Dampak Buruk Pertambangan Di Desa Lumut
-
Upload
shndyie-dgraffindor-breadloved -
Category
Documents
-
view
26 -
download
0
description
Transcript of Dampak Buruk Pertambangan Di Desa Lumut
Kondisi Kolong di Desa Lumut Kecamatan Lumut
Pendahuluan
Akibat yang nyata dari kegiatan penambangan timah adalah terjadinya lubang
bekas penambangan timah yang menurut istilah di wilayah Bangka Belitung
adalah kolong. Kolong pasca penambangan timah telah terjadi sejak penambangan
timah dimulai, yang tersebar di beberapa kecmataan di wilayah Bangka-Belitung.
Penambangan dengan sistem tambang terbuka (tambang semprot) menyebabkan
terjadinya lubang-lubang yang pada umumnya terisi air sebagaimana layaknya
reservoir alam. Sumber air tersebut berasal dari air tanah, sungai, dan air hujan.
Pada dasarnya, kolong mempunyai potensi yang harus dikembangkan lebih lanjut
berdasarkan karakteristiknya masing-masing. Pemanfaatan kolong yang lebih
efesien diharapkan akan dapat mendorong pertumbuhan perekonomian
masyarakat dan pemerintah daerah. Dengan berfungsinya kolong secara optimal,
permasalahan setempat yang dihadapi masyarakat maupun pemerintah daerah
akan dapat dipecahkan dengan baik. Pemanfaatan kolong saat ini belum dilakukan
secara optimal mengingat hanya beberapa kolong yang sudah dimanfaatkan
terutama untuk irigasi/persawahan, perendaman lada putih, keramba/tambak ikan,
sumber air PDAM, dan keperluan PLN. Pemberdayaan kolong paska
penambangan timah akan optimal jika aspek fisik kolong dan aspek sosial-
ekonomi masyarakat di sekitar kolong dapat diidentifikasikan dengan baik. Aspek
fisik kolong tersebut meliputi parameter dimensi kolong, parameter aksebilitas
kolong, dan parameter kualitas air kolong. Sedangkan aspek sosial-ekonomi
masyarakat terutama untuk melihat kegiatan ekonomi dan keinginan masyarakat
terhadap kolong.
ASPEK FISIK KOLONG
Bagian ini akan menganalisis kolong berdasarkan aspek fisik yang meliputi :
umur, dimensi, aksebilitas, dan kualitas air kolong serta keberadaan hutan kritis
akibat penambangan timah. Aspek fisik ini diharapkan akan mampu melihat
kondisi dan kualitas kolong sehingga bisa menentukan kolong-kolong mana yang
memungkinkan untuk dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar kolong.
Pemberdayaan kolong paska penambangan timah dalam penelitian ini masih
bersifat umum karena tidak dilakukan penelitian yang lebih dalam, hanya melihat
dari pH air, Umur kolong dan aksessibilitasnya. Dengan demikian, pemberdayaan
kolong lebih melihat pada pemberdayaan yang lebih bersifat umum. Berikut akan
dianalisis berbagai aspek tersebut.
Kegiatan penambangan timah akan meninggalkan sisa-sisa aktivitas penambangan
yang berupa lubang paska penambangan timah yang oleh masyarakat wilayah
Bangka Belitung disebut kolong. Keberadaan kolong-kolong ini telah menjadi isu-
isu segar di kalangan masyrakat wilayah Bangka-Belitung. Oleh karena itu,
permasalahan kolong sangat menarik untuk diteliti terutama dari aspek fisik
kolong yang meliputi umur, dimensi, aksesibilitas, dan kualitas air kolong.
Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat sejauhmana pengaruh aspek tersebut
terhadap kondisi wilayah Bangka Belitung paska penambangan tiah. Penelitian
aspek fisik kolong ini dikhususkan di desa Lumut, Kecamatan Belinyu dimana
tempat peneliti melakukan KKN.
Analisis Dimensi Kolong
Penelitian aspek dimensi kolong sasarannya berupa penentuan dimensi kolong
terutama untuk mengetahui berapa banyak dan berapa luas kolong yang terdapat
di wilayah desa Lumut pasca penambangan timah serta akan dibahas kondisi
kolong yang mempengaruhi kebeardaan kolong tersebut. Penentuan kondisi
kolong paska penambangan timah dan kondisi ikutannya adalah hanya kolong-
kolong yang bisa kami jangkau saja. Analisis dimensi kolong akan meliputi
jumlah dan luas kolong, usia kolong dan kondisi air kolong serta kondisi lahan
kritisnya.
