Dampak Sosial Keberadaan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Pada Wilayah Pemukiman

25
1 DAMPAK SOSIAL KEBERADAAN USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR PADA WILAYAH PEMUKIMAN DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA Oleh : Erman Safril (di bawah bimbingan Asdi Agustar dan Irsan Riyanto) ABSTRAK Telur merupakan sumber protein hewani yang harganya relatif lebih murah dibandingkan dengan protein hewani lainnya, dihasilkan oleh jenis unggas yaitu ayam, itik, angsa dan jenis unggas lainnya. Ayam merupakan jenis unggas yang paling populer dan paling banyak dikenal saat ini. Produk ayam berupa daging dan telur, limbahnya berupa pupuk organik berguna untuk usaha pertanian dan perikanan. Kebutuhan akan telur dan daging ayam tersebut menyebabkan tumbuhnya usaha peternakan ayam ras mulai dari skala kecil, menengah dan besar. Usaha peternakan ayam yang berada di lingkungan masyarakat dirasakan mulai mengganggu warga, terutama peternakan ayam yang lokasinya dekat dengan pemukiman penduduk. Masyarakat banyak mengeluhkan dampak buruk dari kegiatan usaha peternakan ayam ras karena masih banyak peternak yang mengabaikan penanganan limbah dari usahanya. Limbah peternakan ayam ras berupa feses, sisa pakan, air dari pembersihan ternak menimbulkan pencemaran lingkungan masyarakat di sekitar lokasi peternakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengelolaan lingkungan usaha peternakan ayam ras petelur pada wilayah pemukiman di Kabupaten Lima Puluh Kota dan mengetahui dampak sosial keberadaan usaha peternakan ayam ras petelur pada wilayah pemukiman di Kabupaten Lima Puluh Kota. Teknik analisa data yang digunakan adalah statistik deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan Purposive Sampling. Untuk tujuan pertama diperoleh 30 sampel usaha peternakan dan untuk tujuan kedua diperoleh 120 sampel masyarakat yang berada dekat dengan usaha peternakan ayam ras petelur. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan kuisioner, observasi langsung dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan lingkungan yang dilakukan oleh peternak ayam ras petelur di Kabupaten Lima Puluh Kota sudah cukup baik. Sedangkan dampak sosial keberadaan usaha ayam petelur pada masyarakat yang berada di sekitar kandang belum memberikan dampak yang positif. Kata kunci : pengelolaan lingkungan, dampak sosial, Pendahuluan Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan peranan sangat besar dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani dan berbagai keperluan industri. Protein asal ternak ini memiliki fungsi penting dalam kehidupan sehari-hari manusia karena mengandung

description

Ternak ayam

Transcript of Dampak Sosial Keberadaan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Pada Wilayah Pemukiman

Page 1: Dampak Sosial Keberadaan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Pada Wilayah Pemukiman

1

DAMPAK SOSIAL KEBERADAAN USAHA PETERNAKAN AYAM RASPETELUR PADA WILAYAH PEMUKIMAN

DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

Oleh : Erman Safril

(di bawah bimbingan Asdi Agustar dan Irsan Riyanto)

ABSTRAK

Telur merupakan sumber protein hewani yang harganya relatif lebih murahdibandingkan dengan protein hewani lainnya, dihasilkan oleh jenis unggas yaitu ayam, itik,angsa dan jenis unggas lainnya. Ayam merupakan jenis unggas yang paling populer dan palingbanyak dikenal saat ini. Produk ayam berupa daging dan telur, limbahnya berupa pupuk organikberguna untuk usaha pertanian dan perikanan. Kebutuhan akan telur dan daging ayam tersebutmenyebabkan tumbuhnya usaha peternakan ayam ras mulai dari skala kecil, menengah danbesar. Usaha peternakan ayam yang berada di lingkungan masyarakat dirasakan mulaimengganggu warga, terutama peternakan ayam yang lokasinya dekat dengan pemukimanpenduduk. Masyarakat banyak mengeluhkan dampak buruk dari kegiatan usaha peternakanayam ras karena masih banyak peternak yang mengabaikan penanganan limbah dari usahanya.Limbah peternakan ayam ras berupa feses, sisa pakan, air dari pembersihan ternak menimbulkanpencemaran lingkungan masyarakat di sekitar lokasi peternakan. Tujuan penelitian ini adalahuntuk mengetahui pengelolaan lingkungan usaha peternakan ayam ras petelur pada wilayahpemukiman di Kabupaten Lima Puluh Kota dan mengetahui dampak sosial keberadaan usahapeternakan ayam ras petelur pada wilayah pemukiman di Kabupaten Lima Puluh Kota. Teknikanalisa data yang digunakan adalah statistik deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan denganmenggunakan Purposive Sampling. Untuk tujuan pertama diperoleh 30 sampel usaha peternakandan untuk tujuan kedua diperoleh 120 sampel masyarakat yang berada dekat dengan usahapeternakan ayam ras petelur. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan kuisioner, observasilangsung dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan lingkungan yangdilakukan oleh peternak ayam ras petelur di Kabupaten Lima Puluh Kota sudah cukup baik.Sedangkan dampak sosial keberadaan usaha ayam petelur pada masyarakat yang berada disekitar kandang belum memberikan dampak yang positif.

Kata kunci : pengelolaan lingkungan, dampak sosial,

Pendahuluan

Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan peranan sangat

besar dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani dan berbagai keperluan industri. Protein asal

ternak ini memiliki fungsi penting dalam kehidupan sehari-hari manusia karena mengandung

Page 2: Dampak Sosial Keberadaan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Pada Wilayah Pemukiman

2

berbagai asam amino yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kecerdasan manusia. Peranan ini

tidak dapat di gantikan oleh sumber protein nabati.

Telur adalah sumber protein hewani yang harganya relatif lebih murah dibandingkan

dengan protein hewani lainnya, dihasilkan oleh jenis unggas yaitu ayam, itik, angsa dan jenis

unggas lainnya. Ayam merupakan jenis unggas yang paling populer dan paling banyak dikenal

saat ini. Produk ayam berupa daging dan telur, limbahnya berupa pupuk organik berguna untuk

usaha pertanian dan perikanan. Kebutuhan akan telur dan daging ayam tersebut menyebabkan

tumbuhnya usaha peternakan ayam ras mulai dari skala kecil, menengah dan besar.

Menurut Setyowati (2008), banyaknya usaha peternakan ayam yang berada di lingkungan

masyarakat dirasakan mulai mengganggu warga, terutama peternakan ayam yang lokasinya

dekat dengan pemukiman penduduk. Masyarakat banyak mengeluhkan dampak buruk dari

kegiatan usaha peternakan ayam ras karena masih banyak peternak yang mengabaikan

penanganan limbah dari usahanya. Limbah peternakan ayam ras berupa feses, sisa pakan, air

dari pembersihan ternak menimbulkan pencemaran lingkungan masyarakat di sekitar lokasi

peternakan tersebut.

