CVA Ok
-
Upload
wahyu-nurse -
Category
Documents
-
view
243 -
download
0
description
Transcript of CVA Ok
ASUHAN KEPERAWATAN CVA TROMBOSIS
ASUHAN KEPERAWATAN CVA TROMBOSIS
A. Difinisi
Stroke ( Cedera serebrovaskuler) adalah : kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya supplay darah kebagian otak, sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun ( Brunnert & Suddart, 2002 ) Stroke adalah suatu keadaan patologis dari pembuluh darah serebral atau dari seluruh sistem pembuluh darah otak, patologis ini menyebabkan perdarahan dan sebuah robekan yang terjadi pada pembuluh darah atau kerusakan sirkulasi serebral oleh oklusi / parsial / seluruh lumen pembuluh darah dengan pengaruh bersifat sementara / permanen.( Doengoes, 2003 )
B. Etiologi
1. Trombosis ( bekuan darah pada pembuluh darah otak )
Arteriosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah penyebab utama dari trombosis serebral. Ini merupakan penyebab paling utama / umum dari CVA
Adapun tanda tanda dari trombosis serebral adalah :
Beberapa pasien mengalami pusing, perubahan kognitif / kejang, terjadi tiba tiba, kehilangan bicara sementara, hemiplegi / parastesia pada beberapa jam / hari / minggu sebelum paralisis berat.
2. Embolisme serebral
Bekuan darah / yang lain dibawa ke otak dari bagian tubuh lain
Tanda tanda adalah: hemiparese / hemiplegia tiba tiba dengan / tanpa afasia
Kehilangan kesadaran pada pasien dengan penyakit jantung / pulmonal.
3. Ischemia ( Penurunan aliran darah ke otak )
Terutama karena konstruksi ateroma pada arteri yang mensuplay darah ke otak
4. Hemoragi serebral ( pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan kedaerah jaringan sekitar otak )
Misalnya :
Hemoragi extradural
Biasanya mengikuti fraktur tengkorak dengan robekan arteri tengah atau arteri meningen lain
Disini pasien harus diatasi dalam beberapa jam.
Hemoragi Subdural
Biasanya terjadi robekan pada jembatan vena
Hemoragi Subarachnoid
Dapat terjadi akibat trauma / hipertensi ,tetapi penyebab paling sering adalah kebocoran aneurisma pada area sirkulus willisi dan melformasi arteri vena kongenital pada otak
Hemoragi Intraserebral
Paling umum terjadi pada pasien dengan hipertensi dan arteriosklerosis serebral.
C. Faktor resiko
Penyakit penyerta pada proses terjadinya CVA
1. Hipertensi
2. Penyakit kardiovaskuler, penyakit arteri koronaria, gagal jantung kongesti, hipertropi ventrikel kiri, ganggun irama ( fibrilasi atrium )
3. Kolesterol tinggi
4. Obesitas
5. Peningkatan hematokrit ( meningkatkan resiko infark serebral
6. DM
7. Kontrasepsi oral (khususnya yang disertai hipertensi, merokok, Esterogen meningkat )
8. Penyalah gunaan obat ( khususnya kokain )
9. Konsumsi alkohol.
D. Klasifikasi
1. TIA ( Transient Ischemic Attack ) serangan Iskemik sepintas.
Merupakan gangguan neurologis fokal yang timbul mendadak dan menghilang dari beberapa menit sampai beberapa jam ( < 24 jam )
2. SIE ( Stroke In Evolution / Progresif / Stroke yang sedang berkembang )
Terjadinya perkembangan defisit neurologis yang berlangsung secara bertahap dan berangsur angsur dari beberapa jam sampai 1 hari
3. CSI ( Completed Stroke Ischemik)
Gangguan neurologis maksimal sejak awal serangan,dimana tubuh pasien sudah memperlihatkan kelumpuhan sesisi yang sudah tidak memperlihatkan progresif lagi.Kesadaran tidak mengalami gangguan lesi vaskuler bersifat isckhemik spontan.
4. Stroke Hemoragic
Terjadinya kelumpuhan tubuh sesisi secara tiba tiba dan serentak mutlak lumpuh.Kesadaran hilang dalam waktu singkat setelah timbulnya hemiplegia
E. Manifestasi Klinik.
CVA menyebabkan berbagai defisit neurulogis, tergantung pada lokasi lesi, ukuran area yang perfusinya tidak adekuat, jumlah aliran darah kelateral
Kehilangan Motorik
Hemiparese
Kelemahan wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama ( karena lesi pada hemisfer yang berlawanan )
Hemiplegia
Paralisis wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama ( karena lesi pada hemisfer yang berlawanan )
Ataksia
Berjalan tidak mantap, tegak, tidak mampu menyatukan kaki perlu dasar berdiri yang luas
Disfagia ( Kesulitan menelan )
Kehilangan Komunikasi
Disartria ( kesulitan berbicara )
Ditunjukan dengan berbicara yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara.
