Crs Mh Ewin Amel

67
Preseptor: Hartati P. Dharmadji, dr., SpKK (K) Disusun oleh: Amelia Manuel H. 1301-1213-0542 Dessin Drawin 1301-1213-0523 MORBUS HANSEN

description

morbus hansen

Transcript of Crs Mh Ewin Amel

Page 1: Crs Mh Ewin Amel

Preseptor:Hartati P. Dharmadji, dr., SpKK (K)

Disusun oleh:Amelia Manuel H. 1301-1213-0542Dessin Drawin 1301-1213-0523

MORBUS HANSEN

Page 2: Crs Mh Ewin Amel

KETERANGAN UMUMKETERANGAN UMUMNama : Ny. NUmur : 32 tahunJenis kelamin : PerempuanSuku bangsa : MaduraPendidikan : SDPekerjaan : Wiraswasta Status marital : MenikahJumlah anak/saudara serumah : anak 2,

suami 1Alamat : Ciroyom, BandungPernah tinggal di Madura, Jawa Timur

Page 3: Crs Mh Ewin Amel

AnamnesisAnamnesisKeluhan utama:

Baal dan kemerahan pada lengan atas kiri dan kaki kanan.

Anamnesis khusus:Sejak 1 bulan yang lalu timbul kemerahan

disertai rasa baal pada lengan atas kiri dan kaki kanan.

an.

Page 4: Crs Mh Ewin Amel

Keluhan tidak disertai dengan rambut di kepala dan alis mata yang rontok, mata merah, hidung yang sering tersumbat dan terlihat pesek, ujung-ujung jari tangan yang memendek.

Penderita menyangkal adanya riwayat kelopak mata yang sulit ditutup, pandangan kabur, mulut mencong, sariawan di mulut, suara sengau atau serak, riwayat mimisan, jari-jari di kedua kaki dan tangan yang membengkok, kekakuan pada anggota gerak, tangan lunglai dan kaki semper, pembesaran pada buah dada serta gangguan BAK.

Page 5: Crs Mh Ewin Amel

Penderita sudah pernah berobat di dokter spesialis kulit dan kelamin sehari yang lalu dan diberi obat minum yang diminum 2x sehari untuk satu minggu.

Penderita menyangkal adanya kontak dengan orang yang memiliki keluhan yang sama dan riwayat keluarga dengan keluhan serupa. Penderita berasal dari Madura, Jawa Tengah saat kecil.

Penderita menyangkal sering BAK, sering haus dan mudah terasa lapar.

Page 6: Crs Mh Ewin Amel

PEMERIKSAAN FISIK

► Keadaan umum : Compos mentis, tampak sakit ringan, gizi cukup

► Kepala: Wajah : Facies leonina (-/-), simetris Rambut : Alopecia (-) Mata

a. Alis dan bulu mata madarosis (-/-) b. Palpebra lagophtalmus (-/-)

Page 7: Crs Mh Ewin Amel

c. Konjungtiva hiperemis (-/-) , sekret (-/-), lakrimasi (-/-)

d. Sklera ikterik (-/-) Hidung : Saddle nose (-), sekret (-/-),

epistaksis (-/-) Telinga : Sekret (-/-), Cuping telinga

menebal/ infiltrat (-/-) Mulut : Sudut bibir simetris (+/+), bibir

mencong(-/- ) Mukosa lidah, tonsil, faring : tidak diperiksa Laring : suara parau (-)

► Leher : terdapat penebalan saraf tepi aurikular mayor. KGB leher tidak teraba membesar

► Thoraks : tidak ada kelainan► Abdomen : tidak ada kelainan

Page 8: Crs Mh Ewin Amel

Ekstremitas Extremitas atas:

Kontraktur (-)Claw hand (-)Drop hand (-)Banana finger (-)Atrofi tenar (-)Atrofi hipotenar(-)Atrofi interoseus(-)Pseudomutilasi(-)

• Extremitas bawah:Kontraktur (-)Claw toes (-)Drop foot (-)Edema (-) pada kedua kakiAtrofi otot(-)Pseudomutilasi (-)

