Cr Menulis Novel

28
Apa itu novel? Apa itu buku? Dan untuk apa? [Tulisan dibuat berribu-ribu tahun lalu dengan tujuan untuk dapat menyimpan ingatan, pengetahuan untuk diri sendiri, orang lain mau pun generasi berikutnya. Tulisan bisa menyimpan, sejarah, fakta, pengetahuan, ajaran, kenangan, perasaan dan sebagainya. Novel sendiri adalah sebuah buku yang bercerita, baik itu kenyataan atau tidak. Bagi otak manusia saat sedang membaca sebuah buku cerita dongeng atau kisah fantasi. Otak tidak memilahkan itu sebagai bagian dari tidak nyata. Tapi mengganggapnya sebagai sesuatu yang nyata. Pada penelitian ilmiah, seorang yang hanya membayangkan dirinya berlari setiap hari ternyata membuat otot-ototnya yang berhubungan dengan kegiatan berlari menjadi berkembang. Atau pada saat seorang dihipnotis, dan diberitahu bahwa sebuah besi panas diletakkan pada tangan orang tersebut. Dengan cepat kulit tangan orang tersebut merah melepuh seperti terkena besi panas, padahal yang sesungguhnya diletakkan diatasnya adalah sebuah es. Begitu juga halnya pada orang yang bisa berjalan di atas api dengan menguatkan mental pikiran mereka bahwa mereka sedang berjalan di atas papan dingin. Buku dan novel yang bagus dapat membuat pembacanya seolah-olah merasa ikut di dalam cerita dan menjadi nyata. Siapakah penulis itu dan apakah yang dilakukan olehnya? [Penulis adalah seorang yang menulis sebuah buku. Pada kenyataannya, penulis adalah orang yang menyampaikan sesuatu darinya kepada orang lain melalui perantara buku. Penulis bisa saja membagikan pengetahuan, pengalaman, imajinasinya atau apapun juga kepada calon pembacanya. Contohnya seorang jurnalis menuliskan apa yang dilihatnya untuk dapat dilihat orang juga, seorang manager atau direktur sukses membagikan pengetahuan serta pengalamannya kepada orang lain. Hal yang harus diketahui atau diperhatikan secara serius adalah pembagian itu bersifat menurun. Artinya, jika seorang pialang saham terkenal menuliskan semua ilmu dan pengalamannya selama 40 tahun

description

Novel

Transcript of Cr Menulis Novel

Apa itu novel? Apa itu buku? Dan untuk apa?

[Tulisan dibuat berribu-ribu tahun lalu dengan tujuan untuk dapat menyimpan ingatan, pengetahuan untuk diri sendiri, orang lain mau pun generasi berikutnya. Tulisan bisa menyimpan, sejarah, fakta, pengetahuan, ajaran, kenangan, perasaan dan sebagainya.

Novel sendiri adalah sebuah buku yang bercerita, baik itu kenyataan atau tidak. Bagi otak manusia saat sedang membaca sebuah buku cerita dongeng atau kisah fantasi. Otak tidak memilahkan itu sebagai bagian dari tidak nyata. Tapi mengganggapnya sebagai sesuatu yang nyata. Pada penelitian ilmiah, seorang yang hanya membayangkan dirinya berlari setiap hari ternyata membuat otot-ototnya yang berhubungan dengan kegiatan berlari menjadi berkembang.

Atau pada saat seorang dihipnotis, dan diberitahu bahwa sebuah besi panas diletakkan pada tangan orang tersebut. Dengan cepat kulit tangan orang tersebut merah melepuh seperti terkena besi panas, padahal yang sesungguhnya diletakkan diatasnya adalah sebuah es. Begitu juga halnya pada orang yang bisa berjalan di atas api dengan menguatkan mental pikiran mereka bahwa mereka sedang berjalan di atas papan dingin.Buku dan novel yang bagus dapat membuat pembacanya seolah-olah merasa ikut di dalam cerita dan menjadi nyata.

Siapakah penulis itu dan apakah yang dilakukan olehnya?

[Penulis adalah seorang yang menulis sebuah buku. Pada kenyataannya, penulis adalah orang yang menyampaikan sesuatu darinya kepada orang lain melalui perantara buku. Penulis bisa saja membagikan pengetahuan, pengalaman, imajinasinya atau apapun juga kepada calon pembacanya. Contohnya seorang jurnalis menuliskan apa yang dilihatnya untuk dapat dilihat orang juga, seorang manager atau direktur sukses membagikan pengetahuan serta pengalamannya kepada orang lain.

Hal yang harus diketahui atau diperhatikan secara serius adalah pembagian itu bersifat menurun. Artinya, jika seorang pialang saham terkenal menuliskan semua ilmu dan pengalamannya selama 40 tahun dalam sebuah buku, maka pembaca hanya kemungkinan dapat menyerap ilmu atau pengetahuan itu sekitar 1-30 tahun. Jarang sekali pembaca yang dapat menyerap keseluruhan karena factor perbedaan lingkungan, pola pikir, pengetahuan pendukung dan sebagainya.

Jadi sebagai penulis novel atau cerita, jika membuat sebuah cerita yang bagus harus terlebih dahulu benar-benar membangun dunia itu menjadi utuh dan dapat memahami cerita itu dengan sebaik-baiknya. Jika tidak, maka pembaca akan membaca itu akan semakin tidak jelas.

Jika penulis menulis sebuah cerita yang menggugah, sebauh cerita yang penuh petualangan, dan air mata. Mungkin pembaca hanya akan mendapatkan cerita itu penuh petualangan tidak menggugah dan air matanya. Jika penulis menuliskan sebuah cerita hanya sekedar dari bayangan pikirannya, maka pembaca juga akan menerima cerita itu sebagai bayang pikiran dengan posisi lebih rendah. ( dapat ditingkatkan dan diturunkan oleh berbagai faktor )

Bagaimana proses memulai menulis sebuah Novel?

Sebenarnya ada berbagai cara memulai dan dijelaskan bagi yang lebih berpengalaman tapi Aksara akan mencoba menjelaskan sesuai pengalaman Aksara.

“Bagaimana cara memakan seekor gajah? “[ gajah itu dicincang dan dilahap sepotong demi sepotong kecil dalam waktu lama hingga gajah itu habis

Janganlah terburu-buru dalam menyelesaikan sebuah novel, kerjakan perlahan-lahan.