Disfasia / Afasia ( Kehilangan bicara )
Afasia Ekspresif :tidak mampu membentuk kata yang dapat dipahami, mungkin mampu baerbicara dalam respon kata tunggal
Afasia Reseptif : Tidak mampu memahami kata yang dibicarakan, mampu bicara tetapi tidak masuk akal
Afasia Global : Kombinasi ekspresif dan reseptif
Afraksi (Ketidakmampuan untuk melakuka tindakan yang dipelajari sebelumnya) seperti ketika pasien mengambil sisir dan berusaha untuk menyisir rambutnya.
Gangguan Persepsi
Disfungsi persepsi visual
Homonimus Hemianopsia ( kehilangan lapang pandang ). Sisi visual yang terkena berkaitan dengan sisi tubuh yang mengalami paralisis. Tidak menyadari orang/obyek ditempat kehilangan penglihatan. Mengabaikan salah satu sisi, kesulitan menilai jarak
Amorfosintesis.Kepala pasien berpaling dari sisi tubuh yang sakit dan cenderung mengabaikan tempat dan ruang pada sisi tersebut.
Gangguan hubungan visual spasial
Ketidakmampuan menghubungkan 2 atau lebih obyek dalam area spasial
Ex : pasien mungkin tidak dapat memakai pakaian tanpa bantuan karena ketidakmampuan untuk mencocokkan pakaian kebagian tubuh.
Kehilangan sensori
Dapat berupa kerusakan sentuhan ringan/berat dengan kehilangan propriosepsi ( kemampuan untuk merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh ) serta kesulitan dalam menginterpretasikan stimuli visual, taktil dan auditorius.
Kehilangan fungsi kognitif dan efek psikologi
Kehilangan memahami jangka pendek dan panjang
Penurunan lapang perhatian
Kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi
Alasan abstrak buruk
Perubahan penilaian
Kehilangan kontrol diri, labilitas emosional, depresi, menarik diri, rasa takut bermusuhan dan marah, perasaan isolasi
Disfungsi kandung kemih
Inkotinensia urinarius sementara oleh karena konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, ketidakmampuan menggunakan urinal karena kerusakan kontrol motorik dan postural
Atonik ( terjadi setelah stroke ( kadang kadang ) dengan kerusakan sensasi dalam respon terhadap pengisian kandung kemih.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
DL
Kimia darah : GD sewaktu, kolesterol, ureum, creatinin, asam urat, fungsi hati, enzim SGOT / SGPT, CPK, profil lipid
Darah hemostasis : waktu protombin, APTT, kadar fibrinogen, viscositas plasma
2. Pemeriksaan Neurokardiologi : EEG ( untuk menetukan lokasi gelombang delta lebih lambat pada daerah gangguan
3. Angiografi serebral : menentukan penyebab stroke secara spesifik
4. CT-Scan : menentukan adanya oedema, hematoma, iskemik, infark
5. Punksi lumbal : menunjukan adanya tekanan normal dan biasanya adanya trombosis emboli dan TIA. Tekanan menigkat dan cairan yang mengandung darah menujukkan adanya hemoragi, subarachnoid / perdarahan intrakranial
6. MRI : lebih spesifik dari CT- scan dan deteksi dini infark serebri dan batang otak
7. MSG dan dopler transkranial ( mendiagnosa vasospasme
8. EKG : T inervasi ST depresi, kenaikan QT
9. Sinar x tengkorak : menggambarkan perubahan kelenjar lempeng daerah yang berlawanan dan masa yang luas.
G. Penatalaksanaan CVA
1. Fase Akut
Mempertahankan jalan nafas dan ventilasi adekuat
Pasien ditempatkan pada posisi lateral / semi telungkup dengan kepala tempat tidur agak ditinggikan sampai tekanan vena serebral berkurang
Intubasi endotrakeal dan ventilasi mekanik
Dipantau adanya komplikasi pulmonal ( aspirasi, atelektasis, pneumonia ) yang mungkin berkaitan dengn reflek kehilangan jalan nafas, mobilisasi / hipoventilasi
Pasien jantung untuk abnormalitas dalam ukuran, irama serta tanda gagal jantung kongestif
2. Penatalaksanaan Medis
Diuretik untuk menurunkan edema serebral
Antikoagulan untuk mencegah terjadinya / memberatnya trombosis / emboli dari tempat lain.
