CR ASSYIFA ANINDYA.docx

26
LAPORAN KASUS Disusun oleh : Assyifa Anindya, S.Ked (1018011043) Dokter Pembimbing : dr. Cahyaningsih Fibri Rokhmani, Sp.KJ 1

description

a

Transcript of CR ASSYIFA ANINDYA.docx

LAPORAN KASUS

Disusun oleh :Assyifa Anindya, S.Ked(1018011043)

Dokter Pembimbing :dr. Cahyaningsih Fibri Rokhmani, Sp.KJ

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNGBAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWARUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI LAMPUNG2014

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIENNy. N, Perempuan, 32 tahun, SD, Islam, Sunda, Pekerjaan ibu rumah tangga, tinggal di Kelurahan Riau Priangan, Lampung Tengah, datang dari poli klinik pada tanggal 20 Oktober 2014.

II. PEMERIKSAAN PSIKIATRI (Allo-Autoanamnesa)Anamnesis psikiatri (Allo-autoanamnesis pada tanggal 20 Oktober 2014)Alloanamnesis diperoleh dari :Nama: Tn. BAlamat: Kelurahan Riau Priangan Nomor telepon: 08136765xxxxHubungan dengan pasien: Suami pasien

III. RIWAYAT PSIKIATRIA. Keluhan UtamaSulit tidur B. Keluhan tambahanTidak percaya diri, merasa malu, mudah menangis, sering melamun, sering menyendiri, sering kesal, sering menyalahkan diri sendiri, merasa banyak yang membicarakan, malas bekerja, nafsu makan menurun.

C. Riwayat Gangguan SekarangPasien diantar oleh suaminya ke Rumah Sakit Jiwa karena mengeluhkan saat tidur selalu terbangun di tengah malam secara tiba-tiba dan sulit untuk kembali tidur. Pasien mengaku kualitas tidurnya terganggu dan tidak puas. Pasien merasa malu untuk keluar rumah, sehingga pasien lebih sering menyendiri, melamun dan menangis di dalam kamar. Hal tersebut pernah dirasakan 5 tahun yang lalu namun memberat 5 bulan terakhir ini. Awalnya salah satu tetangga pasien mengatakan pasien sebagai orang gila karena tetangganya tersebut sering mendengar pertengkaran antara pasien dan suaminya. Apabila keluar rumah dan bertemu dengan tetangganya tersebut pasien masih merasa kesal walaupun tetangganya tersebut telah meminta maaf. Pasien merasa sensitif mudah marah dan dalam hatinya merasa banyak yang membicarakan. Tak jarang suami dan anak-anaknya menjadi pelampiasan kekesalan pasien. Selain itu, pasien sering merasa tidak percaya diri dan merasa malu apabila berhadapan dengan orang banyak karena merasa tubuhnya terlalu kurus. Berat badannya mengalami penurunan dikarenakan pasien malas untuk makan. Pasien merasa dirinya tidak berguna di dunia ini dan sempat terlintas dipikirannya lebih baik mati daripada hidup seperti ini. Pasien merasa malas untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga, siang hari pasien lebih banyak di dalam kamar, tak jarang suami yang mengerjakan pekerjaan rumah.

D. Riwayat Gangguan Sebelumnya1. Riwayat Gangguan Jiwa SebelumnyaTahun 2009 pasien mengalami keluhan yang sama untuk pertama kalinya saat ia masih tinggal di Lampung Utara. Awalnya pasien sempat bertengkar dengan salah satu tetangganya karena masalah anak, lalu tetangganya tersebut mengatakan bahwa pasien gila. Setelah kejadian tersebut mereka saling meminta maaf, namun entah mengapa pasien masih merasa ada yang mengganjal. Setiap bertemu dengan tetangganya tersebut pasien merasa kesal. Lalu pasien tidak percaya diri dan merasa malu untuk keluar rumah dan bersosialisasi dengan para tetangga di sekitar rumahnya. Akhirnya pasien sering menangis, melamun dan menyendiri di dalam kamar. Lalu pasien memutuskan untuk berpindah rumah ke Lampung Timur dan keluhan tersebut menghilang untuk beberapa tahun saja.

2. Riwayat Penyakit DahuluPasien tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi, diabetes mellitus, riwayat trauma kepala sebelumnya dan kejang saat kecil.

