Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini...

60
Daftar Isi Kata Pengantar Bab 1. Pendahuluan Bab 2. Evolusi Penguatan Pengawasan Perbankan Pengawasan Pra RBS Unsur Sensitivitas Pasar Reorganisasi Pengawasan Bank Tugas Penting Lainnya Bab 3. Membangun Sistem Pengawasan Yang Efektif (25 BCP) Pentingnya 25 BCP Tiga Kewenangan Utama Lembaga Pengawas Bank Kewenangan di Bidang Perijinan Kewenangan di Bidang Pengaturan Kewenangan di Bidang Pengenaan Saksi BCP Bukan Tongkat Sihir Bab 4. Mengenal Perilaku Bank Yang Diawasi (Know Your Bank) Prinsip Dasar KYB Aspek-Aspek Utama Dalam Penerapan KYB Bab 5. Merancang Sebuah Perencanaan Pengawasan Bank (Supervisory Plan) Identifikasi Profil Risiko Dua Prinsip Utama Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | i Oleh: Humas Bank Indonesia 2010 ............................................................. iii ..................................................... 1 .................................. 7 ....................................... 9 .................................. 13 ..................... 14 .................................... 17 .................................... 25 .......................................... 26 ............................... 29 ..................... 31 ................. 33 ....... 37 ................................. 38 ..................... 43 ............................................ 44 ... 46 ......... 53 .................................... 55 ........................................... 56

Transcript of Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini...

Page 1: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

Daftar Isi

Kata Pengantar

Bab 1. Pendahuluan

Bab 2. Evolusi PenguatanPengawasan PerbankanPengawasan Pra RBSUnsur Sensitivitas PasarReorganisasi Pengawasan BankTugas Penting Lainnya

Bab 3. Membangun Sistem PengawasanYang Efektif (25 BCP)Pentingnya 25 BCPTiga Kewenangan UtamaLembaga Pengawas BankKewenangan di Bidang PerijinanKewenangan di Bidang PengaturanKewenangan di Bidang Pengenaan SaksiBCP Bukan Tongkat Sihir

Bab 4. Mengenal Perilaku BankYang Diawasi (Know Your Bank)Prinsip Dasar KYBAspek-Aspek Utama Dalam Penerapan KYB

Bab 5. Merancang Sebuah PerencanaanPengawasan Bank (Supervisory Plan)Identifikasi Profil RisikoDua Prinsip Utama

Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | i

Oleh:

HumasBank Indonesia

2010

............................................................. iii

..................................................... 1

.................................. 7....................................... 9

.................................. 13..................... 14

.................................... 17

.................................... 25.......................................... 26

............................... 29..................... 31

................. 33....... 37

................................. 38

..................... 43............................................ 44

... 46

......... 53.................................... 55

........................................... 56

Page 2: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

Menyusun Perencanaan PengawasanBank RBS

Bab 6. Pengawasan Bank PunPunya Quality AssurancePembentukan Forum PanelEmpat Forum PanelEmpat Agenda Perbaikan

Bab 7. Menuju BudayaPengawasan Bank Yang Lebih Etis

Bab 8. Ini Dia, Wajah SDM & OrganisasiPengawasan BankMencetak Kader Pengawasan BankProfil Organisasi Pengawasan Bank

Daftar Istilah

Kata Pengantar

Undang-Undang Bank Indonesia mengamanatkanbahwa fungsi pengawasan terhadap bank-bank yangberoperasi di Indonesia dilakukan oleh Bank Indonesia.Tujuan utama dari pelaksanaan pengawasan ini untukmenjaga agar stabilitas sistem keuangan dan perbankantidak terganggu. Upaya menjaga stabilitas merupakan halpenting mengingat sebagian besar dana yang dikelola bankmerupakan dana masyarakat yang disimpan hanya atasdasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agarkepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dandiawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti kaidah-kaidahpengelolaan bank yang aman dan benar.

Proses pengawasan yang dilakukan Bank Indonesiadalam prakteknya bersifat langsung dan tidak langsung.Pengawasan langsung (on site supervision) adalah penga-wasan dengan cara melakukan pemeriksaan langsung kebank yang bersangkutan yang disertai dengan tindakan-tindakan perbaikan. Sedangkan pengawasan tidak langsung(off site supervision) adalah kegiatan pemantauan operasionalbank yang dilakukan melalui analisis terhadap seluruhlaporan yang disampaikan bank kepada Bank Indonesia.

Untuk menciptakan pengawasan bank yang lebihefektif bagi dunia perbankan, Bank Indonesia yang sejakawal telah diberikan amanat untuk mengawasi bank, telahmenerapkan prinsip-prinsip utama pengawasan bank denganmetode pengawasan yang menitikberatkan pada beberapaaspek utama. Seiring dengan pesatnya perkembangan duniakeuangan dan perbankan yang didukung dengan kemajuandalam bidang sistem informasi dan teknologi, maka prinsipdan metode pengawasan tersebut juga terus mengalamipenyesuaian. Ini dimaksudkan agar setiap aspek dan potensipenyimpangan yang mungkin terjadi, dapat diketahui lebihdini sehingga kepercayaan dan stabilitas sistem perbankantetap terjaga.

ii | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | iii

......................................................... 60

............................. 67

............................. 70......................................... 74

................................ 76

.............. 79

.......................................... 89................ 93................ 97

............................................................... 103

Page 3: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

Buku ini mencoba menguak berbagai hal mengenaiproses pengawasan yang selama ini dilakukan BI. Padabagian awal dibahas mengenai proses evolusi dalam sistempengawasan yang diterapkan BI. Lalu dilanjutkan dengankomitmen BI menerapkan 25 BCP guna menjaminterlaksananya sistem pengawasan yang efektif. Buku inijuga membahas hal-hal lain seperti bagaimana mengenalperilaku bank yang diawasi, bagaimana merancang sebuahperencanaan pengawasan bank (supervisory plan), danmasalah quality assurance dalam pengawasan bank. Darisisi internal pengawas bank, juga dikemukakan mengenaiupaya BI menuju budaya pengawasan bank yang lebih etis,serta paparan mengenai wajah SDM & organisasipengawasan bank di Bank Indonesia.

Kehadiran buku ini tidak lepas dari peran dansumbangan berbagai pihak, khususnya rekan-rekan yangada di Humas Bank Indonesia dan Direktorat PengawasanBank, Bank Indonesia. Oleh karena itu, apresiasi dan ucapanterima kasih disampaikan kepada Difi A. Djohansyah,Harymurthy Gunawan, Triyono, Enrico Harianto, YantiSetiawan, Kahfi Zulkarnaen, M. Jufrin, Sotarduga Napitupulu,M. Ismail Riyadi, Adimukyo Mardjikoen, Irman Robinson,Masagus Abdul Aziz, dan Rio Wardhanu. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Herianto Lingga yang telahmembantu menyederhanakan gaya penulisan buku ini agarmudah dipahami oleh masyarakat awam yang kurangmemahami masalah-masalah teknis perbankan. Juga ucapanterima kasih disampaikan kepada berbagai pihak yang tidakdapat kami sebutkan satu persatu dalam buku ini.

Tak ada gading yang tak retak. Demikian bila dengankehadiran buku ini, masih jauh dari kesempurnaan. Karenaitu, berbagai saran dan kritikan bagi perbaikan isi buku inike depan sangat diharapkan dari semua pihak.

Humas Bank Indonesia

Jakarta, Juni 2010

BAB 1PENDAHULUAN

Reputasi bisa dibuat dalam sekejap,tapi karakterlah yang akan menjaganya

agar bertahan seumur hidup

(Anonim)

iv | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 1

Page 4: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

Tapakan langkah membangun sebuah sistempengawasan bank yang ideal adalah sebuah perjalanansejarah. Terkadang goresan sejarah itu ditoreh dengan tintaemas tatkala sistem pengawasan bank yang diberlakukanmampu menjaga kinerja bank tetap baik dan kondisinyasehat walafiat. Namun tatkala begitu banyak gonjang-ganjingdi sektor perbankan seperti ketika krisis perbankan padatahun 1997/1998, inilah masa kelam dalam catatan sejarahpengawasan bank. Ya, betapa tidak, bila sebagian besarorang di negara ini mencibir dan berpendapat bahwapengawasan bank oleh BI payah.

Pasang surut dalam upaya membangun sistempengawasan yang handal pun terus dilakukan. Perkem-bangan jaman dan teknik dalam mengawasi bank yangberlaku umum (best practice) di seantero jagad pun ikutmenjadi bahan referensi. Misalnya, ketika Bank forInternational Settlement (BIS) yang bermarkas di Swissmerilis sistem pengawasan berbasis risiko (Risk BasedSupervision) tahun 1997, Bank Indonesia pun memper-timbangkan untuk juga merujuk model baru pengawasantersebut. Hal itu terlihat ketika dalam sistem pengawasanbank di dalam negeri mengimbuhi unsur “S” yang berartisensitivitas pasar dalam perhitungan CAMEL bank.

Unsur sensitivitas pasar ini adalah item baru dalammemperhitungkan risiko sebuah bank yang selama ini hanyamelulu memperhatikan risiko kredit. Inilah awal tapakanlangkah dalam memperkuat sistem pengawasan bank didalam negeri. Tahapan monumental dan dapat juga dikatakansebuah revolusi pengawasan bank adalah ketika BImemberlakukan sistem pengawasan berbasis risiko (RBS)di tahun 2005. Metode baru pengawasan bank yang digagas

BIS ini benar-benar merubah paradigma dalam sistempengawasan bank. Mengapa demikian? Sebab, elemenyang selama ini tidak pernah diperhatikan dan diperhitungkandalam profil risiko sebuah bank, kini justru menjadi salahsatu elemen kunci.

Elemen kunci RBS adalah ketika Pengawas Bankmemahami betul profil dan potensi risiko yang dihadapisebuah bank. Disinilah seorang Pengawas Bank dituntutuntuk mengenal lebih jauh akan bank yang diawasi. Segalaaspek yang terkait dengan bank dan berpotensi akanmembuat bank itu mengalami masalah di kemudian hari,menjadi unsur yang diperhatikan cermat oleh PengawasBank. Dengan model pengawasan RBS, strategi penga-wasan yang disusun dan dijalankan oleh Pengawas Bankmenjadi komprehensif, atau boleh dibilang tidak ada halyang terkait dengan bank yang lolos dari teropong pengawas.

Setelah uji coba selama 4 (empat) tahun, model RBSpun diketok resmi sebagai metode pengawasan di BI melaluiKeputusan Dewan Gubernur BI, tanggal 9 Juni 2009. Modelpengawasan RBS ini merujuk panduan 25 Basel CorePrinciples (BCP) yang dikeluarkan oleh Bank for InternationalSettlement (BIS). 25 BCP adalah panduan bagi PengawasBank ketika melakukan pengawasan tidak langsung (off-site supervision) dan pengawasan langsung (on-sitesupervision). Seiring perkembangan sektor perbankan danpasar keuangan, model pengawasan RBS pun mengalamiberbagai penyempurnaan di sana-sini. Inti dari RBS iniadalah agar Pengawas Bank lebih mengenal bank yangsedang diawasi (know your bank) sebelum membuat profilrisiko yang menjadi bahan acuan dalam menyusunperencanaan pengawasan bank.

2 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 3

Page 5: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

Bank Indonesia pun menyadari bahwa perencanaanyang baik dan matang dalam pengawasan bank akanmembantu terwujudnya pengawasan yang efektif dan tepatsasaran. Untuk itulah dipandang perlu adanya ‘PedomanPengawasan Bank Berdasarkan Risiko Untuk TahapanPerencanaan Pengawasan (Supervisory Plan)’. Pedomanyang dirilis 23 Desember 2009 ini secara umum menjabarkanperihal prinsip-prinsip dalam membuat perencanaanpengawasan bank berbasis risiko. Seperti ditegaskan dalampedoman tersebut, perencanaan pengawasan adalahrencana kegiatan pengawasan tahunan yang terdiri darirangkaian kegiatan pengawasan tidak langsung (off-sitesupervision) dan pengawasan langsung (on-site supervision)sesuai profil risiko dan tingkat kesehatan bank.

Diagram 1. Siklus Pengawasan Berbasis Risiko(Risk Based Supervison)

Pedoman ini juga menyarankan kepada PengawasBank agar dalam melakukan pengawasan berbasis risiko,juga dilakukan secara konsolidasi. Maksudnya, dalammenyusun perencanaan pengawasan mesti juga memper-timbangkan pengaruh profil risiko dan kinerja keuanganbank dari kegiatan bisnis atau risiko grup usaha di manabank menjadi bagian atau induk dari grup usaha tersebut.Dengan berbekal pengetahuan yang komprehensif darilingkup usaha bank dan gurita anak bisnisnya, maka akanmenjadi panduan yang memadai dalam menyusun strategipengawasan tahunan dan rencana kerja pemeriksaan (auditworking plan).

4 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 5

Profil Risiko danTingkat

Kesehatan Bank

ForumPanel RBS

Fase 1

StrategiPengawasan

Tahunan

RencanaKerja

Pemeriksaan

Laporan HasilPemeriksaan

ForumPanel RBS

Fase 2

MengumpulkanData danInformasi

6. TindakanPengawasan dan

Monitoring

1. Pemahamanterhadap Bank

2. Penilaian Risikodan Tingkat

Kesehatan Bank

3. PerencanaanPengawasan

4. PemeriksaanBerdasarkan

Risiko

5. PengkinianProfil Risiko dan

Tingkat KesehatanBank

Page 6: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

6 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 7

BAB 2EVOLUSI PENGUATAN

PENGAWASAN PERBANKAN

“A sound banking system may be defined as one in which mostbanks are solvent and likely to remainly so.”

Carl-John Lindgren,penulis “Bank Soundness and Macroeconomic Policy”

Page 7: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

8 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 9

Suatu ketika, terbetik kabar bahwa sebuah bankswasta nasional menerbitkan surat berharga (commercialpapers/CP) yang dijual ke nasabah bank itu. Sekilas hal iniadalah sebuah kewajaran. Namun ketika Pengawas Bankdari Bank Indonesia melakukan pemeriksaan di bank itu,tidak didapati adanya pembukuan terhadap penerbitan CP.Pihak bank pun tidak memberi info apa pun ketika ditanyasoal CP itu. Semua info terkait CP itu seperti disembunyikansedemikian rapi. Tapi laporan dari sejumlah pihak menya-takan adanya penerbitan CP itu. “Ada yang tak beres,” ujarPengawas Bank dalam hati.

Instink si Pengawas Bank pun seperti dibuatpenasaran. Tapi ke mana mesti mencari bukti adanyapenerbitan CP itu. Sesaat rasa galau menyelimuti diri sipengawas. Ia pun kembali ke tugas pokok melakukanpemeriksaan rutin atas bank itu. Ada beberapa dokumenyang mesti dicopy, tapi ia meminta izin kepada pegawai dibank tersebut untuk menggandakan sendiri ke tempat foto-copy di bank itu. Sambil mengcopy data, ia coba mengais-ngais kertas-kertas bekas foto copy tak terpakai di kotaksampah. “Siapa tahu ada dokumen penting yang dicari,”pikirnya dalam hati. Dan betul saja, ada sebuah foto copyCP yang sudah lusuh.

“Tolong jelaskan perihal CP ini,” tanya si PengawasBank kepada manajemen bank itu.

“CP apa, Pak?” jawab salah seorang eksekutifnyaseperti tak mengerti.

“CP yang diterbitkan oleh salah satu anak usaha bankanda,” ujar Pengawas sambil menyerahkan copy atas CPitu.

Raut wajah sejumlah eksekutif bank sesaat menegangdan pucat tatkala melihat bukti copy CP. Bukti ini membuatbibir manajemen bank kelu dan tidak bisa berkelit lagi.

Pengakuan pihak manajemen bank pun mengalir lancarterkait keberadaan CP tersebut. Semua akhirnya menjaditerang benderang. Pengawas pun meminta semua dokumenterkait penerbitan CP diserahkan. Permintaan itu pun dipatuhi.Bank tersebut diberi peringatan keras. Belakangan,Pengawas Bank mendapat kabar bahwa pegawai bank yangmengizinkannya memfoto-copy sendiri terkena pemecatankarena dianggap melakukan sebuah kelalaian “fatal” bagibank.

Ketajaman instink seorang pengawas adalah salahsatu elemen penting yang mesti dimiliki Pengawas Bankselain kompetensi dalam hal pemeriksaan sebuah bank.Sewaktu model pengawasan bank masih terbilang“sederhana” yakni sebatas melihat apakah bank sudahmemenuhi ketentuan yang diatur bank sentral (compliancebank supervision) seperti risiko kredit, kekuatan instink tetapmemainkan peran penting. Rasanya, sulitlah mengendussebuah tindak pelanggaran yang begitu rapi ditutupi, bilatak ada ketajaman instink bak seorang detektif, seperti ketikamengendus CP di sebuah bank swasta nasional. Begitupula tatkala jaman berubah dan model pengawasan punmemperluas varian yang diawasi, yakni mengimbuhi aspekrisiko pasar (risk based supervision), maka mengasahketajaman instink tetap aspek yang tak bisa dihilangkan.

Pengawasan Pra RBS

Dalam tapakan langkah perjalanan evolusipengawasan bank akan selalu ada kisah-kisah “seru” berbauthriller ala film Holywood yang menjadi pengalamankeseharian Pengawas Bank. Misalnya, ketika PengawasBank menemukan ruang rahasia penyimpanan dokumenbank yang disembunyikan. Atau, ketika Pengawas Bankmengintai dan memergoki sebuah bank yang akan

Page 8: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

10 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 11

mengangkut dokumen rahasianya dengan truk untuk dibumi-hanguskan. Kekuatan instink dan tindakan-tindakanpenyelidikan adalah dinamika dan romantika keseharianPengawas Bank. Dikala aktivitas dan produk-produkperbankan masih terbilang sederhana dan konvesional—seperti tabungan, deposito, cek, giro bilyet, kredit—modelpengawasan pun bergerak dalam lingkup itu. Untukmendeteksi kesehatan bank, Pengawas Bank memakaiindikator CAMEL (Capital, Asset Quality, Management,Earning dan Liquidity).

Inti dari CAMEL ini adalah laporan angka-angkakuantitatif sebagaimana tersaji dalam laporan keuanganbank. Laporan itu juga tak sepenuhnya mencerminkankondisi yang sebenarnya dari bank tersebut. Mengapabegitu? Bisa saja prestasi bagus yang dibukukan bankternyata dari kegiatan yang tidak hati-hati bahkan cenderungberlebihan yang dikhawatirkan akan menimbulkan masalahdi kemudian hari. Ini ibarat bom waktu yang setiap saat siapmeletus tatkala detonator pemicunya aktif. Misalnya, ekspansikredit yang berlebihan di sektor tertentu sepeti propertiadalah baik untuk jangka pendek karena menyumbangpendapatan bank yang signifikan. Bila tanpa perhitunganmatang dan hati-hati, sekali pemicu property crash itumuncul, maka babak belurlah kondisi bank itu.

Metode CAMEL adalah model pengawasan bank yanglebih berorientasi pada pemenuhan kinerja keuangan danangka-angka kuantitatif atau condong mencermati aspekrisiko kredit saja. Aspek forward looking dalam CAMEL punlebih didasarkan pada tren keuangan yang memperlihatkandata historis sebagaimana dilaporkan bank. Aspek mana-jemen dalam CAMEL lazim dipakai untuk memenuhi penilaianfaktor kualitatif. Aspek ini agak mirip dengan risk controlsystem pada profil risiko pada metode pengawasan berbasis

risiko (RBS). Namun kelemahan dalam assesment aspekmanajemen adalah lebih menekankan pada “tata kelola”(good governance) dan kurang dalam hal mengidentifikasikanrisiko bisnis yang ada di bank.

Metode CAMEL ini sejajar bila diibaratkan sewaktukita melihat seseorang hanya dari kondisi fisiknya. Metodeini tidaklah memotret perilaku dari orang tersebut. Bisa sajaprofil fisik orang itu baik dan sempurna, tapi ternyata perilaku-nya buruk. Banyak bank yang diteropong dari sisi fisiknya(laporan keuangan) memberi kesan sebagai bank yangsehat dan oke. Tapi publik akan dibuat terkaget-kagetmanakala mencuat kepermukaan bahwa bank itu mengalamimasalah akut akibat perilaku tak etis si pemilik dan pengurusbank yang melakukan banyak rekayasa (white colour crime)alias “merampok” bank dari dalam.

Salah satu contoh yang terekam radar PengawasBank adalah ketika terkuaknya kasus kredit macet senilaiRp1,4 triliun di Bank Summa di tahun 1992. Tumpukkankredit busuk itu terjadi karena ekspansi kredit yang takdisertai prosedur pengucuran kredit yang berhati-hati. Alirandana kredit bank pun banyak mengucur untuk membiayaiekspansi bisnis pendiri dan pemilik bank ke sektor propertidan sektor keuangan. Selain itu, pemilik ini dikenal murahhati pun mudah dalam mengucurkan kredit ke relasi bisnis.Tatkala Pemerintah memberlakukan kebijakan uang ketatdi tahun 1990, satu demi satu debitor Bank Summa rontok.Berbagai upaya menyelamatkan bank ini oleh pemilik banktak membuahkan hasil. Palu godam pun dijatuhkan: BankSumma dilikuidasi.

Pengawasan bank dengan metode CAMEL yangmengandalkan data historis berupa laporan bulanan bankumum memang mengandung “kelemahan” seperti data yang

Page 9: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

12 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 13

disampaikan kurang aktual dengan kondisi saat ini. Harapmaklumlah, karena semua dikerjakan serba manual. Kalaupun pengawas mencium gelagat tak sedap seperti kucurankredit yang kurang disertai kelengkapan persyaratan, halitu baru diketahui setelah kredit tersebut dikucurkan. Walhasil,tindakan pencegahan pun boleh dibilang menjadi serbaagak “terlambat”. Paling banter kalau sudah begitu,Pengawas Bank akan meminta pengamanan berupa pen-cadangan yang sudah barang tentu menggerus modal bank.

Seiring dengan perkembangan jaman dan duniateknologi informasi, pelaporan data-data profil kesehatanbank (CAMEL) pun dilakukan secara otomasi. Sistem iniakan memberi kesempatan kepada pihak bank menyam-paikan data-data melalui jaringan komputer. Data itu laludianalisa dan dibuat kajian terkait rasio tingkat kesehatanbank. Hasil analisis inilah yang menjadi bahan pijakan peren-canaan pengawasan bank oleh pengawas. Program otomasimemberi dampak pada kecepatan pelaporan dan pembuatananalisis atas data bank. Otomasi penilaian CAMEL Ratingtetaplah menyisakan “titik lemah” yakni hanya terfokus padaaspek risiko kredit dan masalah likuiditas bank.

Upaya BI memberlakukan otomasi penilaian CAMELRating mendapat apresiasi tinggi dari beberapa lembagakeuangan dunia. Sebut saja misalnya International MonetaryFund (IMF), Bank Dunia, Australian Prudential RegulatianAuthority (APRA). Mereka berdecak kagum dan tak me-nyangka bahwa BI selaku otoritas moneter dan pengawasanperbankan sudah melangkah maju dengan mengembangkansistem otomasi tersebut. Pasalnya, tidak semua negaramenerapkan pelaporan bank secara on-line ke otoritasPengawas Bank. Boleh dibilang sistem otomasi ini dianggapsebuah loncatan besar terhadap pengawasan bank di dalamnegeri ketika itu.

Otomasi sistem pelaporan bank memperlengkapiPengawas Bank dengan informasi yang lebih luas. Sebelumotomasi ini diberlakukan, laporan yang masuk ke PengawasBank hanya Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) dan SistemInformasi Debitur (SID). Tapi, sejak otomasi diperkenalkan,laporan secara on line yang masuk ke komputer pengawasselain LBU dan SID juga mulai mendapat tambahan berupalaporan harian bank umum, laporan kantor pusat bankumum, laporan batas maksimum pemberian kredit (BMPK)dan laporan posisi devisa netto (PDN). Tambahan data inisudah barang tentu memperkaya bahan kajian dalammenentukan CAMEL sebuah bank yang akan menjadi pijakanbagi Pengawas dalam melakukan tugas pengawasan.

Unsur Sensitivitas Pasar

Setelah sistem pelaporan bank dilakukan secaraotomasi, upaya peningkatan kualitas pengawasan bank punterus dilakukan dengan mulai menyisipi unsur sensitivitaspasar (S). Rumusan dalam menilai tingkat kesehatan bankpun menjadi CAMEL + S = CAMELS. Yang dimaksud dengansensitivitas pasar adalah tingkat kepekaan bank terhadapkemungkinan masalah, khususnya menyangkut gejolakpasar akibat penerbitan dan/atau pembelian surat-suratberharga di pasar uang dalam dan luar negeri. Nah, bekaltambahan unsur “S” ini memberi ruang bagi pengawas untukmulai mempertimbangkan aspek pasar terhadap setiapkegiatan bisnis sebuah bank. Maklumlah, selama ini aspektersebut kurang mendapat perhatian, padahal ikut mem-pengaruhi kondisi kesehatan bank.

