Daftar AKSI Mendongeng

32
PANITIA PELAKSANA PESONA LASTRA LASKAR SASTRA Sekretariat: Studio Drama FKIP E-mail: pesonalastra2015@gma CP:Maharani(085241970244), A Menurut cerita para oran Kilaponto. Ia diangkat menjad seseorang yang bernama La S termasuk Pulau Binongko. Ketik gunung Watiua. Ketika ia berad sekitar Binongko dan ia melihat Pulau Runduma. Sementara bera Watiua. Akhirnya ia kembali ke P Sesampainya di Watiua i Ketika itu mereka pun bertengk duluan tiba di Watiua”. Kalau b La Siridato Alam. Ia menjawab membuat La Mata Meha menyer lelah mereka beristrahat. Setelah namun tidak ada yang kalah ka mereka masing-masing ternyat belakang sedangkan La Mata Me Selanjutnya mereka berp menuju sebelah timur bagian gu pantai Pulau Binongko. La Mata Alam di Benteng Gunung Sada. tidak cocok akhirnya pindah ke H 1000 meter dan membangun sebu A A 2015 A FKIP UHO UHO ail.com Asrianto 085240023231 Asal Mula Pesta Adat Riapa Cerita Rakyat: Wakatobi ng tua, ada seorang Sultan Buton pada waktu di Sultan Buton dengan gelar Murhum. Ia Siridato Alam untuk mengelilingi sebelah tim ka ia tiba di Pulau Binongko pertama-tama ia da di puncak gunung Watiua ia memandang ke Pulau Runduma yang sangat indah. Oleh karen ada di Pulau Runduma, ia melihat kepulan asap y Pulau Binongko dan langsung menuju ke Watiu ia bertemu dengan seorang laki-laki yang berna kar bahwa masing-masing diantara mereka me begitu apa buktinya kamu duluan, Tanya La Ma b, benteng adalah buktinya. Jawaban La Sirid rah. Akhirnya mereka berkelahi sampai melem h itu mereka mulai berkelahi lagi. Selama tujuh h arena sama-sama kuat. Kemudian mereka men ta tempurung kelapa. La Siridato Alam tem eha tempurung bagian depan. pisah untuk mengelilingi Pulau Binongko. La unung sedangkan La Mata Meha menuju sebe a Meha pertama tiba di Benteng Palahidu sedan Tetapi, di tempat itu ia masih melihat laut, seh Hanta. Disini beliau membangun benteng denga uah Baruga. Setelah itu diberi nama Oihu. Menu u itu bernama La memerintahkan mur Pulau Buton kunjungi adalah seluruh perairan na itu ia pergi ke yang berasal dari ua. ama Mata Meha. engatakan, “saya ata Meha kepada dato Alam tidak mpar batu. Setelah hari tujuh malam ngeluarkan jimat mpurung bagian a Siridato Alam elah barat bagian ngkan La Siridato hingga ia merasa an keliling sekitar urut cerita tiang

description

Daftar AKSI Mendongeng

Transcript of Daftar AKSI Mendongeng

Page 1: Daftar AKSI Mendongeng

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Asal Mula Pesta Adat RiapaCerita Rakyat: Wakatobi

Menurut cerita para orang tua, ada seorang Sultan Buton pada waktu itu bernama La

Kilaponto. Ia diangkat menjadi Sultan Buton dengan gelar Murhum. Ia memerintahkan

seseorang yang bernama La Siridato Alam untuk mengelilingi sebelah timur Pulau Buton

termasuk Pulau Binongko. Ketika ia tiba di Pulau Binongko pertama-tama ia kunjungi adalah

gunung Watiua. Ketika ia berada di puncak gunung Watiua ia memandang ke seluruh perairan

sekitar Binongko dan ia melihat Pulau Runduma yang sangat indah. Oleh karena itu ia pergi ke

Pulau Runduma. Sementara berada di Pulau Runduma, ia melihat kepulan asap yang berasal dari

Watiua. Akhirnya ia kembali ke Pulau Binongko dan langsung menuju ke Watiua.

Sesampainya di Watiua ia bertemu dengan seorang laki-laki yang bernama Mata Meha.

Ketika itu mereka pun bertengkar bahwa masing-masing diantara mereka mengatakan, “saya

duluan tiba di Watiua”. Kalau begitu apa buktinya kamu duluan, Tanya La Mata Meha kepada

La Siridato Alam. Ia menjawab, benteng adalah buktinya. Jawaban La Siridato Alam tidak

membuat La Mata Meha menyerah. Akhirnya mereka berkelahi sampai melempar batu. Setelah

lelah mereka beristrahat. Setelah itu mereka mulai berkelahi lagi. Selama tujuh hari tujuh malam

namun tidak ada yang kalah karena sama-sama kuat. Kemudian mereka mengeluarkan jimat

mereka masing-masing ternyata tempurung kelapa. La Siridato Alam tempurung bagian

belakang sedangkan La Mata Meha tempurung bagian depan.

Selanjutnya mereka berpisah untuk mengelilingi Pulau Binongko. La Siridato Alam

menuju sebelah timur bagian gunung sedangkan La Mata Meha menuju sebelah barat bagian

pantai Pulau Binongko. La Mata Meha pertama tiba di Benteng Palahidu sedangkan La Siridato

Alam di Benteng Gunung Sada. Tetapi, di tempat itu ia masih melihat laut, sehingga ia merasa

tidak cocok akhirnya pindah ke Hanta. Disini beliau membangun benteng dengan keliling sekitar

1000 meter dan membangun sebuah Baruga. Setelah itu diberi nama Oihu. Menurut cerita tiang

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Asal Mula Pesta Adat RiapaCerita Rakyat: Wakatobi

Menurut cerita para orang tua, ada seorang Sultan Buton pada waktu itu bernama La

Kilaponto. Ia diangkat menjadi Sultan Buton dengan gelar Murhum. Ia memerintahkan

seseorang yang bernama La Siridato Alam untuk mengelilingi sebelah timur Pulau Buton

termasuk Pulau Binongko. Ketika ia tiba di Pulau Binongko pertama-tama ia kunjungi adalah

gunung Watiua. Ketika ia berada di puncak gunung Watiua ia memandang ke seluruh perairan

sekitar Binongko dan ia melihat Pulau Runduma yang sangat indah. Oleh karena itu ia pergi ke

Pulau Runduma. Sementara berada di Pulau Runduma, ia melihat kepulan asap yang berasal dari

Watiua. Akhirnya ia kembali ke Pulau Binongko dan langsung menuju ke Watiua.

Sesampainya di Watiua ia bertemu dengan seorang laki-laki yang bernama Mata Meha.

Ketika itu mereka pun bertengkar bahwa masing-masing diantara mereka mengatakan, “saya

duluan tiba di Watiua”. Kalau begitu apa buktinya kamu duluan, Tanya La Mata Meha kepada

La Siridato Alam. Ia menjawab, benteng adalah buktinya. Jawaban La Siridato Alam tidak

membuat La Mata Meha menyerah. Akhirnya mereka berkelahi sampai melempar batu. Setelah

lelah mereka beristrahat. Setelah itu mereka mulai berkelahi lagi. Selama tujuh hari tujuh malam

namun tidak ada yang kalah karena sama-sama kuat. Kemudian mereka mengeluarkan jimat

mereka masing-masing ternyata tempurung kelapa. La Siridato Alam tempurung bagian

belakang sedangkan La Mata Meha tempurung bagian depan.

Selanjutnya mereka berpisah untuk mengelilingi Pulau Binongko. La Siridato Alam

menuju sebelah timur bagian gunung sedangkan La Mata Meha menuju sebelah barat bagian

pantai Pulau Binongko. La Mata Meha pertama tiba di Benteng Palahidu sedangkan La Siridato

Alam di Benteng Gunung Sada. Tetapi, di tempat itu ia masih melihat laut, sehingga ia merasa

tidak cocok akhirnya pindah ke Hanta. Disini beliau membangun benteng dengan keliling sekitar

1000 meter dan membangun sebuah Baruga. Setelah itu diberi nama Oihu. Menurut cerita tiang

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Asal Mula Pesta Adat RiapaCerita Rakyat: Wakatobi

Menurut cerita para orang tua, ada seorang Sultan Buton pada waktu itu bernama La

Kilaponto. Ia diangkat menjadi Sultan Buton dengan gelar Murhum. Ia memerintahkan

seseorang yang bernama La Siridato Alam untuk mengelilingi sebelah timur Pulau Buton

termasuk Pulau Binongko. Ketika ia tiba di Pulau Binongko pertama-tama ia kunjungi adalah

gunung Watiua. Ketika ia berada di puncak gunung Watiua ia memandang ke seluruh perairan

sekitar Binongko dan ia melihat Pulau Runduma yang sangat indah. Oleh karena itu ia pergi ke

Pulau Runduma. Sementara berada di Pulau Runduma, ia melihat kepulan asap yang berasal dari

Watiua. Akhirnya ia kembali ke Pulau Binongko dan langsung menuju ke Watiua.

Sesampainya di Watiua ia bertemu dengan seorang laki-laki yang bernama Mata Meha.

Ketika itu mereka pun bertengkar bahwa masing-masing diantara mereka mengatakan, “saya

duluan tiba di Watiua”. Kalau begitu apa buktinya kamu duluan, Tanya La Mata Meha kepada

La Siridato Alam. Ia menjawab, benteng adalah buktinya. Jawaban La Siridato Alam tidak

membuat La Mata Meha menyerah. Akhirnya mereka berkelahi sampai melempar batu. Setelah

lelah mereka beristrahat. Setelah itu mereka mulai berkelahi lagi. Selama tujuh hari tujuh malam

namun tidak ada yang kalah karena sama-sama kuat. Kemudian mereka mengeluarkan jimat

mereka masing-masing ternyata tempurung kelapa. La Siridato Alam tempurung bagian

belakang sedangkan La Mata Meha tempurung bagian depan.

Selanjutnya mereka berpisah untuk mengelilingi Pulau Binongko. La Siridato Alam

menuju sebelah timur bagian gunung sedangkan La Mata Meha menuju sebelah barat bagian

pantai Pulau Binongko. La Mata Meha pertama tiba di Benteng Palahidu sedangkan La Siridato

Alam di Benteng Gunung Sada. Tetapi, di tempat itu ia masih melihat laut, sehingga ia merasa

tidak cocok akhirnya pindah ke Hanta. Disini beliau membangun benteng dengan keliling sekitar

1000 meter dan membangun sebuah Baruga. Setelah itu diberi nama Oihu. Menurut cerita tiang

Page 2: Daftar AKSI Mendongeng

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

pertama adalah manusia yang ditanam hidup-hidup yang diambil satu dari tujuh orang

bersaudara. Ketika ditanya siapa diantar mereka yang mau ditanam hidup-hidup ternyata yang

mau adalah yang paling bungsu. Pesta adatpun diadakan di Baruga selama tujuh hari tujuh

malam yang disebut riapa.

Dalam pesta tersebut dilakukan berbagai macam kegiatan seperti sabun ayam, banti

(berpantun), berbagai macam tarian seperti penumbe, kujala, sangam, bore-bore, gule-gule,

pangiwi, pajoge, makanjara. Tarian makanjara menggunakan pisau saku-saku dan ada pula yang

hanya pakai tongkat. Sejak itu hingga sekarang riapa menjadi tradisi tahunan bagi masyarakat

Binongko.

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

pertama adalah manusia yang ditanam hidup-hidup yang diambil satu dari tujuh orang

bersaudara. Ketika ditanya siapa diantar mereka yang mau ditanam hidup-hidup ternyata yang

mau adalah yang paling bungsu. Pesta adatpun diadakan di Baruga selama tujuh hari tujuh

malam yang disebut riapa.

Dalam pesta tersebut dilakukan berbagai macam kegiatan seperti sabun ayam, banti

(berpantun), berbagai macam tarian seperti penumbe, kujala, sangam, bore-bore, gule-gule,

pangiwi, pajoge, makanjara. Tarian makanjara menggunakan pisau saku-saku dan ada pula yang

hanya pakai tongkat. Sejak itu hingga sekarang riapa menjadi tradisi tahunan bagi masyarakat

Binongko.

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

pertama adalah manusia yang ditanam hidup-hidup yang diambil satu dari tujuh orang

bersaudara. Ketika ditanya siapa diantar mereka yang mau ditanam hidup-hidup ternyata yang

mau adalah yang paling bungsu. Pesta adatpun diadakan di Baruga selama tujuh hari tujuh

malam yang disebut riapa.

Dalam pesta tersebut dilakukan berbagai macam kegiatan seperti sabun ayam, banti

(berpantun), berbagai macam tarian seperti penumbe, kujala, sangam, bore-bore, gule-gule,

pangiwi, pajoge, makanjara. Tarian makanjara menggunakan pisau saku-saku dan ada pula yang

hanya pakai tongkat. Sejak itu hingga sekarang riapa menjadi tradisi tahunan bagi masyarakat

Binongko.

Page 3: Daftar AKSI Mendongeng

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Fatu Samboka-Boka

Cerita Rakyat: Wakatobi

Konon, disebuah desa, tepatnya di bagian pesisir pantai, hiduplah suatu rumah tangga

yang rukun dan tentram. Mereka pun sangat baik dengan semua tetangganya sehingga keluarga

ini dapat hidup rukun bersama masyarakat di sekitarnya.

Keluarga tersebut telah dikaruniai dengan dua orang puteri, yang kakak bernama Wa

Dambe-Dambe Rara dan yang bungsu bernama Wa Nduru-Duru. Jarak atau senggang waktu

masa kelahiran kedua anak itu sangat membahagiakan dan menggembirakan kedua orang tuanya.

Wa Dambe-Dambe Rara memiliki paras yang cantik dengan hidung yang mancung. Rambutnya

bagaikan mayang terurai membuat masyarakat sekelilingnya simpatik terhadap keluarga ini.

Dialah yang selalu menjaga adiknya.

Dari segi umur si bungsu sebenarnya belum pantas untuk dapat dipisahkan dengan

ibunya. Dia masih sangat membutuhkan Air Susu Ibu (ASI). Namun karena keadaan ekonomi

keluarga, terpaksa harus demikian keadaannya. Sang ibu harus melepaskan anaknya dari

minuman ASI. Maka sang kakaklah yang mengurus adiknya. Kakaknya yang memasak buat

mereka sekeluarga. Hal demikian berlangsung hampir setiap hari.

Suatu hari ayah dan ibu kedua anak itu sejak waktu subuh berangkat ke kebun. Mereka

berpesan kepada Wa Dambe-Dambe Rara bahwa kalau ada tetangga yang hebatu (bakar ubi di

batu yang telah dibakar), maka simpanlah dengan konduru (sejenis labu untuk sayur).

Demikianlah pesan orang tuanya sebelum ke kebun. Dari amanah yang disampaikan itu ternyata

sang kakak salah menyimak sehingga pada waktu ada yang mengadakan hebatu di samping

rumahnya maka segeralah sang kakak membungkus rapi Wa Nduru-Duru dengan daun pisang

seperti bahan yang akan dihebatu. Kemudian ia meletakkan adiknya di atas perapian sampai

masak lalu disimpannya di tempat makanan atau lemari makanan.

Sepulang ayah dan ibunya dari kebun, tibalah saatnya mereka makan, tetapi hal ini

mereka tidak lagi teruskan karena ternyata yang dihidangkan adalah sang adik yang telah hangus

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Fatu Samboka-Boka

Cerita Rakyat: Wakatobi

Konon, disebuah desa, tepatnya di bagian pesisir pantai, hiduplah suatu rumah tangga

yang rukun dan tentram. Mereka pun sangat baik dengan semua tetangganya sehingga keluarga

ini dapat hidup rukun bersama masyarakat di sekitarnya.

Keluarga tersebut telah dikaruniai dengan dua orang puteri, yang kakak bernama Wa

Dambe-Dambe Rara dan yang bungsu bernama Wa Nduru-Duru. Jarak atau senggang waktu

masa kelahiran kedua anak itu sangat membahagiakan dan menggembirakan kedua orang tuanya.

Wa Dambe-Dambe Rara memiliki paras yang cantik dengan hidung yang mancung. Rambutnya

bagaikan mayang terurai membuat masyarakat sekelilingnya simpatik terhadap keluarga ini.

Dialah yang selalu menjaga adiknya.

Dari segi umur si bungsu sebenarnya belum pantas untuk dapat dipisahkan dengan

ibunya. Dia masih sangat membutuhkan Air Susu Ibu (ASI). Namun karena keadaan ekonomi

keluarga, terpaksa harus demikian keadaannya. Sang ibu harus melepaskan anaknya dari

minuman ASI. Maka sang kakaklah yang mengurus adiknya. Kakaknya yang memasak buat

mereka sekeluarga. Hal demikian berlangsung hampir setiap hari.

Suatu hari ayah dan ibu kedua anak itu sejak waktu subuh berangkat ke kebun. Mereka

berpesan kepada Wa Dambe-Dambe Rara bahwa kalau ada tetangga yang hebatu (bakar ubi di

batu yang telah dibakar), maka simpanlah dengan konduru (sejenis labu untuk sayur).

Demikianlah pesan orang tuanya sebelum ke kebun. Dari amanah yang disampaikan itu ternyata

sang kakak salah menyimak sehingga pada waktu ada yang mengadakan hebatu di samping

rumahnya maka segeralah sang kakak membungkus rapi Wa Nduru-Duru dengan daun pisang

seperti bahan yang akan dihebatu. Kemudian ia meletakkan adiknya di atas perapian sampai

masak lalu disimpannya di tempat makanan atau lemari makanan.

Sepulang ayah dan ibunya dari kebun, tibalah saatnya mereka makan, tetapi hal ini

mereka tidak lagi teruskan karena ternyata yang dihidangkan adalah sang adik yang telah hangus

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Fatu Samboka-Boka

Cerita Rakyat: Wakatobi

Konon, disebuah desa, tepatnya di bagian pesisir pantai, hiduplah suatu rumah tangga

yang rukun dan tentram. Mereka pun sangat baik dengan semua tetangganya sehingga keluarga

ini dapat hidup rukun bersama masyarakat di sekitarnya.

Keluarga tersebut telah dikaruniai dengan dua orang puteri, yang kakak bernama Wa

Dambe-Dambe Rara dan yang bungsu bernama Wa Nduru-Duru. Jarak atau senggang waktu

masa kelahiran kedua anak itu sangat membahagiakan dan menggembirakan kedua orang tuanya.

Wa Dambe-Dambe Rara memiliki paras yang cantik dengan hidung yang mancung. Rambutnya

bagaikan mayang terurai membuat masyarakat sekelilingnya simpatik terhadap keluarga ini.

Dialah yang selalu menjaga adiknya.

Dari segi umur si bungsu sebenarnya belum pantas untuk dapat dipisahkan dengan

ibunya. Dia masih sangat membutuhkan Air Susu Ibu (ASI). Namun karena keadaan ekonomi

keluarga, terpaksa harus demikian keadaannya. Sang ibu harus melepaskan anaknya dari

minuman ASI. Maka sang kakaklah yang mengurus adiknya. Kakaknya yang memasak buat

mereka sekeluarga. Hal demikian berlangsung hampir setiap hari.

Suatu hari ayah dan ibu kedua anak itu sejak waktu subuh berangkat ke kebun. Mereka

berpesan kepada Wa Dambe-Dambe Rara bahwa kalau ada tetangga yang hebatu (bakar ubi di

batu yang telah dibakar), maka simpanlah dengan konduru (sejenis labu untuk sayur).

Demikianlah pesan orang tuanya sebelum ke kebun. Dari amanah yang disampaikan itu ternyata

sang kakak salah menyimak sehingga pada waktu ada yang mengadakan hebatu di samping

rumahnya maka segeralah sang kakak membungkus rapi Wa Nduru-Duru dengan daun pisang

seperti bahan yang akan dihebatu. Kemudian ia meletakkan adiknya di atas perapian sampai

masak lalu disimpannya di tempat makanan atau lemari makanan.

Sepulang ayah dan ibunya dari kebun, tibalah saatnya mereka makan, tetapi hal ini

mereka tidak lagi teruskan karena ternyata yang dihidangkan adalah sang adik yang telah hangus

Page 4: Daftar AKSI Mendongeng

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

seluruh tubuhnya. Dia tak berdaya lagi sedikit pun. Tentunya kakaklah yang menanggung resiko

atas semua ini yang bersumber dari kesalahannya mendengar pesan dari kedua orang tuanya.

Pendengaran sang kakak atas suruhan orang tuanya memang meleset. Yang seharusnya

konduru (sejenis labu untuk sayur) yang dimasukkan ke dalam perapian. Karena kesalahan tadi,

sehingga yang dikira kakaknya adalah Wa Nduru-Duru yaitu adiknya sendiri. Sehingga ia

terpaksa harus menerima hukuman berat dari kedua orang tuanya.

Setelah beberapa hari sang kakak menerima hukuman berat yang tak mungkin lagi dia

jalani, maka dia terpaksa harus pergi dari rumah menuju hutan yang masih asing baginya. Suatu

waktu ia tiba di sebuah gunung yang puncaknya terdapat sebuah batu besar. Di hadapan batu

besar itulah, sang kakak dengan segala penderitaan dan kesedihan bermohon agar batu itu bisa

terbelah agar ia bisa masuk ke dalamnya. Demikianlah bunyi permintaan sang kakak saat

bermohon di hadapan batu besar itu.

“Fatu Samboka-Boka, leka aku galigu aku”

Artinya : Batu Sambosa-Boka, buka aku tutup aku.

Karena begitu khusunya sang kakak bermohon sehingga batu besar itu pun tiba-tiba saja

terbelah. Maka masuklah sang kakak ke dalamnya. Namun karena kecepatan mulut batu itu

untuk tertutup kembali, sehingga rambut sang kakak yang begitu panjang tidak sempat lagi

masuk semuanya, maka tersangkutlah ujung rambutnya di jepitan mulut batu besar itu.

Malam telah tiba, sang kakak belum juga pulang. Ayah dan ibu pun semakin resah atas

kepergian anak sulungnya. Keesokan harinya ayah dan ibu menuju gunung mencari anaknya

yang tak kunjung pulang. Konon saat ayah dan ibu mencari Sang anak di puncak gunung,

mereka menemukan jejak kaki selanjang jalan sampai ke puncak gunung itu. Setibanya mereka

di puncak gunung itu di hadapan batu besar, mereka terkejut karena mereka sangat yakin bahwa

ujung rambut yang terjepit oleh mulut batu besar itu adalah rambut anaknya.

Mereka sangat berkeinginan untuk mencari dimana kepala ataupun sambungan dari

rambut yang terjepit itu. Saat ayah dan ibu kebingungan di hadapan batu itu, tiba-tiba terdengar

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

seluruh tubuhnya. Dia tak berdaya lagi sedikit pun. Tentunya kakaklah yang menanggung resiko

atas semua ini yang bersumber dari kesalahannya mendengar pesan dari kedua orang tuanya.

Pendengaran sang kakak atas suruhan orang tuanya memang meleset. Yang seharusnya

konduru (sejenis labu untuk sayur) yang dimasukkan ke dalam perapian. Karena kesalahan tadi,

sehingga yang dikira kakaknya adalah Wa Nduru-Duru yaitu adiknya sendiri. Sehingga ia

terpaksa harus menerima hukuman berat dari kedua orang tuanya.

Setelah beberapa hari sang kakak menerima hukuman berat yang tak mungkin lagi dia

jalani, maka dia terpaksa harus pergi dari rumah menuju hutan yang masih asing baginya. Suatu

waktu ia tiba di sebuah gunung yang puncaknya terdapat sebuah batu besar. Di hadapan batu

besar itulah, sang kakak dengan segala penderitaan dan kesedihan bermohon agar batu itu bisa

terbelah agar ia bisa masuk ke dalamnya. Demikianlah bunyi permintaan sang kakak saat

bermohon di hadapan batu besar itu.

“Fatu Samboka-Boka, leka aku galigu aku”

Artinya : Batu Sambosa-Boka, buka aku tutup aku.

Karena begitu khusunya sang kakak bermohon sehingga batu besar itu pun tiba-tiba saja

terbelah. Maka masuklah sang kakak ke dalamnya. Namun karena kecepatan mulut batu itu

untuk tertutup kembali, sehingga rambut sang kakak yang begitu panjang tidak sempat lagi

masuk semuanya, maka tersangkutlah ujung rambutnya di jepitan mulut batu besar itu.

Malam telah tiba, sang kakak belum juga pulang. Ayah dan ibu pun semakin resah atas

kepergian anak sulungnya. Keesokan harinya ayah dan ibu menuju gunung mencari anaknya

yang tak kunjung pulang. Konon saat ayah dan ibu mencari Sang anak di puncak gunung,

mereka menemukan jejak kaki selanjang jalan sampai ke puncak gunung itu. Setibanya mereka

di puncak gunung itu di hadapan batu besar, mereka terkejut karena mereka sangat yakin bahwa

ujung rambut yang terjepit oleh mulut batu besar itu adalah rambut anaknya.

Mereka sangat berkeinginan untuk mencari dimana kepala ataupun sambungan dari

rambut yang terjepit itu. Saat ayah dan ibu kebingungan di hadapan batu itu, tiba-tiba terdengar

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

seluruh tubuhnya. Dia tak berdaya lagi sedikit pun. Tentunya kakaklah yang menanggung resiko

atas semua ini yang bersumber dari kesalahannya mendengar pesan dari kedua orang tuanya.

Pendengaran sang kakak atas suruhan orang tuanya memang meleset. Yang seharusnya

konduru (sejenis labu untuk sayur) yang dimasukkan ke dalam perapian. Karena kesalahan tadi,

sehingga yang dikira kakaknya adalah Wa Nduru-Duru yaitu adiknya sendiri. Sehingga ia

terpaksa harus menerima hukuman berat dari kedua orang tuanya.

Setelah beberapa hari sang kakak menerima hukuman berat yang tak mungkin lagi dia

jalani, maka dia terpaksa harus pergi dari rumah menuju hutan yang masih asing baginya. Suatu

waktu ia tiba di sebuah gunung yang puncaknya terdapat sebuah batu besar. Di hadapan batu

besar itulah, sang kakak dengan segala penderitaan dan kesedihan bermohon agar batu itu bisa

terbelah agar ia bisa masuk ke dalamnya. Demikianlah bunyi permintaan sang kakak saat

bermohon di hadapan batu besar itu.

“Fatu Samboka-Boka, leka aku galigu aku”

Artinya : Batu Sambosa-Boka, buka aku tutup aku.

