DAERAH ALIRAN SUNGAI MAHAKAM - Blog Staff · PDF fileUNIVERSITAS INDONESIA 2009 DAERAH ALIRAN...
Transcript of DAERAH ALIRAN SUNGAI MAHAKAM - Blog Staff · PDF fileUNIVERSITAS INDONESIA 2009 DAERAH ALIRAN...
GEOGRAFI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMUPENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDONESIA
2009
DAERAH ALIRAN SUNGAIMAHAKAM
RIA WATININGSIH
0606071720
Abstrak
DAS didefinisikan sebagai bentang lahan yang dibatasi oleh topografi sebagai bentang
lahan yang dibatasi oleh topografi pemisah aliran (topographic divide), yaitu punggung
bukit/gunung yang menangkap curah hujan, menyimpan dan kemudian mengalirkannya
melalui saluran-sal;uran pengaliran ke satu titik (outlet), yang umumnya berada di muara
sungai atau danau (Manan, 1976). Daerah Aliran Sungai (DAS) Mahakam merupakan salah satu
kawasan di Kalimantan Timur meliputi wilayah kabupaten Kutai Barat, Kutai Timur, Malinau,
Kutai Kertanegara dan kota Samarinda. Sungai Mahakam adalah sungai utama yang
membelah Kota Samarinda, sungai-sungai lainnya adalah anak2 sungai yang bermuara di
sunagai Mahakam yang meliputi Sungai Karang Mumus, Sungai Palaran, dan anak sungai lainnya
antara lin , Sungai Loa Bakung, Lao Bahu, Bayur, Betepung, Muang, Pampang, Kerbau, Sambutan, Lais,
Tas, Anggana, Loa Janan, Handil Bhakti, Loa Hui, Rapak Dalam, Mangkupalas, Bukuan, Ginggang,
Pulung, Payau, Balik Buaya, Banyiur, Sakatiga, dan Sungai Bantuas. Batuan tertua yang tersingkap
adalah batuan Pra-Tersier dari Komplek Ofiolit dan Ultramafik yang berumur Trias, keduanya
saling berkontak struktur. Sebagian besar Daerah Aliran Sungai Mahakam Daerah memiliki
dengan kemiringan datar sampai landai. DAS Mahakam merupakan pusat dari kegiatan banyak
pihak, mulai dari sektor industri, pertanian, kehutanan, pertambangan, hingga pusat kegiatan ekonomi
masyarakat.
Pendahuluan
DAS didefinisikan sebagai bentang lahan yang dibatasi oleh topografi sebagai bentang
lahan yang dibatasi oleh topografi pemisah aliran (topographic divide), yaitu punggung
bukit/gunung yang menangkap curah hujan, menyimpan dan kemudian mengalirkannya melalui
saluran-sal;uran pengaliran ke satu titik (outlet), yang umumnya berada di muara sungai atau
danau (Manan, 1976). Das merupakan satu kesatuan unit sistem hidrologi, yaitu bahwa
kuantitas dan kualitas air di outlet merupakan satu titik kajian hasil air (water yield). Water yield
ini merupakan akumulasi aliran permukaan tanah (surface flow), aliran bawah permukaan
(subsurface flow) dan aliran bumi (ground water flow). Berdasarkan prinsip kesatuan hidrologi
ini maka sebernarnya batas DAS tidak hanya ditentukan oleh topografi, akan tetapi juga oleh
struktur batuan yang menentukan pola aliran ground water flow. Delineasi pola aliran ground
water sulit ditetapkan dan cenderung bersifat dinaamis, sehingga dengan pertimbangan praktis
batas DAS hanya ditentukan berdasarkan aliran permukaan. Mengacu pada system hidrologi,
maka ada keterkaitan yang jelas antara DAS bagian hulu dan hilir. Aktivitas yang mempengaruhi
komponen DAS di bagian hulu akan mempengaruhi kondisi bagian tengah dan hilir.
