DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP...

87
DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP KEBERAGAMAAN WARGA BINAAN SOSIAL (WBS) DI PANTI SOSIAL BINA INSAN BANGUN DAYA 2 CEGER JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Oleh Ai Dede Novian NIM: 109052000039 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H./2013 M.

Transcript of DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP...

Page 1: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL

TERHADAP KEBERAGAMAAN WARGA BINAAN

SOSIAL (WBS) DI PANTI SOSIAL BINA INSAN

BANGUN DAYA 2 CEGER JAKARTA TIMUR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

Ai Dede Novian

NIM: 109052000039

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H./2013 M.

Page 2: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL

TERHADAP KEBERAGAMAAN WARGA BINAAN

SOSIAL (WBS) DI PANTI SOSIAL BINA INSAN

BANGUN DAYA 2 CEGER JAKARTA TIMUR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

Ai Dede Novian

NIM: 109052000039

Pembimbing:

NIP: 19780114 200912 1 002

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H./2013 M.

Page 3: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL

TERHADAP KEBERAGAMAAN WARGA BINAAN SOSIAL (WBS) DI

PANTI SOSIAL BINA INSAN BANGUN DAYA 2 CEGER JAKARTA

TIMUR telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Kamis 29 Agustus

2013. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Studi Bimbingan dan

Penyuluhan Islam.

Jakarta, 29 Agustus 2013

Sidang Munaqosyah

Page 4: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 20 Juni 2013

Ai Dede Novian

Page 5: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

i

ABSTRAK

Ai Dede Novian

Dampak Bimbingan Mental Spiritual terhadap Keberagamaan Warga

Binaan Sosial (WBS) Di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger

Jakarta Timur

Warga binaan sosial (WBS) merupakan orang-orang penyandang masalah

kesejahteraan sosial (PMKS) hasil penertiban dan penjangkauan sosial.

Penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) tersebut meliputi gelandangan,

pengemis, pengamen, wanita tuna susila (WTS), waria, psycotik, jockey three in

one, parkir liar, pengedar kotak amal, penyandang cacat, pedagang asongan,

pemulung dan orang terlantar (Perda Provinsi DKI Jakarta No 8 Tahun 2007

tentang ketertiban umum).

Dalam banyak kajian bimbingan agama umumnya berkontribusi positif

bagi masyarakat. Misalnya dapat meningkatkan khualitas ibadah dan dapat

meningkatkan motivasi masyarakat dalam mengamalkan ajaran agama. Namun

penilaian penulis belum ada kajian yang membahas pada aspek dampak

bimbingan mental spiritual terhadap keberagamaan warga binaan sosial (WBS).

Hal ini dipandang penting karena pemulihan mental dan spiritual bagi warga

binaan sosial (WBS) merupakan kunci kesiapan individu menjalani hidupnya

secara normal.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif

deskriptif, yaitu informasi yang dikumpulkan dideskripsikan berdasarkan

ungkapan, cara berpikir, pandangan dan interpretasi para informan penelitian itu

sendiri, sehingga terungkapkan sampai dengan apa yang tersembunyi di balik

perilaku keberagamaan warga binaan sosial (WBS). Informan penelitian dalam

penelitian ini terdiri dari pembimbing, warga binaan sosial (WBS) dan pekerja

sosial yang ada di panti.

Metode yang digunakan pembimbing dalam bimbingan mental spiritual

yaitu metode ceramah, tanya jawab dan nonton bareng. Adapun materi yang

disampaikan mencakup seluruh ajaran agama Islam secara umum dalam segala

aspek kehidupan manusia. Dari penggunaan metode dalam penyampaian materi

proses bimbingan mental spiritual berjalan dengan cukup baik. Berdasarkan hasil

observasi dan wawancara penulis menemukan bahwa bimbingan mental spiritual

berdampak positif terhadap keberagamaan warga binaan sosial (WBS), baik dari

aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.

Page 6: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

i

ABSTRACT

Ai Dede Novian

Effect of mental spiritual guidance on social inmates’ religious behavior at

Bina Insan Bangun Daya 2 Social Institution Ceger East Jakarta.

Social inmates are people with social welfare issues which are taken in

during a social outreach or a raid. People with social welfare issue include

homeless drifters, beggars, street singers, whores, shemales, psychotic, three in

one jockey, illegal parker, illegal street fundraiser, peoples with disabilities,

hawkers, scavengers, and displaced persons. (DKI Jakarta Province regulation No

8 year 2007 concerning public order).

In many discussions, religious guidance generally contributes positively to

the society. For example, it can improve their worship quality and public

motivation to practice their dogma. However, based on writer’s evaluation, there

has not been any study that examines the effect of mental spiritual guidance on

social inmates’ religious behavior. This is important because mental and spiritual

recovery of inmates is the key to their readiness to live normally.

Research method that is used in this study is descriptive qualitative, in

which information gathered is described based on research informants’

expression, way of thinking, view, and interpretation, so that what lies behind

religious behavior of social inmates is revealed. Research informants in this study

are advisers, social inmates, and social workers in the institution.

Methods used by advisers in guiding inmates mentally and spiritually are

through lecturing, discussing, and watching movie. The content material given

includes all general islam dogma in every aspect of human life. The use of method

and the process of the guidance run well. Based on writer’s observation and

interview, she found that mental and spiritual guidance contributes positively to

social inmates’ religious behavior on cognitive, affective, and psychomotoric

aspect.

Page 7: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena atas

nikmatNya penulis selalu diberikan kesehatan. Shalawat serta salam semoga

selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis

diberikan kemudahan dan kelancaran dalam penyusunan skripsi yang berjudul

“Dampak Bimbingan Mental Spiritual terhadap Keberagamaan Warga

Binaan Sosial (WBS) Di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger

Jakarta Timur.”

Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah mendapatkan banyak bantuan

dari berbagai pihak. Terutama dari orang tua bapak Odih Muhidin dan umi Yanti,

terima kasih yang tak terhingga untuk kasih sayang kalian yang tak henti-hentinya

mendoakan dan mendukung penulis. Selain itu, penulis juga ingin mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Dr. Arif Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan

Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. Sugiharto, MA selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan

Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus dosen penguji skripsi ini.

Page 8: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

iii

4. Kholis Ridho, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan

waktu untuk memberikan pengarahan, masukan dan motivasi kepada

penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Drs. H. Mahmud Jalal, MA selaku dosen penguji skripsi ini, terima

kasih untuk masukannya.

6. Terima kasih untuk Kementrian Agama Republik Indonesia yang telah

memberikan beasiswa kepada kami.

7. Nurul Hidayati, M.Pd selaku dosen Penasehat Akademik, M. Lutfi,

MA, Ade Irma Soleha, Asep Usman Ismail dan para dosen Bimbingan

dan Penyuluhan Islam yang telah mengajarkan ilmunya dengan tulus

dan ikhlas,

8. Purwono, SH. M.Si selaku Kepala Panti Sosial Bina Insan Bangun

Daya 2 Ceger Jakarta Timur yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk melakukan penelitian di panti.

9. Abdul Khair, S.Ag. M.Si selaku Kepala Sub Bagian Tata Usaha,

terima kasih atas kebaikan dan arahannya.

10. Muhammad Kurniawan, S.Sos, Lukman Hakim, Rahma dan semua

Pekerja Sosial, terima kasih atas kebaikan kalian telah membantu dan

mendampingi penulis selama penelitian di panti.

11. Ustadz Ahmad Munzir dan para warga binaan sosial (WBS), terima

kasih untuk informasi yang kalian berikan.

12. Kepada kakak-kakak ku, A Iyad, A Agus, A Umar dan A Apik terima

kasih untuk motivasinya. Keponakan ku yang ganteng-ganteng yang

Page 9: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

iv

selalu memberikan keceriaan dan kakak ipar ku yang cantik-cantik.

Thanks for all.

13. Teman-teman BPI/K 2009 (Koplakers) semuanya yang telah bersama-

sama mengarungi suka duka menjadi mahasiswa beasiswa. Spesial

terima kasih untuk Peppy Mutawallie yang selalu memberikan

motivasi dan menemani penulis dari awal hingga akhir penyusunan

skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang

tidak bisa disebutkan satu persatu, semoga Allah SWT memberikan balasan yang

terbaik untuk kalian semua. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat kepada penulis

khususnya dan pembaca pada umumnya. Kritik dan saran yang membangun

sangat penulis harapkan.

Ciputat, 20 Juni 2013

Ai Dede Novian

Page 10: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK .......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah................... ...................... 7

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ................................. 7

D. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 8

E. Metodologi Penelitian ................................................................ 10

F. Sistematika Penulisan ................................................................ 14

BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................... 16

A. Dampak ...................................................................................... 16

B. Bimbingan Mental Spiritual ........................................................ 16

1. Pengertian Bimbingan .......................................................... 16

2. Pengertian Mental ................................................................ 22

3. Pengertian Spiritual .............................................................. 28

C. Keberagamaan ............................................................................ 30

1. Pengertian Keberagamaan ..................................................... 30

2. Perkembangan Jiwa Keagamaan pada Manusia .................. 30

3. Kriteria Orang yang Matang Beragama ............................... 33

4. Sikap Keagamaan ................................................................. 36

Page 11: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

vi

5. Tingkah Laku Kegamaan ..................................................... 38

6. Ketaatan Beragama .............................................................. 40

D. Motivasi yang Melahirkan Tingkah Laku Keagamaan .............. 42

BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA ............................................... 45

A. Profil Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger ................ 45

B. Kelembagaan Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger ... 46

C. Program Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger .......... 50

BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA ............................................... 52

A. Karakteristik Informan ............................................................... 52

B. Kegiatan Bimbingan Mental Spiritual ....................................... 57

C. Analisa Data ............................................................................... 64

BAB V PENUTUP ........................................................................................ 67

A. Kesimpulan ................................................................................ 67

B. Saran ........................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 69

LAMPIRAN

Page 12: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masyarakat modern yang serba kompleks, sebagai produk dari

kemajuan teknologi, mekanisme, industrialisasi dan urbanisasi, memunculkan

banyak masalah sosial. Maka adaptasi atau penyesuaian diri tehadap

masyarakat modern yang hyperkompleks itu menjadi tidak mudah. Kesulitan

mengadakan adaptasi dan adjusment menyebabkan kebingungan, kecemasan

dan konflik-konflik, baik yang terbuka dan eksternal sifatnya, maupun yang

tersembunyi dan internal dalam batin sendiri, sehingga banyak orang

mengembangkan pola tingkah laku menyimpang dari norma-norma umum,

atau berbuat semau sendiri, demi kepentingan sendiri dan mengganggu atau

merugikan orang lain.1

Pada umumnya masalah sosial ditafsirkan sebagai suatu kondisi yang

tidak diinginkan oleh sebagian besar warga masyarakatnya. Hal itu

disebabkan karena gejala tersebut merupakan kondisi yang tidak sesuai

dengan harapan atau tidak sesuai dengan norma dan nilai serta standar moral

yang berlaku. Lebih dari itu, suatu kondisi juga dapat dianggap sebagai

masalah sosial karena menimbulkan berbagai penderitaan dan kerugian baik

fisik maupun non fisik. Salah satu masalah sosial yang sangat krusial adalah

masalah kemiskinan.2

1 Kartini Kartono, Patologi Sosial Jilid 1 (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1981), h.

v. 2 Drs. Soetomo, Masalah Sosial dan Pembangunan (Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya

1995), cet.1, h. 1.

Page 13: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

2

Di Indonesia masalah kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial

yang senantiasa relevan untuk dikaji terus menerus. Ini bukan saja karena

masalah kemiskinan telah ada sejak lama dan masih hadir di tengah-tengah

kita saat ini, melainkan pula karena kini gejalanya semakin meningkat sejalan

dengan krisis multidimensional yang masih dihadapi oleh Bangsa Indonesia.3

Masalah kemiskinan di Indonesia saat ini dirasakan sangat mendasar

untuk ditangani, salah satu ciri umumnya adalah kondisi masyarakatnya yang

miskin tidak memiliki sarana dan prasarana, dan pemukiman yang tidak

memadai, kualitas lingkungan yang kumuh dan tidak layak huni. Sehingga

banyak terjadi penyandang masalah kesejahteraan sosial, dimana masalah

kemiskinan adalah merupakan faktor utama. Kemiskinan pula merupakan

akibat dari sifat malas, kurangnya kemampuan intelektual, kelemahan fisik,

kurangnya keterampilan dan rendahnya kemampuan untuk menanggapi

persoalan disekitarnya.4

Berdasarkan studi SMERU Suharto (2004: 7-8) menunjukkan sembilan

kriteria yang menandai kemiskinan:

1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (pangan, sandang

dan papan).

2. Ketiadaan akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan,

pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi).

3. Ketiadaan jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk

pendidikan dan keluarga).

3 Edi Suharto, Membangun Masyarakat, Memberdayakan Masyarakat (Bandung: PT.

Refika Aditama, 2005), h. 131.

4 Drs. Soetomo, Masalah Sosial dan Pembangunan, h. 126.

Page 14: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

3

4. Kerentaan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massal.

5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan keterbatasan sumber alam.

6. Ketidakterlibatan dalam kegiatan sosial masyarakat.

7. Ketiadaan akses terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian yang

berkesinambungan.

8. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.

9. Ketidamampuan dan ketidakberuntungan sosial (anak terlantar, wanita

korban tindak kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marjinal

dan terpencil).5

Menurut David Cox dalam Edi Suharto membagi kemiskinan dalam

empat dimensi:

1. Kemiskinan yang diakibatkan globalisasi. Globalisasi menghasilkan

pemenang dan yang kalah. Pemenang umumnya adalah negara-negara

maju. Sedangkan negara-negara berkembang seringkali semakin

terpinggirkan oleh persaingan dan pasar bebas yang merupakan prasyarat

globalisasi.

2. Kemiskinan yang berkaitan dengan pembangunan. Kemiskinan subsisten

(kemiskinan akibat rendahnya pembangunan), kemiskinan pedesaan

(kemiskinan akibat peminggiran pedesaan dalam proses pembangunan),

kemiskinan perkotaan (kemiskinan yang diakibatkan oleh hakikat dan

kecepatan pertumbuhan perkotaan).

3. Kemiskinan sosial. Kemiskinan yang dialami oleh perempuan, anak-anak,

dan kelompok minoritas.

5Edi Suharto, Membangun Masyarakat, Memberdayakan Masyarakat, h. 132.