Karena begitu khusunya sang kakak bermohon sehingga batu besar itu pun tiba-tiba saja

terbelah. Maka masuklah sang kakak ke dalamnya. Namun karena kecepatan mulut batu itu

untuk tertutup kembali, sehingga rambut sang kakak yang begitu panjang tidak sempat lagi

masuk semuanya, maka tersangkutlah ujung rambutnya di jepitan mulut batu besar itu.

Malam telah tiba, sang kakak belum juga pulang. Ayah dan ibu pun semakin resah atas

kepergian anak sulungnya. Keesokan harinya ayah dan ibu menuju gunung mencari anaknya

yang tak kunjung pulang. Konon saat ayah dan ibu mencari Sang anak di puncak gunung,

mereka menemukan jejak kaki selanjang jalan sampai ke puncak gunung itu. Setibanya mereka

di puncak gunung itu di hadapan batu besar, mereka terkejut karena mereka sangat yakin bahwa

ujung rambut yang terjepit oleh mulut batu besar itu adalah rambut anaknya.

Mereka sangat berkeinginan untuk mencari dimana kepala ataupun sambungan dari

rambut yang terjepit itu. Saat ayah dan ibu kebingungan di hadapan batu itu, tiba-tiba terdengar

Page 5: Daftar AKSI Mendongeng

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

suara gaib yang menyerukan agar ayah dan ibu pulang dan tak perlu lagi mencari anaknya.

Dugaan mereka tentang suara itu pun semakin kuat bahwa itu adalah suara anaknya. Akhirnya

sang orang tua bermohon kepada batu besar itu agar yang punya rambut itu memperlihatkan

mukanya paling tidak dahinya kepada mereka. Namun, yang diperlihatkan hanyalah raut muka

seekor kucing. Demikian pula saat bermohon agar yang punya rambut itu memperlihatkan

kukunya, maka yang diperlihatkan hanyalah kukunya kucing. Konon ciri kucing yang

diperlihatkan kepada kedua orang tuanya tadi adalah kucing kesayangan sang kakak. Saat dia

masih hidup kucing itulah yang menemani sang kakak saat meninggalkan rumah.

Akhirnya sang ayah dan ibu pulang dengan berbagai penyesalan serta kekecawaan yang

amat dalam karena kedua putrinya telah tiada. Sampai sekarang gunung yang di puncaknya

terdapat batu besar itu, masih dikeramatkan oleh masyarakat setempat, gunung itulah yang sering

disebut dengan gunung Samboka-Boka, sedang batu besar itu disebut dengan Fatu Samboka-

Boka.

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

suara gaib yang menyerukan agar ayah dan ibu pulang dan tak perlu lagi mencari anaknya.

Dugaan mereka tentang suara itu pun semakin kuat bahwa itu adalah suara anaknya. Akhirnya

sang orang tua bermohon kepada batu besar itu agar yang punya rambut itu memperlihatkan

mukanya paling tidak dahinya kepada mereka. Namun, yang diperlihatkan hanyalah raut muka

seekor kucing. Demikian pula saat bermohon agar yang punya rambut itu memperlihatkan

kukunya, maka yang diperlihatkan hanyalah kukunya kucing. Konon ciri kucing yang

diperlihatkan kepada kedua orang tuanya tadi adalah kucing kesayangan sang kakak. Saat dia

masih hidup kucing itulah yang menemani sang kakak saat meninggalkan rumah.

Akhirnya sang ayah dan ibu pulang dengan berbagai penyesalan serta kekecawaan yang

amat dalam karena kedua putrinya telah tiada. Sampai sekarang gunung yang di puncaknya

terdapat batu besar itu, masih dikeramatkan oleh masyarakat setempat, gunung itulah yang sering

disebut dengan gunung Samboka-Boka, sedang batu besar itu disebut dengan Fatu Samboka-

Boka.

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

suara gaib yang menyerukan agar ayah dan ibu pulang dan tak perlu lagi mencari anaknya.

Dugaan mereka tentang suara itu pun semakin kuat bahwa itu adalah suara anaknya. Akhirnya

sang orang tua bermohon kepada batu besar itu agar yang punya rambut itu memperlihatkan

mukanya paling tidak dahinya kepada mereka. Namun, yang diperlihatkan hanyalah raut muka

seekor kucing. Demikian pula saat bermohon agar yang punya rambut itu memperlihatkan

kukunya, maka yang diperlihatkan hanyalah kukunya kucing. Konon ciri kucing yang

diperlihatkan kepada kedua orang tuanya tadi adalah kucing kesayangan sang kakak. Saat dia

masih hidup kucing itulah yang menemani sang kakak saat meninggalkan rumah.

Akhirnya sang ayah dan ibu pulang dengan berbagai penyesalan serta kekecawaan yang

amat dalam karena kedua putrinya telah tiada. Sampai sekarang gunung yang di puncaknya

terdapat batu besar itu, masih dikeramatkan oleh masyarakat setempat, gunung itulah yang sering

disebut dengan gunung Samboka-Boka, sedang batu besar itu disebut dengan Fatu Samboka-

Boka.

Page 6: Daftar AKSI Mendongeng

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Hancurnya Kampung Taduna

Cerita Rakyat: Wakatobi

Dalam alur cerita sejarah kehidupan masyarakat pulau binongko, maka perlu kita

mengenang masa kehidupan masyarakat yang bernama suku Mbedha-Mbedha dan Cia-Cia

(Kapogolu) yang berkembang pesat di Pulau Binongko. Dalam kehidupan masyarakat saat itu,

status sosial merupakan fenomena yang sangat mencolok di tengah-tengah masyarakat lapisan

bawah. Tempat tinggalnya pun masih tercrai-berai. Bahkan konon katanya pada saat itu terlepas

dari pengaruh kekuasaan Kesultanan Buton.

Untuk menghindari gangguan berupa serangan dari para perampok dari pihak-pihak

tertentu maka kedua komunitas itu bersatu. Kedua masyarakat tersebut sepakat untuk

membangun sebuah tempat pemukiman bersama atau sebuah kampung yang sekarang dikenal

dengan nama Taduna.

Tersebutlah pelaut-pelaut Tobelo yang berlayar dengan perahu-perahu kecil yang dikenal

denga nama ”jarangka” atau “sema-sema” berukuran kecil yang mampu mencapai Kepulauan

Tukang Besi pada saat itu. Masyarakat sangat ketakutan apabila melihat perahu-perahu tersebut,

karena mereka dikenal sebagai perampok dan pembunuh yang sangat berani dan ditakuti saat itu.

Pada saat kampung Taduna masih berada dalam wilayah kekuasaan Wali. Wali pada saat itu

merupakan kerajaan kecil yang berada di Pulau Binongko. Namun, dalam realita kehidupan

sehari-harinya, ternyata penduduk kampong Taduna tersebut dihuni oleh pendekar yang berani,

perkasa, dan tangguh. Masyarakat Wali pun mengakui keunggulan mereka dalam adu ilmu

kesaktian. Hal ini terbukti sekarang bahwa di perbatasan antara desa Wali dan desa Woloindi

terdapat sebuah tempat yang dikenal dengan nama potobo’a yang berarti baku tikam antar

pendekar dari kedua daerah tersebut. Setiap acara potobo’a yang selalu dimenangkan oleh

pendekar dari Taduna. Akhirnya Kerajaan Wali memberikan otonomi kepada Taduna dalam

segala hal.

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Hancurnya Kampung Taduna

Cerita Rakyat: Wakatobi

Dalam alur cerita sejarah kehidupan masyarakat pulau binongko, maka perlu kita

mengenang masa kehidupan masyarakat yang bernama suku Mbedha-Mbedha dan Cia-Cia

(Kapogolu) yang berkembang pesat di Pulau Binongko. Dalam kehidupan masyarakat saat itu,

status sosial merupakan fenomena yang sangat mencolok di tengah-tengah masyarakat lapisan

bawah. Tempat tinggalnya pun masih tercrai-berai. Bahkan konon katanya pada saat itu terlepas

dari pengaruh kekuasaan Kesultanan Buton.

Untuk menghindari gangguan berupa serangan dari para perampok dari pihak-pihak

tertentu maka kedua komunitas itu bersatu. Kedua masyarakat tersebut sepakat untuk

membangun sebuah tempat pemukiman bersama atau sebuah kampung yang sekarang dikenal

dengan nama Taduna.

Tersebutlah pelaut-pelaut Tobelo yang berlayar dengan perahu-perahu kecil yang dikenal

denga nama ”jarangka” atau “sema-sema” berukuran kecil yang mampu mencapai Kepulauan

Tukang Besi pada saat itu. Masyarakat sangat ketakutan apabila melihat perahu-perahu tersebut,

karena mereka dikenal sebagai perampok dan pembunuh yang sangat berani dan ditakuti saat itu.

Pada saat kampung Taduna masih berada dalam wilayah kekuasaan Wali. Wali pada saat itu

merupakan kerajaan kecil yang berada di Pulau Binongko. Namun, dalam realita kehidupan

sehari-harinya, ternyata penduduk kampong Taduna tersebut dihuni oleh pendekar yang berani,

perkasa, dan tangguh. Masyarakat Wali pun mengakui keunggulan mereka dalam adu ilmu

kesaktian. Hal ini terbukti sekarang bahwa di perbatasan antara desa Wali dan desa Woloindi

terdapat sebuah tempat yang dikenal dengan nama potobo’a yang berarti baku tikam antar

pendekar dari kedua daerah tersebut. Setiap acara potobo’a yang selalu dimenangkan oleh

pendekar dari Taduna. Akhirnya Kerajaan Wali memberikan otonomi kepada Taduna dalam

segala hal.

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Hancurnya Kampung Taduna

Cerita Rakyat: Wakatobi

Dalam alur cerita sejarah kehidupan masyarakat pulau binongko, maka perlu kita

mengenang masa kehidupan masyarakat yang bernama suku Mbedha-Mbedha dan Cia-Cia

(Kapogolu) yang berkembang pesat di Pulau Binongko. Dalam kehidupan masyarakat saat itu,

status sosial merupakan fenomena yang sangat mencolok di tengah-tengah masyarakat lapisan

bawah. Tempat tinggalnya pun masih tercrai-berai. Bahkan konon katanya pada saat itu terlepas

dari pengaruh kekuasaan Kesultanan Buton.

Untuk menghindari gangguan berupa serangan dari para perampok dari pihak-pihak

tertentu maka kedua komunitas itu bersatu. Kedua masyarakat tersebut sepakat untuk

membangun sebuah tempat pemukiman bersama atau sebuah kampung yang sekarang dikenal

dengan nama Taduna.

Tersebutlah pelaut-pelaut Tobelo yang berlayar dengan perahu-perahu kecil yang dikenal

denga nama ”jarangka” atau “sema-sema” berukuran kecil yang mampu mencapai Kepulauan

Tukang Besi pada saat itu. Masyarakat sangat ketakutan apabila melihat perahu-perahu tersebut,

karena mereka dikenal sebagai perampok dan pembunuh yang sangat berani dan ditakuti saat itu.

Pada saat kampung Taduna masih berada dalam wilayah kekuasaan Wali. Wali pada saat itu

merupakan kerajaan kecil yang berada di Pulau Binongko. Namun, dalam realita kehidupan

sehari-harinya, ternyata penduduk kampong Taduna tersebut dihuni oleh pendekar yang berani,

perkasa, dan tangguh. Masyarakat Wali pun mengakui keunggulan mereka dalam adu ilmu

kesaktian. Hal ini terbukti sekarang bahwa di perbatasan antara desa Wali dan desa Woloindi

terdapat sebuah tempat yang dikenal dengan nama potobo’a yang berarti baku tikam antar

pendekar dari kedua daerah tersebut. Setiap acara potobo’a yang selalu dimenangkan oleh

pendekar dari Taduna. Akhirnya Kerajaan Wali memberikan otonomi kepada Taduna dalam

segala hal.

Page 7: Daftar AKSI Mendongeng

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Atas dasar kemenangan tersebut, maka sifat kesombongan dan keangkuhan tumbuh dan

berkembang di tengah-tengah masyarakat, khususnya para penguasa saat itu. Hukum otoriter pun

mulai diterapkna dalam kehidupan sehari-hari. Kehendak dan perkataan pemimpin menjadi

undang-undang atau aturan yang mutlak harus dihukum dengan hukuman yang seberat-beratnya.

Sebagai daerah pinggir pantai yang mudah dijangkau oleh para perampok dan pembunuh

dari Tobelo yang dikenal ganas dan tidak berperikemanusiaan, maka penduduk kampung Taduna

berinisiatif untuk bekerja sama dengan masyarakat kampung lain disekitarnya yaitu kampung

Mole yang dihuni oleh komunitas Cia-Cia.

Rapat pun digelar untuk membicarakan hal-hal yang akan dilakukan. Tentunya yang

hadir pada saat itu adalah para wakil masyarakat yang sangat dikagumi dan dihormati, yang

notabennya segala perintahnya diikuti dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat. Ada pun hasil

rapat tersebut adalah membangun benteng pertahanan di setiap kampung. Tapi yang menjadi

pertanyaan masyarakat kedua belah pihak, kampung mana yang didahulukan. Namun dengan

penuh kesadaran dan saling menghormati maka daerah pertama yang akan dibangun benteng

pertahanan adalah benteng pertahanan kampung Taduna.

Singkat cerita, keesokan harinya masyarakat kampung Mole beramai-ramai menuju

kampung Taduna untuk membangun benteng. Tidak terkecuali laki-laki, perempuan, tua atau

muda, beramai-ramai turut terlibat untuk membangun benteng Taduna. Alhasil benteng pun

berdiri dengan megahnya. Benteng tersebut menurut cerita mempunyai ketinggian sekitar empat

meter dan panjangnya mencapai 400 meter.

Sekarang tibalah giliran untuk membangun benteng pertahanan kampung Mole.

Masyarakat Mole mulai bekerja dari hari ke hari, namun masyarakat Taduna tak satu pun yang

menampakkan batang hidungnya. Masyarakat Mole mulai bertanya-tanya dalam hati, lebih-lebih

para pemimpinnya. Apa gerangan yang terjadi dengan masyarakat Taduna, mengapa tidak

datang membantu.

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Atas dasar kemenangan tersebut, maka sifat kesombongan dan keangkuhan tumbuh dan

berkembang di tengah-tengah masyarakat, khususnya para penguasa saat itu. Hukum otoriter pun

mulai diterapkna dalam kehidupan sehari-hari. Kehendak dan perkataan pemimpin menjadi

undang-undang atau aturan yang mutlak harus dihukum dengan hukuman yang seberat-beratnya.

Sebagai daerah pinggir pantai yang mudah dijangkau oleh para perampok dan pembunuh

dari Tobelo yang dikenal ganas dan tidak berperikemanusiaan, maka penduduk kampung Taduna

berinisiatif untuk bekerja sama dengan masyarakat kampung lain disekitarnya yaitu kampung

Mole yang dihuni oleh komunitas Cia-Cia.

Rapat pun digelar untuk membicarakan hal-hal yang akan dilakukan. Tentunya yang

hadir pada saat itu adalah para wakil masyarakat yang sangat dikagumi dan dihormati, yang

notabennya segala perintahnya diikuti dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat. Ada pun hasil

rapat tersebut adalah membangun benteng pertahanan di setiap kampung. Tapi yang menjadi

pertanyaan masyarakat kedua belah pihak, kampung mana yang didahulukan. Namun dengan

penuh kesadaran dan saling menghormati maka daerah pertama yang akan dibangun benteng

pertahanan adalah benteng pertahanan kampung Taduna.

Singkat cerita, keesokan harinya masyarakat kampung Mole beramai-ramai menuju

kampung Taduna untuk membangun benteng. Tidak terkecuali laki-laki, perempuan, tua atau

muda, beramai-ramai turut terlibat untuk membangun benteng Taduna. Alhasil benteng pun

berdiri dengan megahnya. Benteng tersebut menurut cerita mempunyai ketinggian sekitar empat

meter dan panjangnya mencapai 400 meter.

Sekarang tibalah giliran untuk membangun benteng pertahanan kampung Mole.

Masyarakat Mole mulai bekerja dari hari ke hari, namun masyarakat Taduna tak satu pun yang

menampakkan batang hidungnya. Masyarakat Mole mulai bertanya-tanya dalam hati, lebih-lebih

para pemimpinnya. Apa gerangan yang terjadi dengan masyarakat Taduna, mengapa tidak

datang membantu.

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Atas dasar kemenangan tersebut, maka sifat kesombongan dan keangkuhan tumbuh dan

berkembang di tengah-tengah masyarakat, khususnya para penguasa saat itu. Hukum otoriter pun

mulai diterapkna dalam kehidupan sehari-hari. Kehendak dan perkataan pemimpin menjadi

undang-undang atau aturan yang mutlak harus dihukum dengan hukuman yang seberat-beratnya.

Sebagai daerah pinggir pantai yang mudah dijangkau oleh para perampok dan pembunuh

dari Tobelo yang dikenal ganas dan tidak berperikemanusiaan, maka penduduk kampung Taduna

berinisiatif untuk bekerja sama dengan masyarakat kampung lain disekitarnya yaitu kampung

Mole yang dihuni oleh komunitas Cia-Cia.

Rapat pun digelar untuk membicarakan hal-hal yang akan dilakukan. Tentunya yang

hadir pada saat itu adalah para wakil masyarakat yang sangat dikagumi dan dihormati, yang

notabennya segala perintahnya diikuti dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat. Ada pun hasil

rapat tersebut adalah membangun benteng pertahanan di setiap kampung. Tapi yang menjadi

pertanyaan masyarakat kedua belah pihak, kampung mana yang didahulukan. Namun dengan

penuh kesadaran dan saling menghormati maka daerah pertama yang akan dibangun benteng

pertahanan adalah benteng pertahanan kampung Taduna.

Singkat cerita, keesokan harinya masyarakat kampung Mole beramai-ramai menuju

kampung Taduna untuk membangun benteng. Tidak terkecuali laki-laki, perempuan, tua atau

muda, beramai-ramai turut terlibat untuk membangun benteng Taduna. Alhasil benteng pun

berdiri dengan megahnya. Benteng tersebut menurut cerita mempunyai ketinggian sekitar empat

meter dan panjangnya mencapai 400 meter.

Sekarang tibalah giliran untuk membangun benteng pertahanan kampung Mole.

Masyarakat Mole mulai bekerja dari hari ke hari, namun masyarakat Taduna tak satu pun yang

menampakkan batang hidungnya. Masyarakat Mole mulai bertanya-tanya dalam hati, lebih-lebih

para pemimpinnya. Apa gerangan yang terjadi dengan masyarakat Taduna, mengapa tidak

datang membantu.

Page 8: Daftar AKSI Mendongeng

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Beberapa hari kemudian, sebagai hasil musyawarah para tokoh masyarakat Mole,

didatangilah para tokoh dan pemimpin masyarakat kampung Taduna, untuk mempertanyakan

sebab musababnya. Mengapa masyarakat Taduna tidak datang untuk ikut serta membantu

membangun benteng pertahan Mole. Para pemimpin kampung Mole akhirnya tiba di Kampung

Taduna. Mereka disambut oleh para pemimpin Taduna, dan dibawa ke baruga utuk berdialog.

Terjadilah percakapan yang sangat mengherankan dan membingungkan serta sangat

menyakitkan hati tokoh-tokoh masyarakat kampung Mole. Inilah jawaban dari para pemimpin

kampung Taduna, “Kami tidak akan pernah ikut membantu membangun benteng pertahanan

untuk kampung Mole, masyarakat Taduna sudah lelah. Apabila kami paksa untuk bekerja maka

jawabnya adalah darah”.

Bagaikan mimpi disiang bolong dari pernyataan pada tokoh itu, hingga membangkitkan

emosi dana amarah dari para tokoh kampung Mole seraya mengeluarkan sumpahnya untuk

masyarakat Taduna. Bunyi sumpah itu adalah, “Baiklah jika kalian tidak mau bekerja, maka

kalian semua akan moropu mosoka dalam jangka waktu tertentu”.

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Beberapa hari kemudian, sebagai hasil musyawarah para tokoh masyarakat Mole,

didatangilah para tokoh dan pemimpin masyarakat kampung Taduna, untuk mempertanyakan

sebab musababnya. Mengapa masyarakat Taduna tidak datang untuk ikut serta membantu

membangun benteng pertahan Mole. Para pemimpin kampung Mole akhirnya tiba di Kampung

Taduna. Mereka disambut oleh para pemimpin Taduna, dan dibawa ke baruga utuk berdialog.

Terjadilah percakapan yang sangat mengherankan dan membingungkan serta sangat

menyakitkan hati tokoh-tokoh masyarakat kampung Mole. Inilah jawaban dari para pemimpin

kampung Taduna, “Kami tidak akan pernah ikut membantu membangun benteng pertahanan

untuk kampung Mole, masyarakat Taduna sudah lelah. Apabila kami paksa untuk bekerja maka

jawabnya adalah darah”.

Bagaikan mimpi disiang bolong dari pernyataan pada tokoh itu, hingga membangkitkan

emosi dana amarah dari para tokoh kampung Mole seraya mengeluarkan sumpahnya untuk

masyarakat Taduna. Bunyi sumpah itu adalah, “Baiklah jika kalian tidak mau bekerja, maka

kalian semua akan moropu mosoka dalam jangka waktu tertentu”.

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Beberapa hari kemudian, sebagai hasil musyawarah para tokoh masyarakat Mole,

didatangilah para tokoh dan pemimpin masyarakat kampung Taduna, untuk mempertanyakan

sebab musababnya. Mengapa masyarakat Taduna tidak datang untuk ikut serta membantu

membangun benteng pertahan Mole. Para pemimpin kampung Mole akhirnya tiba di Kampung

Taduna. Mereka disambut oleh para pemimpin Taduna, dan dibawa ke baruga utuk berdialog.

Terjadilah percakapan yang sangat mengherankan dan membingungkan serta sangat

menyakitkan hati tokoh-tokoh masyarakat kampung Mole. Inilah jawaban dari para pemimpin

kampung Taduna, “Kami tidak akan pernah ikut membantu membangun benteng pertahanan

untuk kampung Mole, masyarakat Taduna sudah lelah. Apabila kami paksa untuk bekerja maka

jawabnya adalah darah”.

Bagaikan mimpi disiang bolong dari pernyataan pada tokoh itu, hingga membangkitkan

emosi dana amarah dari para tokoh kampung Mole seraya mengeluarkan sumpahnya untuk

masyarakat Taduna. Bunyi sumpah itu adalah, “Baiklah jika kalian tidak mau bekerja, maka

kalian semua akan moropu mosoka dalam jangka waktu tertentu”.

Page 9: Daftar AKSI Mendongeng

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Wandiu-Ndiu

Cerita Rakyat: Buton

Dahulu kala hiduplah keluarga kecil di pulau Buton. Di mana dalam keluarga bahagia itu

terdapat seorang kepala rumah tangga, ibu rumah tangga beserta kedua anaknya. Dalam keluarga

itu terdapat dua anak laki-laki yang di mana anak pertama bernama La Curungkoleo dan si

bungsu bernama Lambata-Mbata. Si ibu sangat menyayangi kedua buah hatinya terlebih pada si

bungsu Lambata-Mbata. Maklum saja karena anak bungsu, maka si Lambata-Mbata yang paling

disayangi oleh ibunya.

Pekerjaan sang suami adalah seorang nelayan, sedangkan sang istri bertugas mengurus

rumah serta mendidik anak-anak. Rumah mereka tepat berada di pesisir pantai, yang sesuai

dengan profesi sang suami. Sebelum waktu musim barat tiba sang ayah, seperti biasanya

menyimpan sebagian hasil tangkapannya di rumah mereka. Sebab di pulau Buton pada musim

barat adalah musim gelombang besar dan para nelayan tidak dapat pergi ke laut. untuk

menangkap ikan seperti biasanya. Terkadang ikan yang disimpan diawetkan terlebih dahulu.

Untuk ikan yang ukurannya sedang hingga besar diawetkan dengan cara diberi garam atau

dikenal dengan sebutan kagarai, sedangkan ikan yang kecil diawekan dengan cara diasap atau

dikenal dengan nama ikane kaholeo.

Semua persediaan ini disiapkan untuk musim barat tiba, hingga musim timur datang

kembali. Ikan yang diawetkan ini biasanya disimpan di dapur atau di tingkat rumah serta di ikat

pada tiang rumah.

Pada musim barat biasanya para nelayan berganti profesi dengan bercocok tanam di

kebun. Suatu ketika sang ayah berpamitan kepada anak-anak dan istrinya untuk berangkat ke

kebun, guna mencari umbi-umbian serta jagung agar dapat di makan untuk kebutuhan pangan

sehari-hari. Sebelum sang suami berangkat ke kebun ia berpesan kepada sang istri agar memasak

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Wandiu-Ndiu

Cerita Rakyat: Buton

Dahulu kala hiduplah keluarga kecil di pulau Buton. Di mana dalam keluarga bahagia itu

terdapat seorang kepala rumah tangga, ibu rumah tangga beserta kedua anaknya. Dalam keluarga

itu terdapat dua anak laki-laki yang di mana anak pertama bernama La Curungkoleo dan si

bungsu bernama Lambata-Mbata. Si ibu sangat menyayangi kedua buah hatinya terlebih pada si

bungsu Lambata-Mbata. Maklum saja karena anak bungsu, maka si Lambata-Mbata yang paling

disayangi oleh ibunya.

Pekerjaan sang suami adalah seorang nelayan, sedangkan sang istri bertugas mengurus

rumah serta mendidik anak-anak. Rumah mereka tepat berada di pesisir pantai, yang sesuai

dengan profesi sang suami. Sebelum waktu musim barat tiba sang ayah, seperti biasanya

menyimpan sebagian hasil tangkapannya di rumah mereka. Sebab di pulau Buton pada musim

barat adalah musim gelombang besar dan para nelayan tidak dapat pergi ke laut. untuk

menangkap ikan seperti biasanya. Terkadang ikan yang disimpan diawetkan terlebih dahulu.

Untuk ikan yang ukurannya sedang hingga besar diawetkan dengan cara diberi garam atau

dikenal dengan sebutan kagarai, sedangkan ikan yang kecil diawekan dengan cara diasap atau

dikenal dengan nama ikane kaholeo.

Semua persediaan ini disiapkan untuk musim barat tiba, hingga musim timur datang

kembali. Ikan yang diawetkan ini biasanya disimpan di dapur atau di tingkat rumah serta di ikat

pada tiang rumah.

