Dampak Limbah Darah

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan masyarakat seakan tidak ada ujungnya. Terutama masalah yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan. Di rumah sakit yang menjadi tempat menyembuhkan penyakit pun dapat juga kemungkinan memberi dampak negative pada kesehatan masyarakat. Dampak negatif itu sendiri dapat dilihat dalam kegiatan rumah sakit yang menghasilkan berbagai macam limbah berupa cair, padat, dan gas seperti pencemaran air yang disebabkan pembuangan limbah cair (darah, sputum, dll) dan tidak dikelola dengan baik. Petugas kesehatan dan pemerintah telah melakukan banyak upaya untuk menanggulangi masalah satu ini. Diantaranya menyiapkan perangkat seperti peraturan-peraturan, pedoman- pedoman, dan kebijakan-kebijakan yang mengatur pengelolahan dan peningkatan kesehatan di lingkungan rumah sakit. Di samping itu secara bertahap dan berkesinambungan Departemen Kesehatan mengupayakan instalasi pengelolahan limbah rumah sakit dan hal tersebut telah terwujud dengan adanya sebagian rumah sakit pemerintah yang telah dilengkapi dengan fasilitas pengelolahan limbah meskipun masih perlu untuk disempurnakan. Namun hal tersebut masih harus ditimgkatkan lagi untuk mencegah pencemaran limbah cair dari rumah sakit. Air limbah yang berasal dari limbah rumah sakit merupakan salah satu sumber pencemaran air yang sangat potensial. Hal 1

description

Masalah kesehatan masyarakat seakan tidak ada ujungnya. Terutama masalah yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan. Di rumah sakit yang menjadi tempat menyembuhkan penyakit pun dapat juga kemungkinan memberi dampak negative pada kesehatan masyarakat. Dampak negatif itu sendiri dapat dilihat dalam kegiatan rumah sakit yang menghasilkan berbagai macam limbah berupa cair, padat, dan gas seperti pencemaran air yang disebabkan pembuangan limbah cair (darah, sputum, dll) dan tidak dikelola dengan baik.

Transcript of Dampak Limbah Darah

Page 1: Dampak Limbah Darah

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kesehatan masyarakat seakan tidak ada ujungnya. Terutama masalah yang

berkaitan dengan kesehatan lingkungan. Di rumah sakit yang menjadi tempat menyembuhkan

penyakit pun dapat juga kemungkinan memberi dampak negative pada kesehatan masyarakat.

Dampak negatif itu sendiri dapat dilihat dalam kegiatan rumah sakit yang menghasilkan

berbagai macam limbah berupa cair, padat, dan gas seperti pencemaran air yang disebabkan

pembuangan limbah cair (darah, sputum, dll) dan tidak dikelola dengan baik.

Petugas kesehatan dan pemerintah telah melakukan banyak upaya untuk

menanggulangi masalah satu ini. Diantaranya menyiapkan perangkat seperti peraturan-

peraturan, pedoman-pedoman, dan kebijakan-kebijakan yang mengatur pengelolahan dan

peningkatan kesehatan di lingkungan rumah sakit. Di samping itu secara bertahap dan

berkesinambungan Departemen Kesehatan mengupayakan instalasi pengelolahan limbah

rumah sakit dan hal tersebut telah terwujud dengan adanya sebagian rumah sakit pemerintah

yang telah dilengkapi dengan fasilitas pengelolahan limbah meskipun masih perlu untuk

disempurnakan. Namun hal tersebut masih harus ditimgkatkan lagi untuk mencegah

pencemaran limbah cair dari rumah sakit.

Air limbah yang berasal dari limbah rumah sakit merupakan salah satu sumber

pencemaran air yang sangat potensial. Hal ini disebabkan karena air limbah rumah sakit

mengandung senyawa organik yang cukup tinggi juga kemungkinan mengandung senyawa-

senyawa kimia lain serta mikro-organisme patogen yang dapat menyebabkan penyakit

terhadap masyarakat di sekitarnya. Oleh karena potensi dampak air limbah rumah sakit

terhadap kesehatan masyarakat sangat besar, maka setiap rumah sakit diharuskan mengolah

air limbahnya sampai memenuhi persyaratan standar yang berlaku.

           Dengan adanya peraturan yang mengharuskan bahwa setiap rumah sakit harus

mengolah air limbah sampai standar yang diijinkan, maka kebutuhan akan teknologi

pengolahan air limbah rumah sakit khususnya yang murah dan hasilnya baik perlu

dikembangkan. Hal ini mengingat bahwa kendala yang paling banyak dijumpai yakni

teknologi yang ada saat ini masih cukup mahal, sedangkan di lain pihak dana yang tersedia

untuk membangun unit alat pengolah air limbah tersebut sangat terbatas sekali. Untuk rumah

sakit dengan kapasitas yang besar umumnya dapat membangun unit alat pengolah air 1

Page 2: Dampak Limbah Darah

limbahnya sendiri karena mereka mempunyai dana yang cukup. Tetapi untuk rumah sakit tipe

kecil sampai dengan tipe sedang umumnya sampai saat ini masih membuang air limbahnya

ke saluran umum tanpa pengolahan sama sekali.

           Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu dikembangkan teknologi pengolahan air

limbah rumah sakit yang murah, mudah operasinya serta harganya terjangkau, khususnya

untuk rumah sakit dengan kapasitas kecil sampai sedang. Untuk mencapai tujuan tersebut,

terdapat kedala yang cukup besar yakni kurangnya tersedianya teknologi pengolahan yang

baik dan harganya murah. Masalah ini menjadi kendala yang cukup besar terutama untuk

rumah sakit kecil, yang mana pihak rumah sakit tidak/belum mampu untuk membangun unit

alat pengilahan air limbah sendiri, sehingga sampai saat ini masih banyak sekali rumah sakit

yang membuang air limbahnya ke saluran umum.

           Untuk pengolahan air limbah rumah sakit dengan kapasitas yang besar, umumnya

menggunakan teknlogi pengolahan air limbah "Lumpur Aktif" atau Activated Sludge

Process, tetapi untuk kapasitas kecil cara tersebut kurang ekonmis karena biaya operasinya

cukup besar. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu menyebarluaskan informasi teknologi

khususya teknologi pengolahan air limbah rumah sakit berserta aspek pemilihan teknologi

serta keunggulan dan kekurangannya. Dengan adanya informasi yang jelas, maka pihak

pengelola rumah sakit dapat memilih teknologi pengolahan limbah yang sesuai dengan kodisi

maupun jumlah air limbah yang akan diolah, yang layak secara teknis, ekonomis dan

memenuhi standar lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa sajakah dampak pencemaran limbah cair rumah sakit yaitu darah bagi kesehatan?

2. Bagaimana cara pengolahan yang tepat untuk limbah darah rumah sakit tersebut?

1.3 Tujuan

Tujuan makalah ini adalah:

1. Untuk mengidentifikasi mekanisme dampak limbah darah terhadap lingkungan dan

kesehatan masyarakat.

2. Untuk mengidentifikasi cara pencegahan dan pengelolahan limbah darah tersebut.

3. Untuk mengidentifikasi teknologi apa saja yang bias dugunakan untuk mengelolah limdah

darah dari rumah sakit.

2

Page 3: Dampak Limbah Darah

1.4 Manfaat

Manfaat dari makalah ini adalah:

1. Mahasiswa dapat mengumpulkan data, memanfaatkan informasi dan mengidentifikasi

dampak limbah cair (darah) bagi kesehatan.

2. Mahasiswa dapat menganalisis dan menyimpulkan solusi apa saja yang bisa

direkomendasikan untuk menangani masalah dalam hal ini adalah dampak limbah cair

(darah) rumah sakit.

3. Makalah dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk dipelajari mengenai dampak limbah cair

(darah) bagi kesehatan di beberapa rumah sakit di Indonesia.

3

Page 4: Dampak Limbah Darah

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Limbah Rumah Sakit

Limbah rumah Sakit adalah semua limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan

kegiatan penunjang lainnya. Mengingat dampak yang mungkin timbul, maka diperlukan

upaya pengelolaan yang baik meliputi pengelolaan sumber daya manusia, alat dan sarana,

keuangan dan tatalaksana pengorganisasian yang ditetapkan dengan tujuan memperoleh

kondisi rumah sakit yang memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan (Said, 1999). Limbah

RS mengandung bermacam-macam mikroorganisme bergantung pada jenis RS dan tingkat

pengolahannya sebelum dibuang.

Limbah cair Rumah Sakit adalah cairan yang dianggap tidak lagi bermanfaat bagi

pengguna dan dibuang kembali ke lingkungan air. Limbah cair tersebut merupakan hasil dari

kegiatan Rumah Sakit dan kegiatan penunjang lain di Rumah Sakit. Limbah cair rumah sakit

dapat mengandung bahan organik dan anorganik yang umumnya diukur dan parameter BOD,

COD, TSS, dan lain-lain.

2.2 Klasifikasi Rumah Sakit

Rumah Sakit di Indonesia dibagi menurut beberapa klas yaitu klas A, klas B, klas C,

klas D. Rumah Sakit golongan D adalah rumah sakit yang memiliki 24 s/d 100 tempat tidur,

rumah sakit golongan C adalah yang memiliki 100 s/d 400 tempat tidur dengan 4 dokter

keahlian dasar (ahli penyakit dalam, ahli bedah, ahli kebidanan dan kandungan serta ahli

penyakit anak). Rumah sakit dengan 400 s/d 1000 tempat tidur dengan semua dokter disemua

ahli dikategorikan rumah sakit klas B sedangkan rumah sakit yang masuk golongan A adalah

rumah sakit yang mempunyai lebih dari 1000 tempat tidur dengan dokter sub spesialis

(Anonimous, 1989).