Page 15: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

4

4. Kemiskinan konsekuensial. Kemiskina yang terjadi akibat kejadian-

kejadian lain atau faktor-faktor eksternal di luar si miskin, seperti konflik,

bencana alam, kerusakan lingkungan dan tingginya jumlah penduduk.6

Penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) jalanan sebagai

akibat dari kemiskinan, urbanisasi, terbatasnya lapangan pekerjaan,

pendidikan rendah dengan keterampilan terbatas, sehingga perlu penertiban

sosial dan panti sosial. Di Jakarta sendiri penyandang masalah kesejahteraan

sosial (PMKS) cenderung meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya

permasalahan sosial yang dihadapi. Para penyandang masalah kesejahteraan

sosial (PMKS) tidak mempunyai skill (tidak berkualitas). Mayoritas dari

mereka adalah para gelandangan, pengemis, pengamen, WTS (wanita tuna

susila), waria, joki three in one, parkir liar, pengedar kotak amal, psycotik,

penyandang cacat, asongan, pemulung, orang terlantar dan penyandang

masalah kesejahteraan sosial (PMKS) lainnya.7

Penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) yang terkena

penertiban sosial dibawa ke panti sosial untuk diberikan berbagai layanan

sosial, salah satunya yaitu bimbingan mental spiritual. Bimbingan mental

spiritual adalah serangkaian kegiatan atau tuntunan untuk dapat memahami

diri sendiri dan orang lain dengan cara mempelajari berbagai ilmu

pengetahuan khususnya tentang ilmu keagamaan yang didukung dengan

6 Edi Suharto, Membangun Masyarakat, Memberdayakan Masyarakat, h. 133.

7 Brosur Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger.

Page 16: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

5

pelatihan dan pemahaman cara berpikir positif serta praktik kegiatan ibadah,

demi terwujudnya kebahagiaan di dunia dan akhirat.8

Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

keberagamaan warga binaan sosial (WBS) adalah melalui bimbingan mental

spiritual. Bimbingan mental spiritual dapat dilakukan dengan berbagai cara

baik secara materiil maupun moril dalam meningkatkan kualitas

keberagamaan. Artinya bimbingan mental spiritual diharapkan dapat

meningkatkan keberagamaan sehingga dapat dipastikan warga binaan sosial

(WBS) akan mengamalkan ajaran-ajaran religi sebagai kendali dalam

hidupnya.

Keagamaan dalam pengertian Glock and Stark (1996) seperti yang di

kutip oleh Djamaludin Ancok adalah keberagamaan atau religiusitas

diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Aktivitas beragama

bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual (beribadah),

tetapi juga ketika melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan

supranatural. Bukan hanya yang berkaitan dengan aktivitas yang tampak dan

dapat dilihat mata, tapi juga aktivitas yang tidak tampak dan terjadi dalam

hati seseorang. Karena itu keberagamaan seseorang akan meliputi berbagai

macam sisi atau dimensi. Dengan demikian agama adalah sebuah sistem yang

berdimensi banyak, yaitu sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai dan

sistem perilaku yang terlambangkan, yang semuanya itu berpusat pada

persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi (ultimate

meaning). Karenanya perilaku keagamaan sesungguhnya merupakan ekspresi

8 Abdul Rahman dan Nuhri Sulaeman, Panduan Bimbingan Mental Spiritual (Jakarta:

Kementrian Sosial, 2011), h. 1.

Page 17: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

6

jiwa yang terlihat pada sikap dan perilaku para pemeluk agama atau suatu

sistem, simbol yang terlaksana dari berbagai dimensi keagamaan.9

Dari pemaparan di atas dapat penulis simpulkan bahwa perilaku

keagamaan seseorang tidak hanya bisa dilihat dari kegiatan ritual ibadahnya

saja, baik yang nampak maupun tidak nampak. Tetapi juga dari kegiatan-

kegiatan lain dalam kehidupan sehari-hari, seperti bersosialisasi antar sesama

manusia dan mematuhi norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Dari hasil pengamatan awal penulis pada Panti Sosial Bina Insan

Bangun Daya 2 Ceger terdapat bimbingan mental spiritual, tetapi nampaknya

bimbingan tersebut masih bersifat formal yang hanya dibutuhkan dalam

sebuah lembaga pembinaan. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan

di Yayasan Amal Mulia Cipulir pada lansia, disana terdapat bimbingan rohani

Islam secara rutin setiap seminggu sekali. Penelitian lain juga dilakukan di

Panti Sosial Tresna Werda Budi Mulia 3 Ciracas, di panti ini terdapat

bimbingan Islam yang rutin setiap empat kali dalam seminggu.

Berdasarkan permasalahan kesejahteraan sosial warga binaan sosial

(WBS) yang berada di panti, maka penulis ingin mengkaji lebih dalam

mengenai keberagamaan mereka dengan melakukan penelitian dalam bentuk

skripsi yang judul “Dampak Bimbingan Mental Spiritual terhadap

Keberagamaan Warga Binaan Sosial (WBS) di Panti Sosial Bina Insan

Bangun Daya 2 Ceger Jakarta Timur”.

9 Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islam: Solusi Islam atas

Problem-problem Psikologi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), h. 76.

Page 18: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

7

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Dari sekian banyak layanan sosial yang dilaksanakan di Panti Sosial

Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger, penulis membatasi layanan sosial pada

aspek bimbingan mental spiritual dengan warga binaan sosial (WBS)

yakni mengetahui dampak bimbingan mental spiritual terhadap

keberagamaan warga binaan sosial (WBS).

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rincian masalah

dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana proses bimbingan mental spiritual warga binaan sosial

(WBS) di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger?

2. Bagaimana dampak bimbingan mental spiritual terhadap keberagamaan

warga binaan sosial (WBS)?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui dan menganalisa proses bimbingan mental spiritual

warga binaan sosial (WBS) di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2

Ceger.

b. Untuk mengetahui dan menganalisa dampak bimbingan mental spiritual

terhadap warga binaan sosial (WBS).

Page 19: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

8

2. Manfaat Penelitian

a. Secara akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan mengenai

proses bimbingan mental spiritual dan dampak bimbingan tehadap

perilaku keberagamaan warga binaan sosial (WBS) di Panti Sosial Bina

Insan Bangun Daya 2 Ceger.

b. Secara praktis

Hasil penelitian ini diharapkan:

Untuk bahan evaluasi dalam pelaksanaan layanan bimbingan

mental spiritual di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2

Ceger.

Untuk menambah rujukan tentang kajian bimbingan mental

spiritual dan hubungannya dengan keberagamaan warga binaan

sosial (WBS).

D. Tinjauan Pustaka

Dalam penyusunan skripsi ini sebelumnya penulis melakukan penelitian

lebih lanjut dan terdapat dua skripsi yang berhubungan dengan dampak

bimbingan terhadap keberagamaan, namun penulis pertegas perbedaan antara

masing-masing judul dan masalah yang dibahas antara lain:

1. Riduan Haryati NIM 9952017498, Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan

Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta 2003. Dengan judul skripsi “Pengaruh Bimbingan

Rohani Islam terhadap Perilaku Keberagamaan Lansia di Yayasan Amal

Mulia Cipulir Jakarta Selatan.” Dalam penelitian ini dijelaskan tentang

Page 20: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

9

pengaruh bimbingan rohani islam terhadap perilaku keberagamaan lansia,

materi bimbingan lebih difokuskan pada masalah ibadah khususnya shalat.

Minat lansia dalam mengikuti bimbingan sangat besar, karena selain untuk

mengisi waktu luang juga untuk mempersiapkan kehidupan di akhirat.

Dari penelitian ini bimbingan rohani islam berpengaruh terhadap perilaku

keberagamaan lansia. Para lansia menjadi lebih rajin dalam melaksanakan

shalat lima waktu, bahkan ada yang melaksanakan shalat lebih awal

sebelum waktunya, perasaan mereka juga menjadi lebih tenang dan

tentram. Metode penelitian yang digunakan adalah gabungan dari

kuantitatif dan kualitatif.

2. Mikkah Nismawati NIM 0052019834, Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan

Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta 2004. Dengan judul skripsi “Pengaruh bimbingan

islam terhadap perilaku keagamanaan manula di Panti Sosial Tresna

Werda Budi Mulia 3 Ciracas Jakarta Timur.” Dalam penelitian ini

dijelaskan tentang pengaruh bimbingan islam terhadap perilaku

keberagamaan manula, materi yang diberikan tentang bimbingan ibadah

praktis, yaitu meliputi praktik wudhu dan shalat, bimbingan aqidah dan

bimbingan akhlak. Metode yang digunakan ceramah dan nasihat serta

praktik ibadah. Dalam penelitian ini bimbingan islam berpengaruh

terhadap perilaku keberagamaan manula, hal ini terlihat dari motivasi

manula untuk mengamalkan apa yang didapat setelah mengikuti

bimbingan, baik dalam pelaksanaan ibadah shalat lima waktu maupun

Page 21: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

10

perbaikan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Metode penelitian

yang digunakan adalah deskriptif analisis.

Dari kedua penelitian di atas yang membedakan dengan penelitian ini

adalah dampak bimbingan mental spiritual terhadap keberagamaan bagi

warga binaan sosial (WBS) di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger

Jakarta Timur. Dalam penelitian ini membahas tentang bimbingan mental

spiritual serta hubungannya dengan keberagamaan warga binaan sosial

(WBS) yang berada di Panti Sosial Bina Insan Bagun Daya 2 Ceger Jakarta

Timur. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif.

E. Metodologi Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang

diterangkan sebelumnya, maka penelitian ini menggunakan jenis penelitian

kualitatif dengan pendekatan deskriptif, yaitu informasi yang dikumpulkan

dideskripsikan berdasarkan ungkapan, cara berpikir, pandangan dan

interpretasi para informan penelitian itu sendiri, sehingga terungkapkan

sampai dengan apa yang tersembunyi di balik perilaku keberagamaan

warga binaan sosial (WBS).10

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian berlokasi di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya

2 Jl. Raya Bina Marga Ceger No.48 Cipayung Jakarta Timur. Adapun

waktu penelitian dilaksanakan mulai dari 19 April 2013 s/d 27 Mei 2013.

10

Prof. Dr. Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif: Pendekatan Praktis Penulisan

Proposal dan Laporan penelitian (Malang: UMM Press, 2008), h. 154.

Page 22: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

11

3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah target informan yang dijadikan sumber data

dalam penelitian ini. Pengambilan informan dilakukan secara purposif

sampling, yaitu pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas ciri-ciri atau

sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.11

Subjek yang

dijadikan informan yaitu ustadz Ahmad Munzir sebagai pembimbing,

Muhammad Kurniawan dan Lukman Hakim sebagai pekerja sosial dan

Rowi, Ibarahim, Pebe Biyem, Idah, Alwi, Dedi Kusmana dan Eka

Krestianti sebagai warga binaan sosial (WBS) di Panti Sosial Bina Insan

Bangun Daya 2 Ceger.

4. Sumber Data

a. Data primer (primary data), adalah data yang dihimpun secara langsung

dari sumbernya dan diolah sendiri oleh lembaga bersangkutan untuk

dimanfaatkan. Data primer dapat berbentuk opini subjek secara

individual atau kelompok, dan hasil observasi terhadap karakteristik

benda (fisik), kejadian, kegiatan dan hasil suatu pengujian tertentu. Ada

dua metode yang dipergunakan untuk pengumpulan data primer, yaitu

melalui observasi dan wawancara.

b. Data sekunder (secondary data), adalah data penelitian yang diperoleh

secara tidak langsung melalui media perantara (dihasilkan pihak lain)

atau digunakan oleh lembaga lainnya yang bukan merupakan

pengolahnya, tetapi dapat dimanfaatkan dalam suatu penelitian

11

Prof. Dr. Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif: Pendekatan Praktis Penulisan Proposal

dan Laporan penelitian, h. 89.

Page 23: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

12

tertentu.12

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah

brosur, left let, buku panduan dan data-data kelembagaan dari Panti

Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Wawancara

Wawancara adalah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih

secara langsung.13

Wawancara dilakukan dengan cara face to face atau

berhadapan langsung dengan pembimbing bimbingan mental spiritual

yaitu ustadz Ahmad Munzir, pekerja sosial yaitu Muhammmad

Kurniawan S.Sos, Lukman Hakim dan warga binaan sosial (WBS)

yaitu Rowi, Ibarahim, Pebe Biyem, Idah, Alwi, Dedi Kusmana dan Eka

Krestianti.

b. Observasi

Observasi yaitu aktivitas pengamatan meliputi kegiatan

pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan alat

indera.14

Dalam penelitian ini, observasi dilakukan dengan cara

berkunjung langsung ke Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger

dan mengikuti kegiatan bimbingan mental spiritual untuk memperoleh

12

Rosady Ruslan, Metode Penelitian Publik Relations dan Komunikasi (Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada, 2006), h. 137-139. 13

Prof. Dr. Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial

Edisi 2 (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 55 14

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Ssuatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT.

Rineka Karya, 1996), h. 145.

Page 24: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

13

data penelitian. Peneliti melakukan kunjungan minimal 2 kali dalam

seminggu selama 2 bulan.

c. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah dengan

pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Data-

data yang diperoleh berhubungan dengan masalah penelitian, baik dari

sumber, dokumen formal, buku-buku, artikel dan lain sebagainya.15

Dokumen dalam penelitian ini terdiri dari brosur, left let, buku panduan

dan data-data kelembagaan dari Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2

Ceger.

6. Teknik Analisa Data

Data atau informasi yang telah dikumpulkan perlu diuji

keabsahannya melalui teknik-teknik berikut:

a. Triangulasi metode, yaitu menguji data atau informasi dengan

menggunakan metode yang berbeda.

b. Triangulasi peneliti, yaitu memeriksa data atau informasi dengan

peneliti yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk menguji kejujuran,

subjektivitas dan kemampuan merekam data oleh peneliti di lapangan.

c. Triangulasi sumber, yaitu membandingkan hasil wawancara dengan isi

suatu dokumen yang berkaitan. Hasil dari perbandingan yang

diharapkan adalah berupa kesamaan atau alasan-alasan terjadinya

perbedaan.

15

Prof. Dr. Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial

Edisi 2, h. 69.

Page 25: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

14

d. Triangulasi situasi, yaitu bagaimana penuturan seorang responden jika

dalam keadaaan ada orang lain dibandingkan dengan dalam keadaan

sendiri.

e. Triangulasi teori, yaitu apakah ada hubungan penjelasan dan analisis

atau tidak antara satu teori dengan teori yang lain terhadap data hasil

penelitian.16

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi

triangulasi sumber, yaitu melakukan pengecekan data antara pembimbing,

pekerja sosial dan warga binaan sosial (WBS) dan triangulasi situasi, yaitu

melakukan pengecekan terhadap kenyataan lapangan dengan penuturan

pembimbing, pekerja sosial dan warga binaan sosial (WBS).

