D1A015190...dokter dan perawat dalam pelayanan kesehatan pada pasien di Rumah Sakit Bhayangkara...
Transcript of D1A015190...dokter dan perawat dalam pelayanan kesehatan pada pasien di Rumah Sakit Bhayangkara...
1
KAJIAN YURIDIS HUBUNGAN HUKUM ANTARA DOKTER DAN PERAWAT DALAM PELAYANAN KESEHATAN
(Studi di Rumah Sakit Bhayangkara Mataram)
JURNAL ILMIAH
Oleh :
NANDA PUTRI RAMDANI
D1A015190
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2019
2
HALAMAN PENGESAHAN
KAJIAN YURIDIS HUBUNGAN HUKUM ANTARA DOKTER DAN PERAWAT DALAM PELAYANAN KESEHATAN
(Studi di Rumah Sakit Bhayangkara Mataram)
Oleh:
Nanda Putri Ramdani
D1A015190
Menyetujui,
Pembimbing Pertama
Dr.H. Arba, SH., M.Hum. NIP 196212311989031018
3
KAJIAN YURIDIS HUBUNGAN HUKUM ANTARA DOKTER DAN PERAWAT DALAM PELAYANAN KESEHATAN
(STUDI di RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MATARAM)
Nanda Putri Ramdani D1A015190
Pembimbing I: Dr.H.Arba, SH., M.Hum Pembimbing II: Mohammad Irfan, SH., M.Hum
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan hukum antara
dokter dan perawat dalam pelayanan kesehatan pada pasien di Rumah Sakit Bhayangkara Mataram, dan untuk mengetahui tanggung jawab hukum perawat kepada dokter dalam hal pendelegasian wewenang pelayanan kesehatan. Penelitian ini adalah penelitian hukum empiris dengan metode pendekatan peraturan perundang-undangan, konseptual, dan sosiologis. Hubungan hukum antara dokter dan perawat dalam pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Bhayangkara Mataram yakni hubungan hukum yang terjadi berdasarkan pendelegasian yang dilakukan oleh dokter kepada perawat berdasarkan peraturan internal Rumah Sakit Bhayangkara Mataram yang dikeluarkan oleh direktur Rumah Sakit secara tertulis. Tanggung jawab hukum tidak beralih kepada perawat melainkan tanggung jawab tersebut tetap berada pada dokter yang memberikan delegasi. Kata Kunci : Hubungan Hukum, Delegasi, TanggungJawab Hukum
YURIDICAL STUDY CONCERNING LEGAL RELATIONSHIP
BETWEEN DOCTOR AND NURSE IN PROVIDING HEALTH CARE (STUDY IN BHAYANGKARA HOSPITAL MATARAM)
ABSTRACT
Purpose of this research is to determine legal relation between doctors and nurses in providing health care to patiens at Bhayangkara Hospital Mataram, and to figure out legal responsibility of nurse to doctor in terms of delegating health service authority. The research is empirical legal research with a method statue approach, conceptual approach and sociological approach. Legal relationship between doctors and nurses in health services in the hospital Bhayangkara Mataram. Finding of this reseach is legal relationship based on delegation of authority carried out by doctors to nurses is arranged in the internal regulations of the hospital issued by the hospital director in written form. Keywords : Legal Relationship, Delegation, Legal Responsibility.
i
I. PENDAHULUAN
Pada era gelobalisasi ini, kesehatan merupakan salah satu unsur sangat
penting bagi kemajuan suatu negara. Setiap negara berupaya memberikan
perhatian utama pada pelayanan kesehatan, mulai dari penyediaan tenaga
kesehatan yang profesional hingga fasilitas kesehatan yang modern.
Terbatasnya tenaga medis (dokter) menimbulkan situasi yang
mengharuskan perawat melakukan tindakan medis yang bukan merupakan
wewenangnya. Tindakan tersebut dilakukan dengan atau tanpa adanya pelimpahan
wewenang dari tenaga kesehatan lain termasuk dokter, sehingga dapat
menimbulkan permasalahan hukum terkait dengan pelimpahan wewenang
tersebut dan bisa merugikan salah satu pihak. Ini berarti bahwa pelayanan
kesehatan oleh tenaga kesehatan mengenal adanya pelimpahan wewenang, yang
biasanya dikenal dengan pendelegasian wewenang. Selain itu, pendelegasian
wewenang sering dikatakan sebagai pelimpahan dari dokter kepada perawat untuk
melaksanakan tugas medis tertentu.