Cara paling umum adalah dengan membuat Outline, cetak biru atau kerangka cerita dari awal hingga akhir cerita.

Contoh: [

1. Jaime seorang miskin penjaga SPBU bertemu seorang pemuda kaya untuk bertaruh balap.

2. Jaime menang dan menagih uang tersebut yang ternyata terpaksa dibayar dengan memasuki sebuah sekolah bergengsi khusus orang kaya selama setahun.

3. Jaime yang miskin bersekolah diantara anak-anak politikus, pejabat dan pemilik perusahaan internasional. Berteman dengan beberapa orang, dan jatuh cinta pada Nadia.

4. Jaime dihina dan belajar keras untuk bersaing dengan kumpulan para manusia pintar itu.

5. Jaime berhasil mendapatkan perhatian Nadia, persahabatan dan hingga akhirnya menjadi orang nomor satu di sekolah itu.

6. Pada akhir penerimaan penghargaan, Jaime terbukti menipu uang sekolah masuknya dari pertaruhan. Semua perjuangannya dan perhatian Nadia hancur.

7. Ending ( well it is still secret hahahaa… )

Berdasarkan outline di atas kita bisa mulai membuat cerita.

Cara Aksara adalah tidak seperti di atas, tapi lebih pada pencatatan acak.

Contoh

1. Aksara mulai dari cerita-cerita pendek kisah Jaime di atas, baik itu yang ditengah, dibelakang atau di depan semuanya sesuka hati Aksara.

2. Aksara mulai mencatat gambaran atau idea kasar yang ingin Aksara masukan selama penulisan dalam halaman-halaman khusus.

3. Saat Aksara merasa sudah siap, Aksara akan menggabungkan semua keacakan itu menjadi sebuah cerita yang mengalir dengan urutan-urutan kisah cerita pendek itu menjadi sebuah novel.

4. Alasan Aksara melakukannya adalah untuk menjaga mood yang tepat pada setiap cerita. :P Akan lebih mudah membuat sebuah cerita mellow saat hari Aksara sedang mendung hahahah…

5. Lagi pula kita harus mencatat idea-idea yang kita dapet setiap hari dan akan segera terlupakan jika tidak dicatet. Idea-idea itu dapat digunakan untuk membuat sebuah novel. Atau novel lain, Atau juga cerpen. Sebagai persediaan jika kelak kehabisan idea untuk dapat dilihat kembali.

Contoh gambar [

Pada gambar pertama merupakan isi file Aksara untuk buku kedua Blessed heart yang masih acak. Pada saat ini semua idea dari mana saja masuk dalam nama khusus pada Words baru. hal-hala menarik apapaun masukk

Pada gambar kedua, beberapa file sduah mulai Aksara susun agar memiliki sebuah alur. Tiap cerita di"kira-kira"kan untuk masuk ke bagian mana atau tahap mana.

Pada saat ini belum ada kepastian.

Pada gambar ketiga ini adalah gambar file Aksara ( blessed heart ) yang sudah disusun menurut Alur dan diedit supaya tiap alur mengali. Beberapa bab pada bagian ini terpaksa dibuang karena beberapa hal.

Pada akhir setelah alur selelsai, dapat terlihat semuanya sudah menjadi bab dan siap dipindahkan ke sebuah file tunggal.

Hal-hal yang perlu diperhatikan sepanjang pembuatan sebuah Novel.

Tema, Penokohan, Alur, Gaya bahasa, Latar, Sudut pandang dan Amanat.

Tema.

Hal yang perlu diperhatikan di sini adalah pastikan untuk menulis sebuah buku di mana kita cukup memahami tema tersebut. Jika anda seorang yang tinggal di pegunungan tropis seumur hidup, lebih baik menulis cerita tentang pegunungan tropis dari pada menulis cerita gurun pasir atau kutub utara. Pada banyak buku terkenal, rata-rata penulisnya adalah orang yang cukup memiliki kerterkaitan tentang tema cerita yang mereka tulis. Jadi, alangkah baiknya menulis sebuah buku di mana kita memiliki informasi yang cukup mengenai tema itu.

Penokohan.

Sebelum menulis novel, pastikan tokoh2 yang akan ikut serta. Tokoh utama biasanya akan lebih mendapatkan perhatian lebih. Sebaiknya tiap tokoh itu sudah diberi informasi secukupnya tentang bentuk fisik, latar belakang, kepribadian, atau dikaitkan dengan seseorang yang dikenal. Semakin bagus penokohan, pembaca akan semakin tertarik.

http://www.goodreads.com/topic/show/1...

Alur cerita.

Pada awalnya saran Aksara adalah membuat alur maju. Dan jika setelah selesai semuanya, silahkan untuk memindahkan alur demi alur untuk dirangkai menjadi alur maju atau mundur. Atau gabungan keduanya. Saran tambahan adalah usahakan setiap bab memiliki cerita menarik tersendiri yang mendukung pada alur buku tersebut, untuk menghindari kebosanan pembaca.

Gaya bahasa.

Setiap orang memiliki gaya bahasanya sendiri, namun Aksara secara pribadi menyarankan untuk memakai gaya bahasa sederhana yang lebih dipahami banyak kalangan atau kasaranya dapat dibaca oleh anak SD atau SMP. Alasannya adalah gaya bahasa yang sederhana, tidak memakai kata-kata rumit dan membutuhkan pemikiran berat akan lebih mendapatkan banyak pangsa pasar pembaca. Tidak semua pembaca dapat mengartikan kata-kata rumit. Tapi terserah pada penulis jika lebih ingin memfokuskan pada segmen pasar pembaca tertentu sehingga menyesuaikan gaya bahasa tersebut untuk kalangan itu.

Latar/ setting.

Latar yang bagus adalah latar yang sudah pernah dikunjungi oleh penulis. Jika tidak, pastikan bahwa

latar itu sudah memiliki gambarannya, foto dsb. http://www.goodreads.com/topic/show/1...

POV.

Mengenai pemakaian POV sepenuhnya diserahkan pada penulis. Berbagai POV dapat dilihat pada link ini.http://www.goodreads.com/topic/show/1...

Amanat.

