Critical Book Report

50
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Metode Penelitian merupakan sebuah tahap awal yang harus dilakukan peneliti baik dilakukan untuk keperluan menulisis skripsi dan tesis. Program melibatkan sejumlah komponen yang bekerja sama dalam sebuah proses untuk mencapai sebuah tujuan. Guru/dosen, objek yang diteliti serta pokok permasalahan merupakan komponen yang selalu ada dalam sebuah Metode Penelitian Tindakan Kelas. Dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas seorang peneliti harus menentukan permasalahan dan fokus penelitian. Permasalahan bisa ditemukan dari hasil observasi lapangan ataupun dari media massa. Setelah peneliti menentukan fokus permasalahan maka ia harus menyusun sebuah kerangka pemikiran yang nantinya akan berfungsi dalam menyusun kerangkan hipotesis. Serangkaian tahap yang harus dilewati dalam penelitian tindakan kelas akan membawa sebuah hasil yang bisa berdamapak pada kinerja pendidik, sekolah/perguruan tinggi dan pendidikan. B. Tujuan Critical Book Report ini bertujuan : 1. Mengulas isi sebuah buku. 2. Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam buku. Critical Book Report, Nosta Perlin Nazara Hal. 1

description

Tugas Metode Penelitian. Mengkritik sebuah buku metode penelitian.

Transcript of Critical Book Report

Page 1: Critical Book Report

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Metode Penelitian merupakan sebuah tahap awal yang harus dilakukan

peneliti baik dilakukan untuk keperluan menulisis skripsi dan tesis. Program

melibatkan sejumlah komponen yang bekerja sama dalam sebuah proses untuk

mencapai sebuah tujuan. Guru/dosen, objek yang diteliti serta pokok permasalahan

merupakan komponen yang selalu ada dalam sebuah Metode Penelitian Tindakan

Kelas. Dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas seorang peneliti harus

menentukan permasalahan dan fokus penelitian. Permasalahan bisa ditemukan dari

hasil observasi lapangan ataupun dari media massa. Setelah peneliti menentukan

fokus permasalahan maka ia harus menyusun sebuah kerangka pemikiran yang

nantinya akan berfungsi dalam menyusun kerangkan hipotesis. Serangkaian tahap

yang harus dilewati dalam penelitian tindakan kelas akan membawa sebuah hasil yang

bisa berdamapak pada kinerja pendidik, sekolah/perguruan tinggi dan pendidikan.

B. Tujuan

Critical Book Report ini bertujuan :

1. Mengulas isi sebuah buku.

2. Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam buku.

3. Melatih diri untuk berpikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan oleh

setiap bab dari sebuah buku.

4. Membandingkan isi buku pada keadaan nyata dan lingkungan sekitar.

C. Permasalahan

1. Apakah isi sebuah buku cukup bermanfaat bagi mahasiswa sebagai salah satu

sumber belajar?.

2. Apakah metode yang digunakan pengarang sesuai dengan kondisi dan lingkungan

yang sedang kita hadapi?.

3. Apakah isi buku sama dengan isi sebuah buku yang sejenis?.

Critical Book Report, Nosta Perlin Nazara Hal. 1

Page 2: Critical Book Report

BAB II

PEMBAHASAN

A. Informasi Bibliografi

Buku yang dipakai sebagai bahan untuk Critical Book Report adalah

Judul : Metode Penelitian Tindakan Kelas

Penulis : Prof. Dr. Rochiati Wiriaatmadja

Tahun pembuatan : November 2008

Penerbit : PT REMAJA ROSDAKARYA, Bandung

B. Pengantar

Buku “Metode Penelitian Tindakan Kelas” yang dikarang oleh Prof. Dr. Rochiati

Wiriaatmadja terdiri dari 11 pokok bahasan. Ke – 11 pokok bahasan tersebut secara berurut

antara lain Penelitian Tindakan Kelas, Kerangka Filsafah Penelitian Tindakan Kelas, Guru

atau Dosen sebagai Peneliti, Model – Model Penelitian Tindakan Kelas, Menentukan

Permasalahan dan Fokus Penelitian, Prosedur Pengumpulan Data, Analisis Data Lapangan,

Validasi Data dan Kredibilitas Penelitian, Penafsiran Data, dan pokok bahasan yang ke-11

adalah Menyusun Laporan Penelitian, Dampak Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Kinerja

Pendidik, Sekolah/Perguruan Tinggi, dan pendidikan.

C. Isi Buku

1. Bab 1 : Penelitian Tindakan Kelas

1.1 Apa yang Disebut Penelitian Tindakan Kelas

Ada banyak persoalan yang dihadapi guru pada waktu ia berdiri di deapan kelas.

Berbagai solusi atau cara penyelesaian masalah juga banyak dibahas dalam berbagai telaah

penelitian akademik, baik dalam laporan penelitian berbentuk artikel atau pada jenjang

skripsi, tesis bahkan disertasi. Akan tetapi, guru tidak bisa memahaminya, apalagi

Critical Book Report, Nosta Perlin Nazara Hal. 2

Page 3: Critical Book Report

mengaplikasikannya dalam pembelajaran sehari – hari, terutama karena berbagai kendala.

Maka untuk memenuhi tuntutan tersebut guru dapat menggunakan penelitian kelas.

Pengertian penelitian tindakan kelas, untuk mengidentifikasi penelitian kelas, adalah

penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitan dengan tindakan substantif, suatu

tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami

apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan

(Hopkins, 1993 : 44)

Secara ringkas, Penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru

dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari

pengalaman praktek mereka dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka

dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka dan

dapat melihat pengaruh nyata dari upaya itu.

Rapoport (1970, dalam Hopkins, 1993) mengartikan penellitian tindakan untuk

membantu seseorang dalam mengatasi secara praktis persoalan yang dihadapi dalam situasi

darurat dan membantu pencapaian tujuan ilmu sosial dengan kerjasama dalam kerangka etika

yang disepakati bersama.

1.2 Pelakasanaan Penelitian Tindakan Kelas

Untuk lebih menjelaskan pemahaman tentang penelitian tindakan kelas, berikut ini

diberian contoh dalam melakukan kegiatan tersebut.

Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar Melalui Pendekatan

Cooperative Learning (2001). Penelitinya adalah K.R., sorang pendidik di Lembaga

Pendidikan Guru setempat, yang ingin diperkenalkan penelitian kelas dan metode

pembelajaran kooperatif dalam IPS kepada guru SD kelas V di kota itu yang menjadi mitra

dalam penelitian ini. Mitra guru ini berpendidikan D – II PGSD, telah berpengalaman

mengajar 12 tahun, dan telah mengikuti penataran untuk beberapa aspek mengajar di SD.

Pada tahap orientasi, KR menemuka bahwa mitra guru SD memberikan pelajaran IPS dengan

cara ekspositorik, yang sebagaian waktu mengajarnya digunakan untuk ceramah,

memberikan informasi, dan menjelaskan. Hanya sebagian kecil waktu belajar mengajar yang

digunakan untuk kegiatan siswa, itu pun hanya mencatat dan melaksanakan evaluasi. Maka

dalam kondisi yang dilakukan berikutnya KR menawarkan model pembelajaran “cooperative

Critical Book Report, Nosta Perlin Nazara Hal. 3

Page 4: Critical Book Report

learning process” kepada mitranya untuk dicoba. Setelah KR memberi penjelasan dan arahan

tentang bagaimana pembelajaran kooperatif itu dilaksanakan dan untuk tujuan apa, mitra guru

bersedia untuk mencobanya. Kegiatan tindakan yang dilakukan dalam empat siklus dengan

penyaji mitra guru dan dengan KR sebagai pengamat, menghasilkan peningkatan kinerja guru

dalam memberikan pelayanan pendidikan yang lebih baik dengan kemapuan untuk membagi

kelas dalam kelompok kerja dan diskusi, membagikan tugas kelompok, mempimpin dan

melakukan fungsi fasilitator dan mediator dalam diskusi kelompok dan kelas, melakukan

penilaian dan proses belajar. Sedangkan pada pihak siswa, terjadi peningkatan belajar dalam

bentuk kelompok dan bukan hanya dalam bentuk belajar individual, kerjasama, membuat dan

melaksanakan tugas, berpartisipasi dalam diskusi kelompok dan kelas dengan

mengemukakan pendapat dan bertanya, serta belajar menghargai pendapat siswa lain. Hasil –

hasil penelitian yang menunjukkan peningkatan ini berasal dari observasi KR, catatan

lapangannya, wawancara dengan siswa, mitra guru, guru lain dan kepala sekolah, serta nilai –

nilai yang dicapai siswa baik dalam proses pembelajaran maupun dalam hasil belajar akhir

(dengan batas kelulusan 7,5 menunjukkan kenaikan prestasi antara 53,03% sampai 73,45%).

Yang lebih berarti, di samping hasil belajar, ialah meningkatnya keterampilan sosial siswa

yang mendorong aktifitas belajar dengan lebih berani bertanya dan mengemukakan pendapat,

bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas, dan bekerja sama dengan sesama siswa. KR

merekomendasikan untuk menyebarluaskan model pembelajaran yang kooperatif ini kepada

kepala sekolah dan kepada lembaga pendidikan setempat.

