DAFTAR ISI - Home - Universitas Udayana...

14

Transcript of DAFTAR ISI - Home - Universitas Udayana...

DAFTAR ISI

1. ANALISIS PESTISIDA GOLONGAN KARBAMAT PADA SAYURAN SAWI DENGAN METODE GC-MS

YANG DI JUAL DI PASAR KUMBASARI DENPASAR

Sathya Indrayana, Didik Setiawan, Ida Ayu Manik Partha Sutema ................................................. 1-5

2. ANALISIS KADAR TIMBAL DALAM DARAH PEKERJA SENI LUKIS DI DAERAH LODTUNDUH, UBUD

DENGAN METODE MP-AES

Ni Putu Ayu Nopita Dewi, I Made Oka Adi Parwata, I. A. Manik Partha S ....................................... 6-12

3. ANALISIS KADAR BESI PADA BAYAM HIJAU YANG DIANGIN-ANGINKAN DAN DIPANASKAN

Ni Putu Dian Lufita Sari, Didik Setiawan, Nyoman Sudarma ........................................................... 13-17

4. ANALISIS KADAR METAMFETAMINA PADA SAMPEL DARAH DENGAN METODE GC-MS

Dunika Ayu Ni Made, I Made Oka Adi Parwata, I.A Manik Parthasutema ....................................... 18-29

5. ANALISIS KADAR KAFEIN PADA KOPI HITAM DI LEBAH BUKIAN GIANYAR MENGGUNAKAN

SPEKTROFOTOMETER UV-VIS

Ni Made Dwi Aptika, I Ketut Tunas, Ida Ayu Manik Parta Sutema ................................................... 30-37

6. PENGARUH SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KADAR VITAMIN C PADA PAPRIKA

(Capsicum annum) HIJAU

Laily Kurniawati, Ni Luh Nova Dilisca Dwi Putri, Adreng Pamungkas .............................................. 38-45

7. ANALISIS KADAR ENZIM CHOLINESTERASE DALAM DARAH PADA PETANI PENYEMPROT

SAYURAN

Ni Wayan Pariati, Ni Luh Nova Dilisca Dwi Putri, Agus Nurcolis ..................................................... 46-55

8. PERBEDAAN KADAR ZAT ORGANIK SEBAGAI KMnO4 BERDASARKAN PEMBUATAN TITRAN KMnO4

Komang Peri Sukma Rahmawan, Ketut Tunas, Nyoman Sudarma ................................................. 56-63

9. PENENTUAN pH OPTIMUM UNTUK ANALISIS KADAR KLORIDA PADA AIR MINUM

I Made Suddharnatha, M. Fairuz Abadi, Nyoman Sudarma ............................................................ 64-70

10. IDENTIFIKASI FORMALIN PADA TAHU YANG DI JUAL DI PASAR PUJUNG GIANYAR DENGAN

PEREAKSI SCHIFF

I Wayan Suwardi Andika, Ni Luh Nova Dilisca Dwi Putri, Agus Nurcolis ......................................... 71-76

ANALISIS KADAR METAMFETAMINA PADA SAMPEL DARAH DENGAN METODE GC-MSMetamphetamina Rate Analysis in Blood Sample with GC-MS Method

Dunika Ayu Ni Made1, I Made Oka Adi Parwata2, I.A Manik Parthasutema1

1Program Studi Analis Kesehatan STIKes Wira Medika Bali12Program Studi Kimia FMIPA Universitas Udayana2

ABSTRAKPendahuluan: Analisis zat-zat golongan narkoba penting dilakukan mengingat tingginya penyalahgunaan narkoba,terutama golongan metamfetamina (MA). Tahun 2007―2010 ditemukan 582 kasus metamfetamina atau 45% dari 1305kasus narkotika. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi kandungan MA pada sampel darah pecandu narkoba. Metode:Metode yang digunakan yaitu metode GC-MS yang tervalidasi dan memiliki nilai kepastian yang tinggi. Hasil analisis pada3 sampel darah pengguna narkoba golongan metamfetamina terdeteksi 2 sampel yang positif. Hasil: Sampel Amengandung MA 64 ppm dan sampel B mengandung MA 28,2 ppm; pada sampel C tidak terdeteksi. Diskusi: Pembuktianhubungan linier antara konsentrasi dan luas area dapat ditentukan persamaan Regresi dan Kurva Kalibrasi. Berdasarkandata GC-MS secara kuantitatif didapatkan data senyawa standar dengan konsentrasi 25 ppm dengan luas area 31907,dan 50 ppm dengan luas area 1130990 dan 100 ppm dengan luas area 34224455 sehingga didapatkan persamaan regresilinier y=42043x-82765 dengan nilai ketepatan yang cukup tinggi.

Kata kunci: Analisis metamphetamina, Sampel darah, GC-MS.

ABSTRACTIntroduction: Analyze the unsure of drugs and it the highert effect of metamphetamina, where in 2007 until 2010 it found582 case of metamphetamina used 45% from 1305 case of drugs using. The research for detection the metamphetaminacontenct of blood sampel. Method: In this research we use Gase Cromatography that have a good validation and highaccuracy. Result: The results of 3 drug users of metamphetamina in found that 2 sample have positive results, that issample A = 64 ppm, and sample B= 28,2 ppm, but in sample C not found the metamphetamina. So, the conclusion of thisresearch is the metamphetamina compound can be accumulate in the blood of drug users. Discussion: Proof linearrelationship between the concentration and the area can be determined and the calibration curve regression equation.Based on data from quantitative GC-MS data obtained with the standard compound concentration of 25 ppm and an areaof 1907, and 50 ppm with an area of 113099, and 100 ppm with an area of 34224455 to obtain the linear regressionequation y = 42043x-82 765 with sufficient precision values high.

Keywards: Analysis Metamphetamina, Blood Sample, GC-MS.

Alamat Korespondensi : Jl. Raya Celuk Sukawati, Gianyar-Bali

Email : [email protected]

PENDAHULUANDewasa ini penyalahgunaan Narkoba atau

NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Aditiflainnya) semakin marak. Pengguna dari usiabelasan sampai puluhan tahun, dari kelasekonomi rendah sampai tinggi, baik laki-lakimaupun perempuan. Korban penyalahgunaannarkoba di Indonesia menunjukkan prevalensidan peningkatan yang sangat tinggi. Tahun2007 s/d 2010 ditemukan 582 kasusmetamfetamin atau 45% dari 1305 kasusnarkotika. Data tersebut menunjukkan bahwapenyalahgunaan metamfetamina telah menjadiancaman serius dan perlu dilakukanpenanggulangan masalah secara simultan danberkesinambungan oleh pemerintah danseluruh komponen masyarakat (Putra, 2011).

Narkoba singkatan dari narkotik dan obatberbahaya atau NAPZA singkatan dari

Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya.Narkoba merupakan zat atau senyawa yangberasal dari tanaman atau bukan tanaman, baiksintesis maupun semi sintetis, yang dapatmenyebabkan penurunan atau perubahankesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampaimenghilangkan rasa nyeri dan dapatmenimbulkan ketergantungan (BNN, 2004).

