Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua...

133
PERSEPSI PARA SISWA KELAS I DAN II SMA SEMINARI MENENGAH SINAR BUANA WEETEBULA TAHUN AJARAN 2007/2008 TERHADAP ASPEK-ASPEK PEMBINAAN CALON IMAM SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling Oleh: AGUSTINUS TANGGU DAGA NIM: 0 4 1 1 1 4 0 2 7 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008

Transcript of Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua...

Page 1: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

PERSEPSI PARA SISWA KELAS I DAN II SMA SEMINARI MENENGAH SINAR BUANA WEETEBULA

TAHUN AJARAN 2007/2008 TERHADAP ASPEK-ASPEK PEMBINAAN CALON IMAM

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

AGUSTINUS TANGGU DAGA NIM: 0 4 1 1 1 4 0 2 7

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2008

Page 2: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

ii

Page 3: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

iii

Page 4: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO: “Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya” (1 Tes 5:24). “Jika engkau tidak bisa mengubah nasibmu maka ubahlah sikapmu kepada dirimu, kepada orang lain dan kepada kehidupan”. “Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap waktu yang ada padamu, dengan semua semangat yang ada padamu, selama kau mampu melakukannya”. PERSEMBAHAN: Kemuliaan kepada Allah, syukur bagi keluarga, terimakasih untuk semua. Kasih dan dukungan yang tulus bagi para calon imam dan pendidik di Seminari Menengah Sinar Buana Weetebula Sumba Barat Daya NTT.

Page 5: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 4 November 2008 Penulis

Agustinus Tanggu Daga

Page 6: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : AGUSTINUS TANGGU DAGA

Nomor Mahasiswa : 0 4 1 1 1 4 0 2 7

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : PERSEPSI PARA SISWA KELAS I DAN II SMA SEMINARI MENENGAH SINAR BUANA WEETEBULA TAHUN AJARAN 2007/2008 TERHADAP ASPEK-ASPEK PEMBINAAN CALON IMAM beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Yogyakarta, 14 November 2008

Yang menyatakan

(AGUSTINUS TANGGU DAGA)

Page 7: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

vi

ABSTRAK

PERSEPSI PARA SISWA KELAS I DAN II SMA

SEMINARI MENENGAH SINAR BUANA WEETEBULA TAHUN AJARAN 2007/2008

TERHADAP ASPEK-ASPEK PEMBINAAN CALON IMAM

Oleh

Agustinus Tanggu Daga Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Persepsi terhadap pembinaan calon imam merupakan unsur yang penting dalam proses pembinaan para siswa Seminari sebagai calon imam. Penelitian ini bertujuan memperoleh informasi tentang persepsi terhadap aspek-aspek pembinaan calon imam para siswa kelas I dan II SMA Seminari Menengah Sinar Buana Weetebula tahun ajaran 2007/2008.

Masalah yang diteliti adalah (1) Bagaimana persepsi siswa kelas I dan II SMA Seminari Menengah Sinar Buana terhadap seluruh aspek pembinaan calon imam di Seminari Menengah? (2) Bagaimana persepsi siswa kelas I dan II SMA Seminari Menengah Sinar Buana terhadap tiap aspek pembinaan calon imam di Seminari Menengah? (3) Bagaimana persepsi tiap kelas (kelas I dan II SMA) terhadap setiap aspek pembinaan calon imam di Seminari Menengah Sinar Buana? (4) Apakah persepsi siswa kelas II SMA Seminari Sinar Menengah Sinar Buana terhadap setiap aspek pembinaan calon imam lebih tinggi daripada persepsi siswa kelas I?

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Alat pengumpulan data adalah kuesioner persepsi siswa Seminari terhadap aspek-aspek pembinaan calon imam yang berjumlah 180 item. Populasi penelitian adalah siswa kelas I dan II SMA Seminari Menengah Sinar Buana Weetebula yang berjumlah 55 orang. Uji hipotesis dengan teknik Chi-Kuadrat.

