Cylcoplegic Refraction
description
Transcript of Cylcoplegic Refraction
Cycloplegic Refraction
Definisi
Sikloplegik refraksi adalah procedure yang digunakan untuk menentukan kesalahan
refraktif seseorang dengan cara melumpuhan otot yang berperan dalam akomodasi untuk
sementara.1
Prosedur ini menggunakan obat golongan sikloplegik yang melumpuhkan otot siliaris
dengan cara menghambat reseptor muskarinik yang stimulasi oleh asetilkolin dari ujung
saraf parasimpatis.2
Indikasi
Pemeriksaan ini banyak digunakan pada beberapa anak dan dewasa muda tetapi tidak
pada dewasa yang presbiopi. Pemeriksaan sikloplegik dapat digunakan pada beberapa
kasus yaitu :
Pada anak yang mengalami esotropia yang menetap ataupun berulang
Anak dan dewasa muda dengan asthenopia dan esophoria
Hasil pemeriksaan retinoscopi yang menujukkan akomodasi yang berfluktuasi
Hasil pemeriksaan retinoskopi yang berbeda secara signifikan dengan hasil
refraksi subjektif
Visual akuiti yang menurun tanpa sebab pada anak anak
Anak anak dengan riwayat keluarga strabismus, ambliopia, atau hiperopia
Pada kasus kasus dimana retinoskopi sulit dilakukan sebab tidak adanya kooperasi
pasien atau pasien yang cacat mental
kandidat untuk operasi refraksi2,3,4
Kontraindikasi
Pemeriksaan sikloplegik biasanya dilakukan pada anak anak dan dewasa muda dan tidak
ada kontraindikasi terhadap umur. Kontraindikasi pada pemeriksaan ini adalah pada
pasien dengan chamber anterior yang dangkal dan dislokasi atau subluxation dari lensa.
Serta kontraindikasi yang berhubungan dengan penggunaan obat mydriasis yaitu :
pasien yang menggunakan pilocarpine untuk pengobatan glaucoma
sudut tertutup glaucoma
chamber anterior yang dangkal
dislokasi dari lensa2,3,4
Keuntungan
Dengan penggunaan obat sikloplegik, full static refraction dapat di nilai tanpa pengaruh
dari kontraksi yang berfluktuasi, tonic atau klonic, dari otot siliaris. Hal ini sangat penting
pada pasien muda dimana daya akomodasi yang masih sangat besar yang dapat
menyamarkan kelainan refraksi. Dengan menggunakan obat sikloplegik, pemeriksaan
fundus mendapatkan gambaran yang lebih bagus. Secara umum keuntungan dari
penggunaan sikloplegik yaitu :
hasil retinoskopi yang akurat didapati dengan mudah
mengetahui hyperopia yang latent
kelainan refraksi dapat dipastikan
tampilan fundus yang lebih baik pada saat opthalmoscopy
fiksasi atau posisi pasien yang tepat menjadi tidak terlalu penting2,3
Kerugian
Pada pemeriksaan dengan menggunakan sikloplegik, bentuk dari lensa berubah dari
bentuk normalnya oleh sebab efek dari obat. Hasil yang didapat pada pemeriksaan akan
di bandingkan dengan sebelum atau sesudah pemberian obat sikloplegik, hal ini membuat
ketidaknyamanan patient untuk datang lagi. Kerugian lainnya berupa efek samping dari
obat sikloplegik. Kerugian lain yang mungkin dialami yaitu :
photofobia yang disebabkan oleh dilatasi pupil
berkurangnya kemampuan dalam tugas jarak dekat
resiko efek samping pada mata atau sistemik obat sikloplegik
kerusakan hubungan anak dengan dokter pada kunjungan berikutnya
distress pasien pada penetesan obat2,3
Efek samping obat sikloplegik pada mata dapat berupa iritasi, lakriminasi, konjuntiva
hiperemis, bleparokonjunctivitis alergik, peningkatan tekanan intraocular.2
