DAFTAR ISI - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/artikel/pengaruh_kesadaran_m... · No...
Transcript of DAFTAR ISI - sipeg.unj.ac.idsipeg.unj.ac.id/repository/upload/artikel/pengaruh_kesadaran_m... · No...
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………. ii
SUSUNAN ACARA ……………………………………………………………………………. viii
ABSTRAK
PERSPEKTIF KRITIS PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN 1% PADA UMKM …. 1
Yuyung Rizka Aneswari
I Nyoman Darmayasa
Elana Era Yusdita
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN
DAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB-P2) PADA DINAS PENDAPATAN
DAERAH KABUPATEN SERANG …………………………………………………………… 2
Ayu Noorida Soerono
Nana Nofianti
Dwi Septa Mulyani
JERUJI GIJZELINGNOBODY WANTS TO PAY TAXES Versus ORANG
BIJAK TAAT PAJAK(STUDI PADA PERILAKU WAJIB PAJAK
DI KOTA SURABAYA) ……………………………………………………………………….. 3
Erlina Diamastuti
Dewi Prastiwi
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU
PENGGUNAAN E-FILLING DALAM PELAPORAN SPT
OLEH WAJIB PAJAK BADAN ……………………………………………………………… 4
Indra Pahala
Tresno Eka Jaya
Linda Setyorini
PENGARUH TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN TERHADAP
PENINGKATAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN DENGAN
PENAGIHAN PAJAK SEBAGAI VARIABEL MODERATING
(PADA KPP PRATAMA CILANDAK JAKARTA SELATAN) …………………………... 5
Diera Darmayani
Eva Herianti
iii
PREDIKSI MINAT PERILAKU MENGGUNAKAN JASA PAJAK ELEKTRONIK:
ANALISIS FAKTOR KONFIRMATORI ………………………………………………….. 6
Jullie J. Sondakh
KESALAHAN MEKANISME PEMUNGUTAN PPN ………………………………….. 7
Sri Hanggana
LABA KOMPREHENSIP DAN DEFERRED TAX SEBAGAI PREDIKTOR
SANKSI DAN DENDA PAJAK ………………………………………………………….. 8
Tresno Eka Jaya
PENGARUH PENINGKATAN PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP),
KEMUDAHAN PEMBUATAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP),
PEMBEBASAN FISKAL BAGI PEMILIK NPWP, DAN PELAPORAN PAJAK
PENGHASILAN MENGGUNAKAN E-SPT/E-FILING TERHADAP
KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI(STUDI EMPIRIS
WAJIB PAJAK PRIBADI DI WILAYAH KPP TAMANSARI DUA,
JAKARTA BARAT) ………………………………………………………………………… 9
Yuwono
Sugeng Riyadi
PENGARUH KOMPENSASI MANAJEMEN, FASILITAS PERPAJAKAN,
DAN MANAJEMEN LABA TERHADAP MANAJEMEN PAJAK PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2011-2013 …………………… 10
Indra Pahala
Ratna Anggraini
Ita Wulandari
PENGARUH SELF ASSESSMENT SYSTEM, SURAT TAGIHAN PAJAK,
DAN RESTITUSI PPN TERHADAP PENERIMAAN PAJAK
PERTAMBAHAN NILAI …………………………………………………………………. 11
Indra Pahala
Santi Susanti
Anieng Pratiwi
PENGGUNAAN E-SYSTEM DAN PERILAKU KEPATUHAN PERSPEKTIF
WAJIB PAJAK KARYAWAN ........................................................................................... 12
Meiliana Wikarsa
Stephanie Febriana Y
Pricillia Lanrence B
MENELISIK PAJAK PENGHASILAN ATAS BISNIS ONLINE SHOP ………………. 13
Elisabeth Ria Viana
Paulina Margareth
Serly
iv
PERSPEKTIF MAHASISWA STIE PERBANAS SURABAYA
ATAS TAX EVASION ……………………………………………………………………… 14
Supriyati
PENGARUH SOSIALISASI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN
PERPAJAKAN WAJIB PAJAK USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
(UMKM) DI SURAKARTA DENGAN PENGETAHUAN PERPAJAKAN
SEBAGAI VARIABEL PEMEDIASI …………………………………………………… 15
RizkyAkbarAnwar
MuhammadSyafiqurrahman
PENGARUHORGAN-ORGAN PENDUKUNG GOOD CORPORATE GOVERNANCE
TERHADAP TAX AVOIDANCE ………………………………………………………… 16
RafikaPutriUtami
MuhammadSyafiqurrahman
FAKTOR-FAKTOR YANG MENDORONG NIAT MAHASISWA DIPLOMA III
AKUNTANSI MEMILIH KARIR MENJADI PEGAWAI DIREKTORAT
JENDERAL PAJAK ………………………………………………………………….. 17
Yanto Darmawan
Yudi Santara Setyapurnama
MENINGKATKAN KEPATUHAN DAN PENERIMAAN PAJAK MELALUI
WITHHOLDING TAX SYSTEM ……………………………………………………… 18
I Nyoman Darmayasa
Yuyung Rizka Aneswari
Elana Era Yusdita
PENGARUH KESADARAN MEMBAYAR PAJAK, PENGETAHUAN DAN
PEMAHAMAN PERATURAN PAJAK, PERSEPSI ATAS EFEKTIFITAS SISTEM
PERPAJAKAN, KUALITAS PELAYANAN, DAN SANKSI PERPAJAKAN
TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KANTOR
PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA PULOGADUNG …………………… 19
Tresno Eka Jaya R
Margian Utami
Yunika Murdayanti
PENGARUH PEMERIKSAAN DAN PENAGIHAN PAJAK TERHADAP
KEPATUHAN WAJIB PAJAK DENGAN INFORMASI TREN MEDIA
SEBAGAI VARIABEL MODERATING
(STUDI KASUS KPP PRATAMA JAKARTA KEBAYORAN BARU TIGA) ………… 20
Devy Yekti Palupi
Eva Herianti
v
DETERMINAN TINDAKAN TAX EVASION
(STUDI KASUS PADA KPP PRATAMA SEMARANG CANDISARI) ………………. 21
Prabowo Yudo Jayanto
PENGARUH SOSIALISASI, PELAYANAN FISKUS, DAN PENGETAHUAN
PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM
MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN
PERKOTAAN (PBB-P2) DI KABUPATEN PONOROGO …………………………… 22
Denty Arista
Ihyaul Ulum
Dhaniel Syam
PENGARUH KUALITAS LAYANAN ACCOUNT REPRESENTATIVE TERHADAP
KEPATUHAN WAJIB PAJAK DENGAN KEPUASAN WAJIB PAJAK
SEBAGAI VARIABEL INTERVENING(STUDI PADA WAJIB
PAJAKORANG PRIBADI YANG TERDAFTAR DI KANTOR
PELAYANAN PAJAK PRATAMA SURABAYA KARANGPILANG) ………………. 23
Novi Khoiriawati
Lintang Venusita
ANALISIS TINGKAT KESIAPAN PEMERINTAH DAERAH DALAM
PENGAMBILALIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PEDESAAN
DAN PERKOTAAN (PBB-P2)
(STUDI KASUS PADA PEMERINTAH KOTA PEKANBARU) …………………….. 24
Hesty Wulandari
ANALISIS DAMPAK PP NO. 46 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK
PENGHASILAN UMKM DI WILAYAH SOLO DAN SEKITARNYA ……………… 25
Maria Nirmala Putri
Eko Madyo Sutanto
Titiek Puji Astuti
TAX COMPLIANCE DITINJAU DARITHEORY OF PLANNED BEHAVIOR (TPB):
STUDI EMPIRIS PADA WAJIP PAJAK ORANG PRIBADI DAN
BADAN YANG TERDAFTAR PADA KPP DI KOTA PALEMBANG ……………….. 26
Desy Lesmana
Delfi Panjaitan
Mutiara Maimunah
PENGARUH ETNISITAS TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK
UMKM DI INDONESIA DENGAN VARIABEL INTERVENING
KEPERCAYAAN …………………………………………………………………………… 27
Evans Sembada Sugiarto
Ari Kuncara Widagdo
vi
PENGARUH PENERAPAN E-SPT PPN, E-SPT PPH 21 TERHADAP
KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM PENERIMAAN PAJAK ................................ 28
Toyiba
Hamilah
PENGARUH PENAGIHAN AKTIF DENGAN SURAT TEGURAN
DAN SURAT PAKSA TERHADAP PELUNASAN TUNGGAKAN PAJAK ……………. 29
Surya Trisna Dani Syam
Soeprijadi
ANALISIS PERSEPSI WAJIB PAJAK UMKM TENTANG PP. NO.46
TAHUN 2013 TERHADAP KEMAUAN WAJIB PAJAK DALAM
MEMBAYAR PAJAK: STUDI PADA WP UMKM DI KOTA PALEMBANG ………… 30
Delfi Panjaitan
Desy Lesmana
Mutiara Maimunah
EFEKTIVITAS PELAYANAN PELAPORAN SPT MASA BAGI WAJIP
PAJAK ORANG PRIBADI DAN BADAN MELALUI LAYANANDRIVE THRU
(STUDI PADA KPP PRATAMASINGOSARI) ..……………………………………….. 31
Maya ZukhrifatilJinan
Bambang Haryadi
Gita Arasy Harwida
CORPORATE GOVERNANCE, TAXAVOIDANCE, AUDIT DELAY DAN NILAI PERUSAHAAN
(STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN PERBANKAN DI BEI PERIODE 2010-2014
……………………………………………………………………….. 32
RonaldTehupuring
PENGARUH LIKUIDITAS SAHAMPERBANKANDANPROFITABILITAS
