Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/isi_warta_11.pdf ·...

36
WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016 1 Menelisik Kinerja Industri dan Perdagangan Mamin dan TPT Daftar Isi Dari Redaksi Berita Pendek Perdagangan Serba - Serbi Statistik Perdagangan Pusdatin Halaman 27 Halaman 31 Halaman 34 Hal. 2 Hal. 15 Hal. 7 Peluang Ekspor Pisang Cavendish dan Peran Kebijakan Pengamanan Perdagangan Perizinan Impor Telepon Seluler, Handheld dan Komputer Tablet: Kompleksitas dan Usulan Perbaikan Salah satu kebijakan yang sempat menimbulkan kontroversi terkait dengan iklim usaha di Indonesia adalah Peraturan Menteri Perdagangan No. 82/M-DAG/PER/12/2012 mengenai Impor Telepon Seluler, Handheld dan Komputer Tablet. Regulasi ini diterbitkan dengan tujuan untuk mengendalikan penjualan produk ilegal ponsel dan untuk melindungi industri lokal. Sayangnya penerapan peraturan tersebut telah menimbulkan hambatan yang signifikan bagi importir ponsel dan tablet karena persyaratan peraturan dan beberapa perizinan yang tumpang tindih. Hal. 20 Potensi Perdagangan Kawasan Maghribi Meskipun volume perdagangan Arab Maghreb Union (AMU) ke dunia belum mencapai 1% dari total perdagangan dunia, Indonesia tetap melihat AMU sebagai mitra dagang yang prospektif di masa depan. Produk yang menjadi andalan ekspor Indonesia ke AMU antara lain CPO dan produk turunannya, kopi, kulkas, produk kayu, dan mobil. Sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional yang mengalami fluktuasi dalam beberapa tahun terakhir, kontribusi industri pengolahan non migas terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional menunjukkan fluktuasi. Pada tahun 2015, industri non migas yang mampu memberikan kontribusi cukup singinifikan terhadap PDB adalah Industri Makanan dan Minuman (Mamin) dengan kontribusi sebesar 5,61% dan Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) sebesar 1,21%. Di tengah arus deras integrasi ekonomi (globalisasi) yang demikian menyihir, tiba-tiba United Kingdom (UK) melakukan referendum dengan hasil UK keluar dari EU atau lebih dikenal dengan British Exit (Brexit). Berbagai dampak Brexit terutama yang berkaitan dengan perdagangan, investasi, finansial, dan yang paling dikhawatirkan adalah ketidakpastian yang berkepanjangan, akan berdampak negatif pada ekonomi dunia. Lalu, bagaimana dengan Indonesia dan apa pelajaran yang bisa dipetik dari peristiwa ini? Hal. 11 Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, dengan berbagai kekayaan alam dan kekayaan hayati, maka Indonesia memiliki banyak sekali komoditas atau produk yang potensial untuk dilindungi melalui Indikasi Geografis. Sayangnya, Indikasi Geografis masih belum dipahami sebagai sebuah nilai ekonomis yang dapat dijadikan nilai lebih dalam dunia perdagangan internasional. Pemanfaatan Hak Kekayaan Intelektual Indikasi Geografis Untuk Pengembangan Potensi Daerah di Indonesia Salah satu jenis pisang unggulan hasil produksi usaha tani Indonesia adalah Pisang Cavendish, yang banyak diminati dan dikonsumsi oleh masyarakat dunia. Pengenaan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) atas importasi Pisang Cavendish dari Filipina yang telah berlaku sejak tahun 2006 juga turut membuka peluang ekspor Pisang Indonesia. Ekspor Pisang Indonesia pada tahun 2014 tercatat sebesar USD 16 juta, mengalami peningkatan yang signifikan atau mengalami pertumbuhan sebesar 444% dibandingkan tahun sebelumnya. Belajar dari Brexit Hal. 24

Transcript of Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/isi_warta_11.pdf ·...

Page 1: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/isi_warta_11.pdf · dampak Brexit terutama yang berkaitan dengan perdagangan, investasi, finansial, dan yang

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016 1PB WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016

Menelisik Kinerja Industri dan Perdagangan Mamin dan

TPT

Daftar IsiDari Redaksi

Berita Pendek Perdagangan

Serba - Serbi

Statistik Perdagangan Pusdatin

Halaman 27

Halaman 31

Halaman 34

Hal. 2

Hal. 15

Hal. 7

Peluang Ekspor Pisang Cavendish dan Peran

Kebijakan Pengamanan Perdagangan

Perizinan Impor Telepon Seluler, Handheld

dan Komputer Tablet: Kompleksitas dan Usulan

PerbaikanSalah satu kebijakan yang sempat

menimbulkan kontroversi terkait dengan iklim usaha di Indonesia adalah Peraturan Menteri Perdagangan No. 82/M-DAG/PER/12/2012 mengenai Impor Telepon Seluler, Handheld dan Komputer Tablet. Regulasi ini diterbitkan dengan tujuan untuk mengendalikan penjualan produk ilegal ponsel dan untuk melindungi industri lokal. Sayangnya penerapan peraturan tersebut telah menimbulkan hambatan yang signifikan bagi importir ponsel dan tablet karena persyaratan peraturan dan beberapa perizinan yang tumpang tindih.

Hal. 20Potensi Perdagangan

Kawasan Maghribi

Meskipun volume perdagangan Arab Maghreb Union (AMU) ke dunia belum mencapai 1% dari total perdagangan dunia, Indonesia tetap melihat AMU sebagai mitra dagang yang prospektif di masa depan. Produk yang menjadi andalan ekspor Indonesia ke AMU antara lain CPO dan produk turunannya, kopi, kulkas, produk kayu, dan mobil.

Sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional yang mengalami fluktuasi dalam beberapa tahun terakhir, kontribusi industri pengolahan non migas terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional menunjukkan fluktuasi. Pada tahun 2015, industri non migas yang mampu memberikan kontribusi cukup singinifikan terhadap PDB adalah Industri Makanan dan Minuman (Mamin) dengan kontribusi sebesar 5,61% dan Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) sebesar 1,21%.

Di tengah arus deras integrasi ekonomi (globalisasi) yang demikian menyihir, tiba-tiba United Kingdom (UK) melakukan referendum dengan hasil UK keluar dari EU atau lebih dikenal dengan British Exit (Brexit). Berbagai dampak Brexit terutama yang berkaitan dengan perdagangan, investasi, finansial, dan yang paling dikhawatirkan adalah ketidakpastian yang berkepanjangan, akan berdampak negatif pada ekonomi dunia. Lalu, bagaimana dengan Indonesia dan apa pelajaran yang bisa dipetik dari peristiwa ini?

Hal. 11

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, dengan berbagai kekayaan alam dan kekayaan hayati, maka Indonesia memiliki banyak sekali komoditas atau produk yang potensial untuk dilindungi melalui Indikasi Geografis. Sayangnya, Indikasi Geografis masih belum dipahami sebagai sebuah nilai ekonomis yang dapat dijadikan nilai lebih dalam dunia perdagangan internasional.

Pemanfaatan Hak Kekayaan Intelektual Indikasi Geografis

Untuk Pengembangan Potensi Daerah di Indonesia

Salah satu jenis pisang unggulan hasil produksi usaha tani Indonesia adalah Pisang Cavendish, yang banyak diminati dan dikonsumsi oleh masyarakat dunia. Pengenaan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) atas importasi Pisang Cavendish dari Filipina yang telah berlaku sejak tahun 2006 juga turut membuka peluang ekspor Pisang Indonesia. Ekspor Pisang Indonesia pada tahun 2014 tercatat sebesar USD 16 juta, mengalami peningkatan yang signifikan atau mengalami pertumbuhan sebesar 444% dibandingkan tahun sebelumnya.

Belajar dari BrexitHal. 24

Page 2: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/isi_warta_11.pdf · dampak Brexit terutama yang berkaitan dengan perdagangan, investasi, finansial, dan yang

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016 32 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016

Hasni

Potensi Perdagangan Kawasan

Negara-negara Maghribi adalah negara-negara yang berada di

sebagian besar wilayah barat Afrika Utara atau barat Laut Afrika.

Awalnya, wilayah negara Maghribi merupakan Pegunungan Atlas

dan dataran pesisir yang terdiri dari negara Maroko, Aljazair,

Tunisia, Mauritania dan Libya. Kemudian pada 17 Februari 1989

dibentuk Arab Maghreb Union (AMU) melalui Perjanjian Marrakech

dengan tujuan mempererat hubungan persaudaraan sesama

negara anggota, merealisasikan kemajuan komunitas, dan

melindungi hak mereka, pencapaian kemajuan dari pergerakan

bebas orang, jasa, barang dan modal antar negara anggota, dan

mengadopsi kebijakan umum di semua bidang. Pada bidang

ekonomi, kebijakan umum AMU bertujuan untuk menjamin industri,

pertanian, perdagangan, dan pembangunan masyarakat negara

anggota AMU berjalan dengan lancar (Worldbank, 2010).

Pada tahun 2012, negara-negara Maghribi (AMU) menghadapi

permasalahan terkait dengan krisis ekonomi yang melanda benua

Eropa, karena negara-negara yang berada di kawasan Eropa

merupakan mitra dagang utama Maghribi. Sebagai dampak krisis

ekonomi Eropa, perdagangan antara negara Maghribi dengan

Eropa turun 6,6% di tahun 2013. Setelah 27 tahun perjanjian AMU

ditandatangani, pangsa perdagangan kelima negara anggota

AMU tidak lebih dari 1% terhadap total perdagangan dunia. Pada

tahun 2015 perdagangan AMU memiliki pangsa sebesar 0,60%

dari total perdagangan dunia, lebih rendah dari tahun sebelumnya

yang mencapai 0,74%. Nilai perdagangan negara Maghribi yang

rendah ini tidak merefleksikan komplementaritas ekonomi sumber

daya alam yang dimiliki. Bank Dunia mencatat bila penurunan

perdagangan negara Maghribi di dunia berlanjut terus, kawasan

itu akan kehilangan 200 ribu tenaga kerja setiap tahun. Saat ini

di Aljazair, Libya, Tunisia, Maroko dan Mauritania masing-masing

terjadi tingkat pengangguran 15,4%; 17,7%; 15,4%; 10,6% dan

21,1% per tahun (Tradingeconomics, 2014).

Di antara lima negara anggota AMU, Aljazair merupakan

negara dengan pendapatan per kapita tertinggi yakni mencapai

Libia

Tunisia

Algeria

Morocco

Mauritania

Gambar 1. Peta Negara Anggota AMU.Sumber: MoroccoWorldNews (2014)

USD 5.523 per tahun, sementara pendapatan per kapita Libya,

Tunisia, Maroko dan Mauritania masing-masing sebesar USD 4.885,

USD 4.373, USD 3.107 dan USD 1.254 per tahun. Selain itu, Aljazair

juga memiliki populasi penduduk terbanyak yakni mencapai sekitar

37,9 juta jiwa. Hal ini menjadi indikasi bahwa Aljazair merupakan

negara yang paling baik kondisi ekonominya dibandingkan

empat negara Maghribi lainnya, di mana Maroko, Tunisia,

Libya dan Mauritania masing-masing memiliki penduduk

sebesar 32,9 juta jiwa, 10,9 juta jiwa, 6,1 juta jiwa dan 3,7 juta

jiwa. Demikian juga dengan nilai perdagangan, Aljazair mempunyai

nilai total perdagangan yang paling besar di kawasan AMU yaitu

sebesar 45% dari total perdagangan AMU. Namun demikian,

ISU PERDAGANGAN

Page 3: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/isi_warta_11.pdf · dampak Brexit terutama yang berkaitan dengan perdagangan, investasi, finansial, dan yang

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016 32 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016

Aljazair masih belum resmi menjadi negara anggota WTO dan

masih berstatus sebagai negara observer di WTO hingga akhir

2015 (Statistik WTO, 2014).

Meskipun perjanjian AMU sudah ditandatangani 27 tahun

yang lalu, pangsa total volume perdagangan AMU ke dunia belum

pernah lebih dari 1%. Hal ini mengindikasikan AMU sebagai

salah satu kerjasama regional yang kurang berkembang sebagai

kawasan perdagangan. Terbentuknya AMU selama lebih dari dua

dekade lalu belum mampu meningkatkan perdagangan mereka

dengan negara di kawasan lain dan sebagian besar perdagangan

negara-negara Maghribi masih dilakukan dengan Uni Eropa.

Pada tahun 2007, total perdagangan antar negara Maghribi

(intra trade) kurang dari 2% Produk Domestik Bruto (PDB) AMU

dan kurang dari 3% dari total perdagangan AMU dengan dunia.

Beberapa alasan rendahnya kinerja perdagangan ini diantaranya

adalah adanya hambatan perdagangan yang tinggi, kemacetan

logistik, kurangnya produksi, dan permasalahan politik. Fokus

pada liberalisasi perdagangan dengan Uni Eropa (UE) memberikan

kesempatan bagi negara-negara Maghribi untuk membuat

kebijakan yang akhirnya akan membantu mereka menyelaraskan

kebijakan dalam wilayah AMU sendiri (World Bank, 2010).

Kinerja Perdagangan Negara Maghribi dengan DuniaPada tahun 2014 nilai total ekspor dari AMU ke dunia

mencapai lebih dari USD 125 juta dengan pertumbuhan rata-rata

per tahun selama periode 2010-2014 meningkat sebesar 0,67%.

Dari sepuluh negara tujuan utama ekspor AMU, enam negara

di antaranya adalah negara yang berada di kawasan Uni Eropa

dengan pangsa ekspor AMU ke keenam negara tersebut mencapai

60%. Hal ini mengindikasikan ketergantungan AMU masih besar

terhadap negara-negara Eropa (Tabel 1).

Tabel 1. Negara-Negara Tujuan Ekspor Maghribi (USD Juta)

Sumber: Trade Map (2015), diolah

Sementara itu, nilai ekspor AMU ke Indonesia pada tahun

2014 mencapai USD 620 juta dengan pangsa mencapai 0,49%

dan rata-rata pertumbuhan per tahun pada periode 2010-2014

sebesar 18,42%. Angka pertumbuhan ekspor rata-rata AMU ke

Indonesia jauh lebih besar dibandingkan pertumbuhan ekspor

AMU ke dunia. Ini merupakan indikasi bahwa AMU sedang

bergiat mengembangkan potensi ekspornya ke Indonesia.

Sebaliknya, Indonesia juga harus memanfaatkan kondisi ini untuk

terus meningkatkan ekspor ke AMU, baik dari sisi nilai maupun

keragaman produk ekspor.

Nilai impor AMU dari dunia juga terus mengalami peningkatan

dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 6,64% per tahun. Tidak

berbeda dengan ekspor, dari sepuluh negara asal utama impor

AMU, empat negara di antaranya berada di kawasan Uni Eropa

dengan pangsa impor AMU dari keempat negara tersebut

mencapai 37%. Dari sepuluh negara asal impor utama Maghribi,

Aljazair merupakan negara dengan peningkatan pertumbuhan

impor Maghribi terbesar, yaitu mencapai 19,05% per tahun pada

periode 2010-2014 (Tabel 2).

Tren Pangsa No Negara Importir 2010 2014 2010-2014 2014 (%) (%)

Dunia 128.408 125.667 0,67 100,00

1 Perancis 18.161 19.816 2,17 15,77

2 Italia 28.261 18.417 -7,01 14,66

3 Spanyol 13.025 16.633 8,35 13,24

4 Belanda 6.254 7.714 6,64 6,14

5 Inggris 3.021 7.290 29,29 5,80

6 Amerika Serikat 15.802 6.455 -21,35 5,14

7 Jerman 3.261 5.600 16,00 4,46

8 Brazil 3.399 3.949 2,71 3,14

9 RRT 5.011 3.827 -4,46 3,05

10 Turki 3.454 3.660 2,46 2,91

26 Indonesia 324 620 18,42 0,49

Page 4: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/isi_warta_11.pdf · dampak Brexit terutama yang berkaitan dengan perdagangan, investasi, finansial, dan yang

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016 54 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016

URAIAN Nilai : USD Juta Jan-Apr Jan-Apr Perub.(%) Tren (%)

2011 2012 2013 2014 2015 2015 2016 2016/15 2011-2014

Tabel 2. Negara-Negara Asal Impor Maghribi (USD Juta)

Sumber: Trade Map (2015), diolah

Sementara itu, pangsa impor AMU dari Indonesia pada tahun

2014 mencapai 0,33% dengan rata-rata pertumbuhan per tahun

pada periode 2010-2014 sebesar 5,09% (Tabel 2). Pertumbuhan

positif ini merupakan suatu peluang yang sangat baik bagi

Indonesia untuk menjadikan AMU sebagai pasar ekspor potensial,

dan peluang tersebut harus bisa dimanfaatkan oleh dunia industri

di Indonesia yang bisa dimulai melalui berbagai pameran dan

promosi produk ekspor Indonesia ke AMU.

Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara MaghribiMeskipun volume perdagangan AMU ke dunia belum mencapai

1% dari total perdagangan dunia, Indonesia tetap melihat AMU

sebagai mitra dagang yang prospektif di masa depan. Indonesia

sudah menjalin kerjasama dengan negara-negara anggota AMU

sejak lama, bahkan Indonesia adalah negara pertama yang

mengakui kemerdekaan salah satu negara AMU, Maroko. Kinerja

perdagangan antara Indonesia dengan AMU dapat dilihat pada

Tabel 3.

Tabel 3. Neraca Perdagangan Indonesia – AMU (USD Juta)

Sumber: BPS (2015), diolah

Total perdagangan antara Indonesia dan

AMU menunjukkan rata-rata pertumbuhan

yang positif, di mana selama periode

2011–2014 mengalami tren positif sebesar

6,8% per tahun. Dari sisi neraca non migas,

perdagangan Indonesia–AMU pada periode

yang sama selalu surplus dengan tren

positif sebesar 7,6% pertahun. Meskipun

demikian, kinerja neraca migas masih terus

mengalami defisit akibat kebutuhan produk

migas Indonesia banyak yang diimpor dari

negara-negara anggota AMU (Tabel 3).

Tabel 4. Realisasi Ekspor Indonesia ke AMU Menurut Sektor (USD Juta)

Sumber: BPS (2015), diolah

Jika dilihat dari realisasi ekspor menurut

sektor, terdapat dua sektor yang menjadi

unggulan ekspor Indonesia ke AMU, yaitu

industri dan pertanian. Pangsa ekspor

sektor industri mencapai 93,8% dari total

ekspor Indonesia ke kawasan AMU periode

Januari-April 2016. Hal ini mengindikasikan

bahwa produk-produk hasil industri dalam

negeri juga sangat diterima di negara-

negara AMU. Adapun produk industri

yang saat ini menjadi primadona ekspor

Indonesia ke AMU antara lain produk kayu,

produk otomotif dan produk elektronik.

