DAMPAK PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PENGOLAHAN …lib.unnes.ac.id/7663/1/10255.pdf · adalah hasil...
-
Upload
vuongduong -
Category
Documents
-
view
236 -
download
0
Transcript of DAMPAK PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PENGOLAHAN …lib.unnes.ac.id/7663/1/10255.pdf · adalah hasil...
1
DAMPAK PROGRAM PENGEMBANGAN DAN
PENGOLAHAN KELAPA TERPADU TERHADAP
PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGGUNAAN
FAKTOR FAKTOR PRODUKSI DI KECAMATAN
JATINEGARA KABUPATEN TEGAL
SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
Nendi Fatkhur Rahman
NIM 7450406529
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
i
1
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia
ujian skripsi pada:
Hari :
Tanggal :
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Etty Soesilowati, M.Si Amin Pujiati, SE, M.Si
NIP. 196304181989012001 NIP. 196908212006042001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan
Dr. Hj. Suci Hatiningsih, DWP, M.Si
NIP. 196812091997022001
ii
1
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada:
Hari :
Tanggal :
Penguji
Shanty Oktavilia, SE, M.Si
NIP. 197808152008012016
Anggota I Anggota II
Dr. Etty Soesilowati, M.Si Amin Pujiati, SE, M.Si
NIP. 196304181989012001 NIP. 196908212006042001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi
Drs. S. Martono, M.Si
NIP. 196603081989011001
iii
1
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil
karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip
atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila kemudian hari terbukti skripsi ini
adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Semarang, Juli 2011
Nendi Fatkhur Rahman
NIM 7450406529
iv
1
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
”Cukuplah bagi kami Allah, menjadi Tuhan kami dan Dialah sebaik-baik wakil
(yang membereskan semua urusan)” (Ali’Imran: 173) ”Dialah sebaik-baik
pemimpin dan penolong” (Al-Anfal: 40)
”Raihlah ilmu dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar”
(Khalifah Umar R.A)
“ Mersudi Patitising Tindak Pusakaning Titising Hening”
Persembahan
1. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu
memberikan do’a, semangat dan
dukungannya
2. Adik-adikku Azis dan Anis tersayang
3. Teman-teman seperjuangan IESP 2006
4. Seorang yang selalu ada dengan do’a dan
semangatnya.
v
1
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan
anugerah, rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari hambatan dan rintangan, tetapi berkat bantuan
dan dorongan dari berbagai pihak, kesulitan itu dapat teratasi untuk itu dengan segala
kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada:
1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang,
yang telah memberikan kesempatan belajar di Universitas Negeri Semarang.
2. Drs. S. Martono, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang,
yang telah memberi kemudahan administrasi dalam perijinan penelitian.
3. Dr. Hj. Sucihatiningsih DWP, M.Si, Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan yang
telah memberi kemudahan administrasi dalam perijinan penelitian.
4. Dr. Etty Soesilowati, M.Si, selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Amin Pujiati, SE, M.Si, selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Dosen dan karyawan Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Negeri
Semarang yang telah mendukung dan memperlancar dalam menyelesaikan
skripsi ini.
7. Bapak Subur selaku Ketua Gapoktan Mekar Jaya yang telah memberikan ijin
dan memperlancar penelitian ini.
8. Seluruh Jajaran Pegawai Dinas Pertania Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten
vi
1
Tegal.
9. Teman-teman seperjuangan Ekonomi Pembangunan 2006
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal kepada semua pihak
yang telah membantu baik secara materiil maupun spiritual kepada penulis. Karena
hanya Allah yang mampu membalas kebaikan dari semuanya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman, waktu dan tenaga yang dimiliki
penulis. Oleh karena itu, jika masih ada kritik dan saran yang bersifat membangun
dari pembaca guna perbaikan skripsi ini dapat penulis terima.
Semarang, juli 2011
Penulis
vii
1
ABSTRAK
Fatkhur Rahman, Nendi. 2011. “Dampak Program Pengembangan dan
Pengolahan Kelapa Terpadu Terhadap Produktivitas dan Efisiensi Penggunaan
Faktor Faktor Produksi di Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal”. Skipsi. Jurusan
Ekonomi Pembangunan. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang.
Pembimbing I . Dr Etty Soesilowati, M.Si. II. Amin Pujiati, SE, M.Si.
Kata kunci : Pengolahan Kelapa terpadu, produktivitas dan efisiensi
Tanaman kelapa di Kabupaten Tegal, khususnya di Kecamatan Jatinegara
merupakan tanaman perkebunan yang diunggulkan dari tanaman perkebunan yang
lain, yang bisa sebagai penghasilan masyarakat dan untuk memenuhi konsumsi
kelapa di Kabupaten Tegal. tetapi sungguh memprihatinkan terjadi penurunan
produksi pada tahun 2008, karena itu untuk memajukan usahatani kelapa di
Kecamatan Jatinegara, Kabupaten tegal, Pemerintah Kabupaten Tegal mengadakan
program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu untuk meningkatkan
produktivitas kelapa dan meningkatkan efisiensi penggunaan faktor faktor produksi
kelapa.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak program pengembangan
dan pengolahan kelapa terpadu yang dilihat dari produktivitas dan efisiensi
penggunaaan faktor-faktor produksicbagi petani kelapa.
Populasi peserta program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu
sebanyak 149 orang dan jumlah sampelnya 90 responden. Teknik sampel yang
digunakan yaitu teknik purposive clusster area sampling. Metode pengumpulan
datanya meliputi kuesioner (angket), wawancara, dan dokumentasi, metode analisis
datannya adalah deskripsi presentasi, dan uji efisiensi.
Berdasarkan pengolahan data diperoleh hasil bahwa dengan adanya program
pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu memberikan efek positif terhadap
produktivitas dan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi petani kelapa. terbukti
dengan hasil perhitungan uji t dengan uji sampel berpasangan diperoleh probabilitas
signifikansi 0,00 < 0,05 dan uji efisiensi menunjukan dengan adanya program
pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu lebih efisien dibandingkan degan
efisiensi penggunanaa faktor faktor produksi sebelum adanya program
pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu, terbukti dengan hasil efisiensi
ekonomi sesudah adanya program 1,37592 sedangkan efisiensi ekonomi sebelum
program sebesar 3,61016. Nilai efisiensi ekonomi tidak sama dengan satu, artinya
tidak efisien sehingga keduanya perlu penambahan penggunaan faktor produksi,
tetapi nilai efisiensi ekonomi sesudah adanya program hampir mendekati satu,
sehingga dapat dikatakan mendekati efisien.
vii
i
1
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................. ii
PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................. iii
PERNYATAAN ......................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................. v
KATA PENGANTAR ................................................................................ vi
ABSTRAK ................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 8
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Faktor-Faktor Produksi Usahatani .................................................. 9
2.2. Teori Produktivitas ......................................................................... 10
2.3. Hasil Produksi Usahatani ................................................................ 11
2.4. Fungsi Produksi .............................................................................. 13
2.5. Efisiensi ......................................................................................... 17
2.6. Fungsi Produksi Cobb Douglas ....................................................... 20
2.7. Fungsi Produksi Cobb Douglas Dengan Pendekatan Produksi
Frontier Stocahastic ........................................................................ 22
2.8. Teori Pertumbuhan ......................................................................... 24
2.9. Penelitian Terdahulu ....................................................................... 26
2.10. Kerangka Berfikir ........................................................................... 31
2.11. Hipotesis ....................................................................................... 32
ix
1
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ................................................................................. 33
3.2 Populasi ............................................................................................ 33
3.3 Sampel Penelitian ............................................................................. 33
3.4 Variabel Penelitian ........................................................................... 34
3.5 Metode Pengumpulan Data ................................................................ 35
3.5.1 Metode Kuesioner ..................................................................... 35
3.5.2 Metode Wawancara ................................................................. 35
3.5.2 Metode Dokumentasi ................................................................ 36
3.6 Metode Analisis Data ....................................................................... 36
3.6.1 Analisis Deskriptif .................................................................... 36
3.6.2 Uji t .......................................................................................... 36
3.6.3 Uji Efisiensi .............................................................................. 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil Penelitian ................................................................................ 41
4.1.1 Profil Petani Kelapa Yang Mengikuti Program
Pengembangan Dan Pengolahan Kelapa Terpadu Di
Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal ................................. 41
4.1.2 Proses Dan Mekanisme Pelaksanaan Program
Pengembangan Dan Pengolahan Kelapa Terpadu ................... 44
4.1.3 Dampak program pengembangan dan pengolahan
kelapa terpadu terhadap produktivitas dan efisiensi
pengunaan faktor-faktor produksi kelapa ................................ 48
4.2.Pembahasan ...................................................................................... 61
BAB V PENUTUP
5.1.Simpulan .......................................................................................... 71
5.2.Saran ................................................................................................ 73
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 75
LAMPIRAN-LAMPIRAN .......................................................................... 77
x
1
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Luas Panen Produksi Dan Rata-Rata Produksi Tanaman Kelapa
Di Kabupaten Tegal Tahun 2004-2009 ............................................ 3
Tabel 1.2 Produksi Tanaman Perkebunana Menurut Jenis Tanaman Di
Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal Tahun 2009 ....................... 4
Tabel 1.3 Produksi Kelapa Di Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal ............ 5
Tabel 1.4 Data Kelompok Tani Pelaksana Program Pengembangan Dan
Pengolahan Kelapa Terpadu Kabupaten Tegal ................................. 6
Tabel..3.1 Distribusi Sampel Peserta Program Pengembangan Dan
Pengolahan Kelapa Terpadu............................................................. 34
Tabel 4.1 Data Kelompok Tani Pelaksana Program Pengembangan Dan
..Pengolahan Kelapa Terpadu Di Kecamatan Jatinegara ..................... 41
Tabel 4.2 Petani Berdasarkan Tingkat Pendidikan .......................................... 42
Tabel 4.3 Jumlah petani kelapa yang menjadi responden dirinci menurut
..usianya ............................................................................................. 43
Tabel 4.4 Pengalaman bertani responden ......................................................... 43
Tabel 4.5 Tempat Penjualan Petani kelapa ...................................................... 47
Tabel 4.6 Produktivitas Usaha Tani Kelapa sebelum dan sesudah adanya
program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu ................. 48
Tabel 4.7 Uji t ................................................................................................ 51
Tabel 4.8 Realisasi jumlah penerimaan dan pengeluaran petani kelapa
sebelum adanya program ................................................................ 54
Tabel 4.9 Realisasi jumlah penerimaan dan pengeluaran petani kelapa
sesudah adanya program ................................................................. 54
xi
1
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Fungsi Produksi Total Rata-Rata Dan Marginal .............................. 15
Gambar 2.2 Pengukuran efisiensi ....................................................................... 19
Gambar 2.3 Gambar Isoquan .............................................................................. 23
Gambar 2.4 Batas Kemungkinan Produksi dan Efisiensi .................................... 24
Gambar 2.5 Bagan Kerangka Berfikir ................................................................ 31
Gambar 4.1 Bagan Mekanisme .......................................................................... 46
xii
1
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Perhitungan Pendapatan Dan Biaya Usaha Tani Kelapa
Sebelum Program Pengembangan Dan Pengolahan Kelapa
Terpadu....................................................................................... 77
Lampiran 2 Perhitungan Pendapatan Dan Biaya Usaha Tani Kelapa
Sesudah Program Pengembangan Dan Pengolahan Kelapa
Terpadu ...................................................................................... 78
Lampiran 3 Data Output Dan Input Usahatani Kelapa Sebelum Program
Pengembangan Dan Pengolahan Kelapa ...................................... 79
Lampiran 4 Data Output Dan Input Usahatani Kelapa Sesudah Program
Pengembangan Dan Pengolahan Kelapa ...................................... 81
Lampiran 5 Hasil uji t .................................................................................... 83
Lampiran 6 Hasil olah data Frontier sebelum program .................................. 84
Lampiran 7 Hasil olah data Frontier sesudah program .................................... 98
Lampiran 8 Kuisioner Untuk Petani ............................................................... 92
Lampiran 9 Foto Penelitian ........................................................................... 94
xiii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara agraris, dimana pertanian memegang peranan
penting pada perekonomian nasional. Pertanian merupakan salah satu sektor yang
sangat dominan dalam pendapatan masyarakat di Indonesia karena manyoritas
penduduk Indonesia bekerja sebagai petani. Negara Indonesia terletak di daerah
tropis, sehingga mengakibatkan tanaman pertanian tumbuh dengan subur karena
sinar matahari yang cukup. Namun produktivitas pertanian di indonesia masih belum
sesuai seperti yang diharapan. Salah satu faktor penyebab kurangnya produktivitas
pertanian adalah masih rendahnya pengetahuan sumber daya manusia untuk
mengelola lahan pertanian dan hasilnya. Mayoritas petani Indonesia masih
mengunakan sistem manual dalam pengolahan lahan dan hasil pertanian. Untuk
mengimbangi semakin pesatnya laju pertumbuhan pertanian Indonesia. Dalam
upanya mengembangkan pertanian Indonesia agar kualitas dan kuantitas produk
pertanian dapat ditingkatkan maka perlu perencanaan pemerintah dalam kebijakan
diversifikasi, intensifikasi dan rehabilitasi.
Selama tahun 2004-2009 subsektor pertanian, perkebunan, pertenakan,
pangan dan perikanan masing-masing tumbuh rata-rata 3,47 persen per tahun, 3,08
persen per tahun, 3,16 persen per tahun, 3,53, dan 5,67 persen per tahun sementara
subsektor kehutanan hanya mencapai 1,46 persen per tahun (BPS, 2009 dalam
1
1
Revitalisasi Pertanian, 2010) Namun demikian nilai tambah komoditas ini masih
rendah karena pada umumnya ekspor dilakukan dalam bentuk segar (produk primer)
dan olahan sederhana. Perkembangan industri hasil pertanian dan perikanan belum
optimal, yang ditunjukan oleh rendahnya tingkat utilisasi industri hasil pertanian dan
perikanan. Peningkatan produksi pertanian melalui proses pengolahan memerlukan
investasi dan teknologi pengolahan yang lebih modern.
Pengembangan sektor pertanian merupakan sektor yang di utamakan karena
terkait dengan kesejahteraan petani. Pertanian merupakan penggerak utama
pembangunan daerah, seiring dengan pengembangan kualiatas sumberdaya manusia
yang ditopang dengan bidang-bidang lain secara terpadu. Sektor pertanian, industri
dan pariwisata menjadi andalan bagi pembangunan daerah, dan kondisi saat ini
dijadikan prioritas pembangunan daerah.
Dalam rangka memulihkan kembali sektor pertanian di setiap daerah bayak
mengembangkan program program di sektor pertanian baik tanaman bahan makanan,
tanaman perkebunan, pertenakan, kehutanan maupun perikanan untuk meningkatkan
pendapatan daerahnya.
Kelapa merupakan tanaman perkebunan dengan areal terluas di Indonesia,
lebih luas dibanding karet dan kelapa sawit, dan menempati urutan teratas untuk
tanaman budidaya setelah padi. Pada tahun 2008 Indonesia dikenal memiliki luas
perkebunan kelapa terbesar di dunia yakni 3.798 ribu Ha, sebagian besar merupakan
perkebunan rakyat seluas 3,729 ribu ha (98,18%) sisanya milik Negara seluas 5,5
ribu ha (0,14%) dan perkebunan milik swasta seluas 64 ribu ha (1,68%), dengan total
produksi sebesar 2.247 ribu ton setara kopra (Direktorat Jendral Perkebunan, 2009).
2
1
Namun masih bayak potensi kelapa yang belum dimanfaatkan karena berbagai
kendala terutama teknologi, permodalan dan daya serap pasar yang belum merata.
Selain sebagai salah satu sumber minyak nabati, tanaman kelapa juga sebagai
pendapatan bagi keluarga petani, sebagai sumber devisa negara, penyediaan lapangan
kerja, pemicu dan pemacu pertumbuhan sentra-sentra ekonomi baru,serta sebagai
pendorong tumbuh berkembangnya industri hilir berbasis minyak kelapa dan produk
ikutannya di Indonesia.
Keadaan tanaman kelapa di Kabupaten Tegal pada tahun 2004-2009 cukup
memprihatinkan, hal tersebut tercemin dari penurunan produksi pada tabel dibawah
ini:
Tabel 1.1
Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Tanaman Kelapa di
Kabupaten Tegal Tahun 2004-2009
Tahun
Luas Areal (Ha) Produksi (ton
kopra)
Rata-rata
Produksi Muda Berhasil
Panen Tua/Rusak
2004 1.165,73 2.289,94 188,67 2.349,22 1.025,89
2005 1.353,89 245.923,00 109,94 2.059,58 837,49
2006 1.165,73 245,923,00 190,94 2.059,58 837,49
2007 1.936,48 2.737,21 202,72 1.388.843,00 461.337,00
2008 1.353,89 2.633,65 206,47 2.809,53 1.066,78
2009 1.715,24 2.534,42 175,87 2,600,98 1.732.40
Sumber : Dinas Pertanian, Perkebunan dan Perhutanan Kabupaten Tegal
Dalam tabel di atas menunjukan bahwa produksi tanaman kelapa berfluktuasi yaitu
bahwa pada tahun 2004 sampai 2006 mengalami penurunan, yaitu dari 2.349,22 ton
menjadi 2.059,58 ton dan sempat mengalami kenaikan yang tinggi pada tahun 2007
yaitu naik menjadi 1.388.843 ton dan mengalami penurunan kembali pada tahun
2008 dan 2009 yaitu masing 2.809,53 dan 2.600,98 ton.
3
1
Penurunan produksi berdampak pada tidak tercukupinya kebutuhan kelapa
konsumsi, dan pendapatan petani berkurang. Penurunan produksi kelapa di
kabupaten tegal disebabkan berbagai faktor diantaranya yaitu tanaman tua atau rusak,
serangan OPT, penebangan pohon kelapa untuk bahan baku bangunan, pemeliharaan
tanaman yang kurang intensif, dan alih fungsi lahan menjadi perumahan atau beralih
ketanaman lain.
Tanaman kelapa ini sudah cukup lama dikenal masyarakat kabupaten tegal,
namun belum dibudidayakan secara intensif, masih terbatas sebagai tanaman
sampingan di kebun maupun pekarangan, sehingga secara ekonomis belum diketahui
potensi sebenarnya, meskipun sebenarnya potensi pengembangan tanaman kelapa di
kabupaten Tegal cukup menjanjikan.
Tanaman kelapa di Kabupaten Tegal, khususnya di Jatinegara merupakan
tanaman perkebunan yang diunggulkan dari tanaman perkebunan yang lain. yang
bisa sebagai penghasilan masyarakat sekitar dan untuk memenuhi konsumsi kelapa
di Kabupaten Tegal.
Tabel 1.2
Produksi Tanaman Perkebunan Menurut Jenis Tanaman Dikecamatan
Jatinegara Tahun 2009
Sumber : Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Tegal
Jenis Tanaman Produksi(Ton)
Kelapa 363.20
Kapok 3.19
Cengkeh 36.48
Kopi 1.66
Lada 2.44
The 1.27
Cabe Jamu 12.17
4
1
Tetapi sungguh memprihatinkan dalam tahun 2008 mengalami penurunan
produksi yang sebelumnya pada tahun 2007 sempat naik berikut disajikan tabel
produksi dan rata-rata produksi kelapa di Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal
Tabel 1.3
Produksi Produksi Kelapa Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal
Dalam tabel diatas menunjukan produksi tanaman kelapa di Kecamatan
Jatinegara dari tahun 2005-2009 berfluktuasi yang sempat naik pada tahun 2007 dari
141,85 ditahun 2006 menjadi 253,93 ditahun 2007, tetapi pada tahun 2008
mengalami penurunan kembali yaitu 249,15
Dalam ragka pembangunan pertanian khususnya bidang perkebunan untuk
menunjang Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan (KIMBUN) melaui Dinas
Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Tegal pada akhir tahun 2008
mengadakan program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu di Kecamatan
Jatinegara untuk meningkatkan produktivitas kelapa dan meningkatkan efisiensi
produksi kelapa dengan memberdayakan kelompok usaha tani di daerah KIMBUN .
Dimana terdapat beberapa kelompok usaha tani di beberapa kecamatan di Kabupaten
Tegal. Tabel dibawah adalah kelompok usaha tani pelaksana program pengembangan
dan pengolahan kelapa terpadu di Kabupaten Tegal.
Tahun Produksi (Ton kopra)
2005 141,85
2006 141,85
2007 253,93
2008 249,15
2009 363,20
Sumber : Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Tegal
5
1
Tabel 1.4
Data Kelompok Tani pelaksana Program Pengembangan dan Pengolahan
Kelapa Terpadu Kabupaten Tegal
No Kecamatan Desa
Nama
Kelompok
Tani
Nama
Ketua
Jumlah
Anggota
Luas
Lahan
(Ha)
1 Surodadi Sidoharjo Bina Tani Abu Seri 60 24
Gembongdadi Aji luhur Tahrudin 210 15
2 Kramat Kramat Subur
Makmur Abdul Jalil 33 26
Maribaya Ngudi Hasil Khariri 12 15
3 Dukuhturi Kupu Sumber Urip Ali Sudibyo 141 10
4 Jatinegara Sitail Sari Mukti Socheh 64 20
Sumbarang Tirtoyoso Muhidin 53 20
Cerih Makmur Tani Saeroji 32 20
Jumlah 605 150
Sumber: Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Tegal
Program ini dilakukan dengan cara mengoptimalkan pemanfaatan lahan (baik
lahan sawah maupun tegalan), peningkatan mutu intensifikasi usaha tani dan
penyediaan sarana dan prasarana pertanian serta diversifikasi minyak nabati di
Kabupaten Tegal khususnya dibidang perkebunan yaitu terbentuknya Kimbun yang
berbasis tanaman kelapa yang diharapkan akan menambah produktivitas dan dapat
meningkatkan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi bagi petani kelapa. Oleh
karena itu timbul masalah bagaimana keberlangsungan Program Pengembangan Dan
Pengolahan Kelapa Terpadu di Kecamatan Jatinegara, apakah benar-benar dapat
meningkatkan produktivitas dan meningkatkan efisiensi penggunaan faktor-faktor
produksi bagi petani kelapa.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis mengajukan
penelitian yang berjudul “Dampak Program Pengembangan Dan Pengolahan
6
1
Kelapa Terpadu Terhadap Produktivitas Dan Pendapatan Petani Kelapa Di
Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal”
1.2 Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang masalah tersebut yang akan dikaji lebih
dalam dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Bagaimana profil petani kelapa yang mengikuti program pengembangan dan
pengolahan kelapa terpadu di Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal.