2. Bab 2 : Kerangka Filsafah Penelitian Tindakan Kelas

2.1 Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas yang Emansipatoris dan Membebaskan

(Liberting)

Penelitian Tindakan Kelas bersifat emansipatoris dan membebaskan karena penelitian

ini mendorong kebebasan berpikir dan berargumen pada pihak siswa, dan mendorong guru

untuk bereksperimen, meneliti dan menggunakan kearifan dalam mengambil keputusan atau

jugment (Hopkins, 1993 : 35)

Apabila guru mampu melakukan hal – hal tersebut, maka guru akan memiliki kontrol

terhadap kegiatan profesi mereka. Mereka tidak akan puas terhadap apa yang diperintahkan

atasan, yang akan menimbulkan perasaan tidak yakin tentang apa yang mereka lakukan.

Critical Book Report, Nosta Perlin Nazara Hal. 4

Page 5: Critical Book Report

Dalam kinerjanya, guru harus memperhatikan kurikulum, instruksi kepala sekolah, para

pengawas, bahkan buku teks yang telah ditentukan dari atas; akan tetapi dengan melakukan

penelitian mereka akan mengembangkan kemampuan memutuskian, atau mengambil

kesimpulan secara profesional, dan dengan demikian bergerak kearah otonomi dan

emansipasi, karena kebenaran yang terkandung dalam penelitian yang mereka lakukan harus

diterima oleh pihak manapun. Dalam Good’s Dictionary of Education, profesi dijabarkan

sebagai suatu pekerjaan yang meminta persiapan spesialisasi yang relatif lama di perguruan

tinggi, dan berpedoman kepada kode etik khusus.

2.2 Refleksi, Refleksi-diri, dan Pembelajaran yang Reflektif

Praktek reflektif mempunyai makna yang majemuk (Adler, dalam Ross, Ed. 1994:52-

55), masing – masing berbicara tentang hal – hal berbeda, dengan tujuan yang berbeda, dan

memakai sumber yang berbeda. Adler melihat ada tiga perspektif mengenai refleksi, yakni:

a. Ikuiri reflektif, yang difokuskan kepada pilihan guru dalam strategi mengajar,

konten/materi pembelajaran, dan tujuan.

b. Schon (1987, dalam Adler, 1994) memilih refleksi dalam tindakan. Ia melihat, bahwa para

praktisi dilapangan (kelas/sekolah) yang bersikap reflektif, dapat melakukan kegiatan

mengajar (= tindakan) sambil berpikir.

c. Zeichner dan Liston (1987, dalam Adler, 1994) memahami tiga tahap refleksi, yaitu tahap

teknis dimana guru mengaplikasikan ilmunya untuk mencapai tujuan pembelajaran, tahap

kedua guru perlu merefleksi mengenai pilihan – pilihan yang ia lakukan waktu mengajar.

Apakah lembaga mendorong atau menghambat terhadap pilihan guru ini? Bagaimana “hidden

curriculum”,-nya atau apakah sesuai kaidah – kaidah yang berlaku di sekolah? Jadi refleksi di

sini tidak hanya sepanjang pembelajaran berlangsung, melainkan lebih dari itu.

2.3 Penelitian Tindakan Kelas dalam Konteks Rasa Percaya Diri dan Harga Diri

Bahwa Penelitian Tindakan Kelas dapat mengembalikan rasa percaya diri atau self

confidence guru, dan dengan demikian mengembalikan harga diri atau self esteem, atau self

respect guru.

Critical Book Report, Nosta Perlin Nazara Hal. 5

Page 6: Critical Book Report

Penelitian Tindakan Kelas yang bersemangat membebaskan (liberating) dan

menyetarakan (emancipating) dalam konteks profesi guru adalah, karena dengan kesadaran

akan kekurangannya ia berusaha memperbaikinya, maka kembalinya rasa percaya diri dan

harga diri, sungguh hal itu memberikan rasa pembebasan guru dari ketergantungan kepada

berbagai pihak, dan keseteraan dengan sesama profesi lain yang selama ini selalu dihargai

masyarakat.

Stenhouse, yang melihat aspek ini dari proses pengembangan kurikulum, mengemukakan

bahwa guru yang meneliti (teacher as researcher) sebenarnya melakukan seperti yang

diharapkan dalam konsep extend professionalism, yakni mengembangkan perspektif,

keterampilan dan keterlibatan yang meliputi:

a. Ia harus memiliki wawasan yang luas mengenai pekerjaannya dalam konteks sekolah,

masyarakat, dan lingkungannya.

b. Berpartipasi dalam kegiatan – kegiatan prosfesional seperti dalam kelompok guru,

konferensi guru, atau diskusi – diskusi mengenai bidang kajian mereka.

c. Memiliki kepedulian untuk menjalankan teori dan praktek.

d. Untuk itu mereka bersikap inovatif di kelas mereka (Hoyle dalam Stenhouse, 1984:143 –

144)

2.4 Beberapa Catatan Mengenai Pencapaian Kebenaran dalam Penelitian

Kekhawatiran yang berlebih – berlebihan terhadap keikutsertaan guru dalam penelitian kelas

tidak berasalan, karena setiap penelitian memiliki metode, sistem, dan prosedurnya sendiri

yang sudah baku. Kebenaran menurut Ford dalam Lincoln dan Guba (1985:14) menpunyai

makna yang berbeda – beda, antara lain:

a. kebenaran empirik, yaitu apabila konsisten dengan alasan dalam bentuk menerima atau

menolak hipotesis atau prediksi.

b. Kebenaran logis, yaitu apabila hipotesis atau prediksi konsisten atau secara logis dengan

hipotesis atau prediksi terdahulu yang sudah dinyatakan benar.

c. Kebenaran etik, yaitu apabila peneliti melakukannya sesuai dengan standar perilaku

profesional dan moral.

Critical Book Report, Nosta Perlin Nazara Hal. 6

Page 7: Critical Book Report

d. Benaran metafisik, yaitu klaim yang tidak dapat diuji dengan norma – norma eksternal

seperti koresponden standar perilaku profesional dan moral, melainkan diterima seperti

adanya karena berlandaskan entitas fundamental yang menjadi dasar keyakinan.

2.5 Pedoman Etik bagi Guru/Dosen yang Meneliti

Kebebasan guru atau dosen dalam meneliti tidak berarti tidak ada batasnya. Mereka bekerja

dan hidup dan lembaga sosial yang memiliki norma – norma atau kaidah – kaidah yang harus

dikuti. Karenanya ada baiknya memperhatikan seperangkat pedoman yang harus ditaati

sebelum, selama dan sesudah penelitian dilakukan, sebagai beikut:

a. Meminta kepada orang – orang, panitia, atau yang berwewenang persetujauan dan izin.

b. Ajaklah kawan – kawan sejawat terlibat dan berpartisapasi dalam penlitian.

c. Terhadap yang tidak langsung terlibat, perhatikan pendapat mereka.

d. Penelitian berlangsung terbuka dan transparan, saran – saran diperhatikan, dan kawan

sejawat diperbolehkan melakukan protes.

e. Meminta izin eksplisit untuk mengobservasi dan mencatat kegiatan mitra peneliti, tidak

termasuk izin dari siswa apabila penelitian bertujuan meningkatkan pembelajaran.

f. Minta izin untuk membuka dan mempelajari catatan resmi, surat – surat danb dokumen.

Membuat fotokopi hanya diperkenankan apabila diizinkan.

g. Catatan dan deskripsi kegiatan hendaknya relevan, akurat, dan adil.

h. Wawancara, pertemuan, atau tukar pendapat tertulis hendaknya memperhatikan

pendangan lain, relevan, akurat, dan adil.

i. Rujukan langsung, rujukan observasi, rekaman, keputusan, kesimpulan, atau rekomendasi

hendakanya mendapat izin atau otoritas kutipan.

j. Laporan disusun untuk kepentingan yang berbeda, seperti laporan verbal pada pertemuan

staf jurusan, tertulis untuk jurnal, suratkabar, orangtua murid, dan lain – lain.

k. Tanggung jawab untuk hal – hal atau pribadi yang sifatnya konfidensial.

l. Semua mitra penelitian mengetahui dan menyetujui prinsip – prinsip kerja di atas,

sebelum penelitian berlangsung.

m. Hak melaporkan kegiatan dan hasil penelitian, apabila sudah disetujui oleh para mitra

peneliti, dan laporan tidak bersifat melecehkan siapapun yang terlibat, maka laporan tidak

boleh diveto atau dilarang karena alasan kerahasiaan (Kemmis dan Taggart, dalam

Hopkins, 1993: 221-222)

Critical Book Report, Nosta Perlin Nazara Hal. 7

Page 8: Critical Book Report

3. Bab 3 : Guru atau Dosen sebagai Peneliti

3.1 Mengapa Guru Harus Meneliti?

Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu bentuk inkuiri pendidikan. Di dalam

pelaksanaan gagasan atau permasalahan guru atau dosen diuji dan dikembangkan dalam

bentuk tindakan. Guru atau dosen sebagai pengembang kurikulum di kelas dapat melakukan

tindakan – tindakan yang tergolong kearah proses pembaharuan kurikulum, karena penelitian

tindakan kelas:

a. Merupakan sebuah proses yang diprakarsai guru atau dosen untuk menanggapi situasi

praktis tertentu yang harus mereka hadapi.

