DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGKIT LISTRIK...
Transcript of DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGKIT LISTRIK...
DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP PUNAGAYA TERHADAP BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI KABUPATEN
JENEPONTO
SOCIO ECONOMIC IMPACT OF THE STEAM POWER PLANT PUNAGAYA ON THE SEAWEED CULTIVATION IN JENEPONTO
REGENCY
Tetty , Aris Baso , Rajuddin Syamsuddin
Jurusan Ilmu Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin
Alamat Korespondensi: Tetty, S. Pi Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar, 90245 Hp: 081991601510 Email: [email protected]
Abstrak Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap Punagaya (PLTU) menimbulkan kekhawatiran pembudidaya rumput laut terhadap kelangsungan usaha budidaya rumput laut di Desa Punagaya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak sosial ekonomi dan sosial budaya yang ditimbulkan akibat pembangunan PLTU Punagaya dan Strategi alternatif untuk meminimalisir dampak PLTU. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive). Metode penelitian untuk analisis kualitas air dilakukan di lapangan dan di laboratorium, untuk mengkaji dampak sosial ekonomi digunakan metode analisis statistik deskriptif, dan untuk merumuskan strategi alternatif menggunakan analisis SWOT dan AHP (Analitycal Hierarchy Process). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas perairan di Desa Punagaya akibat dari buangan air panas PLTU Punagaya meyebabkan penurunan kualitas lingkungan perairan,sehingga berdampak pada penuruan pendapatan pembudidaya rumput laut yang usahanya bejarak dekat dengan saluran pembuangan air panas PLTU Punagaya, yaitu usaha budidaya rumput laut yang berada pada radius 500 M dan 1000 M sedangkan usaha budidaya pada radius 2000 M cenderung memiliki pendapatan yang stabil dari sebelum dan setelah adanya PLTU Punagaya. Namun apabila penangan pembuangan air panas ini tidak diantisipasi secepatnya, kemungkinan usaha budidaya yang berada pada radius 2000 M atau bahkan lebih akan merasakan dampak dari pembuangan air panas tersebut. Sedangkan untuk strategi alternatif paling prioritas untuk meminimalisir dampak yang terjadi adalah penataan kembali lokasi usaha budidaya rumput laut dengan melihat kesusaian lahan budidaya rumput laut. Disimpulkan bahwa semakin dekat usaha budidaya rumput laut dengan saluran pembuangan air panas menyebabkan terjadinya perbedaan pendapatan,sehingga perlu dilakukan strategi alternatif pemecahan masalah. Kata kunci : Dampak sosial ekonomi, PLTU Punagaya, Budidaya Rumput Laut Abstract Development Steam Power Plant (Power Plant) Punagaya raises concerns on survival growers seaweed cultivation in the Punagaya Village. The research aimed at analyzing for the social economic and social cultural impacts caused by the development of Punagaya Steam Power Plant (SPP) on the seaweed cultivation and the alternative strategy for the problem solving of the impacts caused in order that seaweed cultivation bussiness could develop by minimizing the SPP impact. The research was carried out at Punagaya Village, Bangkala District, Jeneponto Regency. The research location was selected by the purposive technique. The research method used to analyse the waters quality by water sample testing in the field and in the laboratory of the water quality. To assess the social economic impact used the descriptive statistic analysis method, and to formulate the alternative strategy used the SWOT analysis and AHP (Analytical Hierarchy Process). The research result indicates that the waters quality at Punagaya Village as the result of the hot water discharge of Punagaya SPP causes the decrease of the waters enviromental quality causing the occurrence of the seaweed production decrease, so that it has the further impact on the seaweed cultivators’ income decrease whose business is closed to the hot water discharge channel of punagaya SPP namely the seaweed cultivation business existing in the radius of 500 m and 1000 m, whereas the cultivation business in the radius of 2000 m tends to have the stable income of before and after the development of Punagaya SPP. However, if the handling of the hot water discharge is not anticipated as soon as possible, the cultivation business existing in the radius of 2000 m or even more will be possible to feel the impact of the hot water discharge. Whereas the alternative strategy of the most priority to minimize the impact occurring is the realigment of the seaweed cultivation business location by perceiving the conformity of the seaweed cultivation land. It was concluded that the closer the cultivation of seaweed with hot water drains cause the difference in revenue, so we need an alternative strategy problem solving. Keywords : Socio-economic impacts, Punagaya SPP, Seaweed Cultivation
PENDAHULUAN
Salah satu komoditas yang dijadikan nelayan sebagai mata pencaharian adalah
rumput laut. Rumput laut merupakan salah satu komoditas unggulan Sulawesi Selatan, yang
salah satu centra produksinya adalah Kabupaten Jeneponto. Terdapat 7 kecamatan dan 112
desa penghasil rumput laut dengan hasil produksi pada tahun 2012 mencapai 15130,3 ton.