2. Bagaimana proses dan mekanisme pelaksanaan program pengembangan dan
pengolahan kelapa terpadu di Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal
3. Bagaiman dampak program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu
terhadap produkitivitas dan efisiensi penggunaan fakto-faktor produksi kelapa di
Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang diinginkan
dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana profil petani kelapa yang mengikuti program
pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu di Kecamatan Jatinegara,
Kabupaten tegal
2. Untuk mengetahui bagaimana proses dan mekanisme program pengembangan
dan pengolahan kelapa terpadu di Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal
7
1
3. Untuk mengetahui dampak program pengembangan dan pengolahan kelapa
terpadu terhadap produkitivitas dan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi
kelapa di Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian dalam skipsi ini adalah:
1. Bagi peneliti,penelitian ini dapat bermanfaat memperdalam wawasan
pengetahuan penulis tentang proses pengembangan dan pengelolaan kelapa
2. Bagi peneliti lain, sebagai bahan bagi peneliti lain untuk dapat mengembangkan
penelitian sejenis dengan ruang lingkup yang lebih luas
3. Bagi lembaga Pendidikan, hasil penelitian ini dapat menambah perbendaraan
perpustakaan dan dapat bermanfaat bagi mahasiswa lain
4. Bagi pengambil kebijakan, hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk
mengetahui hasil dari program pengembangan dan pengolahan kelapa, sehingga
dapat mengevaluasi dari kegiatan tersebut.
8
1
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Faktor-faktor Produksi Dalam Usaha Tani
Usaha tani dapat didefinisikan sebagai suatu tempat atau bagian dari
permukaan bumi dimana seorang petani atau keluarga tani atau Badan tertentu
lainnya bercocok tanam atau memelihara ternak. Usaha tani adalah setiap
pengorganisasian yang dari sumber-sumber alam, tenaga kerja dan modal yang
ditujukan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan dibidang pertanian. AT
Mosher dalam Yulianik (2006)
Apabila ditinjau dari sudut pandang pembangunan pertanian, hal yang
terpenting dari usaha tani adalah bahwa usaha tani harus senantiasa berubah dari
waktu ke waktu baik dari segi ukuran maupun susunannya, pelaksanaan usaha tani
hendaknya berkembang lebih efisien. Usaha tani sudah tidak lagi dilaksanakan secara
primitif, namun harus lebih modern dan produktif demi tercipta peningkatkan sektor
pertanian.
Faktor produksi sendiri diartikan sebagai semua pengorbanan yang
diberikan kepada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dengan baik dan
menghasilkan dengan baik (Soekartawi, 2003). Macam faktor produksi atau input ini
berikut jumlah dan kualitasnya perlu diketahui oleh seorang produsen. Oleh karena
itu, untuk menghasilkan suatu produk maka diperlukan hubungan antara faktor
9
9
1
produksi ( Input ) dan hasil produksi (output ). Hubungan antara input dan output ini
disebut dengan ” factor relationship ” (FR). Dalam rumus matematis FR dirumuskan
dengan rumus :
Y = f ( X1. X2 ,. Xi,...Xn )
Dimana:
Y = Produk/variabel yang dipengaruhi oleh faktor produksi X
X = Faktor produksi atau variabel yang mempengaruhi X
Faktor produksi lahan, bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja dan aspek manajemen
adalah faktor produksi yang terpenting diantara faktor produksi yang lain (
Soekartawi 2003).
2.2 Teori Produktivitas
Secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata
maupun fisik (barang dan jasa) masukan yang sebenarnya. L. Greenberg dalam Dyas
Achtin (2010) mendefinisikan produktivitas sebagai perbandingan antara totalitas
pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama periode tertentu.
Peningkatan produktivitas berkaitan dengan produksi.
Produktivitas merupakan rasio antara kepuasan atas kebutuhan dan
pengorbanan yang dilakukan. Menurut Basu Swastha dan Ibnu Sukotjo dalam Haris
Ahmad (2010), produktivitas adalah sebuah konsep yang menggambarkan hubungan
antara hasil (jumlah barang dan jasa) dengan sumber (jumlah tenaga kerja, modal,
tanah, energi dan sebagainya) yang dipakai untuk menghasilkan hasil tersebut.
10
1
Secara konsep produktivitas menurut piagam OSLA tahun 1984 adalah (j.
Ravianto dalam Haris Ahmad, 2010) :
a. Produktivitas adalah konsep universal, dimaksudkan untuk menyediakan
semakin banyak barang dan jasa untuk semakin banyak orang dengan
menggunakan sedikit sumber daya.
b. Produktivitas berdasarkan atas pendekatan multidisiplin yang secara efektif
merumuskan tujuan rencana pembangunan dan pelaksanaan cara-cara produktif
dengan menggunakan sumber daya secara efektif dan efisien namun tetap
menjaga kualitas.
c. Produktivitas terpadu menggunakan keterampilan modal, teknologi manajemen,
informasi, energi, dan sumber daya lainnya untuk mutu kehidupan yang mantap
bagi manusia melalui konsep produktivitas secara menyeluruh.
d. Produktivitas berbeda di masing-masing negara dengan kondisi, potensi, dan
kekurangan serta harapan yang dimiliki oleh negara yang bersangkutan dalam
jangka panjang dan pendek, namun masing-masing negara mempunyai
kesamaan dalam pelaksanaan pendidikan dan komunikasi.
e. Produktivitas lebih dari sekedar ilmu teknologi dan teknik manajemen akan
tetapi juga mengandung filosofi dan sikap mendasar pada motivasi yang kuat
untuk terus menerus berusaha mencapai mutu kehidupan yang baik.
2.3 Hasil Produksi Usaha Tani
Telah kita ketahui bahwa manusia pada umumnya hidup dengan berusaha
untuk memenuhi kebutuhan, sedangkan alat untuk memenuhi kebutuhannya adalah
11
1
barang dan jasa yang setiap saat akan berubah jenis dan jumlahnya. Sehingga dalam
memenuhi kebutuhannya diperlukan pengorbanan dan usaha untuk menghasilkan
barang dan jasa, usaha inilah yang disebut produksi. Hasil yaitu keluaran atau
(output) yang diperoleh dari pengelolaan input (sarana produksi/biasa disebut
masukan) dari suatu usaha tani ( Daniel, 2002 dalam Dyas Achtin 2010 )
Produksi kelapa merupakan salah satu kegiatan produksi dalam bidang
agraris. Berdasarkan pengertiannya bahwa kegiatan produksi agraris yaitu kegiatan
produksi yang mengelola atau mengerjakan alat-alat untuk mendapatkan hasil,
misalnya pertanian, pertenakan, perkebunan, perikanan darat dan lain-lain
(Moeliono,1986:62 dalam Dyas Achtin 2010)
Pada ahir panen petani selalu menghitung berapa hasil bruto yang
diperolehnya, semua kemudian dinilaikan dengan uang, hasil itu tidah semua
diperoleh oleh petani. Hasil dikurangi oleh biaya-biaya yang dikeluarkan untuk biaya
usaha taninya seperti pupuk, pestisida, pengolahan tanah, dan perawatan. Setelah
biaya tersebut dikurangkan terhadap hasil yang didapatnya barulah bisa dihitung
berapa keuntungan yang diperoleh petani.
Menurut Soekartawati (2002) ilmu usaha tani biasa diartikan sebagai ilmu
yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada
secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada
waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani dapat mengalokasikan sumber daya
yang mereka miliki (yang dikuasai) sebaik baiknya, dan dikatakan efisien bila
pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output).
12
1
Ditinjau dari segi pembangunan hal terpenting mengenai usaha tani adalah
kondisi senantiasa berubah, baik dalam ukuran maupun dalam susunannya, untuk
memanfaatkan periode usaha tani yang senantiasa berkembang secara lebih efisien.
2.4 Fungsi Produksi
Produksi adalah perubahan dari dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi
satu atau lebih output (produk). Menurut Joesron dan Fathorozi dalam Avi Budi
(2009) Produksi merupakan hasil akhir dari proses aktivitas ekonomi dengan
memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dari pengertian ini dipahami bahwa
kegiatan produksi adalah mengkombinasi berbagai input atau masukan untuk
menghasilkan output. Menurut Sukirno (2000) menyatakan bahwa fungsi produksi
adalah kaitan di antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakan.
Faktor-faktor produksi dikenal dengan istilah input dan hasil produksi sering
dinamakan output. Hubungan antara masukan dan keluaran diformulasikan dengan
fungsi produksi berikut (Nicholson, 1995)
Q = f (K,L,M.......)
Dimana Q mewakili keluaran selama periode tertentu, K mewakili
penggunaan mesin (yaitu modal) selama periode tertentu, L mewakili jam masukan
tenaga kerja, M mewakili bahan mentah yang dipergunakan, dan notasi ini
menunjukkan kemungkinan variabel-variabel lain mempengaruhi proses produksi.
Sedangkan menurut Soekartawi (1990) menyatakan bahwa fungsi produksi adalah
hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan
(X). Variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan
13
1
biasanya berupa input. Secara matematis hubungan itu dapat dituliskan sebagai
berikut:
Y = f (X1, X2, X3, Xi, ........Xn)
Dalam jangka pendek perusahaan memiliki input tetap. Manajer harus
menentukan berapa banyaknya input variabel yang perlu dipergunakan untuk
memproduksi output. Untuk membuat keputusan, pengusaha akan memperhitungkan
seberapa besar dampak penambahan input variabel terhadap produksi total. Misalnya
input variabelnya adalah tenaga kerja dan input tetapnya adalah modal. Pengaruh
"penambahan tenaga kerja terhadap produksi secara total dapat dilihat dari produksi
rata-rata (average product, AP) dan produksi marginal (marginal product, MP)".
Produksi marginal yaitu tambahan produksi total karena tambahan input (tenaga
kerja) sebanyak 1 satuan.
MP = dQ/dL
Produksi rata-rata (AP) yaitu rasio antara total produksi dengan total input (variabel)
yang dipergunakan (dalam hal ini produksi per tenaga kerja).
APL = Q/L
dimana: APL = produktivitas tenaga kerja persatuan orang. Total produksi (Q) yaitu
jumlah seluruh produk yang dihasilkan dan L yaitu jumlah tenaga kerja yang
dipergunakan
14
1
Gambar 2.1
Fungsi Produksi Total, Rata-rata, dan Marginal
Sumber : Miller dan Meiners, 2000
Dalam proses produksi terdapat tiga tipe produksi atas input atau faktor produksi
(Soekartawi, 1990) yaitu:
a. Increasing return to scale, yaitu apabila tiap unit tambahan input menghasilkan
tambahan output yang lebih banyak daripada unit input sebelumnya.
b. Constant return to scale, apabila unit tambahan input menghasilkan tambahan
output yang sama dari unit sebelumnya.
c. Decreasing return to scale, apabila tiap unit tambahan input menghasilkan
tambahan output yang lebih sedikit daripada unit input sebelumnya.
Ketiga reaksi produksi tersebut tidak dapat dilepaskan dari konsep produksi marjinal
(marginal product) yang merupakan tambahan satu-satuan input X yang dapat
menyebabkan penambahan atau pengurangan satu-satuan output Y, dan produk
marjinal (MP) umum di tulis AY/AX (Soekartawi, 1990). Dalam proses produksi
tersebut setiap tipe reaksi produksi mempunyai nilai produk marjinal yang berbeda.
Ep = % 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎 ℎ𝑎𝑛 𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡
% 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑏𝑎 ℎ𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 =
𝑑𝑌 𝑌
𝑑𝑋1 𝑋1 =
𝑑𝑌
𝑑𝑋1 ∙
𝑋1
𝑌
Secara umum hubungan-hubungan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
15
1
1) Tahap 1: nilai Ep > 1: Produk total, produk rata-rata menaik dan produk marjinal
juga nilainya menaik kemudian menurun sampai nilainya sama dengan produk
rata-rata (increasing rate).
2) Tahap II: 1 < Ep < 0: Produk total menaik, tapi produk rata-rata menurun dan
produk marjinal juga nilainya menurun sampai nol (decreasing rate).
3) Tahap III: Ep < 0: Produk total dan produk rata-rata menurun sedangkan produk
marjinal nilainya negatif (negative decreasing rate)
Fungsi produksi frontier adalah fungsi yang dipakai untuk mengukur
bagaimana fungsi sebenarnya terhadap posisi frontiernya. Karena fungsi produksi
adalah hubungan fisik antara faktor produksi dan produksi, maka fungsi produksi
frontier adalah hubungan fisik faktor produksi dan produksi pada frontier yang
posisinya terletak pada garis isoquant. Garis isoquant ini adalah tempat kedudukan
titik-titik yang menunjukkan titik kombinasi penggunaan masukan produksi yang
optimal (Soekartawi, 1990)
Pengertian efisiensi dalam produksi, bahwa efisiensi merupakan
perbandingan output dan input berhubungan dengan tercapainya output maksimum
dengan sejumlah input, artinya jika ratio ouput besar, maka efisiensi dikatakan
semakin tinggi. Dapat dikatakan bahwa efisiensi adalah penggunaan input yang
terbaik dalam memproduksi barang (Shone dalam Avi Budi, 2009). Farel
membedakan efisiensi menjadi tiga yaitu: (1) efisiensi teknik, (2) efisiensi alokatif
(efisiensi harga), dan (3) efisiensi ekonomi. Efisiensi teknik mengenai hubungan
antara input dan output. Timmer dalam Susantun (2000) mendefinisikan efisiensi
teknik sebagai rasio input yang benar-benar digunakan dengan ouput yang tersedia.
16
1
Efisiensi alokatif menunjukan hubungan biaya dan ouput. Efisiensi alokatif tercapai
jika perusahaan tersebut mampu memaksimumkan keuntungan yaitu menyamakan
produk marjinal setiap faktor produksi dengan harganya. Efisiensi ekonomi produk
dari efisiensi teknik dan efisiensi harga. Jadi efisiensi ekonomis dapat dicapai jika
kedua efisiensi tercapai.
2.5 Efisiensi
Efisiensi merupakan perbandingan antara output fisik dan input fisik, semakin
tinggi rasio output terhadap input maka semakin tinggi tingkat efisiensi yang dicapai.
Efisiensi juga dijelaskan oleh Yotopoulos dan Nugent dalam A Marhasan (2005)
yaitu efisiensi sebagai pencapaian output maksimum dari penggunaan sumber daya
tertentu. Jika output yang dihasilkan lebih besar dari pada sumber daya yang
digunakan maka semakin tinggi pula tingkat efisiensi yang dicapai.
Pengertian efisiensi ini dapat digolongkan menjadi 3 macam, yaitu: efisiensi
teknis, efisiensi alokatif (efisiensi harga) dan efisiensi ekonomi (Soekartawi, 2001).
Suatu pengunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis (efisiensi teknis)
kalau faktor produksi yang dipakai menghasilkan produk yang maksimum.
Dikatakan efisiensi harga atau efisiensi alokatif, bila nilai dari produk marginal sama
dengan harga faktor produksi yang bersangkutan. Dikatakan efisiensi ekonomi kalau
usaha pertanian tersebut mencapai efisiensi teknis sekaligus juga mencapai efisiensi
harga.
Seorang petani secara teknis dikatakan lebih efisien dibandingkan dengan
yang lain bila petani itu dapat berproduksi lebih tinggi secara fisik dengan
17
1
menggunakan faktor produksi yang sama. Sedangkan efisiensi harga dapat dicapai
oleh seorang petani bila ia mampu memaksimalkan keuntungan (mampu
menyamakan nilai marginal produk setiap faktor produksi variabel dengan
harganya). Efisiensi ekonomi dapat dicapai bila kedua efisiensi yaitu efisiensi teknis
dan efisiensi harga juga mencapai efisien (Yatopoulos dan Lau dalam Yulianik,
2006)
Efisiensi juga diartikan sebagai upaya penggunaan input yang sekecil-
kecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Situasi yang demikian
akan terjadi kalau petani mampu membuat suatu upaya kalau nilai produksi marginal
(NPM) untuk suatu input sama dengan harga input tersebut; atau dapat dituliskan
sebagai berikut :
NPMx = Px ; atau
X
X
P
NPM = 1
Efisiensi yang demikian disebut dengan efisiensi harga atau allocative
efficiency atau disebut juga sebagai price efficiency. Jika keadaan yang terjadi
adalah:
1. X
X
P
NPM < 1 maka penggunaan input x tidak efisien dan perlu mengurangi
jumlah penggunaan input.
18
1
2. X
X
P
NPM > 1 maka penggunaan input x belum efisien dan perlu menambah
jumlah penggunaan input. (Soekartawi 1993)
Menurut Nicholson (1995), alokasi sumber daya disebut efisien secara teknis
jika alokasi tersebut tidak mungkin meningkatkan output suatu produk tanpa
menurunkan produksi jenis barang lain. Farrel dan Kartasapoetra dalam Cloudio
Satrya (2010) mengklasifikasikan konsep efisiensi ke dalam efisiensi harga (price or
allocative efficiency) dan efisiensi teknik (technical efficiency). Lebih lanjut
dijelaskan oleh Farrel dalam Witono Adityoga (1999) bahwa jika diasumsikan usaha
tani mengunakan dua jenis input x1 dan x2 untuk memproduksi output tunggal y
seperti terlihat pada 2.2.
Gambar 2.2
Cara Pengukuran Efisiensi
Pada gambar tersebut UU' adalah garis isoquant yang menunjukkan berbagai
kombinasi input X1 dan X2 untuk mendapatkan sejumlah output tertentu yang
optimal. Garis ini sekaligus menunjukkan garis frontier dari fungsi produksi Cobb-
Sumber : Soekartawi, 1990
19
1
Douglass. Garis PP' adalah garis biaya yang merupakan tempat kedudukan titik-titik
kombinasi biaya yang dialokasikan untuk dapat menggunakan sejumlah input X1 dan
X2, untuk mendapatkan biaya minimum. Sedangkan garis OC menggambarkan jarak
sampai seberapa jauh teknologi suatu usaha, apakah itu usaha pertanian atau bukan
pertanian. Titik C menunjukkan posisi sebuah usaha tani, sedangkan D menunjukkan
titik produksi yang optimum, A dan B menunjukkan ukuran penggunaan biaya yang
tidak efisien. Jadi ukuran efisiensi ditunjukkan pada titik D, yang menggambarkan
kombinasi input yang paling optimal karena merupakan persinggungan antara kurva
isoquant UU' dengan kurva isocost PP'.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa efisiensi teknik,
efisiensi harga dan efisiensi ekonomi akan dapat diketemukan pada gans isoquant
(yang menggambarkan produksi frontier), yaitu :
a. eflsiensi harga OA/OB < 1
b. eflsiensi teknik OB/OC < 1
c. eflsiensi ekonomi OA/OB x OB/OC = OA/OC
2.6 Fungsi Produksi Cobb-Douglass
Fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang
melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu disebut dengan
variabel dependen, yang dijelaskan (Y), dan yang lain disebut variabel indeppenden,
yang menjelaskan, (X) (Soekartawi, 2003) Secara matematik persamaan Cobb-
Douglass dituliskan (Soekartawi, 1990) sebagai berikut:
20
1
Y = f (X1, X2,..........Xi,.......Xn)
dimana: Y = variabel yang dijelaskan
X = variabel yang menjelaskan
a,b = besaran yang akan diduga
u = kesalahan (disturbance term)
e = logaritma natural
Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan 2.7 maka persamaan
tersebut diubah menjadi bentuk linier berganda dengan cara melogaritmakan
persamaan tersebut sehingga menjadi:
Log Y= log a+bl log X2+b2logX2+V
Perkembangan selanjutnya dari fungsi produksi Cobb-Douglass fungsi
produksi frontier yaitu fungsi produksi yang dipakai untuk mengukur bagaimana
fungsi sebenarnya terhadap posisi frontiernya (Soekartawi, 1990). Fungsi produksi
frontier selain diklasifikasikan sebagai deterministic non-parametric frontier juga
dikembangkan teknik teknik lain yang pada dasarnya pengembangan dari fungsi
produksi Cobb-Douglass antara lain: (a) deterministic parametric frontier, (b)
deterministic statistical frontier, dan (c) stochastic frontier.
