DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS...

136
Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan...... STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR) 1 DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI KOPERASI DAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT PENERIMA MANFAAT DI PROVINSI ACEH M. Haykal Abstract: The objective of this research is to identify factors explaining an increase in beneficiaries’ income as an impact of revolving fund program of Badan Rehabilitasi and Rekontruksi (BRR) of Aceh and Nias through micro-finance enterprises and cooperatives in Aceh Province. Data utilized in this study were collected from various sources ranging from direct interview with related respondents and agencies to detailed analysis on financial reports of cooperative and micro-finance enterprises. Descriptive and linear regression method are carried out to quantify the impact of the BRR’s revolving fund on beneficiaries’ income. Besides, the statistical technique is designated as a tool to elaborate how dependent and independent variables interacts one another. The distribution of revolving fund has a positive impact upon beneficiaries’ income. The magnitude of impact of BRR’s revolving fund on beneficiaries’ average income is considerably higher than that before fund distributed. By undertaking a paired test, there existed a 82.09 percent value of correlation. Partial correlation test also showed that positive impact occurred after beneficiaries utilized the fund to support their economic activities. Since the revolving fund has a key role in helping the people to improve their welfare, local government is encouraged to deliver continuously the fund to the poor as a measure to boost their incomes. However, fund receivers must have been equipped with sufficient managerial skills to make use of the fund efficiently and effectively. Keywords: income education, age, and working hours ____________________________________________________________________ M. Haykal, Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh

Transcript of DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS...

Page 1: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

1

DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI

KOPERASI DAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO TERHADAP

PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT PENERIMA

MANFAAT DI PROVINSI ACEH

M. Haykal

Abstract: The objective of this research is to identify factors explaining an increase in

beneficiaries’ income as an impact of revolving fund program of Badan Rehabilitasi and

Rekontruksi (BRR) of Aceh and Nias through micro-finance enterprises and cooperatives in

Aceh Province. Data utilized in this study were collected from various sources ranging

from direct interview with related respondents and agencies to detailed analysis on

financial reports of cooperative and micro-finance enterprises. Descriptive and linear

regression method are carried out to quantify the impact of the BRR’s revolving fund on

beneficiaries’ income. Besides, the statistical technique is designated as a tool to elaborate

how dependent and independent variables interacts one another. The distribution of

revolving fund has a positive impact upon beneficiaries’ income. The magnitude of impact

of BRR’s revolving fund on beneficiaries’ average income is considerably higher than that

before fund distributed. By undertaking a paired test, there existed a 82.09 percent value of

correlation. Partial correlation test also showed that positive impact occurred after

beneficiaries utilized the fund to support their economic activities. Since the revolving fund

has a key role in helping the people to improve their welfare, local government is

encouraged to deliver continuously the fund to the poor as a measure to boost their

incomes. However, fund receivers must have been equipped with sufficient managerial

skills to make use of the fund efficiently and effectively.

Keywords: income education, age, and working hours

____________________________________________________________________

M. Haykal, Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh

Page 2: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

2

PENDAHULUAN

Dampak bencana gempa dan tsunami telah membawa sebagian besar masyarakat

Provinsi Aceh (NAD) dan Kepuluan Nias Sumatera Utara kehilangan mata pecaharian.

Kondisi ini tidak dapat segera dipulihkan. Demikian juga sarana dan prasarana ekonomi

menjadi rusak atau bahkan hilang sama sekali. Dampak terparah dirasakan oleh para

nelayan dan sektor perikanan. Oleh karena itu, program bantuan sosial kepada masyarakat

pada dasarnya merupakan amanah untuk menanggulangi kondisi dari kenyataan yang

disebutkan di atas, sekaligus sesuai dengan amanah “Blue Print” Pembangunan Masyarakat

NAD dan Nias, yang harus dilakukan oleh BRR–Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi.

Badan ini dibentuk dengan Keppres No 63 Tahun 2005 dan Undang-Undang

Nomor 10 Tahun 2005 yang bertujuan untuk mempercepat pembangunan kembali Aceh

dan Nias pasca Gempa Bumi dan Tsunami 26 Desember 2004, dan Gempa 28 Maret 2005

yang melanda Aceh dan Nias. Bidang Ekonomi dan Usaha BRR mempunyai kegiatan

dalam bidang pemulihan aset produktif dan microfinance, sistem pendukung usaha dan

microfinance, pengembangan usaha rumah tangga dan kelompok usaha, dan kegiatan

lainnya dalam mendukung pemulihan ekonomi Aceh dan Nias pasca bencana.

Data memperlihatkan bahwa betapa besarnya kerusakan akibat gempa bumi dan

tsunami, antara lain 130.000 jiwa meninggal dunia, 37.000 jiwa hilang, 500.000

kehilangan tempat tinggal, sekitar 100.000 usaha kecil dan menengah kehilangan mata

pencahariannya, diperkirakan lebih dari USD 2,1 miliar sektor produktif mengalami

kerusakan, 5 persen proyeksi penurunan ekonomi Aceh, 20 persen proyeksi penurunan

ekonomi di Nias, 32 persen pendapatan perkapita menurun, 5.176 UMKM rusak/hancur,

7.529 warung usaha rusak/hancur, 1.191 restoran rusak/hancur, 25 unit bank umum

rusak/hancur, 4 unit BPR rusak/hancur, 20 Lembaga Keuangan Mikro rusak/hancur, dan

195 pasar rusak/hancur (BRR Renstra 2005-2009).

Program pemberdayaan ekonomi dan pengembangan usaha telah banyak

dilakukan oleh BRR, antara lain melalui Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) dengan

sistem dana bantuan (revolving fund) yang disalurkan melalui BRR Satker Koperasi dan

Usaha Kecil Menengah kepada Koperasi dan Lembaga Keuangan Mikro dalam rangka

pemberdayaan usaha kecil dan menengah. Secara umum program dana bantuan bertujuan

untuk (1) meningkatkan aktivitas ekonomi pedesaan, (2) meningkatkan volume usaha

koperasi dan UKM, (3) meningkatkan penyerapan tenaga kerja, (4) meningkatkan

semangat berkoperasi, (5) meningkatkan pendapatan anggota dan (6) membangkitkan etos

kerja. Program dana bantuan yang dikembangkan BRR NAD–Nias sampai saat ada

beberapa sumber, pada Tahun Anggaran 2005/2006-Luncuran dan 2006 BRR Satker

Koperasi dan Usaha Kecil Menengah telah membina sebanyak 146 LKM dengan jumlah

dana yang telah disalurkan mencapai Rp 124,009,279,000,- miliar yang masing-masing

LKM menerima dana berkisar antara Rp 410 juta sampai dengan Rp 2,03 miliar. Dari 146

LKM yang telah dibina sebagian besar bantuan dana bantuan disalurkan kewilayah yang

mengalami musibah Tsunami.

Program dana bantuan yang diamati dan dibahas dalam tulisan ini adalah program

dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini diatur

dalam beberapa petunjuk teknis yang berkaitan dengan dana bantuan untuk pengembangan

usaha koperasi dan lembaga keuangan mikro. Berbagai permasalahan muncul dalam

program ini, seperti tidak tepat sasaran penentuan LKM dan koperasi pengelola, penerima

Page 3: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

3

manfaat, rendahnya kualitas SDM pengelola dana, tidak tersedianya laporan keuangan

(sesuai yang diharapkan), bahkan sebagian dari dana tersebut diselewengkan oleh pengurus

koperasi. Efektifitas dari program ini sangat diragukan, hal ini dapat dilihat dari sebagian

besar dari LKM belum transparan dan akuntabel, dan jeleknya persepsi masyarakat

terhadap koperasi (Hasil Evaluasi Dewan Pengawas BRR NAD–Nias tahun 2008).

Kenyataan yang didapat tersebut mengundang banyak pertanyaan diantaranya

kemungkinan program tersebut kurang tepat sasaran, atau tidak adanya kelanjutan dari

program tersebut. Oleh karena itu penelitian ini difokuskan pada Dampak Program Dana

bantuan BRR NAD–Nias Melalui Koperasi dan Lembaga Keuangan Mikro Terhadap

Peningkatan Pendapatan Masyarakat Penerima Manfaat di Provinsi Aceh Darussalam.

TINJAUAN PUSTAKA

Pendapatan

Data mengenai pendapatan yang diperoleh rumahtangga sangat sulit diperoleh,

sehingga biasanya data pendapatan didekati melalui data pengeluaran rumahtangga. Suatu

rumahtangga yang pengeluaran per kapitanya di bawah garis kemiskinan maka

dikatagorikan miskin (berpendapatan rendah). Penentuan yang digunakan BPS ini

berdasarkan pada standar kecukupan pangan setara 2100 kilo kalori per kapita per hari

(Widya Karya Pangan dan Gizi, 1978), ditambah dengan kebutuhan minimum bukan

makanan (nonmakanan). Komponen kebutuhan nonmakanan antara lain kebutuhan

perumahan (sewa rumah, pemeliharaan rumah, bahan bakar, penerangan, air, fasilitas

jamban, perlengkapan mandi), sandang (pakaian dan alas kaki), pendidikan (seperti iuran

SPP dan BP3, buku pelajaran, alat tulis), kesehatan (berobat sendiri, berobat ke Puskesmas,

berobat ke dokter/mantri kesehatan), transportasi/ongkos angkutan, rekreasi, kasur, bantal,

sapu, pisau, kompor, periuk, pajak bumi bangunan, dan kebutuhan dasar nonmakanan

lainnya (BPS:2000).

Tingkat Pendidikan

Data yang ada membuktikan bahwa pendidikan memang memiliki pengaruh yang

positif terhadap promosi pertumbuhan ekonomi. Tersedianya tenaga kerja terampil dan

terdidik sebagai syarat penting berlangsungnya pembangunan ekonomi secara

berkesinambungan tidak perlu diragukan lagi. Adanya korelasi positif antara tingkat

pendidikan seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya seumur hidup. Mereka yang

berpendidikan sekolah menengah keatas mempunyai penghasilan 300-800 persen lebih

tinggi daripada pekerja yang hanya berpendidikan sekolah dasar atau dibawahnya (Todaro

dan Smith, 2003:458).

Jam Kerja

Berdasarkan Konsep Ketenagakerjaan (The Labour Force Concept) ILO seseorang

dapat digolongkan sebagai pekerja penuh atau setengah penganggur berdasarkan jam

kerjanya. Mereka yang bekerja 35 jam per minggu keatas digolongkan sebagai pekerja

penuh, sedangkan yang bekerja kurang dari 35 jam seminggu dikatagorikan sebagai

setengah penganggur (BPS, 2004).

Page 4: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

4

Usia Pekerja

Penelitian Arya dan Antara (1993) menyatakan bahwa usia berpengaruh terhadap

produktivitas tenaga kerja dan dalam batas-batas tertentu, semakin bertambah usia

seseorang, semakin produktif tenaga kerja yang dimiliki (dalam Diliana, 2005).Lebih lanjut

Becker (1993) menguraikan bahwa produktivitas marjinal dari mereka yang menerima

tambahan pendidikan (pelatihan kerja, sekolah, dan tambahan pengetahuan lainnya) juga

tergantung pada faktor usia. Tingkat pendapatan akan lebih banyak meningkat pada

golongan usia muda daripada usia tua. Selama masa pelatihan pendapatan yang diterima

akan lebih rendah daripada marjinal produk dan sesudah masa pelatihan.

Hipotesis

Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan dan hasil penelitian sebelumnya dapat

diajukan hipotesis pada penelitian ini adalah :

1. Program dana bantuan BRR NAD – Nias berdampak positif dan signifikan terhadap

peningkatan pendapatan masyarakat penerima manfaat di Provinsi Aceh.

2. Faktor–faktor pendidikan, jam kerja, umur dapat menjelaskan peningkatan

pendapatan masyarakat penerima manfaat sebelum program. Jumlah dana, jam

kerja, pendidikan, jumlah dana bantuan, umur dan menerima dana dari sumber lain

selain BRR dapat menjelaskan pendapatan penerima manfaat setelah program dana

bantuan BRR NAD–Nias di Provinsi Aceh.

METODE PENELITIAN

Ruang Lingkup Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dengan

memilih sebanyak 11 kabupaten dari 23 kabupaten yang mendapat bantuan progaram dana

bantuan. Penelitian ini dilakukan pada koperasi dan LKM binaan BRR NAD-Nias tahun

anggaran 2005 dan 2006 di 11 Kabupaten/Kota dalam wilayah NAD.

Teknik Penarikan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat penerima program bantuan dana

bantuan BRR NAD - Nias Tahun Anggaran 2005 dan Tahun Anggaran 2006. Teknik

pengambilan sampel dilakukan dengan cara two stage cluster random sampling, yaitu

pengambilan sampel yang dilakukan secara bertahap berdasarkan wilayah yang menjadi

objek penelitian ini.

Sesuai dengan masalah yang ingin dibahas dan mengingat keterbatasan waktu,

tenaga dan biaya, maka pemilihan responden untuk menjadi responden dari populasi yang

ada ditentukan secara two stage cluster random sampling. Nazir (2003: 315)

mengemukakan bahwa dalam two cluster random sampling tidak semua unit elimenter

dalam Primary Sampling Unit (PSU) digunakan. Akan tetapi ditarik lagi sample dari tiap-

tiap PSU dengan sampling fraction yang berimbang dengan jumlah anggota atau unit

elimenter dalam tiap PSU. Pengambilan sampel dengan metode ini dianggap cukup untuk

mewakili populasi yang akan diteliti.

Page 5: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

5

Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.

Data Primer diperoleh dari wawancara dengan penerima manfaat. Sedangkan data sekunder

diperoleh melalui laporan keuangan koperasi/LKM, data pendukung lainnya dari BRR

Satker Koperasi dan Usaha Kecil Menengah dan Laporan Dewan Pengawas BRR NAD-

Nias.

Model Analisis

Dalam menganalisa dampak Program Dana bantuan BRR NAD–Nias melalui

Koperasi dan LKM data yang telah terkumpul, terlebih dahulu ditabulasi dan kemudian

diolah dengan menggunakan rumusan secara deskriptif melalui analisa cross tab, uji beda

dua rata-rata dan uji statistik secara parsial melalui linear by linerar association dan

pearson’s R. Sementara untuk mengetahui besarnya kemampuan variabel bebas dalam

menjelaskan pendapatan usaha kepala keluarga penerima manfaat sebagai variabel

dependen (Y) dihitung dengan model regresi linear berganda, yaitu sebagai berikut :

Yi = f (dana bantuan, jamkerja, dik, FB, umur, dummy)

Ln Yi = β0+β1 Lndana + β2 Lnjamkerja + β3 Lndik + β4 LnFB + β5 Lnumur +β6Lndummy+

εi

Dimana :

Y : Pendapatan usaha KK Penerima Manfaat sebelum dan sesudah (Rp.)

dana : jumlah dana bantuan yang diterima terakhir (Rp)

jamkerja : Jam Kerja (jam)

dik : Lama Pendidikan Penerima Manfaat (tahun)

FB : Frekuensi dana bantuan diterima (kali)

umur : Umur Penerima Manfaat (tahun)

Dummy : Variabel dummy yang menerima dana bantuan lainnya (NGO, Pemda,

dll = 1 ; tidak menerima bantuan lainnya = 0)

β0 : Konstanta

β1, β2, β3 …. β n. : Koefisien regresi

εi : Faktor pengganggu (Error term).

Yi : 1,2,3

1 = Pendapatan KK sebelum program

2 = Pendapatan KK sesudah program

3 = Pendapatan sesudah dikurangi pendapatan sebelum program

Definisi Operasional Variabel

Adapun variabel yang digunakan sebagai bahan analisis dalam penelitian ini

diartikan sebagai berikut:

1. Program Dana bantuan adalah bantuan penguatan masyarakat ekonomi lemah dalam

bentuk uang atau barang yang disalurkan melalui koperasi/LKM kepada masyarakat

untuk peningkatan pendapatan masyarakat desa terutama masyarakat miskin, dengan

sumber dana dari BRR NAD–Nias, yang diukur dengan satuan rupiah.

Page 6: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

6

2. Frekuensi Dana bantuan Diterima adalah banyaknya dana tersebut mampu di gulirkan

kepada masyarakat penerima manfaat, yang diukur dengan frekuensi penerimaan.

3. Umur Penerima Manfaat adalah usia penerima maanfaat pada saat menerima dana

bantuan untuk menjalankan kegiatan ekonomi keluarga, yang diukur dalam tahunan.

4. Pendapatan usaha kepala keluarga adalah besarnya penghasilan yang diterima oleh

kepala kelaurga dari usaha utama yang mereka kerjakan dan usaha ini pernah diberikan

modal usaha oleh BRR NAD–Nias melalui lembaga keuangan mikro atau koperasi,

yang diukur dalam satuan rupiah.

5. Jam Kerja adalah jumlah waktu yang dialokasikan untuk melakukan kegiatan ekonomi

produktif, dalam hal ini adalah waktu yang dihabiskan untuk mengelola usaha yang

pernah mendapatkan modal usaha dari BRR NAD–Nias melalui LKM/koperasi, yang

diukur dalam satuan jam.

6. Lama pendidikan penerima manfaat adalah jenjang pendidikan yang ditempuh oleh

penerima manfaat sebelum menerima dana bantuan BRR NAD–Nias, yang diukur

dalam tahunan.

7. Frekuensi penerimaan dana bantuan dari BRR NAD–Nias adalah banyaknya kucuran

dana bantuan yang diterima oleh koperasi/LKM setiap tahunnya, yang diukur dalam

satuan.

8. Perkembangan Penerima Manfaat adalah selisih penerima manfaat sebelum dengan

setelah penerimaan dana bantuan.

9. Pendapatan Selisih adalah Pendapatan setelah program dikurangi dengan pendapatan

sebelum program yang diukur dalam satuan rupiah.

10. Menerima Bantuan Lainnya (Dummy) adalah bantuan yang diterima selain dari BRR

NAD–Nias baik dari NGO maupun dari pemerintah.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pendapatan

Rata-rata pendapatan usaha penerima manfaat (laki-laki dan perempuan) sebelum

menerima bantuan adalah Rp 2.275.863. Diantara mereka ada yang berpendapatan hanya

Rp 200.000, sebaliknya disisi lain ada pula yang berpenghasilan hingga Rp 20 juta. Jika

dikelompokkan menurut jenis kelamin, pendapatan usaha penerima manfaat pada kelompok

perempuan rata-rata sebesar Rp 1.829.592 per bulan. Sedangkan kelompok laki-laki

memperoleh pendapatan lebih besar, yaitu Rp 2.459.622. Setelah penerima manfaat

memperoleh bantuan BRR NAD-Nias yang jumlahnya bervariasi, pada umumnya mereka

memperoleh pendapatan yang lebih banyak sekitar Rp 625.000. Pendapatan penerima

manfaat kelompok perempuan rata-rata meningkat menjadi Rp 2.466.327 dan kelompok

laki-laki menjadi Rp 3.086.134.

Pendapatan penerima manfaat pada umumnya meningkat setelah menerima bantuan.

Peningkatan pendapatan terjadi pada penerima manfaat kelompok umur 60 tahun keatas.

Kemudian pada kelompok umur setingkat di bawahnya (meningkat Rp 800 ribu), dan

berturut-turut hingga kelompok umur 30-39 tahun (naik Rp 162 ribu).

Page 7: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

7

Tabel 1: Rata-rata Pendapatan Usaha Penerima Manfaat Sebelum dan Sesudah

Menerima Bantuan BRR Menurut Kelompok Umur

Jenis kelamin kelompok

umur Periode

Laki-laki Perempuan

Total

< 30 sebelum 1.613.333 362.500 1.350.000

sesudah 793.333 462.500 723.684

30-39 sebelum 1.153.276 1.150.000 1.152.317

sesudah 1.319.655 1.300.000 1.313.902

40-49 sebelum 1.815.957 1.710.000 1.784.328

sesudah 2.240.000 2.150.500 2.213.284

50-59 sebelum 2.730.769 2.460.000 2.613.043

sesudah 3.653.846 3.099.000 3.412.609

>= 60 sebelum 7.613.333 5.200.000 7.211.111

sesudah 9.766.667 7.500.000 9.388.889

sebelum 2.459.622 1.829.592 2.275.863 Total

sesudah 2.936.555 2.325.510 2.758.333

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian (diolah)

Jam Kerja

Penerima manfaat laki-laki umumnya bekerja lebih lama daripada penerima manfaat

perempuan, masing-masing tercatat 8,22 jam dan 7,88 jam per hari. Hal ini terjadi bisa

terjadi akibat peran ganda perempuan, yaitu disamping bekerja mencari pendapatan di luar

rumah, ia juga harus melakukan kegiatan wilayah domestik untuk mengurus keluarganya.

Lama Pendidikan Penerima Manfaat

Lama pendidikan penerima manfaat rata-rata 9,49 tahun, berarti mereka telah lulus

sekolah lanjutan tingkat pertama (SMP) atau telah lulus pendidikan dasar 9 tahun. Antara

laki-laki dan perempuan hampir sama masing-masing 9,38 tahun dan 9,76 tahun. Jika

seorang penerima manfaat hanya menamatkan sekolah dasar, rata-rata pendapatan yang ia

peroleh setelah menerima bantuan sebesar Rp 2,057 juta. Jika ia menamatkan SMA,

pendapatan yang diperoleh sebesar Rp 3,2 juta. Andaikan ia menamatkan pendidikan

hingga perguruan tinggi, ia dapat menghasilkan pendapatan Rp 5,2 juta setelah menerima

program bantuan.

Page 8: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

8

Tabel 2: Rata-rata Pendapatan Usaha Penerima Manfaat Sebelum dan Sesudah

Menerima Bantuan BRR Menurut Tingkat Pendidikan

Pendapatan Rata-Rata

Sebelum Sesudah Pendidikan

Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan

Total

SD 2.079.865 845.000 2.270.270 1.270.000 1.616.284

SMP 1.976.857 1.405.000 2.505.714 1.802.500 1.922.518

SMA 2.244.643 2.080.000 3.244.643 3.080.000 2.662.322

Sarjana 4.405.263 3.588.889 5.510.526 4.588.889 4.523.392

Total 2.676.657 1.979.722 3.382.788 2.685.347 2.681.129

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian (diolah)

Analisis Regresi

Jika dilihat dari nilai koefisien determinasi, maka sekitar 74,7 persen variasi dari

pendapatan penerima manfaat sesudah mendapatkan bantuan dapat dijelaskan oleh model

ini. Sedangkan sekitar 25 persen lainnya dipengaruhi oleh variabel lain. Jika dilihat secara

parsial setiap variabel bebas, hasil pengujian menunjukkan bahwa setiap variabel yang

diduga mempengaruhi pendapatan penerima manfaat setelah memperoleh bantuan. Semua

variabel tersebut dengan nyata mampu menjelaskan terhadap pendapatan penerima manfaat

(Tabel 4.2). Variabel jumlah dana yang diterima misalnya, variabel ini paling besar

pengaruhnya terhadap pendapatan sesudah menerima bantuan. Hal ini juga diperkuat oleh

uji hubungan dan kekuatan hubungan itu. Lebih jauh secara teoritis, jika modal yang

digunakan besar, semakin besar pula omset dan keuntungan yang diperoleh.

Pada bahasan sebelumnya diketahui bahwa model regresi tersebut signifikan,

pengujian dilanjutkan dengan uji masing-masing parameter dengan menggunakan statistik

uji Wald yang mengikuti sebaran χ2

(0,05;1), atau pada bagian coefficients dalam regresi. Nilai

t hitung dapat dilihat pada kolom nilai t (Tabel 4.12 di bawah ini dan signifikansinya pada

kolom Sig.). Jika suatu variabel mempunyai nilai Sig.<0,05, berarti dapat disimpulkan

bahwa variabel tersebut mempengaruhi pendapatan. Penghitungan yang menghasilkan nilai

t besar akan menunjukkan bahwa variabel tersebut sangat signifikan mempengaruhi

pendapatan. Nilai statistik uji Wald berlawanan dengan nilai signifikansinya (Sig.), semakin

besar nilai semakin kecil nilai Sig. dan artinya semakin signifikan mempengaruhi

pendapatan.

Pada model pendapatan penerima manfaat sebelum menerima bantuan, semua

variabel bebas, kecuali variabel dummy secara signifikan mempengaruhi pendapatan.

Berturut-turut variabel pendidikan mempunyai signifikansi paling kuat, diikuti variabel jam

kerja, dan umur. Namun demikian ternyata variabel jam kerja mempunyai pengaruh sedikit

lebih besar daripada variabel pendidikan. Ini terlihat dari nilai β yang tercatat 0,352

sedangkan β pendidikan 0,351.

Page 9: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

9

Tabel 3: Hasil Regresi Parsial Model Pendapatan Penerima Manfaat Sebelum

Menerima Bantuan

Unstandardized

Coefficients Variable

β Std.

Error

Standardized

Coefficients

Beta

t Sig.

(Constant) 7.447 0.644 11.558 0.000

Lndik 0.677 0.133 0.351 5.092 0.000

lnjamkerja 1.393 0.294 0.352 4.740 0.000

Lnumur 0.658 0.253 0.200 2.598 0.010

Dummy 0.020 0.082 0.011 0.239 0.811

R = 814 R2

= 0,656 F = 107,243

A Dependent Variabel: lnYseb

Sumber : Data Primer Hasil Penelitian (diolah)

Parameter β pada model pendapatan penerima manfaat sesudah menerima bantuan

untuk semua variabel signifikan termasuk dummy variable/penerimaan bantuan dari pihak

lain. Pada model ini ternyata variabel jumlah dana bantuan yang diterima penerima manfaat

mempunyai pengaruh paling besar dan paling kuat dibandingkan dengan variabel lainnya.

Dengan β=0,329 menunjukkan bahwa pendapatan akan naik 33 persen dari peningkatan

jumlah dana bantuan. Variabel berikut ini adalah jam kerja, pendidikan, umur, frekuensi

bantuan, serta variabel penerimaan bantuan dari pihak lain yang merupakan variabel

dummy.

Tabel 4: Hasil Regresi Parsial Model Pendapatan Penerima Manfaat Sesudah

Menerima Bantuan

Unstandardized

Coefficients Model

β Std. Error

Standardized

Coefficients

Beta

t Sig.

(Constant) 5.741 0.742 7.738 0.000

lndanaX 0.317 0.060 0.329 5.241 0.000

lnjamkerja 0.708 0.204 0.226 3.471 0.001

Lndik 0.340 0.095 0.223 3.566 0.000

lnFB 0.383 0.145 0.126 2.645 0.009

Dummy -0.181 0.056 -0.132 -3.247 0.001

Lnumur 0.535 0.179 0.206 2.986 0.003

R = 0,870 R2

= 0,747 F = 82,859

A

Dependent Variabel:

lnYsdh

Sumber : Data Primer Hasil Penelitian (diolah)

Pengujian Asumsi Regresi

Multikolinearitas adalah hubungan yang sempurna antara beberapa atau semua

variabel bebas (X) dalam model regresi yang digunakan. Jika terjadi multikolinearitas yang

Page 10: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

10

serius di dalam model maka pengaruh masing-masing variabel bebas (X) terhadap variabel

tidak bebas (Y) tidak dapat dipisahkan, sehingga estimasi yang diperoleh akan menyimpang

(bias). Adapun cara untuk melihat ada atau tidaknya multikolinearitas dalam model adalah

dengan cara membandingkan nilai koefisien korelasi antara sesama variabel-variabel bebas

(r) dengan nilai koefisien korelasi antara variabel bebas dengan variabel tidak bebas (R).

Apabila nilai R memiliki nilai yang lebih kecil dari nilai r maka dengan tegas dapat

disimpulkan bahwa multikolinearitas yang terdapat dalam model dinyatakan sebagai

masalah yang serius, tetapi apabila R memiliki nilai yang lebih besar dari nilai r maka

dengan tegas dapat disimpulkan bahwa multikolinearitas tidak terdapat dalam model.

Dari hasil regresi dapat dijelaskan bahwa r parsial baik sebelum maupun sesudah

program dana bantuan sesama masing-masing variabel bebasnya ternyata lebih kecil

dibandingkan dengan R (0,814: sebelum program), R (0,870: setelah program). Begitu juga

halnya untuk model selisih dimana nilai R lebih besar dari r dimana nilai R

mencapai 0,617

pada estimasi model regresi yang diperoleh. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

tidak terdapat hubungan sempurna antar variabel bebas (multikolinearitas) pada ketiga

model yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil uji gejala multikolinearitas terhadap

modal selisih juga memperlihatkan terbebas model ini terbebas dari gejala multikolinearitas

karena r lebih

kecil bila dibandingkan dengan nilai R.

Asumsi heteroskedastisitas berkaitan dengan varian variabel pengganggu, yaitu

menguji kekonstanan varian variabel pengganggu. Evaluasi terhadap keberadaan

heteroskedastisitas dilakukan melalui analisis pada gambar scatterplot. Dari ketiga gambar

(lampiran 3), terlihat bahwa sebelum, sesudah dan model selisih sesudah dengan sebelum

dana bantuan scatterplot tidak berpola, sehingga disimpulkan tidak terjadi

heteroskedastisitas pada model. Pengujian model regresi terhadap gejala autokorelasi

dilakukan dengan menggunakan Uji Durbin-Watson (D-W test). Untuk autokorelasi,

Disturbance terms atau variabel pengganggu yang terbentuk dalam model diasumsikan

tidak mempunyai hubungan serial yang tinggi atau berbahaya, tingginya hubungan ini

dievaluasi melalui koefesien Durbin Watson (DW) yang dihasilkan oleh model, bila

besarnya berada diantara dU dan 4-dU dinyatakan tidak terjadi pelanggaran autokorelasi.

Berdasarkan hasil regresi diperoleh besarnya koefesien DW masing-masing adalah 1,886

(model sebelum program), 1,917 (model setelah program) dan 1,799 (model selisih setelah

dikurangi sebelum). Pada gambar dibawah ditunjukan koefesien tersebut berada di daerah

tidak terjadi autokorelasi atau tidak terjadi pelanggaran.

Sedangkan untuk mengevaluasi hubungan antar variabel bebas, bila diketahui

memiliki hubungan kuat dinyatakan terjadi multikolinieritas. Kuatnya hubungan tersebut

dilihat dari nilai koefesien Variance Inflation Factor (VIF), hasil pengujian menemukan

nilai VIF masing-masing variabel bebas untuk model sebelum program berkisar antara

sebesar 1,065 sampai dengan 2,830, untuk nilai VIF setelah program dari yang terendah

sampai yang tertinggi adalah 1,086 sampai dengan 3,122 dan untuk model selisih nilai VIF

berkisar antara 1,043 sampai dengan 1,789. Karena masing-masing variabel bebas VIFnya

tidak lebih dari 10 maka dapat dikatakan tidak terjadi pelanggaran multikolinieritas, dengan

kata lain model regresi linier berganda terbebas dari asumsi klasik dan dapat digunakan

dalam model.

Page 11: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

11

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Penerima manfaat laki-laki umumnya bekerja lebih lama daripada penerima manfaat

perempuan. Pendapatan responden lebih tinggi setelah menerima program dana

bantuan dibandingkan dengan sebelum menerima dana bantuan walaupun penggunaan

jam kerjanya sama.

2. Hasil survei menunjukkan bahwa lamanya pendidikan mempunyai pengaruh pada

pendapatan yang diperoleh. Sesudah responden menerima bantuan, pendapatan yang

diperoleh lebih besar dari sebelumnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang

penerima manfaat, pendapatan yang diperoleh semakin besar.

3. Besarnya pengaruh dana bantuan terhadap peningkatan pendapatan masyarakat

penerima manfaat dapat dilihat dari tingkat pendapatan rata-rata responden setelah

program lebih besar dibandingkan sebelum program dana bantuan dijalankan, nilai uji

statistik linear by linear association jauh lebih besar setelah program dibandingkan

sebelum program dan nilai uji beda dua rata-rata yang membuktikan bahwa adanya

dampak yang singnifikan antara pendapatan sebelum dengan sesudah program dengan

nilai Thitung lebih besar dari Ttabel dengan korelasi mencapai 82,09 persen.

4. Pengujian parameter menggunakan statistik uji Wald/nilai t hitung menunjukkan

bahwa program dana bantuan BRR NAD–Nias berpengaruh nyata dan signifikan

terhadap peningkatan pendapatan masyarakat penerima manfaat, kecuali variabel

dummy yang tidak signifikan.

Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat disarankan kebijakan yang perlu

dilakukan sebagai berikut:

1. Diharapkan kepada pemerintah daerah melalui instansi terkait agar meningkatkan

kegiatannya dalam upaya mencerdaskan masyarakat terutama di sektor pendidikan dan

pelatihan. Khusus untuk masyarakat dengan latar belakang ekonomi lemah ini

diperlukan perhatian khusus dengan membina secara bertahap dan berkelanjutan dalam

bentuk pendampingan, pelatihan manajemen/perencanaan termasuk teknik

pembukuan/akuntansi sederhana untuk memastikan mereka dapat melakukan kegiatan

ekonomi secara optimal.

2. Diharapkan kepada lembaga keuangan mikro untuk dapat meningkatkan pelayanan

secara prima kepada masyarakat melalui perbaikan mekanisme administrif yang cepat,

tepat dan efektif dengan tidak mengabaikan prinsip kehati-hatian agar tidak terjebak

dalam kridit macet pasca penyaluran dana.

3. Diharapkan kepada dinas terkait dan koperasi/LKM untuk memperbaiki moral hazard,

khusus untuk masyarakat penerima manfaat supaya memanfaatkan dana bantuan BRR

NAD–Nias dalam bentuk modal usaha secara benar dan bertanggung jawab agar dana

tersebut terus bergulir ditengah-tengah masyarakat dalam upaya peningkatan

pendapatan masyarakat Aceh.

4. Diharapkan kepada koperasi/LKM untuk menjalin kerjasama baik dengan bank umum

maupun LKM lainnya yang telah berpengalaman dan berhasil dalam pengelolaan dana

bantuan. Bentuk kerjasama diutamakan dalam hal magang staff dan bidang lainnya

Page 12: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

12

dalam upaya meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia Lembaga Keuangan Mikro

pengelola dana bantuan BRR NAD – Nias.

DAFTAR PUSTAKA

Agresti, Alan. 1990. Catagorical Data Analysis. Canada: John Wiley & Sons.

Ananta, Aris. 1988. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Lembaga Demografi

Universitas Indonesia.

Angkat, Marine Sohadi. 2004. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran

Makanan di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2003. (Tesis). Banda Aceh:

Universitas Syiah Kuala.

Ackley, Gardener. 1986. Teori Ekonomi Makro. Terjemahan Paul Sihotang. Jakarta:

Yayasan Penerbit Universitas Indonesia.

Akhirmen. 1993. Pengaruh Karakteristik Terhadap Pendapatan Pedagang Kecil Sektor

Informal di Pasar Raya Kotamadya Padang (Laporan Penelitian). Padang: Institut

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Padang.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2004. Metodologi dan Profil Kemiskinan 2004. Jakarta: BPS.

_______. 2004. Aceh Dalam Angka 2004. Banda Aceh: BAPPEDA dan BPS Provinsi

NAD.

_______. 2004. Data dan Informasi Kemiskinan Tahun 2004. Jakarta: BPS.

_______. 2005. Press Release: Rumahtangga Penerima Kompensasi BBM. Banda Aceh:

BPS Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

_______. 2005. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Tahun 2000-

2004. Banda Aceh: BPS Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

_______. 2005. 60 Tahun Indonesia Merdeka. Jakarta: BPS.

_______. 2005. Penduduk dan Kependudukan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Hasil

SPAN 2005. Jakarta: BPS.

Becker, G.S. 1993. Human Capital A Theoretical and Empirical Analysis with Special

Reference to Education. Chicago: The University of Chicago Press.

DeWeever, Avis Jones. 2002. Marriage Promotion and Low-Income Communities: An

Examination of Real Needs and Real Solutions. The Institute for Women’s Policy

Research (IWPR). http://www.iwpr.org

Diliana, Fransiska Bonita. 2005. Perbandingan Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Pendapatan Rumah Tangga di Kabupaten Klaten dan Kabupaten Magelang Tahun

2003. Jakarta: STIS.

Djojohadikusumo, Sumitro. 1994. Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Dasar Teori

Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: LP3ES.

Dornbush, R. dan S. Fisher. 1984. Ekonomi Makro. Terjemahan. Jakarta: Erlangga.

Fein, David J. 2004. Married and Poor: Basic Characteristics of Economically

Disadvantaged Couples in the U.S. Abt Associates. Virginia: MDRC.

Fisher, Gordon M. 1994. From Hunter to Orshansky: An Overview of (Unofficial) Poverty

Lines in the United States from 1904 to 1965. Washington D.C.: Census Bureau's

Poverty Measurement.

Friendly. M. 1995. Catagorical Data, Part 6: Logistic Regression.

Page 13: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

13

Harun, Tommy. 1997. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Pekerja:

Kasus Pekerja Migran di Indonesia (Analisis Data Sakerti 1993. (Tesis). Jakarta:

Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

Howell, David C. 2001. Advance Statistical Method.

Johnston, Richard A. and Dean W. Wichern. 1992. Applied Multivariate Statistical

Analysis. New Jersey: Prentice Hall, Englewood Cliffs.

Lanjouw, Jean Olson. 1995. Demystifying Poverty Lines.

Mankiw, Gregory. 2002. Pengantar Ekonomi. Jakarta: Erlangga.

Michaud, Pierre-Carl and Arthur van Soest. 2004. Health and Wealth of Elderly Couples:

Causality Tests Using Dynamic Panel Data Models. Bonn: Tilburg University and

IZA (The Institute of the Study of Labor) Bonn.

Mukhyi, Mohammad A. 2002. Analisis Faktor Penentu Tingkat Gaji di Jakarta. Jurnal

Ilmiah Ekonomi dan Bisnis 3. No. 7: 108-111.

Nachrowi, Nachrowi Djalal dan Hardius Usman. 2002. Penggunaan Teknik Ekonometri.

Jakarta: Raja Grafindo Perkasa.

Neter, John, William Waserman, Michael H. Kutner. 1985. Applied Linear Regression

Model. Boston: Irwin Richard D. Inc.

Santoso, Singgih. 2001. SPSS versi 10: Mengolah Data Statistik Secara Profesional.

Jakarta: Elex Media Komputindo.

Simon, Steve. 2005. Using SPSS to Develop a Logistic Regression Model. Children’s

Mercy.

Subramanian dan Kawachi. 2004. Income Inequality and Health: What Have We Learned

So Far? The Department of Society, Human Development, and Health, Harvard

School of Public Health, Boston, MA.

Tjiptoherijanto, Prijono dan Soesetyo. 1996. Sumber Daya Manusia Dalam Pembangunan

Nasional. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI.

Todaro, Michael P, Stephen C. Smith. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. (Jilid

1 dan 2, Terjemahan Haris Munandar). Jakarta: Erlangga.

Winkelried, Diego. 2005. Income Distribution and the Size of Informal Sector. Cambridge:

St. John’s College and University of Cambridge.

World Bank Institute. 2002. Dasar-dasar Analisis Kemiskinan. (Terjemahan Ali Said dan

Aryago Mulia). Jakarta: Institut Bank Dunia.

Wuensch, Karl L. 2004. Binary Logistic Regression with SPSS.

http://www2.gasou.edu/edufound.

Page 14: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

14

THE INFLUENCE OF ORGANIZATIONAL CULTURE ON

EPEROLEHAN DESIGN

Nor Hadza binti Nor Yadzid

Abstract: To cultivate a knowledge-rich society in Malaysia and take the country into the

Information Age, the Malaysian Government embarked upon the Multimedia Super

Corridor (MSC) initiative in 1996 and Malaysian government has initiated Electronic

Government with a primary aim of to create a virtually paperless administration, with an

eye towards the widespread use of electronic and multimedia networks in the Government.

The electronic procurement system, better known as ePerolehan or eProcument by

Malaysian government is a focus of this study to represent one of MIS used by the

government. ePerolehan streamlines government procurement activities that hopes to

improves the quality of service it provides. ePerolehan converts traditional manual

procurement processes in the Government to electronic procurement on the Internet. Close

co-operation with the users lead to good systems analysis and design allowing software

developers to gain an understanding of the user requirements. However an organizational

culture that bounding an organization and in this case the Malaysian government might

also have an implication in understanding the users requirement and thus the designing of

the required system. Therefore the objective of this study is to describe the relationship

between organizational culture of Malaysian government agencies and the design of

ePerolehan system in order for the system to run successfully in meeting its objectives and

at the same time are able to meet the needs of all users.

KeyWords: management information system, electronic procurement, organizational

culture, culture dimension

____________________________________________________________________

Nor Hadza binti Nor Yadzid, Master of Accountancy Graduate School of Business,

National University of Malaysia, Malaysia

Page 15: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

15

INTRODUCTION

Technology has created new information alternatives that may influence the way

information system users make decisions. Accounting information systems (AIS) provide

input for decision making. Technology has availed many new information alternatives such

as a presentation features that could change the way decisions are made. An access to a

database of basic transaction information makes it possible to acquire detailed accounting

data and aggregate it differently for each decision situation. A good system can provide

flexible, interactive user interfaces that immediately respond to a myriad of information

requests. Management information system (MIS) is part of AIS and it is a subset of the

overall internal controls of a business covering the application of people, documents,

technologies, and procedures by management accountants to solve business problems such

as costing a product, service or a business-wide strategy. Management information systems

are distinct from regular information systems in that they are used to analyze other

information systems applied in accounting and operational activities in the organization to

support of human decision making.

By referring to Malaysian perspective, in order to cultivate a knowledge-rich society

in Malaysia and take the country into the Information Age, the Malaysian Government

embarked upon the Multimedia Super Corridor (MSC) initiative in 1996 and set up the

Multimedia Development Corporation (MDC) to oversee its development. The MDC aims

to be a "one-stop super shop" focused on publicizing the advantages of the MSC

worldwide, regulating laws and policies related to the development of the MSC, and

overseeing the overall development of the MSC infrastructure. The MSC comprises seven

flagship applications, designed to facilitate the development of the country towards

becoming a key player in the Information Age.

The Current waves of E-Government are rising through public organizations and

public administration across the world. More and more governments are using ICT

especially Internet or web-based network, to provide services between government

agencies and citizens, businesses, employees and other non-governmental agencies

(Zaharah, 2007; Ndou, 2004; Donnelly & McGruirk, 2003; Fang, 2002). The Malaysian

government has envisioned a technologically advanced society and implicitly, a

technologically enabled government through its Vision 2020 (Hazman et al.., 2006;

Maniam, 2005). The move towards a digital government is progressing slowly along the

government-to-government (G2G) route and also along the government-to-citizen (G2C)

and government-to-business (G2B) path.

Malaysian government has initiated Electronic Government with a primary aim of

to create a virtually paperless administration, with an eye towards the widespread use of

electronic and multimedia networks in the Government. Programmes under this initiative

include Project Monitoring System, Human Resource Management Information System,

Generic Office Environment, Electronic Procurement, E-Services, E-Government and E-

Syariah. Electronic and multimedia infrastructure will eventually encompass all levels of

government, and it doing so, information flows and processes related to government affairs

will be made faster and more efficient.

The electronic procurement system, better known as ePerolehan by Malaysian

government is a focus of this study to represent one of MIS in Malaysia. ePerolehan

streamlines government procurement activities that hopes to improves the quality of service

Page 16: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

16

it provides. ePerolehan converts traditional manual procurement processes in the

Government to electronic procurement on the Internet. Through ePerolehan suppliers may

present their products on the World Wide Web, receive, manage and process purchase

orders and receive payment from government agencies via the Internet. The supplier's

product catalogue is converted into the form of an electronic catalogue or eCatalogue,

which can be viewed from any desktop with a web browser. Besides that, supplier is able to

submit quotations, obtain tender document, submit tender bid and also to register or renew

their registration with the Ministry of Finance through the internet via ePerolehan.

Suppliers are also able to submit application, check application status and pay registration

fees easily through ePerolehan.

With a high competition in the private and public sector, organizations are

demanded to provide a greater efficiency, quality and more flexibility of services. This

condition imposes additional demands on the organization’s information processing

capabilities. In trying to achieve these strategic objectives, organizations adopt more

sophisticated and comprehensive management information systems (MISs) (Choe, 1996;

Ghorab, 1997). These provide top managers with a comprehensive and broad range of

information about multiple dimensions of the firm’s operations (Choe, 1996, 2004),

facilitating decision-making and performance achievement (Kaplan & Norton, 1996; Kim

& Lee, 1986). Government as an organizations would have different organizational culture

that will affect the designing of ePerolehan that later will help them to achieve their

strategic performance successfully.

Malaysian government has developed its own MIS and by developing a tailor made

information system, it is belief may increase the functionalities to meet specific user

requirements. The success of a tailor made MIS depends very much on the co-operation

between the users and the developers. Close co-operation with the users lead to good

systems analysis and design allowing software developers to gain an understanding of the

user requirements. However an organizational culture that bounding an organization and in

this case the Malaysian government might also have an implication in understanding the

users requirement and thus the designing of the required system.