Dewasa ini, timbul hubungan antara dokter dan perawat, hubungan dokter
dengan perawat ini merupakan hubungan kemitraan yang lebih mengikat dimana
seharusnya terjadi harmonisasi tugas, peran, tanggung jawab. Dalam kaitan
hubungan dokter dan perawat, legalitas kewenangan yang di maksud dalam
Permenkes Nomor 2052/MENKES/PER/X/2011 Tentang Izin Praktik dan
Pelaksanaan Praktik Kedokteran Pasal 23 ayat (1) dapat disimpulkan bahwa harus
ada pemberian delegasi (dokter) dan penerimaan delegasi (perawat) serta format
dalam bentuk tertulis yang berisi tentang hal yang di delegasikan.
ii
Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut: 1. Bagaimana hubungan hukum antara dokter dan perawat dalam
pelayanan kesehatan pada pasien di Rumah Sakit Bhayangkara Mataram?.
2.Bagaimana tanggung jawab hukum perawat kepada dokter dalam hal
pendelegasian wewenang pelayanan kesehatan? . Adapun tujuan yang dicapai dari
penelitian ini, antara lain: 1. Untuk mengetahui hubungan hukum antara dokter
dan perawat dalam pelayanan kesehatan pada pasien di Rumah Sakit Bhayangkara
Mataram. 2. Untuk mengetahui tanggung jawab hukum perawat kepada dokter
dalam hal pendelegasian wewenang pelayanan kesehatan. Manfaat yang dapat
diambil dari penelitian ini adalah manfaat teoritis dan manfaat praktis. Di dalam
penelitian ini metode penelitian yang digunakan antara lain: 1. Jenis penelitian
hukum empiris, 2. Metode pendekatan, pendekatan peraturan perundang-
undangan (Statue Approach)1, pendekatan konseptual (Conceptual Approach),
pendekatan sosiologis.
1 Tim Penyusun, Buku Pedoman: Penyusunan Skripsi dan Jurnal Ilmiah, Cet 1, Fakultas Hukum, Mataram, 2017, hlm. 28
iii
II. PEMBAHASAN
Hubungan Hukum Antara Dokter dan Perawat Dalam Pelayanan
Kesehatan Pada Pasien di Rumah Sakit Bhayangkara Mataram
Hubungan hukum antara dokter dan perawat dalam pelayanan
kesehatan pada pasien di rumah sakit bhayangkara mataram terjadi
berdasarkan pendelegasian/pelimpahan wewenang yang dilakukan secara
tertulis. Rumah sakit Bhayangkara Mataram maupun dokter meberikan surat
tugas kepada perawat dalam melaksanakan pelayanan kesehatan. Perawat
yang menerima delegasi tersebut harus menjalankannya sesuai dengan apa isi
surat tugas tersebut.
Hubungan hukum antara dokter dengan perawat dapat terjadi karena
adanya rujukan atau pendelegasian yang diberikan oleh dokter kepada
perawat. hubungan pendelegasian ini, perawat tidak dapat mengambil
kebijaksanaan sendiri tetapi melakukan tindakan sesuai dengan delegasi yang
diberikan oleh dokter.2
Hubungan antara dokter dan perawat ini seperti yang terdapat dalam
Pasal 65 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga
Kesehatan berbunyi :
“Dalam melakukan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan dapat menerima pelimpahan tindakan medis dari tenaga medis”
Dalam kaitannya dengan hubungan antara dokter dengan perawat ini,
bahwa dalam praktiknya tanpa instruksi dokter, perawat tidak berwenang
2Triana Ohoiwutun, Bunga Rampai Hukum Kedokteran, Cet. 2, Bayumedia Publishing, Malang, 2008, hlm.84
iv
untuk bertindak secara mandiri, kecuali dalam bidang tertentu yang bersifat
umum dan merupakan tugas dari perawat.
Pasal 65 Ayat (3) pelimpahan tindakan sebagaimana yang dimaksud
pada ayat (1) dan (2) dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :
1. tindakan yang dilimpahkan termasuk dalam kemampuan dan keterampilan yang telah dimiliki oleh penerima delegasi.
2. pelaksanaan tindakan yang dilimpahkan tetap dibawah pengawasan pemberi pelimpahan
3. pemberi pelimpahan tetap bertanggung jawab atas tindakan yang dilimpahkan sepanjang pelaksanaan tindakan sesuai dengan pelimpahan yang diberikan, dan
4. tindakan yang dilimpahkan tidak termasuk pengambilan keputusan sebagai dasar pelaksanaan tindakan.
