Daftar Isibppp.kemendag.go.id/media_content/2019/10/Majalah_Warta... · 2019-10-08 · tambah dari...

36
Daftar Isi Dari Redaksi Indonesia sebagai salah satu produsen nanas dunia, memiliki potensi besar untuk mengoptimalkan potensi pasar Jepang yang masih terbuka sebagai negara tujuan ekspor buah nanas. Namun, perlu mewaspadai Filipina yang merupakan pemasok utama nanas impor Jepang. Dimana, Filipina mendapatkan keuntungan dari sisi pengenaan TRQ dan tarif BM karena adanya investasi Jepang di bidang pertanian. Banyaknya toko online telah membantu masyarakat dalam mendapatkan barang dan jasa secara lebih mudah dan efisien. Namun, konsumen harus cerdas dalam memastikan bahwa barang atau jasa yang diperoleh dari belanja secara online tidak merugikan. Ekspor kayu manis Indonesia sebagian besar dalam bentuk gulungan dan broken. Belum banyak industri yang memberi nilai tambah dari kayu manis (cassiavera), sehingga Indonesia hanya mengekspor bahan mentah. Sehingga, pemerintah perlu menyusun target peningkatan ekspor produk kayu manis secara nasional. Defisit neraca perdagangan dapat berdampak pada defisit neraca transaksi berjalan yang melebar dan akan menekan nilai tukar. Pada akhirnya akan menjadikan suatu negara tidak dapat berdaya saing. Oleh karena itu, salah satu upaya memperbaiki neraca perdagangan bisa dilakukan dengan mencari mitra dagang baru, misalnya ke pasar non-tradisional. Adanya kerjasama perdagangan antara Indonesia dengan Mozambik dalam bentuk PTA akan memberikan beberapa manfaat salah satunya adalah daya saing produk Indonesia relatif menjadi lebih baik di pasar Mozambik karena adanya tarif bea masuk preferensi. Indonesia sendiri memiliki produk yang bisa diandalkan untuk meningkatkan ekspor ke Mozambik, dimana produk tersebut diimpor Mozambik dari dunia namun Indonesia belum mengekspornya atau nilainya relatif masih kecil. Mengelola kebijakan bukan tarif khususnya sistem kuota pada impor daging sapi bukanlah tugas yang mudah. Implementasi sistem kuota pada impor daging sapi di Indonesia tidak hanya menciptakan kegagalan pasar yang ditunjukkan oleh tingginya harga daging sapi yang harus ditanggung konsumen, tetapi juga dapat menyebabkan penyalahgunaan secara administratif sehingga berujung pada korupsi. Pemerintah Indonesia mungkin perlu memikirkan kebijakan alternatif yang bersifat jangka panjang sampai harga daging sapi yang terjangkau bagi konsumen tercapai. Penguatan hubungan ekonomi antara Indonesia dan negara-negara EFTA melalui Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif akan memungkinkan peningkatan dan diversifikasi perdagangan dan investasi dua arah. Sebagai pasar besar dengan daya beli tinggi, EFTA memiliki reputasi sebagai mitra perdagangan dan investasi jangka panjang yang terpercaya. Diharapkan kerjasama ini dapat meningkatkan akses pasar perdagangan barang Indonesia ke EFTA, khususnya untuk produk-produk perikanan, tekstil, furnitur, sepeda, elektronik, dan ban mobil, kopi dan kelapa sawit. Potensi dan Tantangan Ekspor Buah Nanas di Pasar Jepang Berbelanja Online Secara Cerdas dalam Rangka Perlindungan Konsumen di Indonesia Pengembangan Ekspor Produk Kayu Manis Indonesia Ketuk Pintu Ekspor Ke Pasar Non-Tradisional: Strategi Memperbaiki Defisit Neraca Perdagangan Peluang Ekspor Indonesia Ke Mozambik Semakin Terbuka Kebijakan Bukan Tarif Impor Hewan dan Produk Hewan: Tantangan dan Alternatif Kebijakan Membuka Peluang Pasar Indonesia Melalui EFTA di Kawasan Eropa Hal. 2 Hal. 11 Hal. 25 Hal. 14 Hal. 21 Hal. 17 Hal. 6 Berita Pendek Perdagangan Halaman 29 Serba Serbi Halaman 32 Statistik Perdagangan Halaman 34 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume I, No. 17, Tahun 2019 1

Transcript of Daftar Isibppp.kemendag.go.id/media_content/2019/10/Majalah_Warta... · 2019-10-08 · tambah dari...

Page 1: Daftar Isibppp.kemendag.go.id/media_content/2019/10/Majalah_Warta... · 2019-10-08 · tambah dari kayu manis (cassiavera), sehingga Indonesia hanya mengekspor bahan mentah. Sehingga,

Daftar IsiDari Redaksi

Indonesia sebagai salah satu produsen nanas dunia, memiliki potensi besar untuk mengoptimalkan potensi pasar Jepang yang masih terbuka sebagai negara tujuan ekspor buah nanas. Namun, perlu mewaspadai Filipina yang merupakan pemasok utama nanas impor Jepang. Dimana, Filipina mendapatkan keuntungan dari sisi pengenaan TRQ dan tarif BM karena adanya investasi Jepang di bidang pertanian.

Banyaknya toko online telah membantu masyarakat dalam mendapatkan barang dan jasa secara lebih mudah dan efisien. Namun, konsumen harus cerdas dalam memastikan bahwa barang atau jasa yang diperoleh dari belanja secara online tidak merugikan.

Ekspor kayu manis Indonesia sebagian besar dalam bentuk gulungan dan broken. Belum banyak industri yang memberi nilai tambah dari kayu manis (cassiavera), sehingga Indonesia hanya mengekspor bahan mentah. Sehingga, pemerintah perlu menyusun target peningkatan ekspor produk kayu manis secara nasional.

Defisit neraca perdagangan dapat berdampak pada defisit neraca transaksi berjalan yang melebar dan akan menekan nilai tukar. Pada akhirnya akan menjadikan suatu negara tidak dapat berdaya saing. Oleh karena itu, salah satu upaya memperbaiki neraca perdagangan bisa dilakukan dengan mencari mitra dagang baru, misalnya ke pasar non-tradisional.

Adanya kerjasama perdagangan antara Indonesia dengan Mozambik dalam bentuk PTA akan memberikan beberapa manfaat salah satunya adalah daya saing produk Indonesia relatif menjadi lebih baik di pasar Mozambik karena adanya tarif bea masuk preferensi. Indonesia sendiri memiliki produk yang bisa diandalkan untuk meningkatkan ekspor ke Mozambik, dimana produk tersebut diimpor Mozambik dari dunia namun Indonesia belum mengekspornya atau nilainya relatif masih kecil.

Mengelola kebijakan bukan tarif khususnya sistem kuota pada impor daging sapi bukanlah tugas yang mudah. Implementasi sistem kuota pada impor daging sapi di Indonesia tidak hanya menciptakan kegagalan pasar yang ditunjukkan oleh tingginya harga daging sapi yang harus ditanggung konsumen, tetapi juga dapat menyebabkan penyalahgunaan secara administratif sehingga berujung pada korupsi. Pemerintah Indonesia mungkin perlu memikirkan kebijakan alternatif yang bersifat jangka panjang sampai harga daging sapi yang terjangkau bagi konsumen tercapai.

Penguatan hubungan ekonomi antara Indonesia dan negara-negara EFTA melalui Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif akan memungkinkan peningkatan dan diversifikasi perdagangan dan investasi dua arah. Sebagai pasar besar dengan daya beli tinggi, EFTA memiliki reputasi sebagai mitra perdagangan dan investasi jangka panjang yang terpercaya. Diharapkan kerjasama ini dapat meningkatkan akses pasar perdagangan barang Indonesia ke EFTA, khususnya untuk produk-produk perikanan, tekstil, furnitur, sepeda, elektronik, dan ban mobil, kopi dan kelapa sawit.

Potensi dan Tantangan Ekspor Buah Nanas

di Pasar Jepang

Berbelanja Online Secara Cerdas dalam Rangka

Perlindungan Konsumen di Indonesia

Pengembangan Ekspor Produk Kayu

Manis Indonesia

Ketuk Pintu Ekspor Ke Pasar Non-Tradisional: Strategi Memperbaiki

Defisit Neraca Perdagangan

Peluang Ekspor Indonesia Ke Mozambik Semakin

Terbuka

Kebijakan Bukan Tarif Impor Hewan dan Produk Hewan:

Tantangan dan Alternatif Kebijakan

Membuka Peluang Pasar Indonesia

Melalui EFTA di Kawasan Eropa

Hal. 2

Hal. 11

Hal. 25

Hal. 14

Hal. 21

Hal. 17

Hal. 6 Berita Pendek PerdaganganHalaman 29

Serba SerbiHalaman 32

Statistik PerdaganganHalaman 34

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume I, No. 17, Tahun 2019 1

Page 2: Daftar Isibppp.kemendag.go.id/media_content/2019/10/Majalah_Warta... · 2019-10-08 · tambah dari kayu manis (cassiavera), sehingga Indonesia hanya mengekspor bahan mentah. Sehingga,

ISU PERDAGANGAN

Keterbatasan wilayah yang digunakan untuk perkebunan,

aging farmers dan tingkat kelembaban yang tinggi

mengakibatkan jumlah produksi buah-buahan di Jepang

terbatas. Hal tersebut kemudian dijadikan peluang bagi produsen

buah-buahan di luar Jepang untuk mengekspor hasil produksinya

ke Jepang (Ito & Dyck, 2010). Masih rendahnya produksi dalam

negeri membuka potensi ekspor buah-buahan salah satunya

nanas. Skala produksi buah nanas di Jepang yang masih sangat

rendah membuat potensi ekspor nanas ke pasar Jepang masih

terbuka. Indonesia merupakan produsen ke sembilan nanas dunia

dengan total produksi di tahun 2016 mencapai 1,4 juta ton atau

menyumbang 5,0% dari total produksi nanas dunia (FAO stat, 2018).

Sebagai salah satu produsen nanas dunia, Indonesia diharapkan

dapat mengoptimalkan potensi pasar Jepang sebagai negara

tujuan ekspor buah nanas Indonesia.

Peluang Pasar

Jepang merupakan negara importir nanas ke-9 dunia dengan

pangsa di tahun 2017 mencapai 4,8%. Di tahun 2017, impor nanas

Jepang mencapai USD 125,6 Juta yang terdiri dari impor nanas

segar (fresh pineapple) dan nanas kering (dried pineapple) dengan

nilai impor masing-masing mencapai USD 125,2 juta dan USD 0,4

juta. Selama kuartal I 2018, impor nanas Jepang mencapai USD

26,9 juta, mengalami penurunan 6,1% YoY. Meskipun demikian, tren

impor nanas di Jepang selama tiga tahun terakhir masih mengalami

pertumbuhan positif dengan peningkatan mencapai 7,2% per tahun

(ITC Trademap, 2018). Nanas terutama popular untuk dikonsumsi

pada saat musim panas yaitu antara bulan Mei sampai Agustus.

Masyarakat Jepang menilai bahwa kandungan vitamin C dan B1

pada nanas dapat membantu dan mengurangi kelelahan di musim

panas. Selain itu, konsumsi buah nanas dipercaya bagus untuk kulit

(okinawatravelinfo.com, 2018).

Meskipun sebesar 99,7% impor nanas Jepang merupakan

nanas dalam bentuk segar (fresh pineapple), namun diprediksi

penjualan nanas dalam bentuk dried pada masa mendatang akan

meningkat. Hal tersebut terlihat dari perubahan struktur impor nanas

Jepang. Pada kuartal I 2017, pangsa impor dried pineapple hanya

POTENSI DAN TANTANGAN EKSPOR

BUAH NANAS DI PASAR JEPANGSeptika Tri Ardiyanti & Fitria Faradila

mencapai 0,2% dari total impor nanas Jepang, sedangkan di kuartal

I 2018 pangsanya mengalami peningkatan menjadi 0,6% (Gambar

1).

Gambar 1. Struktur Impor Nanas Jepang

Sumber: ITC Trademap (2018), diolah

Keterangan: Q1 : Kuartal I

Filipina masih mendominasi dan menjadi pemasok utama pasar

nanas Jepang. Di tahun 2017, pangsa impor Jepang dari Filipina

mencapai 91,9%, kemudian diikuti oleh Kosta Rika (5,3%), Indonesia

berada pada urutan ketiga (1,3%) dan Taiwan berada di posisi

keempat (0,8%). Tingginya pangsa pasar yang dimiliki oleh Filipina

tidak terlepas dari adanya investasi Jepang di bidang pertanian di

Filipina dengan nilai mencapai USD 1 Milyar di tahun 2016. Nilai

investasi tersebut, terdiri dari kerjasama di bidang pengembangan

project biomass dan persetujuan untuk peningkatan dan ekspor

buah pisang, nanas dan alpukat Filipina ke pasar Jepang.

Meskipun demikian, tren pertumbuhan impor nanas Jepang dari

Filipina mengalami perlambatan. Selama tiga tahun terakhir, impor

Jepang dari Filipina meningkat sebesar 4,3% per tahun, jauh lebih

rendah jika dibandingkan dengan peningkatan impor dari Kosta

Rika dan Indonesia yang masing-masing mengalami pertumbuhan

sebesar 367,6% per tahun dan 80,6% per tahun. Berbeda dengan

ketiga negara pemasok utama tersebut, impor nanas Jepang dari

Taiwan justru mengalami penurunan sebesar 25,3% per tahun.

Kondisi ini dapat dijadikan peluang bagi Indonesia untuk merebut

pangsa pasar Filipina dan Taiwan di pasar Jepang (Tabel 1).

Fresh Pineapple

, 99.8

Dried Pineapple

, 0.2

QI 2017

Fresh Pineapple

, 99.4

Dried Pineapple

, 0.6

QI 2018

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume I, No. 17, Tahun 20192

Page 3: Daftar Isibppp.kemendag.go.id/media_content/2019/10/Majalah_Warta... · 2019-10-08 · tambah dari kayu manis (cassiavera), sehingga Indonesia hanya mengekspor bahan mentah. Sehingga,

EksportirNilai (USD Juta) Tren (%)

15-17Perub. (%)

18/17Pangsa(%) 20172013 2014 2015 2016 2017 Q1 2017 Q1 2018

Dunia 118.0 117.4 109.4 127.0 125.6 28.6 26.9 7.2 (26.1) 100.0Filipina 116.8 115.5 106.1 119.6 115.5 26.4 25.3 4.3 - 91.9Kostarika 0.0 0.3 0.3 4.6 6.6 1.5 1.0 367.7 - 5.3Indonesia - 0.0 0.5 0.8 1.6 0.4 0.1 80.6 (67.0) 1.3Taiwan 0.8 1.1 1.8 1.7 1.0 0.1 0.2 (25.3) - 0.8Malaysia 0.0 0.1 0.1 0.2 0.8 0.1 0.2 280.5 100.0 0.6Uganda 0.0 0.1 0.0 0.0 0.1 0.0 0.0 25.5 42.1 0.1Thailand 0.1 0.1 - 0.1 0.0 - - - - 0.0Sri Langka 0.1 0.1 0.0 0.0 0.0 - 0.1 32.3 - 0.0Ekuator - 0.0 - - 0.0 - 0.0 - - 0.0Vietnam - - 0.3 0.0 0.0 - 0.0 (83.9) - 0.0Korea Selatan - - - - 0.0 - 0.0 - - 0.0RRT 0.0 - - 0.0 0.0 - 0.0 - - 0.0Amerika Serikat 0.0 0.0 0.0 0.1 0.0 - - (71.1) - 0.0Meksiko 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 - 0.0 (72.3) - 0.0Kolombia - - - 0.0 - - - - - -Rep. Dominika - - - 0.0 - - - - - -Panama 0.1 0.0 0.3 - - - - - - -Peru 0.0 - - - - - - - - -Togo - - 0.0 0.0 - - - - - -

Sumber: Trademap, 2018 (diolah)

Tren Produk dan Saluran Distribusi

Santo dan Uchiyama (2014) menyatakan bahwa sekitar 70%

fresh pineapple yang dijual ke pasar Jepang berbentuk buah yang

telah dipotong (cut pineapple). Lebih lanjut, berdasarkan survey

yang dilakukan oleh Macromill Inc (2011) dengan menggunakan

multiple answer questionnaire, sebanyak 51% masyarakat Jepang

lebih memilih mengkonsumsi nanas dalam bentuk cut pineapple.

Sementara, 29,9% diantaranya lebih menyukai nanas dalam bentuk

kaleng (canned pineapple), lalu diikuti oleh nanas yang telah

dikupas sebagian (with peel pineapple) sebanyak 28,6%; nanas

yang dikupas seutuhnya (whole peeled pineapple) sebesar 13,9%

dan dried pineapple sebesar 5,2% (Gambar 2).

Gambar 2. Beberapa Bentuk Buah Nanas yang paling diminati

di Pasar Jepang

Sumber: Macromill (2011) dalam Santo dan Uchiyama (2014)

Masyarakat Jepang lebih menyukai nanas dengan rasa manis

dan sedikit asam. Sekitar 60,8% dari total responden memilih rasa

manis dan asam (sweet & sour), lalu diikuti oleh rasa manis (sweet)

Tabel 1. Negara Supplier Nanas di Pasar Jepang sebesar 47,6%; rasa alami (natural taste) sebesar 13,1% dan asam

(sour) sebesar 4% (Gambar 3).

Gambar 3. Beberapa Pilihan Rasa Buah Nanas yang paling

diminati di Pasar Jepang

Sumber: Macromill (2011) dalam Santo dan Uchiyama (2014)

Jenis produk buah, terutama nanas yang popular di pasar

Jepang adalah nanas yang memiliki banyak kandungan brix. Brix

merupakan indikitor atau pengukuran yang menentukan kadar

kemanisan. Produk makanan dengan kandungan brix yang besar

memiliki lebih banyak kandungan nutrisi. Bahkan di sektor ritel buah-

buahan di Jepang, high brix merupakan salah satu penentu tingginya

kualitas produk tersebut. Nanas dengan high brix cenderung

memiliki harga jual yang lebih tinggi. Selain kemasan yang bersih,

kemasan nanas dan buah tropical lainnya wajib mencantumkan

lokasi produksi (traceability).

Produk nanas impor didistribusikan ke supermarket, industri

jasa makanan dan pengecer melalui jaringan distribusi domestik.

Beberapa importir utama yang sangat mendominasi pasar nanas

Jepang antara lain Dole Japan Co., Ltd. (DJ), Fresh Del Monte

Japan Co., Ltd., dan Chiquita Unifrutti Japan Ltd. DJ merupakan

importir dengan pangsa terbesar mencapai 53% dari total nanas

impor segar (fresh pineapple) di pasar Jepang. Selain melalui

jaringan importir besar tersebut, importir dan distributor dapat

melakukan melalui Agricultural Cooperative Association (JA),

distributor resmi supermarket dan melalui produsen buah di Jepang

yang juga merangkap sebagai importir. DJ sebagai importir terbesar

memiliki preferensi bahwa nanas yang akan diimpor adalah nanas

yang memiliki rasa manis dan asam serta memiliki ukuran besar.

Ukuran nanas besar menjadi penting untuk memudahkan dalam

pemotongan karena sebagian besar fresh pineapple dijual dalam

bentuk nanas potong (cut pineapples)(Santo dan Uchiyama, 2014).

Ketentuan Produk

Di sisi regulasi, produk nanas yang masuk ke pasar Jepang

harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Food Sanitation

Law. Food Safety Committee mengeluarkan aturan Acceptable Daily

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume I, No. 17, Tahun 2019 3

Page 4: Daftar Isibppp.kemendag.go.id/media_content/2019/10/Majalah_Warta... · 2019-10-08 · tambah dari kayu manis (cassiavera), sehingga Indonesia hanya mengekspor bahan mentah. Sehingga,

Intake (ADI) yang memuat daftar dan kandungan pestisida yang

diijinkan untuk digunakan dalam proses produksi pada perkebunan

nanas dan buah lainnya. Selain pestisida, kandungan radiasi

pada produk nanas juga menjadi fokus utama konsumen Jepang.

Setelah bencana kebocoran radiasi nuklir pada tahun 2011, saat ini

konsumen Jepang sangat memperhatikan efek dari radiasi tersebut.

Salah satunya dengan memperhatikan traceability (ketelusuran)

produk tersebut dimana suatu produk harus memiliki informasi yang

jelas mengenai nama produsen, lokasi produksi, kandungan radiasi

dan penggunaan bahan kimia.

Ministry of Agriculture, Forestry dan Fishery (MAFF)

juga menerapkan Food Communication Project (FCP) untuk

meningkatkan realibility dari suatu produk. Berdasarkan konsep

FCP, supplier makanan harus patuh pada proses audit, public

relation dan credibility. Nanas dan buah-buahan impor juga harus

memiliki sertifikat Good Agricultural Practices (GAPs). Sertifikat

ini menunjukkan bahwa proses produksi atau perkebunan telah

mengaplikasikan konsep well-manageable mulai dari tahap

penanaman, produksi dan pergudangan. Salah satu ciri suatu produk

yang sudah mengaplikasikan GAPs adalah dengan mencantumkan

logo Japanese Agricultural Standard (JAS) (JETRO, 2011).

Lebih lanjut, masyarakat Jepang sangat sensitif terhadap

kemasan suatu produk. Selain kemasan yang unik, kemasan juga

harus bersih dan aman. Penampilan luar suatu produk merupakan

salah satu kriteria utama distribusi makanan di Jepang.

Gambar 4. Contoh Kemasan Buah Nanas di Pasar Jepang

Sumber: Rakuten (2018)

Kompetitor dan Tarif Bea Masuk (BM) Nanas di Pasar Jepang

Filipina masih menjadi pemasok utama nanas impor Jepang.

Berdasarkan hasil studi, nanas asal Filipina memiliki tiga keunggulan

antara lain (i) durasi transportasi antara Filipina dan Jepang

tergolong singkat; (ii) Keberagaman jenis, seperti jenis “sweetio”

dan “MG-3” yang rasanya sesuai dengan preferensi konsumen

Jepang serta jenis “smooth cayenne” yang rasa dan teksturnya

cocok dijadikan canned pineapples; dan (iii) keunggulan lokasi area

produksi di kawasan gunung berapi Mindanao yang mendukung

untuk buah nanas dengan kualitas yang baik. Sementara itu, nanas

dari Indonesia juga memiliki varietas yang cukup beragam salah

satunya adalah Paair Kelud (PK-1) yang memiliki karakteristik aroma

dan rasa yang sedikit berbeda dengan MG-3. Sentra produksi

nanas di Indonesia yang tersebar di berbagai daerah antara lain:

Kupaten Subang, Pemalang, Prabumulih, Kediri, Blitar, Kubu Raya,

Mempawah, Muaro Jambi, Kampar, Lampung Tengah dan Karimun

(Detikfinance, 2018)

Secara umum, tarif Bea Masuk (BM) yang dikenakan Jepang

untuk buah nanas bagi anggota WTO masih relatif tinggi yaitu

sebesar 17% untuk fresh pineapple dan 7,2% untuk dried pineapple

(Japan Customs, 2018). Sedangkan tarif BM yang ditetapkan oleh

Jepang untuk buah nanas Indonesia sesuai dengan hasil Indonesia-

Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) adalah sebagai

berikut:

• Fresh Pineapple:

- Fresh pineapple Indonesia masih dikenakan Tariff Rate

Quota (TRQ) dimana untuk buah nanas dengan satuan

berat kurang dari 900 gr selama jumlah ekspornya belum

melebihi pooled quota yang ditetapkan dibebaskan dari

tarif BM, dan untuk produk fresh pineapple lainnya (berat

satuan lebih dari 900 gr) dan atau telah melebihi pooled

quota yang ditetapkan akan dikenakan tarif Bea Masuk

sebesar 17% (Japan Custom, 2018).

- Besaran kuota impor buah nanas (fresh pineapple) yang

ditetapkan Jepang untuk Indonesia selama 1 April 2018-

31 Maret 2019 sebesar 300 Metric Tonnes (MT) (Ministry of

Agriculture, Forestry and Fisheries Japan, 2018).

- Impor nanas Jepang dari Indonesia di tahun 2017 telah

mencapai 2.449 Metric Tonnes (MT) sehingga volume

yang melebihi kuota diharuskan untuk membayar tarif Bea

Masuk. (ITC Trademap, 2018).

• Dried Pineapple:

- Produk dried pineapple dari Indonesia justru dikecualikan

dari berbagai komitmen EPA yang berarti bahwa dried

pineapple Indonesia tetap dikenakan tarif biasa yaitu

sebesar 7,2%.