Setiap kegiatan pembangunan, dimanapun dan kapanpun pasti akan menimbulkan

dampak. Dampak adalah suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas yang dapat

bersifat alamiah, baik kimia, fisik maupun biologi (Soemarwoto, 1994). Dampak tersebut dapat

bernilai positif yang berarti memberi manfaat bagi kehidupan manusia dan dapat bernilai negatif

yaitu timbulnya resiko yang merugikan masyarakat. Dampak positif pembangunan sangatlah

banyak, diantaranya adalah meningkatnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara merata;

meningkatnya pertumbuhan ekonomi secara bertahap; meningkatnya kemampuan dan

Page 3: Dampak Sosial Keberadaan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Pada Wilayah Pemukiman

3

penguasaan teknologi; memperluas dan pemerataan penyerapan tenaga kerja dan kesempatan

berusaha; menunjang dan memperkuat stabilitas nasional yang sehat dan dinamis dalam rangka

memperkokoh ketahanan nasional. Dampak positif pembangunan lainnya terhadap lingkungan

hidup, misalnya terkendalinya hama dan penyakit; tersedianya air bersih; terkendalinya banjir;

dan lain-lain; sedangkan dampak negatif akibat pembangunan terhadap lingkungan adalah

masalah pencemaran lingkungan dan belum terdistribusinya hasil-hasil pembangunan secara

merata di masyarakat.

Kabupaten Lima Puluh Kota merupakan salah satu sentra produksi utama telur ayam

ras di Sumatera Barat. Usaha peternakan ayam ras petelur di kabupaten ini pada satu sisi telah

berdampak positif dalam meningkatkan pendapatan dan perekonomian masyarakat yang

melibatkan banyak peternak dengan skala usaha mulai dari ribuan ekor, sampai dengan puluhan

ribu bahkan ratusan ribu ekor ayam per peternak. Jumlah populasi ayam ras petelur Kabupaten

Lima Puluh Kota menurut data Dinas Peternakan Kabupaten Lima Puluh Kota tahun 2009

berjumlah 4.734.589 ekor yang tersebar hampir di semua Kecamatan (Disnakkan, 2009). Akan

tetapi di sisi lain usaha ayam ras petelur ini menimbulkan dampak negatif berupa pencemaran

bau busuk yang disebabkan oleh kotoran ayam, keadaan ini diperparah lagi oleh sikap peternak

yang tidak melakukan pengelolaan lingkungan yang baik dan sering menutup diri terhadap

lingkungan tempat usaha ayamnya berada. Hal inilah yang sering menimbulkan gesekan dan

konflik antara peternak dengan masyarakat di sekitar kandang usaha ayam ras petelur.

Upaya Pengelolaan lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) adalah

salah satu instrument pengelolaan lingkungan yang merupakan bagian dari persyaratan perizinan

bagi pemrakarsa yang akan melaksanakan suatu usaha atau kegiatan di berbagai sektor. UKL-

UPL telah diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 86 tahun 2002 tentang

Page 4: Dampak Sosial Keberadaan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Pada Wilayah Pemukiman

4

Pedoman UKP dan UPL, namun sampai saat ini masih ditemukan banyak kendala dalam

pelaksanaannya. Pemerintah Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota sebagai pelaksana lapangan

juga belum banyak melakukan sosialisasi mengenai usaha peternakan dan pengelolaan

lingkungan serta dampak yang ditimbulkannya. Aktivitas ini tidak hanya pada sosialisasi saja

tetapi juga perlu ditindak lanjuti dengan penertiban dan pengaturan izin usaha maupun

pemberian pengetahuan bagi para peternak dalam pengelolaan limbah khususnya supaya tidak

membahayakan manusia maupun lingkungan hidup. Walaupun dampak yang ditimbulkan akibat

dari cemaran bau busuk dalam waktu dekat belum terasa, namun lama kelamaan akan

menyebabkan berbagai penyakit, ini dapat pula berakibat menurunnya produktivitas masyarakat.

Dampak sosial dari keberadaan usaha peternakan ayam ras petelur terhadap masyarakat

ada yang bersifat positif yaitu berupa adanya peluang dan kesempatan untuk bekerja, terjadinya

peningkatan perekonomian masyarakat dan termotivasinya masyarakat sekitar untuk berusaha

ayam ras petelur atau usaha lainnya.

Dampak negatif dari usaha peternakan ayam ras petelur adalah akibat dari kotoran ayam

yang menimbulkan bau busuk. Hal ini di tandai dengan adanya pengaduan masyarakat, sejak

tahun 2007 - 2010 Pemerintah Daerah Lima Puluh Kota telah menerima 6 (enam) pengaduan

dan keberatan masyarakat terhadap keberadaan usaha peternakan ayam ras petelur di

lingkungan pemukiman penduduk, karena cemaran dari kotoran ayam yang menimbulkan bau

busuk (Dinas Peternakan Lima Puluh Kota, 2010). Ketegasan Pemerintah Daerah dalam

menegakkan aturan untuk mengawasi dan mengontrol usaha peternakan ayam ras yang

mencemari lingkungan sangat dibutuhkan agar keresahan yang timbul akibat keberadaan usaha

peternakan ayam ras di Kabupaten Lima Puluh Kota dapat diminimalisir, sehingga bau busuk

dari usaha ayam ras petelur dapat dikurangi. Dengan demikian keberadaan usaha peternakan

Page 5: Dampak Sosial Keberadaan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Pada Wilayah Pemukiman

5

ayam ras petelur dapat diterima sebagai usaha yang tidak merusak lingkungan dan menjadi

andalan dalam meningkatkan taraf hidup dan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Lima

Puluh Kota. Adapun tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengelolaan lingkungan usaha

peternakan ayam ras petelur pada wilayah pemukiman di Kabupaten Lima Puluh Kota dan

mengetahui dampak sosial keberadaan usaha peternakan ayam ras petelur pada wilayah

pemukiman di Kabupaten Lima Puluh Kota.

