DAMPAK KEBIJAKAN PRANCIS TERHADAP...
Transcript of DAMPAK KEBIJAKAN PRANCIS TERHADAP...
DAMPAK KEBIJAKAN PRANCIS TERHADAP
MASYARAKAT ALJAZAIR 1830-1914
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum.)
Oleh :
Silpia Ul’hak
(1111022000061)
JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
i
ABSTRAK
Judul : Dampak Kebijakan Prancis Terhadap Masyarakat Aljazair 1830-
1914
Penelitian ini bertujuan menjawab pertanyaan bagaimana dampak kebijakan
Prancis terhadap masyarakat Aljazair 1830-1914 dan apa saja kebijakan yang
diterapkan Prancis atas Aljazair. Pada saat itu keadaan masyarakat Aljazair hidup
dengan bersuku-suku serta tidak memiliki pusat pemerintahan. Hal ini
mempermudah Prancis dalam menerapkan berbagai kebijakan yang ditetapkan
oleh pemerintahan pusatnya di negeri tesebut.
Dalam penulisan ini, penulis menggunakan metode penelitian sejarah pada
umumnya yaitu: heuristik, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Dalam hal
ini, penulis menggunakan pendekatan politik dan sosial untuk menguatkan analisa
data penulis.
Dalam penelitian ini, penulis menemukan beberapa fakta yang terkait
dengan dampak kebijakan Prancis terhadap masyarakat Aljazair 1830-1914.
Periode tersebut merupakan puncak dari pemerintahan kolonial Prancis terhadap
Aljazair karena sistem pemerintahan dan pendidikan Aljazair pada saat itu berada
di bawah kendali Prancis. Motif Prancis dalam menjajah Aljazair adalah
menyebarkan ajaran Kristen dan (Prancisisasi) dengan menggantikan bahasa Arab
dengan bahasa Prancis sebagai bahasa nasionalis dan kebudayaan. Melalui
kebijakan pendidikan dan perekonomiannya, Prancis melarang pendirian masjid-
masjid dan praktik ibadah keIslaman. Dalam situasi tersebut, muncul pelajar-
pelajar yang memiliki gagasan bahwa Aljazair bisa menjadi bagian dari Prancis.
Kata kunci : Aljazair, Kebijakan Prancis, Dampak
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberika petunjuk dan semua kasih sayangNya sehingga penulisan skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada
baginda Nabi Muhammad SAW, berserta pada keluarga, sahabat dan para
pengikutnya. Alhamdulillah akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik.
Penulis menyadari bahwasannya skripsi yang berjudul “Dampak Kebijakan
Prancis Terhadap Masyarakat Aljazair 1830-1914” ini tidak akan terselesaikan
tanpa bantuan dari semua pihak dalam baik dukungan moril maupun materil. Oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Prof. Dr. Sukron Kamil, MA, selaku Dekan Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. H. Nurhasan, MA, selaku Ketua Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Solikhatus Sa’diyah, M.Pd, selaku Sekeretaris Jurusan Sejarah dan
Kebudayaan Islam yang dengan sabar memberikan pelayanan terkait
administrasi yang penulis butuhkan.
5. Dr. H.Abd Chair M.A, selaku dosen pembimbing skripsi dan dosen
pembimbing akademik, yang dengan sabar memberikan arahan, kritik dan
iii
saran, terutama kesediaan waktunya dalam membimbing, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik
6. Dr. Usep Abdul Matin, M.A dan Awalia Rahma, M.A, selaku penguji
skripsi yang telah memberikan masukan demi layaknya skripsi penulis
7. Bapak dan ibu dosen yang tak bisa saya sebutkan namanya satu persatu
terima kasih atas semua ilmu yang diberikan
8. Karyawan/karyawati Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas
Adab dan Humaniora yang telah memberikan pelayanan dan menyediakan
fasilitas dalam penulisan skrispi ini.
9. Ayahanda Solihin Mudaris dan ibunda Laili selaku kedua orang tua
penulis. Terima kasih atas segala kasih sayang, pengertian, doa dan
semangat kepada penulis. Terima kasih kuucapkan dari lubuk hati yang
amat dalam, semoga Allah memberikan kebahagiaan selalu.
10. Adik-adik tercinta, Rian Habillah dan Naysilla Putri yang selalu
memberikan semangat dan doa
11. Sahabat-sahabatku Risnawati, Elis dan teh Umu, yang selalu memberikan
nasihat dan motivasi kepada penulis
12. Terima kasih dari hati yang terdalam kepada Amanah, Ismawati, Dirga
Sulastri, Masitah, Nabila, Rahma dan kak Endi yang bersedia menjadi
tempat diskusi, memberikan bantuan untuk sumber-sumber penulis dan
memberikan motivasi dalam kelancaran penulisan ini.
13. Teman-teman SKI Konsentrasi Timur Tengah 2011, Wira Kurnia, Yeni,
Mulki, Indi, Wilda, Alan, Sufyan, Husen, Ulfa dan Nurmayasari, yang
iv
saling memotivasi dan menjadi tempat diskusi mengenai permasalahan
dalam penulisan, semoga kita semua sukses selalu
14. Teman-teman SKI seperjuangan angkatan 2011 semoga sukses untuk kita
semua
15. Segenap keluarga besar Bidikmisi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Yang
selalu berjuang demi tercapai cita-citanya
16. Kepada guru-guru MA Malnu Pusat Menes dan Pondok Pesantren Al
Mua’wanah semoga Allah yang membalas kebaikan kalian
17. Kepada keluarga besar PMII Komisariat Fakultas Adab dan Humaniora
(KOMFAKA) terima kasih atas dukungannya
Semoga Allah SWT selalu membalas segala amal baik kepada pihak yang
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari skripsi ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca demi lebih baiknya skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini
bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Jakarta, 05 Januari 2016
Silpia Ul’hak
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii
DAFTAR ISTILAH ..........................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ................................................................. 7
1. Pembatasan Masalah ........................................................................... 7
2. Rumusan Masalah ............................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 8
E. Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 8
F. Kerangka Teori.......................................................................................... 10
G. Metode Penelitian...................................................................................... 10
H. Sistematika Penulisan ............................................................................... 13
BAB II ALJAZAIR SEBELUM KOLONIAL PRANCIS ............................... 14
A. Sejarah Masuknya Islam ke Aljazair......................................................... 14
B. Geografi dan Struktur Masyarakat Aljazair .............................................. 16
C. Masa Aljazair sebelum dikuasai oleh Turki Utsmani ............................... 19
D. Masa Aljazair setelah dikuasai oleh Turki Utsmani ................................ 23
vi
BAB III ALJAZAIR DI BAWAH PENGUASA PRANCIS ........................... 34
A. Kedatangan Prancis ke Aljazair ................................................................ 34
B. Kebijakan Prancis di Aljazair.................................................................... 37
1. Bidang Politik Ekonomi ..................................................................... 38
2. Bidang Pendidikan ............................................................................. 40
3. Bidang Keagamaan ........................................................................... 41
BAB IV DAMPAK KEBIJAKAN PRANCIS DI ALJAZAIR (1830-1914)... 43
A. Bidang Politik Ekonomi ............................................................................ 46
B. Bidang Pendidikan ................................................................................... 48
C. Bidang Keagamaan .................................................................................. 49
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 51
A. Kesimpulan ............................................................................................... 51
B. Saran .......................................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 53
LAMPIRAN ......................................................................................................... 56
vii
DAFTAR GAMBAR
No. Penjelasan Hal
1. Peta Aljazair tahun 1830 ............................................................ 58
2. Peta Konstantin 1840 .................................................................. 59
3. Peta Oran 1840 ........................................................................... 60
4. Gambar lembah di Aljazair ........................................................ 61
5. Sketsa pemukiman penduduk Aljazair ....................................... 62
6. Gambar laut Mediterania 1815 ................................................... 63
7. Surat kabar Prancis atas penaklukan Aljazair ............................ 64
8. Urutan kekuasaan di Aljazair ..................................................... 65
9. Bangunan Masjid Aljazair .......................................................... 66
10. Gambar ilustrasi pasukan Prancis dan Aljazair .......................... 66
11. Peta Afrika Utara 1914 ............................................................... 67
viii
GAMBAR ISTILAH
Al Qanuni (Arab) Julukan ini diberikan kepada Sultan Sulaiman I yang
memerintahkan membuat kitab regulansi resmi kesultanan.
Code de I'indengenat (Prancis) kode hak kewarganegaraan
Jennisari (Turki Yenicheri) adalah pasukan tentara infantry elite yang
diseleksi melalui sistem devshimer
Maraboutisme Orang-orang yang dianggap suci, bijaksana dan biasanya
memiliki kekuasaan di suatu tempat
Vandals Orang-orang Berber Kristen yang berasal dari Jerman
1
BAB I
PENDAHU LUAN
A. Latar Belakang Masalah
Aljazair atau dalam bahasa Arab sering disebut Al-Jumhūrīyah al-
Jazā'irīyah ad-Dīmuqrāţīyah ash-Sha‘bīyah ( ( الشعبيةالجمهورية الجزائرية الديمقراطية
merupakan salah satu wilayah dari kawasan Afrika Utara. Aljazair terletak di
belahan Afrika Utara yang berbatasan dengan laut Mediterania. Karena letak
geografis ini, Aljazair menjadi sumber daya alam yang sangat berlimpah
dibanding dengan kawasan Afrika Utara yang lainnya.1
Aljazair memiliki 48 provinsi yaitu, Adrar, Ain Defla, Ain Temouchent,
Aljir, Annabah, Batnah, Bechar, Bejaia, Biskra, Blida, Bordj Bou Arreridja,
Bouria, Boumerdes, Chelf, Constantine, Djelfa, El Bayadh, El Oued, El Tarf,
Ghardaia, Gueima, Lilizi, Jizel, Khenchela, Laghout, Mascara, Medea, Mila,
Mostaganem, M’Sila, Naama, Oran, Ouargia, Oum el Bouaghi, Kelizzane, Saida,
Shatif, Sidi Bel Abbes, Skikda Souk Ahras, Tamanghasset, Tebbesa, Tiaret,
Tindouf, Tipaza, Tissemsilf, Tizi Ouzou, Tlemcen.2
Aljazair adalah bagian dari geografis, ekonomi dan etnik Maghrib3 yang
mendominasi wilayah Muslim dari Barat Libya hingga Samudera Atlantik. Orang
Muslim di Aljazair bisa dibagi ke dalam dua bagian, yaitu bangsa Arab dan
bangsa Berber. Penduduk asli di Aljazair adalah suku Berber.4 Aljazair beberapa
1Riza Sihbudi dkk, Profil Negara-negara Timur Tengah, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995) h. 1
2Muhammad Syauqillah “Suksesi Kekuasaan Aljazair (Studi Kasus Military Putceh di
Aljazair Tahun 1992, (Tesis S2 Fakultas PascaSarjana, Universitas Indonesia )2006 h.38-39 3Yang penulis maksud dengan Maghrib disini adalah wilayah yang meilputi bagian barat
jika dilihat dari Jazirah Arab termasuk Libya, Tunisia, Aljazair, Maroko, Mauritania dan Sahara
Barat. (Lihat Bab II) 4Anthony Wilkin , Among The Berbers of Algeria, (London: T. Fisher Unwin, 1900) h. 4
2
kali dikuasai oleh bangsa asing. Hal ini disebabkan oleh keadaan penduduknya
yang terbagi-bagi kedalam berbagai suku.
Funisia dan Romawi merupakan bangsa asing yang pernah menguasai
Aljazair. Funisia menguasai Aljazair pada tahun 1000 SM, sementara Romawi
146 SM. Setelah itu terjadi ekspansi oleh orang-orang Arab pada tahun 682, oleh
Bani Umayyah dan berhasil menaklukkan Spanyol dengan bantuan suku Berber,
setelah itu masuklah ajaran agama Islam ke Aljazair hingga saat ini.5
Aljazair juga pernah dikuasai oleh beberapa dinasti. Diantaranya:
Dinasti Rustamiyyah pada tahun 777-909 M6 , dinasti ini terletak di Aljazair
bagian Timur. Setelah itu Aljazair dikuasai oleh Dinasti Aghlabiyah 808-909 M
dinasti ini, terbentuk di Baghdad. Penyebarluasan ajaran agama Islam sangatlah
terlihat pada masa dinasti ini karena meluas sampai ke bagian timur Aljazair. Pada
tahun 1171 M, Dinasti Fatimiyyah dari daerah Tunisia, ikut menaklukkan Aljazair
dan pengaruh dari Dinasti Fatimiyyah meluas ke Mesir dan Syria.
Dinasti lain yang mempengaruhi Aljazair adalah Dinasti Hammadiyah 972-
1152 M yang menguasai Aljazair bagian timur yaitu di kota Qairawan.7 Dinasti
ini berakhir ketika para pemimpinnya meninggal dan kekuasaannya diambil alih
oleh dinasti selanjutnya.
Dinasti al Murabitun awalnya berkuasa di Maroko dan Spanyol dinasti ini
didirikan oleh Abu Bakar al Lamtuni yang berasal dari suku Sanhajah. Dalam
misinya menyebarkan ajaran Islam dari Maroko hingga ke Aljazair,8 Kemudian
5Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam,
(Jakarta:Kencana Pradana Media Group, 2004) h. 70 6Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam,
(Jakarta: Kencana Pranada Media Group, 2004) h. 141 7Ali Mufrodi, Islam Di Kawasan Dunia Arab, (Ciputat: Logos,) h.48
8Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, h 128.
3
Aljazair dikuasai oleh Dinasti al-Muwahhidun pada tahun 1152 di Maroko yang
dipimpin oleh Abdul Mu’min bin Ali yang lahir di Tlemcen dari suku Zahata di
Aljazair. Abdul Mu’min dalam kepemimpinannya memfokuskan kepada dua hal
yaitu pertama menyebarluaskan tradisi ajaran Islam Muwahidiyyah ke seluruh
kabilah di Maghrib dan menghapuskan seluruh ajaran yang telah disebarkan
Murabbitun.9
Sejak abad ketigabelas Aljazair mengalami masalah dalam bentuk
pemerintahan. Karena tidak adanya pemerintahan pusat dan batas teritorial namun
sejak Dinasti Hafsiyah memimpin Aljazair, sedikit banyak mengalami perubahan.
Awal berdirinya Dinasti Hafsiyah di Tunisia pada tahun 1547 kekuasaannya
meluas hingga sampai ke wilayah Aljazair bagian Timur.10
Dinasti ini didirikan
oleh Syaikh Abu Hafs Umar. Pada masa Hafsiyah struktur sosial mendapat
perhatian lebih karena diperhatikannya lagi seperti kelompok keturunan,
komunitas sufi.