(2) Fungsi Produksi CES (Constant Elasticity of Substitution)
Fungsi produksi CES dapat diformulasikan sebagai berikut
21
1
Q= A I(XK-P +(L–a) UP YµP
Keterangan: Q = Tingkat output
K = Tingkat input modal
L = Tingkat input tenaga kerja
A = Parameter efisiensi; A > 0
a = Parameter distribusi; 0< x< l
p = Parameter substitusi; p > -1
µ = Parameter hasil atas Skala (return to scale)
Persamaan di atas hampir sama dengan fungsi produksi Cobb-Douglas,
tergantung pada nilai homogenitasnya atau reaksi perubahan output sebagai akibat
dari perubahan keseluruhan input (K dan L) yang dipergunakan. Apabila nilai µ=l
(constant return to scale) maka fungsi produksi CES sama dengan fungsi produksi
Cobb-Douglass. Pada fungsi produksi CES, nilai elastisitas substitusi tidak
ditentukan secara apriori, sehingga dimungkinkan mendapatkan koefisien elastisitas
substitusi lebih besar sama dengan nol dan lebih kecil sama dengan tidak terhingga.
( 0 < cy < oo ).
2.7 Fungsi Produksi Cobb Douglas Dengan Pendekatan Produksi
Frontier Stocahastic
Fungsi produksi frontier adalah fungsi produksi yang dipakai untuk mengukur
bagaimana fungsi produksi sebenarnya terhadap posisi frontiernya. Karena fungsi
produksi adalah hubungan fisik antara faktor produksi dan produksi, maka fungsi
22
1
produksi frontier adalah hubungan fisik faktor produksi dan produksi pada frontier
yang posisinya terletak pada garis isoquan. Garis isoquan ini adalah tempat
kedudukan titik-titik yang menunjukan titik kombinasi penggunaan masuknya
produksi yang optomal. (Soekartawi, 1993)
Gambar 2.3
Gambar Isoquan
Sumber : Miller dan Meiners
Gambar 2.3 Menunjukan bahwa sumbu vertikal mengukur jumlah fisik modal yang
dinyatakan sebagai arus jasa per unit periode dan sumbu horisontal mengukur jumlah
tenaga kerja secara fisik yang dinyatakan sebagai arus jasa per unit periode. Isoquan
yang ditarik khusus untuk tingkat output Q1. Setiap titik pada jurva isoqoan
menunjukan kombinasi modal dan tenaga kerja dalam berbagai variasi yang selalu
menghasilkan output yang sama sebanyak Q1.
Menurut Nichoson (1993), batas kemungkinan produksi (production
possibility frontier) merupakan suatu grafik yang menunjukan semua kemungkinan
kombinasi barang-barang yang dapat diproduksi dengan sejumlah sumber daya
tertentu seperti ditunjukan pada Gambar 2.4
0
Q1
Modal
(arus jasa
per unit
periode)
Tenaga Kerja (arus jasa per unit periode)
23
1
Kuantitas Y
per minggu
Kuantitas X per
Minggu
YB
Yc
YA
B
C
D
XA Xc XB
A
P’
P’
Gambar 2.4
Batas Kemungkinan Produksi dan Efisiensi Teknis
Sumber : Nicholson, 2002
Pada gambar 2.4 , garis batas PP’ memperlihatkan seluruh kombinasi dari barang
(barang X dan Y) yang dapat diproduksi dengan sejumlah sumber daya yang tersedia
dalam suatu perekonomian. Kombinasi keduanya pada PP’ dan didalam kurva
cembung adalah output yang mungkin diproduksi. Alokasi sumber daya yang
tercermin oleh titik A adalah alokasi yang tidak efisien secara teknis kerena produksi
dapat ditingkatkan. Titik B, contohnya, berisi banyak Y dan tidak mengurangi X
dibanding dengan alokasi A.
2.8 Teori Pertumbuhan
Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan GDP/GNP tanpa
memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat
24
1
pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak.
Dan padat pula diartikan sebagai proses multidimensional menuju ke arah yang lebih
baik namun dilihat dari segi pendapatan dan output, atau lebih menitik beratkan pada
aspek kuantitas saja.
Namun demikian umumnya para ekonom memberikan istilah sama pada
kedua istilah tersebut. Mereka mengartikan pertumbuhan atau pembagunan ekonomi
sebagai kenaikan GDP/GNP saja. Dalam penggunaan yang lebih umum,istilah
pertumbuhan ekonomi biasanya digunakan untuk menyatakan perkembangan
ekonomi di negara-negara maju,sedangkan istilah pembangunan ekonomi untuk
menyatakan perkembangan ekonomi di negara sedang berkembang. Lincoln Arsyad,
(2004)
Suatu perekonomian baru dapat dinyatakan dalam keadaan berkembang jika
pendapatan perkapita menunjukan kecenderungan jangka panjang yang menaik.
Namun tidak berarti pendapatan perkapita akan menunjukan kenaikan terus-mererus.
Adanya resesi ekonomi, penurunan impor,kekacauan politik. Dapat mengakibatkan
perekonomian mengalami penurunan tingkat kegiatan ekonominya. Jika kegiatan
dimikian hanya bersifat sementara dan kegiatan ekonomi secara rata-rata meningkat
dari tahun ke tahun, maka masyarakat tersebut dapat dikatakan mengalami
pembangunan ekonomi.
Pertumbuhan pada sektor pertanian sangat terkait dengan teori pertumbuhan
The Law of Diminishing Return dari David Ricardo. Dimana terdapat hukum hasil
yang semakin berkurang. Pertumbuhan pada sektor pertanian juga terbatas pada
25
1
aspek kuantitas atau pendapatan dan output saja. Di dalam sektor pertanian ternyata
berlaku fluktuasi produksi akibat penggunaan faktor produksi yang digunakan.
Dalam kenyataannya terdapat hukum hasil yang semakin berkurang ”the law of
diminishing return”. Berkenaan dengan hukum ini David Ricardo menyatakan bahwa
apabila input variabel ditambahkan penggunaannya sedangkan input lain tetap maka
tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan 1 unit input yang ditambahkan
tadi mula-mula naik tetapi kemudian akan menurun apabila input variabel tersebut
terus ditambah.
Input tetap adalah tanah dimana dikatakan input tetap karena tanah bersifat
tetap berapapun variabel yang digunakan. dan input variabel adalah tenaga kerja dan
modal (produk marjinal) dari tenaga kerja dan kapital akan menurun dengan semakin
banyaknya kedua input variabel ini digunakan pada sebidang tanah. (Lincolin
Arsyad, 2004
2.9 Penelitian Terdahulu
1. “Dampak Ekonomi Dan Keberlanjutan Penerapan Pengolahan Kelapa
Terpadu Di Kabupaten Minahasa Utara”. ( Ronald T.P.Hutapea dan Elsjet
Tenda)
Ronald T.P.Hutapea dan Elsjet Tenda dalam penelitiannya menerangkan
akselerasi adopsi teknologi pengolahan kelapa terpadu bertujuan untuk
mempercepat diseminasi teknologi dan mengevaluasi model yang telah oleh Balikta
di Desa Kaleosan Kabupaten Minahasa utara. Pengumpulan data mengunakan
26
1
metode survei data yang dikumpulkan meliputi karekteristik petani , tingkat
penerapan teknologi, serta usaha tani.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tingkat adopsi dan
difusi teknologi anjuran, dampak teknologi terhadap pendapatan petani, dan
keberlanjutan organisasi organisasi kelompok tani.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tingkat adopsi dan difusi teknologi
pembibitan kelapa dan tanaman sela jagung direspon cukup baik, dengan kisaran
tingkat adopsi dan difusi teknologi sebesar 57, 33 – 70, 33. Kegiatan intregasi
kelapa. Kegiatan intregasi kelapa dengan ternak babi serta pengolahan VCO tidak
terjadi proses difusi. Walaupun tingkat adopsi pada kelompok tani cukup tinggi
dengan kisaran 60,00 – 85,33. Pengaruhnya terhadap produktivitas kelapa
menunjukan dampak yang positif. Dengan kelayakan finansial BCR dan MBCR >1.
2. “Efisiensi Faktor-faktor Produksi Dalam Usaha Tani Bawang Merah” . (Tety
Suciaty)
Penelitian Tety Suciaty ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efisiensi
penggunaan faktor-faktor produksi lahan, bibit, pupuk buatan, pestisida dan tenaga
kerja pada usaha tani bawang merah. Lokasi penelitian di desa Pabuaran Lor
Kecamatan Ciledug Kabupaten Cirebon dari bulan Oktober tahun 2003 sampai
dengan bulan Januari 2004. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
survai, terhadap petani bawang merah yang berjumlah 40 orang dari populasi
sebanyak 68 orang dengan luas lahan garapan yang bervariasi yaitu berkisar dari
0,07 ha sampai 2,0 ha.
27
1
Analisis data dilakukan dengan menggunakan model fungsi produksi
Cobb-Douglass, yaitu Y = α.X1β1 . X2β2 . X3β3 X4β4 X5β5. eu dimana : Y =
Produksi, α = Intersep/konstanta, X1 = Lahan, X2 = Bibit, X3 = Pestisida, X4 =
Tenaga Kerja, X5 = Pupuk, βI = Koefisien regresi variabel bebas ke-i, dan u =
Faktor kesalahan. Analisis data menggunakan program SPSS 13.0. Untuk
mengetahui efisiensi ekonomi penggunaan masing-masing faktor produksi yaitu
dengan menghitung ratio nilai produk marjinal suatu input Xi dengan harga input
tersebut. Apabila dirumuskan secara matematis (Soekartawi 1993) yaitu : Eff =
(dy/y) / (dx/x).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) penggunaan faktor produksi
lahan, pestisida dan pupuk buatan masih belum efisien, dan penggunaannya perlu
ditambah untuk memperoleh tingkat efisiensi yang lebih tinggi, (2) faktor produksi
bibit dan tenaga kerja penggunaannya telah melampaui batas efisiensi, sehingga
perlu dikurangi untuk memperoleh tingkat efisiensi yang lebih tinggi, dan (3)
Pergerakan usaha tani di daerah penelitian berada pada skala usaha tani
menguntungkan dengan jumlah koefisien regresi sebesar 1,093.
3. “Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Usaha Tani
Bawang Putih”. (Claudio Satrya Widyananto)
Penelitian Claudio ini bertujuan untuk menganalisis tingkat pengaruh
faktor-faktor produksi terhadap jumlah produksi bawang putih, serta untuk
menganalisis tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi terhadap jumlah
produksi bawang putih di Kecamatan Sapuran, kabupaten Wonosobo.
28
1
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode snow ball sampling. Responden
dalam penelitian ini adalah petani bawang putih di kecamatan Sapuran yang
berjumlah 99 orang. Metode analisis regresi linier berganda dan uji efisiensi untuk
menganalisis data penelitian ini.
Berdasarkan pengolahan data diperoleh hasil bahwa semua variabel yang
secara signifikan mempengaruhi produksi bawang putih yaitu variabel luas lahan
(X1), bibit (X2), pupuk (X3), dan variabel tenaga kerja (X5) signifikan dalam
mempengaruhi produksi bawang putih. Nilai rata-rata efisiensi teknis petani
bawang putih adalah 0,58 dan nilai efisiensi harganya adalah 2,018. Sehingga nilai
efisiensi ekonominya adalah 1,170. Nilai efisiensi teknis, efisiensi harga, dan
efisiensi ekonomi tidak sama dengan satu, artinya tidak efisien sehingga perlu
penambahan penggunaan faktor produksi. Selain itu dengan adanya kondisi usaha
tani yang menunjukan skala hasil yang meningkat maka dapat dikatakan bahwa
kondisi usaha tani bawang putih didaerah penelitian ini layak untuk dikembangkan
atau dilanjutkan.
4. “Efisiensi Produktifitas Sistem Usaha Tani Padi Pada Lahan Sawah Irigasi
Teknis”. (Dewi sahara dan Idir)
penelitian efisiensi produksi sistem usaha tani padi sawah telah dilakukan
dilahan sawah irigasi teknis dikecamatan Uepai, kabupaten Konawe, sulawesi
tenggara. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi dengan mengunakan regresi linear berganda, dilanjutkan
dengan uji efisiensi olokatif. Hasil analisi positif terhadap produksi menunjukan
29
1
bahwa luas panen, pestisida dan tenaga kerja berpengaruh positif terhadap produksi
padi sawah dimana peningkatan produksi masih bisa dicapai dengan penambahan
ketiga faktor produksi tersebut, hasil uji efisiensi alokatif menunjukan bahwa untuk
mendapatkan pendapatan yang maksimal petani perlu mengurangi penggunaan
pupuk sp-36. Oleh karena itu untuk mencapai produksi yang optomal dan
keuntungan maksimal maka perlu memperluas arel panen, penambahan pestisida
dan tenaga kerja serta mengurangi jumlah pupuk SP-36.
5. “Analisis Fungsi Produksi Dan Efisiensi Teknis”, (Ketut Sukiyono)
Penelitian Ketut Sukiyono ini bertujuan untuk mengestimasi fungsi produksi
dan efisiensi teknis cabai merah di Kecamatan Selupu Reja, Kabupaten Rejang
Lebong dengan mengunakan responden sebanyak 60 orang yang dipilih dengan
mengunakan metode acak sederhana. Fungsi produksi Frontie digunakan dan
diestimasi dengan mengunakan metode MLE dan dengan asumsi bahwa Cobb-
Douglass adalah bentuk fungsional dari fungsi produksi usaha tani cabai merah
didaerah penelitian. Penelitian ini menunjukan bahwa manyoritas variabel bebas
adalah signifikan dan mempunyai tanda yang sesuai dengan yang diharapkan
kecuali tenaga kerja yang mempunyai tanda negatif. Hasil penelitian juga
menunjukan bahwa efisiensi teknik yang dicapai oleh petani antara 9,01% hingga
99,55% dengan rata-rata 61,20% lebih jauh, lebih dari 60% petani menjalankan
usaha taninya diatas 50% efisiensi teknik.
30
1
2.10 Kerangka Berfikir
Tanaman kelapa adalah tanaman perkebunan unggulan di Kecamatan
Jatinegara, yang menjadi sumber pendapatan para petani, dimana pada beberapa
kurun waktu tertentu berturut-turut mengalami penurunan produktivitas karena
kurangnya perhatian khusus dan pengolahan yang baik terhadapa produksi kelapa,
dengan adanya itu dinas pertanian, perkebunan, dan kehutanan Kabupaten Tegal
mengadakan program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu bagi para
petani kelapa, yang diharapkan bisa meningkatkan produktivitas kelapa dan
menambah pendapatan petani kelapa.
Untuk lebih jelasnya, hubungan tersebut dapat ditunjukan pada bagan
kerangka berfikir berikut ini:
Gambar 2.5 Bagan Kerangka Berfikir
Efektif
1. Produktivitas Meningkat 2. Efisiens
Kelapa sebagai sektor ungulan tanaman perkebunan di Kecamatan Jatinegara mengalami penurunan produksi
Kelompok Tani
Tidak Efektif 1. Produktivitas tidak
meningkat 2. Tidak Efisien
Program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu
1. Kendala
Mekanisme
31
1
2.11 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang
kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis menyatakan hubungan apa yang
kita cari yang ingin kita pelajari.
1. Ho : 𝜇1 = 𝜇2 ( rataan hasil produktivitas kelapa sebelum dan sesudah adalah
sama )
Ha : 𝜇1 ≠ 𝜇2 ( rataan hasil produktivitas kelapa sebelum dan sesudah adalah
beda )
2. Ho: Terjadi efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi pada usaha tani kelapa
di Kecamatan Jatinegara.
Ha: Tidak terjadi efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi pada usaha tani
kelapa di Kecamatan Jatinegara.
32
1
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan Pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif
pada dasarnya menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang
diolah dengan metode statistika. Dengan metode kuantitatif akan diperoleh
signifikasi perbedaan kelompok atau signifikasi hubungan antara variabel yang
diteliti.
3.2 Populasi
Populasi didalam penelitian ini adalah seluruh petani kelapa yang mengikuti
program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu di Kecamatan Jatinegara
Kabupaten Tegal yang berjumlah 149 orang petani dari 3 kelompok tani.yaitu terdiri
dari kelompok tani Sari Mukti, kelompok tani Tirtoyoso, dan kelompok tani Makmur
Tani.
3.3 Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari petani kelapa yang mengikuti
program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu di Kecamatan Jatinegara,
Kabupaten Tegal. Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan
mengunakan metode Purposive clusster area sampling. Metode sampling ini diberi
33
1
nama demikian karena didalam pengambilan sampel peneliti dengan sengaja memilih
para petani kelapa yang mengikuti program pengembangan dan pengolahan kelapa
terpadu yang dianggap mengetahui secara detail usaha tani kelapa, dari penanaman
hingga produksi. Yaitu diambil secara acak 90 petani dari tiga kelompok tani yang
ada di Kecamatan Jatinegara yang berjumlah 149 petani. Berikut distribusi sampel
dimasing-masing kelompok tani :
Tabel 3.1
Distribusi Sampel Peserta Pengembangan Dan Pengolahan Kelapa
Terpadu
No Kelompok Tani Desa Jumlah peserta Jumlah Sampel
1. Sari Mukti Sitail 64 39
2. Tirtoyoso Sumbarang 53 32
3. Makmur Tani Cerih 32 19
Jumlah 149 90
3.4 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini dalam perhitungan efisiensi adalah sebagai berikut :
(a) Jumlah produksi atau output (Y),yaitu jumlah buah kelapa yang dihasilkan oleh
petani dalam satuan butir dan rupiah (Rp).
(b) Luas lahan (X1), adalah luas tanah garapan yang digunakan dalam usaha tani
kelapa diukur dalam satuan hektar (Ha)
(c) Bibit (X2), yaitu jumlah pemakaian pada usaha tani kelapa dalam satuan batang
dan rupiah (Rp)
(d) Pupuk (X3), yaitu jumlah pemakaian pupuk kandang pada usaha tani kelapa
dalam satuan karung dan rupiah (Rp).
34
1
(e) Tenaga Kerja (X4), yaitu jumlah petani yang dipekerjakan dalam usaha tani
kelapa baik dalam penanaman maupun perawatan.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Didalam suatu penelitian, data mutlak diperlukan karena data tersebut
dipergunakan untuk memecahkan masalah yang diteliti. Untuk memperoleh data
yang obyektif dalam penelitian diperlukan teknik-teknik pengumpulan data. Adapun
teknik pengumpulan data di dalam penelitian ini adalah mengunakan teknik sebagai
berikut :
3.5.1 Metode Kuesioner
Metode Kuesioner ini digunakan untuk memperoleh data dari responden yang
terkait dengan program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu di Kecamtan
Jatinegara, Kabupaten Tegal. Dengan menyebarkan 90 angket secara acak di tiga
kelompok tani di Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal, yang sebelumnya
mengikuti program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu..
3.5.2 Metode Wawancara
Metode ini dilakukan pada saat melakukan studi pendahuluan untuk
menentukan permasalahan yang hendak diteliti. Metode ini digunakan didalam
menentukan permasalahan yang ada di Kecamatan Jatinegara disamping itu juga
digunakan untuk membantu menjelaskan kepada responden apabila respnden kurang
jelas dan tidak bisa menjawab angket yang dikarenakan buta huruf ataupu
keterbatasan didalam memahami pertanyaan.
35
1
3.5.3 Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data atau sumber-
sumber data yang terkait dengan Program pengembangan dan pengolahan kelapa
terpadu di Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal.
3.6 Metode Analisis Data
3.6.1 Analisis Deskriptif
Dalam penelitian ini analisis deskriptif menggambarkan bagaimana profil
petani kelapa yang mengikuti program Pengembangan dan pengolahan Kelapa
Terpadu dan menggambarkan bagaimana pelaksanaan program pengembangan dan
pengolahan kelapa terpadu di Kecamatan Jatinegara, baik proses, mekanisme
maupun peran program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu di Kecamatan
Jatinegara Kabupaten Tegal. Metode ini digunakan untuk menjawab permasalahan
mengenai bagaimana pendapat petani kelapa tentang program pengembangan dan
pengolahan kelapa terpadu.
3.6.2 Uji t
Uji t yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Uji sampel berpasangan :
yaitu uji untuk mengetahui perbedaan hasil pada satu kelompok orang antara
sebelum dan sesudah diberi perilakuan atau pada satu kelompok tersebut dilakukan
pengukuran dua kali pada karakteristik yang sama tapi beda subjek.
Dalam penelitian ini pengujiannya seperti uji satu sampel untuk selisih dua
kegiatan atau pengukuran tersebut, dengan test value diberi 0. Maka dalam uji
36
1
sampel berpasangan ini rumus yang digunakan sama dengan rumus uji t satu sampel
yaitu :
𝑡 = × − 𝜇0
𝑠
𝑛
Dimana :
𝑡 = 𝑡 yang dihitung
× = Rata-rata 𝑥i
𝜇0 = Nilai yang dihipotesiskan
𝑠 = Simpangan baku
𝑛 = Jumlah anggota sampel
Uji ini digunakan untuk menjawab penelitian yang pertama yaitu adakah
perubahan produktivitas kelapa setelah di adakan program pengembangan dan
pengolahan kelapa terpadu di Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal.yaitu dengan
dengan perbandingan produktivitas petani kelapa sebelum dan setelah adanya
program pengembangan dan pengolahan kelapa.
3.6.3 Uji Efisiensi
Uji efisiensi digunakan untuk melihat apakah input atau faktor-faktor
produksi (lahan, bibit, pupuk, dan tenaga kerja) yang digunakan pada usaha tani
kelapa di Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal sudah efisien atau belum. Uji
efisien meliputi efisiensi teknis, efisiensi harga, dan efisiensi ekonomi.
3.6.3.1 Efisiensi Teknis
Guna menjawab tujuan penelitian yang kedua, yakni untuk melihat tingkat
efisiensi teknis penggunaan faktor produksi pada usaha tani kelapa di Kecamatan
37
1
Jatinegara, Kabupaten Tegal digunakan pengukuran tingkat efisiensi teknis yang
dapat diketahui dari hasil pengolahan data dengan bantuan software Frontier Version
4.1c.