2.3 Pengelompokkan Limbah Rumah Sakit

Limbah rumah sakit merupakan campuran yang heterogen sifat-sifatnya. Seluruh

jenis limbah ini dapat mengandung limbah berpotensi infeksi. Kadangkala, limbah residu

insinerasi dapat dikagorikan sebagai limbah berbahaya bila insinerator sebuah rumah sakit

tidak sesuai dengan kriteria, atau tidak dioperasikan sesuai dengan kriteria. Deskripsi umum

tentang kategori utama limbah rumah sakit adalah:4

Page 5: Dampak Limbah Darah

Limbah umum: sejenis limbah domestik, bahan pengemas, makanan binatang

noninfectious,limbah dari cuci serta materi lain yang tidak membutuhkan penanganan spesial

atau tidak membahayakan pada kesehatan manusia dan lingkungan

Limbah patologis: terdiri dari jaringan-jaringan, organ, bagian tubuh, plasenta, bangkai

binatang, darah dan cairan tubuh

Limbah radioaktif: dapat berfase padat, cair maupun gas yang terkontaminasi dengan

radionuklisida, dan dihasilkan dari analisis in-vitro terhadap jaringan tubuh dan cairan, atau

analisis in-vivo terhadap organ tubuh dalam pelacakan atau lokalisasi tumor, maupun

dihasilkan dari prosedur therapetis

Limbah kimiawi: dapat berupa padatan, cairan maupun gas misalnya berasal dari pekerjaan

diagnostik atau penelitian, pembersihan/pemeliharaan atau prosedur desinfeksi. Pertimbangan

terhadap limbah ini adalah seperti limbah berbahaya yang lain, yaitu dapat ditinjau dari

sudut: toksik, korosif, mudah terbakar (flammable), reaktif (eksplosif, reaktif terhadap air,

dan shock sensitive), dilanjutkan dengan sifat-sifat spesifik seperti genotoxic (carcinogenic,

mutagenic, teratogenic dan lain-lain), misalnya obat-obatan cytotoxic. Limbah kimiawi yang

tidak berbahaya adalah seperti gula, asam- asam animo, garam-garam organik lainnya,

Limbah berpotensi menularkan penyakit (infectious): mengandung mikroorganisme

patogen yang dilihat dari konsentrasi dan kuantitasnya bila terpapar dengan manusia akan

dapat menimbulkan penyakit. Katagori yang termasuk limbah ini antara lain jaringan dan

stok dari agen-agen infeksi dari kegiatan laboratorium, dari ruang bedah atau dari autopsi

pasien yang mempunyai penyakit menular , atau dari pasien yang diisolasi, atau materi yang

berkontak dengan pasien yang menjalani haemodialisis (tabung, filter, serbet, gaun, sarung

tangan dan sebagainya) atau materi yang berkontak dengan binatang yang sedang diinokulasi

dengan penyakit menular atau sedang menderita penyakit menular

Benda-benda tajam yang biasa digunakan dalam kegiatan rumah sakit: jarum suntik,

syring, gunting, pisau, kaca pecah, gunting kuku dan sebagainya yang dapat menyebabkan

orang tertusuk (luka) dan terjadi infeksi. Benda-benda ini mungkin terkontaminasi oleh

darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi atau bahan citotoksik

Limbah farmasi (obat-obatan): produk-produk kefarmasian, obat-obatan dan bahan

kimiawi yang dikembalikan dari ruangan pasien isolasi, atau telah tertumpah, daluwarsa atau

terkontaminasi atau harus dibuang karena sudah tidak digunakan lagi

Limbah citotoksik: bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat

citotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi citotoksik.5

Page 6: Dampak Limbah Darah

Dari sekian banyak jenis limbah klinis tersebut, maka yang membutuhkan sangat

perhatian khusus adalah limbah yang dapat menyebabkan penyakit menular (infectious

waste) atau limbah biomedis. Limbah ini biasanya hanya 10 - 15 % dari seluruh volume

limbah kegiatan pelayanan kesehatan. Jenis dari limbah ini secara spesifik adalah:

Limbah human anatomical: jaringan tubuh manusia, organ, bagian-bagian tubuh, tetapi

tidak termasuk gigi, rambut dan muka

Limbah tubuh hewan: jaringan-jaringan tubuh , organ, bangkai, darah, bagian

terkontaminasi dengan darah, dan sebagainya, tetapi tidak termasuk gigi, bulu, kuku.

Limbah laboratorium mikrobiologi: jaringan tubuh, stok hewan atau mikroorganisme,

vaksin, atau bahan atau peralatan laboratorium yang berkontak dengan bahan-bahan tersebut.

Limbah darah dan cairan manusia atau bahan/peralatan yang terkontaminasi dengannya.

Tidak termasuk dalam katagori ini adalah urin dan tinja.

Limbah-limbah benda tajam: seperti jarum suntik, gunting, pacahan kaca dan sebagainya.

2.4 Sumber Limbah Cair Rumah Sakit

Adapun sumber limbah cair rumah sakit berasal dari ruang laboratorium, ruang radiologi,

ruang bedah, ruang bersalin, kamar mandi, wastafel, water closet, urinoir, sarana cuci tangan,

pembersihan lantai, pembersihan alat, pencucian bahan makanan, buangan sisa sampel cair,

pencucian bahan makanan. Penimbunan limbah cair tersebut semuanya berasal dari unit

rawat jalan, unit rawat inap, laundry, kamar jenazah, perumahan/asrama pegawai, garasi,

kantin. (Heru Kusumanto, 1992).

jenis limbah yang dihasilkan ini berbeda pada setiap sumbernya yaitu:

1. Ruang Laboratorium

Limbah pada ruang laboratorium berupa sisa dari bahan reagen, berupakotoran manusia

berupa air kencing, tinja dan darah. Instalasi laboratorium limbahnya dimasukkan dalam

kategori limbah B3 yaitu Bahan Beracun Berbahaya.