Pada musim barat biasanya para nelayan berganti profesi dengan bercocok tanam di

kebun. Suatu ketika sang ayah berpamitan kepada anak-anak dan istrinya untuk berangkat ke

kebun, guna mencari umbi-umbian serta jagung agar dapat di makan untuk kebutuhan pangan

sehari-hari. Sebelum sang suami berangkat ke kebun ia berpesan kepada sang istri agar memasak

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Wandiu-Ndiu

Cerita Rakyat: Buton

Dahulu kala hiduplah keluarga kecil di pulau Buton. Di mana dalam keluarga bahagia itu

terdapat seorang kepala rumah tangga, ibu rumah tangga beserta kedua anaknya. Dalam keluarga

itu terdapat dua anak laki-laki yang di mana anak pertama bernama La Curungkoleo dan si

bungsu bernama Lambata-Mbata. Si ibu sangat menyayangi kedua buah hatinya terlebih pada si

bungsu Lambata-Mbata. Maklum saja karena anak bungsu, maka si Lambata-Mbata yang paling

disayangi oleh ibunya.

Pekerjaan sang suami adalah seorang nelayan, sedangkan sang istri bertugas mengurus

rumah serta mendidik anak-anak. Rumah mereka tepat berada di pesisir pantai, yang sesuai

dengan profesi sang suami. Sebelum waktu musim barat tiba sang ayah, seperti biasanya

menyimpan sebagian hasil tangkapannya di rumah mereka. Sebab di pulau Buton pada musim

barat adalah musim gelombang besar dan para nelayan tidak dapat pergi ke laut. untuk

menangkap ikan seperti biasanya. Terkadang ikan yang disimpan diawetkan terlebih dahulu.

Untuk ikan yang ukurannya sedang hingga besar diawetkan dengan cara diberi garam atau

dikenal dengan sebutan kagarai, sedangkan ikan yang kecil diawekan dengan cara diasap atau

dikenal dengan nama ikane kaholeo.

Semua persediaan ini disiapkan untuk musim barat tiba, hingga musim timur datang

kembali. Ikan yang diawetkan ini biasanya disimpan di dapur atau di tingkat rumah serta di ikat

pada tiang rumah.

Pada musim barat biasanya para nelayan berganti profesi dengan bercocok tanam di

kebun. Suatu ketika sang ayah berpamitan kepada anak-anak dan istrinya untuk berangkat ke

kebun, guna mencari umbi-umbian serta jagung agar dapat di makan untuk kebutuhan pangan

sehari-hari. Sebelum sang suami berangkat ke kebun ia berpesan kepada sang istri agar memasak

Page 10: Daftar AKSI Mendongeng

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

ikan yang telah diawetkan. Sebab siang nanti ia akan pulang makan di rumah bersama kedua

anak mereka dan berkumpul seperti biasa.

Tak terasa matahari mulai menyengat kulit dan tepat berada di tengah-tengah. Sang ayah

mulai merasa kelelahan dan perutnya mulai keroncongan. Ia pun mulai bergegas untuk segera

pulang ke rumah. Setelah sampainya di rumah, sang ayah mengajak keluarga kecilnya untuk

makan, namun pada saat itu Lambata-Mbata sedang tertidur. Sehabis makan sang ayah

beristirahat sejenak sebelum kembali ke kebun.

Tak berapa lama kemudian Lambata-Mabata terbangun dari tidurnya karena kelaparan.

Kemudian ibunya pergi ke dapur untuk mencari makan, tetapi tak ada makanan apa pun yang

tersisa kecuali ikan yang sengaja di simpan oleh ayahnya. Namun, Lambata-Mbata terus

menangis karena kelaparan dan tidak ada makanan kecuali ikan milik ayahnya yang ada di

dapur, karena ibunya tidak tega melihat Lambata-Mbata menangis karena kelaparan, akhirnya

ibunya mengambil ikan milik ayahnya. Setelah makan Lambata-Mbata pun kembali tertidur.

Hari semakin larut, matahari sudah pulang ke peraduan. Sang ayah pun telah pulang. Di

depan pintu, sang istri berdiri menyambut. Membantu mengangkat hasil kebun yang dibawa oleh

sang suami beberapa saat kemudian ayahnya ke dapur dan melihat ikan yang ia simpan sudah

tidak ada lagi. Lantas ayahnya bertanya “siapa yang ambil ikan saya?”. Ibu Lambata-Mbata

menjelaskan bahwa ikan tersebut telah dimakan oleh Lambata-Mbata. Mendengar jawab itu sang

ayah marah dan memukul serta menendang si ibu sampai keluar rumah. Sang ibu lari di pinggir

pantai dan menangis. Pada saat itu Lancurungkoleo ikut menangis dan mengerjar ibunya

dipinggir pantai. Ibunya mengatakan kepada anak untuk pulang ke rumah karena adiknya

Lambata-Mbata sedang tertidur Lancurungoleo mengajak ibunya untuk kembali kerumah.

Namun, sang ibu menolak ia mengatakan bahwa ia akan pulang ketika ia sudah mendapatkan

ikan pengganti yang dimakan oleh Lambata-Mbata. Ibunya berpesan kepada Lancurungkoleo

bahwa besok sebelum fajar ia akan pergi untuk mencari pengganti ikan ayahnya, jika adikmu

menangis bawalah dia kepinggir pantai dan panggillah saya.

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

ikan yang telah diawetkan. Sebab siang nanti ia akan pulang makan di rumah bersama kedua

anak mereka dan berkumpul seperti biasa.

Tak terasa matahari mulai menyengat kulit dan tepat berada di tengah-tengah. Sang ayah

mulai merasa kelelahan dan perutnya mulai keroncongan. Ia pun mulai bergegas untuk segera

pulang ke rumah. Setelah sampainya di rumah, sang ayah mengajak keluarga kecilnya untuk

makan, namun pada saat itu Lambata-Mbata sedang tertidur. Sehabis makan sang ayah

beristirahat sejenak sebelum kembali ke kebun.

Tak berapa lama kemudian Lambata-Mabata terbangun dari tidurnya karena kelaparan.

Kemudian ibunya pergi ke dapur untuk mencari makan, tetapi tak ada makanan apa pun yang

tersisa kecuali ikan yang sengaja di simpan oleh ayahnya. Namun, Lambata-Mbata terus

menangis karena kelaparan dan tidak ada makanan kecuali ikan milik ayahnya yang ada di

dapur, karena ibunya tidak tega melihat Lambata-Mbata menangis karena kelaparan, akhirnya

ibunya mengambil ikan milik ayahnya. Setelah makan Lambata-Mbata pun kembali tertidur.

Hari semakin larut, matahari sudah pulang ke peraduan. Sang ayah pun telah pulang. Di

depan pintu, sang istri berdiri menyambut. Membantu mengangkat hasil kebun yang dibawa oleh

sang suami beberapa saat kemudian ayahnya ke dapur dan melihat ikan yang ia simpan sudah

tidak ada lagi. Lantas ayahnya bertanya “siapa yang ambil ikan saya?”. Ibu Lambata-Mbata

menjelaskan bahwa ikan tersebut telah dimakan oleh Lambata-Mbata. Mendengar jawab itu sang

ayah marah dan memukul serta menendang si ibu sampai keluar rumah. Sang ibu lari di pinggir

pantai dan menangis. Pada saat itu Lancurungkoleo ikut menangis dan mengerjar ibunya

dipinggir pantai. Ibunya mengatakan kepada anak untuk pulang ke rumah karena adiknya

Lambata-Mbata sedang tertidur Lancurungoleo mengajak ibunya untuk kembali kerumah.

Namun, sang ibu menolak ia mengatakan bahwa ia akan pulang ketika ia sudah mendapatkan

ikan pengganti yang dimakan oleh Lambata-Mbata. Ibunya berpesan kepada Lancurungkoleo

bahwa besok sebelum fajar ia akan pergi untuk mencari pengganti ikan ayahnya, jika adikmu

menangis bawalah dia kepinggir pantai dan panggillah saya.

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

ikan yang telah diawetkan. Sebab siang nanti ia akan pulang makan di rumah bersama kedua

anak mereka dan berkumpul seperti biasa.

Tak terasa matahari mulai menyengat kulit dan tepat berada di tengah-tengah. Sang ayah

mulai merasa kelelahan dan perutnya mulai keroncongan. Ia pun mulai bergegas untuk segera

pulang ke rumah. Setelah sampainya di rumah, sang ayah mengajak keluarga kecilnya untuk

makan, namun pada saat itu Lambata-Mbata sedang tertidur. Sehabis makan sang ayah

beristirahat sejenak sebelum kembali ke kebun.

Tak berapa lama kemudian Lambata-Mabata terbangun dari tidurnya karena kelaparan.

Kemudian ibunya pergi ke dapur untuk mencari makan, tetapi tak ada makanan apa pun yang

tersisa kecuali ikan yang sengaja di simpan oleh ayahnya. Namun, Lambata-Mbata terus

menangis karena kelaparan dan tidak ada makanan kecuali ikan milik ayahnya yang ada di

dapur, karena ibunya tidak tega melihat Lambata-Mbata menangis karena kelaparan, akhirnya

ibunya mengambil ikan milik ayahnya. Setelah makan Lambata-Mbata pun kembali tertidur.

Hari semakin larut, matahari sudah pulang ke peraduan. Sang ayah pun telah pulang. Di

depan pintu, sang istri berdiri menyambut. Membantu mengangkat hasil kebun yang dibawa oleh

sang suami beberapa saat kemudian ayahnya ke dapur dan melihat ikan yang ia simpan sudah

tidak ada lagi. Lantas ayahnya bertanya “siapa yang ambil ikan saya?”. Ibu Lambata-Mbata

menjelaskan bahwa ikan tersebut telah dimakan oleh Lambata-Mbata. Mendengar jawab itu sang

ayah marah dan memukul serta menendang si ibu sampai keluar rumah. Sang ibu lari di pinggir

pantai dan menangis. Pada saat itu Lancurungkoleo ikut menangis dan mengerjar ibunya

dipinggir pantai. Ibunya mengatakan kepada anak untuk pulang ke rumah karena adiknya

Lambata-Mbata sedang tertidur Lancurungoleo mengajak ibunya untuk kembali kerumah.

Namun, sang ibu menolak ia mengatakan bahwa ia akan pulang ketika ia sudah mendapatkan

ikan pengganti yang dimakan oleh Lambata-Mbata. Ibunya berpesan kepada Lancurungkoleo

bahwa besok sebelum fajar ia akan pergi untuk mencari pengganti ikan ayahnya, jika adikmu

menangis bawalah dia kepinggir pantai dan panggillah saya.

Page 11: Daftar AKSI Mendongeng

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Sejak ibunya pergi Lancurungkoleo mengambil tugas-tugas ibundanya menyuapi makan

dan menidurkan Lambata-Mbata disiang harinya Lambata-Mbata menangis mencari ibunya

hingga tak mau makan sama sekali sebelum bertemu ibunya

Lancurungkoleo tidak tega melihat adiknya yang menangis memanggil ibunya sampai

mata adiknya bengkak. Akhirnya ia membawa adiknya di pesisir pantai dan memanggil ibunya

dengan nyanyian kabanti (lagu daerah yang menggunakan alat musik tradisional).

Ooo ina wandiu-ndiu

maipo susu andiku

andiku Lambata-Mbata

Akaku Lancurungkoleo.

Sampai nyanyian itu dinyayikan berulang kali hingga tak terhitung, sang ibu pun tak

kunjung datang. Hingga rasa putus asa pun mulai terasa ditambah tangisan sang adik yang

semakin menjadi. Ibu mereka datang dan menghampiri sembari memberikan ikan sesuai janjinya

kepada Lancurungkoleo. Digendonglah Lambata-Mbata oleh ibundanya namun, tak berapa lama

kemudian separuh badan ibu mereka berubah. Ibu mereka mulai bersisik seperti seekor ikan.

Sang ibu menangis pilu dengan tubuhnya yang tiba-tiba berubah menjadi ikan.

Lancurungkoleo dan adiknya pun menangis dengan musibah yang ditimpa oleh ibundanya

dengan berat hati sang ibu mengatakan kepada anak-anaknya agar pulang dan membawa ikan

tersebut kepada ayah mereka. Ibu mereka berpesan jika kalau mereka ingin bertemu dengan

dirinya cukup nyanyikan syair seperti yang Lancurungkoleo nyanyikan tadi. Namun, sang ibu

tidak berjanji bersama anak-anaknya sedekat ini lagi sebab, kini ia telah menjadi seekor ikan.

Sang ibu pun bergegas meninggalkan anaknya dengan berderai air mata.

Keesokan harinya Lambata-Mbata kembali menangis dan meminta kepada kakaknya agar

mengantarkannya bertemu dengan ibundanya sang kakak tidak tega melihat adiknya yang

menangis terus ingin bertemu dengan ibunya akhirnya mengikuti keinginan adiknya tersebut.

Mereka berdua ke pesisir pantai dan kembali menyanyikan syair yang sama seperti kemarin.

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Sejak ibunya pergi Lancurungkoleo mengambil tugas-tugas ibundanya menyuapi makan

dan menidurkan Lambata-Mbata disiang harinya Lambata-Mbata menangis mencari ibunya

hingga tak mau makan sama sekali sebelum bertemu ibunya

Lancurungkoleo tidak tega melihat adiknya yang menangis memanggil ibunya sampai

mata adiknya bengkak. Akhirnya ia membawa adiknya di pesisir pantai dan memanggil ibunya

dengan nyanyian kabanti (lagu daerah yang menggunakan alat musik tradisional).

Ooo ina wandiu-ndiu

maipo susu andiku

andiku Lambata-Mbata

Akaku Lancurungkoleo.

Sampai nyanyian itu dinyayikan berulang kali hingga tak terhitung, sang ibu pun tak

kunjung datang. Hingga rasa putus asa pun mulai terasa ditambah tangisan sang adik yang

semakin menjadi. Ibu mereka datang dan menghampiri sembari memberikan ikan sesuai janjinya

kepada Lancurungkoleo. Digendonglah Lambata-Mbata oleh ibundanya namun, tak berapa lama

kemudian separuh badan ibu mereka berubah. Ibu mereka mulai bersisik seperti seekor ikan.

Sang ibu menangis pilu dengan tubuhnya yang tiba-tiba berubah menjadi ikan.

Lancurungkoleo dan adiknya pun menangis dengan musibah yang ditimpa oleh ibundanya

dengan berat hati sang ibu mengatakan kepada anak-anaknya agar pulang dan membawa ikan

tersebut kepada ayah mereka. Ibu mereka berpesan jika kalau mereka ingin bertemu dengan

dirinya cukup nyanyikan syair seperti yang Lancurungkoleo nyanyikan tadi. Namun, sang ibu

tidak berjanji bersama anak-anaknya sedekat ini lagi sebab, kini ia telah menjadi seekor ikan.

Sang ibu pun bergegas meninggalkan anaknya dengan berderai air mata.

Keesokan harinya Lambata-Mbata kembali menangis dan meminta kepada kakaknya agar

mengantarkannya bertemu dengan ibundanya sang kakak tidak tega melihat adiknya yang

menangis terus ingin bertemu dengan ibunya akhirnya mengikuti keinginan adiknya tersebut.

Mereka berdua ke pesisir pantai dan kembali menyanyikan syair yang sama seperti kemarin.

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Sejak ibunya pergi Lancurungkoleo mengambil tugas-tugas ibundanya menyuapi makan

dan menidurkan Lambata-Mbata disiang harinya Lambata-Mbata menangis mencari ibunya

hingga tak mau makan sama sekali sebelum bertemu ibunya

Lancurungkoleo tidak tega melihat adiknya yang menangis memanggil ibunya sampai

mata adiknya bengkak. Akhirnya ia membawa adiknya di pesisir pantai dan memanggil ibunya

dengan nyanyian kabanti (lagu daerah yang menggunakan alat musik tradisional).

Ooo ina wandiu-ndiu

maipo susu andiku

andiku Lambata-Mbata

Akaku Lancurungkoleo.

Sampai nyanyian itu dinyayikan berulang kali hingga tak terhitung, sang ibu pun tak

kunjung datang. Hingga rasa putus asa pun mulai terasa ditambah tangisan sang adik yang

semakin menjadi. Ibu mereka datang dan menghampiri sembari memberikan ikan sesuai janjinya

kepada Lancurungkoleo. Digendonglah Lambata-Mbata oleh ibundanya namun, tak berapa lama

kemudian separuh badan ibu mereka berubah. Ibu mereka mulai bersisik seperti seekor ikan.

Sang ibu menangis pilu dengan tubuhnya yang tiba-tiba berubah menjadi ikan.

Lancurungkoleo dan adiknya pun menangis dengan musibah yang ditimpa oleh ibundanya

dengan berat hati sang ibu mengatakan kepada anak-anaknya agar pulang dan membawa ikan

tersebut kepada ayah mereka. Ibu mereka berpesan jika kalau mereka ingin bertemu dengan

dirinya cukup nyanyikan syair seperti yang Lancurungkoleo nyanyikan tadi. Namun, sang ibu

tidak berjanji bersama anak-anaknya sedekat ini lagi sebab, kini ia telah menjadi seekor ikan.

Sang ibu pun bergegas meninggalkan anaknya dengan berderai air mata.

Keesokan harinya Lambata-Mbata kembali menangis dan meminta kepada kakaknya agar

mengantarkannya bertemu dengan ibundanya sang kakak tidak tega melihat adiknya yang

menangis terus ingin bertemu dengan ibunya akhirnya mengikuti keinginan adiknya tersebut.

Mereka berdua ke pesisir pantai dan kembali menyanyikan syair yang sama seperti kemarin.

Page 12: Daftar AKSI Mendongeng

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Ooo ina wandiu-ndiu

maipo susu andiku

andiku Lambata-Mbata

Akaku lancurungkoleo.

Nyanyian itu telah dinyanyiakan berulang kali namun, hasil tidak seperti yang

diharapakan. Sang kakak bernyanyi terus hingga hari hampir gelap. Diujung rasa putus asa

Lancurungkole, sang ibu muncul dari kejauhan Lancurungkoleo tidak bisa melihat ibunya namun

sang ibu hanya bisa melihat anak-anaknya dari kejauhan. Kini sang ibu telah menjadi ikan

seutuhnya dan pertemuan antara anak dan ibu tidak pernah terjadi lagi sampai saat ini putri

duyung dikenal dengan nama ikan dugong.

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Ooo ina wandiu-ndiu

maipo susu andiku

andiku Lambata-Mbata

Akaku lancurungkoleo.

Nyanyian itu telah dinyanyiakan berulang kali namun, hasil tidak seperti yang

diharapakan. Sang kakak bernyanyi terus hingga hari hampir gelap. Diujung rasa putus asa

Lancurungkole, sang ibu muncul dari kejauhan Lancurungkoleo tidak bisa melihat ibunya namun

sang ibu hanya bisa melihat anak-anaknya dari kejauhan. Kini sang ibu telah menjadi ikan

seutuhnya dan pertemuan antara anak dan ibu tidak pernah terjadi lagi sampai saat ini putri

duyung dikenal dengan nama ikan dugong.

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Ooo ina wandiu-ndiu

maipo susu andiku

andiku Lambata-Mbata

Akaku lancurungkoleo.

Nyanyian itu telah dinyanyiakan berulang kali namun, hasil tidak seperti yang

diharapakan. Sang kakak bernyanyi terus hingga hari hampir gelap. Diujung rasa putus asa

Lancurungkole, sang ibu muncul dari kejauhan Lancurungkoleo tidak bisa melihat ibunya namun

sang ibu hanya bisa melihat anak-anaknya dari kejauhan. Kini sang ibu telah menjadi ikan

seutuhnya dan pertemuan antara anak dan ibu tidak pernah terjadi lagi sampai saat ini putri

duyung dikenal dengan nama ikan dugong.

Page 13: Daftar AKSI Mendongeng

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Asal-Mula-Burung-Ntaapo-Apo-(Cendrawasih)Cerita Rakyat: Muna

Selama ini orang mengira burung cenderwasih hanya ada di Papua. Tapi, tahukah Andabahwa burung jenis ini ternyata juga terdapat di Sulawesi Tenggara, tepatnya di KabupatenMuna? Masyarakat di sana menyebutnya dengan nama burung Ntaapo-apo. Menurut cerita,burung ini merupakan penjelmaan seorang anak laki-laki yang bernama La Ane. Bagaimana LaAne bisa menjelma menjadi burung Ntaapo-Apo? Ikuti kisahnya dalam cerita Asal Mula BurungNtaapo-Apo berikut ini.

Dahulu, di sebuah kampung di daerah Muna, Sulawesi Tenggara, hiduplah seorang jandabersama seorang anak laki-lakinya bernama La Ane. Suaminya meninggal dunia saat La Anemasih bayi. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, janda itu mengolah kebun yang luasnya tidakseberapa. Kebun itu ia tanami ubi dan jagung untuk dimakan sehari-hari. Selain kebun, sangsuami juga mewariskan seekor kuda jantan.

Janda itu amat sayang kepada La Ane. Ia merawatnya dengan penuh kasih sayang hinggatumbuh menjadi besar. Namun, La Ane yang telah menginjak usia remaja itu tidak pernahmembantu ibunya bekerja. Dari bangun hingga tidur lagi, kerjanya hanya bermain gasingbersama teman-temannya. Ia baru pulang ke rumah jika perutnya sudah lapar. Tapi, setelahkenyang, ia kembali bermain gasing.

Sang ibu mulai tidak senang melihat kelakuan anaknya yang semakin hari semakinmalas. Ia sudah berkali-kali mengajaknya pergi ke kebun, namun La Ane selalu menolak.

“Buat apa bekerja setiap hari. Capek, Bu,” begitu selalu kata La Ane.

“Anakku, kita mau makan apa kalau tidak bekerja?” ujar ibunya.

“Ibu saja yang bekerja. Aku lebih senang bermain gasing bersama teman-temankudaripada ikut bekerja di kebun,” kata La Ane dengan cuek.

“Kalau begitu, makan saja itu gasingmu!” tukas ibunya dengan nada kesal.

La Ane tetap saja tidak peduli pada nasehat ibunya. Ia pergi meninggalkan rumah menujuke rumah teman-temannya. Sang ibu yang masih kesal sedang menyiapkan makanan di mejamakan. Namun, bukannya nasi dan jagung rebus yang disiapkan, melainkan gasing yang

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Asal-Mula-Burung-Ntaapo-Apo-(Cendrawasih)Cerita Rakyat: Muna

Selama ini orang mengira burung cenderwasih hanya ada di Papua. Tapi, tahukah Andabahwa burung jenis ini ternyata juga terdapat di Sulawesi Tenggara, tepatnya di KabupatenMuna? Masyarakat di sana menyebutnya dengan nama burung Ntaapo-apo. Menurut cerita,burung ini merupakan penjelmaan seorang anak laki-laki yang bernama La Ane. Bagaimana LaAne bisa menjelma menjadi burung Ntaapo-Apo? Ikuti kisahnya dalam cerita Asal Mula BurungNtaapo-Apo berikut ini.

Dahulu, di sebuah kampung di daerah Muna, Sulawesi Tenggara, hiduplah seorang jandabersama seorang anak laki-lakinya bernama La Ane. Suaminya meninggal dunia saat La Anemasih bayi. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, janda itu mengolah kebun yang luasnya tidakseberapa. Kebun itu ia tanami ubi dan jagung untuk dimakan sehari-hari. Selain kebun, sangsuami juga mewariskan seekor kuda jantan.

Janda itu amat sayang kepada La Ane. Ia merawatnya dengan penuh kasih sayang hinggatumbuh menjadi besar. Namun, La Ane yang telah menginjak usia remaja itu tidak pernahmembantu ibunya bekerja. Dari bangun hingga tidur lagi, kerjanya hanya bermain gasingbersama teman-temannya. Ia baru pulang ke rumah jika perutnya sudah lapar. Tapi, setelahkenyang, ia kembali bermain gasing.

Sang ibu mulai tidak senang melihat kelakuan anaknya yang semakin hari semakinmalas. Ia sudah berkali-kali mengajaknya pergi ke kebun, namun La Ane selalu menolak.

“Buat apa bekerja setiap hari. Capek, Bu,” begitu selalu kata La Ane.

“Anakku, kita mau makan apa kalau tidak bekerja?” ujar ibunya.

“Ibu saja yang bekerja. Aku lebih senang bermain gasing bersama teman-temankudaripada ikut bekerja di kebun,” kata La Ane dengan cuek.

“Kalau begitu, makan saja itu gasingmu!” tukas ibunya dengan nada kesal.

La Ane tetap saja tidak peduli pada nasehat ibunya. Ia pergi meninggalkan rumah menujuke rumah teman-temannya. Sang ibu yang masih kesal sedang menyiapkan makanan di mejamakan. Namun, bukannya nasi dan jagung rebus yang disiapkan, melainkan gasing yang

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Asal-Mula-Burung-Ntaapo-Apo-(Cendrawasih)Cerita Rakyat: Muna

Selama ini orang mengira burung cenderwasih hanya ada di Papua. Tapi, tahukah Andabahwa burung jenis ini ternyata juga terdapat di Sulawesi Tenggara, tepatnya di KabupatenMuna? Masyarakat di sana menyebutnya dengan nama burung Ntaapo-apo. Menurut cerita,burung ini merupakan penjelmaan seorang anak laki-laki yang bernama La Ane. Bagaimana LaAne bisa menjelma menjadi burung Ntaapo-Apo? Ikuti kisahnya dalam cerita Asal Mula BurungNtaapo-Apo berikut ini.

Dahulu, di sebuah kampung di daerah Muna, Sulawesi Tenggara, hiduplah seorang jandabersama seorang anak laki-lakinya bernama La Ane. Suaminya meninggal dunia saat La Anemasih bayi. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, janda itu mengolah kebun yang luasnya tidakseberapa. Kebun itu ia tanami ubi dan jagung untuk dimakan sehari-hari. Selain kebun, sangsuami juga mewariskan seekor kuda jantan.

Janda itu amat sayang kepada La Ane. Ia merawatnya dengan penuh kasih sayang hinggatumbuh menjadi besar. Namun, La Ane yang telah menginjak usia remaja itu tidak pernahmembantu ibunya bekerja. Dari bangun hingga tidur lagi, kerjanya hanya bermain gasingbersama teman-temannya. Ia baru pulang ke rumah jika perutnya sudah lapar. Tapi, setelahkenyang, ia kembali bermain gasing.

Sang ibu mulai tidak senang melihat kelakuan anaknya yang semakin hari semakinmalas. Ia sudah berkali-kali mengajaknya pergi ke kebun, namun La Ane selalu menolak.

“Buat apa bekerja setiap hari. Capek, Bu,” begitu selalu kata La Ane.

“Anakku, kita mau makan apa kalau tidak bekerja?” ujar ibunya.

“Ibu saja yang bekerja. Aku lebih senang bermain gasing bersama teman-temankudaripada ikut bekerja di kebun,” kata La Ane dengan cuek.