TERHADAPEFISIENSI PEMBAYARANPAJAK ……………………………………… 33
RonaldTehupuring
IMPLEMENTASI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013:
REALITAS SEMU BAGI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM)
DI KABUPATEN BANGKALAN ………………………………………………………… 34
Dachliyati
Nurhayati
Rahmat Zuhdi
PANDANGAN TERHADAP TAX AMNESTY: SEBUAH TEMUAN AWAL ……….. 35
Nur Sayidah
vii
PENGARUH MINAT INVESTOR ASING TERHADAP PENGHINDARAN
PAJAK DI PERUSAHAAN MANUFAKTUR TERDAFTAR BEI 2011-2014 ………… 36
Muhammad Gibran Nadhir
Christine Tjen
PENGARUH PENGHINDARAN PAJAK DAN TRANSPARANSI TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DENGAN
SAHAM TERDAFTAR TAHUN 2011-2014 ………………………………………….. 37
Raisa Dewita Theresia Silalahi
Christine Tjen
PENGARUH PERSEPSI PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 46 TAHUN 2013 DAN SANKSI PAJAK TERHADAP KEPATUHAN
FORMAL BAGI WAJIB PAJAK UMKM DI BLITAR ……………………………… 38
Moh. Chairul Umam
Heru Tjaraka
PENGARUH PERUBAHAN TARIF PAJAK PENGHASILAN BADAN
TERHADAP RETURN SAHAM DENGAN LIABILITAS PAJAK
TANGGUHAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI (Periode 2008 – 2010) ……………. 39
Galih Rhendra Putra
Heru Tjaraka
PERAN AKADEMISI DALAM PERPAJAKAN ……………………………………… 40
Christin Septina Basani
xiv
6. PANEL VI (Rita Yuliana, SE, Msi, Ak, CA)
No Pemakalah Makalah Instansi
1 Diera Darmayani
Eva Herianti
Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak
Badan Terhadap Peningkatan Penerimaan
Pajak Penghasilan Dengan Penagihan
Pajak Sebagai Variabel Moderating
(Pada Kpp Pratama Cilandak Jakarta
Selatan)
Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Jakarta
2 Devy Yekti Palupi
Eva Herianti
Pengaruh Pemeriksaan Dan Penagihan
Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Dengan Informasi Tren Media Sebagai
Variabel Moderating
(Studi Kasus Kpp Pratama Jakarta
Kebayoran Baru Tiga)
Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Jakarta
3 Tresno Eka Jaya R
Margian Utami
Yunika Murdayanti
Pengaruh Kesadaran Membayar Pajak,
Pengetahuan Dan Pemahaman Peraturan
Pajak, Persepsi Atas Efektifitas Sistem
Perpajakan, Kualitas Pelayanan, Dan
Sanksi Perpajakan Terhadap Tingkat
Kepatuhan Wajib Pajak Di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Jakarta
Pulogadung
Universitas Negeri Jakarta
SESI II
4 Tresno Eka Jaya
Laba Komprehensip Dan Deferred Tax
Sebagai Prediktor Sanksi Dan Denda
Pajak
Universitas Negeri Jakarta
5 Ronald Tehupuring
Corporate Governance, Audit Delay Dan
Nilai Perusahaan
(Studi Empiris Pada Perusahaan
Perbankan Di Bei
Periode 2010-2014)
Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta
6 Ronald Tehupuring
Pengaruh Likuiditas Saham Perbankan
Dan Profitabilitas
Terhadap Efisiensi Pembayaran Pajak
Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta
1
Pengaruh Kesadaran Membayar Pajak, Pengetahuan dan Pemahaman Peraturan Pajak, Persepsi atas Efektifitas Sistem Perpajakan, Kualitas Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan Terhadap Tingkat
Kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Pulogadung
Tresno Eka Jaya R
Margian Utami
Yunika Murdayanti
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA [email protected]
Abstract : This study aims to show the influence of tax paying awarness, knowledge and understanding of tax laws, perception of effective tax system, the quality of service, and tax penalties to the level of tax payer compliance in Jakarta Pulogadung Tax Office. This study is classified as quantitative research. Respondents of this study was obtained from individual tax payers in Jakarta Pulogadung Tax Office. Data analysis for hypothesis was done with Multiple Regression. This study indicates that tax paying awarness, knowledge and understanding of tax laws, perception of effective tax system, and the quality of service have positive effect significantly to the level of tax payer compliance, but tax penalties have negative effect significantly to the level of tax payer compliance.
Keyword : Tax Paying Awarness, Knowledge and Understanding of Tax Laws, Perception of Effective Tax
System, The Quality of Service, Tax Payer Compliance
2
I. Pendahuluan
Negara memiliki banyak sumber pendanaan, salah satunya adalah pajak. Di Indonesia, pajak merupakan
sumber pendanaan terbesar. Pajak digunakan untuk pembangunan nasional, pelaksanaan pemerintahan
maupun meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pemerintah melalui Direktorat Jendral Pajak menghimbau bagi
seluruh rakyat Indonesia untuk tertib membayar pajak. Namun di beberapa wilayah di Indonesia masih
banyak Wajib Pajak yang mangkir untuk membayar pajak.
Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo, tingkat kepatuhan wajib pajak di Indonesia terbilang masih
rendah. Dari semua pemilik NPWP, hanya 10,8 juta yang menyampaikan surat pemberitahuan tahunan
(SPT) pajak. Dari jumlah itu, hanya 1,7 juta orang yang membayar pajak (tempo.co).
Banyak cara yang dilakukan oleh Direktorat Jendral Pajak untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak
dalam membayar pajak. Salah satunya dengan menerapakan sistem pemungutan pajak self assesments
systems. Sistem ini memberikan kemudahan bagi Wajib Pajak untuk membayar pajak. Karena sistem ini
memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan serta membayarkan
sendiri pajak terutangnya serta melaporkan secara teratur jumlah pajak yang terutang. Walaupun sudah
diberikan kemudahan dalam membayar pajak, kesadaran Wajib Pajak masih rendah karena tingkat
penerimaan negara dari pajak belum maksimal.
Selain itu Direktorat Jendral Pajak menerapkan sistem administrasi perpajakan modern di Kantor
Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar (Large Tax Office), dan Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Beberapa
sasaran dari penerapan sistem administrasi perpajakan modern adalah tercapainya kepatuhan sukarela yang
tinggi, tercapainya tingkat kepercayaan masyarakat yang tinggi terhadap administrasi perpajakan, dan
tercapainya produktivitas aparat perpajakan yang tinggi. Hasil survei lembaga independen internasional AC
Nielsen, memperkuat penilaian bahwa sistem administrasi perpajakan modern (atau dikenal dengan KPP
modern) sudah efektif dan efisien dalam melaksanakan tugas serta fungsinya. Rilis hasil survei itu
menyatakan bahwa indeks kepuasan Wajib Pajak (eQ Index) adalah 81.(Purwono, 2010)
Namun banyak Wajib Pajak yang menganggap sistem perpajakan modern ini kurang efektif. Dilihat
dari fenomena yang ada di masyarakat, pelaksanaan sistem perpajakan modern seperti e-SPT kurang efektif
3
karena sering terjadi eror dalam penggunaan e-SPT yang menyebabkan banyak Wajib Pajak yang enggan
menggunakan e-SPT dalam melaporkan pajaknya. Kurangnya sosialisasi atas sistem perpajakan modern
juga menyebabkan Wajib Pajak enggan menggunakan e-SPT karena mereka berfikir sistem ini akan
mempersulit mereka dalam melaporkan dan membayarkan pajaknya.