Kekuasaan selanjutnya oleh Dinasti Mariniyah 1549 M yang terdiri atas
penduduk Berber yang nomad salah satu dinasti yang pernah singgah di Aljazair.
Namun kekuasaan ini tak terlalu lama karena kekalahan saat ingin menundukkan
Spanyol kemudian dinasti ini dihancurkan.
Dalam perjalanannya, Aljazair beberapa kali dikuasai oleh berbagai bangsa
asing dan dinasti-dinasti seiring dengan penyebaran ajaran Islam. Selanjutnya
pada tahun 1525 Aljazair dikuasai oleh Turki Utsmani melalui Khayruddin dan
Aruj yang diberi julukan Barbarossa, dua saudara yang membebaskan Aljazair
dari cengkaraman Spanyol. Perjuangan tersebut membuat Aljazair menjadi bagian
9Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2013) h. 268
10Ali Mufrodi, Islam Di Kawasan Dunia Arab h. 35
4
dari Turki Utsmani dan dijadikan sebagai pusat bagi pemerintahan Aljazair.11
Sebelum datangnya Turki Utsmani negara ini dipimpin dari golongan kepala
suku, para pemimpin lokal dan pemimpin tarekat. Pada tahun 1529
kepemimpinan dibagi lagi yaitu pemimpin dari Jennisary yang diberi gelar Bey
dan Qadi yang memimpin kawasan masing-masing.12
Seiring menurunnya pemerintahan Turki Utsmani memberikan dampak
kepada Aljazair. Afrika Utara keluar dari kekuasaan Turki Utsmani termasuk
Aljazair yang ikut serta keluar dari pemerintahan Turki Utsmani. Kemunduran
Turki Utsmani merupakan bagian dari ketidakkondusifannya lagi dalam
mengawasi daerah kekuasaan sehingga dengan mudah kawasan jajahan Turki
Utsmani lepas dari kekuasaannya. Ekspansi Eropa juga menjadi salah satu
penyebab kemunduran Turki Utsmani sehingga memberikan jalan kepada Prancis
yang ingin menguasai Aljazair.13
Turki Utsmani sempat melakukan penghadangan terhadap pasukan Eropa
yang datang secara berbondong-bondong ke Afrika Utara khususnya Aljazair.
Namun karena secara letak geografis lebih dekat dengan Eropa membuat Turki
Utsmani tidak bisa mengamankan Afrika Utara secara menyeluruh. Pada abad ke
18 M, kerajaan Turki Utsmani semakin lemah sehingga dengan mudah Prancis
memasuki Aljazair.
11
Phillip K. Hitti, History of Arabs, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2002) h.906 12
John L.Esposito, Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, (Bandung: Mizan, 2001)
h.108 13
Kemunduran Utsmani mulai terjadi setelah wafatnya Sultan Sulaiman al Qanuni,
terjadinya beberapa pertempuran salah satunya di selat Liponto yang menyebabkan kekahalahan
dan kemunduran terjadi karena faktor internal yaitu kelemahan para penguasa, semakin maraknya
korupsi dan Ekspansi Eropa yang mulai menyebar sehingga dampaknya sampai ke Utsmani Lihat :
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada) 2008 h. 163
5
Tahun 1830 Prancis mengalami kemunduran akibat kekalahannya melawan
Yunani sehingga Charles X yang diutus oleh raja Prancis untuk melakukan
penyerbuan terhadap Aljazair. Hal ini, merupakan salah satu cara untuk
mengalihkan persoalan krisis ekonomi yang dialami Prancis atas kekalahannya
melawan Yunani.14
Awalnya Prancis hanya ingin menguasai beberapa kota saja
yang berada di pesisir, namun saat itu pemerintahan Turki Utsmani mengalami
kemerosotan sehingga menjadi jalan bagi Prancis dalam menguasai Aljazair
secara menyeluruh.15
Pada tahun 1832 di Aljazair terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh
Abdul Qadir. Abdul Qadir mendeklarasikan diri sebagai pemimpin orang-orang
Arab, bertanggung jawab untuk mengaplikasikan hukum Islam di Aljazair dan
melawan aksi kolonial Prancis.16
Perjuangannya memperlihatkan seberapa besar
loyalitasnya kepada masyarakat Aljazair. Tetapi upaya perlawanan tersebut
membawa Aljazair secara menyeluruh di bawah kekuasaan Prancis.17
Akhirnya
semua perlawanan bersenjata termasuk pasukan Abdul Qadir dan lainnya
dihancurkan.
14
Charles André Joseph Marie de Gaulle merupakan satu dari sekian tokoh militer sekaligus
politik Perancis yang paling berpengaruh di era modern. Sejak memimpin pasukan Prancis selama
Perang Dunia II dan bertindak selaku Kepala Pemerintahan transisi Perancis pada 1944 - 1946, de
Gaulle dikenal luas bukan hanya sebagai negarawan ulung, namun juga petinggi militer sekaligus
ahli strategi dan taktik persenjataan berat. De Gaulle juga termasuk orang pertama yang
mendukung penggunaan kendaraan lapis baja dan pesawat tempur sebelum Perang Dunia II.
Jendral yang namanya diabadikan dalam Bandara Udara Internasional Charles de Gaulle ini juga
menjadi inspirasi bagi terbentuknya konstitusi baru sejak aktif dalam dunia pemerintahan mulai
1958. De Gaulle juga sempat menjadi Perdana Menteri Perancis sebelum akhirnya dilantik sebagai
Presiden pertama dari Republik Prancis Kelima pada 1958 hingga 1969. Lihat: Jean Carpentier
dan Francois Lebrun, Sejarah Perancis Dari Zaman PraSejarah Hingga Akhir Abad ke 20,
(Jakarta, Kepustakaan Populer Gramedia, 2000) h. 294 15
Alf Andrew, Heggoy and Paul J.Zingg French Education in Revolutionary North
Africa, http://www.jstor.org/stable/162510 diakses 31Januari 2015 16
Siti Maryam, Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga Modern, h. 238 17
Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, (Jakarta:PT RajaGrafindo,1999) jilid III
h.203
6
Pada awal kedatangan Prancis kondisi Aljazair masih sepenuhnya dipimpin
oleh beberapa suku dan para pemimpin sufi. Namun setelah Prancis menguasai
secara menyeluruh banyak bidang yang diganti peraturannya oleh pihak Aljazair
di antaranya dalam bidang politik-ekonomi dan pendidikan. Pihak Prancis
memilih pemimpin pemerintahan yang tidak terlalu berpengaruh kepada
masyarakat karena itulah Prancis bukan mengambil dari kalangan Sufi. Sehingga
dengan mudah Prancis memberikan kebijakan dan disetujui.
Sebelum kedatangan Prancis, konsep pendidikan di Aljazair memberikan
mata pelajaran tentang ilmu Al-Qur’an, tafsir, aritmatika dan lain-lain. Kemudian
dengan dibuat kebijakan baru oleh Prancis, metode belajar dirubah dengan
menggunakan bahasa dan budaya Prancis membuat sekolah-sekolah lokal
terpaksa ditutup. Kondisi ini membuat sebagian besar anak-anak tidak bisa
melanjutkan pendidikannya, karena yang mampu untuk melanjutkan
pendidikannya hanya keluarga daru kalangan atas saja. Ditambah lagi dengan
datangnya warga Prancis secara berbondong-bondong ke Aljazair membuat
semakin sedikit peluang bagi anak-anak pribumi untuk sekolah.
Pada tahun 1847 terjadinya konflik yang timbul akibat adanya kepentingan
khusus untuk para pendatang dibanding untuk penduduk Aljazair. Menurunnya
perekonomian karena batasan dalam bidang perdagangan bagi masyarakat.
Kemiskinan tidak dapat dihindari karena, sedikitnya peluang untuk bekerja,
keadaan sulit yang terjadi di Aljazair berlangsung selama 132 tahun. Kemiskinan
dan kebodohan merajalela karena adanya batasan dalam pendidikan terhadap
anak-anak Aljazair. Kebijakan-kebijakan yang dibuat Prancis, semata-mata hanya
untuk kepentingan Prancis saja. Dengan memanfaatkan kebijakan-kebijakan
7
sebagai cara untuk mengambil keuntungan dari Aljazair sebagai wilayah
jajahannya.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Dalam paparan di atas cukup menarik untuk diteliti, karena banyaknya
suku-suku yang pernah menguasai Aljazair. Sehingga Aljazair tidak memiliki
pemimpin khusus yang melindungi negaranya. Namun penulis hanya membatasi
penelitian ini saat Aljazair di bawah kekuasaan Prancis pada tahun 1830-1914.
Dalam tulisan ini lebih difokuskan lagi kepada dampak kebijakan Prancis
terhadap masyarakat Aljazair 1830-1914. Sedangkan batasan wilayah hanya
mencakup kawasan Aljazair sebagai wilayah jajahan Prancis.
2. Rumusan Masalah
Untuk menghindari meluasnya pembahasan dalam tulisan ini, maka penulis
memberikan batasan masalah pada Aljazair pada masa kolonial Prancis 1830-
1914. Oleh karena itu masalah-masalah yang dapat dirumuskan yaitu:
1. Bagaimana keadaan Aljazair sebelum kolonial Prancis?
2. Bagaimana keadaan Aljazair di bawah penguasaan Perancis?
3. Bagaimana dampak dari kebijakan Prancis terhadap masyarakat Aljazair?
C. Tujuan Penelitian
Sebagaimana mestinya sebuah penelitian, penelitian ini pun memiliki tujuan
untuk mengetahui lebih jauh keadaan Aljazair pada masa Kolonial Prancis diteliti
dari segi sosial, selain itu penelitian ini bertujuan untuk:
8
1. Mengetahui kondisi Aljazair sebelum kekuasaan kolonial Prancis
2. Mengetahui keadaan Aljazair di bawah penguasaan Perancis dan
mengetahui kebijakan-kebijakan yang dibuat perancis
3. Mengetahui dampak dari kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh
Prancis di Aljazair
D. Manfaat Penelitian
1. Memberikan wawasan mengenai negara Aljazair di Afrika Utara yang
pernah dijajah oleh Prancis
2. Memberikan gambaran tentang kondisi masyarakat di Aljazair ketika di
bawah jajahan kolonial Prancis
3. Menambah daftar referensi mengenai kondisi Aljazair pada saat dijajah
oleh Prancis di perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah dan
perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora
E. Tinjauan Pustaka
Penulis mencari sumber yang berkaitan dengan dampak kebijakan Prancis
terhadap masyarakat Aljazair 1830-1914, karena pada tahun tersebut merupakan
puncak dari kekuasaan Prancis atas Aljazair. Namun tidak banyak sumber
terutama yang berbahasa Indonesia yang menjelaskan hal tersebut. Dalam skripsi-
skripsi yang telah ada baik di Perpustakaan Utama atau Perpustakaan Fakultas,
penulis belum menemukan satupun judul yang membahas mengenai kebijakan
Prancis. Beberapa literature yang digunakan sebagai berikut:
9
Ira M Lapidus dengan karyanya yang judulnya Sejarah Sosial Umat Islam
Jilid 1-318
dalam buku ini menjelaskan awal kedatangan Prancis ke Aljazair yang
menjadikan awal perjalanan bagi Aljazair di bawah kolonial Prancis. Dalam buku
ini dijelaskan bagaimana kondisi masyarakat pada masa jajahan.
Phillip C.Naylor dengan karyanya yang berjudul North Africa19
menjelaskan
sejarah Afrika Utara yang membaha pula tentang Aljazair. Dalam buku tersebut
menjelaskan tentang masyarakat, kultur dan beberapa kekuasaan di Aljazair
termasuk kedatangan Prancis serta pemerintahannya di Aljazair.
William Spencer dengan karyanya yang judulnya Algeria in the Age of The
Corsair20
,secara umum menjelaskan mengenai kondisi masyarakat Aljazair pada
masa kolonial Prancis. Buku karya William ini mengambarkan masyarakat dan
awal mulanya kedatangan Prancis ke Aljazair. Dalam karya William Spencer
mengambarkan kondisi Aljazair yang berada dalam kekacauan, sehingga status
negaranya dengan mudah diakui Prancis. Hal ini mempermudah Prancis dalam
menerapkan kebijakan-kebijakan yang di keluarkan Prancis.
Samir Amin dengan karyanya yang judulnya Maghrib In The Modern
World21
menjelaskan berbagai kebijakan Prancis terhadap Aljazair, seperti:
Peralihan sumber mata pencarian penduduk yang notabennya petani dengan
kepemilikan tanah masing-masing digantikan dengan sistem industrial. Sehingga
para petani di paksa untuk berkerja di ladang masing-masing tanpa di upah
18
Ira M Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo,1999) 19
Phillip C. Naylor, North Africa, (USA: University of Texas Press, 2009) 20
William Spencer, Algeria in the Age of The Corsair, (USA: University of Oklahoma, Tth) 21
Samir Amin, Maghreb In The Modern World Algeria-Tunisia-Morocco, (Australia :
Penguin Books, 1970)
10
F. Kerangka Teori
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan teori sosial dan
pendekatan konflik yang dikemukakan oleh Rafael Raga dalam bukunya yang
berjudul Pengantar Sosiologi Politik.22
Ia mengatakan bahwa, masalah sosial
politik yang menyebabkan munculnya gerakan-gerakan dari masyarakat yang
menentang pemerintahan. Masalah yang terjadi dalam bentuk diskriminasi dan
penindasan sama seperti Prancis berusaha membuat kebijakan-kebijakan untuk
memanfaatkan penduduk Aljazair agar dapat patuh terhadap peraturan yang
ditetapkan Prancis. Hal ini memunculkan pemberontakan yang dilakukan
penduduk Aljazair karena, tidak setuju dengan kebijakan yang merugikan pihak
Aljazair. Penduduk yang menentang pemerintahan Prancis dianggap pemberontak
dan dikenai hukuman, sehingga banyak penduduk Aljazair yang menjadi korban
kebrutalan Prancis.