7. Teknik Penulisan Skripsi

Dalam penulisan ini peneliti menggunakan teknik penulisan yang

didasarkan pada buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi,

Tesis, dan Disertasi), yang diterbitkan oleh CeQDA (Center For

Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tahun 2007.

F. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN, yang terdiri dari latar belakang masalah,

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan

pustaka, dan metodologi penelitian.

BAB II TINJAUAN TEORITIS, yang terdiri dari landasan teori yaitu

dampak, bimbingan mental spiritual, keberagamaan yang meliputi: kriteria

16

Prof. Dr. Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif: Pendekatan Praktis Penulisan Proposal

dan Laporan penelitian, h. 68.

Page 26: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

15

orang yang matang beragama, sikap keagamaan, tingkah laku keagamaan dan

ketaatan beragama. Motivasi yang melahirkan tingkah laku keagamaan.

BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA, yang terdiri dari Profil Panti

Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger yang meliputi: latar belakang

berdirinya. Kelembagaan Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger yang

meliputi: visi dan misi, dasar hukum, susunan organisasi Panti Sosial Bina

Insan Bangun Daya 2 Ceger, kedudukan, tugas dan fungsi. Program Panti

Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger.

BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA, yang berisi tentang temuan data

yang terdiri dari karakteristik informan, kegiatan bimbingan mental spiritual,

analisa data dan pembahasan analisa data.

BAB V PENUTUP, yang meliputi uraian kesimpulan dan saran.

Page 27: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

16

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Dampak

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dampak adalah pengaruh kuat

yang mendatangkan akibat (baik negatif maupun positif).1 Bimbingan mental

spiritual merupakan salah satu layanan sosial terhadap warga binaan sosial

(WBS) yang ada di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger. Dengan

bimbingan mental spiritual ini diharapkan bisa memberikan dampak positif

terhadap warga binaan sosial (WBS) terutama terhadap keberagamaannya,

dengan keberagamaan yang kuat warga binaan sosial (WBS) dapat

menjalankan kehidupannya secara normal dan tidak kembali hidup di jalanan.

B. Bimbingan Mental Spiritual

1. Pengertian Bimbingan

Bimbingan dalam kamus besar adalah petunjuk, penjelasan, atau

tuntunan cara mengerjakan sesuatu.2

Secara etimologi, kata bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa

Inggris “guidance” yang berarti: “menunjukkan, memberi jalan,

menuntun, membimbing, membantu, mengarahkan, pedoman dan

petunjuk.” Kata dasar atau kata kerja dari “guidance” adalah “to guide”,

yang artinya “menunjukkan, menuntun, mempedomani, menjadi peetunjuk

1Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi

Ketiga (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 234. 2Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:

Balai Pustaka, 1994), cet. Ke-2, h. 580.

Page 28: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

17

jalan dan mengemudikan.” Dan yang paling umum digunakan adalah

pengertian memberikan bimbingan, bantuan dan arahan.3

Menurut Arthur J. Jones, seperti dikutip oleh DR. Tohari Musnamar

(1985 : 4)

“Bimbingan sebagai pertolongan yang diberikan oleh seseorang

kepada orang lain dalam hal membuat pilihan-pilihan, penyesuaian

diri dan pemecahan problem-problem. Tujuan bimbingan ialah

membantu orang tersebut untuk tumbuh dalam hal kemandirian dan

kemampuan bertanggung jawab bagi dirinya sendiri.”

DR. Moh Surya (1986 : 6) mengemukakan definisi bimbingan

sebagai berikut :

“Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus

menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing

agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri,

pengerahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat

perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan

lingkungan.”

Dari definisi yang dikutip di atas dapat diambil beberapa prinsip

sebagai berikut:

1. Bimbingan merupakan suatu proses yang berkesinambungan,

sehingga bantuan itu diberikan secara sistematis, berencana, terus

menerus dan terarah kepada tujuan tertentu.

2. Bimbingan merupakan proses membantu individu. Dengan

menggunakan kata “membantu” berarti dalam kegiatan bimbingan

tidak terdapat adanya unsur paksaan.

3. Bantuan diberikan kepada setiap individu yang memerlukannya dalam

proses perkembangannya. Artinya proses bimbingan ini memberikan

3Prof. H. M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama (Jakarta:

Golden Trayon Press, 1994), cet. Ke-5, h. 1.

Page 29: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

18

bantuannya kepada setiap individu, baik anak-anak, remaja, dewasa,

maupun orang tua.

4. Bantuan yang diberikan melalui pelayanan bimbingan bertujuan agar

individu dapat mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan

potensi yang dimilikinya.

5. Yang menjadi sasaran bimbingan adalah agar individu dapat mencapai

kemandirian yakni tercapainya perkembangan yang optimal dan dapat

menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya.

6. Untuk mencapai tujuan bimbingan sebagaimana dikemukakan di atas,

digunakan pendekatan pribadi atau kelompok dengan memanfaatkan

berbagai teknik dan media bimbingan.

7. Layanan bimbingan dengan menggunakan berbagai macam media dan

teknik tersebut dilaksanakan dalam suasana asuhan yang normatif.

8. Untuk melaksanakan kegiatan bimbingan diperlukan adanya personil-

personil yang memiliki keahlian dan pengalaman khusus dalam

bidang bimbingan.4

Berdasarkan definisi bimbingan yang telah dikemukakan para ahli di

atas serta prinsip-prinsip yang terkandung di dalam pengertian bimbingan

maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah usaha membantu orang

lain dengan mengungkapkan dan membangkitkan potensi yang

dimilikinya. Sehingga dengan potensi itu ia akan memiliki kemampuan

untuk mengembangkan dirinya secara wajar dan optimal, yakni dengan

cara memahami dirinya, maupun mengambil keputusan untuk hidupnya,

4 Dra. Hallen A, Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Ciputat Pers , 2002) , h. 3-9.

Page 30: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

19

maka dengan itu ia akan dapat mewujudkan kemandirian diri, kehidupan

yang lebih baik, dengan demikian individu dapat bermanfaat baik bagi

dirinya sendiri maupun bagi lingkungannya.

Adapun secara umum tujuan bimbingan adalah membantu individu

mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai

kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Tujuan secara khusus sebagai

berikut:

a. Membantu individu agar tidak menghadapi masalah.

b. Membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapi.

c. Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan

kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik atau menjadi

lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya

dan orang lain.5

Fungsi bimbingan adalah sebagai berikut:

a. Pemahaman, yaitu membantu individu mengembangkan potensi

dirinya secara optimal.

b. Preventif, yaitu mencegah klien agar tidak melakukan perbuatan yang

bisa merugikan dan membahayakan dirinya.

c. Pengembangan, yaitu menciptakan situasi belajar yang kondusif dan

memfasilitasi perkembangan klien.

d. Perbaikan/penyembuhan, yaitu memberikan bantuan pada klien yang

sedang mengalami masalah, baik yang berkaitan dengan pribadinya,

sosial, belajar, maupun karirnya.

5 Aunur Rahman Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam (Yogyakarta: UII Press,

2001), cet ke-2, h. 35.

Page 31: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

20

e. Penyaluran, yaitu membantu klien agar mengembangkan potensi

dirinya sesuai dengan kemampuan pada bidang dan keahlian yang

dimilikinya.

f. Adaptasi, yaitu membantu klien agar dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungan, orang lain, tempat pendidikannya dan dimana ia tinggal.

g. Penyesuaian, yaitu membantu klien agar dapat menyesuaikan diri

dimanapun ia tinggal dan berada.6

Metode-metode yang biasa digunakan dalam bimbingan adalah

sebagi berikut:

a. Wawancara, yaitu cara atau teknik yang digunakan untuk mengetahui

mengenai fakta-fakta mental atau kejiwaan (psikis) yang ada pada diri

yang dibimbing dengan cara tanya jawab secara face to face.

b. Observasi, yaitu cara atau teknik yang digunakan untuk mengamati

secara langsung sikap dan perilaku yang tampak pada saat-saat

tertentu, yang muncul sebagai pengaruh dari kondisi mental atau

kejiwaannya.

c. Tes (kuisioner), yaitu merupakan serangkaian pertanyaan yang

disiapkan beberapa alternatif jawaban pilihan. Metode ini untuk

mengetahui fakta dan fenomena kejiwaan yang tidak bisa diperoleh

melalui wawancara dan observasi.

d. Bimbingan kelompok (Group Guidance), yaitu: teknik bimbingan

melalui kegiatan bersama (kelompok), seperti kegiatan diskusi,

ceramah, seminar dan sebagainya.

6Dr. Syamsu Yusuf dan Dr. A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling

(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), cet. Ke-2, h. 7.

Page 32: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

21

e. Psikoanalisis (analisa kejiwaaan), yaitu teknik yang digunakan untuk

memberikan penilaian terhadap peristiwa dan pengalaman kejiwaan

yang pernah dialami anak bimbingan. Misalnya perasaan takut dan

tertekan.

f. Non direktif (teknik tidak mengarahkan), dalam teknik ini

mengaktifkan klien dalam mengungkapkan dan memecahkan masalah

dirinya.

g. Direktif (bersifat mengarahkan), teknik ini dapat digunakan bagi klien

bimbingan dalam proses belajar.

h. Rasional-Emotif, dalam bimbingan ini dimaksudkan untuk mengatasi

pikiran-pikiran yang tidak logis yang disebabkan dorongan emosi

yang tidak stabil.

i. Bimbingan klinikal, yaitu dengan berorientasi pada kemampuan

personal secara keseluruhan baik jasmani maupun rohani.7

Selain metode yang diuraikan di atas, dalam perspektif Al-Quran ada

metode yang biasa dilakukan, yaitu: bil-hikmah, bil-mauidzah hasanah

dan bil-mujadalah. Seperti firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 125

yang berbunyi:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

7 Drs. M. Lutfi, MA, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhuan (Konseling) Islam

(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 122-133.

Page 33: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

22

Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa

yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-

orang yang mendapat petunjuk.”8

Ayat tersebut menjelaskan bahwa mengajak atau membimbing

manusia kepada jalan Allah, hendaknya disesuaikan dengan kondisi orang

yang dibimbing atau diajak, karena daya tangkap atau respon seseorang

terhadap ajaran yang disampaikan banyak dipengaruhi oleh realitas

kehidupan dan karakteristik diri pribadinya.

a. Metode “bil-hikmah”, metode ini digunakan dalam menghadapi

orang-orang terpelajar, intelek, dan memiliki tingkat rasional yang

tinggi, yang kurang yakin akan kebenaran ajaran agama.

b. Metode “bil mujadalah”, perdebatan yang digunakan untuk

menunjukkan dan membuktikan kebenaran ajaran agama, dengan

menggunakan dalil-dalil Allah yang rasional.

c. Metode “bil mauidzah”, dengan menunjukkan contoh yang benar dan

tepat, agar yang dibimbing dapat mengikuti dan menangkap dari apa

yang diterimanya secara logika dan penjelasan akan teori yang masih

baku.9

2. Pengertian Mental

Mental berasal dari kata Latin mens, mentis yang artinya jiwa,

sukma, roh, semangat.10

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

8 Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari (Jakarta: Pustaka

Azzam, 2009), h. 388-389. 9Drs. M. Lutfi, MA, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhuan (Konseling) Islam, h.

135-136. 10

Kartini Kartono, Hygiene Mental (Bandung: Mandar Maju, 2000), h. 3.

Page 34: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

23

mental diartikan sebagai suatu hal yang berhubungan dengan batin dan

watak manusia yang bukan bersifat tenaga.11

H. M. Arifin menyatakan, arti mental adalah sesuatu kekuatan yang

abstrak (tidak tampak) serta tidak dapat dilihat oleh panca indera tentang

wujud dan dzatnya, melainkan yang tampak adalah hanya gejalanya saja

dan gejala inilah yang mungkin dapat dijadikan sasaran penyediaan ilmu

jiwa atau lainnya.12

Mental adalah cara berfikir dan berperasaan berdasarkan nurani

petunjuk yang berasal dari agama, petunjuk atau pedoman hidup. Dalam

khasanah Islam, nafs sendiri banyak pengertian: jiwa (soul), nyawa, ruh,

konasi yang berdaya syahwat dan ghadhab, kpribadian dan substansi

psikofisik manusia. Namun maksud bahasan ini adalah pengertian terakhir,

dimana nafs memiliki natur gabungan jasadi dan rohani (psikofisik).13

M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky mengatakan bahwa, apabila hamba

Allah telah berhasil melakukan pendidikan dan pelatihan penyehatan,

pengembangan dan pemberdayaan jiwa (mental), seperti yang ditulis maka

ia akan dapat mencapai tingkat kejiwaan atau mental yang sempurna, yaitu

akan tersingkap;

1. Kesempurnaan Jiwa, yaitu integritasnya jiwa muthmainnah (yang

tentram), jiwa radhiyah (jiwa yang meridhoi) dan jiwa yang mardhiyah

(jiwa yang diridhoi) sehingga memiliki stabilitas emosional yang tinggi

11

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi

Ketiga (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 733. 12

H. M. Arifin, Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan Ruhaniah Manusia, (Jakarta:

Bulan Bintang, 1997), cet, ke-2, h. 17. 13

Muhammad Mahmud, „Ilm al-Nafs al-Ma‟ashir di Dha‟i al-Islam (Jeddah: Dar al-

Syuruq, 1984).

Page 35: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

24

dan tidak mudah mengalami stress, depresi dan frustasi. Jiwa ini akan

selalu mengajak pada fitrah Illahiyah Tuhannya. Indikasi hadirnya jiwa

ini akan terlihat pada perilaku, sikap dan gerak-geriknya yang tenang,

tidak tergesa-gesa, penuh pertimbangan dan perhitungan yang matang,

tepat dan benar, tidak terburu-buru untuk bersikap apriori dan

berprasangka negatif. Jiwa radhiyah akan mendorong diri bersikap

lapang dada, tawakkal, tulus, ikhlas dan sabar dalam mengaplikasikan

perintah Allah dan menjauhi seluruh larangan-Nya dan menerima

dengan lapang dada segala ujian dan cobaan yang datang dalam hidup

dan kehidupannya, dalam artian hampir-hampir tidak pernah mengeluh,

merasa susah, sedih dan takut menjalani kehidupan ini.14

Firman Allah

dalam Surat Yunus ayat 62-64.