Gambaran persepsi para siswa kelas I dan II SMA seminari Menengah Sinar Buana menunjukan: (1) Jumlah siswa kelas I dan II SMA yang mempunyai persepsi tinggi terhadap semua aspek pembinaan calon imam lebih banyak (54,55%) dari jumlah siswa kelas I dan II yang mempunyai persepsi rendah (45,45%), (2) jumlah siswa kelas I SMA yang mempunyai persepsi tinggi terhadap semua aspek pembinaan calon imam lebih sedikit /lebih kecil (18,18%) daripada jumlah siswa kelas I SMA yang mempunyai persepsi rendah (25,45%), (3) jumlah siswa kelas II SMA yang mempunyai persepsi tinggi terhadap aspek-aspek pembinaan calon imam lebih banyak (36,36 %) daripada jumlah siswa kelas II SMA yang mempunyai persepsi rendah (20 %).

Uji hipotesis menunjukkan: (1) persepsi para siswa kelas II SMA Seminari Menengah Sinar Buana terhadap aspek pembinaan pribadi tidak lebih tinggi daripada

Page 8: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

vii

persepsi para siswa kelas I, (2) persepsi para siswa kelas II SMA Seminari Menengah Sinar Buana terhadap aspek pembinaan hidup kristiani tidak lebih tinggi daripada persepsi para siswa kelas I, (3) persepsi para siswa kelas II SMA Seminari Menengah Sinar Buana terhadap aspek pembinaan menanggapi panggilan tidak lebih tinggi daripada persepsi para siswa kelas I, (4) persepsi para siswa kelas II SMA Seminari Menengah Sinar Buana terhadap aspek intelektual tidak lebih tinggi daripada persepsi para siswa kelas I, (5) persepsi para siswa kelas II SMA Seminari Menengah Sinar Buana terhadap aspek pembinaan misioner lebih tinggi daripada persepsi para siswa kelas I, (6) persepsi para siswa kelas II SMA Seminari Menengah Sinar Buana terhadap aspek pembinaan sikap dialog antar umat beragama tidak lebih tinggi daripada persepsi para siswa kelas I.

Usaha para pembina menyusun dan melaksanakan program kegiatan pembinaan bagi para siswa serta upaya para siswa untuk melaksanakan kegiatan pembinaan tersebut dapat meningkatkan persepsi para siswa terhadap aspek-aspek pembinaan calon imam. Untuk itu diperlukan peningkatan kuantitas dan kualitas program pembinaan yang dilaksanaan secara integral dalam seluruh aspek pembinaan calon imam.

Page 9: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

viii

ABSTRACT

THE PERCEPTION OF THE STUDENTS OF CLASS I AND II SINAR BUANA SECONDARY SEMINARY WEETEBULA ACADEMIC YEAR 2007/2008 TOWARD

ASPECTS FORMATION OF CANDIDATES PRIESTHOOD

By: Agustinus Tanggu Daga

Sanata Dharma University Yogyakarta

2008

The perception toward formation of candidates for priesthood is one of the

important elements in the formation process of the students as candidates for priesthood. This research was done to get information about the perception toward aspects of formation of candidates of the students of Sinar Buana Secondary Seminary, Weetebula, during the academic year of 2007/2008.

This study asked the following questions: (1) What is the perception of the students of class I and II of Sinar Buana Secondary Seminary toward the whole formation of candidates for priesthood in the Secondary Seminary? (2) What is the perception of the students of class I and II of Sinar Buana Secondary Seminary toward the different aspects of formation of candidates for priesthood in the Secondary Seminary? (3) What is the perception of the students of each class (I and II) of Sinar Buana Secondary Seminary toward every aspect of formation of candidates for priesthood in the Secondary Seminary? (4) Weather the perception of the students in class II Sinar Buana Secondary Seminary toward each aspect of formation was highter than the perception of class I?

This study was a descriptive research, which employed a survey method. This study used a questionaire regarding the Seminary students perception toward the formation of candidates for priesthood consisting of 180 items as the tool of data collection. The participants of this research were 55 students of class I and II Sinar Buana Secondary Seminary. This hypothesis testing was done by using Chi-Square technique.

The description of the perception of the students of class I and II Sinar Buana Secondary Seminary showed that: (1) The total of students of class I and II Sinar Buana Secondary Seminary had a high level of perception toward all formation aspects higher (54,55%) than those who had low level perception (45,45%), (2) The total of students of class I Sinar Buana Secondary Seminary who had a high level of perception toward all formation aspects was lower(18,18%) than those who had low level perception (25,45%), (3) The total of students of class II Sinar Buana Secondary Seminary who had a high level of perception toward all formation aspect was higher(36,36 %) than those who had a low level perception (20 %).