Setiap buku novel yang bagus, pastinya membuat pembaca duduk merenung setelah menutup buku. Mereka mendapatkan sesuatu untuk batin mereka, sebuah pengetahuan atau kebijaksanaan. Sebelum menulis buku, pastikan apa kebijaksanaan yang dapat diterima oleh pembaca. Di sini kita tidak sok-sokan tapi hal ini jauh lebih bagus dari pada tidak memiliki amanat sama sekali. Buku dapat digunakan untuk menanamkan kebaikan di hati pembaca atau kemarahan. Semaunya tergantung dari penulis.

http://www.goodreads.com/topic/show/1...

Sekian dan mohon maaf jika ada yang tidak berkenan. Dan silakan untuk menambahkan tips dan trik untuk mendukung para penulis untuk menulis novel. Serta silakan bertanya jika ada yang ingin diketahui.

Tambahan, Setiap novel itu harus memiliki bagian yang lengkap dalam sebiau cerita seperti

Pengenalan - Masalah - Konflik - Akhir cerita

Meski keempat ini dapat disusun dengan bentuk acak atau terbalik.. tetap saja keempat ini harus ada untuk mencegah adanya ketimpangan. ^ ^

Tips dan Cara Menulis Novel dalam 100 Hari

Oleh: John Coyne

Pendahuluan

Berapa kali setelah selesai membaca sebuah novel Anda berkata, “Saya bisa menulis buku seperti ini.” Tahukah Anda bahwa Anda benar. Kita semua, saya yakin, memiliki sedikitnya satu novel di dalam pikiran atau hati kita. Penulis novel Toni Morrison mengatakannya seperti ini: “Jika ada satu buku yang benar-benar ingin Anda baca dan belum pernah ada yang menulis sebelumnya, maka Anda harus menulisnya.”

Menulis buku bukan hal yang mudah. Namun, setiap hari selalu ada buku yang diterbitkan.

Pada tahun 1996, menurut Books in Print, ada 1,3 juta judul buku diterbitkan. Jumlah buku yang diterbitkan di Amerika Serikat pada tahun 1996 saja berjumlah 140.000. Jadi, mengapa Anda tidak mulai melakukannya?

Apa yang Diperlukan?

Saya yakin jika Anda bisa menulis sebuah kalimat yang sederhana (terlebih, inilah yang ditulis oleh Ernest Hemingway), mengamati dunia di sekitar Anda, dan ingin menulis novel yang bisa dijual—sungguh-sungguh menginginkannya, bukan hanya sekedar menginginkan saja—maka Anda pasti bisa melakukannya. Saya tidak percaya orang bisa menjadi penulis dengan mengikuti workshop, membaca buku, atau bahkan membaca

artikel ini. Tulisan muncul dari sesuatu yang ada dalam diri seorang penulis. Bagaimanapun, artikel ini akan menghemat waktu Anda, menunjukkan jalan yang tepat kepada Anda, dan membantu Anda menulis novel dalam waktu 100 hari atau kurang.

Apakah Mungkin?

Hal ini telah terbukti. Saya telah melakukannnya beberapa kali. Saya tahu bagaimana rasanya meluangkan waktu satu atau jam sehari (atau semalam) untuk menulis. Sungguh tidak mudah untuk menulis novel, apalagi jika Anda memiliki pekerjaan tetap, keluarga, dan tanggung-jawab, namun hal itu bisa dilakukan. Kebanyakan penulis faktanya harus menjalani dua kehidupan saat mereka menulis novelnya. Namun, begitu Anda berhasil menjual buku pertama Anda, maka Anda memiliki kemampuan untuk meninggalkan pekerjaan harian Anda dan mengabdikan sisa hidup Anda untuk menulis secara total.

Para penulis besar telah melakukannya!

Tentu saja Anda mempunyai pekerjaan. Tentu saja Anda memiliki keluarga. Namun kedua hal itu tidak menghalangi para penulis besar di masa lalu. Penyair Wallace Stevens bekerja sebagai wakil direktur sebuah perusahaan asuransi dan seorang pakar di bidang pasar obligasi. T.S. Elliot muda awalnya adalah seorang bankir. William Carlos Williams merupakan seorang dokter anak. Robert Frost adalah seorang pemilik peternakan ayam. Hart Crane bekerja membungkus permen di gudang ayahnya, dan kemudian bekerja menulis teks iklan. Stephen Crane bekerja sebagai koresponden perang. Marianne Moore bekerja di Perpustakaan Umum New York. James Dickey bekerja di sebuah biro iklan. Archibald MacLeish adalah Direktur Kantor Fakta dan Angka selama Perang Dunia II

Mulailah dengan perasaan murni

Apa yang membuat seseorang menjadi penulis? Mungkin hal itu didorong oleh sebuah peristiwa—peristiwa yang terjadi di tahap awal kehidupan dan membentuk ketertarikan dan kesadaran-diri sang penulis.

Ambil contoh kasus Jose Saramago, penulis berbahasa Portugis pertama yang menerima Hadiah Nobel Sastra. Putera seorang petani dan seorang ibu yang buta huruf ini dibesarkan di sebuah rumah yang tidak memiliki buku, dan dibutuhkan waktu hampir 40 tahun baginya untuk beralih dari buruh pabrik logam ke pegawai pemerintahan ke editor penerbitan hingga ke editor surat kabar. Usianya telah menginjak 60 tahun saat ia mulai menerima pengakuan di dalam dan luar negeri dengan dua karyanya, Baltasar dan Blimunda.

Saat masih kanak-kanak, ia menghabiskan liburan di rumah kakeknya di desa yang bernama Azinhaga. Saat kakeknya menderita stroke dan

dibawa ke Lisbon untuk dirawat, Saramago masih bisa mengingat peristiwa yang terjadi kala itu, “Ia pergi ke halaman rumahnya, di mana tumbuh segelintir pohon, pohon fig, pohon zaitun. Lalu ia mendatangi mereka satu persatu, memeluk pohon tersebut dan menangis, mengucapkan selamat tinggal kepada mereka karena ia tahu tidak akan pernah kembali. Jika Anda menyaksikan hal itu, hidup dengan hal itu, dan hal itu ternyata tidak meninggalkan kesan apa-apa dalam hidup Anda selanjutnya,” ucap Saramago, “maka Anda tidak mempunyai rasa.”

Mulailah dengan perasaan murni. Ubahlah hal itu menjadi prosa.

Mari kita mulai!