Terdapat beberapa jenis narkoba, antaralain: narkotika; merupakan zat atau obat yangberasal dari tanaman atau bukan tanaman, baiksintetis maupun semi sintetis yang dapatmenyebabkan penurunan atau perubahankesadaran (UU RI No.35, 2009). Obat atau zatini dapat menimbulkan pengaruh-pengaruhtertentu bagi mereka yang menggunakandengan memasukkannya ke dalam tubuhmanusia. Pengaruh tersebut dapat berupapembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan

Dunika Ayu Ni Made, dkk: Analisis Kadar Metamfetamina pada…

19

semangat, halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan yang menyebabkan efekketergantungan bagi pemakainya.

Narkotika dibagi menjadi 3 golongan,diantaranya (Darmono, 2006): golongan Imerupakan golongan narkotika yang hanyadapat digunakan untuk pengembangan ilmupengetahuan saja (IPTEK), tidak digunakanuntuk terapi, di samping itu golongan inimempunyai potensi sangat tinggi akanterjadinya efekketergantungan/adiksi/ketagihan. Golongan I,termasuk diantaranya Papaver somniferum L(opiat) serta produk yang dihasilkan;Erytroxylum coca (kokain) serta produk yangdihasilkan, dan Canabis sativa (ganja) sertaproduk yang dihasilkan.

Golongan II merupakan golongan yangberkhasiat untuk pengobatan, tetapi digunakansebagai pilihan terakhir dalam pengobatantersebut. Narkotika golongan ini juga digunakanuntuk tujuan ilmu pengetahuan, tetapi jugaberpotensi tinggi mengakibatkanketergantungan. Golongan II, termasukdiantaranya morfin; petidin; metadon; opium;dihidromorfin; dan ekogin.

Golongan III merupakan jenis narkotikayang berkhasiat untuk pengobatan, tetapi jugauntuk pengembangan ilmu pengetahuaan. Obatini hanya berpotensi ringan untukmengakibatkan ketergantungan. Golongan III,termasuk diantaranya Kodein; Etil-morfin; Asetildihidrokodein; dekstropropoksifein;Dihidrokodein dan Norkodein (Darmono, 2006)

Psikotropika merupakan zat atau obatyang dapat menurunkan aktivitas otak ataumerangsang susunan syaraf pusat danmenimbulkan prilaku disertai dengan timbulnyahalusinasi (khayalan), ilusi, gangguan caraberfikir, perubahan alam perasaan dan dapatmenyebabkan ketergantungan, sertamempunyai efek stimulasi bagi pemakainya.Psikotropika dibedakan dalam 4 golongan (UURI No.5, 2009), antara lain: golongan Imerupakan obat yang tidak atau belummempunyai khasiat pengobatan yang jelastetapi bila disalahgunakan, sangat merugikanperorangan atau tata kehidupan masyarakatsehingga, diperlukan pengawasan yang sangatketat peredarannya. Golongan ini hanyadigunakan untuk tujuan pengembangan ilmupengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi,serta mempunyai potensi amat kuat untukmengakibatkan ketergantungan. Golongan I,diantaranya termasuk 3,4 methylen dioxi methyl

amphetamine (MDMA) terkenal dengan namaekstasi ADAM; methylen dioxi amphetamine(MDA) terkenal dengan nama ekstasi saja;methylen dioxi ethyl amphetamine (MDEA)terkenal dengan nama ekstasi EVA; meskalin;lysergic acid diethylamid (LSD); dan psilosibin.

Golongan II merupakan psikotropika yangmempunyai khasiat pengobatan yang jelas, danapabila disalahgunakan sangat merugikankesehatan perorangan, atau tata kehidupanmasyarakat, karena itu diperlukan pengawasanketat terhadap pengedarnya. Golongan iniselain berkhasiat pengobatan juga dapatdigunakan untuk terapi dan untuk tujuan ilmupengetahuan, serta mempunyai potensi kuatuntuk menyebabkan ketergantungan. GolonganII, termasuk diantaranya: amfetamin;metamfetamin yang terkenal dengan namashabu-shabu; deksampetamin; fenetilin; danPCP (Pensiklidin).

Golongan III merupakan psikotropika yangmempunyai khasiat pengobatan jelas dan biladisalahgunakan merugikan kesehatanperorangan atau tatanan kehidupanbermasyarakat, sehingga masih memerlukanpengawasan peredarannya. Golongan ini dapatdigunakan untuk terapi dan tujuanpengembangan ilmu pengetahuan sertaberpotensi sedang untuk menimbulkanketagihan/ ketergantungan. Termasukgolongan III, diantaranya: amobarbital;butabarbital; flunitazepam; glutemide;pentobarbital; siklobarbital dan katina.

Golongan IV merupakan psikotropikayang mempunyai khasiat pengobatan yangjelas, dan apabila disalahgunakan dapatmerugikan kesehatan pengguna danmengganggu tata kehidupan masyarakatsekitarnya sehingga diperlukan pengawasanyang memadai. Golongan ini selain dapatdigunakan dalam pengobatan, juga untukkeperluan ilmu pengetahuan, serta berpotensiringan untuk menyebabkan ketergantungan.Termasuk golongan IV, diantaranya: alpazolam;barbital; bromazepam; diazepam; fenobarbital.

Obat-obatan yang termasuk golonganpsikotropika adalah candu dan komponen-komponennya yang aktif anatara lain:metamfetamina, MDMA, pensiklidin,flunitazepam dan katinona (Puspitasari, 2005).Metamfetamina yang sering disebut shabu-shabu merupakan jenis psikotropika golongan II(kedua), berbentuk bubuk berwarna putih,kuning, maupun coklat, atau bubuk putih kristalkecil, dengan bau amina serta mudah larut

Chemistry Laboratory Juli Vol. 2 No. 1 2015

20

dalam air dan alkohol. Bahan atau zatberbahaya ini dapat berpengaruh pada fisik danmental seseorang apabila digunakan dengandosis yang tidak tepat (Adi, 2009). Senyawa inimerupakan psikotropika dengan daya aktif yangkuat sehingga menyebabkan sindromaketergantungan (Martono, 2006).Metamfetamine (MA) sering disebut d-deoxyepedhrine; desoxyephedrine; ataumethylamfetamine; mempunyai rumus molekulc10h15n, dengan berat molekul 149,23 g/mol,bentuk cairan yang tidak berwarna, jernih, tidakmudah menguap, berat jenis 0,91-0,92 g/L, titikdidih 214oC dengan struktur kimia sepertigambar 1.

