DAFTAR ISI - ditpolkom.bappenas.go.idditpolkom.bappenas.go.id/basedir/Kajian Ditpolkom/5) Kajian...

69

Transcript of DAFTAR ISI - ditpolkom.bappenas.go.idditpolkom.bappenas.go.id/basedir/Kajian Ditpolkom/5) Kajian...

i  

DAFTAR ISI

Daftar isi..................................................................................................................... i

Daftar gambar ............................................................................................................ ii

Daftar tabel ................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................................. 1 1.2. Tujuan dan Sasaran ......................................................................................... 1 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan ................................................................................... 1 1.4. Keluaran ......................................................................................................... 2 1.5. Metodologi ....................................................................................................... 2 1.6. Pelaksana Kegiatan ......................................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN DAN ANALISIS .................................................................. 4

2.1 Kegiatan Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah 2017 Bidang Politik dan Komunikasi ..................................................................................................... 5

BAB 3 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI .......................................................... 65

3.1. Kesimpulan ................................................................................................... 65

3.2. Rekomendasi ................................................................................................ 65

ii  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Konsolidasi Demokrasi dan Efektivitas Diplomasi ......................................... 9

Gambar 2.2 Distribusi Pemanfaatan Tambahan Alokasi .................................................. 11

Gambar 2.3 Program Prioritas Penguatan Lembaga Demokrasi ...................................... 12

Gambar 2.4 Program Prioritas Pemenuhan Kebebasan Sipil dan Hak Hak Politik .............. 13

Gambar 2.5 Program Prioritas Pencegahan Konflik Sosial dan Penanggulangan Terorisme .................................................................................................................................. 14

Gambar 2.6 Kegiatan Prioritas Pencegahan Konflik Sosial dan Penanggulangan Terorisme .................................................................................................................................. 43

iii  

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jadwal Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah 2017 ...................................... 4

Tabel 2.2 Sasaran Pembangunan Kondisi Perlu Polhukhankam ....................................... 8

Tabel 2.3 Alokasi pada Prioritas Pembangunan Nasional ................................................ 10

Tabel 2.4 Kegiatan Prioritas Penguatan Lembaga Demokrasi ......................................... 12

Tabel 2.5 Kegiatan Prioritas Pemenuhan Kebebasan Sipil dan Hak Hak Politik ................. 13

Tabel 2.6 Kegiatan Prioritas Pencegahan Konflik Sosial dan Penanggulangan Terorisme .. 14

Tabel 2.7 Pembahasan Trilateral Meeting Bappenas, Kemenkeu, Kemendagri (Ditjen Polpum)...................................................................................................................... 15

Tabel 2.8 Pembahasan Trilateral Meeting Kementerian/Lembaga : Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) .............................................................................. 18

Tabel 2.9 Kebutuhan Anggaran pelaksanaan Pilkada serentak tahun 2017 tanggal 15 Februari 2017 serta penyelesaian sengketa hukum serta penyelesaian laporan. .............. 21

Tabel 2.10 Kebutuhan Tambahan Anggaran Persiapan dan Pelaksanaan Pilkada 2018 sebesar Rp 99.159.698.000 ......................................................................................... 21

Tabel 2.11 Kebutuhan Sosialisasi Pemilukada Serentak .................................................. 22

Tabel 2.12 Pembahasan Trilateral Meeting Bappenas, Kemenkeu dan Kemenkopolhukam 24

Tabel 2.13 Peningkatan Keterbukaan Informasi dan Komunikasi Publik .......................... 32

Tabel 2.14 Peningkatan Kualitas Konten Informasi Publik .............................................. 33

Tabel 2.15 Peningkatan SDM Komunikasi dan Informasi ................................................ 33

Tabel 2.16 Catatan Trilateral Meeting Kemkominfo 2 Maret 2016 ................................... 35

Tabel 2.17 Catatan Trilateral Meeting Lanjutan Kemkominfo 2 Maret 2016 ..................... 38

Tabel 2.18 Sasaran Utama dan Indikator untuk sub bidang politik luar negeri ................. 44

Tabel 2.19 Pembahasan Lengkap Trilateral Meeting Bappenas, Kemenkeu dan Kemlu ..... 46

Tabel 2.20 Pembahasan Meeting Bappenas, Kemenkeu dan DPR ................................... 52

Tabel 2.21 Pembahasan Lengkap Trilateral Meeting Bappenas, Kemenkeu dan MPR........ 53

Tabel 2.22 Pembahasan Trilateral Meeting Bappenas, Kemenkeu dan DPD tanggal 29 April 2016 .......................................................................................................................... 59

1

LAPORAN KEGIATAN

PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP) 2017

BIDANG POLITIK DAN KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Pembangunan Nasional diselenggarakan berdasarkan demokrasi dengan prinsip-

prinsip kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, serta

kemandirian dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan Nasional.

Perencanaan pembangunan nasional dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan

masyarakat di tingkat pusat dan di daerah. Rencana pembangunan nasional disusun

secara sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan. Proses

perencanaan pembangunan nasional ini harus melibatkan para pelaku pembangunan dan

dilaksanakan secara akuntabel serta diarahkan untuk menyelesaikan permasalahan

pembangunan di berbagai bidang

Rencana pembangunan tersebut disusun dalam jangka panjang (Rencana

Pembangunan Jangka Panjang), jangka menengah (Rencana Pembangunan Jangka

Menengah) dan tahunan (Rencana Kerja Pemerintah). Penyusunan rencana pembangunan

bertujuan untuk mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan, menjamin terciptanya

integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antardaerah, antarruang, antarwaktu, antarfungsi

pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah; menjamin keterkaitan dan konsistensi

antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan; mengoptimalkan

partisipasi masyarakat; dan menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara

efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.

RKP merupakan penjabaran dari RPJM Nasional, memuat prioritas pembangunan,

rancangan kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara

menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, serta program Kementerian/Lembaga, lintas

Kementerian/Lembaga, kewilayahan dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka

pendanaan yang bersifat indikatif. Bappenas setiap tahun bertugas untuk menyusun RKP

bersama mitra kerja K/L dan stakeholders lainnya.

I.2. TUJUAN DAN SASARAN

Kegiatan penyusunan Rencana Kerja Pemerintah yang dilakukan Direktorat Politik

dan Komunikasi bertujuan untuk menyusun Dokumen RKP Tahunan (RKP 2017) Bidang

Politik dan Komunikasi mencakup pelaksanaan pembangunan nasional, perkembangan isu

aktual, sasaran pembangunan yang akan dicapai, arah kebijakan nasional serta strategi

yang dilakukan dalam pembangunan baik bidang Politik Dalam Negeri, Politik Luar Negeri

dan Komunikasi Informasi Publik.

I.3 RUANG LINGKUP KEGIATAN

Ruang lingkup kegiatan penyusunan RKP Bidang Politik dan Komunikasi (RKP 2017)

adalah sebagai berikut:

2

1. Membahas dan mendiskusikan bersama mitra k/L terkait hasil pembangunan nasional,

perkembangan isu aktual, sasaran pembangunan yang akan dicapai serta hambatan

dalam pelaksanaan pembangunan untuk penyusunan dokumen RKP bidang politik dan

komunikasi

2. Membahas dan mendiskusikan bersama dengan K/L mitra kerja, pemerintah daerah,

LSM/Tokoh/Masyakat, Akademisi, Swasta dan mitra terkait lainnya dalam diskusi hasil

pembangunan nasional, perkembangan isu aktual, sasaran pembangunan yang akan

dicapai serta hambatan pelaksanaan pembangunan dalam proses penyusunan

dokumen RKP

3. Melakukan Pembahasan, penyelarasan dan harmonisasi kebutuhan program/kegiatan,

sasaran kegiatan, indikator-indikator output kegiatan mitra k/l termasuk target capaian,

detail lokasi kegiatan yang akan dilaksanakan beserta alokasi anggaran di dokumen

RKP 2017 (disesuaikan dengan RPJMN 2015-2019)

4. Melakukan pembahasan menyeluruh dokumen matriks berisikan program/kegiatan

yang menjadi lampiran dalam RKP 2017 (Mencakup matriks per mitra k/l, matriks

Bidang Pembangunan Politik, matriks Lintas Bidang)

5. Melakukan pembahasan, penelaahan dan persandingan antara Rencana Kerja

Pemerintah, Rencana Strategis K/L Teknis dan Rencana Kerja Anggaran KL baik

substansi dan anggaran

I.4 KELUARAN

Keluaran ataupun output dari kegiatan penyusunan RKP 2017 berupa Dokumen

RKP 2017 Bidang Politik dan Komunikasi (narasi) dan lampiran Dokumen RKP yaitu Matrik

Program/Kegiatan Kemlu, Kemenko Polhukam, Bawaslu, KPU, BNPT, Ditjen Kesbangpol

(Kemendagri), Kemkominfo, DPD, MPR dan DPR; Matriks Pembangunan Politik serta

matriks lintas bidang.

I.5 METODOLOGI

Metode untuk melakukan kegiatan penguatan demokrasi Indonesia adalah :

1. Studi dokumen, untuk analisis data dan informasi yang diperoleh dari berbagai

sumber, antara lain : RPJMN 2015-2019 serta RKP tahun 2016, dokumen hasil

pelaksanaan/laporan program/kegiatan mitra k/l, serta dokumen terkait lainnya

untuk penyusunan draft RKP 2017;

2. Observasi Lapangan ke daerah guna menjaring masukan dan sosialiasi draft RKP

2017, serta partisipasi dalam rangkaian musrenbangnas/prov RKP 2017;

3. Pertemuan tiga pihak (trilateral meeting) dengan mitra kerja direktorat dalam

perencanaan pembangunan lingkup bidang politik dan komunikasi;

4. Pembahasan lanjutan sinkronisasi dan penyelarasan draft dokumen RKP, Renja K/L

dan RKA KL;

5. Penyusunan materi narasi dan lampiran dokumen RKP 2017 bidang politik dan

komunikasi.

I.6 PELAKSANA KEGIATAN

Pelaksanaan kegiatan koordinasi ini akan dilakukan secara swakelola dan

berkoordinasi dengan K/L terkait. Penanggung jawab dari kegiatan ini adalah Deputi

3

Bidang Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan, Kementerian Perencanaan

Pembangunan Nasional/Bappenas. Kegiatan penyusunan RKP 2017 akan dilaksanakan

oleh Direktorat Politik dan Komunikasi Bappenas, dengan melibatkan staf Direktorat Politik

dan Komunikasi.

4

BAB 2. PEMBAHASAN DAN ANALISIS

2.1. Kegiatan Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah 2017 Bidang Politik dan Komunikasi

Kegiatan Koordinasi penguatan demokrasi Indonesia tahun 2016 dalam

penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Bidang Politik dan Komunikasi berlangsung sejak

awal tahun di penyusunan draft RKP di Bulan Januari hingga Bulan Pertengahan Juli saat

penetapan Perpres RKP 2017. Secara umum, RKP 2017 masih sama dengan RKP 2016,

namun memuat narasi yang lebih singkat dan padat yang berisikan arah kebijakan,

sasaran dan strategi pembangunan di tiap sektor dan kewilayahan. Selain itu RKP 2017

memuat lampiran program/kegiatan dari Kementerian/Lembaga (K/L) yang hanya

merupakan Prioritas Nasional saja berbeda dengan tahun tahun sebelumnya dimana

lampiran RKP memuat semua Program/Kegiatan K/L baik termasuk prioritas Nasional,

Bidang, prioritas K/L lainnya secara lengkap.

Kegiatan Koordinasi di awal bulan Januari dilakukan dengan serangkaian

pertemuan meeting yaitu multilateral, bilateral dan trilateral meeting antara Bappenas

bersama Pemerintahan Pusat (mencakup kementerian dan lembaga teknis, Kantor Staf

Presiden) dan Pemerintahan Daerah (Bappeda dan dinas daerah terkait) untuk

merumuskan program program Nasional besar yang akan dilakukan di tahun 2017 sesuai

dengan tema RKP 2017 yaitu “Memacu Pembangunan Infrastruktur dan Ekonomi untuk

Meningkatakan Kesempatan Kerja serta Mengurangi Kemiskinan dan Kesenjangan

Antarwilayah”. Tema RKP 2017 sejalan sengan tema RKP 2016 yaitu “Mempercepat

Pembangunan Infrastruktur Untuk Memperkuat Fondasi Pembangunan Yang Berkualitas”.

Serangkaian rapat koordinasi yang dilakukan sangat penting dilakukan agar

koordinasi pembangunan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dapat bersinergi

serta memastikan dukungan anggaran yang cukup dan tepat. Dalam Rapat koordinasi

multilateral, Bilateral dan Trilateral Meeting dalam rangka penyusunan RKP 2017

disampaikan kebijakan pembangunan harus money follow program yang berarti kebijakan

anggaran belanja yang dilakukan tidak berdasarkan money follow function dimana semua

tugas dan fungsi (tusi) harus dibiayai secara merata. Arahan Presiden lainnya dalam

penyusunan RKP 2017 yaitu bahwa setiap menteri dan Kepala Lembaga wajib

mengendalikan anggaran di setiap K/L yang dipimpinnnya (tidak boleh pembagian

anggaran hanya diserahkan ke Biro Perencanaan), Anggaran negara harus berorientasi

pada manfaat untuk rakyat dan pada prioritas untuk mencapai tujuan pembangunan

nasional, serta memangkas program yang memiliki nomenklatur yang tidak jelas

manafaatnya kurang langsung tertuju pada rakyat (mencermati nama kegiatan yang

ambigu seperti fasilitasi, pemberdayaan, peningkatan kapasitas dan lainnya). Adapun

serangkaian rapat koordinasi yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.1 Jadwal Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah 2017

Tanggal Rapat Koordinasi Agenda Pembahasan

10 Februari Sidang Kabinet Perumusan Tentang Tema, Arah

Kebijakan dan Prioritas Pembangunan

RKP 2017

22 Februari 2016 Rapat Kerja Penyampaian tentang Tema, Arah

5

Tanggal Rapat Koordinasi Agenda Pembahasan

Kementerian/Lembaga dan

Temu Konsultasi Triwulanan

Bappenas-Bappeda

Kebijakan, dan Prioritas Pembangunan

RKP 2017

23-30 Februari

2016

Multilateral Meeting - Pembahasan Prioritas Nasional

- Pencapaian kesepakatan terhadap

Program dan Kegiatan Prioritas

4- 11 Maret 2016

Bilateral Meeting

Pencapaian kesepakatan masing-masing

K/L terhadap sasaran, program dan

kegiatan K/L, indikator sasaran untuk

mendukung Program dan Kegiatan

Prioritas

5 April 2016

Sidang Kabinet Penetapan Rancangan Awal Rencana

Kerja Pemerintah Tahun 2017

April 2016 Rapat Koordinasi

Pembangunan Tingkat Pusat

(Rakorbangpus)

Penyampaian Rancangan Awal RKP TA

2017 dan Pagu Indikatif 2017 (SB

MenPPN/Bappenas – Menkeu

I April s.d Minggu III

April 2016

Rangkaian Musrenbang

Provinsi

Penyampaian masing-masing prioritas

nasional dalam Rancangan Awal RKP

2017 untuk masing-masing provinsi

Minggu IV April 2016 Musrenbang Nasional

Juni – awal Juli 2016

Perpres RKP 2017

Proses kerangka penyusunan RKP 2017 mengalami perubahan dari penyusunan RKP 2017.

Kerangka penyusunan RKP 2017 terdiri dari 3 tahapan yaitu:

1. Rencana Awal RKP dan Pagu Indikatif RKP 2017 (Januari-Maret)

Prinsip Money folow Program yaitu dengan mengamankan alokasi pada

prioritas, melakukan efisiensi sebesar 39,1 T (implikasi 61 dari 87 K/L alokasi non

operasionalnya turun dari APBN 2016), serta memanfaatkan efisiensi dan tambahan

belanja untuk belanja prioritas yang sesuai dengan tema RKP 2017.

Hal yang perlu diperkuat dalam proses ini adalah mensortir

program/kegiatan prioritas yang masih terlalu banyak, serta melakukan integrasi

mendalam berbagai sumber pendanaan K/L, Subsidi/PSO, Hibah, DAK, Dana Desa,

dan pembiayaan BUMN). Selain itu perlu dilakukan pembahasan mendetail untuk

kesiapan proyek.

Mitra Direktorat Politik dan Komunikasi secara umum mempunyai tugas dan

fungsi dalam kewenangan pusat, oleh karena itu proses penyusunan program dan

anggaran pembangunan tidak terlalu terlibat dengan alokasi anggaran antara lain

Subsidi, PSO, Hibah, DAK, Dana Desa dan pembiayaan BUMN.

6

2. Penajaman Rancangan RKP dan Pagu Indikatif RKP 2017 (maret-Juni)

Pada Tahapan ini dilakukan penajaman program/kegiatan prioritas (termasuk

penyederhanaan nomenklatur) yang memfokuskan pada kegiatan yang berdampak

signifikan bagi pencapaian sasaran pembangunan serta pada kegiatan yang dapat

diselesaikan pada masa periode kabinet kerja. Proses integrasi juga dilakukan pada

sumber sumber pendanaan antara lain belanja K/L, Subsidi/PSO, hibah, DAK, Dana

Desa dan Pembiayaan BUMN. Proses penajaman juga akan membahas detail

kesiapan pelaksanaan proyek yang meliputi Lahan, Detail Engineering dan Design

(DED). Penajaman rancangan RKP dan Pagu indikatif tersebut dilakukan melalui:

• Multilateral Meeting II (Bappenas dan instansi terkait)

• Bilateral Meeting II (Bappenas dan instansi terkait (K/L – non K/L)

• Trilateral Meeting (Bappenas, Kemkeu dan K/L)

• Rangkaian Musrenbang (Bappenas, K/L dan Pemerintah Daerah)

3. Perpres RKP dan Penyiapan Nota Keuangan/RAPBN 2017 (juli-agustus)

Tahap terakhir adalah finalisasi dokumen RKP baik narasi dan lampiran

program/kegiatan nasional serta alokasi anggaran tahun 2017 dan estimasi

kebutuhan anggaran di tahun selanjutnya.

Hasil Koordinasi Multilateral, Bilateral, Trilateral dan rangkaian musrenbang yang

telah dilakukan telah menghasilkan Dokumen RKP 2017 yang memuat pada Buku Utama

terdiri dari Pendahuluan; Tema dan Sasaran Pembangunan Nasional; Prioritas

Pembangunan Nasional; Pembangunan Bidang serta bagian yang memuat Kerangka

Ekonoi Makro, Arah Pengembangan Wilayah dan Pendanaan Pembangunan.

Dimensi pembanhunan dalam dokumen RKP 2017 dapat dijabarkan sebagai

berikut:

A. Pembangunan Manusia dan Masyarakat

Pembangunan Manusia dan Masyarakat meliputi pembahasan terkait revolusi

mental, Kesehatan, Pendidikan. Kebijakan utama dalam pembangunan manusia

dan masyarakat yaitu:

- pengarustamaan revolusi mental dalam setiap prioritas dan kegiatan

pembangunan

- Mempertahankan anggaran pendidikan dan kesehatan masing-masing 20%

APBN dan 5 % APBN (kebijakan pokok antara lain distribusi guru yang merata

yang sekaligus akan mengendalikan biaya gaji dan tunjangan guru yang saat

ini sudah sekitar separuh anggaran pendidikan

- Melanjutkan pembangunan perumahan yang sudah dimulai di APBN P 2015

dengan program sejuta rumah

Sedangkan arah kebijakan dalam pembangunan revolusi mental mencakup arah

kebijakan di bidang penegakan hokum dan kelembaan politik; Reformasi Birokrasi

Pemerintahan; Peningkatan Kemandirian Ekonomi dan Daya Saing Bangsa;

Peneguhan Jati Diri dan Karakter Bangsa; Penguatan Daya Rekat Sosial dalam

Kemajemukan.

7

B. Pembangunan Sektor Unggulan

Penekanan sektor unggulan sudah dimulai sejak APBN-P 2015 yaitu meliputi

kebijakan untuk pembangunan di bidang kedaulatan pangan, kedaulatan energi,

kemaritiman dan kelautan, serta pengembangan kawasan pariwisata dan industri.