Ambil contoh bank yang disuntik permodalannya olehpemerintah (rekapitalisasi) akibat krisis keuangan tahun1997-1998. Agar bank bisa beroperasi secara sehat, kreditbusuk yang ada di kantong bank itu kemudian ditukar dengan

Page 10: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

14 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 15

obligasi pemerintah. Jadi bank yang tidak pernah berfikiruntuk memiliki obligasi pemerintah, akhirnya punya obligasipemerintah di neracanya. Obligasi ini sebagian bisadiperdagangkan sebagai ganti alat likuid yang disedot danmasuk ke BPPN. Disinilah muncul profil risiko yang mungkinmenimpa bank bila tidak disikapi dengan hati-hati. Mulaidetik itu, bank menjadi perlu untuk paham cara mengelolarisiko pasar, karena hartanya yang semula hanya berbentukkredit, sekarang berubah menjadi surat berharga yang bisajadi nilainya naik turun seperti ombak di lautan. Modelpengawasan bank merujuk Basel II memperkaya denganapa yang disebut capital charge, yakni tambahan bebanmodal untuk risiko pasar dan operasional. Selama ini capitalcharge hanya digunakan untuk perhitungan risiko kredit.

Reorganisasi Pengawasan Bank

Ketika gerak langkah pengawasan bank di dunia mulaimemasukan unsur risiko pasar (risk based supervision/RBS),BI pun mempertimbangkan untuk mengadopsi danmengintro-dusir model RBS pada tahun 2004. Salah satuaspek penting dalam model RBS menganjurkan PengawasBank untuk semakin mengenal lebih dekat bank yang sedangdiawasi (know your bank). Sebelum RBS diperkenalkan,organisasi pengawasan bank di BI memisahkan antaratugas Pemeriksa Bank dan Pengawas Bank. Tugas seorangpemeriksa adalah melakukan pengecekan lapangan (onsite supervision) terhadap semua aspek kesehatan bank(CAMEL). Hasil kerja Pemeriksa Bank ini lalu disampaikanke Pengawas Bank sebagai bahan acuan dalam membuatperencanaan pengawasan bank. Data yang dipakai sebagaiacuan pengawasan bank adalah data historis dari hasilpemeriksaan.

Tuntutan pengawasan RBS agar Pengawas Bankmengenal bank yang diawasi menjadi dasar pertimbanganbagi BI untuk mengkaji ulang pemisahan tugas antara Peme-riksa dan Pengawas. Dengan pemisahan ini, agak sulit bagiPengawas untuk mengetahui kondisi lebih dalam karenainformasi didapat dari tangan kedua (Pemeriksa). Informasiyang disampaikan Pemeriksa juga selain masih harus diujikembali ketepatan judgement yang disampaikan, bisa jugadi sana-sini ada yang “bolong” atau alpa disampaikan dalamlaporan pemeriksaan bank. Hal positif dari pemisahan iniadalah indepedensi pemeriksa dalam menyampaikanpendapatnya terhadap bank yang diperiksa. Kenyataan inimenjadi dasar utama pertimbangan untuk melakukanreorganisasi pengawasan bank di BI.

Bahwa akhirnya opsi menyatukan tugas pemeriksaandan pengawasan bank dalam satu wadah organisasi, taklepas dari pertimbangan agar pemahaman seorangpengawas lebih komprehensif terhadap bank yang diawasisebagaimana disyaratkan RBS. Ada kelemahan denganmenggabungkan dua peran tersebut, misalnya, kedekatanPengawas Bank terhadap bank yang diawasi yang dapatmemunculkan berbagai macam praduga yang tak sedap,juga kemungkinan semakin “tumpulnya” pisau kekritisan siPengawas terhadap bank yang diawasi karena merasasudah mengetahui isi jeroan bank tersebut. Tantanganterbesar dengan memilih opsi pengabungan tugas pemeriksadan pengawasan bank adalah kualitas SDM yang handal.Setidaknya dipersyaratkan kemampuan melakukanpengawasan seperti melakukan analisis laporan kesehatanbank (off-site supervision) dan pemeriksaan di lapangan(on-site supervision).

BI akhirnya menyatukan kembali tugas Pemeriksadan Pengawas Bank pada tahun 2005. Sebelum ini,

Page 11: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

16 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 17

persisnya di era tahun 1996 kebelakang, tugas pemeriksadan pengawasan bank pun dalam satu atap. Namun keduaperan itu dipisah kembali ketika mengeruyak kepermukaanbanyaknya bank bermasalah ketika krisis moneter di tahun1997. Kisruh di ranah perbankan nasional menyertakanpula berbagai hembusan kabar angin tak sedap adanya“main mata” antara Pengawas Bank dengan bank yangdiawasi. Walhasil muncul praduga bahwa pisau PengawasBank pun mulai tumpul dengan memberi berbagaipelonggaran terhadap bank.

Pada tahun 1999, organisasi pengawasan bank di BIditata kembali. Antara tugas pemeriksa dan pengawas bankdipisah sebagai respon evaluasi terhadap model pengawasandi bawah satu atap. Tatkala BI mengadopsi model RBS,tidak ada pilihan lain untuk menyatukan kembali antaratugas pemeriksa dan pengawasan bank di tahun 2005.Untuk mengan-tisipasi berbagai kemungkinan terjadinyaekses negatif dari penggabungan ini, Pimpinan BI akanmelakukan penga-wasan lebih ketat terhadap para PengawasBank. Aturan main organisasi akan diberlakukan termasukterus menyegarkan pemahaman Pengawas Bank akan etikaprofesi seorang pengawas.

Bila memang ada Pengawas Bank yang kedapatanmelakukan tindak pelanggaran organisasi, misalnya, mela-kukan “main mata” dengan bank yang diawasi, sanksiindisipliner pun diberlakukan, termasuk pemecatan sebagaipegawai BI. Sudah ada beberapa Pengawas Bank BI yangterkena sanksi ini. Bila gradasi pelanggaran indisipliner taditerbilang ringan saja, maka sanksi pun sebatas mutasi ataumenunda kenaikkan golongan atau pangkat. Untukmencegah dan menghindari adanya peluang “main mata”tadi maka diberlakukan rotasi berkala pengawas bank darisatu bank ke bank lain.

Rangkaian penyempurnaan sistem pengawasan danpenataan organisasi pengawasan bank dilakukan agarterpeliharanya kondisi perbankan yang sehat yang muaraakhirnya adalah stabilitas sistem keuangan. Setidaknyabuah dari rangkaian panjang penguatan pengawasan banksudah terlihat yakni semakin sedikitnya bank-bank yangditutup karena berbagai sebab. Bandingkan dengan krisistahun 1997/1998, jumlah bank yang menghadapi masalahserius pada krisis tahun 2008/2009 jauh lebih kecil, hanyasatu bank yang ditutup dan satu lagi diambil alih olehLembaga Penjamin Simpanan (LPS). Secara umum hal inimembuktikan ketahanan perbankan jauh lebih meningkat.Hal ini terbukti dari 121 bank yang ada saat ini dapatlahterjaga kondisi kesehatannya terlebih ketika menghadapibadai krisis keuangan global pada pertengahan tahun 2008.

Tugas Penting Lainnya

Mengawasi bank adalah tugas pokok seorangPengawas Bank BI. Di luar itu, masih seabrek lagi peranyang mesti dijalankan si Pengawas. Misalnya, tugasmelakukan uji kepatutan dan kelayakan (fit and proper test)calon pemilik dan pengurus bank. Penilaian ini meliputi duaaspek. Pertama,adalah aspek integritas si calon. Apakahfigur yang akan menjadi pengurus bank adalah orang denganrekam jejak yang bersih dari tindakan tercela. Kedua, aspekkompetensi. Bila si calon memiliki rekam jejak integritasyang baik tapi tak memiliki kompetensi, ya percuma, jugabisa membahayakan bank itu nantinya. Atau sebaliknya, sicalon berkompetensi tinggi, tapi track record masa laludipertanyakan, juga dikhawatirkan akan membuat ulah yangmengerogoti bank.

Pernah ada sebuah temuan yang diperoleh PengawasBank bahwa ada seorang pejabat sebuah Bank Perkreditan

Page 12: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

18 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 19

Rakyat (BPR) yang diduga melakukan tindak rekayasa kreditfiktif. Sebelum kredit fiktif itu terbongkar, sang bankir mengun-durkan diri. Selang beberapa waktu kemudian, ia melamarmenjadi direksi di sebuah bank umum. Sang bankir punmelakukan manipulas riwayat hidup (curicullum vitae) yangdisampaikan ke BI. Manipulasi yang dilakukan adalah dengantidak mencantumkan pernah menjadi pengurus BPR yangbermasalah. Si bankir tak menduga bahwa sistem informasidi bank sentral dikelola secara terpadu yang merekam jejaksepak terjang bankir-bankir. Misalnya, Pengawas BankUmum melakukan pengecekan terhadap Pengawas BPRterkait. Walhasil, Pengawas Bank Umum tak meloloskanyang bersangkutan kembali ke dunia perbankan.

Tugas lainnya adalah membuat rekomendasipersetujuan pengangkatan pejabat eksekutif. Setelahmelakukan uji kepatutan dan kepantasan calon pengurusbank, keluarlah rekomendasi Pengawas Bank, menyetujuiatau menolak setelah mempelajari semua rekam jejak calonpengurus bank hingga meminta rekomendasi dari otoritasmoneter dari negara lain bila si calon adalah warga negaraasing. Semisal, ada seorang calon eksekutif bank “X” yangpernah menjabat di perusahaan non bank dan di bank “A”.Bagi pengawas bank “X”, sebelum memberikan rekomendasiterhadap calon eksekutif itu, maka ia akan mencari info dariPengawas di bank “A”. Sedangkan info dari perusahaannon bank, memang tidaklah mudah mendapatkannya.Kepada calon pengurus bank tadi akan dimintakan selembarpernyataan terkait sepak-terjangnya di perusahaan non-bank. Bila suatu ketika ada info yang tidak benar maka sibankir akan dimasukkan ke dalam Daftar Tidak Lulus (DTL).

Setelah membuat rekomendasi, Pengawas Bank punmesti meneliti setiap rencana bank untuk membuka kantorcabang. Tugas ini juga menjadi bagian kajian pengawas

karena pembukaan kantor bisa menjadi revenue center atausebaliknya, cost center. Untuk itulah setiap pembukaanmesti dilakukan dengan cermat. Ada beberapa pertimbanganPengawas sebelum menjatuhkan judgement menolak ataumenyetujui pembukaan kantor cabang. Pertama, bahwapada dasarnya setiap pembukaan kantor baru akanberdampak pada rasio efisiensi bank. Bila pembukaan kantorbaru itu jumlahnya banyak, maka akan mempengaruhiperolehan laba rugi dan CAR bank.

Aspek kedua, setiap pembukaan kantor cabang barumesti mempertimbangkan kesiapan SDM, prosedur opera-sioal serta pengendalian risiko operasional cabang tersebut.Bisa dibayangkan bila ketiga unsur itu tidak dipersiapkandengan baik dan bank jor-joran serta kukuh untuk membukasejumlah cabang, sudah barang tentu akan membukamunculnya risiko operasional bank semakin tinggi. Mengapa?Sebab, bisnis bank rentan sekali terhadap tindak penyele-wengan yang dilakukan oleh pengurus bank atau pihak ke-tiga atau kerjasama internal dan eksternal bank. Selain itu,pembukaan kantor baru juga harus memperhitungkan tingkatpersaingan usaha di satu tempat. Seandainya pasar yangingin dilayani sudah begitu ketat persaingannya, potensitingkat kegagalan membuka kantor baru juga tinggidi daerah itu.

Tugas lain Pengawas Bank adalah mengeluarkanperizinan produk baru perbankan. Pertanyaannya, mengapaharus sampai meminta izin untuk merilis satu produk baruperbankan? Memang selama ini, regulasi terkait produkbaru perbankan cukup hanya sampai pada pelaporan. Tapi,karena ada sejumlah kasus yang membuat kerugiannasabah, maka BI memperketat prasyarat untuk melepassatu produk baru perbankan. Setiap ada permohonan per-bankan untuk merilis produk baru, Pengawas akan

Page 13: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

20 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 21

melakukan penilaian (assesment) terhadap risiko produktersebut. Dan apabila produk itu dianggap terlalu berisiko,maka akan dihentikan peredarannya.

Untuk mengantisipasi risiko yang berlebihan dalamsuatu produk baru, BI perlu mengumpulkan informasi sebagaidasar analisis perizinan produk dimaksud. Contohnya,penerbitan CP oleh anak usaha bank yang “dijamin” bankselaku induk atau reksadana bodong ala Antaboga di BankCentury. Untuk mencegah terulangnya kasus reksadanabodong seperti Antaboga yang dikeluarkan Bank Century,diperlukan kerjasama erat antara BI dan Bapepam selakuotoritas pasar modal. Keluarnya produk reksadana bodongkarena tidak ada otoritas yang merasa bertanggungjawabuntuk memberi persetujuan atau melarang. Pengawas BankBI melaporkan perihal status Antaboga ke Bapepam.Belakangan muncul pendapat Bapepam di media massabahwa Antaboga tidak termasuk produk reksadana.Pernyataan ini membuat posisi Antaboga seperti memasukiwilayah “blind spot” alias tak bertuan. Tatkala Antabogamengalami gagal bayar, institusi mana yang mesti menjatuh-kan sanksi pun jadi tak jelas.

Kesibukan lain Pengawas Bank adalah melakukanpenilaian terhadap tata kelola usaha yang baik (good corpo-rate governance/GCG). Krisis perbankan di era tahun 1997/1998 menjadi bahan rujukan dan pelajaran mahal bagi BIdan perbankan. Akar masalah krisis itu terjadi tak lepas dariburuknya tata kelola (GCG) manajamen bank yang salahsatu faktor penyebabnya adalah bankir yang duduk di jajaraneksekutif bank adalah bankir karbitan dari hasil membajakbank-bank di dalam negeri. Minimnya pengeta-huan perban-kan dan jam terbang yang kurang, berdampak kinerja bankpun kurang memadai. Apalagi ditambah perilaku tak sehat,ketika itu, di mana bank dijadikan sapi perah oleh pemilik.

Agar pengalaman tak sedap di masa lalu tidak terulangkembali, BI mewajibkan penegakkan prinsip-prinsip GCGsebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI)No.8/4/PBI/2006. PBI itu meminta pihak bank untuk mening-katkan fungsi pengawasan, internal control, risk managementdan perbaikan sistem informasi. Selain itu, BI juga memintaperan yang lebih optimal dari Dewan Komisaris dan DirekturKepatuhan dalam mengawasi operasional bank. PrinsipGCG juga membatasi transaksi terhadap pihak terkait danmendorong perbankan agar lebih terbuka dalam hal informasilaporan keuangan kepada publik. BI juga menyemangatiagar para pengurus bank untuk terus mendalami manajemenrisiko.

Tugas lain seorang Pengawas Bank adalah memberiperlindungan terhadap nasabah bank. Bukan rahasia lagidalam setiap perselisihan antara pihak bank dan nasabah,posisi nasabah sering pada pihak yang dirugikan. Memangbila melihat tugas ini di negara lain, bukanlah masuk wilayahgarapan pihak Pengawas Bank, tapi justru adalah tugasbank itu sendiri. Namun kondisi di Indonesia, bank belumsepenuhnya memiliki mekanisme yang memberi perlin-dungan terhadap nasabah. Dalam situasi seperti ini, BImengambil langkah inisiatif memberi perlindungan kepadanasabah melalui edukasi publik terhadap berbagai risikoyang harus dipertimbangkan sebelum membeli satu produkperbankan.

Ada contoh menarik terkait hal ini. Di kota Garut, JawaBarat, ada sejumlah guru sekolah dasar bermasalah dengankartu kredit. Patut diduga memang para “pahlawan tanpatanda jasa” ini kurang paham betul fungsi dan aturan maindari kartu kredit. Rupanya sejak punya kartu kredit, paraguru tadi main gesek saja kartu mereka hingga tagihan punmembengkak. Ketika jatuh tempo mesti membayar cicilankartu kredit, para guru pun kelabakan dan tidak bisa

Page 14: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

22 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 23

lainnya) yang belum terdeteksi oleh radar pengawas bank.Kesadaran masyarakat perbankan dunia yang terhimpundalam Bank for International Settlement (BIS) yang merilisBasel I dan seterusnya mulai memasukkan unsur risikopasar ketika membuat rasio tingkat kesehatan bank tatkalamemperkenalkan konsep pengawasan bank berbasis risiko(RBS). BI pun tak lepas dari denyut nadi gerak perbankandunia yang lalu mengadopsi model RBS pada tahun 2005.

Adopsi model RBS ini memperkenalkan konsep 25Basel Core Principles (BCP). Konsep ini merinci hal-hal apasaja yang perlu menjadi perhatian Otoritas Pengawas Bankdi jagad termasuk BI sewaktu melakukan pengawasan bankberbasis RBS. Singkat kata, BI terus berupaya melakukanberbagai perbaikan kualitas pengawasan bank merujukpraktik kelaziman yang berlaku di dunia. Selain metodepengawasan yang terus disegarkan, dalam hal organisasidi internal BI juga dilakukan berbagai perombakan gunamengefektifkan tugas pengawasan. Misalnya, ketikaDirektorat Pemeriksaan dan Direktorat Pengawasan Bankdilebur menjadi satu pada tahun 1999. Sedangkan dari sisiSDM pun BI terus berupaya mendongkrak kompetensiPengawas Bank melalui Program Sertifikasi Pengawas.

Semua langkah perbaikan kualitas metode pengawa-san, dukungan SDM Pengawas Bank yang terus ditingkatkankompetensinya dan penataan di internal BI adalah upaya-upaya untuk terus menjaga stabilitas sektor perbankan.Seperti dikatakan Carl-John Lingdgren dalam kutipan diawal tulisan ini, bahwa sebuah sistem perbankan yang baikadalah ketika sebagian besar bank berada dalam kondisisolven dan tetap bertahan di jagat perbankan nasional dandunia. Inilah tujuan utama pengawasan bank di Indonesiayakni menjaga agar bank tetap sehat dan memainkan peranintermediasi bank yang menjadi motor penggerak pemba-ngunan di dalam negeri.

membayar. Melihat persoalan karena ada masalahketidakpahaman dalam menunaikan kewajiban kartu kredit,dan bank tetap mengejar haknya, BI pun akhirnya turuntangan. Solusi atas persoalan ini diselesaikan denganmelakukan restrukturisasi kredit dengan pembayaran tetap.

Pengawas Bank pun diwajibkan untuk menindaklanjutisetiap temuan berbau tindak pidana bidang perbankan (Tipi-bank). Tindak pidana bank berbeda dengan tindak pidanaumum, sebab jenis tindakan dan sanksinya pun khususdiatur oleh UU Perbankan. Setiap ada temuan Tipibank,Pengawas akan meneruskan kepada satuan kerja di Direk-torat Investigasi dan Mediasi Perbankan (DIMP) Bank Indo-nesia. Satker inilah yang akan menindaklanjuti setiap pela-poran adanya Tipibank. Sejak tahun 2004 DIMP BI telahmeneken kerjasama dengan Kepolisian RI dan KejaksaanAgung guna mengusut dan mempercepat proses Tipibank.

Ada sederet panjang daftar bankir yang telah dilaporkanBI ke Kepolisian dan Kejaksaan terkait dugaan adanyatindakpidana perbankan. Info paling gres adalah ketika BImelaporkan Robert Tantular ke Mabes Polri terkait dugaanberbagai pelanggaran Tipibank di Bank Century. Roberttelah diputus pengadilan hukuman penjara 5 (lima) tahunplus denda ratusan miliar untuk menganti uang negara yangtelah dikucurkan ke bank itu ketika berbagai upaya penyela-matan Bank Century. Masih segudang lagi daftar Tipibankbaik yang dilakukan oleh pejabat bank, pihak ketiga ataukerjasama keduanya.

Perjalanan panjang pengawasan bank di dalam negeritak luput adanya catatan-catatan kaki berupa upaya perbaikanterhadap kelemahan yang timbul. Ketika pengawasan bankbertumpu pada aspek risiko kredit dan likuiditas bank, banyakaspek lain seperti risiko pasar (penerbitan/pembelian surat-surat berharga, permainan kurs/valas, risiko teknologi dan

Page 15: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

24 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 25

BAB 3MEMBANGUN SISTEM PENGAWASAN

YANG EFEKTIF (25 BCP)

“Banking supervisor cannot, and should not, providean assurance that banks will not fail.”

(Bank for International Settlement)

Page 16: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

Pentingnya 25 BCP

Seorang bankir senior sebuah bank nasional membuatilustrasi sederhana untuk menggambarkan prosespengawasan bank. Ibarat sebuah keluarga yang memilikitiga anak (bisa empat, lima, enam dan seterusnya), kadarperhatian dan pengawasan orangtua terhadap setiap anak,bisa jadi berbeda-beda. Dalam keseharian sering terjadianak bungsu yang pendiam dan terkesan penurut, ternyataanggota geng anak nakal. Atau, anak sulung yang sudahlebih lama dibina dan diarahkan terjerembab sebagaipemadat obat-obat terlarang. Jadi, kata sang bankir, darisisi risiko jelas tidak ada korelasi antara seorang anakmenjadi anggota geng anak nakal atau menjadi pemadatnarkoba dengan unsur usia atau lama tidaknya pengawasan.

Ilustrasi di atas dipakai untuk memotret pengawasanbank yang dilakukan Bank Indonesia. Meski disadari bahwasecara semantik ilustrasi itu tidaklah sepenuhnya dapatdengan tepat mengambarkan proses pengawasan bank,setidaknya akan lebih memudahkan untuk mencerna apayang terjadi dengan bank-bank yang diawasi. Bila merujukilustrasi anak sulung dan bungsu, ada benang merah yangmasih bisa ditarik dengan praktik pengawasan bank. Dalamkenyataan keseharian pengawasan bank, apakah itu bankbesar atau bank kecil sama-sama mempunyai peluangmelakukan kesalahan, ketidaktertiban dan ketidakpatuhan.Kalau sudah begitu, maka yang jauh lebih penting adalahmemahami sikap, perilaku, kebiasaan dan ketidakbiasaanpihak yang harus diawasi dan diperiksa. Bila ada bank yangdari luar tampak baik dan sehat, sekonyong-konyong bisakebobolan.

Bila ditelusuri apa yang menjadi penyebab, bisa jadisang anak yang baik tadi hanya terpaksa bersikap baikkarena kekesalan atas aturan yang terlalu ketat dan sangatmengekang. Atau juga karena sikap otoriter orangtua yang

26 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 27

tak mau mendengar masukan dan harapan sang anak.Walhasil, sikap kepatuhan yang diperlihatkan sang anakpun hanya formalitas. Tapi di belakang orangtua, sang anakakan melakukan perbuatan yang kontroversial (madatnarkoba) yang adalah ekspresi ketidaksukaan atau kekesalanyang sudah diubun-ubun. Memang ada percikan komentarbankir-bankir di media massa yang merasa “gerah” denganaturan dan pengawasan yang ketat oleh bank sentral. Tapiitu semua dilakukan agar bank-bank terjaga tingkatkesehatannya.

Seperti telah disebutkan di awal tulisan ini, bahwailustrasi anak manis yang terkesan sekonyong-konyongnakal memang tidaklah sepenuhnya pas benar dalam meng-gambarkan pengawasan kepada bank. Namun begitu,ilustrasi tersebut memiliki inti pesan, ada kesan menyembulkepermukaan bahwa bila bank terlalu ketat diawasi sepertiada kekesalan dalam bentuk lain, misalnya, berupaya men-cari celah kelemahan (grey area) peraturan yang ada. Atau,bank berusaha patuh sesaat yakni memenuhi apa yangdiminta pengawas sebagai sekadar formalitas denganmelakukan kosmetika yang seolah-olah sudah benar danpatuh. Bila sang pengawas dinilai terlalu otoriter dan tidakmendengar masukkan, bisa saja karena kesal ada bankyang “sengaja” membuat kasus guna mempermalukan sipengawas sehingga dicap tak becus melakukan penga-wasan. Bukankah masih segar dalam ingatan kita takalakasus kegagalan Bank Century mengeruyak ke publik,kecaman dari segala penjuru mata angin menuding BI takbecus mengawasi bank?

Analogi sang bankir adalah sebuah refleksi bahwaperjalanan proses pengawasan bukanlah sesuatu yangstatis tetapi dinamis dan terus berkembang. Mungkin apayang dirasakan oleh bank-bank selaku pihak yang diawasidan diperiksa selama ini merasakan begitu rigidnya aturan,sehingga mereka berperilaku seolah-olah sebagai “anak

Page 17: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

wasan bank merujuk Basel Core Principle (BCP). Bankdiperkenalkan dan belajar mengawasi dirinya sendiri (selfregulated banking). Peran pengawas internal (internal control)dan pengawasan oleh Dewan Komisaris memainkan peranpenting dan krusial. Dalam perjalanan waktu, terus meluasnyarisiko yang dihadapi perbankan mendorong Bank for Interna-tional Settlement (BIS) memperkenalkan model pengawasanberbasis risiko (risk based supervision/RBS). Risiko yangdihadapi bank tidak lagi klasik hanya risiko kredit danlikuiditas, tapi sudah merembet ke risiko produk-produk diluar sektor perbankan. Misalnya, risiko menerbitkan ataumemiliki surat-surat berharga di pasar uang. Atau, produk-produk pasar modal seperti reksadana serta varianya yangterkait dengan produk atau operasional bank. Semua inimemperluas sebaran risiko yang mesti diperhitungkan olehbank dan pengawas bank.