“Kalau begitu, makan saja itu gasingmu!” tukas ibunya dengan nada kesal.

La Ane tetap saja tidak peduli pada nasehat ibunya. Ia pergi meninggalkan rumah menujuke rumah teman-temannya. Sang ibu yang masih kesal sedang menyiapkan makanan di mejamakan. Namun, bukannya nasi dan jagung rebus yang disiapkan, melainkan gasing yang

Page 14: Daftar AKSI Mendongeng

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

dipotong kecil-kecil lalu ditempatkan di dalam kasopa (tempat jagung dan ubi). Tali gasing itujuga dipotong-potong lalu ditaruh di dalam kaghua (tempat sayur atau ikan).

“Huh, makanlah gasing dan talinya itu, anak malas!” geram sang ibu.

Janda itu kemudian pergi ke kebun. Menjelang siang hari, La Ane pun kembali daribermain karena lapar. Alangkah terkejutnya ia setelah melihat kasopa dan kaghua di atas mejayang berisi potongan-potongan gasing dan talinya.

“Oh, Ibu. Engkau benar-benar marah kepadaku? Padahal, aku lapar sekali,” keluh LaAne.

Dengan perasaan sedih, La Ane naik ke atas loteng rumahnya. Di atas loteng itu ia duduktermenung sambil memikirkan nasibnya.

“Ibu sudah tidak sayang lagi kepadaku. Lebih baik menjadi burung saja sehingga aku bisaterbang ke sana ke mari mencari makan sendiri,” ucap La Ane.

Ucapan La Ane rupanya menjadi kenyataan. Begitu ia selesai berucap, tiba-tiba sekujurtubuhnya perlahan-lahan ditumbuhi bulu berwarna-warni yang indah dan berkilauan. Selangbeberapa saat kemudian, anak pemalas itu pun berubah menjadi seekor burung. Ia kemudianhinggap di atap rumahnya sambil berkicau dengan merdu.

Saat hari menjelang sore, sang Ibu kembali dari kebun. Ia pun memanggil-manggilanaknya.

“La Ane… La Ane…, kamu di mana anakku?!” teriaknya.

Sudah berkali-kali ibu itu berteriak, namun tak ada jawaban. Dengan panik, ia segerakeluar dari rumah. Ketika berada di depan rumah, ia pun melihat seekor burung bertengger diatap rumah sambil bernyanyi merdu. Janda itu hampir pingsan melihat pada burung itu masihmemperlihatkan tanda-tanda anaknya.

“Oh, anakku, maafkan Ibu. Turunlah, Nak!” bujuk sang Ibu.

Nasi sudah menjadi bubur. La Ane yang telah menjelma menjadi burung itu tidakmungkin lagi berubah menjadi manusia. Ia akan menjadi burung untuk selama-lamanya. Ketikaibunya berteriak memanggilnya, ia sudah tidak mendengarnya lagi. Ia terbang dan hinggap diatas pohon pinang sambil berkicau.

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

dipotong kecil-kecil lalu ditempatkan di dalam kasopa (tempat jagung dan ubi). Tali gasing itujuga dipotong-potong lalu ditaruh di dalam kaghua (tempat sayur atau ikan).

“Huh, makanlah gasing dan talinya itu, anak malas!” geram sang ibu.

Janda itu kemudian pergi ke kebun. Menjelang siang hari, La Ane pun kembali daribermain karena lapar. Alangkah terkejutnya ia setelah melihat kasopa dan kaghua di atas mejayang berisi potongan-potongan gasing dan talinya.

“Oh, Ibu. Engkau benar-benar marah kepadaku? Padahal, aku lapar sekali,” keluh LaAne.

Dengan perasaan sedih, La Ane naik ke atas loteng rumahnya. Di atas loteng itu ia duduktermenung sambil memikirkan nasibnya.

“Ibu sudah tidak sayang lagi kepadaku. Lebih baik menjadi burung saja sehingga aku bisaterbang ke sana ke mari mencari makan sendiri,” ucap La Ane.

Ucapan La Ane rupanya menjadi kenyataan. Begitu ia selesai berucap, tiba-tiba sekujurtubuhnya perlahan-lahan ditumbuhi bulu berwarna-warni yang indah dan berkilauan. Selangbeberapa saat kemudian, anak pemalas itu pun berubah menjadi seekor burung. Ia kemudianhinggap di atap rumahnya sambil berkicau dengan merdu.

Saat hari menjelang sore, sang Ibu kembali dari kebun. Ia pun memanggil-manggilanaknya.

“La Ane… La Ane…, kamu di mana anakku?!” teriaknya.

Sudah berkali-kali ibu itu berteriak, namun tak ada jawaban. Dengan panik, ia segerakeluar dari rumah. Ketika berada di depan rumah, ia pun melihat seekor burung bertengger diatap rumah sambil bernyanyi merdu. Janda itu hampir pingsan melihat pada burung itu masihmemperlihatkan tanda-tanda anaknya.

“Oh, anakku, maafkan Ibu. Turunlah, Nak!” bujuk sang Ibu.

Nasi sudah menjadi bubur. La Ane yang telah menjelma menjadi burung itu tidakmungkin lagi berubah menjadi manusia. Ia akan menjadi burung untuk selama-lamanya. Ketikaibunya berteriak memanggilnya, ia sudah tidak mendengarnya lagi. Ia terbang dan hinggap diatas pohon pinang sambil berkicau.

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

dipotong kecil-kecil lalu ditempatkan di dalam kasopa (tempat jagung dan ubi). Tali gasing itujuga dipotong-potong lalu ditaruh di dalam kaghua (tempat sayur atau ikan).

“Huh, makanlah gasing dan talinya itu, anak malas!” geram sang ibu.

Janda itu kemudian pergi ke kebun. Menjelang siang hari, La Ane pun kembali daribermain karena lapar. Alangkah terkejutnya ia setelah melihat kasopa dan kaghua di atas mejayang berisi potongan-potongan gasing dan talinya.

“Oh, Ibu. Engkau benar-benar marah kepadaku? Padahal, aku lapar sekali,” keluh LaAne.

Dengan perasaan sedih, La Ane naik ke atas loteng rumahnya. Di atas loteng itu ia duduktermenung sambil memikirkan nasibnya.

“Ibu sudah tidak sayang lagi kepadaku. Lebih baik menjadi burung saja sehingga aku bisaterbang ke sana ke mari mencari makan sendiri,” ucap La Ane.

Ucapan La Ane rupanya menjadi kenyataan. Begitu ia selesai berucap, tiba-tiba sekujurtubuhnya perlahan-lahan ditumbuhi bulu berwarna-warni yang indah dan berkilauan. Selangbeberapa saat kemudian, anak pemalas itu pun berubah menjadi seekor burung. Ia kemudianhinggap di atap rumahnya sambil berkicau dengan merdu.

Saat hari menjelang sore, sang Ibu kembali dari kebun. Ia pun memanggil-manggilanaknya.

“La Ane… La Ane…, kamu di mana anakku?!” teriaknya.

Sudah berkali-kali ibu itu berteriak, namun tak ada jawaban. Dengan panik, ia segerakeluar dari rumah. Ketika berada di depan rumah, ia pun melihat seekor burung bertengger diatap rumah sambil bernyanyi merdu. Janda itu hampir pingsan melihat pada burung itu masihmemperlihatkan tanda-tanda anaknya.

“Oh, anakku, maafkan Ibu. Turunlah, Nak!” bujuk sang Ibu.

Nasi sudah menjadi bubur. La Ane yang telah menjelma menjadi burung itu tidakmungkin lagi berubah menjadi manusia. Ia akan menjadi burung untuk selama-lamanya. Ketikaibunya berteriak memanggilnya, ia sudah tidak mendengarnya lagi. Ia terbang dan hinggap diatas pohon pinang sambil berkicau.

Page 15: Daftar AKSI Mendongeng

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

“Ntaapo-apo… Ntaapo-apo!” demikian kicauan burung itu.Sang ibu tak henti-hentinya memanggil anaknya. Namun, burung itu tetap tidak mau

kembali. Ia terbang menuju ke hutan belantara untuk mencari makan. Sang ibu pun tidak bisaberbuat apa-apa, kecuali menyesal atas perlakuannya terhadap anak semata wayangnya itu.

Sejak peristiwa itu, burung yang suka berkicau “ntaapo-apo” itu dinamakan burungNtaapo-apo. Hingga saat ini, burung yang mirip dengan burung cendrawasih itu masih seringterdengar kicauannya dari dalam hutan di daerah Muna, Sulawesi Tenggara.

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

“Ntaapo-apo… Ntaapo-apo!” demikian kicauan burung itu.Sang ibu tak henti-hentinya memanggil anaknya. Namun, burung itu tetap tidak mau

kembali. Ia terbang menuju ke hutan belantara untuk mencari makan. Sang ibu pun tidak bisaberbuat apa-apa, kecuali menyesal atas perlakuannya terhadap anak semata wayangnya itu.

Sejak peristiwa itu, burung yang suka berkicau “ntaapo-apo” itu dinamakan burungNtaapo-apo. Hingga saat ini, burung yang mirip dengan burung cendrawasih itu masih seringterdengar kicauannya dari dalam hutan di daerah Muna, Sulawesi Tenggara.

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

“Ntaapo-apo… Ntaapo-apo!” demikian kicauan burung itu.Sang ibu tak henti-hentinya memanggil anaknya. Namun, burung itu tetap tidak mau

kembali. Ia terbang menuju ke hutan belantara untuk mencari makan. Sang ibu pun tidak bisaberbuat apa-apa, kecuali menyesal atas perlakuannya terhadap anak semata wayangnya itu.

Sejak peristiwa itu, burung yang suka berkicau “ntaapo-apo” itu dinamakan burungNtaapo-apo. Hingga saat ini, burung yang mirip dengan burung cendrawasih itu masih seringterdengar kicauannya dari dalam hutan di daerah Muna, Sulawesi Tenggara.

Page 16: Daftar AKSI Mendongeng

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Ngka-Ngkasi

Cerita Rakyat: Muna

Ada seorang anak yatim, namanya Ngka-Ngkasi, ayahnya meninggal semenjak ia dalamkandungan. Pada umur tiga tahun, ibunya pun meninggal, sehingga ia menjadi yatim piatu.Rupanya Ngka-Ngkasi termasuk anak yang malang nasibnya. Ia tak pernah merasakan kasihsayang dari orang tuanya. Sejak kecil sampai besar ia diasuh oleh sorang-orang tua. Kebetulanorang tua itu tidak mempunyai keturunan. Dengan demikian nenek tua itu amat sayangkepadanya.

Ngka-Ngkasi bersama nenek itu tinggal pada sebuah gubuk. Penghidupan mereka ialahbertani dalam hal ini berkebun. Ngka-Ngkari termasuk anak yang paling rajin bekerja terutamamembersihkan dan menjaga kebunnya. Hasil kebun mereka beraneka ragam.

Pada suatu hari anak itu meminta izin untuk mencari ikan. Permintannya itu dikabulkanoleh inang pengasuhnya. Sebelum ia berangkat lebih dahulu menitipkan pesan kepada inangpengasuhnya, yaitu mengenai penjagaan kebun. Diberitahukan kepada inang pengasuhnya itubahwa malam hari banyak babi yang selalu mengganggu tanaman mereka. Sesudah itu barulah iaberangkat.

Karena kebun mereka tak ada penjaganya lagi, maka banyak babi yang masuk sejakmalam pertama sampai beberapa malam hingga tanaman mereka itu habis dimakannya. Bahkanbukan saja tanaman yang dimakan, nenek itu pun hampir-hampir dimakan. Kalau babi-babi itudiusir, mereka berkata, “Hai orang tua! Jangan usir kami Ngka-Ngkasi belum ada di sinisekarang”. Jadi rupanya babi-babi itu tahu bahwa Ngka-Ngkasi tak ada di tempat. Karena itu,mereka bebas masuk kebun meskipun dapagari. Nenek itu tak dapat berbuat apa-apa, bahkan iamenjadi takut, disamping heran dengan perilaku babi-babi itu. Peristiwa itu disampaikan nenekkepadanya. Ngka-Ngkasi heran juga mendengar keterangan itu, sehingga mulai saat itulah iaberusaha dan tekad akan membunuh babi itu.

Pada malam berikutnya babi-babi itu masuk lagi ke kebunnya untuk menghabiskan sisa-sisa tanaman yang ada di dalamnya. Mereka belum tahu bahwa Ngka-Ngkasi telah tiba padamalam itu Ngka-Ngkasi telah siap siaga dengan tombaknya. Dibiarkannya babi-babi itu masukdan makan tanaman sisa. Sementara makan, Ngka-Ngkasi melepas tombaknya ke arah punggungbabi yang besar. Sasarannya tepat sekali persis kena bagian punggungnya. Tombaknya tertancap

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Ngka-Ngkasi

Cerita Rakyat: Muna

Ada seorang anak yatim, namanya Ngka-Ngkasi, ayahnya meninggal semenjak ia dalamkandungan. Pada umur tiga tahun, ibunya pun meninggal, sehingga ia menjadi yatim piatu.Rupanya Ngka-Ngkasi termasuk anak yang malang nasibnya. Ia tak pernah merasakan kasihsayang dari orang tuanya. Sejak kecil sampai besar ia diasuh oleh sorang-orang tua. Kebetulanorang tua itu tidak mempunyai keturunan. Dengan demikian nenek tua itu amat sayangkepadanya.

Ngka-Ngkasi bersama nenek itu tinggal pada sebuah gubuk. Penghidupan mereka ialahbertani dalam hal ini berkebun. Ngka-Ngkari termasuk anak yang paling rajin bekerja terutamamembersihkan dan menjaga kebunnya. Hasil kebun mereka beraneka ragam.

Pada suatu hari anak itu meminta izin untuk mencari ikan. Permintannya itu dikabulkanoleh inang pengasuhnya. Sebelum ia berangkat lebih dahulu menitipkan pesan kepada inangpengasuhnya, yaitu mengenai penjagaan kebun. Diberitahukan kepada inang pengasuhnya itubahwa malam hari banyak babi yang selalu mengganggu tanaman mereka. Sesudah itu barulah iaberangkat.

Karena kebun mereka tak ada penjaganya lagi, maka banyak babi yang masuk sejakmalam pertama sampai beberapa malam hingga tanaman mereka itu habis dimakannya. Bahkanbukan saja tanaman yang dimakan, nenek itu pun hampir-hampir dimakan. Kalau babi-babi itudiusir, mereka berkata, “Hai orang tua! Jangan usir kami Ngka-Ngkasi belum ada di sinisekarang”. Jadi rupanya babi-babi itu tahu bahwa Ngka-Ngkasi tak ada di tempat. Karena itu,mereka bebas masuk kebun meskipun dapagari. Nenek itu tak dapat berbuat apa-apa, bahkan iamenjadi takut, disamping heran dengan perilaku babi-babi itu. Peristiwa itu disampaikan nenekkepadanya. Ngka-Ngkasi heran juga mendengar keterangan itu, sehingga mulai saat itulah iaberusaha dan tekad akan membunuh babi itu.

Pada malam berikutnya babi-babi itu masuk lagi ke kebunnya untuk menghabiskan sisa-sisa tanaman yang ada di dalamnya. Mereka belum tahu bahwa Ngka-Ngkasi telah tiba padamalam itu Ngka-Ngkasi telah siap siaga dengan tombaknya. Dibiarkannya babi-babi itu masukdan makan tanaman sisa. Sementara makan, Ngka-Ngkasi melepas tombaknya ke arah punggungbabi yang besar. Sasarannya tepat sekali persis kena bagian punggungnya. Tombaknya tertancap

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Ngka-Ngkasi

Cerita Rakyat: Muna

Ada seorang anak yatim, namanya Ngka-Ngkasi, ayahnya meninggal semenjak ia dalamkandungan. Pada umur tiga tahun, ibunya pun meninggal, sehingga ia menjadi yatim piatu.Rupanya Ngka-Ngkasi termasuk anak yang malang nasibnya. Ia tak pernah merasakan kasihsayang dari orang tuanya. Sejak kecil sampai besar ia diasuh oleh sorang-orang tua. Kebetulanorang tua itu tidak mempunyai keturunan. Dengan demikian nenek tua itu amat sayangkepadanya.

Ngka-Ngkasi bersama nenek itu tinggal pada sebuah gubuk. Penghidupan mereka ialahbertani dalam hal ini berkebun. Ngka-Ngkari termasuk anak yang paling rajin bekerja terutamamembersihkan dan menjaga kebunnya. Hasil kebun mereka beraneka ragam.

Pada suatu hari anak itu meminta izin untuk mencari ikan. Permintannya itu dikabulkanoleh inang pengasuhnya. Sebelum ia berangkat lebih dahulu menitipkan pesan kepada inangpengasuhnya, yaitu mengenai penjagaan kebun. Diberitahukan kepada inang pengasuhnya itubahwa malam hari banyak babi yang selalu mengganggu tanaman mereka. Sesudah itu barulah iaberangkat.

Karena kebun mereka tak ada penjaganya lagi, maka banyak babi yang masuk sejakmalam pertama sampai beberapa malam hingga tanaman mereka itu habis dimakannya. Bahkanbukan saja tanaman yang dimakan, nenek itu pun hampir-hampir dimakan. Kalau babi-babi itudiusir, mereka berkata, “Hai orang tua! Jangan usir kami Ngka-Ngkasi belum ada di sinisekarang”. Jadi rupanya babi-babi itu tahu bahwa Ngka-Ngkasi tak ada di tempat. Karena itu,mereka bebas masuk kebun meskipun dapagari. Nenek itu tak dapat berbuat apa-apa, bahkan iamenjadi takut, disamping heran dengan perilaku babi-babi itu. Peristiwa itu disampaikan nenekkepadanya. Ngka-Ngkasi heran juga mendengar keterangan itu, sehingga mulai saat itulah iaberusaha dan tekad akan membunuh babi itu.

Pada malam berikutnya babi-babi itu masuk lagi ke kebunnya untuk menghabiskan sisa-sisa tanaman yang ada di dalamnya. Mereka belum tahu bahwa Ngka-Ngkasi telah tiba padamalam itu Ngka-Ngkasi telah siap siaga dengan tombaknya. Dibiarkannya babi-babi itu masukdan makan tanaman sisa. Sementara makan, Ngka-Ngkasi melepas tombaknya ke arah punggungbabi yang besar. Sasarannya tepat sekali persis kena bagian punggungnya. Tombaknya tertancap

Page 17: Daftar AKSI Mendongeng

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

dengan tegaknya. Babi itu berteriak kesakitan seraya berkata, “Wahai Ngka-Ngkasi! Kaulahyang menombak aku!” Lalu itu menghilang bersama tombak itu.

Mendengar seruan babi itu Ngka-Ngkasi bertambah heran lagi pula timbul ketakutanterutama memikirkan tombak, tentu takkan dapatnya lagi. Tombak itu dipinjam dari negeri rajadi negeri itu. Itulah sebabnya ia merasa takut, jangan-jangan raja menghukumnya. Itulah selalumembayangi pikirannya.

Sekarang Ngka-Ngkasi berusaha untuk mencari tombak itu dimana saja. Setelah beberapalamanya ia berjalan tibalah di sebuah kebun yang tanamannya telah dihabiskan pula oleh babi.Dia mulai memperhatikan kebun itu sambil sambil mencari-cari babi yang ada tombaknya.Dengan penuh waspada dan hati-hati ia mendekatinya lalu ditutupnya dengan keranjang.Anehnya ketika dibuka, ternyata kosong. Yang ada hanyalah sebongkah batu dan di atas batu ituada tetesan darah. Ngka-Ngkasi semakin heran dan bingung melihat kejadian itu.

Disamping bingung ia bertambah takut jiwanya terancam. Seandainya tombak itu hilangpasti raja akan membunuhnya. Namun, ia tetap berusaha agar tombak itu didapatnya kembali.Sebelum berikhtiar ke tempat lain ia termenung sambil membalik-balik batu yang ada darahnyaitu. Dengan tidak disangka-sangka di balik batu itu ada lubang besar dan dalam. Ia mulai berpikirmungkin di situlah tempat lalu-lalang babi-babi itu.

Timbul dalam hatinya ingin mengetahui apa yang ada di bawah ada sebuah kampung danpenghuninya babi semuanya. Keadaan itu semakin menakutkan Ngka-Ngkasi, tetapi apa daya iaterlanjur ada di kampung itu.

Kedatangan Ngka-Ngkasi di kampung itu segera dilaporkan kepada raja babi. Raja segerapula memerintahkan Ngka-Ngkasi menghadap. Ngka-Ngkasi semakin khawatir dan was-was,mungkin ia akan dibunuh. Tiba dihadapan raja ia dimintai pertolongannya untuk mengobatianaknya. Anak raja itu menderita sakit punggung sudah tujuh hari lamanya.

Melihat keadaan tersebut Ngka-Ngkasi berkata kepada raja babi tersebut bahwa diamengobati anaknya dengan syarat waktu pengobatannya harus dilakukan pada tengah malam.Syarat yang diajukan oleh Ngka-Ngkasi itu diterima pula oleh raja.

Sebagai kenangan pertama Ngka-Ngkasi diberikan baju, karena bajunya sudah compang-camping. Sebenarnya hal ini memberatkan hati Ngka-Ngkasi. Tetapi karena ini suatu pemberian,maka diterimanya dengan baik.

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

dengan tegaknya. Babi itu berteriak kesakitan seraya berkata, “Wahai Ngka-Ngkasi! Kaulahyang menombak aku!” Lalu itu menghilang bersama tombak itu.

Mendengar seruan babi itu Ngka-Ngkasi bertambah heran lagi pula timbul ketakutanterutama memikirkan tombak, tentu takkan dapatnya lagi. Tombak itu dipinjam dari negeri rajadi negeri itu. Itulah sebabnya ia merasa takut, jangan-jangan raja menghukumnya. Itulah selalumembayangi pikirannya.

Sekarang Ngka-Ngkasi berusaha untuk mencari tombak itu dimana saja. Setelah beberapalamanya ia berjalan tibalah di sebuah kebun yang tanamannya telah dihabiskan pula oleh babi.Dia mulai memperhatikan kebun itu sambil sambil mencari-cari babi yang ada tombaknya.Dengan penuh waspada dan hati-hati ia mendekatinya lalu ditutupnya dengan keranjang.Anehnya ketika dibuka, ternyata kosong. Yang ada hanyalah sebongkah batu dan di atas batu ituada tetesan darah. Ngka-Ngkasi semakin heran dan bingung melihat kejadian itu.

Disamping bingung ia bertambah takut jiwanya terancam. Seandainya tombak itu hilangpasti raja akan membunuhnya. Namun, ia tetap berusaha agar tombak itu didapatnya kembali.Sebelum berikhtiar ke tempat lain ia termenung sambil membalik-balik batu yang ada darahnyaitu. Dengan tidak disangka-sangka di balik batu itu ada lubang besar dan dalam. Ia mulai berpikirmungkin di situlah tempat lalu-lalang babi-babi itu.

Timbul dalam hatinya ingin mengetahui apa yang ada di bawah ada sebuah kampung danpenghuninya babi semuanya. Keadaan itu semakin menakutkan Ngka-Ngkasi, tetapi apa daya iaterlanjur ada di kampung itu.

Kedatangan Ngka-Ngkasi di kampung itu segera dilaporkan kepada raja babi. Raja segerapula memerintahkan Ngka-Ngkasi menghadap. Ngka-Ngkasi semakin khawatir dan was-was,mungkin ia akan dibunuh. Tiba dihadapan raja ia dimintai pertolongannya untuk mengobatianaknya. Anak raja itu menderita sakit punggung sudah tujuh hari lamanya.

Melihat keadaan tersebut Ngka-Ngkasi berkata kepada raja babi tersebut bahwa diamengobati anaknya dengan syarat waktu pengobatannya harus dilakukan pada tengah malam.Syarat yang diajukan oleh Ngka-Ngkasi itu diterima pula oleh raja.

Sebagai kenangan pertama Ngka-Ngkasi diberikan baju, karena bajunya sudah compang-camping. Sebenarnya hal ini memberatkan hati Ngka-Ngkasi. Tetapi karena ini suatu pemberian,maka diterimanya dengan baik.

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

dengan tegaknya. Babi itu berteriak kesakitan seraya berkata, “Wahai Ngka-Ngkasi! Kaulahyang menombak aku!” Lalu itu menghilang bersama tombak itu.

Mendengar seruan babi itu Ngka-Ngkasi bertambah heran lagi pula timbul ketakutanterutama memikirkan tombak, tentu takkan dapatnya lagi. Tombak itu dipinjam dari negeri rajadi negeri itu. Itulah sebabnya ia merasa takut, jangan-jangan raja menghukumnya. Itulah selalumembayangi pikirannya.

Sekarang Ngka-Ngkasi berusaha untuk mencari tombak itu dimana saja. Setelah beberapalamanya ia berjalan tibalah di sebuah kebun yang tanamannya telah dihabiskan pula oleh babi.Dia mulai memperhatikan kebun itu sambil sambil mencari-cari babi yang ada tombaknya.Dengan penuh waspada dan hati-hati ia mendekatinya lalu ditutupnya dengan keranjang.Anehnya ketika dibuka, ternyata kosong. Yang ada hanyalah sebongkah batu dan di atas batu ituada tetesan darah. Ngka-Ngkasi semakin heran dan bingung melihat kejadian itu.

Disamping bingung ia bertambah takut jiwanya terancam. Seandainya tombak itu hilangpasti raja akan membunuhnya. Namun, ia tetap berusaha agar tombak itu didapatnya kembali.Sebelum berikhtiar ke tempat lain ia termenung sambil membalik-balik batu yang ada darahnyaitu. Dengan tidak disangka-sangka di balik batu itu ada lubang besar dan dalam. Ia mulai berpikirmungkin di situlah tempat lalu-lalang babi-babi itu.

Timbul dalam hatinya ingin mengetahui apa yang ada di bawah ada sebuah kampung danpenghuninya babi semuanya. Keadaan itu semakin menakutkan Ngka-Ngkasi, tetapi apa daya iaterlanjur ada di kampung itu.

Kedatangan Ngka-Ngkasi di kampung itu segera dilaporkan kepada raja babi. Raja segerapula memerintahkan Ngka-Ngkasi menghadap. Ngka-Ngkasi semakin khawatir dan was-was,mungkin ia akan dibunuh. Tiba dihadapan raja ia dimintai pertolongannya untuk mengobatianaknya. Anak raja itu menderita sakit punggung sudah tujuh hari lamanya.