Metode Penelitian

Populasi Metode PengambilanSampel

Kriteria Sampel Jumlahsampel

Analisa Data

UsahaPeternakanayam ras petelur Purposive Samplng

Umur usaha ≥ 5 th Populasi ayam

≥5000 ekor30 Statistik

Deskriptif

Masyarakatyang berada disekitar usahapeternakanayam ras petelur

Purposive Sampling

Masyarakat yangberada pada 4 arahmata angin dari usahapeternakan

120 StatistikDeskriptif

Kriteria Penilaian

Tujuan Kriteria PenilaianMengetahui pengelolaan lingkungan usahapeternakan ayam ras petelur

a. Pengelolaan baik apabila skornya > 50b. Pengelolaan cukup baik apabila skor 26 – 50c. Pengelolaan kurang baik apabila skor < 26

Mengetahui dampak sosial keberadaanusaha peternakan ayam ras petelur

a. Dampak baik untuk skor > 29b. Dampak netral untuk skor 19 – 29c. Dampak kurang baik untuk skor < 19

Page 6: Dampak Sosial Keberadaan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Pada Wilayah Pemukiman

6

Hasil dan Pembahasan

Pengelolaan Lingkungan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur di Kecamatan HarauKabupaten Lima Puluh Kota

Pengelolaan lingkungan yang telah diterapkan peternak ayam ras di Kecamatan Harau,

Kabupaten Lima Puluh Kota dapat dilihat dalam pelaksanaan biosekuriti yang dilakukan

peternak. Biosekuriti merupakan serangkaian kegiatan yang memiliki tujuan utama yaitu

meminimalkan keberadaan penyebab penyakit, meminimalkan kesempatan agen penyakit

berkembang biak dan meminimalkan tingkat kontaminasi lingkungan oleh agen penyakit

(Sudarisman, 2000).

Menurut Ritonga (2008) Penerapan biosekuriti meliputi 3 (tiga) aspek menurut yaitu :

aspek sanitasi, aspek isolasi, dan aspek pengaturan lalu lintas keluar masuk barang ke area

peternakan. Data tentang penerapan biosekuriti yang dilakukan peternak, dikumpulkan melalui

kuisioner yang disebarkan kepada 30 peternak responden. Kuisioner yang diberikan kepada

responden dilengkapi dengan 5 pilihan jawaban yaitu tidak pernah (TP), sangat jarang (SJ),

kadang-kadang (KK), sering (SR) dan selalu (SL). Adapun 3 aspek biosekuriti yang dimaksud

adalah :

Aspek Sanitasi

Kegiatan-kegiatan yang mendukung sanitasi sebagai hasil penilaian pada usaha

peternakan ayam ras petelur dapat dilihat pada Tabel 4.7. Hasil survey menyatakan bahwa 80%

dari responden belum melakukan desinfeksi menyeluruh terhadap orang, peralatan dan material

yang ada dalam kandang, dengan alasan bahwa melakukan penyemprotan dengan desinfektan

biayanya cukup tinggi, sementara saat ini wabah penyakit ayam ras sudah tidak ada lagi.

Penyemprotan dilakukan bila ada wabah berjangkit, misalnya flu burung. Namun jika wabah

mulai berangsur hilang, kegiatan penyemprotan dihentikan. Peternak yang sudah melakukan

kegiatan ini secara rutin 20%, ini adalah peternak skala besar dan

Page 7: Dampak Sosial Keberadaan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Pada Wilayah Pemukiman

7

memahami pentingnya penyemprotan. Hal ini sesuai dengan pendapat Abidin (2003), yaitu

melakukan desinfeksi di dalam kandang dan peralatannya secara rutin dan ketat.

Pentingnya biosekuriti ditegaskan oleh seorang informan kunci Drh Andi bahwa

biosekuriti itu perlu dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan. Dalam jangka

pendek, manfaat atau keuntungan dari penyemprotan ini memang tidak kelihatan secara nyata,

namun dalam jangka panjang akan memberikan manfaat yang relative banyak. Ditambahkan

oleh Drh Andi, biosekuriti dapat bersifat seperti asuransi, dimana manfaatnya diketahui

belakangan. Biosekuriti ini harus dilakukan kepada setiap orang, barang dan peralatan.

Tabel 1 Hasil Kegiatan pelaksanaan Sanitasi

No Kegiatan

N = 30

TP

(%)

SJ

(%)

KK

(%)

S

(%)

SL

(%)

1

Melakukan desinfeksi menyeluruhterhadap orang, peralatan danmaterial lain yang ada dalamkandang.

80 0 0 0 20

2Melakukan desinfeksi terhadapkotoran ayam setiap hari. 70 3 3 3 20

3Melakukan pembersihan tempatmakan dan minum setiap hari. 63 0 17 3 17

4

Menghindari tercecernya pakandan melakukan pembersihandalam kandang dan sekelilingnya,terutama terhadap bulu-bulu ayam

70 3 20 7 0

5Menghindari penumpukan sampahdengan melakukan pembakaransetiap hari.

40 0 33 7 20

Sumber : Hasil KuisionerKeterangan:

TP : Tidak Pernah S : SeringSJ : Sangat Jarang SL : SelaluKK : Kadang-Kadang

Page 8: Dampak Sosial Keberadaan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Pada Wilayah Pemukiman

8

mobil yang masuk ke lokasi peternakan harus disemprot, ini dilakukan tidak hanya saat kasus

terjadi saja. Sayangnya kondisi biosekuriti sekarang sudah ada

yang kendor, kalau ada orang masuk peternakan, mereka boleh langsung masuk tanpa

disemprot. Biosekuriti yang dilakukan secara ketat dan kontinyu adalah pada usaha pembibitan

ayam ras petelur atau ayam ras pedaging (breeding farm).

Hasil survey memperlihatkan 70% responden belum melakukan kegiatan desinfeksi

terhadap kotoran ayam setiap hari dengan alasan melakukan desinfeksi setiap hari biayanya

cukup tinggi, peternak merasa ini tidak begitu penting untuk dilakukan, hal disebabkan

kurangnya pengetahuan peternak dan menganggap wabah atau penyakit sudah tidak ada lagi.

Peternak yang sudah melakukan desinfeksi terhadap kotoran ayam ras petelur baru 20%, sesuai

juga dengan pendapat Abidin (2003), melakukan desinfeksi kotoran ayam secara rutin setiap

hari. Peternak yang telah melakukan penyemprotan setiap hari adalah peternak yang telah

memiliki usaha dengan skala besar.

Berdasarkan hasil survey diperoleh data bahwa 63% dari responden sudah

melaksanakannya kegiatan pembersihan tempat makan dan minum dilakukan setiap hari, hal ini

sudah cukup disadari oleh peternak dan menurut mereka apabila tempat minum ini tidak

dibersihkan, akan menjadi media berkembangnya bibit penyakit, atau juga sisa-sisa makanan

yang terdapat pada tempat pakan akan dimakan oleh tikus, dan tikus ini juga termasuk vektor

pembawa bibit penyakit.

Kegiatan untuk menghindari tercecernya pakan dan melakukan penyapuan di dalam

kandang dan disekelilingnya, data yang diperoleh 70% responden belum melakukan kegiatan

ini. bukanlah sesuatu hal yang penting untuk dilakukan dan menurut mereka tidak terlalu

berpengaruh terhadap kesehatan dan produktifitas ayam. Pada dasarnya kegiatan ini sangat

Page 9: Dampak Sosial Keberadaan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Pada Wilayah Pemukiman

9

penting dilakukan terutama pada ayam periode grower karena untuk menghindari ayam

memakan bulu-bulu dari ayam yang sakit, hal ini sesuai dengan pendapat (Rahmadi, 2009)

Kegiatan menghindari penumpukan sampah dengan melakukan pembakaran sampah

setiap hari, baru 20% yang melakukannya secara rutin. Responden berpendapat perlu

dilakukan pembakaran sampah untuk memusnahkan bibit penyakit. Empat puluh persen( 40%)

peternak belum melakukan pembakaran sampah setiap hari karena mereka menganggap itu tidak

begitu penting untuk dilakukan.