Anti trombosit karena trombosit memainkan peranan penting dalam pembentukan trombus dan embolisasi.
H. Data Dasar Pengkajian
Aktifitas / istirahat
Gejala : kesulitan beraktifitas karena kelemahan, kehilangan sensasi / paralisis
Tanda : gangguan tonus otot, kelemahan umum, gangguan penglihatan, gangguan tingkat kesadaran
Sirkulasi
Gejala : penyakit jantung,polisetimia,hipotensi postural
Tanda : hipotensi postural, nadi bervariasi, disritmia, perubahan EKG, desiran pada karotis, femoralis.
Integritas Ego
Gejala : Persaan tidak berdaya, putus asa
Tanda : Emosi labil, kesulitan mengekspresikan diri
Eliminasi
Gejala : inkontinensia urine, anuria, distensi abdomen, bising usus tidak terdengar
Makanan dan cairan
Gejala : nafsu makan tidak ada / menurun, mual muntah pada fase akut ( TIK meningkat ). Kehilangan sensasi rasa, riwayat DM, peningkatan lemak dalam darah
Gejala : kesulitan menelan
Neurosensori
Gejala : sakit kepala dengan intensitas yang berbeda
Tanda : Tingkah laku tidak stabil, gelisah, kejang
Penafasan
Gejala : merokok ( faktor resiko )
Tanda : tidak mampu menelan, batuk jalan nafas terhambat, respirasi tidak teratur, ronchi +
Keamanan
Tanda :
Motorik / sensorik, masalah pengihatan
Perubahan persepsi
Hilang kewaspadaan pada bagian tubuh yang sakit
Gangguan respon terhadap panas dan dingin
Kesulitan menelan, tidak mampu makan sendiri
Gangguan pengambilan keputusan
Interaksi sosial
Tanda : masalah bicara, tidak mampu berkomunikasi
Pembelajaran
Gejala : riwayat hipertensi pada keluarga,pemakaian kontrasepsi oral, kecanduan alkohol
H. Diagnosa keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan serebral b/d edema serebral, hemoragi
2. Kerusakan mobilitas fisik b/d kelemahan, hemiparese, hemiplegi
3. Kerusakan komunikasi verbal b/d kerusakan sirkulasi serebral, kerusakan neuromuskuler, kehilangan tonus / kontrol otot fasia / oral, kelemahan / kelelahan / kelelahan umum
4. Kurang perawatan diri b/d kelemahan, kehilangan kontrol / koordinasi otot.
5. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d akumulasi sekret sekunder terhadap penurunan tingkat kesadaran
6. Gangguan pemenuhan nutrisi b/d penurunan reflek mengunyah, penurunan rasa, mengecap, disfagia, paralisis otot lidah
7. Perubahan persepsi sensori b/d perubahan persepsi sensori, transmisi integrasi
8. Gangguan harga diri b/d perubahan biofisik, psikososial, persepsi kognitif
9. Kurang pengetahuan mengenai kondisi pengobatan b/d kesalahan interpretasi informasi, kurang mengingat, tidak mengenal sumber informasi
I. Intervensi keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan serebral b/d edema serebral, hemoragi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan fungsi serebral membaik / meningkat, penurunan fungsi neurologis dapat diminimalkan / dapat distabilkan
Kriteria standart :
Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya / membaik, fungsi kognitif dan motorik / sensorik
Mendemonstrasikan tanda tanda vital stabil dan tidak ada tanda tanda peningkatan TIK
Menunjukan tidak ada kelanjutan deteriorasi / kekambuhan defisit
Intervensi
1. Tentukan faktor faktor yang berhubungan dengan keadaan / penyebab khusus selama koma / penurunan perfusi serebral dan potensial terjadinya peningkatan TIK
R/ Mempengaruhi penetapan intervensi, kerusakan / kemunduran tanda / gejala neurologis / kegagalan memperbaikinya setelah fase awal memerlukan tindakan pembedahan dan atau pasien harus dipindahkan keruangan perawatan kritis /ICU untuk melakukan pemantauan terhadap peningkatan TIK
2. Pantau / catat status neurologi sesering mungkin dan bandingkan dengan keadaan normalnya / standart
R/ Mengatahui kecenderungan tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIK dan mengetahui lokasi, luas dan kemajuan / resolusi kerusakan SSP dapat menunjukan TIA yang merupakan tanda terjadinya trombosis CVA baru.
