CSSD

download CSSD

of 33

description

CSSD a

Transcript of CSSD

Konsultasi CSSD One Way Flow Dalam melakukan desain bangunan CSSD maka terdapat dua hal yang diperhatikan. Yang pertama adalah ketersediaan lima bagian bangunan CSSD seperti artikel terdahulu. Dan yang kedua yaitu alur barang yang satu arah, disebut dengan istilah One way flow.

Dalam alur barang one way flow maka gerak barang akan searah sehingga tidak ada arus balik. Gerak barang akan dimulai dari area dekontaminasi berlanjut ke area pengemasan, area sterilisasi, area penyimpanan, dan area distribusi secara teratur secara searah. Tidak ada alur barang dari area sterilisasi kembali ke area dekontaminasi kemudian ke area penyimpanan dan distribusi. Alur tersebut menyalahi kaidah one way flow.

One Way Flow akan mengurangi resiko kontaminasi terhadap barang yang sudah disterilkan. Barang kotor yang berada di area steril dapat mengkontaminasi barang steril meskipun barang steril berada dalam kemasan. Barang steril yang terkontaminasi akan sangat berbahaya bagi pasien yang menggunakan barang tersebut. Resiko infeksi nosokomial akan meningkat termasuk di dalamnya adalah infeksi luka operasi.

Dalam membentuk bangunan CSSD yang memenuhi kaidah one way flow maka perlu dilakukan penyekatan antar ruang. Terdapat sekat antara ruang dekontaminasi dengan ruang pengemasan dan sterilisasi serta antara ruang pengemasan dan sterilisasi dengan ruang penyimpanan. Sekat antara ruang tersebut akan membatasi pergerakan barang dan personel. Sementara itu aliran udara di tiap ruang juga tidak akan tercampur dengan bantuan ventilasi dan sistem pengaturan udara yang baik.

Sekat antar ruang tidak hanya menghalangi pergerakan barang dan personel. Bila hanya menghalangi pergerakan barang dan personel maka penggunaan partisi multiplek dapat digunakan. Namun pada desain one way flow CSSD tetap memperhitungkan sistem keselamatan. Penggunaan partisi yang menghalangi pandangan antar ruang dapat mengurangi sistem deteksi bila terjadi bencana kebakaran. Partisi yang tertutup pada umumnya juga membuat pekerja terutama pekerja wanita merasa tidak nyaman karena suasana yang sunyi. Sehingga disarankan untuk menggunakan partisi yang tetap memungkinkan antar ruang tetap terlihat. Penggunaan multiplek pada bagian bawah partisi dan kaca pada bagian atas disarankan untuk partisi ini. Sehingga partisi dapat memberikan penyekatan yang baik dan tetap menjamin keamanan dan kenyamanan pekerja.

Bila alur barang telah dibatasi dengan partisi antar ruang dan dapat berpindah ruang apabila telah, bagaimana dengan perpindahan personel? Apakah tiap ruangan harus memiliki personel khusus. Keterbatasan SDM menjadi masalah klasik di semua rumah sakit. Termasuk di CSSD dimana kekurangan SDM menjadi masalah yang belum terpecahkan. Sehingga setiap personel CSSD perlu bekerja pada dua ruangan yang berbeda. Perpindahan personel antar ruang dapat pula menyebabkan kontaminasi pada barang yang telah disterilkan. Terdapat prsedur yang perlu dilakukan mengenai perpindahan personel antar ruang.

Personel yang berpindah antar ruang wajib melewati area transfer antar ruang. Pada area transfer terdapat fasilitas untuk berganti baju dan cuci tangan. Baju untuk tiap area adalah spesifik dan harus digunakan secara tepat. Cuci tangan wajib dilakukan setiap personel. Cuci tangan dapat dilakukan menggunakan air dan sabun maupun menggunakan cairan berbasis alkohol. Alas kaki personel juga harus berganti untuk menghindari kotoran yang terbawa dari tiap area.

Area Utama di CSSD Kegiatan CSSD meliputi 5(lima) pekerjaan utama. Dekontaminasi dan pencucian, Inspeksi dan Pengemasan, Sterilisasi, Penyimpanan, dan Distribusi. Masing-masing kegiatan mempunyai area khusus yang mendukung pekerjaan tersebut.

Area dekontaminasi dan pencucian merupakan area dimana barang dan instrumen kotor yang dapat diproses ulang berada. Di area ini barang dan instrumen tersebut didekontaminasi menggunakan disinfektan yang sesuai dan dicuci bersih. Sehingga setelah melalui area ini barang dan instrumen yang kotor dan terkontaminasi dapat diproses secara aman. Proses dekontaminasi dan pencucian dapat dilakukan dengan cara manual ataupun dengan cara otomatis menggunakan mesin. Bahan deterjen kimia dan disinfektan mempunyai peranan yang penting di area ini.

Area inspeksi dan pengemasan menjadi tempat selanjutnya untuk barang dan instrumen yang telah mengalami dekontaminasi dan pencucian. Instrumen yang telah dicuci dilakukan inspeksi untuk mengetahui adanya kerusakan. Instrumen yang rusak akan disingkirkan agar tidak digunakan lagi. Pengemasan menggunakan pengemas sekali pakai maupun menggunakan pengemas rigid yang digunakan berulang. Pengemasan linen yang digunakan untuk operasi dilakukan di ruang tersendiri. Pengemasan linen perlu dipisahkan karena linen mengeluarkan serat-serat yang dapat menggagalkan proses sterilisasi. Serat-serat tersebut juga dapat mengganggu kesehatan pekerja, sehingga pada ruang pengemasan linen perlu ditambahkan aliran udara ke luar gedung. Pengemasan kapas dan kasa juga perlu ditempatkan di tempat tersendiri karena alasan yang sama dengan linen.

Area sterilisasi tempat mesin sterilisasi berada. Metode sterilisasi yang tersedia di rumah sakit sebaiknya terdiri dari dua jenis. Metode sterilisasi suhu tinggi dan sterilisasi suhu rendah. Sehingga semua jenis barang dan instrumen yang perlu disterilkan dapat disterilkan di CSSD. Metode sterilisasi suhu tinggi yang paling diumumkan adalah sterilisasi uap. Metode sterilisasi suhu rendah memiliki bermacam jenis, dapat menggunakan Etilen oksida, Formaldehida, Hidrogen peroksida, maupun Gas Plasma. Pemilihan sterilisasi suhu rendah memperhatikan kebutuhan rumah sakit.

Area penyimpanan merupakan tempat dimana barang dan instrumen disimpan sebelum dikirimkan untuk digunakan pada pasien. Area penyimpanan harus mengikuti kaidah clean room, dimana terdapat beberapa persyaratan yang membutuhkan pengaturan. Pengaturan suhu dan kelembaban, pembatasan lalu lintas personel, ventilasi agar bertekanan positif, dan mekanisme lain agar terbebas dari kotoran dan debu. Bila terdapat inventaris yang mencukupi, maka akan banyak barang dan instrumen yang berada disini. Dibutuhkan sistem penyimpanan yang baik.

Area distribusi bertanggung jawab pada ketersediaan instrumen dan barang steril yang dibutuhkan oleh pasien. CSSD harus menjamin ketersediaan dengan mempertahankan par level. Sistem distribusi harus dibuat seefisien dan seefektif mungkin. Meminimalisir personel, mengurangi waktu simpan namun tetap siap untuk keadaan darurat. Di area distribusi juga harus tersedia disinfektan untuk membersihkan kereta dari ruangan perawatan pasien yang membawa barang atau instrumen steril.