Untuk lebih bisa menangkap pergerakan sektor finan-sial yang begitu cepat, BIS yang diprakarsai dan dibentukoleh G-10 yang kini menjadi G-20 dan bermarkas di Basel(Swiss) merilis 25 Basel Core Principles (BCP) pada tahun1997. Kehadiran 25 BCP yang disebut-sebut oleh kalanganbankir dengan sapaan lebih “market friendly” ini bolehdibilang sebuah evolusi metodologi pengawasan bank dariyang hanya terfokus pada sikap kepatuhan bank (compliancebased supervision) yang diawasi terhadap aturan yangditetapkan, bergerak ke sisi pengawasan berbasis risikoyang mungkin timbul dari operasional sebuah bank (riskbased supervsion) yang berpotensi berdampak serius padakelangsungan hidup bank tersebut.

Tiga Kewenangan UtamaLembaga Pengawas Bank

Sesuai dengan namanya, 25 BCP terdiri atas duapuluh lima prinsip-prinsip dasar dalam membangun sebuahsistem pengawasan bank yang efektif. Setiap prinsip men-

28 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 29

baik” (goodboy). Tapi dibelakang pengawas, apa yangdilarang justru diterabas alias dilakukan. Meski pada kenya-taannya, belum ada bank mati semata hanya karena ketatnyaregulasi. Model pengawasan bank di masa lalu memanglebih mengedepankan sikap kepatuhan (compliance basedsupervision) bank terhadap regulasi yang telah ditetapkanbank sentral. Semakin kecil tingkat pelanggaran bankterhadap aturan, bank itu pun akan ditepuk-tepuk pundaknyadan dianggap sebagai “goodboy”.

Dalam perjalanan waktu dan perkembangan jaman,model pengawasan yang melulu hanya mendasari padasikap kepatuhan bank dirasakan sudah kurang memadailagi untuk dijadikan pegangan. Namun begitu, untuk mencarimodel pengawasan bank seperti apa yang paling pas danefektif di setiap negara, jelas akan berbeda merujuk karakte-ristik kondisi perbankan dan pasar uang di negara itu. Baginegara-negara maju yang sudah panjang jam terbang dalammengelola perbankan dan pasar uang, sudah barang tentumodel pengawasan akan jauh lebih kompleks ketimbang,misalnya, model pengawasan bank di Indonesia yang masihtergolong “tradisional”.

Meski di setiap negara memiliki karakteristik sistempengawasan yang berbeda corak dan ragamnya dengannegara lain, tetaplah dirasakan adanya kebutuhan akanmodel pengawasan yang berlaku universal. Maksudnya,model pengawasan bank itu secara umum dapat diterimadan diberlakukan oleh hampir semua negara sehingga ter-dapat bahasa yang sama dalam komunikasi antar sesamabank lintas negara, dan tentunya untuk mengetahui kondisisistem keuangan suatu negara. Adanya kesadaran inilahyang mendorong 10 (sepuluh) negara maju yang terhimpundalam kelompok G-10 untuk mencari model bagi penga-wasan yang berlaku universal tadi.

Pada waktu merebak wabah krisis moneter di kawasanAsia di tahun 1997, meluncurlah satu model baru penga-

Page 18: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

jabarkan sebuah sub sistem dan karakteristik yang mestidibangun. Dan setiap prinsip juga akan disertai kriteria utama(essential criteria) dan kriteria tambahan (additional criteria).Nah, kriteria inilah yang akan menjadi panduan bagi parapengguna dan assesor agar memiliki kesamaan pandangdalam menilai pelaksanaan 25 BCP ini. Satu dekade sejakdiperkenalkan pertama kali (1997), 25 BCP mengalami revisipada tahun 2007. Perubahan dilakukan karena adanyaperubahan signifikan dalam sektor perbankan dan pasarkeuangan global.

Contoh perubahan itu adalah adanya pergeseran arearisiko kunci. Bila selama ini faktor risiko kunci hanya difokus-kan pada kredit yang disalurkan bank, sejak perkembangansektor keuangan yang pesat, risiko pun bisa tersebar mulaidari risiko kurs, saham, politik, hukum, reputasi, risiko produkderivatif pasar uang dan lainnya. Selain itu, adanya pergantianperubahan sektor yang menjadi prioritas serta adanya prosespenyelarasan standar dengan industri asuransi dan pasarmodal. Dalam 25 BCP juga mengharuskan bank bersikaphati-hati (prudent) terhadap praktik pencucian uang (moneylaundering) dan pembiayaan terorisme yang memanfaatkanjasa perbankan.

Pada tulisan ini, tidaklah secara rinci akan dipaparkan25 BCP karena akan menjadi rumit dan teknis sekali. Namun,akan coba ditelisik secara umum isi 25 BCP ini yang kalaudiperah terdiri atas 7 (tujuh) kelompok utama:1. Karakteristik umum lembaga pengawas (prinsip No.1)2. Struktur perizinan (prinsip No.2 – 5)3. Struktur pengaturan (prinsip No.6 – 18)4. Metode pengawasan (prinsip No.19 – 21)5. Akunting dan transparansi (prinsip No.22)6. Wewenang penyelesaian bank bermasalah dan pem-

berian sanksi (prinsip No.23)7. Pengawasan terkonsolidasi dan kerjasama pengawasan

(prinsip No.24 & 25)

Bila dari ketujuh prinsip umum tadi coba lebih diperaslagi akan ada 3 (tiga) poin penting yang menjadi prasyaratutama dan mesti dimiliki oleh lembaga pengawas bank dimana pun. Ketiga hal penting itu adalah: (1) wewenanguntuk memberi dan mencabut ijin, (2) wewenang membuatperaturan atau mencabut peraturan sesuai dengan perkem-bangan perekono-mian, dan (3) kewenangan menjatuhkansanksi bila ada bank melakukan pelanggaran. Bila salahsatu dari ketiga wewenang tersebut tidak dimiliki lembagapengawas, maka dapat dipastikan lembaga itu akan menga-lami kelumpuhan.

Kewenangan di Bidang Perijinan

Mengapa demikian? Seandainya wewenang memberidan mencabut ijin usaha bank itu ada ditangan institusi laindi luar lembaga pengawas bank, ketika lembaga pengawasmerekomendasi agar sebuah bank dicabut ijin usahanya,tapi institusi yang merilis ijin tersebut mengatakan masihbisa diselamatkan, akan terus terjadi benturan kepentingan.Begitu juga bila dua wewenang lain, bila salah satu ataukeduanya tidak berada ditangan lembaga pengawas bank,maka institusi pengawas bank hanya akan menjadi lembagayang tidak memiliki kekuatan apa pun alias mandul.

Contoh ketika Pemerintah memperlonggar ijin mendiri-kan bank yang terkenal dengan kebijakan Pakto 1988. Modalmendirikan bank hanya Rp10 miliar dan perijinan pun mudahsehingga mendorong banyak konglomerat di dalam negeriberlomba-lomba memiliki bank sebagai anak usaha. Ketikaitu, urusan penerbitan dan mencabut ijin bank ada ditanganPemerintah cq Departemen Keuangan, dan Bank Indonesiahanya bertugas mengawasi bank. Pada waktu PengawasBank merekomendasikan ini dan itu guna perbaikan kualitastata kelola atau kesehatan bank tersebut, rekomendasipengawas seperti dianggap angin lalu saja. Bank-bankcenderung lebih takut dan taat kepada instansi yang dapatmencabut “nyawa” mereka.

30 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 31

Page 19: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

pengawas di negara asal si pemegang saham asing ataubank asing itu berdomisili. Tanpa ada rekomendasi itu,jangan harap akan keluar ijin. Rekam jejak si calon tadimasih akan diteropong terkait kapabilitas dalam kemampuanmanajerial, kemampuan keuangan dan kompetensi di bidangperbankan.

Kewenangan di Bidang Pengaturan

Sekarang terkait wewenang lembaga pengawas bankdalam hal membuat aturan dan/atau mencabut aturandilakukan untuk menjaga agar bank beroperasi dalam koridorprudential. Regulasi akan terus diperbaharui mengikutiperkembangan jaman. Perihal pengaturan ini, BIS menuang-kan kedalam 13 Prinsip yakni BCP nomor 6 (enam) hingga18 (delapan belas). Sudah barang tentu ini adalah bagianterbesar menyita perhatian BIS. Namun begitu, bila cobadiperah, akan ada 4 (empat) bagian utama dari StrukturPengaturan BCP ini. Pertama, penetapan permodalan.Kedua, penanganan risiko kredit. Ketiga, penanganan risikolainnya. Keempat, kontrol, audit dan penyalahgunaan bank.

Perihal penetapan permodalan. Modal ibarat “shock-breaker” mobil. Fungsi shock-breaker adalah untuk menahanbeban kendaraan plus muatannya. Semakin bagus kualitasshock-breaker akan semakin kuat menahan beban beratsekali pun. Begitu pula dengan modal bank. Semakin besarmodal bank, maka akan semakin baik kemampuan mem-biayai ekspansi bisnis bank itu. Fungsi lain shock-breakeradalah untuk menahan kejutan atau risiko bila mobil mene-rabas lobang atau jalan bergelombang. Modal bank pundemikian. Bila modal semakin besar akan semakin kuat diamenahan beragam risiko yang mungkin timbul. Namun bilamodal cekak dan pas-pasan, sedikit saja terhempas masalahkredit macet, biduk bank itu pun akan goyang.

Bisa dibayangkan bila modal bank hanya Rp10 miliarseperti disyaratkan Pakto 88, maka dana sebesar itu kurang

32 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 33

Sekarang mari coba kita telisik ketiga wewenangutama yang menjadi prasyarat sebuah lembaga pengawasanyang ideal. Dalam hal wewenang memberi dan mencabutijin sebuah bank yang adalah institusi kepercayaan, setidak-nya ada dua komponen penting yang menjadi perhatianpengawas bank. Pertama, siapa figur yang akan menjadipemegang saham dan pengurus bank. Pengetahuan danpengenalan akan figur calon pemilik dan pengurus bankadalah isu sensisitif. Sebab, bila tidak ada seleksi ketatmelalui proses fit and proper test, salah-salah seorangpenjahat (white colour crime) bisa duduk sebagai pengurusbank. Atau, pedagang kelontong yang tak punya kompetensimenjadi pemilik bank. Bila sampai figur berotak busuk masukatau orang tak berkompeten duduk pada jajaran pemilikatau pengelola bank, jelas akan menjadi ancaman seriusbagi kelangsungan hidup bank tersebut.

Contoh nyata adalah apa yang menimpa Bank Centuryterkait penilaian fit and proper BI terhadap Robert Tantularsebagai pemegang saham pengendali Bank Century. Awal-nya, pengawas bank BI tidak mengetahui bahwa RobertTantular bertindak selaku figur dibelakang layar yang mengen-dalikan operasional bank itu selain yang secara resmi tercatatdalam formasi susunan komisari dan direksi bank. Begitumasuk informasi ke Pengawas Bank BI bahwa ada figurmisterius yang mengendalikan Bank Century, info ini pundiselidiki. Setelah ditelusuri dan ditemukan sebuah dokumenresmi berupa kesepatakan antara Robert Tantular dan RafatAli Rizvi (salah satu pemegang saham BC) yang mengatakanbahwa Robert Tantular adalah salah satu pemegang sahambank itu, maka BI pun mengambil tindakan pelarangan.

Hal kedua dari butir Struktur Perizinan, mewajibkanpengawas bank untuk meneliti lebih lanjut bila pemegangsaham adalah orang atau bank asing. Pihak pengawas akanmencari tahu kredibilitas figur yang menjadi pengurus bankitu, selain mensyaratkan surat rekomendasi dari otoritas

Page 20: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

memberi ruang gerak yang leluasa bagi bank untuk mela-kukan ekspansi bisnis, atau kurang kenyal menahan shockyang sewaktu-waktu menimpa bank itu. Dalam hal permo-dalan, BI terus mendorong perbankan untuk menginjeksikandana segar melalui berbagai cara. Hal itu bisa dilakukandari kocek si pemegang saham sendiri, atau melalui mergerdengan bank sekelas, bisa juga dengan menggandenginvestor asing. Idealnya, modal bank yang baru didirikan kedepan ya sebesar-besarnya, atau bila merujuk arahan UUBI setidaknya mencapai Rp3 triliun. Dengan modal sebesaritu, lebih memadai dan leluasa dalam mengembangkanusaha bank dan menahan goncangan yang mungkin timbul.

Perihal penanganan risiko kredit. BIS menempatkanrisiko kredit sebagai risiko utama yang menimpa bank.Maklumlah, risiko kredit ibarat bayang-bayang yang selalumengikuti ke mana aliran dana kredit bank disalurkan. Untukitu, BIS mengharapkan agar pengawas bank mampu meng-ukur risiko kredit ini terhadap perbankan, sekaligus melakukanmitigasi sejauhmana pihak bank sendiri menelaah risikokredit yang disalurkannya. Kelaziman mengucurkan kreditapalagi berskala besar, sudah barang tentu mestilah melaluiprosedur baku dan sikap hati-hati. Analisis haruslah tetapobyektif dan tidak melanggar prinsip Batas MaksimumPemberian Kredit (BMPK) meski kredit itu diperuntukkanpihak terkait bank. Begitu pula kalkulasi risiko politik danekonomi suatu negara, bila kredit digelontorkan ke debiturlintas negara.

Bila sedikit menengok ke belakang, di era sebelumkrisis bank tahun 1997, banyak kelompok usaha (konglo-merat) yang memiliki unit usaha sebuah bank. Dan, bukanrahasia lagi, bahwa bank-bank tersebut dimanfaatkan sebagaikasir oleh induk semangnya. Walhasil, setiap pengucurankredit—kususnya kepada anak usaha yang masih satu induk—terkadang tidak sepenuhnya dilandasi sikap prudent. Danketika kredit ke anak usaha itu banyak yang macet seiring

krisis moneter dan ekonomi di tahun 1997, bank-bank itupun mulai pada kelimpungan menghadapi gelombangdahsyat kredit macet. Bank-bank itu menghadapi ancamanserius menyangkut tingkat kesehatan dan likuiditas.

Sedangkan dalam hal penanganan risiko-risiko laindi luar kredit, BIS memberi arahan bahwa masih banyakrisiko yang harus dihadapi bank. Misalnya, risiko pasar(risiko suku bunga di portfolio trading dan banking book),risiko likuiditas, risiko operasional, risiko politik, risiko hukum,risiko reputasi bank dan risiko-risiko lainnya. Panjangnyadaftar risiko ini menjadi perhatian serius BIS dalam menetap-kan BCP. BIS berharap pengawas bank mampu mengukur,menilai risiko-risiko tersebut seiring juga memantau sejauhmana bank melakukan mitigasi atas risiko tersebut. DisinilahPengawas Bank merekomendasi perbaikan manajemenrisiko (risk management) yang bertujuan untuk mengiden-tifikasi, mengukur, memitigasi dan mengontrol risiko yangakan dihadapi.

Salah satu contoh besar dari kealpaan bank memitigasirisiko di luar kredit adalah apa yang menimpa Bank Ekspor-Impor (Exim) yang melebur bersama Bank Dagang Negara(BDN), Bank Bumi daya (BBD) dan Bank PembangunanIndonesia (Bapindo) menjadi Bank Mandiri sebagaimanadiberitakan media massa. Pada tahun 1998, Bank Eximsempat limbung karena mengalami kerugian akibat transaksivalas hingga Rp6,64 triliun. Bank ini memang dikenal palingrajin dalam menangguk laba dari selisih suku bunga antarabunga rupiah dengan bunga pergerakan kurs. Kegiatanyang dilakukan Bank Exim meminjam uang dalam matauang dolar AS yang lalu dimainkan (baca: pinjamkan kembali)di pasar uang antarbank di dalam negeri. Sebelum krismon1998, selisih kurs berkisar 5-6 persen sedangkan sukubunga rupiah berkisar 17 persen. Jadi, ada 12 persen selisihyang menjadi laba bank.

34 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 35

Page 21: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

36 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 37

pidana perbankan dengan modus seolah-olah melakukanekspor pasir kuarsa ke Afrika. Padahal, ekspor itu tak pernahada alias fiktif. BNI membukukan kerugian sedikitnya Rp1,2triliun. Yang bersangkutan pun telah divonis hukuman penjaraoleh pengadilan.

Kewenangan di BidangPengenaan Saksi

Setelah dua wewenang utama sebuah lembaga penga-was bank dibahas, yakni kewenangan mengeluarkan danmencabut izin bank dan wewenang membuat pengaturandan merevisi aturan tersebut, wewenang lain yang jugapenting dimiliki adalah menyelesaikan bank bermasalahdan menjatuhkan sanksi. Ini termasuk Prinsip Nomor 23BCP. BIS menganggap wewenang ini penting karena dalammenangani bank bermasalah, kecepatan menangani masalahmenjadi hal penting. Bila terdeteksi ada masalah dan/ataupelanggaran di sebuah bank, kalau tak cepat diambil tindakanakan melebar dan bukan hanya bisa membahayakankelangsungan hidup bank itu sendiri, tapi juga bank-banklain hingga sistem moneter di negara itu.

Contoh gres adalah tindakan penyelamatan (bailout)Bank Century pada November 2008. Walaupun putusanmenyelamatkan bank itu dan memasukkan sebagai bankberdampak sistemik masih menjadi isu kontroversial dipublik, bahwa ruh dari keputusan yang diambil oleh banksentral ketika itu bukanlah ingin menyelamatkan bank itutapi ada kepentingan yang lebih besar yakni menyelamatkansistem perbankan dan keuangan nasional. Memang benardan fakta adanya, bahwa Bank Century tergolong bank kecildan bersifat nonsistemik atau tidak akan menimbulkangangguan berarti di sistem perbankan bila ditutup ketikasituasi perekonomian dalam keadaan normal. Tengoklahketika Bank IFI ditutup dalam kondisi normal, tidak timbulgoncangan apa-apa. Tapi karena ada krisis yang membingkaitatkala palu godam putusan hendak dijatuhkan, bank ini pundirekomendasi untuk diselamatkan.

Yang memukul Bank Exim ketika kurs rupiah bergerakdi luar kisaran yang diduga karena terhempas krismon.Kontrak valas berjangka (forward) awal Bank Exim sebesarRp2.725 per dolar AS dengan pihak kreditor. Naasnya,kontrak itu tidak dilakukan lindung nilai (hedging). Dan ketikakurs terus bergerak hingga mencapai Rp3.191 per dolar ASdi bulan Desember 1997, potensi kerugian bank ini punmembukukan angka Rp6,64 triliun. Menurut pemberitaandi media massa, potensi kerugian per Agustus 1997 terdeteksiRp150 miliar. Seandainya ketika itu manajemen Bank Eximmemutuskan untuk melakukan lindung nilai (hedging) ataupotong rugi (cut loss) mungkin kerugian tidak sebesar itu.

Sementara itu, terkait kontrol, audit dan penyalah-gunaan bank, BIS menegaskan bahwa kunci sukses penga-wasan adalah dilakukannya kontrol dan audit oleh internalbank sebagai garda terdepan dari sistem pengawasan bank.Bila terjadi pelanggaran di suatu bank, maka pihak pertamayang mengetahui adalah satuan kerja (satker) pengendaliandan audit internal bank. Mereka inilah yang akan dengansegera melakukan berbagai langkah untuk mencegah ataumemini-malisir ekses dari pelanggaran tersebut. Ibarat adakebakaran di bank itu, satker pengendali dan audit internalyang lebih dahulu mengetahui ketimbang pengawas bankdari BI. Sebab, mereka inilah yang sehari-hari mengawasibank.

Ada sebuah contoh bagus terkait peran internal controlbank. Suatu ketika di bulan Agustus 2003, satker auditinternal BNI mendapati eksposur kredit dalam denominasiEuro tak seperti biasanya. Nilainya mencapai 52 juta Euro.Angka sebesar itu tak lazim alias kebesaran apalagi bilamengingat peredaran mata uang Uni Eropa itu juga terbatasdi dalam negeri. Sebagaimana dilansir media massa ketikaitu, setelah diselidiki lebih mendalam, satu demi satu praktikbusuk yang dilakukan Adrian Waworuntu selaku bosGramarindo Group pun terbongkar. Dia melakukan tindak

Page 22: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

Ada sanksi yang dijatuhkan BI terhadap pemegangsaham dan pengurus Bank Century. Salah satu pemegangsaham pengendali (PSP), yakni Robert Tantular diadukanke Mabes Polri untuk diproses atas tindak pidana perbankanyang membuat bank yang dikelola sampai pada kehancuran.Robert sudah divonis pengadilan tinggi selama 5 (lima)tahun penjara. Sedangkan dua pemegang saham lainnyayakni Rafat Ali Rizvi dan Hesham Al Waraq yang adalahwarga negara asing (WNA) masih berstatus buron karenaberada di luar negeri. Tindakan bank sentral adalahmemasukkan para pemegang saham Bank Century danjajaran direksi bank itu ke dalam Daftar Tidak Lulus (DTL)tes kelayakan dan kepatutan (fit and propert test). Merekayang masuk DTL, tidak diperkenankan untuk menjadipengurus bank untuk kurun waktu tertentu. Setelah kurunwaktu itu, kelayakan orang tersebut dievaluasi kembali bilaakan menjadi pengurus bank di kemudian hari.

BCP Bukan Tongkat Sihir

Ada sebuah kesan umum yang masih kuat di benakpublik di dalam negeri, bahwa kalau sedemikian panjangnyadaftar rincian prinsip-prinsip serta ketentuan terkait penga-wasan bank sebagaimana direkomendasi BIS, mengapapula masih ada bank-bank yang tiba-tiba mengalami masalahbahkan kolaps. Pihak BIS sendiri seperti kutipan pada bagianawal bab ini mengatakan, “banking supervisor cannot, andshould not, provide an assurance that banks will not fail.”Atau dalam bahasa gampang dikatakan, pengawas banktidak dapat dan tidak boleh memberi garansi bahwa tidakakan ada bank gagal meski sudah memberlakukan instrumen25 BCP.

“Kehadiran 25 BCP bukanlah sebuah tongkat sihiryang bisa menyelesaikan segala permasalahan secaracepat, dan juga bukan obat mujarab dari kesalahan penge-lolaan ekonomi, “ tandas BIS. Pelaksanaan 25 BCP di setiapnegara mengikuti karakteristik di negara tersebut. Semuaprinsip yang ada di BCP bukanlah prinsip yang kaku dan

38 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 39

bisa disesuaikan dengan kebutuhan lokal, misalnya, sepertidi Indonesia yang kondisi perbankan dan pasar uangnyamasih terbilang tradisional.

Menurut BIS, setidaknya ada 4 (empat) prakondisiyang diperlukan untuk membangun sistem pengawasanbank yang sehat selain memberlakukan 25 BCP. Pertama,kebijakan makro ekonomi yang mendukung. Bila makroekonomi suatu negara terkelola dengan baik, maka sistempengawasan bank di negara itupun akan stabil. Di sini BISmengingatkan agar pengambil keputusan makro ekonomidi suatu negara agar melihat keterkaitan erat antara kondisiperekonomian negara itu dengan stabilitas sistem keuangan.

Kedua, prakondisi ketersediaan infrastruktur. Poin inisering dilupakan banyak pihak. Bahwa sebuah negara yangbelum memiliki sistem hukum yang baik, eksternal audityang belum independen, sistem pembayaran yang belumberjalan aman dan lancar, pasar modal yang belum efisienakan membawa dampak serius pada sistem pengawasanbank yang juga kurang baik dan memadai.

Ketiga, peran serta masyarakat dalam pengawasanbank. Seperti seorang polisi yang sedang mengusut sebuahkasus, akan berjalan lancar bila masyarakat ikut membantudalam memberi informasi terkait kasus yang sedang diusut.Begitu juga dengan Pengawas Bank, kerja mereka akanlebih optimal bila masyarakat pun ikut membantu dalammengawasi bank. Caranya? Dengan ikut mencermati laporankeuangan bank yang disampaikan ke publik. Atau, bila adakejanggalan terkait tawaran produk perbankan tertentu.Misalnya, kasus reksadana bodong Antaboga yangditawarkan Bank Century kepada nasabahnya. Denganiming-iming return tinggi plus “jaminan” oleh si penerbitreksadana, semestinya masyarakat menaruh curiga danmelaporkan ke BI.

Keempat, bank bermasalah dan berdampak sistemik.Tatkala ada bank bermasalah dan berdampak sistemik

Page 23: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

40 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 41

terjaga kondisi kesehatannya. Baju jirah adalah bajupelindung dari anak panah dan pedang yang lazim dipakaipasukan kekaisaran Yunani di bawah kepemimpinanAlexander Agung “Sang Penakluk” di abad ke-4. Meskisetiap pasukan Romawi diperlengkapi baju zirah, itu tidaklahmenjamin sepenuhnya bakal tak akan ada tentara yangtewas dalam pertempuran. Begitu juga dengan industriperbankan yang sudah memakai “baju zirah” 25 BCP yangtak bisa menjadi menjamin tidak akan ada bank gagal lagi.

Jadi? Sebagus dan sehebat apa pun sistempengawasan bank itu diperlengkapi, tidak akanmenghilangkan kemungkinan adanya bank gagal. Bankgagal akan selalu ada, tapi yang lebih utama adalahbagaimana mencegah dan membangun benteng ketahananterhadap risiko yang mungkin meluluhlantakkan sistemperbankan. Pemberlakuan 25 BCP dalam pengawasan bankadalah “baju zirah” pelindung yang diharapkan dapatmelindungi sistem perbankan agar terjaga kesehatan dankeselamatannya, sebagaimana hal ini terbukt iketika krisis keuangan global medio tahun 2008.

