cp fix 1.doc
-
Upload
nova-rachmaniah -
Category
Documents
-
view
280 -
download
3
Transcript of cp fix 1.doc
REFERAT
REHABILITASI MEDIK CEREBRAL PALSY
Diajukan untuk memenuhi persyaratan Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pembimbing : dr. Siswarni, Sp. KFR
Disusun Oleh :
Nova Rachmaniah, S. Ked J510145057
PROGRAM STUDI PROFESI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
REFERAT
REHABILITASI MEDIK CEREBRAL PALSY
Oleh:
Nova Rachmaniah, S. Ked J510145057
Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari Selasa, tanggal 12 mei 2015
Pembimbing
dr. Siswarni, Sp. KFR(.....................................)
Dipresentasikan dihadapan
dr. Siswarni, Sp. KFR(.....................................)
Disahkan Ka Program Profesi
dr. D. Dewi Nirlawati(.....................................)
BAB I
PENDAHULUAN
Pada tahun 1860, seorang dokter bedah kebangsaan Inggris bernama
William Little pertama kali mendeskripsikan satu penyakit yang pada saat itu
membingungkan yang menyerang anak-anak pada usia tahun pertama, yang
menyebabkan kekakuan otot tungkai dan lengan. Anak-anak tersebut mengalami
kesulitan memegang obyek, merangkak dan berjalan. Penderita tersebut tidak
bertambah membaik dengan bertambahnya usia tetapi juga tidak bertambah
memburuk. Kondisi tersebut disebut little’s disease selama beberapa tahun, yang
saat ini dikenal sebagai spastic diplegia. Penyakit ini merupakan salah satu dari
penyakit yang mengenai pengendalian fungsi pergerakan dan di golongkan dalam
terminologi cerebral palsy atau umumnya di singkat CP.1
Sebagian besar penderita tersebut lahir premature atau mengalami
komplikasi saat persalinan dan Little menyatakan kondisi tersebut merupakan
hasil dari kekurangan oksigen selama kelahiran. Kekurangan oksigen tersebut
merusak jaringan otak yang sensitif yang mengendalikan fungsi pergerakan.
Tetapi pada tahun 1897, psikiatri terkenal Sigmund Freud tidak sependapat.
Dalam penelitiannya, banyak dijumpai pada anak-anak CP mempunyai masalah
lain misalnya retardasi mental, gangguan visual dan kejang. Freud menyatakan
bahwa penyakit tersebut mungkin sudah terjadi pada awal kehidupan, selama
perkembangan otak janin. Kesulitan persalinan hanya merupakan satu keadaan
yang menimbulkan efek yang lebih buruk di mana sangat mempengaruhi
perkembangan fetus.1
Di tahun 1980, di analisis data penelitian pemerintah pada >35.000
persalinan dan hasilnya sangat mengejutkan dengan ditemukan kasus komplikasi
hanya <10%. Sebagian besar kasus CP sering dijumpai kasus tanpa faktor resiko.
Penemuan dari NINDS tersebut dapat mengubah teori medis mengenai CP dan
sangat memotivasi peneliti masa kini untuk mencari lebih lanjut penyebab lain
dari CP.1,2
Pada saat yang sama, penelitian biomedis juga telah memulai penelitian
untuk lebih memahami perubahan pemahaman secara bermakna dalam diagnosis
dan penanganan penderita CP. Faktor resiko yang sebelumnya tidak diketahui
mulai dapat diidentifikasi, khususnya paparan intrauterine terhadap infeksi dan
penyakit koagulasi, dll. Identifikasi dini CP pada bayi akan memberikan
kesempatan pada penderita untuk mendapat penanganan optimal dalam upaya
memperbaiki kecacatan sensoris dan mencegah timbulnya kontraktur. Riset
biomedis berhasil dalam memperbaiki teknik diagnostik misalnya imaging
cerebral canggih dan analisis gait modern. Kondisi tertentu yang sudah diketahui
menyebabkan CP, misalnya rubella dan ikterus, pada saat ini sudah dapat diterapi
dan dicegah. Terapi fisik, psikologis dan perilaku yang optimal dengan metode
khusus misalnya gerakan, bicara membantu kematangan sosial dan emosional