Selain lima ruangan utama di atas, terdapat beberapa ruangan pendukung CSSD. Area pimpinan dan adminstrasi diperlukan sebagai penyokong pekerjaan fungsional. Begitu pula ruang ganti baju, agar pekerja CSSD berganti baju saat kerja, tidak menggunakan baju yang dipakai dari rumah. Ruang santai atau ruang istirahat juga diperlukan karena beban kerja pekerja CSSD termasuk berat.Tugas dan Fungsi CSSD CSSD memberikan pelayanan pemrosesan barang dan instrumen kotor menjadi barang bersih maupun steril. Unit dekontaminasi melakukan pembersihan barang dan instrumen kotor agar aman bagi pekerja dan siap dilakukan pengemasan. Unit pengemasan melakukan pengecekan barang dan instrumen mengenai kelayakan barang tersebut serta melakukan pengemasan agar sterilitas dapat terjaga. Unit sterilisasi melakukan sterilisasi barang dan instumen yang telah dikemas menggunakan metode yang tepat agar mencapai sterilisasi yang optimal. Unit penyimpanan melakukan penyimpanan barang steril dan melakukan penjaminan kualitas barang dan instrumen steril. Unit distribusi mengirimkan suplai kepada kustomer yang membutuhkan barang tersebut.

Komunikasi antar unit di CSSD harus berjalan dengan baik agar tidak terjadi saling lempar tanggung jawab. Komunikasi yang efektif juga dapat mencegah terjadinya miskomunikasi dalam membedakan barang yang sudah disterilkan dengan yang belum disterilkan. Kondisi steril merupakan jaminan, CSSD merupakan bagian yang harus memberikan jaminan sterilitas.

Beberapa fungsi CSSD antara lain: Memberikan suplai barang dan instrumen ke area yang membutuhkan Meningkatkan pelayanan kesehatan dengan servis yang akurat Memberikan suplai barang steril meliputi linen, instrumen dan barang-barang steril lainnya Melakukan pencatatan yang akurat terhadap kegiatan dekontaminasi, pencucian, sterilisasi dan pengiriman barang steril Melakukan pengetatan keseragaman dan kemudahan dalam rak instrumen dan set operasi di seluruh lingkungan rumah sakit Mempertahankan jumlah inventaris barang dan instrumen Melakukan monitorin dan kontrol terhadap tindakan pengendalian infeksi sesuai dengan arahan komite pengendalian infeksi Membuat dan mempertahankan standart sterilisasi dan distribusinya Beroperasi secara efisien dalam rangka pengurangan biaya operasional Melakukan pengembangan sesuai dengan metode yang terbaru dan peraturan yang berlaku Melakukan evaluasi berkala untuk meningkatkan kualitas pelayanan Memberikan pelayanan konsultasi kepada bagian lain yang membutuhkan pemrosesan dan sterilisasi instrumen. Meliputi penjelasan peraturan dan prosedur yang digunakan dan implementasi metode baruFungsi lainnya dapat berkembang sesuai dengan berkembangnya metode sterilisasi dan berkembangnya rumah sakit.

Apa itu CSSD? CSSD merupakan singkatan dari Central Sterile Supply Department. Bagian di institusi pelayanan kesehatan (rumah sakit) yang mengurus suplai dan peralatan bersih atau steril. CSSD melayani suplai barang bersih dan steril yang digunakan di rumah sakit secara terpusat, tidak ada bagian lain yang mengurusi barang bersih dan steril. Kegiatan utama di CSSD adalah pembersihan, penyiapan, pemrosesan, sterilisasi, penyimpanan, dan distribusi ke pasien.

Hingga tahun 1940-an kegiatan sterilisasi dilakukan di unit pemakai yang membutuhkan barang steril. Sehingga terdapat duplikasi peralatan maupun personel yang menyebabkan ketidakefisienan proses kerja di rumah sakit. Selain itu proses yang dilakukan tidak dapat seragam, menyebabkan sulitnya mencapai hasil sterilisasi dengan kualitas tinggi secara terus menerus. Sistem yang terpusat dibutuhkan dengan meningkatnya tindakan operatif, bermacamnya instrumen operasi dan kebutuhan barang steril di ruangan. Kemajuan teknologi yang meningkat juga memungkinkan adanya sistem pemrosesan yang tersentral. Pemrosesan yang tersentral akan meningkatkan kualitas pelayanan sehingga berorientasi pada patient safety.

Istilah CSSD dapat berbeda di setiap rumah sakit. Dapat disebut Central Service, Central Supply ataupun Theatre Sterilization Unit. Di Indonesia selain CSSD dikenal sebagai Pusat Sterilisasi atau Sterilisasi Sentral. Apapun nama yang melekat, semuanya memiliki tugas yang sama dalam penyediaan barang bersih dan steril di rumah sakit. Semua memiliki unit dekontaminasi, penyiapan, sterilisasi, penyimpanan dan distribusi ke pasien.

CSSD membutuhkan dukungan bagian lain di rumah sakit untuk melakukan pelayanan yang baik. Dukungan logistik untuk persuratan, linen dan transfer pasien dibutuhkan oleh CSSD. Sehingga hubungan yang baik antar bagian yang didukung oleh pimpinan rumah sakit merupakan syarat mutlak pelayanan yang prima.

CSSD perlu melakukan koordinasi dengan banyak bagian lain, seperti bidang keperawatan, instalasi bedah, komite pengendalian infeksi, farmasi dan tata usaha. Koordinasi yang dilakukan berupa laporan kegiatan untuk kemajuan rumah sakit.

Struktur organisasi CSSD akan bervariasi sesuai dengan beban pekerjaan yang dipunyai. Struktur organisasi CSSD di rumah sakit besar akan berbeda di rumah sakit kecil. Struktur organisasi harus bisa meliputi pelayanan minimum CSSD berupa pemrosesan ulang dan distribusi. Struktur organisasi dapat dikembangkan bila memang dibutuhkan. Misalnya membuat unit penelitian yang dapat mengevaluasi proses dan meningkatkan kualitas layanan.

Efektifitas Sinar Ultra Violet dalam Membunuh Mikroba Udara Ruangan sebagai Upaya Pengendalian Infeksi Rumah Sakit di Kota Purwokerto 2001Keyword : sinar ultra violet; infeksi; sterilisasi ruang medik; Abstrak Penelitian Kesehatan

Subjek : ULTRAVIOLET RAYS; CROSS INFECTIONPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu penyinaran yang efektif dalam sterilisasi ruangan medik di rumah sakit dengan menggunakan sinar ultra niolet (UV) serta untuk mengetahui jenis mikroba udara ruang medik yang terbunuh.

Di Purwokerto rumah dsakit yang diteliti berjumalh enan yaitu RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo, RSU Sinar Kasih, RSU Hidayat, RSU Wijaya Kusuma, RS Santa Elisabeth dan RSU Ananda. Sebagai obyek penelitian adalah mikroba udara pada ruang medik yang meliputi: Ruang Tindakan IGD, Ruang Bersalin, Ruang Kamar Operasi dan Ruang Isolasi Rawat Inap yang berjumlah 36 ruangan dari 6 rumah sakit.

