DAIIIJLUAN upaya ternak, - Unand

6
Jurnal Peternakan Indonesia, Februari 2011 ISSN 1907 - 1760 Vol13(1) Pensaruh Penambahan Follicle Stimulatins Hormone (FSH) dzn Pregnant Mare's Serum Gonatrotroprn (PMSG) dalam Sel Granulosa-t;:f*f,"Unseiltrasi Profesteron pada Tingkat In WtroEffect of Follicle Stimulating Hormone (FSH) and Pregnant Marets Serum Gonadotropin (PMSGJit Gr:anulosa Cells on Prdgesteron"O*;;:r""ttion and Rate of In Wtro Maturation of D. Dianti', Z. lJ din',dan Jaswandi' 'Fakultas Pertanian Universitas Islam Indragiri Tembilahan, Riau Jl. Kihajar Dewantara No. 1 Tembilahan 324918 'Laboratorium Reproduksi Temak Fak. Peternakan Universitas Andalas Kampus Unand Limau Manis Padang 25163 Email : [email protected] (Diterima: 21 November 2010; Disetujui: 28 Januari 2011) ABSTRACT This research was conducted to determine the ffict of adding hormone FSH and PMSG in yitro ooq)te maturation medium on maturation rate and hormone progeiterone. In this experiment, ooq)tgs derivedfrom ovaries of slaughtered cattle at the slaughterhouse. Maturation medium using TCM-199 s-upplement"-! yryy I|ok, geitamicin 50ug/ml, FSH I0S/mTorPMSG 10 g/mlandthecultureofgranulosacells lxl05 cells/ml.In eachireatmentunitis"used'2| oocyt\quality AandB irltOO mtofimaturatioilnedium. RandomizedBlokDesigrl in factorial (2x2x4) was used inihis'expe:riment. The Factor A culture (without cells and granulosa cellil, B fabtorhormones (PMSG andFSH).Variables measuredwerethenumber maturation andprogesterone hormone -levels in maturation medium by using RH techniques. The results shown, there is no interaction of hormone addition in granulosa cell numbers on maturationlevel and progesterone concentration in maturation medium. GranulosaZell inmaturationmediumsignificantly (P<0.05) tnc-reasedthenumber ofooqttematurationinvitto. The highest maturation was obtained fiofi media with grdnulosa cells and FSH rif 7 I .25%, while the highest progesTerone obtainedfrom media with granulosa cells and PMSG I . 40 ng / ml. Keywords : Oocyte, FSH, PMSG, progesteron PEI\DAIIIJLUAN teknik WF adalah menciptakan lingkungan in vitro Penerapan bioteknologi merupakan upaya )/.anq m:nyerupai linglarngan asalnya di dalam tubuh untuk meningkatkan efisiensi reproduksi ternak, \tnvwoI terutama untuk mendapatkan ternak dengan kualitas dan kuantitas yang baik. Transfer embrio adalah salah satu cara yang dipandang efisien dan efektif dalam bidang reproduksi, namun produksi embrio secara in vivo terbatas oleh kemampuan ternak betina donor untuk menghasilkan embrio. Produksi embrio secara in vitro melalui teknik in vitro Fertllisasi (IVF) merupakan suatu alternatif untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Teknik IVF dapat memanfaatkan limbah oosit di Rumah Potong Hewan (RPH).Pemanfaatan oosit dari hewan yang dipotong merupakan cara produksi embrio yang ekonomis karena dengan cara ini oosit hewan yang harusnya dibuang dapat dimanfaatkan untuk dij adikan bakal bibit. Teknologi IVF merupakan teknologi untuk produlai embrio pada lingkngan buatan (uar tubuh). Teknologi ini terdiri atas serangkaian kegiatan yang meliputi maturasi oosit, fertilisasi oosit dengan sperma dan kultur embrio. Hal yang harus dilakukan pada Keadaan tersebut dapat diciptakan dengan menambalrkan hormon ke dalammediumpemahngan maupun medium kultur. Hormon yang umum digunakan adal ah F ollicle Stimulating Hormon @SH), akan tetapi hormon ini relatifmahal. Hormon lain yang mempunyai kerja yang sama dengan FSH adalah Pregnant Marek Serum Gonadotropin (PMSG). Secara fisiologis PMSG lebih bersifat seperti FSH, PMSG memiliki fungsi merangsang pembentukan dan pertumbuhan follicle sehingga meningkatkan kadar hormon estogen dalam darah (disekesikan oleh follicle de Graafl. Disamping ituPMSGjuga memiliki fungsi mirip LH yang mampu menstimulasi pertumbuhan sel-sel interstisial ovarium yang merangsang tdadinya ovulasi dan terbenhrknya sel- sel luteal (Partodihardj o, t 9 8 7). Tahapan maturasi dalam teknik IVF membutuhkan media kultua dan yang sering digunakan adalah Tissue Culture Medium 199 (TCM-199). Media kultur dapat disuplementasi Penambahan FSH dan PMSG terhadap Progesteron dan Maturasi Oosit (D. Dianti, et al.)

