modul nyeri dada, sistem kardiovaskuler Fakultas Kedokteran UMJ
CR Nyeri Dada
description
Transcript of CR Nyeri Dada
Hernia HiatusHiatus Hernia adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan penonjolan pada bagian atas lambung yang menyelinap masuk kedalam dada melalui diafragma dikarenakan oleh robekan atau melemahnya bagian diafragma. Biasanya, lambung terletak di bawah diafragma. Pada orang yang menderita kondisi medis seperti ini biasanya memiliki hiatus esofagus yang lebih besar dari normal. Sampai saat ini, penyebab pasti dari hiatus hernia belum benar-benar dipahami. Hiatus hernia mencegah sfingter esofagus menutup sepenuhnya, sehingga menyebabkan asam lambung dapat masuk ke esofagus dan menyebabkan heartburn. Namun, kebanyakan hiatus hernia tidak menimbulkan gejala. Ada 2 tipe hiatus hernia: sliding hiatus hernia dan hiatus hernia para-esofageal (rolling). Sliding hiatus hernia adalah tipe yang lebih umum dan gejalanya biasanya bersifat sementara. Sliding hiatus hernia terjadi ketika persimpangan gastroesofageal bergerak lebih tinggi daripada diafragma sementara bagian atas lambung bergesar kembali dan ke depan karena kontraksi dan pelebaran otot esophagus (pipa makanan) sewaktu menelan. Di sisi lain, hiatus hernia para-esofageal terjadi ketika bagian atas lambung bergeser masuk ke bagian diafragma yang terbuka ke arah dada dan persimpangan gastroesofageal menjadi terjebak. Ulkus dapat terbentuk pada bagian lambung yang terherniasi, atau pada kasus yang berat, kondisi ini bahkan dapat menyebabkan terputusnya pasokan darah, menyebabkan kematian pada jaringan lambung yang terjebak. Untungnya, hernia para eosfageal yang besar sangat jarang terjadi.
Tanda dan gejala Hiatus Hernia yang mungkin timbul:
Memiliki perasaan subyektif dari denyut jantung tidak normal yang tidak teratur atau cepat (jantung berdebar)
Rasa sakit di dada Sesak nafas
Penyebab Hiatus Hernia adalah:
Cedera di daerah perut Memili postur duduk yang buruk Menderita Konstipasi Menderita Obesitas Tekanan pada otot perut yang berkepanjangan
Risiko terjangkit Hiatus Hernia meningkat bila Anda:
Adalah seorang pengguna narkoba, seperti kokain, heroin dan ganja Adalah seorang perokok Memiliki sejarah keluarga yang menderita Hiatus Hernia Menderita muntah-muntah parah Sedang hamil Sedang menderita Obesitas Sedang mengalami stres Sering batuk Sering mengangkat beban berat
Komplikasi Apa Saja Yang Bisa Disebabkan Oleh Hiatus Hernia?
Hiatus Hernia dapat menyebabkan komplikasi sebagai berikutnya:
Mungkin memiliki resiko yang lebih tinggi untuk Pneumonia Mungkin menderita Perdarahan Saluran Cerna
Hiatus Hernia dapat dicegah bila Anda:
Berhenti merokok Menjaga berat badan yang sehat
Penanganan dan pengobatan Hiatus Hernia dapat berbeda tergantung pada kondisi pasien dan penyakit yang dideritanya. Pilihan pengobatan adalah:
Fundoplikasi Pemblokir Asam Spasme Esofagus Difus
Spasme esofagus difus merupakan keadaan yang sering terjadi dan
dicirikan dengan kontraksi esofagus yang tidak terkoordinasi, non
propulsif (peristaltik tersier) dan timbul bila menelan. Kelainan ini
terutama mencolok pada duapertiga bawah organ, tetapi dapat menyerang
seluruh esofagus. Kedua sfingter bekerja normal. Spasme esofagus difus
merupakan penyakit yang penyebabnya tidak diketahui dan tampaknya
lebih sering terjadi pada pasien berusia tua. Gangguan motilitas yang
sama dapat timbul akibat esofagitis refluks atau obstruksi esofagus bagian
bawah, misalnya pada karsinoma (biasanya hasil pemeriksaan
manometrik pada karsinoma stadium dini adalah normal).
Spasme esofagus difus primer biasanya terjadi pada pasien berusia di atas
50 tahun. Respons menelan nonperistaltik sering ditemukan pada
pemeriksaan radiologis dengan barium, dan meningkat seiring dengan
bertambahnya usia. Gambaran radiologisnya disebut “corkscrew
esophagus” (esofagus pembuka botol), “rosary bead esophagus”
(esofagus tasbih), “curling” (keriting) dan berbagai sebutan lain yang
biasanya tidak banyak memiliki arti klinis. Dasar patogenik spasme difus
hanya diketahui sedikit. Spasme dapat mewakili degenerasi neuron lokai
(karena beberapa penderita memberi respons yang positif terhadap obat
kolinergik) seperti pada akalasia.
Spasme esofagus difus biasanya bersifat asimtomatis, tetapi pada
beberapa kasus, kontraksi dapat menimbulkan gejala. Gejala yang paling
sering timbul adalah disfagi intermiten dan odinofagi, yang diperberat
oleh menelan makanan dingin, bolus yang besar, dan ketegangan saraf.
Bila terdapat nyeri dada intermiten, spasme esofagus difus mungkin
disalah tafsirkan sebagai angina pektoris, khususnya bila gejala tidak
berkailan dengan makan. Yang membuat keadaan ini lebih
membingungkan adalah hilangnya rasa nyeri akibat spasme bila diberi
nitrogliserin. Akibatnya, beberapa penderita spasme esofagus dims salah
didiagnosis sebagai penyakit jantung. Pemeriksaan motilitas
memperlihatkan pola kontraksi non peristaltik hipermotil, yang akan
membantu menegakkan diagnosis (lihat Gbr. 23-2, C).
Pengobatan terdiri atas manipulasi diet (makan sedikit danhindari
makanan dingin), antasida, sedatif, dan nitrogliserin untuk
menghilangkan spasme. Bfla gejala menetap dan menyusahkan, dapat
dianjurkan dilatasi esofagus. Sebagai usaha terakhir, dapat dilakukan
miotomi longitudinal esofagus distal.
Emboli Paru?
Emboli Paru adalah kondisi medis yang ditandai dengan pernafasan pendek yang mendadak dan tidak
dapat dijelaskan, nyeri dada dan batuk akibat penyumbatan salah satu pembuluh darah di dalam paru
yang menyumbat aliran darah. Penyumbatan biasanya disebabkan oleh gumpalan darah yang berjalan
di dalam aliran darah dari vena ke dalam paru-paru. Oleh karena itu, orang-orang dengan trombosis
vena dalam, suatu kondisi yang ditandai dengan gumpalan darah di vena-vena dalam, memiliki risiko
tinggi untuk terjadinya emboli paru. Pada kasus-kasus jarang, emboli paru dapat juga dsiebabkan oleh
sumbatan pada arteri-arteri di dalam paru-paru oleh droplet-droplet lemak, gelembung udara dan
sekumpulan tumor. Hal ini merupakan suatu kondisi yang berbahaya dan berpotensi mengancam jiwa
karena dapat menyebabkan gagal jantung kongestif dan kematian, tergantung dari luasnya sumbatan.
Untungnya, dengan penanganan dini dengan obat-obatan antikoagulan, risiko kematian dapat
diturunkan secara signifikan.