3. Riwayat Penggunaan Zat AdiktifPasien tidak pernah mengkonsumsi rokok, narkoba, minuman keras dan sebagainya.

E. Riwayat Kehidupan Pribadia. Riwayat prenatal dan perinatalMenurut pasien lahir normal, cukup bulan, berat badan lahir 3000 gram, dibantu oleh dukun, langsung menangis, tidak ada kecacatan waktu lahir.b. Masa kanak awal (0-3 tahun)Menurut pasien diberi ASI eksklusif selama satu tahun dan perkembangan saat bayi dan balita sesuai dengan bayi dan balita seusianya.c. Masa kanak pertengahan (3-11 tahun)Seingat pasien, ia merupakan anak yang biasa saja dan tidak didapatkan gangguan pertumbuhan maupun perkembangan. d. Masa kanak akhir dan remajaIa menempuh SD dalam kurun waktu enam tahun. Setelah itu pasien tidak melanjutkan ke SMP karena alasan kedua orang tua tidak mampu untuk membiayai sekolahnya. Dari kecil pasien termasuk anak yang pendiam dibandingkan dengan anak seusianya, namun pasien memiliki banyak teman dan berhubungan baik dengan teman-temannya.e. Riwayat Masa dewasa Riwayat pendidikanIa menempuh SD dalam kurun waktu enam tahun, selama SD pasien mengikuti pelajaran dengan baik. Pasien termasuk orang yang pendiam. Namun ibu pasien mengatakan bahwa pasien memiliki banyak teman dan berhubungan baik dengan teman-temannya. Keluhan guru terhadap pasien dalam proses belajar disangkal. Riwayat perkawinanPasien sudah menikah selama kurang lebih 19 tahun. Menikah dengan orang pilihannya, kemudian dikaruniai tiga orang anak, anak pertama laki-laki saat ini SMA, anak kedua laki-laki saat ini kelas 3 SD, anak ketiga perempuan saat ini kelas 2 SD. Riwayat pekerjaanPasien saat ini tidak bekerja, hanya sebagai ibu rumah tangga. Sebelum pasien menikah dengan suaminya pasien sempat bekerja membantu kedua orang tuanya bertani dan mengurus pekerjaan rumah.

Aktivitas sosialPasien memiliki hubungan yang kurang baik dengan lingkungan tempat tinggalnya. Apabila pasien bertemu dengan tetangganya yang pernah mengatakan dirinya orang gila pasien selalu merasa kesal. Pasien malu untuk bergaul dengan lingkungan sekitar tempat tinggalnya, merasa tidak percaya diri karena merasa badannya kurus. Akhirnya pasien lebih sering menyendiri, melamun dan menangis di dalam kamar dan lebih banyak beraktivitas dirumah.

Riwayat Sosial EkonomiPasien tidak bekerja, namun penghasilan suaminya cukup untuk memenuhi kehidupan sehari-hari, suaminya seorang wiraswasta yaitu pedagang.

Riwayat AgamaPasien beragama islam dan sering melaksanakan ibadah shalat. Pasien rajin dalam melakukan ibadah, namun saat ini pasien merasa kurang berkonsentrasi apabila sedang beribadah.

F. Situasi Kehidupan SekarangPasien tinggal satu rumah bersama dengan suami dan tiga orang anaknya

G. Riwayat Kehidupan KeluargaPasien merupakan anak kedua dari lima bersaudara. Sejak lahir tinggal bersama orangtua dan saudaranya. Ia hidup dalam keluarga yang memiliki status ekonomi yang kurang, kedua orang tuanya bekerja sebagai petani. Pasien memiliki hubungan yang baik dengan kedua orang tuanya. Kedua orang tuanya memberikan perhatian yang sama kepada setiap anaknya.

PEDIGREE :

Keterangan:

: laki-laki

: wanita

: pasien

: satu keluarga

H. Riwayat Penyakit keluargaKeluarga tidak ada yang mengalami hal yang sama, riwayat DM, hipertensi dan penyakit berat lainnya disangkal.

I. Persepsi Pasien tentang diri dan KehidupannyaPasien merasa dirinya tidak berguna, bersedih dan tidak ada gairah hidup.