Berbeda dengan Indonesia, Filipina sebagai kompetitor

utama mendapatkan keuntungan yang lebih dari

sisi pengenaan Tariff Rate Quota (TRQ) dan tarif BM

dibandingkan dengan Indonesia. Meskipun untuk produk

fresh pineapple Filipina, juga dikenakan TRQ namun

kuota yang diberikan Jepang kepada Filipina jauh lebih

besar. Tarif BM yang ditetapkan oleh Jepang untuk buah

nanas Filipina sesuai dengan Japan-Philippines Economic

Partnership Agreement adalah sebagai berikut:

Nanas Potong Nanas Utuh

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume I, No. 17, Tahun 20194

Page 5: Daftar Isibppp.kemendag.go.id/media_content/2019/10/Majalah_Warta... · 2019-10-08 · tambah dari kayu manis (cassiavera), sehingga Indonesia hanya mengekspor bahan mentah. Sehingga,

• Fresh Pineapple:

- Fresh pineapple Filipina juga dikenakan Tariff Rate Quota

(TRQ) dimana untuk buah nanas dengan satuan berat

kurang dari 900 gr selama jumlah ekspornya belum

melebihi pooled quota yang ditetapkan dibebaskan dari

tarif BM, dan untuk produk fresh pineapple lainnya (berat

satuan lebih dari 900 gr) dan atau melebihi pooled quota

yang ditetapkan akan dikenakan tarif Bea Masuk sebesar

17% (Japan Custom, 2018).

- Besaran kuota impor buah nanas (fresh pineapple) yang

ditetapkan Jepang untuk Filipina selama 1 April 2018-31

Maret 2019 sebesar 1.800 Metric Tonnes (MT), atau enam

kali lipat lebih besar jika dibandingkan dengan Indonesia

(Ministry of Agriculture, Forestry and Fisheries Japan,

2018).

- Impor nanas Jepang dari Filipina di tahun 2017 telah

mencapai 145,7 Ribu Metric Tonnes (MT) (ITC Trademap,

2018).

• Dried Pineapple:

- Produk dried pineapple dari Filipina masuk ke dalam

kategori b10 yang berarti bahwa dried pineapple Filipina

akan mendapat manfaat pengurangan tarif secara berkala

dan pada tahun ke-10 setelah pelaksanaan Japan-

Philippines Economic Agreement akan mendapatkan tarif

BM sebesar 0%.

- Sebagai informasi, Japan-Philippines Economic Agreement

dimulai di tahun 2006, dengan demikian produk dried

pineapple dari Filipina saat ini sudah menikmati preferensi

tarif BM sebesar 0%.

Strategi yang perlu diambil

Keuntungan yang diperoleh Filipina baik dari segi investasi pertanian

dan khususnya pengenaan tarif yang lebih rendah jika dibandingkan

dengan Indonesia, tentu menjadi tantangan bagi Indonesia dalam

bersaing dengan Filipina di pasar Jepang. Oleh karena itu,

diperlukan negosiasi atau review antara Indonesia-Jepang dalam

kerangka perjanjian perdagangan IJEPA jika memungkinkan untuk

menurunkan tarif dimaksud sehingga Indonesia dapat meningkatkan

daya saing di pasar nanas Jepang.

Selain itu, terdapat pula tantangan dalam hal pemasaran dan

regulasi yang harus dipenuhi oleh Indonesia, antara lain:

• Rantai distribusi retail untuk masuk ke pasar Jepang untuk

produk buah tentu tidak mudah dibandingkan dengan Filipina

yang telah memperoleh investasi dari Jepang. Terkait hal

tersebut, diharapkan semua stakeholders Indonesia dapat

secara aktif meningkatkan jaringan bisnis baik secara langsung

dengan importir, wholesaler dan berbagai channel distribusi di

Jepang.

• Konsumen Jepang cenderung demanding, khususnya pada

produk yang dikonsumsi secara langsung. Untuk dapat

mengatasi hal tersebut, diharapkan eksportir nanas di Indonesia

dapat memahami dan mematuhi segala persyaratan yang

ditetapkan oleh pemerintah Jepang, antara lain Implementasi

Good Agricultural Practice (GAPs), Food Communication

Project (FCP) yang memuat berbagai informasi mengenai asal

produk atau original distribution, quality and functionality; serta

safety & disclosure.

• Selain itu, buah nanas Indonesia juga harus diupayakan untuk

dapat disesuaikan dengan cita rasa yang manis serta ukuran

yang sesuai dengan preferensi konsumen Jepang.

Sumber : http://faktualnews.co

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume I, No. 17, Tahun 2019 5

Page 6: Daftar Isibppp.kemendag.go.id/media_content/2019/10/Majalah_Warta... · 2019-10-08 · tambah dari kayu manis (cassiavera), sehingga Indonesia hanya mengekspor bahan mentah. Sehingga,

Bisnis Online adalah sebuah pendekatan saluran pemasaran

(marketing channel) yang terbuka, beragam, dan secara

terus-menerus mengalami perubahan (Pancaningrum dan

Risdwiyanto, 2013). Fasilitas online membuat informasi dan data

yang tersedia semakin meningkat variasi, jumlah, kecepatan dan

kualitasnya. Perkembangan bisnis secara online sudah ada sejak

tahun 1990an terutama untuk bidang pemasaran. Marketing channel

online pada awalnya dilakukan kamunikasi satu arah yaitu dari

pelaku usaha ke konsumen, namun perkembangan terbaru perlu

adanya komunikasi dua arah antara pelaku usaha dan konsumen

karena akan membantu kedua belah pihak mendapatkan informasi

yang dibutuhkan. Tempat untuk melakukan pertukaran informasi

antara pelaku usaha dan konsumen online biasanya dilakukan di

toko online.

Banyaknya toko online telah membantu masyarakat dalam

mendapatkan barang dan jasa secara lebih mudah dan efisien.

Konsumen dengan mudah berbelanja untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya sehari-hari tanpa harus mengalami kemacetan di jalan

atau membayar parkir di toko konvensional. Dunia usaha juga bisa

dengan mudah mempromosikan dan menjual barang dan jasa

yang mereka produksi atau mendistribusikannya secara langsung

ke konsumen. Pada akhirnya diharapkan kesejahteraan pelaku

usaha dan konsumen dapat meningkat karena adanya efisiensi dan

efektivitas dalam bertransaksi. Namun perlu adanya kepastian atas

barang atau jasa yang diperoleh dari perdagangan online tanpa

mengakibatkan kerugian bagi konsumen maupun pelaku usaha.

Pada kenyataannya pihak konsumen seringkali menjadi pihak yang

relatif lebih lemah dibandingkan pelaku usaha yang berbadan hukum

dan memiliki modal besar. Oleh karena itu diperlukan perlindungan

bagi konsumen supaya hak-haknya bisa terpenuhi.

Perlindungan Konsumen (PK)

Konsumen atau customers yaitu semua orang yang

menggunakan barang dan atau jasa yang diperjualbelikan di

masyarakat untuk keperluan sendiri, keluarga, orang lain atau

makhluk hidup lain dan tidak untuk diperjualbelikan lagi (Setiawati,

2015). Konsumen online di Indonesia semakin berkembang dan

sangat menyukai berbelanja melalui internet, terlebih saat ini banyak

toko online yang memberikan kemudahan fasilitas aplikasi online

yang bisa didownload dari handphone konsumen secara langsung.

Kemudahan fasilitas yang diberikan toko online terkadang membuat

konsumen melakukan tindakan spontan dalam berbelanja. Biasanya

konsumen terlena dengan iklan barang/jasa yang terlihat menarik

dan harga yang relatif murah. Pada saat itulah oknum pelaku usaha

memanfaatkan kelengahan konsumen untuk mengambil untung

secara berlebihan atau memperdaya konsumen. Oleh karena itu

perlu adanya payung hukum supaya konsumen bisa dilindungi dari

oknum pelaku usaha yang ingin menipu konsumen.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen atau customers protection, definisi PK

yaitu segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk

memberikan perlindungan kepada konsumen. Asas dari PK yaitu

manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan dan keselamatan

konsumen, serta kepastian hukum. Tujuan dari PK yaitu: (1)

meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen

untuk melindungi diri; (2) mengangkat harkat dan martabat konsumen

dengan cara menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian

barang dan/atau jasa; (3) meningkatkan pemberdayaan konsumen

dalam memilih, menentukan dan menuntut hak-haknya sebagai

konsumen; (4) menciptakan sistem perlindungan konsumen yang

mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi

serta akses untuk mendapatkan informasi; (5) menumbuhkan

kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan

konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung

jawab dalam berusaha; (6) meningkatkan kualitas barang dan/atau

jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang dan/

atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan

konsumen.

Penjelasan PK diatas masih sebatas yang ada di peraturan

perundang-undangan yang berlaku, pada kenyataannya realitas di

lapangan akan relatif berbeda. Konsumen terkadang kurang sadar

akan apa kewajiban mereka sebelum melakukan transaksi jual beli

terutama di toko online. Berikut adalah beberapa hal yang dilakukan

oleh konsumen/customers cerdas:

Kumara Jati

BERBELANJA ONLINE SECARA CERDAS DALAM RANGKA

PERLINDUNGAN KONSUMEN DI INDONESIA

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume I, No. 17, Tahun 20196

Page 7: Daftar Isibppp.kemendag.go.id/media_content/2019/10/Majalah_Warta... · 2019-10-08 · tambah dari kayu manis (cassiavera), sehingga Indonesia hanya mengekspor bahan mentah. Sehingga,

1. Teliti Sebelum Membeli

Kita perlu waspada dan berhati-hati dalam berbelanja online.

Ada oknum-oknum penjual yang terkadang hanya menginginkan

profit besar tanpa perlu memberikan pelayanan dan kontinuitas

dalam berdagang. Penipuan yang sering terjadi dalam belanja

online yaitu barang tidak dikirim, barang yang diterima konsumen

tidak sesuai dengan gambar dan tidak sama dengan kualitas yang

dijanjikan pelaku usaha sehingga seringkali merugikan pembeli

(Nurwita, 2015). Konsumen perlu cerdas teliti dalam berbelanja

karena dana yang dimiliki terbatas sedangkan keinginan untuk

berbelanja relatif tidak terbatas.

Khusus untuk pembelian produk makanan, minuman atau produk

tidak tahan lama atau voucher belanja. Perhatikan masa berlaku

barang/expired date product yang dibeli. Pastikan barang yang

dibeli akan masih bisa digunakan/dikonsumsi. Jangan sampai

kecewa setelah menerima barang ternyata makanan/minumannya

sudah kadaluarsa atau voucher belanjanya sudah habis masa

berlakunya.

2. Perhatikan Standar Barang yang akan Dibeli

Dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang

Perdagangan disebutkan bahwa standar adalah persyaratan teknis

atau sesuatu yang dibakukan, termasuk tata cara dan metode

yang disusun berdasarkan konsensus semua pihak/Pemerintah/

keputusan internasional yang terkait dengan memperhatikan

syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup,

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengalaman, serta

perkembangan pada masa kini dan masa depan untuk memperoleh

manfaat yang sebesar-besarnya. Barang yang dibeli di Indonesia

sebaiknya memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) yang

ditetapkan oleh lembaga yang menyelenggarakan pengembangan

dan pembinaan di bidang Standardisasi.

Barang yang berlabel SNI dapat melindungi konsumen supaya

terhindar dari spesifikasi produk yang tidak sesuai standar baku

yang ada serta dari barang-barang yang tidak memenuhi unsur

Keselamatan, Keamanan, Kesehatan dan Lingkungan Hidup (K3LH).

Pelanggaran yang terjadi terhadap barang yang tidak sesuai dengan

persyaratan teknis SNI didominasi oleh produk impor sebesar 61%

dan produk lokal sebesar 39% (BPPKP, 2013). Terkait dengan hal

ini, otoritas terkait berupaya memperketat pengawasan barang yang

beredar dalam rangka perlindungan dan pemberdayaan konsumen

salah satunya dengan cara peningkatan status SNI yang bersifat

sukarela menjadi SNI yang berlaku menjadi wajib.

3. Teliti Profile atau Latar Belakang Penjual

Sebelum membeli barang di toko online ada beberapa hal

penting yang perlu diperhatikan terkait dengan profile atau latar

belakang penjual:

a) Lihat Track Record atau Rekam Jejak Penjual

Bukan hanya calon pemimpin daerah atau calon anggota

legislatif saja yang memiliki track record, penjual juga memiliki

track record (rekam jejak berjualan) yang perlu dicermati

diantaranya yaitu: (1) apakah pernah dilaporkan pihak lain

terkait penipuan, (2) apakah pernah ada testimoni dari penjual

lain di internet terkait penjual tersebut, (3) apakah penjual

pernah diblokir di salah satu toko online yang ada, (4) apakah

penjual menawarkan barang yang Dilarang dan Dibatasi

(Lartas). Kalau memang ada salah satu unsur dari keempat hal

diatas, maka pembeli perlu waspada karena itikad baik penjual

dalam memperdagangkan barang/jasa secara berkelanjutan

patut dipertanyakan.

b) Barang yang Sudah Terjual

Pastikan barang yang akan dibeli sudah pernah ada yang

terjual sebelumnya atau penjual sudah pernah menjual

barang sejenis. Lebih baik membeli barang ke penjual yang

sudah berpengalaman menjual banyak barang dan mendapat

respon positif dari pembeli. Apabila penjualnya baru saja

mulai berdagang terkadang sulit untuk membantu pembeli

apabila ada permasalahan dalam proses jual-beli yang terjadi.

Meskipun memang ada juga beberapa pedagang baru

(newcomers) di toko online juga memiliki komitmen kuat dalam

berusaha dengan baik dan benar.

c) Seberapa Cepat Respon Penjual terhadap Pertanyaan

Pembeli

Dalam toko online yang bagus terdapat fasilitas chat/pesan

atau menulis pertanyaan/testimony di wall/dinding website

dengan pengelola toko. Kalau memang pesan yang dikirim

oleh pembeli dibalas dengan cepat oleh penjual maka bisa

terjadi penyamaan persepsi. Ketidaksetaraan informasi/

Asimetric information bisa teratasi dengan baik. Kemungkinan

miskomunikasi dan komplain menjadi semakin kecil. Pelayanan

penjual kepada pembeli menjadi baik dan bisa menjadi relasi

yang kuat antara penjual dan pembeli untuk jangka panjang

dalam berbisnis.

Selain hal-hal tersebut diatas, konsumen juga memiliki beberapa

hal yang penting dan perlu diperhatikan diantaranya yaitu:

1. Bandingkan Barang Sejenis dengan Toko Online yang Lain.

Ada baiknya mengetahui spesifikasi/harga barang yang akan

dibeli dari toko lain (pernah lihat film bioskop “Cek Toko Sebelah”?,

kurang lebih seperti itu). Akan ada persaingan baik dari sisi harga,

kualitas, kuantitas maupun pelayanan antara toko online yang

menjual barang sejenis. Akan lebih bagus kalau kita mendapatkan

harga relatif lebih murah, kualitas yang bagus dengan pelayanan

yang terbaik. Jangan sampai setelah membeli barang, kita kecewa

dengan kualitas barang yang sudah kita beli karena tidak sesuai

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume I, No. 17, Tahun 2019 7

Page 8: Daftar Isibppp.kemendag.go.id/media_content/2019/10/Majalah_Warta... · 2019-10-08 · tambah dari kayu manis (cassiavera), sehingga Indonesia hanya mengekspor bahan mentah. Sehingga,

dengan yang dijanjikan atau toko sebelah ternyata memberikan

harga yang lebih baik.

Brand suatu toko online dan produk yang diperjualbelikan akan

berkembang sesuai dengan tingkat pelayanan yang diberikan oleh

provider toko online dan pedagang yang ada. Ada enam unsur

Brand yang perlu diperhatikan (Kotler, 1994): (1) attributes: suatu

brand memiliki atribut tertentu ke dalam alam pikiran konsumen;

(2) benefits/manfaat: brand dari barang atau jasa bisa memberikan

manfaat tambahan secara emosional dan fungsional kepada

konsumen; (3) values: nilai tertentu dari suatu brand terhadap

konsumen; (4) culture: budaya tertentu bisa disajikan suatu brand;

(5) personality: kepribadian tersendiri bisa ditunjukkan dari suatu

brand; (6) user: konsumen brand tertentu yang sudah terkenal

dengan harga yang relatif mahal biasanya penggunanya berasal

dari kelas ekonomi menengah/atas. Pengalaman suatu toko online

serta afiliasi dengan pelaku usaha lain dapat menjadi pertimbangan

konsumen dalam memilih brand tertentu dalam berbelanja. Semakin

lama jam terbang serta semakin banyak kerjasama dengan bisnis

lain maka dapat meningkatkan brand image mereka.

2. Perhitungkan Biaya Pengiriman

Biaya pengiriman memberikan kontribusi signifikan terhadap

keputusan konsumen untuk membeli atau tidak suatu produk.

Permasalahan pengiriman produk diantaranya pemilihan jasa kurir

pengirim barang. Terkadang pelaku usaha sudah memiliki beberapa

rekanan kurir pengirim barang sedangkan konsumen hanya memilih

siapa kurir yang diinginkan dan berapa lama waktu yang dibutuhkan

dalam mengirim barang.

Hal lain yang perlu diperhatikan dengan seksama yaitu lokasi

toko online yang menjual barang/jasa dan lokasi tujuan pengiriman

barang. Apabila jaraknya dekat maka biasanya ada kecenderungan

biaya pengiriman akan relatif lebih murah. Apabila memang hanya

itu toko online satu-satunya yang menjual barang yang diinginkan

dan lokasinya jauh maka perhitungkan biaya pengiriman barang,

jangan sampai biaya pengiriman barang melebihi harga barang

yang dibeli.

Apabila dana terbatas didalam rekening pribadi dan

menghindari resiko penipuan dalam mentransfer dana berlebihan

atau resiko barang tidak terkirim, ada baiknya memanfaatkan toko

online yang terdapat fasilitas Cash on Delivery (CoD/pembayaran

pada saat barang diterima) atau bahkan fasilitas Free Ongkir

(gratis ongkos/biaya pengiriman). CoD merupakan bentuk transaksi

keuangan dimana pembayaran dilakukan setelah barang diterima

oleh konsumen. Lebih baik lagi kalau ada pilihan free ongkir atau

bebas ongkos kirim, artinya barang yang dibeli secara online tidak

dipungut biaya pengiriman atau dengan kata lain penjual/ provider

toko online menanggung biaya pengiriman.

3. Gunakan Asuransi Pengiriman untuk Pembelian Barang

Berharga/Barang yang Mahal/Langka

Pada saat proses pengiriman barang terdapat pilihan

penggunaan asuransi pengiriman barang. Biasanya biaya asuransi

relatif murah dan mengurangi resiko apabila memang barang yang

dibeli merupakan barang berharga/barang yang mahal harganya

atau langka. Namun sebenarnya asuransi ini pada awalnya hanya

digunakan untuk kegiatan ekspor-impor, saat ini kesadaran konsumen

makin tinggi sehingga permintaan akan penggunaan asuransi juga

naik. Kenapa asuransi pengiriman barang ini dibutuhkan? Pada

kenyataannya, pihak ekspedisi relatif kebal terhadap segala tuntutan

kerugian yang diakibatkan adanya bahaya-bahaya yang bersifat

accidental. Oleh karena itu, diperlukan pihak ketiga atau asuransi

yang bisa membantu mengganti biaya kerugian yang terjadi apabila

barang rusak dan atau hilang.

Konsumen juga perlu hati-hati dalam memilih asuransi yang

ada karena adakalanya terjadi kasus barang yang dikirim rusak atau

hilang, sedangkan ada pelaku usaha yang cenderung menghindari

biaya penggantian. Pelaku usaha terkadang bisa berlindung dibalik

pasal-pasal yang ada didalam Terms and Condition (T&C)/syarat

dan ketentuan yang berlaku dalam asuransi pengiriman barang

yang dibuat oleh perusahaan. Posisi konsumen akan lemah kalau

memang ada syarat dan ketentuan tertentu yang terlanggar pada

saat pengiriman barang secara eksplisit tercantum dalam T&C.

4. Jangan Beli hanya karena Diskon, tetapi Beli Barang karena

Kebutuhan, bukan karena Keinginan

Pada momen-momen tertentu, toko online juga memberikan

diskon dengan tujuan mempromosikan barang atau bahkan cuci

gudang supaya bisa diisi dengan produk baru. Konsumen perlu

hati-hati apabila terjadi seperti ini karena biasanya kita membeli

karena iming-iming potongan harga atau buy one-get one free atau

bentuk promosi yang lain yang membuat kita sebenarnya tidak

membutuhkan barang tersebut tetapi jadi membelinya. Prioritaskan

membeli barang yang dibutuhkan.

Kebutuhan merupakan sesuatu barang/jasa yang harus dimiliki

seseorang karena tingkat keperluan dan urgensinya yang relatif

tinggi; sedangkan keinginan merupakan suatu barang/jasa yang

bersifat subyektif dan tidak terlalu berpengaruh pada kelangsungan

hidup manusia. Apabila anggaran terbatas, sebaiknya membeli

barang lebih kepada kebutuhan barang tersebut untuk keperluan

yang mengikat dan bermanfaat berdasarkan fungsinya yang ada.

Namun kalau memang ada anggaran berlebih dan waktu yang

tersedia untuk browsing toko online, bisa juga kita membeli sesuai

dengan keinginan sekedar untuk memenuhi kepuasan diri, mengikuti

tren terbaru serta pemenuhan kebutuhan tersier.

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume I, No. 17, Tahun 20198

Page 9: Daftar Isibppp.kemendag.go.id/media_content/2019/10/Majalah_Warta... · 2019-10-08 · tambah dari kayu manis (cassiavera), sehingga Indonesia hanya mengekspor bahan mentah. Sehingga,

5. Sebaiknya Mentransfer uang ke Rekening Pelaku Usaha yang

berbentuk badan hukum yang didirikan dan berkedudukan

dalam wilayah hukum Indonesia.

Ada beberapa testimony/pengakuan dari pembeli online yang

terkena penipuan dari oknum penjual online yang tidak bertanggung

jawab. Biasanya penjual online ini menggunakan akun atas nama

pribadi, alamat kurang jelas dan tidak valid serta tidak ada itikad

baik dalam berusaha. Pada kenyataannya semua pelaku usaha yang

melakuan kegiatan usaha perdagangan harus memiliki ijin dalam

bidang perdagangan. Hal ini sesuai dengan UU Nomor 7 Tahun

2014 tentang Perdagangan Pasal 106 bahwa pelaku usaha yang

melakukan kegiatan usaha Perdagangan tidak memiliki perizinan di

bidang Perdagangan dapat dipidana penjara paling lama 4 tahun

atau denda paling banyak Rp 10 miliar. Meskipun demikian, untuk

kasus-kasus tertentu seperti UMKM (Usaha Menengah Kecil dan

Mikro) atau pedagang individu yang modalnya relatif kecil bisa

mendapat pengecualian-pengecualian khusus terkait perizinan.

6. Hindari gunakan situs Media Sosial atau Blog kecuali sudah

kenal dekat dengan penjual secara pribadi.

Ada kalanya memang produk-produk tertentu atau penjual

tertentu hanya ada di Media Sosial atau blog; jadi sulit bagi

konsumen untuk menggunakan fasilitas toko online resmi untuk

membeli barang yang dia inginkan. Oleh karena itu, tidak sedikit

konsumen yang berbelanja online karena promosi dari Media

Sosial/blog tertentu karena sekaligus membuka akun Media Sosial,

sekaligus berbelanja (sekali dayung, dua-tiga pulau terlampaui).

Terkadang saya pribadi juga melihat Media Sosial terdapat penjual

yang menjajakan barangnya, kemudian kita tertarik dengan barang

tersebut dan ingin membelinya karena dari sisi tampilan terlihat

sangat menarik.

Persoalannya adalah Media Sosial/blog bukan merupakan

toko online untuk melakukan aktivitas jual-beli secara resmi. Media

Sosial tersebut tidak menyediakan fasilitas khusus untuk berinteraksi

atau untuk melakukan transaksi jual-beli barang/jasa. Bahkan yang

lebih riskan adalah tidak adanya sistem/mekanisme pengiriman

barang atau transfer uang untuk membayar barang/jasa yang dibeli.

Mekanisme untuk melakukan komplain apabila barang/jasa yang

dibeli tidak sesuai dengan yang diharapkan juga tidak mudah,

tidak ada pihak ketiga/provider media sosial yang bisa menjadi

penengah apabila terjadi transaksi jual beli. Bisa saja pihak penjual

dengan mudah melakukan blokir terhadap akun pembeli di media

sosial dan masalahnya dianggap selesai serta pembeli tidak bisa

melakukan komplain lagi. Sistem pengembalian barang/retur atau

pengembalian uang juga tidak ada di Media Sosial/Blog karena

memang fungsinya bukan untuk melakukan transaksi jual-beli

barang/jasa.

