Dan sesungguPJlya, pada binatang · PADA SAP. ole h TETI USDIATI B.17.0942 FAKULTAS KEDOKTERAN...
Transcript of Dan sesungguPJlya, pada binatang · PADA SAP. ole h TETI USDIATI B.17.0942 FAKULTAS KEDOKTERAN...
,
Dan sesungguPJlya, pada binatang
ten1.ak i tu benar-benar terdapat
pelajaran bagi kamu.
Kami memberimu minum dari pada
apa yang berada dalam perutnya
(berupa) susu yang bersih antara
tahi da..-,1. darah, yang mudah di tela..'1.
bagi orang-orang yang meminUllh'1.ya.
Surat An-Nahl : ayat 66.
Tulisan ini kupersembahkan
kepada mama dan adik-adik
tercinta, y~~g telah banyak
memberikan dorongan didalam
mencapai cita-citaku.
DEFISIENSI KALSIUM DAN FOSFOR PADA SAP.
ole h
TETI USDIATI
B.17.0942
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1986
RINGKASAN
TETI USDIATI. Defisiensi kalsium dan fosfor pada sapi
( Di bawah bimbingan AISYAH GIRIIwiiA).
Kalsium dan fosfor mempunya~ peran8-~ penting dalam
beberapa proses faali tubuh. Flli~gsi utama kalsium
adalah mengatur iri tabili tas neurollluskuler, kontraksi
otot, pembekuan darah, kofaktor beberapa sistim enzim
dan sebagai komponen penting dalam pempentu1~ tulang
(Rechcigl, 1978). Fosfor adalah komponen utama ikatan
energi tinggi yaitu ATP (Adenosin Tri Phosphate),
merupakan komponen nukleoprotein, mengatur pH isi rumen
dan sebagai sumber multiplikasi flora dan fauna rumen
(Payne, 1977).
Apabila kebutuhan akan kedua mineral tersebut
tidak dapat dipenuhi karena berbagai hal, maka ay~~
timbul beberapa gangguan pada tubuh sapi. Gangguan
yang terjadi akibat adanya defisiensi kalsium dan fosfor
antar lain abnormali tas tulang dan gigi, g8-~ggu8-~ nafsu
makan (pika), lambatnya pertumbuhan pada hewan muda,
penurunan produksi susu serta lambatnya dewasa kelamin
(Underwood, 1981). Pada defisiensi y8-~g hebat dapat
terjadi kernandulan (Morrow, 1969), bahkan pada beberapa
kasus terjadi kematian, bila terdapat pengarll-YJ.
(Blood and Henderson, 1974). Defisiensi
sapi perEL~ merupakan fakXor predisposisi
.. demam susu" (Balai Penyidikan Penyaki t Hewan Buki tting
gi, 1980).
Defisiensi kalsium da~ fosfor disebabka~ oleh
beberapa faktor, antara lain rendahnya konsumsi kedua
mineral terse but dari makanan, gangguan hormonal, serta
faktor-faktor lain yang menghambat penyerapan mineral
tersebut oleh tubuh hewan, yaitu adanya oksalat, fitat,
besi, magnesium, alumunium, berilium dan stronsium
serta penimbu-~an lemak dalam makanan (Coles, 1974, dan
Rechcigl, 1978). Selain itu renda~ya kandungan protein
dalam rnakanan ternak serta kekuranga~ vitamin D dapat
menghambat penyerapan kalsium (Blood and Henderson,
1974, dan Coles, 1974). Perbandingan yang tidak sesuai
3-~tara kalsium dan fosfor dapat pula menghambat penye
rapan dari salah satu mineral tersebut (Crampton a~d
Lloyd, 1959).
Pencegahan terhadan defisiensi kalsium dan fosfor
dapat dilal::ulr..a.n secara tak langslmg dengan pemupuka~
tanaIDa-~ maka~an ternak dengan kedua mineral tersebut,
dan secara la~gsung denga~ suplementasi melalui air
minu.Tfi, makanan atau berbentuk garam jilatan. Adapun
sumner mineral yang dapat digcL~kan lL~tuk suplementasi
antara lain dikalsium fosfat, tepung tulang, superfosfat,
fosfat deflourinasi, serta tt colloidal phosphate"
(Faynard and Loosli, 1956, dan Underwood, 1981),
DEFISIENSI KALSIUlI\ DAN FOSFOR
PAIlA SAPI
SKRIPSI
Skripsi yang diajukan kepada Pani tia Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh ge1ar
Dokter Hewan pada Fakul tas Kedokteran Hewan
Institut pertanian Bogor
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAl'i
INSTITUT PERTANI.AN BOGOR
1986
DEFISIENSI KALSIill"; DAN FOSFOR
PABA SAPI
SKRIPSI
Teti Usdiati, Sarjana Kedokteran Hewan (l984)
Di bawah bimbingan
Dr Aisyah Girindra
RIWAYAT HIDUP
Penulis di1ahirkEk~ pada tangga1 3 januari 1961
di Subang. Ia adalah putri pertama dari ibu bernama
Rd. Kendran da.1'l ayah bernama Didi Sudrajat.
Fada ta.'1un 1973 1ulus SD di Serangsari, tahun 1977 lulus
SMP di Subang, da."1'l pada tahun 1980/1981 1ulus S:r.'!.l\. di
Subang.
Fada tahun 1981 penulis melanjutkan pendidikarL1'lya
di Institut Pertanian Beger, dan pada tahun 1982 ia
tercatat sebagai mahasiswa kedektera."1'l hewan di Fakultas
Kedekteran Hewan, Institut Fertanian Boger. Pada tahun
1984 ia menye1esaikan pendidi~"1'lya dengan menyanda.~g
ge1ar Sarja."l'la Kedekteran Hewan.
KATA PENGANTAR
Berkat rap..mat Allah Yang Pengasih dan Penyaya..'1.g,
skripsi ini berhasil tersusun sebagai salah satu syarat
u.'1.tu.~ memperoleh gelar Dokter Bewan pada Fakultas
Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesenpatan ini penulis ingin menyampaikan rasa
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada Ibu Dr. Aisyah Girindra selaku Dosen Pembimbing
yang telah membimbing penulisan skripsi ini.
Ucapan ya..'1.g sarna penulis sampaikan uula kepada':
1. Pegawai Perpustakaan Fakultas Kedokteran Bewan,
Institut Pertanian Bogor.
2. Pegawai Perpustakaa..'1. pusat Institut Pertanian Bogor,
3. Pegawai Perpustakaan Balai Penelitian penyakit Hew8...'1.,
dan
4. Pegawai Perpustakaan Pusat Peneli tian dan pengembangan
Ternak di Ciawi Bogor,
atas bantuan yang diberikan kepada penulis dalam penyediaan
bahan kepustakaan.
Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ibu dan
adik-adik tercinta serta seroua pihak yang tela..~ ba..'1.yak
memberikan bantuan dan dorongan didalam mencapai cita-cita
penulis.
i
Akhirnya, penulis menyadari b~~wa tulisan ini masih
jauh dari sempurna. Harapan penulis, semega tulisan ini
bermanfaat bagi mereka yang memer1ukan.
Boger, Januari 1986
Penulis
DAFTAR lSI
Ha1aman
KATA PENGlll'lTAR .................................................................. i
DAFTAR ISI .............................................................. ".......... ii
DAFTAR TABEL ............ "...................................................... iii
DAFTAR GAlI'IBAR ............ "..................................................... i v
BAE
BAB
I .. l?~rfI)JtFI1J]JtJ1L~.. .. " .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. t .. ..
II. PERANAN KALSIU1I1 DAN FOSFOR ••••••••••
FUNGSI KALSIUM DAN FOSFOR
K..li.LSIUJiI DAN FOSFOR DALAM
" ..........
1
4
4
TULANG ................................................. 5
KALSIUM DILl'i FOSFOR DALAM DARAH 5
BAB III. Jl.BSORPSI DAN EEEKP.ESI KALSIUM
DAN FOSFOR .................................. ,................. 10
JI.BSORPSI KALSIUi.T DA..1'f FOSFOR •••• 10
JUA.KltNAN ............................ "....... II
pH CAIRA.N USUS •••••••••••• 13
PERB.II.NDINGAN KALSITlli Dft.N
F'OSFOR ...................................... l4
VITltIr:IN D ................................. l5
EKEKRESI KALSIUiIl DAN FOSFOR ........ 15
RAE IV. PENGATU:tU\.N HORhDNAL METJl.BOLISlvIE
K..tWSIUM DAN FOSFOR ••••••••••••••••• 17
HORMON PARATIROID .......................... l7
I{.,l1 ... LSITONIN .. " ...................... " ...... ".... 20
ii
BAB v.
VITAlvIIN D . . . . .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. ..
DEFI0IENSI KAL~IUM DAN FOSFOR •••••••
Halaman
20
23
KEJADIAN DEFISIENSI •••••••••••• 23
L"lA.NIFESTASI DEFISIENSI ••••••••• 25
PERUBAHAN DALAI!; DARAH ••••• 25
PERUBAf.L~N PADA TULANG DAN
GIGI ...................... e._.................. 26
GAll"GGUAN PERTUIiIBUHAii DAN
NAFSU lI'lAKAN .............................. 27
GANGGUAN TEIDIADAP DAYA
REPRODUKSI ................................ 29
GANGGUAN TER1IADAP PROIlUKSI
susu ............................................ 3l
lIIPO KALS Et:fA .......................... ..
BAB
BAB
VI. PENCE GAHAN DAN P3NGAWASAN ••••••••••• ,
32
34
40
44
46
VII. PEMBAHASAN .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. ..
BAB VIII. KESHIP1JLAN .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. ..
D ... l\.FTAR PUS TAKA. ................................................................ ..
Nomor
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
DAFTAR TA13EL
Konsentrasi kalsium yang normal Ci~JLcttn ClClJ:Ettl ............................... .
Konsentrasi fosfor yang normal dala.m Ciara1l ............................. ..
Kebutu_i:tan kalsium pada sani berdasarlmn penambahan ber-at badan •
Kebutuhan kalsium pada sapi bunting
Kebutuhan kalsium pada sapi laktasi
...............................
................................ Ke-outu..i:tan fosfor nada sani berdasarY~ penambahan berat bad~~ •
Kebutuh~~ fosfor pada sapi bunting
Kebutuhan fosfor pada sani lah~asi
.. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . .. .. .. .. . .. ..
.. .. .. .. .. .. .. . .. .. . . . .. .. .. .. ..
iii
Halaman
7
9
35
35
36
36
37
37
Nomor
1.