sangat penting untuk mencapai kesuksesan. Tetapi medikasi, pembedahan dan
pemasangan braces banyak membantu dalam hal perbaikan koordinasi saraf dan
otot, sebagai terapi penyakit yang berhubungan dengan CP, disamping mencegah
atau mengoreksi deformitas.1,2
BAB II
PEMBAHASAN
1. DEFINISI
Cerebral palsy adalah ensefalopati statis yang mungkin didefinisikan
sebagai kelainan postur dan gerakan non-progresif, sering disertai dengan epilepsi
dan ketidak normalan bicara, penglihatan dan kecerdasan akibat dari cacat atau
lesi otak yang sedang berkembang.2
Cerebral palsy adalah kelainan pada postur dan pergerakan yang
disebabkan oleh lesi non progresif pada otak yang sedang berkembang.3
Cerebral palsy adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada
suatu kurun waktu dalam perkembangan anak, mengenai sel-sel motorik di dalam
susunan saraf pusat, bersifat kronik dan tidak progresif akibat kelainan atau cacat
pada jaringan otak yang belum selesai pertumbuhannya dengan gambaran klinis
dapat berubah selama hidup dan menunjukkan kelainan dalam sikap dan
pergerakan, disertai kelainan neurologis berupa kelumpuhan spastis, gangguan
ganglia basal dan serebelum dan kelainan mental.5
2. EPIDEMIOLOGI
Collaborative Perinatal Project, dimana sekitar 45.000 anak secara teratur
dipantau sejak dalam kandungan hingga umur 7 tahun, melaporkan angka
prevalensi CP sekitar 4/1.000 bayi lahir hidup. Asfiksia lahir merupakan penyebab
CP yang tidak lazim; lagipula, kehamilan yang paling beresiko tinggi
membuahkan anak yang normal secara neurologis. Meskipun penyebab CP tidak
dapat dikenali pada sebagian besar kasus, sejumlah besar anak dengan CP
mengalami anomaly congenital diluar Sistem Saraf Sentral (SSS), yang dapat
menempatkan mereka pada peningkatan resiko untuk terjadinya asfiksia selama
periode perinatal. Studi Australia yang membandingkan anak dengan CP spastik
dengan sekelompok control yang cocok menunjukkan temuan serupa. Kurang dari
10% anak dengan CP menunjukkan bukti adanya asfiksia intrapartum. Meskipun
peningkatan tahanan hidup bayi premature karena perbaikan perawatan perinatal
telah mengakibatkan lebih banyak anak dengan CP, frekuensinya tidak meningkat.
Penelitian ini menunjukkan bahwa pengembangan dimasa mendatang yang
diarahkan pada perbaikan perawatan perinatal akan mempunyai dampak minimal
pada insidensi CP dan bahwa riset mungkin diarahkan secara lebih
menguntungkan pada bidang biologi perkembangan agar memahami pathogenesis
CP.2
3. ETIOLOGI
Penyebabnya dapat dibagi dalam 3 bagian, yaitu pranatal, perinatal dan
pascanatal.
1. Pranatal
Infeksi terjadi dalam masa kandungan, menyebabkan kelainan pada janin,
misalnya oleh lues, toksoplasmosis, rubela dan penyakit inklusi sitomegalik.
Kelainana yang menyolok biasanya gangguan pergerakan dan retardasi mental.
Anoksia dalam kandungan, terkena radiasi sinar-X dan keracunan kehamilan
dapat menimbulkan cerebral palsy.4
2. Perinatal
a. Anoksia/hipoksia
Penyebab yang terbanyak ditemukan dalam masa perinatal ialah ‘brain
injury’. Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya anoksia. Hal ini
terdapat pada keadaan presentasi bayi abnormal, disporporsi sefalo-pelvik,
partus lama, plasenta previa, infeksi plasenta, partus menggunakan
bantuan instrumen tertentu dan lahir dengan sectio caesar.
b. Perdarahan otak
Perdarahan dan anoksia dapat terjadi bersama-sama, sehingga sukar
membedakannya, misalnya perdarahan yang mengelilingi batang otak,
mengganggu pusat pernafasan dan peredaran darah sehingga terjadi
anoksia. Perdarahan dapat terjadi di ruang subarakhnoid akan
menyebabkan penyumbatan CSS sehingga mengakibatkan hidrosefalus.
