Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang...

104
i Pertemuan Tahunan Perbankan 2008 I. Pengantar 1 II. Kilas Balik Pelaksanaan Tugas Bank Indonesia 2003 - 2007 7 1. Pencapaian Perekonomian Nasional 7 2. Sumbangan Sektor Keuangan 15 2.1. Menegakkan Tiga Pilar Stabilitas 15 2.2. Inisiatif-Inisiatif Kebijakan Strategis Terkait Tiga Pilar Stabilitas 18 2.2.1. Inisiatif di Bidang Moneter 18 2.2.2. Inisiatif di Bidang Perbankan 21 A. Arsitekur Perbankan Indonesia 22 B. Persiapan Menuju Implementasi Basel II 28 C. Memantapkan Koordinasi Terkait Crisis Resolution 31 2.2.3. Inisiatif di Bidang Sistem Pembayaran 32 2.2.4. Inisiatif di Bidang Sektor Riil 34 III. Tantangan dan Prospek Perekonomian Kedepan 37 1. Tantangan Perekonomian Kedepan 37 1.1. Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2. Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3. Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4. Persistensi Inflasi 46 1.5. Daya Saing Daerah di Era Global dan Otonomi Daerah 50 1.6. Mempertahankan Modal Budaya di Era Global 51 2. Prospek Perekonomian Kedepan 53 IV. Memperkokoh Stabilitas, Mengawal Pembangunan 56 1. Inisiatif-Inisiatif di Bidang Moneter 57 1.1 Pengembangan Pasar Keuangan Domestik 58 1.2 ΩMemperkuat Efektifitas Kebijakan Moneter 59 1.3 Memperkuat Perangkat Analisa Menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 62 Daftar Isi

Transcript of Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang...

Page 1: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

iPertemuan Tahunan Perbankan 2008

I. Pengantar 1

II. Kilas Balik Pelaksanaan Tugas Bank Indonesia 2003 - 2007 7

1. Pencapaian Perekonomian Nasional 7

2. Sumbangan Sektor Keuangan 15

2.1. Menegakkan Tiga Pilar Stabilitas 15

2.2. Inisiatif-Inisiatif Kebijakan Strategis Terkait Tiga Pilar Stabilitas 18

2.2.1. Inisiatif di Bidang Moneter 18

2.2.2. Inisiatif di Bidang Perbankan 21

A. Arsitekur Perbankan Indonesia 22

B. Persiapan Menuju Implementasi Basel II 28

C. Memantapkan Koordinasi Terkait Crisis Resolution 31

2.2.3. Inisiatif di Bidang Sistem Pembayaran 32

2.2.4. Inisiatif di Bidang Sektor Riil 34

III. Tantangan dan Prospek Perekonomian Kedepan 37

1. Tantangan Perekonomian Kedepan 37

1.1. Perubahan di Pasar Keuangan Global 38

1.2. Perubahan di Pasar Barang Dunia 41

1.3. Eksklusi Sosial-Ekonomi 42

1.4. Persistensi Inflasi 46

1.5. Daya Saing Daerah di Era Global dan Otonomi Daerah 50

1.6. Mempertahankan Modal Budaya di Era Global 51

2. Prospek Perekonomian Kedepan 53

IV. Memperkokoh Stabilitas, Mengawal Pembangunan 56

1. Inisiatif-Inisiatif di Bidang Moneter 57

1.1 Pengembangan Pasar Keuangan Domestik 58

1.2 ΩMemperkuat Efektifitas Kebijakan Moneter 59

1.3 Memperkuat Perangkat Analisa Menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN

2015 62

Daftar Isi

Page 2: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

ii Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

2. Inisiatif-Inisiatif di Bidang Perbankan 63

2.1 Arah kebijakan lanjutan dalam proses penataan kembali struktur

industri perbankan nasional 63

A. Penjajakan Kemungkinan Pendirian Kembali Policy Bank yang

khusus untuk mendukung pembiayaan proyek-proyek

pembangunan jangka panjang 66

B. Perluasan kesempatan operasional ke arah universal banking bagi

bank-bank yang dinilai mampu dan layak menjalankannya 69

C. Optimalisasi peran perbankan dalam pembiayaan

pembangunan, terutama kepada bank-bank yang telah dimiliki

asing 72

2.2 Arah Pengembangan Industri BPR Sebagai Salah Satu Penopang

Kekuatan Ekonomi Lokal 76

2.3 Langkah-langkah Dalam Upaya Mempercepat Pertumbuhan Perbankan

Syariah 79

3. Inisiatif di Bidang Sistem Pembayaran Nasional 81

4. Inisiatif di Bidang Pemberdayaan Sektor Riil 81

V. Penutup 84

Lampiran

Daftar Istilah 89

Kronologis Event Kronologis Events Terkait dengan Kebijakan Penting di Bidang

Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran selama 2003-2007 98

Page 3: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

iiiPertemuan Tahunan Perbankan 2008

“Dengan perjuangan kita mencapai kemajuan!Saat peralihan yang kita hadapi sekarang ini baiklah kita

pergunakan dengan sebaik-baiknya, supaya kita dapat menanambibit yang bagus bagi pohon sejarah bangsa kita dimasa datang.

Saat yang penting inilah yang akan menentukan nasib kitasebagai bangsa untuk berabad-abad lamanya.”

Muhammad Hatta“Sebelas Bulan Merdeka”: Pidato Radio Tanggal 17 Juli 1946

Page 4: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

iv Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 5: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

1Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

∆Meretas Jalan Stabilitas,Mengawal Pembangunan Ekonomi Negeri∆

Pidato Gubernur Bank Indonesia, Burhanuddin Abdullah,Pada Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

18 Januari 2008

Assalamu«alaikum wr.wb,

Selamat malam dan salam sejahtera bagi kita semua,

I. Pengantar

Mengawali perbincangan kita malam ini, saya ingin mengajak seluruhhadirin sekalian untuk bersama-sama memanjatkan puji dan syukur ke hadirat

Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat yang dilimpahkanNYA kepada kita semua

sehingga kita dapat bertemu kembali dalam suasana yang sangat baik, di acaraPertemuan Tahunan Perbankan 2008.

Dalam kesempatan yang baik ini, saya, atas nama seluruh anggota Dewan

Gubernur Bank Indonesia, juga ingin mengucapkan Selamat Tahun Baru 2008.

Semoga di tahun yang baru ini Tuhan selalu membimbing dan memberkati setiapupaya kita dalam memakmurkan negeri.

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, malam ini menjadi sangatistimewa bagi saya. Malam ini adalah malam yang ke lima kalinya saya berdiri di

sini, berbicara di hadapan Bapak-Ibu sekalian. 5 tahun berlalu begitu cepat. Tanpa

terasa, tidak sampai 5 bulan dari saat ini, saya akan tiba di penghujung masajabatan saya sebagai Gubernur Bank Indonesia.

Page 6: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

2 Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

Kita bersama-sama telah menempuh perjalanan yang cukup jauh. Berbagai

ragam keadaan, kejadian dan peristiwa, silih berganti kita hadapi. Ada yang

menggembirakan, ada pula yang mengecewakan, bahkan ada pula yangmemprihatinkan. Kita mahfum bahwa perubahan konstelasi nasional dan global

dalam dasawarsa terakhir yang terasa begitu luas dan mendalam, telah

mengantarkan berbagai tantangan baru di dalam pengelolaan stabilitas ekonomibangsa. Gejolak dan ketidakpastian seakan-akan adalah sebuah dimensi konstan

yang akan terus menerus mengikuti langkah kita, seiring dengan pergeseran dan

perubahan yang terjadi. Namun, bagaimanapun, kita patut bersyukur. Jalinankerjasama dan koordinasi yang erat, dilandasi oleh rasa saling pengertian diantara

kita, telah menjadi elemen yang begitu penting di dalam mencapai keberhasilan

pelaksanaan tugas memelihara kestabilan moneter, perbankan dan sistempembayaran oleh Bank Indonesia.

Untuk itu, sebelum saya memasuki substansi arahan tahunan saya malam

ini, perkenankan saya untuk menyampaikan rasa penghargaan dan terima kasihyang sebesar-besarnya kepada seluruh masyarakat perbankan yang telah bekerja

sama dan mendukung langkah-langkah kebijakan Bank Indonesia di dalam

memperkuat ketahanan dan meningkatkan kinerja industri perbankan secarakeseluruhan. Di samping itu, tidak lupa pula saya mengucapkan terima kasih dan

apresiasi yang setinggi-tingginya kepada seluruh jajaran Pemerintah baik di pusat

maupun daerah, DPR, kalangan pengusaha, akademisi, pengamat, media massadan berbagai pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah

memberikan dukungan baik teknis maupun strategis kepada pelaksanaan tugas-

tugas Bank Indonesia.

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Sepuluh tahun yang lalu bangsa ini berbaris berbanjar-banjar menuju

terbitnya Indonesia sebagai sang fajar baru masyarakat berdemokrasi di Asia.Mengawali tahun ini, kita sedang melihat terbitnya Indonesia sebagai bintang

ekonomi baru di Asia Raya. Syukur Alhamdulillah kita panjatkan pada Ilahi Robbi.

Negeri ini akhirnya telah menutup pengalaman krisis Asia yang sangat memilukanitu, insya Allah, untuk selamanya.

Jaman baru yang akan lebih baik dari yang lalu telah kita masuki. Kita

bahkan telah mengawalinya dengan pencapaian-pencapaian yang membesarkan

hati di bidang ekonomi. Perekonomian kita sudah melaju dengan menggunakankedua mesinnya √√ mesin stabilitas dan mesin pertumbuhan √√. Tidaklah

Page 7: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

3Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

mengherankan jika kemudian banyak penumpang didalamnya dan penonton

diluarnya yang sedang dikejutkan oleh percepatan yang sedang terjadi. Untuk

pertama kalinya sejak krisis Asia, pertumbuhan ekonomi kita telah mencapai diatas6% pertahun. Sementara, dalam 5 tahun terakhir, perkembangan ekonomi makro

kita tetap mantap kendati disana-sini kita hadapi masa-masa yang cukup sulit.

Ketahanan dan stabilitas sistem keuangan juga telah jauh lebih baik dibandingkansebelum krisis Asia. Kita bahkan mencatat bahwa industri perbankan nasional

berhasil melewati dan bahkan menahan dampak gejolak-gejolak yang cukup besar.

Tidaklah berlebihan jika kita kemudian mengatakan bahwa dalam perekonomiannasional sedang tertanam daya tahan yang lebih tangguh.

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Indonesia baru di awal Abad 21 ini memiliki banyak harapan dankesempatan yang terbentang dihadapannya. Karenanya, dunia sedang

memperhatikan dengan sangat seksama langkah-langkah kita menuju masa depan

tersebut. Apa-apa yang telah tercapai setelah kita membongkar tatanan lamauntuk kemudian membangun kembali tatanan baru diatasnya, di alam demokrasi

yang sejati ini, bukanlah sesuatu yang dapat dipandang secara sepintas lalu saja.

Kita sedang menyajikan sebuah referensi segar bagi negara-negara di dunia ketigatentang kemampuan alam demokrasi untuk bersanding dengan pencapaian positif

pada kemajuan ekonomi. Bagi perjalanan sejarah negara-kebangsaan kita dan

polity yang melingkupinya, belum pernah sebelumnya kita melewati ruang danwaktu yang sama seperti sekarang.

Di masa-masa awal setelah Proklamasi 1945, kita sempat mengenyam

kehidupan berdemokrasi seperti yang kita miliki saat ini. Periode sejak Proklamasi1945 sampai pertengahan 1950-an mencatat adanya keterbukaan dan demokrasi

politik dalam keseharian bangsa kita. Kehidupan politik yang multi partai

bersanding akrab dengan semangat keadaban yang sangat santun. Hari-hariBangsa kita dipenuhi dengan dialog, perdebatan tentang idealisme kebangsaan,

dan pertukaran pikiran antar intelektual-intelektual kelas satu yang juga elit-elit

politik yang disegani keluasan pandangannya dijamannya. Pada masa itu BangsaIndonesia dan Bapak-Bapak Bangsanya adalah cahaya-cahaya Asia yang kemudian

dicatat oleh tinta emas sejarah sebagai pencetus semangat Asia-Afrika.

Namun, kita juga mencatat bahwa periode keterbukaan, demokrasi, dan

kesantunan tersebut tidak berlangsung lama karena adanya kealpaan dalammerencanakan dan melaksanakan secara sistematis pembangunan ekonomi yang

Page 8: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

4 Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas. Kebebasan politik kita dahulukan

diatas pembangunan ekonomi, sehingga kita menjadi negara bebas, terbuka dan

demokratis, namun tanpa perbaikan yang mendasar pada tingkat kesejahteraanrakyat. Kealpaan ini kemudian membawa kita ke dekade 1960-an yang ditandai

oleh kemunduran di berbagai bidang kehidupan sosial, politik dan ekonomi

bangsa.

Pada masa setelah itu, tinta sejarah mencatat gegap gempitanya derap

pembangunan ekonomi di era Orde Baru. Sejak akhir dekade 1970-an kita bergerak

semakin dekat pada makna kemerdekaan sebagai jembatan emas bagipeningkatan taraf hidup dan kesejahteraan ekonomi bagi rakyat banyak. Pada

dekade selanjutnya sampai pertengahan tahun 1990-an, dunia menyaksikan kiprah

Indonesia sang Macan Asia di percaturan ekonomi-politik Asia Timur. Namun,dalam 3 dekade Orde Baru itu pula kita kurang melihat pentingnya untuk

membangun kembali kehidupan politik yang terbuka dan berdemokrasi. Kealpaan

itu kemudian membawa kita pada krisis ekonomi-politik yang berat, dan nyarismencabut keseluruhan sendi kehidupan kita dari akarnya.

Dalam penjelajahan kita memasuki labirin memori kolektif masa lalu itu,

senantiasa kita temui kontras-kontras mengenai mana yang seharusnya menjadikapten dalam kehidupan negara-kebangsaan kita. ≈Ekonomi sebagai Kapten atauPolitik sebagai Kapten∆ adalah perdebatan warung kopi pelipur lelah yang telah

kita kenal selama ini. Namun, ada yang sangat berbeda dalam 5 tahun terakhirini. Terbersit dalam benak dan perasaan kita bahwa terdapat suatu perubahan

fundamental dalam kehidupan negara-kebangsaan kita, yang tampaknya adalah

sebuah keterlepasan dari masa lalu ƒ a complete break from the past ƒ.

Perbedaan itu adalah adanya sebuah fakta bahwa dalam 5 tahun terakhir dalam 5 tahun terakhir dalam 5 tahun terakhir dalam 5 tahun terakhir dalam 5 tahun terakhir

ini konsolidasi kehidupan politik kita di alam demokrasi yang bebas dan terbuka,ini konsolidasi kehidupan politik kita di alam demokrasi yang bebas dan terbuka,ini konsolidasi kehidupan politik kita di alam demokrasi yang bebas dan terbuka,ini konsolidasi kehidupan politik kita di alam demokrasi yang bebas dan terbuka,ini konsolidasi kehidupan politik kita di alam demokrasi yang bebas dan terbuka,

telah berjalan seiring dengan konsolidasi perekonomian yang semakin mantaptelah berjalan seiring dengan konsolidasi perekonomian yang semakin mantaptelah berjalan seiring dengan konsolidasi perekonomian yang semakin mantaptelah berjalan seiring dengan konsolidasi perekonomian yang semakin mantaptelah berjalan seiring dengan konsolidasi perekonomian yang semakin mantap.

Disatu sisi kita telah kembali hidup dalam suatu tatanan masyarakat demokratisyang bebas dan terbuka. Kita telah pula menerapkan otonomi daerah dan

desentralisasi ekonomi-politik. Kita telah memilih Kepala Negara dan kepala daerah

melalui pemilu langsung, dan kehidupan pers kita yang bebas berkembang sangatpesat. Bersamaan dengan itu pula, ekspansi perekonomian kita terus melaju

dengan stabilitas perekonomian yang tetap terpelihara. Kita bahkan telah

merumuskan dan melaksanakan kebijakan-kebijakan ekonomi kita tanpa arahan-arahan serta kekangan dari pihak-pihak asing, seperti IMF, yang kepentingannya

belum tentu selaras dengan kepentingan rakyat Indonesia. Periode dimana kita

berada dalam skim Extended Fund Facility sampai dengan berakhirnya Post-

Page 9: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

5Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

Program Monitoring IMF adalah sebuah periode yang memberatkan bagi Bangsa

Indonesia. Di era tersebut, kita tidak dapat sepenuhnya merumuskan dan

menerapkan kebijakan-kebijakan penyesuaian dengan cakupan dan tempo yangselaras dengan kepentingan dan pemenuhan sebesar-besarnya hajat hidup Rakyat

dan Bangsa Indonesia. Banyak kompromi-kompromi penting yang didesakkan

kepada kita, namun tidak sepenuhnya memberi keuntungan pada kepentingannasional Indonesia dan lebih memberi keuntungan pada pihak-pihak diluar kita.

Tangan di bawah memang selalu tangan yang tidak bermartabat. Kita tidak ingin

era yang merendahkan Rakyat dan Negara-Kebangsaan kita itu berulang lagi.Demokrasi, keterbukaan, kebebasan, dan keberanian untuk mandiri telah

menjadikan kita manusia sebagai manusia adanya, dengan berbagai kesempatan

yang semakin terbuka untuk menggapai kemakmuran secara lebih luas bagiseluruh rakyat Indonesia. Terbuktilah semua yang menjadi keyakinan Bapak-Bapak

Bangsa ini tentang pandangan dan sikap hidup yang tepat yang perlu selalu

menjadi pegangan kita dalam mengisi alam kemerdekaan dan kebebasan yangmereka perjuangkan.

Memang bila kita hanya melihat berbagai angka, untuk sementara, apa

yang telah tecapai secara sekilas tampak tidak terlalu dramatis. Namun, dibalikperkembangan itu ada sesuatu pergeseran yang sangat strategis yang sedang

terjadi. Secara berangsur-angsur kita telah menata kekuatan-kekuatan

kelembagaan yang ada yang memungkinkan kita untuk mengambil langkahyang lebih terencana dan sinambung, serta mengurangi kecenderungan untuk

bertindak secara ad-hoc. Berbagai lembaga-lembaga utama kita, termasuk Bank

Indonesia, telah melakukan langkah-langkah perbaikan secara bertahap yangtentunya harus senantiasa dilanjutkan dan mencakup semua bidang yang esensial.

Bahkan dalam konteks yang hampir sama dengan pandangan Muhammad Hatta

tentang Revolusi Indonesia 1945, kemampuan kita untuk menyandingkandemokrasi dan kesejahteraan dapat menjadi sebuah ∆mata dari rantai panjang

perubahan besar yang mendasar∆ pada kehidupan masyarakat dinegara-negara

sedang membangun lainnya di Asia dan Afrika dimasa-masa yang akan datang.

Oleh karena itu, kita layak dan patut berbangga atas pencapaian yang kita layak dan patut berbangga atas pencapaian yang kita layak dan patut berbangga atas pencapaian yang kita layak dan patut berbangga atas pencapaian yang kita layak dan patut berbangga atas pencapaian yang

luar biasa itu, yang kita peroleh atas inisiatif dan kerja kita sendiri.luar biasa itu, yang kita peroleh atas inisiatif dan kerja kita sendiri.luar biasa itu, yang kita peroleh atas inisiatif dan kerja kita sendiri.luar biasa itu, yang kita peroleh atas inisiatif dan kerja kita sendiri.luar biasa itu, yang kita peroleh atas inisiatif dan kerja kita sendiri. Kita juga

bersyukur kepada Sang Pengatur Jagad karena telah memberi kesempatan yangsangat jarang itu kepada kita. Sebagai salah satu dari sedikit saja negara sedang

membangun yang berdemokrasi dan salah satu pemerintahan rakyat terbesar di

Asia, pantaslah kiranya jika dimasa yang akan datang kita terus berupaya untuklebih mengenali lagi kekuatan-kekuatan dan kemampuan yang kita miliki dalam

Page 10: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

6 Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

berdikari menentukan pilihan dan mengambil keputusan yang tepat untuk

kepentingan kita sendiri secara demokratis. Adalah suatu keyakinan kita bersama

sejak Proklamasi 1945 bahwa kelestarian dari republik kita akan jauh lebih terjaminapabila kita berdemokrasi, sebagaimana yang ditunjukkan pada periode 5 tahun

terakhir ini.

Kita juga sedang dituntut untuk menggunakan keberhasilan yang telahtercapai saat ini sebagai suatu modal yang amat berharga untuk menata langkah-

langkah kedepan dan menjawab tantangan. Kemerdekaan Bangsa Indonesia di

tahun 1945 hanyalah sebuah sarana bagi perwujudan Kemerdekaan ManusiaIndonesia, demikian yang pernah disampaikan oleh Sutan Sjahrir, dan juga

Soekarno dan Muhammad Hatta, Bapak-Bapak bangsa ini. Namun, 62 tahun

setelah Proklamasi 1945, banyak dari rakyat kita yang masih merindukan suatutatanan yang memerdekakan mereka sebagai manusia, yaitu tatanan negara-

kebangsaan yang menyejahterakan dan mencerdaskan mayoritas dan bukan

sebagian terkecil dari masyarakat. Kerinduan ini adalah tantangan yang sedangdisematkan di pundak kita bersamaan dengan bangkitnya Bangsa Indonesia di

era baru di awal Abad 21 ini.

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Memahami peralihan yang sedang kita alami, saya merasakan bahwa

perjalanan memimpin Bank Indonesia sebagai lembaga negara yang menerima

mandat dari rakyat untuk turut berperan memelihara stabilitas ekonomi bangsa,adalah sebuah pengalaman yang sangat berharga. Pengalaman yang telah

mengantarkan saya untuk dapat lebih dalam memahami dinamika perekonomian

kita, tantangan yang sedang dan akan dihadapinya, peluang yang dimilikinyadan kekuatan yang membawanya bangkit menuju pencapaian cita-cita

kesejahteraan umum bagi seluruh rakyat Indonesia. Dan tentu, sebagai anak

bangsa, mandat tersebut adalah sebuah kehormatan dan kesempatan untukmemberikan bakti terbaik saya kepada bangsa, negara dan seluruh rakyat

Indonesia.

Oleh karena itu, malam ini, tiba waktunya bagi saya melakukan refleksi

terhadap apa-apa yang sudah dikerjakan Bank Indonesia dalam 5 tahunkepemimpinan saya. Rasanya bukan suatu yang berlebihan jika saya menjadikan

hal ini sebagai bagian dari bentuk pertanggung jawaban moral saya kepada para

stakeholders Bank Indonesia. Selain itu, malam ini saya juga akan menyampaikanpandangan-pandangan tentang prospek dan tantangan perekonomian kedepan

Page 11: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

7Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

dan implikasinya bagi kerja Bank Indonesia. Saya berharap perspektif ke depan

yang akan saya sampaikan dalam pemaparan malam ini, dapat menjadi sebuah

sumbangan pemikiran bagi kita semua dalam menyusun langkah-langkah bersamauntuk meraih masa depan bangsa yang lebih baik.

Terkait dengan hal-hal tersebut, tema pidato saya malam ini adalah:

∆Meretas Jalan Stabilitas, Mengawal Pembangunan Ekonomi Negeri∆∆Meretas Jalan Stabilitas, Mengawal Pembangunan Ekonomi Negeri∆∆Meretas Jalan Stabilitas, Mengawal Pembangunan Ekonomi Negeri∆∆Meretas Jalan Stabilitas, Mengawal Pembangunan Ekonomi Negeri∆∆Meretas Jalan Stabilitas, Mengawal Pembangunan Ekonomi Negeri∆..... Dalamsistematika penyampaiannya, di bagian awal pidato ini saya akan membuka

kembali lembaran-lembaran catatan kerja saya dan mengajak hadirin sekalian

untuk sejenak mengikuti kilas balik perjalanan Bank Indonesia dalam melaksanakanmisi konstitusionalnya pada kurun 5 tahun terakhir. Beberapa pertanyaan yang

akan menjadi landasan pemaparan saya adalah: Apa saja inisiatif kebijakan yang

telah kami lakukan dan apa yang menjadi konsiderannya? Sejauh mana kemajuanyang telah dicapai dalam implementasinya? Apa yang sudah disumbangkannya

pada keseluruhan proses pembangunan ekonomi di era paska krisis ini?

Pada bagian berikutnya, saya akan mengulas tentang prospek dan

tantangan-tantangan perekonomian kedepan dan langkah-langkah yang perludiambil oleh Bank Indonesia untuk memastikan bahwa lembaga ini tetap menjadi

bagian dari solusi permasalahan perekonomian bangsa. Beberapa dari tantangan-tantangan tersebut bukanlah sesuatu yang baru karena telah dan sedang

berlangsung saat ini. Akan tetapi di masa mendatang, tantangan-tantangan

tersebut akan semakin mengemuka dan bertambah tinggi intensitasnya, sehinggaurgensi untuk mempersiapkan diri di dalam menghadapinya menjadi semakin

menguat.

Akhirnya, sebelum menutup pidato ini saya akan menyampaikan

beberapa pandangan mengenai langkah-langkah lanjutan serta kebijakan-kebijakan yang perlu kita lakukan kedepan, dengan menjadikan tahun 2008 ini

sebagai sebuah momentum baru bagi terwujudnya Bank Indonesia yang lebih

bermanfaat dalam meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

II. Kilas Balik Pelaksanaan Tugas Bank Indonesia 2003 - 2007

1. Pencapaian Perekonomian Nasional

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Awal tahun 2007 lalu kita baru saja meraih kembali stabilitas makroekonomi paska gejolak harga minyak di akhir 2005 dan dampaknya pada nilai

tukar, inflasi, dan suku bunga sampai pertengahan 2006. Ketika itu, jika saudara-

Page 12: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

8 Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

Tabel 1.Indikator Utama Perekonomian

MakroMakroMakroMakroMakroGDP (% - yoy) 4,38 4,72 5,03 5,68 5,48 6,3Inflasi (% - yoy) 10,03 5,06 6,40 17,11 6,60 6,59

EksternalEksternalEksternalEksternalEksternalEkspor (miliar USD) 59,165 64,109 70,767 86,995 103,514 118,937Impor (miliar USD) 35,652 39,546 50,615 69,462 73,868 86,354Debt to GDP ratio 65,71 57,01 53,40 45,12 35,28 31,3Cadangan Devisa (miliar USD) 32,039 36,296 36,320 34,724 42,586 56,900Nilai tukar 8.950 8.570 8.948 9.713 9.167 9.140

Keuangan PemerintahKeuangan PemerintahKeuangan PemerintahKeuangan PemerintahKeuangan PemerintahPenerimaan (miliar Rp) 298.605 341.396 403.367 495.224 637.796Belanja (miliar Rp) 322.180 376.505 427.177 509.632 670.591Defisit/Surplus APBN (%of PDB) -1,3 -1,7 -1,0 -0,5 -1,0 -1,1

Pasar KeuanganPasar KeuanganPasar KeuanganPasar KeuanganPasar KeuanganYield SUN global (%)** 6.08 4.72 3.71 4.92 5.93 5.89IHSG 425 692 1.000 1.163 1.806 2.746

Indikator 2002 2003 2004 2005 2006 2007*

Ket:* Posisi akhir Desember (estimasi)**Sejak th 2006 menggunakan global bond jatuh tempo 2014

saudara sekalian masih ingat, di tempat ini, saya mengibaratkan bahwa kondisi

perekonomian kita pada tahun 2006 bagaikan sebuah pesawat yang terbang

dengan satu mesin. Di satu sisi, kita telah berhasil membawa kembali kondisiekonomi makro pada lintasan yang seharusnya. Namun, karena masih cukup

beratnya tantangan-tantangan mikro dan struktural dalam perekonomian, maka

laju dan kualitas pertumbuhan ekonomi masih belum seperti yang kita harapkan.Saat itu pertumbuhan kegiatan usaha yang produktif di sektor riil cenderung

sangat lambat.

Di awal tahun 2008 ini, kita patut bersyukur karena telah berhasil menutuptahun 2007 dengan pencapaian-pencapaian yang cukup baik sebagaimana yang

ditunjukkan oleh indikator-indikator utama perekonomian kita (Tabel 1). Terkait

dengan kondisi ini, kalau saya boleh mengatakan dengan analogi yang sama,pesawat perekonomian kita sudah mulai terbang dengan kedua mesinnya. Oleh

karenanya, tidak terlalu mengherankan jika banyak penumpang didalamnya yang

sedang dikejutkan oleh percepatan yang sedang terjadi.

Page 13: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

9Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

Berbagai pencapaian perekonomian yang dapat kita catat sampai dengan

akhir 2007, secara ringkas akan saya sampaikan sebagai berikut.

Di sisi pertumbuhan ekonomi, untuk pertama kalinya sejak krisis Asia,pertumbuhan ekonomi kita telah mencapai diatas 6% pertahun yaitu 6,3% di

2007. Pertumbuhan ini dicirikan oleh laju yang semakin berimbang antara sisi

permintaan dan penawaran, sebagaimana yang tercermin pada resiliensipengeluaran konsumsi yang diikuti oleh perkembangan menggembirakan pada

investasi. Realisasi Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sepanjang tahun 2007

tercatat melaju sebesar 8,37%, sementara investasi swasta bertumbuh sebesar7,18% dari tahun lalu. Perkembangan pada investasi ini menyebabkan rasio

investasi terhadap PDB telah meningkat dari sekitar 19.6 % di 2003 ke 23% di

2007 lalu. Selain itu, kita juga melihat bahwa terdapat diversifikasi yang cukupbaik dalam perekonomian, sehingga walaupun sektor manufaktur belum

sepenuhnya pulih, banyak sektor-sektor lain yang berkembang dan menjadi

penopang wealth creation dalam perekonomian kita selama tahun 2007.Diversifikasi ini ditunjukkan oleh ekspansi di sektor-sektor ekstraktif, perdagangan,

telekomunikasi, transportasi, utilitas, konstruksi, dan jasa-jasa. Semua perbaikan-

perbaikan di sektor riil ini telah memberi indikasi awal yang cukup kuat bahwahambatan-hambatan struktural di sisi mikro ekonomi (supply side constraints)sudah mulai membaik.

Dari sisi eksternal, neraca pembayaran Indonesia (NPI) terus membukukansurplus selama 4 tahun berturut-turut. Pada akhir 2007 surplus NPI tercatat sebesar

3,1% dari PDB, sehingga rata-rata surplus NPI kita dalam 3 tahun terakhir adalah

sebesar 2.4% dari PDB. Perkembangan positif pada NPI ini ditopang oleh netaliran modal portofolio ke pasar-pasar keuangan, penanaman modal langsung,

net ekspor, dan net jasa remitansi tenaga kerja migran Indonesia. Dalam kaitan

ini dapat kita cermati bahwa ekspor non migas Indonesia tetap tinggi di tengahekonomi global yang sedikit melambat. Perkembangan ini menunjukkan bahwa

negara tujuan ekspor kita semakin terdiversifikasi sehingga sebagian dampak

pelambatan ekonomi di negara maju pada ekspor dapat dikompensasikan denganekspor ke negara yang pertumbuhan ekonominya tinggi seperti China dan India.

Kinerja NPI yang sangat baik dalam 4 tahun terakhir ini telah memberi ruang bagi

kita untuk membiayai berbagai keperluan pembangunan, memperkuat diri melaluipenambahan cadangan devisa, dan yang terpenting melalui sumbangan aliran

net remitansi tenaga kerja migran, resiliensi permintaan domestik dalam

perekonomian nasional dapat kita pertahankan. Terkait dengan cadangan devisa,

Page 14: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

10 Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

dapat saya sampaikan bahwa sampai dengan di akhir 2007, cadangan devisa kita

telah mencapai USD 56.9 milyar, atau setara dengan 5.7 bulan impor dan

pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Cadangan devisa ini meningkat sekitar1,5 kali lipat dari posisi 5 tahun yang lalu.

Kinerja NPI yang kuat juga memberikan peluang pada kita untuk

mempercepat pelunasan utang-utang kepada IMF. Langkah ini ditempuh dengansuatu perhitungan yang matang dalam semangat kemandirian kebijakan publik

dan keyakinan terhadap kinerja perekonomian kedepan. Jatuh tempo pembayaran

yang masih sekitar 3,5 tahun kedepan disepakati untuk kita percepatpembayarannya menjadi 12 Oktober 2006. Dengan demikian, Bangsa Indonesia

tidak lagi harus mengikuti program-program yang ada dalam skim Extended

Fund Facility IMF. Walaupun pelunasan utang kepada IMF ini kita percepat,kondisi pasar keuangan tetap stabil dan cadangan devisa dapat terus meningkat.

Pertumbuhan ekonomi yang semakin berimbang, neraca pembayaran

yang surplus, dan posisi cadangan devisa yang cukup baik telah banyak membantu

upaya memelihara stabilitas nilai rupiah, terutama untuk jangka menengah-panjang. Pada kurun 5 tahun terakhir, diluar tahun 2005 yang diwarnai oleh

gejolak harga minyak dunia, inflasi IHK dan inflasi inti secara rata-rata tercatatsebesar 6.19% dan 6,28% per tahun dibawah laju rata-rata di era pra krisis (1992

√ 2007) yang sebesar 8,21% dan 9,13%. per tahun.

Sementara itu, tanpa memasukkan gejolak nilai tukar di tahun 2005, nilai

tukar rupiah kita dalam 5 tahun terakhir tampak terjaga dalam suatu kisaranyang kondusif bagi pemeliharan keseimbangan internal dan eksternal ekonomi

makro kita. Volatilitas nilai tukar rupiah juga telah jauh lebih rendah dibanding

volatilitasnya pada tahun-tahun awal setelah krisis. Semua ini memberi kepastianyang lebih baik pada para pengusaha baik di sektor riil maupun di sektor keuangan

tentang rata-rata nilai tukar dalam jangka panjang. Sehingga, kita dapat

mengatakan bahwa semua perkembangan positif pada laju inflasi dan pada nilaitukar telah menopang pengelolaan ekspektasi tentang stabilitas ekonomi makro

dan daya saing ekspor dalam jangka-menengah panjang.