Artinya: “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada

kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

(yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi

mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam

kehidupan} di akhirat. tidak ada perobahan bagi kalimat-kalimat

(janji-janji) Allah. yang demikian itu adalah kemenangan yang

besar.”15

Sedangkan jiwa mardhiyah adalah jiwa yang telah memperoleh

title dan gelar kehormatan dari Allah. Sehingga keimanan, keislaman

14

Notosoedirjo, Moeljono & Latipun, Kesehatan Mental: Konsep dan Penerapan,

(Malang: UMM Press, 2001), cet. Ke-2. 15

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya (Jakarta: Jamunu, 1969), h. 316.

Page 36: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

25

dan keikhsanannya tidak akan pernah mengalami erosi, dekadensi dan

distorsi. Dalam hal ini diberikan otoritas penuh kepada jiwa untuk

berbuat, berkarya dan beribadah di dalam ruang dan waktu Tuhannya

yang terlepas dari jangkauan makhluk.16

Allah berfirman dalam Surat

Al-Fajr ayat 27-30 yang berbunyi:

Artinya: “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu

dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam

jama'ah hamba-hamba-Ku. Masuklah ke dalam syurga-Ku.”17

2. Kecerdasan Uluhiyah, yaitu kemampuan fitrah seseorang hamba yang

shaleh untuk melakukan interaksi vertikal dengan Tuhannya;

kemampuan mentaati segala apa yang diperintahkan dan menjauhi diri

dari apa yang yang dilarang dan dimurkai-Nya serta tabah terhadap

ujian dan cobaan-Nya. Sehingga dengan kecerdasan ini akan terhindar

dari sikap menyekutukan Allah (syirik), sikap menganggap remeh

hukum-hukum-Nya atau sikap menunda-nunda diri untuk melakukan

kebaikan dan kebenaran (fasiq), sikap suka melanggar hukum Allah

(zhalim), sikap mendua dihadapan-Nya (nifaq), dan sikap suka

mengingkari atau mendustakan ayat-ayat-Nya (kufur). Kedekatan Allah

akan membuat hamba-Nya menyaksikan kebesaran dan kesucian-Nya

(ihsan) dengan interaksi vertikal yang bersifat transendental. Empirik

16

Notosoedirjo, Moeljono & Latipun, (Malang: UMM Press, 2001) 17

Prof. Dr. H. Mahmud Yunus, Tafsir Quran Karim (Jakarta: PT. Hidakarya Agung,

2004), cet. Ke-33. h. 903.

Page 37: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

26

dan hidup, bukan spekulasi dan ilusi.18

Allah berfirman dalam Surat

Qaaf ayat 16:

Artinya: “Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia

dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan kami lebih

dekat kepadanya daripada urat lehernya.”19

3. Kecerdasan Rububiyah, yaitu kemampuan fitrah seorang hamba yang

shaleh dalam memelihara dan menjaga diri dari hal-hal yang dapat

menghancurkan kehidupannya, mendidik diri agar menjadi hamba yang

pandai menemukan hakikat citra diri dengan kekuatan ilmu,

membimbing diri secara totalitas patuh dan tunduk kepada Allah SWT

serta dapat memberikan kerahmatan pada diri dan lingkungannya.

Menyembuhkan dan menyucikan diri dari penyakit dan gangguan yang

dapat melemahkan bahkan menghancurkan potensi jiwa, akal pikiran,

qalbu dan inderawi didalam menangkap dan memahami kebenaran-

kebenaran hakiki dengan melakukan pertaubatan perbaikan diri

seutuhnya.20

Allah berfirman dalam Surat An-Nisa: 108:

Artinya: “Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka

tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka, ketika

18

Notosoedirjo, Moeljono & Latipun, Kesehatan Mental: Konsep dan Penerapan,

(Malang: UMM Press, 2001), cet. Ke-2. 19

Syaikh Imam Al Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi (17) (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), h.

151. 20

Notosoedirjo, Moeljono & Latipun, Kesehatan Mental: Konsep dan Penerapan,

(Malang: UMM Press, 2001), cet. Ke-2.

Page 38: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

27

pada suatu malam mereka menetapkan Keputusan rahasia yang Allah

tidak redlai. dan adalah Allah Maha meliputi (ilmu-Nya) terhadap

apa yang mereka kerjakan.”21

4. Kecerdasan ubudiyah, yaitu kemampuan fitrah seseorang yang shaleh

dalam mengaplikasikan ibadah dengan tulus tanpa merasa terpaksa dan

dipaksa, akan tetapi menjadikan ibadah sebagai kebutuhan yang sangat

primer dan merupakan makanan bagi ruhani dan jiwanya, firman Allah

Al-Anbiyaa: 73 yang berbunyi:

Artinya: “Kami Telah menjadikan mereka itu sebagai

pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah kami

dan Telah kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan,

mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan Hanya kepada

kamilah mereka selalu menyembah.”22

.

5. Kecerdasan Khuluqiyah, ialah kemampuan fitrah seseorang yang shaleh

dalam berprilaku, bersikap dan berpenampilan terpuji. Dalam hal ini

terintegrasi dalam akhlak yang baik. Suatu perbuatan atau perilaku

dapat diikatakan sebagai akhlak, perbuatan timbul karena terpaksa atau

setelah dipikirkan atau dipertimbangkan secara matang, tidaklah disebut

akhlak. Akhlak Islamiyah mempunyai ciri yaitu kebaikannya bersifat

mutlak (al-khairiyah al-muthlaqah), kebaikannya bersifat menyeluruh

(as-salahiyyah al-„ammah), tetap, langgeng dan mantap, kewajiban

yang harus dipatuhi (al-ilzam al-mustajab), dan pengawasan

21

Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari (Jakarta: Pustaka

Azzam, 2009), h. 710. 22

Syaikh Imam Al Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi (17) (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), h.

815.

Page 39: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

28

menyeluruh (ar-raqabah al muhithah).23

Firman Allah dalam Surat al-

Qalam ayat 4:

Artinya: “Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti

yang agung.”24

Keterkaitan penjelasan di atas dengan penelitian ini yaitu bimbingan

mental diharapkan bisa menstabilkan emosi warga binaan sosial (WBS)

sehingga dengan demikian mereka mampu mengatasi stres, bersikap

lapang dada, tulus dan sabar serta mampu mentaati segala perintah Allah

dan menjauhi segala larangan-Nya.

3. Pengertian Spiritual

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia spiritual adalah sesuatu yang

berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan (rohani, batin).25

W. H.

Thomas mengemukakan pendapatnya melalui teori “The Four Wishes”,

“bahwa yang menjadi sumber kejiwaan agama (spiritual) adalah enam

macam keinginan dasar yang ada dalam jiwa manusia yaitu:

1. Keinginan untuk keselamatan (security)

2. Keinginan untuk mendapat penghargaan (recognition)

3. Keinginan untuk ditanggapi (response)

23

Notosoedirjo, Moeljono & Latipun, Kesehatan Mental: Konsep dan Penerapan,

(Malang: UMM Press, 2001), cet. Ke-2. 24

Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Ath-Thabari (Jakarta: Pustaka

Azzam, 2009), h. 321 25

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi

Ketiga (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 1087.

Page 40: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

29

4. Keinginan akan pengetahuan atau pengalaman baru (new

experience).26

Bimbingan spiritual diartikan oleh Yusuf sebagai proses pemberian

bantuan kepada individu agar memiliki kemampuan untuk

mengembangkan fitrahnya sebagai makhluk beragama (homo religions),

berperilaku sesuai dengan nilai-nilai agama (berakhlak mulia), dan

mengatasi masalah-masalah kehidupan melalui pemahaman, keyakinan,

dan praktik-praktik ibadah ritual agama yang dianutnya. Selanjutnya,

tujuan umjum bimbingan spiritual adalah kesadaran spiritualitasnya dalam

mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya. Noor berpendapat bahwa

tujuan utama intervensi spiritual (kerohanian/agama) dalam bimbingan

adalah untuk meningkatkan proses penyesuaian dan pertumbuhan spiritual

bimbingan. Hal ini terjadi karena bimbingan yang sehat spiritualnya akan

dapat berfungsi secara efektif dalam kehidupannya. Kategori intervensi

tersebut meliputi kognitif, afektif, tingkah laku dan interpersonal dengan

sang pencipta.

Berdasarkan uraian di atas dapat penulis simpulkan bimbingan

mental spiritual yaitu proses pemberian bantuan kepada individu untuk

senantiasa berperilaku sesuai dengan nilai-nilai agama (berakhlak mulia),

dan mampu menstabilkan emosi sehingga dengan demikian individu

tersebut mampu menjalani kehidupan secara normal.

26

Dr. Jalaluddin dan Dr. Ramayulis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Kalam

Mulia, 1993), cet. Ke-2, h. 25.

Page 41: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

30

C. Keberagamaan

1. Pengertian Keberagamaan

Keagamaan terwujud berdasarkan kesadaran dan pengalaman

beragama pada diri sendiri. Keagamaan merupakan interaksi secara

kompleks antara pengetahuan agama, perasaan agama dan perilaku

keagamaan dalam diri seseorang.27

Keagamaan juga merupakan ekspresi jiwa yang terlihat pada sikap

dan perilaku para pemeluk agama atau suatu sistem, simbol yang

terlaksana dari berbagai dimensi keagamaan, mulai dari dimensi

keyakinan, praktik agama, pengalaman, pengetahuan agama dan

pengamalan serta konsekuensinya.28

2. Perkembangan Jiwa Keagamaan pada Manusia

a. Perkembangan Jiwa Keagamaan pada Masa Dewasa

Kemantapan jiwa orang dewasa setidaknya memberikan

gambaran tentang bagaimana sikap keberagamaannya. Mereka sudah

memiliki tanggung jawab terhadap sistem nilai yang dipilihnya, baik

sistem nilai yang bersumber dari ajaran agama maupun yang

bersumber dari norma-norma lain dalam kehidupan. Pemilihan nilai-

nilai tersebut telah didasarkan atas pertimbangan pemikiran yang

matang. Berdasarkan hal ini, maka sikap keberagamaan seseorang di

usia dewasa sulit untuk diubah. Jika pun terjadi perubahan mungkin

proses itu terjadi setelah didasarkan atas pertimbangan yang matang.

27

Dr. H. Ramayulis, Pengantar Psikologi Agama, h. 83. 28

Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami: Solusi Islam atas

Problem-problem Psikologi, h. 76.

Page 42: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

31

Sejalan dengan tingkat perkembangan usianya, maka sikap

keberagamaan pada orang dewasa memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran

yang matang, bukan sekedar ikut-ikutan.

2. Cenderung bersifat realis, sehingga norma-norma agama lebih

banyak diaplikasikan dalam sikap dan tingkah laku.

3. Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama, dan

berusaha untuk mempelajari dan memperdalam pemahaman

keagamaan.

4. Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan

tanggung jawab diri hingga sikap keberagamaan merupakan

realisasi dari sikap hidup.

5. Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas.

6. Bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama sehingga

kemantapan beragama selain didasarkan atas pertimbangan

pikiran, juga didasarkan atas pertimbangan hati nurani.

7. Sikap keberagamaan cenderung mengarah kepada tipe-tipe

kepribadian masing-masing, sehingga terlihat adanya pengaruh

kepribadian dalam menerima, memahami serta melaksanakan

ajaran agama yang diyakininya.

8. Terlihat adanya hubungan antara sikap keberagamaan dengan

kehidupan sosial, sehingga perhatian terhadap kepentingan

organisasi sosial keagamaan sudah berkembang.29

29

Prof. Dr. Jalaluddin, Psikologi Agama Memahami Perilaku Keagamaan dengan

Mengaplikasikan Prinsip-prinsip Psikologi (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007), h. 106-108.

Page 43: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

32

b. Perkembangan Jiwa Keagamaan pada Masa Usia Lanjut

Pada usia ini manusia akan menghadapi sejumlah permasalahan.

Permasalahan pertama adalah penurunan kemampuan fisik hingga

kekuatan fisik berkurang, aktifitas menurun, sering mengalami

gangguan kesehatan, yang menyebabkan mereka kehilangan

semangat. Pengaruh dari kondisi penurunan kemampuan fisik ini

menyebabkan mereka yang berada pada usia lanjut merasa dirinya

tidak berharga atau kurang dihargai, sehingga dalam kondisi seperti

ini terkadang muncul semacam pemikiran bahwa mereka berada pada

sisa-sisa umur menunggu datangnya kematian. Perasaan takut kepada

kematian ini berdampak pada pembentukan sikap keagamaan dan

kepercayaan terhadap adanya kehidupan abadi (akhirat).30

Secara garis besar ciri-ciri keberagamaan di usia lanjut adalah:

1. Kehidupan keagamaan pada usia lanjut sudah mencapai tingkat

kemantapan.

2. Meningkatnya kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan.

3. Mulai muncul pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan akhirat

secara lebih sungguh-sungguh.

4. Sikap keberagamaan cenderung mengarah kepada kebutuhan saling

cinta antar sesama manusia, serta sifat-sifat luhur.

5. Timbul rasa takut kepada kematian yang meningkat sejalan dengan

pertambahan usia lanjutnya. 31

30

Jalaluddin, Psikologi Agama (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), cet ke-4, h.

97. 31

Prof. DR. Jalaluddin, Psikologi Agama Memahami Perilaku Keagamaan dengan

Mengaplikasikan Prinsip-prinsip Psikologi, h. 112-113.

Page 44: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

33

3. Kriteria Orang yang Matang Beragama

William James melihat adanya hubungan antara tingkah laku

keagamaan seseorang dengan pengalaman keagamaan yang dimilikinya.

Dalam bukunya The Varieties of Religious Experience William

James menilai secara garis besar sikap dan tingkah laku keagamaan dapat

dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu:

1. Tipe orang yang sakit jiwa (The Sick Soul)

Sikap keberagamaan orang yang sakit jiwa tidak didasarkan atas

kematangan beragama yang berkembang secara bertahap sejak usia

anak-anak hingga menginjak usia dewasa seperti lazimnya yang

terjadi pada perkembangan secara normal. Mereka meyakini suatu

agama dikarenakan oleh adanya penderitaan batin yang mungkin

diakibatkan oleh musibah, konflik batin atau sebab lainnya yang sulit

diungkapkan secara ilmiah.