2.
3.
DAFTAR GAl'IIBAR
RangkaiCL~ asam amino dari hormon paratiroid sapi .,,""""""""""""""""",,""
Hubungm~ antara kecepatan sekresi liFT dan konsentrasi ka1sium plasma •••••••
"1iiengunyah tulang" pada anak sapi yang menderita gangguan nafsu makan """"""""""""""""""""""" .. ,,"""""""
iv
Halaman
18
19
29
I. PENDAlWLUAN
Kalsium meme~~g peranan penting dalam memelihara
proses faali tubuh. Fungsi utama ka.l15ium adalah menga
tur iritabilitas neuromuskuler, kontraksi otot, pembeku~
an darah, permeabilitas membran, pembentuk~~ tulang, ko
faktor beberapa sistim enzim dan memelihara keseimbangan
cairan tubuh.
Bila jl.~lah kalsium yang diperole~ tubuh tidak men
cukupi, akan terjadi beberapa gangguan pada tubuh hewan.
Defisiensi kalsium ini tidak selalu disebabkan oleh ren
dahnya konsumsi mineral tersebut oleh hewan, tetapi da
pat juga karena adanya ketidak seimbangan bahan gizi, ke
tidak seimbangan hormonal, masalah-masalah fisiologik
yang dapat Illenghambat penggunaan kalsium oleh hewan
(Roland, dilcutip oleh Rechcigl, 1978).
Penelitian tentang defisiensi kalsium pertama dila
kukan oleh Chossat pada tahun 1842. Berdasarkan peneli
tiarmya pada burung dara, disimpulkan bahwa pemberian
makanan yang kurang mengandung kalsium menyebabh:an ter
hambatnya pertumbuhan tulang. Dikatakan bahY>a pemberian
kalsium karbonat dapat memperbaiki keadaav_ tersebut.
Penelitian lebin lanjut telah dilaku1ak~ di Perancis dan
Jerman yang ncemperlihatkan bahwa perkemb~"t'J.g~~ t1J.lang
kerangka pada beberapa jenis hewan dalam suatu peterna
kan tergantung pada masukan kalsium dan fosfor dalam
2
perbandingan yang sesuai. Keadaan ini dapat diperbaiki
dengan pemberian tepung tulang atau sumber mineral lain
(WBynard ~nd Loos1i, 1956).
Defisiensi fosfor merupakan masalah pada peternay~
di selD~uh dunia. Kasus defisiensi ini telah terjadi
di Afrika selatan, Bri tania Raya, Sk~"Yldinavia, Australia
serta Se1andia Baru dan Kepulauan Pasifik (Schryver and
~intz, dikutip oleh Rechcig1, 1978).
Pengamatan pertama y~"Ylg intensif terhadap defisiensi
fosfor dilakukan oleh Arnold Theiler di Afrika selatan
(schryver and Hintz, dikutip oleh Rechcig1, 1978).
dikatakan bahwa defisiensi mineral ini merupakan masalah
yang serius pada sapi dan kambing. Pada hewan muda
terlihat pertumb14~an yang lambat serta kekurusan yang
hebat. Pad a hewan dewasa menu..njukan adanya penurunan
produksi susu serta rendalL"Ylya daya reproduksi. kematian
dapat pula terjadi bila terdapat pengaruh selmnder yang
men;;rertai penipisan tulang (Blood and Henderson, 1974).
Di Indonesia kejadian defisiensi kalsium dan fosfor
berdasarkan hasil ~na1isa kimia te1ah ditemuk~~ di Pro
pinsi Sumatra Bar-at, yaitu di Padang Mengatas, Kabupaten
50 kota, Kabupaten Agam, Kabupaten T~nah datar dan Kodya
Bulrittinggi pada tahun 1979, sed~"Ylgk~"Yl kejadian secara
lr.linis di ter:;ukan di Kepulauan Riau, Propinsi:- Jambi pada
tahun 1979 (Ba1ai penyidikan penyaki t Hew~"l Bub ttinggi,
1984) •
Kejadian defisiensi kalsium secara klinis telah pula
ditemukan di Aceh pada tahun 1981 (Balai penyidikan
Penyaki t Hewan 1i1edan, 1983).
3
llienurut Balai Penyidikan Penyaki t Hewan Buki tting
gi (1984), di beberapa tempat dimE-DE terjadi defisiensi
kalsium dan fosfer telah di temukan ke.jadian "1ffi.lk Fev'"8r"
yaitu di Pa6ang Mengatas, F2bupaten 50 kota dan Kodya
Bukittinggi pada tahun 1974 dan di Kedya Padang pada
tahun 1978.
Meskip1h~ kejadian defisiensi kalsium dan fosfer
baru ditemukan di beberapa daerah di Indon3sia, tetapi
masalah ini perlu mendapat perhati~~ mengingat kerugian
yang dapat di timbulkannya. Wa1aupun sampai saat ini
be1um ada data secara nasional tentang ke~Qgi~~ dan
kematian yang disebabkan oleh defisiensi kedua mineral
tersebut.
Defisiensi kalsium d~~ fosfor sangat besar penga
TuPJ1ya terhadap kesehatan ternak, oleh kareT~ itu masa
lah ini menjadi penting bagi ilmu kedekteran hewar ••
Tulisan ini bertujuan menelaah defisiensi kalsium dan
fosfor lebih mendalam. Dalam hal ini akan d:U:l1".has me
ngenai peranan kalsium dan fosfor, absorpsi d~~ ekskresi,
pengaturan hormonal metabelisme kedua mineral tersebut,
manifestasi defisiensi serta pencegahan dan pengawasan-
nya.
II. PERANAl"'if KA.LSIUK DAN FOSFOR
Lebih dari 70 persen mineral dalam tubCL~ terdiri
dari kalsium dan fosfor (Crampton and Lloyd, 1959).
Y~rena kedua jenis mineral ini saling berhubungan s~Dgat
erat dalam pembentul~ tulang serta beberapa proses faali
tubuh, ~ka kedua mineral in2 sering diperbincangkan
sekaligus bersa=-sama.
~~~gsi kals;um dan fosfor
Y~lsiu mempunyai peranan penting dalam beberapa
proses faali tubuh. Ion kalsium yang bebas diuerlukan
untCL~ pembekuan darah, yaitu sebagai kofaktor enzim
trombokL'1ase didalam perubahan protombin menjadi trom
D2n (Crampton ~Dd Lloyd, 1959). Kalsium juga mengkata
lisis pelepasan energi dari ATP (Adenosin Tri Phosuhate),
mengatur kontraksi normal otot jantung, otot kerangj~
d~'1 menghantar rangsangan syaraf (Rechcigl, 1978).
Fosfor adalah komponen penting dari nulcleoprotein
dan ini merupakan faktor penting dalam pertumbuhan ja-
ringan. Disamping itu, fosfor juga meruuakan komuonen - --
ikatan energi tiD_ggi yaitu ATP (Adenosin Tri Phoph2te)
(Crampton and Lloyd, 1959). Bagi rumin~'1sia fosfor
yang terkandCL'1g didalan saliva sangat penting, sebagai
buffer fosfat yang mengatur pH isi rumen, selain itu
fosfor bagi rUI!!inansia adalah sUI!!ber CL'1tuk multiplil~si
flora d~'1 faCL'1a rumen (PaJcne, 1977).
5
Kalsium dan fosfar dalam tulang
Klra-kira 90 persen kalsium dan 80 persen fosfor
dari tubUL~ ada dalam tulang dan gigi (Sediaoetama, 1976).
Perb~~dingan antara kalsium dan fosfor dalam tulang
b~asanya 2;1 walaupun ada sedikit variasi yang berhubu
ngan dengan faktor makanan dan umur. Perbandingan
antara fosfat' dan karbonat menULTUL~ bersama-sama dengan
bertambahnya umur, hal ini dijumpai pada keada~~
ricketsia (lilaynard and Loosli, 1956).
Kalsium dan fosfor dalam darah
Kalsium sangat sedikit terdapat dalam sel darah,
sebagian besar ditemUL~an dalam plasma atau serum
(Girindra, A., 1984). Konsentrasi kalsium yang normal
dalam darah dapat dilihat pada Tabel 1.
Kadar kalsium sangat dipengaruhi oleh kadar protein
plasma. Jika protein plasma meningkat, jumlah kalsium
yang terikat menjadi lebih tinggi dan konsentrasi kalsium
dalam serum juga meningkat. Demilcian pula sebalilcnya,
dalam keadaan hipoproteinemia, kadar kalsium dalam serum
menurun, namun banyalmya jumlah 1<"..alsium yang aktif tetap
~~tap. Kadar ion kalsium juga dipengarQ~i olen peruba
han pH tetapi untuk kadar total boleh dikatakan tidak
ada pengarulL~ya (Girindra, A., 1984).
6
I,;enurut Turner dan Bagnara (1976), jumlah kalsium
dalam darah tergantQ~g dari keseimbangan antara (1)
jumlah ya..."lg di terima melalui penyerapan, (2) jumlah yang
hilang pada waktu ekskresi melalui air kenih da..."l tinja
serta deposisi kalsium dalam tula..1'lg. Ada dua bentuk
kalsium dalan darah.
1. Kalsi= yang dapat berdifusi
BentQi.;: ini berikatan dengan fosfat, lre.rbonat d.alam
benttLi.;: ikatan kompleks sebagai ion kalsium yang
bebas. Kalsium yang berdifusi terdiri dari 5 per-
sen bentuk kompleks denga..1'l sitrat dan fosfat da..1'l
45 persen dalam bentuk ion kalsium aktif.
Konsentrasi ion kalsium dalam darah tergantQ~g
pada beberapa faktor, antara lain ion hidrogen,
biY~rbonat da..."l konsentrasi ion fosfat (Abraham
Ca...."ltarow and lliax Trumper f 1962). HubD..>1gan d,iatas
dinyataka..>1 oleh Freudenberg dan Byorgy ya..>1g
dilrntip oleh Abra..l-J.am Cantarow da.>1 :n:ax Trumper
(1962), sebagai berikut :
K = Konstan
Ca++(HC03
) (HF04)-
CH+
2. Kalsi= yang tidak berdifusi
=
Bentuk ini berikata.1'l denga..."l protein, terutama
albumin (Ka.."leko, 1970).
