D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

164
UNIVERSITAS INDONESIA PERILAKU PERATAAN LABA DAN EFEK PROSIKLIKAL PADA BANK ISLAM: STUDI LINTAS NEGARA DISERTASI SIGID EKO PRAMONO 1006782526 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM PASCASARJANA JAKARTA JULI 2015 Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Transcript of D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

Page 1: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

UNIVERSITAS INDONESIA

PERILAKU PERATAAN LABA DAN EFEK PROSIKLIKAL

PADA BANK ISLAM: STUDI LINTAS NEGARA

DISERTASI

SIGID EKO PRAMONO

1006782526

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM PASCASARJANA

JAKARTA

JULI 2015

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 2: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

UNIVERSITAS INDONESIA

PERILAKU PERATAAN LABA DAN EFEK PROSIKLIKAL

PADA BANK ISLAM : STUDI LINTAS NEGARA

DISERTASI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Doktor dalam Ilmu Akuntansi

SIGID EKO PRAMONO

1006782526

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI ILMU AKUNTANSI

DEPOK

JULI 2015

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 3: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 4: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 5: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, hanya dengan izin dan pertolongan Allah SWT, disertasi ini

dapat diselesaikan sebagai persyaratan untuk menamatkan studi pada Program

Doktoral Pascasarjana Ilmu Akuntansi (PPIA) di Fakutas Ekonomi Universitas

Indonesia. Tanpa dukungan dari berbagai pihak, baik dari Univeristas Indonesia,

Bank Indonesia, dan teman-teman serta keluarga, sungguh bukan sesuatu yang

mudah untuk menyelesaikan disertasi ini.

Dengan demikian, dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ketua Program Studi Ilmu Akuntansi Pascasarjana FEUI: Ibu Dr. Sylvia

Veronica N.P. Siregar.

2. Promotor Disertasi: Ibu Hilda Rossieta, Ph.D., dan kopromotor: Bapak Dr.

Chaerul D. Djakman dan Bapak Dr. Mustafa Edwin Nasution.

3. Tim Penguji Disertasi: Bapak Prof. Akhmad Syakhroza, Ph.D., Ibu Dr. Ratna

Wardhani, Bapak Rifki Ismal, Ph.D., Ibu Dr. Siti Wuryaningsih, dan Bapak Dr.

Muhammad Akhyar Adnan.

4. Dewan Gubernur Bank Indonesia, Pimpinan dan rekan-rekan di Departemen

Audit Intern BI dan Departemen Sumber Daya Manusia BI.

5. Sahabat PIA Angkatan 2010/2011: pak Sasono Adi, pak Mulyadi, pak Ali, pak

Farid, pak Asmeldi, mbak Sabar, mbak Daissy, mbak Ella, mbak Titi, mbak

Liez, dan mbak Annisaa.

6. Teman diskusi: mas Wahyoe, Ph.D., mas Dr. Priyo, mas Bintoro, mas Budi,

dan mas Aryo.

7. Staf administrasi PPIA-UI: mbak Ai, mas Adi, dan mas Heri.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

9. Serta yang

Akhir kata, semoga Allah SWT berkenan membalas kebaikan dengan

anugerah kesehatan sempurna, keselamatan dunia akhirat, dan keluarga bahagia.

Dan semoga juga disertasi ini memberi manfaat bagi pengembangan ilmu,

khususnya ilmu akuntansi syariah.

Depok, 27 Juli 2015

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 6: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 7: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

vi

Universitas Indonesia

ABSTRAK

Nama : Sigid Eko Pramono

Program Studi : Ilmu Akuntansi

Judul : Perilaku perataan laba dan efek prosiklikal pada bank Islam:

studi lintas negara

Dalam situasi krisis keuangan, kinerja bank Islam seluruh dunia relatif lebih

stabil dibandingkan dengan bank konvensional. Salah satunya disebabkan oleh

manajemen risiko pembiayaan melalui pengaturan provisi kerugian pembiayaan

pada bank Islam yang dinamis dan lebih berhati-hati.

Penelitian ini membahas provisi kerugian pembiayaan pada bank Islam dan

pengaruhnya terhadap perilaku perataan laba dan efek prosiklikal untuk konteks

lintas negara. Analisis dilakukan dengan memisahkan provisi untuk tujuan

diskresioner dan non-diskresioner. Hasil pengujian empiris menunjukkan bahwa

provisi kerugian pembiayaan digunakan bank Islam untuk tujuan non-diskresioner,

namun tidak untuk tujuan diskresioner termasuk untuk tujuan perataan laba.

Selain itu, hasil pengujian memperlihatkan pula hubungan negatif antara

provisi non-diskresioner dengan pertumbuhan pembiayaan, dan karenanya provisi

non-diskresioner pada bank Islam bersifat prosiklikal. Sebaliknya, provisi

diskresioner tidak menunjukkan dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan

pembiayaan.

Hasil pengujian lebih lanjut menunjukkan pula bahwa bank Islam, yang

berkapitalisasi besar atau struktur asetnya fokus pada pembiayaan, cenderung

menetralisir efek prosiklikal dari provisi non-diskresioner melalui perilaku perataan

laba. Oleh karena itu, penelitian ini merekomendasikan regulator untuk menerapkan

kebijakan sistem provisi dinamis pada bank Islam dengan lebih difokuskan pada

bank yang cenderung menunjukkan efek prosiklikal, yaitu bank yang kurang

kapitalisasi atau bank yang struktur asetnya fokus pada non-pembiayaan.

Kata kunci: Bank Islam, perataan laba, prosiklikal, pembiayaan, provisi,

diskresioner.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 8: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

vii

Universitas Indonesia

ABSTRACT

Name : Sigid Eko Pramono

Study Program : Accounting

Title : Income smoothing behavior and procyclical effect in Islamic

bank: global evidence

This paper analyses income smoothing behavior and procyclical effect of

financing loss provisions in Islamic bank. The model includes the use of financing

loss provisions for discretionary and non-discretionary purposes in Islamic banks

and relates it to the ways of Islamic banks disburse financing. The empirical results

show that Islamic banks use financing loss provisions for non-discretionary

purposes, but not for discretionary purposes (i.e. capital management, income

smoothing, or signaling).

However, well-capitalized banks and banks focusing on lending activities

may use financing loss provisions for income smoothing to a lesser extent.

Moreover, it is documented that higher non-discretionary component of financing

loss provisions results in a decline in financing growth and hence, non-

discretionary provisions are procyclical. In contrast, the discretionary component

of financing loss provisions does not exhibit any significant impact on financing

growth.

Finally, findings show that the negative link between non-discretionary

provisions and financing growth does not hold for well-capitalized banks, and

banks focusing on lending activities. This paper, therefore, highlights that higher

capitalization and higher financing asset portfolios tend to neutralize the

procyclical impact of non-discretionary provisions through their income smoothing

behaviour. In this regard, the provisioning system is particularly recommended for

less-capitalized banks and banks which do not focus on lending activities since they

do not conduct income smoothing strategies.

Keywords: Islamic bank, income smoothing, procyclical, financing, provision,

discretionary.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 9: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

viii

Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ........................................................ v

ABSTRAK ......................................................................................................... vi

ABSTRACT ....................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xii

1. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ....................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ................................................................................ 7

1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 9

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 9

1.4.1 Bagi Ilmu Pengetahuan .................................................................. 9

1.4.2 Bagi Regulator ............................................................................. 10

1.4.3 Bagi Investor / Deposan .............................................................. 11

1.5 Pembatasan Penelitian ........................................................................... 12

1.6 Sistematika Penulisan ............................................................................ 12

2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 14 2.1 Karakteristik Bank Islam ....................................................................... 14

2.1.1 Prinsip Dasar Bank Islam ............................................................ 14

2.1.2 Praktik Bank Islam ....................................................................... 16

2.1.3 Standar Akuntansi Bank Islam .................................................... 18

2.2 Provisi Kerugian Pembiayaan pada Bank Islam ................................... 20

2.2.1 Pengertian Provisi Kerugian Pembiayaan .................................... 20

2.2.2 Provisi Umum dan Provisi Khusus .............................................. 23

2.2.3 Diskresioner dan Non-Diskresioner ............................................. 24

2.2.4 Penghitungan Provisi Kerugian Pembiayaan ............................... 25

2.3 Perataan Laba Bank ............................................................................... 27

2.3.1 Teori Perataan Laba ..................................................................... 27

2.3.2 Instrumen Perataan Laba ............................................................. 29

2.3.3 Deteksi Perataan Laba ................................................................. 31

2.3.4 Pengujian Perataan Laba .............................................................. 32

2.3.5 Penelitian Sebelumnya tentang Perataan Laba di Bank ............... 33

2.4 Perataan Laba, Manajemen Modal dan Mekanisme Sinyal .................. 38

2.4.1 Perataan Laba ............................................................................... 38

2.4.2 Manajemen Modal ....................................................................... 39

2.4.3 Mekanisme Sinyal ........................................................................ 40

2.5 Teori Motivasi terkait Perataan Laba pada Bank Islam ........................ 41

2.5.1 Teori Agensi di Bank Islam ......................................................... 42

2.5.2 Displaced Commercial Risk Sistem Perbankan Ganda ............... 45

2.6 Prosiklikalitas pada Bank Islam ............................................................ 47

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 10: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

ix

Universitas Indonesia

2.6.1 Efek Prosiklikal dan Pertumbuhan Pembiayaan .......................... 47

2.6.2 Solusi Efek Prosiklikal Melalui Provisi Dinamis ........................ 48

2.7 Analisis Kritis Terhadap Penelitian Sebelumnya .................................. 50

3. RERANGKA KONSEPTUAL DAN PENGEMBANGAN

HIPOTESIS ................................................................................................ 52

3.1 Rerangka Konseptual ............................................................................ 52

3.2 Pengembangan Hipotesis ..................................................................... 54

3.2.1 Pengaruh Perataan Laba Terhadap Provisi Kerugian Pembiayaan18

3.2.2 Pengaruh Manajemen Modal Terhadap Provisi Kerugian

Pembiayaan .................................................................................. 56

3.2.3 Pengaruh Mekanisme Sinyal Terhadap Provisi Kerugian

Pembiayaan .................................................................................. 57

3.2.4 Pengaruh Moderasi Kapitalisasi dan Portofolio Aset Terhadap

Hubungan Antara Perataan Laba dengan Provisi Kerugian

Pembiayaan .................................................................................. 58

3.2.5 Pengaruh Prosiklikal Provisi Kerugian Pembiayaan Terhadap

Pertumbuhan Pembiayaan ............................................................ 60

3.2.6 Pengaruh Moderasi Kapitalisasi dan Portofolio Aset Terhadap

Hubungan Prosiklikal Antara Provisi Kerugian Pembiayaan

dengan Pertumbuhan Pembiayaan ............................................... 61

4. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 65

4.1 Data Penelitian ...................................................................................... 65

4.2 Model Penelitian ................................................................................... 66

4.2.1 Model Pengaruh Perilaku Perataan Laba, Manajemen Modal dan

Mekanisme Sinyal Terhadap Provisi Kerugian Pembiayaan ....... 66

4.2.2 Model Pengaruh Moderasi Kapitalisasi dan Portofolio Aset

Terhadap Hubungan Antara Perataan Laba dengan Provisi

Kerugian Pembiayaan .................................................................. 68

4.2.3 Model Pengaruh Prosiklikal Provisi Kerugian Pembiayaan

Terhadap Pertumbuhan Pembiayaan ........................................... 69

4.2.4 Model Pengaruh Moderasi Kapitalisasi dan Portofolio Aset Bank

Islam Terhadap Hubungan Prosiklikal Antara Provisi Kerugian

Pembiayaan dengan Pertumbuhan Pembiayaan .......................... 71

4.3 Operasionalisasi Variabel Penelitian ..................................................... 71

4.3.1 Model Hubungan Antara Perataan Laba dengan Provisi Kerugian

Pembiayaan .................................................................................. 71

4.3.2 Model Hubungan Prosiklikal Antara Provisi Kerugian Pembiayaan

dengan Pertumbuhan Pembiayaan ............................................... 75

4.4 Metode Analisis Data ............................................................................ 77

4.4.1 Uji Data Panel .............................................................................. 77

4.5 Analisis Sensitivitas .............................................................................. 79

4.5.1 Proksi Cadangan Kerugian Pembiayaan Sebagai Variabel

Dependen Dalam Model Perataan Laba ...................................... 79

4.5.2 Ukuran Pertumbuhan Pembiayaan ............................................... 80

5. ANALISIS HASIL PENELITIAN ............................................................... 81

5.1 Pengumpulan Data ................................................................................ 81

5.2 Analisis Statistik Deskriptif .................................................................. 82

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 11: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

x

Universitas Indonesia

5.3 Korelasi Antar Variabel ........................................................................ 85

5.4 Pemilihan Metode Estimasi ................................................................... 87

5.5 Analisis Hasil Pengujian Hipotesis ....................................................... 89

5.5.1 Analisis Pengaruh Perataan Laba, Manajemen Modal dan

Mekanisme Sinyal Terhadap Provisi Kerugian Pembiayaan ....... 89

5.5.2 Analisis Sensitivitas Pengaruh Perataan Laba, Manajemen Modal

dan Mekanisme Sinyal Terhadap Provisi Kerugian Pembiayaan 92

5.5.3 Analisis Pengaruh Moderasi Kapitalisasi dan Portofolio Aset

Terhadap Hubungan Antara Perataan Laba dengan Provisi

Kerugian Pembiayaan .................................................................. 95

5.5.4 Analisis Sensitivitas Pengaruh Moderasi Kapitalisasi dan

Portofolio Aset Terhadap Hubungan Antara Peratatan Laba dengan

Provisi Kerugian Pembiayaan ...................................................... 97

5.5.5 Analisis Pengaruh Prosiklikal Provisi Kerugian Pembiayaan

Terhadap Pertumbuhan Pembiayaan ......................................... 100

5.5.6 Analisis Sensitivitas Pengaruh Prosiklikal Provisi Kerugian

Pembiayaan Terhadap Pertumbuhan Pembiayaan ..................... 103

5.5.7 Analisis Pengaruh Moderasi Kapitalisasi dan Portofofolio Aset

Terhadap Hubungan Prosiklikal Antara Provisi Kerugian

Pembiayaan dengan Pertumbuhan Pembiayaan ........................ 109

5.5.8 Analisis Sensitivitas Pengaruh Moderasi Kapitalisasi dan

Portofofolio Aset Terhadap Hubungan Prosiklikal Antara Provisi

Kerugian Pembiayaan dengan Pertumbuhan Pembiayaan ......... 112

5.5.9 Ikhtisar Hasil Pengujian ............................................................. 119

6. PENUTUP ................................................................................................. 122 6.1 Kesimpulan .......................................................................................... 122

6.2 Implikasi Hasil Penelitian ................................................................... 123

6.2.1 Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan .................................... 123

6.2.2 Bagi Regulator ........................................................................... 124

6.2.3 Bagi Investor / Deposan ............................................................. 125

6.3 Keterbatasan Penelitian ....................................................................... 125

6.4 Saran untuk Penelitian Berikutnya ...................................................... 126

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 127

LAMPIRAN ................................................................................................... 140

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 12: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

xi

Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Penggunaan Provisi di Bank Konvensional 36

Tabel 2.2 Ringkasan Penelitian Penggunaan Provisi di Bank Islam .............. 38

Tabel 5.1 Distribusi Sampel ........................................................................... 81

Tabel 5.2 Statistik Deskriptif.......................................................................... 83

Tabel 5.3 Hasil Uji Korelasi Model Perataan Laba........................................ 85

Tabel 5.4 Hasil Uji Korelasi Model Efek Prosiklikal .................................... 87

Tabel 5.5 Hasil Regresi Model 1 .................................................................... 91

Tabel 5.6 Hasil Uji Sensitivitas Regresi Model 1 .......................................... 93

Tabel 5.7 Hasil Regresi Model 2 .................................................................... 96

Tabel 5.8 Hasil Uji Sensitivitas Regresi Model 2 .......................................... 98

Tabel 5.9 Hasil Regresi Model 3 .................................................................. 101

Tabel 5.10 Hasil Uji Sensitivitas Regresi Model 3 - FLR .............................. 104

Tabel 5.11 Hasil Uji Sensitivitas Regresi Model 3 –DFIN-FLP ................... 106

Tabel 5.12 Hasil Uji Sensitivitas Regresi Model 3 – DFIN-FLR .................. 108

Tabel 5.13 Hasil Regresi Model 4 .................................................................. 110

Tabel 5.14 Hasil Uji Sensitivitas Model 4 FING-FLR ................................... 114

Tabel 5.15 Hasil Uji Sensitivitas Model 4 DFIN-FLP ................................... 116

Tabel 5.16 Hasil Uji Sensitivitas Model 4 DFIN-FLR ................................... 118

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Perkembangan Aset Bank Islam Dunia ....................................... 6

Gambar 2.1 Perbandingan Bank Islam dan Bank Konvensional .................. 17

Gambar 2.2 Pergerakan Tingkat Investasi Bank Islam dan Tingkat Bunga

Bank Konvensional ................................................................... 18

Gambar 2.3 Provisi Kerugian Pembiayaan dalam Laporan Keuangan Bank

Islam .......................................................................................... 22

Gambar 2.4 Aliran Perataan .......................................................................... 29

Gambar 2.5 Alur Dana pada Bank Islam ...................................................... 31

Gambar 3.1 Rerangka Konseptual................................................................. 53

Gambar 2.1 Perbandingan Bank Islam dan Bank Konvensional .................. 17

Gambar 2.2 Pergerakan Tingkat Investasi Bank Islam dan Tingkat Bunga

Bank Konvensional ................................................................... 18

Gambar 2.3 Provisi Kerugian Pembiayaan dalam Laporan Keuangan Bank

Islam .......................................................................................... 22

Gambar 2.4 Aliran Perataan .......................................................................... 29

Gambar 2.5 Alur Dana pada Bank Islam ...................................................... 31

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 13: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

xii

Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Bank Islam.................................................................... 140

Lampiran 2 Hasil Pengujian Data Panel ..................................................... 143

Lampiran 3 Hasil Pengujian Hipotesis Dengan Menggunakan Eviews ..... 145

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 14: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Menjelang akhir 2008 perekonomian dunia dihadapkan pada suatu masa

dimana runtuhnya stabilitas ekonomi global berjalan seiring dengan meluasnya

krisis keuangan pada beberapa negara. Bank Indonesia (BI) (2011) mencatat

bahwa krisis keuangan global muncul sejak salah satu bank besar di Perancis

menghentikan kegiatan operasionalnya yang terkait dengan kredit perumahan di

USA. Penghentian kredit ini telah menjadi salah satu pemicu gejolak pasar

keuangan dunia. Pada tahap selanjutnya, kegagalan sebuah bank dapat membawa

efek domino (domino effect) terhadap keseluruhan sistem ekonomi dan perbankan

di seluruh dunia (Farook et al., 2014; Bexley dan Nenninger, 2012).

Krisis tahun 2008 tersebut mengingatkan kembali kepada salah satu

pernyataan dan rekomendasi Komite Basel (Basel Committee) tahun 2006. Salah

satu pernyataan Komite Basel menegaskan bahwa kegagalan suatu bank secara

signifikan disebabkan oleh kualitas kredit yang buruk dan praktik manajemen

risiko kredit bank yang lemah. Untuk itu, salah satu rekomendasi yang

disampaikan oleh Komite Basel adalah agar bank-bank melindungi kredit

bermasalah (non performing loans) dengan mengatur besaran provisi kerugian

kredit (loan loss provisions) secara hati-hati.

Provisi kerugian kredit dapat didefinisikan sebagai biaya yang disisihkan

oleh manajemen bank berdasarkan estimasi dari kemungkinan kerugian akibat

kredit yang disalurkan kepada pihak lain. Provisi disajikan pada laporan laba rugi

bank sebagai biaya non-kas. Apabila kredit berubah menjadi buruk dan tidak

dapat ditagih maka biaya dimaksud di set-off terhadap cadangan kerugian kredit

(loan loss reserves) sehingga tidak akan mempengaruhi laba bersih (Rose, 2002).

Manajemen risiko kredit bank yang sehat, menurut International Monetary

Fund (IMF) (2010), adalah yang tidak menyebabkan efek prosiklikal (procyclical

effect). Dikatakan bersifat prosiklikal apabila provisi bank cenderung bergerak

mengikuti siklus perekonomian dimana modal dan provisi cenderung relatif

rendah pada saat ekonomi stabil dan cenderung tinggi pada saat kondisi ekonomi

yang buruk (Bouvatier dan Lepetit, 2012; Bikker dan Metzemakers, 2005).

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 15: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

2

Universitas Indonesia

Pengetatan provisi pada kondisi ekonomi buruk dan pada saat bank dalam posisi

kesulitan dana akan mengurangi kegiatan pemberian kredit baru sehingga dapat

memperburuk krisis kredit (credit crunch) (Adzis, 2012; Bernanke dan Lown,

1991) dan memperberat tekanan lebih lanjut pada laba dan modal bank.

Penelitian Angklomkliew et al. (2009) dan Adams (2008) membuktikan

bahwa dengan menerapkan manajemen risiko yang lebih kuat dan dengan standar

pengaturan provisi kerugian pinjaman / kredit yang lebih konservatif, bank-bank

di Asia relatif lebih tahan terhadap krisis ekonomi dibandingkan dengan bank-

bank di Eropa dan USA. Dengan manajemen risiko kredit bank yang lebih

konservatif, maka bank-bank di Spanyol juga telah terhindar dari krisis ekonomi

global (Chan-Lau, 2012; Fernandez de Lis et al., 2001).

Prosiklikalitas pada sektor perbankan disampaikan dalam penelitian

Laeven dan Majnoni (2003) dimana pertumbuhan kredit yang tinggi tidak

didukung dengan provisi yang kuat. Cavallo dan Majnoni (2001) juga mengamati

perilaku bank pada saat ekonomi membaik yang cenderung memperkecil provisi

berdasarkan perkiraan risiko yang rendah. Bikker dan Metzemakers (2005)

mencatat bahwa provisi kerugian kredit cenderung bersifat prosiklikal di negara-

negara OECD.

Prinsip yang melandasi pengaturan provisi kerugian kredit itu sendiri telah

mendapat perhatian banyak pihak secara internasional, baik dari kalangan dewan

standar akuntansi di satu pihak, dan kalangan pengawas perbankan (regulator),

serta manajer bank di lain pihak. Perhatian tersebut terkait adanya perbedaan

kepentingan diantara pihak tersebut (Curcio dan Hasan, 2013; Hasan dan Wall,

2004). Prinsip akuntansi yang dianut oleh dewan standar lebih menekankan

pentingnya transparansi dalam penyajian informasi keuangan bank pada waktu

tertentu kepada pihak lain untuk pengambilan keputusan, sedangkan pengawas

bank lebih banyak berkepentingan untuk melindungi bank dan sistem keuangan

secara keseluruhan dari risiko kegagalan bank secara sistemik (Bushman dan

Williams, 2012; Rochet, 2005). Standar akuntansi secara internasional saat ini

membatasi diri pada pengakuan likely to be incurred loss, sedangkan pengawas

bank mengembangkan pengakuan pada identified (realized) and likely to be

incurred (expected or future or not yet to exist) loss (Santoso et al., 2010).

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 16: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

3

Universitas Indonesia

Pembuat kebijakan di bidang perbankan, di lain pihak, berpendapat bahwa

model yang mendasari pengaturan provisi saat ini berpotensi memperkuat efek

prosiklikal dan seharusnya dapat diubah dengan memberi kesempatan manajer

bank untuk lebih memperhitungkan penilaian kerugian di masa depan. Namun

demikian, harus dipahami pula bahwa dengan mengurangi efek prosiklikal, yang

merupakan tujuan utama dari regulasi bank, akan membawa konsekuensi dalam

konteks transparansi informasi laporan keuangan (Bushman dan Williams, 2012).

Sementara dewan standar dan regulator bank masing-masing berbeda pendapat

dan kepentingan, dalam praktiknya pengaturan provisi tetap ditentukan oleh

manajemen masing-masing bank.

Dalam kondisi tersebut manajer bank setidaknya harus dapat memenuhi

kepentingan standar akuntansi namun dengan tidak melanggar regulasi dalam

batas-batas yang dapat diterima. Penentuan kapan saat yang tepat bagi bank harus

mengakui adanya penurunan kualitas kredit dan kemudian menghitung besarnya

tingkat kerugian yang dapat diterima adalah bagian dari ilmu dan seni (Hasan dan

Wall, 2004). Kurangnya standar definitif dalam menentukan kualitas kredit

memberikan peluang kepada manajer bank untuk melakukan diskresi / tindakan /

kebijakan yang dapat berdampak besar terhadap laporan laba rugi dan modal

bank.

Perlunya diskresi / kebijakan manajemen dalam menentukan besaran

provisi kerugian kredit tersebut mendapat dukungan dari Komite Basel (Adzis,

2012). Dengan adanya diskresi manajemen dalam menentukan besaran provisi

dan ditambah adanya kebijakan akuntansi yang bersifat akrual, dapat memberikan

kesempatan kepada manajer bank untuk melakukan kebijakan perataan laba

(income smoothing), manajemen modal (capital management), dan mekanisme

sinyal (signaling mechanism) mengenai prospek usaha di masa depan (Fonseca

dan Gonzalez, 2008; Anandarajan et al., 2007; Ahmed et al., 1999). Dengan

demikian, selain dapat mendorong perilaku prosiklikal, provisi bank juga

berkaitan dengan perilaku perataan laba, manajemen modal dan mekanisme sinyal

(Packer dan Zhu, 2012; Adzis et al., 2011; Bouvatier dan Lepetit, 2008).

Provisi kerugian kredit, menurut Cortavarria et al., 2000, dapat dibagi

menjadi 2 (dua) komponen yaitu provisi umum (general provisions) dan provisi

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 17: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

4

Universitas Indonesia

khusus (specific provisions). Provisi umum adalah komponen berorientasi ke

depan (forward looking) yang dipengaruhi oleh tujuan diskresioner manajemen

yang berkaitan dengan kerugian yang tidak diperkirakan. Tujuan diskresioner

manajemen bank dapat berupa perataan laba, manajemen modal dan mekanisme

sinyal. Sementara itu, provisi khusus berkaitan dengan risiko kredit yang

diperkirakan dan karenanya merupakan komponen non-diskresioner yang

berorientasi ke belakang (backward looking).

Penelitian terdahulu telah membuktikan bahwa provisi kerugian kredit

bank memiliki efek prosiklikal, dan karenanya berdampak terhadap penurunan

(peningkatan) pertumbuhan kredit bank (Bouvatier dan Lepetit, 2012; Bikker dan

Metzemakers, 2005). Efek prosiklikal dari provisi kerugian kredit, selanjutnya

akan dapat direduksi oleh penerapan sistem provisi dinamis (dynamic

provisioning policy) (Fernandez de Lis et al., 2001), dan juga dapat dimitigasi

oleh perilaku perataan laba dari manajemen bank (Fonseca dan Gonzales, 2008;

Bikker dan Metzemakers, 2005; Laeven dan Majnoni, 2003). Dalam tahap

berikutnya, praktik perataan laba juga akan dapat diminimalisir melalui penerapan

sistem provisi dinamis (Perez et al., 2006; Jimenez dan Saurina, 2005).

Perilaku perataan laba bank dan efek prosiklikal provisi kerugian kredit,

menurut beberapa penelitian, dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu dari bank.

Packer dan Zhu (2012) mencatat bahwa perilaku perataan laba di Jepang

dilakukan oleh bank-bank modal besar, sedangkan di India cenderung dilakukan

oleh bank-bank modal kecil. Altunbas et al. (2009) menyebutkan bahwa perilaku

perataan laba cenderung tidak dilakukan oleh bank yang lebih memfokuskan

kegiatan pada penyaluran kredit. Selain itu, penelitian mengenai prosiklikalitas

yang dilakukan oleh Bouvatier dan Lepetit (2008) menyimpulkan bahwa efek

prosiklikal dapat dipengaruhi oleh modal bank.

Penelitian mengenai perilaku perataan laba dan efek prosiklikal akan

menjadi menarik apabila dijelaskan dalam konteks penelitian di bank Islam

(Islamic bank). Selain karena bank merupakan industri yang sangat ketat

regulasinya, penelitian mengenai prosiklikalitas sebelumnya pada umumnya

mengabaikan bank Islam sebagai sampel penelitian karena karakteristiknya yang

berbeda secara fundamental dengan bank konvensional (Hamdi dan Zarai, 2012).

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 18: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

5

Universitas Indonesia

Bank Islam, terutama di Indonesia, disebut dengan nama bank syariah. Meskipun

secara akademik istilah Islam dan syariah berbeda namun secara teknis

penyebutan bank Islam dan bank syariah mempunyai pengertian yang sama.

Beberapa karakteristik bank Islam sangat menarik apabila disandingkan

dengan bank konvensional pada umumnya. Pertama, menurut Al-Jarbi dan Iqbal

(2012) dan Haniffa dan Hudaib (2007), secara teoritis bank Islam adalah bank

umum (konvensional) yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip

syariah. Sebagai konsekuensinya, bank Islam harus mentaati ketentuan yang

dibuat oleh dewan pengawas dan prinsip syariah (Archer et al., 1998). Prinsip

syariah melarang perniagaan atas barang-barang yang haram, bunga (riba),

perjudian dan spekulasi yang disengaja (maisir) serta ketidakjelasan dan

manipulatif (gharar) (Taktak et al., 2010a; Antonio, 2001). Karakteristik unik

lainnya adalah paradigma PLS (profit and loss sharing), terutama pada konsep

pembiayaan mudharabah (bagi hasil) dan musyarakah (joint venture) yang

menggantikan konsep kredit pada bank konvensional.

Kedua, ketika hampir seluruh bank di dunia terimbas krisis keuangan

(Shen dan Chih, 2005), hanya bank Islam yang relatif tidak terkena dampak krisis

(Quttainah et al., 2011; IMF, 2010; Beck et al., 2010). Salah satu yang diduga

menjadi penyebabnya adalah pengelolaan provisi kerugian pembiayaan di bank

Islam yang dinamis dan lebih hati-hati. Provisi di bank Islam, sesuai rekomendasi

AAOIFI (the Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial

Institutions), dimungkinkan dihitung ketika ada kerugian yang diperkirakan

(expected losses) selain ada kerugian nyata (actual loss). Penghitungan provisi

yang demikian tersebut berbeda dengan sistem provisi yang berlaku di bank

konvensional yang menganut asas backward-looking (actual or realized loss).

Ketiga, bank Islam telah menjadi salah satu industri keuangan yang

tercepat perkembangannya. Sejak diperkenalkan pertama kali tahun 1963, akhir

tahun 2004 perkembangan bank Islam telah berada pada lebih dari 50 negara

dengan aset lebih dari 250 milyar dollar USA dan tingkat pertumbuhan 15%

pertahun (Chong dan Liu, 2009). Berawal dari 1 (satu) bank dalam setiap negara

di tahun 1975, kemudian menjadi 300 bank di lebih dari 75 negara. Secara lebih

optimis analisis Deutsche Bank memperkirakan bahwa di akhir tahun 2016, aset

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 19: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

6

Universitas Indonesia

bank Islam seluruh dunia akan mencapai 1,8 trilyun dollar (naik sekitar 90% dari

939 milyar dollar di tahun 2010) (Cevik dan Charap, 2011). Perkembangan pesat

bank Islam dunia ditunjukkan dalam Gambar 1.1.

Gambar 1.1: Perkembangan Aset Bank Islam Dunia

Sumber: Diolah berdasarkan data perkembangan aset bank Islam di dunia

Keempat, dalam kegiatan operasional bank Islam terdapat asimilasi yang

kuat antara nilai moral dan etika (Hamdi dan Zarai, 2012) dimana Islam sebagai

religi merupakan salah satu aspek penting dari sosial budaya (Hofstede dan

Hofstede, 2005). Meskipun secara teoritis dinyatakan bahwa kebijakan

manajemen dilakukan dalam berbagai kondisi lingkungan yang tidak sama,

namun sejak teori akuntansi positif diperkenalkan dan dikembangkan untuk

kondisi perekonomian kapitalis, sampai saat ini belum jelas apakah kondisi

tersebut dapat digeneralisasi untuk lingkungan perekonomian dan budaya lain

(Quttainah et al., 2011; Rahman, 2002).

Dengan merujuk pada penelitian sebelumnya maka sangat beralasan untuk

menduga bahwa bank–bank Islam telah menerapkan secara penuh sistem provisi

yang dinamis sesuai dengan rekomendasi AAOIFI. Akibatnya, selain manajemen

risiko pembiayaan bank menjadi lebih sehat dengan tidak menyebabkan efek

prosiklikal, peluang bank Islam terkena dampak krisis juga semakin berkurang.

Penerapan sistem provisi dinamis tersebut diduga menjadi alasan pula mengapa

provisi kerugian pembiayaan pada bank Islam tidak diperlukan sebagai alat untuk

kebijakan perataan laba.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 20: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

7

Universitas Indonesia

Penelitian mengenai mengapa dan bagaimana sistem provisi kerugian

pembiayaan yang dinamis pada bank Islam dapat mempengaruhi perilaku

perataan laba dan efek prosiklikal belum pernah ditemukan. Literatur yang ada

lebih banyak menyoroti mengenai pembuktian ada tidaknya perilaku perataan laba

pada bank Islam (Hamdi dan Zarai, 2012; Taktak et al., 2010b; Shahimi et al.,

2006) namun belum ada yang mengkaitkannya dengan prosiklikalitas. Penelitian

pada bank Islam yang secara khusus menguji efek prosiklikal dari provisi

kerugian pembiayaan terhadap pertumbuhan pembiayaan belum pernah

dilakukan. Untuk mengisi kesenjangan tersebut, maka penelitian ini perlu

dilakukan terutama berkaitan dengan perilaku perataan laba dan efek prosiklikal

pada bank Islam. Dan agar diperoleh hasil yang lebih komprehensif maka

penelitian menggunakan data bank Islam di seluruh dunia.

Pengujian dalam penelitian ini dilakukan dalam 4 (empat) tahap. Tahap

pertama dilakukan untuk menguji apakah bank Islam menggunakan provisi

kerugian pembiayaan untuk tujuan diskresioner atau non-diskresioner. Tahap ini

lebih difokuskan untuk mengetahui sejauh mana bank Islam melakukan kebijakan

perataan laba dengan menggunakan provisi pembiayaan kerugian. Tahap kedua

dilakukan untuk menyelidiki faktor-faktor penting dan spesifik apa saja dari bank

yang dapat digunakan untuk menjelaskan penggunaan provisi kerugian

pembiayaan terutama berkaitan dengan perilaku perataan laba. Tahap ketiga

difokuskan untuk menilai apakah efek prosiklikal dari provisi diskresioner dan

provisi non-diskresioner mempunyai korelasi dengan pertumbuhan pembiayaan

pada bank Islam. Akhirnya, tahap keempat digunakan untuk menilai faktor-bank

yang spesifik dari bank Islam yang dapat dipertimbangkan dalam menjelaskan

hubungan antara efek prosiklikal dari provisi kerugian pembiayaan dan

pertumbuhan pembiayaan pada bank Islam.

1.2. Perumusan Masalah

Dengan latar belakang penelitian yang dikemukakan tersebut dapat

dirumuskan bahwa industri perbankan merupakan salah satu industri yang sangat

penting bagi perekonomian suatu negara, regional ataupun dunia, dan merupakan

industri yang sangat ketat regulasinya (BI, 2011). Bank Islam, karena

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 21: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

8

Universitas Indonesia

karakteristiknya yang berbeda secara fundamental dengan bank konvensional

(Hamdi dan Zarai, 2012), seringkali dikecualikan sebagai sampel penelitian di

bidang perbankan. Penelitian mengenai manajemen risiko kredit melalui

pengaturan sistem provisi bank untuk tujuan perataan laba, manajemen modal,

mekanisme sinyal dan perilaku prosiklikal belum pernah dijelaskan dalam konteks

bank non-konvensional. Penelitian dengan menggunakan sampel bank Islam

menjadi menarik karena selain mempunyai karakteristik yang berbeda dengan

bank konvensional melalui penggunaan paradigma PLS dan adanya asimilasi

yang kuat antara nilai moral dan etika yang menjadi aspek penting dari sosial

budaya (Hofstede dan Hofstede, 2005), bank Islam juga diduga telah menerapkan

provisi dinamis yang menjadi salah satu penyebab terhindar dari krisis ekonomi.

Dari pemaparan tersebut maka yang menjadi kesenjangan dalam penelitian

saat ini adalah belum adanya penelitian mengenai bagaimana manajemen risiko

pembiayaan melalui penerapan sistem provisi kerugian pembiayaan yang dinamis

pada bank Islam dalam mengatasi perilaku perataan laba dan efek prosiklikal.

Dalam konteks manajemen risiko bank, perilaku perataan laba merupakan

tindakan manajemen bank yang banyak dilakukan dibandingkan dengan

manajemen modal dan mekanisme sinyal (Curcio dan Hasan, 2013; Ahmed et al.,

1999). Dengan demikian, maka permasalahan yang diselidiki dalam penelitian

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah provisi kerugian pembiayaan pada bank Islam dipengaruhi

oleh kebijakan manajemen bank untuk melakukan:

a. perataan laba

b. manajemen modal

c. mekanisme sinyal

2. Bagaimanakah hubungan antara kebijakan manajemen bank untuk melakukan

perataan laba dengan provisi kerugian pembiayaan pada bank Islam

dipengaruhi oleh karakteristik tertentu bank, yaitu:

a. kapitalisasi bank

b. portofolio aset

3. Bagaimanakah pertumbuhan pembiayaan pada bank Islam dipengaruhi oleh

efek prosiklikal provisi kerugian pembiayaan yang bersifat:

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 22: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

9

Universitas Indonesia

a. diskresioner

b. non-diskresioner

4. Bagaimanakah hubungan prosiklikal antara provisi kerugian pembiayaan

(diskresioner dan non-diskresioner) dengan pertumbuhan pembiayaan pada

bank Islam dipengaruhi oleh karakteristik tertentu bank, yaitu:

a. kapitalisasi bank

b. portofolio aset

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini, secara umum, bertujuan memberikan bukti empiris secara

lintas negara tentang provisi kerugian pembiayaan pada bank Islam dan

pengaruhnya untuk mengatasi perilaku perataan laba dan efek prosiklikal. Secara

rinci, penelitian bertujuan untuk mengetahui:

1. Pengaruh kebijakan manajemen bank Islam untuk melakukan perataan laba,

manajemen modal dan mekanisme sinyal terhadap provisi kerugian

pembiayaan

2. Pengaruh karakteristik tertentu bank, yaitu kapitalisasi dan portofolio aset,

terhadap hubungan antara perataan laba dengan provisi kerugian pembiayaan

pada bank Islam

3. Pengaruh prosiklikal provisi kerugian pembiayaan, baik yang bersifat

diskresioner maupun non-diskresioner, terhadap pertumbuhan pembiayaan

pada bank Islam

4. Pengaruh karakteristik tertentu bank, yaitu kapitalisasi dan portofolio aset,

terhadap hubungan prosiklikal antara provisi kerugian pembiayaan dengan

pertumbuhan pembiayaan pada bank Islam

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi konseptual bagi

pengembangan ilmu akuntansi terutama terkait dengan konsep kebijakan

penggunaan provisi dinamis pada bank Islam untuk mengatasi perilaku perataan

laba dan efek prosiklikal dari provisi kerugian pembiayaan terhadap pertumbuhan

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 23: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

10

Universitas Indonesia

pembiayaan. Dengan mengembangkan lebih lanjut dari penelitian yang telah

dilakukan terlebih dahulu (antara lain oleh Taktak et al., 2010a, Quttainah et al.,

2011, Bouvatier dan Lepetit, 2008) maka penelitian ini memberikan 4 (empat)

kontribusi utama.

Pertama, penelitian ini merupakan penelitian pertama di bank Islam yang

menguji penggunaan provisi kerugian pembiayaan yang bersifat diskresioner dan

non-diskresioner. Penelitian sebelumnya di bank Islam lebih memperhatikan

penggunaan provisi kerugian pembiayaan diskresioner dengan mengabaikan

pengaruh non-diskresionernya.

Kedua, penelitian ini mengidentifikasi faktor-faktor tertentu pada bank

yang mempengaruhi penggunaan provisi untuk kebijakan perataan laba. Sebagai

suatu kebijakan manajerial, penggunaan provisi kerugian pembiayaan ini pada

akhirnya dapat menentukan keputusan bank untuk menerapkan sistem provisi

yang dinamis.

Ketiga, penelitian ini menambahkan analisis dengan menguji bagaimana

efek prosiklikal dari provisi kerugian pembiayaan diskresioner dan non-

diskresioner terhadap pertumbuhan pembiayaan. Dengan memahami efek

prosiklikal tersebut maka kebutuhan untuk menerapkan sistem provisi yang

dinamis secara umum dapat diukur.

Keempat, dengan memeriksa pengaruhnya terhadap pertumbuhan

pembiayaan bank melalui interaksi antara provisi kerugian pembiayaan dan faktor

tertentu bank maka dapat dibedakan jenis bank Islam mana saja yang benar-benar

lebih memerlukan sistem provisi dinamis. Secara khusus, sistem provisi dinamis

diperlukan untuk bank-bank yang menunjukkan hubungan negatif antara provisi

non-diskresioner dan pertumbuhan pembiayaan. Dalam situasi ini, bank tersebut

memiliki masalah prosiklikal karena cenderung mengurangi jumlah pembiayaan

yang disalurkan selama peningkatan kerugian yang diperkirakan (kemerosotan

ekonomi) yang memaksa bank untuk menetapkan provisi non-diskresioner (atau

provisi khusus).

1.4.2. Bagi Regulator

Dengan mengambil momentum peralihan fungsi pengawasan perbankan

syariah dari Bank Indonesia (BI) ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) maka

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 24: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

11

Universitas Indonesia

penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi regulator perbankan

di Indonesia, khususnya perbankan syariah. Pertama, penelitian ini merupakan

studi lintas negara sehingga diharapkan perilaku bank Islam di dunia dapat

dijadikan pelajaran (lessons learned) bagi regulator perbankan di Indonesia. OJK

diharapkan dapat lebih memahami perilaku bank syariah di Indonesia terutama

mengenai perilaku perataan laba dan efek prosiklikal. Kedua, penelitian ini

memberikan bukti bahwa provisi dinamis bank Islam dapat digunakan untuk

menetralisir prosiklikalitas provisi kerugian pembiayaan. Bukti ini memberikan

implikasi bahwa efektivitas kebijakan pengaturan provisi perlu memperhatikan

karakteristik tertentu bank, misalnya faktor modal bank atau portofolio aset bank.

Ketiga, penelitian ini memberikan bukti adanya hubungan antara

komponen diskresioner dan komponen non-diskresioner dari provisi kerugian

pembiayaan, dimana hubungan kedua komponen dimaksud saat ini diatur oleh

lembaga yang berbeda. OJK mengatur perilaku manajemen bank yang berkaitan

dengan komponen diskresioner berupa perilaku perataan laba, manajemen modal

dan sinyaling, sedangkan BI bertanggung jawab dalam monitoring prosiklikalitas

provisi kerugian pembiayaan yang berdampak pada pertumbuhan pembiayaan

bank Islam dan tingkat inflasi. Untuk itu, dengan penelitian ini diharapkan OJK

dan BI dapat saling bekerja sama untuk menciptakan bisnis perbankan yang sehat

namun tetap dapat mempertahankan perekonomian negara yang kuat.

1.4.3. Bagi Investor / Deposan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi investor

mengenai perilaku manajemen bank terkait dengan perilaku perataan laba dan

kekuatan bank Islam dalam menghadapi krisis ekonomi melalui efek prosiklikal.

Meskipun secara umum bank Islam tidak melakukan perataan laba, namun

penelitian ini membuktikan bahwa kemungkinan bank Islam melakukan perataan

laba tetap masih ada, terutama untuk bank dengan modal besar atau bank yang

fokus kegiatannya pada pembiayaan. Investor harus tetap berhati-hati, karena

perilaku perataan laba akan mempengaruhi kualitas informasi yang disajikan

dalam laporan keuangan.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 25: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

12

Universitas Indonesia

1.5. Pembatasan Penelitian

Penelitian ini memeriksa penerapan sistem provisi dinamis di bank Islam

untuk mengatasi perilaku perataan laba, manajemen modal dan mekanisme sinyal

serta efek prosiklikal. Mengingat luasnya cakupan permasalahan yang ada maka

dalam penelitian ini hanya difokuskan pada perilaku perataan laba dan efek

prosiklikal terhadap pertumbuhan pembiayaan pada bank Islam. Pengujian

terhadap perilaku manajemen modal dan mekanisme sinyal dilakukan tidak

dilakukan secara mendalam, sedangkan pengujian terhadap perilaku perataan laba

dan efek prosiklikal dilakukan karena kaitannya dengan penerapan sistem provisi

dinamis. Selain itu, pembuktian adanya perilaku perataan laba hanya sebatas yang

dilakukan melalui penggunaan provisi kerugian pembiayaan, sedangkan perilaku

perataan laba bank Islam melalui mekanisme lain tidak dilakukan pengujian.

Penelitian ini tidak dapat menyertakan seluruh populasi bank Islam di

dunia namun dibatasi hanya pada sampel bank-bank Islam tertentu yang datanya

termuat dalam database Bankscope secara lengkap. Penggunaan database

Bankscope dikarenakan keterbatasan ketersediaan laporan bank Islam yang

dipublikasikan di media lain. Untuk itu pula maka akurasi data yang disajikan

dalam database Bankscope tidak dapat diuji dengan sumber lain. Selain itu,

format yang disajikan dalam database Bankscope tidak membedakan antara bank

Islam dan bank konvensional sehingga istilah spesifik yang hanya dimiliki bank

Islam, misal financing-mudharabah-musyarakah, tidak terlihat dalam database.

1.6. Sistematika Penulisan

Penulisan dalam disertasi ini terdiri dari:

Bab 1 Pendahuluan, yang berisi latar belakang penelitian, kesenjangan

penelitian, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, pembatasan penelitian dan sistematika penulisan.

Bab 2 Tinjauan Pustaka, yang memuat teori dan hasil-hasil penelitian

sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini serta asumsi yang mendasarinya.

Bab 3 Rerangka Konseptual dan Pengembangan Hipotesis, yang membahas

kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian untuk digunakan dalam

pengembangan hipotesis yang diuji.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 26: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

13

Universitas Indonesia

Bab 4 Metodologi Penelitian, yang menguraikan mengenai metode

pengumpulan data, populasi dan pengambilan sampel dan metode pengolahan

data serta metode analisis yang digunakan.

Bab 5 Analisis Hasil Penelitian, yang menyajikan analisa terhadap hasil

penelitian berdasarkan pengujian terhadap hipotesis.

Bab 6 Penutup, yang memaparkan mengenai kesimpulan dari penelitian,

implikasi dari hasil penelitian bagi pengembangan ilmu pengetahuan, regulator

dan investor, serta menyajikan keterbatasan penelitian, dan saran bagi penelitian

selanjutnya.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 27: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

14 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karakteristik Bank Islam

2.1.1. Prinsip Dasar Bank Islam

Pada prinsipnya dalam Islam tidak ada pemisahan antara kegiatan

seseorang untuk agama dan negara (Chong dan Liu, 2009; Karim, 2001). Artinya

tidak ada perbedaan antara kegiatan untuk spiritual dan urusan duniawi termasuk

urusan ekonomi (Karim, 2001). Konsekuensi dari prinsip tersebut adalah bahwa

setiap aspek dari tingkah laku sehari-hari umat Islam, termasuk kegiatan bisnis,

diatur secara ketat oleh hukum agama Islam (syariah). Demikian juga terhadap

kegiatan bank Islam. Asimilasi yang kuat antara nilai moral dan etika ditemukan

dalam kegiatan operasional bank Islam (Hamdi dan Zarai, 2012; Karim, 2001).

Pertimbangan moral dan etika dalam bank Islam tersebut tidak dapat dihapus dan

harus konsisten sesuai dengan standar moral dan etika yang ditetapkan syariat

Islam (Ahmed, 2010).

Bank Islam sendiri baru mulai berdiri pada abad ke-20 setelah

perekonomian Islam berkembang sejak abad ke-8. Berdirinya Islamic Rural Bank

di desa Mit Ghamr, Kairo - Mesir pada tahun 1963 dianggap sebagai bank Islam

pertama di dunia. Sejak itu perkembangan bank Islam terus tumbuh hingga pada

tahun 1975 dengan didirikannya Islamic Development Bank di Jeddah, Arab

Saudi (Rammal dan Zurbruegg, 2007; Antonio, 2001). Bank Islam selanjutnya

tidak hanya berkembang di negara yang penduduknya beragama Islam namun

banyak juga ditemui di negara-negara yang mayoritas penduduknya bukan

muslim termasuk juga di negara Rusia.

Berawal dari hanya 1 (satu) bank dalam setiap negara di tahun 1975, pada

akhir tahun 2004 telah menjadi 300 bank di lebih dari 75 negara. Perkembangan

pesat bank Islam dapat ditunjukkan pula dengan jumlah aset yang dikelola.

Diperkirakan di akhir tahun 2016 aset bank Islam seluruh dunia akan mencapai

1,8 trilyun dollar (naik sekitar 90% dari 939 milyar dollar di tahun 2010) (Cevik

dan Charap, 2011). Dengan prestasi tersebut maka bank Islam telah menjadi salah

satu industri keuangan yang tercepat perkembangannya.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 28: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

15

Universitas Indonesia

Pada dasarnya, bank Islam adalah bank yang diatur oleh prinsip-prinsip

syariah. Prinsip syariah melarang perdagangan dalam kegiatan spekulatif

(gharar), berurusan dengan transaksi derivatif dan investasi pada sektor yang

tidak halal (haram) dan berhubungan dengan produk-produk seperti tembakau,

alkohol dan daging babi. Syariah juga melarang bank-bank Islam membayar atau

menerima bunga (riba) ke dan dari transaksi keuangan dan komersial (Taktak et

al., 2010a; Chong dan Liu, 2009; Antonio, 2001).

