DAFTAR CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK KABUPATEN … · Kabupaten/Kota Kampar ... Bidang Permuseuman...

38
DAFTAR CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU BALAI PELESTARIAN CAGAR BUDAYA SUMATERA BARAT WILAYAH KERJA PROVINSI SUMATERA BARAT, RIAU DAN KEPULAUAN RIAU

Transcript of DAFTAR CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK KABUPATEN … · Kabupaten/Kota Kampar ... Bidang Permuseuman...

Page 1: DAFTAR CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK KABUPATEN … · Kabupaten/Kota Kampar ... Bidang Permuseuman Sejarah dan Kepurbakalaan Kantor Wilayah ... Buddha terutama pada hari raya Waisak.

DAFTAR CAGAR BUDAYA TIDAK

BERGERAK

KABUPATEN KAMPAR

PROVINSI RIAU

BALAI PELESTARIAN CAGAR BUDAYA

SUMATERA BARAT

WILAYAH KERJA PROVINSI SUMATERA BARAT, RIAU DAN KEPULAUAN RIAU

Page 2: DAFTAR CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK KABUPATEN … · Kabupaten/Kota Kampar ... Bidang Permuseuman Sejarah dan Kepurbakalaan Kantor Wilayah ... Buddha terutama pada hari raya Waisak.

1

KOMPONEN DATA

DATA TEKNIS

Nomor Inventaris Cagar Budaya 01/BCB-TB/B/03/2007

Nama Cagar Budaya Candi Muara Takus

Alamat

Jalan Jalan Candi Muara Takus

Dusun/Kampung/Jorong Muara Takus

Desa/Kelurahan/Nagari Muara Takus

Kecamatan Kecamatan XIII Koto Kampar

Kabupaten/Kota Kampar

Provinsi Riau

Orbitrasi Cagar Budaya (km)

Ibukota Kab./Kota ±42 km

Ibukota Prov. ±91 Km

Keletakan Geografis 126 Mdpl

Aksesibilitas Cagar Budaya Akses menuju Cagar Budaya mudah, kendaraan roda dua dan roda empat bisa masuk Candi. Dari tempat pemberhentian kendaraan, pengunjung harus berjalan kaki menuju candi.

Letak Astronomis 100°38'31.45"E 0°20'8.77"N (100,641838191 ; 0,336219929159)

Deskripsi Historis Candi Muara Takus merupakan candi yang bersifat Buddhistis yang menandakan bahwa agama Budha pernah ada dan berkembang khususnya di daerah Kampar Riau. Kapan candi ini didirikan sampai sekarang masih dalam perdebatan para ahli, ada yang menyatakan abad ke IV, ke VII, ke IX dst. Candi Muara Takus merupakan candi tertua di Sumatera yang berbahan bata dan pasir. Candi Muara Takus terletak tidak jauh dari Sungai Kampar Kanan. Kompleks percandian ini pertama kali ditemukan pada tahun 1860 dan diberitakan oleh Cornets de Groot. Kemudian pada tahun 1900 diadakan penggalian oleh Yzerman (N.J.Krom, 1923, 442). Pada tahun 1935 dilakukan penggalian oleh Schnitger terhadap pondasi pintu gerbang dinding utara, pondasi bangunan I dan II dan Candi Tua. Pada Candi Bungsu ditemukan batu bata berbentuk lotus yang di dalamnya terdapat abu dan lempeng emas. Pada lempeng emas tersebut terdapat gambat Tricula dan tulisan berbentuk huruf Nagari (Schnitger 1936, 11). Pada tahun 1973 dilakukan penggalian oleh Ben Bronson yang bekerjasama dengan Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional Jakarta. Kemudian pada tahun 1977 penggalian oleh Pusat penelitian Arkeologi Nasional dengan mengikutsertakan Bidang Permuseuman Sejarah dan Kepurbakalaan Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Riau.

Deskripsi Arkeologis Kompleks Percandian Muara Takus terletak di tepi sungai Kampar Kanan. Kompleks candi berada dalam areal seluas 97,7 ha. Dalam areal tersebut terdapat 7 (tujuh) buah bangunan candi dimana 6 (enam) buah berada di dalam pagar keliling dan 1 (satu) buah berada di luar pagar dekat tanggul kuno di sebelah barat gugusan candi. Luas keseluruhan bangunan candi adalah 75 m² x 75 m². Candi-candi tersebut antara lain: Candi Tua, Candi Bungsu, Candi Mahligai, Candi Palangka, dan Bangunan III yang telah di pugar. 2 (dua) bangunan lain yang berada di sebelah utara Candi Palangka masih berupa gundukan tanah.

1. Candi Muara Takus

Page 3: DAFTAR CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK KABUPATEN … · Kabupaten/Kota Kampar ... Bidang Permuseuman Sejarah dan Kepurbakalaan Kantor Wilayah ... Buddha terutama pada hari raya Waisak.

2

Di sebelah barat laut Bangunan III (jarak ± 150 m), terdapat reruntuhan struktur bata (Bangunan IV), dan 2 (dua) reruntuhan struktur bata lainnya yang terletak di seberang sungai Kampar Kanan yakni Bangunan V dan Bangunan VI.

Ukuran (Luas) Cagar Budaya Bangunan ± 75 m² x 75 m²

Lahan ± 97,7 ha

Batas-Batas Cagar Budaya Utara Tanah Milik Sina

Selatan Tanah Milik Wali Amir

Timur Tanah Milik Dt. Rajo di Balai

Barat Tanah Milik Wal Asri

Fungsi awal dan fungsi sekarang Fungsi awalnya sebagai tempat peribadatan umat Buddha. Pada saat ini menjadi tempat objek wisata, walaupun pada saat-saat tertentu tetap digunakan sebagai tempat ibadah bagi umat Buddha terutama pada hari raya Waisak.

Pemilik Pemda Kabupaten Kampar

Pengelola Pemda Kabupaten Kampar dan BPCB Sumatera Barat

Foto

Foto Bangunan

Page 4: DAFTAR CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK KABUPATEN … · Kabupaten/Kota Kampar ... Bidang Permuseuman Sejarah dan Kepurbakalaan Kantor Wilayah ... Buddha terutama pada hari raya Waisak.

3

Foto Lingkungan

Denah Keletakan

Tanggal Pendataan 30 Mei – 5 Juni 2017

Pengentri Data Marjohan Syarif dan Dafriansyah Putra

Page 5: DAFTAR CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK KABUPATEN … · Kabupaten/Kota Kampar ... Bidang Permuseuman Sejarah dan Kepurbakalaan Kantor Wilayah ... Buddha terutama pada hari raya Waisak.

4

2. Masjid Jami’ Air Tiris

KOMPONEN DATA

DATA TEKNIS

Nomor Inventaris Cagar Budaya 02/BCB-TB/B/03/2007

Nama Cagar Budaya Masjid Jami’ Air Tiris

Alamat

Jalan Jalan Pasar Usang

Dusun/Kampung/Jorong I Pasar Usang

Desa/Kelurahan/Nagari Tanjung Berulak

Kecamatan Kampar

Kabupaten/Kota Kampar

Provinsi Riau

Orbitrasi Cagar Budaya (km)

Ibukota Kab./Kota ± 9 km

Ibukota Prov. ± 43 km

Keletakan Geografis 18 mdpl

Aksesibilitas Cagar Budaya Akses mudah, karena letak objek di pinggir jalan, bisa diakses oleh kendaraan roda dua dan roda empat dan memiliki parkir yang luas. Keletakan objek berada ±2 Km dari simpang jalan raya Pekanbaru - Bankinang.

Letak Astronomis 101° 5'37,600"E 0°22'22,700"N (101,093778 ; 0,372972)

Deskripsi Historis Masjid ini didirikan atas prakarsa Engku Mudo Sangkal pada tahun 1901 dan proses pengerjaannya baru selesai pada tahun 1904 atau tahun 1322 H. Engku Mudo Sangkal adalah seorang tokoh penyebar Islam di daerah Kampar. Salah satu penyebab Engku mudo Sangkal berniat untuk mendirikan masjid di daerah sekitar Pasar Air Tiris adalah karena ketika beliau hendak melaksanakan shalat Zuhur, beliau tidak menemukan tempat shalat atau masjid di daerah Air Tiris tersebut, padahal tempat tempat tersebut merupakan daerah yang ramai. Hasil pemikiran beliau ini disampaikan pada Dt. Palo yang kantornya berada di sekitar pasar tersebut. Dt. Palo kemudian menyampaikan usul ini kepada Ninik Mamak XII Kenagarian Air Tiris. Melalui pertemuan rapat (musyawarah) yang dipimpin oleh Dt. Palo (bernama Ajik) diputuskan bahwa Ninik Mamak XII Kenagarian Air Tiris menyetujui usulan Engku Mudo Sangkal untuk mendirikan masjid di dekat Pasar Air Tiris dengan pertimbangan sebagai tempat beribadah bagi masyarakat, pengunjung dan para pedagang yang berada di sekitar Pasar Air Tiris. Secara keseluruhan pembangunan masjid ini dilaksanakan oleh Ninik Mamak Kenagarian Air Tiris yang terdiri dari penghulu suku dengan sebutan Ninik Mamak Nan Duo Baleh yang memiliki anak kemenakan dalam 20 banjar (kampung) dalam Kenagarian Air Tiris. Dalam kesepakatan selanjutnya teknis pembangunan masjid disepakati sebagai berikut:

1. Areal tanah tempat pembangunan masjid dicarikan oleh Ninik Mamak XII Kenagarian Air Tiris.

2. Kayu dan Sondi dibebankan kepada masyarakat Banjau Air Tiris.

3. Tukang diambil dari tukang-tukang yang ada di Pasar Air Tris 4. Pelaksanaan dilakukan secara gotong royong.

Page 6: DAFTAR CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK KABUPATEN … · Kabupaten/Kota Kampar ... Bidang Permuseuman Sejarah dan Kepurbakalaan Kantor Wilayah ... Buddha terutama pada hari raya Waisak.