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi aquabides, aquades, pepton water, nutrien aga, alcohol, spirtus, kertas, tissu, kapas, kertas roneo, kertas paying, isolasi kertas, sample udara ruang medik dan alat tulis. Cara yabg dikunakan adalah dengan metode pre post tes design yaitu udara ruangan sebelum perlakuan diambil sample dengan menggunakan alat air sampler pump kemudian ruangan disterilisai menggunakn sinarultra violet dengan variasi waktu 15 menit, 30 menit kemudian udara ruangan diambil semple setelah perlakuan.

Dari penelitia ini dapat disimpulkan bahwa lama waktu sterilisasi penyinaran dengan UV yang paling efektif adalag 45 menit dan mikroba yang terbunuh dengan sterilisasi dengan UV adalah selama 15 menit pada jarak 1 meter adalah Bcillus cereus, Rhyzopus digesporus sedangkan selama 30 menit pada jarak 1 meter adalah Acinotabacter caicoacetius.Deskripsi Alternatif :

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu penyinaran yang efektif dalam sterilisasi ruangan medik di rumah sakit dengan menggunakan sinar ultra niolet (UV) serta untuk mengetahui jenis mikroba udara ruang medik yang terbunuh.

Di Purwokerto rumah dsakit yang diteliti berjumalh enan yaitu RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo, RSU Sinar Kasih, RSU Hidayat, RSU Wijaya Kusuma, RS Santa Elisabeth dan RSU Ananda. Sebagai obyek penelitian adalah mikroba udara pada ruang medik yang meliputi: Ruang Tindakan IGD, Ruang Bersalin, Ruang Kamar Operasi dan Ruang Isolasi Rawat Inap yang berjumlah 36 ruangan dari 6 rumah sakit.

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi aquabides, aquades, pepton water, nutrien aga, alcohol, spirtus, kertas, tissu, kapas, kertas roneo, kertas paying, isolasi kertas, sample udara ruang medik dan alat tulis. Cara yabg dikunakan adalah dengan metode pre post tes design yaitu udara ruangan sebelum perlakuan diambil sample dengan menggunakan alat air sampler pump kemudian ruangan disterilisai menggunakn sinarultra violet dengan variasi waktu 15 menit, 30 menit kemudian udara ruangan diambil semple setelah perlakuan.

Dari penelitia ini dapat disimpulkan bahwa lama waktu sterilisasi penyinaran dengan UV yang paling efektif adalag 45 menit dan mikroba yang terbunuh dengan sterilisasi dengan UV adalah selama 15 menit pada jarak 1 meter adalah Bcillus cereus, Rhyzopus digesporus sedangkan selama 30 menit pada jarak 1 meter adalah Acinotabacter caicoacetius.

Cara Kimia (Khemis)Merupakan cara sterilisasi dengan bahan kimia. Beberapa istilah yang perlu difahami: Desinfektan adalah suatu bahan kimia yang dapat membunuh sel-sel vegetatif dan jasad renik. Biasanya digunakan untuk obyek yang tidak hidup, karena akan merusak jaringan. Prosesnya disebut desinfeksi. Antiseptik adalah suatu bahan atau zat yang dapat mencegah, melawan maupun membunuh pertumbuhan dan kegiatan jasat renik. Biasanya digunakan untuk tubuh. Prosesnya disebut antiseptis. Biosidal adalah suatu zat yang aksinya dipakai unhtuk membunuh mikroorganisme, misal : bakterisid, virosid, sporosid. Biostatik adalah zat yang aksinya untuk mencegah/menghambat pertumbuhan organisme, misal : bakteriostatik, fungistatik.

Ada beberapa zat yang bersifat anti mikroba.1. Fenol dan derivatnyaZat kimia ini bekerja dengan cara mempresipitasikan protein secara aktif atau merusak selaput sel dengan penurunan tegangan permukaan. Fenol cepat bekerja sebagai desinfektan maupun antiseptik tergantung konsentrasinya. Daya antimikroba fenol akan berkurang pada suasana alkali, suhu rendah, dan adanya sabun.2. AlkoholAlkohol beraksi dengan mendenaturasi protein dengan jalan dehidrasi dan melarutkan lemak sehingga membran sel rusak dan enzim-enzim akan diinaktifkan oleh alkohol. Etil alkohol (etanol) 50-70% mempunyai sifat bakterisid untuk bentuk vegetatif. Metanol daya bakterisidnya kurang dibandingkan etanol, dan beracun terhadap mata.3. Halogen beserta gugusannyaHalogen beserta gugusannya ini mematikan mikroorganisme dengan cara mengoksidadi protein sehingga merusak membran dan menginaktifkan enzim-enzim. Misalnya : Yodium dipakai untuk mendesinfeksi kulit sebelum dilakukan pembedahan Hipoklorit digunakan untuk sanitasi alat-alat rumah tangga. Yang umum dipakai adalah kalsium dipoklorit dan sodium hipoklorit.

4. Logam berat dan gugusannyaLogam berat dapat memprestasikan enzim-enzim atau protein esensial lain dalam sel sehingga dapat berfungsi sebagai anti mikroba. Contoh :- Merkurokrom, merthiolat sebagai antiseptik.- Perak nitrat sebagai tetes mata guna mencegah penyakit mata pada bayi (Neonatol gonococcal ophthalmitic).5. Deterjen Dengan gugus hipofilik dan hidrofilik, deterjen akan merusak membran sitoplasma. i. Aldehid Aldehid mendesinfeksi dengan cara mendenaturasi protein. Contoh : formalin (formaldehid)ii. Gas sterilisatorDigunakan untuk bahan/alat yang tidak dapat disterilkan dengan panas tinggi atau dengan zat kimia cair. Pada proses ini material disterilkan dengan gas pada suhu kamar. Gas yang dipakai adalah ethilen oksida.

K kebaikannya : ethilen oksida mempunyai daya sterilisasi yang besar dan daya penetrasinya besarKejelekannya : ethilen oksida bersifat toksis dan mudah meledak.