Kedua, prakondisi ketersediaan infrastruktur. Poin inisering dilupakan banyak pihak. Bahwa sebuah negara yangbelum memiliki sistem hukum yang baik, eksternal audityang belum independen, sistem pembayaran yang belumberjalan aman dan lancar, pasar modal yang belum efisienakan membawa dampak serius pada sistem pengawasanbank yang juga kurang baik dan memadai.

Ketiga, peran serta masyarakat dalam pengawasanbank. Seperti seorang polisi yang sedang mengusut sebuahpihak bank membuat pelaporan keuangan berkala dan sikaptransparansi dalam rangka pengawasan publik,” begitu bunyiresume penelitian tersebut. Selain itu, disarankan pula untukmemperkuat sistem pengawasan bank di suatu negara agarmengutamakan dan memperkuat arus informasi dari bankke lembaga pengawas dan diteruskan ke masyarakat luasatau “pasar”.

sedang mengalami kegagalan, bila dibiarkan akan melum-puhkan sistem perbankan dan moneter. Untuk itu, bantuanlikuiditas dari bank sentral selaku lender of the last resortmemang akan sangat membantu bank itu. Namun, bilabantuan likuiditas bank sentral dianggap berlebihan dandalam jumlah besar, sudah barang tentu akan berdampakpada inflasi. Untuk itu, perlu juga dibangun kesiagaan danadi luar bank sentral, misalnya, fasilitas pinjaman darurat(FPD) yang dikeluarkan Otoritas Fiskal melalui Jaring Penga-man Sistem Keuangan (JPSK). Untuk itu perlu dibangunkerjasama antara Otoritas Moneter dan Otoritas Fiskal terkaitisu bank sistemik yang perlu dibantu.

Jadi, benang merah yang bisa ditarik, bila sebuahnegara telah memberlakukan 25 BCP plus disokong keempatprakondisi untuk terbangunnya sistem pengawasan yangefektif, bisalah dikatakan negara itu dalam kondisi jauh lebihtahan menghadapi gejolak krisis moneter dan ekonomi. Halini dibuktikan dari hasil riset yang dilakukan A. Demirglic-Kunt, Enrisa Detragiacxhe dan Thierry Tressel (2006). Hasilriset itu memperlihatkan, negara yang memberlakukan 25BCP akan memberi dampak positif terhadap stabilitas sistemperbankan di negara itu termasuk daya tahan menghadapikrisis. Namun begitu, ketiga peneliti itu menekankan bahwabukan seperangkat adopsi prinsip-prinsip itu yang palingpenting, tapi apakah prinsip-prinsip tadi dijalankan atautidak.

“Selain itu, ciri-ciri utama dari baiknya pelaksanaan25 BCP juga terkait sejauhmana pengawas bank mewajibkansehat selain memberlakukan 25 BCP. Pertama, kebijakanmakro ekonomi yang mendukung. Bila makro ekonomi suatunegara terkelola dengan baik, maka sistem pengawasanbank di negara itupun akan stabil. Di sini BIS mengingatkanagar pengambil keputusan makro ekonomi di suatu negaraagar melihat keterkaitan erat antara kondisi perekonomiannegara itu dengan stabilitas sistem keuangan.

Kehadiran 25 BCP boleh dibilang ibarat “baju zirah”bagi industri perbankan dalam menjaga agar bank dapat

Page 24: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

42 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 43

BAB 4MENGENAL PERILAKU BANK

YANG DIAWASI(Know Your Bank)

“If you know your enemies and know yourself, you will notbe imperiled in a hundred battles; if you do not know

your enemies but do know yourself, you will win one andlose one; if you do not know your enemies nor yourself,

you will be imperiled in every single battle.”

(Sun Tzu, ahli strategi perang Cina kunodalam “The Art of War”)

Page 25: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

Prinsip Dasar KYB

Masih ingat kisah film “Pearl Harbour” yang dibintangiBen Affleck yang diputar tahun 2001? Film ini berceritatentang penyerbuan militer Jepang ke pangkalan angkatanlaut Amerika Serikat di Pulau Oahu, Hawaii, 7 Desember1941. Ada sekuen kecil dalam film itu yang menarik namunluput dari perhatian sebagian besar penonton, yakni ucapanseorang Laksamana Angkatan Laut (AL) Jepang usai penye-rangan yang “gilang-gemilang” itu. “Sepertinya kita sedangmembangunkan seorang raksasa yang sedang tidur,” ujarsang Laksamana yang khawatir akan pukulan balik darimiliter AS terhadap Jepang di kemudian hari. Dan, benarsaja, hal itu terjadi ketika kota Hiroshima dan Nagasaki dibom atom oleh AS. Jepang pun menyerah tanpa syarat dantercatat dalam sejarah dunia sebagai negara kalah perang.

Agaknya, para petinggi militer Jepang tidak menyerapdengan baik perkataan Sun Tzu sebelum memutuskan untukmenyerang pangkalan Armada Pasifik AS di Pearl Harbour.Bahwa sebelum angkatan bersenjata Jepang tumbuh menjadinegara maju dan moderen, militer Negeri Matahari Terbititu berguru pada militer AS dalam segala segi. Ibarat muridingin melawan guru, sudah barang tentu, sang guru masihmenyimpan “ilmu pamungkas” yang belum diturunkan kepadamuridnya. Pukulan balik sang guru akan mematikan langkahmurid yang membangkang. Intinya, militer Jepang tidaklahmengenal siapa musuh yang sedang dihadapi di medantempur serta terlalu yakin dengan kekuatan diri sendiri.

Prinsip mengenal medan tempur (know your battlefield) telah diterjemahkan dan dimodifikasi untuk berbagaikeperluan di luar militer. Misalnya, hampir semua kantoratau firma akuntan publik di dunia ini menaruh fokus tajampada pengetahuan akan inti bisnis kliennya. Aspek ini disadariadalah hal fundamental dan penting yang harus dikuasaioleh auditor. Kantor akuntan publik ternama seperti Ernst& Young secaraeksplisit memasukkan aspek “know yourclient” sebagai tahapan awal dalam metodologi audit yangdilakukan.

44 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 45

Dalam praktik pengawasan bank di Indonesia, BI punmengusung konsep Know Your Bank (KYB) sejak tahun2005. Sebelum KYB diberlakukan, pengawasan bank dilaku-kan dengan mencermati data historis bank. Selain itu, areayang menjadi perhatian pengawas pun terbilang masih ter-batas dan belum memotret dinamika bisnis bank secarakomprehensif. Misalnya, pengawasan belum menyentuhanalisis profil risiko secara terkonsolidasi seperti memper-hitungkan risiko perusahaan anak atau pihak terafiliasi bank.Walhasil, pengawas pun tidak memiliki informasi yangmemadai di luar profil risiko kredit.

KYB dilakukan oleh Pengawas Bank melalui analisadata pokok perbankan dan hasil pemeriksaan periode lalu.Penerapan mengenal bank yang diawasi ini tak lepas dariperkembangan metodologi pengawasan bank yang mulaimasuk ke model pengawasan berbasis risiko (risk basedsupervision/RBS). Model RBS ini memperbaharui sistempengawasan sebelumnya yang lebih menekankan padaaspek kepatuhan (compliance based supervision/CBS) bankterhadap aturan yang telah ditetapkan. Sistem RBS menitik-beratkan pada pengawasan area-area berisiko tinggi yangdimasuki sektor perbankan yang dikhawatirkan menganggukelangsungan bisnis bank itu dan membawa goncanganterhadap stabilitas sistem perbankan dan keuangan.

Pengawasan bank dengan model CBS dapat diibarat-kan seorang perenang yang sedang berenang di permukaanair. Ia hanya melihat hal-hal atau kejadian yang ada di ataspermukaan. Tapi, apa yang terjadi di dalam atau di dasarair kolam, tidak ketahui. Sedangkan Pengawasan bankdengan model RBS itu ibarat seorang perenang yang sedangmenyelam ke dasar kolam. Ia mencoba masuk ke dasarkolam untuk mengetahui apa sesungguhnya yang terjadisampai muncul riak-riak air di permukaan. Jadi, seorangpengawas bank yang mengusung model RBS akan mengalilebih mendalam akar persoalan yang membuat sebuahbank sampai bermasalah.

Sekarang coba kita analogikan perihal tumpukan kredit

Page 26: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

Maksimum Pemberian Kredit (BMPK). Atau, ikut melakukanaksi rush oleh pihak terkait bank sendiri yang seolah-olahhal itu adalah tindakan panik nasabah saat terjadi kepanikanmassa (great mass panic) pasca likuidasi 16 bank.

Selain itu, struktur dan karakteristik kelompokusaha di mana bank tersebut menjadi salah satu unit anakusaha, juga perlu diteliti. Bahwa bukan rahasia lagi, sebuahbank yang didirikan oleh sebuah kelompok usaha keraphanya dipakai sebagai “kasir” bagi grup usaha tersebut.Atau, terkadang bank itu menjadi “sapi perah” (cash cow)guna membiayai roda usaha dan ekspansi bisnis grup usahaitu. Caranya, bank “A” yang dimiliki konglomerat “A” memberikredit ke anak usaha konglomerat “B” yang kebetulan jugamemiliki bank “B”. Begitu juga sebaliknya. Bank “B” akanmengucurkan kredit ke anak usaha konglomerat “A”. Denganmodus pengucuran kredit seperti itu, jelas akan bebas dariregulasi BMPK.

Bila terjadi goncangan terhadap inti bisnis grup usaha,maka bukan tak mungkin akan berdampak serius terhadapkinerja keuangan bank yang memberikan kredit. Masihbanyak ragam teknik merekayasa kredit oleh induk semangpemilik bank yang relatif membahayakan kesehatan dankelangsungan hidup bank tersebut. Disinilah pengawasdiharapkan memantau dan memahami betul lika-liku bisnisutama grup usaha di mana bank menjadi salah satu anakusaha, plus kemungkinan terjadinya perilaku manipulatifyang tak wajar dan menyimpang yang dilakukan para pemilikdan pengurus bank.

Sedangkan aspek lain yang menjadi perhatianpengawas bank adalah bisnis utama (key business lines)bank tersebut. Setiap bank memiliki karakteristik masing-masing. Ada bank yang sangat kuat dan telaten dalammembiayai bisnis ritel. Tapi, ada juga yang hanya menguruskredit berskala besar kepada perusahaan-perusahaan besar.Memang nikmat mengucurkan dana bagi korporat besar,cukup beberapa perusahaan saja dipegang sudah memberitingkat pendapatan yang jauh lebih memadai dibanding

46 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 47

macet (non performing loan/NPL) di bank dengan sakitpanas. Pengawas Bank yang mengusung model CBS akanmengatasi “sakit panas” bank dengan memberi obat generikseperti “paracetamol” yang dibeli bebas di pasaran. Untuksementara panas itu menurun dan pasien bisa dikatakan“sembuh”. Tapi apa sesungguhnya penyebab panas taditidaklah sepenuhnya diketahui dengan jelas. Bagi PengawasBank dengan model RBS, ketika melihat ada bank terserang“sakit panas” akan diteliti secara mendalam riwayat penyakitbank itu dan menganalisa berbagai kemungkinan sumberpenyakit panas tadi. Dengan pemahaman yang mendalamakan penyakit yang dihadapi bank, Pengawas akan meresep-kan pengobatan yang akan menyelesaikan sumberpenyakitnya.

Aspek-Aspek UtamaDalam Penerapan KYB

KYB barulah satu tahapan dalam sebuah siklus sistemRBS. Adalah mustahil dan sulit bagi seorang PengawasBank melakukan pengawasan bila tidak mengenal betulbank yang sedang diawasi dan segala aspek yang menyer-tainya. Lantas aspek-aspek apa saja yang perlu diperhatikanoleh Pengawas Bank? Setidaknya ada enam aspek utamayang mesti dicermati, seperti: (1) kepemilikan dan strukturkelompok usaha, (2) bisnis utama (key business lines), (3)aktivitas penunjang utama (sumber daya manusia, teknologisistem informasi dan sistem akutansi), (4) rencana bisnisbank, (5) kondisi dan kinerja keuangan, (6) organisasi,manajemen risiko dan sistem pengendalian internal.

Pada aspek kepemilikan & kepengurusan bank,misalnya. Seorang pengawas bank akan mencermati latarbelakang, perilaku dan informasi apa pun yang ada kaitannyadengan pemilik dan pengurus bank. Belajar dari pengalamandi masa lalu, persisnya pada krisis perbankan tahun 1997,ada beberapa pemilik dan pengelola bank yang berperilakukurang baik. Mereka sepertinya dengan sengaja “merampok”bank sendiri. Caranya? Dengan membuat kredit fiktif yangmenguras likuiditas bank itu dan menabrak regulasi Batas

Page 27: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

oleh bank tersebut. Dan dari sini pula akan dengan mudahterbaca apakah program tersebut masuk akal atau malahmengiring bank ke jurang kehancuran. Rencana bisnis bankakan menjadi patokan bagi pengawas dalam melihat gamba-ran kondisi bank itu sekarang ini dan untuk waktu mendatang.Ada pepatah bijak mengatakan, perencanaan yang baik,ibarat setengah keberhasilan sudah ditangan. Begitu pulabank yang memiliki perencanaan bisnis yang baik, terukurdan masuk akal (reasonable) juga sudah bisa diduga akanmemberi profit signifikan bagi perusahaan.

Misalnya, rencana bank hendak membiayai ekspansikebun kelapa sawit seluas 200 hektar oleh sebuah perusa-haan swasta nasional. Angka kredit yang akan dikucurkanpun cukup besar yakni sebesar Rp250 miliar. Melihat rencanabisnis bank seperti itu, sudah barang tentu Pengawas Bankakan memasang kuda-kuda. Kajian makro dan mikro ter-hadap kondisi sektor perkebunan khususnya kelapa sawitakan menjadi bahan rujukan, selain memperhatikan kompe-tensi bank tersebut. Apalagi kalau bank itu tidak memilikikompetensi dalam membiayai bisnis di bidang perkebunan.Semua informasi tersebut akan melengkapi keputusan(judgement) yang akan diambil untuk menentukan profilrisiko bisnis bank.

Aspek lain yang dicermati dari kondisi keuanganbank, salah satu aspeknya adalah modal disetor. Semakinbesar modal disetor, semakin memberi ruang lebih leluasabagi bank untuk bergerak dan memiliki daya tahan dalammenghadapi risiko seperti kerugian akibat kredit macet ataurisiko valas, risiko operasional, dan risiko-risiko lainnya yangmungkin timbul. Tapi semakin terbatas dana yang disetor,maka akan semakin rentan bagi bank tersebut untuk memilikidaya tahan bila terjadi “goncangan besar” (baca: kerugianbesar) yang mungkin dialami bank. Untuk saat ini, modalbank masih Rp100 miliar. Sedangkan modal bank yang baruberdiri ditetapkan sedikitnya Rp3 triliun sebagaimana diama-natkan Undang-Undang. Seiring dengan perkem-banganbisnis perbankan, besaran modal akan disesuaikan denganprofil risiko bank. Modal bank dapat diibaratkan seperti

mengurusi bisnis ritel yang pendapatannya pun “recehan”.Setiap pilihan membawa konsekuensi masing-masing. Ngu-rusi bisnis ritel jelimet tapi bila satu atau beberapa perusahaanbangkrut, risiko pukulan likuiditas dan kesehatan keuanganbank bisa jadi tidak terlalu besar. Tapi kalau satu atau duadebitur kakap ambruk, bank pun bisa sekarat dibuat.

Pada aspek penunjang kegiatan utama, pengawasbank akan cermat menyoroti keberadaan Sumber DayaManusia (SDM). Semakin baik dan rapih pola rekruitmenSDM, peningkatan kompetensi (up-grading course), kejelasanjenjang karir, sistem pengajian yang memuaskan, tingkatkesejahteraan dan jaminan sosial bagi karyawan akan men-jadi faktor-faktor perhatian juga oleh pengawas. Sebuahbank dengan ketersediaan SDM yang kurang handal akanmembawa bank ke kondisi yang mengancam kehancuran.Aspek ini intinya adalah apakah bank memiliki SDM yangmumpuni dan kompeten yang akan menjadi penunjangutama roda usaha bank. Tanpa SDM yang handal dapatdipastikan, cepat atau lambat, bank itu akan menghadapimasalah di kemudian hari.

Masih terkait aspek penunjang, tingkat kehandalanteknologi informasi juga menjadi faktor penentu. Belakanganini, perbankan nasional seperti saling berlomba dalam mem-beri pelayanan kemudahan bagi nasabah melalui saranatransaksi via internet dan/atau melalui telepon gengam.Tingkat kehandalan TI juga dinilai pada aspek tingkat keama-nan transaksi dan pemakaian alat itu. Aksi pembobolan ATMnasabah di sejumlah mesin ATM bank-bank di dalam negeri,sempat membuat panik nasabah meski belum sampai me-nimbulkan kepanikan yang meluas (pademi) seperti aksirush nasabah. Deposan hanya khawatir apakah duit merekadi bank aman atau tidak. BI terus mendorong perbankanagar bermigrasi dari kartu ATM magnetic stripe ke kartuchip yang jauh lebih aman dalam bertransaksi.

Pengawas bank pun akan melihat dengan cermatsetiap rencana bisnis (business plan) yang diajukan bank.Dari rencana bisnis ini akan terlihat arah yang ingin disasar

48 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 49

Page 28: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

kepanjangan tangan pengawas bank BI dalam kegiatanoperasional sehari-hari.

Keenam aspek tersebut adalah elemen utama KYBdari sudut pandang internal bank. Pada sisi ini belumlahcukup untuk menggambarkan profil tingkat risiko bank.Masih ada profil risiko seperti faktor eksternal yang beradadi luar kendali bank yang juga perlu menjadi bahan telaahpengawas bank. Misalnya, analisis ekonomi makro terhadapkondisi nasional dan dunia, kajian sektor ekonomi tertentukhususnya yang dominan dalam portfolio bank, dan analisisindustri perbankan secara nasional. Ketiga aspek eksternalbank ini wajib dianalisis secara mendalam oleh pengawasbank guna menentukan dampaknya terhadap kinerja danprofil risiko bank.

Berbekal kelengkapan analisis internal dan eksternaltersebut akan menjadi modal dasar bagi pengawas bankuntuk meneropong secara tajam terhadap kondisi dan profilrisiko bank yang diawasi. Informasi inilah yang akan menjadialat bantu pengawas dalam menyusun perencanaan (super-visory plan) dan strategi pengawasan termasuk rencanaaudit langsung (on-site supervision) terhadap bank. Setiapperkembangan informasi terkait bank yang diawasi terkaitenam aspek utama KYB akan direkam secara berkesinam-bungan dalam dokumen KYB. Dokumen ini akan terus diper-baharui setiap saat untuk melihat kekinian profil risiko bank.

Seperti dikatakan ahli strategi militer kuno Cina, SunTzu, pengawas bank yang mengenal betul akan kondisibank dan lingkungan di sekitar bank yang sedang diawasi,maka efektivitas pengawasan akan tercapai. Muara darikeberhasilan pengawas bank ini adalah terciptanya sistemperbankan yang kuat dan sehat. Jadi? Ya, sedapat mungkinpengawas mengetahui setiap informasi sesuai dengan bataskewenangannya akan berbagai manuver bank yang diawasi,meski pengawas juga bukanlah “malaikat” yang serba-tahuhingga aspek terkecil dari bank itu.

50 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 51

“shock-breaker” mobil yang fungsinya menahan kejutan dangoncangan karena jalan bergelombang dan berlobang.

Aspek lain yang menjadi sorotan pengawas bankdalam menjalankan tugas adalah aspek manajemen risikodan pengendalian internal bank. Bagaimana sebuah bankmelakukan tata kelola terhadap setiap risiko yang mungkinterjadi, menjadi bahan kajian bagi seorang pengawas. Bankyang melakukan manajemen risiko secara rapih, di ataskertas adalah bank yang siap dalam menghadapi berbagairisiko-risiko (kredit macet, risiko operasional, risiko reputasidan risiko lainnya). Mengapa? Sebab, memang sejak awalrisiko itu sudah diperhitungkan dengan masak dan disiapkanlangkah antisipasi atau bahkan kontijensi plan bila suatuketika muncul risiko tersebut.

Misalnya, ada sebuah proposal kredit dari sebuahperusahaan swasta nasional yang ingin melakukan ekspansiusaha dalam bidang komponen otomotif khususnya sepedamotor. Secara teknis, proposal itu wajar dan pantas untukdibiayai oleh bank, apalagi melihat prospek industri otomotifroda dua sekarang ini memang terus meningkat dan memberigambaran cerah kedepannya. Namun, melihat di internalbank itu belum sepenuhnya rapi dalam hal prosedur pembe-rian kredit dan masih lemahnya manajemen risiko, adalahwajar bila judgement Pengawas Bank dalam menulis profilrisiko bank akan meminta perhatian manajamen bank agarmemperkuat kedua aspek tersebut guna mengantisipasirisiko.

Masih terkait dengan manajemen risiko adalah upayadi internal bank sendiri dalam melakukan internal control.Bentuk internal control meliputi tiga fungsi, yaitu pencegahan(Direktur Kepatuhan), pengawasan melekat (satker pelak-sana) dan penindakan (Satuan Kerja Audit Intern). Semakinrapi dan ketat tingkat pengendalian internal diberlakukan disuatu bank, akan semakin baik dan cepat dalam mendeteksidan menyelesaikan setiap persoalan atau fraud yang ditemu-kan. Dengan demikian, unit yang melaksanakan ketigafungsi pengendalian internal tersebut berperan sebagai

Page 29: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

52 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 53

Bab 5Merancang Sebuah

Perencanaan Pengawasan Bank(Supervisory Plan)

“Before beginning, plan carefully”

(Markus Tullius Cicero, filsuf Romawi)

Page 30: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

54 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 55

Seorang ahli strategi perang Cina kuno, Sun Tzumengatakan, “Panglima perang yang banyak memenangkanpertempuran adalah dia yang membuat banyak perencanaandalam kemahnya sebelum pertempuran dimulai. Komandanpasukan yang kalah dalam suatu peperangan adalah karenaia membuat perencanaan terlalu sedikit. Jadi, membuatperencanaan akan membawa kepada kemenangan, sedang-kan sedikit perencanaan kepada kekalahan, apa lagi bilatanpa perencanaan sama sekali.”

Kalimat pembuka Sun Tzu di atas menjadi inspirasibagi banyak pemimpin negara, pemimpin perusahaan besarhingga komandan militer tersohor di abad moderen. Bilakita memiliki perencanaan yang baik, dikatakan sudahseparuh perjalanan sukses. Dengan perencanaan yangbaik, sebuah tujuan yang ingin dicapai sudah kelihatan didepan mata. Perencanaan menjadi kata kunci sukses dimedan “pertempuran” apa pun, tak terkecuali hal itu berlakujuga dalam pengawasan bank yang dilakukan oleh BankIndonesia.

Sebelum membuat perencanaan pengawasan banksebagaimana disarankan Markus Tullius Cicero, perlulahditengok apa tujuan yang ingin dicapai. Untuk mengetahuisasaran tersebut, dapatlah ditengok kedalam Undang-Undang No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagai-mana telah diubah terakhir dengan UU No.6 Tahun 2009.UU BI mengamanatkan bank sentral agar mampu mencip-takan sistem perbankan nasional yang sehat. Ini bukanlahsebuah tugas ringan. Kalau sampai ada bank yang jatuh“sakit” bahkan harus dicabut izin usahanya, jelas cibiranpublik akan mengarah kepada bank sentral.

Untuk itulah perlu dirancang sebuah perencanaanpengawasan bank yang efektif agar mengarahkan perbankan

menjadi bank yang sehat. Seperti dinasihatkan Sun Tzu,membuat banyak perencanaan yang baik, akan memberipeluang sukses lebih besar. Dengan perencanaan penga-wasan yang baik, pengawas bank akan mampu membuatstrategi dan rencana aktivitas pengawasan yang diperlukanguna mengantisipasi dan mengatasi permasalahan yangdihadapi bank secara tepat sasaran, tepat waktu dan sesuaidengan sumber daya manusia yang tersedia.

Identifikasi Profil Risiko

Salah satu aspek penting dan krusial dalam menyusunstrategi pengawasan bank berbasis risiko adalah membuatidentifikasi dan penilaian terhadap profil risiko bank. Sumberutama dalam hal Pengawas Bank menyusun profil risikosebagaimana tergambar dalam siklus RBS adalah pema-haman terhadap bank yang diawasi (know your bank).Pembuatan profil risiko dan tingkat kesehatan bank dilakukanmelalui analisis informasi keuangan dan hasil pemeriksaan(on-site supervision) terkini. Dalam perencanaan pengawasanakan merumuskan berbagai aspek yang menjadi fokusperhatian dengan memperhatikan signifikansi dan prioritaspermasalahan bank termasuk juga pengaruh dari kinerjadan profil risiko anak usaha bank.