G. Metode Penelitian
Penulisan skripsi ini menggunakan metode historis, dengan
mendeskripsikan dan menganalisis peristiwa-peristiwa pada masa lampau.23
Dalam pembahasan ini melalui sumber tertulis dan menggunakan 4 teknik
pengumpulan sumber yaitu:
1. Heuristik
Menurut G.J Reiner (1997:100) heuristik merupakan sebuah teknik dalam
menemukan dan mengklarifikasi sumber-sumber sejarah.24
Pengumpulan sumber
22
Rafael Raga Maran, Pengantar Sosiologi Politik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013) h. 77 23
Dudung Abdurahman, Metode Penelitian Sejarah, (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2007)
h. 63 24
Dudung Abdurahman, Metode Penelitian Sejarah h. 64
11
yang membahas tentang kebijakan-kebijakan Prancis terhadap Aljazair. Samir
Amin. The Maghrib in the Modern World,25
yang membahas kebijakan
perekonomian di kawasan Maghrib menjadi perindustrian. Michael I. Levy, The
History Of Northern Africa,26
perpindahan para imigran ke Aljazair sebagai
bentuk jajahan Prancis terhadap membuat membludaknya penduduk Aljazair yang
berada di perkotaan sehingga menimbulkan kemiskinan. Phillip C. Naylor, North
Africa,27
memaparkan bahwa Aljazair menjadi bagian administarasi pemerintahan
Prancis
Pengumpulan sumber yang dijadikan sebagai bahan penulisan skripsi ini
yaitu: buku, ensiklopedi, jurnal dan sebagainya. Referensi yang digunakan oleh
penulis adalah Gallica (perpustakaan nasional Prancis) yang berbentuk digital.
Beberapa perpustakaan online yang digunakan seperti Archive.org, J.stor,
Lontar.ui.ac.id dan tulis.uinjkt.ac.id, seperti: French Campaign in Algeria 1830-
48, Algeria 1830-2000, French Colonzation In North Africa. Dalam pencarian
sumber penulis melakukan kunjungan dalam pencarian data ke Perpustakaan
Nasional, Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan
Fakultas Adab dan Humaniora dan ditoko-toko buku.
2. Verifikasi
Setelah melakukan metode heuristik atau pengumpulan sumber-sumber
maka tahap selanjutnya yang harus dilakukan adalah kritik sumber. Bertujuan
untuk sebuah usaha mendapatkan sumber-sumber yang relevan dengan cerita
sejarah yang ingin disusun sesuai dengan judul.
25
Samir Amin, The Maghreb in the Modern World, (Australia: Penguin African Library,
1970) 26
Michael I. Levy, The History Of Northern Africa, (New York: Britannica, 2010) 27
Phillip C. Naylor, North Africa (USA: University of Texas Press, 2009)
12
3. Interprestasi
Setelah itu dilakukannya penafsiran terhadap sumber-sumber yang akan
dikaji. Menurut Koentowijoyo dalam membentuk interprestasi ada 2 tahap yaitu:
Analisis (uraian dari sebuah kejadian) dan Sintesis (menyatukan kronologi
kejadian).
4. Historiografi
Setelah mengkaji beberapa sumber penulis pendapatkan pemahaman dan
disajikan dalam bentuk tulisan yang menceritakan tentang kebijakan Prancis atas
Aljazair. Memaparkan hasil dari penelitian sejarah secara sistematik yang telah
diatur dalam pedoman penulis.
13
H. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri atas lima bab dengan rincian sebagai berikut:
Bab Pertama, membahas tentang pendahuluan yang didalamnya berisi
tentang latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penlitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika
penulisan
Bab Kedua, masuknya Islam ke Aljazair, membahas tentang masuknya
Islam ke Aljazair, letak geografis, struktur masyarakat, ekspansi Arab yang
menyebarluaskan ajaran agama Islam, di tanah Aljazair. menjelaskan pula
beberapa dinasti yang pernah berada di Aljazair sampai masa di mana Aljazair
menjadi bagian dari Turki Turki Utsmani.
Bab III membahas Awal kedatangan Prancis dan beberapa kebijakan yang
diterapkan Prancis atas Aljazair. Diantaranya, kebijakan dalam politik ekonomi,
pendidikan dan keagamaan.
Bab IV membahas tentang beberapa dampak dari kebijakan yang dibuat
Prancis meliputi respon dari masyarakat terhadap kebijakan yang dibuat Prancis
Bab V penutup yang berisi kesimpulan dan Saran
14
BAB II
ALJAZAIR SEBELUM KOLONIAL PRANCIS
A. Sejarah Masuknya Islam ke Aljazair
Masuknya Islam ke wilayah Afrika Utara pada saat daerah tersebut berada
di bawah kekuasaan kekaisaran Romawi. Awal dari penaklukan tersebut pada
masa khalifah Umar bin Khattab. Kemudian setelah pergantian khalifah,
penaklukan dilanjutkan oleh khalifah Utsman bin Affan.28
Kejayaan Islam di
Afrika Utara berlangsung pada masa kekuasaan Dinasti Umayyah. Setelah
kemenangan yang diterima pasukan Arab, khalifah Umayyah mengutus Uqbah
bin Nafi untuk menjadi gubernur di Afrika Utara.
Pada tahun 666 M Uqbah bin Nafi menjadi gubernur dan berusaha untuk
memulihkan kondisi masyarakat dan pasukan militer. Uqbah juga berhasil
menebus beberapa wilayah yang masih menjadi tawanan Byzantium.29
Terjadinya
pasang surut dalam penyebaran Islam di Afrika Utara yang disebabkan oleh
pemberontakan bangsa Barbar atas penduduk Muslim dan muncul kekuatan
Romawi yang mencoba kembali ingin menguasai Aljazair.
Proses pengislaman di Aljazair memiliki cara yang berbeda dalam
masyarakat Berber. Penerimaan ajaran Islam memiliki tujuan untuk mengatur
hubungan kesukuan dan memperluas perdagangan. Akibat dari penyebaran
perdagangan dan adanya penyebaran agama Islam, sehingga menerima progresif
terhadap simbol-simbol identitas masyarakat.30
Agama yang ada di Wilayah
28
Usman ibn Affan adalah salah satu sahabat nabi dan pada usia 70 tahun diangkat menjadi
khalifah ketiga dalam Khalafaur Rasyidin. Khalifah Utsman merupakan khalifah pertama yang
melakukan perluasan wilayah ke kawasan Afrika Utara dan mengeluarkan kebijakan untuk
mengumpulkan Al Qur’an dalam satu Mushaf. Philip K. Hitty, History of the Arab, h. 220 29
Siti Maryam, Sejarah Peradaban Islam, h. 219 30
Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam, (Jakarta:PT RajaGrafindo 2009) h. 296
15
Aljazair merupakan Islam Sunni dan ada juga yang menggunakan Mazhab Maliki.
Tapi penyebaran Islam dikalangan suku Berber tidaklah mudah karena banyak
terjadi peperangan antara kaum Arab dan Berber.
Pada awal masa Islamisasi yang mengenal Islam lebih dulu hanya para
kaum elit dan berkembang atas peranan para Maraboutisme31
. Maraboutisme yang
ada di Aljazair berasal dari Andalusia di semenanjung Iberia yang membentuk
organisasi dalam memperkuat gerakan Islam. Marabout sangat besar peranannya
dalam bidang penyebaran agama, ilmu pengetahuan, bidang politik dan bidang
sosial ekonomi. Seiring berjalannya waktu penduduk Aljazair mayoritasnya
menganut agama Islam.
Pusat penyebaran Islam terjadi di Tahert atau Tiaret, atas jasa orang-orang
Khawarij yang belum diketahui bagaimana kedatangannya di Afrika Utara.
Orang-orang Berber yang menjadi mayoritas di Aljazir banyak yang memeluk
agama Islam dan mencari tahu lebih dalam tentang Islam.32
Kejayaan Islam
ditambah dengan penyebarluasaan Arabisasi yaitu bahasa Arab dijadikan bahasa
Nasional di Aljazair. Melalui bahasa terjadi pernikahan anatara penduduk Berber
dangan orang-orang Arab dan terbentuknya perkampungan orang Berber-Arab.
31
Maraboutisme atau Marabout adalah orang –orang yang dianggap suci, bijaksana dan
memiliki kekuasaan lebih dalam suatu tempat. Marabout biasanya dari kalangan orang-orang yang
taat dalam agamanya dan memberikan petunjuk keagamaan diantara masyarakat 32
Siti Maryam, Sejarah Kebudayaan Islam, h. 220
16
B. Geografi dan Stuktur Masyarakat Aljazair
Aljazair adalah salah satu bagian dari kawasan Afrika Utara. Aljazair sering
disebut juga dengan Maghrib atau Berber.33
Negara Maghribi atau Maghrib merupakan sebutan bagi negara-negara yang
berada dibagian utara benua Afrika, para pedaganglah yang pertama kali
menyebut nama Maghrib. Maghrib meliputi bagian barat jika dilihat dari Jazirah
Arab termasuk Libya, Tunisia, Aljazair, Maroko, Mauritania dan Sahara Barat.
Maghrib terbagi menjadi tiga bagian yaitu,
1. Maghrib al-Adnan yang artinya (Nearest Maghrib atau Maghrib Dekat),
daerah yang terletak dibagian Afrika Utara. Istilah ini pertama kali
diperkenalkan pada masa Dinasti Umayyah. Saat ini lebih dikenal dengan
Negara Tunisia dan Libya.
2. Maghrib al-Aust yang artinya Barat Tengah hanya ada satu negara bagian
yaitu Aljazair
3. Maghrib al-Aqsa yang artinya Barat jauh negaranya meliputi Maroko,
Mauritania dan Sahara Barat34
Berber merupakan suku asli yang keberadaanya sudah ada sejak masa
Romawi. Penduduk Berber merupakan suku asli di kawasan Afrika Utara. Sejarah
Yunani menyebutkan bahwa Berber adalah panggilan untuk orang-orang non-
Yunani karena dianggap bukan bagian dari mereka.35
Berber juga sering disebut Barabir atau Barabira. Berber merupakan
sekumpulan orang-orang yang tinggal dikawasan Afrika Utara yang kehidupannya
33
Samir Amin, The Maghreb In The Modern World-Algeria, Tunisia, Morocco, (Australis:
Pinguin Books, 1970) h. 14 34
Samir Amin, The Maghreb In The Modern World-Algeria, Tunisia, Morocco, h.9-10 35
Fabsin M. Fa’al, Sejarah Kekuasaan Islam, (Jakarta: CV Artha Rivera, Tth) h.97
17
berpindah-pindah. Mereka merupakan penduduk asli yang ada di Afrika Utara
sebelum dan sesudah datangnya agama Islam.36
Penduduk Berber merupakan ciri
dari penduduk asli yang berada di Aljazair.
Bila ditelusuri ternyata keberadaan daerah yang sekarang disebut Aljazair
mempunyai sejarah yang cukup panjang mulai dari 40 SM diperintah oleh bangsa
Funisia, Romawi, Vandals, Byzantium (Nasrani), dan pada masa khalifah Utsman
bin Affan sudah mulai melakukan perluasan wilayah ke Afrika Utara. Setelah
terbunuhnya khalifah Utsman kekuasaan Islam di bawah khalifah Muawiyah bin
Abu Sufyan yang mengutus Uqbah bin Nafi al Fihri sebagai pemimpin pasukan
untuk menaklukan bangsa Romawi.37
Ketika terjadinya pergantian kekuasaan Aljazair pernah juga dikuasai oleh
suku Vandals.38
Setelah dikuasai oleh Vandals, kemudian Aljazair diambil alih
oleh Byzantium. Byzantium saat itu menguasai ibukota Afrika yaitu Chartago
(Tunisia), dapat ditaklukkan oleh Bani Umayyah yang melakukan perluasan
wilayah dan penyebaran ajaran agama Islam. Dalam ekspansi tersebut pasukan
Arab dibantu oleh suku Berber Nomadic yang menganut agama Kristen. Pada
akhirnya membuat suku tersebut ikut memeluk agama Islam.39
Proses peralihan kekuasaanpun terjadi setelah runtuhnya Bani Umayyah,
Aljazair dikuasai oleh beberapa dinasti yang memilik kekuatan besar pada masa
36
David Mednicoff, Algeria 1830-2000: A Short History vol 45,
http://www.jstor.org/stable/1515116 di Akses 15 Desember 2014 03:02 37
Siti Maryam, Sejarah Peradaban Islam,(Yogyakarta:LESFI, 2002) h.221 38
Awalnya suku Vandals bermigrasi ke wilayah Romawi, namun tidak bisa memasuki
kawasan tersebut, akhirya bermukim di sekitar lembah Sungai Dnieper (Ukraina). Adapun suku
Berber yang terkenal sebagai Vandal di Iberia datang dari Bayern (Jerman), kemudian nama Iberia
diubah atas nama mereka menjadi Vandalusia. Agama yang dibawa orang-orang Vandals
merupakan agama Kristen. Vandals juga disebut dengan Andalusia. Lihat: fabsin M.Fa’sal,
Sejarah Kekuasaan Islam, h. 98 39
Siti Maryam, Sejarah Peradabab Islam, h. 222
18
itu. Akhirnya menjadi bagian dari wilayah Dinasti Utsmani pada tahun 1525.40
Setelah itu pada abad 19 Aljazair dijajah oleh Prancis sehingga mengalami
beberapa campuran bahasa.
Bahasa yang digunakan adalah Arab, Berber dan Prancis. Mata uang yang
digunakan ialah mata uang Dinar Aljazair. Terdapat wilayah yang sangat subur di
Aljazair yaitu, dibagian Utara karena terdapat pegunungan Atlas. Tempat ini
digunakan untuk berladang oleh para penduduk yang tinggal dibagian tengah
pegunungan. Letaknya stategis untuk para petani yang notabennya petani.41
Masyarakat Aljazair memiliki ciri yang berbeda karena dipisahkan ke dalam
dua golongan yaitu masyarakat Eropa dan masyarakat Muslim.42
Antara keduanya
memiliki hubungan yang erat, karena terjadinya pernikahan silang antara
penduduk Aljazair dan Prancis saat masa jajahan. Namun setiap yang lahir
langsung mendapatkan status kewarganegaraan Prancis. Sedangkan masyarakat
muslim yang menganut ajaran Islam tetap mendapatkan status sebagai warga
Aljazair dan tetap menggunakan bahasa Arab.43
40
Fawzi Abdulrazak, Arabitation In Algeria, Middle East Librarians Association Diakses,
02-April-2015 h.24 41
Trevor Mostyn, The Cambridge Encyclopedia of The Middle East And North Africa,
(Camridge University Press, 1988) h.302 42
Adanya perbedaan masyarakat ini akibat adanya percampuran pernikahan yang terjadi
sejak banyaknya orang-orang Eropa yang bermigrasi ke Aljazair sehingga menjadikan perbedaan
masyrakat terjadi di Aljazair Lihat: Albert Hourani, The Modern Middle East, (London: I.B
Touris, 2004) h. 178-179. 43
Albert Hourani, The Modern Middle East, h. 179
19
C. Masa Aljazair sebelum dikuasai oleh Turki Utsmani
Aljazair memiliki sejarah panjang karena banyak dikuasai berbagai suku
dan bangsa-bangsa asing, sehingga membuat Aljazair pernah tidak memiliki
pemerintahan pusat dan identitas territorial. Namun setelah di kuasai berbagai
bangsa, Aljazair mengalami perubahan dalam struktur sosialnya.44
Banyaknya
pengelompokan suku-suku membuat Aljazair menjadi terbelah dan mudah
dipengaruhi dari bangsa luar.