Gambaran Umum Wilayah
Daerah Aliran Sungai (DAS) Mahakam merupakan salah satu kawasan di Kalimantan
Timur yang memiliki luas 8,2 juta hektar atau sekitar 41% dari luas wilayah Propinsi Kalimantan
Timur. Daerah Aliran Sungai (DAS) Mahakam dangan luas : 77.095.460 ha meliputi wilayah
kabupaten Kutai Barat, Kutai Timur, Malinau, Kutai Kertanegara dan kota Samarinda. Bahkan
daerah tangkapan airnya tidak hanya di propinsi Kalimantan Timur, namun juga di propinsi
Kalimantan Tengah dan diduga sebagian kecil di Serawak yang merupakan Negara Bagian
Malaysia. (Mislan dan Naniek, 2005). Sungai Mahakam ini terletak di daerah Samarinda
Kalimantan timur . Sungai Mahakam terletak pada garis lintang 0o35’0”S 117o17’0”E dan
panjang sungai ini mencapai 920 km dengan luasnya 149.227 km2 serta memiliki lebar antara
300-500 meter Sungai ini melewati wilayah kabupaten Kutai Barat bagian hulu hingga
kabupaten Kutai Kertanegara dan Samarinda dibagian hilirnya. Sungai Mahakam adalah sungai
utama yang membelah Kota Samarinda, sungai-sungai lainnya adalah anak2 sungai yang
bermuara di sunagai Mahakam yang meliputi:
Sungai Karang Mumus dengan luas DAS sekitar 218,60Km
Sungai Palaran dengan luas DAS 67,68 Km
Anak sungai lainnya antara lin , Sungai Loa Bakung, Lao Bahu, Bayur, Betepung, Muang,
Pampang, Kerbau, Sambutan, Lais, Tas, Anggana, Loa Janan, Handil Bhakti, Loa Hui,
Rapak Dalam, Mangkupalas, Bukuan, Ginggang, Pulung, Payau, Balik Buaya, Banyiur,
Sakatiga, dan Sungai Bantuas.
Geomorfologi
Topografi wilayah sebagian besar bergelombang sampai berbukit dengan kelerengan
landai sampai curam. Daerah dengan kemiringan datar sampai landai terdapat dibeberapa
bagian, yaitu berupa kawasan pantai dan sebagian besar Daerah Aliran Sungai Mahakam.
Berdasarkan ketinggian dan bentuk roman muka buminya, daerah penyelidikan dapat
dibedakan menjadi empat satuan gomorfologi, yakni : Pedataran Aluvium, Perbukitan Karst
dan Pegunungan.
Pedataran Aluvium
Satuan Geomorfologi Pedataran Aluvium menempati 30% dari luas daerah penyelidikan,
memanjang di bagian tengah, baratlaut, barat dan baratdaya, dengan kemiringan lereng 2O
hingga 8O. Ketinggiannya bervariasi dari sekitar 20 meter (Pedataran Aluvial Sungai Mahakam,
Sungai Belayan, Sungai Kedang Kepala dan Sungai Kedangran) hingga 40 meter (Pedataran
Aluvial Kahala, Muara Muntai, Muara Lasan, Muara Ancalong, Loa Kulu, Sebulu dan Muara
Kaman) di atas permukaan air laut.
Satuan Geomorfologi Pedataran Aluvium berkembang membentuk pedataran dan
landaian dengan arah relatif timurlaut-baratdaya, baratlaut-tenggara yang terdapat di
sepanjang daerah pengaliran sungai, rawa serta pedataran Aluvial Sungai Mahakam, Belayan,
Kedang Kepala dan Kedangran, beserta segenap anak-anak sungainya yang cukup besar. Pola
pengalirannya anastomatik dan banyak membentuk meander. Sebagian besar aliran sungai
bermuara ke Sungai Mahakam yang mengalir dengan arah relatif baratlaut-tenggara. Stadium
erosi menunjuk-kan tahap dewasa hingga lanjut, dicerminkan oleh kenampakan bentuk lembah
serta alur-alur sungai yang menyerupai huruf "U" yang semakin melebar di bagian dasarnya.
Litologinya terdiri dari endapan lempung, lumpur, lanau, Kutai Kartanegara and East Kutai dan
kerikil, bersifat lepas belum terkonsolidasi serta proses pengendapannya masih berlangsung
hingga kini.
Perbukitan Karst
Satuan Geomorfologi Perbukitan Karst, menempati sekitar 15% dari luas daerah
penyelidikan, memanjang di bagian timur laut, timur dan barat laut daerah penyelidikan.
Satuan geomorfologi ini membentuk bentang-alam perbukitan yang sangat berbeda
karakteristiknya dengan daerah di sekitarnya, yakni berupa bukit karst yang umumnya
mempunyai gua-gua kapur dengan stalagtit atau stalagmit-nya, sungai-sungai bawah tanah,
atau bukit batu kapur dengan lubang-lubang dolina, yang dibangun dari sisa-sisa cangkang,
koral, batuan karbonat dan kalsit.