2. Ruang Perawatan

Pada ruangan ini limbah yang dihasilkan berupa limbah padat antara lain kapas, perban,

bekas infus, bekas jarum suntik, ampul obat, sisa makanan.

3. Ruang Poliklinik

Pada ruangan poliklinik ini limbah yang dihasilkan berupa kapas, bekas perban, bekas jarum

suntik, ampul obat, kertas, bekas jaringan tubuh. 6

Page 7: Dampak Limbah Darah

4. Ruang Radiologi

Limbah pada ruang radiologi ini berupa kertas bekas, sisa air buangan pencucian film,

wastafel. Ruang radiologi limbahnya dimasukkan dalam kategori limbah B3 yaitu Bahan

Beracun Berbahaya.

5. Ruang Bedah

Pada instalasi bedah limbah yang dihasilkan berupa limbah darah bekas operasi, bekas

pencucian alat-alat operasi, sisa potongan tubuh, sisa ampul obat serta limbah dari wastafel.

Instalasi bedah ini limbahnya juga dikategorikan dalam limbah B3.

6. Ruang Dapur

Limbah yang dihasilkan pada dapur biasanya berupa sisa sayuran, sisa makanan, sisa buah-

buahan, kertas pembungkus, daun-daunan dan plastic pembungkus, air dari sisa pencucian

sayuran, sisa pencucian buah-buahan dan pencucian alat-alat dapur yang berupa busa.

7. Ruang Bersalin

Limbah yang dihasilkan dari ruang bersalin adalah berupa buangan darah dari proses

persalinan, bekas jarum suntik, bekas infus, ampul obat, bekas/sisa makanan, bekas

pembungkus makanan.

8. Ruang Pencucian

Limbah yang dihasilkan pada ruang pencucian ini adalah air bekas cucian yang biasanya

mengandung kaporit dan busa dari sabun cuci dan kemungkinan terbawanya limbah padat

yang berasal dari ruang perawatan misalnya kapas, kertas, sisa makanan.

2.5 Karakteristik Limbah Cair

1. Sifat Limbah Cair

1.1 Limbah Cair Tidak Beracun (nontoksik)

Limbah cair tidak beracun (nontoksik) terdiri dari air kotoran yaitu limbah cair yang

mengandung kotoran manusia seperti tinja, air kemih yang berasal dari kloset dan peturasan

di dalam toilet.

1.2 Limbah Cair Beracun (toksik)

Limbah cair beracun (toksik) yaitu limbah cair yang mengandung zat beracun. Zat beracun

dalam hal ini adalah bahan-bahan kimia organik, deterjen dan zat radioaktif. Zat-zat ini

merupakan racun bagi suatu organisme yang mempunyai sifat yang dapat menghambat

metabolisme, juga dapat membunuh mikroorganisme itu sendiri. Adapun limbah cair ini

berasal dari laboratorium, laundry dan radiologi.7

Page 8: Dampak Limbah Darah

2.6 Dampak Limbah Cair

Menurut Sugiharto (1987) air buangan jika tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan

pengaruh tidak baik pada lingkungan maupun terhadap kehidupan antara lain:

1. Gangguan Terhadap Kesehatan

Gangguan limbah cair terhadap kesehatan disini antara lain yaitu terjangkitnya penyakit

cholera, radang usus, penyakit hepatitis, penyakit karena cacing.

2. Gangguan Terhadap Kehidupan Biotik

Gangguan pada kehidupan biotik menyebabkan turunnya oksigen terlarut dalam perairan

serta mengandung zat-zat beracun sehingga menimbulkan kematian pada biota air yang pada

akhirnya dapat mengganggu ekosistem dan keanekaragaman hayati. Gangguan ini timbul

karena turunnya kadar oksigen dalam air sehingga menganggu aktifitas yang ada dalam

perairan tersebut karena sinar matahari tidak dapat masuk ke dalam perairan tersebut.

3. Gangguan Terhadap Keindahan

Air limbah sering menimbulkan bau dan warna yang kotor sehingga tidak sedap jika

dipandang mata. Timbulnya bau tersebut menjadikan indikasi bahwa air tersebut telah

tercemar sehingga dapat menganggu aktifitas manusia, karena adanya bau yang menyengat

dapat menurunkan daya konsentrasi otak manuasia.

4. Gangguan Terhadap Kerusakan Benda

Limbah cair mempunyai sifat keasaman yang sangat tinggi dan dengan adanya kandungan

lemak pada air limbah ini dapat menimbulkan karat pada logam dan saluran yang dilewatinya

karena air tersebut mempunyai sifat korosif. Air tersebut jika digunakan sebagai air minum

maka dapat berdampak negatif pada kesehatan manusia, sedangkan jika digunakan untuk

mencuci pakaian maka dapat memberikan warna pada pakaian tersebut.