Transcript of DAIIIJLUAN upaya ternak, - Unand

Jurnal Peternakan Indonesia, Februari 2011ISSN 1907 - 1760 Vol13(1)

Pensaruh Penambahan Follicle Stimulatins Hormone (FSH) dzn Pregnant Mare's SerumGonatrotroprn (PMSG) dalam Sel Granulosa-t;:f*f,"Unseiltrasi Profesteron pada Tingkat

In WtroEffect of Follicle Stimulating Hormone (FSH) and Pregnant Marets Serum Gonadotropin(PMSGJit Gr:anulosa Cells on Prdgesteron"O*;;:r""ttion and Rate of In Wtro Maturation of

D. Dianti', Z. lJ din',dan Jaswandi'

'Fakultas Pertanian Universitas Islam Indragiri Tembilahan, RiauJl. Kihajar Dewantara No. 1 Tembilahan 324918

'Laboratorium Reproduksi Temak Fak. Peternakan Universitas AndalasKampus Unand Limau Manis Padang 25163

Email : [email protected](Diterima: 21 November 2010; Disetujui: 28 Januari 2011)

ABSTRACTThis research was conducted to determine the ffict of adding hormone FSH and PMSG in yitro ooq)te

maturation medium on maturation rate and hormone progeiterone. In this experiment, ooq)tgs derivedfromovaries of slaughtered cattle at the slaughterhouse. Maturation medium using TCM-199 s-upplement"-! yryyI|ok, geitamicin 50ug/ml, FSH I0S/mTorPMSG 10 g/mlandthecultureofgranulosacells lxl05 cells/ml.Ineachireatmentunitis"used'2| oocyt\quality AandB irltOO mtofimaturatioilnedium. RandomizedBlokDesigrlin factorial (2x2x4) was used inihis'expe:riment. The Factor A culture (without cells and granulosa cellil, Bfabtorhormones (PMSG andFSH).Variables measuredwerethenumber maturation andprogesterone hormone-levels

in maturation medium by using RH techniques. The results shown, there is no interaction of hormoneaddition in granulosa cell numbers on maturationlevel and progesterone concentration in maturation medium.GranulosaZell inmaturationmediumsignificantly (P<0.05) tnc-reasedthenumber ofooqttematurationinvitto.The highest maturation was obtained fiofi media with grdnulosa cells and FSH rif 7 I .25%, while the highestprogesTerone obtainedfrom media with granulosa cells and PMSG I . 40 ng / ml.