Perawat melaksanakan tugas harus berdasarkan pelimpahan wewenang
yang diberikan oleh dokter. Peraturan internal Rumah Sakit Bhayangkara
Mataram dokter memberikan delegasi kepada perawat yang di keluarkan lewat
Surat Perintah Tugas (SPRINT) melalui Direktur Rumah Sakit yang dilakukan
dengan format tertulis yang hanya tercantum dalam Standar Prosedur
Oprasional tindakan medis.3
Dalam pasal 32 ayat (1) UU No.38 Tahun 2014 berbunyi :
“Pelaksanaan tugas berdasarkan pasal 29 ayat (1) huruf e hanya dapat diberikan secara tertulis oleh tenaga medis kepada perawat untuk melakukan sesuatu tindakan medis dan melakukan evaluasi pelaksanaannya”
Dalam praktiknya, tenaga keperawatan dapat melakukan tindakan
kedokteran di bawah pengawasan dokter. Adanya pendelegasian penanganan
3 hasil wawancara dengan Nyoman Yeni Anita, Kepala Ruangan Perawatan Atas, 5 April 2019, Rumah Sakit Bhayangkara Mataram
v
dari dokter kepada tenaga perawat, secara yuridis dan moral membebankan
tanggung jawab pada dokter karena yang dilakukan oleh perawat merupakan
instruksi dokter.4
Berdasarkan hasil penelitian, hubungan antara dokter dan perawat di
Rumah Sakit Bhayangkara Mataram terjadi berdasarkan pendelegasian atau
pelimpahan wewenang yang dilakukan oleh dokter yang dikeluarkan oleh
direktur Rumah Sakit Bhayangkara Mataram dan dilimpahkan kepada
perawat. Hal ini dikarenakan kondisi dan situasi mengenai keterbatasan dokter
sehingga direktur membuat surat keputusan tersebut.
Adapun hal-hal yang di delegasikan oleh dokter kepada perawat di
Rumah Sakit Bhayangkara Mataram adalah sebagai berikut:5 a. Memeriksa
tanda-tanda vital pasien seperti tekanan darah, laju jantung, frekuensi napas
dan suhu tubuh; b. Pemberian obat-obatan; c. Semua tindakan infasif; d.
Pengambilan darah, menyuntik memasang selang infus dan membersihkan
luka; e. imunisasi dasar.
Tanggung Jawab Hukum Perawat Kepada Dokter Dalam Hal
Pendelegasian Pelayanan Kesehatan
Dalam hal segi tanggung jawab, secara umum dokter bertanggung
jawab atas segala pencapaian yang dihasilkan oleh perawat dari pelayanan
kesehatan karena adanya delegasi. Pelimpahan wewenang atau delegasi
4 Pitono soeparto, dkk , Etika dan Hukum di Bidang Kesehatan, cet.3, Airlangga University Press, Surabaya, 2011, hlm 140
5 Hasil wawancara dengan Nyoman Yeni Anita, Kepala Ruangan Perawatan Atas, 5 April 2019, Rumah Sakit Bhayangkara Mataram
vi
pelayanan kesehatan dari dokter kepada perawat menimbulkan tanggung
jawab kepada dokter. Secara khusus dokter bertanggung jawab apabila dalam
pelayanan kesehatan perawat melakukan kesalahan. Sehingga dokter yang
bertanggung jawab atas kesalahan yang ditimbulkan oleh perawat ketika
adanya pendelegasian pelayanan kesehatan dari dokter.
Pertanggungjawaban hukum perawat
Pertanggungjawaban Hukum Administrasi
Pertanggungjawaban perawat akan bergantung pada bentuk
kewenangan yang dimiliki: 1. Pada pelanggaran kewenangan atribusi
yang merupakan fungsi independen perawat maka bila terjadi
kesalahan dalam asuhan keperawatan tersebut perawat yang
bersangkutan akan memikul beban pertanggung jawabannya sendiri; 2.
Pada pelanggaran kewenangan mandat yang merupakan fungsi
interdependen maka perawat akan memikul beban tanggungjawab
tersebut bersama-sama dengan dokter ketua tim dan Rumah Sakit yang
memberikan tugas tersebut; 3. Pada kewenangan delegasi sebagai
fungsi dependennya maka kesalahan yang terjadi tidak langsung
menjadi pertanggungjawaban perawat. Dalam hal ini harus diteliti
dahulu apakah kesalahan tesebut akibat perintah dokter yang tidak
jelas ataukah karena perawat yang tidak teliti dengan baik perintah
yang diberikan.6
6 Marcel Seran dan Anna Maria Wahyu Setyowati, Dilema Etik Hukum Pelayanan Medis, CV. Mandar Maju, Cet.1, Bandung, 2010, hlm.79
vii
Pertanggungjawaban Hukum Perdata
Pertanggungjawaban hukum perawat bila dilihat dari ketentuan
dalam KUHPerdata maka dapat dikatagorikan kedalam 4 prinsip
sebagai berikut7: 1. Pertanggungjawaban langsung berdasarkan pasal
1365 dan 1366 KUHPerdata berdasarkan ketentuan pasal tersebut
maka seorang perawat yang melakukan kesalahan dalam menjalankan
fungsi independennya yang mengakibatkan kerugian pada pasien maka
ia wajib memikul tanggung jawabnya secara langsung; 2.