Modernisasi perpajakan di Indonesia dimaksudkan agar pembaharuan berbasis good & clean
government tidak hanya menyentuh internal Direktorat Jendral Pajak serta seluruh elemen masyarakat
Wajib Pajak. Hal ini ditandai dengan kembali diamandemennya paket undang-undang perpajakan. Dua
undang-undang yang berhasil disahkan dan diberlakukan adalah Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007
tanggal 17 Juli 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang mulai diberlakukan tanggal 1 Januari 2008, dan Undang-
undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang –undang Nomor 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan yang mulai diberlakukan tanggal 1 Januari 2009. (Purwono, 2010)
Namun masih banyak Wajib Pajak yang belum mengerti tentang peraturan perpajakan yang baru.
Seperti fenomena yang terjadi di masyarakat, banyak Wajib Pajak yang kurang paham tentang peraturan
perpajakan yang ada di Indonesia. Banyak Wajib Pajak yang kurang paham bagaimana tata cara perpajakan
yang benar sehingga Wajib Pajak tidak membayar pajaknya dengan baik, terkadang telat dalam
membayarkan pajaknya yang menyebabkan tingkat kepatuhan Wajib Pajak yang rendah.
Kualitas pelayanan fiskuspun sangat diperhatikan agar Wajib Pajak mendapatkan pelayanan terbaik.
Sehingga ditetapkan Kode Etik Pegawai dalam Peraturan Menteri Keuangan No 1/PMK.3./2007 tanggal 23
Juli 2007 tentang 9 kewajiban pegawai dan 8 larangan pegawai baik kepada masyarakat Wajib Pajak,
sesama pegawai, atau pihak lain dengan sanksi setinggi-tingginya pemberhentian dengan tidak hormat dan
serendah-rendahnya pernyataan tidak puas secara tertulis.(Purwono, 2010)
Namun masih banyak fiskus yang memberikan pelayanan yang kurang maksimal. Dilihat dari
fenomena yang ada di masyarakan menyatakan bahwa Wajib Pajak merasa tidak nyaman bila datang ke
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bangkalan. Wajib Pajak yang datang ke Kantor Pelayanan Pajak
memang dilayani, tetapi wajah fiskus tidak menyenangkan dan sambil mengobrol sendiri dengan rekan
kerjanya. (Permatasari, 2013)
4
Agar masyarakat Wajib Pajak menjalankan kewajiban-kewajibannya dengan baik, maka dibuatlah
ketentuan sanksi perpajakan, termasuk yang berkaitan dengan sanksi bagi Wajib Pajak (PKP) Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPN-BM). Sanksi-sanksi dalm
perpajakan terdiri atas sanksi administrasi yang berupa denda, sanksi berupa bunga, sanksi berupa kenaikan,
serta sanksi pidana perpajakan yang meliputi sanksi yang bersifat pelanggaran, dan sanksi pidana yang
bersifat kejahatan.(Sutedi, 2011)
Namun kenyataan yang ada, sanksi perpajakan yang ada di Indonesia kurang tegas terhadap Wajib
Pajak yang melanggar. Seperti kasus tunggakan pajak Asian Agri dan Grup Bakrie yang penyelesaiannya
kurang maksimal dan kurang tegas memberikan dampak negatif di masyarakat. Masyarakat banyak yang
tidak patuh membayar pajak karena menganggap sanksi yang diberikan tidak akan diberikan kepada mereka.
Ardyanto, Nanik (2014) meneliti tentang pengaruh sanksi pajak dan pelayanan aparat pajak terhadap
kepatuhan wajib pajak dengan preferensi risiko sebagai variabel moderasi. Hasil dari penelitian ini
menunjukan bahwa sanksi pajak berpengaruh secara positif terhadap kepatuhan wajib pajak.Sedangkan
pelayanan aparat pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.
Sulaiman, Raisa (2014) meneliti tentang pengaruh persepsi wajib pajak tentang pelayanan fiskus dan
komunikasi fiskus terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam menyetorkan dan melaporkan SPT
di KPP Pratama Palembang Seberang Ulu. Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa pelayanan fiskus
dan signifikan secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang
pribadi dalam menyetorkan SPT di KPP Pratama Palembang Seberang Ulu dengan tingkat presentase
sebesar 10,069%.
Utami, Andi, Ayu (2012) meneliti tentang pengaruh faktor-faktor eksternal terhadap tingkat
kepatuhan wajib pajak di lingkungan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Serang. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa kesadaran pembayaran pajak memiliki pengaruh positif dan signifikan dengan tingkat
kepatuhan. Pengetahuan dan pemahaman peraturan pajak berpengaruh dan signifikan terhadap tingkat
kepatuhan. Persepsi atas efektifitas system perpajakan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
tingkat kepatuhan. Dan terakhir kualitas pelayanan memiliki pengaruh positif dan signifikan dengan tingkat
5
kepatuhan. Penelitian ini membuktikan bahwa adanya pengaruh kualitas pelayanan terhadap tingkat
kepatuhan.
II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
2.1 Pajak
Menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 angka 1, dalam buku Herry Purnowo
(2010:7) pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Menurut P.J.A. Adriani dalam buku Herry Purnowo (2010:7) Pajak adalah iuran kepada Negara
(yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh mereka yang wajib membayarnya menurut peraturan, tanpa
mendapat prestasi-kembali yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran umum terkait dengan tugas Negara dalam menyelenggarakan pemerintahan.”
Menurut Rochmat Soemitro dalam buku Herry Purnowo (2010:7) Pajak adalah iuran rakyat kepada
kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa-jasa
timbal (kontra-prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum.”
Menurut Herry Purnowo (2010:12-13) Sistem pemungutan pajak ada 3 yaitu :
a. Official Assesment Sytem
Melalui system ini besarnya pajak ditentukan oleh fiskus dengan mengeluarkan Surat Ketetapan
Pajak (SKP Rampung).Jadi, dapat dikatakan bahwa Wajib Pajak bersifat Pasif. Tahapan-tahapan
dalam menghitung dan memperhitungkan pajak yang terutang ditetapkan oleh fiskus yang tertuang
dalam SKP. Selanjutnya Wajib Pajak baru aktif ketika melakukan penyetoran pajak terutang
berdasarkan ketetapan SKP tersebut.
b. Self Assesment System
Sistem ini mulai diaplikasikan bersamaan dengan reformasi perpajakan tahun 1983 setelah
terbitnya Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan yang mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari 1983. Dalam memori penjelasan undang-
undang tersebut dinyatakan bahwa anggota masyarakat Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk
melaksanakan kegotongroyongan nasional melalui sistem menghitung, memperhitungkan, dan
membayar sendiri pajak yang terutang (self assessment), sehingga melalui sistem ini administrasi
perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan dengan lebih rapi, terkendali, sederhana, dan mudah
dipahami oleh anggota masyarakat Wajib Pajak. Selain itu, Wajib Pajak juga diwajibkan untuk
melaporkan secara teratur jumlah pajak yang terutang dan yang telah dibayar sebagaimana
ditentukan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan.Pemerintah, dalam hal ini aparat
6
perpajakan, sesuai dengan fungsinya berkewajiban melakukan pembinaan, penelitian, dan
pengawasan terhadap pelaksanaan kewajiban perpajakan Wajib Pajak berdasarkan ketentuan yang
digariskan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan.
c. Withholding Tax System
Dengan sistem ini pemungutan dan pemotongan pajak dilakukan melalui pihak ketiga.Untuk waktu
sekarang, sistem ini tercermin pada pelaksanaan pengenaan Pajak Penghasilan dan Pajak
Pertambahan Nilai.