Keywords : Oocyte, FSH, PMSG, progesteron

PEI\DAIIIJLUAN teknik WF adalah menciptakan lingkungan in vitro

Penerapan bioteknologi merupakan upaya )/.anq m:nyerupai linglarngan asalnya di dalam tubuh

untuk meningkatkan efisiensi reproduksi ternak, \tnvwoIterutama untuk mendapatkan ternak dengankualitas dan kuantitas yang baik. Transfer embrioadalah salah satu cara yang dipandang efisien danefektif dalam bidang reproduksi, namun produksiembrio secara in vivo terbatas oleh kemampuanternak betina donor untuk menghasilkan embrio.Produksi embrio secara in vitro melalui teknik invitro Fertllisasi (IVF) merupakan suatu alternatifuntuk menyelesaikan permasalahan tersebut.Teknik IVF dapat memanfaatkan limbah oosit diRumah Potong Hewan (RPH).Pemanfaatan oositdari hewan yang dipotong merupakan caraproduksi embrio yang ekonomis karena dengancara ini oosit hewan yang harusnya dibuang dapatdimanfaatkan untuk dij adikan bakal bibit.

Teknologi IVF merupakan teknologi untukprodulai embrio pada lingkngan buatan (uar tubuh).Teknologi ini terdiri atas serangkaian kegiatan yangmeliputi maturasi oosit, fertilisasi oosit dengan sperma

dan kultur embrio. Hal yang harus dilakukan pada

Keadaan tersebut dapat diciptakan denganmenambalrkan hormon ke dalammediumpemahnganmaupun medium kultur. Hormon yang umumdigunakan adal ah F ollicle Stimulating Hormon @SH),akan tetapi hormon ini relatifmahal. Hormon lain yangmempunyai kerja yang sama dengan FSH adalahPregnant Marek Serum Gonadotropin (PMSG).Secara fisiologis PMSG lebih bersifat seperti FSH,PMSG memiliki fungsi merangsang pembentukan danpertumbuhan follicle sehingga meningkatkan kadarhormon estogen dalam darah (disekesikan oleh

follicle de Graafl. Disamping ituPMSGjuga memilikifungsi mirip LH yang mampu menstimulasipertumbuhan sel-sel interstisial ovarium yangmerangsang tdadinya ovulasi dan terbenhrknya sel-

sel luteal (Partodihardj o, t 9 8 7).

Tahapan maturasi dalam teknik IVFmembutuhkan media kultua dan yang seringdigunakan adalah Tissue Culture Medium 199(TCM-199). Media kultur dapat disuplementasi

Penambahan FSH dan PMSG terhadap Progesteron dan Maturasi Oosit (D. Dianti, et al.)

dengan monolayer sel granulosayang berasal darisisa slicing ovarium (Gordon, 1994). Dalampenelitian Jaswandi et al., (2003) diketahui bahrvadalam media yang secara kebehrlan terdapat selgranulosa, terlihat perkembangan ernbrio yang lebihbaik dari segi kualitas dan kuantitas sampai tahapmorula, tetapi sebagian gagal berkembang ke tahapberikutnya. Sel granulosa secara in ttivo terdapatpada folikei yang aktif untuk menghasilkan hormonsteroid, di antaranya adalah hormon estrogen.Estro gen terbentuk dat'r prekus o r ch o I es t ero l, prosessintesanya melewati beberapa tahap yangmembutuhkan horrnon perantara termasuk didalamnya hormon progesteron.

Ilewan-hewan betina sejak lahir padaovariumnya sudah dilengkapi oleh ratusan ribufollicle, namun selama hidupnya hanya sebagiankecil saja yang berhasil diovulasikan. Upaya untukmemaksimalkan fungsi sel granulosa sebagaisumber daya biologik hormon endogen perlusenhrhan teknologi. Melihat Bertolak dari kondisitersebut perlu adanya kajian untuk memodifikasiteknik kultur dengan menambahkan sel granulosa kedalam mediamaturasi. Penambahan sel granulosa iniyang diharapkan dapat menyediakan zat atau faktorpenumbuh bagi embrio. Faktor tersebut dapat berupakandungan hormon progesteron yang berperandalam menstimulir diferensiasi j aringan.