Tren Pangsa No Negara Importir 2010 2014 2010-2014 2014 (%) (%)

Dunia 117.995 147.214 6,64 100,00

1 Perancis 16.957 17.725 0,66 12,04

2 RRT 10.759 15.367 11,53 10,44

3 Italia 11.810 14.641 7,38 9,95

4 Spanyol 7.737 13.328 14,91 9,05

5 Jerman 6.955 8.767 6,77 5,95

6 Amerika Serikat 6.520 8.329 5,92 5,66

7 Turki 4.812 6.827 13,04 4,64

8 Arab Saudi 2.741 3.161 2,78 2,15

9 Korea Selatan 4.463 3.124 -5,74 2,12

10 Aljazair 1.485 2.947 19,05 2,00

42 Indonesia 391 481 5,09 0,33

Total Perdagangan 787,8 1564,8 1443,2 1007,3 837,3 269,3 319,6 18,68 6,79 Migas 328,1 816,5 753,1 356,7 281,6 24,3 169,0 596,84 1,72 Non Migas 459,7 748,3 690,2 650,6 555,7 245,0 150,6 -38,55 10,09 Ekspor 365,9 531,4 543,3 486,3 404,6 160,8 122,2 -23,97 9,15 Migas - - - - - - - - - Non Migas 365,9 531,4 543,3 486,3 404,6 160,8 122,2 -23,97 9,15 Impor 421,8 1033,4 900,0 521,0 432,7 108,5 197,3 81,89 5,07 Migas 328,1 816,5 753,1 356,7 281,6 24,3 169,0 596,84 1,72 Non Migas 93,8 216,9 146,9 164,3 151,0 84,2 28,3 -66,37 13,79 Neraca Perdagangan (55,9) (502,1) (356,7) (34,7) (28,0) 5,3 (75,1) -243,59 - Migas (-328,1) (816,5) (753,1) (356,7) (281,6) (24,3) (169,0) 596,84 - Non Migas 272,1 314,4 396,4 322,0 253,6 76,5 93,9 22,68 7,65

URAIAN Nilai : USD Juta Perub. Tren Pangsa (%) Jan-Apr Jan-Apr (%) (%) thd Total 2011 2012 2013 2014 2015 2015 2016 2016/15 2011-2014 2016

TOTAL EKSPOR 365,9 531,4 543,3 486,3 404,6 160,8 122,2 -23,97 9,15 100,00

MIGAS - - - - - - - - - -

Minyak Mentah - - - - - - - - - -

Hasil Minyak - - - - - - - - - -

Gas - - - - - - - - - -

NON MIGAS 365,9 531,4 543,3 486,3 404,6 160,8 122,2 -23,97 9,15 100,00

Pertanian 38,4 55,4 74,1 47,0 56,7 19,4 7,6 -60,93 9,36 6,19

Industri 327,5 475,9 469,2 439,3 347,9 141,4 114,7 -18,92 9,06 93,81

Pertambangan - - - - - - - - - -

Lainnya 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 4819,69 -2,50 0,01

Page 5: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/isi_warta_11.pdf · dampak Brexit terutama yang berkaitan dengan perdagangan, investasi, finansial, dan yang

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016 54 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016

Tabel 5. Realisasi Impor Indonesia dari AMU Menurut Kelompok Barang (USD Juta)

Sumber: BPS (2015), diolah

Sementara itu, jika dilihat dari sisi realisasi impor menurut

kelompok barang (Broad Economic Categories/BEC), jenis barang

yang paling banyak diimpor Indonesia dari AMU adalah bahan baku/

penolong dengan pangsa pada periode Januari-April 2016 mencapai

94,2%. Tren impor bahan baku/penolong dari AMU mengalami

peningkatan dengan rata-rata 4,61% per tahun selama periode 2011-

2014, sedangkan impor barang konsumsi dari AMU pada periode

yang sama mengalami pertumbuhan rata-rata per tahun 20,97% dan

impor barang modal naik 8,45% per tahun (Tabel 5).

Tabel 6. Produk Impor Utama AMU dari Indonesia (USD)

Sumber: Trade Map (2015), diolah

URAIAN Nilai : USD Juta Perub. Tren Pangsa (%) Jan-Apr Jan-Apr (%) (%) thd Total 2011 2012 2013 2014 2015 2015 2016 2016/15 2011-2014 2016

TOTAL IMPOR 421,8 1033,4 900,0 521,0 432,7 108,5 197,3 81,89 5,07 100,00 Barang Konsumsi 17,9 24,7 32,1 30,9 28,2 12,9 11,3 -12,39 20,97 5,72 Bahan Baku/Penolong 403,8 982,7 867,5 489,3 404,0 95,5 186,0 94,68 4,61 94,23 Barang Modal 0,1 26,0 0,3 0,8 0,4 0,1 0,1 0,41 8,45 0,04

No Kode Uraian Barang 2011 2012 2013 2014 2015 Tren Pangsa Produk 2011-2015 (%) 2015 (%)

1 1511 Minyak kelapa sawit dan fraksinya, dimurnikan maupun tidak,

tetapi tidak dimodifikasi secara kimia. 96.100 144.025 156.110 114.519 151.893 7,10 33,54

2 0901 Kopi, digongseng, dihilangkan kafeinnya maupun tidak;

sekam dan kulit kopi; pengganti kopi me ngandung kopi dalam

perbandingan berapa saja. 60.379 49.287 75.185 53.410 55.506 -0,88 12,26

3 1517 Margarin; campuran atau olahan yang dapat dimakan dari

lemak atau minyak hewani atau nabati atau fraksi dari lemak

atau minyak yang berbeda dalam bab ini, selain lemak atau

minyak atau 8 - 487 1.497 28.618 - 6,32

4 7308 Struktur (tidak termasuk bangunan prefabrikasi dari

pos No.94.06) dan bagian dari struktur (misalnya, jembatan

dan bagian jembatan, pintu berkunci, menara, tiang kisi-kisi,

atap, rang ka atap, 25.668 35.410 10 3.110 23.464 -22,99 5,18

5 1513 Minyak kelapa (kopra), biji kelapa sawit atau babassu dan

fraksinya, dimurnikan maupun tidak, tetapi tidak dimodifikasi

secara kimia. 12.391 15.968 8.134 11.795 15.230 1,10 3,36

6 1604 Ikan diolah atau diawetkan; kaviar dan pengganti kaviar yang

diolah dari telur ikan. 3.037 5.697 11.061 8.204 12.630 37,92 2,79

7 3401 Sabun; produk aktif-permukaan organik dan preparat untuk

digunakan sebagai sabun, dalam bentuk batangan, bentuk cake,

bentuk potongan atau bentukan yang dicetak mengandung

sabun maupun tidak; 6.643 8.605 14.251 8.706 11.967 12,62 2,64

8 5510 Benang (selain benang jahit) dari serat stapel tiruan, tidak

disiapkan untuk pen jualan eceran. 2.831 3.374 7.525 10.671 11.396 48,24 2,52

9 5509 Benang (selain benang jahit) dari serat stapel sintetik, tidak

disiapkan untuk penjualan eceran. 3.551 4.566 4.978 9.385 8.924 29,22 1,97

10 4011 Ban luar bertekanan baru, dari karet. 7461 17894 14819 11467 8402 -2,05 1,86

Potensi Ekspor Indonesia ke Negara MaghribiKinerja ekspor Indonesia ke Negara Maghribi (AMU) cukup

baik, dengan peningkatan ekspor rata-rata per tahun sebesar

13%. Berdasarkan analisis daya saing dengan menggunakan

pendekatan harga yang diproksi dari nilai impor dibagi volume

impor, menunjukkan bahwa produk Indonesia di kawasan AMU

memiliki daya saing yang cukup baik. Data sepuluh produk impor

utama negara-negara Maghribi (AMU) dari Indonesia disajikan

pada Tabel 6. Produk yang menjadi andalan ekspor Indonesia ke

AMU antara lain CPO dan produk turunannya, kopi, ikan, sabun,

benang dan ban mobil (Tabel 6).

Page 6: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/isi_warta_11.pdf · dampak Brexit terutama yang berkaitan dengan perdagangan, investasi, finansial, dan yang

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016 76 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016

Untuk melihat daya saing produk Indonesia di AMU, dipilih tiga

produk yang termasuk dalam sepuluh besar produk impor AMU

dari Indonesia yaitu minyak sawit dan fraksinya, kopi dan minyak

kelapa (kopra). Harga dari ketiga produk tersebut dibandingkan

dengan harga produk yang sama dari lima negara pesaing di pasar

AMU dan dengan asumsi kualitas produk yang dihasilkan setiap

negara sama. Dari hasil analisis tersebut diperoleh hasil bahwa

daya saing minyak sawit dan fraksinya (HS 1511) dari Indonesia

cukup kompetitif, dan berada di urutan kedua, namun nilai ekspor

minyak sawit dan fraksinya dari Indonesia merupakan yang

terbesar diantara negara pemasok lainnya. Di antara lima negara

pemasok produk minyak sawit dan fraksinya terbesar di AMU,

Singapura memiliki daya saing tinggi yang diindikasikan dengan

harga yang paling rendah. Namun pangsa impor produk CPO AMU

dari Singapura cukup kecil, hal ini disebabkan variasi produk CPO

Singapura yang masih sedikit (Tabel 7).

Daya saing ekspor produk kopi (HS 0901) Indonesia yang

dilihat dari nilai satuan kelima negara pemasok kopi terbesar di

AMU ternyata paling tinggi, namun dari pangsa ekspor Indonesia

masih berada di urutan ketiga setelah Vietnam dan Pantai Gading.

Indonesia memiliki peluang yang besar untuk meningkatkan ekspor

kopi ke AMU karena kopi Indonesia memiliki cita rasa kopi yang khas

dari berbagai daerah di Indonesia, namun harus disesuaikan dengan

selera pasar di kawasan AMU. Pesaing yang paling berat untuk

produk kopi di AMU adalah Vietnam karena dengan harga yang

sedikit lebih tinggi dibanding Indonesia, Vietnam berhasil menjadi

pemasok produk kopi terbesar di AMU (Tabel 8).

Produk minyak kelapa (kopra) dengan kode HS 1513 dari

Indonesia berhasil menembus pasar negara Maghribi dan berada

di urutan kedua dari sisi daya saing. Jika dilihat dari nilai ekspor,

produk minyak kelapa (kopra) Indonesia juga menempati posisi

terbesar kedua setelah Malaysia (Tabel 9). Malaysia memiliki daya

saing yang paling baik dan pangsa ekspornya ke AMU juga paling

tinggi. Indonesia merupakan produsen kelapa terbesar di dunia,

hampir di seluruh wilayah Indonesia kelapa dapat tumbuh. Oleh

karena itu, seharusnya Indonesia dapat mengekspor produk minyak

kelapa lebih banyak dibanding negara lain yang hanya memiliki lahan

perkebunan kelapa yang lebih sedikit.

Saat ini negara-negara AMU telah berupaya meningkatkan

integrasi perdagangan mereka ke dalam ekonomi dunia. Namun,

pertumbuhan ekonomi perdagangan di AMU masih tertinggal jika

dibandingkan dengan negara-negara berkembang lain di Timur

Tengah, Asia, dan Amerika Latin. Namun dari sisi perdagangan,

posisi negara-negara yang berada di utara benua Afrika ini memiliki

potensi sebagai hub yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan

kinerja ekspor non migas Indonesia ke negara-negara di sekitar

AMU. Indonesia harus bisa memanfaatkan kesempatan ini dengan

maksimal, diantaranya melalui peningkatan peran perwakilan

dagang di negara-negara AMU. Selain itu, pemerintah juga

Tabel 7. Nilai, Harga dan Pangsa Impor Minyak Sawit AMU Tahun 2013

Keterangan: HS 1511 (Minyak sawit dan fraksinya)

Sumber: WITS (2014), diolah

Tabel 8. Nilai, Harga dan Pangsa Impor Kopi Maghribi (AMU) Tahun 2013

Keterangan: HS 0901 (Kopi)

Sumber: WITS (2014), diolah

Keterangan: HS 4412 (Kayu lapis, panel veneer dan kayu dilaminasi semacam itu)

Sumber: WITS(2015), diolah

Tabel 9. Nilai, Harga dan Pangsa Impor Produk Kayu Maghribi (AMU) Tahun 2013

perlu mengidentifikasi kebijakan dan peraturan di negara wilayah

AMU, meningkatkan kegiatan promosi ekspor dan diplomasi

demi meningkatkan perdagangan Indonesia dengan AMU, serta

melakukan market intelligent di AMU dengan cermat.

No. Negara Pemasok Nilai ekspor Harga Pangsa

(USD juta) (USD ribu/ton) (%)

No. Negara Pemasok Nilai ekspor Harga Pangsa

(USD juta) (USD ribu/ton) (%)

No. Negara Pemasok Nilai ekspor Harga Pangsa

(USD juta) (USD ribu/ton) (%)

1 Indonesia 44.655 0,80 68,55

2 Malaysia 16.414 0,82 25.20

3 Singapura 2.280 0,34 3,50

4 Italia 1.188 0,85 1,82

5 Swedia 191 1,56 0,29

1 Vietnam 134.004 2,34 43,60

2 Cote d’Ivoire 119.437 2,32 38,86

3 Indonesia 30.682 2,19 9,98

4 Brazil 14.493 3,52 4,72

5 Italia 2.046 11,05 0,67

1 Malaysia 2,170 0.74 71.15

2 Indonesia 877 1.52 28.76

3 Swedia 2 3.12 0.08

Page 7: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/isi_warta_11.pdf · dampak Brexit terutama yang berkaitan dengan perdagangan, investasi, finansial, dan yang

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016 76 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016

Deky Paryadi

Pemanfaatan Hak Kekayaan Intelektual Indikasi Geografis Untuk Pengembangan Potensi

Daerah di IndonesiaKekayaan Intelektual Indikasi Geografis

Hak Kekayaan Intelektual (HKI) adalah padanan kata yang

biasa digunakan untuk Intellectual Property Rights (IPR), yakni hak

yang timbul karena hasil olah pikir yang menghasilkan suatu produk

atau proses yang berguna untuk manusia. Pengajuan HKI atas

suatu barang tertentu mengakibatkan timbulnya hak bagi subjek

hukum yang mengajukan, hak tersebut adalah hak ekonomis dan

hak moral. Hak ekonomis timbul berupa keuntungan jika pihak

lain menggunakan HKI yang telah didaftarkan dan hak moral yang

merupakan hak yang melekat kepada inventor terhadap invensi

yang telah ditemukan.

Seseorang bebas untuk mengajukan atau tidak mengajukan

permohonan atau mendaftarkan karya intelektual yang

dihasilkannya. Hak eksklusif yang diberikan negara kepada

individu pelaku HKI (inventor, pencipta, pendesain, dan

sebagainya) tidak lain dimaksudkan sebagai penghargaan

atas hasil karya (kreativitas) dan agar orang lain terpacu untuk

mengembangkan lebih lanjut sehingga dengan sistem HKI

tersebut kepentingan masyarakat akan ditentukan melalui

mekanisme pasar.

Secara garis besar menurut Direktorat Jenderal Kekayaan

Intelektual Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia, HKI

terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

1) Hak Cipta (copyright);

2) Paten (patent),

3) Merek (trademark),

4) Desain industri (industrial Design),

5) Desain tata letak sirkuit terpadu (Layout Design of Integrated

Circuit),

6) Rahasia dagang (Trade Secret)

7) Indikasi Geografis (Geographical Indication)

Dari sekian banyak jenis HKI yang disebutkan, yang menjadi

fokus dalam artikel ini adalah Indikasi Geografis (IG). Apa yang

dimaksud dengan Indikasi Geografis? Pasal 56 UU No. 15 Tahun

2001 tentang Merek menyatakan bahwa “Indikasi Geografis

dilindungi sebagai suatu tanda yang menunjukkan daerah asal suatu

barang, yang karena faktor lingkungan geografisnya termasuk faktor

alam, faktor manusia, atau kombinasi dari kedua faktor tersebut,

memberikan ciri dan kualitas tertentu pada barang yang dihasilkan”.

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia

dikaruniai berbagai kekayaan alam dan kekayaan hayati, sehingga

dapat dipastikan memiliki banyak komoditas atau produk yang

potensial untuk dilindungi melalui indikasi geografis. Permasalahan

muncul ketika di hampir semua wilayah Indonesia, komoditas

atau produk yang potensial yang bisa dilindungi sebagai Indikasi

Geografis, belum mendapatkan perhatian yang memadai dari

pemerintah, khususnya pemerintah daerah sebagaimana yang

diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 15 tahun 2001 tentang

Merek (UU 15/2001) dan Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun

2007 tentang Indikasi Geografis (PP 51/2007).

Berbeda dengan rezim HKI pada umumnya yang merupakan

hak privat, hak Indikasi Geografis memberikan hak eksklusif berupa

hak komunal (bersama) dan manfaat ekonomi bagi pemegangnya.

Perlindungan hukum hak Indikasi Geografis, merupakan salah satu

kekhususan yang merupakan bagian dari tanggung jawab daerah

dalam rangka otonomi daerah, dimana pemerintah daerah memegang

peran penting dalam pertumbuhan suatu daerah. Pemerintah

perlu menentukan kebijakan dalam rangka memberikan jaminan

perlindungan akan hak indikasi geografis yang ada di daerahnya,

sebagai bentuk kepedulian terhadap kekayaan daerah tersebut.

Potensi daerah yang dapat dikembangkan sehingga dapat

memberikan ciri daerah yang bersangkutan adalah potensi

Page 8: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/isi_warta_11.pdf · dampak Brexit terutama yang berkaitan dengan perdagangan, investasi, finansial, dan yang

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016 98 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016

Pada saat dimulai penelitian perbaikan mutu, perbaikan sistem

pemasaran, dan aplikasi Indikasi Geografis pada tahun 2001 harga

biji kopi Arabika di Kintamani sangat rendah (Rp 5000), bahkan

lebih rendah dari harga kopi Robusta di Pupuan Tabanan Bali (Rp

5.500). Pada tahun 2007, harga kopi Arabika di Kintamani telah

beranjak naik menjadi sekitar Rp 26.000 per kg. Kenaikan harga

ini selain karena faktor harga internasional juga dipengaruhi oleh

adanya perbaikan mutu dan sistem pemasaran yang lebih efisien.

Perbaikan harga ini semakin baik setelah kopi Arabika Kintamani

Bali terdaftar sebagi produk Indikasi Geografis.

Harga kopi Arabika Kintamani Bali jenis OSE WP sekitar Rp

51.000 per kg bahkan pernah ada yang mencapai harga sekitar Rp

53.000 per kg (Republika, 6 Januari 2015). Adanya perbaikan harga

tersebut sedikit banyak karena dipengaruhi oleh adanya perbaikan

kualitas dari Kopi Arabika Kintamani yang telah didaftarkan sebagai

Kekayaan Intelektual Indikasi Geografis. Dengan pendaftaran

Indikasi Geografis kopi Arabika Kintamani Bali makin dikenal

masyarakat luas, sehingga saat ini makin terbuka pasarnya.

Sebagian besar kopi Arabika Kintamani Bali diekspor ke luar negeri

(Jepang, Australia, Uni Eropa, Amerika Serikat, dan Korea), dan

sebagian dipasarkan di dalam negeri (khususnya untuk memenuhi

kebutuhan kedai-kedai kopi spesialti di kota-kota besar).

Jika dibandingkan dengan potensi yang dimiliki oleh Indonesia,

jumlah pendaftaran indikasi geografis Indonesia yang terdaftar

masih tergolong minim, sehingga hal ini menimbulkan beberapa

pertanyaan, pertama apakah pemahaman masyarakat daerah

mengenai indikasi geografis masih rendah? Ataukah perangkat

hukum yang ada masih belum dapat mengakomodir potensi-

potensi indikasi geografis di beberapa daerah di Indonesia?

produk-produk unggulan spesifik lokasi yang sangat lekat dengan

pengetahuan tradisional dan kearifan lokal. Kekhasan tersebut

muncul akibat adanya interaksi antara komoditas tersebut dengan

lingkungan, sosial budaya, dan teknologi setempat. Kekhasan

tersebut tidak akan dapat diperoleh di lokasi lain, meskipun bila

komoditas atau bahan bakunya sama. Dalam kenyataannya saat

ini, kekhasan tersebut kadang tidak sempat dimanfaatkan oleh

masyarakat wilayah penghasil produk, tetapi dimanfaatkan oleh

pelaku usaha atau masyarakat wilayah lain. Dari segi sumber daya

alam, banyak produk daerah yang telah lama dikenal dan telah

mendapatkan pengakuan di pasar internasional sehingga memiliki

nilai ekonomi yang tinggi sebagai contoh: Kopi Gayo, Kopi Toraja,

Kopi Kintamani, Mebel Ukir Jepara dan sebagainya.

Tidak hanya di Indonesia, negara-negara lain pun saat ini tengah

berlomba-lomba untuk meningkatkan kekhasan daerah masing

masing melalui indikasi geografis yang telah mereka daftarkan.