b. Situasi tersebut merupakan pelaksanaan bagian dari kurikulum yang terganggu dan

menimbulkan persoalan bagi guru atau dosen, misalnya karena penolakan peserta didik

yang tidak mau belajar.

c. Apabila tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas itu merupakan upaya dalam inovasi

pembelajaran, dan ternyata menimpulkan respons yang kontroversial di kalangan staf

guru atau dosen lainnya karena dipandang bertentangan dengan hakikatu belajar,

mengajar dan evaluasi selama ini, maka Penelitian Tindakan Kelas mampu memberikan

kepastian tentang menfaatnya kepada staf guru atau dosen tersebut.

d. Permasalahan atau isu – isu yang didiskusikan berlangsung dalam wacana bebas dan

terbuka, ditandai oleh rasa toleransi dan menghormati pendapat oranglain, dan tidak

dibatasi oleh wewenang pimpinan dalam menerima hasil – hasil penelitian.

e. Proposal penelitian yang mengusulkan perubahan dianggap sebagai hipotesis kerja yang

harus diujikan terlebih dahulu dalam praktek, sebagai pertanggungjawaban atau

akuntabilitas terhadap staf pengajar lainnya.

f. Penelitian ini merupakan pendekatan yang akar rumput atau grass roots sifatnya,

memakai pendekatan “bottom – up” dan bukan “top-down” dalam mengembangkan

kebijakan atau strategi pengembangan kurikulum, yaitu seyogianya difasilitasi oleh

pimpinan lembaga pendidikan yang bersangkutan (Elliott, 1991:9).

3.2 Pegangan Guru sebagai Peneliti

Kemampuan guru untuk meneliti akan meningkatkan kinerja dalam profesinya sebagai

pendidik. Namun sejauh mana guru berbuat untuk kemajuan dirinya berarti menyumbang

kepada tugas – tugasnya dalam lingkup kemajuan sekolah? Ada beberapa kriteria yang perlu

dijadikan pegangan guru. Hopkins mengemukakan beberapa saran tentang hal ini:

Critical Book Report, Nosta Perlin Nazara Hal. 8

Page 9: Critical Book Report

a. Tugas utama seorang guru adalah mengajar, jadi kegiatan melakukan penelitiannya

jangan sampai mengganggu tugas utama ini.

b. Metode pengumpulan data jangan yang terlalu memakan banyak waktu. Manfaatkan alat

elektronik seperti tape recorder, meskipun guru harus membuat transkripsinya yang

mungkin membutuhkan waktu juga. Pilihlah cara – cara pengumpulan data yang efesien

dan relevan dengan kebutuhan.

c. Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan guru sudah diakrabi langkah – langkahnya,

sehingga ia mampu menyusun hipotesis kerja dan strategi pembelajaran yang akan

dikembangkan sesuai dengan kondisi kelas dengan percaya diri.

d. Masalah penelitian harus sesuai dengan bidang tugas guru. Hal ini mengingat bahwa

penelitian akan membutuhkan waktu dan energi guru, jangan sampai terjadi ia terjadi

kehilangan semangat apabila masalah penelitian menghadapi persoalan yang ia tidak

mampu menyelesaikannya, dan berhenti ditengah jalan.

Sebagai langkah pendekatan alternatif dari penelitian pendidikan yang tradisional

(kuatitatif) terhadapa berbagai persoalan yang yang dihadapi dosen, maka penelitian tindakan

memberikan gambaran keuntungan sebagai berikut:

Praktis, dalam arti bahwa wawasan dan hasil yang diperoleh dari penelitian tidak saja

secara teoritik penting untuk meningkatkan ilmu yang bersangkutan, akan tetapi juga

meningkatkan praktek pembelajaran selama dan sesudah penelitian berlangsung.

Pasrtisipatif dan kolaboratif, karena penelitian bukan orang luar melainkan salah seorang

dari staf dosen yang bekerja sama dengan dosen sejawat atau kolega demi kepentingan

bersama.

Emansipatoris, karena pendekatan tidak dilakukan dalam jalur yang hierarkis, melainkan

dilakukan oleh semua partisipan dalam kedudukan yang setara.

Interpretatif, karena inkuiri sosial ini tidak menuntut hasil berupa pernyataan peneliti

yang positipistik dan bersifat benar atau salah terhadap pernyataan penelitian, melainkan

solusi yang berdasarkan kepada pandangan dan penafsiran semua objek yang terlibat

dalam penelitian.

Critical Book Report, Nosta Perlin Nazara Hal. 9

Page 10: Critical Book Report

4. Bab 4 : Model – Model Penelitian Tindakan Kelas

4.1 Bagan 2 : Model Lewin yang ditafsirkan oleh Kemmis

Critical Book Report, Nosta Perlin Nazara Hal. 10

Implementasi Langkah 1

RECONNAISSANCE

Rencana Umum

Langkah 1

Langkah 2

Langkah dst.

GAGASAN AWAL

Implementasi Langkah 2

Evaluasi

Evaluasi

Perbaikan Rencana

Langkah 1

Langkah 2

Dst.

Page 11: Critical Book Report

4.2 Bagan 2 : Revisi Model Lewin Menurut Elliott

Critical Book Report, Nosta Perlin Nazara Hal. 11

Identifikasi Masalah

Memeriksa Di lapangan(Reconnaissance)

Perencanaan

Langkah/Tindakan 1

Langkah/Tindakan 2

Langkah/Tindakan 3

Observasi/Pengaruh

Pelaksanaan Langkah/ Tindakan 1

ReconnaissanceDiskusi Kegagalan dan pengaruhnya/Reflesi

Revisi Perencanaan

Rencana Baru

Langkah/Tindakan 1

Langkah/Tindakan 2

Langkah/Tindakan 3

Observasi/Pengaruh

Pelaksanaan Langkah/Tindakan Selanjutnya

ReconnaissanceDiskusi Kegagalan dan pengaruhnya/Reflesi

Revisi Perencanaan

Rencana Baru

Langkah/Tindakan 1

Langkah/Tindakan 2

Langkah/Tindakan 3

Pelaksanaan Langkah/Tindakan Selanjutnya

Observasi/Pengaruh

ReconnaissanceDiskusi Kegagalan dan pengaruhnya/Reflesi

S

k

us2

S

k

us1

S

k

us3

Page 12: Critical Book Report

Penjelasan bagan 1

Model ini menggambarkan sebuah spiral dari beberapa siklus kegiatan. Bagan yang

melukiskan kegiatan ini pada siklus dasar kegiatan yang terdiri dari mengidentifikasi gagasan

umum, melakukan reconnaisaance, menyusun rencana umum, mengembangakan langkah

tindakan yang pertama, mengimplementasikan langkah tindakan pertama, mengevaluasi, dan

memperbaiki rangcangan umum. Dari siklus dasar yang pertama inilah, apabila peneliti

menilai adanya kesalahan atau kekurangan dapat memperbaiki atau memodifikasi dengan

mengembangkannya dalam spiral keperencanaan langkah tingkat ke- 2. Apabila dalam

implementasiannya kemudian dievaluasi masih terdapat kesalahan atau kekurangan, masih

bisa diperbaiki atau dimodifikasi, yakni kemudian secara spiral dlanjutkan dengan

perencanaan tindakan ketiga, dan seterusnya. Siklus dalam spiral ini baru berhenti apabila

tindakan substantif yang dilakukan oleh penyaji sudah dievaluasi baik, yaitu penyaji yang

mungkin peneliti sendiri atau mitra guru yang sudah mengusai keterampilan mengajar yang

dicobakan dalam penelitian tersebut. Bagi peneliti pengamat atau observer, siklus dihentikan

apabila data yang dikumpulkan untuk penelitian sudah jenuh, atau kondisi kelas sudah stabil.

Penafsiran yang diberikan oleh Kemmis meliputi hal – hal berikut.

Penyusunan gagasan atau rencana umum dapat dilakukan jauh sebelumnya.

Reconnaissance bukan hanya menemukan fakta dilapangan akan tetapi juga mencakup

analisis, dan terus berlanjut pada siklus berikutnya, dan bukan hanya pada awal saja.

Implementasi tindakan bukan pekerjaan yang mudah, karenanya jangan langsung

dievaluasi melainkan dimonitor dahulu sampai langkah implementasi dilakukan seoptimal

mungkin (Kemmis dalam Elliott, 1991 : 70)

Penjelasan Bagan 2

Apa yang dimaksud dengan identifikasi masalah, pada hakikatnya ialah pertanyaan yang

menghubungkan gagasan atau idea dengan tindakan. Berikut contoh – contohnya:

Peserta didik merasa tidak puas dengan metode penilaian yang dipakai guru. Bagaimana

kalau kita berkolaborasi untuk meningkatkan asesmen siswa?

Critical Book Report, Nosta Perlin Nazara Hal. 12

Page 13: Critical Book Report

Peserta didik banyak membuang waktu percuma di kelas. Bagaiman cara kita membawa

siswa lebih banyak menggunakan waktu mereka untuk menyelesaikan tugas – tugas

mereka.