The hypothesis testing result showed that: (1) The perception of class II students of Sinar Buana Secondary Seminary toward personal formation was equal with that of the class I, (2) ) the perception of class II students of Sinar Buana Secondary Seminary

Page 10: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

ix

toward Christian formation was equal with that of the class I, (3) ) The perception of class II students at Sinar Buana Secondary Seminary toward the understanding of the intention of formation was equal with that of the class I, (4) The perception of class II students Sinar Buana Secondary Seminary toward intellectual formation was equa l with that of the class I, (5) The perception of class II students of Sinar Buana Secondary Seminary toward missionary (apostolate) formation was higher that of the class I, (6) The perception of class II students of Sinar Buana Secondary Seminary toward interfaith-dialoque formation was equal with that of the class I.

Therefore the formator’s attempts to prepare and implement the formation program in formation activities and also the student’s attempts to practice the formation program increased the students perception toward all aspects of formation of candidates for priesthood. Hence, there is a need for upgrading the quantity and quality of formation activities in all aspects of formation of candidates for priesthood.

KATA PENGANTAR

Page 11: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

x

Penulis menghaturkan pujian dan syukur kepada Tuhan atas tuntunanNya kepada

penulis selama mengikuti kegiatan perkuliahan, terutama selama penulisan skripsi ini

sehingga penulis dapat menyelesaikannya hingga akhir.

Penulis menyadari keterlibatan banyak pihak selama penulisan skripsi ini. Untuk

itu penulis mengucapkan terima kasih, khususnya kepada:

1. Bapak Drs. Y.B. Adimassana, M.A selaku dosen pembimbing I yang telah

membimbing penulis dengan sabar dan tekun.

2. Drs. H. Sigit Pawanta, SVD, M.A selaku dosen pembimbing II yang telah

membaca dan mengoreksi skripsi ini serta memberikan saran-saran yang

bermanfaat bagi penulisan skripsi ini.

3. Drs. Wens Tanlain, M.Pd. yang telah membantu penulis mengolah data-data

penelitian.

4. Panitia Penguji yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

mempertanggungjawabkan dan mempertahankan skripsi ini.

5. Dr. M.M.Sri Hastuti, M.Si selaku Kaprodi Bimbingan dan Konseling dan para

dosen Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Sanata Dharma yang telah

memperkaya penulis dengan ilmu pengetahuan selama kegiatan perkuliahan.

6. Drs. T. Sarkim. M.Ed, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan yang telah mengatur penyelenggaraan kegiatan pendidikan di FKIP

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Page 12: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

xi

7. Rektor dan seluruh Civitas Akademica Universitas Sanata Dharma yang

memungkinkan penulis menimba ilmu pengetahuan di Universitas Sanata

Dharma.

8. Mgr G. Kherubim Pareira, SVD dan Administrator Keuskupan Weetebula serta

Ekonom Keuskuan Weetebula yang telah memberikan kesempatan belajar serta

memberikan bantual moril dan materiil selama penulis menjalani pendidikan di

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

9. Rm. Yohanes Kota Sando, Pr dan para staf pembina/guru di Seminari Menengah

Sinar Buana Weetebula yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk

melakukan kegiatan penelitian.

10. Rm Emilianus Sarimas, Pr yang telah mengijinkan penulis menggunakan

kuesioner penelitian.

11. Para siswa kelas I dan II SMA Seminari Menengah Sinar Buana Tahun Ajaran

2007/2008 yang telah mengisi kuesioner penelitian.

12. Pater Rektor dan anggota komunitas Wisma Sang Penebus Nandan yang dengan

tulus menerima, mendukung penulis selama menempuh pendidikan di

Yogyakarta.

13. Rekan-rekan mahasiswa Prodi Bimbingan dan Konseling angkatan tahun 2004:

Ardhi, Priska, Irna, Anting, Phimpom, Sigit/Cimbah, Sr. Yus CB, Tian, Sepri, Sr.