2.7 Teknologi Pengelolaan Limbah Cair Rumah Sakit

Teknologi pengolahan limbah medis yang sekarang jamak dioperasikan hanya

berkisar antara masalah tangki septik dan insinerator. Keduanya sekarang terbukti memiliki

nilai negatif besar. Tangki septik banyak dipersoalkan lantaran rembesan air dari tangki yang

dikhawatirkan dapat mencemari tanah. Terkadang ada beberapa rumah sakit yang membuang

hasil akhir dari tangki septik tersebut langsung ke sungai-sungai, sehingga dapat dipastikan

sungai tersebut mulai mengandung zat medis (Suparmin dkk, 2002).

8

Page 9: Dampak Limbah Darah

Sedangkan insinerator, yang menerapkan teknik pembakaran pada sampah medis,

juga bukan berarti tanpa cacat. Badan Perlindungan Lingkungan AS menemukan teknik

insenerasi merupakan sumber utama zat dioksin yang sangat beracun. Penelitian terakhir

menunjukkan zat dioksin inilah yang menjadi pemicu tumbuhnya kanker pada tubuh

(Suparmin dkk, 2002). Yang sangat menarik dari permasalahan ini adalah ditemukannya

teknologi pengolahan limbah dengan metode ozonisasi. Salah satu metode sterilisasi limbah

cair rumah sakit yang direkomendasikan United States Environmental Protection Agency

(USEPA) pada tahun 1999. Teknologi ini sebenarnya dapat juga diterapkan untuk mengelola

limbah pabrik tekstil, cat, kulit, dan lain-lain (Christiani, 2002).

2.7.1 Ozonisasi

Proses ozonisasi telah dikenal lebih dari seratus tahun yang lalu. Proses ozonisasi

atau proses dengan menggunakan ozon pertama kali diperkenalkan Nies dari Prancis sebagai

metode sterilisasi pada air minum pada tahun 1906. Penggunaan proses ozonisasi kemudian

berkembang sangat pesat. Dalam kurun waktu kurang dari 20 tahun terdapat kurang lebih 300

lokasi pengolahan air minum menggunakan ozonisasi untuk proses sterilisasinya di Amerika

(Berlanga, 1998).

Dewasa ini, metode ozonisasi mulai banyak dipergunakan untuk sterilisasi bahan

makanan, pencucian peralatan kedokteran, hingga sterilisasi udara pada ruangan kerja di

perkantoran. Luasnya penggunaan ozon ini tidak terlepas dari sifat ozon yang dikenal

memiliki sifat radikal (mudah bereaksi dengan senyawa disekitarnya) serta memiliki oksidasi

potential 2.07 V. Selain itu, ozon telah dapat dengan mudah dibuat dengan menggunakan

plasma seperti corona discharge (Berlanga, 1998). Melalui proses oksidasinya pula ozon

mampu membunuh berbagai macam mikroorganisma seperti bakteri Escherichia coli,

Salmonella enteriditis, Hepatitis A Virus serta berbagai mikroorganisma patogen lainnya

(Crites, 1998). Melalui proses oksidasi langsung ozon akan merusak dinding bagian luar sel

mikroorganisma (cell lysis) sekaligus membunuhnya. Juga melalui proses oksidasi oleh

radikal bebas seperti hydrogen peroxy (HO2) dan hydroxyl radical (OH) yang terbentuk

ketika ozon terurai dalam air. Seiring dengan perkembangan teknologi, dewasa ini ozon

mulai banyak diaplikasikan dalam mengolah limbah cair domestik dan industri (Akers,

1993).

2.7.2 Ozonisasi Limbah cair rumah sakit

9

Page 10: Dampak Limbah Darah

Limbah cair yang berasal dari berbagai kegiatan laboratorium, dapur, laundry, toilet,

dan lain sebagainya dikumpulkan pada sebuah kolam equalisasi lalu dipompakan ke tangki

reaktor untuk dicampurkan dengan gas ozon. Gas ozon yang masuk dalam tangki reaktor

bereaksi mengoksidasi senyawa organik dan membunuh bakteri patogen pada limbah cair

(Harper, 1986).

Limbah cair yang sudah teroksidasi kemudian dialirkan ke tangki koagulasi untuk

dicampurkan koagulan. Lantas proses sedimentasi pada tangki berikutnya. Pada proses ini,

polutan mikro, logam berat dan lain-lain sisa hasil proses oksidasi dalam tangki reaktor dapat

diendapkan (Harper, 1986).

Selanjutnya dilakukan proses penyaringan pada tangki filtrasi. Pada tangki ini terjadi

proses adsorpsi, yaitu proses penyerapan zat-zat pollutan yang terlewatkan pada proses

koagulasi. Zat-zat polutan akan dihilangkan permukaan karbon aktif. Apabila seluruh

permukaan karbon aktif ini sudah jenuh, atau tidak mampu lagi menyerap maka proses

penyerapan akan berhenti, dan pada saat ini karbon aktif harus diganti dengan karbon aktif

baru atau didaur ulang dengan cara dicuci. Air yang keluar dari filter karbon aktif untuk

selanjutnya dapat dibuang dengan aman ke sungai (Harper, 1986).