Gambar 1. Molekul MA (Moffat et al., 2004)MA termasuk salah satu dari derivate

metal amphetamine yang mempunyai 2 isomer:d-metamphetamina dan l-metamphetaminadimana masing-masing memiliki perbedaanefek farmakologi. d-metamphetamina adalahstimulan karena mempunyai efek yang sangatkuat pada sistem saraf pusat, menambahtenaga sehingga disebut menimbulkan efekeuphoria terhadap manusia. biasanyadikonsumsi dengan cara ditelan, dihirup, dihisapserta disuntikkan. sedangkan, l-metamphetamina bersifat decongestan dantidak memiliki aktivitas sebagai stimulant (putra,2011). struktur molekul isomer dari ma dapatdilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Struktur molekul isomer MA (Cody,2000)

MA digolongkan sebagai obat anti depresiatau stimulan yang berguna untuk mengatasitekanan mental karena secara langsung

merangsang susunan saraf pusat (pada dosisrendah; 5 mg/hari), sedangkan pada dosis yangdinaikkan dapat meningkatkan tekanan darah,dalam peredaran gelapnya, MA seringkaliditemukan sebagai senyawa garamhidroklorida, biasanya dalam bentuk kristal yangberwarna putih, dengan titik leleh 170-175oC,larut dalam air (1:2), larut dalam etanol (1:4),larut dalam kloroform (1:5), praktis tidak larutdalam eter (Putra, 2005). Adapun contoh kristalMA dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Kristal MA (Putra, 2005)Setelah dikonsumsi dalam waktu 24 jam

maka sekitar 70% dosis obat akan tereliminasimelalui ginjal dan diekskresikan dalam bentukurine. Pada kondisi normal lebih dari 43% daridosis diekskresikan sebagai MA, 15% sebagai4-hidroksi metamphetamina (HMA) dan sekitar5% sebagai amphetamine. Tingkat ekskresi danjumlah presentase sebagai metabolit obatdalam bentuk tidak berubah tergantung padapH urin, akan bertambah jika urin dalamkeadaan asam dan akan berkurang sekitar 2%jika urine dalam keadaan basa (Nendrosuwito,1998). Jalur metabolisme MA dapat dilihat padagambar 4 (Putra, 2005).

Gambar 4. Metabolisme MA (Nendrosuwito,1998)

Dunika Ayu Ni Made, dkk: Analisis Kadar Metamfetamina pada…

21

Ketika mengkonsumsi metamphetaminamaka obat tersebut turun melalui esophagus(kerongkongan), masuk lambung, dan menujuke usus halus. Sejumlah kecil zat yangterkandung pada obat diserap melalui alirandarah dalam membrane mukus, dan sebagaianbesar masuk ke aliran darah melalui dindingusus halus. Zat yang terkandung pada obatterlarang tersebut larut dalam air dan alirandarah dengan cepat menyalurkan keseluruhbagian tubuh dan diserap kedalam jaringantubuh (Wirasuta, 2008)

Aktivitas metamfetamin di seluruh otaktampaknya lebih spesifik, reseptor tertentu yangmerespon metamfetamin, tetapi beberapadaerah otak cenderung tidak melakukannya diwilayah lain. Sebagai contoh dopamine D2reseptor di hippocampus, suatu daerah otakyang terkait dengan membentuk ingatan baru,tampaknya tidak terpengaruh oleh kehadiranmetamfetamin. Sistem saraf utama yangdipengaruhi oleh metamfetamina sebagaianbesar terlibat didalam sirkuit otak. Selain itu,neurotransmitter yang terlibat jalur berbagai halpenting di otak tampaknya menjadi target utamadari metamfetamina. Salah satuneurotransmitter adalah dopamine, sebuahpembawa pesan kimia yang sangat akktif. MAmenyebabkan terjadinya pelepasannorepinefrin, dopamine, serotonin, dan neuronpra-sinaps. Menghambat re-uptakenorepinefrindan dopamine. Menghambat sistem MAO padaneuron pra-sinaps (BNN Jakarta, 2004).

Mekanisme kerja metamfetamina antaralain: dosis kecil, semua jenis metamfetamineakan menaikkan tekanan darah, mempercepatdenyut jantung, melebarkan bronkus,meningkatkan kewaspadaan, menimbulkaneuphoria, menghilangkan ngantuk, mudahterpacu, menghilangkan rasa lelah dan rasalapar, meningkatkan aktifitas motorik, banyakbicara dan merasa kuat, misalnya pada fisikatlet meningkat. Efek ini sangat bervariasi dandapat terjadi hal-hal yang sebaliknya pada dosisberlebihan atau pengguna berulang-ulang.Pengguna lama atau dosis besar hampir selaludiikuti oleh depresi mental dan kelelahan fisik,banyak orang yang mengkonsumsimetamfetamina mengalami sakit kepala,palpitasi, rasa pusing, gangguan vasomotor,rasa khawatir, kacau, disforia, delirium ataurasa lelah (BNN Jakarta, 2004).

Dosis sedang (20-50 mg), menstimulasipernapasan, menimbulkan tremor ringan,gelisah, meningkatkan aktivitas motorik,

insomnia, agitasi, mencegah lelah, menekannafsu makan, menghilangkan ngantuk danmengurangi tidur (BNN Jakarta, 2004). DosisTinggi (> 50 mg), metamfetamina yang masuksecara berlebihan dapat langsungmengakibatkan kematian, gejala yangditimbulkan sebelum kematian adalah tremorberat, meningkatnya aktivitas motorik yangberlebihan, dan gangguan pernafasan yanghebat hingga nafas berhenti (BNN Jakarta,2004).

Ketika seseorang menggunakan upper zattersebut akan merangsang sistem saraf pusatpenggunanya. Zat bekerja pada sistemneurotransmitter norepinefrin dan dopamineotak. Menggunakan metamfetamina dapatmenyebabkan otak menghasilkan tingkatdopamine yang lebih tinggi. Jumlah dopamineyang berlebihan di dalam otak akanmenghasilkan perasaan euphoria dankesenangan yang biasa dikenal sebagai “high”.Seiring berjalannya waktu, orang yangmenggunakan shabu akan mengembangkantoleransi terhadap zat metamphetamin yangterkandung didalam shabu. Toleransi artinyaseseorang akan membutuhkan dosis yang lebihtinggi untuk mendapatkan efek yang sama. Jikasejumlah dosis yang dibutuhkan tidak terpenuhimaka pengguna zat metamfetamina akanmuncul perasaan withdrawal/craving atau lebihdikenal dengan sakaw (Darmono, 2006).

Sensasi yang ditimbulkan membuat otaklebih jernih dan bisa berpikir lebih fokus. Otakmenjadi lebih bertenaga untuk berpikir beratdan bekerja keras, namun akan muncul kondisiarogan yang tanpa sengaja muncul akibatpenggunaan zat ini. Pupil akan berdilatasi(melebar). Nafsu makan akan sangat ditekan.Tekanan darah akan naik secara signifikan.Secara mental, pengguna akan mempunyairasa percaya diri yang lebih karena, seluruhsistem saraf pusat terstimulasi makakewaspadaan dan daya tahan tubuh jugameningkat (Harian Umum Pelita, 2013).