Sebagai bahan pangan yang sudah dikenal masyarakat bahkan sampai ke mancanegara,
banyak masyarakat membudidayakan rumput laut untuk memenuhi permintaan pasar yang
semakin meningkat dan untuk menambah pendapatan.
Lahan budidaya rumput laut di daerah tersebut merupakan lahan penanaman rumput
laut yang selama ini menjadi satu-satunya sumber mata pencaharian warga setempat sejak
tahun 1993. Namun semenjak dibangunnya Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Desa
Punagaya dimana saluran pembuangan air panas langsung ke laut dan belum mendapat izin
kementrian lingkungan hidup sehingga menimbulkan kekhawatiran pembudidaya rumput laut
akan mencemarkan perairan dan merusak usaha budidaya rumput laut. Pada penelitian
sebelumnya yang berjudul Dampak Pembangunan Jalan Metro Tanjung Bunga terhadap
Komunitas Nelayan Makassar, yang diteliti oleh Feri Daud pada tahun 2005 menunjukkan
bahwa keberadaan Jalan Metro turut memicu pesatnya perkembangan pembangunan fisik di
kawasan Tanjung Bunga, yang menimbulkan dampak negatif terhadap penurunan kualitas
lingkungan di perairan Teluk Losari yang ditandai dengan sebagian hasil-hasil laut di perairan
tersebut telah berkurang dan sebagian lagi telah hilang dari habitatnya, sehingga berdampak
lebih lanjut terhadap penurunan hasil laut, konflik pemanfaatan lahan hingga terjadinya alih
profesi pekerjaan ( Daud, 2005).
Pembangunan akan memberikan perubahan dari segala aspek kehidupan. Salah
satunya perubahan faktor lingkungan. Perubahan faktor lingkungan merupakan tantangan bagi
masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya, karena pada dasarnya lingkungan yang berbeda
akan melahirkan tanggapan yang berbeda terhadap berbagai masalah yang berbeda pula.
Dengan demikian, individu masyarakat yang hidup dalam suatu lingkungan akan memiliki
kehidupan sosial ekonomi yang bebeda, seperti yang tercermin dalam pola-pola kehidupan
masyarakat pesisir (Helmi, 2012).
Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Punagaya berkapasitas 2x125 MW di Desa
Punagaya dibangun diatas lahan seluas kurang lebih 100 hektar oleh PT Bosowa Energi untuk
memenuhi kebutuhan energy listrik warga masyarakat Sulawesi Selatan. Sebuah
pembangunan pasti akan memiliki dampak yang dihasilkan baik itu dari segi positif maupun
negatif, diantaranya dampak kehidupan sosial, ekonomi dan budaya seperti pola hubungan
atau sistem interaksi, gaya hidup, cara berfikir, lapangan kerja, dan pendapatan, yang
semuanya dapat berubah dalam masyarakat setempat akibat dari adanya industri tersebut.
Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak sosial ekonomi yang
ditimbulkan akibat pembangunan PLTU Punagaya dan Strategi alternatif untuk
meminimalisir dampak PLTU.
BAHAN DAN METODE
Lokasi dan Rancangan Penelitian
Penelitan ini dilaksanakan di Desa Punagaya, Kecamatan Bangkala, Kabupaten
Jeneponto. Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan mulai dari Januari – Maret 2014. Lokasi
penelitian dipilih secara sengaja (purposive), Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja
(Purposive) dengan alasan bahwa di desa Punagaya terdapat pembangunan Pembangkit
Listrik Tenaga Uap (PLTU) Punagaya dimana dalam pembangunan akan memberikan
dampak bagi kehidupan masyarakat, terutama kehidupan masyarakat yang bermata
pencaharian sebagai pembudidaya rumput laut (Gambar 1).