5

Menurut penuturan serta kepercayaan masyarakat sekitar, ketika pendirian masjid ini dilakukan, setiap langkah kaki Engku Mudo Sangkal selalu diiringi oleh kalimat-kalimat suci yang mengingatkan akan kebesaran Allah. Inilah yang memberikan kekuatan lain dari Masjid Jami’ Air Tiris sehingga bangunan tanpa paku ini walau sudah berumur lebih satu abad tetap kokoh berdiri. Selain itu menurut cerita Nurdin Abbas (Pengurus Masjid Jami’ periode tahun 1995; hasil wawancara dalam Majalah Amanah hal. 32) bahwa ketika masa revolusi dulu, masjid ini menjadi basis pertahanan pejuang, sehingga masjid ini pernah dibakar oleh tentara Jepang, tapi berkat izin Allah secara keseluruhan bangunannya masih tetap utuh.

Deskripsi Arkeologis Bentuk bangunan induk bersegi lima (limas), dinding berukir, atap seng bersusun tiga (tumpang) meruncing ke atas. Jenis kayu yang digunakan adalah kayu tentangu (yang tahan panas dan hujan). Secara keseluruhan pemasangan atap, dinding pada bangunan masjid tidak menggunakan paku besi, melainkan terbuat dari paku kayu. Sistem penyambungan memakai penyambungan lidah dan pada bagian-bagian tertentu mempergunakan pasak yang terbuat dari kayu. Pada bagian atas/atau depan mimbar, pada 2 (dua) tonggak panjang dalam masjid, masing-masing bertuliskan dua kalimah syahadat dan dua buah tulisan basmalllah yang dibuat dan dikerjakan oleh Engku Mudo Sangkal pendiri masjid tersebut sekaligus sebagai pelopor pembangunan fisik dan kerohanian di Masjid Jami’ Air Tiris. Secara keseluruhan bangunan masjid terdiri dari bangunan induk, mihrab, menara, dua buah mimbar, satu buah telaga dan tiga buah kulah. Mimbar masjid berasal dari Trengganu dan dikerjakan di Singapura.

Ukuran (Luas) Cagar Budaya Bangunan Bangunan induk ± 30 X 40 m, mihrab 7 x 5 m

Lahan ± 1.255 m²

Batas-Batas Cagar Budaya Utara Eks Pasar Usang

Selatan Rumah Penduduk

Timur Rumah Penduduk

Barat Jalan Pasar Usang

Fungsi awal dan fungsi sekarang Tempat beribadah dan aktivitas keagamaan

Pemilik Tanah Ulayat

Pengelola BPCB Sumatera Barat

Foto

Page 7: DAFTAR CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK KABUPATEN … · Kabupaten/Kota Kampar ... Bidang Permuseuman Sejarah dan Kepurbakalaan Kantor Wilayah ... Buddha terutama pada hari raya Waisak.

6

Foto Bangunan

Foto Lingkungan

Page 8: DAFTAR CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK KABUPATEN … · Kabupaten/Kota Kampar ... Bidang Permuseuman Sejarah dan Kepurbakalaan Kantor Wilayah ... Buddha terutama pada hari raya Waisak.

7

Denah Keletakan

Tanggal Pendataan 30 Mei – 5 Juni 2017

Pengentri Data Marjohan Syarif dan Dafriansyah Putra

Page 9: DAFTAR CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK KABUPATEN … · Kabupaten/Kota Kampar ... Bidang Permuseuman Sejarah dan Kepurbakalaan Kantor Wilayah ... Buddha terutama pada hari raya Waisak.

8

3. Rumah Adat Kenagarian Bendang

KOMPONEN DATA

DATA TEKNIS

Nomor Inventaris Cagar Budaya 03/BCB-TB/B/03/2007

Nama Cagar Budaya Rumah Adat Kenagarian Bendang

Alamat

Jalan Jalan Desa Ronah

Dusun/Kampung/Jorong 5 (lima)

Desa/Kelurahan/Nagari Ronah

Kecamatan Kampar

Kabupaten/Kota Kampar

Provinsi Riau

Orbitrasi Cagar Budaya (km)

Ibukota Kab./Kota ± 11 km

Ibukota Prov. ± 41 km

Keletakan Geografis 25 mdpl

Aksesibilitas Cagar Budaya Akses mudah, karena letak objek berada di pinggir jalan, bisa diakses oleh kendaraan roda dua dan roda empat.

Letak Astronomis 101° 6' 59,479" E, 0° 21' 42,083" N (101,116522 ; 0,36169)

Deskripsi Historis Rumah Adat Kenagarian Bendang didirikan pada tahun 1785. Rumah ini dibangun atas dasar kesepakatan bersama seluruh ninik mamak dan kemenakan di Kenagarian Bendang. Proses pengerjaan bangunan sampai selesai, secara keseluruhan dilakukan secara gotong royong. Bentuk bangunan tersebut merupakan perpaduan antara tradisional melayu dan minang. Hal ini merupakan salah satu bukti bahwa dahulunya daerah Kampar memiliki kedekatan kebudayaan dengan daerah Sumatera Barat.

Deskripsi Arkeologis Arsitektur bangunan Rumah Adat Kenagarian Bendang merupakan perpaduan antara arsitektur Minangkabau dan arsitektur Melayu. Bahan bangunan secara keseluruhan terbuat dari kayu, beratap seng (berbentuk gonjong yang pada bagian ujung-ujungnya meruncing ke atas dan pada bagian ujung gonjong ukiran-ukiran bermotif flora). Bangunan secara umum terdiri dari 4 (empat) ruangan. Pada dinding bagian luar terdapat ukiran (pada sisi utara, barat dan timur). Pada dinding bagian dalam terdapat ukiran yang terletak antara dinding pembatas antar ruangan. Pintu masuk mengarah ke utara dengan ukuran tinggi 1,80 m dan lebar 0,8 m. Pada bagian depan bangunan terdapat tangga masuk terbuat dari kayu dan yang pada bagian sisi baratnya terdapat ukiran. Bentuk tiang sisi delapan dengan jumlah keseluruhan 53 buah.

Ukuran (Luas) Cagar Budaya Bangunan ± 185,5 m²

Lahan ± 60 m x 60 m

Batas-Batas Cagar Budaya Utara Jalan setapak Desa Ronah

Selatan Rumah Penduduk

Timur Kebun milik Hj. Nurana

Barat Kebun milik Hj. Nurana

Fungsi awal dan fungsi sekarang Rumah tinggal, tetapi sewaktu-waktu digunakan untuk acara adat

Pemilik Tanah milik Hj. Nurana

Pengelola BPCB Batusangkar

Page 10: DAFTAR CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK KABUPATEN … · Kabupaten/Kota Kampar ... Bidang Permuseuman Sejarah dan Kepurbakalaan Kantor Wilayah ... Buddha terutama pada hari raya Waisak.

9

Foto

Foto Bangunan

Foto Lingkungan

Page 11: DAFTAR CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK KABUPATEN … · Kabupaten/Kota Kampar ... Bidang Permuseuman Sejarah dan Kepurbakalaan Kantor Wilayah ... Buddha terutama pada hari raya Waisak.

10

Denah Keletakan

Tanggal Pendataan 30 Mei – 5 Juni 2017

Pengentri Data Marjohan Syarif dan Dafriansyah Putra

Page 12: DAFTAR CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK KABUPATEN … · Kabupaten/Kota Kampar ... Bidang Permuseuman Sejarah dan Kepurbakalaan Kantor Wilayah ... Buddha terutama pada hari raya Waisak.