Arah kebijakan pembangunan sektor unggulan ini antara lain untuk peningkatan

produksi energi primer, peningkatan cadangan penyangga dan operasional energi,

peningkatan peranan energi baru terbarukan dalam bauran energi, peningkatan

aksesibilitas dan peningkatan efisiensi dalam penggunaan energi.

C. Pembangunan Pemerataan dan Kewilayahan

Dokumen RKP 2017 memuat pembangunan pemerataan dan kewilayahan terkait

dengan pengelompokan bidang Antar Kelompok Pendapatan, Reforma Agraria,

Daerah Perbatasan, Daerah Tertinggal, Desa dan Kawasan Pendesaan, Perkotaan

dan Konektivitas. Kebijakan terkait pembangunan pemerataan dan kewilayahan ini

antara lain:

- Pencapaian pemerataan pendapatan antarkelompok penduduk perlu dilakukan

secara terintegrasi dengan cara memutus siklus ketimpangan antargenerasi

- Menjamin peningkatan kualitas hidup masyarakat miskin dalam kondisi

perekonomian yang masih tumbuh antara 5-6% melalui peningkatan penerima

Bantuan Tunai Bersyarat dalam RKP 2017 dan mempertahankan dukungan

unuk mengurangi beban penduduk miskin dan rentan.

- Reforma agraria ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

melalui pemberian hak milik atas tanah yang meliputi redistribusi tanah dan

legalisasi aset redistribusi tanah seiring dengan meningkatnya Kepastian

Hukum Hak Atas Tanah.

- Pembangunan kawasan perbatasan difokuskan pada 2 (dua) sasaran

pembangunan yaitu meningkatkan pertahanan dan keamanan serta

pengembangan pusat ekonomi perbatasan untuk mendorong peningkatan

kesejahteraan masyarakat.

- Pengurangan kesenjangan secara tegas diamanatkan Nawacita ke tiga dengan

membangun dari pinggiran dengan memperkuat daerah dan desa serta

pengentasan daerah tertinggal. Pembangunan Indonesia (Indonesia sentris)

lebih diutamakan dibandingkan pembangunan di Jawa (Jawa Sentris),

walaupun RoI lebih tinggi di Jawa. Pendulum pembangunan harus banyak

bergerak ke luar Jawa.

- Menekankan konektivitas antar wilayah dalam RKP 2017 pada penyelesaiaan

proyek-proyek yang akan menurunkan biaya logistik dan mendukung

pembangunan kawasan.

D. Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan

Pembangunan Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan (Polhukhankam)

merupakan kondisi perlu dalam dokumen RKP 2017.

Hal –hal utama yang menjadi sasaran utama dalam Pembangunan Polhukhankam

yaitu:

8

- Memenuhi secara bertahap Minimum Essential Forces dengan peran industri

pertahanan dalam negeri yang makin meningkat

- Memantapkan kepastian dan penegakan hukum

- Memantapkan reformasi birokrasi

- Memantapkan konsolidasi demokrasi melalui penguatan aspek-aspek demokrasi

termasuk komunikasi dan informasi publik serta menguatkan efektivitas

diplomasi dalam menjaga stabilitas keamanan kawasan, perlindungan

WNI/BHI, pelaksanaan diplomasi ekonomi dan kerjasama pembangunan,

termasuk Kerjasama Selatan-Selatan dan Triangular

Pembangunan bidang Polhukhankam terbagi yaitu Konsolidasi Demokrasi dan

Efektivitas Diplomasi Sasaran dan Arah Kebijakan; Stabilitas Keamanan dan

Ketertiban; Kepastian dan Penegakan Hukum; Reformasi Birokrasi.

Adapun pelaksanaan koordinasi sekaligus penguatan demokrasi yang dilakukan

guna penyusunan RKP 2017 oleh Direktorat Politik dan Komunikasi masuk dalam

pembangunan bidang Kondisi Perlu. Hasil pembahasan dan diskusi penyusunan

RKP 2017 menghasulkan sasaran utama terkait Indeks Demokrasi Indonesia, target

penyelesaian sengketa informasi publik, dan berkurangnya konflik berlatar belakang

isu SARA. Sasaran tersebut dapat diamati dalam tabel sasaran pembangunan

kondisi perlu dibawah ini:

Tabel 2.2 Sasaran Pembangunan Kondisi Perlu Polhukhankam

No Sasaran 2015 2016 2017 2018 2019

1. Indeks Demokrasi Indonesia 73,04 74 74,3 74,6 75

2. Penyelesaian sengketa informasi

publik

60% 60% 70% 80% 90%

3. Berkurangnya jumlah konflik berlatar

belakang isu SARA

<5 <5 <5 <5 <5

4. Persentase peningkatan daya tangkal

masyarakat dari pengaruh radikal

teroris

n.a 30% 40% 50% 60%

5. Tingkat pengaruh Indonesia di dunia

internasional

89% 89% 89% 89% 89%

Pembangunan Konsolidasi Demokrasi dan Efektivitas Diplomasi merupakan

hasil pembahasan penyusunan RKP yang disusun oleh Direktorat Politik dan

Komunikasi. Arah kebijakan dalam pembangunan konsolidasi demokrasi dan

efektivitas diplomasi yaitu meliputi: peningkatan kualitas lembaga demokrasi dan

hak-hak politik, serta kebebasan sipil; Peningkatan efektivitas penanggulangan

konflik kekerasan dan ancaman terorisme; Peningkatan akses dan kualitas

informasi publik; Pemeliharaan stabilitas keamanan kawasan; Perlindungan

WNI/BHI di luar negeri; Penguatan diplomasi ekonomi dan kerjasama

9

pembangunan, termasuk Kerjasama Selatan-Selatan dan Triangular; Pemantapan

peran di ASEAN dan efektivitas politik luar negeri yang bebas aktif.

Berikut adalah hasil penyusunan RKP untuk konsolidasi Demokrasi dan Efektivitas

Demokrasi yang mempunyai 9 program prioritas yaitu penguatan lembaga demokrasi;

peningkatan akses dan kualitas informasi publik, pemenuhan kebebasan sipil dan hak hak

politik, pencegahan konflik sosial politik dan penanggulangan terorisme, pemeliharaan

stabilitas keamanan kawasn, perlindungan WNI/BHI di luar negeri, penguatan diplomasi

ekonomi dan kerjasama pembangunan, pemantapan peran di ASEAN, serta penguatan

diplomasi soft power. Ilustrasi dibawah ini merupakan Kementerian/Lembaga terkait yang

mempunyai kontribusi dalam pelaksanaan program prioritas tersebut.

Gambar 2.1 Konsolidasi Demokrasi dan Efektivitas Diplomasi

E. Pembangunan Ekonomi

Dokumen RKP menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi diperkirakan dapat

mencapai 5,6 – 5,9 persen di tahun 2017. Asumsi ini didasari oleh sisi penawaran

yaitu Pemulihan ekonomi global baik di AS dan Uni Eropa mendorong pertumbuhan

ekspor hingga mencapai 4,5 – 5,0 persen terutama ekspor produk nonmigas;

Membaiknya iklim investasi dan peluang pasar domestik yang luas mendorong

investasi tumbuh 6,0 - 6,6 persen ; Tingkat inflasi yang stabil di kisaran 4,0 persen

akan meningkatkan daya beli masyarakat sehingga pada akhirnya akan mendorong

konsumsi masyarakat tumbuh 5,4 - 5,5 persen; Konsumsi pemerintah tumbuh 6,7

10

persen yang didorong oleh penyerapan anggaran yang merata dan berkualitas

dengan program-program pembangunan yang semakin efisien. Selain itu asumsi

penawaran dari industri pengolahan yang diperkirakan akan tumbuh sebesar 6,0 -

6,5 % dengan investasi tahun 2017 yang diperkirakan akan sebesar . 4.498-4.617

triliun yang disumbang oleh investasi pemerintah dan investasi masyarakat sebesar

11,3 persen dan 88,7 persen.

F. Pembangunan Bidang Lainnya

Pembangunan Bidang Lainnya adalah merupakan pembangun bidang yang masih

terkait dan merupakan pendukung dari pembangunan nasional prioritas yang

terkait dengan pembahasan pembangunan nasional yang sebelumnya sudah

dijelaskan baik terkait pembangunan manusia, sektor unggulan, pembangunan

Pemerataan dan Kewilayahan pembangunan Polhukhankam, pembangunan

ekonomi.

G. Kerangka Ekonomi Makro, Arah Pengembangan Wilayah dan Pendanaan

Pembangunan.

Alokasi pada prioritas pembangunan nasional terbagi dalam 6 prioritas nasional

yang dapat terlihat dalam tabel dibawah ini:

Tabel 2.3 Alokasi pada Prioritas Pembangunan Nasional

No Prioritas Nasional 2016 2017 SELISIH

1 Pembangunan

Pariwisata

123.751,0 144.059,1 20.308,1

2 Pelayanan Pendidikan 83.259,7 99.735,0 16.475,4

3 Percepatan

Pertumbuhan Industri

dan Kawasan Ekonomi

(KEK)

92.643,8 107.688,7 15.044,9

4 Pelayanan Kesehatan 132.444,3 146.428,9 13.984,7

5 Antar Kelompok

pendapatan

75.248,1 88.116,8 12.868,6

6 DaerahTertinggal 132.946,2 143.899,1 10.952,9

15 PRIORITAS

LAINNYA

480.737,2 524.469,6 43.732,4

TOTAL 1.121.030,3 1.254.397,3 133.367,0

11

Adapun distribusi pemanfaatan tambahan lokasi yaitu pembangunan

pariwisata 26,8%, pendidikan 21,8 %, Percepatan Pertumbuhan industri dan KEK

19,9 %, Kesehatan 18,5 %, Antar Kelompok Pendapatan 17,0%, Daerah Tertinggal

14,5% dan Lainnya 57,8 %.

Gambar 2.2 Distribusi Pemanfaatan Tambahan Alokasi

Dalam penyusunan RKP 2017 khususnya pembangunan Konsolidasi Demokrasi dan

Efektivitas Diplomasi telah dilaksanakan serangkaian koordinasi baik multilateral meeting,

bilateral meeting serta trilateral meeting yang dihadiri oleh Bappenas, Kemenkeu serta

kementerian teknis terkait. Pembahasan selanjutnya adalah hasil catatan penting dari

trilateral meeting yang telah dilaksanakan oleh Direktorat Politik dan Komunikasi bersama

mitra kerja.

2.1.1 Penyusunan RKP 2017 Sub Bidang Politik Dalam Negeri (Trilateral

Meeting)

Penyusunan RKP Sub Bidang Politik Dalam Negeri adalah Konsolidasi Demokrasi

dengan pengukuran Indeks Demokrasi Indonesia. RKP 2017 Sub Bidang Politik Dalam

Negeri terdiri dari 3 Program Prioritas yaitu Penguatan Lembaga Demokrasi, Pemenuhan

Kebebasan Sipil dan Hak-Hak Politik, Pencegahan Konflik Sosial Politik dan

Penanggulangan Terorisme.

Hasil pembahasan Multilateral, Bilateral dan Trilateral meeting disepakati untuk

ketiga program prioritas ini mempuyai kegiatan prioritas antara lain: Penguatan

kelembagaan penyelenggara pemilu; Peningkatan peran parpol melalui bantuan keuangan

parpol; Revisi UU Kepemiluan; Peningkatan Hak Memilih dan Dipilih Kelompok Marjinal;

PEMBANGUNAN

PARIWISATA

26,8%

PENDIDIKAN

21,8%

PERCEPATAN

PERTUMBUHAN

INDUSTRI & KEK

19,9% KESEHATAN

18,5%

ANTAR

KELOMPOK

PENDAPATAN

17,0%

DAERAH

TERTINGGAL

14,5%

LAINNYA

57,8%

12

Pengawasan Partisipatif Masyarakat terhadap Pemilu; Pusat Pendidikan Pemilih;

Peningkatan Peran Forum-Forum Dialog Masyarakat; Pemantapan Wawasan Kebangsaan

dan Karakter bangsa di Kalangan Aparatur Negara Melalui Pelaksanaan Renaksi;

Peningkatan Peran Pusat Pendidikan Wawasan Kebangsaan (PPWK); Penguatan Tim

Terpadu Penanganan Konflik; Peningkatan Upaya Deradikalisasi dan Kontra Radikal

Terorisme; Peningkatan Penegakan Hukum pada Organisasi Terorisme.

Adapun Pengeleompon kegiatan prioritas dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Gambar 2.3 Program Prioritas Penguatan Lembaga Demokrasi

Tabel 2.4 Kegiatan Prioritas Penguatan Lembaga Demokrasi

13

Gambar 2.4 Program Prioritas Pemenuhan Kebebasan Sipil dan Hak Hak Politik

Tabel 2.5 Kegiatan Prioritas Pemenuhan Kebebasan Sipil dan Hak Hak Politik

14

Gambar 2.5 Program Prioritas Pencegahan Konflik Sosial dan Penanggulangan Terorisme

Tabel 2.6 Kegiatan Prioritas Pencegahan Konflik Sosial dan Penanggulangan Terorisme

15

Adapun Hasil Pertemuan Trilateral Meeting Mitra Direktorat Politik dan Komunikasi Sub

Direktorat Politik Dalam Negeri telah dilakukan dengan BNPT, Ditjen Polpum (Kemendagri),

KPU, Bawaslu, Kemenkopolhukam di awal Tahun pada bulan Maret- Juni 2016.

Direktorat Jenderal Kesbangpol Kementerian Dalam Negeri

Pertemuan Trilateral Meeting yang dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 2016 membahas seluruh program/Kegiatan Direktorat Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum, Kementerian Dalam negeri guna disesuaikan dengan norma dan standar. Dalam pembahasan Trilateral meeting Ditjen Polpum mengusulkan adanya tambahan anggaran sebesar 8.96 Triliun yang akan dialokasikan untuk pendanaan urusan pemerintahan umum pada Pendanaan pelaksanaan urusan Pemerintahan Umum pada 34 Provinsi dan 514 Kabupaten/Kota melalui instansi vertikal, sebesar Rp.8,940 Trilyun; Pendanaan 3 (tiga) Unit Kerja Eselon II baru yang akan dibentuk pada Ditjen Polpum, sebesar Rp.20 Milyar.

Tabel 2.7 Pembahasan Trilateral Meeting Bappenas, Kemenkeu, Kemendagri (Ditjen Polpum)

Program Pembinaan Politik dan Penyelenggaraan Pemerintahan Umum

Catatan Kementerian Dalam Negeri

Ditjen Polpum mengusulkan tambahan anggaran sebesar Rp.8,96 Trilyun, yang akan dialokasikan untuk:

a. Pendanaan pelaksanaan urusan Pemerintahan Umum pada 34 Provinsi dan 514 Kabupaten/Kota melalui instansi vertikal, sebesar Rp.8,940 Trilyun.

b. Pendanaan 3 (tiga) Unit Kerja Eselon II baru yang akan dibentuk pada Ditjen Polpum, sebesar Rp.20 Milyar.

Catatan Kementerian PPN/Bappenas:

1. Semua usulan tersebut harus dikaitkan dukungan terhadap pencapaian target Prioritas Nasional;

2. Memperhatikan kemampuan fiskal Negara; 3. Mempertimbangkan kesesuaian dengan kewenangan dan

Tusi Kemendagri (merupakan kewenangan Pusat); 4. Memperhatikan kesiapan pelaksanaan; 5. Terkait dengan pembangunan sarpras Kementerian

PPN/Bappenas meminta agar dikoordinasikan dengan Kemenkeu sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku serta memperhatikan kebijakan moratorium pembangunan gedung baru;

16

Catatan Kementerian Keuangan:

1. Usulan agar mempertimbangkan tupoksi dan skala prioritas penggunaan anggaran disertai justifikasi urgensinya dengan memperhatikan kemampuan penyerapan serta pelaksanaan kegiatan;

2. Semua pengusulan harus mempertimbangkan kemampuan fiskal Negara, kesiapan pelaksanaan (kapasitas sumber daya yang tersedia).

3. Usulan Kemendagri dipertimbangkan setelah dasar hukum ditetapkan.

Badan Nasional Pemberantasan Terorisme

Pertemuan Trilateral Meeting yang dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 2016

membahas seluruh program/Kegiatan BNPT guna disesuaikan dengan norma dan standar.

Adapun catatan penting dari hasil pembahasan Trilateral Meeting tersebut antara lain:

1. Alokasi anggaran berdasarkan Rancangan Pagu Indikatif 2017 untuk BNPT sebesar

441,992 juta rupiah, sedangkan berdasarkan SB Pagu Indikatif 2017, BNPT

mendapatkan tambahan anggaran sebesar 63,600 juta rupiah. Sehingga total alokasi

anggaran BNPT TA 2017 sebesar 505,592 juta rupiah. Tambahan anggaran sebesar 63

miyar dialokasikan untuk 3 kegiatan Prioritas Nasional dan 1 kegiatan non Prioritas

Nasional sebagai berikut:

Program Kegiatan Rancangan

Pagu

Indikatif

(dlm juta

Rp)

Tambahan

Alokasi

(dlm juta

rupiah)

Alokasi Pagu

Indikatif

(dlm juta

rupiah)

Program Penanggulangan

Terorisme

(BAGIAN ANGGARAN 113)

441,992 63,600 505,592

Kegiatan Bidang Pencegahan

(5096)

180,498 25,000 205,498

Kegiatan Bidang Penindakan

(5097)

129,817 31,600 161,417

Kegiatan Bidang Kerjasama

Internasional (5098)

40,048 7,000 47,048

Kegiatan Dukungan Adminsitrasi

dan SDM (5099)

89,514 - 89,514

2. Penambahan alokasi anggaran tersebut berimplikasi pada kegiatan pencegahan

terorisme, kegiatan penindakan terorisme, dan kegiatan kerjasama internasional.

17

No Program/Kegiatan/Indikator Semula Menjadi

Target Alokasi Target Alokasi

Program Penanggulangan

Terorisme

1. Kegiatan Pencegahan

Terorisme

a. Jumlah Operasi Intelijen

Pencegahan dan Kontra

Propaganda

19

Operasi

57.296,664 26

Operasi

82.296,664

b. Jumlah napi teroris, mantan

napi, mantan

teroris, keluarga dan

jaringannya serta

perorangan

dan kelompok yang

berpotensi radikal yang

meninggalkan ideologi

radikal dan aksi

kekerasan

500

Orang

49.675,997 700

Orang

62.068,297

2. Kegiatan Penindakan

Terorisme

a. Jumlah operasi penindakan,

operasi intelijen, dan

penyiapan satuan dalam

kesiapsiagaan nasional

81

Operasi

101.720,000 116

Operasi

123.320,000

b. Jumlah fasilitasi dan

koordinasi perlindungan

terhadap aparat penegak

hukum dan saksi serta

korban dalam penanganan

perkara tindak pidana

terorisme

10

Dokumen

6.329,733 18

Dokumen

16.329,733

3 Kegiatan Kerjasama

Internasional

a. Jumlah laporan

pengembangan jejaring

intelijen, monitoring dan

analisa perkembangan

terorisme internasional,

diplomasi, sharing informasi

dan kesepakatan dengan

negara mitra kerja

6

Laporan

15.728,900 9

Laporan

22.728,900

18

Tabel 2.8 Pembahasan Trilateral Meeting Kementerian/Lembaga : Badan Nasional Penanggulangan

Terorisme (BNPT)

NO POKOK BAHASAN

CATATAN PEMBAHASAN

Kerangka Pendanaan

1 Konfirmasi

Norma dan Standar

Seluruh kegiatan telah sesuai dengan Norma dan Standar

2 Kebutuhan

Tambahan Mendesak

3 Dukungan

Sumber pendanaan

lainnya

4 Hal lainnya (jika

diperlukan/sesuai

dengan kebutuhan)

- Alokasi anggaran berdasarkan Rancangan Pagu Indikatif 2017 untuk BNPT sebesar 441,992 juta rupiah, sedangkan berdasarkan SB Pagu Indikatif 2017,

BNPT mendapatkan tambahan anggaran sebesar 63,600 juta rupiah. Sehingga total alokasi anggaran BNPT TA 2017 sebesar 505,592 juta rupiah.