Dalam operasionalnya bank Islam menggunakan paradigma yang dikenal

dengan berbagi laba rugi atau PLS (profit and loss sharing). Prinsip PLS ini

mewajibkan bank untuk berbagi dengan nasabah (deposan) atas keuntungan dan

kerugian yang dihasilkan dari proyek-proyek yang didanai bersama. Dalam

transaksi berbasis PLS tersebut, bank menyalurkan dana untuk proyek investasi

dan menerima bagian keuntungan sesuai yang telah ditentukan sebelumnya. Jika

proyek tersebut berhasil, laba akan dibagi antara bank dan perusahaan investasi

sesuai dengan rasio yang telah ditentukan. Di sisi lain, jika proyek ini ternyata

tidak berhasil, bank akan kehilangan semua atau sebagian dari investasi.

Demikian juga apabila bank berbagi keuntungan dengan deposan maka harus

sesuai dengan bagian keuntungan yang telah disetujui sebelumnya.

Secara teoritis, kegiatan bank Islam dengan prinsip PLS dimaksud

dilakukan melalui instrumen partisipatif seperti mudharabah dan musyarakah

sebagai platform utama untuk kegiatan pengumpulan deposito dan alokasi dana

investasi. Metode partisipasi ini mirip dengan pembiayaan modal ventura modern

(Antonio, 2001). Mudharabah adalah bentuk pembiayaan antara bank yang

menyediakan seluruh modal dan nasabah yang bertindak sebagai pengelola dana,

dimana keuntungan usaha akan dibagi sesuai kesepakatan, sedangkan kerugian

akan ditanggung sepenuhnya oleh bank kecuali jika nasabah melakukan kesalahan

yang disengaja. Dalam kontrak musyarakah, kerjasama antara bank dan nasabah

untuk usaha tertentu yang masing-masing pihak memberikan porsi dana dengan

ketentuan bahwa keuntungan akan dibagi sesuai dengan kesepakatan, sedangkan

kerugian akan ditanggung sesuai dengan porsi dana masing-masing. Dengan

investasi dana bersama-sama dengan nasabah bank, bank Islam menjadi mitra dan

harus berbagi risiko dengan deposan dan pengusaha. Adanya pembagian risiko ini

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 29: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

16

Universitas Indonesia

membuat laba atas ekuitas bank Islam lebih tinggi dibandingkan dengan bank

konvensional (Karim dan Ali, 1989).

Meskipun penyertaan modal dengan pembagian risiko adalah prinsip

utama bank Islam namun dalam operasionalnya bank Islam juga menggunakan

instrumen lain termasuk murabahah, istisna dan ijarah yang didasarkan pada

kontrak kewajiban tangguhan dengan pembiayaan mark-up yang mirip dengan

fasilitas kredit di bank konvensional (Aggarwal dan Yousef, 2000; Errico dan

Farahbaksh, 1998). Dalam literatur bank Islam, produk bank seperti murabahah,

istisna dan ijarah yang tidak menggunakan prinspip PLS dikenal sebagai

"shariah-compliant product", sedangkan yang menggunakan prinsip PLS seperti

produk mudharabah dan musyarakah dikenal sebagai "shariah-based product"

(Taktak, 2011).

Murabahah dan variannya pada dasarnya adalah suatu bentuk kontrak

pembelian kembali dimana bank membeli aset yang riil atas permintaan nasabah

dan menjualnya kembali kepada nasabah dengan harga yang lebih tinggi melalui

pembayaran cicilan. Istisna adalah instrumen pembiayaan yang digunakan

terutama untuk mendanai proyek jangka panjang, dan ijarah adalah kontrak

dimana nasabah menyewakan aset dengan harga tertentu dan jangka panjang,

tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan aset itu sendiri.

2.1.2. Praktik Bank Islam

Meskipun secara prinsip dinyatakan bahwa bank Islam berbeda dengan

bank konvensional (Al-Jarbi dan Iqbal, 2012; Hamdi dan Zarai, 2012; Haniffa dan

Hudaib, 2007) namun dalam praktiknya secara fungsional bank Islam tidak bisa

dibedakan dengan bank konvensional (Iqbal dan Mirakhor, 2007). Praktik bank

Islam yang menyimpang saat ini diyakini telah berkembang jauh dari paradigma

awal yang dicita-citakan. Hasil studi awal menyimpulkan bahwa masih ada

penyimpangan substansial antara cita-cita dan praktik bank Islam setelah tiga

dekade diperkenalkan. Hal ini tentu saja bertentangan dengan pengakuan bahwa

bank Islam telah dengan cepat membedakan diri dari bank konvensional (Khan,

2010; Chong dan Liu, 2009). Perbedaan antara bank Islam dan bank konvensional

menurut Al-Rifaee (2012) seperti terlihat dalam Gambar 2.1.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 30: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

17

Universitas Indonesia

Gambar 2.1: Perbandingan Bank Islam dan Bank Konvensional

Diambil dari Al-Rifaee (2012)

Dengan mengambil sampel bank Islam di Malaysia, menurut penelitian

Chong dan Liu (2009), ditemukan beberapa penyimpangan terhadap paradigma

PLS. Pertama, adopsi paradigma PLS bank Islam jauh lebih lambat di sisi aset

daripada kewajiban. Di sisi aset hanya 0,5% dari pembiayaan bank Islam yang

didasarkan pada paradigma PLS, yaitu pembiayaan mudharabah dan musyarakah.

Pembiayaan bank Islam, dalam praktiknya, sebagian besar didasarkan pada model

pembiayaan non-PLS yang diperbolehkan secara syariah. Pada sisi kewajiban,

mudharabah lebih dominan dengan mencapai 70% dari total deposito.

Kedua, mudharabah sebagai deposito yang terstruktur sesuai dengan

paradigma PLS seharusnya bebas bunga seperti dalam teori. Dalam praktiknya,

ditemukan bukti baru yang menunjukkan bahwa deposito Islam tidak benar-benar

bebas bunga tetapi sangat mirip dengan deposito perbankan konvensional. Lebih

khusus lagi ditemukan bahwa harga investasi pada deposito Islam sebagian besar

lebih rendah dan lebih stabil dibandingkan dengan deposito konvensional. Dengan

menggunakan model Engle-Granger, penelitian Chong dan Liu (2009)

menunjukkan bahwa (a) perubahan suku bunga deposito konvensional

menyebabkan perubahan tingkat investasi Islam tetapi tidak sebaliknya, (b)

tingkat investasi Islam berhubungan positif dengan konvensional suku bunga

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 31: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

18

Universitas Indonesia

deposito dalam jangka panjang, dan (c) ketika tingkat investasi Islam

menyimpang jauh di atas (di bawah) dengan suku bunga deposito konvensional,

bank akan menyesuaikan ke bawah (ke atas) terhadap tingkat ekuilibrium jangka

panjang.

Hasil tersebut menyiratkan bahwa deposito PLS praktik perbankan Islam

sebenarnya erat sekali dengan praktik bunga pada pengaturan perbankan

konvensional, seperti yang ditunjukkan oleh Cevik dan Charap (2011) dalam

Gambar 2.2. Dan hasil penelitian tersebut sesuai pula dengan hasil penelitian

sebelumnya yang disampaikan oleh Errico dan Farahbaksh (1998). Namun

demikian, hasil penelitian Chong dan Liu (2009) tersebut dianggap sebagai

pendapat minoritas dan kurang relevan untuk disimpulkan terhadap negara lain.

Sementara itu, penelitian Cihak dan Hesse (2008) menyatakan bahwa mayoritas

literatur, dengan menggunakan pendekatan teori dibandingkan analisis empiris,

menyatakan bahwa bank Islam tetap dapat dibedakan dengan bank konvensional

karena keunikan risiko yang berasal dari tata hukum, tata kelola dan infrastruktur

keuangan.

Gambar 2.2: Pergerakan Tingkat Investasi Bank Islam dan Tingkat Bunga

Bank Konvensional

Sumber: Cevik dan Charap (2011).

2.1.3. Standar Akuntansi Bank Islam

Ekspansi yang cepat dari industri keuangan Islam, yang dimulai sejak

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 32: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

19

Universitas Indonesia

tahun 1970, pada awalnya tidak disertai dengan penciptaan seperangkat aturan

akuntansi yang diakui secara internasional. Masing-masing regulator bank di

negara dimana bank Islam berada cenderung menerapkan peraturan sendiri-sendiri

dengan hanya mengandalkan para ahli syariah sendiri sehingga mengakibatkan

tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterapkan terhadap produk syariah.

Kondisi yang demikian tersebut telah menghambat penggunaan lintas batas

negara terhadap produk Islam dan membatasi potensi pertumbuhan industri

perbankan Islam. Produk keuangan yang diperbolehkan di beberapa negara bisa

saja dianggap sebagai produk non-Islam pada negara lain.

Untuk menutup kesenjangan ini lembaga-lembaga Islam seluruh dunia

kemudian mengambil jalan mengembangkan akuntansi Islam secara mandiri.

Kebutuhan standar akuntansi yang dirancang sengaja dikhususkan untuk

mencerminkan keunikan produk Islam dibandingkan produk konvensional.

Menurut Taktak et al. (2010a), pada tahun 1990 dibentuklah the Accounting and

Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI). Standar yang

ditetapkan Basel Committee on Banking Supervision, di satu sisi, tidak selalu

dapat diterapkan untuk kepentingan bank Islam dan sangat sedikit referensi yang

menunjukkan standar mana saja dari yang digunakan bank konvensional dapat

diterapkan untuk kepentingan bank Islam (Errico dan Farahbaksh, 1998). Di sisi

lain, standar yang ditetapkan Basel Committee tetap perlu dijadikan rujukan

utama dalam menciptakan pengaturan untuk bank Islam.

Salah satu tujuan utama organisasi AAOIFI adalah untuk merancang dan

menyebarluaskan standar akuntansi dan audit yang dapat diterapkan secara

internasional oleh semua lembaga Islam. AAOIFI juga memainkan peran penting

dalam mengejar harmonisasi peraturan berbasis syariah di seluruh wilayah hukum

negara-negara Islam. Dengan demikian, pembentukan AAOIFI pada tahun 1990

membantu mengisi kesenjangan dari spektrum operasi keuangan Islam yang tidak

dapat mencerminkan kinerja sebenarnya dari bank Islam (Grais dan Pellegrini,

2006). Namun demikian, AAOIFI tidak memiliki kewenangan untuk memaksa

bank Islam menerapkan standar (Karim, 2001).

Berkaitan dengan paradigma PLS, bank Islam dalam operasionalnya

secara umum menawarkan dua jenis rekening investasi, yaitu (1) Restricted

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 33: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

20

Universitas Indonesia

Investment Account Holder (RIAH) dimana secara spesifik penggunaan dana

ditujukan kepada salah satu proyek tertentu, proyek mudharabah atau

musyarakah, yang sesuai dengan pilihan kegiatan investasi deposan (investor)

dengan memberikan hak suara terhadap jenis investasi dimaksud. Distribusi

pendapatan investasi tersebut dihitung berdasarkan prorata dari pangsa

keseluruhan investasi. (2) Unrestricted Investment Account Holder (UIAH)

dimana pemanfaatan dana digunakan dalam proyek-proyek yang beragam (baik

mudharabah atau musyarakah) atau kegiatan investasi lainnya dimana investor

akan menerima bagian persentase dari pendapatan investasi seperti dalam IAH

(Archer dan Karim, 2006).

Dengan menerapkan paradigma PLS dimaksud, maka ketentuan pelaporan

keuangan yang ditetapkan untuk bank konvensional tidak tepat untuk dapat

mencerminkan kinerja bank Islam sebenarnya. Standar pelaporan keuangan untuk

bank konvensional tidak dapat mencakup spektrum operasi keuangan Islam yang

berkaitan dengan mudharabah dan musyarakah. Sebagai konsekuensinya,

masing-masing bank Islam menerapkan perlakuan akuntansi yang berbeda untuk

RIAH dan UIAH. Beberapa bank Islam memperlakukan RIAH sebagai ekuitas

atau kewajiban, sedangkan yang lain menggunakan pos off-balance sheet (Karim,

2001). Perbedaan perlakuan tersebut telah membuat AAOIFI merekomendasikan

penggunaan provisi dinamis sebagai alat bank Islam dalam mengantisipasi

kerugian kredit yang diperkirakan daripada kerugiaan riil (expected credit losses

rather than the actual losses) (Quttainah et al., 2011).

2.2. Provisi Kerugian Pembiayaan pada Bank Islam

2.2.1. Pengertian Provisi Kerugian Pembiayaan

Meskipun banyak faktor lain yang terkait, seperti kondisi ekonomi,

kesalahan manajemen, dan manipulasi, namun kegagalan bank secara signifikan

dapat dikaitkan dengan kualitas kredit yang buruk dan praktik manajemen risiko

kredit bank yang lemah (Rose dan Hudgins, 2010; Basel Committee on Banking

Supervision, 2006). Pada gilirannya, kegagalan bank dapat mencegah bank dari

pemberian kredit baru yang pada akhirnya dapat menghambat pertumbuhan dan

memperparah krisis ekonomi negara. Dalam kondisi perekonomian negara yang

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 34: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

21

Universitas Indonesia

buruk karena krisis, pengurangan aktivitas kredit baru kemungkinan dapat

memicu kredit macet yang semakin parah (credit crunch) (Adzis, 2012; Bernanke

dan Lown, 1991). Untuk mengatasi praktik manajemen risiko kredit yang lemah

tersebut, bank diharapkan fokus pada penggunaan provisi kerugian kredit (loan

loss provisions) sebagai perangkat kehati-hatian.

Provisi kerugian kredit seringkali diistilahkan dengan penyisihan piutang

tidak tertagih (provision for doubtful debts) atau beban kredit macet dan ragu-ragu

(charge for bad and doubtful debts), atau kerugian penurunan nilai (impairment

loss), beban penurunan nilai (impairment expense), atau biaya penurunan nilai

kredit (impairment charge on loans). Di Indonesia, provisi kerugian kredit lebih

dikenal dengan istilah PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif). Di bank

Islam, provisi kerugian kredit disebut dengan provisi kerugian pembiayaan

(financing loss provisions).

Provisi kerugian pembiayaan merupakan estimasi kerugian pembiayaan

yang kemungkinan tidak tertagih untuk tahun berjalan yang jumlahnya akan

dibebankan pada laporan laba rugi sebagai biaya secara tahunan. Tujuan dari

biaya akrual ini adalah untuk menyerap kerugian yang timbul dari pembiayaan

yang tidak dapat ditagih. Peningkatan provisi akan mengakibatkan peningkatan

jumlah cadangan dalam pos penyisihan kerugian pembiayaan dan penurunan laba

tahun berjalan. Angka akuntansi dalam pos penyisihan kerugian pembiayaan

dalam laporan keuangan bank adalah penting bagi para pengguna laporan karena

menyiratkan risiko dan kualitas dari portofolio bank di masa datang (Walter,

1991). Gambaran posisi provisi kerugian pembiayaan dalam laporan neraca dan

laporan laba rugi terlihat dalam Gambar 2.3.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 35: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

22

Universitas Indonesia

Gambar 2.3: Provisi Kerugian Pembiayaan dalam Laporan Keuangan Bank

Islam

Sumber: Diolah berdasarkan laporan keuangan publikasi bank Islam

Secara substansial, seperti telah dijelaskan sebelumnya, bank Islam

berbeda dengan bank konvensional dalam hal sistem provisi dimana AAOIFI

lebih mendorong bank Islam untuk mengadopsi provisi yang dinamis, yang

memungkinkan bank Islam untuk lebih dapat mengantisipasi risiko pembiayaan.

Sistem provisi yang dinamis sesungguhnya memungkinkan bank untuk menutupi

kerugian pembiayaan sepanjang siklus periode kontrak. Kebijakan tersebut terdiri

dari penyisihan provisi untuk pembiayaan berdasarkan kerugian yang

diperkirakan daripada kerugian aktual atau yang terealisasi (expected losses rather

than actual or realized losses). Kebijakan tersebut memungkinkan bank untuk

memiliki dana pengaman yang dapat digunakan selama periode ekonomi sulit,

sehingga relatif tidak terkena dampak krisis (Quttainah et al., 2011; Beck et al.,

2010).

Terlepas dari perbedaan kebijakan antara bank Islam dan bank

konvensional, provisi kerugian kredit/pembiayaan bank menjadi bahasan yang

menarik perhatian dari tiga pihak yang berbeda, yaitu pengawas bank, dewan

standar akuntansi dan manajemen bank (Curcio dan Hasan, 2013). Perhatian

diberikan karena adanya perbedaan kepentingan oleh masing-masing pihak

(Hasan dan Wall, 2004). Dewan standar lebih menekankan pentingnya

transparansi dalam penyajian informasi keuangan bank pada waktu tertentu

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 36: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

23

Universitas Indonesia

kepada pihak lain untuk pengambilan keputusan, sedangkan pengawas bank lebih

banyak berkepentingan untuk melindungi bank dan sistem keuangan secara

keseluruhan dari risiko kegagalan bank secara sistemik (Bushman dan Williams,

2012; Rochet, 2005). Pengawas bank mengacu kepada ketentuan bank sentral atau

otoritas perbankan di negara masing-masing, sedangkan dewan standar mengacu

kepada standar akuntansi yang berlaku umum GAAP (Generally Accepted

Accounting Principles) atau berlaku internasional IFRS (International Financial

Reporting Standard ).

2.2.2. Provisi Umum dan Provisi Khusus

Dari perspektif akuntansi, secara umum provisi kerugian aktiva bank

mempunyai dua kategori yaitu provisi umum (general provisions) dan provisi

khusus (specific provisions), sedangkan provisi umum dibagi menjadi dua

komponen yaitu diskresioner (discretionary) dan non-diskresioner (non-

discretionary) (Bouvatier dan Lepetit, 2008; Cortavarria et al., 2000). Provisi

umum berkaitan dengan penilaian secara luas kemungkinan kerugian bank di

masa depan dari keseluruhan portofolio yang dimiliki, sedangkan provisi khusus

mengacu pada kerugian kredit yang diperkirakan terjadi karena adanya penurunan

kualitas kredit (impaired loans) tertentu atau individual kredit, yang pada

akhirnya dapat mengakibatkan peningkatan cadangan kerugian kredit (loan loss

reserves).

Dalam praktik akuntansi yang luas, provisi umum lebih mengacu pada

provisi "ex-ante" dan terkait dengan peristiwa yang tidak pasti di masa depan,

sedangkan provisi khusus lebih bersifat pada "ex-post", dalam arti mengacu pada

peristiwa-peristiwa tertentu di masa lalu (Laeven dan Majnoni, 2003). Sebagai

contoh, provisi yang dipicu oleh pembayaran jatuh tempo dapat dianggap sebagai

provisi khusus, sedangkan provisi yang diperlukan untuk semua pembiayaan

dapat dianggap lebih bersifat umum. Meskipun demikian, provisi umum lebih

sering menjadi subyek pembatasan dalam regulasi bank. Karena regulasi bank

dimaksudkan untuk mengatasi konsekuensi dari kerugian pembiayaan di masa

depan, baik yang dapat diperkirakan atau yang tidak dapat diduga, maka hanya

provisi umum yang dapat dinyatakan sebagai persyaratan minimum modal bank.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 37: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

24

Universitas Indonesia

2.2.3. Diskresioner dan Non-Diskresioner

Literatur sebelumnya menjelaskan bahwa provisi umum dapat dibedakan

menjadi dua komponen yaitu non-diskresioner dan diskresioner. Di satu sisi,

komponen non-diskresioner ditujukan untuk menutup risiko kredit yang

diperkirakan (Beaver dan Engel, 1996; Wahlen, 1994). Di sisi lain, komponen

diskresioner dikaitkan dengan penggunaan provisi untuk tujuan manajerial. Secara

khusus, komponen diskresioner terkait dengan tiga tindakan diskresioner yang

terdiri dari perataan laba (income smoothing), manajemen modal (capital

management) dan mekanisme sinyal (signaling) (Anandarajan et al., 2007; Ismail

dan Lay, 2002; Lobo dan Yang, 2001; Ahmed et al., 1999).

Kebijakan diskresioner untuk perataan laba berkaitan insentif yang

dimiliki bank dari waktu ke waktu. Insentif yang berasal dari manajer bank dapat

digunakan untuk menyesuaikan kinerja bank pada suatu periode tertentu agar

dapat dibandingkan dengan rata-rata kinerja bank lain (Anandarajan et al., 2005).

Selain itu, menurut Bhat (1996), perataan laba digunakan untuk tujuan

meningkatkan persepsi risiko bank kepada regulator, kepentingan kompensasi

manajer, dan kestabilan harga saham bank di pasar modal. Ini berarti bahwa

provisi akan meningkat selama fase ekspansi dan menurun selama fase resesi

ekonomi.

Kebijakan diskresioner lainnya digunakan untuk kepentingan manajemen

modal dimana bank dapat menggunakan provisi untuk mencapai target

persyaratan modal. Peningkatan provisi umum dan khusus yang dilakukan bank,

melalui efeknya terhadap penurunan laba yang ditahan, dapat berdampak pada

penurunan modal Tier 1. Namun demikian, karena provisi umum bank juga

dikelompokan sebagai komponen modal Tier 2, melalui efeknya terhadap aset

tertimbang menurut risiko (risk weighted assets), maka modal Tier 2 akan

meningkat terutama jika kenaikan modal Tier 2 lebih besar dari penurunan modal

Tier 1 (Curcio dan Hasan, 2013; Bouvatier dan Lepetit, 2008)

Kebijakan diskresioner dapat pula digunakan untuk memberikan sinyal

kekuatan keuangan bank kepada pihak lainnya. Melalui kebijakan diskresioner

untuk meningkatkan provisi, manajer bank dapat memberikan sinyal kepada pihak

lain bahwa laba bank cukup kuat untuk menyerap potensi kerugian di masa depan.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 38: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

25

Universitas Indonesia

Pihak eksternal dapat melihat provisi sebagai sinyal dari manajer bank mengenai

potensi laba di masa depan dalam mengatasi risiko kerugian di masa depan

(Curcio dan Hasan, 2013).

Sementara itu, komponen non-diskresioner bank konvensional dikatakan

backward-looking karena berkaitan dengan pembiayaan bermasalah yang

dihadapi bank. Kebijakan non-diskresioner bank terkait dengan konsep risiko

pembiayaan, dimana bank akan membentuk provisi sesuai dengan portofolio aset

yang dimiliki. Selain itu, keputusan tersebut diambil juga berdasarkan pada

pertimbangan kondisi ekonomi makro, toleransi risiko, kekuatan modal bank.

Selama ekonomi dalam kondisi baik, bank pada umumnya mempunyai sedikit

membentuk provis, dan sebaliknya, dalam kondisi ekonomi yang buruk, bank

biasanya membentuk provisi yang tinggi. Karenanya, penelitian Bouvatier dan

Lepetit (2012) membuktikan bahwa kebijakan non-diskresioneri berpengaruh

terhadap pertumbuhan kredit di negara-negara di dunia kecuali di Jepang.

2.2.4. Penghitungan Provisi Kerugian Pembiayaan

Sesuai dengan Basel Agreement (1988), elemen penting dari regulasi

perbankan yang berhati-hati (prudential banking regulation) adalah memaksa

bank-bank untuk mengelola modal minimum sebesar 8% dari modal terhadap

aktiva tertimbang menurut risiko (rasio kecukupan modal) seperti yang

didefinisikan dalam perjanjian tersebut. Modal terdiri dari modal inti (Tier 1) dan

modal pelengkap (Tier 2), yang keduanya dihitung atas dasar non-konsolidasi.

Modal inti terutama terdiri dari ekuitas permanen, yaitu cadangan yang

diungkapkan (cadangan umum dan cadangan tujuan), dan laba bank (laba yang

ditahan, laba tahun lalu dan laba tahun berjalan). Untuk modal pelengkap meliputi

cadangan penghapusan aktiva, cadangan revaluasi, dan pinjaman subordinasi.

Jumlah cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan yang dapat

diperhitungkan adalah maksimum sebesar 1,25% dari jumlah aktiva tertimbang

menurut risiko (Basel Agreement, 1988).

Dengan mengacu pada standar akuntansi (IAS 39 Ayat 63), bank harus

menentukan jumlah kerugian dengan mengukur selisih antara nilai aset yang

tercatat dengan nilai kini estimasi arus kas masa datang, yang didiskontokan pada

suku bunga efektif aset keuangan tersebut. Penting dicatat pula bahwa standar

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 39: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

26

Universitas Indonesia

akuntansi mengharuskan cadangan kerugian aset bank harus memadai untuk

menutupi risiko yang diketahui dan yang melekat dalam portofolio bank. Untuk

itu, dalam menentukan besaran provisi, bank mempunyai berbagai alternatif.

Menurut Walter (1991) setidaknya ada 6 (enam) cara yang dapat digunakan bank,

yaitu (1) analisis kredit (loan analysis), (2) manajemen pajak (tax management),

(3) manajemen laba (income management), (4) pengalaman kerugian (loss

history), (5) dibandingkan dengan lainnya (peer equivalent), (6) konstanta

persentase kredit (constant percentage-of-loans rule). Pendapat lain disampaikan

oleh Wetmore dan Brick (1994) yang menyatakan bahwa provisi dapat ditentukan

oleh berbagai faktor antara lain, kerugian kredit masa lalu, risiko kredit luar

negeri, kualitas protfolio kredit, dan kondisi ekonomi. Hasil penelitian yang lebih

baru disampaikan oleh Gray dan Clarke (2004) bahwa risiko ekonomi, risiko

konsentrasi, dan risiko off-balance sheet berpengaruh terhadap besaran provisi.

Dengan demikian penentuan jumlah provisi kerugian pembiayaan di bank

mempunyai sifat diskresi yang tinggi dan memerlukan pertimbangan yang

kompleks dari manajer bank (Henry dan Holtzman, 2006). Lobo dan Yang (2001)

menjelaskan bahwa penentuan provisi dapat pula mencerminkan gambaran

mengenai perilaku manajer. Manajer yang rasional, misalnya, akan memilih untuk

memaksimalkan nilai provisi untuk menurunkan beban pajak, memenuhi

persyaratan modal minimum, memaksimalkan harga saham dan perataan laba.

Beberapa literatur sebelumnya menyebutkan bahwa standard akuntansi

memberikan kelonggaran besar bagi manajer dalam penyusunan laporan

keuangan, khususnya dalam pelaporan akrual (Fields et al., 2001; Healy dan

Wahlen, 1999; Fudenberg dan Tirole, 1995).

Kelonggaran tersebut memperkuat keberadaan asumsi dasar teori

akuntansi positif bahwa pilihan manajer terhadap metode akuntansi digunakan

pada kepentingan diri dengan memaksimalkan utilitas (Watts dan Zimmerman,

1978). Pilihan manajer dilakukan melalui kebijakan manajemen laba terutama

yang bertujuan untuk mengurangi fluktuasi laba. Dan kebijakan manajer yang

demikian telah membuka ruang untuk studi lebih lanjut mengenai akuntansi

terhadap manajemen laba (McNichols, 2000; Healy dan Wahlen,1999).

Khusus bank Islam, berdasarkan AAOIFI FAS (Financial Accounting

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 40: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

27

Universitas Indonesia

Standar) 11, bank dituntut untuk mempertahankan tingkat provisi yang memadai,

yang aman terhadap eksposur pembiayaan dengan lebih mengenali provisi umum

dan khusus. Praktik provisi yang demikian akan membantu bank untuk membatasi

dampak prosiklikalitas dan menghasilkan rasio provisi kerugian yang wajar (Perez

et al., 2011; Laeven dan Majnoni, 2003).

2.3. Perataan Laba Bank

2.3.1. Teori Perataan Laba

Perataan laba merupakan salah satu bentuk manajemen laba (earnings

management) yang paling sering dilakukan manajer dan merupakan salah satu

bentuk dari kebijakan manipulasi akuntansi (accounting manipulations) (Scott,

2009; Stolowy dan Breton, 2004). Kebijakan manipulasi akuntansi, menurut

Dechow dan Skinner (2000), tidak sama dengan kebijakan penipuan akuntansi

(fraudulent accounting). Praktik penipuan akuntansi dianggap melanggar standar

akuntansi dan peraturan, sedangkan manipulasi akuntansi masih berada di dalam

batas-batas aturan akuntansi. Lebih lanjut, Scott (2009) menjelaskan bahwa selain

perataan laba, bentuk manajemen laba lainnya adalah taking a bath, income

minimization, income maximization, dan timing revenue and expenses

recognition. Dan sampai saat inipun, teori yang mendasari konsep dan praktik

perataan laba masih terus berkembang dan belum sepenuhnya menunjukkan

tanda-tanda konklusif.

Selain itu, menurut Beidleman (1973), perataan laba adalah kebijakan

pengurangan laba secara sengaja agar fluktuasi di sekitar tingkat laba tertentu

dianggap normal bagi suatu perusahaan, sedangkan menurut Koch (1981)

perataan laba dinyatakan sebagai sarana yang digunakan oleh manajemen untuk

mengurangi variabilitas besaran laba yang dilaporkan terhadap target yang

ditetapkan. Dan perataan laba, menurut Fudenberg dan Tirole (1995), adalah

proses memanipulasi laba agar pendapatan yang dilaporkan tidak bervariasi.

Praktik perataan laba pertama kali disebut dalam penelitian Hepworth

(1953), yang kemudian diuraikan lebih luas oleh Gordon (1964). Sejak saat itulah

perataan laba menjadi bahan penelitian yang menarik untuk dilakukan terutama

pada perusahaan di USA. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa pada

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 41: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

28

Universitas Indonesia

umumnya praktik perataan laba untuk mengelola laba operasional telah dilakukan

secara aktif oleh perusahaan (Scott, 2009; Healy, 1985; Beidleman, 1973). Namun

demikian, hanya sedikit penelitian yang menggunakan bank sebagai sampel

(Taktak et al., 2010a).

Dalam industri perbankan, perataan laba terjadi ketika manajer bank

mengalokasikan cadangan yang lebih tinggi pada saat kondisi bank dalam

keadaan baik; untuk digunakan pada saat bank mengalami kondisi yang buruk

(DeFond dan Park, 1997). Perataan laba dapat dianggap baik karena mengurangi

volatilitas laba yang dilaporkan namun tidak mencerminkan kinerja sebenarnya

dari bank (Wetmore dan Brick, 1994). Hal ini perlu diwaspadai oleh pengguna

laporan keuangan mengingat informasi yang disajikan dapat menyesatkan

pengambilan keputusan. Sementara itu, menurut Albrecht dan Richardson (1990)

dan Eckel (1981), perataan laba dibedakan antara natural smoothing dan intended

smoothing. Natural smoothing (perataan alami) merupakan perataan laba yang

dihasilkan secara alami dari transaksi inheren operasional perusahaan, tanpa ada

intervensi dari pihak manapun. Intended smoothing (perataan buatan) merupakan

perilaku perataan laba yang dipicu oleh motivasi tertentu. Perataan buatan

dibedakan melalui instrumen perataan laba buatan dan nyata (artificial or real

smoothing instrument). Perataan buatan merupakan manipulasi akuntansi yang

dilakukan oleh manajemen untuk meratakan laba, sedangkan perataan nyata

merupakan kebijakan manajemen yang dilakukan untuk mengendalikan peristiwa

ekonomi yang membawa dampak pada laba perusahaan di masa datang (Eckel,

1981). Gambaran mengenai aliran perataan laba terlihat seperti dalam Gambar 2.4

berikut ini.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 42: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

29

Universitas Indonesia

Gambar 2.4: Aliran Perataan

Sumber: Diolah berdasarkan studi literatur.

2.3.2. Instrumen Perataan Laba

Instrumen perataan laba, menurut Atik (2009), dibagi menjadi perataan

buatan dan perataan nyata. Contoh instrumen perataan laba sebagai berikut: tiga

pertama adalah contoh instrumen perataan buatan (akuntansi) dan tiga terakhir

adalah instrumen perataan nyata (operasional):

1. perubahan prinsip akuntansi (misalnya, perubahan dari LIFO ke FIFO, dari

metode penyusutan dipercepat ke metode garis lurus, atau dari metode

kontrak ke metode penyelesaian prosentasi),

2. perubahan estimasi akuntansi (misalnya, perubahan estimasi yang berkaitan

dengan kewajiban pensiun, umur manfaat dan nilai sisa aktiva, masa

manfaatnya dengan biaya yang ditangguhkan, kewajiban untuk biaya garansi

dan pajak pendapatan, cadangan kerugian,

3. pergeseran biaya antara beban dan rekening modal,

4. waktu penjualan investasi,

5. waktu pengiriman produk pada akhir periode akuntansi,

6. waktu pengakuan biaya diskresioner, seperti membayar bonus, melakukan

perbaikan, melakukan kampanye iklan, dan melakukan proyek riset

Merujuk pada penelitian Atik (2009) tersebut maka provisi kerugian

pembiayaan di bank Islam merupakan salah satu instrumen kebijakan perataan

laba yang digunakan oleh manajer. Dan mengingat bahwa kegiatan utama bank

Islam adalah pembiayaan, maka provisi merupakan instrumen perataan laba bank

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 43: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

30

Universitas Indonesia

yang utama (Taktak et al., 2010a). Selain itu, alasan lain digunakannya provisi

sebagai alat perataan laba karena dampaknya yang signifikan terhadap laporan

laba bank. Perubahan kecil dalam provisi yang kemungkinan tidak terlihat oleh

investor, dapat menurunkan atau meningkat laba secara signifikan. (Ahmed et al.,

1999).

Bank Islam, dalam operasionalnya, selain menggunakan provisi sebagai

instrument perataan laba, banyak menggunakan cadangan khusus yaitu PER

(profit equalization reserve) dan IRR (investment risk reserves) untuk menutup

risiko pembiayaan terkait dengan produk yang tidak diatur oleh prinsip PLS

(Taktak et al., 2010a). Cadangan pemerataan laba (PER) dan cadangan risiko

investasi (IRR) adalah dua mekanisme yang aktif digunakan oleh bank Islam

untuk mengurangi volatilitas tingkat pengembalian dana investasi kepada deposan

(Archer et al., 2010; Archer dan Karim, 2006; Sundararajan, 2005; Khan dan

Ahmed, 2001). Hal ini memungkinkan bank Islam untuk menghindari risiko

komersial (displaced commercial risk) berupa penarikan dana yang cukup besar

oleh deposan yang dapat berpotensi meningkatkan kegagalan bank.

Dalam situasi demikian, bank Islam mentransfer laba secara proporsional

sebagai cadangan (PER dan IRR) untuk dapat meningkatkan pendapatan deposan.

PER disesuaikan dari laba bruto yang dibagi kepada deposan dan bank, yang

terdiri dari retensi cadangan laba atas aset yang dikaitkan dengan pemegang

rekening investasi dan pemegang saham dalam proporsi pembagian keuntungan

yang sama (Sundararajan, 2007; Archer dan Karim, 2006). Selain itu, IRR

ditujukan khusus untuk menutupi, secara keseluruhan atau sebagian, potensi

kerugian aset (Sundararajan, 2007). Dalam praktiknya, cadangan laba bank Islam

ini aktif digunakan oleh bank-bank Islam untuk kelancaran tingkat aktual

pengembalian yang dibayarkan dari waktu ke waktu kepada rekening investasi.

Perhitungan dan penggunaan PER dan IRR, seperti tertuang dalam Gambar 2.5,

ditentukan oleh bank Islam didasarkan pada kebijakan bank sendiri dan tidak ada

persyaratan pengungkapan khusus mengenai hal ini.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 44: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

31

Universitas Indonesia

Gambar 2.5: Alur Dana pada Bank Islam

Diambil dari Toumi dan Viviani (2013)

2.3.3. Deteksi Perataan Laba

Dalam literatur perataan laba, menurut Atik (2009), sebagian besar

penelitian untuk mendeteksi perataan laba dikelompokkan menjadi empat model.

1. Kelompok studi pertama menerima perubahan akuntansi sebagai instrumen

perataan laba dan meneliti efek dari perubahan akuntansi pada laba bersih

perusahaan.

2. Kelompok studi kedua meneliti klasifikasi perataan laba. Menurut studi ini,

laba biasa (laba sebelum pos luar biasa) adalah indikator yang lebih baik

untuk menggambarkan arus kas masa depan dibandingkan laba bersih, dan

investor dapat mengabaikan pos luar biasa dengan hanya menganalisis laba

biasa. Oleh karena itu, dengan mengubah pos pendapatan dan beban yang

luar biasa dalam laporan laba rugi, manajemen mungkin dapat membedakan

jumlah laba biasa yang dianggap lebih penting bagi investor dan kreditor.

3. Kelompok studi ketiga mendeteksi praktik perataan laba perusahaan dengan

menggunakan model yang ditawarkan oleh Imhoff (1977) dan kemudian

dikembangkan oleh Eckel (1981). Menurut model ini, suatu perusahaan

melakukan perataan laba jika koefisien variasi penjualan (CVS) lebih besar

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 45: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

32

Universitas Indonesia

dari koefisien variasi laba (CVI), secara simbolis CVS> CVI atau | CVI /

CVS | <1.

4. Kelompok studi keempat menggunakan akrual diskresioner untuk mendeteksi

perilaku perataan laba. Model akrual dikembangkan dalam literatur

manajemen laba dan, dalam dekade terakhir, mulai digunakan dalam studi

perataan laba, misalnya oleh Defond dan Park (1997).

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa perusahaan sangat

termotivasi untuk membuat perataan laba karena dalam jangka panjang memiliki

banyak keuntungan bagi perusahaan, bagi manajer perusahaan dan masyarakat

umum. Namun ada juga beberapa pandangan yang berlawanan. Apapun

motivasinya tersebut, perataan laba merupakan kebijakan yang tidak benar untuk

memanipulasi realitas dan menyesatkan pihak eksternal. Ketika kepercayaan

investor terhadap laporan keuangan berkurang, akan menjadi sulit untuk

dikembalikan lagi.

2.3.4. Pengujian Perataan Laba

Berdasarakan pada paparan sebelumnya, praktik perataan laba yang

dilakukan oleh manajer bank umumnya menggunakan transaksi akrual

(Holthausen et al., 1995; Healy, 1985). Akrual merupakan instrumen yang sering

digunakan untuk manipulasi mengingat biaya yang relatif rendah dan sifatnya

yang tidak teramati. Sebagai contoh, manajer dapat mempengaruhi angka

akuntansi yang dilaporkan hanya dengan mengubah beberapa metode akrual,

namun dengan tidak melakukan perubahan dalam pengeluaran biaya penelitian

dan pengembangan. Meskipun akrual menjadi mekanisme yang lebih baik yang

digunakan oleh manajer namun manajer harus menyadari bahwa setiap manipulasi

akrual dalam periode berjalan berkewajiban harus melakukan pembalikkan

(reversible) di masa depan. Untuk itu, manajer harus mempertimbangkan biaya

potensial dan dampaknya pada pelaporan di masa depan. Misalnya, upaya

melebih-lebihkan peningkatan laba pada periode saat ini akan mengakibatkan

penurunan pendapatan pada periode mendatang. Selain itu, memperpanjang masa

manfaat aset untuk mengurangi beban penyusutan yang mengarah kepada

peningkatan laba saat ini akan mengakibatkan penurunan laba pada masa

mendatang. Oleh karena sifatnya yang tidak teramati dari akrual tersebut maka

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 46: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

33

Universitas Indonesia

pengukuran langsung dari manajemen laba hampir mustahil.

Para peneliti telah lama menyatakan bahwa manajer memiliki wewenang

yang lebih besar atas akrual yang ada. Sejumlah penelitian telah menggunakan

berbagai model prediksi akrual untuk tujuan yang berbeda, yaitu (1) total accruals

(LaFond et al., 2007) dan (2) discretionary accruals (Tucker dan Zarowin, 2006).

Namun demikian, tidak ada konfirmasi kuantitatif yang menyatakan bahwa model

tertentu memiliki kemampuan yang lebih baik (Dechow et al., 1995).

Menurut McNichols (2000), ada tiga pendekatan utama yang digunakan

untuk menguji perataan laba:

1. Pendekatan akrual total pada penelitian Healy (1985), DeAngelo (1986) dan

Jones (1991). Ini adalah untuk mengidentifikasi akrual diskresioner

berdasarkan hubungan antara akrual total dan faktor penjelas hipotesis.

2. Pendekatan akrual tertentu, seperti dalam penelitian McNichols dan Wilson

(1988), Moyer (1990), dan Petroni et al. (2000). Ini adalah untuk mempelajari

akrual tunggal daripada total akrual. Para peneliti memiliki bukti bahwa

kebijaksanaan manajemen kemungkinan akan bereaksi dengan akrual tertentu.

3. Pendekatan distribusi pendapatan seperti dalam penelitian Burgstahler dan

Dichev (1997) dan DeGeorge et al. (1999). Fokusnya adalah pada perilaku

laba sekitar patokan tertentu seperti nol atau laba kuartal sebelumnya.

Pendekatan ini digunakan untuk menguji apakah kejadian tersebut berada di

atas dan di bawah benchmark distribusi lancar.

Pentingnya pengujian perataan laba telah seringkali disampaikan dan

semakin diperlukan setelah terjadinya krisis (Perez et al., 2006; Laeven dan

Majnoni, 2003). Aspek penting perataan laba yang dibahas mengenai perannya

dalam mengurangi atau meningkatkan prosiklikal bank karena perataan laba yang

dilakukan melalui provisi kerugian memiliki hubungan langsung dengan

prosiklikal.

2.3.5. Penelitian Sebelumnya tentang Perataan Laba di Bank

Penelitian yang dilakukan oleh Bhat (1996), Greenawalt dan Sinkey

(1988), dan Ma (1988), menunjukkan bahwa bank-bank di USA telah melakukan

perataan laba dengan menggunakan provisi kerugian kredit. Beattie et al. (1994)

juga mendukung bukti adanya pengelolaan laba pada bank-bank USA, sedangkan

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 47: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

34

Universitas Indonesia

sebaliknya, Wetmore dan Brick (1994) tidak menemukan bukti kegiatan perataan

laba bank di AS. Penelitian Ahmed et al. (1999) juga gagal menemukan bukti

adanya perataan laba di bank dengan menggunakan provisi.

Dengan membandingkan bank-bank milik publik dan milik perseorangan

di AS, penelitian Beatty et al. (2002) membuktikan bahwa manajemen laba di

industri perbankan publik lebih baik daripada bank-bank perseorangan, dalam arti

bahwa bank-bank milik publik melaporkan penurunan laba lebih kecil

dibandingkan bank milik perseorangan. Dengan menggunakan data bank di

Australia, Anandarajam et al. (2007) mengeksplorasi penggunaan provisi untuk

untuk pengelolaan modal, manajemen laba dan signaling pada bank umum

Australia. Temuan menunjukkan bahwa bank-bank Australia memanipulasi

provisi untuk pengelolaan modal setelah diimplementasikan oleh Basel Accord

1988. Perez et al. (2006) di sisi lain, meneliti mengenai provisi bank di Spanyol.

Temuan Perez et al. (2006) menunjukkan bahwa, meskipun peraturan yang ketat

diberlakukan terhadap provisi, namun tampak bahwa bank di Spanyol masih

melakukan praktik perataan laba.

Berbeda dari penelitian lain terhadap perataan laba, Fonseca dan Gonzalez

(2008) menggunakan sampel bank di seluruh dunia untuk menguji faktor-faktor

penentu perataan laba melalui manipulasi cadangan kerugian kredit bank. Temuan

menunjukkan bahwa perlindungan investor (investor protection), pengungkapan

(disclosure), peraturan (regulation) dan pengawasan (supervision), struktur

keuangan (financial structure), dan pengembangan keuangan (financial

development) berpengaruh secara signifikan terhadap praktik perataan laba bank

di negara-negara yang dipilih. Studi lain baru-baru ini mengenai manajemen laba

pada industri perbankan menunjukkan bahwa reputasi auditor dapat menghambat

aktivitas manajemen laba pada bank (Kanagaretnam et al., 2010). Pengujian

pengaruh reputasi auditor terhadap manajemen laba bank dengan memanfaatkan

sampel bank internasional dari 29 negara tersebut menggunakan data periode

tahun 1993 hingga 2006.

Berkaitan dengan aspek tata kelola (corporate governance), penelitian

Cornett et al. (2009) telah membuktikan hubungan antara tata kelola dan

manajemen laba bank. Adams dan Mehran (2003) dan Macey dan O'Hara (2003)

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 48: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

35

Universitas Indonesia

menemukan perbedaan yang sistematis antara tata kelola bank dengan industri

lainnya terutama pada struktur tata kelola (governance structure). Singkatnya,

bukti empiris dari mayoritas penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa bank-

bank umumnya menggunakan provisi untuk mengelola laba.

Pada bank Islam, penelitian mengenai praktik perataan laba dengan

menggunakan provisi kerugian pembiayaan sangat jarang ditemukan. Dari sedikit

penelitian yang ada tersebut memberikan hasil yang beragam. Penelitian oleh

Zoubi dan Al-Khazali (2007) yang dilakukan terhadap 65 bank konvensional dan

bank Islam yang beroperasi di negara-negara Teluk (Gulf Cooperation Council)

menemukan bukti adanya praktik perataan laba dengan menggunakan provisi di

periode 2002-2003. Hal yang sama dibuktikan oleh Misman dan Ahmad (2011)

dengan menggunakan bank Islam dan konvensional di Malaysia untuk periode

tahun 1993-2009. Kesimpulan yang sama juga dikemukakan oleh Shahimi et al.

(2006).

Dalam penelitian yang lain (Quttainah et al., 2011), yang menggunakan

sampel bank di 11 negara, menyimpulkan bahwa bank Islam lebih sedikit

melakukan perataan laba dibandingkan dengan bank konvensional. Ismail et al.

(2005) dengan menggunakan data 10 bank konvensional di Malaysia yang juga

melayani produk layaknya bank Islam menyimpulkan bahwa perataan laba tidak

dilakukan dengan menggunakan provisi, namun menggunakan ‘security gains and

losses'. Penelitian lainnya menyebutkan bahwa (Archer et al., 2010; Archer dan

Karim, 2006; Sundararajan, 2005), selain menggunakan provisi, bank Islam juga

menggunakan ‘profit equalization reserve' dan ‘investment risk reserve'.

Penelitian di Indonesia yang secara khusus membahas praktik perataan

laba pada bank syariah belum pernah dilakukan, tetapi umumnya penelitian

terkait dengan masalah pengelolaan laba, seperti yang dilakukan oleh Zahara dan

Siregar (2009) dan Setiawati dan Naim (2001). Penelitian Zahara dan Siregar

(2009) menyimpulkan bahwa bank syariah di Indonesia tidak ditemukan praktik

manajemen laba berdasarkan laporan publikasi bank tahun 2005-2006. Berikut

ini, dalam Tabel 2.1 dan Tabel 2.2, disajikan ringkasan penelitian sebelumnya

tentang manajemen atau perataan laba bank, baik bank konvensional maupun

bank Islam. Penelitian sebelumnya mengenai perataan laba dengan

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 49: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

36

Universitas Indonesia

menggunakan provisi di bank konvensional seperti tersaji dalam Tabel 2.1 tidak

menunjukkan hasil yang konsklusif. Sebagian penelitian membuktikan adanya

perilaku perataan laba di bank konvensional dengan menggunakan provisi

kerugian kredit, namun sebagian lain memperlihatkan bahwa perataan laba tidak

dilakukan dengan menggunakan provisi kerugian kredit. Demikian pula hasil

penelitian sebelumnya dengan menggunakan sampel bank Islam seperti terlihat

dalam Tabel 2.2.

Tabel 2.1: Ringkasan Penelitian Penggunaan Provisi di

Bank Konvensional

Bank Konvensional

Peneliti Hasil Penelitian

Ahmed et al. (1999) Dengan motode regresi OLS dan data 113 bank di USA periode 1986-

1995, penelitian membuktikan bahwa bank di USA menggunakan

provisi untuk manajemen modal namun tidak untuk manajemen laba

Alali dan Jaggi

(2011)

Dengan model regresi OLS untuk data 3.342 bank sebelum diterapkan

dan 19.353 bank sesudah SFAS 114 untuk tahun 1986-1995,

penelitian membuktikan bahwa bank besar cenderung menggunakan

provisi untuk perataan laba dibandingkan bank kecil

Anandarajan et al.

(2003)

Dengan metode regresi OLS, dan 970 observasi terhadap bank di

Spanyol periode tahun 1986 - 1995, penelitian membuktikan

penggunaan provisi untuk tujuan manajemen laba dan manajemen

modal

Anandarajan et al.

(2007)

Dengan estimator regresi OLS dan sampel 50 bank di Australia

periode 1991-2001, penelitian membuktikan penggunaan provisi

untuk manajemen modal dan laba, namun tidak berlaku untuk

mekanisme sinyal

Beatty et al. (2002) Dengan model regresi OLS dan data sampel 48 bank di USA periode

1987-1990, penelitian membuktikan bahwa bank di USA tidak

menggunakan provisi untuk manajemen laba

Bhat (1996) Dengan model regresi logit dan sampel 148 bank di USA periode

1981-1991, penelitian membuktikan tidak digunakannya provisi

untuk manajemen laba

Bikker dan

Metzemakers

(2005)

Dengan model regresi OLS dan data 8.000 observasi dari 29 negara

OECD periode 1991-2001, penelitian membuktikan bahwa terdapat

hubungan antara provisi dan perataan laba serta pertumbuhan kredit

Chang et al. (2008) Dengan memisahkan diskresioner dan non-diskresioner, sampel bank

di Taiwan periode 1999-2004 diolah dengan regresi OLS, penelitian

membuktikan penggunaan provisi untuk manajemen laba

Cheng (2012) Dengan estimator regresi OLS dan 10.670 data observasi bank di

USA periode 2001- 2007, penelitian membuktikan provisi

diskresioner sebagai alat perataan laba utama, sedangkan sekuritas

sebagai instrumen kedua

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 50: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

37

Universitas Indonesia

Tabel 2.1: (sambungan)

Bank Konvensional

Peneliti Hasil Penelitian

DeBoskey dan Jiang

(2012)

Dengan regresi OLS dan sampel 1.783 data observasi terhadap

bank di USA periode 2002-2006, penelitian membuktikan provisi

digunakan sebagai alat perataan laba setelah periode SOX,

sedangkan auditor spesialis berpotensi besar mengurangi

manajemen laba Eng dan Nabar (2007) Dengan estimator regresi OLS dan sampel data bank di Hong

Kong, Malaysia, dan Singapura periode 1993-2000, penelitian

membuktikan bahwa provisi digunakan sebagai sinyal prospek arus

kas masa depan

Fernandez de Lis et al.