Kemiringan lereng bervariasi dari 35O hingga 85O, dengan ketinggian dari sekitar 50
meter (Perbukitan Lubuktutung, Bukit Separi dan Bukit Biru) hingga 380 meter (Gunung
Sekerat, Gunung Sandaran, Gunung Kaliorang, Gunung Tendehhantu dan Gunung Mangkaliat)
di atas permukaan air laut .
Perbukitan Karst berkembang membentuk rangkaian punggungan yang saling bertautan,
ataupun perbukitan yang menyendiri (soliter). Pelamparannya relatif timurlaut-baratdaya dan
secara setempat melengkung ke arah baratlaut-tenggara, searah dengan pola jurus perlapisan
satuan batugamping dari Formasi Tendeh-hantu, Formasi Beluluh dan Formasi Berai. Pola
pengaliran dendrito-rektangular dan bermuara ke sungai utama yaitu Sungai Mahakam, atau
langsung ke laut. Sungai bawah tanah yang mengalir dalam Satuan Geomorfologi Perbukitan
Karst belum diketahui polanya. Secara setempat dijumpai gua kapur yang salah satu ujung
lorongnya bermuara di tepi sungai bawah tanah. Sebagian lorong gua yang lain menjadi tempat
timbulnya air sungai bawah tanah (rise hole) dan lorong gua di tempat lainnya menjadi
tempat masuknya air sungai bawah tanah yang lain (singk hole).
Stadium erosi pada aliran sungai di permukaan menunjukkan tahap muda, hal ini
dicerminkan oleh kenampakan bentuk lembah serta alur-alur sungai menyerupai huruf "V"
yang sebagian agak meruncing di bagian dasarnya. Litologi yang menyusun Satuan
Geomorfologi Perbukitan Karst, terdiri dari perselingan lapisan batugamping masif,
batugamping klastik dan terumbu serta napal.
Satuan Geomorfologi Pegunungan
Menempati sekitar 25% dari luas daerah penyelidikan, memanjang di bagian baratlaut,
barat dan baratdaya, dengan kemiringan lereng dari sekitar 45O hingga 85O. Ketinggiannya
bervariasi dari sekitar 650 meter (Gunung Menyapa, Gunung Batumesangat dan Gunung
Tabang) hingga 1.507 meter (Gunung Bengen, Belayan, Gunung Telensah dan Gunung
Kongmemol) di atas permukaan air laut rata-rata. Satuan Geomorfologi Pegunungan berkem-
bang mem-bentuk rangkaian punggungan memanjang berarah timurlaut – baratdaya, searah
dengan pola sebaran batuan bancuh dan ultra basa, batuan malihan, batuan volkanik dan
intrusi, yang merupakan anggota dari Komplek Batuan Ultra Basa, Komplek Bancuh Telen
Kelinjau, Bancuh Tabang, Formasi Telen, Formasi Domaring, Intrusi Granit Sintang, Granodiorit
Antan, Komplek Embaluh, Gunungapi Mentulang dan Gunungapi Jelai.
Pola pengaliran rektangular dan bermuara ke sungai utama yaitu Sungai Belayan, Telen,
Kedang Kepala dan Kedangran yang mengalir dengan arah relatif beratlaut-tenggara dan
timurlaut-baratdaya. Stadium erosi menunjuk-kan tahap sangat muda diperlihatkan oleh
bentuk lembah yang menyerupai huruf "V" dan semakin meruncing di bagian dasarnya.
Litologinya terdiri dari batuan ultra basa, malihan, serpentinit, harsburgit, peridotit,
dunit, gabro, basal, piroksenit, granit, diorit, granodiorit, andesit, basal dan perselingan lapisan
batuan sedimen tersilisifikasi, malihan, beku, volkanik terubah, batuKutai Kartanegara and East
Kutai, batulumpur, grewak dan serpih termalihkan.
Stratigrafi
Batuan tertua yang tersingkap adalah batuan Pra-Tersier dari Komplek Ofiolit dan
Ultramafik yang berumur Trias, keduanya saling berkontak struktur. Tidak selaras di atasnya
terdapat Bancuh Kelinjau dan Formasi Telen berumur Jura, keduanya juga saling berkontak
struktur. Tidak selaras di atasnya terdapat Bancuh Tabang dan Komplek Embaluh yang berumur
Kapur, masing-masing juga saling berkontak struktur. Tidak selaras di atas batuan Pra-Tersier
terdapat seri batuan sedimen yang berumur dari Paleosen hingga Plistosen antara lain Formasi-
Formasi Tanjung, Toyu, Pamaluan, Warukin, Wahau, Pulau Balang, Balikpapan, Marah,
Mangkupa, Tabalar, Kedango, Karangan, Maluwi, Lembak, Batu Kelau, Haloq, Batu Ayau,
Sembakung, Merangoh, Menumbar, Tendehhantu, Batugamping Ritan, Bebuluh, Berai, Latih,
Birang, Maau, Labanan, Golok, Domaring, BatuKutai Kartanegara and East Kutai Kayan Niut,
Dahor dan Kampung Baru. Kemudian diikuti oleh Batuan-Batuan Gunungapi Komplek Embaluh,
Mentulang, Jelai dan Nyaan yang berumur dari Eosen hingga Pliosen. Pada beberapa tempat
tertentu batuan-batuan tersebut di atas diterobos oleh batuan intrusi Granit Kelay, Diorit Ritan,
Granit-Granodiorit Sintang dan Diorit Antan yang berumur dari Oligosen hingga Plistosen.
