping bukan hanya soal anggaran tetapi juga menyangkut mengenai apa dan kepada siapa dibelanjakan. Karenanya, kewajiban dana pendamping sering tidak menguntungkan daerah karena membatasi daerah dalam menata dan memperbaiki sarana dan prasarana pendidikan dasar. Selain itu,

Tabel Alokasi DAK 2010 dibanding Sekolah SMP, Kelas, Ruang Kelas Rusak dan Sarana tahun 2009

juknis telah jelas mengenai adanya kewajiban pelaporan penggunaan DAK pendidikan. Namun kenyataannya banyak daerah yang tidak memberi laporan kegiatannya. Pasal 64 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 55 tahun 2005 menyebutkan bahwa Bappenas melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pemanfaatan dan teknis pelaksanaan kegiatan yang didanai dari DAK. Namun monitoring dan evaluasi yang dilakukan jarang melibatkan publik, termasuk orang tua murid. Ruang bagi publik untuk terlibat dalam menilai pemanfaatan DAK pendidikan masih sangat minim karena tidak adanya sosialiasi pelaksanaan DAK pendidikan, terutamakepada orang tua murid.

2 3Dana Alokasi Khusus Pendidikan Dana Alokasi Khusus Pendidikan

Sarana tahun 2009

38,2546,1377,90177,494,9atrakaJ IKD12 Jawa Barat 375.106,80 107,8 10,1 13,23 78,5 6,23 166,9 64,32 302,0 39,90 179,3 26,86 147,33 Banten 101.534,60 105,3 10,4 11,52 92,0 7,89 134,3 46,16 195,6 27,70 145,7 25,93 142,24 Jawa Tengah 386.430,60 132,2 11,4 10,81 106,0 4,64 247,1 72,25 476,5 60,83 337,5 45,67 243,35 DI Yogyakarta 109.037,90 259,6 25,1 15,40 165,7 3,70 690,1 114,52 (1.787,5) 85,24 1.758,7 58,33 623,16 Jawa Timur 325.418,40 94,3 9,5 10,55 94,0 4,66 212,8 63,76 260,1 48,03 181,4 35,92 147,17 N Aceh Darussa lam 128.432,90 163,4 18,7 17,28 112,1 6,77 286,0 58,27 391,6 41,35 278,6 11,32 184,38 Sumatera Utara 325.324,60 154,9 17,0 20,66 83,1 6,10 281,4 38,19 250,6 21,67 197,8 10,86 173,89 Sumatera Barat 109.705,10 168,5 17,2 17,52 98,6 6,91 249,9 111,37 (1.482,5) 58,22 403,3 20,28 211,4

10 Riau 9.368,80 11,4 1,5 12,42 12,2 7,63 19,8 22,68 14,8 16,10 13,6 13,29 13,211 Kep. Riau 14.095,20 62,1 7,6 8,99 84,9 2,33 327,8 41,41 106,0 26,43 84,4 17,62 75,412 Jambi 130.579,10 251,6 23,2 16,65 139,7 5,40 431,0 21,00 318,5 22,35 324,0 2,70 258,613 Sumatera Selatan 101.914,40 94,5 10,4 13,41 82,6 10,86 102,0 30,31 135,5 19,09 116,7 4,08 98,514 Bangka Bel i tung 30.840,20 180,4 22,8 8,22 280,4 2,32 994,8 92,98 2.570,0 84,21 1.142,2 25,73 242,815 Bengkulu 85.266,20 256,8 32,7 22,58 147,0 8,45 392,9 108,43 (3.045,2) 40,96 435,0 4,82 269,816 Lampung 125.203,80 109,4 14,3 15,01 95,4 7,46 192,0 29,37 155,0 3,85 113,8 3,67 113,617 Kal imantan Barat 72.100,30 75,7 13,1 16,69 79,8 5,06 263,1 22,04 97,0 23,19 98,5 5,98 80,518 Kal imantan Tengah 44.695,20 95,3 15,9 13,23 121,8 5,19 310,4 26,01 128,8 26,23 129,2 2,99 98,219 Kal imantan Selatan 156.241,10 301,6 45,8 26,16 176,3 5,85 789,1 58,88 733,5 34,94 463,6 6,18 321,520 Kal imantan Timur 18.660,10 30,7 4,3 9,74 45,1 2,82 155,5 31,58 44,9 26,97 42,0 17,60 37,221 Sulawes i Utara 123.915,80 208,3 31,9 14,91 214,8 5,06 632,2 31,93 306,0 36,64 328,7 15,63 246,822 Goronta lo 51.686,20 223,7 32,5 14,76 223,7 5,37 615,3 26,41 304,0 29,87 319,1 9,52 247,323 Sulawes i Tengah 35.988,80 75,8 11,5 13,71 84,7 4,77 243,2 13,05 87,1 2,11 77,4 9,68 83,924 Sulawes i Selatan 171.227,30 145,4 16,3 15,72 109,0 7,83 218,7 17,49 176,2 15,03 171,1 2,63 149,325 Sulawes i Barat 30.163,80 139,6 19,1 25,15 81,7 8,79 233,8 84,72 914,1 37,96 225,1 12,04 158,826 Sulawes i Tenggara 127.363,20 266,5 34,6 21,29 166,1 11,10 318,4 23,85 349,9 59,00 649,8 8,58 291,427 Maluku 103.049,80 211,2 37,3 14,79 264,9 13,38 292,8 47,13 399,4 15,78 250,7 12,30 240,828 Maluku Utara 63.120,00 259,8 54,8 15,06 373,5 7,84 717,3 81,07 1.372,2 26,34 352,6 28,81 364,929 Bal i 95.841,10 277,0 24,1 7,72 314,2 4,15 584,4 75,72 1.141,0 70,52 939,6 30,06 396,030 Nusa Tenggara Bara 61.794,20 123,3 13,9 12,21 114,6 6,66 210,2 50,30 248,2 40,72 208,1 10,38 137,631 Nusa Tenggara Timu 18.322,60 22,5 3,0 19,33 15,7 9,28 32,7 9,33 24,8 16,32 26,9 2,33 23,032 Papua 174.050,10 428,7 60,4 21,58 288,6 8,23 756,7 26,35 582,1 16,75 514,9 6,16 456,833 Papua Barat 27.474,60 167,5 30,7 12,98 241,0 6,04 518,4 27,44 230,9 18,90 206,6 10,37 186,9