Di bidang perbankan, jika kita mencermati kemajuannya setidaknya sejakawal tahun 2004, kita dapat mengatakan bahwa perkembangan indikator-

indikator perbankan saat ini cukup menggembirakan (Tabel 2). Dibandingkan

dengan awal tahun 2004, pertumbuhan total aset perbankan telah meningkatcukup pesat, yaitu sebesar Rp737,85 T (63,7%) menjadi 1.895 T pada bulan

November 2007. Sementara itu, kredit meningkat Rp529,6 T atau lebih dari dua

Page 15: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

11Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

Kredit (T Rp) 410,3 477,2 595,1 730,2 832,9 1.004,6DPK (T Rp) 835,8 888,6 963,1 1.127,9 1.287,0 1.437,5NPL Gross (%) 8,1 8,2 5,8 8,3 7,0 5,4NPL Nett (%) 2,1 3,0 1,7 4,8 3,6 2,3SB KMK Bank Umum (%)* 18,3 15,1 13,4 16,2 15,1 13,2SB KI Bank Umum (%) * 17,8 15,7 14,1 15,7 15,1 13,3SB KK Bank Umum (%)* 20,2 18,7 16,6 16,8 17,6 16,3Jumlah Bank** 138,0 133,0 131,0 130,0 128,0

Tabel 2.Perkembangan Indikator Utama Perbankan

*) Data Bulan Oktober 2007**) Per tanggal ini terdapat 16 bank yang masih bermodal di bawah Rp, 80 milyar, Dari 16 tersebut, 9 bank diperkirakan bisa mencapaiRp 80 milyar sedangkan 7 bank masih belum jelas,

Indikator Des 2002 Des 2003 Des 2004 Des 2005 Des 2006 Nov 2007

kali lipat dari levelnya di 2004 menjadi Rp 1004,6 T di akhir tahun lalu. Pertumbuhan

kredit tersebut didukung oleh peningkatan DPK sebesar Rp551 T atau sekitar62% dari levelnya di 2004 sehingga pada bulan November 2007 yang lalu DPK

berada pada posisi Rp1.437,5 T. Disepanjang tahun 2007, ditopang olehpenurunan BI rate sejalan dengan terpeliharanya stabilitas ekonomi makro, kredit

telah tumbuh sesuai dengan target yang ditetapkan oleh perbankan pada awal

tahun, dan tercatat bertumbuh sebesar 24,3%. Pertumbuhan kredit tersebutmenandakan bahwa perbankan telah kembali memberi sumbangan yang signifikan

dalam keseluruhan pembiayaan pembangunan nasional.

Satu aspek yang penting untuk dicatat terkait kinerja perbankan sampai

akhir 2007 adalah fakta bahwa stabilitas sistem perbankan kita paska krisis telahjauh lebih baik ketimbang sebelum krisis. Mayoritas bank dalam industri perbankan

saat ini telah mempertahankan kecukupan modalnya pada tingkat yang tinggi,

yaitu CAR rata-rata berkisar pada angka 19,5%. Dalam satu tahun terakhir, totalaset mengalami peningkatan yang cukup tinggi mencapai sekitar 11,9% menjadi

Rp 1.845 T. Dari sisi profitabilitas, ROA perbankan mengalami peningkatan dari

2,6% menjadi 2,8%, yang secara umum diperoleh dari adanya perbaikan efisiensidalam kegiatan operasional perbankan. Sementara itu, tingkat NPL perbankan

mengalami perbaikan yang menggembirakan, yaitu dari 6,98% (gross) dan 3,63%

(net) menjadi masing-masing 5,41% dan 2,29%. Hal ini terutama disebabkanmulai diimplementasikannya PP No. 33 tahun 2006 oleh bank-bank milik

Pemerintah. Kita juga perlu berbesar hati karena perbankan ternyata mampu

Page 16: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

12 Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

Grafik 1.Rating Indonesia

Investment grade

Non Investment grade

AAAAA+AAAA -A+AA -BBB+BBBBBB -BB+BBBB -B+BB -CCC+CCCCCC -CCRSDD

07Des

18Apr

10Okt

31Des

09Jan

27Jan

11Mar

15Mei

29Mar

30Mar

17Apr

02Okt

21Mei

02Nov

23Apr

05Sep

12Mei

08Okt

22Des

26Jul

19921995 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2006

BBB

-

BBB

BB+

BB

SD

BBB

-

B -

CCC+

B

CCC+

CCC

SD

CCC+

SD

B -

CCC+ BB

-

B -

B +B

AAAAA+AAAA -A+AA -BBB+BBBBBB -BB+BBBB -B+BB -CCC+CCCCCC -CCRSDD

menahan berbagai gejolak yang cukup besar dalam perekonomian seperti kenaikan

harga minyak dan dampak turunannya pada nilai tukar, inflasi dan suku bunga,serta dampak menular krisis sub-prime mortgage di AS. Kemampuan dan daya

tahan ini tidak terlepas dari semakin membaiknya kemampuan manajemen risiko

perbankan dan peraturan kehati-hatian yang telah kita terapkan pada perbankannasional.

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Kondisi ekonomi makro yang terpelihara dan industri perbankan yangsemakin sehat, kuat dan resilien telah menyumbang pada semakin membesarnya

kepercayaan investor terhadap prospek perekonomian Indonesia. Kondisi ini

tercermin dari perbaikan rating Indonesia pada laporan lembaga-lembaga ratinginternasional dimana saat ini kita telah semakin mendekati investment grade dan

sedang menuju levelnya sebelum krisis (Grafik 1). Sementara itu, ditopang dengan

cukup baiknya laba korporasi dan ekspektasinya yang terus positif kedepan,kepercayaan investor tersebut juga terlihat pada derasnya aliran ekses likuiditas

global yang masuk ke pasar keuangan Indonesia sehingga menjadikan IHSG salah

satu indeks yang memiliki kinerja terbaik di dunia (Grafik 2). Beberapa sub-sektoryang menjadi penopang kenaikan IHSG tersebut mengkonfirmasi pula adanya

diversifikasi pada sumber-sumber wealth creation dalam perekonomian.

Pencapaian-pencapaian di atas tentu membesarkan hati kita semua karenaterwujud di tengah berbagai cobaan dan gejolak baik yang bersumber dari dalam

Page 17: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

13Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

Grafik 2.IHSG dan Komponennya

Indeks3500

3000

2500

2000

1500

1000

500

0

3000

2500

2000

1500

1000

500

0

Indeks

IHSG (RHS)PertanianPertambanganPropertiInfrastruktur

Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt Jan Apr Jul Okt

2003 2004 2005 2006 2007

negeri seperti musibah bencana alam yang secara bergantian terus mendera kita,

maupun yang bersumber dari luar negeri seperti gejolak harga minyak dunia dan

krisis sub-prime mortgage. Tidaklah berlebihan jika kemudian kita mengatakanbahwa dalam perekonomian makro nasional kita sedang tertanam daya tahan

yang lebih tangguh.

Kita pun dapat mencermati bahwa pencapaian-pencapaian tersebutmerupakan buah dari kerjasama seluruh elemen pemangku kebijakan publik dalam

memberikan sumbangsih terbaiknya bagi pemulihan ekonomi nasional. Kebijakan

untuk melakukan konsolidasi fiskal ditahun-tahun awal paska krisis yang kemudiandilanjutkan dengan kebijakan fiskal yang lebih ekspansif pada dua tahun terakhir

telah berperan dalam menggerakkan aktivitas perekonomian tanpa menyebabkan

instabilitas harga dan nilai tukar sehingga ekspansi perekonomian tetap terjaga(Grafik 3). Otoritas fiskal juga telah berhasil secara bertahap mengurangi beban

utang luar negeri, dari level diatas 100% pada awal krisis, menjadi sekitar 31%

pada tahun 2007 lalu sehingga makin memperkuat prospek kesinambungan fiskalkita kedepan. Sementara itu, kebijakan untuk mengurangi subsidi BBM seiring

dengan gejolak harga minyak di tahun 2005 merupakan sebuah langkah yang

telah memperkuat lagi postur fiskal kita dalam jangka menengah-panjang.Kebijakan tersebut telah pula membantu mengurangi ketidakpastian di pasar valas

terkait kenaikan harga minyak di penghujung 2007 lalu.

Sementara itu, dari sisi kebijakan-kebijakan yang terkait dengan perbaikan

indikator-indikator sosial dan iklim investasi, kita telah melihat pula perkembangan-perkembangan yang cukup berarti. Angka kemiskinan yang diukur melalui

Page 18: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

14 Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

Surplus/Defisit APBN

% PDB

-3,0

-2,5

-2,0

-1,5

-1,0

-0,5

0,0

-1,5

-2,4

-1,3

-1,7

-1,0

-0,5

-1,0-1,10

-1,7

Konsolidasi Stimulus

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Grafik 3.Konsolidasi Fiskal

persentase orang yang hidup di bawah garis kemiskinan menurun dari 17,75%

pada 2006 menjadi 16,6% pada 2007 atau menurun secara absolut sebanyak

1,88 juta orang. Perbaikan pada angka kemiskinan tersebut dalam banyakaspeknya ditopang oleh meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan stabilitas

ekonomi makro. Tidak kalah penting adalah program √program sosial yang

diluncurkan untuk membantu masyarakat miskin bertahan ditengah gejolak danbencana alam.

Menurunnya angka kemiskinan telah pula memperbaiki indikator

pencapaian Indonesia dalam Tujuan-Tujuan Pembangunan Millenium (MilleniumDevelopment Goals, MDGs). Dari delapan MDGs, Indonesia telah mencatat

kemajuan yang cukup berati dalam program pengentasan kemiskinan. Laporan

Bank Dunia (November 2007) menyebutkan bahwa persentase penduduk yanghidup dengan pendapatan kurang dari US$ 1 per hari adalah 8,5%, jauh lebih

rendah daripada target MDGs 2015, yakni 10,3%. Indikator MDGs lainnya yang

juga menunjukkan perbaikan adalah jumlah siswa yang masuk Sekolah Dasar;jumlah kematian anak di bawah 5 tahun; dan akses masyarakat terhadap sarana

air bersih. Dalam kaitan ini, Bank Dunia juga mencatat bahwa hampir di seluruh

aspeknya, pencapaian program-program MDGs Indonesia berjalan sesuai target.

Sementara itu, untuk mendorong kegiatan investasi, pemerintah telahberupaya keras untuk memperbaiki iklim investasi. Pencapaian penting dalam hal

ini adalah penerbitan paket kebijakan ekonomi terpadu (Inpres No. 6 - Juli 2007)

yang isinya mencakup pembaruan dari tiga paket sebelumnya, yaitu paketperbaikan investasi, percepatan infrastruktur, dan reformasi sektor keuangan serta

Page 19: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

15Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

paket kebijakan pemberdayaan sektor usaha kecil dan menengah (UKM). Paket

kebijakan baru tersebut memasukkan juga tentang PP Pelaksanaan Penanaman

Modal dan penyingkatan waktu pengurusan ijin investasi di Indonesia. Disampingitu, perbankan juga telah berpartisipasi aktif dalam menyediakan akses

pembiayaan, ditopang oleh program penjaminan kredit dan skema investasi melalui

mekanisme Public Private Partnership (PPP).

Masih terkait dengan perbaikan iklim investasi, kita dapat pula melihat

pencapaian yang membesarkan hati terkait implementasi Otonomi Daerah. Saat

ini telah mulai bermunculan sekumpulan pemerintahan daerah yang progresifyang kinerja pembangunan daerahnya melebihi yang lain. Success stories ini

ditunjukkan melalui kemampuan birokrasi di daerah-daerah progresif tersebut

untuk menebar manfaat bagi rakyat di daerahnya. Survei yang dilakukan olehKPPOD menunjukkan bahwa pencapaian-pencapaian penting di daerah-daerah

progresif tersebut terkait erat dengan perbaikan iklim investasi secara nasional,

seperti meningkatnya indeks pembangunan manusia, meningkatnya efisiensi dankualitas pelayanan Pemerintah Daerah, terbangunnya jaringan-jaringan

infrastruktur, dan perbaikan pada tata kelola pemerintahan. Ini semua tentu

merupakan sebuah perkembangan positif untuk menyelesaikan hambatan di sisipenawaran pada perekonomian kita dalam jangka panjang. Harapan akan

tercapainya hal-hal tersebut akan jauh lebih besar lagi apabila semua elemen

bangsa dapat memberikan dukungan sepenuhnya. Elemen-elemen bangsatersebut, termasuk pemerintahan daerah yang progresif, akan membentuk sebuah

»critical mass» yang akan mendorong percepatan dan pencapaian pertumbuhan

ekonomi yang berkualitas dan berkeseimbangan.

2. Sumbangan Sektor Keuangan

2.1. Menegakkan Tiga Pilar Stabilitas

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Berbagai pencapaian yang baik di tahun 2007 terkait kinerja perekonomiansecara keseluruhan, saya sikapi sebagai buah dari reformasi di berbagai bidang

ekonomi yang telah dilakukan oleh semua pemangku kebijakan ekonomi secara

bersama-sama. Kerjasama antar pemangku kebijakan tersebut didukung pulasecara aktif oleh kerja keras para pelaku ekonomi di dunia usaha dan masyarakat

secara luas. Saya juga perlu mengatakan bahwa kita patut berbangga pada

pencapaian-pencapaian tersebut karena berbagai upaya kebijakan untuk

Page 20: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

16 Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

1 Polity (latin: politia) adalah kehidupan bermasyarakat yang terorganisasi dan memiliki bentuk pemerintahan yang spesifik.2 UU 23 / 1999 tentang Bank Indonesia, yang selanjutnya di amandemen pada UU 3 / 2004.

percepatan pembangunan ekonomi yang kita lakukan dalam 5 tahun terakhir

berlangsung di tengah alam demokrasi dan kemandirian.

Dengan kebanggaan dan keyakinan yang sama tentang kemampuanbangsa untuk hidup dalam sebuah kesatuan polity yang mandiri dan demokratis,

saya ingin menyampaikan bahwa para pemangku kebijakan publik di sektor

keuangan dan semua pelaku bisnis didalam setiap industrinya telah pula turutmemberi kontribusi nyata dalam membangun semangat kemandirian kebijakan

tersebut dan Bank Indonesia menyambut baik keseluruhan pencapaian

perekonomian yang ada saat ini1 .

Sebagaimana lembaga pemangku kebijakan publik lainnya, Bank Indonesiamemiliki keunikannya tersendiri dalam keseluruhan kontinuum kebijakan publik

di negeri kita. Bank Indonesia adalah salah satu lembaga utama penyedia tigatigatigatigatiga

pilar stabilitas pilar stabilitas pilar stabilitas pilar stabilitas pilar stabilitas yang menjadi penopang dan elemen-elemen penyinambung(elements of continuity) proses pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Tiga

pilar stabilitas tersebut adalah: (a) stabilitas nilai rupiah, (b) industri perbankan

yang sehat dan tangguh sebagai penopang stabilitas sistem keuangan, dan (c)sistem pembayaran modern yang lancar, aman, cepat dan murah untuk

mendukung kegiatan transaksi dalam perekonomian. Seperti kebutuhan manusiaakan udara, keberadaan tiga pilar stabilitas ini senantiasa kita perlukan, oleh

karenanya sangatlah tepat jika Rakyat Indonesia melalui undang-undang tentang

bank sentral yang diratifikasi oleh Dewan Perwakilan Rakyat telah menggariskannyasebagai mandat konstitusional Bank Indonesia2 .

Menengok kembali perjalanan Bank Indonesia dalam 5 tahun ini, saya

dapat mengatakan bahwa upaya untuk mewujudkan berbagai aspirasi yang

terkandung dalam mandat tadi telah membuahkan hasil-hasil yang sangat pentingyang menjaga momentum kesinambungan pembangunan perekonomian nasional

dan prospeknya kedepan. Hasil-hasil tersebut telah diperoleh dalam semangat

kemandirian pelaksanaan tugas sesuai arah dan pace yang selaras dengankepentingan rakyat kita, tanpa didikte oleh pihak-pihak asing. Oleh karenanya

pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan apresiasi pada jajaran saya di

Bank Indonesia yang dalam 5 tahun terakhir telah memberikan kerjasamaterbaiknya dan menunjukkan kualitasnya sebagai first rate professionals yang

mandiri dalam berpikir, dan senantiasa mengambil keputusan yang mendahulukan

kepentingan masa depan rakyat dan negerinya.

Page 21: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

17Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Salah satu sumbangsih sektor keuangan yang merupakan pencapaian

kunci dalam perekonomian kita 5 tahun terakhir adalah tersedianya sebuah sistemtersedianya sebuah sistemtersedianya sebuah sistemtersedianya sebuah sistemtersedianya sebuah sistem

keuangan nasional yang lebih stabil dibanding sebelum krisis yang mendukungkeuangan nasional yang lebih stabil dibanding sebelum krisis yang mendukungkeuangan nasional yang lebih stabil dibanding sebelum krisis yang mendukungkeuangan nasional yang lebih stabil dibanding sebelum krisis yang mendukungkeuangan nasional yang lebih stabil dibanding sebelum krisis yang mendukung

ketahanan perekonomian secara keseluruhanketahanan perekonomian secara keseluruhanketahanan perekonomian secara keseluruhanketahanan perekonomian secara keseluruhanketahanan perekonomian secara keseluruhan. Sistem keuangan yang lebih stabil

tersebut ditunjukkan oleh fakta bahwa sistem keuangan kita telah semakin mampumenahan dan menyerap berbagai gejolak (shocks) baik yang muncul dari

perekonomian global maupun domestik, semakin meningkat efisiensi dan

efektifitasnya dalam mengalokasikan sumber dana melalui intermediasi dan dalammengelola risiko, serta semakin mendalam perannya sebagai penopang lalu lintas

pembayaran. Terwujudnya sistem keuangan yang lebih stabil tersebut telah

ditopang oleh pencapaian-pencapaian pada tiga pilar stabilitas yang menjadielements of continuity dalam proses pembangunan ekonomi nasional. Pencapaian-

pencapaian tersebut secara ringkas adalah sebagai berikut:

Pertama, meningkatnya kepercayaan pelaku ekonomi domestik dan

internasional terhadap kemampuan otoritas moneter dalam memelihara stabilitasekonomi makro dan menopang keseluruhan kualitas manajemen kebijakan

ekonomi makro nasional.

Kedua, industri perbankan yang semakin efektif dalam menopangkeseluruhan stabilitas sistem keuangan dan upaya percepatan pembangunan

ekonomi nasional, serta semakin siap dalam menghadapi tantangan globalisasi.

Ketiga, infrastruktur sistem pembayaran yang semakin handal, cepat,akurat, aman, dan efektif dalam menopang dan menurunkan biaya kegiatan

transaksi swasta dan Pemerintah diseluruh pelosok negeri.

Terwujudnya sistem keuangan yang lebih stabil dan bermanfaat, sejalan

dengan semakin kokohnya tiga pilar stabilitas, telah memberi ruang gerak yanglebih lapang bagi para pemangku kebijakan publik di sektor lain dalam

mengimplementasikan berbagai kebijakan mikro-struktural untuk mempercepat

kembalinya keseluruhan dinamika pembangunan ekonomi paska krisis pada gairahaslinya. Dengan ruang gerak yang lebih lapang tersebut, langkah-langkah

perbaikan struktural di sektor riil yang telah dan sedang kita lakukan menjadi

lebih terkelola baik dari segi kompleksitas, arah maupun pace-nya, karena tidakterganggu oleh berbagai persoalan lain yang terkait dengan instabilitas di sistem

moneter, sistem keuangan, dan sistem pembayaran.

Page 22: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

18 Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

3 Terlampir Kronologis Events Terkait dengan Kebijakan Penting di Bidang Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaranselama 2003-2007

2.2. Inisiatif-Inisiatif Kebijakan Strategis Terkait Tiga Pilar Stabilitas

Pencapaian pada tiga pilar stabilitas sebagaimana yang saya sampaikan

tadi, dalam berbagai aspeknya terkait dengan kebijakan-kebijakan strategis yangtelah dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai otoritas moneter, perbankan dan

sistem pembayaran nasional. Inisiatif-inisiatif strategis itu secara ringkas dapat

saya sampaikan berikut ini.3

2.2.1 Inisiatif di Bidang Moneter

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Terkait dengan kebijakan moneter, inisiatif strategis yang telah dilakukan

adalah penerapan Inflation Targeting Framework (ITF) secara implisit sejak 2003dan secara full-fledged sejak 2005. Langkah ini merupakan sebuah upaya untuk

membuat kebijakan moneter dapat lebih efektif dalam melakukan stabilisasi nilai

rupiah ketika terjadi gejolak di pasar keuangan global, maupun dalam memeliharastabilitas tersebut ketika kondisi sedang tenang. Efektifitas tersebut sangat kita

perlukan di era keterkaitan pasar keuangan global dewasa, terutama karena kita

menganut rejim devisa dengan nilai tukar mengambang bebas. Gejolak yangmuncul dari pasar keuangan global dapat dengan cepat menular ke pasar

keuangan kita walaupun tidak ada penyebab yang muncul dari kondisi

fundamental perekonomian domestik. Efek menular tersebut akan segeratercermin di pasar valas dalam bentuk gejolak nilai tukar yang diujungnya dapat

mempengaruhi inflasi dan keseluruhan pencapaian stabilitas ekonomi makro kita.

Gejolak-gejolak seperti itu tentu perlu kita jaga karena instabilitas pada nilai tukardan inflasi akan memperbesar risiko pasar yang harus ditanggung oleh sistem

keuangan secara keseluruhan.

Sejak penerapannya, saya dapat mengatakan bahwa ITF telah memberikanhasil yang nyata berupa terpeliharanya stabilitas ekonomi makro dalam 5 tahun

terakhir, walaupun terdapat gejolak-gejolak yang cukup besar dalam perekonomian

kita. Seiring dengan diterapkannya ITF, laju inflasi IHK cenderung berada dalamtarget disinflasi yang ditetapkan Bank Indonesia dan Pemerintah secara bersama-

sama. Sementara itu, nilai tukar rupiah cenderung stabil dalam kisaran yang

kondusif bagi perekonomian.

Penerapan full-fledged ITF sejak bulan Juli 2005 ditandai dengan

Page 23: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

19Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

digunakannya BI rate sebagai sasaran operasional kebijakan moneter,

menggantikan base money. Pergantian instrumen ini membuat implementasi

kebijakan moneter dapat dipantau secara transparan oleh para pelaku pasarkeuangan, sehingga respon kebijakan moneter dapat lebih cepat dalam

mempengaruhi ekspektasi pelaku pasar ditengah gejolak. Hal ini setidaknya telah

dibuktikan di 2 gejolak penting, yaitu di tahun 2005 terkait gejolak harga BBMdan di pertengahan 2007 terkait gejolak sub-prime mortgage di AS.

Guncangan harga minyak dunia yang sempat menggoyahkan kestabilan

harga di 2005, memang merupakan gejolak yang luar biasa. Dampak langsungnyatelah menyebabkan inflasi IHK mencapai 17,1% di 2005 dan nilai tukar

terdepresiasi secara cukup signifikan. Namun, kombinasi kebijakan ∆one two∆yang sangat cantik saat itu antara langkah-langkah fiskal untuk mengkoreksiekspektasi pasar yang negatif terhadap ketahanan fiskal dalam jangka panjang,

dan kebijakan moneter melalui ITF untuk meredam second round effect gejolak

harga BBM dan depresiasi nilai tukar pada inflasi, telah membawa stabilitasekonomi makro pada track-nya di 2006. Stabilisasi kondisi ekonomi makro paska

gejolak BBM 2005 tersebut telah pula menjaga momentum perekonomian kita

sehingga tetap dapat tumbuh 5,5% di 2006.

Selanjutnya, ditengah krisis sub-prime mortgage tahun lalu, kebijakan BI

rate dalam konteks ITF telah pula membantu kita dalam memelihara ekspektasi

pelaku pasar terhadap stabilitas ekonomi makro dalam jangka menengah panjang.Dengan dukungan lebih lanjut dari cukup tangguhnya industri perbankan dalam

menghadapi risiko pasar, stabilitas ekonomi makro dan sistem keuangan tetap

dapat kita pertahankan walaupun terjadi efek menular yang cukup kuat kala itu.Ini semua telah membantu mempertahankan kelangsungan ekspansi

perekonomian kita di 2007 sehingga kita bisa menembus angka pertumbuhan

ekonomi diatas 6%.

Dalam konteks pemeliharan stabilitas ekonomi makro dalam jangkamenengah-panjang, salah satu keunggulan ITF adalah penetapan BI rate yang

dilakukan dengan terlebih dahulu membuat antisipasi forward looking, terhadap

prospek ekonomi ke depan, baik itu perkembangan harga maupun pertumbuhanekonomi. Ini membantu bank sentral untuk secara bertahap membangun reputasi

dan kredibilitas di pasar atas komitmennya dalam menjaga stabilitas ekonomi

makro. Dengan reputasi dan kredibilitas yang tinggi, biaya yang timbul dalammemelihara stabilitas perekonomian akan semakin murah dan kebijakan akan

lebih efektif mencapai sasarannya.

Page 24: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

20 Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

Dalam kaitan tadi, saya dapat menyampaikan bahwa terpeliharanya

stabilitas ekonomi makro dan melajunya perekonomian yang kini kita rasakan

bersama adalah cermin dari credibility gain dari berbagai kebijakan stabilisasi yangselama ini ditempuh. Credibility gain dalam mengelola ekspektasi masyarakat

tersebut menjadi modal yang amat berharga untuk semakin memperkuat stabilitas

perekonomian dan meningkatkan daya tahan perekonomian terhadap berbagaitantangan di masa depan.

Dalam konteks implementasi ITF untuk memelihara stabilitas ekonomi

makro yang lebih luas, walaupun kita menganut sistem nilai tukar mengambang,smoothing terhadap pergerakan nilai tukar, termasuk melalui penyesuaian

permintaan dan penawaran di pasar valas, masih diperlukan. Upaya untuk

mengurangi volatilitas ini bukan sesuatu yang unik terjadi hanya di kita, tapi jugamerupakan fenomena global. Hampir semua negara yang secara de juremengadopsi sistem nilai tukar mengambang, dalam prakteknya, melakukan upaya

intervensi untuk mengatasi volatilitas nilai tukarnya, baik melalui intervensilangsung di pasar valas maupun dengan menggunakan instrumen operasi pasar

terbuka. Oleh karena itu, pada waktu-waktu tertentu, Bank Indonesia berada di

pasar valas, terutama ketika kondisi pasar valas berpotensi untuk mengalamiketidakseimbangan. Langkah ini telah meredam volatilitas sehingga potensi

destabilisasi nilai tukar terkait kegiatan spekulasi dapat dicegah.

Terkait dengan pemeliharaan stabilitas nilai rupiah, untuk lebihmemantapkan lagi kemampuannya dalam mengatasi gejolak di pasar keuangan,

Bank Indonesia dalam 5 tahun belakangan ini telah secara bertahap memperkuat

posisi cadangan devisa nasional. Langkah ini kami ambil sebagai asuransi bagipemeliharaan stabilitas ekonomi makro kedepan ditengah berbagai ketidakpastian

terkait penyesuaian global imbalances dan semakin meningkatnya cross-bordercapital flows. Meskipun kita menganut rejim nilai tukar mengambang dan rejimdevisa bebas, kita tetap memerlukan first line of defense yang cukup untuk

membantu menyerap gejolak sehingga stabilitas ekonomi makro dapat tetap

terjaga. Dalam pelaksanaan dari kebijakan tersebut, kami pun terus menjaga agarpenambahan biaya penguatan cadangan devisa berupa penambahan outstandingSBI senantiasa terukur. Hasil pencermatan terhadap langkah-langkah serupa oleh

bank sentral di kawasan kita seperti, Bank of Korea, Bank of Thailand dan PeopleBank of China menunjukkan bahwa dengan semakin dinamisnya perekonomian,

maka dalam jangka panjang, penambahan SBI tersebut dapat diturunkan pada

waktunya (Tabel 3).

Page 25: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

21Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

Tabel 3.Outstanding Surat Utang Bank Sentral di Beberapa Negara

Posisi Surat 593,5 158.390 3.230 207,4Utang Bank Miliar Baht Miliar Won Miliar Renmimbi Triliun Rupiah

% thd PDB 8% 19% 7% 6%

Bank of Thailand Bank of Korea People Bank of China Bank Indonesia

*) Perbandingan «SBI» beberapa bank sentral tahun 2006 (kecuali Thailand tahun 2005)Sumber: CEIC, web site masing-masing bank sentral

Sementara itu, sebagai second line of defense, melalui kerjasama ASEAN+3dalam kerangka Chiang Mai Initiatives, Bank Indonesia mendapat penugasan dari

Pemerintah untuk melakukan kesepakatan bilateral swap arrangements dengan

negara-negara Jepang, Korea dan China. Langkah regional self-help ini merupakansuatu langkah strategis yang diambil oleh para Menteri Keuangan ASEAN bersama

ketiga negara industri di Asia tersebut untuk menjaga stabilitas ekonomi dan

keuangan di kawasan ini. Dari sisi Indonesia, kesepakatan ini dapat dianggapsebagai pendorong untuk menghentikan Post - Program Monitoring yang

dilakukan IMF, demi memastikan bahwa kemandirian kebijakan dapat tetap kitapertahankan.

2.2.2. Inisiatif di Bidang Perbankan

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Selanjutnya dari sisi kebijakan perbankan. Seperti halnya di negara-negarasedang membangun lainnya, sektor perbankan adalah sub-sistem utama dalam

keseluruhan sistem keuangan. Saat ini pangsa aset perbankan kita dalam

keseluruhan sistem keuangan masih berada diatas 80% dari total aset di sistemkeuangan. Oleh karenanya, industri perbankan adalah sebuah industri strategis

yang sangat penting perannya di dalam mendorong dinamika pembangunan dan

pertumbuhan ekonomi nasional. Fungsi intermediasi yang diemban perbankanhingga saat ini masih sangat dominan sebagai sumber pembiayaan bagi para

pelaku usaha di sektor-sektor produktif.

Belajar dari pengalaman kita di waktu lalu, stabilitas sistem perbankan

merupakan aspek pokok yang harus dapat terus kita pertahankan dalammenjamin kesinambungan pembangunan ekonomi nasional. Kerapuhan yang

ada pada suatu bank dapat dengan cepat meluas mempengaruhi kepercayaan

Page 26: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

22 Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

masyarakat, baik kepada sistem perbankan sendiri maupun kepada sistem

ekonomi secara keseluruhan. Situasi demikian selanjutnya dapat mengganggu

stabilitas ekonomi makro dan menghambat langkah-langkah kita untukmewujudkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Oleh karena itu,

tidak berlebihan kiranya apabila upaya untuk menjaga terpeliharanya stabilitas

sistem perbankan merupakan sebuah prioritas kebijakan yang memerlukankeseriusan dan konsistensi dalam penerapannya.

Secara umum, pencapaian yang menggembirakan di bidang perbankan

sampai akhir tahun 2007 tidak terlepas dari kebijakan-kebijakan strategis yangterangkum dalam inisiatif-inisiatif untuk mencegah berulangnya krisis perbankan

(crisis prevention) dan inisiatif-inisiatif untuk menyelesaikan krisis bila hal itu

berulang (crisis resolution). Dalam kaitannya dengan yang pertama, dua insitiatifkebijakan strategis yang utama adalah implementasi program Arsitektur PerbankanArsitektur PerbankanArsitektur PerbankanArsitektur PerbankanArsitektur Perbankan

IndonesiaIndonesiaIndonesiaIndonesiaIndonesia sejak 2004 dan persiapan yang telah dilakukan sejak 4 tahun lalu menuju

implementasi Basel IIBasel IIBasel IIBasel IIBasel II di 2008. Sementara itu, dalam kaitannya dengan yang kedua,Bank Indonesia bersama Departemen Keuangan dan instansi terkait lainnya terus

memantapkan inisiatif-inisitatif dalam payung besar Jaring Pengaman SistemJaring Pengaman SistemJaring Pengaman SistemJaring Pengaman SistemJaring Pengaman Sistem

KeuanganKeuanganKeuanganKeuanganKeuangan (JPSK) nasional.

A. Arsitekur Perbankan Indonesia

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Beberapa hari yang lalu adalah ulang tahun ke empat peluncuran program

Arsitektur Perbankan Indonesia (API). Tidak diragukan lagi bahwa API telahmembuahkan manfaat nyata bagi perekonomian paska krisis. Perbankan nasional

kita saat ini telah menjadi bagian dari solusi masalah pembangunan ekonomi

nasional. Dengan kata lain, industri perbankan sebagai beban pembangunanekonomi nasional sudah menjadi bagian dari masa lalu kita. Penguatan industri

perbankan dalam kerangka API juga memiliki daya dukung lain bagi perekonomian

karena perbankan pada saat ini dapat dikatakan adalah penopang utama stabilitassistem keuangan. Sistem keuangan Indonesia yang sampai saat ini masih

didominasi oleh perbankan semakin menguatkan pandangan bahwa peran

perbankan dalam pencegahan krisis (crisis prevention) dan sekaligus menjagakestabilan ekonomi makro masih relevan.

Melalui keenam pilarnya, API telah melengkapi sektor perbankan dan

juga otoritasnya dengan perangkat-perangkat yang diharapkan menyediakanfondasi yang dalam dan kuat bagi penguatan dan pengembangan perbankan

Page 27: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

23Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

selanjutnya. Kita sudah menyadari sejak semula bahwa tantangan yang dihadapi

oleh masing-masing pilar API tidak sama, namun secara umum saya cukup gembira

melihat bahwa perkembangan program API berjalan sesuai rencana dan bahwaindustri perbankan menunjukkan tingkat keseriusan yang tinggi dalam

memberikan dukungan terhadap upaya penguatan kita bersama.

Berikut saya sampaikan beberapa pokok-pokok pencapaian terkait denganpilar-pilar API. Upaya-upaya konsolidasi perbankan yang telah dimulai sejak

diluncurkan dalam kerangka Pilar I APIPilar I APIPilar I APIPilar I APIPilar I API telah tiba pada tingkat persiapan final,

yaitu tahap dimana sebagian bank telah menentukan arah strategis ke depan.Sebagaimana kita ketahui bersama, tahun 2008 ini adalah tahun dimana semua

bank umum telah harus mempunyai modal minimum sebesar Rp80 miliar untuk

dapat mempertahankan statusnya sebagai bank umum yang beroperasi secarapenuh. Dari 128 bank yang ada dalam industri, saat ini semuanya telah memenuhi

ketentuan tersebut. 20 diantaranya masih akan kami tindak lanjuti efektifitas

setoran modalnya melalui pemeriksaan. Namun dengan itikad baik, dapat kitakatakan bahwa saat ini semua bank telah mampu melewati batas minimal

pemenuhan modal minimumnya, dan juga akan mampu memenuhi modal

minimum Rp. 100 milyar pada akhir tahun 2010. Pencapaian tahap ini menjadipenting untuk saya kemukakan, karena setidaknya saat ini ketahanan industri

perbankan dalam menyerap risiko secara umum telah mengalami peningkatan,

yang pada dasarnya merupakan salah satu tujuan antara dari pilar I-API.

Tahun 2008 ini juga adalah tahun dimana bank-bank yang terkena

ketentuan Single Presence Policy telah menetapkan langkah strategis ke depan

terkait dengan kepemilikan lebih dari satu bank di Indonesia. Selanjutnya sayaberharap bahwa pada tahun ini bank-bank tersebut akan dapat merealisasikan

langkah-langkah tersebut sesuai dengan time-line yang diberikan. Dengan semua

itu, di tahun 2010 mendatang kita akan memiliki sektor perbankan yang terdiridari bank-bank yang tidak hanya lebih kuat dalam struktur permodalan, namun

juga lebih terfokus dalam arah dan strateginya. Dalam hal ini perlu saya kemukakan

juga bahwa, pada tahap ini, terdapat berbagai langkah lanjutan yang harus dansedang diambil oleh bank-bank milik pemerintah. Kompleksitas dari isu yang

dihadapi oleh bank-bank menempatkan pemerintah sebagai pemilik untuk

melakukan berbagai penyesuaian strategis yang diperlukan. Tentu hal inimemerlukan waktu. Oleh karena itu, sesuai dengan ketentuan yang telah

dikeluarkan, terbuka kemungkinan adanya tambahan waktu bagi bank-bank

dengan kompleksitas masalah yang tinggi untuk menyelesaikan beberapa isuterkait, sehingga manfaat dan nilai tambah yang diperoleh dari pelaksanaan SPP

dapat optimal.