Sinclair Lewis diundang untuk berbicara di hadapan sejumlah mahasiswa tentang seni menulis. Ia berdiri di muka kelas dan bertanya, “Berapa banyak dari Anda yang sungguh-sungguh serius ingin menjadi penulis?” Sejumlah orang mengangkat tangan. Lewis kemudian bertanya, “Jadi, mengapa Anda semua tidak pulang ke rumah dan menulis?” Setelah mengucapkan hal itu ia pun pergi keluar dari ruangan. Jadi kini saatnya bagi Anda untuk menulis.

Pada artikel berikutnya saya akan memberikan catatan harian untuk Anda—setiap hari akan berisi kata-kata dorongan, nasihat, atau petuah, atau tugas yang harus Anda lakukan agar buku Anda bisa ditulis. Ini adalah hal-hal apa saja yang perlu Anda lakukan setiap hari selama seratus hari ke depan untuk menulis novel Anda.

Hari Pertama

Editor dan penulis New Yorker terkenal, E.B. White menyampaikan pidato berikut saat diganjar Medali Sastra Nasional, “Keberanian seorang penulis bisa dengan mudah membuatnya gagal … Saya kagum dengan siapapun yang memiliki nyali untuk menulis tentang apapun jua.”

Pada hari pertama ini, buatlah janji dengan diri Anda sendiri bahwa Anda akan melakukannya. Hal ini sangat penting. Tanpa adanya komitmen ini, akan lebih baik jika Anda menyimpan pena dan kertas Anda. Hal itu tidak akan berhasil. Ingat, menulislah sesering mungkin. Itulah yang dilakukan oleh seorang penulis—mereka menulis

Hari kedua

Luangkan waktu khusus untuk menulis. Hal ini penting karena selama menulis novel, Anda akan kehilangan semangat, bosan, marah, atau jenuh, dan saat Anda mulai merasakan semuanya itu, Anda memerlukan sebuah pola yang jelas untuk menjaga Anda tetap bekerja.

Sesekali Anda mungkin harus memindahkan jam penulisan Anda untuk mengakomodasi kebutuhan lain dalam hidup Anda, namun berusahalah

agar penulisan dilakukan seteratur mungkin.

Apa yang saya maksud dengan waktu khusus?

Dua jam setiap pagi dan setiap malam, dan delapan jam satu hari setiap akhir pekan, misalnya. Putuskan berapa banyak waktu yang akan Anda luangkan untuk menulis setiap minggu, lalu jalankan hal itu. Banyak calon novelis yang gagal karena menyusun jadwal yang tidak bisa mereka tepati. Bersikap realistislah dengan waktu yang Anda rencanakan, lalu jalankan sesuai dengannya.

Hari ketiga

Pada minggu pertama ini, putuskan cerita yang akan Anda tulis. Anda mungkin belum menyusun semua detilnya, namun pada hari ini Anda akan memulai prosesnya. Anda tidak akan melakukan penundaan—karena penundaan adalah musuh Anda. Matisse menasihati muridnya, “Jika Anda ingin menjadi seorang pelukis, potong lidah Anda.” Sekarang adalah waktunya untuk berhenti berbicara ingin menulis novel. Mulailah merencanakannya saat ini juga.

Hari Keempat

Jenis novel apa yang menarik di mata Anda? Apa yang benar-benar membuat Anda tertarik? Apakah cerita mengenai misteri pembunuhan, fiksi ilmiah, horor, roman, atau fiksi secara umum.

Alice Munro dipandang oleh banyak orang sebagai penulis cerita pendek terbaik dalam bahasa Inggris. Bukunya terjual 30.000 eksemplar setiap tahun. Ia adalah seorang penulis yang dikagumi oleh penulis lainnya berkat keterampilan teknis dan kemurnian gaya yang dimilikinya. Ia juga dikenal karena ceritanya yang memiliki struktur yang sangat kompleks. Cerita yang ditulis Alice Munro biasanya akan dimulai pada satu titik yang dipandang oleh kebanyakan penulis lain sebagai bagian akhir, lalu melompat sepuluh tahun kemudian, dan akhirnya kembali lagi ke masa lalu. Namun yang paling menarik dari diri Alice Munro—yang tinggal di sebuah kota kecil di Kanada selatan—adalah ceritanya selalu berkisah tentang orang-orang biasa: rahasia mereka, kenangan mereka terhadap tindak kekerasan di masa lalu, hasrat seksual mereka.

Pikirkan tentang apa yang akan ditulis dari orang-orang di sekitar Anda, dari apa yang Anda kenal dan Anda anggap penting.

Hari Kelima

Tidak menjadi soal buku jenis apa yang akan Anda tulis. Tidak ada aturan baku kecuali cerita Anda harus sangat, sangat menarik. Kisahnya bisa menarik, menyeramkan, menyenangkan, lucu, atau sedih—namun satu hal yang pasti, ceritanya tidak boleh membuat pembaca merasa bosan.

Hari Keenam Analisa dan pelajari. Ambil satu novel favorit Anda yang bergenre sama dengan yang ingin Anda tulis, dan baca ulang, seolah-olah itu adalah buku panduan cara menjadi seorang miliuner. Lalu baca kembali, bagi buku tersebut ke dalam bagian-bagian. Jabarkan adegan di dalamnya pada selembar kertas lebar, lalu tempelkan di dinding kantor Anda.

Hari Ketujuh

Meskipun tidak ada aturan baku tentang ide cerita, saya ingin memberi satu peringatan kepada Anda: berpikirlah kecil. Salah satu kesalahan terbesar kebanyakan calon novelis adalah berpikir besar, berusaha menulis kisah yang luar biasa hebat, karena menganggap besar berarti lebih baik. Hal itu tidak benar. Jaga ide cerita Anda tetap kecil dan fokus.

Pergi ke dalam jiwa kreatif Anda dan cari satu cerita kecil namun memiliki arti nyata bagi Anda. Kita semua bagian dari umat manusia. Jika Anda menulis satu cerita yang memiliki arti besar bagi Anda, maka kemungkinan besar hal itu juga akan memiliki arti mendalam bagi kita semua.

Hari Kedelapan

Peniruan bisa mengarah pada orisinalitas. Lakukan latihan singkat meniru aneka gaya yang berbeda. Cobalah berbagai suara sampai Anda menemukan satu yang paling sesuai. Tirulah karya seorang pakar yang sudah terbukti. Namun ingat satu hal: tulislah berdasarkan pengalaman Anda sendiri. Pengalaman Anda bersifat unik. Sebagaimana yang ditulis John Braine, penulis Room at the Top, “Jika suara Anda akan terdengar di antara ribuan suara lainnya, jika nama Anda akan berarti di antara ribuan nama lainnya, hal itu terjadi semata-mata karena Anda telah menyajikan pengalaman Anda dengan jujur.”