Zat ini menimbulkan efek secara fisik,karena efeknya yang menimbulkan kecanduandengan adanya tolerasi zat yang dikonsumsi.Begitu seseorang telah kecanduan amfetamina,maka orang tersebut harus kembalimenggunakan metamfetamina untuk mencegahsakaw (withdrawal). Pengguna zat inikemungkinan juga akan membutuhkan waktutidur yang lebih lama dan sangat sensitif ataumudah marah. Begitu efeknya hilang efekobatnya hilang, pengguna yang tadinya merasa

Chemistry Laboratory Juli Vol. 2 No. 1 2015

22

lapar menjadi sangat lapar (Agsya, 2010). Efekmetamfetamina jangka pendek, antara lain:meningkatkan suhu tubuh; kerusakan sistemkardiovaskuler; paronoia; meningkatkan denyutjantung; meningkatkan tekanan darah; menjadihiperaktif; mengurangi rasa kantuk; menjadihiperaktif; tremor; menurunkan nafsu makan;mulut kering; mual; sakit kepala, dan perubahanprilaku (Arief, 2005).

Efek metamfetamina jangka panjang,selama mengkonsumsi metamfetamina dalamjangka panjang, seseorang yang menggunakanmetamfetamina secara teratur menemukantanda-tanda efek samping jangka panjang yangbiasanya terdiri dari: pandangan kabur; pusing;peningkatan detak jantung; sakit kepala;tekanan darah tinggi; kurang nafsu makan;nafas cepat dan gelisah (Arief, 2005)

Gejala lain yang ditimbulkan darimetamfetamina antara lain: kerusakan otak,kerusakan hati, depresi, gelisah, berkeringatdingin, berpikir lambat, serta gangguan memorikarena berkurangnya serotonin dan dopaminedalam jangka lama. Depresi menyebabkanindividu menyendiri, menurunnya prestasi kerjaatau sekolah. Penyalahgunaan senyawa inidapat menimbulkan efek samping yang sangatberbahaya bahkan dapat mematikan (Darmono,2006).

Metamfetamina merangsaang faal danfungsi otak, serta memiliki potensiperangsangan dan halusinogenik yang lebihbesar (Nasution, 2001). Metamfetaminaberpotensi merusak reseptor serotonin dan juganeuron serotonin dalam otak. Serotonin adalahsistem kimia saraf (neurochemical) yangmengatur emosi, perasaan, berpikir mengingat(memory) dan tidur (Darmono, 2006). Stimulandalam metamfetamina memacu sistem sarafpusat, akibat dari kadar toksin yang dihasilkanuntuk masing-masing obat tidak bisadiperkirakan, overdosis merupakankemungkinan yang nyata (BNN Jakarta, 2004).

Penyalahgunaan metamfetamina seringkali terjadi karena kebanyakan zat dalamnarkoba sebenarnya digunakan untukpengobatan dan penelitian. Tetapi, karenaberbagai alasan maka narkoba kemudiandisalahgunakan. Penggunaan terus menerusdan berlanjut akan menyebabkanketergantungan dan bisa juga disebut dengankecanduan. Tingkat penyalahgunaan biasanyasebagai berikut: coba-coba; senang;menggunakan pada saat atau keadaan tertentu;

penyalahgunaan dan ketergantungan (BNNJakarta, 2004).

Banyak yang masih bisa dilakukan untukmencegah penyalahgunaan narkoba, antaralain yaitu: secara primer, sebelumpenyalahgunaan terjadi, biasanya dalam bentukpendididkan, penyebaran informasi mengenaibahaya narkoba, pendekatan melaliu keluarga,dll. Secara sekunder, pada saat penggunasudah terjadi dan diperlukan upayapenyembuhan (treatment). Secara tersier, yaituupaya untuk merehabilitasi mereka yang sudahmemakai dan dalam proses penyembuhan(BNN Jakarta, 2004).

Maka dari itu diperlukan pemeriksaannarkoba yang digunakan untuk penangananpenyalahgunaan narkoba. Pemeriksaannarkoba dapat dilakukan dengan berbagaimacam alat serta metode. Salah satunyadengan metode GC-MS. GC-MS adalahkependekan dari gas chromaography massaspektrofotometri. Instrumen alat ini merupakangabungan dari alat GC dan MS. Sampel yanghendak diperiksa diidentifikasi dahulu denganalat GC (gas chromatography) baru, kemudiandiidentifikasi dengan alat ms (massspectrometry). GC dan MS merupakankombinasi yang simultan dan digunakan untukmemisahkan serta mengidentifikasi komponen-komponen campuran (Mulyono, 2011).

Metode GC-MS mempunyai sensitivitasdan spesivitas yang lebih tinggi dibandingkandengan metode lainnya. Keunggulan metodeGC-MS dibandingkan dengan metode lainnyaantara lain: efisien; resolusi tinggi sehinggadapat digunakan untuk menganalisis partikelberukuran sangat kecil seperti polutan dalamudara, aliran fasa bergerak (gas); sangatterkontrol dan kecepatannya tetap; pemisahanfisik terjadi di dalam kolom yang jenisnyabanyak sekali, panjang dan temperaturnyadapat diatur; banyak sekali macam detektoryang dapat dipakai pada kromatografi gas (saatini dikenal 13 macam detektor); responsdetektor proporsional dengan jumlah tiapkomponen yang keluar dari kolom; sangatmudah terjadi pencampuran uap sampel kedalam fasa bergerak; analisis cepat, biasanyahanya dalam hitungan menit; tidak merusaksampel; sensitivitas tinggi sehingga dapatmemisahkan berbagai senyawa yang salingbercampur; dan mampu menganalisis berbagaisenyawa meskipun dalam kadar/konsentrasirendah (Ginting, 2012).

Dunika Ayu Ni Made, dkk: Analisis Kadar Metamfetamina pada…

23

Kromatografi Gas-Spektroskopi Massaatau sering disebut GC-MS (gascromatography-mass spectrometry) adalahteknik analisis yang menggabungkan 2 metodeanalisis yaitu kromatografi gas dan spektroskopimassa. kromatografi gas adalah metodeanalisis, dimana sampel terpisahkan secarafisik menjadi bentuk molekul-molekul yang lebihkecil (hasil pemisahan dapat dilihat berupakromatogram). Sedangkan spektrofotometrimassa adalah metode analisis, dimana sampelyang dianalisis akan diubah menjadi ion-iongasnya. Masa dari ion-ion tersebut dapat diukurberdasarkan hasil deteksi berupa spektrummassa. Pada GC hanya terjadi pemisahanuntuk mendapatkan komponen yang diinginkan,sedangkan bila dilengkapi dengan MS(berfungsi sebagai detektor) akan dapatmengidentifikasi komponen tersebut, karenabisa membaca spektrum bobot molekul padasuatu komponen, juga terdapat reference padasoftware (Hermanto, 2008).