Beberapa potensi indikasi geografis di negara Asia antara lain:

Malaysia: Bario Rice; Vietnam: Pomelo Nam Roi; Kamboja: Rice

Battabang, Cardamom, Pranoc (Fish sauce), PepperKampot;

Cina: Alcohol Cereals, Mootai (Gui Zhou), Longjing Tea Huangzhou

(Zhetiang), Xuanwei Ham (Yunnan), Mengshan tea (Sinchuan);

Thailand: Durian Chanthaburi, Rayong, Mangosteem Rayong,

Pineapple Phuket, Salted eggs Chai Ya (Surattnani), Oysters

Surattnani,Wine Loei, Pak Chong, Khao Yai, Gold Sukhotai

(Septiono, 2009).

Melihat fenomena tersebut, perlindungan atas Indikasi

Geografis (IG) sebagai bagian dari HKI sangat diperlukan.

Indikasi Geografis suatu produk memegang peranan vital dalam

memberikan kesan kepada konsumen tentang adanya nilai lebih

pada produk yang ditawarkan, baik mengenai kualitas maupun

sifat-sifat yang dapat meningkatkan daya saing yang akhir-akhir ini

banyak dikembangkan di berbagai negara.

Indikasi Geografis Terdaftar di IndonesiaIndikasi Geografis (IG) dalam negeri yang pertama kali terdaftar

adalah Kopi Arabika Kintamani Bali yang dimohonkan oleh

Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Kopi Arabika

Kintamani Bali pada tahun 2008. Penelitian dan pengembangan

aplikasi Indikasi Geografis di Indonesia dipelopori oleh Pusat

Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka) bekerjasama

dengan Center Internationale de Reserche Agronomique et pour

la Development (CIRAD), sebuah Lembaga Penelitian Pertanian

Tropika Internasional di Perancis, pada komoditas kopi Arabika

di dataran tinggi Kintamani Bali pada akhir tahun 2001. Penelitian

dan pengembangan aplikasi Indikasi Geografis tersebut dilakukan

secara simultan dengan perbaikan mutu dan sistem pemasaran,

serta studi ilmiah tentang faktor geografis (alam, manusia dan

interaksi antara keduanya) dalam rangka persiapan pendaftaran

Indikasi Geografis.

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

40

35

30

25

20

15

10

5

0

Gambar 1. Indikasi Geografis Terdaftar Pertahun.Sumber: Ditjen Kekayaan Intelektual, Kemenkumham (2016), diolah

Dari Gambar 1 terlihat peningkatan jumlah Indikasi Geografis

terdaftar setiap tahunnya dari tahun 2007 sampai dengan tahun

2015. Hingga tahun 2009, total Indikasi Geografis terdaftar di

Indonesia rata-rata hanya satu, angka ini meningkat minimal

menjadi empat sejak tahun 2010 dan hingga akhir tahun 2015 total

Page 9: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/isi_warta_11.pdf · dampak Brexit terutama yang berkaitan dengan perdagangan, investasi, finansial, dan yang

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016 98 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016

Tabel 1. Indikasi Geografis Indonesia Terdaftar No Produk Pemohon

1 KopiArabikaKintamaniBali MPIG(MasyarakatPerlindunganIndikasiGeografis)KopiBali 2 Champagne Comite Interprofessional du Vin de Champagne (CIVC) Kuasa : Gunawan Suryomurcito 3 MebelUkirJepara JeparaIndikasiGeografis,ProdukMebel–Mebel 4 Lada Putih Munthok Badan Pengelola Pengembangan dan Pemasaran Lada (BP3L) Provinsi Kep Bangka Belitung 5 Kopi Arabika Gayo MPKG (Masyarakat Perlindungan Kopi Gayo) 6 Pisco INDECOPI Perwakilan Diplomatik : Ambassador Juan Alvarez Vita, Embassy of Peru in Indonesia 7 Tembakau Hitam Sumedang Pemerintah Kabupaten Sumedang 8 Tembakau Mole Sumedang Pemerintah Kabupaten Sumedang 9 Parmigiano Reggiano Consarzio Del Formaggio “Parmigiano - Reggiano” Kuasa : Andromeda, BA., SH 10 Susu Kuda Sumbawa Asosiasi PengembanganSusu Kuda Sumbawa. 11 Kangkung Lombok Asosiasi Komoditas Kangkung Lombok. 12 Madu Sumbawa Jaringan Madu HutanSumbawa 13 Beras Adan Krayan Asosiasi Masyarakat Adat Perlindungan Beras Adan Krayan 14 KopiArabikaFloresBajawa MasyarakatPerlindunganIndikasiGeografis 15 PurwacengDieng MasyarakatPerlindunganIndikasiGeografis(MPIG)PurwacengDieng 16 CaricaDieng MasyarakatPerlindunganIndikasiGeografis(MPIG)CaricaDieng 17 Vanili Kep. Alor Asosiasi Petani Vanili Kepulauan Alor (APVKA) 18 Kopi Arabika Kalosi Enrekang Masyarakat Perlindungan Kopi Enrekang 19 Ubi Cilembu Sumedang Asosiasi Agrobisnis Ubi Cilembu (ASAGUCI) 20 SalakPondohSlemanJogja PerlindunganIndikasiGeografisSalakPondohSleman 21 Minyak Nilam Aceh Forum Masyarakat Perlindungan Nilam Aceh (FMPNA 22 Kopi Arabika Java Preanger MPIG Kopi Arabika Java Preanger-Jabar 23 KopiArabikaJavaIjenRaung PerhimpunanMasyarakatPerlindunganIndikasiGeografis(PMPIG) 24 Bandeng Asap Sidoarjo Forum Komunikasi Masyarakat Tambak (FKMT) Sidoarjo 25 Kopi Arabika Toraja MPIG Kopi Arabika Toraja 26 KopiRobustaLampung MasyarakatIndikasiGeografisKopiRobustaLampung(MIG-KRL) 27 TembakauSrinthilTemanggung MasyarakatPerlindunganIndikasiGeografis(MPIG)TembakauSrinthilTemanggung 28 MeteKubuBali MasyarakatPerlindunganIndikasiGeografis(MPIG)MeteKubuBali 29 GulaKelapaKulonprogoJogya MasyarakatPerlindunganIndikasiGeografis(MPIG)GulaKelapaKulonprogoJogja 30 KopiArabikaJavaSindoroSumbing MasyarakatPerlindunganIndikasiGeografis(MPIG)KopiArabikaJavaSindoro-Sumbing 31 Kopi Arabika Sumatera Simalungun Himpunan Masyarakat Kopi Arabika Sumatera Simalungun (HMKSS) 32 KopiLiberikaTungkalJambi MasyarakatPerlindunganIndikasiGeografis(MPIG)KopiLiberikaTungkalJambi 33 Cengkeh Minahasa Masyarakat Perlindungan Cengkeh Minahasa (MPCM) 34 Beras Pandanwangi Cianjur Masyarakat Pelestari Padi Pandanwangi Cianjur (MP3C) 35 KopiRobustaSemendo MasyarakatPerlindunganIndikasiGeografis(MPIG)KopiSemendeApikJurai 36 PalaSiau LembagaPerlindunganIndikasiGeografis(LPIG)PalaSiau 37 TehJavaPreanger MasyarakatPerlindunganIndikasiGeografis(MPIG)TehJavaPreanger 38 GaramAmedBali MasyarakatPerlindunganIndikasiGeografis(MPIG)GaramAmedBali

Sumber: Ditjen Kekayaan Intelektual, Kemenkumham (2016)

Page 10: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/isi_warta_11.pdf · dampak Brexit terutama yang berkaitan dengan perdagangan, investasi, finansial, dan yang

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016 1110 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016

Indikasi Geografis terdaftar telah berjumlah 38 termasuk pemohon

Indikasi Geografis dari luar negeri.

Regulasi Indikasi Geografis di IndonesiaSebagai anggota WTO Indonesia telah meratifikasi Trade-

Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPs), pada tanggal

15 April 1994. Hal ini menjadi penting karena akan terlihat bagaimana

kapasitas dan keseriusan Indonesia dalam melindungi HKI, termasuk

diantaranya Indikasi Geografis di dunia internasional dalam setiap

perundingan. Pemerintah Indonesia melihat HKI sebagai potensi

negara yang harus dilindungi. Namun permasalahan saat ini, Indikasi

geografis yang merupakan bagian dari HKI belum mendapatkan

perhatian yang memadai dari pemerintah.

Dalam Pasal 5 PP No. 51 Tahun 2007 Tentang Indikasi

Geografis, yang berhak untuk mengajukan pendaftaran Indikasi

Geografis ada beberapa pihak diantaranya adalah:

(1) Lembaga yang mewakili masyarakat di daerah yang

memproduksi barang yang bersangkutan, yang terdiri atas:

(a) Pihak yang mengusahakan barang yang merupakan hasil

alam atau kekayaan alam;

(b) Produsen barang hasil pertanian;

(c) Pembuat barang-barang kerajinan tangan atau hasil

industri; atau

(d) Pedagang yang menjual barang tersebut.

(2) Lembaga yang diberi kewenangan untuk itu; atau

(3) Kelompok konsumen barang tersebut.

Pendaftaran Indikasi Geografis tidak memerlukan biaya yang

besar, berdasarkan PP No. 38 Tahun 2009 tentang Jenis dan

Tarif atas Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia biaya pendaftaran

sekitar Rp 500.000. Dalam Pasal 5 PP Nomor 51 tahun 2007 telah

diatur dengan jelas syarat-syarat pendaftaran Indikasi Geografis

antara lain sebagai berikut:

(1) Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia

oleh Pemohon atau melalui Kuasanya dengan mengisi formulir

dalam rangkap 3 (tiga) kepada Direktorat Jenderal.

(2) Bentuk dan isi formulir Permohonan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) ditetapkan oleh Direktorat Jenderal.

(3) Pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. Lembaga yang mewakili masyarakat di daerah yang

memproduksi barang yang bersangkutan, terdiri atas:

1. pihak yang mengusahakan barang hasil alam atau

kekayaan alam;

2. produsen barang hasil pertanian;

3. pembuat barang hasil kerajinan tangan atau barang

hasil industri; atau

4. pedagang yang menjual barang tersebut;

b. Lembaga yang diberi kewenangan untuk itu; atau

c. Kelompok konsumen barang tersebut.

Pada tahun 2009, pemohon Indikasi Geografis dari luar

negeri mulai mendaftarkan di Indonesia. Syarat Indikasi Geografis

luar negeri dapat terdaftar di Indonesia adalah (Ditjen Kekayaan

Intelektual, 2016):

a) Telah memperoleh pengakuan dan/atau terdaftar sebagai

Indikasi Geografis sesuai ketentuan yang berlaku di negara

asalnya;

b) Mengajukan permohonan pendaftaran kepada Pemerintah

Indonesia melalui Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Ditjen Kekayaan

Intelektual Kemenkumham tahun 2016, pendaftaran Indikasi

Geografis terdaftar dari luar negeri yang pertama adalah minuman

beralkohol (anggur) sprakling wine “Champagne” dari Perancis

pada tahun 2009, selanjutnya minuman beralkohol (keras) brandy

(spirit/eux-de-vie) Pisco dari Peru pada tahun 2010, dan keju

Parmigiano Reggiano dari Italia pada tahun 2011.

Adanya anggapan tidak semua Indikasi Geografis yang

didaftarkan dapat bernilai ekonomis, kerap menjadi alasan oleh

para pihak yang berkepentingan untuk tidak mendaftarkan

produknya sebagai Indikasi Geografis. Nilai ekonomis yang akan

didapat mungkin bukan merupakan direct benefit yang langsung

dapat diperoleh pemegang Hak Indikasi Geografis, namun harus

dilihat indirect benefit yang akan didapat. Indirect benefit yang

diperoleh antara lain, seperti daerah tersebut akan lebih dikenal

yang akhirnya akan memberikan dampak lain seperti di sektor

wisata dan bukan tidak mungkin akan menarik investor luar yang

akan memberikan dampak positif bagi kemajuan daerah setempat.

Dari penjelasan yang telah disampaikan di atas, tidak ada

alasan bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap Indikasi

Geografis untuk tidak mendaftarkan potensi daerahnya sebagai

produk Indikasi Geografis. Karena tanpa disadari, adanya Indikasi

Geografis dapat menjadi suatu simbol kedaulatan dan kebanggaan

sebuah daerah yang nantinya akan membawa nama Indonesia

ke kancah Internasional, sehingga tidak ada lagi peristiwa suatu

produk atau ciri khas suatu daerah/negara tertentu diakui sebagai

produk oleh negara lain. Indikasi Geografis masih belum dipahami

sebagai sebuah nilai ekonomis yang dapat dijadikan nilai lebih

dalam dunia perdagangan internasional, sehingga banyak potensi

daerah yang seharusnya dijadikan Indikasi Geografis wilayah

Indonesia malah diakui sebagai Indikasi Geografis oleh negara lain.

Page 11: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/isi_warta_11.pdf · dampak Brexit terutama yang berkaitan dengan perdagangan, investasi, finansial, dan yang

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016 1110 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016

Peluang Ekspor Pisang Cavendish

dan Peran Kebijakan Pengamanan PerdaganganMaria Stefani Endang dan Reni K. Arianti

Buah merupakan salah satu produk strategis perdagangan

Indonesia yang merupakan negara agraris dan tropis. Salah satu

buah andalan ekspor Indonesia adalah pisang. Ada beberapa jenis

pisang di Indonesia, antara lain Pisang Ambon, Pisang Raja, Pisang

Berangan, Pisang Cavendish dan beberapa pisang lainnya. Dari

beberapa jenis pisang tersebut, Pisang Cavendish merupakan

salah satu jenis pisang yang paling banyak diminati dan dikonsumsi

oleh masyarakat dunia.

Produsen Pisang Di DuniaBerdasarkan data dari Food Agricultural Organisation (FAO)

tahun 2016, negara-negara di Asia merupakan produsen utama

pisang di dunia. Pangsa produksi pisang di Asia mencapai 51%

dari total produksi dunia, disusul Amerika dengan pangsa 33%,

Afrika 14% dan sisanya 2% berasal dari Oceania dan Eropa. Lima

negara penghasil utama pisang di dunia pada tahun 2013 antara

lain India (27 juta ton atau sekitar 26% dari total produksi dunia),

Republik Rakyat Tiongkok (RRT) (11%), Filipina (8%), Brazil (6%),

dan Ekuador (5,6%). Indonesia tercatat menempati urutan ke enam

dengan produksi sebesar 5% dari total produksi dunia.

Tabel 1 memperlihatkan adanya kecenderungan penurunan

produksi pisang di dunia selama periode 2010-2013, dimana

per tahun rata-rata mengalami penurunan produksi sebesar

0,10%. Penurunan ini juga dialami oleh Indonesia sebesar 2,03%.

Penurunan produksi di beberapa negara disebabkan karena faktor

cuaca dan serangan hama pada tanaman pisang. Untuk Indonesia,

menurut laporan Direktur Jenderal Hortikultura kegagalan panen

pada tahun 2013 akibat serangan penyakit layu fusarium/bakteri,

penyakit bercak daun dan serangan hama ulat penggulung.

Namun, di saat negara-negara di dunia cenderung mengalami

penurunan, ketiga negara yaitu RRT, Guatemala dan Angola justru

mengalami peningkatan produksi yang signifikan pada periode

tersebut, masing-masing meningkat sebesar 8,39% untuk RRT,

7,33% untuk Guatemala, dan 14,59% untuk Angola.

Meskipun produksi pisang di Indonesia cukup besar, namun

peranan perdagangan pisang Indonesia dalam perdagangan

dunia masih relatif kecil. Tercatat impor pisang dunia pada tahun

2014 mencapai USD 174 juta, sedangkan peranan ekspor pisang

Tabel 1. Produksi Utama Pisang Dunia

Sumber: FAO (2016)

No Negara Produksi : Ton Tren (%)

2010 2011 2012 2013

Dunia 105.828.621 106.327.935 104.885.752 105.956.705 -0,10

1 India 29.780.000 28.455.100 26.509.000 27.575.000 -2,97

2 Republik Rakyat Tiongkok 9.561.000 10.400.000 11.558.000 12.075.238 8,39

3 Filipina 9.101.341 9.165.043 9.225.998 8.645.749 -1,46

4 Brazil 6.969.306 7.329.471 6.902.184 6.892.622 -0,93

5 Ecuador 7.931.060 7.427.776 7.012.244 5.995.527 -8,58

6 Indonesia 5.755.073 6.132.695 6.189.052 5.359.115 -2,03

7 Guatemala 2.637.115 2.679.934 3.078.547 3.188.050 7,33

8 Angola 2.047.955 2.646.073 2.991.454 3.095.013 14,59

9 Tanzania 3.155.710 3.143.835 2.524.740 2.678.680 -6,86

10 Burundi 1.912.661 1.848.727 1.184.075 2.235.697 0,23

Page 12: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/isi_warta_11.pdf · dampak Brexit terutama yang berkaitan dengan perdagangan, investasi, finansial, dan yang

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016 1312 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016

Filipina86,07%

Côte d'Ivoire10,58%

Mozambik3,14%

Negara Lainnya0,21%

Indonesia menurut data Trade Map masih dibawah 1%. Negara

di kawasan Timur Tengah dan Afrika merupakan pasar utama

ekspor pisang Indonesia antara lain Uni Emirat Arab (32%), Saudi

Arabia (23%), Iran (11%), Palestina (7%), dan Maroko (7%). Negara

pemasok utama pisang di dunia adalah Filipina (86%), Cote d’Ivoire

(10,5%), dan Mozambik (3%). Indonesia berada pada urutan ke-

24. Pesaing Indonesia dalam perdagangan pisang tidak hanya

berasal dari negara-negara Amerika Latin tetapi juga datang dari

negara-negara Asia (Gambar 1).

Produksi pisang Indonesia saat ini masih didominasi oleh

berbagai jenis pisang lokal yang sebagian besar dimanfaatkan

untuk konsumsi dalam negeri, sedangkan untuk pasar dunia

pisang jenis Cavendish lebih diminati. Dari hasil wawancara dengan

produsen pisang Pisang di Lampung, diperoleh keterangan bahwa

untuk pasar ekspor buah-buahan yang lebih dipentingkan adalah

kualitas produk sebab pembeli di negara tujuan cenderung memilih

buah dengan ukuran yang besar dan penampilan menarik. Selain

itu juga diharapkan produk buah-buahan bebas dari lalat buah dan

telur lalat buah.

Usaha tani Pisang Cavendish di Indonesia hanya dilakukan

oleh perusahaan besar, karena Budi daya Pisang Cavendish

memerlukan penanganan yang rumit terutama dalam hal

pengendalian hama penyakit daun (Fusarium), yang memerlukan

peralatan yang otomatis dalam penyemprotan terhadap daun.

Kondisi ini menyebabkan usaha budidaya Pisang Cavendish

agak sulit dilakukan oleh petani. Hingga saat ini tercatat dua

pemain utama usaha tani pisang Cavendish di Indonesia yakni PT.

Nusantara Tropical Farm (NTF), Lampung dengan brand “Sunpride”

dan PTPN VIII Jawa Barat yang sudah masuk ke pasaran lokal

dengan brand “Nusantara 8”.

Importir Utama Pisang Dunia

Eksportir Utama Pisang Dunia

Gambar 1. Negara Eksportir dan Importir Pisang Dunia.Sumber: Trade Map (2016)

Tabel 2. Negara Tujuan Utama Ekspor Pisang Indonesia, 2013-2015 (Jan-Nov)

Sumber: BPS (2016), diolah Puska Daglu BPPP Kemendag

Kinerja Ekspor Pisang IndonesiaMenurut Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor Pisang Indonesia

selama periode 2011-2015 menunjukkan pertumbuhan yang

cukup signifikan sebesar 121%. Pada tahun 2015, nilai ekspor

pisang tercatat sebesar USD 12 juta atau mengalami penurunan

sebesar 24% jika dibandingkan dengan periode tahun 2014 yang

mencapai nilai sebesar USD 16 juta, atau mengalami penurunan

sebesar 24%. Hal ini disebabkan karena adanya penurunan

permintaan terhadap pisang yang sejalan dengan melambatnya

perekonomian dunia.