Tanda dan gejala Emboli Paru yang mungkin timbul:
Batuk Denyut nadi yang lemah Kecemasan Keringat yang berlebihan Kulit yang dingin dan berkeringat Memiliki warna biru atau ungu pada kulit dan membran mukosa karena kekurangan oksigen
(sianosis) Mengi Pembengkakan pada tungkai kaki Pingsan Rasa sakit di dada Sesak nafas
Penyebab Emboli Paru adalah:
Penyumbatan pembuluh darah di paru-paru akibat adanya lemak dari sumsum tulang Penyumbatan pembuluh darah di paru-paru akibat adanya gelembung udara Penyumbatan pembuluh darah di paru-paru akibat adanya gumpalan darah Penyumbatan pembuluh darah di paru-paru akibat adanya tumor Penyumbatan pembuluh darah di paru-paru akibat patah tulang
Risiko terjangkit Emboli Paru meningkat bila Anda:
Adalah seorang perokok Baru saja menjalani bedah pada setengah bagian bawah tubuh Bertambah tua Memiliki Stroke Saat ini sedang menjalani Kemoterapi Saat ini sedang menjalani Terapi Hormon Sedang hamil Sedang menderita Cedera Luka Bakar Sedang menderita Keretakan Sedang mengkonsumsi Kontrasepsi Oral Telah didiagnosa mengidap Hipertensi Telah didiagnosa mengidap Kanker Telah didiagnosa mengidap Penyakit Kardiovaskular Tidak bergerak untuk jangka waktu yang lama
Emboli Paru dapat menyebabkan komplikasi sebagai berikutnya:
Dapat menyebabkan perkembangan Goncangan Mengalami kesulitan bernafas yang parah
Penanganan dan pengobatan Emboli Paru dapat berbeda tergantung pada kondisi pasien dan penyakit yang dideritanya. Pilihan pengobatan adalah:
Antikoagulan Penyaring Cava Vena Inferior Terapi Trombolitik
Angina Pektoris?
Angina Pektoris, umumnya dikenal sebagai angina, adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan
nyeri dada yang parah atau sesak nafas karena kurangnya pasokan darah ke jantung. Rasa nyeri juga
dapat dirasakan di bagian bahu, lengan dan leher. Biasanya hal ini terjadi ketika penimbunan plak
pada dinding bagian dalam arteri koroner mengurangi aliran darah yang kaya akan oksigen ke otot
jantung. Inilah alasan mengapa angina merupakan gejala yang paling umum untuk penyakit jantung
koroner. Ada tiga jenis angina yang berbeda menurut tingkat keparahannya dalam penyumbatan arteri
koroner yang disebabkan oleh akumulasi plak: Stable Angina, Unstable Angina dan Variant Angina.
Dari ketiga jenis tersebut, Stable Angina merupakan jenis Angina yang paling umum. Unstable
Angina membutuhkan perhatian medis yang secepatnya karena serangan unstable angina selama 15
menit dapat menyebabkan terjadinya serangan jantung.
Tanda dan gejala Angina Pektoris yang mungkin timbul:
Bersendawa Kelelahan Keringat Mati rasa dan kesemutan pada tangan Mual Pembesaran ujung jari dengan kelengkungan kuku yang tidak normal (jari tabuh) Pusing Rasa sakit di dada Rasa sakit menyebar dari dada ke leher, rahang, lengan kiri dan bahu Sesak nafas Suatu perasaan penuh yang konstan Suatu perasaan sedih
Penyebab Angina Pektoris adalah:
Menderita Aterosklerosis Menderita Penyakit Arteri Koroner
Risiko terjangkit Angina Pektoris meningkat bila Anda:
Adalah seorang laki-laki Adalah seorang laki-laki berusia lebih dari 45 tahun Adalah seorang perempuan berusia lebih dari 55 tahun Adalah seorang perokok Memiliki diet yang tidak sehat Memiliki Hipertensi Menjalani gaya hidup yang tidak banyak bergerak Sedang menderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Sedang menderita Obesitas Sedang mengalami stres Telah didiagnosa mengidap Diabetes Mellitus Telah didiagnosa mengidap Hiperkolesterolemia
Angina Pektoris dapat menyebabkan komplikasi sebagai berikutnya:
Mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-hari Mungkin memiliki resiko yang lebih tinggi untuk Infark Miokard
Angina Pektoris dapat dicegah bila Anda:
Batasi asupan kolesterol anda Berhenti merokok Berolahraga secara rutin Jauhkan diri dari alkohol Mengelola stres anda dengan baik Menjaga berat badan yang sehat Menjaga diet yang seimbang Menjaga tekanan darah yang sehat
Penanganan dan pengobatan Angina Pektoris dapat berbeda tergantung pada kondisi pasien dan penyakit yang dideritanya. Pilihan pengobatan adalah:
Aktivator Saluran Kalium Angioplasti Aspirin Gliseril Trinitrat Nitrat Pencangkokkan Bypass Arteri Koroner Penghalang Saluran Kalsium Penghambat Enzim Pengubah Angiotensin Rehabilitasi Jantung Statin Terapi Konterpulsasi Eksternal Yang Disempurnakan
Infark Miokard
Klasifikasi
Ada dua jenis infark miokardial yang saling berkaitan dengan morfologi, patogenisis, dan
penampakan klinis yang cukup berbeda. (Dasar Patologi Penyakit, 1999 : 319)
1. Infark Transmural
Infark yang mengenai seluruh tebal dinding ventrikel. Biasanya disebabkan oleh
aterosklerosis koroner yang parah, plak yang mendadak robek dan trombosis oklusif yang
superimposed.
2. Infark Subendokardial
Terbatas pada sepertiga sampai setengah bagian dalam dinding ventrikel yaitu daerah yang
secara normal mengalami penurunan perfusi.
Etiologi (kasuari, 2002)
1. Faktor penyebab :
a. Suplai oksigen ke miocard berkurang yang disebabkan oleh 3 faktor :
Faktor pembuluh darah :
Aterosklerosis.
Spasme
Arteritis
Faktor sirkulasi :
Hipotensi
Stenosos aurta
Insufisiensi
Faktor darah :
Anemia
Hipoksemia
polisitemia
b. Curah jantung yang meningkat :
Aktifitas berlebihan
Emosi
Makan terlalu banyak
Hypertiroidisme
c. Kebutuhan oksigen miocard meningkat pada :
Kerusakan miocard
Hypertropimiocard
Hypertensi diastolic
2. Faktor predisposisi :
a. Faktor resiko biologis yang tidak dapat diubah :
usia lebih dari 40 tahun
jenis kelamin : insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita meningkat setelah
menopause
hereditas
Ras : lebih tinggi insiden pada kulit hitam.
b. Faktor resiko yang dapat diubah :
Mayor :
hiperlipidemia
hipertensi
Merokok
Diabetes
Obesitas
Diet tinggi lemak jenuh, kalori
Minor:
Inaktifitas fisik
Pola kepribadian tipe A (emosional, agresif, ambisius, kompetitif).
Stress psikologis berlebihan.
Gejala Klinis :
a. Nyeri dada yang tiba-tiba dan berlangsung terus menerus, terletak di bawah bagian sternum
dan perut atas.
b. Rasa nyeri yang tajam dan berat, biasa menyebar ke bahu dan biasanya ke lengan kiri.
c. Nyeri muncul secara spontan dan menetap selama beberapa jam samapi beberapa hari dan
tidak akan hilang dngan istirahat maupun nitrogliserin.
d. Nyeri sering disertai dengan nafas pendek, pucat, berkeringat dingin, pusing dan kepala
ringan, mual serta muntah
e. Keluhan yang khas adalah nyeri, seperti diremas-remas atau tertekan
f. Sering tampak ketakutan
g. Dapat ditemui bunyi jantung ke-2 yang pecah paradoksal, irama gallop
h. Takikardi, kulit yang pucat, dingin dan hipertensi ditemukan pada kasus yang ralative lebih
berat.
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala infark miokard ( TRIAS ) adalah :
1. Nyeri :
a. Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus-menerus tidak mereda, biasanya diatas
region sternal bawah dan abdomen bagian atas, ini merupakan gejala utama.
b. Keparahan nyeri dapat meningkat secaara menetap sampai nyeri tidak tertahankan lagi.
c. Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat menjalar ke bahu dan terus ke
bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri).
d. Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau gangguan emosional),
menetap selama beberapa jam atau hari, dan tidak hilang dengan bantuan istirahat atau
nitrogliserin (NTG).
e. Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.
f. Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis berat, pening atau kepala
terasa melayang dan mual muntah.
g. Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang hebat karena neuropati
yang menyertai diabetes dapat mengganggu neuroreseptor (mengumpulkan pengalaman
nyeri).
2. Laboratorium
Pemeriksaan Enzim jantung :
CPK-MB/CPK
Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat antara 4-6 jam, memuncak dalam
12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam.