3. Pantau tanda tanda vital
R/ Indikator menentukan tindakan yang tepat4. Evaluasi pupil, catat respon terhadap cahaya
R/ Menentukan batang otak masih baik / tidak5. Atur posisi dengan kepala 30 45 derajat / posisi netral / anatomis
R/ Menentukan tekanan arteria dengan meningkatkan drainase, meningkatkan perfusi serebral
6. Pertahankan bedrest dan ciptakan lingkungan tenang,batasi pengunjung dan aktifitas pasien
R/ Mencegah terjadinya perdarahan
7. Cegah mengejan saat BAB dan pernafasan yang memaksa
R/ Meningkatkan TIK, resiko perdarahan lebih besar
8. Kolaborasi
Obat anti koagulasi
R/ Pada CVA emboli, terapi ini mencegah terjadinya pembekuan darah Obat anti fibrinolitik
R/ Untuk mencegah lisis bekuan Anti hipertensi
R/ Hipertensi merupakan resiko terjadinya stroke Anti konvulsan
R/ Aktifitas sedatif Vasodilator perifer
R/ Memperbaiki sirkulasi kolateral dan menurunkan vasospasme Manitol
R/ Mengendalikan edema serebral
2. Kerusakan mobilitas fisik b/d kelemahan, hemiparese, hemiplegi paralisis hipotonok (awal ), paralisis spaatis, kerusakan perseptual / kognitif
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien tidak mengalami kerusakan mobilitas fisik.
Kriteria hasil :
klien mampu mempertahankan posisi optimal dari fungsi yang dibuktikan oleh tidak adanya kontraktur,foot drop
klien mampu mempertahankan / meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang terkena.
Klien mampu mendemonstrasikan tehnik / perilaku yang memungkinkan melakukan aktifitas
Integritas kulit tetap untuh
Intervensi keperawatan
1. kaji kemampuan secara fungsional / luasnya kerusakan
R/ Mengidentifikasi kekuatan / kelemahan dan dapat membantu memberikan informasi mengenai pemulihan2. Ubah posisi minimal setiap 2 jam
R/ Menurunkan esiko terjadinya trauma / iskemick jaringan
3. Letakkan pada posisi telungkup satu kali / dua kali sehari jika pasien dapat mentoleransinya
R/ Membantu mempertahankan ekstensi panggul fungsional, tetapi kemungkinan akan meningkatkan ansietas terutama mengenai kemampuan pasien untuk bernafas.
4. Mulailah melakukan latihan gerak aktif dan pasif pada semua ekstremitas serta anjurkan melakukan latihan seperti quadricef / gluteal, meremas bola karet, melebarkan jari jari dan kaki / telapak
R/ Meminimalkan atrofi otot, meningkatkan sirkulasi, membantu mencegah kontraktur.
5. Sokong ekstremitas dalam posisi fungsionalnya,gunakan papan kaki ( foot board ) selama period paralisid flaksid. Pertahankan posisi kepala netral.
R/ Mencegah kontraktur / foot drop dan memfasilitasi kegunaannya, jika berfungsi kembali,paralisis flaksid dapat menggangu kemampuannya untuk menyangga kepala,dilain pihak paralisis spastik dapat mengarah pada deviasi kepala kesalah satu sisi.6. Tempatkan bantal dibawah axila untuk melakukan abduksi pada tangan.
R/ Mencegah adduksi bahu dan flexi siku
7. Tinggikan tangan dan kepala
R/ Meningkatkan aliran darah balik vena dan membantu mencegah terbentuknya edema
8. Posisikan lutut dan panggul dalam ekstensi
R/ Mempertahankan posisi fungsional
9. Observasi daerah yang terkena termasuk warna, edema atau tanda lain dari gangguan sirkulasi
R/ Jaringan yang mengalami edema lebih mudah mengalami trauma dan penyembuhannya lambat.
3. Kerusakan komunikasi verbal b/d kerusakan sirkulasi serebral, kerusakan neuromuskuler, kehilangan tonus / kontrol otot fasia / oral, kelemahan / kelelahan / kelelahan umum
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien mampu melakukan kominikasi dengan orang lain.
Kriteria hasil :
Klien mampu menggunakanmetode komunikasi sesuai kebutuhan
Klien dapat memahami apa yang dikomunikasikan orang lain
Intervensi keperawatan
1. Bedakan antara gangguan bahasa ( disfagia / afasia ) dan gangguan bicara ( disfraksia / afraksia )
R/ Bahasa meliputi pemahaman dan transmisi ide serta perasaan,bicara merupakan mekanik dan artikulasi dari ekspresi verbal
2. Ciptakan suatu atmosfir penerimaan dan privaci :
Jangan terburuburu, bicara dengan intonasi normal dan perlahan,kurangi bising eksternal dan distraksi
Berikan dorongan pada pasien untuk berbagi rasa frustasinya
Validasikan ekspresi non verbal pasien jangan paksa untuk berkomuikasi.