Orangtua peserta didik bersedia membantu sekolah dengan melakukan supervisi PR

(pekerjaan rumah) mereka. Bagaimana caranya agar bantuan orangtua murid bekerja

lebih produktif? (Elliot, 1991 : 72)

Apapun masalah yang akan diangkat dalam penelitian, hendaknya tetap berada dalam lingkup

permasalahan yang dihadapi guru/dosen dalam praktek kesehariannya dikelas atau ruang

kuliah, dan kemudian merupakan sesuatu yang ingin diubah atau diperbaiki.

Sedangkan yang dimaksud dengan reconnaissance, kegiatan yang dimaksud meliputi

pemehaman tentang situasi kelas yang ingin diubah atau diperbaiki. Apabila guru/dosen

dalam pembelajaran sehari – hari merasakan ada sesuatu yang janggal atau kurang

memuaskan, yang oleh peneliti pengamat juga dicermati pada waktu orientasi atau tahap awal

penelitian sebagai perlu peningkatan, maka diperlukan penjelasan lebih lanjut. Misalnya,

kejanggalan itu ialah bahwa para peserta didiki banyak membuang waktu percuma di kelas

perlu deskripsi yang mendetail, seperti:

Peserta didik yang mana yang membuang waktu percuma di kelas?

Tugas apa yang seharusnya mereka lakukan?

Pada saat – saat mana dalam pelajaran mereka melakukannya?

Manifestasi bentuk kegiatan apa yang mereka tampilkan waktu “membuang waktu

dengan percuma” di kelas?

Informasi yang didapat dari pertanyaan – pertanyaan di atas akan menolong untuk

membedakan berbagai aspek permasalahan penelitian, dan membantu kearah mana perbaikan

harus dilakukan.

Refleksi atau mempertimbangkan baik atau buruknya ataupun berhasil belum

berhasilnnya tindakan, merupakan bagian dari tahap diskusi dan analisis penelitian sesudah

tindakan dilakukan sehingga memberikan arah bagi perbaikan selanjutnya.

5. Bab 5 : Menentukan Permasalahan dan Fokus Penelitian

Critical Book Report, Nosta Perlin Nazara Hal. 13

Page 14: Critical Book Report

5.1 Mengidentifikasi Permasalahan Penelitian

Apabila guru atau dosen sudah berhasil merumuskan masalah apa yang sebenarnya

yang dapat dijadikan fokus dalam penelitian tindakan kelas, untuk menyakinkan guru atau

dosen bahwa sudah mengidentifikasi fokus permasalahan yang sudah dijadikan bahan

penelitian kelas, coba ajukan beberapa pertanyaan sebagai bahan pengembangan:

Apakah dengan fokus tersebut guru/dosen dapat memperbaikinya?

Apakah orang lain juga merasakan hal yang kurang beres itu?

Apakah guru/dosen merasa kebingungan dengan apa yang ditemukan?

Apakah guru/dosen semakin terdorong untuk mencari solusi untuk permasalahan ini?

Apabila jawaban – jawaban terhadap pertanyaan – pertanyaan di atas telah meyakinkan,

bahwa ada permasalahan yang perlu ditangani maka masalah yang ditemukan adalah masalah

pemebelajaran yang benar – benar dialami di kelas, dan bukan masalah yang diminta oleh

kepala sekolah atau dekan untuk diteliti, atau siapapun yang menyarankan untuk diujicobakan

dikelas.

Namun, apabila masih merasakan keraguan apakah benar telah menemukan fokus

permasalahan untuk diteliti, guru/dosen dapat berdiskusi dengan rekan sejawat sesama

guru/dosen, atau meminta pertolongan dosen LPTK yang dikenal dan mengetahui model

penelitian ini, atau lakukanlah dengan menggali wacana tentang Penelitian Tindakan Kelas

yakni membaca sendiri buku – buku tentang hal itu.\

Ada beberapa hal yang patut diperhatikan, bahwa untuk melakukan Penelitian Tindakan

Kelas sebaiknya dilakukan semacam feasibility study terlebih dahulu, seperti:

Apakah guru/dosen bersedia dan mampu melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas ini

dalam peran sebagai peneliti/mitra peneliti?

Apakah kegiatan ini tidak merepotkan atau menyita waktu guru/dosen?

Apakah siswa di kelas sudah dipersiapkan untuk kegiatan ini dan mereka siap dan

bersedia untuk membantu/berpartisipasi dalam kegiatan penelitian ini?

Apakah suasana kelas/iklim sekolah kondusif (antara lain dukungan kepala sekolah)

untuk pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas?

Apakah sarana kelas/sekolah cukup tersedia untuk kebutuhan penelitian?

Critical Book Report, Nosta Perlin Nazara Hal. 14

Page 15: Critical Book Report

Baiklah, apabila pertanyaan – pertanyaan di atas sudah terjawab, sekarang masih ada

permasalahan penelitian yang perlu difikirkan dan dilakukan.

5.2 Menganalis Permasalahan Penelitian

Seperti telah dibahas terdahulu, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah bentuk

penelitian yang dilakukan secara kolaboratif dan partisipatif. Artinya guru atau dosen tidak

melakukan penelitian ini sendiri, ada kemungkinan mereka berkolaborasi atau bekerja sama

dibantu oleh rekan sejawat sesama gur/dosen, mungkin juga oleh kawan LPTK yang dikenal

itu, atau mungkin juga bersama – sama Kepala Sekolah atau bahkan Dekan yang ingin

mengetahui bagaimana Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan. Secara parsipatif bersama –

sama mitra peneliti akan melaksanakan penelitian ini langkah demi langkah.

5.3 Membentuk Kerangka Pemikiran atau Paradigma

Setelah fokus permasalahan terbentuk, selanjutnya guru/dosen peneliti sebaiknya

menyusun kerangka pemikiran atau paradigma penelitiannya. Paradigma (Kuhn, 1972) dalam

ilmu – ilmu sosial dan kemanusiaan membantu peneliti untuk memahami fenomena tentang

asumsi – asumsi dunia sosial, bagaimana ilmu disusun atau diorganisir, dan apa yang disebut

masalah, penyelesaian masalah, dan kriteria pembuktiannya. Dalam penelitian kualitatif,

paradigma ada kalanya disebut sebagai pendekatan kontruktivis (contructivist approach),

atau pendekatan naturalistik (naturalistic approach), atau pendekatan interpretatif

(interpretative approach), atau perspektif postpositifis (postpositivistic perspective)

(Creswell, 1994:4). Kerangka pemikiran atau paradigma adalah pandangan dunia atau

worldview dari peneliti untuk memahami asumsi – asumsi metodologis sebuah studi secara

ontologis, epistemologis, dan aksiologis.

5.4 Menyusun Hipotesis

Hipotesis lazim digunakan dalam penelitian – penelitian yang bertradisi kuantitatif

dengan pola pikir deduktif – verifikatif. Pada kajian – kajian kualitatif, lebih banyak diajukan

pertanyaan penelitian daripada menyusun hipotesis (Creswell: 1994:70). Creswell

menyarankan untuk mengajukan pertanyaan penelitian dalam bentuk pertanyaan besar atau

yang disebutnya agrand tour question atau dapat juga disebut a guilding hypothesis, dan

pertanyaan kecil yang sering disebut subquestion.

Critical Book Report, Nosta Perlin Nazara Hal. 15

Page 16: Critical Book Report

Pengembangan Pembelajaran PIPS Melalui Pendekatan Konsep Siswa

Critical Book Report, Nosta Perlin Nazara Hal. 16

RelasiInteraksi

Komunikasisosial

Pengalaman di luar sekolah

Pengalaman di dalam Kelas/Sekolah

Program PIPS(tujuan materi)

Komunikasi pembelajaran

Konsep siswa ttg “Self/Diri dan

“Dunia”

Hubungan kemanusiaan guru – siswa & siswa - siswa

Aktivitas Proses Pembelajara

Konsep siswa tentang IPS

Rekontruksi perspektif PIPS berbasis Konsturk Konsep

siswa

Iklim soaial pembelajaran

Budaya kelas/sekolah

Page 17: Critical Book Report

Para pembaca guru/dosen peneliti dipersilahkan mempertimbangkan dan memutuskan

( = refleksi) pilahan antara bentuk pertanyaan penelitian atau hipotesis.

Apabila sudah tercapai kesepakatan di antara para peneliti, yaitu guru/dosen dengan

mitra peneliti dalam menentukan fokus penelitian, dan akan diformulasikan dalam bentuk

hipotesisi maka langkah selanjutnya adalah menjabarkan, membahaskan dengan lugas dan

jelas permasalahan penelitian. Defenisi permasalahan atau hipotesis ini berfungsi untuk

menentukan data apa yang harus dicari dan dikumpulakan, serta untuk menganalisisnya. Jadi,

susunlah hipotesis yang jelas dan tepat, tidak mengandung dua makna atau ambigu, dan

kemukakan dengan gamblang. Hindari istilah – istilah yang bermakna kuatitatif seperti

pengaruh (affect, influence, impact), menentukan (determine), sebab (cause), dan hubungan

(Creswell, 1994:71)

Di dalam penelitian pendidikan yang lazim dilakukan, pada tahap penyusunan hipotesis

seringkali teori dilibatkan untuk menguji apakah misalnya metode mengajar tertentu yang

menurut teori si Anu berlaku di kelas – kelas atau di sekolah – sekolah yang dipilih sebagai

sampel penelitian dan sesuai teori tersebut atau tidak. Teori, yang menyangkut sejumlah

asumsi yang perlu dimaknai, diduga atau digunakan sebagai pengangan, dalam Penelitian

Tindakan Kelas tidak terlalu menjadi ukuran untuk menyelesaikan permasalahan sehari – hari

yang pramatik di kelas.