Bangsa asing yang diketahui pertama kali menguasai Aljazair adalah
Funisia.45
Funisia menjadikan jalur perdagangan darat dengan menjual barang-
barang ke kawasan Afrika Utara sebagai bentuk ekspansi bagi kekuasaannya. Cara
menguasai daerah jajahannya bangsa ini menggunakan jalur perdagangan,
kemudian setelah dimendapatkan keuntungan bangsa ini menguasai daerah yang
didatanginya.
Setelah itu kekuasaannya berpindah ke bangsa Romawi.46
Bangsa Romawi
berkuasa 146-439 SM yang dipimpin oleh pasukan orang-orang Kristen, sehingga
banyak penduduk Berber yang menganut ajaran Kristen pada saat itu para
penguasanya memiliki ajaran yang sama. Kekuasaanpun jatuh ke tangan suku
Vandal setelah peperangan terjadi. Akhirnya pada tahun 439-534 M, Aljazair
dikuasai oleh suku Vandals dan Byzantium pada tahun 534-647 M.47
Peralihan
44
Ira M Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo,1999) Jilid I,II h.
611 45
Funisia atau Phoenicia adalah orang-orang yang hidup di wilayah pantai Timur dari
Mediterania (Libanon). Orang-orang Funisia berasal dari Libanon yang gemar berlayar dan
melakukan perdagangan di jalur laut yang disinggahinya sehingga menjadikan Funisia memiliki
perekonomian makmur. Lihat: Siti Maryam, Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga
Modern, h.226 46
Michael I. Levy, The History Of Northen Africa, (New York: Britannica Educational
Publishing, 2010) h. 7 47
Byzantium merupakan sebuah kota yang berada di Yunani yang menjadi kota kekaisaran
Yunani Kuno. Byzantium diganti nama menjadi Konstantinopel setelah terjadinya peperangan
20
kekuasaan terjadi, sehingga sampai kepada masa kekuasaan Islam datang dan
mulai menguasai kawasan Afrika Utara.
Pada tahun 670 M penaklukkan Arab terjadi terhadap kawasan Maghrib,
penyebaran ajaran Islam yang dilakukan pada masa dinasti Umayyah.
Pemerintahan diatur sesuai dengan syariat Islam dan banyak pula penduduk
Berber yang masuk Islam. Setelah itu ada beberapa dinasti yang pernah
memimpin Aljazair.
Dinasti dalam bahasa arab adalah dawlah yang artinya “peredaran dan
giliran”. Menurut Franz Rozental dinasti merupakan sebuah teori yang terjadinya
pergantian penguasaan yang dikutip dalam karya al-Kindi dalam Risalah fi Mulk
al-Arab. Dalam beberapa buku yang penulis baca beberapa penjelasan di bawah
ini merupakan urutan dinasti-dinasti yang pertama kali menguasai Aljazair.
Dinasti Rustamiyah yang saat itu dipimpin oleh Abdurrahman ibn Rustam
telah berhasil menguasai Aljazair. Keberadaan dinasti ini merupakan bentuk dari
protes terhadap dominasi Arab yang sunni. Dinasti Rustamiyah berakhir dengan
jatuhnya Tahart Dinasti Fatimiyah tahun 777-909 M.48
Taharat atau Tairet adalah
tempat penyebaran Islam untuk pertama kalinya di Aljazair. Tahart di masa
Rustamiyah mengalami kemakmuran dan merupakan pusat ilmu pengetahuan
agama yang tinggi khususnya aliran Khawarij untuk seluruh Afrika Utara.
Dinasti Aghlabiyah merupakan salah satu dinasti yang pernah berkuasa di
Aljazair setelah Dinasti Rustam. Dinasti Aghlabiyah berdiri di Aljazair tahun 800-
909 M, yang didirikan oleh Ibrahim Ibn al-Aglab. Tujuan dinasti ini untuk
menghapuskan kekuasaan Rustamiyah yang beraliran Khawarij. Kekuasaan
tahun 196 dan pada masa Turki Utsmani di rubah menjadi nama Instanbul yang menjadi Ibu kota
Turki. Lihat: Samsul Munis, Sejarah Sejarah Peradaban Islam, h.28 48
Ali Mufrodi, Islam Di Kawasan Kebudayaan Arab, Ciputat, Logos, 1997 h.20
21
Dinasti Aghlabiyah meluas sampai ke timur Aljazair sehingga ajaran Islam
dengan mudah menyebar luas.49
Tetapi setelah kemundurannya para pemimpin
dari dinasti Aghlabiyah di usir dari Afrika Utara dan digantikan oleh dinasti
selanjutnya.
Dinasti Fatimiyyah didirikan oleh Ubaidillah al-Mahdi tahun 1171 di Afrika
Utara kemudian menyebar ke Mesir dan Syria. Meskipun kekuasaannya berada di
Mesir, dinasti ini pengaruhnya sampai ke Aljazair. Dinasti Fatimiyyah merupakan
dinasti yang beraliran Syi’ah Ismailliyah. Dinasti ini di nisbatkan nasabhnya
kepada keturunan Nabi yaitu ke nasab Fatimah binti Rasulullah, sehingga mereka
menamai dinastinya dengan nama Dinasti Fatimiyyah.
Selanjutnya yang menguasai Aljazair adalah Dinasti Hammadiyah yang
berdiri 972-1152 M berkuasa di Aljazair bagian Timur yang terletak di kota
Qairawan.50
Pada tahun yang bersamaan muncul pula Dinasti Ziriyah yang terdiri
dari suku Berber, suku ini ikut membantu pada masa Fattimiyyah dalam
memperluas kekuasaannya ke daerah Mesir, sehingga terpecah kedalam dua
bagian daerah yaitu daerah barat yang diberikan kepada Hammadiyyah dan bagian
Timur tetap dikuasai oleh suku Berber Ziriyah. Namun setelah terjadinya
peperangan kedua dinasti ini jatuh kepada kekuasaan Dinasti Fatimiyyah.
Dinasti Al Murabittun awalnya berkuasa di Maroko dan Spanyol dinasti ini
didirikan oleh Abu Bakar al Lamtuni yang berasal dari suku Sanhajah. Dalam
misinya menyebarkan ajaran Islam dari Maroko hingga ke Aljazair. Pada masa
49
Syamsul Bakri, Peta sejarah peradaban Islam, Yogyakarta: Fajar Media Press, 2011 h
82 50
Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam Jilid I-II h. 564
22
Dinasti Al-Murabittun proses penyebaran dan Islamisasi sangatlah cepat meluas
sampai banyaknya penduduk Afrika bagian Barat yang masuk Islam.51
Dinasti al-Muwahhidun pada tahun 1152 yang dipimpin oleh Abdul Mu’min
bin Ali yang lahir di Tlemcen suku Zahata di Aljazair. Abdul Mu’min dalam
kepemimpinannya memfokuskan kepada dua hal yaitu pertama menyebarluaskan
Muwahhidiyah ke seluruh kabilah di Maghrib dan menghapuskan seluruh ajaran
yang telah diberikan Murabbitun. Dinasti Muwahhidun adalah sebuah dinasti
Islam yang pernah berjaya di kawasan Afrika Utara dan Spanyol kurang lebih satu
abad.52
Awal berdirinya Dinasti Hafsiyah di Tunisia pada tahun 1547 kekuasaannya
meluas hingga sampai ke wilayah Aljazair bagian Timur. Dinasti ini didirikan
oleh Syaikh Abu Hafs Umar. Dinasti Mariniyah 1549 M yang terdiri dari
penduduk Berber yang nomad salah satu dinasti yang pernah singgah di Aljazair.
Namun kekuasaan ini tak terlalu lama karena kekalahan saat ingin menundukkan
Spanyol kemudian dinasti ini dihancurkan.
Setelah dinasti Hafisyyah mengalami kehancuran yang menguasai Aljazair
yaitu dinasti Mariniyah. Dinasti ini terdiri dari kelompok yang didominasi dari
sebuah koalisi penduduk Berber Zenata yang menggulingkan al-Muwahiddun dan
dinasti ini pula yang menaklukkan Maroko. Meski di Maroko, kekuasaan dinasti
ini sampai pula ke wilayah Aljazair.53
Dinasti ini membangun pemerintahannya di
Fez serta mendirikan sebuah istana dan administrasi yang didukung oleh koalisi
suku-suku yaitu dari suku Bani Marin, Bani Ma’qil dan beberapa suku Berber
51
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, ( Jakarta: AMZAH, 2013) h. 268.
52Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, h 270
53Naylor, Phillip C, North Africa A (History from Antiquity to the Present), (USA:
University of Texas Press, 2009) h.95
23
Zenata yang berada di Aljazair. Aljazair belum memiliki pemerintahan pusat
karena, pergantian dinasti yang menguasainya dan kebiasaan penduduk Aljazair
yang nomad. Pengaruh dari dinasti yang pernah menaklukkan Aljazair membuat
banyaknya penduduk yang memeluk Agama Islam. Setelah itu Aljazair dikuasai
dinasti Utsmani yang menjadikan negara ini memiliki kepemimpinan pusat dan
adanya sistem pemerintahan yang diatur oleh kekuasaan Utsmani.
D. Masa Aljazair setelah dikuasai oleh Turki Utsmani
Turki Utsmani merupakan salah satu dinasti yang berkuasa di wilayah
Anatolia di Turki. Dinasti ini berkuasa dari tahun 1280-1992 M. Nama Utsmani
diambil dari pendirinya yaitu Utsman bin Ertughrul. Dinasti Utsmani terdiri dari
suku Qayigh Oghuz.
Dalam buku Siti Maryam Sejarah Peradaban Islam,54
suku Oghuz dipimpin
oleh Sulaiman Syah. Sulaiman Syah mengajak semua anggotanya yaitu suku
Oghuz untuk menghindar dari serbuan bangsa Mongol yang saat itu sedang
menyerang dunia Islam. Sulaiman dan anggotanya melarikan diri ke arah barat
dan meminta perlindungan Jalaludin dan menyuruh pergi ke Asia Kecil. Suku
Oghuz55
memang terkenal dengan sebutan orang-orang nomad, karena seringnya
berpindah-pindah tempat. Syam merupakan salah satu tempat yang pernah
dijadikan tempat untuk menghindari dari serangan Mongol, Ketika dalam
perjalanan menuju Syam, Sulaiman Syah dan rombongannya hanyut di sungai
Eufrat dan terbagi menjadi dua kelompok.
54
Siti Maryam dkk, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta: LESFI, 2002) h 151-152 55
Suku Oghuz dalam literature Indonesia di sebut dengan suku Koyi Lihat: Siti Maryam
dkk, Sejarah Peradaban Islam, hlm.151yang dikutip dari buku C.E. Bosworth, Dinasti-dinasti
Islam, 1980 hlm.163
24
Kelompok pertama memutuskan untuk kembali ke negri asalnya. Dan
kelompok kedua terus melanjutkan perjalanannya menuju Asia Kecil. Sulaiman
Sah meninggal dalam peristiwa hanyutnya di sungan Eufrat. Yang digantikkan
oleh anaknya Ertugrul. Ertogrul membantu dinasti Saljuk dalam peperangan
melawan Bizantium sehingga mengalami kemenangan dalam pertempuran
tersebut. Setelah Ertugrul meninggal tongkat estafet diambil alih oleh anaknya
yang bernama Utsman sekaligus pendiri pertama dinasti Utsmani. Sejak itulah
Utsman bin Ertugrul dengan resmi dikenal dengan sebutan Utsman I.56
Turki Utsmani mengalami ekspansi besar-besaran dalam memperluas
wilayahnya. Pada periode pertama Utsmani berhasil menaklukkan negeri-negri
non muslim.57
Beberapa wilayah yang dapat ditaklukkan para sultan di periode
awal adalah Ankara, Izmir atau Asia Kecil dan Turki. Turki Utsmani memiliki
pasukan militer yang sangat kuat seperti memiliki senjata yang sangat canggih
sehingga dapat memberikan dorongan terhadap keberanian dalam menaklukkan
wilayah-wilayah tersebut.
Pada periode kedua ekspansi masih terus berlanjut sehingga ditaklukkannya
kota-kota penting pada masa itu yaitu kota Constantinopel dan diganti namanya
menjadi Istambul. Perpindahan ibu kota berlanjut dan pada akhirnya Istambul
menjadi ibukota tetap hingga saat ini.
Pada periode ketiga dan keempat perselisihan mulai terjadi di dalam
pemerintahan salah satunya munculnya kekuatan Jennisari menimbulkan
perpecahan yang terjadi sehingga pada masa sultan Muhamad II ia mencabut
56
Syamsul Bakri, Peta sejarah peradaban Islam, (Yogyakarta: Fajar Media Press, 2011)
h.135 57
Abdullah, Taufik, ed. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam: Khilafah, h.87
25
jabatan tokoh-tokoh penting yang ada di Turki dan seluruh keluarga Utsmani yang
terlibat terhadap pemerintahan Turki Utsmani.
Hal tersebut mulai memberikan kebebasan kepada orang-orang Kristen yang
berada di Turki Utsmani. Penduduk Kristen dapat hidup leluasa di bawah
kekuasaan Turki Utsmani dan dapat menikmati hasil bumi. Sepanjang perjalannya
Utsmani digantikan oleh banyak pemimpin. Turki Utsmani merupakan salah satu
di antara dinasti yang menjadi kebangkitan peradaban Islam. Pada masa ini
merupakan periode kejayaan dalam sejarah peradaban Islam muncul kembali
setelah runtuhnya dinasti Abbasiyah.. Wilayah Turki Utsmani pada awalnya
sangatlah kecil, namun pada saat di pimpin oleh Sultan Urkhan untuk pertama
kalinya tentara Utsmani memasuki Eropa.