(2001)

Dengan estimator GMM (generalised method of moments) dan

sampel bank di Spanyol periode 1985-1997, penelitian

membuktikan bahwa provisi berkaitan dengan assets problems.

Fonseca dan Gonzalez

(2008)

Dengan estimator GMM dan model dinamis dan data 4.546

observasi dari 41 negara, penelitian membuktikan bahwa perataan

laba dengan provisi dipengaruhi oleh berbagai faktor

Greenwalt and Sinkey

(1988)

Dengan data 106 bank di USA periode 1976-1984, penelitian

membuktikan bahwa bank di USA menggunakan provisi untuk

perataan laba

Hasan dan Wall (2004) Dengan metode regresi OLS, 2.620 dan data bank di USA dan non

USA periode 1993-2000, penelitian membuktikan bahwa loan loss

allowance sensitive terhadap laba sebelum provisi

Ismail dan Lay (2002) Dengan metode OLS dan sampel 34 bank di Malaysia periode

1997-1999, penelitian membuktikan bahwa bank di Malaysia

menggunakan provisi untuk manajemen laba

Ismail et al. (2005) Dengan metode GLS dan data sampel 21 bank di Malaysia periode

1996-2002, penelitian membuktikan bahwa bank di Malaysia tidak

menggunakan provisi untuk perataan laba

Kanagaretnam et al.

(2010)

Dengan metode regresi zero-order dan 22.640 data observasi di

USA periode 1992-2001, penelitian membuktikan bahwa bank di

USA menggunakan provisi untuk manajemen laba dan manajemen

modal

Kanagaretnam et al.

(2003)

Dengan metode OLS dan 491 bank, 4.166 obervasi bank di

Amerika periode 1987-2000, penelitian membuktikan provisi-

diskresioner berpengaruh terhadap laba tetapi tidak untuk

manajemen modal

Kanagaretnam et al.

(2004)

Dengan sampel 1.104 bank Amerika (1980-1997), penelitian

membuktikan bahwa provisi digunakan untuk perataan laba, dan

kurang konsisten untuk tujuan signaling

Kwak et al. (2009) Dengan sampel 31 bank di Jepang periode 1996-1999, penelitian

membuktikan bahwa bank menggunakan provisi-diskresioner

untuk manajemen laba dan manajemen modal

Laeven dan Majnoni

(2003)

Dengan estimator GMM dari Arellano dan Bond dan sampel 1.419

bank atau 8.176 data observasi di 45 negara, penelitian

membuktikan penggunaan provisi untuk perataan laba dan

manajemen modal

Lobo dan Yang (2001) Dengan sampel bank di USA periode 1981-1996, penelitian

membuktikan penggunaan provisi-diskresioner untuk perataan

laba, manajemen modal dan mekanisme sinyal

Ma (1988) Dengan metode regresi OLS dan data 900 observasi bank di USA

periode 1980-1984, penelitian membuktikan bahwa bank di USA

menggunakan provisi untuk manajemen laba

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 51: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

38

Universitas Indonesia

Tabel 2.1: (sambungan)

Bank Konvensional

Peneliti Hasil Penelitian

Misman dan Ahmad

(2011)

Dengan pool regression dan GLS dan 352 data obeservasi bank di

Malaysia periode 1993-2009, diisimpulkan bank Islam dan bank

konvesional di Malaysia menggunakan provisi untuk manajemen

laba dan manajemen modal

Perez et al. (2011) Dengan GMM data panel dari 1.374 data observasi, 138 bank

selama 17 tahun periode 1988-2004, penelitian membuktikan

adanya perataan laba yang menggunakan provisi kerugian kredit,

yang selanjutnya dapat dinetralisir oleh provisi dinamis

Wetmore dan Brick

(1994)

Dengan metode regresi OLS dan data sampel 82 bank di USA

periode 1986-1990, penelitian membuktikan bahwa bank di USA

tidak menggunakan provisi untuk manajemen laba

Tabel 2.2: Ringkasan Penelitian Penggunaan Provisi di

Bank Islam

Bank Islam

Peneliti Hasil Penelitian

Ismail et al. (2005) Dengan data 10 bank konvensional di Malaysia yang juga

melayani produk layaknya bank Islam disimpulkan bahwa

perataan laba tidak dilakukan dengan menggunakan provisi

Misman dan Ahmad

(2011)

Dengan metode regresi pooled dan GLS, dan 352 data obeservasi

bank di Malaysia periode 1993-2009, dibuktikan bank Islam dan

bank konvesional di Malaysia menggunakan provisi untuk

manajemen laba dan manajemen modal

Quttainah et al. (2011) Dengan metode regresi logit dan sampel bank di 11 negara,

dibuktikan bahwa bank Islam lebih sedikit melakukan perataan

laba dibandingkan dengan bank konvensional.

Shahimi et al. (2006) Dengan metode regresi OLS dan sampel bank Islam periode 1994-

2004, dibuktikan adanya kebijakan perataan laba di bank Islam

Malaysia dengan menggunakan provisi

Taktak et al. (2010a) Data sampel 66 bank Islam di 19 negara periode 2001-2006,

dibuktikan bahwa perataan laba di bank Islam tidak menggunakan

provisi

Zoubi dan Al-Khazali

(2007)

Dengan metode regresi one-stage dan sampel 65 bank

konvensional dan bank Islam yang beroperasi di negara-negara

Teluk (Gulf Cooperation Council) periode 2002-2003, ditemukan

bukti adanya praktik perataan laba di bank Islam dengan

menggunakan provisi

2.4. Perataan Laba, Manajemen Modal dan Mekanisme Sinyal

2.4.1. Perataan Laba

Penelitian mengenai perataan laba bank dengan menggunakan provisi,

seperti dijelaskan sebelumnya, berkaitan dengan pula dengan kebijakan manajer

dalam manajemen laba dan mekanisme sinyal (Anandarajan et al., 2007; Ismail

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 52: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

39

Universitas Indonesia

dan Lay, 2002; Lobo dan Yang, 2001; Ahmed et al., 1999). Berdasarkan literatur

sebelumnya menunjukkan bahwa penelitian yang berkaitan dengan ketiga

kebijakan manajer tersebut menunjukkan hasil yang beragam. Penelitian yang

dilakukan Ahmed, et al. (1999) misalnya, menyelidiki kebijakan manipulasi

provisi untuk tujuan perataan laba, manajemen modal dan sebagai alat sinyal.

Hasil penelitian membuktikan bahwa meskipun tidak ditemukan bukti jelas

perilaku perataan laba atau sinyal namun manipulasi provisi secara signifikan

digunakan untuk manajemen modal.

Setelah penelitian Ahmed et al. (1999), dengan menggunakan data bank

Australia, Anandarajan et al. (2007) mengeksplorasi penggunaan provisi untuk

perataan laba, manajemen modal, dan mekanisme sinyal di bank-bank komersial

Australia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bank-bank Australia

memanipulasi provisi untuk keperluan manajemen modal. Berkaitan dengan

perataan laba, penelitian juga membuktikan bahwa bank-bank yang terdaftar

dalam pasar modal lebih terlibat dibandingkan dengan bank yang tidak masuk

dalam bursa saham. Di sisi yang lain, Perez et al. (2011) menyimpulkan bahwa

provisi statistik (statistical provisions on loan loss provisions) yang diterapkan

pada bank di Spanyol mengakibatkan perilaku perataan laba bank cenderung

berkurang. Hal yang sama disampaikan oleh Burroni et al. (2009) bahwa dengan

menerapkan provisi dinamis, kemungkinan bank melakukan kebijakan

manajemen laba tidak ada lagi. Namun demikian, penelitian dengan menggunakan

bank Islam sebagai sampel menunjukkan hasil yang belum konklusif.

2.4.2. Manajemen Modal

Modal bank bank, menurut Basel Committee (2006), terdiri dari 2 (dua)

lapis. Lapis 1 (Tier 1) terdiri dari nilai buku ekuitas, qualifying noncummulative

perpetual prefered stock dan hak minoritas dari perusahaan anak dikurangi

goodwill dan aset tak berwujud. Lapis 2 (Tier 2) meliputi kapital yang berkualitas

lebih rendah misalkan cadangan revaluasi, undisclosed reserve, perpetual

preferred stock, hybrid capital instruments, perpetual debt, mandatory convertible

debt securities, term subordinated debt, intermediate preferred stock dan

provisions.

Modal bank merupakan salah satu pos yang menjadi perhatian penting

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 53: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

40

Universitas Indonesia

bagi regulator maupun investor, sehingga manajer bank melakukan tindakan-

tindakan yang diperlukan untuk memperbaiki modal. Manajemen modal yang

dilakukan bank pada dasarnya ditujukan untuk mengurangi biaya yang harus

dikeluarkan dalam rangka memenuhi ketentuan kecukupan modal (Moyer, 1990).

Untuk itu, manajer bank akan menyesuaikan ukuran akuntansi, terutama

komponen diskresioner pada provisi kerugian kredit. Moyer (1990) selanjutnya

menemukan bukti bahwa manajer bank melakukan kebijakan untuk menghindari

ketentuan modal minimum dengan pengaturan periode pelaporan provisi kerugian

kredit bank. Kebijakan manajemen bank yang demikian ini konsisten dengan hasil

penelitian bahwa rasio penyesuaian akuntansi meningkat ketika rasio kecukupan

modal utama bank menurun.

Hal yang sama disampaikan oleh Beatty et al. (1995) bahwa ketika kondisi

keuangan bank memburuk, bank cenderung tidak berusaha untuk menambah

modal tetapi lebih memprioritaskan menggunakan rekayasa akuntansi sehingga

rasio bank menjadi lebih baik. Karena bank harus memelihara provisi sebagai

bagian dari modal maka terdapat kebijakan yang dibuat manajer bahwa terhadap

kerugian yang tidak diperkirakan (unexpected losses) harus ditutupi dengan modal

bank, sedangkan terhadap kerugian aktiva produktif yang diperkirakan harus

ditutup dengan dengan laba yang akan datang (future margin income).

2.4.3. Mekanisme Sinyal

Mekanisme sinyal dilakukan manajer bank untuk mengkomunikasikan

informasi tentang kondisi dan prospek bank dimasa depan kepada pihak eksternal

(Stolowy dan Breton, 2004). Tujuan yang diharapkan dari manajer bank adalah

pihak eksternal tertarik untuk melakukan bisnis dengan bank. Salah satu yang

digunakan untuk menginformasikan prospek bank adalah melalui besaran laba

periode berikutnya (Ahmed et al., 1999), dan kenaikan provisi kerugian kredit

diartikan pihak eksternal sebagai sinyal kekuatan bank Beaver et al. (1989).

Hubungan antara provisi kerugian dan besaran laba tahun berikutnya

memberikan indikasi mekanisme sinyal yang disampaikan manajer bank. Bank

yang membentuk provisi kerugian kredit dalam jumlah yang rendah akan

memberikan informasi bahwa aset yang dimiliki bank mempunyai kualitas yang

baik dan mempunyai risiko kredit tidak tertagih yang rendah (Anandarajan et al.,

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 54: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

41

Universitas Indonesia

2007,2005). Demikian pula dengan kondisi sebaliknya.

Wahlen (1994) menemukan hubungan yang positif antara provisi kerugian

kredit dengan perubahan laba berikutnya sebelum provisi, sedangkan Ahmed et

al. (1999) tidak menemukan butki hubungan positif antar provisi kerugian kredit

dan perubahan laba tahun berikutnya seperti yang disampaikan Wahlen (1994).

2.5. Teori Motivasi terkait Perataan Laba pada Bank Islam

Berbagai motivasi mendasari manajer melakukan praktik perataan laba,

antara lain: motivasi untuk mendapatkan bonus (Healy, 1985), mempertahankan

posisi jabatan (Arya et al., 1998), keuntungan pajak (Hepworth, 1953), menarik

investor melalui sekuritas (Beidleman, 1973), mengurangi persepsi risiko

bangkrut (Fudenberg dan Tirole, 1995) dan tekanan auditor (Adzis et al., 2011).

Selain motivasi ekonomi tersebut, motivasi non-ekonomi seperti faktor religius

manajer, juga telah menjadi perhatian peneliti (Rahman, 2002).

Salah satu teori yang digunakan dalam menjelaskan motivasi manajer

bank melakukan perataan laba adalah teori agensi. Berdasarkan teori ini,

karakteristik manusia akan cenderung mengutamakan kepentingan sendiri

(manajer sebagai agent) dan tidak selalu bertindak demi kepentingan terbaik

orang lain (pemilik atau principal). Hubungan ini mengakibatkan manajer

cenderung melakukan perataaan laba untuk kepentingan dirinya. Namun

demikian, hasil penelitian yang konsisten untuk merumuskan motivasi manajer

bank melakukan perataan laba nampaknya tidak tercapai. Motivasi manajer bank

nampaknya tidak cukup jelas.

Demikian pula dengan motivasi manajer bank Islam untuk melakukan

praktik perataan laba. Menurut beberapa penelitian terdahulu Sundararajan

(2005), Shahimi et al. (2006), Zoubi dan Al-Ghazali (2007) dan Anouar (2011)

dalam Hamdi dan Zarai (2012), insentif bagi manajer bank Islam untuk

melakukan praktik perataan laba menggunakan provisi kerugian pembiayaan tidak

begitu jelas dibandingkan dengan bank konvensional. Penelitian Hamdi dan Zarai

( 2012) menjelaskan motivasi manajer bank Islam dengan menggunakan prospect

theory (teori prospek), seperti yang dilakukan Shen dan Chih (2005) dan

Burgstahler dan Dichev (1997). Teori prospek dapat menjelaskan adanya trade-off

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 55: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

42

Universitas Indonesia

antara risk (risiko) dan return (hasil), yaitu laba bank-bank Islam di atas ambang

batas dikatakan sebagai risk averters (penghindar risiko) sementara laba bank di

bawah ambang batas digolongkan sebagai risk seekers (pencari risiko).

Lebih lanjut, teori prospek menjelaskan bahwa motivasi manajer bank-

bank Islam dalam perataan laba dilakukan untuk menghindari kerugian dan atau

penurunan laba bank. Perataan laba bank tidak dilakukan apabila laba bank masih

berada dalam ambang batas yang ditetapkan. Selain itu, praktik perataan laba

yang dilakukan oleh manajer bank Islam tidak terlepas dari risiko operasional

yang ditanggung bank untuk memberikan imbalan yang kompetitif kepada

pemilik rekening (Archer dan Karim, 2006; Khan dan Ahmed, 2001). Risiko bank

Islam yang beroperasi atas dasar prinsip PLS tersebut seolah memberikan tekanan

yang lebih besar kepada manajer untuk melakukan kebijakan perataan laba.

Risiko yang demikian dikenal dengan displaced commercial risk.

2.5.1. Teori Agensi di Bank Islam

Konsep teori agensi (agency theory) telah ada sejak empat dekade lalu.

Jensen dan Meckling (1976) mendefisniskan hubungan keagenan sebagai kontrak

dimana satu atau lebih berlaku sebagai pemilik (principal) yang memiliki modal

dan pihak lain sebagai manajer (agent) yang dipekerjakan untuk memberikan

keuntungan ekonomi. Dalam hubungan ini, pemilik mendelegasikan kekuasaan

kepada manajer untuk pengambilan keputusan demi kepentingan pemilik.

Menurut Zech (2007), teori agensi telah diimplementasikan dalam

berbagai tipe dan struktur organisasi. Penelitian telah dilakukan untuk organisasi

penjualan retail, militer, golf profesional, universitas, industri minyak, gereja, dan

perbankan. Selain itu, diskusi mengenai teori agensi juga telah melibatkan

berbagai disiplin ilmu (Eisenhardt, 1989), antara lain finansial, pemasaran, politik,

perilaku organisasi dan sosiologi. Luasnya masalah yang didiskusikan dalam teori

agensi mengakibatkan timbulnya berbagai kesimpulan.

Dalam perspektif teori agensi dan dalam organisasi modern, pemisahan

kepemilikan dan kontrol antara pemilik dan manajer sangat diperlukan Pemisahan

kepemilikan ini dikembangkan kemudian oleh Fama (1980) dengan menjelaskan

pemisahan fungsi penanggungan risiko (risk bearing) dan fungsi kontrol untuk

mengatasi masalah insentif bagi manajer. Fama dan Jensen (1983)

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 56: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

43

Universitas Indonesia

memperlihatkan adanya pemisahan fungsi antara pengambilan keputusan

(decision making) dengan penanggungan risiko yang dapat menyebabkan

timbulnya konflik keagenan. Apabila diringkas sesuai dengan literatur (Werner

dan Tosi, 1995), terdapat tiga dasar permasalahan keagenan yaitu (1) Pemilik dan

manajer bersikap rasional dan cenderung mementingkan kepentingan sendiri, (2)

Manajer memiliki informasi yang lebih banyak sehingga menimbulkan

ketimpangan informasi (asymmetric information), (3) Manajer diasumsikan

menolak kerja dan risiko.

Konflik keagenan terjadi ketika masing-masing pihak, pemilik dan

manajer, mempunyai kepentingan yang berbeda dan berusaha untuk memenuhi

atau melindungi kepentingannya sendiri. Dalam hal ini, teori agensi

mengimplikasikan adanya ketimpangan informasi antara manajer dan pemilik.

Ketimpangan informasi dapat terjadi ketika manajer lebih mengetahui informasi

internal dan prospek perusahaan di masa datang dibandingkan dengan pemilik.

Kondisi ketimpangan informasi ini memberikan insentif bagi manajer untuk

memenuhi kepentingan sendiri. Namun demikian, di lain pihak, menurut

DeAngelo (1986), konflik antara pemilik dan manajer dapat ditekan dengan

memberikan peran pada penggunaan angka-angka akuntansi.

Dalam literatur khusus bank Islam sangat sulit ditemukan keterlibatan

teori agensi, dan hanya sedikit yang mengulas teori agensi dalam konsep Islam

secara luas. Dari yang sedikit itu, literatur yang disajikan Jam et al. (2010) dan

Safieddine (2009) sangat bermanfaat untuk mengetahui teori agensi dalam

perspektif Islam. Teori agensi sebenarnya telah menjadi pembahasan yang

komprehensif sejak 1400 tahun lalu. Konsep spiritualitas Islam menjadi dasar

dalam membentuk perilaku individu sesuai dengan kebutuhan etika dan terikat

secara spiritual oleh Islam. Dengan demikian maka masalah agensi dalam Islam

hanya dapat diselesaikan dengan pendekatan spiritual Islam .

Pemikiran Islam sudah memberikan solusi masalah agensi ini ratusan

tahun yang lalu. Islam telah memperkenalkan sistem yang lengkap melalui dengan

sistem penghargaan ganda (doubel reward system) yang memaksa kedua pihak

untuk, manajer (agen) dan pemilik (principal), setia terikat satu sama lain (Jam et

al., 2010). Keterikatan tersebut untuk memenuhi komitmen dan kewajiban berupa

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 57: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

44

Universitas Indonesia

imbalan ekonomi (economic reward) dan imbalan spiritual (spiritual reward),

sebagaima tertulis dalam Qur'an (2:201) bahwa seorang muslim dituntut mencari

dua jenis penghargaan dari kebajikannya: Material dan Spiritual. Penghargaan

ganda ini adalah menjadi kekuatan yang mengikat pengikut Islam untuk

menyelesaikan semua masalah agensi yang timbul. Dan ini menjadi pembeda

antara kerangka agensi Islam dan kerangka agensi lain saat ini (Safieddine, 2009).

Dalam konsep Islam, individu mendapatkan motivasi untuk tidak hanya sekedar

memenuhi tugasnya tetapi wajib juga untuk memperhatikan kepentingan pihak

lain. Pemberi kerja dan karyawan terikat untuk melampaui tugas yang menjadi

tanggung jawabnya, dan Islam memberikan status kebajikan besar tersebut

dengan sebutan "jihad" untuk agen dan "ehsan" untuk prinsipal (Jam et al., 2010).

Konsep Islam yang lain "ibadah" yaitu pentingnya memenuhi komitmen

kepada Sang Pencipta. Sebagaimana dalam Qur'an (5:2) bahwa membantu satu

sama lain dalam kebenaran dan kesalehan, sehingga dalam sistem Islam keduanya

terikat secara spiritual untuk bekerja demi kesejahteraan satu sama lain. Dengan

begitu kedua pihak akan berusaha untuk melakukan yang terbaik demi

kepentingan pihak lain, sebagaimana konsep "saudara". Untuk prinsipal, agen

diperlakukan layaknya seperti "saudara", sementara pada saat yang sama agen

secara spiritual terikat untuk setia dengan prinsipal.

Dari sini terlihat bahwa di lingkungan yang ketika pemilik terikat secara

spiritual maka pemilik berperilaku seperti saudara dengan karyawan dan

persaudaraan ini pasti akan mencegah semua jenis diskriminasi dalam pekerjaan.

Kerangka Islam mengarahkan individu untuk mencari nafkah dengan jujur, dan

dengan kerja keras. Islam memberikan kehormatan untuk kegiatan ini

sebagaimana Nabi Muhammad (SAW) menyarankan umatnya untuk berbuat

terbaik untuk diri sendiri dan keluarga Anda dengan jujur, karena upaya tersebut

memiliki, di mata Allah, peringkat sama dengan jihad.

Disebutkan dalam ayat-ayat dari Al Quran dan Hadis bahwa semua

masalah keagenan telah diselesaikan 1400 tahun yang lalu. Dan ajaran Islam

sangat jelas tentang hubungan prinsipal dan agen yang didasarkan pada

kepercayaan, kejujuran, kesetiaan, dan persaudaraan, yang menyebabkan individu

maupun kelompok dan organisasi dapat berkinerja untuk seluruh masyarakat.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 58: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

45

Universitas Indonesia

2.5.2. Displaced Commercial Risk Sistem Perbankan Ganda

Bank Islam dengan segala keistimewaannya seharusnya lebih kecil

insentifnya untuk melakukan perataan laba. Namun demikian, struktur dana

operasional bank Islam menunjukkan bahwa kemungkinan motivasi yang tinggi

untuk perataan laba dapat saja terjadi untuk kasus tertentu (Farook et al., 2012).

Sementara itu, bank Islam yang beroperasi atas dasar prinsip PLS dengan

deposan, tetap berusaha untuk memberikan distribusi laba yang meniru suku

bunga acuan, untuk menghindari kekecewaan deposan dan menyebabkan pelarian

dana bank. Artinya, apabila pengembalian atas aset menyimpang dari tingkat

patokan, beberapa bank Islam mungkin mengorbankan porsi laba sendiri untuk

mempertahankan tingkat kompetitif bagi deposan. Dampak dari perataan

distribusi laba ini disebut displaced commercial risk (DCR).

DCR merupakan istilah baru dalam literatur risiko perbankan dan hanya

terjadi di lingkungan sistem perbankan ganda (dual banking system) dan terutama

timbul dari risiko yang dihadapi oleh bank-bank Islam di sisi kewajiban, sebagai

akibat dari mobilisasi deposito mudharabah. Islamic Financial Services Board

(IFSB, 2005) mendefinisikan DCR sebagai risiko yang timbul dari aset yang

dikelola atas nama pemegang rekening investasi (IAH) yang secara efektif

ditempatkan pada lembaga keuangan Islam dalam bentuk sebagian atau seluruh

saham mudharib. Dengan kata lain, DCR mengacu pada risiko kerugian yang

dihadapi bank Islam untuk memastikan bahwa IAH dibayar pada tingkat yang

setara dengan tingkat pengembalian yang dibayarkan oleh bank konvensional.

Sementara itu, AAOIFI (1999) mengidentifikasi risiko tertentu ini sebagai

risiko akibat volatilitas pengembalian, tingkat risiko pengembalian, yang

dihasilkan dari aset dibiayai oleh rekening investasi. Risiko ini muncul ketika

tingkat pengembalian aktual lebih rendah dari keuntungan yang diharapkan oleh

IAH yang mengikuti ekspektasi pasar. Misalnya, bank-bank Islam

menginvestasikan dananya dalam aset murabahah atau ijarah yang menghasilkan

tingkat pengembalian yang lebih rendah dibandingkan dengan ekspektasi IAH

(Haron dan Hin-Hock, 2007).

Akibatnya, di bawah tekanan komersial, sebagian besar bank-bank Islam

memeratakan tingkat pengembalian dengan mengorbankan keuntungan yang

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 59: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

46

Universitas Indonesia

biasanya dikaitkan dengan pemegang saham, dengan menawarkan remunerasi

yang kompetitif dan membujuk deposan untuk tetap menempatkan dananya di

bank (Archer dan Karim, 2006; Khan dan Ahmed, 2001). Kegagalan bank untuk

memberikan pengembalian yang sesuai dengan harapan IAH, dapat

mengakibatkan penarikan dana oleh deposan untuk ditempatkan pada lembaga

lain yang memberikan hasil yang lebih tinggi. Sebuah bank Islam yang terkena

penarikan besar-besaran karena tingkat pengembalian yang lebih rendah, dapat

membahayakan posisi keuangan bank (Khan dan Ahmed, 2001). Untuk menutupi

kerugian yang mungkin timbul dan demi kelancaran tingkat pengembalian yang

dibayarkan kepada IAH, dalam praktiknya bank Islam mengembangkan beberapa

teknik.

Metode pertama dilakukan melalui investasi dalam aset dengan

pengembalian tertentu dan risiko yang lebih rendah terhadap rekening

"unremunerated". Praktik ini menghasilkan keuntungan tambahan bagi pemegang

saham dan memberikan cadangan bagi bank-bank Islam untuk memfasilitasi

kebijakan perataan pengembalian (Archer dan Karim, 2006). Metode kedua yang

dilakukan bank Islam adalah dengan menggunakan kombinasi cadangan yang

ditahan (reserves retained) dari laba yang dikaitkan dengan IAH dan pemegang

saham (Sundararajan, 2007, 2005; Archer dan Karim, 2006). Dalam metode ini,

bank Islam dapat menyertakan klausul dalam kontrak dengan IAH untuk

memberikan hak kepada bank untuk mempertahankan proporsi tertentu dari

keuntungan bank. Umumnya, jumlah cadangan berkorelasi positif dengan tingkat

pengembalian aset (Sundararajan, 2007). Dan praktik tersebut telah umum

dilakukan oleh mayoritas bank syariah (Sundarajan, 2007; Archer dan Karim,

2006).

Atau secara umum, seperti telah dijelaskan sebelumnya, literatur

menyebutkan bahwa bank Islam memiliki dua standar praktik untuk

mempertahankan cadangan sebagai upaya mengurangi DCR: yaitu cadangan

pemerataan laba (PER) dan cadangan risiko investasi (IRR). PER diperlukan

untuk kelancaran tingkat pengembalian yang rendah dan mengurangi volatilitas

pengembalian IAH, sedangkan IRR dibutuhkan untuk menutupi potensi kerugian

atas aset yang diinvestasikan dengan dana IAH (Archer dan Karim, 2006;

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 60: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

47

Universitas Indonesia

Sundararajan, 2005). Dalam kontrak pada umumnya, IAH setuju di awal bahwa

secara proporsi tertentu atas pendapatan yang diterima akan dialokasikan pada

kedua cadangan, yang besarnya proporsi ditentukan oleh manajemen bankmasing-

masing (Archer dan Karim, 2006).

2.6. Prosiklikalitas pada Bank Islam

2.6.1. Efek Prosiklikal dan Pertumbuhan Pembiayaan

Seperti telah dinyatakan sebelumnya bahwa bank Islam, sebagai penyedia

pembiayaan, dapat memainkan peran penting dalam siklus perekonomian negara.

Isu prosiklikal menjadi sangat penting bagi regulator terutama terkait dengan

pertumbuhan ekonomi melalui pertumbuhan pembiayaan bank. Namun demikian

isu penting tersebut sangat sulit ditemukan dalam hasil penelitian terdahulu,

termasuk penelitian yang menggunakan bank konvensional sebagai sampel.

Dikatakan bersifat prosiklikal apabila provisi bank cenderung bergerak mengikuti

siklus perekonomian, dimana modal dan provisi cenderung relatif rendah pada

saat ekonomi stabil dan cenderung tinggi pada saat kondisi ekonomi yang buruk

(Bouvatier dan Lepetit, 2012; Bikker dan Metzemakers, 2005). Pengetatan provisi

pada kondisi ekonomi buruk dan pada saat bank dalam posisi kesulitan dana, akan

mengurangi kegiatan pemberian kredit baru, sehingga dapat memperburuk krisis

kredit (credit crunch) (Adzis, 2012; Bernanke dan Lown, 1991) dan memperberat

tekanan lebih lanjut pada laba dan modal bank.

Hubungan prosiklikalitas dan pertumbuhan kredit telah dinyatakan dalam

penelitian sebelumnya. Penelitian Laeven dan Majnoni (2003) menunjukkan

bahwa prosiklikalitas provisi dapat ditunjukkan sebagai dampak negatif dari

pertumbuhan kredit, pertumbuhan ekonomi atau laba. Dalam studi lintas negara,

Laeven dan Majnoni (2003) dan Cavallo dan Majnoni (2001) menemukan

hubungan negatif antara pertumbuhan ekonomi dan provisi. Demikian pula,

Bikker dan Metzemakers (2005) juga menemukan bukti yang sama untuk negara-

negara OECD. Hasil penelitian yang sama juga dihasilkan dengan menggunakan

sampel satu negara. Arpa et al. (2001) menunjukkan prosiklikal provisi bank atas

pertumbuhan ekonomi di Austria, sedangkan Pain (2003) dan Fernandez de Lis et

al. (2001) mendokumentasikan hasil yang serupa untuk Spanyol dan bank Inggris.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 61: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

48

Universitas Indonesia

Demikian pula Angklomkliew et al. (2009) dan Craig et al. (2004) melaporkan

hasil yang serupa untuk bank-bank di Asia.

Akibat dari sifat prosiklikal tersebut, fungsi intermediasi bank dalam

penyaluran pembiayaan menjadi sangat terhambat pada saat krisis. Sebaliknya

pembiayaan dapat tumbuh secara berlebihan pada saat perekonomian tumbuh

tinggi. Terkait dengan hal tersebut, dilakukan penyempurnaan pengaturan

permodalan, memitigasi efek prosiklikal, serta memperkuat standar pengaturan

likuiditas secara global. Sejak terjadinya krisis keuangan tahun 2007, industri

perbankan komersial secara international mulai memikirkan kembali mengenai

provisi permodalan bank yang sehat agar krisis yang sama tidak terulang lagi di

masa yang akan datang. Krisis global telah memberikan pelajaran bahwa rejim

pengaturan permodalan bank konvensional masih memiliki beberapa kelemahan

utama, salah satunya adalah sifat prosiklikal (prosiklikalitas) dimana permodalan

bank cenderung untuk mengikuti siklus perekonomian. Modal dan provisi

cenderung untuk relatif rendah pada saat ekonomi stabil. Sebaliknya, keduanya

meningkat pada saat kondisi perekonomian memburuk (BI, 2011).

Dalam rangka mengatasi perilaku prosiklikal provisi, diakui bahwa sistem

provisi yang sehat menjadi penting dalam manajemen risiko bank dan karenanya,

perlu diperhitungkan dalam setiap peraturan tentang persyaratan modal bank

(Cavallo dan Majnoni, 2001; Banque de France, 2001). Sistem provisi yang sehat

dapat menghindari salah evaluasi terhadap risiko yang dihadapi bank dalam siklus

penurunan ekonomi (Berger dan Udell, 2003; Rajan, 1994). Jiménez dan Saurina

(2005), Mann dan Michael (2002), dan Borio et al. (2001) mendukung Fernandez

de Lis et al. (2001) bahwa prosiklikalitas provisi bank dapat diselesaikan, asalkan

bank bisa meningkatkan evaluasi risiko dan manajemen laba.

2.6.2. Solusi Efek Prosiklikal Melalui Provisi Dinamis

Salah satu perbedaan mendasar antara bank konvensional dan bank Islam

adalah pada sistem provisi (Rajhi dan Hassairi, 2012). Salah satu upaya konkrit

kebijakan bank Islam terkait masalah prosiklikal adalah direkomendasikannya

bank Islam menggunakan provisi dinamis, dimana provisi dibentuk tidak saja

terkait kinerja pembiayaan sebelumnya tetapi juga dengan mengantisipasi kinerja

masa datang (expected losses rather than and realised losses) (Quttainah et al.,

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 62: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

49

Universitas Indonesia

2011; Perez et al., 2006). Hal ini sejatinya sesuai dengan kesimpulan penelitian

Fernandez de Lis et al. (2001) yang mengusulkan sebuah sistem provisi dinamis

atau statistik untuk memecahkan perilaku prosiklikal, namun tidak ditujukan

untuk menggantikan provisi khusus, tetapi hanya sebagai pelengkap dari sistem

provisi yang sudah ada.

Untuk menyelidiki pentingnya sistem provisi dinamis, Bouvatier dan

Lepetit (2008) adalah yang pertama menganalisis implikasinya pada pertumbuhan

kredit bank-bank di eropa dengan cara memisahkan provisi bank menjadi provisi

non-diskresioner dan diskresioner. Bouvatier dan Lepetit (2012) kemudian

memperluas penelitian ini dengan membuat perbandingan internasional terhadap

tiga sampel dari negara maju (Eropa, Jepang dan Amerika-Serikat) dan dua

sampel negara-negara berkembang (Amerika Latin dan Asia Tenggara).

Prinsip dasar provisi dinamis adalah menyisihkan provisi dari pembiayaan

yang diberikan dalam setiap periode akuntansi dengan mempertimbangkan

periode jangka panjang kerugian yang dapat diperkirakan. Fokus pada perkiraan

kerugian daripada kerugian aktual dapat dan akan membantu bank untuk

memeratakan dampak kerugian pembiayaan yang sebenarnya pada laba bank.

Mann dan Michael (2002) menegaskan bahwa laba bank tidak lagi dinilai dengan

sejumlah nominal setelah dikurangi kerugian yang sebenarnya, tetapi diukur

dengan nominal tertentu setelah dikurangi kontribusi kepada provisi kerugian

yang diperkirakan. Kerugian yang sebenarnya akan diperhitungkan dengan provisi

kerugian yang diperkirakan, termasuk akumulasi provisi kerugian yang

diperkirakan pada tahun sebelumnya.

Meskipun provisi dinamis terlihat meningkat dalam siklus penurunan,

namun dana yang diperoleh berasal dari cadangan yang dihasilkan oleh provisi

dinamis pada periode awal ekonomi yang baik. Mekanisme demikian telah

meningkatkan pengukuran keuntungan bank dan mengurangi volatilitas laba. Hal

itu telah dibuktikan melalui penelitian Perez et al. (2011) dan Burroni et al (2009)

yang menyatakan bahwa provisi dinamis telah mengurangi kecenderungan bank

melakukan perataan laba.

Praktik tersebut menyiratkan, dari satu sisi, bahwa sebuah bank dapat

melakukan perataan laba dengan cara manipulasi akuntansi, misalnya melalui

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 63: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

50

Universitas Indonesia

perkiraan provisi kerugian kerugian. Namun di sisi yang lain, sistem provisi

dinamis dapat membantu bank mengantisipasi kerugian pembiayaan sepanjang

siklus, dan memungkinkan bank untuk memiliki dana pengaman yang dapat

digunakan selama periode krisis ekonomi. Dengan memperkuat tingkat kesehatan

bank, diharapkan kebijakan ini dapat memberikan kontribusi untuk membatasi

prosiklikal pembiayaan (Perez et al., 2011).

2.7. Analisis Kritis Terhadap Penelitian Sebelumnya

Penelitian sebelumnya, seperti yang disajikan dalam Tabel 2.1,

menunjukkan bahwa pengujian hubungan antara provisi kerugian kredit dengan

diskresi manajemen untuk kebijakan perataan laba dan manajemen modal dan

mekanisme sinyal di bank konvensional telah banyak dilakukan, namun hanya

sedikit yang menguji efek prosiklikal terhadap pertumbuhan kredit. Penelitian

tersebut pada umumnya mengabaikan bank Islam sebagai sampel (Quttainah et

al., 2011), karena karakteritik bank Islam yang berbeda. Dengan demikian,

terdapat beberapa hal yang belum dipertimbangkan dalam penelitian sebelumnya.

Pertama, penelitian terdahulu untuk menguji penggunaan provisi kerugian

pembiayaan untuk kebijakan perataan laba di bank Islam , meskipun tidak banyak

dilakukan, belum mempertimbangkan komponen provisi non-diskresioner.

Perilaku bank Islam, dengan segala karakteristiknya, sangat berbeda dengan

perilaku bank konvensional sehingga pengujian sebelumnya yang dilakukan

hanya dengan menggunakan komponen provisi diskresioner dapat menimbulkan

hasil yang kurang maksimal. Provisi, seperti dinyatakan oleh Cortavarria et al.

(2000), terbentuk atas 2 (dua) komponen yaitu provisi umum yang dipengaruhi

oleh tujuan diskresioner dan provisi khusus yang berkaitan dengan non-

diskresioner.

Kedua, penelitian sebelumnya tidak mempertimbangkan adanya faktor

spesifik bank Islam yang dapat mempengaruhi kebijakan diskresi manajemen

untuk perataan laba. Pengujian yang lengkap mengenai spesifikasi bank Islam

akan sangat berguna dalam memahami perilaku manajemen bank Islam. Faktor

modal dan portfolio aset bank Islam, misalnya, diharapkan akan memberikan

kontribusi bagi penerapan sistem provisi dinamis, yang selanjutnya dapat

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 64: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

51

Universitas Indonesia

mengurangi praktik perataan laba di bank Islam.

Ketiga, penelitian di bank Islam sebelumnya tidak ada yang menguji

bagaimana efek prosiklikal dari provisi terhadap pertumbuhan pembiayaan.

Pemahaman efek prosiklikal menjadi penting untuk menjaga efektifitas sistem

provisi yang akan diterapkan. Krisis global telah memberikan bukti bahwa sistem

provisi dinamis yang diterapkan di bank Spanyol telah mampu menyelamatkan

bank dari krisis yang berkepanjangan. Sistem provisi dinamis yang diterapkan di

bank Islam pula yang diduga mampu mempertahankan pertumbuhan pembiayaan

sehingga terhindar dari krisis.

Keempat, penelitian di bank Islam terutama terkait dengan efek prosiklikal

tidak mempertimbangkan faktor-faktor karakteristik tertentu bank. Sistem provisi

yang digunakan untuk mereduksi perilaku perataan laba dan efek prosiklikal akan

sangat tergantung pada jenis bank Islam. Dengan mengetahui dan menggunakan

faktor tertentu dari bank Islam, sistem provisi diharapkan dapat diterapkan dengan

efektif.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 65: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

52 Universitas Indonesia

BAB 3

RERANGKA KONSEPTUAL DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

3.1. Rerangka Konseptual

Provisi kerugian pembiayaan pada bank Islam merupakan biaya yang

disisihkan oleh bank untuk menutup jumlah kerugian yang diperkirakan atas

pembiayaan yang disalurkan kepada nasabah. Provisi secara umum dapat

dibedakan menjadi dua komponen yaitu diskresioner dan non-diskresioner. Di

satu sisi, komponen diskresioner dikaitkan dengan penggunaan provisi untuk

kebijakan manajerial, yaitu perataan laba (income smoothing), manajemen modal

(capital management) dan mekanisme sinyal (signaling) Anandarajan et al., 2007;

Ismail dan Lay, 2002; Lobo dan Yang, 2001; Ahmed et al., 1999). Di sisi lain,

komponen non-diskresioner terkait dengan tingkat risiko pembiayaan, dimana

bank akan membentuk provisi sesuai dengan portofolio aset yang dimiliki

berdasarkan pada pertimbangan kondisi ekonomi makro, toleransi risiko,

kekuatan modal bank (Bouvatier dan Lepetit, 2008, 2012). Karena itu, komponen

non-diskresioner cenderung kecil pada kondisi ekonomi baik dan sebaliknya,

sehingga provisi non-diskresioner memiliki efek prosiklikal terhadap

pertumbuhan kredit / pembiayaan (Bouvatier dan Lepetit, 2012; Bikker dan

Metzemakers, 2005).

Sistem provisi yang dinamis telah direkomendasikan untuk diterapkan di

bank Islam, berbeda dengan provisi kerugian kredit yang diterapkan di bank

konvensional, dibentuk tidak saja terkait dengan kinerja pembiayaan sebelumnya

tetapi juga terkait dengan antisipasi kinerja pembiayaan masa datang (Quttainah et

al., 2011; Perez et al., 2006). Penerapan sistem provisi dinamis dapat digunakan

untuk mengatasi efek prosiklikal (Fernandez de Lis et al., 2001) dan untuk

mengurangi perilaku perataan laba (Perez et al., 2011, 2006). Efek prosiklikal dan

perilaku perataan laba bank berdasarkan penelitian sebelumnya dipengaruhi oleh

kapitalisasi dan portofolio aset bank.

Untuk itu, rerangka konseptual yang diajukan dalam penelitian ini

sebagaimana disajikan dalam Gambar 3.1.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 66: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

53

Universitas Indonesia

Gambar 3.1: Rerangka Konseptual

Dengan mengacu pada Gambar 3.1 rerangka konseptual tersebut, maka

pengujian dalam penelitian ini menggunakan empat langkah pembuktian.

Pertama, pengujian dilakukan untuk mendeteksi penggunaan provisi kerugian

pembiayaan sebagai alat manajemen pada bank Islam untuk melakukan perataan

laba, manajemen modal dan mekanisme sinyal. Seperti ditunjukkan dalam

literatur terdahulu bahwa sistem provisi bank berkaitan dengan masalah perataan

laba, manajemen modal, mekanisme sinyal dan efek prosiklikal (Packer dan Zhu,

2012; Adzis et al. 2011; Bouvatier dan Lepetit, 2008). Dalam konteks bank Islam,

penelitian mengenai provisi dan kaitannya dengan keempat kebijakan manajer

tersebut secara bersamaan belum pernah dilakukan. Penelitian sebelumnya di

bank Islam lebih memperhatikan penggunaan provisi kerugian pembiayaan

diskresioner dengan mengabaikan pengaruh non-diskresionernya. Meskipun

demikian, dalam langkah pertama ini, fokus pengujian lebih diarahkan untuk

membuktikan bagaimana perilaku perataan laba di bank Islam.

Langkah kedua, pengujian dilakukan untuk membuktikan bahwa

karakteristik tertentu bank dapat mempengaruhi perilaku perataan laba dengan

menggunakan provisi kerugian pembiayaan, seperti yang dilakukan Packer dan

Zhu (2012), Taktak et al. (2010a) dan Fonseca dan Gonzales (2008). Pengujian

dilakukan dengan mengamati perubahan provisi kerugian pembiayaan pada bank

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 67: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

54

Universitas Indonesia

Islam dibandingkan dengan perubahan laba bank yang disebabkan oleh perbedaan

karakteristik tersebut. Karakteristik bank yang digunakan yaitu kapitalisasi bank

dan portofolio aset bank Islam.

Langkah ketiga, pengujian dilakukan untuk memeriksa bagaimana efek

prosiklikal dari provisi kerugian pembiayaan terhadap pertumbuhan pembiayaan,

baik yang bersifat diskresioner maupun non-diskresioner. Dalam tahap ini, sesuai

dengan yang dilakukan oleh Cortavaria et al. (2000) maka provisi kerugian

pembiayaan dipisahkan menjadi komponen diskresioner dan non-diskresioner.

Seperti di bank konvensional, komponen non-diskresioner ditujukan untuk

menutup risiko kredit yang diperkirakan (Beaver dan Engel, 1996; Wahlen, 1994),

sedangkan komponen diskresioner terkait dengan tiga kebijakan diskresioner yang

terdiri dari perataan laba, manajemen modal dan mekanisme sinyal (Anandarajan

et al., 2007; Ismail dan Lay, 2002; Ahmed et al., 1999).

Langkah keempat, pengujian dilakukan untuk memastikan bagaimana

faktor-faktor tertentu dapat mempengaruhi efek prosiklikal pada bank Islam.

Faktor tertentu yang digunakan dalam penelitian ini adalah faktor kapitalisasi

bank dan faktor portofolio aset bank Islam. Dengan memahami efek prosiklikal

tersebut, maka kebutuhan untuk menerapkan sistem provisi dinamis secara umum

dapat diukur dengan tepat dan kebijakan penerapannya dapat lebih efektif.

3.2. Pengembangan Hipotesis

3.2.1. Pengaruh Perataan Laba Terhadap Provisi Kerugian Pembiayaan

Studi empiris mengenai hubungan antara provisi dan laba menyatakan

bahwa manajer bank yang memiliki volatilitas laba yang tinggi cenderung

memiliki insentif yang kuat untuk melakukan perataan laba dengan menggunakan

provisi (Kanagaretnam et al., 2004). Kebijakan yang dilakukan oleh manajer bank

adalah dengan cara menggeser laba antar periode dari waktu ke waktu (Kwak et

al. 2009). Dengan demikian, manajer bank cenderung akan menurunkan provisi

apabila laba sebelum pajak dan provisi berada dalam posisi rendah, dan

sebaliknya, menaikkan provisi jika laba sebelum pajak dan provisi dalam posisi

tinggi.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 68: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

55

Universitas Indonesia

Penelitian mengenai perilaku perataan laba di bank Islam dengan

menggunakan provisi kerugian pembiayaan memberikan hasil yang beragam.

Penelitian Misman dan Ahmad (2011) dan Zoubi dan Al-Khazali (2007)

menemukan bukti bahwa bank Islam melakukan perataan laba dengan

menggunakan provisi kerugian pembiayaan, dimana laba sebelum pajak dan

provisi berpengaruh positif terhadap provisi kerugian pembiayaan. Di lain pihak,

Quttainah et al. (2011) dan Ismail et al. (2005), tidak menemukan bukti adanya

penggunaan provisi untuk kebijakan perataan laba. Di Indonesia, penelitian

Zahara dan Siregar (2009) bahkan menyimpulkan bahwa bank syariah tidak

melakukan kebijakan manajemen laba.

Bank Islam, dalam operasionalnya, selain menggunakan provisi sebagai

instrumen perataan laba, menggunakan cadangan khusus yaitu PER (profit

equalization reserve) dan IRR (investment risk reserves) untuk menutup risiko

pembiayaan terkait dengan produk yang tidak diatur oleh prinsip PLS (Taktak et

al., 2010a). Cadangan pemerataan laba (PER) dan cadangan risiko investasi (IRR)

adalah dua mekanisme yang aktif digunakan oleh bank Islam untuk mengurangi

volatilitas tingkat pengembalian deposito investasi kepada deposan (Archer et al.,

2010; Archer dan Karim, 2006; Sundararajan, 2005; Khan dan Ahmed, 2001). Hal

ini memungkinkan bank Islam untuk menghindari risiko komersial (displaced

commercial risk) berupa penarikan dana yang cukup besar oleh deposan yang

dapat berpotensi meningkatkan kegagalan bank. Sementara itu, penelitian Ismail

et al. (2005) pada 10 bank konvensional di Malaysia yang juga melayani produk

layaknya bank Islam menyimpulkan bahwa perataan laba tidak dilakukan dengan

menggunakan provisi, namun menggunakan ‘security gains and losses'.

Menurut penelitian Perez et al. (2011) dan Burroni et al. (2009),

penerapan provisi dinamis dapat digunakan untuk mengurangi kecenderungan

bank melakukan perataan laba. Penelitian Perez et al. (2011) membuktikan bahwa

hubungan positif signifikan antara laba sebelum pajak dengan provisi menjadi

tidak signifikan setelah diterapkan provisi dinamis di Spanyol. Dengan merujuk

pada rekomendasi AAOIFI untuk menerapkan provisi dinamis di bank Islam,

maka diduga bahwa bank Islam tidak melakukan perataan laba melalui instrumen

provisi kerugian pembiayaan. Provisi kerugian pembiayaan yang dibentuk dengan

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 69: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

56

Universitas Indonesia

menggunakan sistem provisi dinamis di bank Islam tidak memerlukan perilaku

perataan laba. Provisi yang dinamis tidak saja memperhitungkan risiko saat ini

tetapi juga telah memperhitungkan kinerja masa datang.

Hipotesis perataan laba yang diajukan sebagai berikut:

H1a: Laba sebelum pajak dan provisi bank Islam mempunyai pengaruh

negatif terhadap provisi kerugian pembiayaan

3.2.2. Pengaruh Manajemen Modal Terhadap Provisi Kerugian Pembiayaan

Hipotesis manajemen modal melalui provisi kerugian kredit bank

didasarkan pada asumsi bahwa bank-bank cenderung untuk menjaga provisi

sesuai dengan ketentuan rasio kecukupan modal (Cortavarria et al., 2000; Ahmed

et al., 1999; Kim dan Kross, 1998). Studi literatur menyimpulkan hasil yang

beragam mengenai penggunaan provisi untuk manajemen modal bank.