K
7
Tabel 1. Konsentrasi kalsium yang normal
da1am darah
SPECIES Rata
rata
Sapi 11.08
Sapi 7.40
Sapi partus 8.07
TIomba 12.16
Kambing
Babi
Babi (urnur
6 bulan)
9.80
10.70
11.00
9.65
Babi bunting 10.11
Kuda 12.80
Anjing besar 10.15 h_ ., ( ~H J lng ,Ulll111'
+ 1 bulan)
TT . _~uclng
l\'ianusia
10.80
8.22
10.00
Sta.."'1.dar
deviasi
+ 0.67
+ 0.80
+ 0.~8
.,.0.10
+ 0.90
+ 0.99
+ 1.08
+ 0.58
+ 0.40
+ 0.39
+ 0.97
+ 1.00
Sumber : Coles, 1974.
PUS TAKA
Crookshank and Sims (1955)
Lane et al (1968)
Blosser and Smith (1950)
Hackett et al (1957)
Hjerpe (1958)
Spector (1956)
Baetz and Mengeling (1971)
Simesen (1963)
Simesen (1963)
Simesen (1972)
Lane and Robitson (1970)
Stewart and LongwEll1
(1969)
Bloom (1957)
Turner and Bagnara (1971)
l''':enurut postulat Benyamin dan Hess (Abraham CantaroVi
a:o.d I,'!ax Trumper, 1962), ada 4 keadaan fisika-kimia
kalsium normal dalam serum darah.
10 Kompleks ka1sium-fosfor yang dapat diserap, meru
uakan dua dari tiga fraksi yang dapat berdifusi.
2. Ion ka1sium, adal~~ sisa dari fraksi y~~g dapat
berdifusi.
30 Kompleks lca1sium-fosfor yang tidak berdifusi
tetapi dapat diserap, merupakan satu dari empat
fraksi yang tidak dapat berdifusi.
4. Ikata.'1 ilcatan kalsiu-protein, merupakan sisa dari
fraksi yang tidak dapat berdifusi.
8
Ion fosfor sebenarnya bersifatracun bagi tubu.~,
oleh Y~rena itu di dalam tubuh didapatkan dalam bentuk
fosfat ~~organik atau organik. Hampir seluruh fosfat
anorg8-~ik dalam plasma mempunyai sifat dapat berdifusi
ke dalam membr~"l kapiler (Tv-mer and Bagnara, 1976).
Konsentrasi fosfor yang normal dalam darah dapat dilihat
dalam Tabel 2.
9 Tabel 2. Konsentrasi fosfor ya.~g normal
dalam darah
I~gr/100 ml
SPECIES
Sapi
Anak sapi
Sapi dara
Sapi
Domba
Babi
Babi (umur
6 bula.~)
Babi bllilting
Kuda
Kuda (diba'llah
Rata
rata
5.56 8.90 6.20
5.50 5.21
7.80
10.94
7.80 3.60
1 tahllil) 5.10 Kuda (diatas
5 tahllil) 4.20 Anjing (umur
+ 1 bulan) 4.50
P_~jing besar 3.70
Kucing 6.40
llianusia 6.00
Sumner : Coles, 1974.
Standar
deviasi
+ l. 56 + 0.60
+ 0.60
+ 0.80 + O.ll
+ 0.98
+ l.42
+ l.00
PUS TAKA
Crookshank and Sims (1955)
1~lrea and Bayfield (1968) l;:ylrea and Bayfield (1968)
Rylre?- and Bayfield (1968)
Hackett et al. (1957)
Baetz and lliengeling (1971)
Simesen
Simesen
Simesen
(1963)
(1963)
(1972 )
Simesen (1972)
Simesen (1972)
+ 0.62 Stewart and Longwell
(1969)
+ 0.50 Lane and Robitson (1970)
Bloom (1957) + l.00 Tu..."'"ller and Bagnara (1971)
III. ABSORPSI DAN EEl3KRESI Y-ALSlillii DAN. FOSFOR
Efisiensi absorpsi kalsium dan fosfor sukar wltuk
dideterminasi karena kedua mineral tersebut sebagian
die~sresikan kembali kedalam usus besar sebagai kalsium
dan fosfor endogene
Bandingan Y~lsium dan fosfor ~~ng terlihat dalam
tinja dibandingkan dalam air l(emih, sebagian besar
tergantung pad.a jumlah kalsium dan fosfor dalam makanan.
Ketidak seimbangan absorpsi dan ekskresi kalsium
dan fosfor dalam tubuh dapat menyebabkan gangguan
metabolisme (Payne, 1977).
Absorpsi Im1sium dan fosfor
Kalsium tersedia l(urang lebih 100 persen didalam
tubuh anak sapi, tetapi persediafu~ ini berkurang dengan
bertambahnya umur sehingga pad a sapi dewasa terdapat
l(urang lebih 45 persen (Pa3'Ile, 1977)
Persed.iaan kalsium tergantung pada kebucuhan. Pada
sani yfu~g sed~~g la}~asi kebutuh~~ kalsium lebih besar
dibandingkan dengan sapi pada masa kering kandang. Sapi
cendex.L~g menyerap kalsium sesuai dengan kebutuhar~ya
d~~ tidak berlebih, sehingga bila persediaan kalsiwc
dalam tubuh berkur~~g maka penyerap~~ akpu lebih meningkat
(Payne, 1977). h1~~ston (payne, 1977), mengao.akan
percoba~1'l pada sapi denga..~ memberikan kalsium dua kali
lipat dan tiga kali lipat dari jumlah yang diperluka..YJ.
setiap hari. Dari hasil percobaan tersebut diketahui
bahwa jumlah kalsium ya.'1g diabsorpsi selalu konstan.
Absorpsi kalsium berlangsung pada bagian atas usus
halus, seda.YJ.gkan absorpsi fosfor terjadi pada usus halus
bagian bav/ah. Jumlah kalsium dan fosfor yang diserap
sukar untuk diramalka.'1 karena dipengaruhi oleh beberapa - -faktor yaitu : (1) makanan, (2) pH cairan usus, (3) ban-
dingan kalsiUffi dan fosfor dan (4) vitamin D da1am maka
nan (Crampton and Lloyd, 1959).
illakanan
Secara umum sumber anorganik dari ka1sium dan fos
for peng5unannya baik, akan tetapi dalarn beberapa keadaan
sumber organik danat lebih baik nenggunaa..YJ.nya (Crampton - - ..
and Lloyd, 1959).
hakanan yang mengandung kurang protein bila diberi-
kan Cialam v;aktu cukup lama aka.."l menyebabka.YJ. hipoproteine-
mia. Adanya ni;;oproteinemia menyebab}~an jumlah ikatan
kalsium-protein be rkura.."lg , a~batnya konsentrasi kalsium
berkurang (Coles, 1974). hlenurut Siebert, Newman, Hart
dan ~che1l (dikutip oleh payne, 1977), rendahnya prote-
in da1am makanan menghambat penyerapan kalsium dan fosfor
pada sapi. Fenomena ini diterang}~ oleh Roy, Stobo,
Gasto dan Greatorex (Siebert dk~., 1974), yang memperli-
hatka.l1 bahVla retensi ka1sium dan fosfor da1am daging
12
anak sapi yang cJ.iberi makanan rendah protein ternyata
lebih rendah dibanding pada anak sapi yang diberi maka
nan y~~g tinggi kadar proteinnya.
penimbunan lemak dalam rnakana...1'J. akan mengurangi
penyerapan Yzlsium, dimana lemak akan mempertinggi pem
bentukan sabun l.alsium yang sukar larut dan tak dapat
diseran (Coles, 1974). 1'ienur-clt Ward dkk. (1957), }Jenam
bahan lemak kedalam malaL1'J.an sapi akan meneka...1'J. daya cerna
terhadap selulosa, alasarJ2ya adalah lemak men&~ambat
pertumbuhan dan metabolisme mikroba rumen denga...1'J. memben
tuk rantai asam lemak ya...1'J.g panjang (Henderson dalam
Jenkins and Palmquist, 1982).
Asam oksalat yang terkandu.~g dalam baha...'1. makanan
aY~1'J. mengganggu penyerapan kalsium dalam makanan terse-
but karena asam oksalat akan membentu..lc suatu senyawa yang
tidak larut yaitu kalsium oksalat. pemberian garam ok
salat seperti sodium oksalat dan potasium oksalat dapat
menyebab~an peradangan pada dinding la~bung serta edema
yang berat di daerah terse but. Keadaan ini mengganggu.
metabolisme berbagai zat makana...1'J. dalam jaringan lamolmg
Jamrs dkk., 1968). Banyak tanaman yang mengandung oksa
lat, yang paling dikenal a...1'J.tara lain : Sorrel (Rumex
acetocella), Cernua (Soursob ioxalis percaprae), Pig weed
(Portucea oleracea), Parakeelya (Calandrinia polyandia),
Roly-paly (Salsolikali) dan New Zealand Spinach (Tetragonia
13
tetragoniodes expansa), (Hun8erf0:::-d, 1970).
Bcberapa biji-bijian yang mengano.ung asan fitat
(inosi tol hexaphosphoric acid) mengharribat penyerapan
kalsium. Asam fi tat aj{an J[,embentulc senyawa yang tidak
larut fi tin dengan lmlsium. Tetapi pengaruh asam fi tat
ini dapat di tanggulangi dengan pemberian kalsiwn IGlrbonat
(Crampton and Lloyd, 1959).
H ® I I
® c-_· __ · -C, II
1/1 "-I " ® II C I\{ H .•
I.' I If \ :, ___ ~ __ <.; ®
®.
I I II ®
Asam fitat
OH I
-0- p··o I 011
Fosfor banyak terkandung didalam tanarnan dalam
bentuk fitin, akan tetapi fitin tidak merupakan masalah
karena fosfor-fitin dapat dipisahlcan oleh enzim fitase.
l\1enurut Spitzer dan Philip yang dikuti'p oleh Crampton
dan Lloyd (1959), enzim fitase ini terdapat dale·nn lllukasa
usus ayam, tilcus, babi dan sapi.
Besi, alurnuniuIn, magnesium, berilium dan stronsium
dapat menghambat penyerapun fosfor dengan membentulc
fosfat yang tidak larut (Crampton and Lloyd, 1959,
lilaynard and Loosli, 1956 dan Aisyah Girindra, 1984).
pH cairan usus
Ka1sium dan fosfor diserap pada tempat yang berbeda
dalam usus halus, dengan pH yang bervariasi aD_tara 6.5
dalam doudenum d~~ 7.5-8.0 pada iliosehl1m (Crampton
and Lloyd, 1959).
