daftar pustaka,,diare
-
Upload
rina-nur-apriyanti-chuabbie -
Category
Documents
-
view
444 -
download
0
description
Transcript of daftar pustaka,,diare
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI DIARE
Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), Diare adalah penyebab nomor
satu kematian balita di seluruh dunia. Di Indonesia, diare adalah pembunuh balita
nomor dua setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Sementara UNICEF
(Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk urusan anak) memperkirakan bahwa,
setiap 30 detik ada satu anak yang meninggal dunia karena diare. Di Indonesia,
setiap tahun 100.000 balita meninggal karena diare
Diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam
satu hari dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih. Orang yang
mengalami diare akan kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi
tubuh. Hal ini membuat tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik dan dapat
membahayakan jiwa, khususnya pada anak dan orang tua.
PENYEBAB
Kondisi ini dapat merupakan gejala dari luka, penyakit, alergi (fructose,
lactose), memakan makanan yang asam,pedas,atau bersantan secara berlebihan,
dan kelebihan vitamin C dan biasanya disertai sakit perut, dan seringkali mual
dan muntah.
Beberapa perilaku yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diare pada
balita( Depkes RI, 2007),yaitu :
7
1. Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama pada kehidupan.
Pada balita yang tidak diberi ASI resiko menderita diare lebih besar
daripada balita yang diberi ASI penuh, dan kemungkinan menderita
dehidrasi berat lebih besar.
2. Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan
pencemaran oleh kuman karena botol susah dibersihkan. Penggunaan
botol yang tidak bersih atau sudah dipakai selama berjam-jam dibiarkan
dilingkungan yang panas, sering menyebabkan infeksi usus yang parah
karena botol dapat tercemar oleh kuman-kuman/bakteri penyebab diare.
Sehingga balita yang menggunakan botol tersebut beresiko terinfeksi
diare
3. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar, bila makanan disimpan
beberapa jam pada suhu kamar, makanan akan tercermar dan kuman akan
berkembang biak.
4. Menggunakan air minum yang tercemar.
5. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang
tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak
6. Tidak membuang tinja dengan benar, seringnya beranggapan bahwa tinja
tidak berbahaya, padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri
dalam jumlah besar. Selain itu tinja binatang juga dapat menyebabkan
infeksi pada manusia.
8
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan enam
besar, tetapi yang sering ditemukan di lapangan adalah diare yang disebabkan
infeksi dan keracunan. Penyebab diare secara lengkap adalah sebagai berikut: (1)
infeksi yang dapat disebabkan: a) bakteri, misal: Shigella, Salmonela, E. Coli,
golongan vibrio, bacillus cereus, Clostridium perfringens, Staphyiccoccus
aureus, Campylobacter dan aeromonas; b) virus misal: Rotavirus, Norwalk dan
norwalk like agen dan adenovirus; c) parasit, misal: cacing perut, Ascaris,
Trichiuris, Strongyloides, Blastsistis huminis, protozoa, Entamoeba histolitica,
Giardia labila, Belantudium coli dan Crypto; (2) alergi, (3) malabsorbsi, (4)
keracunan yang dapat disebabkan; a) keracunan bahan kimiawi dan b) keracunan
oleh bahan yang dikandung dan diproduksi: jasat renik, ikan, buah-buahan dan
sayur-sayuran, (5) Imunodefisiensi dan (6) sebab-sebab lain (Widaya, 2004).
PATOFISIOLOGI
Istilah diare digunakan jika feses kehilangan konsistensi normalnya yang
padat. Hal ini biasanya berhubungan dengan peningkatan beratnya (pada laki-
laki>235 g/hari dan perempuan>175g/hari) dan frekuensinya (>2 perhari).