Penderitaan yang dialami disebabkan oleh dua faktor utama yaitu

faktor intern dan faktor ekstern.

a. Faktor Intern

Faktor intern yang menjadi penyebab timbulnya sikap

keberagamaan yang tidak lazim ini adalah:

1. Temperamen

Temperamen merupakan salah satu unsur dalam

membentuk kepribadian manusia sehingga dapat tercermin dari

kehidupan kejiwaan seeorang. Tingkah laku yang didasarkan

Page 45: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

34

kondisi temperamen memegang peranan penting dalam sikap

keberagamaan seseorang.

2. Gangguan Jiwa

Sikap keagamaan dan pengalaman keagamaan yang

ditampikan oleh seseorang yang mengalami gangguan jiwa

ditampilkan tergantung dari gejala gangguan jiwa yang mereka

idap.

3. Konflik dan Keraguan

Konflik kejiwaan yang terjadi pada diri seseorang mengenai

keagamaan mempengaruhi sikap dan keyakinan keagamaannya.

Konflik dan keraguan ini dapat mempengaruhi sikap seseorang

terhadap agama seperti taat, fanatik ataupun agnostis hingga ke

atheis.

4. Jauh dari Tuhan

Orang yang dalam kehidupannya jauh dari agama, lazimnya

akan merasa dirinya lemah dan kehilangan pegangan saat

mengalami cobaan. Ia seakan merasa tersisih dari curahan

rahmat Tuhan. Perasaan ini mendorongnya untuk lebih dekat

dengan Tuhan serta berupaya mengabdikan diri secara sungguh-

sungguh. Hal ini menyebabkan terjadinya semacam perubahan

sikap keagamaan pada dirinya.

Pada umumnya orang yang mengalami kelainan kejiwaan

cenderung menampilkan sikap pesimis, introvet, menyenangi

Page 46: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

35

paham yang ortodoks dan mengalami proses keagamaan secara

nograduasi (proses pendadakan dan perubahan yang tiba-tiba).

b. Faktor Ekstern

1. Musibah

Terkadang musibah yang serius dapat mengguncangkan

kejiwaan seseorang. Keguncangan jiwa ini seringpula

menimbulkan kesadaran pada diri manusia berbagai macam

tafsiran. Bagi mereka yang semasa sehatnya kurang memiliki

pengalaman dan kesadaran agama yang cukup umumnya

menafsirkan musibah sebagai peringatan Tuhan kepada dirinya.

Tafsiran seperti sering memberi wawasan baru baginya untuk

kembali hidup ke jalan agama, sehingga semakin berat musibah

yang dialaminya akan semakin tinggi tingkat ketaatannya

kepada agama.

2. Kejahatan

Mereka yang menekuni kehidupan di lingkungan dunia

hitam, baik sebagai pelaku maupun sebagai pendukung

kejahatan, umumnya akan mengalami keguncangan batin dan

rasa berdosa. Persaan-perasaan tersebut biasanya mendorong

mereka untuk mencari penyaluran yang menurut penilaiannya

dapat memberi ketentraman batin. Lazimnya mereka akan

kembali pada agama. Kesadaran ini sering mendorong orang

untuk bertobat. Sebagai penebus terhadap dosa-dosa yang telah

Page 47: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

36

diperbuatnya, banyak orang-orang seperti ini kemudian menjadi

penganut agama yang taat dan fanatik.

2. Tipe Orang yang Sehat Jiwa (healty-minded-ness)

Ciri dan sifat agama pada orang yang sehat jiwa menurut W.

Starbuck yang dikemukakan oleh W. Houston Clark dalam bukunya

Religion Psychology adalah:

a. Optimis dan gembira

b. Ekstrovet dan tak mendalam. Mereka selalu berpandangan keluar

dan membawa suasana hatinya lepas dari ikatan ajaran keagamaan

yang terlampau rumit. Sebagai akibatnya, mereka kurang senang

mendalami ajaran agama.

c. Menyenangi ajaran ketauhidan yang liberal

Sebagai pengaruh kepribadian yang ekstrovet maka mereka

cenderung:

1. Menyenangi teologi yang luwes dan tidak kaku.

2. Menunjukkan prilaku keagamaan yang lebih bebas.

3. Tidak menyenangi implikasi penebusan dan kehidupan kebiaraan.

4. Bersifat liberal dalam menafsirkan pengertian ajaran agama.

5. Selalu berpandangan positif.32

4. Sikap Keagamaan

Sikap keagamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri

seseorang yang mendorong sisi orang untuk bertingkah laku yang

berkaitan dengan agama. Sikap keagamaan terbentuk karena adanya

32

Jalaluddin, Psikologi Agama Memahami Prilaku Keagamaan dengan Mengaplikasikan

Prinsip-prinsip Psikologi (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h. 123-131.

Page 48: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

37

konsistensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai komponen

kognitif, perasaan terhadap agama sebagai komponen afektif dan perilaku

terhadap agama sebagai komponen psikomotorik. Pembentukan sikap

keagamaan sangat erat kaitannya dengan perkembangan agama. Sikap

fanatis, sikap toleran, sikap pesimis, sikap optimis, sikap tradisional, sikap

modern, sikap fatalisme, dan sikap free will dalam beragama banyak

menimbulkan dampak negatif dan positif dalam meningkatkan kehidupan

individu dan masyarakat dalam beragama.33

Tiga komponen psikologis dalam sikap keagamaan:

a. Aspek kognitif

Kesadaran sikap beragama yang berkenaan dengan aspek kognitif

yaitu apabila seseorang mempercayai ajaran agama atas dasar

pertimbangan pemikiran yang matang, bukan sekedar ikut-ikutan. Hal

ini sesuai dengan pendapat Zakiah Daradjat bahwa:

“Kepercayaan tanpa pengertian yang diterimanya waktu kecil itu,

tidak memuaskan lagi, patuh dan tunduk kepada ajaran tanpa

komentar atau alasan tidak lagi menggembirakannya. Misalnya

seseorang dilarang melakukan sesuatu karena agama, ia tidak

puas kalau alasannya hanya dengan dalil-dalil dan hukum-hukum

mutlak yang diambilkan dari ayat-ayat kitab suci atau hadis-hadis

Nabi. Mereka ingin menjadikan agama, sebagai suatu lapangan

baru untuk membuktikan pribadinya, karenanya ia tidak mau lagi

beragama sekedar ikut-ikutan saja.”34

Jadi seseorang beragama itu berdasarkan atas kepercayaan ajaran

agama yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadis serta didasarkan

pada pertimbangan pemikiran yang matang.

33

Dr. H. Ramayulis, Pengantar Psikologi Agama (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 81-82. 34

Prof. DR. Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), h. 93.

Page 49: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

38

b. Aspek Konatif

Keadaan diri seseorang yang berkaitan dengan aspek konatif

adalah hal-hal yang berhubungan dengan kecenderungan berprilaku

atau bertindak terhadap ajaran agama, dalam arti kecenderungan untuk

mengamalkan ajaran agama.

c. Aspek Afektif

Keadaan diri seseorang yang berkenaan dengan aspek afektif

adalah apabila seseorang bersikap positif terhadap ajaran agama dan

norma-norma agama. Seseorang dikatakan bersikap positif terhadap

ajaran dan norma-norma agama apabila dalam dirinya terdapat rasa

kepedulian terhadap ajaran dan norma-norma agama itu sendiri.35

5. Tingkah Laku Kegamaan

Tingkah laku keagamaan adalah aktivitas manusia dalam kehidupan

didasarkan atas nilai-nilai agama yang diyakininya. Tingkah laku

kegamaan tersebut merupakan perwujudan dari rasa jiwa keagamaan

berdasarkan kesadaran dan pengalaman beragama pada diri sendiri.

Agama bagi manusia, memiliki kaitan yang erat dengan kehidupan

batinnya. Oleh karena itu kesadaran agama dan pengalaman agama

seseorang banyak menggambarkan sisi-sisi batin dalam kehidupan yang

ada kaitannya dengan sesuatu yang sakral dan dunia gaib. Dari kesadaran

dan pengalaman agama ini pula kemudian munculnya tingah laku

keagamaan yang diekspresikan seseorang.

35

Jalaluddin, Pengantar Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Kalam Mulia, 1998), h. 131.

Page 50: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

39

Tingkah laku keagamaan itu sendiri pada umumnya didorong oleh

adanya suatu sikap keagamaan yang merupakan keadaan yang ada pada

diri seseorang. Sikap keagamaan merupakan konsistensi antara

kepercayaan terhadap semua agama sebagai unsur kognitif, perasaan

terhadap agama sebagai unsur afektif, dan perilaku terhadap agama

sebagai unsur psikomotorik. Oleh karena itu, sikap keagamaan merupakan

interaksi secara kompleks antara pengetahuan agama, perasaan agama dan

tindak keagamaan dalam diri seseorang. Dengan sikap itulah akhirnya

lahir tingkah laku keagamaan sesuai dengan kadar ketaatan seseorang

terhadap agama yang diyakininya.36

Selanjutnya Glock and Stark menyatakan ada lima dimensi

keagamaan, yaitu:

1. Dimensi keyakinan, dimensi ini berisi pengharapan-pengharapan,

dimana orang beragama berpegang teguh pada pandangan teologis

tertentu dan mengakui doktrin-doktrin tersebut.

2. Dimensi praktik agama, dimensi ini mencakup perilaku pemujaan dan

ketaatan yang dilakukan seseorang untuk menunjukkan komitmen

terhadap agama yang dianutnya.

3. Dimensi pengalaman, yaitu memperhatikan fakta-fakta bahwa semua

agama mengandung pengharapan-pengharapan tertentu, persepsi-

persepsi dan sensasi-sensasi yang dialami seseorang.

36

Dr. H. Ramayulis, Pengantar Psikologi Agama, h. 83-84.

Page 51: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

40

4. Dimensi pengetahuan agama, yaitu mengacu kepada harapan bahwa

orang-orang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah

pengetahuan dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus dan tradisi-tradisi.

5. Dimensi pengamalan dan konsekuensi, yaitu mengacu pada

identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktik, pengalaman

dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari.37

6. Ketaatan Beragama

Ketaatan beragama membawa dampak positif terhadap kesehatan

mental. Karena seseorang yang taat beragama selalu mengingat Allah

SWT. Dengan banyak mengingat Allah jiwanya menjadi suci, dan untuk

mensucikan jiwa adalah salah satunya dengan beribadah. Semakin sering

seseorang melaksanakan ibadah, maka hatinya akan semakin tentram.

Menurut penelitian Webber pengaruh stratifikasi sosial terhadap sifat

agama seseorang sesuai dengan kedudukannya di masyarakat terbagi atas

beberapa macam, yaitu:

1. Golongan petani, lebih religius dibandingkan dengan golongan

masyarakat lainnya. Cara penyampaian ajaran ini sesuai dengan

lingkungannya dapat lebih dimengerti bila disesuaikan dengan

keadaan (ciri):

a. Dengan cara sederhana dan menghindari hal-hal yang abstrak.

b. Menggunakan lambang dan perumpamaan yang ada di lingkungan.

c. Tidak terikat dengan waktu dan tenaga.

37

Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami: Solusi Islam atas

Problem-problem Psikologi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994), h. 77-78.

Page 52: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

41

d. Kurang menyenangi menjadi penyebar agama yang aktif.

2. Golongan pengrajin dan pedagang kecil, sifat agamanya dilandasi

dengan perhitungan ekonomi dan rasional. Ketaatan beragam

golongan ini banyak dilandasi oleh unsur agama yang etis dan

rasional, sehingga unsur emosi kurang memainkan peranannya yang

penting.

3. Golongan karyawan, golongan ini memiliki kecenderungan religius

yang serba untung dan enak (opportunistic utilitarian) kecenderungan

yang demikian itu semakin beranjak sesuai dengan tingkat dan

kedudukannya, makin tinggi kedudukan seseorang ketaatan

beragamanya akan semakin cenderung berbentuk formalitas.

4. Golongan kaum buruh, ketaatan beragama bagi kaum buruh terutama

bagi yang tertindas lebih cenderung kepada etika pembebasan.

Keyakinan mereka terhadap agama banyak dipengaruhi oleh ajaran

yang memproyeksikan kepentingan mereka untuk menghindarkan

mereka dari penindasan sehingga ajaran agama yang bermotifkan

pembebasan lebih disenangi.

5. Golongan elit dan hartawan, golongan ini lebih cenderung ke arah

sifat santai. Perhatian mereka tentang sifat kasih sayang, kerendahan

hati, sosial, dosa maupun keselamatan sangat kecil, namun mereka

sangat haus akan kehormatan. Karena itu penundaan ajaran agama

yang selalu mengikat kebebasan bergerak dan tidak mendatangkan

Page 53: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

42

reputasi pribadi kurang disenangi. Selain itu golongan ini untuk

menunda pengabdian kepada ajaran agama disaat usia menua.38

D. Motivasi yang Melahirkan Tingkah Laku Keagamaan

Motivasi (bahasa Inggris: motive dari kata motion) adalah istilah yang

lebih umum digunakan untuk menggantikan “motif-motif” yang berarti

gerakan atau sesuatu yang bergerak sehingga kata motivasi ini erat

hubungannya dengan “gerak”, yakni gerakan yang dilakukan oleh manusia.

Dalam psikologi, motivasi ini berarti rangsangan atau dorongan untuk

bertingkah laku (Ramayulis, 2004:79).

Motivasi memiliki beberapa peran dalam kehidupan manusia,

diantaranya adalah:

a. Sebagai pendorong manusia dalam melakukan sesuatu.

b. Sebagai penentu arah dan tujuan.

c. Sebagai penyeleksi perbuatan yang akan dilakukan oleh manusia.

d. Sebagai penguji sikap manusia dalam berbuat, termasuk dalam perbuatan

beragama.39

Menurut Nico Syukur Dister, terdapat empat hal yang menyebabkan

seseorang memunculkan tingkah laku keagamaan, yaitu:

1. Untuk mengatasi frustasi

Orang yang mengalami frustasi dapat menimbulkan perilaku

keagamaan. Mereka mengalihkan arah kebutuhan dan keinginan yang

bersifat duniawi seperti harta benda, kehormatan, penghargaan,

38

Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami: Solusi Islam atas

Problem-problem Psikologi, h. 85-87. 39

Drs. Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h.

132-133.

Page 54: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

43

perlindungan dan cinta kasih kepada keinginannya kepada Tuhan dan

mengharapkan pemenuhan keinginannya tersebut dari Tuhan. Maka orang

yang mengalami frustasi, tak jarang berkelakuan religius

2. Untuk menjaga kesusilaan serta tata tertib masyarakat

Kebutuhan manusia akan suatu instansi yang menjaga atau menjamin

berlangsungnya ketertiban dalam hidup moral dan sosial merupakan motif

lain manusia dalam memunculkan tingkah laku keagamaan. Nilai-nilai

moral yang bersifat otonom seperti keadilan, kejujuran, kesadaran,

keteguhan hati digunakan untuk menjaga kesusilaan dan ketertiban hidup

bermasyarakat.