Uni Emirat Arab32%

Saudi Arabia23%

Iran11%

Palestina7%

Maroko7%

Negara Lainnya

20%

Nilai : Ribu USD No Negara Januari-Mei Perub (%) Tren (%) 2013 2014 2015 2015 2016 2016/15 2011-15

Total Ekspor Pisang 2.846 16.003 12.082 8.204 2.715 -66,91 121,89 1 Republik Rakyat Tiongkok 1.595 11.026 4.878 4.357 557 -87,21 330,74 2 Saudi Arabia 677 1.380 2.157 1.295 223 -82,81 - 3 Jepang 0 - 1.778 444 1.116 151,24 - 4 Uni Emirat Arab 20 1.290 1.712 817 523 -35,95 124,34 5 Kuwait 482 1.992 1.477 1.220 103 -91,58 162,54 6 Malaysia 64 236 80 69 95 37,03 - 7 Maldives - - 1 1 - -100,00 - 8 Singapura 7 65 0 0 0 -34,86 - 9 Brasil - - - - - - - 10 Hongkong 2 14 - - - - - Negara lainnya 0 - - - 98 - -

Page 13: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/isi_warta_11.pdf · dampak Brexit terutama yang berkaitan dengan perdagangan, investasi, finansial, dan yang

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016 1312 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016

Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Kuwait, dan Saudi Arabia

adalah pasar utama ekspor pisang Indonesia pada tahun 2014 yang

masing-masing dengan pangsa sebesar 68,27%, 12,31%, dan

9,13% disusul oleh Uni Emirat Arab dan Malaysia dengan peranan

7,97% dan 1,66%. Pada periode Jan-Nov 2015 dibandingkan

dengan periode yang sama pada tahun 2014, ekspor pisang ke

RRT, Singapura, Hong Kong, dan Italia menurun signifikan rata-rata

sebesar 76%, sebaliknya ekspor ke Jepang, Australia, Malaysia,

Saudi Arabia, Uni Emirat Arab dan Kuwait mengalami peningkatan

rata-rata sebesar lebih dari 248%.

Peningkatan ekspor yang naik tajam adalah ke Jepang, ekspor

ke Jepang pada periode 2014 hanya menempati urutan ke 11 dan

pada periode Jan-Nov 2015 Jepang ada di urutan ke 3 terbesar

atau memiliki kontribusi sebesar 13,3%. Pasokan pisang ke

Jepang dari Filipina berkurang karena Filipina sering mengalami

bencana alam angin topan dan banjir, sehingga berpengaruh

besar terhadap produksi buahnya, kondisi tersebut membawa

keuntungan bagi Pisang Indonesia. Hal ini juga menunjukkan produk

pisang dari Indonesia mampu bersaing secara kualitas dengan

produk pisang dari Filipina yang selama ini merajai pasar dunia.

Keberhasilan menembus pasar ekspor Jepang dapat dikatakan

satu prestasi dan catatan penting bagi Indonesia mengingat

Jepang menerapkan standar mutu dan kesehatan yang sangat

tinggi untuk impor produk pertanian. Selain itu Indonesia mampu

menggenjot ekspor Pisang juga karena Indonesia mengenakan

Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) atas importasi barang Pisang

Cavendish asal Filipina yang terbukti melakukan dumping yang

menimbulkan kerugian bagi industri dalam negeri.

Peran Pemerintah dalam Pengamanan Perdagangan Pisang Dalam perdagangan internasional, praktik dumping merupakan

praktik perdagangan yang tidak fair, karena bagi negara pengimpor

kegiatan tersebut dapat menimbulkan kerugian terhadap industri

dalam negeri yang memproduksi barang sejenis. Untuk itu

pengenaan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) dapat dilakukan

jika harga ekspor suatu barang yang diimpor bernilai lebih rendah

dari harga normalnya dan menyebabkan kerugian bagi industri

dalam negeri. BMAD dapat dikenakan paling tinggi sebesar marjin

dumping. Tujuan pengenaan BMAD adalah untuk memulihkan

kerugian serius atau mencegah ancaman kerugian serius yang

dapat diderita oleh industri dalam negeri. Kerugian tersebut

sebagai akibat dari lonjakan jumlah barang impor terhadap barang

sejenis atau barang yang secara langsung bersaing. Pengenaan

BMAD dapat mendorong industri dalam negeri yang mengalami

kerugian serius maupun ancaman kerugian serius untuk melakukan

penyesuaian yang diperlukan.

Salah satu kebijakan pengenaan BMAD yang telah ditetapkan

oleh pemerintah Indonesia adalah pengenaan BMAD atas importasi

barang Pisang Cavendish yang berasal dari Filipina. Pengenaan

BMAD atas importasi barang Pisang Cavendish dari Filipina telah

berlaku sejak tahun 2006, melalui Peraturan Menteri Keuangan

(PMK) Nomor 81/PMK.010/2006 tanggal 28 September 2006, pos

tarif 0803.00.00.00 sesuai dengan Buku Tarif Bea Masuk Indonesia

(BTBMI) tahun 2004, dengan besaran BMAD 49,35% dan jangka

waktu pengenaan selama 5 tahun. Pengenaan BMAD telah

diperpanjang melalui PMK Nomor 175/PMK.011/2011, tanggal 17

November 2011, pos tarif 0803.00.90.00 sesuai dengan BTBMI

Page 14: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/isi_warta_11.pdf · dampak Brexit terutama yang berkaitan dengan perdagangan, investasi, finansial, dan yang

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016 1514 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016

2007, dengan besaran BMAD 35% dan jangka waktu pengenaan

selama 5 tahun. Masa berlaku PMK Nomor 175/PMK.011/2011

akan berakhir tanggal 17 November 2016.

Berdasarkan data BPS, importasi pisang (HS 080300)

selama periode 2010-2014 terus mengalami penurunan yang

signifikan dengan rata-rata penurunan sebesar 37,79%, dan

tahun 2015 tercatat tidak ada lagi impornya. Hal ini menunjukkan

bahwa dampak pengenaan BMAD melalui PMK Nomor 175/

PMK.011/2011 sangat efektif. Hal tersebut juga diakui oleh

produsen pisang di dalam negeri, bahwa dengan diterapkannya

PMK tersebut serangan produk dari luar berkurang, sehingga

secara otomatis industri dalam negeri dapat berkembang.

Bahkan, industri dalam negeri mampu mengembangkan usaha

budi daya pertanian Cavendish dengan membuka lahan tanaman

hortikultura antara lain di Aceh untuk memenuhi permintaan pasar

Timur Tengah; Berau, Kalimantan Timur untuk ke Jepang dan RRT;

sedangkan untuk Lampung dan Blitar untuk memenuhi kebutuhan

pasar domestik. Buah pisang cocok untuk ditanam di daerah

manapun di Indonesia. Pengembangan usaha budi daya pertanian

di luar pulau jawa ini juga sejalan dengan program Nawa Cita dari

pemerintah saat ini.

Peluang Ekspor Pisang CavendishMenurut data Trade Map, permintaan pisang dunia selama

periode 2011-2014 menunjukkan adanya kecenderungan menurun

sebesar 73%, namun sebaliknya di beberapa negara Timur Tengah

dan Asia Timur permintaan akan pisang menunjukkan tren yang

positif rata-rata naik lebih dari 67%. Peluang ini dapat dimanfaatkan

Indonesia untuk memenuhi permintaan tersebut.

Situasi usaha tani pisang saat ini merupakan peluang bagi

Indonesia untuk dapat mengembangkan dan memproduksi Pisang

Cavendish untuk memasok kebutuhan di pasar dalam negeri dan

pasar internasional. Hal senada juga dikemukakan oleh Atase

Perdagangan RI di Jepang, bahwa bisnis impor produk Pisang

Cavendish sangat menjanjikan di pasar Jepang. Saat ini, total

konsumsi buah di Jepang tercatat mencapai 5,4 juta ton per tahun,

dan 1,8 juta ton di antaranya merupakan buah impor. Dari total

volume buah impor tersebut, impor buah pisang mendominasi

dengan volume impor sebesar 1 juta ton per tahun dan nanas

sebanyak 200.000 ton per tahun. Dua buah tersebut berkontribusi

terhadap 66,67% total impor buah di Jepang (Bisnis.com, 2015).

Indonesia memiliki potensi alam yang sangat mendukung

untuk pengembangan buah-buahan tropis menjadi komoditas

unggulan karena Indonesia mempunyai iklim dan lahan yang

memungkinkan pada musim panen yang berbeda antar daerah.

Peluang ekspor buah-buahan terutama Pisang Cavendish dapat

dicapai dengan meningkatkan kuantitas, kualitas dan kontinuitas

dalam upaya memenuhi pangsa pasar. Perlunya menyesuaikan

selera pasar dunia dengan mengurangi penggunaan zat berbahaya

dan penerapan praktik pertanian yang baik, serta pengemasan

produk yang menarik penting diperhatikan oleh para pengusaha

buah sehingga buah lokal layak untuk di ekspor dan tidak ditolak

pasar dunia.

Page 15: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/isi_warta_11.pdf · dampak Brexit terutama yang berkaitan dengan perdagangan, investasi, finansial, dan yang

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016 1514 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016

Menelisik Kinerja Industri dan Perdagangan Mamin dan TPT

Nurozy dan Umar Fakhrudin

Sejalan dengan perkembangan ekonomi nasional yang

mengalami fluktuasi dalam beberapa tahun terakhir, kontribusi

industri pengolahan non migas terhadap Produk Domestik Bruto

(PDB) nasional juga berfluktuasi. Berdasarkan data Kementerian

Peridustrian, kontribusi sektor industri pengolahan non migas pada

tahun 2011 mencapai 18,13%. Angka ini menurun menjadi 17,99%

pada tahun 2012 dan 17,72% pada tahun 2013. Kemudian pada

dua tahun berikutnya kembali meningkat menjadi masing-masing

sebesar 17,89% dan 18,18%. Pada tahun 2015, di antara industri

pengolahan non migas tersebut yang mampu memberikan

kontribusi cukup singinifikan terhadap PDB adalah Industri

Makanan dan Minuman (Mamin) dengan kontribusi sebesar 5,61%,

diikuti oleh Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) 1,21%, Industri

Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional, Industri Barang Logam,

Komputer, Barang Elektronik, Optik dan Peralatan Listrik 1,96%,

serta Industri Alat Angkutan 1,91%.

Kinerja Industri Mamin dan TekstilSelama periode 2011-2015, telah terjadi penurunan laju

pertumbuhan industri pengolahan non migas yang menimbulkan

isu telah terjadinya deindustrialisasi di Indonesia. Penurunan laju

pertumbuhan tersebut terjadi secara berturut-turut, menurun

6,98% (2012) menjadi 5,45% (2013), 5,61% (2014) dan 5,04%

(2015). Penurunan laju pertumbuhan tersebut disebabkan,

salah satunya, karena rendahnya konsumsi masyarakat karena

menurunnya daya beli.

Penurunan laju pertumbuhan industri pada tahun 2015 juga

disebabkan oleh penurunan laju pertumbuhan pada sebagian

besar lapangan usaha. Beberapa diantaranya bahkan mengalami

laju pertumbuhan yang negatif, yaitu Industri Tekstil dan Pakaian

Jadi (-4,79%); Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus, dan

Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya (-1,84%);

serta Industri Kertas dan Barang dari Kertas, Percetakan dan

Reproduksi Media Rekaman (-0,11%).

Penurunan laju pertumbuhan pada setiap industri sebagai

akibat dari turunnya jumlah unit usaha pada masing-masing

lapangan usaha. Berdasarkan data BPS untuk industri makanan

dari 5.795 unit usaha (2013) turun menjadi 5.793 unit usaha

(2014). Menurunnya kinerja beberapa industri juga tercermin

dari menurunnya utilitas kapasitas produksi. Utilisasi kapasitas

produksi tekstil domestik semakin menyusut. Pada awal tahun

2015 utilisasi sekitar 88%-89%, tetapi pada pertengahan tahun

tinggal 70% (Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia/API). Untuk

industri makanan dan minuman saat ini tingkat utilisasi produksinya

diperkirakan mencapai 50%-60% (Ekon.go.id, 2015).

Kementerian Perindustrian menyebutkan pula bahwa

penurunan kinerja sektor industri nasional disebabkan juga oleh

beberapa faktor yaitu struktur industri yang tergantung impor;

Page 16: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/isi_warta_11.pdf · dampak Brexit terutama yang berkaitan dengan perdagangan, investasi, finansial, dan yang

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016 1716 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016

ketertinggalan teknologi; kelemahan infrastruktur, listrik, energi dan

kepastian ketersediaan lahan; ketidakterhubungan antara kegiatan

industri dan bahan baku; inefisiensi biaya logistik dan biaya

administrasi; kapasitas, produktivitas dan hubungan industrial

ketenagakerjaan; beban regulasi, birokrasi dan penegakan hukum

yang menjadi penghambat pengembangan investasi, efisiensi

produksi, kelancaran distribusi dan kepastian bahan baku; masalah

akses dan beban pembiayaan; serta gangguan impor (Ekon.go.id,

2015).

Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia

(GAPMMI) mencatat, omset industri makanan dan minuman di

Indonesia tahun 2015 baru mencapai Rp 326 triliun atau 21,7%

dari pangsa pasar makanan dan minuman domestik sebesar Rp

1.500 triliun. Sementara itu pangsa pasar tekstil dan produk tekstil

menurut Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) pada tahun 2015

mencapai kisaran 30%. Relatif rendahnya pangsa pasar produk

lokal tersebut sebagai akibat membanjirnya produk tekstil dan

produk tekstil (TPT) impor ilegal yang telah menggerus pangsa

pasar produk lokal (Setkab.go.id, 2016).

Dalam rangka mendorong daya saing produk lokal, pemerintah

telah menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor

132/0.10/2015 tentang Penetapan Sistem Klasifikasi Barang dan

Pembebanan Tarif Bea Masuk Atas Barang Impor. Berdasarkan

PMK besarnya tarif bea masuk beberapa produk adalah sebagai

berikut: Kopi instan (20% dari sebelumnya 5% ); Teh (20% dari 5%);

Berbagai produk daging olahan (30% dari 5%). Selanjutnya produk

yang mengalami kenaikan tarif adalah antara lain Ikan diolah/

diawetkan (15%); Krustasea, moluska dan invertebrata air olahan/

diawetkan (15%); Permen karet (20%); Coklat (15%); Pasta/mie

(20%); Makanan sereal (10%); Roti/kue kering (20%); Sayuran,

buah, kacang (20%); Ekstrak kopi/teh (20%); Saus dan olahannya

(15%); Es krim (15%); Olahan makanan lain (Tempe) (15%);

Minuman Ringan– Air mineral/soda (10%); Minuman pop non soda

(20%); Wine anggur (90%); Vermouth dan minuman fermentasi

anggur lainnya (90%); Minuman sari buah (90%); Minuman etil

alkohol dengan kadar alkohol kurang dari 80% (Brandy, wiski, rum

dan lain-lain (150%). Kenaikan bea masuk produk makanan dan

minuman jadi diharapkan akan mendukung produk dalam negeri

untuk bersaing di pasar domestik.

Tarif bea masuk produk makanan dan minuman relatif sama

dengan tarif bea masuk bahan bakunya. Misalnya, tarif bea masuk

bubuk coklat sama dengan tarif bea masuk kembang gula dari

coklat. Kondisi tersebut berdampak kurang baik bagi industri

pengolahan makanan dan minuman mengingat sekitar 65%

industri nasional masih memiliki ketergantungan terhadap bahan

baku impor (Kementerian Perindustrian, 2015). Untuk industri

makanan, secara umum bahan bakunya telah banyak dipasok oleh

industri domestik dengan perbandingan 93% dari bahan baku lokal

dan hanya 7% dari bahan baku impor sebagaimana terlihat pada

Gambar 1. Proporsi Pemakaian Bahan Baku Pada Industri Makanan dan Tekstil Tahun 2012.Sumber: BPS (2015), diolah

Gambar 1.

Untuk Industri Tekstil, ketergantungan terhadap bahan baku

impor mencapai 33,12% dan bahan baku pasokan lokal mencapai

66,88%. Tingginya ketergantungan bahan baku impor industri

tekstil terutama berasal dari kontribusi impor bahan baku berupa

benang dan kain. Secara detil dapat dijabarkan beberapa industri

yang memiliki ketergantungan tinggi terhadap pasokan bahan

baku impor (di atas 40%) adalah Industri Persiapan Serat Tekstil

(41,20%); Industri Pemintalan Benang (48,59%); Industri Barang

Jadi untuk Keperluan Rumah Tangga (43,29%); Industri Barang

Jadi Tekstil Lainnya (53,96%); Industri Barang dari Tali (63,12%);

serta Industri Tekstil Lainya (55,77%).

Kinerja Perdagangan Mamin dan TekstilSelama periode dua tahun terakhir (2014-2015) neraca

perdagangan makanan olahan mengalami surplus setelah pada

periode sebelumnya mengalami defisit. Selama periode 2011-2015

tren pertumbuhan ekspor meningkat sebesar 6,71%, sebaliknya

tren pertumbuhan impor menurun 6,37%. Pada tahun 2015 nilai

ekspor makanan olahan mencapai USD 5,3 miliar atau sedikit

mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya

yang nilainya mencapai USD 5,5 miliar. Di sisi lain impornya menurun

dari USD 5,2 miliar pada tahun 2014 menjadi USD 4,5 miliar. Dampak

menurunnya impor dan meningkatnya ekspor ini menyebabkan

Input Impor7%

Input Impor33%

Industri Makanan

Input Lokal93%

Input Lokal67%

Industri Tekstil

Page 17: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/isi_warta_11.pdf · dampak Brexit terutama yang berkaitan dengan perdagangan, investasi, finansial, dan yang

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016 1716 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016

terjadi surplus sebesar USD 784,3 juta atau meningkat dari tahun

sebelumnya surplus sebesar USD 382,7 juta (Gambar 2).

Negara tujuan ekspor makanan olahan yang utama adalah

Amerika Serikat dengan nilai pada tahun 2015 mencapai USD 682,6 juta

atau mencapai 13% dari total ekspor makanan olahan Indonesia,

diikuti oleh Malaysia USD 547,4 juta (10%), Filipina USD 505,1 juta

(10%), Republik Rakyat Tiongkok (RRT) USD 403,6 juta (8%), serta

Singapura USD 290,9 juta (5%). Ekspor makanan olahan Indonesia ke

negara tujuan utama tersebut selama periode 2011-2015 cenderung

meningkat yaitu Amerika Serikat naik 11,82% per tahun, Malaysia

5,98%, Filipina 7,27%, dan RRT 22,34%.

Gambar 2. Neraca Perdagangan Makanan Olahan Indonesia Periode, 2011-2015.Sumber: BPS (2015), diolah

Gambar 3. Negara Tujuan Ekspor dan Negara Asal Impor Makanan Olahan Indonesia Tahun 2015.Sumber: BPS (2015), diolah

Pada tahun 2015 impor makanan olahan Indonesia yang

terbesar berasal dari Thailand dengan nilai dan pangsa mencapai

USD 872,9 juta (19%), diikuti Australia USD 703,0 juta (16%), RRT

USD 623,4 juta (14%), Amerika Serikat USD 332,2 juta (7%) dan

Malaysia USD 319,4 juta (7%).

Untuk produk tekstil, nilai neraca perdagangan TPT selama

periode 2011-2015 cenderung menurun dengan laju penurunan

sebesar 2,16% per tahun. Penurunan tersebut disebabkan

menurunnya nilai ekspor maupun impor masing-masing sebesar

1,30% dan 0,84% per tahun. Nilai ekspor TPT pada tahun 2015

mencapai USD 12,3 miliar, sedangkan nilai impor pada tahun yang

sama mencapai USD 7,9 miliar (Gambar 4).

Gambar 4. Neraca Perdagangan TPT Indonesia, 2011-2015.Sumber: BPS (2015), diolah

Negara tujuan ekspor TPT Indonesia didominasi oleh Amerika

dan ASEAN. Ekspor TPT mayoritas ditujukan ke pasar Amerika

Serikat. Hal ini wajar terjadi karena selama ini Indonesia merupakan

negara yang lebih terkait dengan rantai nilai perusahaan yang

berasal dari Amerika Serikat. Selanjutnya apabila dilihat dari

pangsanya, ekspor Indonesia terbesar lainnya adalah ke Malaysia

dan Filipina dengan pangsa 10%, RRT (8%), serta Singapura (5%)

(Gambar 5).

