Dampak Buruk Pertambangan Di Desa Lumut

13
Kondisi Kolong di Desa Lumut Kecamatan Lumut Pendahuluan Akibat yang nyata dari kegiatan penambangan timah adalah terjadinya lubang bekas penambangan timah yang menurut istilah di wilayah Bangka Belitung adalah kolong. Kolong pasca penambangan timah telah terjadi sejak penambangan timah dimulai, yang tersebar di beberapa kecmataan di wilayah Bangka-Belitung. Penambangan dengan sistem tambang terbuka (tambang semprot) menyebabkan terjadinya lubang-lubang yang pada umumnya terisi air sebagaimana layaknya reservoir alam. Sumber air tersebut berasal dari air tanah, sungai, dan air hujan. Pada dasarnya, kolong mempunyai potensi yang harus dikembangkan lebih lanjut berdasarkan karakteristiknya masing-masing. Pemanfaatan kolong yang lebih efesien diharapkan akan dapat mendorong pertumbuhan perekonomian masyarakat dan pemerintah daerah. Dengan berfungsinya kolong secara optimal, permasalahan setempat yang dihadapi masyarakat maupun pemerintah daerah akan dapat dipecahkan dengan baik. Pemanfaatan kolong saat ini belum dilakukan secara optimal mengingat hanya beberapa kolong yang sudah dimanfaatkan terutama untuk irigasi/persawahan, perendaman lada putih, keramba/tambak ikan, sumber air PDAM, dan

description

buku

Transcript of Dampak Buruk Pertambangan Di Desa Lumut

Kondisi Kolong di Desa Lumut Kecamatan Lumut

Pendahuluan

Akibat yang nyata dari kegiatan penambangan timah adalah terjadinya lubang

bekas penambangan timah yang menurut istilah di wilayah Bangka Belitung

adalah kolong. Kolong pasca penambangan timah telah terjadi sejak penambangan

timah dimulai, yang tersebar di beberapa kecmataan di wilayah Bangka-Belitung.

Penambangan dengan sistem tambang terbuka (tambang semprot) menyebabkan

terjadinya lubang-lubang yang pada umumnya terisi air sebagaimana layaknya

reservoir alam. Sumber air tersebut berasal dari air tanah, sungai, dan air hujan.

Pada dasarnya, kolong mempunyai potensi yang harus dikembangkan lebih lanjut

berdasarkan karakteristiknya masing-masing. Pemanfaatan kolong yang lebih

efesien diharapkan akan dapat mendorong pertumbuhan perekonomian

masyarakat dan pemerintah daerah. Dengan berfungsinya kolong secara optimal,

permasalahan setempat yang dihadapi masyarakat maupun pemerintah daerah

akan dapat dipecahkan dengan baik. Pemanfaatan kolong saat ini belum dilakukan

secara optimal mengingat hanya beberapa kolong yang sudah dimanfaatkan

terutama untuk irigasi/persawahan, perendaman lada putih, keramba/tambak ikan,

sumber air PDAM, dan keperluan PLN. Pemberdayaan kolong paska

penambangan timah akan optimal jika aspek fisik kolong dan aspek sosial-

ekonomi masyarakat di sekitar kolong dapat diidentifikasikan dengan baik. Aspek

fisik kolong tersebut meliputi parameter dimensi kolong, parameter aksebilitas

kolong, dan parameter kualitas air kolong. Sedangkan aspek sosial-ekonomi

masyarakat terutama untuk melihat kegiatan ekonomi dan keinginan masyarakat

terhadap kolong.

ASPEK FISIK KOLONG

Bagian ini akan menganalisis kolong berdasarkan aspek fisik yang meliputi :

umur, dimensi, aksebilitas, dan kualitas air kolong serta keberadaan hutan kritis

akibat penambangan timah. Aspek fisik ini diharapkan akan mampu melihat

kondisi dan kualitas kolong sehingga bisa menentukan kolong-kolong mana yang

memungkinkan untuk dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar kolong.