Ozon akan larut dalam air untuk menghasilkan hidroksil radikal (-OH), sebuah

radikal bebas yang memiliki potential oksidasi yang sangat tinggi (2.8 V), jauh melebihi ozon

(1.7 V) dan chlorine (1.36 V). Hidroksil radikal adalah bahan oksidator yang dapat

mengoksidasi berbagai senyawa organik (fenol, pestisida, atrazine, TNT, dan sebagainya).

Sebagai contoh, fenol yang teroksidasi oleh hidroksil radikalakan berubah menjadi

hydroquinone, resorcinol, cathecol untuk kemudian teroksidasi kembali menjadi asam oxalic

dan asam formic, senyawa organik asam yang lebih kecil yang mudah teroksidasi dengan

kandungan oksigen yang di sekitarnya. Sebagai hasil akhir dari proses oksidasi hanya akan

didapatkan karbon dioksida dan air (Harper, 1986). Hidroksil radikal berkekuatan untuk

mengoksidasi senyawa organik juga dapat dipergunakan dalam proses sterilisasi berbagai

jenis mikroorganisma, menghilangkan bau, dan menghilangkan warna pada limbah cair.

Dengan demikian akan dapat mengoksidasi senyawa organik serta membunuh bakteri

patogen, yang banyak terkandung dalam limbah cair rumah sakit (Wilson, 1986). Pada

saringan karbon aktif akan terjadi proses adsorpsi, yaitu proses penyerapan zat-zat yang akan

diserap oleh permukaan karbon aktif. Apabila seluruh permukaan karbon aktif ini sudah

jenuh, proses penyerapan akan berhenti. Maka, karbon aktif harus diganti baru atau didaur

ulang dengan cara dicuci (Wilson, 1986). 10

Page 11: Dampak Limbah Darah

Dalam aplikasi sistem ozonisasi sering dikombinasikan dengan lampu ultraviolet atau

hidrogen peroksida.Dengan melakukan kombinasi ini akan didapatkan dengan mudah

hidroksil radikal dalam air yang sangat dibutuhkan dalam proses oksidasi senyawa organik.

Teknologi oksidasi ini tidak hanya dapat menguraikan senyawa kimia beracun yang berada

dalam air, tapi juga sekaligus menghilangkannya sehingga limbah padat (sludge) dapat

diminimalisasi hingga mendekati 100%. Dengan pemanfaatan sistem ozonisasi ini dapat

pihak rumah sakittidak hanya dapat mengolah limbahnya tapi juga akan dapat menggunakan

kembali air limbah yang telah terproses (daur ulang). Teknologi ini, selain efisiensi waktu

juga cukup ekonomis, karena tidak memerlukan tempat instalasi yang luas (Wilson, 1986).

Kegiatan rumah sakit yang sangat kompleks tidak saja memberikan dampak positif

bagi masyarakat sekitarnya, tetapi juga mungkin dampak negatif. Dampak negatif itu berupa

cemaran akibat proses kegiatan maupun limbah yang dibuang tanpa pengelolaan yang benar.

Pengelolaan limbah rumah sakityang tidak baik akan memicu resiko terjadinya kecelakaan

kerja dan penularan penyakit darin pasien ke pekerja, dari pasien ke pasien dari pekerja ke

pasien maupun dari dan kepada masyarakat pengunjung rumah sakit. Oleh sebab itu untuk

menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja maupun orang lain yang berada di

lingkungan rumah sakit dana sekitarnya, perlu penerapan kebijakan sistem manajemen

keselamatan dan kesehatan kerja, dengan melaksanakan kegiatan pengelolaan dan monitoring

limbah rumah sakitsebagai salah astu indikator penting yang perlu diperhatikan. Rumah sakit

sebagai institusi yang sosioekonomis karena tugasnya memberikan pelayanan kesehatan

kepada masyarakat, tidak terlepas dari tanggung jawab pengelolaan limbah yang dihasilkan

(Wilson, 1986).

 

BAB III

PEMBAHASAN11

Page 12: Dampak Limbah Darah

3.1 Dampak Limbah Darah bagi Kesehatan

Produk darah merupakan salah satu limbah yang dihasilkan oleh Rumah Sakit.

Limbah darah tersebut merupakan limbah yang bersifat infeksius yang mengandung

mikroorganisme patogen. Patogen tersebut dapat memasuki tubuh manusia melalui beberapa

jalur yang meliputi, akibat tusukan , lecet atau luka dikulit, melalui membran mukosa,

melalui pernafasan dan melalui ingesti. Contoh infeksi yang ditimbulkan oleh limbah darah

tersebut dapat dilihat pada table 3.1 , bersama dengan cairan tubuh yang biasa digunakan

sebagai media penularan penyakit.