Populasi dan Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah pembudidaya rumput laut, dan stakeholder atau pemangku
kepentingan di Desa Punagaya. Adapun jumlah RTP rumput laut di Desa Punagaya pada
tahun 2013 sebanyak 292, banyaknya sampel yang digunakan dalam penelitian ini ditentukan
menggunakan metode cluster sampling (sampel acak kelompok) dimana sampel akan
dikelompokkan berdasarkan jarak usaha budidaya rumput laut yang dimiliki dengan saluran
pembuangan air limbah (panas) PLTU Punagaya. Jumlah sampel yang akan diwawancarai
sebagai responden sebesar 10% (29 orang) dari populasi yang terkena dampak (Sugiyono,
2005).
Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Observasi, yaitu
pengamatan langsung terhadap berbagai kegiatan keadaan di lokasi penelitian, (2) Wawancara
secara mendalam, yaitu mengumpulkan data dengan melakukan tanya jawab dengan informan
untuk memperoleh informasi yang mendalam. Dalam melakukan wawancara dapat
menggunakan alat bantu kuesioner sebagai pedoman melakukan wawancara, (3) Studi
pustaka, yaitu mengumpulkan data dengan melakukan telaah pustaka melalui literatur-
literatur dari berbagai sumber dan terkait dengan penelitian (Stake, 2009).
Analisis Data
Analisis yang dilakukan untuk menjawab tujuan pertama adalah analisis kualitas air,
dan analisis dampak sosial ekonomi dengan parameter yaitu pendapatan dan pola pemilikan
lahan. Analisis kualitas air dilakukan di lapangan dan pengujian di Laboratorium kualitas air
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Setelah memperoleh hasil analisa kualitas air, maka
dilakukan analisis aspek sosial ekonomi dan sosial budaya. Untuk melihat aspek ekonomi
maka digunakan rumus pendapatan, kemudian penelitian ini menggunakan analisis statistik
deskriptif. Penelitian ini menggunakan statistika deskriptif berupa perhitungan tabulasi silang
dan chi-square dengan menggunakan program SPSS 19. Analisis ini juga dapat digunakan
untuk mendeskripsikan data sampel agar dapat dijelaskan dan menggambarkan hal-hal yang
terjadi dilapangan secara objektif. Untuk menjawab tujuan kedua menggunakan analisis
SWOT dan Analytic Process Hierarky (AHP) menggunakan program Expert choice 9.5
HASIL
Kondisi kualitas perairan untuk parameter fisika, nilai suhu perairan Desa Punagaya
pada usaha budidaya rumput laut yang berjarak 500 M, 1000 M dan 2000 M masing-masing
yaitu 34oC , 32oC dan 29oC, salinitas perairan masing-masing 270/00, 290/00, 290/00, TSS
perairan berkisar 5,30 mg/l, 5,33 mg/l, 5,20 mg/l, Arus pada setiap lokasi pengambilan
sampel air berkisar sama yaitu 0,2 m/det (Tabel 1). Sedangkan untuk parameter kimia,
kandungan SO4 pada msing-masing jarak usaha budidaya rumput laut terhadap saluran
pembuangan air panas adalah 1015,15 mg/l, 998,48 mg/l, 917,19 mg/l. Kandungan NH3
masing-masing yaitu 0,001 mg/l, 0,001 mg/l dan 0,004 mg/l, Kandungan pH masing-masing
8, 7, 7 , kandungan CO2 masing-masing 15,98 mg/l, 19,55 mg/l dan 23,97 mg/l dan untuk
kandungan Mg pada masing-masing titik pengambilan sampel adalah 1207,2 mg/l, 1026,8
mg/l dan 998,9 mg/l (Tabel 2).