Melihat keadaan tersebut Ngka-Ngkasi berkata kepada raja babi tersebut bahwa diamengobati anaknya dengan syarat waktu pengobatannya harus dilakukan pada tengah malam.Syarat yang diajukan oleh Ngka-Ngkasi itu diterima pula oleh raja.

Sebagai kenangan pertama Ngka-Ngkasi diberikan baju, karena bajunya sudah compang-camping. Sebenarnya hal ini memberatkan hati Ngka-Ngkasi. Tetapi karena ini suatu pemberian,maka diterimanya dengan baik.

Page 18: Daftar AKSI Mendongeng

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Pada malam harinya kira-kira tengah malam masuklah Ngka-Ngkasi ke kamar anak rajayang sakit itu. Diamatinya anak yang sakit itu. Ternyata tombak masih tertancap dipunggungnya. Ngka-Ngkasi dengan mudah mencabut tobak itu. Hatinya amat gembira karenatombak yang dicari-carinya selama ini sudah ditemukan.

Tujuh hari kemudian setelah tombak itu dicabut anak raja itu sembuh kembali. Semuakeluarga raja amat gembira dengan kesembuhan anaknya itu. Karena itu, sebagai imbalannyadiberikan bigkisan yang berharga. Setelah menerima bingkisan itu, Ngka-Ngkasi mohon diriuntuk ke kampungnya. Rupanya raja belum merelakannya karena pemberiannya belum setimpaldengan jasanya, yaitu menyembuhkan anaknya. Karena itu, raja menyuruh Ngka-Ngkasimemilih salah seorang puteri gadisnya untuk dijadikan teman hidupnya atau isterinya.

Tentu ia tidak mungkin memperisterikan babi, tetapi anehnya setelah raja berkata babi-babi itu berubah menjadi manusia. Puterinya tiga orang semua cantik jelita. Karena usul raja tadiditerimanya dengan senang hati. Diantara gadis-gadis itu Ngka-Ngkasi memilih gadis yangkedua untuk isterinya sesuai dengan keikhlasan sang raja sebagai imbalan jasanya. Selesaimereka kawin Ngka-Ngkasi minta diri untuk kembali. Raja dengan senang hati melepas Ngka-Ngkasi bersama isterinya kembali ke kampungnya.

Dalam perjalanan mereka mengalami kesulitan, karena lubang yang pernah dilaluinyatelah tertutup, jalan untukmenembus lubang itu harus melalui titian. Dengan penuh hati-hatisekali mereka meniti titian itu dan akhirnya tembus di dunia ini. Ngka-Ngkasi amat gembira,karena selain ranggutan maut telah terhindar baginya, juga tombak raja sudah didapatnya. Darijauh ia telah menyapa inang pengasuhnya. Ternyata inang pengasuhnya tidak menyahut, karenaanggapannya yang menyapanya itu tidak mungkin Ngka-Ngkasi. Berulang-ulang Ngka-Ngkasimenyapa inang pengasuhnya, namun tidak mendapat sambutan, dan pintu tetap tertutup. Untukmeyakinkan bahwa yang datang itu Ngka-Ngkasi, maka ia menyebut namanya sendiri.Mendengar itu, inang pengasuhnya terbangkit dari duduknya dan langsung membuka pintu.Masuklah Ngka-Ngkasi di gubuk mereka bersama isterinya. Inang pengasuhnya bertanya-tanya,siapa gerangan gadis yang dibawanya itu. Ngka-Ngkasi mulai menceritakannya mulai dari awalsampai dengan kedatangan mereka pada hari itu.

Pada suatu hari datanglah tamu di gubuk mereka. Tamu itu amat heran melihat Ngka-Ngkasi lebih-lebih melihat gadis yang tinggal di situ. Tamu itu tidak tahu, bahwa perempuanmuda itu adalah isteri Ngka-Ngkasi.

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Pada malam harinya kira-kira tengah malam masuklah Ngka-Ngkasi ke kamar anak rajayang sakit itu. Diamatinya anak yang sakit itu. Ternyata tombak masih tertancap dipunggungnya. Ngka-Ngkasi dengan mudah mencabut tobak itu. Hatinya amat gembira karenatombak yang dicari-carinya selama ini sudah ditemukan.

Tujuh hari kemudian setelah tombak itu dicabut anak raja itu sembuh kembali. Semuakeluarga raja amat gembira dengan kesembuhan anaknya itu. Karena itu, sebagai imbalannyadiberikan bigkisan yang berharga. Setelah menerima bingkisan itu, Ngka-Ngkasi mohon diriuntuk ke kampungnya. Rupanya raja belum merelakannya karena pemberiannya belum setimpaldengan jasanya, yaitu menyembuhkan anaknya. Karena itu, raja menyuruh Ngka-Ngkasimemilih salah seorang puteri gadisnya untuk dijadikan teman hidupnya atau isterinya.

Tentu ia tidak mungkin memperisterikan babi, tetapi anehnya setelah raja berkata babi-babi itu berubah menjadi manusia. Puterinya tiga orang semua cantik jelita. Karena usul raja tadiditerimanya dengan senang hati. Diantara gadis-gadis itu Ngka-Ngkasi memilih gadis yangkedua untuk isterinya sesuai dengan keikhlasan sang raja sebagai imbalan jasanya. Selesaimereka kawin Ngka-Ngkasi minta diri untuk kembali. Raja dengan senang hati melepas Ngka-Ngkasi bersama isterinya kembali ke kampungnya.

Dalam perjalanan mereka mengalami kesulitan, karena lubang yang pernah dilaluinyatelah tertutup, jalan untukmenembus lubang itu harus melalui titian. Dengan penuh hati-hatisekali mereka meniti titian itu dan akhirnya tembus di dunia ini. Ngka-Ngkasi amat gembira,karena selain ranggutan maut telah terhindar baginya, juga tombak raja sudah didapatnya. Darijauh ia telah menyapa inang pengasuhnya. Ternyata inang pengasuhnya tidak menyahut, karenaanggapannya yang menyapanya itu tidak mungkin Ngka-Ngkasi. Berulang-ulang Ngka-Ngkasimenyapa inang pengasuhnya, namun tidak mendapat sambutan, dan pintu tetap tertutup. Untukmeyakinkan bahwa yang datang itu Ngka-Ngkasi, maka ia menyebut namanya sendiri.Mendengar itu, inang pengasuhnya terbangkit dari duduknya dan langsung membuka pintu.Masuklah Ngka-Ngkasi di gubuk mereka bersama isterinya. Inang pengasuhnya bertanya-tanya,siapa gerangan gadis yang dibawanya itu. Ngka-Ngkasi mulai menceritakannya mulai dari awalsampai dengan kedatangan mereka pada hari itu.

Pada suatu hari datanglah tamu di gubuk mereka. Tamu itu amat heran melihat Ngka-Ngkasi lebih-lebih melihat gadis yang tinggal di situ. Tamu itu tidak tahu, bahwa perempuanmuda itu adalah isteri Ngka-Ngkasi.

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Pada malam harinya kira-kira tengah malam masuklah Ngka-Ngkasi ke kamar anak rajayang sakit itu. Diamatinya anak yang sakit itu. Ternyata tombak masih tertancap dipunggungnya. Ngka-Ngkasi dengan mudah mencabut tobak itu. Hatinya amat gembira karenatombak yang dicari-carinya selama ini sudah ditemukan.

Tujuh hari kemudian setelah tombak itu dicabut anak raja itu sembuh kembali. Semuakeluarga raja amat gembira dengan kesembuhan anaknya itu. Karena itu, sebagai imbalannyadiberikan bigkisan yang berharga. Setelah menerima bingkisan itu, Ngka-Ngkasi mohon diriuntuk ke kampungnya. Rupanya raja belum merelakannya karena pemberiannya belum setimpaldengan jasanya, yaitu menyembuhkan anaknya. Karena itu, raja menyuruh Ngka-Ngkasimemilih salah seorang puteri gadisnya untuk dijadikan teman hidupnya atau isterinya.

Tentu ia tidak mungkin memperisterikan babi, tetapi anehnya setelah raja berkata babi-babi itu berubah menjadi manusia. Puterinya tiga orang semua cantik jelita. Karena usul raja tadiditerimanya dengan senang hati. Diantara gadis-gadis itu Ngka-Ngkasi memilih gadis yangkedua untuk isterinya sesuai dengan keikhlasan sang raja sebagai imbalan jasanya. Selesaimereka kawin Ngka-Ngkasi minta diri untuk kembali. Raja dengan senang hati melepas Ngka-Ngkasi bersama isterinya kembali ke kampungnya.

Dalam perjalanan mereka mengalami kesulitan, karena lubang yang pernah dilaluinyatelah tertutup, jalan untukmenembus lubang itu harus melalui titian. Dengan penuh hati-hatisekali mereka meniti titian itu dan akhirnya tembus di dunia ini. Ngka-Ngkasi amat gembira,karena selain ranggutan maut telah terhindar baginya, juga tombak raja sudah didapatnya. Darijauh ia telah menyapa inang pengasuhnya. Ternyata inang pengasuhnya tidak menyahut, karenaanggapannya yang menyapanya itu tidak mungkin Ngka-Ngkasi. Berulang-ulang Ngka-Ngkasimenyapa inang pengasuhnya, namun tidak mendapat sambutan, dan pintu tetap tertutup. Untukmeyakinkan bahwa yang datang itu Ngka-Ngkasi, maka ia menyebut namanya sendiri.Mendengar itu, inang pengasuhnya terbangkit dari duduknya dan langsung membuka pintu.Masuklah Ngka-Ngkasi di gubuk mereka bersama isterinya. Inang pengasuhnya bertanya-tanya,siapa gerangan gadis yang dibawanya itu. Ngka-Ngkasi mulai menceritakannya mulai dari awalsampai dengan kedatangan mereka pada hari itu.

Pada suatu hari datanglah tamu di gubuk mereka. Tamu itu amat heran melihat Ngka-Ngkasi lebih-lebih melihat gadis yang tinggal di situ. Tamu itu tidak tahu, bahwa perempuanmuda itu adalah isteri Ngka-Ngkasi.

Page 19: Daftar AKSI Mendongeng

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Setelah beberapa menit lamanya, tamu itu kembali dan hasil kunjungannya di gubukNgka-Ngkasi dilaporkan kepada raja di negeri itu. Raja segera memeritahkan salah seoranghulubalang memanggil Ngka-Ngkasi menghadap kepada raja.

Tiba di istana, Ngka-Ngkasi langsung menghadap kepada raja. Ketika menghadap, rajabertanya kepada Ngka-Ngkasi, “Hai Ngka-Ngkasi, kemana engkau selama ini?” “Ya Tuanku!Selama ini hamba mencari tombak”, “apalagi yang kau cari” tanya raja pula. “Selain tombak takada lagi yang hamba cari, Tuanku”, jawabnya lagi. “Kalau demikian halnya, terimalahperintahku sekarang”. Raja menambahkan lagi.

Perintah raja itu ialah Ngka-Ngkasi akan menangkap kerbau sebanyak tujuh ekor dihutan. Kalau perintahnya itu tidak dilaksanakan dan berhasil, maka Ngka-Ngkasi akan dibunuh.Sebenarnya perintah itu diberikan kepadanya karena iri kepada Ngka-Ngkasi.

Tugas itu amat berat bagi Ngka-Ngkasi untuk melaksanakannya. Hal itu disampaikankepada isterinya. Menurut isterinya tugas itu tidak berat asal dia mengikuti petunjuknya dandilaksanakan dengan niat yang baik, niscaya akan berhasil.

Isterinya ikut membantunya dalam mencari kerbau di hutan. Setelah mereka tiba ditengah hutan, isterinya memandang di sekelilingnya, kemudian mengahadap pada salah satu arahlalu berteriak sekeras-kerasnya. Suaranya itu seakan-akan merupakan panggilan khusus bagikerbau. Benar juga, tak lama kemudian muncul segerombolan kerbau. Kerbau-kerbau yangmuncul itu dengan mudah mereka tangkap. Alangkah senangnya hati Ngka-Ngkasi karena diatelah luput dari ancaman raja. Kerbau yang ditangkap itu segera kepada raja. Namun, raja belumpuas dengan keberhasilan Ngka-Ngkasi bahkan menugasi lagi untuk menangkap tujuh ekorbuaya. Tugas ini harus dilaksanakan kalau tidak berhasil dia akan dibunuh. Ngka-Ngkasisemakin kalut pikirannya dan persaannya.

Sebelum perintah itu dilaksanakan, lebih dahulu ia sampaikan lagi kepada isterinya.Menurut isterinya pekerjaan itu pekerjaan yang mudah. Karena itu tak usah susah karenanya.Dengan alat tenunnya saja jadi. Alat tenun itu dibuang ke kolong dengan sekejap alat itu berubahmenjadi buaya. Ngka-Ngkasi semakin kagum terhadap keajaiban isterinya itu. Setelah buaya ituterkumpul tujuh ekor, Ngka-Ngkasi segera melaporkan hal itu kepada raja. Tetap tidak puasdengan hasil yang dicapainya. Dia tetap dicarikannya jalan untuk dibunuh. Hal ini hanya dengandasar iri kepadanya dan mungkin juga cemburu karena isteri Ngka-Ngkasi adalah isteri yangcantik lagi menakjubkan.

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Setelah beberapa menit lamanya, tamu itu kembali dan hasil kunjungannya di gubukNgka-Ngkasi dilaporkan kepada raja di negeri itu. Raja segera memeritahkan salah seoranghulubalang memanggil Ngka-Ngkasi menghadap kepada raja.

Tiba di istana, Ngka-Ngkasi langsung menghadap kepada raja. Ketika menghadap, rajabertanya kepada Ngka-Ngkasi, “Hai Ngka-Ngkasi, kemana engkau selama ini?” “Ya Tuanku!Selama ini hamba mencari tombak”, “apalagi yang kau cari” tanya raja pula. “Selain tombak takada lagi yang hamba cari, Tuanku”, jawabnya lagi. “Kalau demikian halnya, terimalahperintahku sekarang”. Raja menambahkan lagi.

Perintah raja itu ialah Ngka-Ngkasi akan menangkap kerbau sebanyak tujuh ekor dihutan. Kalau perintahnya itu tidak dilaksanakan dan berhasil, maka Ngka-Ngkasi akan dibunuh.Sebenarnya perintah itu diberikan kepadanya karena iri kepada Ngka-Ngkasi.

Tugas itu amat berat bagi Ngka-Ngkasi untuk melaksanakannya. Hal itu disampaikankepada isterinya. Menurut isterinya tugas itu tidak berat asal dia mengikuti petunjuknya dandilaksanakan dengan niat yang baik, niscaya akan berhasil.

Isterinya ikut membantunya dalam mencari kerbau di hutan. Setelah mereka tiba ditengah hutan, isterinya memandang di sekelilingnya, kemudian mengahadap pada salah satu arahlalu berteriak sekeras-kerasnya. Suaranya itu seakan-akan merupakan panggilan khusus bagikerbau. Benar juga, tak lama kemudian muncul segerombolan kerbau. Kerbau-kerbau yangmuncul itu dengan mudah mereka tangkap. Alangkah senangnya hati Ngka-Ngkasi karena diatelah luput dari ancaman raja. Kerbau yang ditangkap itu segera kepada raja. Namun, raja belumpuas dengan keberhasilan Ngka-Ngkasi bahkan menugasi lagi untuk menangkap tujuh ekorbuaya. Tugas ini harus dilaksanakan kalau tidak berhasil dia akan dibunuh. Ngka-Ngkasisemakin kalut pikirannya dan persaannya.

Sebelum perintah itu dilaksanakan, lebih dahulu ia sampaikan lagi kepada isterinya.Menurut isterinya pekerjaan itu pekerjaan yang mudah. Karena itu tak usah susah karenanya.Dengan alat tenunnya saja jadi. Alat tenun itu dibuang ke kolong dengan sekejap alat itu berubahmenjadi buaya. Ngka-Ngkasi semakin kagum terhadap keajaiban isterinya itu. Setelah buaya ituterkumpul tujuh ekor, Ngka-Ngkasi segera melaporkan hal itu kepada raja. Tetap tidak puasdengan hasil yang dicapainya. Dia tetap dicarikannya jalan untuk dibunuh. Hal ini hanya dengandasar iri kepadanya dan mungkin juga cemburu karena isteri Ngka-Ngkasi adalah isteri yangcantik lagi menakjubkan.

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Setelah beberapa menit lamanya, tamu itu kembali dan hasil kunjungannya di gubukNgka-Ngkasi dilaporkan kepada raja di negeri itu. Raja segera memeritahkan salah seoranghulubalang memanggil Ngka-Ngkasi menghadap kepada raja.

Tiba di istana, Ngka-Ngkasi langsung menghadap kepada raja. Ketika menghadap, rajabertanya kepada Ngka-Ngkasi, “Hai Ngka-Ngkasi, kemana engkau selama ini?” “Ya Tuanku!Selama ini hamba mencari tombak”, “apalagi yang kau cari” tanya raja pula. “Selain tombak takada lagi yang hamba cari, Tuanku”, jawabnya lagi. “Kalau demikian halnya, terimalahperintahku sekarang”. Raja menambahkan lagi.

Perintah raja itu ialah Ngka-Ngkasi akan menangkap kerbau sebanyak tujuh ekor dihutan. Kalau perintahnya itu tidak dilaksanakan dan berhasil, maka Ngka-Ngkasi akan dibunuh.Sebenarnya perintah itu diberikan kepadanya karena iri kepada Ngka-Ngkasi.

Tugas itu amat berat bagi Ngka-Ngkasi untuk melaksanakannya. Hal itu disampaikankepada isterinya. Menurut isterinya tugas itu tidak berat asal dia mengikuti petunjuknya dandilaksanakan dengan niat yang baik, niscaya akan berhasil.

Isterinya ikut membantunya dalam mencari kerbau di hutan. Setelah mereka tiba ditengah hutan, isterinya memandang di sekelilingnya, kemudian mengahadap pada salah satu arahlalu berteriak sekeras-kerasnya. Suaranya itu seakan-akan merupakan panggilan khusus bagikerbau. Benar juga, tak lama kemudian muncul segerombolan kerbau. Kerbau-kerbau yangmuncul itu dengan mudah mereka tangkap. Alangkah senangnya hati Ngka-Ngkasi karena diatelah luput dari ancaman raja. Kerbau yang ditangkap itu segera kepada raja. Namun, raja belumpuas dengan keberhasilan Ngka-Ngkasi bahkan menugasi lagi untuk menangkap tujuh ekorbuaya. Tugas ini harus dilaksanakan kalau tidak berhasil dia akan dibunuh. Ngka-Ngkasisemakin kalut pikirannya dan persaannya.

Sebelum perintah itu dilaksanakan, lebih dahulu ia sampaikan lagi kepada isterinya.Menurut isterinya pekerjaan itu pekerjaan yang mudah. Karena itu tak usah susah karenanya.Dengan alat tenunnya saja jadi. Alat tenun itu dibuang ke kolong dengan sekejap alat itu berubahmenjadi buaya. Ngka-Ngkasi semakin kagum terhadap keajaiban isterinya itu. Setelah buaya ituterkumpul tujuh ekor, Ngka-Ngkasi segera melaporkan hal itu kepada raja. Tetap tidak puasdengan hasil yang dicapainya. Dia tetap dicarikannya jalan untuk dibunuh. Hal ini hanya dengandasar iri kepadanya dan mungkin juga cemburu karena isteri Ngka-Ngkasi adalah isteri yangcantik lagi menakjubkan.

Page 20: Daftar AKSI Mendongeng

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Raja tetap mengancam akan membunuh Ngka-Ngkasi, sehingga baginya seakan-akan takmungkin akan hidup lagi. Baginya sudah tak ada jalan lagi. Karena itu ia minta diri kepadaisterinya agar ia diizinkan pergi merantau. Permintaannya itu tidak dikabulkan isterinya. Jalanuntuk hidup atau mengatasi ancaman raja itu menurut isterinya adalah membuat topeng ataupatung yang serupa dengan diri Ngka-Ngkasi.

Saran dari isterinya itu segera dilaksanakan oleh suaminya. Dibuatnyalah sebuah patungyangs erupa dengan isterinya dan dengan dirinya. Setelah selesai patung itu dibuat, ia pergimengahadap raja seraya berkata, “Ya Tuanku! Hamba datang kemari untuk menyampaikansesuatu kepada tuan. Maksud hamba adalah bermohon kepada tuan kiranya hamba sebelumdibunuh, hamba akan diusung oleh rakyat lalu dibawa ke hadapan Tuan raja untuk dibunuh”.

Setelah waktunya untuk dibunuh tiba, ia diusung oleh rakyat kemudian ke hadapan raja.Api telah lama menyala menantikan Ngka-Ngkasi. Ngka-Ngkasi langsung dibuang ke dalamnyala api. Sangka raja Ngka-Ngkasi telah hangus lebur di dalam api. Padahalyang diusung itusebenarnya bukan Ngka-Ngkasi, tetapi hanyalah patungnya. Tetapi daya tipu ini tidak diketahuioleh raja. Karena itu raja amat senang melihat Ngka-Ngkasi terbakar, padahal sebenarnyahanyalah patungnya. Dengan begitu ia dapat memperisteri isteri Ngka-Ngkasi.

Pagi-pagi benar, Ngka-Ngkasi pergi ke tempat pembakaran. Kemudian ia menceburkandirinya ke dalam abu. Sesudah itu ia bangkit kembali. Peristiwa itu dilihat oleh putera raja. Iasegera menyampaikan hal itu kepada ayahnya. Bahwa Ngka-Ngkasi telah hidup kembali. Mula-mula raja tidak percaya dengan penyampaian dengan anaknya itu, akan tetapi setelahdiperhatikan, ternyata benar Ngka-Ngkasi telah hidup kembali.

Ngka-Ngkasi mulai berdiri tegak lalu menceritakan pengalamannya yang palsu, bahwa iaseakan-akan dari akhirat. Menurut Ngka-Ngkasi, bahwa ia seakan-akan dari akhirat. MenurutNgka-Ngkasi, bahwa di akhirat adalah negeri yang kaya raya dan paling senang hidup di sana. Ditambah lagi kalau orang mati mereka jempur dengan meriah. Raja lebih yakin dengan Ngka-Ngkasi pada waktu itu membawa kue-kue yang enak. Karena raja sudah yakin benar, makabeliau bersedia untuk dibakar juga. Maksudnya supaya menyaksikan keindahan alam dan dankekayaan alam baqa, seperti apa yang telah disaksikan oleh Ngka-Ngkasi.

Untuk memenuhi maksudnya itu, beliau segera memrintahkan rakyatnya agarmengumpulkan kayu bakar sebanyak-banyaknya. Perintah itu segera mereka laksanakan. Setelahkayu bakar beronggok beliau memerintahkan pula kepada rakyatnya agar kayuitu segera dibakar.

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Raja tetap mengancam akan membunuh Ngka-Ngkasi, sehingga baginya seakan-akan takmungkin akan hidup lagi. Baginya sudah tak ada jalan lagi. Karena itu ia minta diri kepadaisterinya agar ia diizinkan pergi merantau. Permintaannya itu tidak dikabulkan isterinya. Jalanuntuk hidup atau mengatasi ancaman raja itu menurut isterinya adalah membuat topeng ataupatung yang serupa dengan diri Ngka-Ngkasi.

Saran dari isterinya itu segera dilaksanakan oleh suaminya. Dibuatnyalah sebuah patungyangs erupa dengan isterinya dan dengan dirinya. Setelah selesai patung itu dibuat, ia pergimengahadap raja seraya berkata, “Ya Tuanku! Hamba datang kemari untuk menyampaikansesuatu kepada tuan. Maksud hamba adalah bermohon kepada tuan kiranya hamba sebelumdibunuh, hamba akan diusung oleh rakyat lalu dibawa ke hadapan Tuan raja untuk dibunuh”.

Setelah waktunya untuk dibunuh tiba, ia diusung oleh rakyat kemudian ke hadapan raja.Api telah lama menyala menantikan Ngka-Ngkasi. Ngka-Ngkasi langsung dibuang ke dalamnyala api. Sangka raja Ngka-Ngkasi telah hangus lebur di dalam api. Padahalyang diusung itusebenarnya bukan Ngka-Ngkasi, tetapi hanyalah patungnya. Tetapi daya tipu ini tidak diketahuioleh raja. Karena itu raja amat senang melihat Ngka-Ngkasi terbakar, padahal sebenarnyahanyalah patungnya. Dengan begitu ia dapat memperisteri isteri Ngka-Ngkasi.

Pagi-pagi benar, Ngka-Ngkasi pergi ke tempat pembakaran. Kemudian ia menceburkandirinya ke dalam abu. Sesudah itu ia bangkit kembali. Peristiwa itu dilihat oleh putera raja. Iasegera menyampaikan hal itu kepada ayahnya. Bahwa Ngka-Ngkasi telah hidup kembali. Mula-mula raja tidak percaya dengan penyampaian dengan anaknya itu, akan tetapi setelahdiperhatikan, ternyata benar Ngka-Ngkasi telah hidup kembali.

Ngka-Ngkasi mulai berdiri tegak lalu menceritakan pengalamannya yang palsu, bahwa iaseakan-akan dari akhirat. Menurut Ngka-Ngkasi, bahwa ia seakan-akan dari akhirat. MenurutNgka-Ngkasi, bahwa di akhirat adalah negeri yang kaya raya dan paling senang hidup di sana. Ditambah lagi kalau orang mati mereka jempur dengan meriah. Raja lebih yakin dengan Ngka-Ngkasi pada waktu itu membawa kue-kue yang enak. Karena raja sudah yakin benar, makabeliau bersedia untuk dibakar juga. Maksudnya supaya menyaksikan keindahan alam dan dankekayaan alam baqa, seperti apa yang telah disaksikan oleh Ngka-Ngkasi.

Untuk memenuhi maksudnya itu, beliau segera memrintahkan rakyatnya agarmengumpulkan kayu bakar sebanyak-banyaknya. Perintah itu segera mereka laksanakan. Setelahkayu bakar beronggok beliau memerintahkan pula kepada rakyatnya agar kayuitu segera dibakar.

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Raja tetap mengancam akan membunuh Ngka-Ngkasi, sehingga baginya seakan-akan takmungkin akan hidup lagi. Baginya sudah tak ada jalan lagi. Karena itu ia minta diri kepadaisterinya agar ia diizinkan pergi merantau. Permintaannya itu tidak dikabulkan isterinya. Jalanuntuk hidup atau mengatasi ancaman raja itu menurut isterinya adalah membuat topeng ataupatung yang serupa dengan diri Ngka-Ngkasi.