Pemberdayaan kolong paska penambangan timah dalam penelitian ini masih

bersifat umum karena tidak dilakukan penelitian yang lebih dalam, hanya melihat

dari pH air, Umur kolong dan aksessibilitasnya. Dengan demikian, pemberdayaan

kolong lebih melihat pada pemberdayaan yang lebih bersifat umum. Berikut akan

dianalisis berbagai aspek tersebut.

Kegiatan penambangan timah akan meninggalkan sisa-sisa aktivitas penambangan

yang berupa lubang paska penambangan timah yang oleh masyarakat wilayah

Bangka Belitung disebut kolong. Keberadaan kolong-kolong ini telah menjadi isu-

isu segar di kalangan masyrakat wilayah Bangka-Belitung. Oleh karena itu,

permasalahan kolong sangat menarik untuk diteliti terutama dari aspek fisik

kolong yang meliputi umur, dimensi, aksesibilitas, dan kualitas air kolong.

Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat sejauhmana pengaruh aspek tersebut

terhadap kondisi wilayah Bangka Belitung paska penambangan tiah. Penelitian

aspek fisik kolong ini dikhususkan di desa Lumut, Kecamatan Belinyu dimana

tempat peneliti melakukan KKN.

Analisis Dimensi Kolong

Penelitian aspek dimensi kolong sasarannya berupa penentuan dimensi kolong

terutama untuk mengetahui berapa banyak dan berapa luas kolong yang terdapat

di wilayah desa Lumut pasca penambangan timah serta akan dibahas kondisi

kolong yang mempengaruhi kebeardaan kolong tersebut. Penentuan kondisi

kolong paska penambangan timah dan kondisi ikutannya adalah hanya kolong-

kolong yang bisa kami jangkau saja. Analisis dimensi kolong akan meliputi

jumlah dan luas kolong, usia kolong dan kondisi air kolong serta kondisi lahan

kritisnya.

1. Jumlah dan Luas Kolong

Hasil penelitian yang dilakukan selama KKN menunjukkan bahwa kolong paska

penambangan timah di desa Lumut yang bisa di teliti adalah sebanyak 43 kolong

dengan luas (..........) ha. Keberadaan kolong-kolong tersebut tersebar di dusun-

dusun yang ada di desa Lumut. Desa Lumut memiliki 7 dusun yaitu : Bukit Indah,

KD Belinyu, Parit Kelapa, Lumut, Sinkai, Gedong dan Tanjung Batu. Diantara

ketujuh dusun itu, hanya 5 dusun yang terdapat keberadaan kolongnya yaitu:

Bukit Indah, KD Belinyu, Parit Kelapa, Gedong dan Tanjung Batu. Sedangkan

Lumut dan Sinkai tidak kami temui selama penelitian.

Adapun konsentrasi kolong-kolong tersbeut yaitu dusun Gedong berjumlah 20

kolong, Dusun Tanjung Batu 8 kolong, dusun Parit Kelapa 7 kolong, Bukit Indah

4 kolong dan Dusun KD belinyu berjumlah 4 kolong.

2. Usia Kolong

Penelitian terhadap usia kolong kami simpulkan berdasarkan dari narasumber di

desa Lumut. Perkirakan umur kolong ini merupakan kolong-kolong yang

ditambang oleh masyarakat ataupun kolong bekas PT Timah yang ditambang

kembali oleh masyarakat desa Lumut dimana perkiraan tahunnya itu mulai sekitar

tahun 2004 atau 2005. Pada dasarnya penentuan umur kolong sangatlah sulit

untuk ditentukan dikarenakan informasinya yang kurang.

