Curcumin
Click here to load reader
-
Upload
fatwa-pranata -
Category
Documents
-
view
55 -
download
0
description
Transcript of Curcumin
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa dapat memahami prinsip destilasi sederhana dalam pemisahan
campuran senyawa
2. Mahasiswa mampu menetapkan kadar etanol
II. DASAR TEORI
II.1 Etanol
Etil alkohol, yang biasa disebut etanol, alkohol absolut, berupa cairan yang
tidak berwarna, mudah terbakar, dengan bau yang lembut. Etanol memiliki rumus
molekul C2H5OH dengan massa molar 46,1 gram/mol. Etanol terdiri atas 52,1%
C; 13,1% H; dan 34,7% O. Titik didih etanol sangat rendah, yaitu -114,10C
sehingga berada dalam bentuk cair pada suhu ruangan. Titik didihnya 78,50C
(Myers, 2007).
Etanol atau aethanolum merupakan cairan mudah menguap, jernih, tidak
berwarna. Etanol memiliki bau khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah.
Mudah menguap walaupun pada suhu rendah. Kelarutannya bercampur dengan air
dan praktis bercampur dengan semua pelarut organik. Memiliki bobot jenis antara
0,812 dan 0,816 (Depkes RI, 1995).
Etanol encer atau aethanolum dilutum adalah campuran etanol P dan air.
Berupa cairan jernih mudah menguap dan mudah bergerak, tidak berwarna, bau
khas, rasa terbakar pada lidah, mudah terbakar. Bobot jenis antara 0,882 dan
0,886, lakukan penetapan pada suhu 250 (Depkes RI, 1995).
Campuran air dan etanol akan membentuk azeotrop dengan perbandingan
96% volume etanol dan 4% volume air pada tekanan normal dan suhu 315 K.
Komposisi zat azeotropik ini sangat bergabtung pada suhu dan tekanan. Ia akan
menghilang pada temperatur dibawah 303 K. Pencampuran etanol dan air bersifat
eksotermik dengan energi sekitar 777 J/mol dibebaskan pada 298o K (Pemberton
and Mash, 1978).
Ikatan hidrogen menyebabkan etanol murni sangat higroskopis,
sedemikiannya ia akan meyerap air di udara. Sifat gugus hidroksil yang polar
menyebabkan dapat larut dalam banyak senyawa ion, utamanya natrium
1
hidroksida, kalium hidroksida, magnesium klorida, kalsium klorida, amonium
klorida dan natrium bromida. Oleh karena etanol juga memiliki rantai karbon non
polar, ia juga larut dalam senyawa non polar (Windholz, 1976).
Gambar 2.1 Struktur Etanol
II.2 Destilasi
Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (berdasarkan
perbedaan titik didihnya) bahan (Tim Penyusun, 2011).
Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap dan uap ini
kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik
didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Model ideal destilasi didasarkan
pada Hukum Raoult dan Hukum Dalton (Tim Penyusun, 2011).
Jika kedua komponen larutan mudah menguap (volatile) (artinya memiliki
tekanan uap yang dapat diukur), maka tekanan uap larutan adalah jumlah dari
tekanan parsial masing-masing komponen. Hukum Raoult berlaku untuk kasus
ini: PA = XA P0A
PB = XB P0B
dengan PA dan PB adalah tekanan parsial larutan untuk komponen A dan B;
P0A dan P0
B adalah tekanan uap zat murni ; dan XA dan XB adalah fraksi molnya
masing-masing. Tekanan total diberikan oleh hukum Dalton untuk tekanan
parsial:PT = PA + PB
(Chang, 2005)
Destilasi adalah penguapan campuran zat cair dengan cara memanaskan,
kemudian mengembunkan uap cair dan menampungnya dalam suatu wadah bersih
dan kering sehingga diperoleh zat cair yang murni. Prinsip penentuan kadar air
2
dengan destilasi adalah menguapkan air dengan “pembawa” cairan kimia yang
mempunyai titik didih lebih tinggi daripada air dan tidak dapat bercampur dengan
air serta mempunyai berat jenis lebih rendah daripada air (Sudarmadji, 1989).
Berbagai jenis destilasi diantaranya yaitu, destilasi besar atau sederhana,
destilasi uap, destilasi vakum dan destilasi fraksionat (Sudarmadji, 1989).