1. Jumlah dan Luas Kolong
Hasil penelitian yang dilakukan selama KKN menunjukkan bahwa kolong paska
penambangan timah di desa Lumut yang bisa di teliti adalah sebanyak 43 kolong
dengan luas (..........) ha. Keberadaan kolong-kolong tersebut tersebar di dusun-
dusun yang ada di desa Lumut. Desa Lumut memiliki 7 dusun yaitu : Bukit Indah,
KD Belinyu, Parit Kelapa, Lumut, Sinkai, Gedong dan Tanjung Batu. Diantara
ketujuh dusun itu, hanya 5 dusun yang terdapat keberadaan kolongnya yaitu:
Bukit Indah, KD Belinyu, Parit Kelapa, Gedong dan Tanjung Batu. Sedangkan
Lumut dan Sinkai tidak kami temui selama penelitian.
Adapun konsentrasi kolong-kolong tersbeut yaitu dusun Gedong berjumlah 20
kolong, Dusun Tanjung Batu 8 kolong, dusun Parit Kelapa 7 kolong, Bukit Indah
4 kolong dan Dusun KD belinyu berjumlah 4 kolong.
2. Usia Kolong
Penelitian terhadap usia kolong kami simpulkan berdasarkan dari narasumber di
desa Lumut. Perkirakan umur kolong ini merupakan kolong-kolong yang
ditambang oleh masyarakat ataupun kolong bekas PT Timah yang ditambang
kembali oleh masyarakat desa Lumut dimana perkiraan tahunnya itu mulai sekitar
tahun 2004 atau 2005. Pada dasarnya penentuan umur kolong sangatlah sulit
untuk ditentukan dikarenakan informasinya yang kurang.
Kesulitan tersebut terutama lokasi kolong yang jauh dari pemukiman penduduk
dan sudah lamanya kolong tersebut ditinggalkan. Namun demikian, usaha yang
dilakukan untuk menemukan hubungan tersbeut dapat diidentifikasi dari kondsii
kolong dan lingkungan sekitarnya. Dari jumlah kolong yang terkumpul yaitu 43,
didapat kolong yang berumur 2 tahun yaitu berjumlah 5 kolong, Kolong yang
berumur 5 tahun berjumlah 3, Kolong yang beerumur 8 tahun berjumlah 13
kolong, kolong yang berumur 9 tahun berjumlah 1 dan kolong yang berumur 10
tahun berjumlah berjumlah 20 kolong. Kolong ini kami simpulkan umurnya
berdasarkan informasi dari narasumber dan kondisi kolong dan lingkungan
sekitarnya.
3. Kondisi Ikutan kolong
Kondisi ikutan dimaksudkan untuk melihat kejernihan air dan rawa-rawa, jenis
tanah/batuan, dan ragam vegetasi di sekitar kolong. Kejernihan air yang diaamati
berdasarkan kondisi warna air kolongnya. Secara deskriptif kondisi warna air
kolong di desa Lumut ini masih relatif jernih. Namun demikian, di beberapa
tempat tertentu dijumpai kolong yang mengalami kekeruhan disebabkan akibat
tailing dari aktivitas penambangan. Di samping itu, banyak juga kolong paska
penambangan timah yang terletak di rawa-rawa. Akibat penambangan yang
terdapat di rawa-rawa sungai mengakibatkan banyak hutan bakau yang mati
dikarenakan akarnya sensitif terhadap tailing. Kebanyakan kolong yang merusak
bakau ini terdapat di Dusun Gedong. Selain itu, tanah-tanah yang ada disekitar
kolong nampak gersang karena banyaknya pasir bekas tailing timah (Gambar 1.1).
Akan tetapi lahan yang berpasir itu kebanyakan telah ditanami pohon sawit.
Kondisi vegetasi yang terdapat di sekitar kolong paska penambangan timah dapat
diamati dalam tiga kategori, yaitu : (1) perkebunan rakyat, (2) reklamasi, dan (3)
tumbuhan liar. Kategori perkebunan rakyat yang terdapat disekitar kolong adalah
sawit. Bekas reklamasi yang pernah dilakukan PT Timah adalah pohon akasia,
akan tetapi kebnayakan pohon akasia terseeut sudah banyak yang ditebang oleh
masyarakat sekitar untuk dijual sebagai bahan kertas. Tumbuhan liar yang berada
disekitar kolong adalah rumput dan pohon-pohon kecil lainnya.
Gambar 1.1 Lahan Tambang Gersang
4. Analisis Kualitas Air Kolong
Berbagai penelitian tentang kualitas air kolong telah sering dilakukan baik oleh
Perguruan Tinggi maupun oleh dinas Instansi terkait. Permasalahan yang penting
dari kualitas air kolong adalah kandungan logam berat terutama kandungan timbal
(Pb), seng (Zn), dan Tembaga (Cu). Seperti diketahui bijih timah (Sn) tidak hanya
berdiri sendiri di alam tetapi banyak logam-logam ikutan. Oleh karena itu, paska
penambangan timah akan meninggalkan kolong yang mengandung logam berat.