Kromatografi gas merupakan salah satuteknik kromatografi, dimana yang bertindaksebagai fase diam dapat berupa fase padat ataufase cair dan sebagai fase gerak adalah gas.Kromatografi gas merupakan salah satu metodeyang dapat dipergunakan untuk menganalisiskeberadaan MA dalam sampel darah (Putra,2011)

Kromatografi gas dan spektrometer massadalam banyak hal memiliki banyak kesamaandalam tekniknya, untuk kedua teknik tersebut,sampel yang dibutuhkan dalam bentuk faseuap, dan keduanya juga sama-samamembutuhkan jumlah sampel yang sedikit(umumnya kurang dari 1 mg). Di sisi lain, keduateknik tersebut memiliki perbedaan yang cukupbesar yakni pada kondisi operasinya. Senyawayang terdapat pada kromatografi gas adalahsenyawa yang digunakan untuk sebagai gaspembawa dalam alat GC dengan tekanankurang lebih 760 torr, sedangkan spektrometermassa beroperasi pada kondisi vakum dengankondisi tekanan 10-6 sampai 10-5 torr(Hermanto, 2008).

GC-MS terdiri dari dua blok bangunanutama: kromatografi gas dan spektrometermassa. Kromatografi gas menggunakan kolomkapiler yang tergantung pada dimensi kolom itu(panjang, diameter, ketebalan film) serta sifatfase (misalnya 5% fenil polisiloksan).Perbedaan sifat kimia antara molekul-molekulyang berbeda dalam suatu campurandipisahkan dari molekul dengan melewatkan

sampel sepanjang kolom. Molekul-molekulmemerlukan jumlah waktu yang berbeda(disebut waktu retensi) untuk keluar darikromatografi gas, dan ini memungkinkanspektrometer massa untuk menangkap,ionisasi, mempercepat, membelokkan, danmendeteksi molekul terionisasi secara terpisah.Spektrometer Massa melakukan hal ini denganmemecah masing-masing molekul menjaditerionisasi mendeteksi fragmen menggunakanmassa untuk mengisi rasio (Hermanto, 2008).

Gambar 5. GC-MS Shimadzu(Hermato,2008)Dasar pemisahan secara kromatografi gas

ialah penyebaran cuplikan pada fase diamsedangkan gas sebagai fase gerak mengelusifase diam. Maka dari itu prinsip kerjanyasebagai berikut: suatu fase gerak berbentuk gasmengalir dibawah tekanan melewati pipa yangdipanaskan dan disalut dengan fase diam cair,atau dikemas dengan fase diam cair yangdisalut pada suatu penyangga padat. Analittersebut dimuatkan kebagian atas kolommelalui suatu portal injeksi yang dipanaskan,tempat analit menguap. Analit ini kemudianberkondensasi dibagian atas kolom tersebut,yaitu pada suhu yang lebih rendah. Suhu ovendijaga konstan atau diprogram agar meningkatsecara bertahap. Ketika sudah berada dikolom,pemisahan suatu campuran yang terjadibergantung pada waktu lamanya waktu relatifyang dibutuhkan oleh komponen-komponendidalam fase diam (Hermanto, 2008).

Apabila terdapat campuran (terdiri daridua atau lebih komponen), maka campurantersebut akan didistribusikan pada kedua fasetersebut (fase gerak dan fase diam). Koefisiendistribusi (k) dari masing-masing komponendalam fase gerak dan fase diam didasarkanpada persamaan:

Chemistry Laboratory Juli Vol. 2 No. 1 2015

24

k =Keterangan:CS : Konsentrasi solute dalam fase diamCM : Konsentrasi solute dalam fase gerak(Putra, 2011).

Derajat keterpisahan/resolusi masing-masing komponen dalam campuran denganmetode analisis kromatografi dinyatakandengan persamaan:

2(tR2– tR1)W2 + W1

Keterangan:tR1 : waktu retensi kromatogram 1tR2 : waktu retensi kromatogram 2W1 : lebar dasar puncak kromatogram1W2 : lebar dasar puncakkromatogram2(Putra, 2011).

Gambar 6. Bagan instrument GC MS(Rohman, 2009)

Bentuk puncak kromatogram KromatografiGas dapat dilihat pada gambar 7 berikut:

Gambar 7. Puncak kromatogram GC (Gritter etal., 1991).

Instrument spectrometer massadiperlukan untuk identifikasi senyawa organikyaitu penentuan bobot molekul dan penentuanrumus molekul. Prinsip dasar SpektrometriMassa adalah molekul bermuatan atau fragmenmolekul dihasilkan dalam suatu ruang sangathampa atau segera sebelum suatu sampelmemasuki ruang sangat hampa, denganmenggunakan berbagai metode untuk produksiion. Ion-ion dihasilkan dalam fase gas sehinggaion tersebut kemudian dapat dimanipulasidengan penerapan pada medan magnet ataumedan listrik agar dapat menentukan bobotmolekulnya dan bobot molekul semua fragmenyang dihasilkan dari pemecahan molekul.Umumnya spektrometer massa terdiri dari limakomponen yaitu: sistem pemasukan sampel,kamar ionisasi, penganalisis massa, detektordan rekorder (David, 2005). Contoh bagan MSdapat dilihat pada gambar 6. berikut:

Gambar 8. Bagan instrumen MS (David, 2005)Spektrum massa biasanya

digambarkan seperti grafik batang, dimanasetiap puncak menyatakan suatu fragmenmolekul, fragmen ditata menurut kenaikan m/zdari kiri ke kanan dengan intesitas puncaksebanding dengan kelimpahan relativefragmen, puncak tertinggi (puncak dasar) diberinilai 100%, puncak yang lain relative terhadappuncak dasar, untuk mengetahui rumus molekulatau fragmen tertentu dapat dibantu dengantabel Beynon (David, 2005). Mode selected ionmonitoring (SIM) pada GC MS adalah modeoperasi yang tidak merekam keseluruhanspectra, tetapi hanya merekam sinyalkarakteristik dari ion-ion tertentu (Moffat, et al,2004). Proses scan per ion pada mode SIMlebih banyak dibandingkan dengan mode fullscan dalam waktu yang bersamaan, hal inidisebabkan pada tingkat sensitivitasnya (Putra,2011).