Beberapa hal yang diperhatikan sebelum menyusun hipotesis, adalah:

Diskusikanlah permasalahan yang dihadapi dengan mitra peneliti!

Pelajari hasil – hasil penelitian yang telah dilakukan di bindang ini!

Mintalah saran kepada ahli atau pakar di bidang ini!

Selanjutnya pikirkan juga dengan seksama beberapa aspek tindakan dalam penelitian, sebagai

berikut:

Apakah anda telah mengkaji dan merencanakan tindakan yang telah anda lakukan?

Apakah anda telah mempersiapkan prosedur langkah – langkah tindakan tersebut?

Apakah anda telah mempersiapkan langkah tindakan kecuali dari segi provider, juga dari

segi kepraktisan, keberhasilan dan keberhasilannya?

Apakah anda mempersiapkan alternatif lain apabila hasil dari langkah tindakan tidak

mencapai hasil yang diharapkan, pada langkah berikutnya?

Critical Book Report, Nosta Perlin Nazara Hal. 17

Page 18: Critical Book Report

Bab 6 : Prosedur Pengumpulan Data

6.1 Peneranan Peneliti sebagai Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan Kelas sebagai penelitian bertradisi kualitatif dengan latar atau setting

yang wajar dan alami yang diteliti, memberikan peranan penting kepada penelitinya yakni

sebagai satu – satunya instrumen karena manusialah yang dapat menghadapi situasi yang

berubah – ubah dan tidak menentu, seperti halnya banyak terjadi di kelas atau di ruang

kuliah.

Lincoln dan Guba (1985) merinci karakter yang harus dimiliki seorang peneliti as the only

human instrument, sebagai berikut:

1. Responsif, terhadap berbagai petunjuk baik yang bersifat perorangan maupun yang

bersifat lingkungan.

2. Adaptif, dengan mampu mengumpulkan berbagai informasi mengenai banyak faktor pada

tahap yang berbeda – beda secara simultan.

3. Menekankan aspek holistik, karena manusialah yang mampu dengan segera menempatkan

dan menyimpulkan kejadian yang membingungkan di atas ke dalam posisinya secara

keseluruhan.

4. Pengembangan berbasis pengetahuan, hanya manusia yang dapat sekaligus berpikir yang

tidak diungkapkan (tacit knowledge) dalam menyusun proposisi, sementara sadar bahwa

situasi yang dihadapi memerlukan lebih dari sekedar pengetahuan dan proporsi karena

harus memahami apa yang dirasakan subyek yang diteliti, simpati dan empati yang tidak

diungkapkan, harapan yang tidak diucapakan, dan berbagai kebiasaan sehari – hari yang

tidak pernah diperhatikan, yang justru menyumbangkan kedalam dan kekayaan kepada

penelitian.

5. Memproses dengan segera, sang penelitilah yang mampu segera memproses data di

tempat, membuat generalisasi, dan menguji hipotesis di dalam situasi yang dengan

sengaja diciptakan.

6. Klarifikasi dan kesimpulan, ia juga memiliki kemampuan unik untuk membuat

kesimpulan ditempat, dan langsung meminta klarifikasi, pembetulan, atau elaborasi

kepada subyek yang diteliti.

7. Kesempatan eksplorasi, terutama terhadap jawaban – jawaban subyek yang diteliti yang

tidak lazim, atau mengandung kelainan (idiosinkretik), yang sepertinya tidak berguna atau

tidak bisa dikoding, sehingga data tersebut diabaikan atau dibuang. Peneliti sebagai

Critical Book Report, Nosta Perlin Nazara Hal. 18

Page 19: Critical Book Report

human instrument, justru bisa mengeksplorasi respons – respons demikian, menguji

validitasnya, bahkan mungkin mencapai pemahaman yang lebih tinggi daripada yang

dapat dicapai oleh peneliti biasa (Lincoln dan Guba, 1985: 193-194).

6.2 Beberapa Hal tentang Observasi

Untuk melakukan pengamatan yang profesional, anda harus memperhatikan beberapa hal,

seperti berikut:

Memperhatikan fokus penelitian, kegiatan apa yang diamati apakah yang umum atau

yang khusus. Kegiatan umum yang harus diobservasi berarti segala sesuatu yang terjadi

di kelas harus diamati atau dikomentari, serta dicatat dalam Catatan Lapangan.

Sedangkan observasi kegiatan khusus , hanya memfokuskan keadaan khusus di kelas

seperti kegiatan tertentu atau praktek pembelajaran tertentu, yang sudah didiskusikan

sebelumnya. Apabila fokus observasi bersifat umu dan luas, ada kemungkinan komentar

yang bersifat subjektif. Komentar subjektif bisa saja diberikan, akan tetapi kemungkinan

sedikit gunanya bagi guru yang sedang diobservasi dan apa yang sedang terjadi

sebenarnya di kelas. Jadi, sebaiknya anda mengamati secara lugas terhadap fokus

observasi.

Menentukan kriteria yang diobservasi, dengan terlebih dahulu mendiskusikan ukuran –

ukuran apa yang digunakan dalam pengamatan. Secara cermat, ukuran – ukuran baik,

sedang, lemah, efesien, tidak efesien, dan lain ukuran yang dipakai dalam pertimbangan

observasi dibicarakan terlebih dahulu, dan kemudian disetujui. Hal ini akan

menghindarkan kesalahpahaman antara mitra peneliti, apabila akan melakukan diskusi

atau refleksi sesudah penampilan tindakan kelas. Kriteria observasi ini selanjutnya akan

menjadi penentu apakah pengumpulan data penelitian mengikuti standar tersebut atau

tidak.

Manfaat observasi dalam penelitian akan terwujud apabila masukan balik atau feedback

dilakukanh dengan cermat, yaitu dengan cara:

Dilakukan dalam waktu 24 jam sesuatu kegiatan tindakan dilakukan.

Berdasarkan catatan lapangan yang ditulis dengan sistematis dan cermat.

Berdasarkan fakta faktual.

Data faktual ditafsirkan berdasarkan kriteria yang telah disetujui.

Critical Book Report, Nosta Perlin Nazara Hal. 19

Page 20: Critical Book Report

Penafsiran diberikan pertama kali oleh guru yang diobservasi.

Untuk selanjutnya dirundingkan bersama mitra peneliti lainnya dalam diskusi dua arah.

Menghasilkan strategi selanjutnya dalam siklus berikutnya, (Hopkins, 1993:80)

6.3 Tiga Fase Observasi

Tiga fase esensial dalam mengobservasi kelas adalah pertemuan perencanaan,

observasi kelas, dan diskusi balikan. Dalam pertemua perencanaan pihak guru yang

menyajikan dan pihak pengamat mendiskusikan rencana pembelajaran. Yang perlu

didiskusikan adalah bagaimana penyajian langkah – langkah pembelajaran dilakukan dan

bagaimana pengamat akan mulai dengan mengumpulkan data melalui observasi dilakukan.

Pengumpulan data objektif dari tindakan belajar mengajar guru seperti sudah disepakati

bersama, selanjutnya akan dianalisis dalam diskusi balikan sesudah tampilan pembelajaran

selesai. Guru dan pengamat akan mempelajari bersama hasil observasi, menyepakaiti hasil

pengamatan yang berbentuk kekurangan atau keberhasilan untuk dijadikan catatan lapangan,

dan mendiskusikan langkah – langkah berikutnya. Perhatikanlah bagan berikut:

Hubungan antara guru yang melaksanakan pembelajaranb dan pengamat atau

observer harus dalam iklim saling percaya dan saling bantu, dan bukan yang satu merasa

terancam oleh yang lain. Jangan lupa bahwa fokus penelitian adalah untuk memperbaiki

pembelajaran di kelas, dan mendukung strategi atau teknik – teknik belajar mengajar, bukan

untuk mengkritik pola perilaku guru yang kurang berhasil. Keberhasilan penelitian

tergantung dari pengumpulan dan penggunaan data yang dihasilkan dari pengamatan yang

objektif, dan bukan dari keputusan yang tidak mendasar dan menghakimi. Dari hasil

pengamatan inilah guru dapat mengambil kesimpulan mengenai cara mengajarnya, dan

Critical Book Report, Nosta Perlin Nazara Hal. 20

PertemuanPerencanaan

Diskusi Balikan Observasi Kelas

Page 21: Critical Book Report

berdasarkan data ini dapat disusun hipotesis untuk keperluan selanjutnya. Setiap siklus

pengamatan merupakan bagian dari proses yang akan membangun siklus selanjutnya. Baik

guru dan observer, keduanya sedang terlibat dalm proses pengembangan profesional yang

akan menghasilkan peningkatan dalam mengajar dan dalam keterampilan untuk mengamati

atau observasi.

