DAN NON
-
Upload
muharriansyah-ryan -
Category
Documents
-
view
223 -
download
0
Transcript of DAN NON
-
7/24/2019 DAN NON
1/8
FRAKTUR TULANG TENGKORAK DAN POLA PERDARAHAN PADA
CEDERA KEPALA FATAL DAN NON-FATAL PADA KORBAN
PENYERANGAN SEBUAH ANALISA KRITIS
Saurabh Chattopadha! Cha"drabha# Tr$path$
ABSTRAK
LATAR BELAKANG%Insiden global cedera kepala fatal akibat penyerangan (assault)
lebih besar dibanding jumlah insiden kasus non-fatal. Faktor penting yang menentukan
hasil survival cedera kepala tersebut adalah jenis senjata yang digunakan, jenis dan
lokasi fraktur tulang tengkorak, perdarahan intrakranial, dan cedera otak yang
ditimbulkan. Penelitian ini bertujuan untuk menekankan peran fraktur tulang tengkorak
sebagai salah satu indikator tidak langsung serta perdarahan intrakranial dari dampakyang ditimbulkan melalui studi komparatif pada korban penyerangan dengan cedera
kepala fatal dan non-fatal.
&ETODE% Sejumlah ! kasus cedera kepala akibat penyerangan diteliti di "agian
#edokteran Forensik, I$S, "%& 'aranasi selama tahun, dimana ! pasien selamat
dan *+ pasien meninggal. incian mengenai kasus fatal didapat dari pemeriksaan resmi
polisi dan otopsi. Pada kasus pasien selamat, pemeriksaan dimulai setelah informed
consentdidapat. ata yang terkumpul dianalisa dan disajikan dalam penelitian ini.
HASIL%Penyerangan dengan senjata api sering berakhir fatal, sedangkan kasus
penyerangan dengan senjata tumpul memiliki angka ketahanan (survival) yang lebih
tinggi. erdapat lebih dari satu tulang kranial yang terlibat pada /,+0 kasus dengan
fraktur kominutif sebagai fraktur terbanyak yang ditemukan pada kasus fatal. Fraktur
basis kranii terdapat hanya pada kasus fatal dan kombinasi perdarahan subdural dan
subaraknoid ditemukan pada sebagian besar kasus fatal.
KESI&PULAN%Penelitian ini menunjukkan fraktur tulang tengkorak sebagai indikator
penting keparahan trauma pada serangan kepala. Fraktur tulang multipel, fraktur
kominutif, dan fraktur basis dapat dianggap sebagai faktor risiko tinggi pada kasus
percobaan pembunuhan.
KATA KUNCI%cedera kepala, fraktur tulang tengkorak, perdarahan intrakranial, fatal
dan non-fatal
PENDAHULUAN
$enimbulkan cedera kepala merupakan salah satu cara efektif dalam
pembunuhan. Peningkatan tren kasus pembunuhan yang melibatkan cedera kepala
menjadi perhatian khusus bagi masyarakat. Penyerang (assailant) pada umumnya
-
7/24/2019 DAN NON
2/8
memilih bagian tubuh yang dapat menimbulkan dampak maksimal dengan pemberian
gaya minimal. %asil akhirnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti jenis senjata
yang digunakan, lokasi target pada tubuh, jumlah pukulan1serangan yang diberikan, dan
lain-lain. 2da atau tidak adanya fraktur tulang tengkorak, jenis, dan lokasinya serta jenis
perdarahan intrakranial memiliki makna signifikan dalam penentuan hasil akhir kasus
cedera kepala. #etebalan tulang tengkorak tidak seluruhnya sama, lempeng temporal
dan frontal memiliki lempeng yang tipis, sedangkan ketebalan lempeng lebih besar
sepanjang sutura.!Semakin besar kekuatan gaya, semakin besar kerusakan yang dapat
tercipta dan semakin letal pula hasil yang dapat ditimbulkan. Penelitian ini bertujuan
untuk menetapkan fakta ini dengan melakukan penelitian terhadap fraktur tulang
tengkorak yang merupakan indikator tidak langsung keparahan trauma. 3enis dan luas
perdarahan intrakranial juga memainkan peran penting dalam menentukan hasil akhir.