Page 28: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

24 Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

Berbagai dinamika dan kenyataan seperti kondisi ekonomi global maupun

nasional, belum terwujudnya insentif pajak dalam rangka merger, dan perbedaan

kultur antar bank tidak dapat menyurutkan langkah kita untuk melakukankonsolidasi. Bank Indonesia meyakini hal ini akan membawa manfaat yang lebih

besar bagi industri perbankan Indonesia dalam menghadapi tantangan ke depan

di era globalisasi keuangan saat ini. Konsolidasi perbankan akan menciptakanbank-bank dengan kapasitas dan potensi yang lebih besar untuk beroperasi pada

skala yang lebih besar sehingga dapat memasuki pasar-pasar baru yang sebelumnya

seakan-akan off-limits bagi perbankan nasional, misal pasar luar negeri kawasanregional Asia maupun benua lainnya.

Lebih dari itu, bank-bank yang telah menjadi lebih besar dan kuat dari

hasil konsolidasi akan dapat memberikan sumbangan yang lebih besar bagi negara,baik dalam bentuk dividen (bagi bank milik pemerintah) maupun penerimaan

pajak (bagi semua bank). Dalam hal ini, perlu kita cermati bahwa berbagai

keringanan pajak yang diterapkan untuk menggulirkan proses konsolidasi tersebutakan dikompensasi secara berlipat oleh penghasilan yang lebih besar yang diterima

oleh negara melalui pajak. Penerimaan negara yang lebih besar tersebut selanjutnya

dapat mendorong terealisasikannya pembangunan berbagai proyek infrastruktur,dan perbankan Indonesia pun dapat lebih berperan mengingat kapasitasnya yang

telah meningkat.

Pilar 2 APIPilar 2 APIPilar 2 APIPilar 2 APIPilar 2 API yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pengaturanperbankan telah berhasil mendirikan beberapa Lembaga Riset Perbankan Daerah

(LRPD) di berbagai daerah terpilih. Pada tahap ini LRPD telah didirikan dengan

bekerja sama dengan empat universitas di daerah, yaitu Universitas Andalas diPadang, Universitas Brawijaya di Malang, Universitas Hasanuddin di Makassar,

dan Universitas Sumatera Utara di Medan. Keenambelas hasil riset yang telah

dipublikasikan merupakan studi yang sesuai dengan kebutuhan masing-masingdaerahnya. Topik riset yang telah dilakukan cukup beragam, dari studi potensi

pendirian bank, perlindungan nasabah, sampai persepsi dan sikap masyarakat

santri terhadap bank syariah. Mengingat besarnya peran UMKM dalam mendorongperekonomian, baik di pusat maupun daerah, rasanya tidak terlalu mengejutkan

bahwa masing-masing LPRD mempunyai riset dengan topik yang terkait dengan

pembiayaan dan pengembangan usaha-usaha mikro dan kecil.

Selanjutnya, untuk mengimbangi dan mengantisipasi meningkatnyakompleksitas dunia perbankan ke depan serta menjawab tuntutan dari

stakeholders akan peningkatan kualitas kinerja BI, telah dilakukan penyempurnaan-

Page 29: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

25Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

penyempurnaan dalam fungsi pengawasan sektor perbankan. Program

penyempurnaan tersebut, sebagaimana dicakup dalam Pilar 3 APIPilar 3 APIPilar 3 APIPilar 3 APIPilar 3 API, mempunyai

tujuan menciptakan pengawasan dan pengaturan yang efektif dan denganmengacu pada standar-standar internasional.

Guna meningkatkan efektivitas pengawasan dan pengaturan perbankan,

Bank Indonesia telah mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan koordinasidengan lembaga-lembaga pengawas lain, menyempurnakan infrastruktur

pendukung pengawasan bank termasuk melakukan reorganisasi sektor perbankan

di Bank Indonesia, menyempurnakan implementasi sistem pengawasan bankberbasis risiko, serta meningkatkan efektivitas enforcement pengawasan. Bentuk

organisasi pengawasan Bank Indonesia yang baru akan dapat lebih mendukung

implementasi pendekatan pengawasan berdasarkan risiko atau Risk BasedSupervision (RBS). Bentuk organisasi pengawasan Bank Indonesia juga dirancang

untuk mendukung implementasi consolidated supervision sehingga pengawas

dapat melihat permasalahan bank bukan hanya sebagai suatu single entity namunmelihat keterkaitan-keterkaitan yang ada dari kelompok usaha bank itu. Untuk

itu, Bank Indonesia telah membekali tenaga pengawasnya dengan berbagi

pengetahuan melalui program pendidikan yang berkelanjutan bagi pengawasbank.

Sementara itu, Pilar 4 APIPilar 4 APIPilar 4 APIPilar 4 APIPilar 4 API yang mencakup peningkatan kualitas manajemen

dan operasional perbankan telah terus dilakukan melalui sertifikasi bankir dalamkemampuan manajemen risiko yang dilakukan oleh sebuah lembaga yang

independen. Sertifikasi yang dilakukan berdasar standar-standar yang diakui secara

internasional mempunyai arti penting bagi perbankan Indonesia. Selain merupakanupaya standarisasi kemampuan insan perbankan Indonesia, upaya ini merupakan

salah satu cara kita menjawab kuatnya arus globalisasi. Basel II telah membuat

dunia perbankan semakin konvergen dengan norma-norma global sehinggapenguasaan bidang manajemen risiko oleh SDM perbankan Indonesia yang setara

dengan counterparts-nya di luar menjadi penting.

Peningkatan kemampuan bankir lokal juga menjadi sebuah keharusan

menjelang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Pada saat ini telah lebih dari19,000 sertifikat dari berbagai tingkat yang diberikan kepada bankir yang telah

lulus ujian dan berhak mendapatkannya. Namun di sini perlu saya ingatkan bahwa

sertifikat apapun tidak dapat menjadi pengganti dari seorang bankir yangkompeten dan berintegritas. Sertifikat ini adalah kendaraan bagi bankir untuk

menjadi bankir yang lebih baik dan masing-masing bankir harus senantiasa

Page 30: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

26 Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

membuktikan dalam dunia profesional mereka bahwa mereka memang patut

mengantonginya.

Masih terkait dengan Pilar 4 API, Bank Indonesia juga telah menetapkanstandar-standar praktek Good Corporate Governance (GCG) melalui Peraturan

Bank Indonesia pada tahun 2006. Karena kondisi bank yang bervariasi, kita selama

ini telah memberikan toleransi dan leniency yang cukup besar bagi bank dalamtahap awal pelaksanaan ketentuan ini. Mulai awal tahun 2008 diharapkan semua

bank telah melaksanakan ketentuan GCG sepenuhnya. Tahun 2008 adalah tahun

tonggak baru transparansi dunia perbankan kepada masyarakat. Pada tahun ini,seluruh bank diwajibkan untuk menyampaikan laporan pelaksanaan GCG yang

bersifat self-assessment. Dengan bentuk transparansi demikian, diharapkan akan

tercipta social control dari masyarakat. Masyarakat dengan mudah akanmengetahui kinerja serta pelaksanaan GCG bank sehingga membantu mereka

menentukan pilihan dalam mempercayakan penyimpanan dan pengelolaan

dananya. Kita harapkan bahwa masyarakat sudah dapat melihat laporan GCGbank pada website masing-masing bank pada pertengahan tahun ini.

Dalam rangka melengkapi infrastruktur perbankan yang telah ada dan

berkontribusi dalam meningkatkan pengelolaan manajemen risiko perbankan,Bank Indonesia sedang melakukan penyempurnaan terhadap Biro Informasi Kredit

(BIK). Upaya ini merupakan bagian dari Pilar 5 APIPilar 5 APIPilar 5 APIPilar 5 APIPilar 5 API. Pembentukan Biro Informasi

Kredit merupakan suatu jawaban atas kebutuhan untuk mengatasi problemasymmetric information yang sering menghambat efektifitas dan efisiensi

pelaksanaan fungsi intermediasi perbankan.

Dari sudut pandang kreditur, BIK diharapkan dapat memperpendek proses

analisis dan pengambilan keputusan pemberian kredit, membantu menurunkan risikokredit bermasalah, serta mengurangi ketergantungan pemberi kredit kepada agunan

konvensional karena kreditur dapat menilai reputasi kredit dari calon debiturnya.

Sedangkan dari sudut pandang debitur, BIK akan dapat mempercepat waktu untukmemperoleh persetujuan kredit. Information sharing akan mengatasi masalah

asymmetric information yang pada gilirannya akan secara signifikan mendorong

peningkatan efisiensi dan efektifitas fungsi intermediasi lembaga keuangan.

Lebih jauh dari itu, keberadaan BIK juga diharapkan pula akan memicu

terjadinya perubahan sikap debitur ke arah yang positif. Dengan monitoring

eksposure kredit secara akurat dan menyeluruh, debitur akan terdorong untuklebih menepati pembayaran hutangnya, sehingga tidak merusak credit historypribadinya.

Page 31: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

27Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

Selanjutnya, ke depan, dengan semakin tingginya kesadaran mengenai

manfaat dan konsekuensi dari credit history, masyarakat akan terdorong untuk

membangun credit history yang baik sehingga akan memudahkannya kelak ketikaakan mengajukan pinjaman. Praktek semacam ini telah kita banyak lihat di

beberapa negara dimana infrastruktur biro kredit telah cukup lama memasyarakat.

Akhirnya terkait dengan Pilar 6 APIPilar 6 APIPilar 6 APIPilar 6 APIPilar 6 API, program peningkatan perlindungandan pemberdayaan masyarakat telah mulai dilaksanakan sejak tahun 2005. Dalam

rangka peningkatan perlindungan dan pemberdayaan tersebut, telah dikeluarkan

ketentuan-ketentuan yang mengatur aspek transparansi informasi produk danpenggunaan data pribadi nasabah, mekanisme penyelesaian pengaduan nasabah,

dan penyediaan alternatif penyelesaian sengketa antara nasabah dengan bank.

Ketiga ketentuan tersebut dikeluarkan sebagai tanggapan Bank Indonesia

atas cukup maraknya keluhan dan permasalahan yang dihadapi nasabah dalampemanfaatan produk dan jasa perbankan. Akan tetapi, sejak semula memang

telah disadari bahwa penerbitan ketiga ketentuan di atas tidak dapat menyentuh

akar permasalahan yang sebenarnya, yaitu masih rendahnya tingkat pemahamanmasyarakat mengenai karakteristik produk dan jasa perbankan, terutama yang

terkait dengan risiko dan biaya-biaya yang terdapat didalamnya.

Sebagai jawaban dari keadaan tersebut, Bank Indonesia kemudianmeluncurkan program edukasi masyarakat di bidang perbankan..... Kegiatan ini

diharapkan dapat meminimalisir permasalahan-permasalahan terkait dengan

perbankan yang selama ini terjadi di masyarakat. Kita juga harapkan program inidapat sekaligus berkontribusi dalam peningkatan kemampuan masyarakat untuk

merencanakan masa depannya dengan lebih baik melalui pemanfaatan produk

dan jasa perbankan secara tepat guna. Kami menginginkan edukasi masyarakatdi bidang perbankan tidak hanya menjadi suatu program yang dibatasi oleh sebuah

jangka waktu, melainkan menjadi suatu gerakan besar berskala nasional.

Jika selama ini fokus Bank Indonesia adalah menciptakan kestabilan sistemperbankan dan keuangan agar masyarakat dapat melakukan kegiatan usaha untuk

memperoleh pendapatan guna mendukung peningkatan taraf hidupnya, maka

akhir-akhir ini kami pun memberi perhatian yang lebih besar terhadap cara-carabagaimana masyarakat seharusnya merencanakan dan mengelola keuangannya.

Edukasi masyarakat tentang produk perbankan juga sejalan dengan upaya financialdeepening yang berarti terbukanya pilihan variasi produk-produk investasi yangsemakin banyak, yang ditawarkan kepada masyarakat. Oleh karena itu,

Page 32: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

28 Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

pemahaman masyarakat yang baik terkait dengan karakteristik, manfaat, risiko

produk dan jasa perbankan menjadi semakin penting artinya.

Sehubungan dengan hal ini, kami telah meluncurkan sebuah programedukasi dengan slogan ≈Ayo ke Bank∆ yang akan terus bergulir ke tahun 2008

ini. Slogan ini bukanlah sebuah slogan tanpa isi, melainkan merupakan sebuah

komitmen dari masyarakat perbankan untuk mengajak masyarakat berkontribusidalam pembangunan melalui pemahaman dan pemanfaatan produk-produk

perbankan.

B. Persiapan Menuju Implementasi Basel II

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Masih dalam konteks crisis prevention, dalam rangka menjaga kestabilan

dan meningkatkan kekuatan sistem perbankan Indonesia, Bank Indonesia sejak 4

tahun lalu telah menetapkan sebuah strategic policy untuk mengadopsi Basel IImulai tahun 2008 ini dengan menggunakan pendekatan-pendekatan yang paling

sederhana.

Sesuai dengan roadmap implementasi Basel II yang telah disusun, makaprogram kerja yang telah diselesaikan dimaksudkan untuk memberikan fondasi

yang utuh bagi efektifitas penerapan pendekatan (approach) yang dipilih dalam

perhitungan kecukupan modal bank sesuai dengan Basel II. Rangkaian programkerja tersebut meliputi baik Pilar 1 terkait kebutuhan modal minimum, Pilar 2

terkait proses review pengawasan maupun Pilar 3 terkait disiplin pasar yang

aktualisasinya dilakukan melalui diskusi yang intensif oleh Working Group BaselII, termasuk komunikasi dan sosialisasi dengan industri perbankan secara lebih

luas.

Beberapa pokok pencapaian terkait Road Map menuju Basel II adalah

sebagai berikut. Terkait dengan Pilar 1Pilar 1Pilar 1Pilar 1Pilar 1, dalam rangka penyiapan regulasi ke arahpemanfaatan internal model oleh bank dalam menghitung beban modal (capitalcharge) risiko pasar (market risks) telah diterbitkannya ketentuan tentang

Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum dengan MemperhitungkanRisiko Pasar.

Untuk risiko kredit, penyiapan regulasinya sudah pula melalui berbagai

diskusi dengan stakeholders, termasuk Pemerintah. Ada beberapa isu pentingdalam Basel II yang memerlukan koordinasi lanjutan antara Bank Indonesia dengan

Pemerintah, antara lain untuk (i) menetapkan definisi yang lebih jelas dan kebijakan

Page 33: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

29Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

yang lebih berpihak mengenai usaha kecil dan menengah (UKM) yang dapat

dipergunakan untuk mendefinisikan debitur retail dan Small Medium Entities (SME),

dan (ii) daftar badan usaha milik negara (BUMN) yang mendapat dukunganPemerintah sehingga dapat digolongkan sebagai Public Sector Entities (PSE). Masih

dalam lingkup risiko kredit, Bank Indonesia juga sudah memulai proses pengakuan

(recognition) terhadap lembaga pemeringkat domestik yaitu PT Pefindo, PTMoody»s Indonesia dan PT Fitch Rating Indonesia dengan mengaplikasikan sejumlah

parameter yang merupakan rincian dari 6 kriteria kelayakan (eligibility criteria)menurut Basel II.

Selanjutnya, proses yang hampir sama juga diterapkan bagi penyiapan

regulasi yang terkait dengan perhitungan beban modal untuk risiko operasional

(operational risk). Penjabaran lanjut dari definisi pendapatan bruto (gross income)dan pos-pos laba/rugi yang diperhitungkan dalam pendapatan bruto juga sudah

didiskusikan bersama dengan Working Group.

Untuk Pilar 2Pilar 2Pilar 2Pilar 2Pilar 2 yang lebih berorientasi pada persiapan internal Bank

Indonesia, maka program kerja yang dilakukan adalah upaya menterjemahkan 4prinsip di Pilar 2, yaitu Internal Capital Adequacy Assessment Process (ICAAP),

supervisory review evaluation and process (SREP), CAR above minimum, dan earlyintervention ke dalam konstalasi sistem pengawasan bank. Sistem pengawasan

berbasis risiko (risk based supervision) diharapkan dapat menjadi awal yang suportif

bagi aplikasi Pilar 2 secara efektif dan efisien. Pada waktunya, Bank Indonesiaakan menerbitkan secara komprehensif consultative paper yang terkait dengan

implementasi Pilar 2 ini.

Di Pilar 3Pilar 3Pilar 3Pilar 3Pilar 3, program kerja yang dilakukan lebih mengarah pada

penyempurnaan kerangka laporan publikasi bank yang sesuai dengan standarinternasional, antara lain standar akuntansi (international accounting standards √IAS). Untuk tujuan ini, maka Bank Indonesia sudah mengadopsi IAS 32 dan IAS

39 berupa PSAK 50 dan PSAK 55 yang akan diikuti dengan penyusunan PAPI.Selanjutnya, dirasa perlu juga untuk menyempurnakan pola laporan bank yaitu

laporan bulan bank umum (LBU) dengan memfasilitasi tambahan data dan

informasi yang diperlukan untuk Basel II.

Perlu kiranya saya sampaikan disini bahwa dari hasil studi dampak

kuantitatif (quantitative impact study √ QIS) yang dilakukan terhadap bank-bank

besar, atau systemically important banks, Bank Indonesia melihat bahwa secaraumum perbankan kita telah cukup siap untuk mengadopsi Basel II dengan

pendekatan-pendekatan yang paling sederhana. Namun, kami juga melihat bahwa

Page 34: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

30 Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

pada akhirnya, penerapan Basel II tidak hanya membutuhkan kesiapan kalangan

perbankan untuk penerapan manajemen risiko yang lebih baik termasuk

menyempurnakan kualitas modal dan sistem informasi yang dimilikinya, namunjuga membutuhkan kesiapan Bank Indonesia untuk meningkatkan kualitas

ketentuan, pengawas, sistem informasi, praktek dan tindak lanjut pengawasan

bank.

Di luar pencapaian-pencapaian yang telah kita raih tersebut, saya lihat

bahwa dalam rangka menuju ke arah proses penguatan perbankan melalui

implementasi Basel II, perhatian kita seringkali tersita oleh persepsi-persepsi atauinformasi-informasi yang tidak sepenuhnya akurat mengenai implementasi Basel

II yang pada akhirnya dapat merugikan kita sendiri. Salah satu mis-persepsi yang

cukup banyak beredar adalah bahwa implementasi Basel II bagi bank umum diIndonesia akan sangat memberatkan bank.

Disini perlu saya tegaskan bahwa pencapaian Basel II oleh perbankan

Indonesia pada tahapan sekarang adalah dengan menggunakan pendekatan yang

paling sederhana. Perbedaan yang paling nyata dengan pelaksanaan Basel I yangselama ini kita lakukan yaitu dimasukkannya risiko operasional dalam perhitungan

modal. Selain itu mis-persepsi juga beredar perihal persiapan infrastrukturpendukung implementasi Basel II. Mengingat bahwa pendekatan yang wajib

digunakan adalah pendekatan yang paling sederhana, kebutuhan minimum akan

infrastruktur tersebut juga masih within reach perbankan Indonesia.

Dengan meminimalkan dan memisahkan mis-persepsi yang ada, kita dapatlebih mudah melihat tuntutan Basel II yang sebenarnya. Dapat kita katakan bahwa

semangat Basel II adalah upaya peningkatan kualitas dan efektivitas dari

manajemen risiko yang kontinyuƒbaik dari bank maupun pengawasƒdemipenguatan sistem perbankan secara keseluruhan. Bagaimana mencapai semangat

Basel II inilah yang seharusnya mendapat porsi diskusi yang lebih besar. Peningkatan

kualitas manajemen risiko perbankan secara umum memerlukan kerjasama antaraperbankan dengan Bank Indonesia melalui peningkatan manajemen risiko oleh

perbankan, peningkatan efektivitas risk-based supervision oleh Bank Indonesia,

serta peningkatan kualitas dialog konstruktif di antara keduanya. Dengankerjasama tersebut maka kan tumbuh pola pikir dan kultur yang senantiasa

berupaya meminimalkan potensi kegagalan bank melalui manajemen risiko yang

handal.

Oleh karena itu, ada baiknya pikiran dan tenaga kita difokuskan tidak

hanya untuk pencapaian hal-hal yang bersifat tangible, seperti misalnya

Page 35: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

31Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

penggunaan berbagai pendekatan untuk mengukur modal risiko pasar, kredit,

maupun operasional, namun lebih penting lagi adalah pencapaian hal-hal yang

bersifat lebih intangible, seperti adopsi sikap yang mendukung spirit Basel II.Pencapaian kita sampai dengan saat ini sudah cukup menggembirakan, marilah

kita isi pencapaian itu dengan mulai menumbuhkan mindset dan kultur yang

tepat sehingga manfaat Basel II yang kita raih adalah manfaat yang optimum.

C. Memantapkan Koordinasi Terkait Crisis Resolution

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Berkaitan dengan inisiatif crisis resolution, perlu kiranya saya

menyampaikan terlebih dahulu latar belakang munculnya inisiatif ini. Krisis ekonomiyang melanda Indonesia tahun 1997 merupakan krisis yang sangat mahal baik

dipandang dari aspek finansial maupun pelajaran yang dipetik. Terkait dengan

hal ini, ada tiga policy response utama dari Bank Indonesia, yaitu pertama, upaya-upaya yang dilakukan untuk memperbaiki kembali sistem perbankan dan

perekonomian paska krisis melalui restrukturisasi perbankan, kedua, upaya

mencegah terjadinya krisis di masa mendatang melalui penguatan sistemperbankan sebagaimana dilakukan oleh API serta implementasi Basel II, dan ketiga

adalah upaya melakukan persiapan jika krisis kembali berulang.

Dalam rangka menciptakan mekanisme resolusi krisis, Pemerintah telahmembentuk Jaring Pengaman Sektor Keuangan (JPSK) dimana BI merupakan salah

satu unsur yang memainkan peran yang penting. JPSK merupakan mekanisme

yang dibentuk dalam kerangka kerja macro-prudential dan bertujuan untukmenciptakan dan memelihara stabilitas sistem keuangan serta melindungi

kepentingan pengguna jasa keuangan. Mengingat sistem keuangan terdiri dari

berbagai industri, maka cakupan JPSK tidak saja meliputi bank, tetapi juga lembagakeuangan bukan bank, pasar modal dan sistem pembayaran. Agar JPSK dapat

berjalan secara efektif, kualitas pengaturan dan pengawasan yang tinggi, fasilitas

lender of last resort yang memadai, program penjaminan simpanan nasabah yangmemadai, dan prosedur manajemen krisis keuangan yang jelas menjadi faktor

yang kritikal.

Koordinasi antar instansi yang terlibat (BI, Depkeu, dan LPS) menjadi halyang sangat penting dalam konteks JPSK. Oleh karena itu, melalui Forum Stabilitas

Sistem Keuangan (FSSK) yang telah dicanangkan tahun lalu, Bank Indonesia telah

dan akan terus memantapkan koordinasi dengan semua pihak terkait.

Page 36: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

32 Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

2.2.3. Inisiatif di Bidang Sistem Pembayaran

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Di bidang sistem pembayaran nasional, Bank Indonesia telah menerapkan

berbagai kebijakan strategis untuk membangun infrastruktur sistem pembayaranyang semakin handal, cepat, akurat, aman, dan efektif dalam menopang seluruh

kegiatan transaksi swasta dan pemerintah di seluruh pelosok negeri. Sistem

pembayaran yang demikian memiliki arti penting bagi pemeliharaan stabilitassistem keuangan secara keseluruhan. Terjadinya gagal bayar (failure to settle)

pada salah satu peserta dalam sistem sistem pembayaran, dapat menimbulkan

risiko potensial yang cukup serius dan mengganggu kelancaran sistempembayaran. Kegagalan tersebut dapat pula menimbulkan risiko yang bersifat

menular (contagion risk) sehingga menimbulkan gangguan yang bersifat sistemik

pada sistem keuangan secara keseluruhan, termasuk gangguan serius padastabilitas ekonomi makro.

Oleh karena itu, dalam melaksanakan tugas mengatur dan menjaga

kelancaran sistem pembayaran, Bank Indonesia telah dan akan terusmengupayakan penurunan berbagai risiko dalam sistem pembayaran nasional

dan meningkatkan efisiensinya.

Dalam kaitannya dengan sistem pembayaran nilai besar, Bank Indonesiatelah terus meningkatkan kualitas sistem BI-Real Time Gross Settlement (RTGS)

yang telah diimplementasikan sejak akhir tahun 2000. Sistem BI-RTGS yang

merupakan sistem pembayaran dan penyelesaian transaksi secara real time, padatahun 2007 memproses rata-rataΩ 33.000 transaksi per hari dengan nilai rata-rata

Rp. 172 trilyun per hari. Menyadari pentingnya sistem BI-RTGS dalam menunjang

kelancaran transaksi pembayaran, sebagai systemically important payment system,sistem BI-RTGS telah terus kami sempurnakan dengan mengacu pada The CorePrinciples for Sytemically Important Payment System (CP-SIPS) yang dikeluarkan

oleh Bank for International Settlement. Keamanan dan kehandalan operasionalsistem BI-RTGS juga terus kami tingkatkan dengan menyempurnakan perangkat

keamanan dan keseluruhan teknologi informasi yang sudah diterapkan, termasuk

peningkatan kualitas back up dan business continuity plan jika terjadi bencanaalam.

Selanjutnya, sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan sistem

pembayaran yang efisien, cepat, aman dan handal, Bank Indonesia telah

meningkatkan kualitas penyelenggaraan Kliring melalui pengembangan SistemKliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI). SKNBI Ωyang diimplementasikan sejak

Page 37: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

33Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

Juli 2005, pada tahun 2007 rata-rata telah memperoses 318.000 transaksi/hari

dengan nilai rata-rata Rp.5,5 trilyun/hari. Dengan implementasi SKNBI, penggunaan

nota kredit untuk transfer dana antar Bank melalui Kliring yang dipandang sudahtidak efisien khususnya terkait dengan biaya pencetakan warkat dan prosedur

pemrosesan warkat,kini dilakukan tanpa pertukaran fisik warkat (paperless).Penyelenggaraan kliring kredit secara paperless telah dapat dan akan dilakukansecara nasional yang memungkinkan peserta mengirimkan transfer kredit untuk

tujuan kantor Bank di seluruh wilayah Indonesia.

Berkenaan dengan upaya menerapkan prinsip-prinsip perlindungankonsumen, Bank Indonesia telah mengatur mengenai kewajiban dan tanggung

jawab bank yang mengirimkan instruksi transfer dan menerima transfer melalui

sistem BI-RTGS atau SKNBI. Peraturan tersebut pada prinsipnya berupaya untukmelindungi kepentingan nasabah yang mengirimkan instruksi transfer atau

menerima transfer, sehingga efisiensi dan keamanan sistem pembayaran dapat

dirasakan oleh masyarakat luas.

Perkembangan sistem pembayaran non tunai, khususnya pembayarandengan menggunakan kartu juga telah mendorong Bank Indonesia untuk

mengeluarkan ΩPBI No. 7/52/PBI/2005 tanggal 28 Desember 2005 tentangPenyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu (APMK)

serta beberapa Surat Edaran Ekstern yang terkait dengan tata cara

penyelenggaraan kegiatan APMK, Prinsip Perlindungan Nasabah dan Kehati-hatian,dan Peningkatan Keamanan Dalam Penyelenggaraan Kegiatan APMK, serta

Ωpengawasan Penyelenggaraan Kegiatan APMK. Ω

Untuk mendorong terbentuknya industri kartu kredit yang sehat, saat ini

Bank Indonesia secara aktif mendorong terbentuknya self regulating organization(SRO) yang mampu menyusun sendiri standar yang akan dipakai dalam industri

kartu kredit di Indonesia. Dengan mekanisme SRO, standar yang ditetapkan akan

mampu menjaga keamanan instrumen kartu kredit dan menjaga persaingan dalamlevel yang sehat.

Sementara itu, untuk mengantisipasi kebutuhan masyarakat dan

perkembangan instrumen pembayaran non tunai, Bank Indonesia memfasilitasimunculnya instrumen pembayaran elektronik (e-money) Ωdan menyiapkan

kebijakan dan ketentuan yang mengatur penyelenggaraan e-money agar

instrumen ini dapat berjalan efisien dan aman. Bank Indonesia menilai pentingpengembanganΩinstrumen pembayaran non tunai berskala mikro sebagai

pelengkap instrumen high value dan low/retail value yang sudah ada saat ini.

Page 38: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

34 Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

Instrumen pembayaran mikro ini dirancang untuk melayani pembayaran bernilai

sangat kecil dengan frekuensi pemakaian tinggi serta proses pembayaran sangat

cepat. Instrumen pembayaran mikro yang dapat efektif untuk keperluan ituadalah e-money. E-money adalah instrumen pembayaran mikro yang merupakan

stored value facility instrument.Ω E-money memiliki kemudahan untuk dapat

diisi ulang melalui berbagai sarana yang disediakan oleh penerbit, sehingga e-money dapat menjangkau seluruh segmen masyarakat termasuk yang belum

memiliki akses kepada perbankan untuk menggunakan instrumen pembayaran

non tunai.

Dalam upaya memberikan layanan yang lebih baik kepada Pemerintah,

Bank Indonesia sebagai kasir pemerintah yang menatausahakan berbagai rekening

penerimaan dan pengeluaran pemerintah, Ωpada bulan Desember tahun 2007telah mengimplementasikan Sistem Bank Indonesia Government √ ElectronicBanking (BIG-eB). Sistem BIG-eB adalah suatu system layanan yang disediakan

Bank Indonesia kepada DepKeu untuk memfasilitasi DepKeu mendapatkaninformasi serta melakukan transaksi secara elektronik dan on-line atas Rekening

Pemerintah yang ditatausahakan di Bank Indonesia. ΩFasilitas ini diharapkan dapat

menjawab kebutuhan Pemerintah akan treasury single account dan memudahkanPemerintah dalam pengelolaan seluruh rekeningnya.

2.2.4. Inisiatif di Bidang Sektor Riil

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Sejak saya pertama berbicara dalam forum ini, dan seperti yang telahdikemukakan pada tahun-tahun sebelumnya, ada beberapa hal fundamental yang

menjadi pokok perhatian Bank Indonesia dalam mengemban tugasnya sebagai

suatu lembaga negara yang melakukan fungsinya sebagai bank sentral. Satu halyang secara institusional melekat pada hampir semua bank sentral di dunia adalah

fungsi vital bank sentral dalam menjaga kestabilan ekonomi makro nasional. Fungsi

ini menyebabkan ruang gerak operasional yang ada di tangan bank sentral dibatasioleh instrumen yang dimilikinya. Bank sentral tidak dapat bergerak secara langsung

diluar itu karena tidak memiliki instrumennya dan juga tidak ada niat sedikitpun

untuk melakukan itu.

Namun, disisi lain perkembangan dalam sektor riil perlu selalu menjadi

perhatian bank sentral, terutama karena perkembangan yang kurang sehat di sektor

riil dapat mengganggu kestabilan ekonomi yang menjadi fokus dari bank sentral.

Page 39: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

35Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

Oleh karena itu, adalah suatu bagian integral dari tugas bank sentral untuk

senantiasa mengikuti perkembangan dalam semua sektor perekonomian Indonesia

dan dari waktu ke waktu memberikan sinyalemen mengenai hal-hal yang perludiperhatikan, serta menyumbang pada upaya-upaya mikro-struktural untuk

memperbaiki kondisi di sektor riil. Hal ini kami rasa perlu untuk dilakukan terutama

mengingat bahwa setiap kali bank sentral menempuh kebijakan yang perlu diambiluntuk menjaga stabilitas perekonomian nasional, tidak ada satu sektor pun yang

tidak tersentuh oleh kebijakan itu, baik langsung maupun tidak langsung.

Dengan demikian, agaknya kurang bijaksana apabila bank sentral tidakmengambil sikap yang lebih peka terhadap perkembangan yang sedang terjadi

secara meluas dalam kehidupan perekonomian dan sosial yang dapat mengandung

dampak yang luas terhadap kestabilan jangka panjang dari perekonomian kita.Disamping itu, mungkin merupakan sesuatu yang kurang bijaksana apabila bank

sentral bersikap mekanik dan birokratik dalam perhatiannya mengenai

perkembangan yang terjadi dalam perekonomian kita. Oleh karena itu, BankIndonesia telah pula mengambil langkah-langkah yang secara langsung terkait

dengan pemberdayaan sektor riil tanpa keluar dari khittahnya sebagai penjaga

gawang stabilitas, baik dalam bentuk peningkatan peran Bank Indonesia dalampolicy advisory maupun dalam fasilitasi pengembangan perekonomian rakyat.

Terkait dengan policy advisory, pada pertengahan tahun lalu Bank

Indonesia telah menggulirkan program kerja multi-year yaitu Reorientasi KantorReorientasi KantorReorientasi KantorReorientasi KantorReorientasi Kantor

Bank IndonesiaBank IndonesiaBank IndonesiaBank IndonesiaBank Indonesia di daerah. Langkah tersebut dilakukan agar Bank Indonesia dapat

menjadi lebih proaktif dalam pemantauan perkembangan ekonomi dan sosial di

seluruh Nusantara dalam bentuk yang sesuai dengan perkembangan di negarakita, dan dalam menjalin kemitraan strategis dengan Pemerintah Daerah.

Sementara itu terkait dengan kebijakan fasilitasi, Bank Indonesia telah

menggulirkan program pilot project klaster UMKM dan Tim Fasilitasi Percepatan

Pemberdayaan Ekonomi Daerah (TFPPED) sebagai upaya untuk mengembangkanperekonomian daerah dan sektor UMKM melalui technical assistance dari Bank

Indonesia. Tim ini dibentuk untuk mempercepat pemberdayaan ekonomi daerah

melalui peningkatan fungsi intermediasi perbankan. Hal ini dilakukan melaluiimplementasi hasil-hasil kajian dan penelitian, program-program baik di pusat

maupun daerah guna meningkatkan kesempatan kerja, mengurangi kemiskinan,

serta pengendalian inflasi. Pada saatnya nanti, sebagai bagian dari programrevitalisasi dan reorientasi KBI, Task Force ini akan menyatu dengan tugas-tugas

Kantor Bank Indonesia. Keanggotaan Tim terdiri dari unsur pimpinan Pemda,

Page 40: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

36 Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

Bank Indonesia (pusat maupun daerah), perbankan, asosiasi dan instansi atau

lembaga terkait lainnya. Sebagai pilot project, TFPPED dibentuk di delapan Kantor

Bank Indonesia di daerah yaitu Bandung, Medan, Manado, Cirebon, Pontianak,Jambi, Kupang dan Purwokerto.