Page 9: Crs Mh Ewin Amel

Status dermatologisStatus dermatologis

- Distribusi lesi: regional unilateral- a/r : lengan atas kiri dan kaki

kanan- Karakteristik lesi: soliter, diskret, bentuk

iregular, ukuran 5 x 3cm, batas tidak tegas, menimbul, kering

- Efloresensi : infiltrat

Page 10: Crs Mh Ewin Amel
Page 11: Crs Mh Ewin Amel
Page 12: Crs Mh Ewin Amel
Page 13: Crs Mh Ewin Amel
Page 14: Crs Mh Ewin Amel

Status Neurologik

Pemeriksaan saraf superfisial Penebalan KonsistensiN. Auricularis Magnus -/+ KenyalN. Ulnaris -/- -N. peroneus Komunis -/- -

Pemeriksaan saraf sensoris

a/r pipiRaba : kanan (+)

Kiri (+)

Nyeri: Kanan (+)Kiri (+)

Page 15: Crs Mh Ewin Amel

Pemeriksaan saraf sensoris:

a/r hidung Raba : (+) Nyeri : (+)

a/r lengan atasRaba: Kanan (+)

Kiri (-)Nyeri: Kanan (+)

Kiri (-)

Page 16: Crs Mh Ewin Amel

Pemeriksaan saraf sensoris: a/r kakiRaba : kanan (-)

Kiri (+)

Nyeri: Kanan (-)Kiri (+)

Page 17: Crs Mh Ewin Amel

Pemeriksaan motoris 5 5 5 5

Pemeriksaan saraf otonom Tidak dilakukan

Page 18: Crs Mh Ewin Amel

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan bubur jaringan dengan pewarnaan Ziehl Nelsen ka : 0 ki : 0 L : 0 , BI : -MI : -

Pemeriksaan darah rutin, fungsi hati dan ginjal

Page 19: Crs Mh Ewin Amel

 USUL PEMERIKSAAN

Periksa laboratorium : Fungsi hepar (SGOT/SGPT, G6PD)

DIAGNOSIS BANDING- Morbus Hansen tipe PB - Polineuropati

Page 20: Crs Mh Ewin Amel

DIAGNOSIS KERJADIAGNOSIS KERJA

Morbus Hansen tipe MB

Page 21: Crs Mh Ewin Amel

PENGOBATANPENGOBATAN1. Umum:

► Menjelaskan ada penderita bahwa :- penyakitnya kronis & menular-penyakitnya membutuhkan pengobatan lama

(12 bulan) dan perlu kepatuhan.-kemungkinan akan timbul reaksi kusta

► Menyarankan kepada penderita untuk selalu menjaga daerah kelainan dengan merendamnya dalam air hangat dan diminyaki dan menggunakan sabun yang mengandung pelembab agar tidak terjadi kekeringan pada kulit dan mencegah kecacatan

Page 22: Crs Mh Ewin Amel

2. Khusus:

►MDT MB:- Rifampisin 600 mg/ bulan diawasi- Klofazimin 300 mg/bulan diawasi- Klofazimin 50 mg/hari- Dapson 100 mg/hari

*pengobatan selama 12 bulan.

Page 23: Crs Mh Ewin Amel

PENATALAKSANAAN PENATALAKSANAAN REAKSIREAKSI• Menghindari dari terkena air

panas pada kaki • Memakai sepatu yang tidak

terlalu sempit• Selalu pakai alas kaki baik di

dalam maupun di luar ruangan.

Page 24: Crs Mh Ewin Amel

PROGNOSISPROGNOSIS

►Quo ad vitam: dubia ad bonam ►Quo ad functionam: dubia ad

malam ►Quo ad sanationam: dubia ad

malam

Page 25: Crs Mh Ewin Amel

PembahasanPembahasanBagaimana mendiagnosis pasien ini?Tanda kardinal untuk pasien MH:1.Bercak kulit yang mati rasa2.Penebalan saraf tepi3.Ditemukan kuman tahan asam.Pada pasien ini ditemukan penebalan

kulit yang mati rasa, penebalan saraf tepi yaitu N.aurikularis magnus, N.ulnaris, dan N. peroneus komunis serta ditemukan kuman tahan asam.