Penelitian sebelumnya (Perez et al., 2006; Bikker dan Metzemakers, 2005;

Laeven dan Majnoni, 2003) secara empiris menemukan hubungan terbalik antara

rasio modal dan provisi. Hal ini sesuai pula dengan penelitian yang dihasilkan

oleh Taktak et al. (2010b) dan Kanagaretnam et al. (2004) bahwa semakin rendah

rasio modal bank, maka semakin tinggi provisi yang dibentuk. Sementara itu,

Collins et al. (1995) menemukan bahwa modal bank berpengaruh positif dengan

provisi kerugian kredit, sedangkan penelitian Beatty et al. (2002) menyatakan

bahwa modal mempunyai pengaruh negatif terhadap provisi, namun positif

terhadap beban penghapusan kredit.

Penelitian Ismail et al. (2005) dengan menggunakan data dari 10 bank

konvensional yang juga menyediakan jasa perbankan Islam di Malaysia periode

tahun 1998-2001 menyimpulkan bahwa manajer bank tidak menggunakan provisi

untuk manajemen modal. Penelitian Taktak et al. (2010a) membuktikan hubungan

negatif dan signifikan antara provisi dan modal di 66 bank Islam yang beroperasi

di 19 negara untuk periode 2001-2006. Hasil penelitian Taktak et al. (2010a)

konsisten dengan penelitian sebelumnya (Boudriga et al., 2009; Ismail dan Lay,

2002) mengenai manajemen modal di bank Islam. Dengan merujuk kepada

penelitian di bank Islam dimaksud dan pemahaman ketaatan terhadap ketentuan

yang dilakukan oleh bank Islam maka diduga bank Islam tidak menggunakan

provisi kerugian pembiayaan untuk melakukan kebijakan manajemen modal.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 70: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

57

Universitas Indonesia

Hipotesis manajemen modal yang diuji sebagai berikut:

H1b: Ekuitas bank Islam mempunyai pengaruh negatif terhadap provisi

kerugian pembiayaan

3.2.3. Pengaruh Mekanisme Sinyal Terhadap Provisi Kerugian Pembiayaan

Manajer bank yang mempunyai informasi lebih baik mengenai kondisi

keuangan mempunyai kesempatan untuk memberikan sinyal arus kas masa datang

melalui pembentukan provisi kerugian kredit. Investor kemudian akan

menafsirkan peningkatan provisi bank tersebut sebagai sinyal penguatan keuangan

bank (Beaver et al., 1989). Untuk itu, manajer bank akan meningkatkan

komponen diskresioner dalam provisi, ketika arus kas masa depan memberikan

prospek membaik (Wahlen, 1994). Hasi penelitian ini memberikan petunjuk

bahwa provisi berkorelasi positif dengan dengan perubahan laba satu tahun ke

depan. Penelitian Ahmed et al. (1999) menyatakan bahwa sinyal dari laba masa

depan adalah suatu penting, maka hubungan positif antara perubahan laba satu

tahun ke depan dengan provisi layak untuk diamati.

Studi mengenai mekanisme sinyal tersebut dilanjutkan kemudian oleh

peneliti lain. Hatfield dan Lancaster (2000) menyatakan bahwa reaksi investor

tidak sama dengan adanya pengumuman kenaikan provisi. Investor akan bereaksi

positip ketika menafsirkan peningkatan provisi sebagai sinyal restrukturisasi

modal, namun akan bereaksi negatif ketika peningkatan provisi ditafsirkan

sebagai informasi kejutan oleh manajemen bank. Beatty et al. (2002) berpendapat

bahwa semakin terbuka suatu perusahaan maka akan semakin besar efek sinyal

yang akan diterima investor. Anandarajan et al. (2007) mencatat tidak adanya

bukti yang menjelaskan bahwa provisi bank digunakan untuk kebijakan

manajemen modal dan mekanisme sinyal.

Untuk relasi ini, dengan memperhatikan bahwa bank Islam sebagian

besar kurang cenderung berorientasi ke pasar, maka hipotesis yang diajukan

sebagai berikut:

H1c: Laba sebelum pajak dan provisi bank Islam tahun berikutnya

mempunyai pengaruh negatif terhadap provisi kerugian pembiayaan

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 71: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

58

Universitas Indonesia

3.2.4. Pengaruh Moderasi Kapitalisasi dan Portofolio Aset Terhadap

Hubungan Antara Perataan Laba dengan Provisi Kerugian

Pembiayaan

Perilaku bank dalam melakukan kebijakan perataan laba dengan

menggunakan provisi, menurut penelitian sebelumnya, dipengaruhi oleh faktor-

faktor karakteristik tertentu. Packer dan Zhu (2012) membuktikan adanya perilaku

perataan laba yang dipengaruhi oleh faktor karakteristik kapitalisasi bank,

sedangkan Altunbas et al. (2009) menyebutkan adanya perilaku perataan laba

yang cenderung dilakukan oleh bank yang lebih memfokuskan pada kegiatan

selain penyaluran kredit.

3.2.4.1. Pengaruh Moderasi Kapitalisasi Bank Islam Terhadap Hubungan

Antara Peratan Laba dengan Provisi Kerugian Pembiayaan

Dengan merujuk pada hubungan yang erat antara modal bank dan provisi

kerugian kredit pada penelitian sebelumnya, maka dalam penelitian juga

dilakukan pengujian apakah kapitalisasi bank Islam mempengaruhi hubungan

antara perataan laba dengan provisi kerugian pembiayaan. Hasil penelitian tentang

pengaruh kapitalisasi bank terhadap perataan laba dengan menggunakan provisi

pada bank konvensional menghasilkan bukti yang tidak konsisten. Demikian pula

dugaan terhadap bank Islam.

Penelitian Packer dan Zhu (2012) mengenai pengaruh kapitalisasi bank

terhadap perataan laba dengan menggunakan provisi kerugian kredit memberikan

hasil yang berbeda di setiap negara. Di Jepang misalnya, semakin besar

kapitalisasi bank, semakin besar kecenderungan bank melakukan perataan laba.

Di Cina, pengaruh kapitalisasi bank tidak mempunyai peran yang signifikan

terhadap perilaku perataan laba. Penelitian lainnya (Ramesh dan Revsine, 2001;

Shrieves dan Dahl, 2003) menemukan bukti bahwa bank yang kapitalisasinya

lemah cenderung melakukan perilaku perataan laba, sedangkan penelitian oleh

Kanagaretnam et al. (2004) membuktikan hasil yang sebaliknya bahwa bank

dengan kapitalisasi yang tinggi cenderung melakukan perataan laba dengan

menggunakan provisi.

Berdasarkan literatur yang ada, penelitian mengenai pengaruh

kapitalisasi bank terhadap hubungan antara perilaku perataan laba dengan provisi

kerugian pembiayaan pada bank Islam belum dilakukan. Namun demikian,

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 72: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

59

Universitas Indonesia

dengan mengacu pada pembahasan mengenai hubungan antara kapitalisasi bank

dan perataan laba pada bank konvensional sebelumnya, maka diduga kapitalisasi

bank Islam berpengaruh terhadap hubungan antara perataan laba dengan provisi

kerugian pembiayaan.

Untuk itu, maka penelitian ini tidak menghipotesiskan arah dari pengaruh

kapitalisasi bank Islam terhadap hubungan antara perataan laba dan provisi

kerugian pembiayaan. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

H2a: Kapitalisasi bank Islam mempunyai pengaruh terhadap hubungan

antara laba sebelum pajak dan provisi dengan provisi kerugian

pembiayaan

3.2.4.2. Pengaruh Moderasi Portofolio Aset Bank Islam Terhadap

Hubungan Antara Perataan Laba dengan Provisi Kerugian

Pembiayaan

Portofolio aset bank Islam diduga mempunyai pengaruh terhadap

pembentukan provisi kerugian pembiayaan karena perilaku perataan laba yang

dilakukan. Hal ini didasari oleh hasil penelitian terdahulu (Altunbas et al., 2009),

dengan menggunakan sampel bank konvensional, yang mencatat bahwa bank

yang berfokus pada kegiatan kredit cenderung tidak melakukan tindakan perataan

laba. Perataan laba cenderung dilakukan oleh bank yang komposisi portfolio

asetnya fokus pada kegiatan sekuritas.

Farook et al. (2012) menyatakan bahwa portofolio aset bank Islam sangat

spesifik, yang berbeda dengan bank konvensional. Portofolio aset bank Islam

sangat berpengaruh terhadap pemilihan jenis instrumen deposit yang digunakan.

Sejauh ini, beberapa bank Islam memiliki portofolio aset pada instrumen hutang

dengan tingkat pengembalian yang tetap mencapai 95%. Dengan paradigma PLS,

secara prinsip bank Islam tidak memiliki risiko terhadap deposit yang diterima.

Semua risiko deposit yang dapat diperkirakan telah dapat dimitigasi oleh bank

Islam. Farook et al. (2012) selanjutnya menyatakan bahwa apabila pemegang

deposit menghendaki pengembalian yang lebih kompetitif, maka kemudian timbul

ketidakseimbangan (mismatch), yang kemudian memunculkan kemungkinan

perilaku perataan laba. Artinya komposisi protofolio aset bank Islam berpengaruh

terhadap hubungan antara perataan laba dengan provisi kerugian pembiayaan.

Dari hasil penelitian sebelumnya tersebut, meskipun tidak secara jelas

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 73: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

60

Universitas Indonesia

dinyatakan pengaruh portofolio aset terhadap hubungan antara perataan laba

dengan provisi kerugian pembiayaan pada bank Islam, namun pengaruh portofolio

aset bank Islam diduga dapat berpengaruh positif (negatif). Untuk itu hipotesis

yang diajukan sebagai berikut:

H2b: Portofolio aset bank Islam mempunyai pengaruh terhadap hubungan

antara laba sebelum pajak dan provisi dengan provisi kerugian

pembiayaan

3.2.5. Pengaruh Prosiklikal Provisi Kerugian Pembiayaan Terhadap

Pertumbuhan Pembiayaan

Seperti telah dikemukakan sebelumnya, provisi kerugian kredit dikatakan

bersifat prosiklikal apabila provisi bank cenderung bergerak mengikuti siklus

perekonomian, dimana modal dan provisi cenderung relatif rendah pada saat

ekonomi stabil dan cenderung tinggi pada saat kondisi ekonomi yang buruk

(Bouvatier dan Lepetit, 2012; Bikker dan Metzemakers, 2005). Pengetatan provisi

pada saat kondisi ekonomi memburuk dan pada saat bank dalam posisi kesulitan

dana, akan mengurangi kegiatan pemberian kredit baru, sehingga dapat

menyebabkan krisis kredit yang berkepanjangan (credit crunch) (Adzis, 2012;

Bernanke dan Lown, 1991).

Penelitian Laeven dan Majnoni (2003) menunjukkan bahwa prosiklikalitas

provisi dapat ditunjukkan sebagai dampak negatif dari pertumbuhan kredit,

pertumbuhan ekonomi atau laba. Dalam studi lintas negara, Laeven dan Majnoni

(2003) dan Cavallo dan Majnoni (2001) menemukan hubungan negatif antara

pertumbuhan ekonomi dan provisi. Arpa et al. (2001) menunjukkan adanya efek

prosiklikal provisi bank atas pertumbuhan ekonomi di Austria, sedangkan

Fernandez de Lis et al. (2001) dan Pain (2003) menyimpulkan hasil yang serupa

untuk Spanyol dan Inggris. Hasil yang konsisten disampaikan pula oleh

Angklomkliew et al. (2009) dan Craig et al. (2004) yang melaporkan adanya

hubungan yang signifikan antara provisi dengan pertumbuhan kredit.

Penelitian Bouvatier dan Lepetit (2008), dengan menggunakan penelitian

Cortavarria et al. (2000), membedakan provisi bank menjadi 2 (dua) komponen

yaitu komponen diskresioner dan non-diskresioner. Komponen diskresioner

berkaitan dengan perilaku perataan laba, manajemen modal dan mekanisme

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 74: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

61

Universitas Indonesia

sinyal, sedangkan komponen non-diskresioner berkaitan dengan perilaku

prosiklikal. Bukti empiris membuktikan bahwa provisi yang bersifat non-

diskresioner berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan kredit

bank, sedangkan provisi yang bersifat diskresioner dapat mempengaruhi

komponen provisi non-diskresioner untuk pertumbuhan kredit (Bouvatier dan

Lepetit, 2012).

Bank Islam mempunyai perbedaan mendasar dengan bank konvensional

dalam penerapan sistem provisi (Rajhi dan Hassairi, 2012). Bank Islam telah

direkomendasikan untuk menerapkan sistem provisi dinamis, dimana provisi

dibentuk tidak saja terkait kinerja pembiayaan sebelumnya tetapi juga dengan

mengantisipasi kinerja masa datang (Quttainah et al., 2011; Perez et al., 2006).

Perbedaan sistem provisi tersebut memunculkan kesimpulan penelitian bahwa

sistem provisi dinamis atau statistik dapat mengurangi perilaku prosiklikal

(Fernandez de Lis et al., 2001).

Dengan dasar tersebut, maka hipotesis yang diuji untuk membuktikan

hubungan provisi kerugian pembiayaan bank Islam untuk tujuan diskresioner

dan non-diskresioner dengan pertumbuhan pembiayaan sebagai berikut:

H3a: Provisi kerugian pembiayaan diskresioner bank Islam mempunyai

pengaruh positif terhadap pertumbuhan pembiayaan

H3b: Provisi kerugian pembiayaan non-diskresioner bank Islam

mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan pembiayaan

3.2.6. Pengaruh Moderasi Kapitalisasi dan Portofolio Aset Terhadap

Hubungan Prosiklikal Antara Provisi Kerugian Pembiayaan dengan

Pertumbuhan Pembiayaan

Penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa prosiklikalitas provisi bank

dipengaruhi oleh faktor karakteristik tertentu bank, yaitu kapitalisasi bank dan

portofolio aset bank. Penelitian berdasarkan survey yang dilakukan oleh Drumond

(2008) menyatakan bahwa kapitalisasi bank dan komposisi portofolio aset bank

merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi keputusan kredit bank. Penelitian

tersebut didukung oleh peneliti lainnya antara lain Altunbas et al. (2009),

Berrospide dan Edge (2009), Bouvatier dan Lepetit (2008). Namun demikian,

hasil penelitian sebelumnya dimaksud tidak menyimpulkan secara konsisten

bagaimana pengaruh kapitalisasi dan portofolio aset dengan menggunakan bank

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 75: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

62

Universitas Indonesia

Islam sebagai sampel. Kapitalisasi dan portofolio aset bank Islam diduga

berpengaruh terhadap hubungan prosiklikal antara provisi kerugian pembiayaan

dengan pertumbuhan pembiayaan.

3.2.6.1. Pengaruh Moderasi Kapitalisasi Bank Islam Terhadap Hubungan

Prosiklikal Antara Provisi Kerugian Pembiayaan dengan

Pertumbuhan Pembiayaan

Berkaitan dengan kebijakan provisi yang dianut, kapitalisasi yang

dilakukan bank dapat menyebabkan efek prosiklikal melalui penguatan tingkat

inflasi secara alami dan akhirnya mengganggu stabilitas keuangan dan ekonomi

(Arjani, 2009; Drumond, 2008). Bikker dan Hu (2002) menyampaikan 2 (dua)

teori berkaitan dengan kebijakan provisi yang dikaitkan dengan pertumbuhan

kredit / pembiayaan. Pertama, teori saluran kredit bank menyatakan bahwa

kebijakan moneter yang diterapkan dapat mempengaruhi sisi pengeluaran melalui

penawaran kredit bank. Kebijakan moneter yang ketat menyebabkan pengurangan

utang bank, kemudian diikuti pengurangan kredit dan akan berakhir pada krisis

kredit (credit crunch). Terjadinya krisis kredit terutama disebabkan oleh

penurunan modal secara global atau krisis modal (capital crunch). Kedua, teori

saluran neraca bank yang menyatakan bahwa fluktuasi pertumbuhan kredit dapat

dijelaskan tidak hanya dari sisi penawaran tetapi dari sisi permintaan.

Penelitian lain disampaikan oleh Bouvatier dan Lepetit (2008) yang

menunjukkan bahwa bank yang kapitalisasinya rendah cenderung akan

mengurangi provisi agar dapat mempengaruhi pertumbuhan kredit. Moderasi

hubungan antara provisi kerugian kredit dengan rasio kapital bertanda positip

terhadap pertumbuhan kredit bank. Hasil tersebut tidak konsisten dengan hasil

penelitian lainnya. Zhu (2008) mencatat bahwa bank yang lemah kapitalisasinya

cenderung tidak meningkatkan efek prosiklikal. Hubungan efek prosiklikal antara

provisi kerugian kredit dan pertumbuhan kredit tidak dipengaruhi oleh besaran

kapitalisasi bank. Namun demikian, penelitian Berrospide dan Edge (2009)

dengan menggunakan model VAR membuktikan bahwa adanya pengaruh modal

terhadap pertumbuhan kredit yang sangat kecil.

Berdasarkan penelitian sebelumnya, meskipun dengan

menggunakan sampel bank konvensional, maka pengaruh kapitalisasi terhadap

hubungan prosiklikal antara provisi kerugian pembiayaan (diskresioner dan non-

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 76: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

63

Universitas Indonesia

diskresioner) dengan pertumbuhan pembiayaan bank Islam tidak

menghipotesiskan arah. Untuk itu, hipotesis yang diajukan adalah:

H4a: Kapitalisasi bank Islam mempunyai pengaruh terhadap hubungan

prosiklikal antara provisi kerugian pembiayaan diskresioner dengan

pertumbuhan pembiayaan

H4b: Kapitalisasi bank Islam mempunyai pengaruh terhadap hubungan

prosiklikal antara provisi kerugian pembiayaan non-diskresioner

dengan pertumbuhan pembiayaan

3.2.6.2. Pengaruh Moderasi Portofolio Aset Bank Islam Terhadap

Hubungan Prosiklikal Antara Provisi Kerugian Pembiayaan dengan

Pertumbuhan Pembiayaan

Penelitian mengenai pengaruh faktor portofolio aset bank Islam pada

kegiatan pembiayaan terhadap efek prosiklikal secara khusus belum banyak

dilakukan. Penelitian Kashyap dan Stein (2000) berkaitan dengan struktur aset

bank menyimpulkan bahwa bank dengan rasio aset pada surat berharga yang lebih

tinggi terhadap total aktiva cenderung meningkatkan pertumbuhan kredit bahkan

di saat dalam kondisi pengetatan moneter. Pertumbuhan kredit tidak dipengaruhi

oleh besaran provisi kerugian kredit dan besaran kredit yang disalurkan bank.

Hasil yang konsisten disampaikan oleh penelitiaan Altunbas et al. (2009), bahwa

bahwa bank-bank dengan kapasitas yang lebih tinggi dalam sekuritisasi aset dan

menghasilkan pendapatan besar pada kegiatan sekuritisasi cenderung akan

meningkatkan pertumbuhan kredit selama periode pengetatan moneter.

Namun demikian, Farook et al. (2012) mempunyai bukti lain berdasarkan

penelitian terhadap bank Islam. Dari bukti-bukti tersebut dapat disimpulkan

bahwa bank-bank dengan pangsa yang lebih tinggi pada kegiatan pembiayaan

lebih cenderung memperlihatkan kepedulian terhadap risiko yang lebih tinggi,

yang pada gilirannya meningkatkan provisi pertumbuhan pembiayaan dan

menurunkan pertumbuhan laba bank. Oleh karena itu, bank yang berfokus pada

kegiatan pembiayaan mungkin cenderung untuk membuat provisi dan mengurangi

pertumbuhan pembiayaan, karena kapasitas bank untuk menghasilkan keuntungan

dari aset non-pembiayaan yang sangat terbatas.

Dengan demikian, maka pengujian ini tidak menghipotesiskan arah dari

pengaruh portofolio aset bank Islam terhadap hubungan prosiklikal antara provisi

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 77: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

64

Universitas Indonesia

kerugian pembiayaan (diskresioner dan non-diskresioner) dengan pertumbuhan

pembiayaan. Hipotesis yang diajukan sebagai berikut:

H4c: Portofolio aset bank Islam mempunyai pengaruh terhadap hubungan

antara provisi kerugian pembiayaan diskresioner dengan

pertumbuhan pembiayaan

H4d: Portofolio aset bank Islam mempunyai pengaruh terhadap hubungan

antara provisi kerugian pembiayaan non-diskresioner dengan

pertumbuhan pembiayaan

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 78: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

65 Universitas Indonesia

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Data Penelitian

Data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah data akuntansi bank

Islam, baik berupa laporan laba rugi maupun neraca, dari database Bankscope

yang dikelola oleh Bureau Van Dijk (BVD). Database Bankscope tersebut

merupakan database yang memuat informasi keuangan bank secara komprehensif

dari berbagai negara dunia, baik bank konvensional maupun bank Islam. Database

ini telah digunakan secara luas untuk penelitian khususnya di bidang perbankan.

Dalam penelitian ini juga menggunakan data makro ekonomi berupa Gross

Domestic Product (GDP) yang diambil dari World Bank Development Indicators

(WDI).

Periode data yang digunakan dalam penelitian ini adalah antara tahun 1997

sampai dengan 2012. Penggunaan data selama 15 tahun dimaksudkan agar dapat

diperoleh hasil penelitian yang lebih akurat. Menurut Stolowy dan Breton (2004),

penggunaan periode data yang lebih panjang, minimal 5 tahun, akan dapat

menghasilkan hasil analisa yang lebih komprehensif dan akurat.

Dalam penelitian ini digunakan unbalanced data panel. Hal ini dilakukan

mengingat data sampel cross-sectional yang digunakan tidak memiliki jumlah

observasi time-series yang sama. Laporan keuangan bank Islam yang dijadikan

sampel tidak sama panjang periodenya, dan ketidaklengkapan ini menjadi sesuatu

yang biasa dalam penelitian empiris di bidang ekonomi dan perbankan.

Penggunaan data panel memberikan beberapa keuntungan. Pertama, dapat

digunakan untuk mengendalikan variabel bank dan time invariant. Kedua, dapat

menawarkan data yang lebih kaya variabilitasnya dan mengurangi kolinearitas

antar variabel. Ketiga, memberikan kebebasan yang lebih besar dan efisiensi.

Keempat, memungkinkan penggunaan model dinamis. Kelima, mengidentifikasi

dan mengukur efek yang tidak dapat dideteksi dalam data cross-section dan data

time-series. Keenam, dapat digunakan untuk menguji model perilaku yang lebih

rumit. Dan terakhir, dapat mengurangi bias yang dihasilkan dari agregasi atas

spesifikasi individual sampel.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 79: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

66

Universitas Indonesia

4.2. Model Penelitian

Berdasarkan kerangka penelitian yang disajikan dalam pembahasan

sebelumnya, maka pengujian dalam penelitian ini dilakukan dalam 4 (empat)

tahap. Tahap pertama dilakukan untuk menguji apakah bank Islam menggunakan

provisi kerugian pembiayaan untuk tujuan diskresioner atau non-diskresioner.

Dalam tahap ini lebih difokuskan untuk mengetahui sejauh mana bank Islam

melakukan kebijakan perataan laba dengan menggunakan provisi kerugian

pembiayaan. Tahap kedua dilakukan untuk menyelidiki faktor-faktor penting dan

spesifik apa saja dari bank yang dapat digunakan untuk menjelaskan penggunaan

provisi kerugian pembiayaan untuk tujuan diskresioner, terutama berkaitan

dengan perilaku perataan laba. Tahap ketiga difokuskan untuk menilai apakah

provisi non-diskresioner dan diskresioner mempunyai korelasi dengan

pertumbuhan pembiayaan pada bank Islam. Akhirnya, tahap keempat digunakan

untuk menilai faktor-bank yang spesifik dari bank yang dapat dipertimbangkan

dalam menjelaskan hubungan antara provisi non-diskresioner dan provisi

diskresioner dengan pertumbuhan pembiayaan pada bank Islam.

4.2.1. Model Pengaruh Perilaku Perataan Laba, Manajemen Modal dan

Mekanisme Sinyal Terhadap Provisi Kerugian Pembiayaan

Untuk itu menjawab pertanyaan apakah provisi digunakan sebagai alat

kebijakan manajemen, maka dalam penelitian ini digunakan model ekonometri

yang sering digunakan untuk menguji praktik perataan laba di lembaga keuangan,

khususnya industri bank. Dalam model ini, perataan laba biasanya dipahami

sebagai hubungan positif antara provisions dan earnings. Versi awal model

tersebut diperkenalkan oleh Greenawalt dan Sinkey (1988) dengan versi

fungsionalnya yang dinyatakan sebagai berikut:

Provision = f (Income, External Proxy, Control Variable)

Dalam fungsi tersebut, yang dimaksudkan dengan provisi adalah provisi

kerugian pembiayaan. Provisi kerugian pembiayaan merupakan tambahan biaya

yang dialokasikan dalam cadangan kerugian pembiayaan (financing loss reserve)

secara tahunan, sedangkan laba operasional (income) merupakan variabel penjelas

utama. Perataan laba terjadi jika ada hubungan yang positif dan signifikan antara

provisi dan laba. Hal tersebut menunjukkan bahwa di saat bank mencapai

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 80: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

67

Universitas Indonesia

keuntungan yang tinggi maka manajemen akan meningkatkan provisi, sementara

penurunan hasil keuntungan akan mengurangi cadangan sebelumnya.

Proksi eksternal (external proxy) dalam model ini digunakan untuk

menangkap kondisi ekonomi dan, khususnya, yang terkait dengan kredit macet

pada industri bank. Sebagai salah satu sarana untuk menangkap pengaruh dari

kegiatan ekonomi maka biasanya digunakan perubahan pendapatan nasional yang

disesuaikan dengan inflasi. Mengingat bahwa tingkat pendapatan nasional (PDB

atau GNP) yang tinggi menunjukkan tingkat kemakmuran dan kemungkinan

mengurangi kegagalan pembayaran utang, maka variabel ini berhubungan negatif

dengan provisi. Alternatif lain yang dapat digunakan sebagai proksi eksternal

adalah pengukuran kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan kualitas kredit yaitu

jumlah kegagalan bisnis dan atau nilai uang dari kewajiban lancar yang gagal

ditagih (Greenawalt dan Sinkey, 1988). Masing-masing alternatif pengukuran ini

harus berkorelasi positif dengan provisi.

Dalam model dimaksud, variabel kontrol (control variable) dirancang

untuk memastikan spesifikasi yang tepat dari model dengan menangkap dampak

pengaruh manajerial pada portofolio pengambilan risiko atau kualitas kredit.

Variabel yang seringkali digunakan dalam penelitian meliputi karakteristik

spesifik dari bank, seperti ukuran bank, rasio kredit terhadap aset, pinjaman yang

di-write-off (hapus buku) dan variabel komposisi portofolio kredit.

Berdasarkan pada bentuk umum fungsi sederhana tersebut, model

pembuktian perataan laba saat ini telah berkembang jauh dengan berbagai versi.

Model ekonometri tersebut telah dimodifikasi untuk digunakan pada penelitian

selanjutnya. Model digunakan juga untuk pembuktian adanya kebijakan

manajemen untuk tujuan manajemen modal dan mekanisme sinyal.

Dalam disertasi ini, untuk pengujian hipotesis 1a, 1b dan 1c model yang

digunakan merupakan model regresi yang telah dimodifikasi dari penelitian,

antara lain, Laeven dan Majnoni (2003), Fonseca dan Gonzalez (2008), Perez et

al. (2006), dan Bushman dan Williams (2012) serta Soedarmono et al. (2012).

Model ekonometri umum dimaksud adalah sebagai berikut:

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 81: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

68

Universitas Indonesia

Model 1

𝑭𝑳𝑷 𝒊,𝒕 = 𝜶𝟎 + 𝜶𝟏 𝑬𝑩𝑻𝑷𝒊,𝒕 + 𝜶𝟐 𝑬𝑸𝑻𝑨𝒊,𝒕 + 𝜶𝟑 𝑺𝑰𝑮𝑵𝒊,𝒕 + 𝜶𝟒 𝑵𝑷𝑭𝒊,𝒕 + 𝜶𝟓 𝑭𝑻𝑨𝒊,𝒕 +

𝜶𝟔 𝑮𝑹𝑶𝑾𝒕 + 𝜺𝒊,𝒕

Hiptotesis 1 dapat disajikan dalam bentuk statistik sebagai berikut:

H1a: α1 < 0; H1b: α2 < 0; H1c: α3 < 0

Dimana,

Variabel Definisi Pengukuran

FLP Financing Loss

Provisions

Provisi kerugian pembiayaan pada bank Islam dihitung dari

jumlah yang tercantum pada pos loan loss provisions di

laporan laba rugi bank Islam dibagi dengan total aset

(sumber data Bankscope)

EBTP Earnings Before

Tax and Provision

Laba sebelum pajak dan provisi di bank Islam dihitung dari

jumlah yang tercantum pada pos earnings before tax and

provision (and zakat) di laporan laba rugi bank Islam dibagi

dengan total aset (sumber data Bankscope)

EQTA Equity Total Assets

Modal bank Islam dihitung dari jumlah yang tertera pada

pos equity di laporan posisi keuangan bank Islam dibagi

dengan total aset (sumber data Bankscope)

SIGN

One-year-ahead

change in the ratio

EBTP

Mekanisme sinyal di bank Islam diukur dari:

𝑺𝑰𝑮𝑵𝒊,𝒕 =𝑬𝑩𝑻𝑷𝒊,𝒕+𝟏− 𝑬𝑩𝑻𝑷𝒊,𝒕

𝟎.𝟓 (𝑻𝑨𝒊,𝒕+𝟏+ 𝑻𝑨𝒊,𝒕)

Dimana TA: Total Asset (sumber data Bankscope)

NPF Non Performing

Financing

Pembiayaan bermasalah di bank Islam dihitung dari jumlah

yang tercantum pada pos non-performing loan di laporan

posisi keuangan bank Islam dibagi dengan total

pembiayaan (sumber data Bankscope)

FTA Financing Total

Asset

Pembiayaan di bank Islam dihitung dari jumlah yang

tercantum pada pos total credit/ financing di laporan posisi

keuangan bank Islam dibagi dengan total aset (sumber data

Bankscope)

GROW

Real Gross

Domestic Product

Growth

Produk Domestik Bruto diambil dari jumlah yang

tercantum dalam WDI (World Bank Development

Indicators)

4.2.2. Model Pengaruh Moderasi Kapitalisasi dan Portofolio Aset Terhadap

Hubungan Antara Perataan Laba dengan Provisi Kerugian

Pembiayaan

Untuk menguji pengaruh kapitalisasi dan portofolio aset bank Islam

terhadap perilaku perataan laba dengan menggunakan provisi kerugian

pembiayaan, maka digunakan model 2 sebagai berikut:

Model 2

𝑭𝑳𝑷𝒊,𝒕 = 𝜶𝟎 + 𝜶𝟏 𝑬𝑩𝑻𝑷𝒊,𝒕 + 𝜶𝟐 𝑬𝑸𝑻𝑨𝒊,𝒕 + 𝜶𝟑 𝑺𝑰𝑮𝑵𝒊,𝒕 + 𝜶𝟒 𝑵𝑷𝑭𝒊,𝒕 + 𝜶𝟓 𝑭𝑻𝑨𝒊,𝒕 +

𝜶𝟔 𝑮𝑹𝑶𝑾𝒕 + 𝜶𝟕 𝑬𝑩𝑻𝑷 ∗ 𝑻𝑪𝑹𝒊,𝒕 + 𝜶𝟖 𝑬𝑩𝑻𝑷 ∗ 𝑵𝑰𝑰𝒊,𝒕 + 𝜺𝒊,𝒕

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 82: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

69

Universitas Indonesia

Hiptotesis 2a dan 2b dapat disajikan dalam bentuk statistik sebagai berikut:

H2a: α7 ≠ 0 dan H2b: α8 ≠ 0

Dimana,

Variabel Definisi Pengukuran

TCR Total Capital

Ratio

Rasio modal dihitung berdasarkan total komponen modal

pada bank Islam dibagi dengan aktiva tertimbang rata-rata

menurut risiko, sesuai yang tersaji dalam sumber data

Bankscope

NII Net Interest

Income

Angka pendapatan bunga ini dihitung berdasarkan rasio

antara total pendapatan dari produk pembiayaan Mudharabah

dan Musyarakah dibagi dengan total pendapatan bank

(sumber data Bankscope)

4.2.3. Model Pengaruh Prosiklikal Provisi Kerugian Pembiayaan Terhadap

Pertumbuhan Pembiayaan

Untuk pembuktian adanya pengaruh non-prosiklikal provisi kerugian

pembiayaan terhadap pertumbuhan pembiayaan, maka model penelitian yang

digunakan merupakan adopsi dari model penelitian Beaver dan Engel (1996),

Bouvatier dan Lepetit (2012) dan Soedarmono et al. (2012). Tahap pengujian efek

prosiklikal didahului dengan menghitung nilai komponen diskresioner dan nilai

komponen non-diskresioner dari provisi kerugian pembiayaan berdasarkan regresi

model 1, yaitu:

𝑭𝑳𝑷 𝒊,𝒕 = 𝜶𝟎 + 𝜶𝟏 𝑬𝑩𝑻𝑷𝒊,𝒕 + 𝜶𝟐 𝑬𝑸𝑻𝑨𝒊,𝒕 + 𝜶𝟑 𝑺𝑰𝑮𝑵𝒊,𝒕 + 𝜶𝟒 𝑵𝑷𝑭𝒊,𝒕 + 𝜶𝟓 𝑭𝑻𝑨𝒊,𝒕 +

𝜶𝟔 𝑮𝑹𝑶𝑾𝒕 + 𝜺𝒊,𝒕

Dimana,

Komponen diskresioner

𝑫𝑭𝑳𝑷 𝒊,𝒕 = 𝜹𝟎 + 𝜶𝟏 𝑬𝑩𝑻𝑷𝒊,𝒕 + 𝜶𝟐 𝑬𝑸𝑻𝑨𝒊,𝒕 + 𝜶𝟑 𝑺𝑰𝑮𝑵𝒊,𝒕 + €𝒊,𝒕

Komponen non-diskresioner

𝑵𝑫𝑭𝑳𝑷 𝒊,𝒕 = 𝜸𝟎+ 𝜶𝟒 𝑵𝑷𝑭𝒊,𝒕 + 𝜶𝟓 𝑭𝑻𝑨𝒊,𝒕 + 𝜶𝟔 𝑮𝑹𝑶𝑾𝒕 + 𝝁𝒊,𝒕

Dengan

𝜶𝟎 = 𝜹𝟎 + 𝜸𝟎 𝒅𝒂𝒏 𝜺𝒊,𝒕 = €𝒊,𝒕 + 𝝁𝒊,𝒕

Namun demikian, dari persamaan regresi tersebut nilai residunya yaitu

DFLP (yaitu €𝒊,𝒕) dan NDFLP (yaitu 𝝁𝒊,𝒕) sangat sulit diperoleh. Dengan

menggunakan asumsi bahwa kedua komponen, DFLP dan NDFLP, merupakan

fungsi linear maka perhitungan estimasi untuk mendapatkan nilai diskresioner dan

non-diskresioner dapat dilakukan dengan cara berikut:

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 83: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

70

Universitas Indonesia

Nilai diskresioner

𝑫𝑰𝑺𝑪𝒊,𝒕 = 𝜶�̂� 𝑬𝑩𝑻𝑷𝒊,𝒕 + 𝜶�̂� 𝑬𝑸𝑻𝑨𝒊,𝒕 + 𝜶�̂� 𝑺𝑰𝑮𝑵𝒊,𝒕

Diskresioner 𝑵𝑫𝑰𝑺𝑪𝒊,𝒕 = 𝜶�̂� 𝑵𝑷𝑭𝒊,𝒕 + 𝜶�̂� 𝑭𝑻𝑨𝒊,𝒕 + 𝜶𝟔 ̂ 𝑮𝑹𝑶𝑾𝒕

Menurut Beaver dan Engel 1996, nilai kedua komponen tersebut (DISC

dan NDISC) dapat diestimasi berdasarkan nilai total dari produk variabel penjelas

dikalikan dengan estimasi koefisiennya. Dan karena adanya faktor residu yang

sulit terobservasi, maka penjumlahan DISC dan NDISC tidak akan sama dengan

nilai FLP.

Setelah dilakukan pemisahan antara komponen non-diskresioner dan

diskresioner FLP dimaksud, maka untuk menguji hipotesis 3a dan 3b yaitu

pengaruh prosiklikal provisi kerugian pembiayaan terhadap pertumbuhan

pembiayaan, digunakan model penelitian sebagai berikut:

Model 3

𝑭𝑰𝑵𝑮𝒊,𝒕 = 𝜷𝟎 + 𝜷𝟏 𝑫𝑰𝑺𝑪_𝑭𝑳𝑷𝒊,𝒕 + 𝜷𝟐 𝑵𝑫𝑰𝑺𝑪_𝑭𝑳𝑷𝒊,𝒕 + 𝜷𝟑 𝑬𝑸𝑻𝑨𝒊,𝒕 + 𝜷𝟒 𝑭𝑻𝑨𝒊,𝒕 +

𝜷𝟓 𝑺𝑰𝒁𝑬𝒊,𝒕 + 𝜷𝟔 𝑫𝑬𝑷𝑶𝒊,𝒕 + 𝜷𝟕 𝑮𝑹𝑶𝑾𝒕 + 𝜺𝒊,𝒕

Hiptotesis 3a dan 3b dapat disajikan dalam bentuk statistik sebagai berikut:

H3a: β1> 0 dan H3b: β2 > 0

Dimana

Variabel Definisi Pengukuran

FING Financing Growth 𝑭𝑰𝑵𝑮𝒊,𝒕 =

𝑻𝑭𝑰𝑵𝒊,𝒕 − 𝑻𝑭𝑰𝑵𝒊,𝒕−𝟏

𝑻𝑭𝑰𝑵𝒊,𝒕−𝟏

DISC_FLP Discretionary of

FLP 𝑫𝑰𝑺𝑪_𝑭𝑳𝑷𝒊,𝒕 = 𝜶𝟏 ̂ 𝑬𝑩𝑻𝑷𝒊,𝒕 + 𝜶�̂� 𝑬𝑸𝑻𝑨𝒊,𝒕 +

𝜶�̂� 𝑺𝑰𝑮𝑵𝒊,𝒕

NDISC_FLP Non-Discretionary

of FLP 𝑵𝑫𝑰𝑺𝑪_𝑭𝑳𝑷𝒊,𝒕 = 𝜶�̂� 𝑵𝑷𝑭𝒊,𝒕 + 𝜶𝟓 ̂ 𝑭𝑻𝑨𝒊,𝒕 +

𝜶�̂� 𝑮𝑹𝑶𝑾𝒕

EQTA Total Equity Modal bank Islam dihitung dari jumlah yang tertera pada

pos equity di laporan posisi keuangan bank Islam dibagi

dengan total aset (sumber data Bankscope)

FTA Financing Total

Asset

Pembiayaan di bank Islam dihitung dari jumlah yang

tercantum pada pos total credit/ financing di laporan

posisi keuangan bank Islam dibagi dengan total aset

(sumber data Bankscope)

SIZE Size of bank Besaran aset bank Islam diperoleh dari perhitungan

logaritma dari nilai total aset yang tercantum dalam

laporan neraca bank Islam (sumber data Bankscope)

DEPO Deposits Nilai total deposits diperoleh dengan membagi nilai

dalam pos deposits dibagi dengan total aset sesuai yang

tercantum dalam laporan neraca (sumber data

Bankscope)

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 84: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

71

Universitas Indonesia

Variabel Definisi Pengukuran

GROW Real Gross Domestic

Product Growth

Produk Domestik Bruto diambil dari jumlah yang

tercantum dalam WDI (World Bank Development

Indicators)

4.2.4. Model Pengaruh Moderasi Kapitalisasi dan Portofolio Aset Bank

Islam Terhadap Hubungan Prosiklikal Antara Provisi Kerugian

Pembiayaan dengan Pertumbuhan Pembiayaan

Untuk menguji hipotesis 4a, 4b, 4c, dan 4d bahwa kapitalisasi dan

portofolio aset bank Islam mempunyai pengaruh terhadap hubungan antara provisi

kerugian pembiayaan diskresioner dan non-diskresioner dengan pertumbuhan

pembiayaan, maka digunakan model pengujian 4. Model 4 tersebut merupakan

pengembangan dari model pengujian 3 dengan menambahkan moderasi

kapitalilisasi dan portofolio aset terhadap provisi kerugian pembiayaan sehingga

menjadi sebagai berikut:

Model 4 𝑭𝑰𝑵𝑮𝒊,𝒕 = 𝜷𝟎 + 𝜷𝟏 𝑫𝑰𝑺𝑪_𝑭𝑳𝑷𝒊,𝒕 + 𝜶𝟐 𝑵𝑫𝑰𝑺𝑪_𝑭𝑳𝑷𝒊,𝒕 + 𝜷𝟑 𝑬𝑸𝑻𝑨𝒊,𝒕 + 𝜷𝟒 𝑭𝑻𝑨𝒊,𝒕 +

𝜷𝟓 𝑺𝑰𝒁𝑬𝒊,𝒕 + 𝜷𝟔 𝑫𝑬𝑷𝑶𝒊,𝒕 + 𝜷𝟕 𝑮𝑹𝑶𝑾𝒕 + 𝜷𝟖 𝑫𝑰𝑺𝑪_𝑭𝑳𝑷 ∗ 𝑻𝑪𝑹𝒊,𝒕 +

𝜷𝟗 𝑵𝑫𝑰𝑺𝑪_𝑭𝑳𝑷 ∗ 𝑻𝑪𝑹𝒊,𝒕 + 𝜷𝟏𝟎 𝑫𝑰𝑺𝑪_𝑭𝑳𝑷 ∗ 𝑵𝑰𝑰𝒊,𝒕 +

𝜷𝟏𝟏 𝑵𝑫𝑰𝑺𝑪_𝑭𝑳𝑷 ∗ 𝑵𝑰𝑰𝒊,𝒕 + 𝜺𝒊,𝒕

Hiptotesis 4a, 4b, 4c dan 4d disajikan dalam bentuk statistik sebagai berikut:

H4a: β8 ≠ 0; H4b: β9 ≠ 0; H4c: β10 ≠ 0; H4d: β11 ≠ 0

Dimana,

Variabel Definisi Pengukuran

TCR Total Capital Ratio

Rasio modal dihitung berdasarkan total komponen

modal pada bank Islam dibagi dengan aktiva

tertimbang rata-rata menurut risiko, sesuai yang tersaji

dalam sumber data Bankscope

NII Net Interest Income

Angka pendapatan bunga ini dihitung berdasarkan

rasio antara total pendapatan dari produk pembiayaan

Mudharabah dan Musyarakah dibagi dengan total

pendapatan bank (sumber data Bankscope)

4.3. Operasionalisasi Variabel Penelitian

4.3.1. Model Hubungan Antara Perataan Laba dengan Provisi Kerugian

Pembiayaan

Variabel Dependen

Variabel dependen yang digunakan dalam model ekonometri untuk

pembuktian adanya perilaku perataan laba tersebut adalah FLP (Financing Loss

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 85: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

72

Universitas Indonesia

Provisions). 𝐹𝐿𝑃𝑖,𝑡 atau provisi kerugian pembiayaan adalah biaya yang

disisihkan oleh manajemen bank berdasarkan estimasi kemungkinan kerugian

akibat kegiatan pembiayaan yang dilakukan oleh bank Islam. Dalam istilah bank

konvensional, FLP dikenal dengan nama LLP (Loan Loss Provision) atau provisi

kerugian kredit. Dalam penelitian terdahulu, variabel FLP atau LLP digunakan

sebagai variabel dependen untuk menguji bukti adanya manipulasi provisi untuk

perataan laba (diantaranya oleh Fonseca dan Gonzalez, 2008; Ahmed, et al, 1999;

Greenawalt dan Sinkey, 1988). Nilai 𝐹𝐿𝑃𝑖,𝑡 diukur berdasarkan nilai LLP yang

tercantum pada laporan keuangan bank Islam dalam database Bankscope dibagi

dengan total aset bank Islam i pada tahun t.

Variabel Independen

𝐸𝐵𝑇𝑃𝑖,𝑡 adalah variabel independen yang sangat penting dalam penelitian

mengenai perataan laba. Nilai 𝐸𝐵𝑇𝑃𝑖,𝑡 merupakan komponen laba sebelum pajak

dan provisi (Earnings Before Tax and Provisions) bank Islam i pada tahun t yang

tertera pada laporan keuangan dalam database Bankscope yang diskala oleh rata-

rata total aset. Menurut studi yang dilakukan, antara lain oleh Fonseca dan

Gonzalez (2008), Laeven dan Majnoni (2003), Ahmed, et al. (1999), Greenawalt

dan Sinkey (1988), variabel ini digunakan khusus untuk mengukur bukti

kebijakan perataan laba. Regresi memperkirakan apakah laba sebelum pajak dan

provisi (EBTP) memiliki hubungan yang positif atau negatif dengan provisi

kerugian pembiayaan (FLP). Hubungan yang positif, ditunjukkan dengan

koefisien positif, menegaskan bukti adanya perilaku perataan laba yang dilakukan

oleh bank. Bank akan meningkatkan provisi kerugian pembiayaan ketika laba

bersih meningkat dan akan mengurangi provisi kerugian pembiayaan ketika laba

bersih menurun. Demikian pula dengan hal sebaliknya. Hubungan negatif antara

komponen laba sebelum pajak dan provisi dengan komponen provisi kerugian

pembiayaan menunjukkan bukti tidak adanya perilaku perataan laba oleh

manajemen bank dengan menggunakan provisi atau kebijakan perataan laba

dilakukan dengan tidak menggunakan provisi sebagai alatnya. Penggunaan

komponen laba sebelum pajak dan provisi digunakan dalam pembuktian perataan

laba karena apabila menggunakan komponen laba setelah pajak dapat

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 86: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

73

Universitas Indonesia

menyebabkan potensi bias mengingat sistem pajak yang berbeda di setiap negara.

𝐸𝑄𝑇𝐴𝑖,𝑡 adalah variabel yang menunjukkan komponen modal bank Islam i

pada tahun t yang digunakan untuk mendeteksi adanya kebijakan manajemen

modal oleh manajemen bank dengan menggunakan provisi kerugian pembiayaan

(FLP). Modal bank yang dinormalisasi dengan rata-rata total aset tersebut

diperkenalkan untuk menangkap intensitas penggunaan provisi kerugian

pembiayaan untuk mengelola modal atau untuk mencapai target modal minimum.

Dalam hal ini, masing-masing negara berbeda dalam mengatur kebijakan modal

bank, akibatnya hubungan antara EQTA dan FLP diperkirakan tidak begitu jelas.

Namun demikian, penelitian sebelumnya menunjukkan kecenderungan bahwa

modal dan provisi di bank Islam menunjukkan hubungan yang negatif.

𝑆𝐼𝐺𝑁𝑖,𝑡 merupakan variabel yang digunakan untuk mendeteksi adanya

mekanisme sinyal oleh manajemen bank. Mengikuti penelitian oleh Anandarajan

et al. (2007) dan Bouvatier dan Lepetit (2012), 𝑆𝐼𝐺𝑁i,t diukur melalui perubahan

laba sebelum pajak dan provisi bank Islam i pada tahun t dengan rata-rata total

aset bank, dengan formula berikut:

𝑬𝑩𝑻𝑷𝒊,𝒕+𝟏 − 𝑬𝑩𝑻𝑷𝒊,𝒕

𝟎. 𝟓 (𝑻𝑨𝒊,𝒕+𝟏 + 𝑻𝑨𝒊,𝒕)

Hubungan yang positif antara laba masa datang dengan provisi kerugian

pembiayaan menunjukkan bahwa pemberian sinyal laba masa datang kepada

investor dilakukan oleh manajemen bank melalui peningkatan provisi. Demikian

sebaliknya bahwa hubungan negatif menunjukkan bahwa mekanisme sinyal tidak

dilakukan oleh manajemen bank Islam atau mekanisme sinyal dilakukan dengan

tidak melalui provisi.

𝑁𝑃𝐹𝑖,𝑡 adalah pembiayaan yang bermasalah (non-performing financing)

yang dimiliki bank Islam i pada tahun t. NPF digunakan sebagai variabel kontrol

terhadap tingkat risiko pembiayaan bank Islam. Seringkali peneliti lain

menggunakan cadangan kerugian pembiayaan sebagai ukuran tingkat risiko. NPF

digunakan sebagai proksi untuk non-discretionary FLP. Liu dan Ryan (2006)

mengecualikan cadangan dalam penelitiannya dan lebih memilih menggunakan

perubahan dalam tingkat kredit yang bermasalah sebagai proksi karena lebih

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 87: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

74

Universitas Indonesia

dapat mencerminkan tingkat perubahan kredit macet dan tingkat risiko kredit

yang berlaku. Dalam model ini, koefisien NPF diharapkan bertanda positif.

𝐹𝑇𝐴𝑖,𝑡 merupakan variabel lain yang penting untuk mengukur risiko bank

yaitu total pembiayaan dibagi dengan rata-rata total aset bank Islam i pada tahun t.

Variabel ini digunakan sebagai proksi untuk portofolio risiko pembiayaan bank

Islam, meskipun Bouvatier dan Lepetit (2008) menekankan bahwa pembiayaan

bermasalah (NPF) tampil lebih baik sebagai indikator risiko. Secara umum,

jumlah provisi ditentukan berdasarkan kualitas portofolio pembiayaan. Kenaikan

portofolio pembiayaan memaksa bank untuk meningkatkan FLP karena risiko

gagal bayar yang lebih tinggi. Dengan demikian, koefisien diharapkan akan

positif.

