Crisis plan

17

Transcript of Crisis plan

PENDAHULUAN Kata krisis selalu identik dengan sesuatu yang

menakutkan, ketidaknyamanan danketidaktentuan.

Tentu saja kekhawatiran tersebut cukupberalasan, namun melihat dari unsur-unsurkrisis yang merupakan sesuatu yang tidak bisadiprediksi, bersifat tiba-tiba, mengandungunsur ancaman kelangsungan organisasi, danbutuh keputusan cepat, maka kita harus mempersiapkan secara dini langkah-langkahstrategis bila sewaktu-waktu terjadi krisis

Segala kejadian buruk dan krisis berpotensi menghentikanproses normal organisasi yang telah dan sedang berjalan, sehingga membutuhkan penanganan yang segera (immediate treatment) dari pihak manajemen. Penanganan yang segeraini sering disebut sebagai manajemen krisis (crisis management).

Dan saat ini, kajian manajemen krisis telah dinobatkansebagai new corporate discipline. Manajemen krisis adalahrespon pertama organisasi atau perusahaan terhadap sebuahkejadian yang dapat merubah jalannya operasi bisnis yang telah berjalan normal.

Pembahasan

Kata krisis berasal dari bahasa Yunani krisis (kpion), yang berarti keputusan. Ketika krisis terjadi, perusahaan harus memutuskan apa yang harus dilakukan. Krisis dalam bahasa Cina diucapkan “wei-ji”, yang mempunyai dua arti, yaitu bahaya dan peluang (Nova,2011:67).

Krisis public relations adalah peristiwa, rumor, atau informasi yang membawa pengaruh buruk terhadap reputasi, citra, dan kredibilitas perusahaan. Powell (Nova,2011:68) mengatakan bahwa krisis adalah kejadian yang tidak diharapkan, berdampak dramatis, kadang belum pernah terjadi sebelumnya yang mendorong organisasi kepada suatu kekacauan (chaos) dan dapat menghancurkan organisasi tersebut tanpa adanya tindakan nyata.

Krisis tidak memiliki batas (no boundaries) dan dapat terjadi kapan saja, di mana saja terhadap setiap organisasi (profit dan nonprofit, publik dan privat).

Krisis juga dapat dikategorikan berdasarkan dampaknyaKetiga kategori tersebut adalah: Krisis level 1: dampak dari krisis ini mengakibatkan tercemarnya

nama organisasi serta adanya hambatan dalam mewujudkan misi.

Krisis level 2: krisis ini berdampak pada cedera fisik, kemungkinan korban jiwa, rusaknya properti, hancurnya reputasi perusahaan atau kombinasinya.

Krisis level 3: krisis level ini mengakibatkan adanya korban jiwa, kerusakan properti yang serius serta kemungkinan kebangkrutan.

Krisis juga dianggap sebagai “turning point in history/life”, suatu titik balik dalam kehidupan yang dampaknya memberikan pengaruh signifikan, ke arah negatif maupun positif, tergantung reaksi yang diperlihatkan oleh individu, kelompok masyarakat, atau suatu bangsa.

Jika dipandang dari kacamata bisnis

suatu krisis akan menimbulkan hal-hal berikut: Intensitas permasalahan akan bertambah. Masalah akan menjadi sorotan publik baik melalui

media massa, atau informasi dari mulut ke mulut. Masalah akan menggangggu kelancaran bisnis

sehari-hari. Masalah mengganggu nama baik perusahaan. Masalah dapat merusak sistem kerja dan

mengguncang perusahaan secara keseluruhan. Masalah yang dihadapi selain membuat perusahaan

menjadi panik, tidak jarang juga membuat masyarakat menjadi panik.

Masalah akan membuat pemerintah ikut melakukan intervensi.

Ciri-ciri perusahaan krisis

Parameter Ciri-ciriKeadaan Fisik Tidak terurus, lampu redup, toilet kotor,

seragam petugas lama tak berganti, mobil tua, pabrik bekerja di bawah titik optimal.

SDM Malas, datang dan pulang seenaknya, pemimpin jarang hadir, banyak terlihat tidak bekerja dan kongko-kongko. Tenaga yang bagus-bagus sudah keluar.

Produk andalan Hampir tidak ada. Hanya menyelesaikan yang sudah ada saja. Banyak retur dan defect.

Konflik Hampir setiap hari terdengar, perasaan resah di mana-mana.

Energi Hampir tidak ada.Demo karyawan Tinggi, rasa takut terkena PHK.Proses hukum Meningkat dan datang dari mana-mana.

Bagian keuangan Hidup dalam suasana stress. Dikejar tagihan-tagihan yang tak terbayar dan oleh debt collector.