Hari Kesembilan

Jangan takut menulis adegan atau bagian yang tidak mengarah kemanapun. Jangan buang satu adegan atau bagian sekalipun mereka sepertinya tidak mengarah kemana-mana. Ikuti nasihat Joan Didion. Ia menempel adegan tersebut di papan dengan maksud menggunakannya di kemudian hari.

Pada awal penulisan novelnya, A Book of Common Prayer, Didion mengisahkan, ia menulis adegan Charlotte Douglas pergi ke bandara. Adegannya berisi beberapa halaman prosa yang sangat disukainya, namun ia tidak bisa menemukan tempat untuk menyimpannya [di dalam novelnya]. “Saya terus mengambil adegan ini dan meletakkannya di berbagai tempat berbeda,” tulisnya, “namun adegan ini terus mengganggu narasi; dan selalu salah ditempatkan dimanapun, namun

saya bertekad untuk tetap menggunakannya.” Akhirnya ia menemukan satu tempat untuk adegan ini di bagian tengah bukunya.

“Terkadang Anda bisa mendapatkan solusi dan jalan keluar di pertengahan buku.”

Hari Kesepuluh

Sebelum kita beranjak dari persoalan menemukan cerita untuk Anda, izinkan saya membongkar satu klise lain tentang penulisan novel: Tulislah sesuatu yang Anda tahu.

Anda pasti pernah mendengarnya sebelumnya. Hal itu tidak sepenuhnya benar. Tom Clancy tidak pernah menjadi komandan kapal selam sebelum ia menulis novel The Hunt For Red October. Dan saya berani bertaruh bahwa Richard Bach belum pernah menjadi burung camar (seagull) sebelum ia menulis cerita Jonathan Livingston Seagull.

Daripada menulis sesuatu yang Anda tahu, Anda bisa mencoba menulis sesuatu yang Anda sukai. Topiknya bisa apa saja, tapi Anda menyukainya. Sebagai contoh, Arthur Golden, penulis Memoirs of a Geisha, pernah tinggal di Jepang dan bekerja di majalah berbahasa Inggris di Tokyo saat pada tahun 1982 ia mendapat ide menulis novel Memoirs. Pada tahun 1986, setelah meraih gelar dalam bidang penulisan kreatif dari Universitas Boston, ia mulai melakukan penelitian tentang Geisha dan menemukan “sebuah sub-budaya yang mempunyai aturan sendiri yang unik.” Dibutuhkan waktu sepuluh tahun dan beberapa draft sebelum ia berhasil menjual buku tersebut kepada Alfred A. Knopf seharga US$ 250.000.

Hari Kesebelas

Mulailah dengan menulis sesuatu yang Anda tahu, jika bukan tentang novelnya sendiri, maka sesuatu tentang tempat atau orang di novel Anda. Akan jauh lebih mudah memulai penulisan buku jika Anda menulis tentang orang-orang, tempat, dan sesuatu yang telah Anda kenal baik.

Hari Kedua Belas

Pertama-tama, tentukan karakter/tokoh cerita Anda, karena karakter jauh lebih sulit ditentukan daripada ceritanya.

Saat menulis, plot cerita bisa berubah atau tetap sama, namun karakternya akan berkembang dan memiliki kehidupan sendiri. Saat karakter Anda berkembang, mereka akan memiliki kepribadian yang berbeda, dan sama seperti seorang sahabat, Anda akan tahu apa yang akan mereka lakukan atau tidak lakukan pada situasi tertentu.

Penulis cerita misteri Oakley Hall mengatakan, seorang penulis harus

“mendengarkan tuntutan atau keinginan karakternya, yang ketika mulai hidup, bisa menuntut jalan hidup yang berbeda dari yang dibutuhkan pada awalnya.

Hari Ketiga Belas

Ambil setumpuk kartu berukuran 5x7 dan tulis masing-masing nama karakter Anda di bagian atasnya. Lalu, pikirkan peranan apa yang akan dimainkan mereka dalam cerita Anda, tipe orang seperti apa mereka: usia, pendidikan, tempat kelahiran, keras kepala, lucu, gemuk, jelek. Apa kebiasaan unik mereka$3F Apakah mereka biasa mencuci tangannya 500 kali sehari? Apakah mereka suka mendengar suara-suara aneh? Apakah mereka baik hati terhadap anak-anak namun senang menyiksa kucing? Tuliskan semuanya, tuliskan sebanyak-banyaknya sampai Anda mulai mengenal masing-masing karakter tersebut secara mendalam. Alfred Hitchcock biasa menuliskan adegan ceritanya pada kartu indeks, satu adegan dalam satu kartu. Dengan cara itu, sebagaimana yang dikatakannya, saat ia mulai membuat film, pekerjaannya sudah selesai.

Beberapa dari karakter tersebut akan menjadi tokoh utama, di mana ceritanya akan berkisar di sekitar mereka; karakter lainnya akan memainkan sedikit peran, namun hal ini pun sangat penting, karena setiap pemain harus memiliki alasan mengapa mereka hadir dalam cerita tersebut. Jika tidak mempunyai alasan mengapa harus hadir dalam novel Anda, mereka akan memperlambat cerita Anda, dan hal-hal yang sifatnya lambat akan membuat pembaca merasa bosan.

Hari keempat Belas

Kebanyakan novel ditulis berdasarkan sebuah rumus, terutama buku laris besar. Sebagai contoh, John Baldwin, salah seorang penulis The Eleventh Plague: A Novel of Medical Terror, mengembangkan sebuah rumus sederhana yang ia gunakan untuk membuat struktur novelnya.

Rumus sepuluh langkahnya adalah:

1. Pahlawannya harus seorang yang ahli.

2. Penjahatnya harus seorang yang ahli.

3. Anda harus melihat kejahatan dari sudut pandang sang penjahat.

4. Pahlawannya memiliki pendukung sekelompok ahli di berbagai bidang.

5. Dua atau lebih anggota tim harus jatuh cinta.

6. Dua atau lebih anggota tim harus mati.

7. Penjahatnya harus mengubah perhatiannya dari sasaran awalnya

kepada tim.