R/ Buat setiap komunikasi adalah inti dari semua hubungan manusia.Kerusakankemampuan untuk berkomunikasi secara spontan membuat frustasi dan memalukan.tindakan keperawatan harus berfokus pada penurunan ketegangan dan menunjukan pebgertian tentang pastinya situasi tersebut menyulitkan bagi klien.
3. Buat setiap upaya untuk memahami upaya komunikasi klien :
Mendengarkan dengan penuh perhatian
Ulangi pesan klien kembali pada klien untuk memastikan pengertian.
Abaikan ketidaktepatan penggunaan kata : jangan memperbaiki kesalahan.
Jangan berpura pura anda mengerti : bila tidak mengerti minta pasien untuk mengulang.
Coba untuk mengantisipasi beberapa kebutuhan ( misal : apakah anda ingin sesuatu untuk diminum ? )
R/ Perawat harus membuat setiap usaha untuk mengerti klien setiap keberhasilan tanpa memperdulikan seberapa kecil, menurunkan frustasi dan meningkatkan motivasi.
4. Ajarkan klien tehnik untuk memperbaiki bicara :
Instruksikan klien tanyakan dengan pertanyaan yang dapat ia jawab dengan ya atau tidak
Dengan memperbaiki ( ijinkan ia meyelesaikan kalimat misal ini adalah......
Sejalan dengan makin mampunya klien,dorong klien untuk berbagi perasaan dan keprihatiannya.
R/ Tindakan yang sengaja dapat dilakukan untuk meperbaiki bicara .
TINJAUAN PUSTAKA Brunner & Suddart 2002,Keperawatan Medikal Bedah.EGC,Jakarta
Doengoes,2000.Rencana Asuhan Keperawatan EGC.Jakarta
Mardjono & Sidarta 2003.Neurologi klinis Dasar,Dian Rakyat.Jakarta.
TINJAUAN KASUS
Tanggal pengkajian :10 Oktober 2005 , jam 15.30 WIB
Ruang rawat / klas : Sedap Malam RSU USD Gambiran Kediri
No Rekam medik :
Tgl MRS : 10 Oktober 2005
Diagnosa Medis : CVA Trombosis
A.IdentitasIdentitas Penanggung jawab
Nama : Tn K
Umur : 60 tahun
Suku : Jawa
Agama : Isalm
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tani
Alamat : KediriNama : Ny T
Umur : 55 tahun
Suku : Jawa
Agama : Isalm
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tani
Alamat : Kediri
B. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat keperawatan
a. Keluhan utama : dengan suara pelo pasien mengatakan tangan dan kaki kanannya tidak bisa digerakkan.
b. Riwayat Penyakit saat ini
Tadi pagi tanggal 10 Oktober 2005, jam.08.00 WIB pasien pergi ke ladang mencari makanan ternak Sekitar pukul 09.00 WIB pasien pulang kerumah dan mengeluh pusing. Tiba-tiba kaki terasa berat dan tangan tidak bisa untuk memegang dan digerakkan. Bicara pasien juga pelo. Kemudian pasien tiduran di kamar, sampai siang tidak juga berkurang. Pasien kemudian oleh anaknya yang nomor satu segera dibawa ke IRD RSU USD Gambiran dan pada pukul 15.30 pasien opname. Pasien menjalani perawatan di Ruang sedap malam.
2. Riwayat Keperawatan sebelumnya
Pasien tidak pernah menderita sakit yang mengharuskan masuk rumah sakit, sebelumnya pasien bila sakit terbiasa beli obat sendiri di toko obat tanpa resep dokter.
Pasien tidak pernah menjalani operasi apapun
Pasien juga tidak mengalami alergi terhadap makanan, minuman, obat maupun cuaca.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dari keluarga tidak ada yang menderita sakit kencing manis atau penyakit yang sifatnya menurun seperti hipertensi
Pasien tidak terbiasa minuman keras ataupun merokok
4. Status Cairan dan Nutrisi
Nafsu makan baik, tidak ada mual ataupun muntah
Pasien sebelum sakit terbiasa makan 3 kali sehari dengan komposisi : nasi, sayur, lauk kadang buah, dengan porsi makan habis, di RS makan 3 kali sehari dengan komposisi : nasi, lauk, sayur, buah dengan porsi makan habis. Jenis diet pasien Rendah Garam.