6.4 Beberapa Metode Observasi

a. Observasi Terbuka

Observasi terbuka adalah apabila sang pengamat atau observer melakukan pengamatannya dengan mengambil kertas pinsil, kemudia mencatat segala sesuatu yang terjadi di kelas.

b. Observasi Terfokus

Apabila penelitian ingin memfokuskan permasalahan kepada upaya – upaya guru dalam membangkitkan semangat belajar siswa dengan memberikan respons kepada pertanyaan guru, maka sebaiknya dilakukan Penelitian Tindakan Kelas yang memfokuskan kepada meningkatkan kualitas bertanya. Seringkali juga guru mengalami kesulitan dalam memberikan pujian (reward) ataupun hukuman (punishment) kepada siswa, dan guru seringkali tidak mengetahui bagaimana melakukannya mengingat ada kaitannya adat istiadat atau budaya siswa yang berasal dari kelompok etnik yang berbeda.

c. Observasi Terstruktur

Cara lain untuk melakukan observasi terstruktur dapat juga dilakukan dengan oleh para peneliti, setelah mereka mendiskusikannya pada perencanaan. Misalnya dengan membuat denah kelas lengkap dengan posisi duduk siswa, yang diberi nomor atau tidak. Pengamat kemudian mencatatkan jawabannya tercatat serempak pada posisi duduk siswa, atau pada nomor posisi duduk siswa.

d. Observsi Sistematik

Tentu para peneliti dapat saja merancang bentuk pengamatan beserta kualifikasinya dengan kreatif, kemudian mendiskusikannya untuk mencapai persetujuan bersama. Kemungkinan dalam membicarakan pengamatan sistematik ada yang mengsulkan berbagai macam skala yang dapat dimanfaatkan dalam situasi – situasi tertentu oleh guru, dilengkapi dengan ilustrasi detail dalam skala interaksi dari FIAC (Flanders Interaction Analysis Categories). Pengamatan dengan menggunakan skala biasanya disebut pengamatan kelas secara sistematik (Hopkins, 1993:106).

Critical Book Report, Nosta Perlin Nazara Hal. 21

Page 22: Critical Book Report

7. Bab 7 : Analisis Data Lapangan

7.1 Kode dan Mengkoding

Terdapat tiga kode. Pertama adalah kode deskriptif yaitu memberikan kode pada suatu

aline yang misalnya isinya membahas kajian perbaikan sekolah, dengan menaruh disebelah

pinggir catatan yang berbunyi “MOT”, singkata dari “motivasi”. Apabila analisis ingin lebih

tajam dengan memisahkan motivasi para guru dan motivasi petugas Tata Usaha, maka kode

“ADM-MOT” dari Administrator’s Motivation, kalau dalam bahasa Indonesia “TU-MOT”.

Kedua, kode interpretif, yang membuat analisis lebih kompleks dengan melihat

misalnya aspek dinamika lokal yang menumbuhkan motivasi tersebut, dengan kode seperti

“OFF-MOT” yang menunjukkan Official Motivation.

Ketiga, kode yang lebih inferensial dan menjelaskan. Alinea tersebut menunjukkan timbulnya

(emerged) leitmotive atau pola pada waktu peneliti memeriksa aspek – aspek kejadian lokal

dan relasi – relasi lokal dihubungkan dengan motivasi tersebut. Maka kodenya bisa berbunyi

LM (leitmotive), atau PATT (pattern), atau TH (theme), atau CL (causal link)

Apa saja yanbg diatur dalam kode? Lofland dalam Miles dan Huberman merincikan sebagai

berikut:

a. Tindakan, yang berlangsung dalam situasi yang singkat, hanya memakan waktu beberapa

detik, menit atau jam.

b. Kegiatan, yang berlangsung dalam latar yang lebih besar, hari, minggu, bulan yang

melibatkan unsur – unsur penting dari keterlibatan manusia.

c. Makna, ungkapan verbal dari para partisipan penelitian yang menentukan dan

mengarahkan tindakan.

d. Partipasipasi, keterlibatan manusia secara keseluruhan, atau adaptasi mereka terhadap

situasi atau latar yang sedang ditelaah.

e. Relasi : hubungan antar personal di antara beberapa orang yang ditelaah secara simultan.

f. Latar atau setting : keseluruahan latar yang sedang diteliti sebagai satu unit analisis,

(Lofland, dalam Miles dan Huberman, 1984:57)

Critical Book Report, Nosta Perlin Nazara Hal. 22

Page 23: Critical Book Report

Sedangkan menurut Bogdan dan Biklen (1982:57) kode dan koding dilakukan bertahap:

a. Setting/konteks : informasi umum mengenai lingkungan sekitar.

b. Defenisi situasi : bagaimana mendefenisikan latar situasi.

c. Perspektif : cara berpikir, orientasi.

d. Cara berpikir mengenai orang dan objek : dengan lebih mendatail.

e. Proses : sekuens, alur peristiwa, perubahan.

f. Kegiatan : perbuatan yang secara teratur ditampilkan.

g. Kejadian : kejadian tertentu.

h. Strategi : cara untuk menyelesaikan sesuatu.

i. Relasi dan struktur sosial.

j. Metode : isu yang berkaitan dengan penelitian.

7.2 Pembuatan Matriks

Memebentuk matriks tidaklah sukar, walaupun dalam proses pengembangannya

membutuhkan waktu. Tidak ada aturan atau dalil tertentu yang harus diikuti, melainkan suatu

kegiatan kreatif yang sistematis, yang fungsional, yang akan memberikan makna substantif

kepada basis data anda. Berikut ini ada beberapa aspek pilihan dalam membentuk matriks,

(Miles dan Hubermen, 1984:211 – 212)

a. Deskriptif, dalam pemahaman apakah tujuannya untuk memaparkan data yang ada, atau

menjelaskan mengapa hal itu terjadi.

b. Mono – situs, apabila penelitian mengkaji satu latar atau setting saja, seperti sekelompok,

sebuah keluarga, sebuah organisasi, atau multi situs, yaitu meliputi beberapa settings yang

dapat menampilkan perbandingan data.

c. Teratur, dengan pengertian data disusun dalam kolom dan baris dengan menggunakanb

kategori, atau dengan menggunakan variabel waktu, peran participan, atau sites yang

mempunyai perbedaan.

d. Berdasarkan waktu, yang memungkinkan analisis menurut alur, sekuens, siklus, dan

kronologi.

e. Berbagai variabel kategori, yang membuka banyak kemungkinan, sebagai contoh

(Bogdan dan Biklen, 1982):

Tindakan, perilaku

Kejadian

Critical Book Report, Nosta Perlin Nazara Hal. 23

Page 24: Critical Book Report

Kegiatan

Strategi

Kebermaknaan, perspektif

Kondisi umum

Proses

8. Bab 8 : Validitasi Data dan Kredibilitas Penelitian

8.1 Kredibilitas Sebuah Penelitian

Reabilitas menunjuk sejauh mana kajian dapat direplikasi, apakah seorang peneliti

menggunakan metode yang sama akan mendapat hasil yang sama seperti kajian terdahulu?

Masalah ini bagi peneliti naturalistik seperti peneliti Penelitian Tindakan Kelas merupaka

problema besar, karena fenomena yang dihadapi unik, karena karakteristik data dan proses

penelitiannya berbeda, karena konvensinya yang harus diperhatikan dalam menyajikan hasil

– hasil penelitian, dan karena aturan main dan etika yang harus dipegang oleh para

penelitinya. Apabila kaidah – kaidah mencapai reabilitas yang baku untuk kondisi

laboratorium dipaksakan, maka penelitian akan kehilangan alur kewajarannya, padahal

settibg alamiah yang menjadi kondisi yang prasyaratkan dalam Penelitian Tindakan Kelas.

Demikain juga perhitungan dan pengukuran yang pasti akan meyembabkan daya kostruksi

yang kuat dalam menyusun kategori untuk analisis akan terkendala apabila fenomena yang

diobservasi terlalu dini direduksi atau distandarisasi.

8.2 Wacana Mengenai Standard dalam Penelitian Kualitatif

Howe dan Eisenhardt (1990) dalam Creswell(1998:195) mengemukakan lima standard,

antara lain:

a. Penelitian kajian terutama diarahkan kepada apakah pertanyaan penelitian mendorong

dilakukannya pengumpulan data dan analisisnya, dan bukan sebaliknya.

b. Penilaian ditujukan pada apakah pengumpulan data dan analisisnya secara teknis

dilakukan dengan kompeten.

c. Penilaian mempertanyakan apakah peneliti menyusun asumsi – asumsinya secara

eksplisit, termasuk subjektivitas peneliti.