Inisiatif lain yang terkait dengan kebijakan fasilitasi adalah pengguliran

Data Informasi Bisnis Indonesia (DIBI). DIBI adalah sebuah upaya untuk mengurangikesenjangan informasi, asymmetric information, antara perbankan dan sektor riil

yang kami tengarai sebagai salah satu dari berbagai penyebab masih belum

optimalnya fungsi intermediasi perbankan saat ini. Rancangan arsitektur informasiyang dibangun dalam DIBI diharapkan dapat memenuhi kebutuhan informasi

kalangan perbankan dan para pelaku ekonomi UMKM di berbagai daerah di

Indonesia. Bagi pelaku ekonomi UMKM, DIBI kami harapkan dapat menambahwawasan yang dapat melahirkan ide mengenai peluang usaha baru, maupun

untuk kebutuhan ekspansi usaha. Sedangkan bagi perbankan, DIBI kami harapkan

dapat mendorong kreatifitas dalam penyaluran kredit. Sebagai tahap awal,rancangan arsitektur informasi pada DIBI disesuaikan dengan resources informasi

yang tersedia di Bank Indonesia saat ini termasuk kajian-kajian ekonomi regional

yang secara berkala telah kami lakukan. Sifat informasi makro maupun mikroyang disajikan diupayakan kental atau bersentuhan dengan kebutuhan pelaku

ekonomi UMKM baik langsung maupun tidak langsung. Sesuai dengan tujuannya,

pengembangan DIBI ke depan akan diarahkan pada fasilitas penyajian data daninformasi yang lebih bernuansa mikro bisnis.

Disamping menggulirkan berbagai inisiatif yang akan menjadi tugas-

tugas rutin baru kedepan, Bank Indonesia juga telah melakukan langkahstrategis bersama-sama dengan pemerintah didalam mengarahkan kegiatan

anak-anak perusahaan Bank Indonesia yang harus didivestasi sebelum tahun

2009 mendatang. Dalam proses divestasi Askrindo, porsi kepemilikan sahamBank Indonesia telah berkurang dari 55% menjadi hanya tinggal 17,6% setelah

Pemerintah menyetorkan modal sebesar Rp.850 miliar. Setoran modal oleh

Pemerintah kepada Askrindo ini, memiliki arti yang sangat penting didalammengatasi kendala tingginya persepsi risiko usaha dikalangan perbankan.

Dengan tambahan modal tersebut kemampuan Askrindo untuk menjamin kredit

yang disalurkan perbankan semakin meningkat. Terkait dengan hal ini, padatanggal 5 November 2007 lalu, Pemerintah telah meresmikan program Kredit

Usaha Rakyat (KUR), yang dalam proses penyalurannya oleh perbankan, kredit

tersebut dijamin oleh Askrindo.

Page 41: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

37Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

Terkait dengan keberadaan PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (BPUI),

perusahaan ini juga terus memberikan kontribusi yang cukup signifikan di dalam

memberikan pembiayaan dan pendampingan usaha kepada UMKM. Melalui anakperusahaan PT Bahana Artha Ventura (BAV), saat ini terdapat lebih dari 90 ribu

pelaku UMKM yang menerima pembiayaan dan berada dalam pembinaan

perusahaan ini. Terlepas dari kendala keterbatasan permodalan yang saat inidihadapi oleh BPUI karena masih belum terlaksananya rencana konversi utang

RDI Pemerintah menjadi penyertaan modal, BAV melalui business plan yang terakhir

merencanakan untuk terus menyalurkan pembiayaan usaha kepada UMKM, yangdiperkirakan akan dapat mencapai jumlah sekitar 275 ribu pelaku hingga tahun

2012 mendatang. Penyaluran pembiayaan kepada UMKM ini diperkirakan memiliki

potensi penyerapan tenaga kerja mencapai sekitar 2,5 juta pekerja.

III. Tantangan dan Prospek Perekonomian Kedepan

1. Tantangan Perekonomian Kedepan

Hadirin sekalian yang berbahagia

Berbagai inisiatif-inisiatif strategis yang telah dilakukan oleh BankIndonesia sejak tahun 2003 sampai akhir 2007 sebagaimana yang telah saya

uraikan tadi, masih jauh dari selesai. Kami masih memiliki banyak pekerjaan rumah

yang tersisa yang perlu segera dituntaskan untuk lebih memperkuat lagiketahanan sistem keuangan kita menghadapi berbagai tantangan kedepan yang

semakin berat. Beberapa dari tantangan-tantangan tersebut yang sudah dan

sedang kita hadapi saat ini akan terus berlanjut dalam 5 tahun kedepan denganintensitas yang semakin besar. Sementara itu, kami juga melihat adanya

tantangan-tantangan baru dalam perekonomian kedepan yang perlu kita

antisipasi dari sekarang. Dalam konteks tantangan-tantangan tersebut, perlukiranya saya sampaikan bahwa kita tidak dapat dan tidak boleh berasumsi bahwa

stabilitas sistem keuangan kita kedepan akan terus berlanjut. Asumsi seperti itu

dapat menyebabkan kita terjebak pada zona kenyamanan yang melunturkankemampuan kita mengikuti perkembangan jaman dan mengantisipasi masalah

secara lebih dini. Oleh karena itu, ijinkanlah saya pada bagian ini menguraikan

pandangan-pandangan tentang tantangan-tantangan terhadap sistem keuangandan perekonomian kita yang menuntut kerja keras semua pihak untuk

mengantisipasinya demi memantapkan lagi stabilitas sistem keuangan dan

menjamin bahwa pencapaian ekonomi yang telah kita peroleh di tahun 2007dapat terus meningkat dan berkelanjutan.

Page 42: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

38 Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

1.1. Perubahan di Pasar Keuangan Global

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Salah satu tantangan besar yang dihadapan kita yang semakin menguat

intensitasnya kedepan adalah adanya perubahan-perubahan pada sistem keuangandunia. Perubahan-perubahan yang telah berlangsung setidaknya sejak dekade

1980-an ini memberi implikasi pada meningkatnya potensi berulangnya krisis

keuangan jika kita tidak menyikapi perubahan-perubahan tersebut dengan lebihmemperkuat lagi pencapaian terkait stabilitas sistem keuangan. Percepatan

perubahan tersebut terasa semakin meningkat intensitasnya seiring dengan

perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat.

Kita menyaksikan perubahan yang berjalan dengan laju yang sangat pesat

antara lain pada inovasi instrumen-instrumen derivatif dan berbagai bentuk

instrumen keuangan terstruktur (structured finance). Inovasi dan perkembanganinstrumen tersebut menambah kompleksitas dan tingkat keterkaitan transaksi

keuangan. Hal tersebut ditopang pula oleh semakin meningkatnya ekses likuiditas

di pasar keuangan global dan semakin bervariasinya permintaan konsumenterhadap instrumen keuangan yang sesuai dengan profil risiko mereka. Perubahan

penting ini kemudian telah diikuti pula oleh semakin kaburnya batas antara peran

intermediasi yang dilakukan oleh perbankan tradisional dan pelaku pasar non-bank, dimana perbankan di pasar keuangan global cenderung kian menjauh dari

relationship lending dan lebih mendekat pada strategi sekuritisasi aset dan

memperjualbelikan instrumen yang didapat di kemas ulang untuk diperdagangkandi pasar sekunder dalam rangka risk transfer.

Sejalan dengan semua itu, kita juga melihat semakin meningkatnya

keterkaitan antar pasar-pasar keuangan didunia sebagaimana yang tercermin padamembesarnya volume transaksi keuangan antar negara (cross-border financialflows). Korelasi antar pasar yang semakin meningkat tersebut ditunjang oleh

bermunculannya pemain-pemain baru, dan pelaku pasar keuangan yang besar,yang beroperasi lintas negara, baik yang dimiliki oleh swasta, seperti hedge funds,maupun yang merupakan anak perusahaan dari badan usaha milik negara, seperti

sovereign wealth funds. Hal lain yang kemudian menambah pada cross-borderfinancial flows tersebut adalah kegiatan pengelolaan portofolio aset yang dilakukan

oleh perusahaan dana pensiun dan asuransi dari negara-negara besar, serta

pemunculan ulang dari kegiatan leveraged buy out yang dilakukan olehperusahaan-perusahaan private equity.

Page 43: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

39Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

Perubahan-perubahan yang terjadi pada sistem keuangan global tersebut,

telah turut memperbesar ekses likuiditas global, sejalan dengan semakin

bervariasinya sumber-sumber likuiditas untuk pembiayaan, semakin murahnyabiaya financing akibat penurunan secara permanen laju inflasi global dalam 1

dekade terakhir, dan bermunculannya pusat-pusat pertumbuhan baru yang

menopang wealth creation kelas menengah baru (∆new money∆) dalamperekonomian global, khususnya di negara-negara berkembang.

Bagi perekonomian kita yang menganut rejim devisa bebas, berbagai

perubahan di sistem keuangan global dan meningkatnya ekses likuiditas globaltersebut telah membuat sistem keuangan domestik terasa dangkal, dengan

instrumen-instrumen yang masih didominasi oleh saham, SUN dan SBI. Persoalan

kemudian timbul karena walaupun dangkal, imbal hasil di pasar keuangan kitadalam beberapa tahun terakhir ternyata menarik bagi para investor jangka pendek.

Di pasar saham, imbal hasil yang menarik tersebut didukung oleh prospek laba

korporasi yang membaik, IPOs, dan stabilitas ekonomi makro. Sementara itu,adanya perbedaan produktifitas antara kita dan negara-negara maju, telah

menyebabkan adanya spread tertentu antara suku bunga kita dengan suku bunga

di negara-negara maju sehingga cenderung mengundang investasi portofoliomasuk ke pasar keuangan kita, melalui carry trade, baik itu ke instrumen saham,

maupun ke risk free instruments , seperti SUN dan SBI.

Walaupun aliran modal masuk jangka pendek berguna untuk memenuhikebutuhan financing nasional dalam jangka pendek, namun ia juga sangat volatiledan rentan terhadap sudden reversal karena sensitif terhadap perubahan ekspektasi

dan pada momen-momen tertentu sarat akan perilaku irasional. Sensitifitasterhadap perubahan ekspektasi tersebut saat ini ditunjukkan oleh sensitifitas nilai

tukar rupiah terhadap perubahan risk appetite investor global terhadap debtinstrument berdenominasi US dollar yang dikeluarkan oleh negara-negaraberkembang, termasuk yang dikeluarkan oleh Republik Indonesia melalui pasar

keuangan internasional. Dalam 2 tahun terakhir ini, kami mencermati bahwa

terdapat hubungan positif yang semakin menguat antara nilai tukar rupiah danpergerakan EMBIG spread (Grafik 4). Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri

bagi pengelolaan stabilitas nilai rupiah oleh Bank Indonesia. Sementara itu, aliran

modal masuk jangka pendek juga dapat mengirim sinyal yang salah tentang kondisifundamental nilai rupiah kita, sehingga nilai tukar dapat mengalami misalignmentyang cukup serius yang mengundang kegiatan spekulasi jika kita salah dalam

menyikapinya.

Page 44: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

40 Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

2004 2005 2006 2007-2,0

-1,0

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

0,35

-1,68

2,54

4,50

Grafik 4.Sensitifitas Nilai Rupiah Terhadap EMBIG Spread

Semua hal yang saya sebutkan diatas memberi implikasi padapemeliharaan stabilitas ekonomi makro sebagai salah satu pilar penopang

keseluruhan stabilitas sistem keuangan kita. Tingginya ketidakpastian membuat

tugas kebijakan moneter menjadi lebih kompleks. Sementara itu, walaupundigemari oleh para spekulan, volatilitas nilai tukar dapat menimbulkan dampak

yang negatif pada ekspektasi inflasi melalui ekspektasi dampak passthrougheffects-nya . Volatilitas nilai tukar yang berlebihan juga dapat menimbulkan balancesheet effect pada korporat dan insititusi-institusi keuangan, terutama ketika

kewajiban dalam valasnya tidak di-lindung nilai (hedging). Dalam kaitan ini pula,

volatilitas nilai tukar dapat menyebabkan aktivitas perdagangan internasionalmenjadi terganggu, karena adanya keterbatasan kapasitas eksportir maupun

importir dalam melakukan penyesuaian terhadap perubahan nilai tukar. Selain

itu, ketika Pemerintah memiliki utang dalam valas seperti di Indonesia, volatilitasnilai tukar dapat mengganggu market valuation terhadap SUN dan kesinambungan

fiskal.

Oleh karena itu, dari sisi pengelolaan stabilitas makro ekonomi, kebijakannilai tukar kita dalam keseluruhan framework kebijakan moneter perlu mendapat

perhatian khusus. Dalam kaitan ini, kami melihat bahwa kebijakan-kebijakan

intervensi yang terukur yang kami lakukan selama ini untuk melakukan smoothingterhadap volatilitas nilai tukar, tanpa memaksakan suatu level tertentu, tidak

inkonsisten dengan fokus kami pada stabilitas nilai rupiah dalam jangka

menengah panjang. Perlu pula saya sampaikan disini bahwa kebijakan BankIndonesia terhadap volatilitas nilai tukar, baik melalui kebijakan intervensi yang

Page 45: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

41Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

terukur, kebijakan suku bunga BI rate, maupun kebijakan prudential perbankan,

sampai saat ini masih efektif. Namun kedepan, Bank Indonesia melihat perlunya

perbaikan-perbaikan pada mekanisme OPT dan infrastruktur pasar uang jangkapendek untuk memperbaiki yield curve dalam sistem keuangan kita. Saya akan

kembali pada topik ini di bagian akhir pemaparan saya malam ini.

Sementara itu, bagi ketahanan stabilitas sistem perbankan sebagai pilarlain stabilitas sistem keuangan, saya dapat menyampaikan bahwa walaupun

berbagai stress-testing yang dilakukan oleh Bank Indonesia menunjukkan bahwa

perbankan kita mampu menghadapi risiko pasar terkait instabilitas makro, kitatetap perlu memperkokoh lagi ketahanan industri perbankan. Demikian halnya

karena keyakinan perbankan akan kekuatan dirinya dapat dengan mudah

menimbulkan aktifitas yang melampaui kemampuan (overstretch). Bank Indonesiatidak ingin hal itu terjadi di masa depan.

1.2. Perubahan di Pasar Barang Dunia

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Tantangan lainnya bagi perekonomian Indonesia ke depan adalahperubahan mendasar di pasar barang global. Ada tiga hal penting yang patut

dicermati secara seksama dalam kaitan ini, yaitu perubahan struktural di pasar

enerji dunia, harga pangan internasional dan dampak pemanasan global (globalwarming). Ketiga faktor tersebut saling terkait dan jika tidak disikapi secara hati-

hati dapat memberikan dampak yang negatif terhadap perkembangan ekonomi

domestik.

Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan harga komoditas,

terutama minyak dunia, telah terus mengalami kenaikan secara signifikan. Secara

fundamental, kenaikan harga minyak tersebut mencerminkan kenaikan permintaandi tengah semakin ketatnya produksi. Walaupun permintaan enerji berbasis fosil

dari negara-negara OECD, seperti AS, negara-negara Eropa dan Jepang cenderung

melemah karena musim dingin yang lebih hangat di belahan bumi utara terkaitdengan efek pemanasan global, kita mencermati bahwa telah terjadi perubahan

struktural di pasar enerji. Perubahan ini muncul karena terdapat kenaikan

permintaan secara signifikan yang berasal dari Cina, India dan negara-negaraberkembang lainnya, seiring dengan meningkatnya kegiatan perekonomian

mereka. Sementara itu, produksi minyak dunia cenderung stagnan.

Page 46: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

42 Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

Perlombaan global untuk menyediakan sumber-sumber enerji alternatif

telah menimbulkan peningkatan harga pangan internasional. Dalam delapan bulan

pertama 2007 misalnya, rata-rata harga pangan internasional ƒkhususnya jagung,gandum dan kacang kedelaiƒ naik hingga 10,5%. Salah satu penyebab kenaikan

harga makanan tersebut adalah meningkatnya produksi biofuel, yang telah

meningkatkan permintaan terhadap komoditi jagung dan kedelai. Kenaikan hargaminyak dunia telah mendorong insentif untuk kegiatan produksi biofuel. Bagi

negara-negara sedang membangun, kenaikan harga pangan internasional tentu

dapat berdampak buruk karena kita ketahui bersama bahwa kenaikan hargapangan akan meningkatkan biaya hidup baik langsung maupun tidak langsung

melalui kenaikan harga non-makanan. Transmisi kenaikan harga makanan ke harga

non-makanan akan lebih signifikan terjadi di negara sedang membangun daripadadi negara maju karena porsi makanan yang cukup besar dalam pengeluaran rumah

tangga di negara sedang membangun.

Disisi lain terdapat faktor lain yang juga sedang mendorong kenaikanharga pangan internasional, yaitu pengaruh perubahan cuaca yang ekstrim terkait

efek pemanasan global. Sebagai gambaran, kekeringan di Australia pada 2006

telah menurunkan produksi gandum hingga 60%. Para ahli memperkirakanbahwa efek pemanasan global tidak saja memberikan tekanan terhadap produksi

pangan dunia, namun juga memberikan ancaman global, seperti meningkatnya

permukaan air laut akibat pencairan es di kutub dunia, berubahnya arus utamalaut dan meningkatnya kekeringan di sejumlah negara. Bagi kita di negara sedang

membangun ancaman-ancaman ini cukup serius, karena terkait langsung dengan

kemampuan mereka yang miskin untuk berhadapan dengan gejolak dan bencanaalam. Kita menyadari bahwa pemanasan global adalah cermin dari fenomena

global externality dimana pengaruh negatif bukanlah berasal dari current flowakan tetapi dari akumulasi stok yang sudah dan akan terjadi. Akibatnya generasimendatang akan lebih merasakan dampak negatif dari pemanasan global

tersebut.

1.3. Eksklusi Sosial-Ekonomi

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Kalau kita merenungkan kembali krisis ekonomi yang kita alami 10 tahun

lalu, tampaknya kita mempunyai cukup alasan untuk mengatakan bahwa krisis

tersebut telah menimbulkan eksklusi sosial-ekonomi bagi kebanyakan manusia

Page 47: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

43Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

Indonesia. Eksklusi tersebut timbul karena redistribusi pendapatan dan tentunya

juga redistribusi kekuatan ekonomi-politik yang berlangsung secara tiba-tiba dalam

perekonomian kita, ketika krisis itu menghantam. Eksklusi tersebut pada kehidupanmereka yang sudah miskin dan mereka yang menjadi miskin karena krisis, tidaklah

teatrikal, tapi ia sangat nyata. Hasil akhir dari redistribusi tersebut saat ini masih

terasa sangat menyesakkan bagi mereka yang berada di bagian bawah daripiramida sosial-ekonomi.

Disparitas pendapatan yang melebar, kualitas pembangunan manusia yang

menurun, dan informalitas tanpa proteksi sosial dalam pasar tenaga kerja yangmeningkat, jika dibanding era pra-krisis adalah ekses-ekses krisis Asia yang saat

ini sedang bersama-sama kita perjuangkan perbaikannya. Oleh karena itu, Bank

Indonesia menyambut baik upaya-upaya yang sedang dilakukan saat ini untukmempercepat perbaikan-perbaikan pada aspek-aspek kesejahteraan sosial-

ekonomi masyarakat tersebut. Percepatan tersebut memang kita perlukan. Di era

globalisasi ekonomi saat ini, percepatan penyelesaian persoalan eksklusi sosialmerupakan tuntutan moral kemanusiaan kita. Eksklusi sosial menimbulkan

kemampuan yang asimetris pada kedua kelompok dalam piramida sosial ekonomi

dalam menyikapi shocks dalam perekonomian. Sementara itu, sebagaimana yangtelah saya sampaikan sebelumnya, perekonomian kita kedepan menghadapi pula

tantangan volatilitas yang lebih besar pada nilai tukar sebagai akibat cross-bordercapital flows dan harga-harga bahan makanan sebagai akibat perubahan strukturaldalam perekonomian dunia. Kerentanan terhadap shocks menyebabkan si miskin

yang lemah menjadi semakin lemah, sementara si kaya yang memiliki banyak

cushion dapat dengan mudah melakukan penyesuaian. Kesenjangan seperti initentu mengganggu nilai kemanusiaan kita.

Kesenjangan yang sangat kontras seperti itu diujungnya juga berpotensi

menjadi feed-back yang negatif pada kesinambungan pencapaianperekonomian kita saat ini. Feed back negatif tersebut utamanya dapat muncul

karena jebakan kemiskinan, a poverty trap, dan efek menetes keatas dalam

perekonomian, ƒ a trickle up economy ƒ. Dengan kata lain, terdapat potensimunculnya sebuah lingkaran buruk dalam perekonomian kita. Semua ini tentu

dapat menyulitkan proses kita memantapkan berbagai pencapaian positif

sampai akhir 2007 lalu.

Sementara itu, kesenjangan sosial-ekonomi juga akan mempersulit kitadalam menghadapi tantangan yang sudah sangat nyata di depan kita, yaitu

perwujudan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Lemahnya kesejahteraan sosial-

Page 48: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

44 Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

ekonomi masyarakat dapat memberi dampak lanjutan yang merisaukan bagi

bangsa kita di era integrasi ekonomi itu. Daya saing perekonomian kita dapat

lebih rendah dari peer-group karena produktifitas total faktor produksi yang tidaksebanding, pasar domestik yang menciut, dan minat pengusaha untuk

meningkatkan kapasitas produksi dan membentuk modal tetap di Indonesia

menjadi lebih rendah. Kita kemudian menjadi kurang kompatibel bagi negaralain untuk menjalin kerja sama, sehingga di satu sisi kita menjadi kurang mampu

untuk mengambil manfaat dari globalisasi dan di sisi lain kita hanya menerima

imbas mudaratnya.

Pandangan-pandangan yang saya sampaikan tadi menyiratkan pentingnya

untuk melakukan penyesuaian cara pandang kita terhadap skala prioritas dalam

meningkatkan berbagai pencapaian positif yang telah kita miliki saat ini. Ditengahlingkungan eksternal yang menimbulkan tantangan-tantangan berat dan

lingkungan domestik yang semakin konvergen dengan derap langkah globalisasi,

berbagai permasalahan terkait daya saing perekonomian memang perlu menjadimotivator kita dalam memantapkan lagi pencapaian yang sudah ada. Namun,

dalam upaya meningkatkan daya saing perekonomian, tampaknya kita tidak dapat

melupakan aspek inklusi sosial bagi seluruh anak bangsa. Tanpa empati tersebutdaya saing yang tercipta tidak mungkin dapat berkesinambungan, karena daya

saing itu tidak memberi makna pada kontrak sosial yang melandasi kehidupan

berbangsa dan bernegara kita.

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Terkait dengan persoalan eksklusi sosial sebagaimana yang telah saya

sampaikan tadi, kita ditantang untuk memperbaiki kondisi sosial-ekonomi petanikecil dan pekerja lepas di sektor pertanian yang merupakan mayoritas pekerja

dalam perekonomian kita. Sektor pertanian yang tidak mampu memberi

kemaslahatan bagi para petani kecil dan pekerja lepas pertanian, dapat membawakeseluruhan perekonomian kita pada stagnasi yang berkelanjutan. Sementara

itu, bagi ketahanan ekonomi nasional, sektor pertanian yang demikian tidak akan

mampu mendukung ketahanan pangan dan tidak dapat diharapkan sebagaipenyerap tenaga kerja nasional. Beberapa eksternalitas kemudian kita rasakan di

pedesaan dan perkotaan dalam bentuk potensi jebakan kemiskinan dan inflasi

harga bahan makanan yang persisten. Bagi Bank Indonesia, hal ini tentu menjadiconcern.

Page 49: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

45Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

Selain itu, kita juga berhadapan dengan fenomena paradox of growth.Fenomena ini muncul karena adanya kecenderungan pihak pengusaha untuk lebih

banyak menggunakan modal dibandingkan dengan penggunaan tenaga kerja.Pilihan yang dilakukan oleh pengusaha tersebut tentu saja rasional. Dengan harga

modal yang relatif turun mengingat semakin banyaknya likuiditas baik secara

global maupun nasional, maka pilihan pengusaha tersebut masuk diakal,mengingat masih besarnya tantangan di pasar tenaga kerja kita. Dilihat dari

kacamata global, fenomena ini adalah sebuah fenomena globalisasi kapitalisme

dan pasar persaingan bebas yang menuntut pemilik modal untuk meningkatkandaya saing agar dapat merebut pangsa pasar. Salah satu cara untuk efisiensi adalah

dengan mengganti manusia dengan skill rendah dengan mesin atau kapital yang

padat teknologi. Proses technology switching ini akan semakin mengedepan dimasa yang akan datang seiring dengan semakin canggihnya temuan-temuan baru

di bidang teknologi produksi.

Bagi kita di negara berkembang, fenomena ini tentu perlu kita cermati,terlebih dengan adanya fakta tambahan yang menunjukkan bahwa telah terjadi

pula perlambatan pada pertumbuhan sektor manufaktur di era paska krisis jika

dibandingkan dengan era pra-krisis. Pertumbuhan sektor manufaktur di era pra-krisis secara rata-rata adalah 11,7% (1994-1997) sementara di era paska krisis

menurun ke 5,2% (2003-2007). Perlambatan di industri manufaktur telah

menyebabkan lebih besarnya peran sektor non-tradables. Jika mencermati lebihlanjut, perkembangan sektor non-tradables tersebut lebih banyak ditopang oleh

kegiatan yang bernilai tambah rendah. Walaupun terdapat dampak positif dari

perkembangan ini dalam bentuk menurunnya exchange-rate pass-through keinflasi, terdapat pula dampak negatif berupa menurunnya nilai tambah yang

dihasilkan oleh perekonomian secara keseluruhan. Dampak negatif ini berarti pula

pendapatan permanen masyarakat secara rata-rata bertumbuh lebih rendah diera paska krisis dan berimplikasi pada pertumbuhan konsumsi swasta dan pasar

domestik yang secara rata-rata juga lebih rendah dibanding pra-krisis.

Dalam menyikapi fenomena paradox of growth ini kita perlu memastikanbahwa nilai tambah yang muncul dari perkembangan teknologi tidak

terkonsentrasi pada pendapatan sebagian orang saja. Kita akan dituntut untuk

semakin peka tentang perlunya redistributive income policy yang bersih, efisien,dan tepat sasaran yang menjamin bahwa mereka yang memiliki kelebihan dapat

berbagi dengan mereka yang tertinggal secara sosial-ekonomi. Selain itu insentif

kebijakan untuk mengembangkan dan memperkuat pertumbuhan kegiatan usaha

Page 50: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

46 Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

mikro, kecil dan menengah yang padat karya terutama di non-farm sectors di

pedesaan perlu pula kita pikirkan bersama agar tersedia jaring pengaman yang

cukup bagi masyarakat untuk bermanuver ketika terjadi shocks yang kurangmenguntungkan bagi perekonomian.

1.4. Persistensi Inflasi

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Tantangan lain yang juga perlu mendapat perhatian khusus kita adalahkekakuan laju inflasi kita untuk dapat bergerak ke laju yang lebih rendah. Banyak

alasan yang dapat memotivasi kita untuk segera menyikapi tantangan ini dengan

komitmen yang tak terpatahkan. Salah satunya adalah bahwa dengan laju inflasiyang secara permanen lebih rendah dan semakin konvergen ke laju inflasi mitra

dagang, maka ketahanan fundamental perekonomian makro dan neraca

pembayaran kita akan lebih meningkat lagi. Namun bagi Bank Indonesia motivasiyang terpenting adalah bahwa pencapaian laju inflasi yang secara permanen lebih

rendah dapat mengurangi tekanan eksklusi sosial sebagaimana yang telah saya

sampaikan di atas. Inflasi yang rendah akan mempertahankan kesinambungandaya beli rakyat miskin yang jumlahnya banyak sekali di negeri ini dan membantu

upaya bersama mencapai kualitas pembangunan ekonomi yang lebih baik bagiseluruh rakyat.

Kita telah memahami bersama bahwa peningkatan jumlah masyarakat

miskin dapat terjadi melalui kenaikan laju inflasi karena meningkatnya laju inflasi

akan mengikis daya beli masyarakat, jika pendapatan nominal yang diterimabertumbuh lebih rendah. Selain itu, inflasi yang tinggi juga akan memperbesar

ketimpangan pendapatan dalam masyarakat karena adanya kemampuan asimetris

antara mereka yang kaya dan miskin dalam menyikapi kenaikan harga-harga.

Namun upaya untuk menurunkan laju inflasi secara permanen bukanlah

hal yang mudah karena adanya fakta-fakta berikut terkait laju inflasi IHK kita.

Laju inflasi IHK kita sangat dipengaruhi oleh inflasi bahan makanan (volatilefood) yang bersifat persisten. Persisten dalam hal ini berarti bahwa setiap terjadi

shock, inflasi pada kelompok ini cenderung lama untuk kembali pada laju semula.

Sebagaimana yang dapat saya tunjukkan pada Grafik 5, dapat dilihat bahwawalaupun laju inflasi IHK sudah kembali «normal» paska gejolak di 2005, akan

tetapi inflasi volatile food masih cenderung persisten pada laju yang tinggi.

Page 51: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

47Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

-10

0

10

20

30

40

50

IHKInti (trimmed)Inti (exclusion)Volatile FoodsAdm Prices (RHS)

%, yoy %, yoy

inti volatile adm2005 7,5 11,0 18,82006 8,8 16,9 24,62007 5,9 12,5 2,8

Rata-rata (YoY)Periode

5

7

9

11

13

15

17

19

21

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2005 2006 2007

Grafik 5.Inflasi dan Komponennya

Banyak hipotesa yang telah diajukan mengenai sumber persistensi

tersebut. Namun salah satu yang sering diajukan adalah bahwa persistensi itu

dapat timbul karena adanya inefisiensi akibat ketidaksempurnaan pada pasardistribusi barang bahan makanan. Beberapa faktor hipotetikal dapat menyebabkan

ketidaksempurnaan tersebut seperti kurang berkembangnya pasar-pasar yang

terkait dengan (a) penyediaan jasa logistik, transportasi, dan infrastrukturtransportasi bahan makanan, dan (b) penyediaan jasa pengelolaan nilai waktu

barang perishable bagi produsen, serta (c) penyediaan informasi pasar yang simetris

bagi produsen pemasok, pengumpul, dan retailer. Hipotesa lain yang juga dapatdiajukan sebagai faktor yang menimbulkan inefisiensi pasar distribusi bahan

makanan adalah distorsi yang ditimbulkan oleh kebijakan yang berpihak hanya

pada pelaku pasar tertentu sehingga muncul praktek oligopsoni dan oligopoli dipasar distribusi serta aktifitas rent-seeking. Jika kita berasumsi bahwa hipotesa-

hipotesa ini sahih adanya, maka persistensi inflasi harga bahan makanan adalah

fenomena ekonomi mikro. Ini berimplikasi pada kurang relevannya kebijakanmoneter sebagai instrumen pengendali langsung inflasi bahan makanan, dan

menyiratkan pentingnya untuk melakukan kajian ekonomi mikro yang lebih

mendalam terkait pasar distribusi bahan makanan di seluruh daerah di nusantara,agar kita dapat merumuskan kebijakan yang tepat dan efektif. Untuk yang terakhir

ini, kita juga dapat termotivasi oleh sebuah fakta bahwa dalam 4 tahun terakhir

terdapat disparitas laju inflasi IHK daerah. Sebagaimana yang ditunjukkan di Grafik6, dalam kurun 4 tahun terakhir terdapat 34 kota dari 45 kota yang disurvei oleh

BPS yang menunjukkan laju inflasi IHK diatas laju inflasi nasional.

Page 52: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

48 Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

yoy %

5,00

6,00

7,00

8,00

9,00

10,00

11,00

12,00

Rata-rata Inflasi Kota (tahun 2004-2007*)Nasional

BAN

DU

NG

DEN

PASA

RBA

TAM

SURA

KART

AA

MBO

NSA

MPI

TPA

LAN

GKA

RAYA

SURA

BAYA

MA

LAN

GJA

KART

AC

IREB

ON

SEM

ARA

NG

PON

TIA

NA

KM

AN

AD

OM

AKA

SSA

RSE

RAN

G/C

ILEG

ON

PAN

GKA

L PI

NA

NG

JEM

BER

MAT

ARA

MPU

RWO

KERT

OKE

DIR

IBA

LIKP

APA

N

SAM

ARI

ND

APA

LUPE

KAN

BARU

GO

RON

TALO

BAN

JARM

ASI

NBA

ND

AR

TERN

ATE

YOG

YAKA

RTA

JAM

BIPE

MAT

AN

GSI

BOLG

AM

EDA

NKU

PAN

GTE

GA

LPA

DA

NG

LHO

KSEU

MAW

ETA

SIKM

ALA

YABE

NG

KULU

JAYA

PURA

PALE

MBA

NG

KEN

DA

RIBA

ND

A A

CEH

PAD

AN

G

Grafik 6.Disparitas Laju Inflasi IHK Daerah

Laju inflasi IHK kita juga tampaknya mempunyai kecenderungan jangkapanjang, atau inflasi inti, yang kaku yang sulit untuk dibawa ke laju yang lebih

rendah (sticky inflation). Data menunjukkan bahwa sejak tahun 1990, inflasi

terendah yang pernah dicapai adalah sekitar 5% pada periode sesaat sebelumkrisis, yaitu antara Tw III / 1996 dan Tw II / 1997, dan antara Tw IV / 2003 and Tw

I / 2004 . Sementara itu, penelitian kami menunjukkan bahwa di era paska krisisini komponen permanen pembentuk inflasi masih cukup tinggi dan berada sekitar

5% per tahun. Dengan adanya fakta-fakta ini muncul pertanyaan selanjutnya

yaitu tingkat inflasi berapa yang terendah yang dapat kita capai dalam jangkamenengah-panjang? Mampukah kita mencapai inflasi permanen yang berkisar

antara 2% dan 3% pertahun seperti di negara-negara mitra dagang? Apakah

terdapat faktor tertentu yang terkait dengan karakteristik perekonomian kita yangmenyebabkan tingkat inflasi kita secara permanen lebih tinggi dari pada mitra

dagang utama?

Saya berpandangan bahwa masih tingginya perbedaan inflasi kita dengan

mitra dagang terkait erat dengan pembentukan ekspektasi di masyarakat yangcenderung melihat ke masa lalu dimana laju inflasi kita belum pernah secara

permanen berada pada laju rata-rata dibawah 5%. Terdapat beberapa hipotesa

yang dapat menjelaskan hal ini. Pertama adalah bahwa kebijakan moneter masihmempunyai ruang untuk meningkatkan kredibilitasnya lebih lanjut. Sejak

implementasi ITF sudah terdapat tanda-tanda bahwa rata-rata laju inflasi inti,

yang pergerakannya banyak dipengaruhi oleh kredibilitas kebijakan moneter telahmenunjukkan rata-rata yang menurun sejak 2003, menuju ke laju yang secara

Page 53: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

49Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

signifikan berada dibawah laju inflasi inti sebelum krisis. Tren linier rata-rata laju

inflasi inti sejak 2003 tercatat sebesar 7% per tahun, sementara tren yang sama

untuk periode 1992 √ 1997 adalah sebesar 8.50%. Ini berarti sejak diterapkannyaITF telah ada penurunan tren jangka panjang laju inflasi inti sebesar 1.5 poin

persentase. Kedepan kita dapat lebih yakin bahwa dengan konsistensi penerapan

ITF, kredibilitas kebijakan moneter dapat lebih meningkat lagi sehingga tren jangkapanjang laju inflasi inti dapat menurun lagi secara permanen.