Tambahan anggaran sebesar 63 miyar dialokasikan untuk 3 kegiatan Prioritas Nasional dan 1 kegiatan non Prioritas Nasional sebagai berikut :

PROGRAM /

KEGIATAN

RANCANGAN

PAGU INDIKATIF

(dlm juta Rp)

TAMBAHAN

ALOKASI (dlm juta

rupiah)

ALOKASI

PAGU INDIKATIF

(dlm juta

rupiah)

PROGRAM

PENANGGULAN

GAN TERORISME

(BAGIAN ANGGARAN

113)

441,992 63,600 505,592

Kegiatan Bidang

Pencegahan (5096)

180,498 25,000 205,498

Kegiatan

Bidang Penindakan

(5097)

129,817 31,600 161,417

Kegiatan Bidang

Kerjasama Internasional

(5098)

40,048 7,000 47,048

Kegiatan Dukungan

Adminsitrasi dan SDM

(5099)

89,514 - 89,514

- Penambahan alokasi anggaran ini memberikan konsekuensi pada perubahan

target indicator masing-masing kegiatan, sebagai berikut :

19

NO POKOK

BAHASAN

CATATAN PEMBAHASAN

No

Program/Kegiatan/Indikator

Semula Menjadi

Target Alokasi Target Alokasi

Program Penanggulangan

Terorisme

1 Kegiatan Pencegahan

Terorisme

a a. Jumlah Operasi Intelijen Pencegahan

dan Kontra Propaganda

19 Operasi

57.296,664

26 Operasi

82.296,664

b Jumlah napi teroris,

mantan napi, mantan teroris, keluarga dan

jaringannya serta

perorangan dan kelompok yang

berpotensi radikal yang meninggalkan

ideologi radikal dan aksi

kekerasan

500

Orang

49.675,9

97

700

Orang

62.068,2

97

2 Kegiatan Penindakan Terorisme

a Jumlah operasi

penindakan, operasi intelijen, dan

penyiapan satuan dalam kesiapsiagaan

nasional

81

Operasi

101.720,

000

116

Operasi

123.320,

000

b Jumlah fasilitasi dan koordinasi

perlindungan terhadap

aparat penegak hukum dan saksi serta korban

dalam penanganan perkara tindak pidana

terorisme

10 Dokum

en

6.329,733

18 Dokum

en

16.329,733

3 Kegiatan Kerjasama Internasional

a Jumlah laporan

pengembangan jejaring intelijen,

monitoring dan analisa perkembangan

terorisme

internasional, diplomasi, sharing

informasi dan kesepakatan dengan

negara mitra kerja

6

Laporan

15.728,9

00

9

Laporan

22.728,9

00

- Disepakati untuk melakukan realokasi anggaran dari Belanja Non Operasional ke Belanja Operasional sebesar 16,82 Milyar untuk pemenuhan

kebutuhan layanan perkantoran yaitu untuk keperluan sebagai berikut : - Pembiayaan sewa gedung kantor BNPT di Jakarta sebesar 16,82 Milyar

20

NO POKOK

BAHASAN

CATATAN PEMBAHASAN

-

KERANGKA

REGULASI DAN KELEMBAGAAN

Komisi Pemilihan Umum

Hasil pembahasan Trilateral Meeting KPU yang utama adalah kebutuhan tambahan

anggaran mendesak untuk pemilukada serentak tahun 2017 dan tahapan pemilukada

2018, serta Sosialisasi Pemilukada Serentak Tahun 2017 yang masih membutuhkan

tambahan anggaran sebesar 100 Miliar. Berikut Pembahasan trilateral meeting KPU terkait

program/kegiatan yang masih membutuhkan tambahan anggaran:

1. Pemilukada Serentak Tahun 2017 dan Tahapan Pemilukada 2018

- Alokasi anggaran Non Operasional KPU berdasarkan Rancangan PI Tahun 2017

sebesar Rp 300.069,6 juta belum termasuk untuk memenuhi kebutuhan

anggaran Pemilukada Serentak Tahun 2017.

- Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2015 Pasal 8 “Penyelenggaraan Pemilihan/Pilkada

menjadi tanggung jawab bersama KPU, KPU Provinsi, dan KPU

Kabupaten/Kota”. Sedangkan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun

2015 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tanggal

18 Maret 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan

Walikota Menjadi Undang-Undang pada Pasal 8 “Penyelenggaraan Pemilihan

menjadi tanggung jawab bersama KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota

dan Pasal 10A “KPU memegang tanggung jawab akhir atas penyelenggaraan

Pemilihan oleh KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK, PPS, KPPS, dan

petugas pemutakhiran data Pemilih

- Pasal 9 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015, KPU dalam Pemilukada

mempunyai tugas dan wewenang untuk (a) menyusun dan menetapkan

pedoman teknis untuk setiap tahapan Pemilihan setelah berkonsultasi dengan

Dewan Perwakilan Rakyat dan Pemerintah; (b) mengkoordinasi dan memantau

tahapan Pemilihan; (c) melakukan evaluasi penyelenggaraan Pemilihan; (d)

menerima laporan hasil Pemilihan dari KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota;

(e) memfasilitasi pelaksanaan tugas KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota

dalam melanjutkan tahapan pelaksanaan Pemilihan jika Provinsi, Kabupaten,

dan Kota tidak dapat melanjutkan tahapan Pemilihan secara berjenjang; dan

(f) melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh peraturan

perundang-undanga tugas untuk supervisi dan monitoring serta pengawasan

kegiatan Pilkada 2017.

- Untuk melaksanakan tugas dan wewenang tersebut, alokasi anggaran yang

diperlukan KPU untuk Supervisi dan monitoring Pemilukada Serentak Tahun

2017 pada 101 Satker (7 Prov dan 104 Kabupaten/Kota) adalah sebesar Rp

150 Milyar (Pilkada 2017 sebesar Rp50.840.302.000,- ; Persiapan dan

Pelaksanaan Pilkada 2018 sebesar Rp99.159.698.000.

21

Tabel 2.9 Kebutuhan Anggaran pelaksanaan Pilkada serentak tahun 2017 tanggal 15

Februari 2017 serta penyelesaian sengketa hukum serta penyelesaian laporan.

1 Pelaporan Dana Hibah Pemilihan Gubernur, Bupati Dan

Walikota Tahun 2017

5.278.459.000

2

Penyelesaian revisi anggaran Hibah Pemilihan

2.750.000.000

3 Evaluasi Pelaksanaan Pemilihan Gubernur/Bupati/Walikota

Tahun 2017

5.250.000.000

4 Perhitungan Suara Pemilihan Gubernur/Bupati/Walikota

Tahun 2017

7.017.780.000

5 Pengawasan Anggaran Pemilihan Gubernur/Bupati/Walikota

Tahun 2017

3.287.669.000

6 Penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilihan Gubernur dan

Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Walikota

dan Wakil Walikota Tahun 2017 serta Pengadaaan Jasa

Konsultan Hukum

6.479.166.000

7 Pelaksanaan Komunitas Peduli Pemilu pelaksanaan Pemilihan

Serentak

4.566.726.000

8 Bimbingan teknis, Supervisi dan Monitoring pemilihan 16.210.502.000

JUMLAH 50.840.302.000

Tabel 2.10 Kebutuhan Tambahan Anggaran Persiapan dan Pelaksanaan Pilkada 2018 sebesar

Rp 99.159.698.000

1 Penyusunan dan bimtek Pedoman Pengelolaan Dana Hibah

Pemilihan Gubernur, Bupati Dan Walikota Tahun 2017

9.556.919.000

2 Penyusunan dan bimbingan Teknis Standar Kebutuhan Barang

dan Jasa serta Honorarium Pilkada

8.500.000.000

3 Penyusunan Program, Anggaran dan Bimtek Tata Cara Revisi

Anggaran Hibah Pemilihan

8.266.905.000

4 Pengelolaan dan penyelesaian revisi anggaran Hibah Pemilihan

5.500.000.000

5 Evaluasi Pelaksanaan Pemilihan Gubernur/Bupati/Walikota Tahun

2017

3.899.896.000

6 Bimbingan Teknis Tata Cara Perhitungan Suara Pemilihan

Gubernur/ Bupati/ Walikota Tahun 2017

5.017.780.000

7 Pemungutan suara secara elektronik/TI : Bimtek Operator, IT dan

Pelaksanaan Tabulasi Penghitungan Suara.

7.037.945.000

8 Pengawasan Anggaran Pemilihan Gubernur/Bupati/Walikota

Tahun 2017 bekerjasama dengan BPKP.

4.575.338.000

9 Bimtek penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilihan Gubernur dan

Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Walikota dan

Wakil Walikota Tahun 2017 serta Pengadaaan Jasa Konsultan

Hukum

9.383.910.000

10 Pembentukan Relawan Demokrasi pelaksanaan Pemilihan

22

Serentak 8.000.000.000

11 Bimbingan teknis, Supervisi dan Monitoring Pelaksanaan

Pemilihan

29.421.005.000

JUMLAH

99.159.698.000

2. Sosialisasi Pemilukada Serentak Tahun 2017

KPU meminta tambahan anggaran untuk kebutuhan sosialisasi pemilukada serentak

tahun 2017. Sosialiasi ini diperlukan agar pelaksanaan pemilukada berjalan efektif

dan lancer serta tingkat partisipasi masyarakat sesuai dengan target RPJMN yaitu

77%. Adapun tabel usulan tambahan anggaran tersebut dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:

Tabel 2.11 Kebutuhan Sosialisasi Pemilukada Serentak

1 Pembentukan Rumah Pintar Pemilu

7.650.250.000

2 Riset Tingkat Partisipasi Masyarakat

6.050.600.000

3 Pengembangan Komunitas Peduli Pemilu

4.630.250.000

4 Fasilitasi Kegiatan Partisipasi Masyarakat Pemilu

3.640.000.000

5 Kerjasama Dengan LSM/Ormas

2.456.300.000

6 Penggalangan Partisipasi Pemilih Melalui Aktivitas Massal

(Sosial, Budaya dan Keagamaan) dalam Pilkada

9.653.000.000

7 Penggalangan Relawan Demokrasi dalam Pilkada

6.500.700.000

8 Fasilitasi Pemantau, Lembaga Survey, Hitung Cepat Pilkada

6.530.450.000

9 Penayangan Iklan Advertorial/Iklan Layanan Masyarakat di

media cetak dan elektronik

25.906.210.000

10 Penerbitan Bahan Informasi dan bahan sosialisasi Pilkada 12.875.000.000

11 Peliputan, pemberitaan dan dokumentasi Pilkada

6.575.650.000

12 Penerbitan Majalah dan Jurnal KPU

7.531.590.000

JUMLAH

100.000.000.000

23

Badan Pengawas Pemilu

Hasil pembahasan Trilateral Meeting antara Bappenas, Kemenkeu dan Bawaslu RKP

2017 yang utama antara lain mengenai usulan tambahan anggaran dengan pertimbangan

adanya peningkatan kegiatan Bawaslu di tahun 2017. Adapun catatan penting dari

pembahasan trilateral Meeting tersebut antara lain:

1. Terkait dengan keterbatasan jumlah pegawai ASN di Bawaslu dan meningkatnya

kegiatan pada Tahun 2017 sebagai konsekuensi dari tahapan Pemilu Tahun 2019

dan Pilkada Serentak Tahun 2018, maka diperlukan penambahan tenaga

pendukung sehingga Bawaslu mengusulkan untuk menambah belanja operasional

pegawai dan belanja barang.

Dalam tahapan Pemilu 2019 dan Pilkada 2018 yang bersamaan dengan tahapan

dan pelaksanaan Pilkada 2017, karena keterbatasan ASN di lingkup Sekretariat

Bawaslu RI, Bawaslu Provinsi dan Panwas Kab/kota diperlukan penambahan tenaga

pendukung untuk mendukung kegiatan tahapan Pemilu dan Pilkada tersebut

dimana kebutuhan Bawaslu RI sebanyak 80 orang (kebutuhan sebear 3,36 Miliar)

dan kebutuhan Bawaslu Provinsi sebesar 34 orang (kebutuhan anggara sebesar

12,240 Miliar).

2. Kebutuhan operasional untuk perekrutan Ketua dan Anggota Bawaslu Provinsi di

33 Provinsi yang masa jabatannya akan berakhir di tahun 2017, belum

terakomodasi kepada usulan baseline Bawaslu kepada DJA.Anggaran yang

diperlukan dalam perekrutan Bawaslu Provinsi yang akan dilaksanakan pada tahun

2017 yaitu: 25 Provinsi x Rp. 500.000.000,- = Rp. 12.500.000.000,-.

3. Pelaksanaan kegiatan dalam mendukung penyelenggaraan pengawasan Pemilu

Tahun 2019 yang tahapannya dimulai tahun 2017. Perkiraan anggaran dukungan

tahapan penyelenggaraan Pemilu Tahun 2019 berdasarkan alokasi pagu

penyelenggaraan Pileg dan Pilpres Tahun 2014 sebesar Rp.4.200.000.000.000

untuk memenuhi kebutuhan: Pembentukan Panwaslu Kabupaten/Kota, Panwascam,

PPL, Pengawas TPS, dan PPLN; Honorarium dan operasional perkantoran lembaga

ad-hoc; Penguatan kapasitas aparatur Panwas dan sekretariat baik ditingkat Pusat,

Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan, Pengawas TPS, serta

PPLN; Pengawasan Tahapan Pileg baik ditingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota,

Kecamatan, Desa/Kelurahan, Pengawas TPS, serta PPLN; Sosialisasi/pengawasan

partisipatif dalam rangka pileg dan pilpres; Advokasi hukum; Musyawarah

Penyelesaian Sengketa; Kegiatan Sentra Gakkumdu; Penegakan kode etik

penyelenggara Pemilu.

4. Pembinaan dan supervisi Pengawasan Tahapan Pemilihan Gubernur, Bupati, dan

Walikota serentak Tahun 2018. Dalam rangka penguatan kapasitas aparatur

Pengawas dan sekretariat lingkup Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk menghadapi

pelaksanaan Pengawasan Tahapan Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota

serentak Tahun 2018 dibutuhkan anggaran sebesar Rp.5.000.000.000

5. Berdasarkan rancangan Undang-Undang Pilkada, terdapat amanat untuk penguatan

peran Bawaslu dalam penanganan pelanggaran Pilkada. Oleh karena itu dalam

mendukung ini akan dilakukan peningkatan kapasitas aparatur Pengawas dan

sekretariat lingkup Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk menghadapi pelaksanaan

24

Pengawasan Tahapan Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota serentak Tahun

2018.

6. Terkait dengan kegiatan pengembangan dan sosialisasi pengawasan Pemilu

partisipatif, Bawaslu RI masih menunggu perkembangan dari revisi UU

Penyelengara Pemilu yang kemungkinan akan digabung menjadi Kitab UU Pemilu.

Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan

Alokasi belanja prioritas KemenkoPolhukam berdasarkan PI 2016 sebesar 101,4M, lebih kecil dibanding baseline 2016 RPJMN 2015-2019 sebesar 118,2M. KemenkoPolhukam perlu memperhitungkan capaian target indikator pelaksanaan kegiatan prioritas dengan alokasi anggaran yang ada. Adapun tugas dan fungsi Kemenkopolhukam mendukung sasaran utama antara lain: 1) Penguatan lembaga penyelenggara pemilu, melalui fasilitasi bagi penguatan dan pembentukan regulasi terkait pelaksanaan pemilu dan pilkada langsung serentak, serta mendorong percepatan pembentukan Pusat Pendidikan Pemilih dan pengawasan pemilu yang partisipatif; 2) Penguatan fasilitasi bagi penyelesaian Peraturan Pemerintah untuk melaksanakan UU No 17 Tahun 2013 tentang Ormas setelah terbitnya hasil judicial review Mahkamah Konstitusi terkait ormas; 3)Pemantapan kelembagaan penanganan konflik sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah No.2 Tahun 2015 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial; 4)Pemantapan pelaksanaan keterbukaan informasi publik secara konsisten pada semua badan publik di pusat maupun daerah; 5) Penataan regulasi untuk memperkuat upaya penanggulangan terorisme, termasuk pengkajian bagi undang-undang baru untuk penguatan lembaga koordinasi penanggulangan terorisme. Adapun pembahasan Trilateral Meeting dapat dilihat dibawah ini:

Tabel 2.12 Pembahasan Trilateral Meeting Bappenas, Kemenkeu dan Kemenkopolhukam

No. Lingkup Pembahasan

Kementerian PPN/Bappenas

Kementerian Keuangan

Kemenko Polhukam

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Belanja Operasional

Belanja operasional terkait pegawai dan barang adalah hal utama yang mesti dicukupi sebelum memperhitungkan hal lainnya. Belanja operasional harus dapat dipenuhi secara on top, tidak mengandalkan realokasi dari belanja prioritas. Hal ini yang seharusnya menjadi pegangan setiap kementerian/lembaga

Peningkatan tunjangan kinerja, setiap tahun akan otomatis dihitung dan dikeluarkan setelah ada cadangan sisa anggaran dari Kemenkeu yang akan di Perpreskan kemudian Belanja Operasional KemenkoPolhukam berdasar PI 2016 adalah Belanja Pegawai Rp 47.589.080.195,-

Alokasi anggaran Belanja Pegawai Operasional untuk Kemenko Polhukam pada PI 2016 sebesar Rp 72.336.825.000,-. Terdiri dari Kemenko Polhukam sebesar Rp. 41.479.775.750, Kompolnas sebesar Rp. 3.074.095.000, Komjak sebesar Rp. 3.035.209.250,- dan Bakamla sebesar Rp. 24.747.745.000,- Sedangkan proyeksi kebutuhan belanja

25

No. Lingkup Pembahasan

Kementerian PPN/Bappenas

Kementerian Keuangan

Kemenko Polhukam

(1) (2) (3) (4) (5)

Permasalahan di Bakorkamla terkait belanja pegawai adalah pada tahun sebelumnya dihitung masih menjadi CPNS, di tahun depannya sudah menjadi PNS (pengalihan status), dan setelah dihitung kembali hasilnya naik 2,5M Selisih perhitungan sebanyak 2,5M karena peralihan status kepegawaian yang belum terakomodasikan, seharusnya menjadi kewajiban negara untuk memenuhinya.

