cp fix 1.doc

33
REFERAT REHABILITASI MEDIK CEREBRAL PALSY Diajukan untuk memenuhi persyaratan Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta Pembimbing : dr. Siswarni, Sp. KFR Disusun Oleh : Nova Rachmaniah, S. Ked J510145057 PROGRAM STUDI PROFESI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Transcript of cp fix 1.doc

Page 1: cp fix 1.doc

REFERAT

REHABILITASI MEDIK CEREBRAL PALSY

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pembimbing : dr. Siswarni, Sp. KFR

Disusun Oleh :

Nova Rachmaniah, S. Ked J510145057

PROGRAM STUDI PROFESI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015

Page 2: cp fix 1.doc

REFERAT

REHABILITASI MEDIK CEREBRAL PALSY

Oleh:

Nova Rachmaniah, S. Ked J510145057

Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada hari Selasa, tanggal 12 mei 2015

Pembimbing

dr. Siswarni, Sp. KFR(.....................................)

Dipresentasikan dihadapan

dr. Siswarni, Sp. KFR(.....................................)

Disahkan Ka Program Profesi

dr. D. Dewi Nirlawati(.....................................)

Page 3: cp fix 1.doc

BAB I

PENDAHULUAN

Pada tahun 1860, seorang dokter bedah kebangsaan Inggris bernama

William Little pertama kali mendeskripsikan satu penyakit yang pada saat itu

membingungkan yang menyerang anak-anak pada usia tahun pertama, yang

menyebabkan kekakuan otot tungkai dan lengan. Anak-anak tersebut mengalami

kesulitan memegang obyek, merangkak dan berjalan. Penderita tersebut tidak

bertambah membaik dengan bertambahnya usia tetapi juga tidak bertambah

memburuk. Kondisi tersebut disebut little’s disease selama beberapa tahun, yang

saat ini dikenal sebagai spastic diplegia. Penyakit ini merupakan salah satu dari

penyakit yang mengenai pengendalian fungsi pergerakan dan di golongkan dalam

terminologi cerebral palsy atau umumnya di singkat CP.1

Sebagian besar penderita tersebut lahir premature atau mengalami

komplikasi saat persalinan dan Little menyatakan kondisi tersebut merupakan

hasil dari kekurangan oksigen selama kelahiran. Kekurangan oksigen tersebut

merusak jaringan otak yang sensitif yang mengendalikan fungsi pergerakan.

Tetapi pada tahun 1897, psikiatri terkenal Sigmund Freud tidak sependapat.

Dalam penelitiannya, banyak dijumpai pada anak-anak CP mempunyai masalah

lain misalnya retardasi mental, gangguan visual dan kejang. Freud menyatakan

bahwa penyakit tersebut mungkin sudah terjadi pada awal kehidupan, selama

perkembangan otak janin. Kesulitan persalinan hanya merupakan satu keadaan

yang menimbulkan efek yang lebih buruk di mana sangat mempengaruhi

perkembangan fetus.1

Di tahun 1980, di analisis data penelitian pemerintah pada >35.000

persalinan dan hasilnya sangat mengejutkan dengan ditemukan kasus komplikasi

hanya <10%. Sebagian besar kasus CP sering dijumpai kasus tanpa faktor resiko.

Penemuan dari NINDS tersebut dapat mengubah teori medis mengenai CP dan

sangat memotivasi peneliti masa kini untuk mencari lebih lanjut penyebab lain

dari CP.1,2

Page 4: cp fix 1.doc

Pada saat yang sama, penelitian biomedis juga telah memulai penelitian

untuk lebih memahami perubahan pemahaman secara bermakna dalam diagnosis

dan penanganan penderita CP. Faktor resiko yang sebelumnya tidak diketahui

mulai dapat diidentifikasi, khususnya paparan intrauterine terhadap infeksi dan

penyakit koagulasi, dll. Identifikasi dini CP pada bayi akan memberikan

kesempatan pada penderita untuk mendapat penanganan optimal dalam upaya

memperbaiki kecacatan sensoris dan mencegah timbulnya kontraktur. Riset

biomedis berhasil dalam memperbaiki teknik diagnostik misalnya imaging

cerebral canggih dan analisis gait modern. Kondisi tertentu yang sudah diketahui

menyebabkan CP, misalnya rubella dan ikterus, pada saat ini sudah dapat diterapi

dan dicegah. Terapi fisik, psikologis dan perilaku yang optimal dengan metode

khusus misalnya gerakan, bicara membantu kematangan sosial dan emosional

sangat penting untuk mencapai kesuksesan. Tetapi medikasi, pembedahan dan

pemasangan braces banyak membantu dalam hal perbaikan koordinasi saraf dan

otot, sebagai terapi penyakit yang berhubungan dengan CP, disamping mencegah

atau mengoreksi deformitas.1,2

Page 5: cp fix 1.doc

BAB II

PEMBAHASAN

1. DEFINISI

Cerebral palsy adalah ensefalopati statis yang mungkin didefinisikan

sebagai kelainan postur dan gerakan non-progresif, sering disertai dengan epilepsi