Umumnya kualitas perairan di Desa Punagaya ada beberapa parameter yang sudah
melampau batas maksimum untuk pertumbuhan rumput laut. Hal ini menyebabkan penurunan
jumlah produksi dan penurunan jumlah pendapatan. Adapun pendapatan pembudidaya rumput
laut pada usaha budidaya rumput laut yang berjarak 500 M berkisar antara Rp 3.583.833 – Rp
4.896.833, 1000 M berkisar antara Rp 12.870.333 – Rp 14.641.833 dan 2000 M berkisar
antara Rp 16.006.833 – Rp 18.132.333 (Tabel 3)
Berdasarkan perhitungan chi-square diperoleh nilai X2 hitung (38.321) > X2 tabel
(4;0,05) (9.4877) serta nilai signifikansi (0.000) < α (0,05) Ho ditolak. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan antara jarak usaha budidaya rumput laut ke saluran
pembuangan air panas PLTU Punagaya dan pendapatan usaha budidaya rumput di Desa
Punagaya. sedangkan hasil dari strategi prioritas menggunakan expert choice diperoleh
strategi penataan kembali lokasi usaha budidaya rumput laut dengan melihat kesusaian lahan
budidaya rumput laut dengan nilai indeks konsistensi tertinggi yaitu 0,178.
PEMBAHASAN
Penelitian ini menunjukkan bahwa dampak sosial ekonomi yang terjadi adalah
penurunan pendapatan pembudidaya rumput laut. Dimana usaha budidaya yang berjarak 500
M memiliki pendapatan yang paling rendah. Hal ini dikarenakan produksi rumput laut
menurun yang disebabkan oleh suhu pada jarak 500 M sudah melewati ambang batas
kemampuan bertahan rumput laut yaitu 340C, yang terjadi karena adanya saluran pembuangan
air panas limbah PLTU Punagaya langsung ke laut secara terus menerus dalam jumlah debet
air yang besar, sehingga mempengaruhi suhu perairan. Berdasarkan penelitian dari Khasanah
(2013), mengatakan bahwa suhu yang melebihi 300C sudah melebihi baku mutu tumbuhnya
rumput laut yang telah ditentukan yaitu 270C-300C. Sedangkan Wenno (2009), mengatakan
bahwa kisaran suhu yang baik untuk pertumbuhan cottonii adalah 24-31oC. Berdasarkan hasil
wawancara dengan pembudidaya rumput laut yang memiliki usaha budidaya rumput laut
berjarak 500 M dari saluran pembuangan air panas , pada tahun 2012 pembudidaya rumput
laut yang berjarak 500 M dan 1000 M mengatakan pernah terjadi kerusakan yang sangat fatal
pada rumput laut. Rumput laut tersebut berwarna pucat dan membusuk, hal ini diindikasi
karena adanya pengaruh suhu perairan yang sangat panas, hal ini sesuai dengan pendapat
Achmad & Masahiro (2012), yang mengatakan semakin meningkat suhu laut maka dapat
membuat rumput laut membusuk. Berdasarkan suhu yang diperoleh pada penelitian ini
menunjukkan bahwa suhu tersebut tidak baik untuk pertumbuhan rumput laut. Sehingga para
petani berharap pihak PLTU terlebih dahulu mendinginkan air buangan agar panas dari air
limbah tersebut tidak berdampak negatif pada rumput laut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan pendapatan juga diakibatkan karena
adanya pengurangan lahan budidaya, yang digunakan untuk pembangunan dermaga
pengangkutan batu bara PLTU, dimana hal ini diindikasi menjadi penyebab meningkatnya
kandungan sulfat pada perairan yang melewati ambang batas. Kualitas air yang melewati
ambang batas, menurut Chua & James et al (2010), secara langsung dapat mempengaruhi
kondisi budidaya rumput laut, sebab kualitas air terganggu maka akan menyebabkan
organisme rumput laut terganggu. Kandungan sulfat meningkat karena pada proses
pengangkutan batu bara, serpihan-serpihan batu bara yang jatuh ke perairan mengakibatkan
timbulnya sedimentasi pada perairan pantai, sehingga hal ini dikhawatirkan akan menurunkan