(meliputi: Gaji dan tunjangan sebesar Rp19.089.928.195,-; Tunjangan kinerja sebesar Rp25.509.840.000,-; Uang makan dan uang lembur sebesar Rp2.989.312.000,-) dan Belanja Barang Rp 31.943.697.877,- (untuk Biaya pemeliharaan Gedung dan Bangunan; Biaya pemeliharaan Peralatan dan Mesin; Langganan Daya dan Jasa, dan lain-lain), serta Belanja non-operasional berkarakteristrik operasional tidak ada. Belum ada kesepakatan tentang besaran anggaran untuk belanja pegawai, apabila kebutuhannya melebihi PI yang ada maka bisa refocusing atau diusulkan sebagai usulan tambahan. KemenkoPolhukam perlu untuk menyampaikan kebutuhan riil belanja pegawainya untuk dapat diakomodasi dalam Pagu Anggaran.

pegawai operasional sebesar Rp 102.100.884.700,-. Pada alokasi anggaran belanja barang operasional untuk Kemenko Polhukam pada PI 2016 sebesar Rp. 51.992.267.000 Terdiri dari Kemenko Polhukam sebesar Rp. 26.431.677.000, Kompolnas sebesar Rp. 3.418.870.000, Komjak sebesar Rp. 2.093.152.000,- dan Bakamla sebesar Rp. 20.048.568.000,- Sedangkan proyeksi kebutuhan belanja barang operasional sebesar Rp 56.792.869.300,- Sehingga terdapat kekurangan belanja pegawai sebesar Rp. 29.764.059.700,-. Proyeksi penambahan belanja operasional pegawai untuk menindaklanjuti rencana kebijakan kenaikan tunjangan kinerja di Satker Kemenko Polhukam dan Kekurangan belanja barang operasional sebesar Rp. 4.800.602.300 pada satker Kemenko Polhukam. Harapan Kemenkopolhukam terkait remunerasi ini,

26

No. Lingkup Pembahasan

Kementerian PPN/Bappenas

Kementerian Keuangan

Kemenko Polhukam

(1) (2) (3) (4) (5)

tidak dilakukan dengan refocusing dengan memotong anggaran dari kegiatan-kegiatan lain, agar pekerjaan Kemenkopolhukam menjadi maksimal

2. Belanja untuk Prioritas

Alokasi anggaran belanja untuk prioritas KemenkoPolhukam berdasarkan PI 2016 sebesar 101,4M, lebih kecil dibanding baseline 2016 RPJMN 2015-2019 sebesar 118,2M. KemenkoPolhukam perlu memperhitungkan capaian target indikator pelaksanaan kegiatan prioritas dengan alokasi anggaran yang ada. Apabila dengan alokasi anggaran yang ada, dirasa belum dapat mencapai target yang telah ditetapkan maka KemenkoPolhukam dapat mengajukan usulan tambahan anggaran Berikut adalah langkah perkuatan sasaran utama TA. 2016 sesuai RPJMN 2015-2019, yaitu:

(1) Penguatan lembaga penyelenggara pemilu, melalui fasilitasi bagi

Berdasarkan PI 2016, Belanja Non Operasional KemenkoPolhukam sebesar Rp 100.660.719.898,- Sisa cadangan anggaran TA, 2016 sebesar 19,3 Triliun. Sisa ini diperhitungkan untuk mengakomodasi hasil Musrenbang yang baru saja dilaksanakan. Jika Kemenkopolhukam mempunyai program prioritas yang sangat penting, maka bisa diusulkan untuk mendapatkan alokasi tambahan anggaran Pagu Indikatif ini belum final kecuali untuk 001 dan 002 yang sudah tidak boleh diganggu gugat kembali. Namun, untuk program prioritas dapat dilakukan refocusing dengan mengoptimalkan kegiatan-kegiatan prioritas dan mengurangi program lainnya yang tidak menjadi prioritas.

Terkait dengan belanja prioritas KemenkoPolhukam telah menyesuaikan dengan RPJMN 2015-2019 dan Nawa Cita, dengan isu strategis bidang polhukam, yaitu:

(1) Kepastian dan Penegakkan Hukum;

(2) Keamanan dan Ketertiban;

(3) Politik dan Demokrasi;

(4) Tata Kelola dan Reformasi Birokrasi.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh KemenkoPolhukam lebih banyak bersifat rapat koordinasi dan kunjungan ke daerah, karena memang kondisinya memerlukan hal tersebut. Hal ini karena banyak permasalahan-permasalahan di lapangan yang membutuhkan penyelesaian langsung. Walaupun K/L teknis menanganinya, Kemenko juga

27

No. Lingkup Pembahasan

Kementerian PPN/Bappenas

Kementerian Keuangan

Kemenko Polhukam

(1) (2) (3) (4) (5)

penguatan dan pembentukan regulasi terkait pelaksanaan pemilu dan pilkada langsung serentak, serta mendorong percepatan pembentukan Pusat Pendidikan Pemilih dan pengawasan pemilu yang partisipatif;

(2) Penguatan fasilitasi bagi penyelesaian Peraturan Pemerintah untuk melaksanakan UU No 17 Tahun 2013 tentang Ormas setelah terbitnya hasil judicial review Mahkamah Konstitusi terkait ormas;

(3) Pemantapan kelembagaan penanganan konflik sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah No.2 Tahun 2015 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang

mempunyai tugas untuk mengetahui permasalahan sebenarnya di lapangan, terutama terkait perbatasan sesuai dengan fokus Nawa Cita Presiden Jokowi. Pengurangan alokasi anggaran akan berpengaruh terhadap penyelesaian masalah bidang polhukam. Di Kemenko Polhukam, kegiatan-kegiatan yang sifatnya adhoc juga sering terjadi dan ini perlu anggaran. Padahal kegiatan dimaksud belum dialokasikan di dokumen anggaran.

28

No. Lingkup Pembahasan

Kementerian PPN/Bappenas

Kementerian Keuangan

Kemenko Polhukam

(1) (2) (3) (4) (5)

Penanganan Konflik Sosial;

(4) Pemantapan pelaksanaan keterbukaan informasi publik secara konsisten pada semua badan publik di pusat maupun daerah;

(5) Penataan regulasi untuk memperkuat upaya penanggulangan terorisme, termasuk pengkajian bagi undang-undang baru untuk penguatan lembaga koordinasi penanggulangan terorisme.

3. Usulan Kebutuhan Tambahan Pendanaan

Usulan tambahan anggaran oleh K/L harus diperkuat dengan dasar dari RPJMN 2015 – 2019 dan Nawa Cita, sehingga jika memang dasar substansi dan dasar hukum pelaksanaanya kuat, maka kita tegaskan di catatan Trilateral Meeting ini, untuk nantinya akan dibawa ke forum yang lebih tinggi, yaitu sidang kabinet dan pada akhirnya sidang DPR untuk

Dalam hal terdapat usul-usul baru yang lebih prioritas, maka pendanaannya dilakukan melalui penajaman prioritas, refocusing, dan realokasi dari dana yang ada, serta didiskusikan/disepakati di dalam forum trilateral meeting. Pagu Indikatif bersifat ancar-ancar sebagai dasar penyusunan Rencana Kerja K/L. Alokasi per program, di luar yang bersifat wajib dipenuhi dan

KemenkoPolhukam mengusulkan tambahan alokasi anggaran sebagai berikut :

1. Belanja operasional, meliputi : - Rencana kenaikan tunjangan kinerja satker Kemenko Polhukam sebesar Rp 26.962.722.450,-

- Kekurangan

29

No. Lingkup Pembahasan

Kementerian PPN/Bappenas

Kementerian Keuangan

Kemenko Polhukam

(1) (2) (3) (4) (5)

RAPBN. Untuk itu pimpinan di Kemenko dapat mengirim surat ke Menteri Keuangan agar usulan tambahan anggaran dari Trilateral Meeting ini dapat segera disesuaikan.

wajib dialokasikan, merupakan ancar-ancar dan bersifat indikatif, sehingga dimungkinkan untuk dilakukan pergeseran antarprogram Terkait dengan wilayah perbatasan, hal ini juga ada K/L yang khusus menangani permasalahan ini yaitu BNPP. BNPP kemungkinan juga sudah mempunyai target untuk menjawab permasalahan tersebut. Harapannya, Kemenkopolhukam dapat melakukan koordinasi dengan BNPP untuk menajamkan prioritas program yang akan dilakukan BNPP di daerah perbatasan. Sebenarnya, setiap tahun sudah ada penghematan terhadap perjalanan dinas. Namun, kebijakan ini adalah kebijakan top down langsung dari Presiden melalui Inpres dan Permenpan yang berdampak langsung ke seluruh K/L. Hal ini menganggu kinerja penyerapan APBN dan penghitungan APBN-P 2015, terutama untuk K/L yang besar-besar seperti KemenPU dan Kemendagri yang

belanja operasional Bakamla sebesar Rp 7.601.939.850,-

2. Belanja Prioritas, meliputi : - Kegiatan Koordinasi Pembinaan Keamanan dan Kerja Sama Keamanan (Indeks Keamanan Dalam Negeri), sebesar Rp 5.000.000.000,- - Kegiatan Koordinasi Intelijen Pertahanan Negara mengusulkan tambahan Rp 2.000.000.000,- - Kegiatan Koordinasi Wilayah Perbatasan dan Tata Ruang Pertahanan mengusulkan tambahan Rp 3.000.000.000,-

Usulan penambahan anggaran lainnya adalah terkait intelijen Negara. Khususnya, dengan

30

No. Lingkup Pembahasan

Kementerian PPN/Bappenas

Kementerian Keuangan

Kemenko Polhukam

(1) (2) (3) (4) (5)

mempunyai kantor-kantor wilayah yang tersebar di seluruh Indonesia. Dasar hukum sangatlah penting untuk mendapatkan tambahan usulan anggaran, seperti Inpres dan Perpres. Biasanya, pertimbangan kami akan lebih dalam jika terlampir dasar hukum pelaksanaan tersebut

kegiatan-kegiatan intelijen di luar negeri. Walaupun, ini dibawah kegiatan Kemenhan dan Mabes TNI, namun harapannya Kemenkopolhukam juga dapat menghadiri forum intelijen tersebut

4. Program Tematik

5. Catatan Lainnya

Secara teoritis, Pagu Indikatif TA. 2016 belum final, oleh karena itu menyesuaikan catatan hasil Trilateral Meeting hari ini. Kemenhan dan TNI memang bukan mitra langsung Ditpolkom, Bappenas. Namun, catatan dari Trilateral Meeting ini akan disampaikan kepada Direktorat lain yang bermitrakan Kemenhan dan TNI. Sehingga, Direktorat terkait dapat mengetahui permasalahan-permasalahan yang muncul di Trilateral Meeting hari ini, terkait dengan K/L yang menjadi mitranya.

Pagu Indikatif TA. 2016 adalah perkiraan berapa/baseline besar jumlah APBN yang akan keluar pada tahun 2016. Apabila terdapat hal-hal yang menjadi prioritas di K/L dan belum tertera di Matrik K/L, maka segera di refocusing penajaman prioritas. Pada saat penghitungan Pagu Indikatif TA. 2016 sebenarnya ada peningkatan yang cukup dari APBN TA. 2015. Lampiran 6 disediakan khusus untuk mengakomodasi usulan-usulan tambahan dari K/L dengan mempertajam prioritas programnya dan diusulkan berapa kebutuhan

Kemenkopolhukam mempunyai dua Satker yaitu Kemenkopolhukam dan Barkorkamla. Penyerapan anggaran Satker Kemenkopolhukam TA. 2014 adalah 94%. Penyerapan Satker Bakorkamla secara terpisah adalah 64%, sehingga jika digabung dengan penyerapan anggaran Satker Bakorkamla, menjadi jauh lebih rendah, yaitu 76,51%. Penyerapan Bakorkamla rendah dikarenakan pembelian tanah dan pembangunan gedung tidak dapat dilaksanakan, serta Bakorkamla mendapat pinjaman gedung dari Pemda

31

No. Lingkup Pembahasan

Kementerian PPN/Bappenas

Kementerian Keuangan

Kemenko Polhukam

(1) (2) (3) (4) (5)

Harus ada kejelasan dari BPKP untuk memberikan review persetujuannya kepada Kemenkeu, agar segera ditindaklanjuti untuk mengejar waktu yang terus berjalan ini sebelum sidang kabinet.

anggarannya. Terkait tunjangan kinerja, kami setuju dihitung sesuai dengan prestasi kinerja K/L, namun sekarang kita tinggal menunggu Perpresnya. Untuk pemanfaatan dana optimalisasi, Kemenkeu meminta K/L untuk di review terlebih dahulu dari BPKP agar sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu. Hasil review dari BPKP akan disampaikan ke Kemenkeu, dan jika sudah memenuhi kriteria akan dicairkan dan yang belum sesuai kriteria belum akan dicairkan.

DKI. Realisasi anggaran Kemenkopolhukam pada tahun 2014 adalah 77%, namun jika dirinci lebih jauh penyerapan yang rendah terdapat di Satker Bakorkamla yaitu hanya sekitar 63%. Terdapat perbedaan Pagu Indikatif TA. 2016 dari Surat Bersama Menkeu dan Menteri Bappenas dan exercise DJA Kemenkeu pada slide Trilateral Meeting. Sesuai dengan hasil Trilateral Meeting Bakamla pada tanggal 31 April 2015, penyesuaian penghitungan Belanja Operasional Bakamla pada Bagian Anggaran 034 bahwa alokasi belanja operasional sesuai dengan Pagu Indikatif 2016. (Tidak mengusulkan tambahan anggaran pada belanja operasional TA 2016)

32

2.1.2 Penyusunan RKP 2016 Sub Bidang Komunikasi dan Informasi Publik

(Trilateral Meeting)

Hasil penyusunan RKP 2017 terkait dengan sub Direktorat Komununikasi dan

Informasi Publik yaitu untuk penyusunan program prioritas Peningkatan Akses dan Kualitas

Informasi Publik. Hasil pembahasan melalui multilateral, bilateral dan trilateral meeting

dihasilkan 3 kegiatan prioritas dalam peningkatan akses dan kualitas informasi publik yaitu:

1. Peningkatan Keterbukaan Informasi dan Komunikasi Publik

Tabel 2.13 Peningkatan Keterbukaan Informasi dan Komunikasi Publik

K/L Program K/L Kegiatan K/L

Kemkomino Program Pengembangan

Informasi dan Komunikasi

Publik

- Pelayanan Informasi kenegaraan

melalui media publik

- Pembinaaan dan Pengembangan

Kemitraan lembaga komunikasi

- Pelayanan informasi kenegaraan melalui

media publik

- Pembinaan dan pengembangan

kebijakan komunikasi nasional

Komisi

Informasi

Pusat

Program Dukungan

manajemen dan

pelaksanaan tugas treknis

lainnya kementerian

komunikasi dan

informatika

Dukungan manajemen dan dukungan

teknis lainnya Komisi Informasi (KI) pusat

(penyelesaian sengketa informasi publik,

peningkatan keterbukaan informasi di

badan publik

Kemenkopol

hukam

Program peningkatan

koordinasi bidang politik,

hukum dan keamanan

Koordinsai informasi publik dan media

massa

Target utama dari kegiatan prioritas peningkatan keterbukaan informasi dan

komunikasi publik antara lain: 65% kasus/sengketa sengketa keterbukaan informasi publik

diselesaikan; 70 % Badan Publik Pemerintah melaksanakan ketentuan UU Keterbukaan

Informasi Publik (Pembentukan, daftar informasi publik); 700 peserta dari 20 kab/kota

Bimtek Kelompok Informasi Masyarakat : 350 peserta Bimtek Media Komunitas di daerah

perbatasan/terluar/tertinggal dan pasca konflik; 1.000 peserta forum edukasi literasi media

untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan/kapasitas masyarakat untuk memilih dan

memanfaatkan media sesuai kebutuhannya; 250 peserta Bimtek PPID untuk implementasi

Undang-Undang KIP; SDM Pengelola Informasi dan Dokumentasi di Badan Publik Negara

yang meningkat kemampuannya dalam implementasi UU KIP; 3.500 orang (masyarakat)

yang meningkat pemahamannya tentang UU KIP.

33

2. Peningkatan Kualitas Konten Informasi Publik

Tabel 2.14 Peningkatan Kualitas Konten Informasi Publik

K/L Program K/L Kegiatan K/L

Kemkominfo Program Pengembangan

Informasi dan

Komunikasi Publik

- Pengelolaan dan Penyediaan

informasi

Komisi

Penyiaran

Indonesia

Program Dukungan

manajemen dan

pelaksanaan tugas

treknis lainnya

kementerian komunikasi

dan informatika

Dukungan manajemen dan

dukungan teknis lainnya Komisin

Penyiaran Indonesia (KPI)

(penyelesaian pengaduan masalah

konten siaran, penyusunan indeks

kualitas siaran televisi

Dewan Pers Program Dukungan

manajemen dan

pelaksanaan tugas

treknis lainnya

kementerian komunikasi

dan informatika

Dukungan manajemen dan

dukungan teknis lainnya Dewan

Pers (Penyusunan Indeks

Kemerdekaan Pers, Pelaksanaan

World Press Freedom Day

Target utama dari kegiatan prioritas peningkatan kualitas konten informasi

publik yaitu: 90 % Penyelesaian Pengaduan Masalah Konten Siaran; Pemantauan langsung program/isi siaran pada lembaga penyiaran yang melaksanakan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3-SPS) di 15 TV Berjaringan + 4 TV Berlangganan + 20 Radio; 5 Publikasi pemeringkatan (rating) kualitas program/isi siaran televisi di Media Nasional; 1 Dokumen Indeks Kemerdekaan Pers; World Press Freedom Day (800 peserta).

3. Peningkatan SDM Komunikasi dan Informasi

Tabel 2.15 Peningkatan SDM Komunikasi dan Informasi

K/L Program K/L Kegiatan K/L

Kemkominfo Program

Penelitian dan

pengembanga

Komunikasi

dan

Informatika

- Pengembangan Literasi dan profesi serta

pengembangan SDM Komunikasi dan

Informatika

- Penelitian dan pengembangan komunikasi

dan informatika dan pengembangan SDM

komunikasi dan Informatika B2P2KI

- Pelatihan dan pengembangan teknologi

informasi dan komunikasi

Target utama dari kegiatan prioritas peningkatan kualitas peningkatan SDM

Komunikasi dan Informasi yaitu: 250 peserta bimbingan teknis literasi komunikasi bagi

SDM (aparat, industri, masyarakat); 288 penerima beasiswa Dalam Negeri/Luar Negeri;

3.000 peserta peningkatan literasi TIK untuk disabilitas, wanita, dan anak usia sekolah;

8000 peserta pelatihan dan sertifikasi berbasis SKKNI bidang Kominfo.

34

Adapun catatan penting Bilateral dan Trilateral meeting antara Bappenas, Kemenkeu, dan

Kementerian Komunikasi dan Informatika (termasuk KPI, KIP dan dewan pers) adalah

sebagai berikut:

1. Seluruh Program/Kegiatan telah dicermati dan telah memenuhi Norma dan Standar

2. Penyelenggaraan World Press Freedom Day memerlukan persiapan teknis dengan

melibatkan berbagai K/L terkait diantaranya Bappenas, Kemkominfo, Kemkeu,

Kemlu, UNESCO Pendidikan, Kemdikbud, Kemsetneg.

3. Program/Kegiatan Kemkominfo Tahun Anggaran 2017 akan berkontribusi dan

mendukung pencapaian : Prioritas Nasional Pembangunan Manusia (Revolusi

mental, Pendidikan, Kesehatan); Prioritas Nasional Pembangunan sektor unggulan

(pariwisata dan kawasan industri dan KEK); Prioritas Nasional Pembangunan

Pemerataan dan Kewilayahan (pemerataan antar kelompok pendapatan,

Perbatasan negara dan daerah tertinggal dan perdesaan dan perkotaan,

konektivitas nasional); serta Kondisi Perlu (Stabilitas keamanan dan ketertiban,

demokrasi dan efektivitas diplomasi, ketertiban, kepastian dan penegakkan hukum,

reformasi birokrasi).

4. Sehubungan dengan berlakunya Inpres No. 9 Tahun 2015 tentang Pengelolaan

Komunikasi Publik, Kementerian Komunikasi dan Informatika mempunyai kegiatan-

kegiatan prioritas terkait Government Public Relations (Penyiapan narasi tunggal,

termasuk database infografis dan videografis yang mudah dipahami oleh

masyarakat), Tenaga Humas Pemerintah.

5. Bulan Maret 2016 Kemkominfo sedang mengusulkan untuk melakukan konversi

PNBP menjadi Rupiah Murni sebesar Rp 316 Miliar yang direncanakan akan

dipergunakan untuk Program/Kegiatan di SDPPI 164 Miliar dan di PPI sebesar 152

miliar, hal ini akan berimplikasi pada perubahan alokasi anggaran dan target baik

RKP/Renja 2016 maupun penyusunan RKP 2017. Konversi PNBP dapat dilaksanakan

pada bulan juli 2017.

6. Tahun 2016 merupakan kelanjutan proses penyusunan UU Perlindungan Data

Pribadi pada RKP 2017.