LDH/HBDH
Meningkat dalam 12-24 jam dam memakan waktu lama untuk kembali normal
AST/SGOT
Meningkat ( kurang nyata/khusus ) terjadi dalam 6-12 jam, memuncak dalam 24 jam, kembali
normal dalam 3 atau 4 hari
3. EKG
Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya gelombang T tinggi dan simetris. Setelah ini
terdapat elevasi segmen ST.Perubahan yang terjadi kemudian ialah adanya gelombang
Q/QS yang menandakan adanya nekrosis.
Skor nyeri menurut White :
= tidak mengalami nyeri
= nyeri pada satu sisi tanpa menggangu aktifitas
= nyeri lebih pada satu tempat dan mengakibatkan terganggunya aktifitas, mislnya kesulitan
bangun dari tempat tidur, sulit menekuk kepala dan lainnya.
Patofisiologi
Umumnya infak miokart akut didasari oleh adanya arterisklerosis pembuluh darah koroner. Nekrosis
miokart akut hampir slalu terjadi akibat penyumbatan total arteria koronaria oleh thrombus yang
bentuk pada plaque aterosklerosis yang tidak stabil, juga sering ruptur. Kerusakan miokard dari
endokardium sampai epikardium, menjadi komplet dan irefersibel dalam 3- 4 jam. Meskipun
nekrosis miokard sudah komplit, proses remodeling miokard yang mengalami injuri terus berlanjut
sampai beberapa minggu karena daerah infak meluas dan daerah non infak mengalami dilatasi
Setelah terjadi infark miokard akut, daerah miokard setempat akan memperlihatkan penonjolan
sistolik dengan akibat penurunan isi sekuncup ( strok volume ) dan peningkatan mekanisme akhir
sistilik dan akhir diastolik ventikrel kiri. Tekanan akhir diastolik ventrikel kiri dengan akibat tekanan
atrium kiri juga naik. Peningkatan tekanan atrium kiri yang lama akan menyebabkan transudasi
cairan ke jaringan intersisium paru. Pemburukan hemodinamik ini tidak saja disebabkan karena
daerah infark, tetrapi juga daerah iskemik disekitarnya. Miokard relatif masih baik akan mengadakan
kompensasi, khususnya dengan bantuan energik untuk mempertahankan curah jantung, tatapi
dengan kaibat peningkatan kebutuhan oksigen miokard. Kompensasiini juga tidak akan memadai bila
daerah yang berangkutan mengalami iskemik ataujuga fibrotik. Bila infark kecil dan miokard yang
harus kompensasi masih normal, pemburukan hemodinamik akan minimal sebaikny abila infark dan
miokard yang harus kompensasi sudah buruk akibat siskemik atau infark tekanan akhir diastolik,
fentrikel kiri akan naik dan gagal jantung terjadi. Terjadinya penyakit mekanis akan rubtur seperti
ruptur septum ventrikel, regurgitasi mitral akut dan anirisma ventrikel akan memperburuk faal
hemodinamik
Aritmia merupakan penyulit IMA tersering dan terjadi terutama pada menit – menit atau jam – jam
pertama setelah serangan. Hal inidisebabkan oleh perubahan – perubahan masa refrakter, daya
hantar rangsangan dan kkepekaaan terhadap rangsangan. Sistim saraf otonom juga berperan basar
terhadap terjadinya aritmia. Pada pasien IMA inferior umumnya mengalami peningkatan tonus
parasimpatis dengan akibat kecenderuangan bradi aritmia meningkat, sedangkan peningkatan tonus
simpatis pada IMA inferior akan mempertinggi kecenderungan fibrilasi ventrikel dan perluasan infark
Definisi
Hipertensi pulmonal adalah suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah
pada pembuluh darah arteri paru-paru yang menyebabkan sesak nafas, pusing dan pingsan
pada saat melakukan aktivitas. Berdasar penyebabnya hipertensi pulmonal dapat menjadi
penyakit berat yang ditandai dengan penurunan toleransi dalam melakukan aktivitas dan
gagal jantung kanan. Penyakit ini pertama kali ditemukan oleh Dr Ernst von Romberg pada
tahun 1891.
Hipertensi pulmonal terbagi atas hipertensi pulmonal primer dan sekunder. Hipertensi
pulmonal primer adalah hipertensi pulmonal yang tidak diketahui penyebabnya sedangkan
hipertensi pulmonal sekunder adalah hipertensi pulmonal yang disebabkan oleh kondisi
medis lain. Istilah ini saat ini menjadi kurang populer karena dapat menyebabkan kesalahan
dalam penanganannya sehingga istilah hipertensi pulmonal primer saat ini diganti menjadi
Hipertensi Arteri Pulmonal Idiopatik.
Etiologi
Penyebab tersering dari hipertensi pulmonal adalah gagal jantung kiri. Hal ini disebabkan
karena gangguan pada bilik kiri jantung akibat gangguan katup jantung seperti regurgitasi
(aliran balik) dan stenosis (penyempitan) katup mitral. Manifestasi dari keadaan ini biasanya
adalah terjadinya edema paru (penumpukan cairan pada paru).
Penyebab lain hipertensi pulmonal antara lain adalah : HIV, penyakit autoimun,
sirosis hati, anemia sel sabit, penyakit bawaan dan penyakit tiroid. Penyakit pada paru yang
dapat menurunkan kadar oksigen juga dapat menjadi penyebab penyakit ini misalnya :
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), penyakit paru interstitial dan sleep apnea, yaitu
henti nafas sesaat pada saat tidur.
Patogenesis
Hipertensi pulmonal dapat menyebabkan pengerasan pembuluh darah pada dan di dalam
paru. Hal ini memperberat kerja jantung dalam memompa darah ke paru. Lama-kelamaan
pembuluh darah yang terkena akan menjadi kaku dan menebal hal ini akan menyebabkan
tekanan dalam pembuluh darah meningkat dan aliran darah juga terganggu. Hal ini akan
menyebabkan bilik jantung kanan membesar sehingga menyebabkan suplai darah dari
jantung ke paru berkurang sehigga terjadi suatu keadaan yang disebut dengan gagal jantung
kanan. Sejalan dengan hal tersebut maka aliran darah ke jantung kiri juga menurun sehingga
darah membawa kandungan oksigen yang kurang dari normal untuk mencukupi kebutuhan
tubuh terutama pada saat melakukan aktivitas.
Gejala dan Tanda
Gejala yang timbul biasanya berupa:
♪ sesak nafas yang timbul secara bertahap
♪ kelemahan
♪ batuk tidak produktif
♪ pingsan atau sinkop
♪ edema perifer (pembengkakan pada tungkai terutama tumit dan kaki)
♪ dan gejala yang jarang timbul adalah hemoptisis (batuk berdarah)
Hipertensi Arteri Pulmonal biasanya tidak disertai gejala orthopnea (sesak nafas akibat
perubahan posisi) atau Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (sesak nafas pada saat tidur). Gejala-
gejala tersebut biasanya timbul pada Hipertensi Vena Pulmonal.
Rasa nyeri akibat hipertensi pulmonal akut dirasakan ditengah-tengah dada seperti
digencet dan diperas dan seringdikacaukan dengan rasa nyeri akibat infark miokard.
Bedanyaialah rasa nyeri akibat hipertensi pulmonal akut tidak menjalar ke bahu, ke punggung
dan ke bawah rahang. Biasanyadirasakan retrosternal dalam dan penderita merasa cemasdan
takut akan mati. Rasa nyeri ini timbul akibat pelebaranpembuluh darah secara mendadak.
Tanda hipertensi pulmonal berupa :
Distensi vena jugularis
Impuls ventrikel kanan dominan
Komponen katup paru menguat.
S3 jantung kanan
Murmur trikuspid
Hepatomegali
Edema perifer
Klasifikasi Klinik Hipertensi Pulmonal (Venice 2003)
1. Hipertensi arteri pulmonal
♪ Idiopatik atau primer
♪ Familial
♪ Hipertensi yang berhubungan dengan :
Penyakit kolagen pada pembuluh darah
Shunt kongenital sistemic ke pulmonal
Hipertensi portal
Infeksi HIV
Toksin dan obat-obatan
Penyakit lain
♪ Yang berhubungan dengan keterlibatan vena atau kapiler
Penyakit oklusi vena pulmonal
Hemangiomatosis kapiler pulmonal
1. Hipertensi Pulmonal dengan penyakit jantung kiri
Penyakit atrium atau ventrikel kiri jantung
Penyakit katup jantung kiri.