kualitas perairan dan mengancam organisme perairan. Hal ini sesuai dengan pendapat Caliceti
& Argese et al (2005), dalam penelitian tentang Heavy metal contamination in the seaweeds
of the Venice lagoon yang menyatakan kandungan sulfat yang tinggi disebabkan oleh adanya
pelapukan erosi dan sedimentasi yang tidak larut di dalam air. Hal ini dapat mengganggu
pertumbuhan rumput laut karena sediment tersebut dapat menutupi thaluss rumput laut
sehingga mengganggu proses fotosintesis. Sesuai dengan pendapat hal ini juga sesuai dengan
pendapat Lundberg (2013), yang menyatakan bahwa kadar pencemaran yang tinggi pada
ekosistem laut berefek proses fotosintesis rumput laut. Sehingga, hal tersebut mengakibatkan
beberapa titik tidak dapat digunakan untuk budidaya rumput laut. Sedangkan untuk
pendapatan pembudidaya rumput laut pada radius 1000 M juga mengalami penurunan, karena
pada jarak ini juga perlahan sudah dipengaruhi oleh kenaikan suhu laut dan sulfat yang tinggi,
yang terkadang membuat rumput laut mati. Sedangkan pembudidaya yang berada pada radius
2000 M belum mendapat pengaruh dari perubahan kualitas air yang terjadi. Berdasarkan hasil
penelitian yang diperoleh maka hal tersebut harus diantisipasi sejak dini, dengan memperbaiki
saluran pembuangan limbah PLTU Punagaya, sebab apabila hal ini tidak dilakukan maka
beberapa tahun kedepan akan mempengaruhi usaha rumput laut yang jaraknya lebih dari 2000
M dari saluran pembuangan air panas dan dapat mengancam keberlanjuan dari usaha
budidaya rumput laut. Sehingga pembudiaya rumput laut rentan akan ketidakpastian ekonomi
yang terjadi, dimana ketidakpastian ekonomi terjadi karena perubahan kondisi lingkungan
yang akan menyebabkan tingkat kesejahteraan yang rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat
Onuoha (2009), yang menyatakan kesulitan hidup masyarakat pesisr disebabkan oleh
hubungan antara nelayan dan lingkungannya terutama pesisir dan laut yang juga diliputi oleh
situasi yang tidak pasti dan perubahan yang terjadi. Sedangkan menurut Titi & Singh (2009),
mengatakan perubahan yang terjadi akibat adanya tekanan perubahan kondisi lingkungan
yang tinggi, dapat menyebabkan kesejahteraan nelayan akan semakin merosot sehingga perlu
adanya antisipasi dengan melakukan strategi-strategi alternatif untuk meminimalisir hal
tersebut.
Penelitian ini menghasilkan beberapa strategi alternatif berdasarkan diskusi dengan
pembudidaya dan pihak terkait untuk mengantisipasi dampak yang terjadi, namun yang
menjadi prioritas adalah penataan kembali lokasi usaha budidaya rumput laut berdasarkan
kesusaian lahan budidaya rumput laut setelah adanya PLTU Punagaya. Penataan lokasi usaha
budidaya rumput laut sangat penting dilakukan karena mengingat bahwa kualitas air dari
lahan budidaya rumput laut saat ini mulai terganggu akibat adanya pengoperasian PLTU
Punagaya. Hal ini dilakukan, agar para pembudidaya rumput laut tidak merasa dirugikan oleh
adanya PLTU Punagaya. Sehingga untuk usaha budidaya rumput laut yang memiliki jarak
terdekat dengan saluran pembuangan air panas dapat dipindahkan ke lokasi yang lebih sesuai
agar dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya, dan penataan lokasi ini harus sesuai
dengan daya dukung sehingga perlu adanya informasi mengenai keseseuaian lahan budidaya
rumput laut terutama setelah adanya PLTU Punagaya. Sebab, informasi mengenai kesesuaian
lahan ini sangat dibutuhkan pembudidaya agar mereka dapat mengetahui lokasi yang masih
layak untuk dilakukan usaha budidaya rumput laut.