Penyeranan kalsium berlangsung baik pada suaSCL~a
asam. Keadaan ini akan dibentuk oleh asam-asam yang
berasal dari maka.n~~ (Crampton and Lloyd, 1959).
]?erband; nsa.'1. kals; urn dan fosfor
14
Perb~~dingan ka1siurn dan fosfor m~mpunyai pengaruh
penting ll..~tuk terjadinya penyera1)~'1.. Perbandinga.'1. y~'1.g
optimal antara kalsiurn dan fosfor untuk ruminansia
adalah 2:1 (Payne, 1977).
Apabila dalam bahan makanan terdapat lebih banyak
kalsium dari pada fosfor, maka ke1ebihan ka1siurn yang
tidak dapat diserap pada usus halus bagiCL'1. atas a~'1.
hadir ditempat ber1CL'1.gSll..'1.gnya penyerapan fosfor. Ka1sium
yCL~g bebas ini akan bergabung dengCL'1. fosfor membentu..~
senyawa y~'1.g tiaak 1arut yaitu trikalsiurn fosfat.
Senyawa ini tidak danat diserap oleh usus halus (Cramp-- - -
ton and Lloyd, 1959).
Kandungan fosfor yang ber1ebih~'1. da1am bahan maka-
nan ak~'1. menyebabkan men1L.-u!l..'1.ya penyerapan kedua rro'1.eral
tersebut (Crampton and Lloyd, 1959).
15
Vitamin D dalam makanan
Adanya vitamin D ya.."lg cukup merupalcan suatu hal
yang diharuskan untulc penyerapan kalsium dari saluran
pencernaan dan u."ltulc merrrpertahankan kadarnya dalam darah
(Sediaoetama, 1976). Dalam hal ini vitamin D berperan
dalam pembentukan "protein carrier" di dinding usus yang
memudahkan penyerapan kalsium (Girindra, A., 1984).
Menurut Crampton dan Lloyd (1959), vitamin D
berpengaru.l-J. baik dalam mencegah ricketsia karena memper-
tinggi penyerapan kalsium dan fosfor serta pengg~aan
nya. Hal ini telah dibuktikan oleh Ward dkk. (1971),
ya..~g mengadakan percobaan terhadap sapi dengan memberi-
kan 300.000 IU vi tam; n D setiap minggu. Dari hasil
percobaan diketahui bahwa vitamin D dauat memperbaiki
persediaan kalsium dan fosfor dalam tubu.l-J. sapi serta
memelihara keseimba.."lga.."l positif.
Ekskresi leal s-; lL':l dan Tosfor
Eleskresi endogen melalui alat uencenlaan uenting. . --Kehilangan zat melalui ekskresi ini aka.."l diga..~ti denga.."l
terjadinya seran-ba1ik. Bila sejlLulah besar fosfor
disekresikan melalui air ludah, hal ini akan diimba.."l~_
oleh meningkatnya serap-balik dalam usus halus (Pa~~e,
1977) •
16
Sekresi endogen yang rendah cenderung akan mengu
rangi serap-balik kalsium dan Iosior karena keadaan
saluran pencernaan menjadi lebih alY21is pada bagi~~
bawah ileum sehingga daya larut kedua mineral ini ber
kurang dan persedia~~~ya yang akan diseran-oalik akan
berkurang pula (Ben-Gencialia, Tagari, Zamwel dan Borch
yang dikutip oleh Payne, 1977).
lljen1L.""'Ut peneli tian yang banyak dilalcu:'"an, kehilang
an kalsium da..~ fosfor secara endogen telah diketa..i1ui
melaui radio isoton (~2ynard and Loosli,1956, da..~ Payne,
1977). Dari hasil peneli tian terse but diketahui bahlla
kurang lebih 10 mg fosior per hari da.'1. 8-9 mg Imlsium
per hari dikeluarkan bersama tinja. Kehilan5<L~ kalsium
dan fosior melalui air kemih pengaruhnya dapat diabai~'1..
li!a .. '1.ston dan Vagg (Payne, 1977), mengada1:a..'1. percobaa..~
terhadap sejumlah sapi. Sapi-sapi tersebut dikand~'1.gkan
da.'1. diberi =kan~'1. kering berupa "hay" da.~ konsentrat.
Dari hasil percobaa..'1. diketahui ba..'J.wa ekskresi iosior
melalui air kemih lebih besar dari keadaan normal.
Keada"'''l Iosfaturia ini merupakan cara untuk mengimbangi
penyerapan fosior yang meningkat yang berasal dari
makanan, sehingga kadar fosfor dalam tubuh tetap mantap.
IT. PENGATURAN HOilll'tONAL
METABOLISN:E K..4.LSIUM DAN FOSFOR
Nampaknya faktor hormor.a1 banyak berpengaruh pada
metabolisme ka1sium, sedangkan terhadap fosfor merupakan
pengartLh samping-= (Payne, 1977). Ada tiga hormon utama
ya..'1.g mengatur metabolisme kalsium, yaitu : (1) horr:lon
paratiroid, (2) kalsitonin dan (3) 1, 25-dihidroksiko1e-
kalsifero1.
Hormon paratiroid
Harmon paratiroid sapi ada1ah suatu r8-'1.tai tunggal
polipeptida yang terdiri dari 84 asam amino dengan berat
molelrul 8500 (Bell, Davidson and Emslie-Smith, 1972),
Hormon ini dinasilkan olen kelenjar paratiroid. Semua
asam amino ter}~dung dalam harmon paratiroid, kecua1i
sistein dan treonin. R8-1'lgkaian as am amino dari hormon
paratiroid sapi di tun j 1L1;:kan dalam Gambar 1.
Dalam kegiatannya harmon paratiroid mempunyai sasa-
ran kerja pada tular_g, ginjal dan selaput lendir usus.
Hormon paratiroid langsung bekerja da1am mobilisasi kal-
sium pada tul8-~g (G8-'1.ong, 1979). Hormon ini meningkat-
kan serap-ba1ik kalsium dalam tubulus ginjal. Di da1am
usus ha1us hormon paratiroid berdaya kerja meningkatkan
penyerapan kalsium yCL'1.g berasa1 dari maK8-1'lan.
18
Gambar 1. Hangkaian asam amino dari hormon
paratiroid sapi ("Potts et 01.1., 1971)
Fungsi dari hormon paratiroid adalah mengatur meta-
bolisme kalsium dan fosfor. Dalam keadaan normal konsen-
trasi kalsium dan fosfor dalam darah berada dalam kese-
imbangan. Kadar kalsium dalarn darah diatur dalam bat as-
batas normal. Setiap perubahan kadar kalsium dalam da-
rah akan mempengaruhi pengeluaran hormon paratiroid
dengan suatu mekanisme umpan balik negatit' (Me. Lean and
Bildy, 1961).
19
Apabila tubuh mengalami lcekurangan kalsium, ma:ca
keadaan ini akan merangsang ]{elenjar paratiroid untuk
lebih aktif memproduksi hOrrllonnya. l)ada keadaan dimana
tubuh rnengalami kelebihan kalsiwn, c"Kan di ti.-lni::kc'_[J o1.eh
produksinya.
Hubungan antara pengaturan hormon paratiroid
terhadap kadar ka1simil digambarkan oleh lViayer dan Hurst
(1978) sebagai Gambar 2.
Kece-patan selcresi EFT mg/kg/menit . r , L
I '
l
•
1 'f -----..i I- • • '" I) " " " " .. "
Kalsium -plasma mg/100 ml
Gambar 2. llespon sc!cresi dari kclenjar paratiroid sapi yang dirangsang oleh penamballn 3·;:on~~Gntr;1,::;.L ~,:ttlbi\lji\ plas!:la. HubLmgan antara kecepatan sekresi llP'l' dan konsentrasi lcalsium nlasma berbentuk sigmoid (Mayer and Hurst; 1978) 7~i-'-;,-::\'::,~
.; ,:;!~,":_:.d.i!"/.:.-,, ,/ _~:~ ';>';-!::!1~/-"':{>"<
.1? t~~~:i;~~:---_~1:~f<~~%~ ~\ \ cr::.,;: p;.-- ~,;'.,:--,}~!;:>.-:/-:\) ffl'-'. I ~ t5~\1_::~?~7~~~:-;~f~:}£~ ..
~;f!!!::;j ~==:;;:,~
20
IVlenurut Seiden (dikutip oleh Sikar, 1983) kegagalan
fungsi hormon paratiroid pada ruminansia menyebabk~~
hipokalsemia.
Kalsitonin
Kalsitonin merupakan suatu senyawa lipofilik dengan
rantai tunggal polipeptida yCL~g terdiri dari 32 asam
am~no (Bell, Davidson and Emslie-Smith, 1972), Hormon
ini dihasilkan oleh "ultimo brachial body" yCL~g sebagian
Desar bergabung dengan kelenjar tiroid dan tersebar
sekitar folikel sebagai s~l-sel parafolikel (Ganong, 1979).
TiienlLrut Copp, Cameron, Davidson dCL~ Henze (dikutip
oleh Payne, 1977), kalsitonin meniadakan pengaruh hormon
paratiroid. Hormon ini menlL-runkan konsentrasi lr..alsium
dengan mengurw~gi serap-balik dari tul~~g.
Kalsi tonin 6.isekresikan sebagai t~'1ggapCL~ terhadap
hiperkalsemia. Ada hormon yang disebut gastrin y~'1g
merangsCL'1g sekresi kalsitonL~ (Barlet, diklltip oleh Payne,
1977). Gastrin mempunyai arti penting karena konsentrasi
kalsium dalam darah dapat dipelihara tetap mantap segera
setelah usai maY~~.
Vitamin D
¥itamin D memegang peranan penting didalam metabolisme
kalsium dw~ fosfor, dalam hal ini adalah metabolitnya.
21
Vi tamin D ya..11.g diserap oleh usus di dalam hati
akan diubah menjadi 25-hidroksikolekalsiferol.
25~hidroksikolekalsiferol selanjutnya diubah menjadi
metaboli t yang secara fisiolo gik aktif, yai tu 1,2 5-di
hidroksikolekalsiferol (Ga."long, 1979). Perubahan
;,: 5-hidroksikolekalsiferol menj adi 1,2 5-dihidroksikole
kalsiferol terjadi dalam ginjal yang dikatalisis dalam
mi tokondria oleh enzim 25-hidroksilwlekalsiferol-l
hidroksilase (Froser and Kodicek, Gray, yang dilcutiu
oleh Borle, 1974).
Pembentulran 1,25-dihidroksikolekalsiferol dirang
sang oleh hormon paratiroid (Ramussen, 'Nong and Bikle,
1972).