1. Hipertensi pulmonal yang dihubungkan dengan penyakit paru dan atau hipoksia:
Penyakit paru obstruksi kronis
Penyakit jaringan paru
Gangguan napas saat tidur
Kelainan hipoventilasi alveolar
Tinggal lama di tempat yang tinggi
Perkembangan abnormal
1. Hipertensi Pulmonal oleh karena penyakit emboli trombitik kronik
Obstruksi tromboembolik arteri pulmonalis proksimal
Obstruksi tromboembolik arteri pulmonalis distal
Emboli pulmonal non trombotik (tumor, parasit, benda asing)
1. Miscellaneous
Sarcoidosis, histiocytosis-X, lymphangiomatosis, penekanan pembuluh darah paru
(adenopati,tumor,fibrosis mediatinitis)
Diagnosis
Untuk mendiagnosa hipertensi pulmonal, dokter dapat melakukan satu atau lebih tes
untuk mengevaluasi kerja jantung dan paru-paru pasien. Hal ini termasuk X-ray di daerah
dada untuk menunjukkan pembesaran dan ketidaknormalan pembuluh paru-paru,
echocardiograms yang menunjukkan visualisasi jantung, mengukur besar ukuran jantung,
fungsi dan aliran darah, dan mengadakan pengukuran tidak langsung terhadap tekanan di
pembuluh paru-paru.
Elektrokardiograf
Gambaran pada EKG brupa strain ventrikel kanan dan pergeseran aksis ke kanan dapat
membantu menegakkan diagnosis hipertensi pulmonal.
Radiologi
Khas parenkim paru pada hipertensi pulmonal bersih. Foto torak dapat membantu diagnosis
atau membantu menemukan penyakit lain yang mendasari hipertensi pulmonal. Gambaran
khas foto toraks pada hipertensi pulmonal ditemukan bayangan hilar, bayangan arteri
pulmonalis dan pada foto toraks lateral pembesaran ventrikel kanan.
MRI
Hipertrofi dan dilatasi ventrikel kanan serta pergeseran aliran dari kiri ke kanan juga terjadi.
Angiografi
Kateterisasi jantung merupakan baku emas untuk diagnosis hipertensi arteri pulmonal.
Kateterisasi membantu diagnosis dengan menyingkirkan etiologi lain seperti penyakit jantung
kiri dan memberikan informasi penting untuk dugaan prognostik pada pasien dengan
hipertensi pulmonal. Tes vasodilator dengan obat kerja singkat (seperti adenosisn, inhalasi
nitrit oxid atau epoprostenol) dapat dilakukan selama kateterisasi, respons vasodilatasi positif
bila didapatkan penurunan tekanan arteri pulmonalis dan resistensi vaskular paru sedikitnya
20% dari tekanan awal. Pasien dengan hipertensi arteri pulmonal yang berespon positif
dengan vasodilator akut pada pemeriksaan kateterisasi, survivalnya akan meningkat dengan
pengobatan blokade saluran kalsium jangka lama. Dengan katerisasi jantung juga dapat
memberikan informasi mengenai saturasi oksigen pada vena sentral, atrium dan ventrikel
kanan dan arteri pulmonal yang berguna dalam menilai prognostik hipertensi pulmonal
Penatalaksanaan
Pengobatan hipertensi pulmonal bertujuan untuk mengoptimalkan fungsi jantung kiri
dengan menggunakan obat-obatan seperti : diuretik, beta-bloker dan ACE inhibitor atau
dengan cara memperbaiki katup jantung mitral atau katup aorta (pembuluh darah utama).
Pada hipertensi pulmonal pengobatan dengan perubahan pola hidup, diuretik, antikoagulan
dan terapi oksigen merupakan suatu terapi yang lazim dilakukan, tetapi berdasar dari
penelitian terapi tersebut belum pernah dinyatakan bermanfaat dalam mengatasi penyakit
tersebut.
Obat-obatan vasoaktif
Obat-obat vasoaktif yang digunakan pada saat ini antara lain adalah antagonis
reseptor endotelial, PDE-5 inhibitor dan derivat prostasiklin. Obat-obat tersebut bertujuan
untuk mengurangi tekanan dalam pembuluh darah paru. Sildenafil adalah obat golongan
PDE-5 inhibitor yang mendapat persetujuan dari FDA pada tahun 2005 untuk mengatasi
hipertensi pulmonal
Untuk vasodilatasi pada paru, ada beberapa obat-obatan yang dapat digunakan. Antara
lain Beraprost sodium (Dorner), infus PGI, Injeksi lipo PGE-1, ACE Inhibitor, Antagonis
Kalsium dan Inhalasi NO. Beraprost sodium efeknya tidak hanya sebagai vasodilator, tetapi
juga efek pleiotropik, seperti menghambat agresi platelet, mencegah cedera sel endotel dan
memperbaiki cedera sel endotel.
Pasien yang diberikan Beraprost, memiliki harapan hidup yang lebih baik (86%)
dibandingkan yang tidak diberi Beraprost (75%). Hal ini karena Beraprost bekerja sebagai
vasodilator yang menurunkan curah jantung dan ini mengurangi beban ventrikel kanan,
menghambat progresifitas gagal jantung kanan, memperbaiki toleransi olahraga dan
meningkatkan harapan hidup.
Terapi bedah
Pembedahan sekat antar serambi jantung (atrial septostomy) yang dapat
menghubungkan antara serambi kanan dan serambi kiri dapat mengurangi tekanan pada
jantung kanan tetapi kerugian dari terapi ini dapat mengurangi kadar oksigen dalam darah
(hipoksia). Transplantasi paru dapat menyembuhkan hipertensi pulmonal namun komplikasi
terapi ini cukup banyak dan angka harapan hidupnya kurang lebih selama 5 tahun.
Definisi Pleurisy
Pleurisy adalah peradangan dari lapisan sekeliling paru-paru (pleura). Ada dua pleura: satu yang
melindungi paru (diistilahkan visceral pleura) dan yang lain melindungi dinding bagian dalam dari
dada (parietal pleura). Dua lapisan-lapisan ini dilumasi oleh cairan pleural. Pleurisy seringkali
dihubungkan dengan akumulasi dari cairan ekstra dalam ruang antara dua lapisan dari pleura. Cairan
ini dirujuk sebagai pleural effusion. Pleurisy juga dirujuk sebagai pleuritis. Serat-serat nyeri dari paru
berlokasi pada pleura. Ketika jaringan ini meradang, itu berakibat pada nyeri yang tajam pada dada
yang memburuk dengan napas, atau pleurisy. Gejala-gejala lain dari pleurisy dapat termasuk batuk,
kepekaan dada, dan sesak napas. Penyebab Pleurisy
Pleurisy dapat disebabkan oleh apa saja dari kondisi-kondisi berikut:
* Infeksi-Infeksi: bakteri-bakteri (termasuk yang menyebabkan tuberculosis), jamur-jamnur, parasit-
parasit, atau virus-virus
* Kimia-Kimia Yang Terhisap Atau Senyawa-Senyawa Beracun: paparan pada beberapa agen-agen
perbersih seperti ammonia
* Penyakit-Penyakit Vaskular Kolagen: lupus, rheumatoid arthritis
* Kanker-Kanker: contohnya, penyebaran dari kanker paru atau kanker payudara ke pleura
* Tumor-Tumor Dari Pleura: mesothelioma atau sarcoma
* Kemacetan: gagal jantung
* Pulmonary embolism: bekuan darah didalam pembuluh-pembuluh darah ke paru-paru. Bekuan-
bekuan ini adakalanya dengan parah mengurangi darah dan oksigen ke bagian-bagian dari paru dan
dapat berakibat pada kematian pada bagian itu dari jaringan paru (diistilahkan lung infarction). Ini
juga dapat menyebabkan pleurisy.