RS =

Dunika Ayu Ni Made, dkk: Analisis Kadar Metamfetamina pada…

25

Instrumen/Alat GC-MS terdiri dari:injection port, dalam pemisahan dengan GLCcuplikan harus dalam bentuk fase uap. Tetapikebanyakan senyawa organik berbentukcairan dan padatan, oleh karena itu, senyawayang berbentuk cairan dan padatan pertama-tama harus diuapkan. Ini membutuhkanpemanasan sebelum masuk ke dalam kolom.Panas itu terdapat pada tempat injeksi.Namun, suhu tempat injeksi tidak boleh terlalutinggi, sebab kemungkinan akan terjadiperubahan karena panas atau penguraian darisenyawa yang akan dianalisa. pengguna jugatidak boleh menginjeksikan cuplikan terlalubanyak, karena GC sangat sensitif. Biasanyajumlah cuplikan yang diinjeksikan pada waktukita mengadakan analisa 0,5―50 ml gas dan0,2―20 ml untuk cairan (Hermanto, 2008).Oven digunakan untuk memanaskan kolompada temperature tertentu sehinggamempermudah proses pemisahan komponensampel. Biasanya oven memiliki jangkauansuhu 30oC―320oC (Hermanto, 2008). Kolommerupakan jantung dari kromatografi gas. Adabeberapa bentuk kolom, diantaranya lurus,bengkok, misal berbentuk V atau W, dankumparan/spiral. Kolom selalu merupakanbentuk tabung. Berisi fasa diam, sedangkanfasa bergerak akan lewat didalamnya sambilmembawa sample. Secara umum terdapat 2jenis kolom, yaitu: packed column, umumnyaterbuat dari glass atau stainless steel coildengan panjang 1–5 m dan diameter kira-kira 5mm. Capillary column, umumnya terbuat daripurified silicate glass dengan panjang 10―100m dan diameter kira-kira 250 mm. Beberapajenis stationary phase yang sering digunakan:polysiloxanes untuk nonpolar analytes/sample;polyethylene glycol untuk polaranalytes/sample, dan Inorganic atau polymerpacking untuk sampel bersifat small gaseousspecies (Hermanto, 2008). Massa Spektrometer(MS) yang terdiri dari beberapa komponendiantaranya: sumber ion setelah analit melaluikolom kapiler, ia akan diionisasi. Ionisasi padaspektroskopi massa yang terintegrasi denganGC ada dua, antara lain: electron impactionization (EI) atau chemical ionization (CI),yang lebih jauh lagi terbagi menjadi negatif(NCI) dan positif (PCI). Berikutnya akandijelaskan ionisasi EI. Ketika analit keluar darikolom kapiler, ia akan diionisasi oleh elektrondari filament tungsten yang diberi teganganlistrik. Ionisasi terjadi bukan karena tumbukanelektron dan molekul, tapi karena interaksi

medan elektron dan molekul, ketika berdekatan.Hal tersebut menyebabkan satu elektron lepas,sehingga terbetuk ion molekular M+, yangmemiliki massa sama dengan molekul netral,tetapi bermuatan lebih positif. Adapunperbandingan massa fragmen tersebut denganmuatannya disebut mass to charge ratio yangdisimbolkan M/Z. Ion yang terbentuk akandidorong ke quadrupoles atau mass filter.Quadrupoles berupa empat elektromagnet(Hermanto, 2008). Filter, pada quadrupoles,ion-ion dikelompokkan menurut M/Z dengankombinasi frekuensi radio yang bergantian dantegangan DC. Hanya ion dengan M/Z tertentuyang dilewatkan oleh quadrupoles menuju kedetector (Hermanto, 2008). Detektor terdiri atashigh energy dynodes (HED) dan electronmultiplier (EM) detector. Ion positif menuju HED,menyebabkan elektron terlepas. Elektronkemudian menuju kutub yang lebih positif, yakniujung tanduk EM. Ketika elektron menyinggungsisi EM, maka akan lebih banyak lagi elektronyang terlepas, menyebabkan sebuaharus/aliran. Kemudian sinyal arus dibuat olehdetektor proporsional terhadap jumlah ion yangmenuju detector (Hermanto, 2008). Data darispektrometri masa dikirim ke komputer dandiplot dalam sebuah grafik yang disebutspektrum masa. Secara umum, penggunaanmetode GC-MS hanya terbatas untuk senyawadengan tekanan uap berkisar 10-10 torr.Kebanyakan senyawa dengan tekanan lebihrendah hanya dapat dianalisis jika senyawatersebut merupakan senyawa turunan (contoh:trimetilsili eter). Penentuan gugus fungsionalpada cincin aromatik masih sulit, untuk senyawaisomer tidak dapat dibedakan olehSpektofotometer (contoh: naftalena vs azulena),tapi dapat dipisahkan dengan Kromatografi(Hermanto, 2008).

Bergantung pada faktor pelarutan danmetode ionisasi, sebuah ekstrak dengan 0,1–100 mg dari setiap komponen mungkindibutuhkan agar sesuai jumlah yangdiinjeksikan. Perbandingan dengan tekniklainnya: IR spektometer dapat memberikaninformasi posisi aromatik isomer dimana GC-MS tidak bisa; namun sensitivitas IR biasanyalebih rendah sebesar 2―4. NMR (nuclearmagnetic resonance) spektrometri dapatmemberikan informasi rinci pada konformasimolekuler ekstrak; namun biasanya NMR lebihrendah sensivitasnya sebesar 2―4 (Hermanto,2008). Keadaan sampel harus dalam keadaanlarutan untuk diijeksikan ke dalam kromatografi.

Chemistry Laboratory Juli Vol. 2 No. 1 2015

26

Pelarut harus bersifat volatile dan organik(sebagai contoh heksana atau dikllorometana).Jumlah sampel bergantung pada metodeionisasi yang dilakukan, biasanya yang seringdigunakan untuk analisis sensivitas adalahsebesar 1–100 pg per komponen (Hermanto,2008).

Keunggulan metode GC-MS antara lain:efisien, resolusi tinggi sehingga dapatdigunakan untuk menganalisa partikelberukuran sangat kecil seperti polutan dalamudara. Aliran fasa bergerak (gas) sangatterkontrol dan kecepatannya tetap. Pemisahanfisik terjadi didalam kolom yang jenisnya banyaksekali, panjang dan temperaturnya dapat diatur.Banyak sekali macam detektor yang dapatdipakai pada kromatografi gas (saat ini dikenal13 macam detektor) dan respons detektoradalah proporsional dengan jumlah tiapkomponen yang keluar dari kolom. Sangatmudah terjadi pencampuran uap sampelkedalam fasa bergerak. Kromatograf sangatmudah digabung dengan instrumen fisika-kimiayang lainnya, contohnya GC/FT-IR/MS. Analisiscepat, biasanya hanya dalam hitungan menit.Tidak merusak sampel. Sensitivitas tinggisehingga dapat memisahkan berbagai senyawayang saling bercampur dan mampumenganalisa berbagai senyawa meskipundalam kadar/konsentrasi rendah. Seperti dalamudara, terdapat berbagai macam senyawa yangsaling bercampur dan dengan ukuranpartikel/molekul yang sangat kecil (Hermanto,2008).

Selain keunggulan metode GC-MS jugamemiliki kekurangan antara lain sebagaiberikut: teknik Kromatografi Gas terbatas untukzat yang mudah menguap. Kromatografi Gastidak mudah dipakai untuk memisahkancampuran dalam jumlah besar. Pemisahanpada tingkat mg mudah dilakukan, pemisahanpada tingkat gram mungkin dilakukan, tetapipemisahan dalam tingkat pon atau ton sukardilakukan kecuali jika ada metode lain. Fase gasdibandingkan sebagian besar fase cair tidakbersifat reaktif terhadap fase diam dan zatterlarut (Hermanto, 2008).