Macam-macam diare:
Diare osmotic : terjadi akibat asupan sejumlah makanan yang sukar diserap
bahkan dalam keadaan normal atau pada malabsorbsi. Termasuk dalam
kelompok pertama adalah sorbitol(ada dalam obat bebas gula dan permen serte
buah-buahan tertentu), fruktosa (jeruk, lemon, berbagai buah, madu), garam
magnesium (antasida, laktasif) serta anion. Zat yang tidak diserap bersifat aktif
9
secara osmotic pada usus halus sehingga menarik air ke dalam lumen. Dan hal ini
tergambarkan dalam beberapa percobaan. Misalnya, asupan zat yang tidak
diserap sebesar 150 mmol dalam 250 mL air akan memulai sekresi air secara
osmitik di duodenum sehingga volumenya meningkat hingga 750 mL. Pada
malabsorbsi karbohidrat, penurunan absorbsi Na di usus halus bagian atas
menyebabkan penyerapan air menjadi berkurang . Aktivitas osmotic dari
karbohidrat yang tidak diserap juga menyebabkan sekresi air. Akan tetapi,
bakteri di dalam usus besar dapat memetabolisme karbohidrat yang tidak diserap
hingga sekitar 80 g/hari menjadi asam organic yang berguna untuk menghasilkan
energi, yang bersama-sama dengan air akan diserap di dalam kolon. Hanya gas
yang dihasilkan dalam jumlah besar yang akan memberikan bukti terjadinya
malabsorbsi karbohidrat. Namun, jika jumlah yang tidak diserap >80 g/hari atau
bakteri usus dihancurkan oleh antibiotic , akan terjadi diare.
Diare sekretorik : dalam pemahaman yang lebih sempit terjadi jika sekresi Cl
di mukosa usus halus diaktifkan. Di dalam sel mukosa , Cl secara sekunder aktif
diperkaya oleh pembawa simport Na-K-2Cl basolateral dan disekeresi melalui
kanal Cl di dalam lumen. Kanal ini akan lebih sering membuka ketika
konsentrasi cAMP intrasel meningkat. cAMP dibentuk dalam jumlah yang lebih
besar jika terdapat misal laktasif dan toksin bakteri tertentu (kolera). Toksin
kolera menyebabkan diare massif (hingga 1000mL/jan) yang dapat secara cepat
mengancam nyawa akibat kehilangan air, K dan HCO3. Pembentukan VIP
(vasoactive intestinal peptide) yang berlebihan oleh sel tumor pulau pancreas
10
juga menyebabkan tingginya kadar cAMP di mukosa usus sehingga
mengakibatkan diare yang berlebihan dan mengancam nyawa yang biasa disebut
dengan colera pankreatik Terdapat beberapa alasan mengapa diare terjadi setelah
reaksi ileum dan sebagian kolon. Garam empedu, yang normalnya diabsorbsi di
ileum, akan mempercepat aliran yang melalui kolon (absorbsi air menurun).
Selain itu, garam empedu yang tidak diserap akan dehidroksilasi oleh bakteri
dikolon. Metabolit garam empedu yang terbentuk akan merangsang sekresi NaCl
dan H2O dikolon. Akhirnya, juga terjadi kekurangan absorbsi aktif Na pada
segmen usus yang direseksi.
GEJALA
Diare dapat menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit,
terutama natrium dan kalium dan sering disertai dengan asidosis metabolik.
Dehidrasi dapat diklasifikasikan berdasarkan defisit air dan atau keseimbangan
serum elektrolit. Setiap kehilangan berat badan yang melampaui 1% dalam sehari
merupakan hilangnya air dari tubuh. Kehidupan bayi jarang dapat dipertahankan
apabila defisit melampaui 15% (Soegijanto, 2002).
Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi empat
kali atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai: muntah, badan lesu atau
lemah, panas, tidak nafsu makan, darah dan lendir dalam kotoran, rasa mual dan
muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus.
Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam,
penurunan nafsu makan atau kelesuan. Selain itu, dapat pula mengalami sakit
11
perut dan kejang perut, serta gejala- gejala lain seperti flu misalnya agak demam,
nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang-
kadang menyebabkan tinja mengandung darah atau demam tinggi (Amiruddin,
2007).Menurut Ngastisyah (2005) gejala diare yang sering ditemukan mula-mula
pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang, tinja
mungkin disertai lendir atau darah, gejala muntah dapat timbul sebelum dan
sesudah diare. Bila penderita kehilangan cairan dan elektrolit, gejala dehidrasi
mulai nampak, yaitu berat badan menurun, turgor berkurang, mata dan ubun-
ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak
kering.
Dehidrasi merupakan gejala yang segera terjadi akibat pengeluaran cairan
tinja yang berulang-ulang. Dehidrasi terjadi akibat kehilangan air dan elektrolit
yang melebihi pemasukannya (Suharyono, 1986). Kehilangan cairan akibat diare
menyebabkan dehidrasi yang dapat bersifat ringan, sedang atau berat.