Eva ADM, Ratna, Acha, Kris Kumis, Pikal, Lia, Sr. Sisca JMJ, Condro, Wulan,

Fenty, Tyo, Ocha, Leni, Br. Yulius CSA, Elshinta, Ria, Marsel, Sr. Hilaria ADM,

Yasinta, Sr. Brigita SCMM, Erna, Sr. Rachel OSFS, Trias, Sr. Lina FdCC,

Natalia, Tina, Ayu, Emma yang telah menjalin kebersamaan, persahabatan dan

Page 13: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

xii

kerjasama dengan penulis selama masa perkuliaan serta dengan cara masing-

masing memberikan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

14. Pihak-pihak manapun yang telah mendukung, memperhatikan, membantu penulis

secara langsung dan tidak langsung dalam menjalani masa pekuliahan dan dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki keterbatasan. Penulis sangat

menghargai kritik dan saran yang ditujukan terhadap skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 4 November 2008

Penulis

Agustinus Tanggu Daga.

Page 14: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.......................................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................................iii

HALAMAN MOTO PERSEMBAHAN.......................................................................iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.........................................................................v

ABSTRAK....................................................................................................................vi

ABSTRACT................................................................................................................viii

KATA PENGANTAR....................................................................................................x

DAFTAR ISI...............................................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................................6

C. Tujuan Penelitian................................................................................................7

D. Manfaat Penelitian..............................................................................................7

E. Definisi Operasional dan Variabel Penelitian.....................................................8

1. Definisi Operasional....................................................................................8

2. Variabel Penelitian.....................................................................................9

F. Hipotesis...........................................................................................................10

BAB II KAJIAN TEORITIS........................................................................................12

A. Seminari Sebagai Lembaga Pendidikan Calon Imam

dalam Gereja Katolik........................................................................................12

Page 15: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

xiv

1. Landasan Hukum Seminari........................................................................12

2. Tingkatan Seminari....................................................................................12

3. Tujuan Pendidikan di Seminari Menengah................................................14

4. Gambaran Lulusan Seminari Menengah....................................................16

B. Aspek-Aspek Pembinaan Calon Imam di Seminari Menengah.......................21

1. Pembinaan Pribadi......................................................................................22

2. Pembinaan Hidup Kristiani........................................................................25

3. Pembinaan Menanggapi Panggilan............................................................27

4. Pembinaan Intelektual................................................................................29

5. Pembinaan Semangat Misioner..................................................................31

6. Pembinaan Sikap Dialog Antar Umat Beragama.......................................31

C. Pembinaan di Seminari Menengah Sinar Buana..............................................32

1. Gambaran Umum tentang Seminari Menengah Sinar Buana.....................32

2. Kegiatan Pembinaan di Seminari Menengah Sinar Buana.........................33

D. Persepsi.............................................................................................................36

1. Arti Persepsi...............................................................................................36

2. Faktor-Faktor yang Berperan dalam Persepsi............................................37

3. Proses Terjadinya Persepsi.........................................................................40

4. Fungsi dan Sifat-Sifat Dunia Persepsi........................................................42

E. Persepsi Para Siswa Seminari Menengah Sinar Buana....................................43

1. Perkembangan Persepsi Siswa Seminari....................................................43

2. Perkembangan Persepsi Siswa Seminari Terhadap

Aspek-Aspek Pembinaan Calon Imam.......................................................45

Page 16: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

xv

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.....................................................................50

A. Jenis Penelitian.................................................................................................50

B. Populasi Penelitian..........................................................................................50

C. Alat Penelitian..................................................................................................51

1. Kuesioner Persepsi Siswa...........................................................................51

2. Pengskoran Item Kuesioner........................................................................54

3. Reliabilitas dan Validitas Kuesioner..........................................................54

a. Reliablitas.............................................................................................54

b. Validitas................................................................................................55

D. Pengumpulan Data............................................................................................55

E. Analisa Data.....................................................................................................55

1. Perhitungan Reliabilitas dan Validitas ......................................................55

2. Mean...........................................................................................................57

3. Standar Deviasi...........................................................................................58

4. Uji Hipotesis...............................................................................................58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................................60

A. Hasil Penelitian.................................................................................................60

1. Gambaran Umum Persepsi Para Siswa Kelas I dan II SMA

Seminari Menengah Sinar Buana Tahun Ajaran 2007/2008 Terhadap

Semua Aspek Pembinaan Calon Imam.....................................................60

2. Gambaran Umum Persepsi Siswa Kelas I dan II Seminari

Menengah Sinar Buana Tahun Ajaran 2007/2008 terhadap

tiap-tiap aspek pembinaan calon imam......................................................61