dan ketidak normalan bicara, penglihatan dan kecerdasan akibat dari cacat atau

lesi otak yang sedang berkembang.2

Cerebral palsy adalah kelainan pada postur dan pergerakan yang

disebabkan oleh lesi non progresif pada otak yang sedang berkembang.3

Cerebral palsy adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada

suatu kurun waktu dalam perkembangan anak, mengenai sel-sel motorik di dalam

susunan saraf pusat, bersifat kronik dan tidak progresif akibat kelainan atau cacat

pada jaringan otak yang belum selesai pertumbuhannya dengan gambaran klinis

dapat berubah selama hidup dan menunjukkan kelainan dalam sikap dan

pergerakan, disertai kelainan neurologis berupa kelumpuhan spastis, gangguan

ganglia basal dan serebelum dan kelainan mental.5

2. EPIDEMIOLOGI

Collaborative Perinatal Project, dimana sekitar 45.000 anak secara teratur

dipantau sejak dalam kandungan hingga umur 7 tahun, melaporkan angka

prevalensi CP sekitar 4/1.000 bayi lahir hidup. Asfiksia lahir merupakan penyebab

CP yang tidak lazim; lagipula, kehamilan yang paling beresiko tinggi

membuahkan anak yang normal secara neurologis. Meskipun penyebab CP tidak

dapat dikenali pada sebagian besar kasus, sejumlah besar anak dengan CP

mengalami anomaly congenital diluar Sistem Saraf Sentral (SSS), yang dapat

menempatkan mereka pada peningkatan resiko untuk terjadinya asfiksia selama

periode perinatal. Studi Australia yang membandingkan anak dengan CP spastik

dengan sekelompok control yang cocok menunjukkan temuan serupa. Kurang dari

10% anak dengan CP menunjukkan bukti adanya asfiksia intrapartum. Meskipun

peningkatan tahanan hidup bayi premature karena perbaikan perawatan perinatal

telah mengakibatkan lebih banyak anak dengan CP, frekuensinya tidak meningkat.

Page 6: cp fix 1.doc

Penelitian ini menunjukkan bahwa pengembangan dimasa mendatang yang

diarahkan pada perbaikan perawatan perinatal akan mempunyai dampak minimal

pada insidensi CP dan bahwa riset mungkin diarahkan secara lebih

menguntungkan pada bidang biologi perkembangan agar memahami pathogenesis

CP.2

3. ETIOLOGI

Penyebabnya dapat dibagi dalam 3 bagian, yaitu pranatal, perinatal dan

pascanatal.

1. Pranatal

Infeksi terjadi dalam masa kandungan, menyebabkan kelainan pada janin,

misalnya oleh lues, toksoplasmosis, rubela dan penyakit inklusi sitomegalik.

Kelainana yang menyolok biasanya gangguan pergerakan dan retardasi mental.

Anoksia dalam kandungan, terkena radiasi sinar-X dan keracunan kehamilan

dapat menimbulkan cerebral palsy.4

2. Perinatal

a. Anoksia/hipoksia

Penyebab yang terbanyak ditemukan dalam masa perinatal ialah ‘brain

injury’. Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya anoksia. Hal ini

terdapat pada keadaan presentasi bayi abnormal, disporporsi sefalo-pelvik,

partus lama, plasenta previa, infeksi plasenta, partus menggunakan

bantuan instrumen tertentu dan lahir dengan sectio caesar.

b. Perdarahan otak

Perdarahan dan anoksia dapat terjadi bersama-sama, sehingga sukar

membedakannya, misalnya perdarahan yang mengelilingi batang otak,

mengganggu pusat pernafasan dan peredaran darah sehingga terjadi

anoksia. Perdarahan dapat terjadi di ruang subarakhnoid akan

menyebabkan penyumbatan CSS sehingga mengakibatkan hidrosefalus.

Perdarahan di ruang subdural dapat menekan korteks serebri sehingga

timbul kelumpuhan spastis.