Kedua, kemampuan inflasi inti dan komponen permanen inflasi untuk

bergerak ke laju yang lebih rendah tertahan oleh masih banyaknya ruang bagiperbaikan produktifitas dan efisiensi perekonomian secara keseluruhan. Perbaikan-

perbaikan pada aspek ini akan berdampak pada aspek ekonomi mikro

pembentukan laju inflasi inti, khususnya pada perbaikan kapasitas perekonomianuntuk memasok barang dan jasa. Melalui perbaikan kapasitas yang berkelanjutan,

tekanan permintaan akan barang dan jasa dapat terserap sehingga perekonomian

tidak inflatoir. Pelaku pasar yang sehari-hari bergelut dengan pasokan dan distribusibarang dan jasa akan mencermati perbaikan-perbaikan tersebut dan kemudian

memasukkannya dalam rencana perubahan harga jual mereka kedepan. Ekspektasi

positif yang terbentuk selanjutnya akan membantu penurunan laju inflasi inti kelintasan yang secara permanen lebih rendah.

Adanya keterkaitan yang erat antara laju inflasi dengan produktifitas dan

efisiensi perekonomian aspek memberi implikasi bahwa kebijakan disinflasi perluditerapkan dengan senantiasa memperhatikan prinsip pentahapan (gradualism)dan keseimbangan (balance). Kebijakan moneter yang terlalu ketat ditengah

produktifitas dan inefisiensi perekonomian yang masih memiliki ruang untukperbaikan, dapat menimbulkan resesi. Sementara iu, kebijakan moneter yang

terlalu longgar ditengah produktifitas dan inefisiensi yang demikian dapat

membuat perekonomian menjadi inflatoir dan tidak pro-poor. Kenaikan harga-harga yang terjadi akan menggerus daya beli masyarakat miskin kita sehingga

kesenjangan sosial-ekonomi menjadi melebar.

Sementara itu, adanya keterkaitan erat laju inflasi dengan aspek-aspek

struktural memberi implikasi bahwa untuk melakukan proses disinflasi yang kredibeldiperlukan koordinasi yang menyeluruh dan terpadu dari seluruh instansi dalam

pemerintahan termasuk Bank Indonesia. Secara umum koordinasi tersebut dapat

dilakukan dengan membagi arah kebijakan menjadi 3 bagian besar. Pertama adalahsenantiasa menjaga agar stabilitas internal dan eksternal nilai rupiah tetap terjaga

melalui kebijakan moneter yang pre-emptive dan berhati-hati serta kebijakan pasar

Page 54: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

50 Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

uang, perbankan dan sistem pembayaran yang selalu memperkokoh stabilitas sistem

keuangan. Arah kebijakan yang pertama ini merupakan tanggung jawab Bank

Indonesia dan bertujuan untuk mengurangi risiko instabilitas di sektor keuanganyang dapat mengganggu stabilitas nilai rupiah. Kedua adalah memelihara

ketahanan dan kesinambungan fiskal dalam jangka panjang sehingga menghindari

munculnya dominasi fiskal yang dapat mempengaruhi, secara negatif, ekspektasiinvestor SUN terhadap prospek inflasi kedepan, yang selanjutnya dapat

menggoyahkan dan menurunkan efektifitas kebijakan moneter dalam memelihara

stabilitas ekonomi makro secara keseluruhan. Ketiga adalah memperbaiki stukturdan infrastruktur pasar distribusi bahan makanan dan meningkatkan efisiensi dan

produktifitas perekonomian secara keseluruhan.

1.5. Daya Saing Daerah di Era Global dan Otonomi Daerah

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Tantangan kita kedepan lainnya adalah daya saing daerah di era global

dan otonomi daerah. Laporan World Economic Forum (WEF) dalam ≈GlobalCompetitiveness Report∆ tahun 2006-2007 menunjukkan posisi daya saing Indonesiaberada pada peringkat ke-50 dari 125 negara, dibandingkan dengan peringkat ke-

69 dari 107 negara pada tahun sebelumnya. Walaupun terdapat perbaikan padaperingkat daya saingnya, Indonesia dinilai masih tetap menduduki salah satu posisi

daya saing terendah dibandingkan negara-negara Asia lainnya. Daya saing Indonesia

masih berada di bawah negara Singapura (urutan ke-5), Jepang (ke-7), Malaysia(ke-26), Thailand (ke-35), dan India (ke-43). Sementara, berdasarkan laporan IMD

(International Institute for Management Development) dalam World CompetitivenessYearbook 2007, posisi daya saing Indonesia berada pada dua negara denganperingkat daya saing terendah. Indonesia menduduki peringkat ke 54, sementara

Venezuela berada pada peringkat 55 dari 55 negara yang disurvei.

Sebagaimana yang telah kita pahami bersama, meningkatnya globalisasi

ekonomi membuat tingkat persaingan antar negara dari waktu ke waktu akanmakin tinggi. Namun lebih dari itu, semakin tingginya tingkat persaingan global

akan berdampak langsung pada perekonomian daerah terlebih lagi setelah era

otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Hal ini berarti terdapat tuntutan bagisetiap daerah di Indonesia untuk meningkatkan daya saing masing-masing daerah,

karena daya saing daerah-daerah di Indonesia merupakan ≈ujung tombak∆ daya

saing nasional.

Page 55: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

51Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

Hasil pencermatan kami terhadap daya saing setiap daerah di Nusantara

menunjukkan bahwa daya saing keseluruhan dari sekitar 65% jumlah kabupaten/

kota di Indonesia masih berada di bawah rata-rata nasional, sedangkan yang diatas rata-rata hanya 17%. Hal ini mengindikasikan terdapat ketimpangan yang

besar dalam pembangunan ekonomi antar daerah kabupaten/kota di Indonesia.

Atau, secara umum dapat dikatakan bahwa perekonomian daerah masihmemerlukan peningkatan dan perbaikan kualitas infrastruktur utama,

pengembangan kegiatan usaha yang mampu menyerap tenaga kerja serta

peningkatan pembangunan sumber daya manusia. Sementara itu, untuk daerahyang masuk dalam kelompok berdaya saing rendah pada umumnya mempunyai

karakteristik sektor pertanian yang tidak terkait dengan industri sebagai sektor

utama perekonomian daerah, serta kurangnya peran sektor swasta dalampembiayaan pembangunan.

Oleh karena itu, saat ini kita sedang menghadapi tantangan untuk

meningkatkan daya saing ekonomi daerah. Untuk menghadapi tantangan ini kitatidak dapat melupakan fakta obyektif tentang meningkatnya relevansi ekonomi-

politik pemerintahan daerah dan keberagaman lokalitas yang semakin

mengedepan dewasa ini dan di masa depan. Fakta ini memberi sebuah keniscayaanbahwa rekayasa pembangunan sosial dan ekonomi, yang seragam dalam skala

nasional akan cukup sulit untuk dilakukan. Kita kemudian perlu memikirkan cara-

cara penanganan masalah bangsa yang berpijak pada idiosyncracy kearifan lokalyang terpendam dalam keberagaman itu. Ini merupakan tantangan tersendiri

bagi bangsa yang selama ini sudah terbiasa berpikir dalam keseragaman yang

monolitik. Adanya fakta obyektif ini memberi sebuah pesan bagi semua pemangkukebijakan publik, termasuk Bank Indonesia, untuk mampu mendekonstruksi dan

merekonstruksi ulang makna dan perannya dalam keseluruhan proses

pembangunan nasional.

1.6. Mempertahankan Modal Budaya di Era Global

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Terkait dengan upaya kita untuk beradaptasi dengan arus globalisasi, kita

juga dituntut untuk mencari dan mengkonstruksi sebuah semangat kultural yangtepat bagi pembangunan ekonomi negeri dalam kebhinekaan bangsa kita.

Bagaimanapun juga, pembangunan ekonomi adalah semata-mata refleksi dan

hasil dari semangat kultural yang melekat pada sebuah bangsa. Kontinuitas

Page 56: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

52 Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

semangat kultural seperti apa yang ingin kita bentuk untuk menyikapi keragaman

dalam aspek sosial-budaya dan wilayah ekonomi bangsa, akan menentukan

pencapaian kita semua dalam bidang pembangunan ekonomi dan pemulihandaya saing di tahun-tahun mendatang.

Perlu kiranya kita pahami bahwa pembangunan sebagai sebuah

transformasi ekonomi, sosial dan politik, dalam keseluruhan prosesnya akan sangatdipengaruhi oleh faktor manusia dan kekayaan budayanya. Dalam konteks yang

lebih sempit seperti pembangunan ekonomi misalnya, Soedjatmoko jauh-jauh

hari telah menyampaikan sebuah pesan pada kita bahwa pembangunan ekonomimenuntut tidak hanya keberadaan institusi-insitusi formal dan keahlian teknokratik

semata, tapi juga faktor-faktor kultural seperti norma-norma tertentu dan modal

sosial yang mendukung kemajuan ekonomi.

Namun dalam konteks pembangunan yang lebih luas untuk membangunkemaslahatan jiwa manusia keragaman budaya mempunyai peran yang lebih

mendasar. Didalam setiap budaya tersimpan ingatan kolektif suatu suku bangsa.

Ketika memasuki labirin memori kolektif itu setiap individu akan mengingat,melupakan, merekonstruksi, memaknai ulang pandangan-pandangannya dan

bahkan membangun pandangan baru untuk suatu kontinuitas kemajuan kulturalbersama . Dalam proses tersebut keragaman budaya dapat menjadi instrumen

yang membuka kemungkinan bagi pengayaan pandangan tentang dunia. Proses

pengayaan melalui pertukaran tersebut dapat menghasilkan tidak hanya hal-halyang abstrak seperti pandangan tentang dunia dan spekulasi filosofis, tapi juga

hal-hal yang sangat praktikal seperti ketika kita menemukan jamu-jamu tradisional

yang telah menjadi bagian dari kearifan lokal selama berabad-abad.

Catatan tadi menonjolkan pentingnya implementasi sebuah kerjakebudayaan untuk memastikan bahwa negara-kebangsaan kita tetap memiliki

mosaik budaya yang kaya dan berwarna-warni. Namun, tantangan yang kita

hadapi akan sangat besar, terutama karena arus besar homogenisasi budaya globalyang sedang membentuk pandangan tentang dunia yang cenderung seragam,

yaitu dunia konsumen komersial yang berbasis pada bagian yang paling fana dari

budaya di dunia barat. Tantangan kita menjadi berat karena proses penyeragamantersebut tampil sangat seduktif pada persepsi subliminal kita dan dampaknya

pada budaya lokal berlangsung secara perlahan. Tanpa kita sadari bagian dari

kita telah menjadi pasar besar yang dipenuhi kaum yang sangat konsumtif danmanusia-manusia yang terdominasi oleh industrialisasi.

Page 57: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

53Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

2. Prospek Perekonomian Kedepan

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Luasnya cakupan tantangan-tantangan yang kita hadapi kedepan tidak

serta merta berarti bahwa prospek pencapaian perekonomian kita saat ini gairahnyaakan meredup. Saya berpandangan bahwa optimisme yang sudah terbentuk saat

ini, dimana perekonomian telah mulai berjalan dengan kedua mesinnya, dapat

terus kita pertahankan di masa yang akan datang. Bagi saya alasan yang terpentingatas optimisme ini adalah bahwa demokrasi kita sudah semakin terkonsolidasi

sehingga kita mempunyai keyakinan bahwa sistem Pemerintahan dan berbagai

perangkat birokrasi akan semakin efektif dalam menjalankan tugasnya walaupuntahun depan kita akan kembali menyelenggarakan salah satu pesta demokrasi

terbesar di Asia yaitu pemilu langsung 2009. Bahkan saya pun melihat bahwa upaya-

upaya untuk mengatasi berbagai hambatan struktural yang tersisa dalamperekonomian kita akan semakin meningkat. Bagi Pemerintahan incumbent langkah

ini adalah langkah yang rasional karena melalui itu akan hadir manfaat nyata yang

lebih besar lagi dari bagi rakyat yang telah memberi dukungannya selama ini melaluisistem demokrasi yang bebas dan terbuka.

Alasan kedua yang menyebabkan saya sangat optimis adalah tersedianya

modal stabilitas dan daya tahan ekonomi makro yang ada dalam genggaman kitasaat ini. Secara ringkas modal resiliensi tersebut saya rangkum di Tabel 4. Modal

ini akan menjadi pemicu ekspansi ekonomi yang lebih tinggi dan berkelanjutan

dalam 2 tahun kedepan walaupun tantangan eksternal berupa perubahan di pasarkeuangan, dan pasar barang global terkait kenaikan harga minyak dan harga

pangan dunia dunia masih tinggi.

Secara umum, perkiraaan perekonomian kedepan yang telah disusun olehBank Indonesia adalah sebagai berikut. Pertumbuhan ekonomi sampai tahun 2009

kami perkirakan akan terus meningkat dan secara bertahap menuju laju 7%

pertahun. Ekspansi ekonomi yang berlanjut tersebut terutama didukung olehmeningkatnya kapasitas perekonomian sejalan dengan rasio investasi terhadap

PDB yang terus meningkat merespons perbaikan-perbaikan pada daya beli

masyarakat, NPI yang masih terus membukukan surplus, nilai tukar yang stabil,dan inflasi yang terus mengarah pada laju yang semakin rendah.

Kinerja NPI yang kuat akan ditopang oleh beberapa faktor. Dari sisi

transaksi berjalan, kinerja ekspor non-migas kita akan tetap kuat karena adanya

diversifikasi negara tujuan ekspor dan permintaan komoditas primer dunia terkait

Page 58: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

54 Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

Tabel 4.Resiliensi Sistem Keuangan dan Ekonomi Makro 2 Tahun Terakhir

Indikator 2006 2007 Proyeksi 2008

Ketahanan ekonomi makro tahun 2007 lebih baik dibandingkan tahun lalu, laju inflasi terjaga, nilai tukar lebihstabil, cadangan Ketahanan ekonomi makrot ahun 2007 lebih baik dibandingkan tahun lalu, laju inflasi terjaga,nilai tukar lebih stabil, cadangan devisa meningkat rasio utang menurun, dan kesinambungan fiskal yang terjaga.

Ketahanan Ekonomi Makro

Laju InflasiNilai Tukar

Cadangan Devisa

Utang/ PDB Utang Jk. Pendek/ Cad. DevisaSurplus Primary Balance/PDB

6,6% yoyMenguat 5,96%dgn volatilitas 3,79%

Des 2006 = USD 42,6 miliar, setara 4,5bulan impor dan pembayaran officialdebt 35,3% 70,1%

Surplus 1.4% dari PDB

6.6% yoymenguat 0,29% dengan volatilitas1,37%

Des 2007 = USD 57 miliar, setara 5,7bulan impor dan pembayaran officialdebt Okt 2007 = 33% 52,4%

Surplus 0,7% dari PDB

5% + 1%Sedikit melemah akibatkenaikan impor seiring denganmeningkatnya aktivitasekonomiUSD 72,9 miliar

Ketahanan Industri PerbankanKetahanan Industri perbankan sebagai sub-sistem utama (dengan pangsa 80%) dari sistem keuangan meningkat: permodalancukup memadai untuk menyerap potensi gejolak, kualitas kredit membaik, laba meningkat dan manajemen risiko membaik

CAR = 20,47%, NPL Gross = 6,98%(NPL Net = 3,63%), ROA = 2,60%

14,1% dengan LDR 64,7%

CAR = 19,82%, NPL Gross = 5,63%(NPL Net = 2,49%), ROA = 2,80%(Okt 2007)23,1% dengan LDR 69,0% (Okt 2007)

NPL Gross : 5,11%

24% dengan LDR 72,0%

Indikator Utama Kinerja

Pertumbuhan Kredit

Ketahanan Pasar ModalKetahanan pasar modal membaik, sejalan dengan meningkatnya kapitalisasi pasar, volume dan frekuensi transaksi

Likuiditas di PasarObligasi dan Saham

Kapitalisasi Pasar = 45% dari PDBRata-rata Vol. Perdagangan Obligasi= Rp 3,3 triliun per hari, frekuensiperdagangan = 146,7 kaliReksadana NAV = Rp 50,87 triliun

Kapitalisasi Pasar = 49% dari PDBRata-rata Vol. Perdagangan Obligasi =Rp 5,8 triliun per hari, frekuensiperdagangan = 253,4 kaliReksadana NAV = Rp 90,4 triliun

enerji alternatif yang tetap tinggi. Dari sisi transaksi modal, aliran investasi

portofolio, terutama untuk equity akan tetap deras sejalan dengan maraknya

IPOs dan masih cukup tingginya ekspektasi laba korporasi di Indonesia. Berbagaifakta yang saya kumpulkan dari komunitas keuangan global juga menunjukkan

bahwa appetite investor global terhadap penanaman modal di negara-negara

emerging market Asia, masih cukup baik terutama karena ekses likuiditas globalsaat ini masih tinggi. Kemudian, dari sisi remitansi net tenaga kerja migran Indonesia

di luar negeri, saya memperkirakan bahwa kedepan, income transfer ini akan

tetap kuat dan menjadi aliran modal yang secara teratur (steady) dan dalam jumlahbesar masuk ke Indonesia.

Seluruh aspek penopang kinerja NPI tadi akan mempermudah Bank

Indonesia dalam mengambil langkah-langkah menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

Dalam kaitan ini, kebijakan-kebijakan intervensi valas secara terukur akan tetap

Page 59: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

55Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

kami lakukan untuk melakukan smoothing terhadap volatilitas nilai tukar, tanpa

memaksakan suatu level tertentu terhadapnya. Dalam konteks ini, kami juga

melihat bahwa kebijakan untuk menjaga kecukupan cadangan devisa masihmerupakan kebijakan yang konsisten dengan pemeliharaan stabilitas ekonomi

makro dalam jangka panjang. Nilai tukar yang terjaga pada suatu kisaran yang

stabil dan kondusif bagi pemeliharaan keseimbangan internal dan eksternalekonomi makro, kami pandang sebagai sebuah pra-kondisi yang diperlukan untuk

menurunkan sensitifitas harga-harga terhadap gejolak nilai tukar. Dengan

menurunnya exchange rate pass through effects, laju inflasi inti yang merupakankecenderungan jangka menengah panjang dari laju inflasi IHK akan dapat kita

jaga pada laju yang konsisten mengarah pada sasaran inflasi IHK.

Kami melihat bahwa pencapaian sasaran inflasi sampai tahun 2010 yangtelah ditetapkan, yaitu 5 + 1% di 2008, 4.5 + 1% di 2009, dan 4 + 1% di 2010

bukan hal yang tidak mungkin untuk dicapai. Lintasan disinflasi ini akan semakin

mendekatkan laju inflasi kita dengan laju inflasi mitra dagang yang secara rata-rata berada di kisaran 2 - 3% per tahun. Pencapaian sasaran inflasi tersebut akan

ditunjang oleh kombinasi kebijakan berikut ini.

Dari sisi fiskal, otoritas fiskal akan senantiasa memantapkan ketahananfiskal ditengah gejolak harga minyak dan ketidakpastian global kedepan. Dalam

kaitan ini, 9 langkah pengaman APBN yang telah dirumuskan tahun lalu merupakan

langkah awal yang dapat menjadi pedoman pelaku pasar tentang daya tahanfiskal kita tahun ini. Sementara itu, sebagai bagian dari kebijakan anti-inflasi yang

menyeluruh, semua departemen dan instansi pemerintahan yang terkait dengan

pengendalian inflasi bahan makanan akan mengambil langkah-langkah yangmenurunkan persistensi inflasi bahan makanan.

Kebijakan moneter akan memberi kontribusi yang penting melalui

pemeliharaan stabilitas nilai tukar yang akan menjadi salah satu kebijakan kunci

yang akan kami ambil. Namun lebih dari itu, melalui kebijakan BI rate dalamkerangka inflation targeting, Bank Indonesia akan selalu menjaga konsistensi stancekebijakan moneter dengan pencapaian sasaran inflasi yang telah diumumkan ex-ante. Dari waktu ke waktu kami akan melihat sejauh mana stance BI rate yangkami keluarkan selaras dengan ekspektasi forward-looking yang kami bangun

melalui perangkat-perangkat proyeksi inflasi Bank Indonesia maupun survei-survei

ekspektasi inflasi di pasar keuangan dan di masyarakat luas. Selain itu kami jugaakan mengambil langkah-langkah kebijakan untuk memperkokoh stabilitas sistem

keuangan guna mengurangi risiko perambatan gejolak di pasar keuangan global

Page 60: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

56 Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

ke pasar valas domestik. Untuk mewujudkan sistem keuangan yang lebih kokoh

tersebut Bank Indonesia akan mengambil langkah-langkah strategis dan

memperkuat lagi kinerja dan daya tahan industri perbankan. Langkah-langkahini akan saya uraikan lebih lanjut di bagian akhir pemaparan malam ini.

Laju inflasi yang semakin rendah ke depan akan mempertahan pendapatan

permanen masyarakat sehingga daya beli masyarakat, khususnya mereka yangtergolong kelas menengah ke bawah. Ditopang oleh perbaikan-perbaikan lebih

lanjut pada indikator-indikator MDGs, perbaikan daya beli ini akan menjadi lebih

permanen dan memperluas basis-basis konsumsi dalam perekonomian domestik.Langkah-langkah penyediaan dan perbaikan infrastruktur utama, kredit perbankan,

kecukupan input enerji dan pembukaan akses yang lebih besar pada kegiatan

enterpreneurship akan memperluas kapasitas pasar domestik yang selanjutnyaakan menjadi pemicu ekspansi kapasitas produksi nasional melalui investasi PMA

dan PMDN, baik di tingkat korporasi maupun UMKM. Kebangkitan investasi

yang berlanjut ini akan semakin memantapkan langkah Indonesia menuju statusinvestment grade.

IV. Memperkokoh Stabilitas, Mengawal Pembangunan

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Semua perkiraan diatas sangat bergantung pada sebuah asumsi bahwastabilitas sistem keuangan secara keseluruhan tetap terjaga dalam 2 tahun ke depan.

Asumsi ini dalam banyak halnya akan sangat tergantung pada inisiatif-inisiatif

kebijakan yang akan dilakukan oleh Bank Indonesia terkait tiga pilar stabilitas. Olehkarena itu, pada bagian berikut ini ijinkanlah saya menyampaikan beberapa

pandangan tentang apa-apa saya yang perlu dilakukan oleh Bank Indonesia untuk

memperkokoh stabilitas demi mengawal pembangunan ekonomi kedepan.....

Perwujudan tiga pilar stabilitas yang kokoh dalam perekonomian nasional

menuntut kearifan dan kesabaran dalam melakukan penyesuaian-penyesuaian.

Dalam jangka panjang, upaya-upaya tersebut dapat memperbaiki efektifitas dariberbagai inisiatif kebijakan dan program-program yang telah kami canangkan.

Penyesuaian-penyesuaian tersebut terkadang membuat stakeholders kami dalam

jangka pendek bertanya-tanya tentang kredibilitas, dan bahkan kontinuitas dariinsiatif kebijakan yang kami canangkan. Ada hari-hari gelap seperti itu dalam

perjalanan kami meretas jalan menuju stabilitas, tapi banyak pula hari-hari terang

dimana pada akhirnya stakeholders memahami dan mengerti bahwa penyesuaian-

Page 61: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

57Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

penyesuaian ex-post bukan berarti hilangnya komitmen Bank Indonesia terhadap

arah yang ditetapkannya ex-ante.

Jika saya boleh mencirikan manajemen inisiatif kebijakan Bank Indonesiadalam 5 tahun terakhir, maka dua kata kunci ini kiranya dapat menjadi pegangan

para stakeholders, yaitu pentahapan (gradualism) dan penyeimbangan (balancing).Di dalam kedua kata kunci itu terdapat sebuah pemahaman bahwa manajemeninisiatif kebijakan dan program tidak dapat semata bergantung pada kaedah-

kaedah baku yang normatif sifatnya (rule-based). Akan tetapi perlu pula untuk

menyediakan ruang yang cukup lapang untuk merespon secara cepat (discretions)ketika terjadi perubahan-perubahan asumsi dan constraints yang dihadapi

perekonomian. Namun, dalam bermanuver tersebut Bank Indonesia tetap

memperhatikan kaedah-kaedah baku yang normatif untuk memastikan bahwakami tidak keluar dari khittah membangun tiga pilar stabilitas. Oleh karena itu,

kebebasan dan kreatifitas kami dalam menerapkan penyesuaian kebijakan akan

selalu terukur (measured discretions). Ini perlu saya sampaikan agar tidak adakeraguan bagi sebagian orang terhadap komitmen Bank Indonesia untuk

senantiasa menyediakan tiga pilar stabilitas yang menjadi prakondisi dan elemen-

elemen penyinambung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.

Oleh karena itu dalam jangka pendek kami akan terus melanjutkan

berbagai pekerjaan rumah yang masih tersisa yang masih perlu segera diselesaikan.

Di samping itu, mencermati berbagai tantangan kedepan yang kami antisipasi,terdapat pula beberapa inisiatif strategis baru yang saya pandang perlu untuk

diambil. Inisiatif-inisiatif yang akan kami ambil kedepan tersebut merupakan

∆inisiatif-inisiatif pengawal pencapaian pembangunan ekonomi∆ ∆inisiatif-inisiatif pengawal pencapaian pembangunan ekonomi∆ ∆inisiatif-inisiatif pengawal pencapaian pembangunan ekonomi∆ ∆inisiatif-inisiatif pengawal pencapaian pembangunan ekonomi∆ ∆inisiatif-inisiatif pengawal pencapaian pembangunan ekonomi∆ melaluikebijakan-kebijakan di bidang pasar keuangan, moneter, perbankan, sistem

pembayaran dan pemberdayaan sektor riil.

1. Inisiatif-Inisiatif di Bidang Moneter

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Dibidang moneter, Bank Indonesia akan melalukan inisiatif-inisiatif yang

merupakan jawaban kami terhadap tantangan globalisasi sektor keuangan,

sembari mempersiapkanΩ kebijakan moneter dalam menghadapi MEA 2015.ΩInisiatif-inisiatif ini terbagi dalam 3 kelompok yaitu: inisiatif pengembangan pasar

keuangan domestik, inisiatif penguatan efektifitas kebijakan moneter, dan inisiatif

penguatan perangkat analisa kebijakan menuju MEA 2015.

Page 62: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

58 Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

1.1 Pengembangan Pasar Keuangan Domestik

Pada saat ini, perkembangan pasar keuangan domestik cukup

menggembirakan, khususnya pasar Surat Utang Negara (SUN). Ke depan peranpasar keuangan domestik tersebut akan semakin penting, baik bagi efektifitas

kebijakan moneter maupun dalam pengendalian stabilitas perekonomian secara

lebih luas. Pengembangan pasar dimaksudkan untuk dapat lebih memperkuatkemampuan sistem keuangan kita dalam menghadapi tantangan terkait globalisasi

keuangan yang dapat menimbulkan gangguan eksternal terhadap perekonomian

kita. Krisis pasar keuangan global yang berasal dari ambruknya sektor perumahankualitas rendah, atau sub-prime mortgage di AS beberapa waktu yang lalu adalah

contoh nyata dari pentingnya ketahanan perekonomian dan pasar keuangan

domestik. Dengan kata lain, hal ini kembali menegaskan kepada kita perlunyamemiliki pasar keuangan yang lebih kuat, lebih dalam dan lebih likuid agar potensi

gangguan dari faktor eksternal dapat diminimalisir.

Mempertimbangkan hal tersebut kami bermaksud untuk segera

menambah dan mengaktifkan kembali instrumen dan jenis transaksi yang akandigunakan dalam mengimplementasikan kebijakan moneter melalui kegiatan

manajemen likuditas.

Termasuk dalam kaitan rencana ini adalah mengaktifkan transaksi repodengan underlying SUN, melengkapi jangka waktu penerbitan SBI dengan yang

lebih panjang, yaitu SBI 6, 9, dan 12 bulan, dan transaksi dengan menggunakan

valas (foreign exchange swap). Pengaktifan transaksi repo SUN dalam kegiatanmanajemen likuiditas ini sekaligus dimaksudkan untuk meningkatkan aktifitas

dan likuditas pasar SUN sehingga pasar SUN menjadi lebih efisien dan lebih memiliki

daya tahan (resilience) dalam menghadapi potensi gejolak. Sementara optimalisasitransaksi melalui FX Swap dimaksudkan untuk sinkronisasi dan harmonisasi langkah

mengatur likuiditas dan menjaga stabilitas pasar uang rupiah dengan pasar uang

valas domestik.ΩΩ Langkah-langkah ini kami harapkan dapat mendukung berbagaiupaya yang tengah dan akan dilakukan untuk memperdalam pasar keuangan

secara keseluruhan (financial market deepening).ΩΩ

Masih terkait dengan upaya memperdalam pasar keuangan, kami jugamelihat pentingnya untuk mempercepat pengembangan industri keuangan

syariah. Industri keuangan syariah yang berkembang akan memperluas jenis-

jenis instrumen yang dapat digunakan masyarakat dalam mengelola portofolioaset-aset keuangannya. Hal ini akan banyak membantu pasar keuangan domestik

dalam menyerap gejolak.Ω Selain itu, industri keuangan syariah yang berkembang

Page 63: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

59Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

juga akan membuat industri perbankan syariah berkembangΩ lebih pesat

sehingga melalui interaksi saling menguntungkan ini pangsa perbankan syariah

dalam industri perbankan kita dapat meningkat sesuai dengan yang kita cita-citakan.

Untuk mengembangkan industri keuangan syariah tersebut kita akan

terbantu oleh fenomena ekses likuiditas global terutama yang berasal dari danatimur tengah yang meninggalkan pasar AS paska implementasi Patriot Act di

negara itu.Ω Banyak negara lain seperti ΩQatar, Uni Arab Emirat, Malaysia, Jepang,

dan Singapura yang telah melakukan langkah strategis dan berhasil menarik ekseslikuiditas tersebut. Malaysia dan Singapura bahkan sudah mulai melihat Indonesia

sebagai sumber dana dan pasar menarik bagi instrumen-instrumen syariah mereka.

Namun, dari sisi kita, tampaknya masih banyak yang perlu dilakukan dalam waktudekat, terlebih jika melihat fakta bahwa Indonesia dipandang sebagai potensi

yang besar dalam industri keuangan syariah global karena memiliki penduduk

muslim terbesar. Ω

Kedepan, seiring dengan semakin dekatnya implementasi MEA 2015,persaingan di industri keuangan syariah akan semakin meningkat. Sementara itu,

berbagai hambatan bagi perkembangan industri keuangan syariah domestik sepertimasalah perpajakan masih menghambat upaya-upaya bersama yang tengah

dilakukan.Ω Disamping itu, pengembangan serta peningkatan daya saing industri

keuangan syariah nasional masih membutuhkan dukungan infrastruktur pentingterkait kelembagaan, regulasi, kerangka hukum, SDM, dan infrastruktur pasar.Ω

Untuk mengisi kekosongan-kekosongan ini diperlukan koordinasi yang mantap

dari kita semua. Untuk mendukung upaya koordinasi tersebut Bank Indonesiaakan merumuskan sebuah strategi besar pengembangan industri keuangan syariah

nasional, dengan bekerjasama dengan lembaga terkait lainnya. Selain itu, Bank

Indonesia juga akan mulai mengkaji lebih dalam berbagai aspek yang terkaitdengan strategi dan implementasi kebijakan moneter dalam perekonomian yang

menganut sistem keuangan ganda, yaitu konvensional dan syariah.Ω

1.2 ΩMemperkuat Efektifitas Kebijakan Moneter

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Banyak bagian dalam pidato saya ini yang menekankan betapa cepatnya

perubahan-perubahan yang terjadi di sekeliling kita. Untuk dapat bertahan di

tengah-tengah situasi seperti itu, tidak ada jalan lain kecuali kita beradaptasi,

Page 64: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

60 Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

dengan melakukan berbagai perbaikan guna mengurangi berbagai masalah dan

kelemahan kita.

Dalam bidang moneter, salah satu strategi kebijakan yang kami rasa perluuntuk terus kami review dan sempurnakan efektifitas penerapannya dalam

mengantisipasi perubahan adalah ITF. Dari hasil penilaian terhadap pelaksanaan

ITF selama 3 tahun belakangan ini, peluang untuk lebih mengoptimalkan efektifitasstrategi yang ada masih sangat terbuka. Hal ini terutama karena pola manajemen

likuiditas yang utamanya dilakukan melalui lelang penerbitan SBI 1 bulan masih

menyebabkan fluktuasi ketersediaan likuiditas pasar uang harian, tingginyavolatilitas suku bunga dan adanya struktur suku bunga jangka pendek yang curam

(steep short-term yield curve) di pasar uang.

Hal-hal tersebut kurang mendorong efisiensi manajemen portfolio institusi

keuangan dan menyebabkan institusi keuangan cenderung mencari keuntungandengan memanfaatkan perbedaan suku bunga jangka pendek. Fluktuasi suku

bunga pasar uang yang tinggi juga meningkatkan ketidakpastian aspek likuiditas

dari institusi keuangan yang menanamkan dananya dalam aset yang berjangkalebih panjang dari sumber dananya. Dengan kata lain cost of being temporaryilliquid menjadi mahal karena relatif tidak bisa dikalkulasi dengan baik. Pelakupasar cenderung memiliki orientasi jangka pendek, yang pada gilirannya menjadi

distorsi terhadap transmisi kebijakan moneter dan sekaligus kurang mendorong

peningkatan peran pasar keuangan dalam perekonomian.

Implementasi langkah penyempurnaan ini tidak dimaksudkan untukmengubah arah (stance) kebijakan moneter Bank Indonesia. Penyempurnaan ini

pada dasarnya adalah sebuah tactical move dalam penerapan ITF, yang kami

pandang perlu diambil untuk mengoptimalkan efektifitas ITF di dalam mengelolaekspektasi masyarakat.

Berpegang pada garis fikir tersebut dalam penerapannya,

penyempurnaan ini nantinya akan lebih terarah pada upaya-upaya menjagastabilitas suku bunga pasar uang antar bank (PUAB) jangka pendek, khususnya

overnight, sebagai alat transmisi kebijakan moneter, yang sekaligus pula sebagai

mekanisme pembentuk struktur kurva imbal hasil jangka pendek (short termyield curve) yang lebih wajar.

Dalam konteks yang lebih luas, penerapan strategi kebijakan ini bertujuan

pula untuk meningkatkan efisiensi pembentukan harga (pricing) Ωaset-aset di pasar

keuangan dan produk institusi perbankan. Dengan demikian, upaya-upaya untuk

Page 65: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

61Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

menunjang inisiatif pengembangan pasar keuangan dometik dan memperkuat

diri dalam menghadapi meningkatnya potensi gejolak di pasar keuangan di era

globalisasi saat ini juga akan terfasilitasi. Oleh karena itu, langkah untukmengefektifkan kembali penerbitan SBI dengan jangka waktu yang lebih panjang

adalah sebuah prasyarat yang harus juga dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk

menyerap kelebihan pasokan likuiditas yang bersifat struktural melalui mekanismelelang. Besarnya SBI dalam berbagai jangka waktu yang akan diterbitkan ditetapkan

berdasarkan proyeksi atas kebutuhan likuiditas perbankan.