Justifikasi nilai efisiensi teknis adalah sebagai berikut :
1. Jika nilai efisiensi teknis sama dengan satu, maka penggunaan input atau
faktor produksinya sudah efisien.
2. Jika nilai efisiensi teknis kurang dari satu (tidak sama dengan satu), maka
penggunaan input atau faktor produksinya tidak efisien.
Dalam penelitian ini, perbedaan pengelolaan dan hasil efisiensi adalah bagian
terpenting karena kekhususan dalam pengelolaan. Selanjutnya analisis tersebut untuk
mengidentifikasi pengaruh-pengaruh dari perbedaan beberapa faktor.
Untuk mendapatkan efisiensi teknis (TE) dari usaha tani kelapa dapat dilakukan
dengan perhitungan sebagai berikut:
TE = exp [E(i | ei)]
Dimana 0 TEi 1 dan exp [E(i | ei)] adalah stochastic production frontier.
Jika nilai TE semakin mendekati 1 maka usaha tani dapat dikatakan semakin efisien
secara teknik dan jika nilai TE semakin mendekati 0 maka usaha tani dapat dikatakan
semakin inefisien secara teknik
3.6.3.2 Efisiensi Harga
Efisiensi merupakan upaya penggunaan input sekcil-kecilnya untuk
mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Efisiensi harga tercapai apabila
38
1
perbandingan antara nilai produktivitas marginal (NPMx) sama dengan harga input
tersebut (Px), (Nicholson, 1995). Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :
NPMx = Px atau
X
X
P
NPM = 1
X
PYb y... = Px atau
X
y
PX
PYb
.
.. = 1
dimana:
b = koefisien
Y = produksi kelapa
PY = harga produksi kelapa
X = jumlah faktor produksi (luas lahan, bibit, pupuk, dan tenaga kerja)
Px = harga faktor produksi (luas lahan, bibit, pupuk, dan tenaga kerja)
Jika X
X
P
NPM > 1 maka penggunaan input x belum efisien. untuk mencapai efisiensi,
input x harus ditambah. Jika X
X
P
NPM < 1 maka penggunaan input x tidak efisien.
untuk mencapai efisien input x perlu dikurangi. Efisiensi harga tercapai apabila
perbandingan antara nilai produktivitas marginal masing-masing input (NPMXi)
dengan harga inputnya (Vi) sama dengan satu. (Nicholson, 1995) kondisi ini
menghendaki NPM sama dengan harga faktor produksi.
39
1
3.6.3.3 Efisiensi Ekonomi
Efisiensi ekonomi merupakan hasil kali antara seluruh efisiensi dengan
efisiensi harga dari seluruh faktor input. Efisiensi ekonomi usaha tani kelapa dapat
dinyatakan sebagai berikut:
EE = ET.EH
Dimana: EE = Efesiensi Ekonomi
ET = Efisiensi Teknis
EH = Efisiensi Harga
Jika nilai efisiensi ekonomi sama dengan satu, maka usaha tani yang
dilakukan sudah mencapai tingkat efisiensi. Menurut Suryawati dalam Yulianik
(2006), efisiensi ekonomi merujuk kepada produksi dengan ongkos terendah (least-
cost production). Dengan kata lain, pada jumlah output tertentu, produsen mencapai
efisiensi ekonomi dalam produksinya jika dan hanya jika produsen menggunakan
faktor-faktor produksi (input) pada rasio tertentu di mana ongkos (per unit input)
untuk sejumlah output tersebut adalah paling rendah.
40
1
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Profil Petani Kelapa Yang Mengikuti Program Pengembangandan
Pengolahan Kelapa Terpadu Di Kecamatan Jatinegara, Kabupaten
Tegal
Dalam penyusunan penelitian ini peneliti menggunakan obyek penelitian
berupa para petani kelapa yang mengikuti program pengembangan dan pengolahan
kelapa terpadu yang terdiri dari tiga kelompok tani dari tiga desa di Kecamatan
Jatinegara Kabupaten Tegal, berikut data kelompok tani di Kecamatan Jatinegara
yang mengikuti program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu.
Tabel 4.1
Data Kelompok Tani Pelaksana Program Pengembangan Dan Pengolahan
Kelapa Terpadu Di Kecamatan Jatinegara
No Kelompok Tani Desa Jumlah peserta Jumlah Sampel
1. Sari Mukti Sitail 64 39
2. Tirtoyoso Sumbarang 53 32
3. Makmur Tani Cerih 32 19
Jumlah 149 90
Sumber : Dinas Pertanian Perkebunan Dan Kehutanan Kabupaten Tegal
41
1
Jumlah petani yang dijadikan sampel adalah sebanyak 90 orang. Dimana
dalam penentuan sampel peneliti menggunakan metode purposive cluster random
sampling. Yang berarti bahwa jumlah petani yang dijadikan sampel diambil acak di
tiap-tiap kelompok tani. Petani di Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal yang
menjadi sampel umumnya menjadikan kegiatan pertanian sebagai mata pencaharian
utama.
Selain digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, pertanian
juga mereka gunakan sebagai alat tabungan mereka di masa depan. Para petani
umumnya berpendidikan rendah. Dimana kebanyakan mereka hanya tamat Sekolah
Dasar. Hal ini yang dimungkinkan menjadikan pola pikir mereka menjadi sederhana
dan terbiasa hidup dengan keras.
Berikut adalah tabel jumlah petani bedasarkan lama sekolah mereka.
Tabel 4.2
Petani Berdasarkan Tingkat pendidikan
No. Tamatan Sekolah Jumlah (Orang) Persentase
1. 0-6 tahun (SD/MI) 42 46,67
2. 7-9 tahun (SMP/MTs) 22 24,44
3. 10-12 tahun (SMA/MAN) 19 21,11
4. >12 tahun >SMA 7 7,78
Jumlah 90 100
Sumber: Data primer diolah
Tabel 4.3 di atas menunjukan bahwa ternyata jumlah petani responden
kebanyakan berasal dari latar belakang pendidikan yang rendah. Tingkat pendidikan
yang rendah ditunjukan dengan lamanya waktu menempuh sekolah yang sangat
singkat. Kebanyakan hanya 6 tahun saja.
42
1
Pekerjaan di sawah untuk usaha tani kelapa termasuk pekerjaan yang berat
dan cenderung mengunakan tenaga, para petani penggarap sawah umumnya
didominasi oleh laki-laki dengan usia yang berkisar antara 41-50 tahun. Berikut
adalah tabel petani kelapa yang menjadi responden menurut usianya :
Tabel 4.3
Jumlah Petani Kelapa Yang Menjadi Responden
Dirinci Menurut Usianya
No. Usia Jumlah (Orang) Persentase
1. 20-30 tahun 5 5,56
2. 31-40 tahun 29 32,22
3. 41-50 tahun 31 34,44
4. 51-60 tahun 15 16.67
5. <60 tahun 10 11,11
Jumlah 90 100
Sumber: Data Primer diolah
Selain didominasi dengan petani yang berumur 41-50 tahun, selain itu juga banyak
yang berumur 31-40 tahun yaitu sebagai umur produktif petani untuk bekerja. Selain
itu aspek pengalaman juga berpengaruh terhadap keputusan petani untuk
mengembangkan usaha tani kelapa. Berikut rata-rata pengalaman bertani kelapa
responden
Tabel 4.4
Pengalaman Bertani Responden
No. Pengalaman Bertani Jumlah (Orang) Persentase
1. 6-10 tahun 6 6,67
2. 11-15 tahun 15 16,67
3. 16-20 tahun 21 23,33
4. 21-25 tahun 20 22,22
5. 20-30 tahun 16 17,78
7. 31-35 tahun 12 13,33
Jumlah 90 100
Sumber: Data Primer diolah
43
1
Dari tabel diatas dapat diketahui pengalaman petani membudidayakan kelapa
berkisar antara 6 tahun sampai 35 tahun. kebanyakan petani berpengalaman selama
16-20 tahun mencapai 23 %, kemudian 6,67% petani mempunyai pengalaman 6-10
tahun, dan 12 petani atau 13,33% petani memiliki pengalaman 31-35 tahun.
Dari hasil tersebut, petani dapat dikatakan sudah cukup lama
membudidayakan kelapa. Pengalaman tersebut merupakan modal awal bagi petani
dalam membudidayakan kelapa, karena dengan pengalaman tersebut petani dapat
menghadapi berbagai hambatan dalam budidaya kelapa. Selain itu petani dapat
mengambil keputusan sesuai dengan keadaan yang mereka hadapi.
4.1.2 Proses dan Mekanisme Pelaksanaan Program Pengembangan dan
Pengolahan Kelapa Terpadu
Pelaksanaan program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu dikuti
oleh tiga kelompok tani yang berasal dari tiga desa yang terdiri dari desa Cerih, desa
Sitail dan juga desa Sumbarang yang dalam pelaksanaan program tersebut yang
pertama yaitu Penyuluhan tentang pembudidayaan kelapa dan pelatihan penanaman
kelapa. Yaitu pemberian penyuluhan cara pemeliharaan tanaman kelapa yang sudah
ada agar dapat memproduksi kelapa lebih baik lagi dan pelatihan penanaman kelapa
dengan baik dan benar, dari pembuatan benih, pemilihan benih, pengolahan tanah,
hingga penanaman. Kemudian yang kedua yaitu pelaksanaan Pelatihan pengolahan
kelapa menjadi berbagai produk. Yaitu pelatihan yang diberikan kepada petani
kelapa akan pemanfaatan kelapa menjadi berbagai produk olahan yang bernilai
ekonomis tinggi, diantaranya yaitu proses pembuatan kelapa menjadi VCO,
44
1
pengolahan sabut kelapa, pengolahan tempurung kelapa mencadi arang/briket,
pengolahan tempurung kelapa menjadi asam cair, pelatihan pembuatan nata de coco.
Setelah pemberian penyuluhan dan pelatihan terhadap tiga kelompok tani
yang dikuti 149, kemudian diadakan pembentukan GAPOKTAN (gabungan
kelompok tani) yaitu sebagai pusat pengolahan petani. Dimana GAPOKTAN sebagai
penampung hasil pertanian petani kelapa yang kemudian akan di proses menjadi
produk olahan berbagai produk, selain itu sebagian hasil pertanian petani kelapa
dijual langsung ke pasar atau tengkulak.berikut bagan mekanisme pelaksanaan
program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu di Kecamatan Jatinegara
45
1
PROGRAM PENGOLAHAN DAN
PENGEMBANGAN KELAPA
TERPADU
Penyuluhan
pembudidayaan kelapa dan
pelatihan penanaman
kelapa
Pelatihan mengolah kelapa
menjadi bebagai produk
KELOMPOK TANI I
Produksi kelapa
KELOMPOK TANI II
Produksi Kelapa
KELOMPOK TANI III
Produksi kelapa
GAPOKTAN
PENGOLAHAN KELAPA
TERPADU
Poduksi minyak
kelapa
Produksi nata de
coco
Produksi
arang/briket
Pengolahan sabut
kelapa.
PASAR
TENGKULAK
Gambar 4.1 Bagan Mekanisme Pelaksanaan Program
46
1
Berikut presentase penyaluran hasil produksi kelapa ketempat penjualan :
Tabel 4.5
Tempat Penjualan Petani Kelapa
No. Tempat Jumlah (Orang) Persentase
1. Gapoktan dan Pasar 32 35,56
2. Gapoktan dan
Tengkulak 34 37,78
3. Pasar dan Tengkulak 13 14,44
4. Gapoktan, Pasar, dan
tengkulak 11 12,22
Jumlah 90 100
Sumber: Data Primer diolah
Dari tabel 4.6 diatas dapat diketahui bahwa petani banyak memilih menjual hasil
pertanian kelapanya di Gapoktan dan para tengkulak yaitu sebesar 37,77% petani,
35,56% petani memilih menjual hasil panennya di gapoktan dan pasar, kemudiam
14,44% petani memilih menjual hasil panennya di pasar dan tengkulak, dan 12,22%
petani memilih menjual hasil panennya di gapoktan, pasar, dan tengkulak. Pemilihan
prersentasi penyaluran hasil panen kelapa, petani memilih menjual atau disalurkan
melalui Gapoktan, pasar dan tengkulak, hal ini dipengaruhi oleh kapasitas
penerimaan Gapoktan yang masih terbatas dan jarak tempat Gapoktan dari petani,
menjadikan petani memilih menyalurkan atau menjual juga hasil panen kelapnya
kepada tengkulak dan menjualnya langsung ke pasar. dilihat dari data diatas
banyaknya petani lebih memilih menjual hasil panennya di Gapoktan dan tengkulak,
karena di Gapoktan harga jualnya lebih tinggi, dan memilih tengkulak karena dengan
menjual ditengkulak petani tingal menerima hasil bersihnya tanpa repot memikirkan
masalah transportasi dan pemasaran.
47
1
4.1.3 Dampak Program Pengembangan dan Pengolahan Kelapa Terpadu
Terhadap Produktivitas dan Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor
Produksi Kelapa.
4.1.3.1 Dampak Terhadap Produktivitas Petani Kelapa
Dari hasil tabel pendapatan dan biaya usaha tani kelapa sebelum dan sesudah
adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu yang terlampir dalam
lampiran satu dan dua, dapat diketahui produktivitas petani kelapa baik sebelum
maupun sesudah adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu
yang dihitung dengan rumus :
Poduktivitas = Jumlah pendapatan usaha tani kelapa
Jumlah pengeluaran faktor produksi usaha tani kelapa
Berikut disajikan tabel jumlah prduktivitas petani kelapa sebelum dan
sesudah adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu di
Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal.
No Nama Produktivitas A
(Rp)
Produktivita B
(Rp)
1 Mustajid 3.269798658 4.228893905
2 Ahmad Atoil 4.602888087 6.259927798
3 Munawar 4.612716763 3.856716418
4 Mukhtarom 3.449531738 5.413111342
5 Miftahul Falah 4.115853659 5.908536585
6 Fahrudin Muroh 3.74278481 4.101935484
7 Abdul Gofar 3.698275862 3.880115274
Tabel 4.6
Produktivitas Usaha tani Kelapa Sebelum Dan
Sesudah Adanya Program Pengembangan Dan
Pengolahan Kelapa Terpadu
48
1
8 Fakhuri 4.015748031 3.277108434
9 M. Sujat 4.102564103 4.756125356
10 Muhchidin Jani 3.292682927 3.731707317
11 Kharisah 3.484513274 2.920245399
12 Warjiin 3.506493506 6.358441558
13 Kamin 4.2 4.08
14 Abdul Jamil 4.417177914 4.740740741
15 Mukhwan 3.409090909 3.422818792
16 Muhkhasan 3.805970149 4.313432836
17 Ubaidillah 4.005235602 3.695652174
18 Hambali Kebagusan 3.489473684 5.475789474
19 M. Nasucha 4.235880399 4.352409639
20 Kasron 3.964757709 5.991189427
21 Satori 4.591836735 4.364864865
22 Rahman Sulim 4.087248322 4.181696429
23 Jurip 3.953488372 6.080841639
24 Zaenal Arifin 4.590163934 4.565371025
25 M. Chasan 4.565217391 5.028169014
26 Abdul Hadi 4.602739726 4.744186047
27 M. Sahar 4.21875 4.340425532
28 Maghfuri 3.337912088 3.571984436
29 Masruri H 4.323725055 4.365192582
30 Yusup Azis 5.254901961 5.051531151
31 Hj. Mu'addah 3.75 4.235294118
32 Ahmad Khasan 3.75 3.95890411
33 Jauhari 3.75 4.197530864
34 Nasri Adi 4.431818182 4.44966443
35 Slamet Dihu 4.393700787 3.792169312
36 Khaeri 4.151291513 4.722222222
37 Syakron 4.166666667 4.518987342
38 Nardi 4.294605809 4.273224044
39 Patoni 5.090497738 5.158959538
40 A. Khasan 3.789473684 3.980487805
41 Solikhah 4.090909091 6.490909091
42 Sahiri 4.136029412 4.068010076
43 Bazro 4.281376518 3.97983871
44 Sudijah 3.428571429 3.709090909
45 Patoni 4.120879121 4.057788945
46 Sakur 4.939849624 5.301359223
47 Warya 4.182692308 4.268398268
48 Thulab 4.422604423 4.705107084
49 Thobiin 4.864864865 4.703170029
50 Muhkhidin 4.151291513 4.292929293
51 Rumli Salim 4.5 4.533333333
49
1
Sumber : Data primer diolah (data secara lengkap dapat dilihat pada
lampiran 3 dan 4).Keterangan : Produktivitas A (produktivita sebelum adanya
program) Produktivitas B (produktivitas sesudah adanya program)
52 Mawah 4.5 6.8
53 Tarom 4.930434783 4.332134831
54 Nur Shodiq 4.5 4.646666667
55 Suyati 4.272151899 3.862660944
56 Abrori 5.1 4.533333333
57 Mas'ul 4.591836735 4.824324324
58 Farikhin 4.090909091 4.25
59 Masruroh 4.948453608 4.62585034
60 Saprozi 5.012068966 5.601156069
61 Rachmudin 6.818181818 7.400768246
62 Sukur Rahmat 3.170984456 5.390673575
63 H. Suyat 4.362017804 4.18359375
64 wahrad 4.086826347 6.056886228
65 Budi Sutomo 3.535353535 6.410774411
66 Rahmat Suhadi 3.624161074 5.818791946
67 Sabudin 3.410526316 3.278571429
68 Santoso Hermawan 4.20233463 4.328912467
69 Ramun 4.971671388 4.839416058
70 Khusnul khotimah 3.923076923 4.509473684
71 Kamat Sujati 4.090909091 4.0375
72 Wage 5.018587361 7.962825279
73 Ahmad Tholib 4.585597826 6.929347826
74 Durmadi 4.757462687 7.189054726
75 Arifin 4.811320755 7.270440252
76 Arif Makmuri 4.424157303 4.482109228
77 M. Tofiq 5.361702128 5.563636364
78 Suwarto 5.333333333 4.857142857
79 M. Wasroni 5.307692308 4.798387097
80 Sarifin H 5.032894737 4.652818372
81 Slamet riyadi 4.510613208 6.816037736
82 Muhwat Azis 4.76 5.165106383
83 Zaenal Makhrobi 5.20123839 4.779116466
84 Rahmat 1.313594662 1.73216885
85 Sarwadi 4.442508711 6.041811847
86 Wasnari 4.357541899 4.387096774
87 Kamari 4.885057471 6.83908046
88 Kamun 4.935483871 5.966451613
89 Sukuri 4.027237354 4.094240838
90 Ridwan 4.872611465 6.258598726
Jumlah 385,715078 435,9734994
50
1
Dari perbandingan produktivitas usaha tani kelapa sebelum dan sesudah
adanya program pada tebel 4.6 sebagian besar petani mengalami kenaikan
produktivitas namun ada juga sebagian kecil petani yang mengalami penurunan
produktivitas Hal tersebut dikarenakan dengan adanya program pengembangan dan
pengolahan kelapa terpadu, penyuluh memberikan himbauan kepada petani untuk
memberikan penambahan tenaga kerja untuk memberikan perlakuan khusus kepada
pohon kelapa yaitu pembersihan kotoran pada pohon kelapa yang bertujuan untuk
dapat meningkatkan produksi kelapa hingga produksi maksimal yang kemudian
dapat meningkatkan produktivitas. Tetapi karena adanya kelapa yang umurnya sudah
tua dan tidak dapat lagi memproduksi dengan baik dan maksimal walaupun diberi
perlakuan khusus menjadikan produktivitasnya turun.
4.1.3.1.1 Uji Sampel berpasangan
Setelah dihitung dengan Program komputer SPSS 16 diperoleh hasil sebagai
berikut
Tabel 4.7
Uji t
Dilihat dari perhitungan diatas terlihat pada output probabilitas signifikansi =
000 < 0,05, Maka Ha diterima dan Ho ditolak. Artinya bahwa rataan keduanya
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
Mean Std.
Deviation Std. Error
Mean
95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
Pair 1 Prodtv_A - Prodtv_B
-.55843 .97941 .10324 -.76356 -.35329 -5.409 89 .000
51
1
adalah tidak sama. Dalam hal disini adalah produktivitas sebelum dan sesudah
adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu adalah tidak sama,
hasil diatas menunjukan bahwa adanya perubahan produktivitas setelah diadakannya
program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu. Jadi ada kenaikan
produktivitas setelah diadakannya program pengembangan dan pengolahan kelapa
terpadu.
4.1.3.2 Efisiensi Teknis
Dari hasil penghitungan efisiensi teknis sebelum dan sesudah adanya program
pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu, melalui penghitungan regresi frontier
skokastik dengan alat bantu paket komputer Frontier Version 4.1 c. diperoleh hasil
efisiensi teknis produksi kelapa sebelum adanya program pengembangan dan
pengolahan kelapa terpadu diperoleh hasil sebesar 0,93496682 dan efisiensi produksi
kelapa sesudah adanya program dan pengolahan kelapa terpadu adalah sebesar
0,86310514. Hal ini mengandung arti bahwa rata-rata petani usaha tani kelapa
sebelum adanya program dapat mencapai 93 % dari potensial produksi yang
diperoleh dari kombinasi faktor produksi yang di korbankan sedangkan rata-rata
petani usaha tani kelapa setelah adanya program dapat mencapai 86 % dari potensi
produksi yang diperoleh dari kombinasi faktor produksi yang dikorbankan. Nilai
rata-rata efisiensi teknis keduanya masih dibawah 1, artinya bahwa usaha tani kelapa
baik sebelum maupun sesudah adanya program masih belum efisien secara teknis,
masih terdapat peluang potensi untuk meningkatkan produksi dimana usaha tani
kelapa sebelum program masih terdapat 7 % untuk meningkatkan produksi
sedangkan sesudah adanya program masih terdapat 14% untuk meningkatkan
52
1
produksi kelapa. Berarti usaha tani kelapa di Kecamatan Jatinegara baik sebelum dan
sesudah program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu masih belum efisien
secara teknis. Berdasarkan penghitungan efisiensi teknis dengan hasil penghitungan
yang mendekati angka 1, usaha tani kelapa di kecamatan Jatinegara memang masih
dikategorikan belum efisien. Namun sudah hampir mendekati tingkat efisiensi secara
teknis.