Page 7: cp fix 1.doc

c. Prematuritas

Bayi kurang bulan mempunyai kemungkinan menderita perdarahan otak

lebih banyak dibandingkan bayi cukup bulan, karena pembuluh darah,

enzim, faktor pembekuan darah dan lain-lain masih belum sempurna.

d. Ikterus

Ikterus pada masa neonatus dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak

yang kekal akibat masuknya bilirubin ke ganglia basal, misalnya pada

kelainan inkompatibilitas golongan darah.

e. Meningitis purulenta

Meningitis purulenta pada masa bayi terlambat atau tidak tepat

pengobatannya akan mengakibatkan gejala sisa berupa cerbral palsy.4

3. Pascanatal

Setiap kerusakan pada jaringan otak yang mengganggu perkembangan dapat

menyebabkan ‘cerebral palsy’. Misalnya pada trauma kapitis, meningitis,

ensefalitis dan luka parut pada otak pasca-operasi.4

4. KLASIFIKASI

CP dapat diklasifikasikan berdasarkan gejala dan tanda klinis

neurologis. Spastic diplegia untuk pertama kali dideskripsikan oleh dr.Little

(1860), merupakan salah satu bentuk penyakit yang dikenal selanjutnya

sebagai CP. Hingga saat ini, CP diklasifikasikan berdasarkan kerusakan

gerakan yang terjadi dan dibagi dalam 4 kategori, yaitu : 2

CP Spastik

Merupakan bentukan CP yang terbanyak (70-80%), otot mengalami

kekakuan dan secara permanen akan menjadi kontraktur. Jika kedua tungkai

mengalami spastisitas, pada saat seseorang berjalan, kedua tungkai tampak

bergerak kaku dan lurus. Gambaran klinis ini membentuk karakterisitik

berupa ritme berjalan yang dikenal dengan gait gunting (scissor gait) (Bryers,

1941).

Page 8: cp fix 1.doc

Anak dengan spastic hemiplegia dapat disetai tremor hemiparesis,

dimana seseorang tidak dapat mengendalikan gerakan pada tungkai pada satu

sisi tubuh.

Jika tremor memberat, akan terjadi gangguan gerakan berat.

a. Monoplegi bila hanya mengenai 1 ekstremitas saja, biasanya lengan

b. Diplegia keempat ekstremitas terkena, tetapi kedua kaki lebih berat

daripada kedua lengan

c. Triplegia bila mengenai 3 ekstremitas, yang paling banyak adalah

mengenai kedua lengan dan kaki

d. Quadriplegia keempat ekstremitas terkena dengan derajat yang sama

e. Hemiplegia Mengenai salah satu sisi dari tubuh dan lengan terkena lebih

berat

Gambar anggota gerak yang mengalami kelainan 5

CP Atetoid / diskinetik

Bentuk CP ini mempunyai karakteristik gerakan menulis yang

tidak terkontrol dan perlahan. Gerakan abnormal ini mengenai tangan,

kaki, lengan atau tungkai dan pada sebagian besar kasus, otot muka dan

lidah, menyebabkan anak tampak selalu menyeringai dan selalu

mengeluarkan air liur. Gerakan sering meningkat selama periode

Page 9: cp fix 1.doc

peningkatan stress dan hilang pada saat tidur. Penderita juga mengalami

masalah koordinasi gerakan otot bicara (disartria). CP atetoid terjadi pada

10-20% penderita CP.

CP Ataksid

Jarang dijumpai, mengenai keseimbangan dan persepsi dalam.

Penderita yang terkena sering menunjukkan koordinasi yang buruk,

berjalan tidak stabil dengan gaya berjalan kaki terbuka lebar, meletakkan

kedua kaki dengan posisi yang saling berjauhan, kesulitan dalam

melakukan gerkan cepat dan tepat, misalnya menulis atau mengancingkan

baju. Mereka juga sering mengalami tremor, dimulai dengan gerakan

volunter misalnya mengambil buku, menyebabkan gerakan seperti

menggigil pada bagian tubuh yang baru akan digunakan dan tampak

memburuk sama dengan saat pendertia akan menuju obyek yang

dikehendaki. Bentuk ataksid ini mengenai 5-10% penderita CP. 4

CP Campuran

Sering ditemukan pada seorang penderita mempunyai lebih dari

satu bentuk CP yang akan dijabarkan di atas. Bentuk campuran yang

sering dijumpai adalah spastic dan gerakan atetoid tetapi kombinasi lain

juga mungkin dijumpai.