PENULARAN
Penularan penyakit diare adalah kontak dengan tinja yang terinfeksi secara
langsung, seperti :Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang
sudah dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor. Bermain
dengan mainan yang terkontaminasi, apalagi pada bayi sering memasukan
tangan/mainan/apapun kedalam mulut. Karena virus ini dapat bertahan
dipermukaan udara sampai beberapa hari. Pengunaan sumber air yang sudah
tercemar dan tidak memasak air dengan benar mencucian dan pemakaian botol
12
susu yang tidak bersih. Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai
buang air besar atau membersihkan tinja anak yang terinfeksi, sehingga
mengkontaminasi perabotan dan alat-alat yang dipegang.
PENCEGAHAN
Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum yakni:
pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention) yang meliputi promosi
kesehatan dan pencegahan khusus, pencegahan tingkat kedua (Secondary
Prevention) yang meliputi diagnosis dini serta pengobatan yang tepat, dan
pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) yang meliputi pencegahan
terhadap cacat dan rehabilitasi (Nasry Noor, 1997).
1.Pencegahan Primer
Pencegahan primer penyakit diare dapat ditujukan pada faktor
penyebab, lingkungan dan faktor pejamu. Untuk faktor penyebab
dilakukan berbagai upaya agar mikroorganisme penyebab diare
dihilangkan. Peningkatan air bersih dan sanitasi lingkungan,
perbaikan lingkungan biologis dilakukan untuk memodifikasi
lingkungan. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh dari pejamu maka
dapat dilakukan peningkatan status gizi dan pemberian imunisasi.
13
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan tingkat kedua ini ditujukan kepada sianak yang
telah menderita diare atau yang terancam akan menderita yaitu
dengan menentukan diagnosa dini dan pengobatan yang cepat dan
tepat, serta untuk mencegah terjadinya akibat samping dan
komplikasi. Prinsip pengobatan diare adalah mencegah dehidrasi
dengan pemberian oralit (rehidrasi) dan mengatasi penyebab diare.
Diare dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti salah makan,
bakteri, parasit, sampai radang. Pengobatan yang diberikan harus
disesuaikan dengan klinis pasien. Obat diare dibagi menjadi tiga,
pertama kemoterapeutika yang memberantas penyebab diare seperti
bakteri atau parasit, obstipansia untuk menghilangkan gejala diare dan
spasmolitik yang membantu menghilangkan kejang perut yang tidak
menyenangkan. Sebaiknya jangan mengkonsumsi golongan
kemoterapeutika tanpa resep dokter. Dokter akan menentukan obat
yang disesuaikan dengan penyebab diarenya misal bakteri, parasit.
Pemberian kemoterapeutika memiliki efek samping dan sebaiknya
diminum sesuai petunjuk dokter (Fahrial Syam, 2006).
3. Pencegahan Tertier
Pencegahan tingkat ketiga adalah penderita diare jangan
sampai mengalami kecatatan dan kematian akibat dehidrasi. Jadi pada
tahap ini penderita diare diusahakan pengembalian fungsi fisik,
14
psikologis semaksimal mungkin. Pada tingkat ini juga dilakukan
usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat samping dari
penyakit diare. Usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan terus
mengkonsumsi makanan bergizi dan menjaga keseimbangan cairan.
Rehabilitasi juga dilakukan terhadap mental penderita dengan tetap
memberikan kesempatan dan ikut memberikan dukungan secara
mental kepada anak. Anak yang menderita diare selain diperhatikan
kebutuhan fisik juga kebutuhan psikologis harus dipenuhi dan
kebutuhan sosial dalam berinteraksi atau bermain dalam pergaulan
dengan teman sepermainan.
PENGOBATAN
Karena penyebab Diare akut / diare mendadak tersering adalah Virus, maka
tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkan, karena biasanya akan sembuh
dengan sendirinya setelah beberapa hari. Maka pengobatan diare ini
ditujukan untuk mengobati gejala yang ada dan mencegah terjadinya dehidrasi
atau kurang cairan. Diare akut dapat disembuhkan hanya dengan meneruskan
pemberian makanan seperti biasa dan minuman / cairan yang cukup saja. Yang
perlu diingat pengobatan bukan memberi obat untuk menghentikan diare, karena
diare sendiri adalah suatu mekanisme pertahanan tubuh untuk mengeluarkan
kontaminasi makanan dari usus. Mencoba menghentikan diare dengan obat
seperti menyumbat saluran pipa yang akan keluar dan menyebabkan aliran balik
15
dan akan memperburuk saluran tersebut. Oleh karena proses diare ini adalah
mekanisme pertahanan dari tubuh, akan sembuh dengan sendirinya setelah
beberapa hari - ( 14 hari) dimana diare makin berisi - dari air ( watery) mulai
berampas, berkurang frekuensi nya dan sembuh. Yang terpenting pada diare
adalah mencegah dan mengatasi gejala dehidrasi.
