DAFTAR ISI SAMPUL DEPAN i SAMPUL DALAM ii · PDF fileHUKUM TERHADAP ANAK PELAKU TINDAK PIDANA...
Transcript of DAFTAR ISI SAMPUL DEPAN i SAMPUL DALAM ii · PDF fileHUKUM TERHADAP ANAK PELAKU TINDAK PIDANA...
ix
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DEPAN ............................................................................................. i
SAMPUL DALAM ............................................................................................ ii
PRASYARATAN GELAR SARJANA HUKUM ........................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................ xiii
ABSTRACT ....................................................................................................... xiv
ABSTRAK ......................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakangMasalah ...........................................................1
1.2 RumusanMasalah .................................................................... 7
1.3 RuangLingkupMasalah ........................................................... 8
1.4 OrisinalitasPenelitian .............................................................. 8
1.5 TujuanPenelitian ..................................................................... 9
1.5.1. TujuanPenelitianUmum… .......................................... 9
1.5.2. TujuanPenelitianKhusus ............................................. 10
1.6 ManfaatPenelitian ................................................................... 10
1.6.1 ManfaatTeoritis ........................................................... 10
1.6.2 ManfaatPraktis ............................................................ 10
x
1.7 LandasanTeoritis ..................................................................... 11
1.8 MetodePenelitian .................................................................... 13
1.8.1 JenisPenelitian ............................................................... 13
1.8.2 JenisPendekatan ............................................................ 14
1.8.3 SifatPenelitian ............................................................... 14
1.8.4 BahanHukum/Data ........................................................ 14
1.8.5 TeknikPengumpulan Data ............................................. 15
1.8.6 TeknikAnalisisBahanHukum ........................................ 16
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN
HUKUM TERHADAP ANAK PELAKU TINDAK
PIDANA PENGANIAYAAN YANG TERLIBAT GENG
MOTOR
2.1. PengertianTindakPidana ........................................................... 17
2.2. Penganiayaan............................................................................. 20
2.3. Unsur-UnsurTindakPidanapenganiayaan .................................... 22
2.4. PengertianGeng Motor ............................................................... 29
2.5. PengertianPerlindunganHukum .................................................. 32
2.6. PengertianAnak Di BawahUmur................................................. 34
2.7. Pengertian Modus Operandi ......................................................... 37
BAB III URGENSI MODUS OPERANDI TINDAK PIDANA
PENGANIAYAAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK-ANAK
GENG MOTOR
xi
3.1 Modus Operandi TindakPidanaPenganiayaanYang
DilakukanOlehAnak-AnakGeng Motor .................................41
3.2 Motif AtauPenyebabTindakPidanaPenganiayaan Yang
DilakukanOlehGeng Motor Yang PelakunyaAnak-Anak
Di BawahUmur ....................................................................... 50
BAB IV PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM
TERHADAP ANAK-ANAK GENG MOTOR YANG
MELAKUKAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN DI
WILAYAH POLRESTA DENPASAR
4.1 PengaturanTentangPerlindunganHukumTerhadapAnakDi
BawahUmur……………………………………………. 55
4.1.1 Undang-UndangNomor 39 Tahun 1999
tentangHakAsasiManusia ................................................ 57
4.1.2 Undang-UndangNomor 11 Tahun 2012 Tentang
SistemPeradilanPidanaAnak ............................................ 59
4.1.3 Undang-UndangNomor 35 Tahun 2014 Tentang
PerlindunganAnak ........................................................... 63
4.2 SanksiPidanaBagiAnakPelakuTindakPidana
Penganiayaan .......................................................................... 69
4.3 PelaksanaanPerlindunganHukumTerhadapAnak-Anak
Geng Motor Yang MelakukanTindakPidana
Penganiayaan Di Wilayah Polresta Denpasar………….…….74
xii
BAB V PENUTUP
5.1. Simpulan ............................................................................... 81
5.2. Saran .................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 83
RINGKASAN SKRIPSI
xiii
ABSTRAK
Geng motor merupakan kelompok anak muda (remaja) karena ada
kesamaan latar belakang, sekolah, daerah dan lain-lain yang tergabung dalam
suatu komunitas pengguna kendaraan bermotor roda dua. Tindak pidana kejahatan
penganiayaan yang dilakukan oleh geng motor anak di Bali telah melanggar
ketentuan hukum pidana yang berlaku. Tindak pidana penganiayaan diatur dalam
Pasal 351 KUHP, peraturan perundang-undangan yang mengatur secara khusus
tentang anak adalah Undang-undang RI Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak Dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang
Perlindungan Anak yang membuat penanganan terhadap anak yang melakukan
tindak pidana mendapat perlakuan yang khusus.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah
penelitian hukum empiris, permasalahan yang dibahas adalah : 1. Bagaimanakah
urgensi modus operandi tindak pidana penganiayaan yang dilakukan oleh anak-
anak geng motor ? 2. Bagaimanakah pelaksanaan perlindungan hukum terhadap
anak-anak geng motor yang melakukan tindak pidana penganiayaan ?