2.2 Teori Gaya Pikul
Menurut Adrian Sutedi (2011 : 32-33) teori ini mengusulkan supaya dalam hal pemungutan
pajak pemerintah memperhatikan gaya pikul wajib pajak. Teori ini menganut bahwa dasar keadilan
pemungutan pajak terletak pada jasa-jasa yang diberikan oleh negara pada warganya, yaitu
perlindungan atas jiwa dan harta bendanya.
Untuk keperluan ini diperlukan biaya-biaya, biaya ini dipikul oleh yang menikmati
perlindungan itu, berupa pajak. Pokok pangkal teori ini adalah asas keadilan, yaitu tekanan pajak
haruslah sama beratnya untuk setiap orang. Pajak harus dipikul menurut gaya pikulnya dan sebagai
ukurannya, dapat dipergunakan selain besarnya penghasilan dan kekayaan juga pengeluaran atau
pembelanjaan seseorang. Teori ini sampai kini masih dipertahankan.
2.3 Kepatuhan Wajib Pajak
Menurut Simon James et al yang dikutip oleh Gunadi (2005) dalam (Wahyu Santoso 2008)
kepatuhan pajak (tax compliance) adalah wajib pajak mempunyai kesediaan untuk memenuhi kewajiban
pajaknya sesuai dengan aturan yang berlaku tanpa perlu diadakannya pemeriksaan, investigasi seksama,
peringatan, atau pun ancaman dan penerapan sanksi baik hukum maupun administrasi.
Dalam Practice Note tentang Compliance Measurement yang diterbitkan oleh OECD (2001) yang
dikutip oleh Wahyu Santoso (2008) kepatuhan dibagi menjadi dua ketegori, yaitu :
1. Kepatuhan administratif (administrative compliance)
2. Kepatuhan teknis (technical compliance)
Kepatuhan administratif mencakup kepatuhan pelaporan dan kepatuhan prosedural. Sedangkan
kepatuhan teknis mencakup kepatuhan dalam perhitungan jumlah pajak yang akan dibayar oleh wajib
pajak.
Menurut Safri Nurmantu (2005:148) kepatuhan perpajakan dapat didefinisikan sebagai suatu
keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak
perpajakannya. Menurut pengamatan ada dua macam kepatuhan yakni kepatuhan formal dan kepatuhan
material. Yang dimaksud dengan kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak
memenuhi kewajiban perpajakan secara formal sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang
7
perpajakan. Selanjutnya, yang dimaksud dengan kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana
Wajib Pajak secara substantif / hakekat memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai
isi dan jiwa undang-undang perpajakan. Kepatuhan material dapat meliputi juga kepatuhan formal.
2.4 Kesadaran Membayar Pajak
Menurut Widayati dan Nurlis (2010) Kesadaran merupakan unsur dalam manusia dalam memahami
realitas dan bagaimana cara bertindak atau menyikapi terhadap realitas. Kesadaran yang dimiliki oleh
manusia kesadaran dalam diri, akan diri sesama, masa silam, dan kemungkinan masa depannya. Jadi
kesadaran membayar pajak yaitu kesadaran yang dimiliki oleh manusia untuk membayar pajaknya.
Widiyati dan Nurlis (2010) menguraikan beberapa bentuk kesadaran membayar pajak yang
mendorong wajib pajak untuk membayar pajak. Terdapat tiga bentuk kesadaran utama terkait
pembayaran pajak. Pertama, kesadaran bahwa pajak merupakan bentuk partisipasi dalam menunjang
pembangunan negara. Dengan menyadari hal ini, Wajib Pajak mau membayar pajak karena merasa
tidak dirugikan dari pemungutan pajak yang dilakukan. Pajak disadari digunakan untuk pembangunan
negara guna meningkatkan kesejahteraan warga negara. Kedua, kesadaran bahwa penundaan
pembayaran pajak dan pengurangan beban pajak sangat merugikan negara. Wajib pajak mau membayar
pajak karena memahami bahwa penundaan pembayaran pajak dan pengurangan beban pajak berdampak
pada kurangnya sumber daya finansial yang dapat mengakibatkan terhambatnya pembangunan negara.
Ketiga, kesadaran bahwa pajak ditetapkan dengan undang-undang dandapat dipaksakan. Wajib pajak
akan membayar karena pembayaran pajak disadari memiliki landasan hukum yang kuat dan merupakan
kewajiban mutlak setiap warga negara.
Utami, Andi, Ayu (2012) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa kesadaran pembayaran pajak
memiliki pengaruh positif dan signifikan dengan tingkat kepatuhan. Dalam penetian Nisa, Andri (2014)
kesadaran perpajakan berpengaruh positif signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Hal ini berarti
semakin tinggi tingkat kesadaran perpajakan Wajib Pajak maka semakin tinggi pula tingkat kepatuhan
Wajib Pajak. Yang dapat diartikan bahwa wajib pajak sadar dengan membayar pajak akan menjadi
salah satu sumber yang digunakan untuk pembiayaan pembangunan Negara. Berdasarkan penjelasan
yang telah dikemukakan diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :
H1 : Kesadaran membayar pajak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak
2.5 Pengetahuan dan pemahaman peraturan pajak
Menurut Mcleod, George (2008 : 103) pengetahuan adalah sesuatu yang dapat dipelajari, baik itu
melalui mata kuliah formal ataupun melalui upaya sendiri membaca dan mengamati. Menurut Steven
Scott (2007 : 290) pemahaman adalah pengetahuan tentang cara untuk membedakan antara informasi
yang benar serta praktis dan yang tidak. Pemahaman menempatkan nilai yang besar pada kebenaran dan
8
penerapan konkret kebenaran. Jadi pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan pajak adalah sesuatu
yang dapat dipelajari dan dapat membedakan antara informasi yang benar tentang peraturan pajak.
Menurut Widayati dan Nurlis (2010) Terdapat beberapa indikator bahwa wajib pajak mengetahui dan
memahami peraturan perpajakan. Pertama, kepemilikan NPWP. Setiap wajib pajak yang memiliki
penghasilan wajib untuk mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP sebagai salah satu sarana untuk
pengadministrasian pajak. Kedua, pengetahuan dan pemahaman mengenai hak dan kewajiban sebagai
wajib pajak. Apabila wajib pajak telah mengetahui dan memahami kewajibannya sebagai Wajib Pajak,
maka mereka akan melakukannya, salah satunya adalah membayar pajak. Ketiga, pengetahuan dan
pemahaman mengenai sanksi perpajakan. Semakin tahu dan peham wajib pajak terhadap peraturan
perpajakan, maka semakin tahu dan paham pula wajib pajak terhadap sanksi yang akan diterima bila
melalaikan kewajiban perpajakan mereka. Hal ini tentu akan mendorong setiap wajib pajak yang taat
akan menjalankan kewajibannnya dengan baik. Keempat, pengetahuan dan pemahaman mengenai
PTKP,PKP dan tarif pajak. Dengan mengetahui dan memahami mengenai tarif pajak yang berlaku,
maka akan dapat mendorong wajib pajak untuk dapat menghitung kewajiban pajak sendiri secara benar.
Kelima dalah Wajib Pajak mengetahui dan memahami peraturan perpajakan melalui sosialisasi yang
dilakukan oleh KPP dan yang keenam bahwa wajib pajak mengetahui dan memahami peraturan pajak
melalui training perpajakan yang mereka ikuti.
Menurut Utami et al (2012) Pengetahuan dan pemahaman peraturan pajak berpengaruh dan
signifikan terhadap tingkat kepatuhan. Hasil penelitian inipun sejalan dengan penelitian Nisa, Andri
(2014) yaitu pengetahuan peraturan perpajakan berpengaruh positif signifikan terhadap kepatuhan
Wajib Pajak. Hal ini menujukkan bahwa pengetahuan dan pemahaman Wajib Pajak tentang peraturan
pajak dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan Wajib Pajak itu sendiri. Sehingga sosialisasi tentang
peraturan perpajakan bagi Wajib Pajak harus dilakukan oleh Direktorat Jendral Pajak agar tingkat
kepatuhan Wajib Pajak dapat meningkat. Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan diatas, maka
hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :
H2 : Pengetahuan dan pemahaman peraturan pajak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan
wajib pajak
2.6 Persepsi atas efektifitas sistem perpajakan
Menurut Widayati dan Nurlis (2010) persepsi dapat dinyatakan sebagai suatu proses
pengorganisasian, pengintepretasian terhadap stimulus oleh organisasi atau individu sehingga
merupakan suatu yang berarti dan merupakan aktivitas integrated dalam diri individu. Sedangkan
efektifitas memiliki pengertian suatu pengukuran yang menyatakan seberapa jauh target ( kualitas,
kuantitas dan waktu ) telah tercapai. Jadi persepsi atas efektifits sistem perpajakan adalah suatu proses
penginterpretasian atas kualitas sistem perpajakan.