Destilasi sederhana akan menghasilkan hasil pemisahan yang baik jika
perbedaan titik didih senyawa-senyawa dalam campuran di atas 1000 C (Kristanti,
2008). Jika campuran dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih
rendah akan menguap lebih dulu (Syukri, 1999). Selain perbedaan titik didih,
perbedaan kevolatilan, kecendrungan sebuah substansi menjadi gas juga
merupakan dasar pemisahannya (Silberberg, 2006).
Gambar 2.2 Alat Destilasi Sederhana
Kadar etanol dapat ditetapkan berdasarkan perolehan bobot jenis destilat
menggunakan Tabel Daftar Bobot Jenis dan Kadar Etanol. Bobot jenis
didefinisikan sebagai bobot zat dengan bobot air dalam piknometer.
Bobot jenis (ρ) = W 2−W 0
W 1−W 0
Dimana (ρ) : bobot jenis
W0 : bobot piknometer kosong
W1 : bobot piknometer yang berisi air suling
W2 : bobot piknometer yang berisi destilat
(Tim Penyusun, 2011)
Bobot jenis suatu zat adalah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot zat
dengan bobot air, dalam piknometer. Kecuali dinyatakan lain dalam monografi,
keduanya ditetapkan pada suhu 250 (Depkes RI, 1995).
3
III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat :
- Satu set alat destilasi lengkap - Gelas Ukur
- Labu Didih - Batu Didih
- Termometer - Pikometer
- Selang Karet - Pipet Ukur
- Pipet Volum - Erlenmeyer
B. Bahan :
- Sampel yang mengandung etanol
- Air suling
IV. PROSEDUR KERJA
A. Penetapan Kadar Etanol Kurang dari 30%
Tidak kurang dari 25mL cairan uji dimasukkan ke dalam labu alas bundar dan
volumenya dicatat serta suhu diatur pada 250
25 mL air suling ditambahkan
Alat destilasi dipasang
Destilasi dilakukan sampai diperoleh kurang lebih 23mL, volumenya dicatat
Suhu destilat diatur hingga 250 . Air ditambahkan secukupnya hingga mencapai
volume 25mL (dengan suhu 250), dikocok hingga homogen
4
Destilat dipindahkan ke dalam piknometer (sebelumnya piknometer kosong
ditimbang terlebih dahulu)
Piknometer yang telah berisi destilat ditimbang kembali dan bobot jenisnya
ditetapkan pada suhu 250
Kadar etanol ditetapkan menggunakan Tabel Daftar Bobot Jenis dan Kadar Etanol
pada Farmakope
B. Penetapan Bobot Jenis
Piknometer bersih dan kering digunakan (dibilas dengan alkohol lalu aseton dan
dikeringkan)
Bobot piknometer kosong (W0) ditimbang, diisi dengan air suling dengan suhu 250
Bagian luar piknometer dilap hingga kering dan ditimbang (W1) (Penimbangan
dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali)
Air suling dibuang, piknometer dikeringkan kemudian diisi dengan destilat pada
suhu yang sama (250)
Bobot yang diperoleh ditimbang (W2)
V. HASIL
5
a. Volume piknometer : 10 mL
b. Bobot piknometer kosong : 15,1561 gram
c. Bobot piknometer yang berisi air suling : 25,3034 gram
d. Bobot piknometer yang berisi destilat : 25,2790 gram
e. Volume destilat yang didapat : 6 mL
No. Nama Bahan Jumlah
1 Sampel Uji 25 mL
2 H2O 25 mL
3 Piknometer
Piknometer (I)
Piknometer (II)
Piknometer (III)
Rata-rata bobot
15,1561 g
15,1561 g
15,1561 g
15,1561 g
4 Piknometer + H2O
Piknometer + H2O (I)
Piknometer + H2O (II)
Piknometer + H2O (III)
Rata-rata bobot
25,3039 g
25,3002 g
25,3061 g
25,3034
5 Destilat 6 mL
6 Piknometer + Destilat
Piknometer + Destilat (I)
Piknometer + Destilat (II)
Piknometer + Destilat (III)
Rata-rata bobot
25,2790 g
25,2794 g
25,2785 g
25,2790 g
5.1. Tabel Penimbangan Bahan
VI. PERHITUNGAN
6
Rata-rata Bobot piknometer = 15 ,1561g+15 ,1561g+1 5 ,1561g
3
= 15,1561 gram
Rata- rata Bobot piknometer + H2O = 25,3039g+25 ,3002g+25 ,3061g
3
= 25,3034 gram
Rata-rata Bobot piknometer + destilat =
25 ,2790 g+2 5 ,2 794 g+2 5 ,2785g3