Pada saat yang sama, Bank Indonesia akan memonitor perkembanganlikuiditas dan suku bunga PUAB O/N secara harian dan akan merespon setiap

penyimpangan yang ada dalam batas-batas tertentu, melalui mekanisme FineTuning Operations. Pada prinsipnya hal ini dimaksudkan untuk menjamin bahwasetiap hari akan tersedia likuiditas yang cukup untuk keperluan setelmen transaksi

perbankan sehingga sukuΩ bunga PUAB O/N akan stabil. Dalam hal Bank Indonesia

perlu menambah atau mengurangi likuiditas secara temporer maka hal tersebutakan dilakukan melalui transaksi «repo», baik dengan menggunakan SBI maupun

SUN, atau transaksi FX Swap.

Dengan short term yield curve yang wajar maka pelaku pasar tidaklagi berkonsentrasi mencari keuntungan dengan horizon yang pendek di pasar

uang. Ini akan mendorong mereka untuk semakin aktif mencari keuntungan

melalui penanaman dan pengelolaan dana dengan horizon yang lebih panjang.Dengan inisiatif kebijakan ini, kami berniat untuk menjaga suku bunga PUAB

overnightΩΩ pada level yangΩ konsisten dan sejalan dengan level suku bunga

yang mencerminkan arah kebijakan moneter Bank Indonesia yaitu level BIRate.Ω

Kebijakan di atas dan perluasan instrumen kebijakan moneter

sebagaimana yang telah saya sampaikan sebelumnya, pada gilirannya akan

mendorong perbankan dan pelaku pasar keuangan lain untuk mulai melakukanmanajemen asset dan liabilities (ALMA) secara lebih profesional, termasuk dari

sisi manajemen risiko. Terkait dengan hal tersebut, terjaganya stabilitas suku bunga

pasar uang akan mengurangi risiko likuiditas penanaman dana Ωjangka panjangdan sekaligus memperbaiki infrastruktur pasar keuangan sehingga menjadi lebih

efisien untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan

berkelanjutan.ΩΩΩΩΩ

Page 66: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

62 Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

1.3 Memperkuat Perangkat Analisa Menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN2015

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Inisiatif ketiga di bidang moneter adalah memperkuat kemampuan analisakebijakan untuk menyongsong MEA 2015. Penandatanganan Piagam ASEAN atau

ASEAN Charter di Singapura pada 20 November 2007, memberi implikasi bahwa

program integrasi ekonomi ASEAN merupakan komitmen yang tak dapat ditawarlagi. Hampir tuntasnya agenda perdagangan bebas intra ASEAN akan membawa

perubahan yang signifikan pada pergerakan faktor produksi, baikΩ physical capitalyang bergerak lewat financial investment, misalnya FDI atau Portfolio Investment,maupun modal sumber daya manusia melalui berpindahnya skilled labor. Dampak

dari bebasnya pergerakan faktor produksi tersebut adalah terciptanya konfigurasi

baru distribusi produksi perekonomian intra ASEAN. Determinan dari konfigurasibaru ini haruslah dipahami oleh kita semua. Kita dituntut memiliki kemampuan

memprediksi bagaimana karakteristik serta determinan distribusi produksi

perekonomian yang baru tersebut. Tentunya karena kita bicara sesuatu yang akanterjadi di masa depan, kita belum memiliki data yang dapat diinterpretasikan

melalui suatu kajian empiris. Oleh karena itu diperlukan riset yang bersifatkonseptual teoritis sesuai kaidah-kaidah ekonomi dengan menyertakan sejumlah

asumsi yang plausible.

Selain itu, untuk mengetahui secara lebih rinci dampak dari penurunan

hambatan perdagangan (baik tarif dan non-tarif) terhadap kinerja ekspor sertakesejahteraan masyarakat dari tiap negara ASEAN, diperlukan pula suatu riset

multiyears yang melibatkan pihak-pihak yang antusias, kompeten dan berdedikasi

tinggi. Dalam kaitan ini teknik pemodelan berbasiskan Computable GeneralEquilibrium (CGE) dengan menggunakan basis data Global Trade Analysis Project(GTAP) dan Financial-Social Accounting Matrix (FSAM) akan kami kembangkan.

Sepengetahuan saya, sampai saat ini belum banyak institusi publik di negara kitayang telah melaksanakan agenda riset yang sangat penting ini.

Selanjutnya, jika kita renungkan bersama, keberhasilan Indonesia dalam

kancah MEA 2015Ωnanti jelas tak lepas dari seberapa tinggi daya saing yang dimilikirelatif terhadap daya saing kesembilan negara ASEAN lain. Daya saing tersebut

menurut hemat saya memiliki tiga dimensi, yaitu (1) dimensi kebutuhan dasar

yang mencakup institusi, infrastruktur, stabilitas ekonomi makro serta kesehatandan pendidikan primer, (2) dimensi penentu efisiensi yang mencakup pendidikan

lanjutan dan pelatihan, efisiensi pasar barang dan jasa, kemajuan pasar keuangan,

kesiapan teknologi serta ukuran pasar, dan (3) dimensi inovasi dan kecanggihan,

Page 67: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

63Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

yang mencakup faktor-faktor penentu kecanggihan serta tingkat perkembangan

inovasi. Oleh karena itu, riset yang mampu memetakan daya saing negara-negara

ASEAN serta mengungkapkan komponen daya saing Indonesia yang perludiperbaiki merupakan masukan yang vital untuk sesegera mungkin ditindaklanjuti

oleh seluruh komponen bangsa, termasuk Bank Indonesia.

Akhirnya, kita perlu pula memahami bagaimana peran otoritas moneterditengah-tengah implementasi MEA 2015 nanti. Kita perlu melihat lebih jauh

apakah kebijakan moneter kita yang prudent dengan sasaran terciptanya inflasi

yang rendah dan ekonomi makro yang stabil merupakan kebijakan moneter yangakan mendukung kepentingan nasional kita, sebagaimana yang kita temukan

dan yakini selama ini bahwa kebijakan moneter yang prudent Ωdan anti inflasi

merupakan kebijakan moneter yang pro-poor dalam konteks domestik.

2. Inisiatif-Inisiatif di Bidang Perbankan

2.1 Arah kebijakan lanjutan dalam proses penataan kembali strukturindustri perbankan nasional.

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Selanjutnya, adalah arah dan perspektif pemikiran ke depan untuk bidang

perbankan. Sejak Arsitektur Perbankan Indonesia diluncurkan di awal tahun 2004

lalu rasanya kita patut bersyukur bahwa kekuatan dan daya tahan industriperbankan di dalam menghadapi berbagai risiko dan gejolak, lambat laun, mulai

menguat. Kinerja industri pun sedikit demi sedikit terus membaik. Perolehan laba

perbankan terus naik, sejalan dengan meningkatnya pelaksanaan fungsiintermediasi dan perbaikan efisiensi, serta efektifitas di dalam mengelola risiko

yang ada.

Meski banyak yang sudah kita selesaikan, kita tahu masih lebih banyak

lagi yang harus kita kerjakan. Dalam era global seperti saat ini, kecepatanperubahan demi perubahan seringkali membuat kita terpana. Pencapaian kita

hari ini ternyata belum tentu memadai untuk hari esok.

Kesadaran inilah yang sebenarnya kami jadikan landasan dalam perumusanAPI sebagai kebijakan industrial perbankan selama ini. Pencapaian ke 6 tujuan

fundamental yang divisualisasikan sebagai pilar-pilar dalam API pada dasarnya

adalah sebuah proses transformasi sebuah bangunan industri, dari yang sempatporak poranda karena dihantam krisis, menjadi industri yang kokoh ditengah

guncangan, kuat bersaing di percaturan persaingan global dan bermanfaat bagi

Page 68: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

64 Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

seluruh masyarakat. Dalam proses ini, diperlukan adanya strategi implementasi

yang dapat memastikan bahwa setiap inisiatif dan program akan dapat

mengakumulasikan pencapaian yang akan menjadi kekuatan fundamental di masadatang.

Oleh karena itu, setiap langkah perlu kita perhitungkan secara cermat

dan hati-hati. Kita dituntut untuk senantiasa peka dalam menyikapi perubahandan dinamika yang melingkupi proses ini. Kita juga harus mampu

memperhitungkan implikasi dari setiap langkah terhadap berbagai dimensi yang

terkait, memilih prioritas dalam kebijakan, dan kemudian menjaga keseimbanganpenerapannya agar tidak timbul gejolak yang tidak perlu.

Salah satu upaya pencapaian tujuan fundamental dalam API yang memiliki

kompleksitas yang tinggi dan masih membutuhkan waktu panjang adalah upaya

penataan kembali struktur industri perbankan sebagaimana yang telah digariskandalam pilar I - API. Tujuan ini membutuhkan pemenuhan berbagai prakondisi

pada lingkungan strategis yang melingkupi industri perbankan, dan juga adanya

dukungan serta peran serta dari semua pihak. Jelas, dalam pelaksanaan kebijakanini Bank Indonesia tidak dapat bergerak sendiri. Dukungan dari stakeholders,

terutama masyarakat perbankan, Pemerintah, dan DPR adalah kunci keberhasilanpencapaian tujuan.

Dari perjalanan yang telah ditempuh selama ini, ada sebuah catatan

penting yang perlu menjadi perhatian kita, yaitu bahwa industri yang sehat dan

kuat pada dasarnya adalah juga industri yang mampu melaksanakan fungsinyasecara optimal. Menyadari akan hal ini, langkah-langkah penguatan ketahanan

industri perbankan sebagai bagian dari strategi penataan kembali struktur industri

perbankan tidak selamanya harus ditempuh secara sequential dengan langkah-langkah optimalisasi fungsi dari industri itu sendiri. Keduanya dapat dilakukan

secara simultan, dan bersifat saling mengisi serta komplementer satu dengan

yang lain, bergantung pada prioritas untuk merespon perkembangan yang terjadidalam perekonomian. Oleh karena itu, ketika dalam proses implementasi sebuah

kebijakan kita berhadapan dengan berbagai permasalahan dan keterbatasan, maka

bukanlah suatu hal yang tabu apabila kita kemudian perlu melakukan penyesuaiandalam strategi. Kita semua tahu bahwa dalam sistem ekonomi pasar sebagaimana

yang kita anut saat ini, pengaturan hanya dapat dilakukan secara efektif dan

tanpa menimbulkan distorsi pada kestabilan, apabila strategi dan mekanismenyadapat mengikuti kaidah-kaidah dan prinsip-prinsip yang ada dalam sistem pasar

itu sendiri.

Page 69: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

65Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

Selama ini berbagai langkah yang mendukung proses tersebut telah kami

tempuh. Untuk memetakan kekuatan dan kelemahan serta kemudian

mengarahkan pola operasional dari setiap bank, kami telah menggariskan programkonsolidasi industri perbankan, kewajiban pemenuhan modal minimum, dan singlepresence policy. Selain itu, kami juga terus melakukan kajian terhadap kondisi

dan potensi ekonomi masyarakat, melalui peningkatan peran kantor-kantor BI,pengguliran berbagai program yang mendukung kemajuan sektor riil, peningkatan

kualitas informasi, data, analisa bisnis dan ekonomi, termasuk penyempurnaan

sistem informasi, agar perbankan dapat memperoleh informasi secara lebih utuhdan lengkap mengenai kondisi ekonomi masyarakat di seluruh wilayah Indonesia.

Kebijakan-kebijakan tersebut, kami ikuti pula dengan langkah-langkah konsultatif

dan persuasif kepada setiap pemegang saham pengendali bank untuk mulaimemposisikan diri mengisi setiap lapisan dalam struktur industri yang telah

dirancang.

Berpegang pada pokok-pokok pikiran tersebut, dalam kesempatan malamini, terdapat 3 (tiga) besaran pemikiran strategis yang dapat saya usulkan sebagai

acuan di dalam melanjutkan kebijakan perbankan dalam perspektif waktu 5 tahun

ke depan.

Yang pertama adalah arah kebijakan lanjutan dalam proses penataan

kembali struktur industri perbankan nasional. Dalam lingkup arah kebijakan ini,

saya menempatkan 3 inisiatif yang bertujuan untuk lebih memantapkan proseskonsolidasi industri perbankan sesuai dengan prediksi perkembangan kebutuhan

ekonomi terhadap peran perbankan di masa datang, yaitu:

a) Penjajakan kemungkinan pendirian kembali policy bank yang khusus untuk

mendukung pembiayaan proyek-proyek pembangunan jangka panjang;

b) Perluasan kesempatan operasional ke arah universal banking bagi bank-bank

yang dinilai mampu dan layak menjalankannya.

c) Optimalisasi peran perbankan dalam pembiayaan pembangunan, terutama

kepada bank-bank yang telah dimiliki asing;

Kedua adalah arah pengembangan industri BPR untuk menjadi salah

satu penopang kekuatan ekonomi lokal dengan memperhatikan potensi ekonomi

dan sosial masyarakat setempat.

Dan ketiga adalah langkah-langkah Dalam Upaya MempercepatPertumbuhan Perbankan Syariah.

Page 70: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

66 Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

Berikut ini, perkenankan saya untuk memberikan penjelasan secara lebih

dalam mengenai latar belakang pikiran-pikiran tersebut dan beberapa inisiatif

yang dapat kita tempuh untuk mewujudkannya.

A. Penjajakan Kemungkinan Pendirian Kembali Policy Bank yang khususuntuk mendukung pembiayaan proyek-proyek pembangunan jangkapanjang

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Pada jamuan makan malam di awal tahun 2007 lalu, saya menyampaikan

bahwa salah satu fenomena yang menghambat kelancaran pembangunan

ekonomi kita adalah adanya kekakuan sisi penawaran (supply side rigidity) didalam merespon sisi permintaan. Ketika itu saya mengemukakan bahwa salah

satu penyebab utama terjadinya fenomena tersebut adalah rendahnya

pertumbuhan investasi, baik yang dilakukan oleh pihak swasta asing maupundomestik ke dalam industri maupun kegiatan usaha produktif lain yang bersifat

strategis dan jangka panjang. Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir sejak terjadinya

krisis, akumulasi dan kualitas kapital cenderung berjalan lambat dan porsinyaterhadap pembentukan PDB belum kembali ke periode sebelum krisis.

Tentu saya tidak perlu lagi mengulangi secara panjang lebar mengenai

kondisi ini. Sekarang ini, mungkin kita semua akan dapat dengan cepat dan fasihmenerangkan berbagai faktor penghambat yang menyebabkan investasi strategis

yang begitu kita rindukan begitu berat untuk datang ke dalam perekonomian

kita. Namun kefasihan itu menjadi tidak penting lagi, kalau kemudian kita berhentisampai disitu. Yang menjadi jauh lebih penting dan mendesak untuk kita pikirkan

dan lakukan saat ini adalah bagaimana kita dapat mengerahkan segala daya upaya,

kekuatan dan kerja keras untuk dapat segera berhasil menerobos kebuntuan dalammasalah investasi ini. Kita semua tahu bahwa Pemerintah dan pihak-pihak lain

yang terkait, selama ini telah berupaya keras di berbagai bidang dan dengan

berbagai cara untuk mencoba mengurangi faktor-faktor penghambat investasiyang ada. Namun kita pun tahu kalau pekerjaan tersebut sangat berat, karena

memang masalah yang kita hadapi, adalah masalah yang struktural dan kompleks,

saling mengait satu sama lain.

Dari sekian banyak faktor penghambat investasi yang telah kita

identifikasikan selama ini, salah satu diantaranya adalah masalah keterbatasan

ataupun ketiadaan infrastruktur fisik, berupa sarana dan prasarana. Kita semua

Page 71: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

67Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

tentu sering mendengar, melihat, ataupun merasakan sendiri bahwa kondisi

infrastruktur fisik kita banyak yang rusak, obsolete, ataupun kapasitasnya sudah

tidak lagi memadai. Kegiatan pembangunan sarana dan prasarana seperti jaringanlistrik, jalan, pelabuhan, tempat penyimpanan, tempat pengolahan, bendungan,

pengairan, penyediaan kapal nelayan dan lain sebagainya relatif masih terbatas.

Tidak jarang untuk kegiatan rutin ekonomi masyarakat saja keadaan infrastrukturtersebut sudah tidak layak. Apa lagi untuk menarik investasi usaha baru.

Dalam pengamatan saya, keadaan ini terjadi karena disebabkan setidaknya

oleh 3 (tiga) hal. Pertama, pada beberapa tahun pertama di awal krisis, ekonomikita sempat mengalami kontraksi. Dalam kondisi ini, sumber dana pembangunan

menjadi terbatas, dan alokasinya terpaksa harus mendahulukan pembayaran

kewajiban-kewajiban jangka pendek. Kedua, meskipun telah terjadi perbaikankondisi ekonomi dalam beberapa tahun terakhir ini, mengingat penyaluran dana

APBN sebagian besar adalah untuk daerah, maka pemanfaatan dana

pembangunan sangat tergantung pada kemampuan Pemda. Padahal, dari datayang ada, penyerapan Pemda terhadap alokasi dana APBN hingga saat ini masih

belum optimal. Akibatnya, dana-dana pembangunan tersebut bermutasi menjadi

dana jangka pendek yang kemudian hanya berputar-putar di sektor keuangan.Ketiga, pembangunan proyek-proyek infrastruktur untuk keperluan nasional,

membutuhkan alokasi belanja pembangunan dalam jumlah besar yang tidak dapat

sepenuhnya akan dapat ditutup oleh APBN. Dibutuhkan adanya sumberpembiayaan lain yang bersifat komersial, seperti dari perbankan ataupun pasar

modal. Namun sayangnya, sumber dana perbankan saat ini masih didominasi

oleh sumber dana jangka pendek, sehingga pembiayaan proyek-proyekinfrastruktur yang berjangka waktu panjang, juga relatif terbatas.

Keadaan tersebut tentu tidak dapat kita terus biarkan. Keberadaan

infrastruktur yang memadai sangat kita perlukan, jika kita ingin perekonomiankita tumbuh lebih tinggi, lebih merata dan lebih menyejahterakan masyarakat

dari pada saat ini. Bahkan, terkait dengan tantangan persisten inflasi sebagaimana

yang telah saya sampaikan sebelumnya, perbaikan dan perluasan ketersediaaninfrastruktur diseluruh penjuru negeri menjadi sangat penting. Infrastruktur yang

mencukupi dan berkualitas akan menurunkan hambatan distribusi pasokan barang

dan menurunkan biaya di sisi penawaran, sehingga perekonomian menjadi lebihefisien. Efisiensi yang meningkat tersebut akan membuat sisi penawaran dalam

perekonomian lebih responsif terhadap permintaan, sehingga ekonomi kita

menjadi tidak inflation prone. Dalam jangka yang lebih panjang, ketersediaaninfrastruktur juga akan menunjang perbaikan produktifitas perekonomian.

Page 72: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

68 Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

Perbaikan pada produktifitas ini selanjutnya akan memberi ruang bagi disinflasi

yang lebih permanen.

Oleh karena itu, ketiga kendala pembiayaan pembangunan tersebut haruskita atasi. Malam ini saya mencoba untuk mendukung sebuah gagasan pikiran

yang sebenarnya bukan sama sekali baru untuk kita, namun rasanya memiliki

relevansi dan urgensi yang tinggi untuk dapat kita mulai jajaki kemungkinanpenerapannya. Gagasan tersebut adalah pendirian kembali sebuah policy bankkhusus untuk pembiayaan proyek-proyek pembangunan jangka panjang.

Policy bank ini pada dasarnya adalah kepanjangan tangan Pemerintah

yang diharapkan akan mampu menghimpun dana jangka panjang, melaluiberbagai cara dan mekanisme. Selain menghimpun dana langsung dari masyarakat,

bank ini akan memfokuskan diri mencari dana jangka panjang di pasar keuangan,

dengan cara penerbitan surat-surat berharga, serta mencari pinjaman luar negeridari berbagai lembaga multilateral. Dana yang berhasil dihimpun bank ini,

kemudian disalurkan untuk membiayai berbagai proyek dan program

pembangunan jangka panjang, khususnya infrastruktur, mendampingi danapembangunan yang dialokasikan Pemerintah dalam APBN.

Kegiatan operasional bank ini juga akan dapat difokuskan sebagai

investment bank, yang akan banyak memberikan dukungan dan fasilitas kepadaPemerintah dan bank-bank miliknya, termasuk BPD-BPD, dalam penerbitan surat

berharga di pasar modal, baik dalam bentuk konvensional maupun syariah. Dalam

konteks pengelolaan kebijakan pembangunan yang strategis, bank ini merupakanmotor dan wahana utama bagi Pemerintah untuk dapat membangun kerangka

hubungan kerjasama pembiayaan public and private partnership secara efektif

dan efisien. Untuk memfasilitasi arah kebijakan ini, Bank Indonesia akan membantudengan berbagai kajian dan langkah kebijakan persiapan.

Setelah melakukan kajian secara mendalam dan melalui berbagai

persiapan yang matang, Pemerintah dapat saja menempuh proses pendirian bankini dengan cara, menggabungkan bank atau lembaga keuangan yang telah dimiliki

saat ini menjadi policy bank, atau, mendirikan sebuah bank yang benar-benar

baru. Nantinya, kepemilikan saham dari bank ini pun dapat didiversifikasikankepada berbagai pihak, mulai dari masyarakat umum, bank-bank Pemerintah lain

yang telah lebih dulu ada, BUMN-BUMN, pihak swasta asing dan domestik lembaga

internasional, sepanjang Pemerintah sendiri dapat tetap menjadi pemilik sahammayoritas sekaligus pengendali.

Page 73: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

69Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

Yang perlu menjadi catatan kita sini, adalah implikasi dari pendirian bank

Pemerintah yang menjalankan tugas khusus seperti ini. Dengan keberadaan bank

ini, maka bank-bank Pemerintah lain pun dituntut untuk dapat menyesuaikanfungsi, peran, dan strategi kegiatan usahanya agar diantara bank-bank milik

Pemerintah tersebut tidak saling berbenturan dalam persaingan yang tidak perlu.

Setiap bank milik Pemerintah nantinya akan memiliki fokus fungsi dan perannyadalam mendukung proses pembangunan dan akan lebih optimal dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai pangsa pasarnya masing-

masing.

Dengan penyesuaian fokus dan strategi bisnis bank-bank milik Pemerintah

ini, diharapkan setiap bank milik Pemerintah mampu bersaing dengan bank-bank

lain sesuai dengan visi dan misi yang menjadi kekuatan daya saingnya. Bagi BankIndonesia, langkah kebijakan ini akan memberikan dampak hasil yang signifikan

di dalam proses pemantapan program konsolidasi perbankan, sekaligus pula

merupakan bagian penting dari keseluruhan strategi penataan kembali strukturindustri perbankan nasional.

B. Perluasan kesempatan operasional ke arah universal banking bagi bank-bank yang dinilai mampu dan layak menjalankannya

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Sejak beberapa waktu yang lalu Bank Indonesia telah melemparkan

wacana kepada masyarakat mengenai kemungkinan kita mengadopsi pola

operasional universal banking untuk menggantikan pola commercial banking yangsekarang kita anut. Bahkan kami telah mengambil ancang-ancang untuk

menyesuaikan Undang-Undang yang menjadi dasar legal perbankan kita. Langkah

untuk mengadopsi pola universal ini pada dasarnya merupakan sebuah bentukrespon dari keberadaan kita ditengah fenomena globalisasi sektor keuangan yang

semakin nyata dalam kehidupan sehari-hari. Kita sulit untuk mengelak dari

kenyataan bahwa, untuk dapat meningkatkan fungsi dan perannya, saat ini arahperkembangan perbankan global cenderung berinovasi untuk dapat mengemas

sebuah paket produk bank yang terintegrasi dengan berbagai produk industri

keuangan lain.

Bagi industri perbankan, hal ini perlu dilakukan guna mencapai beberapa

tujuan sekaligus antara lain, untuk mempercepat perputaran arus dana yang

dikelola bank, memperluas basis operasional yang dapat meningkatkan margin

Page 74: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

70 Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

pendapatan dan mengurangi eksposure risiko. Dari sisi pengelolaan kebijakan

publik, adopsi universal banking ke dalam sistem perbankan Indonesia juga akan

menopang financial market deepening yang pada akhirnya akan berkontribusipositif terhadap stabilitas keuangan dan pertumbuhan perekonomian. Variasi

produk perbankan yang lebih luas dapat berdampak positif dalam menjaga

stabilitas keuangan karena menyediakan sarana diversifikasi investasi yang lebihbaik bagi masyarakat. Dengan tidak terkonsentrasinya penempatan ke dalam satu

atau beberapa jenis produk saja, diharapkan bahwa perekonomian akan lebih

tahan menghadapi gejolak yang dapat timbul. Dalam hal ini, pasar keuanganyang lebih dalam seringkali identik dengan pasar keuangan yang memiliki daya

tahan dan stabilitas yang lebih terjaga. Intermediasi keuangan yang dibutuhkan

untuk menggerakkan perekonomian juga akan terbantu dengan semakinbanyaknya produk keuangan yang tersedia.

Terintegrasinya kegiatan dan produk perbankan dengan pasar modal

dalam bentuk sekuritisasi aset, reksadana, dan transaksi derivatif jelas akanmeningkatkan eksposure risiko, baik bagi setiap insititusi yang terlibat, maupun

bagi sistem keuangan secara keseluruhan. Hal ini membawa konsekuensi perlunya

kita untuk terlebih dahulu melakukan persiapan untuk pemenuhan berbagai syaratpendukung yang akan senantiasa mampu mengawal stabilitas. Bagi perbankan

yang akan terlibat dalam kegiatan universal banking, mereka dituntut untuk dapat

memiliki kemampuan sumber daya manusia yang memadai, kekuatan finansialdan operasional yang solid, serta kemampuan pengelolaan risiko secara efektif

sebelum berani memulai beroperasi dalam kegiatan ini.

Kami melihat bahwa sebenarnya perbankan kita saat ini, secara de facto,telah melakukan kegiatan universal banking melalui kerjasama dengan lembaga

keuangan lain ataupun melalui anak-anak perusahaannya. Apabila kita tidak ingin

dikagetkan dengan sebuah fenomena yang dapat menimbulkan guncangan,pihak-pihak otoritas, tidak bisa tidak, harus dapat menyatakan ketegasannya dalam

melihat keseluruhan dimensi operasional yang selama ini telah dilaksanakan oleh

perbankan. Pengaturan industri keuangan perbankan harus bersifat komplementerdan kompatibel satu sama lain dengan pembagian tanggung jawab dan wewenang

masing-masing secara jelas. Hal ini akan diikuti pula dengan langkah kerjasama

dan koordinasi yang intensif antara pihak-pihak otoritas sebagai satu kesatuantindakan dalam melindungi kestabilan sistem secara keseluruhan.

Terkait dengan hal ini, pola pengawasan berdasarkan risiko secara

terkonsolidasi yang selama ini telah mulai diterapkan Bank Indonesia, akan

Page 75: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

71Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

ditingkatkan intensitasnya dalam melihat keterkaitan bank dengan perusahaan

keuangan lainnya. Pada saat pengaturan universal banking selesai kami rumuskan,

kami akan memberikan beberapa opsi yang dapat dipilih oleh bank yangdiperkenankan bergerak di bidang ini yaitu:

1. Menggabungkan kegiatan anak perusahaannya, terutama yang bergerak di

bidang sekuritas ke dalam bank induknya.

2. Tetap memiliki anak perusahaan di bidang keuangan, namun mendeklarasikanseluruh kegiatan anak perusahaannya tersebut sebagai satu kesatuan dengan

kegiatan usaha bank induknya. Dalam konteks ini, kami akan bekerja sama

dengan pihak-pihak otoritas lain, untuk menyusun prinsip kehati-hatian danmenetapkan standar pengungkapan data dan informasi kegiatan operasional

yang seragam, dari setiap produk ataupun kegiatan yang tergolong sebagai

produk universal.

3. Memilih untuk menjalankan visi, misi dan strategi kegiatan usaha yang terfokus

pada kegiatan investasi (investment bank).

4. Dan sebagai konsekuensi dari pilihan-pilihan tersebut, Bank Indonesia akan

menentukan porsi kegiatan yang terkait dengan universal banking dalam batas-batas tertentu yang berbeda. Pembedaan tersebut dikaitkan dengan ke tiga

pilihan diatas dan didasarkan pada hasil penelitian Bank Indonesia terhadapkemampuan setiap bank dalam menjalankan kegiatan ini.

Dalam pandangan Bank Indonesia, pola operasional universal banking

adalah sebuah keniscayaan, apabila kita memiliki visi akan ada bank-bank kita

yang mampu memposisikan diri sebagai bank internasional dalam struktur industriperbankan kita. Bank-bank ini harus dilengkapi dengan sofistikasi yang memadai

untuk dapat bersaing di lingkup global. Dan jika kita semua sependapat mengenai

hal ini, kita perlu bergegas untuk menyiapkan diri. Tuntutan pasar keuangan globaltidak lagi memungkinkan kita untuk dapat dengan leluasa dan berlama-lama

menetapkan jadwal kita sendiri. MEA 2015 sudah ada di depan mata dengan

berbagai implikasinya terhadap aspek sosial ekonomi bangsa.

Modal utama untuk melangkah kesana telah kita miliki, yaitu kondisi

stabilitas yang telah kita capai saat ini. Sepanjang kita menyadari bahwa adopsi

pola universal banking akan membutuhkan persiapan yang tidak sedikit, makasetidaknya berbagai aspek yang sedang diupayakan oleh program API adalah

titik awal yang telah kita mulai. Program konsolidasi industri perbankan, penguatan

aspek-aspek finansial dan teknis operasional, seperti permodalan, manajemen

Page 76: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

72 Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

risiko, dan juga upaya-upaya edukasi nasabah harus kita upayakan selesai sesuai

dengan jadwal waktu yang telah ditetapkan. Semakin kita melangkah maju ke

depan, penguatan-penguatan yang telah kita lakukan melalui API akan semakinmenampakkan manfaat yang nyata. Adopsi universal banking hanyalah salah satu

contoh dari kemungkinan yang dimungkinkan oleh API. Oleh karena itu, jika kita

sering menganggap bahwa pencapaian bentuk akhir bangunan API adalah tahun2010, padahal senyatanya pencapaian tersebut hanyalah sebuah titik awal baru

bagi proses penguatan industri selanjutnya.

C. Optimalisasi peran perbankan dalam pembiayaan pembangunan,terutama kepada bank-bank yang telah dimiliki asing

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Dari pengamatan Bank Indonesia, proses penguatan industri perbankan

yang kita tempuh sejak beberapa tahun setelah krisis, ternyata telah mengantarkansebuah perubahan konstelasi yang cukup mendasar dalam industri perbankan

Indonesia. Saat ini, terdapat 49 bank umum yang mayoritas sahamnya dimiliki

oleh pihak asing, dengan pangsa pasar mencapai sekitar 46% dari total asetindustri nasional. Sepanjang stabilitas sistem keuangan dan kepastian arah

kebijakan ke depan dapat kita pelihara, maka Bank Indonesia memperkirakanbahwa proses akuisisi kepemilikan saham bank-bank swasta domestik oleh pihak

asing masih akan terus berlangsung.

Dari sudut pandang otoritas, perubahan konstelasi industri ini memiliki

berbagai dimensi yang perlu terus diikuti dan dicermati, terkait dengan fungsidan peran perbankan dalam perekonomian ke depan. Saya kerap kali berdialog

dengan diri saya sendiri untuk mempertanyakan implikasi apa yang dapat timbul

dengan terjadinya perubahan tatanan ini. Selain itu, tidak jarang saya merasaperlu untuk berdiskusi dengan berbagai pihak, dalam dan luar negeri, yang kiranya

dapat membantu saya untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang

terus menggantung dalam benak saya.

Bapak-Ibu sekalian tentu mengetahui bahwa banyak negara-negara di

dunia yang industri perbankannya di dominasi oleh pihak asing. Namun, kondisi

Indonesia tentu berbeda dengan negara-negara itu. Perubahan konstelasi tersebuttelah menghadapkan kita kepada pertanyaan-pertanyaan, akankah kita sebagai

bangsa akan tetap mampu memetik manfaat dari keberadaan sebuah industri

perbankan yang banyak memiliki pelaku asing? Respon kebijakan apa yang harus

Page 77: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

73Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

dilakukan oleh Bank Indonesia dalam menyikapi hal ini, terutama agar perbankan

Indonesia akan dapat terus berkontribusi secara optimal kepada proses

pembangunan bangsa?

Dari proses penelusuran yang saya lakukan tersebut, saya sampai pada

sebuah kesimpulan sementara bahwa pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah

pertanyaan perennial yang rasanya akan terus membayangi kita semua, terutamakami di Bank Indonesia. Dan jawabannya, akan sangat bergantung pada berbagai

faktor yang melingkupi industri perbankan itu sendiri. Namun, kita semua tahu

bahwa salah satu faktor penting yang akan dapat mempengaruhi optimalisasifungsi dan peran bank-bank asing di dalam pembangunan ekonomi Indonesia

adalah tentu terletak pada respon dan arah kebijakan yang digariskan oleh otoritas.

Dengan pemahaman ini, saya tergerak untuk menyodorkan sebuah prinsip

dasar penetapan arah kebijakan perbankan Indonesia yang kiranya akan dapatmenjawab kegundahan kita semua sebagai bangsa dalam menyikapi perubahan

konstelasi kepemilikan bank-bank. Selain dari beberapa kebijakan yang telah

dikeluarkan pada beberapa waktu lalu, malam ini, saya ingin membawa pikirandan pandangan kita semua untuk dapat melihat sebuah peluang untuk menjadikan

perbankan sebagai penggerak dan pengarah berbagai kegiatan ekonomi, atauprinsip ≈banks leading the development.∆ Prinsip dasar ini merupakan kebalikan

dari prinsip umum yang biasa dijadikan landasan kegiatan usaha perbankan dalam

sebuah perekonomian yaitu, ≈banks follow the trade∆.

Mengapa saya sampai pada pikiran itu? Jawaban saya terpulang kembalipada tantangan perekonomian ke depan yang telah saya kemukakan. Tantangan-

tantangan tersebut menyiratkan pentingnya kontribusi sektor perbankan dalam

upaya bersama seluruh kekuatan ekonomi bangsa untuk menjawab tantanganeksklusi sosial dan paradox of growth. Untuk itu kita memerlukan bisnis perbankan

yang dapat memberdayakan ekonomi masyarakat (socially inclusive banking sector)dan yang membuka akses bagi pemupukan aset di tingkat akar rumput untukmemperbaiki kualitas pertumbuhan ekonomi dan menopang pertumbuhan pasar

domestik.