Metode ini digunakan untuk menganalisisobat-obatan terlarang baik pada sampel urine,serum, maupun darah. Ketika mengkonsumsiobat-obat terlarang, obat tersebut turun melaluiesophagus (kerongkongan), masuk lambung,dan menuju ke usus halus. Sejumlah kecil zatyang terkandung pada obat diserap melaluialiran darah dalam membrane mukus, dan

sebagian besar masuk ke aliran darah melaluidinding usus halus. Zat yang terkandung padaobat terlarang tersebut larut dalam air dan alirandarah dengan cepat menyalurkan ke seluruhbagian tubuh dan diserap ke dalam jaringantubuh (Wirasuta, 2008). Berdasarkan uraian diatas maka penulis merasa perlu melakukananalisis kadar narkotika golonganmetamfetamina pada sampel darah denganmetode GC-MS.

BAHAN DAN METODEPenelitian ini menggunakan jenis

penelitian yang bersifat deskriptif, yaitupenelitian yang dilakukan dengan tujuanmengetahui gambaran atau deskripsi tentangsuatu keadaan objek (Notoatmodjo, 2005).Populasi pada penelitian ini adalah seluruhpengguna narkoba yang direhabilitasi diLaboratorium Forensik Cabang Denpasar,sehingga sampel dalam penelitian ini adalahdarah pengguna narkoba yang terdapat diLaboratorium Forensik Cabang Denpasar.Penelitian ini telah telah dilaksanakan padatanggal 12-17 Mei 2014, dan dianalisis diLaboratorium Forensik Polri Cabang Denpasar.Adapun alat-alat yang digunakan dalampenelitian ini, antara lain: neraca analitik; batangpengaduk; labu ukur 10 ml; spektofotometerinfrared (ir); lemari es; cartridge spe; eksterlute(spe bond elute c-18); beaker glass 10 ml;mikropipet disposable; ph meter atau kertas phindikator; laminar air flow; dan seperangkat alatGC-MS. Selain itu bahan yang digunakanantara lain sebagai berikut: bahan yangdigunakan dalam penelitian ini, antara lain:kloroform; methanol; NaOH; aquadest; MA-HCldan darah sampel pengguna narkoba.

Prosedur pemeriksaan yang dilakukanuntuk mengetahui kadar metamfetamina padasampel darah dilakukan dengan cara sebagaiberikut: pembuatan larutan standar MA 1000ppm, larutan standar metamfetamina 1000 ppmdibuat dengan cara menimbang kristal murniMA-HCl sebanyak 12,42 mg yang setaradengan MA=10 mg, kemudian dilarutkandengan methanol dalam labu ukur 10 mL hinggatanda batas. Pembuatan larutan standar MAdengan konsentrasi 25, 50, 100 ppm. Larutanstandar metamfetamina 100 ppm dibuat dengancara memipet 1 mL larutan standar 1000 ppm,dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL,kemudian ditambahkan methanol sampai garistanda. Larutan standar metamfetamina 50 ppmdibuat dengan cara memipet 5 mL larutan

Dunika Ayu Ni Made, dkk: Analisis Kadar Metamfetamina pada…

27

standar 100 ppm, dimasukkan ke dalam labuukur 10 mL, kemudian ditambahkan methanolsampai garis tanda. Larutan standarmetamfetamina 25 ppm dibuat dengan caramemipet 5 mL larutan standar 50 ppm,dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL,kemudian ditambahkan methanol sampai garistanda. Preparasi sampel darah pecandunarkoba: disiapkan alat dan bahan yangdigunakan, dituang eksterlute (SPE Bond EluteC-18) kedalam cartridge SPE sampai tandabatas (secukupnya), dikeluarkan sampel darahpengguna narkoba dan ditampung pada beakerglass sebanyak 5 mL, ditambahkan larutanNaOH hingga basa (pH 8), dihomogenkandengan batang pengaduk kemudianditambahkan aquadest secukupnya hingga larutsempurna, setelah itu, dituang pada coloumbSPE sampai eksterlute terisi sampai merata,dielusi dengan kloroform sebanyak 10 mL,kemudian diambil ekstrak darah yangdihasilkan, dikeringkan pada laminar air flow,setelah kering dilarutkan kembali denganlarutan methanol sebanyak 5 mL, dipipetekstrak darah yang sudah dilarutkan denganmethanol sebanyak 100 µl, dan dituangkedalam tabung eppendro, ekstak darah /sampel siap diinjeksi pada alat GC-MS. Uji GC-MS: Sampel dari ekstraksi solid-phase, diinjek 1µl pada GC-MS dengan kondisi: temperaturijektor/detektor 2800C, kecepatan alir gas He40ml/min, temperatur kolom 700C untuk 3menit, kemudian 120C/min sampai 2100C dantahan selama 15 menit, kolom DB-5/HP-5.berdasarkan data yang didapatkan diperolehhasil pemeriksaan kadar metamfetamina padasampel darah dan disajikan dalam bentuk tabel.

HASILBerdasarkan penelitian yang telah

dilaksanakan di Laboratorium Forensik PolriCabang Denpasar diperoleh hasil penelitiansebagai berikut:Tabel 1. Kadar metamfetaminadari hasil analisis

dengan GC-MS

Sampel Darah A B C

Luas Area 459511 154523

Tidakterdeteksi

Read time( Rt)

10,90 10,97 Tidakterdeteksi

Konsentrasi 12,8ppm

5,64ppm

Tidakterdeteksi

Konsentrasi(x pengenceran)

64 ppm 28,2ppm

Tidakterdeteksi

PEMBAHASANSampel darah yang digunakan pada

penelitian ini diperoleh dari LaboratoriumForensik Cabang Denpasar yang diketahuisebagai barang bukti kasus pengguna narkoba.Sampel darah dipreparasi terlebih dahuludengan cara dielusi dengan menggunakanlarutan NaOH dan diukur dengan menggunakanpH meter hingga basa (pH 8), dimana larutanNaOH berfungsi untuk mengkondisikan sampeldarah pada pH basa karena metamfetaminalebih mudah diekstraksi pada kondisi basa sertamemiliki kelarutan yang lebih tinggi padasuasana basa, kemudian dihomogenkandengan batang pengaduk serta ditambahkanaquadest secukupnya hingga larut sempurna,setelah larut sempurna sampel darah dituangpada coloumb SPE sampai eksterlute terisisampai merata, kemudian dielusi denganmenggunakan larutan kloroform sebanyak 10ml yang digunakan untuk mengekstraksisenyawa metamfetamina dari darah, kemudiandiambil ekstrak darah dan dikeringkan padalaminar air flow. Setelah kering kemudianekstrak darah dilarutkan kembali denganmenggunakan larutan methanol sebanyak 100µl.

Sampel darah yang dipreparasi kemudiandiinjeksikan ke alat GC-MS sebanyak 1 µl,dengan menggunakan data luas areakromatogram sampel dan persamaan garisregresi senyawa standar, maka dapatditentukan kadar metamfetamina yang terdapatpada sampel darah, untuk menentukan kadarmetamfetamina pada sampel darah diperlukanstandar MA, pemeriksaan standar MA meliputipemeriksaan pemerian, kelarutan serta ujidengan menggunakan instrument Infraredspektofotometer. Standar MA yang digunakanberbentuk kristal berwarna putih dan tidakberbau, titik leleh 1720C, larut dalam air, alkohol,dan kloroform tetapi tidak larut dalam eter. Makakristal metamfetamina yang dipakai telahmemenuhi syarat untuk dipergunakan sebagaistandar MA.