4.1.3.3 Efisiensi Harga
Efisiensi harga atau efisiensi alokatif adalah suatu keadaan efisiensi bila nilai
dari produk marginal sama dengan harga faktor produksi yang bersangkutan. Atau
suatu cara bagaimana petani mampu memaksimumkan keuntungannya. Oleh karena
itu dalam analisis penghitungan efisiensi harga yang menjadi penghitungan adalah
biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan usaha tani kelapa oleh petani di
Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal dalam satuan rupiah. Termasuk juga dengan
pendapatan yang diperoleh, sehingga akan diketahui jumlah efisiensi harga pada
usaha tani kelapa berikut kesimpulan apakah usaha tani kelapa efisien secara harga
atau tidak. Berikut disajikan tabel jumlah pengeluaran dan pendapatan petani kelapa
sebelum dan sesudah adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu
di kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal.
53
1
Tabel 4.8
Realisasi Jumlah Penerimaan Dan Pengeluaran Petani Kelapa Sebelum Adanya
Program
Keterangan Jumlah Rata-rata Koefisien
Produksi 63.671.100 707.456,66
Luas lahan 1.778.200 19.757,77 - 0,16065
Bibit 4.285.100 47.612,22 0,36038
Pupuk 7.193.500 79.927,77 0,78427
Tenaga Kerja 1.820.000 20222,22 0,09000
Sumber : Data primer diolah
Tabel 4.9
Realisasi Jumlah Penerimaan Dan Pengeluaran Petani Kelapa Sesudah Adanya
Program
Keterangan Jumlah Rata-rata Koefisien
Produksi 95.720.500 1.063.561,11
Luas lahan 1.778.200 19.757,77 -0,41773
Bibit 4.285.100 47.612,22 1,03280
Pupuk 7.193.500 79.927,77 0,40582
Tenaga Kerja 7.930.000 88.111,11 0,03250
Sumber : Data primer diolah
Dari realisasi diatas dapat dihitung efisiensi harga sebelum maupun sesudah adanya
program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu dengan rum NPM =X
y
PX
PYb
.
..
dimana:
b = koefisien
Y = produksi kelapa
PY = harga produksi kelapa
X = jumlah faktor produksi (luas lahan, bibit, pupuk, dan tenaga kerja)
Px = harga faktor produksi (luas lahan, bibit, pupuk, dan tenaga kerja)
54
1
4.1.3.3.1 Efisiensi Harga Sebelum Adanya Program Pengembangan dan
Pengolahan Kelapa Terpadu
NPM Luas lahan (NPM1) X1
NPM = (-0,16065) . (707.456,66)
19.757,77
= -5,75231
Dari hasil penghitungan diatas diperoleh efisiensi harga untuk luas lahan
pertanian usaha tani kelapa sebelum adanya program sebesar -5,75231. Hal ini
berarti dalam penggunaan faktor produksi lahan pertanian ternyata tidak efisien
secara harga. Sebab hasil penghitungan efisiensi harga diperoleh hasil kurang dari 1.
Oleh karena itu perlu dilakukan pengurangan penggunaan faktor produksi lahan atau
dapat menambah faktor produksi bibit agar tercapai efisiensi secara harga.
NPM Bibit (NPM2) X2
NPM = (0,36038) . (707.456,66)
47.612,22
= 5,35478
Pada penghitungan efisiensi harga untuk penggunaan faktor produksi bibit
diperoleh hasil 5,35478. Dari hasil penghitungan ini menunjukan bahwa penggunaan
faktor produksi bibit ternyata masih belum efisien secara harga. Sebab hasil
penghitungan efisiensi harga untuk faktor produksi bibit menunjukan angka lebih
besar dari 1. Sehingga perlu dilakukan penambahan faktor produksi bibit agar lebih
efisien.
55
1
NPM Pupuk (NPM3) X3
NPM = (0,78427) . (707.456,66)
79927,77
= 6,94173
Dari hasil penghitungan efisiensi harga untuk faktor produksi pupuk ternyata
diperoleh hasil yang sama dengan efisiensi harga untuk faktor produksi bibit, dimana
diperoleh hasil 6,94173. Hal ini mengindikasikan bahwa ternyata penggunaan faktor
produksi pupuk juga belum efisien secara harga. Sehingga perlu dilakukan
penambahan faktor produksi pupuk agar lebih efisien. Sebab hasil penghitungan
efisiensi harga menunjukan angka yang lebih dari 1.
NPM Tenaga Kerja (NPM4) X4
NPM = (0,090001) . (707456,66)
20222,22
= 3,14860
Dari hasil penghitungan efisiensi harga untuk faktor produksi tenaga kerja
diperoleh hasil 3,14860. Hal ini mengindikasikan bahwa ternyata penggunaan faktor
produksi tenaga kerja juga belum efisien secara harga. Sehingga perlu dilakukan
penambahan faktor produksi tenaga kerja agar lebih efisien. Sebab hasil
penghitungan efisiensi harga menunjukan angka yang lebih dari 1.
Setelah melakukan penghitungan NPM untuk masing-masing faktor produksi,
dimana efisiensi harga dihitung dari penambahan NPM efisiensi harga untuk masing-
masing faktor produksi. Maka nilai dari efisiensi harganya adalah sebesar:
56
1
EH = NPM1 + NPM2 + NPM3 + NPM4
4
EH = -5,75231 + 5,35478 + 6,94173 + 3,14860
4
EH = 3,86128
Jadi besarnya efisiensi harga pada usaha tani kelapa di Kecamatan Jatinegara
Kabupaten Tegal Sebelum adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa
terpadu adalah 3,86128. Hasil penghitungan efisiensi harga menunjukan bahwa
usaha tani kelapa di Kecamatan Jatinegara Kabuaten Tegal belum efisien secara
harga, sebab nilai efisiensi harganya lebih besar dari 1. Sehingga perlu dilakukan
penambahan input produksi agar menjadi lebih efisien.
4.1.3.3.2 Efisiensi Harga Sesudah Adanya Program Pengembangan dan
Pengolahan Kelapa Terpadu
NPM Luas lahan (NPM1) X1
NPM = (-0,41773) . (1.063.561,11)
19.757,77
= -22,48641
Dari hasil penghitungan diatas diperoleh efisiensi harga untuk luas lahan
pertanian usaha tani kelapa sesudah adanya program sebesar -22,48641. Hal ini
berarti dalam penggunaan faktor produksi lahan pertanian ternyata tidak efisien
secara harga. Sebab hasil penghitungan efisiensi harga diperoleh hasil kurang dari 1.
Oleh karena itu perlu dilakukan pengurangan penggunaan faktor produksi lahan atau
penambahan bibit agar tercapai efisiensi secara harga.
57
1
NPM Bibit (NPM2) X2
NPM = (1,03280) . (1.063.561,11)
47.612,22
= 23,07067
Pada penghitungan efisiensi harga untuk penggunaan faktor produksi bibit
diperoleh hasil 23,07067. Dari hasil penghitungan ini menunjukan bahwa
penggunaan faktor produksi bibit ternyata masih belum efisien secara harga. Sebab
hasil penghitungan efisiensi harga untuk faktor produksi bibit menunjukan angka
lebih besar dari 1. Sehingga perlu dilakukan penambahan bibit agar lebih efisien.
NPM Pupuk (NPM3) X3
NPM = (0,40582) . (1.063.561,11)
79.927,77
= 5,40005
Dari hasil penghitungan efisiensi harga untuk faktor produksi pupuk ternyata
diperoleh hasil 5,40005. Hal ini mengindikasikan bahwa ternyata penggunaan faktor
produksi pupuk juga belum efisien secara harga. Sehingga perlu dilakukan
penambahan faktor produksi pupuk agar lebih efisien. Sebab hasil penghitungan
efisiensi harga menunjukan angka yang lebih dari 1.
NPM Tenaga Kerja (NPM4) X4
NPM = (0,03250) . (1.063.561,11)
88.111,11
= 0,39229
Dari hasil penghitungan efisiensi harga untuk faktor produksi tenaga kerja
diperoleh hasil 0,39229. Hal ini mengindikasikan bahwa ternyata penggunaan faktor
produksi tenaga kerja juga belum efisien secara harga. Sehingga perlu dilakukan
58
1
pengunrangan faktor produksi tenaga kerja agar lebih efisien. Sebab hasil
penghitungan efisiensi harga menunjukan angka yang kurang dari 1.
Jumlah total efisiensi Harga
EH = NPM1 + NPM2 + NPM3 + NPM4
4
EH = -22,48641 + 23,07067 + 5,40005 + 0,39229
4
EH = 1,59415
Jadi besarnya efisiensi harga sesudah adanya program pengembangan dan
pengolahan kelapa terpadu pada usaha tani kelapa di Kecamatan Jatinegara
Kabupaten Tegal adalah 1,59415. Hasil penghitungan efisiensi harga menunjukan
bahwa usaha tani kelapa di Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal belum efisien
secara harga, sebab nilai efisiensi harganya lebih besar dari 1. Sehingga perlu
dilakukan penambahan input produksi agar menjadi lebih efisien
4.1.3.4 Efisiensi Ekonomi
Efisiensi ekonomi adalah hasil kali antara seluruh efisien teknis dengan
efisien harga dari seluruh faktor input, sebuah alokasi sumber daya yang efisien
secara teknis dimana kombinasi output yang diproduksi juga mencerminkan
preferensi masyarakat (Nicholson, 2002 dalam Cloudio, 2010)
4.1.3.4.1 Efisiensi Ekonomi Sebelum Program
Dari hasil penghitungan efisiensi ekonomi sebelum adanya program
pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu, diketahui besar efisiensi teknis
sebesar 0,93496, dan efisiensi harga sebesar 3,86128. Dimana efisiensi ekonomi
59
1
dapat dicapai apabila efisiensi teknis dan efisiensi harga telah dicapai. Maka dapat
dihitung besarnya efisiensi ekonomi sebagai berikut:
EE = ET x EH
= 0,93496 x 3,86128
= 3,61016
Jadi besarnya efisiensi ekonomis pada usaha tani kelapa di Kecamatan
Jatinegara, Kabupaten Tegal adalah sebesar 3,61016 Hal ini berarti bahwa usaha tani
kelapa di Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal masih belum efisien secara
ekonomis sehingga perlu dilakukan penambahan input agar tercapai efisiensi
4.1.3.4.2 Efisiensi Ekonomi Sesudah Program
Dari hasil penghitungan efisiensi ekonomi sesudah adanya program
pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu, diketahui besar efisiensi teknis
sebesar 0,86310, dan efisiensi harga sebesar 1,59415. Dimana efisiensi ekonomi
dapat dicapai apabila efisiensi teknis dan efisiensi harga telah dicapai. Maka dapat
dihitung besarnya efisiensi ekonomi sebagai berikut:
EE = ET x EH
= 0,86310 x 1,59415
= 1,37592
Jadi besarnya efisiensi ekonomis pada usaha tani kelapa di Kecamatan
Jatinegara, Kabupaten Tegal adalah sebesar 1,37592 Hal ini berarti bahwa usaha tani
kelapa di Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal masih belum efisien secara
ekonomis sehingga perlu dilakukan penambahan input agar tercapai efisiensi.
60
1
4.2 Pembahasan
4.2.1 Produktivitas
Produktivitas usaha tani kelapa di Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal
sebelum dan sesudah adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa
terpadu, setelah dihitung dengan program komputer SPSS 16 diperoleh hasil
probabilitas signifikansi 0,00 < 0,05 Ho ditolak dan Ha diterima. Hal itu
menunjukan bahwa produktivitas usaha tani kelapa yang dilakukan oleh petani di
Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal berbeda. Hal ini menunjukan adanya
perubahan produktivitas setelah diadakannya program pengembangan dan
pengolahan kelapa terpadu. Berarti dengan diadakannya program tersebut
memberikan efek positif bagi petani, yaitu meningkatkan produksi kelapa yang
berimbas pada meningkatnya pendapatan petani. Sehingga dengan diadakannya
program petani menjadi tahu tentang pembudidayaan kelapa yang benar dan baik,
menjadikan petani tepat dalam penggunaan faktor produksi yang efektif dan efisien.
yang menjadikan tanaman kelapa yang mereka miliki dapat berbuah hingga produksi
yang maksimal.
4.2.2 Efisien Teknis
Dilihat dari hasil efisiensi teknis usaha tani kelapa di Kecamatan Jatinegara
Kabupaten Tegal, baik sebelum maupun sesudah adanya program pengolahan kelapa
terpadu diatas, menunjukan di Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal dalam
penggunaan faktor- faktor produksi masih belum efisien secara teknis . Jadi
penggunaan faktor-faktor produksinya masih belum dapat dikombinasikan secara
baik sehingga menimbulkan inefisiensi. Secara teknis petani masih belum mampu
61
1
mengkombinasikan input yang benar-benar digunakan untuk menghasilkan output
yang maksimal secara efisien. Dari hasil penghitungan efisiensi teknis melalui alat
bantu paket komputer Frontier 4.1.c diperoleh hasil bahwa dari keseluruhan sampel
yang diteliti tidak mampu mencapai tingkat efisiensi secara teknis baik sebelum
maupun sesudah adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu.
Yakni rata-rata efisiensi teknis sebelum program sebesar sebesar 0,93496 dan rata-
rata efisien teknis sesudah adanya program sebesar 0,86310. Hal ini mengandung arti
bahwa rata-rata petani usaha tani kelapa sebelum adanya program dapat mencapai
93 % dari potensial produksi yang diperoleh dari kombinasi faktor produksi yang di
korbankan sedangkan rata-rata petani usaha tani kelapa setelah adanya program
dapat mencapai 86 % dari potensi produksi yang diperoleh dari kombinasi faktor
produksi yang dikorbankan. Nilai rata-rata efisiensi teknis keduanya masih dibawah
1, artinya bahwa usaha tani kelapa baik sebelum maupun sesudah adanya program
masih belum efisien secara teknis, masih terdapat peluang potensi untuk
meningkatkan produksi dimana usaha tani kelapa sebelum program masih terdapat 7
% untuk meningkatkan produksi sedangkan sesudah adanya program masih terdapat
14% untuk meningkatkan produksi kelapa. berarti usaha tani kelapa di Kecamatan
Jatinegara baik sebelum dan sesudah program pengembangan dan pengolahan kelapa
terpadu masih belum efisien secara teknis. Berdasarkan penghitungan efisiensi teknis
dengan hasil penghitungan yang mendekati angka 1, usaha tani kelapa di Kecamatan
Jatinegara memang masih dikategorikan belum efisien. Namun sudah hampir
mendekati tingkat efisiensi secara teknis.
62
1
Hal itu dikarenakan Petani kelapa di Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal
masih belum tepat mengunakan faktor-faktor produksi dalam berusaha tani kelapa,
hal ini terlihat dari penggunaan penggunaan luas lahan, penggunaan bibit yang
berasal buah kelapa yang tumbuh tunas yang tidak secara khusus di buat untuk bibit
unggul, kurangnya perawatan pada kelapa maupun komposisi dalam penggunaan
pupuk pada saat penanaman dan banyak petani menganggap tanaman kelapa sebagai
tanaman sampingan yang dapat tumbuh tanpa pemeliharaan khusus, padahal kelapa
juga memerlukan perhatian khusus agar dapat tumbuh dengan baik dan
menghasilkan buah yang maksimal.
Dilihat dari perbandingan sebelum dan sesudah adanya program
pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu efisiensi teknis sebelum adanya
program lebih efisien dibanding dengan efisiensi teknis sesudah adanya
pengolahan.hal ini dikarenakan nilai efisiensi teknis sebelum adanya program lebih
mendekati 1 dari pada nilai efisiensi teknis sesudah diadakan program
pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu karena dikatakan efisien jika
mendekati 1,semakin mendekati 1 semakin efisien. Semakin tidak efisien teknis
usaha tani kelapa setelah diadakan program pengembangan dan pengolahan kelapa
terpadu di karenakan adanya penambahan faktor produksi dalam pemeliharaan
kelapa yaitu ditambahnya tenaga kerja untuk membersihkan kelapa yang dalam
pemeliharaannya tidak memenuhi himbauan dari penyuluh program pengembangan
dan pengolahan kelapa terpadu, yaitu yang seharusnya pembersihan dilakukan tiga
kali dalam setahun tetapi dilakukan dengan satu kali saja dalam setahun. Hal itu
63
1
menjadikan produksi yang dikehendaki setelah adanya penambahan faktor produksi
tersebut tidak maksimal.
Keadaan seperti ini sangat sejalan dengan teori pertumbuhan hukum hasil
yang semakin berkurang The Law of Diminishing Return dari David Ricardo, yaitu
penambahan faktor-faktor produksi pada mulanya akan meningkatkan jumlah
produksi, namun apabila input tersebut ditambah secara terus menerus maka akan
menyebabkan penurunan jumlah produksi. Penambahan faktor-faktor produksi masih
dimungkinkan hingga mencapai setandar penggunaan faktor produksi yang sesuai.
Maka dari itu penggunaan faktor-faktor produksi harus secara proposional dan
mengunakan faktor-faktor produksi yang efektif.
Petani kelapa di Kecamatan Jatinegara Kabupaten tegal harus mampu
mengkombinasikan penggunaan faktor-faktor produksi yang digunakan yakni luas
lahan, bibit, pupuk dan tenaga kerja secara proposional dan efektif agar tercapai
efisiensi. Penggunaan faktor-faktor produksi pada usaha tani kelapa dinilai kurang
mendapat perhatian khusus dari para petani, karena dianggap tanaman kelapa sebagai
tanaman sampingan yang ditanam dengan tumpang sari, dan dianggap petani kelapa
adalah tanaman yang mudah hidup dan tidak rentan terhadap hama, hal itu
menjadikan tanaman kelapa tidak mendapatkan perlakuan khusus dari petani.
Dengan diadakannya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu
dapat memberikan pandangan bagi petani untuk dapat memberikan perhatian khusus
terhadap tanaman kelapa, karena kelapa dapat dijadikan komoditi industri yang
menguntungkan, namun kurang responya petani terhadap program tersebut
menjadikan masih inefisiensi teknis dalam usaha tani.
64
1
4.2.3 Efisiensi Harga
Pembahasan efisiensi harga dan efisiensi ekonomi akan menghasilkan tiga
hasil kemungkinan yaitu : (1) jika nilai efisiensi lebih besar dari 1, hal ini berarti
bahwa efisien yang maksimal belum tercapai, sehingga penggunaan faktor produksi
perlu ditambah agar mencapai kondisi yang efisien. (2) jika nilai efisiensi lebih kecil
dari satu , hal ini berarti bahwa kegiatan usaha tani yang dijalankan tidak efisien,
sehingga untuk mencapai tingkat efisien maka faktor produksi yang digunakan perlu
dikurangi. (3) jika nilai efisiensi sama dengan satu, hal ini berarti bahwa dari hasil
dikondisi usaha tani kelapa di Kecamatan Jatinegara yang dijalankan sudah
mencapai tingkat efisien dan diperoleh keuntungan yang maksimal.
Dari hasil penghitungan efisiensi harga sebelum maupun sesudah adanya
program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu di Kecamatan Jatinegara
kabupaten Tegal diperoleh hasil efisiensi harga sebelum adanya program sebesar
3,86128 dan efisiensi harga sesudah adanya program sebesar 1,59415 yang artinya
penggunaan input baik sebelum maupun sesudah adanya program pengembangan
dan pengolahan kelapa terpadu belum efisien dan perlu menambahkan kuantitas
penggunaan input produksi untuk mencapai efisiensi harga. Dilihat dari
perbandingan efisiensi harga sebelum dan sesudah adanya program pengembangan
dan pengolahan kelapa terpadu, efisiensi harga sesudah adanya program lebih efisien
dibanding efisien sebelum adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa
terpadu. Hal tersebut dikarenakan nilai efisiensi harga sesudah adanya program
pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu lebih mendekati 1. Peningkatan
efisiensi harga sesudahnya adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa
65
1
terpadu karena semakin proporsionalnya penggunaan faktor-faktor produksi yang
dilakukan petani. Penambahan Penggunaan faktor-faktor produksi yang masih
dimungkinkan hingga mencapai standar penggunaan yang proporsional untuk
mencapai produksi yang maksimal dapat diketahui dari perhitungan efisiensi per
faktor produksi.
Hasil penghitungan efisiensi harga untuk NPM untuk faktor produksi luas
lahan, sebelum adanya program sebesar -5,7523 dan hasil perhitungan efisiensi harga
sesudah adanya program sebesar -22,48641 dimana menunjukan bahwa penggunaan
faktor produksi luas lahan pada usaha tani kelapa baik sebelum maupun sesudah
program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu tidak efisien secara harga ,
sehingga perlu dilakukan pengurangan input. Yaitu harus ada penyesuaian luas lahan
dengan bibit yang ditanam, yaitu mengatur jarak bibit yang sesuai dengan prosedur
penanaman kelapa, jarak yang jauh antara kelapa satu dengan yang lain dapat
dimanfaatkan dengan menanam tanaman di bawahnya sehingga pemanfaatan lahan
jadi optimal. Dilihat dari perbandingan efisiensi harga untuk NPM faktor produksi
luas lahan sebelum dan sesudah adanya program pengembangan dan pengolahan
kelapa terpadu, efisiensi harga untuk NPM untuk luas lahan sebelum program lebih
efisien dibanding dengan NPM untuk luas lahan sesudah adanya program, karena
NPM luas lahan sebelum adanya program lebih mendekati 1. Hal tersebut
dikarenakan dengan adanya penambahan tenaga kerja untuk memberikan perlakuan
khusus kelapa, menjadikan efisiensi NPM untuk luas lahan semakin berkurang.