7. Kemkominfo memperoleh tambahan alokasi anggaran sebesar 100 miliar

yang dialokasikan untuk menunjang ketenagakerjaan (sertifikasi dan

pembentukkan LSP). Tambahan anggaran ini menaikan target peserta

pelatihan dari 2500 orang menjadi 19.500 orang

35

Tabel 2.16 Catatan Trilateral Meeting Kemkominfo 2 Maret 2016

NO POKOK PEMBAHASAN CATATAN PEMBAHASAN

1. Konfirmasi Norma dan Standar

Seluruh kegiatan telah sesuai dengan Norma dan Standar (Pembahasan terlampir)

2. Kebutuhan Tambahan

Mendesak (difokuskan pada prioritas pertama dan

diurutkan berdasarkan skala prioritas)

-

3. Dukungan Sumber pendanaan lainnya

Pagu Indikatif Kemkominfo TA 2017 sebesar Rp5.086.842,630 Juta dengan rincian sebagai berikut:

a. Berdasarkan Jenis Belanja : i) Belanja Operasional sebesar Rp 671.425,465 Juta,

terdiri dari :

- Belanja Operasional Pegawai (komponen 001) sebesar Rp367.871,496 Juta;

- Belanja Operasional Non Pegawai (komponen 002) sebesar Rp303.553,969 Juta;

ii) Belanja Non Operasional sebesar Rp 4.415.417,165

Juta, terdiri dari : - RM Belanja Non Operasional Lainnya :

Rp580.449,400 Juta; - PNBP : Rp1.169.024,954 Juta;

- BLU : Rp2.619.142,815 - PLN : Rp46.799,996 Juta;

b. Berdasarkan Program :

i) Program Dukungan Manajemen Dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya sebesar Rp 310.285,512

Juta, terdiri dari : - Belanja Operasional Pegawai : Rp63.249,414

Juta;

- Belanja Operasional Non Pegawai : Rp74.877,130 Juta;

- RM Belanja Non Operasional Lainnya : Rp170.702,200 Juta;

- PNBP : Rp1.456,768 Juta;

ii) Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur sebesar Rp 26.667,921 Juta, terdiri dari :

- Belanja Operasional Pegawai : Rp10.009,093 Juta;

- Belanja Operasional Non Pegawai : Rp2.166,528 Juta;

- RM Belanja Non Operasional Lainnya :

Rp14.492,300 Juta;

iii) Program Pengelolaan Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika sebesar Rp 1.128.644,318

Juta, terdiri dari :

- Belanja Operasional Pegawai : Rp 133.183,437 Juta;

- Belanja Operasional Non Pegawai : Rp 151.277,693 Juta;

- PNBP : Rp 844.183,188 Juta; iv) Program Pengembangan Aplikasi Informatika sebesar

Rp 131.283,202 Juta, terdiri dari :

- Belanja Operasional Pegawai : Rp 21.658,360

36

Juta;

- Belanja Operasional Non Pegawai : Rp 5.666,842 Juta;

- RM Belanja Non Operasional Lainnya : Rp

103.958,000 Juta; v) Program Penyelenggaraan Pos dan Informatika

sebesar Rp 3.041.512,697 Juta, terdiri dari : - Belanja Operasional Pegawai : Rp 35.290,732

Juta; - Belanja Operasional Non Pegawai : Rp

27.175,613 Juta;

- PNBP : Rp 313.103,541 Juta; - BLU : Rp 2.619.142,815 Juta;

- PLN : Rp 46.799,996 Juta; vi) Program Penelitian dan Pengembangan SDM sebesar

Rp 301.531,533 Juta, terdiri dari :

- Belanja Operasional Pegawai : Rp 68.325,295 Juta;

- Belanja Operasional Non Pegawai : Rp 29.115,481 Juta;

- RM Belanja Non Operasional Lainnya : Rp 193.809,300Juta;

- PNBP : Rp 10.281,457 Juta;

Termasuk Anggaran Pendidikan Rp 50.000,000 Juta vii) Program Pengembangan Informasi dan Komunikasi

Publik sebesar Rp 146.417,447 Juta, terdiri dari : - Belanja Operasional Pegawai : Rp 36.155,165

Juta;

- Belanja Operasional Non Pegawai : Rp 13.274,682 Juta;

- RM Belanja Non Operasional Lainnya : Rp 96.987,600 Juta;

viii) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana

Aparatur sebesar Rp 500,000 Juta, terdiri dari : - RM Belanja Non Operasional Lainnya : Rp

500,000 Juta;

c. Berdasarkan Sumber Dana : o Rupiah Murni : Rp 1.251.874,865 Juta

PNBP : Rp 1.169.024,954 Juta;

BLU : Rp 2.619.142,815

PLN : Rp 46.799,996 Juta;

Pagu Penggunaan PNBP pada Ditjen SDPPI dan Ditjen PPI akan diusulkan disesuaikan dengan Ijin Penggunaan PNBP

sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 281/KMK.02/2016 tentang Persetujuan Penggunaan

Sebagian Dana Penerimaan Negara Bukan Pajak pada

Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika dan Keputusan

Menteri Keuangan Nomor 282/KMK.02/2016 tentang Persetujuan Penggunaan Sebagian Dana Penerimaan Negara

Bukan Pajak pada Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika, Kementerian Komunikasi dan

Informatika, pada saat penyusunan Pagu Anggaran 2017

(sekitar bulan Juni 2016). Kemkominfo agar segera menyampaikan usulan penggunaan RM hasil konversi PNBP

37

tersebut, baik dari satker penghasil PNBP maupun satker

lain, ke Kementerian Keuangan cq Ditjen Anggaran.

Pagu Anggaran 2017 Kemkominfo akan diusulkan agar

mengakomodir perubahan KMK tentang Ijin Penggunaan Sebagian PNBP pada Ditjen SDPPI dan Ditjen PPI, dimana

sesuai Berita Acara yang ditandatangani oleh Direktur PNBP, Ditjen Anggaran Kemenkeu, dan Kepala Biro Keuangan,

Setjen Kemkominfo, bahwa rincian perubahan Pagu PNBP pada Kemkominfo adalah sebagai berikut:

a. Pagu PNBP Ditjen SDPPI semula sebesar Rp 844.183,000

Juta, menjadi sebesar Rp 506.225,000 Juta, sehingga terdapat penurunan sebesar Rp 337.957,000 Juta

b. Pagu PNBP Ditjen PPI semula sebesar Rp 313.103,000 Juta, menjadi sebesar Rp 154.703,000 Juta, sehingga

terdapat penurunan sebesar Rp 158.399,000 Juta

c. Maka total penurunan Pagu PNBP Kemenkominfo TA 2017 sebesar Rp 496.357,000 Juta, nilai tersebut

diusulkan dikonversi dalam bentuk Rupiah Murni, sebagaimana disampaikan dalam surat Menteri Keuangan

Nomor S-294/MK.02/2016 tanggal 12 April 2016 hal Perubahan Ijin Penggunaan PNBP pada Ditjen SDPPI dan

Ditjen PPI, untuk memenuhi program-program prioritas

tahun 2016 Kemkominfo yang berlanjut di tahun 2017 antara lain:

- DNS - Satu Juta Nama Domain

- Technopreneur

- Mail Server Nasional - Diklat Revolusi Mental

- Sistem PMO Kemkominfo - Sosialisasi Program Prioritas Kemkominfo

- Diseminasi terkait GPR Ditjen IKP

- Program pendukung Prioritas pada Ditjen SDPPI dan PPI

d. Dalam Berita Acara tersebut juga disebutkan bahwa Pagu PNBP MMTC pada tahun 2017 bertambah sebesar Rp

1.612,000 Juta. Hal ini mempengaruhi jumlah total Pagu Kemkominfo yang semula sebesar Rp 5.086.842,000

Juta, diusulkan menjadi sebesar Rp 5.088.454,000 Juta

dan agar dapat diakomodir pada Pagu Anggaran tahun 2017

e. Kemkominfo akan segera bersurat kepada Menkeu dan Bappenas, setelah ada ketetapan Menkominfo terkait

rincian penggunaan anggaran RM sebesar Rp

496.357,000 Juta tersebut di poin c.

4. Hal lainnya (jika

diperlukan/sesuai dengan kebutuhan)

Bidang Infrastruktur

Regulasi e-gov perlu diperkuat dengan pembentukan

NCIO yang berfungsi mengkoordinasikan penerapan e-

gov dalam pemerintahan.

Regulasi-regulasi yang dapat disimplifikasi perlu

diidentifikasi sehingga dapat mendukung arahan

presiden dalam upaya meningkatkan iklim investasi di

dalam negeri. Perlu diidentifikasi juga regulasi yang

berpotensi menghambat pembangunan terkait sektor

38

kominfo.

Bidang Politik dan Komunikasi

Kemkominfo memperoleh tambahan alokasi anggaran

sebesar 100 miliar yang dialokasikan untuk menunjang

ketenagakerjaan (sertifikasi dan pembentukkan LSP).

Tambahan anggaran ini menaikan target peserta

pelatihan dari 2500 orang menjadi 19.500 orang

Tahun 2017 akan diadakannya pelaksanaan event

internasional yaitu World Press Freedom Day serta

penyelenggaraan KTT IORA. Kemkominfo perlu

mengalokasikan anggaran untuk kebutuhan media

center. Masih diperlukan pembahasan lebh lanjut

anggaran untuk pelaksanaan World Press Freedom Day

di Dewan Pers atau di Kesekjenan Kemkominfo

Perlu ada pertemuan antara Bappenas, Kominfo,

Kemdagri dan KemenPAN-RB untuk membahas

pembentukan NCIO

Tabel 2.17 Catatan Trilateral Meeting Lanjutan Kemkominfo 2 Maret 2016

NO POKOK PEMBAHASAN CATATAN PEMBAHASAN

1. Konfirmasi Norma dan

Standar

Seluruh kegiatan telah sesuai dengan Norma dan Standar

(Pembahasan terlampir)

2. Kebutuhan Tambahan

Mendesak (difokuskan

pada prioritas pertama

dan diurutkan

berdasarkan skala

prioritas)

-

3. Dukungan Sumber

pendanaan lainnya

Pagu Indikatif Kemkominfo TA 2017 sebesar

Rp5.086.842,630 Juta dengan rincian sebagai berikut:

d. Berdasarkan Jenis Belanja :

iii) Belanja Operasional sebesar Rp 671.425,465 Juta,

terdiri dari :

- Belanja Operasional Pegawai (komponen

001) sebesar Rp367.871,496 Juta;

- Belanja Operasional Non Pegawai

(komponen 002) sebesar Rp303.553,969

Juta;

iv) Belanja Non Operasional sebesar Rp

4.415.417,165 Juta, terdiri dari :

- RM Belanja Non Operasional Lainnya :

Rp580.449,400 Juta;

- PNBP : Rp1.169.024,954 Juta;

- BLU : Rp2.619.142,815

- PLN : Rp46.799,996 Juta;

39

NO POKOK PEMBAHASAN CATATAN PEMBAHASAN

e. Berdasarkan Program :

ix) Program Dukungan Manajemen Dan Pelaksanaan

Tugas Teknis Lainnya sebesar Rp 310.285,512

Juta, terdiri dari :

- Belanja Operasional Pegawai : Rp63.249,414

Juta;

- Belanja Operasional Non Pegawai :

Rp74.877,130 Juta;

- RM Belanja Non Operasional Lainnya :

Rp170.702,200 Juta;

- PNBP : Rp1.456,768 Juta;

x) Program Pengawasan dan Peningkatan

Akuntabilitas Aparatur sebesar Rp 26.667,921

Juta, terdiri dari :

- Belanja Operasional Pegawai : Rp10.009,093

Juta;

- Belanja Operasional Non Pegawai :

Rp2.166,528 Juta;

- RM Belanja Non Operasional Lainnya :

Rp14.492,300 Juta;

xi) Program Pengelolaan Sumber Daya dan Perangkat

Pos dan Informatika sebesar Rp 1.128.644,318

Juta, terdiri dari :

- Belanja Operasional Pegawai : Rp

133.183,437 Juta;

- Belanja Operasional Non Pegawai : Rp

151.277,693 Juta;

- PNBP : Rp 844.183,188 Juta;

xii) Program Pengembangan Aplikasi Informatika

sebesar Rp 131.283,202 Juta, terdiri dari :

- Belanja Operasional Pegawai : Rp 21.658,360

Juta;

- Belanja Operasional Non Pegawai : Rp

5.666,842 Juta;

- RM Belanja Non Operasional Lainnya : Rp

103.958,000 Juta;

xiii) Program Penyelenggaraan Pos dan Informatika

sebesar Rp 3.041.512,697 Juta, terdiri dari :

- Belanja Operasional Pegawai : Rp 35.290,732

Juta;

- Belanja Operasional Non Pegawai : Rp

27.175,613 Juta;

- PNBP : Rp 313.103,541 Juta;

40

NO POKOK PEMBAHASAN CATATAN PEMBAHASAN

- BLU : Rp 2.619.142,815 Juta;

- PLN : Rp 46.799,996 Juta;

xiv) Program Penelitian dan Pengembangan SDM

sebesar Rp 301.531,533 Juta, terdiri dari :

- Belanja Operasional Pegawai : Rp 68.325,295

Juta;

- Belanja Operasional Non Pegawai : Rp

29.115,481 Juta;

- RM Belanja Non Operasional Lainnya : Rp

193.809,300Juta;

- PNBP : Rp 10.281,457 Juta;

Termasuk Anggaran Pendidikan Rp 50.000,000 Juta

xv) Program Pengembangan Informasi dan

Komunikasi Publik sebesar Rp 146.417,447

Juta, terdiri dari :

- Belanja Operasional Pegawai : Rp 36.155,165

Juta;

- Belanja Operasional Non Pegawai : Rp

13.274,682 Juta;

- RM Belanja Non Operasional Lainnya : Rp

96.987,600 Juta;

xvi) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana

Aparatur sebesar Rp 500,000 Juta, terdiri dari :

- RM Belanja Non Operasional Lainnya : Rp

500,000 Juta;

f. Berdasarkan Sumber Dana :

o Rupiah Murni : Rp 1.251.874,865 Juta

PNBP : Rp 1.169.024,954 Juta;

BLU : Rp 2.619.142,815

PLN : Rp 46.799,996 Juta;

Pagu Penggunaan PNBP pada Ditjen SDPPI dan Ditjen

PPI akan diusulkan disesuaikan dengan Ijin Penggunaan

PNBP sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri

Keuangan Nomor 281/KMK.02/2016 tentang Persetujuan

Penggunaan Sebagian Dana Penerimaan Negara Bukan

Pajak pada Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan

Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika

dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor

282/KMK.02/2016 tentang Persetujuan Penggunaan

Sebagian Dana Penerimaan Negara Bukan Pajak pada

Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan

Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika,

41

NO POKOK PEMBAHASAN CATATAN PEMBAHASAN

pada saat penyusunan Pagu Anggaran 2017 (sekitar

bulan Juni 2016). Kemkominfo agar segera

menyampaikan usulan penggunaan RM hasil konversi

PNBP tersebut, baik dari satker penghasil PNBP maupun

satker lain, ke Kementerian Keuangan cq Ditjen

Anggaran.

Pagu Anggaran 2017 Kemkominfo akan diusulkan agar

mengakomodir perubahan KMK tentang Ijin Penggunaan

Sebagian PNBP pada Ditjen SDPPI dan Ditjen PPI,

dimana sesuai Berita Acara yang ditandatangani oleh

Direktur PNBP, Ditjen Anggaran Kemenkeu, dan Kepala

Biro Keuangan, Setjen Kemkominfo, bahwa rincian

perubahan Pagu PNBP pada Kemkominfo adalah sebagai

berikut:

f. Pagu PNBP Ditjen SDPPI semula sebesar Rp

844.183,000 Juta, menjadi sebesar Rp

506.225,000 Juta, sehingga terdapat penurunan

sebesar Rp 337.957,000 Juta

g. Pagu PNBP Ditjen PPI semula sebesar Rp

313.103,000 Juta, menjadi sebesar Rp

154.703,000 Juta, sehingga terdapat penurunan

sebesar Rp 158.399,000 Juta

h. Maka total penurunan Pagu PNBP Kemenkominfo

TA 2017 sebesar Rp 496.357,000 Juta, nilai

tersebut diusulkan dikonversi dalam bentuk

Rupiah Murni, sebagaimana disampaikan dalam

surat Menteri Keuangan Nomor S-

294/MK.02/2016 tanggal 12 April 2016 hal

Perubahan Ijin Penggunaan PNBP pada Ditjen

SDPPI dan Ditjen PPI, untuk memenuhi

program-program prioritas tahun 2016

Kemkominfo yang berlanjut di tahun 2017 antara

lain:

- DNS

- Satu Juta Nama Domain

- Technopreneur

- Mail Server Nasional

- Diklat Revolusi Mental

- Sistem PMO Kemkominfo

- Sosialisasi Program Prioritas Kemkominfo

- Diseminasi terkait GPR Ditjen IKP

42

NO POKOK PEMBAHASAN CATATAN PEMBAHASAN

- Program pendukung Prioritas pada Ditjen

SDPPI dan PPI

i. Dalam Berita Acara tersebut juga disebutkan

bahwa Pagu PNBP MMTC pada tahun 2017

bertambah sebesar Rp 1.612,000 Juta. Hal ini

mempengaruhi jumlah total Pagu Kemkominfo

yang semula sebesar Rp 5.086.842,000 Juta,

diusulkan menjadi sebesar Rp 5.088.454,000

Juta dan agar dapat diakomodir pada Pagu

Anggaran tahun 2017

j. Kemkominfo akan segera bersurat kepada

Menkeu dan Bappenas, setelah ada ketetapan

Menkominfo terkait rincian penggunaan

anggaran RM sebesar Rp 496.357,000 Juta

tersebut di poin c.

4. Hal lainnya (jika

diperlukan/sesuai

dengan kebutuhan)

Bidang Infrastruktur

Regulasi e-gov perlu diperkuat dengan

pembentukan NCIO yang berfungsi

mengkoordinasikan penerapan e-gov dalam

pemerintahan.

Regulasi-regulasi yang dapat disimplifikasi perlu

diidentifikasi sehingga dapat mendukung arahan

presiden dalam upaya meningkatkan iklim

investasi di dalam negeri. Perlu diidentifikasi

juga regulasi yang berpotensi menghambat

pembangunan terkait sektor kominfo.

Bidang Politik dan Komunikasi

Kemkominfo memperoleh tambahan alokasi

anggaran sebesar 100 miliar yang dialokasikan

untuk menunjang ketenagakerjaan (sertifikasi

dan pembentukkan LSP). Tambahan anggaran

ini menaikan target peserta pelatihan dari 2500

orang menjadi 19.500 orang

Tahun 2017 akan diadakannya pelaksanaan

event internasional yaitu World Press Freedom

Day serta penyelenggaraan KTT IORA.

Kemkominfo perlu mengalokasikan anggaran

untuk kebutuhan media center. Masih diperlukan

pembahasan lebh lanjut anggaran untuk

43

NO POKOK PEMBAHASAN CATATAN PEMBAHASAN

pelaksanaan World Press Freedom Day di Dewan

Pers atau di Kesekjenan Kemkominfo

Perlu ada pertemuan antara Bappenas, Kominfo,

Kemdagri dan KemenPAN-RB untuk membahas

pembentukan NCIO

2.1.3 Penyusunan RKP 2016 Sub Bidang Politik Luar Negeri (Trilateral Meeting)

Hasil penyusunan RKP 2017 terkait dengan sub Politik Luar Negeri dapat terlihat dari

gambar dibawah ini yang menunjukan adanya 4 kegiatan prioritas yaitu Stabilitas

Keamanan Kawasan, Penguatan Diplomnasi Ekonomi, Kerjasama Pembangunan dan

Perlindungan WNI/BHI.

Gambar 2.6

Adapun sasaran utama dan Indikator untuk sub bidang politik luar negeri yaitu

Kepemimpinan dan Peran Indonesia dalam Kerjasama Internasional yang berpengaruh.