Kekuatan militer yang sangat kuat sehingga berhasil membentuk tiga
pasukan militer. Pertama, pasukan Sipahi yaitu tentara resmi yang diberikan gajih
oleh negara di setiap bulannya. Kedua, pasukan Hajeb pasukan ini mendapat
bayaran atau gaji juga tetapi ketika setelah terjadinya perang dan mendapat harta
rampasan. Ketiga, pasukan Jenisari yang terdiri dari orang-orang Kristen yang
telah diislamkan.58
Seiring berjalannya waktu perluasan wilayah yang dilakukan Turki Utsmani
dengan pasukan militer yang sangat kuat bermaksud untuk menaklukan daerah
Laut Tengah saat itu yang menjadi Sultan yaitu Sulaiman Al-Qanuni !520-1566
dibawah kepemimpinan militer Khairuddin Barbarosa mengambil alih Aljazair
pada tahun 1529. Aljazairpun dengan resmi telah menjadi provinsi Kesultanan
Utsmani yang berkuasa selama empat abad. Aljazair tumbuh pada masa
58
Fabsin M. Fa’al, Sejarah Kekuasaan Islam, hlm.244
26
penaklukan Turki, otonomi administratif yang diperluas dari Istanbul dan di
integrasi kaum penguasa Turki dengan kepemimpinan Berber dan Arab lokal.59
Tidak hanya itu Barbarosa sukses menaklukkan Aljazair dengan bantuan
pasukan Jennisari sehingga menjadi kekuatan besar dalam menaklukkan Aljazair.
Ketika sudah jatuh ke tangan Utsmani terbentuklah rezim Afrika Utara di bawah
kekuasaan Usmani yang dimpimpin oleh Sultan Sulaiman Al Qanuni 1520-1566
M. Keadaan Utsmani mengalami kemajuan baik dalam ekonomi atau perluasaan
wilayah.
Barbarossa bukanlah nama melainkan julukan untuk dua orang kakak
beradik. Dalam bahasa Berber Barbarossa berarti Janggut dan Merah yang
digabungkan menjadi janggut merah. Nama tersebut diberikan oleh para pelaut
Eropa kepada kakak beradik Khairuddin dan Aruj dari Turki.60
Khairuddin
Barbarossa berasal dari Lesbos61
dua orang ini merupakan pejuang jihad yang
melawan pasukan portugis dan Spanyol.
Kemajuan ekonomi dalam bidang pajak dan militer yang sangat ditakuti
(Jennisari) perdagangan memiliki peran sangat penting dalam hubungan antara
Timur dan Barat. Semua itu membuat kawasan yang berada dibawah kendali
Utsmani mengalami kestabilan dalam bidang perekonomian dan tingkat keamanan
yang sangat tinggi. Aljazair memiliki sumber daya alam yang sangat banyak
seperti Minyak Zaitun, buah-buahan dan memiliki hasil laut yang sangat
melimpah.62
Inilah yang membuat Aljazair dalam bidang ekonomi mengalami
kemajuan dan penduduknyapun saat itu menjadi makmur.
59
John L. Esposito, Dunia Islam Modern, (Bandung: Mizan, 2001) h. 1066 60
Terrence Rafferty, http://www.jstor.org/stable/3696996 diakses 11 Mei 2015 04:29 h. 94 61
Lesbos merupakan nama sebuah pulau yang berada di Turki. 62
Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam, (Jakarta:PT RajaGrafindo, 2009) h.98
27
Pada tahun 1587 resmi memiliki gubernur atau yang sering disebut
Berleybey yang di tunjuk oleh pasukan Jennisari.63
Jatuhnya Aljazair ke tangan
Utsmani sebagai bentuk dari perluasan kekuasaan yang di alami Utsmani.
Aktivitas perekonomian di Aljazair dikendalikan oleh Utsmani salah satunya jalur
perdagangan yang dikuasai Utsmani.
Kestabilan dalam bidang ekonomi dan militer sangat tinggi sehingga
berdampak baik bagi Aljazair. Sebelum jatuh pada kekuasaan Utsmani, Aljazair
tidak pernah memiliki pusat pemerintahan dan tidak memiliki identitas sendiri.
Kedatangan Utsmani merubah pola pemerintahan sehingga Aljazair
memiliki identitas dalam pemerintahnnya. Para penguasa sebelumnya lebih
mengutamakan patuh terhadap pemimpin dan solidaritas kesukuan. Setelah
Aljazair dikuasai Utsmani dan diambil alih oleh pasukan Jennisary lebih
diarahkan lagi terhadap kepedulian cinta tanah air dan menekankan militer dan
hubungan antara sultan di Istanbul berjalan dengan baik. Aljazair dipimpin oleh
Bey, Qa’di dan Dey.
Qadi dan Bey64
pada masa Utsmani ditunjuk dari kalangan agamis yang taat
kepada syariat Islam dan dilihat juga dari keturunannya sehingga bisa
memberikan pengaruh besar terhadap masyarakat lain dalam mempererat
hubungan dengan Turki. Dua jabatan tersebut diberi mandat untuk mengatur
masalah perpajakan dan memfokuskan organisasi militer.
63
Ira M Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, (Jakarta:PT RajaGrafindo,1999) h. 611 64
Bey sudah ada sejak tahun 1587 saat Barbarossa menaklukan Aljazair,. Aljazair yang kala
itu dipimpin oleh Berlebey atau Bey yang artinya Kepala Proponsial yang di tunjuk langsung oleh
Sultan Utsmani yang mendapat dukungan dari pasukan Jennisari. Adanya kekuatan Bey ini di
bentuk sesuai komando oleh pimpinan tentara Jennisari. Sedangkan Qadi ialah kepala Suku yang
memimpin di Aljazair dan mengatur para pemuka-pemuka sukudan menyelesaikan perselisihan
dan pemungutan pajak. Lihat: Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam, jil I-II h. 611
28
Dey atau kepala negara yang diangkat oleh Sultan di Istanbul, yang
memerintah dengan stabil, menegakkan hukum syariat, dan memperlakukan
Aljazair sebagai wilayah otonom. Aljazair di bawah Turki Utsmaniah adalah dar
al-jihad melawan musuh-musuh dari Spanyol dan Perancis.65
Legitimasi
Imperium Utsmaniah dalam hal ini adalah sebagai pelindung ummah.66
Tugas Dey
memimpin khususnya tiga wilayah yaitu Titteri, Constantine dan Mascara. Serta
mengatur kota Aljazair dan mata pencariannya yaitu pertanian.
Kawasan Afrika Utara pada tahun 1580 tetap menjadi perebutan oleh
Spanyol dan Portugal. Kedua negara tersebut berambisi menguasai Afrika Utara
khususnya daerah pantai Maroko dan Aljazair, namun sultan Utsmani
memfokuskan untuk melindungi Afrika Utara khususnya Aljazair. Karena itu
diadakan perjanjian untuk melindungi warga Afrika Utara. Sehingga timbulah
rasa aman yang dirasakan masyarakat. Keberhasilan Utsmani dipengaruhi oleh
visi dinasti yaitu sebagai pelaku ekspansi Islam untuk membebaskan wilayah-
wilayah baru.
Pada masa itu Utsmani lebih membangun kekuatan secara struktural dari
segi politik, militer dan ekonomi untuk memajukan Aljazair, tetapi dalam bidang
kebudayaan hanya bahasa Arab yang dijadikan bahasa resmi yang digunakan di
semua kawasan Afrika Utara termasuk Aljazair sampai saat ini.67
65
James McDougall, Crisis And Recovery Narratives In Maghrebis Histories Of The
Ottoman Period (CA. 1870-1970) h. 137 yang dikutip Rizal Pagabean Aljazair dan Tunisia
semasa Imperium Usmaniah, h.5 66
Ummah atau umat sering disebutkan kepada kau Muslim. Istilah umat mnunjukkan
sebuah konsep fundamental dalam Islam. Kata umat disebutkan dalam A Qur’an sebanyak 64 kali,
yang ditunjukkan kepada sekelompok orang yang menyembah Allah dan Nabi. Lihat John
L.Esposito, Dunia Islam Modern jil.6, h.98 67
Utsmani yang sangat terkenal dalam bidang kebudayaan tetapi kurang memberikan
banyak kemajuan terhadap Aljazair.Bahasa Arab yang menjadi ciri khas karena digunakan sebagai
bahasa resmi sehingga amemberikan identitas terhadap masyarakat bahwa Aljazair sebagian dari
29
Ajaran agama Islam yang melekat di Aljazair merupakan salah satu
pengaruh yang diberikan Utsmani terhadap Aljazair. Sehingga suku-suku yang
dominanya Berber mereka semua ikut masuk agama Islam. Dalam bidang
pertahananpun, masyarakat Aljazair dilatih khusus sehingga bisa menjaga bagian
pesisir Aljazair yang selalu dijadikan jalan untuk bangsa asing menduduki
Aljazair.
Wilayah adminisrasi dikendalikan langsung oleh kepala suku dan penduduk
yang dipilih untuk menangani ketidakadilan oleh berbagai suku di Aljazair.
Terbentuknya struktur kesukuan dengan menggabungkan kekuataan dari suku-
suku kecil sehingga timbullah suara untuk bisa mengangkat pimpinan lokal. Hal
ini membuat masyarakat bisa disatukan oleh kebijakan pusat yang di tentukan
Utsmani.68
Pengaruh kepala suku dan pemimpin keagamaan yaitu Sufi sangatlah besar
karena berperan dalam membangun persatuan penduduk Aljazair dan bisa
membangun sejumlah pemakaman dan masjid-masjid yang dihasilkan dari pajak.
Turki Utsmani merupakan salah satu dari tiga kerajaan besar yang pernah
berjaya hingga awal abad kesembilan belas. Keberadaan Utsmani sangatlah
penting dalam sejarah dunia Islam yang membawa kemajuan dan kejayaan Islam
di dunia. Turki Utsmani yang berkuasa tahun 1258-1926 membawa perubahan
bagi sistem pemerintahan dan disentralisasi bagi pemerintahan Aljazair.
Dalam perjalanan sejarahnya Turki Utsmani mengalami lima periode
kepemimpinan. Kemunduran mulai terasa setelah wafatnya Sultan Sulaiman al
negara Islam di bawah kekuasaan Utsmani. Lihat : Ajid Thohir, Studi Kawasan Dunia Islam,
h.284 68
Michael I, Levy, The History of North Afrika, (New York: Britannica Educational
Publishing, 2010) h.55-57
30
Qanuni yang digantikan oleh Sultan Salim II 1566.69
Terjadinya berbagai
peperangan yang berujung dengan kekalahan sehingga membuat kerugian bagi
pihak Utsmani.
Inilah masa dimana kemunduran Utsmani mulai terjadi, sistem
pemerintahanpun mulai goyah karena banyaknya para pemimpin-pemimpin
Utsmani yang kurang memperhatikan daerah kekuasaannya. Tetapi dengan
pergantian kepemimpinan oleh khilafah selanjutnya bisa menyeimbangkan
kemunduran dan membuat keadaan menjadi stabil kembali. Beberapa faktor yang
membuat Utsmani sukses dalam melakukan ekspansinya yaitu:
Pertama kemampuan dalam menyusun strategi sehingga bisa menaklukkan
beberapa wilayah penting. Kekuatan Jennisari merupakan pertahanan militer yang
sangat terkenal pada masa Utsmani. Pasukan Jennisari ialah pasukan militer
utaman yang dimiliki Turki Utsmani yang terdiri dari dua bangsa yang telah
masuk Islam yaitu bangsa Georgia dan Armenia. Kota penting yang ditaklukan
pada masa ekspansi Utsmani adalah kota Constantinopel sebagai ibukota kerajaan
Romawi Timur.70
Kedua keinginan jihad yang sangat tinggi dan gaya hidup yang sederhana.
Taatnya para muslim terhadap agama membuat kemudahan dalam menjalankan
ekspansi terhadap wilayah yang dikuasai oleh Romawi, dengan itikad berjihad
membuat semangat para pasukan dalam menaklukan wilayah.
Ketiga letak Istanbul yang sangat strategis sehingga memudahkan perluasan
kekuasaan dan kondisi dinasti-dinasti disekitarnya yang sedang kacau. Setelah
ditaklukannya Constantinopel dan diubah namanya menjadi Istanbul memberi
69
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008) h. 165 70
Siti Maryam dkk, Sejarah Kebudayaan Islam Dari Masa Klasik Hingga Modern,
(Yogyakarta: LESFI, 2004) h.131
31
jalan kemudahan bagi Turki Utsmani dalam meneruskan jihadnya karena, Istanbul
merupakan pusat kebudayaan dan peradaban. Terdapat dua penghubung antara
benua Eropa dan Asia sehingga menambah keindahan kota tersebut.
Selama menguasai Aljazair, Utsmani memberikan hak kepada masyarakat
Aljazair dalam pembentukan politik. Serta membantu membuat peraturan yang
sesuai dengan keberagaman suku di Aljazair. Seiring berjalannya waktu dengan
kemunduran Utsmani membawa Aljazair pada kekuasaan kolonial Prancis yang
berkuasa selama 132 tahun
Melemahnya kekuasaan Utsmani dikarenakan terjadinya perubahan situasi
politik yang berdampak pada perubahan ekonomi dan bangkitnya imperialis
bangsa Eropa.71
Banyak yang mempengaruhi Turki Utsmani hal ini, membuat
terjadinya kemunduran. Melemahnya Utsmani karena sebagian para pemimpin
tidak siap sepenuhnya dalam menguasai Utsmani dan semua daerah kekuasannya.
Wilayah-wilayah yang cukup luas membuat sulit untuk diawasi. Awal dari sinilah
proses awal kemunduran Turki Utsmani terjadi dan membawa Aljazair dalam
kekuasaan kolonial Prancis.
Selama hampir dua abad sejak terjadinya ekspansi Prancis, dan membuat
Utsmani mengalami dampak yang sangat besar baik dalam bidang ekonomi
maupun politik. Ekspansi perdagangan Eropa yang melewati lautan di daerah
Utsmani membuat pemerintah kehilangan kontrol atas beberapa sumber
pendapatan pajak dari beberapa provinsi sehingga ekonomi masyarakat
71
Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam Jilid 1-2, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada1999) h. 415
32
mengalami penurunan. Kelemahan militer juga menyebabkan krisis keuangan
yang permanen.72
Sedangkan kekuatan militer Jennisari yang sangat terkenal pada masanya
menghilang seiring dengan terjadinya demoralisasi73
Utsmani menghentikan
ekspansinya ke berbagai wilayah sehingga melemahnya loyalitas tentara Jennisari
dan tidak lagi mendapatkan harta rampasan. Hal ini yang memberikan peluang
bagi daerah yang dikuasai oleh Utsmani untuk keluar dari wilayah kekuasaan
Utsmani. Karena sudah tidak ada lagi peperangan dan mendapatkan harta
rampasan sehingga membuat Utsmani tidak melakukan lagi perluasan untuk
kekuasaannya.