Bila tidak ada efek samping dari obat yang terjadi maka keuntungan dari sikloplegik
refraksi lebih besar dibandingkan dengan kerugiannya.3
Pemeriksaan
Pemeriksaan Presikloplegik
Sebelum pemberian obat sikloplegik, beberapa pemeriksaan harus dilakukan terlebih
dahulu untuk mendapatkan informasi yang penting terhadap kontraindikasi atau efek
samping yang mungkin terjadi pada pemberian sikloplegik.3 Beberapa pemeriksaan yang
perlu dilakukan yaitu : 2,4
anamnesa yang lengkap berupa keluhan pada mata, keluhan sistemik, riwayat
penyakit sebelumnya, riwayat pemakaian obat, alergi, dan riwayat keluarga
pemeriksaan visual akuiti
reflex pupil
refraksi
pemeriksaan slit lamp
tonometri
Sebaiknya meminta persetujuan dari pasien setelah memberikan informasi tentang apa
yang akan dilakukan serta memberitahukan pasien bahwa penglihatan akan sedikit
berkurang setelah pemeriksaan dilakukan sehingga pasien tidak mengemudi segera
setelah pemeriksaan selesai.2,3,4
Pemeriksaan sikloplegik
Komponen penting dalam pemeriksaan dengan sikloplegik adalah retinoskopi, refraksi
subjektif, dan opthalmoskopi.2,3
Retinoskopi
Retinoskopi merupakan prosedur pemeriksaan untuk menentukan kelainan refraksi.
Retinoskopi juga disebut sebagai skiascopy atau shadow test merupakan metode objektif
dalam menentukan kelainan refraksi dengan metode neutralisasi.5,6
Setelah pemberian sikloplegik dan batas waktu maksimum sikloplegik untuk memberikan
efek tercapai, pemeriksa harus menetukan derajat sikloplegik yang adekuat untuk
mendapatkan refraksi terpercaya.2 Mydirasis bukanlah suatu indicator bahwa kerja
sikloplegik penuh telah terjadi. Untuk memastikan sikloplegik adekuat telah tercapai,
ditentukan residual akomodasi secara objektif dengan retinoskopi ataupun subjektif.3
Pada pemeriksaan retinoskopi dengan sikloplegik, dua hal penting yang diperhatikan
yaitu mengobservasi pergerakan dari reflex cahaya di tengah 3-4 mm bagian pupil saja
dan memberitahukan pasien untuk melihat secara langsung ke cahaya retinoskopi.
Tergantung pada gerakan refleks cahaya ketika sebuah bidang cermin retinoskopi
digunakan pada jarak 1 meter, hasilnya diartikan sebagai: 2,5,6
1. Tidak ada gerakan refleks merah menunjukkan miopia 1D.
2. Dengan gerakan refleks merah sepanjang gerakan retinoscope, menandakan baik
emmetropia atau hypermetropia atau miopia kurang dari 1 D.
3. Terhadap gerakan refleks merah dengan pergerakan retinoscope mengimplikasikan
miopia lebih dari 1 D. 2,5,6
Gambar 1. Reflex cahaya pada retinoskopi5
Obat Sikloplegik
Mekanisme
Sikloplegik termasuk obat golongan anticholinergic yang mempunyai efek midriatik
dan sikloplegik. Anticholinergic dikenal juga sebagai antimuskarinik, cholinergic
antagonist, muskarinik antagonist, parasymphatic antagonis atau parasymphatolitik.
Reseptor muskarinik distimulasi oleh lepasnya asetilkolin dari ujung saraf
parasimpatik. Setelah terstimulasi, otot siliaris berkontraksi, menarik badan siliaris ke
depan. Hal ini mengurangi ketengangan pada ligament suspensor yang menahan
lensa. Sehingga lensa menjadi makin konveks yang berarti peningkatan pada data
refraksi untuk membuat akomodasi. Pada saat sikloplegia, reseptor dari siliaris
dihambat sehingga tidak berikatan dengan asetilkolin dan akomodasi tidak terjadi.