Page 26: Crs Mh Ewin Amel

Untuk menemukan kuman tahan asam, dilakukan Pemeriksaan Bakterioskopis.

1.Jumlah pengambilan sediaan apus jaringan kulit harus minimum dilaksanakan di 3 tempat, yaitu:a) cuping telinga kirib) cuping telinga kananc) bercak paling aktif

2.Daerah yang hendak ditoreh dibersihkan dengan alkohol, kemudian dijepit kuat dengan telunjuk dan jempol kiri pemeriksa

Page 27: Crs Mh Ewin Amel

3.Dengan tangan kanan pemeriksa, kulit yang dijepit ditoreh sedalam 3-5mm sepanjang 1 cm, kemudian dengan satu sisi tajam pisau toreh dikerok satu sisi luka torehan, diputar 180o pisau torehnya dan dikerok ke arah sebaliknya pada sisi lain luka torehannya.

4. Hasil kerokan pada pisau toreh segera dihapuskan pada gelas objek. Preparat apusan dipulas dengan Ziehl-Neelsen.

Page 28: Crs Mh Ewin Amel

Pewarnaan Ziehl-NelsenPewarnaan Ziehl-NelsenSediaan dituangi Karbol Fuchsin selama 20-30

minit atau dipanaskan sampai keluar uap selama 5 menit.

Cuci dengan air mengalir.Buang warna dengan asam alkohol {HCL pekat

dalam alkohol 70% sampai warna merah hilang (3-5 detik)}

Cuci dengan air mengalirTuangi sediaan dengan biru metilen 1% selama 1-

2 menit. cuci dengan air mengalirKeringkan di udaraHasil pewarnaan : kuman tahan asam- merah

kuman tak tahan asam-biru

Page 29: Crs Mh Ewin Amel

Morbus Hansen dibagi atas 2 tipe yaitu pausibasiler dan multibasiler.

Pasien ini dikatakan sebagai MH tipe MB kerna mempunyai lebih dari 5 lesi, dan lebih simetris serta mempunyai banyak cabang saraf yang rusak dan hilangnya sensasi yang kurang jelas.

PB MB

Lesi kulit (makula yang datar, papul yang meninggi, infiltrat, plak eritem, nodus)

1-5 lesiHipopigmentasi/ eritemaDistribusi tidak simetris

>5 lesi

Distribusi lebih simetris

Kerusakan saraf (menyebabkan hilangnya sensasi/ kelemahan otot yang dipersarafi oleh saraf yang terkena)

Hilangnya sensasi yang jelas.Hanya satu, cabang saraf.

Hilangnya sensasi kurang jelas.Banyak cabang saraf.

Page 30: Crs Mh Ewin Amel

Bagaimana penanganan pasien ini?Bagaimana penanganan pasien ini?Pengobatan kusta dengan MDT ( multi-drug Pengobatan kusta dengan MDT ( multi-drug treatment) bertujuan memutus rantai treatment) bertujuan memutus rantai penularan untuk menurunkan insiden penularan untuk menurunkan insiden penyakit, mengobati dan menyembuhkan penyakit, mengobati dan menyembuhkan penderita dan mencegah timbulnya cacat.penderita dan mencegah timbulnya cacat.

Rejimen MDT- MB dengan lesi kulit lebih dari 5 buah :1)Rifampisin 600 mg sebulan sekali, di bawah

pengawasan- bersifat bakterisidal kuat- bekerja menghambat enzim

polimerase RNA yang berikatan secara irreversibel.