* Rintangan dari Kanal-Kanal Limfa: sebagai akibat dari tumor-tumor paru yang berlokasi secara
central
* Trauma: patah-patahan rusuk atau iritasi dari tabung-tabung dada yang digunakan untuk
mengalirkan udara atau cairan dari rongga pleural pada dada
* Obat-Obat Tertentu: obat-obat yang dapat menyebabkan sindrom-sindrom seperti lupus (seperti
Hydralazine, Procan, Dilantin, dan lain-lainnya)
* Proses-proses Perut: seperti pankreatitis, sirosis hati
* Lung infarction: kematian jaringan paru yang disebabkan oleh kekurangan oksigen dari suplai
darah yang buruk
Cara Kerja Pleura
Pleura tersusun dari dua lapisan dari jaringan lapisan yang tipis. Lapisan yang melindungi paru
(visceral pleura) dan parietal pleura yang melindungi dinding dalam dari dada dilumasi oleh cairan
pleural. Normalya, disana ada kira-kira 10-20 ml cairan yang bening yang bekerja sebagai pelumas
antara lapisan-lapisan ini. Cairan ini secara terus menerus diserap dan digantikan, terutama melaui
lapisan bagian luar dari pleura. Tekanan didalam pleura adalah negatif (seperti dalam penghisapan)
dan menjadi bahkan lebih negatif selama penghisapan (bernapas masuk). Tekanan menjadi kurang
negatif selama penghembusan (bernapas keluar). Oleh karenanya, ruang diantara dua lapisan dari
pleura selalu mempunyai tekanan negatif. Introduksi dari udara (tekanan positif) kedalam ruang
(seperti dari luka pisau) akan berakibat pada mengempisnya paru.
Gejala-Gejala Pleurisy
* Nyeri pada dada yang diperburuk oleh bernapas
* Sesak Napas
* Perasaan "ditikam"
Gejala yang paling umum dari pleurisy adalah nyeri yang umumnya diperburuk oleh penghisapan
(menarik napas). Meskipun paru-paru sendiri tidak mengandung syaraf-syaraf nyeri apa saja, pleura
mengandung berlimpah-limpah ujung-ujung syaraf. Ketika cairan ekstra berakumulasi dalam ruang
antara lapisan-lapisan dari pleura, nyeri biasanya dalam bentuk pleurisy yang kurang parah. Dengan
jumlah-jumlah akumulasi cairan yang sangat besar, ekspansi dari paru-paru dapat dibatasi, dan sesak
napas dapat memburuk. Mendiagnosa Pleurisy
Nyeri dari pleurisy adalah sangat khusus. Nyerinya di dada dan biasanya tajam dan diperburuk oleh
bernapas. Bagaimanapun, nyerinya dapat dikacaukan dengan nyeri dari:
* Peradangan sekitar jantung (pericarditis)
* Serangan jantung (myocardial infarction)
* Kebocoran udara didalam dada (pneumothorax)
Untuk membuat diagnosis dari pleurisy, dokter memeriksa dada pada area nyeri dan seringkali dapat
mendegar (dengan stethoscope) friksi (gesekan) yang dihasilkan oleh gosokan dari dua lapisan
pleura yang meradang dengan setaip pernapasan. Bunyi yang dihasilkan oleh suara ini diistilahkan
sebagai pleural friction rub. (Berlawanan dengannya, friksi dari gosokan yang terdengar dengan
pericarditis adalah serempak dengan denyut jantung dan tidak berubah dengan pernapasan).
Dengan jumlah-jumlah yang besar dari akumulasi cairan pleural, disana mungkin ada suara-suara
pernapasan yang berkurang (suara-suara pernapasan yang kurang didengar melalui stethoscope)
dan dada bunyinya tumpul ketika dokter mengetuk diatasnya (ketumpulan atas ketukan).
X-ray dada pada posisi tegak lurus dan ketika berbaring pada sisi adalah alat yang akurat dalam
mendiagnosa jumlah-jumlah yang kecil dari cairan dalam ruang pleural. Adalah mungkin untuk
memperkirakan jumlah dari cairan ynag terkumpul dengan penemuan-penemuan pada x-ray.
(Adakalaya, sebanyak 4-5 liter cairan dapat berakumulasi didalam ruang pleural).
Ultrasound adalah juga metode yang sensitif untuk mendeteksi kehadiran cairan pleural.
CT scan dapat sangat bermanfaat dalam mendeteksi kantong-kantong yang terjebak dari cairan
pleural serta dalam menentukan sifat dari jaringan-jaringan yang mengelilingi area. Pengangkatan
cairan pleural dengan suntikan (penyedotan) adalah penting dalam mendiagnosa penyebab dari
pleurisy. Warna, konsistensi, dan kejernihan dari cairan dianalisa dalam laboratorium. Analisa cairan
didefinisikan sebagai "exudate" (tinggi dalam protein, rendah dalam gula, tinggi dalam enzim LDH,
dan tinggi dalam jumlah sel putih; karakteristik dari proses peradangan) atau "transudate"
(mengandung tingkat-tingkat yang normal dari kimia-kimia tubuh ini). Penyebab-penyebab dari
cairan exudate termasuk infeksi-infeksi (seperti pneumonia), kanker, tuberculosis, dan penyakit-
penyakit collagen (seperti rheumatoid arthritis danlupus). Penyebab-penyebab dari cairan
transudate adalah gagal jantung kongesti dan penyakit-penyakit hati dan ginjal. Pulmonary emboli
dapat menyebabkan salah satu dari transudates atau exudates pada ruang pleural. Cairan juga dapat
diuji untuk kehadiran dari organisme-organisme infeksius dan sel-sel kanker. Pada beberapa kasus-
kasus, potongan kecil dari pleura mungkin diangkat untuk studi mikroskopik (dibiopsi) jika ada
kecurigaan dari tuberculosis (TB) atau kanker.
Merawat Pleurisy. External splinting dari dinding dada dan obat nyeri dapat mengurangi nyeri dari
pleurisy. Perawatan dari penyakit yang mendasarinya, tentu saja, akhirnya membebaskan pleurisy.
Contohnya, jika kondisi jantung, paru, atau ginjal hadir, ia dirawat. Pengangkatan cairan dari rongga
dada (thoracentesis) dapat menghilangkan nyeri dan sesak napas. Adakalanya pengangkatan cairan
dapat membuat pleurisy memburuk sementara karena sekarang dua permukaan pleural yang
meradang dapat menggosok secara langsung pada satu sama lainnya dengan setaip pernapasan. Jika
cairan pleural menunjukan tanda-tanda infeksi, perawatan yang tepat melibatkan antibiotik-
antibiotik dan pengaliran dari cairan. Jika ada nanah didalam ruang pleural, tabung pengaliran dada
harus dimasukan. Prosedur ini melibatkan penempatan tabung didalam dada dibawah pembiusan
total. Tabung kemudian disambungkan ke ruang yang disegel yang dihubungkan ke alat pengisapan
dalam rangka untuk menciptakan lingkungan tekanan negatif. Pada kasus-kasus yang berat, dimana
ada jumlah-jumlah yang besar dari nanah dan jaringan parut (adhesions), ada keperluan untuk
"decortication". Prosedur ini melibatkan pemeriksaan ruang pleural dibawah pembiusan dengan
scope khusus (thoracoscope). Melalui alat seperti pipa, jaringan parut, nanah, dan puing-puing dapat
diangkat. Adakalanya, prosedur operasi terbuka (thoracotomy) diperlukan untuk kasus-kasus yang
menyulitkan. Pada kasus-kasus dari pleural effusion yang berakibat dari kanker, cairan seringkali
berakumulasi kembali. Pada tatacara ini, prosedur yang disebut pleurodesis digunakan. Prosedur ini
memerlukan menanamkan iritan, seperti bleomycin, tetracycline, atau bedak talc, didalam ruang
antara lapisan-lapisan pleural dalam rangka menciptakan peradangan. Peradangan ini, pada
gilirannya, akan melekatkan dua pleura bersama ketika luka parut berkembang. Prosedur ini dengan
demikian melenyapkan ruang antara pleura dan mencegah akumulasi kembali dari cairan.
Pencegahan Pleurisy.Pleurisy dapat dicegah, tergantung pada penyebabnya. Contohnya, intervensi
dini dalam merawat pneumonia mungkin mencegah akumulasi dari cairan pleural. Pada kasus dari
penyakit jantung, paru, atau ginjal, manajemen dari penyakit yang mendasarinya dapat membantu
mencegah akumulasi cairan.