Dari defisit neurologis, CP terbagi :

1. Tipe spastis atau piramidal

Pada tipe ini gejala yang hampir selalu ada adalah:

•Hipertoni (fenomena pisau lipat)

•Hiperfleksi yang disertai klonus

•Kecenderungan timbul kontraktur

•Refleks patologis

Page 10: cp fix 1.doc

2. Tipe ekstrapiramidal

Akan berpengaruh pada bentuk tubuh, gerakan involunter, seperti atetosis,

distonia, ataksia. Tipe ini sering disertai gangguan emosional dan retradasi

mental. Disamping itu juga dijumpai gejala hipertoni, hiperfleksi ringan,

jarang sampai timbul klonus. Pada tipe ini kontraktur jarang ditemukan

apabila mengenai saraf otak bisa terlihat wajah yang asimetris dan disartri

3. Tipe campuran

Gejala-gejala merupakan campuran kedua gejala di atas, misalnya

hiperrefleksi dan hipertoni disertai gerakan khorea.

CP juga dapat diklasifikan berdasarkan estimasi derajat beratnya penyakit dan

kemampuan penderita untuk melakukan aktivitas normal (Tabel 1.)

Tabel 1. Klasifikasi CP berdasarkan Derajat Penyakit

Klasifikasi Perkembangan

motorik

Gejala Penyakit

penyerta

Minimal Normal, hanya

terganggu

secara

kualitatif

Kelainan tonus

sementar

Refleks

primitif menetap

terlalu lama

Kelainan

postur ringan

Gangguan

gerak motorik

kasar dan halus,

misalnya clumpsy

Ganggu

an

komunikas

i

Ganggu

an belajar

spesifik

Ringan Berjalan umur

24 bulan

Perkembangan

refleks primitif

abnormal

Respon

Page 11: cp fix 1.doc

postular terganggu

Gangguan

motorik seperti

tremor

Gangguan

koordinasi

Sedang Berjalan umur

3 tahun kadang

memerlukan

bracing. Tidak

perlu alat

khusus

Berbagai

kelainan

neurologis

Refleks

primitif menetap

Respon

postural terlambat

Retarda

si mental

Ganggu

an belajar

dan

komunikas

i

Kejang

Berat Tidak bisa

berjalan atau

berjalan

dengan alat

bantu, kadang

butuh operasi

gejala

neurologis

dominan

refleks primitif

menetap

respon postural

tidak muncul

PENYAKIT LAIN YANG BERHUBUNGAN DENGAN CEREBRAL

PALSY

Banyak penderita CP juga menderita penyakit lain. Kelainan yang

mempengaruhi otak dan menyebabkan gangguan fungsi motorik dapat

menyebabkan kejang dan mempengaruhi perkembangan intelektual

seseorang, atensi terhadap dunia luar, aktivitas dan perilaku, dan penglihatan

dan pendengaran. 4

Page 12: cp fix 1.doc

Penyakit – penyakit yang berhubungan dengan CP adalah:

1. Gangguan mental

Sepertiga anak CP memiliki gangguan intelektual ringan, sepertiga

dengan gangguan sedang hingga berat dan sepertiga lainnya normal.

Gangguan mental sering dijumpai pada anak dengan klinis spastik

quadriplegia.

2. Kejang atau epilepsi

Setengah dari seluruh anak CP menderita kejang. Selam kejang,

aktivitas elektri dengan pola normal dan teratur di otak mengalami

gangguan karena letupan listrik yang tidak terkontrol. Pada pendertia CP

dan epilepsi, gangguan tersebut akan tersebar keseluruh otak dan

menyebabkan gejala pada seluruh tubuh, seperti kejang tonik-klonik atau

mungkin hanya pada satu bagian otal dan menyebabkan gejala kejang

parsial. Kejang tonik-klonik secara umum menyebabkan penderita

menjerit dan diikuti dengan hilangnya kesadaran, twitching kedua

tungkai dan lengan, gerakan tubuh konvulsi dan hilangnya kontrol

kandung kemih.

3. Gangguan pertumbuhan

Sindroma gagal tumbuh sering terjadi pada CP derajat sedang

hingga berat, terutama tipe quadriparesis. Gagal tumbuh secara umum

adalah istilah untuk mendeskripsikan anak – anak yang terhambat

pertumbuhan dan perkembangannya walaupun dengan asupan makanan

yang cukup. Tampak pendek dan tidak tampak tanda maturasi seksual.

Sebagai tambahan, otot tungkai yang mengalami spastisitas mempunyai

kecenderungan lebih kecil dibanding normal. Kondisi tersebut juga

mengenai tangan dan kaki karena gangguan penggunaan otot tungkai

(disuse atrophy).

Page 13: cp fix 1.doc

4. Gangguan penglihatan dan pendengaran

Mata tampak tidak segaris karena perbedaan pada otot mata kanan

dan kiri sehingga menimbulkan penglihatan ganda. Jika tidak segera

dikoreksi dapat menimbulkan gangguan berat pada mata.