Pasien tidak terbiasa minum kopi, minum air putih tiap kali haus ( @ 250 cc )
5. Genogram
Laki-laki
meninggal
Serumah
Perempuan
klien
C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum tampak lemah, pasien tampak berbaring saja.
Tekanan darah 185/110 mmHg
Suhu 36oC
Nadi 110 kali/menit
RR 20 kali/menit
1. Respirasi ( B1 )
Hidung bersih, bentuk simetris, tidak terdapat pernafasan cuping hidung, tidak terpasang O2 Bentuk dada simetris, pola nafas teratur, tidak terdapat tanda-tanda kesulitan bernafas seperti retraksi muskulusternokleido mastoid, retraksi muskulus inter kostalis
Tidak ada suara nafas tambahan ( whezing,ronchi, rales)
Pasien tidak ada nyeri pada thorak
Tidak ada cyanosis
2. Kardivaskuler ( B2 )
Pulsasi tidak terlihat
Pulsasi ictus cordis pada ICS 5 Mid Clavikula Line Sinestra selebar 1 cm, tidak ada nyeri dada
Irama jantung teratur, bunyi jantung S1 Lup dup, S2 lup Dup, tidak ada murmur, gallop rytme maupun trill.
Cianosis, clubbing finger dan peningkatan JVP tidak diketemukan
3. Persyarafan ( B3 )
Kesadaran komposmentis dengan GCS : E 4,V5,M6
Tidak ditemukan tanda-tanda meningeal sign seperti kejang, panas tinggi, mual muntah, maupun kaku kuduk. Saat pengkajian pasien mengatakan kepalanya sudah tidak terasa pusing lagi tetapi masih terasa berat
Reflek fisiologis patela + / - ( ekstensi lutut ), Reflek babinski + / -
Pemeriksaan Nervus cranialis :
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12N. Olfaktorius
N. Optikus
N. Okulomotorius
N. Toklear
N. Trigeminal
N. Abdusen
N. Fasial
N. Vestibulokoklear
N. Glosofaringeus
N. Vagus
N. Aksesorius spinal
N. Hipoglosus
Pasien mampu membedakan antara bau minyak wangi dan bau minyak kayu putih baik lubang hidung kanan maupun kiri
Pasien mampu membaca dengan jarak 30 cm
Pasien mampu menggerakkan kelopak mata baik mata kanan maupun kiri
Pasien mampu menggerakkan bola mata kanan dan kiri
Sensitifitas terhadap rangsangan, kanan / kiri sama
Pasien dapat melakukan gerakan memutar pada bola mata kanan dan kiri
Pada saat tersenyum tidak simetris, pasien mengalami paralisis pada lipatan dangkal nasolabia sebelah kanan
Pasien mampu mendengarkan detak jam
Pasien mampu membedakan rasa gula dengan garam pada sepertiga posterior lidah
Reflek menelan baik terbukti saat pasien menelan tidak tersedak, suara tidak serak
Saat disuruh mengangkat bahu, otot trapezius kanan tidak terangkat
Saat disuruh menjulurkan lidah keluar tampak tremor
Fungsi sensori
Saat dilakukan uji sensori dengan menusukkan jarum pada ekstremitas kanan pasien mampu merasakan nyeri tetapi tingkat sensitivitasnya menurun dibandingkan dengan yang kiri.
4. Genitourinaria ( B4 )
Saat BAK pasien menggunakan urinal dengan bantuan istri atau anaknya yang sedang menunggu, dalam semalam pasien BAK + 3 kali warna kuning jernih. Pasien tidak mengalami kesulitan dalam BAK 5. Pencernaan ( B5 )
Mulut bersih, mukosa lembab, tidak ada stomatitis, lidah saat diperiksa tremor, gigi ada caries, selama rawat inap pasien belum sikat gigi
Pasien tidak ada kesulitan menelan, tidak ada pembesaran tonsil
Pada abdomen tidak ada ascites, nyeri tekan tidak ada, peristaltik usus 10 kali/menit
Pasien sebelum sakit biasa BAB 1 kali pada pagi hari saat pengkajian pasien belum BAB, pasien tidak memakai obat pencahar
6. Muskuloskeletal dan Integumen ( B6 )
Kemampuan pergerakan sendi dan tungkai, ROM pada esktremitas bawah dan atas sebelah kiri bebas, tetapi pada esktremitas bawah dan atas kanan pergerakannya terbatas.