Sekuen batuan tersebut ditutupi oleh Batugamping Terumbu Koral, Aluvium Sungai dan Danau,
serta Aluvium Rawa dan Pantai, sebagai batuan termuda di daerah penyelidikan yang mana
proses pengendapannya masih berlangsung hingga kini. Struktur geologi yang berkembang
berupa perlipatan, pensesaran dan kelurusan yang terjadi pada Kala Intra Miosen hingga
Plistosen. Perlipatan membentuk antiklin dan sinklin asimetris dengan sumbu berarah umum
timurlaut-baratdaya, pada beberapa tempat dipotong oleh sesar mendatar berarah baratlaut-
tenggara dan utara-selatan. Sesar naik dan sesar normal umumnya berarah timurlaut-
baratdaya, serta kelurusan berarah utara-selatan dan timurlaut-baratdaya. Terutama pada
batuan gunungapi atau batuan lainnya yang relatif keras terdapat penkekaran baik kekar
lempeng ataupun kekar meniang dengan arah tertentu, serta rekahan dan retakan yang
arahnya saling berpotongan tidak beraturan.
Geologi
Berdasarkan kondisi geologinya daerah penyelidikan mempunyai variasi litologi yang
cukup menarik dan beragam dalam berbagai jenjang umur serta variasi aktivitas tektoniknya,
disertai dengan adanya batuan intrusi sehingga terbentuk zona mineralisasi yang besar
kemungkinannya membentuk bahan galian mineral yang mempunyai nilai ekonomi di masa
mendatang.
Stratigrafi diawali oleh batuan Pra-Tersier dari Komplek Ofiolit dan Ultramafik berumur
Trias, diikuti Bancuh Kelinjau dan Formasi Telen berumur Jura, serta Bancuh Tabang dan
Komplek Embaluh yang berumur Kapur. Batuan Tersier yang tersingkap berumur dari Eosen
hingga Plistosen antara lain Formasi-Formasi Tanjung, Toyu, Pamaluan, Warukin, Wahau, Pulau
Balang, Balikpapan, Marah, Mangkupa, Tabalar, Kedango, Karangan, Maluwi, Lembak, Batu
Kelau, Haloq, Batu Ayau, Sembakung, Merangoh, Menumbar, Tendehhantu, Batugamping
Ritan, Bebuluh, Berai, Latih, Birang, Maau, Labanan, Golok, Domaring, BatuKutai Kartanegara
and East Kutai Kayan Niut, Dahor dan Kampung Baru, serta Batuan-Batuan Gunungapi
Mentulang, Jelai dan Nyaan, diikuti oleh batuan intrusi Granit Kelay, Diorit Ritan, Granit-
Granodiorit Sintang dan Diorit Antan berumur Eosen hingga Plistosen. Seluruh sekuen batuan
tersebut ditutupi oleh Batugamping Terumbu dan Aluvium. Struktur geologi yang berkembang
berupa perlipatan, pensesaran dan kelurusan yang terjadi pada Kala Intra Miosen hingga
Plistosen. Perlipatan membentuk antiklin dan sinklin asimetris dengan sumbu berarah umum
timurlaut-baratdaya, pada beberapa tempat dipotong oleh sesar mendatar berarah baratlaut-
tenggara dan utara-selatan. Sesar naik dan sesar normal umumnya berarah timurlaut-
baratdaya, serta kelurusan berarah utara-selatan dan timurlaut-baratdaya.
Aktifitas Manusia
DAS Mahakam merupakan pusat dari kegiatan banyak pihak, mulai dari sektor industri,
pertanian, kehutanan, pertambangan, hingga pusat kegiatan ekonomi masyarakat. Selain itu,
sungai Mahakam yang menjadi titik tengah DAS Mahakam merupakan urat nadi kehidupan
sebagian besar masyarakat Kalimantan Timur, terutama masyarakat yang beraktivitas dan
hidup di dalam kawasan DAS Mahakam. Sungai Mahakam sejak dulu hingga saat ini memiliki
peranan penting dalam kehidupan masyarakat di sekitarnya sebagai sumber air, potensi
perikanan maupun sebagai prasarana transportasi.