Kekhawatiran muncul terutama terhadap penyakit HIV serta virus Hepatitis B dan

Hepatitis C karena terdapat bukti kuat bahwa virus tersebut ditularkan melalui limbah darah

dari pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Penularan pada umumnya melalui cedera dan

jarum spuit yang terkontaminasi darah manusia.

Di fasilitas kesehatan, keberadaan bakteri yang resisten terhadap antibiotic dan

desinfektan kimia juga dapat memperbesar bahaya yang muncul akibat limbah Rumah Sakit

yang buruk sistim pengelolaannya. Kekhawatiran muncul adalah bahwa infeksi yang

ditularkan melalui jaringan subkutan dapat menyebabkan masuknya agen penyebab penyakit

seperti infeksi virus pada darah.

Tabel 3.1 Contoh infeksi akibat terpajan limbah darah di Rumah Sakit

Jenis Infeksi Organisme Penyebab

AIDS Human Immunodeficiency Virus (HIV)

Septikemia Staphylococcus spp.

Bakteriemia Staphylococcus spp., koagulasi negative, Staphylococcus aureus,

Enterobacter, Enterococcus, Klebsiella, Streptococcus spp.

Hepatitis B dan C Virus Hepatitis B dan Hepatitis C

Semua orang yang terpajan oleh limbah darah yang berbahaya dari fasilitas kesehatan

kemungkinan besar menjadi orang yang berisiko, termasuk yang berada dalam fasilitas

penghasil limbah berbahaya dan mereka yang berada diluar fasilitas serta memiliki pekerjaan

mengelola limbah semacam itu, atau yang berisiko akibat kecerobohan dalm sisitem

manajemen limbah tersebut.

12

Page 13: Dampak Limbah Darah

Oleh karena itu, limbah medis berupa darah tersebut harus diolah sebaik mungkin

dengan teknologi pengelolaan limbah yang sesuai agar tidak memberikan dampak negative

bagi kesehatan di lingkungan Rumah Sakit.

3.2 Pengolahan Limbah Darah di Rumah sakit

Pengolahan limbah pada dasarnya merupakan upaya mengurangi volume, konsentrasi

atau bahaya limbah, setelah proses produksi atau kegiatan, melalui proses fisika, kimia atau

hayati. Dalam pelaksanaan pengelolaan limbah, upaya pertama yang harus dilakukan adalah

upaya preventif yaitu mengurangi volume bahaya limbah yang dikeluarkan ke lingkungan

yang meliputi upaya mengunangi limbah pada sumbernya, serta upaya pemanfaatan limbah

(Shahib, 1999). Program minimisasi limbah di Indonesia baru mulai digalakkan, bagi rumah

sakit masih merupakan hal baru, yang tujuannya untuk mengurangi jumlah limbah dan

pengolahan limbah yang masih mempunyai nilai ekonomi (Shahib, 1999).

Limbah patologis dan infektious adalah Limbah yang harus dipisahkan dari yang lain.

Limbah infectious beresiko tinggi perlu ditangani terlebih dahulu dalam autoclave sebelum

menuju pengolahan selanjutnya atau sebelum disingkirkan di landfill. Limbah darah yang

tidak terinfeksi dapat dimasukkan ke dalam saluran limbah kota dan dibilas dengan air,

sedang yang terinfeksi harus diperlakukan sebagai limbah berbahaya. Kontainer-kontainer

dibawah tekanan (aerosol dan sebagainya) tidak boleh dimasukkan ke dalam insinerator.

Limbah yang telah dipisahkan dimasukkan kantong-kantong yang kuat (dari pengaruh

luar ataupun dari limbahnya sendiri) dan tahan air atau dimasukkan dalam kontainer-

kontainer logam. Kantong-kantong yang digunakan dibedakan dengan warna yang seragam

dan jelas, dan diisi secukupnya agar dapat ditutup degan mudah dan rapat. Disamping warna

yang seragam, kantong tersebut diberi label atau simbol yang sesuai. Kontainer harus ditutup

dengan baik sebelum diangkut. Bila digunakan kantong dan terlebih dahulu harus masuk

autoclave, maka kantong-kantong itu harus bisa ditembus oleh uap sehingga sterilisasi dapat

berlangsung sempurna.

Langkah sterilisasi merupakan kewajiban rumah sakit. Jika tidak disterilisasi, maka

barang-barang itu berbahaya bila disentuh orang. Tak heran bila banyak perawat dan pegawai

di RS berisiko tinggi terkena infeksi cemaran limbah ini di tempatnya bekerja.

Mobilitas dan transportasi limbah baik internal maupun eksternal hendaknya

dipertimbangkan sebagai bagian menyeluruh dari sistem pengelolaaan dari institusi tersebut.

Secara internal, limbah biasanya diangkut dari titik penyimpanan awal menuju area 13

Page 14: Dampak Limbah Darah

penampungan atau menuju titik lokasi insinerator. Alat angkutan atau sarana pembawa

tersebut harus dicuci secara rutin dan hanya digunakan untuk membawa limbah. Di rumah

sakit modern, transportasi limbah ini bisa menggunakan cara pneumatis dengan perpipaan,

namun cara ini tidak boleh digunakan untuk limbah patologis dan infectious. Limbah yang

akan diangkut ke luar, misalnya oleh Dinas Kebersihan setempat, harus tidak mengandung

resiko terhadap kesehatan pengangkut tersebut. Limbah berbahaya dari rumah sakit yang

akan diangkut, diatur seperti halnya aturan-aturan yang berlaku pada limbah berbahaya lain,

misalnya jenis kontainer, tanda-tanda dan tata caranya.