Tabel 1. Perbedaan Kebutuhan dan Keinginan dalam Membeli Barang/Jasa di Toko Online

Kebutuhan Keinginan

Sudut Pandang Konsumen Obyektif Subyektif

Sifat Mengikat Tidak Mengikat

Urgensi Perlu/Harus Terpenuhi Tidak Harus Terpenuhi

Dampak yang terjadi Manfaat/Benefit Kepuasan/Satisfaction

Tolak Ukur Fungsi dari barang/jasa Selera Konsumen/ gaya hidup

Sumber: Rahmani (2017), diolah

Sumber : http://marketingjoss.comSumber : http://okezone.com

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume I, No. 17, Tahun 2019 9

Page 10: Daftar Isibppp.kemendag.go.id/media_content/2019/10/Majalah_Warta... · 2019-10-08 · tambah dari kayu manis (cassiavera), sehingga Indonesia hanya mengekspor bahan mentah. Sehingga,

Data dan Informasi Pembeli dan Pelaku Usaha

Toko online sebaiknya bisa membedakan pembeli bertindak

sebagai konsumen akhir dan sebagai distributor. Apabila pembeli

sebagai konsumen akhir biasanya pembelian dalam jumlah yang

sedikit dan harga normal. Namun jika pembeli sebagai distributor/

retailer maka jumlah yang dibeli relatif lebih banyak dan bisa

meminta harga promo atau lebih murah dari harga normal dengan

penawaran-penawaran khusus. Ada baiknya ada pilihan khusus

dalam aplikasi toko online apabila memang pembeli ingin menjual

kembali produk yang dibelinya supaya data dan informasi tersebut

tersimpan di database pelaku usaha yang bisa digunakan untuk

memberikan promosi khusus kepada pembeli tertentu.

Pertukaran data dan informasi dalam proses belanja online

merupakan perdagangan melalui sistem elektronik. Berdasarkan

UU Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan terutama Pasal 65

yang berbunyi bahwa setiap pelaku usaha yang memperdagangkan

Barang dan/atau Jasa dengan menggunakan sistem elektronik wajib

menyediakan data dan/atau informasi secara lengkap dan benar

yaitu: (1) identitas dan legalitas pelaku usaha sebagai produsen

atau pelaku usaha distribusi; (2) persyaratan teknis barang yang

ditawarkan; (3) persyaratan teknis atau kualifikasi jasa yang

ditawarkan; (4) harga dan cara pembayaran dan/atau jasa; (5) cara

penyerahan barang. Apabila peraturan ini dipatuhi pelaku usaha

maka konsumen tidak perlu khawatir apabila terjadi hal-hal yang

tidak diinginkan seperti penipuan dalam bertransaksi di toko online.

Menurut (Nurwita, 2015), dunia maya (online) merupakan dunia

tanpa batas dimana penegak hukum membutuhkan waktu apabila

terjadi penipuan dalam proses jual-beli online sebagai akibat dari

tidak jelasnya identitas pelaku usaha.

Bila terjadi sengketa terkait dengan transaksi dagang melalui

sistem elektronik, orang atau badan usaha yang mengalami sistem

elektronik, atau badan usaha yang mengalami sengketa dapat

menyelesaikan sengketa tersebut melalui pengadilan atau melalui

mekanisme penyelesaian sengketa lainnya. Konsumen perlu tahu

bahwa pelaku usaha memiliki kewajiban apabila memperdagangkan

barang atau jasa dengan menggunakan sistem elektronik yang tidak

menyediakan data dan/atau informasi secara lengkap dan benar

maka dapat dikenai sanksi administrasi berupa pencabutan izin.

Apabila ada indikasi terjadi wanprestasi/kelalaian penjual dalam

melaksanakan kewajibannya maka pembeli memiliki hak untuk bisa

melakukan pelaporan melalui: (1) Langsung pada pelaku usaha/

provider toko online yang menyediakan jasa jual-beli; (2) Lembaga

Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM) setempat;

(3) Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) terdekat; (4)

Dinas yang menangani perlindungan konsumen di Kabupaten/Kota;

(5) Pos layanan informasi dan pengaduan konsumen.

Sosialisasi Konsumen Cerdas dalam Rangka Perlindungan

Konsumen

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perlindungan Konsumen

dan Tertib Niaga, Kementerian Perdagangan (2017) Indeks

Keberdayaan Konsumen (IKK) di Indonesia masih sebesar 30,86.

Hasil ini memperlihatkan bahwa konsumen di Indonesia berada pada

level “Paham”. Konsumen Indonesia sudah mengetahui hak dan

kewajiban sebagai konsumen. Namun belum bisa menggunakan/

memanfaatkan hak dan kewajiban sebagai konsumen, serta belum

memiliki peran yang aktif dalam rangka memperjuangkan hak

sebagai konsumen. IKK sendiri terbagi dalam beberapa bagian

dimana 0-20,0 (sadar); 20,1-40,0 (paham); 40,1-60,0 (mampu); 60,1-

80,0 (kritis); dan 80,1-100 (berdaya). Kalau kita bandingkan dengan

IKK dari negara-negara di Eropa sudah mencapai 51,3 yang masuk

kedalam kategori “Mampu” memperjuangkan hak mereka sebagai

konsumen cerdas.

Perlu adanya peran stakeholder yang tergabung dalam Penta

Helix (ABGCM): Academia, Business, Government (Pemerintah

pusat dan Pemerintah daerah), Community dan Media dalam

membantu mensosialisasikan bagaimana menjadi Konsumen

Cerdas (Koncer). Academia (Peneliti/Dosen/Guru) perlu menambah

porsi penulisan dan pengajaran terkait pentingnya Konsumen

Cerdas. Business perlu memberikan pemahaman terkait bagaimana

memilih barang yang berkualitas dengan standar bisnis yang ada

di perusahaan Indonesia. Pemerintah perlu mensosialisasikan

kewajiban, hak serta regulasi yang harus dipenuhi oleh konsumen

dan pelaku usaha. Komunitas dan Media massa perlu ikut serta

dalam memberdayakan konsumen dengan informasi dan data yang

berguna bagi konsumen untuk bisa memilih barang dan jasa yang

berkualitas dan aman.

Sumber : http://carajualan.com Sumber : http://shotanomad.com

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume I, No. 17, Tahun 201910

Page 11: Daftar Isibppp.kemendag.go.id/media_content/2019/10/Majalah_Warta... · 2019-10-08 · tambah dari kayu manis (cassiavera), sehingga Indonesia hanya mengekspor bahan mentah. Sehingga,

Sekilas Produk Kayu Manis

Kayu manis adalah sejenis rempah-rempah yang diperoleh

dari kulit bagian dalam beberapa spesies pohon Genus

Cinnamomum yang memberikan rasa manis dan sedap pada

masakan. Kayu manis diperoleh dengan cara mengelupas bagian kulit

luar pohon dan bagian kulit dalam untuk mendapatan lapisan kayu

manis. Selanjutnya kayu manis dikeringkan dan dipotong menjadi

batang kayu manis atau dihancurkan menjadi bubuk rempah-rempah.

Indonesia merupakan salah satu produsen utama kayu manis di

dunia. Berdasarkan data Food and Agriculture Organization (FAO),

tahun 2016 produksi kayu manis Indonesia adalah terbesar kedua

setelah Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Produksi kayu manis

dari RRT mencapai 52% dan Indonesia sekitar 30% dari total kayu

manis di dunia. Negara lain yang juga menghasilkan kayu manis

adalah Vietnam dan Sri Lanka dengan masing-masing total produksi

sebesar 12% dan 6% dari total produksi dunia.

Persistence Marker Research mengeluarkan penelitian

mengenai prospek industri kayu manis di dunia pada tahun 2017.

Seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran orang akan

pola hidup sehat dan konsep kembali ke alam telah mendorong

permintaan kayu manis di seluruh dunia meningkat pesat. Kebutuhan

akan kayu manis sudah tidak lagi terbatas pada industri makanan

dan minuman tetapi juga dalam industri kosmetik dan farmasi.

Aroma yang khas dari kayu manis telah menyebabkan industri

makanan semakin memanfaatkan kayu manis sebagai campuran

Endah Ayu Ningsih

PENGEMBANGAN EKSPOR PRODUK KAYU MANIS

INDONESIA

roti, pastry, serta hidangan coklat dan manisan. Kayu manis juga

menjadi alternatif sebagai campuran minuman kesehatan contohnya

untuk dicampurkan dengan madu, teh dan kopi.

Kayu manis kaya akan kandungan antioksidan, anti jamur,

anti kanker dan anti inflamasi sehingga banyak produsen farmasi

di dunia terus mengembangkan kayu manis sebagai bahan baku

pembuatan obat dan suplemen (Emilda, 2018). Penggunaan kayu

manis untuk farmasi terutama pada obat diabetes, gangguan

pernapasan dan pencernaan. Selain itu semakin banyak pula

produsen kosmetik yang menggunakan kayu manis sebagai

produk perawatan terutama untuk mengatasi gangguan kulit seperti

jerawat dan eksim. Peningkatan produksi kosmetik dan obat-obatan

berbahan baku kayu manis telah menciptakan momentum dalam

pertumbuhan pasar global untuk produk kayu manis.

109 130

202247

339

468497

642

42 4776 83

121 132159

203

1523

36 48 61107

94148

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Dunia

Sri Lanka

Indonesia

Data dalam USD Juta

Gambar 1. Perkembangan Ekspor Kayu Manis Dunia 2001-2017

Sumber: Trade Map (2018), diolah

Sumber : http://kanal247.com

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume I, No. 17, Tahun 2019 11

Page 12: Daftar Isibppp.kemendag.go.id/media_content/2019/10/Majalah_Warta... · 2019-10-08 · tambah dari kayu manis (cassiavera), sehingga Indonesia hanya mengekspor bahan mentah. Sehingga,

Gambar 1 menunjukkan sejak tahun 2009 tren permintaan

kayu manis global secara konsisten mengalami peningkatan.

Pertumbuhan ekspor kayu manis dunia sejak 2009 hingga 2017

rata-rata meningkat sebesar 14% per tahun. Pertumbuhan ekspor

Indonesia sendiri untuk periode yang sama sebesar 18% per tahun.

Indonesia Termasuk Pemasok Utama Kayu Manis di Dunia

Ekspor kayu manis dunia tahun 2017 mencapai USD 641,7

juta. Sri Lanka merupakan eksportir utama kayu manis di dunia

dengan nilai ekspor tahun 2017 mencapai USD 202 juta. Indonesia

merupakan eksportir terbesar ke-dua dengan nilai ekspor sebesar

USD 148 juta. Pertumbuhan ekspor kayu manis dalam 5 tahun

terakhir dalam nilai adalah 13% per tahun namun secara kuantitas

ekspornya hanya meningkat 2% per tahun pada periode yang sama.

Hal tersebut menunjukkan bahwa harga kayu manis mengalami

peningkatan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir (lihat

Gambar 1).

Gambar 2. Negara Eksportir kayu Manis dan Bunga Kayu Manis

(HS 0906) ke Dunia, 2017

Sumber: Trade Map (2018), diolah

Secara kuantitas, eksportir kayu manis terbesar adalah RRT

di mana pada tahun 2017 ekspornya sebesar 57 ribu ton, diikuti

oleh Indonesia 50 ribu ton, Vietnam 35 ribu ton dan Sri Lanka 17

ribu ton. Namun harga kayu manis Sri Lanka relatif lebih tinggi

jika dibandingkan dengan negara penghasil kayu manis lainnya

menyebabkan nilai ekspor kayu manis Sri Lanka adalah yang

tertinggi di dunia. Sri Lanka memiliki varietas kayu manis yang

disebut Ceylon Cinnamon yang merupakan varietas asli dari Sri

Lanka. Ceylon Cinnamon memiliki aroma terbaik dari jenis lainnya

karena kandungan kimia didalamnya sehingga nilai jualnya lebih

tinggi dari jenis lainnya. Kayu manis jenis ini banyak digunakan

sebagai bahan makanan. Sementara itu kayu manis dari RRT,

Indonesia dan Vietnam adalah kayu manis jenis Cassia. Kayu manis

jenis Cassia memiliki khasiat dalam pengobatan yang menyebabkan

permintaanya terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

Berdasarkan data Trade Map tahun 2017, kayu manis Sri Lanka

berharga hingga USD 12 ribu per ton sementara Indonesia hanya USD

3 ribu per ton, RRT USD 2 ribu per ton dan Vietnam USD 2.500 per

ton. Harga ekspor kayu manis paling tinggi berdasarkan data Trade

Map adalah yang berasal dari Czeh Republic yaitu sebesar USD 17

ribu per ton. Czeh Republic mengekspor kayu manis dalam bentuk

olahan bubuk kayu manis dengan kualitas yang sangat baik dan hanya

diekspor ke internal Uni Eropa sehingga harganya relatif tinggi.

Sumatera Menyumbang Ekspor Nasional Terbesar

Berdasarkan data Statistik Perkebunan Indonesia tahun

2014, perkebunan kayu manis di Indonesia tersebar hampir di

seluruh nusantara dan semuanya merupakan perkebunan rakyat.

Namun demikian luas wilayah perkebunan kayu manis sebagian

besar berada di wilayah Sumatera yaitu mencapai 95% dari luas

perkebunan kayu manis seluruh Indonesia dengan menyumbang

97% dari total produksi nasional. Sentra produksi kayu manis di

Sumatera terletak di Jambi yaitu kabupaten Kerinci dan Propinsi

Sumatera Barat yang meliputi daerah Padang Pariaman, Kabupaten

Agam dan Kabupaten Tanah Datar.

Gambar 3. Ekspor Kayu Manis Indonesia Berdasarkan Propinsi

Sumber: Badan Pusat Statistik (2018), diolah

Walaupun produksi kayu manis di Indonesia berlimpah namun

belum banyak industri pengolahan kayu manis yang memberikan

nilai tambah lebih pada produk tersebut sehingga ekspor kayu

manis Indonesia masih berupa bahan mentah. Pengolahan kayu

manis sebagian besar masih dalam tahap pengeringan dan

dilakukan seleksi kualitas untuk ekspor. Para pengepul kayu manis

mengumpulkan kayu manis dari petani di daerah sentra produksi

untuk kemudian diekspor.

Sesuai dengan data sebaran perkebunannya (Gambar 3),

ekspor kayu manis terbesar berasal dari Sumatra Barat. Lampung

Riau dan Jambi juga penyumbang ekspor kayu manis terbesar untuk

total ekspor Indonesia. Namun demikian, Jakarta dan Jawa Timur

walaupun tidak menghasilkan kayu manis tercatat memberikan

kontribusi masing-masing sebesar 33,3% dan 14,5% dari total

ekspor kayu manis. Aktifitas ekspor kayu manis tidak dilakukan oleh

petani yang umumnya berasal dari perkebunan rakyat. Eksportir

kayu manis mengumpulkan kayu manis dari petani atau dari para

pengepul. Faktor tersebut yang menyebabkan banyak ekspor kayu

manis dari Jakarta dan Jawa Timur karena eksportir kayu manis

banyak berlokasi di propinsi tersebut.

Sri Lanka; 31%

Indonesia; 23%

Rep. Rakyat Tiongkok; 17%

Viet Nam; 14%

Belanda; 3% Amerika Serikat; 2%

Germany; 2%

Madagaskar; 1%

Perancis; 1%

India; 1%

Lainnya; 5%

Lainnya ; 8%

Sumatera Barat; 76,5

Jakarta; 33,3

Jawa Timur; 14,5

Sumatera Utara; 11,8

Lampung; 9,5

Jawa Tengah; 2,3

Lainnya; 0,2

Data dalam USD Juta

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume I, No. 17, Tahun 201912

Page 13: Daftar Isibppp.kemendag.go.id/media_content/2019/10/Majalah_Warta... · 2019-10-08 · tambah dari kayu manis (cassiavera), sehingga Indonesia hanya mengekspor bahan mentah. Sehingga,

Permintaan Kayu Manis di Negara Importir Tumbuh Positif

Gambar 5. Negara Importir Terbesar Kayu Manis Tahun 2017

Sumber: Trade Map (2018)

Pasar Tujuan Ekspor Kayu Manis Indonesia Mengalami Pertumbuhan yang signifikan.

Gambar 4. Ekspor Kayu Manis Indonesia Berdasarkan Negara Tujuan, 2017

Sumber: Trade Map (2018), diolah

peningkatan impor dalam satu tahun terakhir lebih tinggi dari rata-

rata peningkatan lima tahun terakhirnya.

Saat ini kayu manis Indonesia belum mempunyai nilai tambah

yang tinggi karena industri pengolahannya masih tradisional. Petani

juga belum dapat menikmati keuntungan langsung dari tingginya

kebutuhan kayu manis untuk ekspor karena eksportasi dilakukan

oleh pengusaha eksportir. Untuk mengatasi masalah tersebut

pemerintah dapat melakukan edukasi maupun pelatihan kepada

petani untuk melakukan teknik pengolahan yang lebih baik dari

yang sudah ada agar nilai tambah kayu manis dapat ditingkatkan.

Produsen kayu manis sudah tersentralisasi di daerah-daerah sentra

perkebunannya sehingga faktor tersebut dapat memudahkan

pemerintah dalam menyusun target peningkatan ekspor produk

kayu manis secara nasional.

69,0

17,4

8,2 6,6 6,4 5,1 4,13,4 2,7 2,6

1,6 1,6 1,4 1,4 1,4 1,2 1,1 1,1 1,0 0,90

10

20

30

40

50

60

70

80

15%

15%-2%

Pertumbuhan Ekspor Indonesia 2013-2017

Nilai Ekspor 2017 (USD Juta)

30% 21% 15% 27% 15%8% 39% 17%

12% -2% -3% -2% 14% 44% 5% 27% -17% 4%

25

yaitu 14% per tahun. Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan ekspor kayu manis ke negara tujuan

yang hampir semuanya mengalami peningkatan (lihat Gambar 4).

Permintaan Kayu Manis di Negara Importir Tumbuh Positif

Gambar 5. Negara Importir Terbesar Kayu Manis Tahun 2017

Sumber: Trade Map (2018)

Importir terbesar kayu manis di dunia adalah Amerika Serikat di mana pada tahun 2017

impornya mencapai USD 122,2 juta, diikuti oleh Meksiko, India, dan Belanda masing-masing sebesar

USD 89,6 juta, USD 57 juta, dan USD 20,2 juta. Gambar 5 menunjukkan bahwa hampir semua negara

importir kayu manis mengalami peningkatan permintaan impornya dalam lima tahun terakhir.

Terlebih lagi peningkatan impor dalam satu tahun terakhir lebih tinggi dari rata-rata peningkatan lima

tahun terakhirnya.

Saat ini kayu manis Indonesia belum mempunyai nilai tambah yang tinggi karena industri

pengolahannya masih tradisional. Petani juga belum dapat menikmati keuntungan langsung dari

tingginya kebutuhan kayu manis untuk ekspor karena eksportasi dilakukan oleh pengusaha eksportir.

Untuk mengatasi masalah tersebut pemerintah dapat melakukan edukasi maupun pelatihan kepada

petani untuk melakukan teknik pengolahan yang lebih baik dari yang sudah ada agar nilai tambah

kayu manis dapat ditingkatkan. Produsen kayu manis sudah tersentralisasi di daerah-daerah sentra

Ekspor kayu manis Indonesia pada tahun 2017 mencapai USD

148 juta, di mana 46% nya diekspor ke Amerika Serikat atau sebesar

USD 69,0 juta. Selebihnya, ekspor kayu manis Indonesia tersebar

ke Belanda USD 17,4 juta, Brazil USD 8,2 juta, Vietnam 6,6 juta,

Malaysia USD 5,1 juta. Total ekspor kayu manis Indonesia selama

lima tahun terakhir mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu

14% per tahun. Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan ekspor

kayu manis ke negara tujuan yang hampir semuanya mengalami

peningkatan (lihat Gambar 4).

Importir terbesar kayu manis di dunia adalah Amerika Serikat di

mana pada tahun 2017 impornya mencapai USD 122,2 juta, diikuti

oleh Meksiko, India, dan Belanda masing-masing sebesar USD 89,6

juta, USD 57 juta, dan USD 20,2 juta. Gambar 5 menunjukkan bahwa

hampir semua negara importir kayu manis mengalami peningkatan

permintaan impornya dalam lima tahun terakhir. Terlebih lagi

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume I, No. 17, Tahun 2019 13

Page 14: Daftar Isibppp.kemendag.go.id/media_content/2019/10/Majalah_Warta... · 2019-10-08 · tambah dari kayu manis (cassiavera), sehingga Indonesia hanya mengekspor bahan mentah. Sehingga,

Sekilas Tentang Mozambik

Mozambik terletak di pantai timur Afrika berbatasan

langsung dengan samudra Hindia. Dari enam negara

yang berbatasan dengan Mozambik, empat diantaranya

adalah landlock sehingga sangat bergantung pada Mozambik

dalam perdagangan luar negerinya, negara tersebut adalah Malawi,

Zambia, Zimbabwe, dan Zwaziland. Dua negara lainnya yang

berbatasan dengan Mozambik adalah Tanzania dan Afrika Selatan.

Bank Dunia menilai Mozambik memiliki peran yang sangat signifikan

tidak hanya dalam pertumbuhan ekonomi di kawasan tetapi juga

stabilitas sosial, politik di Afrika Selatan secara keseluruhan (World

Bank, 2018). Ekonomi Mozambik tumbuh rata-rata 8% per tahun

selama dua dekade terakhir dan tercatat sebagai yang tertinggi

di kawasan Afrika. Pertumbuhan ekonomi tersebut didorong oleh

manajemen ekonomi makro yang sehat, proyek investasi asing

berskala besar terutama pada industri pertambangan, stabilitas

politik dan dukungan donor yang signifikan. Mozambik tergabung

dalam kerjasama Southern African Development Community

(SADC) yang beranggotakan Botswana, Lesotho, Madagascar,

Malawi, Mauritius, Mozambik, Namibia, Seychelles, Afrika Selatan,

Eswatini, Tanzania, Zambia dan Zimbabwe. SADC sendiri telah

menandatangani Free Trade Agreement (FTA) dengan Uni Eropa.

Secara umum struktur tarif Mozambik sudah relatif rendah. Rata-rata

tarif impor Mozambik sebesar 7,5% dengan tarif tertinggi mencapai

20% dan sebanyak 34,8% jumlah pos tarif tidak dikenakan tarif.

Dilihat dari kinerja perdagangan luar negeri Mozambik, tahun

2017 keranjang produk ekspor Mozambik sangat terbatas dan

hanya terdiri dari 1.207 produk dalam HS 6 dijit dengan nilai USD 3,2

miliar, didominasi oleh produk aluminium, batu bara dan gas. Impor

Mozambik sebesar USD 7,9 miliar untuk 3.899 jenis produk yang

PELUANG EKSPOR INDONESIA KE MOZAMBIK SEMAKIN TERBUKA

Endah Ayu Ningsih & Deky Paryadi

Gambar 1. Kinerja Perdagangan Bilateral Indonesia dengan Mozambik

Sumber: Badan Pusat Statistik (2018), diolah

28

meningkatkan akses pasar Indonesia ke pasar non-tradisional dikawasan Afrika, khususnya

Mozambik.

Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Mozambik

Perdagangan Indonesia dengan Mozambik selama periode 2013-2017 mengalami penurunan

sebagai imbas dari krisis global, namun pada tahun 2017 perdagangan kedua negara mengalami

peningkatan yang signifikan. Ekspor Indonesia ke Mozambik Januari-September 2018 mencapai USD

47 juta meningkat 16% jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu impor

Indonesia dari Mozambik pada periode yang sama hanya tumbuh 3% menjadi USD 25 juta pada

Januari-September 2018. Produk ekspor Indonesia ke Mozambik didominasi oleh produk minyak

sawit (USD 29 juta), Sabun (USD 10,5 juta), produk kimia (USD 4 juta). Sementara produk impor

Indonesia dari Mozambik didominasi oleh kacang tanah USD 13 juta), besi baja (USD 8,5 juta),

tembakau (USD 3 juta ), dan kapas (USD 2,6 juta).

Gambar 1. Kinerja Perdagangan Bilateral Indonesia dengan Mozambik

Sumber: Badan Pusat Statistik (2018), diolah

Dampak Kerjasama Perdagangan Indonesia-Mozambik

Nilai ekspor Indonesia ke Mozambik tahun 2017 sebesar USD 54 juta yang terdiri dari hampir

100 jenis produk yang berbeda. Produk Indonesia menghadapi tarif impor yang bervariasi antara 3%-

20%. Jika dirata-rata produk Indonesia menghadapi tarif sekitar 14% di pasar Mozambik. Sementara

itu impor Indonesia dari Mozambik sebesar USD 27 juta yang hanya terdiri dari 8 jenis produk yang

berbeda. Produk impor asal Mozambik dikenakan tarif antara 0-5%.

44.3 27.4 28.8

103.5 99.9

120.8 115.0

103.0

35.1

54.1

20.4

12.2 23.9

27.2 21.1

57.9

26.7 16.5

9.4 27.3

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

ekspor impor

Data dalam USD Juta

diimpor, 34% diantaranya merupakan produk konsumen dan 26%

merupakan bahan baku. Negara tujuan ekspor Mozambik belum

banyak terdiversifikasi, 57% ekspor Mozambik hanya mencakup tiga

negara yaitu India (28%), Afrika Selatan (19%), dan Belanda (10%).

Dibandingkan dengan Mozambik, kinerja perdagangan Indonesia

dapat dikatakan lebih unggul. Keranjang produk ekspor Indonesia

terdiri dari 3.889 produk dalam HS 6 dijit senilai USD 144,5 miliar.