Kesulitan tersebut terutama lokasi kolong yang jauh dari pemukiman penduduk

dan sudah lamanya kolong tersebut ditinggalkan. Namun demikian, usaha yang

dilakukan untuk menemukan hubungan tersbeut dapat diidentifikasi dari kondsii

kolong dan lingkungan sekitarnya. Dari jumlah kolong yang terkumpul yaitu 43,

didapat kolong yang berumur 2 tahun yaitu berjumlah 5 kolong, Kolong yang

berumur 5 tahun berjumlah 3, Kolong yang beerumur 8 tahun berjumlah 13

kolong, kolong yang berumur 9 tahun berjumlah 1 dan kolong yang berumur 10

tahun berjumlah berjumlah 20 kolong. Kolong ini kami simpulkan umurnya

berdasarkan informasi dari narasumber dan kondisi kolong dan lingkungan

sekitarnya.

3. Kondisi Ikutan kolong

Kondisi ikutan dimaksudkan untuk melihat kejernihan air dan rawa-rawa, jenis

tanah/batuan, dan ragam vegetasi di sekitar kolong. Kejernihan air yang diaamati

berdasarkan kondisi warna air kolongnya. Secara deskriptif kondisi warna air

kolong di desa Lumut ini masih relatif jernih. Namun demikian, di beberapa

tempat tertentu dijumpai kolong yang mengalami kekeruhan disebabkan akibat

tailing dari aktivitas penambangan. Di samping itu, banyak juga kolong paska

penambangan timah yang terletak di rawa-rawa. Akibat penambangan yang

terdapat di rawa-rawa sungai mengakibatkan banyak hutan bakau yang mati

dikarenakan akarnya sensitif terhadap tailing. Kebanyakan kolong yang merusak

bakau ini terdapat di Dusun Gedong. Selain itu, tanah-tanah yang ada disekitar

kolong nampak gersang karena banyaknya pasir bekas tailing timah (Gambar 1.1).

Akan tetapi lahan yang berpasir itu kebanyakan telah ditanami pohon sawit.

Kondisi vegetasi yang terdapat di sekitar kolong paska penambangan timah dapat

diamati dalam tiga kategori, yaitu : (1) perkebunan rakyat, (2) reklamasi, dan (3)

tumbuhan liar. Kategori perkebunan rakyat yang terdapat disekitar kolong adalah

sawit. Bekas reklamasi yang pernah dilakukan PT Timah adalah pohon akasia,

akan tetapi kebnayakan pohon akasia terseeut sudah banyak yang ditebang oleh

masyarakat sekitar untuk dijual sebagai bahan kertas. Tumbuhan liar yang berada

disekitar kolong adalah rumput dan pohon-pohon kecil lainnya.

Gambar 1.1 Lahan Tambang Gersang

4. Analisis Kualitas Air Kolong

Berbagai penelitian tentang kualitas air kolong telah sering dilakukan baik oleh

Perguruan Tinggi maupun oleh dinas Instansi terkait. Permasalahan yang penting

dari kualitas air kolong adalah kandungan logam berat terutama kandungan timbal

(Pb), seng (Zn), dan Tembaga (Cu). Seperti diketahui bijih timah (Sn) tidak hanya

berdiri sendiri di alam tetapi banyak logam-logam ikutan. Oleh karena itu, paska

penambangan timah akan meninggalkan kolong yang mengandung logam berat.

Kandungan logam berat yang terdapat pada kolong paska penambangan timah di

wilayah Bangka Belitung dapat diidentifikasi dari total padatan tersuspensi (TSS).

Pada kenyataannya, kandungan logam berat akan berkurang melalui dua proses,

yaitu : (1) proses waktu dimana kolong berumur lebbih dari 15 tahun, dan (2)

proses pencucian dimana kolong yang mempunyai akses ke sungai atau laut.