Menurut Setiadi et al., (2002) penambahanhormon FSH secara bersama-sama dengan sel-selfollicleyang di dalamnya terkandung sel granulosadilaporkan dapat mendorong ekspansi sel-selkumulus. Kondisi sel-sel kumulus yangmengelilingi oosit menjadi penentu kualitas darioosit tersebut. Oosit yang dikelilingi oleh selkumulus yang sehat selanj utnya dapat berkembangmenjadi M-I dan M-II dalam medium pematanganoosit in vitro (Hunter, 1995). Pada stadiummetafase II (M-II), terlihat adanya benda kutub(PB-I), menandakan oosit telah matang,berlangsung selama 18,0 - 24,0 jam (Lanzerdorf etal., 1990). Pengaruh positif yang diberikan selgranulosa dan hormon dalam maturasi oositmemungkinkan terjadinya interaksi dalammeningkatkan angka pematangan maupun kadarhormon progesteron dalam medium maturasitersebut.

Berdasarkan uraian di atas, maka padapenelrtian ini dilakukan penambahan hormon FSHdan PMSG dengan kultur sel granulosa ke dalammedium maturasi oosit ln vitro, guna mengetahuipengaruh interaksi penambahan hormon FSH danPMSG dengan kultur sei granulosa serta kadar

\.. -_.

hormon yang dthasilkan pada medium maturasioosit in yilrc tersebut.

MATERI DAN METODEOvarium sebagai sumber oosit diperoleh

dari RPH dibawa ke laboratorium dengan termosyang berisi media NaCl fisiologis (0,9%) padatemperatur 30-35'C.

Koleksi oosit dari ovarium dilakukandengan cara slicing dalam petridis yang berisimedium PBS yang disuplementasi dengan serumsapi 10% dan gentamisin 50 pglml dan oosit yangterlepas diamati di bawah mikroskop. Koleksi oositdari ovarium dilakukan dengan cara penyayatan(slicing) untuk menghasilkan persentase oositdengan kumulus yang kompak lebih tinggidibanding dengan cara aspirasi (Pawshe et al.,1994). Kisaran ukuran follicle yang digunakansebagai sumber oosit untuk pematangan in vitroadalah 2 - 6 mm (Smedt et a1.,1992). Oosit yangdigunakan dalam pematangan adalah oosit yangdikelilingi sel-sel kumulus kompak danmempunyai sitoplasma yang homogen (kualitas Adan B), dilakukan menurut prosedur yangdikemukakan oleh Jaswandi et al. (2003).Penelitian ini dilaksanakan di LaboratoriumReproduksi Temak Jurusan Produksi TernakFakultas Peternakan Universitas Andalas Padang.

Penyiapan sel granulosa untuk kulturSel granulosa diperoleh dari sisa slicing

ovarium untuk koleksi oosit. Sel didistriped dalammedium D-PBS yang mengandung tripsin A,25yo.sel dihomogenisasi dengan magnetic strirrer, Taludisentrifugasi 2 kali. Endapan yang diperolehdiencerkan dengan medium TCM-199 sampaikonsentrasi 1 x 10' sel/ml. Selanjutnya dikulturuntuk mendapatkan monolayer sel granulosa padadasarpedtridis.

Maturasi oosit in vitroDalam tahap maturasi dilakukan pengujian

terhadap pengaruh medium kultur sel granulosayang diberi FSH dan PMSG terhadap tingkatmaturasi oosit. Prosedur maturasi oosit in vitrodilakukan menurut prosedur yang dikemukakanoleh Jaswandi et al. (2003). Oosit yang diperolehdicuci 3 kali dalam medium PBS dan dilanjutkandalam medium maturasi. Medium maturasi oosityang digunakan yaitu medium TCM-199 yangdisuplementasi dengan FSH 10 ;rglml atau PMSG

Penambahan FSH dan PMSG terhadap Progesteron dan Maturasi Oosit (D. Dtantr, et al.)

i 0 prglml, serum sapi 10% dan gentamisin 50 pglmlserta ditambahkan sel granulosa. Oosit yang telahdrcuci dalam medium TCM-199 dimasukkan kedalam 200 pl mikrodrop medium yang dibuat padasebuah pedtridis, kemudian ditutupi denganruneral oil. Penggunaan medium yang ditutupdengan minyak mineral memberikan beberapakeuntungan seperti mencegah atau mengurangiFnguapan air, mencegah kontaminasi mikroba,rnengurangi fluktuasi suhu dan memudahkan

'elama pengamatan (Gordon, 1 994).