11

4. Makam Syekh Burhanuddin

KOMPONEN DATA

DATA TEKNIS

Nomor Inventaris Cagar Budaya 04/BCB-TB/B/03/2007

Nama Cagar Budaya Makam Syekh Burhanuddin

Alamat

Jalan Jalan Syekh Burhanuddin Kuntu

Dusun/Kampung/Jorong Koto Tuo

Desa/Kelurahan/Nagari Kuntu

Kecamatan Kampar Kiri

Kabupaten/Kota Kampar

Provinsi Riau

Orbitrasi Cagar Budaya (km)

Ibukota Kab./Kota ± 32 km

Ibukota Prov. ± 63 km

Keletakan Geografis 36 mdpl

Aksesibilitas Cagar Budaya Akses mudah, karena letak objek di pinggir jalan, 14 km dari Jalan Raya Kuansing- Pekanbaru. Bisa diakses oleh kendaraan roda dua dan roda empat

Letak Astronomis 101° 8' 37,734" E 0° 4' 34,679" S (101,143815 ; -0,0763)

Deskripsi Historis Ada suatu kajian menarik sehubungan dengan ketokohan Syekh Burhanuddin ini, dimana terdapat beberapa versi yang menyatakan keberadaan beliau. Fakta ini berkaitan erat dengan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat setempat. Di Pariaman masyarakat menyakini bahwa Syekh Burhanuddin mengembangkan Islam dan wafat di Pariaman (ditandai dengan keberadaan makam yang diyakini sebagai Makam Syekh Burhanuddin). Sedangkan di Kuntu (berdasarkan inskripsi/tulisan yang terdapat diarel makam) masyarakat mengenal Syekh Burhanuddin dalam mengembangkan ajaran Islam selalu berpindah-pindah, mulai dari Batu Hampar Sumbar (560 s/d 570 H/1141 s/d 1151 M), Kumpulan Sumbar (570 s/d 575H/1151 s/d 1156 M), Ulakan Pariaman Sumbar (575 s/d 590 H/1156 s/d 1171 M), dan Kuntu sampai beliau wafat (590 s/d 610 H/1171 s/d 1191 M). dikutip dari buku Ketarbiyahan Jakarta. 1984. Diperlukan banyak sumber agar eksistensi dan keberadaan Syekh Burhanuddin Kuntu ini dapat terungkap jelas, baik itu tempat bermukim, daerah penyebaran dakwah, maupun tahun dan tempat wafatnya. Atau bisa dimungkinkan juga terdapat dua tokoh dengan nama yang sama? Berikut adalah deskripsi historis situs yang dirangkum dari beberapa buku sumber, tulisan, makalah penelitian serta skripsi yang berhubungan dengan ketokohan Syekh Burhanuddin. Syekh Burhanuddin merupakan seorang penyebar agama Islam yang masuk lewat pesisir timur Pulau Sumatera melalui daerah-daerah aliran sungai dari selat Melaka. Menurut Mahmud Yunus (1983) yang mengemukakan bahwa “Pembawa Islam pertama ke Minangkabau ialah Burhanuddin Al- Kamil yang dikuburkan di Kuntu, bertanggal 610 H/1214 M. Ia datang bersama Abdullah Arif dari tanah Arab ke Aceh. Abdullah sendiri tinggal di Aceh, sedangkan Burhanuddin langsung ke Minangkabau. Tokoh yang

Page 13: DAFTAR CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK KABUPATEN … · Kabupaten/Kota Kampar ... Bidang Permuseuman Sejarah dan Kepurbakalaan Kantor Wilayah ... Buddha terutama pada hari raya Waisak.

12

disebut terakhir inilah yang sampai sekarang lestari dalam ingatan masyarakat Kuntu dengan nama Syekh Burhanuddin, sebagai penyebar Islam di wilayah ini”. Pendapat ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh M.O. Parlindungan. Ia menyebutkan bahwa “ada seorang panglima yang bernama Burhanuddin Al-Kamil wafat dan dimakamkan di kampung Kuntu, di tepi sungai Kampar pada tahun 610 H (1214 M.).” Sedangkan masuknya Syekh Burhanuddin ke wilayah Kuntu diperkirakan sekitar pertengahan Abad XIII, berdasarkan sumber buku Dep. P&K. Sejarah Daerah Riau yang meyebutkan bahwa: “Pada pertengahan abad ke XIII M, dinasti Abbasiyah mengalami keruntuhan dan pusat kegiatan Islam berpindah ke Mesir di tangan raja-raja Mameluk. Pada zaman keemasan dinasti Mameluk inilah pedagang dari daerah Mesir, Maroko, Persia dan lain-lain kembali berhubungan dengan daerah Riau, khususnya Kuntu/Kampar, sebagai pusat penghasil lada/rempah-rempah. Mereka inilah yang membawa Islam masuk untuk kedua kalinya.” Diperkirakan pada masa inilah Syekh Burhanuddin masuk dan menyebarkan Islam di daerah Kampar. Dalam perkembangannya Syekh Burhanuddin menjadikan daerah Kuntu di Kampar Kiri sebagai basis serta pusat pengembangan ajaran agama Islam. Pada saat ia datang ke Kuntu masyarakat sebahagian besar masih menganut agama Hindu-Budha. Dengan metode pendekatan yang menarik secara berangsur-angsur masyarakat kemudian menjadi tertarik untuk memeluk agama baru ini. Dalam riwayat yang terdapat dalam Naskah Muballighul Islam (MI), Riwayat Tiga Orang Mubalig Islam yang mengembangkan Agama Islam di Aceh dan Minangkabau, karya Imam Maulana Abdul Manaf yang ditulis tahun 1930, yang mana beliau menyalin sebuah buku tua yang ia temukan di Surau Tuanku Paseban. Dalam naskah ini disebutkan tentang pendekatan yang dilakukan oleh Syekh Burhanuddin lewat cara “perjamuan makan” sehingga masyarakat menjadi tertarik. Melalui cara inilah secara berangsur-angsur Syekh Burhanuddin memberi pengajaran tentang Agama Islam, sehingga akhirnya dapat diterima oleh penduduk setempat. Dalam skripsi Darusman. Syekh Burhanuddin dan Pengembangan Islam di Kuntu Kampar Kiri Abad XIII. Jurusan SKI, Fakultas Adab IAIN IB. Padang. 1994 yang didasarkan atas memori kolektif yang diwarisi oleh masyarakat Kuntu secara turun temurun, dikemukan bahwa Syekh Burhanuddin dalam mengembangkan agama Islam sering mengunjungi pemuka-pemuka masyarakat. Selain itu, bersumber dari makalah hasil penelitian Drs. Irhash A. Samad, M. Hum. Sejarah Perkembangan Agama Islam di Sumatera Barat I. Diketahui bahwa Syekh Burhanuddin memiliki keperibadian yang mulia, suka menghargai orang lain tanpa pandang bulu, baik yang kaya maupun miskin, tua maupun muda. Sikap dan kepribadian ini menjadi kekuatan tersendiri untuk membuat masyarakat menerima apa yang diajarkannya. Sekarang timbul pertanyaan, apakah tokoh Syekh Burhanuddin

Page 14: DAFTAR CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK KABUPATEN … · Kabupaten/Kota Kampar ... Bidang Permuseuman Sejarah dan Kepurbakalaan Kantor Wilayah ... Buddha terutama pada hari raya Waisak.

13

Kuntu sama dengan Syekh Burhanuddin di Pariaman? Karena di Pariaman kita mengenal juga seorang tokoh penyebar agama Islam yang bernama Syekh Burhanuddin. Berdasarkan sumber tertulis yang berbeda, menerangkan tentang tokoh ini. Syekh Burhanuddin Kuntu, berdasarkan dari naskah Mubalighul Islam. Sedangkan Syekh Burhanuddin Ulakan Pariaman bersumber dari Naskah Ulakan. Berdasarkan makalah hasil penelitian Drs. Irhash A. Samad, M. Hum. Sejarah Perkembangan Agama Islam di Sumatera Barat I. hal 14. Menyebutkan bahwa dalam naskah MI juga dikemukakan tentang upaya pengislaman pembesar kerajaan Pagaruyung yang dilakukan oleh Syekh Burhanuddin, seorang ulama Arab yang bermukim dan mengembangkan Islam di Kuntu Kampar (Minangkabau Timur). Ia datang mengunjungi kerajaan Pagaruyung dalam rangka meluaskan da’wah Islam dan mengajak raja bersama keluarga kerajaan untuk masuk Islam, termasuk Basa Ampek Balai. Peristiwa ini terjadi beberapa abad sebelum kedatangan rombongan Syekh Burhanuddin Ulakan ke Pagaruyung, tepatnya pada tahun 610 H/1214 M. Berdasarkan hipotesa di atas dapat disimpulkan bahwa Syekh Burhanuddin Kuntu lebih dahulu beberapa abad dari Syekh Burhanuddin Ulakan, dalam mengunjungi Kerajaan Pagaruyung untuk mengislamkan dan memperluas da’wah khususnya di Minangkabau. Jadi dimungkinkan ada dua tokoh yang memiliki kesamaan nama. Dibutuhkan penelitian dan kajian mendalam dalam hal ini agar data-data sejarah yang ada dapat lebih valid dan konkret sehingga nantinya jaringan penyebaran agama Islam di Minangkabau pada umumnya dapat terungkap. Pada tahun 1982, makam ini dipugar dan dibuatkan cungkup pelindungnya oleh Bidang Musjarah Kanwil Depdikbud Provinsi Riau.