Page 31: Crs Mh Ewin Amel

2)Klofazimin 300 mg sebulan sekali, di bawah pengawasan

- efek bakteriostatik setara dengan dapson- bekerja melalui gangguan metabolisme

radikal oksigen

- mempunyai efek antiinflamasi sehingga berguna untuk pengobatan

reaksi kusta.3) Dapson 100 mg/hari swakelola - bersifat bakteriostatik dengan menghambat enzim dihidrofolat sintetase

4)Klofazimin 50 mg/hari swakelola

*pengobatan selama 12 bulan

Page 32: Crs Mh Ewin Amel

Bagaimana prognosis pasien ini?Bagaimana prognosis pasien ini?Quo ad vitam : dubia ad bonam

Penyakit kusta boleh mengancam nyawa karena boleh menimbulkan komplikasi kepada pelbagai organ.

Quo ad functionam : dubia ad malamPenyakit kusta boleh menimbulkan komplikasi hingga mengakibatkan kerusakan pada saraf dan menghilangkan fungsi beberapa organ yang terlibat.

Quo ad sanationam : dubia ad malamPenyakit kusta yang sudah diobati boleh relaps dan kembali aktif.

Page 33: Crs Mh Ewin Amel

TERIMA KASIH...

Page 34: Crs Mh Ewin Amel

Morbus Hansen (Kusta)Morbus Hansen (Kusta)Definisi: Penyakit kronis yang disebabkan oleh

infeksi Mycobacterium leprae yang pertama menyerang saraf tepi.

Selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa mulut saluran nafas bagian atas, sistem retikuloendotelial, mata, otot, tulang, dan testis, kecuali sistem saraf pusat 

Page 35: Crs Mh Ewin Amel

EtiologiEtiologiMycobacterium LepraeBakteri tahan asam, batang, ukuran 1-

8 μm, lebar 0.2-0.5 μmBerkelompok Hidup dalam sel terutama yang

bersuhu dinginTidak dapat dikultur

Page 36: Crs Mh Ewin Amel

Masa TunasMasa belah diri 12-21 hariMasa tunas 2-5 tahun

Cara penularan Saluran pernafasan dan kulit

Page 37: Crs Mh Ewin Amel

Pathogenesis pada imunitas rendahPathogenesis pada imunitas rendah

Page 38: Crs Mh Ewin Amel

Patogenesis pada Imuntias TinggiPatogenesis pada Imuntias Tinggi

Page 39: Crs Mh Ewin Amel

• Predileksi lesi kulit Bagian tubuh yang relatif lebih dingin : muka, hidung (mukosa) telinga, anggota tubuh, dan bagian tubuh yang terbuka.

Gambaran klinis:Gambaran klinis:

Page 40: Crs Mh Ewin Amel

Predileksi Kerusakan Saraf Tepi yang lebih superfisial dan suhu relatif lebih dingin•N. Fasialis : lagoftalmus, mulut mencong•N.trigeminus : anestesi kornea•N. Aurikularis magnus•N. Radialis : tangan lunglai (drop wrist)•N. Ulnaris : anestesi dan paresis/paralisis otot tangan jari V dan sebagian jari IV•N.medianus : anestesi dan paresis/paralisis otot tangan jari I, II, III, dan sebagian jari IV kerusakan n.ulnaris dan n. Medianus dapat menyebabkan jari kitting (claw toes) dan tangan cakar (claw hand)•N. Peroneus komunis : kaki semper (drop foot)•N. Tibialis posterior : mati rasa telapak kaki dan jari kitting (claw toes) 

Page 41: Crs Mh Ewin Amel

Gambaran Klinis organ tubuh lain yang dapat diserang

Mata : iritis, iridosiklitis, gangguan visus, kebutaan Hidung : epistaksis, hidung pelana Tulang dan sendi : absorbsi, mutilasi, arthritis Lidah : ulkus, nodus Larings : suara parau Testis : ginekomastia, epididimitis akut, orkitis,

atropi Kelenjar limfe : limfadenitis Rambut : alopecia, madarosis Ginjal : glomerulonefritis, amiloidosis ginjal,

pielonefritis, nefritis interstitial

Page 42: Crs Mh Ewin Amel

Manifestasi penyakit bahwa penyakit kusta masih aktif •Kulit : lesi membesar, jumlah bertambah, ulserasi, eritematosa, infiltrat atau nodus•Saraf : nyeri, gangguan fungsi bertambah, jumlah saraf yang terkena bertambahTanda sisa penyakit kusta •Kulit : atropi, keriput, non-repigmentasi, bulu hilang•Saraf : mati rasa persisten, paralisis, kontraktur, dan atrofi otot 