Pelaksanaan perlindungan hukum terhadap anak-anak geng motor yang
melakukan tindak pidana penganiayaan di Wilayah Hukum Polresta Denpasar
adalah dengan memperhatikan hak-hak anak sebagai terdakwa anak, seperti hak
mendapat bantuan hukum pada setiap tingkat pemeriksaan menurut tata cara yang
ditentukan oleh Undang-Undang.
Kata kunci : Tindak Pidana, Penganiayaan, Anak dan Geng Motor
xiv
ABSTRACT
Motorcycle gang is a group of young people (teens) because there
are similarities background, school, district and others who belong to a
community of two-wheel motor vehicle users. Criminal offense of
persecution committed by motorcycle gangs children in Bali has violated
the provisions of criminal law. Persecution crime stipulated in Article 351
of the Criminal Code, legislation that specifically regulates the child is
Law No. 11 of 2012 on the Criminal Justice System Children and Law No.
35 of 2014 regarding Child Protection which makes the handling of child
committing a crime are treated specially.
This type of research used in writing this research is empirical
legal research, the issues discussed are: 1. What is the urgency of the
modus operandi of the crime of persecution by children motorcycle gang?
2. How is the implementation of legal protection of children motorcycle
gang who committed the crime of persecution?
Implementation of the legal protection of the children's motorcycle
gang who committed the crime of persecution in Denpasar Police
Jurisdiction is with regard to the rights of children as child defendants,
such as the right to have legal representation at every level of examination
according to the procedures prescribed by the Act.
Keywords: Crime, Torture, Child and Motorcycle Gang
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Negara Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan Undang-
undang Dasar 1945, mengatur setiap tingkah laku warga negaranya agar tidak
terlepas dari segala peraturan-peraturan yang bersumber dari hukum. Negara
hukum menghendaki agar hukum senantiasa harus ditegakkan, dihormati dan
ditaati oleh siapapun juga tanpa ada pengecualian. Hal ini bertujuan untuk
menciptakan keamanan, ketertiban, kesejahteraan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
R. Abdoel Djamali mengemukakan bahwa :
Hukum tidak otonom atau tidak mandiri, berarti hukum itu tidak terlepas dari pengaruh timbal balik dari keseluruhan aspek yang ada didalam masyarakat.Sebagai patokan, hukum dapat menciptakan ketertiban dan kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat.Tetapi kenyataannya masih banyak masyarakat melanggar hukum.1
Kompleksnya perkembangan zaman serta perubahan pandangan hidup
yang terjadi di segala sendi kehidupan di era globalisasi seperti sekarang ini,
secara tidak langsung memunculkan berbagai hal dalam kehidupan tersebut.
Mulai dari hal yang positif dan negatif, serta munculnya berbagai pelanggaran
bahkan kejahatan dalam masyarakat tersebut. Hal ini merupakan masalah yang
harus segera mungkin untuk diselesaikan, agar ketentraman dan keamanan dalam
1 R. Abdoel Djamali, 2005, Pengantar Hukum Indonesia, PT. Raja Grapindo Persada, hlm. 26
2
masyarakat tetap terjaga dan terpelihara. Didalam pergaulan masyarakat,
setiap hari terjadi hubungan antara anggota-anggota masyarakat yang satu dengan
lainnya. Pergaulan tersebut menimbulkan berbagai peristiwa atau kejadian yang
dapat menggerakkan peristiwa hukum.2 Hal ini pula yang kemudian
mempengaruhi semakin beragamnya motif kejahatan dan tindak pidana yang
terjadi saat ini. Dari sekian banyak motif kejahatan dan tindak pidana yang terjadi,
salah satu hal yang cukup banyak menarik perhatian adalah tindak pidana
penganiayaan yang dilakukan oleh geng motor anak di bawah umur. Sebagai salah
satu perbuatan manusia yang menyimpang dari norma pergaulan hidup manusia,
kejahatan adalah merupakan masalah sosial, yaitu masalah-masalah di tengah
masyarakat, sebab pelaku dan korbannya adalah anggota masyarakat juga.