𝐺𝑅𝑂𝑊𝑡 adalah tingkat pertumbuhan produk domestik bruto suatu negara

pada tahun tertentu. Variabel ini digunakan untuk menangkap pengaruh dari

kondisi ekonomi makro suatu negara (siklus bisnis) dalam FLP. Koefisien GROW

diperkirakan akan positip. Dalam kondisi ekonomi negara yang tumbuh, dengan

menggunakan provisi dinamis yang direkomendasikan oleh AAOIFI, bank Islam

diperkirakan membentuk provisi yang lebih besar, yang diperlukan dalam

mengantisipasi apabila perekonomian negara mengalami pelambatan. Dan dalam

kondisi ekonomi yang memburuk, bank Islam diperkirakan membentuk FLP yang

kecil sehingga krisis ekonomi yang berkepanjangan dapat dihindari. Selain itu,

variabel 𝐺𝑅𝑂𝑊𝑡 digunakan untuk membuktikan tidak adanya perilaku prosiklikal

FLP pada bank Islam.

Kondisi bank Islam berbeda dengan bank konvensional. Bank

konvensional pada umum menyatakan bahwa kemajuan ekonomi suatu negara

dapat mengindikasikan membaiknya kondisi ekonomi, sehingga dapat

mengakibatkan meningkatnya laba, dan demikian sebaliknya. Untuk itu, bank

akan menurunkan besaran provisi selama ledakan ekonomi dan meningkatkan

provisi selama masa penurunan ekonomi. Dengan perilaku siklikal demikian,

seperti yang sampaikan oleh Laeven dan Majnoni (2003) dan Bikker dan

Metzemakers (2005), maka koefisien pada bank konvensional umumnya menjadi

negatif dalam persamaan model dimaksud.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 88: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

75

Universitas Indonesia

Diskresioner dan Non-diskresioner FLP

Berkaitan dengan pengukuran terhadap dampak FLP terhadap

pertumbuhan pembiayaan bank Islam, maka berdasarkan studi literatur (Ahmad et

al., 1999; Bouvatier dan Lepetit, 2012, Soedarmono et al., 2012) provisi dapat

dibedakan menjadi dua komponen yaitu diskresioner (DISC_FLP) dan non-

diskresioner (NDISC_FLP).

Komponen non-diskresioner merupakan cadangan kerugian kredit yang

disediakan untuk menutupi kerugian kredit yang diperkirakan akan terjadi

(expected credit loss) (Wahlen, 1994; Beaver dan Engel, 1996). Komponen ini

terutama terkait dengan identifikasi pembiayaan yang bermasalah (NPF) dan

selain itu juga menunjukkan pola siklikal (cyclical pattern) (Laeven dan Majnoni,

2003; Bikker dan Metzemakers, 2005). Di sisi yang lain, komponen diskresioner

digunakan untuk menangkap besaran provisi kerugian pembiayaan untuk tujuan

manajerial seperti perataan laba, manajemen modal atau sinyal (Ahmed et al.,

1999). Dalam penelitian ini kedua komponen tersebut perlu dipisahkan untuk

dianalisis secara akurat apakah FLP non-diskresioner memiliki relasi yang

signifikan terhadap pertumbuhan pembiayaan.

Dengan definisi tersebut, maka dapat diasumsikan bahwa komponen

diskresioner adalah semua bagian dari FLP yang tidak diidentifikasi sebagai non-

diskresioner. Keuntungan dari penggunaan definisi tersebut ada dua. Pertama, hal

ini dapat diterapkan untuk setiap dataset, terlepas dari signifikansi variabel

menangkap perilaku diskresioner. Kedua, hal ini juga memungkinkan untuk

menguji juga apakah FLP tidak diidentifikasi sebagai diskresioner yang penting

untuk pertumbuhan kredit (Bouvatier dan Lepetit, 2012).

4.3.2. Model Hubungan Prosiklikal Antara Provisi Kerugian Pembiayaan

dengan Pertumbuhan Pembiayaan

Variabel Dependen

𝐹𝐼𝑁𝐺𝑖,𝑡 merupakan proksi untuk pertumbuhan pembiayaan bank Islam i

pada tahun t yang diukur melalui perhitungan selisih antara total pembiayaan

tahun sekarang dengan tahun sebelumnya dibagi dengan total pembiayaan

sebelumnya. Nilai total pembiayaan diperoleh dari nilai total kredit / pembiayaan

(loans) yang ada di laporan keuangan bank Islam dalam database Bankscope.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 89: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

76

Universitas Indonesia

Dalam model ekonometri untuk pembuktian perilaku prosiklikal bank Islam,

variabel FING tersebut digunakan sebagai variabel dependen dan variabel lain

sebagai variabel independen.

Mengikuti penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Bouvatier dan

Lepetit (2012) dan Soedarmono et al. (2012), variabel 𝐹𝐼𝑁𝐺 yang digunakan

sebagai variabel dependen dapat menunjukkan adanya efek prosiklikal dari

komponen provisi non-diskresioner. Penelitian lain, Laeven dan Majnoni, 2003;

Cavallo dan Majnoni, 2001; Laeven dan Majnoni, 2003, menemukan hubungan

negatif dan signifikan antara pertumbuhan ekonomi dan provisi. Demikian pula,

penelitian yang dilakukan oleh Bikker dan Metzemakers (2005).

Variabel Independen

𝐷𝐼𝑆𝐶_𝐹𝐿𝑃𝑖,𝑡 dan 𝑁𝐷𝐼𝑆𝐶_𝐹𝐿𝑃𝑖,𝑡 merupakan variabel independen yang

sangat penting dalam penelitian mengenai pengujian prosiklikalitas. Pemisahan

komponen provisi menjadi komponen diskresioner (DISC_FLP) dan non-

diskresioner (NDISC_FLP) dimaksudkan agar diketahui dengan tepat komponen

yang berpengaruh terhadap pertumbuhan pembiayaan. Besaran variabel dimaksud

diukur berdasarkan penjumlahan dari variabel independen dikalikan dengan

estimasi koefisiennya dari hasil pengujian dengan model regresi 1.

Penelitian oleh Bouvatier dan Lepetit (2008) mencatat bahwa hubungan

provisi kerugian pembiayaan dengan komponen non-diskresioner sangat kuat.

Dengan melihat model hubungan antara provisi FLP dan pertumbuhan

pembiayaan tersebut, maka diharapkan komponen provisi NDISC_FLP akan

mempengaruhi secara negatif pertumbuhan pembiayaan. Suatu peningkatan

pembiayaan yang direpresentasikan oleh kenaikan komponen non-diskresioner

FLP harus dapat mengurangi insentif bank untuk melakukan ekspansi

pembiayaan. Dalam hal demikian, variabel DISC_FLP disertakan sebagai variabel

kontrol. Dengan melakukan kontrol terhadap diskresioner, diharapkan tidak

mempengaruhi efek non-diskresioner pada variasi pembiayaan. Tidak seperti

komponen NDISC_FLP, efek komponen DISC_FLP terhadap pertumbuhan

pembiayaan belum dapat dijelaskan.

𝐸𝑄𝑇𝐴𝑖,𝑡 adalah variabel kontrol yang diukur berdasarkan nilai ekuitas

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 90: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

77

Universitas Indonesia

(equity), yang diskala dengan total aset, berdasarkan nilai yang tercantum pada

laporan keuangan bank Islam i untuk periode t dalam database Bankscope.

Besaran nilai kapitalisasi bank Islam diperkirakan dapat mempengaruhi

pertumbuhan pembiayaan.

𝐹𝑇𝐴𝑖,𝑡 digunakan untuk mengukur risiko bank dimana nilai risiko dihitung

berdasarkan total pembiayaan dibagi dengan rata-rata total aset bank i pada tahun

t. Nilai total pembiayaan tersebut merupakan nilai yang tercantum pada pos kredit

(loans) dalam laporan keuangan bank Islam dalam database Bankscope.

𝑆𝐼𝑍𝐸𝑖,𝑡 merupakan variabel kontrol yang nilainya diukur dari nilai

logaritma besaran aset (assets) bank Islam i pada periode t yang tercantum pada

laporan keuangan bank Islam dalam database Bankscope.

𝐷𝐸𝑃𝑂𝑖,𝑡 merupakan tingkat pertumbuhan deposito yang digunakan

sebagai kontrol untuk perubahan sumber daya di bank dan oleh karena itu harus

positif mempengaruhi pertumbuhan pembiayaan.

4.4. Metode Analisis Data

Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda

untuk menguji pengaruh simultan dari variabel independen terhadap variabel

dependen. Namun demikian, untuk melihat karakteristik dari setiap variabel yang

akan diujikan, maka terlebih dahulu dilakukan analisis deskriptif. Dalam

penelitian ini, data diolah dengan menggunakan Eviews 7.0

4.4.1. Uji Data Panel

Sebelum dilakukan pengujian terhadap hipotesis, pada umumnya

dilakukan pengujian asumsi klasik untuk memenuhi estimasi regresi yang bersifat

BLUE (Best Linear Unbiased Estimate). Namun dengan mempertimbangkan

bahwa data yang digunakan adalah data panel, maka pengujian asumsi klasik

tidak perlu dilakukan (Gujarati, 2003, Verbeek, 2000).

Pada dasarnya penggunaan metode data panel memiliki beberapa

keunggulan sehingga tidak diperlukan uji asumsi klasik. Pertama, panel data

mampu memperhitungkan heterogenitas individu secara eksplisit dengan

mengijinkan variabel spesifik individu. Kedua, kemampuan mengontrol

heterogenitas individu pada gilirannya menjadikan data panel dapat digunakan

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 91: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

78

Universitas Indonesia

untuk menguji dan membangun model perilaku yang lebih kompleks. Ketiga, data

panel mendasarkan diri pada observasi cross – section yang berulang-ulang (time

series) sehingga metode data panel cocok untuk digunakan sebagai study of

dynamic adjusment. Keempat, tingginya jumlah observasi memiliki implikasi

pada data yang lebih informatif, lebih variatif, kolinearitas antar variabel yang

semakin berkurang, dan peningkatan derajat kebebasan (degree of freedom),

sehingga dapat diperoleh hasil estimasi yang lebih efisien. Kelima, data panel

dapat digunakan untuk mempelajari model-model perilaku yang kompleks.

Keenam, data panel dapat meminimalisir bias yang mungkin ditimbulkan oleh

agregasi data individu.

Ada tiga metode yang bisa digunakan untuk bekerja dengan data panel.

Menurut Verbeek (2000) metode yang pertama adalah pendekatan pooled least

square (PLS) secara sederhana menggabungkan (pooled) seluruh data time series

dan cross section dan kemudian mengestimasi model dengan menggunakan

metode ordinary least square (OLS). Kedua, pendekatan fixed effect (FE)

memperhitungkan kemungkinan bahwa peneliti menghadapi masalah omitted

variables dimana omitted variables mungkin membawa perubahan pada intercept

time series atau cross section. Model dengan FE menambahkan dummy variables

untuk mengizinkan adanya perubahan intercept ini. Ketiga, pendekatan efek acak

(random effect) memperbaiki efisiensi proses least square dengan

memperhitungkan error dari cross section dan time series. Model random effect

adalah variasi dari estimasi generalized least square. Metode fixed effect dan

random effect disebut juga metode generalized least square (GLS).

Dari tiga pendekatan metode data panel, dua pendekatan yang sering

digunakan untuk mengestimasi model regresi dengan data panel adalah

pendekatan fixed effect model dan pendekatan random effect model. Untuk

menentukan metode antara pooled least square dan fixed effect dengan

menggunakan uji F, sedangkan uji Hausman digunakan untuk memilih antara

random effect atau fixed effect.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 92: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

79

Universitas Indonesia

4.5. Analisis Sensitivitas

Untuk menguji sensitivitas hasil pengujian regresi, dalam penelitian ini

dilakukan pengujian kembali dengan (1) menggunakan proksi cadangan kerugian

pembiayaan untuk pembuktian kebijakan peralataan laba pada bank Islam, (2)

menggunakan pengukuran yang berbeda untuk ukuran pertumbuhan pembiayaan,

dan (3) menggunakan kombinasi dari keduanya.

4.5.1. Proksi Cadangan Kerugian Pembiayaan Sebagai Variabel Dependen

Dalam Model Perataan Laba

Berbeda dengan provisi kerugian pembiayaan, cadangan kerugian

pembiayaan (FLR) mempunyai karakter yang berbeda. Provisi lebih

mencerminkan keputusan manajerial pada suatu titik waktu tertentu, sedangkan

cadangan merupakan akumulasi provisi yang mencerminkan kualitas portofolio

aset bank. Merujuk pada penelitian Atik (2009), cadangan kerugian pembiayaan

di bank Islam merupakan salah satu instrumen untuk perilaku perataan laba

yang digunakan oleh manajer. Penelitian oleh Bikker dan Metzemakers (2005),

Rivard et al. (2003), dan Ma (1988) menggunakan proksi cadangan kerugian

kredit untuk menguji kebijakan manajemen bank. Dinamona (2008) melakukan

pengujian secara bersamaan antara provisi dan cadangan kerugian kredit.

Bagi bank yang mempunyai akrual besar, provisi kerugian pembiayaan

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap modal dan laba. Karena provisi

adalah diskresi manajemen bank, maka ada potensi bank akan menambah atau

mengurangi provisi dari yang seharusya sebagai salah satu cara untuk kebijakan

perataan laba. Dalam perspektif akuntansi, hal ini dapat mengurangi

komparabilitas laba di seluruh bank. Di sisi lain, provisi yang lebih tinggi juga

bukan merupakan cerminan kehati-hatian bank dalam mengantisipasi kondisi

buruk di masa depan (Balla et al., 2012).

Cadangan kerugian pembiayaan dianggap lebih bersifat prosiklikal

dibandingkan provisi kerugian pembiayaan, dan bagi sebagian peneliti dianggap

lebih sesuai untuk menggambarkan perilaku perataan laba bank (Balla et al.,

2012). Cadangan lebih mencerminkan pendekatan forward-looking

dibandingkan provisi terhadap perubahan kondisi ekonomi masa depan.

Dengan melakukan langkah yang sama dengan FLP, maka FLR

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 93: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

80

Universitas Indonesia

dipisahkan menjadi diskresioner (DISC_FLR) dan non-diskresioner (NDISC-

FLR). Pemisahan ini dilakukan untuk memudahkan pengujian pada saat uji

sensitivitas dengan menggunakan FLR.

4.5.2. Ukuran Pertumbuhan Pembiayaan

Ukuran pertumbuhan pembiayaan yang digunakan dalam analisis

sensitivitas adalah perhitungan selisih antara total pembiayaan tahun sekarang

dengan tahun sebelumnya dibagi dengan rata-rata total aset. Ukuran pertumbuhan

pembiayaan tersebut telah digunakan oleh penelitian lain (Bouvatier dan Lepetit,

2008; Bikker dan Metzemakers, 2005; Bikker dan Hu, 2002).

𝑫𝑭𝑰𝑵𝒊,𝒕 =𝑻𝑭𝑰𝑵𝒊,𝒕 − 𝑻𝑭𝑰𝑵𝒊,𝒕−𝟏

𝟎. 𝟓 (𝑻𝑨𝒊,𝒕 + 𝑻𝑨𝒊,𝒕−𝟏)

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 94: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

81 Universitas Indonesia

BAB 5

ANALISIS HASIL PENELITIAN

5.1. Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang

diperoleh dari database Bankscope. Setelah dilakukan pemilahan maka diperoleh

data profil keuangan untuk 154 bank Islam yang berlokasi di 29 negara di seluruh

dunia. Dari pengecekan kelengkapan data keuangan untuk periode tahun 1997

sampai dengan 2012 diperoleh data untuk 146 bank Islam yang layak dijadikan

sampel. Distribusi sampel bank Islam berdasarkan benua tempat beroperasinya

bank terlihat seperti dalam Tabel 5.1, sedangkan nama bank Islam dan negaranya

disertakan dalam lembar Lampiran.

Selain itu, data makroekonomi yang digunakan dalam penelitian, yaitu

berupa data pertumbuhan GDP (Gross Domestic Product) untuk masing-masing

negara sampel setiap tahun, diperoleh dari World Bank Development Indicators

(WDI).

Tabel 5.1: Distribusi Sampel

No Benua Jumlah Negara Jumlah Populasi Jumlah

Sampel

1 Asia 22 140 133

2 Afrika 4 7 6

3 Amerika 1 1 1

4 Eropa 2 6 6

Total 29 154 146

Sumber : Diolah berdasarkan database Bankscope

Dari 146 sampel bank pada periode tahun 1997 sampai dengan 2012

dimaksud tidak seluruhnya memberikan data yang lengkap. Setelah dilakukan

seleksi maka diperoleh data observasi 256 pengamatan-tahun untuk kemudian

dilakukan pengujian dengan menggunakan unbalanced panel.

Tabel 5.1 tersebut juga menunjukkan bahwa perkembangan bank Islam

telah mencapai di 29 negara pada 4 (empat) benua, dimana sebagian besar bank

Islam masih berada di benua Asia dan hanya 1 (satu) bank Islam yang berada di

benua Amerika. Di benua Eropa, selain berada di negara Inggris, bank Islam juga

telah beroperasi di negara Rusia.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 95: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

82

Universitas Indonesia

5.2. Analisis Statistik Deskriptif

Pada bagian ini disajikan statistik deskriptif untuk memberikan gambaran

umum mengenai karakteristik variabel yang dipergunakan dalam penelitian. Hasil

analisis statistik deskriptif dengan menggunakan Eviews tersebut disajikan dalam

Tabel 5.2.

Tabel 5.2 memperlihatkan bahwa seluruh sampel bank Islam dalam

periode tahun 1997 sampai dengan 2012 telah membentuk provisi kerugian

pembiayaan (FLP) dengan nilai minimum 0.00019. FLP merupakan biaya yang

disisihkan bank untuk mengantisipasi risiko terjadinya kerugian akibat

pembiayaan yang bermasalah, dan ditempatkan pada pos cadangan kerugian

pembiayaan (FLR) di neraca bank Islam. Semakin besar nilai FLP atau FLR maka

semakin besar pula estimasi bank Islam terhadap risiko yang dihadapi dalam

pemberian fasilitas pembiayaan.

Variabel FLR, dengan nilai minimum 0.00011 dan nilai maksimum

0.44144, mempunyai standard deviasi 0.04754 untuk jumlah observasi 256. Nilai

tersebut menunjukkan bahwa seluruh sampel bank Islam dalam penelitian ini

telah mengantisipasi potensi risiko di masa depan. Hasil ini menunjukkan

konsistensi dengan variabel FLP.

Tabel 5.2 memperlihatkan pula nilai laba sebelum pajak dan provisi dibagi

dengan total aset (EBTP) bank Islam yang bervariasi dari nilai minimum -0.4108

dan nilai maksimum 0.2611 serta nilai rata-rata 0.02062. Hal ini menunjukkan

bahwa meskipun bank Islam secara rata-rata dalam periode tahun 1997 sampai

dengan 2012 mampu menghasilkan laba dengan baik namun dalam periode yang

sama terdapat beberapa bank Islam yang mengalami kerugian. Semakin besar laba

yang dihasilkan menunjukkan semakin besar kemampuan bank untuk

meningkatkan kesejahteraan pemilik dan semakin besar pula kemungkinan bank

Islam untuk terus berkembang.

Variabel EQTA merupakan nilai ekuitas bank Islam dibagi dengan total

aset. Nilai EQTA bank Islam pada periode tahun 1997 sampai dengan 2012

menunjukkan nilai minimum -0.37827, nilai maksimum 0.82612 dan nilai rata-

rata 0.1599. Artinya semakin besar nilai EQTA maka semakin sehat bank Islam

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 96: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

83

Universitas Indonesia

dan semakin kuat untuk menutup risiko terjadinya kerugian yang tidak

diperkirakan sebelumnya (unexpected loss).

Tabel 5.2: Statistik Deskriptif

Mean Median Max Min Std. Dev. Obs

FLP 0.00726 0.0046 0.12648 0.00019 0.01292 256

EBTP 0.02062 0.02015 0.2611 -0.41083 0.03721 256

EQTA 0.1599 0.13651 0.82612 -0.37827 0.12615 256

GROW 0.05011 0.04832 0.20843 -0.0515 0.04655 256

NPF 0.082 0.04273 0.83197 0.00017 0.13016 256

FTA 0.58582 0.59658 0.99279 0.02459 0.17223 256

SIZE 14.7532 14.9361 17.8907 11.3688 1.46586 256

DEPO 0.74761 0.80955 0.93158 0.00798 0.20798 256

FING 0.28876 0.18994 3.51734 -0.91437 0.47554 256

FLR 0.02966 0.01997 0.44144 0.00011 0.04754 256

DFIN 0.10958 0.09066 0.90045 -0.52477 0.16242 256

Sumber: Diolah dengan menggunakan Eviews 7

Keterangan

FLP: provisi kerugian pembiayaan dibagi denga total aset; EBTP: laba sebelum pajak dan provisi

dibagi dengan total aset; EQTA: Ekuitas dibagi dengan total aset; GROW: pertumbuhan GDP

pertahun dalam prosentase; NPF: pembiayaan bermasalah dibagi dengan total pembiayaan; FTA :

total pembiayaan dibagi dengan total aset; SIZE: logaritma total aset bank; DEPO: total deposit

dibagi dengan total aset; FLR: cadangan kerugian pembiayaan dibagi dengan total aset; FING:

pertumbuhan pembiayaan dibagi dengan total pembiayaan; DFIN: pertumbuhan pembiayaan

dibagi dengan rata-rata total aset

Variabel GROW menunjukkan data pertumbuhan GDP pertahun yang

konsisten dengan variabel yang lain. Meskipun secara rata-rata pertumbuhan GDP

menunjukkan nilai positif 0.05011 namun dalam periode penelitian terjadi

pertumbuhan GDP minus -0.0515. Ini mengindikasikan bahwa pada periode

penelitian kondisi ekonomi di negara-negara dimana bank Islam beroperasi secara

umum mengalami pertumbuhan yang baik.

Variabel NPF dihitung berdasarkan hasil bagi antara pembiayaan yang

bermasalah dengan total pembiayaan. Semakin besar variabel NPF menunjukkan

semakin besar bank Islam mengalami kesulitan dalam pengelolaan pembiayaan

sehingga dapat mengganggu laba bank. Dalam Tabel 5.2 diperlihatkan nilai

minimun, maksimum, dan standar deviasi dari nilai pembiayaan yang bermasalah

untuk periode penelitian tahun 1997 sampai dengan 2012 yaitu 0.00017, 0.83197

dan 0.13016. Hal ini menunjukkan pula bahwa meskipun bank Islam telah

menggunakan pendekatan PLS (profit and loss sharing) namun tidak menutup

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 97: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

84

Universitas Indonesia

kemungkinan terjadinya pembiayaan yang bermasalah. Hasil ini konsisten dengan

nilai FLP dan FLR.

Variabel SIZE dalam Tabel 5.2 menunjukkan besarnya logaritma aset bank

Islam. Nilai standard deviasi SIZE 1.46586 menunjukkan tingginya variasi aset

bank Islam yang yang dijadikan sampel penelitian. Hal ini dapat dimengerti

mengingat sampel bank Islam yang digunakan berasal dari berbagai negara dan

mempunyai tingkat perkembangan yang berbeda-beda serta lama operasional

bank yang tidak seragam.

Variabel DEPO, dengan nilai minimun, maksimum dan rata-rata 0.00798,

1.2158 dan 0.74761, menunjukkan bahwa seluruh deposit bank Islam pada

periode penelitian digunakan untuk kegiatan pembiayaan. Semakin besar nilai

deposit maka akan semakin besar kemungkinan bank Islam menggunakan deposit

untuk disalurkan dalam bentuk pembiayaan.

Tabel 5.2 memperlihatkan nilai pertumbuhan pembiayaan yang diukur

secara berbeda untuk variabel yang berbeda yaitu FING dan DFIN. Besarnya nilai

variabel FING dan DFIN menunjukkan semakin besarnya kegiatan pembiayaan

yang dilakukan bank Islam. Nilai FING minimum yang negatif -0.91437

memperlihatkan bahwa dalam periode penelitian terdapat periode dimana

pembiayaan bank Islam tidak mengalami pertumbuhan. Hal ini konsisten dengan

nilai minimun yang negatif dari variabel EBTP, EQTA dan GROW.

Dari analisis statistik deskriptif tersebut dapat disimpulkan bahwa secara

keseluruhan variabel yang dianalisis telah menunjukkan kelayakan data secara

ekonomi dan cenderung tidak berisi data yang menyimpang sehingga

dimungkinkan untuk diuji dalam penelitian. Hasil analisis deskriptif juga

menimbulkan dugaan sementara, berdasarkan logika ekonomi, bahwa terdapat

hubungan antara variabel pertumbuhan pembiayaan (FING), laba sebelum pajak

dan provisi (EBTP), modal (EQTA), provisi kerugian pembiayaan (FLP),

pembiayaan yang bermasalah (NPF) dan pertumbuhan ekonomi (GROW). Artinya

bahwa pertumbuhan ekonomi (GROW) yang melambat, dapat menyebabkan

pertumbuhan kredit (FING/DFIN) yang menurun, sehingga laba yang dihasilkan

(EBTP) mengecil. Sebagai akibatnya, kondisi yang demikian dapat membuat

modal bank (EQTA) juga akan terkuras.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 98: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

85

Universitas Indonesia

5.3. Korelasi Antar Variabel

Untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara variabel yang

digunakan dalam penelitian, maka dilakukan analisis korelasi dengan

menggunakan aplikasi Eviews 7 dengan hasil seperti dalam Tabel 5.3 dan 5b.

Tabel 5.3 memperlihatkan korelasi antar variabel dalam model pengujian

perilaku perataan laba bank Islam dengan menggunakan provisi kerugian

pembiayaan. Korelasi antara variabel FLP (atau variabel FLR untuk analisis

sensitivitas) sebagai variabel dependen dan variabel NPF sebagai variabel

independen mempunyai tanda positif yang paling kuat, yaitu 0.363 untuk korelasi

FLP - NPF dan 0.700 untuk korelasi FLR - NPF. Artinya bahwa naik (turun) nya

besaran provisi dan cadangan kerugian pembiayaan berhubungan dengan naik

(turun) nya pembiayaan yang bermasalah. Sehingga dengan demikian,

pembentukan provisi dan cadangan kerugian pembiayaan telah sesuai dengan

maksud dan tujuan pembentukannya yaitu untuk mengantisipasi risiko terjadinya

kerugian yang diperkirakan dari kegiatan pembiayaan.

Tabel 5.3 juga memperlihatkan bahwa variabel FLP dan FLR mempunyai

hubungan yang paling lemah dan bertanda negatif dengan variabel GROW sebesar

-0.08 dan -0.01. Korelasi kedua variabel memberikan indikasi bahwa ketika

pertumbuhan ekonomi sedang memburuk (negatif), bank Islam cenderung

menahan ekspansi kegiatan pembiayaan kepada nasabah dengan cara

meningkatkan provisi dan cadangan kerugian pembiayaan (positif). Demikian

pula sebaliknya apabila keadaan ekonomi sedang membaik. Korelasi ini

memberikan dugaan, meskipun hubungan variabel lemah, bahwa provisi kerugian

pembiayaan bank Islam bersifat prosiklikal.

Tabel 5.3: Hasil Uji Korelasi Model Perataan Laba

FLP FLR EBTP EQTA SIGN NPF FTA GROW

FLP 1.000 0.256 -0.171 -0.168 0.049 0.363 0.153 -0.084

FLR 0.256 1.000 0.050 0.131 0.010 0.700 0.373 -0.002

EBTP -0.171 0.050 1.000 0.136 -0.500 -0.191 0.342 0.223

EQTA -0.168 0.131 0.136 1.000 -0.044 0.095 0.091 0.099

SIGN 0.049 0.010 -0.500 -0.044 1.000 -0.107 0.072 -0.036

NPF 0.363 0.700 -0.191 0.095 -0.107 1.000 0.017 -0.007

FTA 0.153 0.373 0.342 0.091 0.072 0.017 1.000 0.032

GROW -0.084 -0.002 0.223 0.099 -0.036 -0.007 0.032 1.000

Sumber: Diolah dengan menggunakan Eviews 7

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 99: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

86

Universitas Indonesia

Keterangan

FLP: provisi kerugian pembiayaan dibagi denga total aset; EBTP: laba sebelum pajak dan provisi

dibagi dengan total aset; EQTA: Ekuitas dibagi dengan total aset; SIGN: selisih laba sebelum

pajak dan provisi tahun depan dan tahun sekarang dibagi dengan rata-rata total aset; NPF:

pembiayaan bermasalah dibagi dengan total pembiayaan; FTA : total pembiayaan dibagi dengan

total aset; GROW: pertumbuhan GDP pertahun dalam prosentase.

Hasil uji korelasi antara kebijakan manajemen bank untuk perataan laba,

manajemen modal dan mekanisme sinyal dengan provisi kerugian pembiayaan

menunjukkan bahwa korelasi antara FLP sebagai variabel dependen dan variabel

EBTP – EQTA – SIGN sebagai variabel independen mempunyai tanda korelasi

yang berbeda.

Korelasi variabel FLP dan EBTP menunjukkan -0.171 yang berarti bahwa

bank Islam diduga tidak melakukan kebijakan perataan laba dengan menggunakan

provisi kerugian pembiayaan. Korelasi ini memberikan gambaran bahwa semakin

kecil (besar) laba bank sebelum pajak dan provisi berhubungan dengan semakin

besar (kecil) provisi kerugian pembiayaan.

Hubungan variabel FLP dengan EQTA menunjukkan tanda -0,168,

sedangkan korelasi antara variabel FLP dan FLR dengan SIGN memberikan hasil

tanda korelasi yang konsisten positip. Hasil uji ini memberikan indikasi bahwa

bank Islam lebih cenderung tidak melakukan manajemen modal, dan cenderung

melakukan mekanisme sinyal meskipun lemah.

Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa hubungan FLP dan FLR terhadap

FTA bertanda positip (+0.153 dan +0.373). Artinya besar (kecil) provisi dan

cadangan kerugian pembiayaan yang disisihkan berhubungan dengan besar (kecil)

pembiayaan yang diberikan oleh bank Islam. Meskipun akan diuji lebih lanjut

dengan model berikutnya, namun hasil ini mengindikasikan bahwa provisi

kerugian pembiayaan bersifat prosiklikal.

Selain itu, untuk hasil uji korelasi model pengujian efek prosiklikal provisi

kerugian pembiayaan terhadap pertumbuhan pembiayaan diperlihatkan dalam

Tabel 5.4. Variabel FING, sebagai variabel dependen untuk pertumbuhan

pembiayaan, mempunyai korelasi negatif dengan variabel diskresioner

(DISC_FLP) -0.103 dan variabel non-diskresioner (NDISC_FLP) -0.194. Hasil ini

mengindikasikan bahwa kedua komponen provisi kerugian pembiayaan, baik

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 100: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

87

Universitas Indonesia

komponen diskresioner maupun non-diskresioner, mempunyai efek prosiklikal

terhadap pertumbuhan pembiayaan. Korelasi antara variabel FING dengan

variabel NDISC_FLP dan DISC_FLP mengindikasikan pula bahwa meskipun

bank Islam telah mengimplementasikan sistem provisi yang dinamis namun

sistem dimaksud tidak berpengaruh terhadap efek prosiklikal pertumbuhan

pembiayaan.

Tabel 5.4 memperlihatkan pula bahwa variabel FING untuk pertumbuhan

pembiayaan mempunyai korelasi yang positif dengan variabel DEPO untuk pos

dana pihak ketiga sebesar +0.013 dan variabel GROW untuk pertumbuhan GDP

sebesar +0.042. Hasil demikian memberikan dugaan bahwa pertumbuhan

pembiayaan bank Islam berkaitan erat dengan pertumbuhan dana pihak ketiga

yang diperoleh bank. Semakin besar dana pihak ketiga (DEPO) maka semakin

besar pula kemungkinan bank Islam akan menyalurkannya dalam bentuk

pembiayaan (FING). Demikian pula dengan dugaan bahwa pertumbuhan

pendapatan nasional negara, dimana bank Islam tersebut beroperasi (GROW),

akan membantu mendorong pertumbuhan pembiayaan bank Islam (FING).

Tabel 5.4: Hasil Uji Korelasi Model Efek Prosiklikal

FING

DISC_

FLP

NDISC_

FLP EQTA FTA SIZE DEPO GROW

FING 1.000 -0.103 -0.194 0.057 0.055 -0.148 0.013 0.042

DISC_

FLP -0.103 1.000 -0.162 -0.959 -0.201 0.183 0.780 -0.160

NDISC_

FLP -0.194 -0.162 1.000 0.134 0.740 -0.128 -0.314 0.056

EQTA 0.057 -0.959 0.134 1.000 0.091 -0.228 -0.801 0.099

FTA 0.055 -0.201 0.740 0.091 1.000 0.103 -0.205 0.032

SIZE -0.148 0.183 -0.128 -0.228 0.103 1.000 0.191 0.003

DEPO 0.013 0.780 -0.314 -0.801 -0.205 0.191 1.000 -0.178

GROW 0.042 -0.160 0.056 0.099 0.032 0.003 -0.178 1.000

Sumber: diolah dengan menggunakan Eviews 7

Keterangan

FING: pertumbuhan pembiayaan dibagi dengan total pembiayaan; DISC_FLP: jumlah dari

produk variabel EBTP, EQTA, SIGN dari FLP dikalikan koefisien estimasinya; NDISC_FLP:

jumlah dari produk variabel GROW, NPF dan FTA dari FLP dikalikan koefisien eastimasinya;

EQTA: Ekuitas dibagi dengan total aset; FTA : total pembiayaan dibagi dengan total aset; SIZE:

logaritma total aset bank; DEPO: total deposit dibagi dengan total aset; GROW: pertumbuhan

GDP pertahun dalam prosentase.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 101: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

88

Universitas Indonesia

Tabel 5.4 juga memperlihatkan korelasi antara variabel FING dengan SIZE

sebesar -0.148. Hasil tersebut menunjukkan hubungan yang menarik dimana

pertumbuhan pembiayaan bank Islam berhubungan terbalik dengan besaran aset

bank Islam. Artinya semakin besar (kecil) aset bank Islam, maka semakin kecil

(besar) pertumbuhan pembiayaan. Hubungan tersebut berbeda dengan hasil

penelitian yang disampaikan Packer dan Zhu (2012). Hasil ini mengindikasikan

bahwa aset bank Islam tidak didominasi oleh pembiayaan yang disalurkan tetapi

melalui aset lainnya.

5.4. Pemilihan Metode Estimasi

Dengan mempertimbangkan keunggulan yang diperoleh seperti yang telah

dibahas sebelumnya maka pengujian dalam penelitian ini menggunakan data

panel. Menurut Verbeek (2000) dan Gujarati (2003) terdapat 3 (tiga) metode yang

bisa digunakan untuk mengolah data panel, yaitu (1) pendekatan pooled least

square, (2) pendekatan fixed effet, (3) pendekatan random effect. Dari 3 (tiga)

pendekatan metode data panel tersebut, terdapat 2 (dua) pendekatan yang sering

digunakan untuk mengestimasi model regresi, yaitu pendekatan fixed effect model

dan random effect model. Untuk menentukan metode yang sesuai antara pooled

least square dan fixed effect digunakan Chow-test, sedangkan untuk memilih

antara random effect dan fixed effect digunakan Hausman-test.

Dengan menggunakan bantuan Eviews, maka dilakukan Chow-test dan

Hausman-test untuk memilih metode estimasi yang tepat terhadap model perilaku

perataan laba dan model efek prosiklikal. Berdasarkan pengujian yang dilakukan

maka diperoleh hasil kesimpulan (hasil selengkapnya terlampir) sebagai berikut:

1. Chow-test yang dilakukan terhadap metode estimasi perilaku perataan laba

bank Islam (model 1) menghasilkan F-test maupun Chi-square yang sangat

signifikan dimana p-value = 0.0000 sehingga model mengikuti fixed effect.

2. Pengujian Hausman untuk model perilaku perataan laba menunjukkan p-

value = 0.0000 kurang dari signifikan level 5% sehingga model yang

digunakan mengikuti fixed effect.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 102: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

89

Universitas Indonesia

3. Chow-test yang dilakukan terhadap model estimasi prosiklikalitas bank

Islam (model 3) menunjukkan bahwa F test maupun Chi-square sangat

signifikan dimana p-value = 0.0000 sehingga model mengikuti fixed effect.

4. Pengujian Hausman untuk model prosiklikalitas menunjukkan hasil yang

signifikan dimana p-value = 0.0000 kurang dari 5% sehingga model yang

digunakan mengikuti fixed effect.

Dengan demikian model penelitian yang digunakan dalam disertasi ini

mengikuti metode fixed effect, baik untuk model pengujian terhadap perilaku

perataan laba maupun model pengujian terhadap efek prosiklikal.

5.5. Analisis Hasil Pengujian Hipotesis

Seperti telah dikemukakan di awal penelitian, pembahasan hasil pengujian

hipotesis dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 (dua), yaitu analisis hasil uji model

perilaku perataan laba dengan menggunakan provisi kerugian pembiayaan dan

model efek prosiklikal provisi kerugian pembiayaan terhadap pertumbuhan

pembiayaan.

5.5.1. Analisis Pengaruh Perataan Laba, Manajemen Modal dan Mekanisme

Sinyal Terhadap Provisi Kerugian Pembiayaan

Untuk menguji hipotesis 1a, 1b, 1c maka dilakukan regresi dengan

menggunakan model 1. Model ini menggunakan provisi kerugian pembiayaan

(FLP) sebagai variabel dependen dan variabel lainnya sebagai variabel

independen. Hasil pengujian terlihat dalam Tabel 5.5.

Seperti telah dikemukakan sebelumnya, pengujian terhadap model 1

digunakan untuk meyakini pengaruh kebijakan manajemen untuk perataan laba,

manajemen modal dan mekanisme sinyal terhadap provisi kerugian pembiayaan.

Tabel 5.5 memperlihatkan bahwa nilai Prob(F-statistic)= 0.0000 sangat signifikan.

Hal ini berarti bahwa model pengujian yang digunakan telah sangat baik. Secara

keseluruhan variabel independen hasil estimator sangat signifikan mempengaruhi

variabel dependen. Tabel 5.5 juga memperlihatkan bahwa secara individual hanya

variabel EBTP, EQTA, NPF, dan FTA yang secara signifikan berpengaruh

terhadap pembentukan provisi kerugian pembiayaan, sedangkan variabel SIGN,

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 103: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

90

Universitas Indonesia

dan GROW tidak signifikan berpengaruh. Selain itu, seluruh variabel mempunyai

tanda yang sesuai dengan estimasi, kecuali variabel GROW yang berbeda.

Hasil pengujian yang tersaji dalam Tabel 5.5 menunjukkan bahwa laba

sebelum pajak dan provisi bank Islam (EBTP) mempunyai koefisien negatif

terhadap provisi kerugian pembiayaan pada tingkat signifikansi 10% (p-value=

0.0551). Semakin besar (kecil) laba sebelum pajak dan provisi bank Islam, maka

semakin kecil (besar) provisi kerugian pembiayaan yang disisihkan bank. Artinya

bahwa bank Islam dalam kegiatan operasionalnya tidak melakukan perataan laba.

Bank dikatakan melakukan tindakan perataan laba, apabila manajer bank melalui

diskresi yang dimiliki, cenderung menurunkan provisi ketika laba sebelum pajak

dan provisi berada dalam posisi rendah, dan sebaliknya, menaikkan provisi pada

saat laba sebelum pajak dan provisi dalam posisi tinggi.

Hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitian Ismail et al. (2005) yang

menyatakan bahwa bank Islam tidak melakukan perataan laba melalui provisi

kerugian pembiayaan tetapi menggunakan ‘security gains and losses'. Peneliti lain

(Archer et al., 2010; Archer dan Karim, 2006; Sundararajan, 2005)

menyimpulkan bahwa kebijakan perataan laba bank Islam dengan menggunakan

PER (profit equalization reserve) dan IRR (investment risk reserve).

Selain itu, hasil pengujian tersebut memperlihatkan konsistensi hasil

dengan penelitian Perez et al. (2011) dan Burroni et al. (2009) bahwa penerapan

provisi dinamis dapat mengurangi kecenderungan bank untuk melakukan perataan

laba. Hasil ini sekaligus mengkonfirmasi dugaan bahwa bank Islam telah

menjalankan rekomendasi AAOIFI untuk menerapkan kebijakan provisi dinamis.

Dengan demikian maka hipotesis 1a diterima.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 104: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

91

Universitas Indonesia

Tabel 5.5. Hasil Regresi Model 1

Model 1

𝑭𝑳𝑷 𝒊,𝒕 = 𝜶𝟎 + 𝜶𝟏 𝑬𝑩𝑻𝑷𝒊,𝒕 + 𝜶𝟐 𝑬𝑸𝑻𝑨𝒊,𝒕 + 𝜶𝟑 𝑺𝑰𝑮𝑵𝒊,𝒕 + 𝜶𝟒 𝑵𝑷𝑭𝒊,𝒕 + 𝜶𝟓 𝑭𝑻𝑨𝒊,𝒕 +

𝜶𝟔 𝑮𝑹𝑶𝑾𝒕 + 𝜺𝒊,𝒕

Eksp

Tanda

FLP

Variable Coefficient t-statistic Prob

C -0.000344 -0.119982 0.9046

EBTP - -0.053016 -1.926842 0.0551 *

EQTA - -0.020188 -3.451084 0.0007 ***

SIGN - -0.005254 -0.223565 0.8233

NPF + 0.034414 5.758335 0.0000 ***

FTA + 0.016432 3.444078 0.0007 ***

GROW + -0.009904 -0.614517 0.5394

Adj R-square

Num of obs

F-stat

Prob(F-stat)

0.202044

256

11.76110

0.000000 *** Keterangan:

FLP: provisi kerugian pembiayaan dibagi denga total aset; EBTP: laba sebelum pajak dan provisi

dibagi dengan total aset; EQTA: Ekuitas dibagi dengan total aset; SIGN: selisih laba sebelum

pajak dan provisi tahun depan dan tahun sekarang dibagi dengan rata-rata total aset; NPF:

pembiayaan bermasalah dibagi dengan total pembiayaan; FTA : total pembiayaan dibagi dengan

total aset; GROW: pertumbuhan GDP pertahun dalam prosentase;

Model 1 diestimasi dengan menggunakan analisis data panel dengan period fixed effects.

***, **, * merupakan indikasi signifikan pada level 1%, 5%, dan 10%.

Koefisien variabel ekuitas bank Islam (EQTA), sesuai dengan estimasi,

bertanda negatif dan signifikan pada tingkat 1% (p-value= 0.0007) terhadap

pertumbuhan pembiayaan (FLP). Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar

(kecil) ekuitas bank Islam maka semakin kecil (besar) provisi kerugian

pembiayaan bank. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian Ismail et al. (2005)

dan Taktak et al. (2010a) bahwa modal bank Islam berpengaruh negatif terhadap

provisi kerugian pembiayaan. Artinya bank Islam, sesuai dengan dugaan, tidak

melakukan manajemen modal dengan menggunakan provisi kerugian

pembiayaan. Dengan demikian maka hipotesis 1b diterima.

Koefisien variabel SIGN yang bertanda negatif dan tidak signifikan (p-

value= 0.8233) menunjukkan bahwa perubahan laba sebelum pajak dan provisi

bank Islam periode berikutnya tidak mempengaruhi provisi kerugian pembiayaan.

Perubahan provisi kerugian pembiayaan pada bank Islam bukan merupakan sinyal

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 105: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

92

Universitas Indonesia

adanya peningkatan laba bank Islam untuk periode berikutnya. Hasil tersebut

mendukung hasil penelitian Anandarajan et al. (2007) yang menyatakan bahwa

tidak ada indikasi kuat bahwa provisi bank digunakan untuk mekanisme sinyal.

Hal ini mengkonfirmasi pula bahwa bank Islam belum sepenuhnya dapat

berinteraksi dengan pasar keuangan secara luas.

Tabel 5.5 tersebut memperlihatkan bahwa bank Islam menggunakan

provisi tidak hanya untuk tujuan diskresioner tetapi juga untuk tujuan non-

diskresioner. Provisi kerugian pembiayaan (FLP) dipengaruhi signifikan dan

bertanda positif oleh pembiayaan (FTA p-value= 0.0007) dan pembiayaan yang

bermasalah (NPF p-value= 0.0000). Semakin besar (kecil) pembiayaan yang

disalurkan atau semakin besar (kecil) pembiayaan yang tidak tertagih, maka

semakin besar (kecil) pula provisi kerugian pembiayaan yang disisihkan. Hasil ini

mendukung hasil penelitian Bouvatier dan Lepetit (2008) bahwa bank juga

menggunakan provisi kerugian kredit / pembiayaan untuk tujuan non-diskresioner

guna mengatasi risiko kredit / pembiayaan yang diperkirakan.

Selain itu, koefisien variabel pertumbuhan ekonomi (GROW) bertanda

negatif dan tidak signifikan (p-value= 0.5394) terhadap provisi kerugian

pembiayaan. Hasil ini berbeda dengan ekspektasi, namun memberikan indikasi

bahwa kebijakan provisi kerugian pembiayaan pada bank Islam tidak

dipengaruhi oleh kondisi ekonomi.

5.5.2. Analisis Sensitivitas Pengaruh Perataan Laba, Manajemen Modal

dan Mekanisme Sinyal Terhadap Provisi Kerugian Pembiayaan

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Bikker dan Metzemakers

(2005), Rivard et al. (2003), dan Ma (1988) menggunakan cadangan kerugian

kredit sebagai proksi untuk menguji kebijakan manajemen bank. Berbeda

dengan provisi kerugian kredit, cadangan kerugian kredit mempunyai karakter

yang berbeda. Provisi lebih mencerminkan keputusan manajerial pada suatu

titik waktu tertentu sedangkan cadangan merupakan akumulasi provisi yang

mencerminkan kualitas portofolio aset bank.

Hasil pengujian sensitivitas dengan menggunakan FLR (Financing Loss

Reserves) pada bank Islam, sebagaimana tersaji dalam Tabel 5.6, menghasilkan

nilai Prob(F-statistic)= 0.000. Artinya bahwa pengujian telah menggunakan model

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 106: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

93

Universitas Indonesia

yang baik dimana secara keseluruhan variabel independen hasil estimator sangat

signifikan mempengaruhi variabel dependen. Konsisten dengan pengujian yang

menggunakan FLP sebagai variabel dependen, hasil pengujian dengan variabel

FLR menghasilkan estimasi yang sama.

Koefisien variabel EBTP bertanda negatif dan signifikan (p-value=

0.0009) mempengaruhi FLR pada tingkat signifikansi 1%. Artinya bahwa laba

bank Islam sebelum pajak dan provisi tidak mempengaruhi cadangan kerugian

pembiayaan. Hasil ini semakin menguatkan hipotesis 1a bahwa bank Islam tidak

melakukan perataan laba. Dengan menerapkan sistem provisi dinamis maka bank

Islam cenderung tidak melakukan perataan laba dengan menggunakan provisi

kerugian pembiayaan (Perez et al., 2006; Jimenez dan Saurina, 2005).

Untuk koefisien variabel EQTA yang bertanda negatif, meskipun tidak

signifikan (p-value= 0.5940) terhadap FLR, menunjukkan bahwa provisi kerugian

pembiayaan bank Islam tidak dipengaruhi oleh manajemen modal. Hasil ini

menguatkan hasil pengujian sebelumnya dengan menggunakan FLP sebagai

variabel dependen. Hasil lainnya, variabel SIGN menunjukkan tanda negatif dan

signifikan (p-value= 0.0011) terhadap FLR pada tingkat signifikan 1%. Artinya,

menguatkan hasil pengujian sebelumnya bahwa bank Islam tidak melakukan

mekanisme sinyal dengan menggunakan provisi kerugian pembiayaan.

Tabel 5.6. Hasil Uji Sensitivitas Regresi Model 1

Model 1

𝑭𝑳𝑹 𝒊,𝒕 = 𝜶𝟎 + 𝜶𝟏 𝑬𝑩𝑻𝑷𝒊,𝒕 + 𝜶𝟐 𝑬𝑸𝑻𝑨𝒊,𝒕 + 𝜶𝟑 𝑺𝑰𝑮𝑵𝒊,𝒕 + 𝜶𝟒 𝑵𝑷𝑭𝒊,𝒕 + 𝜶𝟓 𝑭𝑻𝑨𝒊,𝒕 +

𝜶𝟔 𝑮𝑹𝑶𝑾𝒕 + 𝜺𝒊,𝒕

Eksp

Tanda

FLR

Variable Coefficient t-statistic Prob

C -0.043705 -6.109073 0.0000

EBTP - -0.230932 -3.364168 0.0009 ***

EQTA - -0.007790 -0.533761 0.5940

SIGN - -0.193631 -3.302488 0.0011 ***

NPF + 0.271960 18.23964 0.0000 ***

FTA + 0.079163 6.650566 0.0000 ***

GROW + -0.043889 -1.091531 0.2761

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 107: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

94

Universitas Indonesia

Tabel 5.6. (sambungan)

Keterangan:

FLR: cadangan provisi kerugian pembiayaan dibagi denga total aset; EBTP: laba sebelum pajak

dan provisi dibagi dengan total aset; EQTA: Ekuitas dibagi dengan total aset; SIGN: selisih laba

sebelum pajak dan provisi tahun depan dan tahun sekarang dibagi dengan rata-rata total aset;

NPF: pembiayaan bermasalah dibagi dengan total pembiayaan; FTA : total pembiayaan dibagi

dengan total aset; GROW: pertumbuhan GDP pertahun dalam prosentase.

Model 1 diestimasi dengan menggunakan analisis data panel dengan period fixed effects.

***, **, * merupakan indikasi signifikan pada level 1%, 5%, dan 10%.

Koefisien variabel NPF (p-value= 0.0000) dan FTA (p-value= 0.0000),

sesuai dengan ekspektasi, bertanda positif dan berpengaruh signifikan pada

tingkat 1% terhadap FLR. Hasil ini memperkuat hasil pengujian sebelumnya dan

sekaligus membuktikan bahwa komponen non-diskresioner berpengaruh kuat

terhadap provisi kerugian pembiayaan. Selain itu, koefisien variabel GROW yang

bertanda negatif dan tidak signifikan, konsisten dengan hasil pengujian

sebelumnya, menunjukkan bahwa perubahan pertumbuhan ekonomi suatu negara

tidak mempengaruhi provisi kerugian pembiayaan.