Indonesia juga mengimpor TPT dari dunia, terutama RRT

dengan nilai mencapai USD 2.618,8 juta pada tahun 2015. Selama

periode 2011-2015, impor dari Amerika Serikat dan Hong Kong

masing-masing turun sebesar 5,20% dan 0,89%. Sementara itu,

impor dari Taiwan dan Korea Selatan masing–masing naik sebesar

1,79% dan 1,65%. Demikian juga dengan impor dari RRT yang

menunjukkan peningkatan paling besar yaitu 3,40% per tahun. Hal

ini menunjukkan bahwa daya saing produk TPT RRT cukup kuat.

RRT

RRT

Page 18: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/isi_warta_11.pdf · dampak Brexit terutama yang berkaitan dengan perdagangan, investasi, finansial, dan yang

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016 1918 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016

Gambar 5. Negara Negara Tujuan Ekspor dan Negara Asal Impor TPT Indonesia Tahun 2015.Sumber: BPS (2015), diolah

Tabel 1. Negara Pemasok Utama Makanan Olahan ke Pasar Global, 2010-2014

Sumber: WITS-UNComtrade (2016), diolah

Dalam pasar makanan olahan global, Indonesia menempati

peringkat ke 25 sebagai pemasok dengan pangsa terhadap total

impor tahun 2014 mencapai 1,09%. Nilainya selama periode

2010-2014 juga cenderung meningkat karena ekspor ke pasar

dunia juga cenderung meningkat dengan pertumbuhan sebesar

9,85% per tahun (Tabel 1). Dari sisi daya saing makanan olahan

di pasar global, nilai indeks Normalized Revealed Comparative

Advantage (NRCA) menunjukkan produk dari negara-negara Uni

Eropa, Perancis, Belanda, Italia, Belgia, Spanyol serta Inggris

masih mendominasi. Sementara itu posisi daya saing Indonesia

di pasar makanan olahan global masih berada di peringkat 212

(COMTRADE, 2016).

Berdasarkan data COMTRADE (2016), pemasok utama TPT

dunia yang memiliki peran sangat signifikan adalah RRT dengan

peranan sebesar 32,96% pada tahun 2014, sedangkan negara

pemasok lainnya seperti India, Italia, Bangladesh, Turki, Vietnam,

Jerman dan Amerika Serikat, pangsa pasarnya hanya satu digit

(Tabel 2). Namun demikian, dalam beberapa tahun terakhir pangsa

pasar maupun daya saing produk tekstil RRT mulai menunjukkan

adanya penurunan. Sementara itu, produk TPT dari Bangladesh

dan Vietnam mengalami peningkatan. Menurut Staritz (Peneliti

Austrian Research Foundation for International Development)

dalam tulisannya yang diterbitkan tahun 2012, menyebutkan

bahwa salah satu alasan kenapa Indonesia berada di bawah RRT

maupun India adalah karena industri TPT Indonesia masih bersifat

Original Equipment Manufacture (OEM), dimana segala kebijakan

mengenai disain dan bahan baku termasuk sasaran pemasaran

ditentukan oleh perusahaan besar pemegang merek. Sementara

RRT dan India, berada dalam tingkatan industri yang bersifat

Original Design Manufacture (ODM), dimana industri mereka

dapat turut serta dalam kebijakan desain, pemilihan bahan baku,

termasuk dimana memperoleh bahan material tersebut.

Page 19: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/isi_warta_11.pdf · dampak Brexit terutama yang berkaitan dengan perdagangan, investasi, finansial, dan yang

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016 1918 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016

Tabel 2. Negara Pemasok Utama TPT ke Pasar Global, 2010-2014

Sumber: UNCOMTRADE (2016), diolah

Indonesia sebenarnya memiliki peranan yang cukup signifikan

untuk produk TPT dalam pasar global, yaitu sebagai pemasok ke 9

dengan pangsa pasar sebesar 2,24%. Namun demikian, Indonesia

tentu harus mengejar ketertinggalan dari negara-negara pesaing

seperti Kamboja, Vietnam, Pakistan, Bangladesh, terutama RRT

dan India, jika ingin tetap menjadi negara pemasok utama produk

TPT di pasar global.

Tren (%)

2010 2011 2012 2013 2014 2010 - 2014 2010 2011 2012 2013 2014 Dunia 579,94 676,42 618,94 649,02 670,79 2,53 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

1 RRT 199,58 225,30 209,79 216,93 221,11 1,68 34,41 33,31 33,90 33,42 32,96 2 India 28,64 34,11 29,22 31,40 33,43 2,29 4,94 5,04 4,72 4,84 4,98 3 Italia 27,44 31,59 28,13 29,76 30,92 1,81 4,73 4,67 4,54 4,59 4,61 4 Bangladesh 18,40 24,39 24,34 27,92 30,53 12,17 3,17 3,61 3,93 4,30 4,55 5 Turki 22,60 26,40 25,61 27,39 28,38 5,05 3,90 3,90 4,14 4,22 4,23 6 Vietnam 14,06 17,99 19,09 22,85 26,63 16,37 2,42 2,66 3,08 3,52 3,97 7 Jerman 22,66 26,60 21,66 23,36 24,83 0,53 3,91 3,93 3,50 3,60 3,70 8 Amerika Serikat 20,54 26,08 23,24 23,06 21,80 -0,05 3,54 3,86 3,75 3,55 3,25 9 Indonesia 12,25 14,84 14,03 14,64 15,05 4,07 2,11 2,19 2,27 2,26 2,24 10 Pakistan 11,73 14,53 12,67 13,18 13,98 2,58 2,02 2,15 2,05 2,03 2,08

377,89 441,83 407,78 430,49 446,67 3,13 65,16 65,32 65,88 66,33 66,59 202,05 234,59 211,16 218,54 224,12 1,37 34,84 34,68 34,12 33,67 33,41

Pangsa (%)

Subtotal Negara Lainnya

No Negara Asal Impor Nilai (USD Miliar)

Page 20: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/isi_warta_11.pdf · dampak Brexit terutama yang berkaitan dengan perdagangan, investasi, finansial, dan yang

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016 2120 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016

Perizinan Impor Telepon Seluler, Handheld dan Komputer Tablet:

Ernawati Munadi1

Tidak jarang kita mendengar kritik masyarakat terkait kebijakan

yang dikeluarkan oleh pemerintah. Salah satu yang sering terlontar

adalah ketidakkonsistenan antara pernyataan pemerintah terkait

program prioritas nasional dan kebijakan yang dibuat sebagai

pelaksanaan dari program prioritas tersebut. Sebagai contoh, dalam

pernyataannya pemerintah ingin mendorong pertumbuhan industri

hilir atau memperbaiki iklim usaha di Indonesia, namun masih

terdapat beberapa kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah

tidak sejalan dengan program-program prioritas tersebut.

Kebijakan yang dikeluarkan terkadang dirasakan menyulitkan

pelaku usaha. Tidak mengherankan jika World Bank dalam survei-

nya menempatkan ranking Indonesia pada urutan ke 109 dari 189

negara yang di survei pada laporan kemudahan berusaha tahun

2016. Tulisan ini mencoba untuk memberikan beberapa gambaran

terkait dengan ketidakkonsistenan pemerintah, khususnya

memperbaiki iklim usaha di Indonesia dengan fokus pada impor

Telepon Seluler, Handheld dan Komputer Tablet.

Beberapa dari Anda mungkin pernah membaca bahwa

salah satu kebijakan yang sempat menimbulkan kontroversi

terkait dengan iklim usaha di Indonesia adalah Peraturan Menteri

Perdagangan No.82/M-DAG/PER/12/2012 mengenai Impor

Telepon Seluler, Handheld dan Komputer Tablet. Tidak bisa

dipungkiri bahwa Indonesia dengan jumlah penduduk yang

mencapai lebih dari 250 juta jiwa merupakan pasar yang sangat

besar dan menguntungkan bagi perusahaan telepon seluler di luar

negeri, mengingat industri telepon seluler dalam negeri juga belum

cukup berkembang. Akibatnya, untuk memenuhi kebutuhan akan

telepon seluler tersebut, Indonesia harus melakukan impor yang

jumlahnya tidak sedikit. Kondisi ini akan sangat menguntungkan

bagi importir telepon seluler.

Berdasarkan data, persentase jumlah pelanggan telepon

seluler di Indonesia terhadap jumlah penduduk pada tahun 2014

mencapai 115% dan dari sisi persentase berada pada urutan

ke-empat terbesar setelah Rusia (165%), Vietnam (144%), dan

Brazil (137%). Angka ini dihitung berdasarkan jumlah SIM card

yang digunakan, bukan jumlah orang yang menggunakan SIM

card. Data tersebut mengindikasikan bahwa satu orang mungkin

memiliki beberapa SIM card, juga beberapa perangkat akses data

(ponsel, modem, dll) (MobiThinking, 2014). Mengingat besarnya

potensi pasar telepon seluler di Indonesia, tidak mengherankan

jika pemerintah ingin mengembangkan industri ponsel di dalam

negeri, termasuk menarik sebanyak-banyaknya investasi asing.

Apalagi, peningkatan nilai impor ponsel telah menjadi salah satu

penyumbang defisit neraca perdagangan Indonesia pada April

2014 yang tercatat mengalami defisit sebesar 1,97 miliar dolar AS

(Tanjung, 2014).

Permendag No. 82/2012 diterbitkan dengan tujuan untuk

mengendalikan penjualan produk ilegal ponsel dan untuk melindungi

industri lokal. Penerapan peraturan tersebut telah menimbulkan

hambatan bagi importir ponsel dan tablet karena persyaratan

peraturan dan beberapa perizinan yang tumpang tindih. Beberapa

persyaratan yang harus dipenuhi oleh importir ponsel dan tablet

ditunjukkan dalam Kotak 1. Dalam rantai pasokan yang kompleks

saat ini, tidak mungkin untuk memberikan rencana impor satu

tahun ke depan, berikut dengan nomor seri untuk produk yang

belum diproduksi. Singkatnya, persyaratan ini lebih memberatkan

daripada meringankan importir Indonesia. Hal ini juga menciptakan

biaya tambahan dalam menjalankan usaha. Persyaratan tersebut

dapat menghambat usaha, terutama Usaha Kecil Menengah

(UKM) yang bergerak dibidang layanan purna-jual produk ponsel.

Importir atau dunia usaha mungkin dapat membebankan biaya

tambahan kepada konsumen Indonesia, namun konsumen harus

menghadapi harga yang lebih tinggi.

1 Penulis adalah Dosen Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Semua isi yang terkandung dalam artikel ini adalah pendapat pribadi dari penulis dan tidak mewakili pendapat dari Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

Kompleksitas dan Usulan Perbaikan

TINJAUAN PERDAGANGAN

Page 21: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/isi_warta_11.pdf · dampak Brexit terutama yang berkaitan dengan perdagangan, investasi, finansial, dan yang

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016 2120 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016

Kotak 1. Beberapa Poin Penting dalam Permendag No. 82/M-DAG/PER/12/2012

Berdasarkan peraturan tersebut, impor telepon seluler, handheld dan komputer tablet hanya dapat dilakukan oleh perusahaan yang telah mendapatkan penetapan sebagai IT- impor telepon seluler, handheld dan komputer tablet. Importir harus menyerahkan dokumen-dokumen berikut untuk memperoleh izin IT (berlaku selama dua tahun) untuk mengimpor telepon seluler, perangkat handheld dan komputer tablet: • Surat Izin Usaha (SIUP), Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);• Angka Pengenal Importir (API), Nomor Induk Kepabeanan (NIK), Nomor Pengenal Importir Khusus (NPIK);• Bukti perjanjian kerja sama dengan setidaknya tiga distributor yang ditunjukkan melalui kontrak dengan setidaknya tiga distributor lokal yang akan

mengedarkan perangkat impor di pasar dalam negeri dan distributor tersebut harus memiliki setidaknya tiga tahun pengalaman tercatat melakukan impor ke pasar Indonesia;

• Bukti pengalaman sebagai importir telepon selular, perangkat handheld dan komputer tablet; dan • Bukti pengalaman sebagai distributor telepon selular, perangkat handheld dan komputer tablet selama paling kurang tiga tahun.

IT- impor telepon seluler, handheld dan komputer tablet yang akan melakukan impor harus mendapatkan persetujuan impor (PI) dari menteri. Untuk memperoleh izin PI untuk telepon selular, perangkat handheld dan komputer tablet, importir harus: • Menjadi Importir Terdaftar untuk telepon seluler, handheld dan komputer tablet (IT);• Memperoleh sertifikat Tanda Pendaftaran Produk (TPP) Impor dari Direktur Jenderal Industri Utama Berbasis Teknologi Terdepan (IUBTT)

Kementerian Perindustrian (Kemenperin);• MemperolehSertifikatPerangkatdanPeralatanTelekomunikasidariKementerianKomunikasidanInformatika(Menkominfo);• MemperolehSertifikatPemberianlabeldalamBahasaIndonesia(SKPLBI)dariDitjenSPK,Kemendag;• Mendapatkan surat penunjukan dari pimpinan di perusahaan luar negeri yang disahkan oleh notaris lokal dan atase perdagangan Kedutaan Besar

Republik Indonesia di negara asal;• Mengembangkan rencana impor untuk satu tahun, termasuk nomor seri dari setiap barang; dan• Memperoleh surat keterangan dari pimpinan perusahaan untuk memvalidasi rencana impor satu tahun.

Untuk mendapatkan Tanda Pendaftaran Produk (TPP) Impor yang dikeluarkan oleh Kemendag berlaku untuk satu tahun-pemohon harus mendaftar secara online melalui www.kemenperin.go.id/tpp dan harus memberikan informasi berikut ini:• Surat permohonan;• Surat Kuasa (jika yang mengajukan bukan pemohon);• Izin Importir Terdaftar (IT) untuk ponsel dan/atau komputer genggam (handheld) dan/atau komputer tablet;• SertifikasiPeralatanTelekomunikasiyangditerbitkanolehKemenkominfo;• Nomor induk untuk setiap ponsel dan/atau komputer genggam (handheld) dan/atau produk komputer tablet (berupa International Mobile Equipment

ldentity [IMEI], Mobile Equipment ldentifier [MEID], Electronic Serial Number [ESN), dan MAC Address).

Selain persyaratan tersebut, importir telepon seluler, perangkat handheld dan komputer tablet juga diharuskan untuk:• Aktivitasimpormerekadisetujuimelaluiverifikasiteknisolehsurveyoryangdisetujui(SucofindoatauSurveyorIndonesia)danmemberikanLaporan

Surveyor(LS)kepadaKemendag.Peninjauakanmemverifikasisetiappengirimanteleponselular,komputertabletdangenggamdinegaraasal;• Mengirimkan laporan kegiatan bulanan kepada Kemendag (untuk Importir Terdaftar); • Mematuhi beberapa persyaratan teknis yang bersangkutan dengan pelabelan, buku petunjuk, dan kartu garansi dalam Bahasa Indonesia

(persyaratan ini harus diperoleh dari Ditjen PKTN, Kemendag)• Hanya melakukan impor melalui lima pelabuhan dan bandara yang ditunjuk, yaitu:

a. Pelabuhan: Belawan di Medan, Tanjung Priok di Jakarta, Tanjung Emas di Semarang, Tanjung Perak di Surabaya dan Soekarno Hatta di Makassar.

b. Bandara: Polonia di Medan, Soekarno Hatta di Tangerang, Achmad Yani di Semarang, Juanda di Surabaya dan Hasanuddin di Makassar.

Page 22: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/isi_warta_11.pdf · dampak Brexit terutama yang berkaitan dengan perdagangan, investasi, finansial, dan yang

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016 2322 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016

Peraturan ini kemudian mengalami beberapa kali perubahan,

diantaranya Permendag No. 38/M-DAG/PER/8/2013, Permendag

No. 48/M-DAG/PER/8/2014, dan terakhir diubah lagi menjadi

Permendag No. 41/M-DAG/PER/5/2016. Terdapat dua perubahan

yang cukup signifikan dari Permendag Np. 82/2012 ke Permendag

No. 38/2013. Kedua perubahan tersebut adalah:

(1) Pertambahan persyaratan untuk permohonan PI Telepon

Seluler, Komputer Genggam (Handheld) dan Komputer Tablet

bagi IT Telepon Seluler, Komputer Genggam (Handheld) dan

Komputer Tablet yang mengimpor dari distributor di luar negeri

harus: (a). Berpengalaman menjadi importir Telepon Seluler,

Komputer Genggam (Handheld) dan Komputer Tablet paling

sedikit 3 (tiga) tahun; (b). Memiliki jaringan pusat pelayanan

purna jual (service center) paling sedikit 25 (dua puluh lima) di

seluruh wilayah Republik Indonesia.

(2) Sejalan dengan cita-cita pemerintah untuk mengembangkan

industri telepon seluler di dalam negeri, pemerintah juga

menambahkan persyaratan bagi IT Telepon Selular, Komputer

Genggam (Handheld) dan Komputer Tablet yang mendapat

Persetujuan Impor berdasarkan penunjukan dari pabrik di

luar negeri yang diwajibkan untuk mendirikan industri Telepon

Seluler, Komputer Genggam (Handheld) dan Komputer Tablet

di Indonesia dalam waktu paling lama 3 (tiga) tahun terhitung

sejak tanggal diterbitkannya penetapan sebagai IT. Kewajiban

untuk mendirikan industri Telepon Seluler, Komputer Genggam

(Handheld) dan Komputer Tablet kemudian juga menjadi salah

satu indikator kinerja bagi importir dimana importir yang tidak

memenuhi persyaratan tersebut akan dicabut ijin impornya.

Persyaratan ini tentu saja semakin menambah kompleksitas

perijinan di bidang Telepon Seluler, Komputer Genggam (Handheld)

dan Komputer Tablet. Pemerintah kemudian merevisi kembali

melalui Permendag No. 48/2014. Dalam Permendag yang terbaru

ini, tidak terjadi perubahan yang cukup signifikan mengingat

perubahan yang ke-dua dari Permendag No. 82/2012 ini lebih

menitikberatkan pada proses impor untuk kebutuhan Kawasan

Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas serta perubahan dalam

pelabuhan tujuan impor. Menjelang pertengahan tahun 2016,

pemerintah kembali merevisi Permendag No. 82/2012 dengan

diterbitkannya Permendag No. 41/2016 yang berlaku efektif per

1 Juli 2016. Beberapa perubahan yang terlihat dalam Permendag

yang baru ini adalah sebagai berikut:

(1) Penekanan proses perijinan baik untuk mendapatkan

Importir Terdaftar (IT) maupun persetujuan impor melalui

proses elektronik. Suatu perkembangan yang cukup

menggembirakan.

(2) Persyaratan bagi IT yang diwajibkan untuk mendirikan

industri Telepon Seluler, Komputer Genggam (Handheld)

dan Komputer Tablet dalam waktu paling lama 3 (tiga) tahun

terhitung sejak tanggal diterbitkannya penetapan sebagai

IT hanya dipersyaratkan bagi perangkat yang berada dalam

jaringan 4G LTE saja yang ditunjukkan dengan rekomendasi

investasi industri dari Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin,

Alat Transportasi dan Elektronika, Kementerian Perindustrian,

dimana rekomendasi tersebut memuat keterangan mengenai

(a) bukti pembangunan industri Telepon Seluler, Komputer

Genggam (Handheld) dan Komputer Tablet di dalam negeri;

atau (b) bukti kerjasama dengan industri Telepon Seluler,

Komputer Genggam (Handheld) dan Komputer Tablet di

dalam negeri, untuk perusahaan yang melakukan kegiatan

usaha berupa manufaktur, design house, dan/atau riset dan

pengembangan, di bidang industri telepon seluler, komputer

genggam (Handheld), dan komputer tablet. Bukti tersebut

tidak dipersyaratkan untuk perangkat yang berada dalam

jaringan 3G dan jaringan di bawahnya.