= 25,2790 gram
Bobot jenis (𝝆) = W 2−W 0
W 1−W 0
= 25 ,279 0 g−1 5 ,1561 g2 5 ,3034 g−1 5 ,1561g
= 10,1229g10,1473g
= 0,9975
7
VII. PEMBAHASAN
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan sampel dengan kadar
dibawah 30 %. Sebelum melakukan destilasi sampel dibuat terlebih dahulu
dengan mencampurakan 25 mL Etanol yang kadarnya tidak diketahui
dengan 25 mL H2O. untuk mengambil bahan digunakan pipet volum dengan
ukuran 25 mL jika dibandingkan dengan gelas ukur, keakuratan pipet volum
lebih besar daripada gelas ukur karena diameter pipet volum lebih kecil
daripada diameter gelas ukur, sehingga untuk mengambil bahan digunakan
pipet volum. Untuk menghisap cairan digunakan bola hisap. Bahan yang
telah diukur dimasukan langsung ke labu destilasi kemudian diaduk hingga
homogen dan ditutup dengan termometer. Pemasangan Termometer pada
labu destilasi bertujuan untuk mengetahui suhu didalam labu destilasi.
Ember yang telah diisi dengan air dan 3 bungkus es disiapkan untuk
dialirkan kedalam kondesor menggunakan selang guna mendinginkan uap
etanol yang dihasilkan dari proses destilasi yang akan dilakukan. Sedangkan
pompa vakum dipasang untuk menghemat suhu yang akan diberikan ke labu
destilasi. Dengan digunakannya pompa vakum tekanan pada labu destilat
akan menurun. Berdasarkan persamaan gas ideal (PV = nRT) apabila
tekanan diturunkan maka suhu yang diperlukan untuk menguapakan etanol
akan berkurang. Disamping itu dengan adanya penurunan tekanan, proses
destilasi akan lebih cepat karena gas akan bergerak pada tekanan yang tinggi
menuju tekanan yang lebih rendah (Ratcliff, 2004).
Alat destilasi diperhatikan kerapatannya untuk mencegah etanol
keluar dari alat destilasi. Setelah semua terpasang dengan baik dan aliran air
pada kondensor dinyalakan, proses destilasi siap untuk dilakukan. Proses
destilasi dilakukan selama 1 jam. Pada saat proses destilasi berlangsung
digunakan pompa vakum sehingga perlu untuk menjaga agar suhu tidak
lebih dari 75oC supaya H2O tidak ikut menguap dan bercampur kembali
bersama destilat etanol.
8
Sambil menunggu proses destilasi, dilakukan penimbangan bobot
untuk piknometer kosong dan bobot H2O. Piknometer yang akan digunakan
dikondisikan terlebih dahulu yaitu dengan dibilas dengan alkohol dan
dibiarkan mongering. Setalah kering, piknometer ditentukan bobotnya.
Dalam dua kali pengulangan. hasil bobot piknometer yang diperoleh setelah
pengulangan adalah sama yaitu sebesar 15,1561 g.
Setelah itu bobot H2O ditentukan dengan menggunakan piknometer
(10 mL) yang sudah dibilas dengan alkohol dan dikeringkan. Piknometer
diisi H2O (yang telah dikondisikan menjadi 25oC) untuk mengukur bobot
H2O. pengukuran bobot H2O dilakukan tiga kali pengulangan dengan tujuan
mengurangi kesalahan pengambilan sampel H2O yang digunakan untuk
ditentukan bobotnya. Setelah dirata-ratakan diperoleh bobot
(Piknometer+H2O) sebesar 25,3034 g. Setelah bobot H2O ditentukan, bobot
dalam satuan g dikonversi menjadi satuan mL dengan menggunakan bobot
jenis H2O (1 g/mL). Setelah digunakan untuk menentukan bobot H2O,
piknometer dibilas dengan alkohol kemudian dikeringkan untuk digunakan
pada penetapan bobot destilat yang diperoleh.
Akibat pompa vakum tidak berjalan sempurna (ditandai dengan tidak
adanya perubahan tekanan pada alat vakum), dan ada kebocoran pada alat
destilasi (ditandai adanya aroma etanol yang has pada pelaksanaan destilasi)
sehingga waktu yang diperlukan untuk destilasi melibihi wkatu yang telah
ditentukan dengan jumlah destilat yang dihasilkan sangat sedikit (6 mL).