Pertanggungawaban dengan asas respondeat superior atau let’s the
master answer maupun khusus di ruang bedah dengan asas the captain
of ship melalui pasal 1367 KUHPerdata. Dalam hal ini
pertanggungjawaban akan mucul apabila kesalahan terjadi dalam
menjalankan fungsi interdependen perawat. Sebagai bagian dari tim
maupun orang yang bekerja di bawah perintah dokter/rumah sakit,
maka perawat akan bersama-sama bertanggung gugat kepada kerugian
yang menimpa pasien; 3. Pertanggungjawaban dengan asas
zaakwarneming berdasarkan Pasal 1354 KUHPerdata. Dalam hal ini
konsep pertanggungjawaban akan muncul apabila kesalahan terjadi
seketika bagi seorang perawat yang berada dalam kondisi tertentu
harus melakukan pertolongan darurat dimana tidak ada orang lain yang
berkompeten untuk itu. Perlindungan hukum dalam tindakan
zaakwarneming perawat tersebut tertuang dalam Pasal 20 Kepmenkes
7 Titik Triwulan dan Shinta Febrian, Perlindungan Hukum Bagi Pasien, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2010, hlm 48
viii
Nomor 1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan Praktik
Perawat. Perawat akan dimintai pertanggungjawaban hukum apabila
tidak mengerjakan apa yang seharusnya dikerjakan dalam pasal 20
tersebut; 4. Pertanggungjawaban karena gugatan wanprestasi
berdasarkan Pasal 1234 KUHPerdata. Dalam wanprestasi seorang
perawat akan dimintai spertanggungjawaban apabila terpenuhi unsur-
unsur wanprestasi yaitu: a. Tidak mengerjakan kewajibannya sama
sekali, dalam konteks ini apabila seorang perawat tidak mengerjakan
semua tugas sesuai dengan fungsinya baik fungsi independen,
interdependen maupun dependen; b. Mengerjakan kewajiban tetapi
terlambat, dalam hal ini apabila kewajiban sesuai fungsi tersebut
dilakukan terlambat yang mengakibatkan kerugian pada pasien; c.
Mengerjakan kewajiban tetapi tidak sesuai dengan yang seharusnya,
sesuatu tugas yang dikerjakan dengan asal-asalan; d. Mengerjakan
yang seharusnya tidak boleh dilakukan, dalam hal ini apabila seorang
perawat melakukan tindakan medis yang tidak mendapat delegasi dari
dokter, seperti menyuntik pasien tanpa perintah, melakukan infus
padahal diriinya belum terlatih.8
Apabila perawat terbukti memenuhi unsur wanprestasi, maka
pertanggungjawaban akan dipikul langsung oleh perawat yang
bersangkutan.
8 ibid, hlm.52
ix
Pertanggungjawaban Hukum Pidana
Seorang perawat baru dapat dimintai pertanggungjawaban apabila
terdapat unsur-unsur sebagai berikut: 1. Suatu perbuatan yang bersifat
melawan hukum, dalam hal ini apabila perawat melakukan pelayanan
kesehatan di luar kewenangan yang tertuang dalam pasal 15
Kepmenkes No. 1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan
Praktik Perawat; 2. Adanya kesalahan berupa kesengajaan (dolus) atau
karena kealpaan (culpa). Kesalahan disini bergantung pada niat
(sengaja) atau hanya karena lalai. Apabila tindakan tersebut dilakukan
karena niat dan ada unsur kesengajaan, maka perawat yang
bersangkutan dapat dijerat sebagai pelaku tindak pidana; 3. Tidak
adanya alasan pembenar atau alasan pemaaf, dalam hal ini seperti tidak
adanya aturan yang mengiinkannya melakukan suatu tindakan, ataupun
tidak ada alasan pembenar seperti resiko yang melekat dalam tindakan
yang dilakukan.9
Tanggung jawab dalam pelayanan kesehatan dari dokter kepada
perawat tidak beralih kepada perawat itu sendiri, dikarenakan adanya delegasi
atau pelimpahan wewenang yang telah diberikan oleh dokter secara tertulis.