5. Sensasi dan persepsi normal

Sebagian pendertia CP mengalami gangguan kemampuan untuk

merasakan sensasi misalnya sentuhan dan nyeri. Mereka juga mengalami

stereognosia, atau kesulitan merasakan dan mengidentifikasi obyek

melalui sensasi.

5. MANIFESTASI KLINIS

Gambaran klinis cerebral palsy tergantung dari bagian dan luasnya jaringan

otak yang mengalami kerusakan, yaitu :

a. Paralisis. Dapat berbentuk hemiplegia, kuadriplegia, diplegia, monoplegia,

triplegia. Kelumpuhan ini mungkin bersifat flaksid, spastik atau campuran.

b. Gerakan involunter. Dapat berbentuk atetosis, khoreoatetosis, tremor

dengan tonus yang dapat bersifat flaksid, rigiditas, atau campuran.

c. Ataksia. Gangguan koordinasi ini timbul karena kerusakan serebelum.

Penderita biasanya memperlihatkan tonus yang menurun (hipotoni), dan

menunjukkan perkembangan motorik yang terlambat. Mulai berjalan

sangat lambat, dan semua pergerakan serba canggung.

d. Kejang. Dapat bersifat umum atau fokal.

e. Retardasi mental. Ditemukan kira-kira pada 1/3 dari anak dengan cerebral

palsy terutama pada grup tetraparesis, diparesis spastik dan ataksia.

Cerebral palsy yang disertai dengan retardasi mental pada umumnya

disebabkan oleh anoksia serebri yang cukup lama, sehingga terjadi atrofi

serebri yang menyeluruh. Retardasi mental masih dapat diperbaiki bila

korteks serebri tidak mengalami kerusakan menyeluruh dan masih ada

anggota gerak yang dapat digerakkan secara volunter. Dengan

Page 14: cp fix 1.doc

dikembangkannya gerakan-gerakan tangkas oleh anggota gerak,

perkembangan mental akan dapat dipengaruhi secara positif.

f. Gangguan penglihatan (misalnya: hemianopsia, strabismus, atau kelainan

refraksi), gangguan bicara, gangguan sensibilitas.

g. Problem emosional terutama pada saat remaja.

Selain gangguan-gangguan yang telah disebutkan di atas, terdapat pula gangguan

motorik, self care, productivity, dan leisure.

a. Gangguan motorik.

Hipertonus muncul pada kelompok otot, tonus dapat terjadi secara

berubah-ubah yang dapat menyebabkan terjadinya gerakan yang tidak disadari.

Refleks primitif masih tetap muncul, seperti:

- Asymmetrical tonic neck reflex (ATNR)

- Ket. The asymmetric tonic neck reflex is

activated by turning the child’s head. The side

to which the face turns causes the shoulder to

abduct with elbow and hand extension. The leg

on the same side also develops full extension.

On the opposite side, the shoulder is also

abducted but the elbow and hand are fully

flexed and the leg is flexed at the hip, knee,

and ankle. By turning the head to the opposite

side, the pattern reverses.

- Symmetrical Tonic Neck Reflex

(STNR),

- Tonic Labyrinthine Reflex (TLR)

Ket: The tonic labyrinth reflex shows the baby with abducted shoulders, flexed elbows, adducted extended hips, and extended knees and ankles. This posture primarily occurs with the baby in the supine position.

Gambar 19– Asymmetrical Tonic neck Reflex

Gambar 20 – Tonic Labyrinth Reflex

Page 15: cp fix 1.doc

- Moro Reflek

Ket : The Moro reflex is

initiated with a loud noise,

such as a hand clap, that

causes the child to have

full extension of the head,

neck, and back. The

shoulders abduct and the

elbows extend. The legs

also have full extension.

After a short time, the

pattern reverses and the

head, neck, and spine flex;

the arms are brought to the midline; and the legs flex.

- Positive Supporting Reflex

Ket : The parachute reaction is initiated by holding the child at the pelvis and tipping him head down. As the child is lowered toward the floor, he should extend the arms as if he were going to catch himself with his arms. This self-protection response should be present by 11 months of age. If the child has hemiplegia he will often only reach out with the extremity that is not affected. The affected extremity may

remain flexed, or will extend at the shoulder and elbow but with the hand kept fistedb. Self Care

Gambar 21– Moro Reflex

Gambar 22– Positif Supporting reflex

Page 16: cp fix 1.doc

Pasien pada umumnya mengalami kesulitan dalam melakukan aktifitas

sehari-hari, seperti makan, berpakaian, dan berhias. Pasien juga membutuhkan

bantuan untuk mencapai kemandirian.

c. Productivitas

Pasien pada umumnya membutuhkan bantuan untuk melaksanakan

tanggung jawab melakukan pekerjaan rumah. Pada usia sekolah, pasien sering

mengalami kesulitan dengan pekerjaan di sekolah seperti membaca dan menulis.