Galante, Colston, l\iac Aiclay dan Iliac Intyre (Borle.
1974), mengataka..11. bahwa kalsitonin juga merangsang pem
bentQ~ 1,25-d~~idroksikolekalsiferol, sedangkan.menu
rut Ramussen, Wong and Bikle (197~), bahkan ka1sitonin
menghambat 1,25-dihidroksiko1eka1siferol.
Pengaturan lain terhadap pembentukan 1,25-dihidrok
sikolekalsiferol ditimbulkan oleh umpan balik negatif
pengarvn metabolit pada l-hidroksilase ginjal (Ga..11.ong,
1979) •
Niko1aysen (Bell, Davidson and Emslie-SITith, 1972)
mengatakan bahwa 1,25-dihidroksikolekalsiferol adalah
faktor endogen ya.."lg mengatur -penyerapan l<..alsium.
22
l.25-dihidroksikolekalsiferol adalah bentuk vitamin D
y-ang aktif yang terdapat dalam usus dan tulang (Hauster
and Ramussen, Norman, Shain, dalam Bor1e,1974).
l.25-dihidroksikolekalsiferol bekerja pada epitel usus
untUL~ memulai pembent2kan ~~A, yang ak~~ mengatur
pemhentu~~ protein pengikat kalsium (Ganong, 1979).
Protein pengikat kalsium ini penting lh~tuk penyerapan
kalsium me1alui usus. 1,25-dihidroksik~lekalsiferol juga
memobilisasi kalsium dari tulang.
Kekurangan vitamin D akan mengakibatkan terjadinya
ricketsia pada hewan muda dan osteomalasia pada hew2-~
dewasa (Blood and Henderson, 1974).
V. DEFISIENSI KALSIUlt DMI FOSFOR
K~jadian defisiensi
Defisiensi fosfor sangat menonjol dibanding defisiensi
kalsium, terutarna pada ternak yang digelllbalaka..lJ. khususnya
sapi. Hal ini timbul kebanyay~ berhubun~lJ. dengan
faktor tanah dan cuaca. Kedua fan or tersebut berpengaruh
terhadap konsentrasi fosfor dalam pakan. Tanah yang
rendah kandungan fosfornya akan menghas-ilkan pakan yang
mengandung kadar fosfor subnormal. Keadaan ini biasanya
terjadi pada musim kering (Underwood, 1981).
Kandungan protein dalam pakan tu-~~ bersama-sama
dengan kadar fosfor. Hal ini dijelaskan olen Lampkin dkk.
yang mengadakan pengamatan ternadap sapi zebu di Afrika
timur dCLlJ. oleh Hemingway yang mengadakan pengamatan pada
pertumbuhan tanaman makanCLlJ. ternak di Scotlandia (Underwood,
1981) •
Kadar kalsium dan fosfor dalam tubuh sapi dipengaruhi
oleh kandungan kedua mineral tersebut dalam maka..lJ.an.
Di Amerika Serikat terdapat beberapa tQnaman yang mengandung
kadar fosfor rendah antara lain Andropogon (sage dan blue
steam), Pasnalusa (Georgia grass), Sporobalus (smut grass),
Panicerm (Joint grass), Aristida (~" .... ee awn) dan Sorg..'1astrum
(Schryver and Hintz yang dikutip oleh Rechcigl, 1978).
24 Kemampuan hewan menyerap dan menggunakan kalsium
dan fosfor terga..Yltung kepada pemasukan vitamin D. Hewan
yang dikanda.."YJ.glre.n selama musim dingin atau digembalakan
di daerah yang tinggi dimana sedikit sinar ultra violet,
akan menghambat penyerapan dan penggunaan kalsium dan
fosfor dalam tubuh hewan (Underwood, 1981).
Defisiensi kalsium jarang menimbulkan masalah uada
ternak yang digembalakan. Hal ini dapat dimengerti
karena (1) keba..Ylyakan spesies tanaman secara normal
mengandung kadar kalsium~a.."YJ.g tinggi dibanding fosfor, (2)
kekurangan kalsium dalam tanah jarang terjadi, (3) kadar
ka1sium tidak berkurang wa1aupun tanaman tersebut semakin
tua. Meskipun demikian defisiensi ka1sium terjadi pada
sapi perah yang berproduksi tinggi, dimana kebutuhan akan
ka1sium sa..Ylgat meningkat sedangkan ka1sium yang masuk
me1a1ui penyerapan tidak mencukupi. Defisiensi kalsium
dapat terjadi di daera..~ yang tanahnya asam, berpasir,
berhumus atau di daera..~ ya..'1g tanahnya lembab. Pada daerah
seperti ini tanaIDB-"YJ. tumbuh dengan cepat dan hanya mengand1L"YJ.g
0,2 persen ka1sium atau ba..~kan lebih rendah (Undenvood,
1981). Padang rumput yang demikia..Yl terdapat di India,
Guyana dan Philipina.
25
Manifestasi defisiens; kalsium dan fosfor
Defisiensi kalsium dan fosfor yang berlangsung lama
dan hebat ak~~ mengakibatkan abnormalitas tulang d~~ gigi,
ganggua.~ nertumbuhan dan nafsu makan, ~~gguan nrodu..1{:si - -susu d~~ mengura."lgi daya reproduksi. Tidak ada ta."lda-
tanda yang khusus th"ltuk defisiensi kalsium dan fosfor
(Elood and Henderson, 1974, dan Underwood, 1981).
Perubahan dalam darah
Tanggapan pertama yang diketahui terhadap adanya
defisiensi fosfor dalam makanan adalah menurUnnya fraksi
fosfor anorganik dalam plasma darah dan penarikan kalsium
dan fosfor cadan5a...~ dari tula.."1g. lilengiringi penurunan
fraksi fosfor anorga.."1ik dalam plasma terdapat pula
peningkatan kadar fosfatase dan sedikit peningkatan
konsentrasi kalsium yai tu dari 7-11mg/dl menjadi 13-14mg/dl.
Nilai normal fosfor organik dalam plasma adalah 4-6mg/dl
untuk hewan dev/asa kadang bisa lebih tinggi, untuk hewan
muda 6-8mg/dl. Apabila sapi perah mengalami defisiensi
fosfor dalam maka~annya dan berlangsth"lg beberapa minggu
atau beberapa bulan, maka konsentrasi fosfor dalam plasma
akan turun sampai 1-2mg/dl (Underwood, 1981).
Kadar kalsium dalam serum lrurang begi tu dipengaruhi
oleh pemasukan mineral tersebut yang berasal dari makanan.
26
Dalam kebanyakan spesies, kadar ka1sium se1alu dipertahaniren
lOmg/d1 dengan pengar~an kerja hormon paratiroid,
kalsitonin dan metabo1it aktip vitamin D3 (1,25-dihidroksi
ko1ekalsiferol) (Underwood, 1981).
Bila kalsium da1am serum rendah (hipoka1semia), hormon
paratiroid akan disekresikan untu_l;: meningkatkan penyerapan
kalsium dan fosfor oleh usus halus serta meningkatkan
serap balik ka1sium oleh ginjal. Pada keadaan yang sarna
1,25-dihidroksiko1eka1siferol akan dibentuk dari
25-hidroksikoleka1siferol. Senyawa ini mengaktifkan
penyerapan dan mobi1isasi kalsium dari tulang. Bila
kalsium meningkat da1am serum (hiperka1semia), akan
disekresikan kalsitonin yang secara tak lang sung mencegah
mobi1isasi kalsium dari t-Qlang dan mungkin menghambat
penggunaan kalsium oleh ginjal dan usus ha1us (Borle,
1974) •
Penurunan kadar ka1sium dalam serum pada sapi, dapat
terjadi sebagai ak~bat adanya defisiensi ka1sium yang
berasal dari makanan sedangkan persediaan kalsium dalam
tulang te1ah habis,(Underv,ood, 1981).
Perubahan "Dada tulanl2: dan gigi
Defisiensi ka1sium dan fosfor mempunyai pengaru.'1
ya.."'l.g sarna pada tulang da.."'l. gigi. Hewan berjalan kaku dan
:pinc8..."1g ; ada salah letak atau patah (fraktura)
27
tulang pelvis dan tulang panjang, punggmlg melengkung,
tulang submaksilaris membesar serta ada salah letak
gigi dan rahang. Di Australia bagian timur keadaan ini
disebut "peg-leg", biasanya terjadi pada sapi yang
digembalakan (Underwood, 1981).
Abnormalitas tulang dan gigi dapat terjadi pada
sembarang umur. Perubahan pada tulang kerangka ya.'1.g
dihasilkan oleh kegagalan kalsifikasi pada hewan muda
disebut ricketsia (Crampton and Lloyd, 1959- dan NJaynard
and Loosli, 1956). Keadaan ini ditandai"dengan pelebaran
tulang epifise-diafise dan produksi osteoid yang
berlebihan (Rechcigl, 1978). Ricketsia sering terjadi
pada anak sapi "(Maynard and Loosli, 1956).
Osteomalasia adalah suatu keadaan dimana mobilipasi
kalsium dan fosfor berlebihan dan ini terjadi pada hewan
dewasa. Kasus yang akut sering terjadi selama ke-ountingan
atau pada masa laktasi, dimana kebutuhan akan kalsium
meningkat sedangkan l<..alsium da.'1. fosfor yang diperoleh
dari makanan tidak menculcupi. :ftlenurut Becker, Neal dan
Sheal;¥. pengura:ngan kalsium da.'1. fosfor ya.'1.g menyolok pada
tula.'1.g mengakibatkan pata!1_'lya tulang pelvis pada sapi
perah (I(!8.ynard a.'1.d Loosli, 1956).
Gangguan pertumbuha.'1. dan !1..afsu makan
PertumbUL~an yang subnormal pada hewan muda serta
28
berat badan yan.g tidak memuaskan pada hewan dewasa,
adalah ciri khas defisiensi kalsium dfu~ fosfor pada semua
spesies (~ayne, 1977).