Perdarahan di ruang subdural dapat menekan korteks serebri sehingga
timbul kelumpuhan spastis.
c. Prematuritas
Bayi kurang bulan mempunyai kemungkinan menderita perdarahan otak
lebih banyak dibandingkan bayi cukup bulan, karena pembuluh darah,
enzim, faktor pembekuan darah dan lain-lain masih belum sempurna.
d. Ikterus
Ikterus pada masa neonatus dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak
yang kekal akibat masuknya bilirubin ke ganglia basal, misalnya pada
kelainan inkompatibilitas golongan darah.
e. Meningitis purulenta
Meningitis purulenta pada masa bayi terlambat atau tidak tepat
pengobatannya akan mengakibatkan gejala sisa berupa cerbral palsy.4
3. Pascanatal
Setiap kerusakan pada jaringan otak yang mengganggu perkembangan dapat
menyebabkan ‘cerebral palsy’. Misalnya pada trauma kapitis, meningitis,
ensefalitis dan luka parut pada otak pasca-operasi.4
4. KLASIFIKASI
CP dapat diklasifikasikan berdasarkan gejala dan tanda klinis
neurologis. Spastic diplegia untuk pertama kali dideskripsikan oleh dr.Little
(1860), merupakan salah satu bentuk penyakit yang dikenal selanjutnya
sebagai CP. Hingga saat ini, CP diklasifikasikan berdasarkan kerusakan
gerakan yang terjadi dan dibagi dalam 4 kategori, yaitu : 2
CP Spastik
Merupakan bentukan CP yang terbanyak (70-80%), otot mengalami
kekakuan dan secara permanen akan menjadi kontraktur. Jika kedua tungkai
mengalami spastisitas, pada saat seseorang berjalan, kedua tungkai tampak
bergerak kaku dan lurus. Gambaran klinis ini membentuk karakterisitik
berupa ritme berjalan yang dikenal dengan gait gunting (scissor gait) (Bryers,
1941).
Anak dengan spastic hemiplegia dapat disetai tremor hemiparesis,
dimana seseorang tidak dapat mengendalikan gerakan pada tungkai pada satu
sisi tubuh.
Jika tremor memberat, akan terjadi gangguan gerakan berat.
a. Monoplegi bila hanya mengenai 1 ekstremitas saja, biasanya lengan
b. Diplegia keempat ekstremitas terkena, tetapi kedua kaki lebih berat
daripada kedua lengan
c. Triplegia bila mengenai 3 ekstremitas, yang paling banyak adalah
mengenai kedua lengan dan kaki
d. Quadriplegia keempat ekstremitas terkena dengan derajat yang sama
e. Hemiplegia Mengenai salah satu sisi dari tubuh dan lengan terkena lebih
berat
Gambar anggota gerak yang mengalami kelainan 5
CP Atetoid / diskinetik
Bentuk CP ini mempunyai karakteristik gerakan menulis yang
tidak terkontrol dan perlahan. Gerakan abnormal ini mengenai tangan,
kaki, lengan atau tungkai dan pada sebagian besar kasus, otot muka dan
lidah, menyebabkan anak tampak selalu menyeringai dan selalu
mengeluarkan air liur. Gerakan sering meningkat selama periode
peningkatan stress dan hilang pada saat tidur. Penderita juga mengalami
masalah koordinasi gerakan otot bicara (disartria). CP atetoid terjadi pada
10-20% penderita CP.
CP Ataksid
Jarang dijumpai, mengenai keseimbangan dan persepsi dalam.
Penderita yang terkena sering menunjukkan koordinasi yang buruk,
berjalan tidak stabil dengan gaya berjalan kaki terbuka lebar, meletakkan
kedua kaki dengan posisi yang saling berjauhan, kesulitan dalam
melakukan gerkan cepat dan tepat, misalnya menulis atau mengancingkan
baju. Mereka juga sering mengalami tremor, dimulai dengan gerakan
volunter misalnya mengambil buku, menyebabkan gerakan seperti
menggigil pada bagian tubuh yang baru akan digunakan dan tampak
memburuk sama dengan saat pendertia akan menuju obyek yang
dikehendaki. Bentuk ataksid ini mengenai 5-10% penderita CP. 4
CP Campuran
Sering ditemukan pada seorang penderita mempunyai lebih dari
satu bentuk CP yang akan dijabarkan di atas. Bentuk campuran yang
sering dijumpai adalah spastic dan gerakan atetoid tetapi kombinasi lain
juga mungkin dijumpai.
Dari defisit neurologis, CP terbagi :
1. Tipe spastis atau piramidal
Pada tipe ini gejala yang hampir selalu ada adalah:
•Hipertoni (fenomena pisau lipat)
•Hiperfleksi yang disertai klonus
•Kecenderungan timbul kontraktur
•Refleks patologis
2. Tipe ekstrapiramidal
Akan berpengaruh pada bentuk tubuh, gerakan involunter, seperti atetosis,
distonia, ataksia. Tipe ini sering disertai gangguan emosional dan retradasi
mental. Disamping itu juga dijumpai gejala hipertoni, hiperfleksi ringan,
jarang sampai timbul klonus. Pada tipe ini kontraktur jarang ditemukan
apabila mengenai saraf otak bisa terlihat wajah yang asimetris dan disartri
3. Tipe campuran
Gejala-gejala merupakan campuran kedua gejala di atas, misalnya
hiperrefleksi dan hipertoni disertai gerakan khorea.