44

Tabel 2.18 Sasaran Utama dan Indikator untuk sub bidang politik luar negeri

No Indikator Baseline Target

2017

Taget

2019

I. Kepemimpinan dan Peran Indonesia dalam Kerjasama Internasional yang

Berpengaruh

a. Stabilitas Keamanan Kawasan

Presentase jumlah perundingan yang

berhasil diselenggarakan dalam

rangka upaya penyelesaian

penetapan batas wilayah di laut

serta penegasan dan pengelolaan

batas wilayah di darat

Persentase rekomendasi dan

prakarsa Indonesia yang diterima

dalam setiap pertemuan pilar politik

dan keamanan ASEAN

Persentase posisi Indonesia yang

diterima di forum multilateral

mengenai isu keamanan

internasional, senjata pemusnah

massal dan senjata konvensional,

penanggulangan kejahatan lintas

negara dan terorisme

Persentase Dokumen Hasil

Perundingan atau Perjanjian

Internasional di Bidang Politik,

Keamanan, Kewilayahan dan

Kelautan yang Disepakati

75%

92%

90%

80%

80%

94%

90%

80%

90%

96%

90%

80%

b. Penguatan Diplomasi Ekonomi

Persentase posisi Indonesia yang

diterima dalam forum multilateral

mengenai penanganan isu

multilateral terkait perdagangan,

perindustrian, investasi, dan HAKI

Persentase peningkatan trade,

tourism and investment

Persentase posisi Indonesia yang

diterima dalam forum multilateral

terkait isu pembangunan, ekonomi,

keuangan, dan lingkungan hidup

90%

5%

85%

90%

5%

85%

90%

5%

85%

c. Kerjasama Pembangunan

Terumuskannya Grand Strategy dan

Terbentuknya Single Agency KSST

45

No Indikator Baseline Target

2017

Taget

2019

Diterimanya posisi, sikap, dan

prakarsa Indonesia dalam

Sustainable Development Goals

(SDGs)

Diterimanya posisi, sikap, dan

prakarsa Indonesia dalam kerja

sama internasional terkait isu

perubahan iklim

d. Perlindungan WNI/BHI

Indeks sistem kelembagaan

perlindungan WNI dan BHI di luar

negeri

Indeks penguatan diplomasi

perlindungan

Indeks penyelesaian kasus WNI/BHI

di luar negeri

12,3

9,2

40,1

13,1

9,8

42,6

14,7

11,0

47,8

Koordinasi dan pembahasan penyusunan RKP 2017 untuk Efektivitas Diplomasi

(Kepemimpinan dan peran Indonesia dalam Kerjasama Internasional yang berpengaruh)

dilaksanakan oleh Bappenas bersama Kemkeu dan Kementerian Luar Negeri yang

melibatkan seluruh Direktorat Jenderal (eselon 1) antara lain: Sekretariat Jenderal,

Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika, Direktorat Jenderal Amerika dan Eropa,

Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN, Direktorat Jenderal Multilateral, Direktorat Jenderal

Informasi dan Diplomasi Publik, Direktorat Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional,

Direktorat Jenderal Protokol dan Konsuler. Adapun catatan penting Trilateral Meeting yang

telah dilaksanakan tanggal 30 Mei 2016 antara lain:

1. Seluruh kegiatan telah sesuai dengan Norma dan Standar

2. Adanya Kebutuhan Tambahan mendesak untuk penyelenggaraan Pertemuan

Tingkat Kepala Negara dalam KTT IORA 2017. Pembahasan lanjutan untuk

penyelenggaraan KTT IORA telah diselenggarakann pertemuan untuk persiapan

kebutuhan teknis yang melibatkan K/L terkait pada bulan Desember 2016. Dalam

Penyelenggaraan KTT IORA ini Kemlu menyelenggarakan pertemuan persiapan

kebutuhan teknis yang melibatkan K/L terkait di Bulan Desember 2016. Dalam

Pertemuan disampaikan bahwa Kementerian Komunikasi dan Informatika akan

berkontribusi untuk penyediaan media center diperkirakan sebesar 2 Miliar, namun

dikarenakan adanya perubahan lokasi penyelenggaraan maka diperlukannnya

perubahan alokasi anggaran baik alokasi anggaran media center oleh Kemkominfo

maupun dari K/L terakait.

3. Pembuatan aplikasi Smart Travelling untuk mendukung prioritas Perlindungan

WNI/BHI di luar negeri. Pada tahun 2017 akan dilakukan pengembangan program

Smart Travelling dengan fokus pada aplikasi konten dan fitur yang dapat dengan

46

mudah diakses melalui gawai dan ponsel cerdas. Tujuan program Smart Travelling

ini adalah menjadi sumber informasi interaktif bagi para WNI yang akan atau

sedang berada di luar negeri sebagai bagian dari upaya pencegahan permasalahan;

serta, mendapatkan data dan informasi terkait keberadaan WNI di luar negeri dan

kegiatan yang dilakukan guna mempermudah upaya perlindungan WNI

4. Penambahan anggaran penyelenggaraan pelatihan/diklat pada isu perlindungan

WNI dan diplomasi ekonomi bagi para diplomat untuk mendukung prioritas

Peningkatan Kapasitas Diplomasi. Untuk mendukung upaya peningkatan sumber

daya manusia, Direktorat Perlindungan WNI dan BHI merencanakan program

melalui keikutsertaan / partisipasi dalam kegiatan kursus singkat / pelatihan /

workshop / seminar / lokakarya di luar negeri dan dalam negeri mengenai isu-isu

migrasi internasional, maritim internasional, tindak pidana perdagangan orang,

penyelundupan manusia, ketenagakerjaan internasional, dan gender. Tujuan dari

penyelenggaran kegiatan ini adalah untuk peningkatan pengetahuan (knowledge),

Peningkatan keahlian (expertise) dan keterampilan (skill), Peningkatan kualitas

kinerja Direktorat Perlindungan WNI dan BHI dalam menjalankan fungsinya

Tabel 2.19 Pembahasan Lengkap Trilateral Meeting Bappenas, Kemenkeu dan Kemlu

Pokok Bahasan Catatan Pembahasan

1. Konfirmasi

Norma dan

Standar

Seluruh kegiatan telah sesuai dengan Norma dan Standar, dengan

catatan sesuai dengan kesepakatan terlampir.

2. Kebutuhan

Tambahan

Mendesak

1. Penyelenggaraan Pertemuan Tingkat Kepala Negara dalam KTT

IORA 2017.

Berdasarkan informasi dari Setneg, pihak Setneg belum

mengalokasikan anggaran untuk penyelenggaraan pertemuan

tersebut. Di sisi lain, Kemlu hanya menganggarkan

penyelenggaran rangkaian pertemuan KTT IORA tanpa

mengalokasikan anggaran untuk penyelenggaraan pertemuan

tingkat kepala negara, mengingat selama ini pertemuan tingkat

kepala negara diselenggarakan oleh Setneg.

2. Pembuatan aplikasi Smart Travelling untuk mendukung prioritas

Perlindungan WNI/BHI di luar negeri. Sejalan dengan amanat

Nawa Cita, Kemlu telah menjadikan perlindungan WNI di luar

negeri sebagai salah satu prioritas politik luar negeri. Untuk

melaksanakan komitmen ini, Kemlu senantiasa mengedepankan

tiga pendekatan, yaitu Pencegahan, Deteksi Dini, dan

Perlindungan secara cepat dan tepat.

Terkait dengan upaya pencegahan serta deteksi dini potensi

permasalahan WNI di luar negeri, salah satu upaya yang

dilakukan adalah dengan fokus kepada pembekalan informasi

tepat guna kepada WNI yang akan atau sedang berada di luar

negeri, sehingga dapat terhindar dari hal-hal yang tidak

47

Pokok Bahasan Catatan Pembahasan

diinginkan. Dengan demikian, WNI di luar negeri dapat

melakukan upaya perlindungan terhadap diri mereka sendiri.

Sehubungan dengan hal itu, pada tahun 2016 direncanakan

pembuatan platform teknologi berbasis internet yang dapat

digunakan oleh WNI untuk mendapatkan informasi ketika, akan,

atau sedang berada di luar negeri, dengan nama Smart Travelling

versi Beta. Program ini akan bermuara pada platform e-

Perlindungan yang telah digunakan oleh Direktorat Perlindungan

WNI dan BHI sebagai basis penanganan permasalahan / kasus

WNI di luar negeri.

Pada tahun 2017 akan dilakukan pengembangan program Smart

Travelling dengan fokus pada aplikasi konten dan fitur yang

dapat dengan mudah diakses melalui gawai dan ponsel cerdas.

Tujuan dari program Smart Travelling ini adalah:

1) Menjadi sumber informasi interaktif bagi para WNI yang

akan atau sedang berada di luar negeri sebagai bagian

dari upaya pencegahan permasalahan;

2) Mendapatkan data dan informasi terkait keberadaan WNI

di luar negeri dan kegiatan yang dilakukan guna

mempermudah upaya perlindungan WNI;

3) Menjadikan upaya perlindungan WNI lebih efektif, efisien,

cepat, mudah dan menarik.

Sasaran dari pembuatan platform teknologi Smart Travelling

adalah semua WNI, khususnya mereka yang akan atau sedang

berada di luar negeri sesuai dengan kepentingannya masing-

masing, seperti wisata, belajar, tugas negara, bisnis, pekerjaan,

dsb.

Organisasi pelaksana terdiri dari Direktorat Perlindungan WNI

dan BHI, Ditjen Protokol dan Konsuler, serta akan melibatkan

sejumlah unit eselon II lainnya yang relevan di lingkungan Kemlu

sesuai dengan besaran kegiatan dan ketersediaan anggaran.

Biaya kegiatan akan dibebankan pada DIPA Direktorat Jenderal

Protokol dan Konsuler dalam output 006 Penyelenggaraan Indeks

Sistem Kelembagaan dengan jumlah Rp6.000.000.000,- (enam

milyar rupiah).

3. Penambahan anggaran penyelenggaraan pelatihan/diklat pada

isu perlindungan WNI dan diplomasi ekonomi bagi para diplomat

untuk mendukung prioritas Peningkatan Kapasitas Diplomasi.

Sebagai salah satu unit operasional di Kementerian Luar Negeri,

Direktorat Perlindungan WNI dan BHI telah mengalami perluasan

pelaksanaan tugas, dalam arti tidak hanya terbatas pada

48

Pokok Bahasan Catatan Pembahasan

pembuatan kebijakan, penyusunan standardisasi dan norma

perundingan internasional ataupun koordinasi antar lembaga.

Selama beberapa tahun terakhir, Direktorat Perlindungan WNI

dan BHI juga turut terlibat langsung bersama-sama dengan

Perwakilan RI dalam penanganan kasus-kasus WNI di luar negeri,

termasuk di dalamnya kasus-kasus BMI, yang jumlahnya sangat

signifikan. Pada tahun 2015, total jumlah kasus yang ditangani

oleh Direktorat Perlindungan WNI dan BHI mencapai angka

12.088 kasus. Jumlah tersebut mengalami penurunan

dibandingkan tahun 2014 yang mencapai 17. 035 kasus. Meski

demikian, varian dan persebaran kasus cenderung meluas,

dengan terdapat sejumlah kasus baru seperti, kasus perdagangan

manusia, kasus penyelundupan manusia, dan kasus

ketenagakerjaan yang melibatkan awak kapal yang bekerja di

kapal ikan berbendera asing di luar negeri.

Sehubungan dengan hal tersebut diperlukan adanya kegiatan

penguatan di berbagai aspek pada Direktorat Perlindungan WNI

dan BHI, seperti pada aspek sumber daya manusia, sumber daya

keuangan, manajemen dan material.

Terkait dengan penguatan kapasitas sumber daya manusia, perlu

dilakukan peningkatan knowledge, expertise, dan skill pejabat

dan staf Direktorat Perlindungan WNI dan BHI yang kemudian

dapat dimanfaatkan tidak hanya untuk penanganan kasus-kasus

WNI/BMI di luar negeri, tetapi juga dalam penyusunan konsep

kebijakan, standardisasi, dan norma di bidang perlindungan WNI

dan BHI di luar negeri sesuai dengan fungsi-fungsi Direktorat

Perlindungan WNI dan BHI sebagaimana telah ditetapkan dalam

Peraturan Menteri Luar Negeri RI Nomor 07 Tahun 2011.

Program peningkatan kapasitas bidang perlindungan juga

diamanatkan dalam Keputusan Menteri Luar Negeri No.

01/B/RO/W/IV/2015/01 tentang Rencana Strategis Kementerian

Luar Negeri 2015-2019 di mana salah satu indikator kinerja

utama indeks pelayanan dan perlindungan WNI dan BHI

mencakup komponen peningkatan kapasitas bidang

perlindungan.

Untuk mendukung upaya peningkatan sumber daya manusia,

Direktorat Perlindungan WNI dan BHI merencanakan program

melalui keikutsertaan / partisipasi dalam kegiatan kursus singkat /

pelatihan / workshop / seminar / lokakarya di luar negeri dan

dalam negeri mengenai isu-isu migrasi internasional, maritim

internasional, tindak pidana perdagangan orang, penyelundupan

manusia, ketenagakerjaan internasional, dan gender.

Tujuan dari kegiatan ini adalah:

49

Pokok Bahasan Catatan Pembahasan

1) Peningkatan pengetahuan (knowledge) pemahaman

pejabat dan staf Direktorat Perlindungan WNI dan BHI

mengenai konsep-konsep dasar dalam isu migrasi

internasional, maritim internasional, tindak pidana

perdagangan orang, penyelundupan manusia,

ketenagakerjaan internasional, dan gender;

2) Peningkatan keahlian (expertise) dan keterampilan (skill)

dalam menangani kasus-kasus WNI/BMI di luar negeri,

khususnya kasus perdagangan manusia, kasus

penyelundupan manusia, dan kasus ketenagakerjaan yang

melibatkan awak kapal yang bekerja di kapal ikan

berbendera asing di luar negeri;

3) Peningkatan kualitas kinerja Direktorat Perlindungan WNI

dan BHI dalam menjalankan fungsi-fungsi sebagaimana

telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Luar Negeri

Nomor 07 Tahun 2011, khususnya dalam bidang

penyusunan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang

perlindungan WNI di luar negeri.

Organisasi pelaksana terdiri dari Direktorat Perlindungan WNI

dan BHI, Direktorat Jenderal Protokol dan Konsuler.

Biaya kegiatan akan dibebankan pada DIPA Direktorat Jenderal

Protokol dan Konsuler dengan jumlah

Rp3.500.000.000,- (tiga milyar lima ratus juta rupiah).

Adapun penyelenggaraan pelatihan/diklat terkait Perlindungan

WNI dan Diplomasi Ekonomi yang dilakukan oleh Pusdiklat

melalui Kegiatan Observasi Lapangan dan Seminar di dalam dan

luar negeri dalam rangka Penguatan Diplomasi Ekonomi,

Diplomasi Maritim dan wilayah Perbatasan, serta Perlindungan

WNI/TKI bagi Peserta Sesdilu Angkatan ke-58 & 59 dengan

kebutuhan anggaran sebesar Rp2.100.000.000,- (dua milyar

seratus juta rupiah).

Hal lainnya

Kesepakatan Trilateral Meeting 1 :

a. Anggaran pada Program Peningkatan Hubungan dan Politik Luar Negeri

melalui Kerja Sama ASEAN, khususnya pada Kegiatan Dukungan Manajemen

dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Kerja Sama ASEAN, sudah termasuk

anggaran untuk penguatan Sekretariat Nasional ASEAN Indonesia sebesar

Rp3.000.000.000,- (tiga milyar rupiah)

b. Anggaran pada Program Optimalisasi Diplomasi terkait dengan Pengelolaan

Hukum dan Perjanjian Internasional, khususnya pada Kegiatan Optimalisasi

Diplomasi terkait dengan Perjanjian Ekonomi dan Sosial Budaya serta

Pengelolaan Naskah Perjanjian Internasional, sudah termasuk anggaran untuk

melaksanakan monitoring implementasi perjanjian internasional sebesar

Rp1.000.000.000,- (satu milyar rupiah). Monitoring tersebut merupakan

50

Pokok Bahasan Catatan Pembahasan

permintaan Kantor Staf Presiden kepada Kementerian Luar Negeri.

c. Anggaran pada Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis

Lainnya Kementerian Luar Negeri, khususnya pada Kegiatan Peningkatan

Kualitas Sumber Daya Manusia Kementerian Luar Negeri dan Kerja Sama

Pendidikan dan Pelatihan Diplomatik sebesar Rp47.300.000.000,- (empat puluh

milyar tiga ratus juta rupiah), akan difokuskan untuk melakukan pelatihan

tematik untuk peningkatan kapasitas diplomat pertama, muda dan madya,

khususnya untuk isu diplomasi ekonomi, diplomasi maritim, dan perlindungan

WNI.

d. Anggaran pada Program Optimalisasi Informasi dan Diplomasi Publik sudah

termasuk anggaran untuk menggalang dukungan negara-negara Pacific

Selatan terhadap Papua pada tahun 2017 sebesar Rp8.000.000.000,- (delapan

milyar rupiah). Anggaran tersebut terdiri dari Rp4.000.000.000,- (empat milyar

rupiah) untuk media campaign di Kegiatan Penguatan Citra Positif Indonesia

melalui Peningkatan Peran di Bidang Informasi dan Layanan Media, serta

sebesar Rp4.000.000.000,- (empat milyar rupiah) di Kegiatan Penguatan Citra

Positif Indonesia melalui Peningkatan Peran Diplomasi Publik yang akan

digunakan untuk melaksanakan kegiatan public lecture di Solomon Islands,

Vanuatu dan Fiji; BDF yang mengundang partisipasi negara-negara Pacific

Selatan; BSBI yang mengundang partisipasi negara-negara Pacific Selatan;

serta interfaith dialogue Indonesia-Solomon Islands.

Terkait dengan realokasi anggaran Rp8.000.000.000,- (delapan milyar rupiah)

ke Program Optimalisasi Informasi dan Diplomasi Publik, pihak Bappenas,

Kemkeu, dan Kemlu memilki pandangan sebagai berikut :

- Bappenas : Anggaran tersebut dapat digunakan apabila telah ada landasan

hukum pelaksanaan Renaksi Papua.

- Kemkeu : Tidak perlu ada tambahan anggaran sebesar Rp8.000.000.000,-

(delapan milyar rupiah). Sebaiknya mengefisiensikan anggaran

yang ada (terutama anggaran Direktorat Kerja Sama Teknik)

dengan pertimbangan sebagai berikut :

a. Terkait renaksi Papua, landasannya belum ada.

b. bersinergi dengan kegiatan yang akan dilaksanakan di

kawasan rumpun Melanesia, sehingga tidak perlu tiap Negara

di kawasan tersebutdilaksanakan dan dialokasikan anggaran

kegiatan yang serupa.

c. banyak kegiatan yang lebih tepat dilaksanakan oleh K/L

teknis.

d. realisasi sampai bulan Mei baru sekitar 8%, dan diprediksi

hingga akhir tahun tidak akan terserap optimal, sehingga

perlu dijadikan pertimbangan.

- Kemlu : Terkait dengan anggaran yang khusus diperuntukkan bagi

dukungan holistik Papua sebagaimana menjadi arahan Kemenko

Polhukkam, diharapkan akan dilakukan koordinasi antara

Kemenko Polhukkam, Bappenas dan Kemkeu untuk membahas

51

Pokok Bahasan Catatan Pembahasan

alokasi anggaran bagi dukungan holistik Papua.

e. Hal-hal yang belum selesai dibahas dalam pertemuan trilateral ini dimungkinkan

untuk dibahas kembali setelah Pagu Indikatif ditetapkan.

f. Kemlu diharapkan segera menyampaikan kepada Bappenas dan

Kementerian Keuangan mengenai data sebaran anggaran non operasional

dan operasional untuk setiap kegiatan,mengingat form rancangan Pagu

Indikatif hanya mencantumkan sebaran anggaran non operasional untuk

program dan kegiatan yang mendukung pencapaian prioritas nasional.

Kerangka Regulasi dan Kelembagaan

- Kemlu mengusulkan revisi atas Undang-Undang Hubungan Luar Negeri dan

Undang-Undang Perjanjian Internasional

2.1.4 Penyusunan RKP 2016 Mitra DPR, MPR dan DPD (Trilateral Meeting)

Penyusunan RKP 2016 dalam rangka penguatan Demokrasi melibatkan Kesekretariatan 3

(tiga) Lembaga Tinggi Negara yaitu Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR), dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Hasil pembahasan

Trilateral MPR, DPR dan DPD tidak secara langsung masuk dalam Dokumen RKP 2017,

namun mekanisme pembahasan program/kegiatan serta alokasi anggaran merujuk pada

kerangka penggunaan APBN yang mengedepankan money follow program dan

penyusunanan program berdasarkan skala prioritas, serta mencermati perubahan

kebijakan pada 3 (tiga) lembaga tinggi negara tersebut.