Kejahatan akan terus bertambah dengan cara yang berbeda-beda bahkan dengan
peralatan yang semakin canggih dan moderen sehingga kejahatan akan semakin
meresahkan masyarakat saat ini.
Geng motor yang pelakunya adalah anak-anak di bawah umur ini telah
merajarela di Kota Bali dan sangat meresahkan masyarakat setempat pelakunya
mulai dari pelajar SMP bahkan pelajar SMA. Geng motor anak ini sangat
meresahkan masyarakat karena para orang tua khawatir bila anak-anak mereka
bergabung dalam geng motor ini sehingga hal ini dapat di kategorikan sebagai
kondisi patologi sosial atau penyakit masyarakat yang perlu diobati bahkan
banyak di antara perbuatan geng motor anak ini dapat dikategorikan sebagai
perbuatan tindak pidana kriminal.
2 Chainur Arasjid, 2000, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Jakarta. hlm.133.
3
Berikut ini contoh kasus penganiayaan yang dilakukan oleh geng motor
anak adalah sebagai berikut :
1. Kasus kenakalan remaja yang tergabung dalam geng motor cewek, yang
menghebohkan di Bali, sangat disesalkan dan mendapat sorotan warga. Kasus
tersebut dimuat dalam rekaman video, membuat sejumlah warga, terutama
ibu rumah tangga, khawatir kasus tersebut bisa menimpa anak-anak mereka
Sementara itu, Polresta Denpasar memeriksa lima orang remaja pelaku
penganiayaan terhadap korban KA berusia 16 tahun , yakni OA berusia 17
tahun yang tinggal di Jalan Pulau Galang, RA berusia 15 tahun warga
Gelogor Carik, MV berusia 16 tahun tinggal di Jalan Diponegoro dan KA
berusia 17 tahun tinggal di Jalan Gunung Karang Denpasar dan GD berusia
16 tahun. Bahkan kelimanya untuk sementara dititipkan di Mapolresta
Denpasar.3
2. Tujuh anggota geng motor yang menamakan diri mereka Bad Squad, di Bali
diamankan petugas dari Satreskrim Polsek Denpasar Barat. Tujuh anggota
geng motor tersebut masih berstatus pelajar. Ketujuh anggota geng motor
tersebut, yaitu BPM berusia 16 tahun, AH berusia 15 tahun, FNA berusia 15
tahub, KS berusia 16 tahun dan MFS berusia 18 tahun , SG berusia 17 tahun,
dan IPP berusia 15 tahun. Mereka ditangkap karena melakukan penganiayaan
kepada sejumlah warga yang berusaha membubarkan kebut-kebutan. Mereka
menggunakan senjata tajam dalam melakukan aksinya. Barang bukti yang
diamankan diantaranya, tombak, dua bayonet, gir dan stun gun (alat setrum). 3 Rindy, “Geng Motor Cewek Di Bali Menghebohkan”, Tribun Bali, Selasa 9 Februari 2012
4
“Beberapa minggu terakhir ada beberapa laporan kasus penganiayaan dan
pengeroyokan oleh geng motor. Setelah kami selidiki, ternyata geng motor ini
pelakunya,” kata Kapolsek Denpasar Barat, Kompol Wisnu Wardana, Wisnu
mengatakan, tempat kejadian perkara (TKP) pertama kali terjadi di Jalan
Nusa Kambangan pada 19 Mei 2016 pukul 02.30 Wita. Korban atas nama
Mochamad Ivan berusia 18 tahun dan I Ketut Aditya Jaya Negara berusia 16
tahun. Kedua korban mengalami luka di kepala, memar akibat pukulan dan
luka akibat disetrum.4
3. Yuda menjadi korban penganiayaan segerombolan pemuda yang diduga geng
motor pada Sabtu tanggal 2 juli 2016 dini hari sekitar pukul 04.00 WITA di
Jalan Kebo Iwa, Gatot Subroto Barat. Pelakunya berjumlah 3 orang dan
masih dibawah umur. 2 orang memukuli korban dan satu lagi sempat
menusuk punggung korban. Peristiwa itu berawal ketika Yuda usai mengisi
bahan bakar motornya di SPBU. Saat itu, Yuda merasa dipanggil oleh
seseorang dari kejauhan. Pemuda yang tinggal di Jalan Gunung Agung Gang
Yamuna III No 9 itu mengira temannya yang memanggil dan memutar arah
motor menghampiri gerombolan pemuda itu. Baru saja mendekati mereka,
sekelompok pemuda yang berjumlah sekitar 3 orang itu tiba-tiba
menghampiri Yuda. Mereka langsung menghujani pukulan pada Yuda secara
membabi buta tanpa alasan yang jelas5.