CP juga dapat diklasifikan berdasarkan estimasi derajat beratnya penyakit dan
kemampuan penderita untuk melakukan aktivitas normal (Tabel 1.)
Tabel 1. Klasifikasi CP berdasarkan Derajat Penyakit
Klasifikasi Perkembangan
motorik
Gejala Penyakit
penyerta
Minimal Normal, hanya
terganggu
secara
kualitatif
Kelainan tonus
sementar
Refleks
primitif menetap
terlalu lama
Kelainan
postur ringan
Gangguan
gerak motorik
kasar dan halus,
misalnya clumpsy
Ganggu
an
komunikas
i
Ganggu
an belajar
spesifik
Ringan Berjalan umur
24 bulan
Perkembangan
refleks primitif
abnormal
Respon
postular terganggu
Gangguan
motorik seperti
tremor
Gangguan
koordinasi
Sedang Berjalan umur
3 tahun kadang
memerlukan
bracing. Tidak
perlu alat
khusus
Berbagai
kelainan
neurologis
Refleks
primitif menetap
Respon
postural terlambat
Retarda
si mental
Ganggu
an belajar
dan
komunikas
i
Kejang
Berat Tidak bisa
berjalan atau
berjalan
dengan alat
bantu, kadang
butuh operasi
gejala
neurologis
dominan
refleks primitif
menetap
respon postural
tidak muncul
PENYAKIT LAIN YANG BERHUBUNGAN DENGAN CEREBRAL
PALSY
Banyak penderita CP juga menderita penyakit lain. Kelainan yang
mempengaruhi otak dan menyebabkan gangguan fungsi motorik dapat
menyebabkan kejang dan mempengaruhi perkembangan intelektual
seseorang, atensi terhadap dunia luar, aktivitas dan perilaku, dan penglihatan
dan pendengaran. 4
Penyakit – penyakit yang berhubungan dengan CP adalah:
1. Gangguan mental
Sepertiga anak CP memiliki gangguan intelektual ringan, sepertiga
dengan gangguan sedang hingga berat dan sepertiga lainnya normal.
Gangguan mental sering dijumpai pada anak dengan klinis spastik
quadriplegia.
2. Kejang atau epilepsi
Setengah dari seluruh anak CP menderita kejang. Selam kejang,
aktivitas elektri dengan pola normal dan teratur di otak mengalami
gangguan karena letupan listrik yang tidak terkontrol. Pada pendertia CP
dan epilepsi, gangguan tersebut akan tersebar keseluruh otak dan
menyebabkan gejala pada seluruh tubuh, seperti kejang tonik-klonik atau
mungkin hanya pada satu bagian otal dan menyebabkan gejala kejang
parsial. Kejang tonik-klonik secara umum menyebabkan penderita
menjerit dan diikuti dengan hilangnya kesadaran, twitching kedua
tungkai dan lengan, gerakan tubuh konvulsi dan hilangnya kontrol
kandung kemih.
3. Gangguan pertumbuhan
Sindroma gagal tumbuh sering terjadi pada CP derajat sedang
hingga berat, terutama tipe quadriparesis. Gagal tumbuh secara umum
adalah istilah untuk mendeskripsikan anak – anak yang terhambat
pertumbuhan dan perkembangannya walaupun dengan asupan makanan
yang cukup. Tampak pendek dan tidak tampak tanda maturasi seksual.
Sebagai tambahan, otot tungkai yang mengalami spastisitas mempunyai
kecenderungan lebih kecil dibanding normal. Kondisi tersebut juga
mengenai tangan dan kaki karena gangguan penggunaan otot tungkai
(disuse atrophy).
4. Gangguan penglihatan dan pendengaran
Mata tampak tidak segaris karena perbedaan pada otot mata kanan
dan kiri sehingga menimbulkan penglihatan ganda. Jika tidak segera
dikoreksi dapat menimbulkan gangguan berat pada mata.
5. Sensasi dan persepsi normal
Sebagian pendertia CP mengalami gangguan kemampuan untuk
merasakan sensasi misalnya sentuhan dan nyeri. Mereka juga mengalami
stereognosia, atau kesulitan merasakan dan mengidentifikasi obyek
melalui sensasi.
5. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis cerebral palsy tergantung dari bagian dan luasnya jaringan
otak yang mengalami kerusakan, yaitu :
a. Paralisis. Dapat berbentuk hemiplegia, kuadriplegia, diplegia, monoplegia,
triplegia. Kelumpuhan ini mungkin bersifat flaksid, spastik atau campuran.
b. Gerakan involunter. Dapat berbentuk atetosis, khoreoatetosis, tremor
dengan tonus yang dapat bersifat flaksid, rigiditas, atau campuran.
c. Ataksia. Gangguan koordinasi ini timbul karena kerusakan serebelum.
Penderita biasanya memperlihatkan tonus yang menurun (hipotoni), dan
menunjukkan perkembangan motorik yang terlambat. Mulai berjalan
sangat lambat, dan semua pergerakan serba canggung.
d. Kejang. Dapat bersifat umum atau fokal.
e. Retardasi mental. Ditemukan kira-kira pada 1/3 dari anak dengan cerebral
palsy terutama pada grup tetraparesis, diparesis spastik dan ataksia.
Cerebral palsy yang disertai dengan retardasi mental pada umumnya
disebabkan oleh anoksia serebri yang cukup lama, sehingga terjadi atrofi
serebri yang menyeluruh. Retardasi mental masih dapat diperbaiki bila
korteks serebri tidak mengalami kerusakan menyeluruh dan masih ada
anggota gerak yang dapat digerakkan secara volunter. Dengan
dikembangkannya gerakan-gerakan tangkas oleh anggota gerak,
perkembangan mental akan dapat dipengaruhi secara positif.
f. Gangguan penglihatan (misalnya: hemianopsia, strabismus, atau kelainan
refraksi), gangguan bicara, gangguan sensibilitas.
g. Problem emosional terutama pada saat remaja.
Selain gangguan-gangguan yang telah disebutkan di atas, terdapat pula gangguan
motorik, self care, productivity, dan leisure.
a. Gangguan motorik.
Hipertonus muncul pada kelompok otot, tonus dapat terjadi secara
berubah-ubah yang dapat menyebabkan terjadinya gerakan yang tidak disadari.
Refleks primitif masih tetap muncul, seperti:
- Asymmetrical tonic neck reflex (ATNR)
- Ket. The asymmetric tonic neck reflex is
activated by turning the child’s head. The side
to which the face turns causes the shoulder to
abduct with elbow and hand extension. The leg
on the same side also develops full extension.
On the opposite side, the shoulder is also
abducted but the elbow and hand are fully
flexed and the leg is flexed at the hip, knee,
and ankle. By turning the head to the opposite
side, the pattern reverses.
- Symmetrical Tonic Neck Reflex
(STNR),
- Tonic Labyrinthine Reflex (TLR)
Ket: The tonic labyrinth reflex shows the baby with abducted shoulders, flexed elbows, adducted extended hips, and extended knees and ankles. This posture primarily occurs with the baby in the supine position.
Gambar 19– Asymmetrical Tonic neck Reflex
Gambar 20 – Tonic Labyrinth Reflex
- Moro Reflek
Ket : The Moro reflex is
initiated with a loud noise,
such as a hand clap, that
causes the child to have
full extension of the head,
neck, and back. The
shoulders abduct and the
elbows extend. The legs
also have full extension.
After a short time, the
pattern reverses and the
head, neck, and spine flex;
the arms are brought to the midline; and the legs flex.
- Positive Supporting Reflex
Ket : The parachute reaction is initiated by holding the child at the pelvis and tipping him head down. As the child is lowered toward the floor, he should extend the arms as if he were going to catch himself with his arms. This self-protection response should be present by 11 months of age. If the child has hemiplegia he will often only reach out with the extremity that is not affected. The affected extremity may
remain flexed, or will extend at the shoulder and elbow but with the hand kept fistedb. Self Care
Gambar 21– Moro Reflex
Gambar 22– Positif Supporting reflex
Pasien pada umumnya mengalami kesulitan dalam melakukan aktifitas
sehari-hari, seperti makan, berpakaian, dan berhias. Pasien juga membutuhkan
bantuan untuk mencapai kemandirian.
c. Productivitas
Pasien pada umumnya membutuhkan bantuan untuk melaksanakan
tanggung jawab melakukan pekerjaan rumah. Pada usia sekolah, pasien sering
mengalami kesulitan dengan pekerjaan di sekolah seperti membaca dan menulis.