2.1.4. A Penyusunan RKP 2016 Mitra DPR

Pertemuan Trilateral Meeting yang dilaksanakan pada tanggal 9 Mei 2016

membahas seluruh program/Kegiatan untuk dapat disesuaikan dengan norma dan standar.

Adapun catatan penting dari hasil pembahasan Trilateral Meeting Kementerian Bappenas,

DPR dan Kementerian Keuangan yang sudah dilaksanakan, anatara lain:

1. Dalam pembahasan Trilateral Meeting tersebut DPR meminta kebutuhan tambahan

sebesar Rp1.031.924.729.000,- dengan rincian Satker Dewan sebesar

RP820.437.875.000,- dan Satker Setjen Rp211.486.854.000. penyusunan

kebutuhan tambahan ini akan mempertimbangkan kemampuan pelaksanaan dan

penyelenggaraan anggaran serta mempertimbangkan penyusunan skala prioritas.

2. Moratorium pembangunan gedung dan tidak dianggarkan dalam pagu indikatif

2017

3. Mekanisme Rumah Aspirasi pada saaat pembahasan trilateral meeting disepakati At

Cost. Pembahasan selanjutnya terkait Rumah Aspirasi, DPR akan menggunakan

skema mekanisme “Bantuan Lainnya” sesuai dengan PMK 168 Tahun 2015 untuk

menyusun pertanggungjawaban.

4. Adanya kebutuhan anggaran operasional seperti gaji ke 14 pegawai perlu

didukung dasar hukumnya

52

Tabel 2.20 Pembahasan Meeting Bappenas, Kemenkeu dan DPR

POKOK BAHASAN CATATAN PEMBAHASAN

1. Konfirmasi Norma

dan Standar

Seluruh kegiatan telah sesuai dengan Norma dan Standar, dengan

catatan sesuai dengan kesepakatan terlampir.

2. Kebutuhan

Tambahan

Mendesak

Kebutuhan tambahan mendesak DPR RI Tahun 2017 adalah sebesar Rp1.031.924.729.000,- dengan rincian Satker Dewan sebesar RP820.437.875.000,- dan Satker Setjen Rp211.486.854.000,-. (rincian kebutuhan terlampir)

3. Dukungan

Sumber

pendanaan

lainnya

-

4. Hal lainnya a. Untuk penataan kompleks parlemen/pembangunan

gedung, status masih ikut dikenai moratorium sehingga

tidak dianggarkan dalam Pagu Indikatif.

b. Mekanisme pembiayaan Rumah Aspirasi sejauh ini disepakati

at cost. Jika akan menggunakan “Bantuan Lainnya” Pengguna

Anggaran harus mengacu pada PMK 168 Tahun 2015 untuk

menyusun pertanggungjawaban.

c. Hitungan belanja pegawai harus mengeluarkan

perhitungan gaji ke 14 karena belum ada dasar

hukumnya.

d. Bappenas akan mengirimkan format matriks

persandingan PI dan usulan tambahan yang perlu

dilengkapi justifikasi.

e. Deadline penyusunan Renja K/L adalah 30 Mei 2016,

dengan menggunakan angka PI yang disampaikan dalam

SB PI 13 Mei 2016, yakni Rp 2,532,745.9 untuk non-ops

dan Rp 3.680 T untuk total pagu.

Catatan Kementerian Keuangan

a. Masih dimungkinkan pergeseran antar program;

b. Terkait usulan tambahan anggaran, agar didasarkan pada

skala prioritas baik program dan kegiatan dengan tetap

memperhatikan kondisi keuangan negara;

c. Dalam pengalokasian anggaran pada program dan

kegiatan harus mempertimbangkan kemampuan

pelaksanaan dan penyerapan anggaran;

d. Agar dipisahkan usulan tambahan anggaran tersebut,

apakah kegiatan lanjutan atau kegiatan baru;

e. Usulan tambahan anggaran akan dicatat sebagai bahan

dalam penyusunan pagu Anggaran 2017;

f. DPR agar dapat mengoptimalkan anggaran/Pagu

53

POKOK BAHASAN CATATAN PEMBAHASAN

Indikatif yang telah disampaikan;

g. Pagu Indikatif belum memperhitungkan gaji ke 14,

karena kebijakan terkait hal tersebut belum ada

ketetapan dasar hukum.

Kerangka Regulasi dan Kelembagaan

2.1.4. B Penyusunan RKP 2016 Mitra MPR

Pertemuan Trilateral Meeting yang dilaksanakan pada tanggal 9 Mei 2016

membahas seluruh program/Kegiatan untuk dapat disesuaikan dengan norma dan standar.

Adapun catatan penting dari hasil pembahasan Trilateral Meeting Kementerian Bappenas,

MPR dan Kementerian Keuangan yang sudah dilaksanakan, antara lain:

1. Program dan kegiatan MPR di tahun 2017 merupakan kegiatan rutin yang sudah

dilakukan di tahun-tahun sebelumnya dengan meningkatkan volume kegiatan. Kenaikan

volume kegiatan ini dikarenakan adanya peningkatan jumlah kajian yang akan dilakukan

oleh Badan Kajian MPR-RI dengan 15 program unggulannya dan penambahan

peran/kontribusi MPR-RI dalam mensosialisasikan isu-isu aktual terkait karakter bangsa

disamping 4 pilarnya

2. MPR mengajukan usulan tambahan anggaran untuk belanja operasional sebesar Rp

1.425.664.524.768,- dan belanja non operasional sebesar Rp. 37.939.598.000,-.

Alokasi belanja non operasional dibutuhkan untuk menunjang kebutuhan antara lain:

Sosialisasi berbasis Anggota MPR (Tahun 2016 dialokasikan sebanyak 6 kali per-anggota

dengan alokasi pagu saat ini baru teralokasi 1 kali per-anggota); Publikasi kegiatan MPR

melalui berbagai media;Tambahan kegiatan sosialisasi 4 Pilar MPR, diantaranya :ToT,

Sosialisasi untuk memenuhi undangan/permintaan instansi/ormas, sosialisasi Kabupaten

/Kota, sosialisasi Outbond; Sidang MPR perubahan UUD NRI Tahun 1945, Rapat Panitia

Ad Hoc dan Badan Pekerja; Kegiatan Pengkajian, diantaranya : Penyerapan Aspirasi

Masyarakat, Seminar Nasional di Daerah dan Jakarta, Workshop Pancasila, Konstitusi,

dan Ketatanegaraan).

Sedangkan kebutuhan tambahan anggaran belanja operasional akan digunakan untuk

tunjangan Kinerja Pegawai Sekretariat Jenderal MPR; Pemeliharaan server;Tambahan

alokasi pengadaan obat-obatan bagi Anggota Lembaga Pengkajian MPR.

Tabel 2.21 Pembahasan Lengkap Trilateral Meeting Bappenas, Kemenkeu dan MPR

NO POKOK BAHASAN CATATAN PEMBAHASAN

1 Konfirmasi Norma dan

Standar

Kegiatan telah sesuai dengan Norma dan Standar

2 Kebutuhan tambahan

mendesak (difokuskan pada prioritas pertama dan diurutkan berdasarkan skala prioritas)

Tidak ada

3 Dukungan Sumber

pendanaan lainnya

Dukungan pendanaan seluruh program dan kegiatan berasal

dari APBN

4 Hal lainnya (jika DPD mempunyai tugas dan fungsi utama yaitu fungsi

54

NO POKOK BAHASAN CATATAN PEMBAHASAN

diperlukan/sesuai dengan

kebutuhan)

legislasi dan pengawasan. Rencana Pelaksanaan fungsi

legislasi dan pengawasan di tahun anggaran 2017 adalah sebagai berikut:

NO MATERI TARGET TAHUN

2017

1 Penyusunan Produk Legislasi DPD RI atas RUU Tertentu

a Penyusunan RUU Usul

DPD RI

22 RUU

b Penyusunan

Pandangan/Pendapat dan

Pertimbangan DPD RI atas RUU Tertentu

35 RUU

c Penyusunan Pertimbangan

DPD RI atas Hasil Pemeriksaan BPK

2 Materi

d Pertimbangan DPD RI atas Pemilihan Anggota BPK

2 Kali

2 Pembahasan RUU Bersama

dengan DPR RI dan Pemerintah

18 RUU

3 Penyusunan Hasil

Pengawasan DPD RI atas Pelaksanaan UU Tertentu

28 RUU

Hasil Exercise Pagu Indikatif DPD Bappenas sebesar Rp.

802.552.102.000 (total) bersumber Rupiah Murni APBN dengan rincian:

o Non Operasional sebesar : Rp. 410.111.909.000 o Belanja Operasional sebesar : Rp. 392.440.193.000

dengan belanja Pegawai Rp. 218.271.758.000 dan

belanja operasional Rp. 174.168.435.000 Melihat ketersediaan anggaran yang ada pada Rancangan

Pagu Indikatif, DPD mengemukakan bahwa anggaran

tersebut tidak dapat memenuhi kegiatan prioritas DPD RI dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas konstitusional DPD

RI. Hal ini akan mengakibatkan adanya pengurangan target untuk kegiatan-kegiatan utama/prioritas seperti jumlah

penyusunan RUU, penyusunan pandangan/pendapat, dll.

DPD RI akan mengusulkan tambahan anggaran non

operasional sebesar Rp. 1.350.390.173.000 total dengan rincian : (Program Penguatan Kelembagaan DPD dalam

Sistem Demokrasi : Rp. 458.936664.600); (Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Lainnya DPD

RI : Rp. 170.140.833.650); (Program Peningkatan Sarana

dan Prasarana Aparatur DPD RI : Rp. 721.310.674.750): o Tambahan anggaran untuk pencapaian target

penyusunan RUU sebanyak 22 di tahun 2017 karena dengan rancangan pagu indikatif baru dapat

memenuhi target penyusunan RUU sebanyak 5,

sehingga masih ada kekurangan biaya untuk 17 RUU.

o Pemenuhan kebutuhan karena perubahan struktur kelembagaan DPD (penambahan stuktur

55

NO POKOK BAHASAN CATATAN PEMBAHASAN

eselon I dengan 4 eselon II).

o Fasilitas dan operasionalisasi 4 kantor baru DPD di daerah/provinsi (NTT, Bali, Yogyakarta dan

Sumsel). o Pembangunan gedung DPD di ibukota negara dan

ibukota provinsi DPD RI akan mengusulkan tambahan anggaran operasional

sebesar Rp. 93.583.390.000, dengan rincian :

Belanja Pegawai :Rp. 76.728.200.000

Belanja operasional : Rp. 16.855.190.000 Pertimbangan kenaikan anggaran operasional antara lain:

o Alokasi Anggaran Tunjangan Kinerja (Tukin) dan Tunjangan Selisih (Tusil);

o Kenaikan Tunjangan Komunikasi Intensif Pejabat

Negara, Listrik, Telepon, dan Uang Kehormatan Pejabat Negara;

o Gaji dan Tunjangan PNS di 4 Provinsi; o Kenaikan Honorarium Tenaga Administrasi/Tenaga

Perbantuan di Ibukota Negara dan 33 (tiga puluh tiga Provinsi);

o Operasional kantor DPD RI di ibukota negara.

Penambahan anggaran operasional terkait perubahan

struktur kelembagaan DPD yaitu penambahan 2 eselon I serta 3 eselon II. Draft Peraturan Presiden (Perpres) tentang

SOTK Sekretariat Jenderal DPD RI saat ini sudah berada di Sekretariat Negara.

Usulan untuk pembangunan Gedung DPD di Ibukota negara

dan pembangunan gedung DPD di ibukota provinsi perlu

mempertimbangkan kebijakan dan persiapan teknis lainnya terkait pembangunan gedung:

o Moratorium pembangunan gedung sesuai dengan kebijakan Presiden RI dan Surat Menteri Keuangan

No S-841/MK.02/2014 o Persiapan lahan, sertifikat, kebutuhan/urgensi dari

pembangunan gedung

o Alokasi anggaran operasional yang melekat pada gedung baru

DPD perlu menajamkan matriks kegiatan DPD TA 2017

terkait: o Indikator Utama per Program;

o Penyesuaian target dari indikator dari tahun ke

tahun (bertambah 1 target di tiap tahun). DPD diharapkan dapat mengutamakan tugas dan fungsi

pokok kelembagaannya, seperti penyusunan RUU dan

penyusunan pandangan/pendapat dan pertimbangan DPD atas RUU tertentu. Kegiatan tersebut agar dapat

diprioritaskan dibanding kegiatan lainnya. Sesuai arahan Bapak Presiden terkait kebijakan moratorium

pembangunan gedung tertentu, usulan tambahan anggaran

untuk pembangunan gedung DPD baik di ibukota negara

maupun provinsi belum dapat diakomodasi

5 Lampiran

6 Konfirmasi Norma dan

Standar

Kegiatan telah sesuai dengan Norma dan Standar

7 Kebutuhan tambahan mendesak (difokuskan

Tidak Ada

56

NO POKOK BAHASAN CATATAN PEMBAHASAN

pada prioritas pertama dan

diurutkan berdasarkan skala prioritas)

8 Dukungan Sumber pendanaan lainnya

Dukungan pendanaan seluruh program dan kegiatan berasal dari APBN (Rupiah Murni)

9 Hal lainnya (jika

diperlukan/sesuai dengan kebutuhan)

Tugas dan Fungsi MPR

1. Berdasarkan tugas dan fungsi, MPR RI mempunyai Kewenangan dan Tugas Konstitusional yaitu:

Kewenangan Konstitusional MPR

a) Mengubah dan Menetapkan Undang-Undang Dasar (Pasal 3 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945)

b) Melantik Presiden dan Wakil Presiden Hasil Pemilihan Umum (Pasal 3 ayat (2) UUD NRI Tahun

1945) c) Memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden

dalam Masa Jabatannya (Pasal 3 ayat (3) UUD NRI

Tahun 1945) d) Mengangkat Wakil Presiden Menjadi Presiden

Dalam Hal Terjadi Kekosongan Jabatan Presiden (Pasal 8 ayat (1) UUD NRI 1945)

e) Memilih dan Melantik Wakil Presiden Dalam Hal

Terjadi Kekosongan Jabatan Wakil Presiden (Pasal 8 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945)

f) Memilih dan Melantik Presiden dan Wakil Presiden Apabila Keduanya Berhenti Secara Bersamaan

dalam Masa Jabatannya (Pasal 8 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945)

Tugas Konstitusional MPR a) Pemasyarakatan Pancasila, UUD NRI Tahun 1945,

NKRI, Bhinneka Tunggal Ika, dan Ketetapan MPR (Pasal 5 huruf a dan b, Undang-Undang MD3)

b) Pengkajian Sistem Ketatanegaraan, UUD NRI

Tahun 1945, serta Pelaksanaanya (Pasal 5 huruf c, Undang-Undang MD3)

c) Melaksanakan Pengelolaan Aspirasi Masyarakat dan Daerah dalam rangka Penyusunan Pokok

Haluan Penyelenggaraan Negara (PHPN) (Pasal 5

huruf d, Undang-Undang MD3) d) Menyampaikan Pokok Haluan Penyelenggaraan

Negara (PHPN) kepada Lembaga Negara yang Kewenangannya diberikan oleh UUD NRI Tahun

1945 (Pasal 154 Paraturan MPR Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib MPR)

e) Menyelenggarakan Sidang Tahunan MPR dalam

rangka Laporan Kinerja Lembaga Negara kepada Publik (Pasal 2 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945)

f) Melaksanakan Konsultasi dan Koordinasi dengan Pimpinan Lembaga Negara lainnya (Pasal 4

Peraturan MPR Nomor 1 Tahun 2014 tentang Tata

Tertib MPR) g) Memberikan Penjelasan atas Tafsir Kaidah

Konstitusional dalam Sidang Mahkamah Konstitusi (Pasal 3 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945)

2. Program dan kegiatan MPR di tahun 2017 merupakan

57

NO POKOK BAHASAN CATATAN PEMBAHASAN

kegiatan rutin yang sudah dilakukan di tahun-tahun

sebelumnya dengan meningkatkan volume kegiatan. Kenaikan volume kegiatan ini dikarenakan adanya

peningkatan jumlah kajian yang akan dilakukan oleh Badan Kajian MPR-RI dengan 15 program unggulannya

dan penambahan peran/kontribusi MPR-RI dalam mensosialisasikan isu-isu aktual terkait karakter bangsa

disamping 4 pilarnya.

3. Tahun 2017 MPR mengantisipasi rencanadilakukan amandemen Undang-Undang Dasar dan rencana

perancangan/perumusan GBHN.

Terkait Hasil Rancangan Pagu Indikatif

4. Hasil Rancangan Pagu Indikatif MPR tahun anggaran 2017 sebesar Rp 654.024,9 juta

Belanja Non Operasional sebesar Rp 561.968,5 juta. Usulan tambahan anggaran biaya non

operasional untuk memenuhi kebutuhan anggaran antara lain:

o Pembangunan karakter serta persiapan

amandemen UU NKRI 1945 dengan mengintensifkan penyerapan aspirasi

masyarakat o Kajian dan sosialisasi yang dilakukan langsung

oleh pimpinan MPR, anggota MPR dan fraksi

MPR o Perbaikan sarana dan prasarana ruang kerja

pimpinan MPR dan pegawai, renovasi gedung merdeka di Bandung serta pembuatan display

diorama sejarah MPR Belanja Operasional sebesar Rp92.056,4 juta yaitu

belanja pegawai operasional Rp45.259,9 juta dan

belanja barang operasional sebesar Rp 46.796,5 juta.

5. Hasil exercise rancangan pagu indikatif mempertimbangkan penyerapan anggaran MPR RI

tahun 2015 sebesar 75,34%. Penurunan realisasi

anggaran disebabkan antara lain: a. Kegiatan yang tidak dapat terlaksana sebagian

besar bersumber dari APBN-P tahun 2015 dan waktu yang tersedia terbatas.

b. Adanya usulan revisi APBN-P tahun 2015 yang

memerlukan reviu ulang dari BPKP namun tidak disahkan oleh DJA.

6. Hasil Rancangan Pagu Indikatif tidak memenuhi usulan anggaran MPR RI sebesar Rp 2.117.666.962.366,-

(sesuai surat No. R-751/PR.04.01/B-IV/SetjenMPR/03/2016). Oleh karena itu MPR RI

mengusulkan tambahan anggaran untuk:

Belanja non operasional sebesar Rp 1.425.664.524.768,-

Alokasi tersebut untuk menunjang kebutuhan antara lain:

1) Sosialisasi berbasis Anggota MPR (Tahun 2016

dialokasikan sebanyak 6 kali per-anggota dengan alokasi pagu saat ini baru teralokasi 1

58

NO POKOK BAHASAN CATATAN PEMBAHASAN

kali per-anggota);

2) Publikasi kegiatan MPR melalui berbagai media; 3) Tambahan kegiatan sosialisasi 4 Pilar MPR,

diantaranya :ToT, Sosialisasi untuk memenuhi undangan/permintaan instansi/ormas,

sosialisasi Kabupaten /Kota, sosialisasi Outbond;

4) Sidang MPR perubahan UUD NRI Tahun 1945,

Rapat Panitia Ad Hoc dan Badan Pekerja; 5) Kegiatan Pengakajian, diantaranya :

Penyerapan Aspirasi Masyarakat, Seminar Nasional di Daerah dan Jakarta, Workshop

Pancasila, Konstitusi, danKetatanegaraan)

Belanja operasional sebesar Rp. 37.939.598.000,-

Alokasi tersebut untuk menunjang kebutuhan antara lain:

1) Tunjangan Kinerja Pegawai Sekretariat Jenderal MPR;

2) Pemeliharaan server; 3) Tambahan alokasi pengadaan obat-obatan bagi

Anggota Lembaga Pengkajian MPR.

Rancangan Pagu Indikatif sebesar Rp. 654.024,9

juta belum mengakomodir kebutuhan MPR, karena melalui kesepakatan Alat Kelengkapan (Pimpinan

MPR, Fraksi/Kelompok, dan Badan-Badan)

kebutuhan anggaran untuk tahun 2017 sebesar Rp. 2.117.666,962 juta, mengingat kegiatan MPR

berskala nasional dari tingkat Kabupaten di 34 Provinsi.