3. Untuk memuaskan intelek yang ingin tahu

Agama dapat memuaskan keinginan intelektual sejauh keinginan

tersebut didasari atau dilatarbelakangi oleh kebutuhan vital, psikologis dan

eksistensial. Hal ini berlaku secara istimewa untuk keinginan akan

mengetahui jawaban atas petanyaan-pertanyaan dasar mengenai asal dan

tujuan kehidupan. Maka dipandang dari sudut psikologi harus dikatakan

bahwa agama memberi sumbangan istimewa kepada manusia dengan

mengarahkannya kepada Allah. Dengan demikian, agama membuat

manusia merasa aman dalam hidupnya.

4. Mengatasi ketakutan

Ketakutan yang dimaksudkan disini adalah ketakutan yang tidak ada

objeknya, yaitu seperti merasa takut tanpa ada sebab dan rasa cemas.

Untuk menanggulangi rasa ketakutan dan kecemasan ini mereka

Page 55: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

44

menyerahkan diri kepada Allah dengan harapan yang didasarkan kepada

iman akan kabar gembira yang dijanjikan oleh-Nya.40

40

Dr. Nico Syukur Dister, Pengalaman dan Motivasi Beragama: Pengantar Psikologi

Agama h. 81-129.

Page 56: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

45

BAB III

GAMBARAN UMUM PANTI SOSIAL BINA INSAN BANGUN

DAYA 2 CEGER JAKARTA TIMUR

A. Profil Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger

Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 adalah salah satu unit pelaksana

teknis Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta yang mempunyai tugas pokok dan

fungsi memberikan penampungan dan pelayanan sementara bagi Penyandang

Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang melanggar Peraturan Daerah

(Perda) Nomor 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum (Tibum) khususnya

tertib sosial.

Panti Sosial Bina Insan (PSBI) Bangun Daya 2 Ceger terletak di Jalan

Raya Bina Marga No. 48 Kelurahan Ceger Kecamatan Cipayung Kotamadya

Jakarta Timur. Luas lahan panti ini 15.000 M², dan luas bangunannya adalah

3.060 M² yang terdiri dari: 1 lokal aula, 2 lokal wisma, 3 lokal barak, 1 lokal

dapur, 1 lokal mushola, 3 lokal rumah jaga, 2 kopel rumah dinas, dan 1 lokal

ruang kantor.

Daya tampung atau kapasitas panti adalah 250 orang. Adapun dalam

penempatan warga binaan sosial (WBS) dipisah antara perempuan dan laki-

laki, anak dan lasia, sedangkan untuk balita disediakan ruangan khusus.

Biaya operasional Panti Sosial Bina Insan (PSBI) Bangun Daya 2 Ceger

Jakarta Timur diperoleh dari:

1. Anggraan Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta yang

diterima secara rutin.

Page 57: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

46

2. Sumbangan masyarakat secara insidental dan bantuan lain yang tidak

mengikat.

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang menjadi

Warga Binaan Sosial (WBS) di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger

memiliki jenis permasalahan yang beragam yang meliputi beberapa

klasifikasi, antara lain: gelandangan dan pengemis (gepeng), anak jalanan,

pengamen, pemulung, wanita tuna susila (WTS), waria, jockey three in one,

parkir liar, Orang dengan Masalah Kejiwaan (ODMK), korban kekerasan

dalam rumah tangga (KDRT), pengedar kotak amal, pedagang asongan, lanjut

usia dan penyandang cacat yang terlantar.

B. Kelembagaan Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger

1. Visi

Terentasnya warga binaan sosial dalam kehidupan yang layak,

normatif dan manusiawi.

2. Misi

a. Menyelenggarakan perawatan, penyantunan dan asuhan.

b. Menyelenggarakan pembinaan mental sosial dan keagamaan.

c. Menyelenggarakan pelatihan keterampilan kemandirian.

d. Melaksanakan penyaluran kemandirian atau rujukan sosial.

e. Penggalangan peran serta masyarakat.

f. Meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan.

Page 58: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

47

3. Dasar Hukum

Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No.76 Tahun 2010 tentang

pembentukan tata kerja Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger.

4. Kedudukan, Tugas dan Fungsi

a. Kedudukan

Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger merupakan Unit

Pelaksana Teknis Dinas Sosial dalam pelaksanaan kegiatan

penampungan sementara dan bimbingan sosial awal penyandang

masalah kesejahteraan sosial (PMKS) hasil penertiban dan

penjangkauan sosial.

Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger dipimpin oleh

seorang kepala panti yang berkedudukan dibawah dan bertanggung

jawab kepada kepala Dinas Sosial. Dalam pelaksanaan tugas dan

fungsinya, Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya dikoordinasi oleh

Sekretaris Dinas Sosial.

b. Tugas Pokok

Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger mempunyai tugas

melaksanakan kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial hasil penertiban

dan penjangkauan sosial penyandang masalah kesejahteraan sosial

(PMKS) jalanan.

c. Fungsi

1. Penyusunan dan pelaksanaan rencana kerja, anggaran rencana kerja

dan dokumen pelaksanaan anggaran (RKA dan DPA) panti.

2. Penyusunan strategis panti dan penyusunan SOP.

Page 59: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

48

3. Penyusunan rencana penyediaan, pemeliharaan dan perawatan

prasarana dan sarana teknis panti.

4. Pelaksanaan pendekatan awal meliputi: penjangkauan, observasi,

identifikasi, motivasi dan seleksi.

5. Pelaksanaan penerimaan meliputi: registrasi, persyaratan

administrasi, dan penempatan dalam panti.

6. Pelaksanaan perawatan dan pemeliharan fisik dan kesehatan.

7. Pelaksanaan asesment meliputi: penelaahan, pengungkapan dan

pemahaman masalah dan potensi.

8. Pelaksanaan pembinaan fisik serta bimbingan mental sosial.

9. Pelaksanaan penyaluran kembali kepada keluarga, persiapan

pemulangan ke daerah asal dan rujukan ke lembaga lain.

10. Pelaksanaan dan pengembangan koordinasi, kerja sama dan

kemitraan dengan lembaga pelayanan sosial sejenis dalam bentuk

panti maupun bukan panti yang dikelola masyarakat.

11. Pelaksanaan pembinaan lanjut meliputi: monitoring, asistensi,

pemantapan dan terminasi.

12. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi kelayakan penggunaan

prasarana dan sarana panti.

5. Susunan Organisasi Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger

1. Kepala Panti

Kepala panti mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Memimpin pelaksanaan tugas dan fungsi sebagai mana yang

dimaksud dalam pasal 88, keputusan No. 163 Tahun 2008.

Page 60: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

49

b. Memimpin dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan Sub. Bagian,

Seksi dan Sub. Kelompok Jabatan Fungsional.

c. Melaksanakan tugas koordinasi lain yang diberikan Kepala Dinas.

2. Sub. Bagian Tata Usaha

Sub. Bagian tata usaha mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Melaksanakan urusan administrasi umum.

b. Melaksanakan urusan administrasi keuangan.

c. Melaksanakan urusan administrasi kepegawaian.

d. Melaksanakan urusan administrasi perlengkapan.

e. Melaksanakan pengelolaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana

panti.

f. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan kepala panti.

3. Seksi Keperawatan

Seksi keperawatan mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Melaksanakan pendekatan awal meliputi: penjangkauan, observasi,

identifikasi, motivasi dan seleksi.

b. Melaksanakan penerimaan meliputi: registrasi, persyaratan

administrasi dan penempatan dalam panti.

c. Melaksanakan perawatan dan pemeliharaan fisik dan kesehata

penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS).

d. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan kepala panti.

4. Seksi Bimbingan dan Penyaluran

Seksi bimbingan dan penyaluran mempunyai tugas sebagai

berikut:

Page 61: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

50

a. Melaksanakan terapi sosial perorangan, kelompok dan masyarakat.

b. Melaksanakan asesment, meliputi: penelaahan, pengungkapan dan

pemahaman masalah dan potensi yang bisa digali dari warga binaan

sosial (WBS).

c. Melaksanakan pembinaan fisik serta bimbingan mental dan sosial.

Kegiatan ini meliputi olah raga, konseling dan dinamika kelompok.

d. Melaksanakan persiapan dan pelaksanaan penyaluran kembali

kepada keluarga, pemulangan ke daerah asal dan pelaksanaan

rujukan ke lembaga pelayanan lain.

e. Melaksanakan pembinaan lanjut, yang meliputi: monitoring,

konsultasi, asistensi, pemantapan dan terminasi.

f. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan kepala panti.

C. Program Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger

Di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger terdapat beberapa

program yang biasa dijalankan, diantaranya adalah sebagi berikut:

1. Asessment, meliputi penelaahan, pengungkapan dan pemahaman masalah

dan potensi yang dimiliki warga binaan sosial (WBS).

2. Terapi sosial perorangan, kelompok dan masyarakat.

3. Pembinaan fisik, bimbingan mental spiritual, bimbingan sosial, bimbingan

hukum, bimbingan keterampilan, bimbingan musik, bimbingan psikologi

dan case conference.

4. Penyaluran kembali kepada keluarga, pemulangan ke daerah asal dan

rujukan ke lembaga layanan lain.

Page 62: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

51

5. Pembinaan lanjut meliputi monitoring, konsultasi, asistensi, pemantapan

dan terminasi.1

1Brosur Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger

Page 63: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

52

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISA DATA

A. Karakteristik Informan

Dalam penelitian ini penulis mengadakan wawancara dan observasi

langsung terhadap proses kegiatan bimbingan mental spiritual. Informan yang

penulis wawancarai terdiri dari pembimbing bimbingan mental spiritual dan

beberapa warga binaan sosial (WBS).

Adapun penjelasan data mengenai informan sebagai berikut:

1. Pembimbing Bimbingan Mental Spiritual

Nama : Ahmad Munzir

TTL : Lombok, 08 September 1988

Alamat : Cileungsi – Bogor

Agama : Islam

Ustadz Ahmad Munzir adalah seorang mahasiswa semester 3

Jurusan Syariah di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Arab

(LIPIA) Jakarta. Beliau menjadi pembimbing di Panti Sosial Bina Insan

Bangun Daya 2 Ceger semenjak September 2012. Pengalaman

membimbing ustadz Ahmad Munzir di MA Jamaludin, SMP IT Al-Ikmal

dan sekarang sedang mengajar di SDIT Iqro’ Kairo Bogor dan sebagai

pembimbing bimbingan mental spiritual di Panti Sosial Bina Insan Bangun

Daya 2 Ceger setiap hari Senin pukul 10.00-11.30 WIB. Selain itu, ustadz

Ahmad Munzir juga aktif mengisi majlis ta’lim dan les bahasa arab di

Bogor. Adapun penataran/pelatihan yang pernah diikuti yaitu “Sosialisasi

Kurikulum 2013” di Bogor. Yang menjadi motivasi ustadz Ahmad Munzir

Page 64: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

53

membimbing adalah mencari pengalaman dan ingin menjunjung tinggi

agama Allah.1

2. Warga Binaan Sosial (WBS)

a. Rowi, berusia 41 tahun berasal dari Cirebon, menikah pada tahun 1994

dan mengalami perceraian karena masalah ekonomi, hingga saat ini Pak

Rowi tidak menikah lagi dan menyerahkan semuanya pada Allah. Di

Jakarta sendirian, sedangkan saudara-saudaranya sudah menjalani

kehidupan masing-masing. Pendidikan Pak Rowi tidak tamat SD, tetapi

dari hasil observasi peneliti Pak Rowi telah memiliki pemahaman

agama yang cukup. Pak Rowi mengaku berjalan kaki dari Cirebon

sampai Jakarta dalam waktu 12 hari, sesampainya di Jakarta WBS

terlantar. Hingga akhirnya terkena razia oleh Satpol PP. Interaksi

dengan antar sesama warga binaan sosial cukup baik dan tidak ada

gangguan kesehatan maupun mental. Pak Rowi merasa mendapat

hidayah setelah berada di panti, karena membuat dirinya menjadi lebih

rajin beribadah. Harapannya setelah keluar dari panti Pak Rowi bisa

lebih rajin beribadah dan menjalani kehidupan yang lebih baik.2

b. Ibrahim, lahir di Cilacap 05 Oktober 1965 (48 tahun). Pak Ibrahim

adalah seorang buruh bangunan yang berasal dari Desa Cikedondong

RT 01/01 Kelurahan Cikedondong Kecamatan Bantar Sari Kabupaten

Cilacap. Pak Ibrahim memiliki seorang istri dan dua orang anak yang

tinggal di Jl. Prumpung Kelurahan Cipinang Besar Utara Kecamatan

Jatinegara Jakarta Timur. Pak Ibrahim terkena penjemputan sosial pada

1 Wawancara Pribadi dengan Ustadz Ahmad Munzir, Ceger, 06 Mei 2013.

2 Wawancara Pribadi dengan BapakRowi, Ceger, 22 April 2013.

Page 65: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

54

hari Kamis, 18 April 2013 di Taman Indah Jatinegara. Alasan yang

diungkapkan oleh Pak Ibrahim ketika itu dia sedang menunggu

jemputan temannya untuk bekerja di Kranggan, namun setelah satu jam

menunggu temannya tak kunjung datang dan akhirnya WBS tertidur di

taman. Pak Ibrahim merasa keberadaannya di panti adalah kesempatan

untuk menimba ilmu, karena dengan banyaknya bimbingan yang

diberikan menjadikan bertambahnya pengetahuan. Pak Ibrahim juga

mengaku kebredaannya di panti membuat keimanannya bertambah,

selama berada di panti shalat selalu tepat waktu dan lebih khusuk.

Adapun harapan Pak Ibrahim setelah keluar dari panti adalah lebih

berhati-hati, jangan sembarangan ketika menggunakan tempat untuk

beristirahat dan lebih meningkatkan keimanan.3

c. Eka Kretianti, kelahiran Semarang 17 Mei 1970, pendidikan terakhir

SLTP, merantau ke Jakarta sendiri setelah bercerai dengan suaminya.