IV. STATUS MENTAL1. Deskripsi Umuma. PenampilanSeorang perempuan terlihat sesuai usianya memakai baju orange dan celana jeans berwarna biru dengan rambut hitam rapi terurai, penampilan terkesan santai, perawakan sedang dengan berat badan cukup, kulit sawo matang, kuku pendek dan bersih.b. Kesadaran :jernih ( compos mentis )c. Perilaku dan aktivitas psikomotorSaat wawancara pasien dalam keadaan tenang, kontak mata baik, gerakan involunter tidak ada. d. Pembicaraan : spontan, lancar, intonasi sedang, volume cukup, kualitas cukup, kuantitas cukup, artikulasi jelas.e. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif

2. Keadaan Afektif a. Mood: hipotimiab. Afek: depresic. Keserasian: appropriate

3. Fungsi Intelektual (Kognitif)a. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan : sesuai dengan taraf pendidikan pasienb. Daya konsentrasi : kurangc. Orientasi (waktu, tempat, dan orang) : baikd. Daya ingat : jangka segera, jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang baik.e. Pikiran abstrak : baik

4. Gangguan Persepsi :a. Halusinasi: tidak adab. Ilusi: tidak adac. Depersonalisasi: tidak adad. Derealisasi: tidak ada

5. Pikiran :a. Bentuk pikir :Realisticb. Arus pikir : koheren1. Produktivitas: baik2. Kontinuitas: baik 3. Relevansi: relevan4. Hendaya berbahasa: tidak ditemukan

c. Isi pikir Ide rujukan, ide bersalah 6. Daya Nilaia. Norma sosial: baikb. Uji daya nilai: baikc. Penilaian realitas: baik

7. TilikanTilikan derajat 4: pemahaman bahwa dirinya sakit tetapi tidak mengetahui penyebabnya.

8. Taraf dapat dipercaya : dapat dipercaya

V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK a. Tanda-tanda vital: TD= 120/80 mmHg N= 84 x/menit P= 18 x/menit S= afebris

b. Pemeriksaan Fisik Mata: tidak ditemukan kelainan Hidung: tidak ditemukan kelainan Telinga: tidak ditemukan kelainan Paru: tidak ditemukan kelainan Jantung: tidak ditemukan kelainan Abdomen: tidak ditemukan kelainan

c. Status Neurologis Sistem sensorik: dalam batas normal Sistem motorik: dalam batas normal Fungsi luhur: dalam batas normal

d. Pemeriksaan LaboratoriumTanggal 10 September 2014Hemoglobin: 10,8 g/dlEritrosit: 5,85 g/dlHematokrit: 36%Leukosit: 10.700 juta sel/mmTrombosit: 366.000 sel/mm

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Ny. N, Perempuan, 32 tahun, SD, Islam, Sunda, Pekerjaan ibu rumah tangga, tinggal di Kelurahan Riau Priangan, Lampung Tengah, datang dari poli klinik pada tanggal 20 Oktober 2014.

Pasien berpenampilan sesuai dengan usianya, cara berpakaian santai dan perawatan diri cukup. Pasien diantar oleh suaminya ke Rumah Sakit Jiwa karena mengeluhkan saat tidur selalu terbangun di tengah malam secara tiba-tiba dan sulit untuk kembali tidur. Pasien mengaku kualitas tidurnya terganggu dan tidak puas. Pasien merasa malu untuk keluar rumah, sehingga pasien lebih sering menyendiri, melamun dan menangis di dalam kamar. Hal tersebut pernah dirasakan 5 tahun yang lalu namun memberat 5 bulan terakhir ini. Awalnya salah satu tetangga pasien mengatakan pasien sebagai orang gila karena tetangganya tersebut sering mendengar pertengkaran antara pasien dan suaminya. Apabila keluar rumah dan bertemu dengan tetangganya tersebut pasien masih merasa kesal walaupun tetangganya tersebut telah meminta maaf. Pasien merasa sensitif mudah marah dan dalam hatinya merasa banyak yang membicarakan. Tak jarang suami dan anak-anaknya menjadi pelampiasan kekesalan pasien. Selain itu, pasien sering merasa tidak percaya diri dan merasa malu apabila berhadapan dengan orang banyak karena merasa tubuhnya terlalu kurus. Berat badannya mengalami penurunan dikarenakan pasien malas untuk makan. Pasien merasa dirinya tidak berguna di dunia ini dan sempat terlintas dipikirannya lebih baik mati daripada hidup seperti ini. Pasien merasa malas untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga, siang hari pasien lebih banyak di dalam kamar, tak jarang suami yang mengerjakan pekerjaan rumah.