Yang terpenting diperhatikan pada kasus diare mendadak ini adalah:
Ingat menghentikan diare virus dengan obat bukanlah jalan terbaik. Tetapi
jangan menjadi bingung bila diare tetap ada sampai beberapa hari. Karena
biasanya berlangsung beberapa hari-14 hari. Dan sembuh. Tergantung dari
keadaan kesehatan anak dan banyaknya cairan yang masuk.
Pengatasan diare adalah dengan memperhatikan adanya tanda-tanda
Penanganan Yang dehidrasi terbaik adalah tetap memberikan makanan dan
minum (ASI) seperti biasa. Bila sudah disertai muntah, untuk pengantian
cairan anda dapat memberikan pedialyte ( oralit unutk anak2 dengan
beberapa rasa). Kurangi makanan yang mengandung terlalu banyak gula.
Ingat memang tidak mudah memberikan anak cairan yang agak terasa asin
ini, bahkan beberapa anak akan menolaknya. Tapi bersabarlah dan tetap
berusaha mencari jalan supaya anak dapat meminum cairan ini.
Dan yang paling terpenting adalah Membuat anak kembali kemakanan
padatnya ( dan / atau susu formulanya/ASI) karena ini adalah yang terbaik
untuk mengobati diarenya. Karena sel2 usus yang dirusak oleh virus
16
memerlukan nutrisi untuk pembentukan kembali. Penelitian menyatakan
bahwa pemberian makanan seperti biasanya akan memperpendek masa
waktu gejala dari diare ini.
2.2 Faktor Makanan Yang Terkontaminasi Dengan Penyakit Diare
2.2.1 Kebiasaan Jajan Sembarangan
Diare juga bisa karena enterotoksin atau racun yang dihasilkan oleh
bakteri Clostridium dan Staphylococcus yang menghasilkan endotoksin atau parasit.
Yang terbanyak adalah diare karena infeksi bakteri E. coli atau yang agak jarang
Shigella, Entamoeba hystolytica, Salmonella sp, V.eltor, V.cholerae, serta bakteri
non-patogen yang tumbuh berlebihan. Diare bakterial atau invasif terjadi kalau
bakteri dalam makanan yang terinfeksi masuk menyerbu ke dalam mukosa. Di situ
bakteri memperbanyak diri, menghasilkan toksin yang selanjutnya diserap ke dalam
darah, menimbulkan gejala yang hebat: demam tinggi, kejang, mencret berdarah dan
berlendir. Supaya tidak mengakibatkan diare yang berkepanjangan (lebih dari 14
hari), tentu harus segera diobati.
Diare yang sifatnya kronik, a.l. bisa karena penyakit-penyakit seperti kanker usus
besar, kanker pankreas, cacingan, peradangan usus besar yang berkepanjangan,
kerusakan mukosa usus, gangguan imunologik, dll.
17
2.2.2 Kebiasaan Anak Mengempeng
Penggunaan empeng hingga lebih dari usia dua tahun juga bisa
memperparah kondisi tersebut.Karena saat mengisap empeng, rahang atas
secara refleks akan maju ke depan. Sementara rahang bawah bergerak ke arah
sebaliknya atau terdorong masuk ke mulut. Perubahan posisi gigi juga besar
kemungkinannya terjadi jika anak mengempeng.
Sementara itu, menurut Patricia Hamaguchi, penulis Childhood, Speech,
Language, and Listening Problems: What Every Parent Should Know,
kebiasaan mengisap empeng juga bisa menimbulkan masalah bahasa dan
pengucapan kata. Hal lain yang ditakutkan adalah kegiatan mengisap empeng
ini akan terus melekat, bahkan hingga anak memasuki usia sekolah. Tentunya
ini akan menjadi lebih sulit dihentikan jika sudah menjadi kebiasaan.