(3) Kewajiban untuk mendirikan industri Telepon Seluler, Komputer

Genggam (Handheld) dan Komputer Tablet dalam Permendag

No. 38/2013 dijadikan sebagai salah satu indikator kinerja bagi

importir. Sehinggaimportir yang tidak memenuhi persyaratan

kewajiban mendirikan industri Telepon Seluler, Komputer

Genggam (Handheld) dan Komputer Tablet akan dicabut

ijin impornya. Dalam permendag yang terbaru ini, kewajiban

untuk mendirikan industri Telepon Seluler, Komputer Genggam

(Handheld) dan Komputer Tablet tidak lagi dimasukkan sebagai

kriteria untuk mencabut ijin impor seorang importir.

Dalam perkembangannya Permendag No. 82/2012 telah

mengalami beberapa kali perubahan dan perubahan terakhir

menunjukkan beberapa perkembangan yang positif. Namun

melihat semua persyaratan-persyaratan tersebut, sebaiknya

pembuat kebijakan melihat dampak dari kebijakan tersebut

terhadap semua pemangku kepentingan. Perusahaan A misalnya,

yang bergerak dalam bidang pelayanan purna jual untuk produk

ponsel yang bukan pemangku kepentingan utama dalam industri

ponsel dan bukan menjadi target utama dari Permendag tersebut.

Bisnis Perusahaan A menyediakan layanan purna jualdengan

basis Business to Business (B2B) dengan beberapa merek ponsel

terkenal seperti, Nokia, Samsung, RIM-Blackberry, dll. Mereka

mengimpor sejumlah besar produk suku cadang asli (OEM). Dalam

rangka menyediakan layanan purna jual kepada klien mereka (yang

tidak dapat ditangani oleh distributor atau agen/reseller yang telah

disetujui), layanan purna jual mereka alih dayakan kepada spesialis

layanan purna jual. Perusahaan ini terkena dampak dari Peraturan

No.82/2012 tentang telepon seluler, perangkat genggam dan

komputer tablet karena peraturan tersebut mencoba untuk

mengontrol distribusi telepon seluler, perangkat genggam dan

komputer tablet di Indonesia (unit lengkap).

Hal tersebut menimbulkan pemahaman bahwa Peraturan

No.82/2012 mungkin belum sepenuhnya mempertimbangkan

semua kemungkinan dampak terhadap berbagai derivasi usaha

Page 23: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/isi_warta_11.pdf · dampak Brexit terutama yang berkaitan dengan perdagangan, investasi, finansial, dan yang

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016 2322 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016

di dalam perdagangan telepon selular, perangkat genggam dan

komputer tablet. Peraturan ini tidak membedakan antara distributor

yang mengimpor untuk menjual produk kepada pengguna akhir

(paket produk yang dijual termasuk kotak, charger, dan ponsel)

dan perusahaan jasa perbaikan yang mengimpor suku cadang

untuk memberikan layanan purna jual kepada usaha-usaha terkait

dengan telepon seluler, perangkat genggam dan komputer tablet.

Hal lain yang juga sering menjadi permasalahan terkait dengan

peraturan ini dan secara umum peraturan di Indonesia adalah

masalah implementasi. Hal itu karena implementasi dari peraturan

No. 82/2012 misalnya akan melibatkan beberapa pihak lain

(diantaranya adalah, Kementerian Perindustrian, Sucofindo, dan

Bea Cukai) terkadang menimbulkan permasalahan di lapangan

akibat tidak adanya kesamaan persepsi. Kurangnya koordinasi

lintas instansi dan konsistensi penerapan Peraturan Pemerintah

seringkali terjadi dalam implementasi kebijakan.

Pelaksanaan Peraturan No.82/2012, terutama dalam hal izin PI

dan TPP, sering terjadi perbedaan interpretasi peraturan di antara

Kemendag, Kemenperin dan Ditjen Bea Cukai. Menurut peraturan

Kemendag, Persetujuan Impor (PI) berlaku untuk periode yang

sama dengan izin TPP dari Kemenperin. Namun, pengalaman

Perusahaan A menunjukkan bahwa hal ini tidak berlaku.1 Adanya

kendala yang mensyaratkan nomor IMEI untuk setiap suku

cadang (perusahaan tidak dapat meramalkannomor IMEI yang

akan diproduksi dalam waktu satu tahun dan yang akan diimpor

oleh perusahaan), menyebabkan izin PI harus ada pada saat pra-

pengapalan.

Persyaratan untuk memberikan informasi IMEI pada setiap

produk impor (termasuk semua suku cadang) menimbulkan

kesulitan bagi perusahaan karena perusahaan dituntut untuk

memasukkan 15 digit nomor IMEI secara manual. Biasanya untuk

memasukkan satu nomor IMEI memakan waktu sekitar 5-10 menit,

dan tidak hanya nomor IMEI tetapi juga tambahan informasi lain

termasuk negara asal. Waktu tunggu untuk mendapatkan TPP dari

Kemenperin dan PI dari Kemendag memakan waktu satu sampai

dua bulan, sementara untuk mendapatkan LS baik dari Sucofindo

atau Surveyor Indonesia membutuhkan waktu satu minggu.

Sebagai akibat dari hal-hal tersebut diatas, pelanggan dari

Perusahaan A mengalami keterlambatan untuk mengakses

layanan perbaikan untuk ponsel dan tablet mereka. Sejak

penerapan Peraturan No. 82/2012, Perusahaan A menghadapi

kesulitan dalam memberikan pelayanan tepat waktu kepada

pelanggan (pengguna akhir) mereka. Efek izin impor yang tertunda

juga berdampak pada produktivitas tenaga kerja Perusahaan

A dan hal ini dapat membuat perusahaan mengurangi jumlah

karyawannya.

Berdasarkan situasi tersebut di atas, berikut adalah beberapa

saran untuk diterapkan sebagai upaya perbaikan:

• Memperjelas kebijakan dan proses yang ada, diantaranya (i)

mengartikulasikan subjek yang dituju oleh peraturan ini secara

jelas, dan (ii) memahami persyaratan praktis untuk mematuhi

peraturan;

• Meningkatkan pemahaman mengenai kebijakan dan

proses di dalam pelaksanaan peraturan di seluruh instansi

pemerintah yang ikut serta untuk menjamin kualitas pelayanan

pelanggan yang akan memfasilitasi pengembangan usaha,

dan bukan menghadirkan kendala-kendala yang berpotensi

menjauhkan bisnis (dan investasi) dari Indonesia. Hal ini

kemudian harus secara efektif dikomunikasikan kepada semua

pemangku kepentingan yang relevan.

• Perlunya perbaikan iklim usaha secara menyeluruh. Hal ini

mengingat perkembangan industri ponsel dalam negeri hingga

saat ini juga belum berkembang, meskipun telah dirintis sejak

tahun 2011. Hambatan yang dirasakan oleh beberapa industri

ponsel lokal adalah belum berkembangnya supply komponen

di dalam negeri, sehingga komponen tersebut masih harus

di impor (Puska Daglu, 2012), akibatnya industri ponsel lokal

tidak mampu bersaing bahkan di pasar dalam negeri. Alasan

lainnya terkait dengan kurang berkembangnya industri ponsel

dalam negeri adalah lingkungan bisnis terkait belum tercipta,

seperti sektor industri komponen, sistem perpajakan dan lain-

lain (Tempo, 2013).

2 Dalam Permendag No. 41/M-DAG/PER/5/2016 Masa berlaku PI Telepon Seluler, Komputer Genggam (Handheld) dan Komputer Tablet sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf a disesuaikan dengan masa berlaku TPP Impor persyaratan ini telah dihapuskan.

BIODATA PENULIS

Nama : Ernawati Munadi

Organisasi : Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Wijaya Kusuma

Surabaya

Email : [email protected]

Page 24: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/isi_warta_11.pdf · dampak Brexit terutama yang berkaitan dengan perdagangan, investasi, finansial, dan yang

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016 2524 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016

Wayan R. Susila

Belajar dari

Brexit Melawan Arus Integrasi EkonomiNegara-negara Eropa yang berjumlah 28 negara atau dikenal

dengan EU-28 telah mencapai tingkatan kerjasama tertinggi atau

paling komprehensif dalam bentuk Economic Union (EU). Tingkat

kerjasama ekonomi ini mempunyai tingkatan kerjasama diatas

model kerjasama ekonomi lainnya seperti Common Market (CM),

Custom Union (CU), Free Trade Area (FTA), atau Preferential Trade

Agreement (PTA). Melalui bentuk kerjasama seperti itu, maka arus

barang, jasa, finansial, faktor produksi bergerak bebas antar negara

anggota, bahkan kebijakan pendidikan, kesehatan, termasuk mata

uang sudah menjadi satu, kecuali Inggris Raya/United Kingdom (UK).

Atas keberhasilan Eropa melakukan integrasi ekonomi tertinggi,

banyak kelompok negara yang tergoda untuk meniru EU-28.

ASEAN kini tengah bekerja keras atau setengah memaksakan diri

meniru EU-28 dan telah membentuk ASEAN Economic Community

(AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Negara-negara

di kawasan Pasifik juga telah membentuk kerjasama ekonomi

yang sangat komprehensif yang dikenal sebagai Trans Pacific

Partnership (TPP) yang melibatkan negara-negara besar seperti

Amerika dan Jepang, termasuk negara anggota ASAEN seperti

Singapura dan Vietnam.

Di tengah arus deras integrasi ekonomi (globalisasi) yang

demikian menyihir, tiba-tiba UK melakukan referendum dengan

hasil UK keluar dari EU atau lebih dikenal dengan British Exit (Brexit).

Hasil referendum yang dilaksanakan pada tanggal 23 Juni 2016

akhirnya memenangkan kelompok yang mendukung Brexit dengan

jumlah suara mencapai 51,8%. Hal ini berarti mayoritas rakyat

UK mendukung UK keluar dari Masyarakat EU-28. Kekecewaan

sebagian masyarakat pedesaan, kelompok tenaga kerja yang relatif

tua dan kurang kompetitif, masalah imigrasi, serta kenangan masa

lalu sebagai negara makmur dan berdaulat penuh, telah membuat

mereka memilih untuk keluar dari EU-28 (Boom, 2016).

Sebagian besar kalangan, termasuk kebanyakan pemimpin

negara di dunia dikagetkan oleh hasil referendum tersebut.

Mereka seakan tidak percaya bahwa masyarakat Inggris seperti

meruntuhkan hasil kerja keras mereka selama ini yang diraih dengan

penuh perjuangan dan pengorbanan. Mereka juga kaget karena

selama ini Inggris adalah salah satu negara yang berpengaruh

besar dan motor penggerak dari EU-28, selain Jerman dan

Perancis. Inggris juga memperoleh manfaat besar dari EU seperti

pasar barang dan jasa, sumber Foreign Direct Investment (FDI),

penerima terbesar dana-dana untuk riset industri, dan juga yang

terpenting adalah sebagai pusat jasa pelayanan keuangan EU-28

dan dunia (Irwin, 2015).

Berbagai analisis menyebutkan bahwa paling tidak ada 10

alasan kenapa mayoritas masyarakat Inggris menginginkan Brexit.

Dari 10 alasan tersebut, tiga yang utama adalah Inggris ingin

kembali memperoleh kedaulatannya secara politik dan ekonomi

secara penuh, mengatur secara mandiri masalah imigrasi, dan

mendorong pertumbuhan ekonomi (Sun, 22 Juni 2016). Inilah

slogan yang dipasarkan oleh para politisi yang menghendaki UK

keluar dari EU 28.

Intinya, mayoritas rakyat Inggris saat ini sedang menantang

pemikiran integrasi ekonomi, khususnya integrasi yang sangat

dalam seperti economic union/community. Inggris mungkin akan

mencoba mengarungi globalisasi dan liberalisasi dengan tingkatan

yang lebih dangkal seperti dalam bentuk CU atau FTA. Apapun

hasilnya, acungan jempol patut diberikan kepada UK yang telah

mau menjadi kelinci percobaan melawan mazhab integrasi

ekonomi yang dasyat.

Page 25: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/isi_warta_11.pdf · dampak Brexit terutama yang berkaitan dengan perdagangan, investasi, finansial, dan yang

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016 2524 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016

Dampak Brexit: Lose-Lose Solution Jika UK benar-benar memproses hasil referendum tersebut

dan keluar dari EU-28, maka dampaknya diperkirakan akan cukup

luas, baik menyangkut aspek ekonomi, sosial, bahkan politik. Irwin

(2015) dalam studinya berjudul Brexit: the Impact on the UK and

EU, memberi analisis yang cukup komprehensif mengenai berbagai

dampak kalau UK keluar dari EU-28 sehingga EU menjadi EU-27.

Dari 10 dampak yang dibahas dalam studi ini, ada 8 dampak yang

langsung atau tidak langsung berkaitan dengan aspek ekonomi

termasuk perdagangan.

Besarnya dampak Brexit, kalau memang terwujud, akan

sangat bergantung pada bentuk kerjasama baru antara UK dengan

EU-27. Secara teoritis, kerjasama baru tersebut dapat berbentuk

mendekati model EU-28 seperti model European Economic Area

(EEA) Norwergia atau sedikit di bawahnya yaitu CU model Turki.

Namun kedua model ini dinilai kecil peluangnya karena esensi dari

Brexit yang ingin agar Inggris relatif independen dari kebijakan EU-

27, tidak bisa terwujud. Dampak ekstrim lainnya adalah UK hampir

secara total lepas dengan EU dan hanya terikat dalam bentuk

Most Favored Nation (MFN). Model ini juga dinilai tidak konsisten

dengan tujuan UK untuk mewujudkan liberalisasi perdagangan

yang lebih luas. Model yang dinilai peluangnya besar adalah antara

pendekatan Free Trade Area (FTA) atau model Swiss Style Bilateral

Accord dimana kedua pendekatan tersebut berada di antara dua

ekstrim yaitu EEA & CU dengan MFN.

Dengan asumsi bentuk bentuk kerjasama tersebut, banyak

pengamat menilai Brexit adalah sebuah keputusan emosional

dengan hasil berupa lose-lose solution. Boom (2016) dalam

presentasinya berjudul FTA and Regionalism in South East

Asia-Including the Impacts of the Brexit, menyebutkan bahwa

banyak dampak negatif dari Brexit baik terhadap EU maupun UK.

Sebaliknya, Boom (2016) belum bisa menemukan dampak positif

dari Brexit tersebut. Kesimpulan ini memperkuat analisis yang

dilakukan oleh Irwin pada tahun 2015.

Sebagai contoh, Brexit akan kembali meningkatkan

hambatan perdagangan antara UK dengan EU-27 sehingga akan

menurunkan volume perdagangan kedua belah pihak. Padahal,

UK diperkirakan mampu meningkatkan volume perdagangannya

sebesar 55% sampai dengan tahun 2013 ke wilayah EU justru

karena memanfaatkan bentuk kerjasama yang selama ini dinikmati

oleh UK. Sebaliknya, UK juga merupakan sumber permintaan

negara-negara EU dan besarnya Produk Domestik Bruto (PDB) UK

adalah sekitar 13% dari PDB EU secara keseluruhan. Keluarnya

UK tentu merupakan tekanan untuk negara-negara anggota EU-

27. UK juga kehilangan kesempatan untuk meningkatkan GPD-

nya sekitar 7% jika liberalisasi secara penuh sektor jasa di EU

diwujudkan (Irwin, 2015).

EU merupakan penyumbang FDI terbesar ke UK dan pada tahun

2013 mencapai sekitar 46% dari FDI ke UK. Dengan Brexit, UK

berpotensi kehilangan sebagian sumber FDI dari negara anggota

EU dan sebaliknya. Di sisi lain, London merupakan kota dengan

jasa pelayanan keuangan yang paling efisien sekaligus pusat pasar

jasa keungan terbesar di Eropa. Brexit akan membuat biaya jasa

keuangan di negara-negara anggota EU akan meningkat sehingga

akan menambah biaya produksi di di negara-negara tersebut. Hal

ini dapat menurunkan daya saing dan konsumen harus membayar

lebih mahal atas barang dan jasa yang mereka konsumsi.

Di luar dampak ekonomi yang kasat mata, banyak analisis

justru sangat mengkhawatirkan dua dampak Brexit lainnya, yaitu:

(i) Ketidakpastian yang berkepanjangan, dan (ii) Efek penularan

(contagion effect). Sumber ketidakpastian yang pertama adalah

apakah UK benar-benar akan memproses hasil referendum ke EU.

Kalaupun diproses, kapan akan diproses juga masih belum bisa

dipastikan. Menurut Boom (2016) ada tendensi bahwa sebagian

masyarakat yang waktu referendum mendukung Brexit, kini

menyesali pilihan mereka (“Bregreters”). Di samping itu, Irlandia

Utara yang merupakan bagian dari UK ada tanda-tanda untuk

mengikuti jejak UK dengan melakukan referendum untuk keluar

dari UK. Kalau ini terjadi, tentu akan sangat mengkhawatirkan

pemerintah Inggris. Kompleksitas ini diduga akan membuat

pemerintah Inggris akan ragu-ragu dalam memproses hasil

referendum. Ini jelas akan menimbulkan ketidakpastian secara

politk dan ekonomi.

Kedua, kalau nanti pemerintah UK memproses hasil referendum

tersebut, maka berdasarkan exit clause pasal 50 dari EU Treaty,

UK dan EU punya waktu dua tahun untuk menyelesaikan proses

“penceraian” tersebut. Selanjutnya, EU dan UK dapat memulai

kembali merumuskan dan menyepakati bentuk hubungan

kerjasama yang baru. Selanjutnya, jika selama dua tahun tersebut

tidak tercapai kesepakatan, maka Inggris tidak lagi terikat dengan

ketentuan di EU-27, sementara EU-27 tidak lagi memiliki kewajiban

lagi seperti sebelumnya. Proses ini diperkirakan baru akan berakhir

sekitar tahun 2025 sehingga menimbulkan ketidakpastian yang

berkepanjangan (Irwin, 2015).

Selama proses panjang tersebut, para pemimpin EU

dikhawatirkan akan fokus pada masalah ini dan dapat mengabaikan

program pembangunan yang seharusnya menjadi prioritas.

Sekedar ilustrasi, akibat ketidakpastian ini, pertumbuhan ekonomi

UK diperkirakan akan berkurang sekitar 0,4% poin pada tahun

2016 dan 0,5%-0,7% poin pada tahun 2017. Sementara itu, IMF

menurunkan proyeksi pertumbuhan UK sebesar 0,9% poin untuk

tahun 2017 menjadi hanya 1,3% (Beritasatu.com, 2016).

Kekhawatiran kedua adalah adanya efek penularan secara

politis ke beberapa negara anggota EU (political contagion effect).

Sudah ada sebagian anggota kelompok di beberapa negara EU

seperti di Belanda yang sudah mulai mengangkat isu ini dan akan

semakin menguat jika pilihan Inggris itu ternyata terbukti benar.

Jika ini sampai terjadi, maka goyahlah menara EU yang sudah

Page 26: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/isi_warta_11.pdf · dampak Brexit terutama yang berkaitan dengan perdagangan, investasi, finansial, dan yang

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016 2726 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016

sering dijadikan referensi integrasi ekonomi oleh banyak kelompok

negara, termasuk ASEAN.

Pelajaran yang Bisa DipetikBerbagai dampak Brexit terutama yang berkaitan dengan

perdagangan, investasi, finansial, dan yang paling dikhawatirkan

adalah ketidakpastian yang berkepanjangan, akan berdampak

negatif pada ekonomi dunia. Sebagai negara yang perekonomiannya

cukup terbuka, Indonesia tentu akan kena imbasnya, walaupun

tidak separah negara-negara yang sangat terbuka seperti

Singapura. Akibat Brexit, IMF (2016) telah memangkas proyeksi

pertumbuhan ekonomi dunia sebesar 0,1% poin baik untuk tahun

2006 dan tahun 2007. Dengan revisi tersebut, IMF memperkirakan

ekonomi dunia akan tumbuh sebesar 3,1% pada tahun 2016 dan

3,4% pada tahun 2017.