Kehilangan nafsu makan sering sejalan dengan
keinginan memakan benda-benda asing seperti kayu, batu,
tana11, rambut, tulang dan daging (1JIaynard a..l"J.d Loosli,
1956, dan UnderViood, 1981). Gangguan nafsu ma}r.an ini
disebut pika. Re'IVan menjadi sangat kurus. Keadaan ini
dapat dilihat pada gambar 3, biasanya sering terjadi pad a
hewan yang digembalakan di daera..~ yang tana11 serta tanamannya
menga..l"J.dung kadar fosfor yang rendah (.Maynard and Loosli,
1956)
KeL~san hebat pada defisiensi fosfor diduga karena
renda..rmya penggunaa..l"J. dari seniti t jumlah makanan yang
dikonsumsi> .Hal ini dijelaskan olen Kleiber, Goss dan
Guilbert (dikutip olen Payne, 1977), dikatakan bahwa
kelDXrUsan yang nebat disebabkan oleh nafsu makan y~l"J.g
buruk dan disamping itu karena rendclLl"J.ya efisiensi
peng~aan energi.
Pika dapat menimbulkan malapeta~ pada daerah di~~a
burung, kelinci dan kadal terinfeksi olen Clostridium
botulinum (Underwood, 1981). Toksin aY~l"J. menyebar pada
seluruh karkas selam~ proses pembusul~. Bila sapi
meng-c1nyah tulang dari karkas yang terinfeksi oleh
29
Clostridium botulinum, akan menyebabk~~ botulism bCL~kan
kematian (Crampton and Lloyd, 1959).
Pika tidak selalu meruuakan indikasi defisiensi
kalsium dCL~ fosIor, tetapi dapat pula dijumpai pada
defisiensi rninel'al (lUl'-l Co dan be si (Cra1!lpton and Lloyd,
1959) •
Gambar 3. "mengunyah tulang" -pada anak sapi
yang menderita gangguan nafsu makCL~
(1;;aynard and Loosli, 1956)
G&~gguan terhada1;l daya reprodlL~si
Ttenu--rut Gilbert (dikutiu oleh Roland, 1973),
defisiensi lcalsium dapat menyebablcan terlambatnya dewasa
kelamin. Disamping itu kemandulan dapat pula terjadi
(Boelter and Greenberg, 1943).
Hubun~-ll yang pasti ~~tara defisiensi fosfor dengan
kesuburan tidal: jelas, karena suatu defisiensi fosfor
sering berhubungan dengan defisiensi energi, protein,
vitaffiin A atau vitamin D, sehingga sukar ditentukan
penyebab utama dari gang~~ reproduksi yang terjadi
(Morrow, 1969).
30
Defisiensi fosfor yang bersamaan dengan defisiensi
protein mengakibatkan lambatnya dewasa kelamin serta
meneyzn t~~da-tanda berahi, ak~~ tetapi tidak menghambat
terjadinya pelepasan sel telur (Hart dkk., Palmer dk~.,
uan Wheeler, dikutip oleh Norrow, 1969).
Pada pengamata.~ yang dilaku~~ terhadap 802 sapi
dewasa dan sapi dara, diketahui ba.'J.wa ada hubungan antara
perb~~din~~ kalsium dan fosfor dalam makanan terhadap
kesubura.~ (Hignett and Hignett, 1951). Pengamatan yang
sa~ telah dilakukan oleh Littlejohn dkk. (1960), ternyata
ada korelasi ;,'ang nyata antara kesuburan dengan perba."1.dinga,."1.
antara im.lsium dan fosfor dalam ma~'"la."1..
Sapi ya."1.g diberi makanan menga.'"ldung kadar fosfor
rendah, mengalami kegagala.'1. fungsi sel telur dan
berk~angnya kesuburan (Short and Bellows, dikutip oleh
Call dkk., 1978). Keada~~ ini bervariasi tergant~'"lg
ting~at defisiensi (Hignett and Hignett, 1951). menu-rut
Preston (Call dkk., 1978), dikata~'"l bahwa kesuburan
sangat peka terhadap masukan fosfor. Pada defisiensi
fosfor tahap sedang, terjadi siklus bera.'li yang tidak
teratur bahkan anestrus. pada tingkat defisiensi yang
31
hebat, dimana l~dar fosfor sangat terbatas, mengakibat-
kan terjadinya kemandu1an (Morrow, 1969). Tanda-tanda
yang ter1ihat bila kadar fosfor rendah da1am darah,
adalah sapi mengunyah benda-benda asing, bulunya kasar
dan suram serta mint a kawin ulang (Repeat breeder).
G~~gguan terhadap produksi susu
Sapi y~~g sedang memproduksi susu sangat peka
terhadap defisiensi kalsium dan fosfor Qari ITeY~~an.
padawaktu memproduksi susu sebagian dari·ka1sium dun
fosfor akan diekskresikan me1a1ui air susu. Da1am
keadaan ini kebutuhan kalsium dan fosfor meningkat.
Defisiensi kalsium dan fosfor yang disebabkan oleh
kurangnya y~dungan kedua mineral tersebut dalam makan~~
akan menekan produksi susu tanpa mengurangi konsentrasi-
nya dalam air susu. pada defisiensi tahap awal atau 1
sed~~g, terjadi penarikan cadangan kalsium dan fosfor
dari tul~~g kerangka untuk meme1ihara produksi susu
tetap berlangsung~(Underwood, 1981).
Di Afrika selatan dimana terjadi defisiensi fosfor,
di temukan data bahwa penu...T"U!lan produksi susu akibat
defisiensi ini dapat diperbaiki dengan pemberian tepQ~g
tulang. Pemberian tepung tulang meningkatkan produksi - -susu dari 40 persen menjadi 140 persen (Undenvood, 1981~
32
Sapi yang diberi makanan y~~g rendah kalsium dalam
waktu lama ak~~ menyebabk~~ berkura..~gnya produksi susu
sepa11ja..."'l.g masa laktasi. Hal ini disebabkan berkurangnya
cadangan kalsium dalam tulang kerangka (Undervi'ood, 1981).
Hipokalsemia hebat sering ditemui pada sapi perah
terutama pada sapi yang menderi ta "demam susu" atau
"parturient paresis" (Aisyah Girindra, ;1.984). "Parturient
paresisi" adalah suatu penyaki t ganggua..."'l. metabolisme
pada sapi perah, terutama yang berproduksi tinggi, timbul
setelah melahirkan, dengan ditandai oleh adanya gejala
paresis (kelumnuhan). Gangguan akut metabolisme disertai
hipoka1semia terjadi 72 jam atau da1am waktu 1ebih
singkat sete1ah me1ahirkan (Ba1ai Penyidikan Penyald t
Hewan Buki ttinggi, 1980).
Geja1a-gejala yang ter1ihat dikenal dalam 3 s~adium,
.~
yaJ...lrU :
1. Stadium awa1 : ditandai den5cL~ kege1isah~~, ketakutan
disertai nafsu maka..~ hi1ang, penge1uaran tinja dan
air kemih berhenti, kejang-kejang yang ringan,
kenaikan kenekaan syaraf dan hewan gemetar. Geja1a
kejang timbul bi1a disertai hipomagnesia dan bila
geja1a ini tidak hi lang aka..~ berlanjut pada stadium
2.
2. Stadium tidak bisa berdiri pada keadaan ;ni hewan
33
dalam keadaan tiQur dengan dada dibawah d~n ke~ala
ditarik kebelakang (seperti membentuk huruf S),
pandangan nampak sayu, pupil mata mengecil, reflek
mata menurun, nafsu makan berlrurang dan respon
terhadap rasa say~t berkurang. Pada stadium ini
juga diikuti hilangnya ruminasi. dan tidak sanggup
berdiri, sed~ngk~n temperatur badan kadang-kadang
normal atau subnormal, pulsus naik; Pada keadaan
lebih lanjut hewan hipersalivasi dan· kebanyakan
makan secara selektif. Karena hewan berbarihg terus
maka pernafasan menjadi lebih oepat dan sering kali
diikuti timpani ringan.
3. Stadium koma : stadium ini di tandai dengan kelemahan
yang sangat, tidak ada usaha untuk bangun. Tiillpani
y~ng terjadi biasanya berat, pupil mata melebar,
reflek hi lang dan biasanya diakhiri kematian.
VI. PENCE GAHAN" D.!L"i PENGAWASA.N
Defisiensi kalsium dan fosfor dapat dicegah secara
langsung dengan suplementasi l<..alsium dan fosfor kedalam
makanan ternak atau air minum. Secara tidak langs1LYJ.g
dapat dilah.-uka.'1 dengan pemupuka.'1. dengan minec'al tersebut
pada tar~man makanan ternak (Underwood, Ig81).
Pada tulisan ini yang akEkYJ. dibahas adalah pencegahan
secara langs1L'1g yaitu suplementasi.
Sup~ementasi hanya dilakukan bila kebutuhan mineral
yang dineroleh dari makanan tidak mencukupi. Dalan hal
lain suplementasi sangat diperl1L~ pada ternak yang
seda.YJ.g berprodulcsi tin:;gi, dimana kebutuhan mineral
tersebut meningl<..at. Adap1L'1. jumlCL~ dan proporsi dari
suplementasi mineral tergantung pada tingkat defisiensi
dan intensitas uroduksi (Unden,ood, 1981).
Sebel urn melakuka.'1. supleruentasi perlu mengetahui
kebutuhan mineral pada ternak yang bersangkutan. Pada
Tabel 3 sampai 6, dapat dilihat kebutuhan Y..alsium dan
fosfor pada saui untuk masa Dertumb1L~an, kebuntingan da.YJ.
masa laktasi ..
Suplementasi kalsium da.'1. fosfor dapat dilakukan
melalui air minum, dicampurkan kedalam maka.'1.an atau
be:.-bentuk garam jilatan (Under,vood, 1981). Kadar Imlsium
35
dEL~ fosfor harus diperhatikan dalam melakukan suplemen-
tasi, selain itu suplementasi tidak boleh membahayakan
ternak itu sendiri (Ma;ynard and Loosli, 1956).
Tabel 3. Kebutuhan kalsium (gram/hari) pada sapi
berdasarkan penambahan berat badan.
Berat badan 0 0,52 0,50 1,0 1,5
(kg)
5(l 1(1) 6(4) 11(8.) 20(14) 29(21)
100 2(2) 7(5) 12(8) 21(15) 30(22)
200 5 9 14 24 33
300 7 12 17 26 35
400 9 14 19 28 38
500 12 17 21 30 40
Agricultural Research Council, 1980.
Tabel 4. Kebutuhan kalsium pada sapi bunting
Kebuntingan
pertama
Kebuntingan
kedua atau
lebih
( gram/hari ) •
umur kebuntingan (minggu)
20 24 38 32 36
12 13 14 26 29
15 16 18 20 24
Agricultural Research Council, 1980.