Deskripsi Arkeologis Secara umum Makam Syekh Burhanuddin berada dalam kompleks areal pemakaman penduduk. Orientasi arah hadap makam adalah Utara-Selatan. Makam berada dalam areal pemakaman seluas 60 m x 60 m. Makam Syekh Burhanuddin sendiri berada dalam cungkup yang terbuat dari semen dan lantai keramik seluas 6,33 m x 7,82 m. bangunan makam (jirat) memiliki panjang 3,78 m x 1,95 m. Jirat makam ini sendiri sudah dilapisi keramik warna biru. Nisan makam terdiri dari 2 (dua) buah batang kayu (berbentuk bulat) yang sudah membatu/memfosil. Menurut juru pelihara situs yakni Bapak Sukarno, kayu yang sudah membatu tersebut berjenis dari kayu sungkai. Ukuran nisan bagian utara adalah tinggi 1,25 m dan bagian selatan 55 cm. Sedangkan ketebalan (lebar) nisan ini keduanya relatif sama yakni sekitar 45 cm. Pada sisi timur bangunan cungkup terdapat terdapat sebuah makam yang diyakini masyarakat sebagai makam istri Syekh Burhanuddin.

Ukuran (Luas) Cagar Budaya Bangunan Luas Makam: ± 3,78 m x 1,95 m.

Luas Cungkup: ± 6,33 m x 7,82 m

Lahan ± 60 m x 60 m

Page 15: DAFTAR CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK KABUPATEN … · Kabupaten/Kota Kampar ... Bidang Permuseuman Sejarah dan Kepurbakalaan Kantor Wilayah ... Buddha terutama pada hari raya Waisak.

14

Batas-Batas Cagar Budaya Utara Rumah Wiwid

Selatan Perkebunan Penduduk

Timur Jalan Syekh Burhanuddin Kuntu/MTsN Kuntu

Barat Kebun Karet Penduduk

Fungsi awal dan fungsi sekarang Pemakaman

Pemilik Pemkab. Kampar/ Tanah Ulayat Suku Singkuang

Pengelola BPCB Sumatera Barat

Foto

Foto Bangunan

Foto Lingkungan

Page 16: DAFTAR CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK KABUPATEN … · Kabupaten/Kota Kampar ... Bidang Permuseuman Sejarah dan Kepurbakalaan Kantor Wilayah ... Buddha terutama pada hari raya Waisak.

15

Denah Keletakan

Tanggal Pendataan 30 Mei – 5 Juni 2017

Pengentri Data Marjohan Syarif dan Dafriansyah Putra

Page 17: DAFTAR CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK KABUPATEN … · Kabupaten/Kota Kampar ... Bidang Permuseuman Sejarah dan Kepurbakalaan Kantor Wilayah ... Buddha terutama pada hari raya Waisak.

16

5. Kompleks Makam Raja-raja Gunung Sahilan

KOMPONEN DATA

DATA TEKNIS

Nomor Inventaris Cagar Budaya 05/BCB-TB/B/03/2007

Nama Cagar Budaya Kompleks Makam Raja-raja Gunung Sahilan

Alamat

Jalan Jalan Istana Raja Gunung Sahilan

Dusun/Kampung/Jorong I Koto Dalam

Desa/Kelurahan/Nagari Sahilan Darusalam

Kecamatan Gunung Sahilan

Kabupaten/Kota Kampar

Provinsi Riau

Orbitrasi Cagar Budaya (km)

Ibukota Kab./Kota ± 41 km

Ibukota Prov. ± 55 km

Keletakan Geografis 27 mdpl

Aksesibilitas Cagar Budaya Akses relatif mudah, dari jalan raya masuk ke jalan yang lingkungan. Jalan sudah beraspal, sehingga bisa masuk kendaraan roda dua dan roda empat.

Letak Astronomis 101° 17' 11,112" E 0° 5' 16,706" N (101,28642 ; 0,087974)

Deskripsi Historis Keberadaan makam Raja-raja Gunung Sahilan ini tidak terlepas dari keberadaan serta eksistensi dari Kerajaan Gunung Sahilan itu sendiri. Melalui Hasil Wawancara dengan Tengku Rahmad Ali, Utama Warman dan Tengku Arifin bin Tengku Sulung pewaris kerajaan Gunung Sahilan yang dikutip dari situs web. sungaikuantan.com, diketahui bahwa kerajaan Gunung Sahilan dimulai dari tahun 1700 dengan raja I Tengku Yang Dipertuan (TYD) Bujang Sati. Pada umumnya yang dikuburkan dalam areal pekuburan ini merupakan raja-raja, pembesar kerajaan, serta karib dan keluarga dari Kerajaan. Berdasarkan analisa tim, diperkirakan keberadaan makam ini dimulai sezaman dengan kehadiran Kerajaan Gunung Ibul dan Gunung Sahilan itu sendiri yakni pra Kerajaan Gunung Sahilan sebelum tahun 1700 (sebelum Raja Tengku Yang Dipertuan (TYD) Bujang Sati) sampai masa kemerdekaan tahun 1940-an. Dalam rentang waktu yang panjang itu sampai dengan sekarang diperkirakan sudah puluhan makam dari raja-raja, pembesar kerajaan, serta karib dan keluarga dari Kerajaan yang dimakamkan di kompleks makam ini. Namun untuk mengidentifikasi nama tokoh dari masing-masing makam diperkirakan sudah sulit, mengingat partanggalan serta penamaan pada makam tidak ada.

Deskripsi Arkeologis Makam Raja Gunung Sahilan ini terletak di sebelah baratdaya bangunan Istana Kerajaan Gunung Sahilan. Makam Raja-raja Gunung Sahilan ini berada dalam areal seluas 19,20 m x 9,5 m. Dalam areal ini terdapat 17 buah makam yang masih dapat dilihat secara kasat mata (ada beberapa makam yang sudah hampir hilang karena nisan dan jiratnya sudah tertimbun oleh tanah). Secara umum dari keselurahan makam-makam yang berada dalam lokasi, terdapat 5 (lima) buah makam yang sudah ditembok dan diberi keramik, dan tanpa nisan. Pada areal ini juga terdapat

Page 18: DAFTAR CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK KABUPATEN … · Kabupaten/Kota Kampar ... Bidang Permuseuman Sejarah dan Kepurbakalaan Kantor Wilayah ... Buddha terutama pada hari raya Waisak.

17

beberapa makam yang nisannya berupa nisan lokal, yang terbuat dari batu andesit tanpa motif dan pengerjaan, yang langsung ditanam di dalam tanah. Namun ada juga beberapa makam yang yang memiliki nisan berbentuk tipe aceh dengan pola dan motif flora.

Ukuran (Luas) Cagar Budaya Bangunan -

Lahan ± 19,20 m x 9,5 m

Batas-Batas Cagar Budaya Utara Jalan Istana Raja Gunung Sahilan

Selatan Pekarangan milik Nazar/Pemakaman Penduduk

Timur Tanah/Rumah milik Rukiah

Barat Tanah/Kebun milik Raflan

Fungsi awal dan fungsi sekarang Pemakaman

Pemilik Ahli Waris Kerajaan Gunung Sahilan

Pengelola BPCB Sumatera Barat

Foto

Foto Bangunan

Page 19: DAFTAR CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK KABUPATEN … · Kabupaten/Kota Kampar ... Bidang Permuseuman Sejarah dan Kepurbakalaan Kantor Wilayah ... Buddha terutama pada hari raya Waisak.

18

Foto Lingkungan

Denah Keletakan

Tanggal Pendataan 30 Mei – 5 Juni 2017

Pengentri Data Marjohan Syarif dan Dafriansyah Putra

Page 20: DAFTAR CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK KABUPATEN … · Kabupaten/Kota Kampar ... Bidang Permuseuman Sejarah dan Kepurbakalaan Kantor Wilayah ... Buddha terutama pada hari raya Waisak.

19

6. Istana Kerajaan Gunung Sahilan

KOMPONEN DATA

DATA TEKNIS

Nomor Inventaris Cagar Budaya 06/BCB-TB/B/03/2007

Nama Cagar Budaya Istana Kerajaan Gunung Sahilan

Alamat

Jalan Jalan Istana Raja Gunung Sahilan

Dusun/Kampung/Jorong I Koto Dalam

Desa/Kelurahan/Nagari Sahilan Darusalam

Kecamatan Gunung Sahilan

Kabupaten/Kota Kampar

Provinsi Riau

Orbitrasi Cagar Budaya (km)

Ibukota Kab./Kota 41 km

Ibukota Prov. 55 km

Keletakan Geografis 27 mdpl

Aksesibilitas Cagar Budaya Akses relatif mudah, dari jalan raya masuk ke jalan yang lingkungan. Jalan sudah beraspal, sehingga bisa masuk kendaraan roda dua dan roda empat.