Desinfeksi harus dilakukan terhadap semua yang akan masuk ke kandang baik itu petugas

kandang, karyawan, peralatan seperti gerobak, sepatu dan lain sebagainya. Seperti yang

diungkapkan juga oleh praktisi peternakan Drh Andi, bahwa desinfeksi harus menyeluruh, terus

menerus dan tidak boleh hanya pada saat ada kasus saja.

Menurut Lastiati (2011) bahwa salah satu cara penanggulangan penyakit gumboro pada

unggas adalah dengan melakukan perbaikan dalam sanitasi. Hal ini juga diyakini oleh salah

seorang peternak di Kecamatan Harau, Beni Murdani mengatakan bahwa sanitasi (kebersihan)

kandang sangat penting dilakukan untuk menjaga kesehatan ayam dari penularan bibit penyakit.

Pada intinya, kebersihan peralatan, orang dan material yang digunakan dalam melakukan

proses produksi sangat berpengaruh pada kesehatan ayam. Kesehatan ayam akan berpengaruh

pada produktifitas ayam dan produktifitas ayam tentu saja sangat menentukan keberlanjutan

usaha ayam ras petelur ke depannya (Abidin 2003).

Aspek Isolasi

Kegiatan-kegiatan yang mendukung isolasi sebagai hasil penilaian pada usaha peternakan

ayam ras petelur dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Page 10: Dampak Sosial Keberadaan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Pada Wilayah Pemukiman

10

Tabel 2 Hasil Kegiatan pelaksanaan Isolasi

No KegiatanN = 30

TP

(%)

SJ

(%)

KK

(%)

S

(%)

SL

(%)

1 Mencegah masuknya hewanpeliharaan (anjing dan kucing)masuk ke kandang

77 0 0 0 23

2 Mencegah masuknya unggaspeliharaan lain (itik, ayam buras,kalkun, angsa) masuk ke dalamkandang

47 0 20 0 33

3 Melakukan pembasmian seranggadan hama tikus. 13 17 53 0 17

4 Menghindari burung liar masukkandang 100 0 0 0 0

5 Membuat pagar pembatas permanen. 57 0 0 0 43Sumber : Hasil KuisionerKeterangan:

Tp : Tidak pernah S : SeringSj : Sangat Jarang Sl : SelaluKk : Kadang-kadang

Mencegah masuknya hewan peliharaan (anjing dan kucing) masuk ke kandang belum

dapat dilakukan secara baik oleh peternak. Karena sistem perkandangan ayam ras yang dimiliki

peternak belumlah sistem kandang tertutup, sehingga masih terbuka peluang hewan peliharaan

masuk ke dalam kandang. Sebagian peternak ada yang menjadikan anjing sebagai penjaga

kandang. Dari 30 responden, baru 23% responden yang telah melakukan upaya pencegahan

masuknya hewan peliharaan masuk ke dalam kandang. Tujuh puluh tujuh persen responden

belum melakukan, hal ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran peternak tentang resiko

membiarkan hewan lain berada dalam area kandang.

Untuk kegiatan mencegah masuknya unggas peliharaan lain (itik, ayam buras, kalkun,

angsa) masuk ke dalam kandang, peternak yang sudah melakukan kegiatan ini adalah 33%, ini

sesuai dengan pendapat Abidin (2003) untuk menghindari kontak dengan hewan lain. Empat

Page 11: Dampak Sosial Keberadaan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Pada Wilayah Pemukiman

11

puluh tujuh persen (47%) responden belum melakukan kegiatan ini karena unggas peliharaan

lain dibiarkan bebas dalam kandang untuk memakan makanan yang jatuh di bawah kandang

ayam ras.

Kegiatan pembasmian serangga dan hama tikus, ternyata didapat hasil responden yang

melakukan secara rutin sekitar 17%, hal ini sesuai dengan pendapat Abidin (2003) bahwa perlu

di cegah adanya serangga dan tikus, diberantas dengan menggunakan insektisida yang sesuai.

Peternak yang membasmi serangga atau hama tikus di saat tertentu saja, memiliki persentase

terbesar yaitu 53%. Pembasmian hama tikus di dalam kandang perlu dilakukan karena tikus

adalah sumber penyakit. Menurut Candra (2005) menyatakan bahwa lingkungan yang bersih

dan sehat merupakan cara ampuh untuk memberantas tikus secara alami. Jika tikus semakin

banyak populasinya di dalam kandang, maka peluang timbulnya penyakit pada ayam ras

petelur juga akan semakin besar . Tikus akan memakan sisa makanan ayam, saat makan tikus

akan mengeluarkan kotoran (berak), kotoran tikus termakan oleh ayam dan dapat

menyebabkan ayam menjadi sakit.

Untuk menghindari burung liar masuk kandang belum bisa diatasi oleh peternak di

Kecamatan Harau, dimana 100% belum dapat melakukannya. Peternak belum bisa

mengantisipasi burung liar karena kandang belum di buat dengan sistem tertutup. Burung liar ini

dapat menjadi membawa bibit penyakit (agent) ke ayam ras petelur. Menurut Abidin 2003,

sistem kandang tertutup belum banyak yang menggunakan di Indonesia karena butuh investasi

besar, keuntungan yang diperoleh peternak cenderung meningkat.

Pembuatan pagar pembatas permanen, 57% peternak belum membuat pagar pembatas

permanen. Hal ini terkait dengan kemampuan keuangan peternak, dan kesadaran yang masih

Page 12: Dampak Sosial Keberadaan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Pada Wilayah Pemukiman

12

rendah akan pentingnya pagar pembatas tersebut. Peternak yang belum membuat pagar

permanen, membuat pagar kandangnya dengan bambu.

Aspek Pengaturan Lalu Lintas Keluar masuk barang /orang

Kegiatan-kegiatan yang mendukung pengaturan lalu lintas orang, barang dan mobil

masuk ke area usaha peternakan ayam ras petelur dapat dilihat pada tabel 3.

Untuk kegiatan melakukan penyemprotan dengan desinfektan terhadap barang atau

peralatan yang akan masuk area kandang, dari hasil data survey di dapat hasil 20%, hal ini

perkuat oleh pendapat Abidin (2003) bahwa kontak antara bibit pembawa penyakit dengan ayam

ras petelur harus di cegah, dengan cara membatasi kontak dunia luar dengan ayam ras petelur

yang dipelihara. Peternak yang belum melakukan ini cukup banyak yaitu 67%, peternak

berpendapat bahwa wabah penyakit sudah tidak kelihatan gejalanya, sedangkan biaya untuk

melakukan penyemprotan memerlukan biaya yang cukup besar.