Pada Konferensi Tingkat Tinggi Indian Ocean Rim Association

(IORA) pada tahun 2017 di Jakarta, kedua kepala negara sepakat

untuk membentuk meningkatkan kerjasama antara negara melalui

pembentukan Preferential Trade Agreement (PTA). Kerjasama

Perdagangan ini di anggap dapat meningkatkan akses pasar

Indonesia ke pasar non-tradisional dikawasan Afrika, khususnya

Mozambik.

Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Mozambik

Perdagangan Indonesia dengan Mozambik selama periode

2013-2017 mengalami penurunan sebagai imbas dari krisis global,

namun pada tahun 2017 perdagangan kedua negara mengalami

peningkatan yang signifikan. Ekspor Indonesia ke Mozambik

Januari-September 2018 mencapai USD 47 juta meningkat 16% jika

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara

itu impor Indonesia dari Mozambik pada periode yang sama hanya

tumbuh 3% menjadi USD 25 juta pada Januari-September 2018.

Produk ekspor Indonesia ke Mozambik didominasi oleh produk

minyak sawit (USD 29 juta), Sabun (USD 10,5 juta), produk kimia

(USD 4 juta). Sementara produk impor Indonesia dari Mozambik

didominasi oleh kacang tanah USD 13 juta), besi baja (USD 8,5 juta),

tembakau (USD 3 juta ), dan kapas (USD 2,6 juta).

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume I, No. 17, Tahun 201914

Page 15: Daftar Isibppp.kemendag.go.id/media_content/2019/10/Majalah_Warta... · 2019-10-08 · tambah dari kayu manis (cassiavera), sehingga Indonesia hanya mengekspor bahan mentah. Sehingga,

Dampak Kerjasama Perdagangan Indonesia-Mozambik

Nilai ekspor Indonesia ke Mozambik tahun 2017 sebesar USD

54 juta yang terdiri dari hampir 100 jenis produk yang berbeda.

Produk Indonesia menghadapi tarif impor yang bervariasi antara 3%-

20%. Jika dirata-rata produk Indonesia menghadapi tarif sekitar 14%

di pasar Mozambik. Sementara itu impor Indonesia dari Mozambik

sebesar USD 27 juta yang hanya terdiri dari 8 jenis produk yang

berbeda. Produk impor asal Mozambik dikenakan tarif antara 0-5%.

Ekspor Indonesia ke Mozambik tahun 2016/2017 tumbuh 54%.

Sementara untuk periode Januari-September 2018 ekspornya

tumbuh 16% dibandingkan tahun sebelumnya. Jika angka

pertumbuhan ekspor periode Januari-September 2018 stabil

hingga akhir tahun 2018 maka diproyeksikan ekspor Indonesia ke

Mozambiqe tahun 2018 akan menjadi USD 63 juta.

Prediksi perubahan perdagangan antara Indonesia dan

Mozambik dihitung menggunakan simulasi Keseimbangan Parsial.

Jika Indonesia dan Mozambik melakukan kerjasama perdagangan

untuk menghapuskan tarif antara kedua negara maka dampak

peningkatan ekspor Indonesia ke Mozambik diperkirakan sebesar

USD 12 juta atau sebesar 16% dari basis perdagangan tahun

2017. Selain keuntungan peningkatan ekspor, Indonesia juga bisa

mengurangi biaya akibat tarif impor sebesar USD 10 juta. Produk

yang mengalami kenaikan ekspor tertinggi diantaranya adalah

palm oil, fatty acids, kertas, margarin, produk tekstil dan alas

kaki. Sementara bagi Mozambik, PTA akan memberikan potensi

peningkatan ekspor ke Indonesia sebesar USD 1,3 juta. Sektor/

produk dalam negeri yang siap berdaya saing dalam kerjasama

Indonesia-Mozambik PTA diantaranya adalah tembakau, tekstil, dan

kacang-kacangan.

Gambar 2 menjelaskan skema ekspor Indonesia di bawah dua

asumsi, pertama tanpa adanya PTA kedua ada skema PTA. Jika

Indonesia melakukan kerjasama dalam bentuk PTA, maka pada

tahun pertama ekspor akan menjadi USD 68,2 juta, sementara jika

Indonesia tidak melakukan kerjasama PTA, maka kenaikan ekspor

Indonesia akan sebesar USD 62,7 juta pada tahun pertama. Prediksi

dalam lima tahun kedepan, adanya PTA akan meningkatkan ekspor

Indonesia menjadi USD 129,89 juta.

Manfaat PTA Untuk Eksportir Indonesia Peluang Produk

Indonesia di Mozambik

Adanya kerjasama perdagangan antara Indonesia dengan

Mozambik, akan memberikan beberapa manfaat, diantaranya:

• Menjadikan daya saing produk Indonesia relatif menjadi

lebih baik di pasar Mozambik karena adanya tarif bea masuk

preferensi akibat PTA.

• Sejumlah pos tarif akan menikmati keringanan bea masuk mulai

dari penurunan tarif 100% hingga 40% dari tarif Most Favoured

Nation (MFN) yang berlaku.

• Indonesia sendiri memiliki produk yang bisa diandalkan untuk

meningkatkan ekspor ke berbagai negara terutama di kawasan

Mozambik.

Adapun beberapa produk yang selama ini menjadi penopang

ekspor Indonesia ke Mozambik dalam HS 6 digit adalah sebagai

berikut:

Minyak Sawit: Produk minyak sawit dan turunannya menjadi

komoditas andalan ekspor Indonesia ke kawasan Mozambik,

terbukti dalam nilai ekspor produk tersebut ke Mozambik pada

tahun 2017 mencapai USD 28,7 juta atau sekitar 53,2% dari total

ekspor Indonesia ke Mozambik. Namun, para eksportir Indonesia

mengalami hambatan dalam sisi tarif karena produk minyak sawit

dan turunannya dikenai tariff masuk ke Mozambik yang cukup tinggi

sebesar 20%, sehingga mereka harus membayar sebesar USD 5,7

juta akibat dari dikenakannya tariff bea masuk untuk produk tersebut.

Diharapkan dengan adanya kesepakatan terkait penurunan tarif bea

Gambar 2. Hasil Simulasi Keseimbangan Parsial Dampak PTA antara Indonesia dan Mozambik

Sumber: Trademap (2018), diolah

29

Ekspor Indonesia ke Mozambik tahun 2016/2017 tumbuh 54%. Sementara untuk periode Januari-

September 2018 ekspornya tumbuh 16% dibandingkan tahun sebelumnya. Jika angka pertumbuhan

ekspor periode Januari-September 2018 stabil hingga akhir tahun 2018 maka diproyeksikan ekspor

Indonesia ke Mozambiqe tahun 2018 akan menjadi USD 63 juta.

Prediksi perubahan perdagangan antara Indonesia dan Mozambik dihitung menggunakan

simulasi Keseimbangan Parsial. Jika Indonesia dan Mozambik melakukan kerjasama perdagangan

untuk menghapuskan tarif antara kedua negara maka dampak peningkatan ekspor Indonesia ke

Mozambik diperkirakan sebesar USD 12 juta atau sebesar 16% dari basis perdagangan tahun 2017.

Selain keuntungan peningkatan ekspor, Indonesia juga bisa mengurangi biaya akibat tarif impor

sebesar USD 10 juta. Produk yang mengalami kenaikan ekspor tertinggi diantaranya adalah palm oil,

fatty acids, kertas, margarin, produk tekstil dan alas kaki. Sementara bagi Mozambik, PTA akan

memberikan potensi peningkatan ekspor ke Indonesia sebesar USD 1,3 juta. Sektor/produk dalam

negeri yang siap berdaya saing dalam kerjasama Indonesia-Mozambik PTA diantaranya adalah

tembakau, tekstil, dan kacang-kacangan.

Gambar 2 menjelaskan skema ekspor Indonesia di bawah dua asumsi, pertama tanpa adanya

PTA kedua ada skema PTA. Jika Indonesia melakukan kerjasama dalam bentuk PTA, maka pada tahun

pertama ekspor akan menjadi USD 68,2 juta, sementara jika Indonesia tidak melakukan kerjasama

PTA, maka kenaikan ekspor Indonesia akan sebesar USD 62,7 juta pada tahun pertama. Prediksi

dalam lima tahun kedepan, adanya PTA akan meningkatkan ekspor Indonesia menjadi USD 129,89

juta.

Gambar 2. Hasil Simulasi Keseimbangan Parsial Dampak PTA antara Indonesia

dan Mozambik Sumber: Trademap (2018), diolah

62,77 72,82

84,47

97,98

113,6668,18

80,93

95,29

111,51

129,89

Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5

Tidak Ada PTA Ada PTA

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume I, No. 17, Tahun 2019 15

Page 16: Daftar Isibppp.kemendag.go.id/media_content/2019/10/Majalah_Warta... · 2019-10-08 · tambah dari kayu manis (cassiavera), sehingga Indonesia hanya mengekspor bahan mentah. Sehingga,

masuk untuk produk minyak sawit dan turunannya menjadi 0% maka

akan memberi manfaat dan dapat mengurangi biaya dari tarif impor

hingga USD 5,7 juta.

Sabun: permintaan Mozambik akan kebutuhan sabun dari

Indonesia terbilang cukup tinggi. Pada tahun 2017 nilai ekspor

produk sabun Indonesia ke Mozambik mencapai USD 8,5 juta

atau sekitar 15,7% dari total ekspor Indonesia ke Mozambik.

Seperti halnya minyak sawit, Indonesia mendapat hambatan tarif

untuk produk sabun hingga 20% yang berakibat pada kewajiban

membayar sebesar USD 1,7 juta. Dengan adanya penurunan tariff

hingga menjadi 0% diharapkan akan menghemat tarif bea masuk

hingga USD 1,7 juta.

Asam Lemak: Asam lemak untuk industri, monokarboksilat,

dan minyak asam dari penyulingan termasuk dalam produk ekspor

Indonesia ke Mozambik dengan nilai ekspor sebesar USD 3,5 juta

atau sebesar 6,6% dari total ekspor Indonesia ke Mozambik pada

tahun 2017 pada . Produk tersebut dikenakan tarif bea masuk

sebesar 8% sehinngga eksportif harus membayar sebesar USD 288

ribu.

Untuk produk ekspor Indonesia lainnya dikenakan tarif rata-rata

sebesar 10,52%. Jika produk ekspor lainnya diberikan pembebasan

tarif maka dapat mengurangi biaya eksportir sebesar USD 1 juta.

Dalam Gambar 3 menunjukkan beberapa contoh produk

Indonesia yang memiliki potensi untuk diekspor ke Mozambik.

Beberapa produk tersebut diimpor Mozambik dari dunia namun

Indonesia belum mengekspornya ke Mozambik atau nilainya relatif

masih kecil. Total nilai potensial ekspor Indonesia ke Mozambik

mencapai USD 47,4 juta, adapun produk tersebut diantaranya:

• Obat-obatan

• Aluminium

• Klinker semen

• Vessel/bejana kapal termasuk sekoci

• Minyak sawit mentah

• Struktur dan bagian struktur dari besi atau baja

• Campuran zat

• Vaksin untuk obat manusia

• Suku cadang dan aksesori untuk traktor dan kendaraan

bermotor

• Bagian-bagian mesin penggalian, crane, buldoser, dll.

Dukungan Pemerintah Dalam Pengembangan Ekspor Produk

Indonesia

Kerjasama Perdagangan yang akan dilakukan oleh Pemerintah

Indonesia dengan Mozambik dalam bentuk Preferential Trade

Agreement (PTA), diharapkan akan mendorong pelaku usaha

untuk mengeksplorasi negara-negara non-tradisional di kawasan

Afrika. Untuk mewujudkan cita-cita ini, maka diperlukan peran aktif

pemerintah dalam mendorong tercapainya kerjasama ini. Beberapa

dukungan pemerintah yang diperlukan diantarnya adalah:

• Meningkatkan peran Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia

(LPEI) untuk dapat membantu pelaku usaha dalam melakukan

eksportasi ke kawasan Afrika.

• Perlindungan bagi pelaku usaha melalui trade remedies

(dumping, safeguard, subsidy) melalui mekanisme WTO jika

suatu saat terjadi perselisihan dagang dalam skema kerjasama

Indonesia Mozambik PTA.

• Memperbanyak sosialisasi kerjasama perdagangan Indonesia

Mozambik PTA dan juga akan melibatkan pelaku usaha dalam

skema Kerjasama Indonesia Mozambik PTA.

• Promosi produk ekspor Indonesia melalui perwakilan

perdagangan di negara akreditasi.

• Program fasilitasi untuk eksportir dalam kerangka utilisasi

skema preferensi Indonesia Mozambik PTA, jika kerjasama ini

sudah implementasi.

Gambar 3. Potensial Ekspor Indonesia

Sumber: Trademap (2018), diolah

31

Untuk produk ekspor Indonesia lainnya dikenakan tarif rata-rata sebesar 10,52%. Jika produk ekspor

lainnya diberikan pembebasan tarif maka dapat mengurangi biaya eksportir sebesar USD 1 juta.

Dalam Gambar 3 menunjukkan beberapa contoh produk Indonesia yang memiliki potensi untuk

diekspor ke Mozambik. Beberapa produk tersebut diimpor Mozambik dari dunia namun Indonesia

belum mengekspornya ke Mozambik atau nilainya relatif masih kecil. Total nilai potensial ekspor

Indonesia ke Mozambik mencapai USD 47,4 juta, adapun produk tersebut diantaranya:

Obat-obatan

Aluminium

Klinker semen

Vessel/bejana kapal termasuk sekoci

Minyak sawit mentah

Struktur dan bagian struktur dari besi

atau baja

Campuran zat

Vaksin untuk obat manusia

Suku cadang dan aksesori untuk traktor

dan kendaraan bermotor

Bagian-bagian mesin penggalian, crane,

buldoser, dll.

Gambar 3. Potensial Ekspor Indonesia

Sumber: Trademap (2018), diolah

Dukungan Pemerintah Dalam Pengembangan Ekspor Produk Indonesia

Kerjasama Perdagangan yang akan dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dengan Mozambik

dalam bentuk Preferential Trade Agreement (PTA), diharapkan akan mendorong pelaku usaha untuk

mengeksplorasi negara-negara non-tradisional di kawasan Afrika. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

- 200 400 600 800

1,000 1,200 1,400 1,600

Ribu

USD

Nilai Ekspor Potensial 2017

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume I, No. 17, Tahun 201916

Page 17: Daftar Isibppp.kemendag.go.id/media_content/2019/10/Majalah_Warta... · 2019-10-08 · tambah dari kayu manis (cassiavera), sehingga Indonesia hanya mengekspor bahan mentah. Sehingga,

E uropean Free Trade Association (EFTA) adalah organisasi

antar-pemerintahan yang didirikan untuk mendorong

perdagangan bebas dan integrasi ekonomi untuk

kepentingan negara-negara anggotanya (Islandia, Liechtenstein,

Norwegia dan Swiss) serta negara mitranya. Perundingan ini

merupakan bagian penting dari strategi EFTA untuk memperoleh

pangsa pasar di Asia Tenggara. Perundingan Persetujuan Kemitraan

Ekonomi Komprehensif Indonesia-EFTA Comprehensive Economic

Partnership Agreement (IE-CEPA) dimulai melalui pembentukan

Joint Study Group (JSG). Hasil resmi JSG diterbitkan tahun 2007.

Perundingan IE-CEPA ke-1 hingga ke-9 dilakukan pada periode

2011-2014 dan diberhentikan sementara tahun 2014 karena

pergantian pemerintahan di Indonesia. Pada tahun 2016 kedua

belah pihak sepakat melakukan reaktivasi perundingan IE-CEPA.

Pada tanggal 16 Desember 2018 perundingan IE-CEPA diselesaikan

dan ditandatangani.

Kerjasama Perdagangan IE-CEPA ini tidak hanya mencakup

barang, namun juga mencakup beberapa sektor yang diperjanjikan

untuk dilakukan kerjasama, yaitu Trade in Goods; Trade in Services;

Investment; Intellectual Property Rights; Government Procurement;

Competition; Trade and Sustainable Development; Cooperation and

Capacity Building; Institutional Provisions; Dispute Settlement; dan

Final Provisions. Melalui Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif

IE-CEPA diharapkan meningkatkan perdagangan dan investasi

di kedua negara. Peningkatan perdagangan dan investasi akan

membuka kesempatan baru bagi dunia usaha, tenaga kerja, serta

konsumen yang akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan

di Indonesia dan negara-negara EFTA.

Total perdagangan Indonesia-EFTA selama periode 2013-

2017 mengalami tren peningkatan yang sangat signifikan. Dalam

lima tahun terakhir ekspor Indonesia naik signifikan yaitu sebesar

95,5%, sementara impor Indonesia dari EFTA juga mengalami

kenaikan sebesar 5,6% dalam periode yang sama. Dalam periode

tiga tahun terakhir (2015-2017) Indonesia mengalami surplus neraca

perdagangan yang cukup besar, namun pada tahun 2017 neraca

Indonesia mengalami tren penurunan, dari USD 1,2 miliar pada

tahun 2016 menjadi USD 210,8 juta.

Perdagangan Indonesia dengan EFTA

Ekspor Indonesia ke negara-negara EFTA didominasi oleh sektor

non migas. Pada tahun 2017 sektor industri menjadi tumpuan ekspor

Indonesia ke EFTA dengan pangsa pasar sebesar 99,6% dan tren

peningkatan ekspor selama periode lima tahun sebesar 97,1%.

Deky Paryadi

MEMBUKA PELUANG PASAR INDONESIA MELALUI EFTA

DI KAWASAN EROPA

Gambar 1. Neraca Perdagangan Indonesia-EFTA

Sumber: BPS (2018), diolah PDSI Kementerian Perdagangan

34

Gambar 1. Neraca Perdagangan Indonesia-EFTA

Sumber: BPS (2018), diolah PDSI Kementerian Perdagangan

Perdagangan Indonesia dengan EFTA

Ekspor Indonesia ke negara-negara EFTA didominasi oleh sektor non migas. Pada tahun 2017

sektor industri menjadi tumpuan ekspor Indonesia ke EFTA dengan pangsa pasar sebesar 99,6% dan

tren peningkatan ekspor selama periode lima tahun sebesar 97,1%.

Tabel 1. Realisasi Ekspor Indonesia ke EFTA Berdasarkan Sektor

Sumber: BPS (2018), diolah PDSI Kementerian Perdagangan

Trend (%) Share (%)2013 2014 2015 2016 2017 13-17 2017

EKSPOR TOTAL 154,87 199,27 1.137,57 2.276,92 1.309,64 95,54 100,00

EKSPOR MIGAS - - 0,00 - - - 0,00

1 Minyak Mentah - - - - - - 0,00

2 Hasil Minyak - - 0,00 - - - 0,00

3 Gas - - - - - - 0,00

EKSPOR NON MIGAS 154,87 199,27 1.137,57 2.276,92 1.309,64 95,54 100,00

1 Pertanian 4,37 5,42 2,69 1,83 4,76 -8,74 0,36

2 Industri 150,39 193,78 1.134,68 2.274,62 1.304,48 97,06 99,61

3 Hasil Tambang - - - 0,00 - - 0,00

4 Lainnya 0,12 0,07 0,20 0,48 0,40 53,84 0,03

No. URAIAN NILAI (Juta USD)

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume I, No. 17, Tahun 2019 17

Page 18: Daftar Isibppp.kemendag.go.id/media_content/2019/10/Majalah_Warta... · 2019-10-08 · tambah dari kayu manis (cassiavera), sehingga Indonesia hanya mengekspor bahan mentah. Sehingga,

Tabel 1. Realisasi Ekspor Indonesia ke EFTA Berdasarkan Sektor

Sumber: BPS (2018), diolah PDSI Kementerian Perdagangan

Impor Indonesia dari EFTA didominasi oleh barang konsumsi

dengan pangsa pasar 10,5%, barang modal dengan pangsa

pasar 11,2% dan bahan baku penolong dengan pangsa pasar

11,1%. Dalam periode tahun 2013-2017 tren peningkatan impor

barang konsumsi Indonesia ke EFTA mencapai 9,7% sedangkan

tren peningkatan impor bahan baku penolong sebesar 11,1%.

Sementara Impor bahan modal Indonesia dari EFTA cenderung

menurun sebesar 14,8%.

Beberapa produk ekspor impor utama Indonesia ke dan dari

negara EFTA, diantaranya adalah:

Ekspor Utama Indonesia• perhiasan (USD 525 Juta); • lensa kontak (USD 65,2 Juta); • emas batangan (USD 22,7

Juta); • monitor/proyektor televisi

(USD 9,2 Juta); • essensial oil (USD 5,3

Juta).

Impor Utama Indonesia• emas batangan (USD 203,7

Juta);• minyak petroleum mentah

(USD 41,5 Juta); • turbin hidrolik (USD 35,5 Juta); • minyak petroleum (USD 34,3

Juta); • alumunium (USD 33,7 Juta).

Dari neraca perdagangan produk utama Indonesia-EFTA,

produk dalam negeri yang harus siap berdaya saing diantaranya

adalah emas/perhiasan, dikarenakan Indonesia juga merupakan

eksportir perhiasan dan emas. Beberapa produk yang selama ini

menjadi penopang ekspor Indonesia ke EFTA mendapatkan konsesi

atas kerjasama IE-CEPA, diantaranya adalah sebagai berikut:

Perhiasan: Perhiasan menjadi komoditas andalan ekspor

Indonesia ke Swiss dengan pangsa sebesar 78,5% dari total

ekspor Indonesia ke Swiss. Nilai ekspor produk perhiasan

ke Swiss pada tahun 2018 sebesar USD 525,9 juta. Adanya

kerjasama IE-CEPA akan menurunkan tarif bea masuk produk

Indonesia ke Swiss menjadi 0%. Adanya eliminasi tarif ini

diharapkan dapat mendorong ekspor perhiasan Indonesia ke

negara EFTA khususnya Swiss.

Kontak Lensa: permintaan Swiss untuk kontak lensa dari

Indonesia terbilang cukup tinggi. Pada tahun 2018 nilai ekspor

kontak lensa Indonesia ke Swiss mencapai USD 65,2 juta, atau

sekitar 9,7% total ekspor Indonesia, karena tarif bea masuk

produk kontak lensa ini sudah 0%.

Suku Cadang Televisi: pada tahun 2018 ekspor suku cadang

televisi Indonesia ke Norwegia senilai USD 7,9 juta atau sekitar

13,2% dari total ekspor Indonesia ke Norwegia, Produk suku

cadang televisi ini masih mendapatkan tarif bea masuk sekitar

14%, namun dengan adanya kerjasama IE-CEPA ini tarif bea

masuk menjadi 0%.

Casing Tube Stainless Steel: produk stainless steel pada tahun

2018 mencapai USD 5 juta atau 8,3% dari total eskpor Indonesia

ke Norwegia dan sudah memperoleh tarif bea masuk 0%.

Arang Batok Kelapa: Ekspor produk arang kelapa Indonesia

ke Norwegia cukup besar yaitu USD 4,7 juta atau 7,8% dari total

ekspor Indonesia ke Norwegia. Produk ini sudah memperoleh

tarif bea masuk 0%.

Tabel 2. Realisasi Impor Indonesia ke EFTA Berdasarkan Sektor

Sumber: BPS (2018), diolah PDSI Kementerian Perdagangan

35

Impor Indonesia dari EFTA didominasi oleh barang konsumsi dengan pangsa pasar 10,5%,

barang modal dengan pangsa pasar 11,2% dan bahan baku penolong dengan pangsa pasar 11,1%.

Dalam periode tahun 2013-2017 tren peningkatan impor barang konsumsi Indonesia ke EFTA

mencapai 9,7% sedangkan tren peningkatan impor bahan baku penolong sebesar 11,1%. Sementara

Impor bahan modal Indonesia dari EFTA cenderung menurun sebesar 14,8%.

Tabel 2. Realisasi Impor Indonesia ke EFTA Berdasarkan Sektor

Sumber: BPS (2018), diolah PDSI Kementerian Perdagangan

Beberapa produk ekspor impor utama Indonesia ke dan dari negara EFTA, diantaranya adalah:

Ekspor Utama Indonesia

perhiasan (USD 525 Juta);

lensa kontak (USD 65,2 Juta);

emas batangan (USD 22,7 Juta);

monitor/proyektor televisi (USD 9,2 Juta);

essensial oil (USD 5,3 Juta).

Impor Utama Indonesia

emas batangan (USD 203,7 Juta);

minyak petroleum mentah (USD 41,5 Juta);

turbin hidrolik (USD 35,5 Juta);

minyak petroleum (USD 34,3 Juta);

alumunium (USD 33,7 Juta).