7. Bappenas meminta agar Belanja non prioritas diharapkan agar tetap disesuaikan dengan kebijakan

money follow program, sehingga penentuan alokasi

harus efektif dan efisien. MPR RI perlu membuat skala prioritas terkait program/kegiatan yang akan

dilaksanakan. 8. Rancangan program/kegiatan/sasaran dan indikator

harus jelas, mudah dipahami serta target terukur.

Melanjutkan penyederhanaan nomenklatur sasaran dan target

9. Perlu diperhatikan usulan alokasi rancangan pagu indikatif tahun 2017 sebagai berikut:

Program Pelaksanaan Tugas Konstitusional MPR

dan Alat Kelengkapannya Rp 535.536,588 juta Program Dukungan Manajemen dan

Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya MPR Rp 85.219,204 juta

Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur MPR Rp 33.269,108 juta

59

2.1.4. C Penyusunan RKP 2016 Mitra DPD

Pertemuan Trilateral Meeting yang dilaksanakan pada tanggal 29 April 2016

membahas seluruh program/Kegiatan untuk dapat disesuaikan dengan norma dan standar.

Adapun catatan penting dari hasil pembahasan Trilateral Meeting Kementerian Bappenas,

DPD dan Kementerian Keuangan yang sudah dilaksanakan, antara lain:

3. DPD tidak mengajukan kebutuhan tambahan mendesak, namun meminta tambahan

anggaran untuk pencapaian target penyusunan RUU sebanyak 22 RUU. Anggaran DPD

indikatif DPD baru memenuhi untuk penyusunan RUU sebanyak 5 RUU, sehingga

masih ada kekurangan sebesar 17 RUU.

4. DPD menargetkan di tahun 2017 akan dilakukan penyusunan RUU akan dilakukan

sebanyak 57 RUU dan 2 materi. DPD akan melaksanakan fungsi legislasi dengan

menyusun RUU usul DPD RI sebanyak 22 RUU, penyusunan pandangan/pendapat dan

pertimbangan DPD RI atas RUU tertentu sebesar 35 RUU, penyusunan pertimbangan

DPD RI atas hasil pemeriksaan BPK sebanyak 2 materi, dan pertimbangan DPD RI atas

pemilihan anggota BPK sebanyak 2 kali. Selain itu DPD akan melaksanakan

pembahasan RUU bersama DPD RI dan pemerintah sebanyak 18 RUU dan melakukan

penyusunan hasil pengawasan DPD RI atas pelaksanaan UU tertentu sebanyak 28 UU.

5. Moratorium untuk pembangunan gedung DPD di Ibukota Negara maupun Ibukota

Provinsi sebagaimana arahan Bapak Presiden dan belum dicabutnya surat Kemenkeu

terkait moratorium pembangunan gedung tahun 2015.

Adapun Tabel Catatan Pembahasan Trilateral Meeting DPD dapat dicermati pada tabel

dibawah ini

Tabel 2.22 Pembahasan Trilateral Meeting Bappenas, Kemenkeu dan DPD tanggal 29 April 2016

NO POKOK BAHASAN CATATAN PEMBAHASAN

1 Konfirmasi Norma dan

Standar

Kegiatan telah sesuai dengan Norma dan Standar

2 Kebutuhan tambahan mendesak (difokuskan pada prioritas pertama dan diurutkan berdasarkan skala prioritas)

Tidak ada

3 Dukungan Sumber pendanaan lainnya

Dukungan pendanaan seluruh program dan kegiatan berasal dari APBN

4 Hal lainnya (jika

diperlukan/sesuai dengan kebutuhan)

DPD mempunyai tugas dan fungsi utama yaitu fungsi

legislasi dan pengawasan. Rencana Pelaksanaan fungsi

legislasi dan pengawasan di tahun anggaran 2017 adalah sebagai berikut:

NO MATERI TARGET TAHUN 2017

1 Penyusunan Produk Legislasi

DPD RI atas RUU Tertentu

a Penyusunan RUU Usul

DPD RI

22 RUU

b Penyusunan Pandangan/Pendapat dan

Pertimbangan DPD RI atas RUU Tertentu

35 RUU

60

NO POKOK BAHASAN CATATAN PEMBAHASAN

c Penyusunan Pertimbangan

DPD RI atas Hasil Pemeriksaan BPK

2 Materi

d Pertimbangan DPD RI atas

Pemilihan Anggota BPK

2 Kali

2 Pembahasan RUU Bersama

dengan DPR RI dan

Pemerintah

18 RUU

3 Penyusunan Hasil

Pengawasan DPD RI atas Pelaksanaan UU Tertentu

28 RUU

Hasil Exercise Pagu Indikatif DPD Bappenas sebesar Rp.

802.552.102.000 (total) bersumber Rupiah Murni APBN dengan rincian:

o Non Operasional sebesar : Rp. 410.111.909.000

o Belanja Operasional sebesar : Rp. 392.440.193.000 dengan belanja Pegawai Rp. 218.271.758.000 dan

belanja operasional Rp. 174.168.435.000 Melihat ketersediaan anggaran yang ada pada Rancangan

Pagu Indikatif, DPD mengemukakan bahwa anggaran

tersebut tidak dapat memenuhi kegiatan prioritas DPD RI dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas konstitusional DPD

RI. Hal ini akan mengakibatkan adanya pengurangan target

untuk kegiatan-kegiatan utama/prioritas seperti jumlah penyusunan RUU, penyusunan pandangan/pendapat, dll.

DPD RI akan mengusulkan tambahan anggaran non

operasional sebesar Rp. 1.350.390.173.000 total dengan rincian : (Program Penguatan Kelembagaan DPD dalam

Sistem Demokrasi : Rp. 458.936664.600); (Program

Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Lainnya DPD RI : Rp. 170.140.833.650); (Program Peningkatan Sarana

dan Prasarana Aparatur DPD RI : Rp. 721.310.674.750): o Tambahan anggaran untuk pencapaian target

penyusunan RUU sebanyak 22 di tahun 2017 karena dengan rancangan pagu indikatif baru dapat

memenuhi target penyusunan RUU sebanyak 5,

sehingga masih ada kekurangan biaya untuk 17 RUU.

o Pemenuhan kebutuhan karena perubahan struktur kelembagaan DPD (penambahan stuktur

eselon I dengan 4 eselon II).

o Fasilitas dan operasionalisasi 4 kantor baru DPD di daerah/provinsi (NTT, Bali, Yogyakarta dan

Sumsel). o Pembangunan gedung DPD di ibukota negara dan

ibukota provinsi

DPD RI akan mengusulkan tambahan anggaran operasional

sebesar Rp. 93.583.390.000, dengan rincian : Belanja Pegawai :Rp. 76.728.200.000

Belanja operasional : Rp. 16.855.190.000 Pertimbangan kenaikan anggaran operasional antara lain:

o Alokasi Anggaran Tunjangan Kinerja (Tukin) dan Tunjangan Selisih (Tusil);

o Kenaikan Tunjangan Komunikasi Intensif Pejabat

61

NO POKOK BAHASAN CATATAN PEMBAHASAN

Negara, Listrik, Telepon, dan Uang Kehormatan

Pejabat Negara; o Gaji dan Tunjangan PNS di 4 Provinsi;

o Kenaikan Honorarium Tenaga Administrasi/Tenaga Perbantuan di Ibukota Negara dan 33 (tiga puluh

tiga Provinsi); o Operasional kantor DPD RI di ibukota negara.

Penambahan anggaran operasional terkait perubahan

struktur kelembagaan DPD yaitu penambahan 2 eselon I

serta 3 eselon II. Draft Peraturan Presiden (Perpres) tentang SOTK Sekretariat Jenderal DPD RI saat ini sudah berada di

Sekretariat Negara. Usulan untuk pembangunan Gedung DPD di Ibukota negara

dan pembangunan gedung DPD di ibukota provinsi perlu

mempertimbangkan kebijakan dan persiapan teknis lainnya

terkait pembangunan gedung: o Moratorium pembangunan gedung sesuai dengan

kebijakan Presiden RI dan Surat Menteri Keuangan No S-841/MK.02/2014

o Persiapan lahan, sertifikat, kebutuhan/urgensi dari pembangunan gedung

o Alokasi anggaran operasional yang melekat pada

gedung baru DPD perlu menajamkan matriks kegiatan DPD TA 2017

terkait:

o Indikator Utama per Program; o Penyesuaian target dari indikator dari tahun ke

tahun (bertambah 1 target di tiap tahun).

DPD diharapkan dapat mengutamakan tugas dan fungsi

pokok kelembagaannya, seperti penyusunan RUU dan penyusunan pandangan/pendapat dan pertimbangan DPD

atas RUU tertentu. Kegiatan tersebut agar dapat diprioritaskan dibanding kegiatan lainnya.

Sesuai arahan Bapak Presiden terkait kebijakan moratorium

pembangunan gedung tertentu, usulan tambahan anggaran untuk pembangunan gedung DPD baik di ibukota negara

maupun provinsi belum dapat diakomodasi

5 Lampiran

6 Konfirmasi Norma dan Standar

Kegiatan telah sesuai dengan Norma dan Standar

7 Kebutuhan tambahan mendesak (difokuskan

pada prioritas pertama dan

diurutkan berdasarkan skala prioritas)

Tidak Ada

8 Dukungan Sumber

pendanaan lainnya

Dukungan pendanaan seluruh program dan kegiatan berasal

dari APBN (Rupiah Murni)

9 Hal lainnya (jika

diperlukan/sesuai dengan kebutuhan)

Tugas dan Fungsi MPR

10. Berdasarkan tugas dan fungsi, MPR RI mempunyai Kewenangan dan Tugas Konstitusional yaitu:

Kewenangan Konstitusional MPR

g) Mengubah dan Menetapkan Undang-Undang Dasar (Pasal 3 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945)

h) Melantik Presiden dan Wakil Presiden Hasil Pemilihan Umum (Pasal 3 ayat (2) UUD NRI Tahun

62

NO POKOK BAHASAN CATATAN PEMBAHASAN

1945)

i) Memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam Masa Jabatannya (Pasal 3 ayat (3) UUD NRI

Tahun 1945) j) Mengangkat Wakil Presiden Menjadi Presiden

Dalam Hal Terjadi Kekosongan Jabatan Presiden (Pasal 8 ayat (1) UUD NRI 1945)

k) Memilih dan Melantik Wakil Presiden Dalam Hal

Terjadi Kekosongan Jabatan Wakil Presiden (Pasal 8 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945)

l) Memilih dan Melantik Presiden dan Wakil Presiden Apabila Keduanya Berhenti Secara Bersamaan

dalam Masa Jabatannya (Pasal 8 ayat (3) UUD NRI

Tahun 1945)

Tugas Konstitusional MPR h) Pemasyarakatan Pancasila, UUD NRI Tahun 1945,

NKRI, Bhinneka Tunggal Ika, dan Ketetapan MPR (Pasal 5 huruf a dan b, Undang-Undang MD3)

i) Pengkajian Sistem Ketatanegaraan, UUD NRI

Tahun 1945, serta Pelaksanaanya (Pasal 5 huruf c, Undang-Undang MD3)

j) Melaksanakan Pengelolaan Aspirasi Masyarakat dan Daerah dalam rangka Penyusunan Pokok

Haluan Penyelenggaraan Negara (PHPN) (Pasal 5

huruf d, Undang-Undang MD3) k) Menyampaikan Pokok Haluan Penyelenggaraan

Negara (PHPN) kepada Lembaga Negara yang Kewenangannya diberikan oleh UUD NRI Tahun

1945 (Pasal 154 Paraturan MPR Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib MPR)

l) Menyelenggarakan Sidang Tahunan MPR dalam

rangka Laporan Kinerja Lembaga Negara kepada Publik (Pasal 2 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945)

m) Melaksanakan Konsultasi dan Koordinasi dengan Pimpinan Lembaga Negara lainnya (Pasal 4

Peraturan MPR Nomor 1 Tahun 2014 tentang Tata

Tertib MPR) n) Memberikan Penjelasan atas Tafsir Kaidah

Konstitusional dalam Sidang Mahkamah Konstitusi (Pasal 3 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945)

11. Program dan kegiatan MPR di tahun 2017 merupakan kegiatan rutin yang sudah dilakukan di tahun-tahun

sebelumnya dengan meningkatkan volume kegiatan. Kenaikan volume kegiatan ini dikarenakan adanya

peningkatan jumlah kajian yang akan dilakukan oleh Badan Kajian MPR-RI dengan 15 program unggulannya

dan penambahan peran/kontribusi MPR-RI dalam

mensosialisasikan isu-isu aktual terkait karakter bangsa disamping 4 pilarnya.

12. Tahun 2017 MPR mengantisipasi rencanadilakukan amandemen Undang-Undang Dasar dan rencana

perancangan/perumusan GBHN.

Terkait Hasil Rancangan Pagu Indikatif

63

NO POKOK BAHASAN CATATAN PEMBAHASAN

13. Hasil Rancangan Pagu Indikatif MPR tahun anggaran

2017 sebesar Rp 654.024,9 juta Belanja Non Operasional sebesar Rp 561.968,5

juta. Usulan tambahan anggaran biaya non operasional untuk memenuhi kebutuhan anggaran

antara lain: o Pembangunan karakter serta persiapan

amandemen UU NKRI 1945 dengan

mengintensifkan penyerapan aspirasi masyarakat

o Kajian dan sosialisasi yang dilakukan langsung oleh pimpinan MPR, anggota MPR dan fraksi

MPR

o Perbaikan sarana dan prasarana ruang kerja pimpinan MPR dan pegawai, renovasi gedung

merdeka di Bandung serta pembuatan display diorama sejarah MPR

Belanja Operasional sebesar Rp92.056,4 juta yaitu belanja pegawai operasional Rp45.259,9 juta dan

belanja barang operasional sebesar Rp 46.796,5

juta. 14. Hasil exercise rancangan pagu indikatif

mempertimbangkan penyerapan anggaran MPR RI tahun 2015 sebesar 75,34%. Penurunan realisasi

anggaran disebabkan antara lain:

c. Kegiatan yang tidak dapat terlaksana sebagian besar bersumber dari APBN-P tahun 2015 dan

waktu yang tersedia terbatas. d. Adanya usulan revisi APBN-P tahun 2015 yang

memerlukan reviu ulang dari BPKP namun tidak disahkan oleh DJA.

15. Hasil Rancangan Pagu Indikatif tidak memenuhi usulan

anggaran MPR RI sebesar Rp 2.117.666.962.366,- (sesuai surat No. R-751/PR.04.01/B-

IV/SetjenMPR/03/2016). Oleh karena itu MPR RI mengusulkan tambahan anggaran untuk:

Belanja non operasional sebesar Rp

1.425.664.524.768,- Alokasi tersebut untuk menunjang kebutuhan

antara lain: 6) Sosialisasi berbasis Anggota MPR (Tahun 2016

dialokasikan sebanyak 6 kali per-anggota

dengan alokasi pagu saat ini baru teralokasi 1 kali per-anggota);

7) Publikasi kegiatan MPR melalui berbagai media; 8) Tambahan kegiatan sosialisasi 4 Pilar MPR,

diantaranya :ToT, Sosialisasi untuk memenuhi undangan/permintaan instansi/ormas,

sosialisasi Kabupaten /Kota, sosialisasi

Outbond; 9) Sidang MPR perubahan UUD NRI Tahun 1945,

Rapat Panitia Ad Hoc dan Badan Pekerja; 10) Kegiatan Pengakajian, diantaranya :

Penyerapan Aspirasi Masyarakat, Seminar

Nasional di Daerah dan Jakarta, Workshop Pancasila, Konstitusi, danKetatanegaraan)

64

NO POKOK BAHASAN CATATAN PEMBAHASAN

Belanja operasional sebesar Rp. 37.939.598.000,-

Alokasi tersebut untuk menunjang kebutuhan antara lain:

4) Tunjangan Kinerja Pegawai Sekretariat Jenderal

MPR; 5) Pemeliharaan server;

6) Tambahan alokasi pengadaan obat-obatan bagi Anggota Lembaga Pengkajian MPR.

Rancangan Pagu Indikatif sebesar Rp. 654.024,9 juta belum mengakomodir kebutuhan MPR, karena

melalui kesepakatan Alat Kelengkapan (Pimpinan MPR, Fraksi/Kelompok, dan Badan-Badan)

kebutuhan anggaran untuk tahun 2017 sebesar

Rp. 2.117.666,962 juta, mengingat kegiatan MPR berskala nasional dari tingkat Kabupaten di 34

Provinsi. 16. Bappenas meminta agar Belanja non prioritas

diharapkan agar tetap disesuaikan dengan kebijakan money follow program, sehingga penentuan alokasi

harus efektif dan efisien. MPR RI perlu membuat skala

prioritas terkait program/kegiatan yang akan dilaksanakan.

17. Rancangan program/kegiatan/sasaran dan indikator harus jelas, mudah dipahami serta target terukur.

Melanjutkan penyederhanaan nomenklatur sasaran dan

target 18. Perlu diperhatikan usulan alokasi rancangan pagu

indikatif tahun 2017 sebagai berikut: Program Pelaksanaan Tugas Konstitusional MPR

dan Alat Kelengkapannya Rp 535.536,588 juta Program Dukungan Manajemen dan

Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya MPR Rp

85.219,204 juta Program Peningkatan Sarana dan Prasarana

Aparatur MPR Rp 33.269,108 juta

65

BAB 3. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

3.1 KESIMPULAN

Kegiatan penyusunan RKP 2017 mempunyai tahapan yang berbeda dengan

penyusunan RKP 2016 yaitu dengan dilakukannya pertemuan Multilateral dan Bilateral

yang mempertemukan Bappenas dengan Kementerian/Lembaga Teknis yang merupakan

mitra kerja dan Kementerian/Lembaga yang mempunyai kontribusi/dukungan terhadap

program Prioritas Nasional. Dokumen RKP 2017 yang dihasilkan memuat narasi yang lebih

pendek ketimbang dokumen RKP 2016, selain itu dilengkapi dengan lampiran

Program/Kegiatan Kementerian/Lembaga yang termasuk program Nasional dan Program

Prioritas saja. Proses penyusunan dan pembahasan program/kegiatan prioritas dilakukan

melalui aplikasi system e-Planning SIMU dalam pertemuan baik Multilateral, Bilateral,

Trilateral dan Musrenbangnas dengan Pemerintah Daerah. Pembahasan dan penyusunan

program/kegiatan dilakukan berdasarkan skala prioritas serta menggunakan prinsip

kebijakan money follow program yang berarti kebijakan anggaran belanja yang dilakukan

berdasarkan program prioritas yang akan dilaksakan.

Hasil koordinasi dan serangkaian pertemuan rapat menghasilkan dokumen RKP

2017 yaitu “Memacu Pembangunan Infrastruktur dan Ekonomi untuk Meningkatakan

Kesempatan Kerja serta Mengurangi Kemiskinan dan Kesenjangan Antarwilayah” yang

mencakup Pembangunan Manusia dan Masyarakat; Pembangunan Sektor Unggulan;

Pembangunan Pemerataan dan Kewilayahan; dan Pembangunan Politik, Hukum,

Pertahanan dan Keamanan.

3.2 REKOMENDASI

Kegiatan penyusunan RKP 2017 masih memerlukan koordinasi yang sinergis antara

Bappenas, Kementerian Keuangan, Kementerian/Lembaga Teknis serta Pemerintah Daerah

dalam penyusunan RKP. Mekanisme penyusunan RKP di tahun selanjutnya perlu

ditingkatkan terutama untuk menjamin terlaksananya tujuan dan output dari serangkaian

pertemuan multilateral, bilateral dan trilateral meeting serta penyusunan detail

program/kegiatan prioritas yang telah diinput dalam aplikasi e-planning SIMU.

Diperlukannya komitmen antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah atas hasil

pembahasan RKP 2017 final yang telah disahkan melalui Perpres untuk pelaksanaan

program/kegiatan priotitas, alokasi anggaran serta output dan outcome yang dihasilkan.