4leh karena itu, peluang bertahan pada korban cedera kepala akan ditentukan pada
tingkat yang lebih luas terlepas dari beberapa faktor lainnya, yaitu pada intensitas dan
dampak cedera terhadap tulang tengkorak dan otak itu sendiri.
&ETODE
Sebuah studi prospektif yang terdiri dari ! kasus cedera kepala akibat
penyerangan dilakukan di "agian #edokteran Forensik, Institusi Ilmu Pengetahuan
#edokteran, &ni5ersitas "anaras %indu, 'aranasi, India dan umah Sakit 'aranasi S.S.,
India selama tahun. iantara kasus ini, *+ kasus dinyatakan fatal dan ! lainnya
selamat. elapan belas pasien ini dapat dianggap sebagai korban percobaan
pembunuhan. Seluruh kasus mengalami cedera kepala akibat penyerangan dengan atau
tanpa cedera di bagian tubuh lain. Penyebab kematian pada kasus fatal semata-mata
akibat cedera kepala dan seluruh kasus yang kematiannya disebabkan oleh cedera lain
tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Sembilan pasien meninggal di rumah sakit danlainnya meninggal di perjalanan atau di tempat kejadian. Informasi mengenai korban
kasus fatal didapat dari laporan in5estigasi polisi, 6a6ancara anggota keluarga, dan
pemeriksaan otopsi merinci. Pada kasus non-fatal, informasi didapatkan dari
pemeriksaan klinis dan rekam medis. CT scan polos1tanpa kontras dilakukan pada
seluruh pasien yang masuk rumah sakit untuk mendeteksi cedera intrakranial. 2nalisa
statistik dilakukan dengan menggunakan uji chi square dan dilakukan penghitungan
nilai p.
-
7/24/2019 DAN NON
3/8
HASIL
Ka'u' Fata#
iantara kasus fatal, senjata api merupakan senjata penyerangan yang paling
umum digunakan pada 7,+0 kasus diikuti oleh senjata tumpul (+7,+0) (n=8). Senjata
tajam jarang digunakan (abel !).
Tab(# )* +("$' S(",ata a" D$u"a.a"
3enis Senjata #asus Fatal (0) #asus 9on-fatal (0) 3umlah #asus (0)
%anya senjata tumpul
%anya senjata tajam
Senjata tumpul dan tajam
Senjata api
3umlah
8 (+7.+)
(!:.)
(!:.)
+ (7+.)
*+ (!::)
!+ (*.)
-(-)
7(.)
!(8.8)
!(!::)
+(7!.*)
(.)
!(!+.)
7(+/.+)
!(!::)
Fraktur tulang tengkorak kominutif ditemukan pada hampir setengah (7,+0)kasus fatal (abel ) dan fraktur tulang kranial multipel ditemukan pada lebih dari tiga
perempat (*/,*0 n; 8/) kasus (abel +). engan membandingkan fraktur tulang
tengkorak tunggal dan multipel pada kasus fatal dan non-fatal serta menerapkan uji chi
square, fraktur tulang multipel ditemukan memiliki fatalitas yang signifikan lebih tinggi
(p ; :.:::8).
Tab(# /* +("$' Fra.tur Tu#a" T(".ora.
3enis fraktur tulang tengkorak #asus Fatal (0) #asus 9on-fatal (0) 3umlah #asus (0)
%anya fisura#ominutif
#ominutif depressed
Fisura < kominutif depressed
Fisura < diastasis sutura
Senjata tajam < fisura
idak ada fraktur
3umlah
!: (!+./)+/(7.+)
-(-)
*(.8)
+(7.)
!(!/.8)
8(/.)
*+(!::)
!:(88.8)+(!/./)
(!!.)
(!!.)
-(-)
-(-)
!(8.8)
!(!::)
:(!.)+(7.)
(.)
(.)
+(+.+)
!(!+.)
/(/./)
!(!::)
Tab(# 0* Lo.a'$ Fra.tur Tu#a" T(".ora.
=okasi FrakturFatal 9on-fatal 3umlah
#asus 0 #asus 0 #asus 0
%anya frontal
%anya parietal
%anya temporal
%anya oksipital
Frontal < Parietal
Frontal < emporal
Parietal < emporal
Parietal < 4ksipital
emporal < 4ksipital
Frontal < Parietal < emporal
7
+
+
/
!!