Pada usia dewasa mungkin membutuhkan bantuan untuk memilih pilihan

pekerjaan.

6. DIAGNOSIS

Anamnesa

Tanda awal CP biasanya tampak pada usia < 3 tahun, dan orang tua sering

mencurigai ketika kemampuan perkembangan motorik tidak normal. bayi dengan

CP sering mengalami kelambatan perkembangan, misalnya tengkurap, duduk,

merangkak, tersenyum atau berjalan.1

Sebagian mengalami abnormalitas tonus otot. Penurunan tonus

otot/hipotonia; bayi tampak lemah dan lemas, kadang floppy. Peningkatan tonus

otot/hipertonia, bayi tampak kaku. Pada sebagian kasus, bayi pada periode awal

tampak hipotonia dan selanjutnya berkembang menjadi hipertonia setelah 2-3

bulan pertama. Anak-anak CP mungkin menunjukkan postur abnormal pada satu

sisi tubuh.1

Pemeriksaan fisik

Dalam menegakkan diagnosis CP perlu melakukan pemeriksaan

kemampuan motorik bayi dan melihat kembali riwayat medis mulai dari riwayat

kehamilan, persalinan dan kesehatan bayi. Perlu juga dilakukan pemeriksaan

refleks dan mengukur perkembangan lingkar kepala anak.1

Secara normal, refleks moro akan menghilang pada usia 6 bulan, tetapi pada

penderita CP, refleks tersebut akan bertahan lebih lama. Hal tersebut merupakan

salah satu dari beberapa refleks yang harus diperiksa.1

Page 17: cp fix 1.doc

Perlu juga memeriksa penggunaan tangan, kecenderungan untuk menggunakan

tangan kanan atau kiri. Jika dokter memegang obyek didepan dan pada sisi dari

bayi, bayi akan mengambil benda tersebut dengan tangan yang cenderung dipakai,

walaupun obyek didekatkan pada tangan yang sebelahnya. Sampai usia 12 bulan,

bayi masih belum menunjukkan kecenderungan menggunakan tangan yang

dipilih. Tetapi bayi dengan spastik hemiplegia, akan menunjukkan perkembanan

pemilihan tangan lebih dini, sejak tangan pada sisi yang tidak terkena menjadi

lebih kuat dan banyak digunakan.1

Langkah selanjutnya dalam diagnosis CP adalah menyingkirkan penyakit

lain yang menyebabkan masalah pergerakan. Yang terpenting, harus ditentukan

bahwa kondisi anak tidak bertambah memburuk. Walaupun gejala dapat berubah

bersama waktu, CP sesuai dengan definisinya tidak dapat menjadi progresif. Jika

anak secara progresif kehilangan kemampuan motorik, ada kemungkinan terdapat

masalah yang berasal dari penyakit lain, misalnya penyakit genetik, penyakit

muskuler, kelainan metabolik, tumor SSP. Penelitian metabolik dan genetik tidak

rutin dilakukan dalam evaluasi anak dengan CP.1

Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan mata dan pendengaran segera dilakukan setelah diagnosis

cerebral palsy ditegakkan

b. Pungsi lumbal harus dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan

penyebabnya suatu proses degeneratif. Pada cerebral palsy, CSS normal

c. Pemeriksaan EEG dilakukan pada penderita kejang atau pada golongan

hemiparesis baik yang disertai kejang maupun yang tidak

d. Foto rontge kepala

e. Penilaian psikologis perlu dikerjakan untuk tingkat pendidikan yang

dibutuhkan

f. Pemeriksaan metabolik untuk menyingkirkan penyebab lain dari retardasi

mental. 1,4

7. PENATALAKSANAAN

Page 18: cp fix 1.doc

Penilaian menyeluruh secara dini sangat penting karena

Seringkali terdapat kecacatan lain yang berhubungan, misalnya kesulitan

belajar, epilepsi, defek pada penglihatan dan pendengaran

Postur dan pergerakan yang terganggu dapat menyebabkan deformitas

permanen

Palsi serebral dapat menimbulkan masalah besar dalam penatalaksanaan

dirumah dan sekolah. Oleh karena itu, selain riwayat penyakit dan

pemeriksaan umum yang rinci, hal-hal berikut harus dinilai: penglihatan,

pendengaran dan kecerdasan, dan keaadaan emosi dan sosial anak dan

tempat tinggal. Biasanya penilaian dan terapi dilakukan oleh tim

multidisiplin dari Pusat Perkembangan Anak.