Di Jakarta berprofesi sebagai pembantu rumah tangga. Merasa

menyesal tidak pernah mendengarkan nasihat orang tua dan trauma

terhadap laki-laki karena selalu dibohongi. Sehingga kini mempunyai

prinsip harus patuh terhadap orang tua dan ketika ingin menikah lagi

harus bersama laki-laki yang mempunyai pemahaman agama yang

bagus. Dan ketika ada masalah dia menyelesaikan sendiri dan

menganggung akibatnya sendiri. Tertangkap oleh kantib di taman

kemayoran, ketika itu Mbak Eka sedang tertidur. Dengan adanya di

panti ini banyak sekali pengetahuan yang didapatkan oleh Mbak Eka.

3 Wawancara Pribadi dengan Bapak Ibrahim, Ceger, 22 April 2013.

Page 66: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

55

Harapan setelah keluar dari panti adalah lebih patuh terhadap orang tua

dan kembali bekerja.4

d. Alwi, lahir di Purwakarta 12 Agustus 1995. Alwi berasal dari

Purwakarta dan sekarang tinggal di Jl. Pelumpang B No. 30 RT 02 RW

04 Kel. Rawa Badak Selatan Kec. Koja Jakarta Utara. Alwi berprofesi

sebagai kondektur metro mini. Tertangkap oleh kantib ketika mau

menolong temannya sedang ribut. Keberadaannya di panti tidak

diketahui oleh keluarga. Alwi menikmati keberadaannya di panti,

karena Alwi mempunyai prinsip “hidup jangan di buat susah, semua

akan indah pada waktunya”. Harapannya setalah keluar dari panti

adalah kembali bekerja dan menjalani kehidupan yang lebih baik. 5

e. Idah, kelahiran Jakarta 19 Juli 1962. Tinggal di Jl. Tomang Pulo RT

013 Rw 005 Kelurahan Palang Merah Jakarta Barat. Seorang janda

karena ditinggalkan meninggal oleh suaminya. Setelah kepergian

suaminya Ibu Idah menjadi buruh cuci untuk mememenuhi kebutuhan

hidup sehari-hari dan mencukupi kebutuhan kedua orang anaknya

dengan penghasilan Rp. 450.000 per bulan. Karena merasa tidak cukup

Ibu Idah tertarik untuk melakukan pekerjaan menjadi joki, dengan

penghasilan Rp. 30.000 per hari. Alternatif ini berdasarkan ajakan

temannya. Ibu Idah mempunyai hubungan yang baik dengan kelurga

dan para tetangga, sehingga ketika dalam keadaan kesusahan para

4 Wawancara Pribadi dengan Eka Krestianti, Ceger, 24 April 2013.

5 Wawancara Pribadi dengan Alwi, Ceger, 24 April 2013.

Page 67: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

56

tetangga siap membantu. Harapannya setelah keluar dari panti adalah

kembali bekerja dan kapok menjadi joki.6

f. Dedi Kusmana, kelahiran Jakarta 05 Februari 1957. Berasal dari Desa

Sangkanurip Kuningan Jawa Barat. Ditinggal oleh istrinya menjadi

TKW ke Arab Saudi sejak tahun 1985 hingga sekarang. Mempunyai

seorang anak yang kuliah di Semarang fakultas kedokteran, namun

ketika ditemui anaknya tidak mau mengakui sebagai ayahnya. Hingga

akhirnya Pak Dedi terlantar di Jakarta dan menjadi pemulung. Tempat

yang biasa dijadikan lapak untuk mulung di daerah Senayan dengan

penghasilan rata-rata Rp. 10.000 per hari. Kadang-kadang ada orang

yang kasihan dan memberinya uang. Pak Dedi mempunyai penyakit

sesak nafas, setelah dulu bekerja di ternak ayam di Kuningan.

Hubungan sosial dengan kelurga dan antar sesama warga binaan cukup

baik. Pak Dedi cukup aktif dalam setiap kegiatan bimbingan yang ada

di panti. Mampu menyesuaikan diri antar sesama WBS. Trauma

menjadi pemulung dan kini hanya pasrah kepada Allah. Harapannya

setelah keluar dari panti yaitu kembali bekerja di kuningan.7

g. Pebe Biyem, kelahiran Wonosobo 17 Agustus 1971, anak ke empat dari

enam bersaudara. Mengaku salah tangkap karena menempati tanah

kosong yang akan di gusur pada bulan Agustus. Mbak Pebe tingga di Jl.

Budimulia Rt 011 Rw 011 Kelurahan Pademangan Barat Kecamatan

Pademangan Jakarta Utara. Awalnya dijanjikan pekerjaan oleh petugas

dan akan interview di Cipayung tetapi ternyata di bawa ke panti, hingga

6 Wawancara Pribadi dengan Ibu Idah , Ceger, 24 April 2013.

7 Wawancara Pribadi dengan Bapak Dedi, Ceger, 08 Mei 2013.

Page 68: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

57

saat ini Mbak Pebe tidak mengerti kesalahannya, karena dia tidak

merasa mencuri, mengemis ataupun mulung. Mbak Pebe berprofesi

sebagai refleksiologi. Kini Mbak Pebe hanya pasrah kepada Allah.8

B. Kegiatan Bimbingan Mental Spiritual

Bimbingan mental spiritual adalah usaha membantu warga binaan

sosial (WBS) dengan mengungkapkan dan membangkitkan potensi yang

dimilikinya, khususnya menyentuh keadaan mental dan spiritual para warga

binaan sosial (WBS) yang ada di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2

Ceger. Pemberian bimbingan mental spiritual dalam upaya meningkatkan

keberagamaan warga binaan sosila (WBS) yaitu mampu menerjemahkan dan

mengamalkan ajaran agama kedalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang

diungkapkan oleh Ustadz Ahmad Munzir:

“Tujuan bimbingan mental spiritual yaitu untuk memberikan

pengetahuan tentang hidup dalam hidup yang islami yang sesuai dengan

tuntunan Rasulullah SAW.”9

Dari hasil observasi dan wawancara, penulis dapat menggambarkan

kondisi mengenai proses pelaksanaan kegiatan bimbingan mental spiritual

sebagai berikut:

1. Metode yang Digunakan dalam Bimbingan Mental Spiritual

Berbagai upaya dilakukan oleh lembaga/instansi serta pembimbing

agama untuk memberikan pelayanan bagi para warga binaan sosial (WBS)

di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger agar para warga binaan

sosial (WBS) dapat merasakan manfaat dari pelayanan tersebut. Salah satu

8 Wawancara Pribadi dengan Pebe Biyem, Ceger, 08 Mei 2013.

9 Wawancara Pribadi dengan Ustadz Ahmad Munzir, Ceger, 27 Mei 2013.

Page 69: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

58

layanan yang diberikan adalah bimbingan mental spiritual, bimbingan ini

diberikan agar para warga binaan sosial (WBS) lebih banyak mengenal

nilai atau norma yang berlaku di masyarakat, memiliki rasa percaya diri,

harga diri serta memiliki kondisi psikologis yang sehat dalam berpikir,

berperasaan dan bertingkah laku, sehingga dengan demikian para warga

binaan sosial (WBS) tidak kembali hidup di jalanan.

Adapun metode yang digunakan pembimbing bimbingan mental

spiritual dalam meningkatkan keberagamaan para warga binaan sosial

(WBS) sebagai berikut:

a. Metode Ceramah

Dalam memberikan materi kepada warga binaan sosial (WBS),

pembimbing menggunakan metode ceramah atau tausyiah. Ceramah

merupakan suatu teknik pembinaan atau bimbingan yang memberikan

uraian atau penjelasan secara ucapan atau lisan yang banyak diwarnai

oleh karakteristik dan gaya bicara seorang da’i atau pembina kepada

mad’u atau terbimbing.

Metode ceramah yang dilakukan oleh pembimbing dalam

membimbing para warga binaan sosial (WBS) yaitu dengan cara

komunikasi satu arah, pembimbing terfokus pada materi yang

disampaikan sehingga kurang memperhatikan pengungkapan

permasalahan atau potensi yang dimiliki oleh warga binaan sosial

(WBS). Menurut penulis hal ini kurang efektif, karena yang seharusnya

menjadi pusat perhatian adalah warga binaan sosial (WBS) terutama

Page 70: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

59

dalam mengungkapkan permasalahan atau potensi yang dimiliki warga

binaan sosial (WBS).

b. Metode Tanya Jawab

Metode ini dilakukan setelah pembimbing selesai menyampaikan

materi. Apabila warga binaan sosial (WBS) kurang mengerti atas apa

yang disampaikan oleh pembimbing, maka warga binaan sosial (WBS)

diperbolehkan bertanya. Dalam tanya jawab ini pembimbing

memberikan kesempatan secara terbuka kepada para warga binaan

sosial (WBS) untuk mengajukan pertanyaan dengan tidak membatasi

materi pertanyaan. Dan biasanya pertanyaan yang diajukan oleh para

warga binaan sosial (WBS) langsung dijawab di tempat bimbingan pada

waktu itu juga.

Contohnya saja informan 3 bertanya: “Pak, seluruh badan saya

penuh dengan tato, apakah wudhu dan shalat saya sah?”. Pak ustadz

langsung menjawab, “badan yang penuh dengan tato wudhunya tidak

sah, karena menghalangi masuknya air kedalam kulit, Allah melaknat

orang yang bertato, tetapi kalau ada niat untuk sholat dan menghapus

tato maka sholatnya akan diterima Alah SWT.”

Contoh lain seperti pertanyaan yang diajukan oleh informan 2,

beliau bertanya: “dalam Islam banyak sekali puasa sunnah, yang mau

saya tanyakan adalah puasa kifarat, maksudnya itu apa?”. Ustadz

menjawab: “puasa kifarat adalah puasa membayar ganti, ketika di

bulan ramadahan pasangan suami isteri melakukan hubungan intim di

siang hari, puasanya batal dan wajib di ganti dengan puasa kifarat”.

Page 71: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

60

Metode tanya jawab yang dilakukan oleh pembimbing masih

menggunakan metode satu arah, yaitu terbimbing bertanya dan

pembimbing menjawab. Pembimbing tidak memberikan kesempatan

kepada warga binaan sosial (WBS) lain untuk memberikan komentar

atau tanggapan terhadap pertanyaan ataupun jawaban yang sedang

dibahas.

c. Nonton Bareng

Kegiatan nonton bareng dengan memutarkan film-film islami dan

penuh motivasi. Kegiatan nonton film disamping mengandung unsur

hiburan, para warga binaan sosial (WBS) juga dapat mengambil hikmah

atau pelajaran dari film yang mereka tonton.

Saat penulis melakukan observasi film yang di putar berjudul

“anak durhaka”, film tersebut cukup menarik perhatian para warga

binaan sosial (WBS). Penulis juga mengkonfirmasi kepada warga

binaan sosial (WBS) mengenai pembelajaran yang bisa diambil dari

film tersebut. Seperti yang diungkapkan Dodi: “Pelajaran yang bisa

diambil gak boleh durhaka sama orang tua, karena surga di bawah

telapak kaki ibu.”

Kegiatan nonton bareng ini jarang dilakukan, padahal kegiatan ini

cukup menarik perhatian dan antusias warga binaan sosial (WBS)

karena disamping ada unsur hiburan terdapat nilai pembelajaran yang

bisa diambil.

Page 72: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

61

2. Proses Bimbingan Mental Spiritual

Bimbingan mental spiritual dilaksanakan setiap hari Senin mulai

pukul 10.00-11.30 WIB di aula. Kegiatan bimbingan ini dipimpin oleh

seorang ustadz dan didampingi oleh pekerja sosial. Jika pembimbing

berhalangan hadir, maka kegiatan bimbingan mental spiritual tidak

terlaksana. Dan jika pekerja sosial yang biasa mendampingi tidak hadir,

maka kegiatan bimbingan menjadi kurang kondusif karena tidak ada

penyeleksian warga binaan sosial (WBS) peserta bimbingan.

Proses bimbingan mental spiritual dilakukan dengan metode yang

menarik, hal ini terlihat dari antusias para warga binaan sosial (WBS)

dalam mengikuti bimbingan dengan fokus dan banyak bertanya. Walaupun

ada beberapa kendala saat kegiatan berlangsung, misalnya ruangan yang

terlalu dingin membuat beberapa para warga binaan sosial (WBS)

kedinginan karena tidak terbiasa berada di ruangan ber-AC. Selain itu,

kegaduhan anak-anak cukup mengganggu kegiatan bimbingan.

Beberapa pertanyaan yang diajukan oleh warga binaan sosial (WBS)

ketika kegiatan bimbingan mental spiritual berlangsung, sebagai berikut:

a. Informan 6 bertanya: “ Pak di barak kan gak ada jam, nah saya gak tau

udah masuk waktu solat subuh apa belum, yang saya jadikan patokan

adalah suara kokok ayam, terkadang kalo saya ragu saya

melaksanakan solat subuh 2 kali, itu bagaimana pak?”. Ustadz

menjawab: “ itu gak apa-apa pak, selama kita mempunyai niat baik,

terutama dalam melaksanakan solat itu tidak menjadi masalah dan

Insya Allah mendapat pahala dari Allah SWT.” Kemudian informan 6

Page 73: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

62

bertanya kembali: “ketika mau melaksanakan solat pakaian dan tempat

harus suci, sedangkan keadaan di dalam kamar kotor, bagaimana pak?

Saya suka ragu kalo mau solat karena baju dan tempatnya gak bersih.”

Ustadz menjawab: “ itu ga apa-apa pak, karena dalam keadaan

darurat. Kalaupun kita berada di hutan dan tidak ada makanan yang

bisa kita makan, kita di perbolehkan untuk makan binatang yang haram

sekalipun untuk kita bisa bertahan hidup, hal ini disebabkan dalam

keadaan darurat”. Dari proses tanya jawab tersebut terlihat komunikasi

yang baik, pembimbing tidak langsung menyalahkan terbimbing,

pembimbing lebih menekankan niat dan kesadaran beragama daripada

pelaksanaannya.

b. Informan 9 bertanya: bagaimana pak ngakunya Islam tapi

perbuatannya jelek?”. Ustadz menjawab: “hal itu tergantung diri

sendiri, karena setiap perbuatan harus dipertanggung jawabkan di

akhirat kelak. Begitu bapak mendengar suatu pelajaran yang baik

harus langsung diamalkan”. Dalam proses tanya jawab tersebut

pembimbing lebih menekankan pada terbimbing untuk harus lebih

memiliki tanggung jawab.

Dari hasil observasi penulis menyimpulkan bahwa proses kegiatan

bimbingan mental spiritual berjalan dengan cukup baik, hal ini terlihat dari

antusias para warga binaan sosial (WBS) dalam mengikuti bimbingan dan

terjalin komunikasi yang baik antara pembimbing dan terbimbing dalam

proses tanya jawab.