40
34
28
Tabel 5. Kebutuhan kalsium (gram/hari) pada sapi
laktasi
produksi susu (k(:/hari) Bangsa
36
10 20 30 40
Jersey 30 50 71 92
Ayrshire 29 46 63 80
Fresian 31 48 64 81
Agricultural Research CotL~cil, 1980.
Berat
Tabel 6. Kebutuhan fosfor (gram/hari) pada sapi
berdasarkan berat badan (~)
Koefisien Kebutuhan fosfor per hari berdasarkan
badan absorpsi penambahan berat badan (~)
50
100
200
300
400
500
0 0%25 Oz50 1IO 1!5
0,78 0,8(0,3) 3,1(2,2) 5,5(4,1) 10(8,0) 15(11,8)
0,78 1,5(0,6) 3,9(2,5) 6,2(4,5) 11(8,3) 16(12,2)
0,78 3,1 5,4 7,8 13 17
0,78 4,6 6,9 9,3 14 19
0,58 8,3 II 15 21 27
0,58 10 14 17 23 29
() kebutuhan pada anal!: sap:i yang mas:ih mer>..yusui.
Agricultural Research CotL~cil, 1980.
Tabe17. Kebutuhan fosfor (gr~Jhari) pad a sapi
bunting
umur ke bun t ingan (m; nf£~ )
20 24 28 32 36 Ke bun tinga.1'l 11 II 12 20 22
pertama
Kebu.1'ltingan 13 14 15 17 19 kedua atau
lebih
Agricultural Research Council, 1980;
Tabel 8. Kebutuhan fosfor (gram/hari) pada sapi
laktasi
Bangsa nroCiu..1{:si susu (k~hari)
10 20 30
Jersey 29 51 72 A;y-rshire 27 43 59 Friesia...'"l 28 44 59
Agricultural Research COlh'"lcil, 1980.
37
40 26
22
40
94 75 75
Cara yang termurah dan termudah untuk suplementasi
fosfor adalah menyediakan' .jilatan garam fosfat. Garam
jilatan tersebut ditempat~1'l dalam bak air ITQnum atau
disimpan di dekat air minum. 11lenurut beberapa peneli ti
cara seperti ini tidak ideal. Cara lain adala.l-J. mencampur
50 oersen dikalsium fosfat ya...'"lg terQiri dari 23,5 uersen • "0
kalsium da.1'l 18,7 persen fosfor dengan 50 persen garam
:I'-ang di tarnbah sediki t sirop kedalamnya. Suplementasi
dengan cara seperti ini ternyata disukai oleh ternak
(Underwood, 1981).
38
Tepung tulang dapat digunakan untCL~ suplementasi
dengan mencampurkannya dengan garam dalam jumlah yrmg
sarna. Campuran ini digunakan sebagai garam jilatffi~
(Underwood, 1981).
B~~an lain yang dapat digunakan ~~tuk suplementasi
adalah superfos:fat. Sharp (dikutip oleh Underwood,
1981), telah melarutkan superfosfat kedalam air minum
sapi dalam usaha mencegah terjadinya defisiensi kalsium
dan fos:for. Hal yang sama telah dianjurkan oleh Donalson
dan :nawson (H1L.'lger:ford, 1970), 1L.'ltuk menambahkan 20 ml
superfosfat kedalam setiap galon air minum. Superfosfat
nudah diserap ak~~ tetapi berbahaya karep-CL mengandCL~g
fluor. Pada sebuah percoba~~ di New Zealand, pemperian
1 lb. Sampai 2 lb. superfosfat setiap hari pada sapi,
ternyata dapat menimbulkan keracunan fluor. Bila
keracunan berlangsung sangat hebat, akan nampak gejala
gejala : salivasi, tinja lunak, diare hebat dan berdarah,
tidak ada nafsu makan, kesakitan di daer~~ perut, sunu
tubuh subnormal, mata cebL~g, selaput lendir mulut dan
nata merah serta llL~ak, nafas d~'l.gkal, dens"Ut jantung
lem"h, pulsus lemah dan cepat, haus, gigi gemertak dan
kekej~~~~ ylli'lg bersifat tet~~s (HCL~ger:ford, 1970).
39
Fosfat defluorinasi adalah superfosfat yang telah
dihilangkan fluornya melalui proses defluorinas~.
Fosfat defluorinasi mengandung 29 samuai 36 uersen - -kalsium dan 12 sampai 15 persen fosfor (Crampton and
Lloyd, 1959). Menurut suatu percobaan, suplementasi
dengan menggcL~akan fosfat defluorinasi pada anak sapi,
tikus, anak ayam dan babi ternyata memberikan hasil yang
memuaskan (Maynard and Loosli, 1956).
Suplementasi kalsium d~~ fosfor dapat pula menggunakan
batu fosfat lunak (colloidal phosphate). Penggunaan
bahan ini tidak memberik~~ hasil yang memuaskan karena
mengandung fluor. Seperti halnya superfosfat, "collidal
phosphate" memerlukan proses defluorinasi (lif.a:ynard and
Loosli, 1956).
VII • PE1J3AHl\.SAN
E2.lsiurn dan fosfor mempunyai peranan penting dalam
beberapa p~ses fisiologik tubuh. Defisiensi kedua
mineral ini dapat menimbulkan gangguan kesehatan tubuh
ternak. il'lanifestasi defisiensi kalsium d~'1. fosfor ya..Ylg
pertaLa adalah menurunnya Kadar kedua mineral terse but
didalam darah. Pada kasus defisiensi ya..Ylg hebat dapat
terjadi gan,;guan pertumbuhan dan nafsu' makan, sehingga
sapi menjadi sangat lrurus, gangguan pert.urnbuhan tula..'1.g
da..Yl gigi, penurunan produksi susu, bahkan mengura..T1gi
fertilitas (kesuburan). Pada sapi perah, defisiensi
kalsium merupakan faktor predisposisi terjadinya
tlparturient paresis tl•
Penyebab utama terjadinya defisiensi kalsiurn dan
fosfor adalah kura..T1gnya kadar kedua mineral tersebut
didalam makanan yang diberikan pad a ternak. Adanya
beberapa zat y:mg dapat menghambat penyerapan kedua
mineral tersebut, seperti oksalat, fitat, besi, alumQYlium,
m~gnesium, beriliurn da~ stronsium apabila dikonsumsi
bersaI!la-sama bahan makanan dalam waktu yang lama dapat
r:::enimbulkan terjadinya defisiensi. Selain itu, pemberian
protein yang h.-urang mencukupi bila diberikan dalam periode
yang pa..."'ljang , dapat pula menyebabkan terjadinya defisiensi
1r.;::;lQ:;"q'J""'"l ----~.
41
Perbandingan antara kalsium dan fosfor didalam bahan
makanan juga sangat pentin-g unt1L"l\: dapat berlangs1.L"lgnya
penyerapan kedua mineral tersebut. Perb~"ldingan yang
tak sesuai, misa1nya salah satu lebih banyak dari yang
lainnya, ak~"l menghambat penyerapan salah satu mineral
terse but. Pen;yebab kedua dari defisiensi Imlsium dml
fosfor adalah kegagalan fungsi dari salah satu hormon
yang mengatur metabolisme mineral tersebut, yaitu
hormon paratiroid, kalsitonin dan 1,25-drhidroksikole
kalsiferol. G~"lgguan fungsi dari salah satu hormon
terse but menimbulkan gangguan terhadap metabolisme lcedua
mineral ini, karena kelainan fungsi salah satu hormon
tidak dapat diatasi oleh hormon y~"lg lain.'1.ya.
Secara um-Qill dapat dikatakan bahwa defisiensi kalsi-um
dan fosfor ini terjadi karena kesalahan didalam tata
laksana makanan ternak. Hal ini kemungkinan b~"luak
terjadi di Indonesia, di~"la petani peternak umumnya
kurang memperhatikan mutu dari mak~"la"l ternak mereka.
Banyak ki ta jumpai adanya kegagalan reprod1.Llcsi seperti
lambatnya dewasa kelamin, siklus berahi tak teratur,
anestrus (tidak men1.L"ljukkan gejala berahi), juga -penu
rR."lan produksi susu serta lambatnya pertumbuh~"l pada
sapi muna yang semua ini disebabkan oleh kesalahan atau
mungkin ketidak tahua.'1. petani peternak mengenai tata
laks~1"la makanan ternak.
42
Nampaknya komposisi nahan makanan yang sesuai dengan
kebutuh~~ ternak sangat pemting Q~tuk diperhatikan dalam
usaha mencegah terjadinya defisiensi Y~lsium dan fosfor.
Bahan makana...'1 harus cukup mengandung protein yang sangat
penting untuk terbentuknya ikatan protein-kalsium di~~a
hal ini diperl~~ untuk dapat berlangsungnya penyerapan
kalsium oleh usus halus. Selain i tu perbandingan yang
sesuai antara kedua mineral serta cukupnya kandungan
vitamin D didalam bah~~ makanan akan mencegah terjadinya
defisiensi kalsium dan fosfor.
Padang-padang rumput makanan ternak yang tanahnya
kur~~g mengandung fosfor, perlu dipupuk dengan mineral
tersenut. Hal ini penting dalam us aha mendapatkan
tan~~ makanan ternak yang cukup mengandung fosfor.
Sebab jika kanc.ungan fosfor dalam tanah kurang, akan
menyebabkan rend~'1ya ~'1dungan mineral tersebut didalam
tana~~ makanan ternak.
Usaha pencegahan adalah lebih diutamakan dalam
menangarri masalah defisiensi. Suplementasi dengan
kalsium dan fosfor dapat dilakukan melalui air minum,
garam jilatan dan kedalam makanan ternak.
43
Suplementasi deng~~ tepumg tulang, dikalsium fosfat
dan "fosfat defluorinasi" memberikan hasil yang memuas~~
dalam usaha mencegah defisiensi kalsium dan fosfor.
Penggunaan sv.perfosfat dan "koloidal fosfat" atau fosfat
lunak sebaiknya dihindarkan, mengingat bahaya yang dapat
ditimbulkan.
VIII. KESHIlPULAN
Kekurangan kalsium dan fosfor dalam waktu yang lama
menyebabkan gangguan pada pertumbuhan dan kesehatan tubuh
sapi. Adapun manifestasi defisiensi dari gangguan terse-
but berupa ga.'1.gguan pertumbu.l-J.an dan nafsu makan, kelainan
pertumbuhan tUlcmg dan gigi, pen1lrV-YTIan produl{Si susu dan
menurunnya daya reproduksi. Akibat pertama yang dapat
terlihat pada defisiensi ini adalah menurunnya kadar kal-
sium dan fosfor dalam darah.