Banyak dampak kesehatan yang timbul pada anak dengan kebiasaan
mengempeng. Dari badan kurus sampai diare.Anak yang menggunakan
empeng itu sering diare dan juga kurus karena kurangnya asupan gizi.
2.3Faktor Prilaku Kebiasaan Anak Dengan Penyakit Diare
2.3.1.Kebiasaan mencuci tangan
Diare merupakan salah satu penyakit yang penularannya berkaitan
dengan penerapan perilaku hidup sehat. Sebahagian besar kuman infeksius
penyebab diare ditularkan melalui jalur oral. Kuman-kuman tersebut
ditularkan dengan perantara air atau bahan yang tercemar tinja yang
18
mengandung mikroorganisme patogen dengan melalui air minum. Pada
penularan seperti ini, tangan memegang peranan penting, karena lewat tangan
yang tidak bersih makanan atau minuman tercemar kuman penyakit masuk ke
tubuh manusia.
Pemutusan rantai penularan penyakit seperti ini sangat berhubungan dengan
penyediaan fasilitas yang dapat menghalangi pencemaran sumber perantara
oleh tinja serta menghalangi masuknya sumber perantara tersebut kedalam
tubuh melalui mulut. Kebiasaan mencuci tangan pakai sabun adalah perilaku
amat penting bagi upaya mencegah diare. Kebiasaan mencuci tangan
diterapkan setelah buang air besar, setelah menangani tinja anak, sebelum
makan atau memberi makan anak dan sebelum menyiapkan makanan.
Kejadian diare makanan terutama yang berhubungan langsung dengan
makanan anak seperti botol susu, cara menyimpan makanan serta tempat
keluarga membuang tinja anak (Howard & Bartram, 2003).
Hubungan kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian diare dikemukakan
oleh Bozkurt et al (2003) di Turki, orang tua yang tidak mempunyai
kebiasaan mencuci tangan sebelum merawat anak, anak mempunyai risiko
lebih besar terkena diare. Heller (1998) juga mendapatkan adanya hubungan
antara kebiasaan cuci tangan ibu dengan kejadian diare pada anak di Betim-
Brazil. Anak kecil juga merupakan sumber penularan penting diare. Tinja
anak, terutama yang sedang menderita diare merupakan sumber penularan
diare bagi penularan diare bagi orang lain. Tidak hanya anak yang sakit, anak
19
sehatpun tinjanya juga dapat menjadi carrier asimptomatik yang sering
kurang mendapat perhatian. Oleh karena itu cara membuang tinja anak
penting sebagai upaya mencegah terjadinya diare (Sunoto dkk, 1990).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Aulia dkk., (1994) di Sumatera
Selatan, kebiasaan ibu membuang tinja anak di tempat terbuka merupakan
faktor risiko yang besar terhadap kejadian diare dibandingkan dengan
kebiasaan ibu membuang tinja anak di jamban.
2.3.2.Kebiasaan memotong kuku
Usaha pencegahan penyakit diare antara lain: menjaga
kebersihan badan, kebersihan lingkungan dengan baik,
makanan dan minuman yang baik dan bersih, memakai alas
kaki, membuang air besar di jamban (kakus), memelihara
kebersihan diri dengan baik seperti memotong kuku dan
mencuci tangan sebelum makan. Kebersihan perorangan
penting untuk pencegahan. Kuku sebaiknya selalu dipotong
pendek untuk menghindari penularan kuman dan bakteri dari
tangan ke mulut.
2.4 Faktor Pengetahuan ibu Terhadap Penyakit Diare
2.4.1 Pemberian air susu ibu (ASI)
20
ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi komponen zat
makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan
diserap secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga
pertumbuhan sampai umur 4-6 bulan. Untuk menyusui dengan aman dan
nyaman ibu jangan memberikan cairan tambahan seperti air, air gula atau
susu formula terutama pada awal kehidupan anak. Memberikan ASI segera
setelah bayi lahir, serta berikan ASI sesuai kebutuhan. ASI mempunyai
khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain
yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare,
pemberian ASI kepada bayi yang baru lahir secara penuh mempunyai daya
lindung empat kali lebih besar terhadap diare dari pada pemberian ASI yang
disertai dengan susu botol. Pada bayi yang tidak diberi ASI pada enam bulan
pertama kehidupannya, risiko mendapatkan diare adalah 30 kali lebih besar
dibanding dengan bayi yang tidak diberi ASI (Depkes, 2000).