Critical Book Report, Nosta Perlin Nazara Hal. 24

Page 25: Critical Book Report

d. Penilaian juga perlu diarahkan kepada apakah kajian itu cukup tegar dengan

menggunakan eksplanasi yang berdasar kepada teori – teori yang diakui, serta

mendiskusikan eksplanasi mengapa teori – teori tertentu ditolak.

e. Penilaian seharusnya memiliki “nilai” baik dalam memberikan informasi baru maupun

dalam meningkatkan keterampilan meneliti, baik dalam melindungi hal – hal yang

konfidensial dan privasi seseorang maupun dalam memegang kebenaran dari semua

patisipan penelitian (masalah etika penelitian)

9. Bab 9 : Penafsiran Data

9.1 Problema yang Dihadapi Peneliti Waktu Menafsirkan

Tujuan dari peneliti dari aspek kegiatan ini adalah mengembangkan kesimpulan dan

mengaitkan hubungan – hubungan yang ada melalui argumentasi yang hati – hati, dan yang

tidak dibatasi oleh skop yang sempit. Operasionalisasi dari memasang – masangkan data

(matching) dan uji kategoti seperti yang dilakukan pada saat analisis data terbuka sama untuk

interpretasi. Kesempatan untuk mencobakan kategori baru dan untuk membentuk hubungan –

hubungan baru dengan proyeksi melampaui yang ada untuk memenuhi kriteria “beyond the

mere facts”, menantang krativitas para peneliti aliran lama dianggap sebagai ambisi yang

berbahaya.

Kesulitan lain adanya pergeseran gaya kognitif dalam penafsiran. Pada proses analisis

dideskripsikan gambaran yang singkat tetapi koheren dari fenomena yang diobservasi,

dengan pola berpikir yang konvergen, dan cara demikian sudah akrab dikalangan peneliti.

Akan tetapi, dalam penafsiran gaya berpikir divergen lah yang dianjurkan karena perbedaan

dalam kerangka berpikir, lebih kreatif, terutama dalam proses berteori yang kompleks, juga

dalam berpikir spekulatif.

Pemahaman akan kesulitan inilah yang perlu diatasi peneliti pada saat ia mulai dengan

kegiatan penafsiran atau interpretasi, fase ini harus ditempuh dan kesulitan yang diarifi sudah

merupakan setengah penyelesaian dengan mengidentifikasi tugas antara lain

mengkonsolidasikan teori, mengaplikasikan teori, menafsirkan dengan menggunakan

analogi/persamaan atau metafor, dan membentuk sintesis.

Critical Book Report, Nosta Perlin Nazara Hal. 25

Page 26: Critical Book Report

9.2 Mengkosolidasi Teori

Pada tahap menganalisis data, kita telah melihat bagaimana teori yang berkembang

secara grounded terbentuk dari pengumpulan atau koleksi data. Koding dari Lofland,

misalnya, menyusun kategori yang sebaiknya dipakai sebagai alat analisis dari fenomena

kelas yang diobservasi dan dikumpulkan datanya. Dari analisis dari kategorial inilah

munculnya teori grounded. Apabila kategori yang disusun tidak kompatibel dengan data,

maka kategori dimodifikasi atau tidak dipakai. Dalam penelitian yang menggunakan teori

secara eksplisit, maka data yanbg terkumpul dianalisis berdasarkan kerangka teoritik yang

dimaksud. Alat – alat tersebut menggambarkan juga penggunaannya pada akhir kajian, yakni

pada tahap penafsiran. Karena analisis sudah dilakukan sejak tahap awal pengumpulan data,

berarti penafsiran telah dimulai pada awal juga.

9.3 Mengaplikasikan Teori

Penafsiran data dengan mengaplikasikan teori yang dianut dalam kerangka berpikir

dalam penelitian, merupakan cara lain untuk memaknai koleksi data. Adakalanya koleleksi

data itu tidak cocok dengan teori yang dikemukakan, atau bahkan bertentangan, maka peneliti

harus menentukan apakah kumpulan data atau teknik analisis yang salah, ataukah koleksi

data tersebut menunjukkan adanya perubahan atau pergeseran pada teori yang berkarakter

menolak atau memodifikasi teori tersebut.

Creswell (1998) menunjukkan bagaimana penafsiran atau interpretasi dilakukan

dalam penelitian yang bertradisi kualitatif, sebagai berikut:

Mengola

h DataBiografi Fenomenologi Grounded Etnografi Studi Kasus

Menafsirk

an

Mengaplikasik

an teori pada

pola dan

makna yang

berkembang.

Mengembangkan

deskripsi tekstual

mengenai apa yang

terjadi. Mengembangkan

deskrispsi struktural,

tentang bagaimana

fenomena dialami.

Mengembangkan

deskripsi menyeluruh

dari pengalaman dan

esensinya.

Memilih

koding.

Mengembangk

an matriks

kondisional.

Menafsirkan

dan

memahami

hasil temuan.

Menggunakan

penafsiran

langsung.

Mengembangkan

generalisasi

naturalistik.

Critical Book Report, Nosta Perlin Nazara Hal. 26

Page 27: Critical Book Report

9.4 Membuat Sintesis

Berlaianan dengan cara mengaplikasikan teori pada kumpulan data, membuat sintesis

dari koleksi data anda membutuhkan berbagai sudut pandang dan konteks yang melampaui

atau “trascend” atau pun “beyond” aplikasi teori, sebelum pemahaman wawasan mengenai

kumpulan data tersebut tercapai. Membuat sintesis memerlukan upaya – upaya interdisipliner

dan juga intradisipliner, peneliti mengintegrasikan data dan konsep berbagai usaha penelitian,

sebagian tampaknya saling mendukung atau sesuai akan tetapi sebagian lagi bertentangan

satu dengan lainnya. Ada kalanya sang peneliti merasa ragu dan kehilangan kepercayaan

waktu melihat hasil sistesis yang demikian, karena menghadapi konfigurasi baru yang

berlawanan dengan pandangan akademik para guru/dosen/profesor yang membimbingnya,

atau bahkan dengan budaya, ataupun dengan kerifan lazimnya.

9.5 Penafsiran dalam Penelitian Tindakan Kelas Menurut Hopkins

Konsep – konsep penelitian kualitatif etnografis banyak diimplementasikan dalam

Penelitian Tindakan Kelas, termasuk tahap penafsirannya. Dalam Penelitian Tindakan Kelas,

menurut Hopkins (1993 : 157 – 163), kegiatannya mencakup menyesuaikan hipotesis kerja

yang sudah sahih kepada teori yang menjadi kerangka pemikiran sehingga menjadi

bermakna. Hal ini berarti, bahwa hipotesis kerja tersebut dihubungkan dengan teori, dengan

kaidah – kaidah yang berlaku dalam praktek sehari – hari, atau bahkan naluri guru dalam

menilai pembelajaran yang baik. Dengan cara ini, guru peneliti memberikan makna kepada

serangkaian observasi yang dilakukannya dalam penelitian tindakan kelasnya, dari yang

tadinya berupa data dan konstruk hasil pengamatan.

Critical Book Report, Nosta Perlin Nazara Hal. 27

Page 28: Critical Book Report

Bab 9 : Menyusun Laporan Penelitian

9.1 Menyusun Laporan Penelitian secara Umumnya

Apabila peneliti membuat laporan dalam bentuk narasi, maka ada beberapa cara dan

gaya penulisan yang dapat dirujuk. Penulisan naratif yang realistik, akan berbentuk laporan

langsung, lugas, tanpa banyak informasi bagaiman gambaran situasi atau kondisi dalam

penelitian itu menjelma. Laporan demikian mengemukakan perspektif yang objektif dan

ilmiah, dan peneliti menggunakan sudut pandang yang bersifat impersonal.

Sebaliknya, bentuk narasi yang bersifat pengakuan, akan lebih menitikberatkan pada

gambaran pengalaman sang peneliti di situs penelitian. Narasi yang impresionistik akan

menggambarkan pengalaman bersifat pribadi yang dramtatik selama berada dilapangan, yang

mengandung unsur – unsur realistik dan pengakuan, dan menghasilkan cerita yang

meyakinkan dan menarik. Kedua bentuk narasi ini akan menggunakan subyek orang pertama,

untuk menuliskan gaya penulisan yang bersifat pribadi.

Emerson memilih narasi tematik, yang dibangun dari beberapa unit tematik dalam

catatan lapangan dan komentar – komentar analitik. Narasi tematik yang dibentuk secara

induktif ini mengikuti struktur sebagai berikut:

Pendahuluan (Introduction), yang mengantarkan perhatian dan fokus pembaca kepada

kajian, dan selanjutnya menghubungkan penafsiran peneliti dengan isu – isu yang lebih

luas dalam kajian ilmiah di bidang disiplin ilmu yang bersangkutan.

Memperkenalkan lokasi dan latar atau “setting” penelitia, dan metode yanbg digunakan

dalam menelaahnya.

Membuat analisis, dengan menggunakan unit “expert comentary” menyusun poin – poin

analisis, memberikan penjelasan atau informasi mengenai poin – poin tersebut, membuat

singkatan atau rujukan langsung, kemudian membuat komentar mengenai analisis rujukan

dan kaitannya dengan poin analisis.

Membuat kesimpulan, dengan berdasarkan refleksi awal peneliti dilanjutkan sampai akhir

tesis. Penafsiran diperluas atau dimodifikasi sesuai dengan materi yang diuji, yang

menghubungkan tesis dengan teori umum atau isu mutakhir, atau dilakukan dengan

membuat meta – analisis terhadap tesis, metode dan asumsi – asumsi penelitian.