ADL dibantu anak / istrinya
Tidak ada fraktur, dislokasi
Kekuatan otot
Pada kulit tidak diketemukan icterus, akral hangat, turgor kulit baik, tidak ada oedema.
Pasien mengatakan sejak opname hanya berbaring saja
7. Penginderaan ( B7)
Mata : bentuk simetris, sklera tidak icterus, konjungtiva tidak anemis, pupil isokor, reflek pupil +/+, gerakan otot mata kanan dan kiri baik, ketajaman penglihatan baik, pasien mampu membaca dengan jarak 30 cm, tidak memakai alat bantu baca.
Hidung : bentuk simetris, tidak ada pembengkakan, perdarahan, sekret tidak ada.
Telinga : bentuk simetris, tidak ada lesi, serumen tidak ada, mampu mendengar dengan baik.
Perasa : pasien mampu membedakan rasa manis dan asin.
8. Endokrin ( B8 )
Pasien tidak diketemukan adanya pembesaran kelenjar tiroid maupun kelenjar parotis.
9. Status mental
Afek : Kondisi emosi pasien sesuai dengan ekspresi pasien, pada sat diajak berkomunikasi jika perawat sambil tertawa klien mengerti dan berusaha tertawa
Orientasi :Orientasi klien terhadap orang, tempat dan waktu baik terbukti klien mengenal sekarang jam berapa, yang menunggu klien adalh istrinya dan dia sekarang berada di RSU USD Gambiran Kediri karena sakit
Persepsi : Klien menyadari bahwa sekarang ini dia sedang sakit dan mencari pengobatan di RSU USD Gambiran Kediri
Kognisi : Pada saat ditanya sakitnya apa, klien tidak mengerti. Klien hanya menunjukkan jika tangan dan kaki kanan tidak bisa digerakkan.
Bahasa : Bahasa yang digunakan adalah bahasa jawa, klien menjawab sesuai pertanyaan meskipun agak sulit bicara dan agak lama dalam menjawab.
Proses berpikir : pada saat ditanya kenapa pasien sampai masuk rumah sakit klien dapat menceritakan meskipun agak lama dalam berbicara. Pada saat ditanya jumlah anaknya berapa klien menjawab 4.
D. Data Psikososial
Pola Komunikasi : klien berkomunikasi dengan bahasa jawa meskipun agak kesulitan karena pelo. Orang terdekat dengan klien adalah istrinya. Interaksi klien dengan orang lain baik.
Konsep Diri :
1. Gambaran diri / citra diri
Pasien menerima segala sesuatu tentang tubuhnya karena semuanya adalah karunia-Nya
2. Identitas
Klien mengatakan bahwa ia adalah seorang laki-laki berusia 60 tahun.
3. Peran
Pasien sangat menikmati perannya sebagai suami dan kepala keluarga. Status pasien dalam keluarga adalah suami dari 1 istri dan ayah dari 3 anak
4. Harga diri
Pasien mengatakan dalam bergaul tidak merasa minder dengan keadaannya.
5. Ideal Diri
Klien berharap setelah sembuh dan bisa pulang klien ingin bekerja seperti biasanya sebagai seorang petani.
Interaksi Sosial
Hubungan klien dengan tetangga sekitar baik.
Hubungan pasien dengan keluarga maupun pasien lain baik
Pasien kooperatif saat berinteraksi dengan orang lain. Pada saat diajak berkomunikasi pasien selalu berusaha menjawab pertanyaan meskipun bicaranya pelo.
Pola pemecahan masalah : pasien memecahkan masalah yang timbul pada dirinya biasanya berunding dengan anak dan istrinya. Menurut istrinya klien bukan seorang yang bertipe pemarah. Klien tidak pernah marah-marah tanpa sebab yang jelas, atau membentak-bentak anak/ istrinya. Klien orangnya pendiam.
Dampak dirawat di RS :
Klien mengatakan selama dirawat di RS klien pasrah, dia menerima atas sakit yang dideritanya. Sakit yang diderita adalah cobaan dari Tuhan. Pada saat ditanya apakah klien mengeti tentang penyakitnya, klien menggeleng.