Page 43: Crs Mh Ewin Amel

• Klasifikasi Internasional Madrid (1953)– Indeterminate (I)– Tuberkuloid (T)– Borderline-dimorphoud (B)– Lepromatosa (L)

• Klasifikasi Ridley-Jopling (1962)– Tuberkuloid (TT)– Borderline tuberkuloid (BT)– Mid-borderline (BB)– Borderline lepromatosa (BL)– Lepromatosa (LL)

KlasifikasiKlasifikasi

Page 44: Crs Mh Ewin Amel

• Klasifikasi WHO (1988)– Pausibasilar (PB)Kusta type I,TT dan sebagian besar BT dengan BTA negatif menurut kriteria ridley dan jopling atau tipe I dan T menurut klasifikasi Madrid.– Multibasilar (MB)Kusta tipe LL,BL, BB, sebagian BT menurut kriteria Ridley dan Jopling atau B dan L menurut Madrid dan semua tipe kusta dengan BTA positif.

Page 45: Crs Mh Ewin Amel

Untuk mempermudah pelaporan dan pengobatan, secara klinis dibagi 2 tipe :

-Pausibasilar(PB) -Multibasilar(MB)

Perbedaan tipe PB dan MBLesi kulit PB MB(makula datar,papul, 1-5 lesi > 5 lesiNodus) hipopigmentasi/ erytema

distribusi asimetris simetris

Kerusakan syaraf hilangnya sensasi jelas, tidak jelas hanya satu cabang syaraf banyak

Klasifikasi WHOKlasifikasi WHO

Page 46: Crs Mh Ewin Amel

Didasarkan pada penemuan tanda kardinal yi:Bercak kulit mati rasa (mati rasa total

atau sebagian)Penebalan syaraf tepi Dapat disertai nyeri dan gangguan fungsi

syaraf yang terkena:- gangguan fungsi sensoris:mati rasa- gangguan fungsi motoris: paresa atau paralisa- gangguan fungsi otonom:kulit kering,retak,edema

Ditemukan basil tahan asam(BTA)Bahan pemeriksaan dari cuping telinga/lesi kulit

DiagnosDiagnosisis::

Page 47: Crs Mh Ewin Amel

Anamnesis- keluhan penderita- riwayat kontak dengan penderita- latar belakang sosio ekonomi

Inspeksi dengan penerangan yang baik-Lesi kulit harus diperhatikan dan juga kerusakan kulit

Pemeriksaan penderitaPemeriksaan penderita

Page 48: Crs Mh Ewin Amel

Palpasi • Kelainan kulit : nodus, infiltrat, jaringan parut,

ulkus• Kelainan saraf : lihat adanya nyeri tekan dan

penebalan saraf. Bandingkan saraf bagian kiri dan kanan, membesar atau tidak, regular atau iregular, perabaan keras atau kenyal, nyeri atau tidak.

• Pemeriksaan saraf-saraf :– N. Aurikularus magnus– N. Ulnaris– N. Peroneus lateralis

Page 49: Crs Mh Ewin Amel

Tes fungsi sarafTes sensoris

◦Rasa raba : menggunakan kapas◦Rasa nyeri : menggunakan jarum◦Rasa suhu : menggunakan 2 tabung

reaksi yang berisi air panas dan air dingin.