!:
*
!*
8.7
7.
.
7.
.
!8.!
!+./
.
.8
+.
+
8
-
+
!
+
-
-
-
!/.*
*.*
!!.!
-
!/.*
8./
!/.*
-
-
-
*
7
+
!
!+
*
!*
*.*
.
7.+
+.7
.
!+.
!7.+
.!
*.*
!.
-
7/24/2019 DAN NON
4/8
Parietal < emporal < 4ksipital
idak ada fraktur
3umlah
+
8
*+
7.
/.
!::
-
!
!
-
8.8
!::
+
/
!
+.7
/.8
!::
Pada penelitian kami, fraktur basis kranii ditemukan hanya pada kasus fatal
(8,0 n=7+). Fossa kranialis media paling rentan terhadap cedera mekanis (+,+80
n=) sementara fraktur fossa kranialis posterior lebih jarang ditemukan (7,!0)
(>ambar !).
>ambar !. Fraktur tulang tengkorak
Perdarahan subdural dan subarakhnoid ditemukan bersamaan pada /!,/0 kasus
(n=78) (abel 7).
Tab(# 1* +("$' P(rdaraha" I"tra.ra"$a#
3enis Perdarahan IntrakranialFatal 9on-fatal 3umlah
#asus 0 #asus 0 #asus 0
%anya epidural
%anya subdural
%anya subarakhnoid
?pidural < subdural?pidural < subarakhnoid
?pidural < subdural < subarakhnoid
?pidural < subdural < subarakhnoid < intraserebral
Subdural < subarakhnoid
Subdural < subarakhnoid < intraserebral
Subdural < intraserebral
idak ada perdarahan
3umlah
*
7
8
7
!:
8
!*
!+
+
+
*+
.8
8.8
/.
8.8.*
!+.*
/.
+.+
!*.
7.
7.
!::
/
-
!
+7
!
-
!
!
!
-
!
++.+7
-
8.88
!/./*.+
8.88
-
8.88
8.88
8.88
-
!::
!+
7
/
*/
!!
8
!
!7
7
+
!
!7.+
7.+
/.8
*.*/.8
!.+
8.8
!.
!8.7
7.+
+.7
!::
Ka'u' No"-Fata#
Sebagian besar senjata penyerangan adalah objek tumpul (*,0) (abel !) yang
menyebabkan fraktur fisura sebagai jenis fraktur yang paling banyak ditemukan
(88,80) pada korban yang selamat (abel ). Fraktur tulang tengkorak tunggal terdapat
pada sebagian besar korban yang selamat (abel +). Perdarahan epidural tunggal atau
yang disertai dengan jenis perdarahan lainnya ditemukan pada **,*0 kasus (n=!7)
(abel 7).
DISKUSI
Pada penelitian ini, angka fatalitas (fatality rate) pada korban penyerangan
adalah :,0. Peningkatan penggunaan senjata pada kasus penyerangan telah menjadi
-
7/24/2019 DAN NON
5/8
tren tersendiri saat ini. Sebelumnya, senjata tumpul dan tajam umum digunakan seperti
yang dilaporkan oleh $ohanty et al,$ittal et al,+>upta et al,72ggar6al et al,8ikshit
et al,/ Pal et al,*yang menemukan bah6a terdapat penggunaan senjata tumpul pada
7,+0 kasus dengan 6ajah dan kepala sebagai target utamanya. Penelitian ini jelas
menunjukkan terdapat besarnya penggunaan senjata api terutama sebagai senjata untuk
membunuh. $emchoubi et aljuga melaporkan senjata api sebagai senjata pembunuhan
utama dalam penelitian mereka. Peningkatan tren ini telah dikemukakan sebelumnya
oleh Sagar et al, dan Pollock et al,!:, dan Fingerhut et al,!!yang juga menyatakan
senjata api sebagai senjata pembunuhan utama di 2merika Serikat. #eringanan, handy,
dan mudah digunakan menjadikan senjata api lebih digemari dan efektif dibandingkan
senjata tumpul atau tajam. Peluang survival pada trauma tumpul kepala lebih besar
seperti yang ditunjukkan pada hasil penelitian kami. Penggunaan senjata tajam dalam
menyebabkan cedera kepala tidak seefektif penggunaannya dalam menyebabkan cedera
dada atau abdomen dikarenakan sulit menembus tulang kranial.