Perikarditis
Perikarditis adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan peradangan pada perikardium,
kantung berlapis ganda yang mengelilingi jantung.Kedua lapisan perkardium biasanya dipisahkan
oleh sebuah lapisan cairan yang tipis yang berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan jantung
memompa dengan mudah dan efisien tanpa adanya gesekan. Pada perikarditis, bertambahnya
cairan yang berlebihan ini bahkan membatasi gerakan jantung, menyebabkan nyeri dada yang parah
meskipun ada sedikit kerusakan yang tidak begitu nyata di jantung. Ada tiga jenis utama perikarditis
berdasarkan lamanya gejala: Perikarditis Akut, Perikarditis Rekuren dan Perikarditis Kronis. Pada
kasus yang ringan kondisi ini dapat membaik dengan sendirinya. Untuk kasus yang berat, biasanya
dipilih perawatan berupa pengobatan dan untuk kejadian yang sangat jarang, dibutuhkan tindakan
pembedahan untuk menghilangkan cairan berlebih tersebut ketika kondisinya mulai menyebabkan
terjadinya tamponade jantung.
Tanda dan gejala Perikarditis yang mungkin timbul:
Batuk kering Demam Kelelahan Memiliki kesulitan bernapas Mual Pembengkakan pada tungkai kaki Pembengkakan perut Rasa sakit di dada Sesak nafas
Penyebab Perikarditis adalah:
Infeksi bakteri Infeksi jamur Infeksi parasit Infeksi virus Menderita Infark Miokard Menderita Kanker Menderita Tuberkulosis
Risiko terjangkit Perikarditis meningkat bila Anda:
Menderita cedera dada Menderita infeksi bakteri Menderita infeksi jamur Menderita infeksi virus Saat ini sedang menjalani Imunosupresan Sedang menderita Demam Rematik Sedang mengkonsumsi Terapi Radiasi Telah didiagnosa mengidap Hipotiroidisme Telah didiagnosa mengidap Leukimia Terinfeksi oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Perikarditis dapat menyebabkan komplikasi sebagai berikutnya:
Dapat menyebabkan perkembangan Aritmia Mungkin memiliki resiko yang lebih tinggi untuk Gagal Jantung Kongestif Mungkin memiliki resiko yang lebih tinggi untuk Perikarditis
Penanganan dan pengobatan Perikarditis dapat berbeda tergantung pada kondisi pasien dan penyakit yang dideritanya. Pilihan pengobatan adalah:
Analgesik Anti Jamur Antibiotik Aspirin Obat Anti Peradangan Perikardiosentesis
Klasifikasi Fraktur Iga
a) Menurut jumlah costa yang mengalami fraktur dapat dibedakan :
· Fraktur simple
· Fraktur multiple
b) Menurut jumlah fraktur pada setiap costa dapat :
· Fraktur segmental
· Fraktur simple
· Fraktur comminutif
c) Menurut letak fraktur dibedakan :
· Superior (costa 1-3 )
· Median (costa 4-9)
· Inferior (costa 10-12 ).
d) Menurut posisi :
· Anterior,
· Lateral
· Posterior.
Fraktur costa atas (1-3) dan fraktur Skapula
1. Akibat dari tenaga yang besar
2. meningkatnya resiko trauma kepala dan leher, spinal cord, paru, pembuluh darah
besar
3. mortalitas sampai 35%
Fraktur Costae tengah (4-9) :
1. Peningkatan signifikansi jika multiple. Fraktur kosta simple tanpa komplikasi
dapat ditangani pada rawat jalan.
2. MRS jika pada observasi :
Penderita dispneu
Mengeluh nyeri yang tidak dapat dihilangkan
Penderita berusia tua
Memiliki preexisting lung function yang buruk.
Fraktur Costae bawah (10-12) :
Terkait dengan resiko injury pada hepar dan spleen
Catatan : insersi chest tube sebagai profilaksis harus dilakukan pada semua px trauma
yang diintubasi pada adanya fraktur kostae. Associated injuries sering terlewatkan
meliputi :kontusio kardiak, rupture diafragmatik dan injury esophageal.
5. Etiologi
Secara garis besar penyebab fraktur costa dapat dibagi dalam 2 kelompok :
1. Disebabkan trauma
Trauma tumpul
Penyebab trauma tumpul yang sering mengakibatkan adanya fraktur costa antara
lain: Kecelakaan lalulintas,kecelakaan pada pejalan kaki ,jatuh dari ketinggian, atau
jatuh pada dasar yang keras atau akibat perkelahian.
Trauma Tembus
Penyebab trauma tembus yang sering menimbulkan fraktur costa :Luka tusuk dan
luka tembak
2. Disebabkan bukan trauma
Yang dapat mengakibatkan fraktur costa ,terutama akibat gerakan yang menimbulkan
putaran rongga dada secara berlebihan atau oleh karena adanya gerakan yang
berlebihan dan stress fraktur,seperti pada gerakan olahraga : Lempar martil, soft ball,
tennis, golf.
6. Patofisiologi
Costae merupakan salah satu komponen pembentuk rongga dada yang
berfungsi memberikan perlindungan terhadap organ di dalamnya dan yang lebih
penting adalah mempertahankan fungsi ventilasi paru. Fraktur costae dapat
terjadi akibat trauma yang datangnya dari arah depan, samping, ataupun dari
belakang. Walaupun kontruksi tulang iga sangat kokoh dan kuat namun tulang
iga adalah tulang yang sangat dekat dengan kulit dan tidak banyak memiliki
pelindung. Apabila terjadi trauma tajam dan trauma tumpul dengan kekuatan
yang cukup besar saja yang mampu menimbulkan cedera pada alat / organ
dalam yang vital yang ada di dalamnya.
Cedera pada organ tersebut tergantung pada bagian tulang iga yang mana
yang mengalami fraktur. Cedera pada tiga iga pertama jarang terjadi karena
ditunjang pula oleh tulang-tulang dari bahu seperti skapula, kalvikula, humerus
dan seluruh otot. Namun dapat mengakibatkan kematian yang tinggi karena
fraktur tersebut berkaitan dengan laserasi arteri atau vena subkalvia. Cedera
pada iga keempat hingga kesembilan merupakan tempat fraktur yang paling
umum dapat terjadi kemungkinan cedera jantung dan paru. Dapat
mengakibatkan kerusakan ventilasi paru, meningkatkan stimulasi saraf sehingga
pasien akan mengalami nyeri yang sangat hebat, nyeri tekan, dan spasme otot di
atas area fraktur, yang diperburuk dengan batuk, napas dalam, dan gerakan.
Sehingga terjadi masalah keperawatan yaitu Nyeri akut.
Untuk mengurangi nyeri tersebut pasien melakukan kompensasi dengan
bernapas dangkal sehingga masalah keperawatan yang akan timbul adalah
Ketidakefektifan pola pernapasan dan menghindari untuk menghela napas,
napas dalam, batuk, dan bergerak. Keengganan untuk bergerak atau bernapas ini
sangat mengakibatkan penurunan ventilasi dan juga dapat terjadi masalah
keperawatan yaitu Inefektif bersihan jalan napas dan Gangguan mobilitas fisik,
selanjutnya dapat terjadi kolaps alveoli yang tidak mendapatkan udara
(atelektasis) sehingga terjadi hipoksemia bahkan dapat terjadi gagal napas.
Apabila melukai otot jantung dapat mengakibatkan tamponade jantung dengan
tertimbunnya darah dalam rongga perikardium yang akan mampu meredam
aktivitas diastolik jantung.
Sedangkan iga 10-12 agak jarang terjadi fraktur, karena iga 10-12 ini bisa
mobilisasi, apabila terjadi fraktur kemungkinan cedera organ intraabdomen
seperti pada limpa dan hepar karena tergores oleh patahan tulang iga.
7. Tanda Dan Gejala
Nyeri tekan, crepitus dan deformitas dinding dada
Adanya gerakan paradoksal
Tanda–tanda insuffisiensi pernafasan : Cyanosis, tachypnea.
Kadang akan tampak ketakutan dan cemas, karena saat bernafas bertambah nyeri
Korban bernafas dengan cepat , dangkal dan tersendat . Hal ini sebagaiusaha
untuk membatasi gerakan dan mengurangi rasa nyeri.