E. Data Penunjang
Tanggal 11 10 2005
GDP
GD 2 jam PP
Cholesterol
Trigliserida
Cholesterol LDL
Cholesterol HDL
BUN
Creatinin
Uric Acid
Albumin
Globulin
DL
WBC
Lem
+MID
Gran
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
RDW
PLT
MPV79 mg/dl
102 mg/dl
162 mg/dl
83 mg/dl
91 mg/dl
55 mg/dl
10 mg/dl
0,8 mg/dl
4,25 mg/dl
4,61 mg/dl
2,61 mg/dl
5.1 k/ul
1.4 28.3 %
0.3 6.5 %M
3.3 65.2 % G
4.32 M/ul
12.6 g/dl
37.2 %
86.0 fl
29.2 pg
33.9 g/dl
13.4 %
228.k/ul
8.3 flUL
SG
pH
Leu
Nit
Pro
Glu
Ket
Ubg
Bil
Ery1.025
6
Neg
Neg
25 mg/dl +
Norm
15 mg/dl ++
Nor
Neg
50/l +++
F. Penatalaksanaan Terapi
RL 14 tetes / menit selama 3 hari
Injeksi Nicholin 2x250mg
Neurobion 1x1amp
Resep oral :
Captopril 2x12,5mg
Aspilet 1x1 tab
Fisioterapi
Diet Nasi rendah garam
Analisa Data
Data Etiologi Masalah
Subyektif :
Pasien mengatakan :
Bahwa selama ia sakit tidak dapat melakukan aktifitas seperti mandi, BAB, BAK sendiri. Semua harus dibantu oleh istri dan anaknya
Sejak opname hanya berbaring saja
Setelah terjadi serangan tangan dan kaki kanan langsung tidak dapat digerakkan
Obyektif :
Kesadaran komposmentis
Pasien tampak tidur terlentang Kekuatan otot0
5
3
5
ROM : ekstremitas kiri atas dan bawah bebas, kanan atas dan bawah terbatas
Saat pasien disuruh menggenggam tangan perawat klien tidak mampu
Subyektif :
Pasien mengatakan bahwa saat ini sudah tidak pusing lagi tetapi kepalanya masih terasa berat
Obyektif :
Kesadaran composmentis
TD : 185/110mmHg
S : 36 oC
N : 110 x/mnt
RR : 20 x/mnt
GDP : 79 mg/dl
GDP 2 jpp : 102 mg/dl
Colesterol : 162 mg / dl
Trigliserida : 83 mg / dl
Colesterol LDL : 91 mg / d, HDL : 55 mg /d
Creatinin : 0,86 mg/dl
Uric acid : 4,25 mg / dlTrombosis Infark SerebralPeningkatan Volume IntrakranialPeningkatan TikHerniasiMenekan Beberapa Hemisfer OtakMengenai Umn / LmnHemiparese / HemiplegiaKerusakan Mobilitas FisikTrombosis
Infark CerebriSuplay O2 Ke Serebral TurunPerubahan Perfusi Jaringan Cerebral
Kerusakan mobilitas fisik
Perubahan perfusi jaringan cerbral.
Analisa data
Data Etiologi Masalah
Subyektif :
Pasien mengatakan sejak serangan bicaranya pelo tetapi saya mengerti apa yang mau saya ucapkan.
Obyektif :
Terdengar saat komunikasi pasien mengucapkan kalimat dengan tidak jelas / pelo.
Pada saat klien disuruh menjulurkan lidah, lidah agak tremor
Subyektif
Pasien mengatakan bahwa dirinya menerima atas sakit yang dideritanya. Sakit yang diderita adalah cobaan dari Tuhan
Obyektif
Pada saat ditanya apakah klien mengerti tentang penyakitnya, klien menggeleng.
Trombosis
ischemik serebral
infark serebral
oedema serebral
herniasi
mengenai hemisfer
disartria, afasia,afraksia
kerusakan komunikasi verbal
Kurangnya informasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan perawatan.
Kerusakan komunikasi verbal
Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan
Diagnosa keperawatan
No Tgl munculDiagnosa keperawatanTgl teratasi
1
2
3
411 10 2005
11 10 2005
11 10 2005
11 10 - 2005Perubahan perfusi jaringan serebral b/d penurunan suplay O2 ke cerebral sekunder terhadap infark serebri
Perubahan komunikasi verbal ( Disartria ) b/d kerusakan pada daerah broca sekunder terhadap infark serebri
Kerusakan mobilitas fisik b/d penurunan fungsi motorik sekunder terhadap infark serebri
Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan penatalaksanaan perawatan.
13 10 2005
pasien diminta pulang paksa
13 10 - 2005
pasien diminta pulang paksa
13 10 2005
pasien diminta pulang paksa
11 10 - 2005
X
X
X
X
X
X
0
5
0
5
PAGE Disampaikan Pada Seminar Keperawatan Oleh Mahasiswa
Program S1 Ilmu Keperawatan STIKes Surya Mitra Husada Bekerja Sama Dengan RSU-USD Gambiran Kediri
2005