9
Menurut Widayati dan Nurlis (2010) hal – hal yang mengindikasikan efektifitas sistem perpajakan
yang saat ini dapat dirasakan oleh Wajib Pajak antara lain pertama, adanya sistem pelaporan melalui e-
SPT dan e-Filling. Wajib Pajak dapat melaporkan pajak secara lebih mudah dan cepat. Kedua,
pembayaran melalui e-Banking yang memudahkan wajib pajak dapat melakukan pembayaran dimana
saja dan kapan saja. Ketiga, penyampaian SPT melalui drop box yang dapat dilakukan di berbagai
tempat, tidak harus di KPP tempat Wajib Pajak terdaftar. Keempat adalah bahwa peraturan perpajakan
dapat diakses secara lebih cepat melalui internet, tanpa harus menungguadanya pemberitahuan dari KPP
tempat Wajib Pajak terdatar.Dan yang kelima, adalah pendaftaran NPWP yang dapat dilakukan secara
online melalui e-register dari website pajak. Hal ini akan memudahkan wajib pajak untuk memperoleh
NPWP secara lebih cepat. Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan diatas, maka hipotesis
dalam penelitian ini sebagai berikut :
H3 : Persepsi atas efektifitas perpajakan berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak
2.7 Kualitas pelayanan
Menurut Hessel Nogi S. Tangkilisan (2005 : 208) pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan
melalui aktivitas orang lain secara langsung. Sedangkan kualitas menurut Goetsch & Davis, 1994 dalam
Hessel Nogi S. Tangkilisan (2005 : 209) merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan produk,
jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Jadi kualitas pelayanan
adalah suatu kondisi dinamis dimana proses pemenuhan kebutuhan produk, dan jasa sudah memenuhi
harapan atau melebihi harapan.
Menurut Zeithaml, Parasuraman, dan Berry dalam Hessel Nogi S. Tangkilan (2005 : 19) pengukuran
kinerja pelayanan dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen kinerja pelayanan. Menurut
Zeithaml, Parasuraman, dan Berry dalam Ratminto, 1999 yang dikutip oleh Hessel Nogi S. Tangkilan
(2005 : 219) ada sebelas indikator kinerja pelayanan, yaitu :
a. Kenampakan fisik (Tangible)
b. Reliabilitas (Reliability)
c. Responsivitas (Responsiveness)
d. Kompetensi (Competence)
e. Kesopanan (Courtesy)
f. Kredibilitas (Credibility)
g. Keamanan (Security)
h. Akses (Access)
i. Komunikasi (Communication)
j. Pengertian (Understanding the customer)
k. Akuntabilitas (Accountability)
10
Menurut Atep Adya Barata (2003 : 36-37) kualitas pelayanan ukurannya bukan hanya ditentukan
oleh pihak yang melayani saja tetapi lebih banyak ditentukan oleh pihak yang dilayani, karena
merekalah yang menikmati layanan sehingga dapat mengukur kualitas pelayanan berdasarkan harapan-
harapan mereka dalam memenuhi kepuasannya. Ada 2 Kualitas pelayanan yaitu :
1. Kualitas layanan internal
Kualitas pelayanan internal berkaitan dengan interaksi jajaran pegawai organisasi/ perusahaan
dengan berbagai fasilitas yang tersedia. Faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan internal,
antara lain :
a. Pola manajemen umum organisasi/ perusahaan
b. Penyedia fasilitas pendukung
c. Pengembangan sumberdaya manusia
d. Iklim kerja dan keselarasan hubungan kerja
e. Pola insentif
2. Kualitas layanan eksternal
Mengenai kualitas layanan kepada pelanggan eksternal, kualitas layanan ditentukan oleh beberapa
faktor, antara lain :
a. Yang berkaitan dengan penyedia jasa
1. Pola layanan dan tata cara penyediaan/ pembentukan jasa tertentu
2. Pola layanan distribusi jasa
3. Pola layanan penjualan jasa
b. Yang berkaitan dengan penyediaan barang
1. Pola layanan dan pembuatan barang berkualitas atau penyediaan barang berkualitas
2. Pola layanan pendistribusian barang
3. Pola layanan penjualan barang
4. Pola layanan purna jual
Keempat jenis layanan di atas dapat kita sebutkan sebagai kinerja pelayanan (service performance).
Menurut (Tjiptono, 2007) yang dikutip oleh Utami et al 2012 Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis
yang berpengaruh dengan produk, jasa,manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi
harapan. Pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi
langsungantara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan
pelangggan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan pelayanan sebagai usaha
melayanikebutuhan orang lain. Melayani adalah membantu menyiapakan (mengurus) apa yang
diperlukanseseorang.
Lovelock and Wirtz(2004) dalam (Albari, 2009) yang dikutip dari (Utami et al 2012) mendefinisikan
layanan sebagai tindakan atau perbuatan yangditawarkan suatu pihak kepada pihak lain, yang dapat
11
menciptakan nilai dan memberikanmanfaat kepada pelanggan pada waktu dan tempat tertentu dengan
menimbulkan perubahankeinginan atau kepentingan penerima layanan.
Menurut (Caro & Garcia, 2007) dalam Monica (2013) indikator kualitas pelayanan ditentukan oleh
tiga faktor yaitu :
1. Kualitas interaksi, yaitu bagaimana cara fiskus dalam mengkomunikasikan pelayanan pajak kepada
Wajib Pajak sehingga Wajib Pajak puas terhadap pelayanannya.
2. Kualitas lingkungan fisik, yaiutu bagaimana peranan kualitas lingkungan dari kantor pajak sendiri
dalam melayani wajib pajak
3. Hasil kualitas pelayanan, yaitu apabila pelayanan dari fiskus dapat memberikan kepuasan terhadap
Wajib Pajak maka persepsi Wajib Pajak terhadap fiskus akan baik sehingga dapat meningkatkan
kepatuhan Wajib Pajak.
Tjiptono (2007) dalam (Utami et al 2012) menyimpulkan bahwa citra kualitas pelayanan yang baik
bukanlah berdasarkan sudut pandang/ persepsi penyedia jasa, melainkan berdasarkan sudut pandang/
persepsi konsumen. Hal ini disebabkan karena konsumenlah yang mengkonsumsi serta yang menikmati
jasa layanan, sehingga merekalah yang seharusnya menentukan kualitas jasa. Persepsi konsumen
terhadap kualitas jasa merupakan penilaian yang menyeluruh terhadap keunggulan suatu jasa layanan.
Penelitian Utami et al (2012) menujukkan bahwa kualitas pelayanan memiliki pengaruh positif dan
signifikan dengan tingkat kepatuhan.Penelitian ini membuktikan bahwa adanya pengaruh kualitas
pelayanan terhadap tingkat kepatuhan. Apabila kualitas pelayanan semakin baik maka akan cenderung
meningkatkan tingkat kepatuhan wajib pajak. Sejalan dengan penelitian Utami et al (2012), Pratiwi,
Putu (2014) menujukkan bahwa Kualitas pelayanan berpengaruh positif dan signifikan pada kepatuhan
Wajib Pajak reklame di Dinas Pendapatan Kota Denpasar. Mutu pelayanan terbaik yang diterima oleh
Wajib Pajak dari petugas pajak akan membuat Wajib Pajak cenderung patuh untuk membayar
kewajiban perpajakannya. Dari hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa kualitas pelayanan yang
diberikan kepada Wajib Pajak dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan untuk membayar pajak. Sehingga
diharapkan Wajib Pajak mendapat kualitas pelayanan yang sangat baik. Berdasarkan penjelasan yang
telah dikemukakan diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :
H4 : Kualitas Pelayanan berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak
2.8 Sanksi Perpajakan
Menurut Prof. Dr. Mardiasmo, MBA. Ak. (2003 : 39-40) Sanksi perpajakan merupakan jaminan
bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ( norma perpajakan) akan
dituruti/ditaati/dipatuhi. Atau bisa dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah
(preventif) agar Wajib Pajak tidak melanggar norma perpajakan. Dalam undang-undang perpajakan
dikenal dua macam sanksi, yaitu sanksi administrasi dan sanksi pidana. Ancaman terhadap pelanggaran
12
suatu norma perpajakan ada yang diancam dengan sanksi administrasi saja, dan ada pula yang diancam
dengan sanksi administrasi dan sanksi pidana.