Culture refers to an organization's values, beliefs, and behaviors. In general, it is

concerned with beliefs and values on the basis of which people interpret experiences and

behave, individually and in groups. Firms with strong cultures achieve higher results

because employees sustain focus on the way of doing things. Culture is shaped by corporate

vision, shared values, beliefs, assumptions, past experience, learning, leadership and

communication.

Organizational culture on the other hand is an idea in the field of organizational

studies and management which describes the psychology, attitudes, experiences, beliefs and

values (personal and cultural values) of an organization. It has been defined as "the specific

collection of values and norms that are shared by people and groups in an organization and

that control the way they interact with each other and with stakeholders outside the

organization. This definition continues to explain organizational values also known as

beliefs and ideas about what kinds of goals members of an organization should pursue and

ideas about the appropriate kinds or standards of behavior organizational members should

use to achieve these goals. From organizational values develop organizational norms,

guidelines or expectations that prescribe appropriate kinds of behavior by employees in

Page 17: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

17

particular situations and control the behavior of organizational members towards one

another.

Organizational culture is also commonly held in the mind framework of

organizational members. This framework contains basic assumptions and values. These

basic assumptions and values are taught to new members as the way to perceive, think, feel,

behave, and expect others to behave in the organization. Edgar Schein (1999) says that

organizational culture is developed over time as people in the organization learn to deal

successfully with problems of external adaptation and internal integration. It becomes the

common language and the common background. So culture arises out of what has been

successful for the organization. Culture starts with leadership, is reinforced with the

accumulated learning of the organizational members, and is a powerful (albeit often

implicit) set of forces that determine human behavior. An organization’s culture goes

deeper than the words used in its mission statement. Culture is the web of tacit

understandings, boundaries, common language, and shared expectations maintained over

time by the members.

These have arises to a questions of:

• Is there any relationship between organizational culture with the design of

ePerolehan?

• Does organizational culture of Malaysian government agencies would have an

influence of on the design of it ePerolehan?

• What are the areas of organizational culture that have an influence on ePerolehan

design?

Therefore the objective of this study is to describe the relationship between

organizational culture of Malaysian government agencies and the design of ePerolehan in

order for the system to run successfully in meeting its objectives and at the same time are

able to meet the needs of all users namely government agencies and suppliers.

LITERATURE REVIEW

Management Information System and Culture

Adapting an organization’s management systems, structure, and culture to rapidly changing

requirements of the external environment is becoming more and more critical for

organizations bound to the economy. This criticality is even more pronounced when the

organization uses the Internet for interaction with its members and customers. MIS must be

implemented to meet only the most important requirements plus those of the rest needed to

ensure the coherence of the system containing the most important requirements C. McPhee

(2002), F. Moisiadis (1998), B. Nuseibeh (2000).

ePerolehan System

Malaysian government has created Electronic procurement (ePerolehan) and was developed

by commerce dot com. It is a system which enables suppliers to sell goods and services to

Government agencies through the Internet. Suppliers may advertise their goods, present

their pricing, process orders and deliveries, and make collections. The entire process is

Page 18: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

18

done electronically, through the Internet, from the desktop. Malaysian Electronic

procurement has four modules namely supplier registration (SR) module direct purchase

module, quotation module tender module and Central Contract (CC) module.

Potential supplier need to register their company and product or services offered

under the supplier registration (SR) module. This module was first launched in 2000 and

serves as a single point of registration for Government Suppliers. All approvals for the

applications remain with the Ministry of Finance. Services available in the Supplier

Registration module includes new registration, renewal, application for additional category,

application for Bumiputera status and facility to update supplier profile. Direct purchase

was launched in 2002 and this module is for procurements not exceeding RM100,000 in

value. It begins with sourcing from selected suppliers and proceeds into the order

fulfillment stage once all terms are agreed. A quotation module is for any purchase with a

total value between RM100,000 to RM 200,000. Through the quotation process, an

invitation is sent out to a minimum of 5 suppliers who are required to respond through the

ePerolehan system within a specified time frame. Upon evaluation, one supplier will be

awarded. A tender module was launched in 2003. This module was designed for both

closed and open tenders for any purchase with a total value above RM200,000. The

processes involved in tenders are requisition approval, formation of committees,

specification preparation, tender notice, issuance of tender document, tender submission,

evaluation decision and award, contract preparation and signing and order fulfillment.

Central Contract (CC) module was launched in 2000 and it is a procurement mode used

across ministries for specific products contracted to selected suppliers.

Organizational Culture Dimension

The theoretical basis drawn of developing this research is organizational culture theory and

a framework by Detert et al.(2000). Detert et al. derived the dimensions of culture in their

framework from a content analysis of synthesis of what have repeatedly emerged as the

components of culture in other organizational culture research (Detert et al., 2000). One of

their goals was to provide a basis upon which future theoretical and empirical work on

organizational culture could be conducted. This framework supports assessment of

dimensions of organizational culture and the practices or artifacts that arise out of those

dimensions. It focuses on organizational culture as a system of shared values that define

what is important and that guide organizational members’ attitudes and behaviors. The

eight dimensions of culture included in Detert et al.’s theoretical framework can be used to

identify behaviors related to cultural values that underlie system design in order to inform

theory about the way these cultural dimensions influence the MIS design used by

Malaysian government agencies. The term organization here refers to Malaysian

government agencies.

Orientation to change (stability vs. change) Some organizations are change oriented and are characterized by a focus on continuous

improvement (S.J. Fox-Wolfgramm et al., 1998). Change is often more widely accepted in

these firms because organizational members are accustomed to change and view it as

positive (S.L. Brown et al., 1997) Others are more stability oriented. Change often requires

Page 19: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

19

organizational members to understand a new way of performing processes, as well as how

and why their processes have changed ( R. Jamieson and M. Handzic, 2003).

Control, coordination, and responsibility (concentrated vs. autonomous decision making) Organizations vary in the degree to which the structure of decision making is concentrated

or shared. Where decision making is fairly concentrated, the rules of a few guide the

behavior and actions of the majority, and decisions making is centralized (P.D. Reynolds,

1986). In organizations where it is shared, organizational members are encouraged to be

autonomous in their decision making (J. Pfeffer, 1998). An overriding norm in many

organizations is silo behavior where individual divisions, units, or functional areas operate

as silos or independent agents within the organization (B. Caldwell &T. Stein,1998; T.H.

Davenport,1994; M.C. Jones,2001).

Orientation to collaboration (isolation vs. collaboration) Perceptions about the relative value of working alone or collaboratively are motivated by

underlying beliefs about how work is best accomplished (Detert et al., 2000). A culture that

values individual efforts more than collaborative ones places more value on individual

autonomy and believes that collaboration is inefficient (C. O’Dell & C.J. Grayson,1998).

On the other hand, organizations that believe collaboration is more efficient and effective

than individual effort encourage teamwork and organize tasks around groups of people (

P.D. Reynolds, 1986).

Orientation and focus (internal vs. external) Orientation and focus addresses the relationship between a firm and its environment. This

includes ideas about the extent to which the firm is focused on its internal or external

environment (P.D. Reynolds, 1986). For example, many firms assume that the key to

organizational success is to focus on the processes and people within the organization,

whereas others focus primarily on external constituents.

Page 20: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

20

A summary of these four dimensions is provided in Table 1.

Table 1: Dimension of Organizational Culture Organizational

Culture Dimension

Detert et al.

Literature

Orientation to change

(stability

vs.

change)

An extent to which organizations

have a propensity to maintain a

stable level of performance that is

good enough or a propensity to

seek to always do better through

innovation and change

Some organizations are change oriented and are

characterized by a focus on continuous

improvement and some are stable oriented (S.J.

Fox-Wolfgramm et al., 1998).

Control, coordination,

and

responsibility

(concentrated

vs.

autonomous decision

making)

An extent to which organizations

have decision making structures

centered around a few vs. decision

making structures centered around

dissemination of decision making

responsibilities throughout the

organization.

Where decision making is fairly concentrated, the

rules of a few guide the behavior and actions of the

majority, and decisions making is centralized (P.D.

Reynolds, 1986).

In organizations where it is shared, organizational

members are encouraged to be autonomous in their

decision making (J. Pfeffer, 1998).

Orientation to

collaboration

(isolation

vs.

collaboration)

An extent to which organizations

encourage collaboration among

individuals and across tasks or

encourage individual efforts over

team-based efforts.

A culture that values individual efforts more than

collaborative ones places more value on individual

autonomy and believes that collaboration is

inefficient (C. O’Dell and C.J. Grayson,1998).

Organizations that believe collaboration is more

efficient and effective than individual effort

encourage teamwork and organize tasks around

groups of people ( P.D. Reynolds, 1986).

Orientation to work

(process

vs.

results)

An extent to which organizational

improvements are driven by a

focus on internal process

improvements or by external

stakeholder desires.

A culture that values individual efforts more than

collaborative ones places more value on individual

autonomy and believes that collaboration is

inefficient (C. O’Dell & C.J. Grayson,1998).

Organizations that believe collaboration is more

efficient and effective than individual effort

encourage teamwork and organize tasks around

groups of people (P.D. Reynolds, 1986).

CONCEPTUAL FRAMEWORK

Using Detert et al.’s four dimensions of culture as a theoretical lens, an investigation on

how these dimensions influence ePerolehan design can be made. The conceptual

framework is provided in Figure 1.

Page 21: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

21

Figure 1: Conceptual Framework

CONCLUSION

Organizational culture is a commonly held –in-the-mind framework of organizational

members and organizational culture is developed over time as people in the organization

learn to deal successfully with problems of external adaptation and internal integration.

When e-Perolehan was introduced and implemented with the entire process of purchasing is

done electronically through the internet, the success of the four modules namely supplier

registration (SR) module direct purchase module, quotation module tender module and

Central Contract (CC) module is still in question. A study on whether organizational

culture would influence the designing of ePerolehan would help managers in facilitating

them making a decision as managers ultimately responsible for strategy management and

organizational performance. This study will also help to provide some clarification on the

relationship between organizational culture and e-Perolehan design by using the four

dimension of organizational culture by Detert et al.(2000).

REFERENCES

B. Caldwell, T. Stein, Beyond ERP :New IT agenda, A second wave of ERP activity

promises to increase efficiency and transform ways of doing business,

InformationWeek 30 (1998 November) 34–35.

B. Nuseibeh, S. Easterbrook, Requirements Engineering: A Roadmap, in: A. Finkelstein

(Ed.), The Future of Software Engineering 2000, ACM, Limerick, Ireland, 2000.

Orientation to

change

Orientation to

collaboration

Control,

coordination and

responsibility

Orientation and

focus

ePerolehan

Page 22: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

22

C. McPhee, A. Eberlein, Requirements engineering for time-tomarket projects, in:

Proceedings of the Ninth Annual IEEE International Conference and Workshop on

the Engineering of Computer- Based Systems (ECBS 2002), Lund, Sweden, 8–11

April 2002.

Choe, J. M. (1996). The relationships among performance of accounting information

systems, influence factors and evolution level of information systems. Journal of

Management Information Systems, 215–239.

D. Leonard, S. Sensiper, The role of tacit knowledge in group innovation, California

Management Review 40 (3) (1998) 112– 132.

E.W. Stein, B. Vandenbosch, Organizational learning during advanced systems

development: opportunities and obstacles, Journal of Management Information

Systems 13 (2) (1996) 115– 136.

F. Moisiadis, A framework for prioritizing use cases, in: Proceedings of the Conference on

Advanced Information Systems Engineering, CAiSE98, Pisa, Italy, 8–9 June 1998.

Ghorab, K. E. (1997). The impact of technology acceptance considerations on system

usage, and adopted level of technological sophistication: An empirical investigation.

International Journal of Information Management, 17(4), 249–259.

Issues of Accounting Information System in year 2000, Y. Chuck and Pak K. Auyeung

J. Pfeffer, Seven practices of successful organizations, California Management Review 40

(2) (1998) 96 – 124 (Winter).

J.R. Detert, R.G. Schroeder, J.J. Mauriel, A framework for linking culture and

improvement initiatives in organizations, Academy of Management Review 25 (4)

(2000) 850– 863.

J.R. Hackman, R. Wageman, Total quality management: empirical, conceptual, and

practical issues, Administrative Science Quarterly 40 (1995) 309– 342.

J.V. Saraph, P.G. Benson, R.G. Schroeder, An instrument for measuring the critical factors

of quality management, Decision Sciences 20 (1989) 810–829.

Kaplan, R. S., & Norton, D. S. (1996). Using the scorecard as a strategic management

system. Harvard Business Review, 75–85

Kim, E., & Lee, J. (1986). An exploratory contingency model of user participation and MIS

use. Information & Management, 11, 87–97.

Page 23: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

23

M.C. Jones, The role of organizational knowledge sharing in ERP implementation, Final

Report to the National Science Foundation Grant SES 0001C.

O’Dell, C.J. Grayson, If only we knew what we know: identification and transfer of internal

best practices, California Management Review 40 (3) (1998) 154– 174.998, 2001.

P.D. Reynolds, Organizational culture as related to industry, position, and performance: a

preliminary report, Journal of Management Studies 23 (1986) 414– 437.

R. Jamieson, M. Handzic, A framework for security, control, and assurance of knowledge

management systems, in: C.W. Holsapple (Ed.), Handbook on Knowledge

Management: Knowledge Matters, Springer-Verlag, New York, 2003, pp. 477– 505.

R.E. Quinn, J. Rohrbaugh, A spatial model of effectiveness criteria: towards a competing

values approach to organizational analysis, Management Science 29 (1983) 363–377.

S.J. Fox-Wolfgramm, K.B. Boal, J.G. Hunt, Organizational adaptation to institutional

change: a comparative study of first order change in prospector and defender banks,

Administrative systems. Information & Management, 41, 669–684.

Schein, E. (1999). The corporate culture survival guide. San Francisco: Jossey Bass.

Science Quarterly 43 (19 8) 87– 126.

.T. Kayworth, D. Leidner, Organizational culture as a knowledge resource, in: C.W.

Holsapple (Ed.), Handbook on Knowledge Management: Knowledge Matters,

Springer-Verlag, New York, 2003, pp. 235– 252.

T.H. Davenport, Saving IT’s soul: human-centered information management, Harvard

Business Review (1994 March–April) 119– 131.

Page 24: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

24

Abstrak: ANALISIS TERHADAP PERATAAN LABA: STUDY EMPIRIS PADA

EMITEN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

Nuraini A

Rahmayana

Abstract: Earnings smoothing is the way management used to reduce fluctuations in

reported earnings to match the desired target both artificial and real. The practice of income

smoothing is considered as a common action undertaken by management to achieve certain

purposes, but the practice of income smoothing can lead to disclosure in financial

statements to be inadequate. As a result the financial statements do not reflect the real

situation. This study aims to examine and analyze the factors that influence the practice of

income smoothing that is a bonus plan, operating leverage, and earnings per share both

together and partial. The study was a descriptive analytical study on the issuer which is

manufacturing in Indonesia Stock Exchange (BEI) in 2006-2008. Data collection is by way

of field research and library research with the sampling technique of purposive sampling

method. Analysis of data for testing hypotheses using logistic regression analysis with the

help of the program Statistical Package for Social Science (SPSS). The results showed that

13 companies were identified to income smoothing of the total sample of 35 companies.

The test results showed that the bonus plan hypothesis, operating leverage, and earnings per

share is jointly significant effect on income smoothing. Partially, only the bonus plan

affects income smoothing, while operating leverage and earnings per share did not affect

income smoothing.

Keywords: bonus plan, operating leverage, earning per share, earnings smoothing

____________________________________________________________________

Nuraini A, Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala

Page 25: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

25

PENDAHULUAN

Laporan keuangan merupakan sarana utama untuk memperoleh informasi keuangan

yang dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam mengambil

keputusan ekonomi. Salah satu informasi yang sangat penting untuk pengambilan

keputusan adalah laba. Pentingnya informasi laba ini disadari oleh manajemen sehingga

manajemen cenderung melakukan praktik perataan laba. Pengumuman laba perusahaan

merupakan informasi penting yang mencerminkan nilai perusahaan di pasar (Mawarti,

2007). Dari deskriptif tersebut, penulis berasumsi bahwa tidak menutup kemungkinan

terdapat indikasi perataan laba pada beberapa perusahaan-perusahaaan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia.

Fenomena menunjukkan bahwa laporan laba rugi dari PT Citra Tubindo Tbk dan PT

Kalbe Farma Tbk terindentifikasi adanya perataan laba yang dilakukan oleh pihak

manajemen, hal dapat dilihat dari besarnya laba yang relatif stabil dari tahun ke tahun yaitu

Rp. 23.305.359, Rp. 23.404.730 untuk tahun 2006 dan 2007 sementara PT.Kalbe Farma

Rp. 706.822.146.190 dan Rp. 705.694.196.679. Informasi laba sering menjadi perhatian

investor tanpa memperhatikan prosedur yang digunakan untuk menghasilkan informasi laba

tersebut. Kecenderungan sering memperhatikan laba inilah yang disadari oleh manajemen,

dan mendorong manajer untuk melakukan manajemen atas laba (earning management) atau

manipulasi laba (earning manipulation). Salah satu hipotesis yang dapat menjelaskan

manajemen laba adalah earning smoothing hypothesis atau income smoothing hypothesis

(Beattie et al, 1994) dalam Masodah (2007).

Isu perataan laba telah banyak dibicarakan baik dalam teori maupun dalam

penelitian beberapa dekade ini. Subekti (2005) mengatakan bahwa perataan laba

merupakan perilaku yang rasional yang didasarkan atas asumsi dalam positive accounting

theory, dimana manajemen merupakan individual yang rasional yang memperhatikan

kepentingan dirinya dan melakukan kebijakan tertentu untuk memaksimumkan

kepentingannya. Sedangkan menurut Belkaouli (2002:232) perataan laba didorong oleh

keinginan untuk mempertinggi keandalan prediksi yang didasarkan pada laba dan untuk

mengurangi risiko yang mengitari angka-angka akuntansi. Heyworth (1953) dalam

Mursalim (2005), menyatakan bahwa motivasi yang mendorong dilakukannya income

smoothing adalah untuk memperbaiki hubungan antara perusahaan dengan pihak luar

perusahaan seperti: investor, kreditur, dan pemerintah serta meratakan siklus bisnis melalui

proses psikologis. Gordon (1964) dalam Mursalim (2005) mengemukakan beberapa hal

berkaitan dengan perataan laba, yang pada prinsipnya bahwa manajemen melakukan

perataan laba dengan cara memilih metode akuntansi untuk memaksimumkan kepuasan dan

kemakmurannya.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah dilakukan oleh

Masodah (2007) dan Chandra & Irawati (2005) yang menguji tentang isu perataan laba

pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan uraian diatas, maka

penulis termotivasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul “Pengaruh Bonus

Plan, Operating Leverage, dan Earning per Share terhadap Perataan Laba pada Perusahaan

Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

Page 26: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

26

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji apakah bonus plan,

operating leverage, dan earning per share berpengaruh terhadap perataan laba. Sedangkan

kegunaannya adalah:

1. Memberikan bukti empiris mengenai pengaruh bonus plan, operating leverage, dan

earning per share terhadap perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur.

2. Bagi investor dapat memberikan informasi tambahan mengenai praktik perataan laba

sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi.

3. Memberikan referensi tambahan terhadap penelitian di bidang perataan laba bagi

penelitian selanjutnya dan referensi guna meningkatkan pengetahuan mahasiswa

akuntansi.

Study Sebelumnya dan Hipotesis Penelitian

Perataan laba merupakan tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk

mengurangi variabilitas laba yang dilaporkan agar dapat mengurangi risiko pasar atas

saham perusahaan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan harga saham perusahaan

(Assih dan Gudono, 2000). Perusahaan melakukan perataan laba dengan harapan dapat

menghindari reaksi pasar yang terlalu besar pada saat perusahaan mengumumkan informasi

laba. Hal ini dikarenakan dengan tingkat variabilitas yang kecil pada laba yang diumumkan,

maka pelaku pasar dapat melakukan prediksi atas laba perusahaan mendatang dengan lebih

baik, dan perusahaan dapat mengurangi reaksi pasar yang besar pada saat laba di umumkan.

Bieldman dalam Belkaouli (2000:56) menyatakan bahwa perataan laba didefinisikan

sebagai upaya yang sengaja dilakukan untuk memperkecil fluktuasi pada tingkat laba yang

dianggap normal bagi perusahaan.

Adapun tujuan perataan laba menurut Foster (1986) dalam Suwito dan Herawaty

(2005) adalah sebagai berikut:

a. Memperbaiki citra perusahaan di mata pihak luar, bahwa perusahaan tersebut

memiliki risiko yang rendah.

b. Memberikan informasi yang releven dalam melakukan prediksi terhadap laba di

masa mendatang.

c. Meningkatkan kepuasan relasi bisnis.

d. Meningkatkan persepsi pihak eksternal terhadap kemampuan manajemen.

e. Meningkatkan kompensasi bagi pihak manajemen.

Subekti (2005) mengatakan bahwa perataan laba merupakan perilaku yang rasional

yang didasarkan atas asumsi dalam positive accounting theory, dimana manajemen

merupakan individual yang rasional yang memperhatikan kepentingan dirinya dan

melakukan kebijakan tertentu untuk memaksimumkan kepentingannya. Perusahaan yang

melakukan praktik perataan laba dapat diketahui dari nilai indeks perataan laba, yaitu nilai

perbandingan perubahan laba dengan nilai perbandingan perubahan penjualan. Perusahaan

yang melakukan prektik perataan laba memiliki indeks perataan laba lebih dari satu.

Page 27: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

27

Hubungan Bonus Plan dengan Perataan laba

Bonus plan adalah salah satu faktor yang memotivasi manajemen untuk mengatur

laba agar dapat membuat perencanaan bonus yang akan diterima dimasa yang akan datang,

karena semakin meningkat laba yang akan dihasilkan perusahaan semakin meningkat bonus

yang akan diterima. Manajer pada perusahaan dengan bonus plan cenderung menggunakan

metode akuntansi yang akan meningkatkan income saat ini.

Keberadaan rencana kompensasi (compensation plan) merupakan faktor yang

memotivasi manajemen untuk meratakan laba (Healy:1985). kompensasi manajemen

didesain dengan menggunakan laba sebagai dasar pembagian bonus maka manajemen

cenderung memilih prosedur akuntansi yang menstabilkan bonus atau kompensasi yang

diterimanya. Penelitian lainnya yang terkait dengan motivasi bonus menyatakan bahwa

manajer berusaha memanipulasi laba untuk memaksimalkan nilai sekarang dari

pembayaran bonus (Holhausen, 1995) dalam Astuti (2007).

Penelitian yang dilakukan oleh Jin dan Machfoedz(1998) keberadaan perencanaan

bonus di sektor industri merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong praktik

perataan laba. Earning menjadi hal utama dalam kaitannya dengan bonus untuk manajer.

Angka laba memiliki kandungan informasi yang bermanfaat bagi pasar yang terlihat dari

hubungan antara unexpected earning dengan abnormal return pada sekitar tanggal

pengumuman informasi laba perusahaan (Masodah :2007). Berdasarkan kajian teoritis dan

penelitian sebelumnya maka hipotesis I yang diajukan adalah :

H1: Bonus Plan berpengaaruh terhadap perataan laba.

Hubungan Operating Leverage dengan Perataan Laba Operating Leverage adalah suatu indikator perubahan laba bersih yang diakibatkan

oleh besarnya volume penjualan (Suwito dan herawati :2005). Ashari et al, (1994) dalam

Suwito dan Herawati (2005) berhasil membuktikan bahwa Operating Leverage merupakan

salah satu pendorong terjadinya perataan laba. Zuhroh (1996) meneliti faktor-faktor yang

dapat dikaitkan dengan terjadinya praktik perataan laba dengan kesimpulan bahwa hanya

operating Leverage perusahaan saja yang memiliki pengaruh terhadap praktik perataan laba

yang dilakukan perusahaan di Indonesia. Hasil penelitian Chandra dan Irawati (2005)

menunjukkan bahwa operating leverage berpengaruh terhadap perataan laba perusahaan

manufaktur pada masa sebelum krisis moneter tahun 1992-1996, sedangkan pada masa

krisis moneter variabel operating leverage tidak berpengaruh terhadap perataan laba

perusahaan manufaktur pada masa krisis moneter tahun 1998-2000. sehingga hipotesis 2

yang diajukan adalah :

H2 : Operating Leverage berpengaruh terhadap perataan laba.

Hubungan Earning per Share dengan Perataan Laba

Earning Per Share (EPS) merupakan salah satu informasi akuntansi yang

memberikan analisis rasio keuntungan bersih per lembar saham yang mampu dihasilkan

oleh perusahaan. Kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih per lembar saham

merupakan indikator fundamental keuangan perusahaan yang sering dipakai sebagai acuan

untuk mengambil keputusan investasi dalam saham. Salah satu pusat perhatian pemodal

adalah laba per lembar saham (Earning per Share/EPS) dalam melakukan analisis. Karena

itu kita perlu memahami bagimana Earning per Share diperoleh dan menunjukkan apa

Page 28: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

28

angka tersebut (Husnan, 2005:328). Bagi investor, informasi EPS merupakan informasi

yang dianggap paling mendasar dan berguna karena biasanya menggambarkan prospek

earning perusahaan dimasa depan (Tandelilin, 2001:233). Dalam hal ini manajer akan

berusaha untuk memperlihatkan laporan keuangan dengan kinerja yang stabil untuk

mencerminkan earning per share yang akan diperoleh oleh investor. Biasanya sebelum

melakukan investasi investor akan melihat kemampuan laba serta earning per share yang

tinggi pada perusahaan yang akan diinvestasinya. Oleh sebab itu adanya hubungan antara

laba dengan earning per share. Sehingga hipotesis yang diajukan adalah:

H3 : Earning Per Share berpengaruh terhadap perataan laba.

METODE PENELITIAN

Sampel dan Data Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia periode tahun 2006-2008. Pemilihan sampel dilakukan dengan

menggunakan purposive sampling dengan kriteria sampel sebagai berikut:

1. Perusahaan yang menerbitkan laporan tahunan lengkap dan telah diaudit dengan tahun

berakhir per buku 31 Desember.

2. Perusahaan memperoleh laba berturut-turut untuk melihat praktik perataan laba.

3. Perusahaan yang menjadi sampel diasumsikan menerapkan program bonus plan atau

compensation plan.

Berdasarkan kriteria di atas maka jumlah sampel yang yang menjadi unit analisis

sebesar 35 perusahaan.

Analisis Data

Model analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah regresi logistik

(logistic regretion). Regresi logistik digunakan karena variabel dependennya metric dan

variabel independennya merupakan kombinasi antara metric dan nonmetric. Regresi

logistik dapat digunakan tanpa memenuhi asumsi multivariat normalitas (Hair, 2006:19).

Persamaan logistik regresi yang digunakan adalah :

Ln PL/1-PL = a + b1(BP) + b2(OL) + b3(EPS) + e

Adapun kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut :

1. Jika nilai Wald dengan tingkat signifikansi 5% (P value < 0,05), maka artinya bonus

plan, operating leverage, dan earning per share secara parsial mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap perataan laba.

2. Jika nilai Wald dengan tingkat signifikansi 5% (P value > 0,05), maka artinya bonus

plan, operating leverage, dan earning per share secara parsial tidak mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap perataan laba.

Page 29: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

29

Definisi Variabel Penelitian

Definisi dan operasional variabel secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai

berikut:

Tabel 1: Definisi dan Operasional Variabel Variabel Definisi Indikator

Dependen (Y)

Perataan Laba

Usaha manajemen untuk mengurangi

variabilitas laba selama satu atau beberapa

periode tertentu sehingga laba tidak terlalu

berfluktuasi (Harahap:2007).

Indek perataan laba

= SCV

ICV

Dimana: CV ∆I atau CV ∆S

= xn

xxi∆

∆−∆∑:

1

)( 2

Independen(X)

Bonus Plan(X1)

Bonus plan adalah salah satu faktor yang

memotivasi manajemen untuk mengatur

laba agar dapat membuat perencanaan

bonus yang akan diterima dimasa yang akan

datang, karena semakin meningkat laba

yang akan dihasilkan perusahaan semakin

meningkat bonus yang akan

diterima.Variabel ini diproksikan pada

jumlah angka laba bersih setelah pajak

(Masodah :2007)

Laba bersih setelah pajak

Operating

Leverage (X2)

Operating Leverage merupakan rasio antara

total biaya depresiasi dan amortisasi dibagi

dengan total biaya yang meliputi biaya

harga pokok penjualan, biaya penjualan,

dan biaya administrasi dan umum (Suwito

dan Herawati :2005).

BiayaTotal

AmortisasidanDepresiasiBiayaTotal

Earning per Share

(X3)

Earning per Share merupakan laba per

saham yang diperoleh dengan membagi

laba yang telah dikurangi dividen saham

preferen dengan jumlah tertimbang saham

beredar (Irwansyah dan Puji Lestari: 2007)

BeredarSahamJumlah

bersihLaba

Hasil Pengujian Hipotesis dan Pembahasan

Perataan laba diukur menggunakan indeks eckel. Perhitungan tersebut dimaksudkan

untuk menemukan kategori suatu perusahaan melakukan tindakan perataan laba atau tidak

melakukan perataan laba. Perusahaan dikategorikan melakukan tindakan perataan laba

apabila memperoleh CV ∆S lebih besar dari CV ∆I, sedangkan perusahaan yang

memperoleh CV ∆S lebih kecil dari CV ∆I maka perusahaan di kategorikan sebagai

perusahaan yang tidak melakukan tindakan perataan laba. Berdasarkan hasil analisis data

terdapat 13 perusahaan yang melakukan perataan laba, dan 22 perusahaan yang tidak

melakukan perataan laba.

Page 30: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

30

Hasil pengujian regresi logistik dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2: Hasil Pengujian Regresi Logistik

Nama Variabel B S.E Wald Sig.

Bonus Plan .398 .119 11.193 .001

Operating Leverage .001 .004 .156 .692

Earning per Share .000 .000 .009 .925

Konstanta (a) 10.663 3.052 12.205 .000

Cox & Snell – R2

= .125

Nagelkerke – R2

= .171

Chi Square = 20.033

Sig. = .010

a. Predictors: (constant):

Bonus Plan, Operating Leverage, dan Earning

per Share.

b. Dependent variabel:

Perataan laba

Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa Bonus plan berpengaruh terhadap

indek manajemen laba pada tingkat signifikasi 0,001 dengan koefisien regressi sebesar

0,398. Semakin besar bonus plan akan meningkatkan indeks perataan laba. Setiap kenaikan

1% bonus plan akan menaikkan indeks perataan laba sebesar 39.8%. sementara operating

leverage dan Earning per share tidak berpengaruh terhadap indek manajemen laba.

Sehingga hasil penelitian ini menerima H1 dan Menolak H2 dan H3.

Bonus merupakan dorongan bagi manajer perusahaan dalam melaporkan laba yang

diperolehnya sesuai dengan target bonus yang akan diperoleh (Mardiah:2003). Parameter-

parameter dari bonus plan disetting sesuai dengan bonus yang diberikan dalam beberapa

tahun dan jika bonus diberikan dalam jumlah maksimum adalah sesuai dengan fungsi linear

positif dari earning yang dilaporkan. Hal ini mengasumsikan bahwa kompensasi manajer

berdasarkan bonus plan meningkat seiring dengan peningkatan earning (Alfiana, 2006).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jin dan Machfoedz (1998),

yang menunjukan bahwa Bonus plan berpengaruh terhadap perataan laba.

Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh bonus plan, operating

leverage, dan earning per share terhadap perataan laba pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia menunjukkan bahwa:

1. Bonus plan berpengaruh positif terhadap tindakan perataan laba. Hal ini menunjukkan

bahwa semakin besar tingkat bonus plan akan meningkatkan perataan laba. Dengan

demikian, apabila perusahaan memiliki nilai bonus plan yang besar, maka nilai perataan

laba juga semakin besar.

2. Operating leverage dan earning per share secara parsial tidak berpengaruh terhadap

perataan laba.

Keterbatasan dan saran Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan antara lain:

Page 31: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

31

1. Penggunaan model Indeks Eckel (1981) yang mungkin berpengaruh terhadap

kesimpulan penelitian. Dalam metode ini kesederhanaan kriteria dan proses klasifikasi

sampel menjadi perata dan bukan perata dapat mengaburkan sisi metodologi penelitian

yang berkaitan dengan isu perataan laba, seperti tidak adanya tingkat batasan

maksimum dan minimum rasio CV ∆s dan CV ∆I yang akan dibandingkan untuk

mengklasifikasi sampel.

2. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling, akibatnya hasil

penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan secara luas untuk setiap perusahaan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3. Dalam penelitian ini mengasumsikan bahwa semua sampel menerapkan atau melakukan

program bonus plan/compensation plan, oleh karena itu diharapkan untuk penelitian

selanjutnya dapat memeriksa apakah perusahaan yang menjadi sampel benar-benar

menerapkan program bonus/compensation plan yang dapat dilihat dari annual report

nya.

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, dapat dikemukakan saran-saran

sebagai berikut:

1. Bagi Investor

Sebaiknya lebih teliti dalam menilai laporan keuangan perusahaan khususnya yang

berkaitan dengan informasi laba untuk menilai kinerja perusahaan, karena praktik

perataan laba ini telah dilakukan oleh beberapa perusahaan di Indonesia.

2. Untuk Penelitian Selanjutnya

� Dapat menggunakan metode lain selain indeks Eckel, seperti model Michelson

(1995) dalam mengklasifikasikan perusahaan yang melakukan perataan laba dengan

perusahaan yang tidak melakukan perataan laba. Jika penggunaan indeks Eckel tetap

dipertahankan, hendaknya penelitian selanjutnya menggunakan angka laba selain

laba bersih setelah pajak, seperti laba operasi dan laba sebelum pajak. Agar dapat

diperoleh perbandingan dalam setiap angka laba tersebut untuk menambah

informasi dalam mengambil kesimpulan.

� Sebaiknya penelitian selanjutnya dapat menambah variabel lain yang berhubungan

dengan perataan laba seperti harga saham, net profit margin, dan rasio profitabilitas

mengingat variabilitas perataan laba yang dapat dijelaskan oleh bonus plan,

operating leverage dan earning per share sangat rendah.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Abdullah, Syukriy dan Abdul Halim (2000), Perataan Laba oleh Perusahaan Manufaktur di

Indonesia: Analisis Hubungan Rasio-rasio Keuangan yang digunakan Investor,

Jurnal telaah Bisnis, Vol 1, No.2.

Achmad, Komarudin, Imam Subekti dan Sari Atmini (2007), Investigasi Motivasi dan

Strategi Manajemen Laba pada Perusahaan Publik di Indonesia, Simposium

nasional Akuntansi X, Makassar.

Alfiana, Yeni (2006) Creative Accounting ditinjau dari Teori Akuntansi Positif dan Teori

Keagenan. Mandiri, Vol.9, No,1.

Page 32: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

32

Apristyana, Liza (2007), Pengaruh Total Aktiva, ROI, ROE, dan Leverage Operasi

terhadap Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI. Tesis

Universitas Airlangga.

Arfan, Muhammad (2006) Pengaruh Arus Kas Bebas, Set Kesempatan Investasi, dan

Financial Leverage terhadap Manajemen Laba (Studi pada Emiten Manufaktur di

BEJ). Disertasi, Universitas Padjajaran, bandung.

Astuti, Dewi Saptantinah Puji (2007), Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi

Manajemen Laba di Seputar Right Issue, jurnal Universitas Slamet Riyadi

Surakarta.

Assih, P. & M. Gudono (2000), Hubungan Tindakan Perataan Laba dengan Reaksi Pasar

Atas Pengumuman Informasi Laba Perusahaan yang Terdaftar di BEJ. Jurnal Riset

Akuntansi Indonesia, Vol.3, No.1.

Atmini, Sari (2000) Standar Akuntansi yang Memberi Peluang bagi Manajemen untuk

Melakukan Praktik Perataan Laba. MANDIRI, vol.1, No.8.

Belkaouli, Ahmed Riahi (2001) Teori Akuntansi, Edisi pertama, Buku 2. Terjemahan

Marwata, dkk. Jakarta: Salemba Empat.

_____ (2002) Teori Akuntansi, Jilid 2. Terjemahan Herman Wibowo dan Marianus Sinaga.

Jakarta: Salemba Empat.

Chandra, Siuliany dan Irine Irawati (2005), Analisis Perbandingan Pengaruh Ukuran

Perusahaan, Profitabilitas, Leverage Operasi terhadap Indeks Perataan Laba. Skripsi

Universitas Kristen Petra.

Garrison, Ray H dan Eric W.Noreen (2000), Jilid 1. Terjemahan A.Totok

Budisantoso,SE,Akt. Jakarta: Salemba Empat.

(2001), Jilid 2. Terjemahan A.Totok Budisantoso,SE,Akt. Jakarta: Salemba Empat.

Hair, Joseph F, et al. (2006) Multivariate Data Analysis, Sixth Edition. New Jersey:

Prentice-Hall International, Inc.

Harahap, Sofyan Safri (2007) Teori Akuntansi, Edisi Revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Hendriksen, Heldon S (1999) Teori Akuntansi, edisi Keempat, Jakarta: Erlangga.

Hidayati, Siti Munfiah dan Zulaikha (2003), Analisis Perilaku Earning

management:Motivasi Minimalisasi Income Tax, Simposium Nasional Akuntansi

VI, Surabaya.

Ikatan Akuntan Indonesia (2007) Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta: Salemba Empat.

Irwansyah dan Puji Lestari (2007), Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Praktik

Perataan Laba, Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Akuntansi, Vol 9, No.2.

Jin, Liauw She dan Mas’ud Machfoedz (1998), Faktor-faktor yang Mempengaruhi Praktik

Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Riset

Akuntansi Indonesia, Vol 1, No.2.

Kuncoro, Mudrajad (2007) Metode Kuantitatif Teori dan Aplikasi Untuk bisnis dan

Ekonomi, Edisi Ketiga. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Kustiani, deasy dan Erni Ekawati (2006), Analisis Perataan Laba dan faktor-faktor yang

Mempengaruhi, jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan.

Page 33: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

33

Mawarti, Yuliana (2007) Pengaruh Income Smoothing (Perataan Laba) terhadap Earning

Response (Reaksi Pasar) pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta(BEJ).

Skripsi, Universitas Negeri Semarang.

Masodah (2007) Praktik Perataan Laba Sektor Industri Perbankan dan Lembaga Keuangan

Lainnya dan Faktor yang Mempengaruhinya. Procceeding PESAT Auditorium

Kampus Gunadarma, 21-22 Agustus.

Mursalim (2005) Income Smoothing dan Motivasi Investor: Studi Empiris pada Investor di

BEJ. Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo.

Rivard, Richard. J., Eugene B dan Gay B.H. Morris (2003) Income Smoothing Behaviour of

V.S Banks Under Revised International.

Subekti, Imam (2005) Asosiasi Antara Praktik Perataan Laba dan Reaksi Pasar Modal di

Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo.

Suwito, Edy dan Arleen Herawaty (2005) Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan

terhadap Tindakan Perataan Laba yang Dilakukan oleh Perusahaan yang Terdaftar

di Bursa efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo.

Tandelilin, Eduardus (2001) Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, Edisi 1.

Yogyakarta: BPFE.

Yusuf, M. dan Soraya (2004), “ Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba

Perusahaan Asing dan Non Asing Di Indonesia”, JAAI, Vol 8, No.1

Zuhroh, Diana (1997), ”Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Tindakan Perataan Laba

pada Perusahaan Go Public di Indonesia, Tesis, Program Pasca Sarjana Fakultas

Ekonomi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Page 34: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

34

KOMITMEN PEKERJA DITINJAU DARI KUALITAS HUBUNGAN

ATASAN-BAWAHAN DAN PERSEPSI TERHADAP PENGEMBANGAN

KARIR KARYAWAN INDUSTRI KERAJINAN ENCENG GONDOK,

MUARA BATU, KABUPATEN ACEH UTARA

Hafnidar

Abstract: The unemployment and poverty rate in Indonesia is higher and higher from year

to year. The causal factor is because lack of Human Resources in their commitment on

working. According to Tosi and friends (1990), the employees’ commitment on their work is

related to the quality between underling and higher authority and so does perception of the

employees themselves on career development. After a long conflict and tsunami raised

Aceh couple years ago, the industrial of Enceng Gondok in Gampong Mane, Muara Batu is

one of potential job demand on career development and skilled occupation for the

communities. This research is purposed on knowing the relationship between employees’

commitment with the quality between underling and higher authority and perception on

career development to the Engceng Gondok Industrial employees in Muara Batu sub-

district, North Aceh. The research is performed on workers of Enceng Gondok industrial in

Muara Batu sub-District of North Aceh. The Likerty Model Scale is used as data collecting

method that is commitment scale, quality scale on relationship quality between underling

and higher authority and perception on career development. The additional data is earned

by using qualitative research method by using filling analysis in indicative principle. Data

analysis by using regression analysis for double predictor. The result is: 1) there is a

positive relationship between a commitment and a perception on career development to

Enceng Gondok Industrial workers at Gampong Mane Tunong, Muara Batu sub-District of

North Aceh. 2) There is a positive relationship between a commitment and relationship

quality on underling and higher authority to Enceng Gondok Industrial workers in

Gampong Mane Tunong, Muara Batu sub-District of North Aceh.

Key words: commitment, relationship quality between underling and higher authority

____________________________________________________________________

Hafnidar, Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh

PENDAHULUAN

Industri Kerajinan Enceng Gondok di Gampoeng Mane Tunong Kecamatan Muara

Batu Kabupaten Aceh Utara merupakan salah satu Industri kecil menengah yang sedang

berkembang di Kabupaten Aceh Utara. Karyawan Industri ini diberi ketrampilan mengolah

tumbuhan Enceng Gondok menjadi perabotan rumah tangga yang menarik dan unik.

Page 35: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

35

Konsumen perabotan produksi Industri Kerajinan Enceng Gondok ini sebagian besar

masyarakat menengah ke atas, perkantoran dan hotel, bahkan banyak yang diekspor ke luar

negeri. Industri Kerajinan Enceng Gondok ini memiliki harapan besar untuk terus

berkembang, namun demikian Industri sering mengalami masalah dalam hal komitmen

pekerja terhadap pekerjaan dan organisasi kerjanya. Karyawan mudah sekali meninggalkan

pekerjaan untuk beberpa waktu dengan berbagai alasan. Padahal disisi lain tidak mudah

bagi Industri untuk mendapatkan karyawan yang telah terlatih dan berpengalaman.

Akibatnya Industri harus mengeluarkan banyak cost untuk rekuritment dan pelatihan. Tosi

dkk (1990) mengatakan bahwa komitmen pekerja terhadap suatu pekerjaan ada

hubungannya dengan kualitas hubungan atasan-bawahan serta persepsi pekerja itu sendiri

terhadap pengembangan karir. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

hubungan antara komitmen pekerja dengan kualitas hubungan atasan-bawahan dan persepsi

terhadap pengembangan karir pada pengrajin enceng gondok di Kecamatan Muara Batu.

METODOLOGI

Subjek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah Karyawan pada Industri Kerajinan Enceng

Gondok di Gampoeng Mane Tunong Kecamatan Muara Batu, Aceh Utara. Populasi

penelitian berjumlah 42 orang. Dikarenakan populasi penelitian jumlahnya terbatas, maka

sample penelitian adalah semua individu yang ada dalam populasi penelitian yang disebut

dengan Subjek penelitian.

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dengan menggunakan Skala atau Angket dengan model self

report yaitu metode yang berdasarkan pada laporan tentang diri sendiri. Penyusunan alat

ukur dimulai dari pemilihan aspek, indikator dan definisi yang tepat, kemudian dibuat suatu

definisi operasional untuk mendapatkan penjelasan yang tepat dari variabel-variabel yang

akan diteliti. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tiga Skala atau Angket

dengan tambahan satu identitas diri pada awal pemberian Skala atau Angket. Ketiga

Skala/Angket sebagai alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala/Angket

Komitmen Pekerja; Skala/Angket Kualitas Hubungan Atasan – Bawahan; Skala/Angket

Persepsi Pekerja Terhadap Pengembangan Karir. Skala/Angket ini disusun dalam bentuk

Skala Likert yang terdiri dari pertanyaan yang diikuti oleh beberapa pilihan jawaban

responden dengan menghilangkan alternative jawaban R (Ragu-ragu). Setiap aitem

Skala/angket merupakan pertanyaan atau pernyataan yang bersifat favorable (mendukung)

dan unfavorable (tidak mendukung). Pertanyaan atau pernyataan tersebut memiliki empat

kemungkinan jawaban berdasarkan pertimbangan subjektif responden. Empat kemungkinan

jawaban tersebut adalah SS (Sangat sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai) dan STS (Sangat

Tidak Sesuai). Masing-masing aitem memiliki skor dengan rentang satu sampai empat.

Semakin tinggi skor yang didapat, maka semakin tinggi pula komitmen; kualitas hubungan;

dan persepsi terhadap pengembangan karir yan dimiliki oleh responden.

Ketiga skala/angket di atas sebelum digunakan dalam penelitian dilakukan uji coba

untuk mengukur seberapa cermat alat ukur tersebut melakukan fungsi ukurnya (uji

validitas), mengetahui keterandalannya (uji realibilitas). Uji coba untuk mengukur kualitas

Page 36: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

36

aitem pada kedua skala dilakukan dengan menggunakan uji korelasi aitem-total (daya beda

aitem) dan Reliabilitas.