Kadar metamfetamina pada sampel darahdianalisis dengan menggunakan metode GC-MS, dimana ion-ion fragmentasi MA pada m/z58 dan 91 yang dipilih karena memilikikelimpahan relative lebih tinggi dan spesifik,

Chemistry Laboratory Juli Vol. 2 No. 1 2015

28

sehingga diharapkan bisa meningkatkansensitivitas metode analisis. Optimasikromatografi gas spektofotometri massadilakukan dengan memilih sistem dan kondisiyang sesuai sehingga diperoleh pemisahanyang baik diantara senyawa-senyawa yangdipisahkan. Komponen sistem kromatografi gasterdiri dari gas pembawa, kolom, dan detector.Kondisi yang dipilih meliputi suhu injector, suhukolom, suhu detector, dan kecepatan aliran gaspembawa. Sistem dan kondisi kromatografi gasyang digunakan berdasarkan pada penelitiansebelumnya serta dengan memperhatikan sifatfisik komponen yang dipisahkan (Putra, 2011).

Pembuktian hubungan linier antarakonsentrasi dan luas area dapat ditentukanpersamaan regresi dan kurva kalibrasi.Berdasarkan data GC-MS secara kuantitatifdidapatkan data senyawa standar dengankonsentrasi 25 ppm dengan luas area 319077,50 ppm dengan luas area 1130990, dan 100ppm dengan luas area 3424455 sehinggadidapatkan persamaan regresi linier y=42043x-82765 dengan nilai regresi R2=0,993. Hal inimenunjukkan bahwa secara analisis senyawametamfetamina dapat terdeteksi dengan nilaiketepatan yang cukup tinggi. Sehingga,diperoleh hasil analisis pada tiga orangpengguna metamfetamina terdeteksi hanya 2dua orang yang positif yaitu: pada sampel darahA: 64ppm, sampel darah B: 28,2 ppm dansampel darah C: tidak terdeteksi, hal inikemungkinan terjadi karena jeda waktumenggunakan obat tersebut (sudah lama tidakmenggunakan), faktor lama penggunaan MA,pecandu kronis serta pengguna pemula,konsentrasi MA pada sampel darah C sangatkecil dibawah nilai limit deteksi atau karenatelah hilang saat proses ekstraksi, faktormetabolisme dalam tubuh, faktor ruteperjalanan MA setelah dikonsumsi belumsampai pada peredaran darah.

Senyawa metamfetamin (MA) dapatterdeteksi dalam darah dengan kadar yangkecil, walaupun pada urinnya sudah tidakterdeteksi. Hal ini terjadi karena dalam waktu 24jam setelah dikonsumsi maka sekitar 70% dosisobat akan tereliminasi melalui ginjal dandisekresikan dalam bentuk urine, dalam kondisinormal lebih dari 43% dari dosis disekresikan,tingkat ekskresi dan jumlah presentase sebagaimetabolit obat dalam bentuk tidak berubahtergantung pada pH urine, akan bertambah jikaurine dalam keadaan asam dan akan berkurang

2% jika urine dalam keadaan basa (Putra,2011).

SIMPULAN DAN SARANSimpulan

Berdasarkan penelitian yang telahdilaksanakan maka dapat disimpulkan bahwasampel darah A, B, dan C masing-masingsecara berurutan mengandung methampetamindalam satuan ppm adalah: 64,00; 28,2 dan0,00.

SaranSaran yang dapat disampaikan: perlu

dilakukan penelitian lebih lanjut mengenaiNAPZA dengan metode yang lain, perludilakukan penelitian lebih lanjut mengenaiNAPZA dengan mengambil sampel bagiantubuh yang lain, perlu dilakukan pengawasanlebih ketat dan berkesinambungan terhadapNAPZA.

KEPUSTAKAANArief, B.N., 2005. Bunga Rampai Kebijakan

Hukum Pidana. Bandung: CitraAditya Bakti.

Asya, F., 2009. Narkotika dan Psikotropika.Jakarta: Asa Mandiri.

Badan Narkotika Nasional, 2003a. PedomanPencegahan PenyalahgunaanNARKOBA. Jakarta.

Badan Narkotika Nasional, 2004b. PedomanPencegahan PenyalahgunaanNARKOBA. Jakarta.

Cody, J. T., 2000. Amphetamines. In: Maciej JBogusz. editors. Handbook ofAnalytical Separations. Vol. 2.Elsevier, 107

Darmono, 2006. Toksologi Narkoba dan Alkohol(Pengaruh Neorotoksisitasnyapada Saraf Otak). UIP. Jakarta:Universitas Indonesia.

David G. W., 2005. Analisis Farmasi (Winny R.Syarief, Pentj). Edisi kedua.Jakarta: EGC

Dunika Ayu Ni Made, dkk: Analisis Kadar Metamfetamina pada…

29

Gritter, R. J., James, M. B. and Arthur E. S.,1991. Pengantar Kromatografi.(Kosasih, Penjt). Edisi kedua.Bandung: ITB

Harian Umum Pelita. Kasus NARKOBA BantenMasih Tinggi Edisi Rabu 1 Mei2013. (online), (http://pelita.or.id.)

Hermanto, 2008. Aplikasi Alat HPTLC dan GC-MS. Jakarta.

Kusno, A., 2009. Kebijakan Kriminal DalamPenanggulangan Tindak PidanaNarkotika Oleh Anak. Malang:UMM Press.

Nair M.H. and Bonelli E. J., 1988. DasarKromatografi Gas. (Kosasih, Penjt).Bandung: ITB

Nendrosuwito, D., 1998. Petunjuk PemeriksaanNarkotika dan Psikotropika denganKLT dan KG. Jakarta: Depkes R.I

Notoatmojo, S., 2007. Kesehatan MasyarakatIlmu dan Seni. Jakarta: PT. RinekaCipta.

Padmohoedojo, P.G., 2003. PencegahanPenyalahgunaan NARKOBA.Jakarta: Yayasan ResearchConsultant Indonesia.

Pastika, M.M., dkk. 2008. PencegahanPenyalahgunaan NARKOBA SejakUsia Dini. Jakarta.

Putra, N.W., 2011. Deteksi SenyawaMetamfetamina (MA) Pada RambutDengan Metode SIM GCMS.Denpasar: UNUD

Puspitasari, C.D., 2005. Narkoba AncamanBagi Generasi Muda. Yogyakarta.

Rohman, A., 2009. Kromatografi untuk AnalisisObat. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Wirasuta, M.A.G., 2008. Analisis TaksikologiForensik dan Interpretasi.Lembaga Forensik Sains danKriminologi Universitas Udayana