Secara umum limbah patologis atau infectious diolah dengan cara sterilisasi, insinerasi

dilanjutkan dengan landfilling. Insinerasi merupakan metode yang sangat dianjurkan,

kantong-kantong yang digunakan untuk membungkus limbah juga harus diinsinerasi.

Rumah sakit (RS) merupakan tempat untuk menyembuhkan orang sakit. Namun, RS

pun bisa menjadi sumber penyakit karena di sana banyak penderita berbagai penyakit, baik

menular maupun tak menular. Karena itu, pengelolaan limbah di RS sangat diperlukan,

terutama mekanisme agar buangan dari RS tak berdampak bagi para pekerja RS dan

lingkungan sekitarnya.

Di RS sering kali terjadi infeksi silang (nosokomial). Sebagai contoh, limbah medis

tajam seperti alat suntik yang terkontaminasi darah pasien. Karena berhubungan langsung

dengan penderita, alat itu mengandung mikroorganisme, atau bibit penyakit. Bila pengelolaan

pembuangannya tidak benar, alat suntik dapat menularkan penyakit kepada pasien lain,

pengunjung RS dan puskesmas, petugas kesehatan, maupun masyarakat umum.

14

Page 15: Dampak Limbah Darah

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

• Limbah Rumah Sakit merupakan limbah yang berasal dari semua kegiatan yang

berada di Rumah Sakit.

• Limbah Rumah Sakit terdapat berbagai jenis dan karakteristik yang berbahaya yang

harus dikelola dalam pembuangannya karena mengandung mikroorganisme yang

bersifat pathogen..

• Limbah Cair Rumah Sakit adalah limbah yang bersifat infectious yang berupa cairan

tubuh, darah, urin, dsb yang dapat menyebabkan penyakit.

• Ozonisasi merupakan teknologi yang dapat digunakan dalam pengelolaan limbah

cair di Rumah Sakit.

• Dampak dari limbah produk darah adalah penyakit AIDS, Hepatitis B, Hepatitis C,

dan sebagainya yang sangat berbahaya apabila tidak dilkelola dengan baik.

• Cara pengolahan dari limbah darah tersebut dapat dilakukan dengan cara sterilisasi,

insinerasi dilanjutkan dengan landfilling.

2. Saran

• Sebaiknya rumah sakit mengelola limbahnya terutama limbah cair berupa darah

dengan benar. Karena pengelolaan yang tidak tepat dapat menimbulkan berbagai

macam kerugian.

• Rumah sakit sebaiknya memiliki tempat pembuangan terutama produk darah

sendiri. Sehingga tidak dibuang di sembarangan tempat yang dapat memberikan

dampak negatif pada lingkungansekitar masyarakat.

• Rumah sakit hendaknya memilih system dan teknologi pengelolaan limbah cair

berupa darah yang baik dan sesuai dengan lingkungan agar tercipta keseimbangan

antara host, agent, dan lingkungansekitar rumah sakit.

15

Page 16: Dampak Limbah Darah

Daftar Pustaka

http://www.bplhdjabar.go.id/index.php/bidang-pengendalian/subid-pembinaan-

pencemaran/245-pengelolaan-limbah-medis diakses pada tanggal 2 Mei 2011

http://www.szdsgzyzh.com/other/limbah%20cair%20di%20rumah%20sakit-pdf.html

Diakses pada tanggal 2 Mei 2011

http://pdfdatabase.com/search/limbah-cair.html Diakses pada tanggal 2 Mei 2011

http://limbah.org/limbah-cair-teknik-pengolangan-limbah-cair.html Diakses pada

tanggal 2 Mei 2011

http://www.scribd.com/doc/48879633/Makalah-Limbah-Cair-Rumah-Sakit Diakses

pada tanggal 2 Mei 2011

http://www.scribd.com/doc/50338858/TUGAS-PLH Diakses pada tanggal 2 Mei

2011

http://www.szdsgzyzh.com/other/makalah%20limbah%20industri%20cair-pdf.html

Diakses pada tanggal 2 Mei 2011

http://tamoy.com/list/pengertian-limbah-cair-pdf Diakses pada tanggal 2 Mei 2011

http://www.shantybio.transdigit.com/?

Biology__Dasar_Pengolahan_Limbah:Pengolangan_Limbah_Cair Diakses pada tanggal 2

Mei 2011

http://limbah.org/search/proses-pembekuan-darah--pdf-word-free-ebooks-

download.html Diakses pada tanggal 2 Mei 2011

http://www.linkpdf.com/download/dl/makalah-pembekuan-darah-.pdf Diakses pada

tanggal 2 Mei 2011

http://pdfsearchpro.com/pdf/pengolahan-limbah-darah.html Diakses pada tanggal 2

Mei 2011

16