Jadi, dapat dikatakan bahwa kualitas dan efektivitasperencanaan sepenuhnya bergantung pada aspek penge-tahuan dan pemahaman si pengawas terhadap bank yangdiawasi dan tingkat keakuratan analisis profil risiko bank itu.Tanpa kedua komponen itu, sulit bagi pengawas akanmembuat sebuah perencanaan pengawasan yang efektif.Mengapa? Sebab, bila informasi terkait bank yang diawasiminim, maka profil risiko yang tersaji juga tidaklah menggam-barkan kondisi yang sebenarnya dari bank itu. Kalau hal itusampai terjadi maka pengawasan bank akan berjalan tak

Page 31: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

56 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 57

optimal. Potensi bank akan mengidap masalah di suatu harijuga terbuka lebar.

Ambil sebuah contoh nyata. Pada waktu Bank Danpac,Bank CIC dan Bank Pikko merencanakan untuk meleburmenjadi Bank Century, Pengawas Bank BI sudah mengetahuibahwa di Bank CIC ada potensi risiko yakni surat-suratberharga (SSB) senilai US$127 juta yang dapat menjadimasalah bila tak terbayar saat jatuh tempo. Untuk mengan-tisipasi potensi risiko tersebut, pengawas bank memintapemegang saham pengendali (PSP) Bank Century untukmenambah modal disetor sedikitnya Rp400 miliar plus valassebesar US$15 juta. Dengan adanya tambahan dana segarsebesar itu, memungkinkan pihak bank membayar SSB tadibila jatuh tempo tanpa harus menguras modal dan mengerusmodal bank (Capital Adequacy Ratio/CAR) bank.

Dua Prinsip Utama

Ada dua prinsip utama dalam menyusun perencanaanpengawasan bank (supervisory plan) yakni: prinsip RatingBased dan prinsip SMART. Perihal prinsip Rating Based,sebelum menyusun perencanaan, pengawas akan menyusundan menentukan penilaian awal terhadap tingkat kesehatanbank. Penilaian tingkat risiko dan kesehatan bank ditetapkanmerujuk sebuah peringkat dari angka 1 (satu) hingga 5(lima). Bank dengan peringkat 1 (satu), itu berarti tingkatkesehatannya oke alias baik. Tapi, bila angka itu bergerakmelewati angka 3 (tiga), maka ada yang tak beres dengankesehatan bank tersebut. Apalagi bila rating based sampaimenyentuh angka 4 (empat) dan 5 (lima), bank sudah dapatdipastikan dalam masalah serius dan mungkin akut.

Nah, bila sudah keluar penilaian tingkat kesehatanbank, maka status pengawasan bank pun akan berbandinglurus dengan penilaian itu. Maksudnya, bila tingkat risikobank pada angka 1 (satu), maka status pengawasan punakan ditetapkan “normal”. Semua berjalan sesuai koridoraturan. Tapi, bila berada di angka 3 (tiga) maka status punakan ditingkatkan menjadi pengawasan “intensif”. Adamasalah yang harus diberesi bank untuk kembali normal.Misalnya, angka kredit macet (non performing loan/NPL)yang sudah di atas 5% (batas ambang yang diperkenankanBI). Untuk itu, Pengawas akan meminta pihak bankmemberesi permasalah NPL ini sampai tuntas dan bankdalam kondisi normal kembali.

Tapi, kalau rapor kesehatan bank menyentuh angka4 (empat) bergerak ke angka 5 (lima), misalnya, wah ... iniposisi yang gawat: pengawasan pun akan sampai padastatus maksimum, yakni: pengawasan “khusus” (specialsurvailance unit/SSU). Ini tahapan bank masuk unit gawatdarurat BI karena mengidap penyakit “serius” yangmembahayakan nyawa bank itu. Biasanya, bank yang masukunit gawat darurat BI adalah bank-bank yang parah tidakhanya angka NPL, tapi juga modal bank (CAR) juga sudahanjlok drastis di bawah 8% plus aneka “pelanggaran” lainnyaseperti giro wajib minimum (GWM), masalah penerbitansurat-surat berharga yang diperkirakan tidak terbayar karenasituasi likuiditas bank yang tak memungkinkan.

Penetapan status pengawasan akan menentukan pulafokus rencana pengawasan yang akan dilakukan selamakurun waktu setahun ke depan. Memang, intensitas fokusdan kegiatan pengawasan disesuaikan dengan kompleksitaspermasalahan yang dihadapi bank. Seperti disarankandalam Pedoman Pengawasan Bank Berbasis Risiko, bahwa

Page 32: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

58 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 59

analisis Pengawas tidak boleh hanya an sich pada kinerjakeuangan dan profil kesehatan bank saja. Tapi juga mestimelihat lebih luas lagi yakni secara konsolidasi. Mengapaharus demikian? Bila kinerja grup usaha di mana bankmenjadi bagian dari grup usaha merosot maka akan ber-pengaruh terhadap kinerja keuangan bank. Dan lagi bukanrahasia bahwa terkadang bank yang mempunyai sebuahgrup konglomerat kerap hanya dijadikan “kasir” termasukmembiayai ekspansi bisnis grup sendiri dan konco bisnisnya.

Prinsip kedua dari supervisory plan adalah PrinsipSMART. Kata ini kependekan dari Specific, Measurable,Achievable, Relevant dan Timely. Setiap kata mengandungmakna masing-masing. Kata Specific berarti setiap penyu-sunan supervisory plan akan disusun secara jelas yangmengarah pada penyelesaian kelemahan atau permasalahanbank sesuai dengan hasil KYB dan profil risiko serta tingkatkesehatan bank. Kata “spesifik” dimaksudkan untuk mencapaitujuan atau target yang ingin dicapai dalam fokus penga-wasan serta strategi pengawasan yang akan dilakukan.Misalnya, hasil pemeriksaan mendapati bahwa pokokpersoalan yang dihadapi bank adalah soal kredit macetyang sudah berada di atas ambang batas (5% ). Fokuspengawas pun bisa ke perbaikan kualitas kredit bermasalah,perbaikan prosedur pengucuran kredit agar lebih prudentdan menambah modal disetor.

Kata Measurable atau dapat diukur, diarahkan padapembuatan perencanaan pengawasan yang memasukkanukuran-ukuran keberhasilan merujuk fokus, tujuan danstrategi pengawasan. Ukuran keberhasilan ditekankan padaadanya tindakan perbaikan manajemen risiko, tata kelola(governance) dan perilaku bank. Sedangkan penetapanukuran keberhasilan bersifat kuantitatif, misalnya, target

pengucuran kredit (loan to deposit ratio) dan rasio kreditmacet (non-performing loan) sebaiknya tidaklah dimasukkan.Sebab, pencapaiannya sangat dipengaruhi faktor-faktoryang berada di luar kendali pengawas bank, seperti kinerjabank dan faktor eksternal yang tak bisa dikendalikan pihakbank.

Sedangkan makna Achievable atau dapat dicapai,ingin mengatakan bahwa setiap pembuatan supervisoryplan hendaknya memperhitungkan target yang dapat dicapai.Target jangan dibuat berlebihan dan sulit dipenuhi. Tapi jugabukan sekedar target minimal. Setidaknya pencapaian targetjuga sudah memperhitungkan jumlah sumber daya manusia,tingkat keahlian serta jangka waktu yang diperlukan. Misal-nya, bila target yang ingin dicapai adalah perbaikan kualitastata kelola (good governance) bank, maka arah rencanadan strategi pengawasan pun fokus pada upaya perbaikansistem dan tata kelola di bank itu yang paling mungkin bisadicapai.

Lalu, kata Relevant dimaksudkan agar dalam penyu-sunan perencanaan pengawasan setidaknya memperhatikankarakteristik dari setiap bank, skala usaha dan kompleksitasmasalah yang dihadapi. Dalam menyusun supervisory plan,klasifikasi bank besar, bank menengah dan bank kecil turutmenjadi hal yang dipertimbangkan. Terhadap bank besar,fokus pengawasan ditetapkan berdasarkan risiko yang dirinciper aktivitas fungsional. Hal ini tidaklah berlaku bagi bankpapan tengah dan kecil yang hanya didasarkan pendekatanper risiko saja. Mengapa demikian, sebab setiap aktivitasdi bank besar berpotensi membawa risiko serius terhadapbank tersebut. Bila bank besar goncang, bank-bank disekitar-nya juga akan ikut goyang. Inilah dampak sistemik.

Page 33: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

60 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 61

Kata Timely mengarahkan pembuatan supervisoryplan agar memperhitungkan penetapan waktu pelaksaansesuai tingkat signifikansi dan prioritas kegiatan pengawasan.Perencanaan pemakaian waktu yang tepat akan ikutmembantu distribusi pemanfaatan SDM secara optimaluntuk melaksanakan strategi pengawasan yang telahditetapkan dalam kurun waktu satu periode pengawasan.

Menyusun PerencanaanPengawasan Bank RBS

Sebelum seorang Pengawas Bank menyusun peren-canaan dan strategi pengawasan bank berbasis risiko (RBS),bahan baku utama adalah informasi terkait tingkat kesehatandan profil risiko bank. Tanpa ada info ini, pengawasan akantanpa arah dan tidak memiliki fokus yang jelas. Untuk itu,dalam siklus RBS, material dasar yang harus dimilikiPengawas adalah informasi terkait bisnis penunjang utamabank tersebut. Pengawas haruslah mengidentifikasi hal inisecara cermat. Pokok perhatian Pengawas mengerucutpada urusan potensi risiko atau permasalahan pokok apayang sedang dihadapi bank.

Setiap bank punya persoalan berbeda. Bila problemutama adalah NPL, maka itulah fokus pengawasan. Atau,bila itu masalah pembelian surat-surat berharga (SSB) yangdianggap “berlebihan”, arah perbaikan pun pada penurunanrisiko SSB. Selain itu, juga informasi signifikan lainnya sepertibila bank menjadi bagian grup usaha tertentu. Informasiterkait grup bisnis pun mesti dimiliki. Hal ini penting dalampenyusunan profil risiko bank yang akan memasukkan kajiankonsolidasi terhadap profil risiko grup usaha tersebut. Bilakinerja grup usaha nungsep alias anjlok, maka sedikit banyakakan mempengaruhi kinerja keuangan bank.

Setelah semua informasi dasar tadi diperoleh, Penga-was Bank akan membuat analisa terkait profil risiko bank.Nah, dari sini akan berlanjut kepada penetapan tingkatkesehatan bank. Bila bank dalam kondisi aman makaperencanaan dan strategi pengawasan normal-normal saja.Yang tak normal bila tingkat kesehatan bank menyentuhangka 4 (empat) dan 5 (lima) yang artinya posisi bank gawatdarurat. Pengawas Bank pun akan fokus pada penyakit akutyang menjangkiti bank. Tingkat kesehatan 4 (empat) dan 5(lima) itu artinya bank mengidap berbagai “penyakit” sepertiNPL tinggi, CAR anjlok di bawah 8%, pelanggaran berturut-turut Giro Wajib Minumum (GWM) dan lainnya.

Dalam menyusun perencanaan pengawasan bank,Pengawas Bank akan menetapkan fokus pengawasan(Supervisory Concern). Fokus di sini adalah wilayah yangmenjadi titik perhatian serius Pengawas Bank. Dalam halpenentuan fokus pengawasan bank, BI menetapkan tigakriteria untuk menentukan tingkat signifikansi dan prioritas.Pertama, adalah fokus pengawasan utama. Kedua, fokuspengawasan sekunder. Ketiga, fokus pengawasan lainnya.Untuk memper-mudah memahami ketiga fokus ini, marilahkita ambil contoh sebuah kasus di satu bank. Bank ini adalahbank yang memiliki permasalahan tingginya NPL yang cukupakut namun memiliki ambisi ekspansi kredit yang tinggi.Kedua hal ini akan sangat mempengaruhi jumlah modalbank. Dari ilustrasi ini, kemudian akan kita lihat bagaimanareaksi dari pengawas bank dalam penyusun perencanaanpengawasannya.

Terhadap Fokus Pengawasan Utama, Pengawasakan dengan tajam memelototi persoalan-persoalan bankyang paling utama dan berdampak terhadap peningkatanprofil risiko dan memburuknya kinerja bank.

Page 34: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

Ada sejumlah contoh terkait Fokus PengawasanUtama. Dalam kasus imajiner kita di atas, bank mengenjotdan mematok tingkat pertumbuhan kredit yang melebihirata-rata pertumbuhan industri. Padahal, di sisi lain, bankitu masih bergumul dengan urusan rendahnya kualitas kreditdan proses manajemen risiko yang lemah. Terhadap bankseperti ini, Pengawas Bank akan menaruh konsentrasipenuh pada urusan penurunan ekspansi kredit tersebut plusperbaikan kualitas manajemen risiko di bank itu. Tidak dilu-pakan juga proses restrukturisasi kredit yang bermasalahjuga menjadi prioritas utama. Inilah contoh fokus pengawasanutama yang akan menjadi pusat perhatian Pengawas dalammenyusun perencanaan dan strategi pengawasan.

Sedangkan Fokus Pengawasan Sekunder adalahfokus yang diarahkan terhadap masalah-masalah bank yangtermasuk kategori signifikan namun pengaruhnya ke profilrisiko dan kinerja bank bersifat moderat. Sementara itu,tingkat prioritas untuk menyelesaikan masalah ini beradadi bawah Fokus Pengawasan Utama. Misalnya, dalam kasusbank imajiner tadi pengawas akan serta-merta memintabank untuk melihat kembali kecukupan modal. Pengawasakan mengingatkan bank dan menghitung dampak yangakan terjadi akibat NPL, restrukturisasi kredit bermasalahdan ekspansi kredit. Atas dasar perhitungan dari pengawasini, kemudian bank menyampaikan rencana penambahanmodal.

62 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 63

Sementara itu, Fokus Pengawasan Lainnya menitik-beratkan perhatian pada problem yang dihadapi bank yangmasih termasuk kategori cukup signifikan, tapi potensi dam-pak tidak terjadi dalam kurun waktu segera terhadap profilrisiko dan kinerja bank. Biasanya persoalan yang seringmuncul dalam kategori Fokus ini adalah masalah-masalahbank yang membutuhkan penyelesaian lebih panjang.Kembali ke contoh bank imajiner kita, rekomendasi pengawasadalah berupa perbaikan struktur organisasi di bank. Sekilasmemang sederhana saja urusan struktur organisasi ini.Namun, bila struktur ini dirancang kurang pas, berpotensimenganggu kinerja bank. Sebagaimana kita tahu bersamabahwa untuk penyelesaian permasalahan bank itu harusdilakukan terhadap sumber utamanya, maka seringkaliprosedur dan kebijakan pemberian kredit yang tidak baikakan sangat berpengaruh kepada kualitas kredit yangdiberikan. Tanpa pembenahan organisasi dan tata kerja ini,maka kredit yang disalurkan akan menjadi macet lagi dikemudian hari.

Selain masalah tata kelola, biasanya hal lain yangakan digarap oleh Pengawas Bank adalah melakukan reviewsecara periodik terhadap efektivitas fungsi pengendalianinternal dan peran internal audit bank. Sesuai prinsipmanajemen, tata kelola yang baik harus punya fungsi kontrolyang baik atau dengan kata lain tanpa fungsi kontrol yangbaik, maka tidak bisa didapat tata kelola yang baik.

Yang jelas, selain tiga fokus perhatian di atas, dalampraktik keseharian pengawasan bank masih ada aspek-aspek lain yang menjadi pemantauan Pengawas Bank.Semisal, lazimnya terhadap 15 bank berskala usaha besar(systemically important bank) mendapat perhatian utama.Mengapa? Sebab bank dengan skala besar, sedikit sajamengalami “guncangan” akan berdampak pada bank-bank

Prioritas

Signifikansi

Fokus Pengawasan Utama

Fokus Pengawasan Sekunder

Fokus Pengawasan Lainnya

Page 35: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

64 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 65

lain (sistemik). Apalagi bila magnitude guncangan sampaimenimbulkan bahaya “tsunami” terhadap sistem perbankansecara keseluruhan, jelas menjadi perhatian tinggi PengawasBank. Pokoknya, terhadap 15 bank itu, jangan sampai adagejolak yang berpotensi sistemik terhadap bank lain.

Contoh, ada sebuah bank dari 15 bank berskala besaryang diketahui begitu mengkonsentrasikan portofolio surat-surat berharga (SSB) korporasi. Profil kesehatan bank itudiketahui masuk rating 1 (satu) dan 2 (dua). Itu artinya bankmasih dalam kondisi aman-aman saja. Namun begitu, kon-sentrasi yang begitu besar pada SSB tadi membawa risikotersendiri seperti fluktuasi tingkat suku bunga, maka Penga-was Bank akan berkonsentrasi pada urusan perkembangankualitas SSB tadi. Setiap saat menjadi materi pemantauan.Sebab bisa saja bank menghadapi masalah “serius” tatkalaterjadi kerugian selisih bunga SSB atau adanya gagal bayarterhadap SSB yang jatuh tempo.

Masih ada contoh lain. Hasil pemeriksaan bank olehPemeriksa Bank selama setahun berjalan dan perkembanganpada periode tertentu, diketahui ada indikasi gangguanterhadap kondisi likuiditas bank-bank pada kelompok tertentu(menengah kecil, misalnya). Dari hasil pemeriksaan itu,Pengawas Bank akan membuat proyeksi bahwa untuk se-tahun mendatang akan mematok masalah likuiditas sebagaifokus perhatian utama dalam perencanaan dan strategipengawasan bank. Dengan demikian, Pengawas akandengan cepat dan tepat melakukan tindakan preventif agarbank-bank terhindar dari malapetaka. Inilah model penga-wasan bank berbasis risiko yang jauh melihat potensi dampakyang akan menimpa bank (forward looking).

Dengan demikian dapatlah ditarik sebuah benangmerah bahwa yang namanya menyusun perencanaan

pengawasan bank berbasis risiko adalah sebuah prosesbesar. Tahapan pertama proses itu akan dimulai denganpemahaman mendalam Pengawas Bank terhadap bankyang diawasi (know your bank). Semua info tersebutdiperoleh dari hasil pemeriksaan periode lalu dan up-datinginformasi terkini terhadap bank tersebut. Yang jelas semuaaspek dari bank yang diawasi akan dicermati mulai daribisnis penunjang utama bank, potensi risiko utama daninformasi lainnya. Dari sini akan diketahui skala risiko bank.

Nah, ketika kondisi dan profil risiko sebuah bank sudahterpetakan oleh Pengawas Bank, menyusun sebuah rencanapengawasan bank pun akan semakin jelas. Langkah-langkahapa yang akan dilakukan Pengawas terhadap bank tersebutakan tergambar terang benderang dalam perencanaanpengawasan. Rangkaian tindakan pengawasan akan memi-nimalisir atau bahkan menghilangkan risiko yang mungkinmenimpa bank. Dengan rangkaian tindakan tersebut akanmembantu bank mengatasi masalah yang dihadapi sehinggabank dapat terjaga tingkat kesehatannya.

Jadi, sebuah perencanaan pengawasan yang baikakan menghasilkan keluaran berupa strategi pengawasanbank yang efektif dan tepat sasaran pula. Seperti dikatakanMarkus Tullius Cicero sebelum melangkah melakukan penga-wasan bank, buatlah perencanaan. Sebab, perencanaanyang baik dan matang adalah modal utama memenangkansebuah “pertempuran” seperti diungkapkan filsuf dan ahlistrategi perang Cina kuno, Sun Tzu. BI sudah memilikiperencanaan dan strategi pengawasan bank berbasis RBS,ini adalah modal menjaga keamanan dan kesehatan 121bank.

Page 36: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

66 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 67

BAB 6PENGAWASAN BANK PUN

PUNYA QUALITY ASSURANCE

"Do it better, make it better, improve it even if it isn't broken,because if we don't, we can't compete with those who do.".

(Kaizen Philosophy)

Page 37: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

Tersebutlah bahwa tim pengawas melakukan analisisterhadap sebuah bank yang masuk kategori bermasalah.Dinyatakan dari hasil analisis ini bahwa bank bermasalahtersebut masih memiliki rasio kecukupan modal yangmemadai walaupun mepet ke 8%. Hal ini yang menyebabkanpengawas tidak bisa melakukan tindakan tegas. “Tidak adaalasan jelas yang bisa mendorong kita untuk berbuat yanglebih tegas kepada bank. Semua indikator baik, kecualiNPL-nya. Jadi kita menunggu perkembangan dan memantaubank ini secara ketat”, demikian ujar pengawas bank itu.Sulitnya dilakukan penindakan karena kinerja keuanganlainnya (misalnya ROA, ROE dan sebagainya) masih baikdan pemegang saham cukup kooperatif walaupun menunai-kan kewajibannya sebagian-sebagian. Apalagi jumlah provisikredit macetnya sangat cukup yaitu sebesar 100% darijumlah yang harus dibentuk sesuai dengan ketentuan.

Sekilas memang hal ini tidak menunjukkan bahwaupaya yang dilakukan oleh pengawas itu sudah memadaidan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Namun yangmenarik adalah salah satu expert dalam forum panel menaruhcuriga pada jumlah provisi yang harus dibentuk sebesarpas sesuai dengan ketentuan (100%). Berdasarkan penga-laman dari expert ini, bank yang memiliki rasio pas 100%biasanya ada masalah di perhitungannya. Yang palingbanyak, ternyata bank telah membesarkan nilai agunan,sehingga mengecilkan jumlah provisi net setelah agunan.Bank sengaja memberikan nilai yang seolah-olah sesuaidengan ketentuan, agar terlihat baik di mata pengawasbank. Apabila jumlah provisi ini dinyatakan tidak benar, makajelas konsekwensinya adalah akan mempengaruhi seluruhrasio yang ada di bank. ROA dan ROE akan turun karenakerugian akibat kekurangan provisi, demikian juga penaltyke modal yang akan menurunkan jumlah CAR secara drastis.

Ternyata benar, setelah dilakukan pendalamanterhadap metode perhitungan nilai agunan, pengawas

68 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 69

menjumpai bahwa bank telah melakukan mark-up nilaiagunan. Agunan yang berupa persediaan barang sudahtidak ada bentuknya lagi dan hanya berupa seonggok besitua. Agunan berupa gedung juga dinilai terlalu tinggi jauhdari harga pasar. Belum lagi nilai mesin dan proyek lainnyayang terlalu optimis. Sanksi yang jelas diberikan kepadabank adalah berupa koreksi yang signifikan terhadap jumlahprovisi yang dibentuk, dan pada akhirnya pemilik bank harusmenyetor modal tambahan yang cukup besar.

Bila dicermati setiap tapakan langkah Pengawas Bankmulai mengidentifikasi masalah, penentuan profil risiko yangdihadapi bank hingga penetapan langkah apa yang akandilakukan dalam perencanaan pengawasan bank, memper-lihatkan sebuah proses yang memperlihatkan sasaran yangingin dicapai yakni perbankan yang sehat dan bersikapprudent. Inilah sebuah proses quality assurance (QA) penga-wasan bank yang diberlakukan BI. Bukankah bila sebuahproses pengawasan bank dilakukan dengan mengikutikaidah-kaidah yang berlaku pada umumnya (best practice)di jagad pengawasan bank di dunia, maka keluaran (output)yang dihasilkan pun akan sebanding, yakni kondisi perbankanyang terjaga kesehatannya.

Sejak diberlakukannya pengawasan berbasis risiko(Risk Based Supervision/RBS) tahun 2005, Pengawas Bankmemperhitungkan betul setiap potensi risiko yang me-ngancam bank. Dulu, sebelum RBS diberlakukan, penga-wasan lebih bertumpu pada kepatuhan (compliance-basedsupervision/CBS), asal bank sudah memenuhi semua aturan,maka dianggap “aman”. Padahal, seiring dengan pesatnyaperkembangan industri perbankan yang terintegrasi dengankemajuan pasar uang, pasar modal, asuransi dan lainnya,unsur risiko pasar menjadi elemen kunci dalam memitigasipotensi masalah di kemudian hari dan memukul kinerjakeuangan bank. BI menyadari arti penting QA dalam prosespengawasan bank, apalagi sejak diberlakukan RBS. Makna

Page 38: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

70 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 71

Sehingga sasaran yang akan dicapai pun meleset. Bahkanbisa jadi bank yang diharapkan terjaga tingkat kesehatannyamalah mengalami masalah serius karena ada faktor yangluput diperhatikan ketika melakukan judgment profil risiko.

Perihal tahap pertama dan kedua dalam siklus RBS,kalau boleh diibaratkan persis pada waktu kita hendakmembeli sebuah komputer. Sudah barang tentu sebelummembeli akan dicari tahu spesifikasi dan kemampuan teknisserta kualitas komputer yang akan dibeli. Nah, semakinlengkap info yang diperoleh akan semakin baik pula profilkomputer yang akan didapat. Hal senada bila PengawasBank hendak menentukan profil risiko dan tingkat kesehatansebuah bank, kelengkapan dan keakuratan informasi menjadibegitu mutlak agar analisis yang dihasilkan pun akanberkualitas.

Sekarang coba bayangkan, apabila dalam menyusunprofil risiko bank ternyata terdapat kekurang-akurataninformasi. Bisa sangat mungkin titik lemah bank pun akanluput dari radar pengawas. Semisal, ada bank denganeksposur surat-surat berharga (SSB) begitu besar, hal iniakan memberi kesan bahwa bank tersebut likuid. Padahal,kalau sampai kedapatan bahwa surat-surat berharga taditidak likuid di pasar, maka pengawas akan buru-burumenjatuhkan penilaian bahwa bank tersebut memiliki risikolikuiditas tinggi. Nah, di Forum Panel (FP) akan mengalirsejumlah rekomendasi agar aspek likuiditas surat berhargadi pasar perlu menjadi bahan pertimbangan pengawas bank.