Critical Book Report, Nosta Perlin Nazara Hal. 28

Page 29: Critical Book Report

9.2 Membuat Laporan Penelitian Secara Akademik

Pada umumnya sebuah skripsi atau tesis yang menggunakan Penelitian Tindakan

Kelas sebagai metode penelitian akan mempunyai sistematika sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab II Telaah Kepustakaan/Kerangka Teoritis

Bab III Metode Penelitian

Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian

Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi

Secara rinci setiap bab itu akan memuat hal – hal sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan akan meliputi:

Latar Belakang Masalah

Fokus masalah dan pertanyaan peneliti

Verifikasi atau klarifikasi konsep

Paradigma penelitian

Tujuan penelitian, dan manfaat penelitian

Bab II membahas rujukan wacana, menjelaskan juga berbagai konsep dan teori yang

menjadi alat analisis data dan penafsirannya. Dalam proses pengumpulan data, seperti sudah

dibahas terdahulu, teori – teori yang sudah ada dibenak peneliti, pada waktu pengamatan

berlangsung hanya berfungsi sebagai “tacit knowledge” saja, atau pengetahuan ataupun teori

yang tidak diungkapkan.

Bab III dalam laporan penelitian merupakan bagian yang menjelaskan aspek

epistemologis penelitian Anda. Anda akan menerangkan metode apa yang dipilih dan

mengapa metode itu yang dipilih. Bahwa Anda akan memilih Penelitian Tindakan Kelas

sebagai metode penelitian anda, maka sebab – sebab pemilihan itu sudah dibahas dalam bab –

bab terdahulu. Yang perlu ditekankan adalah tuntutan pragmatik di lapangan, seperti yang

anda jelaskan pada bagian pendahuluan, bahwa salah satu solusi ialah dengan melakukan

Penelitian Tindakan Kelas, yang merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan

keterampilan guru/dosen dan hasil belajar siswa atau mahasiswa. Berdasarkan literatur,

konsep dan teori dibahas dalam bab ini dengan pendekatan induktif, dalam membantu

analisis data untuk kausalitas, membandingkan, mengkontraskan, dan mengurutkan.

Penelitian Tindakan Kelas termasuk penelitian yang grounded, artinya dari kompilasi data

Critical Book Report, Nosta Perlin Nazara Hal. 29

Page 30: Critical Book Report

yang dianalisis akan membantu memunculkan teori baru, dan karenanya teori baru

dibutuhkan waktu analisis. Akan tetapi, melihat bagaimana penelitian ini dilaksanakan,

dengan banyak menggunakan konsep – konsep sosiologi dan budaya maka karakter

Penelitian Tindakan Kelas juga cenderung kekajian etnografis, sehingga teori – teori yang

kuat dari sosiologi dan antropologi diperlukan sejak awal, hampir seperti penelitian

kuantitatif.

Kedalam Bab IV, peneliti akan menampilkan bagian terbesar dalam kegiatan

penelitian, yaitu hasil temuan penelitian dan analisisnya. Hasil pengumpulan data dari

berbagai teknik pengumpulan data seperti kegiatan pengamatan atau observasi yang dicatat

dalam catatan lapangan atau fieldnotes, wawancara, buku harian, hasil koding dan

kategorisasi, analisis dan refleksi sepanjang siklus – siklus yang dilakukan, dilaporkan dalam

bab ini.

Bab V berisi kesimpulan dan saran atau rekomendasi. Kesimpulan atau research

fimdings, dapat dituliskan dalam bentuk sistematika butir demi butir atau pointers, atau juga

dapat disajikan dalam bentuk narasi yang singkat padat. Kesimpula berupa temuan penelitian

hasil serangkaian panjang analisis dan penafsiran penuh dengan pemaknaan oleh peneliti, dan

karenanya berbeda dengan rangkuman atau summary.

9.3 Menuliskan Laporan Penelitian untuk Jurnal

Pada umumnya tulisan artikel dalam jurnal penelitian mencakup hal – hal berikut:

Abstrak

Pengantar/pendahuluan

Permasalahan

Kerangka teoritik

Aplikasi dalam analisis

Kesimpulan

Daftar bacaan

Abstrak dalam jurnal lebih singkat dibandingakan dengan abstrak untuk keperluan akademis.

Terdiri dari 8 – 12 baris yang ditik satu spasi dengan huruf miring (italics) sebelum

Pendahuluan, abstrak berisi permasalahan penelitian, teori yang dipakai, aplikasinya, dan

temuan penelitian secara singkat.

Critical Book Report, Nosta Perlin Nazara Hal. 30

Page 31: Critical Book Report

9.4 Penulisan Laporan Penelitian untuk Hibah Penelitian

Sistematika penulisan laporannya hampir sama dengan sistem akademik, dengan format

sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

B. Indentifikasi Masalah

C. Rumusan Masalah Penelitian

D. Tujuan Penelitian

E. Manfaat Penelitian

F. Defenisi Istilah

Bab II : Kajian Pustaka

Bab III : Metodologi Penelitian

A. Rancangan Penelitian

1. Tahap Perencanaan Tindakan

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

3. Tahap Observasi dan Evaluasi

4. Tahap Refleksi

B. Hipotesis Tindakan (bila perlu)

C. Subjek Penelitian, Lokasi, Waktu

D. Teknik Pengumpulan Data

E. Teknik Analisis Data

Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab V : Penutup

A. Kesimpulan

B. Saran

Critical Book Report, Nosta Perlin Nazara Hal. 31

Page 32: Critical Book Report

Bab 11 : Dampak Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Kinerja Pendidik,

Sekolah/Perguruan Tinggi, dan Pendidikan

Dampak, kegunaan, manfaat Penelitian Tindakan Kelaa terhadap.bagi pendidik dan

lembaga di mana para pendidik itu bertugas secara umu akan meningkatkan kualifikasi dan

kinerja guru dan dosen.

Apabila Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan oleh guru/dosen meliputi aspek –

aspek kegiatan yang mendukung program lembaga, maka manfaatnya adalah mendukung

pembaharuan lembaga tersebut.

Beberapa pemikiran tentang program belajar atau kurikulum yang berlangsung dijenjang

persekolahan maupun diperguruan tinggi, dikemukakan beberapa gagasan untuk

melengkapinya. Dalam hal kurikulum di jenjang persekolahan, sumbangan pikiran ditujukan

kepada kurikulum KBK yang sedang berjalan dengan alur pikir kontruktivisme yang peduli

terhadap nilai – nilai dan keterpaduan antara ilmu pengetahuan dengan kemanusiaan yang

penuh. Untuk kurikulum di perguruan tinggi, dikemukakan kerangka pemikiran dengan

perspektif postmodernis, sesuai dengan kerangka pemikiran yang menjadi landasan filosofi

Penelitian Tindakan Kelas, dengan mengingat bervariasinya tuntutan masa depan, kemajuan

Iptek, globalisasi, dan kondisi sosial – ekonomi setempat.

D. Evaluasi

Buku Metode Penelitian Tindakan Kelas ini dikarang oleh Prof. Dr. Rochiati

Wiraatmadja. Dalam penyusunan buku ini jelas pengarang menitik beratkan metode

penelitian tindakan kelas. Berbagai tahap dan metode dalam penelitian tindakan kelas

dijelaskan secara jelas oleh pengarang agar guru/dosen/peneliti mengetahui lebih mengerti

dalam melakukan metode penelitian tindakan kelas. Target pembaca buku ini adalah dosen,

guru, mahasiswa dan kalangan umum. Dalam menyajikan buku ini pengarang menyajikan

setiap pokok bahasan secara detail, singkat dan setiap pokok permasalahan disertai dengan

contoh yang logis dan faktual sehingga pembaca lebih memahami isi pokok bahasa yang

logis dan faktual sehingga pembaca lebih memahami isi pokok bahasan yang dimaksud.

Setiap bab dari buku ini disajikan secara analitis dan gagasan yang diberikan cukup logis dan

teratur. Penyusunan bab yang teratur sehingga tidak ditemukan bab yang saling mendahului.

Critical Book Report, Nosta Perlin Nazara Hal. 32

Page 33: Critical Book Report

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Buku Metode Penelitian Tindakan Kelas yang ditulis oleh Prof. Dr. Rochiati

Wiriaatmadja cocok untuk dosen/guru/mahasiswa/peneliti.

2. Buku Metode Penelitian Tindakan Kelas yang ditulis oleh Prof. Dr. Rochiati

Wiriaatmadja sangat bermanfaat bagi mahasiswa dalam mengikuti mata kuliah Metode

Penelitian karena buku ini berisi tahap-tahap dalam melakasankan metode penelitian

tindakan kelas.

B. Saran

1. Sebagai sumber belajar, saya menyarankan buku ini dimiliki oleh setiap mahasiswa.

2. Dalam critical book report ini pengkritik sempat mengalami kesulitan dan menentukan

topik yang menjadi gagasan utama dari setiap bab. Oleh karena itu, pengkritik

mengharapkan ada penjelasan dan masukan dari teman dan terlebih-lebih dosen

pengampu mata kuliah Metode Penelitian.

Critical Book Report, Nosta Perlin Nazara Hal. 33