Critical Legal Studies Dan Marxisme

3
Jesica M. P. Napitupulu 1306449946 Filsafat Hukum B CRITICAL LEGAL STUDIES DAN MARXISME Critical Legal Studies Sebagai sebuah studi kritis, Critical Legal Studies tak hanya menampung pemikiran-pemikiran hukum yang marxis, tapi juga liberal-radikal dan postmodernisme. Dalam perkembangannya Critical Legal Studies makin menunjukkan identitasnya sebagai sebuah mazhab yang menampung berbagai aliran hukum penentang formalisme hukum atau positivisme hukum. Dengan kata lain, Critical Legal Studies adalah nama generik untuk menyebut realisme hukum, teori hukum marxis, teori hukum feminis, ataupun teori hukum postmodern. Bukan hanya itu pada masing- masing negara Critical Legal Studies hadir dengan watak yang berbeda. Critical Legal Studies di Kanada lebih didominasi oleh filsafat hukum Marxis. Sementara di Amerika Serikat oleh postmodernisme 1 . Namun demikian, walaupun ada beragam arus pemikiran dalam Critical Legal Studies ini, para pemikir Critical Legal Studies tersebut tetaplah bersatu dalam pokok pemikiran yang tidak puas dan melancarkan kritik terhadap paradigma hukum liberal. Untuk mengkritisi doktrin hukum yang telah terbentuk selama ini, Critical Legal Studies menggunakan metode 2 : 1. Trashing, yaitu dilakukan untuk mematahkan atau menolak pemikiran hukum yang telah terbentuk. Teknik trashing 1 Donny Danardono, Critical Legal Studies: Posisi Teori dan Kritik 2 Hikmahanto Juwana, Hukum Internasional dalam Konflik Kepentingan Ekonomi Negara Berkembang dan Maju, (Pidato Upacara Pengukuhan sebagai Guru Besar Tetap dalam Ilmu Hukum Internasional pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok, 10 November 2001), hal 8

Transcript of Critical Legal Studies Dan Marxisme

Page 1: Critical Legal Studies Dan Marxisme

Jesica M. P. Napitupulu 1306449946 Filsafat Hukum B

CRITICAL LEGAL STUDIES DAN MARXISME

Critical Legal Studies

Sebagai sebuah studi kritis, Critical Legal Studies tak hanya menampung pemikiran-

pemikiran hukum yang marxis, tapi juga liberal-radikal dan postmodernisme. Dalam

perkembangannya Critical Legal Studies makin menunjukkan identitasnya sebagai sebuah

mazhab yang menampung berbagai aliran hukum penentang formalisme hukum atau

positivisme hukum. Dengan kata lain, Critical Legal Studies adalah nama generik untuk

menyebut realisme hukum, teori hukum marxis, teori hukum feminis, ataupun teori hukum

postmodern. Bukan hanya itu pada masing-masing negara Critical Legal Studies hadir dengan

watak yang berbeda. Critical Legal Studies di Kanada lebih didominasi oleh filsafat hukum

Marxis. Sementara di Amerika Serikat oleh postmodernisme1.

Namun demikian, walaupun ada beragam arus pemikiran dalam Critical Legal Studies

ini, para pemikir Critical Legal Studies tersebut tetaplah bersatu dalam pokok pemikiran yang

tidak puas dan melancarkan kritik terhadap paradigma hukum liberal. Untuk mengkritisi

doktrin hukum yang telah terbentuk selama ini, Critical Legal Studies menggunakan metode2:

1. Trashing, yaitu dilakukan untuk mematahkan atau menolak pemikiran hukum yang

telah terbentuk. Teknik trashing dilakukan untuk menunjukkan kontradiksi dan kesimpulan

yang bersifat sepihak berdasarkan asumsi yang meragukan.

2. Deconstruction, adalah membongkar pemikiran hukum yang telah terbentuk. Dengan

melakukan pembongkaran ini, maka dapat dilakukan rekonstruksi pemikiran hukum.

3. Genealogy, adalah penggunaan sejarah dalam menyampaikan argumentasi.

Genealogy digunakan karena interpretasi sejarah sering didominasi oleh pihak yang memiliki

kekuatan. Interpretasi sejarah ini yang kemudian digunakan untuk memperkuat suatu

konstruksi hukum.

Teori Marxisme

Marxisme adalah sebuah paham yang berdasar pada pandangan-pandangan Karl

Marx3. Marx menyusun sebuah teori besar yang berkaitan dengan sistem ekonomi, sistem 1 Donny Danardono, Critical Legal Studies: Posisi Teori dan Kritik2 Hikmahanto Juwana, Hukum Internasional dalam Konflik Kepentingan Ekonomi Negara Berkembang dan Maju, (Pidato Upacara Pengukuhan sebagai Guru Besar Tetap dalam Ilmu Hukum Internasional pada Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok, 10 November 2001), hal 83 Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000), hlm. 572-575.

Page 2: Critical Legal Studies Dan Marxisme

Jesica M. P. Napitupulu 1306449946 Filsafat Hukum B

sosial, dan sistem politik. Pengikut teori ini disebut sebagai Marxis. Marxisme mencakup

materialisme dialektis dan materialisme historis serta penerapannya pada kehidupan sosial4.

Dalam teori Marxisme, terdapat empat macam pemikiran, yakni:

1. Materialism : “Conceiving, thinking, the mental intercourse of man, appear at (the

earliest) stage are nothing but their material behavior”

2. Dialectical Materialism : The Marxist theory that maintains the material basis of a

reality constantly changing in a dialectical process and the priority of matter over

mind

3. Infrastructure-Superstructures : The mode of production of material life determines

the general character of the social, political, and spiritual processes of life

4. Alienation & Surplus Value

Konsep ideologi merupakan inti dari pengertian hukum oleh penganut Marxisme.

Ideologi adalah pandangan tentang bagaimana dunia seharusnya berjalan, dan ideologi sangat

dapat bersifat subjektif dan berpihak, minimal berpihak pada si penganut pandangan atau si

pembuat hukum atau kebijakan. Pada umumnya ideologi dalam bidang hukum bersifat

tersirat daripada tersurat. Suatu ideologi bisa bertahan apabila ditopang oleh pranata-pranata

sosial. Hukum dan kekuasaan menjadi instrumen utama.

4 Robert Audi, The Cambridge Dictionary of Philosophy, (United Kingdom: Cambridge University Press, 1995), hlm. 465-467.