Kita tahu bahwa kegiatan usaha perbankan adalah kegiatan komersial,yang tentunya bertujuan untuk memperoleh laba sebesar-besarnya. Tentu, tidak

ada yang salah mengenai hal ini. Namun, perlu kiranya untuk dipahami bahwa

bisnis perbankan yang sinambung dalam jangka panjang menuntut pula adanyapasar domestik yang berkembang. Proses mobilisasi dana yang tidak diikuti oleh

pembangunan aset produktif di tingkat akar rumput yang meningkatkan daya

Page 78: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

74 Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

beli permanen dari masyarakat menengah-kebawah yang menjadi mayoritas

produsen dan konsumen di negeri ini, lambat laun akan menyebabkan persaingan

usaha perbankan yang berlomba-lomba menuju titik nadir (a race to the bottom).

Untuk itu, bagi bank-bank asing yang beroperasi di Indonesia saya ingin

mengajak anda untuk bersama-sama kita berdayakan dan sejahterakan customerbase anda, karena disanalah sebenarnya terletak harapan keuntungan anda dimasadepan. Efisiensi yang anda miliki, yang menunjukkan profesionalisme anda sebagai

bankir, adalah sebuah modal untuk membangun customer base yang lebih

menjamin ketahanan kegiatan usaha anda dimasa yang akan datang. Dalam kaitanini, saya sangat memahami bahwa anda dalam banyak hal mengalami kondisi

persaingan yang mirip dengan prisoners» dillema. Secara individual bank, manfaat

yang anda terima sebagai yang pertama bergerak untuk membangun customerbase yang lebih makmur, belum tentu akan diikuti dengan langkah dan strategi

konstruktif yang sama oleh semua pelaku yang ada dalam industri. Absennya

mekanisme koordinasi ini telah menjadi concern kami, karena keadaan itudiujungnya dapat menimbulkan ≈kemacetan∆ yang mengganggu kenyamanan

semua partisipan di industri perbankan. Oleh karenanya, Bank Indonesia akan

menyediakan insentif yang sama bagi semua dan menjadi wasit yang adil untukmemastikan bahwa tidak ada satu pun dari anda keluar dari aturan main yang

kita bangun dan sepakati bersama.

Berpegang pada motivasi tersebut, dapat saya sampaikan 4 programkebijakan yang kiranya dapat menjadi guidelines dalam mengoptimalkan peran

perbankan dalam menjawab berbagai tantangan pembangunan ekonomi yang

tengah kita hadapi sat ini. Kebijakan ini terutama ditujukan kepada bank-bankumum milik asing, yang selama ini masih mengarahkan sebagian besar penyaluran

kreditnya kepada sektor konsumtif. Namun demikian, dalam penerapannya nanti

bukan berarti tidak ada bank-bank domestik yang menjadi obyek dari kebijakanini. ΩBank Indonesia akan tetap menerapkan kebijakan affirmative ini kepada

seluruh bank, dengan pembedaan bobot kewajiban sesuai dengan kondisi portfolio

pembiayaan dari masing-masing bank. Ω

Pertama, adalah kewajiban dari setiap bank untuk melakukan pembinaankepada pelaku usaha produktif di suatu wilayah ataupun sektor tertentu yang

selama ini memiliki potensi, namun belum dikembangkan secara baik. Proses

pembinaan tersebut diberikan seiring dengan penyaluran kredit usaha, baik dalambentuk modal kerja ataupun investasi, yang jumlahnya disesuaikan dengan prospek

dan kemampuan usaha pelaku usaha dimaksud. Rasio atau porsi jumlah kredit

dan debitur dalam pemenuhan kewajiban ini, nantinya akan dapat dihitung dengan

Page 79: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

75Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

mengacu pada beberapa indikator. Namun salah satu indikator penting yang

kiranya dapat digunakan adalah perbandingan relatif dengan jumlah kredit

konsumsi yang ada dalam portfolio bank. ΩBiaya yang dikeluarkan bank untukmelakukan pembinaan usaha ini dapat diperhitungkan sebagai dari cost of fundyang dapat diperhitungkan akan mampu ditanggung oleh debitur yang dibina,

ataupun sebagai bagian dari biaya operasional (biaya overhead) bank.

Kedua, kewajiban untuk menyalurkan kredit kepada sektor UMKM

produktif dalam suatu rasio atau porsi tertentu terhadap total kredit yang

disalurkan masing-masing bank. Kebijakan ini bukan sepenuhnya merupakankebijakan baru. Sebelum krisis, Bank Indonesia pernah menerapkan kewajiban

ini kepada perbankan nasional, yang dinilai cukup di dalam mendorong

pertumbuhan UMKM. Dengan memperhatikan berbagai pengalaman di waktulalu, kebijakan ini dipertimbangkan untuk kembali diterapkan dengan berbagai

penyempurnaan.

Ketiga, adalah kewajiban untuk menerapkan program Corporate SocialResponsibility bagi setiap bank dalam suatu rasio yang akan kita sepakati bersama.Terkait dengan hal ini, saya memiliki pandangan bahwa CSR industri perbankan

seyogayanya dapat terarah pada upaya-upaya strategis dalam proses pembentukanmasa depan bangsa. Dan salah satu bidang strategis yang terkait dengan masa

depan bangsa adalah bidang pendidikan. Saya berharap kontribusi perbankan ke

bidang ini melalui berbagai inovasi dan kreatifitas dalam program, akan dapatmemberikan kesempatan dan peluang bagi anak-anak bangsa di seluruh pelosok

Indonesia untuk mewujudkan mimpi mereka meraih kehidupan masa depan yang

lebih baik. ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

Dan yang keempat, adalah langkah Bank Indonesia untuk segeramenuntaskan kajian mengenai kemungkinan penurunan perhitungan Aktiva

Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) bagi Kredit Usaha Rakyat (KUR). Dari kajian

kami selama ini, terbuka kemungkinan untuk menurunkan ATMR jenis kredittersebut, mengingat telah adanya penjaminan oleh Askrindo, yang notabene

adalah BUMN. Dalam prakteknya, saat ini porsi penyaluran KUR yang tidak

dilindungi oleh Askrindo dan menjadi tanggungan pihak bank adalah sebesar30%. Dengan mengacu pada hal tersebut dan memperhatikan ketentuan

perhitungan ATMR yang berlaku saat ini, dimana kredit-kredit yang dijamin oleh

BUMN memiliki bobot risiko sebesar 50%, maka kami memperkirakan akan dapatsegera menyesuaikan perhitungan ATMR bagi penyaluran KUR menjadi sekitar

30 hingga 40%. Diharapkan dalam waktu yang tidak terlalu lama, ketentuan

yang terkait dengan kredit ini dapat segera kami keluarkan. Terbuka pula

Page 80: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

76 Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

kemungkinan perhitungan ATMR atas kredit UMKM yang dijamin oleh perusahaan

asuransi diluar Askrindo, sepanjang perusahaan asuransi tersebut dapat memenuhi

beberapa persyaratan yang akan kami tetapkan kemudian.

Dalam proses perumusan aturannya nanti, seperti biasa, kami akan selalu

bekerjasama dengan Bapak-Ibu sekalian, mendiskusikan berbagai langkah terbaik

yang dapat kita wujudkan bersama. Jalinan komunikasi yang telah begitu baikselama ini perlu terus kita pertahankan dan tingkatkan. Masyarakat perbankan

tidak perlu ragu untuk menyampaikan berbagai concern yang kiranya memerlukan

respon dari kami, tanpa harus menimbulkan kegaduhan yang tidak perlu diruangpublik. Saya meyakini, keempat langkah kebijakan tersebut akan dapat menjadi

pemicu proses pembentukan asset bangsa yang bersifat strategis bagi masa depan

kita bersama, termasuk industri perbankan. Perlu kiranya kita sepakat bahwamasa depan bangsa ini bukan terletak hanya di kota-kota besar yang didominasi

oleh kegiatan sektor non-tradable. Bangsa ini adalah bangsa yang harus bertumpu

pada potensi dan kekuatan sumber dayanya, yang saat ini masih terpinggirkan dipelosok-pelosok daerah. ΩOleh karena itu, jika kita, masyarakat perbankan, ingin

bertahan dan dapat terus meraih keuntungan dalam jangka panjang, maka tidak

bisa tidak potensi itulah yang harus dikembangkan dan dihantarkan meraihkemajuan.

2.2 Arah Pengembangan Industri BPR Sebagai Salah Satu PenopangKekuatan Ekonomi Lokal.

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Selanjutnya saya akan masuk pada pemikiran yang kedua, yaitu arah

kebijakan pengembangan industri BPR. Sebagaimana telah saya sampaikan pada

arahan saya tahun lalu, industri BPR perlu diredifinisikan dalam konteksnya untukmelayani dinamika kehidupan masyarakat kecil. Jika saat ini kita melihat bahwa

banyak BPR-BPR yang berada di pinggir-pinggir kota atau bahkan di tengah kota,

maka wajar kalau kemudian kita bertanya, apa yang salah dengan desa-desa kitasehingga BPR enggan kesana? Atau justru kita harus melihat dari sudut pandang

sebaliknya, apakah benar selama ini BPR mampu dan telah bersungguh-sungguh

dalam melayani masyarakat kecil di pelbagai pelosok desa?

Menemukan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan diatas bukan hal yang

sulit. Kita harus mengakui bahwa kondisi perekonomian masyarakat di desa-desa

memang masih banyak yang memprihatinkan. Di sisi lain dengan pendekatansebagai badan usaha komersial yang diterapkan saat ini, BPR menempuh jalan

Page 81: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

77Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

pintas dengan beroperasi seperti halnya bank umum untuk memperoleh

keuntungan. Padahal konsep awal yang mendasari masuknya BPR dalam industri

perbankan nasional telah mengarahkan agar industri BPR ini dapat beroperasisecara khusus, melayani segmen masyarakat yang khusus, dan memerlukan

perlakuan yang khusus pula.

Dari kacamata kami sebagai otoritas moneter, BPR adalah bank yang bukanpencipta uang giral, sehingga sejak awal pun BPR tidak kami tempatkan sebagai

bagian dari transmisi kebijakan moneter. ΩKekhususan operasional ini bertujuan

agar BPR lebih fleksibel masuk ke pelosok-pelosok daerah untuk melayanimasyarakat kecil yang memang menjadi tujuan keberadaannya. Dengan jumlahnya

yang lebih dari 10 kali lipat bank umum, seyogyanya BPR mampu menyebar ke

seluruh penjuru tanah air, tanpa harus terkonsentrasi Ωmasuk ke kota-kota besardan memiliki kecenderungan beroperasi seperti bank umum. ΩDari sudut pandang

sebagai otoritas perbankan, BPR bukan lah bank yang memiliki dampak sistemik

apabila terjadi permasalahan. Namun apabila banyak BPR yang gagal bersaingdengan bank umum karena tidak mampu memanfaatkan kekhususan-kekhususan

yang dimilikinya, maka kegagalan tersebut tentu akan dapat membebani sistem

perbankan secara signifikan. Ω

Terkait dengan perkembangan ini, Ωsuatu hal yang wajar kalau kemudian

Bank Indonesia merasa perlu untuk melakukan review terhadap kebijakan yang

ada selama ini dan kemudian memberikan respon, sesuai dengan konsep danprinsip-prinsip dasar yang kita telah sepakati bersama. Perlu kiranya saya tegaskan

kembali bahwa industri BPR dituntut untuk dapat lebih optimal dalam

melaksanakan peran dan fungsinya melayani masyarakat di pelbagai pelosokdaerah. Ia harus dapat kembali ke khittahnya memberikan dukungan kepada

upaya pemberdayaan kekuatan ekonomi lokal yang menjadi sasaran dan fokus

kegiatan usahanya. Lokalitas-lokalitas keekonomian yang tumbuh dan berakarpada nilai-nilai sosial budaya masyarakat setempat-lah yang seharusnya menjadi

lahan garapan industri BPR. Hal ini mengingat bahwa letak perbedaan yang

mendasar antara BPR dan bank umum, ada pada kemampuan BPR untuk masukmenjadi bagian peri kehidupan dan dinamika ekonomi masyarakat di

sekelilingnya. Oleh karena itu, pendekatan dan pola kegiatan operasional BPR

pun harus dapat mencerminkan kebiasaan, adat istiadat dan budaya darimasyarakat yang dilayaninya agar mereka merasa nyaman dan aman dilayani

oleh BPR. ΩDengan demikian, tidak akan dapat dihindari, kalau kemudian pola

operasional BPR adalah pola operasional yang bersifat customized, menyesuaikandengan target pasarnya.

Page 82: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

78 Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

Menyadari perlunya langkah-langkah redefinition and redirection atas arah

kebijakan pengembangan BPR di masa datang, terdapat beberapa pokok-pokok

inisiatif yang dapat kita tempuh dalam cakupan periode waktu 5 tahun ke depan.

1. Melakukan studi penelitian dan kajian secara mendalam terhadap kekuatan-

kekuatan ekonomi lokal yang lebih relevan untuk dilayani oleh BPR, dibandingkan

oleh Bank Umum. Dari hasil studi tersebut, BPR akan dapat merumuskan danmenyiapkan pola operasionalnya yang sesuai dengan kondisi masyarakat

setempat, Ωuntuk dapat memanfaatkan peluang di dalam meraih keuntungan.

2. Terkait dengan langkah diatas, saat ini secara internal Bank Indonesia tengah

menyiapkan pendirian sebuah pusat studi lembaga keuangan mikro atau MicroFinance Institute. Proses pendirian pusat studi ini akan kami lakukan bersama-

sama dengan berbagai pihak, termasuk dengan lembaga-lembaga internasional

yang memiliki pengalaman dan pengetahuan mendalam mengenai pembiayaanmikro seperti GTZ, Swisscontact dan IFC. Keberadaan pusat studi diharapkan

akan dapat mempertajam berbagai upaya yang selama ini telah dilakukan oleh

Pemerintah dan pihak-pihak lain di dalam mendorong pengembangan danpemberdayaan ekonomi masyarakat kecil di berbagai pelosok daerah dan

pedesaan.

3. Menyusun blueprint arah kebijakan BPR ke depan dengan mengikutsertakanberbagai pihak, terutama Pemerintah Daerah, untuk dapat mensinergikan

fungsi dan peran BPR di dalam mendukung penyediaan pembiayaan

pembangunan daerah/desa, bersama-sama dengan lembaga keuangan mikrolainnya yang telah ada saat ini. Dalam inisiatif ini, akan dikaji berbagai

kemungkinan kebijakan untuk menata kembali industri BPR sesuai potensi

ekonomi, sosial dan budaya masyarakat dimana BPR dinilai akan mampuberkembang dengan baik.

4. Mencari bentuk pendekatan pengawasan dan pengaturan yang paling sesuai

untuk diterapkan bagi industri BPR ke depan. Sejalan dengan perkembanganvariasi pola operasional BPR, maka peran BI sebagai otoritas harus pula

disesuaikan. BI harus tetap dapat berperan secara efektif dalam menjaga

kesehatan dan kekokohan industri BPR, tanpa harus menghambat kegiatanoperasional BPR yang masing-masing dapat berbeda satu sama lain. Dalam

kondisi industri seperti ini, prinsip pengaturan one size fits all tidak lagi dapat

diterapkan. Oleh karena itu, dalam proses pengaturan dan pengawasan BPR,terbuka kemungkinan Bank Indonesia akan mengikutsertakan pihak-pihak lain

yang benar-benar memahami kondisi operasional BPR yang ada di suatu

Page 83: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

79Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

wilayah, seperti pihak Pemda, LSM, konsultan dan pihak-pihak lainnya. Fungsi

dan peran Bank Indonesia sendiri ke depan akan lebih difokuskan Ωdalam

pemberian guidelines, rambu-rambu kehati-hatian serta gambaran kondisi dandinamika keseluruhan industri. ΩΩΩΩΩΩΩ

ΩΩΩ Ω

2.3 Langkah-langkah Dalam Upaya Mempercepat Pertumbuhan PerbankanSyariah

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Pemikiran terakhir di bidang perbankan adalah mengenai perbankan

syariah. Dalam upaya mendorong pertumbuhan industri syariah, pada tahun ini

perbankan syariah telah kami targetkan untuk mencapai jumlah aset sebesar 5%dari total aset perbankan secara keseluruhan. Dan sampai dengan tahun 2015,

kami mengharapkan pangsa pasar perbankan syariah akan dapat terus meningkat

hingga 15%. Tentu target ini adalah target yang cukup ambisius. Namunpenetapan target ini sebenarnya bukan lah hal yang mengada-ada. Kita

memerlukan pemicu bagi seluruh insan industri perbankan dan pihak-pihak lain

yang terkait untuk lebih bekerja keras dan berinovasi untuk mencapainya.Berdasarkan pemantauan kami dan dengan memperhatikan perkembangan

perbankan syariah di seluruh dunia, kami berkeyakinan bahwa potensi kekuatandan daya saing perbankan syariah di Indonesia untuk tumbuh dan berkembang

masih sangat besar. Seyogyanya, kita semua mampu melihat bahwa perbankan

syariah adalah sebuah produk dan jasa keuangan yang memiliki karakterΩ nilai-nilai universal yang adil, menguntungkan dan bermanfaat bagi siapapun yang

dilayaninya.

Mengacu pada kondisi saat ini, pencapaian target 5% dari total aset

perbankan boleh dikatakan masih merupakan tantangan yang besar bagi industrisyariah ini. ΩOleh karena itu, selain upaya-upaya dari industri syariah sendiri,

diperlukan kesamaan pandang dan kerjasama antara pelaku industri, Bank

Indonesia, Pemerintah, sertaΩ pihak-pihak terkait lainnya. Lebih dari itu,pengembangan industri perbankan syariah harus ditingkatkan dari domain agenda

Bank Indonesia dan pihak-pihak terkait lainnya menjadi agenda nasional.Ω Setiap

pihak memiliki perannya masing-masing yang harus dilaksanakan secara optimal,megacu pada agenda pencapaian tujuan yang telah disepakati bersama. Sebagai

agenda nasional, pengembangan perbankan syariah dapat ditempuh melalui

langkah-langkah sebagai berikut:Ω

Page 84: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

80 Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

i. Memberikan insentif, kemudahan atau fasilitas untuk menarik investor-investor

baruΩ

ii. Melakukan sosialisasi perbankan syariah intensif sehingga bukan hanya mampumemberikan pengetahuan tetapi juga mampu menggerakkan masyarakat pada

semua golongan/segmen/strata untuk menggunakan jasa keuangan/produk

perbankan syariah.Ω

iii. Melakukan pembinaan Pendamping UMK & Account Officer Bank Syariahdalam rangka meningkatkan kemampuan sektor riil yang diharapkan mampu

memperkuat sisi demandΩΩ pembiayaan perbankan syariah

iv. Memperluas ketelibatkan perbankan syariah dalam proyek-proyek pemerintah.Ω

v. Menyelesaikan dikeluarkannya ataupun diamandemennya beberapa ketentuanperundang-undangan yang kondusif dalam rangka mendukungΩ akselerasi

pengembangan perbankan syariah misalnya amandemen UU Perpajakan,

penyelesaian Undang Undang Perbankan Syariah, dan Undang Undang Sukuk.

Sementara itu, hingga beberapa tahun ke depan, Bank Indonesia akan

terus memberi perhatian yang lebih besar pada tiga hal utama untuk mendukung

pertumbuhan perbankan syariah, yaitu pertama, perihal permodalan. Permodalanyang kuat menjadi penting untuk menjaga pertumbuhan bank syariah berada

pada level yang cukup pesat namun sekaligus prudent. Ekspansi perbankan dan

pertumbuhan DPK yang pesat perlu diimbangi oleh sisi permodalannya sehinggabank syariah dapat tumbuh secara lebih sustainable dan prudent.

Kedua, SDM. Sebagai industri yang baru tumbuh dan berkembang,

kualitas sumber daya manusia perbankan syariah menjadi unsur yang kritikal dalamkeberhasilannya. SDM syariah dituntut untuk mempunyai profesionalisme dan

kompetensi yang, paling tidak, sama dengan perbankan konvensial agar dapat

memberikan bukti kepada masyarakat bahwa perbankan syariah adalah sebuahΩindustri yang mempunyai profesionalisme tinggi, menguntungkan, dan berpotensi

besar.Ω

Ketiga, cakupan pelayanan. Perluasan cakupan pelayanan dengan

pemberlakuan sistem «office channeling» telah memudahkan masyarakat untukmenabung di perbankan syariah yang terbukti cukup besar. Animo yang besar

dari masyarakat ini kemudianΩ kita sambut dengan perluasan cakupan officechanneling sehingga tidak hanya melayani kebutuhan masyarakat untukmenempatkan dana, namun juga kebutuhan terkait dengan pembiayaan. Kita

Page 85: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

81Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

pun melihat bahwa tingginya tuntutan kualitas pelayanan menuntut perbankan

syariah dapat menarik tenaga-tenaga terbaik yang ada di perbankan.

3. Inisiatif di Bidang Sistem Pembayaran Nasional

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Sementara itu di bidang sistem pembayaran, beberapa langkah kedepan

yang saya pandang penting dalam mendukung stabilitas sistem keuangan adalah

membuat sistem perbayaran nasional semakin bermanfaat bagi masyarakat dansemakin sesuai dengan international best practices. Dalam kaitan ini implementasi

Sistem Bank Indonesia Government √ Electronic Banking (BIG-eB) yang sudah

secara resmi diluncurkan pada akhir tahun lalu akan terus kami tingkatkan kualitasdan jangkauan pelayanan yang disediakannya. Dengan kualitas pelayanan yang

meningkat dan menjangkau seluruh Nusantara, diharapkan monitoring dan

transaksi keuangan Pemerintah Pusat dapat lebih efektif dan efisien sehinggamenunjang keseluruhan upaya kita mempercepat lagi pembangunan ekonomi

nasional.

Selain itu, saya juga melihat pentingnya untuk terus meningkatkan efisiensisistem BI-RTGS. Dalam kaitan ini rencana untuk meluncurkan BI-RTGS Versi 2.0

merupakan agenda penting terkait upaya kita membangun sistem pembayaran

nasional yang semakin handal, efektif dan efisien menyongsong integrasi ekonomiASEAN.

Selanjutnya, dalam 5 tahun kedepan, Bank Indonesia juga akan terus

mengupayakan peningkatan efektifitas dan efisiensi kegiatan pengedaran uangdengan kualitas yang baik ke daerah-daerah perbatasan Indonesia dengan negara-

negara tetangga. Penyediaan uang kartal dengan jumlah yang cukup dan kualitas

yang baik ini merupakan suatu upaya untuk mempertegas kehadiran simbol-simbolNegara Kesatuan Republik Indonesia di daerah-daerah perbatasan sehingga

memperkuat integritas teritorial negara-kebangsaan kita.

4. Inisiatif di Bidang Pemberdayaan Sektor Riil

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Sudah saya kemukakan pada bagian terdahulu bahwa Bangsa Indonesia

pada saat ini masih dihadapkan pada persoalan eksklusi sosial yang cukup

Page 86: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

82 Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

memprihatinkan. Ketika satu kelompok dalam masyarakat secara sistematik

terpinggirkan secara sosial-ekonomi sehingga kelompok itu merasakan sebuah

dahaga yang sangat mendalam untuk perbaikan hak-haknya atas kesejahteraan,atau yang oleh Amartya Sen disebut sebagai deprivasi sosial (social deprivation),maka pada titik itu kemiskinan sebagai sebuah entitas ontologis menjadi «ada».

Ditengah pasokan tenaga kerja yang berlimpah (unlimited supply of labor)persoalan eksklusi sosial terasa sedang menggugat makna kontrak sosial di negari

kita. Mereka yang berada di papan bawah dari piramida sosial ekonomi tentunya

merasa bahwa dunianya adalah dunia yang tidak terproteksi oleh kontrak sosialyang mereka masuki. Ada semacam ketidakamanan dan kecemasan eksistensial

pada diri mereka. Penjelasan yang paling masuk akal tentang jalan nasib mereka

adalah terbatasnya akses untuk melakukan mobilitas sosial-ekonomi keatas.Keterbatasan itu menimbulkan kehausan akan pintu-pintu yang lebih terbuka.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya ingin menegaskan keyakinan

saya tentang perlunya bank sentral untuk senantiasa mengambil jalan yang pro-

stabilitas, karena kebijakan seperti itu adalah kebijakan yang pro-poor. Belum adayang dapat secara meyakinkan mendebat pentingnya peran bank sentral sebagai

penjaga gawang stabilitas. Saya juga melihat bahwa Bank Indonesia masihmempunyai ruang yang cukup luas untuk mengoptimalkan instrumen-instrumen

kebijakan yang kami miliki dalam menjawab tantangan eksklusi sosial, khususnya

kebijakan yang terkait dengan fungsi KBI di daerah.

Dalam konteks itu, program Reorientasi KBI yang telah kami gulirkan dipertengahan 2007 lalu akan kami perkuat implementasinya. Manfaat KBI bagi

pemberdayaan dan percepatan pembangunan ekonomi di daerah, serta upaya

pengendalian inflasi di daerah, akan kami pertajam, yang semuanya berujungpada Indonesia yang lebih sosial-inklusif dan lebih siap memasuki Masyarakat

Ekonomi ASEAN 2015 . Termasuk dalam kaitan ini adalah pembukaan KBI di

daerah-daerah yang kami cermati sebagai lokalitas dengan pencapaian progresifdi segala bidang pembangunan √√politik, ekonomi, sosial dan budaya √√, serta

memiliki potensi untuk menjadi sumber-sumber pertumbuhan baru di Indonesia.

Untuk tahap pertama, kami akan segera membuka KBI di Propinsi Banten danGorontalo, dan membuka kembali KBI di Tegal dan Pematang Siantar.

Sementara itu, beberapa program kerja kedepan terkait KBI yang akan

secara bertahap segera kami implementasikan dapat saya sampaikan sebagaiberikut:

Page 87: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

83Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

Pertama, memperbaiki cakupan dan kualitas data statistik perekonomian

daerah yang dimiliki KBI koordinator dan melakukan integrasi pelaporan statistik

perekonomian daerah dalam rangka policy advisory. Dalam kaitan ini keseluruhaninformasi akan dikompilasi dalam Data Informasi Bisnis Indonesia yang dapat di

akses oleh seluruh elemen bangsa yang memerlukannya.

Kedua, mengembangkan riset-riset strategis ekonomi daerah terkaitpeluang dan potensi di sektor riil, kesiapan menuju MEA 2015, pencapaian MDGs,

dampak perubahan iklim dan penuruan kualitas lingkungan hidup dan ekosistem

pada perekonomian dan kualitas hidup masyarakat, jaringan produksi dandistribusi, struktur-perilaku-kinerja kegiatan produksi dan distribusi, dan

pengembangan modal sosial dan kultural.

Ketiga, meningkatkan peran fasilitasi / mediasi seluruh KBI terkait

intermediasi perbankan ke kelompok usaha mikro-kecil-menengah denganmemanfaatkan DIBI dan informasi yang dimiliki oleh BIK.

Keempat, melakukan analisis yang menyeluruh terhadap sumber inflasi

daerah, mengembangkan sistem deteksi dini inflasi daerah, berkoordinasi denganPemerintah Daerah terkait pengendalian inflasi daerah, dan memfasilitasi

pembentukan Tim Pengendalian Inflasi Daerah.

Kelima, dalam upaya membantu peningkatan kualitas SDM yang eratkaitannya dengan tingkat pendidikan dan literasi, Bank Indonesia akan

memperbaiki kualitas dan pemanfaatan perpustakaan di seluruh KBI dan

menjadikan perpustakan tersebut sebagai learning & cultural center bagimasyarakat luas di daerah kerjanya. Langkah ini adalah langkah yang relatif murah,

namun efektif di dalam meningkatkan fungsi perpustakaan KBI sebagai learningcenter, yang akan menyediakan berbagai sumber-sumber rujukan tidak saja bagimasyarakat luas tentang berbagai aspek ilmu pengetahuan, tapi juga menyediakan

rujukan bagi para entrepreneurs atau calon entrepreneurs di daerah. Tersedianya

business library yang memadai di era globalisasi ini selain akan dapat memperkuatkemampuan masyarakat di berbagai daerah beradaptasi dengan era ini juga dapat

membuka peluang bagi mereka yang kreatif, inovatif dan mandiri untuk mencari

jalan keluarnya sendiri agar dapat melakukan mobilitas sosial keatas. Sementaraitu terkait dengan fungsinya sebagai cultural center, perpustakaan KBI akan menjadi

tempat dimana sejarah sosial- budaya Negara Kebangsaan Indonesia serta

keragaman dan kearifan-kearifan lokal didalamnya, disimpan, dibaca, dipelajaridan dirayakan.

Page 88: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

84 Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

V. Penutup

Hadirin sekalian yang berbahagia

Demikian yang dapat saya sampaikan mengenai inisiatif-inisiatif strategis

yang akan diambil oleh Bank Indonesia tahun ini. Pada bagian akhir ini ijinkanlahsaya menyampaikan beberapa catatan penutup berikut ini.

Periode 5 tahun terakhir dalam perjalanan pembangunan ekonomi

Indonesia paska krisis adalah sebuah periode peralihan dari suatu kondisi dimanakita masih ada dalam cengkeraman krisis multidimensional menuju rekonsolidasi

pembangunan ekonomi yang memperkuat fondasi√fondasi kunci dari

perekonomian kita. Hasil dari proses rekonsolidasi tersebut saat ini telah mulaitampak dan karenanya sudah tiba saatnya bagi kita untuk beralih dari fokus-

fokus kebijakan yang semula kita pusatkan pada upaya pemulihan sendi-sendi

kehidupan perekonomian dan sosial dari suatu masyarakat yang sedangmenghadapi keadaan darurat yang cukup berat, kearah pemantapan sendi-sendi

tersebut. Karena itu dimasa-masa yang akan datang, sudah tiba saatnya untuk

sedikit demi sedikit mengurangi perhatian kepada langkah-langkah yang sifatnyarescue operations, dan meningkatkan perhatian pada upaya penataan ulang dari

kehidupan kita yang lebih memperhatikan hal-hal fundamental yang sifatnya

jangka panjang. Kedepan, kita menghendaki terwujudnya suatu kehidupanekonomi yang dapat bersaing dalam pertarungan global, dapat meningkatkan

kesejahteraan masyarakat luas, dan mampu mengadaptasi hal-hal yang merupakan

best-practices di dunia. Perwujudan kehidupan ekonomi yang demikian itumenuntut kita untuk konsisten, sabar dan persisten dalam mengambil langkah

perbaikan setiap kali ada peluang untuk melakukannya, sekecil apapun langkah

yang sedang diambil itu.

Dalam proses untuk dapat menjadi lebih antisipatif tersebut, terdapat

pula faktor baru yang akan terjadi dalam waktu dekat yang memerlukan perhatian

kita semua, yakni adanya suatu komitmen diantara pemerintah negara-negaraASEAN untuk menerapkan integrasi ekonomi di kawasan ASEAN pada tahun

2015. Secara formal, komitmen ini, yang dituangkan dalam suatu perjanjian yang

mengikat, akan membuat perekonomian negara ASEAN menjadi suatu satuanperekonomian yang terbuka, dalam bentuk free trade area. Bagaimanapun bentuk

akhirnya, kebijakan ekonomi nasional akan perlu disesuaikan dengan

perkembangan baru ini. Pemikiran dan langkah antisipatif perlu disiapkan karenasecara formal proses pembukaan pasar telah disepakati untuk berlaku pada tahun

Page 89: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

85Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

2015. Dengan perkembangan yang luas ini maka dunia perbankan juga dituntut

untuk melakukan langkah persiapan disamping juga melakukan serangkaian

perubahan dan perbaikan institusional, prosedural, teknis, aplikasi teknologi,pengembangan sumber daya manusia dan permodalan. Proses ini telah kita

lakukan bersama secara bertahap. Dalam perjalanannya kita juga senantiasa

memulai untuk mengaplikasikan international best-practices yang telah diterapkandi seluruh dunia.

Perkembangan yang telah meluas seperti yang telah saya kemukakan

tadi juga mempunyai implikasi internal terhadap Bank Indonesia sebagai salahsatu dari lembaga negara yang memiliki peranan khusus dalam kelangsungan

hidup Indonesia sebagai suatu negara kesatuan. Banyak penyesuaian interen yang

juga perlu dilakukan mengingat tantangan baru yang dihadapi. Berapa hal yangtelah menjadi perhatian adalah implikasi operasional dan organisasional Kantor-

Kantor Bank Indonesia di seluruh wilayah Nusantara.

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Dalam 5 tahun terakhir ini pula kita telah dihadapkan pada berbagaiperubahan-perubahan mendasar dalam dinamika perekonomian yang dalam

banyak aspeknya merupakan efek-efek turunan dari arus dahsyat globalisasi

ekonomi. Sebagai sebuah progresi peradaban, tidak ada satu negara pun di duniaini yang dapat menahan dan menutup diri darinya, alih alih menarik mundur

progresi tersebut. Perekonomian dunia seakan sedang dalam transisi yang semakin

cepat untuk menjadi satu pasar besar, yang seiring dengan itu menimbulkan ekses.

Ekses yang telah bersama-sama kita rasakan saat ini adalah pemanasan

global yang timbul karena limbah kegiatan produksi yang bertumbuh terlalu pesat

ketimbang kapasitas bumi untuk menyerapnya. Dampak dari ekses tersebut bagikita yang berada di negara sedang membangun tidak dapat kita hiraukan.

Pemanasan global telah menimbulkan perubahan iklim yang akhir-akhir ini

mengganggu upaya kita mempercepat pembangunan ekonomi. Kita tentu perlumenyikapi hal ini dengan sangat serius karena bagi mayoritas masyarakat kita

dampak dari perubahan iklim adalah meredupnya harapan tentang kehidupan

yang lebih baik yang selanjutnya menimbulkan kecemasan-kecemasan eksistensial.Kita juga perlu memastikan bahwa sebagai satu bangsa yang menjadi bagian dari

umat manusia secara keseluruhan, tidak ada kealpaan dari diri kita sendiri dalam

menjaga kelestarian lingkungan hidup yang merupakan bagian dari solusi pentingperubahan iklim.

Page 90: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

86 Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

Transisi perekonomian dunia menjadi pasar global juga memberi dampak

yang sangat luas terhadap perilaku manusia sebagai homo economicus. Kita telah

merasakan bermunculannya perubahan preferensi serta visi para pelaku ekonomidi era global ini tentang kehidupan yang mereka jalani. Dalam tataran analitis,

perubahan-perubahan tersebut seakan sedang menggugat validitas hubungan-

hubungan kausalitas antar besaran-besaran ekonomi. Berbagai teori yangsebelumnya kita pandang sebagai sebuah kebenaran, yang menjadi basis

pemangku kebijakan dalam merumuskan sebuah keputusan penting, ternyata

berangsur-angsur berubah menjadi sekumpulan mitos-mitos. Fenomena ini dapatmenimbulkan kegamangan bahkan bagi mereka yang telah makan asam-garam

kebijakan publik, terutama karena dalam menyikapi fenomena ini pemutus

kebijakan perlu senantiasa mendekonstruksi dan merekonstruksi berbagai asumsiyang mendasari perangkat-perangkat analisa mereka. Exercise yang demikian

mengandung banyak risiko, terutama karena keputusan kebijakan publik tidak

memberi kemewahan bagi para pemutusnya untuk melakukan eksperimentasiyang dapat diulang. Oleh karenanya, kesalahan dalam memilah asumsi-asumsi

mana tentang dunia yang kiranya paling tepat untuk dipilih dalam merumuskan

kebijakan dapat berdampak luas bagi kesejahteraan rakyat. Dalam konteks ini,kebijakan publik diujungnya adalah sebuah seni dalam memilah-milah asumsi

dan konsideran kebijakan yang prosesnya menuntut kearifan, kematangan, danyang terpenting: guts serta intuisi.