Perbedaan sanksi administrasi dan sanksi pidana menurut undang-undang perpajakan adalah :
a. Sanksi administrasi
Merupakan pembayaran kerugian kepada Negara, khususnya yang berupa bunga dan kenaikan.
b. Sanksi pidana
Merupakan siksaan atau penderitaan. Merupakan suatu alat terakhir atau benteng hukum yang
digunakan fiskus ada norma perpajakan dipatuhi.
Penelitian Utami, Kardinal (2012) menujukkan bahwa Sanksi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan
Wajib Pajak Orang Pribadi. Sejalan dengan penelitian Utami, Kardinal (2012), (Ardyanto, Nanik 2014)
menunjukkan sanksi pajak berpengaruh secara positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Wajib pajak
menilai bahwa sanksi pajak merupakan hal yang penting untuk diperhatikan dalam memenuhi
kewajiban pajaknya. Hal ini menujukkan bahwa sanksi pajak dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan
Wajib Pajak. Sanksi pajak membuat Wajib Pajak patuh membayar pajaknya tetap waktu. Karena saat
Wajib Pajak tidak membayarkan pajaknya tepat waktu maka sanksi pajak akan berlaku sehingga yang
mengakibatkan bertambahnya nilai pajak yang harus dibayarkan. Berdasarkan penjelasan yang telah
dikemukakan diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :
H5 : Sanksi perpajakan berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak
III. OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN
Objek dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Jakarta Pulogadung. Jumlah minimal sampel ditentukan peneliti menggunakan rumus
Slovin (Burhan Bugin, 2008 dalam (Utami, Ayu, dan Andi 2012)) sebagai berikut :
� =�
1 + ���
Keterangan:
n = Sampel
N = Populasi
e = Taraf kesalahan atau nilai kritis
3.1 Definisi Operasional Variabel
1. Kepatuhan Wajib Pajak
Menurut Drs. Safri Nurmantu, M.Si (2005:148) kepatuhan perpajakan dapat didefinisikan sebagai
suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak
perpajakannya. Kepatuhan Wajib Pajak diukur dengan menggunakan indikator yang diperkenalkan oleh
13
(Novak, 1989) dalam Kiryanto (2000) yaitu wajib Pajak paham dan berusaha memahami UU
perpajakan, mengisi formulir pajak dengan benar, menghitung pajak dengan jumlah yang benar, dan
membayar pajak tepat pada waktunya. Diukur menggunakan skala likert 5 poin mulai dari sangat tidak
setuju, tidak setuju, netral, setuju dan sangat setuju.
2. Kesadaran Membayar Pajak
Menurut Widayati dan Nurlis (2010) Kesadaran merupakan unsur dalam manusia dalam memahami
realitas dan bagaimana cara bertindak atau menyikapi terhadap realitas. Kesadaran yang dimiliki oleh
manusia kesadaran dalam diri, akan diri sesama, masa silam, dan kemungkinan masa depannya. Jadi
kesadaran membayar pajak yaitu kesadaran yang dimiliki oleh manusia untuk membayar pajaknya.
Kesadaran membayar pajak dalam penelitian ini diukur menggunakan indikator empirik dalam
Widayati, Nurlis (2010) yaitu pajak merupakan bentuk partisipasi dalam menunjang pembangunan
Negara, penundaan pembayaran pajak dan pengurangan beban pajak sangat merugikan Negara, pajak
ditetapkan dengan undang-undang dan dapat dipaksakan, dan membayar pajak tidak sesuai dengan yang
seharusnya dibayar akan merugikan Negara. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala likert 5
poin untuk 4 pertanyaan.
3. Pengetahuan Dan Pemahaman Peraturan Pajak
Menurut Mcleod, George (2008 : 103) pengetahuan adalah sesuatu yang dapat dipelajari, baik itu
melalui mata kuliah formal ataupun melalui upaya sendiri membaca dan mengamati. Menurut Steven
Scott (2007 : 290) pemahaman adalah pengetahuan tentang cara untuk membedakan antara informasi
yang benar serta praktis dan yang tidak. Pemahaman menempatkan nilai yang besar pada kebenaran dan
penerapan konkret kebenaran. Jadi pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan pajak adalah sesuatu
yang dapat dipelajari dan dapat membedakan antara informasi yang benar tentang peraturan pajak.
Variabel ini diukur dalam penelitian ini diukur menggunakan indikator empirik dalam Widayati,
Nurlis (2010) yaitu pendaftaran NPWP bagi setiap Wajib Pajak yang memiliki penghasilan,
pengetahuan dan pemahaman tentang hak dan kewajiban perpajakan, pengetahuan dan pemahaman
tentang sanksi jika melakukan pelanggaran perpajakan , pengetahuan dan pemahaman mengenai PTKP,
PKP dan tarif pajak, pengetahuan dan pemahaman peraturan pajak melalui sosialisasi, dan pengetahuan
dan pemahaman peraturan pajak melalui training. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala likert
5 poin untuk 6 pertanyaan.
4. Persepsi Atas Efektifitas Sistem Perpajakan
Menurut Widayati dan Nurlis (2010) Persepsi dapat dinyatakan sebagai suatu proses
pengorganisasian, pengintepretasian terhadap stimulus oleh organisasi atau individu sehingga
merupakan suatu yang berarti dan merupakan aktivitas integrated dalam diri individu. Sedangkan
efektifitas memiliki pengertian suatu pengukuran yang menyatakan seberapa jauh target (
14
kualitas,kuantitas dan waktu ) telah tercapai. Jadi persepsi atas efektifits sistem perpajakan adalah suatu
proses penginterpretasian atas kualitas sistem perpajakan.
Variabel ini diukur dalam penelitian ini diukur menggunakan indikator empirik dalam Widayati,
Nurlis (2010) yaitu pembayaran pajak melalui e-Banking, penyampaian SPT melalui e-SPT dan e-
Filling, penyampaian SPT melalui drop box, update peraturan pajak terbaru secara online melalui
internet, dan pendaftaran NPWP melalui e-register. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala
likert 5 poin untuk 5 pertanyaan.
5. Kualitas Pelayanan
Menurut Hessel Nogi S. Tangkilisan (2005 : 208) pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan
melalui aktivitas orang lain secara langsung. Sedangkan kualitas menurut Goetsch & Davis, 1994 dalam
Hessel Nogi S. Tangkilisan (2005 : 209) merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan produk,
jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Jadi kualitas pelayanan
adalah suatu kondisi dinamis dimana proses pemenuhan kebutuhan produk, dan jasa sudah memenuhi
harapan atau melebihi harapan.
Menurut Caro & Garcia (2007) dalam Monica (2013) indikator kualitas pelayanan ditentukan oleh :
a. Kualitas interaksi
Dalam kualitas interaksi diukur menggunakan Indikator pelayanan fiskus adalah kuesioner
penelitian Lewa (2009) dalam (Fikriningrum, Muchamad 2012) dengan indikatornya yaitu:
fiskus (aparat pajak) bekerja secara transparan, fiskus sukarela membantu kesulitan Wajib Pajak
(bersedia memberikan penyuluhan), fiskus senantiasa menjaga kerapian dalam berpenampilan,
menjaga tutur katanya dengan baik dan bersikap sopan, dan fiskus memberikan pelayanan
dengan cepat dan tangkas untuk membantu kesulitan Wajib Pajak.
b. Kualitas lingkungan fisik
Kualitas lingkungan fisik diukur menggunakan indikator dari Hardiningsih, Nila (2011) yaitu:
perluasan Tempat Pelayanan Terpadu (TPT), dan TPT dapat memudahkan pengawasan terhadap
proses pelayanan yang diberikan kepada Wajib Pajak
c. Hasil kualitas pelayanan
Kualitas pelayanan diukur menggunakan indikator dari Hardiningsih, Nila (2011) yaitu:
fiskus diharapkan memiliki kompetensi Skill, Knowledge, Experience dalam hal kebijakan
perpajakan, administrasi pajak, dan perundang-undangan, fiskus memiliki motivasi tinggi
sebagai pelayan publik, dan sistem informasi perpajakan dan sistem administrasi perpajakan
merupakan sistem layanan prima kepada Wajib Pajak menjadi semakin nyata. Variabel ini
diukur dengan menggunakan skala likert 5 poin untuk 12 pernyataan.