Metode Analisis Data

Analisis data inferensial yaitu pengambilan kesimpulan dengan pengujian hipotesis.

Analisa data dilakukan dengan menggunakan program komputer Statistical Packages for

Social Science (SPSS) versi 12.0. Teknik statistik yang dipakai adalah analisis regresi

sederhana

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Analisis dan Interpretasi Data

Tabel 1: Gambaran Umum Hasil Skor Variabel-variabel Penelitian

Variabel Statistik Hipotetik Empiris

Komitmen Skor minimal

Skor maksimal

Mean

SD

37

148

93

19

90

144

117,89

11,343

Persepsi Thd

Pengemb Karir

Skor minimal

Skor maksimal

Mean

SD

18

72

45

9

42

72

54,89

5,600

Kualitas Hub

Ataan-bawahan

Skor minimal

Skor maksimal

Mean

SD

17

68

43

9

39

62

51,73

4.926

Dari table di atas dapat ditetapkan kategori dalam penelitian ini sebagai berikut :

sangat rendah (≤ x – 1,5SD), rendah (x – 1,5 SD < X ≤ x – 0,5 SD), sedang (x – 0,5 SD < X

≤ x + 0,5 SD), tinggi (x – 0,5 SD < X ≤ x + 1,5 SD) dan sangat tinggi ( X ≥ x + 1,5 SD).

Berikut penetapan kategorisasi variabel-variabel penelitian yang dibuat berdasarkan satuan

deviasi standar dengan memperhitungkan rentangan angka-angka minimal dan maksimal

teoritis menurut rumus di atas:

Page 37: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

37

Kategori Komitmen

I II III IV V

IIIIIIIIIIIIIII

64,5 83,5 102,5 121,5

Kategori Persepsi terhadap Pengembangan Karir

I II III IV V

IIIIIIIIIIIIIIII

31,5 40,5 49,5 58,5

Kategori Kualitas Hubungan Atasan Bawahan

I II III IV V

IIIIIIIIIIIIIII

29,5 38,5 47,5 56,5

Keterangan:

I : Sangat rendah

II : rendah

III : sedang

IV : tinggi

V : sangat tinggi

Pembagian kriteria di atas dilakukan untuk mengetahui baik tidaknya posisi subjek

untuk masing – masing variable. Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa Karyawan

Industri Kerajinan Enceng Gondok di Gampoeng Mane Tunong Kecamatan Muara Batu –

Aceh Utara, memiliki tingkat Komitmen yang tinggi terhadap pekerjaannya, begitu juga

dengan persepsi terhadap pengembangan karir dan kualitas hubungan atasan bawahan. Hal

tersebut mengindikasikan bahwa karyawan Industri Kerajinan Enceng Gondok di

Gampoeng Mane Tunoeng memandang penting adanya pengembangan karir, begitu juga

dengan kualitas hubungan atasan bawahan. Karyawan Industri Kerajinan Enceng Gondok

di Gampong Mane Tunoeng menilai penting adanya kualitas hubungan antara atasan dan

bawahan dalam pekerjaannya.

Uji hipotesis

Uji hubungan antara Komitmen dengan Persepsi Terhadap Pengembangan Karir

Uji hubungan antara komitmen dengan Persepsi terhadap Pengembangan Karir

ditunjukkan oleh skor korelasi sebesar (rxy) = 0,493 dengan signifikansi sebesar 0.000

(p<0,05), hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara komitmen

dengan Persepsi Terhadap Pengmebangan Karir Pada Karyawan Industri Kerajinan Enceng

Gondok di Gampong Mane Tunoeng Kecamatan Muara Batu. Nilai (rxy) yang positif

menunjukkan bahwa arah hubungan kedua variabel adalah positif

Page 38: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

38

(rxy) Signifikansi Probabilitas

0,493 0,000 p<0,05

Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

yaitu ada hubungan positif antara Komitmen dengan Persepsi Terhadap Pengembangan

Karir dapat diterima. Perhitungan statistik selengkapnya dengan menggunakan teknik

regresi sederhana dapat dilihat berikut ini:

Deskripsi Statistik Penelitian

Variabel

Mean Standar Deviasi N

Komitmen

54,89 5,600 93

Persepsi Thd

Pengemb Karir

117,89 11,343 93

Rangkuman Analisis Regresi Sederhana Variabel Penelitian

Model Sum of

Square

Df Mean

Square

F Sig

Regression

Residual

Total

700,686

2184,239

2884,925

1

91

92

700,686

24,003

29,192 0,000

Koefisien Determinasi Penelitian

Model R R Square Adjusted R

Square

Standard Eror of The

Estimates

1 Total 0,493 0,243 0,235 4,899

Tabel di atas terlihat bahwa koefisien determinasi yang ditunjukkan oleh R Square

sebesar 0,243. Nilai tersebut menunjukkan bahwa komitmen memiliki sumbangan efektif

sebesar 24,3% terhadap Persepsi terhadap Pengembangan karir. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa variabel Persepsi terhadap Pengembangan karir dapat dijelaskan oleh

variabel komitmen sebesar 23,4 %. Sisanya sebesar 75,7% ditentukan oleh faktor-faktor

lain yang tidak diungkap dalam penelitian ini.

Uji hubungan antara Komitmen dengan Kualitas hubungan atasan Bawahan

Uji hubungan antara Komitmen dengan Kualitas Hubungan Atasan Bawahan

ditunjukkan oleh skor korelasi sebesar (rxy) = 0,467 dengan signifikansi sebesar 0.000

(p<0,05), hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Komitmen

dengan Kualitas Hubungan Atasan Bawahan pada Karyawan Industri Kerajinan Enceng

Gondok di Gampong Mane Tunoeng, Kecamatan Muara Batu-Aceh Utara. Nilai (rxy) yang

positif menunjukkan bahwa arah hubungan kedua variabel adalah positif.

Page 39: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

39

(rxy) Signifikansi Probabilitas

0,467 0,000 p<0,05

Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

dapat diterima. Perhitungan statistik selengkapnya dengan menggunakan teknik regresi

sederhana dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Deskripsi Statistik Penelitian

Variabel Mean Standar Deviasi N

Komitmen 51,73 4,926 93

Kualitas Hubub 117,89 11,343 93

Rangkuman Analisis Regresi Sederhana Variabel Penelitian

Model Sum of

Square

Df Mean

Square

F Sig

Regression

Residual

Total

487,145

1745,135

2232,280

1

91

92

487,145

19,177

25,402 0,000

Koefisien Determinasi Penelitian

Model R R Square Adjusted R

Square

Standard Eror of The

Estimates

1 Total 0,467 0,218 0,210 4,379

Koefisien determinasi yang ditunjukkan oleh R Square adalah 0,218. Nilai tersebut

menunjukkan bahwa Komitmen memiliki sumbangan efektif sebesar 21,8%. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa variabel Kualitas hubungan atasan bawahan dapat dijelaskan oleh

variabel Komitmen sebesar 21,8%, sisanya sebesar 78,2 % ditentukan oleh faktor-faktor

lain yang tidak diungkap dalam penelitian ini.

Hasil penelitian ini sesuai dengan Landy (1989) bahwa Keterikatan personal dan

sosial yang terjadi ini akan menghindarkan bawahan dari rasa keterasingannya di

perusahaan, dan selanjutnya meningkatkan komitmen karyawan atau pekerja terhadap

organisasi kerjanya. Sebaliknya pada kualitas hubungan atasan-bawahan yang rendah,

komitmen kerja karyawan menjadi rendah pula. Bila hubungan atasan-bawahan yang

terjadi berkualitas tinggi, maka seorang atasan akan sering berdiskusi dengan bawahannya

tentang masalah-masalah pribadi dan pekerjaan. Atasan sangat tertarik untuk membantu

kesulitan yang dialami bawahan. Hal ini menunjukkan bahwa ada keterikatan personal dan

sosial antara atasan dan bawahan. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan apa yang

dikatakan oleh Mowday, dkk (dalam Kuntjoro, 2002) bahwa pegawai yang memiliki

komitmen yang tinggi akan merasakan adanya loyalitas dan rasa saling memiliki baik

kepada organisasi maupun satu sama lain sesama anggota organisasi. Loyalitas dan rasa

saling memiliki akan melahirkan perilaku saling membantu dan kerjasama yang baik.

Page 40: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

40

Kesediaan menolong baik urusan organisasi maupun urusan pribadi merupakan salah satu

aspek kualitas hubungan atasan bawahan menurut Landy (1989).

Analisis Tambahan

Berdasarkan analisis isi dari data observasi, wawancara dan angket didapatkan

bahwa komitmen pekerja terhadap pekerjaannya cukup baik, hal ini dapat dilihat dari

beberapa factor yang mempengaruhi Subjek untuk memiliki komitmen yang tinggi. Faktor-

faktor tersebut adalah:

Masa kerja Sebagian besar Subjek memiliki masa kerja diatas empat tahun yaitu sebanya Hasil

penelitian ini sesuai dengan Landy (1989) bahwa Keterikatan personal dan sosial yang

terjadi ini akan menghindarkan bawahan dari rasa keterasingannya di perusahaan, dan

selanjutnya meningkatkan komitmen karyawan atau pekerja terhadap organisasi kerjanya.

Sebaliknya pada kualitas hubungan atasan-bawahan yang rendah, komitmen kerja

karyawan menjadi rendah pula. Lebih lanjut Landy (1989) menambahkan bahwa bila

hubungan atasan-bawahan yang terjadi berkualitas tinggi, maka seorang atasan akan sering

berdiskusi dengan bawahannya tentang masalah-masalah pribadi dan pekerjaan. Atasan

sangat tertarik untuk membantu kesulitan yang dialami bawahan. Hal ini menunjukkan

bahwa ada keterikatan personal dan sosial antara atasan dan bawahan.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Mowday, dkk

(dalam Kuntjoro, 2002) bahwa pegawai yang memiliki komitmen yang tinggi akan

merasakan adanya loyalitas dan rasa saling memiliki baik kepada organisasi maupun satu

sama lain sesama anggota organisasi. Loyalitas dan rasa saling memiliki akan melahirkan

perilaku saling membantu dan kerjasama yang baik. Kesediaan menolong baik urusan

organisasi maupun urusan pribadi merupakan salah satu aspek kualitas hubungan atasan

bawahan menurut Landy (1989).

Karakteristik Pekerjaan Ditinjau dari karakteristik pekerjaan, Karyawan Industri Kerajinan Enceng Gondok

dituntut untuk memiliki ketrampilan khusus (skill) dalam menangani pekerjaannya. Skill ini

dapat diperoleh Subjek dengan mengikuti pelatihan khusus yang diadakan oleh organisasi.

Guna menghasilkan produk yang berkualitas, ketrampilan yang memadai mutlak

dibutuhkan Subjek. Adanya pelatihan pengembangan skill, merupakan salah satu faktor

yang mendukung komitmen Subjek terhadap organisasi kerjanya.Tabel berikut ini

menjelaskan tentang jumlah Subjek yang pernah dan belum pernah mengikuti pelatihan.

Gaji/Upah Sebagian besar Subjek yaitu sebanyak 54,76% menerima upah maksimal

Rp.450.000 perbulan. Jumlah pendapatan yang demikian adalah dibawah standar upah

minimum rakyat (UMR) yang ditetapkan Pemerintah. Namun demikian, pihak management

atau pengurus Industri mengatakan bahwa Gaji/upah yang diterima sekarang ini sudah

sesuai dengan produktifitas kerja yang dilakukan, dengan kata lain waktu yang digunakan

karyawan untuk bekerja rata-rata kurang dari lima jam per hari.

Page 41: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

41

Kurangnya produktivitas kerja Karyawan disebabkan oleh kurang tersedianya bahan

baku sehingga keinginan Subjek untuk bekerja maksimal tidak ditunjang oleh kesempatan

yang ada. Padahal disisi lain, sebagian besar Subjek mengaku memiliki motivasi yang besar

untuk meningkatkan produktifitasnya sehingga dapat meningkatkan pendapatan.

Lapangan Kerja Faktor ketersediaan lapangan kerja yang memadai di Aceh juga menjadi

pertimbangan utama bagi Karyawan untuk menentukan komitmennya terhadap pekerjaan.

Ketersediaan lapangan kerja bagi Karyawan tersebut juga dipengaruhi oleh tingkat

pendidikan dan skill yang mereka miliki. Rata-rata karyawan memiliki tingkat pendidikan

akhir SD s/d SLTP. Sedikit sekali dari mereka yang pernah duduk di bangku SLTA.

Kesimpulan

1. Ada hubungan positif antara komitmen dengan persepsi terhadap pengembangan karir

pada Karyawan Industri Kerajinan Enceng Gondok di Gampoeng Mane Kecamatan

Muara Batu, Aceh Utara. Semakin kuat komitmen Karyawan, semakin baik pula

persepsi karyawan tersebut terhadap pengembangan karirnya. Begitu juga sebaliknya,

semakin rendah komitmen karyawan semakin buruk pula persepsinya terhadap

pengembangan karir.

2. Ada hubungan positif antara komitmen dengan kualitas hubungan atasan bawahan pada

Karyawan Industri Kerajinan Enceng Gondok di Gampoeng Mane Tunong, Kecamatan

Muara Batu, Aceh Utara. Semakin kuat komitmen Karyawan, semakin baik pula

kualitas hubungan atasan bawahan pada Karyawan. Begitu juga sebaliknya, semakin

rendah komitmen Karyawan semakin buruk pula kualitas hubungan atasan bawahan

pada Karyawan tersebut. Dalam hal ini Komitmen dan persepsi terhadap

pengembangan karir pada Karyawan Industri Kerajinan Enceng Gondok di Kecamatan

Muara Batu berada pada katagori tinggi.

3. Pengrajin Enceng Gondok di Kecamatan Muara Batu memiliki komitmen, persepsi

terhadap pengembangan karir dan kualitas hubungan atasan bawahan yang tinggi.

4. Komitmen yang tinggi pada pengrajin Enceng Gondok di Kecamatan Muara Batu

ditentukan oleh faktor Kualitas hubungan atasan bawahan sebanyak 21,8 %, faktor

persepsi terhadap pengembangan karir sebanyak 23,4 %. Sisanya sebanyak 45,2 %

ditentukan oleh faktor lain seperti karakteristik pekerjaan, masa kerja, gaji/upah dan

ketersediaan lapangan kerja.

5. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, faktor karakteristik pekerjaan dan

gaji/upah merupakan variabel lain yang dapat menurunkan komitmen Karyawan,

sedangkan faktor masa kerja dan ketersediaan lapangan kerja merupakan variabel lain

yang dapat mendukung Karyawan untuk tetap komitmen terhadap pekerjaannya.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian di atas, terdapat beberapa saran yang bisa dikemukakan

yaitu:

1. Bagi Subjek penelitian

diharapkan dapat mempertahankan komitmennya, yang pada saat penelitian ini berada

pada kategori Tinggi. Usaha tersebut diharapkan dapat mengarahkan Karyawan untuk

Page 42: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

42

memiliki persepsi yang baik terhadap pengembangan karir dan kualitas hubungan

atasan – bawahan.

2. Bagi pihak manajemen Industri Kerajinan Enceng Gondok di Kecamatan Muara Batu

diharapkan dapat meningkatkan program kerja yang berkaitan dengan pembinaan

ketrampilan pekerja dan penyediaan bahan baku, sehingga dapat mempertahankan

komitmen Karyawan yang pada saat penelitian berada pada kategori tinggi.

3. Bagi Pemerintah, Swasta dan masyarakat umum.

Diharapkan dapat memberi inisiatif program bagi peningkatan program kerja dan

penyediaan bahan baku bagi peningkatan produktifitas karyawan.

4. Bagi Penelitian Selanjutnya

a. Dapat meneliti hubungan variabel-variabel lain selain persepsi terhadap

pengembangan karir dan kualitas hubungan atasan – bawahan yang berpengaruh

terhadap komitmen seperti usia, masa kerja, karakteristik personal, peranan/jabatan,

karakteristik pekerjaan dan karakteristik struktural.

b. Menciptakan metode budidaya tanaman Enceng Gondok secara efektif dan efisien

pada lahan kosong.

c. Mempertimbangkan faktor pengembangan ketrampilan sebagai variabel moderator

yang memungkinkan turut memperkuat hubungan komitmen dengan persepsi

terhadap pengembangan karir.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S., 1998. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Baker, M.A. 1987. People Produktivity: An Experience in positive living. Tokyo: Asian

Produktivity Organization.

Groberg, D.H. 1987. Inner productivity: Tapping the inner source of productivity through

balancing vision, skill, and reinforcement. Tokyo: Asian Produktivity Organization.

Hadi, S dan Pamardiyanto, S. 1994. Manual Seri Program Statistik (SPS). Paket Midi.

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Hordes, M.W. 1987. White Collar productivity improvement. Tokyo: Asian Productivity

Organization

Krishnamurthy, V. 1987. Developing a work ethos for people productivity. Tokyo: Asian

Productivity Organization.

Lemme, B. H. 1995. Development in Adulthood. Boston:Allyn dan Bacon

Mathieu, J.E. and Zajac, D.M. 1990. A Review and Meta Analysis of the Antecedents,

Correlates, and Consequences of Organizational Commitment. Psychological

Bulletin. 108, 171 – 194

Pfeffer, J. 1996. Keunggulan Bersaing Melalui Manusia (Terjemahan). Jakarta: Binarupa

Aksara

Shaw, M.E. 1971. Group dynamics: The psychology of small group behavior. Boston: Allin

and Bacon

Steers, R.M. and Porter, L.W. 1983. Motivation and Work Behavior. USA:McGrawHill

Book Co.

Sugiyono. 1999. Statistika untuk penelitian. Cetakan ke-2. Bandun: CV-Alfabeta

Tosi, H.L., Rizzo, J.R., and Carroll, S.J. 1990. Managing Organizational Behavior. 2nd

edition. New York: Herper Collins Publishers.

Page 43: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

43

PENGARUH PENGENDALIAN INTERN DAN AUDIT MANAJEMEN

TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA

BUMN DI KOTA BANDA ACEH

Raida Fuadi

Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala

Abstract: This study aims to examine the effect of internal control and audit the management of

managerial performance in SOEs in the city of Banda Aceh. The population in this study is the

State-Owned Enterprises are legal entities and Perum Persero PT or residing in the city of Banda

Aceh's population of 31 companies. The withdrawal of a sample is performed using all elements of

the so-called population census. The respondent for each firm is the head of branch (top

management), managers and internal auditors as a source of information about internal control,

audit and performance management. Data used in this study are primary data that is data obtained

directly from respondents by means of field research (field research). obtained by circulating a

questionnaire questions comprised 44 items statement, consisting of 18 statements for internal

control, 18 a statement to the implementation of management audit and 8 statement to managerial

performance, in order to gather information from respondents in the SOEs in the city of Banda

Aceh. Data analysis method using statistical tools namely multiple linear regression analysis. The

results found that simultaneously shows that the internal control variable (x1), and implementation

of management audit (x2), jointly affect the managerial performance of the SOEs in the city of

Banda Aceh. While the partial variable having the greatest regression coefficient value (dominant),

is a management audit (x2) has a dominant influence on the managerial performance of SOEs, with

a coefficient value of 0593, this shows that the implementation of management audit, which is one

indicator that can improve managerial performance of SOEs in achieving the target company that

has been determined.

Keywords: internal control, audit the management, managerial performance

PENDAHULUAN

Dalam sistem perekonomian Indonesia, Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

memegang peranan yang sangat penting jika dilihat dari sejarah perkembangannya. Badan

Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan bagian dari perusahaan negara yang berbentuk

Perseroan Terbatas (PT). BUMN telah memberikan andil yang tidak kecil, baik dalam

menopang keuangan negara maupun dalam melayani peningkatan kesejahteraan rakyat

Indonesia. Masih dapat dibayangkan, bagaimana ketika sektor swasta belum mempunyai

kemampuan yang memadai untuk berperan di bidang produksi, distribusi, perdagangan,

perbankan, transportasi, teknologi dan sebagainya. BUMN merupakan andalan

perekonomian Indonesia disamping Badan Usaha Milik Swasta dan Koperasi.

Baik atau buruknya kinerja perusahaan di BUMN terkait dengan pelaksanaan

pengendalian intern didalam perusahaan. Dengan adanya persaingan, memaksa manajemen

untuk lebih profesional dalam menjalankan operasi perusahaan agar unggul dalam

Page 44: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

44

persaingan, dalam hal ini manajemen harus berjalan dalam fungsi manajemen yang telah

ditetapkan. Salah satunya adalah fungsi pengendalian. Dalam fungsi pengendalian ini

manajemen dapat memestikan bahwa tindakan yang dilaksanakan oleh karyawan

perusahaan benar-benar masih dalam tujuan yang telah ditetapkan.

Pengendalian terdiri dari pengendalian ekstern dan pengendalian intern.

Pengendalian ekstern merupakan pengendalian dari pihak luar organisasi yang

berkepentingan terhadap perusahaan, sedangkan pengendalian intern adalah pengendalian

yang terdiri dari kebijakan dan prosedur-prosedur untuk menyediakan jaminan yang

memadai bahwa tujuan-tujuan perusahaan dapat dicapai. Perusahaan telah memiliki sistem

pengendalian internal yang menjamin keandalan sistem akuntansi. Sistem pengendalian

internal diberlakukan untuk memberikan jaminan yang wajar dalam hubungannya menjaga

asset dari penyalahgunaan dan peralihan kepemilikan secara tidak sah, menjaga keabsahan

catatan akuntasi dan keandalan informasi keuangan yang dapat dipercaya yang digunakan

Perusahaan maupun yang dipublikasikan.

Dalam rangka meninjau keefektifan kinerja BUMN perlu ditinjau aspek

ekonomisasi, efisiensi, dan efektifitas operasi BUMN seharusnya semakin ekonomis,

semakin efisien dan semakin efektif suatu perusahaan dikelola maka akan semakin baik

pula kinerja perusahaan tersebut. Untuk melihat sejauh mana perusahan dikelola secara

ekonomis, efisisien, dan efektif diperlukan audit ekonomisasi, efesiensi,dan efektifitas

operasi manajerial perusahaan yang dikenal sebagai audit manajemen dimana hal tersebut

tidak bisa dipenuhi hanya dengan melakukan audit keuangan. Apabila dilakukan secara

baik dan benar, audit manajemen secara potensial menjadi alat evaluasi yang sangat

berguna. ( Pratolo 2007).

Berdasarkan pemikiran di atas penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh

pengendalian intern dan audit manajemen terhadap kinerja manajerial pada BUMN di kota

Banda Aceh.

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Penelitian ini difokuskan pada variabel pengendalian interen dan audit manajemen yang

dihubungkan dengan kinerja manajerial

Kinerja Manajerial

Menurut Tim Studi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (2000) kinerja

diartikan sebagai prestasi yang dicapai organisasi dalam suatu periode tertentu. Sedangkan

kinerja manajerial merupakan kinerja individu anggota organisasi dalam kegiatan-kegiatan

manajerial, (Mahoney, 1963) antara lain:

a. Perencanaan, dalam arti kemampuan untuk menentukan tujuan, kebijakan dan

tindakan/pelaksanaan, penjadwalan kerja, penganggaran, merancang prosedur, dan

pemrograman.

b. Investigasi, yaitu kemampuan mengumpulkan dan menyampaikan informasi untuk

catatan, laporan dan rekening, mengukur hasil, menentukan persediaan, dan analisis

pekerjaan.

c. Pengkoordinasian, yaitu kemampuan melakukan tukar menukar informasi dengan

orang lain di bagian organisasi yang lain untuk mengkaitkan dan menyesuaikan

program, memberitahu bagian lain, dan hubungan dengan manajer lain.

Page 45: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

45

d. Evaluasi yaitu kemampuan untuk menilai dan mengukur proposal, kinerja yang

diamati atau dilaporkan, penilaian pegawai, penilaian catatan hasil, penilaian

laporan keuangan, pemeriksaan produk.

e. Pengawasan (supervisi), yaitu kemampuan untuk mengarahkan, memimpin dan

mengembangkan bawahan, membimbing, melatih dan menjelaskan peraturan kerja

pada bawahan, memberikan tugas pekerjaan dan menangani bawahan.

f. Pengaturan staff, yaitu kemampuan untuk mempertahankan angkatan kerja di

bagian anda, merekrut, mewawancarai dan memilih pegawai baru, menempatkan,

mempromosikan dan memutasi pegawai.

g. Negosiasi, yaitu kemampuan dalam melakukan pembelian, penjualan atau

melakukan kontrak untuk barang dan jasa, menghubungi pemasok, dan tawar

menawar.

h. Perwakilan (representatif), yaitu kemampuan dalam menghadiri pertemuan-

pertemuan dengan perusahaan lain. Pertemuan perkumpulan bisnis, pidato untuk

acara-acara kemasyarakatan, pendekatan kemasyarakatan, mempromosikan tujuan

umum perusahaan.

Seorang yang memegang posisi manajerial diharapkan mampu menghasilkan suatu

kinerja manajerial. Kinerja dapat diartikan sebagai prestasi kerja yang dikaitkan dengan

usaha mencapai tujuan yang telah diselesaikan. Setiap organisasi akan mendorong tingkat

prestasi kerja manajerialnya secara maksimal untuk mencapai visi, misi dan tujuan bisnis

yang telah direncanakan. Kinerja manajerial dapat digambarkan sebagai fungsi proses dari

respon individu terhadap ukuran kinerja yang diharapkan organisasi yang mencakup desain

kerja, proses pemberdayaan dan pembimbingan serta sesuatu dari individu itu sendiri yang

mencakup keterampilan, kemampuan dan pengetahuan. Kinerja manajerial merupakan hasil

suatu proses perpaduan kapasitas individual dengan sikap individu terhadap aspek

pekerjaan dan organisasi.

Pengendalian Intern

Pengertian Pengendalian Intern Manajer bertanggung jawab untuk membentuk suatu lingkungan pengendalian pada

organisasi, hal ini merupakan bagian tanggung jawab mereka dalam penggunaan sumber

daya. Manajer pada organisasi harus memahami pentingnya menerapkan dan memelihara

pengendalian intern yang efektif yang merupakan tanggung jawabnya.

Pengendalian intern menurut COSO 1992 (Akmal, 2007:25-26). Adalah suatu

proses yang dipengaruhi oleh dewan komisaris, manajemen, dan personal satuan usaha

lainnya yang dirancang untuk mendapatkan keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan,

dalam hal-hal berikut ini:

1. Keandalan pelaporan keuangan

2. Kesesuaian dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku

3. Efektivitas dan efisiensi operasi

Definisi COSO tentang pengendalian intern memperjelas bahwa pengendalian

intern bukan hanya mempengaruhi laporan keuangan yang reliabel tetapi juga menunjukkan

Page 46: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

46

bahwa pengendalian seharusnya efektif untuk semua operasi. Pengendalian Intern

merupakan aktivitas yang berusaha untuk menjamin pencapaian tujuan dan sasaran

organisasi. Tujuan utama dari Pengendalian intern adalah tercapainya:

1. Reliabilitas dan integritas informasi.

2. Kepatuhan terhadap kebijakan, rencana, prosedur, hukum dan kebijakan.

3. Pengamanan asset.

4. Penggunaan sumber daya secara ekonomis dan efisien.

5. Pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan untuk operasi dan progarm.

Dari definisi di atas menjelaskan struktur pengendalian intern diterapkan untuk

mencapai tujuan tertentu dari suatu usaha. Di dalam struktur pengendalian intern ini

terdapat berbagai tujuan beserta kebijaksanaan dan produser yang diciptakan untuk

memberikan jaminan yang memadai agar tujuan organisasi dapat dicapai. Pada umumnya

kebijaksanaan dan prosedur tersebut adalah mengenai kemampuan suatu usaha untuk

mencatat, memproses, mengikhtisarkan dan melaporkan data keuangan, sehingga mampu

memberikan jaminan bahwa tujuan yang diinginkan dapat tercapai.

Audit Manajemen

Pengertian Audit manajeman Audit manajemen lahir di Inggris pada tahun 1932. Audit manajemen merupakan

perkembangan audit keuangan, audit operasional dan konsultansi manajemen. Audit

manajemen merupakan pemeriksaan untuk menilai apakah tujuan perusahaan telah

dilaksanakan sebagaimana mestinya. Agar audit manajemen berhasil dilakukan maka

dukungan dan akseptasi manajemen dan pemberian jasa kepada organisasi perlu

didapatkan. Audit manajemen harus memiliki status pelaporan dalam perusahaan yang

menjamin pertimbangan yang benar dari temuan rekomendasi pemeriksaan intern.

Sejauh ini audit manajemen masih jarang dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan

di Indonesia, jika dibandingkan dengan audit keuangan. Hal ini terjadi karena tidak ada

peraturan yang mengharuskan perusahaan menerapkan audit manajemen. Pemeriksaan

manajemen berkaitan dengan penilaian pencapaian tujuan organisasi oleh manajemen.

Secara tradisional pemeriksaan selalu berorientasi pada keuangan namun setelah bertahun-

tahun tekanannya berubah bahwa informasi yang dibutuhkan bukan hanya informasi

keuangan. Bagian dari fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan, pengawasan, pengambilan keputusan serta tindakan manajemen yang cukup

menentukan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, jadi titik utamanya adalah

menilai kemampuan manajer untuk melaksanakan fungsinya.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa karkteristik pemeriksaan

manajemen yaitu:

1. Memberikan informasi tentang efektifitas, efisiensi, dan ekonomisasi operasional

perusahaan kepada manajemen.

2. Penilaian efektifitas, efesiensi dan ekonomisasi didasarka pada standar-standar

tertentu.

3. Audit diarahkan kepada operasional sebagian atau seluruh struktur organisasi.

4. Audit ini dapat dilakukan oleh akuntan maupaun bukan akuntan.

5. Hasil audit manajemen berupa rekomendasi perbaikan kepada manajemen.

Page 47: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

47

Bayangkara (2008: 12-14) menyatakan manajemen audit merupakan pemeriksaan

atas: ekonomisasi (kehematan), efisiensi (daya guna), dan efektivitas (hasil guna)

merupakan tiga hal penting yang tidak dapat yang harus dicapai perusahaan dalam

meningkatkan kemampuan bersaingnya.

a. Ekonomisasi, merupakan ukuran input yang digunakan dalam berbagai program

yang dikelola. Artinya, jika perusahaan mampu memperoleh sumber daya yang

akan digunakan dalam operasi dengan pengorbanan yang paling kecil, ini berarti

perusahaan telah mampu memperoleh sumber daya tersebut dengan cara yang

ekonomis.

b. Efisiensi, berhubungan dengan metode kerja (operasi) dalam hubungan dengan

konsep input – proses – output. Efisiensi dalam rasio antar output dan input,

merupakan proses. Efisiensi berhubungan dengan bagaimana perusahaan melakukan

operasinya, sehingga dicapai optimalisasi penggunaan sumber daya yang dimiliki.

c. Efektivitas, dapat dipahami sebagai tingkat keberhasilan suatu perusahaan untuk

mencapai tujuannya. Merupakan ukuran dari output.

Model Penelitian

Adapun model penelitian untuk penelitian ini adalah:

Gambar 1: Model Penelitian

Pengendalian

Intern

Kinerja Manajerial

Audit Manajemen

Page 48: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

48

Penelitian Sebelumnya

Tabel 1: Penelitian Sebelumnya

Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

Pratolo (2007) Pengaruh audit manajemen,

komitmen organisasional

manajer, pengendalian intern

terhadap penerapan prinsip-

prinsip good corporate

governance dan kinerja badan

usaha milik negara di

Indonesia

Terdapat hubungan antara audit

manajemen, komitmen manajer pada

organisasi, dan pengendalian intern

menunjukan bahwa ketiga variabel

tersebut saling mendukung dalam rangka

pengaruhnya terhadap variabel penerapan

prinsip-prinsip good corporate

governance dan kinerja perusahaan.

Prasetyono dan Nurul

(2007)

Analisis kinerja rumah sakit

daerah dengan pendekatan

balanced scorecard

berdasarkan komitmen

organisasi, pengendalian

intern dan penerapan prinsip-

prinsip good corporate

governance (GCG)

menunjukkan hubungan yang signifikan

antara variabel komitmen organisasi dan

pengendalian intern terhadap good

corporate governance. Dan secara parsial

variabel komitmen organisasi,

pengendalian intern dan good corporate

governance berpengaruh positif terhadap

kinerja Rumah Sakit Daerah.

Monarsyah (2003) Pengaruh stuktur pengendalian

intern terhadap kinerja BUMN

di kota Banda Aceh.

stuktur pengendalian intern berpengaruh

secara signifikan terhadap kinerja.

Sumber: Olahan Penulis (2009)

Hipotesis

Hipotesis yang akan diuji pada penelitian ini adalah:

H1: Pengendalian intern dan audit manajemen berpengaruh secara simultan terhadap

kinerja perusahaan pada BUMN di Kota Banda Aceh.

H2: Pengendalian intern dan audit manajemen berpengaruh secara parsial terhadap kinerja

perusahaan pada BUMN di Kota Banda Aceh.

METODE PENELITIAN

Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berbadan

hukum PT atau Persero dan Perum yang berada di Kota Banda Aceh yang berjumlah 31

perusahaan. Adapun Penarikan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan seluruh elemen populasi yang disebut dengan sensus. sebaiknya peneliti

mempertimbangkan untuk menginvestasikan seluruh elemen populasi jika elemen- elemen

populasi relatif sedikit. Adapun responden untuk setiap perusahaan adalah kepala cabang

(pimpinan perusahaan), manajer dan auditor internal sebagai sumber informasi tentang

pengendalian intern, audit manajemen dan kinerja menajerial. Daftar nama perusahaan

BUMN sebagai populasi dapat dilihat pada lampiran.

Page 49: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

49

Data dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang

diperoleh langsung dari responden dengan cara penelitian lapangan (field research). Data

primer diperoleh dengan cara mengedarkan angket pertanyaan (kuesioner) yang disusun

dengan kisi-kisi penulisan instumen yang telah disiapkan terlebih dahulu. Yaitu

menggunakan daftar pernyataan terstruktur yang terdiri atas 44 item pernyataan, terbagi

atas 18 pernyataan untuk pengendalian intern, 18 pernyataan untuk pelaksanaan audit

manajemen dan 8 pernyataan untuk kinerja manajerial, dengan tujuan untuk

mengumpulkan informasi dari responden pada BUMN di kota Banda Aceh. Sumber data

dalam penelitian ini adalah skor masing-masing indikator variabel yang diperoleh dari

pengisian kuesioner oleh responden tersebut. Pengumpulan data dilakukan dengan metode

survey. Pengedaran kuesioner dilakukan dengan cara mengentarkan langsung kepada

responden dan memberikan waktu pengisian. Kuesioner akan dikumpulkan kembali secara

langsung oleh peneliti. Cara ini ditempuh dengan pertimbangan untuk menghindari

kehilangan data tidak kembali.

Defenisi dan Operasional Variabel

Pertanyaan atau pernyataan dalam kuesioner untuk masing-masing variabel dalam

penelitian ini diukur dengan menggunakan skala Likert yaitu suatu skala yang digunakan

untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang

fenomena sosial. Jawaban dari responden bersifat kualitatif dikuantitatifkan, dimana

jawaban diberi skor dengan menggunakan 5 (lima) point jawaban atas pernyataan-

pernyataan, dengan skala Likert.

Page 50: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

50

Tabel 3: Difinisi dan Operasional Variabel

Variabel Definisi Indikator Skala

Pengukuran

1. Kinerja

Manajerial

(Y)

Merupakan hasil kerja yang

dapat dicapai oleh

seseorang atau sekelompok

orang dalam organisasi,

sesuai dengan wewenang

dan tanggung jawab

masing-masing, dalam

rangka mencapai tujuan

organisasi.

Perencanaan,

Investigasi,

Pengkoordinasian,

Evaluasi,

Pengawasan,

Pengaturan staff,

Negosiasi,

Perwakilan.

Interval

2. Pengendalian

Intern

(x1)

Proses yang dipengaruhi

oleh dewan direksi,

manajer, serta personil lini

dalam suatu entitas, yang

dirancang untuk

memberikan jaminan yang

layak berkaitan dengan

pencapaian berbagai tujuan

perusahaan.

Lingkungan

pengendalian,

Penilaian risiko,

Aktivitas

pengendalian,

Informasi dan

komunikasi,

Pemantauan.

Interval

3. Audit

Manajemen

(x2)

Audit Manajemen yaitu

mencakup penelitian dan

evaluasi atas semua fungsi

dari manajer, untuk

memastikan bahwa

pelaksanaan operasi

perusahaan telah

dijalankan dengan cara

yang efektiv dan efisien.

Ekonomisasi,

Efisiensi,

Efektivitas.

Interval

Sumber: Olahan Penulis (2009)

Pengujian Validitas dan Reabilitas

Sebelum analisa data, dilakukan pengujian instrument penelitian dengan

menggunakan uji validitas dan reliabilitas. Pengujian ini dimaksudkan memastikan bahwa

instrument tersebut telah digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur dan

keandalan kuesioner (Indriantoro, 1999 : 182).

Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan uji pearson product moment

coefficient of correlation. Instrumen akan dinyatakan valid jika memiliki tingkat signifikan

dibawah 5%. Sedangkan pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan metode

Gronbanch Alpha yang dapat menafsirkan korelasi antara skala yang dibuat dengan skala

Page 51: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

51

variabel yang ada. Pengukuran reliabilitas ini dianggap handal berdasarkan koefisien alpha

diatas 0,50 (Indriantoro dan Supomo,1999).

Metode Analisis Data

Data yang telah terkumpulkan kemudian dianalisis dengan menggunakan alat

statistik yaitu analisis regresi linear berganda (multiple regression analysis). Adapun

bentuk matematisnya adalah sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + β2X2 + e

Keterangan:

Y = Kinerja manajerial

α = Konstanta

β1- β2 = Koefisien regresi

X1 = Pengendalian intern

X2 = Audit manajemen

e = Error term

Analisis data dengan regresi linier berganda yang bertujuan untuk menguji dan

menganalisis, baik secara simultan maupum parsial pengaruh pengendalian intern dan audit

manajemen terhadap kinerja perusahaan pada BUMN di kota Banda Aceh. Data diolah

dengan program Statistik Package For Social Science (SPSS), dengan model regresi linier

berganda yang dituliskan diatas.

Pengujian Hipotesis

Setelah dilakukan pengukuran variabel dalam penelitian ini. Dilanjutkan melakukan

pengujian untuk setiap hipotesisnya, untuk menentukan menerima atau menolak hipotesis

yang diajukan. Dilakukan dengan 2 cara yaitu : uji secara simultan/bersama-sama dan uji

secara parsial. Kesimpulan langsung diambil dari nilai koefisien regresi masing-masing

variabel independen. Untuk menguji pengaruh variabel independen secara bersama-sama

terhadap variabel dependen, dilakukan dengan langkah-langkah berikut:

1. Menentukan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (HA) sebagai berikut :

H10 : β1 =β2= 0; Pengendalian intern dan audit manajemen secara bersama-sama

tidak mempengaruhi kinerja manajerial.

H1A : paling sedikit ada satu βi (i = 1,dan 2) ≠ 0 ; Pengendalian intern dan audit

manajemen secara bersama-sama mempengaruhi kinerja manajerial.

2. Menentukan kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis.

Jika β1 =β2 = 0 ; H0 tidak ditolak.

Artinya variabel independen secara bersama-sama tidak mempengaruhi variabel

dependen. Jika paling sedikit ada satu βi (i = 1, dan 2) ≠ 0 ; H0 ditolak atau

mempengaruhi. Untuk menguji pengaruh variabel independen secara parsial

terhadap variabel dependen dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menentukan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (HA).

Hipotesis kedua (H2)

H20 : β1 = 0 ; Pengendalian intern tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial.

H2A : β1 ≠ 0 ; Pengendalian intern berpengaruh terhadap kinerja manajerial.

Hipotesis ketiga (H3)

H30 : β2 = 0 ; Audit manajemen tidak berpengaruh terhadap kinerja manajerial.

Page 52: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

52

H3A : β2 ≠ 0 ; Audit manajemen berpengaruh terhadap kinerja manajerial.

b. Menentukan kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis.

Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis adalah sebagai berikut :

Jika β1 =β2 = 0 : H0 tidak ditolak.

Artinya variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen

Jika β1 =β2 ≠ 0 : H0 ditolak.

Artinya variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.

Selanjutnya untuk analisis data dari seluruh bentuk pengujian dalam penelitian ini

diselesaikan dengan menggunakan fasilitas paket program komputer “Statistical Package

for Social science (SPSS) vers. 15.0”.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Pengendalian Intern dan Audit Manajemen Terhadap Kinerja Manajerial

Secara Simultan

Hubungan antar sistem di dalam organisasi dalam hal ini pengendalian intern dan

audit manajemen. Audit manajemen tanpa disertai pengendalian intern yang efektif

memungkinkan audit manajemen tersebut tidak optimal, sebaliknya pengendalian intern

yang bertujuan untuk menjaga reliabilitas dan integritas informasi, kepatuhan terhadap

kebijakan, rencana, prosedur, hukum dan kebijakan, pengamanan asset, penggunaan

sumber daya secara ekonomis dan efisien, pencapaian tujuan dan sasaran yang telah

ditetapkan untuk operasi dan program yang tidak disertai dengan pelaksanaan audit

manajemen maka pengendalian intern tersebut tidak akan efektif (Pratolo, 2007). Dengan

adanya pengendalian intern dan audit manajemen yang baik maka pengelolaan suatu

perusahan akan semakin baik pula hal ini yang disebut dengan meningkatnya kinerja

manajerial pada perusahaan. Dalam penelitian ini akan dilihat variabel-variabel yang

mempengaruhi kinerja manajerial pada BUMN di kota Banda Aceh. Variabel-variabel

tersebut meliputi pengendalian intern dan audit manajemen. Berdasarkan hasil pengujian

hipotesis menunjukkan bahwa semua koefisien korelasi dari variabel yang mempengaruhi

kinerja manajerial tidak sama dengan nol. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan

bahwa hipotesis yang diajukan dapat diterima. Hal ini berarti secara simultan pengendalian

intern dan audit manajemen memiliki pengaruh terhadap kinerja manajerial.

Hasil penelitian ini konsisten dan sejalan dengan hasil penelitian Suryo Pratolo

(2007), Prasetyo dan Nurul (2007), Monarsyah (2003) dan Hiro Tugiman (2000), yang

dilakukan pada BUMN di seluruh Indonesia, yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh

signifikan variabel audit manajemen dan pengendalian intern terhadap kinerja perusahaan

dengan pengaruh baik langsung ataupun tidak langsung.

Page 53: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

53

Tabel 6: Pengaruh Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat

Nama Variabel ß Standar

Error t Sig

Konstanta 1.113 0.695 1.601 0.116

Struktur pengendalian intern (x1) 0.310 0.143 2.163 0.035

Pelaksanaan audit manajemen (x2) 0.593 0.133 4.462 0.000

Koefisien Korelasi ( R )

Koefisien Determinasi ( R 2 )

Adjusted ( R 2 )

0.626

0.392

0.366

a Predictors: (Constant), Audit

Manajemen, Pengendalian

Intern

b Dependent Variable: Kinerja

Manajerial

Sumber: Data Sekunder (diolah), 2009

Pengaruh Pengendalian Intern dan Audit Manajemen Terhadap Kinerja Manajerial

Secara Parsial

Pengaruh Pengendalian Intern Terhadap Kinerja Manajerial Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, hasil output menunjukkan nilai koefisien

regresi dari pengendalian intern yaitu sebesar 0,310 (β≠0), maka dapat disimpulkan bahwa

pengendalian intern berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial.

Hasil penelitian ini sejalan dan konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Suryo

Pratolo (2007), Prasetyo dan Nurul (2007), Monarsyah (2003),dan Hiro Tugiman (2000).

yang menunjukkan bahwa pengendalian intern berpengeruh terhadap kinerja manajerial.

Hal ini berarti kinerja manajerial pada BUMN akan meningkat dan optimal jika perusahaan

dapat menerapkan pengendalian intern dengan baik. Pengendalian intern yang lemah akan

berpengaruh kuat terhadap penerapan prinsip-prinsip good corporate governance dan

kinerja (Pratolo, 2007).