Trend (%) Share (%)2013 2014 2015 2016 2017 13-17 2017

IMPOR TOTAL 937,26 842,65 861,17 1.058,68 1.098,84 5,62 100,001 BARANG KONSUMSI 71,38 134,10 166,95 129,17 115,44 9,68 10,51

1. Makanan dan Minuman (Belum Diolah) Untuk Rumah Tangga

0,36 3,35 8,28 22,78 21,69 175,201,97

2. Makanan dan Minuman (Olahan) Untuk Rumah Tangga 19,14 17,49 16,74 25,02 25,74 9,98 2,343. Bahan Bakar dan Pelumas (Olahan) 0,03 0,04 0,01 0,01 0,01 -25,89 0,004. Mobil Penumpang - - - - 0,06 - 0,015. Alat Angkutan bukan untuk Industri 4,13 0,11 0,01 0,00 - - 0,006. Barang Konsumsi Tahan Lama 5,05 8,14 13,49 10,78 16,87 30,92 1,547. Barang Konsumsi Setengah Tahan Lama 2,30 2,69 3,13 5,56 8,07 38,26 0,738. Barang Konsumsi Tidak Tahan Lama 40,19 93,94 65,96 61,56 41,37 -3,58 3,769. Barang Yang Tidak Diklasifikasikan 0,19 8,35 59,32 3,46 1,62 40,33 0,15

2 BAHAN BAKU PENOLONG 622,23 525,77 560,54 785,87 860,17 11,07 78,281. Makanan dan Minuman (Belum diolah) Untuk Industri 0,00 - 0,12 0,01 0,45 - 0,042. Makanan dan Minuman (Olahan) Untuk Industri 13,58 15,20 17,25 14,60 13,85 0,00 1,263. Bahan Baku (Belum Diolah) Untuk Industri 24,80 22,57 16,76 10,90 9,45 -23,33 0,864. Bahan Baku (Olahan) Untuk Industri 365,24 319,73 352,21 426,57 545,58 11,53 49,655. Bahan Bakar dan Pelumas (Belum Diolah) - - 3,31 141,28 34,38 - 3,136. Bahan Bakar Motor - - - - 123,75 - 11,267. Bahan Bakar dan Pelumas (Olahan) 0,41 0,69 0,32 0,56 27,51 126,66 2,508. Suku Cadang dan Perlengkapan Barang Modal 105,86 110,20 77,43 99,11 83,10 -5,73 7,569. Suku Cadang dan Perlengkapan Alat Angkutan 112,33 57,38 93,15 92,83 22,10 -24,20 2,01

3 BARANG MODAL 243,66 182,79 133,68 143,64 123,23 -14,82 11,211. Barang Modal Kecuali Alat Angkutan 230,39 173,61 133,26 126,50 123,15 -14,52 11,212. Mobil Penumpang - - - - 0,06 - 0,013. Alat Angkutan Untuk Industri 13,27 9,18 0,42 17,14 0,01 -74,64 0,00

No. URAIAN NILAI (Juta USD)

Trend (%) Share (%)2013 2014 2015 2016 2017 13-17 2017

EKSPOR TOTAL 154,87 199,27 1.137,57 2.276,92 1.309,64 95,54 100,00

EKSPOR MIGAS - - 0,00 - - - 0,00

1 Minyak Mentah - - - - - - 0,00

2 Hasil Minyak - - 0,00 - - - 0,00

3 Gas - - - - - - 0,00

EKSPOR NON MIGAS 154,87 199,27 1.137,57 2.276,92 1.309,64 95,54 100,00

1 Pertanian 4,37 5,42 2,69 1,83 4,76 -8,74 0,36

2 Industri 150,39 193,78 1.134,68 2.274,62 1.304,48 97,06 99,61

3 Hasil Tambang - - - 0,00 - - 0,00

4 Lainnya 0,12 0,07 0,20 0,48 0,40 53,84 0,03

No. URAIAN NILAI (Juta USD)

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume I, No. 17, Tahun 201918

Page 19: Daftar Isibppp.kemendag.go.id/media_content/2019/10/Majalah_Warta... · 2019-10-08 · tambah dari kayu manis (cassiavera), sehingga Indonesia hanya mengekspor bahan mentah. Sehingga,

Ban Mobil: produk Ban Mobil banyak diekspor oleh Indonesia

ke Islandia, pada tahun 2018 nilai ekspor sebesar USD 922 ribu

atau 35,6% dari total ekspor Indonesia dan sudah memperoleh

tarif bea masuk 0%.

Kayu Manis: ekspor kayu manis Indonesia masih terbilang

kecil ke negara Islandia namun merupakan ekpor terbesar ke

dua Indonesia ke Islandia yaitu sebesar USD 90 ribu atau 3,5%

dan sudah memperoleh tarif bea masuk 0%.

Dukungan Pemerintah Dalam Bidang Jasa Dan Investasi

Indonesia

Ditandatanganinya kerjasama Perdagangan Indonesia-EFTA

CEPA ini diharapkan akan mendorong ekpor Indonesia ke EFTA dan

dapat memperbaiki defisit neraca perdagangan Indonesia dengan

EFTA. Selain itu adanya kerjasama IE CEPA ini diharapkan dapat

menjadi trigger pelaku usaha untuk meningkatkan akses pasar

Indonesia di kawasan Eropa.

Kerjasama ini juga diharapkan dapat membuka peluang sektor

jasa dan investasi Indonesia di pasar Eropa sehingga meningkatkan

daya saing sektor jasa Indonesia. Kerjasama di bidang teknologi,

transfer ilmu pengetahuan dan pengembangan kapasitas SDM akan

meningkatkan daya saing dan kualitas pekerja Indonesia.

Selain itu dalam kerjasama IE CEPA diharapkan dapat

meningkatkan investasi dalam bentuk Foreign Direct Investment

(FDI) sehingga membuka kesempatan yang lebih luas bagi

dunia usaha dan terciptanya lapangan kerja untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Investasi dari negara maju juga

akan membawa dampak positif dari segi transfer teknologi dan

pengetahuan sehinga dapat meningkatkan daya saing produk dan

jasa domestik di pasar internasional.

Potensi dan Peluang Produk Indonesia di Negara Kawasan EFTA

EFTA merupakan negara tujuan ekspor ke-32 dan negara

asal impor ke-27 terbesar bagi Indonesia. Pada tahun 2018, total

perdagangan Indonesia-EFTA mencapai USD 1,7 miliar. Nilai ekspor

Indonesia ke EFTA sebesar USD 732,8 miliar dan impor Indonesia

dari EFTA sebesar USD 1,06 miliar. Indonesia mengalami defisit

perdagangan dengan EFTA sebesar USD 331,9 juta (BPS, 2018).

Pangsa pasar produk impor dari Indonesia di negara EFTA

pada tahun 2017 adalah sebesar 0,5% dari total impor EFTA dengan

dunia (Trademap, 2018). Namun demikian terdapat beberapa

produk Indonesia yang memiliki potensi ekspor dan peluang untuk

dipasarkan di negara-negara EFTA. Beberapa produk tersebut

diantaranya: emas, perhiasan, kendaran bermotor, furnitur, ban

kendaraan, kopi, alas kaki, nikel, pakaian, dan bahan makanan.

Gambar 2. Ekspor Potensial Produk Indonesia ke Indonesia

Sumber: Trademap (2018), diolah

38

Gambar 2. Ekspor Potensial Produk Indonesia ke Indonesia

Sumber: Trademap (2018), diolah

Proyeksi Perdagangan Indonesia-EFTA

Untuk memperoleh proyeksi kenaikan ekspor Indonesia pasca implementasi IE-CEPA, dapat

dilihat dengan menggunakan tren kenaikan ekspor Indonesia ke EFTA. Dalam kurun waktu 2015-2017

tren kenaikan ekspor Indonesia ke EFTA mencapai 7,7%, sehingga proyeksi kenaikan ekspor Indonesia

akan terlihat seperti pada Gambar 3 yang merupakan proyeksi kenaikan ekspor jika dilakukan IE-CEPA

dan jika tidak dilakukan kerjasama IE-CEPA.

Jika Indonesia melakukan kerjasama dengan EFTA, maka pada tahun pertama ekspor akan

meningkat menjadi sebesar USD 1,5 miliar, sementara jika Indonesia tidak melakukan kerjasama,

maka kenaikan ekspor Indonesia akan sebesar USD 1,4 miliar. Proyeksi ekspor ini di buat dalam

rentang waktu 5 tahun, dengan proyeksi peningkatan ekspor tahun ke-5 bagi Indonesia sebesar USD

2,2 miliar dalam skema IE-CEPA.

- 100.000 200.000 300.000 400.000 500.000 600.000 700.000 800.000 900.000

1.000.000Nilai Ekspor Potensial Indonesia ke Pasar EFTA

Sumber : http://berita.baca.co.id

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume I, No. 17, Tahun 2019 19

Page 20: Daftar Isibppp.kemendag.go.id/media_content/2019/10/Majalah_Warta... · 2019-10-08 · tambah dari kayu manis (cassiavera), sehingga Indonesia hanya mengekspor bahan mentah. Sehingga,

Proyeksi Perdagangan Indonesia-EFTA

Untuk memperoleh proyeksi kenaikan ekspor Indonesia pasca

implementasi IE-CEPA, dapat dilihat dengan menggunakan tren

kenaikan ekspor Indonesia ke EFTA. Dalam kurun waktu 2015-2017

tren kenaikan ekspor Indonesia ke EFTA mencapai 7,7%, sehingga

proyeksi kenaikan ekspor Indonesia akan terlihat seperti pada

Gambar 3 yang merupakan proyeksi kenaikan ekspor jika dilakukan

IE-CEPA dan jika tidak dilakukan kerjasama IE-CEPA.

Jika Indonesia melakukan kerjasama dengan EFTA, maka pada

tahun pertama ekspor akan meningkat menjadi sebesar USD 1,5

miliar, sementara jika Indonesia tidak melakukan kerjasama, maka

kenaikan ekspor Indonesia akan sebesar USD 1,4 miliar. Proyeksi

ekspor ini di buat dalam rentang waktu 5 tahun, dengan proyeksi

peningkatan ekspor tahun ke-5 bagi Indonesia sebesar USD 2,2

miliar dalam skema IE-CEPA.

Manfaat EFTA Untuk Eksportir dan Konsumen Indonesia

Adanya kerjasama perdagangan antara Indonesia dengan EFTA,

akan memberikan beberapa manfaat, diantaranya:

penghapusan tarif pada 6,333 pos tarif Norwegia atau 90.97%

dari total pos tarif yang mencakup 99.75% nilai impor Norwegia

dari Indonesia;

penghapusan tarif pada 8,100 pos tarif Islandia atau 94.28%

dari total pos tarif yang mencakup 99.94% nilai impor Islandia

dari Indonesia;

penghapusan tarif pada 7,042 pos tarif Swiss atau 81.74% dari

total pos tarif yang mencakup 99.65% nilai impor Swiss dari

Indonesia;

Keuntungan lain bagi eksportir adalah implementasi self

declaration pada Surat Keterangan Asal;

Memperluas akses pasar dan peningkatan daya saing bagi

produk pertanian, perikanan, industri, dan kehutanan Indonesia

ke kawasan Eropa;

Transfer teknologi dari EFTA ke Indonesia;

Penurunan bea masuk untuk impor barang yang bersifat barang

modal, bahan baku dan penolong juga akan menguntungkan

pelaku usaha dalam negeri. Harga bahan baku akan semakin

murah sehingga biaya produksi dapat ditekan dan pada

gilirannya daya saing produk Indonesia akan meningkat;

Perjanjian IE-CEPA akan mengeliminasi tarif bea masuk barang

impor dari negara EFTA. Bagi konsumen, hal ini akan membuat

harga barang akan menjadi lebih murah. Masuknya barang

impor dari negara EFTA juga membuat pilihan produk bagi

konsumen akan semakin beragam;

EFTA dapat dijadikan pintu masuk produk Indonesia ke Uni

Eropa, mengingat pasar negara-negara anggota EFTA telah

terintegrasi dengan Uni Eropa.

Gambar 3. Simulasi proyeksi ekspor Indonesia-EFTA CEPA

Sumber: hasil simulasi

39

Gambar 3. Simulasi proyeksi ekspor Indonesia-EFTA CEPA

Sumber: hasil simulasi

Manfaat EFTA Untuk Eksportir dan Konsumen Indonesia

Adanya kerjasama perdagangan antara Indonesia dengan EFTA, akan memberikan beberapa

manfaat, diantaranya:

penghapusan tarif pada 6,333 pos tarif Norwegia atau 90.97% dari total pos tarif yang

mencakup 99.75% nilai impor Norwegia dari Indonesia;

penghapusan tarif pada 8,100 pos tarif Islandia atau 94.28% dari total pos tarif yang mencakup

99.94% nilai impor Islandia dari Indonesia;

penghapusan tarif pada 7,042 pos tarif Swiss atau 81.74% dari total pos tarif yang mencakup

99.65% nilai impor Swiss dari Indonesia;

Keuntungan lain bagi eksportir adalah implementasi self declaration pada Surat Keterangan

Asal;

Memperluas akses pasar dan peningkatan daya saing bagi produk pertanian, perikanan,

industri, dan kehutanan Indonesia ke kawasan Eropa;

Transfer teknologi dari EFTA ke Indonesia;

Penurunan bea masuk untuk impor barang yang bersifat barang modal, bahan baku dan

penolong juga akan menguntungkan pelaku usaha dalam negeri. Harga bahan baku akan

semakin murah sehingga biaya produksi dapat ditekan dan pada gilirannya daya saing produk

Indonesia akan meningkat;

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume I, No. 17, Tahun 201920

Page 21: Daftar Isibppp.kemendag.go.id/media_content/2019/10/Majalah_Warta... · 2019-10-08 · tambah dari kayu manis (cassiavera), sehingga Indonesia hanya mengekspor bahan mentah. Sehingga,

Penggunaan izin impor (import licensing) dan kebijakan bukan

tarif (Non Tariff Measures/NTMs) lainnya untuk menghambat

perdagangan, semakin penting. Hal itu seiring dengan

semakin menurunnya penggunaan tarif karena meningkatnya

perjanjian perdagangan baik multilateral, regional, dan bilateral.

Global Trade Alert (GTA) (2017) memperkirakan 73,5% dari ekspor

G20 menghadapi berbagai jenis distorsi perdagangan di pasar luar

negeri. Angka ini sepuluh kali lipat cakupan kebijakan proteksionisme

yang dilaporkan oleh World Trade Organisation (WTO). Hal itu tidak

mengherankan mengingat berdasarkan data GTA, jumlah tindakan

yang bersifat proteksionis yang diberlakukan diseluruh dunia rata-

rata mencapai tiga kali lipat dibanding tindakan yang bersifat

meliberalisasi perdagangan. Sebagai contoh antara tahun 2016-

2018 jumlah tindakan yang bersifat proteksionis sebanyak 777

tindakan sementara tindakan yang bersifat meliberalisasi hanya 265

tindakan. Dalam laporan GTA yang dipublikasikan pada Juni 2012,

juga dilaporkan jumlah tindakan proteksionis yang diberlakukan

hanya 26 buah. Setahun kemudian jumlah dihitung untuk Kuartal IV

2012 dan Kuartal I 2013 hampir lima kali lebih tinggi, masing-masing

pada 127 dan 125 buah (Evenett, 2013 ).

United Nation Conference on Trade and Development

(UNCTAD) (2012) mengkategorikan izin impor ke dalam tindakan

teknis (technical measures) dan tindakan non-teknis (non-

technical measures). Dalam kategori technical measures, izin

impor dapat berupa persetujuan impor baik untuk alasan Sanitary

and phytosanitary (SPS) dan alasan hambatan teknis untuk

perdagangan (Technical Barrier to Trade/TBT). Sementara izin impor

yang masuk non-technical measures, dapat dikategorikan sebagai

non-automatic license atau import licensing selain untuk alasan SPS

atau TBT.

Menariknya, diantara berbagai kebijakan izin impor yang

dikeluarkan oleh Indonesia selama 2016, kebijakan impor hewan

dan produk hewan merupakan salah satu kebijakan yang menerima

banyak keluhan dari importir. Hal ini didasarkan pada data WTO

terkait kasus penyelesaian sengketa yang dikeluhkan di Indonesia

dari 2013 hingga 2016. Keluhan dipicu oleh penerapan Peraturan

Menteri Perdagangan No. 24/M-DAG/PER/9/2011 tentang Ketentuan

Impor dan Ekspor Hewan dan Produk Hewan. Diberlakukannya

kebijakan tersebut menyebabkan produk daging menjadi berita

utama selama 2013 karena harga yang melonjak akibat kekurangan

impor (World Bank, 2013). Tulisan ini berfokus pada berbagai isu

yang terjadi terkait dengan kebijakan impor Indonesia untuk hewan

dan produk hewan.

Kebijakan Perizinan Impor Hewan dan Produk Hewan dan

Dampaknya

Peraturan tentang izin Impor Hewan dan Produk Hewan

banyak disorot khususnya sejak dikeluarkannya Peraturan Menteri

Perdagangan No. 24/M-DAG/PER/9/2011. Izin impor untuk Hewan

dan Produk hewan sedikit berbeda dengan kebijakan impor

Indonesia pada umumnya karena impor hewan dan produk hewan

juga tunduk pada aturan kuota. Situasi yang melatarbelakangi

diberlakukannya kuota impor untuk Hewan dan produk Hewan

ditunjukkan pada Kotak 1.

TINJAUAN PERDAGANGAN

Ernawati Munadi

KEBIJAKAN BUKAN TARIF IMPOR HEWAN DAN PRODUK HEWAN:

TANTANGAN DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN

Kotak 1. Cerita Dibalik Kuota Impor

Indonesia mulai mengimpor ternak hidup dari Australia sejak tahun 1990 dengan jumlah impor sapi sebanyak 8.061 ekor. Sejak itu impor

tumbuh sangat pesat. Impor sapi hidup dari Australia mencapai 428.077 ekor pada tahun 1997 atau naik 53 kali lipat. Impor mencapai

puncaknya pada tahun 2009 dengan 772.868 ekor. Angka ini merupakan impor tertinggi selama 20 tahun sejak 1990 (MLA, 2014),

dengan nilai impor mencapai 4,8 triliun rupiah. Pada saat yang sama, Indonesia juga mengimpor daging dan usus beku sebesar 110

ribu ton senilai 2,5 triliun sehingga total Indonesia harus membayar 7,3 triliun Rupiah untuk mengimpor sapi hidup dan daging beku. Nilai

tersebut merupakan jumlah uang yang tidak sedikit dan telah menyebabkan penurunan peternak sapi lokal. Hal ini dapat dimengerti

jika kemudian pemerintah Indonesia bertekad untuk menerapkan kebijakan mencapai swasembada daging sapi pada tahun 2014, dan

sebagai salah satu cara untuk secara bertahap mengontrol impor daging sapi dan ternak hidup.

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume I, No. 17, Tahun 2019 21

Page 22: Daftar Isibppp.kemendag.go.id/media_content/2019/10/Majalah_Warta... · 2019-10-08 · tambah dari kayu manis (cassiavera), sehingga Indonesia hanya mengekspor bahan mentah. Sehingga,

Rezim perizinan impor untuk Hewan dan produk hewan telah

ada sejak 2006. Hingga tahun 2011 rezim perizinannya tidak banyak

permasalahan mengingat pertimbangan utama pada impor Hewan

dan Produk Hewan sebelum 2011 adalah penyakit Mulut dan

Kuku (Foot and Mouth Desease/FMD) atau Aphthae Epizooticae

(AE) dan penyakit sapi gila (Bovine spongiform Encephalopathy/

BSE). Aspek keamanan pangan impor daging sapi tersebut diatur

dalam peraturan tentang Ternak dan Kesehatan Hewan dimana

sejak tahun 1990 Indonesia telah dinyatakan bebas FMD tanpa

vaksinasi oleh Office International des Epizooties (OIE). Status

ini terus dipertahankan dan dikejar dengan menerapkan sistem

peringatan dini yang konsisten dan teratur. Dalam menanggapi

masalah keamanan pangan yang berlaku, Kementerian Pertanian

mengeluarkan Permentan No.64/Permentan/OT.140/4/2006 Jo.

Permentan No. 61/Permentan/OT.140/4/2007 Jo. Permentan No.

27/Permentan/OT.140/3/2007 yang mengatur rincian teknis tentang

asal impor daging sapi khususnya terkait Penyakit Mulut dan Kuku

serta BSE serta prosedur operasi standar tentang cara meninjau

kesehatan dan keselamatan standar untuk sapi hidup impor dan

daging sapi.

Dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Perdagangan No.

24/M-DAG/PER/9/2011, kewenangan untuk mengeluarkan izin impor

beralih dari Kementerian Pertanian ke Kementerian Perdagangan.

Meskipun izin impor tetap memerlukan persetujuan dari

Kementerian Pertanian dalam bentuk rekomendasi. Rekomendasi

Kementerian Pertanian untuk memberikan persetujuan didasarkan

pada alasan keamanan pangan, yaitu berdasarkan pada

pengembangan teknologi pengetahuan dan informasi penyakit oleh

Kantor Internasional des Epizooties (OIE)/Organisasi Dunia untuk

Kesehatan Hewan (WOAH). Pengalihan kewenangan atas impor

Hewan dan Produk Hewan tersebut dipicu oleh perselisihan terkait

dugaan perlakuan tidak manusiawi terhadap ekspor ternak hidup

Australia ke Indonesia tahun 2011. Hal ini mengakibatkan Australia

memberlakukan larangan sementara terhadap ekspor ternak hidup

ke Indonesia. Tidak mau kalah, Indonesia membalas tindakan

Australia ini dengan melakukan pembatasan terhadap impor daging

sapi dan sapi dari Australia (Marks, 2015).

Sebagai hasil dari situasi tersebut, pada 2011, Indonesia

mengeluarkan peraturan untuk membatasi impor ternak dan produk

ternak. Dipicu oleh visi pemerintah untuk mencapai swasembada

daging sapi pada tahun 2014, rezim perizinan impor Indonesia

pada Hewan dan Produk Hewan yang diperketat pada tahun 2011

direlaksasi pada Oktober 2013, dan diperketat lagi pada awal

2015 karena melindungi produsen daging sapi lokal (Marks, 2015).

Perubahan kebijakan ini tentu saja bukan tanpa biaya. Akibat dari

kebijakan-kebijakan tersebut, harga relatif daging sapi adalah

17,2% lebih tinggi di Indonesia dibandingkan dengan harga di

Amerika Serikat ketika pembatasan berlaku (Marks, 2015). Studi lain

yang dilakukan oleh Cali dan Puzzello, (2017) juga menunjukkan

bahwa NTM secara signifikan mengurangi impor Indonesia.

Karena kebijakan tarif dan NTMs Indonesia mengalami penurunan

kesejahteraan rata-rata 0,68% dari PDB setiap tahun dari 2008

hingga 2014.

Relaksasi Perizinan Impor, Namun Sistem Kuota Impor Daging

Sapi Dipertahankan

Setelah September 2015, rezim perizinan impor di Indonesia

direlaksasi melalui reformasi ekonomi di bawah kepemimpinan

Presiden Jokowi yang dikenal dengan Paket Kebijakan Ekonomi

(PKE). PKE Bertujuan untuk mempertahankan momentum reformasi

serta untuk meningkatkan kepercayaan terhadap pertumbuhan

ekonomi Indonesia. Reformasi ekonomi ini dimulai pada bulan

September 2015. Hingga Agustus 2017, 15 paket kebijakan

ekonomi telah dirilis dengan menggunakan Instruksi Presiden

(Inpres) No. 12/2015 tentang peningkatan daya saing industri

sebagai dasar hukum. Dari 15 PKE tersebut, PKE I berkontribusi

paling besar dalam membuat peraturan perizinan impor Indonesia

menjadi kurang ketat. PKE I ditargetkan untuk menghilangkan

Kebijakan pemerintah untuk mengontrol impor daging sapi tersebut telah sangat mempengaruhi pasokan dan harga daging sapi di

Indonesia. Pada tahun 2009 misalnya, terjadi kelebihan pasokan daging sapi di pasar karena impor berlebih. Sementara pada akhir tahun

2011 dan setelahnya, pasar daging sapi Indonesia dicirikan oleh harga tinggi karena kurangnya pasokan daging sapi mengakibatkan

harga daging melonjak. Dengan argumen untuk melindungi kesehatan konsumen dan keamanan pangan, kuota impor daging sapi

diperkenalkan pada 2011. Kementerian Perdagangan mengeluarkan peraturan menteri No. 24/2011. Khususnya pada Pasal 3 dari

Peraturan Menteri Perdagangan No. 24/2011 menetapkan hal-hal berikut:

• Impor Produk Hewan hanya dapat dilakukan apabila produksi dan pasokan Produk Hewan di dalam negeri belum mencukupi

kebutuhan konsumsi masyarakat dengan harga terjangkau.

• Alokasi nasional untuk Hewan dan Produk Hewan segar yang dapat diimpor ditetapkan setiap tahun berdasarkan hasil Rapat

Koordinasi pada tingkat Menteri dengan mempertimbangkan produksi dan kebutuhan konsumsi di dalam negeri.