6. Sanksi perpajakan
Menurut Prof. Dr. Mardiasmo, MBA. Ak. (2003 : 39-40) Sanksi perpajakan merupakan jaminan
bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ( norma perpajakan) akan
15
dituruti/ditaati/dipatuhi. Variabel ini diukur menggunakan indikator Munari (2005) yaitu sanksi pajak
sangat diperlukan agar tercipta kedisiplinan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan,
pengenaan sanksi harus dilaksanakan dengan tegas kepada semua Wajib Pajak yang melakukan
pelanggaran, sanksi yang diberikan kepada Wajib Pajak harus sesuai dengan pelanggaran yang sudah
dilakukan, dan penerapan sanksi harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Variabel ini diukur
dengan menggunakan skala likert 5 poin untuk 4 pertanyaan.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Metode dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survey melalui angket
(kuesioner) guna mendapatkan data primer, dan untuk mendapatkan data berupa gambaran umum
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Pulogadung dilakukan melalui wawancara langsung kepada
narasumber. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling. Teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini adalah teknik desain pengambilan sampel area. Teknik ini dilakukan dengan
cara mengambil sampel data yang termasuk di wilayah populasi yaitu Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Jakarta Pulogadung.
3.3 Teknik Analisa Data
Analisis dalam penelitian ini yaitu analisis regresi berganda, sebelumnya data terlebih dahulu diuji
dengan uji validitas dan uji reliabilitas untuk menguji kualitas data, jika data tersebut sudah valid dan
andal maka akan dilanjutkan menguji menggunakan asumsi klasik. Dalam penelitian ini peneliti
menguji asumsi klasik kemudian analisis regresi berganda.
IV. PEMBAHASAN
Dari hasil analisis dengan menggunakan Analisis Regresi Linear Berganda dapat dijelaskan faktor-
faktor yang mempengaruhi kualitas audit. Sebelum dilakukan analisis, terlebih dahulu dilakukan pengujian
validitas dan reliabilitas variabel.
4.1 Kesadaran membayar pajak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak
Dalam uji statistik T, Thitungyang didapati peneliti adalah sebesar 4.518, lebih besar dari Ttabel
yang sebesar 1.97783. Sedangkan nilai signifikansinya dibawah 0.05 yakni 0.000. Dengan kata lain,
maka hipotesis pertama dapat diterima, sebab kesadaran membayar pajak memiliki pengaruh positif
signifikan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kesadaran pajak berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak. Hal ini
menjelaskan bahwa jika seseorang wajib pajak sudah sadar untuk membayarkan pajaknya maka wajib
pajak tersebut akan patuh untuk membayarkan pajaknya tepat waktu sehingga penerimaan negarapun
meningkat. Dengan demikian hipotesis kesadaran membayar pajak berpengaruh terhadap tingkat
kepatuhan wajib pajak dapat diterima.
16
4.2 Pengetahuan dan pemahaman peraturan pajak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak
Dalam uji statistik T, Ttabel sebesar 1.97783 lebih kecil dari Thitung 3.205. Sedangkan nilai
signifikansinya dibawah 0.05 yaitu 0.02. Dengan kata lain maka hipotesis kedua dapat diterima, sebab
pengetahuan dan pemahaman peraturan pajak memiliki pengaruh positif signifikan terhadap tingkat
kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan pemahaman
peraturan pajak berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak. Jika seseorang
memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan pajak maka semakin mengerti tentang pajak
dan akan patuh untuk membayar pajaknya. Dengan demikian hipotesis pengetahuan dan pemahaman
peraturan pajak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dapat diterima.
4.3 Persepsi atas efektifitas perpajakan berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak
Dalam uji statistik T, Thitung yang didapati peneliti adalah sebesar 3.404, lebih besar dari Ttabel
yang sebesar 1.97783. Sedangkan nilai signifikansinya dibawah 0.05 yakni 0.001. Dengan kata lain,
maka hipotesis ketiga dapat diterima, sebab persepsi atas efektifitas sistem perpajakan memiliki
pengaruh positif signifikan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa persepsi atas efektifitas sistem perpajakan berpengaruh positif signifikan terhadap
tingkat kepatuhan wajib pajak. Jika persepsi masyarakat sudah baik terhadap sistem perpajakan
sehingga wajib pajak dapat lebih patuh dan penerimaan negara bertambah. Dengan demikian hipotesis
persepsi atas efektifitas peraturan perpajakan pajak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak
dapat diterima.
4.4.Kualitas Pelayanan berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak
Dalam uji statistik T, Thitung yang didapati peneliti adalah sebesar 20.371, lebih besar dari Ttabel
yang sebesar 1.97783. Sedangkan nilai signifikansinya dibawah 0.05 yakni 0.001. Dengan kata lain,
maka hipotesis keempat dapat diterima, sebab kualitas pelayanan memiliki pengaruh positif signifikan
terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan
berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat kepatuhanwajib pajak. Jika kualitas pelayanan petugas
pajak lebih baik maka wajib pajak akan membayar pajaknya dengan baik sehingga tingkat kepatuhan
wajib pajaknya lebih tinggi sehingga penerimaan negara juga meningkat. Dengan demikian hipotesis
kualitas pelayanan berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dapat diterima.
17
4.5 Sanksi perpajakan berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak
Dalam uji statistik T, Thitung yang didapati peneliti adalah sebesar -7.636, lebih besar negatif dari
Ttabel yang sebesar 1.97783. Sedangkan nilai signifikansinya dibawah 0.05 yakni 0.000. Dengan kata
lain, maka hipotesis kelima diterima, sebab sanksi perpajakan memiliki pengaruh negatif signifikan
terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan bahwa sanksi
perpajakan memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak. Jika sanksi
yang diberikan tidak berat maka wajib pajak akan patuh terhadap pembayaran pajak sehingga tingkat
kepatuhan pajak meningkat Ini bisa dilihat dari pernyataan yang pertama bahwa sebagian besar
responden setuju bahwa sanksi pajak sangat diperlukan agar terciptanya kedisiplinan wajib pajak dalam
memenuhi kewajiban perpajakan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka kesimpulan yang bisa diperoleh adalah :
Variabel kesadaran membayar pajak berpengaruh secara parsial terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak
dengan signifikansi sebesar yaitu 0.000, nilai signifikansi lebih kecil dari 5%. Pengetahuan dan pemahaman
peraturan pajak berpengaruh secara parsial terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dengan signifikansi
sebesar yaitu 0.002, nilai signifikansi lebih kecil dari 5%. Persepsi atas efektifitas sistem perpajakan
berpengaruh secara parsial terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dengan signifikansi sebesar yaitu 0.001,
nilai signifikansi lebih kecil dari 5%. Kualitas pelayanan berpengaruh secara parsial terhadap tingkat
kepatuhan wajib pajak dengan signifikansi sebesar yaitu 0.000, nilai signifikansi lebih kecil dari 5%. Sanksi
perpajakan berpengaruh secara parsial terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dengan signifikansi sebesar
yaitu 0.000, nilai signifikansi lebih kecil dari 5%.
Seluruh variabel independen dalam penelitian ini, yaitu kesadaran membayar pajak, pengetahuan dan
pemahaman peraturan pajak, persepsi atas efektifitas sistem perpajakan, kualitas pelayanan, dan sanksi
perpajakan secara simultan memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak. Jika
kesadaran membayar pajak dalam hal ini tercermin dari teraturnya wajib pajak dalam membayarkan
pajaknya, pengetahuan dan pemahaman peraturan pajak yang baik, persepsi atas efektifitas sistem
perpajakan yang baik pula,kualitas pelayanan yang diberikan pegawai fiskuspun baik, serta sanksi
perpajakan tegas, maka tingkat kepatuhan wajib pajak akan meningkat.