Kandungan logam berat yang terdapat pada kolong paska penambangan timah di
wilayah Bangka Belitung dapat diidentifikasi dari total padatan tersuspensi (TSS).
Pada kenyataannya, kandungan logam berat akan berkurang melalui dua proses,
yaitu : (1) proses waktu dimana kolong berumur lebbih dari 15 tahun, dan (2)
proses pencucian dimana kolong yang mempunyai akses ke sungai atau laut.
Diketahui bahwa semakin tua usia kolong maka tingkat kekeruhan dan padatan
terlarut semakin berkurang. Oleh karena itu, pemulihan lahan atau kolong paska
penambangan timah akan membutuhkan waktu yang cukup lama. Selain itu
analisis kualitas air kolong dapat ditentukan berdasarkan nilai pH nya. Pada
penenlitian ini, kondisi air kolong ditentukan berdasarkan nilai pH nya
menggunakan indikator pH. Dari indikator ini akan didapat tingkat keasaman air
kolong apakah bersifat asam ataupun basa. Dari data diketahui jumlah kolong di
desa Lumut memiliki nilai pH berkisar dari 4 – 7. Umumnya tingkat keasaman
kolong di desa Lumut adalah 5, ini bisa dikatakan sedikit asam. Kolong dengan
nilai pH 4 berjumlah 1 kolong yang terdapat di Dusun Tanjung Batu, Kolong
dengan nilai pH 5 berjumlah 20 kolong, kolong dengan pH 6 berjumlah 21 kolong
dan yang memiliki nilai pH 7 adalah 1 kolong.
Deskripsi kondisi air kolong dilihat juga dari 3 parameter, yaitu warna, bau dan
rasanya.
4.1 Warna
Parameter warna yang digunakan dalam mendeskripsikan air kolong ini sangatlah
berkisar apakah keruh, jernih, kebiruan, kecoklatan, ataupun kemerahan. Kolong
yang memiliki kondisi airnya jernih berjumlah 16 kolong dimana salah satunya
terlihat seperti pada Gambar 6.2, keruh berjumlah 12 kolong dan yang lainnya
bervariasi.
Gambar 1.2 Air Kolong Jernih
4.2 Rasa
Parameter Rasa yang digunakan dalam mendeskripsikan rasa air kolong ini terdiri
dari Tidak Berasa, Asin ataupun Ayau. Air yang tidak berasa umumnya terdapat
jauh dari laut, sednagkan yang asin kolongnya dekat dengan laut dan yang
memiliki rasa ayau berarti kolong tersebut terletak di rawa-rawa. Kebanyakan
kolong yang terdapat di Lumut ini tidak berasa dengan jumlahnya 26 kolong.
Kolong yang terasa asin berjumlah 12 kolong, hal ini dikarenakan dekat dengan
laut.
4.3 Bau
Parameter bau yang digunakan dalam mendeskripsikan bau kolong ini terdiri dari
tidak berbau, bau lumpur ataupun bau laut. Kebanyakan kolong di desa Lumut ini
tidak berbau jumlahnya yaitu 36 kolong, satu berbau lumupur dan sisanya bau
laut.
Status kolong
Keberadaan kolong-kolong ini yang terdapat di desa Lumut ada yang
dimanfaatkan dan ada juga yang tidak dimanfaatkan. Dari 43 kolong yang ada
hanya 9 kolong yang dimanfaatkan. Pemanfaatannya itu pun hanya sebatas untuk
pemandian saja. Sisanya yaitu sekitar 34 kolong belum dimanfaatkan oleh warga.
Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor yang ada apakah keberadaan kolongnya
yang jauh ataupun kondisi dari kolong tersebut yang tidak memungkinkan untuk
dimanfaatkan.
Gambar 1.3 Kolong Pemandian warga
Gambar 1.4 Kolong yang disedot oleh warga
Kolong Yang Berpotensi di Manfaatkan
Pemanfaatan kolong yang ada harus memperhatikan kondisi dari kolong tersebut
apakah kolong tersebut keberadaannya jauh dari perumahan warga ataupun
kondisi air kolong tersebut jelek. Dari 43 kolong yang ada di Desa Lumut 9
kolong dimanfaatkan oleh warga. Selain itu, kolong yang belum dimanfaatkan
oleh warga berjumlah 34 kolong. Dari ke 34 kolong ini ada sekitar 14 kolong
yang berpotensi untuk di manfaatkan jika dilihat dari pH, warna, rasa, bau dan
umur Kolong. Akan tetapi keberadaan kolong-kolong ini ada yang keberadaanya
dari pemukiman warga dan walaupun ada sangat rentan dengan banjir. Berikut ini
adalah kolong-kolongnya berpotensi untuk dimanfaatkan.
Parit Kelapa