• Alokasi impor Hewan dan Produk Hewan segar untuk masing-masing IT-Hewan dan Produk Hewan ditetapkan untuk setiap semester

berdasarkan hasil Rapat Koordinasi pada tingkat Eselon I dengan memperhatikan alokasi nasional.

• Penetapan alokasi impor Hewan dan Produk Hewan berdasarkan pertimbangan: (a). Kapasitas instalasi karantina hewan sementara;

(b). Loading Capacity Maximal; dan (c). Nilai past performance.

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume I, No. 17, Tahun 201922

Page 23: Daftar Isibppp.kemendag.go.id/media_content/2019/10/Majalah_Warta... · 2019-10-08 · tambah dari kayu manis (cassiavera), sehingga Indonesia hanya mengekspor bahan mentah. Sehingga,

hambatan birokrasi dan peraturan (regulatory and bureaucratic red

tape). Untuk mencapai target ini, PKE I direkomendasikan untuk

(a) menghapus persyaratan rekomendasi untuk mendapatkan izin

perdagangan, persyaratan importir produsen, persyaratan laporan

surveyor, dan wajib mendapatkan Sertifikat Nasional Indonesia

(SNI) untuk barang-barang tertentu, (b) menggunakan Identifikasi

Importir Number (API) sebagai lisensi utama. Berbagai kebijakan

deregulasi dan birokrasi kemudian diimplementasikan (Kementerian

Perdagangan, 2016).

Di bawah PKE I, 134 peraturan diubah melalui program

deregulasi dan debirokrasi. Dari 134 peraturan, 32 peraturan

(24%) dikeluarkan oleh Kementerian Perdagangan. Pada saat itu

Kementerian Perdagangan mengatur 121 lisensi ekspor-impor, 74

lisensi melibatkan rekomendasi 20 Kementerian/Lembaga. Dalam

paket deregulasi ini, Kementerian Perdagangan menghapus dan/

atau menghilangkan 38 lisensi yang mencakup empat jenis lisensi

Eksportir Terdaftar (ET), 21 jenis lisensi Importir Terdaftar (IT), dan 13

jenis izin Produsen Importir atau 31,4% (Kementerian Perdagangan,

2015).

Sebagai bagian dari PKE, pemerintah Indonesia juga

merelaksasi peraturan impor Hewan dan Produk Hewan yang

tercakup dalam PKE IX Januari 2016 yang terfokus untuk

mempercepat pembangunan infrastruktur listrik dan menjamin

ketersediaan stok ternak dan produknya. Menanggapi paket

kebijakan ekonomi ini, menteri perdagangan mengeluarkan

Peraturan No. 59/M-DAG/PER/8/2016 tentang ketentuan ekspor

dan impor Hewan dan Produk Hewan yang telah mengalami dua

kali perubahan yaitu Permendag No. 13/M-DAG/PER/2/2017 dan

Permendag No. 20 tahun 2018. Melalui peraturan tersebut, impor

sapi dan daging sapi direlaksasi. Akses pasar meningkat dengan

membuka lebih banyak negara asal, persyaratan impor cukup

longgar. Beberapa kesimpulan reformasi yang dilakukan melalui

Permendag No. 59/M-DAG/PER/8/2016 adalah sebagai berikut:

1. Impor produk yang tercantum dalam lampiran II dan III hanya

dapat dilakukan oleh perusahaan pemilik API, BUMN dan/atau

BUMD. Angka Pengenal Importir (API) adalah ID importir untuk

dapat mengimpor produk ke Indonesia. Sebelumnya API hanya

merupakan dokumen prasyarat untuk mendapatkan lisensi

importir seperti registrasi importir (IT) atau importir produsen

(IP) dan persetujuan impor. Pada peraturan baru ini IP/IT tidak

lagi diperlukan.

2. Impor Hewan dan Produk Hewan hanya dapat dilakukan

setelah mendapatkan persetujuan impor (SPI) dari Menteri.

Dengan dihapuskannya persyaratan IT/IP, maka impor hanya

memerlukan persetujuan impor.

3. Persyaratan pelabelan hanya diterapkan ketika barang

diperdagangkan di Indonesia. Sebelumnya, peraturan tersebut

mewajibkan pelabelan untuk dilampirkan sebelum barang

masuk ke wilayah Indonesia.

Persyaratan lain seperti pengemasan, sertifikasi (sertifikat

kesehatan dari negara asal) dan laporan yang disetujui tentang

realisasi impor tidak berbeda dengan peraturan sebelumnya.

Reformasi yang paling signifikan adalah bahwa kebutuhan Pre-

shipment dan pembatasan pelabuhan tidak lagi diperlukan untuk

mengimpor prime cuts meat. Sayangnya, PKE IX ini tidak melakukan

relaksasi terhadap sistem kuota impor Hewan dan Produk Hewan

khususnya sapi. Penentuan kuota impor yang dilakukan melalui rapat

koodinasi terbatas (Rakortas) sering menyebabkan debat publik,

dan juga menyebabkan penundaan proses impor dan berbagai

dampak sosial seperti yang akan dibahas dibagian berikut.

The Way Forward: Tarif bukan Kuota

Belajar dari pengalaman Indonesia dalam mengelola kebijakan

bukan tarif khususnya sistem kuota pada impor daging sapi

bukanlah tugas yang mudah. Implementasi sistem kuota pada

impor daging sapi di Indonesia tidak hanya menciptakan kegagalan

pasar yang ditunjukkan oleh tingginya harga daging sapi yang

harus ditanggung Konsumen, tetapi juga telah menyebabkan

penyalahgunaan secara administrative sehingga berujung pada

korupsi. Pada tahun 2017 misalnya, Komisi Pemberantasan Korupsi

Indonesia (KPK) melakukan operasi tangkap tangan terhadap

hakim Mahkamah Konstitusi, dalam kasus dugaan suap judicial

review UU No. 41 tahun 2014 tentang Peternakan dan Kesehatan

Hewan, termasuk pemberi suap yang merupakan importir daging

sapi (Tempo, Juni 2017). Kasus serupa juga terjadi dalam kaitannya

dengan penyuapan impor daging sapi yang menyeret mantan

anggota Dewan Perwakilan Rakyat pada 2013 yang menggunakan

wewenang untuk mempengaruhi kebijakan kuota daging impor.

Kasus ini tidak hanya menyebabkan kemerosotan kepercayaan

publik di lembaga peradilan tetapi juga telah terbukti adanya korupsi

dalam sistem negara, khususnya UU No. 41 tahun 2014 tentang

Peternakan dan Kesehatan.

Pemerintah Indonesia mungkin perlu memikirkan kebijakan

alternatif, dan kebijakan tarif dapat menjadi alternatif karena lebih

baik daripada sistem kuota. Sistem tarif dapat mencapai tujuan

yang sama dengan sistem kuota untuk mengontrol impor, tanpa

peluang korupsi. Namun, tarif harus ditentukan pada tingkat yang

mampu mendorong harga daging sapi naik dengan cukup yang

memungkinkan permintaan daging sapi turun ke jumlah kuota

yang sama per tahun. Tarif mampu mengontrol harga barang, dan

pada saat yang sama mengontrol jumlah barang yang dijual karena

interaksi penawaran dan permintaan.

Sistem kuota impor juga cenderung menciptakan

penyelundupan. Penentuan tarif dan kuota pada tingkat yang tidak

wajar akan menyebabkan penyelundupan. Sebagai contoh, jika tarif

daging sapi ditetapkan pada 95% kemungkinan seseorang akan

mencoba menyelundupkan daging sapi ke negara tersebut, seperti

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume I, No. 17, Tahun 2019 23

Page 24: Daftar Isibppp.kemendag.go.id/media_content/2019/10/Majalah_Warta... · 2019-10-08 · tambah dari kayu manis (cassiavera), sehingga Indonesia hanya mengekspor bahan mentah. Sehingga,

halnya jika kuota hanya sebagian kecil dari permintaan produk.

Tantangannya adalah pemerintah harus menetapkan tarif atau kuota

pada tingkat yang wajar.

Melihat data tarif applied-MFN Indonesia untuk daging

sapi (daging binatang bovine, segar atau dingin), tarif tersebut

tergolong sangat rendah sebesar 5% jika dibandingkan dengan

tarif pada produk yang sama di negara lain seperti yang disajikan

pada Tabel 1 kecuali untuk beberapa negara seperti Australia,

Brunei Darussalam, Malaysia, dan Singapura yang memiliki tarif

applied-MFN 0%. Menariknya, Kanada yang pada tahun 2015 telah

menerapkan tarif applied-MFN pada Daging binatang bovine, segar

atau dingin sebesar 13,3% telah meningkatkan tarif yang diterapkan

MFN menjadi 26,5% jauh lebih tinggi dari tarif yang terikat (bound

tariff) pada 13,3%.

Table 1 Rata-rata tarif MFN applied dan tarif terikat (Bound Tariff)

pada berbagai jenis daging (bovine animals, fresh or chilled di

berbagai negara, 2016-2017

No. Negara Tarif MFN (%)Tarif Terikat

(%)

1. Australia 0 02. Brunei Darussalam 0 203. Kamboja 35 38,34. Kanada 26,5 13,35. Republik Rakyat Tiongkok 14,7 14,76. India 30 1007. Indonesia 5 508. Jepang 38,5 509. Malaysia 0 1510. Myanmar 15 16511. Selandia Baru 0 012. Filipina 10 38,513. Thailand 50 5014. Vietnam 21,3 21,315. Singapura 0 3.3

Sumber: Integrated Database (IDB) notifications, WTO (2018)

Catatan: Tarif MFN Kanada untuk impor daging sapi meningkat dari

13,3% di 2015 menjadi 26,5% di 2017

Implementasi tarif juga lebih baik daripada sistem kuota ketika

ada perubahan permintaan pada tingkat yang sangat signifikan.

Daging sapi selalu menjadi favorit di Indonesia selama perayaan

Idul Fitri. Kuota impor pada angka tertentu, katakanlah 5.000 ton

mungkin masuk akal jika permintaan untuk produk tersebut akan

mencapai 6.000 ton. Tapi seandainya permintaan kini melonjak

menjadi 18.000 dengan kuota impor 5.000 ton, akan ada kekurangan

besar-besaran dan penyelundupan impor daging sapi akan menjadi

sangat menguntungkan. Sistem tarif tidak memungkinkan terjadinya

masalah ini. Sistem tarif tidak memberikan batasan terhadap

jumlah barang yang diimpor. Jadi jika permintaan meningkat,

jumlah daging sapi yang terjual akan naik, dan pemerintah akan

mengumpulkan lebih banyak pendapatan. Hal ini mengindikasikan

bahwa impor terus terjadi pada tingkat tidak pasti untuk berhenti

selama permintaan belum bisa dicukupi oleh produksi dalam negeri.

Kondisi ini sering digunakan sebagai argumen terhadap tidak

dipilihnya kebijakan tarif karena pemerintah tidak dapat memastikan

bahwa jumlah impor akan tetap di bawah tingkat tertentu. Namun

menurut teori perdagangan bebas,tarif dan kuota bukan merupakan

solusi terbaik dalam jangka panjang. Pergeseran dari sistem kuota

ke sistem tarif seharusnya hanya dibuat sebagai periode transisi

untuk mencapai tujuan kebijakan untuk menurunkan harga daging

sapi yang terjangkau bagi konsumen.

Sekadar ilustrasi, Malaysia merupakan negara tetangga

yang ketergantungan pada impor daging sapi bahkan lebih

besar dibanding Indonesia. Tingkat produksi domestik Indonesia

sebenarnya lebih besar (jika dilihat dari persentase total konsumsi).

Untuk tahun 2013, pasokan daging sapi Malaysia dari swasembada

produksi dalam negeri hanya sekitar 25,67% dibandingkan dengan

Indonesia pada 78% (Nixon dan Whitehead, 2013). Pada akhir 2018

harga rata-rata daging sapi (bovine, segar atau dingin) Malaysia

sekitar Rp 80.000 per kilogram, sedangkan harga di Indonesia rata-

rata Rp 120.000 per kilogram. Oleh karena itu, periode transisi harus

dijaga untuk mencapai harga yang sama seperti di Malaysia.

Guna memperbaiki sistem perizinan impor hewan dan produk

hewan, maka diperlukan tinjauan rutin terhadap kebijakan dan

peraturan yang ada untuk mengidentifikasi kebijakan/peraturan

yang berdampak negatif terhadap berbagai pemangku kepentingan

(stakeholders) dan yang tidak mencapai tujuan pemerintah. Belajar

dari pengalaman penggunaan kuota dalam mekanisme impor

Hewan dan Produk Hewan telah banyak menimbulkan dampak

negatif tidak hanya pada konsumen tetapi ekonomi Indonesia secara

umum. Untuk itu penggunaan tarif dianggap lebih baik, namun

pengalihan kebijakan dari kuota ke sistem tarif tidak dapat menjadi

kebijakan jangka panjang bagi Indonesia tetapi hanya digunakan

untuk sementara waktu sampai tujuan tercapainya harga daging

sapi yang terjangkau bagi konsumen tercapai. Pada akhirnya kedua

kebijakan tersebut tentu saja sedikit demi sedikit harus dihilangkan.

Biodata PenulisNama : Ernawati MunadiProfesi : Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Wijaya

Kusuma SurabayaEmail : [email protected]

Sumber : http://satujam.com

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume I, No. 17, Tahun 201924

Page 25: Daftar Isibppp.kemendag.go.id/media_content/2019/10/Majalah_Warta... · 2019-10-08 · tambah dari kayu manis (cassiavera), sehingga Indonesia hanya mengekspor bahan mentah. Sehingga,

Potensi Ekspor Indonesia di Pasar Non-tradisional

Laporan Neraca Pembayaran Indonesia yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia (BI) (2018) menunjukkan bahwa sejalan dengan permintaan domestik yang menguat, defisit neraca transaksi

berjalan pada triwulan III 2018 mengalami peningkatan sebesar USD 8,8 miliar (3,37% dari Produk Domestik Bruto (PDB) dibandingkan defisit triwulan sebelumnya yaitu sebesar USD 8,0 miliar (3,02% dari PDB). Namun demikian BI menegaskan bahwa secara kumulatif defisit neraca transaksi berjalan sampai dengan triwulan III 2018 masih berada dalam kisaran aman yaitu 2,86% dari PDB. Salah satu faktor yang bertanggungjawab terhadap meningkatnya defisit neraca transaksi berjalan adalah penurunan neraca perdagangan barang dan meningkatnya defisit neraca jasa.

Sebagai gambaran umum, perdagangan Indonesia selama ini relatif lebih didominasi oleh empat negara mitra dagang utama yaitu Jepang, Amerika Serikat, China dan Singapura. Tabel 1 menggambarkan nilai perdagangan Indonesia ke negara tujuan utama mulai tahun 2012 sampai 2016.

Ketergantungan yang tinggi terhadap pasar tertentu dapat memberikan dampak negatif bagi aktivitas ekspor terutama jika terjadi goncangan di negara yang bersangkutan dan guncangan ekonomi dunia. Pertumbuhan rata-rata ekspor Indonesia ke negara tujuan utama sebagian besar bernilai negatif artinya ekspor Indonesia ke negara tradisional mulai mengalami penurunan. Penurunan ekspor ke pasar tradisional mengharuskan Indonesia untuk mencari pasar ekspor baru ke negara yang selama ini belum menjadi mitra utama (pasar non-tradisional). Diversifikasi pasar merupakan salah satu jalan keluar yang dapat dilakukan untuk meminimisasi dampak krisis global terhadap kinerja neraca perdagangan dan perekonomian Indonesia (Oktaviani et al, 2008). Diversifikasi pasar tujuan ekspor dibutuhkan Indonesia dalam melakukan ekspansi atau perluasan pasar baru khususnya pasar non-tradisional.

Beberapa penelitian memiliki definisi yang agak berbeda mengenai negara non-tradisional. Hasil penyaringan antara negara tradisional dan non-tradisional Indonesia yang dilakukan oleh Internasional Trade Analysis and Policy Studies (ITAPS), Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM), Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Bank Indonesia (2018) menunjukkan bahwa terdapat 116 negara yang tergolong sebagai pasar non-tradisional Indonesia. Penyaringan dilakukan melalui beberapa tahapan yang digambarkan oleh Tabel 2.

Berdasarkan filtering tahap 3, maka negara yang didefinisikan sebagai negara tradisional dalam tulisan ini adalah (1) Jepang, (2) Singapura, (3) USA, (4) EU 27 (termasuk Inggris), (5) Korea Selatan, (6)

Hongkong, (7) Malaysia, (8) Australia, (9) Saudi Arabia, (10) Thailand, (11) Filipina , (12) China, dan (13) India. Selanjutnya dengan analisis Structural Match Indeks (SMI) dan Demand Indeks (DI) diidentifikasi negara non-tradisional potensial ekspor Indonesia. Dalam melakukan analisis SMI dan DI jumlah negara yang telah tersaring sebanyak 105 Negara dari 111 Negara yang telah difiltering diakibatkan keterbatasan data tersebut. Negara yang dikeluarkan tersebut yaitu Venezuela, Yaman, Kuba, Yugoslavia, Djibouti dan Montenegro. Penelitian ITAPS dan BI (2018) mengelompokkan negara-negara yang tersaring tersebut menjadi empat kuadran. Kuadran II merupakan kelompok negara non-tradisional yang memiliki Demand Indeks tinggi yang menunjukkan permintaan impor yang tinggi oleh negara pengimpor dan Structural Match Indeks (SMI) rendah yang menunjukkan kecocokan yang tinggi dari ekspor Indonesia terhadap kebutuhan negara-negara mitra non-tradisional. Berdasarkan kuadran II terpilih 19 negara Kanada, Myanmar, Meksiko, Switzerland, Mesir, Brazil, Kuwait, Turki, Oman, Tanzania, Bangladesh, Nigeria, Qatar,Uni Emirad Arab (UEA), Kongo, Pantai Gading, Guinea, Grenada, Islandia. Dari 19 negara, berdasarkan pertimbangan skala prioritas maka terpilih 8 negara yang didefinisikan sebagai negara non-tradisional yang potensial yaitu Kanada, Brazil, Mesir, Kuwait, Meksiko, UEA, Qatar, Nigeria, dan ditambah dengan satu negara yang tergabung di SACU yaitu Afrika Selatan.

Berbeda dengan penelitian ITAPS dan BI (2018), Sabaruddin (2016) melakukan clustering tujuan pasar ekspor Indonesia menjadi dua macam yaitu pasar tradisional dan pasar non-tradisional (pasar ekspor sudah berkembang dan untapped markets). Hasil analisis menyimpulkan bahwa negara-negara yang masuk dalam kategori pasar tradisional bagi Indonesia sebanyak 12 negara yaitu: Australia, Jerman, Italia, Jepang, Korea Selatan, Belanda, Malaysia, Filipina, Singapura, Inggris, Amerika Serikat, dan China (termasuk Hong Kong). Sedangkan, pada kategori pasar non-tradisional, untuk klasifikasi negara-negara ekspor sudah berkembang ditemukan terdapat sebanyak sembilan negara yaitu Belgia, Perancis, India, Arab Saudi, Uni Sovyet (dan Federasi Rusia), Spanyol, Thailand, Trinidad, Tobago, dan Vietnam. Sedangkan untuk kategori pasar yang belum digarap (untapped market) adalah seluruh negara dan entitas ekonomi selain diatas (sebanyak 219 negara dan entitas ekonomi).

Hasil kajian Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri Tahun 2014 berjudul “Kajian Potensi Pengembangan Ekspor ke Pasar Non-tradisional”, negara tradisional didefinisikan sebagai negara (pasar) yang memiliki kriteria/syarat berupa syarat keharusan yakni ekspor

Widyastutik

KETUK PINTU EKSPOR KE PASAR NON-TRADISIONAL:

STRATEGI MEMPERBAIKI DEFISIT NERACA PERDAGANGAN

Tabel 1. Negara ekspor tujuan utama Indonesia, 2012 – 2016 (Juta USD)

Negara Tujuan 2012 2013 2014 2015 2016

Jepang 30.135,1 27.086,3 23.117,5 18.020,9 16.089,6

Amerika Serikat 14.874,4 15.691,7 16.530,1 16.240,8 16.141,4

China 21.659,5 22.601,5 17.605,9 15.046,4 16.790,8

Singapura 17.135,0 16.686,3 16.728,3 12.632,6 11.861,0

Sumber : BPS (2018)

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume I, No. 17, Tahun 2019 25

Page 26: Daftar Isibppp.kemendag.go.id/media_content/2019/10/Majalah_Warta... · 2019-10-08 · tambah dari kayu manis (cassiavera), sehingga Indonesia hanya mengekspor bahan mentah. Sehingga,

ke negara tersebut sudah berlangsung lebih dari 40 tahun serta syarat kecukupan yakni tidak terpengaruh oleh kondisi perekonomian negara lain, konsumsi terhadap struktur PDB lebih dari 50% dan net ekspor terhadap struktur PDB kurang dari 5%. Dalam hasil kajian juga Amerika Serikat, Jepang dan Uni Eropa (UE) didefinisikan sebagai negara tradisional. Selain tiga negara tradisional, tujuh negara tujuan ekspor Indonesia yang sudah terjadi selama lebih dari lima tahun adalah China, India, Singapura, Malaysia, Korea Selatan, Thailand dan Taiwan yang selanjutnya disebut dengan negara mitra dagang utama Indonesia. Sedangkan negara non-tradisional termasuk di dalamnya mitra dagang utama dan non mitra dagang utama yang terdiri dari Australia, Philipina, Hongkong, UEA, Vietnam, Saudi Arabia, Pakistan, Brasil, Turki, Afrika Selatan, Bangladesh, Mesir, Rusia dan lainnya. Secara detil, ekspor Indonesia ke negara tradisional dan non-tradisional berdasarkan definisi Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri Tahun 2014 selama tahun 2011-2014 dapat dilihat pada Tabel 3.

Berdasarkan pertimbangan metode analisis yang digunakan, penulis sepakat dengan definisi ITAPS dan BI (2018) mengenai negara non-tradisional. Metode SMI dan DI memberikan “guidance” yang lebih komprehensif karena mempertimbangkan 2 hal sekaligus yaitu kecocokan antara ekspor Indonesia terhadap kebutuhan negara-negara mitra non-tradisional dan sekaligus pertimbangan mengenai permintaan terhadap impor yang semakin tinggi.

Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) pada Juni 2018 menunjukkan bahwa sepertiga dari pangsa pasar ekspor Indonesia didominasi oleh hanya tiga negara yaitu China, Amerika Serikat dan Jepang. Artinya ketiga negara tersebut mencakup 36,48% dari total nilai ekspor nonmigas Indonesia. Ditambah dengan negara-negara tujuan utama lain yakni Singapura, Malaysia, Thailand, Jerman, Belanda, Italia, India, Australia, Korea Selatan dan Taiwan, angka tersebut menjadi 71,31% pada Januari sampai April 2018. Hal ini berarti puluhan negara yang ada di dunia selain tiga belas negara

tersebut hanya mencakup 28,69% dari pasar ekspor Indonesia. Hal ini tentunya peluang dan sekaligus tantangan bagi Indonesia untuk melakukan diversifikasi pasar ke negara yang didefinisikan sebagai negara non-tradisional tersebut. Dengan membangun basis ekspor yang lebih luas, diversifikasi ekspor dapat mengurangi instabilitas penerimaan ekspor, meningkatkan penerimaan ekspor, meningkatkan nilai tambah, dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui berbagai saluran. Lebih lanjut, negara-negara non-tradisional tersebut berpotensi sebagai hub ekspor Indonesia ke negara lainnya yang bermitra dengan negara non-tradisional.