Atau contoh lain, kelaziman risiko kredit ditentukandengan hanya mencermati jumlah rasio kredit bermasalah,maksimum 5%. Kalau pengawas hanya meminta pihak bankuntuk melakukan penghapus bukuan kredit, maka hal itutidak akan serta merta menurunkan profil risiko kredit. OlehFP akan keluar saran agar pengawas juga perlu melihatperbaikan di sistem dan prosedur penetapan kebijakan kredit

peran penting ini karena QA dilakukan sebelum suatu prosesmenghasilkan output. Hal ini berbeda dengan Quality Control(QC) yang lebih sering dilakukan setelah output namunbelum sampai ke pemakai.

Dalam model pengawasan berbasis risiko (RBS), adasatu tahapan di mana Pengawas Bank melakukan penilaianprofil risiko bank. Penentuan ini dilakukan setelah Pengawasmendapatkan material informasi dari hasil pemeriksaanperiode lalu terhadap bank yang diawasi. Selain itu, informasijuga diperoleh dari berbagai sumber untuk up-date terhadapprofil terkini dari bank tersebut. Dalam hal Pengawasmenentukan penilaian profil risiko, ia sudah memasukkanunsur penilaian (judgement) terhadap keadaan bank tersebut.Judgement itu bisa saja dipandang kurang lengkap ataukekeliruan manusiawi (human error).

Pembentukan Forum Panel

Untuk menghindari atau memperkecil ruang humanerror itu, dalam siklus RBS, setiap judgment pengawas punmasih akan diuji atau di-challenge oleh rekan sekolegapengawas dalam satuan kerjanya atau oleh pihak lain diluar satuan kerja dalam Forum Panel (FP). Dalam siklusRBS yang terdiri atas 6 (enam) tahap, FP digelar padatahap pertama dan kedua, yakni tatkala Pengawas Bankmencoba memahami dan mengenal bank yang diawasi(know your bank/KYB) dan sewaktu Pengawas membuatpenilaian risiko dan tingkat kesehatan bank.

Kedua tahap ini adalah fundamental dan kritikal dalamrangkaian proses QA pengawasan bank selanjutnya.Mengapa? Sebab bila judgement yang dilakukan PengawasBank kurang pas atau lengkap terhadap profil risiko bank,maka dalam hal penyusunan perencanaan pengawasanbank (supervisory plan) dan fokus yang ingin ditajamkanpun akan mengalami kekurang-tepatan (misleading).

Page 39: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

serta kebijakan pemberian kredit. Bila urusan perbaikan itutak dilakukan, meski dilakukan write-off atas kreditbermasalah, peluang risiko terjadinya kredit bermasalahkembali akan tetap tinggi.

Dalam praktik keseharian pengawasan bank, bisasaja terjadi bias penilaian profil risiko dan tingkat kesehatanbank yang dilakukan oleh Tim Pengawas Bank BI. Bias bisaterjadi—salah satunya—karena keterbatasan informasi yangdimiliki Pengawas Bank sehingga kurang pas dalammembuat penilaian. Contoh sederhana, hasil analisa awalatas laporan keuangan sebuah bank diketahui rasio labasekitar 1,3%. Sepintas, rasio ini sudah cukup baik. Namun,bila dilihat rasio laba bank-bank lain yang masih dalam satukelompok bank itu, ternyata rasio labanya lebih tinggi, makakesimpulan terhadap bank itu pun akan berbeda.

Atau, contoh gres terkait bail-out Bank Century. Adadua pandangan yang berkembang di internal BI terkait bail-out ini, yakni dari sudut micro prudential dan macro prudential.Kedua sudut pandang ini memiliki dasar pertimbangansendiri dan valid dari sudut pandang masing-masing.Dinamika perbedaan sudut pandang seperti ini adalah sahdan wajar-wajar saja. Mereka yang mengusung pandanganmicro prudential—biasanya direpresentasi oleh pengawasbank—condong akan berpendapat Bank Century adalahbank kecil dan kurang pas bila mesti diselamatkan. Namun,bila pandangan micro prudential tadi diperhadapkan (di-challenge) dengan pandangan macro prudential, maka akanada sebuah pemahaman lain yang menyatakan bahwameski bank itu kecil akan menjadi sistemik ketika ada situasimakro ekonomi yang mempengaruhi. Walhasil, keputusanuntuk mem-bailout Bank Century pun menjadi valid setelahmemperhatikan konteks macro prudential.

Nah, untuk menjaga objektivitas hasil penilaianPengawas Bank, maka judgement Pengawas tadi akan

72 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 73

diuji atau di-challenge di FP. Forum ini akan mengevaluasikualitas informasi yang dipakai, kedalaman dan ketajamananalisis, kelayakan atau kewajaran judgement serta strategipengawasan. Dalam FP akan duduk sejumlah ahli (expert)atau resource person yang bertugas menguji kualitas hasilpengawasan suatu bank secara komprehensif. Figur anggotaFP bisa saja dari satuan kerja yang sama dengan TimPengawas, tapi bukan anggota Tim Pengawas Bank yangsedang dibahas. Atau, bisa juga anggota FP berasal darisatuan kerja lain.

Hasil keluaran (output) FP adalah rekomendasi bersifatindependen dan tidak mengambilalih wewenang keputusanpengawas bank sesuai jenjang dalam organisasi. Rekomen-dasi FP ini dapat dipakai untuk memperkuat dasar pertim-bangan pengawas bank dalam menarik kesimpulan ataumemutuskan permasalahan (supervisory judgement).Misalnya, seperti pada contoh pandangan micro prudentialPengawas Bank terhadap Bank Century yang akan di-challenge oleh pandangan macro-prudential. Kesimpulanakhir terhadap bail-out menjadi berbeda.

Nah, agar output FP lebih fokus dan tepat sasaran,Sekretariat FP yang dibentuk akan membuat panduan agarrekomendasi diutamakan untuk perbaikan quality gap, baikpada tahapan penilaian risiko maupun tahapan penilaiantingkat kesehatan bank. Perbaikan itu dimaksudkan untukmengurangi kesenjangan antara kualitas yang diharapkandengan kualitas yang dihasilkan oleh Pengawas Bank.Contoh, sebuah bank yang memiliki anak usaha perusahaanpembiayaan (multi finance) pembelian otomotif. Perusahaanpembiayaan ini mendapat sumber dana dari bank selakuinduknya.

Katakanlah, Pengawas Bank sudah melakukan tugaspengawasan terhadap bank itu dengan cermat. Namunsetelah hasil pengawasan bank tadi dipresentasikan di FP,

Page 40: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

(special survellance unit/SSU). Di FPR hasil pengawasanterhadap bank-bank yang sedang “bermasalah” ini dipresen-tasikan untuk diuji dan diteliti kembali tingkat keakuratandan ketajaman analisa. Bila memang dipandang masih adahal yang perlu diberi perhatian atau perbaikan tertentu, akansemakin memperbaiki QA hasil pengawasan.

Ketiga, Forum Panel Internal Direktorat (FPID).Forum ini dibentuk untuk menguji hasil pengawasan bankpada masing-masing satuan kerja (direktorat) pengawasanyang tidak masuk kriteria FPLD atau FPR. Jadi, di setiapdirektorat pengawasan bank di BI akan mengelar FP masing-masing untuk men-challenge hasil kerja sesama kolegapengawas bank. Sedangkan, forum keempat adalah ForumPanel Kantor Bank Indonesia (FP-KBI). Forum ini mengujihasil pengawasan bank yang berkantor pusat di wilayahKBI (di luar Jakarta) yang tidak termasuk kriteria FPLD atauFPR.

Bila kita melihat praktik pengawasan bank di negaralain, keberadaan FP adalah kelumrahan yang dilakukanoleh otoritas pengawasan keuangan dan bank. Biasanya,kehadiran FP di negara-negara tersebut difokuskan padapenilaian tingkat kesehatan bank. Penilaian ini akandisampaikan kepada bank dalam sebuah pertemuan bertajuk“prudential meeting” yang digelar secara tahunan. Selainitu, sejumlah lembaga pemeringkat internasional jugamemakai model forum panel ini menjadi expert meetinguntuk melakukan pemeringkatan suatu negara, perusahaanatau surat berharga agar hasil penilaian lebih kredibel.Beberapa contoh negara yang memberlakukan FP adalahFederal Reserve (Amerika Serikat), Australia PrudentialRegulatory Authority (APRA), Financial Supervisory Authority(Inggris), Hong Kong Monetary Authority (HKMA).

Meski kehadiran FP di BI barulah seumur jagung—dibentuk awal tahun 2009—namun output FP berupa

74 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 75

keluar rekomendasi FP agar pengawasan juga dilakukansecara terkonsolidasi dengan memperhatikan kualitaspenyaluran dana oleh perusahaan pembiayaan selaku anakusaha bank. Rekomendasi itu, misalnya, meminta agarPengawas Bank mengecek terhadap standar pemberiankredit yang dilakukan perusahaan pembiayaan tadi, apakahsesuai dengan standar yang lazim dipakai bank. Denganasumsi bahwa kesamaan standar pemberian kredit, makabank akan terhindar dari kredit macet di kemudian hari.

Empat Forum Panel

Di BI ada 4 (empat) FP yang lazim digelar. Pertama,Forum Panel Lintas Direktorat (FPLD). Forum ini dibentukuntuk menguji hasil pengawasan 15 bank dengan asetterbesar serta bank yang mengalami penurunan PeringkatKomposit (PK) dari PK-1 menjadi PK-2 atau menjadi PK-3.Atau, sebaliknya. PK adalah predikat tingkat kesehatanbank yang bergradasi dari Sangat Sehat (PK-1), Sehat (PK-2), Cukup Sehat (PK-3), Kurang Sehat (PK-4) hingga TidakSehat (PK-5).

FPLD adalah FP level tertinggi karena yang dipanelkanadalah hasil pengawasan 15 bank besar di negeri ini yangmasuk kategori bank sistemik (systemically-important bank).Mereka yang dapat duduk sebagai anggota FPLD minimal3 (tiga) orang dan maksimal 5 (lima) orang. Keanggotaandi FPLD juga dapat menghadirkan tenaga ahli (expert) dariluar BI. Mereka yang berstatus expert diundang menjadianggota FPLD karena memiliki keahlian dan pengetahuandalam bidang perbankan, keuangan serta sektor ekonomitertentu.

Kedua, Forum Panel Remedial (FPR). Sesuai dengannamanya, forum ini khusus menguji hasil pengawasan bankdengan gradasi Kurang Sehat (PK-4) atau Tidak Sehat (PK-5) atau bank dengan status dalam pengawasan khusus

Page 41: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

Agenda ketiga yakni kualitas panelis yang memadaidi semua level dan nilai strategis bank yang ditelaah. Kualitasoutput FP berupa rekomendasi akan tajam dan baik, bilaSDM anggota panelis juga memiliki kompetensi yang tinggi.Sudah barang tentu kualitas SDM panelis akan berbandinglurus dengan output yang dihasilkan. Disinilah BI menyadariarti penting dan strategis dalam pemilihan calon anggotapanelis yang berkualitas. Selain itu, dalam mengkaji sebuahbank akan dilihat pula peran strategis bank itu terhadapindustri perbankan secara keseluruhan. Semakin besarperan bank terhadap sistem perbankan nasional, makapengawasan terhadap bank ini pun mesti dilakukan secaracermat dan hati-hati.

Agenda keempat adalah program jangka panjanguntuk lebih memperluas budaya pengawasan dalam mem-buka diri terhadap pendapat pihak lain (second opinion)yang memiliki kompetensi dan independensi yang memadai.Dengan adanya QA ini, Tim Pengawas Bank pun diharapkanakan semakin membuka diri untuk dievaluasi (review) olehpihak lain. Meski disadari bahwa second opinion dari pihaklain tidak akan melemahkan pengawasan secara internal,tapi justru akan memperkuat dan mempertajam kualitasanalisis. Selama ini paradigma lama pengawasan hanyamelakukan verifikasi dan monitoring secara internal di timpengawas.

Perbaikan kualitas keluaran (output) pengawasan iniadalah proses quality assurance (QA) yang akan terusdiupayakan BI agar pengawasan berjalan lebih efektif danefisien. Meski disadari sepenuhnya oleh otoritas pengawasanbank diseantero jagad ini, bahwa aplikasi pengawasan RBSbukanlah sebuah garansi penuh tidak akan ada lagi kemung-kinan bank gagal. Namun dengan adanya proses QA dipengawasan bank yang menuntut semua tahapan prosesdilalui dengan ketepatan dan kecermatan, maka setidaknyahasil akhir akan nampak tatkala perbankan bisa terjagakondisi kesehatan dan keamanannya.

76 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 77

rekomendasi-rekomendasi yang disampaikan secaraindependen, dirasakan sangatlah membantu dalammendongkrak kualitas hasil pengawasan bank. Memangperbaikan kualitas hasil pengawasan tadi lebih nampakpada bank secara individual, namun tidak akan terlihatsecara kasat mata terhadap profil industri bank secarakeseluruhan. Seperti contoh rekomendasi FP agar pengawasperlu memperhatikan pengawasan terkonsolidasi terhadapbank dan anak usaha pada contoh perusahaan pembiayaanotomotif. Kualitas pengawasan individual terhadap bank ituakan jauh lebih baik dengan telah memasukkanya aspekpengawasan terkonsolidasi.

Empat Agenda Perbaikan

Untuk lebih meningkatkan kualitas pengawasan bankdi masa mendatang, BI menetapkan 4 (empat) agendapenting yang akan dilakukan. Agenda pertama adalahoptimalisasi peran strategis pimpinan melalui partisipasi danmonitoring terhadap hasil kerja Tim Pengawas Bank. Kedepan, andil peran pimpinan akan lebih besar lagi dalammemberi sokongan dan pengawasan (monitoring) terhadapkerja Tim Pengawasan Bank. Dengan begitu, output hasilpengawasan pun akan jauh lebih berkualitas dan dilakukansecara efektif dan tepat sasaran.

Agenda kedua adalah upaya mengedukasi pema-haman yang memadai mengenai QA pada seluruh levelpengawasan. Sebagai sebuah proses yang sedang terusberjalan, QA menuntut ketepatan proses seperti ketikavaliditas data/informasi dan ketajaman analisa hingga kejituanjudgement yang dihasilkan. Untuk sampai pada hasil akhiryang prima, proses QA di semua level pengawasan memangharus berjalan dengan baik. Nah, kesadaran inilah yang kinisedang terus dibangun di internal BI.

Page 42: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

78 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 79

BAB 7MENUJU BUDAYA

PENGAWASAN BANK YANG LEBIH ETIS

“Ethics is a code of values which guide our choice andactions and determine the purpose and course of our lives.”

(Ayn Rand, Russian-American novelistand philosopher (1905-1982))

Page 43: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

Suara adzan Isya baru saja terdengar. Waktu menun-jukkan pukul 19.20 WIB. Deru mesin sebuah mobil barusaja dimatikan. Dua penumpang turun dan menuju sebuahrumah. Tok … tok … tok. Pintu rumah diketuk. Di dalamrumah yang diketuk ini, tinggal seorang pengawas bank diBank Indonesia yang masih junior. Dia baru berdinas kurangdari satu tahun sebagai pengawas bank. “Selamat malam,mau ketemu Bapak ada,” tanya si tamu kepada seorangpembantu rumah yang membukakan pintu. “Ada. Silahkantunggu sebentar,” tukas dia. Tak lama kemudian keluarlahtuan rumah yang ditunggu.

“Wah, selamat malam, Pak. Maaf, menggangu nihmalam-malam,” ujar seorang tamu yang masih berpakainperlente dengan atribut dasi dan baju necis. Kedua tamuitu tak lain adalah jajaran level tengah sebuah bank swastapapan atas.

“Dari mana tahu rumah saya, dan … ada apa nihmalam-malam,” ujar si tuan rumah yang kebetulan salahsatu dari pengawas yang mengawasi bank dari kedua tamutersebut. Sang pengawas bank yunior ini sangat mafhumdengan ajaran kebajikan untuk menerima tamu sebaik-baiknya.

“Ahh, mau mampir dan ngobrol-ngobrol saja,” ujarsalah seorang bankir lainnya sambil meletakan sebuah tasplastik berlogo salah satu departemen store terkenal yangdibawanya. Pembicaraan santai pun berlangsung sekitar54 menit.

“Kayaknya sudah malam, Pak, kami mohon pamit,”ujar sang tamu. “Namun sebelumnya, saya mau menyam-paikan titipan dari Direktur kami”. Disodorkanlah tas plastiktadi dengan tambahan kalimat : “Kebetulan kan ini menjelanghari raya, jadi ini ada bahan pakaian yang mungkin cocokuntuk dikenakan di hari raya nanti”. Air muka sang pengawas

80 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 81

bank yunior langsung berubah marah dan dengan tegasmengatakan: “Apa ini Pak?! Saya tidak bisa menerimanya.Tolong Bapak bawa kembali!”. Sang pejabat bank yangsangat piawai ini kemudian berkata dengan memelas :“Begini Pak, kan sebagai orang Timur sudah biasa kitamemberikan cindera mata menjelang hari raya. Selain itu,saya mohon agar Bapak menerima dulu, karena saya sangattakut dimarahi oleh Boss saya. Saya bisa dipecat Pak ..Toloooong Pak.”

Mendengar permohonan seperti itu, sang pengawasbank yunior ini sangat gundah. Ada sisi kemanusiaan yangtidak tega kalau pejabat bank tadi akan dikenakan sanksioleh pimpinannya, tetapi pada sisi lain, ia juga mesti men-junjung nilai integritas. Ia juga tak habis pikir kenapa dirinyayang didekati oleh pihak bank. “Keputusan kan bukanditangan saya,” pikirnya dalam hati. Jangan-jangan orangbank tadi adalah relasi baik atasannya di kantor. Kegundahanpun semakin berkecamuk.

Sang pengawas pun sadar, bahwa harus mengambilkeputusan sulit ini dalam waktu singkat meski keputusanitu sangat dilematis dan berat. Akhirnya diambilah keputusanyang menurut dia terbaik. “Baik, akan saya terima terlebihdahulu. Besok akan saya kembalikan kepada PimpinanBapak,” ujarnya dalam hati. Bingkisan dari sang tamu punditerimanya. Lalu, para pejabat bank-pun berpamitan danlangsung menuju ke mobil.

Setelah tamu tadi pulang, sang tuan rumah pun masukke rumah. Dia melihat ada kain bahan jas disertai denganvoucher untuk menjahit di salah satu penjahit terkenal. Sangpengawas kemudian berkonsultasi dengan istrinya. Sangistri berpendapat “Ya Pak, sebetulnya kan hanya bahanpakaian yang mungkin nilainya tidak seberapa. Tapi semuasaya serahkan kepada kamu. Coba dipikirkan apa yangterbaik”. Bertambah bingunglah sang pengawas ini. Perangbatin pun berkecamuk lagi.

Page 44: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali dia sudah di kantordan dia bawa bungkusan tadi malam. Dia kemudian me-nunggu pimpinannya dan segera menceritakan masalah ini.Sesuai dengan arahan dari pimpinan, maka sang pengawasharus mengembalikan hadiah itu. Lagi-lagi ada dilema,karena sang pengawas paling tidak bisa berhadapan denganorang lain yang lihai bicaranya dan paling tidak suka untukberadu argumen. Hampir seharian sang pengawas berfikirapa yang harus dilakukan. Dia berfikir bahwa jalan terbaikadalah mengembalikan menggunakan ekspedisi. Akhirnyaberangkatlah dia ke sebuah perusahaan ekspedisi. Dia berialamat kepada Direksi bank dan dia simpan bukti pengirimansebagai bukti pengembalian barang itu. Legalah hatinya …

Ini barulah salah satu kisah pengalaman nyata yangkerap dialami para Pengawas Bank di Bank Indonesia yangterkadang coba didekati dengan berbagai cara plus tawaran-tawaran menarik nan mengiurkan. Masih banyak kisah-kisah lain yang mirip-mirip dengan cerita di atas. Keteguhanseorang pengawas bank dalam menegakkan etika profesiselaku pengawas memang sedang diuji tatkala dihadapkandengan urusan atau pemberian “sesuatu” dari bank-bankyang diawasinya.

Etika adalah hal yang sulit untuk diselesaikan. Etikaada di daerah abu-abu antara hubungan baik, pertemanan,tradisi dan sebagainya. Kalau sanksi kepegawaian itu cukupjelas, termasuk larangan menerima iming-iming pemberian.Sanksi kepegawaian lebih hitam putih dibandingkan denganetika.

Memang harus pula diakui, di dalam lembaran bukuharian pengawasan bank tidaklah kosong melompong darigoresan catatan adanya pelanggaran-pelanggaran yangpernah diperbuat oleh pengawas. Bagi mereka yang terbuktisecara sah dan meyakinkan melakukan indisipliner sebagaipegawai Bank Indonesia, akan berhadapan dengan aturan

main institusi. Sanksi terberat yang pernah dijatuhkanterhadap Pengawas Bank yang melakukan tindakan tidakterpuji adalah pemecatan. Sedangkan terhadap pelanggaranyang terbilang “ringan” akan dikenakan sanksi peringatan,mutasi hingga penundaan kenaikkan pangkat.

Keputusan memecat seorang pegawai adalah halyang tidak mudah untuk diambil. Hal ini karena BI menyadaribahwa untuk mencetak seorang kader Pengawas Bankyang profesional merupakan sebuah proses yang selainpanjang dan memakan waktu, juga menghabiskan danabesar untuk terus memoles dan meningkatkan kompetensisi pengawas tadi.

Masih banyak contoh-contoh kasus lain yang menem-patkan pengawas bank berada di wilayah abu-abu yangdapat diungkap, tapi semua itu terjadi sebelum ada kodeetik pengawas bank. Manakala ada persoalan etika yangdihadapi seorang pengawas bank seperti contoh di atas,belum ada rujukan bagi seorang pengawas. Paling banterbila pengawas menghadapi situasi abu-abu, ia dapatberkonsultasi dengan pimpinannya. Kini, Pengawas Banksudah memiliki etika profesi seorang pengawas bank bertajuk“BI TEGAS”.

Kata TEGAS adalah kependekan dari Trustwortiness(dapat dipercaya), Esteem (martabat), Governance (tatakelola), Accomplished (kompetensi) dan Secrecy (keraha-siaan). Setiap unsur kata dari TEGAS mengandung maknamendalam untuk diresapi sebagai panduan dalam menjalan-kan tugas sebagai seorang pengawas bank. Sehinggadengan panduan etika profesi ini diharapkan pengawasbank memiliki integritas, martabat dan profesional dalammenjalankan tugasnya.

Makna kata “Trustworthiness”. Para pengawas bankdiharapkan mengedepankan kejujuran hati nurani dalam

82 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 83

Page 45: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

menjalankan tugas. Kejujuran ini akan membangun sikapintegritas pengawas bank terhadap profesi dan lembaga(BI). Dengan bekal kejujurannya, para pengawas bank akanlebih mengedepankan kepentingan Bank Indonesia di ataskepentingan diri sendiri.

Misalnya, ketika seorang Pengawas Bank memberimasukkan kepada pihak bank guna perbaikkan sistem diinternal bank itu. Apa yang dilakukan pengawas adalahtindakan yang masih dalam koridor menjalankan tugas (inthe line of duty). Namun kalau sampai dalam memberi advistertentu ke manajemen bank, si pengawas memposisikandiri sebagai seorang “konsultan” yang ada harganya atassetiap advis yang diberikan, inilah tindakan yang tidak etisdan tidak terpuji.

Sedangkan, kata “Esteem” berarti para pengawasbank bertindak profesional dalam menjalankan tugas. Merekasenantiasa memberi kontribusi dalam penegakan martabatdan citra BI selaku otoritas pengawasan bank. Ada sepenggalkisah seorang auditor bank BUMN ketika bersentuhandengan para pengawas bank BI. “Mereka datang denganmembawa segala perlengkapan sendiri tanpa minta ingindilayani kecuali permintaan akan data-data untuk keperluanpemeriksaan,” ujar dia.

Sementara, kata “Governance” dimaksudkan agardalam menjalankan tugas pengawasan bank, para pengawasmembangun dan menjalankan tata kelola yang baik. Bahwadalam menjalankan tugas keseharian mengawasi bank,para Pengawas Bank di BI juga diawasi oleh pihak pengendaliinternal (audit internal). Begitu pula dalam hal penentuansiapa mengawasi bank apa, akan dilakukan rotasi dalamkurun waktu tertentu selain untuk penyegaran juga untukmenghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Relasi yangterlalu lama dan mendalam antara Pengawas Bank danbank yang diawasi, dapat membuat “tumpul kepekaan” si

Pengawas, meski pada sisi lain, bisa juga sebaliknya, pisauanalisa itu semakin tajam. Ketimbang masuk dalam situasidilematis, rotasi menjadi solusi.

Kata “Accomplished” diarahkan agar para pengawasmemiliki dan memakai pengetahuan, ketrampilan, kemam-puan yang dibutuhkan dalam menjalankan tugas. Sejakseorang diterima sebagai pegawai BI dan masuk dalambrigade pengawasan bank, kompetensi (keilmuan) danseluk-beluk dalam memahami sepak terjang sebuah banksudah menjadi pembekalan dasar. Dalam tahapan selanjut-nya, setiap Pengawas Bank wajib hukumnya memilikisertifikat pengawas. Hal ini agar seorang pengawas memilikikompetensi dalam menjalankan tugasnya, dan dengankemampuan yang memadai dan handal diharapkan hasilterbaik yang didapatkan. BI pun sudah memiliki pusatpendidikan pengawas bank yang akan menghasilkan certifiedbank supervisor.