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

METODESTERILISASISaat ini informasi yang diperoleh dari bidang mikrobiologi memberikan sumbangan yang sangat besar, khususnya dalam mengawasi penyakit menular. Selain itu, mikroorganisme telah digunakan untuk mempelajari berbagai proses biokimia yang diketahui terjadi pula pada bentuk kehidupan yang lebih tinggi. Banyak fakta tentang metabolisme manusia yang diketahui sekarang mula-mula diketahui terjadi pada mikroorganisme. Demikian pula dengan teknologi yang sekarang sedang popular, misal Rekayasa Genetik, yang tidak lain merupakan perkembangan genetika molekuler yang menjelaskan bagaimana gen mengatur aktivitas sel.Semua ini berasal dari studi tentang mikroorganisme. Jadi, bidang mikrobiologi tidak hanya studi tentang penyebab penyakit tetapi merupakan studi tentang semua aktivitas hayati mikroorganisme.Mikroorganisme banyak dipelajari di laboratorium untuk banyak tujuan. Derajat perinciannya untuk mempelajari itu tergantung kepada maksud pemerikasaan laboratories tersebut. Tersedianya pula teknik untuk menentukan ukuran,bentuk, danstruktur sel-sel individu serta beberapa prosedur untuk menumbuhkan (membiakkan) mikroorganisme di laboratorium.Pada bahasan berikut ini dititikberatkan pada metode/prosedur untuk membebaskan suatu bahan atau benda dari semua bentuk kehidupan atau yang biasannya dikenal dengan istilah sterilisasi.Sterilisasi merupakan suatu proses untuk mematikan semua organisme yang teradapat pada suatu benda. Proses sterilisasi dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu penggunaan panas (pemijaran dan udara panas); penyaringan; penggunaan bahan kimia (etilena oksida, asam perasetat, formaldehida dan glutaraldehida alkalin) (Hadioetomo, 1993).Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan kimiawi.1. Sterilisai secara mekanik (filtrasi) Di dalam sterilisai secara mekanik (filtrasi), menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misal nya larutan enzim dan antibiotik.Jika terdapat beberapa bahan yang akibat pemanasan tinggi atau tekanan tinggi akan mengalami perubahan atau penguraian, maka sterlisasi yang digunakan adalah dengan cara mekanik, misalnya dengan saringan. Didalam mikrobiologi penyaringan secara fisik paling banyak digunakan adalah dalam penggunaan filter khusus misalntya filter berkefeld, filter chamberland, dan filter seitz. Jenis filter yang dipakai tergantung pada tujuan penyaringan dan benda yang akan disaring.Penyaringan dapat dilakukan dengan mengalirkan gas atau cairan melalui suatu bahan penyaring yang memilki pori-pori cukup kecil untuk menahan mikroorganisme dengan ukuran tertentu. Saringan akan tercemar sedangkan cairan atau gas yang melaluinya akan steril. Alat saring tertentu juga mempergunakan bahan yang dapat mengabsorbsi mikroorganisme. Saringan yang umum dipakai tidak dapat menahan virus. Oleh karena itu, sehabis penyaringan medium masih harus dipanasi dalam otoklaf. Penyaringan dilakukan untuk mensterilkan substansi yang peka tehadap panas seperti serum,enzim,toksin kuman,ekstrak sel,dsb. Menyaring cairanHal dapat dilakukan dengan berbagai filter seperti saringan Seitz, yang menggunakan saringan asbestos sebagai alat penyaringannya; saringan berkefeld, yang mempergunakan filter yang terbuat dari tanah diatom; saringan chamberland, yang mempergunakan filter yang terbuat dari porselen; dan fritted glass filter, yang mempergunakan filter yang terbuat dari serbuk gelas. Saringan asbes lebih mudah dan lebih murah daripada saringan porselen. Saringan asbes dapat dibuang setelah dipakai, sedangkan saringan porselen terlalu mahal bila dibuang, tetapi terlalu sulit untuk dibersihkan.

Menyaring udaraUntuk menjaga suatu alat yang sudah steril agar tidak tercemar oleh mikroba atau untuk menjaga agar suatu biakan kuman tidak tercemar oleh kuman yang lain, maka alat-alat tersebut harus ditutup denagn kapas, karena kapas mudah ditembus udara tetapi dapat menahan mikroorganisme. Harus dijaga agar kapas tidak menjadi basah, oleh karena kapas yang basah memungkinkan kuman menembus kedalam. Untuk mencegah pencemaran oleh kuman-kuman udara pada waktu menuang perbenihan, dapat dipergunakan suatu alat yang disebut laminar flow bench dimana udara yang masuk kedalamnya disaring terlebih dahulu dengan suatu saringan khusus. Saringan ini ada batas waktu pemakaiannya dan harus diganti dengan yang baru apabila sudah tidak berfungsi lagi.

2. Sterilisasi secara fisik Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran. Pemanasana. Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung, contoh alat : jarum inokulum, pinset, batang L, dll.b. Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dll.c. Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih tepat menggungakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi.d. Uap air panas bertekanan : menggunalkan autoklaf Penyinaran dengan UVSinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan disinari lampu UV3. Sterilisaisi secara kimiawiBiasanya sterilisasi secara kimiawi menggunakan senyawa desinfektan antara lain alkohol. Antiseptik kimia biasanya dipergunakan dan dibiarkan menguap seperti halnya alkohol. Umumnya isopropil alkohol 70-90% adalah yang termurah namun merupakan antiseptik yang sangat efisien dan efektif. Penambahan yodium pada alkohol akan meningkatkan daya disinfeksinya. Dengan atau iodium, isopropil tidak efektif terhadap spora. Solusi terbaik untuk membunuh spora adalah campuran formaldehid dengan alkohol, tetapi solusi ini terlalu toksik untuk dipakai sebagai antiseptik.Pemilihan antiseptik terutama tergantung pada kebutuhan daripada tujuan tertentu serta efek yang dikehendaki. Perlu juga diperhatikan bahwa beberapa senyawa bersifat iritatif, dan kepekaan kulit sangat bervariasi. Zat-zat kimia yang dapat dipakai untuk sterilisasi antara lain yaitu halogen (senyawa klorin, iodium), alkohol,fenol,hidrogen feroksida,zat warna ungu kristal, derivat akridin, rosanalin, detergen, logam berat (hg,Ag,As,Zn), aldehida, dll.

Berbagai prosedur umum kerja dalam mikrobiologi yang membutuhkan teknik Desinfeksi meja kerjaa. Singkirkan semua barang yang tidak diperlukan dari meja dan ruang kerjab. Semprotkan meja kerja denga alkohol 70 % beberapa kali hingga meratac. Kemudian semprotkan lagi alkohol pada tlapak tangan d. Letakkan alat dan bahan-bahan yang diperlukan pada meja kerja dan semprotkan kembali alkohol pada semua peralatan.e. Setelah itu diamkan beberapa saat dan kembali semprotkan alkohol ke seluruh permukaan tangan ketika hendak mulai bekerja.f. Letakkan pembakar spiritus lalu biarkan.

Memindahkan Biakan secara Aseptisa. Persiapkam alat dan bahan seperti spirirtus,jarum inokulum(jarum ose),rak tabung dan dua buah tabung tertutup yang berisi biakan bakteri/virus.b. Bakarlah ujung hingga pangkal jarum inokulum dengan pembakar spirirtus.c. Buka tutup kedua tabung dan bakar mulut kedua buah tabung tersebut dengan pembakar spiritus agar kontaminan mati.d. Ambil satu ulasan pada tabung pertama dengan jarum inokulum kemudian masukkan jarum tadi pada tabung kedua dengan teknik spread zig-zag.e. Bakar kembali mulut tabing agar kontamina pada proses transfer mati.f. Tutup kembali tabung tersebut, dan bakar ujung jarum inokulum untuk memebunuh sisa bakteri yang ada.

Memindahkan Biakan dari Cawana. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.b. Bakar mulut cawan bagian tepi dengan memutarnya di atas api, serta pijarkan jarum inokulum dan di dinginkan.c. Buka mulut cawan yang berisi biakan koloni dan ambil koloni tunggalnya dengan menempelkan jarum inokulum loop.d. Kemudian tanamkan kembali koloni yang sudah diambil tadi pada media yang baru dengan teknik spread kontinyu.e. Panaskan kembali mulut cawan dan tutup rapat serta panaskanjarum inokulum yang telah digunakan.

Memindahkan Cairan dengan pipeta. Persiapkan alat dan bahan-bahan yang akan digunakan.b. Lepaskan bungkus pipat dan panaskan ujung pipet pada pembakar spiritus. (Usahakan daerah ujung pipet berdekatan dengan api).c. Ambil dua buah tabung dan buka tutpnya untuk dipanaskan bagian ujung mulut tabung.d. Pipet cairan pada tabung pertama dengan menekan tombol S pada filter dengan volume tertentu. Kemudian pindahkan ke tabung lainnya dan keluarkan cairan tersebut dengan menekan E pada filter.e. Setelah itu bakar kedua mulut tabung tadi dan tutup kembali dengan rapat.