Saran dari isterinya itu segera dilaksanakan oleh suaminya. Dibuatnyalah sebuah patungyangs erupa dengan isterinya dan dengan dirinya. Setelah selesai patung itu dibuat, ia pergimengahadap raja seraya berkata, “Ya Tuanku! Hamba datang kemari untuk menyampaikansesuatu kepada tuan. Maksud hamba adalah bermohon kepada tuan kiranya hamba sebelumdibunuh, hamba akan diusung oleh rakyat lalu dibawa ke hadapan Tuan raja untuk dibunuh”.

Setelah waktunya untuk dibunuh tiba, ia diusung oleh rakyat kemudian ke hadapan raja.Api telah lama menyala menantikan Ngka-Ngkasi. Ngka-Ngkasi langsung dibuang ke dalamnyala api. Sangka raja Ngka-Ngkasi telah hangus lebur di dalam api. Padahalyang diusung itusebenarnya bukan Ngka-Ngkasi, tetapi hanyalah patungnya. Tetapi daya tipu ini tidak diketahuioleh raja. Karena itu raja amat senang melihat Ngka-Ngkasi terbakar, padahal sebenarnyahanyalah patungnya. Dengan begitu ia dapat memperisteri isteri Ngka-Ngkasi.

Pagi-pagi benar, Ngka-Ngkasi pergi ke tempat pembakaran. Kemudian ia menceburkandirinya ke dalam abu. Sesudah itu ia bangkit kembali. Peristiwa itu dilihat oleh putera raja. Iasegera menyampaikan hal itu kepada ayahnya. Bahwa Ngka-Ngkasi telah hidup kembali. Mula-mula raja tidak percaya dengan penyampaian dengan anaknya itu, akan tetapi setelahdiperhatikan, ternyata benar Ngka-Ngkasi telah hidup kembali.

Ngka-Ngkasi mulai berdiri tegak lalu menceritakan pengalamannya yang palsu, bahwa iaseakan-akan dari akhirat. Menurut Ngka-Ngkasi, bahwa ia seakan-akan dari akhirat. MenurutNgka-Ngkasi, bahwa di akhirat adalah negeri yang kaya raya dan paling senang hidup di sana. Ditambah lagi kalau orang mati mereka jempur dengan meriah. Raja lebih yakin dengan Ngka-Ngkasi pada waktu itu membawa kue-kue yang enak. Karena raja sudah yakin benar, makabeliau bersedia untuk dibakar juga. Maksudnya supaya menyaksikan keindahan alam dan dankekayaan alam baqa, seperti apa yang telah disaksikan oleh Ngka-Ngkasi.

Untuk memenuhi maksudnya itu, beliau segera memrintahkan rakyatnya agarmengumpulkan kayu bakar sebanyak-banyaknya. Perintah itu segera mereka laksanakan. Setelahkayu bakar beronggok beliau memerintahkan pula kepada rakyatnya agar kayuitu segera dibakar.

Page 21: Daftar AKSI Mendongeng

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Karena onggokan kayu itu tinggi, maka nyalanya pun demikian. Setelah itu, rajamemerintahkan untuk diangkat dan dibuang ke dalam nyala api. Raja merah tak segan-seganmelebur dan menghanguskan tubuh raja negeri itu. Dengan demikian tamatlah riwayat hidupnyadan tipu daya Ngka-Ngkasi berhasil dengan baik.

Dengan kematian raja itu, Ngka-Ngkasi menjadi aman dan tenteram hidupnya. Ia hidupbahagia bersama isteri dan inang pengasuhnya.

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Karena onggokan kayu itu tinggi, maka nyalanya pun demikian. Setelah itu, rajamemerintahkan untuk diangkat dan dibuang ke dalam nyala api. Raja merah tak segan-seganmelebur dan menghanguskan tubuh raja negeri itu. Dengan demikian tamatlah riwayat hidupnyadan tipu daya Ngka-Ngkasi berhasil dengan baik.

Dengan kematian raja itu, Ngka-Ngkasi menjadi aman dan tenteram hidupnya. Ia hidupbahagia bersama isteri dan inang pengasuhnya.

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Karena onggokan kayu itu tinggi, maka nyalanya pun demikian. Setelah itu, rajamemerintahkan untuk diangkat dan dibuang ke dalam nyala api. Raja merah tak segan-seganmelebur dan menghanguskan tubuh raja negeri itu. Dengan demikian tamatlah riwayat hidupnyadan tipu daya Ngka-Ngkasi berhasil dengan baik.

Dengan kematian raja itu, Ngka-Ngkasi menjadi aman dan tenteram hidupnya. Ia hidupbahagia bersama isteri dan inang pengasuhnya.

Page 22: Daftar AKSI Mendongeng

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Wa Ode-Ode SandibulaCerita Rakyat: Muna

Wa Ode-ode Sandibula adalah seekor tikus putih. Tikus putih itu beranak tujuh ekor, satuekor di antaranya jadi manusia dan enam ekor lainnya menjadi tikus. Tikus tersebut melahirkananak-anaknya di dalam gua, di dalam kebun La Ode yang ditanami pisang. Ketika ia pergimelihat buah pisangnya, ternyata selalu dimakan oleh tikus. La Ode akhirnya pergi menyelidikisampai di dekat gua di dalam kebunnya. Ternyata ia mendengarkan suatu nyanyian yang berasaldari tikus putih itu, menyanyi untuk anaknya Wa Ode-ode Sandibula.

Adapun isi nyanyiannya, “Wa Ode-ode Sandibula, tidak ada kesamaanmu”. La Odeberkata, “Ee, ada nyanyian di dalam gua itu. Saya pergi lihat dulu”. Dia pergi periksa, ternyataada cahaya yang keluar dari dalam gua. Ternyata yang menyala itu adalah Wa Ode-odeSandibula. Kemudian La Ode mendatanginya. Semua saudaranya yang menjadi tikus berlariankarena ketakutan, tinggal anak tikus yang berupa manusia yang tersisa terbaring sambilmenangis. Kemudian dia ambil dan digendong oleh La Ode. Nyalanya pun menerangi seluruh isigua, sehingga ia dapat dilihat oleh La Ode nama anak tikus itu adalah Wa Ode-ode Sandibula.Saat itu, induk tikus sementara menyanyikan anaknya Wa Ode-ode Sandibula, nyanyian, “WaOde-ode Sandibula, tidak ada kesamaanmu.”

Saat itulah diambil oleh La Ode dibawa ke rumah, Ibunya pun mengikut dari belakangsampai di rumah. Kemudian dirawat sampai besar, setelah besar Wa Ode-ode Sandibuladiberitahu agar ia dinikahi saja oleh La Ode. Wa Ode-ode Sandibula menjawab bahwa, “Jangan,kamu telah merawat dan membesarkan saya”. Dijawab oleh La Ode, “Ku mohon agar kita dapatmenikah”. “Tidak, agar kamu dapat memasak dan mencucikan saya, juga dapat tidur dengansaya. Agar kau dapat memberikan anak-anak”.

Mereka akhirnya menikah, namun kalau tiba waktu malam, Wa Ode-ode Sandibula selalumembagi makanan dalam tiga porsi, lalu mereka makan masing-masing satu porsi. Akhirnya LaOde bertanya, “Mengapa Wa Ode-ode Sandibula selalu membagi makanan dalam tiga porsi?Padahal kita hanya berdua saja”. Wa Ode-ode Sandibula menjawab, “Tidak, supaya kalau habismakanan kita tinggal ambil porsi yang satunya”. Ternyata satu porsi makanan itu, bagian untukIbunya. Setiap selesai makan malam, satu porsi makanan itu didorong ke dekat dinding.Kemudian mereka pergi ke tempat lain. Setelah agak larut malam, makanan itu dimakan Ibunya.

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Wa Ode-Ode SandibulaCerita Rakyat: Muna

Wa Ode-ode Sandibula adalah seekor tikus putih. Tikus putih itu beranak tujuh ekor, satuekor di antaranya jadi manusia dan enam ekor lainnya menjadi tikus. Tikus tersebut melahirkananak-anaknya di dalam gua, di dalam kebun La Ode yang ditanami pisang. Ketika ia pergimelihat buah pisangnya, ternyata selalu dimakan oleh tikus. La Ode akhirnya pergi menyelidikisampai di dekat gua di dalam kebunnya. Ternyata ia mendengarkan suatu nyanyian yang berasaldari tikus putih itu, menyanyi untuk anaknya Wa Ode-ode Sandibula.

Adapun isi nyanyiannya, “Wa Ode-ode Sandibula, tidak ada kesamaanmu”. La Odeberkata, “Ee, ada nyanyian di dalam gua itu. Saya pergi lihat dulu”. Dia pergi periksa, ternyataada cahaya yang keluar dari dalam gua. Ternyata yang menyala itu adalah Wa Ode-odeSandibula. Kemudian La Ode mendatanginya. Semua saudaranya yang menjadi tikus berlariankarena ketakutan, tinggal anak tikus yang berupa manusia yang tersisa terbaring sambilmenangis. Kemudian dia ambil dan digendong oleh La Ode. Nyalanya pun menerangi seluruh isigua, sehingga ia dapat dilihat oleh La Ode nama anak tikus itu adalah Wa Ode-ode Sandibula.Saat itu, induk tikus sementara menyanyikan anaknya Wa Ode-ode Sandibula, nyanyian, “WaOde-ode Sandibula, tidak ada kesamaanmu.”

Saat itulah diambil oleh La Ode dibawa ke rumah, Ibunya pun mengikut dari belakangsampai di rumah. Kemudian dirawat sampai besar, setelah besar Wa Ode-ode Sandibuladiberitahu agar ia dinikahi saja oleh La Ode. Wa Ode-ode Sandibula menjawab bahwa, “Jangan,kamu telah merawat dan membesarkan saya”. Dijawab oleh La Ode, “Ku mohon agar kita dapatmenikah”. “Tidak, agar kamu dapat memasak dan mencucikan saya, juga dapat tidur dengansaya. Agar kau dapat memberikan anak-anak”.

Mereka akhirnya menikah, namun kalau tiba waktu malam, Wa Ode-ode Sandibula selalumembagi makanan dalam tiga porsi, lalu mereka makan masing-masing satu porsi. Akhirnya LaOde bertanya, “Mengapa Wa Ode-ode Sandibula selalu membagi makanan dalam tiga porsi?Padahal kita hanya berdua saja”. Wa Ode-ode Sandibula menjawab, “Tidak, supaya kalau habismakanan kita tinggal ambil porsi yang satunya”. Ternyata satu porsi makanan itu, bagian untukIbunya. Setiap selesai makan malam, satu porsi makanan itu didorong ke dekat dinding.Kemudian mereka pergi ke tempat lain. Setelah agak larut malam, makanan itu dimakan Ibunya.

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Wa Ode-Ode SandibulaCerita Rakyat: Muna

Wa Ode-ode Sandibula adalah seekor tikus putih. Tikus putih itu beranak tujuh ekor, satuekor di antaranya jadi manusia dan enam ekor lainnya menjadi tikus. Tikus tersebut melahirkananak-anaknya di dalam gua, di dalam kebun La Ode yang ditanami pisang. Ketika ia pergimelihat buah pisangnya, ternyata selalu dimakan oleh tikus. La Ode akhirnya pergi menyelidikisampai di dekat gua di dalam kebunnya. Ternyata ia mendengarkan suatu nyanyian yang berasaldari tikus putih itu, menyanyi untuk anaknya Wa Ode-ode Sandibula.

Adapun isi nyanyiannya, “Wa Ode-ode Sandibula, tidak ada kesamaanmu”. La Odeberkata, “Ee, ada nyanyian di dalam gua itu. Saya pergi lihat dulu”. Dia pergi periksa, ternyataada cahaya yang keluar dari dalam gua. Ternyata yang menyala itu adalah Wa Ode-odeSandibula. Kemudian La Ode mendatanginya. Semua saudaranya yang menjadi tikus berlariankarena ketakutan, tinggal anak tikus yang berupa manusia yang tersisa terbaring sambilmenangis. Kemudian dia ambil dan digendong oleh La Ode. Nyalanya pun menerangi seluruh isigua, sehingga ia dapat dilihat oleh La Ode nama anak tikus itu adalah Wa Ode-ode Sandibula.Saat itu, induk tikus sementara menyanyikan anaknya Wa Ode-ode Sandibula, nyanyian, “WaOde-ode Sandibula, tidak ada kesamaanmu.”

Saat itulah diambil oleh La Ode dibawa ke rumah, Ibunya pun mengikut dari belakangsampai di rumah. Kemudian dirawat sampai besar, setelah besar Wa Ode-ode Sandibuladiberitahu agar ia dinikahi saja oleh La Ode. Wa Ode-ode Sandibula menjawab bahwa, “Jangan,kamu telah merawat dan membesarkan saya”. Dijawab oleh La Ode, “Ku mohon agar kita dapatmenikah”. “Tidak, agar kamu dapat memasak dan mencucikan saya, juga dapat tidur dengansaya. Agar kau dapat memberikan anak-anak”.

Mereka akhirnya menikah, namun kalau tiba waktu malam, Wa Ode-ode Sandibula selalumembagi makanan dalam tiga porsi, lalu mereka makan masing-masing satu porsi. Akhirnya LaOde bertanya, “Mengapa Wa Ode-ode Sandibula selalu membagi makanan dalam tiga porsi?Padahal kita hanya berdua saja”. Wa Ode-ode Sandibula menjawab, “Tidak, supaya kalau habismakanan kita tinggal ambil porsi yang satunya”. Ternyata satu porsi makanan itu, bagian untukIbunya. Setiap selesai makan malam, satu porsi makanan itu didorong ke dekat dinding.Kemudian mereka pergi ke tempat lain. Setelah agak larut malam, makanan itu dimakan Ibunya.

Page 23: Daftar AKSI Mendongeng

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Besok malamnya saat waktu makan malam, Wa Ode-ode Sandibula membagi lagimakanan menjadi tiga porsi, baru mereka hanya memakan yang dua porsi. Satu porsinya tetapdidorong ke dekat dinding. Akhirnya diketahui oleh La Ode bahwa ternyata ada orang yangselalu disimpankan makanan selama ini.

Suatu malam, La Ode pergi ke dapur. Ia melihat tikus, masih makan makanan yangdisimpan istrinya di dekat dinding. Akhirnya La Ode mengambil dan memelihara kucing sampaibesar. Setiap Ibu Wa Ode-ode Sandibula yakni seekor tikus putih mau makan, sang kucing LaOde itu pun mengganggunya bahkan berhasil menerkam tikus Ibu Wa Ode-ode Sandibula.

Setelah dia tahu bahwa Ibunya telah ditangkap oleh kucing, maka menangislah Wa Ode-ode Sandibula hingga sejadi-jadinya. Akhirnya ia dipukul oleh suaminya, La Ode. Meskipun iaditanya bahwa mengapa engkau menangis namun ia tidak pernah bicara sepatah kata pun. Didalam hatinya ia tahu bahwa Ibunya hanyalah seekor tikus. Dipukulah oleh La Ode denganbambu hingga patah di tubuhnya, dipukul dengan kayu sampai kayu itu patah. Akhirnya ia laridari rumah.

Minggatnya Wa Ode-ode Sandibula, menyebabkan ia tidak ditemukan lagi oleh La Ode.Setiap kampung telah didatangi oleh La Ode. Setiap kali dia melewati kampung, ia bertanya,“Apakah kalian melihat orang ini?”. “Siapa?”, orang-orang kampung balik bertanya. La Odemenjawab, “Wa Ode-ode Sandibula”. “tidak, jangankan kami melihatnya, namanya saja barukali ini kami dengar.”

Setelah sekian lama mencarinya, ia pun berhasil ditemukan di Jamila, yaitu di lotengKamali. La Ode berteriak, “Apakah kalian melihat nama itu?” “Siapa namanya?” “Wa Ode-odeSandibula.” Dijawab, “Ada, kami melihatnya, mungkin yang ada di Kamali”. Didatangilah ia diKamali lalu dipanggil, “Ada di sini yang punya nama seperti ini?” “Siapa?” “Wa Ode-odeSandibula.”

Akhirnya dipanggil, “Mari sini Wa Ode-ode Sandibula, kita pulang ke rumah”. DijawabWa Ode-ode Sandibula, “Tidak mau”. “Mengapa?”, “Tidak, alasan saya minggat karena Ibukumeninggal penyebab kematian Ibuku, karena kamu”. Dijawab oleh La Ode, “Saya tanya kamu,mengapa kau selalu membagi makanan dalam tiga porsi. Kau tidak memberitahuku kalau itubuat Ibumu. Kalau kita sudah tiba di rumah, Ibumu akan hidup kembali, Ibumu sudah ada dirumah”. Maka maulah Wa Ode-ode Sandibula. Setibanya di rumah, dibunuhlah kucing itu.

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Besok malamnya saat waktu makan malam, Wa Ode-ode Sandibula membagi lagimakanan menjadi tiga porsi, baru mereka hanya memakan yang dua porsi. Satu porsinya tetapdidorong ke dekat dinding. Akhirnya diketahui oleh La Ode bahwa ternyata ada orang yangselalu disimpankan makanan selama ini.

Suatu malam, La Ode pergi ke dapur. Ia melihat tikus, masih makan makanan yangdisimpan istrinya di dekat dinding. Akhirnya La Ode mengambil dan memelihara kucing sampaibesar. Setiap Ibu Wa Ode-ode Sandibula yakni seekor tikus putih mau makan, sang kucing LaOde itu pun mengganggunya bahkan berhasil menerkam tikus Ibu Wa Ode-ode Sandibula.

Setelah dia tahu bahwa Ibunya telah ditangkap oleh kucing, maka menangislah Wa Ode-ode Sandibula hingga sejadi-jadinya. Akhirnya ia dipukul oleh suaminya, La Ode. Meskipun iaditanya bahwa mengapa engkau menangis namun ia tidak pernah bicara sepatah kata pun. Didalam hatinya ia tahu bahwa Ibunya hanyalah seekor tikus. Dipukulah oleh La Ode denganbambu hingga patah di tubuhnya, dipukul dengan kayu sampai kayu itu patah. Akhirnya ia laridari rumah.

Minggatnya Wa Ode-ode Sandibula, menyebabkan ia tidak ditemukan lagi oleh La Ode.Setiap kampung telah didatangi oleh La Ode. Setiap kali dia melewati kampung, ia bertanya,“Apakah kalian melihat orang ini?”. “Siapa?”, orang-orang kampung balik bertanya. La Odemenjawab, “Wa Ode-ode Sandibula”. “tidak, jangankan kami melihatnya, namanya saja barukali ini kami dengar.”

Setelah sekian lama mencarinya, ia pun berhasil ditemukan di Jamila, yaitu di lotengKamali. La Ode berteriak, “Apakah kalian melihat nama itu?” “Siapa namanya?” “Wa Ode-odeSandibula.” Dijawab, “Ada, kami melihatnya, mungkin yang ada di Kamali”. Didatangilah ia diKamali lalu dipanggil, “Ada di sini yang punya nama seperti ini?” “Siapa?” “Wa Ode-odeSandibula.”

Akhirnya dipanggil, “Mari sini Wa Ode-ode Sandibula, kita pulang ke rumah”. DijawabWa Ode-ode Sandibula, “Tidak mau”. “Mengapa?”, “Tidak, alasan saya minggat karena Ibukumeninggal penyebab kematian Ibuku, karena kamu”. Dijawab oleh La Ode, “Saya tanya kamu,mengapa kau selalu membagi makanan dalam tiga porsi. Kau tidak memberitahuku kalau itubuat Ibumu. Kalau kita sudah tiba di rumah, Ibumu akan hidup kembali, Ibumu sudah ada dirumah”. Maka maulah Wa Ode-ode Sandibula. Setibanya di rumah, dibunuhlah kucing itu.

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Besok malamnya saat waktu makan malam, Wa Ode-ode Sandibula membagi lagimakanan menjadi tiga porsi, baru mereka hanya memakan yang dua porsi. Satu porsinya tetapdidorong ke dekat dinding. Akhirnya diketahui oleh La Ode bahwa ternyata ada orang yangselalu disimpankan makanan selama ini.

Suatu malam, La Ode pergi ke dapur. Ia melihat tikus, masih makan makanan yangdisimpan istrinya di dekat dinding. Akhirnya La Ode mengambil dan memelihara kucing sampaibesar. Setiap Ibu Wa Ode-ode Sandibula yakni seekor tikus putih mau makan, sang kucing LaOde itu pun mengganggunya bahkan berhasil menerkam tikus Ibu Wa Ode-ode Sandibula.

Setelah dia tahu bahwa Ibunya telah ditangkap oleh kucing, maka menangislah Wa Ode-ode Sandibula hingga sejadi-jadinya. Akhirnya ia dipukul oleh suaminya, La Ode. Meskipun iaditanya bahwa mengapa engkau menangis namun ia tidak pernah bicara sepatah kata pun. Didalam hatinya ia tahu bahwa Ibunya hanyalah seekor tikus. Dipukulah oleh La Ode denganbambu hingga patah di tubuhnya, dipukul dengan kayu sampai kayu itu patah. Akhirnya ia laridari rumah.

Minggatnya Wa Ode-ode Sandibula, menyebabkan ia tidak ditemukan lagi oleh La Ode.Setiap kampung telah didatangi oleh La Ode. Setiap kali dia melewati kampung, ia bertanya,“Apakah kalian melihat orang ini?”. “Siapa?”, orang-orang kampung balik bertanya. La Odemenjawab, “Wa Ode-ode Sandibula”. “tidak, jangankan kami melihatnya, namanya saja barukali ini kami dengar.”

Setelah sekian lama mencarinya, ia pun berhasil ditemukan di Jamila, yaitu di lotengKamali. La Ode berteriak, “Apakah kalian melihat nama itu?” “Siapa namanya?” “Wa Ode-odeSandibula.” Dijawab, “Ada, kami melihatnya, mungkin yang ada di Kamali”. Didatangilah ia diKamali lalu dipanggil, “Ada di sini yang punya nama seperti ini?” “Siapa?” “Wa Ode-odeSandibula.”

Akhirnya dipanggil, “Mari sini Wa Ode-ode Sandibula, kita pulang ke rumah”. DijawabWa Ode-ode Sandibula, “Tidak mau”. “Mengapa?”, “Tidak, alasan saya minggat karena Ibukumeninggal penyebab kematian Ibuku, karena kamu”. Dijawab oleh La Ode, “Saya tanya kamu,mengapa kau selalu membagi makanan dalam tiga porsi. Kau tidak memberitahuku kalau itubuat Ibumu. Kalau kita sudah tiba di rumah, Ibumu akan hidup kembali, Ibumu sudah ada dirumah”. Maka maulah Wa Ode-ode Sandibula. Setibanya di rumah, dibunuhlah kucing itu.

Page 24: Daftar AKSI Mendongeng

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Setelah kucing itu dibunuh, hiduplah kembali sang tikus, Ibu Wa Ode-ode Sandibula. Padaakhirnya tentram, rukun, dan bahagialah kehidupan keluarga itu.

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Setelah kucing itu dibunuh, hiduplah kembali sang tikus, Ibu Wa Ode-ode Sandibula. Padaakhirnya tentram, rukun, dan bahagialah kehidupan keluarga itu.

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Setelah kucing itu dibunuh, hiduplah kembali sang tikus, Ibu Wa Ode-ode Sandibula. Padaakhirnya tentram, rukun, dan bahagialah kehidupan keluarga itu.

Page 25: Daftar AKSI Mendongeng

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Asal Mula Babi Di Muna

Cerita Rakyat: Muna

Pada suatu hari La Popinda baru saja pulang dari melaut. Dia pulang menuju rumah

dengan membawa ikan yang lumayan banyak. Ditengah perjalanan, dia berpikir dalam hati

bahwa ibu akan menyambutnya dengan senyum sehingga terlihat giginya yang hampir ompong.

Sesampainya dirumah, ibu menyambut dengan muka yang berseri-seri. Dia telah

menyediakan makanan, nasi goreng diatas meja makan dan dia tahu pula bahwa hari itu La

Popinda akan pulang dari melaut, sebab minggu yang lalu La Popinda berjanji pada ibunya,

kalau tidak ada halangan, dalam waktu satu minggu dia akan pulang. Satu minggu pas La

Popinda pulang dengan membawa ikan yang cukup banyak.

Keesokan harinya, ibu pergi ke pasar untuk menjual ikan hasil tangkapan La Popinda

tersebut. Pada waktu tiba di pasar, dia mencari tempat yang strategis. Belum seberapa lama dia

berada di pasar sudah dikerumuni banyak pembeli sehingga cepat habis ikan jualannya. Setelah

ikan jualannya habis terjual, dia pulang ke rumah dengan membawa uang yang lumayan banyak.

Setibanya di rumah, ibu langsung menyerahkan uang hasil jualannya tersebut kepada La Popinda

tetapi La Popinda menyarankan kepada ibunya agar uang tersebut digunakan untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari, setelah sekian minggu, ibu memberitahu La Popinda bahwa uang yang

dipegangnya hampir habis. Mendengar hal ini, dia pun memutuskan untuk melaut lagi.

Pada waktu melaut, ibu kerjanya hanya merawat tanaman yang ada di sekitar rumah.

Tanaman yang ada di sekitar rumah meliputi pisang, jagung, dan ubi-ubian. Semua tanaman ini

merupakan hasil dari jerih payahnya. Setelah tiga hari melaut, La Popinda kembali ke rumah lagi

dengan membawa ikan yang cukup banyak. Ketika tiba di rumah dia terkejut melihat ibunya

sedang menangis, dan semua tanaman rusak. Dengan kejadian seperti itu, La Popinda langsung

bertanya kepada ibunya.

“Ibu… mengapa ibu menangis dana siapan yang melakukan semuanya ini?”

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Asal Mula Babi Di Muna

Cerita Rakyat: Muna

Pada suatu hari La Popinda baru saja pulang dari melaut. Dia pulang menuju rumah

dengan membawa ikan yang lumayan banyak. Ditengah perjalanan, dia berpikir dalam hati

bahwa ibu akan menyambutnya dengan senyum sehingga terlihat giginya yang hampir ompong.

Sesampainya dirumah, ibu menyambut dengan muka yang berseri-seri. Dia telah

menyediakan makanan, nasi goreng diatas meja makan dan dia tahu pula bahwa hari itu La

Popinda akan pulang dari melaut, sebab minggu yang lalu La Popinda berjanji pada ibunya,

kalau tidak ada halangan, dalam waktu satu minggu dia akan pulang. Satu minggu pas La

Popinda pulang dengan membawa ikan yang cukup banyak.