Otot siliaris tidak berkontraksi juga menyebabkan otot sphincter relaksasi sehingga
terjadi sikloplegia dan midriasis.3,7
Jenis obat
Dahulu antimuskarinik banyak dipakai sebagai sikloplegik tetapi sekarang hanya tiga
yang dipakai yaitu atropine, cyclopentolate, tropicamide, sedangkan homatropine
terkadang masih dipakai.2
Atropine
Atropine merupakan alkaloid yang diekstraksi dari variasi spesies tanaman seperti
atropa belladonna dan hyoscyamus niger.2
Sediaan : larutan 0,5-3%; salep 0,5% dan 1%
Dosis : satu tetes larutan 0,25-0,5% pada masing masing mata 2xsehari, 1-2 hari
sebelum pemeriksaan dan 1jam sebelum pemeriksaan
Mulai dan lama kerja : mulai kerja dalam 30-40 menit.8
Efek samping atropine dirangkum menjadi sebuah pepatah “as blind as a bat, dry as a
bone, red as a beetroot and mad as a hatter” dimana buta disebabkan oleh sikloplegia,
kering karena inhibisi dari kelenjar keringat dan ludah (sebagai tanda pertama
keracunan atropine), merah oleh karena vasodilatasi peripheral (untuk menurunkan
panas) dan kegilaan disebabkan oleh efek atropine ke CNS.4
Atropine dapat menyebabkan komplikasi seperti demam, takikardi, kejang, serta
kematian, atropine juga kontraindikasi pada pasien dengan down syndrome dan
albinism.4
Cyclopentolate
Sediaan : larutan 0,5%, 1%, dan 2%
Dosis : 1 tetes pada kedua mata dan diulang setelah 10 menit
Mulai kerja : 30-60 menit
lama kerja : kurang dari 24 jam
dapat terjadi neurotoksisitas, yang manifestasi inkoherensi, halusinasi visual, bicara
pelo, dan ataksia.8,9
Tropicamide
Sediaan : larutan 0,5% dan 1%
Dosis : 1 tetes larutan 1%, dua atau tiga kali dengan interval 5 menit
Mulai kerja : 20-40 menit
Lama kerja : 15-20 menit, bertahan hingga 4-6 jam.8,9
Homatropine
Sediaan : larutan 2% dan 5%
Dosis : 1 tetes setiap mata dan diulangi dua atau tiga kali dengan interval 10-15
menit
Mulai kerja : 30-60 menit
Lama kerja : 3 jam.8,9
Table 1. Efek midriasis dan sikloplegia pada obat sikloplegik4
Efek samping
Efek samping dari sikloplegik termasuk reaksi alergik atau hipersensitivitas dengan
konjunktivitis, kelopak mata bengkak, dan dermatitis. Reaksi ini lebih sering pada
atropine dibanding dengan sikloplegik lainnya. Tanda sistemik keracunan atropine berupa
demam, mulut kering, muka kemerahan, nadi cepat, mual muntah, delirium.9
Table 3. efek samping sikloplegik3
Daftar Pustaka
1. Bedinghaus, T., Cycloplegic Refraction. Updated May 20, 2010
http://vision.about.com/od/eyeexamequipment/g/Cycloplegic_Refraction.htm
2. Opthamologic drugs diagnostic and therapeutic uses, 5th ed. 2007
3. Cycloplegic refraction in opthometric practice
4. Farhood, Q.K., Cycloplegic Refraction in Children with Cyclopentolate versus
Atropine. 2012
5. Khurana, A.K. Comprehensive Opthalmology, fourth edition. 2007. Rohtak, India
6. Bonci, F. & Lupelli, L. Retinoscopy in infancy: cycloplegic versus non-
cycloplegic. 2012
7. Fundamental and Principles of Opthamology
8. Vaugan
9. Pediatric Opthamology and Strabismus