Fisioterapi dini bertujuan untuk mengembangkan pola gerakan normal

dengan menfasilitasi refleks-refleks postural yang normal dan mencegah

menetapnya refleks primitif yang janggal serta mencegah deformitas.

Tindakan ini harus segera di mulai secara intensif. Orang tua turut

membantu program latihan dirumah. Untuk mencegah kontraktur perlu

diperhatikan posisi penderita pada waktu istirahat atu tidur. Bagi penderita

yang berat dianjurkan untuk sementara tinggal disuatu pusat latihan.

Fisioterapi ini dilakukan sepanjang penderita hidup.

o fisioterapi (terapi fisik)

Diberikan kepada individu dengan gangguan fisik, kognitif, dan

mental dengan menggunakan aktivitas bertujuan sehingga individu

tersebut mampu mandiri dalam melakukan aktivitas kehidupan

sehari-hari, pekerjaan, dan aktivitas waktu luang. Sarana yang ada

antara lain :

- Snozelen area

- Sensori Integritas

- Terapi Adaptif

- Terapi ADL dll

o terapi okupasi

Page 19: cp fix 1.doc

Diberikan kepada individu dengan gangguan fisik, kognitif, dan

mental dengan menggunakan aktivitas bertujuan sehingga individu

tersebut mampu mandiri dalam melakukan aktivitas kehidupan

sehari-hari, pekerjaan, dan aktivitas waktu luang. Sarana yang ada

antara lain :

- Snozelen area

- Sensori Integritas

- Terapi Adaptif

- Terapi ADL dll

o ortotik prostetik

pelayanan keteknisian medik yang ditujukan untuk merancang,

membuat dan mengepas alat bantu guna pemeliharaan dan

pemulihan fungsi atau pengganti alat tubuh atau anggota gerak.

Pembuatan Sepatu Ortopedi Splint & Brace (alat penyangga).

o terapi wicara

Ditujukan untuk memulihkan & mengupayakan kompensasi/adaptasi

fungsi komunikasi & menelan dengan berbagai latihan.

Intenvensi ortopedi dan bedah saraf dapat membantu. Bila terdapat

hipertonus otot atu hiperspastisitas, dianjurkan untuk dilakukan

pembedahan otot, tendon atau tulang untuk reposisi kelainan tersebut.

Pembedahan stereotaktik dianjurkan pada penderita dengan pergerakan

koreoatetosis yang berlebihan.

Penderita cerbral palsy dididik sesuai dengan tingkat inteligensinya, di

sekolah luar biasa dan bila mungkin di sekolah biasa bersama-sama

dengan anak yang normal. Mereka sebaiknya diperlakukan sama seperti

anak yang normal.

Pada penderita dengan kejang diberikan obat antikonvulsan rumat yang

sesuai dengan karakteristik kejangnya. Pada keadaan tonus otot yang

berlebihan, obat dari golongan benzodiazepin dapat menolong. Pada

Page 20: cp fix 1.doc

keadaan koreoatetosis diberikan artan. Imipramin (tofranil) diberikan

kepada penderita dengan depresi.2,

8. DIAGNOSIS BANDING

Mendiagnosa penyakit ini tidak susah. Kerusakan progerif pada bayi

berumur < 3 bulan lebih mungkin menunjukkan gangguan metabolisme,

selanjutnya, itu menandakan gangguan degeneratif saraf pusat.3

a. Proses degeneratif

b. Higroma subdural

c. Arterio-venus yang pecah

d. Kerusakan medula spinalis

e. Tumor intrakranial.4

9. PENCEGAHAN

Beberapa penyebab CP dapat dicegah atau diterapi, sehingga kejadian CP

pun bisa dicegah. Adapun penyebab CP yang dapat dicegah atau diterapi antara

lain :

a. Pencegahan terhadap cedera kepala dengan cara menggunakan alat pengaman

pada saat duduk di kendaraan dan helm pelindung kepala saat bersepeda dan

eliminasi kekerasan fisik pada anak. sebagai tambahan, pengamatan optimal

selama mandi dan bermain.1

b. Penanganan ikterus neonatorum yang cepat dan tepat pada bayi baru lahir

dengan fototerapi, atau jika tidak mencukupi dapat dilakukan transfusi tukar.

Inkompabilitas faktor rhesus mudah diidentifikasi dengan pemeriksaan darah

rutin ibu dan bapak. Inkompabilitas tersebut tidak selalu menimbulkan

masalah pada kehamilan pertama, karena secara umum tubuh ibu hamil

tersebut belum memproduksi antibodi yang tidak diinginkan hingga saat

persalinan. Pada sebagian besar kasu-kasus, serum khusus yang diberikan

setelah kelahiran dapat mencegah produksi antibodi tersebut.1

c. Rubella atau campak jerman dapat dicegah dengan memberikan imunisasi

sebelum hamil.1

Page 21: cp fix 1.doc

Sebagai tambahan, sangat baik jika kita berpedoman untuk menghasilkan

kehamilan yang baik dengan cara asuhan pranatal yang teratur dan nutrisi optimal

dan melakukan eliminasi merokok, konsumsi alkohol dan penyalah gunaan obat.