Tantangan Diversifikasi Pasar Ekspor ke Negara Non-tradisionalKurangnya informasi produk Indonesia di mata konsumen dan

sedikitnya perjanjian perdagangan dengan negara-negara non-tradisional menjadi salah satu tantangan bagi upaya diversifikasi Indonesia. Tantangan lainnya adalah risiko-risiko yang terdapat pada pasar non-tradisional. Pemikiran bahwa pasar Non-tradisional lebih mudah untuk dimasuki oleh Eksportir Indonesia tidaklah sepenuhnya benar (Sthitaprajna, et al 2018). Apabila dicermati secara umum, maka negara-negara yang masuk dalam kelompok pasar Non-tradisional adalah negara-negara yang secara politis, ekonomi dan hukum belum stabil dan modern sebagai contoh adalah Amerika Tengah, Amerika Selatan, Timur Tengah dan Afrika, dimana prinsip coup d’etat (kudeta) adalah hal yang dianggap lumrah. Tidak hanya masalah politis dan keamanan, isu-isu ekonomi seperti fluktuasi nilai mata uang, lemahnya kapasitas membayar – baik importir maupun bank, juga relatif banyak ditemukan. Hal-hal tersebut tentunya bukanlah kondisi yang dapat mendukung serta kondusif bagi aktivitas bisnis, terlebih lagi untuk kegiatan ekspor (Batuparan, 2012). Salah satu contoh pengaruh non ekonomi terhadap kerjasama perdagangan adalah tertundanya pelaksanaan Comprehensive Economic Partnership (CEPA) antara Indonesia dengan Turki dikarenakan masalah politik yang melanda negara Turki (katadata, 2019). Turki sendiri merupakan potensi pasar

Tabel 2. Filtering negara tradisional dan Non-tradisional

Tahapan Filter Total Negara

1 Negara mitra dagang Indonesia berdasarkan data wits dari 1967 sitc rev 1 250 negara

2 Filter WTO Member dan EU Member 123 Negara dan 1 Region

3 Filter 13 negara yang konsisten sebagai mitra ekspor non migas Indonesia selama 30 sampai 40 tahun merupakan negara tradisional

111 negara

4 Analisis SMI dan demand indeks digunakan 105 Negara 105 negara non-tradisional

Sumber : ITAPS, FEM IPB dan Bank Indonesia (2018)

Gambar 1. Filtering Negara Non-tradisional Potensial Berdasarkan Structural Match Index dan Demand IndexSumber: Kajian ITAPS, FEM IPB dan BI (2018)

52

negara yang tersaring tersebut menjadi empat kuadran. Kuadran II merupakan kelompok negara non-

tradisional yang memiliki Demand Indeks tinggi yang menunjukkan permintaan impor yang tinggi oleh

negara pengimpor dan Structural Match Indeks (SMI) rendah yang menunjukkan kecocokan yang

tinggi dari ekspor Indonesia terhadap kebutuhan negara-negara mitra non-tradisional. Berdasarkan

kuadran II terpilih 19 negara Kanada, Myanmar, Meksiko, Switzerland, Mesir, Brazil, Kuwait, Turki,

Oman, Tanzania, Bangladesh, Nigeria, Qatar,Uni Emirad Arab (UEA), Kongo, Pantai Gading, Guinea,

Grenada, Islandia. Dari 19 negara, berdasarkan pertimbangan skala prioritas maka terpilih 8 negara

yang didefinisikan sebagai negara non-tradisional yang potensial yaitu Kanada, Brazil, Mesir, Kuwait,

Meksiko, UEA, Qatar, Nigeria, dan ditambah dengan satu negara yang tergabung di SACU yaitu Afrika

Selatan.

1,61,51,41,31,21,11,00,90,8

8

7

6

5

4

3

2

1

0

SMC

Dem

and

Inde

x

1,1591

2,210

NAM

LSOBWA

TJK

SLBVUT

UKR

TON SYC WSM

RWANPL MNGMDA

MDV

KGZ

KAZ

JAM

ISL

HTI

GRD

GEO GMBFJISLV

DMA

CRI

BDI

BLZBRB

ARMATGMUS

DOMTCD

BRN

RUS

BFA ZWEMWIALB

TGO

ISR

BEN

MLI GAB

PRY

NICGUY

GIN

CIVCOG

NER

ARE

QAT

HND

CAF

BHR

SLEUGAECUCMRAGO ZMB

URYGTM

BOLMRT

GHA

VNM

PNGMOZ

KHM

SEN

TUN

ZAF

LAO

COL

TTO

NGA

MDGLBR

BGD

TZA

PER

OMN

PAN

MAR

ARG

LKA CHL

TUR

SUR

KWT

KEN

BRA

JOREGY

CHE

MEX

PAK

NOR

NZL

MMR

CAN

Scatterplot of Demand Index vs SMC

Gambar 1. Filtering Negara Non-tradisional Potensial Berdasarkan Structural Match Index dan

Demand Index

Sumber: Kajian ITAPS, FEM IPB dan BI (2018)

Berbeda dengan penelitian ITAPS dan BI (2018), Sabaruddin (2016) melakukan clustering

tujuan pasar ekspor Indonesia menjadi dua macam yaitu pasar tradisional dan pasar non-tradisional

(pasar ekspor sudah berkembang dan untapped markets). Hasil analisis menyimpulkan bahwa

I II

III IV

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume I, No. 17, Tahun 201926

Page 27: Daftar Isibppp.kemendag.go.id/media_content/2019/10/Majalah_Warta... · 2019-10-08 · tambah dari kayu manis (cassiavera), sehingga Indonesia hanya mengekspor bahan mentah. Sehingga,

Tabel 3. Ekspor Indonesia ke Negara Tradisional dan Non-tradisional, 2011-2014

Sumber: Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan (2014)

yang besar bagi Indonesia yang nilai perdagangan year to date bertumbuh 10,16 % dibandingkan tahun lalu (BPS, 2017). Produk Indonesia yang diekspor ke Turki merupakan karet dan bahan-bahan karet. Pertumbuhan ekspor untuk produk karet dan non karet ke Turki bertumbuh 62 % antara Januari hingga Oktober 2017 (BPS, 2017).

Khusus untuk negara di Afrika dan Amerika Latin, tantangan yang harus dihadapi Indonesia adalah upaya melakukan negosiasi secara multilateral, tidak hanya bilateral, karena mereka tergabung dalam blok perdagangan seperti ECOWAS (Economic Community of West African States) (BPPP, 2015) dan MERCOSUR (Mercado Comun del Sur). ECOWAS beranggotakan Benin, Burkina Faso, Tanjung Verde, Pantai Gading, Gambia, Ghana, Guinea, Guinea Bissau, Liberia, Mali, Niger, Nigeria, Senegal, Sierra Leone, and Togo. Sedangkan MERCOSUR beranggotakan Argentina, Brasil, Uruguay, Venezuela (Kemlu, 2019). Pada tingkat bisnis, tantangan diversifikasi pasar ekspor yang dihadapi pelaku-pelaku bisnis Indonesia adalah masalah di bidang pembiayaan dan penjaminan. Pembiayaan perdagangan luar negeri yang melibatkan pasar non-tradisional dipersepsikan memiliki risiko yang lebih tinggi dibanding pembiayaan ke pasar yang sudah familiar. Risiko yang harus ditanggung oleh pengusaha adalah tanggungan bunga lebih besar dan membayar biaya penjaminan yang lebih tinggi mengingat lembaga pembiayan ekspor perlu beradaptasi dengan struktur risiko yang dihadapi di pasar non-tradisional tersebut. Berdasarkan data International Chamber of Commerce (2013), secara global tingkat gagal bayar untuk pembiayaan perdagangan internasional berada di bawah 1%. Akan tetapi, ketika dilihat berdasarkan pasar tujuan, transaksi yang melibatkan negara Afrika dan negara berkembang lain cenderung menunjukkan tingkat gagal bayar yang lebih tinggi. Hal ini diakibatkan karena adanya ketidaksempurnaan pasar dan kemungkinan terkena guncangan yang tidak terduga.

Strategi Ketuk Pintu Ekspor ke Negara Non-tradisionalKetika Indonesia mulai “menengok” ke pasar-pasar non-

tradisional, China, India, Korea, bahkan negara-negara maju pun telah berlomba-lomba untuk memanfaatkan potensi di pasar Non-tradisional. Kondisi ini membuat pasar-pasar tersebut tidak lagi merupakan pasar yang sepi, melainkan dipenuhi oleh para pelaku yang agresif dengan pemain-pemain besar yang telah berada di pasar tersebut yang ternyata telah melakukan penetrasi pasar untuk jangka waktu yang cukup lama. Hal tersebut bukan hanya merupakan respon sesaat atas upaya meningkatkan surplus atau

memperbaiki neraca perdagangan mereka yang defisit namun telah menjadi bagian dari strategi jangka panjang para pemain-pemain lama untuk mendiversifikasi pasar ekspor mereka. Berbagai tahapan strategi ekspor pun telah mereka tempuh mulai dari survey melalui riset mendalam, pemberian bantuan dan hibah oleh pemerintah untuk “menanam jasa”, membangun jaringan distribusi yang luas, membangun infrastruktur keuangan untuk transaksi, pembiayaan dan penjaminan dan banyak persiapan lainnya yang telah dilakukan jauh-jauh hari (Sthitaprajna, et al 2018). Dengan kata lain, bukanlah hal yang terbilang mudah dan tidak dalam jangka waktu pendek bagi pendatang baru seperti Indonesia untuk menghadapi situasi tersebut.

Bukan berarti tidak mungkin apabila Indonesia berkeinginan kuat untuk melakukan diversifikasi ke pasar ekspor. Adalah sangat mungkin apabila Indonesia melakukan penetrasi ekspor ke pasar non-tradisional yang tentunya diperlukan strategi yang komprehensif. Strategi ketuk pintu ekspor diadopsi dari strategi Ketuk Pintu Layani Dengan Hati (KPLDH)  yang merupakan program kesehatan di Jakarta berbasis jemput bola. Program ini diluncurkan pada tanggal 24 Mei 2015 di Rusun Pinus Elok, Cakung, Jakarta Timur oleh Gubernur DKI Basuki Tjahja Purnama. Tidak jauh berbeda dengan KPLDH, ketuk pintu ekspor merupakan strategi ekspor dengan jemput bola. Secara sederhana strategi ini kebalikan dari sistem konvensional dimana pelaku ekspor Indonesia yang berperan sebagai penjual harus lebih aktif. Keuntungan sistem ini adalah negara non-tradisional sebagai konsumen akan semakin dimudahkan mendapatkan informasi dan penawaran  terkait produk yang mungkin mereka butuhkan. Terkait dengan tujuan melakukan diversifikasi ekspor, strategi yang dapat dilakukan dalam upaya ketuk pintu ekspor Indonesia ke negara non-tradisional adalah sebagai berikut:1. Intelijen pasar dan promosi ekspor dengan mengoptimalkan

perwakilan Indonesia di luar negeri. Intelijen pasar diperlukan untuk memperoleh informasi mengenai peluang pasar, informasi kebutuhan produk, selera konsumen serta hambatan perdagangan di pasar non-tradisional. Dalam rangka meningkatkan kegiatan Intelijen pasar maupun promosi ekspor melalui kegiatan pameran di luar negeri, peran perwakilan Kementerian Perdagangan di luar negeri maupun KBRI perlu dioptimalkan. Ada 19 perwakilan melalui Indonesian Trade Promotion Center (ITPC), 24 Atase Perdagangan, Konsul Dagang di Hong Kong, dan Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) Taipei. Indonesia jangan sampai kalah dengan negara tetangga ASEAN, yaitu Thailand yang secara agresif melakukan

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume I, No. 17, Tahun 2019 27

Page 28: Daftar Isibppp.kemendag.go.id/media_content/2019/10/Majalah_Warta... · 2019-10-08 · tambah dari kayu manis (cassiavera), sehingga Indonesia hanya mengekspor bahan mentah. Sehingga,

promosi ekspor. Thailand memiliki satu bagian khusus yang bertugas untuk mempromosikan dan mengembangkan ekspor. Departemen Promosi Perdagangan Internasional Department of International Trade Promotion (DITP) yang didirikan di bawah Kementerian Perdagangan Kerajaan Thailand membantu dalam pengembangan ekspor produk Thailand. Di bawah pengawasan DITP terdapat Pusat Perdagangan Luar Negeri (TTC) yang terletak di kota-kota besar di seluruh dunia. Lembaga ini terletak di berbagai negara di dunia yang berperan untuk mendukung penerapan kebijakan pengembangan ekspor. Fokus utama adalah memperkuat hubungan perdagangan antara eksportir Thailand dan importir potensial. Selain itu, lembaga ini juga menganalisis informasi yang relevan dan memberikan laporan tentang tren dan perkembangan pasar ekspor (intelegensi pasar) (Puska Daglu, BP2KP, Kementerian Perdagangan, 2014).

2. Mendirikan gerai/outlet/konter yang merupakan show case untuk produk unggulan ekspor Indonesia di pasar non-tradisional. Strategi ini dipandang perlu untuk memperkenalkan produk-produk buatan Indonesia di pasar non-tradisional. Dengan adanya show case yang berfungsi memamerkan produk-produk buatan Indonesia maka akan memudahkan pelaku usaha dari pasar non-tradisional untuk mengenal produk buatan Indonesia tanpa harus datang berkunjung ke Indonesia. Gerai/outlet/konter ini juga harus dilengkapi database pelaku usaha dari Indonesia yang menyediakan produk ekspor buatan Indonesia. Strategi pendirian show case untuk produk ekspor Indonesia diinisiasi oleh Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Kementerian Perdagangan khususnya untuk pengembangan ekspor di daerah perbatasan melalui pendirian marketing point-marketing point di wilayah perbatasan.

3. Asistensi dan capacity building untuk pelaku usaha (eksportir) agar produk ekspor Indonesia memenuhi persyaratan kebijakan/aturan yang diberlakukan oleh pasar non-tradisional.

Walaupun tidak seintens negara maju, negara non-tradisional juga kerapkali menetapkan standar dan mutu yang harus dipenuhi produk ekspor Indonesia. Sebagian besar negara non-tradisional adalah negara dengan pendapatan menengah ke atas. Hummels dan Lugovskyy (2009) menyatakan bahwa rata-rata unit value dari impor suatu negara cenderung meningkat dengan semakin meningkatnya tingkat pendapatan. Dengan atau tanpa standar, konsumen secara natural akan mengubah produk yang dikonsumsinya ke produk yang memiliki kualitas tinggi dan produk yang aman sejalan dengan pendapatannya yang meningkat yang dikenal dengan “income effect (IE) hypothesis”. Oleh karena itu asistensi dan capacity building diperlukan agar pelaku ekspor mampu memenuhi persyaratan yang diajukan oleh negara non-tradisional. Salah satu capacity building yang dilakukan oleh lembaga keuangan khusus milik pemerintah yaitu LPEI kepada UMKM adalah program Coaching Program for New Exporters (CPNE). Tidak hanya pendampingan, LPEI juga memiliki Digital Handholding Program yang merupakan pelatihan bagi UMKM agar siap masuk ke pasar internasional diantaranya pasar non-tradisional via marketplace global.

4. Fasilitasi perdagangan melalui harmonisasi regulasi dan kebijakan antara Indonesia dengan negara non-tradisional.

Untuk menjembatani permasalahan disharmonisasi regulasi dan kebijakan antara Indonesia dan negara non-tradisional Pemerintah seyogyanya mendirikan semacam “FTA Center” yang berfungsi memfasilitasi pelaku usaha dengan memberikan layanan konsultasi dan advokasi apabila terjadi disharmonisasi dalam regulasi yang diberlakukan oleh negara tujuan ekspor non-tradisional.

5. Insentif pembiayaan ekspor dan instrumen hedging Mengingat negara yang masuk ke dalam pasar Non-tradisional

umumnya negara berkembang dimana karakter umum yang

dimiliki negara-negara ini adalah tingginya permintaan barang dan jasa namun diiringi rendahnya kemampuan membayar maka diperlukan insentif pembiayaan ekspor berupa fasilitas pinjaman berbunga rendah atau bertenor panjang atau kombinasi keduanya. Pinjaman seperti ini dikenal sebagai Buyer’s Credit atau Export Credit yang dikelola oleh export agency dalam hal ini dapat dilakukan oleh LPEI (Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia). Optimalisasi lembaga pembiayaan ekspor Indonesia dalam rangka menguatkan pembiayaan industri yang berorientasi ekspor dan sekaligus penyedia instrumen hedging untuk transaksi ekspor dan penyedia asuransi terkait ekspor diharapkan akan mengurangi kekhawatiran atas risiko terkait ekspor, apakah dari sisi gagal bayar atau kegagalan dalam hal pengiriman barang. Dengan demikian hal ini akan memberikan kenyamanan bagi pelaku usaha yang melakukan ekspor ke negara non-tradisional. Selain itu Pemerintah dapat menerapkan kebijakan dengan mewajibkan lembaga pembiayaan untuk mencapai porsi menyalurkan pembiayaan ke sektor produktif dalam rangka merangsang ekspor ke pasar non-tradisional.

6. Skema kerjasama yang lebih luas tidak hanya penurunan tarif namun juga skema kerjasama investasi.

Strategi keenam adalah membidik skema kerjasama perdagangan yang lebih mendalam baik melalui skema kerjasama bilateral maupun regional dengan negara non-tradisional untuk membuka akses pasar barang, jasa dan sekaligus investasi. Kajian ITAPS bekerjasama dengan BI (2018) dan Kemenko (2018) menunjukkan gain yang diperoleh Indonesia dan negara mitra non-tradisional akan semakin meningkat apabila skema kerjasama tidak hanya sekedar penurunan tarif barang dan jasa tapi juga skema investasi. Pendirian hub perdagangan dan investasi dirasa penting agar negara mitra non-tradisional juga memperoleh nilai tambah dari kerjasama tersebut. Model bisnis ekspor dengan mengikutsertakan FDI relatif lebih menjamin keberlanjutan hubungan kerjasama antar kedua belah pihak, Indonesia dengan negara non-tradisional. Salah satu pasar non-tradisional yang telah dibidik Indonesia adalah Chile. Indonesia telah menandatangani Indonesia-Chile Comprehensive Economic Partnership Agreement (IC-CEPA) pada tanggal 14 Desember 2017. Kedua belah pihak secara khusus juga bersepakat untuk memperluas kerja sama di sektor jasa dan investasi menyusul penerapan perjanjian perdagangan barang (Trade in Goods/TIGs). Negosiasi khusus untuk sektor jasa dan investasi direncanakan akan dimulai pada tahun 2020. Terkait dengan kerjasama bilateral lainnya, Indonesia sudah merintis kegiatan kerjasama dengan beberapa negara di kawasan Amerika Selatan walaupun beberapa belum sampai pada keputusan akhir seperti negara Brazil yang merupakan anggota dari Mercosur. Selain dengan Brazil, kerjasama Indonesia dengan Peru juga tengah dijajagi melalui Joint Study Group (JSG) untuk melihat potensi dan kelayakan kerjasama antar kedua negara.

7. Penguatan koordinasi dan sinergi antar KL Enam strategi yang diuraikan diatas tentunya tidak cukup

apabila tidak disertai dengan penguatan koordinasi antar K/L dan stakeholder yang terlibat dalam ketuk pintu ekspor ke negara non-tradisional. Koordinasi dan sinergi antar K/L dan stakholder yang terlibat merupakan syarat mutlak agar strategi ini memberikan gain bagi perekonomian Indonesia.

Biodata PenulisNama : WidyastutikJabatan : Direktur Eksekutif ITAPS, Fakultas Ekonomi

dan Manajemen, Universitas IPBEmail : [email protected]

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume I, No. 17, Tahun 201928

Page 29: Daftar Isibppp.kemendag.go.id/media_content/2019/10/Majalah_Warta... · 2019-10-08 · tambah dari kayu manis (cassiavera), sehingga Indonesia hanya mengekspor bahan mentah. Sehingga,

Pada tahun 2018 kondisi ekonomi Jawa Tengah mengalami

pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan tahun 2017.

Ekonomi Jawa Tengah tahun 2018 tumbuh 5,32%, menguat

dibandingkan tahun 2017 sebesar 5,26% (BPS, 2018). Ada

beberapa faktor yang mendorong naiknya pertumbuhan ekonomi

Jawa Tengah. Beberapa factor tersebut diantaranya beroperasinya

beberapa tol di Jawa Tengah, peningkatan jumlah penumpang

kereta api, inflasi Jawa Tengah yang terkendali pada kisaran 2,82%,

dan peningkatan belanja online rumah tangga dari 16,14% tahun

2017 menjadi 29,20% tahun 2018. Salah satu program unggulan

pemerintah Provinsi Jawa Tengah tahun 2019-2023 di sektor

perdagangan adalah merevitalisasi pasar rakyat sesuai Standar

Nasional Indonesia (SNI) (Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Provinsi Jawa Tengah, 2019).

Dari 35 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah,

laju pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah masih didominasi oleh

Kota Semarang. Kota Semarang merupakan ibu kota provinsi Jawa

Tengah dengan luas 373,7 km2 dan dihuni sekitar 1,6 Juta jiwa

(Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Semarang, 2018).

Kota Semarang sebagai penyangga utama pertumbuhan ekonomi

Provinsi Jawa Tengah dengan nilai 161,2 dan mempunyai laju inflasi

terendah kedua dari enam Kota Besar di Jawa Tengah setelah

BERITA PENDEK PERDAGANGAN

Kota Surakarta dan terendah kedua dari enam Kota Besar di Pulau

Jawa setelah Yogyakarta (BPS, 2018). Salah satu faktor pendukung

tumbuhnhya perekonomian dan inflasi yang terkendali di Kota

Semarang berasal dari sektor perdagangan, terutama transaksi

yang terjadi di pasar-pasar rakyat. Kota Semarang mempunyai 52

pasar dari 16 Kecamatan dan mempunyai total 13.239 pedagang

besar, menengah, dan kecil (Dinas Perdagangan Kota Semarang,

2019).

Melalui Dinas Perdagangan Kota Semarang, Pemerintah

berencana akan menuntaskan revitalisasi pasar tradisional di Kota

Semarang hingga 2021 mendatang. Dari total 52 pasar tradisional

yang ada di Kota Semarang, tercatat sudah ada 35 pasar yang telah

selesai direvitalisasi sampai dengan tahun 2018. Sementara itu 17

pasar lainnya, rencananya akan diselesaikan hingga tahun 2021

mendatang. Untuk anggaran revitalisasi pasar tradisional nantinya

akan dicarikan dari beberapa sumber pendanaan seperti Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Dana Alokasi Khusus

(DAK) dan Dana Bantuan Tugas pembangunan (BTP). Hingga

Triwulan I 2019, beberapa pembangunan pasar rakyat yang telah

selesai diantaranya adalah Pasar Simongan, Pasar Banyumanik,

dan Pasar Johar (Hasil Wawancara Tim Survey Warta, 2019).

(DwiYulianto)

Perkembangan Perekonomian dan Revitalisasi Pasar di Kota Semarang

Sumber : http://tribunnews.com

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume I, No. 17, Tahun 2019 29

Page 30: Daftar Isibppp.kemendag.go.id/media_content/2019/10/Majalah_Warta... · 2019-10-08 · tambah dari kayu manis (cassiavera), sehingga Indonesia hanya mengekspor bahan mentah. Sehingga,

Pemerintah Indonesia memiliki target program swasembada

daging sapi pada tahun 2026, dengan target produksi sapi

domestik dapat memenuhi minimal 90% permintaan daging

sapi nasional. Target ini akan sulit dipenuhi jika tidak didukung oleh

sistem produksi sapi dalam skala besar.

Berdasarkan siaran pers Direktur Jenderal Peternakan dan

Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Kementerian Pertanian (Kontan,

2019) menyebutkan bahwa ketersediaan produksi daging sapi lokal

tahun 2018 belum mencukupi kebutuhan nasional. Produksi daging

sapi di dalam negeri tahun 2018 sebesar 403.668 ton, sementara,

kebutuhan daging sapi di dalam negeri 2018 sebesar 663.290

ton. Angka tersebut memperlihatkan bahwa produksi daging sapi

Indonesia masih rendah dan produksi dalam negeri hanya mampu

memenuhi kebutuhan daging sapi nasional sebesar 60,9%.

Faktor yang mempengaruhi kekurangan pasokan daging sapi

ini antara lain jenis sapi (sapi potong dan sapi indukan), produksi

pakan yang terbatas, ketersediaan lahan yang terbatas, dan

kurangnya insentif peternak sapi potong. Selain itu, pengetahuan

dan keterampilan peternak yang kurang memadai tentang

pemeliharaan sapi potong yang baik.

Di Indonesia, produksi sapi potong didominasi 99% oleh

peternak kecil yang memelihara rata-rata dua ekor sapi. Mereka

memelihara sebagai kegiatan sampingan (selain bercocok tanam)

untuk mengumpulkan modal atau sebagai cadangan keuangan

saat gagal panen. Hasil penjualan sapi biasanya digunakan untuk

menutupi berbagai macam kebutuhan hidupnya yang memerlukan

pengeluaran besar.

Karakteristik kegiatan sampingan ini menunjukkan bahwa

peternak tersebut tidak begitu memperhatikan aspek pemeliharaan

ternak, sehingga berdampak pada rendahnya kualitas dan kuantitas

sapi yang dipelihara. Selain itu, mereka juga memiliki keterbatasan

pengetahuan tentang memelihara sapi yang baik dan tidak

mau meningkatkan pengetahuannya. Misalnya, peternak dalam

menghemat pakan ternak lebih memilih memberikan rumput di

pinggir jalan, tepi sungai, atau di pinggir lapangan sehingga kualitas

daun yang diberikan tidak jelas.

Selain itu, keterbatasan informasi pemasaran menyebabkan

posisi tawar peternak lemah dan tidak berdaya ketika dihadapkan

pada harga jual yang murah. Sehingga, peternak di desa sering rugi

karena mereka bergantung kepada pedagang sapi yang menekan

harga jual ternak. Akibatnya, para peternak tersebut mungkin akan

enggan terlibat dalam produksi sapi potong.