Terjadinya pembaharuan yang dicanangkan oleh Sultan Mahmud II yang
menggantikan pasukan Jennisari dengan corps atau pasukan baru. Pasukan
Jennisari yang tidak menginginkan pembaharuan mengakibatkan terjadinya
bentrokan antara Sultan dengan perwira-perwira yang tidak menyetujui adanya
corps baru dalam bidang militer. Hal ini, membuat terjadinya pertumpahan darah
dan hilangnya pasukan Jennisari dari Utsmani.74
Pemberontakan yang dilakukan Jennisari membuat pemerintahan pusat tidak
lagi memiliki kendali atas propinsi-propinsinya karena, yang memiliki wewenang
adalah para panglima perang. Kekuasaan yang dimiliki para panglima ini,
meliputi daerah Balkan, Anatolia dan Mesir.
72
Erik J. Zurcher, Sejarah Modern Turki,(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003) h.
11 73
Demoralisasi adalah kemerosotan moral suatu bangsa yang diakibatkan dari pengaruh
bangsa lain yang tidak sesuai dengan bangsa sendiri Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional, 2008) 74
Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam , (Jakarta: PT Bulan Bintang, 2014) h. 83-84
33
Pada 16 Juni 1826 dikeluarkannya keputusan untuk membubarkan pasukan
Jennisari. Penghapusan Jennisari dengan menghancurkan barak-barak dan semua
pemakamannya di bongkar sehingga tidak lagi terlihat persatuan dari pasukan
Jennisari.75
Kesatuan militer Jennisari selama lima abad bisa berakhir karena
perubahan sistem yang dulunya lebih kearah peperangan berubah ke
pembaharuan. Pasukan Jennisari yang selama lima abad berkiprah dalam
kekuasaan Utsmani sampai dibubarkan karena adanya perubahan sistem
pemerintahan dan terjadinya pengaruh dari bangsa asing.
Terjadinya pembaharuan dalam pemerintahan membuat wilayah kekuasaan
tidak lagi menjadi perhatian dan menjadi kesempatan bagi Eropa untuk merebut
wilayah-wilayah kekuasaan Utsmani. Hal ini mengantarkan wilayah Afrika Utara
yaitu Aljazair menjadi sasaran dalam perluasan kekuasan Eropa. Setelah Afrika
Utara bebas dari kekuasaan Utsmani bangsa Eropa mulai berdatangan ke pesisir
Aljazair, dengan pertahanan perbatasan yang lemah memudahkan pasukan militer
Eropa masuk ke Aljazair.
75John Freely, Istanbul Kota Kekaisaran,, (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2012) h. 335
34
BAB III
PENGUASAAN PRANCIS DI ALJAZAIR 1830-1870
A. Kedatangan Prancis di Aljazair
Dengan berhentinya ekspansi kekuasaan Utsmani di wilayah Laut Tengah
membuat kekuasaan di Aljazair ikut terlepas. Sistem pemerintahan yang diatur
oleh kekuasaan Utsmani disingkirkan dan berubah kekuasaan yang dipimpin oleh
pasukan Jennisari. Ini merupakan mimpi buruk yang menghampiri Aljazair
setelah lepas dari kekuasaan Utsmani karena, kedatangan Prancis mulai memecah
belah rakyat dengan membedakan kedua suku.
Arab dan Berber merupakan dua suku yang berada di Aljazair. Cara yang
digunakan Prancis untuk memecah belah penduduk Aljazair dengan mengadu
domba bahwa orang-orang Arab yang menganut ajaran Islam menguasai politik
dengan aturan Islam sedangkan tidak semua di Aljazair masyarakatnya Muslim.76
Langkah awal yang dilakukan Prancis dalam mencari cela untuk bisa masuk dan
menguasai daerah ajajahannya.
Sedangkan suku Barbar merupakan bagian dari Prancis yang sudah ada
sejak zaman purbakala. Mulai terjadi perpecahan antara rakyat Arab dengan
Berber. Konflik ini mempermudah Prancis dalam kedatangannya untuk menguasai
Aljazair.77
Pengaruh yang ditularkan Prancis dalam memecah masyarakat dengan
mudah diterima karena banyaknya suku-suku yang teradapat Aljazair sehingga
dengan mudah dipisahkan.
76
Michael I, Levy, The History of North Afrika, (New York: Britannica Educational
Publishing, 2010) h.64 77
W.E.H, The French Campaign In Algeria, 1830-48 http://www.jstor.org/stable/25318520
diakases 01 September 2015 h. 393
35
Pada awal kedatangannya Prancis mengklaim bahwa ingin membebaskan
Aljazair dari kekuasaan Utsmani. Yang ternyata Prancis memiliki maksud
tersembunyi khususnya dalam bidang politik, ekonomi dan imperialisme.
Pengaruh Perancis terhadap kondisi Aljazair meluas di berbagai bidang.78 Hal
tersebut bertujuan untuk menghapus pengaruh kekuasaan Utsmani yang masih
lekat pada Aljazair.
Dengan keadaan yang sulit lambat laun Prancis berusaha menghapus bahasa
Arab sebagai bahasa resmi yang digunakan masyarakat Berber. Seluruh rakyat di
perintahkan untuk menggunakan bahasa Prancis dalam kehidupan sehari-hari.
Kekejaman tidak berhenti sampai disitu, iming-iming tanah yang subur dan
strategispun dijadikan Prancis untuk mendorong warganya yang berada di Benua
Eropa untuk menjadi imigran di Aljazair.
Tanah-tanah yang subur ialah milik masyarakat Aljazair yang di jual paksa
dengan harga yang sangat rendah. Sedangkan keadaan masyarakat sendiri sangat
memprihatinkan, mereka diusir dari tempat tinggalnya dan diberikan tempat di
daerah yang tandus dan gersang.79
Perlawaan yang dilakukan penduduk Aljazair membuat pasukan Prancis
kewalahan atas serangan bertubi-tubi yang dilancarkan kepada pihak Prancis.80
Pasukan ini mengumpulkan kekuatannya dengan membangun markas di kota
Mascara Oran. Hal ini membuat Prancis melakukan perjanjian atas pembagian
wilayah yang diserahkan kepada para pejuang Aljazair di bagian tengah dan barat.
78
David Mednicoff , Algeria 1830-2000: A Short History, http://www.jstor.org/stable/1515116
79Camille Rouseet, Conquete De L’Algerie 1841-1887, (Paris: Libraire Plon, 1889) h.56-57
80Paola Bertogli, GramsciColonialism and Popular Culture in Algeria, pp. 969-970
http://www.jstor.org/stable/20564873
36
Dibawah pimpinan Jendral Beguaed militer Prancis semakin kuat, karena
berambisi untuk menguasai Aljazair secara keseluruhan. Dengan begitu serangan
terus dilancarkan oleh militer Prancis yang melawan pasukan pembela Aljazair
dibawah pimpinan Abdul Qadir, sehingga pihak Aljazair mengalami kekalahan
para pasukan dibunuh dan para pemimpinnya diasingkan. Secara otomatis
Aljazair secara utuh dikuasai oleh Prancis.
Prancis mulai mengambil alih kekuasaan dengan menerapkan berbagai
kebijakan yang sesuai dengan peraturan di Prancis. Di bawah pimpinan Beguaed
hak-hak masyarakat direbut secara paksa. Dimulai dengan migrasinya para
penduduk yang berasal dari bangsa Eropa, Italia dan Spanyol yang bermukim di
Aljazair. pada tahun 1847 jumlah penduduk Eropa yang bermigrasi ke Aljazair
mencapai 109.000 jiwa.81
Disinilah terjadi pernikahan silang antara para imigran Prancis dan
penduduk Aljazair. Islam masih menjadi agama mayoritas penduduk Aljazair,
tetapi dengan kedatangan orang-orang Eropa mulai bertambahnya orang-orang
Yahudi dan mendirikan komunitasnya. Seluruh orang Eropa yang tinggal di
Aljazair memperoleh kewarganegaraan Prancis. Dalam kesehariannya para
imigran tetap menggunakan bahasa asalnya dan menjalani kehidupan layaknya di
kota. Padahal perekonomian pokoknya adalah pertanian.
Penduduk Aljazair yang notabennya beragama Islam masih menggunakan,
bahasa Arab yang dari awal merupakan bahasa resmi. Meski di bawah tekanan
81
Taufik Abdullah, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Jil.2, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van
Hoeve, 2002) h.324
37
kolonial Prancis penduduk yang beragama Muslim masih bisa menjalankan
ibadah meski harus secara diam-diam.82
B. Kebijakan Prancis di Aljazair
Keadaan masyarakat di Aljazair semakin melemah saat semua peraturan
diambil alih oleh Prancis. Intensitas kolonial terhadap Aljazair dalam politik dan
budaya sangat terlihat dalam tiga ketentuan yang di buat Prancis.
Pertama, Prancis yang tinggal selama 132 tahun di timur tengah sehingga
mulai tertanamnya kebudayaan Prancis di Aljazair. Bahasa Prancis mulai
dijadikan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua, Aljazair tidak diperbolehkan untuk ikutcampur urusan dalam
maupun luar negri, yang boleh mengatur urusan pemerintahan secara keseluruhan
hanya Prancis. Tidak hanya itu administrasi dan kemiliteranpun diambil alih oleh
Prancis. Sehingga terjadinya migrasi besar-besaran sekitar satu juta orang Prancis
yang menetap secara permanen di Aljazair. Keadaan ini membuat penduduk
Aljazir semakin terpuruk karena tak ada hak suara dan peralihan fungsi
pemerintahan yang didominasi oleh pihak Prancis.
Ketiga, dibangunnya fasilitas seperti sekolah, rumah sakit, perpustakaan,
bangunan pemerintahan, berbagai mesin untuk menggerakan perekonomian dan
lain-lain.83
Ambisi untuk menguasai Aljazair membuat keadaan yang kian memburuk
terhadap rakyat Aljazair dengan lemahnya keadaan dan tidak adanya pemimpin
pusat yang dapat melindungi salah satu kawasan Maghrib ini semakin mudah
82
Marsy, Magali, Norht Africa 1800-1900, (USA: Longman, 1984) h.13 83
Graham E. Fuller, Algeria: The Next Fundamentalist State ?, Unted States Army, Rand,
1937 h. 6
38
dikuasai. Terjadinya beberapa kali perlawanan oleh penduduk Aljazair namun,
bisa di halau oleh pasukan militer. Hal ini membuat pemberontakan yang
dilakukan hanya menjadi sia-sia.84
Pemberontakan yang dilakukan penduduk Aljazair menambah pasukan
Prancis lebih berani dalam menguasai Aljazair. Pemberontakan ini membuat
munculnya beberapa kebijakan yang dicanangkan oleh pemimpin Prancis yang di
setujui oleh pemimpin pusat di Eropa.
Di bawah ini beberapa kebijakan yang dikeluarkan oleh Prancis untuk
mengatur pemerinthan di Aljazair dalam beberapa bidang diantaranya:
1. Bidang Politik Ekonomi
Dalam pembahasan sebelumnya mengenai kedatangan Prancis yang berhasil
menaklukkan Aljazair setelah lepas dari pengaruh Turki Utsmani. Pembodohan,
kemiskinan, kristenisasi dan Prancisisasi mulai di sebarkan oleh kolonial.
Peraturan dibuat bagi para gerakan pemberontak yang dianggap sebagai
pembangkang oleh pasukan Prancis. Banyaknya korban yang berjatuhan dari
pihak Aljazair. Pasukan bersenjata mulai menjalankan tugasnya seperti para
pencabut nyawa, mereka bertugas untuk membunuh rakyat yang membangkang
terhadap Prancis.
Membantu penggusuran paksa tanah serta jabatan-jabatan strategis dalam
pemerintahan. Prancis berusaha memaksakan asimilasi politik dan budaya secara
total baik dalam bidang politik, ekonomi dan pendidikan.85
84
Douglas Johnson, The History of Algeria, http://www.jstor.org/stable/179838 diakses 15
Mei 2015 03:29 h. 549 85
John L. Esposito dan John O. Volt, Demokrasi Di Negara-Negara Muslim Problem Dan
Prospek, Bandung, Mizan, 1999 h. 75
39
Pada tahun 1867 Prancis menetapkan retribusi atas rakyat pendudukan
Aljazair secara sewenang-wenang dengan datangnya para imigran asal Eropa yang
menetap di Aljazair. Membuat hak kepemlikan tanah-tanah penduduk yang
diambil secara paksa untuk dijadikan tempat tinggal bagi para imigran. Tanah-
tanah yang subur direbut untuk dijadikan perkebunan pihak Prancis.86
Dalam mengatur pemerintahan Prancis memilih orang-orang yang tidak
memiliki pengaruh terhadap rakyat sehingga dengan mudah bisa menerima
pengaruh yang diberikan Prancis.87
Tahun 1847 adanya peraturan code de
I’indengenat banyaknya korban dari peraturan ini dari kalangan masyarakat yang
menganut agama Islam. Hukuman ini dilayangkan karena pihak Prancis
beranggapan masyarakat Muslim ini banyak yang tidak patuh dengan melakukan
pengkhianatan dengan pihak Prancis.88
Beralihnya mata pencarian penduduk dari bertani ke sistem perdagangan,
merupakan cara yang relative dapat mengembangkan perekonomian. Tetapi
sistem pasar yang diatur oleh pihak Prancis ialah dengan mendahulukan para
imigran dengan cara memberikan tempat strategis untuk berjualan.
Kolonial Prancis menginginkan bahwa Aljazair bisa dijadikan sebagai salah
satu dari wilayah Prancis. Upaya tersebut berhasil sehingga sistem politik Aljazair
berhasil dikuasai oleh kolonial Prancis. Warga pedalaman di paksa untuk pindah
ke kota dan membuat keadaan kota penduduknya semakin padat. Kemiskinan
semakin banyak, tanah-tanah yang diambil paksa membuat penduduk semakin
sedikit yang memiliki tempat tinggal.