Letak Astronomis 101° 17' 12,819"E 0° 5' 17,162"N (101,286894 ; 0,088101)

Deskripsi Historis Menurut keterangan Tengku Rahmad Ali, Utama Warman dan Tengku Arifin bin Tengku Sulung yang merupakan pewaris kerajaan Gunung Sahilan (wawancara yang dikutip dari situs web: sungaikuantan. com) serta kepercayaan masyarakat setempat, pada mulanya Kerajaan Gunung Sahilan bernama Kerajaan Gunung Ibul. Letak perkampungannya, berjarak satu kilometer dari kampung sekarang ini. Di kawasan Gunung Ibul itu, masih terdapat beberapa bekas situs sejarah yang juga tidak terawat dan nyaris hilang sejak perkebunan kelapa sawit menjamur di sepanjang Sungai Kampar. Di masa Gunung Ibul, atau Kerajaan Gunung Sahilan Jilid I, masyarakat masih beragama Budha, dibuktikan dengan bekas-bekas kandang babi dan tapak-tapak benteng. Untuk membuktikan keberadaan kerajaan awal pembentuk Kerajaan Gunung Sahilan ini masih membutuhkan kajian serta data-data pendukung yang kuat. Pada awalnya kerajaan Gunung Sahilan terbentuk karena terjadinya keributan antar orang sekampung. Tidak jelas sebab terjadinya keributan itu, yang pasti keributan mereda setelah tetua adat dan para khalifah bersepakat untuk mencari seseorang untuk di-raja-kan di Gunung Sahilan. Pilihan mereka jatuh kepada Kerajaan Pagaruyung yang saat itu dalam masa keemasannya. Namun perlu diingat, bahwa sebelum kerajaan jilid II terbentuk, masyarakatnya sudah heterogen atau gabungan dari beberapa pendatang, baik dari Johor Baharu (Malaysia) dan orang-orang sekitar negeri seperti Riau Pesisir, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi dan sebagainya. Penduduk asli kampung bersuku Domo, sedang enam suku lainnya merupakan pendatang yang sudah lama menetap di sana. Sebenarnya banyak versi tentang asul usul kerajaan ini, namun pada umumnya perbedaan-perbedaan yang ada tidak terlalu jauh. Pada awal masa pendirian kerajaan, dimulai menyusun,

Page 21: DAFTAR CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK KABUPATEN … · Kabupaten/Kota Kampar ... Bidang Permuseuman Sejarah dan Kepurbakalaan Kantor Wilayah ... Buddha terutama pada hari raya Waisak.

20

peraturan pemerintahan, termasuk adat-istiadat raja-raja jadilah sekarang garis keturunan di negeri ini berdasarkan ibu atau matrilineal. Sejak saat itu, raja-raja yang diangkat bukan anak kandung raja melainkan kemenakannya. Berturut-turut raja yang pernah didaulat di Kerajaan Gunung Sahilan antara lain Raja I (1700-1740) Tengku Yang Dipertuan (TYD) Bujang Sati, Raja II (1740-1780) TYD Elok, Raja III (1780-1810) TYD Muda, Raja IV (1810-1850) TYD Hitam. Khusus raja keempat tidak didaulat seperti raja sebelumnya sebab TYD Hitam bukan anak kemenakan raja Muda, melainkan anak kandungnya. Namun TYD Hitam sebagai pengemban amanah memimpin selama kurang lebih 40 tahun. Raja V (1850-1880) TYD Abdul Jalil, Raja VI (1880-1905) TYD Daulat, Raja VII (1905-1930) Tengku Abdurrahman dan Raja VIII atau terakhir TYD Sulung atau Tengku Sulung (1930-1941). Pada masa kolonial, dalam memori kolektif masyarakat kerajaan ini tidak pernah berperang dengan Belanda. Pada masa itu pihak kerajaan dan Belanda membuat kesepakatan untuk tidak saling mengganggu. Hanya saja, di masa pendudukan Jepang kerajaan ini dibekukan dan diganti dengan distrik. Sampai sekarang berbagai tinggalan kerajaan berupa keramik, guci, meriam, pedang, tombak dan beberapa foto raja-raja masih tersimpan dalam Istana kerajaan ini. Selain itu juga terdapat cap/tera pada lembaran kertas sebanyak tujuh buah cap/tera yang masing-masingnya berbeda. Diperkirakan masing-masing raja yang memerintah menggunakan cap/tera yang berbeda. Cap/tera tersebut bertulisan arab melayu. Dari tinggalan tersebut, hipotesa awal tim memperkirakan bahwa pada masa awal kerajaan (tahun 1700an) sudah menganut agama Islam. Hal ini sejalan dengan pendapat bahwa Islam sudah berkembang di Kampar pada sekitar abad ke 13 yang dibawa dan dikembangkan oleh Syekh Burhanuddin yang berbasis di Kuntu. Secara umum kondisi bangunan istana hampir 60 mengalami kerusakan. Pada tahun anggaran 2013 ini, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Riau sedang melaksanakan kegiatan pemugaran.

Deskripsi Arkeologis Secara umum Istana Kerajaan Gunung Sahilan terdiri dari dua bagian, yakni bangunan utama dan dapur. Bangunan utama terdiri dari dua ruangan, satu ruangan depan dan satu lagi ruangan bagian dalam. Ruangan depan berukuran panjang 14,4 m dan lebar 6,8 m. pada bagian samping kanan dan kiri bangunan terdapat ruangan serambi yang menjorok keluar. Pintu utama di bagian depan terletak pada sisi kiri. Di atas ruangan depan terdapat ruangan yang berfungsi sebagai tempat tidur. Ruangan dalam berukuran panjang 14,4 m dan lebar 4,65 m. Pada bagian samping kanan ruangan dalam ini terdapat dua buah kamar tidur. Antara ruangan dalam dan bagian dapur dihubungkan dengan bangunan memanjang ke belakang berukuran panjang 4,5 m dan lebar 3,3 m. Ruangan dapur berbentuk huruf L, dengan panjang 8,4 m dan lebar 5,15 m, sedangkan bagian yang menjorok ke belakang panjang 4,15 m dan lebar 3,45 m. secara keseluruhan bangunan ini berbahan

Page 22: DAFTAR CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK KABUPATEN … · Kabupaten/Kota Kampar ... Bidang Permuseuman Sejarah dan Kepurbakalaan Kantor Wilayah ... Buddha terutama pada hari raya Waisak.

21

kayu dan lantai terbuat dari campuran semen dan pasir.

Ukuran (Luas) Cagar Budaya Bangunan Bangunan utama (depan): ± 9,10 m x 14,19 m

Bangunan belakang: ±22,25 m x 14 m

Lahan ± 52 m x 30 m = 1.560 m²

Batas-Batas Cagar Budaya Utara Tanah Milik Jaroman

Selatan Jalan Istana Gunung Sahilan

Timur Tanah Milik Azirman

Barat Tanah Milik Yusuf dan Tumanggung

Fungsi awal dan fungsi sekarang Hunian kerajaan, kini sebagai simbol (dead monument)

Pemilik Ahli Waris Kerajaan Gunung Sahilan

Pengelola BPCB Sumatera Barat & Pemprov Riau

Foto

Foto Bangunan

Page 23: DAFTAR CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK KABUPATEN … · Kabupaten/Kota Kampar ... Bidang Permuseuman Sejarah dan Kepurbakalaan Kantor Wilayah ... Buddha terutama pada hari raya Waisak.

22

Foto Lingkungan

Denah Keletakan

Tanggal Pendataan 30 Mei – 5 Juni 2017

Pengentri Data Marjohan Syarif dan Dafriansyah Putra

Page 24: DAFTAR CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK KABUPATEN … · Kabupaten/Kota Kampar ... Bidang Permuseuman Sejarah dan Kepurbakalaan Kantor Wilayah ... Buddha terutama pada hari raya Waisak.

23

7. Makam Rajo Darah Putih

KOMPONEN DATA

DATA TEKNIS

Nomor Inventaris Cagar Budaya 07/BCB-TB/B/03/2007

Nama Cagar Budaya Makam Rajo Darah Putih

Alamat

Jalan Jalan Istana Raja Gunung Sahilan

Dusun/Kampung/Jorong I Koto Dalam

Desa/Kelurahan/Nagari Sahilan Darusalam

Kecamatan Gunung Sahilan

Kabupaten/Kota Kampar

Provinsi Riau

Orbitrasi Cagar Budaya (km)

Ibukota Kab./Kota ± 41 km

Ibukota Prov. ± 55 km

Keletakan Geografis 52 mdpl

Aksesibilitas Cagar Budaya Akses dapat dicapai dengan berjalan kaki ± 50 meter arah Barat Puskesmas Gunung Sahilan (tempat pemberhentian kendaraan roda dua dan roda empat)

Letak Astronomis 101° 17' 20,452" E 0° 5' 19,554" N (101,289014 ; 0,088765)

Deskripsi Historis Makam Rajo Darah Putih terletak di sebelah Tenggara makam Raja-raja Gunung Sahilan. Lokasi makam terletak di atas bukit dan berjarak sekitar 50 m arah barat Puskesmas Gunung Sahilan. Secara umum makam dalam areal makam terdapat dua buah makam yang terdapat dalam satu jirat. Menurut keterangan yang diyakini oleh masyarakat, kedua makam tersebut merupakan makam anak yang sangat mirip bentuknya (kembar). Yang satu merupakan anak raja yang memiliki darah putih dan satu lagi merupakan anak dari rakyat biasa. Kedua anak ini sangat sulit untuk dibedakan antara satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu sewaktu wafat keduanya dimakam dalam satu jirat. Untuk membedakan masing-masing kedua makam ini dapat dilihat dari ukiran yang terdapat pada nisan nisan, satu yang berukiran merupakan nisan anak raja dan satunya lagi yang tanpa ukiran merupakan nisan dari anak rakyat biasa.

