Curah Hujan Rata-rata Daerah Aliran

12
Curah Hujan Rata- rata Daerah Aliran (Area rainfall)

description

credit goes to ITS Environmental Engineering lecturer

Transcript of Curah Hujan Rata-rata Daerah Aliran

Page 1: Curah Hujan Rata-rata Daerah Aliran

Curah Hujan Rata-rata Daerah Aliran

(Area rainfall)

Page 2: Curah Hujan Rata-rata Daerah Aliran

Metode pendekatan yang dapat digunakan menentukan curah hujan rata-rata daerah aliran

• Rata-rata Aritmatik

• Poligon Thiessen

• Isohyet

Page 3: Curah Hujan Rata-rata Daerah Aliran

Rata-rata Aritmatik

• Merupakan metode yang paling sederhana.

• Digunakan untuk daerah datar dan jumlah penakar hujannya banyak.

• Dianggap curah hujannya uniform.

Page 4: Curah Hujan Rata-rata Daerah Aliran

Rumus (Sosrodarsono dan Takeda,1987):

• Dimana:

• = curah hujan rata-rata daerah aliran (mm)

• n = jumlah titik-titk pengamatan

• R1, R2, R3…Rn = curah hujan pos 1, 2, 3,…sampai pos n (mm)

R

nRRRRn

R ...1

321

Page 5: Curah Hujan Rata-rata Daerah Aliran

Poligon Thiessen

• Cara ini memasukkan faktor pengaruh daerah yang diwakili oleh stasiun penakar hujan (disebut faktor pembobot atau koefisien Thiessen).

• Dianggap bahwa setiap pos hujan dapat mewakili curah hujan suatu daerah dengan luas tertentu.

• Besarnya faktor pembobot (weighing factor) tergantung dari luas daerah pengaruh yang diwakili oleh stasiun yang dibatasi oleh poligon2 yang memotong tegak lurus pada tengah2 garis penghubung dua stasiun (setiap stasiun terletak pada poligon yang tertutup)

Page 6: Curah Hujan Rata-rata Daerah Aliran

Rumus Thiessen (Sosrodarsono dan Takeda,1987):

nn RARARARAA

R ...1

332211

R

Dimana:

= Curah hujan rata-rata daerah aliran

n =Jumlah titik pengamatan

R1, R2, R3…Rn = Curah hujan pos 1,2,3 ....

sampai pos n

A1, A2, A3…An = Luas daerah mewakili tiap

titik pengamatan.

R

Page 7: Curah Hujan Rata-rata Daerah Aliran

Cara membuat poligon

• Hubungkan masing-masing stasiun dengan garis lurus sehingga membentuk poligon segitiga.

• Buat sumbu-sumbu pada poligon segitiga tersebut sehingga titik potong sumbu membentuk poligon baru.

• Poligon baru ini merupakan batas-batas daerah pengaruh masing-masing stasiun penakar hujan.

Page 8: Curah Hujan Rata-rata Daerah Aliran

• Penerapan metode ini tidak mempertimbangkan bentuk topografi daerah aliran, sehingga tidak disarankan digunakan pada daerah aliran yang berbukit-bukit atau bergunung-gunung.

• Disamping itu jika terjadi penambahan atau pengurangan jumlah pos atau pemindahan jumlah pos hujan akan mengubah luas jaringan poligon.

Page 9: Curah Hujan Rata-rata Daerah Aliran
Page 10: Curah Hujan Rata-rata Daerah Aliran

Isohyet

• Merupakan garis yang menunjukkan tempat kedudukan dari harga tinggi hujan yang sama.

• Diperoleh dari interpolasi harga2 tinggi hujan lokal (point rain fall).

• Pola isohyet berubah dengan harga2 point rain fall yang tidak tetap, walaupun letak stasiun hujan tetap.

• Bila besarnya isohyet sudah diperkirakan, maka besarnya hujan antara dua isohyet: R1,2 = ½ (I1+I2)

• Luas antara dua isohyet (A1,2) dan luas daerah aliran (A) dapat dihitung dengan planimeter

Page 11: Curah Hujan Rata-rata Daerah Aliran

Rumus isohyet

1,1,

3,23,2

2,12,1 ........

nnnn R

A

AR

A

AR

A

AR

Dimana:

Ai,i+1 = luas daerah antara isohyet Ii dan Ii+1

Ri,i+1 = tinggi hujan rata2 antara isohyet Ii dan Ii+1

Page 12: Curah Hujan Rata-rata Daerah Aliran

I1

I2

I4

I5

I3

• C

• A

• B

• D