Kegiatan melakukan penyemprotan dengan desinfektan terhadap kendaraan yang akan

masuk ke dalam areal kandang, hasil yang di dapat 70% peternak belum melakukan. Hal ini

disebabkan oleh kurangnya kesadaran peternak pentingnya melakukan penyemprotan kendaraan

yang masuk kandang, pada hal bibit penyakit bisa ikut terbawa masuk kandang melalui

kendaraan.

Page 13: Dampak Sosial Keberadaan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Pada Wilayah Pemukiman

13

Tabel 3 Hasil kegiatan dalam pengaturan Lalu Lintas orang, barang dan mobilkeluar masuk area peternakan

No Kegiatan

N = 30

TP

(%)

SJ

(%)

KK

(%)

S

(%)

SL

(%)

1 Melakukan penyemprotan dengandesinfektan terhadap barang atauperalatan yang akan masuk areakandang.

67 0 0 13 20

2

Melakukan penyemprotan dengandesinfektan kendaraan yang akanmasuk ke dalam kandang

70 0 20 0 10

3

Menghindari pinjam meminjamperalatan antar kandang 0 0 30 0 70

4

Melarang orang yang tidakberkepentingan masuk ke dalamkandang

20 0 43 0 37

5

Sopir, sales atau petugas lainnyasebaiknya ganti pakaian khusus danlakukan penyemprotan sebelum masukke area kandang

80 0 10 0 10

Sumber : Hasil kuisionerKeterangan:

TP : Tidak Pernah S : SeringSJ : Sangat Jarang SL : SelaluKK : Kadang-Kadang

tersebut. Peternak yang sudah melakukan baru 10%, hal ini sesuai dengan pendapat Abidin

(2003), yang menyatakan melakukan pencelupan atau penyemprotan desinfektan kendaraan yang

masuk kandang. Kegiatan ini baru dilakukan oleh usaha peternakan skala besar dan sudah

memahami pentingnya biosekuriti.

Untuk kegiatan menghindari pinjam meminjam peralatan antar kandang, ini sudah

dilakukan oleh sebahagian besar peternak yaitu sekitar 70%. Karena peternak sudah

menyadari bahwa meminjam peralatan antar kandang akan mengancam kesehatan ayam, sebab

Page 14: Dampak Sosial Keberadaan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Pada Wilayah Pemukiman

14

dengan pinjam meminjam peralatan antar kandang dapat terjadinya penularan bibit penyakit

antar kandang.

Melarang orang yang tidak berkepentingan masuk ke dalam kandang, dari hasil survey

dilapangan di dapat data 37% responden melakukan kegiatan ini, hal ini sesuai dengan pendapat

Winarno (2009), tidak membiarkan orang yang tidak berkepentingan masuk kandang. Empat

pulu tiga persen (43%) responden menjawab melakukan sewaktu-waktu atau kadang-kadang

saja yaitu ketika wabah penyakit sedang meluas maka dilakukan pelarangan terhadap yang tidak

berkepentingan masuk ke dalam kandang. Peternak telah menyadari bahwa kontak langsung

antara ayam ras dengan orang harus dihindari, agar keselamatan ayam dapat terjaga. Jika

seseorang yang masuk ke dalam kandang sedang flu dapat menular ke ayam, ayam sehat dapat

menjadi sakit. Sewaktu wabah penyakit ayam sedang berjangkit kebanyakan peternak

melarang dengan ketat orang masuk kandang, namun setelah wabah mereda atau, peternak

longgar lagi melarang orang masuk ke dalam kandang.

Sopir, sales atau petugas lainnya harus mengganti pakaian khusus dan di semprot

sebelum masuk ke area kandang, belum banyak yang melakukan hal ini yaitu baru sebanyak

10%. Peternak yang belum melakukan cukup banyak yaitu sebesar 80%. Peternak yang sudah

melakukan hal ini adalah yang berskala besar dan telah memiliki komitmen kuat dengan

biosekuriti yang sudah melakukan penyemprotan kendaraan atau orang yang masuk ke areal

kandang, namun jumlahnya masih sedikit sekali. Peternak yang belum melakukan dengan

alasan wabah sudah tidak ada, sedangkan biayanya cukup mahal.

Peternak ayam ras petelur yang ada di Kecamatan Harau belum sepenuhnya melakukan

biosekuriti terhadap ternak yang mereka miliki. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor yaitu ;

1) kesadaran peternak terhadap pentingnya biosekuriti yang masih rendah, 2) skala usaha mereka

Page 15: Dampak Sosial Keberadaan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Pada Wilayah Pemukiman

15

yang masih belum terlalu besar sehingga biaya untuk melaksanakan biosekuriti dirasakan cukup

mahal. Pada hal biosekuriti tersebut sangat penting bagi kesehatan ayam. Beberapa penyakit

ayam seperti flu burung, gumboro dan penyakit ayam lainnya dapat diantisipasi dengan

penerapan biosekuriti yang baik. Sebagaimana disebutkan oleh Winarno (2009) bahwa untuk

mengantisipasi terhadap resiko penularan penyakit flu burung, dapat dilakukan upaya

pencegahan antara lain : (a) Ayam/ unggas yang positip terserang penyakit AI harus

dimusnahkan dengan cara dibakar atau dikubur; (b) Melakukan sanitasi lingkungan kandang

serta hal-hal yang berhubungan dengan usaha peternakan ayam; (c) Membuang kotoran ayam 3

hari sekali ; (d) Kecuali yang berkepentingan, dilarang keluar-masuk lokasi peternakan ayam; (e)

Melakukan vaksinasi pada ayam/ unggas di sekitar lokasi yang terkena penyakit AI, pada jarak

radius 1 kilometer; (f) Memutus rantai awal sumber penularan dengan memusnahkan (stamping

out) pada unggas yang terinfeksi sesuai prosedur.

Informan Kunci Drh Mukmin, seorang konsultan dan praktisi usaha peternak

mengungkapkan bahwa sejak mewabahnya flu burung tahun 2003, di Kabupaten Lima Puluh

Kota ada peningkatan pelaksanaan biosekuriti. Namun setelah wabah flu burung mereda,

biosekuriti menjadi longgar kembali dan kewaspadaan pun berkurang malahan banyak peternak

terutama yang berskala kecil menganggap keadaan sudah aman dari wabah. Peternak yang tetap

konsisten melaksanakan biosekuriti adalah peternak besar dan yang banyak bersentuhan dengan

teknikal servis perusahaan suplier makanan dan obat-obatan unggas dan peternak yang selalu

mengikuti perkembangan usaha perunggasan baik dari majalah perunggasan maupun mengikuti

seminar-seminar tentang biosekuriti. Peternak yang berorientasi bisnis semata, menganggap

bahwa penerapan biosekuriti hanya menambah pengeluaran saja. Program biosekuriti

seyogyanya menjadi rutinitas bagi peternak dan dilakukan secara terus menerus karena berguna

untuk menjaga kesehatan dan produktifitas ayam ras petelur dalam jangka panjang.