Total waktu yang digunakan untuk destilasi adalah 90 menit. Destilat yang
dihasilkan seharusnya memiliki sifat dari etanol yaitu memiliki warna yang
jernih. Namun destilat yang dihasilkan memiliki warna yang keruh, hal ini
disebabkan antara lain karena suhu yang digunakan untuk destilasi
ditingkatkan sehingga H2O pada campuran menguap dan terkondensasi
kemudian bergabung dengan destilat yang diperoleh, H2O dan etanol
membentuk interaksi azeotrop yang kuat sehingga hanya dengan suhu
rendah H2O ikut terbawa dengan etanol dan menyebabkan kekeruhan pada
destilat yang diperoleh.
9
Salah satu syarat menggunakan Piknometer yaitu Piknometer harus
terisi dengan penuh. Oleh karena itu Destilat yang diperoleh dicampur
dengan H2O. ini bertujuan untuk menutupi jumlah kekurangan destilat yang
diperoleh yang nantinya digunakan untuk ditentukan bobotnya dengan
menggunakan piknometer berukuran 10 mL.
Pengukuran bobot Destilat (yang telah dikondisikan menjadi 25oC)
dilakukan tiga kali pengulangan dengan tujuan mengurangi kesalahan
pengambilan sampel Destilat yang digunakan untuk ditentukan bobotnya.
Setelah dirata-ratakan diperoleh bobot (Piknometer+Destilat) sebesar
25,2790 g.
Bobot jenis ditentukan dengan menggunkan rumus
Bobot jenis (ρ) = W 2−W 0
W 1−W 0
Dimana (ρ) : bobot jenis
W0 : bobot piknometer kosong
W1 : bobot piknometer yang berisi air suling
W2 : bobot piknometer yang berisi destilat
Bobot jenis yang telah ditentukan kadarnya dengan membandingkannya
pada Tabel Daftar Bobot Jenis dan Kadar Etanol yang tertera di Farmakope.
Syarat untuk menggunakan Tabel Daftar Bobot Jenis dan Kadar Etanol
pada Farmakope adalah sampel yang digunakan harus pada suhu yang sama,
dalam praktikum kali ini sampel dibuat agar memiliki suhu 250 C (Depkes
RI, 1995), sehingga suhu pada saat penimbangan bobot destilat dan H2O
harus diatur pada 250 C.
10
Bobot jenis sampel yang diperoleh yaitu 0,9975. Bobot jenis ini
ditentukan kadarnya menggunakan Tabel Daftar Bobot Jenis dan Kadar
Etanol pada Farmakope.
Bobot
Jenis
Kadar Etanol Koreksi Bobot Jenis untuk Perbedaan Suhu 10 ,
berlaku untuk suhu antara
% b/b % v/v 100 & 200 150 & 200 200 & 250 250 & 300
0,9950
0,9960
0,9970
0,9980
0,9990
2,7
2,1
1,6
1,6
0,5
3,4
2,7
2,0
1,3
0,7
0,00012
0,00012
0,00012
0,00012
0,00012
0,00018
0,00018
0,00018
0,00018
0,00018
0,00024
0,00024
0,00024
0,00024
0,00024
0,00028
0,00028
0,00028
0,00028
0,00028
Tabel 7.1. Tabel Daftar Bobot Jenis dan Kadar Etanol
Dengan menggunakan Tabel.7.1 didapat Kadar etanol dalam destilat
sebesar 1,6 % b/b dan 2,0 % v/v. karena pada destilat yang diperoleh sudah
ditambahkan air, maka kadar pada destilat pasti lebih besar dari hasil yang
didapat (1,6 % b/b dan 2,0 % v/v).
VIII. KESIMPULAN
1. Pemurnian senyawa menggunakan metode Destilasi sederhana didasari
oleh kemampuan kecepatan menguap dari senyawa yang diinginkan
yang disebabkan oleh perbedaan titik didih antara senyawa yang
diinginkan dengan pengotor.
2. Kadar etanol pada destilat ditentukan dengan membandingkan bobot
jenis etanol yang diperoleh menggunakan Tabel Daftar Bobot Jenis dan
Kadar Etanol. Kadar etanol yang diperoleh 1,6% b/b dan 2,0% v/v
11