Penguatan Posisi Tawar Peternak

Salah satu cara untuk meningkatkan insentif produksi sapi

potong domestik adalah dengan meningkatkan daya tawar

peternak, misalnya melalui pengembangan kelompok peternak sapi

potong yang berorientasi laba. Dimana, semua anggota kelompok

dapat memelihara ternak di kandang kolektif atau di kandang

masing-masing, namun tidak boleh menjual sapi secara langsung

ke pembeli. Pengelola kelompok ini yang bertanggungjawab

terhadap pemasaran, sehingga harus memiliki informasi tentang

harga jual sapi dan potensi pembelinya untuk menentukan pembeli

yang menawarkan harga jual tertinggi. Kemudian ditentukan sistem

bagi hasilnya, misalnya apakah dengan bagi hasil keuntungan atau

dengan cara bagi hasil keturunan, atau dengan cara keduanya.

Selain itu, cara lain untuk meningkatkan insentif produksi

sapi potong domestik adalah dengan merangsang peternak untuk

memproduksi sapi yang berkualitas. Misalnya dengan mengadakan

kontes-kontes sapi sehat secara berkala, dengan menentukan

kategori-kategori tertentu. Tentunya hal ini akan menarik peternak

untuk menjaga kualitas sapinya dan mereka akan lebih tertarik untuk

mempelajari cara meningkatkan kualitas sapinya sehingga secara

tidak langsung meningtakan kualitas sapi potong domestik.

Guna mewujudkan program swasembada daging sapi pada

tahun 2026, diperlukan banyak pembentukan kelopok peternak sapi

potong untuk menggenjot produksi sapi potong di Indonesia. Selain

itu, pemerintah perlu bersinergi meningkatkan daya tarik kelompok

peternak sehingga peternak perorangan akan mendapatkan insentif

lebih tinggi jika bergabung dalam suatu kelompok. (Reni K. Arianti)

Optimisme Peningkatan Swasembada Daging Sapi

Sumber : http://majalahinfovet.com

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume I, No. 17, Tahun 201930

Page 31: Daftar Isibppp.kemendag.go.id/media_content/2019/10/Majalah_Warta... · 2019-10-08 · tambah dari kayu manis (cassiavera), sehingga Indonesia hanya mengekspor bahan mentah. Sehingga,

Pemerintah daerah memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan perekonomian daerah, salah satunya dengan pengembangan ekonomi kreatif, termasuk Pemerintah Kota Balikpapan (Pemkot

Balikpapan). Pemkot Balikpapan menggarap enam subsektor industri kreatif dari total 16 subsektor ekonomi kreatif, diantaranya sektor kriya (Go Batik), aplikasi dan games, kuliner, film, videografi, fotografi, fashion, desain, dan seni pertunjukan hingga riset dan pengembangan wisata. Sedangkan kegiatan ekonomi kreatif yang berpotensi diunggulkan di Kota Balikpapan diantaranya aplikasi dan  games  serta kerajinan dan kuliner guna menunjang Balikpapan sebagai smart city.

Dalam empat tahun terakhir, Pemkot Balikpapan cukup konsisten dalam mengembangkan ekonomi kreatif di  kota yang mempunyai sebutan “Kota Minyak” ini. Bahkan, pada peringatan HUT ke-122 Kota Balikpapan tahun 2019, tema yang diangkat fokus pada ekonomi kreatif. Balikpapan juga sudah mendapatkan penghargaan bidang Ekonomi Kreatif untuk tingkat Nasional dari Harian Sindo pada tahun 2017.

Dalam rangka mendukung pelaksanaan kegiatan Ekonomi Kreatif, telah diterbitkan Keputusan Walikota Balikpapan Nomor 188.45-455/2016 Tanggal 28 November 2016 tentang Kepengurusan Balikpapan Creative Forum (BCF)/Forum Ekonomi Kreatif Balikpapan (FEKB). Keberadaan Forum Ekonomi Kreatif di Balikpapan bertujuan untuk mendorong dan mengembangkan para pelaku ekonomi kreatif, tidak hanya sekedar merumuskan, menetapkan dan mengkoordinasikan tapi juga mensinkronisasi seluruh kebijakan terkait ekonomi kreatif.

Program yang dilaksanakan meliputi pelatihan-pelatihan yang disesuaikan dengan kebutuhan para pelaku ekonomi kreatif, event dan kerjasama dengan banyak pihak terkait. Bahkan pada bulan Februari 2019 telah dilaksanakan peresmian Balikpapan Creative Center. Untuk program kegiatan tersebut diberikan dukungan anggaran melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebesar Rp 293 juta pada tahun 2018 dan Rp 390 juta untuk tahun 2019 serta dana Coorporate Sosial Responsibility (CSR).

Jumlah pelaku ekonomi kreatif di Kota Balikpapan mencapai 300 pelaku usaha dari berbagai subsektor dan yang terbesar bergerak di bidang kerajinan dan kuliner. Dalam hal kerajinan, salah satu identitas daerah yang tercermin dalam produk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)  khas Balikpapan adalah Kerajinan Etnis Dayak. Identitas tersebut  terus berkembang mengikuti tren masa kini, namun  tetap menjaga ciri khasnya sebagai satu dari jutaan  cinderamata karya budaya Indonesia.

Kerajinan yang banyak dijadikan cinderamata adalah manik-manik. Manik-manik adalah salah satu produk dari tradisi yang telah lama dikenal masyarakat Kalimantan sejak abad ke-10 Masehi.  Jenis manik-manik yang ditemukan di situs arkeologi Kalimantan dan sekitarnya terbuat dari bahan tanah liat, kerang, tulang, batu dan kaca. Sudah lama manik-manik menjadi bagian dari suku Dayak asli Kalimantan dan warna manik-manik memiliki makna yang berbeda-beda. Suku Dayak biasanya memakai warna merah, kuning, hijau, biru dan putih yang berarti semangat hidup, kekuatan, keagungan inti alam dan kesucian.

Saat ini bahan baku manik-manik telah diganti dengan bahan sintetis yang bentuk dan warnanya lebih artistik  dan beraneka ragam. Manik-manik dijahit dan dirangkai sehingga membentuk motif khas  Dayak untuk dijadikan berbagai macam perhiasan dan barang kerajinan etnik lainnya seperti kerajinan  anjat (anyaman tas), baju adat dan lainnya. Barang- barang kerajinan tersebut dengan mudah di dapat di Pasar

Inpres Kebun Sayur, pasar yang khusus menjual barang kerajinan dari Kalimantan. Pasar Inpres Kebun sayur diresmikan pada tahun 1983 oleh Walikota Balikpapan pada waktu itu atas instruksi Presiden Suharto pada tahun 1981, hingga sampai sekarang nama”Inpres” masih dipakai dan terpampang di bagian depan pasar.

Pasar Inpres Kebun Sayur barangkali adalah semacam surga kecil bagi penggemar kerajinan etnik Kalimantan. Banyak aksesoris dari manik-manik dan batuan baik asli maupun sintetis, berbentuk gelang, kalung, bros dompet sampai tas terpajang dengan harga yang menggoda. Aksesoris wanita dari manik-manik misalnya kalung, dijual dari harga satuan Rp 20 ribu hingga jutaan rupiah tergantung dari bahannya, asli atau sintetis.

Selain aksesoris wanita, di pasar tersebut dijual pula berbagai kerajinan kayu ukir khas Dayak, senjata khas Dayak seperti Mandau dan tamengnya yang dijual dari harga Rp 50 ribu hingga Rp 2 juta. Produk lain yang dijual adalah baju adat, batik dengan motif khas Kalimantan, sarung Samarinda, songket Kalimantan, kain bordir, tenun, hingga kaos bertulis dan kerajinan rotan yang berupa tikar lampit hingga tas dan dompet. Harga yang ditawarkan sangat bervariasi dan terjangkau mulai dari Rp 50 ribu hingga jutaan Rupiah, dan apabila membeli lebih dari tiga barang akan mendapatkan harga yang spesial. Selain barang kerajinan, di Pasar Inpres Kebun Sayur juga dijual beragam batu mulia yang berasal dari Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Batu mulia yang dijual terdiri dari beragam jenis, seperti batu kecubung, batu akik, zamrud, safir, delima, hingga berlian. Batu mulia tersebut dijual dalam berbagai bentuk perhiasan maupun masih dalam bentuk mentah (belum dijadikan bentuk perhiasan). Harganya bervariasi, mulai yang berharga hanya puluhan ribu rupiah hingga puluhan juta rupiah, tergantung kualitasnya. Barang-barang kerajinan yang dijual di Pasar Inpres Kebun Sayur ini didatangkan dari daerah Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan, seperti tas anyam rotan didatangkan dari Melak Kabupaten Kutai Barat dan Lampit dari Kalimantan Selatan. Selain barang kerajinan, di pasar tersebut juga dijual makanan khas Kalimantan seperti amplang.

Walaupun barang yang tersedia bagus-bagus, bernilai seni tinggi dan harganya bersahabat, tapi penjual mengaku sepi pembeli. Omzet masing-masing penjual yang biasanya bisa mencapai diatas Rp 5 juta per hari, sekarang jauh berkurang karena daya beli masyarakat menurun.

Suasana Pasar Inpres Kebun Sayur BalikpapanSumber: Balikpapan Pos (2017)

Saat ini bangunan pasar masih bersifat sementara setelah pada tahun 2015 yang lalu terjadi kebakaran. Rencananya Pemerintah Kota Balikpapan akan merenovasi sekitar 100 kios pada bangunan pasar ini secara bertahap disesuaikan dengan dana yang tersedia sehingga akan menjadi salah satu tujuan wisata yang nyaman. (Dyah Ekowati Sulistyarini)

Melongok Pasar Inpres Kebun Sayur sebagai Pasar Kerajinan di Balikpapan

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume I, No. 17, Tahun 2019 31

Page 32: Daftar Isibppp.kemendag.go.id/media_content/2019/10/Majalah_Warta... · 2019-10-08 · tambah dari kayu manis (cassiavera), sehingga Indonesia hanya mengekspor bahan mentah. Sehingga,

SERBA SERBI

1. DISEMINASI HASIL KAJIAN I BPPP DI JAKARTA

Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP) menyelenggarakan Diseminasi Hasil Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan dengan tema Penguatan Daya Saing Ekspor dan Neraca Perdagangan Indonesia, yang berlangsung di Auditorium Kantor Kementerian Perdagangan Jakarta, pada tanggal 14 Februari 2019. Diseminasi dibuka secara resmi oleh Kepala BPPP Kasan, dihadiri para pejabat Eselon II di lingkungan BPPP, perwakilan unit Eselon II dan perwakilan dari Instansi terkait. Dalam sambutan pembukaannya, Kepala BPPP antara lain mengatakan bahwa penetrasi ekspor ke pasar non tradisional membutuhkan strategi yang tepat, baik dari sisi produk maupun pemilihan negara. Dikatakan bahwa pada tahun 2018 BPPP telah melakukan beberapa analisis terkait perluasan akses pasar ekspor Indonesia termasuk juga strategi peningkatan daya saing ekspor serta pengendalian impor.

2. DISEMINASI HASIL KAJIAN II BPPP DI UNIVERSITAS BRAWIJAYA, MALANG

Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP), Kasan membuka Diseminasi Hasil Kajian BPPP dengan tema Penguatan Pasar Dalam Negeri, sekaligus sosialisasi Rumusan Raker Kementerian Perdagangan pada tanggal 18 Maret 2019 di Aula Gedung F, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur.

2. DISEMINASI HASIL KAJIAN II BPPP DI UNIVERSITAS BRAWIJAYA, MALANG

Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP), Kasan membuka Diseminasi Hasil Kajian BPPP dengan tema Penguatan Pasar Dalam Negeri, sekaligus sosialisasi Rumusan Raker Kementerian Perdagangan pada tanggal 18 Maret 2019 di Aula Gedung F, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur.

Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan

(BPPP) menyelenggarakan Diseminasi Hasil Pengkajian dan

Pengembangan Perdagangan dengan tema Penguatan Daya Saing

Ekspor dan Neraca Perdagangan Indonesia, yang berlangsung

di Auditorium Kantor Kementerian Perdagangan Jakarta, pada

tanggal 14 Februari 2019. Diseminasi dibuka secara resmi oleh

Kepala BPPP Kasan, dihadiri para pejabat Eselon II di lingkungan

BPPP, perwakilan unit Eselon II dan perwakilan dari Instansi

terkait. Dalam sambutan pembukaannya, Kepala BPPP antara

lain mengatakan bahwa penetrasi ekspor ke pasar non tradisional

membutuhkan strategi yang tepat, baik dari sisi produk maupun

pemilihan negara. Dikatakan bahwa pada tahun 2018 BPPP telah

melakukan beberapa analisis terkait perluasan akses pasar ekspor

Indonesia termasuk juga strategi peningkatan daya saing ekspor

serta pengendalian impor.

Diseminasi Hasil Kajian I BPPP di Jakarta

Diseminasi Hasil Kajian II BPPP di Universitas Brawijaya, Malang

Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan

(BPPP), Kasan membuka Diseminasi Hasil Kajian BPPP dengan

tema Penguatan Pasar Dalam Negeri, sekaligus sosialisasi Rumusan

Raker Kementerian Perdagangan pada tanggal 18 Maret 2019 di

Aula Gedung F, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya,

Malang, Jawa Timur.

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume I, No. 17, Tahun 201932

Page 33: Daftar Isibppp.kemendag.go.id/media_content/2019/10/Majalah_Warta... · 2019-10-08 · tambah dari kayu manis (cassiavera), sehingga Indonesia hanya mengekspor bahan mentah. Sehingga,

3. DISEMINASI HASIL KAJIAN II BPPP DI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN, BALI

Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP), Kasan, membuka acara Diseminasi Hasil Pengkajian BPPP Tahun 2018 di Ruang Auditorium Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Kementerian Pertanian, Denpasar, Bali pada tanggal 11 April 2019. Dalam diseminasi dengan tema Peningkatan Daya Saing dan Perluasan Akses Pasar Ekspor, para peneliti BPPP memaparkan empat hasil kajian dengan judul: (1) Analisis Komoditas Unggulan Daerah yang Berpotensi Masuk Dalam Global Value Chain; (2) Kajian Dampak Pembebasan Bea Masuk Impor Suku Cadang Pesawat Terbang Terhadap Daya Saing dan Ekspor Jasa Pemeliharaan Pesawat; (3) Kajian Pengembangan Kerjasama Perdagangan Perdagangan Indonesia - Inggris Pasca Referendum Brexit; dan (4) Kajian BIaya dan Manfaat Trade Preferential System of THe Organization of Islamic Cooperation (TPS-OIC). Hadir dalam acara tersebut, Kepala Dinas Perdagangan Provinsi Bali, Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi Bali, perwakilan dari Dinas/Kementerian terkait, Akademisi dan pelaku usaha.

3. DISEMINASI HASIL KAJIAN II BPPP DI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN, BALI

Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP), Kasan, membuka acara Diseminasi Hasil Pengkajian BPPP Tahun 2018 di Ruang Auditorium Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Kementerian Pertanian, Denpasar, Bali pada tanggal 11 April 2019. Dalam diseminasi dengan tema Peningkatan Daya Saing dan Perluasan Akses Pasar Ekspor, para peneliti BPPP memaparkan empat hasil kajian dengan judul: (1) Analisis Komoditas Unggulan Daerah yang Berpotensi Masuk Dalam Global Value Chain; (2) Kajian Dampak Pembebasan Bea Masuk Impor Suku Cadang Pesawat Terbang Terhadap Daya Saing dan Ekspor Jasa Pemeliharaan Pesawat; (3) Kajian Pengembangan Kerjasama Perdagangan Perdagangan Indonesia - Inggris Pasca Referendum Brexit; dan (4) Kajian BIaya dan Manfaat Trade Preferential System of THe Organization of Islamic Cooperation (TPS-OIC). Hadir dalam acara tersebut, Kepala Dinas Perdagangan Provinsi Bali, Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi Bali, perwakilan dari Dinas/Kementerian terkait, Akademisi dan pelaku usaha.

4. WORKSHOP PENYUSUNAN PROSIDING BERTARAF INTERNASIONAL

Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP), Kasan memberikan pengarahan kepada peserta workshop penyusunan prosiding bertaraf internasional, di Hotel AONE Jakarta pada tanggal 6-7 Mei 2019. Kepala BPPP menekankan bahwa workshop ini merupakan rangkaian kegiatan The 3rd International Conference on Trade 2019 yang akan diselenggarakan pada bulan September 2019. Sehingga, di akhir pelaksanaan workshop ini, semua peserta langsung submit abstrak dengan bimbingan para narasumber.

Suku Cadang Pesawat Terbang Terhadap Daya Saing dan Ekspor

Jasa Pemeliharaan Pesawat; (3) Kajian Pengembangan Kerjasama

Perdagangan Perdagangan Indonesia - Inggris Pasca Referendum

Brexit; dan (4) Kajian BIaya dan Manfaat Trade Preferential System

of THe Organization of Islamic Cooperation (TPS-OIC). Hadir dalam

acara tersebut, Kepala Dinas Perdagangan Provinsi Bali, Kepala

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi Bali, perwakilan dari

Dinas/Kementerian terkait, Akademisi dan pelaku usaha.

Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan

(BPPP), Kasan memberikan pengarahan kepada peserta workshop

penyusunan prosiding bertaraf internasional, di Hotel AONE Jakarta

pada tanggal 6-7 Mei 2019. Kepala BPPP menekankan bahwa

Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan

(BPPP), Kasan, membuka acara Diseminasi Hasil Pengkajian

BPPP Tahun 2018 di Ruang Auditorium Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian, Kementerian Pertanian, Denpasar, Bali pada tanggal

11 April 2019. Dalam diseminasi dengan tema Peningkatan

Daya Saing dan Perluasan Akses Pasar Ekspor, para peneliti

BPPP memaparkan empat hasil kajian dengan judul: (1) Analisis

Komoditas Unggulan Daerah yang Berpotensi Masuk Dalam Global

Value Chain; (2) Kajian Dampak Pembebasan Bea Masuk Impor

Diseminasi Hasil Kajian III BPPP di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Bali

Workshop Penyusunan Prosiding Bertaraf Internasional

workshop ini merupakan rangkaian kegiatan The 3rd International

Conference on Trade 2019 yang akan diselenggarakan pada bulan

September 2019. Sehingga, di akhir pelaksanaan workshop ini, semua

peserta langsung submit abstrak dengan bimbingan para narasumber.

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume I, No. 17, Tahun 2019 33

Page 34: Daftar Isibppp.kemendag.go.id/media_content/2019/10/Majalah_Warta... · 2019-10-08 · tambah dari kayu manis (cassiavera), sehingga Indonesia hanya mengekspor bahan mentah. Sehingga,

Bulan

Beras Daging Ayam Ras

Daging Sapi

Susu Kental Manis

Minyak Goreng

Gula Pasir

Tepung Terigu

Cabai Rawit

Cabai Merah

Telur Ayam Ras

Ikan Kembung

(kg) (kg) (kg)(385

gram)(liter) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

Maret 14,347 40,931 107,314 10,122 14,500 12,488 8,375 50,178 48,366 21,396 34,203

April 14,056 41,922 106,992 10,098 14,483 12,483 8,337 46,224 48,632 21,681 33,823

Mei 13,900 44,161 107,334 10,085 14,428 12,454 8,219 40,538 44,153 23,550 34,442

Juni 13,835 45,433 108,901 10,123 14,422 12,442 8,170 43,825 43,190 22,688 34,983

Juli 13,838 47,977 107,594 10,147 14,449 12,452 8,185 49,272 40,737 25,100 35,259

Agustus 13,837 47,301 106,841 10,179 14,430 12,386 8,180 45,838 38,154 23,243 35,136

September 13,877 43,101 106,520 10,181 14,367 12,303 8,196 41,002 34,648 22,195 34,918

Oktober 13,910 42,648 107,415 10,182 14,272 12,238 8,230 42,109 38,674 21,234 35,114

November 14,007 42,413 107,254 10,212 14,178 12,163 8,274 39,747 38,098 21,565 35,328

Desember 14,119 44,674 107,436 10,248 14,134 12,142 8,304 40,506 37,096 24,120 35,413

Januari ‘19 14,274 45,420 107,221 10,297 14,145 12,130 8,316 42,118 35,397 24,422 35,905

Februari 14,313 43,376 107,232 10,372 14,070 12,071 8,338 37,346 31,252 23,015 36,074

Maret 14,211 42,305 107,854 10,484 14,062 12,153 8,370 36,405 31,061 22,329 36,352

April 14,021 41,928 107,886 10,492 14,037 12,233 8,388 36,860 34,900 22,811 36,232

April’19 thd Maret’19 -1.34 -0.89 0.03 0.08 -0.18 0.66 0.22 1.25 12.36 2.16 -0.33

April’19 thd April’18 (dalam persen)

-0.25 0.01 0.84 3.90 -3.08 -2.00 0.61 -20.26 -28.24 5.21 7.12

Sumber: BPS (2019)

DATA STATISTIK PERDAGANGAN

HARGA ECERAN BEBERAPA KOMODITAS BAHAN POKOK MARET 2018–APRIL 2019 (RUPIAH)

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume I, No. 17, Tahun 201934

Page 35: Daftar Isibppp.kemendag.go.id/media_content/2019/10/Majalah_Warta... · 2019-10-08 · tambah dari kayu manis (cassiavera), sehingga Indonesia hanya mengekspor bahan mentah. Sehingga,

URAIAN

DALAM NILAI : JUTA (USD)

2019

JANUARI FEBRUARI MARET APRIL*

TOTAL EKSPOR 13,928 12,556 14,122 12,597

MIGAS 1,235 1,110 1,140.5 741.9

NON MIGAS 12,693.2 11,445.7 12,981.4 11,855.0

TOTAL IMPOR 14,991 12,226 13,451 15,099

MIGAS 1,657 1,584 1,520.8 2,235.4

NON MIGAS 13,334.8 10,642.0 11,930.3 12,863.4

TOTAL PERDAGANGAN 28,919 26,366 29,094 27,696

MIGAS 2,891 12,226 13,451 2,977.29

NON MIGAS 26,028 14,140 15,643 24,718.4

NERACA -1,063 330 671 -2,502

MIGAS -422 -474 -380 -1,494

NON MIGAS -642 804 1,051 -1,008

NERACA PERDAGANGAN INDONESIA PERIODE 2019 (BULANAN)

Keterangan *) : Angka SementaraSumber: BPS (2019), diolah Pusat Data dan Sistem Informasi, Kementerian Perdagangan

NO Uraian

Nilai : JUTA (USD) Januari-April Perub. % Trend %

2014 2015 2016 2017 2018 2018 2019* 19/18 14-18

I EKSPOR 175,980 150,366 145,186 168,828 180,215 58,715.5 53,202.5 -9.39 1.65

- MIGAS 30,019 18,574 13,105 15,744 17,405 5,166.3 4,227.3 -18.18 -11.80

- NON MIGAS 145,961 131,792 132,081 153,084 162,810 53,549.2 48,975.2 -8.54 3.75

II IMPOR 178,179 142,695 135,653 156,986 188,711 60,120.8 55,767.3 -7.24 2.13

- MIGAS 43,460 24,613 18,739 24,316 29,868 9,061.2 6,996.8 -22.78 -7.34

- NON MIGAS 134,719 118,082 116,914 132,670 158,843 51,059.6 48,770.5 -4.48 4.56

III Total 354,159 293,061 280,839 325,814 368,926 118,836.3 108,969.8 -8.30 1.89

- MIGAS 73,479 43,188 31,845 40,060 47,273 14,227.5 11,224.1 -21.11 -9.13

- NON MIGAS 280,680 249,874 248,994 285,753 321,653 104,608.8 97,745.7 -6.56 4.15

IV NERACA -2,199 7,671 9,533 11,843 -8,496 -1,405.3 -2,564.8 82.51 0

- MIGAS -13,441 -6,039 -5,634 -8,572 -12,464 -3,894.9 -2,769.5 -28.89 0

- NON MIGAS 11,242 13,710 15,167 20,414 3,967 2,489.6 204.7 -91.78 -15.51

NERACA PERDAGANGAN INDONESIAPERIODE : 2014-2019 (JANUARI-APRIL)

*) = Angka sementara

Sumber: BPS (2019), diolah Pusat Data dan Sistem Informasi, Kementerian Perdagangan

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume I, No. 17, Tahun 2019 35

Page 36: Daftar Isibppp.kemendag.go.id/media_content/2019/10/Majalah_Warta... · 2019-10-08 · tambah dari kayu manis (cassiavera), sehingga Indonesia hanya mengekspor bahan mentah. Sehingga,

2014 2015 2016 2017 2018 Jan-Apr 2018 Jan-Apr 2019

E K S P O R 175,980 150,366 145,186 168,828 180,215 58,716 53,203

I M P O R 178,179 142,695 135,653 156,986 188,711 60,121 55,767

0

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

140,000

160,000

180,000

200,000

EKSPOR-IMPOR INDONESIA2014-2019 (JANUARI-APRIL)

E K S P O R I M P O R

-15,000

-10,000

-5,000

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

2014 2015 2016 2017 2018 Januari -April 2019

MIGAS -13,441 -6,039 -5,634 -8,572 -12,464 -2,769.5

NON MIGAS 11,242 13,710 15,167 20,414 3,967 204.7

NERACA PERDAGANGAN INDONESIAPERIODE 2014-2019 (JANUARI-APRIL)

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume I, No. 17, Tahun 201936