Page 17: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

xvi

3. Gambaran umum persepsi para siswa tiap kelas (kelas I dan II)

SMA Seminari Menengah Sinar Buana Tahun Ajaran

2007/2008 terhadap tiap-tiap aspek pembinaan calon imam....................62

4. Uji Hipotesis...............................................................................................65

B. Pembahasan......................................................................................................71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................80

A. Kesimpulan.......................................................................................................80

B. Saran.................................................................................................................82

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................84

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................90

Lampiran 1 : Kuesioner Persepsi Siswa Kelas I dan II SMA Seminari Sinar Buana

Lampiran 2 : Total Skor Penelitian Persepsi Kelas I dan II Seminari Sinar Buana

Lampiran 3 : Skor Gasal-Genap Penelitian Persepsi Kelas I dan II

Lampiran 4 : Perhitungan Reliabilitas dan Validitas

Lampiran 5 : Tabel Frekuensi Skor dan Tinggi-Rendah Skor Lampiran 6 : Perhitungan Uji Hipotesis

Lampiran 7 : Surat Permohonan Ijin Penelitian.

Lampiran 8 : Surat Pemberitahuan Penelitian

Lampiran 9 : Surat Ijin Menggunakan Kuesioner Penelitian

Page 18: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

1

BAB I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sidang Majelis Wali Gereja Indonesia (sekarang: Konferensi Wali Gereja

Indonesia) tentang pendidikan calon imam menegaskan bahwa imam yang diharapkan

adalah imam yang mempunyai hubungan yang erat dengan Tuhan, imam yang penuh

dedikasi terhadap umat, imam yang komunikatif, imam yang solider dengan rekan-rekan

seimamat dan imam yang suka belajar seumur hidupnya. Imam yang memiliki

hubungan yang erat dengan Tuhan mengandaikan bahwa imam mempunyai iman yang

mendalam, menjadikan doa dan ekaristi sebagai pusat hidupnya dan mampu

merefleksikan karya pastoralnya (Sidang MAWI, 1977:3).

Imam memiliki dedikasi terhadap umat karena ia mempunyai jiwa misioner, peka

terhadap situasi konkrit umat, menghargai kebudayaan dan bahasa umat yang dilayani.

Imam yang komunikatif dengan umat adalah imam yang bersedia membangun suasana

dialog, membangun kerjasama dengan umat, membangun dialog dengan umat yang

beragama lain (Sidang MAWI, 1977:4). Imam yang solider dengan rekan imam berarti

imam yang memiliki sikap saling memperhatikan dalam kesulitan masing-masing,

bersedia mengakomodasi berbagai kritik dan teguran, membangun kebersamaan dalam

karya pelayanan. Imam yang suka belajar seumur hidup senantiasa belajar tanpa

hentinya, baik dari dirinya sendiri maupun dari sumber-sumber lainnya berupa buku-

buku, lokakarya, ceramah dan diskusi (Sidang MAWI, 1977:5).

Page 19: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

2

Gambaran imam tersebut ditegaskan kembali oleh KWI dalam Pedoman Dasar

Pembinaan Imam di Indonesia tentang citra imam di Indonesia, yakni. imam yang tampil

sebagai pemimpin rohani, pendoa, pelayan, nabi, misionaris. Imam sebagai pemimpin

rohani berperan membimbing umat dengan sabar, lembut dan tegas untuk menempuh

perjalanan hidup rohani yang mampu memberi makna pada segala bidang dan peristiwa

hidup, mahir dalam pelbagai pengalaman iman, terbuka terhadap nilai-nilai religius pada

agama dan kepercayaan lain, bersedia dan mampu bekerjasama dengan pemuka umat dan

tenaga pastoral lainnya (Komisi Seminari KWI, 1987:16).

Imam sebagai pendoa berarti imam meneladani Kristus yang mengawali karya

perutusanNya dengan berdoa. Kehidupan doa hendaknya meresapi cipta, rasa dan karsa

imam. Doa seorang imam selalu menggereja dan misioner artinya dilaksanakan bagi dan

bersama umnat yang dilayaninya dan demi perkembangan injil (Komisi Seminari KWI,

1987: 17).