4 Dwi Putra, “Aniaya Warga, Tujuh Anggota Geng Motor Di Bali Ditangkap Polisi” Bali Pos Selasa, 14 Juni 2016 5 I Made Prasetia Aryawan, “Geng Motor Pelaku Penikaman Yuda Di Kebo Iwa Denpasar Ditangkap, Pelakunya Masih Dibawah Umur!” Tribun Bali Selasa, 5 Juli 2016
5
4. Gusti Agung Krisna yang berusia 19 tahun, menjadi korban penganiayaan
dari geng motor Anak di bawah umur . Ia ditemukan tergeletak bersimbah
darah pada Senin tanggal 4 juli 2016. Pukul 02.54 WITA di Jalan Puputan
Renon Denpasar. Ia mengalami cedera kepala berat dengan luka robek pada
bagian kepala. Krisna kemudian dibawa oleh Ambulans BPBD Kota
Denpasar Pos Juanda menuju RSUP Sanglah. Pihak keluarga mengatakan
Krisna sempat berpamitan Pukul 01.00 WITA untuk membeli makan di
wilayah Renon bersama temannya.6
Tindak pidana kejahatan penganiayaan yang dilakukan oleh geng motor
anak tersebut khususnya di Bali telah melanggar ketentuan hukum pidana yang
berlaku di negara kita ini. Dalam KUHP tindak pidana penganiayaan dapat dibagi
menjadi beberapa bagian yaitu sebagai berikut :
a. Penganiayaan biasa sebagaimana diatur dalam Pasal 351 KUHP
b. Penganiayaan ringan sebagaimana diatur dalam Pasal 352 KUHP
c. Penganiayaan berencana sebagaimana diatur dalam Pasal 353 KUHP
d. Penganiayaan berat sebagaimana diatur dalam Pasal 354 KUHP
e. Penganiayaan berat berencana sebagaimana diatur dalam Pasal 355 KUHP
f. Penganiayaan terhadap orang yang berkualitas tertentu sebagaimana diatur
dalam Pasal 356 KUHP
Sedangkan dalam KUHP tidak ditemukan secara jelas definisi tentang
anak, melainkan hanyalah definisi tentang “belum cukup umur (minderjarig)”,
6 Sara Vanessa Bona, Geng Motor Merajalela Di Denpasar, Gusti Agung Bersimbah Darah Hingga Cedera Kepala Berat!, Tribun Bali 4 Juli 2016
6
serta beberapa definisi yang merupakan bagian atau unsur dari pengertian anak
yang terdapat pada beberapa pasalnya. Seperti pada Bab IX yang memberikan
salah satu unsur pengertian tentang anak pada Pasal 45 KUHP yang berbunyi :
“Dalam menuntut orang yang belum cukup umur (minderjarig) karena melakukan perbuatan sebelum umur enam belas tahun, hakim dapat menentukan, memerintahkan supaya yang bersalah dikembalikan kepada orang tuanya, walinya atau pemeliharanya, tanpa pidana apapun atau memerintahkan supaya yang bersalah diserahkan kepada pemerintah, tanpa pidana apapun yaitu jika perbuatan merupakan kejahatan atau salah satu pelanggaran tersebut..”