Hadirin sekalian yang berbahagia,

Globalisasi telah pula menyadarkan kita tentang pentingnya untuk

senantiasa menjadikan Indonesia sebagai suatu kemungkinan yang tidak absurd.Ketika republik ini didirikan, kita tahu bahwa hanya sedikit saja yang tidak bertanya-

tanya tentang kemungkinan yang tersedia baginya. Kita sadar, dan bapak-bapak

bangsa kita pun mengetahui, bahwa tidak banyak negeri yang memilikikemungkinan obyektif untuk tetap utuh sebagai negara modern, demokratis dan

terbuka, ditengah mozaik keragaman dan kontras yang mewarnainya. Tidak

banyaknya elemen-elemen subyektif yang dapat menjadikan negeri ini mungkinbagi keragaman dan kontras yang membentuknya, menorehkan sebuah pesan

yang kuat bahwa Indonesia sebagai sebuah kemungkinan tidak dapat berhenti

untuk diperjuangkan. Oleh karena itu meminjam dari seorang Indonesianis dariUniversias Cornell, Indonesia sebagai ∆an imagined community∆ adalah sebuah

proyek bersama (∆a common project∆), yang perlu terus kita perjuangkan dengan

Page 91: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

87Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

capaian-capaian positif di segala bidang kehidupan. Rasa malu terhadap kondisi

dan posisi negara-kebangsaan kita dalam tata pergaulan masyarakat internasional,

dan keprihatinan kita terhadap nasib generasi penerus dimasa datang, adalahprasyarat bagi keberhasilan kita dalam menggapai Indonesia yang kita cita-citakan.

10 tahun setelah krisis, setelah kita melalui berbagai masa peralihan, adalah saat

yang tepat bagi kita untuk mengisi dekade-dekade kedepan dengan kerja kolektifyang lebih keras lagi dalam semangat keadaban yang saling mendukung untuk

menguatkan kemungkinan yang tersedia bagi negeri yang didalamnya sarat akan

fondasi-fondasi yang penting bagi kemajuan peradaban umat manusia ini. NasihatMuhammad Hatta lebih dari 60 tahun lalu kiranya masih sangat relevan bagi kita

di awal Abad 21 ini:

≈Dengan perjuangan kita mencapai kemajuan!≈Dengan perjuangan kita mencapai kemajuan!≈Dengan perjuangan kita mencapai kemajuan!≈Dengan perjuangan kita mencapai kemajuan!≈Dengan perjuangan kita mencapai kemajuan!Saat peralihan yang kita hadapi sekarang ini baiklah kita pergunakan denganSaat peralihan yang kita hadapi sekarang ini baiklah kita pergunakan denganSaat peralihan yang kita hadapi sekarang ini baiklah kita pergunakan denganSaat peralihan yang kita hadapi sekarang ini baiklah kita pergunakan denganSaat peralihan yang kita hadapi sekarang ini baiklah kita pergunakan dengansebaik-baiknya, supaya kita dapat menanam bibit yang bagus bagi pohonsebaik-baiknya, supaya kita dapat menanam bibit yang bagus bagi pohonsebaik-baiknya, supaya kita dapat menanam bibit yang bagus bagi pohonsebaik-baiknya, supaya kita dapat menanam bibit yang bagus bagi pohonsebaik-baiknya, supaya kita dapat menanam bibit yang bagus bagi pohonsejarah bangsa kita dimasa datang.sejarah bangsa kita dimasa datang.sejarah bangsa kita dimasa datang.sejarah bangsa kita dimasa datang.sejarah bangsa kita dimasa datang.Saat yang penting inilah yang akan menentukan nasib kita sebagai bangsaSaat yang penting inilah yang akan menentukan nasib kita sebagai bangsaSaat yang penting inilah yang akan menentukan nasib kita sebagai bangsaSaat yang penting inilah yang akan menentukan nasib kita sebagai bangsaSaat yang penting inilah yang akan menentukan nasib kita sebagai bangsa

untuk berabad-abad lamanya.untuk berabad-abad lamanya.untuk berabad-abad lamanya.untuk berabad-abad lamanya.untuk berabad-abad lamanya.∆∆∆∆∆

Akhirnya, sebelum saya menutup uraian malam ini, ijinkanlah saya untuk

menyampaikan apresiasi kepada senior saya, yang mewakili generasi sebelumsaya, yaitu Bapak Rachmat Saleh,Rachmat Saleh,Rachmat Saleh,Rachmat Saleh,Rachmat Saleh, mantan Gubernur Bank Indonesia, yang karena

kepemimpinannya yang visioner telah membangun Bank Indonesia dan industri

perbankan Indonesia sebagai institusi-institusi ekonomi yang penting. BapakRachmat saleh adalah Gubernur Bank Indonesia yang secara sadar telah

mendorong upaya-upaya penguatan institusi dan membuka kesempatan untuk

perluasan wawasan serta kemampuan keterampilan kepada para pegawai baikdi dalam maupun di luar negeri. Pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang

menciptakan sebanyak mungkin penggantinya dan itulah yang dilakukan oleh

Pak Rachmat Saleh. Selanjutnya, Pak Rachmat saleh juga yang telah banyakmengingatkan kami untuk selalu menjaga keutuhan Bank Indonesia, sebagai

sebuah lembaga strategis dengan peran publik yang sangat penting di republik

ini, dan untuk selalu membuat lembaga ini lebih baik dalam menjalankan fungsinyasebagai public servant atau pelayan masyarakat. Hormat kami semua dari jajaran

Bank Indonesia termasuk para pimpinannya kepada Pak Rachmat Saleh. Kalau

Bapak masih ingat 15 tahun lalu ketika saya berbincang-bincang dengan Bapak

Page 92: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

88 Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

di Bethesda-Maryland, ketika itu saya mengatakan kepada Bapak bahwa Bapak

adalah ∆the living legend∆. Malam ini saya ingin menegaskan kembali pernyataan

saya itu bahwa Bapak akan selalu menjadi ∆the living legend∆ dalam perjalanansejarah Bank Indonesia. Semoga Bapak tetap diberi kesehatan sehingga tetap

dapat berkiprah bagi kemajuan Bank Indonesia dan perekonomian kita.

Sekali lagi, selamat Tahun Baru 2008. Marilah kita semua tetap bekerjakeras dan bekerja sama dalam semangat kemandirian yang saling mendukung

untuk memantapkan langkah bangsa ini menuju ke cakrawala jaman baru yang

lebih baik. Kita yakin bahwa Tuhan senantiasa bersama kita untuk meridhoi danmeringankan langkah kita menuju masa depan yang lebih baik.

Sekian dan terima kasih. Wassalamu»alaikum wr. wb.

Jakarta, 18 Januari 2008

GUBERNUR BANK INDONESIAGUBERNUR BANK INDONESIAGUBERNUR BANK INDONESIAGUBERNUR BANK INDONESIAGUBERNUR BANK INDONESIA

Burhanuddin Abdullah

Page 93: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

89Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

25 Basel Core principlesfor Effective BankingSupervision

ASEAN EconomicCommunity

Asset Liability Manage-ment (ALMA)

Asymmetric information

Balance sheet effect

Bank for InternationalSettlements (BIS)

Barriers to entry

Base money

BI-Rate

Bilateral Swap Arrange-ment (BSA)

Business Continuity Plan(BCP)

Capital Adequacy Ratio(CAR)

Dua puluh lima prinsip yang harus dipenuhi oleh sistempengawasan perbankan secara efektif menurut Basel Com-mittee on Banking Supervision

Masyarakat Ekonomi ASEAN. Merupakan sebuah kerjasamayang meliputi kerjasama politik, keamanan, ekonomi, dansocio-kultural yang erat antar negara-negara ASEAN dalamrangka mencapai perdamaian, stabilitas, dan kesejahteraanregional.

Kegiatan pengelolaan risiko yang timbul akibat adanya mis-match antara aset dan kewajiban bank

Informasi yang diterima oleh berbagai pihak namun dengantingkat kelengkapan ataupun keakuratan yang berbeda-bedabagi masing-masing pihak

Pengaruh satu variabel terhadap perekonomian yg dianalisismelalui perkembangan pos-pos neraca perusahaan

Sebuah organisasi internasional yang memfasilitasi kerjasamamoneter dan keuangan internasional dan berperan sebagaibank bagi bank sentral

Faktor-faktor yang membuat suatu usaha baru sulit bersaingdengan usaha-usaha lain yang telah terlebih dahulu ada

Uang kartal yang beredar di masyarakat plus simpanan padabank sentral

Suku bunga referensi yang ditetapkan oleh Bank Indonesiasetiap bulannya

Perjanjian/pengaturan hubungan antar dua negara untuksaling membantu menutup kebutuhan keuangan dari negarayang membutuhkan di saat negara dimaksud sedangmengalami gejolak dalam perekonomiannya, terutamagejolak nilai tukar.

Perencanaan mengenai bagaimana sebuah organisasi dapatkembali berfungsi dalam hal terjadinya sebuah bencanaataupun gangguan yang berkepanjangan

Ukuran permodalan bank yang dinyatakan sebagaiprosentase dari eksposur rata-rata tertimbang risiko bank

Daftar Istilah

Page 94: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

90 Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

Capital charge

Capital intensive

Carry trade

Co-movement

Chiang Mai Initiative

Compliance-based

Computable GeneralEquilibrium (CGE)

Consultative paper

Core Principles for Sys-temically ImportantPayment System (CP SIPS)

Credibility gain

Credit history

Critical mass

Cross-border capital flows

Cross-border financialflows

Modal yang harus disisihkan oleh bank untuk mengantisipasirisiko yang dihadapi bank

Usaha atau proses produksi yang kelangsungannya secarasignifikan didukung oleh sumber daya berupa modal

Sebuah strategi dimana seorang investor menjual mata uangyang mempunyai suku bunga yang relatif rendah danmenggunakan hasil penjualannya untuk membeli mata uangyang mempunyai suku bunga lebih tinggi

Sebuah gerakan yang menyertai gerakan hal lain

Kerjasama diantara negara-negara ASEAN+3 dalam rangkamenciptakan jejaring bilateral swap arrangements (BSA)guna mengatasi kesulitan likuiditas jangka pendek danmelengkapi kerjasama-kerjama keuangan internasional yangtelah ada sebelumnya

Dalam konteks pengawasan, merupakan konseppengawasan di mana penekanan diberikan pada tingkatkepatuhan bank terhadap peraturan otoritas

Model ekonomi yang menggunakan data ekonomi untukmengestimasi dampak perubahan kebijakan, teknologi,ataupun faktor-faktor lain pada sebuah ekonomi.

Paper yang ditulis oleh Bank Indonesia dan diedarkan keindustri perbankan untuk dimintakan tanggapannya. Papertersebut menyajikan gambaran penerapan Basel II danberbagai dampaknya.

Pedoman yang dibuat oleh Bank for International Settle-ments (BIS) bagi penyelenggara sistem pembayaran yangdianggap sistemik

Kepercayaan yang meningkat

Data historis yang dapat menggambarkan kecenderunganperilaku seseorang dalam membayar utang maupuntagihan-tagihan lainnya

Istilah untuk menggambarkan momentum dalam suatusistem sosial yang cukup besar sehingga momentum tersebutbergerak terus dan bahkan dapat bertambah besar

Perpindahan modal antar negara

Perpindahan dana antar negara

Page 95: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

91Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

De jure

E-money

Economies of scale

Economies of scope

Elements of continuity

EMBIG

Ex-ante

Fasilitas PembiayaanDarurat (FPD)

Fasilitas PendanaanJangka Pendek (FPJP)

Financial market deepen-ing

Financial-Social Account-ing Matrix (FSAM)

Berdasarkan hukum atau secara resmi

Alat pembayaran yang nilainya tersimpan dalam sebuahsistem/fasilitas. Contoh e-money yang sudah dikenal luasadalah phone-banking, internet banking, serta pembayaranmelalui kartu kredit, kartu debit maupun kartu ATM.

Gejala menurunnya biaya rata-rata per unit produk/jasa dalamjangka panjang dengan semakin besarnya skala usaha yangdigunakan

Gejala yang mirip dengan economies of scale, namun jikaeconomies of scale terkait dengan penurunan biaya akibatpeningkatan produksi dari satu jenis produk/jasa , makaeconomies of scope terkait dengan penurunan biaya sebagaiakibat dari produksi dari berbagai jenis produk/jasa

Elemen-elemen yang dibutuhkan untuk menjamin sebuahproses dapat berjalan secara berkesinambungan

Emerging Markets Bond Index Global merupakan indeks yangmencatat kembalian dari obligasi-obligasi dalam denominasidollar yang dikeluarkan oleh negara-negara berkembang.Pada saat ini Indeks dimaksud mencakup 132 instrumenutang dari 32 negara.

Istilah ekonomi untuk menggambarkan bahwa sesuatudidasarkan atas kejadian-kejadian yang akan terjadi di depan.Lawan dari ex-post

Fasilitas pembiayaan dari Bank Indonesia kepada bankbermasalah yang mengalami kesulitan likuiditas namun masihmemenuhi tingkat solvabilias yang ditetapkan oleh Bank In-donesia dan berdampak sistemik. Pemberian FPD didasarkanpada keputusan rapat Menteri Keuangan dan Gubernur BankIndonesia dan pendanaannya menjadi beban pemerintah.

Fasilitas Pendanaan dari Bank Indonesia kepada bank yanghanya dapat digunakan untuk mengatasi kesulitanpendanaan jangka pendek oleh bank.

Upaya untuk meningkatkan «kedalaman» pasar keuangan.Kedalaman pasar keuangan dapat dicapai melalui upayamenambah jenis instrumen investasi yang tersedia di pasarkeuangan.

Suatu alat analisis untuk melihat interaksi para pelaku di pasarkeuangan dan di sektor riil dg memanfaatkan alat analisamatriks dan tabel input output

Page 96: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

92 Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

First line of defense

First rate profes-sional

Foreign exchangeswap

Forward looking

Full-fledged

Global externality

Global imbalances

Global TradeAssessment Projec-tion (GTAP)

Gross income

Hedge funds

Hedging

Homo economicus

Idiosyncrasy

Inflasi IHK

Inflasi inti

Lapisan pertahanan yang pertama

Professional yang berkualitas tinggi

Instrumen pasar keuangan derivatif jangka pendek yang dapatdiperjualbelikan secara «over-the-counter» atau secara langsungantara dua pihak yang terlibat

Dengan memperrtimbangkan berbagai kemungkinan, proyeksi,dan keadaan di masa depan

Secara penuh

Dampak dari sebuah kegiatan yang dirasakan oleh masyarakat,perekonomian, maupun negara yang tidak terlibat atau terkaitsecara langsung dengan kegiatan tersebut

Keadaan dimana terdapat defisit transaksi berjalan yang besar diAmerika Serikat, dan sebaliknya, surplus transaksi berjalan dinegara-negara di Asia, Jepang, peng-ekspor minyak, maupunnegara-negara industri.

Data base yang diperlukan untuk melakukan analisa terkait denganperdagangan internasional

Pendapatan sebelum dikurangi pajak

Investment fund yang pada umumnya menggunakan instrumenkeuangan derivatif. Fund manager-nya pada umumnya dibayarsesuai dengan kinerja fund tersebut (disebut dengan performancefee). Hedge funds pada umumnya didirikan oleh berbagai privatepartnerships dan terbuka hanya untuk investor terbatas.

Sebuah strategi yang digunakan dalam kegiatan investasi yangdapat meminimalkan eksposur risiko terkait

Dalam Bahasa Inggris sering disebutkan sebagai Economic Man.Merupakan konsep yang mengatakan bahwa manusia adalahmahluk rasional yang dapat membuat berbagai keputusan untukmemenuhi kebutuhannya sebagai individu.

Karakteristik yang khas pada sesuatu

Inflasi yang perhitungannya dilakukan berdasarkan perubahanharga barang dan jasa kebutuhan masyarakat luas

Pada dasarnya adalah tingkat inflasi IHK setelah diluarkan bahanmakanan yang harganya sangat berfluktuasi (volatile foods), dan

Page 97: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

93Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

barang-barang yang harganya banyak ditentukan pemerintah (ad-ministered goods).

Kerangka kerja kebijakan moneter yang secara transparan dankonsisten diarahkan untuk mencapai sasaran inflasi beberapa tahunke depan. Sasaran inflasi tersebut secara eksplisit ditetapkan dandiumumkan.

Istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan kerangka kerjakebijakan moneter yang hanya mengadopsi sebagian unsur-unsurkerangka kerja ITF

Menyebabkan kenaikan harga (inflasi)

Proses asesmen kecukupan modal yang dilakukan oleh bank denganmempertimbangkan semua risiko yang dihadapinya. Proses inidilakukan dalam kerangka Basel II

Standar akuntansi internasional yang digunakan dalam rangka BaselII

Obligasi yang dianggap oleh lembaga pemeringkat bahwa pihakyang mengeluarkan obligasi tersebut dapat membayar kewajibannya.

Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah

Keringanan

Surat dari pemerintah suatu negara kepada International MonetaryFund (IMF) yang berisi rencana reformasi ekonomi negara tersebutyang dilakukan terkait dengan bantuan dari IMF.

Strategi akusisi perusahaan menggunakan dana yang diperolehdengan cara berhutang

Risiko terpengaruhinya nilai sebuah investasi akibat perubahan yangterjadi dalam pasar

Tindakan membuka jalan baru

Delapan sasaran yang telah disepakati oleh negara-negara anggotaPBB untuk dicapai pada tahun 2015. MDG terutama terkait denganpeningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup bagi negara-negarayang paling membutuhkan.

Keadaan dimana sesuatu hal kurang sejalan atau sebanding denganhal lain ataupun lingkungannya

Inflation Target-ing Framework(ITF)

Inflation Target-ing Lite

Inflatoir

Internal CapitalAdequacyAssessmentProcess (ICAAP)

InternationalAccountingStandards (IAS)

Investment grade

KPPOD

Leniency

Letter of Intent(LOI)

Leveraged buyout

Market risk

Meretas

MilleniumDevelopmentGoals (MDGs)

Misalignment

Page 98: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

94 Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

Suatu catatan sistematis dari seluruhtransaksi ekonomi antara penduduk Indonesia dengan bukanpenduduk Indonesia dalam jangka waktu tertentu.

Kredit yang telah gagal bayar

Barang-barang atau jasa-jasa yang tidak bisa atau sulitdiperdagangkan apabila jauh tempat dimana barang/jasa tersebutdiproduksi (terkait dengan kegiatan perdagangan internasional)

Skim untuk meningkatkan akses masyarakat ke produk perbankansyariah dengan cara memperbolehkan kantor cabang suatu bankkonvensional yang telah mempunyai unit usaha syariah (UUS) untukmelakukan pelayanan jasa dan produk syariah

Pasar atau industri dimana hanya ada beberapa penjual saja

Pasar atau industri dimana jumlah pembelinya hanya beberapa saja

Risiko terjadinya kerugian sebagai akibat dari proses internal maupuneksternal, sumber daya manusia, maupun sistem yang kurangmemadai.

Yang beredar di masyarakat

Kecepatan

Fenomena ekonomi dimana terdapat peningkatan investasi yangtidak diikuti oleh peningkatan penyerapan tenaga kerja yangsebanding

Dampak perubahan satu indikator thd indikator lainnya, biasanyaadalah dampak perubahan nilai tukar terhadap harga-harga (dalamkonsep/teori tentang inflasi)

Pengeluaran yang dilakukan oleh Pemerintah untuk membeli dan/atau membangun barang-barang modal atau infrastruktur yangbersifat jangka panjang (Capital Expenditure)

Tidak tahan lama

Pemberian masukan terkait dengan kebijakan

Kehidupan bermasyarakat yang terorganisasi dan memiliki bentukpemerintahan yang spesifik (dari bahasa latin: politia)

Kemiskinan yang disebabkan oleh berbagai hal diluar kekuasaanseseorang atau sekelompok masyarakat sehingga membuat orang

NeracaPembayaranIndonesia (NPI)

Non-performingloans

Non-tradable

Office channeling

Oligopoli

Oligopsoni

Operational risk

Outstanding

Pace

Paradox ofgrowth

Passthrougheffects

PembentukanModal TetapBruto (PMTB):

Perishable

Policy advisory

Polity

Poverty trap

Page 99: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

95Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

atau kelompok masyarakat tersebut sulit keluar dari kemiskinantersebut

Peraturan Pemerintah yang mengubah peraturan pemerintahsebelumnya perihal Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah.Pada dasarnya, PP No. 33 Tahun 2006 menetapkan bahwa piutangBUMN/BUMD bukan piutang negara dan dapat dikelola menurutkaedah-kaedah perusahaan yang sehat.

Skenario dalam game theory dimana terdapat dua pihak dan masing-masing pihak mempunyai pilihan untuk saling bekerja sama atausaling mengkhianati. Skenario tersebut untuk menggambarkanperilaku manusia dalam usaha mendapatkan hasil yang terbaik bagidirinya dan dapat tidaknya manusia dapat mempercayai manusialain yang juga menghadapi situasi dan mempunyai kepentingan yangsama.

Perusahaan yang berspesialisasi dalam mendanai usaha baru maupunmelakukan akusisi terhadap perusahaan yang telah ada

Merupakan kegiatan pinjam meminjam dana antara satu bankdengan bank lainnya. Dalam hal ini, bank yang kelebihan dana akanmeminjamkan dana kepada bank yang kekurangan dana denganmemberikan kompensasi tingkat suku bunga tertentu

Kerjasama antara pemerintah dan swasta dalam pengelolaan maupunpendanaan sebuah usaha

Perusahaan milik pemerintah yang mempunyai tugas khusus dancenderung bersifat monopoli

Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui dampak dari penerapanbasel II terhadap permodalan bank

Sistem setelmen pembayaran yang beroperasi secara gross dan real-time (melalui proses elektronis) dimana rekening anggota sistemdapat di debit maupun kredit beberapa kali dalam satu hari sesuaidengan perintah pembayaran maupun pembayaran yangditerimanya.

Kebijakan yang bertujuan untuk lebih menyeimbangkan uang yangditerima si kaya dan si miskin dalam suatu perekonomian

Hubungan antara bank dengan debitur yang sedemikian rupasehingga kedua belah pihak mendapat manfaat dalam pemberiankredit dari bank ke debitur

Kegiatan mencari keuntungan bukan melalui perdagangan dan

PP No. 33 Tahun2006

Prisoner»sDilemma

Private equity

PUAB (PasarUang Antar Bank)

Public PrivatePartnership (PPP)

Public SectorEntities (PSE)

QuantitativeImpact Study(QIS)

Real Time GrossSettlement(RTGS)

Redistributiveincome policy

Relationshiplending

Rent seeking

Page 100: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

96 Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

Return on Assets(ROA)

Risk-based supervi-sion

Risk free instru-ments

Risk transfer

Second roundeffects

Sekuritisasi aset

Self-RegulatingOrganization (SRO)

Single PresencePolicy (SPP)

Sistem KliringNasional BankIndonesia (SKNBI)

Small MediumEntities (SME)

Smoothing

Soveriegn WealthFunds (SWF)

penciptaan nilai tambah, namun melalui manipulasi lingkunganekonomi ataupun hukum

Indikator profitabilitas sebuah bank atau perusahaan relatifterhadap aset total

Kerangka kerja pengawasan yang menilai bank darikemampuannya untuk mengelola risiko dan melakukan pricingyang tepat dari risiko-risiko yang dihadapinya.

Instrumen investasi yang bebas dari risiko tidak bisa membayarpokok maupun bunga

Upaya mitigasi risiko melalui pengalihan risiko melalui cara, antaralain, sekuritisasi aset

Dampak lanjutan

Penerbitan surat berharga oleh penerbit Efek Beragun Aset (EBA)yang didasarkan pada pengalihan aset keuangan dari kreditur asalyang diikuti dengan pembayaran yang berasal dari hasil penjualanefek beragun aset kepada pemodal

Organisasi yangƒsampai batas-batas tertentuƒdapat melakukanpengaturan terhadap industri dimana organisasi tersebut berada

Kebijakan Bank Indonesia yang menyatakan bahwa setiap pihakhanya dapat menjadi Pemegang Saham Pengendali (PSP) bagi satubank umum di Indonesia. Kebijakan ini diambil dalam rangkamendorong konsolidasi perbankan Indonesia dan meningkatkanefektivitas pengawasan bank.

Sistem kliring nasional yang diselenggarakan Bank Indonesia yangmencakup setelemen kliring debit dan kredit bagi seluruh bankumum

Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

Pengurangan gejolak yang ada

Fund yang dimiliki oleh sebuah negara yang terdiri dari aset-asetfinansial seperti saham, obligasi, dan instrumen lainnya. Fundsemacam ini didirikan dengan berbagai tujuan, antara lain, untukmengurangi volatilitas pendapatan pemerintah, mengurangidampak buruk dari siklus ekonomi terhadap keuangan pemerintah,maupun pencadangan dana untuk keperluan ke depan.

Page 101: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

97Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

Spread

Stress-testing

Sub-prime mort-gage

Sudden reversal

Trickle up economy

Tangible

Tim FasilitasiPercepatanPemberdayaanEkonomi Daerah(TFPPED)

Underlying

Universal banking

Volatile foods

Wealth creation

Welfare state

Yield curve

Selisih

Tes yang dilakukan untuk mengevaluasi ketahanan perbankanterhadap gejolak-gejolak perekonomian tertentu

Kredit kepemilikan rumah yang diberikan kepada debitur yangmempunyai sejarah kredit yang kurang baik ataupun tidak mampumembuktikan bahwa debitur mempunyai penghasilan yang cukupuntuk membayaran cicilan bulanan. Kredit semacam ini padaumumnya akan mempunyai tingkat suku bunga di atas tingkat sukubunga pasar.

Pembalikan yang tiba-tiba

Teori ekonomi yang menerangkan gejala dimana kekayaan mengalirdari masyarakat miskin ke masyarakat kaya

Mempunyai wujud fisik. (Lawannya adalah intangible = tidakmempunyai wujud fisik)

Task force yang dibentuk oleh Bank Indonesia di daerah-daerah yangtterdiri dari unsur Pemda, Bank Indonesia, asosiasi perbankan danasosiasi dan organisasi lain terkait. Task force tersebut bertujuan untukdapat mendukung peran intermediasi perbankan dalam akselerasisektor riel melalui forum-forum koordinasi.

Merupakan suatu instrumen keuangan yang nilainya menjadi dasardari besarnya cash flow yang diterima oleh instrumen atau transaksiturunannya

Sistem perbankan yang cakupan pelayananannya selain mencakupsimpan dan pinjam juga mencakup investment banking

Jenis-jenis makanan yang harganya sangat berfluktuasi, misalnyaberas, cabe, dan produk-produk pertanian lainnya.

Proses penciptaan kekayaan

Istilah untuk mendiskripsikan sebuah sistem kenegaraan yangbertanggung jawab untuk menyediakan kesejahteraan bagi warganya

Kurva yang menggambarkan hubungan antara tingkat suku bungadan jangka waktu sebelum jatuh tempo untuk seorang debitur danmata uang tertentu.

Page 102: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

98 Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

17 Februari 2003

1 Agustus 2003

15 September 2003

24 Desember 2003

30 Desember 2003

9 Januari 2004

15 Januari 2004

Januari 2004

20 Desember 2004

10 Januari 2005

20 Januari 2005

Kronologis Events Terkait dengan Kebijakan Penting di Bidang Moneter, Perbankandan Sistem Pembayaran selama 2003-2007

Tanggal Kebijakan

Penandatanganan Bilateral Swap Arrangement senilai $ 3 miliar antaraBank Indonesia dan Bank Sentral Jepang.

Pemerintah dan Bank Indonesia menandatangani Kesepakatan BersamaMengenai Penyelesaian BLBI serta hubungan Keuangan Pemerintah danBank Indonesia, sebagai tindak lanjut dari Keputusan DPR RI 3 Juli 2003.

Inpres No. 5 Tahun 2003 tentang Paket Kebijakan Ekonomi Menjelangdan Sesudah Berakhirnya Program Kerjasama Dengan InternationalMonetary Fund (IMF). Program stabilisasi makro ekonomi disusun secarakomprehensif yang dituangkan dalam white paper sebagai salah satubentuk penerapan unsur transparansi atas komitmen dan akuntabilitasdalam melaksanakan program pembangunan pasca keluar dari IMF

Penandatanganan Bilateral Swap Arrangement senilai $ 1 miliar antaraBank Indonesia dan Bank Sentral Korea Selatan.

Penandatanganan Bilateral Swap Arrangement senilai $ 1 miliar antaraBank Indonesia dan Bank Sentral China.

Peluncuran Arsitektur Perbankan Indonesia (API) yang merupakanlandasan dan arah kebijakan perbankan dalam jangka panjang.

Pengesahan UU No. 3/2004 tentang Perubahan atas UU No. 23/1999tentang Bank Indonesia.

Penerapan kerangka kerja moneter Inflation Targeting Lite (ITL) secaraimplisit.

Penandatanganan Surat Keputusan Bersama (SKB) Kejaksaan AgungRepublik Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia dan BankIndonesia tentang Kerjasama Penanganan Kasus Tindak Pidana diBidang Perbankan.

Peraturan Bank Indonesia (PBI) diterbitkan meliputi ketentuan mengenaiPinjaman Luar Negeri Bank.

Peraturan Bank Indonesia (PBI) diterbitkan meliputi ketentuan mengenaiPenilaian Kualitas Aktiva Bank Umum; Batas Maksimum PemberianKredit Bank Umum; Prinsip Kehati-Hatian Dalam Aktivitas SekuritisasiAset Bagi Bank Umum; Perlakuan Khusus Terhadap Kredit Bank UmumPasca Bencana Di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Dan KabupatenNias, Propinsi Sumatera Utara; Transparansi Informasi Produk Bank danPenggunaan Data Pribadi Nasabah; serta Penyelesaian PengaduanNasabah.

No.

Page 103: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

99Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

Tanggal Kebijakan

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

27 April 2005

5 Juli 2005

5 Juli 2005

29 Agustus 2005

30 Agustus 2005

22 September 2005

28 Desember 2005

30 Desember 2005

7 Juli 2006

12 Oktober 2006

8 Desember 2006

Paket Kebijakan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah melalui upayameningkatkan intensitas intervensi di pasar valas, menaikkan maksimumsuku bunga penjaminan simpanan valas, dan memperketat ketentuanPosisi Devisa Neto (PDN) bagi perbankan.

Penerapan kerangka kerja moneter Fully Fledged Inflation TargetingFramework, ditandai dengan diumumkannya secara eksplisit suku bungakebijakan, BI Rate, kepada publik.ΩDewan Gubernur memandangpenetapan suku bunga tersebut dapat mengendalikan tingkat inflasike arah sasaran inflasi jangka menengah sekaligus kondusif untukmemelihara momentum pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggidewasa ini.

Paket Kebijakan tentang pemenuhan kebutuhan valas Pertamina olehPemerintah serta manajemen permintaan valas dan kewajiban repatriasiDevisa Hasil Ekspor (DHE) bagi BUMN

Penerapan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI).

Paket Kebijakan tentang penyediaan fasilitas swap hedging untuk utangluar negeri, investasi prasarana dan ekspor, pemberlakuan intervensivalas dengan instrumen swap jangka pendek, pelarangan transaksimargin trading, serta pengawasan intensif terhadap bank atas transaksivalas yang tidak disertai dengan underlying transactions.

Pendirian Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Peraturan Menteri Keuangan (PMK) dan Peraturan Bank Indonesia (PBI)mengenai penyediaan Fasilitas Pembiayaan Darurat (FPD)

Keputusan Bersama Gubernur Bank Indonesia, Menteri Keuangan danKetua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan tentangPembentukan Forum Stabilitas Sistem Keuangan (Forum SSK).

Pemerintah bersama-sama dengan Bank Indonesia mengeluarkan PaketKebijakan Sektor Keuangan (PKSK) untuk mengembangkan infrastrukturkeuangan, meningkatkan akses pembiayaan, dan memperkuat strukturkeuangan.

Bank Indonesia atas nama Pemerintah Republik Indonesia secara efektiftelah melunasi seluruh pinjaman kepada IMF di bawah skim ExtendedFund Facility (EFF).

Penandatanganan nota kesepahaman mengenai Kerjasama dalamRangka Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi antara Bank Indonesiadan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

No.

Page 104: Daftar Isi - bi.go.id file1.1.Perubahan di Pasar Keuangan Global 38 1.2.Perubahan di Pasar Barang Dunia 41 1.3.Eksklusi Sosial-Ekonomi 42 1.4.Persistensi Inflasi 46 1.5.Daya Saing

100 Pertemuan Tahunan Perbankan 2008

Tanggal KebijakanNo.

23.

24.

25.

26.

27.

28.

Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor9/6/PBI/2007 dan 7/2/PBI/2005 untuk meningkatkan peran perbankandalam pembiayaan sektor riil.

Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2006 memperolehpendapat Wajar Tanpa Pengecualian dari BPK-RI. Perolehan pendapatWajar Tanpa Pengecualian tersebut merupakan pencapaian ke-4 kalinyadalam empat tahun terakhir ini.

Gubernur Bank Indonesia, Menteri Keuangan dan Ketua DewanKomisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menandatanganiKeputusan Bersama tentang Pembentukan Forum Stabilitas SistemKeuangan (SKB), yang merupakan perubahan dari SKB yang telahditandatangani oleh Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia, danKetua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan pada tanggal30 Desember 2005. Pembentukan FSSK ini merupakan tindak lanjutPasal 31 Nota Kesepakatan antara Menteri Keuangan dan GubernurBank Indonesia tanggal 17 Maret 2004 mengenai ketentuan dan tatacara pengambilan keputusan mengenai kesulitan keuangan bank yangberdampak sistemik, pemberian Fasilitas Pembiayaan Darurat (≈FPD∆),dan sumber pendanaan yang berasal dari Anggaran Pendapatan danBelanja Negara.

Gubernur Bank Indonesia (BI) dan Ketua Dewan Komisioner LembagaPenjamin Simpanan (LPS) menandatangani Nota Kesepakatan sebagaibagian dari upaya untuk memperkuat Jaring Pengaman SektorKeuangan (JPSK) dalam rangka memelihara stabilitas sistem keuangan.

Peluncuran Data Informasi Bisnis Indonesia.

Peluncuran Bank Indonesia Government Electronic Banking (BIG-eB).

30 Maret 2007

8 Mei 2007

29 Juni 2007

29 Juni 2007

2 Juli 2007

27 Desember 2007