Imam sebagai pelayan berarti imam yang mengikuti sabda Kristus: “...bukan untuk

dilayani melainkan untuk melayani dan memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi

banyak orang”(Mat 20:28). Sebagai pelayan imam berperan mengamalkan semangat

pengabdian Kristus dengan melayani kebutuhan-kebutuhan umat. Imam membina umat

dalam keterlibatan sosial, meningkatkan nilai-nilai rohani dalam seluruh aspek

kehidupan. Oleh karena itu menurut Mulyono (2007:4) karya pelayanan imam harus

bercirikhas pastoral yang artinya imam membawa umat kepada Tuhan. Imam sebagai

nabi berarti imam mampu mewartakan iman kristiani dengan cara dan bahasa yang

relevan dengan tuntutan zaman. Dengan semangat kenabian, imam menempatkan diri

dipihak orang-orang lemah, tertindas, menderita, tersingkir, direndahkan, baik dengan

Page 20: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

3

gaya hidup maupun dengan perkataan dan perbuatannya. Imam memberi perhatian penuh

kepada soal-soal keadilan dan perikemanusiaan dan memperjuangkan apa yang baik dan

benar (Komisi Seminari KWI, 1987: 18)

Imam sebagai misionaris berarti imam terus-menerus mempelajari nilai-nilai injil

yang terdapat dalam masyarakat dan mengintegrasikan dalam diri dan karya pastoralnya.

Imam juga memiliki keterbukaan terhadap karya misi gereja universal sehingga ia selalu

siap untuk diutus kemana pun (Komisi Seminari KWI, 1987: 19).

Rapat para pembina calon imam di Seminari Menengah Se-Nusa Tenggara pada

tahun 1978 menghasilkan pedoman pendidikan dan pembinaan siswa-siswa Seminari

Menengah Se-Nusa Tenggara. Pedoman tersebut mengatakan bahwa Seminari Menengah

merupakan pendidikan awal calon imam yang bertujuan membentuk manusia yang

hidupnya berpusat pada Kristus, mengembangkan segala aspek kepribadian secara

seimbang dan mengarahkannya kepada imamat. Seminari Menengah mempunyai tugas

mempersiapkan siswa-siswa melanjutkan pendidikan ke Seminari Tinggi (Rapat

Pimpinan Seminari Menengah, 1978:3).

Pedoman pembinaan calon imam di Indonesia bagian Seminari Menengah

menyatakan bahwa lulusan Seminari Menengah adalah manusia yang dewasa secara

manusiawi dan dewasa secara kristiani pada tingkatnya serta diperlengkapi dengan

kemampuan untuk belajar mandiri, hidup berpola pada Kristus, terarah kepada imamat

dan meneladani Bunda Maria dalam menghayati panggilannya (Driyanto, 2001:31).

Gambaran tentang imam sebagai pemimpin rohani, pendoa, pelayan, nabi,

misionaris dan lulusan calon imam di Seminari Menengah yang dewasa secara

manusiawi, dewasa secara kriatiani, terarah kepada panggilan tersebut menjadi tujuan

Page 21: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

4

dan arah pembinaan calon imam di Indonesia. Pembinaan tersebut menurut Paus Yohanes

Paulus II (1992:84) adalah pembinaan manusiawi, pembinaan hidup rohani dan

pembinaan intelektual.

Konsili Vatikan II dalam dokumen Optatam Totius (Dekrit tentang Pembinaan

Imam) mengungkapkan bahwa seminari sebagai lembaga pendidikan calon imam

“diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan para seminaris” (Hardawiryana, 1993:275).

Oleh karena itu Pedoman Pembinaan Calon Imam di Indonesia Bagian Seminari

Menengah memuat enam aspek pembinaan diri calon imam di Seminari Menengah yaitu

aspek pribadi, aspek hidup kristiani, aspek menanggapi panggilan, aspek intelektual,

aspek semangat kerasulan atau misioner, aspek sikap dialog antar umat beragama

(Driyanto, 2001: 37).

Calon imam menjalani pendidikan dan pembinaan pada lembaga gerejani yang

disebut seminari. Dewasa ini khususnya di Indonesia, seminari dibagi dalam dua tingkat

yaitu Seminari Menengah dan Seminari Tinggi. Seminari Menengah merupakan tempat

pendidikan calon imam yang menempuh pendidikan tingkat SMP dan SMA. Ada dua tipe

Seminari Menengah yaitu: Seminari yang merupakan satu kesatuan asrama dan sekolah,

seminari yang terpisah antara asrama dan sekolah. Ada tiga tipe Seminari Tinggi yaitu:

Seminari Tinggi yang merupakan satu-kesatuan asrama dan tempat studi filsafat- teologi,

Seminari Tinggi yang hanya menjadi tempat studi filsafat dan teologi, Seminari Tinggi

hanya tempat tinggal pembinaan rohani dan pastoral ( Heuken, 1994: 202-204).