Jadi pada Pasal 45 KUHP maka anak didefinisikan sebagai anak yang
belum dewasa apabila berumur sebelum 16 tahun. Namun Pengertian Anak
Menurut Undang-undang No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan dalam
Pasal 1 angka 8 huruf a disebutkan bahwa anak pidana yaitu anak yang
berdasarkan putusan pengadilan menjalani pidana di LAPAS Anak paling lama
sampai usia 18 (delapan belas) tahun. Dan Pengertian Anak dalam Pasal 1 Angka
5 Undang-Undang No 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yaitu setiap
manusia yang berusia di bawah 18 (delapan belas) tahun dan belum menikah,
termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut adalah demi
kepentingannya. Pengertian Anak Menurut Undang-Undang No 35 Tahun 2014
Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak dalam Pasal 1 Angka 1 yaitu seseorang yang belum berusia 18
(delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
Konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 setelah amandemen tegas
menyatakan dalam Pasal 28B ayat (2) bahwa “Setiap anak berhak atas
7
kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas pelindungan dari
kekerasan dan diskriminasi”. Dari Pasal 28B ayat (2) UUD 1945 di atas jelas
bahwa anak mempunyai hak-hak seperti halnya manusia ataupun orang dewasa
pada umumnya, yaitu hak atas kelangsungan hidup, hak untuk tumbuh, hak untuk
berkembang, serta hak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Dalam rangka melaksanakan Pasal 28B ayat (2) UUD 1945, Pemerintah
Republik Indonesia telah mengesahkan diantaranya Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak , Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak , Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak ,
dan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak.
Dengan adanya peraturan perundang-undangan yang mengatur secara
khusus tentang anak, membuat penanganan terhadap anak yang terlibat dalam
kasus hukum akan mendapat perlakuan yang khusus pula jika dibandingkan
dengan orang dewasa yang terlibat dalam kasus hukum. Hal ini dilakukan demi
melindungi dan menjamin hak atau kepentingan anak, khususnya bagi anak yang
melakukan tindak pidana. permasalahan ini membuat aparat penegak hukum
dihadapkan dalam posisi yang sulit, disatu sisi anak mempunyai hak-hak khusus
yang harus dilindungi sedangkan di satu sisi anak tersebut sudah melakukan
tindak pidana yang sangat berbahaya dan mengancam keamanan masyarakat,
Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis melakukan penelitian yang berjudul
8
“Penanganan Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Penganiayaan Yang
Terlibat Geng Motor Di Wilayah Polresta Denpasar”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan sebelumnya, maka
dari itu ada dua rumusan masalah yang akan penulis angkat sebagai rumusan
masalah dari skripsi ini, yaitu :
1. Bagaimanakah urgensi modus operandi tindak pidana penganiayaan yang
dilakukan oleh anak-anak geng motor ?
2. Bagaimanakah pelaksanaan perlindungan hukum terhadap anak-anak geng
motor yang melakukan tindak pidana penganiayaan ?
1.3. Ruang Lingkup Masalah
Agar suatu masalah tidak keluar dari pokok permasalahan, maka dalam
penulisan skripsi ini ruang lingkup masalahnya hanya dibatasi pada :
1. Untuk rumusan masalah yang pertama akan di bahas tentang urgensi modus
operandi tindak pidana penganiayaan yang dilakukan oleh anak-anak geng
motor.
2. Untuk rumusan masalah yang kedua akan di bahas tentang pelaksanaan
perlindungan hukum terhadap anak-anak geng motor yang melakukan
tindak pidana penganiayaan.
9
1.4.Orisinalitas Penelitian
Penulis menyatakan bahwa penelitian yang berjudul “Penanganan
Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Penganiayaan Yang Terlibat Geng Motor
Di Wilayah Polresta Denpasar” ini merupakan pemikiran asli penulis. Beberapa
penelitian terdahulu dengan jenis yang sama ada dalam perpustakaan skripsi dan
internet diantaranya :
1. Tinjauan Kriminologis Terhadap Kejahatan Yang Dilakukan Oleh Geng Motor
Di Kabupaten Gowa Tahun 2011 s/d 2012 , Skripsi Tahun 2013 Oleh Ibnu
Tofail , Universitas Hasanuddin Makassar. Dengan rumusan masalah sebagai
berikut :
a) Apakah yang menjadi faktor-faktor penyebab terjadinya kejahatan yang
dilakukan oleh geng motor di kabupaten gowa tahun 2011 s/d 2012?
b) Upaya-upaya apakah yang dilakukan oleh aparat kepolisian dalam rangka
menanggulangi kejahatan yang dilakukan oleh geng motor di kabupaten
gowa tahun 2011 s/d 2012?