Walaupun semua usaha terbaik yang sudah dilakukan oleh orang tua dan dokter,

tetapi masih ada anak yang terlahir dengan CP, hal tersebut karena sebagian besar

kasus CP tidak diketahui sebabnya.1

10. PROGNOSIS

Beberapa faktor berpengaruh terhadap prognosis penderita cerebral palsy

seperti tipe klinis, keterlambatan dicapainya milestones, adanya reflek patologik

dan adanya defisit intelegensi, sensoris dan gangguan emosional. Anak dengan

hemiplegi sebagian besar dapat berjalan sekitar umur 2 tahun, kadang diperlukan

short leg brace, yang sifatnya sementara. Didapatkannya tangan dengan ukuran

lebih kecil pada bagian yang hemiplegi, bisa disebabkan adanya disfungsi sensoris

di parietal dan bisa menyebabkan gangguan motorik halus pada tangan tersebut.

Lebih dari 50% anak tipe diplegi belajar berjalan pada usia sekitar 3 tahun, tetapi

cara berjalan sering tidak normal dan sebagian anak memerlukan alat bantu.

Aktifitas tangan biasanya ikut terganggu, meskipun tidak tampak nyata. Anak

dengan tipe kuadriplegi, 25% memerlukan perawatan total, sekitar 33% dapat

berjalan, biasanya setelah umur 3 tahun. Gangguan fungsi intelegensi paling

sering didapatkan dan menyertai terjadinya keterbatasan dalam aktifitas.

Keterlibatan otot-otot bulber, akan menambah gangguan yang terjadi pada tipe ini. 6

Sebagian besar anak yang dapat duduk pada umur 2 tahun dapat belajar

berjalan, sebaliknya anak yang tetap didapatkan reflek moro, asimetri tonic neck

reflex, ekstensor thrust dan tidak munculnya reflek parasut biasanya tidak dapat

belajar berjalan. Hanya sedikit anak yang tidak dapat duduk pada umur 4 tahun

akan belajar berjalan. 7

Page 22: cp fix 1.doc

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Cerebral palsy adalah kelainan pada postur dan pergerakan yang

menyebabkan oleh lesi non progresif pada otak yang sedang berkembang.

Penyebabnya dapat dibagi dalam 3 bagian, yaitu pranatal, perinatal dan

pascanatal. Tanda awal CP biasanya tampak pada usia < 3 tahun, dan orang tua

sering mencurigai ketika kemampuan perkembangan motorik tidak normal. bayi

dengan CP sering mengalami kelambatan perkembangan, misalnya tengkurap,

duduk, merangkak, tersenyum atau berjalan. Sebagian mengalami abnormalitas

tonus otot. Penurunan tonus otot/hipotonia; bayi tampak lemah dan lemas, kadang

floppy. Peningkatan tonus otot/hipertonia, bayi tampak kaku. Pada sebagian

kasus, bayi pada periode awal tampak hipotonia dan selanjutnya berkembang

menjadi hipertonia setelah 2-3 bulan pertama. Anak-anak CP mungkin

menunjukkan postur abnormal pada satu sisi tubuh.

Pengobatan kausal tidak ada, hanya simtomatik, yaitu tindakan fisioterapi,

pembedahan, pendidikan dan obat-obatan. Prognosis penderita dengan gejala

motorik yang ringan adalah baik, makin banyak gejala penyertanya dan makin

berat gejala motoriknya, makin buruk prognosisnya.

Page 23: cp fix 1.doc

DAFTAR PUSTAKA

1. Saharso, Darto. Kuliah Cerebral Palsy Diagnosis dan Tatalaksana. FK

UNAIR. 2006

2. Behrman, Richard. Kliegman, Robert. Arvin, Ann. Ilmu Kesehatan Anak

Nelson Jilid 3. Jakarta : EGC. 2000 : 2085-2087

3. Meadow, Roy. Simon, Newell. Lecture Notes Pediatrika. Jakarta : Erlangga.

2005 : 122-124

4. Hathaway, William. Hay, William. Pediatric Diagnosis dan Treatment.

Jakarta : Appleton & Lange. 1993 : 745-747

5. Hassan, Rusepno. Alatas, Husein. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak jilid 2 :

Jakarta : Infomedika. 2007 : 884-888