8. Penjahat dan pahlawannya harus hidup untuk bertarung kembali pada sekuel lanjutannya.

9. Semua kematian harus dimulai dari individu kepada kelompok: misalnya, jangan pernah mengatakan bahwa bom meledak dan 15.000 orang mati. Mulailah dengan “Jamie dan Suzy berjalan di taman bersama nenek mereka saat bumi terbuka.”

10. Jika Anda tidak maju-maju, bunuh salah satu tokohnya.

Rumus tambahan. Saat Ernest Hemingway memulai karirnya sebagai reporter muda untuk surat kabar Kansas City Star, ia diberi lembaran gaya penulisan dengan empat aturan dasar:

- Gunakan kalimat pendek.

- Gunakan paragraf pertama yang pendek.

- Gunakan bahasa Inggris yang bersemangat

- Bersikap positif, jangan negatif

Saat ditanya tentang aturan ini bertahun-tahun kemudian, ia berkata, “Itu adalah aturan terbaik yang pernah saya pelajari di bidang tulis-menulis. Saya tidak pernah melupakannya. Tidak ada seorangpun yang memiliki bakat, yang merasakan dan menulis hal-hal yang ingin dikatakannya dengan sebenarnya, akan gagal menulis sesuatu jika ia terikat dengan rumus di atas.”

Hari Kelima Belas

Kembangkan karakter dan plot Anda secara bersama-sama. Anda tidak bisa melakukan yang satu dengan baik tanpa yang lain. Karakter Anda bukanlah orang-orangan kayu yang jatuh begitu saja dari langit. Mereka adalah unsur penting drama yang Anda buat. Mereka harus melakukan sesuatu yang logis atau tidak logis (yang menjadi inti plot) yang akan menambah cerita Anda, dan membawanya menuju klimaks. Jangan pernah, jangan pernah memisahkan karakter dari plot.

Hari Keenam Belas

Pembaca harus percaya bahwa karakter Anda benar-benar ada atau mungkin ada—dan mereka harus digambarkan secara berbeda. Dan tidak ada cara yang lebih baik dalam mendefinisikan karakter selain tindakan mereka, tujuan mereka dalam hidup. Tujuan mereka bisa baik atau buruk. Hal itu tidak menjadi soal. Yang paling penting adalah pembaca melihat tindakan dan tujuan mereka, mempercayai mereka, dan terus-menerus

merasa tertarik dengan mereka.

Jangan menulis cerita yang berisi ribuan orang. Tulis cerita tentang satu, dua, atau tiga karakter yang mudah diingat, dan semuanya memiliki tujuan.

Hari Ketujuh Belas

Anda membutuhkan seorang protagonis yang kuat. Kebanyakan penulis mengalami kesulitan menciptakan karakter yang lebih besar dari hidup, dikembangkan secara penuh, dan seorang protagonis yang konsisten.

Ingat, protagonis adalah karakter utama cerita Anda. Ia adalah orang yang para pembaca akan mengidentifikasikan diri mereka dengannya. Anda ingin pembaca Anda peduli dengan protagonis Anda. Ia adalah sahabat baru Anda sekarang.

Hari Kedelapan Belas

Pikirkan siapa yang akan diperlukan dalam cerita Anda dan apa yang akan mereka lakukan secara bersama-sama atau kepada satu sama lain, dan apa yang akan dilakukan oleh cerita kepada mereka. Apakah mereka semua berjalan ke arah yang sama? Apakah mereka berjalan ke enam arah yang berbeda? Tanyakan kepada diri Anda pertanyaan penting ini: Siapa yang akan tampil paling menarik di hadapan pembaca? Inilah pengujian penting dan nyata dalam pengembangan karakter dan pembuatan plot. Apakah pembaca Anda akan merasa tertarik? Apakah mereka akan peduli?

Agar pengembangan plot dan karakter berhasil, Anda perlu membuat pilihan yang sulit. Anda harus bersikap kejam terhadap karakter dan cerita Anda. Siapa yang akan ada di dalam, siapa yang akan di luar? Apa yang akan ada di dalam, apa yang akan di luar? Sejujurnya, di tempat inilah kebanyakan calon novelis akan berhenti dan gagal. Mereka tidak bisa memaksa dirinya untuk membuat pilihan. Mereka merasa kagum atau lumpuh oleh kemungkinan yang ada di hadapan mereka.

Jangan coba-coba melakukan hal itu. Cobalah bersikap kejam. Tentu saja, Anda bisa mencoba berbagai pilihan berbeda, namun gerakkan cerita tersebut ke depan berdasarkan kejadian demi kejadian, dengan membawa masing-masing karakternya bersama Anda. Ketika masing-masing kejadian terungkap, setiap karakter harus bereaksi terhadap hal itu. Sebagaimana yang akan mereka lakukan dalam kehidupan nyata.

Jika seorang anak tertabrak dan tewas oleh sebuah mobil, kehidupan pengemudinya akan berubah untuk selamanya, begitu pula dengan kehidupan orang tua, kehidupan saudara kandungnya, teman, bahkan penjaga atau orang-orang yang kebetulan berada di sana. Anda harus

memutuskan bentuk perubahan tersebut. Anda harus memutuskan. Ini adalah kesempatan Anda bermain sebagai “Tuhan“—dan jika Anda akan menulis maka Anda harus memainkan peran itu. “Tuhan“ ada dalam detilnya, dan “Tuhan“ memutuskan jalan novelnya.

Hari Kesembilan Belas Teruslah mengajukan pertanyaan, “mengapa?” Saat Anda sampai pada akhir minggu kedua menentukan karakter, Anda akan memiliki setumpuk kartu karakter berukuran 5x7 yang menampilkan detil mendalam mengenai kehidupan pribadi karakter dalam cerita Anda, hingga ukuran pinggang dan warna favorit mereka. Novelis Vladimir Nabokov menyusun semua novelnya berdasarkan kartu indeks.

Hari Kedua Puluh

"Suara” Anda adalah suara Anda. “Gaya” Anda adalah gaya Anda. Jangan mencoba “meniru” sejumlah penulis terkenal. Banyak penulis pemula yang merasa harus menambahkan sesuatu pada “suara” mereka di atas halaman yang dicetak. Anda yang ada di halaman tersebut adalah Anda dalam kehidupan sebenarnya, sama rumitnya, sama duniawinya, atau sebaliknya. Ini bukan soal. Teruslah menulis dan terus membuang hal-hal buruk dan tidak nyaman yang mungkin masuk ke dalam tulisan Anda. Bersikap alamiah. Sebagaimana yang ditulis oleh novelis Prancis, René de Chateaubriand, "Penulis tulen bukanlah orang yang meniru seseorang, namun orang yang bisa ditiru oleh orang lain."