Deskripsi Arkeologis Situs berada dalam areal perkebunan/semak belukar di sebelah barat Puskesmas Gunung Sahilan. Secara umum dalam bangunan makam (jirat) terdapat dua buah makam yang saling berdampingan/berpasangan. Luas keseluruhan makam adalah 1 m x 2,8 m. Jarak antar nisan adalah 1,5 m. Secara umum nisan terbuat dari batu andesit dengan ukuran tinggi yang relatif sama yakni tinggi 50 cm dari permukaan tanah dan lebar 15 cm pada bagian tengah dan pada pada bagian ujungnya 5 cm. yang membedakan diantara nisan ini hanyalah ukiran pada masing-masing makam. Nisan yang berada di sebelah barat berukir indah, sedang nisan sebelah timur tanpa ukiran. Menurut informasi masyarakat, nisan yang berukir adalah nisan Rajo Darah Putih, dan nisan yang tidak berukiran merupakan nisan anak dari rakyat biasa yang mirip dengan Rajo darah Putih. Pada tahun 2017, makam telah dibuat jirat dari tembok dan dicat cokelat pada permukaannya. Pada jirat makam dibuat sejumlah

Page 25: DAFTAR CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK KABUPATEN … · Kabupaten/Kota Kampar ... Bidang Permuseuman Sejarah dan Kepurbakalaan Kantor Wilayah ... Buddha terutama pada hari raya Waisak.

24

ornamen timbul dan inskripsi kaligrafi menghiasi keliling makam. Pada areal makam sudah dilakukan pemagaran bata sekeliling dengan ukuran pagar dalam 5,68 m x 3,75 m dan jalan masuk 2,15 m x 1 m. Lantai di dalam pagar pun terlihat sudah disemen.

Ukuran (Luas) Cagar Budaya Bangunan Luas pagar dalam: ± 5,68 m x 5,68 m

Luas jalan masuk: ± 2,15 m x 1 m

Luas makam: ± 2,80 m x 1 m

Lahan ± 5,80 m x 5,68 m

Batas-Batas Cagar Budaya Utara Kebun Penduduk

Selatan Kebun Penduduk

Timur Kebun Penduduk

Barat Kebun Penduduk

Fungsi awal dan fungsi sekarang Pemakaman

Pemilik Ahli Waris Kerajaan Gunung Sahilan

Pengelola BPCB Sumatera Barat

Foto

Foto Bangunan

Page 26: DAFTAR CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK KABUPATEN … · Kabupaten/Kota Kampar ... Bidang Permuseuman Sejarah dan Kepurbakalaan Kantor Wilayah ... Buddha terutama pada hari raya Waisak.

25

Foto Lingkungan

Denah Keletakan

Tanggal Pendataan 30 Mei – 5 Juni 2017

Pengentri Data Marjohan Syarif dan Dafriansyah Putra

Page 27: DAFTAR CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK KABUPATEN … · Kabupaten/Kota Kampar ... Bidang Permuseuman Sejarah dan Kepurbakalaan Kantor Wilayah ... Buddha terutama pada hari raya Waisak.

26

8. Makam Panglima Khatib

KOMPONEN DATA

DATA TEKNIS

Nomor Inventaris Cagar Budaya 08/BCB-TB/B/03/2007

Nama Cagar Budaya Makam Panglima Khatib

Alamat

Jalan Jalan Raya Pekanbaru-Bangkinang Km 54

Dusun/Kampung/Jorong I Panglima Khatib

Desa/Kelurahan/Nagari Simpang Kubu

Kecamatan Kampar

Kabupaten/Kota Kampar

Provinsi Riau

Orbitrasi Cagar Budaya (km)

Ibukota Kab./Kota ± 6 km

Ibukota Prov. ± 54 km

Keletakan Geografis 47 mdpl

Aksesibilitas Cagar Budaya Makam terletak di sebelah Utara jalan Raya Pekanbaru-Bangkinang km 54. Mudah di akses baik kendaraan roda dua maupun roda empat.

Letak Astronomis 101° 4' 7,987"E 0° 21' 22,848"N (101,068885 ; 0,356347)

Deskripsi Historis Khatib ketika muda dikenal memiliki kesaktian dan keberanian. Karena itulah ia amat disegani oleh orang kampungnya. Ayah Khatib adalah seorang guru agama Islam yang berasal dari Aceh. Beliau amat berjasa dalam mengembangkan agama Islam di Limo Koto. Khatib muda pun didik paham pada agama dan orang tua Khatib tidak melarang anaknya menguasai ilmu kebatinan. Sehingga Khatib juga mahir dalam beladiri dan menguasai sejumlah ilmu kebatinan. Panglima Khatib merupakan sosok pejuang di zaman kolonial di Kabupaten Kampar. Dari inskripsi makam diketahui bahwa Panglima Khatib wafat pada tahun 1627 M. Dari inskripsi tersebut dapat diketahui tokoh merupakan salah seorang tokoh adat daerah Bangkinang dengan gelar Datuk. Selain itu diketahui juga bahwa pada masa itu Islam sudah tumbuh dan berkembang di daerah Kampar. Hal ini juga ditunjang dengan salah satu pendapat tentang masuknya Islam di Kampar yakni sekitar abad ke XIII. Jika dilihat dari tanggal wafatnya beliau, asumsi awal tim menyimpulkan bahwa pada masa beliau belum bersinggungan dengan masa kolonial. Dan jika melihat salah satu makam yang berada dalam satu arel dengan beliau (yakni makam Panglima Aceh) yang satu periode dengan beliau, dapat diperkirakan bahwa pada masa itu daerah Kampar yang merupakan salah satu daerah yang berada dalam pengaruh Aceh. Untuk diketahui daerah Kampar merupakan salah satu daerah penghasil lada. Dibutuhkan lebih banyak sumber dan waktu dalam menganalisis ketokohan makam, sehingga data yang ditulis dapat lebih lengkap dan valid.

Deskripsi Arkeologis Makam terletak di sebelah utara jalan Raya Pekanbaru-Bangkinang tepatnya Km 54. Situs ini dikelola oleh Pemkab. Kampar dan pada areal situs sudah dibuatkan taman serta terdapat tugu Kabupaten kampar. Situs terletak dalam areal pagar seluas 7 m x 10 m (pagar ini berupa untaian rantai besi).

Page 28: DAFTAR CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK KABUPATEN … · Kabupaten/Kota Kampar ... Bidang Permuseuman Sejarah dan Kepurbakalaan Kantor Wilayah ... Buddha terutama pada hari raya Waisak.

27

Pada areal ini terdapat dua buah makam yakni Makam Panglima Khatib dan Panglima Aceh. Bangunan makam Panglima Khatib berukuran 2,30 m x 1,30 m. Makam sudah dibuatkan jirat dari tembok yang sudah dilapisi keramik warna biru. Pada bagian sebelah selatan makam terdapat inskripsi “Dt. Panglima Khatib Th 1627.” Nisan makam terbuat dari kayu bulat yang sudah memfosil menjadi batu dengan ukuran tinggi dari permukaan tanah 45 cm, lebar bagian atas 9 cm dan bagian bawah 10 cm.

Ukuran (Luas) Cagar Budaya Bangunan ± 2,30 m x 1,30 m

Lahan ± 7 m x 10 m

Batas-Batas Cagar Budaya Utara Tebing/Rumah Penduduk

Selatan Tugu Pemkab Kampar

Timur Taman Pemkab Kampar/jalan Desa Simpang Kubu

Barat Semak Belukar

Fungsi awal dan fungsi sekarang Pemakaman

Pemilik Pemkab Kampar

Pengelola BPCB Sumatera Barat & Pemkab Kampar

Foto

Foto Bangunan

Page 29: DAFTAR CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK KABUPATEN … · Kabupaten/Kota Kampar ... Bidang Permuseuman Sejarah dan Kepurbakalaan Kantor Wilayah ... Buddha terutama pada hari raya Waisak.

28

Foto Lingkungan

Denah Keletakan

Tanggal Pendataan 30 Mei – 5 Juni 2017

Pengentri Data Marjohan Syarif dan Dafriansyah Putra

Page 30: DAFTAR CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK KABUPATEN … · Kabupaten/Kota Kampar ... Bidang Permuseuman Sejarah dan Kepurbakalaan Kantor Wilayah ... Buddha terutama pada hari raya Waisak.

29

9. Makam Datuk Tabano

KOMPONEN DATA

DATA TEKNIS

Nomor Inventaris Cagar Budaya 09/BCB-TB/B/03/2007

Nama Cagar Budaya Makam Datuk Tabano

Alamat

Jalan Jalan Bendungan Uwai

Dusun/Kampung/Jorong Uwai

Desa/Kelurahan/Nagari Muaro Uwai

Kecamatan Bangkinang

Kabupaten/Kota Kampar

Provinsi Riau

Orbitrasi Cagar Budaya (km)

Ibukota Kab./Kota ± 2 km

Ibukota Prov. ± 52 km

Keletakan Geografis 40 mdpl

Aksesibilitas Cagar Budaya Makam Datuk Tabano terletak tepat di tengah-tengah kompleks pemakaman, persis di seberang Masjid Al Muhajidin. Lokasi mudah diakses baik kendaraan roda dua dan roda empat.