86
Abdullah, Taufik, ed. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam: Khilafah, Jakarta: PT Ichtiar
Baru Van Hoeve, 87
Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam, h. 206 88
Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam, h. 208
40
2. Bidang Pendidikan
Berbagai kebijakan mulai diterapkan untuk mengatur jalannya pemerintahan
Prancis di Aljazair. penerapan kebijakan dijalankan dengan memulai peraturan
kepada sekolah-sekolah. Sebelum dijajah Prancis, sekolah-sekolah yang ada di
Aljazair berbasis Islam tetapi diubah secara menyeluruh dan digantikan dengan
sekolah berbasis Prancis.89
Sekolah berbasis Prancis ini mengganti pelajaran tafsir Al Qur-an,
astronomi dan aritmatika dengan menerapkan pelajaran yang menggunakan
bahasa Prancis serta mengajarkan kebudayaan Prancis. Kehadiran Prancis di
Aljazair sebagai penetrasi budaya dengan waktu yang cukup lama sehingga
mengakibatkan bahasa Prancis sebagai bahasa kaum elite.90
Terlihat jelas dalam misi naturalisasinya dengan menggantikan bahasa Arab
menjadi bahasa Prancis sebagai bahasa resmi dan pengantar sekolah. Prancis
berusaha menghilangkan Islam dan ingin menggantikannya dengan kebudayaan
Prancis. Sehingga banyak sekolah-sekolah Al Qur’an dan madrasah yang ditutup,
masjid-masjid di ubah menjadi gereja. Dan Prancis hanya membuka sedikit
sekolah-sekolah untuk anak-anak Aljazair yang ingin mempelajari kebudayaan
Prancis. Menghancurkan pusat pendidikan merupakan salah satu tujuan
pembodohan yang dilakukan Prancis terhadap Aljazair.91
Sekolah-sekolah yang dibangun berbasis Prancisisasi hanya bisa dijangkau
oleh kalangan elite yang mayoritas saja Hal ini merupakan cara pendekatan yang
dilakukan Prancis terhadap para pejabat-pejabat pribumi yang bisa dengan mudah
89
Fawzi Abdulrazak, Arabization Algeria, http://www.jstor.org/stable/29785162 diakses 02
April 2015 03:46 h. 23 90
ThomasWilling Balch, French Colonization in North Africa,
http://www.jstor.org/stable/1944685 diakses 05 Juni 2015 07:53 h. 547 91
Sivan, Emanuel, Journal of Contemporary History Vol.14, Sage Publications, 1979.
41
di kontrol Prancis. Jumlah pelajar di Aljazair mencapai 2% dari jumlah penduduk.
Sedangkan anak-anak Muslim Aljazair yang bisa mengenyam pendidikan hanya
tiga pemukiman penduduk saja.
Dalam situasi ini minimnya pendidikan ditentang oleh berbagai pihak
namun, tidak ada jalan keluar untuk mengatasi minimnya pendidikan di Aljazair.
Hal ini menambah kebodohan yang dialami anak-anak di Aljazair. Kesempatan
untuk mengenyam pendidikan dibatasi. Sebagian anak-anak belajar dari pelantara
mlut ke mulut dalam mepelajari tradisi dan ilmu-ilmu agama yang diajarkan oleh
orang tua.
3. Bidang Keagamaan
Aljazair yang mayoritas penduduknya Muslim membuat Prancis mencari
celah dalam penyebearan ajaran Kristen. Strategi kristenisasi missionarislah yang
berperan dalam menyebarkan ajaran Kristen kepada penduduk. Dengan cara
memberikan bantuan berupa makanan, obat-obatan dan pakaian sebagai langkah
untuk mengajak ikut serta dalam agama Kristen.92
Missionaris mulai menghasut
rakyat Aljazair agar terjadinya perpecahan, mempengaruhi bahwa orang-orang
Islam saat itu merupakan penyebab terjadinya kemiskinan dan pembodohan.
Kekacauanpun semakin diperparah dengan kepemilikan fasilitas umum
yang dikuasai para imigran asal Eropa dan menyebabkan kesehatan masyaratak
semakin memburuk. Perkebunan yang di rebut paksa menjadi pemandangan yang
sangat mengerikan, karen apara pemilik kebun yaitu rakyat Aljazair diperkerjakan
92
Camille Rouseet, Conquete De L’Algerie 1841-1887, (Paris: Libraire Plon, 1889) h. 53
42
dikebun mereka sendiri dengan upah rendah.93
Keadaan ini dijadikan kesempatan
bagi missionaris untuk mengajak rakyat memeluk agama Kristen.
Missionaris yang mulai mendekatkan diri kepada lembaga pendidikan dan
anak-anak khususnya anak-anak muslim yang sudah tidak memiliki kedua orang
tua, yang telah gugur dimedan perang dalam pertempuran melawan Prancis. Di
eksploitasi dan di didik dalam sekolah-sekolah missionaris, agar menganut agama
Kristen.94
93
W.E.H. The French Campaign In Algeria, 1830-48. BMJ Diunduh 01/09/2015 04:02 94
Musthafa Muhammad Thahhan, Model Kepemimpinan dalam Amal Islami, terj.
Musthalah Maufur, (Jakarta : Rabbani Press, 1997) h.112
43
BAB IV
DAMPAK KEBIJAKAN PRANCIS DI ALJAZAIR (1830-1914)
Penguasaan Prancis atas Aljazair yang datang pada tahun 1830 M, memiliki
beberapa dampak yang ditimbulkan dari kebijakan yang diterapkan Prancis.
Kehadiran Prancis di Aljazair memiliki beberapa perubahan dalam aspek
kehidupan. Berikut dampak yang terjadi saat Prancis menguasai Aljazair dalam
beberapa bidang.
A. Bidang Politik Ekonomi
Pemberontakan dilakukan oleh rakyat Aljazair yang tidak setuju dengan
keberadaan kolonial Prancis atas Aljazair. Beberapa gerakan perlawanan tak
henti-hentinya melakukan serangan terhadap kolonial Prancis, yang berujung
dengan kekalahan. Hal tersebut membuat pertahanan penduduk semakin
melemah. Kondisi ini memberikan kesempatan bagi Prancis untuk mulai
menguasainya.
Seluruh pemberontakan yang terjadi di Aljazair dibumihanguskan sehingga
dengan mudah Prancis merampas seluruh negeri Aljazair. Langkah pertama yang
dilakukan Prancis dalam merubah Aljazair yaitu dengan seluruh sistem
pemerintahan dan menggantikannya dengan orang-orang pilihan Prancis.95
Hal ini
berhasil diwujudkan, karena tidak adanya pertahanan dari Aljazair memudahkan
Prancis merubah sistem pemerintahan dan perekonomian.
Berkuasanya Prancis atas Aljazair membuat pemerintahan tidak berpusat,
dikarenakan semua peraturan yang ditetapkan Prancis mengikuti komando yang
95
Levy, Michael I, The History of North Afrika, (New York: Britannica Educational
Publishing, 2010) h.66
44
dikeluarkan dari pemerintahan yang berada di Prancis. Para pemimpin yang
diangkat langsung oleh Prancis merupakan para generasi yang tidak banyak
memiliki kontribusi terhadap Aljazair.96
Para pemimpin inilah yang nantinya akan
mudah dipengaruhi bangsa kolonial.
Keadaan penduduk yang dieksploitasi, mempermudah Prancis dalam
menjalani peran sebagai penjajah. Hak atas rasa aman yang pernah dirasakan
penduduk Aljazair pada masa Utsmanipun hilang. Tak ada perlindungan khusus
bagi penduduk pribumi untuk hidup dengan aman. Khususnya kaum Muslim dan
para penduduk desa yang memiliki area pertanian.97
Sistem pasar di utamakan sehingga bagi para petani dipaksa untuk
berdagang dengan pasar yang bergaya Eropa. Tak cukup sampai di situ
kepemilikan tanah berupa area persawahan atau perkebunan para petani di rampas
secara paksa, maka sebagian para petani memilih untuk berdagang dan ada juga
yang mencoba tetap bercocok tanam. Meski dengan penghasilan yang rendah
karena tanah yang tersisa terdapat ditempat tandus.
Dengan sumber daya alam yang banyak, namun dikuasai oleh perusahaan-
perusahan Prancis tak membuat rakyat bisa menikmati hasil kekayaan tanah
kelahirannya. Keadaan Aljazair jatuh miskin, dengan penduduk pribumi yang
tidak memiliki penghasilan tetap ditambah dengan penduduk imigran yang
menguasai perekonomian dan fasilitas umum.
Setelah masyarakat Aljazair mendapatkan kemerdekaannya masyarakat
masih dalam keadaan miskin. Sebagian besar penduduk tinggal di pedesaan yang
memiliki mata pencarian sebagai petani. Pada tahun 1962 seperempat penduduk
96
Ryme SeferdjeliAlgeria: The Independence War and After, pp. 521-523 http://www.jstor.org/stable/4100775
97Ira M Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam, h.164
45
pergi ke kota untuk menjadi buruh dengan gaji yang sangat rendah. Penduduk
muslim yang mencapai 10 juta hanya tersisa 9 juta jiwa karena terbunuh saat
melawan kolonial dalam mempertahankan negaranya.98
Dalam situasi ini muncullah warga kota baru yang terbentuk dari penduduk
Aljazair yang pernah di fasilitasi dalam kehidupannya. Elite masyarakat
merupakan golongan yang tumbuh karena terjadinya pertambahan penduduk
sehingga timbulnya kemiskinan. Elite masyarakat ini sudah banyak yang
mengenal huruf namun dalam ajaran agama penduduk kota baru ini hanya
mengenal tradisi Islam lisan.
Golongan ini selalu memiliki harapan bahwa meski sudah merdeka dari
jajahan Prancis tapi, Aljazair bisa menjadi bagian daripada Prancis. Dukungan ini
datang dari para lembaga pendidikan, ilmuan, dokter dan lain-lain. Yang terus
berkomitmen bahwasannya Aljazair akan terus menjadi bagian dari Prancis. Hal
ini menimbulkan konflik dengan ulama fundamentalis. Pemikiran ini oleh Ferhat
Abbas yang pro terhadapa Prancis.99
Sedangkan golongan dari para Ulama Aljazair fundamentalis, sangat tidak
menyetujui apabila Aljazair bisa menjadi bagian dari Prancis. Pemikiran ini,
diusulkan oleh Abd Al Hamid Ibn Bandis, yang telah merujuk kepada kerangka
Islam awal yang membedakan status dan hukum antara orang muslim dan non-
muslim.
Kemajuan dalam peerekonomian yang terjadi pada masa kolonial Prancis
memberikan kemuajuan dalam bidang perdagangan meskipun dengan cara
98
Samir Amin, The Maghreb In The Modern World Algeria-Tunisia-Morocco, (Australia:
Pinguins Book, 1970) h. 98 99
John L Esposito, Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, (Bandung: Mizan 2001)
h.107
46
bertahap. Penduduk Aljazair membiasakan diri untuk menjadi pedagang yang
dipasok dari pedesaan. Meski harus bersaing dengan para imigran Prancis,
penduduk tetap bisa melakukan aktivitasnya berbarengan dengan para imigran.
Dengan munculnya penduduk kota baru, hal ini dijadikan kesempatan
kepada penduduk Aljazair mengambil alih pemerintahan yang selama ini dikuasai
Aljazair.
B. Bidang Pendidikan
Minimnya pendidikan di Aljazair mengakibatkan banyaknya masyarakat
yang buta huruf, sedangkan dalam mempelajari agama hanya dengan ajaran lisan.
Keberhasilan para missionaris dalam pendekatan dengan lembaga pendidikan dan
anak-anak membuat mereka mulai mencintai kebudayaan Prancis. Didukung
dengan kehidupannya yang sekolah dan hidup di lingkungan para imigran Prancis.
Sedangkan bagi para pelajar lokal masih belajar seperti tafsir Al-Qur’an,
Banyak perbedaan yang terjadi antara pelajar yang sekolah di lembaga pendidikan
Prancis dan pelajar lokal.
Ada sekitar 25 dokter, pengacara insinyur, professor, 200 guru sekolah
menengah dan ada 1000 intektual berpendidikan Prancis. Ada juga lulusan
sekolah yang berada di Aljir, Konstantin dan Tlemcen yang masih memegang
tradisi Islam awal yang kembali kepada dasar-dasar Al Qur’an dan Sunnah.100
Munculnya dua pemikiran dari kalangan pelajar yang berasal dari pelajar
yang sekolah di Prancis dan pelajar dari sekolah-sekolah Aljazair. Pelajar yang
100
John L Esposito, Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, h.108
47
mengenyam pendidikan di bawah kontrol Prancis lebih memilih agar Aljazair,
tetap menjadi bagian dari Prancis.
Dari pembatasannya pendidikan yang dilakukan Prancis munculnya dua
pemikiran. Pendidikan yang dihasilkan dari sekolah-sekolah Prancis menanamkan
agar selalu cinta kepada Prancis dan memilih Aljazair untuk tetap berada dalam
wilayah Prancis. Golongan ini dibayang-bayangi kesejahteraan yang akan
diberikan Prancis terhadap Aljazair.
Pemikiran ini dituangkan oleh Farhat Abbas salah satu lulusan dari sekolah
Prancis. Farhat merupakan seorang pemimpin sekularis Aljazair yang pro Prancis.
Farhat beranggapan bahwa Imperium bangsa Arab dan Islam adalah masa lalu
sedangkan masa depan yaitu Prancis.101
Sedangkan kalangan pelajar lokal tetap bersikukuh agar Aljazair
mencanangkan kemerdekaan dan Prancis mendeklarasikan bahwa Aljazair bukan
lagi bagian dari Prancis. Pemikiran Abd Al Hamid Ibn Bandis yang mewakili dari
golongan pelajar lokal menginginkan agar Aljazair kembali kepada kerangka
Islam awal yang membedakan status dan hukum antara orang muslim dan non-
muslim.
Ibn Badis, Abd Hamid adalah seorang pembaharu Islam, pemimpin nasiona
dan Ketua Himpunan Ulama Aljazair. Ibn Badis lahir di Konstantin Aljazair yang
berasal dari penduduk Berber. Ibn Badis mengajar pendidikan yang berbasis Arab
dan Islam dalam nasionalisme. Pada masa kolonial Prancis banyak menutup pusat
lembaga pendidikan Arab dan Islam, lembaga keuangangan yang mendanai
pendidikan-pendidikan tersebut, membatasi sitem belajar mengajar bahasa Arab
101
Ira M. Lapidus , Sejarah Sosial Ummat Islam, h. 212
48
dan Al Qur’an. Hal inimemberikan dampak negative bagi kalangan masyarakat.
Sehingga Ibn Badis mencetuskan gerakan reformasi Aljazair yang
mempertahankan intergrasi budaya rakyat.102
Usaha Prancis dalam menghancurkan elite lama menimbulkan sejumlah
elite baru yang generasinya berada di pegawai pemerintahan seperti guru, pegawai
farmasi dan pegawai pos semua itu merupakan cikal bakal dari organisasi baru.
Organisasi tersebut melahirkan pemuda-pemuda yang memiliki semangat untuk
merdeka dan cinta terhadap tanah kelahirannya yaitu Aljazair.
Dari beberapa kebijakan yang diterapkan Prancis atas Aljazair membuat
timbulnya masyarakat yang cinta akan tanah air. Hal ini membuat perbedaan yang
jelas antara pelajar yang berasal dari sekolah Prancis dan lokal. Dari kebijakan
yang dibuat Prancis muncullah para ideology yang berasal dari Aljazair, meski
sebagian ada yang didanai oleh pihak Prancis. Hal ini menghasilkan tokoh-tokoh
yang bisa meminpin Aljazair untuk ke depannya.