Kesimpulan:

Berdasarkan hasil pengujian terhadap hipotesis 1a, 1b, dan 1c dimaksud

menguatkan dugaan bahwa kebijakan provisi kerugian pembiayaan pada bank

Islam tidak digunakan untuk tindakan perataan laba, manajemen modal dan

mekanisme sinyal. Selain itu, Bank Islam telah menggunakan provisi yang

dinamis, sehingga tidak memerlukan kebijakan manajemen yang bersifat

diskresioner, namun hanya yang bersifat non-diskresioner. Kesimpulan hasil

tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Perez et al. (2006);

Jimenez dan Saurina (2005); Taktak et al. (2010a); Anandarajan et al. (2007).

Eksp

Tanda

FLR

Variable Coefficient t-statistic Prob

Adj R-square 0.633407 Num of obs 256

F-stat 74.43250

Prob(F-stat) 0.0000 ***

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 108: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

95

Universitas Indonesia

5.5.3. Analisis Pengaruh Moderasi Kapitalisasi dan Portofolio Aset

Terhadap Hubungan Antara Perataan Laba dengan Provisi Kerugian

Pembiayaan

Pengujian hipotesis untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor karakteristik

yang dimiliki bank terhadap hubungan antara perataan laba dengan provisi

kerugian pembiayaan pada bank Islam dilakukan dengan menggunakan regresi

model 2. Pengujian difokuskan hanya untuk kebijakan perataan laba yang

berkaitan dengan sistem provisi dinamis yang diterapkan bank Islam.

Karakteristik bank Islam yang diuji dalam penelitian ini adalah faktor kapitalisasi

bank dan faktor portofolio aset bank.

Hasil pengujian yang terlihat dalam Tabel 5.7 menunjukkan bahwa nilai

Prob(F-statistic)= 0.0000 signifikan. Artinya bahwa secara keseluruhan pengujian

telah dilakukan dengan model yang baik. Secara keseluruhan variabel independen

hasil estimator sangat signifikan mempengaruhi variabel dependen, dan secara

individual hanya variabel SIGN dan GROW yang tidak signifikan mempengaruhi

FLP.

Koefisien variabel EBTP*TCR menunjukkan tanda positif dan signifikan

(p-value= 0.0077) terhadap FLP. Artinya semakin besar (kecil) kapitalisasi bank

Islam maka semakin besar (kecil) pula pengaruhnya terhadap hubungan antara

perataan laba dengan provisi kerugian pembiayaan. Semakin besar (kecil)

kapitalisasi bank Islam, maka semakin besar (kecil) kecenderungan bank Islam

melakukan tindakan perataan laba dengan menggunaan provisi kerugian

pembiayaan.

Hasil tersebut konsisten dengan hasil penelitian oleh Packer dan Zhu

(2012) bahwa bank-bank yang besar kapitalisasinya di Jepang cenderung

melakukan perataan laba. Penelitian lain yang disampaikan oleh Kanagaretnam et

al. (2004), dengan menggunakan sampel bank di Amerika untuk periode 1980-

1997, juga menyimpulkan hal yang sama bahwa bank dengan kapitalisasi tinggi

cenderung menggunakan provisi untuk tujuan perataan laba. Dengan demikian

maka hipotesis 2a diterima.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 109: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

96

Universitas Indonesia

Tabel 5.7. Hasil Regresi Model 2

Model 2 𝑭𝑳𝑷𝒊,𝒕 = 𝜶𝟎 + 𝜶𝟏 𝑬𝑩𝑻𝑷𝒊,𝒕 + 𝜶𝟐 𝑬𝑸𝑻𝑨𝒊,𝒕 + 𝜶𝟑 𝑺𝑰𝑮𝑵𝒊,𝒕 + 𝜶𝟒 𝑵𝑷𝑭𝒊,𝒕 + 𝜶𝟓 𝑭𝑻𝑨𝒊,𝒕 + 𝜶𝟔 𝑮𝑹𝑶𝑾𝒕 + 𝜶𝟕 𝑬𝑩𝑻𝑷 ∗ 𝑻𝑪𝑹𝒊,𝒕 + 𝜶𝟖 𝑬𝑩𝑻𝑷 ∗ 𝑵𝑰𝑰𝒊,𝒕 + 𝜺𝒊,𝒕

Eksp

Tanda

FLP

Variable Coefficient t-statistic Prob

C -0.000472 -0.160695 0.8725

EBTP - -0.131780 -2.370342 0.0185 **

EQTA - -0.026671 -3.972908 0.0001 ***

SIGN - 0.001658 0.067905 0.9459

NPF + 0.032328 5.202818 0.0000 ***

FTA + 0.021951 4.312176 0.0000 ***

GROW + -0.002466 -0.153165 0.8784

EBTP*TCR +/- 0.439010 2.685055 0.0077 ***

EBTP*NII +/- 0.168586 2.245877 0.0256 **

Adj R-square 0.223258

256

10.16181

Num of obs

F-stat

Prob(F-stat) 0.0000 *** Keterangan:

FLP: provisi kerugian pembiayaan dibagi denga total aset; EBTP: laba sebelum pajak dan provisi

dibagi dengan total aset; EQTA: Ekuitas dibagi dengan total aset; SIGN: selisih laba sebelum

pajak dan provisi tahun depan dan tahun sekarang dibagi dengan rata-rata total aset; NPF:

pembiayaan bermasalah dibagi dengan total pembiayaan; FTA : total pembiayaan dibagi dengan

total aset; GROW: pertumbuhan GDP pertahun dalam prosentase; TCR: total modal dibagi dengan

total aktiva tertimbang menurut risiko; NII: total pendapatan dari produk pembiayaan Mudharabah

dan Musyarakah dibagi dengan total pendapatan bank.

Model 2 diestimasi dengan menggunakan analisis data panel dengan period fixed effects.

***, **, * merupakan indikasi signifikan pada level 1%, 5%, dan 10%.

Hasil pengujian lain untuk menguji hipotesis 2b memperlihatkan bahwa

koefisien variabel EBTP*NII menunjukkan tanda positif dan signifikan (p-value=

0.0256) terhadap FLP pada tingkat signifikan 5%. Artinya semakin besar (kecil)

bank Islam fokus pada pembiayaan, maka semakin besar (kecil) pengaruhnya

terhadap hubungan antara perataan laba dengan provisi kerugian pembiayaan.

Semakin besar (kecil) komposisi aset bank Islam pada pembiayaan, maka semakin

besar (kecil) kecenderungan bank Islam melakukan tindakan perataan laba dengan

menggunaan provisi kerugian pembiayaan. Hasil pengujian tersebut konsisten

dengan penelitian Altunbas et al. (2009) dan Farook et al. (2012) bahwa

portofolio aset bank Islam berpengaruh terhadap perataan laba dengan

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 110: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

97

Universitas Indonesia

menggunakan provisi kerugian pembiayaan. Dengan demikian maka hipotesis 2b

diterima.

Hasil pengujian lainnya memperlihatkan koefisien variabel EBTP yang

bertanda negatif dan signifikan (p-value= 0.0185) pada tingkat 5% dan koefisien

variabel EQTA yang juga bertanda negatif dan signifikan (p-value= 0.0001) pada

tingkat 1%. Hasil ini konsisten dengan pengujian sebelumnya bahwa bank Islam

tidak melakukan perataan laba dan manajemen modal dengan menggunakan

provisi kerugian pembiayaan. Namun demikian, koefisien variabel SIGN yang

bertanda positif dan tidak signifikan menunjukkan hasil yang tidak konsisten

dengan hasil pengujian model 1 sebelumnya.

Koefisien variabel NPF dan FTA bertanda positif dan signifikan dengan

p-value= 0.0000. Hasil regresi tersebut menunjukkan kembali bahwa besaran

provisi kerugian pembiayaan pada bank Islam dipengaruhi secara signifikan pada

tingkat 1% oleh kebijakan manajemen untuk tujuan non-diskresioner. Semakin

besar (kecil) pembiayaan bank Islam atau semakin besar (kecil) pembiayaannya

bermasalah, maka semakin besar (kecil) provisi kerugian pembiayaan. Hasil ini

konsisten dengan penelitian yang dilakukan Bouvatier dan Lepetit (2012).

Hasil lain memperlihatkan bahwa koefisien variabel GROW (p-value=

0.8784) yang negatif dan tidak signifikan, konsisten dengan hasil pengujian

regresi model 1. Pertumbuhan ekonomi yang tidak berpengaruh terhadap provisi

kerugian pembiayaan ini akan diuji lebih lanjut dengan regresi model 3.

5.5.4. Analisis Sensitivitas Pengaruh Moderasi Kapitalisasi dan Portofolio

Aset Terhadap Hubungan Antara Peratatan Laba dengan Provisi

Kerugian Pembiayaan

Analisis sensitivitas dilakukan untuk menguji pengaruh faktor kapitalisasi

dan portofolio aset bank Islam terhadap hubungan antara perataan laba dengan

provisi kerugian pembiayaan melalui cadangan kerugian pembiayaan sebagai

variabel dependen. Penelitian lain sebelumnya, yang menggunakan cadangan

sebagai proksi, dilakukan oleh Bikker dan Metzemakers (2005), Rivard et al.

(2003), dan Ma (1988).

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 111: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

98

Universitas Indonesia

Tabel 5.8. Hasil Uji Sensitivitas Regresi Model 2

Model 2

𝑭𝑳𝑹𝒊,𝒕 = 𝜶𝟎 + 𝜶𝟏 𝑬𝑩𝑻𝑷𝒊,𝒕 + 𝜶𝟐 𝑬𝑸𝑻𝑨𝒊,𝒕 + 𝜶𝟑 𝑺𝑰𝑮𝑵𝒊,𝒕 + 𝜶𝟒 𝑵𝑷𝑭𝒊,𝒕 + 𝜶𝟓 𝑭𝑻𝑨𝒊,𝒕 + 𝜶𝟔 𝑮𝑹𝑶𝑾𝒕 + 𝜶𝟕 𝑬𝑩𝑻𝑷 ∗ 𝑻𝑪𝑹𝒊,𝒕 + 𝜶𝟖 𝑬𝑩𝑻𝑷 ∗ 𝑵𝑰𝑰𝒊,𝒕 + 𝜺𝒊,𝒕

Eksp

Tanda

FLR

Variable Coefficient t-statistic Prob

C -0.048124 -6.518046 0.0000

EBTP - -0.399913 -2.863562 0.0045 ***

EQTA - -0.017884 -1.060489 0.2900

SIGN - 0.238013 3.879883 0.0001 ***

NPF + 0.280540 17.97370 0.0000 ***

FTA + 0.085778 6.708171 0.0000 ***

GROW + -0.038077 -0.941602 0.3473

EBTP*TCR +/- 0.087361 0.212704 0.8317

EBTP*NII +/- 0.379158 2.010780 0.0454 **

Adj R-square 0.638231

Num of obs 256

F-stat 57.23371

Prob(F-stat) 0.0000 *** Keterangan:

FLR: cadangan kerugian pembiayaan dibagi denga total aset; EBTP: laba sebelum pajak dan

provisi dibagi dengan total aset; EQTA: Ekuitas dibagi dengan total aset; SIGN: selisih laba

sebelum pajak dan provisi tahun depan dan tahun sekarang dibagi dengan rata-rata total aset;

NPF: pembiayaan bermasalah dibagi dengan total pembiayaan; FTA : total pembiayaan dibagi

dengan total aset; GROW: pertumbuhan GDP pertahun dalam prosentase; TCR: total modal dibagi

dengan total aktiva tertimbang menurut risiko; NII: total pendapatan dari produk pembiayaan

Mudharabah dan Musyarakah dibagi dengan total pendapatan bank.

Model 2 diestimasi dengan menggunakan analisis data panel dengan period fixed effects.

***, **, * merupakan indikasi signifikan pada level 1%, 5%, dan 10%.

Hasil pengujian sebagaimana terlihat dalam Tabel 5.8 menunjukkan

bahwa model yang digunakan telah baik, dimana nilai Prob(F-statistic)= 0.0000

signifikan. Secara keseluruhan variabel independen hasil estimator sangat

signifikan mempengaruhi variabel dependen, meskipun secara individual

koefisien variabel EQTA, GROW dan EBTP*TCR tidak signifikan berpengaruh

terhadap FLR.

Koefisien variabel EBTP*TCR dari hasil pengujian mempunyai tanda

positif dan tidak signifikan (p-value= 0.8317) berpengaruh terhadap FLR,

sedangkan koefisien variabel EBTP*NII bertanda positif dan signifikan (p-value=

0.0454) pada tingkat signifikansi 5%. Artinya semakin besar (kecil) portofolio

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 112: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

99

Universitas Indonesia

aset bank Islam fokus pada pembiayaan, maka semakin besar (kecil) pula

kecenderungan bank Islam melakukan perataan laba. Hasil tersebut menguatkan

hasil pengujian hipotesis sebelumnya bahwa portofolio aset bank Islam

berpengaruh terhadap hubungan antara perataan laba dengan provisi kerugian

pembiayaan.

Koefisien variabel EBTP bertanda negatif dan signifikan (p-value=

0.0045) pada tingkat 1%, yang berarti bahwa bank Islam tidak melakukan

perataan laba dengan menggunakan provisi kerugian pembiayaan. Hasil tersebut

konsisten dengan hasil pengujian sebelumnya dan konsisten dengan penelitian

yang dilakukan oleh peneliti lainnya (Archer et al., 2010; Archer dan Karim,

2006; Sundararajan, 2005).

Selain itu, dengan koefisien variabel EQTA yang bertanda negatif tidak

signifikan (p-value=0.2900) dan koefisien variabel SIGN yang bertanda negatif

signifikan (p-value= 0.0001), maka hasil pengujian dengan menggunakan proksi

FLR tersebut tidak menguatkan hasil pengujian sebelumnya.

Variabel NPF dengan p-value= 0.0000 dan variabel FTA dengan p-

value= 0.0000 menunjukkan bahwa besaran provisi kerugian pembiayaan pada

bank Islam dipengaruhi secara signifikan pada tingkat 1% oleh kebijakan

manajemen untuk tujuan non-diskresioner. Semakin besar (kecil) pembiayaan

bank Islam dan pembiayaannya bermasalah, maka semakin besar (kecil) provisi

kerugian pembiayaan. Hasil ini konsisten dengan pengujian sebelumnya dan

sesuai dengan penelitian yang dilakukan Bouvatier dan Lepetit (2012).

Kesimpulan:

Berdasarkan pengujian terhadap hipotesis 2a dan 2b maka dapat

disimpulkan bahwa faktor kapitalisasi atau portofolio aset bank Islam

mempengaruhi hubungan antara perataan laba dengan provisi kerugian

pembiayaan. Semakin besar modal atau semakin fokus pada pembiayaan maka

bank Islam cenderung semakin besar melakukan perataan laba dengan

menggunakan provisi kerugian pembiayaan. Hasil tersebut konsisten dengan

penelitian Packer dan Zhu (2012); Kanagaretnam et al. (2004); Farook et al.

(2012).

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 113: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

100

Universitas Indonesia

5.5.5. Analisis Pengaruh Prosiklikal Provisi Kerugian Pembiayaan

Terhadap Pertumbuhan Pembiayaan

Dalam pengujian hipotesis mengenai perilaku perataan laba dengan

menggunakan provisi kerugian pembiayaan (model 1) diperoleh hasil bahwa

pertumbuhan GDP suatu negara tidak signifikan berpengaruh terhadap

pembentukan provisi kerugian pembiayaan. Namun demikian, tidak berarti bahwa

provisi kerugian pembiayaan tidak memiliki efek prosiklikal. Mengingat bahwa

provisi dapat diklasifikasikan menjadi provisi non-diskresioner (NDISC_FLP) dan

provisi diskresioner (DISC_FLP) maka pengujian efek prosiklikal dalam

penelitian ini dilakukan melalui pengujian hubungan antara provisi non-

diskresioner dan diskresioner dengan pertumbuhan pembiayaan. Pemisahan

provisi kerugian pembiayaan diskresioner dan non-diskresioner, seperti telah

dijelaskan sebelumnya, dilakukan berdasarkan model penelitian Beaver dan Engel

(1996), Bouvatier dan Lepetit (2012) dan Soedarmono et al. (2012).

Dengan menggunakan model 3, dimana variabel pertumbuhan

pembiayaan bank Islam (FING) sebagai variabel dependen dan variabel lainnya

sebagai variabel independen, maka hasil pengujian seperti tersaji dalam Tabel 5.9.

Hasil regresi model 3 tersebut memperlihatkan nilai Prob(F-statistic)= 0.000, yang

berarti bahwa model regresi yang digunakan telah sesuai. Variabel independen

secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen,

meskipun secara individual hanya variabel NDISC_FLP, FTA dan SIZE yang

berpengaruh signifikan. Variabel lainnya, yaitu DISC_FLP, EQTA, DEPO dan

GROW tidak signifikan berpengaruh terhadap FING.

Lebih lanjut hasil pengujian dengan model 3 menunjukkan bahwa provisi

non-diskresioner (NDISC_FLP) berpengaruh signifikan negatif (p-value= 0.0000)

terhadap pertumbuhan pembiayaan, sementara provisi diskresioner (DISC_FLP)

berpengaruh negatif dan tidak signifikan (p-value= 0.3291). Hasil pengujian ini

konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bouvatier dan Lepetit

(2008) terhadap bank konvensional bahwa komponen provisi kerugian

pembiayaan yang non-diskresioner bersifat prosiklikal terhadap pertumbuhan

pembiayaan, sedangkan komponen diskresioner tidak jelas pengaruhnya. Hasil ini

konsisten pula dengan penelitian antara lain Cavallo dan Majnoni (2001); Laeven

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 114: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

101

Universitas Indonesia

dan Majnoni (2003); Angklomkliew et al. (2009).

Tabel 5.9. Hasil Regresi Model 3

Model 3

𝑭𝑰𝑵𝑮𝒊,𝒕 = 𝜷𝟎 + 𝜷𝟏 𝑫𝑰𝑺𝑪_𝑭𝑳𝑷𝒊,𝒕 + 𝜷𝟐 𝑵𝑫𝑰𝑺𝑪_𝑭𝑳𝑷𝒊,𝒕 + 𝜷𝟑 𝑬𝑸𝑻𝑨𝒊,𝒕 + 𝜷𝟒 𝑭𝑻𝑨𝒊,𝒕 + 𝜷𝟓 𝑺𝑰𝒁𝑬𝒊,𝒕 + 𝜷𝟔 𝑫𝑬𝑷𝑶𝒊,𝒕 + 𝜷𝟕 𝑮𝑹𝑶𝑾𝒕 + 𝜺𝒊,𝒕

Eksp

Tanda

FING

Variable Coefficient t-statistic Prob

C 1.590231 3.891074 0.0001

DISC_FLP + -27.47681 -0.977761 0.3291

NDISC_FLP + -70.80052 -6.504599 0.0000 ***

EQTA + -0.683480 -0.751596 0.4530

FTA + 1.434013 5.206786 0.0000 ***

SIZE + -0.092323 -4.644613 0.0000 ***

DEPO + 0.041810 0.178483 0.8585

GROW + 0.467786 0.768119 0.4431

Adj R-square 0.185137

256

9.276556

Num of obs

F-stat

Prob(F-stat) 0.0000 *** Keterangan

FING: pertumbuhan pembiayaan dibagi dengan total pembiayaan; DISC_FLP: jumlah dari

produk variabel EBTP, EQTA, SIGN dari FLP dikalikan koefisien estimasinya; NDISC_FLP:

jumlah dari produk variabel GROW, NPF dan FTA dari FLP dikalikan koefisien eastimasinya;

EQTA: Ekuitas dibagi dengan total aset; FTA : pembiayaan bermasalah dibagi dengan total

pembiayaan; SIZE: logaritma total aset bank; DEPO: total deposit dibagi dengan total aset;

GROW: pertumbuhan GDP pertahun dalam prosentase.

Model 3 diestimasi dengan menggunakan analisis data panel dengan period fixed effects.

***, **, * merupakan indikasi signifikan pada level 1%, 5%, dan 10%.

Namun demikian, hasil tersebut menunjukkan juga bahwa meskipun

bank Islam telah direkomendasikan untuk menerapkan sistem provisi dinamis,

provisi kerugian pembiayaan non-diskresioner bank Islam masih tetap bersifat

prosiklikal, yang tidak berbeda dengan bank konvensional. Hasil ini tidak sesuai

dengan hasil penelitian Fernandez de Lis et al. (2001) yang menyatakan bahwa

provisi bank Islam tidak lagi bersifat prosiklikal. Dengan demikian, maka

hipotesis 3a dan 3b yang menyatakan bahwa provisi kerugian pembiayaan

diskresioner dan non-diskresioner bank Islam mempunyai pengaruh positif

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 115: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

102

Universitas Indonesia

terhadap pertumbuhan pembiayaan tidak dapat diterima.

Variabel EQTA menunjukkan nilai koefisien yang bertanda positif dan

tidak signifikan (p-value= 0.4530), yang berarti bahwa modal bank Islam tidak

berpengaruh terhadap pertumbuhan pembiayaan.

Sesuai dengan estimasi, koefisien variabel FTA bertanda positif dan

signifikan dengan p-value= 0.0000. Semakin besar (kecil) pembiayaan bank Islam

maka semakin besar (kecil) pertumbuhan pembiayaan. Artinya bahwa tambahan

pembiayaan bank Islam lebih banyak digunakan untuk mendorong pertumbuhan

pembiayaan, dan lebih sedikit yang digunakan untuk menutup pembiayaan yang

bermasalah.

Selain itu, Tabel 5.9 menyajikan kesimpulan bahwa koefisien variabel

SIZE bertanda negatif dan signifikan (p-value= 0.0000) pada tingkat signifikansi

1%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar (kecil) aset bank Islam maka

semakin kecil (besar) pertumbuhan pembiayaan bank Islam. Hasil ini sangat

menarik, dimana pada kondisi yang normal, pembiayaan menjadi kegiatan utama

bank Islam, maka semakin besar (kecil) aset bank biasanya akan diiikuti dengan

semakin besar (kecil) pertumbuhan pembiayaan. Kemungkinan yang dapat

menjelaskan kondisi menarik ini adalah data yang disampaikan Chong dan Liu

(2009) bahwa pertumbuhan aset bank Islam yang berlandaskan paradigma PLS

yaitu Mudharabah dan Musyarakah ternyata jauh lebih lambat dari produk

lainnya. Pertumbuhan shariah-based product lebih lambat dibandingkan shariah-

compliance product.

Variabel EQTA menunjukkan hasil yang tidak signifikan (p-value=

0.4530) mempengaruhi FING. Artinya bahwa modal bank Islam tidak

mempengaruhi pertumbuhan pembiayaan.

Koefisien variabel DEPO dan GROW bertanda positif meskipun tidak

signifikan. Hal ini kemungkinan karena dana yang diperoleh bank tidak

disalurkan kembali dalam bentuk pembiayaan tetapi dalam bentuk aset yang lain

misalnya sekuritas. Penjelasan ini konsisten dengan penjelasan mengenai

pertambahan aset yang tidak diimbangi dengan pertumbuhan pembiayaan.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 116: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

103

Universitas Indonesia

5.5.6. Analisis Sensitivitas Pengaruh Prosiklikal Provisi Kerugian

Pembiayaan Terhadap Pertumbuhan Pembiayaan

Analisis sensitivitas untuk hipotesis 3 dilakukan dengan (1) menggunakan

cadangan kerugian pembiayaan (FLR) sebagai proksi seperti terlihat dalam Tabel

5.10, (2) menggunakan pertumbuhan pembiayaan DFIN sebagai proksi dengan

pengukuran yang berbeda dengan FING seperti dalam Tabel 5.11, dan (3)

menggunakan kombinasi keduanya, dimana DFIN sebagai variabel dependen dan

FLR sebagai variabel independen sebagaimana terlihat dalam Tabel 5.12.

Tabel 5.10 memperlihatkan hasil pengujian sensitivitas dengan

menggunakan FLR, dimana terlebih dahulu dilakukan pemisahan komponen

diskresioner FLR (DISC_FLR) dari non-diskresioner FLR (DISC_FLR). Langkah

pemisahan sama seperti langkah yang dilakukan apabila menggunakan FLP.

Pengujian regresi model 3 dengan menggunakan FLR memperlihatkan bahwa

model yang digunakan telah baik dengan nilai Prob(F-statistic)= 0.0000

menunjukkan nilai yang signifikan. Artinya bahwa secara keseluruhan variabel

independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Tabel 5.10 memperlihatkan koefisien variabel NDISC_FLR bertanda

negatif dan signifikan (p-value= 0.0000) sedangkan variabel DISC_FLR bertanda

positip dan signifikan p-value= 0.0000). Konsisten dengan hasil pengujian

sebelumnya maka komponen non-diskresioner bersifat prosiklikal terhadap

pertumbuhan pembiayaan. Artinya semakin besar (kecil) provisi kerugian

pembiayaan non-diskresioner maka semakin kecil (besar) pertumbuhan

pembiayaan. Hasil ini tidak sesuai dengan hasil penelitian bahwa provisi kerugian

pembiayaan bank Islam tidak bersifat prosiklikal dengan telah dianutnya sistem

provisi yang dinamis (Fernandez de Lis et al., 2001).

Variabel EQTA menunjukkan hasil yang signifikan (p-value= 0.0013)

mempengaruhi FING. Artinya bahwa modal bank Islam mempengaruhi

pertumbuhan pembiayaan. Hasil ini tidak konsisten dengan pengujian sebelumnya

yang menggunakan FLP sebagai variabel dependen.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 117: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

104

Universitas Indonesia

Tabel 5.10. Hasil Uji Sensitivitas Regresi Model 3 - FLR

Model 3

𝑭𝑰𝑵𝑮𝒊,𝒕 = 𝜷𝟎 + 𝜷𝟏 𝑫𝑰𝑺𝑪_𝑭𝑳𝑹𝒊,𝒕 + 𝜷𝟐 𝑵𝑫𝑰𝑺𝑪_𝑭𝑳𝑹𝒊,𝒕 + 𝜷𝟑 𝑬𝑸𝑻𝑨𝒊,𝒕 + 𝜷𝟒 𝑭𝑻𝑨𝒊,𝒕 + 𝜷𝟓 𝑺𝑰𝒁𝑬𝒊,𝒕 + 𝜷𝟔 𝑫𝑬𝑷𝑶𝒊,𝒕 + 𝜷𝟕 𝑮𝑹𝑶𝑾𝒕 + 𝜺𝒊,𝒕

Eksp

Tanda FING

Variable Coefficient t-statistic Prob

C 1.460582 3.697071 0.0003

DISC_FLR + 37.22977 4.333812 0.0000 ***

NDISC_FLR + -5.990689 -6.195635 0.0000 ***

EQTA + 1.605766 3.248431 0.0013 ***

FTA + 0.792262 3.960781 0.0001 ***

SIZE + -0.082497 -4.266117 0.0000 ***

DEPO + 0.035324 0.156140 0.8760

GROW + 0.171367 0.299931 0.7645

Adj R-square 0.239584

Num of obs 256

F-stat 12.47756

Prob(F-stat) 0.0000 *** Keterangan:

FING: pertumbuhan pembiayaan dibagi dengan total pembiayaan; DISC_FLR: jumlah dari

produk variabel EBTP, EQTA, SIGN dari FLR dikalikan koefisien estimasinya; NDISC_FLR:

jumlah dari produk variabel GROW, NPF dan FTA dari FLR dikalikan koefisien eastimasinya;

EQTA: Ekuitas dibagi dengan total aset; FTA : pembiayaan bermasalah dibagi dengan total

pembiayaan; SIZE: logaritma total aset bank; DEPO: total deposit dibagi dengan total aset;

GROW: pertumbuhan GDP pertahun dalam prosentase.

Model 3 diestimasi dengan menggunakan analisis data panel dengan period fixed effects.

***, **, * merupakan indikasi signifikan pada level 1%, 5%, dan 10%.

Koefisien variabel FTA bertanda positif dan signifikan dengan p-value=

0.0001. Hasil tersebut memperkuat hasil pengujian sebelumnya bahwa semakin

besar (kecil) pembiayaan bank Islam, maka semakin besar (kecil) pertumbuhan

pembiayaan. Untuk koefisien variabel EQTA yang bertanda positif dan signifikan

(p-value= 0.0013), tidak konsisten dengan hasil pengujian sebelumnya.

Koefisien variabel SIZE bertanda negatif dan signifikan (p-value= 0.0000)

pada tingkat signifikansi 1%. Hasil ini menguatkan hasil pengujian terdahulu

bahwa semakin besar (kecil) aset bank Islam maka semakin kecil (besar)

pertumbuhan pembiayaan bank Islam. Kemungkinan yang terjadi seperti yang

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 118: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

105

Universitas Indonesia

disampaikan Chong dan Liu (2009) bahwa pertumbuhan aset bank Islam yang

berlandaskan aset Mudharabah dan Musyarakah ternyata jauh lebih lambat dari

produk lainnya. Berapapun tambahan aset, bank Islam tidak menyalurkannya

dalam produk pembiayaan.

Koefisien variabel DEPO (p-value= 0.8760) dan GROW (p-value=

0.7645) bertanda positif meskipun tidak signifikan. Artinya semakin besar

komponen dana yang diperoleh dari masyarakat dan semakin besar pertumbuhan

ekonomi suatu negara tidak signifikan berpengaruh terhadap pertumbuhan

pembiayaan. Hasil ini menguatkan hasil pengujian sebelumnya bahwa

kemungkinan dana yang diperoleh bank tidak disalurkan kembali dalam bentuk

pembiayaan tetapi dalam bentuk aset yang lain misalnya sekuritas.

Sementara itu, Tabel 5.11 memperlihatkan hasil pengujian sensitivitas

untuk regresi model 3 dengan menggunakan pengukuran pertumbuhan

pembiayaan yang berbeda (DFIN). Hasil pengujian menunjukkan konsistensi

dengan hasil sebelumnya, dimana model pengujian yang digunakan telah baik dan

signifikan. Tabel 5.11 memperlihatkan pula bahwa komponen non-diskresioner

(NDISC_FLP) bersifat prosiklikal dan berpengaruh signifikan (p-value= 0.000)

terhadap pertumbuhan pembiayaan bank Islam, sedangkan komponen

diskresioner (DISC_FLP) bertanda negatif namun tidak signifikan. Hasil ini

menguatkan hasil pengujian sebelumnya, bahwa provisi kerugian pembiayaan

bank Islam masih bersifat prosiklikal meskipun telah menerapkan sistem provisi

yang dinamis.

Koefisien variabel EQTA yang bertanda negatif dan tidak signifikan (p-

value= 0.7670) menunjukkan bahwa modal bank Islam tidak berpengaruh

terhadap pertumbuhan pembiayaan. Hasil ini juga konsisten dengan hasil

pengujian sebelumnya yang menggunakan variabel FING dan FLP. Sementara

itu, koefisien variabel FTA yang bertanda positif dan signifikan (p-value=

0.0000) memperlihatkan bahwa besarnya pembiayaan yang disalurkan oleh bank

Islam mempengaruhi pertumbuhan pembiayaan pada bank Islam.

Koefisien variabel SIZE yang bertanda negatif dan signifikan (p-value=

0.0010) pada tingkat signifikansi 1% terlihat dalam Tabel 5.11. Hasil ini

menguatkan hasil pengujian terdahulu bahwa semakin besar (kecil) aset bank

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 119: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

106

Universitas Indonesia

Islam maka semakin kecil (besar) pertumbuhan pembiayaan bank Islam. Sesuai

yang disampaikan oleh Chong dan Liu (2009) bahwa pertumbuhan aset bank

Islam yang berlandaskan aset Mudharabah dan Musyarakah ternyata jauh lebih

lambat dari produk lainnya. Berapapun tambahan aset yang diperoleh, bank Islam

tidak menyalurkannya dalam produk pembiayaan.

Tabel 5.11. Hasil Uji Sensitivitas Regresi Model 3 –DFIN-FLP

Model 3

𝑫𝑭𝑰𝑵𝒊,𝒕 = 𝜷𝟎 + 𝜷𝟏 𝑫𝑰𝑺𝑪_𝑭𝑳𝑷𝒊,𝒕 + 𝜷𝟐 𝑵𝑫𝑰𝑺𝑪_𝑭𝑳𝑷𝒊,𝒕 + 𝜷𝟑 𝑬𝑸𝑻𝑨𝒊,𝒕 + 𝜷𝟒 𝑭𝑻𝑨𝒊,𝒕 +

𝜷𝟓 𝑺𝑰𝒁𝑬𝒊,𝒕 + 𝜷𝟔 𝑫𝑬𝑷𝑶𝒊,𝒕 + 𝜷𝟕 𝑮𝑹𝑶𝑾𝒕 + 𝜺𝒊,𝒕

Eksp

Tanda DFIN

Variable Coefficient t-statistic Prob

C 0.306520 2.283009 0.0233

DISC_FLP + -3.018280 -0.326938 0.7440

NDISC_FLP + -25.96490 -7.261227 0.0000 ***

EQTA + -0.088612 -0.296613 0.7670

FTA + 0.717800 7.933394 0.0000 ***

SIZE + -0.021699 -3.322922 0.0010 ***

DEPO + 0.001757 0.022830 0.9818

GROW + 0.384106 1.919867 0.0560 **

Adj R-square 0.246116

Num of obs 256

F-stat 12.89261

Prob(F-stat) 0.0000 *** Keterangan

DFIN: pertumbuhan pembiayaan dibagi dengan rata-rata total aset; DISC_FLP: jumlah dari

produk variabel EBTP, EQTA, SIGN dari FLP dikalikan koefisien estimasinya; NDISC_FLP:

jumlah dari produk variabel GROW, NPF dan FTA dari FLP dikalikan koefisien eastimasinya;

EQTA: Ekuitas dibagi dengan total aset; FTA : pembiayaan bermasalah dibagi dengan total

pembiayaan; SIZE: logaritma total aset bank; DEPO: total deposit dibagi dengan total aset;

GROW: pertumbuhan GDP pertahun dalam prosentase.

Model 3 diestimasi dengan menggunakan analisis data panel dengan period fixed effects.

***, **, * merupakan indikasi signifikan pada level 1%, 5%, dan 10%.

Hasil pengujian menunjukkan koefisien variabel DEPO bertanda positif

meskipun tidak signifikan (p-value= 0.9818). Artinya semakin besar (kecil)

komponen dana yang diperoleh dari masyarakat maka tidak berpengaruh terhadap

pertumbuhan pembiayaan. Hasil ini menguatkan hasil pengujian sebelumnya.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 120: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

107

Universitas Indonesia

Koefisien variabel GROW bertanda positif dan signifikan (p-value= 0.0560) yang

berarti bahwa kondisi ekonomi suatu negara yang membaik (memburuk)

mempengaruhi besar (kecil) pertumbuhan pembiayaan bank Islam.

Sementara itu, Tabel 5.12 berikut ini memperlihatkan hasil pengujian

sensitivitas dengan menggunakan regresi model 3 dengan variabel DFIN sebagai

variabel dependen dan komponen FLR sebagai variabel independen. Konsisten

dengan penelitian sebelumnya, hasil pengujian tersebut memperkuat bukti bahwa

komponen non-diskresioner berpengaruh signifikan pada tingkat 1% dan negatif

terhadap pertumbuhan pembiayaan. Hasil uji sensitivitas dalam Tabel 5.12

menunjukkan bahwa variabel SIZE, DEPO dan GROW konsisten dengan

pengujian sebelumnya.

Konsisten dengan hasil penelitian Bouvatier dan Lepetit (2008) dan

Soedarmono et al. (2012), hasil pengujian dalam Tabel 5.12 menunjukkan bahwa

provisi non-diskresioner berpengaruh negatif dan signifikan (p-value= 0.000),

sedangkan provisi diskresioner berpengaruh positif dengan p-value= 0.0007.

Koefisien variabel EQTA bertanda positif dan signifikan (p-value=

0.0182) menunjukkan bahwa modal bank Islam berpengaruh signifikan terhadap

pertumbuhan pembiayaan. Semakin besar (kecil) modal bank Islam maka akan

semakin besar (kecil) pula pertumbuhan pembiayaan. Hasil ini tidak konsisten

dengan hasil pengujian utama. Untuk variabel lainnya yaitu FTA, seperti hasil

pengujian sebelumnya menunjukkan hasil yang konsisten signifikan (p-value=

0.0000)

Selain itu, koefisien variabel SIZE yang bertanda minus dan signifikan

(p-value= 0.0033) menunjukkan bahwa semakin besar (kecil) aset bank Islam

maka semakin kecil (besar) pertumbuhan pembiayaan. Hasil ini konsisten dengan

hasil pengujian sebelumnya yang memperlihatkan bahwa aset bank Islam tidak

seluruhnya digunakan untuk pertumbuhan pembiayaan.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 121: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

108

Universitas Indonesia

Tabel 5.12. Hasil Uji Sensitivitas Regresi Model 3 – DFIN-FLR

Model 3 𝑫𝑭𝑰𝑵𝒊,𝒕 = 𝜷𝟎 + 𝜷𝟏 𝑫𝑰𝑺𝑪_𝑭𝑳𝑹𝒊,𝒕 + 𝜷𝟐 𝑵𝑫𝑰𝑺𝑪_𝑭𝑳𝑹𝒊,𝒕 + 𝜷𝟑 𝑬𝑸𝑻𝑨𝒊,𝒕 + 𝜷𝟒 𝑭𝑻𝑨𝒊,𝒕 +

𝜷𝟓 𝑺𝑰𝒁𝑬𝒊,𝒕 + 𝜷𝟔 𝑫𝑬𝑷𝑶𝒊,𝒕 + 𝜷𝟕 𝑮𝑹𝑶𝑾𝒕 + 𝜺𝒊,𝒕

Eksp

Tanda DFIN

Variable Coefficient t-statistic Prob

C 0.275493 2.098501 0.0369

DISC_FLR + 9.827729 3.442699 0.0007 ***

NDISC_FLR + -2.218596 -6.90437 0.0000 ***

EQTA + 0.390546 2.377550 0.0182 **

FTA + 0.483122 7.268327 0.0000 ***

SIZE + -0.019090 -2.970819 0.0033 ***

DEPO + 0.000833 0.011076 0.9912

GROW + 0.249139 1.312202 0.1907

Adj R-square 0.280191

Num of obs 256

F-stat 15.18011

Prob(F-stat) 0.0000 ***

Keterangan:

DFIN: pertumbuhan pembiayaan dibagi dengan rata-rata total aset; DISC_FLR: jumlah dari

produk variabel EBTP, EQTA, SIGN dari FLR dikalikan koefisien estimasinya; NDISC_FLR:

jumlah dari produk variabel GROW, NPF dan FTA dari FLR dikalikan koefisien eastimasinya;

EQTA: Ekuitas dibagi dengan total aset; FTA : pembiayaan bermasalah dibagi dengan total

pembiayaan; SIZE: logaritma total aset bank; DEPO: total deposit dibagi dengan total aset;

GROW: pertumbuhan GDP pertahun dalam prosentase.

Model 3 diestimasi dengan menggunakan analisis data panel dengan period fixed effects.

***, **, * merupakan indikasi signifikan pada level 1%, 5%, dan 10%.

Koefisien variabel DEPO menunjukkan tanda positif dan tidak signifikan

mempengaruhi DFIN (p-value= 0.9912). Demikian pula dengan koefisien variabel

GROW yang bertanda positif dan tidak signifikan (p-value= 0.1907). Hasil

tersebut menunjukkan bahwa besar (kecil) deposit dan pertumbuhan ekonomi

negara tidak akan berpengaruh terhadap pertumbuhan pembiayaan. Hasil ini

konsisten dengan hasil pengujian sebelumnya.

Kesimpulan:

Hasil pengujian terhadap hipotesis 3a dan 3b memperlihatkan bahwa

komponen provisi non-diskresioner berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

pertumbuhan pembiayaan bank Islam, sedangkan provisi diskresioner tidak

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 122: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

109

Universitas Indonesia

konsisten signifikan. Artinya provisi kerugian pembiayaan bank Islam digunakan

untuk tujuan non-diskresioner dan bukan untuk tujuan diskresioner. Untuk itu

provisi non-diskresioner bank Islam dikatakan bersifat prosiklikal. Hasil tersebut

tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya (Fernandez de Lis et al., 2001) bahwa

provisi bank Islam tidak lagi bersifat prosiklikal karena telah menggunakan

provisi dinamis. Dengan demikian hipotesis 3a dan 3b tidak dapat diterima.

5.5.7. Analisis Pengaruh Moderasi Kapitalisasi dan Portofofolio Aset

Terhadap Hubungan Prosiklikal Antara Provisi Kerugian

Pembiayaan dengan Pertumbuhan Pembiayaan

Pengujian hipotesis 4a, 4b, 4c dan 4d dilakukan untuk mengetahui faktor-

faktor karakteristik bank yaitu kapitalisasi bank dan portofolio aset bank, yang

diduga berpengaruh terhadap hubungan prosiklikal antara provisi kerugian

pembiayaan dengan pertumbuhan pembiayaan. Dalam analisis pengujian ini,

provisi kerugian pembiayaan dibagi menjadi diskresioner dan non-diskresioner.

Pengujian hipotesis 4a dan 4b dilakukan dengan menggunakan model 4

untuk mengetahui pengaruh kapitalisasi bank Islam terhadap hubungan prosiklikal

antara provisi kerugian pembiayaan diskresioner dan non-diskresioner dengan

pertumbuhan pembiayaan. Hasil pengujian yang disajikan dalam Tabel 5.13

memperlihatkan bahwa model regresi yang digunakan telah sangat baik dengan

nilai Prob(F-Statistic)= 0.0000, yang berarti bahwa model regresi yang digunakan

telah sesuai, dimana variabel independen secara bersama-sama berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen.

Koefisien variabel interaksi DISC_FLP*TCR dalam Tabel 5.13

memperlihatkan tanda positif dan tidak signifikan (p-value= 0.6683). Hasil

pengujian ini menunjukkan bahwa kapitalisasi bank Islam tidak berpengaruh

terhadap hubungan prosiklikal antara provisi kerugian pembiayaan diskresioner

dengan pertumbuhan pembiayaan. Hal ini konsisten dengan penelitian

sebelumnya yang dilakukan Bouvatier dan Lepetit (2008) bahwa komponen

diskresioner tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan pembiayaan. Dengan

demikian maka hipotesis 4a ditolak.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 123: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

110

Universitas Indonesia

Tabel 5.13. Hasil Regresi Model 4

Model 4

𝑭𝑰𝑵𝑮𝒊,𝒕 = 𝜷𝟎 + 𝜷𝟏 𝑫𝑰𝑺𝑪_𝑭𝑳𝑷𝒊,𝒕 + 𝜶𝟐 𝑵𝑫𝑰𝑺𝑪_𝑭𝑳𝑷𝒊,𝒕 + 𝜷𝟑 𝑬𝑸𝑻𝑨𝒊,𝒕 + 𝜷𝟒 𝑭𝑻𝑨𝒊,𝒕 + 𝜷𝟓 𝑺𝑰𝒁𝑬𝒊,𝒕 + 𝜷𝟔 𝑫𝑬𝑷𝑶𝒊,𝒕 + 𝜷𝟕 𝑮𝑹𝑶𝑾𝒕 + 𝜷𝟖 𝑫𝑰𝑺𝑪_𝑭𝑳𝑷 ∗ 𝑻𝑪𝑹𝒊,𝒕 + 𝜷𝟗 𝑵𝑫𝑰𝑺𝑪_𝑭𝑳𝑷 ∗ 𝑻𝑪𝑹𝒊,𝒕 + 𝜷𝟏𝟎 𝑫𝑰𝑺𝑪_𝑭𝑳𝑷 ∗ 𝑵𝑰𝑰𝒊,𝒕 + 𝜷𝟏𝟏 𝑵𝑫𝑰𝑺𝑪_𝑭𝑳𝑷 ∗ 𝑵𝑰𝑰𝒊,𝒕 + 𝜺𝒊,𝒕

Keterangan:

FING: pertumbuhan pembiayaan dibagi dengan total pembiayaan; DISC_FLP: jumlah dari

produk variabel EBTP, EQTA, SIGN dari FLP dikalikan koefisien estimasinya; NDISC_FLP:

jumlah dari produk variabel GROW, NPF dan FTA dari FLP dikalikan koefisien eastimasinya;

EQTA: Ekuitas dibagi dengan total aset; FTA : pembiayaan bermasalah dibagi dengan total

pembiayaan; SIZE: logaritma total aset bank; DEPO: total deposit dibagi dengan total aset;

GROW: pertumbuhan GDP pertahun dalam prosentase; TCR: total modal dibagi dengan total

aktiva tertimbang menurut risiko; NII: total pendapatan dari produk pembiayaan Mudharabah dan

Musyarakah dibagi dengan total pendapatan bank.

Model 4 diestimasi dengan menggunakan analisis data panel dengan period fixed effects.

***, **, * merupakan indikasi signifikan pada level 1%, 5%, dan 10%.

Koefisien variabel interaksi antara kapitalisasi bank dan provisi kerugian

pembiayaan non-diskresioner (NDISC_FLP*TCR) menunjukkan tanda positif dan

signifikan (p-value= 0.0065) pada tingkat 1% terhadap pertumbuhan pembiayaan

Eksp

Tanda

FING

Variable Coefficient t-statistic Prob

C -0.428864 -0.221397 0.8250

DISC_FLP + -11.95674 -0.219540 0.8265

NDISC_FLP + -108.2668 -1.847818 0.0664 *

EQTA + -0.656050 -0.338473 0.7354

FTA + 3.066039 2.709870 0.0074 ***

SIZE + 0.009426 0.078504 0.9375

DEPO + 0.694073 1.323667 0.1874

GROW + 0.962998 1.014459 0.3118

DISC_FLP*TCR +/- 53.36629 0.429265 0.6683

NDISC_FLP*TCR +/- 125.7408 2.755384 0.0065 ***

DISC_FLP*NII +/- -104.4515 -1.586205 0.1146

NDISC_FLP*NII +/- 139.7725 2.130222 0.0346 **

Adj R-square 0.420177

Num of obs 256

F-stat 3.173989

Prob(F-stat) 0.000000 ***

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 124: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

111

Universitas Indonesia

(FING). Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa kapitalisasi bank Islam

berpengaruh signifikan terhadap hubungan prosiklikal antara provisi kerugian

pembiayaan non-diskresioner dengan pertumbuhan pembiayaan. Artinya bahwa

semakin besar (kecil) rasio kecukupan modal bank maka semakin besar (kecil)

pengaruhnya terhadap hubungan antara provisi kerugian pembiayaan non-

diskresioner dengan pertumbuhan pembiayaan. Semakin besar (kecil) rasio

kecukupan modal bank Islam maka semakin besar (kecil) provisi kerugian bank

Islam non-diskresioner tidak bersifat prosiklikal terhadap pertumbuhan

pembiayaan. Dengan demikian hipotesis 4b dapat diterima.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang

menggunakan bank konvensional sebagai sampel. Penelitian Bouvatier dan

Lepetit (2008) mencatat bahwa kapitalisasi bank cenderung bersifat prosiklikal

dengan mempengaruhi pertumbuhan kredit, sedangkan Berrospide dan Edge

(2009) dengan menggunakan model VAR membuktikan pula bahwa adanya

pengaruh kapitalisasi bank terhadap pertumbuhan kredit.

Selain itu, koefisien variabel DISC_FLP*NII memperlihatkan tanda

negatif dan tidak signifikan (p-value= 0.1146). Artinya bank Islam yang fokus

pada pembiayaan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hubungan

prosiklikal antara provisi kerugian pembiayaan diskresioner dengan pertumbuhan

pembiayaan. Hasil interaksi dimaksud memberikan tambahan keyakinan bahwa

komponen provisi kerugian pembiayaan bank Islam yang diskresioner tidak

bersifat prosiklikal. Dengan demikian hipotesis 4c tidak dapat diterima.

Koefisien variabel interaksi antara portofolio aset bank yang fokus pada

pembiayaan dan provisi non-diskresioner (NDISC_FLP*NII) menunjukkan tanda

positif dan signifikan (p-value= 0.0346) pada tingkat 5% terhadap pertumbuhan

pembiayaan (FING). Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin besar (kecil)

portofolio aset bank fokus pada aset pembiayaan maka akan semakin besar (kecil)

pengaruhnya terhadap hubungan antara provisi kerugian pembiayaan non-

diskresioner dengan pertumbuhan pembiayaan. Artinya semakin besar (kecil)

portofolio aset bank Islam pada aset pembiayaan maka semakin besar (kecil)

provisi kerugian bank Islam non-diskresioner tidak bersifat prosiklikal terhadap

pertumbuhan pembiayaan. Dengan demikian hipotesis 4d diterima.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 125: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

112

Universitas Indonesia

Koefisien variabel DISC_FLP dan NDISC_FLP memperlihatkan tanda

negatif dengan tingkat signifikansi yang berbeda (p-value DISC_FLP= 0.8265

dan p-value NDISC_FLP= 0.0664). Hasil tersebut menunjukkan bahwa provisi

kerugian pembiayaan diskresioner tidak signifikan berpengaruh terhadap

pertumbuhan pembiayaan, sedangkan provisi kerugian pembiayaan non-

diskresioner berpengaruh signifikan pada tingkat signifikansi 10%. Hasil ini

konsisten dengan pengujian sebelumnya bahwa hanya komponen non-

diskresioner yang berpengaruh terhadap pertumbuhan pembiayaan.