Pengaruh Audit Manajemen Terhadap Kinerja Manajerial Hasil penelitian menunjukkan audit manajemen berpengruh secara positif dan

signifikan terhadap kinerja manajerial. Hal ini dapat dilihat dari hasil output yang

menunjukkan nilai koefisien regresi dari audit manajemen yaitu sebesar 0,593 (β≠0). Hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suryo Pratolo (2007) yaitu

audit manajemen berpengaruh secara langsung terhadap kinerja. Temuan ini menunjukkan

bahwa dalam rangka peningkatan kinerja pada BUMN maka audit manajemen perlu

ditingkatkan. Artinya untuk memaksimalkan kinerja BUMN, maksimalisasi audit

manajemen juga diperlukan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap permasalahan yang dirumuskan

dalam hipotesis penelitian dengan menggunakan uji regresi linier berganda, maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Page 54: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

54

a. Dari hasil penelitian ini, maka dapat diformulasikan persamaan regresi linier berganda

berikut ini:

Y = 1.113 + 0,310x1 + 0.593x2 + e

b. Berdasarkan hasil pengujian secara simultan diperoleh bahwa variabel Pengendalian

intern (x1), dan Pelaksanaan audit manajemen (x2), secara bersama-sama berpengaruh

terhadap kinerja manajerial pada BUMN di kota Banda Aceh.

c. Sementara secara parsial variabel yang mempunyai nilai koefisien regresi paling besar

(dominan), adalah pelaksanaan audit manajemen (x2) mempunyai pengaruh dominan

terhadap kinerja manajerial BUMN, dengan nilai koefisien sebesar 0.593, hal ini

menunjukkan bahwa pelaksanaan audit manajemen yang merupakan salah satu

indikator yang dapat meningkatkan kinerja manajerial BUMN dalam mencapai target

perusahaan yang telah ditentukan.

d. Secara parsial variabel pengendalian intern (x1) berpengaruh terhadap kinerja

manajerial (Y),

e. Dalam penelitian ini juga disebutkan bahwa nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,626

yang menunjukkan bahwa derajat hubungan (korelasi) antara variabel dependen (Y)

dengan variabel independen (x1 dan x2) sebesar 62,6%. Artinya kinerja manajerial

BUMN mempunyai hubungan erat dengan pengendalian intern (x1), pelaksanaan audit

manajemen, sedangkan koefisien determinasi (R²) sebesar 0,392. Artinya sebesar 39,2%

perubahan-perubahan dalam variabel dependen kinerja manajerial (Y) dapat dijelaskan

oleh perubahan-perubahan dalam variabel-variabel independennya pengendalian intern

(x1), pelaksanaan audit manajemen (x2) dari para pimpinan perusahaan, manajer,

danauditor internal pada BUMN di kota Banda Aceh. Sedangkan selebihnya yaitu

sebesar 60,8% dijelaskan oleh faktor-faktor variabel lain diluar daripada penelitian ini.

Keterbatasan

Penelitian ini mempunyai beberapa kelemahan yang membatasi kesempurnaanya.

Oleh sebab itu, keterbatasan ini perlu diperhatikan dalam penelitian selanjutnya. Adapun

keterbatasan tersebut adalah sebagai berikut :

a. Sampel penelitian ini masih terbatas pada responden tertentu, khususnya hanya pada

pimpinan perusahaan, manajer, dan auditor internal pada BUMN di kota Banda Aceh

dan yang menjadi sampel hanya sebanyak 49 orang responden pada BUMN di kota

Banda Aceh, sehingga memungkinkan adanya perbedaan hasil penelitian dan

kesimpulan apabila penelitian dilakukan menambah atau mengganti pada objek dan

daerah penelitian yang berbeda.

b. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah kuesioner. Kurangnya sikap

kepedulian dan keseriusan dalam menjawab semua pertanyaan-pertanyaan yang ada,

masalah subjektivitas dari responden dapat mengakibatkan hasil penelitian ini rentan

terhadap biasnya jawaban responden. Keadaan seperti ini merupakan hal yang tidak

dapat dikendalikan karena berada diluar kemampuan peneliti.

Page 55: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

55

Saran-saran Berdasarkan keterbatasan penelitian yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti

memberikan beberapa saran untuk penelitian selanjutnya sebagai berikut :

a. Variabel yang mempengaruhi kinerja manajerial pada penelitian ini terbatas pada faktor

pengendalian intern dan pelaksanaan audit manajemen saja. Penelitian selanjutnya

disarankan untuk menambah variabel-variabel yang berpengaruh terhadap kinerja

manajerial, seperti faktor internal dan faktor eksternal dari luar perusahaan.

b. Pengukuran kinerja pada penelitian ini terbatas pada metode evaluasi diri sendiri

sehingga kemungkinan responden yang baru bekerja pada BUMN di kota Banda Aceh,

masih belum bisa mengukur kinerjanya sendiri, sehingga diharapkan kepada peneliti

selanjutnya untuk menggabungkan metode antara evaluasi bawahan terhadap atasan dan

evaluasi atasan terhadap bawahannya, agar penelitian yang dilakukan bisa

digeneralisasikan dalam upaya memberikan dukungan empiris terhadap teori yang

diajukan.

c. Untuk penelitian selanjutnya diharapakan kepada calon peneliti untuk memasukkan

variabel-variabel lain yang memiliki pengaruh terhadap kinerja manajerial dalam

mendukung peningkatan kinerja dalam mengelola BUMN di kota Banda Aceh.

DAFTAR PUSTAKA

Akmal, (2007). Pemeriksaan Intern (internal Audit). Indeks

Arens, Alvin A, (2003). Auditing dan Pelayanan Verifikasi. Jakarta: Indeks

Bayangkara, IBK, (2008). Audit Manajemen Prosedur dan Implementasi. Jakarta: Selemba

Empat

Garisson / Norren, Budisantoso, A. Totok, (2000). Akuntansi Manajerial. Jakarta: Salemba

Empat.

Ghozali, imam, (2001). Aplikasi Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: UNDIP.

Ismaya, Sujana, (2005). Kamus Akuntansi. Bandung: Pustaka Grafika.

Kamal, Maulana (2001) Hubungan Diantara Gaya Evaluasi Kinerja Anggaran, Tekanan

Kerja dan Kinerja Manajerial. Jurnal Manajemen & Bisnis Vol.3, No. 1

Laksamana, Arsono, (2002). Pengaruh Teknologi Informasi, Saling Ketergantungan,

Karakteristik Sistem Akuntansi Manajemen Terhadap Kinerja Manajerial.

Surabaya.

Muljono, Teguh Pudjo, (1999). Aplikasi Manajemen Audit dalam Industri

Perbankan.Yogyakarta: BPFE

Mulyadi, (2002). Auditing. Jakarta: Salemba Empat.

Monarsyah, (2003). Pengaruh Struktur Pengendalian Intern terhadap kinerja BUMN Di

Kota Banda Aceh.

Prasetyono, dan Kompyurini Nurul, (2007). analisis kinerja rumah sakit daerah dengan

pendekatan balanced scorecard berdasarkan komitmen organisasi, pengendalian

intern dan penerapan prinsip-prinsip good corporate governance (GCG). Makasar:

Simponsium Nasional Akuntansi X.

Pratolo, Suryo, (2007). Pengaruh Audit Manajemen, Komitmen Organisasional Manajer,

Pengendalian Intern Terhadap Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate

Page 56: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

56

Governance dan Kinerja Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia.

Surabaya: Pascasarjana UPNV Jatim.

Samryn, L.M, (2001). Akuntansi Manajerial. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sekaran, Uma, (2006). Research Methods For Business (metodologi Penelitian Untuk

Bisnis). edisisi 4, Jakarta: Penerbit salemba empat.

Siagian, P. Sondang, (2001). Audit Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.

Suharli, Michell, (2006). Audit Finansial, Audit Manajemen dan Sistem Pengendalian

Intern. Jakarta: Universitas Katolik Indonesia.

Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2005). Edisi ketiga. Departemen Pendidikan

Nasional: Balai Pustaka.

Tim Studi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, (2000). Pengukuran Kinerja. Jakarta:

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

Tjirosidojo, Soemarjono, (1980). Bunga Rampai Menuju Pemeriksaan Pengelolaan

(Manejement Auditing). Jakarta: PT. Ichtisar Baru.

Tunggal, Amin Widjaja (2000) Pemeriksaan Intern. Jakarta: Rineka Cipta.

Page 57: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

57

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUTUSAN PASIEN

MELAKUKAN PEMERIKSAAN KESEHATAN PADA LABORATORIUM BADAN

PELAYANAN KESEHATAN RSU DR.ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

Teuku Edyansyah

Abstract: One of the strategies done by the management of Health Laboratory in

maintaining or increasing the number of consumer is by giving qualified service. By having

the best qualified service, it is expected that Health Laboratory will be able to meet the

consumer’s expectation on the services given by Health Laboratory, able to win the

competition, and able to gain maximal profit. The problems of this study are: (1) how are

the influences of service quality of health laboratory which consist of tangible, reliability,

responsibility, assurance and empathy on the patient decision to have health examination

at Health Service Body Laboratory RSU Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh; (2) how the

relation of health examination service system given to the patient at Health Service Body

Laboratory RSU Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh with the standard of health examination

decided by Health Department of Republic of Indonesia. The research analyse results

shows that R-Square = 0.683, it means that the variable of patient decision is able to be

explained by service quality as 68.3%, while the rest as 31.7% is explained by other free

variables which are not included in the research model. The result of all tests is service

quality which consists of tangible, reliability, responsibility, assurance and empathy

influence most significantly on the patient decision to have health examination at Health

Service Body Laboratory RSU Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh, and the variable of empathy

is partially positive but it does not influence, while the variables of tangible, reliability,

responsibility and assurance influence significantly on the patient decision to have health

examination at Health Service Body Laboratory RSU Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. The

variable which influence most dominantly on the patient decision to have health

examination at Health Service Body Laboratory RSU Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh is the

variable of assurance. The service system of health examination at Health Service Body

Laboratory RSU Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh relates to the standard of health

examination which is decided by Health Department of Republic of Indonesia.

Key words : Service, Patient Decision, Health Laboratory

____________________________________________________________________

Teuku Edyansyah, Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh

Page 58: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

58

PENDAHULUAN

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta naiknya tingkat pendapatan,

telah membuka cakrawala pemikiran dan kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup

sehat. Dewasa ini, kesehatan dipandang sebagai salah satu indikator penting dari tingkat

kesejahteraan dan kualitas hidup seseorang.

Dalam hal pemilihan sarana kesehatan, baik berupa klinik, rumah sakit, dokter,

paramedis, maupun laboratorium kesehatan, seorang pasien akan senantiasa memperhatikan

kualitas. Sebahagian besar pasien bertindak selektif untuk menghindari resiko yang

mungkin timbul akibat dari pelayanan yang seadanya. Terutama dalam hal pemilihan

laboratorium kesehatan, resiko yang mungkin timbul akibat kesalahan hasil pemeriksaan

akan sangat fatal karena dapat menyebabkan kesalahan diagnosis oleh dokter, yang

akhirnya akan mengakibatkan kesalahan terapi.

Laboratorium kesehatan dinyatakan baik apabila telah memiliki peralatan yang

lengkap, modern dan cocok dengan jenis pemeriksaan, sehingga hasil menjadi akurat.

Disamping itu juga memiliki tenaga-tenaga profesional, serta pelayanan yang

menyenangkan. Salah satu strategi yang dilakukan oleh pengelola laboratorium kesehatan

dalam mempertahankan atau meningkatkan jumlah pasiennya adalah dengan memberikan

pelayanan yang berkualitas (service quality). Dengan kualitas pelayanan yang optimal,

diharapkan laboratorium kesehatan akan mampu memenuhi harapan dari pasien terhadap

jasa yang dihasilkan laboratorium kesehatan, mampu memenangkan persaingan, dan

mampu memperoleh keuntungan yang maksimal.

Laboratorium Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr.Zainoel Abidin

(BPK RSUZA) Banda Aceh merupakan salah satu laboratorium kesehatan yang terlengkap

dan terbesar di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Laboratorium kesehatan ini sempat

rusak dan hancur pada tanggal 26 Desember 2004 akibat gempa dan gelombang Tsunami.

Laboratorium Kesehatan BPK RSUZA Banda Aceh kembali aktif berfungsi pada awal

Pebruari 2005, setelah mendapat bantuan baik dari dalam maupun dari luar negeri, sehingga

pada tanggal 31 Maret 2005 tercatat 22 donatur dan 48 NGO yang telah membantu BPK

RSUZA Banda Aceh. Hingga saat ini, laboratorium kesehatan (Patologi Klinik) BPK

RSUZA Banda Aceh melayani pasien untuk lima jenis pemeriksaan, yaitu Urinalisa,

Hematologi, Serologi, Kimia Klinik, dan Mikrobiologi. Laboratorium kesehatan ini juga

didukung fasilitas tambahan lainnya seperti tempat parkir yang luas, taman yang asri,

mesjid, kantin, dan minimarket.

Jumlah kunjungan pasien ke Laboratorium Kesehatan (Patologi Klinik) BPK

RSUZA Banda Aceh pada tahun 2007 berjumlah 18.491 orang, dengan rata-rata perbulan

mencapai 1.541 orang. Pihak manajemen BPK RSUZA Banda Aceh berharap, pasien yang

datang untuk memeriksakan kesehatannya ke laboratorium ini tidak hanya bagi mereka

yang sakit atau terganggu kesehatannya, melainkan juga bagi mereka yang sehat untuk

diketahui perkembangan kesehatannya. Oleh karena itu kualitas pelayanan pada

laboratorium kesehatan tersebut perlu ditingkatkan lagi.

Disini peneliti melihat adanya fenomena yang menarik dari Laboratorium

Kesehatan BPK RSUZA Banda Aceh, dimana sejumlah pasien mengeluhkan kurangnya

empati pegawai saat melakukan pemeriksaan kesehatan di laboratorium tersebut. Jika hal

ini terus berlanjut, maka dapat dipastikan pasien yang datang untuk memeriksakan

Page 59: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

59

kesehatannya ke laboratorium ini akan menurun jumlahnya. Hal ini berlawanan dengan

harapan pihak manajemen BPK RSUZA Banda Aceh.

Berdasarkan fenomena yang ada, penulis membuat rumusan masalah sebagai

berikut: (1) Bagaimana pengaruh kualitas pelayanan laboratorium kesehatan yang terdiri

dari ; bukti fisik, keandalan, daya tanggap, jaminan dan empati terhadap keputusan pasien

melakukan pemeriksaan kesehatan pada Laboratorium BPK RSUZA Banda Aceh?. (2)

Bagaimana hubungan antara sistem pelayanan pemeriksaan kesehatan yang diberikan

kepada pasien pada Laboratorium BPK RSUZA Banda Aceh dengan standar pemeriksaan

kesehatan yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia?.

TINJAUAN PUSTAKA

Armstrong dan Kotler (1996), menyatakan bahwa: “Service is any activity or benefit

that one party can offer to another that is essentialy intangible and does not result in the

ownership of anything”. Sedangkan Payne (2000), menyatakan bahwa ; “Jasa adalah suatu

kegiatan yang memiliki beberapa unsur ketakberwujudan yang berhubungan dengannya,

melibatkan beberapa interaksi dengan konsumen atau dengan properti dalam

kepemilikannya, dan tidak menghasilkan transfer kepemilikan”.

Stanton dalam Hurriyati (2005), menyatakan bahwa ; “Jasa merupakan sesuatu yang

tidak berwujud, yang dapat memberikan kepuasan kepada konsumen karena dapat

memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka. Untuk memproduksi jasa dapat digunakan

bantuan produk fisik, namun dapat juga tidak. Selain itu pada umumnya dikonsumsi

bersamaan pada saat diproduksi, dan jasa tidak mengakibatkan terjadinya pemindahan

kepemilikan secara fisik”.

France et al. (1992), dalam “Journal of Health Care Marketing” menyatakan bahwa

: “There are severall differences between health care and other consumer services :

1. Health care is probably the must intangible of all services.

2. Mismatch between customer expectations and actual delivery may be greater for the

health care product.

3. Demand for a health care product is less predictable.

4. Distinguishing the decision maker from the customer may be more convoluted for

the health care product.

5. More often than not, the patient does not directly exchange money for the health

care product”.

Menurut Kotler (2003), “Jasa memiliki empat ciri utama yang sangat mempengaruhi

rancangan program pemasaran, yaitu sebagai berikut :

a. Tidak berwujud (intangible)

Hal ini menyebabkan konsumen tidak dapat melihat, mencium, meraba, mendengar

dan merasakan hasilnya sebelum mereka membelinya. Untuk mengurangi

ketidakpastian, konsumen akan mencari informasi tentang jasa tersebut, seperti

lokasi perusahaan, para penyedia dan penyalur jasa, peralatan dan alat komunikasi

yang digunakan serta harga produk jasa tersebut. Beberapa hal yang dapat dilakukan

perusahaan untuk meningkatkan kepercayaan calon konsumen yaitu sebagai berikut:

1) meningkatkan visualisasi jasa yang tidak berwujud menjadi berwujud, 2)

Page 60: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

60

menekankan pada manfaat yang diperoleh, 3) menciptakan suatu nama merek

(brand name) bagi jasa, atau 4) memakai nama orang terkenal untuk meningkatkan

kepercayaan konsumen.

b. Tidak terpisahkan (inseparability)

Jasa tidak dapat dipisahkan dari sumbernya, yaitu perusahaan jasa yang

menghasilkannya. Jasa diproduksi dan dikonsumsi pada saat bersamaan. Jika

konsumen membeli suatu jasa maka ia akan berhadapan langsung dengan sumber

atau penyedia jasa tersebut, sehingga penjualan jasa lebih diutamakan untuk

penjualan langsung dengan skala operasi terbatas. Untuk mengatasi masalah ini,

perusahaan dapat menggunakan strategi-strategi, seperti bekerja dalam kelompok

yang lebih besar, bekerja lebih cepat serta melatih pemberi jasa supaya mereka

mampu membina kepercayaan konsumen.

c. Bervariasi (variability)

Jasa yang diberikan seringkali berubah-ubah tergantung dari siapa yang

menyajikannya, kapan dan dimana penyajian jasa tersebut dilakukan. Ini

mengakibatkan sulitnya menjaga kualitas jasa berdasarkan suatu standar.

d. Mudah musnah (perishability)

Jasa tidak dapat disimpan atau mudah musnah sehingga tidak dapat dijual pada

masa yang akan datang, keadaan mudah musnah ini bukanlah suatu masalah jika

permintaannya stabil, karena mudah untuk melakukan persiapan pelayanan

sebelumnya. Jika permintaan berfluktuasi, maka perusahaan akan menghadapi

persoalan yang sulit dalam melakukan persiapan pelayanannya. Untuk itu perlu

dilakukan perencanaan produk, penetapan harga, serta program promosi yang tepat

untuk mengatasi ketidaksesuaian antara permintaan dan penawaran jasa”.

Griffin dalam Lupiyoadi (2001), menyatakan bahwa ; “Jasa memiliki karakteristik

sebagai berikut :

1. Intangibility. Jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar atau dicium sebelum

jasa itu dibeli. Nilai penting dari hal ini adalah nilai tidak berwujud yang dialami

konsumen dalam bentuk kenikmatan, kepuasan atau rasa aman.

2. Unstorability. Jasa tidak mengenal persediaan atau penyimpanan dari produk yang

telah dihasilkan. Karakteristik ini disebut juga tidak dapat dipisahkan

(inseparability) mengingat pada umumnya jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara

bersamaan.

3. Customization. Jasa juga seringkali didisain khusus untuk kebutuhan pelanggan

sebagaimana pada jasa asuransi dan kesehatan”.

Albrecht dan Zemke dalam Ratminto (2007) menyatakan bahwa ; “Terdapat empat

elemen dasar dalam memproduksi jasa (strategi, sistem, manusia, dan pelanggan)”.

1. Strategi. Strategi merupakan pandangan filosofi yang berguna untuk menuntun

segala aspek pelayanan jasa. Strategi harus menemukan kebutuhan serta keinginan

pelanggan, sistem harus mengikuti strategi secara logis, manusia (karyawan/

pegawai) harus mengikuti sistem dan menjalankan strateginya.

Page 61: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

61

2. Sistem. Sistem merupakan prosedur fisik yang digunakan. Sistem (prosedur dan

peralatan/fisik) yang dirancang harus sesuai dengan keinginan pelanggan

(konsumen).

3. Manusia. Manusia dimaksudkan adalah karyawan/pegawai yang memproduksi jasa

(produsen), manusia harus mengikuti sistem dan strategi yang dijalankan dalam

organisasi manajemen.

4. Pelanggan. Pelanggan merupakan konsumen yang menikmati kemasan bermacam-

macam jasa yang diberikan oleh produsen, strategi, sistem dan manusia/karyawan

yang harus berfokus kepada pelanggan (customer focus).

Kotler (1993), menyatakan bahwa faktor-faktor utama yang menjadi penentu mutu

jasa adalah sebagai berikut ;

1. Akses. Jasa harus mudah dijangkau dalam lokasi yang mudah dicapai pada saat

yang tidak merepotkan dan cepat.

2. Komunikasi. Jasa harus diuraikan dengan jelas dalam bahasa yang mudah

dimengerti oleh konsumen.

3. Kompetensi. Karyawan yang memiliki keterampilan dan pengetahuan yang

dibutuhkan.

4. Kesopanan. Karyawan harus bersikap ramah, penuh hormat dan penuh perhatian.

5. Kredibilitas. Perusahaan dan karyawan harus bisa dipercayai dan memahami

keinginan utama yang diharapkan konsumen.

6. Realibilitas. Jasa harus dapat dilaksanakan dengan konsisten dan cepat.

Menurut Simamora (2001) “Pelayanan adalah setiap kegiatan atau manfaat yang

ditawarkan suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak

mengakibatkan kepemilikan apapun”. Moenir (2004) “Pelayanan adalah proses pemenuhan

kebutuhan melalui aktivitas orang lain”. Sedangkan menurut Ivencevich et al.(dalam

Ratminto dan Winarsih, 2005) “Pelayanan adalah produk-produk yang tidak kasat mata

(tidak dapat diraba) yang melibatkan usaha-usaha manusia dan menggunakan peralatan”.

Menurut Hornby (2000) ”Service is a system that provides something that the public needs,

organized by the government or a private company”. Yang artinya Pelayanan adalah suatu

sistem yang memenuhi sesuatu kebutuhan publik, diorganisasikan baik oleh pemerintah

maupun perusahaan swasta. Moenir (1992) menyebutkan mengenai komponen-komponen

yang dapat mendukung suatu pelayanan agar lebih berhasil, yaitu ;

1. Kesadaran para pejabat serta petugas yang berkecimpung dalam pelayanan.

2. Aturan yang menjadi landasan kerja pelayanan.

3. Organisasi yang merupakan alat serta kerja pelayanan.

4. Pendapatan yang memenuhi kebutuhan hidup.

5. Keterampilan petugas.

6. Sarana dalam pelaksanaan tugas.

Ada beberapa jenis pelayanan yang ditawarkan oleh suatu perusahaan pada pasar,

pelayanan ini dapat merupakan bagian terkecil atau bagian utama dari keseluruhan

penawaran tersebut. Penawaran biasa saja berupa barang pada satu sisi dan layanan murni

pada sisi lain.

Page 62: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

62

Penawaran dari suatu perusahaan dapat diklasifikasikan, menurut Simamora (2001)

yaitu ;

a. Produk berwujud murni, penawaran semata-mata hanya terdiri dari produk fisik

misalnya sabun mand, pasta gigi, atau sabun cuci tanpa pelayanan lainnya yang

menyertai produk tesebut

b. Produk berwujud disertai dengan layanan pendukung, pada kategori ini penawaran

terdiri dari suatu produk fisik disertai dengan satu atau beberapa layanan untuk

meningkatkan daya tarik pada konsumennya. Disini layanan didefinisikan sebagai

kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk pelanggan yang telah membeli

produknya. Misalnya seperti seseorang yang baru membeli sepeda motor Honda,

maka konsumen tersebut akan diberi pelayanan(service) sepeda motor gratis untuk

beberapa bulan

c. Hybrid, penawaran yang terdiri dari barang dan layanan dengan proporsi yang sama

d. Pelayanan utama yang disertai barang dan layanan tambahan, penawaran terdiri dari

suatu layanan pokok bersama-sama dengan layanan tambahan(pelengkap) dan

barang-barang pendukung lainnya

e. Pelayanan Murni, penawaran seluruhnya berupa layanan, seperti konsultsi psikologi

Fitz-Simmons dalam Soetjipto (1997), menyatakan bahwa ; “Service quality

didefinisikan sebagai seberapa jauh perbedaan antara kenyataan dan harapan para

pelanggan atas layanan yang mereka terima/peroleh”. Goetsh dan Davis dalam Yamit

(2002), mendefinisikan bahwa ; “Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang

berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau

melebihi harapan”. Pendekatan definisi di atas menegaskan bahwa kualitas bukan hanya

menekankan pada aspek hasil akhir (produk dan jasa) tapi juga menyangkut kualitas

manusia, kualitas proses dan kualitas lingkungan. Menilai kualitas jasa dapat dilihat dari

faktor output jasa (spesifikasi) dan cara pemberian jasa (pelayanannya). Setiap perusahaan

memerlukan pelayanan yang unggul yakni suatu sikap atau cara karyawan dalam melayani

pelanggan secara memuaskan. Bagi perusahaan yang bergerak di bidang jasa, memuaskan

kebutuhan pelanggan berarti perusahaan harus memberikan pelayanan berkualitas (service

quality) kepada pelanggan.

Menurut Kotler (1993), “Terdapat dua pendekatan pelayanan yang berkualitas yang

populer digunakan di kalangan bisnis. Pendekatan pertama dikemukakan oleh Albrecht dan

Zemke yang mendasarkan pada dua konsep pelayanan berkualitas yaitu:

a. Segitiga layanan (service triangle)

Merupakan model interaktif manajemen pelayanan yang menghubungkan antara

perusahaan dengan pelanggan.

Model tiga jenis pemasaran jasa, yang terdiri dari tiga elemen dengan pelanggan

sebagai titik fokus, elemen tersebut adalah :

1. Strategi pelayanan (service strategy)

Strategi pelayanan adalah strategi untuk memberikan pelayanan kepada pelanggan

dengan kualitas sebaik mungkin sesuai standar yang telah ditetapkan perusahaan.

Standar pelayanan ditetapkan sesuai keinginan dan harapan pelanggan sehingga

tidak terjadi kesenjangan antara pelayanan yang diberikan dengan harapan

pelanggan. Strategi pelayanan harus pula dirumuskan dan diimplementasikan

Page 63: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

63

seefektif mungkin sehingga mampu membuat pelayanan yang diberikan kepada

pelanggan tampil beda dengan pesaingnya. Untuk merumuskan dan

mengimplementasikan strategi pelayanan yang efektif, perusahaan harus fokus

pada kepuasan pelanggan sehingga perusahaan mampu membuat pelanggan

melakukan pembelian ulang bahkan mampu meraih pelanggan baru.

2. Sumber daya manusia yang memberikan pelayanan (service people)

Orang yang berinteraksi secara langsung maupun yang tidak berinteraksi langsung

dengan pelanggan harus memberikan pelayanan kepada pelanggan secara tulus

(emphaty), responsif, ramah, fokus dan menyadari bahwa kepuasan pelanggan

adalah segalanya. Untuk itu perusahaan harus pula memperhatikan kebutuhan

pelanggan internalnya (karyawan) dengan cara menciptakan lingkungan kerja yang

kondusif, rasa aman dalam bekerja, penghasilan yang wajar, manusiawi, sistem

penelitian kinerja yang mampu menumbuhkan motivasi. Tidak ada gunanya

perusahaan membuat strategi pelayanan dan menerapkannya secara baik untuk

memuaskan pelanggan eksternalnya, sementara pada saa yang sama perusahaan

gagal memberikan kepuasan kepada pelanggan internalnya, demikian pula

sebaliknya.

3. Sistem pelayanan (service system)

Sistem pelayanan adalah prosedur pelayanan kepada pelanggan yang melibatkan

seluruh fasilitas fisik termasuk sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan.

Sistem pelayanan harus dibuat secara sederhana, tidak berbelit dan sesuai standar

yang telah ditetapkan perusahaan. Untuk itu perusahaan harus mampu mendisain

ulang sistem pelayanannya jika pelayanan yang diberikan tidak memuaskan

pelanggan. Desain ulang sistem pelayanan tidak berarti harus merubah total sistem

pelayanan tapi dapat dilakukan hanya bagian tertentu yang menjadi titik kritis

penentu kualitas pelayanan. Misalnya dengan memperpendek prosedur pelayanan

atau karyawan diminta melakukan pekerjaan secara general sehingga pelanggan

dapat dilayani secara cepat dengan menciptakan one stop service.

b. Pelayanan Mutu Terpadu (Total Quality Service)

Merupakan kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan berkualitas

kepada orang yang berkepentingan dengan pelayanan (stakeholders).

Pendekatan kedua adalah Conceptual Model of Service Quality yang

dikembangkan oleh Parasuraman et al. yang berupaya mengenali kesenjangan

(gaps) pelayanan yang terjadi dan mencari jalan keluar untuk mengurangi atau

bahkan menghilangkan kesenjangan pelayanan tersebut. Secara umum,

kesenjangan pelayanan dapat dibedakan ke dalam dua kelompok yaitu :

1. Kesenjangan yang muncul dari dalam perusahaan (company gaps)

Kesenjangan ini dapat menghambat kemampuan perusahaan untuk

memberikan pelayanan berkualitas. Kesenjangan yang muncul dari dalam

perusahaan dapat dibedakan ke dalam empat jenis kesenjangan yaitu :

a) Kesenjangan 1: tidak mengetahui harapan konsumen akan pelayanan.

b) Kesenjangan 2: tidak memiliki disain dan standar pelayanan yang tepat.

c) Kesenjangan 3: tidak memberikan pelayanan berdasar standar

pelayanan.

d) Kesenjangan 4: tidak memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan.

Page 64: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

64

2. Kesenjangan yang muncul dari luar perusahaan. Disebut kesenjangan 5,

terjadi karena ada perbedaan antara persepsi konsumen dengan harapan

konsumen terhadap pelayanan”.

Menurut Lupiyoadi (2001), “Salah satu pendekatan kualitas pelayanan yang

banyak dijadikan acuan dalam riset adalah model SERVQUAL (service quality) yang

dikembangkan oleh Parasuraman et al. SERVQUAL dibangun atas adanya

perbandingan dua faktor utama yaitu persepsi pelanggan atas layanan yang nyata

mereka terima (perceived service) dengan layanan yang sesungguhnya

diharapkan/diinginkan (expected service). Jika kenyataan lebih dari yang diharapkan,

maka layanan dikatakan bermutu sedangkan jika kenyataan kurang dari yang

diharapkan maka layanan dikatakan tidak bermutu. Dan apabila kenyataan sama

dengan harapan maka layanan disebut memuaskan. Dengan demikian, service quality

dapat didefinisikan sebagai seberapa jauh perbedaan antara kenyataan dengan

harapan pelanggan atas layanan yang mereka terima/peroleh”.

Agar pelayanan memiliki kualitas dan memberikan kepuasan kepada pelanggan

mereka, maka perusahaan harus memperhatikan berbagai dimensi yang dapat menciptakan

dan meningkatkan kualitas pelayanannya.

Menurut Parasuraman et al. dalam Lupiyoadi (2001), “Terdapat lima dimensi

SERVQUAL, yaitu :

1. Tangibles, atau bukti fisik yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan

eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan

prasarana fisik perusahaan dan keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata

dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa, meliputi fasilitas fisik (gedung,

gudang, dan lain sebagainya), perlengkapan dan peralatan yang dipergunakan

(teknologi) serta penampilan pegawainya.

2. Reliability, atau keandalan yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan

pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai

dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama

untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang simpatik, dan dengan akurasi

yang tinggi.

3. Responsiveness, atau ketanggapan yaitu suatu kemauan untuk membantu dan

memberikan pelayanan yang cepat (responsif) dan tepat kepada pelanggan dengan

penyampaian informasi yang jelas. Membiarkan konsumen menunggu tanpa adanya

alasan yang jelas menyebabkan persepsi yang negatif dalam kualitas pelayanan.

4. Assurance, atau jaminan dan kepastian yaitu pengetahuan, kesopansantunan, dan

kemampuan para pegawai perusahaan untuk menimbulkan rasa percaya para

pelanggan kepada perusahaan. Terdiri dari beberapa komponen antara lain

komunikasi (communication), kredibilitas (credibility), keamanan (security),

kompetensi (competence), dan sopan santun (courtesy).

5. Empathy, yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau

pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami

keinginan konsumen. Dimana suatu perusahaan diharapkan memiliki pengertian dan

pengetahuan tentang pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan secara spesifik,

serta memiliki waktu pengoperasian yang nyaman bagi pelanggan”.

Page 65: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

65

Perusahaan harus menyadari bahwa suatu sistem layanan pelanggan tidak ada yang

sempurna, oleh karena itu perusahaan harus tetap bekerja untuk mengevaluasi setiap sistem

yang diterapkannya. Tujuan perusahaan harus diarahkan untuk tetap menemukan

pelanggan. Dalam hal ini, perusahaan perlu menyadari bahwa pelanggan saat ini lebih

terdidik dari pada sebelumnya. Mereka lebih berhati-hati dalam setiap pembelian yang

mereka lakukan dan uang yang mereka keluarkan. Pelanggan menginginkan nilai yang

sebanding dengan uang yang dikeluarkannya. Pelanggan juga menginginkan layanan yang

baik dan bersedia membayarnya. Ratminto (2007) menyatakan bahwa ; “Sistem merupakan

prosedur fisik yang digunakan. Sistem (prosedur dan peralatan/fisik) yang dirancang harus

sesuai dengan keinginan pelanggan (konsumen)”.

Selanjutnya Albrecht dan Zemke dalam Yamit (2002), menyatakan bahwa; “Sistem

pelayanan (service system) adalah : prosedur pelayanan kepada pelanggan yang melibatkan

seluruh fasilitas fisik termasuk sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan. Sistem

pelayanan harus dibuat secara sederhana, tidak berbelit dan sesuai standar yang telah

ditetapkan perusahaan. Untuk itu perusahaan harus mampu mendisain ulang sistem

pelayanannya jika pelayanan yang diberikan tidak memuaskan pelanggan. Disain ulang

sistem pelayanan tidak berarti harus merubah total sistem pelayanan tapi dapat dilakukan

hanya bagian tertentu yang menjadi titik kritis penentu kualitas pelayanan. Misalnya

dengan memperpendek prosedur pelayanan atau karyawan diminta melakukan pekerjaan

secara general sehingga pelanggan dapat dilayani secara cepat dengan menciptakan one

stop service”.

Dalam rangka mempertahankan pelanggan, Mowen dan Minor (2002), memberikan

tujuh langkah menuju sistem layanan pelanggan yang sukses, yaitu :

1. Komitmen manajemen total.

2. Kenalilah pelanggan anda.

3. Kembangkan standar kinerja layanan yang berkualitas.

4. Pekerjakan, latih dan berilah penghargaan kepada staf yang baik.

5. Berilah penghargaan atas penyelesaian layanan.

6. Tetaplah dekat ke pelanggan anda.

7. Bekerjalah menuju perbaikan yang berkesinambungan.

Program layanan pelanggan tidak bisa sukses tanpa ada komitmen dari manajemen

puncak perusahaan. Sampai tingkat managing director, kepala eksekutif bahkan pemilik

perusahaan sendiri harus mengembangkan konsep yang jelas dan visi layanan yang terarah

bagi perusahaan. Kemudian menejemen harus mengkomunikasikan visinya kepada seluruh

karyawan, sehingga karyawan dapat mengerti dan dapat melaksanakannya. Perusahaan

tidak hanya perlu mengenali pelanggannya tetapi juga harus memahami pelanggan secara

menyeluruh. Perusahaan perlu mengetahui apa yang disukai pelanggan, apa yang tidak

disukai, perubahan apa yang diinginkan, bagaimana mereka menginginkan perusahaan

tersebut, kebutuhan apa yang mereka perlukan, dan apa harapan-harapan mereka. Layanan

pelanggan bukanlah konsep yang tidak dapat dilihat. Setiap usaha memiliki kegiatan usaha

yang khas serta dapat dikembangkan. Sebagai contoh, berapa kali telepon berdering

sebelum seseorang mengangkatnya, berapa pemrosesan suatu pesanan, dan lain-lain. Jika

Page 66: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

66

standar ditetapkan untuk kegiatan usaha yang teratur, maka karyawan juga akan

menunjukkan kinerja yang superior.

Layanan kebaikan pelanggan dan program mempertahankan keefektifan pelanggan,

dapat dilakukan hanya oleh orang yang berkompeten dan mampu. Layanan perusahaan

haruslah seprofesional orang yang memberikannya. Jika perusahaan ingin tampak baik

dimata orang, maka harus memperkerjakan orang yang baik pula. Selanjutnya karyawan

tersebut harus dilatih agar memberikan hasil terbaik dalam layanan dan program

mempertahankan pelanggan. Perusahaan sebaiknya memberikan penghargaan kepada setiap

karyawan, karena karyawanlah yang berhadapan langsung dengan pelanggan. Perusahaan

seharusnya menyediakan penghargaan materi maupun psikologis secara intensif bagi

stafnya. Kemudian perusahaan juga sebaiknya memberikan penghargaan kepada pelanggan

yang berperilaku baik. Memberi perhatian kepada pelanggan akan menjadikan mereka

bertahan dan akan memberi rujukan kepada orang lain.

Tetaplah berhubungan dengan pelanggan, dan sebaiknya dilakukan riset yang

berkesinambungan untuk mempelajari mereka. Hubungan perusahaan dengan pelanggan

dimulai setelah transaksi selesai. Dalam hal ini perusahaan harus menjalankan program

mempertahankan pelanggan dan pelanggan akan mengetahui sejauh mana perusahaan

memperhatikan mereka. Perusahaan harus memahami bahwa sistem layanan pelanggan

tidak ada yang sempurna, oleh karena itu perusahaan harus selalu mengevaluasi setiap

sistem yang diterapkannya. Perusahaan perlu menyadari bahwa pelanggan saat ini lebih

terdidik daripada yang sebelumnya. Mereka umumnya lebih berhati-hati dalam setiap

pembelian yang mereka lakukan dan uang yang mereka keluarkan.

Schiffman dan Kanuk (2000), menyatakan bahwa ; “The term consumer behavior

can be defined as the behavior that consumers display in searching for purchasing, using,

evaluating, and disposing of products, services and ideas which they expect will satisfy

their needs”. The American Marketing Association dalam Peter dan Olson (2002),

mendefinisikan perilaku konsumen sebagai berikut : “Consumer behavior as the dynamic

interaction of affect and cognition, behavior and the environment by which human being

conduct the exchange aspects of their lives”.

Menurut Zaltman dan Wallendorf dalam Mangkunegara (2002), “Perilaku

konsumen adalah tindakan-tindakan, proses dan hubungan sosial yang dilakukan individu,

kelompok dan organisasi dalam mendapatkan, menggunakan, suatu produk, jasa dan

sumber lainnya sebagai suatu akibat dari pengalamannya dengan produk, jasa dan sumber-

sumber lainnya tersebut”. Menurut Engel et al. dalam Sumarwan (2003), “Perilaku

konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan

menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti

tindakan ini”. Menurut Mowen et al. dalam Hurriyati (2005), “Perilaku konsumen adalah

studi tentang unit pembelian (buying units) dan proses pertukaran (exchange process) yang

melibatkan perolehan, konsumsi dan pembuangan barang dan jasa, pengalaman serta ide-

ide”.

Definisi ini mengandung dua konsep penting. Pertama, proses pertukaran (exchange

process) dimana segala sumber daya ditransfer diantara kedua belah pihak antar konsumen

dengan perusahaan yang melibatkan serangkaian langkah-langkah dimulai dari tahap

perolehan atau akuisisi, lalu ke tahap konsumsi dan berakhir dengan tahap disposisi produk

atau jasa. Kedua, unit pembelian (buying units), hal ini dikarenakan pembelian dilakukan

Page 67: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

67

oleh kelompok ataupun individu, dimana keputusan pembelian dilakukan oleh individu atau

sekelompok orang.

Menurut Armstrong dan Kotler (2003), “Consumer purchases are influenced

strongly by cultural, social, personal and psychological characteristics :

1. Cultural factors exert a broad and deep influence on consumer behavior. The

marketer needs to understand the role played by the buyer’s culture, subculture and

social class.

2. Social factors. A consumer’s behavior also is influenced by social factors, such as

the consumer’s small groups, family and social roles and status.

3. Personal factors. A buyer’s decisions also are influenced by personal

characteristics such as the buyer’s age and life-cycle stage, occupation, economic

situation, lifestyle and personality and self-concept.

4. Psychological factors. A person’s buying choices are further influenced by four

major psychological factors : motivation, perception, learning and beliefs and

attitudes.

Kanuk dalam Hurriyati (2005), menyatakan bahwa ; “Ada dua faktor yang

mempengaruhi perilaku konsumen dalam proses pengambilan keputusan dalam pembelian

atau penggunaan suatu produk barang atau jasa, yaitu :

1. Faktor internal, mencakup karakteristik individu, yang terdiri dari sumber daya

konsumen, motivasi, keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian, nilai dan gaya

hidup.

2. Faktor eksternal, mencakup dua aspek yaitu aspek kinerja bauran pemasaran dan

aspek lingkungan sosial budaya. Melalui input kedua aspek eksternal tersebut,

individu secara komprehensif internal memproses input bersamaan dengan

pengalaman kebutuhan dan keinginan psikologis yang dimilikinya. Setelah semua

aspek dikaji, maka individu tersebut akan mengambil keputusan. Apabila cocok

dengan jasa tersebut, maka ia akan cenderung mengulang pembelian produk jasa

tersebut di masa yang akan datang”.

Menurut Hawkins et al. dan Engel et al. dalam Tjiptono (2002), “Proses

pengambilan keputusan dibagi dalam tiga jenis, yaitu :

1. Pengambilan keputusan yang luas (extended decision making)

Proses pengambilan keputusan yang luas merupakan jenis pengambilan keputusan

yang paling lengkap, bermula dari pengenalan masalah konsumen yang dapat

dipecahkan melalui pembelian beberapa produk. Untuk keperluan ini, konsumen

mencari informasi tentang produk atau merek tertentu dan mengevaluasi seberapa

baik masing-masing alternatif tersebut dapat memecahkan masalahnya. Evaluasi

produk atau merek akan mengarah kepada keputusan pembelian. Selanjutnya

konsumen akan mengevaluasi hasil dari keputusannya. Proses pengambilan

keputusan yang luas terjadi untuk kepentingan khusus bagi konsumen atau untuk

pengambilan keputusan yang membutuhkan tingkat keterlibatan tinggi, misalnya

pembelian produk-produk yang mahal, mengandung nilai prestise, dan

dipergunakan untuk waktu yang lama, bisa pula untuk kasus pembelian produk yang

dilakukan pertama kali.

2. Pengambilan keputusan yang terbatas (limited decision making)

Page 68: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

68

Proses pengambilan keputusan terbatas terjadi apabila konsumen mengenal

masalahnya, kemudian mengevaluasi beberapa alternatif produk atau merek

berdasarkan pengetahuan yang dimiliki tanpa berusaha (atau hanya melakukan

sedikit usaha) mencari informasi baru tentang produk atau merek tersebut. Ini

biasanya berlaku untuk pembelian produk-produk yang kurang penting atau

pembelian yang bersifat rutin. Dimungkinkan pula bahwa proses pengambilan

keputusan terbatas ini terjadi pada kebutuhan yang sifatnya emosional atau juga

pada environmental needs, misalnya seorang memutuskan untuk membeli suatu

merek atau produk baru dikarenakan ‘bosan’ dengan merek yang sudah ada, atau

karena ingin mencoba/merasakan sesuatu yang baru. Keputusan yang demikian

hanya mengevaluasi aspek sifat/corak baru (novelty or newness) dari alternatif-

alternatif yang tersedia.

3. Pengambilan keputusan yang bersifat kebiasaan (habitual decision making)

Proses pengambilan keputusan yang bersifat kebiasaan merupakan proses yang

paling sederhana, yaitu konsumen mengenal masalahnya kemudian langsung

mengambil keputusan untuk membeli merek favorit/ kegemarannya (tanpa evaluasi

alternatif). Evaluasi hanya terjadi bila merek yang dipilih tersebut ternyata tidak

sebagus/sesuai dengan yang diharapkan.

Menurut Armstrong dan Kotler (2003), “The buyer decision process consists of five

stages : need recognition, information search, evaluation of alternatives, purchase decision

and postpurchase behavior”.

Menurut Setiadi (2003), “Pengambilan keputusan konsumen adalah proses

pemecahan masalah yang diarahkan pada sasaran”. Pemecahan masalah konsumen

sebenarnya adalah suatu aliran tindakan timbal balik yang berkesinambungan di antara

faktor lingkungan, proses kognitif dan afektif, serta tindakan perilaku. Periset dapat

membagi aliran ini ke dalam beberapa tahap dan subproses yang berbeda untuk

menyederhanakan masalah (problem solving). Model generik pemecahan masalah

konsumen terdiri atas lima tahap atau proses dasar, yaitu : pemahaman adanya masalah,

pencarian alternatif informasi, evaluasi alternatif, pembelian, penggunaan pasca pembelian

dan evaluasi ulang alternatif yang dipilih.

“Laboratorium kesehatan adalah sarana kesehatan yang melaksanakan pengukuran,

penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahan yang bukan

berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan

dan faktor yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan perorangan dan masyarakat”

(Depkes RI, 2004). Untuk mengoptimalkan fungsi pelayanan laboratorium, ada beberapa

hal penting yang perlu diperhatikan, diantaranya : koordinasi dengan program-program

kesehatan ; standardisasi peralatan, bahan-bahan kimia, dan regensia ; kebijakan pembelian

dan pemasokan ; pemeliharaan dan perbaikan peralatan ; kepercayaan terhadap peralatan

dan regensia produksi sendiri ; perencanaan personil, produksi dan manajemen ; standar

teknis laboratorium ; pedoman laboratorium ; supervisi dan dukungan ; sistem rujukan ;

laporan dan informasi ; fasilitas komunikasi dan transportasi ; serta program jaminan

kualitas (Sharma, et al., 1994).