Menuangkan Mediaa. Persiapkan alat dan bahan yang digunakan.b. Panaskan mulut erlenmeyer yang berisi media pertumuhan mikroorganisme.c. Tuangkan media dalam erlemneyer ke cawan petri yang berisi biakan murni.d. Ratakan dengan menggoyangkan cawan.

Prinsip cara kerja autoklafAutoklaf adalah alat untuk memsterilkan berbagai macam alat & bahan yang menggunakan tekanan 15 psi (2 atm) dan suhu 1210C.

Untuk cara kerja penggunaan autoklaf telah disampaikan di depan.Cara Penggunaan :1. Sebelum melakukan sterilisasi cek dahulu banyaknya air dalam autoklaf. Jika air kurang dari batas yang ditentukan, maka dapat ditambah air sampai batas tersebut. Gunakan air hasil destilasi, untuk menghindari terbentuknya kerak dan karat.2. Masukkan peralatan dan bahan. Jika mensterilisasi botol beretutup ulir, maka tutup harus dikendorkan.3. Tutup autoklaf dengan rapat lalu kencangkan baut pengaman agar tidak ada uap yang keluar dari bibir autoklaf. Klep pengaman jangan dikencangkan terlebih dahulu.4. Nyalakan autoklaf, diatur timer dengan waktu minimal 15 menit pada suhu 121oC.5. Tunggu samapai air mendidih sehingga uapnya memenuhi kompartemen autoklaf dan terdesak keluar dari klep pengaman. Kemudian klep pengaman ditutup (dikencangkan) dan tunggu sampai selesai. Penghitungan waktu 15 dimulai sejak tekanan mencapai 2 atm.6. Jika alarm tanda selesai berbunyi, maka tunggu tekanan dalam kompartemen turun hingga sama dengan tekanan udara di lingkungan (jarum pada preisure gauge menunjuk ke angka nol). Kemudian klep-klep pengaman dibuka dan keluarkan isi autoklaf dengan hati-hati.Suhu dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan media yang disterilisasi memberikan kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel dibanding dengan udara panas. Biasanya untuk mesterilkan media digunakan suhu 1210C dan tekanan 15 lb/in2 (SI = 103,4 Kpa) selama 15 menit. Alasan digunakan suhu 1210C atau 249,8 0F adalah karena air mendidih pada suhu tersebut jika digunakan tekanan 15 psi. Untuk tekanan 0 psi pada ketinggian di permukaan laut (sea level) air mendidih pada suhu 1000C, sedangkan untuk autoklaf yang diletakkan di ketinggian sama, menggunakan tekanan 15 psi maka air akan memdididh pada suhu 1210C. Ingat kejadian ini hanya berlaku untuk sea level, jika dilaboratorium terletak pada ketinggian tertentu, maka pengaturan tekanan perlu disetting ulang. Misalnya autoklaf diletakkan pada ketinggian 2700 kaki dpl, maka tekanan dinaikkan menjadi 20 psi supaya tercapai suhu 1210C untuk mendidihkan air. Semua bentuk kehidupan akan mati jika dididihkan pada suhu 1210C dan tekanan 15 psi selama 15 menit.Pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam autoklaf lama kelamaan akan mendidih dan uap air yang terbentuk mendesak udara yang mengisi autoklaf. Setelah semua udara dalam autoklaf diganti dengan uap air, katup uap/udara ditutup sehingga tekanan udara dalam autoklaf naik. Pada saat tercapai tekanan dan suhu yang sesuai., maka proses sterilisasi dimulai dan timer mulai menghitung waktu mundur. Setelah proses sterilisasi selesai, sumber panas dimatikan dan tekanan dibiarkan turun perlahan hingga mencapai 0 psi. Autoklaf tidak boleh dibuka sebelum tekanan mencapai 0 psi.Untuk mendeteksi bahwa autoklaf bekerja dengan sempurna dapat digunakan mikroba pengguji yang bersifat termofilik dan memiliki endospora yaitu Bacillus stearothermophillus, lazimnya mikroba ini tersedia secara komersial dalam bentuk spore strip. Kertas spore strip ini dimasukkan dalam autoklaf dan disterilkan. Setelah proses sterilisai lalu ditumbuhkan pada media. Jika media tetap bening maka menunjukkan autoklaf telah bekerja dengan baik.Beberapa media atau bahan yang tidak disterilkan dengan autoklaf adalah :- Bahan tidak tahan panas seperti serum, vitamin, antibiotik, dan enzim- Paelarut organik, seperti fenol- Buffer engan kandungan detergen, seperti SDSUntuk mencegah terjadinya presipitasi, pencoklatan (media menjadi coklat) dan hancurnya substrat dapat dilakukan pencegahan sebagai berikut :- Glukosa disterilkan terpisah dengan asam amino (peptone) atau senyawa fosfat- Senyawa fosfat disterilkan terpisah dengan asam amino (peptone) atau senyawa garam mineral lain.- Senyawa garam mineral disterilkan terpisah dengan agar- Media yang memiliki pH > 7,5 jangan disterilkan dengan autoklaf- Jangan mensterilisasi larutan agar dengan pH < 6,0Erlenmeyer hanya boleh diisi media maksimum dari total volumenya, sisa ruang dibirkan kosong. Jika mensterilkan media 1L yang ditampung pada erlenmeyer 2L maka sterilisasi diatur dengan waktu 30 menit.

Sterilisasi dengan penyaringan (filtrasi)Sterilisasi dengan penyaringan dilakukan untuk mensterilisasi cairan yagn mudah rusak jika terkena panas atu mudah menguap (volatile). Cairan yang disterilisasi dilewatkan ke suatu saringan (ditekan dengan gaya sentrifugasi atau pompa vakum) yang berpori dengan diameter yang cukup kecil untuk menyaring bakteri. Virus tidak akan tersaring dengan metode ini.TyndalisasiKonsep kerja metode ini merip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air dan tidak tahan tekanan atau suhu tinggi lebih tepat disterilkan dengan metode ini. Misalnya susu yang disterilkan dengan suhu tinggi akan mengalami koagulasi dan bahan yang berpati disterilkan pada suhu bertekanan pada kondisi pH asam akan terhidrolisis.Cara kerja : Bahan dimasukkan kedalam erlenmeyer atau botol dan ditutup rapat dengan sumbat atau aluminium foil. Erlenmeyer/botol lalu dimasukkan kedalam alat sterilisasi (alat standar menggunakan Arnold Steam Sterilizen atau dandang). Nyalakan sumber panas dan tunggu hingga termometer menunjukkan suhu 1000C kemudian hitung waktu mundur hingga 30 menit (uap panas yang terbentuk akan mematikan mikroba). Setelah selesai alat sterilisasi dimatikan dan bahan yang steril dikeluarkan. Setelah 24 jam, bahan tersebut di sterilkan lagi dengan cara yang sama, sedang waktu ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan spora atau sel vegetatif yang belum mati untuk tumbuh sehingga mudah dibunuh.