Koefisien variabel FTA menunjukkan tanda positip dan signifikan dengan

p-value= 0.0074. Artinya bahwa semakin besar (kecil) pembiayaan yang

disalurkan bank Islam, maka semakin besar (kecil) pula pertumbuhan

pembiayaan. Koefisien variabel lainnya yaitu EQTA, SIZE, DEPO, GROW tidak

signifikan mempengaruhi pertumbuhan pembiayaan. Hasil pengujian ini konsisten

dengan hasil penelitian sebelumnya.

5.5.8. Analisis Sensitivitas Pengaruh Moderasi Kapitalisasi dan Portofofolio

Aset Terhadap Hubungan Prosiklikal Antara Provisi Kerugian

Pembiayaan dengan Pertumbuhan Pembiayaan

Analisis dilakukan untuk menguji kekuatan hasil pengujian terhadap

hipotesis 4a, 4b, 4c, 4d sebelumnya dengan menggunakan variabel lain sebagai

proksi. Tahap pertama dilakukan pengujian sensitivitas pengaruh moderasi

kapitalisasi dan portofofolio aset terhadap hubungan prosiklikal antara provisi

kerugian pembiayaan dengan pertumbuhan pembiayaan melalui penggunaan

variabel FLR. Hasil disajikan daam Tabel 5.14.

Hasil pengujian model 4 dengan menggunakan FLR memperlihatkan

bahwa model regresi yang digunakan telah baik dengan nilai Prob(F-Statistic)=

0.0000. Hal ini berarti bahwa model regresi yang digunakan telah baik dimana

variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap

variabel dependen. Pengujian terhadap hipotesis 4a menghasilkan koefisien

variabel interaksi DISC_FLR*TCR bertanda negatif dan signifikan (p-value=

0.0141). Hasil pengujian ini membuktikan bahwa kapitalisasi bank Islam

mempunyai pengaruh signifikan terhadap hubungan antara provisi kerugian

pembiayaan diskresioner dengan pertumbuhan pembiayaan. Hasil tersebut tidak

konsisten dengan hasil pengujian utama yang menggunakan FLP sebagai variabel

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 126: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

113

Universitas Indonesia

dependen.

Hasil pengujian terhadap hipotesis 4b memperkuat pengujian sebelumnya

bahwa kapitalisasi bank Islam berpengaruh terhadap hubungan prosiklikal antara

provisi kerugian pembiayaan non-diskresioner dengan pertumbuhan pembiayaan.

Koefisien variabel interaksi antara kapitalisasi bank dan non-diskresioner

(NDISC_FLR*TCR) menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan (p-value=

0.0000) pada tingkat 1% terhadap pertumbuhan pembiayaan (FING). Artinya

bahwa semakin besar (kecil) rasio kecukupan modal bank Islam maka semakin

besar (kecil) provisi kerugian bank Islam non-diskresioner tidak bersifat

prosiklikal terhadap pertumbuhan pembiayaan.

Hasil lainnya memperlihatkan koefisien variabel DISC_FLR*NII

mempunyai tanda negatif dan tidak signifikan (p-value= 0.3945). Artinya bank

Islam yang portofolio asetnya fokus pada pembiayaan tidak mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap hubungan prosiklikal antara provisi kerugian

pembiayaan diskresioner dengan pertumbuhan pembiayaan. Hasil interaksi

dimaksud menguatkan hasil pengujian sebelumnya.

Demikian pula dengan koefisien variabel interaksi antara portofolio aset

bank yang fokus pada pembiayaan dan komponen non-diskresioner

(NDISC_FLR*NII) menunjukkan tanda positif dan signifikan (p-value= 0.0001)

pada tingkat 1% terhadap pertumbuhan pembiayaan (FING). Hal tersebut

memperkuat pengujian hipotesis sebelumnya bahwa semakin besar (kecil) bank

Islam fokus pada pembiayaan maka semakin besar (kecil) provisi kerugian bank

Islam yang non-diskresioner tidak bersifat prosiklikal terhadap pertumbuhan

pembiayaan.

Tabel 5.14 memperlihatkan konsistensi dari koefisien variabel DISC_FLR

dan NDISC_FLR yang bertanda negatif dengan tingkat signifikansi yang berbeda.

Provisi kerugian pembiayaan diskresioner tidak signifikan berpengaruh terhadap

pertumbuhan pembiayaan, sedangkan provisi kerugian pembiayaan non-

diskresioner berpengaruh signifikan (p-value= 0.0066) pada tingkat signifikansi

1%. Hasil ini konsisten dengan pengujian sebelumnya bahwa hanya komponen

non-diskresioner yang berpengaruh terhadap pertumbuhan pembiayaan.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 127: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

114

Universitas Indonesia

Tabel 5.14. Hasil Uji Sensitivitas Model 4 FING-FLR

Model 4 𝑭𝑰𝑵𝑮𝒊,𝒕 = 𝜷𝟎 + 𝜷𝟏 𝑫𝑰𝑺𝑪_𝑭𝑳𝑹𝒊,𝒕 + 𝜶𝟐 𝑵𝑫𝑰𝑺𝑪_𝑭𝑳𝑹𝒊,𝒕 + 𝜷𝟑 𝑬𝑸𝑻𝑨𝒊,𝒕 + 𝜷𝟒 𝑭𝑻𝑨𝒊,𝒕 + 𝜷𝟓 𝑺𝑰𝒁𝑬𝒊,𝒕 + 𝜷𝟔 𝑫𝑬𝑷𝑶𝒊,𝒕 + 𝜷𝟕 𝑮𝑹𝑶𝑾𝒕 + 𝜷𝟖 𝑫𝑰𝑺𝑪_𝑭𝑳𝑹 ∗ 𝑻𝑪𝑹𝒊,𝒕 + 𝜷𝟗 𝑵𝑫𝑰𝑺𝑪_𝑭𝑳𝑹 ∗ 𝑻𝑪𝑹𝒊,𝒕 + 𝜷𝟏𝟎 𝑫𝑰𝑺𝑪_𝑭𝑳𝑹 ∗ 𝑵𝑰𝑰𝒊,𝒕 + 𝜷𝟏𝟏 𝑵𝑫𝑰𝑺𝑪_𝑭𝑳𝑹 ∗ 𝑵𝑰𝑰𝒊,𝒕 + 𝜺𝒊,𝒕

Keterangan

FING: pertumbuhan pembiayaan dibagi dengan total pembiayaan; DISC_FLR: jumlah dari

produk variabel EBTP, EQTA, SIGN dari FLR dikalikan koefisien estimasinya; NDISC_FLR:

jumlah dari produk variabel GROW, NPF dan FTA dari FLR dikalikan koefisien eastimasinya;

EQTA: Ekuitas dibagi dengan total aset; FTA : pembiayaan bermasalah dibagi dengan total

pembiayaan; SIZE: logaritma total aset bank; DEPO: total deposit dibagi dengan total aset;

GROW: pertumbuhan GDP pertahun dalam prosentase; TCR: total modal dibagi dengan total

aktiva tertimbang menurut risiko; NII: total pendapatan dari produk pembiayaan Mudharabah dan

Musyarakah dibagi dengan total pendapatan bank.

Model 4 diestimasi dengan menggunakan analisis data panel dengan period fixed effects.

***, **, * merupakan indikasi signifikan pada level 1%, 5%, dan 10%.

Koefisien variabel SIZE yang bertanda positif dan signifikan (p-value=

0.0843) tersaji dalam Tabel 5.14. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin besar

(kecil) aset bank Islam maka semakin besar (kecil) pula pertumbuhan

pembiayaan. Demikian pula dengan variabel EQTA dan FTA yang bertanda

Eksp

Tanda

FING

Variable Coefficient t-statistic Prob

C -3.113941 -1.792925 0.0748

DISC_FLR + -22.69432 -1.567467 0.1189

NDISC_FLR + -15.63590 -2.751874 0.0066 ***

EQTA + 2.548101 2.052240 0.0417 **

FTA + 2.476838 3.116880 0.0021 ***

SIZE + 0.189186 1.736378 0.0843 *

DEPO + 0.502117 1.086105 0.2790

GROW + -0.115828 -0.139902 0.8889

DISC_FLR*TCR +/- 26.62714 2.481134 0.0141 **

NDISC_FLR*TCR +/- 123.9704 4.638350 0.0000 ***

DISC_FLR*NII +/- -6.470122 -0.853570 0.3945

NDISC_FLR*NII +/- 78.08781 3.930489 0.0001 ***

Adj R-square 0.535783

Num of obs 256

F-stat 4.462492

Prob(F-stat) 0.000000 ***

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 128: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

115

Universitas Indonesia

positif dan signifikan mempengaruhi FING. Selain itu, koefisien variabel DEPO

bertanda positif dan tidak signifikan, memberikan indikasi bahwa pertumbuhan

pembiayaan bank Islam semakin besar (kecil) dipengaruhi oleh kenaikan

(penurunan) dana pihak ketiga yang diterima bank Islam.

Tahap kedua pengujian sensitivitas pengaruh moderasi kapitalisasi dan

portofofolio aset terhadap hubungan prosiklikal antara provisi kerugian

pembiayaan dengan pertumbuhan pembiayaan dilakukan dengan menggunakan

variabel DFIN untuk pengganti FING. Hasil pengujian disajikan dalam Tabel

5.15. Hasil pengujian memperlihatkan model regresi yang digunakan telah baik

dengan nilai Prob(F-Statistic)= 0.0000, yang berarti bahwa model regresi yang

digunakan telah sesuai, dimana variabel independen secara bersama-sama

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Tabel 5.15 memperlihatkan hasil pengujian regresi berupa koefisien

variabel interaksi DISC_FLP*TCR dalam tanda positif dan tidak signifikan (p-

value= 0.6088). Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa portofolio aset bank

Islam tidak berpengaruh terhadap hubungan prosiklikal antara provisi kerugian

pembiayaan diskresioner dengan pertumbuhan pembiayaan. Hasil dimaksud

memperkuat pengujian utama dengan menggunakan FING sebagai variabel

dependen, dan FLP sebagai variabel provisi.

Koefisien variabel interaksi NDISC_FLP*TCR Tabel 5.15 menunjukkan

hasil bahwa kapitalisasi bank Islam berpengaruh terhadap hubungan prosiklikal

antara provisi kerugian pembiayaan non-diskresioner dengan pertumbuhan

pembiayaan. Koefisien variabel interaksi NDISC_FLP*TCR menunjukkan

pengaruh positif dan signifikan (p-value= 0.0287) pada tingkat 5% terhadap

pertumbuhan pembiayaan (FING). Artinya semakin besar (kecil) rasio kecukupan

modal bank Islam maka semakin besar (kecil) provisi kerugian bank Islam non-

diskresioner tidak bersifat prosiklikal terhadap pertumbuhan pembiayaan.

Koefisien variabel DISC_FLP*NII memperlihatkan tanda negatif dan

signifikan pada tingkat signifikansi 1%. Artinya bank Islam yang fokus pada

pembiayaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hubungan prosiklikal

antara provisi kerugian pembiayaan yang diskresioner dengan pertumbuhan

pembiayaan. Dengan demikian hipotesis 4c dapat diterima.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 129: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

116

Universitas Indonesia

Tabel 5.15. Hasil Uji Sensitivitas Model 4 DFIN-FLP

Model 4 𝑫𝑭𝑰𝑵𝒊,𝒕 = 𝜷𝟎 + 𝜷𝟏 𝑫𝑰𝑺𝑪_𝑭𝑳𝑷𝒊,𝒕 + 𝜶𝟐 𝑵𝑫𝑰𝑺𝑪_𝑭𝑳𝑷𝒊,𝒕 + 𝜷𝟑 𝑬𝑸𝑻𝑨𝒊,𝒕 + 𝜷𝟒 𝑭𝑻𝑨𝒊,𝒕 + 𝜷𝟓 𝑺𝑰𝒁𝑬𝒊,𝒕 + 𝜷𝟔 𝑫𝑬𝑷𝑶𝒊,𝒕 + 𝜷𝟕 𝑮𝑹𝑶𝑾𝒕 + 𝜷𝟖 𝑫𝑰𝑺𝑪_𝑭𝑳𝑷 ∗ 𝑻𝑪𝑹𝒊,𝒕 + 𝜷𝟗 𝑵𝑫𝑰𝑺𝑪_𝑭𝑳𝑷 ∗ 𝑻𝑪𝑹𝒊,𝒕 + 𝜷𝟏𝟎 𝑫𝑰𝑺𝑪_𝑭𝑳𝑷 ∗ 𝑵𝑰𝑰𝒊,𝒕 + 𝜷𝟏𝟏 𝑵𝑫𝑰𝑺𝑪_𝑭𝑳𝑹 ∗ 𝑵𝑰𝑰𝒊,𝒕 + 𝜺𝒊,𝒕

Keterangan

DFIN: pertumbuhan pembiayaan dibagi dengan rata-rata total aset; DISC_FLP: jumlah dari

produk variabel EBTP, EQTA, SIGN dari FLP dikalikan koefisien estimasinya; NDISC_FLP:

jumlah dari produk variabel GROW, NPF dan FTA dari FLP dikalikan koefisien eastimasinya;

EQTA: Ekuitas dibagi dengan total aset; FTA : pembiayaan bermasalah dibagi dengan total

pembiayaan; SIZE: logaritma total aset bank; DEPO: total deposit dibagi dengan total aset;

GROW: pertumbuhan GDP pertahun dalam prosentase; TCR: total modal dibagi dengan total

aktiva tertimbang menurut risiko; NII: total pendapatan dari produk pembiayaan Mudharabah dan

Musyarakah dibagi dengan total pendapatan bank.

Model 4 diestimasi dengan menggunakan analisis data panel dengan period fixed effects.

***, **, * merupakan indikasi signifikan pada level 1%, 5%, dan 10%.

Tabel 5.15 memperlihatkan tingkat signifikansi yang sama dan tanda yang

berbeda antara variabel DISC_FLP dan NDISC_FLP. Provisi kerugian

pembiayaan diskresioner tidak signifikan berpengaruh terhadap pertumbuhan

pembiayaan, demikian juga dengan provisi kerugian pembiayaan non-

diskresioner. Selain itu, hasil pengujian juga memperlihatkan bahwa koefisien

Eksp

Tanda

DFIN

Variable Coefficient t-statistic Prob

C -0.961032 -1.525329 0.1290

DISC_FLP + 10.34689 0.584095 0.5599

NDISC_FLP + -22.26905 -1.168527 0.2442

EQTA + -0.429659 -0.681529 0.4965

FTA + 1.640055 4.456584 0.0000 ***

SIZE + 0.040669 1.041403 0.2992

DEPO + 0.194053 1.137806 0.2568

GROW + 0.428171 1.386755 0.1673

DISC_FLP*TCR +/- 20.73229 0.512719 0.6088

NDISC_FLP*TCR +/- 32.74877 2.206347 0.0287 **

DISC_FLP*NII +/- -63.51348 -2.965402 0.0035 ***

NDISC_FLP*NII +/- 71.81777 3.365178 0.0009 ***

Adj R-square 0.474167

Num of obs 256

F-stat 3.705230

Prob(F-stat) 0.000000 ***

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 130: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

117

Universitas Indonesia

variabel SIZE, DEPO dan GROW bertanda positif dan tidak signifikan

mempengaruhi pertumbuhan pembiayaan (DFIN).

Selanjutnya, untuk memperkuat hasil pengujian, maka dilakukan

pengujian sensitivitas tahap ketiga untuk meyakini pengaruh moderasi kapitalisasi

dan portofofolio aset terhadap hubungan prosiklikal antara provisi kerugian

pembiayaan dengan pertumbuhan pembiayaan. Pengujian tahap ini dilakukan

melalui penggunaan variabel DFIN dan FLR. Hasil pengujian disajikan dalam

Tabel 5.16. Hasil pengujian memperlihatkan model regresi yang digunakan telah

baik dengan nilai Prob(F-Statistic)= 0.0000, yang berarti bahwa model regresi

yang digunakan telah sesuai, dimana variabel independen secara bersama-sama

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Tabel 5.16 memperlihatkan hasil pengujian regresi berupa koefisien

variabel interaksi DISC_FLR*TCR dalam tanda positif dan signifikan (p-value=

0.000). Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa portofolio aset bank Islam

berpengaruh terhadap hubungan prosiklikal antara provisi kerugian pembiayaan

diskresioner dengan pertumbuhan pembiayaan.

Koefisien variabel interaksi NDISC_FLR*TCR Tabel 5.16 menunjukkan

hasil pengujian yang konsisten dengan pengujian sebelumnya yaitu bahwa

kapitalisasi bank Islam berpengaruh terhadap hubungan prosiklikal antara provisi

kerugian pembiayaan non-diskresioner dengan pertumbuhan pembiayaan.

Koefisien variabel interaksi NDISC_FLR*TCR menunjukkan pengaruh positif dan

signifikan (p-value= 0.0028) pada tingkat 1% terhadap pertumbuhan pembiayaan

(DFIN). Artinya semakin besar (kecil) rasio kecukupan modal bank Islam maka

semakin besar (kecil) provisi kerugian bank Islam non-diskresioner tidak bersifat

prosiklikal terhadap pertumbuhan pembiayaan.

Koefisien variabel DISC_FLR*NII memperlihatkan tanda positif dan tidak

signifikan (p-value= 0.1797). Artinya bank Islam yang portofolio asetnya fokus

pada pembiayaan mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap hubungan

prosiklikal antara provisi kerugian pembiayaan diskresioner dengan pertumbuhan

pembiayaan.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 131: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

118

Universitas Indonesia

Tabel 5.16. Hasil Uji Sensitivitas Model 4 DFIN-FLR

Model 4 𝑫𝑭𝑰𝑵𝒊,𝒕 = 𝜷𝟎 + 𝜷𝟏 𝑫𝑰𝑺𝑪_𝑭𝑳𝑹𝒊,𝒕 + 𝜶𝟐 𝑵𝑫𝑰𝑺𝑪_𝑭𝑳𝑹𝒊,𝒕 + 𝜷𝟑 𝑬𝑸𝑻𝑨𝒊,𝒕 + 𝜷𝟒 𝑭𝑻𝑨𝒊,𝒕 + 𝜷𝟓 𝑺𝑰𝒁𝑬𝒊,𝒕 + 𝜷𝟔 𝑫𝑬𝑷𝑶𝒊,𝒕 + 𝜷𝟕 𝑮𝑹𝑶𝑾𝒕 + 𝜷𝟖 𝑫𝑰𝑺𝑪_𝑭𝑳𝑹 ∗ 𝑻𝑪𝑹𝒊,𝒕 + 𝜷𝟗 𝑵𝑫𝑰𝑺𝑪_𝑭𝑳𝑹 ∗ 𝑻𝑪𝑹𝒊,𝒕 + 𝜷𝟏𝟎 𝑫𝑰𝑺𝑪_𝑭𝑳𝑹 ∗ 𝑵𝑰𝑰𝒊,𝒕 + 𝜷𝟏𝟏 𝑵𝑫𝑰𝑺𝑪_𝑭𝑳𝑹 ∗ 𝑵𝑰𝑰𝒊,𝒕 + 𝜺𝒊,𝒕

Keterangan

DFIN: pertumbuhan pembiayaan dibagi dengan rata-rata total aset; DISC_FLR: jumlah dari

produk variabel EBTP, EQTA, SIGN dari FLR dikalikan koefisien estimasinya; NDISC_FLR:

jumlah dari produk variabel GROW, NPF dan FTA dari FLR dikalikan koefisien eastimasinya;

EQTA: Ekuitas dibagi dengan total aset; FTA : pembiayaan bermasalah dibagi dengan total

pembiayaan; SIZE: logaritma total aset bank; DEPO: total deposit dibagi dengan total aset;

GROW: pertumbuhan GDP pertahun dalam prosentase; TCR: total modal dibagi dengan total

aktiva tertimbang menurut risiko; NII: total pendapatan dari produk pembiayaan Mudharabah dan

Musyarakah dibagi dengan total pendapatan bank.

Model 4 diestimasi dengan menggunakan analisis data panel dengan period fixed effects.

***, **, * merupakan indikasi signifikan pada level 1%, 5%, dan 10%.

Hasil regresi lain memperlihatkan pula bahwa interaksi variabel portofolio

aset bank yang didominasi kegiatan pembiayaan dan komponen provisi kerugian

pembiayaan non-diskresioner (NDISC_FLR*NII), dinyatakan signifikan (p-value=

0.0052) dan mempunyai tanda positif terhadap pertumbuhan pembiayaan (DFIN).

Artinya hal tersebut memperkuat pengujian hipotesis sebelumnya bahwa semakin

Eksp

Tanda

DFIN

Variable Coefficient t-statistic Prob

C -1.870052 -3.107174 0.0022

DISC_FLR + -0.199876 -0.039838 0.9683

NDISC_FLR + -2.491412 -1.265352 0.2075

EQTA + 0.589316 1.369681 0.1726

FTA + 1.544442 5.608599 0.0000 ***

SIZE + 0.092377 2.446680 0.0154 **

DEPO + 0.208259 1.299965 0.1954

GROW + 0.043049 0.150051 0.8809

DISC_FLR*TCR +/- 38.90113 4.200182 0.0000 ***

NDISC_FLR*TCR +/- 11.26244 3.028435 0.0028 ***

DISC_FLR*NII +/- 9.274126 1.347090 0.1797

NDISC_FLR*NII +/- 7.438705 2.831942 0.0052 ***

Adj R-square 0.522142

Num of obs 256

F-stat 4.278010

Prob(F-stat) 0.000000 ***

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 132: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

119

Universitas Indonesia

besar (kecil) portofolio aset bank Islam pada aset pembiayaan maka semakin

besar (kecil) provisi kerugian pembiayaan bank Islam yang non-diskresioner tidak

bersifat prosiklikal terhadap pertumbuhan pembiayaan.

Tabel 5.16 memperlihatkan koefisien variabel DISC_FLR dan

NDISC_FLR yang bertanda negatif namun tidak signifikansi, sedangkan koefisien

variabel SIZE yang bertanda positif dan signifikan. Hasil ini menunjukkan bahwa

semakin besar (kecil) aset bank Islam maka semakin besar (kecil) pula

pertumbuhan pembiayaan. Selain itu, koefisien variabel DEPO bertanda positif

dan tidak signifikan, memberikan indikasi bahwa pertumbuhan pembiayaan bank

Islam yang semakin besar (kecil), tidak dipengaruhi oleh kenaikan (penurunan)

dana pihak ketiga yang diterima bank Islam.

Kesimpulan:

Berdasarkan pengujian terhadap hipotesis 4a, 4b, 4c dan 4d

memperlihatkan hasil bahwa faktor kapitalisasi dan portofolio aset bank Islam

mempengaruhi hubungan prosiklikal antara pertumbuhan pembiayaan dengan

provisi kerugian pembiayaan untuk komponen non-diskresioner, namun tidak

untuk komponen provisi diskresioner. Semakin besar (kecil) kapitalisasi bank

Islam atau portofolio aset pada pembiayaan maka semakin besar (kecil)

pengaruhnya terhadap hubungan prosiklikal antara provisi kerugian pembiayaan

non-diskresioner dengan pertumbuhan pembiayaan.

5.5.9. Ikhtisar Hasil Pengujian

Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan dengan

menggunakan variabel utama, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Dengan menggunakan provisi kerugian pembiayaan (FLP) sebagai variabel

dependen dan variabel lainnya sebagai variabel independen, pengujian

terhadap kebijakan manajemen bank Islam memberikan hasil bahwa

a. Bank Islam tidak melakukan perataan laba dengan menggunakan provisi

kerugian pembiayaan. Hasil regresi memperlihatkan koefisien variabel

EBTP negatif dan signifikan mempengaruhi variabel FLP

b. Bank Islam tidak melakukan manajemen modal dengan menggunakan

provisi kerugian pembiayaan. Hasil regresi memperlihatkan koefisien

variabel EQTA negatif dan signifikan mempengaruhi variabel FLP

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 133: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

120

Universitas Indonesia

c. Bank Islam tidak melakukan mekanisme sinyal dengan menggunakan

provisi kerugian pembiayaan. Hasil regresi memperlihatkan koefisien

variabel SIGN negatif dan tidak signifikan mempengaruhi variabel FLP

2. Dengan menggunakan provisi kerugian pembiayaan (FLP) sebagai variabel

dependen dan variabel lainnya sebagai variabel independen, dan dengan

memperhitungkan faktor karakteristik kapitalisasi dan karakteristik portofolio

aset pembiayaan bank Islam, maka disimpulkan bahwa

a. Semakin besar kapitalisasi bank, maka semakin besar kecenderungan bank

Islam untuk melakukan perataan laba. Hasil regresi memperlihatkan

koefisien variabel interaksi antara laba sebelum pajak dan provisi dengan

rasio modal bank Islam (EBTP*TCR) bertanda positif dan signifikan

mempengaruhi variabel FLP

b. Semakin fokus portofolio aset bank pada kegiataan pembiayaan, maka

semakin besar kecenderungan bank Islam melakukan perataan laba. Hasil

regresi memperlihatkan koefisien variabel interaksi antara laba sebelum

pajak dan provisi dengan portofolio aset (EBTP*NII) bertanda positif dan

signifikan mempengaruhi variabel FLP

3. Dengan menggunakan pertumbuhan pembiayaan (FING) sebagai variabel

dependen dan variabel lainnya sebagai variabel independen, pengujian

mengenai efek prosiklikal menyimpulkan bahwa

a. Komponen provisi kerugian pembiayaan non-diskresioner bank Islam

bersifat prosiklikal terhadap pertumbuhan pembiayaan. Hasil regresi

memperlihatkan bahwa koefisien variabel non-diskresioner (NDISC_FLP)

bertanda negatif dan signifikan mempengaruhi FING.

b. Komponen provisi kerugian pembiayaan diskresioner bank Islam bersifat

tidak prosiklikal terhadap pertumbuhan pembiayaan. Hasil regresi

menunjukkan bahwa koefisien variabel diskresioner (DISC_FLP) bertanda

negatif dan tidak signifikan mempengaruhi FING

4. Dengan menggunakan pertumbuhan pembiayaan (FING) sebagai variabel

dependen dan variabel lainnya sebagai variabel independen, dan dengan

memperhitungkan faktor karakteristik kapitalisasi dan karakteristik portofolio

aset bank Islam, maka disimpulkan bahwa

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 134: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

121

Universitas Indonesia

a. Semakin besar kapitalisasi bank Islam maka semakin besar dampaknya

terhadap pengurangan efek prosiklikal provisi kerugian pembiayaan non-

diskresioner terhadap pertumbuhan pembiayaan. Hasil regresi

memperlihatkan koefisien variabel interaksi antara provisi non-

diskresioner dengan rasio modal (NDISC_FLP*TCR) bertanda positif dan

signifikan mempengaruhi variabel FING

b. Besarnya kapitalisasi bank Islam tidak berpengaruh terhadap pengurangan

efek prosiklikal provisi kerugian pembiayaan diskresioner terhadap

pertumbuhan pembiayaan. Hasil regresi memperlihatkan variabel interaksi

antara provisi diskresioner dengan rasio modal (DISC_FLP*TCR) tidak

signifikan mempengaruhi variabel FING

c. Semakin fokus portofolio aset bank Islam pada kegiataan pembiayaan

maka semakin besar dampaknya terhadap pengurangan efek prosiklikal

provisi kerugian pembiayaan terhadap pertumbuhan pembiayaan. Hasil

regresi memperlihatkan koefisien variabel interaksi antara provisi non-

diskresioner dengan portofolio aset (NDISC_FLP*NII) bertanda positif

dan signifikan mempengaruhi variabel FING

d. Besarnya portofolio aset bank Islam tidak berpengaruh terhadap

pengurangan efek prosiklikal provisi kerugian pembiayaan diskresioner

terhadap pertumbuhan pembiayaan. Hasil regresi memperlihatkan variabel

interaksi antara provisi diskresioner dengan portofolio aset

(DISC_FLP*NII) tidak signifikan mempengaruhi variabel FING

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 135: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

122 Universitas Indonesia

BAB 6

PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Penelitian dalam disertasi ini ditujukan untuk mengetahui bagaimana

manajemen risiko pembiayaan pada bank Islam diterapkan melalui kebijakan

sistem provisi kerugian pembiayaan yang dinamis dan lebih hati-hati. Analisis

dilakukan dengan memisahkan provisi kerugian pembiayaan menjadi 2 (dua)

komponen yaitu diskresioner dan non-diskresioner.

Hasil uji empiris menunjukkan bahwa bank Islam hanya menggunakan

provisi kerugian pembiayaan untuk tujuan non-diskresioner daripada untuk tujuan

diskresioner termasuk perataan laba. Kebijakan manajemen bank Islam terhadap

provisi kerugian pembiayaan tidak dilakukan juga untuk tujuan manajemen modal

dan mekanisme sinyal. Namun demikian, hasil penelitian lebih jauh menunjukkan

bahwa bank-bank dengan kapitalisasi besar atau struktur asetnya fokus pada

kegiatan pembiayaan lebih cenderung menggunakan provisi kerugian pembiayaan

untuk tujuan perataan laba.

Sementara itu, pengujian terhadap pengaruh komponen non-diskresioner

dan diskresioner terhadap pertumbuhan pembiayaan menunjukkan bahwa

komponen non-diskresioner bank Islam bersifat prosiklikal (procyclical),

sedangkan komponen diskresioner bersifat kurang prosiklikal. Analisis lebih

lanjut menunjukkan bahwa efek prosiklikal provisi kerugian pembiayaan tidak

terlihat dalam bank Islam yang memiliki kapital yang besar atau berfokus pada

kegiatan pembiayaan.

Secara umum hasil ini memperlihatkan bahwa dalam masa krisis ekonomi,

sistem provisi dinamis yang diterapkan bank Islam, yang mampu mengurangi efek

prosiklikal sehingga bank Islam relatif terhindar dari krisis, hanya berlaku untuk

bank-bank Islam yang berkapitalisasi besar atau yang struktur asetnya fokus pada

pembiayaan. Dengan demikian, hasil penelitian ini memiliki implikasi kebijakan

yang penting. Secara khusus, penerapan sistem provisi dinamis (dynamic

provisioning system) juga harus memperhatikan dampaknya bagi bank Islam yang

berkapitalisasi kecil atau portofolio asetnya fokus pada non-pembiayaan.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 136: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

123

Universitas Indonesia

6.2. Implikasi Hasil Penelitian

6.2.1. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini memberikan implikasi bagi pengembangan ilmu

pengetahuan, antara lain:

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen non-diskresioner dari provisi

kerugian pembiayaan berpengaruh signifikan terhadap pembentukan provisi

kerugian pembiayaan bank Islam. Penelitian ini merupakan penelitian

pertama di bank Islam yang menguji penggunaan provisi kerugian

pembiayaan untuk kebijakan diskresioner dan non-diskresioner.

Implikasinya adalah untuk penelitian selanjutnya, khususnya yang berkaitan

dengan perilaku perataan laba dan efek prosiklikal di bank Islam, harus lebih

memperhatikan pengaruh non-diskresionernya selain penggunaan provisi

kerugian pembiayaan diskresioner. Pemisahan komponen diskresioner dan

non-diskresioner, selain digunakan untuk pengembangan penelitian terkait

perataan laba dengan menggunakan provisi kerugian pembiayaan, juga dapat

dapat dimanfaatkan untuk penelitian terkait prosiklikalitas provisi bank

terhadap pertumbuhan pembiayaan bank Islam

2. Penggunaan provisi kerugian pembiayaan bank Islam untuk kebijakan

manajemen berupa perataan laba dipengaruhi oleh faktor karakteristik bank

Islam berupa kapitalisasi dan portofolio aset. Penelitian sebelumnya belum

pernah membuktikan pengaruh kedua faktor penentu dimaksud terhadap

perilaku perataan laba di bank Islam dengan menggunakan provisi kerugian

pembiayaan. Penggunaan kedua faktor penentu menjadi penting dalam

rangka untuk lebih mengetahui dengan jelas perilaku yang dilakukan oleh

bank Islam. Hasil pengujian tersebut terbukti konsisten apabila cadangan

kerugian pembiayaan digunakan sebagai variabel dependen.

3. Hasil penelitian memperlihatkan bukti bagaimana efek prosiklikal dari

provisi non-diskresioner terhadap pertumbuhan pembiayaan. Penelitian

mengenai efek prosiklikal dari provisi kerugian pembiayaan terhadap

pertumbuhan pembiayaan bank Islam belum pernah dilakukan. Penelitian

sebelumnya mengenai efek prosiklikal provisi bank selalu tidak menyertakan

bank Islam sebagai sampel. Dengan menggunakan formula pengukuran yang

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 137: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

124

Universitas Indonesia

berbeda dari proksi pertumbuhan pembiayaan, analisis sensitivitas

menunjukkan hasil yang tetap konsistensi mendukung pengujian sebelumnya.

Untuk itu, implikasi bagi penelitian selanjutnya yang membahas

prosiklikalitas secara makro dan komprehensif, perlu menyertakan bank

Islam dalam analisa pembahasannya.

4. Dengan memeriksa pengaruhnya terhadap pertumbuhan pembiayaan bank

melalui interaksi antara provisi non-diskresioner dan faktor tertentu bank,

maka dapat dibedakan jenis bank Islam mana saja yang lebih bersifat

prosiklikal dan memerlukan sistem provisi dinamis. Hasil tersebut membawa

implikasi bahwa faktor karakteristik bank Islam sangat menentukan arah

kebijakan yang akan diterapkan.

6.2.2. Bagi Regulator

Bagi regulator bank Islam di Indonesia, baik Bank Indonesia (BI) dari sisi

makroprudensial dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dari sisi mikroprudensial,

hasil penelitian ini memberikan implikasi antara lain:

1. Meskipun secara umum bank Islam tidak melakukan kebijakan perataan laba,

manajemen modal dan mekanisme sinyal, namun secara khusus bank Islam

terbukti melakukan perataan laba. Bank Islam dengan karakteristik tertentu,

yaitu kapitalisasi yang besar atau portofolio aset pada pembiayaan, terindikasi

melakukan perataan laba dengan menggunakan provisi kerugian pembiayaan.

Hal ini membawa implikasi bagi OJK sebagai pengawas mikroprudensial.

OJK harus mampu mendeteksi perilaku bank Islam yang terindikasi

melakukan kebijakan perataan laba dengan menggunakan provisi kerugian

pembiayaan, terutama untuk bank Islam yang mempunyai karakteristik

berupa kapitalisasi yang besar atau portofolio aset fokus pada pembiayaan.

2. Prosiklikalitas bank Islam yang terindikasi terjadi pada bank Islam yang

kapitalisasinya rendah atau portofolio asetnya tidak pada kegiatan

pembiayaan memberikan implikasi kepada regulator. BI sebagai regulator

makroprudensial harus mempertimbangkan karakteristik bank Islam dalam

merumuskan kebijakan ekonomi makro. Hasil penelitian memberikan arah

bahwa sistem provisi dinamis harus ditujukan kepada bank yang mempunyai

kapitalisasi rendah dan yang tidak fokus pada kegiatan pembiayaan. Dengan

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 138: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

125

Universitas Indonesia

fokus pada karakteristik dimaksud, maka penerapan sistem provisi dapat

secara maksimal dapat digunakan untuk mengurangi efek prosiklikal.

3. Hasil penelitian memberikan bukti adanya hubungan antara provisi

diskresioner dan provisi non-diskresioner. Provisi diskresioner berkaitan

dengan kebijakan manajemen yang bersifat mikroprudensial, sedangkan

provisi non-diskresioner berkaitan dengan prosiklikalis yang bersifat

makroprudensial. Dengan demikian, diharapkan adanya koordinasi yang baik

antara regulator makroprudensial BI dan regulator mikroprudensial OJK agar

tercipta kondisi ekonomi yang kondusif, tertutama di sektor perbankan.

6.2.3. Bagi Investor / Deposan

Hasil penelitian ini memberikan implikasi bagi investor bank Islam dalam

memahami perilaku manajemen bank terkait dengan kebijakan perataan laba,

manajemen modal dan mekanisme sinyal. Meskipun secara umum bank Islam

tidak melakukan perataan laba, namun penelitian ini membuktikan bahwa

kemungkinan bank Islam melakukan perataan laba masih ada, terutama untuk

bank dengan modal besar atau bank yang fokus kegiatannya pada pembiayaan.

Investor harus tetap berhati-hati, karena perilaku perataan laba akan

mempengaruhi kualitas informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.

6.3. Keterbatasan Penelitian

Dalam proses pengujian yang dilakukan, terdapat beberapa keterbatasan

yang sekiranya dapat mempengaruhi hasil penelitian. Beberapa keterbatasan

diantaranya:

1. Data kurang spesifik. Data sekunder yang diambil dari database Bankscope

merupakan data yang sudah dikonversikan ke dalam format standard laporan

bank konvensional sehingga tidak nampak data spesifik untuk bank Islam

misalnya rekening mudharabah, musyarakah atau financing.

2. Data kurang lengkap. Data sampel bank Islam yang disajikan database

Bankscope tidak mempunyai kelengkapkan yang sama. Beberapa bank

sampel menggunakan laporan keuangan hanya untuk 3 (tiga) tahun,

sedangkan bank lain dapat menggunakan laporan keuangan untuk periode 10

tahun.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 139: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

126

Universitas Indonesia

3. Data kurang rinci. Data keuangan yang tersimpan dalam database Bankscope

memiliki kekurang-rincian informasi sehingga menyulitkan penelitian lebih

lanjut terkait dengan penggunaan IRR dan PER sebagai alat manajemen

untuk perataan laba pada bank Islam.

6.4. Saran untuk Penelitian Berikutnya

Untuk penelitian selanjutnya, berdasarkan keterbatasan penelitian yang telah

disampaikan tersebut, disarankan sebagai berikut:

1. Dengan keterbatasan data keuangan yang tersaji dalam database Bankscope

tersebut, penelitian selanjutnya disarankan dapat menggunakan data sekunder

dari laporan keuangan bank Islam yang telah dipublikasikan. Dengan

menggunakan data laporan yang publikasi, dapat diperoleh format dan istilah

yang merupakan keunikan bank Islam sehingga analisa dapat dilakukan

dengan lebih komprehensif.

2. Metode estimator OLS yang digunakan untuk pengujian hipotesis dalam

penelitian hanya merupakan salah satu metode. Beberapa peneliti lain

menggunakan model panel dinamis untuk menjelaskan perilaku perataan laba

(Fonseca dan Gonzales, 2008; Packer dan Zhu, 2012). Model regresi data

panel dinamis merupakan model yang melibatkan lag dari variabel dependen

sebagai variabel independen yang berkorelasi dengan error. Model regresi

data panel dinamis lebih disarankan untuk digunakan dalam pengujian

apabila data observasi yang dimiliki cukup banyak.

3. Kemungkinan penggunaan IRR dan PER untuk kebijakan perataan laba bank

Islam perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Sampai dengan saat ini,

penelitian dengan menggunakan IRR dan PER sebagai alat perataan laba

belum pernah ditemukan. Salah satu kendalanya adalah tidak seluruh bank

Islam mempublikasikan angka IRR dan PER dalam laporan keuangannya.

Meskipun disadari bahwa data sampel terbatas, pengujian penggunaan PER

dan IRR pada perilaku perataan laba disarankan untuk dilakukan.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 140: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

127

Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Accounting and Auditing Organization For Islamic Financial Institutions.

(AAOIFI) (1999). Statement On The Purpose and Calculation Of the

Capital Adequacy Ratio For Islamic Banks, March 1999 (AAOIFI,

Manama, Bahrain).

Adams, C. (2008). Emerging East Asian banking system: Ten years after the

1997/98 crisis. ADB Working Paper Series on Regional Economic

Integration, No. 16.

Adams, R., dan Mehran, H. (2003). Is Corporate Governance Different for Bank

Holding Companies? Economic Policy Review - Federal Reserve Bank of

New York, April, Vol. 9, 123-142.

Adzis, A.A. (2012). The Impact of International Financial Reporting Standards

(IFRS) on Bank Loan Loss Provisioning Behavior and Bank Earnings

Volatility. A Thesis for the Degree of Doctor of Philosophy, Massey

University, New Zealand.

Adzis, A.A., Tripe, D., dan Dunmore, P. (2011). International Financial

Reporting Standards (IFRS) and Income Smoothing activities of banks:

Evidence from Australia and New Zealand Commercial banks. Paper

presented at the Financial and Corporate Governance Conference.

Aggarwal, R.K., dan Yousef, T. (2000). Islamic Banks and Investment Financing.

Journal of Money, Credit and Banking, Vol. 32 (1), 93-120.

Ahmed, A. (2010). Global Financial Crisis: an Islamic Finance Perspective.

International Journal of Islamic and Middle Eastern Finance and

Management, Vol. 3 (4), 306-320.

Ahmed, A.S., Takeda, C., dan Thomas, S. (1999). Bank loan loss provisions: a

reexamination of capital management, earnings management and SIGNaling

effects. Journal of Accounting and Economics, Vol. 28, 1-25.

Alali, F., dan Jaggi, B. (2011). Earnings versus capital ratios management: role of

bank types and SFAS 114. Review of Quantitative Finance and Accounting,

Vol. 36 (1), 105-132.

Albrecht, D.W., dan Richardson, F.M. (1990). Income smoothing by economy

sector. Journal of Business Finance & Accounting, Vol. 17, 713-730.

Al-Jarbi, M., dan Iqbal, M. (2012). Conventional vs Islamic Banking System.

http://www.kantakji.com/fiqh/Files/Banks/c1010.pdf/

Al-Rifaee, S. (2012). Islamic Banking: Myths and Facts.

http://www.arabinsight.org/aiarticles/190.pdf/

Altunbas, Y., Gambacorta, L., dan Marques-Ibanez, D. (2009). Bank risk and

monetary policy. Journal of Financial Stability, Vol. 6 (3), 121-129.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 141: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

128

Universitas Indonesia

Anandarajan, A., Hasan, I., dan Loranzo-Vivas, A. (2003). The Role of Loan Loss

Provisions in Earnings Management, Capital Management, and SIGNaling:

The Spanish Experience. Advances in International Accounting, Vol. 16,

43-63.

Anandarajan, A., Hasan, I., dan Loranzo-Vivas, A. (2005). Loan loss provision

decisions: an empirical analysis of the Spanish depository institutions.

Journal of International Accounting, Auditing and Taxation, Vol. 14 (1),

55-77.

Anandarajan, A., Hasan, I., dan McCarthy, C. (2007). Use of loan loss provisions

for capital, earnings management and SIGNaling by Australian banks.

Accounting and Finance, Vol. 47 (3), 357-379.

Angklomkliew, S., George, J., dan Packer, F. (2009). Issues and developments in

loan loss provisioning: The case of Asia. BIS Quarterly Review, December,

69-83.

Antonio, M.S. (2001). Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Gema Insani Press,

Jakarta.

Archer, S., dan Karim, R.A.A. (2006). On capital structure, risk sharing and

capital adequacy in Islamic banks. International Journal of Theoretical and

Applied Finance, Vol. 9 (3), 269-80.

Archer, S., Karim, R.A.A., dan Al-Deehani, T. (1998). Financial contracting,

governance structures and the accounting regulation of Islamic banks: An

analysis of agency theory and transaction cost economics. Journal of

Management and Governance, Vol. 2, 149-170.

Archer, S., Karim, R.A.A., dan Sundararajan V. (2010). Supervisory, regulatory,

and capital adequacy implications of profit-sharing investment accounts in

Islamic finance. Journal of Islamic Accounting & Business Research, Vol. 1

(1), 10-31.

Arjani, N. (2009). Procyclicality and bank capital. Financial System Revue - Bank

of Canada Report, June, 33-40.

Arpa, M., Giulini, I., Ittner, A., dan Pauer, F. (2001). The influence of

macroeconomic developments on Austrian banks: implications for banking

supervision. BIS Working Papers No. 1, 91–116.

Arya, A., Glover, J., dan Sunder, S. (1998). Earnings management and the

revelation principle. Review of Accounting Studies, Vol. 3, 7-34.

Atik, A. (2009). Detecting Income-Smoothing Behaviors of Turkish Listed

Companies Through Empirical Tests Using Discretionary Accounting

Changes. Critical Perspectives on Accounting, Vol. 20, 591-613.

Bank Indonesia. (2011). Booklet Perbankan Indonesia. Edisi Tahun 2011.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 142: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

129

Universitas Indonesia

Banque de France. (2001). The Financial cycle, factors of amplification and

possible policy implications for financial and monetary authorities. Banque

de France Bulletin, No. 95.

Basel Committee on Banking Supervision. (2006). International Convergence of

Capital Measurement and Capital Standards, A Revised Framework,

Comprehensive Version. Bank for International Settlements, June.

Basel Accord (1988). Bank for International Settlements

Beattie, V., Brown, S., Ewers, D., John, B., Manson, S., Thomas, D., dan Turner,

M. (1994). Extraordinary Items and Income Smoothing: A Positive

Accounting Approach. Journal of Business Finance and Accounting, Vol.

21 (6), 791-811.

Beatty, A.L., Ke, B., dan Petroni, K.R. (2002). Earnings management to avoid

earnings declines across publicly and privately held banks. The Accounting

Review, Vol. 77 (3), 547-570.

Beatty, A., Chamberlain, S., dan Magliolo, J. (1995). Managing financial reports

of commercial banks: The influence of taxes, regulatory capital, and

earnings. Journal of Accounting Research, 33(2), 231–262.

Beaver, W., Eger, C., Ryan, S., dan Wolfson, M. (1989). Financial reporting,

supplemental disclosures, and bank share prices. Journal of Accounting

Research, Vol. 27, 157–178.

Beaver, W.H., dan Engel, E. (1996). Discretionary behaviour with respect to

allowances for loan losses and the behaviour of security prices. Journal of

Accounting and Economics, Vol. 22, 177–206.

Beck, T., Demirgüç-Kunt, A., dan Merrouche, O. (2010). Islamic vs. conventional

banking: Business model, efficiency and stability, World Bank Policy

Research Working Paper Series No. 5446.

Beidleman, C. (1973). Income smoothing: the role of management. The

Accounting review, Vol. 48 (4), 653-667.

Berger, A.N., dan Udell, G.F. (2003). The institutional memory hypothesis and

the procyclicality of bank lending behaviour. BIS Working Paper No. 125.

Bernanke, B. S., dan Lown, C.S. (1991). Credit crunch. Brookings Papers on

Economic Activity, Vol. 2, 205-247.

Berrospide, J.M., dan Edge, R.M. (2009). Linkages between the Financial and

Real Sectors: Bank Credit and Capital over the Crisis. Federal Reserve

Board. Mimeo.

Bexley, J.B., dan Nenninger, S. (2012). Financial Institutions and the Economy.

Journal of Accounting and Finance, Vol. 12 (1), 42-47.

Bhat, V. (1996). Banks and income smoothing: an empirical analysis. Applied

Financial Economics, Vol. 6 (6), 505-510.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 143: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

130

Universitas Indonesia

Bikker, J. A., dan Hu, H. (2002). Cyclical patterns in profits, provisioning and

lending of banks. DNB (De Nederlandsche Bank) Staff Reports, No. 86.

Bikker, J.A., dan Metzemakers, P. (2005). Bank provisioning behaviour and

procyclicality. Journal of International Financial Markets, Institutions and

Money, Vol. 15, 141–157.

Borio, C., Furfine, C., dan Lowe, P. (2001). Procyclicality of the financial system

and the financial stability: issues and policy options. Bank for International

Settlements Working Paper No.1, 1–57.

Boudriga, A., Taktak, N.B., dan Jellouli, S. (2009). Banking supervision and

nonperforming loans: a cross-country analysis. Journal of Financial

Economic Policy, Vol. 1, 286-318.

Bouvatier, V., dan Lepetit, L. (2008). Banks’ procyclical behavior: Does

provisioning matter? Journal of International Financial Markets,

Institutions & Money, Vol. 18, 513-526.

Bouvatier, V., dan Lepetit, L. (2012). Effects of loan loss provisions on growth in

bank lending: some international comparisons. International Economics,

Vol.132, 91-116.

Burgstahler, D., dan Dichev, I. (1997). Earnings Management to Avoid Earnings

Decreases and Losses. Journal of Accounting and Economics, Vol. 24 (1),

99-126.

Burroni, M., Quagliariello, M., Sabatini, E., dan Tola, V. (2009). Dynamic

provisioning: rationale, functioning, and prudential treatment. Occasional

Papers, Banca D’Italia, No. 57.

Bushman, R., dan Williams, C. (2012). Accounting Discretion, Loan Loss

Provisioning, and Discipline of Banks’ Risk-Taking. Journal of Accounting

and Economics, Vol. 54 (1), 1-18.

Cavallo, M., dan Majnoni, G. (2001). Do Banks Provision for Bad Loans in Good

Times? Empirical Evidence and Policy Implications. World Bank Working

Paper No. 2619.

Cevik, S., dan Charap, J. (2011). The Behavior of Conventional and Islamic Bank

Deposit Returns in Malaysia and Turkey. IMF Working Papers, No. 11/156.

Chang, R.D., Shen, W.H., dan Fang, C.J. (2008). Discretionary Loan Loss

Provisions and Earnings Management for the Banking Industry.

International Business & Economics Research Journal, Vol. 7, 9-20.

Chan-Lau, J.A. (2012). Do dynamic provisions enhance bank solvency and reduce

credit procyclicality? : A study of the Chilean banking system. IMF

Working Paper, No. 12/24.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 144: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

131

Universitas Indonesia

Cheng, X. (2012). Managing specific accruals vs structuring transactions:

evidence from banking industry. Advances in Accounting, Incorporating

Advances in International Accounting. Vol. 28, 22-37.

Chong, B.S., dan Liu, M.H. (2009). Islamic Banking: Interest-Free or Interest-

Based? Pasific Basin Finance Journal. Vol. 17, 125-144.

Cihak, M., dan Hesse, H. (2008). Islamic Banks and Financial Stability: An

Empirical Analysis. IMF Working Paper, No. 08/16.

Collins, J. H., Shackelford, D. A., dan Wahlen, J. M. (1995). Bank differences in

the coordination of regulatory capital, earnings, and taxes. Journal of

Accounting Research, Vol. 33 (2), 263-291.