Page 69: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

69

Secara lebih terperinci hal-hal tersebut di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Koordinasi dengan program-program kesehatan

Pelayanan laboratorium dapat memberikan kontribusi yang cukup besar dalam usaha

pemeliharaan kesehatan dan mengurangi penyebaran penyakit, dengan cara selalu

melakukan koordinasi dan kerjasama dengan program-program kesehatan yang

dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini di bawah koordinasi departemen kesehatan,

serta badan-badan lainnya.

2. Standardisasi peralatan, bahan kimia dan regensia

Kualitas hasil pemeriksaan sangat ditentukan oleh peralatan, bahan-bahan kimia, dan

regensia yang digunakan. Oleh karena itu setiap peralatan yang digunakan harus telah

lulus uji kelayakan oleh badan-badan yang berwenang. Selain itu, semua bahan-bahan

kimia, regensia, media, biological, dan alat diagnosis harus selalu dievaluasi dan

distandarkan pemakaiannya oleh laboratorium pusat.

3. Kebijakan pembelian dan pemasokan

Untuk menjaga tersedianya peralatan dan berbagai kebutuhan diagnosis lainnya, perlu

diusahakan sistem pembelian dan pemasokan yang baik, yang menyangkut pemilihan

pemasok yang bonafit ; pengawasan persediaan ; sistem komunikasi ; dan fasilitas

transportasi.

4. Pemeliharaan dan perbaikan peralatan

Umumnya laboratorium yang berada di negara-negara berkembang termasuk Indonesia

cenderung mengabaikan aspek pemeliharaan dan perbaikan peralatan. Untuk itu perlu

adanya instruksi terhadap manajemen laboratorium untuk melakukan pemeliharaan dan

perbaikan peralatan, menjaga tersedianya suku cadang, dan melatih teknisi dengan

baik.

5. Percaya terhadap peralatan dan regensia produksi sendiri

Peralatan-peralatan diagnosis laboratorium umumnya diproduksi oleh perusahaan-

perusahaan besar, tetapi harga dan biaya pemeliharaannya cukup mahal karena

produksi umumnya diperuntukkan bagi negara-negara industri. Sementara negara-

negara berkembang memerlukan peralatan dengan biaya yang lebih murah, karena itu

diperlukan tersedianya peralatan yang diproduksi dari sumber-sumber lokal dengan

biaya yang cukup murah.

6. Perencanaan sumber daya manusia, produksi dan manajemen

Kualitas personil sangat menentukan efektivitas dan efisiensi pelayanan laboratorium.

Karena itu manajemen perlu merencanakan rekrutmen serta pelatihan ahli dan teknisi

laboratorium dengan sebaik-baiknya.

7. Standar teknis laboratorium

Untuk menghindari akan adanya resiko kesalahan serta kebingungan pada saat

penyediaan peralatan-peralatan dan bahan-bahan kimia baru diperlukan adanya suatu

metode teknis yang standar.

8. Pedoman laboratorium

Dalam upaya menjaga keseragaman dengan laboratorium-laboratorium lain maka

WHO Manual of Basic Techniques for a Health Laboratory dapat dijadikan pedoman

dasar operasional laboratorium. Pedoman ini diantaranya meliputi ; program-program

kesehatan laboratorium, pemeliharaan peralatan, jaminan kualitas, biosafety, serta

pengumpulan dan pengemasan specimen.

Page 70: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

70

9. Pengawasan dan dukungan

Pengawasan dari level atas kepada level bawah sangat penting untuk menjaga

efektivitas dan efisiensi fungsi laboratorium. Supervisor mengontrol aktivitas level

bawah laboratorium, dan level atas memberi dukungan baik ekonomi maupun

manajemen.

10. Sistem penyerahan

Sistem penyerahan sampel dari level bawah ke level atas pada laboratorium, akan

menentukan ketepatan waktu mendapatkan hasil test. Oleh karena itu instruksi yang

jelas, dukungan bahan yang memadai, serta manajemen yang fleksibel sangat

dibutuhkan untuk mempermudah pengiriman specimen.

11. Informasi dan pelaporan

Informasi dan laporan dari level bawah dan menengah menjadi dasar bagi pusat

laboratorium dalam aktivitas diagnosis. Disamping itu berbagai informasi tersebut juga

diperlukan untuk menyusun program-program pencegahan wabah penyakit,

pengawasan kualitas, serta kontrol persediaan dan peralatan.

12. Fasilitas transportasi dan telekomunikasi

Sistem transportasi yang efisien dan komunikasi yang baik sangat dibutuhkan untuk

mendukung penyediaan logistik, sistem penyerahan sampel, serta pengiriman laporan

dan informasi kepada manajemen.

13. Program jaminan kualitas

Jaminan kualitas dalam laboratorium sangat penting untuk menyediakan hasil

diagnosis yang terpercaya, tepat waktu dan akurat dalam rangka mendukung

perlindungan pasien secara optimal, pencegahan wabah penyakit, dan keperluan riset.

Peningkatan mutu pelayanan laboratorium kesehatan dilaksanakan melalui berbagai

upaya, antara lain peningkatan kemampuan manajemen dan kemampuan teknis tenaga

laboratorium kesehatan, peningkatan teknologi laboratorium, peningkatan rujukan, dan

peningkatan kegiatan pemantapan mutu. Pemantapan mutu laboratorium kesehatan adalah

semua kegiatan yang ditujukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan

laboratorium, dilaksanakan melalui berbagai kegiatan, antara lain pemilihan metode yang

tepat, pengambilan spesimen yang benar, pelaksanaan pemeriksaan laboratorium oleh

tenaga yang memiliki kompetensi dan pelaksaan kegiatan pemantapan mutu internal serta

pemantapan mutu eksternal. Pemantapan mutu eksternal adalah kegiatan pemantapan mutu

yang diselenggarakan secara periodik oleh pihak oleh pihak diluar laboratorium yang

bersangkutan untuk menilai secara retrospektif adanya kesamaan hasil pada berbagai

laboratorium dan mendeteksi adanya penyimpangan. Pemantapan mutu internal adalah

kegiatan pencegahan dan pengawasan yang dilaksanakan oleh masing –masing

laboratorium secara terus menerus agar diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat dan teliti.

Berbagai tindakan pencegahan perlu dilaksanakan sejak tahap pra analitik, tahap

analitik sampai dengan tahap pasca analitik. Tahap pra analitik yaitu tahap mulai

mempersiapkan pasien, menerima spesimen, memberi identitas spesimen, mengambil

spesimen, mengirimkan spesimen, menyimpan spesimen sampai dengan menguji kualitas

air/reagen/antigen-antisera/media. Tahap analitik yaitu tahap mulai dari mengolah

spesimen, mengkalibrasi perlatan laboratorium, sampai dengan menguji ketelitian-

Page 71: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

71

ketepatan.Tahap pasca analitik yaitu tahap mulai dari mencatat hasil pemeriksanan,

interpretasi hasil sampai dengan pelaporan”.(Depkes RI, 1997).

Menurut Donebean (1996) menyatakan bahwa “Standar laboratorium kesehatan

adalah menaikkan ketepatan kualitatif atau kuantitatif yang spesifik dari komponen

struktural dalam sistem pelayanan kesehatan yang didasarkan pada proses atau hasil suatu

harapan”. Selanjutnya, Mahendrata (1995) mendefinisikan bahwa ; “Standar adalah suatu

patokan pencapaian berbasis pada tingkat”.

Manfaat Standar Kesehatan (Depkes RI, 2004) :

1. Standar kesehatan menetapkan norma dan memberi kesempatan anggota

masyarakat dan perorangan mengetahui bagaimanakah tingkat pelayanan kesehatan

yang diharapkan/diinginkan. Karena standar tersebut tertulis sehingga dapat

dipublikasikan/diketahui secara luas.

2. Standar kesehatan menunjukkan ketersediaan yang berkualitas dan berlaku sebagai

tolok ukur untuk memonitor kualitas kinerja.

3. Standar kesehatan berfokus pada inti dan tugas penting yang harus ditunjukkan

pada situasi aktual dan sesuai dengan kondisi lokal.

4. Standar kesehatan meningkatkan efisiensi dan mengarahkan pada pemanfaatan

sumber daya dengan lebih baik.

5. Standar kesehatan meningkatkan pemanfaatan staf dan motivasi staf.

6. Standar kesehatan dapat digunakan untuk menilai aspek praktis baik pada keadaan

dasar maupun post-basic pelatihan dan pendidikan.

Standar pemeriksaan pada laboratorium kesehatan (Depkes RI, 2004) adalah :

1. Tahap Pra Analitik

a. Formulir permintaan pemeriksaan

Identitas pasien, identitas pengirim (dokter dan laboratorium pengirim), No.

laboratorium, tanggal pemeriksaan, permintaan pemeriksaan harus sudah lengkap

dan jelas.

b. Persiapan Pasien

Persiapan pasien sesuai persyaratan.

c. Pengambilan dan penerimaan spesimen

Spesimen dikumpulkan secara benar, dengan memperhatikan jenis spesimen.

2. Tahap Analitik

a. Pemeriksaan

Alat/instrumen berfungsi dengan baik.

3. Tahap Pasca Analitik

a. Pembacaaan Hasil

Penghitungan, pengukuran, identifikasi dan penilaian sudah benar.

b. Pelaporan Hasil

Kecenderungan hasil pemeriksaan laboratorium dengan diagnosis dokter sesuai.

Page 72: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

72

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kesehatan (Patologi Klinik) BPK

RSUZA Banda Aceh, yang beralamat di Jalan Tgk. Daud Beuereueh No.108 Banda

Aceh.Penelitian ini berlangsung pada bulan Agustus 2008 sampai dengan bulan Januari

2009.

Pendekatan dalam penelitian ini adalah studi kasus dilakukan di Laboratorium

Kesehatan (Patologi Klinik) BPK RSUZA Banda Aceh, didukung dengan survey pada

pasien Laboratorium Kesehatan (Patologi Klinik) BPK RSUZA Banda Aceh. Menurut

Umar (2000) “Studi kasus merupakan penelitian yang rinci mengenai suatu objek tertentu

selama kurun waktu tertentu dengan cukup mendalam dan menyeluruh termasuk

lingkungan dan kondisi masa lalunya”. Kerlinger (1995) mengemukakan “bahwa,

penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil,

tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut,

sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi dan hubungan-hubungan antar

variabel sosiologis maupun psikologis”.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, yaitu penelitian yang akan menguji

pengaruh kualitas pelayanan yang terdiri dari ; bukti fisik, keandalan, daya tanggap,

jaminan, dan empati terhadap keputusan pasien, serta hubungan antara sistem pelayanan

dengan standar pemeriksaan kesehatan yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan

Republik Indonesia pada Laboratorium BPK RSUZA Banda Aceh, kemudian

menganalisisnya melalui rumus-rumus statistik. Menurut Sugiyono (2003) “Metode

penelitian deskriptif kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang didasarkan

pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi dan sampel tertentu,

pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat

kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan ”.

Sifat penelitian adalah menguraikan atau menjelaskan (descriptive explanatory

research). Menurut Sugiyono (2003) “Penelitian deskriptif eksplanatory, yaitu penelitian

yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan

antara satu variabel dengan variabel yang lain”.

Populasi dari penelitian ini adalah pasien Laboratorium Kesehatan BPK RSUZA

Banda Aceh yang terdata pada Bagian Administrasi dan Pelayanan Laboratorium

Kesehatan BPK RSUZA Banda Aceh, yang pada tahun 2007 yang lalu berjumlah 18.491

orang. Umar (2003) menyatakan bahwa, “untuk menentukan minimal sampel yang

dibutuhkan jika ukuran populasi diketahui, dapat digunakan rumus Slovin”. Adapun rumus

Slovin adalah sebagai berikut :

n = 21 eN

N

+

Dimana :

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

e = asumsi taraf kesalahan = 10% (0,10)

Dengan demikian jumlah sampel adalah :

n = 2)10.0(491.181

491.18

+ = 99.46

Page 73: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

73

Atau dibulatkan menjadi 100 pasien (responden).

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik sampling aksidental

adalah “Teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan bagi siapa saja yang bertemu

dengan peneliti dan dianggap cocok sebagai sumber data dapat dijadikan sampel”,

(Sugiyono, 2003). Sampel penelitian ini adalah pasien yang sedang berkunjung ke

Laboratorium Kesehatan BPK RSUZA Banda Aceh pada saat peneliti melakukan penelitian

dan sampel dipilih secara acak. Wawancara dilakukan langsung kepada pihak yang berhak

dan berwenang memberi data dan informasi sehubungan dengan penelitian. Daftar

pertanyaan (questionaire) diberikan kepada pasien Laboratorium Kesehatan BPK RSUZA

Banda Aceh yang dijadikan responden. Studi dokumentasi, dilakukan dengan

mengumpulkan dan mempelajari data pendukung yang diperoleh dari Laboratorium

Kesehatan BPK RSUZA Banda Aceh, yang relevan untuk digunakan dalam penelitian

seperti data tentang pendidikan dan jumlah pegawai, serta jumlah pasien.

Data primer yang diperoleh langsung dari wawancara (interview) dan daftar

pertanyaan (questionaire).Data sekunder yang diperoleh melalui pengumpulan data dari

Laboratorium Kesehatan BPK RSUZA Banda Aceh, berupa data pendidikan dan jumlah

pegawai, serta jumlah pasien. Berdasarkan perumusan masalah, kerangka berpikir dan

hipotesis yang diajukan maka variabel-variabel dalam penelitian ini diidentifikasikan

sebagai berikut:

1. Identifikasi variabel hipotesis pertama

Variabel bebas/Independent Variable (X), yaitu kualitas pelayanan yang terdiri dari;

bukti fisik (X1), keandalan (X2), daya tanggap (X3), jaminan (X4), dan empati (X5) yang

mempengaruhi Variabel terikat/Dependent Variable yaitu keputusan pasien melakukan

pemeriksaan kesehatan pada Laboratorium Kesehatan BPK RSUZA Banda Aceh (Y).

2. Identifikasi variabel hipotesis kedua

Sistem pelayanan (X) dihubungkan dengan standar pemeriksaan kesehatan (Y) yang

ditetapkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada Laboratorium BPK

RSUZA Banda Aceh.

Definisi operasional variabel adalah menjelaskan variabel penelitian dan skala

pengukurannya, sebagai berikut :

a. Bukti fisik (X1), yaitu bukti nyata yang dapat dilihat pada laboratorium BPK RSUZA

Banda Aceh, meliputi peralatan laboratorium kesehatan yang lengkap dan canggih,

peralatan fisik (gedung, fasilitas pendukung di laboratorium kesehatan) yang bersih dan

nyaman, penampilan pegawai yang bersih dan rapi serta lokasi yang strategis, diukur

dengan skala Likert.

b. Keandalan (X2), yaitu kemampuan untuk mewujudkan jasa sesuai dengan yang telah

dijanjikan secara tepat pada laboratorium BPK RSUZA Banda Aceh, meliputi ketepatan

waktu layanan, pelayanan yang sama untuk semua pasien tanpa kesalahan dan

keakuratan penanganan/ pengadministrasian dokumen serta hasilnya diukur dengan

skala Likert.

c. Daya tanggap (X3), yaitu keinginan untuk membantu pasien dan menyediakan

jasa/pelayanan yang dibutuhkan pasien pada laboratorium BPK RSUZA Banda Aceh,

meliputi kesediaan pegawai dalam membantu pasien, keluangan waktu pegawai untuk

menanggapi permintaan pasien dengan cepat, dan kejelasan informasi waktu

penyampaian jasa, diukur dengan skala Likert.

Page 74: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

74

d. Jaminan kepastian (X4), yaitu kemampuan sumber daya yang dimiliki laboratorium

kesehatan dalam memberikan pelayanan yang sesuai dengan standar yang diharapkan

pada laboratorium BPK RSUZA Banda Aceh, meliputi pengetahuan dokter ahli dan

pegawai, kemampuan dokter ahli dan pegawai dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki

pegawai, diukur dengan skala Likert.

e. Empati (X5), yaitu kemudahan dalam mendapatkan pelayanan, keramahan, komunikasi

dan kemampuan memahami kebutuhan pasien pada laboratorium BPK RSUZA Banda

Aceh, meliputi perhatian khusus kepada pasien, komunikasi yang baik dan kemudahan

dalam menjalin relasi, diukur dengan skala Likert.

f. Keputusan pasien (Y)¸ yaitu upaya atau tindakan pasien dalam mengambil keputusan

untuk melakukan pemeriksaan kesehatan pada Laboratorium Kesehatan BPK RSUZA

Banda Aceh meliputi inisiatif kebutuhan, pencarian informasi, mengevaluasi

penawaran, ketepatan dalam memutuskan pilihan, dan dampak psikologis setelah

memutuskan, diukur dengan skala Likert.

g. Sistem Pelayanan (X), yaitu prosedur pelayanan kepada pasien yang melibatkan seluruh

fasilitas fisik termasuk sumber daya manusia yang dimiliki Laboratorium Kesehatan

BPK RSUZA Banda Aceh.

h. Standar Pemeriksaan Kesehatan (Y), yaitu menaikkan ketepatan kualitatif atau

kuantitatif yang spesifik dari komponen struktural dalam sistem pelayanan kesehatan

yang didasarkan pada proses atau hasil suatu harapan, khusus dalam hal ini adalah tahap

pra analitik, analitik dan pasca analitik.

Teknik skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert yang

merupakan bagian dari jenis attitude scales. Skala Likert adalah dimana responden

menyatakan tingkat setuju atau tidak setuju mengenai berbagai pernyataan tentang perilaku,

objek, orang atau kejadian (Kuncoro, 2003). Menurut Santoso (2005), skala Likert

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang

terhadap fenomena sosial.

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Uji Validitas

Untuk mengetahui apakah instrumen angket yang dipakai cukup layak digunakan

sehingga menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan ukurannya, maka dilakukan

uji validitas. Sugiyono (2003), menyatakan “Pengukuran validitas internal menggunakan

uji validitas setiap butir pertanyaan dengan cara mengkorelasikan skor item masing-masing

variabel dengan skor total masing-masing variabel sehingga akan terlihat butir instrumen

yang layak dan tidak layak untuk mengukur variabel penelitian ini”. Koefisien korelasi

dikatakan baik atau valid apabila lebih r ≥ 0.3. Menurut Umar (2003), “Jumlah responden

untuk uji coba disarankan minimal 30 orang, agar distribusi skor (nilai) akan lebih

mendekati kurva normal”.

Uji Reliabilitas Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan perangkat lunak Statistic

Package for Social Sciences (SPSS) versi 10.00. Setelah uji validitas dilakukan, maka

Page 75: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

75

selanjutnya terhadap kuesioner yang akan disebarkan kepada responden sampel dilakukan

uji reliabilitas untuk melihat konsistensi jawaban. Pengujian dilakukan dengan cara

mencobakan instrument sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik

tertentu, dalam hal ini teknik yang digunakan adalah teknik Alpa Cronbach. Suatu variabel

dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alfa > 0.60 (Ghozali, 2003).

Tabel 1. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel

Variabel Cronbach’s Alpha N

Of Items Keterangan

Variabel Bukti Fisik

Variabel Keandalan

Variabel Daya Tanggap

Variabel Jaminan Kepastian

Variabel Empati

Variabel Keputusan Pasien

Variabel Sistem Pelayanan

Variabel Standar

Pemeriksaan

Kesehatan

0.755

0.709

0.703

0.715

0.743

0.723

0.725

0.883

5

3

3

5

3

5

2

7

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Sumber: Hasil Penelitian, 2009 (Data Diolah)

Menurut Sekaran (2006), bahwa “reliabilitas yang kurang dari 0.6 adalah kurang

baik, sedangkan 0.7 dapat diterima dan reliabilitas dengan cronbach’s alpa 0.8 atau

diatasnya adalah baik.” Berdasarkan output yang diperoleh pada tabel di atas, diperoleh

nilai koefisien reliabilitas pada variabel standar pemeriksaan kesehatan lebih besar dari 0.8

(>0.8) adalah baik dan nilai koefisien reliabilitas pada variabel lainnya lebih besar dari 0.7

(>0.7) dapat diterima, maka variabel – variabel yang digunakan pada instrumen tersebut

adalah reliabel untuk digunakan dalam penelitian.

Hasil Uji Hipotesis Pertama

Hipotesis pertama menyatakan bahwa kualitas pelayanan yang terdiri atas bukti

fisik (X1), keandalan (X2), daya tanggap (X3), dan jaminan kepastian (X4) berpengaruh

terhadap keputusan pasien (Y) melakukan pemeriksaan kesehatan pada Laboratorium BPK

RSUZA Banda Aceh, sedangkan empati (X5) tidak berpengaruh terhadap keputusan pasien

(Y) melakukan pemeriksaan kesehatan pada Laboratorium BPK RSUZA Banda Aceh. Jika

pihak manajemen Laboratorium BPK RSUZA Banda Aceh meningkatkan kualitas

pelayanan maka keputusan pasien untuk melakukan pemeriksaan kesehatan pada

Laboratorium BPK RSUZA Banda Aceh akan semakin bertambah. Misalnya kualitas

pelayanan ditingkatkan sebesar 1 kali, maka keputusan pasien untuk melakukan

pemeriksaan kesehatan pada Laboratorium BPK RSUZA Banda Aceh bertambah menjadi

2.328. Berdasarkan pada Tabel 2 dibawah ini, maka persamaan regresi linier berganda

dalam penelitian adalah:

Ŷ = 1.266 + 0.207X1 + 0.205X2 + 0.170X3 + 0.385X4 + 0.095X5

Page 76: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

76

Tabel 2. Hasil Uji Koefisien Regresi Hipotesis Pertama

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients Model

B

Std.

Error Beta

1 (Constant) 1.266 1.703

Bukti Fisik .207 .099 .197

Keandalan .205 .099 .225

Daya Tanggap .170 .084 .146

Jaminan Kepastian .385 .088 .413

Empati .095 .079 .073

a Dependent Variable: Keputusan Pasien

Sumber: Hasil Penelitian, 2009 (Data Diolah)

Pada persamaan tersebut dapat dilihat bahwa bukti fisik (X1), keandalan (X2), daya

tanggap (X3), dan jaminan kepastian (X4) memiliki kemampuan untuk mempengaruhi

keputusan pasien (Y) melakukan pemeriksaan kesehatan pada Laboratorium BPK RSUZA

Banda Aceh. Bukti fisik (X1), keandalan (X2), daya tanggap (X3), dan jaminan kepastian

(X4) mempunyai koefisien regresi positif yang membuktikan kontibusinya terhadap

keputusan pasien. Sedangkan empati (X5) tidak memiliki kemampuan untuk mempengaruhi

keputusan pasien (Y) melakukan pemeriksaan kesehatan pada Laboratorium BPK RSUZA

Banda Aceh.

Nilai koefisien determinasi (R2) dipergunakan untuk mengukur besarnya pengaruh

variabel bebas yakni bukti fisik (X1), keandalan (X2), daya tanggap (X3), jaminan kepastian

(X4), dan empati (X5) terhadap keputusan pasien (Y) melakukan pemeriksaan kesehatan

pada Laboratorium BPK RSUZA Banda Aceh. Berdasarkan Tabel 3 diperoleh nilai

koefisien determinasi sebesar 0.683. Hal ini menunjukan bahwa 68.3% variabel bukti fisik

(X1), keandalan (X2), daya tanggap (X3), jaminan kepastian (X4), dan empati (X5)

menjelaskan terhadap variabel keputusan pasien (Y), sedangkan 31.7% adalah merupakan

pengaruh dari variabel bebas lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian, antara lain

seperti biaya pemeriksaan, rekomendasi lingkungan sekitar (keluarga, teman, tetangga dan

lain-lain), dan lain-lain.

Tabel 3. Hasil Uji Determinasi Hipotesis Pertama

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .826(a) .683 .666 .73742

a Predictors: (Constant), Empati, Bukti Fisik, Daya Tanggap, Jaminan Kepastian,

Keandalan

b Dependent Variable: Keputusan Pasien

Sumber: Hasil Penelitian, 2009 (Data Diolah)

Page 77: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

77

Uji Serempak Hipotesis Pertama Hasil pengujian hipotesis pertama secara serempak dapat dilihat pada Tabel 4 sebagai

berirkut:

Tabel 4. Hasil Uji F Hipotesis Pertama

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

1 Regressio

n 109.884 5 21.977 40.414 .000(a)

Residual 51.116 94 .544

Total 161.000 99

a Predictors: (Constant), Empati, Bukti Fisik, Daya Tanggap, Jaminan Kepastian,

Keandalan

b Dependent Variable: Keputusan Pasien

Sumber: Hasil Penelitian, 2009 (Data Diolah)

Berdasarkan Tabel 4 di atas diperoleh bahwa nilai Fhitung (40.414) lebih besar

dibandingkan dengan nilai Ftabel (2.31), dan sig. α (0.000a) lebih kecil dari alpha 5% (0.05).

Hal ini mengindikasikan bahwa hasil penelitian menolak H0 dan menerima H1. Dengan

demikian secara serempak kualitas pelayanan yang terdiri dari bukti fisik, keandalan, daya

tanggap, jaminan dan empati berpengaruh terhadap keputusan pasien melakukan

pemeriksaan kesehatan pada Laboratorium Kesehatan BPK RSUZA Banda Aceh, dengan

tingkat pengaruh yang sangat signifikan. Dalam hal ini, berarti pihak Laboratorium

Kesehatan BPK RSUZA Banda Aceh telah berhasil dalam menerapkan kualitas pelayanan

yang baik terhadap pasiennya, sesuai dengan harapan dari pihak manajemen BPK RSUZA

Banda Aceh. Sehingga apa yang menjadi tujuan dari pihak manajemen BPK RSUZA

Banda Aceh dapat dirasakan oleh semua pasiennya selaku pengguna jasa. Hal ini ditandai

juga dengan banyaknya pasien yang mengambil keputusan untuk melakukan pemeriksaan

kesehatan pada Laboratorium Kesehatan BPK RSUZA Banda Aceh.

Page 78: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

78

Uji Parsial Hipotesis Pertama

Hasil pengujian hipotesis pertama secara parsial dapat dilihat pada Tabel 5 berikut:

Tabel 5. Hasil Uji Parsial Hipotesis Pertama

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients Model

B Std. Error Beta

t Sig.

1 (Constant) 1.266 1.703 .743 .459

Bukti Fisik .207 .099 .197 2.098 .039

Keandalan .205 .099 .225 2.064 .042

Daya Tanggap .170 .084 .146 2.028 .045

Jaminan Kepastian .385 .088 .413 4.390 .000

Empati .095 .079 .073 1.198 .234

a Dependen Variabel: Keputusan Pasien Sumber: Hasil Penelitian, 2009 (Data Diolah)

Berdasarkan Tabel 5 di atas diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Nilai thitung untuk variabel bukti fisik (2.098) lebih besar dibandingkan dengan nilai

ttabel (1.66), atau nilai sig. t untuk variabel bukti fisik (0.039) lebih kecil dari alpha

(0.05). Hal ini berarti bahwa setiap pasien menginginkan laboratorium pemeriksaan

kesehatan yang akan dikunjunginya memiliki fasilitas laboratorium yang lengkap,

canggih serta bersih sehingga akan menimbulkan kepercayaan pada dirinya bahwa

hasil pemeriksaan yang diberikan itu benar.

2. Nilai thitung untuk variabel keandalan (2.064) lebih besar dibandingkan dengan nilai

ttabel (1.66), atau nilai sig. t untuk variabel keandalan (0.042) lebih kecil dari alpha

(0.05). Hal ini berarti bahwa kurangnya informasi akan jenis penyakit yang diderita

akan menimbulkan keresahan dalam diri pasien. Keresahan itu merupakan perasaan

yang harus segera dihilangkan melalui hasil pemeriksaan laboratorium.Semakin

canggih fasilitas laboratorium kesehatan, maka hasil pemeriksaannya juga semakin

cepat, jadi perasaan keresahaan tersebut akan cepat berlalu. Dengan demikian

kecepatan dan ketepatan pemeriksaan serta memperoleh hasil pemeriksaan yang

akurat sangat diperhatikan oleh pasien.

3. Nilai thitung untuk variabel daya tanggap (2.028) lebih besar dibandingkan dengan

nilai ttabel (1.66), atau nilai sig. t untuk variabel daya tanggap (0.045)

lebih kecil dari alpha (0.05). Hal ini berati bahwa pasien menginginkan pemeriksaan

yang sesegera mungkin dari petugas laboratorium kesehatan ketika pasien tiba di

laboratorium kesehatan tersebut.

4. Nilai thitung untuk variabel jaminan kepastian (4.390) lebih besar dibandingkan

dengan nilai ttabel (1.66), atau nilai sig. t untuk variabel jaminan kepastian (0.000)

lebih kecil dari alpha (0.05). Hal ini berarti bahwa pasien sangat memperhatikan

kredibilitas dan profesionalitas dari petugas laboratorium kesehatan. Semakin

kredibel dan profesional petugasnya, maka pasien akan semakin yakin dengan

pemeriksaan kesehatan yang dilakukan serta ketepatan hasil pemeriksaannya.

Page 79: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

79

5. Nilai thitung untuk variabel empati (1.198) lebih kecil dibandingkan dengan nilai ttabel

(1.66), atau nilai sig. t untuk variabel empati (0.234) lebih besar dari alpha (0.05).

Hal ini berarti bahwa pasien menginginkan pemeriksaan secara langsung dan

sesegera mungkin dari petugas laboratorium kesehatan, mereka tidak menginginkan

untuk membicarakan atau melakukan hal-hal selain dari ketentuan pemeriksaan

kesehatan.

Dalam hal ini, berarti pihak Laboratorium Kesehatan BPK RSUZA Banda Aceh

telah berhasil dalam menerapkan kualitas pelayanan yang terdiri dari bukti fisik, keandalan,

daya tanggap dan jaminan kepastian yang baik terhadap pasiennya, sesuai dengan harapan

dari pihak manajemen BPK RSUZA Banda Aceh. Sehingga apa yang menjadi tujuan dari

pihak manajemen BPK RSUZA Banda Aceh dapat dirasakan oleh semua pasiennya selaku

pengguna jasa. Sedangkan variabel empati belum memenuhi harapan pasien. Namun

demikian hal ini tidak mempengaruhi pasien untuk melakukan pemeriksaan kesehatan.

Oleh karena itu dipandang perlu oleh pihak manejemen BPK RSUZA Banda Aceh untuk

lebih memperbaiki nilai empati dari pegawai yang ada pada Laboratorium Kesehatan BPK

RSUZA Banda Aceh.

Hasil Uji Hipotesis Kedua Pengujian hipotesis kedua dilakukan menggunakan statistik nonparametrik dengan

teknik Korelasi Jenjang Spearman (Rank Correlation Spearman Method). Karena Metode

Korelasi Jenjang Spearman adalah suatu metode untuk mengukur keeratan hubungan antara

dua variabel, dimana dua variabel itu tidak mempunyai joint normal distribution dan

conditional variance tidak diketahui sama kedua sampel bersifat independen dan datanya

bersifat ordinal (Siegel, 1986).

Tabel 6. Uji Nonparametric Correlations Hipotesis Kedua

Sistem

Pelayanan Standar

Spearman's rho Sistem Pelayanan Correlation

Coefficient

1.000 .713(**)

Sig. (2-tailed) . .000

N 100 100

Standar Correlation

Coefficient

.713(**) 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 100 100

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Sumber: Hasil Penelitian, 2009 (Data Diolah)

Hasil pengujian dengan teknik Korelasi Jenjang Spearman (Rank Correlation

Spearman Method) dapat dilihat pada Tabel 6. Berdasarkan pada tabel di atas diperoleh

hasil dimana nilai rs hitung (0.713) lebih besar dari rs tabel (0.200) dengan Asymp. Sig (2-

tailed) 0.000 lebih kecil dibandingkan dengan nilai α (0.05). Hal ini berarti hasil penelitian

menolak H0 dan menerima H1. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ada hubungan

Page 80: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

80

antara sistem pelayanan dengan standar pemeriksaan kesehatan yang ditetapkan oleh

Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada Laboratorium BPK RSUZA Banda Aceh.

Ini menunjukkan korelasi sedang (0.50 – 0.79) antara sistem pelayanan

pemeriksaan kesehatan dengan standar pemeriksaan kesehatan yang ditetapkan oleh

Departemen Kesehatan Republik Indonesia yang berarti semakin tinggi standar

pemeriksaan kesehatan yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia

maka akan semakin tinggi/meningkat sistem pelayanan pemeriksaan kesehatan pada

Laboratorium BPK RSUZA Banda Aceh. Hal ini menjelaskan bahwa selama ini sistem

pelayanan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada Laboratorium BPK RSUZA Banda

Aceh telah baik dan ada hubungan dengan standar pemeriksaan kesehatan yang ditetapkan

oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

KESIMPULAN

Kualitas pelayanan mempengaruhi keputusan pasien untuk melakukan pemeriksaan

kesehatan pada Laboratorium BPK RSUZA Banda Aceh. Nilai R– Square = 0.683

mencerminkan bahwa variasi kualitas pelayanan mampu menjelaskan keputusan pasien

sebesar 68.3 %. Secara serempak kualitas pelayanan yang terdiri dari bukti fisik,

keandalan, daya tanggap, jaminan kepastian dan empati berpengaruh sangat signifikan

terhadap keputusan pasien untuk melakukan pemeriksaan kesehatan pada Laboratorium

BPK RSUZA Banda Aceh. Secara parsial ada empat variabel kualitas pelayanan yang

berpengaruh signifikan terhadap keputusan pasien melakukan pemeriksaan kesehatan pada

Laboratorium BPK RSUZA Banda Aceh, yaitu variabel bukti fisik, keandalan, daya

tanggap, dan jaminan kepastian, sedangkan variabel empati tidak berpengaruh terhadap

keputusan pasien melakukan pemeriksaan kesehatan pada Laboratorium BPK RSUZA

Banda Aceh. Dari kelima variabel bebas, yang paling dominan mempengaruhi keputusan

pasien melakukan pemeriksaan kesehatan pada Laboratorium BPK RSUZA Banda Aceh

adalah variabel jaminan kepastian.

Sistem pelayanan pemeriksaan kesehatan pada Laboratorium BPK RSUZA Banda

Aceh berhubungan dengan standar pemeriksaan kesehatan yang ditetapkan oleh

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Ini ditunjukkan oleh adanya nilai korelasi

sebesar 0.713 yang merupakan korelasi sedang (0.50 – 0.79) yang berarti semakin tinggi

standar pemeriksaan kesehatan yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan Republik

Indonesia maka akan semakin tinggi/meningkat sistem pelayanan pemeriksaan kesehatan

pada Laboratorium BPK RSUZA Banda Aceh.

Kualitas pelayanan yang terdiri dari bukti fisik, keandalan, daya tanggap, jaminan

kepastian dan empati secara parsial memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap

keputusan pasien melakukan pemeriksaan kesehatan pada Laboratorium BPK RSUZA

Banda Aceh. Untuk itu pihak Laboratorium BPK RSUZA Banda Aceh sebaiknya

mempertahankan perhatian terhadap variabel bukti fisik, keandalan, daya tanggap, dan

jaminan kepastian kepada pasien, karena keempat variabel tersebut telah memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pasien. Variabel empati walaupun tidak

mempengaruhi keputusan pasien melakukan pemeriksaan kesehatan pada Laboratorium

BPK RSUZA Banda Aceh namun harus ditingkatkan karena di masa yang akan datang

variabel ini diharapkan dapat bersaing dengan Laboratorium kesehatan lainnya yang ada di

Banda Aceh. koefisien determinasi atau R – Square = 68.3%, berarti variasi keputusan

Page 81: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

81

pasien dapat dijelaskan oleh kualitas pelayanan sebesar 68.3%. Dengan kata lain masih

banyak faktor lain diluar model yang perlu diperhatikan oleh pihak Laboratorium

Kesehatan BPK RSUZA Banda Aceh sebagai upaya untuk meningkatkan jumlah pasien.

Bagi peneliti selanjutnya yang berminat mengkaji keputusan pasien melakukan

pemeriksaan kesehatan pada Laboratorium Kesehatan BPK RSUZA Banda Aceh agar

meneliti variabel lain untuk mengetahui 31.7% lagi variabel lain yang dapat menjelaskan

variasi keputusan pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta,

Jakarta

Armstrong, Gary, dan Philip, Kotler. 1996. Principles of Marketing. International Edition,

Seventh Edition, Prentice-Hall, New Jersey.

_________________________. 2003. Marketing : An Introduction. International Edition,

Sixth Edition, McGraw-Hill, New York.

Djarwanto. 2003. Statistik Nonparametrik. BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta

Donebean, Sale. 1996. Quality Assurance for Nurses and Other Members of The Health

Care Team. Second Edition. MacMillian, London.

Ghozali, Imam. 2005. Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Edisi Ketiga.

Universitas Diponegoro, Semarang.

Hornby, A. S. 2000. Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English. Oxford

University Press, New York.

Hurriyati, Ratih. 2005. Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen. Cetakan Pertama, CV.

Alfabeta, Bandung.

Kerlinger, Fred N. 1995. Asas-asas Penelitian Behavioral. Edisi Ketiga. Cetakan Keempat.

Penerjemah Landung R. Simatupang. Gadjah Mada University, Yogyakarta.

Kotler, Philip. 1993. Manajemen Pemasaran Analisis Perencanaan, Implementasi dan

Pengendalian. Edisi Keenam. Jilid I dan II, Penerjemah Herujati Purwoko,

Erlangga, Jakarta.

Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi Bagaimana Meneliti

dan Menulis Tesis. Erlangga, Jakarta.

Lupiyoadi, Rambat. 2001. Manajemen Pemasaran Jasa Teori dan Praktik. Edisi Pertama,

Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. 2002. Perilaku Konsumen. Edisi Revisi, Refika

Aditama, Bandung.

Moenir, HAS. 1992. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Cetakan Kedua, Bumi

Aksara, Jakarta.

___________. 2004. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Cetakan Ketujuh, Bumi

Aksara, Jakarrta.

Mowen, John C. dan Michael Minor, 2002. Perilaku Konsumen. Jilid I, Edisi Kelima,

Erlangga, Jakarta.

Payne, Andrian, 2000. Pemasaran Jasa (The Essence of Service Marketing). Terjemahan

Fandy Tjiptono, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Page 82: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

82

Peter, J.Paul., Jerry C.Olson. 2002. “Consumer Behavior and Marketing Strategy”. Sixth

Edition, McGraw-Hill, New York.

Ratminto. 2007. Manajemen Pelayanan : Pengembangan Model Konseptual, Penerapan

Citizen’s Charter dan Standar Pelayanan Minimal. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Santoso, Singgih. 2001. SPSS Versi 10 : Mengolah Data Statistik secara Profesional. PT.

Elex Media Komputindo, Jakarta.

_____________. 2005. SPSS Mengolah Data Statistik Secara Profesional. PT. Elex Media

Komputindo, Jakarta.

Schiffman, Leon G., Leslie Lazar Kanuk. 2000. Consumer Behavior. 7th

Edition, Prentice-

Hall, New Jersey.

Sekaran, Umar, 2006. Metode Penelitian Untuk Bisnis, Edisi Keempat, Penerjemah : Kwan

Men Yon, Salemba Empat : Jakarta.

Setiadi, Nugroho J., 2003. Perilaku Konsumen : Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan

Penelitian Pemasaran. Edisi Pertama, Penerbit Prenada Media, Jakarta.

Siegel, Sidney. 1986. Statistik Nonparametrik untuk Ilmu-ilmu Sosial. Penerjemah Zanzawi

Suyuti dan Landung Simatupang, PT. Gramedia, Jakarta.

Simamora, Bilson. 2001. Memenangkan Pasar dengan Pemasaran Efektif dan Profitable.

Gramedia Pustaka Umum, Jakarta.

Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta, Bandung.

Sumarwan, Ujang. 2003. Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran.

Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.

Tjiptono, Fandy. 2002. Strategi Pemasaran. Penerbit Andi, Yogyakarta.

Umar, Husein. 2000. Research Methods in Finance and Banking. Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta.

___________. 2003. Metode Riset Perilaku Organisasi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Winardi.1993. Asas-asas Marketing. CV. Mandar Maju, Bandung.

______. 1994. Marketing dan Perilaku Konsumen. CV. Mandar Maju, Bandung.

Yamit, Zulian, 2002. Manajemen Kualitas Produk dan Jasa, Penerbit Ekonisia,

Yogyakarta.

Zeithaml, Valarei A., Mary Jo Bitner. 2004. Services Marketing : Integrating Customer

Focus Across The Firm. 3rd

Ed., McGraw Hill, New York.

Depkes RI. 1997. Petunjuk Pelaksanaan Pemantapan Mutu Internal Laboratorium

Kesehatan. Pusat Laboratorium Kesehatan, Jakarta.

Depkes RI. 2004. Pedoman Praktek Laboratorium Yang Benar. Dirjen Yanmedik

Dirlabkes, Jakarta.

France, Karen Russo, Grover, Rajiv. 1992. What Is the Health Care Product ?. Journal of

Health Care Marketing, Vol. 12.

Mahendrata, Yodi. 1995. Petunjuk Teknis Penyusunan Prosedur Tetap Kegiatan Rumah

Sakit Swadana. Direktorat UMDK, Dirjen Yanmedik. DepKes RI, Jakarta.

Sriwiyanti, Eva. 2006. Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Keputusan Pasien

Memilih Untuk Dirawat di Rumah Sakit Harapan Pematangsiantar (Studi Kasus di

Unit Instalasi Rawat Inap). Tesis. Program Magister Ilmu Manajemen, Sekolah

Pascasarjana USU, Medan (Tidak Dipublikasikan).

Page 83: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

83

Sharma, K.B., et.al, 1994. Health Laboratory Services : in Support of Primary Health Care

in Developing Countries. New Delhi : World Health Organization (WHO) Regional

Office for South-East Asia.

Soetjipto, Budi W. 1997. Service Quality, Manajemen Usahawan, FE UI, Jakarta.

Page 84: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

84

ANALISIS DETERMINAN PENDAPATAN USAHA KECIL

DI KOTA LHOKSEUMAWE

Nazir

Abstract: This paper explain which determine incomes of small bussines in Lhokseumawe.

Factor which determine, for example; working capital , labour, and experience of effort

(Winardi.1994, Nasution. 2002 Solossa. 2000, Nusantara. 2004, Nazir And Nasir. 2006.

Sasmita. 2006). Problems faced small bussines in Lhokseumawe its minim made available

working capital, is thereby expected to add the working capital which is more amount of

with searching other external fund source, more and more working capital used ever

greater hence income accepted. And the working capital represent the most dominant

factor in determine mount its incomes. Andthen labour shall be more be improved again its

work productivity because at the height of its productivity hence ouput yielded by more

amount of thereby can improve the incomes, and also enhance the its effort experience, by

enhancing experience hence can provide and serve the consumer requirement and in the

end affect at of incomes.

Key words: Small Bussines, Income, Lhokseumawe

____________________________________________________________________

Nazir, Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh

Page 85: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

85

PENDAHULUAN

Peran usaha kecil dalam suatu daerah bahkan negara memberikan andil yang besar

terhadap pertumbuhan perekonomian. Bank Indonesia (2001) mencatat beberapa peranan

strategis dari usaha kecil, antara lain jumlahnya yang besar dan terdapat dalam sejumlah

sektor ekonomi dan potensi yang besar dalam penyerapan tenaga kerja karena setiap

investasi pada sektor usaha kecil dapat menciptakan lebih banyak kesempatan kerja

dibandingkan dengan investasi yang sama pada usaha menengah dan besar serta memiliki

kemampuan untuk memanfaatkan bahan baku lokal dan manghasilkan barang dan jasa yang

dibutuhkan masyarakat dengan harga yang terjangkau.

Perekonomian suatu daerah dimulai dari kontribusi usaha kecil kemudian diikuti

oleh usaha menengah dan besar. Usaha kecil mampu berdiri sendiri yang merupakan

kinerja sektor riil yang berbasis perekonomian rakyat yang terdapat baik di perkotaan

maupun di perdesaan, yang kehadirannya diharapkan mampu meningkatkan taraf hidup

masyarakat, baik dari hasil kinerjanya dan kemampuan dalam penyerapan tenaga kerja dan

mengurangi angka kemiskinan. Namun demikian pengembangan usaha kecil masih

terkendala dengan terbatasnya sumber daya yang dimilikinya seperti terbatasnya modal

kerja, sedikitnya jumlah tenaga kerja serta terbatasnya pengalaman dalam berusaha.

Setiap entitas bisnis termasuk usaha kecil dalam menjalankan usahanya tentunya

mengharapkan pendapatan. Adapun yang mendeterminasi pendapatan usaha kecil antara

lain modal kerja, tenaga kerja dan pengalaman dalam berusaha. Akan tetapi pendapatan

yang akan diperoleh antara usaha kecil yang satu dengan usaha kecil lainnya berbeda.