2. Peranan Kepolisian Dalam Penanggulangan Tindakan Kejahatan Yang
Dilakukan Oleh Geng Motor Di Kota Makassar, Skripsi Tahun 2015 Oleh
Annisa Mutmainna Widiasari, Universitas Hasanuddin Makassar. Dengan
rumusan masalah sebagai berikut :
a) Apakah Yang Menjadi Faktor-Faktor Terjadinya Aksi Geng Motor
Khususnya Di Kecamatan Panakkukang, Kota Makassar ?
b) Bagaimanakah Peran Polsek Panakkukang Dalam Menanggulangi Tindak
Pidana Yang Dilakukan Geng Motor Tahun 2014 ?
10
1.5 Tujuan Penelitian
1.5.1 Tujuan Umum
1. Melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pembelajaran,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
2. Memberikan sumbangan pemikiran terhadap ilmu hukum
3. Untuk dapat mengembangkan diri pribadi mahasiswa ke dalam kehidupan
bermasyarakat.
1.5.2 Tujuan Khusus
Disamping tujuan umum tersebut diatas, penelitian ini secara spesifik
diharapkan mampu :
1. Agar mengetahui tentang urgensi modus operandi tindak pidana
penganiayaan yang dilakukan oleh anak-anak geng motor.
2. Agar mengetahui tentang pelaksanaan perlindungan hukum terhadap anak-
anak geng motor yang melakukan tindak pidana penganiayaan.
1.6. Manfaat Penelitian
1.6.1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
bagi pengembangan substansi disiplin bidang ilmu hukum, terutama tentang
perlindungan hukum terhadap anak yang melakukan tindak pidana kejatan
berdasarkan peraturan perundang-undangan di Indonesia serta faktor-faktor
11
penyebab terjadinya kejahatan yang dilakukan oleh geng motor anak di bawah
umur.
1.6.2.Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi hukum
positif dan memberikan pemikiran untuk dijadikan bahan pertimbangan bagi
seluruh aparat penegak hukum seperti Jaksa, Hakim, Polisi, Advokat, Lembaga
Pemasyarakatan serta lembaga lain yang terkait permasalahan ini.
1.7. Landasan Teoritis
Tindak pidana kejahatan penganiayaan yang dilakukan oleh geng motor
anak tersebut khususnya di Bali telah melanggar ketentuan hukum pidana yang
berlaku di negara kita ini. Dalam KUHP tindak pidana penganiayaan dapat dibagi
menjadi beberapa bagian yaitu sebagai berikut :
a. Penganiayaan biasa sebagaimana diatur dalam Pasal 351 KUHP
b. Penganiayaan ringan sebagaimana diatur dalam Pasal 352 KUHP
c. Penganiayaan berencana sebagaimana diatur dalam Pasal 353 KUHP
d. Penganiayaan berat sebagaimana diatur dalam Pasal 354 KUHP
e. Penganiayaan berat berencana sebagaimana diatur dalam Pasal 355 KUHP
f. Penganiayaan terhadap orang yang berkualitas tertentu sebagaimana diatur
dalam Pasal 356 KUHP
Dalam KUHP tidak ditemukan secara jelas definisi tentang anak,
melainkan hanyalah definisi tentang “belum cukup umur (minderjarig)”, serta
12
beberapa definisi yang merupakan bagian atau unsur dari pengertian anak yang
terdapat pada beberapa pasalnya. Seperti pada Bab IX yang memberikan salah
satu unsur pengertian tentang anak pada Pasal 45 KUHP yang berbunyi :
“Dalam menuntut orang yang belum cukup umur (minderjarig) karena melakukan perbuatan sebelum umur enam belas tahun, hakim dapat menentukan, memerintahkan supaya yang bersalah dikembalikan kepada orang tuanya, walinya atau pemeliharanya, tanpa pidana apapun atau memerintahkan supaya yang bersalah diserahkan kepada pemerintah, tanpa pidana apapun yaitu jika perbuatan merupakan kejahatan atau salah satu pelanggaran tersebut..”