5.2 Implikasi
18
Hasil penelitian ini mengenai pengaruh antara kesadaran membayar pajak, pengetahuan dan pemahaman
peraturan pajak, persepsi atas efektifitas peraturan pajak, kualitas pelayanan, dan sanksi perpajakan terhadap
tingkat kepatuhan wajib pajak.
Atas hal tersebut diharapkan Direktorat Jendral Pajak (DJP) lebih baik lagi dalam memberikan sosialisasi
dan training kepada wajib pajak. Sosialisasi dan training yang sering dapat meningkatkan kesadaran
membayar pajak, pengetahuan dan pemahaman peraturan pajak, dan persepsi atas efektifitas peraturan
pajak. DJP pun selaku pemegang otoritas perpajakanpun dapat mengevaluasi mengenai nilai dari sanksi
perpajakan agar tidak menyusahkan wajib pajak dengan ekonomi menengah ke bawah sehingga mereka
dapat lebih patuh dalam membayar pajak dan pendapatan negarapun semakin bertambah. Selain itu DJP pun
dapat mengevaluasi kualitas pelayanan yang diberikan pegawai pajak kepada wajib pajak sehingga wajib
pajak senang dalam membayar pajak, dan pendapatan negarapun meningkat.
Paling utama adalah meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajaknya. Jika wajib pajak
sudah semakin patuh dalam membayarkan pajaknya maka pendapatan negara yang didapatkan dari pajakpun
akan meningkat sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat.
5.3 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dibuat, saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :
1. Memasukkan variabel lain seperti kondisi keuangan wajib pajak dan preferensi risiko sebagai variabel
moderasi pada penelitian selanjutnya.
2. Mengganti objek penelitian menjadi badan pada penelitian selanjutnya sehingga terlihat apakah
variabel-variabel independen berpengaruh juga terhadap variabel dependen.
3. Pegawai pajak dapat lebih meningkatkan kualitas pelayanan sehingga wajib pajak dapat lebih nyaman
dalam membayarkan pajaknya.
4. Perlu diadakannya sosialisasi dan training tentang pajak dan pelaksanannya sehingga masyarakat lebih
paham dalam melaporkan dan membayarkan pajaknya.
DAFTAR PUSTAKA
19
Ardyanto, Arif Angga dan Nanik Sri Utaminingsih. “Pengaruh Sanksi Pajak Dan Pelayanan Aparat Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dengan Preferensi Risiko Sebagai Variabel Moderasi”, Accounting Analysis Journal, 2014.
Barata, Atep Adya. Dasar-Dasar Pelayanan Prima: Persiapan Membangun Budaya Pelayanan Prima
Untuk Meningkatkan Kepuasan Dan Loyalitas Pelanggan.Jakarta : PT Elex Media Komputindo, 2003.
Bastian, Indra. Akuntansi Pendidikan. Jakarta : Penerbit Erlangga, 2006. Beritasatu. Empat Kasus Pajak Besar : Grup Bakrie. 2010. http://www.beritasatu.com/ekonomi/10707-
empat-kasus-pajak-besar-grup-bakrie.html ( Diakses tg 13/3/15 jam 7.43) Fikriningrum, Winda Kurnia dan Muchamad Syafruddin.”Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Memenuhi Kewajiban Membayar Pajak”, Diponegoro Journal Of Accounting.2012.
Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang : Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, 2001. Hardiningsih, Pancawati dan Nila Yulianawati. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Membayar
Pajak”, Dinamika Keuangan dan Perbankan Vol 3 No 1.November 2011, hal. 126-142. Kiryanto, “Analisis Pengaruh Penerapan Struktur Pengendalian InternTerhadap Kepatuhan Wajib Pajak
bada Dalam Memenuhi Kewajiban Pajak Penghasilannya,” EKOBIS, Vol. 1 No. 1. 2000, hal 41 – 52.
KPP Pratama Jakarta Pulogadung.Jumlah Wajib Pajak Yang Wajib SPT Tahunan PPH.2015. Mardiasmo. Perpajakan. Yogyakarta: Andi Offset, 2003. McLeod Raymond, Jr dan George P. Schell. Sistem Informasi Manajemen. Edisi 10. Jakarta: Salemba
Empat, 2008. Monica, Nadia. “Pengaruh Kondisi Keuangan Wajib Pajak Terhadap Hubungan Antara Persepsi Wajib
Pajak Tentang Kualitas Pelayanan Fiskus Dengan Kepatuhan Wajib Pajak”, Artikel Universitas Negeri Padang, 2013.http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/akt/article/download/695/452(Diakses tanggal 21/2/15 jam 21.15)
Munari. “Pengaruh Wajib Pajak Faktor Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Penghasilan : Studi Kasus
KPP Batu, Malang”, Eksekutif : Jurnal Bisnis Manajemen Nasional, 2005. Nisa, Ana Choirun dan Andri Wakita Aji. “Pengaruh Persepsi Pelaksanaan Sensus Pajak Nasional,
Pengetahuan Peraturan Perpajakan, Dan Kesadaran Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Di Daerah Istimewa Yogyakarta”, Jurnal Akuntansi Vol 2.Juni 2014, 1, hal. 11-23.
Nurmantu, Safri. Pengantar Perpajakan. Jakarta : Granit, 2005. Ortax. Peraturan Menteri Keuangan – 1/PM.3/2007, 23 Jul 2007. 2007.
http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=12784&hlm= (Diakses tgl 21/2/15 jam 14.43)
20
Ortax. Peraturan Menteri Keuangan – 62/PMK.01/2009, 1 Apr 2009. 2009. http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=13823 (Diakses tgl 21/2/15 jam 14.24)
Permatasari, Farinda Siska. “Makna Pelayanan Fiskus Menurut Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Bangkalan Ditinjau Dari Prinsip Pelayanan”, Buku FE Akuntansi Trunojoyo, 2013. Pratiwi, I G.A.M. Agung Mas Andriani dan Putu Ery Setiawan. “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Kualitas
Pelayanan, Kondisi Keuangan Perusahaan, Dan Persepsi Tentang Sanksi Perpajakan Pada Kepatuhan Wajib Pajak Reklame Di Dinas Pendapatan Kota Denpasar”, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 6.1. 2014, hal. 139-153.
Purwono, Herry. Dasar-Dasar Perpajakan & Akuntansi Pajak. Jakarta :Penerbit Erlangga, 2010. Santoso, Wahyu . “Analisis Risiko Ketidakpatuhan Wajib Pajak Sebagai Dasar Peningkatan Kepatuhan
Wajib Pajak (Penelitian Terhadap Wajib Pajak Badan Di Indonesia)”, Jurnal Keuangan Publik. Oktober 2008,1, hal. 85-137.
Scott, Steven K. Rahasia Kesuksesan, Kemakmuran, dan Kebahagiaan Raja Sulaiman. Terjemahan Ati
Cahayani. Jakarta: Ramala Books, 2007. Sekaran, Uma. Research Methods For Business (Metodologi Penelitian Bisnis).Jakarta : Penerbit
Salemba Empat,2006. Sutedi, Adrian. Hukum Pajak. Jakarta : Sinar Grafika, 2011. Tangkilisan, Hessel Nogi S. Manajemen Publik. Jakarta : PT Grasindo, 2005. Tempo. Ada 300 Penunggak Pajak Dicegah ke Luar Negeri. 2015.
http://www.tempo.co/read/news/2015/01/27/087638038/Ada-300-Penunggak Pajak- Dicegah-ke-Luar-Negeri (Diakses tgl 12/2/15 jam 7.41)
Utami Sri Rizki., Andi., dan Ayu Noorida Soerono. “Pengaruh Faktor-Faktor Eksternal Terhadap Tingkat
Kepatuhan Wajib Pajak Di Lingkungan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Serang”, SNA-15 Profesi Akuntansi dan Perpajakan, 2012.
Utami, Thia Dwi dan Kardinal. “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Palembang Seberang Ulu”, STIE MDP, 2012.
Widayati dan Nurlis. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Untuk Membayar Pajak Wajib Pajak
Orang Pribadi Yang Melakukan Pekerjaan Bebas (Studi Kasus Pada KPP Pratama Gambir Tiga)”, SNA-13 Purwokerto, 2010.