Keesokan harinya, ibu pergi ke pasar untuk menjual ikan hasil tangkapan La Popinda

tersebut. Pada waktu tiba di pasar, dia mencari tempat yang strategis. Belum seberapa lama dia

berada di pasar sudah dikerumuni banyak pembeli sehingga cepat habis ikan jualannya. Setelah

ikan jualannya habis terjual, dia pulang ke rumah dengan membawa uang yang lumayan banyak.

Setibanya di rumah, ibu langsung menyerahkan uang hasil jualannya tersebut kepada La Popinda

tetapi La Popinda menyarankan kepada ibunya agar uang tersebut digunakan untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari, setelah sekian minggu, ibu memberitahu La Popinda bahwa uang yang

dipegangnya hampir habis. Mendengar hal ini, dia pun memutuskan untuk melaut lagi.

Pada waktu melaut, ibu kerjanya hanya merawat tanaman yang ada di sekitar rumah.

Tanaman yang ada di sekitar rumah meliputi pisang, jagung, dan ubi-ubian. Semua tanaman ini

merupakan hasil dari jerih payahnya. Setelah tiga hari melaut, La Popinda kembali ke rumah lagi

dengan membawa ikan yang cukup banyak. Ketika tiba di rumah dia terkejut melihat ibunya

sedang menangis, dan semua tanaman rusak. Dengan kejadian seperti itu, La Popinda langsung

bertanya kepada ibunya.

“Ibu… mengapa ibu menangis dana siapan yang melakukan semuanya ini?”

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Asal Mula Babi Di Muna

Cerita Rakyat: Muna

Pada suatu hari La Popinda baru saja pulang dari melaut. Dia pulang menuju rumah

dengan membawa ikan yang lumayan banyak. Ditengah perjalanan, dia berpikir dalam hati

bahwa ibu akan menyambutnya dengan senyum sehingga terlihat giginya yang hampir ompong.

Sesampainya dirumah, ibu menyambut dengan muka yang berseri-seri. Dia telah

menyediakan makanan, nasi goreng diatas meja makan dan dia tahu pula bahwa hari itu La

Popinda akan pulang dari melaut, sebab minggu yang lalu La Popinda berjanji pada ibunya,

kalau tidak ada halangan, dalam waktu satu minggu dia akan pulang. Satu minggu pas La

Popinda pulang dengan membawa ikan yang cukup banyak.

Keesokan harinya, ibu pergi ke pasar untuk menjual ikan hasil tangkapan La Popinda

tersebut. Pada waktu tiba di pasar, dia mencari tempat yang strategis. Belum seberapa lama dia

berada di pasar sudah dikerumuni banyak pembeli sehingga cepat habis ikan jualannya. Setelah

ikan jualannya habis terjual, dia pulang ke rumah dengan membawa uang yang lumayan banyak.

Setibanya di rumah, ibu langsung menyerahkan uang hasil jualannya tersebut kepada La Popinda

tetapi La Popinda menyarankan kepada ibunya agar uang tersebut digunakan untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari, setelah sekian minggu, ibu memberitahu La Popinda bahwa uang yang

dipegangnya hampir habis. Mendengar hal ini, dia pun memutuskan untuk melaut lagi.

Pada waktu melaut, ibu kerjanya hanya merawat tanaman yang ada di sekitar rumah.

Tanaman yang ada di sekitar rumah meliputi pisang, jagung, dan ubi-ubian. Semua tanaman ini

merupakan hasil dari jerih payahnya. Setelah tiga hari melaut, La Popinda kembali ke rumah lagi

dengan membawa ikan yang cukup banyak. Ketika tiba di rumah dia terkejut melihat ibunya

sedang menangis, dan semua tanaman rusak. Dengan kejadian seperti itu, La Popinda langsung

bertanya kepada ibunya.

“Ibu… mengapa ibu menangis dana siapan yang melakukan semuanya ini?”

Page 26: Daftar AKSI Mendongeng

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Ibu La Popinda menjawab : “yang melakukan ini semua si raja babi”. Mendengar semua

itu, dia mengepalkan tangannya seakan ingin memecahkan si kepala raja babi itu tapi sayangnya

dia tidak ada di tempat.

“La Popinda sekali ingin menaruh dendam pada si raja babi”. Dengan suara keras keluar

dari mulutnya “akan ku bunuh kau”

Keesokan harinya, La Popinda memutuskan untuk pergi mencari babi yang telah

membuat ibunya menangis, bukna saja itu tetapi dia telah merusak tanaman kesayangan ibunya

yang ada di rumah.

Dua hari dua malam menulusuri hutan belantara, tibalah La Popinda di sebuah gua yang

besar. Dia penasaran sekali dengan gua itu. Sehingga harus memasukinya untuk membuktikan

apa sebenarnya yang ada di dalam. Ketika tiba di dalam gua tersebut, dia kaget melihat si raja

babi yang dicarinya sedang tidur lelap. Rupanya nasi telah ada di depan mata.

La Popinda mengeluarkan senjata untuk membunuhnya sambil berkata dengan suara

keras “kamulah yang telah merusak semua tanaman yang ada di rumahku”. Mendengar hal itu si

raja babi berusaha menyangkal tetapi La Popinda semakin bertambah marahnya. “tanaman yang

dirawat ibuku kamu hancurkan untuk yang kedua kalinya ketika aku tidak ada di rumah? Apa

kamu masih ingat apa yanga kamu lakukan itu?”

Si raja babi terdiam lagi tetapi dengan diam-diam dia mengambil senjatanya untuk

membunuh La Popinda. Namun La Popinda sempat tahu apa yang akan dilakukan raja babi.

Melihat gerak-geriknya yang aneh ini akhirnya La Popinda langsung menusuk tombak yang

dibawanya ke tubuh si raja babi, maka tamatlah riwayatnya. Namun pada saat itu, ada babi betina

yang sedang hamil melihat kejadian itu. La Popinda cepat-cepat keluar dan meninggalkan gua.

La Popinda keluar dan menutup mulut gua dengan harapan agar semua babi yang terkurung di

dalamnya mati, tidak ada yang hidup lagi dan tidak mengganggu kehidupan manusia lagi, namun

apa yang dia harapkan sia-sia saja sebab babi betina inilah yang melahirkan keturunan dan

sampai sekarang terus menerus mengganggu kehidupan manusia.

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Ibu La Popinda menjawab : “yang melakukan ini semua si raja babi”. Mendengar semua

itu, dia mengepalkan tangannya seakan ingin memecahkan si kepala raja babi itu tapi sayangnya

dia tidak ada di tempat.

“La Popinda sekali ingin menaruh dendam pada si raja babi”. Dengan suara keras keluar

dari mulutnya “akan ku bunuh kau”

Keesokan harinya, La Popinda memutuskan untuk pergi mencari babi yang telah

membuat ibunya menangis, bukna saja itu tetapi dia telah merusak tanaman kesayangan ibunya

yang ada di rumah.

Dua hari dua malam menulusuri hutan belantara, tibalah La Popinda di sebuah gua yang

besar. Dia penasaran sekali dengan gua itu. Sehingga harus memasukinya untuk membuktikan

apa sebenarnya yang ada di dalam. Ketika tiba di dalam gua tersebut, dia kaget melihat si raja

babi yang dicarinya sedang tidur lelap. Rupanya nasi telah ada di depan mata.

La Popinda mengeluarkan senjata untuk membunuhnya sambil berkata dengan suara

keras “kamulah yang telah merusak semua tanaman yang ada di rumahku”. Mendengar hal itu si

raja babi berusaha menyangkal tetapi La Popinda semakin bertambah marahnya. “tanaman yang

dirawat ibuku kamu hancurkan untuk yang kedua kalinya ketika aku tidak ada di rumah? Apa

kamu masih ingat apa yanga kamu lakukan itu?”

Si raja babi terdiam lagi tetapi dengan diam-diam dia mengambil senjatanya untuk

membunuh La Popinda. Namun La Popinda sempat tahu apa yang akan dilakukan raja babi.

Melihat gerak-geriknya yang aneh ini akhirnya La Popinda langsung menusuk tombak yang

dibawanya ke tubuh si raja babi, maka tamatlah riwayatnya. Namun pada saat itu, ada babi betina

yang sedang hamil melihat kejadian itu. La Popinda cepat-cepat keluar dan meninggalkan gua.

La Popinda keluar dan menutup mulut gua dengan harapan agar semua babi yang terkurung di

dalamnya mati, tidak ada yang hidup lagi dan tidak mengganggu kehidupan manusia lagi, namun

apa yang dia harapkan sia-sia saja sebab babi betina inilah yang melahirkan keturunan dan

sampai sekarang terus menerus mengganggu kehidupan manusia.

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Ibu La Popinda menjawab : “yang melakukan ini semua si raja babi”. Mendengar semua

itu, dia mengepalkan tangannya seakan ingin memecahkan si kepala raja babi itu tapi sayangnya

dia tidak ada di tempat.

“La Popinda sekali ingin menaruh dendam pada si raja babi”. Dengan suara keras keluar

dari mulutnya “akan ku bunuh kau”

Keesokan harinya, La Popinda memutuskan untuk pergi mencari babi yang telah

membuat ibunya menangis, bukna saja itu tetapi dia telah merusak tanaman kesayangan ibunya

yang ada di rumah.

Dua hari dua malam menulusuri hutan belantara, tibalah La Popinda di sebuah gua yang

besar. Dia penasaran sekali dengan gua itu. Sehingga harus memasukinya untuk membuktikan

apa sebenarnya yang ada di dalam. Ketika tiba di dalam gua tersebut, dia kaget melihat si raja

babi yang dicarinya sedang tidur lelap. Rupanya nasi telah ada di depan mata.

La Popinda mengeluarkan senjata untuk membunuhnya sambil berkata dengan suara

keras “kamulah yang telah merusak semua tanaman yang ada di rumahku”. Mendengar hal itu si

raja babi berusaha menyangkal tetapi La Popinda semakin bertambah marahnya. “tanaman yang

dirawat ibuku kamu hancurkan untuk yang kedua kalinya ketika aku tidak ada di rumah? Apa

kamu masih ingat apa yanga kamu lakukan itu?”

Si raja babi terdiam lagi tetapi dengan diam-diam dia mengambil senjatanya untuk

membunuh La Popinda. Namun La Popinda sempat tahu apa yang akan dilakukan raja babi.

Melihat gerak-geriknya yang aneh ini akhirnya La Popinda langsung menusuk tombak yang

dibawanya ke tubuh si raja babi, maka tamatlah riwayatnya. Namun pada saat itu, ada babi betina

yang sedang hamil melihat kejadian itu. La Popinda cepat-cepat keluar dan meninggalkan gua.

La Popinda keluar dan menutup mulut gua dengan harapan agar semua babi yang terkurung di

dalamnya mati, tidak ada yang hidup lagi dan tidak mengganggu kehidupan manusia lagi, namun

apa yang dia harapkan sia-sia saja sebab babi betina inilah yang melahirkan keturunan dan

sampai sekarang terus menerus mengganggu kehidupan manusia.

Page 27: Daftar AKSI Mendongeng

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

La Ode Wuna

Cerita Rakyat: Muna

Pada zaman dahulu, ada sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja Muna yangbernama Omputusangia, nama asli Omputusangia adalah La Ode Husaeni. Omputusangiamemiliki seorang istri yang sudah dinikahinya selama tujuh puluh tahun. Setiap hari,Omputusangia hanya disibukkan dengan masalah-masalah kerajaan, karena kerajaan adalahsebuah pusat penyimpanan semua hal-hal penting, boleh dibilang semua yang ada dalamkerajaan adalah panutan atau pedoman yang dibutuhkan dan diinginkan oleh rakyat Muna.

Tiba pada suatu malam, Omputusangia duduk ditempat peristrahatannya, ia pun berpikirbahwa sudah tujuh puluh tahun menikahi istrinya namun Omputusangia belum jugamendapatkan keturunan, lelah berpikir akhirnya raja terlelap tidur karena sudah larut malam.

Pagi hari, Omputusangia mendapat kabar dari pengawal kerajaan bahwa pulau Munadidatangi seorang saudagar dari Arab dengan niat untuk menyebarkan agama islam, saudagar itubernama saidhi rabbah. Pengawal kerajaan itu menambahkan lagi bahwa Saidi Rabbah memilikikemampuan hebat seperti sebuah kesaktian karena Saidi Rabbah datang dipulau Muna lewatudara. Mendengar berita itu, Omputusangia memerintahkan pengawalnya untuk memanggilSaidi Rabbah datang kekerajaan. Pergilah pengawal kerajaan tersebut ditempat Saidi Rabbah.Setelah raja menunggu seharian diistana, pengawal yang disuruhnya tadi kembali, namun tidakbersama saiddi rabbah. Melihat wajah raja yang kelihatan marah, pengawal tersebut menjelaskanalasannya tidak membawah Saidi Rabbah. Pengawal itu mengatakan bahwa Saidi Rabbah tidakingin datang keistana karena raja memelihara babi,dan menurut ajaran agama Saidi Rabbahyakni islam, babi adalah hewan yang haram.

Demi kedatangan Saidi Rabbah, raja Muna rela melepas babi. Disurulah kembalipengawal untuk pergi m,enjemput Saidi Rabbah. Sore harinya, Saidi Rabbah datang keistana danbertanya kepada raja tentang maksud raja memanggil dirinya. Omputusangia pun berkata bahwaia ingin menguji kesaktian dari Saidi Rabbah, hingga ia mampu menyebarkan ajaran islamdiMuna. Pertama-tama, raja menguji Saidi Rabbah untuk membaca isi hatinya, apabila SaidiRabbah dapat membaca apa yang diinginkan oleh raja saat itu maka raja akan masuk dalamajarannya yakni islam. Dengan kemampuan yang dimilikinya, Saidi Rabbah pun mengatakan

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

La Ode Wuna

Cerita Rakyat: Muna

Pada zaman dahulu, ada sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja Muna yangbernama Omputusangia, nama asli Omputusangia adalah La Ode Husaeni. Omputusangiamemiliki seorang istri yang sudah dinikahinya selama tujuh puluh tahun. Setiap hari,Omputusangia hanya disibukkan dengan masalah-masalah kerajaan, karena kerajaan adalahsebuah pusat penyimpanan semua hal-hal penting, boleh dibilang semua yang ada dalamkerajaan adalah panutan atau pedoman yang dibutuhkan dan diinginkan oleh rakyat Muna.

Tiba pada suatu malam, Omputusangia duduk ditempat peristrahatannya, ia pun berpikirbahwa sudah tujuh puluh tahun menikahi istrinya namun Omputusangia belum jugamendapatkan keturunan, lelah berpikir akhirnya raja terlelap tidur karena sudah larut malam.

Pagi hari, Omputusangia mendapat kabar dari pengawal kerajaan bahwa pulau Munadidatangi seorang saudagar dari Arab dengan niat untuk menyebarkan agama islam, saudagar itubernama saidhi rabbah. Pengawal kerajaan itu menambahkan lagi bahwa Saidi Rabbah memilikikemampuan hebat seperti sebuah kesaktian karena Saidi Rabbah datang dipulau Muna lewatudara. Mendengar berita itu, Omputusangia memerintahkan pengawalnya untuk memanggilSaidi Rabbah datang kekerajaan. Pergilah pengawal kerajaan tersebut ditempat Saidi Rabbah.Setelah raja menunggu seharian diistana, pengawal yang disuruhnya tadi kembali, namun tidakbersama saiddi rabbah. Melihat wajah raja yang kelihatan marah, pengawal tersebut menjelaskanalasannya tidak membawah Saidi Rabbah. Pengawal itu mengatakan bahwa Saidi Rabbah tidakingin datang keistana karena raja memelihara babi,dan menurut ajaran agama Saidi Rabbahyakni islam, babi adalah hewan yang haram.

Demi kedatangan Saidi Rabbah, raja Muna rela melepas babi. Disurulah kembalipengawal untuk pergi m,enjemput Saidi Rabbah. Sore harinya, Saidi Rabbah datang keistana danbertanya kepada raja tentang maksud raja memanggil dirinya. Omputusangia pun berkata bahwaia ingin menguji kesaktian dari Saidi Rabbah, hingga ia mampu menyebarkan ajaran islamdiMuna. Pertama-tama, raja menguji Saidi Rabbah untuk membaca isi hatinya, apabila SaidiRabbah dapat membaca apa yang diinginkan oleh raja saat itu maka raja akan masuk dalamajarannya yakni islam. Dengan kemampuan yang dimilikinya, Saidi Rabbah pun mengatakan

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

La Ode Wuna

Cerita Rakyat: Muna

Pada zaman dahulu, ada sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja Muna yangbernama Omputusangia, nama asli Omputusangia adalah La Ode Husaeni. Omputusangiamemiliki seorang istri yang sudah dinikahinya selama tujuh puluh tahun. Setiap hari,Omputusangia hanya disibukkan dengan masalah-masalah kerajaan, karena kerajaan adalahsebuah pusat penyimpanan semua hal-hal penting, boleh dibilang semua yang ada dalamkerajaan adalah panutan atau pedoman yang dibutuhkan dan diinginkan oleh rakyat Muna.

Tiba pada suatu malam, Omputusangia duduk ditempat peristrahatannya, ia pun berpikirbahwa sudah tujuh puluh tahun menikahi istrinya namun Omputusangia belum jugamendapatkan keturunan, lelah berpikir akhirnya raja terlelap tidur karena sudah larut malam.

Pagi hari, Omputusangia mendapat kabar dari pengawal kerajaan bahwa pulau Munadidatangi seorang saudagar dari Arab dengan niat untuk menyebarkan agama islam, saudagar itubernama saidhi rabbah. Pengawal kerajaan itu menambahkan lagi bahwa Saidi Rabbah memilikikemampuan hebat seperti sebuah kesaktian karena Saidi Rabbah datang dipulau Muna lewatudara. Mendengar berita itu, Omputusangia memerintahkan pengawalnya untuk memanggilSaidi Rabbah datang kekerajaan. Pergilah pengawal kerajaan tersebut ditempat Saidi Rabbah.Setelah raja menunggu seharian diistana, pengawal yang disuruhnya tadi kembali, namun tidakbersama saiddi rabbah. Melihat wajah raja yang kelihatan marah, pengawal tersebut menjelaskanalasannya tidak membawah Saidi Rabbah. Pengawal itu mengatakan bahwa Saidi Rabbah tidakingin datang keistana karena raja memelihara babi,dan menurut ajaran agama Saidi Rabbahyakni islam, babi adalah hewan yang haram.

Demi kedatangan Saidi Rabbah, raja Muna rela melepas babi. Disurulah kembalipengawal untuk pergi m,enjemput Saidi Rabbah. Sore harinya, Saidi Rabbah datang keistana danbertanya kepada raja tentang maksud raja memanggil dirinya. Omputusangia pun berkata bahwaia ingin menguji kesaktian dari Saidi Rabbah, hingga ia mampu menyebarkan ajaran islamdiMuna. Pertama-tama, raja menguji Saidi Rabbah untuk membaca isi hatinya, apabila SaidiRabbah dapat membaca apa yang diinginkan oleh raja saat itu maka raja akan masuk dalamajarannya yakni islam. Dengan kemampuan yang dimilikinya, Saidi Rabbah pun mengatakan

Page 28: Daftar AKSI Mendongeng

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

bahwa raja ingin sekali memiliki seorang anak karena istrinya mandul. Berdoalah Saidi Rabbahkepada Tuhan, namun doanya belum dikabulkan. Muncul kecurigaan dari raja bahwa SaidiRabbah tidaklah sehebat apa yang dibicarakan. Saidi Rabbah rupanya tidak berhenti disitu,dilanjutkan lagi untuk berdoa yang kedua kalinya, akhirnya doa Saidi Rabbah diterima. Istri rajapun mengandung dan raja pun akhirnya masuk agama islam karena senang melihat istrinyamengandung. Sebelum pulang, Saidi Rabbah berkata pada raja bahwa roh yang ada dalamkandungan istrinya adalah roh yang terpaksa diberikan oleh Tuhan karena umur istri raja sudahsangat tua.

Perkataan Saidi Rabbah rupanya terus dipikirkan oleh sang raja. Tibalah waktunya untukistri raja melahirkan. Ternyata perkataan Saidi Rabbah benar, anak yang dilahirkan oleh istri rajaMuna berbadan setengah manusia setengah ular. Raja pun sedih melihat kondisi anaknya namunia harus berterima kasih karena ia telah meminta anak itu dari kesaktian Saidi Rabbah. Setiaphari, apabila ada kunjungan tamu dari Bugis ataupun Minangkabau, anaknya yang diberi namaLa Ode Muna selalu disembun yikan didalam guci karena raja malu dengan keadaan fisik yangdialami oleh anaknya.

Lima belas tahun kemudian,La Ode Muna tumbuh menjadi dewasa. Mulailah iamenggoda para gadis yang berada didalam lingkungan istana. Iapun menyampaikan niatnyauntuk memiliki seorang pacar, namun raja tidak menghendaki dan melarangnya karena tidakmungkin La Ode Muna dapat menikahi seorang gadis bila kondisi fisiknya setengah manusiasetengah ular. Sampai pada suatu hari, Omputusangi memutuskan untuk membuang La OdeMuna agar ia tidak mendapatkan malu dari anak jadi-jadian itu. Raja membuang La Ode Muna diUnggumora dengan bekal 44 biji telur dan 44 biji ketupat. Setelah 40 hari dibuang ditempat itu,La Ode Muna terbang kelangit dengan badan yang menyala dan mengatakan bahwa saya telahterbang. Sampai sekarang rakyat Muna tidak ada yang mengetahui arah La Ode Muna terbang.Adapula yang mengatakan bahwa La Ode Muna terbang ke Ternate. La Ode Muna dianggapsebagai seorang yang memiliki ilmu ataupun kemampuan. Jadi, rakyat Muna mengistimewakanLa Ode Muna, karena ia manusia yang berkah karena disamping memiliki kekurangan ia jugamempunyai kelebihan yakni setiap yang ia ucapkan akan menjadi kenyataan.

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

bahwa raja ingin sekali memiliki seorang anak karena istrinya mandul. Berdoalah Saidi Rabbahkepada Tuhan, namun doanya belum dikabulkan. Muncul kecurigaan dari raja bahwa SaidiRabbah tidaklah sehebat apa yang dibicarakan. Saidi Rabbah rupanya tidak berhenti disitu,dilanjutkan lagi untuk berdoa yang kedua kalinya, akhirnya doa Saidi Rabbah diterima. Istri rajapun mengandung dan raja pun akhirnya masuk agama islam karena senang melihat istrinyamengandung. Sebelum pulang, Saidi Rabbah berkata pada raja bahwa roh yang ada dalamkandungan istrinya adalah roh yang terpaksa diberikan oleh Tuhan karena umur istri raja sudahsangat tua.

Perkataan Saidi Rabbah rupanya terus dipikirkan oleh sang raja. Tibalah waktunya untukistri raja melahirkan. Ternyata perkataan Saidi Rabbah benar, anak yang dilahirkan oleh istri rajaMuna berbadan setengah manusia setengah ular. Raja pun sedih melihat kondisi anaknya namunia harus berterima kasih karena ia telah meminta anak itu dari kesaktian Saidi Rabbah. Setiaphari, apabila ada kunjungan tamu dari Bugis ataupun Minangkabau, anaknya yang diberi namaLa Ode Muna selalu disembun yikan didalam guci karena raja malu dengan keadaan fisik yangdialami oleh anaknya.

Lima belas tahun kemudian,La Ode Muna tumbuh menjadi dewasa. Mulailah iamenggoda para gadis yang berada didalam lingkungan istana. Iapun menyampaikan niatnyauntuk memiliki seorang pacar, namun raja tidak menghendaki dan melarangnya karena tidakmungkin La Ode Muna dapat menikahi seorang gadis bila kondisi fisiknya setengah manusiasetengah ular. Sampai pada suatu hari, Omputusangi memutuskan untuk membuang La OdeMuna agar ia tidak mendapatkan malu dari anak jadi-jadian itu. Raja membuang La Ode Muna diUnggumora dengan bekal 44 biji telur dan 44 biji ketupat. Setelah 40 hari dibuang ditempat itu,La Ode Muna terbang kelangit dengan badan yang menyala dan mengatakan bahwa saya telahterbang. Sampai sekarang rakyat Muna tidak ada yang mengetahui arah La Ode Muna terbang.Adapula yang mengatakan bahwa La Ode Muna terbang ke Ternate. La Ode Muna dianggapsebagai seorang yang memiliki ilmu ataupun kemampuan. Jadi, rakyat Muna mengistimewakanLa Ode Muna, karena ia manusia yang berkah karena disamping memiliki kekurangan ia jugamempunyai kelebihan yakni setiap yang ia ucapkan akan menjadi kenyataan.

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

bahwa raja ingin sekali memiliki seorang anak karena istrinya mandul. Berdoalah Saidi Rabbahkepada Tuhan, namun doanya belum dikabulkan. Muncul kecurigaan dari raja bahwa SaidiRabbah tidaklah sehebat apa yang dibicarakan. Saidi Rabbah rupanya tidak berhenti disitu,dilanjutkan lagi untuk berdoa yang kedua kalinya, akhirnya doa Saidi Rabbah diterima. Istri rajapun mengandung dan raja pun akhirnya masuk agama islam karena senang melihat istrinyamengandung. Sebelum pulang, Saidi Rabbah berkata pada raja bahwa roh yang ada dalamkandungan istrinya adalah roh yang terpaksa diberikan oleh Tuhan karena umur istri raja sudahsangat tua.

Perkataan Saidi Rabbah rupanya terus dipikirkan oleh sang raja. Tibalah waktunya untukistri raja melahirkan. Ternyata perkataan Saidi Rabbah benar, anak yang dilahirkan oleh istri rajaMuna berbadan setengah manusia setengah ular. Raja pun sedih melihat kondisi anaknya namunia harus berterima kasih karena ia telah meminta anak itu dari kesaktian Saidi Rabbah. Setiaphari, apabila ada kunjungan tamu dari Bugis ataupun Minangkabau, anaknya yang diberi namaLa Ode Muna selalu disembun yikan didalam guci karena raja malu dengan keadaan fisik yangdialami oleh anaknya.