Pada usia dewasa mungkin membutuhkan bantuan untuk memilih pilihan
pekerjaan.
6. DIAGNOSIS
Anamnesa
Tanda awal CP biasanya tampak pada usia < 3 tahun, dan orang tua sering
mencurigai ketika kemampuan perkembangan motorik tidak normal. bayi dengan
CP sering mengalami kelambatan perkembangan, misalnya tengkurap, duduk,
merangkak, tersenyum atau berjalan.1
Sebagian mengalami abnormalitas tonus otot. Penurunan tonus
otot/hipotonia; bayi tampak lemah dan lemas, kadang floppy. Peningkatan tonus
otot/hipertonia, bayi tampak kaku. Pada sebagian kasus, bayi pada periode awal
tampak hipotonia dan selanjutnya berkembang menjadi hipertonia setelah 2-3
bulan pertama. Anak-anak CP mungkin menunjukkan postur abnormal pada satu
sisi tubuh.1
Pemeriksaan fisik
Dalam menegakkan diagnosis CP perlu melakukan pemeriksaan
kemampuan motorik bayi dan melihat kembali riwayat medis mulai dari riwayat
kehamilan, persalinan dan kesehatan bayi. Perlu juga dilakukan pemeriksaan
refleks dan mengukur perkembangan lingkar kepala anak.1
Secara normal, refleks moro akan menghilang pada usia 6 bulan, tetapi pada
penderita CP, refleks tersebut akan bertahan lebih lama. Hal tersebut merupakan
salah satu dari beberapa refleks yang harus diperiksa.1
Perlu juga memeriksa penggunaan tangan, kecenderungan untuk menggunakan
tangan kanan atau kiri. Jika dokter memegang obyek didepan dan pada sisi dari
bayi, bayi akan mengambil benda tersebut dengan tangan yang cenderung dipakai,
walaupun obyek didekatkan pada tangan yang sebelahnya. Sampai usia 12 bulan,
bayi masih belum menunjukkan kecenderungan menggunakan tangan yang
dipilih. Tetapi bayi dengan spastik hemiplegia, akan menunjukkan perkembanan
pemilihan tangan lebih dini, sejak tangan pada sisi yang tidak terkena menjadi
lebih kuat dan banyak digunakan.1
Langkah selanjutnya dalam diagnosis CP adalah menyingkirkan penyakit
lain yang menyebabkan masalah pergerakan. Yang terpenting, harus ditentukan
bahwa kondisi anak tidak bertambah memburuk. Walaupun gejala dapat berubah
bersama waktu, CP sesuai dengan definisinya tidak dapat menjadi progresif. Jika
anak secara progresif kehilangan kemampuan motorik, ada kemungkinan terdapat
masalah yang berasal dari penyakit lain, misalnya penyakit genetik, penyakit
muskuler, kelainan metabolik, tumor SSP. Penelitian metabolik dan genetik tidak
rutin dilakukan dalam evaluasi anak dengan CP.1
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan mata dan pendengaran segera dilakukan setelah diagnosis
cerebral palsy ditegakkan
b. Pungsi lumbal harus dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
penyebabnya suatu proses degeneratif. Pada cerebral palsy, CSS normal
c. Pemeriksaan EEG dilakukan pada penderita kejang atau pada golongan
hemiparesis baik yang disertai kejang maupun yang tidak
d. Foto rontge kepala
e. Penilaian psikologis perlu dikerjakan untuk tingkat pendidikan yang
dibutuhkan
f. Pemeriksaan metabolik untuk menyingkirkan penyebab lain dari retardasi
mental. 1,4
7. PENATALAKSANAAN
Penilaian menyeluruh secara dini sangat penting karena
Seringkali terdapat kecacatan lain yang berhubungan, misalnya kesulitan
belajar, epilepsi, defek pada penglihatan dan pendengaran
Postur dan pergerakan yang terganggu dapat menyebabkan deformitas
permanen
Palsi serebral dapat menimbulkan masalah besar dalam penatalaksanaan
dirumah dan sekolah. Oleh karena itu, selain riwayat penyakit dan
pemeriksaan umum yang rinci, hal-hal berikut harus dinilai: penglihatan,
pendengaran dan kecerdasan, dan keaadaan emosi dan sosial anak dan
tempat tinggal. Biasanya penilaian dan terapi dilakukan oleh tim
multidisiplin dari Pusat Perkembangan Anak.
Fisioterapi dini bertujuan untuk mengembangkan pola gerakan normal
dengan menfasilitasi refleks-refleks postural yang normal dan mencegah
menetapnya refleks primitif yang janggal serta mencegah deformitas.