Nyeri tajam pada daerah fraktur yang bertambah ketika bernafas dan batuk
Mungkin terjadi luka terbuka diatas fraktur, dan dari luka ini dapat terdengar
suara udara yang “dihisap” masuk ke dalam rongga dada.
Gejala-gejala perdarahan dalam dan syok.
8. TEST DIAGNOSTIK
a) Rontgen standar
Rontgen thorax anteroposterior dan lateral dapat membantu diagnosis
hematothoraks dan pneumothoraks ataupun contusio pulmonum, mengetahui jenis
dan letak fraktur costae.
Foto oblique membantu diagnosis fraktur multiple pada orang dewasa.
Pemeriksaan Rontgen toraks harus dilakukan untuk menyingkirkan cedera toraks lain,
namun tidak perlu untuk identifikasi fraktur iga.
b) EKG
c) Monitor laju nafas, analisis gas darah
d) Pulse oksimetri
e) Aortografi untuk memeriksa adanya rupture aorta
9. Komplikasi a. Atelektasis
b. Pneumonia
c. Hematotoraks
d. Pneumotoraks
e. Cidera intercostalis, pleura visceralis, paru maupun jantung
f. Laserasi jantung.
g. Pleura viseralis paru maupun jantung
10. Penatalaksanaan 1. Fraktur 1-2 iga tanpa adanya penyulit/kelainan lain : konservatif (analgetika)
2. Fraktur >2 iga : waspadai kelainan lain (edema paru, hematotoraks,
pneumotoraks)
3. Penatalaksanaan pada fraktur iga multipel tanpa penyulit pneumotoraks,
hematotoraks, atau kerusakan organ intratoraks lain, adalah:
• Analgetik yang adekuat (oral/ iv / intercostal block)
• Bronchial toilet
• Cek Lab berkala : Hb, Ht, Leko, Tromb, dan analisa gas darah
• Cek Foto Ro berkala
Dengan blok saraf interkostal, yaitu pemberian narkotik ataupun relaksan
otot merupakan pengobatan yang adekuat. Pada cedera yang lebih hebat,
perawatan rumah sakit diperlukan untuk menghilangkan nyeri, penanganan
batuk, dan pengisapan endotrakeal.
Pada fase akut, pasien harus istirahat dan tidak melakukan aktivitas fisik sampai
nyeri dirasakan hilang oleh pasien. Pemberian Oksigen membantu proses
bernapas. Namun tidak dianjurkan dilakukan pembebatan karena dapat
mengganggu mekanisme bernapas.
Pengobatan yang diberikan analgesia untuk mengurangi nyeri dan membantu
pengembangan dada: Morphine Sulfate. Hidrokodon atau kodein yang
dikombinasi dengan aspirin atau asetaminofen setiap 4 jam. Blok nervus
interkostalis dapat digunakan untuk mengatasi nyeri berat akibat fraktur costae -
Bupivakain (Marcaine) 0,5% 2 sampai 5 ml, diinfiltrasikan di sekitar nervus
interkostalis pada costa yang fraktur serta costa-costa di atas dan di bawah yang
cedera. Tempat penyuntikan di bawah tepi bawah costa, antara tempat fraktur
dan prosesus spinosus. Jangan sampai mengenai pembuluh darah interkostalis
dan parenkim paru.
Tujuan pengobatan adalah untuk mengontrol nyeri dan untuk mendeteksi serta
mengatasi cedera. Sedasi digunakan untuk menghilangkan nyeri dan
memungkinkan napas dalam dan batuk. Harus hati-hati untuk menghindari
oversedasi dan menekan dorongan bernapas. Strategi alternatif untuk
menghilangkan nyeri termasuk penyekat saraf interkosta dan es di atas tempat
fraktur, korset dada dapat menurunkan nyeri saat bergerak. Biasanya nyeri dapat
diatasi dalam 5 sampai 7 hari dan rasa tidak nyaman dapat dikontrol dengan
analgesia apidural, analgesia yang dikontrol pasien, atau analgesia non-opioid.
Kebanyakan fraktur iga menyembuh dalam 3 sampai 6 minggu. Pasien dipantau
dengan ketat terhadap tanda-tanda dan gejala yang berkaitan dengan cedera.
Setelah nyeri berkurang, lakukan latihan fisik dengan ahli fisioterapi pada
keadaan fraktur yang tidak terlalu berat. Lakukan peghisapan mukus. Pada
keadaan fraktur yang sangat buruk seperti pada Flail Chest, kasus ini
membutuhkan pembedahan traksi pada bagian dinding dada yang mengambang,
bila keadaan penderita stabil dapat dilakukan stabilisasi dinding dada secara
operatif.
11. Prognosa
Fraktur iga pada anak dengan tanpa komplikasi memiliki prognosis baik
karena tulang iga anak-anak yang masih lentur hanya menyebabkan ruptur saja
dibutuhkan benturan yang cukup kuat untuk menyebabkan fraktur pada tulang
iga anak. Sedangkan Fraktur iga pada orang dewasa, penyambungan tulang
relatif lebih lama dan biasanya disertai komplikasi.
12. Asuhan Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang lazim dijumpai pada klien fraktur adalah sebagai
berikut:
Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan
lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas.
Risiko disfungsi neurovaskuler perifer b/d penurunan aliran darah (cedera
vaskuler, edema, pembentukan trombus)
Gangguan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah, emboli, perubahan
membran alveolar/kapiler (interstisial, edema paru, kongesti)
Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri, terapi
restriktif (imobilisasi)
Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat,
sekrup)
Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan kulit, taruma
jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang)
Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d
kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif,
kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada(Doengoes, 2000)
b. Intervensi Keperawatan
Nyeri akut b/d spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringan
lunak, pemasangan traksi, stress/ansietas.
Tujuan: Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang dengan menunjukkan
tindakan santai, mampu berpartisipasi dalam beraktivitas, tidur, istirahat dengan tepat,
menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas trapeutik sesuai
indikasi untuk situasi individual
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Pertahankan imobilasasi bagian
yang sakit dengan tirah baring,
gips, bebat dan atau traksi
2. Tinggikan posisi ekstremitas yang
Mengurangi nyeri dan mencegah
malformasi.
Meningkatkan aliran balik vena,
terkena.
3. Lakukan dan awasi latihan gerak
pasif/aktif.
4. Lakukan tindakan untuk
meningkatkan kenyamanan
(masase, perubahan posisi)
5. Ajarkan penggunaan teknik
manajemen nyeri (latihan napas
dalam, imajinasi visual, aktivitas
dipersional)
6. Lakukan kompres dingin selama
fase akut (24-48 jam pertama)
sesuai keperluan.
7. Kolaborasi pemberian analgetik
sesuai indikasi.
Evaluasi keluhan nyeri (skala,
petunjuk verbal dan non verval,
perubahan tanda-tanda vital)
mengurangi edema/nyeri.
Mempertahankan kekuatan otot dan
meningkatkan sirkulasi vaskuler.
Meningkatkan sirkulasi umum,
menurunakan area tekanan lokal dan
kelelahan otot.
Mengalihkan perhatian terhadap
nyeri, meningkatkan kontrol terhadap
nyeri yang mungkin berlangsung
lama.
Menurunkan edema dan mengurangi
rasa nyeri.
Menurunkan nyeri melalui
mekanisme penghambatan rangsang
nyeri baik secara sentral maupun
perifer.
Menilai perkembangan masalah
klien.
b. Risiko disfungsi neurovaskuler perifer b/d penurunan aliran darah (cedera
vaskuler, edema, pembentukan trombus)
Tujuan : Klien akan menunjukkan fungsi neurovaskuler baik dengan kriteria akral
hangat, tidak pucat dan syanosis, bisa bergerak secara aktif
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Dorong klien untuk secara rutin Meningkatkan sirkulasi darah dan
melakukan latihan menggerakkan
jari/sendi distal cedera.
2. Hindarkan restriksi sirkulasi akibat
tekanan bebat/spalk yang terlalu
ketat.
3. Pertahankan letak tinggi
ekstremitas yang cedera kecuali ada
kontraindikasi adanya sindroma
kompartemen.
4. Berikan obat antikoagulan
(warfarin) bila diperlukan.
5. Pantau kualitas nadi perifer, aliran
kapiler, warna kulit dan kehangatan
kulit distal cedera, bandingkan
dengan sisi yang normal.
mencegah kekakuan sendi.