Page 74: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

63

3. Materi Bimbingan Mental Spiritual

Secara umum materi bimbingan mental spiritual mencakup seluruh

ajaran agama Islam secara universal dalam segala bidang yang berkaitan

dengan kehidupan manusia. Berikut pernyataan ustadz Ahmad Munzir:

“Materi yang biasa disampaikan seputar kesuksesan di dunia dan

akhirat, kewajiban mentaati pemimpin dan masalah-masalah tauhid,

karena dengan kita bertauhid Insya Allah kehidupan kita akan lebih

bahagia.”10

Menurut warga binaan sosial (WBS) materi yang disampaikan cukup

menarik, walaupun sebagaian besar dari mereka ada yang sudah

mengetahui tentang materi yang disampaikan. Namun ada juga yang

berpendapat bahwa materi yang disampaikan tidak menarik, karena tidak

sesuai dengan harapan dan tidak tepat sasaran. Kondisi demikian

sebagaimana diungkapkan oleh informan 2:

“Menurut saya pembahasan kurang menarik, karena tidak sesuai

dengan harapan, harusnya materi itu diberikan sesuai dengan kondisi

mad’unya, tepat sasaran.”11

Dari hasil observasi dan wawancara penulis dapat menyimpulkan

bahwa materi yang disampaikan dibuat berdasarkan keinginan atau hal

yang menarik menurut pembimbing, bukan berdasarkan kebutuhan atau

harapan para warga binaan sosial (WBS) meskipun dalam prosedurnya

ada. Adapun materi yang diharapkan oleh warga binaan sosial (WBS)

yaitu meliputi hal-hal yang berkaitan dengan keadaan mereka dalam

pandangan Islam, misalnya larangan meminta-minta bagi pengemis,

perintah menjaga kesucian dan harga diri bagi wanita tuna susila (WTS),

10

Wawancara Pribadi dengan Ustadz Ahmad Munzir, Ceger, 27 Mei 2013. 11

Wawancara Pribadi dengan Informan 2, Ceger, 22 April 2013.

Page 75: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

64

dan materi-materi lain yang berhubungan dengan profesi mereka di

jalanan.

C. Analisa Data

Mayoritas warga binaan sosial (WBS) yang ada di Panti Sosial Bina

Insan Bangun Daya 2 Ceger adalah bapak-bapak dan ibu-ibu, sebagian anak

kecil dan remaja, bahkan ada lansia dan beberapa orang dengan gangguan

kejiwaan. Kebanyakan dari mereka tidak memiliki pendidikan yang cukup,

baik pendidikan umum maupun pendidikan agama, latar belakang ekonomi

yang memprihatinkan, serta skill atau kemampuan yang kurang memadai. Hal

inilah yang membuat para warga binaan sosial (WBS) hidup di jalanan

dengan menjadi gelandangan, pengemis, pengamen, wanita tuna susila

(WTS), waria, psikotik, jockey three in one, parkir liar, pengedar kotak amal,

penyandang cacat, pedagang asongan, pemulung, orang terlantar dan berbagai

jenis penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) lainnya. Untuk lebih

lengkapnya bisa dilihat dalam Perda Provinsi DKI Jakarta No 8 tahun 2007

tentang ketertiban umum.

Kemantapan jiwa orang dewasa setidaknya memberikan gambaran

tentang bagaimana sikap keberagamaannya. Mereka sudah memiliki

tanggung jawab terhadap sistem nilai yang dipilihnya, adapun perubahan

yang terjadi didasarkan atas pertimbangan yang matang dan bukan sekedar

ikut-ikutan. Sedangkan pada lansia sikap keberagamaan lebih pada perasaan

takut kematian, dan umumnya kehidupan keberagamaannya sudah mencapai

Page 76: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

65

kemantapan serta kecenderungan mengarah pada kebutuhan akan kasih

sayang dan perlakuan yang istimewa.12

Dari hasil observasi dan wawancara langsung selama di lapangan,

penulis menemukan bahwa bimbingan mental spiritual berdampak positif

terhadap keberagamaan warga binaan sosial (WBS). Sebagaimana yang

diungkapkan oleh informan 6:

“Bimbingan agama disini sangat seger, karena bisa menghilangkan rasa

kejenuhan saya. Karena saya orangnya gak bisa diam, apalagi hanya

makan tidur, seperti itu saya tidak bisa, malah bisa menimbulkan

penyakit dan stres. Setelah mengikuti bimbingan mental spiritual

keimanan saya nambah. Hal ini disebabkan karena keadaan, tidak ada

kegiatan lain, pikiran fokus, menjadi lebih khusuk dalam menjalankan

ibadah, ada hikmahnya masuk panti.”13

Dari ungkapan informan 6 terlihat bahwa ada dampak dari bimbingan

mental spiritual terhadap keberagamaannya, keimanannya bertambah dan

lebih fokus melaksaksanakan ibadah.

Hal lain diungkapkan oleh informan 8:

“Setelah mengikuti bimbingan mental spiritual saya lebih khusuk dalam

menjalankan ibadah, karena hanya Allah yang bisa menolong kita dan

Allah Maha segala Maha. Dengan adanya saya di panti ini saya jadi

lebih mendekatkan diri kepada Allah.”14

Dari ungkapan informan 8 terlihat adanya dampak yang positif dari

bimbingan mental spiritual terhadap keberagamaannya. Selain itu bimbingan

mental spiritual juga berdampak terhadap perasaan warga binaan sosial

(WBS). Seperti yang diungkapkan oleh informan 4:

12

Lihat tentang perkembangan jiwa keagamaan pada manusia (Prof. Dr. Jalaluddin,

2007:106). 13

Wawancara Pribadi dengan Informan 6, Ceger, 22 April 2013. 14

Wawancara Pribadi dengan Informan 8, Ceger, 24 April 2013.

Page 77: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

66

“Setelah mengikuti bimbingan mental spiritual perasaan saya menjadi

lebih tenang.”15

Hal lain diungkapkan oleh informan 7:

“Setelah ikut bimbingan ada rasa takut dan sadar kalo kita gak bakalan

hidup didunia selamanya. Setelah itu saya merenung, usaha

memperbaiki diri.”16

Dengan bimbingan mental spiritual para warga binaan sosial (WBS)

mengaku bertambah banyak pengetahuan, terutama dalam hal agama. Seperti

yang diungkapkan oleh informan 6:

“Setelah ikut bimbingan pengetahuan saya jadi bertambah, kemaren

saya ragu-ragu ketika mau melaksanakan shalat di dalam kamar karena

tempat dan pakaian saya yang kotor, tapi setelah mendapat penjelasan

dari pak ustadz kini saya tidak ragu lagi.”17

Berdasarkan analisis di atas dapat penulis simpulkan bahwa bimbingan

mental spiritual berdampak positif terhadap keberagamaan warga binaan

sosial (WBS), baik dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. Dari

aspek kognitif warga binaan sosial (WBS) banyak yang sudah mengetahui

mengenai ajaran agama, terutama materi yang disampaikan oleh pembimbing

ketika bimbingan, dari aspek afektif terlihat adanya kepedulian antar sesama

warga binaan sosial (WBS), adanya penyesalan terhadap kesalahan yang telah

diperbuatnya dan ada usaha untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik.

Sedangkan dari aspek psikomotorik warga binaan sosial (WBS) banyak yang

memiliki pengharapan-pengharapan terhadap keyakinan yang dianutnya, serta

mau menjalankan kewajibannya sebagai umat beragama salah satunya

melaksanakan sholat lima waktu.

15

Wawancara Pribadi dengan Informan 4, Ceger, 08 Mei 2013. 16

Wawancara Pribadi dengan Informan 7, Ceger, 24 April 2013. 17

Wawancara Pribadi dengan Informan 6, Ceger, 22 April 2013.

Page 78: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

67

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2

Ceger Jakarta Timur tentang dampak bimbingan mental spiritual terhadap

keberagamaan warga binaan sosial (WBS) sebagai berikut:

1. Kegiatan bimbingan mental spiritual dilaksanakan seminggu sekali, yaitu

setiap hari Senin mulai pukul 10.00-11.30 WIB yang dipimpin oleh

seorang ustadz dan didampingi oleh seorang pekerja sosial yang ada di

panti. Materi yang disampaikan dalam bimbingan mental spiritual

mencakup seluruh ajaran agama Islam secara umum dalam segala aspek

kehidupan manusia. Sedangkan metode yang digunakan meliputi metode

ceramah, tanya jawab dan nonton bareng. Dari penyampaian materi dan

metode yang digunakan oleh pembimbing proses pelaksanaan bimbingan

mental spiritual berjalan dengan cukup baik.

2. Bimbingan mental spiritual di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2

Ceger memberikan dampak positif terhadap keberagamaan warga binaan

sosial (WBS), baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.

Dari aspek kognitif warga binaan sosial (WBS) banyak yang sudah

mengetahui mengenai ajaran agama, terutama materi yang disampaikan

oleh pembimbing ketika bimbingan, dari aspek afektif terlihat adanya

kepedulian antar sesama warga binaan sosial (WBS), adanya penyesalan

terhadap kesalahan yang telah diperbuatnya dan ada usaha untuk

memperbaiki diri menjadi lebih baik. Sedangkan dari aspek psikomotorik

Page 79: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

68

warga binaan sosial (WBS) banyak yang memiliki pengharapan-

pengharapan terhadap keyakinan yang dianutnya, serta mau menjalankan

kewajibannya sebagai umat beragama salah satunya melaksanakan sholat

lima waktu.

B. Saran

Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger merupakan panti

penampungan sementara penyandang maalah kesejahteraan sosial (PMKS)

hasil penertiban dan penjangkauan sosial. Panti ini bisa dijadikan

rekomendasi untuk kegiatan program praktikum maupun kegiatan penelitian.

Dari hasil pengamatan penulis mengenai dampak bimbingan mental

spiritual terhadap keberagamaan bagi warga binaan sosial (WBS) yang ada di

Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Ceger, penulis memberikan saran

sebagai berikut:

1. Untuk pembimbing agar lebih meningkatkan kegiatan assesment tehadap

warga binaan sosial (WBS) sebelum bimbingan dilaksanakan, hal ini

dilakukan agar metode dan materi yang akan disampaikan sesuai dengan

harapan dan kebutuhan warga binaan sosial (WBS).

2. Ada pengklasifikasian terhadap warga binaan sosial (WBS) yang

mengalami gangguan kejiwaan ketika mengikuti bimbingan.

3. Kegiatan bimbingan mental spiritual diharapkan lebih ditingkatkan dengan

cara menambah jadwal dan melakukan pendampingan secara

berkesinambungan terhadap warga binaa sosial (WBS).

Page 80: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

69

DAFTAR PUSTAKA

A, Hallen. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Ciputat Pers, 2002.

Al Qurthubi, Syaikh Imam. Tafsir Al Qurthubi (17), Jakarta: Pustaka Azzam,

2008.

Ancok, Djamaludin dan Nashori Suroso, Fuat. Psikologi Islami: Solusi Islam atas

Problem-problem Psikologi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994.

Arifin, H M. Menguak Misteri Ajaran Agama-agama Besar. Jakarta: PT Golden

Trayon Press, 2002.

---------, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Jakarta:

Golden Trayon Press, 1994.

---------, Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan Ruhaniah Manusia. Jakarta:

Bulan Bintang, 1997.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

PT. Rineka Cipta, 1996.

Bustanudin Agus. Pengembangan Ilmu-Ilmu Sosial, Gema Insani Press, Jakarta:

1999.

Daradjat, Zakiah. Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1970.

Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Jamunu, 1969. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka, 1994.

Hamidi. Metode Penelitian Kualitatif: Pendekatan Praktis Penulisan Proposal

dan Laporan penelitian, Malang: UMM Press, 2008.

Hendropuspito, D. Sosiologi Agama. Yogyakarta: Kanisius, 1998.

Jalaluddin dan Ramayulis. Pengantar Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Kalam Mulia,

1993. Jalaluddin. Pengantar Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Kalam Mulia, 1998.

---------, Psikologi Agama Memahami Prilaku Keagamaan dengan

Mengaplikasikan Prinsip-prinsip Psikologi. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2007.

Kahmad, Dadang. Sosiologi Agama. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002.

---------, Patologi Sosial Jilid 1. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1981.Kartini

Kartono, Kartini. Hygiene Mental. Bandung: Mandar Maju, 2000.

Lutfi, M. Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhuan (Konseling) Islam. Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.

Mahmud, Muhammad. ‘Ilm al-Nafs al-Ma’ashir di Dha’i al-Islam. Jeddah: Dar

al-Syuruq, 1984.

Muhammad, Abu Ja’far bin Jarir Ath-Thabari. Tafsir Ath-Thabari, Jakarta:

Pustaka Azzam, 2009.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia

Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, 2007. Rahman, Abdul dan Sulaeman, Nuhri. Panduan Bimbingan Mental Spiritual,

Jakarta: Kementrian Sosial, 2011.

Rahman Faqih, Aunur. Bimbingan dan Konseling dalam Islam, Yogyakarta: UII

Press, 2001.

Ramayulis. Pengantar Psikologi Agama. Jakarta: Kalam Mulia, 2002.

Page 81: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN

70

Ruslan, Rosady. Metode Penelitian Publik Relations dan Komunikasi, Jakarta:

PT. RajaGrafindo Persada, 2006.

Soekanto, Soerjono. Kamus Sosiologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993.

Soetomo, Drs. Masalah Sosial dan Pembangunan, Jakarta: PT. Dunia Pustaka

Jaya 1995, cet. 1.

Suharto, Edi, Ph. D. Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat

(Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerja Sosial),

Bandung: PT. Refika Aditama, 2005, cet. 1.

Syamsul Arifin, Bambang. Psikologi Agama, Bandung: Pustaka Setia, 2008.

Syukur Dister, Nico. Pengalaman dan Motivasi Beragama: Pengantar Psikologi

Agama

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar

Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1998. Usman, Husaini dan Setiady Akbar, Purnomo. Metodologi Penelitian Sosial Edisi 2.

Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Yunus, Mahmud. Tafsir Quran Karim, Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 2004.

Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, Juntika. Landasan Bimbingan dan Konseling.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006.

Notosoedirjo, Moeljono dan Latipun. Kesehatan Mental: Konsep dan Penerapan.

Malang: UMM Press, 2001.

Page 82: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN
Page 83: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN
Page 84: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN
Page 85: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN
Page 86: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN
Page 87: DAMPAK BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27415/1/AI DEDE...BIMBINGAN MENTAL SPIRITUAL . TERHADAP . KEBERAGAMAAN . WARGA BINAAN