Tes otonom◦Tes dengan pinsil tinta◦Tes pilocarpin

Tes motoris

Page 50: Crs Mh Ewin Amel

Pemeriksaan komplikasi- mata, hidung,laring,testis- kerusakan syaraf sensoris, motoris dan otonom

Pemeriksaan Bakterioskopi• Lokasi :

-Cuping telinga -Lengan

-Punggung -Bokong

-Paha

Jumlah pengambilan sediaan minimum 3 tempat : cuping telinga kiri dan kanan, bercak yang paling aktif

• Pewarnaan dengan ziehl nieelsen(BTA)• Bakterioskopik negatif bukan berarti orang tersebut tidak

mengandung M.leprae• Kepadatan BTA tanpa membedakan solid dan nonsolid

dinyatakan dengan Bakterial Indeks(BI) dengan nilai 0 sampai 6+

Page 51: Crs Mh Ewin Amel

Kepadatan BTA tanpa membedakan solid dan nonsolid

• BI 0 bila tidak ada BTA dalam 100 lp• BI 1+ bila 1-10 BTA dalam 100 LP• BI 2+ bila 1-10 BTA dalam 10 LP• BI 3+ bila 1-10 BTA dalam 1 LP• BI 4+ bila 11-100 BTA rata rata dalam 1

LP• BI 5+ bila 101-1000 BTA/LP• BI 6+ bila > 1000 BTA dalam 1 LP

BI seseorang adalah BI rata rata semua lesi yang dibuat sediaan

Indeks Bakteri (IB) Indeks Bakteri (IB)

Page 52: Crs Mh Ewin Amel

Proporsi kuman yang hidup di antara seluruh kuman Rumus: Jumlah Kuman Utuh X 100% = IM Jumlah Kuman Diperiksa

•Syarat perhitungan MI:- jumlah minimal kuman tiap lesi 100 BTA- BI +1 tidak usah dibuat MI nya

Indeks Morfologi:Indeks Morfologi:

Page 53: Crs Mh Ewin Amel

Kegunaan :Membantu menentukan diagnosis

penyakitMembantu menentukan klasifikasi tipe

penyakit kusta sebelum pengobatanMembantu menilai respon pengobatan

pada pasien MBMenentukan end point pengobatan pada

pasien MBMenentukan prognosisMemperkirakan kepentingan

epidemiologis

Page 54: Crs Mh Ewin Amel

Def : kembalinya penyakit secara aktif pada pasien yang sesungguhnya telah menyelesaikan pengobatan yang telah ditentukan.

Gambaran klinis :• Meluasnya lesi, menebal, eritematosa,

infiltrat pada lesi yang menghilang, timbul lesi baru

• Penebalan atau kekakuan saraf, atau adanya saraf baru yang terkena

• Ditemukan bakteri pada tempat yang sebelumnya negatif dan atau positif pada lesi baru

RelapsRelaps

Page 55: Crs Mh Ewin Amel

Manifestasi pada pausibasilar :• Terjadi pada kulit dan saraf dengan klasifikasi

tipe kusta yang sama dengan asalnya• Manifestasi relaps mungkin secara klinis dan

imunologis lebih buruk dari klasifikasi asalnya• Dapat bermanifestasi dalam bentuk yang lebih

baik

Manifestasi pada multibasilar :• Terjadi pada kulit dan saraf dengan klasifikasi

tipe kusta yang sama dengan asalnya• Dapat bermanifestasi lebih buruk atau lebih

baik• Tipe lesi yang disebut histoid dapat terjadi pada

beberapa kasus. 

Page 56: Crs Mh Ewin Amel

• Rejimen PB dengan lesi kulit 2-5 buah :-Rifampisin 600 mg sebulan sekali, dibawah pengawasan-Dapson 100 mg/hari (1-2mg/kgBB)

- Selama 6 bulan Rejimen PB dengan lesi tunggal (ROM) :

-Rifampisin 600 mg-Ofloksasin 400 mg-Minosiklin 100 mg Diberikan dalam dosis tunggal

PenatalaksanaanPenatalaksanaan

Page 57: Crs Mh Ewin Amel

• Rejimen MB dengan lesi kulit lebih dari 5 buah :-Rifampisin 600 mg sebulan sekali, di bawah pengawasan-Klofazimin 300 mg sebulan sekali, di bawah pengawasan-Dapson 100 mg/hari swakelola-Klofazimin 50 mg/hari swakelola-Selama 1 Tahun

Page 58: Crs Mh Ewin Amel

Dapat berupa:Komplikasi akibat reaksiKomplikasi akibat kerusakan

syarafDisebabkan karena penyebaran

basil(invasi masif kuman)Akibat relapsKomplikasi akibat imunitas

menurun

KOMPLIKASIKOMPLIKASI

Page 59: Crs Mh Ewin Amel

Def : menggambarkan keadaan mengenai gejala dan tanda radang akut lesi pasien kusta, yang dapat dianggap sebagai kelaziman pada perjalanan penyakit atau bagian komplikasi penyakit kusta.