Cornett, M.M., Marcus, A.J., dan Tehranian, H. (2009). Corporate governance

and pay-for-performance: The impact of earnings management. Journal of

Financial Economics, Vol. 87, 357-373.

Cortavarria, L., Dziobek, C., Kanaya, A., dan Song, I. (2000). Loan review,

provisioning, and macroeconomic linkages. IMF Working Paper No.

00/195.

Craig, R.S., Davis E.P., dan Pascual, A.G. (2004). Sources of procyclicality in

East-Asian financial systems. IMF Working Paper, December.

Curcio, D., dan Hasan, I. (2013). Earnings and Capital Management and

SIGNaling: The Use of Loan Loss Provisions by European Banks. The

European Journal of Finance, 1-25

DeAngelo, L. E. (1986). Accounting Number as Valuation Substitutes: A Study of

Management Buyouts of Public Stockholders. The Accounting Review, Vol.

59, 400-420.

DeBoskey, D. G., dan Jiang, W. (2012). Earnings management and auditor

specialization in the post-sox era: An examination of the banking industry.

Journal of Banking & Finance, Vol. 36 (2), 613-623.

Dechow, P. M., dan Skinner, D.J. (2000). Earnings Management: Reconciling the

Views of Accounting Academics, Practitioners, and Regulators. February.

http://dx.doi.org/10.2139/ssrn.218959/

Dechow, P.M., Sloan, R.G., dan Sweeny, A.P. (1995). Detecting Earnings

Management. The Accounting Review, Vol. 70, No. 2, 193–225.

DeFond, M. L., dan Park, C. W. (1997). Smoothing income in anticipation of

future earnings. Journal of Accounting and Economics, Vol. 23, 115-139.

DeGeorge, F., Patel, J., dan Zeckhauser, R. (1999). Earnings management to

exceed thresholds. Journal of Business, Vol.72, 1-33.

Dinamona, D.D. (2008). Bank risks, provisioning and the business cycle: a panel

analysis on European intermediaries. Banks and Bank Systems, Vol. 3 (2),

21-33.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 145: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

132

Universitas Indonesia

Drumond, I. (2008). Bank capital requirements, business cycle fluctuations and

the basel accords: A synthesis. Working Paper - University of Porto,

Faculty of Economics, No. 277.

Eckel, N. (1981). The income smoothing hypothesis revisited. Abacus, Vol. 17

(1), 28-40.

Eisenhardt, K.M. (1989). Agency Theory: An Assessment and Review. The

Academy of Management Review, Vol. 14 (1), 57-74.

Eng, L.L., dan Nabar, S. (2007). Loan Loss Provisions by Banks in Hong Kong,

Malaysia and Singapore. Journal of International Financial Management &

Accounting, Vol. 18 (1), 18-38.

Errico, L., dan Farahbaksh, M. (1998). Islamic Banking: Issues in Prudential

Regulations and Supervision, IMF Working Paper, WP/98/30.

Fama, E. F. (1980). Agency Problems and the Theory of the Firm. The Journal of

Political Economy, Vol. 88 (2), 288-307.

Fama, E. F., dan Jensen, M. C. (1983) Separation of Ownership and Control.

Journal of Law and Economics, Vol. 26 (2), 301-325.

Farook, S., Hassan, M.K., dan Clinch, G. (2012). Profit distribution management

by Islamic banks: An empirical investigation. The Quarterly Review of

Economics and Finance, Vol. 52 (3), 333-347.

Farook, S., Hassan, M.K., dan Clinch, G. (2014). Islamic bank incentives and

discretionary loan loss provisions. Pacific-Basin Finance Journal, Vol. 28,

152 - 174.

Fernandez de Lis, S., Martinez Pages, J., dan Saurina J. (2001). Credit growth,

problem loans and credit risk provisioning in Spain. BIS Papers, No. 1,

331–353.

Fields, T.D., Lys, T.Z., dan Vincent, L. (2001). Empirical Research on

Accounting Choice. Journal of Accounting & Economics, Vol. 31, 255-307.

Fonseca, A.R., dan Gonzalez, F. (2008). Cross-country determinants of bank

income smoothing by managing loan-loss provisions. Journal of Banking &

Finance, Vol. 32 (2), 217-228.

Fudenberg, D., dan Tirole, J. (1995). A theory of income and dividend smoothing

based on incumbency rents. The Journal of Political Economy, Vol. 103 (1),

75-93.

Gordon, M.J. (1964). Postulates, principles and research in accounting. The

Accounting Review, Vol. 39 (April), 251-263.

Grais, W., dan Pellegrini, M. (2006). Corporate governance and Shari'ah

compliance in institutions offering Islamic financial services, World Bank

Policy Research Working Paper, No. 454.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 146: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

133

Universitas Indonesia

Gray, R. P., dan Clarke, F. L. (2004). A methodology for calculating the

allowance for loan losses in commercial banks. Abacus, Vol. 40 (3), 321-

341.

Greenawalt, M., dan Sinkey, Jr J. (1988). Bank loan loss provisions and the

income smoothing hypothesis: an empirical analysis 1976–1984. Journal of

Financial Services Research, Vol. 1 (4), 301-318.

Gujarati, D. N. (2003). Basic econometrics (Fourth ed.). New York: McGraw

Hill.

Hamdi, F.M., dan Zarai, M.A. (2012). Earnings Management to Avoid Earnings

Decreases and Losses: Empirical Evidence from Islamic Banking Industry.

Research Journal of Finance and Accounting, Vol. 3 (3), 88-106.

Haniffa, R., dan Hudaib, M. (2007). Exploring the Ethical Identity of Islamic

Banks via Communication in Annual Reports. Journal of Business Ethics,

Vol. 76, 97-116.

Haron, A., Hin Hock, J.L. (2007). Inherent risk: credit and market risks. in

Archer, S., Karim, R.A.A. Islamic Finance: The Regulatory Challenge,

Wiley, Singapore, 94-119.

Hasan, I., dan Wall, L. (2004). Determinants of the loan loss allowance: some

cross-country comparison. The Financial Review, Vol. 39 (1), 129-152.

Hatfield, G., dan Lancaster, M.C., (2000). The SIGNaling Effects of Bank Loan-

Loss Reserve Additions. Journal of Financial and Strategic Decisions, 57-

74.

Healy, P. M., dan Wahlen, J. M. (1999). A review of the earnings management

literature and its implications for standard setting. Accounting Horizons,

Vol. 13 (4), 365-383

Healy, P.M. (1985). The effect of bonus schemes on accounting decision. Journal

of Accounting and Economics, Vol. 7, 85-107.

Henry, T.F., dan Holtzman, M.P. (2006). Critical Accounting Policy Disclosures

for Financial Institutions. Bank Accounting and Finance, April-May, 14-27

Hepworth, S.R. (1953). Periodic income smoothing. The Accounting Review, Vol.

28 (1), 32-39.

Hofstede, G., dan G.J. Hofstede, G.J. (2005). Cultures and Organizations.

Software of the Mind (2nd eds). New York: McGraw-Hill.

Holthausen, R.W., Larcker, D.F., dan Sloan, R.G. (1995). Annual Bonus Schemes

and the Manipulation of Earnings. Journal of Accounting and Economics,

Vol. 19, 29-74.

Islamic Financial Services Board (IFSB). (2005). Capital Adequacy Standard for

institutions (Other than Insurance Institutions) Offering only Islamic

Financial Services.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 147: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

134

Universitas Indonesia

Islamic Financial Services Board (IFSB). (2005). Guiding Principles of Risk

Management for Institutions (other than insurance institutions) offering

only Islamic financial services.

Imhoff, E.A. (1977). Income Smoothing-A Case for Doubt. Accounting Journal,

Spring, 85-100.

International Monetary Fund. (2010). Islamic Banks: More Resilient to Crisis?

Magazine: IMF Research. October.

http://www.imf.org/external/pubs/ft/survey/so/2010/res100410a.htm /

Iqbal, Z., dan Mirakhor, A. (2007). An Introduction to Islamic Finance: Theory

and Practice. John Wiley & Son (Asia) Pte. Ltd.

Ismail, A.G., dan Be Lay, A.T. (2002). Bank loans portfolio composition and the

disclosure of loan loss provision: an empirical evidence of Malaysian banks.

Asian Review of Accounting, Vol. 10 (1), 147-162.

Ismail, A.G., Shaharudin, R.S., dan Samudhram, A.R. (2005). Do Malaysian

banks manage earnings through loan loss provisions? Journal of Financial

Reporting and Accounting, Vol. 3 (1), 41-47.

Jam, F.A., Hijazi, S.T., Qureshi, T.M., dan Hussain, F. (2010). Agency Theory in

Islamic Perspective. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in

Business, Vol. 2 (4), 308-332.

Jensen, M.C., dan Meckling, W.H. (1976). Theory of the Firm: Managerial

Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial

Economics, Vol. 3 (4), 305-360.

Jiménez, G., dan Saurina J. (2005). Credit cycles, credit risk, and prudential

regulation. Bank of Spain Working Paper, No. 0531.

Jones T. (1991). Ethical decision making by individuals in organizations: An

issue-contingent model. Academy of Management Review, Vol. 16 (2), 231-

248.

Kanagaretnam, K., Lim, C.Y., dan Lobo, G.J. (2010). Auditor reputation and

earnings management: International evidence from the banking industry.

Journal of Banking & Finance, Vol. 34 (10), 2318-2327.

Kanagaretnam, K., Lobo, G. J., Yang, D.H. (2004). Joint Tests of SIGNaling and

Income Smoothing through Bank Loan Loss Provisions. Contemporary

Accounting Research, Vol. 21 (4), 843-884.

Kanagaretnam, K., Lobo, G.J., dan Mathieu, R., (2003). Earnings Management to

Reduce Earnings Variability: Evidence from Bank Loan loss provision.

Review of Accounting and Finance, Vol. 3, 128-148.

Karim, R., dan Ali, A. (1989). Determinants of the financial strategy of Islamic

banks. Journal of Business Finance & Accounting, Vol. 16 (2), 193-212.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 148: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

135

Universitas Indonesia

Karim, R.A.A. (2001). International accounting harmonization, banking

regulation, and Islamic banks. The International Journal of Accounting,

Vol. 36, 169–193.

Kashyap, A.K., dan Stein, J.C. (2000). What do a million observations on banks

say about the transmission of monetary policy? American Economic review,

Vol. 90, 407-428

Khan, T., dan Ahmed, H. (2001). Risk Management: An Analysis of Issues in

Islamic Financial Industry. IRTI/IDB Occasional Paper, No. 5

Khan, U. (2010). Does fair value accounting contribute to systemic risk in the

banking industry? Columbia Business School Research Paper, November

Kim, M., dan Kross, W. (1998). The impact of the 1989 change in bank capital

standards on loan loss provisions and loan write-offs. Journal of Accounting

and Economics, Vol. 25, 69–100.

Koch, B.S. (1981). Income smoothing: an experiment. The Accounting Review,

Vol. 56 (3), 574–86.

Kwak, W., Lee, Y.H., dan Eldridge, S. (2009). Earnings Management by Japanese

Bank Managers: Using Discretionary Loan Loss Provisions. Review of

Pacific Basin Financial Markets and Policies, Vol. 12 (1), 1–26.

Laeven, L., dan Majnoni, G. (2003). Loan loss provisioning and economic

slowdowns: too much, too late? Journal of Financial Intermediation, Vol.

12, 178–197.

LaFond, R., Lang, M.H., dan Skaife, H.A. (2007). Earnings smoothing,

governance and liquidity: International evidence. Working paper -

Massachusetts Institute of Technology, Cambridge.

Liu, C.C., dan Ryan, S.G. (2006). Income smoothing over the business cycle:

Changes in banks' coordinated management of provisions for loan losses

and loan charge-offs from the pre-1990 bust to the 1990s boom. The

Accounting Review, Vol. 81 (2), 421-441.

Lobo, G.L., dan Yang, D.H. (2001). Bank managers’ heterogeneous decisions on

discretionary loan loss provisions. Review of Quantitative Finance and

Accounting, Vol. 16, 223-250.

Ma, C. K. (1988). Loan loss reserve and income smoothing: the experience in the

US banking industry. Journal of Business Finance & Accounting, Vol. 15

(4), 487-497.

Macey, J., dan O'Hara M. (2003). The corporate governance of banks. Economic

Policy Review - Federal Reserve Bank of New York, Apr, Vol. 9 (1), 91 –

107.

Mann, F., dan Michael, I. (2002). Dynamic provisioning: issues and application.

Bank of England, Financial Stability Review, 128–136.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 149: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

136

Universitas Indonesia

McNichols, M. F. (2000). Research deSIGN issues in earnings management

studies. Journal of Accounting and Public Policy, Vol. 19, 313-345.

McNichols, M., dan Wilson, G.P. (1988). Evidence of earnings management from

the provision for bad debts. Journal of Accounting Research, Vol. 26, 1-31.

Misman, F. N., dan Ahmad, W. (2011). Loan Loss Provisions: Evidence from

Malaysian Islamic and Conventional banks. International Review of

Business Research Papers, Vol. 7 (4), 94-103.

Moyer, S.E. (1990). Capital adequacy ratio regulations and accounting choices in

commercial banks. Journal of Accounting and Economics, Vol. 13 (2), 123-

154.

Packer, F., dan Zhu, H. (2012). Loan loss provisioning practices of Asian banks.

BIS (Bank for International Settlements) Working Papers, No. 375.

Pain, D. (2003). The provisioning experience of the major UK banks: a small

panel investigation. Bank of England Working Paper, No. 177.

Perez, D., Salas-Fumas, V. dan Saurina, J. (2011). Do dynamic provisions reduce

income smoothing using LLP? Banco De Espana, Documentos de Trabajo,

No. 1118.

Perez, D., Salas-Fumas, V., dan Saurina, J. (2006). Earnings and capital

management in alternative loan loss provision regulatory regimes. Banco De

Espana, Documentos de Trabajo, No. 0614.

Petroni, K.R., Ryan, S.G., dan Wahlen, J.M. (2000). Discretionary and Non-

Discretionary Revisions of Loss Reserves by Property-Casualty Insurers:

Differential Implications for Future Profitability, Risk and Market Value.

Review of Accounting Studies, Vol. 5 (2), 95-125.

Quttainah, M.A., Song, L., dan Wu, Q. (2011). Do Islamic Banks Employ Less

Earnings Management? Paper for Economic Research Forum, Oct, 2011.

Rahman, U. (2002). The Effect of Religion on Earnings Management and Capital

Structure: Evidence from Muslim and Non Muslim Managed Firms in

Malaysia. Doctoral of Philosophy thesis, Massey University.

Rajan, R.G. (1994). Why bank credit policies fluctuate: a theory and some

evidence. The Quarterly Journal of Economics, Vol. 109, 399–441.

Rajhi, W., dan Hassairi, S.A. (2012). Capital Structure and Financial Risks in

Non-Conventional Banking System. International Journal of Economics

and Finance, Vol. 4 (4), 252-265.

Ramesh, K., dan Revsine, L. (2001). The effects of regulatory and contracting

costs on banks’ choice of accounting method for other postretirement

employee benefits. Journal of Accounting and Economics, Vol. 30, 159-

186.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 150: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

137

Universitas Indonesia

Rammal, H.G., dan Zurbruegg, R. (2007). Awareness of Islamic Banking

Products Amongs Muslims: The Case of Australia. Journal of Financial

Service Marketing, Vol. 12 (1), 65-74.

Rivard, R., Bland, E. dan Morris, G. (2003). Income Smoothing Behaviour of

U.S. Banks Under Revised International Capital Requirement. International

Advance Economics Research, Vol. 9 (4): 288-294.

Rochet, J.C. (2005). Prudential policy. Monetary and Economic Studies (Special

Edition) October, 93–119.

Rose P.S., dan Hudgins, S.C. (2010). Bank Management and Financial Services

(8th ed.). Boston: McGraw-Hill Higher Education.

Rose, P. S. (2002). Commercial Bank Management. (5th ed.). New York:

McGraw-Hill Irwin.

Safieddine, A. (2009). Islamic Financial Institutions and Corporate Governance:

New Insights for Agency Theory. Corporate Governance: An International

Review, Vol. 17 (2), 142-158.

Santoso, W., Rulina, I., dan Deriantino, E. (2010). Procyclicality Loan Loss

Provisioning di Indonesia. Kajian Stabilitas Keuangan, Bank Indonesia, No.

15, September, 97-103.

Scott, William R. (2009). Financial Accounting Theory. International Edition,

United States : Prentice-Hall Inc.

Setiawati, L. dan Naim, A. (2001). Bank Health Evaluation By Bank Indonesia

and Earning Management in Banking Industry. Gadjah Mada International

Journal of Business, Vol. 3 (2), 159-176.

Shahimi, S., Ismail, A.G., dan Ahmad, S. (2006). A panel data analysis of fee

income activities in Islamic banks. J.KAU: Islamic Econ., Vol. 19 (2), 23-

35.

Shen, C.H., dan Chih, H.L. (2005). Investor Protection, Prospect Theory, and

Earnings Management: An International Comparison of the Banking

Industry. Journal of Banking and Finance, Vol. 29, 2675–2697.

Shrieves, R.E., dan Dahl, D. (2003). Discretionary accounting and the behavior of

Japanese banks under financial duress. Journal of Banking & Finance, Vol.

27, 1219-1243.

Soedarmono, W., Tarazi, A., Agusman, A., Monroe, G.S., dan Gasbarro, D.

(2012). Loan Loss Provisions and Lending Behaviour of Banks: Asian

Evidence During 1992-2009, paper presented at the Accounting and Finance

Association of Australia and New Zealand (AFAANZ) Conference, 7-9 July

2013, Perth, Australia.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 151: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

138

Universitas Indonesia

Stolowy, H., dan Breton, G. (2004). Accounts Manipulation: A Literature Review

and Proposed Conceptual Framework. Review of Accounting & Finance,

Vol. 3 (1), 5-66.

Sundararajan, V. (2007). Issues in Managing Profit Equalization Reserves and

Investment Risk Reserves. Paper presented at the IFSB Workshop on PER

and IRR, held in Kuala Lumpur, February 2007.

Sundararajan, V. (2005). Risk measurement and disclosure in Islamic finance and

the implications of profit sharing investment accounts. Paper prepared at the

Sixth International Conference on Islamic Economics, Banking, and

Finance, Jakarta, Indonesia, 22-24 November.

Suyudi (2009). Sintesis Teori Dalam Akuntansi untuk Manajemen Laba. POLIBIS

Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Maret, Vol. 7 (1), 51-59.

Taktak, N.B. (2011). The nature of smoothing returns practices: the case of

Islamic banks. Journal of Islamic Accounting and Business Research, Vol. 2

(2), 142-152.

Taktak, N.B., Shabou, R., dan Dumontier, P. (2010b). Income Smoothing

Practices: Evidence from Banks Operating in OECD Countries.

International Journal of Economics and Finance, Vol. 2 (4), 140-150.

Taktak, N.B., Zouari, S.B.S., dan Boudriga, A. (2010a). Do Islamic banks use

loan loss provisions to smooth their results? Journal of Islamic Accounting

and Business Research, Vol. 1 (2), 114-127.

Toumi, K., dan Viviani, J.L. (2013) Islamic banks exposure to Displaced

Commercial Risk, Identification and measurement. Tunisia: University of

Montpellier – Tunisia http://www.cr2m.net/meetings/TOUMI-

VIVIANI.pdf/

Tucker, J.W., dan Zarowin, P.A. (2006). Does income smoothing improve

earnings informativeness? The Accounting Review, Vol. 81 (1), 251-270.

Verbeek, M. (2000) A Guide to Modern Econometrics. NewYork: JohnWiley.

Wahlen, J. (1994). The nature of information in commercial bank loan loss

disclosures. The Accounting Review, Vol. 69 (3), 455-478.

Walter, J. (1991). Loan Loss Reserves. FRB Richmond Economic Review, Vol. 77

(4), 20-30.

Watts, R.L., dan Zimmerman J.L. (1978). Towards a Positive Theory of the

Determination of Accounting Standards. The Accounting Review, Vol. 53

(1), 112-134.

Werner, S., dan Tosi, H.L. (1995). Other People's Money: The Effects of

Ownership on Compensation Strategy and Managerial Pay. The Academy of

Management Journal, Vol. 38 (6), 1672-1691.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 152: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

139

Universitas Indonesia

Wetmore, J.L., dan Brick, J.B. (1994). Commercial Bank Risk: Market, Interest

Rate, and Foreign Exchange. Journal of Financial Research, Vol. 17 (4),

585–596.

Zahara, dan Siregar, S.V. (2009). Pengaruh Rasio Camel Terhadap Praktik

Manajemen Laba di Bank Syariah. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.

12 (2), 87-102.

Zech, C. (2007). The Agency Relationship in Churches: An empirical Analysis.

American Journal of Economics and Sociology, Vol. 66 (4), 727-746.

Zhu, H. (2008), Capital Regulation and Banks’ Financial Decisions. International

Journal of Central Banking, Vol. 4, 165-211.

Zoubi, T.A., dan Al-Khazali, O. (2007). Empirical testing of the loss provisions of

banks in the GCC region. Managerial Finance, Vol. 33 (7), 500-511.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 153: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

140

Lampiran 1: Daftar Bank Islam

(yang terdaftar di Database Bankscope per Juli 2013)

Bank Name City Country

1. Dubai Bank DUBAI AE

2. Al Hilal Bank PJSC ABU DHABI AE

3. Noor Islamic Bank DUBAI AE

4. Ajman Bank AJMAN AE

5. Dubai Islamic Bank plc DUBAI AE

6. Sharjah Islamic Bank SHARJAH AE

7. Tamweel PJSC DUBAI AE

8. Amlak Finance PJSC DUBAI AE

9. Emirates Islamic Bank PJSC DUBAI AE

10. Abu Dhabi Islamic Bank - Public JO ABU DHABI AE

11. Shahjalal Islami Bank Ltd DHAKA BD

12. ICB Islamic Bank Limited DHAKA BD

13. Kuwait Finance House MANAMA BH

14. Gulf Finance House BSC MANAMA BH

15. International Investment Bank B.S.C.-IIB MANAMA BH

16. Seera Investment Bank BSC MANAMA BH *

17. Albaraka Islamic Bank BSC MANAMA BH

18. Bahrain Islamic Bank B.S.C. MANAMA BH

19. First energy bank MANAMA BH

20. Elaf Bank MANAMA BH

21. Global Banking Corporation BSC BH *

22. Albaraka Banking Group B.S.C. MANAMA BH

23. Al Amin Bank MANAMA BH

24. Arcapita Bank B.S.C. MANAMA BH *

25. Islamic Investment Company of the Gulf MANAMA BH *

26. Capivest MANAMA BH

27. ABC Islamic Bank (E.C.) MANAMA BH

28. Venture Capital Bank BSC (c)-VCBank MANAMA BH

29. Bank Alkhair BSC AL-SEEF DIST BH

30. Shamil Bank of Bahrain B.S.C. MANAMA BH

31. Arab Islamic Bank EC MANAMA BH

32. Citi Islamic Investment Bank MANAMA BH

33. Khaleeji Commercial Bank MANAMA BH

34. Investors Bank BSC MANAMA BH

35. Al-Salam Bank-Bahrain B.S.C. MANAMA BH

36. Islamic Bank of Brunei bhd. BRUNEI BN

37. Bank Islam Brunei Darussalam Berhad BRUNEI BN *

38. Islamic Development Bank of Brunei Bhd BRUNEI BN

39. Islamic International Bank for Invest & Dev. CAIRO EG

40. Faisal Islamic Bank of Egypt CAIRO EG

41. Al Baraka Bank Egypt SAE GIZA EG

42. DD&Co. Limited LONDON GB *

43. European Islamic Investment Bank Plc LONDON GB

44. Islamic Bank of Britain Plc LONDON GB

45. Bank of London and The Middle East Pl LONDON GB

46. Gatehouse Bank Plc LONDON GB

47. Arab Gambian Islamic Bank BANJUL GM

48. PT Bank BRI Syariah JAKARTA ID

49. PT Bank Muamalat Indonesia Tbk JAKARTA ID

50. Bank Syariah Mandiri JAKARTA ID

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 154: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

141

Lampiran 1: (lanjutan)

Bank Name City Country

51. I D B for Investment & Islamic Finance BAGHDAD IQ

52. Iraqi Islamic Bank for Invest & Dev SA BAGHDAD IQ

53. Kurdistan International Bank for Invest & Dev ERBIL IQ

54. Al-Bilad Islamic Bank for Invest & Financing BAGHDAD IQ

55. Cihan Bank for Islamic Investment and Finance ERBIL IQ

56. Elaf Islamic Bank BAGHDAD IQ

57. Bank Pasargad TEHRAN IR

58. Saman Bank TEHRAN IR

59. Parsian Bank TEHRAN IR

60. Bank Sepah TEHRAN IR

61. Bank Melli Iran TEHRAN IR

62. Bank Tejarat TEHRAN IR

63. Export Development Bank of Iran TEHRAN IR

64. Bank Mellat TEHRAN IR

65. Bank of Industry and Mine TEHRAN IR

66. Bank Saderat Iran TEHRAN IR

67. Eghtesad Novin Bank PJSC-EN Bank TEHRAN IR

68. Karafarin Bank TEHRAN IR

69. Bank Keshavarzi-Agricultural Bank of Iran TEHRAN IR

70. Bank Maskan TEHRAN-IRAN IR

71. Bank Refah TEHRAN IR

72. Bank Sarmaye TEHRAN IR

73. Jordan Dubai Islamic Bank AMMAN JO

74. Jordan Islamic Bank AMMAN JO

75. Islamic International Arab Bank AMMAN JO

76. A'Ayan Leasing & Investment Company SAFAT KW

77. Investment Dar Co (The) SAFAT KW

78. Kuwait Finance House SAFAT KW

79. Kuwait International Bank SAFAT KW

80. International Investor Company, K.S.C. (The) SAFAT KW

81. Rasameel Structured Finance Company K.S.C SAFAT KW

82. Aref Investment Group SAFAT KW

83. Boubyan Bank KSC SAFAT KW

84. First Investment Company K.S.C.C. SAFAT KW

85. Al-Tawfeek Company for Investment Funds GEORGETOWN KY

86. Arab Finance House Holding SAL BEIRUT LB

87. Al Baraka Bank Lebanon SAL BEIRUT LB

88. Arab Finance House sal (Islamic Bank) BEIRUT LB

89. Banque Al Wava Mauritanienne Islamique NOUAKCHOTT MR

90. La Banque Islamique de Mauritanie-BIM SA NOUAKCHOTT MR

91. Maldives Islamic Bank Pvt Ltd MALE MV

92. AmIslamic Bank Berhad KUALA L. MY

93. OCBC Al-Amin Bank Berhad KUALA L. MY

94. Asian Finance Bank Berhad KUALA L MY

95. Bank Muamalat Malaysia Berhad KUALA L. MY

96. Standard Chartered Saadiq Berhad KUALA L. MY

97. Maybank Islamic Berhad KUALA L. MY

98. HSBC Amanah Malaysia Berhad KUALA L. MY

99. Alliance Islamic Bank Berhad KUALA L. MY

100. Public Islamic Bank Berhad KUALA L. MY

101. Al Rajhi Banking & Investment Corporation KUALA L. MY

102. Affin Islamic Bank Berhad KUALA L. MY

103. CIMB Islamic Bank Berhad KUALA L. MY

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 155: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

142

Lampiran 1: (lanjutan)

Bank Name City Country

104. EONCAP Islamic Bank Berhad KUALA L. MY *

105. Bank Islam Malaysia Berhad KUALA L. MY

106. Hong Leong Islamic Bank Berhad KUALA L. MY

107. Kuwait Finance House (Malaysia) Berhad KUALA L. MY

108. RHB Islamic Bank Berhad KUALA L. MY

109. Alkhair International Islamic Bank Berhad KUALA L. MY

110. Al-Amanah Islamic Investment Bank MAKATI CITY PH

111. Burj Bank Limited KARACHI PK

112. Albaraka Bank (Pakistan) Limited KARACHI PK

113. Dubai Islamic Bank Pakistan Limited KARACHI PK

114. BankIslami Pakistan Limited KARACHI PK

115. Meezan Bank Limited KARACHI PK

116. Albaraka Islamic Bank BSC (EC) LAHORE PK

117. Standard Chartered Modaraba KARACHI PK *

118. First Habib Modaraba KARACHI PK

119. First National Bank Modaraba LAHORE PK

120. Arab Islamic Bank AL-BIREH PS

121. First Finance Company (Q.S.C.) DOHA QA

122. Masraf Al Rayan (Q.S.C.) DOHA QA

123. Qatar Islamic Bank SAQ DOHA QA

124. Qatar International Islamic Bank DOHA QA

125. Badr-Forte Bank MOSCOW RU

126. Bank AlBilad RIYADH SA

127. Al Rajhi Banking & Investment Corporation RIYADH SA

128. Islamic Development Bank JEDDHA SA

129. Alinma Bank RIYADH SA

130. United Capital Bank KHARTOUM SD

131. Faisal Islamic Bank (Sudan) KHARTOUM SD

132. Bank of Khartoum KHARTOUM SD

133. Arab Sudanese Bank Co Ltd KHARTOUM SD

134. Industrial Development Bank KHARTOUM SD

135. Al Salam Bank KHARTOUM SD

136. Al Shamal Islamic Bank KHARTOUM SD

137. Tadamon Islamic Bank KHARTOUM SD

138. Islamic Co-operative Development Bank KHARTOUM SD

139. National Bank of Sudan KHARTOUM SD

140. Al Baraka Bank Sudan KHARTOUM SD

141. Sudanese Islamic Bank KHARTOUM SD

142. Islamic Bank of Asia (The) SINGAPORE SG

143. Cham Islamic Bank SA DAMASCUS SY

144. Syria International Islamic Bank DAMASCUS SY

145. Albaraka Bank Tunisia TUNIS TN

146. Ihlas Finans Kurumu A.S. YENIBOSNA TR

147. Asya Katilim Bankasi AS-Bank Asya UMRANIYE TR

148. Kuveyt Turk Katilim Bankasi A.S. ISTANBUL TR

149. Albaraka Turk Participation Bank- MECIDIYEKOY TR

150. Turkiye Finans Katilim Bankasi AS ISTANBUL TR

151. Shamil Bank of Yemen & Bahrain SANA'A YE

152. Saba Islamic Bank SANA'A YE

153. Islamic Bank of Yemen for Finance & Inv SANA'A YE

154. Tadhamon International Islamic Bank SANA'A YE

Keterangan:

* = Tidak digunakan dalam sampel penelitian

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 156: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

143

Lampiran 2: Hasil Pengujian Data Panel

Model Regresi 1: Perilaku Perataan Laba

1. CHOW-TEST

F test maupun Chi-square signifikan (p-value 0,000 lebih kecil dari 5%) sehigga

H0 ditolak dan H1 diterima, maka model mengikuti Fixed Effect

Redundant Fixed Effects Tests Equation: A2_FLP Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 4.640988 (70,222) 0.0000

Cross-section Chi-square 269.558144 70 0.0000

2. HAUSMAN TEST

Hasil pengujian tersebut signifikan (p-value 0,0000 kurang dari 10%), sehingga

H0 ditolak dan H1 diterima. Oleh karena itu, model mengikuti Fixed Effect.

Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: A2_FLP Test cross-section random effects

Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 11.285233 6 0.0000

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 157: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

144

Lampiran 2: (lanjutan)

Model Regresi 3: Efek Prosiklikal

1. CHOW-TEST

F test maupun Chi-square signifikan (p-value 0,000 lebih kecil dari 5%) sehigga

H0 ditolak dan H1 diterima, maka model mengikuti Fixed Effect

Redundant Fixed Effects Tests Equation: B5_DFIN_FLP Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 2.045417 (66,194) 0.0001

Cross-section Chi-square 141.555454 66 0.0000

2. HAUSMAN TEST

Hasil pengujian tersebut signifikan (p-value 0,0000 kurang dari 10%), sehingga

H0 ditolak dan H1 diterima. Oleh karena itu, model mengikuti Fixed Effect.

Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: B5_DFIN_FLP Test cross-section random effects

Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 13.051904 7 0.0000

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 158: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

145

Lampiran 3 : Hasil Pengujian Hipotesis Dengan Menggunakan Eviews

Dependent Variable: FLR Method: Panel Least Squares Date: 02/08/15 Time: 08:09 Sample: 1997 2012 IF FLP<>NA AND EBTP<>NA AND EQTA<>NA AND SIGN<>NA AND GROW<>NA AND NPF<>NA AND FTA<>NA AND TCR<>NA AND NII<>NA AND SIZE<>NA AND DEPO<>NA AND FING<>NA AND FLR<>NA AND DFIN<>NA Periods included: 11 Cross-sections included: 65 Total panel (unbalanced) observations: 256

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.043705 0.007154 -6.109073 0.0000

EBTP -0.230932 0.068645 -3.364168 0.0009 EQTA -0.007790 0.014594 -0.533761 0.5940 SIGN -0.193631 0.058632 -3.302488 0.0011 NPF 0.271960 0.014910 18.23964 0.0000 FTA 0.079163 0.011903 6.650566 0.0000

GROW -0.043889 0.040209 -1.091531 0.2761 R-squared 0.642033 Mean dependent var 0.029659

Adjusted R-squared 0.633407 S.D. dependent var 0.047537 S.E. of regression 0.028782 Akaike info criterion -4.231176 Sum squared resid 0.206271 Schwarz criterion -4.134238 Log likelihood 548.5906 Hannan-Quinn criter. -4.192188 F-statistic 74.43250 Durbin-Watson stat 1.029394 Prob(F-statistic) 0.000000

Dependent Variable: FLP H2 Method: Panel Least Squares Date: 02/08/15 Time: 08:20 Sample: 1997 2012 IF FLP<>NA AND EBTP<>NA AND EQTA<>NA AND SIGN<>NA AND GROW<>NA AND NPF<>NA AND FTA<>NA AND TCR<>NA AND NII<>NA AND SIZE<>NA AND DEPO<>NA AND FING<>NA AND FLR<>NA AND DFIN<>NA Periods included: 11 Cross-sections included: 65 Total panel (unbalanced) observations: 256

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.000472 0.002939 -0.160695 0.8725

EBTP -0.131780 0.055595 -2.370342 0.0185 EQTA -0.026671 0.006713 -3.972908 0.0001 SIGN 0.001658 0.024421 0.067905 0.9459 NPF 0.032328 0.006214 5.202818 0.0000 FTA 0.021951 0.005090 4.312176 0.0000

GROW -0.002466 0.016098 -0.153165 0.8784 EBTP*TCR 0.439010 0.163501 2.685055 0.0077 EBTP*NII 0.168586 0.075065 2.245877 0.0256

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 159: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

146

Lampiran 3: (lanjutan)

R-squared 0.247627 Mean dependent var 0.007263 Adjusted R-squared 0.223258 S.D. dependent var 0.012915 S.E. of regression 0.011382 Akaike info criterion -6.079025 Sum squared resid 0.031999 Schwarz criterion -5.954389 Log likelihood 787.1151 Hannan-Quinn criter. -6.028897 F-statistic 10.16181 Durbin-Watson stat 0.487859 Prob(F-statistic) 0.000000

Dependent Variable: FLR Method: Panel Least Squares Date: 02/08/15 Time: 08:48 Sample: 1997 2012 IF FLP<>NA AND EBTP<>NA AND EQTA<>NA AND SIGN<>NA AND GROW<>NA AND NPF<>NA AND FTA<>NA AND TCR<>NA AND NII<>NA AND SIZE<>NA AND DEPO<>NA AND FING<>NA AND FLR<>NA AND DFIN<>NA Periods included: 11 Cross-sections included: 65 Total panel (unbalanced) observations: 256

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.048124 0.007383 -6.518046 0.0000

EBTP -0.399913 0.139656 -2.863562 0.0045 EQTA -0.017884 0.016864 -1.060489 0.2900 SIGN 0.238013 0.061345 3.879883 0.0001 NPF 0.280540 0.015608 17.97370 0.0000 FTA 0.085778 0.012787 6.708171 0.0000

GROW -0.038077 0.040439 -0.941602 0.3473 EBTP*TCR 0.087361 0.410716 0.212704 0.8317 EBTP*NII 0.379158 0.188563 2.010780 0.0454

R-squared 0.649581 Mean dependent var 0.029659

Adjusted R-squared 0.638231 S.D. dependent var 0.047537 S.E. of regression 0.028592 Akaike info criterion -4.236861 Sum squared resid 0.201922 Schwarz criterion -4.112226 Log likelihood 551.3182 Hannan-Quinn criter. -4.186734 F-statistic 57.23371 Durbin-Watson stat 1.137805 Prob(F-statistic) 0.000000

Dependent Variable: FING H3 Method: Panel Least Squares Date: 02/08/15 Time: 09:03 Sample: 1997 2012 IF FLP<>NA AND EBTP<>NA AND EQTA<>NA AND SIGN<>NA AND GROW<>NA AND NPF<>NA AND FTA<>NA AND TCR<>NA AND NII<>NA AND SIZE<>NA AND DEPO<>NA AND FING<>NA AND FLR<>NA AND DFIN<>NA Periods included: 11 Cross-sections included: 65 Total panel (unbalanced) observations: 256

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 160: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

147

Lampiran 3: (lanjutan)

C 1.590231 0.408687 3.891074 0.0001 DISC_FLP -27.47681 28.10178 -0.977761 0.3291

NDISC_FLP -70.80052 10.88468 -6.504599 0.0000 EQTA -0.683480 0.909373 -0.751596 0.4530 FTA 1.434013 0.275412 5.206786 0.0000 SIZE -0.092323 0.019877 -4.644613 0.0000

DEPO 0.041810 0.234253 0.178483 0.8585 GROW 0.467786 0.609002 0.768119 0.4431

R-squared 0.207505 Mean dependent var 0.288764

Adjusted R-squared 0.185137 S.D. dependent var 0.475542 S.E. of regression 0.429271 Akaike info criterion 1.177295 Sum squared resid 45.69985 Schwarz criterion 1.288081 Log likelihood -142.6937 Hannan-Quinn criter. 1.221853 F-statistic 9.276556 Durbin-Watson stat 1.318835 Prob(F-statistic) 0.000000

Dependent Variable: FING Method: Panel Least Squares Date: 02/08/15 Time: 09:08 Sample: 1997 2012 IF FLP<>NA AND EBTP<>NA AND EQTA<>NA AND SIGN<>NA AND GROW<>NA AND NPF<>NA AND FTA<>NA AND TCR<>NA AND NII<>NA AND SIZE<>NA AND DEPO<>NA AND FING<>NA AND FLR<>NA AND DFIN<>NA Periods included: 11 Cross-sections included: 65 Total panel (unbalanced) observations: 256

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1.460582 0.395065 3.697071 0.0003

DISC_FLR 37.22977 8.590536 4.333812 0.0000 NDISC_FLR -5.990689 0.966921 -6.195635 0.0000

EQTA 1.605766 0.494321 3.248431 0.0013 FTA 0.792262 0.200027 3.960781 0.0001 SIZE -0.082497 0.019338 -4.266117 0.0000

DEPO 0.035324 0.226235 0.156140 0.8760 GROW 0.171367 0.571357 0.299931 0.7645

R-squared 0.260459 Mean dependent var 0.288764

Adjusted R-squared 0.239584 S.D. dependent var 0.475542 S.E. of regression 0.414681 Akaike info criterion 1.108139 Sum squared resid 42.64626 Schwarz criterion 1.218926 Log likelihood -133.8418 Hannan-Quinn criter. 1.152697 F-statistic 12.47756 Durbin-Watson stat 1.362306 Prob(F-statistic) 0.000000

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 161: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

148

Lampiran 3: (lanjutan)

Dependent Variable: DFIN Method: Panel Least Squares Date: 02/08/15 Time: 09:11 Sample: 1997 2012 IF FLP<>NA AND EBTP<>NA AND EQTA<>NA AND SIGN<>NA AND GROW<>NA AND NPF<>NA AND FTA<>NA AND TCR<>NA AND NII<>NA AND SIZE<>NA AND DEPO<>NA AND FING<>NA AND FLR<>NA AND DFIN<>NA Periods included: 11 Cross-sections included: 65 Total panel (unbalanced) observations: 256

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.306520 0.134261 2.283009 0.0233

DISC_FLP -3.018280 9.231975 -0.326938 0.7440 NDISC_FLP -25.96490 3.575828 -7.261227 0.0000

EQTA -0.088612 0.298746 -0.296613 0.7670 FTA 0.717800 0.090478 7.933394 0.0000 SIZE -0.021699 0.006530 -3.322922 0.0010

DEPO 0.001757 0.076956 0.022830 0.9818 GROW 0.384106 0.200069 1.919867 0.0560

R-squared 0.266811 Mean dependent var 0.109581

Adjusted R-squared 0.246116 S.D. dependent var 0.162420 S.E. of regression 0.141024 Akaike info criterion -1.049026 Sum squared resid 4.932149 Schwarz criterion -0.938239 Log likelihood 142.2753 Hannan-Quinn criter. -1.004467 F-statistic 12.89261 Durbin-Watson stat 1.405254 Prob(F-statistic) 0.000000

Dependent Variable: DFIN Method: Panel Least Squares Date: 02/08/15 Time: 09:24 Sample: 1997 2012 IF FLP<>NA AND EBTP<>NA AND EQTA<>NA AND SIGN<>NA AND GROW<>NA AND NPF<>NA AND FTA<>NA AND TCR<>NA AND NII<>NA AND SIZE<>NA AND DEPO<>NA AND FING<>NA AND FLR<>NA AND DFIN<>NA Periods included: 11 Cross-sections included: 65 Total panel (unbalanced) observations: 256

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.275493 0.131281 2.098501 0.0369

DISC_FLR 9.827729 2.854658 3.442699 0.0007 NDISC_FLR -2.218596 0.321310 -6.904837 0.0000

EQTA 0.390546 0.164264 2.377550 0.0182 FTA 0.483122 0.066469 7.268327 0.0000 SIZE -0.019090 0.006426 -2.970819 0.0033

DEPO 0.000833 0.075178 0.011076 0.9912 GROW 0.249139 0.189863 1.312202 0.1907

R-squared 0.299951 Mean dependent var 0.109581

Adjusted R-squared 0.280191 S.D. dependent var 0.162420

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 162: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

149

Lampiran 3: (lanjutan)

S.E. of regression 0.137800 Akaike info criterion -1.095279 Sum squared resid 4.709217 Schwarz criterion -0.984492 Log likelihood 148.1957 Hannan-Quinn criter. -1.050721 F-statistic 15.18011 Durbin-Watson stat 1.461461 Prob(F-statistic) 0.000000

Dependent Variable: FING H4 Method: Panel Least Squares Date: 02/08/15 Time: 11:20 Sample: 1997 2012 IF FLP<>NA AND EBTP<>NA AND EQTA<>NA AND SIGN<>NA AND GROW<>NA AND NPF<>NA AND FTA<>NA AND TCR<>NA AND NII<>NA AND SIZE<>NA AND DEPO<>NA AND FING<>NA AND FLR<>NA AND DFIN<>NA Periods included: 11 Cross-sections included: 65 Total panel (unbalanced) observations: 256

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.428864 1.937080 -0.221397 0.8250

DISC_FLP -11.95674 54.46274 -0.219540 0.8265 NDISC_FLP -108.2668 58.59168 -1.847818 0.0664

EQTA -0.656050 1.938261 -0.338473 0.7354 FTA 3.066039 1.131434 2.709870 0.0074 SIZE 0.009426 0.120066 0.078504 0.9375

DEPO 0.694073 0.524356 1.323667 0.1874 GROW 0.962998 0.949272 1.014459 0.3118

DISC_FLP*TCR 53.36629 124.3200 0.429265 0.6683 NDISC_FLP*TCR 125.7408 45.63458 2.755384 0.0065

DISC_FLP*NII -104.4515 65.84993 -1.586205 0.1146 NDISC_FLP*NII 139.7725 65.61405 2.130222 0.0346

R-squared 0.613451 Mean dependent var 0.288764

Adjusted R-squared 0.420177 S.D. dependent var 0.475542 S.E. of regression 0.362107 Akaike info criterion 1.068742 Sum squared resid 22.29066 Schwarz criterion 2.259700 Log likelihood -50.79902 Hannan-Quinn criter. 1.547741 F-statistic 3.173989 Durbin-Watson stat 2.338803 Prob(F-statistic) 0.000000

Dependent Variable: FING Method: Panel Least Squares Date: 02/08/15 Time: 11:30 Sample: 1997 2012 IF FLP<>NA AND EBTP<>NA AND EQTA<>NA AND SIGN<>NA AND GROW<>NA AND NPF<>NA AND FTA<>NA AND TCR<>NA AND NII<>NA AND SIZE<>NA AND DEPO<>NA AND FING<>NA AND FLR<>NA AND DFIN<>NA Periods included: 11 Cross-sections included: 65 Total panel (unbalanced) observations: 256

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 163: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

150

Lampiran 3: (lanjutan)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -3.113941 1.736794 -1.792925 0.0748

DISC_FLR -22.69432 14.47834 -1.567467 0.1189 NDISC_FLR -15.63590 5.681910 -2.751874 0.0066

EQTA 2.548101 1.241620 2.052240 0.0417 FTA 2.476838 0.794653 3.116880 0.0021 SIZE 0.189186 0.108955 1.736378 0.0843

DEPO 0.502117 0.462310 1.086105 0.2790 GROW -0.115828 0.827918 -0.139902 0.8889

DISC_FLR*TCR 26.62714 10.73184 2.481134 0.0141 NDISC_FLR*TCR 123.9704 26.72725 4.638350 0.0000

DISC_FLR*NII -6.470122 7.580070 -0.853570 0.3945 NDISC_FLR*NII 78.08781 19.86720 3.930489 0.0001

R-squared 0.690522 Mean dependent var 0.288764 Adjusted R-squared 0.535783 S.D. dependent var 0.475542 S.E. of regression 0.324004 Akaike info criterion 0.846371 Sum squared resid 17.84631 Schwarz criterion 2.037329 Log likelihood -22.33554 Hannan-Quinn criter. 1.325370 F-statistic 4.462492 Durbin-Watson stat 2.470998 Prob(F-statistic) 0.000000

Dependent Variable: DFIN Method: Panel Least Squares Date: 02/08/15 Time: 11:37 Sample: 1997 2012 IF FLP<>NA AND EBTP<>NA AND EQTA<>NA AND SIGN<>NA AND GROW<>NA AND NPF<>NA AND FTA<>NA AND TCR<>NA AND NII<>NA AND SIZE<>NA AND DEPO<>NA AND FING<>NA AND FLR<>NA AND DFIN<>NA Periods included: 11 Cross-sections included: 65 Total panel (unbalanced) observations: 256

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.961032 0.630049 -1.525329 0.1290

DISC_FLP 10.34689 17.71440 0.584095 0.5599 NDISC_FLP -22.26905 19.05737 -1.168527 0.2442

EQTA -0.429659 0.630433 -0.681529 0.4965 FTA 1.640055 0.368007 4.456584 0.0000 SIZE 0.040669 0.039052 1.041403 0.2992

DEPO 0.194053 0.170551 1.137806 0.2568 GROW 0.428171 0.308758 1.386755 0.1673

DISC_FLP*TCR 20.73229 40.43598 0.512719 0.6088 NDISC_FLP*TCR 32.74877 14.84298 2.206347 0.0287

DISC_FLP*NII -63.51348 21.41817 -2.965402 0.0035 NDISC_FLP*NII 71.81777 21.34145 3.365178 0.0009

R-squared 0.649444 Mean dependent var 0.109581

Adjusted R-squared 0.474167 S.D. dependent var 0.162420 S.E. of regression 0.117778 Akaike info criterion -1.177535 Sum squared resid 2.358180 Schwarz criterion 0.013423 Log likelihood 236.7245 Hannan-Quinn criter. -0.698536

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.

Page 164: D2111-Sigid Eko Pramono.pdf

151

Lampiran 3: (lanjutan)

F-statistic 3.705230 Durbin-Watson stat 2.502457 Prob(F-statistic) 0.000000

Dependent Variable: DFIN Method: Panel Least Squares Date: 02/08/15 Time: 11:41 Sample: 1997 2012 IF FLP<>NA AND EBTP<>NA AND EQTA<>NA AND SIGN<>NA AND GROW<>NA AND NPF<>NA AND FTA<>NA AND TCR<>NA AND NII<>NA AND SIZE<>NA AND DEPO<>NA AND FING<>NA AND FLR<>NA AND DFIN<>NA Periods included: 11 Cross-sections included: 65 Total panel (unbalanced) observations: 256

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -1.870052 0.601850 -3.107174 0.0022

DISC_FLR -0.199876 5.017167 -0.039838 0.9683 NDISC_FLR -2.491412 1.968948 -1.265352 0.2075

EQTA 0.589316 0.430257 1.369681 0.1726 FTA 1.544442 0.275370 5.608599 0.0000 SIZE 0.092377 0.037756 2.446680 0.0154

DEPO 0.208259 0.160204 1.299965 0.1954 GROW 0.043049 0.286898 0.150051 0.8809

DISC_FLR*TCR 38.90113 9.261773 4.200182 0.0000 NDISC_FLR*TCR 11.26244 3.718896 3.028435 0.0028

DISC_FLR*NII 9.274126 6.884564 1.347090 0.1797 NDISC_FLR*NII 7.438705 2.626715 2.831942 0.0052

R-squared 0.681428 Mean dependent var 0.109581

Adjusted R-squared 0.522142 S.D. dependent var 0.162420 S.E. of regression 0.112277 Akaike info criterion -1.273205 Sum squared resid 2.143029 Schwarz criterion -0.082247 Log likelihood 248.9703 Hannan-Quinn criter. -0.794206 F-statistic 4.278010 Durbin-Watson stat 2.539444 Prob(F-statistic) 0.000000

Perilaku perataan..., Sigid Eko Pramono, FEB UI, 2015.