Hari Kedua Puluh Satu

Siapkan kerangka kasar yang berisi aksi cerita Anda mulai dari Bab Satu hingga bagian akhir. Novelis Katherine Anne Porter menyebutkannya seperti ini, "Jika saya tidak tahu akhir dari sebuah cerita, maka saya tidak akan memulai." Tulis paragraf terakhir novel Anda dan simpan di dalam laci. Pada akhir hari keseratus, mari kita lihat seberapa dekat Anda mengikuti imajinasi Anda.

Hari Kedua Puluh Dua

Jangan melakukan apapun--benar-benar apapun--pada novel Anda dalam pengertian penulisan yang sebenarnya sampai proses penyusunan plot Anda (bersama dengan karakter dan peran mereka dalam drama) telah selesai dan dituangkan di atas kertas.

Jangan menjadi korban ucapan penulis kawakan: "Saya memulai dengan ide dasar dan beberapa karakter. Saya tidak tahu kemana arah tujuan saya. Saya membiarkan karakternya bercerita untuk saya." Hal ini mungkin bisa berhasil untuk novelis brilian dan berpengalaman, namun kebanyakan kita membutuhkan peta jalan yang jelas jika tidak ingin membuat diri kita dan pembaca tersesat.

Hari Kedua Puluh Tiga

Gantung kartu dan kerangka yang telah Anda buat di kantor atau kamar Anda agar mudah dibaca.

Hari Kedua Puluh Empat

Halaman yang ditulis dengan baik, lebih digerakkan oleh karakter dan bukan oleh plot, serta memiliki awal, pertengahan dan akhir yang jelas merupakan keinginan editor (dan juga pembaca).

Hari Kedua Puluh Lima

Anda sekarang telah memiliki:

1. komitmen

2. jadwal kerja

3. ide cerita

4. tokoh karakter

5. plot detil mengenai keseluruhan cerita

6. deskripsi singkat mengenai tema novel Anda.

Hari Kedua Puluh Enam

Tetapkan sasaran untuk diri Anda sendiri untuk menulis sedikitnya empat halaman sehari. Yakni 300-325 kata, spasi ganda. Beberapa hari Anda akan menulis satu halaman; pada hari lainnya Anda akan menulis lima belas halaman. Usahakan untuk merata-ratakan setidaknya empat halaman per hari.

Hari Kedua Puluh Tujuh

Novel Anda adalah sebuah karya fiksi, namun itu tidak berarti fakta-fakta Anda tidak perlu lurus. Tidak ada sesuatu yang lebih cepat membuat pembaca berpaling selain fakta yang salah. Dan tidak ada sesuatu yang dapat memberi keotentikan pada cerita selain fakta atau detil yang benar. Gunakan internet untuk melakukan riset. Hal ini dapat dilakukan dengan cepat, mudah, dan murah. Seluruh perpustakaan di dunia terbuka untuk Anda. Lihat, juga, di majalah dan surat kabar yang diterbitkan pada waktu dan di tempat yang sama dengan seting novel Anda.

Gore Vidal menggunakan edisi lama Harper’s Magazine untuk mencari detil saat menulis novel sejarahnya.

Hari Kedua Puluh Delapan

Percakapan berbeda dengan dialog. Dialog memiliki tujuan. Dialog akan membuat cerita maju ke depan. Dialog akan membuat pembaca mengikuti cerita, dan membuat seseorang merasa berada di pusat aksi. Karenanya, jangan menerangkan peristiwa jauh di depan dari tangan kedua. Tempatkan pembaca di tengah-tengah aksi cerita Anda dan dialog Anda pun akan berjalan alami. Jadikan pembicaraan Anda tetap efisien dan kuat. Dan pastikan pembaca selalu tahu siapa yang sedang berbicara.

Hari Kedua Puluh Sembilan

Lihatlah ke cermin dan tulis tentang orang yang Anda lihat. Cobalah dan jelaskan orang yang Anda lihat di dalam cermin kepada orang baru yang belum pernah Anda temui. Pastikan deskripsinya kurang dari 300 kata. Jadikan "orang" ini salah satu karakter dalam novel Anda, baik sebagai tokoh protagonis, narator, atau salah seorang karakter kecil dalam plot.

Hari Ketiga Puluh

Novelis Kurt Vonnegut pernah berkata bahwa, "Bakat adalah sesuatu yang sangat biasa. Yang jarang adalah kesediaan untuk bertahan menjalani kehidupan sebagai seorang penulis. Ini sama seperti membuat kertas dinding dengan tangan untuk seisi gedung Sistine Chapel."

Proses Kreatif Menulis NovelDirangkum oleh: Truly Almendo Pasaribu

Proses menulis novel sama seperti dengan proses memasak. Juru masak bermain-main dengan bahan pokok dan bumbu makanan yang terbaik untuk menjadikannya santapan lezat. Sedangkan dalam menulis novel, seorang penulis belajar membaurkan "bahan" dan "bumbu", agar tulisan enak dibaca. Jika koki belajar memadukan daging sapi, wortel, saus, kentang, garam, sup, lada hitam, dll., penulis belajar mencampur bahan pilihannya seperti filsafat, mitologi, sejarah, dan cerita-cerita rakyat. Penulis novel perlu mempersiapkan bahan-bahan pokoknya untuk menghasilkan karya yang melekat di hati pembacanya. Berikut ini beberapa ramuan dasar yang perlu penulis novel perhatikan.

Artikel Terkait Di Mana dan Bagaimana Mulai Menulis? Susahnya Menjadi Penulis Pemula

Penginjilan Lewat Fiksi

Tulisanmu bukan Untukmu; Beberapa Kebiasaan Buruk dalam Menulis

Syarat Menjadi Penyunting Naskah

Teknik Menulis Renungan

Teknis Menulis Artikel

1. Proses Kreatif Mengembangkan Tema

Setiap karya tulis, termasuk novel, perlu memiliki tema atau ide pokok. Dalam sebuah karya, tema terungkap saat cerita mengalir dan pembaca dapat menyimpulkan tema yang diangkat di akhir cerita. Tema begitu penting dalam sebuah novel, karena tema berperan sebagai benang penyatu antar setiap paragraf dan babnya. Setiap bagian dari tulisan perlu berhubungan dengan tema utama yang telah ditentukan.