Dari penghitungan NPM untuk penggunaan faktor produksi bibit sebelum
program adalah 5,35478 dan perhitungan NPM untuk penggunaan faktor produksi
66
1
sesudah program adalah 23,07067 . Angka ini menunjukan arti bahwa penggunaan
faktor produksi bibit dalam usaha tani kelapa di Kecamatan Jatinegara, Kabupaten
Tegal masih belum efisien secara harga sehingga perlu dilakukan penambahan input.
Yaitu penambahan alokasi anggaran untuk pengadaan bibit unggul untuk
menghasilkan produksi yang maksimal.karena umumnya para petani menggunakan
bibit yang asal tanam, yaitu bibit dari kelapa yang tumbuh tunas karena terlalu lama
disimpan. Dilihat dari perbandingan efisiensi harga NPM untuk faktor produksi bibit
baik sebelum dan sesudah adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa
terpadu NPM untuk faktor produksi bibit sebelum adanya program lebih efisien
dibanding dengan efisiensi harga NPM untuk faktor produksi bibit sesudah adanya
program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu. Karena NPM faktor
produksi bibit sebelum adanya program lebih mendekati 1. Hal tersebut dikarenakan
dengan adanya penambahan tenaga kerja untuk memberikan perlakuan khusus
kelapa, menjadikan efisiensi NPM untuk bibit semakin berkurang.
Dari penghitungan NPM untuk faktor produksi pupuk sebelum adanya
program sebesar 6,94173 dan perhitungan NPM untuk faktor produksi pupuk
sesudah program sebesar 5,40005. hal ini berarti bahwa usaha tani kelapa di
Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal baik sesudah maupun sebelum adanya
program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu, masih belum efisien secara
harga sehingga perlu dilakukan penambahan input agar tercapai efisiensi harga.
Yaitu penambahan alokasi anggaran untuk faktor produksi pupuk dimana selama ini
petani kelapa di kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal mengunakan pupuk pada
hanya satu kali saat menanam saja, yaitu mengunakan pupuk kandang yang diperoleh
67
1
dari membeli di peternak maupun dari hasil ternak sendiri. Sebenarnya penggunaan
pupuk sebaiknya diberikan bertahap satu bulan sekali dengan dosis tertentu. Dari
perbandingan efisiensi harga NPM untuk faktor produksi pupuk baik sebelum dan
sesudah adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu NPM faktor
produksi pupuk sesudah adanya program lebih efisien dibanding dengan efisiensi
harga NPM untuk faktor produksi pupuk sebelum adanya program pengembangan
dan pengolahan kelapa terpadu. Karena NPM faktor produksi pupuk sesudah adanya
program lebih mendekati 1. Hal tersebut dikarenakan dengan adanya penambahan
tenaga kerja untuk memberikan perlakuan khusus kelapa, menjadikan efisiensi NPM
untuk pupuk semakin naik.
Dari penghitungan NPM untuk faktor produksi tenaga kerja sebelum adanya
program sebesar 3,14860 dan perhitungan NPM faktor produksi pupuk sesudah
program sebesar 0,39229. hal ini berarti bahwa usaha tani kelapa di Kecamatan
Jatinegara, Kabupaten Tegal baik sebelum maupun sesudah adanya program
pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu, masih belum efisien secara harga.
Dimana sebelum adanya program perlu dilakukan penambahan tenaga kerja untuk
diberikan perlakuan khusus, agar menambah produksi buah kelapa hingga produksi
maksimal. Sedangkan sesudah adanya program perlu dilakukan penggurangan tenaga
kerja, tetapi sudah hampir mendekati efisien, hanya perlu penambahan perlakuan
khusus pemeliharaan agar produksi buah kelapa mencapai titik maksimal, sehingga
diperoleh efisiensi harga. Dari perbandingan efisiensi harga NPM untuk faktor
produksi tenaga kerja baik sebelum dan sesudah adanya program pengembangan dan
pengolahan kelapa terpadu NPM faktor produksi tenaga kerja sesudah adanya
68
1
program lebih efisien dibanding dengan efisiensi harga NPM untuk faktor produksi
pupuk sebelum adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu.
Karena NPM faktor produksi pupuk sesudah adanya program lebih mendekati 1. Hal
ini dikarenakan dengan adanya penambahan tenaga kerja menjadikan efisiensi NPM
untuk luas lahan menjadi lebih efisien.
Dari perbandingan diatas sejalan dengan teori pertumbuhan hukum hasil yang
semakin berkurang The Law of Diminishing Return dari David Ricardo, yaitu
penambahan faktor-faktor produksi pada mulanya akan meningkatkan jumlah
produksi, namun apabila input tersebut ditambah secara terus menerus maka akan
menyebabkan penurunan jumlah produksi. Penambahan faktor-faktor produksi masih
dimungkinkan hingga mencapai setandar penggunaan faktor produksi yang sesuai.
Maka dari itu penggunaan faktor-faktor produksi harus secara proposional dan
mengunakan faktor-faktor produksi yang efektif.
4.2.4 Efisiensi Ekonomi
Dari penghitungan efisiensi ekonomi sebelum dan sesudah adanya program
pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu yang diperoleh hasil usaha tani kelapa
sebelum program sebesar 3,61016 dan hasil usaha tani sesudah adanya program
sebesar 1,37592 maka dapat dikatakan bahwa usaha tani kelapa baik sebelum
maupun sesudah adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu
belum efisien secara ekonomi. Agar tercapai keuntungan yang maksimal maka petani
harus mempu menggunakan seluruh faktor-faktor produksi yang dimiliki secara
efisien. Baik itu dalam menghasilkan output secara efisien agar optimal dan juga
69
1
guna memaksimumkan keuntungan yang diperolehnya, Maka perlu dilakukan
penambahan penggunaan faktor-faktor produksi agar tercapai efisiensi ekonomi pada
usaha tani kelapa di Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal.
Dilihat dari perbandingan efisiensi ekonomi sebelum adanya program dan
sesudah adanya program dilihat dari nilai diatas, bahwa efisiensi sesudah adanya
program lebih efisien, karena lebih mendekati satu, hal itu berarti menunjukan
dengan adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu menjadikan
usaha tani kelapa lebih efisien walaupun penambahan efisiennya sedikit. Jadi dengan
adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu dapat bermanfaat
bagi para petani kelapa untuk mengunakan faktor-faktor produksi yang tepat untuk
mencapai efisiensi sehingga berimbas pada peningkatan produktivitas
70
1
BAB V
PENUTUP
5.3 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Profil petani yang mengikuti Program Pengembangan dan Pengolahan Kelapa
Terpadu di Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal diikuti terdiri dari tiga
kelompok tani yaitu kelompok tani Sarimukti dari desa Sitail, kelompok tani
Tirtoyoso dari desa Sumbarang dan kelompok tani Makmur tani dari desa
Cerih. Petani yang mengikuti program pengembangan dan pengolahan kelapa
terpadu berumur antara 20 tahun sampai 60 tahun yang memiliki pengalaman
bertani 6-35 tahun, dimana sebagian besar petani memiliki tingkat pendidikan
hanya sampai sekolah dasar yang menjadikan pertanian sebagai sumber
pendapatan utama bagi kebanyakan petani di Kecamatan Jatinegara, Kabupaten
Tegal.
2. Mekanisme pelaksanaan Program Pengembangan dan Pengolahan Kelapa
terpadu berjalan sesuai dengan yang direncanakan, yaitu terdiri dari dua
kegiatan yaitu yang pertama adalah penyuluhan pembudidayaan kelapa yang
dilanjutkan dengan pelatihan penanaman kelapa dan yang kedua pelatihan cara
mengolah kelapa menjadi berbagai produk yang disosialisasikan kepada tiga
kelompok tani, yang kemudian dibentuk menjadi GAPOKTAN (gabungan
71
1
kelompok tani) sebagai penampung hasil pertania petani kelapa yang kemudian
akan diproses menjadi berbagai produk olahan kelapa, seperti briket, asam cair,
dan nata de coco.
3. Dengan diadakannya Program Pengembangan dan Pengolahan Kelapa Terpadu
petani mendapat efek positif, yaitu peningkatan produktivitas. Sedangkan
dilihat dari efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, dimana Untuk
efisiensi teknis baik sebelum maupun sesudah adanya program
pengembagandan pengolahan kelapa terpadu keduanya belum mencapai efisien
teknis yaitu efisiensi teknis sebelum adanya program sebesar 0,93496
sedangkan efisiensi teknis sesudah program sebesar 0,86310. Jadi efisiensi
teknis sebelum program lebih efisien dibanding dengan efisiensi teknis sesudah
adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu. Untuk
efisiensi harga baik sebelum maupun sesudah adanya program masih belum
efisien. dimana efisien harga sebelum program sebesar 3,86128 dan efisiensi
harga sesudah program sebesar 1,59415. jadi efisiensi harga sesudah adanya
program lebih efisien dibanding dengan efisiensi harga sesudah adanya
program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu. Untuk efisiensi
ekonomi baik sebelum maupun sesudah adanya program masih belum efisien,
dimana efisiensi ekonomi sebelum adanya program sebesar 3,61016 dan
efisiensi sesudah adanya program sebesar 1,37592. Jadi efisiensi ekonomi
sesudah adanya program lebih efisien dibanding efisieansi sebelum adanya
program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu.
72
1
5.2 Saran
Adanya program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu adalah
salah satu perhatian pemerintah untuk memberdayakan petani kelapa dan
meningkatkan kesejahteraan petani kelapa, dengan diberikan penyuluhan dan
memfasilitasi petani. Maka dari itu harus ada peran aktif dari petani dan
pengawasan khusus dari penyuluh pertanian untuk mencapai kesuksesan dan
tujuan yang dikehendaki. Dari penyusunan penelitian ini diperoleh beberapa
saran antara lain
1. Para petani diharapkan lebih mampu menggunakan dan memanfaatkan
faktor-faktor produksi yang dimilikinya secara proporsional. Sehingga
menjadi lebih efisien dan menguntungkan. Mereka hendaknya juga harus
lebih kreatif dalam menjalankan kegiatan usaha mereka seperti penggunaan
pupuk kandang yang ramah bagi tanah, bersedia menerima ilmu baru yang
diberikan kepada mereka, dan merubah mindset lama petani.
2. Kelompok-kelompok tani di Kecamatan Jatinegara harus benar-benar
diberdayakan dalam program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu
dengan aktif. Sebab selama ini petani belum benar-benar mengikuti dalam
program pengembangan dan pengolahan kelapa terpadu.petani hanya serbatas
sebagai penyuplay kelapa saja.
3. Pemerintah hendaknya memberikan pandangan dan bantuan dalam tindak
lanjut dalam pemasaran produk olahan kelapa supanya dapat diditribusikan di
berbagai wilayah, karena selama ini pemerintah hanya memberikan program-
73
1
program baru tetapi belum ada tindah lanjut untuk kemajuan dimasa
mendatang.
74
1
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman, A. dan Mulyani, Anny. 2003. “ Pemanfaatan lahan berpotensi untuk
pengembangan produksi kelapa”. Dalam Jurnal Litbang Pertanian, Volume
22 No. 1. Hal 24-32 Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan
Agroklimat.
Achtin, Dyas. 2010. “Pengaruh Produktifitas pertanian Padi Terhadap Pendapatan
Petani di Kecamatan Gunung Pati Semarang”. Skripsi. Semarang: Fakultas
Ekonomi UNNES
Ahmad, Haris. 2010. Teori Produktivitas. http:// harisahmad.blogspot.com. (27
Desember 2009)
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Arif, Himawan. 2007. Modul Frontier Version 4.1 Program Untuk Estimasi
Stocahastic Frontier. Semarang : Fakultas Ekonomi UNDIP.
Arsyal, L. 2004. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: STIE YKPN.
Budi, Avi. 2010 ”Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Usaha
Tani Jagung di Kabupaten Grobogan Tahun 2007”. Skipsi .semarang:
Fakultas Ekonomi UNNES
Laporan Akhir Kajian Evaluasi Revitalisasi Pertanian Dalam Rangka Peningkatan
Kesejahteraan Petani. 2010. Jakarta: BAPPENAS.
Laporan Akhir Kegiatan Peremajaan Tanaman Perkebunan Rakyat TP,APMN. 2008.
Tegal: Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Tegal.
Lay, Patrik. dan D.J. Taror. 2006. “Perkembangan teknologi pengolahan minyak
kelapa”. Dalam Jurnal Monograf Pasca Panen Kelapa. Hal 20-29: Balai
Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain.
Marhasan. 2005. “Analisis Efisiensi Ekonomi Usaha Tani Murbei dan Kokon di
Kabupaten Enrekang”. Dalam jurnal ISSN. Volume 2 No. 109-119 Pinang:
STIKIP Cokroaminoto.
Miller, R. Leroy, Meiner, Roger E. “Teori Mikro Ekonomi”. Jakarta: Raja Grafindo.
Nicholson, Walter. 2002. “Mikroekonomi Intermediate”. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Pedoman Umum Pengembangan Kelapa Terpadu. 2010. Jakarta: Departemen
Pertanian Direktorat Jenderal Perkebunan.
75
1
Sahara, Dewi. Idris. 2005. “Efisiensi Produksi Sistem Usaha Tani Padi Pada Lahan
Sawah Irigasi Teknis”. Sulawesi Tenggara: BPTP
Siswi, Yulianik. 2006. “Analisis Efisiensi Faktor-Faktor Produksi Pada Usaha Tani
Bawang Merah di Kabupaten Brebes (Studi Kasus Desa Larangan)”. Skipsi:
Semarang. Fakultas Ekonomi UNDIP
Soekartawi. 1993. “Prinsip dasar ekonomi pertanian”. Jakarta: Grafindo Persada.
_________. 2003. “Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis
Fungsi Cobb-Douglass”. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sugiyono. 2007. “Statistik Untuk Penelitian”. Bandung: CV Alfabeta.
Sukestiyarno. 2010. “Olah Data Penelitian Berbantuan SPSS”. Semarang:
Universitas Negeri semarang.
Sukirno, Sadono. 2005. “Mikro Ekonomi Teori Pengantar”. Grafindo Persada:
Jakarta
Sukiyono, Ketut. 2004. “Analisis Fungsi Produksi dan Efisiensi Teknis”. Dalam
Jurnal Ilmu Ilmu Pertanian Indonesia, Volume 6 No.2. Hal 104-110
Bengkulu: Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
Supardi. dan Rozany, Achmad. 2006. “Pemberdayaan petani kelapa dalam upaya
peningkatan pendapatan”. Dalam Jurnal Litbang Pertanian, Volume 25 No.
1. Hal 31-36. Bogor: Pusat Analisis Sosial Ekonomi Dan Kebijakan
Pertanian.
Widyananto, Claudio Satrya. 2010. “ Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor
Produksi Pada Usaha tani Bawang Putih”. Skripsi. Semarang : Fakultas
Ekonomi UNDIP.