Sterilisasi dengan udara panas (Dry heat sterilization)Sterilisasi dengan metode ini biasanya digunakan untuk peralatan gelas seperti cawan petri, pipet ukur dan labu erlenmyer. Alat gelas yang disterilisasi dengan udara panas tidak akan timbul kondensasi sehingga tidak ada tetes air (embun) didalam alat gelas. Bungkus alat-alat gelas dengan kertas payung atau aluminium foil Atur pengatur suhu oven menjadi 1800C dan alat disterilkan selama 2-3 jam.Prinsip kerja Biological Saferty CabinetBiological Safety Cabinet merupakan kabinet kerja yang sterilkan untuk kerja mikrobiologi. BSC memiliki suatu pengatur aliran udara yang menciptakan aliran udara kotor (dimungkinkan ada kontaminan) untuk disaring dan diresirkulasi melalui filter.BSC juga disebut biosafety hood, dan juga dikenal dengan Laminar flow hood atau Class II vertical flow cabinet yang menyediakan alat filtrasi dan aliran udara yang bersirkulasi didalam ruang kerja. Aliran udara diatur untuk menghambat udara luar masuk dan udara di dalam keluar, untuk mencegah kontaminasi dari luar dan pencemaran bakteri dari ruang BSC. Udara yang keluar disaring melewati penyaring sehingga sel-sel yang berbahaya tidak lepas keluar ke ruangan lain.Berbagai kelas Biological Safety Cabinet.

BSC yang dimiliki Lab mikrobiologi merupakan BSC kelas II yang memiliki konfigurasi udara seperti gambar disamping ini. Udara yang berasal dari luar kabinet akan langsung terserap masuk kesaluran bawah yang bergabung dengan udara dari meja kerja yang dimungkinkan mengandung bakteri yang digunakan untuk kerja. Udara dari meja kerja disedot dari depan meja kerja. Kemudian udara kotor ini disaring oleh penyaring HEPA dan disirkulasikan keluar kabinet atau kembali lagi ke meja kerja sebagai udara bersih.

STERILISASI PENDAHULUANSterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada sehingga jika ditumbuhkan dalam suatu media tidak ada jasad renik yang dapat berkembang biak. Sterilisasi harus dapat membunuh jasad renik yang paling tahan panas yaitu spora bakteri.Sterilisasi sangat penting dalam penelitian=penelitian di bidang mikrobiologi, mengingat bahwa penelitian terhadap suatu spesies mikrobia harus selalu didasarkan atas penelitian terhadap sifat biakan murni spesies tersebut, sehingga untuk dapat memisahkan kegiatan mikrobia yang satu dengan mikrobia yang lain, atau untuk memelihara suatu mikrobia secara biakan murni, perlu digunakan alat-alat dan medium yang bebas mikroorganisme atau steril.Sterilisasi Komersial adalah suatu proses untuk membunuh semua jasad renik penyebab kebusukan makanan pada kondisi suhu penyimpanan yang ditetapkan. Makanan yang telah mengalami sterilisasi komersial mungkin masih mengandung sejumlah jasad renik yang tahan proses sterilisasi, tetapi tidak mampu berkembang biak pada suhu penyimpanan normal yang ditetapkan untuk makanan tersebut.Disinfeksi adalah suatu proses untuk membunuh jasad renik yang bersifat patogenik dengan cara kimia atau fisika. Semua disinfektan efektif terhadap sel vegetatif tetapi tidak selalu efektif terhadap sporanya. Antiseptis adalah suatu proses untuk menginaktifkan atau membunuh jasad renik dengan cara kimia. Bahan antiseptik mungkin bersifat membunuh bakteri dan fungi.

MACAM-MACAM CARA STERILISASISterilisasi dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara :1. Secara Fisik ,dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu :- Pemanasan : Basah, dan kering.- Penyaringan (Filtrasi).- Radiasi (sinar U.V, sinar x, dll.).

2. Secara Chemis :Dengan bahan-bahan kimia yang dapat membunuh mikroorganisme yang disebut Desinfektan (Misal : alkohol, karbol, lysol, sublimat dll.)Cara sterilisasi yang dipakai tergantung pada macamnya bahan dan sifat bahan yang disterilkan antara lain:1. Ketahanan terhadap panas.2. Bentuk bahan yang disterilkan : padat, cair/ gas.STERILISASI SECARA FISIKSterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :a. Pembakaran diatas Lampu SpiritusSterilisasi secara fisik dipakai untuk sterilisasi jarum platina, ose dan sebagainya yang terbuat dari platina/ nikrom, dengan cara membakar alat-alat tersebut diatas api lampu spiritus sampai pijar.b. Pemanasan BasahPemananasan basah dapat membunuh jasad renik karena panas basah dapat menyebabkan denaturasi protein (termasuk enzim-enzim di dalam sel) sehingga menyebabkan kematian jasad renik.c. PerebusanPerebusan adalah pemanasan didalam air mendidih atau uap air pada suhu 100 oC selama beberapa menit, tetapi banyak spora bakteri tahan panas masih hidup.d. Pemanasan dengan TekananAlat yang digunakan otoklaf (Autoclave) : Terdiri dari suatu bejana tahan tekanan tinggi yang dilengkapi dengan manometer, termometer dan klep bahaya. Merupakan alat sterilisasi yang paling baik. Bahan / alat yang disterilkan :Bahan / alat yang tidak rusak karena pemanasan dengan tekanan tinggi,Misalnya : media utk pertumbuhan mikroba, Aquadest dsb. Metode ini dapat membunuh spora yang paling tahan panas. Dilakukan pada suhu 121 oC selama 15-30 menit dengan tekanan 2 atmDaya membunuh dari uap air panas :Disebabkan pada waktu kondensasi, pada bahan yang disterilkan dilepaskan sejumlah besar panas laten sehingga terjadi pengerutan, yang menyebabkan penyerapan uap air baru yang berarti lebih banyak panas yang diserap.Sterilisasi Dengan Metode Ultra High Temperatur (UHT) adalah sterilisasi yang dilakukan pada suhu tinggi dalam waktu singkat (suhu 135-150oC selama 2-6 detik), dan umumnya untuk sterilisasi bahan cair (susu).e. Sterilisasi dengan cara Tindalisasi Sterilisasi yang digunakan untuk sterilisasi bahan-bahan yang mengandung cairan yang tidak dapat disterilkan dengan autoclave (yang tidak tahan pada temperatur tinggi dan kering), misalnya untuk sterilisasi media yang mengandung telur, Untuk sterilisasi protein dan sebagainya. Alat yang digunakan disebut ARNOLD STEAM STERILIZERCara : Dilakukan dengan cara memanaskan medium/ larutan menggunakan uap (T= 100 oC) selama 1 jam setiap hari selama 3 hari berturut-turut. Waktu inkubasi diantara 2 proses pemanasan bertujuan untuk membunuh spora yang dapat bergeminasi menjadi sel vegetatif.Sterilisasi dengan cara ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : Bahan disterilkan dengan menggunakan suhu 100 oC selama 30 menit, dengan tujuan agar sel-sel vegetatif mikrobia terbunuh. Setelah itu bahan diinkubasi pada temperatur kamar selama 24 jam, agar spora yang masih ada pada bahan tersebut tumbuh menjadi sel-sel vegetatif. Kemudian dilakukan sterilisasi tahap II pada suhu 100 oC selama 30 menit, setelah itu diinkubasi lagi pada temperatur kamar selama 24 jam Selanjutnya dilakukan sterilisasi tahap III pada suhu 100 oC selama 30 menit dan diinkubasi lagi pada temperatur kamar selama 24 jam. Sterilisasi dihentikan sampai tidak ada pertumbuhan sel vegetatif mikrobia.