Diketahui bahwa semakin tua usia kolong maka tingkat kekeruhan dan padatan

terlarut semakin berkurang. Oleh karena itu, pemulihan lahan atau kolong paska

penambangan timah akan membutuhkan waktu yang cukup lama. Selain itu

analisis kualitas air kolong dapat ditentukan berdasarkan nilai pH nya. Pada

penenlitian ini, kondisi air kolong ditentukan berdasarkan nilai pH nya

menggunakan indikator pH. Dari indikator ini akan didapat tingkat keasaman air

kolong apakah bersifat asam ataupun basa. Dari data diketahui jumlah kolong di

desa Lumut memiliki nilai pH berkisar dari 4 – 7. Umumnya tingkat keasaman

kolong di desa Lumut adalah 5, ini bisa dikatakan sedikit asam. Kolong dengan

nilai pH 4 berjumlah 1 kolong yang terdapat di Dusun Tanjung Batu, Kolong

dengan nilai pH 5 berjumlah 20 kolong, kolong dengan pH 6 berjumlah 21 kolong

dan yang memiliki nilai pH 7 adalah 1 kolong.

Deskripsi kondisi air kolong dilihat juga dari 3 parameter, yaitu warna, bau dan

rasanya.

4.1 Warna

Parameter warna yang digunakan dalam mendeskripsikan air kolong ini sangatlah

berkisar apakah keruh, jernih, kebiruan, kecoklatan, ataupun kemerahan. Kolong

yang memiliki kondisi airnya jernih berjumlah 16 kolong dimana salah satunya

terlihat seperti pada Gambar 6.2, keruh berjumlah 12 kolong dan yang lainnya

bervariasi.

Gambar 1.2 Air Kolong Jernih

4.2 Rasa

Parameter Rasa yang digunakan dalam mendeskripsikan rasa air kolong ini terdiri

dari Tidak Berasa, Asin ataupun Ayau. Air yang tidak berasa umumnya terdapat

jauh dari laut, sednagkan yang asin kolongnya dekat dengan laut dan yang

memiliki rasa ayau berarti kolong tersebut terletak di rawa-rawa. Kebanyakan

kolong yang terdapat di Lumut ini tidak berasa dengan jumlahnya 26 kolong.

Kolong yang terasa asin berjumlah 12 kolong, hal ini dikarenakan dekat dengan

laut.

4.3 Bau

Parameter bau yang digunakan dalam mendeskripsikan bau kolong ini terdiri dari

tidak berbau, bau lumpur ataupun bau laut. Kebanyakan kolong di desa Lumut ini

tidak berbau jumlahnya yaitu 36 kolong, satu berbau lumupur dan sisanya bau

laut.

Status kolong

Keberadaan kolong-kolong ini yang terdapat di desa Lumut ada yang

dimanfaatkan dan ada juga yang tidak dimanfaatkan. Dari 43 kolong yang ada

hanya 9 kolong yang dimanfaatkan. Pemanfaatannya itu pun hanya sebatas untuk

pemandian saja. Sisanya yaitu sekitar 34 kolong belum dimanfaatkan oleh warga.

Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor yang ada apakah keberadaan kolongnya

yang jauh ataupun kondisi dari kolong tersebut yang tidak memungkinkan untuk

dimanfaatkan.

Gambar 1.3 Kolong Pemandian warga

Gambar 1.4 Kolong yang disedot oleh warga

Kolong Yang Berpotensi di Manfaatkan

Pemanfaatan kolong yang ada harus memperhatikan kondisi dari kolong tersebut

apakah kolong tersebut keberadaannya jauh dari perumahan warga ataupun

kondisi air kolong tersebut jelek. Dari 43 kolong yang ada di Desa Lumut 9

kolong dimanfaatkan oleh warga. Selain itu, kolong yang belum dimanfaatkan

oleh warga berjumlah 34 kolong. Dari ke 34 kolong ini ada sekitar 14 kolong

yang berpotensi untuk di manfaatkan jika dilihat dari pH, warna, rasa, bau dan

umur Kolong. Akan tetapi keberadaan kolong-kolong ini ada yang keberadaanya

dari pemukiman warga dan walaupun ada sangat rentan dengan banjir. Berikut ini

adalah kolong-kolongnya berpotensi untuk dimanfaatkan.

Parit Kelapa

Kolong Gedong

Kolong Gedong

Kolong Gedong

Kolong Gedong

Parit Kelapa