Makna kata “Secrecy” dimaksudkan agar para penga-was bank dapat menjaga kerahasiaan data dan informasiyang dimilikinya. Hati-hati dalam mengelola informasi dandata yang tergolong sensitif. Ia pun diharapkan dapat mema-tuhi kewenangan dan ketentuan dalam pengungkapan datadan informasi yang berkategori “rahasia”. Para pengawasdiharapkan tidak sembarangan dan entengan membicarakankondisi bank yang sedang diawasi di luar komunitasPengawas Bank. Misalnya, ketika Bank Century sedanggoyang, Yayasan Kesejahteraan Karyawan Bank Indonesia(YKK-BI) adalah salah satu nasabah di bank itu. Tidak secuilpun informasi mengalir dari mulut Pengawas Bank kepengurus YKK-BI agar menarik dana mereka dari BankCentury. Etika profesi pengawas melarang keras membicara-kan kondisi bank yang diawasi.

Sebagaimana kode etik profesi-profesi lainnya, KodeEtik Pengawas Bank adalah sebuah pernyataan formal atas

84 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 85

Page 46: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

Semisal saja, pengenaan sanksi denda terhadap bankyang melanggar aturan tertentu yang telah ditetapkan BI.Ada sebuah bank yang melanggar aturan pemberian kreditkepada pihak terkait bank itu. Pihak terkait ini, bisa sajatidak disadari oleh bank dan baru ditemukan oleh pengawasbeberapa waktu kemudian. Hal ini dapat terjadi karenaluasnya pengertian dari pihak terkait. Keterlambatan memberilaporan akan ada sanksi berupa denda dalam wujud nominaltertentu. Denda di sini bukanlah tujuan, tapi hanya saranayang dipakai untuk menegakkan ketertiban. BI bukanlahlembaga yang mencari untung sehingga mengedepankanmekanisme denda sebagai tujuan yang ingin dicapai. Tujuanyang ingin dicapai adalah agar bank berjalan dalam koridorketentuan kehati-hatian.

Untuk memantau ketaatan individu pengawas bankdi BI terhadap pelaksanaan Kode Etik dibentuklah DewanKode Etik Pengawas Bank. Dewan inilah yang akanmemonitor sepak terjang para Pengawas Bank di lapangan.Setiap pelanggaran kode etik, akan ada mekanisme “sanksi”atas pelanggaran. Kode Etik menjadi acuan Pengawas Bankdalam menjalankan tugas. Seperti diungkapkan Ayn Rand,novelis dan filsuf blasteran Rusia-Amerika, etika adalahseperangkat nilai-nilai yang menjadi landasan dalammenentukan berbagai pilihan dan tindakan yang akanmembawa ke tujuan yang ingin dicapai. Ke depan, wajahpengawasan bank pun mengarah ke sosok yang menam-pilkan nuansa etis yang kental.

86 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 87

norma-norma yang wajib dianut dan ditaati oleh semuaindividu Pengawas Bank dalam menjalankan tugas mereka.Sebagai sebuah acuan bertindak dan berperilaku, sebuahkode etik memang masih memerlukan sebuah pedomanpelaksanaan (code of conduct). Pedoman ini berisi rambu-rambu atau batasan perilaku dan tindakan pengawas bankdalam menjalankan tugas dan fungsi kepengawasan bank.

Kelaziman (best practices) sebuah pedoman pelak-sanaan akan berisi daftar rincian berbagai jenis tindak lakuyang tidak dapat diterima (unacceptable behavior). Tindakanyang tak pantas dan tak bisa diterima adalah perilaku yangbertentangan dengan Kode Etik Pengawas Bank. Termasukdalam kategori tindak perilaku yang tidak etis adalah memintaatau menerima perlakuan istimewa dari bank, meminta ataumenerima pemberian apa pun dari bank, mengambilkeputusan terhadap kondisi atau kinerja bank untukkepentingan pribadi, melakukan pertemuan sendirian denganbank yang diawasi, dan melakukan kegiatan pengajaranatau konsultasi yang bersifat komersial kepada bank.

Apa yang dipaparkan dari unacceptable behaviorbelumlah mencakup semua aspek atau dimensi dalammerinci apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan seorangPengawas Bank ketika bersentuhan dengan bank yangsedang diawasi. Masih terbuka lebar situasi-situasi pelikatau “grey area” yang kerap menimbulkan kegamanganpengawas yang belum terekam dalam code of conduct.Tatkala dihadapkan pada situasi abu-abu memang dapatmembuat galau dan gamang si pengawas. Untuk itulah,langkah bijak dalam menghadapi situasi gamang tersebutadalah berkonsultasi dengan rekan sekolega atau pimpinan.Atau, tetap bertindak konservatif guna menghindari masalahdi kemudian hari.

Page 47: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

88 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 89

BAB 8INI DIA, WAJAH SDM &

ORGANISASI PENGAWASAN BANK

“The crisis revealed weaknesses and gaps inthe regulation and supervision of financial institutionsand financial markets ... We must continue to do all

that can be done to ensure that .... economy isnever again devastated by a financial collapse."

(Ben Bernanke, Governor of The Fed)

Page 48: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

Tepat pukul 16.30 WIB, pengeras suara di ruang kerjaseorang pengawas bank memperdengarkan lagu pengingatbahwa jam kerja resmi di Bank Indonesia sudah selesai.Lagu “Selamat Sore” yang diciptakan dan aransir olehmusisi kondang Adhie MS tersebut akan terdengar serentakdi seluruh gedung dan ruang di Komplek Perkantoran BI diJakarta. Jam kerja resmi di bank sentral dari Pkl 07.10 –16.15 WIB. Seusai lagu itu, ia yang sehari-hari bertugassebagai pengawas bank di Direktorat Pengawasan Bank 1BI masih asyik berkutat dengan data-data bank yang sedangdianalisa.

Saking asyiknya kerja, tidak sadar akhirnya sayup-sayup terdengar suara adzan maghrib dari televisi yangberada sekitar lima belas meter dari meja kerja pengawasbank yang sudah mengabdi 15 tahun di BI ini. Ia punmenghentikan sejenak aktivitas rutin dan bersiap-siap untuksholat. Usai ibadah, ia melanjutkan analisis data bank yangmenjadi area pengawasannya. Baru data dua bank yangselesai diperiksa dan dianalisis. Masih ada dua lagi yangmenanti. Tumpukan dokumen bank ketiga mulai dibukatatkala suara adzan Isya bergema. Waktu menunjukkanpukul 19.05.

Sekembali sholat Isya, di meja kerja sudah tersediasepiring nasi goreng yang dia pesan melalui office boy tadisore. Mumpung masih panas, kudapan itu pun dilahap.Secangkir teh manis menjadi paket menu makan malamhari itu. Selang beberapa menit, ia melanjutkan analisis duabank lagi yang tersisa. Saat menutup data bank keempat,waktu sudah memperlihat pukul 21.10 WIB. Begitulah profilkeseharian seorang pengawas bank yang sedang melakukantugas analisa data berkala bank (off-site supervsion). Minimalsetahun sekali ia dan beberapa teman sekolega sesamapengawas akan melakukan pemeriksaan langsung ke bank(on-site supervision).

90 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 91

Apa yang dilakukan seorang pengawas bank di atasbarulah salah satu dari 1.437 orang pengawas bank di BI.Dari jumlah itu, 871 orang pengawas berada di kantor pusatBI di Jakarta, dan 566 orang yang berada di Kantor BI (KBI)di daerah-daerah. Jumlah pengawas sebesar itu mengawasi121 bank umum dan 2.296 bank perkreditan rakyat (BPR)dengan total 16.184 kantor bank.

Berdasarkan kajian dan praktik bank sentral di negaralain, memang tidak ada angka rasio ideal dan baku terkaitperbandingan antara jumlah pengawas dan bank yangdiawasinya. Besarnya jumlah pengawas tergantung skalausaha, profil risiko dan masalah-masalah lain yang sedangdihadapi sebuah bank. Semisal, ada sebuah bank kelasmenengah, tidak sedang mengalami masalah dan berjalanmenurut rambu-rambu aturan bank sentral dan internal bankitu serta situasi makro ekonomi dalam keadaan normal,jumlah pengawas yang diterjunkan ke bank itu tidaklahbanyak. Mungkin hanya 4 (empat) orang saja. Tapi, kalaubank itu sampai dimasukkan ke dalam pengawasan khusus(special surveillance unit/SSU), maka jumlah pengawasyang terjun ke bank sekarat itu bisa lebih besar lagi.

Ketika krisis moneter mewabah di kawasan Asiatermasuk Indonesia yang diwarnai penutupan 16 bank ditahun 1997, disadari oleh semua otoritas moneter di duniabahwa bank tengah memasuki babak baru yang jauh lebihkompleks. Misalnya, keterkaitan produk bank dengan produkpasar uang (derivatif) dan asuransi. Selain itu, semakin luasjaringan kantor dan sepak terjang kepemilikan asing di bank-bank nasional di satu negara. Untuk menghadapi komplek-sitas itu, pengawasan bank pun perlu berbenah diri danditata kembali, baik aspek paradigma dan pendekatannya,strategi, organisasi dan SDMnya. Setidaknya sejakpengawasan bank di Indonesia mulai bersentuhan dengan

Page 49: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

dalam mendeteksi risiko-risiko khusus pada bank-bank diIndonesia, sehingga saat terpaan krisis keuangan globalberimbas ke Indonesia, tidak memberikan kerugian yangsignifikan terhadap sistem perbankan dan keuangansecara umum.

Mencetak KaderPengawasan Bank

Besarnya tanggung jawab dan amanat yang diembanBI untuk mengawasi industri bank agar beroperasi secarasehat, kuat, dan memberi manfaat bagi perekonomian,mensyaratkan BI secara serius mempersiapkan SDM sebagaitempat berhimpunnya SDM yang mumpuni (expert pooling).Untuk mencetak seorang calon pengawas dan/ataupemeriksa bank yang handal dengan dasar pengetahuanyang memadai, sekaligus ketajaman instink dan intuisi,selain memakan waktu panjang juga melalui perencanaandan proses perjenjangan untuk mendongkrak (up-grading)kompetensi si pengawas.

Proses awal mencetak kader pengawas atau peme-riksa bank dimulai dari proses rekruitmen dengan seleksicalon yang ketat dan teliti. Sudah bukan menjadi rahasialagi, proses rekruitmen calon pegawai BI termasuk calonpengawas/pemeriksa bank dikenal sebagai salah satu yang‘berat’ terutama dalam hal kualifikasi dan persyaratan awalyang tinggi, proses seleksi yang panjang, serta transparansidan obyektivitas yang terjaga. Rekrutmen awal pegawaidengan kualifikasi lulusan S1 atau S2 ditambahkan penilaianpada pengalama kerja yang memadai dilakukan melaluiprogram regular Pendidikan Calon Pegawai Muda (PCPM),Pendidikan Calon Pengawas Bank (PCPB) maupun melaluimulti level entry dari tenaga pengawas/ auditor yang telahmemiliki kompetensi dan pengalaman yang memadai.

model pengawasan berbasis risiko (Risk Based Supervision/RBS) di tahun 2004, strategi pengawasan pun tidak lagimemisahkan antara tugas pemeriksa dan pengawas bank.

RBS mengharuskan Pengawas Bank untuk lebihmengenal bank yang sedang diawasi (know your bank).Untuk itu tidak ada pilihan bagi BI untuk mengikuti sarantersebut dengan membentuk satu dedicated team yangberisi pemeriksa dan pengawas bank. Adalah sulit bagiseorang pengawas bank untuk mengetahui kondisi bankyang diawasi manakala semua informasi diperoleh dari“tangan kedua” yakni pemeriksa bank. Peleburan keduafungsi tersebut dalam satu dedicated team diharapkan tugaspengawasan bank akan lebih efektif.

Secara khusus, dalam dedicated team ini ada kelom-pok pemeriksa bank spesialis (KPS). KPS yang mulaidibentuk dalam organisasi pengawasan di BI pada tahun2006 ini, dimaksudkan sebagai unit yang melakukan peme-riksaan khusus terhadap berbagai risiko yang membayangioperasional sebuah bank. Ada sederet panjang daftar risikoyang mungkin menimpa bank seperti risiko kredit (macet),fluktuasi pasar, operasional bank, kegagalan teknologiinformasi, kegagalan menjaga reputasi, risiko hukum danlainnya. Semua risiko ini akan diteropong secara cermatoleh KPS.

Selain itu, dalam dedicated team juga ada satu timkhusus lagi yakni On-site Supervisory Present (OSP). TimOSP ditempatkan pada Systemically Important Bank (SIB)pada area risiko khusus seperti treasury dan kredit. Ada 15bank kakap yang termasuk SIB yang diawasi ketat karenabila salah satu bank itu ambruk, akan berdampak sistemikpada yang lain. Keberadaan tugas dan fungsi KPS yangefektif inilah kemudian turut membantu tim pengawas BI

92 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 93

Page 50: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

94 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 95

Setelah melalui proses pendidikan secara sistematisdan intensif, pengawas/pemeriksa bank akan dididik secarakhusus dan berjenjang dengan sasaran yang jelas. Contoh-nya, seorang Pengawas Bank yang sudah 15 tahun mendedi-kasikan diri di dunia pengawasan bank, termasuk pengawasmadya dengan Grade 5. Pengawas dengan tingkatan iniartinya ia telah menyabet sejumlah pendidikan terkaitberbagai risiko pasar (market risk) yang dihadapi perbankan.Misalnya, ada sebuah bank yang memiliki surat-suratberharga (SSB) yang non-rating dalam portofolio aktivaproduktifnya. SSB seperti ini termasuk surat berharga yangtidak likuid dan terkadang sulit ditentukan nilai pasarnya.Walhasil, Pengawas mesti memastikan SSB ini sudahmendapat provisioning yang memadai. Ini salah satu contohkompetensi yang dimiliki Pengawas Bank dengan Grade 5.

Bila dibandingkan dengan instansi militer, seorangtentara yang telah mengikuti satu pelatihan khusus akandiberikan sebuah brevet. Semisal, brevet raider comando,brevet air bone, brevet special force air comando dan lain-lain. Semakin banyak brevet di dada sang prajurit akanterlihat bahwa ia tentara dengan kualifikasi tinggi. Hal yangsama juga berlaku di satuan kerja pengawasan bank baikdi dalam maupun luar negeri. Bahwa syarat mutlak untukseorang pengawas bank terjun menjadi pengawas bankharuslah mengantongi sertifikat lulus pengawas bank. Halini untuk memberi “garansi” kepada publik bahwa parapengawas yang bertugas mengawasi bank adalah memangorang mumpuni dan sudah dibekali berbagai pengetahuandan pelatihan akan seluk-beluk perbankan dan lainnya.Bahkan, bila perlu seorang pengawas juga menyandangberbagai “brevet ” bertaraf internasional untuk keahliankhusus. Kekuatan pengawas BI saat ini diperkuat oleh 9(sembilan) pengawas bank mengantongi Certified InformationSystem Auditor (CISA), 2 (dua) bersertifikat Certified Ethical

Hacker (CEH), 2 (dua) menyabet Certified Financial RiskManagement (CFRM) dan 2 (dua) Certified Anti MoneyLaundering (CAMS).

Sejak September 2005, BI telah mendirikan sebuahunit tersendiri yang menyiapkan kader-kader pengawasanbank yang handal. Unit ini dinamakan Banking SupervisionSchool (BSS). Sekolah ini nantinya akan menjadi wadahlearning centre di bank sentral terkait pengawasan bank.Kurikulum BSS disusun merujuk kelaziman (best practise)yang juga diajarkan di negara-negara maju, misalnya,Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) asal AmerikaSerikat. Begitu juga bantuan teknis dari International MonetaryFunds (IMF). Sehingga setiap peserta BSS yang lulus ujiansetiap tingkat (grade) dapatlah dipertanggungjawabkantingkat kompetensinya.

Hingga tahun 2009, ada 4205 peserta BSS. Darijumlah itu, sebanyak 2651 berasal dari kantor pusat BI diJakarta dan 1550 pegawai dari Kantor BI di berbagai daerahserta 4 orang pegawai pihak ketiga. Total peserta sebanyakitu tersebar mulai dari tingkat satu hingga sepuluh (akhir).Pelatihan sertifikasi ini terbagi atas empat jenjang, yaknijenjang dasar, menengah, lanjutan dan ahli. Pada jenjangdasar dan madya, materi pengajaran lebih difokuskan padapengenalan akan prinsip-prinsip dasar operasional bankdan analisa teknis tingkat kesehatan bank. Memasuki jenjanglanjutan dan ahli, mulai diperkenalkan pada modelpengawasan bank berbasis risiko yakni analisis risiko pasarhingga ke hal-hal strategis. Mereka yang telah lulus dariBSS akan diberi gelar “Pengawas Bank Bersertifikat”(Certified Bank Supervisor) oleh Komite Sertifikasi.

Selain mewajibkan pegawai BI yang bertugas dipengawasan bank untuk mengikuti pelatihan reguler di BSS,

Page 51: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

mereka juga diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihankeahlian khusus atau menjadi spesialis bidang tertentudengan sertifikasi internasional. Misalnya, risiko pasar, risikooperasional, risiko kredit, risiko teknologi informasi danakutansi forensik. Untuk menambah wawasan dan penga-laman, Pengawas Bank BI juga diikutsertakan dalamAttachment Program. Program ini adalah kerjasamaBIdengan sejumlah otoritas moneter di luar negeri dan bank-bank asing di luar dan dalam negeri.

Misalnya, Australian Prudential Regulation Authority(APRA) di Australia dan The Reserve Bank of Australia.Lalu, The Development Bank of Singapore (DBS) Singapura,Standard Chartered Bank di Jakarta dan Singapura,Rabobank (Belanda dan Jakarta), Overseas-Chinese BankingCorporation Ltd (OCBC) Singapura dan DeutscherGenessenschafts-und Raiffeisenverband (DGRV-BAFIN)Jerman. Selain menimba di pengalaman dan ilmu di lembaga-lembaga itu, BI juga mempersilahkan Pengawas Bank yangingin melanjutkan pendidikan ke jenjang magister (S2)hingga doktoral (S3) baik di dalam maupun luar negeri. Saatini, ada 314 orang Pengawas Bank BI bergelar master dan10 orang bersertifikat doktoral.

Profil OrganisasiPengawasan Bank

Ekspresi raut wajah 1.437 pengawas bank di BI akanmengkerut pada bagian dahinya setiap kali di media massamemberitakan perihal pengawasan bank yang katanyalemah plus berbagai kutipan narasumber yang cukup kerasdan pedas seperti: “BI tak becus mengawasi bank.” Bahkanterkadang para pengawas yang telah bekerja keras siangdan malam dengan dedikasi tinggi terhadap tugas yang

diembannya, harus mengelus-elus dada mereka. Ataupukulan secara komunal yang paling dirasakan ketika beritaburuk soal pengawasan menohok langsung ke jantungDirektorat Pengawasan (DPB) Bank BI. Maklumlah, direktoratinilah yang bertanggungjawab penuh terhadap pengawasanbank.

Dalam menjalankan tugas pengawasan terhadap 121bank umum di dalam negeri, DPB BI dipecah lagi menjadiDPB-1, DPB-2 dan DPB-3. Maksud pemecahan ini untukpembagian tugas dan agar lebih fokus dalam pengawasanbank serta distribusi SDM pengawas lebih efektif. DPB-1adalah direktorat yang dipercayakan untuk mengawasi 19bank berskala besar baik bank BUMN, swasta nasional danbeberapa bank asing. Kelompok bank ini boleh dikatatermasuk kategori Systemically Important Bank (SIB) yangmesti dijaga ekstra hati-hati karena termasuk bank sistemik.Sedangkan DPB-2 ditugaskan untuk mengawasi 28 bankyang mayoritas adalah bank-bank asing. Lalu, DPB-3mengawasi bank-bank berskala menengah dan kecil.

Ada dua direktorat lain di sektor perbankan yang jugamengawasi bank, yakni Direktorat Perbankan Syariah (DPbS)dan Direktorat Kredit, BPR, dan UMKM (DKBU). SakterDPbS diberi mandat mengurus pengawasan, pengaturandan pengembangan perbankan syariah yang tengahbertumbuh bak cendawan di musim hujan. SedangkanDirektorat Kredit, BPR & UMKM sesuai dengan nama yangdiberikan mengurusi urusan kredit mikro juga mengurusdan mengawasi 2.296 BPR di dalam negeri. Selain itu,satker ini juga diharapkan ikut mendorong tumbuh kembangUMKM dengan berbagai upaya. Intinya, satker ini mencariberbagai cara dan upaya agar sektor riil mikro bisa bertumbuhdan maju dengan fasilitas perbankan.

96 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 97

Page 52: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

Bicara mengenai pengawasan bank di wilayah lainselain DKI Jakarta, maka kita mengenal adanya PengawasBank di Kantor Bank Indonesia (KBI) di luar Jakarta. Sebagiandari KBI itu mengawasi bank yang berkantor pusat di wilayahkerjanya. Kebanyakan bank tersebut adalah Bank Pem-bangunan Daerah, tapi ada juga bank swasta lain selainBPD di wilayah tertentu seperti Bandung, Surabaya, Medandan Semarang. Sebagai miniatur dari kantor pusat, makaKBI juga menjalankan fungsi pengawasan BPR dan BankUmum Syariah. Bisa dibayangkan beban kerja yang cukupkompleks di KBI. Untuk itu, KBI harus didukung oleh sumberdaya yang memadai baik kualitas maupun kuantitasnya.Banking Supervision School membuka lebar pintu pembela-jaran bagi pengawas di KBI dan tidak sedikit pengawas diKBI yang bisa menempuh pendidikan dan pelatihan di luarnegeri. Kesempatan pengawas KBI sama dan sejajar denganpengawas di kantor pusat BI.

Di bagian depan sudah kita uraikan perlunya kesatuanantara pengawas, pengatur dan pemberian izin. Demikianjuga dengan pengawasan di BI. Direktorat Pengawasan ituhanya merupakan salah satu unsur dari kesatuan penga-wasan. Ada satuan kerja lain yang berfungsi untuk membuataturan main dan memberikan izin. Berikut akan kita simaksedikit uraian mengenai kedua satuan kerja ini.

Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan(DPNP) memiliki tugas pokok (core function) melakukanmacroprudential seperti stabilitas sistem keuangan danindustri perbankan dan microprudential. Untuk pelaksanaanmacroprudential, DPNP sekaligus melaksanakan penga-wasan makro dan pembuatan ketentuannya. Ketika krisiskeuangan mulai mengganas memasuki pertengahan tahun2008, indikator kesehatan perbankan di dalam negeri pun

ikut berguncang dan meradang. DPNP pun melakukanstress-test terhadap 15 bank untuk mengetahui secaraumum daya tahan perbankan menghadapi krisis. Hasilstress-test ini menjadi acuan secara umum akan kondisiperbankan yang akan menjadi bahan masukan bagi DewanGubernur BI untuk mengambil berbagai langkah dan tindakanpencegahan terjadinya bank gagal.

Sedangkan fungsi pembuatan peraturan macro-prudential adalah amanat untuk membuat berbagai ran-cangan peraturan di sektor perbankan mulai dari regulasitingkat kesehatan bank minimum nasional, jumlah modalminimum yang disetor bank, angka kredit macet yang masihbisa ditolerir, batasan pemberian kredit (BMPK) terhadapsektor tertentu atau kelompok usaha terkait bank, batasanminimal giro wajib minimum (GWM) yang mesti disetor keBI, posisi devisa netto (PDN) dan masih banyak lagi. Intinya,adalah tugas DPNP untuk membuat koridor dan rambu-rambu “lalu lintas” bagi bank agar bergerak dalam kondisiyang aman dan tidak membahayakan dirinya dan merugikanserta merontokkan kepercayaan deposan. Adalah tugassatker ini pula untuk merancang gambaran akan profil sektorperbankan di masa depan yang ideal melalui ArsitekturPerbankan Indonesia (API).

Untuk ranah microprudential, DPNP hanya melaksa-nakan fungsi pembuatan peraturan saja, karena pelaksanaanpengawasan microsurveillance dilaksanakan langsung olehDirektorat Pengawasan. Contoh mengenai microprudentialadalah cara perhitungan tingkat kesehatan bank, kriteriapenyetoran modal yang dapat diakui, penentuan kolektibilitaskredit, kriteria kelompok usaha terkait bank dalam BMPKdan sebagainya.

98 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 99

Page 53: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

Selain itu, satker DPB BI juga akan menjalin kerjasamadengan satker Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan(DPIP). Direktorat ini sesuai namanya adalah pihak yangmelakukan penilaian terhadap rencana seseorang ataubadan usaha dalam dan/atau luar negeri yang berkeinginanuntuk membuka usaha perbankan di dalam negeri. Sebelummenjatuhkan putusan mengizinkan atau menolak, sebuahproses penelitian dan penggalian informasi dari berbagaisumber dan sejumlah metode akan dilakukan untukmendapat informasi terkait profil calon pemilik dan pengelolabank. Misalnya, ketika Chinkara Capital Limited (CCL)mengajukan diri calon investor Bank Pikko dan Bank Danpactahun 2001, DPIP mengecek ke berbagai sumber terkaitsiapa figur CCL termasuk kekuatan finansial. Sampai adakepastian dan dokumen resmi yang menyakinkan, barulahsebuah persetujuan dapat dikeluarkan.