Bayi yang memperoleh ASI mempunyai morbiditas dan mortalitas diare lebih
rendah. Bayi dengan air susu buatan (ASB) mempunyai risiko lebih tinggi
dibandingkan dengan bayi yang selain mendapat susu tambahan juga
mendapatkan ASI, dan keduanya mempunyai risiko diare lebih tinggi
dibandingkan dengan bayi yang sepenuhnya mendapatkan ASI. Risiko relatif
ini tinggi dalam bulan-bulan pertama kehidupan (Suryono, 1988).
2.4.2 Mencuci tangan dan Peralatan Makan Anak
21
Biasakan mencuci tangan memakai sabun dan air bersih yang mengalir
sebelum menyiapkan makanan bayi dan anak balita, sebelum memegang
bayi, setelah buang air besar, dan setelah membersihkan bayi dan anak balita
dari buang air besar.
Biasakan mencuci alat-alat makan dan minum dengan air bersih serta
membilas dengan air matang sebelum dipakai, merebus/menyeduh botol susu
bayi dan balita sebelum dipakai.Dengan cara seperti ini dapat mengurangi
resiko anak untuk terkena diare.Karena memutus perjalanan dari penyakit
tersebut.
2.5 Faktor Sanitasi Terhadap Penyakit Diare
2.5.1.Penyediaan air bersih
Air adalah salah satu kebutuhan pokok hidup manusia, bahkan hampir
70% tubuh manusia mengandung air. Air dipakai untuk keperluan makan,
minum, mandi, dan pemenuhan kebutuhan yang lain, maka untuk keperluan
tersebut WHO menetapkan kebutuhan per orang per hari untuk hidup sehat
60 liter. Selain dari peranan air sebagai kebutuhan pokok manusia, juga dapat
berperan besar dalam penularan beberapa penyakit menular termasuk diare
(Sanropie, 1984).
Sumber air yang sering digunakan oleh masyarakat adalah: air permukaan
yang merupakan air sungai, dan danau. Air tanah yang tergantung
kedalamannya bisa disebut air tanah dangkal atau air tanah dalam. Air
22
angkasa yaitu air yang berasal dari atmosfir seperti hujan dan salju (Soemirat,
1996).
Air dapat juga menjadi sumber penularan penyakit. Peran air dalam
terjadinya penyakit menular dapat berupa, air sebagai penyebar mikroba
patogen, sarang insekta penyebar penyakit, bila jumlah air bersih tidak
mencukupi, sehingga orang tidak dapat membersihkan dirinya dengan baik,
dan air sebagai sarang hospes sementara penyakit (Soemirat, 1996).
Dengan memahami daur/siklus air di alam semesta ini, maka sumber air
dapat diklasifikasikan menjadi; a) air angkasa seperti hujan dan air salju, b)
air tanah seperti air sumur, mata air dan artesis, c) air permukaan yang
meliputi sungai dan telaga. Untuk pemenuhan kebutuhan manusia akan air,
maka dari sumber air yang ada dapat dibangun bermacam-macam saran
penyediaan air bersih yang dapat berupa perpipaan, sumur gali, sumur pompa
tangan, perlindungan mata air, penampungan air hujan, dan sumur artesis
(Sanropie, 1984).
Untuk mencegah terjadinya diare maka air bersih harus diambil dari sumber
yang terlindungi atau tidak terkontaminasi. Sumber air bersih harus jauh dari
kandang ternak dan kakus paling sedikit sepuluh meter dari sumber air. Air
harus ditampung dalam wadah yang bersih dan pengambilan air dalam wadah
dengan menggunakan gayung yang bersih, dan untuk minum air harus di
masak. Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air bersih mempunyai
23
resiko menderita diare lebih kecil bila dibandingkan dengan masyarakat yang
tidak mendapatkan air besih (Andrianto, 1995).
2.6 KERANGKA KONSEP
VARIABEL
FAKTOR –FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
DIARE PADA BALITA
1.FAKTOR KEBIASAAN ANAK2.FAKTOR SANITASI3.FAKTOR PENGETAHUAN IBU
PENYAKIT DIARE
24
VARIABEL BEBAS
25
26