Pelajaran pertama yang perlu dicermati adalah dampak dari

Brexit terhadap kinerja eskpor dan ekonomi Indonesia. Kalau dilihat

dari koreksi proyeksi penurunan pertumbuhan ekonomi dunia yang

hanya sebesar 0,1% poin untuk tahun 2017, dampak terhadap

perekonomian Indonesia secara umum mestinya tidak terlalu

besar. Dampak yang akan lebih signifikan tentunya bersumber

dari kawasan EU termasuk UK. Seperti diketahui, pangsa

perdagangan EU dan UK terhadap perdagangan dunia masing-

masing adalah sekitar 15,4% dan 4,3%. Dengan perkiraan pangsa

ekspor Indonesia ke EU adalah bervariasi pada kisaran 18%, maka

penurunan kinerja ekonomi di EU tentu akan berpengaruh pada

eskpor Indonesia ke negara tersebut. Tentu masih terlalu dini

untuk memproyeksikan secara kuantitatif.

Dampak tersebut belum memperhitungkan dampak tidak

langsung dari pengaruh penurunan ekonomi EU terhadap negara

besar khususnya Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Amerika serikat

dan India. Kalau nantinya ketiga negara tersebut terkena dampak

cukup signifikan akibat Brexit, maka ekspor dan ekonomi Indonesia

akan terkena dampak yang lebih besar. Hal ini tentu sangat berat

karena ekspor Indonesia masih terus mengalami laju pertumbuhan

yang menurun sebagai akibat belum pulihnya kelesuan ekonomi di

EU serta melambatnya pertumbuhan ekonomi di RRT dan India.

Intinya, Brexit akan menambah beban berat upaya peningkatan

ekspor Indonesia yang sebenarnya kini masih tertekan.

Pelajaran kedua yang dapat dipetik dari Brexit, seperti

disebutkan oleh Boom (2016) adalah hati-hati terhadap

ketidakadilan distribusi manfaat dari suatu kerjasama atau integrasi

ekonomi. Bagi masyarakat perkotaan seperti di London atau

tenaga kerja muda di perkotaan yang memiliki ketrampilan yang

memadai, integrasi ekonomi tentu sangat menguntungkan mereka.

Sebaliknya, masyarakat di pedesaan dan kalangan tenaga kerja

yang relatif tua dengan ketrampilan yang tidak mampu bersaing,

integrasi ekonomi membuat kesejahteraan mereka semakin

tertekan. Mereka banyak yang hanya menjadi penonton sehingga

mereka terbawa pada kenangan manis masa lalu, ketika mereka

belum bergabung dengan EU.

Kelompok inilah yang kecewa dan dimanfaatkan oleh para

politisi untuk keluar dari EU. Mereka mengatakan 10 harapan

yang pada prinsipnya adalah mengembalikan kedaulatan politik,

mengendalikan sendiri imigrasi, serta mendorong pertumbuhan

ekonomi (“leaving EU will save our sovereignty, rein in immigration,

and boost our economy”). Semboyan ini cukup ampuh bagi

sebagian masyarakat pedesaan ataupun yang terpinggirkan

oleh integrasi dalam kerangka EU. Kelompok ini ternyata cukup

dominan sehingga ketika referendum dilaksanakan, kelompok

yang mendukung keluar dari EU (Brexit) menggungguli kelompok

yang ingin tetap bergabung dengan EU.

Pelajaran yang dapat dipetik dalam hal ini adalah, ketika

Indonesia melakukan kerjasama atau integrasi ekonomi seperti

dalam MEA, pemerintah harus dengan cermat menyiapkan

instrumen kebijakan yang dapat menjamin bahwa distribusi

manfaat dari integrasi ekonomi tersebut dapat dinikmati oleh

seluruh atau paling tidak sebagian besar masyarakat, termasuk

mereka yang tinggal di pedesaan, tenaga kerja yang kurang

terdidik/kurang terampil, pengusaha kecil yang lemah dari sisi

permodalan, termasuk kelompok masyarakat yang relatif tua.

Artinya, pemerintah harus menyiapkan instrumen distribusi

pendapatan/manfaat dan penguatan untuk kelompok-kelompok

ini.

Pelajaran ketiga yang dapat dipetik adalah agar lebih berhati-

hati, khususnya bagi negara atau kawasan lain yang tengah

berupaya keras untuk memperbanyak dan meningkatkan integrasi

ekonomi seperti Indonesia. Brexit telah memberi pembelajaran

bahwa integrasi ekonomi yang sangat dalam dan komprehensif

seperti dalam bentuk economic union/economic community,

agak berdampak positif secara total tetapi dapat menurunkan

kesejahteraan mayoritas masyarakat. Untuk ASEAN dan Indonesia

khususnya, semangat membara untuk membawa ASEAN ke

model economic union/economic community perlu dicerna ulang.

Sejalan dengan hal ini, keinginan Indonesia untuk ikut di Trans

Pacific Partnership (TPP) dengan tingkat liberalisasi yang demikian

dalam (komprehensif), mungkin perlu diendapkan untuk sementara,

sambil terus melakukan kajian-kajian yang lebih matang.

BIODATA PENULISNama : Wayan R. SusilaJabatan : Senior Trade Economist, Center for Agriculture and People Suport (CAPS)Email : [email protected]

Page 27: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/isi_warta_11.pdf · dampak Brexit terutama yang berkaitan dengan perdagangan, investasi, finansial, dan yang

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016 2726 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016

Mengenal Industri Olahan Lidah Buaya Pontianak

Pontianak adalah ibu kota Propinsi Kalimantan Barat

(Kalbar). Kota yang terkenal dengan sebutan kota khatulistiwa ini

menyimpan beragam komoditi potensial. Kita mungkin mengenal

Jeruk Pontianak, namun ternyata tidak hanya jeruk yang menjadi

komoditi potensial di Pontianak. Pontianak masih banyak

menyimpan komoditi potensial, salah satunya adalah lidah buaya

(Aloe Vera). Lidah buaya di Pontianak dapat tumbuh dengan

sempurna sehingga memiliki ukuran yang besar dan mudah untuk

dikonsumsi. Posisi Pontianak yang dilewati garis khatulistiwa

membuat intensitas penyinaran matahari sangat sesuai untuk

pertumbuhan lidah buaya. Di areal perkebunannya, lidah buaya

Pontianak dapat mencapai berat rata-rata 1,2 kg per helai daunnya

dalam umur 8 bulan sampai 1 tahun (Hasil Wawancara dengan

Aloe Vera Center, 2016).

Pengetahuan masyarakat yang beredar selama ini tentang

lidah buaya baru sebatas pada manfaatnya sebagai penyubur

rambut dan bahan baku kosmetik saja. Padahal manfaat yang

terkandung di dalam pelepah lidah buaya tidak hanya itu saja.

Lidah buaya mengandung banyak nutrisi seperti vitamin, mineral,

enzim, dan asam amino yang baik untuk tubuh apabila dikonsumsi

langsung. Manfaat lain bagi kesehatan antara lain sebagai anti

mikroba untuk melawan bakteri pathogen, pembersih tubuh,

penstabil kadar kolesterol darah, dan pelindung tubuh karena

memiliki kandungan antibiotik, memperlambat penuaan dini, dan

dapat berfungsi sebagai anti luka bakar. Biasanya masyarakat

cenderung tidak berminat bila mengkonsumsi lidah buaya secara

langsung. Oleh karena itu, masyarakat Pontianak melirik lidah

buaya sebagai peluang usaha dengan mengolahnya menjadi

makanan dan minuman agar memiliki banyak cita rasa dan tetap

tidak menghilangkan kandungan manfaatnya (Hasil Wawancara

dengan Aloe Vera Center, 2016).

Luas tanam lidah buaya di Pontianak pada tahun 2013

seluas 84 Ha dengan total produksi sebanyak 7.879 ton dan

produktivitas sekitar 93,8 ton per Ha. Dari sisi industri, tercatat 16

industri pengolahan lidah buaya yang tersebar di berbagai wilayah

di Pontianak dengan total produksi mencapai 114 ton per bulan

(Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Pontianak, 2014).

Berdasarkan hasil wawancara Tim Survei Warta BPPP (2016)

dengan Sunani, pemilik industri pengolahan lidah buaya Sunvera

yang pernah memenangi lomba Usaha Kecil Menengah (UKM)

inovatif tingkat nasional, saat ini jalur distribusi dan pasar produk

olahan lidah buaya sebagian besar masih terbatas di sekitar

Kalimantan, dan baru sebagian kecil ke Pulau Jawa. Produk yang

dihasilkan oleh Sunvera antara lain, permen, dodol, teh, kerupuk,

kue nastar, minuman kemasan, selai, sirup, manisan, dan amplang.

Untuk minuman kemasan, Sunvera telah mampu mengekspor ke

Malaysia dan Brunei Darussalam dengan volume berkisar antara

100-200 dus per bulan.

Saat ini industri pengolahan lidah buaya mayoritas masih

berbentuk UKM atau industri rumahan. Beberapa kendala yang

dihadapi oleh UKM atau industri rumahan tersebut diantaranya

adalah jalur distribusi yang masih terbatas (Pulau Kalimantan

dan Pulau Jawa), kurangnya dukungan promosi, dan teknologi

produksi yang masih manual. Para pelaku usaha lidah buaya

tentu saja mengharapkan dukungan pemerintah dalam mengatasi

berbagai kendala tersebut.

Beberapa bentuk dukungan Pemerintah Daerah Kota

Pontianak yang sudah dirasakan oleh pelaku usaha saat ini

antara lain bantuan dari Dinas Koperasi dan UKM berupa dana

untuk membangun tempat produksi dan membuka jalur distribusi,

bantuan dari Dinas Pertanian dalam bentuk pupuk, dan bantuan

dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam bentuk promosi

melalui pameran di dalam maupun luar negeri. (Dwi Yulianto)

Gambar 1. Beragam Produk Hasil Olahan Lidah Buaya.Sumber: Sunvera (2016)

BERITA PENDEK PERDAGANGAN

Page 28: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/isi_warta_11.pdf · dampak Brexit terutama yang berkaitan dengan perdagangan, investasi, finansial, dan yang

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016 2928 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016

Menanti Revitalisasi Pasar Johar SemarangKota Semarang merupakan ibu kota Propinsi Jawa Tengah

dengan luas 373,7 km2 dan dihuni sekitar 1,5 juta jiwa (BPS Kota

Semarang, 2016). Kota ini memiliki beberapa pasar tradisional atau

pasar rakyat. Salah satu pasar rakyat terbesar yang juga menjadi

cagar budaya Kota Semarang adalah Pasar Johar. Pasar Johar

yang namanya diambil dari Pohon Johar ini memiliki luas sekitar

16 ribu m2, terletak bersebelahan dengan Pasar Yaik dan Shoping

Center Johar, dan terbagi menjadi tiga blok yaitu Blok Pasar Johar

Utara, Blok Pasar Johar Tengah dan Blok Pasar Johar Selatan

(Cholidah, 2014). Pasar Johar yang dibangun oleh Arsitek Belanda

Thomas Karsten pada tahun 1933 ini menjadi cagar budaya karena

nilai sejarah lokasi dan bentuk bangunannya yang merupakan

hasil kajian mendalam berdasarkan iklim dan perilaku masyarakat

setempat saat itu (Kompas, 2015).

Pada bulan Mei 2015 Pasar Johar mengalami kebakaran

yang mengakibatkan kerusakan parah dan menghentikan seluruh

aktivitas perdagangan bagi sekitar 7 ribu pedagang yang menjual

beragam kebutuhan sehari-hari, sandang dan juga pernak-pernik.

Pemerintah pada saat itu menjanjikan relokasi pedagang dan

revitalisasi pasar agar Pasar Johar kembali menjadi pasar rakyat

terbesar di Jawa Tengah sekaligus menjadi cagar budaya dan

tujuan wisata belanja (jatengprov.go.id, 2015).

Setahun setelah kebakaran tersebut, Tim Survei Warta BPPP

pada bulan Juni 2016 mengunjungi lokasi relokasi Pasar Johar

yang berlokasi di kawasan Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT)

Semarang. Pasar yang dikelola oleh Dinas Pasar Kota Semarang

ini ternyata masih menjadi magnet bagi penduduk lokal dan

wisatawan yang berkunjung ke Kota Semarang. Hal ini terlihat dari

banyaknya jumlah pengunjung yang sengaja datang untuk mencari

pernak-pernik dan souvenir yang memang menjadi ciri khas dari

Pasar Johar. Beberapa pernak-pernik yang dijual antara lain gelas,

kipas, boneka kecil, pemotong kuku, dompet, gantungan kunci,

pembuka botol, aneka tas batik, serta berbagai pernak-pernik

lainnya. Selain pernak-pernik, Pasar Johar juga menjadi sentra

bagi pedagang perlengkapan pernikahan, termasuk menyediakan

jasa pengemasan mahar atau mas kawin. Harga yang relatif murah

dan terjangkau juga menjadi alasan bagi para pembeli untuk tetap

berbelanja di lokasi sementara Pasar Johar ini.

Upaya proses revitalisasi Pasar Johar yang dilakukan oleh

Pemerintah Daerah bersama Kementerian Perdagangan merupakan

langkah tepat yang ditunggu oleh penjual dan konsumen Pasar

Johar. Menurut Data Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam

Negeri Kementerian Perdagangan (2016), proses revitalisasi Pasar

Johar tidak hanya akan menjadi tanggung jawab pemerintah pusat

dan daerah, namun juga melibatkan pihak swasta. Saat ini proses

revitalisasi masih pada tahap pembahasan konsep pembangunan

Pasar Johar oleh Balai Konservasi Nasional, Tim Cagar Budaya

Kota Semarang, pemerintah, akademisi, dan pakar. Biaya

pembangunan Pasar Johar diperkirakan mencapai Rp 700 miliar

dan baru akan dimulai pada awal tahun 2017 mendatang (Tribun

Jateng, 2016). (Suler Malau & Primakrisna T.)

Page 29: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/isi_warta_11.pdf · dampak Brexit terutama yang berkaitan dengan perdagangan, investasi, finansial, dan yang

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016 2928 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016

Percepatan Proses Penerbitan TDP di Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas di Batam, Bintan, Karimun dan Sabang

dari daerah pabean sehingga bebas dari pengenaan bea masuk,

pajak pertambahan nilai, pajak penjualan atas barang mewah,

dan cukai. Pelaksanaan penerbitan TDP ini dilakukan dengan

mempertimbangkan kepentingan nasional dan berdasarkan

ketentuan perundang-undangan di bidang penyelenggaraan

pendaftaran perusahaan.

Setiap TDP yang diterbitkan oleh BP Kawasan BBKS

sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kepala BP Kawasan BBKS.

Kementerian Perdagangan hanya akan diberikan tembusan melalui

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri. Untuk memastikan

bahwa pelaksanaan penerbitan TDP oleh KPBPB-BBK Sini

efektif, maka diperlukan pembinaan dan pengawasan oleh

Menteri Perdagangan bersama Ketua Dewan Kawasan BBKS.

BP Kawasan BBKS secara berkala wajib menyampaikan laporan

pertanggungjawaban penerbitan TDP secara manual maupun

elektronik kepada Menteri setiap semester atau paling lambat

pada tanggal 15 bulan berikutnya.

Seiring dengan penerbitan Permendag ini, BP Kawasan

BBKS diharapkan segera menyiapkan sarana dan prasarana

pendukung pelaksanaan pendelegasian kewenangan penerbitan

TDP mengingat telah dilakukan perubahan waktu implementasi

sesuai Permendag Nomor 49/M-DAG/PER/7/2016 yang

menyebutkan kebijakan ini berlaku efektif per 1 Agustus 2016.

Untuk memudahkan dan menjamin akuntabilitas pelaksanaan

pembuatan TDP tersebut, Kementerian Perdagangan mengizinkan

BP Kawasan BBKS menggunakan Sistem Informasi Perusahaan

Online (SIPO) yang dikelola Kementerian Perdagangan.

Proses kemudahan TDP ini merupakan upaya lanjutan

dalam peningkatan pelayanan publik. Sebelumnya Kementerian

Perdagangan telah meningkatkan kualitas pelayanan publik

dalam penyelenggaraan pelayanan perizinan, seperti penerbitan

Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Resi Gudang, Perizinan

Retail Modern, Mini Market, dan lain-lain. Jika persyaratan

lengkap dan benar maka izin akan selesai paling lama tiga hari,

sebagaimana telah terlaksana di Batam sejak tahun 2011. Hal ini

tentu diharapkan akan membangkitkan dunia usaha. Kini tidak

ada lagi alasan penyelesaian prosedur birokrasi perizinan yang

lambat dan lama yang selama ini sering menjadi alasan klasik

dan menyebabkan tidak bergairahnya investasi. Sudah waktunya

pemerintah merubah birokrasi perizinan menjadi proses yang lebih

sederhana dan cepat. (Suler Malau)

Pemerintah terus berupaya meningkatkan kualitas pelayanan

publik dalam penyelenggaraan pelayanan perizinan untuk memulai

usaha yang lebih cepat, tepat, mudah dan transparan. Sejumlah

terobosan telah dilakukan melalui Kementerian Perdagangan untuk

menggairahkan iklim investasi dan perdagangan dalam negeri.

Salah satunya adalah dengan menerbitkan Peraturan Menteri

Perdagangan (Permendag) Republik Indonesia Nomor 48/M-DAG/

PER/6/2016 tentang Pendelegasian Kewenangan Penerbitan

Tanda Daftar Perusahaan (TDP) Kepada Kawasan Perdagangan

Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Badan Pengusahaan

Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan,

Badan Pengusahaan Kawasan Bebas dan Pelabuhan Bebas

Karimun, dan Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas

dan Pelabuhan Bebas Sabang (KPBPB-BBKS). Ada empat

kawasan yang mendapatkan pendelegasian wewenang ini, yaitu

Batam, Bintan, Karimun dan Sabang (BBKS). Selama ini penerbitan

TDP di keempat kawasan tersebut diterbitkan oleh Kementerian

Perdagangan. Namun dengan terbitnya Permendag No. 48

tahun 2016 para pengusaha di KPBPB-BBKS dapat memohon

penerbitan TDP kepada Badan Pengusahaan (BP) Kawasan BBKS

(BP Kawasan BBKS).

Pendelegasian kewenangan penerbitan TDP kepada BP

Kawasan BBKS dimaksudkan untuk mempercepat proses

pemberian TDP bagi pelaku usaha yang berada di kawasan

KPBPB-BBKS. Menurut Permendag No. 48 Tahun 2016 pasal

1 ayat 3 KPBPB-BBKS adalah suatu kawasan yang berada di

wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terpisah

Page 30: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/isi_warta_11.pdf · dampak Brexit terutama yang berkaitan dengan perdagangan, investasi, finansial, dan yang

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016 3130 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016

Potret Kinerja Ekspor-Impor Vaksin di Indonesia

Di tengah ramainya kisruh kasus vaksin palsu yang mencuat

pada Juni 2016 lalu, kinerja ekspor dan impor vaksin di Indonesia

ternyata juga menarik untuk dicermati lebih jauh karena nilai

ekspornya pada tahun lalu mencapai hampir lima kali dari nilai

impornya. Di satu sisi, kondisi ini menunjukkan bahwa vaksin

Indonesia memiliki potensi untuk menjadi salah satu produk

ekspor unggulan. Di sisi lain, hal ini juga bisa menjadi salah satu

indikator bagi pemerintah bahwa Indonesia sebenarnya memiliki

kemampuan untuk memenuhi kebutuhan vaksin di dalam negeri

dengan harga yang terjangkau. Dengan demikian, seharusnya

tidak perlu terjadi kelangkaan stok vaksin akibat berkurangnya

impor vaksin yang diduga memicu pemalsuan vaksin impor seperti

yang diungkapkan oleh Menteri Kesehatan (Tempo.co, 2016).