76
1
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
Pajak lahan (Rp) Bibit (Rp) Pupuk (Rp) Tenaga Kerja (Rp)
1 Mustajid 812 1.200 974.400 298.000 676.400 3,269798658 30.000 78.000 150.000 40.000
2 Ahmad Atoil 255 1.500 382.500 83.100 299.400 4,602888087 10.000 22.100 36.000 15.000
3 Munawar 532 1.500 798.000 173.000 625.000 4,612716763 25.000 48.000 80.000 20.000
4 Mukhtarom 221 1.500 331.500 96.100 235.400 3,449531738 9.000 22.100 45.000 20.000
5 Miftahul Falah 225 1.500 337.500 82.000 255.500 4,115853659 9.600 20.400 32.000 20.000
6 Fahrudin Muroh 528 1.400 739.200 197.500 541.700 3,742784810 18.000 67.500 92.000 20.000
7 Abdul Gofar 330 1.300 429.000 116.000 313.000 3,698275862 11.500 34.500 55.000 15.000
8 Fakhuri 510 1.500 765.000 190.500 574.500 4,015748031 22.500 48.000 100.000 20.000
9 M. Sujat 480 1.500 720.000 175.500 544.500 4,102564103 23.500 42.000 90.000 20.000
10 Muhchidin Jani 270 1.500 405.000 123.000 282.000 3,292682927 13.000 30.000 60.000 20.000
11 Kharisah 210 1.500 315.000 90.400 224.600 3,484513274 8.000 22.400 40.000 20.000
12 Warjiin 180 1.500 270.000 77.000 193.000 3,506493506 8.000 17.000 32.000 20.000
13 Kamin 630 1.500 945.000 225.000 720.000 4,200000000 30.000 75.000 100.000 20.000
14 Abdul Jamil 240 1.500 360.000 81.500 278.500 4,417177914 9.000 25.500 27.000 20.000
15 Mukhwan 450 1.500 675.000 198.000 477.000 3,409090909 35.000 48.000 100.000 15.000
16 Muhkhasan 255 1.500 382.500 100.500 282.000 3,805970149 10.000 25.500 45.000 20.000
17 Ubaidillah 255 1.500 382.500 95.500 287.000 4,005235602 10.000 25.500 40.000 20.000
18 Hambali Kebagusan 221 1.500 331.500 95.000 236.500 3,489473684 9.600 20.400 45.000 20.000
19 M. Nasucha 255 1.500 382.500 90.300 292.200 4,235880399 10.500 23.800 36.000 20.000
20 Kasron 300 1.500 450.000 113.500 336.500 3,964757709 13.500 30.000 50.000 20.000
21 Satori 525 1.500 787.500 171.500 616.000 4,591836735 27.000 52.500 72.000 20.000
22 Rahman Sulim 435 1.400 609.000 149.000 460.000 4,087248322 27.000 42.000 60.000 20.000
23 Jurip 255 1.400 357.000 90.300 266.700 3,953488372 10.500 23.800 36.000 20.000
24 Zaenal Arifin 600 1.400 840.000 183.000 657.000 4,590163934 27.000 56.000 80.000 20.000
25 M. Chasan 975 1.400 1.365.000 299.000 1.066.000 4,565217391 41.000 98.000 140.000 20.000
26 Abdul Hadi 720 1.400 1.008.000 219.000 789.000 4,602739726 29.000 70.000 100.000 20.000
27 M. Sahar 450 1.500 675.000 160.000 515.000 4,218750000 23.000 42.000 75.000 20.000
28 Maghfuri 405 1.500 607.500 182.000 425.500 3,337912088 25.000 42.000 75.000 40.000
29 Masruri H 650 1.500 975.000 225.500 749.500 4,323725055 30.500 75.000 100.000 20.000
30 Yusup Azis 1.072 1.500 1.608.000 306.000 1.302.000 5,254901961 41.000 105.000 140.000 20.000
31 Hj. Mu'addah 600 1.500 900.000 240.000 660.000 3,750000000 20.000 60.000 140.000 20.000
32 Ahmad Khasan 600 1.500 900.000 240.000 660.000 3,750000000 25.000 70.000 125.000 20.000
33 Jauhari 700 1.500 1.050.000 280.000 770.000 3,750000000 35.000 75.000 150.000 20.000
34 Nasri Adi 585 1.500 877.500 198.000 679.500 4,431818182 23.000 60.000 100.000 15.000
35 Slamet Dihu 930 1.500 1.395.000 317.500 1.077.500 4,393700787 35.000 97.500 165.000 20.000
36 Khaeri 375 1.500 562.500 135.500 427.000 4,151291513 13.000 37.500 65.000 20.000
37 Syakron 375 1.500 562.500 135.000 427.500 4,166666667 15.000 35.000 65.000 20.000
38 Nardi 345 1.500 517.500 120.500 397.000 4,294605809 12.000 30.000 58.500 20.000
39 Patoni 375 1.500 562.500 110.500 452.000 5,090497738 14.000 37.500 39.000 20.000
40 A. Khasan 360 1.500 540.000 142.500 397.500 3,789473684 20.000 37.500 65.000 20.000
41 Solikhah 300 1.500 450.000 110.000 340.000 4,090909091 10.000 30.000 50.000 20.000
42 Sahiri 375 1.500 562.500 136.000 426.500 4,136029412 13.500 37.500 65.000 20.000
43 Bazro 705 1.500 1.057.500 247.000 810.500 4,281376518 27.000 75.000 125.000 20.000
44 Sudijah 360 1.500 540.000 157.500 382.500 3,428571429 15.000 37.500 65.000 40.000
45 Patoni 375 1.500 562.500 136.500 426.000 4,120879121 14.000 37.500 65.000 20.000
46 Sakur 1.095 1.500 1.642.500 332.500 1.310.000 4,939849624 35.000 112.500 165.000 20.000
47 Warya 435 1.500 652.500 156.000 496.500 4,182692308 27.000 39.000 75.000 15.000
48 Thulab 600 1.500 900.000 203.500 696.500 4,422604423 23.500 60.000 100.000 20.000
49 Thobiin 720 1.500 1.080.000 222.000 858.000 4,864864865 27.000 75.000 100.000 20.000
50 Muhkhidin 750 1.500 1.125.000 271.000 854.000 4,151291513 26.000 75.000 150.000 20.000
51 Rumli Salim 750 1.500 1.125.000 250.000 875.000 4,500000000 30.000 75.000 125.000 20.000
52 Mawah 375 1.500 562.500 125.000 437.500 4,500000000 15.500 37.500 52.000 20.000
53 Tarom 945 1.500 1.417.500 287.500 1.130.000 4,930434783 35.000 97.500 140.000 15.000
54 Nur Shodiq 750 1.500 1.125.000 250.000 875.000 4,500000000 30.000 75.000 125.000 20.000
55 Suyati 450 1.500 675.000 158.000 517.000 4,272151899 21.000 42.000 75.000 20.000
56 Abrori 850 1.500 1.275.000 250.000 1.025.000 5,100000000 30.000 75.000 125.000 20.000
57 Mas'ul 750 1.500 1.125.000 245.000 880.000 4,591836735 25.000 75.000 125.000 20.000
58 Farikhin 375 1.500 562.500 137.500 425.000 4,090909091 15.000 37.500 65.000 20.000
59 Masruroh 800 1.500 1.200.000 242.500 957.500 4,948453608 22.500 75.000 125.000 20.000
60 Saprozi 969 1.500 1.453.500 290.000 1.163.500 5,012068966 30.000 90.000 150.000 20.000
61 Rachmudin 355 1.500 532.500 78.100 454.400 6,818181818 9.000 22.100 27.000 20.000
62 Sukur Rahmat 204 1.500 306.000 96.500 209.500 3,170984456 11.000 25.500 40.000 20.000
63 H. Suyat 490 1.500 735.000 168.500 566.500 4,362017804 24.000 52.500 72.000 20.000
64 wahrad 455 1.500 682.500 167.000 515.500 4,086826347 26.000 49.000 72.000 20.000
65 Budi Sutomo 350 1.500 525.000 148.500 376.500 3,535353535 21.500 42.000 65.000 20.000
66 Rahmat Suhadi 216 1.500 324.000 89.400 234.600 3,624161074 10.000 23.400 36.000 20.000
67 Sabudin 432 1.500 648.000 190.000 458.000 3,410526316 26.000 54.000 90.000 20.000
68 Santoso Hermawan 360 1.500 540.000 128.500 411.500 4,202334630 12.500 36.000 60.000 20.000
69 Ramun 585 1.500 877.500 176.500 701.000 4,971671388 24.500 52.000 80.000 20.000
70 Khusnul khotimah 255 1.500 382.500 97.500 285.000 3,923076923 10.500 27.000 45.000 15.000
71 Kamat Sujati 375 1.500 562.500 137.500 425.000 4,090909091 15.000 37.500 65.000 20.000
72 Wage 270 1.500 405.000 80.700 324.300 5,018587361 8.500 25.200 27.000 20.000
73 Ahmad Tholib 225 1.500 337.500 73.600 263.900 4,585597826 9.800 23.800 20.000 20.000
74 Durmadi 255 1.500 382.500 80.400 302.100 4,757462687 9.600 23.800 27.000 20.000
75 Arifin 255 1.500 382.500 79.500 303.000 4,811320755 10.000 25.500 24.000 20.000
76 Arif Makmuri 525 1.500 787.500 178.000 609.500 4,424157303 19.000 49.000 90.000 20.000
77 M. Tofiq 420 1.500 630.000 117.500 512.500 5,361702128 16.500 36.000 45.000 20.000
78 Suwarto 320 1.500 480.000 90.000 390.000 5,333333333 15.000 30.000 25.000 20.000
79 M. Wasroni 690 1.500 1.035.000 195.000 840.000 5,307692308 30.000 70.000 75.000 20.000
80 Sarifin H 1.020 1.500 1.530.000 304.000 1.226.000 5,032894737 39.000 105.000 140.000 20.000
81 Slamet riyadi 255 1.500 382.500 84.800 297.700 4,510613208 9.000 23.800 32.000 20.000
82 Muhwat Azis 510 1.400 714.000 150.000 564.000 4,760000000 23.000 35.000 72.000 20.000
83 Zaenal Makhrobi 560 1.500 840.000 161.500 678.500 5,201238390 21.000 52.500 68.000 20.000
84 Rahmat 525 1.500 787.500 599.500 188.000 1,313594662 22.000 52.500 510.000 15.000
85 Sarwadi 255 1.500 382.500 86.100 296.400 4,442508711 8.600 25.500 32.000 20.000
86 Wasnari 260 1.500 390.000 89.500 300.500 4,357541899 9.500 30.000 30.000 20.000
87 Kamari 425 1.500 637.500 130.500 507.000 4,885057471 21.000 37.500 52.000 20.000
88 Kamun 255 1.500 382.500 77.500 305.000 4,935483871 8.000 25.500 24.000 20.000
89 Sukuri 345 1.500 517.500 128.500 389.000 4,027237354 19.000 37.500 52.000 20.000
90 Ridwan 255 1.500 382.500 78.500 304.000 4,872611465 9.000 25.500 24.000 20.000
Rata-rata 476,9111 1.486,6667 707.456,6667 167.520,0000 539.936,6667 4,285723089 19.757,7778 47.612,2222 79.927,7778 20.222,2222
Jumlah 42.922 133.800 63.671.100 15.076.800 48.594.300 385,715077983 1.778.200 4.285.100 7.193.500 1.820.000
Perhitungan Pendapatan dan Biaya Uasaha Tani Kelapa
Sebelum Program Pengembangan dan Pengolahan Kelapa Terpadu
BiayaNo. Nama
Produksi A
(Buah)Harga (Rp) Pendapatan A (Rp) Total Biaya (Rp) Keuntungan (Rp) Produktivitas A
77
1
Pajak lahan (Rp) Bibit (Rp) Pupuk (Rp)Tenaga Kerja
(Rp)
1 Mustajid 1.102 1.700 1.873.400 443.000 1.430.400 4,228893905 30.000 78.000 150.000 185.000
2 Ahmad Atoil 306 1.700 520.200 83.100 437.100 6,259927798 10.000 22.100 36.000 15.000
3 Munawar 608 1.700 1.033.600 268.000 765.600 3,856716418 25.000 48.000 80.000 115.000
4 Mukhtarom 306 1.700 520.200 96.100 424.100 5,413111342 9.000 22.100 45.000 20.000
5 Miftahul Falah 285 1.700 484.500 82.000 402.500 5,908536585 9.600 20.400 32.000 20.000
6 Fahrudin Muroh 748 1.700 1.271.600 310.000 961.600 4,101935484 18.000 67.500 92.000 132.500
7 Abdul Gofar 396 1.700 673.200 173.500 499.700 3,880115274 11.500 34.500 55.000 72.500
8 Fakhuri 560 1.700 952.000 290.500 661.500 3,277108434 22.500 48.000 100.000 120.000
9 M. Sujat 491 1.700 834.700 175.500 659.200 4,756125356 23.500 42.000 90.000 20.000
10 Muhchidin Jani 270 1.700 459.000 123.000 336.000 3,731707317 13.000 30.000 60.000 20.000
11 Kharisah 224 1.700 380.800 130.400 250.400 2,920245399 8.000 22.400 40.000 60.000
12 Warjiin 288 1.700 489.600 77.000 412.600 6,358441558 8.000 17.000 32.000 20.000
13 Kamin 840 1.700 1.428.000 350.000 1.078.000 4,080000000 30.000 75.000 100.000 145.000
14 Abdul Jamil 320 1.800 576.000 121.500 454.500 4,740740741 9.000 25.500 27.000 60.000
15 Mukhwan 600 1.700 1.020.000 298.000 722.000 3,422818792 35.000 48.000 100.000 115.000
16 Muhkhasan 255 1.700 433.500 100.500 333.000 4,313432836 10.000 25.500 45.000 20.000
17 Ubaidillah 340 1.500 510.000 138.000 372.000 3,695652174 10.000 25.500 40.000 62.500
18 Hambali Kebagusan 306 1.700 520.200 95.000 425.200 5,475789474 9.600 20.400 45.000 20.000
19 M. Nasucha 340 1.700 578.000 132.800 445.200 4,352409639 10.500 23.800 36.000 62.500
20 Kasron 400 1.700 680.000 113.500 566.500 5,991189427 13.500 30.000 50.000 20.000
21 Satori 665 1.700 1.130.500 259.000 871.500 4,364864865 27.000 52.500 72.000 107.500
22 Rahman Sulim 551 1.700 936.700 224.000 712.700 4,181696429 27.000 42.000 60.000 95.000
23 Jurip 323 1.700 549.100 90.300 458.800 6,080841639 10.500 23.800 36.000 20.000
24 Zaenal Arifin 760 1.700 1.292.000 283.000 1.009.000 4,565371025 27.000 56.000 80.000 120.000
25 M. Chasan 1.365 1.700 2.320.500 461.500 1.859.000 5,028169014 41.000 98.000 140.000 182.500
26 Abdul Hadi 960 1.700 1.632.000 344.000 1.288.000 4,744186047 29.000 70.000 100.000 145.000
27 M. Sahar 600 1.700 1.020.000 235.000 785.000 4,340425532 23.000 42.000 75.000 95.000
28 Maghfuri 540 1.700 918.000 257.000 661.000 3,571984436 25.000 42.000 75.000 115.000
29 Masruri H 900 1.700 1.530.000 350.500 1.179.500 4,365192582 30.500 75.000 100.000 145.000
30 Yusup Azis 1.407 1.700 2.391.900 473.500 1.918.400 5,051531151 41.000 105.000 140.000 187.500
31 Hj. Mu'addah 800 1.800 1.440.000 340.000 1.100.000 4,235294118 20.000 60.000 140.000 120.000
32 Ahmad Khasan 850 1.700 1.445.000 365.000 1.080.000 3,958904110 25.000 70.000 125.000 145.000
33 Jauhari 1.000 1.700 1.700.000 405.000 1.295.000 4,197530864 35.000 75.000 150.000 145.000
34 Nasri Adi 780 1.700 1.326.000 298.000 1.028.000 4,449664430 23.000 60.000 100.000 115.000
35 Slamet Dihu 1.054 1.700 1.791.800 472.500 1.319.300 3,792169312 35.000 97.500 165.000 175.000
36 Khaeri 550 1.700 935.000 198.000 737.000 4,722222222 13.000 37.500 65.000 82.500
37 Syakron 525 1.700 892.500 197.500 695.000 4,518987342 15.000 35.000 65.000 82.500
38 Nardi 460 1.700 782.000 183.000 599.000 4,273224044 12.000 30.000 58.500 82.500
39 Patoni 525 1.700 892.500 173.000 719.500 5,158959538 14.000 37.500 39.000 82.500
40 A. Khasan 480 1.700 816.000 205.000 611.000 3,980487805 20.000 37.500 65.000 82.500
41 Solikhah 420 1.700 714.000 110.000 604.000 6,490909091 10.000 30.000 50.000 20.000
42 Sahiri 475 1.700 807.500 198.500 609.000 4,068010076 13.500 37.500 65.000 82.500
43 Bazro 987 1.500 1.480.500 372.000 1.108.500 3,979838710 27.000 75.000 125.000 145.000
44 Sudijah 480 1.700 816.000 220.000 596.000 3,709090909 15.000 37.500 65.000 102.500
45 Patoni 475 1.700 807.500 199.000 608.500 4,057788945 14.000 37.500 65.000 82.500
46 Sakur 1.606 1.700 2.730.200 515.000 2.215.200 5,301359223 35.000 112.500 165.000 202.500
47 Warya 580 1.700 986.000 231.000 755.000 4,268398268 27.000 39.000 75.000 90.000
48 Thulab 840 1.700 1.428.000 303.500 1.124.500 4,705107084 23.500 60.000 100.000 120.000
49 Thobiin 960 1.700 1.632.000 347.000 1.285.000 4,703170029 27.000 75.000 100.000 145.000
50 Muhkhidin 1.000 1.700 1.700.000 396.000 1.304.000 4,292929293 26.000 75.000 150.000 145.000
51 Rumli Salim 1.000 1.700 1.700.000 375.000 1.325.000 4,533333333 30.000 75.000 125.000 145.000
52 Mawah 500 1.700 850.000 125.000 725.000 6,800000000 15.500 37.500 52.000 20.000
53 Tarom 1.134 1.700 1.927.800 445.000 1.482.800 4,332134831 35.000 97.500 140.000 172.500
54 Nur Shodiq 1.025 1.700 1.742.500 375.000 1.367.500 4,646666667 30.000 75.000 125.000 145.000
55 Suyati 600 1.500 900.000 233.000 667.000 3,862660944 21.000 42.000 75.000 95.000
56 Abrori 1.000 1.700 1.700.000 375.000 1.325.000 4,533333333 30.000 75.000 125.000 145.000
57 Mas'ul 1.050 1.700 1.785.000 370.000 1.415.000 4,824324324 25.000 75.000 125.000 145.000
58 Farikhin 500 1.700 850.000 200.000 650.000 4,250000000 15.000 37.500 65.000 82.500
59 Masruroh 1.000 1.700 1.700.000 367.500 1.332.500 4,625850340 22.500 75.000 125.000 145.000
60 Saprozi 1.425 1.700 2.422.500 432.500 1.990.000 5,601156069 30.000 90.000 150.000 162.500
61 Rachmudin 340 1.700 578.000 78.100 499.900 7,400768246 9.000 22.100 27.000 20.000
62 Sukur Rahmat 306 1.700 520.200 96.500 423.700 5,390673575 11.000 25.500 40.000 20.000
63 H. Suyat 630 1.700 1.071.000 256.000 815.000 4,183593750 24.000 52.500 72.000 107.500
64 wahrad 595 1.700 1.011.500 167.000 844.500 6,056886228 26.000 49.000 72.000 20.000
65 Budi Sutomo 560 1.700 952.000 148.500 803.500 6,410774411 21.500 42.000 65.000 20.000
66 Rahmat Suhadi 306 1.700 520.200 89.400 430.800 5,818791946 10.000 23.400 36.000 20.000
67 Sabudin 540 1.700 918.000 280.000 638.000 3,278571429 26.000 54.000 90.000 110.000
68 Santoso Hermawan 480 1.700 816.000 188.500 627.500 4,328912467 12.500 36.000 60.000 80.000
69 Ramun 780 1.700 1.326.000 274.000 1.052.000 4,839416058 24.500 52.000 80.000 117.500
70 Khusnul khotimah 378 1.700 642.600 142.500 500.100 4,509473684 10.500 27.000 45.000 60.000
71 Kamat Sujati 475 1.700 807.500 200.000 607.500 4,037500000 15.000 37.500 65.000 82.500
72 Wage 378 1.700 642.600 80.700 561.900 7,962825279 8.500 25.200 27.000 20.000
73 Ahmad Tholib 300 1.700 510.000 73.600 436.400 6,929347826 9.800 23.800 20.000 20.000
74 Durmadi 340 1.700 578.000 80.400 497.600 7,189054726 9.600 23.800 27.000 20.000
75 Arifin 340 1.700 578.000 79.500 498.500 7,270440252 10.000 25.500 24.000 20.000
76 Arif Makmuri 700 1.700 1.190.000 265.500 924.500 4,482109228 19.000 49.000 90.000 107.500
77 M. Tofiq 630 1.700 1.071.000 192.500 878.500 5,563636364 16.500 36.000 45.000 95.000
78 Suwarto 400 1.700 680.000 140.000 540.000 4,857142857 15.000 30.000 25.000 70.000
79 M. Wasroni 875 1.700 1.487.500 310.000 1.177.500 4,798387097 30.000 70.000 75.000 135.000
80 Sarifin H 1.311 1.700 2.228.700 479.000 1.749.700 4,652818372 39.000 105.000 140.000 195.000
81 Slamet riyadi 340 1.700 578.000 84.800 493.200 6,816037736 9.000 23.800 32.000 20.000
82 Muhwat Azis 714 1.700 1.213.800 235.000 978.800 5,165106383 23.000 35.000 72.000 105.000
83 Zaenal Makhrobi 700 1.700 1.190.000 249.000 941.000 4,779116466 21.000 52.500 68.000 107.500
84 Rahmat 700 1.700 1.190.000 687.000 503.000 1,732168850 22.000 52.500 510.000 102.500
85 Sarwadi 306 1.700 520.200 86.100 434.100 6,041811847 8.600 25.500 32.000 20.000
86 Wasnari 360 1.700 612.000 139.500 472.500 4,387096774 9.500 30.000 30.000 70.000
87 Kamari 525 1.700 892.500 130.500 762.000 6,839080460 21.000 37.500 52.000 20.000
88 Kamun 272 1.700 462.400 77.500 384.900 5,966451613 8.000 25.500 24.000 20.000
89 Sukuri 460 1.700 782.000 191.000 591.000 4,094240838 19.000 37.500 52.000 82.500
90 Ridwan 289 1.700 491.300 78.500 412.800 6,258598726 9.000 25.500 24.000 20.000
Rata-rata 627,4111 1.695,5556 1.063.561,1111 235.408,8889 828.152,2222 4,844149993 19.757,7778 47.612,2222 79.927,7778 88.111,1111
Jumlah 56.467 152.600 95.720.500 21.186.800 74.533.700 435,973499410 1.778.200 4.285.100 7.193.500 7.930.000
Perhitungan Pendapatan dan Pengeluaran Usaha Tani Kelapa
Sesudah Program Pengembangan dan Pengolahan Kelapa Terpadu
Biaya
No. NamaProduksi B
(Buah)Harga (Rp) Pendapatan B (Rp)
Total Biaya
(Rp)Keuntungan (Rp) Produktivitas B
78
1
Data Output dan Input Usaha Tani Kelapa
Sebelum Program Pengembangan dan Pengolahan Kelapa Terpadu
No. Nama Produksi
A(Y)
Luas
lahan(X1) Bibit(X2) Pupuk(X3)
Tenaga
Kerja (X4)
1 Mustajid 812 6.000 60 30 2
2 Ahmad Atoil 255 1.750 17 9 1
3 Munawar 532 4.000 40 20 1
4 Mukhtarom 221 1.700 17 9 1
5 Miftahul Falah 225 1.700 17 8 1
6 Fahrudin Muroh 528 4.500 45 23 1
7 Abdul Gofar 330 2.300 23 11 1
8 Fakhuri 510 4.000 40 20 1
9 M. Sujat 480 3.500 35 18 1
10 Muhchidin Jani 270 2.000 20 10 1
11 Kharisah 210 1.600 16 8 1
12 Warjiin 180 1.700 17 8 1
13 Kamin 630 5.000 50 25 1
14 Abdul Jamil 240 1.700 17 9 1
15 Mukhwan 450 4.000 40 20 1
16 Muhkhasan 255 1.700 17 9 1
17 Ubaidillah 255 1.700 17 8 1
18 Hambali Kebagusan 221 1.700 17 9 1
19 M. Nasucha 255 1.750 17 9 1
20 Kasron 300 2.000 20 10 1
21 Satori 525 3.500 35 18 1
22 Rahman Sulim 435 3.000 30 15 1
23 Jurip 255 1.700 17 9 1
24 Zaenal Arifin 600 4.000 40 20 1
25 M. Chasan 975 7.000 70 35 1
26 Abdul Hadi 720 5.000 50 25 1
27 M. Sahar 450 3.000 30 15 1
28 Maghfuri 405 3.000 30 15 1
29 Masruri H 650 5.000 50 25 1
30 Yusup Azis 1.072 7.000 70 35 2
31 Hj. Mu'addah 600 2.500 40 20 1
32 Ahmad Khasan 600 5.000 50 25 1
33 Jauhari 700 5.000 50 25 1
34 Nasri Adi 585 4.000 40 20 1
35 Slamet Dihu 930 6.500 65 33 1
36 Khaeri 375 2.500 25 13 1
37 Syakron 375 2.500 25 13 1
38 Nardi 345 2.500 25 13 1
39 Patoni 375 2.500 25 13 1
40 A. Khasan 360 2.500 25 13 1
41 Solikhah 300 2.000 20 10 1
42 Sahiri 375 2.500 25 13 1
43 Bazro 705 5.000 50 25 1
44 Sudijah 360 2.500 25 13 1
45 Patoni 375 2.500 25 13 1
46 Sakur 1.095 7.500 75 33 2
79
1
47 Warya 435 3.000 30 15 1
48 Thulab 600 4.000 40 20 1
49 Thobiin 720 5.000 50 25 1
50 Muhkhidin 750 5.000 50 25 1
51 Rumli Salim 750 5.000 50 25 1
52 Mawah 375 2.500 25 13 1
53 Tarom 945 7.000 65 35 1
54 Nur Shodiq 750 6.000 50 25 1
55 Suyati 450 3.000 30 15 1
56 Abrori 850 5.000 50 25 1
57 Mas'ul 750 5.000 50 25 1
58 Farikhin 375 3.000 25 13 1
59 Masruroh 800 4.000 50 25 1
60 Saprozi 969 5.000 60 30 1
61 Rachmudin 355 1.750 17 9 1
62 Sukur Rahmat 204 1.750 17 8 1
63 H. Suyat 490 3.500 35 18 1
64 wahrad 455 3.500 35 18 1
65 Budi Sutomo 350 3.500 35 13 1
66 Rahmat Suhadi 216 1.750 18 9 1
67 Sabudin 432 3.600 36 18 1
68 Santoso Hermawan 360 2.250 24 12 1
69 Ramun 585 4.000 40 20 1
70 Khusnul khotimah 255 1.750 18 9 1
71 Kamat Sujati 375 2.500 25 13 1
72 Wage 270 1.750 18 9 1
73 Ahmad Tholib 225 1.750 17 8 1
74 Durmadi 255 1.700 17 9 1
75 Arifin 255 1.700 17 8 1
76 Arif Makmuri 525 3.500 35 18 1
77 M. Tofiq 420 3.000 30 15 1
78 Suwarto 320 2.000 20 10 1
79 M. Wasroni 690 5.000 50 25 1
80 Sarifin H 1.020 7.000 70 35 1
81 Slamet riyadi 255 1.700 17 8 1
82 Muhwat Azis 510 3.500 35 18 1
83 Zaenal Makhrobi 560 3.500 35 17 1
84 Rahmat 525 3.500 35 17 1
85 Sarwadi 255 1.700 17 8 1
86 Wasnari 260 2.000 20 10 1
87 Kamari 425 2.250 25 13 1
88 Kamun 255 1.750 17 8 1
89 Sukuri 345 2.250 25 13 1
90 Ridwan 255 1.700 17 8 1
80
1
Data Output dan Input Usaha Tani Kelapa
Sesudah Program Pengembangan dan Pengolahan Kelapa Terpadu
No. Nama Produksi B
(Y)
Luas
lahan(X1) Bibit(X2) Pupuk(X3)
Tenaga
Kerja (X4)
1 Mustajid 1.102 6.000 60 30 4 2 Ahmad Atoil 306 1.750 17 9 1
3 Munawar 608 4.000 40 20 2 4 Mukhtarom 306 1.700 17 9 1 5 Miftahul Falah 285 1.700 17 8 1 6 Fahrudin Muroh 748 4.500 45 23 2
7 Abdul Gofar 396 2.300 23 11 2
8 Fakhuri 560 4.000 40 20 2 9 M. Sujat 491 3.500 35 18 1
10 Muhchidin Jani 270 2.000 20 10 1 11 Kharisah 224 1.600 16 8 2
12 Warjiin 288 1.700 17 8 1
13 Kamin 840 5.000 50 25 3 14 Abdul Jamil 320 1.700 17 9 1 15 Mukhwan 600 4.000 40 20 2 16 Muhkhasan 255 1.700 17 9 1
17 Ubaidillah 340 1.700 17 8 2 18 Hambali Kebagusan 306 1.700 17 9 1 19 M. Nasucha 340 1.750 17 9 2 20 Kasron 400 2.000 20 10 1
21 Satori 665 3.500 35 18 3
22 Rahman Sulim 551 3.000 30 15 2 23 Jurip 323 1.700 17 9 1 24 Zaenal Arifin 760 4.000 40 20 3 25 M. Chasan 1.365 7.000 70 35 3
26 Abdul Hadi 960 5.000 50 25 2
27 M. Sahar 600 3.000 30 15 2 28 Maghfuri 540 3.000 30 15 2 29 Masruri H 900 5.000 50 25 2 30 Yusup Azis 1.407 7.000 70 35 4
31 Hj. Mu'addah 800 2.500 40 20 2
32 Ahmad Khasan 850 5.000 50 25 2 33 Jauhari 1.000 5.000 50 25 2 34 Nasri Adi 780 4.000 40 20 2
35 Slamet Dihu 1.054 6.500 65 33 3
36 Khaeri 550 2.500 25 13 2 37 Syakron 525 2.500 25 13 2 38 Nardi 460 2.500 25 13 2 39 Patoni 525 2.500 25 13 2
40 A. Khasan 480 2.500 25 13 2
41 Solikhah 420 2.000 20 10 1 42 Sahiri 475 2.500 25 13 2 43 Bazro 987 5.000 50 25 3
81
1
44 Sudijah 480 2.500 25 13 2 45 Patoni 475 2.500 25 13 2 46 Sakur 1.606 7.500 75 33 4 47 Warya 580 3.000 30 15 2
48 Thulab 840 4.000 40 20 2
49 Thobiin 960 5.000 50 25 2 50 Muhkhidin 1.000 5.000 50 25 2 51 Rumli Salim 1.000 5.000 50 25 3
52 Mawah 500 2.500 25 13 1
53 Tarom 1.134 7.000 65 35 3 54 Nur Shodiq 1.025 6.000 50 25 3 55 Suyati 600 3.000 30 15 2 56 Abrori 1.000 5.000 50 25 2
57 Mas'ul 1.050 5.000 50 25 2
58 Farikhin 500 3.000 25 13 2 59 Masruroh 1.000 4.000 50 25 2 60 Saprozi 1.425 5.000 60 30 3 61 Rachmudin 340 1.750 17 9 1
62 Sukur Rahmat 306 1.750 17 8 1
63 H. Suyat 630 3.500 35 18 3 64 wahrad 595 3.500 35 18 1 65 Budi Sutomo 560 3.500 35 13 1 66 Rahmat Suhadi 306 1.750 18 9 1
67 Sabudin 540 3.600 36 18 3 68 Santoso Hermawan 480 2.250 24 12 2 69 Ramun 780 4.000 40 20 2 70 Khusnul khotimah 378 1.750 18 9 2
71 Kamat Sujati 475 2.500 25 13 2
72 Wage 378 1.750 18 9 1 73 Ahmad Tholib 300 1.750 17 8 1 74 Durmadi 340 1.700 17 9 1 75 Arifin 340 1.700 17 8 1
76 Arif Makmuri 700 3.500 35 18 3
77 M. Tofiq 630 3.000 30 15 2 78 Suwarto 400 2.000 20 10 1 79 M. Wasroni 875 5.000 50 25 2 80 Sarifin H 1.311 7.000 70 35 2
81 Slamet riyadi 340 1.700 17 8 1 82 Muhwat Azis 714 3.500 35 18 2 83 Zaenal Makhrobi 700 3.500 35 17 2 84 Rahmat 700 3.500 35 17 2
85 Sarwadi 306 1.700 17 8 1
86 Wasnari 360 2.000 20 10 2 87 Kamari 525 2.250 25 13 1 88 Kamun 272 1.750 17 8 1 89 Sukuri 460 2.250 25 13 2
90 Ridwan 289 1.700 17 8 1
82
1
T-TEST PAIRS=Prodtv_A WITH Prodtv_B (PAIRED)
/CRITERIA=CI(.9500)
/MISSING=ANALYSIS.