Lima belas tahun kemudian,La Ode Muna tumbuh menjadi dewasa. Mulailah iamenggoda para gadis yang berada didalam lingkungan istana. Iapun menyampaikan niatnyauntuk memiliki seorang pacar, namun raja tidak menghendaki dan melarangnya karena tidakmungkin La Ode Muna dapat menikahi seorang gadis bila kondisi fisiknya setengah manusiasetengah ular. Sampai pada suatu hari, Omputusangi memutuskan untuk membuang La OdeMuna agar ia tidak mendapatkan malu dari anak jadi-jadian itu. Raja membuang La Ode Muna diUnggumora dengan bekal 44 biji telur dan 44 biji ketupat. Setelah 40 hari dibuang ditempat itu,La Ode Muna terbang kelangit dengan badan yang menyala dan mengatakan bahwa saya telahterbang. Sampai sekarang rakyat Muna tidak ada yang mengetahui arah La Ode Muna terbang.Adapula yang mengatakan bahwa La Ode Muna terbang ke Ternate. La Ode Muna dianggapsebagai seorang yang memiliki ilmu ataupun kemampuan. Jadi, rakyat Muna mengistimewakanLa Ode Muna, karena ia manusia yang berkah karena disamping memiliki kekurangan ia jugamempunyai kelebihan yakni setiap yang ia ucapkan akan menjadi kenyataan.

Page 29: Daftar AKSI Mendongeng

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Asal Mula Gunung Mekongga

Cerita Rakyat: Tolaki

Alkisah, pada suatu waktu negeri Sorume (kini bernama negeri Kolaka) dilanda sebuahmalapetaka yang sangat dahsyat. Seekor burung garuda raksasa tiba-tiba mengacaukan negeriitu. Setiap hari burung itu menyambar, membawa terbang, dan memangsa binatang ternak milikpenduduk, baik itu kerbau, sapi, atau pun kambing. Jika keadaan itu berlangsung terus-menerus,maka lama-kelamaan binatang ternak penduduk akan habis.

Penduduk negeri Kolaka pun diselimuti perasaan khawatir dan takut. Jika suatu saatbinatang ternak sudah habis, giliran mereka yang akan menjadi santapan burung garuda itu.Sebab itulah mereka takut pergi ke luar rumah mencari nafkah. Terutama penduduk yang seringmelewati sebuah padang luas yang bernama padang Bende. Padang ini merupakan pusat lalu-lintas penduduk menuju ke kebun masing-masing. Sejak kehadiran burung garuda , padang inimenjadi sangat sepi, karena tidak seorang penduduk pun yang berani melewatinya.

Pada suatu hari, terdengarlah sebuah kabar bahwa di negeri Solumba (kini bernamaBelandete) ada seorang pintar dan sakti yang bernama Larumbalangi. Ia memiliki sebilah kerisdan selembar sarung pusaka yang dapat digunakan terbang. Maka, diutuslah beberapa pendudukuntuk menemui orang sakti itu di negeri Solumba. Agar tidak disambar burung garuda, merekamenyusuri hutan lebat dan menyelinap di balik pepohonan besar. Sesampainya di negeriSolumba, utusan itu pun menceritakan peristiwa yang sedang menimpa mereka kepadaLarumbalangi.

“Kalian jangan khawatir denga keadaan ini. Tanpa aku terlibat langsung pun, kalian dapatmengatasi keganasan burung garuda itu,” ujar Larumbalangi sambil tersenyum simpul.

“Bagaimana caranya? Jangankan melawan burung garuda itu, keluar dari rumah sajakami tidak berani”, ucap salah seorang utusan.

“Begini saudara-saudara, kumpulkan buluh (bambu) yang sudah tua, lalu buatlah bamburuncing sebanyak-banyaknya. Setelah itu carilah seorang laki-laki pemberani dan perkasa untukdijadikan umpan burung garuda itu di tengah padang. Kemudian, pagari orang itu dengan bamburuncing dan ranjau!” peritah Larumbalangi.

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Asal Mula Gunung Mekongga

Cerita Rakyat: Tolaki

Alkisah, pada suatu waktu negeri Sorume (kini bernama negeri Kolaka) dilanda sebuahmalapetaka yang sangat dahsyat. Seekor burung garuda raksasa tiba-tiba mengacaukan negeriitu. Setiap hari burung itu menyambar, membawa terbang, dan memangsa binatang ternak milikpenduduk, baik itu kerbau, sapi, atau pun kambing. Jika keadaan itu berlangsung terus-menerus,maka lama-kelamaan binatang ternak penduduk akan habis.

Penduduk negeri Kolaka pun diselimuti perasaan khawatir dan takut. Jika suatu saatbinatang ternak sudah habis, giliran mereka yang akan menjadi santapan burung garuda itu.Sebab itulah mereka takut pergi ke luar rumah mencari nafkah. Terutama penduduk yang seringmelewati sebuah padang luas yang bernama padang Bende. Padang ini merupakan pusat lalu-lintas penduduk menuju ke kebun masing-masing. Sejak kehadiran burung garuda , padang inimenjadi sangat sepi, karena tidak seorang penduduk pun yang berani melewatinya.

Pada suatu hari, terdengarlah sebuah kabar bahwa di negeri Solumba (kini bernamaBelandete) ada seorang pintar dan sakti yang bernama Larumbalangi. Ia memiliki sebilah kerisdan selembar sarung pusaka yang dapat digunakan terbang. Maka, diutuslah beberapa pendudukuntuk menemui orang sakti itu di negeri Solumba. Agar tidak disambar burung garuda, merekamenyusuri hutan lebat dan menyelinap di balik pepohonan besar. Sesampainya di negeriSolumba, utusan itu pun menceritakan peristiwa yang sedang menimpa mereka kepadaLarumbalangi.

“Kalian jangan khawatir denga keadaan ini. Tanpa aku terlibat langsung pun, kalian dapatmengatasi keganasan burung garuda itu,” ujar Larumbalangi sambil tersenyum simpul.

“Bagaimana caranya? Jangankan melawan burung garuda itu, keluar dari rumah sajakami tidak berani”, ucap salah seorang utusan.

“Begini saudara-saudara, kumpulkan buluh (bambu) yang sudah tua, lalu buatlah bamburuncing sebanyak-banyaknya. Setelah itu carilah seorang laki-laki pemberani dan perkasa untukdijadikan umpan burung garuda itu di tengah padang. Kemudian, pagari orang itu dengan bamburuncing dan ranjau!” peritah Larumbalangi.

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Asal Mula Gunung Mekongga

Cerita Rakyat: Tolaki

Alkisah, pada suatu waktu negeri Sorume (kini bernama negeri Kolaka) dilanda sebuahmalapetaka yang sangat dahsyat. Seekor burung garuda raksasa tiba-tiba mengacaukan negeriitu. Setiap hari burung itu menyambar, membawa terbang, dan memangsa binatang ternak milikpenduduk, baik itu kerbau, sapi, atau pun kambing. Jika keadaan itu berlangsung terus-menerus,maka lama-kelamaan binatang ternak penduduk akan habis.

Penduduk negeri Kolaka pun diselimuti perasaan khawatir dan takut. Jika suatu saatbinatang ternak sudah habis, giliran mereka yang akan menjadi santapan burung garuda itu.Sebab itulah mereka takut pergi ke luar rumah mencari nafkah. Terutama penduduk yang seringmelewati sebuah padang luas yang bernama padang Bende. Padang ini merupakan pusat lalu-lintas penduduk menuju ke kebun masing-masing. Sejak kehadiran burung garuda , padang inimenjadi sangat sepi, karena tidak seorang penduduk pun yang berani melewatinya.

Pada suatu hari, terdengarlah sebuah kabar bahwa di negeri Solumba (kini bernamaBelandete) ada seorang pintar dan sakti yang bernama Larumbalangi. Ia memiliki sebilah kerisdan selembar sarung pusaka yang dapat digunakan terbang. Maka, diutuslah beberapa pendudukuntuk menemui orang sakti itu di negeri Solumba. Agar tidak disambar burung garuda, merekamenyusuri hutan lebat dan menyelinap di balik pepohonan besar. Sesampainya di negeriSolumba, utusan itu pun menceritakan peristiwa yang sedang menimpa mereka kepadaLarumbalangi.

“Kalian jangan khawatir denga keadaan ini. Tanpa aku terlibat langsung pun, kalian dapatmengatasi keganasan burung garuda itu,” ujar Larumbalangi sambil tersenyum simpul.

“Bagaimana caranya? Jangankan melawan burung garuda itu, keluar dari rumah sajakami tidak berani”, ucap salah seorang utusan.

“Begini saudara-saudara, kumpulkan buluh (bambu) yang sudah tua, lalu buatlah bamburuncing sebanyak-banyaknya. Setelah itu carilah seorang laki-laki pemberani dan perkasa untukdijadikan umpan burung garuda itu di tengah padang. Kemudian, pagari orang itu dengan bamburuncing dan ranjau!” peritah Larumbalangi.

Page 30: Daftar AKSI Mendongeng

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Setela mendengar penjelasan itu, para utusan kembali ke negerinya untuk menyampaikanpesan Larumbalangi. Penduduk negeri itu pun segera mengundang ksatria untuk mengikutisayembara menaklukkan burung garuda.

Keesokan harinya, ratusan ksatria datang dari berbagai negeri untuk memenuhi undangantersebut. Mereka berkumpul dihalaman rumah sesepuh Negeri Kolaka.

“Wahai saudara-saudara! Barang siapa yang terpilih menjadi umpan dan berhasilmenaklukkan burung garuda itu. Jika ia seorang budak, maka dia akan diangkat menjadibangsawan, dan jika ia seorang bangsawan, maka dia akan diangkat menjadi pemimpin negeriini,” sesepuh negeri itu memberi sambutan.

Setelah itu, sayembara pun dilaksanakan dengan penuh ketegangan. Masing-masingpeserta memperlihatkan kesaktian dan kekuatannya. Akhirnya sayembara itu dimenangkan olehseorang budak laki-laki bernama Tasahea dari negeri Loeya.

Pada waktu yang telah ditentukan Tasahea dibawa ke padang Bende utuk dijadikanumpan burung garuda. Ketika berada di tengah-tengah padang tersebuh, budak itu dipagaripuluhan bambu runcing. Kemudian dibekali sebatang bambu runcing yang sudah dibubuhi racun.Setelah semuanya siap, para warga segera bersembunyi di balik rimbunya pepohonan hutandisekitar padang tersebut. Tinggallah Tasahea seorang diri di tengah padang menunggukedatangan burung garuda itu.

Menjelang tengah hari, cuaca yang semula cerah tiba-tiba berubah menjadi mendung. Itupertanda bahwa burung garuda sedang mengintai mangsanya. Alangkah senang burung garudaitu saat melihat sosok manusia sedang berdiri di tengah padang Bende. Oleh karena sudah sangatkelaparan, ia pun segera terbang merendah menyambar Tasahea. Namun, malang nasib burunggaruda itu. Belum sempat cakarnya mencengkram Tasahea, tubuh dan sayapnya sudah tertusukbambu runcing terlebih dahulu.

Tasahea pun tidak menyia-nyiakan kesempatan. Dengan cekatan, ia melemparkan bamburuncingnya kearah dada burung garuda. Dengan suara keras, burung garuda itu kembali menjeritkesakitan sambil mengepak-ngepakkan sayapnya. Setelah sayapnya terlepas dari tusukan bamburuncig, burung itu terbang tinggi menuju kampung Ladongi, Torobulu, Amesiu, Malili, danpulau Maniang. Akan tetapi sebelum sampai Pomalaa, ia terjatuh di puncak gunung yang tinggi,karena kehabisan tenaga. Akhirnya ia pun mati di tempat itu.

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Setela mendengar penjelasan itu, para utusan kembali ke negerinya untuk menyampaikanpesan Larumbalangi. Penduduk negeri itu pun segera mengundang ksatria untuk mengikutisayembara menaklukkan burung garuda.

Keesokan harinya, ratusan ksatria datang dari berbagai negeri untuk memenuhi undangantersebut. Mereka berkumpul dihalaman rumah sesepuh Negeri Kolaka.

“Wahai saudara-saudara! Barang siapa yang terpilih menjadi umpan dan berhasilmenaklukkan burung garuda itu. Jika ia seorang budak, maka dia akan diangkat menjadibangsawan, dan jika ia seorang bangsawan, maka dia akan diangkat menjadi pemimpin negeriini,” sesepuh negeri itu memberi sambutan.

Setelah itu, sayembara pun dilaksanakan dengan penuh ketegangan. Masing-masingpeserta memperlihatkan kesaktian dan kekuatannya. Akhirnya sayembara itu dimenangkan olehseorang budak laki-laki bernama Tasahea dari negeri Loeya.

Pada waktu yang telah ditentukan Tasahea dibawa ke padang Bende utuk dijadikanumpan burung garuda. Ketika berada di tengah-tengah padang tersebuh, budak itu dipagaripuluhan bambu runcing. Kemudian dibekali sebatang bambu runcing yang sudah dibubuhi racun.Setelah semuanya siap, para warga segera bersembunyi di balik rimbunya pepohonan hutandisekitar padang tersebut. Tinggallah Tasahea seorang diri di tengah padang menunggukedatangan burung garuda itu.

Menjelang tengah hari, cuaca yang semula cerah tiba-tiba berubah menjadi mendung. Itupertanda bahwa burung garuda sedang mengintai mangsanya. Alangkah senang burung garudaitu saat melihat sosok manusia sedang berdiri di tengah padang Bende. Oleh karena sudah sangatkelaparan, ia pun segera terbang merendah menyambar Tasahea. Namun, malang nasib burunggaruda itu. Belum sempat cakarnya mencengkram Tasahea, tubuh dan sayapnya sudah tertusukbambu runcing terlebih dahulu.

Tasahea pun tidak menyia-nyiakan kesempatan. Dengan cekatan, ia melemparkan bamburuncingnya kearah dada burung garuda. Dengan suara keras, burung garuda itu kembali menjeritkesakitan sambil mengepak-ngepakkan sayapnya. Setelah sayapnya terlepas dari tusukan bamburuncig, burung itu terbang tinggi menuju kampung Ladongi, Torobulu, Amesiu, Malili, danpulau Maniang. Akan tetapi sebelum sampai Pomalaa, ia terjatuh di puncak gunung yang tinggi,karena kehabisan tenaga. Akhirnya ia pun mati di tempat itu.

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Setela mendengar penjelasan itu, para utusan kembali ke negerinya untuk menyampaikanpesan Larumbalangi. Penduduk negeri itu pun segera mengundang ksatria untuk mengikutisayembara menaklukkan burung garuda.

Keesokan harinya, ratusan ksatria datang dari berbagai negeri untuk memenuhi undangantersebut. Mereka berkumpul dihalaman rumah sesepuh Negeri Kolaka.

“Wahai saudara-saudara! Barang siapa yang terpilih menjadi umpan dan berhasilmenaklukkan burung garuda itu. Jika ia seorang budak, maka dia akan diangkat menjadibangsawan, dan jika ia seorang bangsawan, maka dia akan diangkat menjadi pemimpin negeriini,” sesepuh negeri itu memberi sambutan.

Setelah itu, sayembara pun dilaksanakan dengan penuh ketegangan. Masing-masingpeserta memperlihatkan kesaktian dan kekuatannya. Akhirnya sayembara itu dimenangkan olehseorang budak laki-laki bernama Tasahea dari negeri Loeya.

Pada waktu yang telah ditentukan Tasahea dibawa ke padang Bende utuk dijadikanumpan burung garuda. Ketika berada di tengah-tengah padang tersebuh, budak itu dipagaripuluhan bambu runcing. Kemudian dibekali sebatang bambu runcing yang sudah dibubuhi racun.Setelah semuanya siap, para warga segera bersembunyi di balik rimbunya pepohonan hutandisekitar padang tersebut. Tinggallah Tasahea seorang diri di tengah padang menunggukedatangan burung garuda itu.

Menjelang tengah hari, cuaca yang semula cerah tiba-tiba berubah menjadi mendung. Itupertanda bahwa burung garuda sedang mengintai mangsanya. Alangkah senang burung garudaitu saat melihat sosok manusia sedang berdiri di tengah padang Bende. Oleh karena sudah sangatkelaparan, ia pun segera terbang merendah menyambar Tasahea. Namun, malang nasib burunggaruda itu. Belum sempat cakarnya mencengkram Tasahea, tubuh dan sayapnya sudah tertusukbambu runcing terlebih dahulu.

Tasahea pun tidak menyia-nyiakan kesempatan. Dengan cekatan, ia melemparkan bamburuncingnya kearah dada burung garuda. Dengan suara keras, burung garuda itu kembali menjeritkesakitan sambil mengepak-ngepakkan sayapnya. Setelah sayapnya terlepas dari tusukan bamburuncig, burung itu terbang tinggi menuju kampung Ladongi, Torobulu, Amesiu, Malili, danpulau Maniang. Akan tetapi sebelum sampai Pomalaa, ia terjatuh di puncak gunung yang tinggi,karena kehabisan tenaga. Akhirnya ia pun mati di tempat itu.

Page 31: Daftar AKSI Mendongeng

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Sementara itu, penduduk negeri Kolaka menyambut gembira Tasahea yang telah berhasilmenaklukkan burung garuda itu. Mereka pun mengadakan pesta selama tujuh hari tujuh malam.Namun, ketika memasuki hari ketujuh yang merupakan puncak dari pesta tersebut, tiba-tibamereka mencium bau bangkai yang sangat menyengat. Pada saat itu, tersebarlah wabah penyakitmematikan. Banyak penduduk meninggal dunia terserang sakit perut dan munta-munta. Sungai,pepohonan dan tanaman penduduk dipenuhi ulat. Tak satu pun tanaman penduduk yang dapatdipetik hasilnya karena habis dimakan ulat. Akibatnya banyak peduduk yang mati kelaparan.

Penduduk yang masih tersisa kembali panik dan cemas melihat kondisi yang mengerikanini. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, mereka pun segera mengutus beberapa orang kenegeri Solumba untuk menemui Larumbalangi.

“Negeri kami dilanda musibah lagi,” lapor salah seorang utusan.

“Musibah apalagi yang menimpa kalian?” tanya Larumbalangi.

“Iya tuan! Negeri kami kembali dilanda bencana yang sangat mengerikan,” jawabseorang utusan, seraya menceritakan semua perihal yang terjadi di negeri mereka.

“Baiklah, kalau begitu keadaannya. Kembalilah ke negeri kalian. Tidak lama lagimusibah ini akan segera berakhir” ujar Larumbalangi.

Setelah para utusan tersebut pergi, Larumbalngi segara memejamkan mata danmemusatkan konsentrasinya. Mulutnya komat-kamit membaca doa sambil menengadahkankedua tangannya ke langit.

“Ya Tahun! Selamatkanlah penduduk negeri Kolaka dari bencana ini. Turunkanlah hujanderas, agar bangkai burung garuda dan ulat-ulat itu hanyut terbawa arus banjir!” demikian doaLarumbalangi.

Beberapa saat kemudian, Tuhan pun mengabulkan permohonan Larumbalangi. Cuacanegeri Kolaka yang semula cerah, tiba-tiba menjadi gelap gulita. Awan tiba-tiba menggumpalmenjadi hitam. Tidak berapa lama terdengarlah suara Guntur dan suara petir. Hujan deras punturun tanpa henti selama tujuh hari tujuh malam. Seluruh sungai yang ada di negeri Kolaka

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Sementara itu, penduduk negeri Kolaka menyambut gembira Tasahea yang telah berhasilmenaklukkan burung garuda itu. Mereka pun mengadakan pesta selama tujuh hari tujuh malam.Namun, ketika memasuki hari ketujuh yang merupakan puncak dari pesta tersebut, tiba-tibamereka mencium bau bangkai yang sangat menyengat. Pada saat itu, tersebarlah wabah penyakitmematikan. Banyak penduduk meninggal dunia terserang sakit perut dan munta-munta. Sungai,pepohonan dan tanaman penduduk dipenuhi ulat. Tak satu pun tanaman penduduk yang dapatdipetik hasilnya karena habis dimakan ulat. Akibatnya banyak peduduk yang mati kelaparan.

Penduduk yang masih tersisa kembali panik dan cemas melihat kondisi yang mengerikanini. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, mereka pun segera mengutus beberapa orang kenegeri Solumba untuk menemui Larumbalangi.

“Negeri kami dilanda musibah lagi,” lapor salah seorang utusan.

“Musibah apalagi yang menimpa kalian?” tanya Larumbalangi.

“Iya tuan! Negeri kami kembali dilanda bencana yang sangat mengerikan,” jawabseorang utusan, seraya menceritakan semua perihal yang terjadi di negeri mereka.

“Baiklah, kalau begitu keadaannya. Kembalilah ke negeri kalian. Tidak lama lagimusibah ini akan segera berakhir” ujar Larumbalangi.

Setelah para utusan tersebut pergi, Larumbalngi segara memejamkan mata danmemusatkan konsentrasinya. Mulutnya komat-kamit membaca doa sambil menengadahkankedua tangannya ke langit.

“Ya Tahun! Selamatkanlah penduduk negeri Kolaka dari bencana ini. Turunkanlah hujanderas, agar bangkai burung garuda dan ulat-ulat itu hanyut terbawa arus banjir!” demikian doaLarumbalangi.

Beberapa saat kemudian, Tuhan pun mengabulkan permohonan Larumbalangi. Cuacanegeri Kolaka yang semula cerah, tiba-tiba menjadi gelap gulita. Awan tiba-tiba menggumpalmenjadi hitam. Tidak berapa lama terdengarlah suara Guntur dan suara petir. Hujan deras punturun tanpa henti selama tujuh hari tujuh malam. Seluruh sungai yang ada di negeri Kolaka

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

Sementara itu, penduduk negeri Kolaka menyambut gembira Tasahea yang telah berhasilmenaklukkan burung garuda itu. Mereka pun mengadakan pesta selama tujuh hari tujuh malam.Namun, ketika memasuki hari ketujuh yang merupakan puncak dari pesta tersebut, tiba-tibamereka mencium bau bangkai yang sangat menyengat. Pada saat itu, tersebarlah wabah penyakitmematikan. Banyak penduduk meninggal dunia terserang sakit perut dan munta-munta. Sungai,pepohonan dan tanaman penduduk dipenuhi ulat. Tak satu pun tanaman penduduk yang dapatdipetik hasilnya karena habis dimakan ulat. Akibatnya banyak peduduk yang mati kelaparan.

Penduduk yang masih tersisa kembali panik dan cemas melihat kondisi yang mengerikanini. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, mereka pun segera mengutus beberapa orang kenegeri Solumba untuk menemui Larumbalangi.

“Negeri kami dilanda musibah lagi,” lapor salah seorang utusan.

“Musibah apalagi yang menimpa kalian?” tanya Larumbalangi.

“Iya tuan! Negeri kami kembali dilanda bencana yang sangat mengerikan,” jawabseorang utusan, seraya menceritakan semua perihal yang terjadi di negeri mereka.

“Baiklah, kalau begitu keadaannya. Kembalilah ke negeri kalian. Tidak lama lagimusibah ini akan segera berakhir” ujar Larumbalangi.

Setelah para utusan tersebut pergi, Larumbalngi segara memejamkan mata danmemusatkan konsentrasinya. Mulutnya komat-kamit membaca doa sambil menengadahkankedua tangannya ke langit.

“Ya Tahun! Selamatkanlah penduduk negeri Kolaka dari bencana ini. Turunkanlah hujanderas, agar bangkai burung garuda dan ulat-ulat itu hanyut terbawa arus banjir!” demikian doaLarumbalangi.

Beberapa saat kemudian, Tuhan pun mengabulkan permohonan Larumbalangi. Cuacanegeri Kolaka yang semula cerah, tiba-tiba menjadi gelap gulita. Awan tiba-tiba menggumpalmenjadi hitam. Tidak berapa lama terdengarlah suara Guntur dan suara petir. Hujan deras punturun tanpa henti selama tujuh hari tujuh malam. Seluruh sungai yang ada di negeri Kolaka

Page 32: Daftar AKSI Mendongeng

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

dilanda banjir besar. Bangkai dan tulang belulang burung garuda pun terbawa arus air sungai.Demikian pula ulat-ulat yang melekat di dedaunan dan pepohonan, semuanya hanyut ke laut.

Itulah sebabnya laut di daerah Kolaka terdapat banyak ikan dan batu karangnya. Gunungtempat jatuh dan terbunuhnya burung garuda itu dinamakan Gunung Mekongga, yang artinyagunung tempat matinya elang basar tempat hanyutnya bangkai burung garuda dinamakan sungaiLamekongga, yaitu sungai tempat hanyutnya bangkai burung garuda.

Budak laki-laki dari negeri Loeya yang berhasil manaklukkan burung garuda tersebutdiangkat derajatnya menjadi seorang bangsawan. Sedangkan Larumbalangi yang berasal darinegeri Solumba di angkat menjadi pemimpin negeri Kolaka, yaitu negeri yang memiliki tujuhbagian wilayah pemerintahan yang dikenal dengan sebutan “Tonomotu’o”.

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

dilanda banjir besar. Bangkai dan tulang belulang burung garuda pun terbawa arus air sungai.Demikian pula ulat-ulat yang melekat di dedaunan dan pepohonan, semuanya hanyut ke laut.

Itulah sebabnya laut di daerah Kolaka terdapat banyak ikan dan batu karangnya. Gunungtempat jatuh dan terbunuhnya burung garuda itu dinamakan Gunung Mekongga, yang artinyagunung tempat matinya elang basar tempat hanyutnya bangkai burung garuda dinamakan sungaiLamekongga, yaitu sungai tempat hanyutnya bangkai burung garuda.

Budak laki-laki dari negeri Loeya yang berhasil manaklukkan burung garuda tersebutdiangkat derajatnya menjadi seorang bangsawan. Sedangkan Larumbalangi yang berasal darinegeri Solumba di angkat menjadi pemimpin negeri Kolaka, yaitu negeri yang memiliki tujuhbagian wilayah pemerintahan yang dikenal dengan sebutan “Tonomotu’o”.

PANITIA PELAKSANAPESONA LASTRA 2015LASKAR SASTRA FKIP UHOSekretariat: Studio Drama FKIP UHOE-mail: [email protected]:Maharani(085241970244), Asrianto 085240023231

dilanda banjir besar. Bangkai dan tulang belulang burung garuda pun terbawa arus air sungai.Demikian pula ulat-ulat yang melekat di dedaunan dan pepohonan, semuanya hanyut ke laut.

Itulah sebabnya laut di daerah Kolaka terdapat banyak ikan dan batu karangnya. Gunungtempat jatuh dan terbunuhnya burung garuda itu dinamakan Gunung Mekongga, yang artinyagunung tempat matinya elang basar tempat hanyutnya bangkai burung garuda dinamakan sungaiLamekongga, yaitu sungai tempat hanyutnya bangkai burung garuda.

Budak laki-laki dari negeri Loeya yang berhasil manaklukkan burung garuda tersebutdiangkat derajatnya menjadi seorang bangsawan. Sedangkan Larumbalangi yang berasal darinegeri Solumba di angkat menjadi pemimpin negeri Kolaka, yaitu negeri yang memiliki tujuhbagian wilayah pemerintahan yang dikenal dengan sebutan “Tonomotu’o”.