Riwayat prenatal dan perinatal dan riwayat masa kanak awal baik tidak ditemukan adanya kelainan serta sama dengan anak lain pada umumnya. Pasien menempuh pendidikan SD selama enam tahun dan tidak melanjutkan ke jenjang SMP karena masalah ekonomi.

Dari status mental, kesadaran pasien compos mentis, sikap pasien selama wawancara kooperatif. Selama wawancara pasien tenang. Kontak mata dengan pemeriksa baik. Pasien berbicara spontan, lancar, intonasi sedang, volume cukup, kualitas cukup, artikulasi jelas, kuantitas cukup. Mood pasien hipotimia dengan afek depresi dan serasi. Bentuk pikiran realistic, arus pikir koheren, produktivitas baik, dengan kontinuitas baik, dan tidak didapatkan hendaya berbahasa. Pada isi pikir terdapat ide rujukan dan ide bersalah. Pada penilaian fungsi kognitif, daya konsentrasi kurang, orientasi waktu,tempat dan orang baik, daya ingat jangka panjang, daya ingat jangka menengah baik, jangka pendek, dan jangka segera juga baik. Penilaian pasien dalam norma sosial, uji daya nilai tidak terganggu. Pasien merasa dirinya sakit namun tidak diketahui penyebabnya dan secara keseluruhan pernyataan pasien dapat dipercaya. Dari pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya kelainan.

VII. FORMULASI DIAGNOSISPada pasien ini ditemukan adanya gangguan perasaan atau mood yang bermakna serta menimbulkan suatu distress (penderitaan) dan disability (hendaya) dalam pekerjaan dan kehidupan sosial pasien,sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami gangguan jiwa.

Berdasarkan data-data yang didapat memelalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan rekam medik, tidak ditemukan riwayat demam tinggi atau kejang sebelumnya ataupun kelainan organik. Hal ini dapat menjadi dasar untuk menyingkirkan diagnosis gangguan mental organik (F.0) dan penggunaan zat psikoaktif (F.1). Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dengan pasien dan keluarga. Pada pasien didapatkan gangguan afektif yaitu mood hipotimia, afek depresi dan kesesuaian appropriate. Keluhan disertai dengan perasaan sedih, murung, kehilangan minat, tidak percaya diri, merasa bersalah, tidak berguna bahkan terlintas dipikirannya untuk mati, nafsu makan berkurang. Keluhan dirasakan kembali lima bulan terakhir ini, keluhan ini bukanlah yang pertama, melainkan sudah kedua kalinya dirasakan oleh pasien sehingga diagnosis untuk pasien ini adalah gangguan depresif berulang (F.33), sekaligus menyingkirkan diagnosis gangguan depresif (F.32). Pada pasien juga ditemukan tiga gejala utama dengan terdapat enam gejala lainnya, yang terdiri dari afek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju keadaan mudah lelah dan menurunnya aktivitas. Selain itu, didapatkan enam gejala lainnya berupa konsentrasi dan perhatian berkurang, kepercayaan diri berkurang, gagasan rasa bersalah dan tidak berguna, gagasan membahayakan diri sendiri, tidur terganggu, nafsu makan berkurang. Dari data ini menjadi dasar untuk mendiagnosis bahwa pasien menderita gangguan depresif berulang, episode kini berat tanpa gejala psikotik (F.33.2).

Aksis II tidak ada diagnosis dikarenakan pada autoanamnesis tidak didapatkan gangguan tumbuh kembang pada usia kanak-kanak dan remaja. Pasien menyelesaikan pendidikan SD nya dengan baik dan tidak dilanjutkan karena masalah ekonomi. Hal ini menyingkirkan diagnosis retardasi mental (F.70). Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak ditemukan riwayat penyakit fisik. Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 10,8 gr/dl. Oleh karena itu dapat disimpulkan pada aksis III anemia ringan. Pasien memiliki hubungan yang kurang baik dengan lingkungan tempat tinggalnya. Apabila pasien bertemu dengan tetangganya yang pernah mengatakan dirinya orang gila pasien selalu merasa kesal. Pasien malu untuk bergaul dengan lingkungan sekitar tempat tinggalnya, merasa tidak percaya diri karena merasa badannya kurus. Akhirnya pasien lebih sering menyendiri, melamun dan menangis di dalam kamar dan lebih banyak beraktivitas dirumah. Oleh karena itu dapat disimpulkan pada aksis IV stresor masalah psikososial dan lingkungan. Penilaian terhadap kemampuan pasien untuk berfungsi dalam kehidupannya menggunakan skala GAF (Global Assessment of Functioning). Pada saat dilakukan wawancara, skor GAF 50-41 (gejala berat (serious) dan disabilitas berat).

VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL Aksis I: gangguan depresif berulang episode kini berat tanpa gejalapsikotik (F.33.2) dd. gangguan depresif berulang episodekini berat dengan gejala psikotik (F.33.3) Aksis II: tidak ada diagnosis Aksis III: anemia ringan Aksis IV: masalah psikososial dan lingkungan Aksis V: GAF 50-41 (saat ini)

IX. DAFTAR PROBLEM a. Organobiologik : tidak ditemukan adanya kelainan fisik yang bermakna, tetapi diduga terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter.b. Psikologik : ditemukan gangguan afektif berupa mood hipotimia dan afek depresi sehingga pasien membutuhkan psikoterapi.c. Sosiologik : ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial, sehingga pasien membutuhkan sosioterapi.

X. PROGNOSISFaktor yang meringankan :1. Dukungan keluarga2. Motivasi yang kuat3. Tidak ada riwayat keluargaFaktor yang memperberat:1. Sikap tetangga 2. Kambuh-kambuhan3. Jarak rumah dengan RSJ relatif jauh

a. Quo ad vitam: dubia ad bonamb. Quo ad functionam: dubia ad bonamc. Quo ad sanationam: dubia ad bonam

XI. RENCANA TERAPIa. Psikofarmaka :Golongan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors) Fluoxetine 1 x 20 mg (dosis pemeliharaan dosis tunggal pada pagi hari) Chlordiazepoxide 2x 5mg

b. Psikoterapi Supportif Ventilasi : memberikan kesempatan kepada pasien untuk menceritakan keluhan dan isi hati sehingga pasien menjadi lega. Konseling : memberikan pengertian kepada pasien tentang penyakitnya dan memahami kondisinya lebih baik dan menganjurkan untuk berobat teratur. Sosioterapi : memberikan penjelasan pada suami pasien dan orang sekitar pasien untuk memberikan dorongan dan menciptakan lingkungan yang kondusif.

XII. PEMBAHASANa. Apakah diagnosis sudah tepat?Menurut kami diagnosis pada kasus ini sudah tepat karena:Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan suasana perasaan serta menimbulkan suatu distress (penderitaan) dan disability (hendaya) dalam pekerjaan dan kehidupan sosial pasien,sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami gangguan jiwa.

Aksis IBerdasarkan data-data yang didapat memelalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan rekam medik, tidak ditemukan riwayat demam tinggi atau kejang sebelumnya ataupun kelainan organik. Hal ini dapat menjadi dasar untuk menyingkirkan diagnosis gangguan mental organik (F.0) dan penggunaan zat psikoaktif (F.1). Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dengan pasien dan keluarga. Pada pasien didapatkan gangguan afektif yaitu mood hipotimia, afek depresi dan kesesuaian appropriate. Keluhan disertai dengan perasaan sedih, murung, kehilangan minat, tidak percaya diri, merasa bersalah, tidak berguna bahkan terlintas dipikirannya untuk mati, nafsu makan berkurang. Keluhan dirasakan kembali lima bulan terakhir ini, keluhan ini bukanlah yang pertama, melainkan sudah kedua kalinya dirasakan oleh pasien sehingga diagnosis untuk pasien ini adalah gangguan depresif berulang (F.33), sekaligus menyingkirkan diagnosis gangguan depresif (F.32). Pada pasien juga ditemukan tiga gejala utama dengan terdapat enam gejala lainnya, yang terdiri dari afek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju keadaan mudah lelah dan menurunnya aktivitas. Selain itu, didapatkan enam gejala lainnya berupa konsentrasi dan perhatian berkurang, kepercayaan diri berkurang, gagasan rasa bersalah dan tidak berguna, gagasan membahayakan diri sendiri, tidur terganggu, nafsu makan berkurang. Dari data ini menjadi dasar untuk mendiagnosis bahwa pasien menderita gangguan depresif berulang, episode kini berat tanpa gejala psikotik (F.33.2).