Letak Astronomis 101° 0' 48.847"E 0° 21' 9.4205"N (101.013569 ; -0.352617)

Deskripsi Historis Gandulo Datuk Tabano merupakan tokoh adat yang sangat disegani di daerah Kampar semasa hidupnya. Selain taat dengan aturan adat dan agama, Datuk tabano juga sangat membenci penjajahan Belanda dan memobilisasi massa untuk menentang Belanda pada saat itu, sehingga dalam masa ketika ia masih hidup, Belanda tidak dapat menduduki Bangkinang dan sekitarnya. Datuk Tabano meninggal dibunuh Belanda dalam suatu pertempuran sengit. Menurut cerita A. Latief Hasyim, Kepala SMA 2 Bangkinang, Seorang pemerhati sejarah dan salah seorang tim penggagas pengusulan Dt. Tabano menjadi Pahlawan Nasional dari daerah Kampar, Gandulo Datuk Tabano dilahirkan sekitar tahun 1850 di Bangkinang Sebrang. Gandulo Dt. Tabano adalah seorang tokoh pejuang lokal yang gigih melawan penjajah Belanda yang akan menguasai daerah Kampar dan sekitarnya. Setelah daerah Sumatera Barat dikuasai oleh Belanda (ditandai dengan berakhirnya Perang Paderi 1837) termasuk Riau, maka Belanda hendak memperluas wilayah kekuasaannya sampai ke Kampar lewat jalan Kabupaten Lima Puluh Kota. Namun sesampainya di daerah perbatasan, langsung dihadang oleh para pejuang yang berasal dari berbagai daerah di Kampar (seperti: Kuok dan Bangkinang) yang dipimpin oleh Gundalo Dt. Tabano. Secara keseluruhan, pejuang yang berada di bawah kepemimpinan Gundalo Dt. Tabano berjumlah ±5000 orang dengan Dubalangnya yang terkenal dengan sebutan “Seribu Garang”. Setelah itu hampir setiap waktu dan kesempatan tentara Belanda serta konvoi-konvoi dagang maupun tentaranya diserang oleh pejuang yang dipimpin oleh Gundalo Dt. Tabano. Karena merasa kewalahan akhirnya Belanda mengajak Gundalo Dt. Tabano untuk berunding, namun hal tersebut ditolak oleh Gundalo Dt. Tabano.

Page 31: DAFTAR CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK KABUPATEN … · Kabupaten/Kota Kampar ... Bidang Permuseuman Sejarah dan Kepurbakalaan Kantor Wilayah ... Buddha terutama pada hari raya Waisak.

30

Belanda menyadari bahwa daerah Kampar relatif lama dikuasai karena perlawanan gigih yang dilakukan para pejuang di bawah pimpinan Gundalo Dt. Tabano. Akhirnya disusun rencana untuk menangkap Datuk Tabano di rumahnya di Desa Uwai, Bangkinang Sebrang. Penyergapan pun dilakukan dengan bantuan tentara yang bersenjatakan lengkap, namun Datuk Tabano yang sudah terkepung tetap tidak mau menyerah dan gigih memberikan perlawanan. Dalam pertempuran kecil yang tidak berimbang tersebut akhirnya Gandulo Dt. Tabano beserta beberapa pengikutnya gugur di Desa Uwai, Bangkinang Sebrang tahun 1898. Sekarang dengan dorongan masyarakat, Pemkab. Kampar mengajukan Gandulo Datuk Tabano sebagai salah satu Pahlawan Nasional atas perjuangan dan pengorbanannya dalam melawan kolonial Belanda khususnya di daerah Kampar. Sebagai peringatan terhadap kepahlawannya pada makam beliau (pada sisi utara) kompleks makam (pinggir jalan) terdapat plang bertulisan “Makam Pahlawan (spasi) Gandulo Datuk Tabano (spasi) Panglima Prang (Pendekar Kampar)” yang dibuat oleh Pemkab Kampar.

Deskripsi Arkeologis Makam Datuk Tabano berada dalam areal pemakaman penduduk seluas ± 54,4 m x 37,4 m. Makam Datuk Tabano sendiri terletak tepat di tengah-tengah kompleks makam tersebut. Secara keselurhan Makam Datuk Tabano sudah memiliki cungkup permanen (berbahan tembok dan atap seng dengan gaya arsitektur tradisional Riau) dengan luas 3,5 m x 4 m dan tinggi sampai atap 5 m. Bangunan cungkup disangga oleh empat buah tonggak penyangga, dan diantara tonggak-tonggak tersebut diberi terali besi yang di cat warna hijau dengan lantai terbuat dari keramik putih. Di dalam cungkup tersebut terdapat dua buah makam dengan orientasi utara-selatan. Makam-makam tersebut antara lain: 1. Makam Gandulo Datuk Tabano

Wafat tanggal 11-11-1898 M/21 Rajab 1318 H di Bangkinang (Banjar Kampung Godang).

2. Makam Ali Samad Datuk Tabano IV Wafat 10-10-1968 di Bangkinang.

Kedua makam tersebut sudah dilapisi keramik berwarna biru tanpa nisan. Kedua makam memiliki bentuk dan ukuran yang sama yakni 1,9 m x 0,85 m. Dari pertanggalan yang terdapat pada inskripsi bagian kepala makam diketahui bahwa makam Datuk Tabano terdapat pada samping kiri Makam Ali Samad Datuk Tabano IV (sisi barat).

Ukuran (Luas) Cagar Budaya Bangunan Luas cungkup: ± 4 m x 3,5 m

Luas makam: ± 1,9 m x 0,85 m

Lahan ± 54,4 m x 37,4 m

Batas-Batas Cagar Budaya Utara Jalan Bendungan Uwai (dan Masjid Al Muhajidin)

Selatan Sungai

Timur Ladang Penduduk dan Rumah Penduduk

Barat Sungai

Page 32: DAFTAR CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK KABUPATEN … · Kabupaten/Kota Kampar ... Bidang Permuseuman Sejarah dan Kepurbakalaan Kantor Wilayah ... Buddha terutama pada hari raya Waisak.

31

Fungsi awal dan fungsi sekarang Pemakaman

Pemilik Masyarakat

Pengelola BPCB Sumatera Barat

Foto

Foto Bangunan

Foto Lingkungan

Page 33: DAFTAR CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK KABUPATEN … · Kabupaten/Kota Kampar ... Bidang Permuseuman Sejarah dan Kepurbakalaan Kantor Wilayah ... Buddha terutama pada hari raya Waisak.

32

Denah Keletakan

Tanggal Pendataan 30 Mei – 5 Juni 2017

Pengentri Data Marjohan Syarif dan Dafriansyah Putra

Page 34: DAFTAR CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK KABUPATEN … · Kabupaten/Kota Kampar ... Bidang Permuseuman Sejarah dan Kepurbakalaan Kantor Wilayah ... Buddha terutama pada hari raya Waisak.

33

10. Makam Mahmud Marzuki KOMPONEN DATA

DATA TEKNIS

Nomor Inventaris Cagar Budaya 10/BCB-TB/B/03/2007

Nama Cagar Budaya Makam Mahmud Marzuki

Alamat

Jalan Prof. M. Yamin, SH No. 53

Dusun/Kampung/Jorong Kumantan

Desa/Kelurahan/Nagari Kumantan

Kecamatan Bangkinang

Kabupaten/Kota Kampar

Provinsi Riau

Orbitrasi Cagar Budaya (km)

Ibukota Kab./Kota ± 1 km

Ibukota Prov. ± 50 km

Keletakan Geografis 40 mdpl

Aksesibilitas Cagar Budaya Makam Mahmud Marzuki terletak di Jalan Raya Bangkinang-Pekanbaru, tepatnya di lingkungan MTsN Mualimin Muhammadiyah. Terletak di Selatan jalan raya. Mudah diakses kendaraan roda dua dan roda empat.

Letak Astronomis 101° 2' 6.3778"E 0° 20' 56.8394"N (101.035105 ; 0.349122)

Deskripsi Historis Mahmud Marzuki selain tokoh kemerdekaan juga merupakan tokoh pendiri dan pengembang Muhammadiyah di daerah Kampar. Perjuangan yang dilakukannya bukan saja menentang serta menghadapi penjajah namun juga mengentaskan masyarakat Kampar yang saat itu masih terbelenggu oleh kebodohan khususnya dari segi pendidikan. Salah satu bukti peran sertanya dalam pengentasan kebodohan pada saat itu adalah dengan mendirikan Perguruan-perguruan Muhammdiyah yang sampai saat ini masih ada di Bangkinang. Mahmud Marzuki lahir di Desa Kumantan Bangkinang pada tahun 1911 dari ayah bernama Pakih Rajo dan ibu Hainah. Ayahnya berasal dari Kubang Putih Bukittinggi dan ibunya dari Kumantan Bangkinang. Mahmud Marzuki adalah anak tunggal dari kedua pasangan ini. Pada tahun 1918 Mahmud Marzuki masuk ke Sekolah Desa (Volkschool), pada tahun 1921 beliau tidak dapat melanjutkan sekolahnya karena kekurangan biaya. Untuk mengisi waktunya oleh ibunya beliau disekolahkan ke sekolah agama pada sore hari. Namun karena tekadnya yang tinggi untuk tetap melanjutkan sekolah maka pada tahun 1928, beliau masuk ke Pesantren Tarbiyah Islamiyah Bangkinang dengan bantuan biaya dari mamaknya Engku Kadhi Rajo. Selama belajar di pesantren ini Mahmud Marzuki merupakan seorang santri yang pandai dan cakap dalam berpidato. Pada akhir tahun 1935 beliau berangkat menuju India untuk belajar dan menambah pengetahuan dan wawasannya di Perguruan Islam Nazmia Arabic College Lucknow India. Setelah beliau menamatkan studinya, pada tahun 1938 beliau kemudian kembali ke Bangkinang. Pada akhir tahun 1938 untuk memenuhi permintaan gurunya, beliau mengajar di Pesantren Tarbiyatul Islamiyah Bangkinang. Mahmud Marzuki selain giat dalam mengajar, beliau juga aktif

Page 35: DAFTAR CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK KABUPATEN … · Kabupaten/Kota Kampar ... Bidang Permuseuman Sejarah dan Kepurbakalaan Kantor Wilayah ... Buddha terutama pada hari raya Waisak.