Disamping itu, indahnya aliran sungai Mahakam ini dapat dinikmati sejumlah obyek
wisata dimana kita dapat melihat ikan pesut, lumba-lumba air tawar selain itu kita juga dapat
melihat burung enggang, bangau, tong-tong, lutung, bekantan, berang-berang dan raja udang.
Ditengah-tengah sungai Mahakam ini terdapat sebuah pulau yaitu pulau Kumala yang luasnya
75 hektar. Sungai ini telah menjadi urat nadi kehidupan bagi desa-desa kecil yang di hulu, hilir
dan anak sungai lainnya.
Kegiatan tambang emas dan batu bara dapat dijumpai di bagian hulu Sungai Mahakam.
Kegiatan ini membuat kerusakan pada DAS Mahakam. Sejumlah perusahaan tambang batu bara
diketahui membuang limbahnya langsung ke Sungai Mahakam sehingga terjadi pencemaran
dengan bahan partikel terlarut (suspended particulate matter/SPM) yang tinggi dengan
konsentrasi 80 miligram/liter. Tingkat sedimentasi lumpur di sepanjang Sungai Mahakam sudah
sangat tinggi, mencapai 60 sentimeter per bulan. Ini disebabkan tingginya erosi akibat rusaknya
hutan pada daerah aliran sungai sepanjang 900 kilometer itu.
Kondisi kritis seperti itu masih ditambah dengan adanya pendangkalan Sungai Mahakam
yang disebabkan banyaknya pembukaan lahan yang digunakan untuk lahan tambang dan
perkebunan. Serta perubahan penggunaan lahan yang seharusnya menjadi daerah resapan di
sepanjang Sungai Mahakam berubah menjadi pemukiman. Saat ini di kawasan DAS Mahakam
terdapat areal lahan kritis seluas 1,52 juta hektar atau sekitar 55% dari total area yang perlu
direhabilitasi di Kalimantan Timur.
Samarinda Di DAS Mahakam
Kota Samarinda merupakan Ibu Kota Propinsi Kalimantan Timur yang berbatasan langsung
dengan Kabupaten Kutai Kartanegara. Kota Samarinda secara astronomis terletak pada posisi antara
116°15'36"-117°24'16" Bujur Timur dan 0°21'18" - 1°09'16" Lintang Selatan, dengan ketinggian 10.200
cm diatas permukaan laut dan suhu udara kota antara 22 - 32° C dengan curah hujan mencapai 2.345
mm pertahun dengan kelembaban udara rata-rata 81,4 %.
Berdasarkan kondisi hidrologinya Kota Samarinda dipengaruhi oleh sekitar 20 daerah
aliran sungai ( DAS) . Sungai Mahakam adalah sungai utama yang menmbelah Kota Samarinda
dengan lebar antara 300-500 meter, sungai-sungai lainnya adalah anak2 sungai yang bermuara
di sunagai Mahakam yang meliputi:
Sungai Karang Mumus dengan luas DAS sekitar 218,60Km
Sungai Palaran dengan luas DAS 67,68 Km
Anak sungai lainnya antara lin , Sungai Loa Bakung, Lao Bahu, Bayur, Betepung, Muang,
Pampang, Kerbau, Sambutan, Lais, Tas, Anggana, Loa Janan, Handil Bhakti, Loa Hui,
Rapak Dalam, Mangkupalas, Bukuan, Ginggang, Pulung, Payau, Balik Buaya, Banyiur,
Sakatiga, dan Sungai Bantuas.
No Penggunaan Tanah Luas Wilayah (Ha) %Jumlah 71.800 100
1 Perkarangan Bangunan dan Halaman 26.666 39,922 Tegal/Kebun/Ladang 8.877 12,363 Sawah 1.043 14,534 Rawa/Kolam 362 0,505 Lahan Kering 12.909 17,986 Hutan Rakyat 2.683 3,747 Hutan Berat 0 08 Perkebunan Rakyat 4.486 6,259 Lain-Lain 3.387 4,72
Daftar Pustaka
http://samarindakota.go.id/index.php?page=39
http: //library.diptero.or.id/index.php?resultXML=true&search
http://www.pmdmahakam.org/index.php?option=com_content&task=view&id=39&Itemid=33
&lang=in