Oosit ditempatkan secara acak pada 2medium perlakuan kultur tanpa sel granulosa dankokultur sel granulosa serta 2 macam hormonPI{SG dan FSH. Masing-masing perlakuan terdiridan 4 ulangan dan setiap unit ulangan atauekspenmen terdiri dari 20 oosit. Oosit semuap,erlakuan dikultur atau diinkubasi selama 24 jampada suhu 38,50C dalam inkubator denganCOrloh.\{edium kultur adalah TCM-199 yangdisuplementasi dengan serum sapi lUo/o,Insulin 5

ug,ml dan gentamisin 50 pglml. Setelah proses in-kubasi media maturasi yang digunakan dimasukanke dalam botol untuk dianalisis kandungan hormonprogesteron dengan metode RIA.

Peubah yang diamati adalah (a) angkarraturasi, yaitu jumlah oosit yang telah matang1'ang dicirikan oleh telah terlihatnya polar body dankromatin metafase II (b) Kadar hormonorogesteron dalam medium maturasi oosit in vitro.{nalisis data dilakukan analisis ragam dalamRancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 2r 2 dengan 4 ulangan sebagai kelompok. Faktor Aadalah dua macam kultur, yaitu kultur tanpa selsranulosa (A,) dan kokultur sel granulosa (Ar).

Vol13(l)

(B,) dan PMSG (B,). Jika terdapat pengaruh yangnyata, maka analisis dilanjutkan dengan ujiDuncanb Murtiple Range Zesl (DMRT) (Steel danTorrie,1995).

IIASIL DAN PEMBAIIASANPersentase maturasi oosit secara in vitro

Persentase maturasi didapat dari jumlahoosit yang telah terlihat polar bodi dan kromatinmetafase II, dibandingkan dengan jumlah oosityang dimaturasi. Hasil penelitian yang dilakukandidapat oosit yang telah mencapai tahap metafase [Iatau telah memiliki polar bodi dapat dilihat padaGambar I dan angka persentase oosit yang telahmatang dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil analisisstatistik tidak terdapat interaksi antara faktorpenambahan kultur sel granulosa dengan faktorpenambahan hormon dalam medium maturasi oositterhadap angka maturasi oos it in vitro.

Hal tersebut menunjukkan bahwapenggunaan hormon FSH dan PMSG samaefektifnya dalam mendorong perkembanganpematangan oosit. Hasil penelitian menunjukkanterjadinya peningkatan persentase maturasi oosityang dikultur dengan sel granulosa. Oosit yangdimatangkan dalam medium maturasi tanpa selgranulosa mencapai tingkat maturasi sebesar53,75yo 58,750 dengan rataan 56,250 ,sedangkan maturasi dengan kultur sel granulosamencapai tingkat maturasi 63,75yo - 7l,25yodengan tataan 67,50yo. Hasil ini menunjukkanpersentase maturasi oosit lebih tinggi mediumdengan sel granulosa dari pada tanpa sel granulosa.Perbedaan hasil yang diperoleh dapat disebabkanoleh metode pematangan yang digunakan.Faktor B adalah dua macam hormon, yaitu FSH

Gambar 1. (a) Oosit yahg telah dimaturasr Oosit terlihat telah memiliki polar bodi

$,

::llii:1

l;:ff;::l

l

(b)

Penambahan FSH dan PMSG terhadap Progesteron dan Maturasi Oosit (D. Dianti, et al.)