Berdasarkan data Trade Map (2016), nilai impor vaksin

Indonesia (HS 30220) pada periode 2013-2015 terus menurun,

yaitu USD 54,9 juta (2013), USD 46,7 juta (2014), dan USD 45,4 juta

(2015). Tiga negara importir utama vaksin untuk Indonesia adalah

Italia, Belgia dan Amerika Serikat. Berbanding terbalik dengan nilai

impornya, ekspor vaksin Indonesia justru memiliki kecenderungan

meningkat sejak tahun 2012. Data Trade Map (2016) mencatat nilai

ekspor vaksin Indonesia ke seluruh dunia pada periode 2012-2015

berturut-turut adalah USD 76,3 juta (2012), USD 107,0 juta (2013),

USD 114,8 (2014), dan USD 121,4 juta (2015). Pasar utama ekspor

vaksin Indonesia adalah India, Thailand dan beberapa negara di

Afrika seperti Nigeria, Ethiopia, Afrika Selatan, Angola dan Mali.

Pada tahun 2015, Nilai ekspor vaksin Indonesia baru mencapai

sekitar 0,5% dari total impor vaksin di dunia yang mencapai lebih

dari USD 25 miliar sehingga ekspor vaksin Indonesia masih memiliki

peluang sangat besar untuk terus tumbuh.

Hingga saat ini PT. Bio Farma masih tercatat sebagai satu-

satunya perusahaan farmasi dari Indonesia, negara muslim terbesar

di Asia, yang bisa memproduksi vaksin halal sesuai kualifikasi World

Health Organization (WHO) dan berada pada urutan ke-4 sebagai

pabrik vaksin yang diakui oleh dunia. Produksi vaksin Badan Usaha

Milik Negara (BUMN) ini mencapai 3,2 miliar dosis vaksin per tahun

dengan komposisi 60% untuk kebutuhan ekspor dan 40% untuk

kebutuhan di dalam negeri (CNN Indonesia, 2016).

Tingginya kebutuhan vaksin di dalam dan luar negeri seharusnya

bisa menjadi peluang bagi industri farmasi di dalam negeri untuk

meningkatkan kualitas produksinya sehingga pasar vaksin tidak

hanya dikuasai oleh produsen tertentu. Pemerintah perlu jeli untuk

melihat kasus pemalsuan vaksin ini tidak hanya sebagai kasus

kriminal biasa, namun juga melihat lebih jauh dampaknya pada

upaya pengembangan industri farmasi di Indonesia. Kasus ini

juga bisa menjadi titik awal bagi pemerintah dalam membangun

kepercayaan konsumen untuk menggunakan produk vaksin lokal,

yang tentunya akan meningkatkan nilai perdagangan vaksin buatan

Indonesia. (Primakrisna T.)

Page 31: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/isi_warta_11.pdf · dampak Brexit terutama yang berkaitan dengan perdagangan, investasi, finansial, dan yang

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016 3130 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016

SERBA SERBI

Policy Dialogue Series di YogyakartaKepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan

(BPPP) Tjahya Widayanti membuka dan menyampaikan sambutan

pada kegiatan Policy Dialogue Series Tahun 2016 yang berlangsung

pada hari Rabu, 20 April 2016 di Grand Aston Yogyakarta Hotel &

Convention Center. Dalam kegiatan ini tema yang diangkat adalah

Peran Jasa Perantara Dalam Meningkatkan Ekspor Produk Usaha

Mikro Kecil Menengah (UMKM). Menurut Kepala BPPP, institusi

jasa perantara berperan sebagai penghubung antara UMKM

dengan pembeli di negara tujuan ekspor. Kepala BPPP juga

berharap kegiatan Policy Dialogue Series ini mampu menghasilkan

berbagai usulan kebijakan yang konkrit dan implementatif terutama

dalam peningkatan ekspor UMKM, melalui kemitraan dengan jasa

perantara.

Kegiatan ini diisi dengan Panel Presentasi oleh tiga pembicara,

yaitu Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan

dan Daya Saing Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kementerian

Perekonomian, Muhammad Rudy Salahuddin dengan materi

Konsep Pengembangan UMKM dalam Meningkatkan Ekspor

Melalui Pemanfaatan Konsolidator/Aggregator Untuk mendorong

Ekspor Produk UMKM; Managing Director Fakih Group Dubai Uni

Emirat Arab Fakih N.P. dengan materi Model Bisnis Kelembagaan

Dalam Pembinaan UMKM di Beberapa Negara; dan Direktur

Scano Exotic Indonesia, Anto Suroto dengan materi Model

Bisnis Kelembagaan Dalam Mendorong Ekspor Produk UMKM

Indonesia.

BPPP Selenggarakan Diseminasi Hasil Kajian di PadangBadan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP)

menyelenggarakan acara Diseminasi Hasil-hasil Pengkajian

dan Pengembangan Perdagangan dengan tema Pemanfaatan

Perjanjian Perdagangan Dalam Meningkatkan Eskpor Indonesia di

Hotel Rocky Plaza Padang, pada hari Selasa, 3 Mei 2016. Acara

yang dibuka secara resmi oleh Kepala BPPP, Tjahya Widayanti

ini dihadiri oleh Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Provinsi Sumatera Barat, H. Mudrika dan 100 peserta lainnya yang

terdiri dari pelaku usaha, perwakilan Usaha Kecil dan Menengah,

Asosiasi, Akademisi dan perwakilan dari Dinas terkait.

Acara Diseminasi menghadirkan dua pembicara pada Sesi I,

yaitu Staf Ahli Menteri Perdagangan Bidang Perdagangan Jasa

selaku Ketua Tim Deregulasi, Arlinda serta Konsultan ASEAN

Economic Community Center (AEC Center), Kris Sandhi Soekartawi.

Sementara pada Sesi II, tiga peneliti BPPP menjadi pembicara

yaitu Adrian Darmawan Lubis dengan materi Potensi Pelaksanaan

Kebijakan Sensitive Product untuk Mendirikan Kemandirian

Pangan, Nur Rakhman S. dengan materi Pemanfaatan Liberalisasi

Pasar RRT dan Pasar Korea dalam rangka Peningkatan Ekspor,

serta Muhammad Fawaiq dengan materi Liberalisasi Sektor jasa

Pariwisata dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Indonesia.

Page 32: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/isi_warta_11.pdf · dampak Brexit terutama yang berkaitan dengan perdagangan, investasi, finansial, dan yang

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016 3332 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016

Harmonisasi Tugas Pokok dan Fungsi di Lingkungan BPPP

Pada tanggal 13-14 Mei 2016, seluruh pegawai di lingkungan

Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP)

mengikuti kegiatan Harmonisasi Tugas Pokok dan Fungsi

di Lingkungan BPPP dengan tema Happy at Work yang

diselenggarakan di Kampung Legok Lembang Jawa Barat.

Bedah Naskah Bunga Rampai Info Komoditi Garam di Semarang

Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan

(BPPP) Tjahya Widayanti membuka acara Bedah Naskah Info

Komoditi Garam di Hotel Grand Edge Semarang pada hari Jumat,

10 Juni 2016. Peserta kegiatan ini adalah perwakilan dari instansi

dan lembaga terkait, pelaku usaha, petambak garam, peneliti

serta akademisi dari Universitas Diponegoro, Universitas Dian

Nuswantoro dan Universitas Islam Sultan Agung. Acara Bedah

Naskah Bunga Rampai Info Komoditi Garam merupakan forum

diskusi untuk memperkaya dan mempertajam data dan analisis

sehingga buku Bunga Rampai Info Komoditi Garam yang akan

dipublikasikan dapat bermanfaat bagi stakeholder terkait.

Kegiatan ini bertujuan untuk menyelaraskan tugas pokok dan

fungsi di setiap unit kerja yang ada di lingkungan BPPP sehingga

dapat mewujudkan sinergi positif untuk mendukung visi dan misi

Kementerian Perdagangan. Dalam kegiatan ini para pegawai

mendapatkan bimbingan motivasi kerja dan mengikuti kegiatan

lapangan di Hutan Pinus Cikole Lembang.

Page 33: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/isi_warta_11.pdf · dampak Brexit terutama yang berkaitan dengan perdagangan, investasi, finansial, dan yang

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016 3332 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016

Bedah Naskah Bunga Rampai Info Komoditi Timah di Jakarta

Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan

(BPPP) menyelenggarakan acara Bedah Naskah Info Komoditi

Timah di Hotel Sari Pan Pacific Jakarta, pada hari Kamis, 23 Juni

2016. Acara Bedah Naskah dibuka oleh Kepala BPPP, Tjahya

Widayanti dan menghadirkan narasumber dari Kementerian Energi

dan Sumber Daya Mineral, Indonesian Corruption Watch (ICW) dan

IDH Tin Working Group dengan moderator Ketua Dewan Redaksi

Bunga Rampai Info Komoditi. Sebagai peserta kegiatan hadir

Knowledge Sharing Forum hasil Tailor-Made Training

tentang Review and Feasibility Studies of FTA

Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP)

bekerja sama dengan Vrije University Amsterdam-Belanda

menyelenggarakan Knowledge Sharing Forum hasil Tailor-Made

Training tentang Review and Feasibility Study for Free Trade

Agreement (FTA) Engagement in Indonesia Trade Policy sebagai

tindak lanjut atas pelatihan yang diberikan kepada 18 pegawai di

Kementerian Perdagangan bulan Februari 2016 lalu. Pada acara

yang dilaksanakan pada hari Selasa, 19 Juli 2016 di Ruang Anggrek

Kementerian Perdagangan, Staf Ahli Menteri Perdagangan bidang

Hubungan Internasional, Kasan membuka sekaligus menjadi

moderator. Kegiatan diskusi ini mengangkat tiga topik utama,

yaitu FTAs and regionalism in South East Asia-Can Indonesia draw

lessons from the Brexit?, Training Experience regarding FTA Review

and Feasibility Study, serta Ideal Standard Operation Procedure for

FTA Review and Feasibility Study.

pula perwakilan dari instansi dan lembaga terkait, pelaku usaha,

peneliti serta akademisi dari Universitas Indonesia (UI) dan School

of Government and Public Policy (SGPP). Acara Bedah Naskah

Bunga Rampai Info Komoditi Timah merupakan salah satu upaya

BPPP untuk meningkatkan kualitas publikasi. Melalui acara ini

diharapkan akan muncul berbagai ide, gagasan, masukan dan juga

kritik yang akan memperkaya dan mempertajam data dan analisis

Bunga Rampai tentang topik Timah.

Page 34: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/isi_warta_11.pdf · dampak Brexit terutama yang berkaitan dengan perdagangan, investasi, finansial, dan yang

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016 3534 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016

Catatan: Per Februari Tahun 2013, Satuan Minyak Goreng Kemasan dan Minyak Goreng Curah Berubah Menjadi 1 Liter.Sumber: Dinas Perindag, diolah Ditjen PDN

PERKEMBANGAN HARGA BARANG KEBUTUHAN POKOK

DAN BARANG JENIS LAINNYA SECARA NASIONAL

SELAMA BULAN JANUARI SAMPAI DENGAN JULI 2016

NO KOMODITI SATUAN 2016 Agustus Prbhn

Minggu Jul: Jun 16

(%)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Beras Medium Kg 10.804 10.895 10.889 10.704 10.599 10.578 10.543 10.552 -0,33

2 Gula Pasir Kg 13.106 13.129 13.054 13.188 14.835 15.866 16.266 16.206 2,52

3 Minyak Goreng Kemasan Ltr 15.065 14.949 14.857 14.891 14.964 15.023 14.902 14.894 -0,80

4 Minyak Goreng Curah Ltr 10.365 10.458 10.631 11.092 11.425 11.528 11.304 11.173 -1,95

5 Daging Sapi Kg 111.040 112.698 112.868 112.482 112.909 115.070 115.344 114.340 0,24

6 Daging Ayam Broiler Kg 34.087 31.729 29.813 29.140 30.513 32.300 33.326 32.577 3,18

7 Daging Ayam Kampung Kg 61.933 61.197 60.919 60.206 60.306 62.507 64.652 64.161 3,43

8 Telur Ayam Ras Kg 25.538 24.585 22.787 22.153 22.664 24.021 23.698 24.187 -1,34

9 Telur Ayam Kampung Kg 42.514 42.370 41.925 41.795 41.667 42.075 41.613 41.722 -1,10

10 Susu Kental Manis 397g 10.269 10.208 10.236 10.248 10.288 10.323 10.321 10.340 -0,02

11 Tepung Terigu Kg 9.079 9.080 9.096 9.036 8.989 9.021 9.027 9.055 0,07

12 Kedelai Impor Kg 11.038 10.998 10.998 10.908 10.903 10.778 10.774 10.727 -0,04

13 Kedelai lokal Kg 11.032 11.036 11.079 11.030 11.073 11.176 11.151 11.135 -0,22

14 Mie Instant Bngks 2.207 2.255 2.293 2.302 2.311 2.318 2.322 2.327 0,17

15 Cabe Merah Keriting Kg 32.430 32.653 44.333 32.210 31.045 30.819 32.438 32.817 5,25

16 Cabe Merah Besar Kg 32.567 36.758 45.801 32.498 31.302 31.438 31.833 31.743 1,26

17 Cabe Rawit Merah Kg 40.629 33.778 49.276 35.698 34.657 34.833 40.253 44.155 15,56

18 Bawang Merah Kg 35.483 30.958 38.741 43.529 42.646 38.057 43.176 44.309 13,45

19 Bawang Putih Kg 29.542 30.827 34.564 37.337 37.400 37.293 37.754 37.417 1,24

20 Ikan Teri Asin Kg 68.536 69.430 70.679 71.210 71.337 72.096 72.894 73.699 1,11

21 Kacang Hijau Kg 21.067 20.878 20.913 20.947 21.057 21.213 21.265 21.510 0,24

22 Kacang Tanah Kg 25.368 24.862 24.894 25.114 25.179 26.268 26.744 26.717 1,81

23 Ketela Pohon Kg 5.422 5.501 5.506 5.524 5.601 5.774 5.831 5.829 0,98

24 Jagung Pipilan Kg 6.759 7.241 7.232 7.218 7.153 7.129 7.207 7.247 1,08

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Mg I

DATA STATISTIK PERDAGANGAN

Page 35: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/isi_warta_11.pdf · dampak Brexit terutama yang berkaitan dengan perdagangan, investasi, finansial, dan yang

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016 3534 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016

NERACA PERDAGANGAN INDONESIA

PERIODE JANUARI 2016 - JUNI 2016*

No. URAIAN Nilai (USD Juta), 2016 JAN - DES Perubahan

Jan Feb Mar Apr Mei Jun* 2015 2016* 16-15(%)

I Ekspor 10.480,6 11.312,0 11.810,0 11.475,9 11.514,3 12.917,1 78.425,1 69.509,9 -11,37

- Migas 1.108,0 1.113,3 1.239,3 891,7 957,9 1.187,1 9.992,1 6.497,4 -34,97

- Non Migas 9.372,6 10.198,7 10.570,7 10.584.1 10.556,4 11.730,0 68.433,0 63.012,5 -7,92

II Impor 10.467,0 10.175,6 11.301,7 10.813,6 11.140,7 12.016,9 73.949,4 65.915,6 -10,86

- Migas 1.221,5 1.122,9 1.552,4 1.362,1 1.668,5 1.685,5 13.096,9 8.612,9 -34,24

- Non Migas 9.245,5 9.052,7 9.749,3 9.451,5 9.472,2 10.331,4 60.852,5 57.302,7 -5,83

III Total Perdagangan 20.947,6 21.487,7 23.111,7 22.289,5 22.655,0 24.934,0 152.374,5 135.425,5 -11,12

- Migas 2.329,6 2.236,2 2.791,7 2.253,9 2.626,4 2.872,6 23.089,0 15.110,3 -34,56

- Non Migas 18.618,0 19.251,5 20.320,0 20.035,6 20.028,6 22.061,4 129.285,5 120.315,2 -6,94

IV Neraca 13,6 1.136,4 508,3 662,2 373,6 900,2 4.475,7 3.594,3 -19,69

- Migas -113,5 -9,6 -313,1 -470,4 -710,6 -498,4 -3.104,8 -2.115,5 -31,86

- Non Migas 127,1 1.146,0 821,4 1.132,6 1.084,2 1.398,6 7.580,5 5.709,8 -24,68

Sumber : BPS (diolah PDSI, Setjen Kementerian Perdagangan) Catatan : *) Angka Sementara

NERACA PERDAGANGAN INDONESIA

PERIODE 2011-2015 (JANUARI-MEI)

No. URAIAN Nilai : Juta USD JAN - MEI Perub Tren

2011 2012 2013 2014 2015 2015 2016 16/15 (%) 11-15(%)

I. Ekspor 203.496,6 190.020,3 182.551,8 175.980,0 150.366,3 64.911,0 56.592,8 -12,81 -6,59

- Migas 41.477,0 36.977,3 32.633,0 30.018,8 18.574,4 8.552,2 5.310,3 -37,91 -16,60

- Non Migas 162.019,6 153.043,0 149.918,8 145.961,2 131.791,9 56.358,8 51.282,5 -9,01 -4,50

II. Impor 177.435,6 191.689,5 186.628,7 178.178,8 142.694,8 60.971,3 53.898,7 -11,60 -4,96

- Migas 40.701,5 42.564,2 45.266,4 43.459,9 24.613,2 10.519,4 6.927,4 -34,15 -9,38

- Non Migas 136.734,0 149.125,3 141.362,3 134.718,9 118.081,6 50.451,9 46.971,3 -6,90 -3,87

III. Total Perdagangan 380.932,2 381.709,7 369.180,5 354.158,8 293.061,1 125.882,3 110.491,5 -12,23 -5,82

- Migas 82.178,6 79.541,4 77.899,4 73.478,7 43.187,5 19.071,5 12.237,7 -35,83 -12,77

- Non Migas 298.753,6 302.168,3 291.281,1 280.680,1 249.873,5 106.810,8 98.253,8 -8,01 -4,22

IV. Neraca 26.061,1 -1.669,2 -4.076,9 -2.198,8 7.671,5 3.939,7 2.694,2 -31,61 -

- Migas 775,5 -5.586,9 -12.633,3 -13.441,1 -6.038,8 -1.967,2 -1.617,1 17,80 -

- Non Migas 25.285,5 3.917,7 8.556,4 11.242,3 13.710,3 5.906,9 4.311,2 -27,01 -1,69

Sumber : BPS (diolah PDSI, Setjen Kementerian Perdagangan)

Page 36: Daftar Isi - bppp.kemendag.go.idbppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/isi_warta_11.pdf · dampak Brexit terutama yang berkaitan dengan perdagangan, investasi, finansial, dan yang

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016 PB36 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016

EKSPOR - IMPOR INDONESIA,

2O11 - 2O15 (JANUARI-DESEMBER)(Nilai : Juta USD)

225.000.00

200.000.00

175.000.00

150.000.00

125.000.00

100.000.00

75.000.00

50.000.00

25.000.00

0.0 2011 2012 2013 2014 2015 2015 (Jan-Mei) 2016 (Jan-Mei)

Ekspor 203.496,6 190.020,3 182.551,8 175.980,0 150.366,3 64.911,0 56.592,8

Impor 177.435,6 191.689,5 186.628,7 178.178,8 142.694,8 60.971,3 53.898,7

(Nilai : Juta USD)

30.000,0

25.000,0

20.000,0

15.000,0

10.000,0

5.000,0

0.0

-5.000,0

-10.000,0

-15.000,0

NERACA PERDAGANGAN INDONESIA,

2O11 - 2O15 (JANUARI-DESEMBER)

Sumber : BPS (2015), diolah PDSI, Setjen Kementerian Perdagangan

Sumber : BPS (2015), diolah PDSI, Setjen Kementerian Perdagangan

2011 2012 2013 2014 2014 2015 (Jan-Mei) 2016 (Jan-Mei)

Migas 775,5 -5.586,9 -12.633,3 -13.441,1 -6.038,8 -1.967,2 -1.617,1

Non Migas 25.285,5 3.917,7 8.556,4 11.242,3 13.710,3 5.906,9 4.311,2

36 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II. No. 11, Tahun 2016