Kadar kalsium dan fosfor dalam tubuh sang-at dipenga-
ruhi oleh masukan kedua mineral tersebut dari makanan.
Y..alsium da..TJ. fosfor yang masuk melalui penyerapan sulcar ~ .
untuk diidentifikasi jumla:b..nya karena dipengaruhi oleh
bahan rr~kanan,yang diberikan pada sapi, pH cairan usus,
perbandingan kalsium dan fosfor dalam bahan makanan serta
adanya vi tamll'l D.
Metabolisme kalsium dipengaruhi oleh hormon parati-
raid, kalsitonin da..'1. 1,25-dihidroksikoley,.alsiferol.
Harmon paratiroid.berfungsi meningkatkan kadar y,.alsium
dalam darah sedangy,.an kalsi tonin disekresikan sebagai
tanggapan terha6.ap pengaru.11. hormon para tiroid. l,25-di-
hidroksikolekalsiferol berperan merangsang pembentu~'1.
protein yang akan mengikat kalsium, dimana ikata;'1. ini
sangat pent·hog untuk terjadinya penyerapa...TJ. m-ineral
tersebut oleh usus.
45
Adanya kelainan fungsi daTi salah satu hormon terse but
dapat menimbul)ffin ketidak seimbang&~ kalsium dalam tubuh
sapi. !1engingat pentingnya ketiga hormon terse but , maka
perlu dipelihara agar tetap dalam batas-batas normal.
Kasus defisiensi fosfor lebih sering didapati dari
pada defisiensi kalsium. Hal ini terjadi karena kadar
fosfor'dalam tanaman makanan ternak sangat mudah
dipengaruhi oleh kadar mineral tersebut. didalam tanah.
Dengan demikian YZSUS defisiensi fosfor banyak terjadi
di daerah yang tanahnya rendah mengandung fosfor.
Di Indonesia kejadian defisiensi kalsium dan fosfor
telah dijumpai di beberapa daerah di propinsi Sumatera
Barat, Jambi dan Sumatera Utara. Dalam hal ini kesalahan
dalam tata laksana rnakanan ternak merupakan sebab utama
terjadinya defisiensi ini.
Peranan Dokter Hewan didalam menangani masalap
defisiensi kalsium dan fosfor S&~gat diperlUL~.
Tindakan pertama yang dapat dilakukan sebagai usaha
pencegahan adalah memberikaL~ penyuluhan mengenai tata - -
laksana makanan ternak pada petani peternak. Sed&~gkan
terhadap sapi-sapi yang menderita defisiensi kalsium dan
fosfor dilakukan tindakan pengobatan.
Pengobatan terhadap defisiensi kalsium dan fosfor
pada.' sapi dirasakan sangat h-urang. Hal ini dapat dilihat
dari terbatasnya pustaka y&~g membahas mengenai pengobatan
pada hal ini
DAFTAR PUS TAK.A.
Agricultural Research C01l..'1.cil. 1980. The Nutrient Requirement of liumina.'1.t Livestock, Commonwealth Agricultural Bureaux. pp. l83-20l
Balai Penyidikan Penyakit Hewan BtL~ttinggi. 1980. penyaki t "demam susu" (Talk Fever). Informasi Keswan. VI. : l22
Balai Penyidikan Penyakit Bewan Wilayah I. Daftar Penyaki t Bewan. !fledan.
Balai Penyidikan penyaki t liewan Wilayah II. Laporan Balai penyidikan Pen3'aki t Bewan Buki ttinggi. Buki ttinggi.
1984. Wilayah II
Bell, H. George, J. Norman Davidson and Donald EmslieSmith. 1972. Textbook of Physiology and Biochemistry, The Williar!. and Wilkins Company, Bal timere. pp. 2l2-2l9.
Blood, D. C. and J. A. Henderson. 1974. Veterinary Medicine, Baillere T;ndall, London. pp. 746-750.
Boelter, Iii. D. D., and D. iii. Greenberg. 1943. Effect of severe calsium defisiency on pregna.'1.t and lactation in the rat. J. Nutr. 26 : l05-l2l.
Borle, A. B. 1974. Calsium and Phosphate lfetabolism. fu"'1l1ual Review of Physiology. 36": 36l-390.
Call, J. W.? J. E. Butcher, J. T. Blake, R. A. Smart, and J. L. Shupe. 1975. Phophorus influence on growth EL'1.d-reproduction of beef catle. J. FJlim. Sci. 47 : 2l6-225.
Coles, E. H. 1974. Veterinary Clinical Pathology, W. B. Saunder Co., Philadelphia, London and Toronto. pp. 3l7.
Crampton, E. W., and L. E. Lloyd. 1959. Fundamental of Nutrition, W. H. Freeman and Company, Sanfrancisco and London. pp. 2l6-23l.
CantaroVl, .fl.., and]1. TruBper. 1962. Clinical Biochemistry, W. B. Saunder Company, Philadelphia and London. pp. l69-l93.
Ga."long, W. F. 1979. Review of IYiedical Physiology (Fisiologi :Kedoktera.'1.), C. EGC. penerbi t Buku Kedoktera."l, Jakarta. pp. 364-369.
Girindra, Aisya.~. 1984. Fakultas Kedoktera.'1. Bogor. pp. 95-104.
Pathologi klinik Veteriner, Hewan, Institut Pertanian
47
Henderson, C. 1973. The effect of fatty acids on pure culture of rumen bacteria. J. Agr. Sci. 81 : 107.
Hignett, S. L., P. G. Hignett. 1951. The effect of calsium and phosphorus intake on the fertility of COVIS and heifers. 'let. Rec. 63 : 603-609.
Hungerford, T. G. 1970. Phosphor-u.s de·fisiency diseases in catle. Diseases of Livestock, P-ngus and Robertson, London, Singapore, Sydney, l'iielbourne, Australia. pp. 439-441.
Hungerford, T. G. 1970. Calsium defisiency in catle. Diseases of Livestock, Angus and Robertson, London, Singapore, Sydney, J\'ielboUIne, Australia. pp. 842.
Hungerford, T. G. 1970. Diseases associated with imbal~~ce or defisiency of vitamin D ~~d the mineral phosphorus and calsium. Diseases of Livestock, Angus and Robertson, London, Singapore, Sydney, Melbourne, Australia. pp. 826.
James, Lyn. F., et a1. 1968. Oxalat r~etabolisme 'in Sheep I. J-.-Anim. Sci. 27 : 218.
Jenkins, T. C., and D. L. Palmquist. 1982. Effect of added fat and calsium on in vitro forwztion of insoluble fatty acid soaps and cell wall digestibility. J. Anim. Sci. 55 : 957-963.
Kaneko, J. J., and C. E. Cornellius. 1970. Clinical Biochemistry, Academic Press, New York and London. 1lp. 314-345 •
. - . ~ Littlejoh..'1., A. I., and Lewis G. 1960. EXperimental
Studies of The Relationship Between Calsium Phosphorus Ratio of The Diet a."ld Fertility in Heifers. Wet. Rec. 72 : l137-1144.
48
J{la~'Ilard, .L. A., and ,I. K. Loosli. 1956. Animal Nutrition, mcGraw-Hill Books Compa.'lY, Inc., New Yorl:, Toronto a.'ld London. pp. 110-129.
Kayer, G. P., and J. G. Hurst. 1978. Sigmoidal Relationshin Between Parathyroid Hormone Secretion Rate and Plasma Calsiurr, Consentration in Calves. Endoc. 102 : 1036.
ko Lean, F. C., and A. N. Budy. 1961. Vitams Horm. 19 : 165.
1,orrow, D. A. 1969. Phosphorus defisiency a.'ld infertility in dairy heifers. J. Am. Vet. liled. Assoc. 154 : 761-768.
Payne, J. M. 1977. Metabolic Diseases in Farm Animal, William Heinemann l\~edical Books Ltd • .,_ London. pp. 33-56.
Potts, J. T. Jr., H. T. Keutman, H. D. Nial, G. IV. 'fregear, R. Sauer, L. J. Deftos, B. F. Dawson, :r.:. L. Hogan and G. D. Aurbach. 1971. Synthesis of Biologicaly Active N-terminal Tetratriacontapeptide of parathyroid Hormone. Proc. Nat. Acad. Sci. (USA). 68 : 63.
Ramussen, H., lVi. Wong, D. Bikle. 1972. Hormonal Control of Renal Conversion of 25-hydroxycholecalsiferol to 1, 25-dihydroxycholecalsiferol. J. Clin. Invest. 51 : 2502-2504.
Rechcigl, k. Jr. 1978. Section E : Nutritional Disorder Vol. II. :Sffect of Nutrient Defisiency in lI.niraal : Phosphorus. CRC. Handbooks Series in Nutrition and Food, CRC Press, Inc., Florida. pp. 215-223.
Rechcigl, 1,. Jr. 1978. Section E : Nutritional Disorder Vol. II. Effect of Calsium·c Defisiency in Animal. C3.C. Handbooks S eri es in Nutrition a...'1d Food, C"lC Press, Inc., Florida. pp. 201-214.
Rola.'1d, D. A., D. R. Sloan, H. R. Wilson and R. H. Harms. 1973. Influence of dietary calsium defisiency on yolk and serum calsium. Poult. Sci. 52 : 2220-2225.
SediaoetaITla, A. Djaeni. 1976. Ilmu Gizi da.'l Ilmu Diit di Daera..l1 Tro-pik, PN. Balai Pu.staka, Jakarta. pp. 49-67. -
49
Sikar, Syafri. 1983. Parturien Paresis. Pengelolaan Tata Laksana IYJakanan dan Kesehatan Sapi perah. PDHI. Cabang Jawa Barat II. Bogor.
Turner, C. D., and D. T. Bagnara. 1976. General Endocrinology, "if. B. Saunders Co., Philadelphia, London and Toronto. pp. 225-251.
Unde~vood, E. J. 1981. The ~neral Nutrition of Livestock, Commonwealth Agricultural Bureaux. IIp. 31-45.
Ward, G., R. C. Dobson and J. R. Du.11ham. 1971. Influence of calsium and phosphorus intakes vitamin D suplement and Lactation on calsium and phosnhorus balances. J. Dairy Sci. 55 : 768~776. - -
Ward, J. K. C. W., C. W. Tefft, R. J. Sirney, H. N. Edwards and A. D. Tilman. 1957. FUther studies concerning the effect of alfalfa ash upon the utilization of low quality roughage by ruminant animals. J. Anim. Sci. 16 : 633.
•