Faktor pencetus :• Pengobatan• Infeksi rekuren• Pembedahan• Stress fisik• Imunisasi• Kehamilan• Saat-saat setelah melahirkan

Reaksi Reaksi

Page 60: Crs Mh Ewin Amel

• Reaksi 1- Disebabkan hipersensitivitas selular delayed type hypersensitivity (type IV)- Terjadi akibat perubahan keseimbangan antara imunitas dan basil- Pada subpolarTerbagi menjadi :– Upgrading/reversal : menuju ke arah

tuberkuloid, setelah inisiasi terapiBB BT TT– Downgrading : menuju ke arah

lepromatosa, sebelum pemberian terapiBB BL LL

Tipe reaksiTipe reaksi

Page 61: Crs Mh Ewin Amel

Reaksi 2 (eritema nodosum leprosum)

Disebabkan oleh hipersensitivitas humoral Hipersensitivitas tipe III

Patgen : antigen + antibody kompleks aktivasi komplemen ENL

Terutama terjadi pada bentuk LL, LLs, kadang-kadang BL

Biasanya disertai gejala-gejala sistemikTerjadi pada akhir pengobatan karena

basil telah menjadi granular

Page 62: Crs Mh Ewin Amel

Prinsip :• Mengatasi neuritis• Bila mengenai mata secapatnya agar

tidak terjadi kebutaan• Membunuh kuman penyebab agar

penyakitnya tidak meluas• Mengatasi rasa nyeriGeneral :• Pemberian obat antireaksi• Istirahat atau imobilisasi• Analgetik, sedatif• Obat antikusta diteruskan

Penanganan reaksi Penanganan reaksi

Page 63: Crs Mh Ewin Amel

CACAT KUSTA

Jenis cacat kustaa)cacat primer: yg disebabkan langsung oleh aktivitas penyakit

-cacat fungsi saraf sensorik, motorik, otonom

-cacat pada jaringan lain:tendon, ligamen, tulang etcb)cacat sekunder:terjadi akibat cacat primer

-luka trauma, kontraktur,

Page 64: Crs Mh Ewin Amel

Derajat cacat kusta (WHO)Cacat pada tangan dan kaki

tingkat 0: tidak ada anestesi dan kelainan anatomistingkat 1:ada anestesi tanpa kelainan anatomis

tingkat 2:kelainan anatomisCacat pada mata

tingkat 0:tiada kelainan matatingkat 1:kelainan mata tetapi visus sedikit berkurangtingkat 2:lagolftalmus, visus sgt terganggu

Page 65: Crs Mh Ewin Amel

Tingkat kerusakan sarafStage of involvementStage of damageStage of destruction

Pencegahan cacat pada kusta Tujuan:

-mencegah timbulnya cacat (disability atau deformitas-mencegah cacat yang telah terjadi jgn menjadi >berat

-mencegah agar cacat tidak kambuh lagi

Page 66: Crs Mh Ewin Amel

Upaya pencegahan cacat primer:-oleh karena kecacatan kusta adalah akibat gangguan araf perifer maka pemeriksaan saraf perifer→fxn sensorik,motorik,otonom

Upaya pencegahan cacat sekuder:-perawatan diri sendiri utk mencegah luka-latihan fisioterapi

-perawatan mata, tangan dan/atau kaki yang anestesi atau mengalami kelumpuhan otot-bedah rekonstruksi, septik

Page 67: Crs Mh Ewin Amel

TERIMA KASIH...