Mencegah stasis vena dan sebagai
petunjuk perlunya penyesuaian
keketatan bebat/spalk.
Meningkatkan drainase vena dan
menurunkan edema kecuali pada
adanya keadaan hambatan aliran
arteri yang menyebabkan penurunan
perfusi.
Mungkin diberikan sebagai upaya
profilaktik untuk menurunkan
trombus vena.
Mengevaluasi perkembangan
masalah klien dan perlunya
intervensi sesuai keadaan klien.
c. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan aliran darah, emboli, perubahan
membran alveolar/kapiler (interstisial, edema paru, kongesti)
Tujuan : Klien akan menunjukkan kebutuhan oksigenasi terpenuhi dengan kriteria
klien tidak sesak nafas, tidak cyanosis analisa gas darah dalam batas normal
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Instruksikan/bantu latihan napas
dalam dan latihan batuk efektif.
2. Lakukan dan ajarkan perubahan
Meningkatkan ventilasi alveolar dan
perfusi.
posisi yang aman sesuai keadaan
klien.
3. Kolaborasi pemberian obat
antikoagulan (warvarin, heparin)
dan kortikosteroid sesuai indikasi.
4. Analisa pemeriksaan gas darah,
Hb, kalsium, LED, lemak dan
trombosit
5. Evaluasi frekuensi pernapasan dan
upaya bernapas, perhatikan adanya
stridor, penggunaan otot aksesori
pernapasan, retraksi sela iga dan
sianosis sentral.
Reposisi meningkatkan drainase
sekret dan menurunkan kongesti
paru.
Mencegah terjadinya pembekuan
darah pada keadaan tromboemboli.
Kortikosteroid telah menunjukkan
keberhasilan untuk
mencegah/mengatasi emboli lemak.
Penurunan PaO2 dan peningkatan
PCO2 menunjukkan gangguan
pertukaran gas; anemia,
hipokalsemia, peningkatan LED dan
kadar lipase, lemak darah dan
penurunan trombosit sering
berhubungan dengan emboli lemak.
Adanya takipnea, dispnea dan
perubahan mental merupakan tanda
dini insufisiensi pernapasan,
mungkin menunjukkan terjadinya
emboli paru tahap awal.
d. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri, terapi
restriktif (imobilisasi)
Tujuan : Klien dapat meningkatkan/mempertahankan mobilitas pada tingkat paling
tinggi yang mungkin dapat mempertahankan posisi fungsional meningkatkan
kekuatan/fungsi yang sakit dan mengkompensasi bagian tubuh menunjukkan tekhnik
yang memampukan melakukan aktivitas
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Pertahankan pelaksanaan aktivitas
rekreasi terapeutik (radio, koran,
kunjungan teman/keluarga) sesuai
keadaan klien.
2. Bantu latihan rentang gerak pasif
aktif pada ekstremitas yang sakit
maupun yang sehat sesuai keadaan
klien.
3. Berikan papan penyangga kaki,
gulungan trokanter/tangan sesuai
indikasi.
4. Bantu dan dorong perawatan diri
(kebersihan/eliminasi) sesuai
keadaan klien.
5. Ubah posisi secara periodik sesuai
keadaan klien.
6. Dorong/pertahankan asupan cairan
2000-3000 ml/hari.
7. Berikan diet TKTP.
Memfokuskan perhatian,
meningkatakan rasa kontrol
diri/harga diri, membantu
menurunkan isolasi sosial.
Meningkatkan sirkulasi darah
muskuloskeletal, mempertahankan
tonus otot, mempertahakan gerak
sendi, mencegah kontraktur/atrofi
dan mencegah reabsorbsi kalsium
karena imobilisasi.
Mempertahankan posis fungsional
ekstremitas.
Meningkatkan kemandirian klien
dalam perawatan diri sesuai kondisi
keterbatasan klien.
Menurunkan insiden komplikasi kulit
dan pernapasan (dekubitus,
atelektasis, penumonia)
Mempertahankan hidrasi adekuat,
men-cegah komplikasi urinarius dan
konstipasi.
Kalori dan protein yang cukup
diperlukan untuk proses
penyembuhan dan mem-pertahankan
fungsi fisiologis tubuh.
8. Kolaborasi pelaksanaan fisioterapi
sesuai indikasi.
9. Evaluasi kemampuan mobilisasi
klien dan program imobilisasi.
Kerjasama dengan fisioterapis perlu
untuk menyusun program aktivitas
fisik secara individual.
Menilai perkembangan masalah
klien.
e. Gangguan integritas kulit b/d fraktur terbuka, pemasangan traksi (pen, kawat,
sekrup)
Tujuan : Klien menyatakan ketidaknyamanan hilang, menunjukkan perilaku
tekhnik untuk mencegah kerusakan kulit/memudahkan penyembuhan sesuai indikasi,
mencapai penyembuhan luka sesuai waktu/penyembuhan lesi terjadi
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Pertahankan tempat tidur yang
nyaman dan aman (kering, bersih,
alat tenun kencang, bantalan bawah
siku, tumit).
2. Masase kulit terutama daerah
penonjolan tulang dan area distal
bebat/gips.
3. Lindungi kulit dan gips pada
daerah perianal
4. Observasi keadaan kulit,
penekanan gips/bebat terhadap
kulit, insersi pen/traksi.
Menurunkan risiko kerusakan/abrasi
kulit yang lebih luas.
Meningkatkan sirkulasi perifer dan
meningkatkan kelemasan kulit dan
otot terhadap tekanan yang relatif
konstan pada imobilisasi.
Mencegah gangguan integritas kulit
dan jaringan akibat kontaminasi
fekal.
Menilai perkembangan masalah
klien.
f. Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan kulit, taruma
jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang
Tujuan : Klien mencapai penyembuhan luka sesuai waktu, bebas drainase purulen
atau eritema dan demam
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Lakukan perawatan pen steril dan
perawatan luka sesuai protokol
2. Ajarkan klien untuk
mempertahankan sterilitas insersi
pen.
3. Kolaborasi pemberian antibiotika
dan toksoid tetanus sesuai indikasi.
4. Analisa hasil pemeriksaan
laboratorium (Hitung darah lengkap,
LED, Kultur dan sensitivitas
luka/serum/tulang)
5. Observasi tanda-tanda vital dan
tanda-tanda peradangan lokal pada
luka.
Mencegah infeksi sekunderdan
mempercepat penyembuhan luka.
Meminimalkan kontaminasi.
Antibiotika spektrum luas atau
spesifik dapat digunakan secara
profilaksis, mencegah atau
mengatasi infeksi. Toksoid tetanus
untuk mencegah infeksi tetanus.
Leukositosis biasanya terjadi pada
proses infeksi, anemia dan
peningkatan LED dapat terjadi pada
osteomielitis. Kultur untuk
mengidentifikasi organisme
penyebab infeksi.
Mengevaluasi perkembangan
masalah klien.
h. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d
kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif,
kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada.
Tujuan : klien akan menunjukkan pengetahuan meningkat dengan kriteria klien
mengerti dan memahami tentang penyakitnya
INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL
1. Kaji kesiapan klien mengikuti
program pembelajaran.
2. Diskusikan metode mobilitas dan
ambulasi sesuai program terapi fisik.
3. Ajarkan tanda/gejala klinis yang
memerluka evaluasi medik (nyeri
berat, demam, perubahan sensasi
kulit distal cedera)
4. Persiapkan klien untuk mengikuti
terapi pembedahan bila diperlukan.
Efektivitas proses pemeblajaran
dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan
mental klien untuk mengikuti
program pembelajaran.
Meningkatkan partisipasi dan
kemandirian klien dalam
perencanaan dan pelaksanaan
program terapi fisik.
Meningkatkan kewaspadaan klien
untuk mengenali tanda/gejala dini
yang memerulukan intervensi lebih
lanjut.
Upaya pembedahan mungkin
diperlukan untuk mengatasi maslaha
sesuai kondisi klien.
Evaluasi
o Nyeri berkurang atau hilang
o Tidak terjadi disfungsi neurovaskuler perifer
o Pertukaran gas adekuat
o Tidak terjadi kerusakan integritas kulit
o Infeksi tidak terjadi
o Meningkatnya pemahaman klien terhadap penyakit yang dialami