f. PasteurisasiProses pemanasan pada suhu dan waktu tertentu dimana semua mikroba pathogen dapat terbunuh.Misal : Bakteri TBC dan Brucellosis. Pasteurisasi dibagi dua, yaitu :1. Pasteurisasi cepat : dilakukan pada suhu 72 oC selama 15 detik.2. Pasteurisasi lambat : dilakukan pada suhu 65 oC selama 30 menit. Spora dan bentuk vegetatif dari bakteri termofil tahan. Setelah pasteurisasi, produk harus didinginkan secepat mungkin untuk mencegah pertumbuhan bakteri yang masih hidup.g. Pemanasan Kering Alat yang digunakan : Hot air oven (Hot air sterilizer).- Menggunakan suhu 160-180 oC selama 1,5 2 jam dengan sistim udara statis.- Jika digunakan oven dengan sirkulasi udara panas, waktu lebih cepat, diperlukan waktu setengahnya karena aliran udara panas ke alat-alat gelas lebih efisien ( setengahnya). Untuk sterilisasi alat-alat gelas (erlenmeyer, petridish dsb) juga untuk kapas, kain, kertas dan sebagainya. Kurang efektif untuk membunuh jasad renik Mekanisme kematian bakteri dengan metode ini : Pemanasan kering menyebabkan dehidrasi sel dan oksidasi komponen komponen di dalam selh. Radiasi (Penyinaran) Berbagai sinar radioaktif dapat mengakibatkan kematian sel-sel mikroorganisme.1. Sinar matahari Sinar matahari yang dipancarkan langsung pada sel vegetatif jasad renik dapat menyebabkan kematian sel tersebut, sedangkan sporanya biasanya lebih tahan. Aktivitas bakterisisidal dari sinar matahari tersebut disebabkan oleh bagian ultraviolet dari spektrum sinar.2. Sinar Ultra violet dari lampu uap merkuriSering digunakan untuk sterilisasi ruangan inokulasi di laboratorium atau ruang pengolahan. Radiasi ultra violet menyebabkan kesalahan dalam replikasi DNA dan mempunyai aktivitas mutagenik pada sel hidup.Sinar ultra violet mempunyai panjang gelombang 15-390 nm, pada panjang gelombang 265 nm, sinar ini berefek bakterisidal kuat.

3. Radiasi IonisasiAdalah radiasi yang mengandung energi jauh lebih tinggi daripada sinar ultraviolet dan mempunyai daya desinfektan yang lebih kuat.Contoh : Sinar x memiliki daya penetrasi lebih besar dibanding sinar ultraviolet. Sinar mempunyai daya penetrasi lebih besar dibanding sinar x, sehingga sering digunakan untuk mensterilkan benda yang tebal (misalnya bungkusan alat-alat kedokteran dan paket makanan). Sinar katoda sering digunakan untuk menghapus hama pada suhu kamar terhadap barang-barang yang telah dibungkus. Sinar dari kobalt 60, digunakan secara komersial untuk sterilisasi alat-alat Kedokteran dan laboratorium.Jika digunakan untuk mensterilkan makanan, radiasi ionisasi dapat mempengaruhi citarasa makanan. Jika digunakan untuk sterilisasi obat-obatan, hormon atau enzim mungkin dapat mempengaruhi potensi atau aktivitasnya.Satuan internasional (SI) dalam radiasi :1. Unit penyerapan (absorbsi)2. Unit radioaktifi. Penyaringan (Filtrasi)Sterilisasi secara mekanik dilakukan dengan cara menyaring bahan yang akan diterilkan. Cara ini digunakan bagi bahan-bahan cair yang tidak tahan panas, misalnya serum darah, vaksin, toksin atau medium yang mengandung zat tidak tahan terhadap pemanasan. Disamping itu cara ini digunakan pula bagi bahan-bahan yang mengandung zat-zat yang tidak stabil, misalnya larutan garam fisiologis, natrium bikarbonat dan lain-lain.Bahan-bahan cair yang sangat peka terhadap pemanasan (serum, darah, toksin, dll.) atau yang tidak tahan pemanasan tinggi (medium yang mengandung senyawa gula) tidak dapat disterilkan dengan pemanasan, maka dipakai alat Filter bakteri (Penyaring bakteri).Beberapa jenis Filter Bakteri :1. Berkefeld filter.Elemen penyaring pada alat ini terbuat dari tanah diatonal, dengan tingkat porositas : kasar (viel = v), normal (N) dan halus (wenig = w). Yang biasa digunakan adalah porositas N dan W.2. Chamberland filter.Elemen penyaring pada alat ini adalah porselin yang tidak dilapisi dengan email. Porositasnya bervariasi yakni : L1, L2, L3 dan seterusnya. Yang biasa digunakan untuk penyaring bakteri adalah L3.3. Seitz filter (Ent Keimung filter/ filter asbes).Merupakan alat penyaring dari Stainless steel yang dilengkapi dengan penyaring asbes-selulosa yang dapat diganti4. Sintered glass filter / ultra filter dll. Prinsip sterilisasi dengan penyaringan (Filtrasi) :- Untuk penyaringan dengan filter bakteri diperlukan tekanan positif tertentu (20 30 mm Hg) dengan menggunakan pompa vacum.- Tekanan 20 30 mm Hg dapat mempercepat penyaringan tanpa menyebabkan buih.

STERILISASI SECARA KIMIADesinfektan dan Antiseptik Adalah bahan kimia menimbulkan pengaruh yang lebih selektif terhadap jasad renik dibandingkan dengan perlakuan fisik seperti panas dan radiasi.Dalam memilih desinfektan dan antiseptik perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :a. Sifat Mikrosidal (membunuh jasad renik) Bentuk spora lebih tahan daripada bentuk vegetatif. Beberapa desinfektan (halogen, merkurikhlorida, formalin dan etilen oksida) efektif terhadap spora. Mycobacteria merupakan bentuk vegetatif yang paling tahan dibandingkan sel vegetatif bakteri lainnya. Untuk membunuh Mycobacteria digunakan alkohol dan fenol. Virus lebih tahan daripada bentuk vegetatif dan dapat dibunuh dengan Halogen, oksidan dan formalin. Komponen kimia yang bersifat membunuh jasad renik disebut mempunyai sifat bakterisidal (membunuh bakteri) atau fungisidal (membunuh fungi).b. Sifat Mikrostatik (menghambat pertumbuhan jasad renik)Beberapa komponen kimia pada konsentrasi rendah tidak dapat membunuh jasad renik, tetapi hanya menghambat pertumbuhannya, misalnya senyawa tertentu yang terdapat pada rempah-rempah. Komponen tersebut disebut mempunyai sifat bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri) atau fungistatik (menghambat pertumbuhan fungi). Komponen kimia yang bersifat membunuh lebih baik daripada yang bersifat menghambat.c. Kecepatan penghambatan.Komponen kimia mempunyai kecepatan membunuh/menghambat yang berbeda-beda terhadap jasad renik yaitu :1. Cepat2. Hanya efektif setelah beberapa menit/ jam.Sel yang sedang tumbuh/ berkembang biak lebih sensitif dan mudah dibunuh dibandingkan sel dalam keadaan istirahat.d.Sifat lain : Pertimbangan untuk pemilihan desinfektan : Harga tidak mahal. Aktivitas tetap dalam waktu lama. Larut dalam air dan stabil dalam larutan. Tidak toksik dan tidak mengiritasi kulit. Tidak meninggalkan warna.Beberapa komponen organik dapat menghambat kerja disinfektan, misalnya halogen, garam merkuri dan detergen kationik dapat menghambat kerja desinfektan. Sedangkan sabun dan detergen anionik membantu penyerapan.