Tindakan ini harus segera di mulai secara intensif. Orang tua turut
membantu program latihan dirumah. Untuk mencegah kontraktur perlu
diperhatikan posisi penderita pada waktu istirahat atu tidur. Bagi penderita
yang berat dianjurkan untuk sementara tinggal disuatu pusat latihan.
Fisioterapi ini dilakukan sepanjang penderita hidup.
o fisioterapi (terapi fisik)
Diberikan kepada individu dengan gangguan fisik, kognitif, dan
mental dengan menggunakan aktivitas bertujuan sehingga individu
tersebut mampu mandiri dalam melakukan aktivitas kehidupan
sehari-hari, pekerjaan, dan aktivitas waktu luang. Sarana yang ada
antara lain :
- Snozelen area
- Sensori Integritas
- Terapi Adaptif
- Terapi ADL dll
o terapi okupasi
Diberikan kepada individu dengan gangguan fisik, kognitif, dan
mental dengan menggunakan aktivitas bertujuan sehingga individu
tersebut mampu mandiri dalam melakukan aktivitas kehidupan
sehari-hari, pekerjaan, dan aktivitas waktu luang. Sarana yang ada
antara lain :
- Snozelen area
- Sensori Integritas
- Terapi Adaptif
- Terapi ADL dll
o ortotik prostetik
pelayanan keteknisian medik yang ditujukan untuk merancang,
membuat dan mengepas alat bantu guna pemeliharaan dan
pemulihan fungsi atau pengganti alat tubuh atau anggota gerak.
Pembuatan Sepatu Ortopedi Splint & Brace (alat penyangga).
o terapi wicara
Ditujukan untuk memulihkan & mengupayakan kompensasi/adaptasi
fungsi komunikasi & menelan dengan berbagai latihan.
Intenvensi ortopedi dan bedah saraf dapat membantu. Bila terdapat
hipertonus otot atu hiperspastisitas, dianjurkan untuk dilakukan
pembedahan otot, tendon atau tulang untuk reposisi kelainan tersebut.
Pembedahan stereotaktik dianjurkan pada penderita dengan pergerakan
koreoatetosis yang berlebihan.
Penderita cerbral palsy dididik sesuai dengan tingkat inteligensinya, di
sekolah luar biasa dan bila mungkin di sekolah biasa bersama-sama
dengan anak yang normal. Mereka sebaiknya diperlakukan sama seperti
anak yang normal.
Pada penderita dengan kejang diberikan obat antikonvulsan rumat yang
sesuai dengan karakteristik kejangnya. Pada keadaan tonus otot yang
berlebihan, obat dari golongan benzodiazepin dapat menolong. Pada
keadaan koreoatetosis diberikan artan. Imipramin (tofranil) diberikan
kepada penderita dengan depresi.2,
8. DIAGNOSIS BANDING
Mendiagnosa penyakit ini tidak susah. Kerusakan progerif pada bayi
berumur < 3 bulan lebih mungkin menunjukkan gangguan metabolisme,
selanjutnya, itu menandakan gangguan degeneratif saraf pusat.3
a. Proses degeneratif
b. Higroma subdural
c. Arterio-venus yang pecah
d. Kerusakan medula spinalis
e. Tumor intrakranial.4
9. PENCEGAHAN
Beberapa penyebab CP dapat dicegah atau diterapi, sehingga kejadian CP
pun bisa dicegah. Adapun penyebab CP yang dapat dicegah atau diterapi antara
lain :
a. Pencegahan terhadap cedera kepala dengan cara menggunakan alat pengaman
pada saat duduk di kendaraan dan helm pelindung kepala saat bersepeda dan
eliminasi kekerasan fisik pada anak. sebagai tambahan, pengamatan optimal
selama mandi dan bermain.1
b. Penanganan ikterus neonatorum yang cepat dan tepat pada bayi baru lahir
dengan fototerapi, atau jika tidak mencukupi dapat dilakukan transfusi tukar.
Inkompabilitas faktor rhesus mudah diidentifikasi dengan pemeriksaan darah
rutin ibu dan bapak. Inkompabilitas tersebut tidak selalu menimbulkan
masalah pada kehamilan pertama, karena secara umum tubuh ibu hamil
tersebut belum memproduksi antibodi yang tidak diinginkan hingga saat
persalinan. Pada sebagian besar kasu-kasus, serum khusus yang diberikan
setelah kelahiran dapat mencegah produksi antibodi tersebut.1
c. Rubella atau campak jerman dapat dicegah dengan memberikan imunisasi
sebelum hamil.1
Sebagai tambahan, sangat baik jika kita berpedoman untuk menghasilkan
kehamilan yang baik dengan cara asuhan pranatal yang teratur dan nutrisi optimal
dan melakukan eliminasi merokok, konsumsi alkohol dan penyalah gunaan obat.