Penelitian kami juga menunjukkan bah6a fraktur kominutif tulang tengkorak
merupakan jenis fraktur yang paling umum ditemukan diantara kasus fatal. engan kata
lain, dapat disebutkan bah6a peluang fatalitas lebih besar pada fraktur kominutif
dibandingkan dengan fraktur fisura. #erusakan jaringan apapun akibat gaya mekanik
dipengaruhi oleh jumlah energi yang diserap oleh jaringan tersebut. @a5uA et al!dalam
penelitiannya menunjukkan bah6a timbulnya fraktur, derajat deformitas, dan luasnya
fraktur berhubungan dengan kekuatan hantaman, lokasi, dan sifat fisik tulang tengkorak
pada lokasi tersebut. 2danya fraktur kominutif atau kominutif depressed
mengindikasikan terdapat pemberian gaya yang lebih besar dibanding fraktur fisura.
Semakin besar gaya yang digunakan, semakin besar gaya yang ditransmisikan ke otak
dan menyebabkan kerusakan.
Peluang fatalitas semakin meningkat ketika senjata api, seperti yang telah
disebutkan pada penelitian kami, menyebabkan fraktur kominutif. hali et al!+ dalam
studi eksperimental mengenai luka tembak pada tulang tengkorak dan otak menemukan
morfologi luka pada tulang tengkorak dan otak yang bersifat dinamis. Pada kasus
tersebut, selain terdapat gaya yang ditransmisikan ke otak, terdapat pula penetrasi
peluru yang menyebabkan kerusakan otak yang lebih luas melalui efek ka5itasi
(perlubangan) yang ditimbulkan. Pada fraktur kominutif depressed yang ditimbulkan
oleh senjata tumpul atau tajam, fragmen tulang mengenai jaringan otak diba6ahnya dan
-
7/24/2019 DAN NON
6/8
menyebabkan kerusakan 5ital yang berakhir pada kematian. 4leh karena itu, jenis
penggunaan senjata memainkan peran signifikan dalam penentuan hasil akhir pada tiap
indi5idu. iantara beberapa kasus penggunaan senjata api, terdapat : kasus fraktur
kominutif sedangkan pada kasus penggunaan senjata tumpul, sebagian besar cedera
yang ditimbulkan adalah fraktur fisura dengan korban yang selamat.
Penelitian kami jelas mengemukakan fakta bah6a peluang fatalitas pada cedera
kepala lebih besar ketika tulang kranial yang terlibat bersifat multipel p ; :.:::8.
Secara keseluruhan pada /,+0 kasus, ditemukan kasus fraktur tulang multipel. i sisi
lain, !: dari ! korban selamat (88,8/0) hanya memiliki satu fraktur tulang yang
mengindikasikan bah6a gaya yang diberikan lebih lemah. %al ini juga menunjukkan
derajat pemberian kekuatan gaya pada kepala. ikarenakan senjata api merupakansenjata yang paling umum digunakan, gaya benturan yang ditimbulkannya paling tinggi
untuk kemudian ditransmisikan ke tulang berdekatan sehingga menyebabkan fraktur
tulang yang multipel. Fraktur radial timbul akibat pelepasan tegangan tangensialyang
dipicu oleh peluru dan fraktur beban konsentrik dapat timbul jika memenuhi pelepasan
tegangan tambahan.!7,!8ulang frontal, parietal, dan temporal merupakan lokasi fraktur
tersering pada sebagian besar kasus. @a5uA et al! juga melaporkan fraktur linear
sebagai fraktur yang paling umum ditemukan pada regio frontal dan temporal. ulang
oksipital paling jarang terlibat dalam kasus fraktur, dikarenakan tulang ini lebih tebal
dibanding tulang kranial lainnya. Fraktur tulang oksipital membutuhkan gaya yang
besar, oleh karena itu ketika oksipital mengalami fraktur, hal ini berarti bah6a kekuatan
gaya tersebut dianggap dapat menyebabkan kematian.