Perbedaan tersebut disebabkan oleh bedanya dalam mengalokasikan modal kerjanya juga

bedanya jumlah tenaga kerja yang digunakan serta berbedanya pengalaman dalam

berusaha.

KAJIAN LITERATUR

Teori Pendapatan

Menurut Kuswadi (2008) “pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat

ekonomi yang timbul akibat normal perusahaan selama satu periode, arus masuk itu

mengakibatkan kenaikan modal (ekuitas) dan tidak berasal dari kontribusi penanam modal.

Arus masuk dimaksud adalah hasil dari penjualan produk perusahaan”. Kemudian

Manurrung (2006) berpendapat bahwa pendapatan suatu perusahaan bisa merupakan

penjualan barang dan jasa yang diberikan. Peningkatan penjualan barang dan jasa dapat

disebabkan kenaikan harga barang yang ditentukan perusahaan karena adanya kenaikan

bahan baku, upah buruh dan sebagainya atau kenaikan penjualan karena kuantitas barang

yang meningkat. Selanjutnya Sukirno (2003) mengatakan pendapatan dalam kegiatan

perusahaan, keuntungan ditentukan dengan cara mengurangi berbagai biaya yang

dikeluarkan dari hasil penjualan yang diperoleh.

Kemudian menurut Antonio (2002) “pendapatan adalah kenaikan kotor dalam asset

atau penurunan dalam liabilitas atau gabungan dari keduanya selama periode yang dipilih

oleh pernyataan pendapat yang berakibatkan dari investasi yang halal, perdagangan,

memberikan jasa atau aktivitas lain yang bertujuan meraih keuntungan”. Simamora (2000)

“Pendapatan merupakan potensi pasar yang paling indikatif bagi sebagian besar produk

konsumsi dan industri serta jasa”. Sementara Nanga (2004) mendifinisikan “pendapatan

Page 86: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

86

perorangan yaitu pendapatan agregat yang berasal dari berbagai sumber yang secara aktual

diterima oleh seseorang atau rumah tangga”.

Menurut Mankiw (2004) “Pendapatan Perorangan (personal income) adalah

pendapatan yang diterima oleh rumah tangga dan usaha yang bukan perusahaan.

Selanjutnya Ningsih (2001) “pendapatan merupakan hasil kerja dari suatu usaha yang telah

dilakukan”. Rizal (2001:13) mengemukakan bahwa ”setiap kegiatan seseorang

mengharapkan imbalan atau pendapatan, pendapatan yang dimaksud disini adalah adalah

pendapatan yang diterima dari hasil kerja dan hasil usaha yang dilakukan secara maksimal

dalam suatu pekerjaan.Kemudian menurut Longenecker, et.al (2001:266) ”pendapatan

merupakan jumlah yang dihasilkan oleh perusahaan selama periode tertentu, sering kali

dalam waktu satu tahun”. Nudirman (2001:11) juga mengemukakan bahwa “pendapatan

adalah nilai yang didapat dari suatu usaha yang telah dilaksanakan dalam waktu kurun

tertentu”.

Pengertian Usaha Kecil

Pengertian usaha kecil di Indonesia masih sangat beragam. Sebelum dikeluarkannya

Undang-undang No. 9 tahun 1995, setidaknya ada lima instansi yang merumuskan usaha

kecil dengan caranya masing-masing. Kelima instansi itu adalah Biro Pusat Statistik (BPS),

Departemen Perindustrian, Bank Indonesia, Departemen Perdagangan serta Kamar Dagang

dan Industri (Kadin). Pada kelima instansi itu, kecuali BPS, usaha kecil pada umumnya

dirumuskan dengan menggunakan pendekatan finansial. Biro Pusat Statistik (BPS)

Indonesia manggambarkan bahwa perusahaan dengan jumlah tenaga kerja 1 sampai 4 orang

digolongkan sebagai industri kerajinan dan rumah tangga, perusahaan dengan tenaga kerja

5 sampai 19 orang sebagai industri kecil, perusahaan dengan tenaga kerja 20 sampai 99

orang sebagai industri sedang atau menengah dan perusahaan dengan tenaga kerja lebih

dari 100 orang sebagai industri besar.

Winardi, (2002) menyatakan bahwa usaha kecil adalah usaha produktif, terutama

dalam bidang produksi atau pemasaran tertentu yang menggunakan jasa-jasa, misalnya:

transportasi, jasa perhubungan yang menggunakan modal dan tenaga kerja yang relatif

kecil. Sedangkan dalam SK Menperindag No. 254 tahun 1997 dijelaskan, usaha kecil

adalah sebagai suatu kegiatan usaha industri yang memiliki nilai investasi sampai dengan

200 juta rupiah, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Wheelen dan Hunger

dalam Sugidarma (2002), berpendapat bahwa usaha kecil dioperasikan dan dimiliki secara

independen, tidak dominan dalam daerahnya dan tidak menggunakan praktek-praktek

inovatif. Tapi usaha yang bersifat kewirusahaan adalah usaha yang pada awalnya bertujuan

untuk tumbuh dan menguntungkan serta dapat dikarakteristikkan dengan praktek-praktek

inovasi strategis.

Menurut Suryana, (2001) “ usaha kecil umumnya mencantumkan karakteristik

perusahaan yang tergolong usaha kecil : 1) biasanya bersifat bebas, tidak terikat dengan

identitas bisnis lain, misalnya sebagai cabang, anak perusahaan atau divisi dari perusahaan

yang lebih besar, 2) biasanya sepenuhnya dikendalikan oleh pemiliknya yang biasanya

adalah owner-manager yang memberikan kontribusi kepada hampir semua hal, tidak hanya

terbatas pada modal kerja, 3) otoritas pengambilan keputusan dipegang penuh oleh pemilik

usaha”.

Page 87: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

87

Determinan Pendapatan Usaha Kecil

Winardi (1994) menyatakan bahwa “modal merupakan salah satu faktor produksi

yang dapat mempengaruhi pendapatan”. Nasution (2002) berpendapat bahwa salah satu

faktor determinan pendapatan adalah rutinitas yaitu kegiatan yang dilakukan secara terus

menerus, dalam hal ini pengalaman dalam berusaha. Nusantara (2004) dalam penelitiannya

mencoba memasukkan variabel pengalaman kerja dalam mendeterminasi pendapatan. Nazir

dan Nasir (2006) serta sasmita (2006) memasukkan variabel modal kerja, tenaga kerja dan

pengalaman sebagai faktor determinan pendapatan.

Modal Kerja

Alwi (1991) mengemukakan bahwa “modal kerja mengandung dua pengertian

pokok yaitu gross working capital yang merupakan keseluruhan dari aktiva lancar dan net

working capital yang merupakan selisih antara aktiva lancar dikurangi hutang lancar.

Kemudian Ahmad (1997) mengemukakan modal kerja dari segi konsepnya yaitu modal

kerja secara umum dapat berarti: 1). Seluruh aktiva lancar atau modal kerja kotor (gross

working capital) atau konsep kuntitatif, 2). Aktiva lancar dikurangi utang lancar (net

working capital) atau konsep kuantitatif, 3). Keseluruhan dana yang diperlukan untuk

menghasilkan tahun berjalan atau functional working capital atau konsep fungsional. Noor

(2007) mengartikan modal dari sudut sumber dananya, dikatakan bahwa sumber dana

jangka panjang yang ada dalam perusahaan, terdiri dari modal sendiri (equity) dan utang

jangka panjang.

Kemudian Sartono (2001) berpendapat bahwa “ada dua pengertian modal kerja

yaitu gross working capital adalah keseluruhan aktiva lancar, sementara net working capital

adalah kelebihan aktiva lancar di atas hutang lancar. Lebih lanjut Sartono (2001)

mengemukan bahwa “konsep modal kerjanol (zero working capital) merupakan selisih

antara persediaan ditambah dengan piutang dikurangi dengan hutang jangka pendek”,

konsep ini tidak termasuk di dalamnya alat-alat yang paling likuid dalam harta lancar,

seperti kas, efek atau sekuritas, akan tetapi yang termasuk di dalamnya adalah persediaan

dan piutang. Kasmir (2006) ”modal kerja yaitu modal yang digunakan untuk membiayai

operasional perusahaan pada saat perusahaan sedang beroperasi”. Dengan demikian modal

kerja selalu dipergunakan oleh suatu badan usaha untuk membiayai kegiatan usahanya

sehari-hari secara terus menerus.

Menurut Weston, et.al (1990) ”modal kerja adalah investasi perusahaan pada aktiva

jangka pendek yaitu kas, sekuritas yang mudah di pasarkan, persediaan dan piutang usaha”.

Modal kerja didefinisikan oleh para ahli bermacam ragam, mereka memandang dari

masing-masing konsep modal kerja itu sendiri. Brealey, et.al (2004) yang menyatakan

bahwa “Working capital is current assets minus current liabilities. Often called working

capital” modal kerja adalah harta lancar dikurangi dengan hutang lancar yang sering

disebut dengan modal kerja. Longenecker, et.al (2001) “modal kerja merupakan aktiva

likuid yang dapat diubah menjadi kas dalam siklus operasi sebuah perusahaan”.

Tenaga Kerja Pengertian Ketenagakerjaan menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003

Tentang Ketenagakerjaan Pasal 1 ayat (1) adalah segala hal yang berhubungan dengan

Page 88: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

88

tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. Sedangkan pengertian

Tenaga Kerja dalam Pasal 1 ayat (2) adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan

guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun

untuk masyarakat.

Menurut Soemitro (2010), ”tenaga kerja (man power) adalah bagian dari angkatan

kerja yang berfungsi dan ikut serta dalam proses produksi serta menghasilkan barang atau

jasa”. Sedangkan di dalam Data Statistik Indonesia (2010) dijelaskan bahwa tenaga kerja

(man power) adalah seluruh penduduk dalam usia kerja (berusia 15 tahun atau lebih) yang

potensial dapat memproduksi barang dan jasa. Sementara kerja merupakan sesuatu yang

dibutuhkan oleh manusia. Kebutuhan itu bisa bermacam-macam berkembang dan berubah,

bahkan sering kali tidak disadari oleh pelakunya. Seorang pekerja ada sesuatu yang rendah

dicapainya dan orang berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukan akan membawanya

kepada suatu keadaan yang lebih memuaskan dari pada keadaan sebelumnya (As’ad, 1999).

Menurut Fran (1998), menyatakan pekerjaan adalah kegiatan yang direncanakan,

jadi pekerjaan itu memerlukan pemikiran yang khusus. Kegiatan yang dilaksanakan tidak

hanya karena pelaksanaan kegiatan itu sendiri yang menyenangkan melainkan karena kita

mau dengan sungguh mencapai suatu hasil yang kemudian berdiri sendiri. Menurut Smith

(2000) menyatakan bahwa tujuan dari kerja adalah untuk hidup. Sedangkan Miller dan

form (1998) menyatakan bahwa motivasi untuk bekerja tidak dapat dikaitkan hanya pada

kebutuhan-kebutuhan ekonomi sebab orang tetap akan bekerja walaupun mereka sudah

tidak membutuhkan hal-hal yang bersifat materil jadi kerja merupakan bagian yang tidak

bisa dipisahkan dari kehidupan manusia.

Pengalaman Usaha

Nasution (2002) berpendapat bahwa salah satu faktor determinan pendapatan adalah

rutinitas yaitu kegiatan yang dilakukan secara terus menerus, dalam hal ini pengalaman

dalam berusaha. Pengalaman usaha tentu tidak terlepas dari kegiatan wirausaha, lama

waktu atau berbagai macam kegiatan usaha yang pernah dilakukan di masa lampau disebut

sebagai pengalaman usaha. Kata wirausaha atau “pengusaha” diambil dari bahasa Perancis

“entrepreneur” yang pada mulanya berarti pemimpin musik atau pertunjukkan (Jhingan,

1999).

Kemampuan dan keahlian seseorang dilatarbelakangi oleh pendidikan dan

pengalaman, karena pendidikan membutuhkan proses yang panjang, begitu juga dengan

pengalaman. Pengalaman muncul akibat dari panjangnya waktu yang dipergunakan dalam

bekerja atau berusaha pada lapangan usaha tertentu. Melalui pengalaman tersebut timbul

keahlian, kemampuan dan keuletan serta pengetahuan. Pada umumnya semakin

berpengalaman seseorang semakin mudah menjalankan usahanya kearah keberhasilan, dari

pengalaman tersebut seseorang terus belajar dan berusaha memperbaiki dari keadaan yang

tidak menguntungkan kepada arah yang lebih baik dan menguntungkan.

Gitosudarmo (1999) mengemukakan bahwa “bertambahnya pengalaman pekerja

maka dia mampu melakukan efisiensi atau menekan biaya seminimal mungkin yang pada

akhirnya berdampak pada tingkat pendapatan yang diperoleh”. Faktor penentu

produktivitas dari modal manusia ditujukan pada pengatahun dan keahlian yang diperoleh

pekerja melalui pendidikan, pelatihan dan pengalaman. Modal manusia meliputi keahlian-

keahlian yang diperoleh, juga pelatihan-pelatihan kerja (Mankiw,2004).

Page 89: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

89

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh usaha kecil yang tersebar di wilayah

Kota Lhokseumawe. Berhubung jumlah populasi tidak diketahui di kota Lhokseumawe

maka teknik penarikan sampel dilakukan dengan non probabilty sampling dengan metode

Purposive Sampling, yaitu suatu metode pengambilan sampel yang bersifat tidak acak dan

sampel dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan ataupun kriteria-kriteria tertentu

(Arikunto, 1997). Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah pengusaha

kecil yang tempat usahanya diwilayah kota Lhokseumawe yang berjumlah 100 orang.

Model Analisis Data

Adapun model analisis data yang digunakan untuk menjawab yang mendeterminasi

pendapatan usaha kecil adalah multiple regresion analysis atau analisis regresi berganda

dengan persamaan sebagai berikut

LnY = ß0 + ß1LnX1 + ß2LnX2 + ß3LnX3 + e

Dimana:

Y = Pendapatan Usaha Kecil

X1 = Modal Kerja

X2 = Tenaga Kerja

X3 = Pengalaman Usaha

ß0 = Intercep atau Konstanta

ß1 – ß3 = Parameter regresi

e = Error term

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Determinan Pendapatan Usaha Kecil di Kota Lhokseumawe

Koefisien Korelasi dan Determinasi Koefisien korelasi berguna untuk melihat sejauhmana hubungan antara variabel

independen terhadap variabel dependen. Hasil analisis koefisien korelasi (R) ditemukan

sebesar 0,829. Hal ini berarti hubungan variabel dependen yaitu pendapatan usaha kecil

terhadap variabel independen yang terdiri dari modal kerja, tenaga kerja dan pengalaman

usaha sebesar 82,9%. Selanjutnya koefisien determinasi (R Square) digunakan untuk

mengukur sejauhmana variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen. Hasil

analisis koefisien determinasi didapatkan (R Square) sebesar 0,687. Nilai ini menunjukkan

bahwa kemampuan variabel independen yang terdiri dari modal kerja, tenaga kerja dan

pengalaman usaha dapat menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel dependen yaitu

pendapatan usaha kecil di Kota Lhokseumawe sebesar 68,7% , sedangkan sisanya 31,7%

dipengaruhioleh variabel lain di luar dari model penelitian ini (Tabel. 1)

Page 90: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

90

Tabel 1: Koefisien Korelasi dan Determinasi

Model R R Square

Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

.829(a) .687 .678 .17522

a Predictors: (Constant), Modal Kerja, Tenaga Kerja, Pengalaman Usaha

Sumber : Hasil Penelitian, 2010 (Data diolah)

Pengujian Simultan (Uji F) Uji secara simultan (Uji-F) dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel

independen berpengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen

secara statistik atau sebaliknya. Dari hasil pengujian secara bersama-sama (simultan)

sebagaimana yang disajikan pada Tabel 1 di atas dapat dilihat nilai Fhitung sebesar 70,345

dengan signifikansi alpha sebesar 0,000 pada taraf kepercayaan 95%. Sedangkan Ftabel v1

= n-k (100 –4 = 96) dan v2 = k-1 (4 - 1= 3) diperoleh nilai sebesar 5,66 pada α = 0,05.

Maka Fhitung > Ftabel, yaitu 70,345 > 5,66 dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05.

Dengan demikian menolak Ho dan menerima Ha, yang berarti modal kerja, tenaga kerja

dan pengalaman usaha secara bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap

pendapatan usaha kecil di Kota Lhokseumawe (Tabel 2).

Tabel. 2 Hasil Pengujian Secara Simultan

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Regression 6.480 3 2.160 70.345 .000(a)

Residual 2.948 96 .031

Total 9.427 99

a Predictors: (Constant), Modal Kerja, Tenaga Kerja, Pengalaman Usaha

b Dependent Variable: Pendapatan Usaha Kecil

Sumber : Hasil Penelitian, 2010 (Data diolah)

Pengujian Secara Parsial (Uji t) Uji secara parsial (Uji t) dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen

secara individual (parsial) terhadap variabel dependen secara statistik. Adapun hasil

pengujian secara parsial dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.

Page 91: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

91

Tabel. 3 Hasil Pengujian Secara Parsial

Model Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t

Sig.

B Std. Error Beta

(Constant) 9.987 .623 16.032 .000

Modal Kerja .242 .049 .348 4.962 .000

Tenaga

Kerja .044 .008 .344 5.229 .000

Pengalaman

Usaha .040 .008 .342 4.939 .000

a Dependent Variable: Pendapatan Usaha Kecil

Sumber : Hasil Penelitian, 2010 (Data diolah)

Berdasarkan Tabel 3 di atas, maka persamaan regresi linear berganda sebagai

berikut:

LnY = 9,987+ 0,242LnX1+ 0,044LnX2+ 0,040LnX3

Dari hasil uji parsial sebagaimana di sajikan pada Tabel 3 di atas dapat dilihat

bahwa semua variabel independen memiliki nilai thitung > ttabel dan signifikan pada taraf

uji 95% dengan nilai signifikan < α = 0,05, di mana ttabel dengan (df)= n-k (100–4 =96)

pada α = 0,05 diperoleh nilai 1,980. Dengan demikian seluruh variabel independen yaitu

modal kerja, tenaga kerja dan pengalaman usaha berpengaruh signifikan terhadap variabel

dependen yaitu pendapatan usaha kecil di Kota Lhokseumawe pada taraf kepercayaan 95%.

Dari ketiga variabel independen dalam penelitian ini yang paling dominan mempengaruhi

pendapatan usaha kecil di Kota Lhokseumawe yaitu variabel modal kerja yang mempunyai

nilai koefisien sebesar 0,242 dan niai signifikansi 0,000 pada α = 0,05.

Variabel modal kerja (X1) mempunyai koefisien sebesar 0,242 yang berarti bahwa

apabila menambahnya modal kerja Rp.1 maka akan meningkatnya pendapatan usaha kecil

sebesar Rp. 0,25 dengan asumsi ceteris paribus. Hasil ini menunjukkan bahwa setiap

penambahan modal kerja dalam berusaha maka dapat meningkatkan pendapatan. Modal

kerja tersebut merupakan variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi tingkat

pendapatan usaha kecil di Kota Lhokseumawe, karena dengan menambahnya modal kerja

tersebut dapat ditingkatkan lagi bahan bakunya dengan jumlah yang lebih besar lagi. Hasil

penelitian ini sejalan dengan konsep Winardi (1994) modal merupakan salah satu faktor

produksi yang dapat mempengaruhi pendapatan. Hasil penelitian ini juga konsisten dengan

hasil penelitian Nusantara (2004) yang menemukan bahwa pengalaman kerja berpengaruh

terhadap pendapatan pekerja non farm. Kemudian juga konsisten dengan penelitian Nazir

dan Nasir (2006) yang menemukan variabel modal usaha berpengaruh signifikan terhadap

tingkat pendapatan pengrajin garam. Kemudian sejalan dengan hasil penelitian Sasmita

(2006) yang menemukan variabel modal usaha berpengaruh signifikan terhadap tingkat

pendapatan usaha nelayan.

Variabel tenaga kerja (X2) mempunyai koefisien sebesar 0,044 yang berarti bahwa

apabila menambahnya tenaga kerja 1 orang maka akan meningkatnya pendapatan usaha

kecil sebesar Rp.0,05 dengan asumsi ceteris paribus. Dari hasil penelitian ini juga

Page 92: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

92

menunjukkan bahwa menambahnya tenaga kerja dalam bekerja pada usaha kecil maka akan

meningkatkan pendapatannya. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Nusantara

(2004), Nazir dan Nasir (2006) dan Sasmita (2006) yang menemukan dalam penelitiannya

tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap pendapatan.

Variabel pengalaman usaha (X3) mempunyai koefisien sebesar 0,040 menunjukkan

bahwa apabila menambahnya pengalaman 1 tahun maka akan meningkatnya pendapatan

usaha kecil sebesar Rp.0,04 dengan asumsi ceteris paribus. Dari hasil penelitian

menunjukkan bahwa menambahnya pengalaman dalam berusaha maka dapat meningkatkan

pendapatannya. Hasil penelitian ini juga sejalan sejalan dengan konsep Nasution (2002)

yang menyatakan bahwa salah satu faktor determinan pendapatan adalah rutinitas yaitu

kegiatan yang dilakukan secara terus menerus, rutinitas tersebut membutuhkan waktu yang

lama, dalam hal ini pengalaman dalam berusaha. Penelitian ini juga konsisten dengan hasil

penelitian Nusantara (2004), Nazir dan Nasir (2006) dan Sasmita (2006) hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa pengalaman dalam berusaha berpengaruh signifikan terhadap

pendapatan.

REKOMENDASI

Pendapatan usaha kecil di kota Lhokseumawe sangat ditentukan oleh modal kerja,

tenaga kerja dan pengalaman usaha. Untuk lebih meningkatkan tingkat pendapatan usaha

kecil diharapkan agar mempergunakan modal kerja dengan jumlah yang lebih banyak lagi

dengan mencari sumber-sumber dana lainnya, karena modal kerja merupakan variabel yang

paling dominan dalam menentukan tingkat pendapatannya. Disamping itu agar lebih

ditingkatkan lagi produktivitas kerja dari tenaga kerja, supaya dapat menghasilkan output

atau produk yang lebih banyak lagi, dengan sendirinya dapat meningkatkan pendapatannya.

Kemudian menambahkan pengalaman usahanya, dengan menambahkan pengalaman maka

dapat menyediakan dan melayani kebutuhan konsumen dan pada akhirnya berdampak pada

peningkatan pendapatan.

REFERENSI

Ahmad, Kamaruddin. 1997. Dasar-Dasar Manajemen Modal Kerja. Rineka Cipta, Jakarta.

Alwi, Syafaruddin. 1991. Alat-Alat Analisis Dalam Pembelanjaan, Edisi Revisi, Andi

Offset, Yogyakarta.

Antonio, Muhammad Syafi’i. 2002. Bank Syariah Dari Teori ke Praktek. Gema

Insani Press, Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 1997. Metode Penelitian, Penerbit Bina Aksara, Jakarta

As’ad, Moh .1999. Kader Kesehatan Masyarakat, Penerbit Ege, Jakarta

Ashari. 2006. Potensi Keuangan Mikro (LKM) Dalam Pembangunan Ekonomi Pedesaan

Dan Kebijakannya Pengembangannya, Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian,

Volume 4 No.2, Juni 2006 : 146-164, Bogor

Badan Statistik Indonesia Index Artikel tentang Tenaga Kerja,

http://www.datastatistik.indonesia.com/content/view/801/801, diakses hari Kamis,

tanggal 17 Maret 2010.

Page 93: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

93

Bank Indonesia. 2001. Sejarah Peranan Bank Indonesia Dalam Pengembangan Usaha

Kecil, Biro Kredit, Bank Indonesia, Jakarta

Fran. 1998. Produktivitas Tenaga Kerja, Penerbit PT. Jaya Baya, Bogor

Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Penerbit

Badan Penerbit Universitas Diponogoro, Semarang

Gitisudarmo, Indriyo. 1999. Manajemen Operasi, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta.

Jhingan, M.L. 1999. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Penerbit Rajawali Pers,

Jakarta

Kasmir.2006. Kewirausahaan, Penerbit Raja Grafindo Persada, Jakarta

Kuswadi. 2008. Memahami Rasio-Rasio Keuangan Bagi Orang Awam, Cetakan Kedua,

Penerbit PT. Alex Media Komputindo, Jakarta

Longenecker, et.al. 2001. Kewirausahaan “Manajemen Usaha Kecil, Buku 1,. Salemba

Empat, Jakarta.

Mankiw, N. Gregory. 2004. Principles of Economics ”Pengantar Ekonomi Makro , Edisi

Ketiga, Alih Bahasa Criswan Sungkono, Salemba Empat, Jakarta

Mankiw, N. Gregory. 2004. Principles of Economics ”Pengantar Ekonomi Makro” , Edisi

Ketiga, Alih Bahasa Criswan Sungkono, Salemba Empat, Jakarta

Manurung, Adler Haymans. 2006. Cara Menilai Perusahaan, Penerbit PT. Alex Media

Komputindo, Jakarta

Miller dan Form.1998. Motivasi Dalam Meningkatkan Produktivitas Kerja, Penerbit

Gasindo, Bandung

Nanga, Muana. 2004. Makro Ekonomi “Teori, Masalah dan Kebijakan”, Edisi Perdana,

Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Nasution, Mulia. 2002. Teori ekonomi Makro “Pendekatan Pada Perekonomian

Indonesia”, Djambatan, Jakarta

Nazir dan Nasir. 2006. Analisis Determinan Pendapatan Pengrajin Garam di Propinsi

Nanggroe Aceh Darussalam, Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat,

Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe

Ningsih, Surya. 2001. Manajemen Pemasaran, Pelita, Jakarta.

Noor, Henry Faizal. 2000. Ekonomi Manajerial. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Nurdirman. 2001. Manajemen Tugas, Tanggung Jawab, Praktek, Gramesia, Jakarta

Nusantara, Ambo Wonua. 2004. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pekerja

Pada Sektor Non Farm Di Pedesaaan Jawa: Eksplorasi Data Sakerti 2000, Tesis

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Rizal. 2001. Teknik-Teknik Manajemen Modern, Pena Tinta, Jakarta

Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan “Teori dan Aplikasi, Edisi Empat, Badan

Penerbit Fakultas Ekonomi,Yogyakarta

Sasmita, Nanda. 2006. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha

Nelayan Di Kabupaten Asahan, Tesis, Universitas Sumatera Utara, Medan

Simamora, Henry. 2000. Manajemen Pemasaran Internasional, Jilid 1, Salemba Empat,

Jakarta.

Smith, May. 2000. Efektifitas Tenaga Kerja, Penerbit Putra Bangsa, Surabaya

Soemitro, Djojohadikusumo. Modul Online, Pengertian Kesempatan, Angkatan Kerja dan

Tenaga Kerja, http://www.e-dukasi.net/mol/mo_full.php?moid=

6&fname=eko202_10.htm diakses hari Kamis, tanggal 17 Maret 2010.

Page 94: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

94

Sukirno, S.1994. Pengantar Penelitian Bisnis, Penerbit Alfabeta, Bandung

Surat Keputusan Menteri Perindustrian No. 286/M/SK/10/1989 dan Bank Indonesia,

Jakarta

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Jakarta

Weston, J Fred dan Eugene F Brigham. 1990. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Jilid 1.

Edisi Kesembilan, Alih bahasa Alfonsus Sirait, Erlangga, Jakarta.

Winardi, J. 2002. Manajemen perilaku organisasi, Penerbit Kanisius, Jakarta

Page 95: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

95

PENGARUH KOMPENSASI DAN PROMOSI TERHADAP PRESTASI KERJA

KARYAWAN PADA PT. PLN (PERSERO) CABANG LHOKSEUMAWE

Nurmala

Abstract: To possess high – achieving employee is an aim of every company. Whether it is

achieved on will depend on the policy taken by a particular company. Employee’s work

performances are influenced by some factors, nomely ability, work motivation, opportunity

to achieve, job’s description clarity, hope certainty, job feed back & job repayment.This

research aims to find out compasation and promotion toward employee’s work

performance in PT. PLN Lhokseumawe, NAD.The object of the research employee in PT.

PLN. The sample of this research is 54 respondents who are employee. Data are collected

by using abservation techniques, interview and quetionaire. Double linear regression

analysis and SPSS testing system are used. To find out the influence of compasation and

promotion, a long with F test, and test on trust 95% or @ = 0,05.The f significantion value,

hipothesis testing simultaneously is 0,000 compared with real level @ =0,05 which means f

significant value is smaller than real level. This shows that simultaneously compensation

variable and promotion has significant influences to employee’s work performance. Based

on coefisien standardized value, it is found that partially compensastion variable has

dominant influence.R-square or determination-coefficient of 0,514 showed that 51,4% of

employees work could be cleared by both compensastion and promotion, 48,6% could be

cleared by unobserved variables. The result of this research showed that ether by s

simultaneoyusly or partially, compensation and promotion influence work performances

significantly at PT. PLN Lhokseumawe- NAD.

Key words: compasation, promotion, performance

____________________________________________________________________

Nurmala, Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh

Page 96: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

96

PENDAHULUAN

PT. PLN (Persero) Cabang Lhoseumawe merupakan perusahaan negara yang

bergerak dalam bidang kelistrikan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, yang memiliki

misi antaranya menjadikan yang terbaik dalam bisnis kelistrikan dan memenuhi tolak ukur

mutakhir dan terbaik, serta mengelola usahanya dengan mengedepankan pemberdayaan

potensi insane secara maksimal.

Salah satu cara manajemen untuk meningkatkan prestasi kerja adalah dengan

stimulus melalui kompensasi. Kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima karyawan

sebagai balas jasa untuk kerja mereka. Masalah kompensasi merupakan fungsi yang

kompleks atas dasar logis, rasional, dan dapat dipertahankan. Hal ini menyangkut banyak

factor emosional dari sudut pandang para karyawan. Bonus dari organisasi mungkin tak

cukup membuat semua karyawan puas dan senang dalam bekerja. Mestinya manajemen

mulai memahami keinginan karyawan.

Kompensasi bisa dirancang secara benar untuk mencapai keberhasilan bersama

sehingga karyawan merasa karyawan merasa puas dengan jerih payah mereka dan

termotifasi untuk mencapai tujuan dan sasaran bersama manajemen. Tingkat kompensasi

akan menentukan skala kehidupan ekonomi karyawan, sedangkan kompensasi relative

menunjukkan status dan harga karyawan. Dengan demikian, apabila karyawan memandang

bahwa bila kompensasi tidak memadai maka produktivitas, prestasi kerja, dan kepuasan

kerja karyawan akan turun.

Begitu juga dengan promosi akan memberikan peran penting bagi setiap karyawan,

bahkan menjadi idaman yang selalu dinanti-nantikan. Dengan promosi berarti ada

kepercayaan dan pengakuan mengenai kemampuan serta kecakapan karyawan

bersangkutan untuk menduduki suatu jabatan yang lebih tinggi. Dengan demikian, promosi

akan memberikan status social, wewenang (authority), tanggung jawab (responsibility),

serta penghasilan (outcomes) yang semakin besar karyawan.

Jika ada kesempatan bagi setiap karyawan dipromosikan berdasarkan asas keadilan

dan objektifitas, karyawan akan terdorong bekerja giat, bersemangat, berdisiplin, dan

berprestasi kerja sehingga sasaran perusahaan secara optimal dapat dicapai. Adanya

kesempatan untuk dipromosikan juga akan mendorong penarikan (recruiting) pelamar yang

semakin banyak memasukkan lamarannya ehingga pengadaan (procurement) karyawan

yang baik bagi perusahaan akan lebih mudah. Sebaliknya, jika kesempatan untuk

dipromosikan relative kecil tidak ada gairah kerja, semangat kerja, disiplin kerja, dan

prestasi kerja karyawan akan menurun. Begitu besarnya peranan promosi karyawan maka

sebaiknya manajer personalia harus menetapkan program promosi serta

menginformasikannya kepada para karyawan.

Program promosi harus memberikan informasi tentang asas-asas, dasar-dasar jenis-

jenis dan syarat-syarat karyawan yang dapat dipromosikan dalam perusahaan bersangkutan.

Program promosi harus diinformasikan secara terbuka, baik asas, dasar, jenis, persyaratan,

maupun metode penilaian karyawan yang akan dilakukan dalam perusahaan. Jika hal ini

diinformasikan dengan baik, akan menjadi motivasi bagi karyawan untuk bekerja sungguh-

sungguh.

Pencapaian prestasi kerja karyawan dipengaruhi oleh factor-faktor kemampuan,

minat menjalankan pekerjaan, peluang bertumbuh dan maju, tujuan yang terdefinisikan

dengan jelas, kepastian tentang apa yang diharapkan, umpan balik mengenai seberapa baik

Page 97: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

97

mereka mengerjakan. Nilai yang dirasakan dari sebuah pekerjaan dan penghargaan yang

diterima seseorang karyawan merupakan faktor yang penting untuk kepuasan atas

kompensasi. Dengan demikian kompensasi merupakan penetu apakah seseorang bersedia

untuk bekerja baik sehingga menghasilkan prestasi kerja yang tinggi.

KERANGKA KONSEP

Kenyataan yang tidak dapat disangkal lagi, bahwa motivasi dasar bagi kebanyakan

orang menjadi pegawai/karyawan pada suatu organisasi tertentu, adalah untuk mencari

nafkah. Berarti apabila di satu pihak seseorang menggunakan pengetahuan, ketrampilan,

tenaga dan sebagian waktunya untuk berkarya pada suatu organisasi/ perusahaan, di pihak

lain ia mengharapkan menerima kompensasi tertentu. Berangkat dari pandangan demikian,

dewasa ini masalah kompensasi dipandang sebagai salah satu tantangan yang harus

dihadapi oleh manajemen suatu organisasi. Dikatakan merupan tantangan, karena

kpmpensasi oleh para pekerja tidak dipandang semata-mata sebagai alat pemuas kebutuhan

materinya, akan tetapi sudah dikaitkan dengan harkat dan martabat manusia. Peranan dalam

mengembangkan suatusistem kompensasi tertentu, kepentiangan organisasi dan

kepentingan para pekerja mutlak perlu diperhitungkan.

Menurut Rivai (2004), menyatakan bahea kompensasi merupakan sesuatu yang

diterima karyawan sebagai pengganti kontribusi jasa mereka pada perusahaan. Pemberian

kompensasi merupakan salah satu pelaksanaan fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia

yang berhubungan dengan semua jenis penghargaan individual sebagai pertukaran dalam

melakukan tugas keorganisasian

Milkovich dan Newman (1999) menyatakan, bahwa, secara harfiah kompensasi

berarti untuk member imbalan, mengganti¸memperbaiki. Hal ini berarti suatu pertukaran.

Secara tradisional, kompensasi dianggap sebagai sesuatu yang diberikan oleh seorang

atasan. “Leterally , compensation means to counterbalance, to offset, to make up for it

Implies an exchange … Traditionally, compensation is thought of as something given by

one”s supervisor”.

Dessler dalan Molan (1997) menyatakan: Bahwa kompensasi karyawan merujuk

pada semua bentuk upah atau imbalan yang berlaku bagi dan muncul dari pekerjaan

mereka, dan mempunyai dua komponen. Ada pembayaran keuangan langsung dalam

bentuk upah, gaji, insentif, komisi, bonus dan ada pembayaran yang tidak langsung dalam

bentuk tunjangan keuangan seperti asuransi dan uang liburan yang dibayarkan majikan.

Simamora (1997) menyatakan bahwa kompensasi sebagai imbalan-imbalan

finansial (financial reward) yang diterima oleh orang-orang melalui hubungan

kepegawaian dengan sebuah organisasi sebagai ganti bagi kontribusi kepada organisasi.

Selanjutnya Davis and Wenther (1996) menyatakan: bahwa kompensasi mempunyai arti

lebih dari gaji ataupun upah, tetapi juga termasuk insentif yang dapat mendorong karyawan

untuk bekerja dan mempunyai hubungan dengan biaya produktivitas. Selain itu tunjangan

dan services juga merupakan bagian kompensasi yang turut mempengaruhi seorang

bekerja.

Menurut Invacevich (1995), kompensasi adalah balas jasa yang berupa financial

maupun non financial. Kompensasi finansial yang langsung berbentuk pembayaran pada

karyawan yang dapat berupa upah, gaji, bonus dan komisi. Sedangkan kompensasi finansial

Page 98: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

98

yang tidak langsung berupa tunjangan dan semua balas jasa yang bersifat tetap, tetapi balas

bukan termasuk kompensasi financial langsung. Untuk balas jasa non financial dapat

berupa pujian, harga diri, dan pengakuan terhadap prestasi yang telah dilakukan karyawan.

Mondy dan Noe (1993) menyatakan bahwa: manajemen sumber daya manusia merupakan

pemanfaatan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan perusahaan. Sedangkan bagi

pegawai, salah satu tujuan bekerja adalah untuk memperoleh imbalan (kompensai) sebagai

timbale balik dari pekerjaan yang dilakukannya.

Promosi

Menurut Moenir (2001) promosi adalah kegiatan pemindahan pegawai dari suatu

jabatan kepada jabatan yang lain yang lebih tinggi. Dengan demikian promosi akan selalu

diikuti oleh tugas, tanggung jawab dan wewenang yang lebih tinggi daripada jabatan yang

diduduki sebelumnya atau pengangkatan pegawai untuk memangku suatu tugas/jabatan

tertentu. Rivai (2004) berpendapat bahwa”promosi terjadi apabila seorang karyawan

dipindahkan dari suatu pekerjaan ke pekerjaan lain yang lebih tinggi dalam pembayaran,

tanggung jawab dan atau level”.

Menurut sastrohadiwiryo (2002), promosi dapat diartikan sebagai proses perubahan

dari suatu pekerjaan kepekerjaan lain dalam hirarki wewenang dan tanggung jawab yang

lebih tinggi daripada dengan wewenang dan tanggung jawab yang telah diberikan kepada

tenaga kerja pada waktu sebelumnya. Menurut suagian (2003) promosi ialah apabila

seseorang pegawai dipindahkan dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain yang tanggung

jawabnya lebih besar, tingkatannya dalam hirarki jabatan lebih tinggi dan penghasilannya

pun lebih besar pula. Hasibuan (2003) menyatakan bahwa promosi (promotion)

memberikan peran penting bagi setiap karyawan, bahkan menjadi idaman yang selalu

dinanti-nantikan. Dengan promosi berarti ada kepercayaan dan pengakuan mengenai

kemampuan serta kecakapan karyawan bersangkuta untuk menduduki suatu jabatan yang

lebih tinggi. Dengan demikian, promosi akan memberikan status social, wewenang

(authority), tanggung jawab (responsibility), serta penghasilan (Outcomes) yang semakin

besar bagi karyawan.

Prestasi Kerja

Menurut hasibuan (2003), “Prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai

seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan

atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu”. Selanjutnya Hasibuan

menyatakan bahwa”Hasil kerja perlu dinilai. Penilaian prestasi kerja adalah kegiatan

manejer untuk mengavaluasi perilaku dan prestasi kerja karyawan serta menetapkan

kebijaksanaan selanjutnya”. Gibson skk (1992) menyatakan bahwa, pengertian prestasi

kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai

dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Menurut dharma (1985). “Prestasi kerja adalah suatu yang dikerjakan atau produk

dan jasa yang dihasilkan atau diberikan oleh seseorang atau sekelompok orang. Dengan

demikian prestasi kerja perlu dinilai untuk mengetahui bagaimana hasil kerja yang dicapai

oleh karyawan. Schuler dan Jackson (1999) menyatakan bahwa: Dalam penilaian prestasi

dengan mengacu kepada suatu system formal dan terstruktur yang mengukur, menilai, dan

mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan dengan pekerjaan, perilaku, dan hasil, termasuk

Page 99: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

99

tingkat ketidakhadiran, adalah untuk mengetahui seberapa produktif seorang karyawan dan

apakah ia bisa berkinerja sama atau lebih pada masa yang akan dating, sehingga karyawan,

organisasi, dan masyarakat semuanya memperoleh manfaat.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di PT. PLN (Persero) Cabang Lhokseumawe. Dengan jumlah

sampel 54 orang karyawan. Data yang dikumpulkan terdiri dari data sekunder dan data

sekunder dan data primer. Jenis penelitian yang dilakukan dengan metode survey.

Sedangkan analisa data dilakukan secara deskriptif kualitatif.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian

a. Uji Normalitas Untuk pengujian normalitas dala dalam penelitian ini dideteksi melalui grafik yang

dihasilkan melalui perhitungan regresi dengan SPSS. Hasil pengujian normalitas dapat

dilihat pada gambar 1 berikut:

Sumber: Hasil pengolahan SPSS

Gambar 1: Uji Normalitas

Dari gambar grafik di atas, dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan

menunjukkan indikasi normal. Santoso (2000) menyatakan bahwa, jika data menyebar

disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi

asumsi normalitas, dan sebaliknya jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan /atau

Page 100: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

100

tidak mengikuti arah garis diagonal, mak model regresi tidak memenuhi asumsi-asumsi

normalitas.

Pengujian Hipotesis

Berdasarkan hasil regresi dari data primer yang diolah dengan menggunakan

program SPSS diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 1: Hasil Regresi kompensasi dan promosi terhadap prestasi kerja

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig Collinearity

Statistics

Model B Std

Error

Beta Toleranc

e

VIF

1 (Constant) .870 .298 2.921 .005

Kompensasi .208 .074 .249 2.815 .006 .756 1.323

Promosi .569 .090 .560 6.325 .000 .756 1.323

a. Dependen Variabel: Prestasi Kerja

Sumber: Hasil pengolahan SPSS

Tabel 2: Hasil Uji Determinasi

Model R R Square Adjusted R

Square

Stand.Error of

the Estimate

1 .717 .514 .502 .1758

Predictors: (Constant), Promosi, kompensasi

b Dependent Variabel:Prestasi Kerja

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS

Berdasarkan Tabel 2 di atas, dapat dibuat persamaan sebagai berikut:

Y=0,870+ 0,208X1+ 0,569X2

Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa koefisient regresi X1 (kompensasi)

mempunyai tanda positif, hal ini menunjukkan bahwa pengaruh kompensasi adalah searah

dengan prestasi kerja. Dengan adanya kebijakan promosi mempunyai pengaruh positif

terhadap prestasi kerja. Koefosien regresi X2 (promosi) mempunyai tanda positif, hal ini

menunjukkan bahwa pengaruh promosi adalah searah dengan prestasi kerja. Dengan

adanya kebijakan promosi mempunyai pengaruh pengaruh positif terhadap prestasi kerja.

Sedangkan untuk mengetahui besarnya koefisien determinasi (R2) dapat dilihat pada tabel

4-2 tersebut, diketahui bahwa besarnya koefisien determinasi atau angka R Square adalah

sebesar 0,514, hal ini berarti bahwa variable-variabel bebas dapat menjelaskan 51,4%

terhadap variable terikatnya. Sedangkan sisanya 48,6% dijelaskan oleh variabel-variabel

bebas lain yang tidak diteliti.

Uji Serempak

Hasil uji secara serempak pengaruh variable kompensasi dan promosi terhadap

prestasi kerja karyawan dapat dilihat dalam Tabel 3 berikut:

Page 101: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

101

Tabel 3: Hasil Uji Serempak

Model Sum of

Squares

Df Mean Square F Sig.

1 Regression 2.679 2 1.339 43.324 .000

Residual 2.535 82 3.092E-02

Total 5.214 84

a. Predictors: (Constant), Promosi, Kompensasi

b. Dependen Variabel: Prestasi Kerja

Sumber: Hasil Pengolah SPSS

Dari Tabel 3 diatas, diperoleh nilai F hitung sebesar 43,324 dengan tingkat

signifikansi 0,000. Karena signifikansi 0,000 jauh lebih kecil dari 0,05 dan diperoleh nilai

F hitung sebesar 43,324 lebih besar dari F tabel pada tingkat kepercayaan 95% @ = 0,05

adalah 2,43. Makah hal ini memberikan arti bahwa variable bebas kompensasi dan promosi

secara serempak mempunyai pengaruh positif terhadap prestasi kerja karyawan pada PT.

PLN (persero) Cabang Lhokseumawe. Dengan demikian Ho yang menyatakan bahwa tidak

terdapat pengaruh kompensasi dan promosi secara bersama-sama terhadap prestasi kerja

karyawan pada PT. PLN (Persero) ditolak, berarti Ha yang menyatakan terdapat pengaruh

kompensasi dan promosi secara bersama-sama terhadap prestasi kerja karyawan pada

PT. PLN (Persero) diterima.

Uji Parsial

Hasil Uji pengaruh secara parsial variable kompensasi dan promosi terhadapprestasi

kerja karyawan dapat dilihat dalam tabel 4.

Tabel 4: Hasil Uji Parsial

Model Unstandardized

Coefficients

t Sig.