Satker lain yang menjadi mitra DPB BI adalah Direk-torat Investigasi dan Mediasi Perbankan (DIMP). Direktoratini mendapatkan mandat sesuai namanya adalah melakukanpenyelidikan terhadap setiap adanya dugaan praktikpelanggaran pidana perbankan. Satker ini menonjol dalamhal mengendus dan membongkar praktik-praktik busuk yangdilakukan oleh pemeggang saham dan pengurus bank atauadanya keterlibatan pihak ketiga. Di satker ini ada sejumlahinvestigator yang salah satu tugas beratnya adalahmengungkap setiap kemungkinan adanya praktik kejahatanberbau kerah putih (white colour crime) di sektor perbankan.Kelazimannya, investigator mendapat info awal dugaanadanya indikasi kejatahatan perbankan dari para PengawasBank yang melakukan praktik pengawasan terhadap bank-bank. Investigator akan menindaklanjuti setiap memopermintaan menyelidiki satu dugaan perbuatan yang patutdiduga melawan hukum.

100 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 101

Selain mandat itu, DIMP juga memiliki tugas melakukanmediasi antara nasabah bank yang merasa dirugikan secaraperdata oleh praktik perbankan di dalam negeri. Mediasi inibisa dilakukan dengan mempertemukan antara pihak yangsaling bersengketa. Bantuan mediasi BI ini hanya dapatterjadi bila ada permintaan tertulis dari pihak nasabah dankesepakatan adanya mediasi. Yang jelas sudah banyakmediasi dilakukan BI. Bila dari hasil mediasi tersebut tidakketemu kata sepakat, mereka yang berperkara dapatmembawa persoalan ini forum arbitrase. Maksudnya, agardiperoleh putusan yang lebih fair dan adil serta dapat diterimasetiap pihak yang berperkara. Tapi, bila kedua belah pihakyang telah dimediasi masih tetap sama-sama ngotot, ya BImempersilahkan berperkara di pengadilan.

Dengan kerjasama dan keterkaitan yang erat dengandirektorat-direktorat inilah tugas dan peran pengawasanbank yang diemban DPB BI diharapkan akan lebih optimal.Ya, paling tidak bisalah menjaga 121 bank yang masihtersisa tetap dalam kondisi sehat walafiat dan memberikanmanfaat sesuai harapan publik. Di sisi lain, efektivitas tugaspengawasan yang tertata rapi dari keseluruhan aspekorganisasi dan SDM juga membutuhkan dukungan infras-truktur yang memadai, canggih dan yang up to date denganperkembangan tuntutan lingkungan internal maupuneksternal. Selama ini BI secara optimal berupaya mengalo-kasikan semua sumber daya (resources) dalam mendukungtugas pengawasan bank ini agar berjalan baik sesuai tuntutanpublik. Dari sisi biaya, pelaksanaan pengawasan bankselama ini membutuhkan biaya yang besar hingga mencapailebih dari Rp1 triliun per tahun.

Pada akhirnya, meski sudah sedemikian rupa banksentral berbenah diri dalam mentransformasi dan menata

Page 54: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

tugas pengawasan bank di dalam negeri, hal itu bukanlahsebuah garansi mutlak bahwa bakal tidak ada lagi bankbermasalah setelah Bank Century yang kini berganti bajumenjadi Bank Mutiara di kemudian hari. Kenyataan ini pulayang juga menjadi pembelajaran bagi publik. Di negaramaju seperti di Uni Eropa dan Amerika Serikat, bank sentralatau otoritas pengawasan bank di sana, tidak juga beranimemberi garansi seratus persen bakal tidak ada bank yangakan ambruk dengan berbagai sebab.

DAFTAR ISTILAHjaminan tambahan yang diserahkan nasabahdebitur kepada bank dalam rangka pemberianfasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkanprinsip syariah (collateral)

pengambilalihan sebagian besar (lebih dan50%) atau seluruh kepemilikan suatu bank(acquisition)

analisis atas laporan keuangan untukmengetahui kemampuan perusahaan dalammemenuhi kewajiban-kewajiban jangkapendeknya. (liquidity analysis)

aliran dana yang mencerminkan perpindahandana melalui suatu bank; aliran dana padabank, biasanya merupakan simpulan alirandana yang menunjukkan sumber dana danpenggunaan dana; sin. aliran kas; aliran dana(cash flow)

perpindahan modal investasi dari luar negerike dalam negeri (net capital inflow)

aset yang tidak mudah diuangkan; aset sepertiantara lain, berupa gedung dan mesin (illiquidasset)

pemantauan terhadap kegiatan operasionalbank yang cakupannya telah diperluas tidakterbatas pada kegiatan usaha bank saja, tetapimencakup pula kegiatan usaha anakperusahaan dan holding company-nya yangberpengaruh langsung terhadap perkem-bangan kinerja bank (consolidated bankingsupervision)

Pengawasan dalam bentuk pemeriksaanlangsung oleh pengawas bank dengan caramendatangi bank yang diawasi

kegiatan pemantauan operasional bank yangdilakukan dengan melakukan analisis terhadapseluruh laporan yang disampaikan oleh bankkepada Bank Indonesia (off-site supervision)

agunan

akuisisi

analisislikuiditas

arus kas

arus modalmasuk

aset tak-liquid

pengawasanmenyeluruhterhadapbank

pengawasanlangsung

pengawasantak Iangsung

102 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 103

Page 55: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

badan usaha yang menghimpun dana darimasyarakat dalam bentuk simpanan danmenyalurkannya kepada masyarakat dalambentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnyadalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyatbanyak (bank)

1) bank yang mempunyai rasio atau nisbahkredit taklancar yang tinggi apabila dibanding-kan dengan modalnya; 2) bank yang dari hasilpemeriksaan nilai CAMEL-nya berada padaposisi empat (kurang sehat) atau lima (tidaksehat) pada daftar urutan kondisi bank;penilaian tersebut tidak disebarluaskan kemasyarakat; bank bermasalah akan lebih seringdiperiksa daripada bank yang berkondisi sehat(problem bank troubled bank)penilaian tersebuttidak disebarluaskan ke masyarakat; bankbermasalah akan lebih sering diperiksadaripada bank yang berkondisi sehat (problembank troubled bank)

bantuan keuangan kepada bank tertanggungatau lembaga tabungan yang mengalamikerugian karena kredit macet, kondisi pasaryang lesu, atau penarikan dana dalam jumlahbesar secara tiba-tiba oleh para deposan;upaya yang dilakukan oleh lembaga tersebutdapat berupa bantuan kepada bankbermasalah, pengupayaan akuisisi olehlembaga keuangan yang sehat; dalam haltertentu, dana asuransi simpanan (depositinsurance fund) memberikan bantuan dalambentuk surat utang (promissory notes) untukmenutup perbedaan perkiraan nilai pasar dariaset dan kewajiban bank (kekayaan bersihbank telah menunjukkan posisi yang negatif)sehingga akan menyehatkan perusahaantersebut (bailout)

batas maksimum penyediaan dana yangdiperkenankan untuk dilakukan oleh bankkepada peminjam atau kelompok peminjamtertentu (legal leading limit)

bank

bankbermasalah

bantuan pe-nyelamatan

batas mak-simum pem-berian kredit(BMPK)

biaya - pem-biayaanjangkapendek

bunga

bunga bank

cadanganbank

cadangandevisa

cadanganlikuiditas

CAMEL

fasilitas kredit dengan jangka waktu sampaidengan satu tahun (short term financing)

imbalan yang dibayarkan oleh peminjam atasdana yang diterima; bunga dinyatakan dalampersen (interest)

sejumlah imbalan yang diberikan oleh bankkepada nasabah atas dana yang disimpan dibank yang dihitung sebesar persentase tertentudari pokok simpanan dan jangka waktusimpanan ataupun tingkat bunga yangdikenakan terhadap pinjaman yang diberikanbank kepada debiturnya (bank interest)

sebagian dari aktiva bank berupa alat likuid,seperti kas, piutang, dan aktiva lain yang segeradapat dicairkan, seperti giro, deposito, dansimpanan lainnya untuk menghadapikemungkinan penarikan rekening nasabah(bank reserves)

cadangan dalam satuan mata uang asing yangdipelihara oleh bank sentral untuk memenuhikewajiban keuangan karena adanya transaksiinternasional (reserve currenry)

persentase tententu dari dana pihak ketigayang wajib disimpan dalam bentuk giro padaBank Indonesia (reservable deposits)

aspek yang paling banyak benpengaruhterhadap kondisi keuangan bank, yangmempengaruhi pula tingkat kesehatan bank;CAMEL merupakan tolok ukur yang menjadiobjek pemeriksaan bank yang dilakukan olehpengawas bank; CAMEL terdiri atas limakriteria, yaitu modal (capital), aktiva (asset),manajemen, pendapatan (earnings), danlikuiditas (Iiquidily) peringkat CAMEL di bawah81 memperlihatkan kondisi keuangan yanglemah yang ditunjukkan oleh neracabank,seperti rasio kredit taklancar terhadap

104 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 105

Page 56: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

total aktiva yang meningkat; apabila hal tersebuttidak diatasi, masalah itu dapat mengganggukelangsungan usaha bank; bank yang terdaftarpada daftar pengawasan dianggap sebagaibank bermasalah dan diperiksa lebih seringoleh pengawas bank jika dibandingkan denganbank yang tidak bermasalah; bank denganperingkat CAMEL di atas 81 adalah bankdengan pendapatan yang kuat dan aktivataklancar yang sedikit; peringkat CAMEL tidakpernah dinformasikan secara luas

celah yang terdapat dalam ketentuan atauperaturan yang isinya masih belum sepenuhnyadapat mengantisipasi segala kemungkinanterjadinya tindakan untuk menghindari maksuddari ketentuan tersebut tanpa melanggar materiketentuannya (loopholes)

jumlah penarikan yang melebihi dana yangtersedia pada akun giro; rekening negatif yangdisebabkan oleh nasabah y ang menulis cekyang melebihi jumlah dana yang ada direkeningnya; sesuai dengan ketentuan,penarikan yang melebihi dana merupakansuatu utang sehingga dapat dilaporkan sebagaisuatu ekspansi kredit; bank tidak diwajibkanuntuk memberikan cerukan; walaupundemik ian, mereka ser ing membuatpengecualian bagi para nasabah yangmempunyai hubungan baik; nasabah bankyang memperoleh fasilitas cerukan dapatmenarik dana atau cek sejumlah yangdiperlukan setiap waktu tanpa khawatir ceknyaditolak atau mereka harus membayar dendacerukan (overdraft)

Rasio kecukupan modal bank yang diukurberdasarkan perbandingan antara jumlah modaldengan aktiva tertimbang menurut risiko(ATMR).

daftar nama nasabah perseorangan atauperusahaan yang terkena sanksi karena telah

celahhukum

cerukan

CapitalAdequacyRatio (CAR)

daftar hitam

melakukan tindakan tertentu yang merugikanbank dan masyarakat, misalnya seseorangatau perusahaan yang melakukan penarikancek kosong (black list)

1 daftar bank yang oleh pengawas bankdipandang mempunyai masalah pendapatanatau permodalan yang lemah, yaitu bankdengan peringkat CAMEL di bawah 81;peringkat CAMEL digunakan oleh pengawasbank untuk mengetahui bank yang memerlukanpengawasan ketat,; 2 daftar bank yangmenerbitkan sertifikat deposito ke pasarsekunder yang secara potensial neracanyalemah menurut lembaga pemeringkat kredit,seperti Standard & Poor’s; 3 daftar negarayang kemampuan membayar utangnya diamatioleh pengawas dalam hal adanya perubahankondisi keuangan; 4 semua daftar mengenaipinjaman dan ekspansi kredit yang dikompilasioleh sebuah bank untuk pengawasan internal(watch list)

daftar orang-orang yang tidak diperbolehkanmasuk dalam jajaran pemegang saham dandireksi bank karena memiliki catatan buruk didunia keuangan dan perbankan

dana yang dijual di pasar antarbank oleh bankyang memiliki dana menganggur kepada bankyang memerlukan dana sementara (dalamjangka pendek); pasar dana Bank SentralAmerika yang lembaga keuangannya menjualdana lebihnya yang berasal dari rekeningcadangan yang disimpan pada Bank SentralAmerika merupakan sumber dana tersebaruntuk dana semalam; dana tersebut wajibdisetorkan kembali kepada bank penjual padakeesokan harinya saat awal jam kerja (overnightmoney)

dana yang disediakan oleh Bank Indonesiayang digunakan untuk melakukan pembayaranterlebih dahulu kepada kreditur bank dan akan

daftarpengawasan

Daftar TidakLulus (DTL)

danasemalam

danatalangan

106 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 107

Page 57: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

menjadi hutang bank tersebut kepada BankIndonesia

Pemeriksaan langsung terhadap bank yangmemberikan hak kepada pemeriksa untukmeminta konfirmasi kepada manajemen bankmengenai kebenaran laporang keuangan.Dalam kaitan dengan pemeriksaan bank diIndonesia, istilah ini diartikan sebagai auditkeuangan terhadap bank dalam rangkapelaksanaan program rekapitalisasi bank

evaluasi terhadap integritas pemegang sahampengendali serta evaluasi terhadap integritas,kompetensi, dan independensi pengurus dalammengendalikan kegiatan operasional bank

1 proses dari transaksi keuangan dalam pasarkeuangan yang pelaku pasarnya berkembangke arah hilangnya batas geografis suatu negara;2 integrasi dari pasar keuangan dunia ke dalamsatu kesatuan; dalam proses globalisasi terjadisaling ketergantungan antara pembeli danpenjual peranti keuangan di pusat keuanganseluruh dunia (globalization)

bentuk bank induk yang memiliki kelompokmanajemen berada dalam pengawasanbeberapa bank anggota kelompok; setiap bankdalam kelompok tersebut memiliki manajementersendiri, tetapi koordinasi aktivitas bankanggota kelompok itu dilakukan olehmanajemen bank induk dan pemegang sahammayoritas dari setiap anggota (group banking)

Pengelompokan bank komersial berdasarkanbesarnya aktiva dan kriteria lain; sistempelaporan yang seragam mengenai kondisibank mengelompokkan bank menjadI beberapakelompok yang berbeda; dalam satu kelompok,bank diperbandingkan dengan bank lain yangmempunyai kondisi yang setara denganmemperhatikan kemampuan memperoleh labadan lain-lain; analisis kelompok sejenisdigunakan oleh bank untuk mengukur kondisi

duedililgence

fit and proper

globalisasi

grup bank

grup banksejenis

keuangannya terhadap bank saingannya dipasar; kelompok sejenis ditentukan dan volumeusaha bank, lokasi dan bidang usaha darisetiap kelompok dapat terdiri dari atas 5-6 bankdalam hal bank tersebut merupakan pusatkeuangan atau ratusan bank rakyat yang kecil-kecil; sin. kelompok sejenis (peer group)

Tata kelola organisasi yang baik dan sehat

pelaksanaan prinsip kehati-hatian bank untukmeminimalkan risiko usaha operasional bankdengan berpedoman kepada ketentuan banksentral dan ketentuan intern bank (prudentialbanking)

perhitungan utang piutang antara para peser-ta kliring secara terpusat di satu tempat dengancara saling menyerahkan surat-surat berhargadan surat-surat dagang yang telah ditetapkanuntuk dapat diperhitungkan (clearing)

keadaan pembayaran pokok atau angsuranpokok dan bunga kredit oleh nasabah sertatingkat kemungkinan diterimanya kembali danayang ditanamkan dalam surat-surat berhargaatau penanaman lainnya; berdasarkanketentuan Bank Indonesia, kolektibilitas darisuatu pinjaman dapat dikelompokan dalamlima kelompok, yaitu lancar, dalam perhatiankhusus (special mention), kurang lancar,diragukan, dan macet (col lect ibi l i ty)

laporan keuangan bank pada tanggal tertentuyang diminta oleh bank sentral (bank call)

laporan auditor yang menyatakan bahwapemeriksaan telah dilakukan sesuai dengannorma pemeriksaan akuntan, disertai denganpendapat mengenai kewajaran laporankeuangan perusahaan yang diperiksa; jenispendapat yang dikenal ialah wajar tanpa syarat(unqualified clean), wajar dengan syarat

GoodGovernance

hati-hati -kehati-hatianbank

kliring

kolektibilitas

lapor neraca

laporan audit

108 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 109

Page 58: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

(qualified), menolak dengan memberikanpendapat (adverse), dan menolak tanpamemberikan pendapat sama sekali (disclaimer)(audit report)

laporan audit terbatas, baik ruang lingkupmaupun tujuan pemeriksaannya termasuklaporan audit atas lembaga yang tidak bertujuanmencari laba (special report)

lembaga yang menghimpun dana darimasyarakat dan menanamkannya dalambentuk aset keuangan lain, misalnya kredit,surat-surat berharga, giro, dan aktiva produktiflainnya; yang termasuk dalam lembagakeuangan adalah bank dan lembaga keuangannonbank (financial institution)

badan usaha bukan bank ataupun bukanperusahaan asuransi, yang kegiatan usaha-nya langsung ataupun tidak langsung meng-himpun dana dari masyarakat dengan jalanmengeluarkan surat berharga dan menyalur-kannya untuk pembiayaan investasi peru-sahaan, baik berupa pinjaman maupun berupapenyertaan modal (financial institution nonbank)

badan hukum yang menyelenggarakankegiatan penjaminan atas simpanan nasabahpenyimpan melalui skim asuransi, danapenyangga, atau skim lainnya

pembubaran perusahaan sekaligus pembe-resan dengan cara melakukan penjualan hartaperusahaan, penagihan piutang, pelunasanutang, dan penyelesaian sisa harta atau utangdi antara para pemilik (liquidation)

penggabungan dua bank atau lebih, dengancara tetap mempertahankan berdirinya salahsatu bank dan membubarkan bank-banklainnya dengan atau tanpa melikuidasi (bankmerger)

laporan auditkhusus

lembagakeuangan

lembagakeuanganbukan bank

lembagapenjaminsimpanan

likuidasi

merger bank

sejumlah dana yang digunakan untuk men-jalankan kegiatan usaha, pada perusahaanumumnya diperoleh dengan cara menerbit-kan saham (capital)

nilai tukar satuan uang suatu negara terhadapnegara lain; nilai tukar dipengaruhi olehbeberapa faktor, seperti tingkat suku bungadalam negeri, tingkat inflasi, dan intervensibank sentral terhadap pasar uang jikadiperlukan sehingga senantiasa berubah.(exchange rate; rate of exchange)

Kredit bermasalah yang terdiri dari kredit yangberklasifikasi Kurang Lancar, Diragukan danMacet. Termin NPL diperuntukkan bagi bankumum, sedangkan NPF untuk bank syariah

pinjaman yang diberikan suatu bank kepadabank lain yang terjadi karena bank peminjamkekurangan likuiditas, sedangkan bank pemberipinjaman kelebihan likuiditas (interbonkborrowing)

selisih bersih antara aktiva dan pasiva dalamvaluta asing setelah memperhitungkan rekeningadministratif (net open position)

Ukuran mengenai kemampuan perusahaandalam menghasilkan keuntungan selamaperiode tertentu

Kerangka kerja yang menetapkan tindakan,peran, dan tanggung jawab otoritas dalammenangani krisis sehingga kerugian ekonomibisa diminimalkan

Kegiatan pinjam meminjam dana jangkapendek antar bank yang dilakukan melaluijaringan komunikasi elektronis

modal

nilai tukar

Nonperfor-ming loan(NPL) ataunonperforming financing (NPF)

pinjamanantarbank

posisidevisa neto

profitabilitas

ProtokolManajemenKrisis (CrisisManagementProtokol)

Pasar UangAntar Bank(PUAB)

110 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 111

Page 59: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

kewajiban bank untuk merahasiakan segalasesuatu yang berhubungan dengan kete-rangan mengenai nasabah penyimpan dansimpanannya (bank secrecy)

perbandingan antara dua hal yang salingberhubungan, biasanya dalam bentuk angka;rasio, umumnya, digunakan untuk mengukurperingkat atau posisi keuangan suatuperusahaan dan analisis untuk pemberiankredit; sin. nisbah (ratio)

penurunan perekonomian suatu negara yangtercermin dalam kegiatan ekonomi secaraagregat sekalipun ukuran yang digunakanuntuk menentukan keadaan resesi masihbersifat subjektif, umumnya resesi terjadi padasaat pendapatan nasional kotor turun dalamdua kuartal berturut turut; ukuran lain untukresesi adalah peningkatan pengangguransecara tajam (recesion)

perubahan syarat-syarat kredit yang me-nyangkut tindakan untuk penambahan danabank dan/atau, konversi seluruh atau sebagiantunggakan bunga menjadi pokok kredit barudan/atau konvesi seluruh atau sebagian kreditmenjadi penyertaan dalam perusahaan, yangdapat disertai dengan penjadwalan kembalidan/atau persyaratan kembali (restructuring)

risiko yang timbul dalam hat debitur gagalmemenuhi kewajiban untuk membayar ang-suran pokok ataupun bunga sebagaimana telahdisepakati dalam perjanjian kredit; disampingrisiko suku bunga, risiko kredit merupakansalah satu risiko utama dalam pelaksanaanpemberian kredi t bank (credi t r isk)

risiko bank tidak memiliki uang tunai atau aktivajangka pendek yang dapat diuangkan segeradalam jumlah yang cukup untuk memenuhipermintaan deposan atau debitur; risiko initerjadi sebagai akibat kegagalan pengelolaanantara sumber dana dan penanaman dana

kerahasiaanbank

rasio

resesi

restrukturi-sasi

risiko kredit

risikolikuiditas

(mismatch) atau kekurangan likuiditas/dana(shortage) yang mengakibatkan bank tidakmampu memenuhi kewajiban keuangannyapada waktu yang telah ditetapkan (liquidity risk)

risiko bank tidak dapat melakukan kegiatanoperasionalnya secara normal karena adanyabencana alam, kebakaran atau sebab-sebablainnya, misalnya penyusup (hacker) yangberhasil menyusup ke dalam pusat data bankdan mengacaukan data; risiko ini juga mung-kin terjadi karena adanya kesalahan danpenyalahgunaan wewenang (penyelewengan),ketidakpastian terhadap ketentuan ataukelemahan struktur pengendalian intern, danprosedur yang tidak memadai, ataupun karena adanya gangguan pada sistem informasimanajemen, komunikasi, dan sistempembayaran bank (operational risk)

risiko atas posisi perdagangan akibat peru-bahan harga

saldo suatu perkiraan yang jumlah sisi sebelahdebitnya lebih besar daripada jumlah yangterdapat pada sisi sebelah kredit; jumlahpenarikan nasabah lebih besar daripada fasilitaskredit yang disediakan terhadap nasabahtersebut, blase disebut dengan istilah cerukan(debit balance)

sistem pemrosesan data yang dirancang bagimanajemen dan pengawas sumber dayamanusia yang dilengkapi dengan informasiterkini; dalam proses komunikasi, data dicatatdan diproses untuk tujuan operasional(management information system/MIS)

Kemampuan perusahaan untuk memenuhisemua kewajibannya. Solvabilitas menunjuk-kan kemampuan perusahaan untuk melunasiseluruh utang yang ada dengan mengguna-kan seluruh aset yang dimilikinya

risiko opera-sional

Risiko pasar(market risk)

saldo debit

sisteminformasimanajemen(SIM)

Solvabilitas

112 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia | 113

Page 60: Daftar Isi - bi.go.id · dasar kepercayaan kepada perbankan. Untuk menjaga agar kepercayaan ini tetap langgeng, bank harus diatur dan diawasi agar pengelolaannya selalu mengikuti

Suatu sistem keuangan dengan intermediasikeuangan yang efektif dimana lembaga, pasar,dan infrastruktur pasar mampu memfasilitasialiran dana antara penabung dan debitursehingga mendukung pertumbuhan ekonomi

Estimasi potensi kerugian terhadap eksposurkredit dan likuiditas yang dihasilkan daribeberapa skenario perubahan harga danvolatilitas

Surat utang kepemilikan rumah atau KPRkepada masyarakat yang memiliki kualitaskredit yang rendah tetapi memberikan imbalhasil tinggi

Pedoman Pengawasan Bank BerdasarkanRisiko Untuk Tahapan Perencanaan Penga-wasan

Surat berharga berupa surat pengakuan utangdalam mata uang Rupiah maupun valuta asingyang diterbitkan oleh Negara RepublikIndonesia, sebagaimana dimaksud dalamUndang-Undang No. 24 Tahun 2002

mata uang asing yang digunakan dalamperdagangan International (foreign exchange)

Standar deviasi dari perubahan nilai suatuinstrumen keuangan dengan jangka waktuspesifik; digunakan untuk menghitung risikodari instrumen keuangan pada suatu periodewaktu umumnya secara tahunan

Stabilitassistemkeuangan(FinancialSystemStability)

Stresstesting

Subprimemortgage

SupervisoryPlan

Surat UtangNegara(SUN)

valuta asing

Volatilitas

114 | Dinamika Transformasi Pengawasan Bank di Indonesia