Aksis IIAksis II tidak ada diagnosis dikarenakan pada autoanamnesis tidak didapatkan gangguan tumbuh kembang pada usia kanak-kanak dan remaja. Pasien menyelesaikan pendidikan SD nya dengan baik dan tidak dilanjutkan karena masalah ekonomi. Hal ini menyingkirkan diagnosis retardasi mental (F.70).

Aksis IIIPada anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak ditemukan riwayat penyakit fisik. Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 10,8 gr/dl. Oleh karena itu dapat disimpulkan pada aksis III anemia ringan.

Aksis IVPasien memiliki hubungan yang kurang baik dengan lingkungan tempat tinggalnya. Apabila pasien bertemu dengan tetangganya yang pernah mengatakan dirinya orang gila pasien selalu merasa kesal. Pasien malu untuk bergaul dengan lingkungan sekitar tempat tinggalnya, merasa tidak percaya diri karena merasa badannya kurus. Akhirnya pasien lebih sering menyendiri, melamun dan menangis di dalam kamar dan lebih banyak beraktivitas dirumah.

Aksis VPenilaian terhadap kemampuan pasien untuk berfungsi dalam kehidupannya menggunakan skala GAF (Global Assessment of Functioning). Pada saat dilakukan wawancara, skor GAF 50-41 (gejala berat (serious) dan disabilitas berat). Hal ini ditandai dengan pasien tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.

b. Apakah rencana terapi sudah tepat?Rencana terapi pada kasus ini sudah tepat. Berdasarkan buku ajar psikiatri FK UI, pengobatan depresi adalah dengan farmakoterapi serta psikoterapi untuk menurunkan banyaknya stressor dalam hidup pasien. Farmakoterapi yang dipilih untuk pasien ini adalah Fluoxetin yang merupakan obat antidepresi golongan SSRI (Selective Serotonoin Reuptake Inhibitors). Sertraline dipilih karena obat ini memiliki efek kardiologik yang minimal dibandingkan obat antidepresi golongan yang lain. Selain itu golongan SSRI juga memiliki efek samping lain yang minimal, spektrum antidepresi yang luas, dengan gejala putus obat sangat minimal, serta lethal dose yang tinggi (>6000mg) sehingga relatif aman untuk pasien ini yang berobat jalan.Disertai dengan pemberian obat golongan Benzodiazepine untuk mengobati symptom, hal ini dikarenakan efek obat fluoxetin baru akan muncul setelah dua minggu.

c. Apakah prognosis sudah tepat?Ada beberapa pertimbangan yang memperngaruhi prognosis pasien:Faktor yang meringankan : Dukungan keluarga (suami yang selalu mendukung dan mengantar pasien) Motivasi yang kuat (keinginan kuat yang ingin sembuh) Tidak ada riwayat keluarga (keluarga pasien tidak ada yang mengalami gangguan yang sama)Faktor yang memperberat: Sikap tetangga (mengatakan pasien orang gila) Kambuh-kambuhan Jarak rumah dengan RSJ relatif jauh

Dari data tersebut dapat terlihat bahwa daftar yang memperingan lebih banyak dibanding yang memperberat sehingga di prognosis dubia ad bonam, selain itu kasus ini tidak terdapat gangguan psikosis yang dapat memperberat prognosis.

Riwayat perjalanan penyakit

2009Sekarang19951982

27 thn32 thn13 thnlahir

Tidak percaya diri, malu untuk keluar rumah, sehingga menyendiri, melamun, menangis di kamar Pindah rumah dari Lampung Utara ke Lampung TengahMenikah

Sulit tidur Tidak percaya diri, malu untuk keluar rumah, sehingga menyendiri, melamun, menangis di kamar Sensitif mudah marah dan merasa ada yang membicarakan Nafsu makan berkurang Merasa tidak berguna dan ingin mati saja Malas mengerjakan pekerjaan rumah tangga

DAFTAR PUSTAKA1. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Kaplan dan Sadock Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis edisi 7 jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara.2010.2. Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran jiwa FK Unika Atmajaya. 2007.3. Amir, Nurmiati. Buku Ajar Psikiatri Edisi 2. Jakarta. FKUI. 20134. Maslim, Rusdi. Panduan Praktis Penggunaan Klini Obat Psikotropik. Edisi Ketiga. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran jiwa FK Unika Atmajaya. 2007.

1