C. Bidang Keagamaan
Masyarakat Muslim yang berada di Aljazair mayoritas menganut Sunni
Ortodoks dan ada juga yang mengatur cara kehidupan sehari-harinya
menggunakan Mazhab Maliki. Tradisi keagaaman di Aljazair memiliki ciri yang
khas yaitu dengan memuja orang-orang sufi sebagai orang yang suci dan gerakan
persaudaraan antara keagamaan.
Masih banyaknya suku-suku di Aljazair membuat tokoh sufi terbagi sesuai
dengan suku asli. Tokoh sufisme atau Maraboutisme merupakan orang-orang
102
John L Esposito, Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, h.240
49
yang dianggap suci sebagai panutun bagi tata cara kehidupan yang dijalankan
Muslim Aljazair. Maraboutisme yang ada di Aljazair berasal dari Andalusia yang
berasal dari semenanjung Iberia yang membentuk organisasi dalam memperkuat
gerakan Islam. Marabout sangat besar peranannya dalam bidang penyebaran
agama, ilmu pengetahuan, bidang politik dan bidang sosial ekonomi.103
Para missionaris Prancis berhasil membuat sebagian penduduk Aljazair
memeluk agama Kristen. Melalui lembaga pendidikan anak-anak diajarkan
mengenai agama Kristen, sehingga mempengaruhi keyakinan masing-masing.
Karena tidak memiliki pemimpin yang dapat menyatukan masyarakat ini
memudahkan Prancis dalam menyebarkan pengaruhnya terhadap masyarakat
Aljazair.104
Akan tetapi mayoritas masyarakat Aljazair menganut agama Islam,
perbedaan antara masyarakat yang tinggal di kota-kota besar dan kecil.
Masyarakat yang hidup di kota-kota besar meskipun menganut ajaran Islam, tetap
tercium nuansa barat, karena budaya Barat yang melekat pada masa jajahan
Prancis dan masih menggunakan bahasa Prancis sebagai di setiap percakapannya.
Kehidupan Muslim yang berada di kota-kota kecil, sangatlah terasa nuansa ke
Islamannya dan masih tetap menggunakan bahasa arab dalam kesehariaanya.
Akibat dari tekanan Prancis memunculkan para pemikir Islam yang bangkit
akan terpuruknya Aljazair. Gerakan reformasi yang dilakukan Ibn Bandis
mendirikan gerakan kepanduan, sekolah-sekolah yang memadukan pengajaran Al
103
Phillip K, Hitty, History of Arabs, Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2002 h.690 104
Camille Rouseet, Conquete De L’Algerie 1841-1887, h. 242
50
Qur-an, bahasa Arab, sejarah Aljazair, lagu patriotik, bahasa Prancis, geografi dan
aritmatika.105
Tujuan Ibn Bandis untuk bangkit dalam keterpurukan Aljazair adalah
dengan mengajarkan anak-anak yang sudah lama tidak bisa merasakan dunia
pendidikan. Ibn Bandis memberikan fasilitas terhadap anak-anak asuhnya dengan
dibantu oleh kedua orangtuanya yang menjadi donator. Usaha Prancis untuk
meminimalkan pendidikan di Aljazair perlahan semakin berkurang, karena
bertambahnya anak didik yang dipimpin oleh Ibn Bandis membuat anak-anak
kembali mempelajari pelajaran Al- Qur’an dan pelajaran umum lainnya.106
Keadaan ini memunculkan para pemikir dari kalangan penduduk Aljazair
yang membuat gerakan untuk bisa bebas dari kekuasaan Prancis. Meski keadaan
Aljazair tak begitu pulih, tetapi adanya sedikit kemajuan dalam pendidikan.
Masjid-masjidpun sudah dapat digunakan karena bertambahnya para pelajar yang
bertekad untuk dapat sekolah.
105
Marsy, Magali, North Africa 1800-1900, New York: Longman, 1882 h. 164.
106Camille Rouseet, Conquete De L’Algerie 1841-1887, (Paris: Libraire Plon, 1889) h.
51
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan melalui sumber tertulis,
maka hasil kesimpulan yang didapat yaitu
Aljazair sebelum datangnya Prancis merupakan wilayah yang penduduknya
bersuku-suku, hidup secara nomad dan memiliki mata pencarian dengan bertani.
Tanah yang subur mempermudah dalam bercocok tanam. Aljazair juga pernah
dikuasai bangsa asing dan setelah terjadinya ekspansi Arab. Ekspansi Arab terjadi
pada masa Khilafah Rasyidin masa Utsman bin Affan. Sampai masa berdirinya
khilafah-khilafah Islam. Hal ini, merupakan awal terjadinya penyebaran agama
Islam dan Turki Utsmani adalah kekhalifahan Islam yang terakhir menguasai
Aljazair.
Dengan berakhirnya ekspansi Arab di kawasan Afrika Utara memulai debut
baru kepada daerah-daerah yang lepas dari kekuasaan Utsmani. Setelah lepas dari
kekuasaan Utsmani, Aljazair tidak memiliki pemerintahan tetap. Dengan
mangandalkan para marabout sistem pemerintahan lokal berlajan. Keadaan ini
dimanfaatkan Prancis dalam mencoba untuk menjajah Aljazair. Keadaan
penduduk semakin memburuk ketika beberapa kebijakan ditetapkan Prancis.
Kemiskinan dan kebodohan semakin merajalela ketika mata pencarian dan
pendidikan yang dibatasi sehingga tak banyak anak-anak yang tidak dapat
mengenyam pendidikan dan orang-orang dewasa yang tak memiliki pekerjaan.
Dengan waktu yang lama keberadaan Prancis di Aljazair membuat
kemiskinan dan kebodohan dialami oleh masyarakat Aljazair. Pendidikan yang
52
dibatasi membuat anak-anak yang dapat mengenyam pendidikan mencapai 9%.
Sisanya hanya mempelajari tradisi lisan yang di ajarkan dari turun menurun.
Mewabahnya berbagai penyakit mengakibatkan banyaknya masyarakat yang
meninggal dikarenakan terserang penyakit yang diakibatkan dari banyaknya
kelaparan. Sedangkan fasilitas umum seperti rumah sakit diambil alih oleh para
imigran asal Eropa. Sehingga untuk mendapatan fasilitas kesehatan harus dengan
biaya yang mahal. Meski telah mendapatkan kemerdekaan masyarakat tetap
mengalami kemiskinan karena mata pencariannya diambil alih oleh para imigran
Eropa.
B. Saran
Penulis memahami betul dalam tulisan ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari kata sempurna, maka dari itu kritik dan saran sangat dibutuhkan demi
baiknya tulisan/karya ini. Untuk generasi selanjutnya akan lebih bagus lagi jika
mengkaji lebih mendalam dan memunculkan ide-ide yang cemerlang untuk
menggali tulisan khusus kebijakan-kebijakan yang dibuat Prancis terhadap
Aljazair seperti: kebijakan pendidikan bagi sekolah-sekolah lokal, perekonomian
dan lembaga-lembaga yang mendanai kelancaran pendidikan dan keagamaan.
53
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam: Khilafah, Jakarta: PT Ichtiar
Baru Van Hoeve,
Abdurahman, Dudung, Metode Penelitian Sejarah, Jakarta: Logos wacana Ilmu,
2009
Al-Usairy , Ahmad Sejarah Islam: Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, Jakarta:
Akbar Media Eka Sarana, 2003
Amin, Samir, The Maghrib In The Modern World Algeria-Tunisia-Morocco,
Australia: Pinguins Book, 1970
Amin, Samsul Munir ,Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah, 2013
Anthony, Wilkin, Among The Berbers of Algeria, London: 1900
Hasmand, Fedrian, Ensiklopedi Sejarah Islam, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2013
Bakri, Syamsul, Peta Sejarah Peradaban Islam,Yogyakarta: Fajar Media Press,
2011
Bosworth, G. Dinasti-dinasti Islam, Bandung: Mizan, 1993
Brace, Richard M, Morroco-Algaeia-Tunisia, Prentice Hall. Inc, 1964
Brill, E.J., The Encyclopaedia of Islam New Edition, Volume X. Leiden: 2000
Camille Rouseet, Conquete de L’Algerie 1841-1887, Paris: Libraire Plon, 1889
Carl, Brockelmann, History of the Islamic People, Londo: 1930
Carpentier, Jean, Sejarah Prancis Dari Zaman Sejarah Hingga Akhir Abad ke 20,
Jakarta: Gramedia, 2011
Clement Hanry Moore, Politics in North Africa, Canada: 1970
Esposito, John L, Islam dan Politik, Jakarta: PT Bulan Bintang, 1990
Esposito, John L, Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, Bandung: Mizan
2001
Fa’al, Fabsin M, Sejarah Kekuasaan Islam, Jakarta: CV Artha Rivera, Tth
Fage, JD dan Oliver, Roland. A History of Africa, Great Britanian: Pinguin
Africann Library,1996
Fage, JD dan Tordof, William. A History of Africa, New York: Routledge,2002
Freely, John, Istanbul Kota Kekaisaran, Jakarta: Pustaka Alvabet, 2012
Fuller, Graham E, The Next Fundamentalist State, Rand: USA, 1996
54
Galsse ,Cyril, Ensiklopedia Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1999
Hallett, Robin, Africa To 1875 (A Modern History), New York: The University of
Michigan, 1970
Hitti, Phillip K, History of Arabs, Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2002
Hourani,Albert, The Modern Middle East, London: I.B Touris, 2004
Lapidus, Ira M, Sejarah Sosial Umat Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo,1999
Levy, Michael I, The History of North Afrika, New York: Britannica Educational
Publishing, 2010
Marsy, Magali, North Africa 1800-1900, New York: Longman, 1882
Maran, Rafael Raga, Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta: Rineka Cipta, 2013
Maryam, Siti dkk, Sejarah Peradaban Islam, Yogyakarta: LESFI, 2002
Michael K Clark, Algeria in Turmoil : A History of The Rebellion, Frederick A.
Praeger.Inc, USA 1959
Mostyn , Trevor, The Cambridge Encyclopedia of The Middle Easr And North
Africa, Camridge University Press, 1988
Mufrodi, Ali, Islam Di Kawasan Dunia Arab, Ciputat: Logos, 1999
Muhammad Thahhan, Musthafa, Model Kepemimpinan dalam Amal Islami, terj.
Musthalah Maufur, Jakarta : Rabbani Press, 1997
Munir, Samsul, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: AMZAH,2013
Nasution, Harun, Perkembangan Modern Dalam Islam, Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 1985
Nasution, Harun, Pembaharuan Dalam Islam , Jakarta: PT Bulan Bintang, 2014
Sihbudi dkk, Riza, Profil Negara-negara Timur Tengah, Jakarta: Pustaka Jaya,
1995
Sunanto, Musyrifah, Sejarah Islam Klasik Dan Perkembangan Ilmu pengetahuan
Islam, Jakarta: Kencana Pradana Media Group, 2004
Thohir, Ajid, Studi Kawasan Dunia Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo, 2009
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008
Zurcher J. Erik, Sejarah Modern Turki, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2003
55
Jurnal dan Artikel
Benjamin Stora, Algeria 1830-2000: A Short History. African Studies
Association http://www.jstor.org/stable/1515116 Diakses 15/12/2014 03:02
David Mednicoff , Algeria 1830-2000: A Short History,
http://www.jstor.org/stable/1515116 Diakses 15/12/2014 03:02
Douglas Johnson, The History of Algeria,
http://www.jstor.org/stable/179838 Diakses 15 Mei 2015 03:29
Fawzi Abdulrazak, Arabitation In Algeria, Middle East Librarians
Association http://www.jstor.org/stable/29785162 Diakses, 02-April-2015
French Campaign In Algeria, 1830-48 ttp://www.jstor.org/stable/25318520
Diakases 01 September 2015
James McDougall, Crisis And Recovery Narratives In Maghribis Histories
Of The Ottoman Period (CA. 1870-1970) h. 137 yang dikutip Rizal Pagabean
Aljazair dan Tunisia semasa Imperium Usmaniah,
Paola Bertogli, GramsciColonialism and Popular Culture in Algeria, pp.
969-970 http://www.jstor.org/stable/20564873 Diakses: 01/09/2015 04:02
Ryme SeferdjeliAlgeria: The Independence War and After, pp. 521-523
http://www.jstor.org/stable/4100775 Diakses: 01/09/2015 04:02
Terrence Rafferty, http://www.jstor.org/stable/3696996 diakses 11 Mei
2015 04:29
Thomas Willing Balch, French Colonization in North Africa,
http://www.jstor.org/stable/1944685 diakses 05 Juni 2015 07:53
W.E.H. The French Campaign In Algeria, 1830-48. BMJ Diakses:
01/09/2015 04:02
56
Skripsi dan Thesis
Ika Nurhayati, Warna Lokal Aljazair Pada Akhir Abad 19 Dalam Au Soleil Karya
Guy De Maupassant, Skripsi S1, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas
Indonesia, 1999
Anisa Rintayani, Konflik Etnis Kabilia di Aljazair PAda Tahun 2001 Sejarah
Tinjauan Sejarah, Skripsi S1, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budayan,
Universitas Indonesia, 2005
Muhammad Syauqillah, Suksesi Kekuasaan Di Aljazair (Studi Kasus Military
Putceh di Aljazair Tahun 1992), Tesis, Fakultas PascaSarjana, Universitas
Indonesia, 2006
57
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Gambar 1. Peta Aljazair Tahun 1830107
107
Camille Rausset, L’Algeire De 1850 A 1840, (Atlas: Paris, 1887) h. 10
58
Gambar 2. Peta Konstantine Tahun 1840108
108
Ibid h.12
59
Gambar 3. Peta Oran Tahun 1840109
109
Ibid h.14
60
Gambar 4. Kawasan Tanah Yang Subur di Aljazair
61
Gambar 5. Pemukiman Penduduk Aljazair
62
Gambar 6. Laut Mediteranian tahun 1815
63
Gambar 7. Aljazair Sebagai Bagian Dari Kekuasaan Prancis
64
\
Fhunisia dan Chartage 2000SM
Romawi 146-439 SM
Vandalas 439-534 M
Byzantium 534 M-647 M
Penakulkan Arab
Dinasti Rustamiyyah 761-909 M
Dinasti Aghlabiyyah 808-909 M
Dinasti Hamadiyyah 972-1152 M
Dinasti Fatimiyyah 1171 M Aljazair
Dinasti Al-Murabittun 1147 M
Dinasti Al Muwahiddun 1152 M
Dinasti Hafsiyyah 1547 M
Dinasti Mariniyyah 1549 M
65
Gambar 8. TimelineAljazairs sebelum dikuasai Utsmani.
66