Jadi pada Pasal 45 KUHP maka anak didefinisikan sebagai anak yang
belum dewasa apabila berumur sebelum 16 tahun. Namun Pengertian Anak
Menurut Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan dalam
Pasal 1 angka 8 huruf a disebutkan bahwa anak pidana yaitu anak yang
berdasarkan putusan pengadilan menjalani pidana di LAPAS Anak paling lama
sampai usia 18 (delapan belas) tahun. Dan Pengertian Anak dalam Pasal 1 Angka
5 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yaitu setiap
manusia yang berusia di bawah 18 (delapan belas) tahun dan belum menikah,
termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut adalah demi
kepentingannya. Pengertian Anak Menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2014 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak dalam Pasal 1 Angka 1 yaitu seseorang yang belum berusia 18
(delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
Konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 setelah amandemen tegas
menyatakan dalam Pasal 28B ayat (2) bahwa “Setiap anak berhak atas
13
kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas pelindungan dari
kekerasan dan diskriminasi”. Dari Pasal 28B ayat (2) UUD 1945 di atas jelas
bahwa anak mempunyai hak-hak seperti halnya manusia ataupun orang dewasa
pada umumnya, yaitu hak atas kelangsungan hidup, hak untuk tumbuh, hak untuk
berkembang, serta hak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Dalam rangka melaksanakan Pasal 28B ayat (2) UUD 1945, Pemerintah
Republik Indonesia telah mengesahkan diantaranya Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak , Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak , Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak ,
dan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak.
Dengan adanya peraturan perundang-undangan yang mengatur secara
khusus tentang anak, membuat penanganan terhadap anak yang terlibat dalam
kasus hukum akan mendapat perlakuan yang khusus pula jika dibandingkan
dengan orang dewasa yang terlibat dalam kasus hukum. Hal ini dilakukan demi
melindungi dan menjamin hak atau kepentingan anak, khususnya bagi anak yang
melakukan tindak pidana. permasalahan ini membuat aparat penegak hukum
dihadapkan dalam posisi yang sulit, disatu sisi anak mempunyai hak khusus yang
harus dilindungi sedangkan di satu sisi anak tersebut sudah melakukan tindak
pidana penganiayaan yang sangat berbahaya dan mengancam keamanan
masyarakat.
14
1.8. Metode Penelitian
1.8.1 Jenis Penelitian
Penelitian hukum adalah suatu proses menemukan aturan hukum prinsip-
prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang
dihadapi. Penelitian skripsi ini dilakukan dengan melakukan pendekatan masalah
dengan menggunakan metode penelitian hukum empiris. Penelitian hukum
empiris adalah terdiri dari penelitian terhadap identifikasi hukum dan efektivitas
hukum.7 Penelitian empiris ini akan membahas tentang Penanganan Terhadap
Anak Pelaku Tindak Pidana Penganiayaan Yang Terlibat Geng Motor Di Wilayah
Polresta Denpasar.
1.8.2 Jenis Pendekatan
Di dalam penelitian hukum normatif terdapat beberapa jenis pendekatan,
yaitu : pendekatan kasus (case approach), pendekatan Fakta (fact approach),
pendekatan frasa (words & pharase approach), pendekatan sejarah (historical
approach), pendekatan perundang-undangan (statute approach), pendekatan
perbandingan (comparative approach), pendekatan konsep (conseptual
approach), pendekatan analisis (analytical approach), pendekatan filasafat
(philosophical approach).8 Jenis pendekatan hukum yang digunakan dalam
7 Ronny Hanitijo dan Soemitro, 1988, Metodelogi Penelitian Hukum dan Jurimentri, Cetakan Ke IV, Ghalia Indonesia, Jakarta, hal. 24.
8. Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Fajar Inter Pratama Offset, Jakarta, hlm. 93.
15
penelitian ini adalah pendekatan kasus (the case approach) dan pendekatan fakta
(the fact approach).