Page 16: Dampak Sosial Keberadaan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Pada Wilayah Pemukiman

16

Penentuan Kategori Pengelolaan Lingkungan Usaha Ayam Ras

Untuk menentukan penilaian terhadap pelaksanaan pengelolaan lingkungan oleh peternak

ayam ras petelur di Kecamatan Harau, maka dilakukan penghitungan skor jawaban responden

atas pernyataan untuk semua aspek yang dinilai yaitu meliputi aspek sanitasi, aspek isolasi dan

aspek pengaturan lalu lintas orang/barang. Skor dihitung dengan cara mengalikan jawaban yang

dipilih responden dengan bobot pernyataan. Setelah itu skor dijumlahkan secara keseluruhan

untuk ketiga aspek tersebut sehingga didapatkan total skor. Angka total skor kemudian

dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu baik, cukup baik dan kurang baik. Kategori baik

diberikan untuk skor 51-75, kategori cukup baik dengan skor 26-50 dan kategori kurang baik

untuk skor 1-25. Perhitungan skor untuk masing-masing aspek dapat dilihat pada lampiran 1.

Tabel 4. berikut ini menampilkan penentuan kategori pengelolaan lingkungan yang dilakukan

oleh peternak ayam ras petelur di Kecamatan Harau.

Page 17: Dampak Sosial Keberadaan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Pada Wilayah Pemukiman

17

Tabel 4. Penentuan Kategori Pengelolaan Lingkungan yang dilakukan oleh peternak ayamras petelur di Kecamatan Harau

No NamaPeternak

Sub total (Skor)Total Skor KategoriAspek

SanitasiAspekIsolasi

Aspek pengaturanlalin orang/barang

1 Bayu 7 9 7 23 kurang baik2 Ahmad Afandi 5 17 11 33 cukup baik3 Syahrial 9 7 11 27 cukup baik4 M.Dt. Gj 13 13 15 41 cukup baik5 Hamdi 7 7 12 26 cukup baik6 Syukrianda 19 11 11 41 cukup baik7 H. Ida Asrul 9 9 13 31 cukup baik8 Yanti Z. 13 13 12 38 cukup baik9 Eti Lubis 7 9 13 29 cukup baik10 Afdal Zikri 21 15 9 45 cukup baik11 Defrianto 16 7 12 35 cukup baik12 Seno 5 11 15 31 cukup baik13 Safri 9 7 13 29 cukup baik14 B. Diantoro 9 17 11 37 cukup baik15 Rinal 11 15 11 37 cukup baik16 Yon Fitri 5 11 18 34 cukup baik17 Darwin 11 21 11 43 cukup baik18 Purwono 5 17 15 37 cukup baik19 Ujang Ramli 11 13 21 45 cukup baik20 Feri 7 11 12 30 cukup baik21 Bujang 13 15 10 38 cukup baik22 Afdila 16 13 17 46 cukup baik23 Syailendra 5 10 13 28 cukup baik24 Hj. Im 7 11 14 32 cukup baik25 Beni Murdani 7 10 9 26 cukup baik26 Eza 7 14 10 31 cukup baik27 Ujang C 18 9 23 50 cukup baik28 H. Yori 11 15 17 43 cukup baik29 H.Yan 10 15 13 38 cukup baik30 Lusi 12 13 13 38 cukup baik

Total 305 365 392 1062

Page 18: Dampak Sosial Keberadaan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Pada Wilayah Pemukiman

18

Persepsi masyarakat terhadap keberadaan usaha peternakan ayam ras petelur dipemukiman

Adapun dampak yang ingin dilihat dari keberadaan usaha peternakan ayam petelur pada

pemukiman penduduk meliputi dampak terhadap pendapatan keluarga, perekonomian

masyarakat, penyerapan tenaga kerja, distribusi pendapatan, harga tanah, motivasi berusaha,

pencemaran udara (bau) dan banyaknya lalat. Jawaban responden terhadap kuisioner yang telah

disebarkan dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Jawaban responden terhadap indikator penilaian dampak sosial

NoIndikator

N = 120

TS(%)

KS(%)

CS(%)

S(%)

SS(%)

1Usaha peternakan ayam ras petelur secaralangsung berpengaruh positif terhadap pendapatankeluarga. 47 3 3 11 37

2Usaha ayam ras petelur secara langsungberpengaruh positif terhadap pendapatan ekonomimasyarakat sekitarnya 45 18 0 19 18

3Dengan adanya usaha ayam ras petelur, terjadipeningkatan penyerapan tenaga kerja. 32 36 0 17 15

4Terjadinya peningkatan kesenjangan distribusipendapatan masyarakat akibat adanya usaha ayamras petelur. 44 43 0 3 9

5Terjadinya peningkatan harga tanah dengankeberadaan usaha ayam ras petelur. 9 4 13 34 39

6Meningkatnya motivasi berusaha dengan adanyausaha ayam ras 40 24 0 23 13

7

Usaha Peternakan ayam ras petelur menimbulkanpencemaran udara (bau) 10 15 0 62 13

8

Usaha peternakan ayam ras petelur mengakibatkanbanyaknya lalat 9 6 24 44 17

Sumber : Hasil KuisionerKeterangan:

Page 19: Dampak Sosial Keberadaan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Pada Wilayah Pemukiman

19

TS : Tidak Setuju S : SetujuKS : Kurang Setuju SS : Sangat SetujuCS : Cukup Setuju

Untuk indikator dampak usaha ayam ras petelur terhadap peningkatan pendapatan

keluarga , 47% responden menyatakan tidak setuju, 3% menyatakan kurang setuju, 3%

menyatakan cukup setuju dan 11% menyatakan setuju serta 37% menyatakan sangat setuju. Hal

ini memperlihatkan bahwa hampir setengah responden menyatakan bahwa keberadaan usaha

ayam ras petelur belum memberikan dampak yang positif terhadap peningkatan pendapatan

keluarga.