5 KOEFISIEN FENOL SUATU DESINFEKTAN Koefisien fenol suatu desinfektan adalah kemampuan suatu desinfektan dalam membunuh bakteri dibandingkan fenol. Jika suatu desinfektan mempunyai koefisien fenol 40, berarti daya membunuhnya 40 kali dibandingkan fenol. Untuk pengujian biasanya digunakan 2 jenis bakteri:- Bakteri gram negatif : Salmonella typhi.- Bakteri gram positif : Staphylococcus aureus.

Cara pengujian:Dengan mengencerkan suatu kultur cair bakteri sebanyak 1: 10 dengan desinfektan yang akan diuji pada konsentrasi berbeda. Yang disebut titik akhir adalah konsentrasi terendah yang menghasilkan kultur steril setelah diinkubasikan selama 10 menit pada suhu 20 C.STERIL

DESINFEKTAN STERIL

FENOLKultur steril : desinfektan A 6 % setara dengan fenol konsentrasi 8 %Jadi koefisien fenol desinfektan A adalah 1,36MACAM- MACAM DESINFEKTANDesinfektan dapat dikelompokkan atas delapan grup sebagai berikut :1. Grup alkohol larutContoh : etanol, isopropil, alkohol.Cara Kerja : Koagulasi protein dan melarutkan membran.Konsentrasi : 70 90 %Keuntungan : Bakterisidal cepat, tuberkulosidal.Kelemahan : tidak membunuh spora, menyebabkan korosi metal kecuali jika ditambahkan komponen pereduksi (2% Na-nitrit), mengeringkan kulit.2. Grup gas sterilisasiContoh : etilen oksidaCara Kerja : substitusi grup alkil di dalam sel dengan atom hiodrogen yang labil.Waktu : 4 18 jam.Keuntungan : tidak berbahaya untuk kebanyakan bahan, mensterilkan bahan, digunakan untuk bahan yang tidak tahan panas.Kelemahan : membutuhkan peralatan khusus.3. Grup gas disinfektanContoh : formaldehidaCara Kerja : seperti etilen oksida.Konsentrasi : larutan jenuh atau dalam bentuk gas.Keuntungan : Bakterisidal cepat, tuber kulosidal.Kelemahan : membunuh spora, tidak korosif , digunakan untuk bahan yang tidak panas.

4. Grup halogenContoh : khlorin, yodium.Cara Kerja : oksidasi grup sulfhidril bebas.Konsentrasi : hipokhlorit konsentrasi tertinggi HclO (warexin) larutan 1,5% yodium tinkur konsentrasi tertinggi.Keuntungan : khlorin - tuberkolosidal.Yodium - pencuci dan desinfektan, tidak meninggalkan warna, meniggalkan residu anti bakteri, yodium tinkur bersifat tuberkolosidal.Kelemahan : khlorin memutihkan bahan, korosi logam, tidak stabil didalam air sadah, larutan harus segar.Yodium yodium tinktur menimbulkan warna dan iritasi kulit, iodofor tidak stabil, aktivitasnya hilang didalam air sadah, korosif terhadap logam, menyebabkan pengeringan kulit.5. Grup fenolContoh : kreosol, fenol semi-sintetis,lisol.Cara Kerja : Koagulasi protein, menyebabkan kebocoran membran sel.Konsentrasi : kreosol - 2%Lisol 1%Keuntungan : aktivitasnya tidak hilang oleh bahan organik, sabun atau air sadah, meniggalkan efek residu jika mengering.Kelemahan : kreosol harus digunakan di dalam air lunak.6. Grup detergen kationik (amonium quaternar)Cara Kerja : pengerutan membran sel dan merusak permeabilitasnya.Konsentrasi : larutan 1/1000 1/5000Keuntungan : tidak berbau.Kelemahan : tidak bersifat tuberkulosidal, aktivitas virisidal terbatas, harus dilarutkan kedalam air destilata, aktivitasnya hilang oleh protein, sabun dan serat selulosa, aktivitas bakterisidalnya lemah sehingga harus di kombinasi dengan grup fenol.7. Grup detergen Anionik (aditif sabun atau detergen)Contoh : heksakhlorfen (G-11), tetrakhlorsalisil anilida.Cara Kerja : heksakhlorfen septisol 2%, phisohex 3 %.Keuntungan : aktivitas antar bakteri lama, baik digunakan sebagai pencuci.Kelemahan : tidak bersifat sporisidal maupun tuberkulosidal, cara kerja lambat, beracun jika digunakan terus menerus dan diserap di dalam tubuh.8. Desinfektan lain-lain.Garam : komponen merkuri organik seperti merkurokhrom dan tiomersal bersifat kurang beracun dibandingkan komponen merkuri lainnya, tetapi aktivitas bakterisidalnya lemah.Alkali : Larutan NaOH sering digunakan dalam kedokteran veteriner untuk disinfektan kandang.Hidrogen peroksida : dalam konsentrasi 3% digunakan untuk mencuci dan mendisinfeksi luka.Sabun : Aktivitas bakterisidalnya lemah, tetapi efektif untuk mencuci/Komponen Biguanida : Misalnya khloheksidin, bersifat bakterisidal tetapi tidak efektif terhadap virus, spora, dan mikrobakteri.Biasanya di campur dengan detergenkationik.Dialdehida : spektrum aktivitasnya paling luas, yaitu bersifat bakterisidal, virisidal, fungisidal, dan sporosidal. Tersedia dalam bentuk asam yang harus diaktivasi dengan penambahan natrium karbonat (menaikkan pH) supaya aktivitasnya maksimum. Dalam keadaan aktiv tahan sampai 2 minggu. Kelemahannya adalah beracun terhadap kulit dan harganya mahal.

7 ZAT ANTIMIKROBA Zat antimikrobia adalah zat yang merintangi pertumbuhan dan metabolisme mikroba (antiseptik, desinfektan, antibiotik dsb.).Zat antimikrobia dikelompokkan menjadi dua ;1. Antibakteri (efektif terhadap bakteri)2. Antifungi (efektif terhadap fungi)Faktor-faktor yang mempengaruhi laju hambatan atau kerusakan mikroorganisme oleh antimikroba:1. Konsentrasi, intensitas dan jenis mikroba.2. Jumlah mikroorganisme.Untuk membunuh populasi mikroorganime yang lebih banyak perlu waktu.1. SuhuMakin tinggi suhu, kerja desinfektan makin efektif.1. Species mikroorganismeBentuk vegetatif lebih mudah terbunuh dibandingkan bentuk spora.1. Adanya bahan organik yang dapat mengurangi efektifitas zat antimikroba dengan cara membuat tidak aktif lagi/ melindungi mikroorganisme dari serangan zat tersebut.

Mekanisme Kerja Zat Antimikroba1. Perusakan dinding selSusunan dinding sel dapat rusak dengan jalan merintangi pembentukan dinding sel atau menyebabkan perubahan pada dinding sel.2. Perubahan permeabilitas selMembran sitoplasma menahan bahan-bahan tertentu di dalam sel dan mengatur pemasukkan dan pengeluaran bahan-bahan lainnya, memelihara keseluruhan susunan sel.Perusakan membran sitoplasma berakibat dapat merintangi pertumbuhan sel, sehingga dapat menyebabkan kematian sel.3. Perubahan molekul protein dan asam nukleinat (Denaturasi protein).Kehidupan sel mikroba tergantung pada pemeliharaan molekul protein dn asam nukleinat.Desinfektan dapat menyebabkan :1. Koagulasi protein secara irreversibel2. Denaturasi bahan-bahan sel penting4. Merintangi kerja enzimDengan merintangi kerja enzim sehingga sintesa protein dan asam nukleinat dihambat.