1.8.3 Sifat Penelitian.
Sifat penelitian dari penulisan skripsi ini adalah bersifat Deksriptif bersifat
pemaparan dan bertujuan untuk memperoleh gambaran (deskripsi) lengkap
tentang keadaan hukum yang berlaku di Polresta Denpasar dalam Penanganan
Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Penganiayaan Yang Terlibat Geng Motor
Di Wilayah Polresta Denpasar.
1.8.4 Bahan Hukum/Data
Sumber bahan hukum dalam penelitian ini berasal dari penelitian
kepustakaan (library research). Penelitian kepustakaan adalah menggunakan
bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Bahan
hukum primer adalah bahan yang isinya mengikat karena dikeluarkan oleh
pemerintah, contohnya berbagai Peraturan Perundang-Undangan, putusan
Pengadilan, traktat. Dan sumber bahan hukum sekunder adalah bahan-bahan yang
isinya membahas bahan hukum primer, contohnya buku, artikel, serta bahan
hukum tersier adalah bahan-bahan hukum yang bersifat menunjang bahan hukum
primer dan bahan hukum sekunder, contohnya kamus, buku pegangan.9
Dalam penelitian ini sumber bahan hukum yang dimaksudkan adalah
sebagai berikut :
9. Ashshofa Burhan, 1996, Metode Penelitian Hukum, PT. Reneka Cipta, Jakarta,
hlm.103.
16
1. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang memiliki kekuatan mengikat
karena dikeluarkan oleh pemerintah, yaitu :
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
b. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
c. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan
d. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
e. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak.
f. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-
undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
2. Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan
terhadap bahan hukum primer yang meliputi antara lain : buku-buku hukum
(literatur), artikel, makalah, thesis, skripsi, dan bahan-bahan hukum seperti
dokumen dan surat-surat perjanjian yang berhubungan dengan permasalahan
penelitian.
3. Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yaitu
berupa kamus hukum dan kamus Bahasa Indonesia, ensiklopedia, dan
sebagainya.
1.8.5 Teknik pengumpulan data
Penelitian hukum empiris dikenal teknik-teknik untuk mengumpulkan
data, yaitu :
1. Studi kepustakaan.
17
Data Kepustakaan dikumpulkan dengan cara membaca, mencatat,
mempelajari dan menganalisa isi pustaka yang berkaitan dengan masalah objek
penelitian serta mempelajari dokumen dan arsip yang berhubungan dengan
masalah objek penelitian yaitu sanksi-sanksi yang ditinjau dari hukum pidana.
2. Teknik wawancara (interview).
Teknik wawancara adalah merupakan proses interaksi dan komunikasi
serta cara untuk memperoleh informasi dengan bertanya langsung pada yang
diwawancarai. Wawancara ini dilakukan dengan staf ahli dari bagian Reskrim
Polresta Denpasar, yang dilakukan dengan teknik tanya jawab dan diharapkan
dapat berlangsung terarah. Selain itu, agar tercapai proses wawancara yang
terbuka dari responden, maka tanya jawab tersebut dikembangkan disekitar pokok
permasalahan sehingga relevan dengan permasalahan yang akan dibahas.
3. Pengamatan atau Teknik Obeservasi Langsung.
Teknik observasi langsung adalah teknik pengumpulan data diperoleh
dengan mengadakan pengamatan secara langsung. Observasi ini dilakukan di
wilayah hukum Polresta Denpasar.
1.8.6. Teknik pengolahan dan Analisis Data.
Pengolahan data dan analisis data adalah kegiatan merapikan data hasil
pengumpulan data di lapangan sehingga siap pakai untuk dianalisis. Setelah data-
data yang berhubungan dengan penanganan terhadap anak pelaku tindak pidana
penganiayaan yang terlibat geng motor di wilayah polresta denpasar. Terkumpul,
maka data-data tersebut akan dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif,
sedangkan untuk keseluruhan data yang terkumpul baik secara primer ataupun
18
data sekunder akan dianalisis dengan cara menyusun data secara sistematis
kemudian dikategorikan, diklasifikasikan dan dihubungkan antara yang satu
dengan yang lainnya untuk memahami makna data dalam situasi sosial lalu
dianalisis secara kualitatif, kemudian data akan disajikan secara deskriptif
kualitatif dan sistematis.