Maka tanggung jawab tetap berada pada dokter yang memberikan delegasi
pelayanan kesehatan kepada perawat. Meskipun perawat melakukan kesalahan
dalam pelayanan kesehatan .
9 ibid, hlm. 54
x
Berdasarkan wawancara kepala ruangan perawatan atas, bahwa
tanggung jawab dokter kepada perawat dalam pelimpahan wewenang, menjadi
tanggung jawab dokter sepenuhnya. Karena tugas yang dilaksanakan oleh
perawat adalah tugas dan tanggung jawab dokter secara etik maupun profesi.10
10 Hasil wawancara dengan Nyoman Yeni Anita, Kepala Ruangan Perawatan Atas, 5 April 2019, Rumah Sakit Bhayangkara Mataram
xi
III. PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu: 1.
Hubungan hukum antara dokter dan perawat dalam pelayanan kesehatan pada
pasien di Rumah Sakit Bhayangkara Mataram, hubungan yang terjadi berdasarkan
pendelegasian/pelimpahan wewenang yang diberikan oleh dokter sebagai tenaga
medis kepada perawat dengan surat perintah tugas yang dikeluarkan oleh Direktur
Rumah Sakit Bhayangkara Mataram. Pelimpahan wewenang tersebut diatur dalam
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan Pasal 65 ayat
(1), Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan Pasal 32 ayat
(1) dan Permenkes Nomor 2052/Menkes/Per/X/2011 Tentang Izin Praktik dan
Pelaksanaan Praktik Kedokteran Pasal 23 ayat (1). Berdasarkan pasal-pasal
tersebut hubungan hukum antara dokter dan perawat hubungan yang timbul
karena adanya pelimpahan wewenang dari dokter kepada perawat secara tertulis.
2.Tanggung jawab hukum perawat kepada dokter dalam hal pendelegasian
pelayanan kesehatan, tanggung jawab hukum tidak beralih kepada perawat
melainkan tanggung jawab tersebut tetap berada pada dokter yang memberikan
delegasi. Karena dokter telah memberikan delegasi secara tertulis kepada perawat
terlebih dahulu, sehingga jika terjadi hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan
hukum yang dilakukan perawat maka dokter yang menanggung akibat hukum
yang ditimbulkan dari delegasi tersebut. Hal ini ditinjau dari Pasal 1367
KUHPerdata dan pertanggung jawaban administrasi perawat.
xii
Saran
Saran penyusun dari penelitian ini adalah: 1. Hubungan hukum antara
dokter dan perawat ini, mengenai hubungan dalam pemberian
delegasi/pelimpahan wewenang oleh dokter kepada perawat secara tertulis yang
mana sebaiknya pihak Rumah Sakit harus mempertimbangkan banyak hal seperti
tenaga medis yang kurang, pasien dalam keadaan darurat sehingga pelimpahan
wewenang secara tertulis tidak memungkinkan untuk dilakukan dan pelimpahan
secara lisan harus tetap dibelakukan oleh tenaga medis dalam pelayanan
kesehatan. 2. Dalam hal tanggung jawab hukum perawat kepada dokter ini harus
jelas, sebaiknya kesalahan yang terjadi tidak langsung menjadi tanggung jawab
dokter. Dalam hal ini harus diteliti terlebih dahulu apakah kesalahan tersebut
akibat perintah dokter yang tidak jelas ataukah karena perawat yang tidak teliti
dengan perintah atau delegasi yang diberikan sehingga melakukan kesalahan.
xiii
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku
Marcel Seran, Anna Maria Wahyu Setyowati ,2010, Dilema Etika dan Hukum Dalam Pelayanan Kesehatan, Cet.1, CV. Mandar Maju, Makassar.
Pitono Soeparto, 2011, Etika dan Hukum di Bidang Kesehatan, Cet.3, Airlangga University Press, Surabaya.
Titik Triwulan dan Shinta Febrian, 2010, Perlindungan Hukum Bagi Pasien, Cet.1, Prestasi Pustaka, Jakarta.
Triana Ohoiwutun, 2008, Bunga Rampai Hukum Kedokteran, Cet. 2, Bayumedia Publishing, Malang.
Tim Penyusun, 2017, Buku Pedoman: Penyusunan Skripsi dan Jurnal Ilmiah, Cet 1, Fakultas Hukum, Mataram.
Referensi
Hasil wawancara dengan Nyoman Yeni Anita, Kepala Ruangan Perawatan Atas, 5 April 2019, Rumah Sakit Bhayangkara Mataram