Dalam sebuah novel, terkadang kita menemukan tema yang bercabang-cabang menjadi beberapa subtema. Contohnya dalam novel pendek karangan John Steinbeck, "The Pearl", yang mengangkat tema tentang pentingnya kepuasan hidup. Selain tema tentang pentingnya kepuasan hidup, dia juga mengangkat berbagai subtema seperti rasisme dan kemiskinan. Subtema-subtema ini memperkaya pemahaman pembaca mengenai tema utamanya. Penulis dapat mengembangkan tema dengan cara apa saja atau melalui teknik yang beragam. Penulis dapat menggunakan pemikiran, ucapan, serta tindakan karakter. Penulis juga bisa memanfaatkan setting dengan menggunakan simbol-simbol kebudayaan dan nilai-nilai hidup. Dalam hal ini, penulis hanya dibatasi oleh daya imajinasinya.

2. Kreatif Menciptakan Alur Cerita

Seorang arsitek tentu memunyai gambaran tentang gedung yang akan dibangunnya, demikian juga dengan penulis. Setelah mengetahui tema novel, pancinglah imajinasi Anda untuk

menyusun plot atau alur cerita. Menurut Mochtar Lubis, cerita biasanya memunyai 5 bagian dasar:

a. Situasib. Keadaan pemicu konflik

c. Keadaan mulai memuncak

d. Klimaks

e. Pemecahan dari persoalan

Alur sebuah cerita tentunya tergantung pada fantasi penulis. Tidak selamanya penulis harus mulai dengan langkah awal, yaitu melukiskan situasi. Penulis boleh memulai dengan menggambarkan keadaan tegang yang sedang memuncak. Cara ini dinamakan flashback (kilas balik), yaitu tokoh dalam cerita tersebut mengenang apa yang telah terjadi sebelum keadaan memuncak.

Alur yang kreatif membuat novel menarik, karena pembaca harus memutar otak kembali untuk mengaitkan antara konflik yang satu dengan konflik yang lain, antara penyebab konflik dengan penyelesaiannya, dan sebagainya. Akan tetapi, alur juga bisa membuat pembaca bingung, jika pengarang tidak pintar-pintar meramunya menjadi sesuatu yang menarik -- bisa dicerna.

3. Kreatif Menggambarkan Tokoh-Tokoh Novel

Penokohan merupakan salah satu faktor terpenting dalam sebuah cerita fiksi. Setiap karya fiksi otomatis terdapat tokoh di dalamnya. Terdapat dua jenis tokoh dalam setiap karya fiksi, yaitu tokoh utama (sentral) dan tokoh penunjang (periferal). Pembaca tentu ingin mengenal bagaimana watak dan rupa tokoh-tokoh dalam novel. Untuk melukiskan rupa, watak, dan pribadi pelakon, pengarang dapat menggunakan berbagai macam cara:

a. Penulis menggambarkan tokoh secara langsung.

Pengarang dapat menjelaskan tokoh secara langsung dengan menyebutkan ciri-ciri, sifat-sifat, status atau atribut-atribut tokoh dalam novel. Penulis dapat membuat daftar atribut yang singkat tentang tokoh novel. Kemudian dalam setiap adegan, penulis tinggal menambah atau mengurangi atribut tokoh sesuai dengan pengembangan tokoh. Penulis juga bisa memberikan keterangan langsung tentang perlengkapan yang dikenakan tokoh novel, contohnya pakaian yang dikenakannya.

b. Penulis menggambarkan tokoh dengan tidak langsung.

Penggambaran tokoh bisa dijelaskan secara tidak langsung oleh penulis. Penulis bisa melukiskan jalan pikiran pelakon dengan kreatif agar pembaca mengetahui watak pelakon itu. Penulis juga berkuasa untuk menentukan reaksi dan tindakan pelakon terhadap suatu kejadian. Apakah pelakon itu pendiam dan pengamat, atau orang yang spontan dan tangkas? Penulis memunyai ruang untuk membeberkan karakter tokoh dengan menggambarkan keadaan di sekitar tokoh itu. Misalnya dengan melukiskan keadaan dalam kamar, pembaca akan mendapat kesan apakah pelakon itu orang jorok, bersih, rajin, malas, dan sebagainya.

Dialog juga sangat ampuh menyingkapkan watak tokoh sedikit demi sedikit, agar pembaca semakin penasaran.

4. Kreatif Menjadi Arsitek Setting Cerita

Saat menatap kertas kosong, penulis belajar betapa susahnya menjadi pencipta dunia. Penulis perlu melepaskan batas-batas fantasi mereka dan mengendalikan cuaca, kemacetan, tokoh, dan detail terkecil sekalipun. Penulis dapat menciptakan dunia yang sempurna atau dunia yang tidak terlalu sempurna. Setting yang Anda pakai bisa berupa tempat nyata, seperti kampung halaman Anda atau imajinasi Anda. Singkat kata, novel adalah dunia penulis yang dibatasi oleh imajinasi dan kemampuan meneliti mereka.

Entah nyata atau fiktif, yang penting setting yang penulis ciptakan haruslah logis. Jika setting Anda penuh dengan ketidakkonsistenan atau ketidakmungkinan, pembaca Anda tidak bisa "terlibat" ke dalam waktu dan tempat seperti itu. Ini tentunya bisa mengurangi nilai novel Anda. Anda perlu menciptakan setting yang memperkuat cerita Anda, karena Setting adalah tulang punggung novel Anda. Saat Anda memiliki setting sempurna dalam pikiran Anda, Anda perlu mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dan membagikan informasi itu kepada para pembaca Anda dengan detail agar mereka bisa memvisualisasikannya.

Anda kini telah memunyai keempat bahan dasar untuk memasak sebuah cerita. Selebihnya, gabungkan dan kembangkanlah bahan-bahan mentah itu, agar isinya tidak hanya enak tetapi juga bergizi bagi pembaca. Tambahkanlah bumbu-bumbu penyedap seperti lelucon, anekdot, ketegangan (suspense), dan sebagainya. Menulis novel adalah proses kreatif yang membutuhkan kerja keras dan mendebarkan.