Vol13(l)

Tabel 1. Persentase maturasi oosit secara in vitro (oh)

Faktor B (Hormon)FallorA (Kultur) Rataan Kultur

PMSG FSH

Tanpa Sel granulosaSel Granulosa

(43180) 53,75(51/80) 63,75

(47t80) 58,7s(57 180) 71 ,25

56,25^+3,5467,50b+ 5,30

Rataan Hormon 58,75 * 7,07 65,00 + 8,84

Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05).Tanda kurung dalam tabel (jumlah oosit yang matang/jumlah oosit yang dimatangkan)

Hasil ini sesuai denganyang dikemukakanoleh Gordon (1994), bahwa faktor medium yangditambahkan dengan sel-sel granulosa, yang dapatmeningkatkan angka maturasi oosit. Hasilpenelitian ini lebih tinggi dari hasil yangdidapatkan oleh Hendri (1999) dengan angkakematangan oosit sebesar 600%.

Hasil analisis stastistik faktor A (kultur)terhadap angka pengamatan menunjukkan bahwaperlakuan medium tanpa sel granulosa berbedanyata (P<0,05) terhadap medium yang memakaikultur sel granulosa. Hal ini berarti pemakaiankultur sel granulosa dalam medium maturasi oositdapat meningkatkan persentase oosit yang matang.Sesuai dengan hasil penelitian yang dikemukakanJaswandi et al, (2003) bahwa medium yang didalamnya terkandung sel granulosa yangmerupakan bagian dari follicle, terlihatperkembangan embrio yang lebih baik dari segikualitas dan kuantitas. Demikian juga dari hasilpenelitian Teotia (2001) yang mendapatkan selgranulosa dari folikel mendukung proses maturasisitoplasma oosit kambing sebagaimana yangterlihat dari maturasi yang lebih baik, tingginyaangka fertilisasi, angka cleavage meningkat danpembentukan morula yang lebih baik.

Pemakaian hormon PMSG dan FSH dalammedium maturasi oosit in vitro tidak menunjukkanperbedaan yang nyata (P>0,05), namun terlihatpeningkatan persentase maturasi oosit yang lebihtinggi pada pemakaian FSH. Dimana angkamaturasi yang didapat pada pemakaian PMSGsebesar 53,75yo - 63,75oh dengan rataan 58,75oA.Sedangkan pada pemakaian FSH didapat angkamaturasi sebesar 58,75oA -71,25oA dengan rataan65,000 .

Tingkat kematangan inti yang hampir samadi antara kedua perlakuan hormonal menunjukkanaktifitas biologis yang hampir sama dari hormon

PMSG dan FSH dalam menstimulasi pertumbuhanfolikel dan pematangan inti oosit sampai tahapmetafase II. Seperti yang dikemukakan oleh Coleand Cupps (1997) dalam Partodihardjo (1987),bahwa secara fisiologis PMSG lebih bersifat FSHyang memiliki fungsi merangsang pembentukandan pertumbuhan follicle sehingga meningkatkankadar hormon estrogen di dalam darah(disekresikan oleh follicle de Graafl. SedangkanPMSG yang mirip dengan LH, mampumenstimulasi pertumbuhan sel-sel interstisialovarium yang merangsang terjadinya ovulasi danmerangsang terbentuknya sel-sel luteal. PMSGdalam dosis yang rendah akan memperlihatkanpengaruh yang mirip seperti FSH, jika dosisnyaditingkatkan maka pengaruhnya yang mirip LHakan terlihat (Nalbandov and Casida, 1940). Hasilini juga diperkuat oleh Gupta et al., (2004) bahwaPMSG efektif untuk menggantikan peranan FSHunfukmaturasiinvitro.

Tingkat kematangan yang sedikit rendahpada pemakaian PMSG dibanding FSH padapenelitian ini kemungkinan disebabkan oleh dosisyang belum optimal dari PMSG. Hasil penelitianGupta et al., (2004) pada kerbau menunjukkanbahwa hasil terbaik dari penggunaan PMSG dalammedium pematangan oosit kerbau secara in vitroadalah dengan dosis 40 - 50 IU/ml, sedangkan padapenelitian Jaswandi, et al. (2003) penggunaanhormon dengan dosis l0 pglml

Kadar hormon progesteron dalam mediummaturasi oosit secara in vitro

Kadar hormon progesteron yang didapatdari medium maturasi oosit yang dikultur dengansel granulosa yang ditambahkan hormon PMSGdan FSH secara in vitro. Hasil dari penelitian inidapat dilihat pada Tabel 2.