34

dalam menyebarkan dakwah di sekitar wilayah Bangkiang. Beliau memiliki cita-cita untuk mencerdaskan tunas-tunas muda Islam yang akan mewarisi kemajuan Islam kelak, sedangkan dakwah yang ditujukan kepada orang-orang tua untuk menambah pengetahuan tentang agama dan mempertebal keimanan dalam mengahadapi musuh-musuh yang ingin menghancurkan Islam. Sebagai langkah pertama yang dilakukannya dalam menunjang kegiatan pendidikan dan dakwah yang ia cita-citakan itu, maka pada tahun 1939 beliau masuk sebagai anggota Muhammadiyah ranting Penyasawan. Menjelang berakhirnya tahun 1939 berkat kegiatan dakwahnya, ranting-ranting Muhammadiyah tumbuh pesat dan berkembang. Bangkinang yang semula merupakan satu ranting Muhammadiyah berubah menjadi Cabang yang membawahi 47 ranting. Berkat hasil yang beliau lakukan, maka pada tahun awal tahun 1940 beliau diangkat sebagai Pimpinan Muhammadiyah cabang Bangkinang. Kemudian pada akhir tahun 1940, beliau berangkat ke Payakumbuh. Disana beliau ditempatkan sebagai pengajar pada sekolah Tsanawiyah Muhammadiyah Payakumbuh. Pada tahun 1941, karena ketenarannya beliau diangkat sebagai Pimpinan Muhammadiyah Payakumbuh. Selama di Minangkabau ini pula Mahmud Marzuki bertemu dengan tokoh-tokoh Muhammadiyah Minangkabau seperti Buya Hamka, Buya Mualimin, Buya Rasyid dan lain-lain, yang merupakan teman seperjuangannya dalam membangun Muhammadiyah. Pada tahun 1942 beliau kembali ke Bangkinang atas permintaan masyarakat Bangkinang, dengan alasan pada waktu itu masyarakat sangat membutuhkan seorang tokoh/pemimpin dalam masa-masa yang sulit dan genting untuk menghadapi penjajahan Jepang di Bangkinang. Langkah pertama yang diambil sekembalinya beliau dari Payakumbuh adalah memperkuat ukhwah islamiyah (persatuan) di kalangan masyarakat untuk menghadapi penjajah dengan jalan dakwah dan ceramah-ceramah yang membakar dan mengobarkan semangat anti penjajah. Selain itu guna menggalang pesatuan masyarakat, ranting-ranting Muhammadiyah yang berada di daerah Bangkinang kemudian lebih diaktifkan sebagai penggerak dan pusat perlawanan terhadap penjajah seperti pendirian Kepanduan Muhammadiyah Hizbul Wathan. Pada tahun 1942 itu juga beliau mendirikan Sekolah Menengah Muhammadiyah (yang sekarang menjadi Sekolah Mualimin Muhammadiyah Bangkinang, tempat dimana beliau dimakamkan). Selama masa penjajahan ini, beliau juga pernah ditahan dan di bawa ke Pekanbaru. Selama masa penahanan, beliau bersama-sama dengan tokoh pejuang lainnya disiksa oleh tentara Jepang selama 23 hari. Pada tanggal 5 september 1945, berita kemerdekaan RI baru tersiar di Bangkinang yang dibawa oleh orang-orang yang datang dari Bukittinggi lewat selebaran-selebaran yang ditempelkan dibeberapa tempat di Bangkinang. Berita ini kemudian dicek langsung oleh Mahmud Marzuki dengan H. M. Amin ke Kepala Kantor Pos dan Telegraf Bangkinang. Dan ternyata benarlah

Page 36: DAFTAR CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK KABUPATEN … · Kabupaten/Kota Kampar ... Bidang Permuseuman Sejarah dan Kepurbakalaan Kantor Wilayah ... Buddha terutama pada hari raya Waisak.

35

berita kemerdekaan itu, namun belum bisa disebarkan karena pada waktu itu Jepang masih berkuasa di Bangkinang. Pada hari Rabu tanggal 6 September 1945 (bertepatan dengan shalat Idul Fitri 1365 H), Mahmud Marzuki sebagai Khatib pada waktu itu dalam khotbahnya menyiarkan secara langsung kepada masyarakat luas akan berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Lapangan Beringin. Dalam akhir khotbahnya beliau mengajak masyarakat untuk berkorban mempertahankan kemerdekaan yang telah dicapai tersebut. Pada tanggal 8 September 1945 diadakan rapat untuk membahas tindak lanjut dari berita proklamasi yang telah tersebar luas itu. Rapat ini dipimpin oleh Mahmud Marzuki. Salah satu Hasil rapat ini menyimpulkan bahwa bendera merah putih harus segera dikibarkan di pusat-pusat pemerintahan di Bangkinang, oleh karena itu masyarakat secara bersama-sama untuk dapat hadir pada upacara bendera di lapangan muka kantor demang Bangkinang pada hari senin tanggal 11 september 1945. Tanggal 11 September 1945 itu merupakan upacara penaikan bendera merah putih di Bangkinang yang dipimpin oleh Mahmud Marzuki sebagai pemimpin upacara. Pada tanggal 10 september 1945, terbentuklah Komite Nasional Indonesia Bangkinang dengan ketua I adalah Mahmud Marzuki. Mahmud Marzuki wafat pada tanggal 5 agustus 1946 akibat sakit yang dideritanya (diperkirakan diperoleh semasa beliau ditahan dan disiksa oleh tentara Jepang). Mahmud Marzuki dimakamkan di depan Sekolah Mualimin Muhammadiyah yang beliau dirikan. Atas ketokohan dan perjuangan (baik dalam pendidikan, dakwah dan tokoh pejuang kemerdekaan) beliau, maka Pemkab. Kampar mengusulkan Beliau sebagai Pahlawan Nasional dari daerah Kampar ke pemerintah pusat dari tahun 2004.

Deskripsi Arkeologis Makam Mahmud Marzuki terletak di Jalan Raya Bangkinang-Pekanbaru km 60, tepatnya di lingkungan MTsN Mualimin Muhammadiyah yang berada di bawah Yayasan Mualimin Muhammadiyah Bangkinag. Makam terletak di sebelah utara bangunan sekolah. Orientasi makam adalah utara-selatan. Makam berada dalam areal pagar yang terbuat dari tembok berlapis keramik warna biru dan pagar besi, dengan luas 3,5 m x 2,5 m. Pada bagian pagar besi sebelah selatan terdapat tulisan Mahmud Marzuki, yang juga terbuat dari besi. Secara umum tidak terdapat nisan pada makam ini. Yang menandai lokasi makam ini hanya berupa tembok keliling (seperti jirat) yang dilapisi keramik warna biru dengan luas 2 m x 2,70 m dan tinggi 15 cm. Pada bagian tengah-tengah makam ini terdapat inskrpsi dari semen bertulisan “Ayahanda Mahmud Marzuki W: 1946”.

Ukuran (Luas) Cagar Budaya Bangunan ± 3,5 m x 2,5 m

Lahan ± 3,5 m x 2,5 m

Batas-Batas Cagar Budaya Utara Jalan Raya Pekanbaru-Bangkinang

Selatan Kompleks bangunan MTsn Mualimin Muhammadiyah Bangkinang

Timur Kompleks bangunan MTsn Mualimin Muhammadiyah Bangkinang

Page 37: DAFTAR CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK KABUPATEN … · Kabupaten/Kota Kampar ... Bidang Permuseuman Sejarah dan Kepurbakalaan Kantor Wilayah ... Buddha terutama pada hari raya Waisak.

36

Barat Rumah dan kedai milik Rugayah

Fungsi awal dan fungsi sekarang Pemakaman

Pemilik Yayasan Mualimin Muhammadiyah Bangkinang

Pengelola BPCB Sumatera Barat

Foto

Foto Bangunan

Foto Lingkungan

Page 38: DAFTAR CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK KABUPATEN … · Kabupaten/Kota Kampar ... Bidang Permuseuman Sejarah dan Kepurbakalaan Kantor Wilayah ... Buddha terutama pada hari raya Waisak.

37

Denah Keletakan

Tanggal Pendataan 30 Mei – 5 Juni 2017

Pengentri Data Marjohan Syarif dan Dafriansyah Putra