Keberadaan usaha peternakan ayam ras petelur belum memberikan dampak positif

terhadap pendapatan keluarga, dalam arti kata bahwa pendapatan keluarga dari masyarakat yang

tinggal disekitar kandang belum meningkat secara signifikan. Hal ini berbeda dengan beberapa

daerah lain yang telah diteliti, misalnya di Kecamatan Sanankulon Kabupaten Blitar. Hasil

penelitian menyatakan bahwa keberadaan usaha peternakan ayam ras petelur berdampak positif

terhadap peningkatan pendapatan (Wahyuningtiyas, 2008). Menurut informan kunci Suwandi

menyatakan bahwa belum terasanya peningkatan pendapatan oleh penduduk yang berada di

sekitar usaha peternakan, salah satu penyebabnya adalah karena sebagian besar peternak tidak

mengambil tenaga kerja dari penduduk tersebut. Mereka cenderung membawa tenaga kerja dari

tempat mereka berasal (kebanyakan dari peternak bukan penduduk asli Kecamatan Harau).

Untuk indikator dampak usaha peternakan ayam ras petelur terhadap perekonomian

masyarakat, ternyata hasil jawaban responden 45% menjawab tidak setuju, , 19% responden

menjawab setuju dan 18% responden sangat setuju. Hal ini berarti bahwa keberadaan usaha

peternakan belum berdampak positif terhadap perekonomian masyarakat secara umum.

Keberadaan usaha peternakan ayam ras petelur belum memberikan dampak positif

terhadap perekonomian masyarakat secara umum. Menurut informan kunci Suwandi

Page 20: Dampak Sosial Keberadaan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Pada Wilayah Pemukiman

20

menyatakan bahwa usaha peternakan ayam ras petelur masih banyak mendatangkan tenaga kerja

dari luar tempat usahanya. Hal ini disebabkan oleh pengalaman kerja ataupun keterampilan kerja

yang masih rendah. Usaha peternakan ayam ras petelur di Kecamatan Harau belum menjadi

usaha yang mempengaruhi perekonomian masyarakat karena jumlah populasi ayam yang belum

terlalu banyak dan distributor makanan ayam ras tidak berada di kecamatan ini. Berbeda dari

pendapat Wahyuningtias (2008) pada penelitiannya yang menyatakan bahwa keberadaan usaha

peternakan ayam yang terdapat di Kecamatan Sanankulon Kabupaten Blitar, telah memberikan

dampak positif terhadap kehidupan masyarakat di sekitar perusahaan, dimana secara ekonomi

terjadi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Untuk indikator dampak usaha peternakan ayam ras petelur terhadap peningkatan

penyerapan tenaga kerja, 32% responden menjawab tidak setuju, 36% menyatakan kurang

setuju, 17% menyatakan setuju dan 15% menyatakan sangat setuju. Berdasarkan hasil

wawancara dengan responden, bahwa dari 136 orang tenaga kerja yang terserap di 30 usaha

peternakan ayam ras petelur, baru 43 orang tenaga kerja lokal yang dapat terserap. Ini

menunjukan bahwa keberadaan usaha ayam ras petelur belum mengutamakan tenaga kerja

lokal, tetapi didatangkan dari daerah lain. Tenaga kerja lokal yang digunakan sebagian besar

hanyalah tenaga kerja tidak tetap seperti buruh bongkar muat. Hal ini sejalan dengan jawaban

responden untuk indikator peningkatan pendapatan keluarga.

Keberadaan usaha ayam ras petelur belum memberikan dampak positif terhadap

peningkatan penyerapan tenaga kerja. Untuk 30 usaha peternakan yang menjadi responden,

penelitian menyerap tenaga kerja sebanyak 136 orang. Dari jumlah tersebut yang merupakan

tenaga kerja lokal berjumlah 40 orang atau lebih kurang 30% (hasil wawancara). Ini berarti

masih sedikit tenaga kerja lokal yang terserap dari usaha peternakan ayam ras petelur tersebut.

Menurut Informan kunci Suwandi, menyatakan bahwa pengusaha ternak ayam ras petelur

Page 21: Dampak Sosial Keberadaan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Pada Wilayah Pemukiman

21

seharusnya memperkerjakan lebih banyak penduduk setempat agar kecemburuan terhadap usaha

peternakan dan pekerja dari luar tidak meningkat.

Dampak usaha ayam ras petelur terhadap adanya kesenjangan distribusi pendapatan di

masyarakat sekitar usaha ayam ras, 44% responden menjawab tidak setuju, 43% menyatakan

kurang setuju, 3% menyatakan setuju dan 9% menyatakan sangat setuju. Hal ini menggambarkan

bahwa belum adanya kesenjangan distribusi pendapatan di masyarakat.

Dampak usaha peternakan ayam ras petelur terhadap kesenjangan distribusi pendapatan

di Kecamatan Harau, responden menyatakan belum terjadi kesenjangan distribusi pendapatan di

masyarakat. Berbeda dengan daerah lain, ayam ras petelur cendrung menyebabkan kesenjangan

pendapatan di masyarakat. Seperti yang terjadi Kecamatan Sanankulon Kabupaten Blitar, bahwa

telah terjadi ketidakmerataan peningkatan pendapatan yang menimbulkan kesenjangan distribusi

pendapatan dan disisi lain juga terjadi perubahan pola hidup dalam masyarakat, dimana

masyarakat menjadi lebih konsumtif (Wahyuningtyas, 2008).

Terjadinya kenaikan harga tanah di Kecamatan Harau belum dapat dikatakan sebagai

dampak positif dari keberadaan usaha peternakan ayam ras petelur. Kenaikan harga tanah

mungkin saja disebabkan oleh berpindahnya Ibukota Kabupaten Lima Puluh Kota ke Kecamatan

Harau, menjadikan daerah ini sebagai pusat pertumbuhan untuk membangun perumahan.

Kebutuhan lahan meningkat dengan pesat, sehingga harga tanah menjadi melambung.

Untuk dampak usaha ayam ras petelur terhadap motivasi berusaha, 40% responden

menjawab tidak setuju, 24% menjawab kurang setuju, 23% menjawab setuju dan 13% menjawab

sangat setuju. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan usaha ayam ras petelur belum memotivasi

masyarakat untuk memulai usaha baru.

Usaha peternakan ayam ras petelur belum menjadi motivasi bagi masyarakat sekitarnya

untuk melakukan usaha yang sama, karena berusaha dibidang ayam ras perlu keterampilan

Page 22: Dampak Sosial Keberadaan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Pada Wilayah Pemukiman

22

teknis, jiwa kewirausahaan dan modal yang harus mencukupi. Sedikit sekali masyarakat

sekitarnya yang termotivasi dengan keberadaan usaha peternakan ayam ras petelur di lingkungan

mereka.

Dampak usaha ayam ras petelur terhadap pencemaran udara (bau), 10% responden

menyatakan tidak setuju, 15% menyatakan kurang setuju, 62% menyatakan setuju dan 13%

menyatakan sangat setuju. Hasil ini menggambarkan bahwa sebahagian besar responden

merasakan pencemaran udara (bau) dari usaha ayam petelur yang berada di pemukiman mereka.