B

1 (Constant) .870 2.921 .005

Kompensasi .208 2.815 .006

Promosi .569 6.325 .000

a. Dependen Variabel: Prestasi Kerja Karyawan

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS

Pengaruh Kompensasi Terhadap Prestasi Kerja

Berdasarkan Tabel 4-4 diketahui nilai t hitung pengaruh variable kompensasi (X1)

sebesar 2.815 dengan nilai signifikansi 0,006 , sedangkan t tabel pada tingkat kepercayaan

95% atau @ = 0,05 adalah 1.999 ini berarti bahwa t hitung lebih besar t tabel (2.815

> 1.999). Maka dapat dikatakan bahwa variable kompensasi mempunyai pengaruh yang

siknifikan terhadap prestasi kerja karyawan. Dari hasil uji signifikansi tersebut maka Ho di

tolak, dan sebaliknya Ha yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif yang

signifikansi kompensasi terhadap prestasi kerja karyawan PT. PLN dapat diterima.

Page 102: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

102

Pengaruh Promosi terhadap Prestasi Kerja

Berdasarkan tabel 4 diketahui nilai t hitung pengaruh promosi (X2) sebesar 6.325

dengan nilai siknifikansi 0.000, sedangkan t tabel pada tingkat kepercayaan 95 % atau @ =

0,05 adalah 1,999. Oleh karena itu t tabel lebih besar dari t tabel (6.325 > 1,999). Maka

dapat dikatakan bahwa variable promosi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

prestasi kerja. Dari hasil uji signifikan tersebut maka Ho di tolak, dan sebaliknya Ha yang

menyatakan terdapat pengaruh promosi terhadap prestasi kerja karyawan pada PT. PLN di

terima, hal ini menunjukkan bahwa kebijakan Promosi yang diterapkan oleh PT. PLN

sangat mempengaruhi prestasi kerja karyawan yang terlihat melalui dedikasi, loyalitas dan

prestasi karyawan.

Berdasarkan dari hasil pengujian pada Tabel 4 - 4 dapat diketahui bahwa variable

dominan terhadap prestasi kerja karyawan PT. PLN (persero) adalah promosi, dimana

unstandardized coefficient promosi sebesar 0,569 lebih besar dari kompensasi

sebesar 0,208.

KESIMPULAN

1. Kompensasi dan promosi berpengaruh positif terhadap prestasi kerja karyawan.

Salah satu maksud orang bekerja disuatu perusahaan adalah untuk ikut berpartisipasi

dalam mengimplementasikan kompetensi dan komitmennya secara maksimal

dengan mendapatkan kompensasi, dengan dsemikian kebijakan kompensasi secara

financial langsung seperti gaji, tunjangan dan financial tidak langsung seperti hak

cuti, fasilitas serta kompensasi non finasial dapat mempengaruhi prestasi kerja

karyawan. Kebijakan kesempatan promosi atas dasar criteria-kriteria promosi

kepada pegawai mempengaruhi prestasi kerja karyawan

2. Promosi mempunyai pengaruh dominan terhadap kepuasan kerja pegawai

dibandingkan dengan kompensasi terhadap prestasi kerja karyawan. Promosi akan

memberikan status sosial, wewenang, tanggung jawab serta penghasilan yang

semakin besar bagi karyawan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimin, 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek Penerbit

Bumi Aksara Jakarta

Sugiono, 2003, Metode Penelitian Bisnis, CV. Alfabeta, Bandung

Sastrodiryo, B. Siswanto, 2002. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta

Rivai, Veithzal, 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan, dari Teori ke

praktek, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Davis,Keith dan Newstorm, J.W, 1993, Perilaku dalam Organisasi, Edisi kesembilan,

Terjemahan Agus Dharma, Penerbit Erlangga, Jakarta

Gibson, James L. Invacevich, Jhon M, dan Donnely Jr.James H. 1992. Organisasi dan

Manajemen: Perilaku Struktur dan Proses. Penerjemahan. Djerban Wahid.

Penerbit Erlangga Jakarta.

Page 103: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

103

Hasibuan, Malayu S.P. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit Bumi Aksara

Jakarta.

Milkovich, George T, and Boundreau, Jhon. B. 1997, Human Resouce Management, Eighth

Edition, Irwin Bokk Team

Simamora, Henry, 1995, Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit sekolah Tinggi Ilmu

Ekonomi YKPN. Jakarta.

Schuler, Randall S. dan Jackson, Susan E. 1996. Manajemen Sumber Daya Manusia

Menghadapi Abad ke 21. Edisi keenam Jilid 2. Penerbit Erlangga

Page 104: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

104

PENGARUH KERAGAMAN PRODUK DAN PELAYANAN TERHADAP

LOYALITAS KONSUMEN PADA SUPERMARKET HARUN SQUARE

DI KOTA LHOKSEUMAWE

Mariyudi

T. Zulkarnaen

Abstak: Abstract: This study aims to find out is any influence of the diversity of products

and services to consumers on supermarket loyalty Harun Square in the city of

Lhokseumawe. Primary data were collected by distributing questionnaires to 150

respondents who are a loyal consumer to Harun Square Supermarket in the city of

Lhokseumawe. The sampling technique used to take samples is the technique of accidental

(accidental sampling). Furthermore, these data were analyzed using statistical tools and

methods of multiple linear regression test data is done using SPSS (Statistical Package For

Social Science). The results showed that the correlation coefficient (R) of 0.840 or 84%.

The coefficient of determination (R2) of 0.705 or 70.5%. Regression coefficient of product

diversity (X1) and services (X2) has positive and significant impact on customer loyalty in

the Harun Square in the city of Lhokseumawe

Keywords: influence, diversity, products, services, loyalty

____________________________________________________________________

Mariyudi, Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh

T. Zulkarnaen, Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh

Page 105: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

105

PENDAHULUAN

Perkembangan bisnis ritel di Indonesia pada akhir-akhir ini semakin berkembang.

Hal ini ditandai dengan semakin banyak investor yang melakukan investasi dibidang

tersebut. Bisnis ritel di Indonesia berkembang dari gerai tradisional ke gerai modern berupa

supermarket. Supermarket dan departemen store pertama di Indonesia adalah Sarinah, yang

didirikan pada tahun 1962 di Jakarta. Supermarket dan departemen store baru berkembang

beberapa tahun kemudian.

Konsep yang muncul berikutnya dalam bisnis ritel adalah “one-stop shopping”,

yaitu suatu tempat berbelanja yang memenuhi semua kebutuhan individu dan keluarga.

Seiring dengan ini muncul suatu model yang berkembang, yaitu chainstore, yang

merupakan bersatunya beberapa gerai yang beroperasi di wilayah-wilayah yang berbeda

dalam suatu pengelolaan tim manajemen, gerai-gerai itu serupa dalam hal tampilan (luar

dan dalam), barang-barang yang dijual, dan dalam hal sistem operasionalnya. Selanjutnya

bisnis ritel berkembang lagi dengan munculnya pusat perbelanjaan dengan format baru

yang lebih memikat konsumen, yaitu mall. Pusat perbelanjaan atau mall memberikan nilai

tambah lain yaitu berupa hiburan dan kenyamanan berbelanja yang ditandai dengan gerai

bermain, restoran yang beragam, bank atau anjungan tunai mandiri (ATM), ruang publik

indoor yang nyaman dan menarik, serta area parkir yang luas, halal ini akan menimbulkan

persaingan diantara perusahaan-perusahaan tersebut. Agar perusahaan dapat memenangkan

persaingan mereka memanfaatkan peluang-peluang bisnis yang ada dan berusaha untuk

menerapkan strategi pemasaran yang tepat dalam rangka untuk menguasai pasar.

Penguasaan pasar merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang dilaksanakan

oleh para pengusaha dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidup

usahanya, berkembang dan mendapatkan laba semaksimal mungkin. Hal tersebut bisa

tercapai bila konsumen merasa puas akan kinerja produk yang ditawarkan oleh pengusaha.

Menurut Schanaars (dalam Tjiptono 2000:24) kepuasan pelanggan merupakan salah

satu kunci keberhasilan suatu usaha, hal ini dikarenakan dengan memuaskan konsumen,

organisasi atau perusahaan dapat meningkatkan tingkat keuntungannya dan mendapatkan

pangsa pasar yang lebih luas. Sedangkan Tjiptono (1997:162) pada dasarnya tujuan dari

suatu bisnis adalah menciptakan para pelanggan yang merasa puas. Terciptanya kepuasan

pelanggan dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya hubungan antara perusahaan

dan pelanggannya menjadi harmonis, memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang

dan terciptanya loyalitas pelanggan, dan membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke

mulut (word-of-mouth) yang menguntungkan bagi perusahaan Tjiptono (2000:68).

Konsumen yang loyal merupakan kunci sukses suatu bisnis atau usaha.

Mempertahankan konsumen yang loyal memang harus mendapatkan prioritas yang utama

dari pada mendapatkan pelanggan yang baru, kondisi ini disebabkan bahwa untuk merekut

atau mendapatkan pelanggan baru bukanlah hal yang mudah karena akan memerlukan

biaya yang banyak, maka sangatlah rugi bila perusahaan melepas konsumen yang loyal atau

pelanggan secara begitu saja.

Menurut Swatha dan Irawan (2002:122) faktor-faktor yang mempengaruhi akan

loyalitas adalah harga, penggolongan dan keragaman barang, lokasi penjual yang strategis

dan mudah dicapai, desain fisik toko, service yang ditawarkan pada pelanggan, kemampuan

tenaga penjual dan pengiklanan serta promosi di toko. Salah satu unsur kunci dalam

Page 106: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

106

persaingan diantara bisnis eceran adalah agam produk yang disediakan oleh pengecer. Oleh

karena itu, pengecer harus membuat keputusan yang tepat mengenai keragaman produk

yang dijual, karena dengan adanya macam-macam produk dalam arti produk yang lengkap

mulai dari merk, ukuran, kualitas dan ketersediaan produk setiap saat seperti yang telah

diuraikan diatas. Dengan hal tersebut maka akan memudahkan konsumen dalam memilih

dan membeli berbagai macam produk sesuai dengan keinginan mereka.

Sesuatu yang diinginkan oleh konsumen adalah bagaimana cara untuk mendapatkan

barang-barang yang dibutuhkan serta menyediakaan beranekaragam produk dan alternatif

pilihan, harga yang bersaing, pelayanan dan fasilitas yang memuaskan serta suasana

berbelanja yang nyaman semuanya terdapat dalam satu toko atau dengan nama lain yaitu

pasar swalayan. Disamping memperhatikan keragaman produk perusahaan yang bergerak

dibidang retail harus juga berupaya untuk memberikan pelayanan yang baik, sebab

pelayanan yang berkualitas merupakan salah satu cara untuk menarik dan mempertahankan

konsumen. Pelayanan harus diperhatikan karena dalam memilih suatu produk atau jasa

konsumen selalu berupaya untuk memaksimalkan nilai yang dirasakan. Apabila konsumen

merasa nilai yang dirasakan lebih tinggi dari pada yang diharapkan maka konsumen akan

merasa puas dan cenderung akan loyal.

Swalayan merupakan sebuah toko yang menganut operasi swalayan, volume harga

barang tinggi, laba sedikit dan berbiaya murah. Toko ini dirancang untuk memenuhi

kebutuhan konsumen baik makanan, minuman ataupun barang-barang rumah tangga yang

lain yang tidak memerlukan keterangan lebih lanjut. Keberadaan supermarket Harun

Square merupakan tempat perbelanjaan yang strategis dan terletak di pusat kota yang juga

merupakan pusat keramaian kota. Konsumen dimungkinkan tidak mengalami kesulitan

untuk datang, hal ini dikarenakan alat transportasi yang mudah ditemui sehingga

Supermarket Harun Square mudah untuk dijangkau.

Kepuasan konsumen yang menimbulkan loyalitas konsumen merupakan penentuan

konsumen untuk berbelanja. Dalam penelitian ini, penulis akan menganalisis mengenai

keragaman produk dan pelayanan. Sedangkan untuk penggolongan, lokasi, promosi tidak

dijelaskan karena supermarket Harun Square tidak melakukan promosi dan tiap-tiap produk

yang dijual di swalayan merupakan tanggung jawab produsen untuk melakukan promosi

bagi produknya masing-masing. Masalah yang akan diteliti berdasarkan pada judul dan

latar belakang permasalahan adalah sebagai berikut: adakah pengaruh keragaman produk

dan pelayanan terhadap loyalitas konsumen pada Supermarket Harun Square di Kota

Lhokseumawe. Secara garis besar, keragaman produk dan pelayanan mempengaruhi

tingkat loyalitas konsumen dapat dilihat didalam bagan dibawah beriktu ini:

Page 107: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

107

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

METODE

Lokasi penelitian ini adalah di Kota Lhokseumawe, alasan pemilihan lokasi

tersebut didasari pada data yang didapatkan lebih relevan dan tepat dengan judul yang

dianalisis. Ruang lingkup penelitian ini hanya dibatasi pada pengaruh keragaman produk

dan pelayanan terhadap loyalitas konsumen dalam berbelanja di Kota Lhokseumawe, guna

untuk mendapatkan data-data yang relevan dengan judul yang dianalisis.

Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 1996:115). Dalam

penelitian ini tidak diambil seluruh pembeli atau konsumen Supermarket Harun Square

sebagai responden karena selain memakan waktu juga terbatasnya tenaga dan dana. Jumlah

konsumen Supermarket Harun Square tidak terbatas, sehingga populasinya tidak terbatas.

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 1996:117). sampel

yang diambil minimal 150 responden. Adapun sampel akan diambil berdasarkan hari

berkunjung yang ramai dan sepi dari pengunjung. Teknik sampling yang digunakan untuk

mengambil sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik aksidental (accidental

sampling). Dalam hal ini pengumpulan data dilakukan melalui konsumen yang saat itu

dijumpai sedang melakukan pembelian di Supermarket Harun Square Lhokseumawe.

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini maka teknik yang

digunakan adalah :

1. Library Research, yaitu dengan membaca buku-buku, majalah, artikel, informasi dari

internet atau sumber bacaan lain yang relevan dengan penelitian ini.

2. Field Research, yaitu dengan mengumpukan data secara langsung pada lokasi dan

objek penelitian. Proses ini di lakukan dengan cara :

a. Observasi, yaitu dengan mengamati secara langsung objek penelitian

Keragaman Produk (X1)

� Kelengkapan produk yang

ditawarkan

� Merk produk yang

ditawarkan

� Variasi ukuran produk yang

ditawarkan

� Variasi kualitas produk

yang ditawarkan

Pelayanan (X1)

� Keandalan

� Keresponsifan

� Keyakinan

� Empati

� Berwujud

Loyalitas (Y)

� Lamanya konsumen

dalam berlangganan

� Frekuensi berbelanja

konsumen dalam satu

bulan

� Tingkat keinginan atau

beralih pada pasar

swalayan lain

Page 108: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

108

b. Interview, yaitu melakukan wawancara dengan Responden dan Pemberi Jasa.

c. Kuisioner, yaitu memberi pertanyaan-pertanyaan secara tertulis kepada responden

berhubungan dengan permasalahan yang di teliti.

Aspek pengukuran terhadap data-data yang dianalisis dilakukan dengan

pembentukan indikator pada setiap pertanyaan yang diajukan dengan menggunakan skala

likert (likert scale) dimana setiap pertanyaan mempunyai interval jawaban antara 1 (Sangat

Tidak Setuju) dan 5 (Sangat Setuju). Hal ini harus dilakukan mengingat dalam

menganalisis model penelitian ini data yang digunakan adalah data primer yang bersumber

dari kuisioner.

Secara spesifik teknik pengukuran dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1: Aspek Pengukuran Indikator Penelitian

Bobot/score nilai satu indikator Variabel

SS S N TS STS

Loyalitas Konsumen (Y) 5 4 3 2 1

Keragaman Produk (X1) 5 4 3 2 1

Pelayanan (X2) 5 4 3 2 1

Keterangan : Masing-masing variabel observasi terdiri dari 5 indikator

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik statistika inferensial.

Teknik ini digunakan untuk mengukur hubungan dan pengaruh terhadap variabel bebas

terhadap variabel terikat. Untuk menguji sifat signifikansi pengaruh variabel tersebut

digunakan uji-t dan uji-F. Penggujiannya dilakukan dengan menggunakan peralatan

statistika berupa regresi linear berganda dan pengujian data dilakukan dengan program

SPSS (Statistical Package for Social Science). Adapun peralatan statistik yang digunakan

dalam penelitian ini, dengan pendekatan regresi linier berganda, yaitu mencari hubungan

antara dependent variabel dengan independent variabel dengan formula sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2 + e

Dimana :

Y = Loyalitas Konsumen

X1 = Keragaman Produk

X2 = Pelayanan

a = Konstanta (intersep)

b1,2,3, = Koefisien arah regresi (slope)

e = Error term

Data yang telah dikumpulkan, kemudian di analisa dan dilakukan pengujian

terhadap hipotesis penelitian. Analisa dan uji hipotesis dilakukan dengan bantuan program

SPSS (Statistic Package for Social Science).Pengujian Hipotesis secara simultan ( Uji F )

dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independent mempunyai pengaruh

yang sama terhadap variabel dependen. Untuk membuktikan kebenaran hipotesis digunakan

uji distribusi F dengan cara membandingkan antara nilai F-hitung dengan F-table, apabila

Page 109: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

109

perhitungan F-hitung > F-table maka Ho ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa variabel

bebas dari regresi dapat menerangkan variabel terikat secara serentak. Sebaliknya jika F-

hitung < F-table maka Ho diterima sehingga dapat dikatakan bahwa variabel bebas tidak

menjelaskan variabel terikat.

Pengujian hipotesis secara parsial (Uji t) dimaksudkan untuk mengetahui apakah

variabel independent (X) secara individual dapat berpengaruh signifikan atau tidak terhadap

variabel dependen (Y). Apabila nilai hitung t-hitung ≤ t-tabel maka Ho diterima artinya

secara parsial variabel independen (X) tidak berpengaruh terhadap variabel dependen (Y).

Dan sebaliknya apabila nilai t-hitung ≥ t-tabel maka Ho ditolak artinya secara parsial

variabel independen (X) berpengaruh terhadap variabel dependen (Y).

HASIL

Karakteristik Responden

Berikutnya adalah uraian tentang karakteristik responden yang diringkas dalam

Tabel 2. dengan indikator ciri-ciri seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status

perkawinan, dan lama menjadi pelanggan Supermarket Harun Square Lhokseumawe.

Responden yang menjadi sampel penelitian dari segi usia terbanyak antara 31 – 40 tahun

sebanyak 129 orang (86%), berjenis kelamin perempuan 126 orang (84%), tingkat

pendidikian lulusan SLTA/SMK sebanyak 113 orang (75,33%), status menikah sebanyak

133 orang (88,67%) dan lama menjadi pelanggan pada Supermarket Harun Square lebih

dari 7 bulan sebanyak 115 orang (76,67%).

Tabel 2. Karakteristik Responden

No Variabel Frekuensi Persentase

1

2

3

Usia

a. Dibawah 20 Tahun

b. 21- 30 Tahun

c. 31- 40 Tahun

d. 41- 50 Tahun

e. Diatas 51 Tahun

Jenis Kelamin

a. Laki-laki

b. Perempuan

Tingkat Pendidikan

a. Lulus SD

b. Lulus SLTP/MTS

c. Lulus SLTA/SMK

d. D1/D2/D3

e. Sarjana/S1

f. Pascasarjana S2/S3

3

13

129

5

0

24

126

0

20

113

3

14

0

2,00

8,67

86,00

3,33

0

16,00

84,00

0

13,33

75,33

2,00

9,33

0

Page 110: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

110

4

5

Status

a. Belum menikah

b. Menikah

c. Janda/Duda

Lama Menjadi Pelanggan

a. Kurang dari 1 bulan

b. 1 – 3 bulan

c. 4 – 6 bulan

d. Lebih dari 7 bulan

17

133

0

0

8

27

115

11,33

88,67

0

0

5,33

18,00

76,67

Sumber : Data diolah, 2009

Deskriptif Variabel Penelitian

Analisis deskriptif persentase dilakukan untuk memberikan gambaran dari masing-

masing variabel dalam penelitian ini yaitu keragaman dan pelayanan dalam pembentukan

loyalitas konsumen pada Supermarket Harun Square Lhokseumawe sebagai berikut:

Keragaman Produk Keragaman produk Supermarket Harun Square Lhokseumawe menggunakan 9 butir

pertanyaan dan masing-masing pertanyaan skornya antara 1 sampai 5. Berdasarkan data

hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor keragaman produk adalah 82 % dan

termasuk kategori baik. Secara lebih rinci ditinjau dari jawaban masing-masing responden

diperoleh hasil seperti terlihat pada diagram batang berikut:

Gambar 2. Deskripsi Distribusi Keragaman Produk

Berdasarkan Gambar 2. menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu 82%

menyatakan keragaman produk Supermarket Harun Square Lhokseumawe baik, sedangkan

selebihnya yaitu 8% menyatakan sangat baik, 6,67% netral dan 3,33% menyatakan tidak

baik.

Page 111: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

111

Pelayanan Pelayanan pada Supermarket Harun Square Lhokseumawe menggunakan 8 butir

pertanyaan dan masing-masing pertanyaan skornya antara 1 sampai 5, berdasarkan data

hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor pelayanan adalah 70,67 % dan termasuk

kategori baik. Secara lebih rinci ditinjau dari jawaban masing-masing responden diperoleh

hasil seperti terlihat pada diagram batang berikut:

Gambar 3. Deskripsi Distribusi Pelayanan

Gambar 3. di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu 70,67%

menyatakan pelayanan Supermarket Harun Square Lhokseumawe baik, sedangkan

selebihnya yaitu 24,67% menyatakan netral, 2,67% sangat baik dan 2% menyatakan tidak

baik.

Loyalitas Loyalitas pada Supermarket Harun Square Lhokseumawe menggunakan 7 butir

pertanyaan dan masing-masing pertanyaan skornya antara 1 sampai 5, berdasarkan data

hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor loyalitas adalah 86 % dan termasuk

kategori baik. Secara lebih rinci ditinjau dari jawaban masing-masing responden diperoleh

hasil seperti terlihat pada diagram batang berikut:

Page 112: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

112

Gambar 4. Deskripsi Distribusi Loyalitas

Gambar 4. diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu 86%

menyatakan loyalitas pada Supermarket Harun Square Lhokseumawe baik, sedangkan

selebihnya yaitu 8% menyatakan tidak bai, 3,33% netral serta 1,33% masing-masing

menyatakan sangat baik dan sangat tidak baik.

Pengaruh Keragaman Produk dan Pelayanan terhadap Loyalitas Konsumen

Analisis regresi dalam analisis statistika digunakan dalam mengembangkan suatu

persamaan untuk meramalkan hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain.

Variabel yang dianalisis dalam regresi ini adalah faktor keragaman produk, pelayanan dan

loyalitas konsumen. Berdasarkan hal tersebut maka dalam penelitian ini menganalisis

pengaruh keragaman produk (X1) dan pelayanan (X2) yang menjadi variabel bebas

(Independent Variable) sementara loyalitas konsumen dilambangkan dengan Y dan

sekaligus merupakan variabel terikat (Dependent Variable) di samping itu, tentunya

loyalitas konsumen juga dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti pada penelitian ini

yang selanjutnya dinamakan dengan faktor pengganggu (error term).

Berdasarkan hasil estimasi terhadap variabel yang diteliti melalui hasil perhitungan

regresi berganda secara keseluruhan menggunakan program SPSS 11.0 diperoleh parameter

untuk masing-masing variabel dapat dilihat sebagai berikut :

Page 113: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

113

Tabel 3: Pengaruh Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat

Nama Variabel B Standar

Error thitung ttabel Sig

Kostanta 3,823 1,361 2,809 1,960 0,107

Keragaman Produk (X1) 0,512 0,092 5,565 1,960 0,000

Pelayanan (X2) 0,364 0,073 4,986 1,960 0,002

Koefisien Korelasi ( R)

Koefisien Determinasi (R²)

Fhitung

Ftabel

F Sig

= 0,840a

= 0,705

= 63,905

= 2,60

= 0.000a

a. Predictors : (Constant)

Keragaman produk (X1), Pelayanan

(X2)

b. Dependent Variabel :

Loyalitas konsumen (Y).

Sumber: Data Primer, 2009 (diolah)

Berdasarkan hasil estimasi terhadap variabel yang diteliti melalui hasil perhitungan

regresi berganda secara keseluruhan menggunakan program SPSS 11.0 diperoleh parameter

untuk masing-masing variabel dapat dilihat sebagai berikut :

Y = 3, 823 + 0, 512 X1 + 0,364 X2

Persamaan regresi diatas memiliki makna sebagai berikut:

� Konstanta a = 3,823. Apabila variabel keragaman produk dan pelayanan diasumsikan

konstan atau 0, maka pembentukan loyalitas konsumen pada Supermarket Harun

Square Lhokseumawe sudah ada sebesar 3,823.

� Koefisien X1 = 0,512. Keragaman produk memiliki koefisien regresi sebesar 0,512

dan signifikan pada α=5%, karena signifikan (0.000) lebih kecil dari 5% Ho ditolak

dan Ha diterima. Jika variabel keragaman produk berubah (kenaikan) satu satuan maka

loyalitas konsumen akan berubah sebesar nilai konstanta ditambah nilai koefisien

keragaman produk dikali dengan perubahan variabel keragaman produk, sehingga

perubahan keragaman produk terhadap loyalitas sebesar 2,335 poin.

� Koefisien X2 = 0,364. Pelayanan memiliki koefisien regresi sebesar 0,364 dan

signifikan pada α =5%, karena signifikan (0,002) lebih kecil dari 5% Ho ditolak dan

Ha diterima. Jika variabel pelayanan berubah (kenaikan) satu satuan maka loyalitas

konsumen akan berubah sebesar nilai konstanta ditambah nilai koefisien pelayanan

dikali dengan perubahan variabel pelayanan, sehingga perubahan pelayanan terhadap

loyalitas sebesar 2,187 poin.

Uji Simultan (Uji-F) Berdasarkan hasil pengujian secara simultan diperoleh nilai Fhitung sebesar 63,905,

sedangkan Ftabel pada tingkat signifikansi α = 5% adalah sebesar 2,60. Hal ini

memperlihatkan, bahwa berdasarkan perhitungan uji statistik Fhitung menunjukkan bahwa

nilai Fhitung > Ftabel, dengan tingkat probabilitas 0,000. Dengan demikian hasil perhitungan

ini dapat di ambil suatu keputusan bahwa hipotesis alternatif (Ha) yang diajukan dapat

diterima dan menolak hipotesis nol, artinya keragaman produk dan pelayanan secara

Page 114: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

114

bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap loyalitas konsumen pada

Supermarket Harun Square Lhokseumawe.

Derajat hubungan antara keragaman produk dan pelayanan terhap loyalitas

konsumen pada Supermarket Harun Square Lhokseumawe dapat diketahui dari harga

korelasi secara simultan atau R. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan program

komputasi SPSS for Windows release 11 diperoleh harga koefisien korelasi sebesar 0,840,

dan berarti bahwa keeratan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat yang

tinggi sehingga model persamaan regresi yang diperoleh untuk memprediksi loyalitas baik.

Besarnya pengaruh keragaman produk dan pelayanan terhadap loyalitas konsumen

pada Supermarket Harun Square Lhokseumawe dapat diketahui dari harga R² . Berdasarkan

hasil analisis diperoleh R² sebesar 0,705. Dengan demikian menunjukkan bahwa

keragaman produk dan pelayanan berpengaruh terhadap loyalitas konsumen pada

Supermarket Harun Square Lhokseumawe sebesar 70,5% dan sisanya yaitu 29,5% dari

loyalitas konsumen pada Supermarket Harun Square Lhokseumawe dipengaruhi oleh faktor

lain yang tidak dikaji dalam penelitian ini.

Uji Parsial (Uji-t) Untuk menguji pengaruh keragaman produk dan pelayanan terhadap loyalitas

konsumen secara parsial (masing-masing variabel) dapat dilihat dari hasil uji-t. Dimana

dapat diketahui besarnya nilai t-hitung untuk masing-masing variabel dengan tingkat

kepercayaan atau signifikansi sebesar α = 5%. Variabel pengaruh keragaman produk (X1)

mempunyai nilai t-hitung sebesar 5,565 sedangkan t-tabel sebesar 1,960, hasil perhitungan

ini menunjukkan bahwa t-hitung > t-tabel dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000 atau

probabilitas jauh dibawah α = 5% Dengan demikian hasil perhitungan statistik

menunjukkan bahwa secara parsial variabel keragaman produk (X1) berpengaruh secara

signifikan terhadap loyalitas konsumen Supermarket Harun Square Lhokseumawe.

Variabel pelayanan (X2) mempunyai nilai t-hitung sebesar 4,986 sedangkan t-tabel

sebesar 1,960, hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa t-hitung > t-tabel dengan tingkat

signifikansi sebesar 0.002 atau probabilitas jauh dibawah α = 5% (0,05). Dengan demikian

hasil perhitungan statistik menunjukkan bahwa secara parsial variabel pelayanan (X2)

berpengaruh secara signifikan terhadap loyalitas konsumen Supermarket Harun Square

Lhokseumawe.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Variabel keragaman produk dan pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

loyalitas konsumen Supermarket Harun Square Lhokseumawe.

2. Derajat hubungan antara keragaman produk dan pelayanan terhap loyalitas konsumen

pada Supermarket Harun Square Lhokseumawe dapat diketahui dari harga korelasi

secara simultan atau R. Koefisien korelasi sebesar 0,840, berarti bahwa keeratan

hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat yang tinggi sehingga model

persamaan regresi yang diperoleh untuk memprediksi loyalitas baik.

Page 115: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

115

3. Besarnya pengaruh keragaman produk dan pelayanan terhadap loyalitas konsumen

pada Supermarket Harun Square Lhokseumawe dapat diketahui dari harga R².

Berdasarkan hasil analisis diperoleh R² sebesar 0,705 yang menunjukkan bahwa

keragaman produk dan pelayanan berpengaruh terhadap loyalitas konsumen sebesar

70,5% dan sisanya yaitu 29,5% dari loyalitas konsumen dipengaruhi oleh faktor lain

yang tidak dikaji dalam penelitian ini.

4. Pengujian hipotesis menunjukkan hasil bahwa secara simultas maupun parsial variabel

keragaman produk (X1) dan pelayanan (X2) berpengaruh secara signifikan terhadap

loyalitas konsumen Supermarket Harun Square Lhokseumawe.

Saran-saran

1. Supermarket Harun Square Lhokseumawe hendaknya berusaha untuk senantiasa

meningkatkan keragaman produk terutama pada ketersediaan produk secara lengkap

baik dalam merek, ukuran, dan kualitas dan pelayananan yang diberikan kepada

konsumen terutama dalam keamanan dan kenyamanan serta peningkatan kecepatan

pramuniaga agar konsumen semakin puas dalam berbelanja.

2. Karyawan Supermarket Harun Square Lhokseumawe hendaknya selalu tanggap

dengan segala kebutuhan pengunjung serta lebih cepat dan tepat, baik dalam

memberikan bantuan yang dibutuhkan pengunjung khususnya untuk pengunjung-

pengunjung yang kesulitan dalam mencari produk yang diinginkan agar mereka

mendapatkan kepuasan atas jasa yang dibelinya dan akan kembali untuk melakukan

pembelian ulang.

3. Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya untuk memperluas obyek penelitian, tidak hanya

variabel keragaman produk dan pelayanan tetapi juga variabel-variabel lainnya (seperti

harga, promosi, fasilitas, dan lain-lain) sehingga diperoleh informasi yang lebih

lengkap tentang faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas konsumen pada

supermarket.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. (2000). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka cipta.

Jakarta.

Assaury (1990). Manajemen Pemasaran. Liberti, Yogyakarta.

Barner, G. James. (2001). Secret Of Customer Relationship Management : Rahasia

Manajemen Hubungan Pelanggan. Bumi Aksara. Yogyakarta.

Edi, N Prastyo. (2007). Pengaruh Keragaman Produk dan Pelayanan terhadap Loyalitas

Konsumen pada Swalayan Assgros Sartika Gemolong di Kabupaten Sragen, Thesis

pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang, tidak dipublikasikan.

Engel, James F dan Blacwell, Roger D dan Miniard, Paul W. (1994) Consumer Behavior.

Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta.

Ghozali, Imam. (2005). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Universitas

Diponegoro. Semarang.

Griffin, Jill. (2002). Customer Loyalty. Erlangga. Jakarta.

Kotler, P dan Amstrong, (1992). Dasar-dasar Pemasaran, Jilid I, Penerbit Prenhalindo,

Jakarta.

Page 116: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

116

_____________, (1997). Dasar-dasar Pemasaran, Jilid II, Penerbit Prenhalindo, Jakarta.

_____________, (2001) Prinsip-Prinsip Pemasaran. penerbit Erlangga, Jakarta.

Kotler, Philip. (1993) Manajemen Pemasaran. Penerbit Erlangga, Jakarta.

_____________. (1999). Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Implementasi

dan Pengendalian. Jilid I, Edisi keenam penerbit Erlangga, Jakarta.

Lovelock (1992) Service Marketing:Text, Cases and Reading, Prentice Hall, engle wod

clift, Penerbit Prenhalindo, Jakarta.

Lupiyoadi, Rambat. (2001). Manajemen Pemasaran Jasa. Salemba Empat. Jakarta.

Lytle, Jhon F. (1996). Cara Jitu Memuaskan Pelanggan (What Do Your Customers Really

Wants) Terjemahan Agus Sharno. Abdi Tandur. Jakarta

McCarthy, D. Perreault, Jr, (1994). Basic Marketing , Irwin 1984 eight edition homewood

Ilionis 60430.

Mursyid (1997) Manajemen Pemasaran dan Analisa Perilaku Konsumen, Penerbit Rineka

Cipta, Bandung.

Payne, Adrian (2000), The Essence Of Service Marketing

Shadily dan M. Echols., (1995). Manajemen Pemasaran, Jilid Satu. Edisi Ketujuh,

Binarupa Aksara, Jakarta

Stanton, William J. (1985) Prinsip Pemasaran. Erlangga Jakarta.

Swastha, Basu dan Irawan. (2002). Manajemen Pemasaran Modern. Liberty. Yogyakarta.

Swastha, Basu dan T Hani Handoko. (1997). Manajemen Pemasaran: Analisis Perilaku

Konsumen. BPFE. Yogyakarta.

_____________. (1992) Manajemen Pemasaran Analisa Prilaku Konsumen BPFE,

Yogyakarta.

_____________. (1997). Manajemen Pemasaran Analisis Perilaku Konsumen. Liberti,

Yogyakarta.

Tjiptono, Fandy. (1997). Strategi Pemasaran. Edisi II. Andi Offset. Yogyakarta.

_____________. (2000). Strategi Pemasaran. Andi Offset. Yogyakarta.

_____________. (2005). Pemasaran Jasa. Bayu Media. Malang.

Winardi (1991). Marketing dan Perilaku Konsumen. CV. Mandar Maju, Bandung.

_____________. (1996). Aspek – Aspek Manajemen Pemasaran. Mandar Maju. Bandung.

Zethaml, Valerie.A, Marry Jo, Bitner (1996) Service Marketing, The MC Grow Hill

Companies, Penerbit Salemba Empat. Jakarta

Page 117: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

117

PENGARUH RASIO FINANCIAL LEVERAGE TERHADAP RETURN ON

EQUITY (ROE) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK

INDONESIA

Iswadi

Abstract: This study examines the effect of financial leverage ratio on return on equity in

manufacturing Company in Indonesian Stock Exchange. The data used are secondary data

in the form of financial statements in 2003-2006 for companies listed on the Indonesian

Stock Exchange. To test the hypothesis the author using SPSS (Statistical Package For

Social Science). Independent variable is a debt to ratio and debt to equity ratio and return

on equity dependent variables. Results of analysis of data obtained by the coefficient of

determination of 0.377 (37.7%). This reflects that the dependent variable can be explained

by changes in the independent variable is the debt ratio and debt to equity ratio, while

62.3% explained by other causes of times interest earned ratio. While the correlation

coefficient (R) of 0.614 (61.4%) which means that the independent variables had significant

associations with the dependent variable.

Keywords : debt ratio, debt to equity ratio dan return on equity

___________________________________________________________________

Page 118: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

118

Iswadi, Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh

PENDAHULUAN

Perusahaan yang mampu bertahan adalah perusahaan yang bisa bersaing dan

mempertahankan kinerja perusahaannya. Kinerja perusahaan dapat diukur antara lain dari

kemampuan manajemen dalam mengelola sumber dana yang bersumber dari hutang

(leverage) dan modal. Perusahaan tidak mampu beroperasi jika modal sendiri yang dimiliki

sedikit, karena kegiatan perusahaan semakin berkembang yang memerlukan modal dalam

jumlah yang cukup besar, sehingga diharuskan untuk meminjam modal dari luar berupa

hutang yang sering disebut financial leverage.

Sumber-sumber dana tersebut harus dapat dikelola dengan baik sehingga dapat

ditentukan kombinasi pembelanjaan yang terbaik bagi perusahaan dalam rangka

peningkatan Return On equity (ROE) yang tinggi. Pengelolaan sumber dana jangka

panjang dan modal sendiri yang digunakan untuk membiayai aktiva perusahaan diharapkan

dapat meningkatkan keuntungan. Dengan pengelolaan sumber dana yang baik akan

memberikan kepercayaan bagi investor untuk menginvestasikan dananya kepada

perusahaan.

Perusahaan manufaktur pada umunya masalah Return On Equity adalah lebih penting

daripada masalah laba. Laba yang besar belum menjadi tolak ukur bahwa perusahaan itu

telah dapat bekerja dengan efisien. ROE dapat dihitung dengan membandingkan laba yang

diperoleh itu dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut atau dengan

kata lain ialah menghitung rentabilitasnya. Perusahaan dalam menggunakan sumber

modalnya sebagian besar berasal dari saham yang disebut dengan modal saham. Modal

tersebut merupakan modal sendiri (equity) yang pembiayaan berasal dari luar (eksternal)

perusahaan. Di samping modal saham juga pembiayaan perusahaan berasal dari modal

pinjaman khususnya dalam bentuk pinjaman jangka panjang. Dengan demikian semua

perusahaan bisa dipastikan dalam membiayai operasionalnya juga sebagian besar berasal

dari modal pinjaman, khususnya dalam bentuk pinjaman jangka panjang, dengan demikian

timbullah financial leverage tidak terkecuali pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek

Jakarta.

Financial Leverage merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam

menganalisa kinerja perusahaan dalam kaitannya dengan siklus bisnis, Financial Leverage

dapat menjelaskan bagaimana penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap dengan

harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar daripada beban

tetapnya sehingga akan meningkatkan keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham,

dengan demikian alasan yang kuat untuk menggunakan dana dengan beban tetap adalah

untuk meningkatkan pendapatan yang tersedia bagi pemegang saham.

Keberhasilan perusahaan dalam menjalankan operasionalnya dapat dilihat dari

keuntungan yang diperoleh dimana salah satu pengukuran kinerja keuangan adalah

Financial Leverage dan Return on Equity (ROE). Rasio Financial Leverage digunakan

untuk mengukur seberapa banyak dana yang disupply oleh pemilik perusahaan dalam

proporsinya dengan dana yang diperoleh dari kreditur. Pengukuran Financial Leverage ini

didasarkan pada rasio yang digunakan perusahaan yaitu Debt to Ratio, Debt to Equity

Ratio, Time Interest Earned Ratio dan Fixed Charge Coverage. Pengukuran tingkat hutang

Page 119: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

119

biasanya menggunakan Debt to Ratio dan Debt to Equity Ratio, semakin tinggi rasio-rasio

ini semakin besar jumlah hutang yang digunakan dalam operasi perusahaan dan semakin

lama perusahaan tersebut mengembalikan modal yang ditanamkan (Return on Equity).

Sedangkan pengukuran kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban-kewajiban

tetap yang timbul dari penggunaan modal pinjaman ataupun kewajiban financial lainnya

seperti pembayaran lease atau sewa dan dividen saham preferen, dapat digunakan

perhitungan Time Interest Earned Ratio dan Fixed Charge Coverage. Semakin tinggi rasio-

rasio ini maka semakin baik keadaan atau kemampuan suatu perusahaan dalam

pengembalian atas Return on Equtiy.

Debt Ratio adalah rasio leverage yang dihitung dengan membagi total hutang dengan

total asset. Rasio ini menunjukkan seberapa banyak aset yang dibiayai oleh hutang. Hutang

bisa berarti buruk bisa juga berarti bagus selama ekonomi sulit dan suku bunga tinggi,

perusahaan yang memiliki debt rasio yang tinggi dapat mengalami masalah Keuangan,

sebaliknya juga selama ekonomi baik dan suku bunga renndah hutang dapat meningkatkan

keuntungan.

Debt to Equity Ratio (DER) dipergunakan untuk mengukur tingkat penggunaan

hutang terhadap modal sendiri (equitas) yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi DER

menunjukkan tingginya ketergantungan permodalan perusahaan terhadap pihak luar

sehingga beban perusahaan juga semakin berat. Tentunya hal ini akan mengurangi hak

pemegang saham (dalam bentuk deviden). Tingginya DER akan mempengaruhi minat

investor terhadap saham perusahaan tertentu, karena investor pasti lebih tertarik pada

perusahaan yang tidak menanggung terlalu banyaj hutang.

Penggunaan kedua variabel tersebut Debt to rasio dan Debt to equity rasio

disebabkan kedua variabel tersebut menggunakan total hutang sebagai alat ukur. Dimana

rasio Financial Leverage adalah kemampuan perusahaan menggunakan biaya financial

tetap untuk memperbesar pengaruh dan perubahan EBIT terhadap laba bersih atau

pendapatan per lembar saham biasa (EPS).

Rasio ROE untuk mengukur tingkat pengembalian pada ekuitas (Return on Equity).

ROE adalah sebuah ukuran dari besarnya jumlah laba dari sebuah perusahaan yang

dihasilkan dalam 1 tahun terakhir dibandingkan dengan nilai ekuitasnya. Tidak seperti yang

lain, satuan dari ROE ini adalah persentase. ROE juga memberikan gambaran tentang

besarnya keuntungan yang dapat dihasilkan dari penanaman modal sendiri. Berdasarkan

latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut berapa besar pengaruh debt to rasio dan debt to equity rasio terhadap return

on equity?

KAJIAN KEPUSTAKAAN

Pengertian Leverage Istilah Leverage biasanya dipergunakan untuk menggambarkan penggunaan assets

dan sumber dana (sources of funds) oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap (Fixed

Cost) dengan maksud meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham. Dengan

memperbesar tingkat leverage maka hal ini akan berarti bahwa tingkat ketidakpastian

(uncertainty) dari return yang akan diperoleh akan semakin tinggi pula, tetapi pada saat

yang sama hal tersebut juga akan memperbesar jumlah return yang akan diperoleh. Tingkat

Page 120: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

120

leverage ini bisa saja berbeda-beda antara perusahaan yang satu dengan perusahaan

lainnya, atau dari satu periode ke periode lainnya di dalam satu perusahaan, dengan

demikian semakin tinggi tingkat leverage akan semakin tinggi resiko yang dihadapi serta

semakin besar tingkat return atau penghasilan yang diharapkan.

Menurut Syamsuddin (1999:89) “Leverage merupakan kemampuan perusahaan

untuk menggunakan aktiva atau dana yang mempunyai beban tetap (fixed cost assets of

funds) dalam memperbesar tingkat penghasilan (revenue) bagi pemilik perusahaan”.

Menurut Kartadinata (1993:89) “leverage adalah suatu alat atau sarana untuk sesuatu

dengan sesuatu tujuan”, sedangkan menurut Riyanto (2001:48) “leverage adalah

perbandingan rasio jumlah hutang dengan total aktiva”.

Sementara Weston (1997:503) menyatakan “leverage merupakan total hutang

terhadap jumlah aktiva atau total hutang terhadap modal sendiri”, dalam hal ini leverage

menunjukkan sampai seberapa besar hutang dengan modal sendiri. Sedangkan menurut

Horne dan Wachowict (1998:440) “leverage merupakan penggunaan biaya tetap dalam

meningkatkan keuntungan”. Sedang menurut Harahap (2002:306) “leverage

menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal maupun asset”.

Dalam hal ini leverage menunjukkan seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang atau

pihak luar dngan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal (equity). Dari

pengertian tersebut dapat kita pahami bahwa salah satu penyebab meningkatnya

keuntungan (profit) melalui biaya tetap.

Menurut Muslich (2003:21) ada tiga macam leverage sebagai berikut :

1. Operating leverage, yaitu kemampuan perusahaan dalam menggunakan biaya operasi

tetap (fixed operating cost) untuk memperbesar pengaruh dari perubahan penjualan

pendapatan sebelum dikurangi dengan bunga dan pajak (EBIT).

2. Financial leverage, yaitu kemampuan perusahaan menggunakan biaya financial tetap

(fixed financial cost) untuk memperbesar pengaruh dan perubahan EBIT terhadap

laba bersih atau pendapatan per lembar saham biasa (EPS).

3. Total Leverage, yaitu kemampuan perusahaan dalam menggunakan fixed cost baik

operating maupun financial cost untuk memperbesar pengaruh dari perubahan

penjualan terhadap laba bersih atau tingkat EPS.