KESIMPULAN DAN SARAN
Terjadi perbedaan pendapatan yang cukup signifikan antara pembudidaya rumput laut
yang lahan nya jauh dari saluran pembuangan air limbah panas PLTU Punagaya dengan lahan
budidaya yang jaraknya dekat dengan saluran pembuangan air panas dan strategi alternatif
yang menjadi prioritas adalah penataan kembali lokasi usaha budidaya rumput laut
berdasarkan kesusaian lahan budidaya rumput laut setelah adanya PLTU Punagaya. sehingga
perlu dilakukan penelitian tentang keseuaian lahan budidaya rumput laut. Agar informasi
tersebut dapat membantu pembudidaya rumput laut dalam pemilihan lokasi budidaya yang
baik dan dapat memberikan hasil produksi yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA Achmad Zamroni and Masahiro Yamao. (2012). An assessment of farm-to-market link of
Indonesian dried seaweeds: Contribution of middlemen toward sustainable livelihood of small-scale fishermen in Laikang Bay. African Journal of Agricultural Research, 7(30) : 198-208.
Caliceti, Argese, Sfriso, & Pavoni. (2005). Heavy metal contamination in the seaweeds of the Venice lagoon. Journal of Energy Policy Research, 47(4) : 443–454.
Chua Thia Eng, James, Guarin & Flordeliz Y. (2010). The environmental impact of aquaculture and the effects of pollution on coastal aquaculture development in Southeast Asia. Marine Pollution Bulletin, 20(7) : 335–343.
Daud Feri. (2005). Dampak Pembangunan Jalan Metro Tanjung Bunga terhadap Komunitas Nelayan Makasar (Tesis). Semarang : Universitas Diponegoro.
Helmi Alfian. (2012). Strategi Adaptasi Nelayan Terhadap Perubahan Ekologis. Makara Sosial Humaniora, 16 : 68-78.
Khasanah Uswaton. (2013). Analisis Kesesuaian Perairan untuk Lokasi Budidaya Rumput Laut Euchema cottoni di Peraiaran Kecamatan Sajoanging Kabupaten Wajo (Skripsi). Universitas Hasanuddin.
Lundberg C. (2013). Water Quality and Sustainability. Journal of Comprehensive Water Quality and Purification, 4(6) :251–269
Onuoha F.C. (2009). Enviromental Degradation, Livelihood, And Conflict : Focus On The Implication Of The Diminishing Water Resource Of Lake Chad For North-Eastern Nigerian. Journal of Environmental Conservation, 27 (2): 110–125.
Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Pusat Bahasa Depdiknas. Stake Robert. (2009). Handbook of Qualitative Research. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Titi V & Singh N. (2009). Adaptive Strategies Of Poor In Arid and Semi Arid Lands. journal
of Sustainable Livelihoods Pages, 20(4) : 115-124. Wenno Robinson Max. (2009). Karakteristik Fisiko-Kimia Karaginan Dari Eucheuma
Cottonii Pada Berbagai Bagian Thalus,Berat Bibit Dan Umur Panen (Tesis). Bogor : Institut Pertanian Bogor
Lampiran
Gambar 1. Peta lokasi penelitian
Tabel 1. Data hasil penelitian kualitas perairan parameter fisika
No Radius Parameter Fisika
Suhu Salinitas TSS Arus 1 2000 M 290C 290/00 5,20 mg/l 0,2 m/det 2 1000 M 320C 290/00 5,33 mg/l 0,2 m/det 3 500 M 340C 270/00 5,30 mg/l 0,2 m/det
Tabel 2. Data hasi penelitian kualitas perairan parameter kimia
Tabel 3. Kisaran pendapatan pembudidaya rumput laut Desa Punagaya
Radius (Meter) Pendapatan (Rp) 2000 M 16.006.833 – 18.132.333
1000 M 12.870.333 – 14.641.833
No Radius Parameter Kimia SO4 (Sulfat) Amonia (NH3) pH CO2 Magnesium
1 2000 M 917,19 mg/l 0,004 mg/l 7 23,97 mg/l 998,8 mg/l 2 1000 M 998,48 mg/l 0,001 mg/l 7 19,55 mg/l 1026,8 mg/l 3 500 M 1015,15 mg/l 0,001 mg/l 8 15,98 mg/l 1207,2 mg/l
500 M 3.583.833 – 4.896.833