Fraktur basis kranii dihubungkan dengan fatalitas yang tinggi. Sebagai pusat
5ital yang terletak diantara otak tengah (midbrain) dan batang otak, jika terdapat gaya
bentur yang ditransmisikan ke basis ini dan menyebabkan fraktur, sangat mungkin
bah6a hal ini juga menyebabkan kerusakan pusat 5ital. Fossa kranial anterior dan media
mengalami fraktur pada 87,0 (n=7:) kasus fatal. %al ini dapat dijelaskan melalui
fakta bah6a sebagian besar fraktur terdapat pada tulang frontal dan temporal sehingga
gaya yang ditransmisikan sepanjang fraktur ini juga melalui fossa kranialis anterior dan
media. Selain itu, fossa kranialis anterior terdiri dari lempeng orbita tipis dan lempeng
kribriformis, yang memiliki risiko fraktur besar.
imbulnya perdarahan intrakranial sangat erat berhubungan dengan fraktur
tulang tengkorak. Pada penelitian kami, hanya + kasus yang tidak mengalami
-
7/24/2019 DAN NON
7/8
perdarahan intrakranial. Perdarahan epidural merupakan yang paling umum ditemukan
diantara kasus non-fatal. isisi lain, perdarahan subdural dan subarakhnoid baik tunggal
maupun bersamaan dengan jenis perdarahan lain lebih umum ditemukan pada kasus
fatal. 4leh karena itu, dapat disimpulkan bah6a semakin dalam perdarahan pada ruang
tengkorak, semakin besar kemungkinan fatalitasnya. Fakta ini lebih lanjut diperkuat
dengan temuan bah6a perdarahan intraserebral ditemukan pada ,0 (n=!) kasus
fatal. isisi lain, tidak terdapat perbedaan mortalitas yang signifikan ketika
membandingkan apakah terdapat perdarahan multipel pada lapisan ruang meningen
yang atau hanya tunggalp ; :.!/. Srini5asan!/pada penelitiannya melaporkan bah6a
CT scanmerupakan salah satu prediktor penting pada cedera kepala. $eskipun pada
penelitian kami penggunaan CT scan dikarenakan kami tidak memiliki akses untuk
melakukan $I, perlu diketahui bah6a perdarahan robekan yang minimal dapat lebih
baik dideteksi oleh $I. Selain itu, pada tahan subakut dan kronik, $I lebih baik
dibandingkan CT scandalam mendeteksi perdarahan.!*
Peningkatan frekuensi perdarahan epidural pada kasus non-fatal dikarenakan
pada sebagian besar kasus terdapat gaya benturan tumpul yang mengenai daerah parietal
dan temporal sehingga kemudian menyebabkan fraktur fisura diikuti robekan pembuluh
darah pada ruang epidural. erdapat fraktur tulang multipel pada kasus fatal
dikarenakan lebih besarnya gaya benturan yang ditransmisikan ke jaringan otak yang
lebih dalam sehingga menyebabkan perdarahan subdural, subarakhnoid, dan
intraserebral. @a5uA et al! juga melaporkan dalam penelitiannya bah6a perdarahan
epidural dan subdural lebih umum ditemukan pada fraktur linear, sedangkan laserasi
dan kontusi jaringan otak lebih umum ditemukan pada kasus fraktur depressed.
>ennarelli et al! dan =obato et al! telah menunjukkan bah6a jenis lesi sama
pentingnya dengan keparahan cedera dalam menentukan hasil akhir kasus cedera
kepala.
KESI&PULAN
Fatalitas korban penyerangan dengan senjata api pada kepala sangat tinggi. 3enis
dan lokasi fraktur tulang tengkorak serta jumlah tulang kranial yang terlibat merupakan
indikator tidak langsung dalam menentukan derajat keparahan gaya benturan yang
menyebabkan kerusakan jaringan otak yang lebih lanjut menyebabkan kematian. =okasi
dan perdarahan meningeal, baik satu lapis atau lebih, hanya memiliki sedikit pengaruh
pada hasil akhir, sementara perdarahan pada lapisan yang lebih dalam memiliki fatalitas
-
7/24/2019 DAN NON
8/8
yang lebih tinggi. 4leh karena itu, hal ini dapat dianggap sebagai faktor risiko tinggi
pada serangan kekerasan yang melibatkan kepala.