Pengertian Financial Leverage

Financial Leverage timbul karena adanya kewajiban-kewajiban finansial yang

sifatnya tetap (fixed financial charges) yang harus dikeluarkan oleh perusahaan.

Kewajiban-kewajiban finansial yang tetap ini tidaklah berubah dengan adanya perubahan

tingkat EBIT dan harus dibayar tanpa melihat sebesar apapun tingkat EBIT yang dicapai

oleh perusahaan.

Ada dua kewajiban finansial yang sifatnya tetap yaitu bunga atas hutang dan

deviden untuk saham preferen. Financial leverage berkenaan dengan perubahan EBIT

dalam hubungannya dengan pendapatan yang tersedia bagi pemegang saham biasa (earning

available for common stockholder) yang diasumsikan bahwa deviden untuk pemegang

saham preferen selalu dibayar dalam setiap periode karena tujuan utama dari financial

leverage adalah untuk mengetahui berapa jumlah uang yang sesungguhnya tersedia bagi

pemegang saham biasa setelah bunga dan deviden untuk tingkat kepekaan return untuk

setiap saham (EPS) karena perubahan dari pendapatan sebelum bunga dan pajak (EBIT).

Page 121: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

121

Menurut Husnan (2000:319) “leverage financial menyangkut penggunaan dana

yang diperoleh pada biaya tetap tertentu dengan harapan bisa meningkatkan bagian pemilik

modal sendiri”. Sedangkan menurut definisi yang dikemukan oleh Syamsuddin (1992:109)

“financial leverage merupakan kemampuan perusahaan dalam menggunakan kewajiban-

kewajiban financial yang sifatnya tetap untuk memperbesar pengaruh perubahan

pendapatan per lembar saham biasa”. Menurut Horne dan Wachowicz (1998:440)

“pengungkit keuangan adalah penggunaan pendanaan biaya tetap perusahaan”.

Pengukuran Financial Leverage

Pengukuran Financial Leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan hutang

untuk membiayai investasinya. Menurut Sartono (2001:121) financial leverage dapat

diukur dengan mempergunakan formula sebagai berikut :

AktivaTotal

gHuTotalratiotoDebt

tan=

Hasil dari rasio menunjukkan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan di biayai

oleh hutang, semakin tinggi rasio ini maka semakin besar risiko yang dihadapi oleh

perusahaan dan investor juga akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi.

sendirialTotal

gHuTotalratioequitytoDebt

mod

tan=

Debt to Equity Rasio digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan hutang

terhadap equitas yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi Debt to Equity rasio

menunjukkan tingginya ketergantungan permodalan perusahaan terhadap pihak luar

sehingga beban perusahaan juga semakin berat. Tentunya hal ini akan mengurangi hak

pemegang saham (dalam bentuk deviden). Tingginya Debt to Equity rasio akan

mempengaruhi minat investor terhadap saham perusahaan tertentu, karena investor lebih

tertarik pada perusahaan yang tidak menanggung terlalu banyak beban hutang.

bungabeban

pajakdanbungasebelumlabaratioearnederestTime =int

Time interest earned ratio adalah rasio antar laba sebelum bunga dan pajak (EBIT)

dengan beban bunga. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi beban

tetapnya berupa bunga, atau mengukur seberapa jauh laba dapat berkurang tanpa

perusahaan mengalami kesulitan keuangan karena tidak mampu membayar bunga.

sewapembayaranbunga

pajakdanbungasebelumlabaratioearnederestTime

+=int

Fixed cahrge coverage ratio, mengukur berapa besar kemampuan perusahaan untuk

menutupi beban tetapnya termasuk pembayaran deviden saham preferen, bunga, angsuran

pinjaman dan sewa. Karena tidak jarang perusahaan menyewa aktivanya dari perusahaan

leasing dan harus membayar angsuran tertentu.

Pengukuran Return on Equity (ROE)

Return On Equity (ROE) merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income)

yang tersedia bagi pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang

sahan preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. Secara umum

Page 122: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

122

tentu saja semakin tinggi return atau penghasilan yang diperoleh semakin baik kedudukan

pemilik perusahaan. Dalam perhitungannya secara umum Return On Equity (ROE)

dihasilkan dari pembagian laba dengan equitas selama setahun terakhir.

Secara umum Return On Equity (ROE) menurut Gitosudarmo (2001:233) dapat

dianalisis dengan menggunakan formula sebagai berikut :

SendiriModalhJumla

TaxeAfterEarningsROE

&=

Laba yang diperhitungkan untuk menghitung Return On Equity (ROE) adalah laba

usaha setelah dikurangi dengan bunga modal asing dan pajak perseroan atau income tax.

Sedangkan modal yang diperhitungkan hanyalah modal sendiri yang bekerja didalam

perusahaan (Riyanto, 1995:44)

Sedangkan menurut Riyanto (2001:129) Return On Equity (ROE) dapat dirumuskan

sebagai berikut :

SendiriModalhJumla

pajaksesudahnetoKeuntunganROE

&=

Gie (1999:185) menyatakan bahwa seandainya rentabilitas seluruh perusahaan lebih

rendah dari tingkat bunga modal pinjaman, adanya modal pinjaman di perusahaan

merupakan kerugian. Ini jelas bahwa penggunaan modal pinjaman akan

menaikkan/menurunkan Return On Equity kalau rentabilitas dari modal seluruhnya lebih

tinggi/lebih rendah dari pada tingkat bunga modal pinajaman.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Return On Equity (ROE)

Menurut Weston dan Copeland (1998:281). Hasil pengembalian atas modal ( Return

on Equity) melibatkan tiga faktor pokok yaitu perputaran, margin dan leverage

Perputaran Aktiva x Margin Terhadap Penjualan x Leverage Keuangan

= Hasil Pengembalian atas Modal (ROE)

Menurut Hinggins (1996:41), Return On Equity (ROE) di pengaruhi oleh 3 faktor yaitu :

1. Margin keuntungan (profit margin), mengikhtisarkan kinerja perhitungan rugi laba

yang di peroleh dari perbandingan antara laba dengan total penjualan. Perbandingan

tersebut sangat penting karena mencerminkan strategi penetapan harga jual yang di

tetapkan perusahaan dan kemampuannya untuk mengendalikan beban usaha.

2. Perputaran aktiva (assets turnover), menggambarkan penjualan yang dicapai oleh tiap

dollar aktiva, rasio perputaran aktiva ini memusatkan perhatian kepada sisi kiri neraca

dan menunjukkan efisiensi penggunaan aktiva perusahaan oleh manajemen.

3. Struktur Modal (Financial Leverage) menggambarkan perbandingan penggunaan

hutang jangka panjang dengan modal sendiri untuk pembelanjaan pasif perusahaan.

Return on Equity memiliki keterkaitan antara faktor-faktor yang mempengaruhinya,

karena pada dasarnya return on equity merupakan hasil perkalian antara profit margin,

assets turnover dan financial leverage.

Page 123: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

123

Hubungan Antara Rasio Financial Leverage dengan Return on Equity Menurut Riyanto (1995:51) pengaruh rasio hutang terhadap Return on Equity (ROE)

dapat bersifat positif, dapat negatif ataupun dapat tidak mempunyai pengaruh sama sekali.

Pengaruh positif artinya makin besar rasio ini mengakibatkan makin besarnya return on

equity. Hal ini akan terjadi kalau rentabilitas ekonomi lebih besar daripada tingkat bunga.

Pengaruh negative terjadi dalam keadaan ekonomi yang sebaliknya yaitu dalam keadaan

rentabilitas modal sendiri. Hal ini akan terjadi kalau rentabilitas ekonomi lebih kecil

daripada tingkat bunga. Tidak berpengaruh sama sekali apabila rentabilitas ekonomi sama

besarnya dengan tingkat bunga pinjaman.

Penggunaan hutang (leverage) mempunyai keuntungan dan kelemahan di mana

perusahaan yang menggunakan hutang yang lebih besar akan semakin menguntungkan

pemegang saham. Tetapi juga akan menurunkan return on equity tetapi jika ROA membaik

perusahaan bisa memperoleh return on equity yang besar. Perusahaan yang

mempergunakan leverage secara maksimal dapat memperoleh manfaat jika bunga yang

dipinjam dengan bunga tertentu dapat digunakan untuk memperoleh tingkat keuntungan

yang lebih tinggi daripada bunga pinjamannya. Sebab perusahaan yang mampu berinvestasi

dengan memperoleh keuntungan yang lebih tinggi daripada bunga yang berlaku, akan

memperoleh manfaat besar jika “menukar modal sendiri” (trade on equity), artinya

membuat pinjaman sebanyak mungkin berdasarkan perhitungan yang hati-hati, kemudian

menumbuhkan modal sendiri menjadi besar karena tingkat keuntungannya yang lebih tinggi

daripada bunga yang harus dibayar.

Hipotesis

Berdasarkan apa yang telah diuraikan di atas, maka penulis cenderung mengemukakan

hipotesis penelitian sebagai berikut :

Ho : Diduga Debt to ratio dan Debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap Return On

Equity (ROE) pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

Ha : Diduga Debt to ratio dan Debt to equity ratio berpengaruh terhadap Return On Equity

(ROE) pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

METODE PENELITIAN

Objek dan Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini penulis membahas tentang Analisis Pengaruh Rasio Financial

Leverage Terhadap Return on Equity pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia

yang beralamat di Jln. Jend. Sudirman Kav. 52-53, telepon (021) 5150515 Jakarta 12190.

dalam hal ini penulis membatasi objek pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek

Indonesia.

Populasi

Populasi merupakan sekumpulan orang atau objek yang memiliki kesamaan dalam

suatu atau beberapa hal dan yang membentuk masalah pokok dalam suatu riset khusus.

Populasi yang akan diteliti harus didefinisikan dengan jelas sebelum penelitian dilakukan

Page 124: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

124

(Santoso dan Tjiptono, 2002, 79). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan

manufaktur yang Go Publik yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, dengan laporan

keuangan tahunan 2003,2004,2005 dan 2006, yang dimuat dalam Indonesia Capital Market

Directory 2003 dan laporan keuangan perusahaan tahun 2006. Emiten yang terdaftar

pada Bursa Efek Indonesia hingga Desember 2006 berjumlah 386 perusahaan, yang

termasuk dalam industry manufaktur berjumlah 156 perusahaan yang terdiri dari 3 sektor

yaitu:

• Basic Industri And Chemical (Industri Dasar & Kimia)

• Micelleneous Industry (Aneka Industri)

• Consumer Goods (Industri Barang Konsumsi)

Sampel

Sampel adalah semacam miniature (mikrokosmos) dari populasinya (Santoso dan

Tjiptono, 2002, 80). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini hanya satu sektor, yaitu

sektor manufaktur dikarenakan untuk menghindari perbedaan karakteristik antara

perusahaan manufaktur dan non manufaktur. Pemilihan sampel dalam penelitian ini

menggunakan purposive sampling yaitu metode yang dilakukan dengan pengambilan

sampel dengan sudah ada tujuannya dan sudah tersedia rencana sebelumnya. Biasanya

sudah ada predefinisi terhadap kelompok-kelompok dan kekhususan khas yang dicari.

Adapun kriteria-kriteria dalam pemilihan sampel dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Laporan Keuangan perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel dapat diakses di

internet melalui situs www.jsx.co.id

2. Perusahaan telah mempublikasikan laporan Keuangan per 31 Maret 2006 dan telah

diaudit.

3. Perusahaan manufaktur yang memperoleh laba dan tidak merugi pada tahun

berjalan.

Dari kriteria-kriteria di atas, maka didapat jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak

32 perusahaan (lihat lampiran 1), seperti tampak pada tabel berikut.

Tabel 1. Seleksi Sampel

No Kriteria Sampel Jumlah

1 Kriteria 1 156 perusahaan

2 Kriteria 2 61 perusahaan

3 Kriteria 3 32 perusahaan

Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa laporan keuangan

perusahaan tahun 2003, 2004, 2005, 2006 untuk perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Jakarta. Menurut Indriantoro dan Supomo (2002 :47 ), data sekunder yaitu

sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media

perantara yaitu dengan mengakses internet di situs www.jsx.co.id serta mempelajari

sumber-sumber terbitan, keputusan-keputusan dimana bahan-bahan penelitian ini dapat

Page 125: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

125

juga diperoleh dari buku-buku, majalah, tabloid dan literature lainnya yang berhubungan

dengan objek penelitian.

Definisi Operasional Variabel.

Operasional Variabel yang digunakan didalam penelitian ini adalah:

1. ROE (Y) adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atau keuntungan

dari seluruh modal yang dimilikinya. Rentabilitas dapat diukur dengan

menggunakan alat ukur persentase rentabilitas.

SendiriModalhJumla

pajaksesudahnetoKeuntunganROE

&=

Debt to Rasio (X1) adalah kemampuan perusahaan untuk mengukur berapa besar

aktiva yang dimiliki dibiayai oleh hutang.

AktivaTotal

gHuTotalratiotoDebt

tan=

2. Debt to Equity Rasio (X2) adalah kemampuan perusahaan untuk menggunakan

hutang dan modal sendiri dalam pendanaan perusahaan untuk memenuhi seluruh

kewajibannya. Financial Leverage dapat diukur dengan menggunakan rumus :

sendirialTotal

gHuTotalratioequitytoDebt

mod

tan=

Metode Analisis Data

Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik ini dilakukan untuk mengetahui apakah model estimasi yang

dipergunakan memenuhi asumsi regresi linear klasik. Hal ini penting dilakukan agar

diperoleh parameter yang valid dan andal. Uji diagnostik terdiri dari :

a. Uji Normalitas, uji ini dilakukan untuk mengetahui normalitas variabel penganggu

(residual). Regresi linear normal klasik mengasumsikan bahwa tiap ± (residual)

didistribusikan secara normal. Untuk 2 variabel yang didistribusikan secara normal, µ

dan µ tidak hanya tidak berkorelasi tetapi juga didistribusikan secara independent

(Gujarati, 1999 : 166). Residual variabel yang terdistribusi normal akan terletak

disekitar garis horizontal (tidak terpencar jauh dari garis diagonal).

b. Uji Multikolinearitas, Multikolinearitas yaitu adanya hubungan yang kuat antara

variabel-variabel independent dalam persamaan regresi. Adanya multikolinearitas

dalam model persamaan regresi yang digunakan akan mengakibatkan ketidakpastian

estimasi, sehingga mengarahkan kesimpulan untuk menerima hipotesis nol. Hal ini

menyebabkan koefisien regresi menjadi tidak signifikan dan standar deviasi sangat

sensitive terhadap perubahan data (Gujarati, 1999). Dengan demikian, variabel-

variabel yang mempunyai indikasi kuat terhadap pelanggaran asumsi klasik akan

dikeluarkan dari model penelitian. Untuk mendeteksi apakah antara variabel-variabel

independent yang digunakan mempunyai kolinearitas yang tinggi atau tidak digunakan

variance inflation factor (VIP) dan tolerance. Batas nilai tolerance adalah 0,10 dan

batas VIP adalah 10,00, jika nila tolerance < 0,10 atau nilai VIP > 10,00 maka terjadi

multikolinearitas.

c. Uji Autokorelasi

Page 126: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

126

Autokorelasi yaitu adanya hubungan antara kesalahan-kesalahan yang muncul pada

data runtun waktu (time series). Apabila terjadi gejala autokorelasi maka estimator

least square masih tidak bias, tetapi menjadi tidak efisien. Dengan demikian koefisien

estimasi yang diperoleh menjadi tidak akurat (Gujarati, 1999). Pengujian autokorelasi

dapat dilakukan dengan menghitung nilai Durbin Watson (d) dengan membandingkan

nilai d terhadap dl dan du. Setelah menghitung nilai d statistic selanjutnya

dibandingkan dengan nilai d dari tabel dengan tingkat signifikan 5%. Bila dihitung

berada diantara :

• d < du berarti ada korelasi

• d > du berarti tidak autokorelasi

• d diantara dl dan du, berarti tidak bisa dipastikan (meragukan)

• d hitung berada diantara interval nilai du dan 4-du, maka tidak terjadi

autokorelasi

• d hitung berada di luar interval nilai du dan 4-du, maka terjadi autokorelasi.

Model Analisis Data

Untuk menganalisis data dalam penelitian ini digunakan alat analisis regresi linear

berganda dengan persamanaan :

Y = a + b1 x1 + b2 x2 + ε

Di mana :

Y = Return on Equity (ROE)

a = Konstanta

b = Parameter yang dicari

X1 = Debt to rasio

X2 = Debt to equity rasio

ε = Error term

Pengujian hipotesis dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1. Pengujian secara simultan

Untuk menguji pengaruh rasio financial terhadap return on equity secara simultan dapat

dilakukan dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel. Jika hasil penelitian dan

pengolahan data dijumpai nilai Fhitung > Ftabel dengan tingkat signifikansi 5% maka

Ha diterima. Artinya financial laverage (debt to ratio dan debt to equity ratio) secara

simultan berpengaruh terhadap ROE. Sebaliknya jika Fhitung < Ftabel dengan tingkat

signifikansi 5% maka penelitian ini harus menerima Ho dan menolak Ha. Artinya debt to

ratio dan debt to equity ratio secara simultan tidak berpengaruh terhadap ROE.

2. Pengujian secara parsial

Untuk menguji pengaruh rasio financial terhadap return on equity secara parsial dapat

dilakukan dengan membandingkan Thitung dengan Ttabel. Jika hasil penelitian dan

pengolahan data dijumpai nilai Thitung > Ttabel maka Ha diterima. Artinya debt to ratio

dan debt to equity ratio secara parsial berpengaruh terhadap ROE. Sebaliknya jika

Page 127: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

127

Thitung < Ttabel maka penelitian ini harus menerima Ho dan menolak Ha. Artinya debt

to ratio dan debt to equity ratio secara parsial tidak berpengaruh terhadap ROE

HASIL PENELITIAN

Perkembangan Financial Leverage Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia Berdasarkan data perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta,

selama 4 (empat) tahun dapat diketahui bahwa perkembangan Financial Leverage

perusahaan manufaktur berfluktuatif, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah

ini.

Tabel 2: Debt to Ratio 32 Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (2003– 2006) Debt to Ratio No Kode

2003 2004 2005 2006

Miscellaneous Industry (Aneka Industri)

1 ACAP 2.944170269 2.307101997 1.657247283 2.01760429

2 AUTO 2.454062181 1.520285732 1.411429911 0.42601071

3 BATA 1.261364379 1.24204832 0.748429262 0.334781759

4 BRAM 2.505090809 1.143645182 1.235987704 0.58444606

5 GDYR 5.463959472 4.189591576 0.573514528 0.350933005

6 KOMI 1.055437886 1.06691444 1.261198102 0.175566997

7 PBRX 1.245445395 1.898964111 2.428689348 0.669017805

8 PRAS 3.97599654 6.443033263 0.690519933 0.71484683

9 SMSM 1.297817524 1.602921715 1.383605268 0.472818387

Consumer Goods (Industri Barang Konsumsi)

10 AQUA 1.446377772 1.501096475 0.484573552 0.471773758

11 DLTA 2.314955454 2.591967894 0.949144218 0.223550046

12 DNKS 1.173322875 1.033698901 1.006524901 0.451439528

13 GGRM 1.133982108 1.665922266 1.52074408 0.40830349

14 HMSP 2.144436642 1.998169821 1.392249461 0.552302609

15 INDF 1.225447717 1.488269735 0.732580847 0.728377619

16 KLBF 1.04220172 0.756929248 0.661427392 0.595873947

17 MERK 1.199766643 3.615569591 1.202153445 0.23168421

18 MLBI 4.395438988 4.61456289 0.444524269 0.526544267

19 MRAT 3.884280074 0.176265783 1.60928683 0.159003338

20 MYOR 1.281117551 1.192754464 1.15226159 0.321247007

21 SHDA 1.401868349 0.959873653 1.020275182 0.160963783

22 TCID 2.592776538 2.675609001 0.378285326 0.158003185

23 TSPC 6.847270212 0.766823765 1.227641459 0.200369717

24 ULTJ 2.023253287 1.465846032 0.499750321 0.377085774

25 UNVR 2.108043736 0.993612892 0.386566249 0.373125977

Basic Industry and Chemical (Industri Dasar dan Kimia)

26 EKAD 5.245152906 1.024444927 1.825523082 0.15143637

27 INCI 1.36961646 0.764459974 0.379352578 0.147251213

28 JPRS 2.471003856 1.254100265 1.246948885 0.46965137

29 LION 1.34215371 1.050748325 0.98641057 0.178541842

30 LMSH 1.769993006 1.824946237 0.750569414 0.317192058

31 SMGR 1.529310291 0.528529234 0.491763645 0.448788156

32 UNIC 1.603008026 0.558178198 1.591744683 0.644614455

Page 128: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

128

Tabel 3: Debt to Equity Ratio oleh 32 Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (2003– 2006)

Debt to Equity Ratio No Kode

2003 2004 2005 2006

Miscellaneous Industry (Aneka Industri)

1 ACAP 2.2647328 1.88617159 1.986519698 2.53142222

2 AUTO 2.09601765 2.08617485 1.475337468 1.457237468

3 BATA 1.27823158 2.07261916 2.359598129 1.648457987

4 BRAM 1.32893613 1.02307175 0.955812926 0.984333319

5 GDYR 2.82674141 0.42658181 4.545431884 1.239642847

6 KOMI 1.12300798 1.20255633 0.946293519 1.179127033

7 PBRX 4.21407282 1.36972209 1.881197061 1.8233835

8 PRAS 4.43288576 4.83777007 0.917097315 0.906302597

9 SMSM 1.01447937 1.2510354 1.330101665 0.896879509

Consumer Goods (Industri Barang Konsumsi)

10 AQUA 2.07926647 2.34950824 0.940141032 0.893128209

11 DLTA 12.8154715 0.62269173 1.181990635 0.570897889

12 DNKS 10.7565023 11.4617035 0.84178438 1.169889208

13 GGRM 1.86015795 0.90043988 0.580448717 1.510814026

14 HMSP 3.1980677 0.88757469 0.411642724 0.902665127

15 INDF 3.56300671 0.90545399 1.02957894 1.271824924

16 KLBF 4.78562499 0.86875583 0.747242265 2.540754225

17 MERK 1.06064439 0.82478581 0.882901296 1.600068489

18 MLBI 7.62471833 7.7475516 0.800258669 0.960827924

19 MRAT 2.19226361 0.63037459 1.475633867 0.996812261

20 MYOR 1.43017798 0.79280574 0.597233256 1.048504056

21 SHDA 1.20110928 1.10798542 0.965914126 0.191843665

22 TCID 3.37048127 0.83215738 1.016559933 1.193362255

23 TSPC 1.09661865 0.27603991 0.889655197 0.834572832

24 ULTJ 0.91504572 1.88752491 0.999001784 1.840020005

25 UNVR 1.13055615 0.5803224 0.630167885 0.595216843

Basic Industry and Chemical (Industri Dasar dan Kimia)

26 EKAD 0.92828019 0.61602986 1.025101584 0.365263592

27 INCI 0.87348681 1.62588584 0.85646349 0.172678302

28 JPRS 2.74791824 1.91972885 2.411099893 0.885552152

29 LION 0.16732273 0.14556473 1.17067724 1.876950685

30 LMSH 7.31874721 9.87423894 0.227696645 1.348595663

31 SMGR 0.82282671 0.81536592 0.967588487 1.633776951

32 UNIC 1.04557056 0.86163853 0.938085984 0.978664073

Page 129: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

129

Tabel 4: Return on Equity 32 Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (2003– 2006)

Return on Equity No Kode

2003 2004 2005 2006

Miscellaneous Industry (Aneka Industri)

1 ACAP 2.1832853 1.6855542 0.1135274 0.17695245

2 AUTO 1.1522311 1.2008295 0.1727604 0.15956794

3 BATA 1.752253 1.0959972 0.2267904 0.20076669

4 BRAM 1.6186872 0.8713702 0.116359 0.05968634

5 GDYR 1.9778738 0.608136 0.0614906 0.08733977

6 KOMI 1.1817082 1.5683474 0.0683386 0.15265214

7 PBRX 1.1146708 1.6520313 0.0792701 0.10680298

8 PRAS 2.5978865 4.4989593 0.104572 0.09592513

9 SMSM 1.6750356 1.7299396 0.1340462 0.16718577

Consumer Goods (Industri Barang Konsumsi)

10 AQUA 0.8976419 0.7524285 0.2344861 0.25850677

11 DLTA 2.5115645 1.1686112 0.1175923 0.1095044

12 DNKS 2.9237282 0.6955553 0.3181576 0.33512654

13 GGRM 1.1084592 0.9358569 8.714E-05 7.6331E-05 14 HMSP 1.4310506 1.3403629 0.1379561 0.40989416

15 INDF 1.1641825 0.2191371 0.1474106 0.08882792

16 KLBF 1.506814 1.5654314 0.3895066 0.30539472

17 MERK 1.2267096 1.2558649 0.317111 0.3716269

18 MLBI 11.009097 0.6540262 0.3362766 0.32642262

19 MRAT 1.7521203 1.5841666 0.0468242 0.05311253

20 MYOR 1.1651164 1.2372389 0.1051953 0.09790891

21 SHDA 0.91891 1.2862685 0.225749 0.17767666

22 TCID 1.309348 2.4981246 0.1813979 0.20740758

23 TSPC 1.0364755 1.2618301 0.2071747 0.1894887

24 ULTJ 1.4411089 1.5576399 0.0133487 0.00545013

25 UNVR 1.1498959 0.4843421 0.6187605 0.63937616

Basic Industry and Chemical (Industri Dasar dan Kimia)

26 EKAD 5.0722342 0.5815641 0.0872129 0.0835291

27 INCI 3.7292711 0.8652346 0.0552362 0.07709704

28 JPRS 1.2548477 0.2345947 0.1776631 0.48003903

29 LION 1.1163678 0.1256643 0.1206504 0.19544263

30 LMSH 2.5550345 0.8961113 0.2081161 0.37169971

31 SMGR 1.3655895 1.4881696 0.1117378 0.14222383

32 UNIC 0.890361 0.6715149 0.0744554 0.15268285

Deskripsi Data Penelitian

Analisa dilakukan sesuai dengan hipotesis yang telah dirumuskan. Data yang diuji

meliputi, laba bersih setelah pajak dan modal sendiri selama periode 2003, 2004, 2005 dan

2006. Data tersebut untuk melihat return on equity (ROE) sebagai variabel dependent (Y),

debt to ratio (X1) dilihat dari total hutang dan total aktiva perusahaan selama periode 2003,

2004, 2005 dan 2006 (variable independent), sedang untuk debt to equity ratio (X2) dilihat

Page 130: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

130

dari proposi total hutang dan total modal sendiri selama periode pengamatan (variable

independent).

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tahun 2003 sampai dengan 2006 yang berjumlah

32 perusahaan. Data dalam penelitian ini merupakan pooling data dengan periode waktu

2003 sampai dengan 2006 sehingga dari 32 sampel perusahaan diperoleh 128 pengamatan

(observasi) yaitu 32 perusahaan dikalikan dengan periode waktu 4 tahun pengamatan. Pada

tabel 4.4.di bawah ini dapat dilihat statistic deskriptif dari data penelitian:

Tabel 5. Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

128 .1472512 6.8472702 1.383117822 1.243504093

128 .1455647 12.81547 1.830363514 2.150000616

128 .0000763 11.00910 .887930613 1.267504442

128

Debt to Ratio

Debt to Equity

Return on Equity

Valid N (listwise)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Berdasarkan table di atas dapat dilihat nilai terendah, tertinggi dan rata-rata dari

variabel yang diteliti dengan 128 observasi. Debt to ratio terendah 0,1472512 atau 14,725%

oleh perusahaan PT. Intan Wijaya Chamical Industry Tbk (INCI) yaitu pada tahun 2006,

tertinggi 6,8472702 atau 684,727% dimiliki oleh perusahaan PT. Tempo Scan Pacifik Tbk

(TSPC) pada tahun 2003 dan rata-rata debt to ratio adalah 1,3831178 atau 138.312%

dengan standar deviasi 1,243504093 atau 124,35%. Debt to equity ratio terendah 0,145564

atau 14,556 % dimiliki oleh perusahaan PT. Lion Metal Works Tbk (LION) pada tahun

2004, tertinggi 12, 81547 atau 1281,547% dimiliki oleh perusahaan PT. Delta Djakarta Tbk

(DLTA) pada tahun 2003 dan rata-rata Debt to equity ratio 1,830363514 atau 183,0364%

dengan standar deviasi 2,1500006 atau 215,00006%. Untuk return on equity terendah

0,0000763 atau 0,076% di miiki oleh perusahaan PT. Gudang Garam Tbk (GGRM) pada

tahun 2006, tertinggi 11,00910 atau 1100,91% dimiliki oleh perusahaan PT. Multi Bintang

Indonesia Tbk (MLBI) pada tahun 2003 dan rata-rata return on equity sebesar 0,887930613

atau 88,793% dengan standar deviasi 1,26754442 atau 126,7544%. Penelitian ini akan

membahas mengenai pengaruh debt to ratio dan debt to equity ratio terhadap return on

equity yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta

(BEJ).

Hasil Pengujian Asumsi Klasik

Dengan menggunakan regresi linier berganda pada pembahasan analisa data, maka

dilakukan pengujian asumsi klasik terlebih dahulu. Uji asumsi klasik ini dilakukan untuk

mengetahui apakah model estimasi yang digunakan memenuhi asumsi regresi linier klasik.

Dimana dalam penelitian ini ada 3 jenis asumsi klasik yang digunakan yaitu:

a. Uji Normalitas Asumsi klasik yang pertama diuji adalah normalitas. Uji ini dilakukan untuk

mengetahui normalitas variabel pengganggu (residual). Regresi linier normal klasik

Page 131: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

131

mengasumsikan bahwa ± (residual) didistribusikan secara normal. Untuk 2 variabel yang

didistribusikan secara normal, µ dan µ tidak hanya tidak berkorelasi tetapi juga

didistribusikan secara independent (Gujarati, 1999 : 166). Residual variabel yang

terdistribusi normal akan terletak di sekitar garis horizontal (tidak terpencar jauh dari garis

diagonal). Berdasarkan dari gambar normal partial regresi plot di bawah ini menunjukkan

sebaran standarrized residul berada dalam kisaran garis diagonal, ini menandakan bahwa

data terdistribusi secara normal. Jadi persyaratan normalitas bisa dipenuhi.

Gambar 6. Uji Normalitas

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: Return on Equity

Observed Cum Prob

1.00.75.50.250.00

Expecte

d C

um

Pro

b

1.00

.75

.50

.25

0.00

b. Pengujian Multikolinearitas

Multikolinearitas berarti adanya hubungan yang kuat antara beberapa variabel atau

semua variabel independen dalam model regresi. Untuk menguji ada tidaknya

multikolinearitas di antara variabel independen maka digunakan nilai Varian Inflating

Factor (VIF) dan nilai tolerance. Bila nilai tolerance < 0,10 atau nilai VIF > 10 maka

terjadi multikolinearitas. Bila nilai tolerance > 0,10 atau nilai VIF < 10 maka

multikolinearitas ditolak.

Berdasarkan tabel di bawah ini nilai VIF untuk masing-masing variabel independen

sebesar 1,087 dengan nilai tolerance sebesar 0,920 ini menunjukkan bahwa tidak adanya

kolerasi yang cukup kuat antara sesama variabel independen. Dimana nilai VIF lebih kecil

dari 10 dan nilai tolerance lebih besar dari 0,10 maka dapat disimpulkan tidak terdapat

multikolinearitas diantara variabel independen.

Tabel 7. Uji Multikolinearitas

Variabel Independen Tolerance VIF Keterangan

Debt to Ratio (X1) 0,920 1,087 Non multikolinearitas

Debt to Equity Ratio (X2) 0,920 1,087 Non multikolinearitas

Sumber: Data Primer, (diolah)

Page 132: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

132

c. Pengujian Autokolerasi Penjelasan buku Gujarati (1999:201) yaitu serangkaian observasi yang menurut

waktu (seperti dalam deretan waktu) atau ruang untuk mengetahui apakah autokolerasi

terdapat dalam kejadian tertentu yaitu dengan menggunakan test Durbin-Watson (DW).

Dasar pengambilan keputusan dalam uji autokolerasi adalah jika du < d < 4-du maka tidak

ada serial autokolerasi baik positif maupun negatif dari model regresi.

Tabel 8. Uji Autokorelasi

Model Summaryb

.614a .377 .367 1.0085098 .377 37.803 2 125 .000 1.810

M

o

d

el1

R

R

Square

Adjusted

R

Square

Std. Error

of the

Estimate

R

Square

Change

F

Change

df

1 df2

Sig. F

Change

Change Statistics

Durbin-

Watson

Predictors: (Constant), Debt to Ratio, Debt ro Equitya.

Dependent Variable: Return on Equityb.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa pada tingkat signifikan 5% nilai d (DW) untuk

128 observasi dari 2 variabel yang menjelaskan dan termasuk dalam intersep adalah du

(batas atas) = 1,66 dan 4-du adalah sebesar 2,34. Berdasarkan hasil pengujian pada tabel

4.7. menunjukkan d = 1,810 sehingga (1,66 < 1,810 < 2,34), dengan demikian tidak

terdapat autokolerasi positif dan negatif dalam model penelitian, yang berarti tidak terdapat

autokolerasi baik positif maupun negatif.

PEMBAHASAN

Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda

Dalam upaya mengetahui pengaruh debt to ratio (X1) dan debt to equity ratio (X2)

terhadap Return On Equity (Y), maka dapat digunakan regresi linier berganda.

Berdasarkan lampiran 3 pengaruh masing-masing variabel independent terhadap variabel

dependen secara terinci dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 9: Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen

Nama Variabel B Standar

Error

Thitung Ttabel Sig

Konstanta (a) -0,080 0,143 -0,558 1,9787 0,578

Debt to Ratio (X1) 0,499 0,075 6,657 1,9787 0,000

Debt to Equity Ratio (X2) 0,151 0,043 3,483 1,9787 0,001

Koefisien Kolerasi (R) 0,614a

Koefisien Determinasi

(R2)/R square

0,377

Adjusted (R2) 0,367

F hitung 37,803

F tabel 3,067

Sig 0,000a

a. Predictor : (constant): Debt to

Ratio, Debt to Equity

b. Dependent variable: ROE

Page 133: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

133

Dari hasil perhitungan statistik dengan menggunakan bantuan program SPSS

(statistical package for social sciences) seperti terlihat pada tabel di atas, maka diperoleh

persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:

Y = -0,080 + 0,499X1 + 0,151X2 + E

Dari persamaan regresi di atas dapat diketahui hasil penelitian sebagai berikut:

• Koefisien kolerasi (R) : 0,614a yang menunjukkan derajat hubungan (kolerasi) antara

variabel independen dengan variabel dependen sebesar 61,4%. Artinya ROE (Y)

mempunyai hubungan yang signifikan dengan faktor debt to ratio (X1) dan debt to

equity ratio (X2), karena diperoleh nilai koefisien kolerasi lebih besar dari 0,5 atau 50%.

• Koefisien determinasi atau R square (R2) sebesar 0,377 (adalah pengkuadratan dari

koefisien korelasi artinya sebesar 37,7% perubahan-perubahan dalam variabel dependen

(ROE) dapat dijelaskan oleh perubahan-perubahan dalam faktor debt to ratio(X1) dan

debt to equity ratio(X2). Sedangkan sisanya (100% - 37,7% = 62,3% ) dijelaskan oleh

sebab-sebab yang lain yaitu time interest earned ratio dan fixed charge coverage. R

square berkisar pada angka 0 sampai 1, dengan catatan semakin kecil angka R square,

semakin lemah hubungan kedua variabel begitu sebaliknya semakin besar R square

mendekati 1 semakin kuat hubungan kedua variabel. Hal ini menunjukkan bahwa debt

to ratio (X1) dan debt to equity ratio (X2) mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap (ROE) pada beberapa perusahaan yang dijadikan sampel.

• Koefisien regresi (B): Konstanta sebesar -0,080, Artinya jika faktor-faktor debt to ratio

(X1) dan debt to equity ratio (X2) dianggap konstan, maka besarnya tindakan ROE

sebesar -8%

• Koefisien regresi debt to ratio (X1) sebesar 0,499 Artinya setiap penambahan satu tahun

debt to ratio, maka secara relatif akan meningkatkan hasil pengembalian ROE sebesar

49,9%. Jadi semakin lama perusahaan berdiri, maka akan semakin meningkat

pengembaliannya (ROE).

• Koefisien regresi debt to equity ratio (X2) sebesar 0,151 Artinya setiap 100% perubahan

debt to equity ratio, maka secara relatif akan menurunkan tingkat pengembalian ROE

sebesar 15,1%. Jadi dengan adanya debt to equity ratio, maka akan menurunkan hasil

pengembalian ROE.

Hasil Uji Statistik secara Simultan (Uji-F)

Untuk menguji apakah debt to ratio dan debt to equity ratio berpengaruh terhadap

ROE pada perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Jakarta digunakan uji F

statistik seperti tampak pada tabel di bawah ini:

Page 134: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

134

Tabel 10. Pengujian Hipotesis secara Simultan

ANOVAb

76.898 2 38.449 37.803 .000a

127.136 125 1.017

204.034 127

Regression

Residual

Total

Model1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Debt to Equity, Debt to Ratioa.

Dependent Variable: Return on Equityb.

Berdasarkan hasil pengujian secara simultan diperoleh nilai Fhitung sebesar 37,803

dengan tingkat signifikansi/probabilitas sebesar 0,000 (lebih kecil dari α = 0,05). Nilai ini

akan dibandingkan dengan nilai Ftabel pada tingkat kepercayaan 95%. Dari tabel F untuk

signifikansi ( α ) = 5% dan derajat bebas (2,125) adalah sebesar 3,0687, karena Fhitung >

Ftabel atau (37,803) > (3,0687), dengan tingkat signifikansi/probabilitas maka hipotesis

altenatif (Ha) yang diajukan dapat diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak. Artinya dengan

tingkat kepercayaan 95% dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari

debt to ratio (X1) dan debt to equity ratio (X2) secara simultan terhadap ROE pada

beberapa perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Hal ini dikarenakan kedua

variabel independen tersebut memiliki hubungan satu sama lain. Perusahaan yang telah

lama berdiri atau beroperasi akan dapat menarik minat investor atau kreditor untuk

melakukan investasi.

Hasil Pengujian Statistik Secara Partial (Uji-t)

Pengaruh Debt to Ratio terhadap ROE Untuk menguji faktor-faktor yang mempunyai pengaruh terhadap ROE secara

parsial (masing-masing variabel) dapat dilihat dari hasil uji-t. Hasil perhitungan ini

diperlihatkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 11. Pengujian Hipotesis secara Parsial

Coefficients a

-8.0E-02 .143 -.558 .578

.499 .075 .490 6.657 .000 .920 1.09

.151 .043 .256 3.483 .001 .920 1.09

(Constant)

Debt to

Ratio

Debt to

Equity

Model

1

B Std. Error

Unstandardized

Coefficients

Beta

Standardi

zed

Coefficien

ts

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity

Statistics

Dependent Variable: Return on Equitya.

Page 135: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Aniek Indrawati dan Teuku Zulkarnaen, Analisis Faktor Lingkungan......

STRUKTUR PEMBELANJAAN DAN KINERJA PERUSAHAAN................................... (APRIDAR)

135

Hasil penelitian terhadap variabel dari debt to ratio (X1) menunjukkan bahwa

signifikansi/probabilitas sebesar 0,000 (lebih kecil dari α = 0,05) maka Ha diterima dan

menolak Ho. Kesimpulan yang sama juga didapat dengan membandingkan nilai thitung

dengan ttabel. Dimana thitung (6,657) lebih besar dari ttabel (1,9787) yang berarti Ha diterima

dan Ho ditolak. Dengan demikian hasil perhitungan statistik menunjukkan bahwa secara

parsial variabel debt to ratio (X1) berpengaruh terhadap ROE. Berpengaruhnya faktor debt

to ratio (X1) terhadap ROE karena debt to ratio (X1) dapat mencerminkan seberapa jumlah

hutang yang dijamin oleh aktiva perusahaan untuk bertahan dalam lingkungannya.

Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap ROE Berdasarkan tabel 4.10. hasil penelitian terhadap variabel dari debt to equity ratio

(X2) menunjukkan bahwa signifikansi/probabilitas sebesar 0,001 (lebih kecil dari α = 0,05)

maka Ha diterima dan Ho ditolak. Kesimpulan yang sama juga didapat dengan

membandingkan nilai thitung dengan ttabel. Dimana thitung (3,483) lebih kecil dari ttabel (1,9787)

yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian hasil perhitungan statistik

menunjukkan bahwa secara parsial variabel debt to equity ratio (X2) berpengaruh secara

signifikan dan positif terhadap ROE, atau dengan kata lain semakin besar debt to equity

ratio maka rasio ROE juga akan semakin besar. Berpengaruhnya debt to equity ratio (X2)

terhadap ROE dapat mencerminkan tingkat resiko perusahaan yang ditanggung dengan

ketergantungan modal perusahaan terhadap pihak luar.

PENUTUP

Kesimpulan.

1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa financial leverage yaitu debt to ratio (X1) dan

debt to equity ratio (X2) mempunyai pengaruh yang signifikan positif terhadap ROE.

2. Pada model regresi yang digunakan untuk membuktikan hipotesis menunjukkan bahwa

debt to ratio (X1= 0.499) dan debt to equity ratio (X2 = 0.151) secara simultan atau

bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ROE.

3. Pengujian secara parsial untuk empat tahun pengamatan menunjukkan bahwa debt to

ratio (X1= 6.657) dan debt to equity ratio (X2 = 3.483) mempunyai pengaruh terhadap

ROE artinya semakin besar proporsi utang perusahaan (debt to ratio X1 dan debt to

equity ratio X2 maka rasio ROE juga semakin besar.

Saran

1. Penelitian selanjutnya hendaknya menggunakan keempat pengukuran financial

leverage yang akan mempengaruhi ROE tersebut.

2. Penelitian selanjutnya perlu mempertimbangkan sample yang lebih luas. Hal ini

dimaksudkan agar kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian tersebut memiliki

cakupan yang luas dan tidak hanya pada perusahaan manufaktur saja.

3. Penelitian selanjutnya hendaknya menggunakan rentang waktu yang lebih lama agar

hasilnya dapat lebih menggambarkan kondisi yang ada dan memberikan hasil yang

lebih baik.

Page 136: DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS … · DAMPAK PROGRAM DANA BERGULIR BRR NAD–NIAS MELALUI ... dana bantuan yang bersumber dari BRR NAD–Nias. Program dana bantuan ini

Jurnal E-Mabis FE-Unimal, Volume 11, Nomor 2, Mei 2010

136

Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini mempunyai keterbatasan. Berkaitan dengan keterbatasan-keterbatasan

yang ada antara lain sebagai berikut:

1. Rentang waktu data yang digunakan kurang optimal yaitu hanya 4 tahun pengamatan

yaitu dari periode 2003 sampai 2006.

2. Sampel pada penelitian ini dibatasi hanya pada perusahaan manufaktur saja, sehingga

tidak dapat dilakukan generalisasi untuk semua jenis industri.

DAFTAR PUSTAKA

Gie, Kwik Kian (1999) Dasar-dasar Ekonomi Perusahaan, Penerbit PT. Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta.

Gitosudarmo, H. Indriyo (2001) Manajemen Strategis, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta.

Hanafi, Mamduh dan Halim Abdul (2005) Analisis Laporan Keuangan, Penerbit Unit

Penerbitan dan Percetakan AMP – YKPN, Yogyakarta.

Harahap, Sofyan Safri (2002) Analisis Atas Laporan Keuangan, penerbit PT. Radja

Grafindo Persada, Jakarta.

Helfert, Erich A (1997) Teknik Analisis Keuangan, Penerbit PT. Erlangga, Jakarta.

Husnan, Suad (1998) Manajemen Keuangan, Teori dan Aplikasi, Penerbit BPFE UGM,

Yogyakarta.

Indiantoro, Nur dan Bambang Supomo (2002) Metodologi Penelitian Bisnis Untuk

Akuntansi dan Manajemen, Penerbit BPFE-UGM, Yogyakarta.

Kasmir (2003) Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Penerbit PT. Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta.

Muslich, Muhammad (2003) Manajemen Keuangan Modern, Analisis Perencanaan dan

Kebijaksanaan, Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta.

Prawirosentono, Suyadi (2002) Pengantar Ekonomi Modern, Penerbit PT. Bumi Aksara,

Jakarta.

Riyanto, Bambang (1994) Manajemen pembelanjaan, Penerbit PT. Erlangga, Jakarta.

Sawir, Agnes (2003) Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan,

Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Syamsuddin, Lukman (2002) Manajemen Keuangan Perusahaan, Konsep Aplikasi dalam

Perencanaan Pengawasan dan Pengambilan Keputusan, Penerbit PT. Radja

Grafindo Persada, Jakarta.

Undang-undang Pasar Modal Bab. 28, Instrumen Keuangan Derivatif.

Gujarati, Damodar (1999) Ekonometika Dasar, Terjemahan, Penerbit PT. Erlangga, Jakarta