Berikut adalah sembilan jenis krisis berdasarkan penyebabnya dalam Nova (2011):

Krisis Karena Bencana Alam Krisis Karena Kecelakaan Industri Krisis Karena Produk yang Kurang Sempurna Krisis Karena Persepsi Publik Krisis Karena Hubungan Kerja yang Buruk Krisis Karena Kesalahan Strategi Bisnis Krisis Karena Terkait Masalah Kriminal Krisis Karena Pergantian Manajemen Krisis Karena Persaingan Bisnis

Lima tahapan dalam siklus hidup krisis yang harus dikenali dan dipahami adalah sebagai berikut dalam Nova (2011:95-97)

Tahap pre-crisis (sebelum krisis)Pre-crisis adalah kondisi sebelum sebuah krisis muncul. Benih krisis sudah ada sehingga jika muncul suatu kesalahan yang kecil saja, krisis dapat terjadi. Benih yang mulai tumbuh pada tahap ini biasanya tidak diperhatikan karena beberapa aspek dalam perusahaan memang penuh resiko. Selain itu, perusahaan tidak mempunyai perencanaan menghadapi krisis.

Tahap warning (peringatan)Tahap ini dianggap sebagai salah satu tahap yang paling penting dalam daur hidup krisis. Di dalamnya, suatu masalah untuk pertama kalinya dikenali, dapat dipecahkan dan diakhiri selamanya, atau dibiarkan berkembang menuju kepada kerusakan yang menyeluruh. Krisis dapat dengan mudah muncul pada tahap ini karena ketakutan menghadapi badai atau masalah dan menganggapnya tidak ada. Reaksi yang umum terjadi pada tahap ini adalah kaget atau menyangkal dan pura-pura merasa aman.

Tahap acute crisis (akut)Pada tahap ini krisis mulai terbentuk dan media juga publik mulai mengetahui adanya masalah. Jika krisis sudah mencapai pada tahap ini, perusahaan tidak dapat berdiam diri karena sudah mulai menimbulkan kerugian. Saat inilah berbagai dokumen dan modul untuk menghadapi krisis harus dikeluarkan dan digunakan. Saat-saat seperti ini dapat diketahui apakah para staf telah dibekali pengetahuan mengenai manajemen krisis atau tidak. Jika tidak, maka sudah terlambat bagi manajemen untuk memulainya dan menyelesaikan masalahnya.

Tahap clean-up (pembersihan)Saat masalah melewati tahap warning tanpa diselesaikan, maka kerusakan perusahaan mulai timbul. Inilah waktunya untuk memulihkan perusahaan dari kerugian atau setidaknya menyelamatkan apa saja yang tersisa, baik sisa produk (jika dapat diaplikasikan), reputasi, citra perusahaan, kinerja, dan lini produksi. Saat pemulihan, perusahaan harus menghadapi hal-hal yang terkait dengan hukum, media, tekanan publik, dan litigasi.

Tahap post-crisis (sesudah krisis)Inilah tahap yang telah disebutkan sebelumnya, yakni perusahaan sseharusnya bereaksi saat suatu krisis muncul ke tahap warning. Jika sejak awal tidak dihentikan, krisis akan terjadi. Jika perusahaan memenangkan kembali kepercayaan publik dan dapat beroperasi kembali dengan normal, maka secara formal dapat dikatakan krisis telah berakhir.

Dalam bisnis terdapat tiga jenis krisis, yaitu sebagai berikut Krisis Keuangan (Financial Crisis) Krisis Public Relations Krisis Strategi

Level perkembangan krisis pada kasus PT Newmont Minahasa Raya

Tahap Pre-Crisis (sebelum krisis)PT Newmont Minahasa Raya yang merupakan perusahaan penambangan emas yang berada di Desa Ratatotok, Kecamatan Belang, Kabupaten Minahasa ini mulai beroperasi dari tahun 1996. Sebelum memulai operasinya PT NMR didera kasus penyerobotan lahan. Sejumlah warga di Desa Ratatotok meminta ganti rugi atas tanah yang kini menjadi lokasi pertambangan. Para pemilik tanah ini pernah mencoba berbagai upaya untuk menuntut kembali haknya. Pada tahun 2000, jalan masuk menuju lokasi tambang diblokir oleh masyarakat.

Tahap Warning (peringatan)Ketika PT NMR mulai beroperasi pada 1996 dan mulai membuang tailing (sisa limbah) ke Teluk Buyat, masyarakat protes karena limbah tersebut membuat pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan berasal dari tailing yang mengandung logam berat, yaitu Arsen, Merkuri, serta Mangan. Logam berat tersebut tercampur ke dalam perairan ketika adanya kebocoran pipa tailing menuju Teluk Buyat. Terumbu karang rusak, ikan-ikan banyak yang mati, ekosistem air di Teluk Buyat terganggu, air sumur tercemar oleh logam berat hingga akhirnya jatuh korban dari warga karena mengidap berbagai penyakit dengan beragam gejala yang aneh.