Penambahan FSH dan PMSG terhadap Progesteron dan Maturasi Oosit (D. Dianti, et al.)

Vol13(1)

Tabe|2. Kadar hormon progesteron pada maturasi oosit secara in vitro (nglml)

Faktor B (Hormon)FaktorA (Kultur) Rataan Kultur

PMSG FSH

Tanpa Sel granulosaSel Granulosa

0,741,40

a,7l0,70

0,72 +0,021,05 +0,49

Rataan Hormon 1,07 +,0,47 0,70 + 0,01

Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolomyang samamenunjukkanberbeda nyata (P<0,05).Tanda kurung dalam tabel fiumlah oosit yang matang/jumlah oosit yang dimatangkan)

Hasil penelitian dan uji statistik menunjukkanbahwa tidak terdapat interaksi dari penambahan sel

granulosa dengan hormon FSH dan PMSG dalammedium mahrasi oosit terhadap kadar hormonprogesteron.

Hal ini kemungkinan disebabkan karena kinerj asel tidak saling berkaitan dengan kineqa hormonFSH dan PMSG. Namun terdapat sel lain seperti selkumulus dalam penelitian Shirazi and Moalenian(2007) yang menunjukkan bahwa sel kumulus dalammatnrasi in vitro berperan terhadap produksi hormonsteroid dalam maturasi oosit in vitro.

Hasil penelitian menunjukkan produksihormon progesteron paling tinggi terdapat padamedium maturasi oosit yang menggunakan hormonPMSG, yaitu sebesar 0,7 4 - 1,40 ngl ml. Sedangkanmedium yang menggunakan hormon FSH sebesar0,71 - 0,70 nglml. Hal ini menunjukkan bahwaperanan hormon PMSG dalam medium maturasihampir setara dengan FSH. Seperti yangdikemukakan oleh Nalbandov and Casida (1940)bahwa, PMSG dalam dosis yang rendah akanmemperlihatkan pengaruh yang mirip seperti FSH,jika dosisnya ditingkatkan maka pengaruhnya yangmirip LH akan terlihat. Sebelumnya juga telahdikemukakan oleh Cole and Cupps (1969) dalamPartodihardjo (1987), bahwa secara fisiologisPMSG lebih bersifat FSH yang memiliki fungsimerangsang pembentukan dan pertumbuhanfolikel sehingga meningkatkan kadar hormon didalam darah (disekresikan olehfolikel de graaf)Ditambahkan oleh Nalbandov (1990) bahwa duakomponen yang terdapat pada ovarium adalah danCL yang keduanya mengeluarkan hormonprogesteron (invivo).

Hasil analisis stastistik menunjukkanterdapat perbedaan yang tidak nyata (P>0,05) padatiap perlakuan. Hal ini berarti penambahan FSHdan PMSG dalam maturasi oosit dengan sistemkultur tanpa sel atau kokultur sel granulosa tidakmemberikan pengaruh terhadap kadar hormonprogesteron dalam medium maturasi oosil in vitro.

Rata-rata kadar hormon progesteron tertinggidalam penelitian ini didapat dari medium yangmenggunakan kultur sel granulosa dengan hormonPMSG, yaitu sebesar 1,40 nglml. Hal inidisebabkan PMSG dibentuk pada jaringanplasenta, dan telah banyak bukti plasentamemproduksi hormon pro gesteron (Parto dihardj o,1 e87).

KESIMPULAN1. Tidak terdapat interaksi penambahan sel

granulosa dengan PMSG dan FSH dalammedium maturasi terhadap angka maturasioosit dan kadar hormon progesteron.