Pencemaran bau merupakan dampak negatif dari usaha peternakan ayam ras petelur di

pemukiman penduduk di Kecamatan Harau. Informan Kunci Ben menyatakan bahwa

pencemaran lingkungan di kandang ayam ras petelur ini bertambah dengan adanya beberapa

peternak yang ingin mendapatkan keuntungan lebih dengan memberikan bahan campuran

makanan ayam yang berasal dari ikan yang tidak terjual di pasar dan harganya relatif lebih

murah, pemberian makan cara ini menimbulkan efek bau yang sangat menyengat pada kotoran

ayam.

Untuk dampak usaha ayam ras petelur terhadap banyaknya lalat, 9% responden

menjawab tidak setuju, 6% kurang setuju, 24% menjawab cukup setuju, 44% menjawab setuju

dan 17% menjawab sangat setuju. Hasil ini menggambarkan bahwa usaha ayam ras petelur

mengakibatkan banyaknya lalat bermunculan di sekitar lokasi kandang.

Banyaknya lalat merupakan dampak negatif dari usaha peternakan ayam ras petelur di

pemukiman. Kebiasaan lalat suka mencari tempat-tempat yang berbau busuk menyebabkan

kandang ayam ras petelur banyak dihinggapi lalat untuk berkembang biak. Masyarakat di

sekitar kandang ayam ras merasa terganggu dengan banyaknya lalat yang masuk ke rumah dan

Page 23: Dampak Sosial Keberadaan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Pada Wilayah Pemukiman

23

hinggap ke makanan yang mereka makan. Menurut masyarakat ribuan lalat yang masuk ke

rumah sangat menggangu dan menyebabkan ketidak nyaman.

Penentuan Kategori Dampak Sosial Keberadaan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur di

Pemukiman

Dampak sosial usaha peternakan ayam ras petelur terhadap masyarakat yang berada di

sekitar usaha peternakan ayam ras, diukur dari pendapat/persepsi masyarakat terhadap

keberadaan usaha peternakan ayam ras tersebut. Untuk menetapkan kategori tentang persepsi

masyarakat terhadap keberadaan usaha peternakan ayam ras petelur didasarkan pada total skor

dari jawaban dari pertanyaan yang diajukan. Setiapa pertanyaan diberi skor 1 sampai dengan 5

dengan menyatakan setuju atau tidak setuju berdasarkan skala Likert, yaitu : Skor 1 untuk

menyatakan tingkatan tidak setuju

Skor 2 untuk menyatakan tingkatan kurang setuju

Skor 3 untuk menyatakan tingkatan cukup setuju

Skor 4 untuk menyatakan tingkatan setuju

Skor 5 untuk menyatakan tingkatan sangat setuju

Skor 1 sampai dengan 5 dimasukkan dalam 8 pertanyaan kemudian dikalkulasikan,

setelah itu dilakukan penentuan kategori yang terdiri dari tiga kategori yaitu baik, netral dan

kurang baik. Kategori baik untuk skor 30-40, netral untuk skor 19-29 dan kurang baik untuk

skor 8- 18.

Penentuan kategori dampak sosial keberadaan usaha peternakan ayam ras petelur dari

120 responden dapat dilihat pada lampiran 2. Tabel 6 berikut ini menampilkan kategori dampak

sosial keberadaan usaha peternakan ayam ras petelur di pemukiman.

Page 24: Dampak Sosial Keberadaan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Pada Wilayah Pemukiman

24

Tabel 6. Kategori dampak sosial keberadaan usaha peternakan ayam ras petelur pada

pemukiman penduduk di Kec. Harau

No Skor Kategori Jumlah Responden %

1 30-40 Baik 24 20

2 19-29 Netral 67 56

3 8-18 Kurang Baik 29 24

Sumber : Hasil Olahan

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa 56% responden berpendapat netral terhadap

keberadaan usaha ayam ras petelur yang berada dekat pemukiman mereka. Hal ini bisa

disebabkan oleh adanya anggota keluarga mereka yang bekerja pada usaha peternakan tersebut,

walaupun disisi lain mereka juga merasakan dampak bau dan lalat. Disamping itu kepedulian

peternak terhadap masyarakat sekitar dengan cara memberikan santunan (THR, Sosial) juga turut

mengurangi persepsi yang negatif terhadap usaha peternakan tersebut.

Responden yang menilai keberadaan usaha ayam ras petelur dengan kategori baik yaitu

sebanyak 20%, adalah masyarakat yang telah merasakan dampak positif keberadaan usaha

peternakan tersebut namun tidak merasakan dampak negatif berupa bau dan banyaknya lalat.

Dampak positif tersebut dapat berupa peningkatan pendapatan keluarga atau perekonomian

masyarakat secara umum, membuka peluang usaha, atau pun motivasi berusaha/berbisnis.

Masyarakat yang memberikan penilaian kurang baik terhadap keberadaan usaha

peternakan ayam ras petelur sebanyak 24% adalah masyarakat yang merasakan dampak negatif

dari usaha peternakan tersebut..Masyarakat ini merasakan dampak negatif yang lebih besar

dibandingkan dampak positifnya. Pencemaran bau dan banyaknya lalat lebih mereka rasakan

dibandingkan dengan dampak positif berupa peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja.

Page 25: Dampak Sosial Keberadaan Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Pada Wilayah Pemukiman

25

Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pengelolaan lingkungan yang dilakukan oleh peternak ayam ras petelur yang berada

pada pemukiman penduduk di Kecamatan Harau sudah tergolong cukup baik (96%

cukup baik, 4% kurang baik). Dari ketiga aspek biosekuriti yang dinilai, aspek sanitasi

memperoleh skor paling rendah diantara aspek lainnya. Sedangkan aspek sanitasi sangat

menentukan dalam pengurangan bau.

2. Keberadaan usaha peternakan ayam ras petelur belum memberikan dampak baik

terhadap masyarakat sekitarnya. Hal ini terlihat dari hasil jawaban responden yaitu 56%

masyarakat berpendapat netral, 20% baik dan 24% kurang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 2003. Meningkatkan Produktifitas Ayam Ras Petelur. Agromedia Pustaka.Jakarta.

Chandra. B, 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.

Lastiati. A. 2011. Biosekuriti dan Sanitasi Kunci Pengendalian Penyakit Gumboro.http://www.disnak-jatim.go.id. download 2 Juli 2011

Nasir, M. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta.Prasetyo, B. dan Lina M.J, 2005. Metode Penelitian Kuantitatif, Teori dan Aplikasi,

Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Riduwan, 2004. Metode dan Teknik Penyusunan Thesis. Alfabeta. Bandung

Wahyuningtyas. E. 2008. Dampak Keberadaan Peternakan Unggas Terhadap PerubahanKehidupan Sosial Dan Ekonomi Masyarakat. di Desa Plosoarang, KecamatanSanankulon, Kabupaten Blitar.

Winarno, 2009. Mengantisipasi Penyakit Flu Burung. http://www.deptan.go.id. Download 4juli 2011