Tahap Acute Crisis (akut)Pengaduan warga Buyat Pante ke Markas Besar Kepolisian di Jakarta, membuat citra PT NMR mulai terancam. Pemerintah mulai memeriksa PT NMR berkaitan dengan pencemaran lingkungan. Banyak LSM yang bersimpati dengan kasus ini melakukan protes dan meminta pemerintah untuk melakukan berbagai macam penelitian terkait pencemaran lingkungan dan masalah kesehatan masyarakat. Hal ini membuat PT NMR berada pada posisi yang tidak menguntungkan. Seluruh kasus yang terjadi pada PT NMR menjadi sorotan media massa, baik lokal maupun internasional. Setelah adanya beberapa laporan yang mengatakan bahwa PT NMR melanggar hukum atas tuduhan melakukan pencemaran lingkungan, proses hukum mulai dilakukan dari Agustus 2005 hingga April 2007.

Tahap Clean-Up (pembersihan)Tim Humas PT NMR telah melakukan pendekatan kepada media massa baik lokal, nasional, maupun internasional. PT NMR berusaha untuk mendapatkan kepercayaan kembali dari seluruh publiknya dan membuktikan bahwa kasus Buyat itu bukanlah kesalahan PT NMR. Putusan yang dibuat atas dasar bukti-bukti yang diajukan selama persidangan kasus menyatakan bahwa Teluk Buyat tidak tercemar.

Dalam persidangan tersebut, bukti-bukti yang membebaskan PT NMR adalah sebagai berikut:Hasil tes yang dilakukan oleh Badan Kesehatan Dunia PBB, Kementrian Lingkungan Hidup RI, Commonwealth Scientific and Industrial Research Organization Australia, dan National Institute for Minamata Disease Jepang menunjukkan bahwa Teluk Buyat tidak tercemar.

Kesaksian dari warga Buyat dan Ratatotok yang menyatakan bahwa populasi ikan di Teluk Bayat tetap stabil dan terumbu karang dalam keadaan sehat.

Kesaksian inspektur tambang pemerintah, termasuk bukti-bukti tertulis bahwa PT NMR memiliki semua izin operasi yang sesuai dan tidak melanggar izin-izin tersebut.

Tahap Post-Crisis (sesudah krisis)Tahapan ini merupakan tahapan di mana PT NMR telah terbebas dari krisis. Ketika PT NMR terbebas dari dakwaan atas tuduhan pencemaran lingkungan, maka nama baik PT NMR bangkit kembali dari keterpurukan reputasi atas kasus-kasus yang mencuat ke media massa. PT NMR melakukan pendekatan kembali kepada warga sekitar penambangan, yaitu wilayah Teluk Buyat dan Buyat Pante untuk melaksanakan program-program pengembangan pasca penutupan tambang. Pengembangan tersebut seperti pengembangan usaha berbasis masyarakat, prasarana kesehatan, pendidikan, pengembangan daerah Teluk Buyat, dan sebagainya. Karyawan kembali bekerja tanpa terganggu lagi dengan kasus yang pernah menimpa PT NMR.

Setiap perusahaan, instansi, maupun organisasi baik kecil maupun besar sebaiknya membuat crisis plan untuk menganalisa kemungkinan masalah-masalah yang akan terjadi atau dihadapi di masa yang akan datang dan dapat melakukan pencegahan sejak dini.

Dengan membuat crisis plan, perusahaan atau organisasi dapat lebih siap apabila masalah-masalah tersebut terjadi sewaktu-waktu.

PT NMR tidak memiliki crisis plan, sehingga issu yang terjadi pada tahap warning tidak dihiraukan, sehingga masyarakat melaporkan masalah pencemaran lingkungan tersebut kepada pihak berwajib hingga sempat merusak nama baik PT NMR (tahap akut).

Berdasarkan kategori krisis yang dijelaskan oleh Nova (2011), maka kasus PT Newmont Minahasa Raya berada pada “Krisis level 1”, di mana dampak dari krisis ini mengakibatkan tercemarnya nama organisasi serta adanya hambatan dalam mewujudkan misi.

Berdasarkan jenis krisis berdasarkan penyebabnya dalam Nova (2011), maka kasus PT Newmont Minahasa Raya merupakan “Krisis Karena Persepsi Publik”. Karena pada akhirnya, terbukti bahwa PT NMR tidak melakukan pencemaran lingkungan.

Berbeda dengan PT NMR, Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI membuat suatu Crisis Plans yang diberi judul Pedoman Umum Pengelolaan Komunikasi Krisis di Lingkungan Instansi Pemerintah. Proposal tersebut menjelaskan latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran, ruang lingkup, manfaat, jenis krisis, penyebab krisis, langkah-langkah penanganan krisis, dan pengelolaan krisis.

Sekian & Terima Kasih2013