T-Test
[DataSet0]
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Prodtv_A 4.2857 90 .68042 .07172
Prodtv_B 4.8441 90 1.10545 .11652
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 Prodtv_A & Prodtv_B 90 .482 .000
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair 1 Prodtv_A -
Prodtv_B -.55843 .97941 .10324 -.76356 -.35329 -5.409 89 .000
83
1
Hasil Olah Data Frontier Sebelum Program
Output from the program FRONTIER (Version 4.1c)
instruction file = terminal
data file = nend1.dta
Error Components Frontier (see B&C 1992)
The model is a production function
The dependent variable is logged
the ols estimates are :
coefficient standard-error t-ratio
beta 0 0.40229275E 0.71638181E 0.56156193E
beta 1 -0.16540700E 0.14896102E -0.11104046E
beta 2 0.33874310E 0.25555828E 0.13255023E
beta 3 0.81387854E 0.21133446E 0.38511397E
beta 4 0.91218525E-01 0.86079732E-01 0.10596981E
sigma-squared 0.88827086E-02
log likelihood function = 0.87431856E
the estimates after the grid search were :
beta 0 0.40901590E
beta 1 -0.16540700E
beta 2 0.33874310E
beta 3 0.81387854E
beta 4 0.91218525E-01
sigma-squared 0.12909298E-01
gamma 0.55000000E
mu is restricted to be zero
eta is restricted to be zero
iteration = 0 func evals = 20 llf = 0.87694176E
0.40901590E0.16540700E 0.33874310E 0.81387854E 0.91218525E-
01
0.12909298E-01 0.55000000E
gradient step
iteration = 5 func evals = 45 llf = 0.87714950E
0.40817576E0.16520838E 0.36419849E 0.78489312E 0.90276531E-
01
0.13067347E-01 0.56615451E
iteration = 9 func evals = 75 llf = 0.87715501E
0.40601104E0.16065112E 0.36038435E 0.78427640E 0.90001349E-
01
0.13097418E-01 0.56775230E
the final mle estimates are :
84
1
coefficient standard-error t-ratio
beta 0 0.40601104E 0.67912769E 0.59784198E
beta 1 -0.16065112E 0.14012280E -0.11465024E
beta 2 0.36038435E 0.25412037E 0.14181640E
beta 3 0.78427640E 0.21807691E 0.35963295E
beta 4 0.90001349E-01 0.83564017E-01 0.10770347E
sigma-squared 0.13097418E-01 0.44658869E-02 0.29327697E
gamma 0.56775230E 0.28895325E 0.19648587E
mu is restricted to be zero
eta is restricted to be zero
log likelihood function = 0.87715501E
LR test of the one-sided error = 0.56729008E
with number of restrictions = 1
[note that this statistic has a mixed chi-square distribution]
number of iterations = 9
(maximum number of iterations set at : 100)
number of cross-sections = 90
number of time periods = 1
total number of observations = 90
thus there are: 0 obsns not in the panel
covariance matrix :
0.46121442E -0.92167215E-01 0.51235150E-01 0.37457235E-01
0.80356929E-02
-0.22093297E-04 -0.25770181E-02
-0.92167215E-01 0.19634398E-01 -0.18057443E-01 -0.12264539E-02
-0.74697487E-03
0.19913499E-04 0.14816544E-02
0.51235150E-01 -0.18057443E-01 0.64577163E-01 -0.46341268E-01
-0.36865643E-02
0.10925011E-03 0.82261263E-02
0.37457235E-01 -0.12264539E-02 -0.46341268E-01 0.47557537E-01
0.37981781E-02
-0.14443213E-03 -0.10833960E-01
0.80356929E-02 -0.74697487E-03 -0.36865643E-02 0.37981781E-02
0.69829450E-02
-0.36464836E-05 -0.27628983E-03
-0.22093297E-04 0.19913499E-04 0.10925011E-03 -0.14443213E-03
-0.36464836E-05
0.19944146E-04 0.11571544E-02
-0.25770181E-02 0.14816544E-02 0.82261263E-02 -0.10833960E-01
-0.27628983E-03
0.11571544E-02 0.83493979E-01
85
1
technical efficiency estimates :
firm eff.-est.
1 0.90481125E
2 0.94151488E
3 0.92002384E
4 0.88609031E
5 0.93018190E
6 0.85843004E
7 0.95041560E
8 0.90324888E
9 0.92238418E
10 0.92143771E
11 0.90918115E
12 0.83317340E
13 0.89973061E
14 0.92044957E
15 0.84578925E
16 0.94021556E
17 0.96070741E
18 0.88609031E
19 0.94151488E
20 0.95205655E
21 0.94907502E
22 0.94558230E
23 0.94021556E
24 0.95440356E
25 0.93830665E
26 0.94589860E
27 0.95344750E
28 0.92377770E
29 0.91264750E
30 0.94703499E
31 0.93520919E
32 0.87785182E
33 0.93822919E
34 0.94881810E
35 0.94216982E
36 0.94563982E
37 0.94563982E
38 0.91951452E
39 0.94563982E
40 0.93409795E
41 0.95205655E
42 0.94563982E
43 0.94027288E
44 0.93409795E
45 0.94563982E
46 0.95843966E
86
1
47 0.94558230E
48 0.95440356E
49 0.94589860E
50 0.95512790E
51 0.95512790E
52 0.94563982E
53 0.93696512E
54 0.96053768E
55 0.95344750E
56 0.97294115E
57 0.95512790E
58 0.95251237E
59 0.96043595E
60 0.96345934E
61 0.98284009E
62 0.89369999E
63 0.92954512E
64 0.90120946E
65 0.89813993E
66 0.86811442E
67 0.87541412E
68 0.95039319E
69 0.94881810E
70 0.93553183E
71 0.94563982E
72 0.95067534E
73 0.93170200E
74 0.94021556E
75 0.96070741E
76 0.94907502E
77 0.93579373E
78 0.96382031E
79 0.93387412E
80 0.95004930E
81 0.96070741E
82 0.94169022E
83 0.96815105E
84 0.95838576E
85 0.96070741E
86 0.90672518E
87 0.96617731E
88 0.96148036E
89 0.91302243E
90 0.96070741E
mean efficiency = 0.93496682E
87
1
Hasil Olah Data Frontier Sesudah Program
Output from the program FRONTIER (Version 4.1c)
instruction file = terminal
data file = nend2.dta
Error Components Frontier (see B&C 1992)
The model is a production function
The dependent variable is logged
the ols estimates are :
coefficient standard-error t-ratio
beta 0 0.41668656E 0.83092325E 0.50147418E
beta 1 -0.23132654E 0.17315722E -0.13359335E
beta 2 0.98453197E 0.29594021E 0.33267936E
beta 3 0.23299671E 0.24673050E 0.94433685E
beta 4 0.54726811E-01 0.40578537E-01 0.13486640E
sigma-squared 0.11982082E-01
log likelihood function = 0.73963093E
the estimates after the grid search were :
beta 0 0.42984612E
beta 1 -0.23132654E
beta 2 0.98453197E
beta 3 0.23299671E
beta 4 0.54726811E-01
sigma-squared 0.28633833E-01
gamma 0.95000000E
mu is restricted to be zero
eta is restricted to be zero
iteration = 0 func evals = 20 llf = 0.82296826E
0.42984612E0.23132654E 0.98453197E 0.23299671E 0.54726811E-
01
0.28633833E-01 0.95000000E
gradient step
iteration = 5 func evals = 47 llf = 0.83216157E
0.42934668E0.24398681E 0.10050595E 0.25275742E 0.28459241E-
01
0.28578170E-01 0.97637672E
iteration = 10 func evals = 83 llf = 0.84075640E
0.48303576E0.35991236E 0.11064699E 0.27181115E 0.36218613E-
01
0.32332747E-01 0.99352625E
pt better than entering pt cannot be found
iteration = 14 func evals = 115 llf = 0.85496466E
88
1
0.51905956E0.41773247E 0.10328004E 0.40582663E 0.32506024E-
01
0.35251758E-01 0.99999999E
the final mle estimates are :
coefficient standard-error t-ratio
beta 0 0.51905956E 0.32191358E 0.16124190E
beta 1 -0.41773247E 0.40037043E-01 -0.10433649E
beta 2 0.10328004E 0.19148346E 0.53936796E
beta 3 0.40582663E 0.12236273E 0.33165870E
beta 4 0.32506024E-01 0.22533660E-01 0.14425541E
sigma-squared 0.35251758E-01 0.20734407E-02 0.17001575E
gamma 0.99999999E 0.51621955E-04 0.19371602E
mu is restricted to be zero
eta is restricted to be zero
log likelihood function = 0.85496466E
LR test of the one-sided error = 0.23066745E
with number of restrictions = 1
[note that this statistic has a mixed chi-square distribution]
number of iterations = 14
(maximum number of iterations set at : 100)
number of cross-sections = 90
number of time periods = 1
total number of observations = 90
thus there are: 0 obsns not in the panel
covariance matrix :
0.10362835E 0.15658246E-01 0.30975049E-01 -0.51843978E-01
0.67899397E-02
-0.22412943E-02 0.33590893E-04
0.15658246E-01 0.16029648E-02 -0.10102643E-01 0.12442855E-01
-0.91870765E-03
0.39681880E-03 -0.69217400E-05
0.30975049E-01 -0.10102643E-01 0.36665916E-01 -0.27034412E-01
-0.10885174E-02
0.19171764E-03 0.23236048E-05
-0.51843978E-01 0.12442855E-01 -0.27034412E-01 0.14972638E-01
0.15484708E-02
-0.62946554E-03 0.60791312E-05
0.67899397E-02 -0.91870765E-03 -0.10885174E-02 0.15484708E-02
0.50776584E-03
0.55208843E-04 -0.19377160E-05
89
1
-0.22412943E-02 0.39681880E-03 0.19171764E-03 -0.62946554E-03
0.55208843E-04
0.42991565E-05 0.26962192E-06
0.33590893E-04 -0.69217400E-05 0.23236048E-05 0.60791312E-05
-0.19377160E-05
0.26962192E-06 0.26648263E-08
technical efficiency estimates :
firm eff.-est.
1 0.81412279E
2 0.84748395E
3 0.69497279E
4 0.83728362E
5 0.81800335E
6 0.75139922E
7 0.81086349E
8 0.64010651E
9 0.65038362E
10 0.64052070E
11 0.65247976E
12 0.82661391E
13 0.75454400E
14 0.87559071E
15 0.68582841E
16 0.69773635E
17 0.95412187E
18 0.83728362E
19 0.92066935E
20 0.94891955E
21 0.84996381E
22 0.84482177E
23 0.88379937E
24 0.85734138E
25 0.86967425E
26 0.87377687E
27 0.91995111E
28 0.82795600E
29 0.81916581E
30 0.88808963E
31 0.75142677E
32 0.77365660E
33 0.91018424E
34 0.89157693E
35 0.71983155E
36 0.99976818E
37 0.95432417E
38 0.83616975E
39 0.95432417E
40 0.87252496E
41 0.99636552E
42 0.86343616E
43 0.88658920E
90
1
44 0.87252496E
45 0.86343616E
46 0.99506020E
47 0.88928608E
48 0.96015977E
49 0.87377687E
50 0.91018424E
51 0.89826666E
52 0.92959101E
53 0.77996905E
54 0.99358660E
55 0.91995111E
56 0.91018424E
57 0.97747103E
58 0.98080620E
59 0.82917624E
60 0.98470890E
61 0.94164883E
62 0.88897702E
63 0.80522887E
64 0.78814309E
65 0.84650839E
66 0.79890230E
67 0.67834016E
68 0.89966564E
69 0.89157693E
70 0.96489212E
71 0.86343616E
72 0.98687931E
73 0.87154610E
74 0.93031513E
75 0.97586365E
76 0.89469875E
77 0.96594867E
78 0.94891955E
79 0.79641121E
80 0.84635133E
81 0.97586365E
82 0.92470036E
83 0.92784392E
84 0.92784392E
85 0.87827728E
86 0.83500027E
87 0.93404290E
88 0.79020180E
89 0.80016595E
90 0.82948410E
mean efficiency = 0.86310514E
91
1
KUISIONER UNTUK PETANI
DAMPAK PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PENGOLAHAN KELAPA TERPADU
TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGUNAAN FAKTOR-FAKTOR
PRODUKSI DI KECAMATAN JATINEGARA KABUPATEN TEGAL
Oleh : Nendi Fatkhur Rahman
I. IDENTITAS (diisi oleh enumerator)
1. Nama Responden :........................................................................................................
2. Nama Kelompok Tani :...............................................................................................
3. Alamat :..........................................................................................................
4. Tanggal Wawancara :...................................................................................................
II. KARAKTERISTIK RESPONDEN
5. Umur :......................................................................................
6. Jenis Kelamin : L / P
7. Status : Menikah / Belum Menikah / Janda / Duda
8. Pendidikan Terahir : SD / SMP / SMA / PT
9. Jumlah anggota keluarga yang membantu bekerja di lahan usahatani kelapa :..........
10. Apakah usahatani kelapa adalah sumber utama pendapatan keluarga
( a )Ya ( b )Tidak
Bila Ya, Sebutkan pekerjaan sambilan anda:...............................................................
Bila Tidak, Sebutkan Pekerjaan Utama anda :.............................................................
III. USAHATANI KELAPA
11. Pola tanam kelapa yang dilakukan : .............................................................................
12. Jenis benih yang digunakan : .......................................................................................
13. Alasan Tanam Kelapa : .................................................................................................
14. Lama bertani kelapa :...........................................................................................Tahun
15. Apa saja imput yang anda butuhkan untuk memproduksi kelapa?
No. Input Jumlah Harga Total (Jumlah x
Harga)
1 Pembelian Bibit :.......................Batang Rp...................... Rp.......................
2 Pembelian Pupuk :
.............................
.............................
..............................
:..............................Kg
:..............................Kg
:..............................Kg
Rp......................
Rp......................
Rp......................
Rp.......................
Rp.......................
Rp.......................
3 Biaya Lain-lain
..............................
..............................
:...................................
:...................................
Rp........................
Rp........................
Rp........................
Rp.......................
16. Berapa jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam setiap produksi?
92
1
No. Keterangan Jumlah
Orang
Upah Hari Total (Jumlah x
Harga)
1 Masa Penanaman
Jumlah Tenaga
Kerja
......................
Rp...................
.
..................
Rp.......................
2 Masa Perawatan
Jumlah Tenaga
Kerja
......................
Rp...................
.
..................
Rp.......................
.
17. Berapa jumlah benih yang hidup dan tumbuh besar:........................................................
18. Berapa produksi kelapa sebelum Program Pengembangan dan Pengolahan Kelapa
Terpadu (Produksi sebelum tahun 2008)
No Keterangan Jumlah Harga Jual Total
1 Produksi Kelapa
(butir)
..................
Rp.................
..................
19. Berapa produksi kelapa sesudah Program Pengembangan dan Pengolahan Kelapa
Terpadu (Produksi sekarang)
No Keterangan Jumlah Harga Jual Total
1 Produksi Kelapa
(butir)
....................
Rp.................
.....................
20. Status lahan anda
No Luas Lahan Status Pajak Tanah Sewa
1 Produksi Kelapa
(butir)
Rp.....................
Rp....................
Rp......................
IV. LAIN-LAIN
21. Bagaimana proses dan mekanisme pelaksanaan Program Pengembangan dan
Pengolahan Kelapa Terpadu:
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
22. Penjualan hasil panen : ( a ) di Pasar; ( b )Tengkulak, ( c ) di Gapoktan
23. Informasi harga jual kelapa diperoleh dari...............................................................
24. Penentu harga jual....................................................................................................
25. Wilayah pemasaran kelapa.......................................................................................
Terimakasih Atas Bantuan dan Kerjasama Anda
93
1
FOTO PENELITIAN
Foto Lahan Kelapa
94
1
Foto Mesin dan Alat Pengolahan Kelapa
95
1
Foto Wawancara Dengan Petani Kelapa
96