2. Persentase maturasi oosit yang tertinggididapatkan pada medium dengan sel granulosa.

3. Penambahan sel granulosa dan suple-mentasihormon (PMSG atau FSH) kedalam media invitro TCM 199 tidak berefek pada kadarhormon progesteron

DAF'TAR PUSTAKADe Smedt, V., N. Crozet., M. Ahmed Ali., A.

Martino, and Y. Cognie. 1992. In vitromaturation and fertilization of goat oocytes.Theriogenoi ogy. 37 : I 049- 1 060.

Gordon, I. 1994. Laboratory Production of CattleEmbryos. Biotechnology in AgriculturalSeries. CAB. International.

Gupta, P.S.P., S. Nandi., B.M. Ravrndranatha, andP.V.Sarma. 2004. Effect of commercially availablePMSG on maturation, fertiiization and embryodevelopment of buffalo oocytes in vitro. Tech.Report. Reprod, fertandDev. 13: 355-360.

Haney, A.F. and D.W. Schomberg. 1981. Estrogenand progesterone production by developingporcine follicles in vitro evidence foreskogen formation by theca. The EndrocrineSociety. Endocrinology. 109: 97 1 -97"7 .

Penambahan FSH dan PMSG terhadap Progesteron dan Maturasi Oosit (D. Diant| et al.)

Hendri. 1999. Penambahan berbagai Jenis Serumpada Medium TCM-199 untuk ProduksiEmbrio Sapi melalui Teknik Fertilisasi 1nWtro. Laporan Penelitian Dosen Muda.Fakultas Petemakan Universitas Andalas.Padang.

Hunter, R.H.F. 1995. Fisiologi dan TeknologiReproduksi Hewan Betina Domestik(Terj emahan D "K.H. Putra). ITB. Bandung.

Jaswandi., Z. Udin, dan M. Mundana. 2003.Pengembangan Sistem Kultur Tanpa CO2dalam Produksi Embrio Secara In Wtro.Laporan hibah Bersaing XI.

Lanzerdorf ,S.8., P.M. Gliesman, A.E. Archibong, M.Alexander, and D.P. Wolf. 1990. Collection andquality of rhesus monkey semen molecular.Reprod and D ev. 25 :67 - 66.

Moor, R.M. 1977. Sites of steroid production inovine graafian follicles in culture.Endocrinolo gy 7 3 :143 - 1 50.

Nalbandov, A.V. and L.E. Casida. 1940.Gonadotrophic action of pituitaries frompregnant cows. Endocrinol. 25 : 559 -566.

Nalbandov, A.V. 1990. Fisiologi Reproduksi pada

Vol13(1)

Mamalia dan Unggas. Edisi ke-3.Universitas Indonesia. J akarta.

Partodihardjo, S. 1987. Ilmu Reproduksi Hewan.Cetakan ke-3. Mutiara Sumber Widya.Jakarta.

Pawshe, C.H., S.M. Totey, and S. K. Jain. 1994. Acomparison of three methods of recovery ofgoat for in vitro maturation and fertilizationwith frozen thawed semen. Theriogenology25:591-600.

Setiadi, M.A .2ffi2. Effect of coculhr with follicle shellon cumulus expansion and nuclem maturationporcine in uto. Reprotech. 7 :87 -9 1.

Shirazi, A. and Z. Moalemian. 2007. Ovinecumulus cells estradiol 17 $ Production inthe presence or absence of oocites. AnimalReproduction science. 101 : 125-133.

Steel, R.D.G. and J.H. Torrie. 1995. Prinsip danProsedur Statistik Suatu PendekatanBiometnk. Gramedia. J akarta.

Teotia, A.T., G. Tarusharma, and A.C. Majumdan.2001. Fertilization and development ofcaprine oocites matured over granulose cellmonolayer. Theriogenology 40:165-177 .

6 Penambahan FSH dan PMSG terhadap Progesteron dan Maturasi Oosit (D. Dianti, et al.)