Walaupun semua usaha terbaik yang sudah dilakukan oleh orang tua dan dokter,
tetapi masih ada anak yang terlahir dengan CP, hal tersebut karena sebagian besar
kasus CP tidak diketahui sebabnya.1
10. PROGNOSIS
Beberapa faktor berpengaruh terhadap prognosis penderita cerebral palsy
seperti tipe klinis, keterlambatan dicapainya milestones, adanya reflek patologik
dan adanya defisit intelegensi, sensoris dan gangguan emosional. Anak dengan
hemiplegi sebagian besar dapat berjalan sekitar umur 2 tahun, kadang diperlukan
short leg brace, yang sifatnya sementara. Didapatkannya tangan dengan ukuran
lebih kecil pada bagian yang hemiplegi, bisa disebabkan adanya disfungsi sensoris
di parietal dan bisa menyebabkan gangguan motorik halus pada tangan tersebut.
Lebih dari 50% anak tipe diplegi belajar berjalan pada usia sekitar 3 tahun, tetapi
cara berjalan sering tidak normal dan sebagian anak memerlukan alat bantu.
Aktifitas tangan biasanya ikut terganggu, meskipun tidak tampak nyata. Anak
dengan tipe kuadriplegi, 25% memerlukan perawatan total, sekitar 33% dapat
berjalan, biasanya setelah umur 3 tahun. Gangguan fungsi intelegensi paling
sering didapatkan dan menyertai terjadinya keterbatasan dalam aktifitas.
Keterlibatan otot-otot bulber, akan menambah gangguan yang terjadi pada tipe ini. 6
Sebagian besar anak yang dapat duduk pada umur 2 tahun dapat belajar
berjalan, sebaliknya anak yang tetap didapatkan reflek moro, asimetri tonic neck
reflex, ekstensor thrust dan tidak munculnya reflek parasut biasanya tidak dapat
belajar berjalan. Hanya sedikit anak yang tidak dapat duduk pada umur 4 tahun
akan belajar berjalan. 7
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Cerebral palsy adalah kelainan pada postur dan pergerakan yang
menyebabkan oleh lesi non progresif pada otak yang sedang berkembang.
Penyebabnya dapat dibagi dalam 3 bagian, yaitu pranatal, perinatal dan
pascanatal. Tanda awal CP biasanya tampak pada usia < 3 tahun, dan orang tua
sering mencurigai ketika kemampuan perkembangan motorik tidak normal. bayi
dengan CP sering mengalami kelambatan perkembangan, misalnya tengkurap,
duduk, merangkak, tersenyum atau berjalan. Sebagian mengalami abnormalitas
tonus otot. Penurunan tonus otot/hipotonia; bayi tampak lemah dan lemas, kadang
floppy. Peningkatan tonus otot/hipertonia, bayi tampak kaku. Pada sebagian
kasus, bayi pada periode awal tampak hipotonia dan selanjutnya berkembang
menjadi hipertonia setelah 2-3 bulan pertama. Anak-anak CP mungkin
menunjukkan postur abnormal pada satu sisi tubuh.
Pengobatan kausal tidak ada, hanya simtomatik, yaitu tindakan fisioterapi,
pembedahan, pendidikan dan obat-obatan. Prognosis penderita dengan gejala
motorik yang ringan adalah baik, makin banyak gejala penyertanya dan makin
berat gejala motoriknya, makin buruk prognosisnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Saharso, Darto. Kuliah Cerebral Palsy Diagnosis dan Tatalaksana. FK
UNAIR. 2006
2. Behrman, Richard. Kliegman, Robert. Arvin, Ann. Ilmu Kesehatan Anak
Nelson Jilid 3. Jakarta : EGC. 2000 : 2085-2087
3. Meadow, Roy. Simon, Newell. Lecture Notes Pediatrika. Jakarta : Erlangga.
2005 : 122-124
4. Hathaway, William. Hay, William. Pediatric Diagnosis dan Treatment.
Jakarta : Appleton & Lange. 1993 : 745-747
5. Hassan, Rusepno. Alatas, Husein. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak jilid 2 :
Jakarta : Infomedika. 2007 : 884-888