Keuskupan Weetebula memiliki sebuah lembaga pendidikan calon imam yaitu

Seminari Menengah Sinar Buana di Weetebula, Sumba Barat Daya. Seminari Menengah

Sinar Buana merupakan tempat pendidikan calon imam pada tingkat SMP dan SMA yang

Page 22: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

5

merupakan tipe seminari terpadu. Secara kurikuler, proses pendidikan bagi para siswa

Seminari Sinar Buana berlangsung di Seminari Sinar Buana. Ada siswa Seminari

Menengah Pertama dan ada siswa Seminari Menengah Atas. Setiap kelompok menurut

jenjangnya mempunyai asrama masing-masing, namun satu-kesatuan sebagai calon

imam. Seminari Sinar Buana melaksanakan pembinaan bagi siswa-siswa dengan

menekankan aspek-aspek pembinaan calon imam di Seminari Menengah.

Uraian tentang gambaran imam dan lulusan calon imam dalam konteks Indonesia

mengisyaratkan adanya tantangan bagi para calon imam dan tuntutan bagi lembaga

pendidikan calon imam. Pembinaan calon imam di Seminari Menengah memiliki kendala

tersendiri yang berkaitan dengan kepribadian calon imam dan pola pembinaan yang

dijalankan. Berkaitan dengan pola pembinaan, Hill (1987:133-134) menegaskan bahwa

kesulitan di seminari disebabkan oleh ketidakberesan pola pendidikan dan

ketidakseriusan pembinaan calon imam sehingga menyebabkan banyak calon imam yang

meninggalkan seminari. Oleh karena itu para penyelenggara pendidikan dan pembinaan

calon imam perlu memeriksa pola pendidikan dan pembinaan yang sedang dijalankan.

Kardinal Pio Laghi mengatakan: “They are more conservative and conforming than

before. They are also more individualistic, even choosy. Their catechatical formation is

not as good as in generation past...” (Suharman, 2007: 12). Suyitno (2005:8) mengatakan:

“Para pengelola Seminari Menengah sepakat mengakui bahwa panggilan menurun karena

sulitnya menjaring calon seminaris apalagi bicara soal kualitas”.

Berkaitan dengan kepribadian seminaris, pertemuan para pembina Seminari

Menengah se-Nusa Tenggara yang berlangsung tanggal 28 Oktober 2004 di Atambua

mengemukakan tiga masalah pokok yaitu:

Page 23: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

6

(1) Masalah gambaran imam: Para siswa seminari gambaran memiliki yang keliru tentang imam, misalnya: imam itu rapi dan anggun, sering naik sepeda motor atau mobil, disapa duluan, status sosialnya tinggi. Akibatnya, siswa seminari bersikap enggan kerja kerja tangan. (2) Masalah kedisiplinan. Kedisiplinan seminaris semakin menurun, misalnya: tidak tepat waktu, tidak menghargai silentium (waktu hening), suka bolos. (3) Mentalitas negatif. Misalnya: tidak jujur terhadap pembina, solider dalam hal-hal negatif, permisif terhadap kelakuan jelek temannya, kurang menghargai sopan santun, kurang serius belajar, tidak menghargai fasilitas umum, kurang bertanggngjawab, tidak terbuka terhadap pembina, tidak mempunyai ‘rasa memiliki’, kurang menghargai bimbingan rohani (Sarimas, 2005: 5).

Pertemuan para Rektor Seminari Menengah seluruh Indonesia pada tanggal 3-7

Oktober 2005 di Wisma Samadi Klender Jakarta merumuskan beberapa tantangan

pembinaan di seminari sebagai berikut:

“Daya juang, kreativitas dan insiatif menurun, belum siap menghadapi perubahan yang cepat (globalisasi), latar belakang keluarga yang miskin, belum tampak keunggulan/kekhasan seminaris daripada siswa SMA lainnya, internalisani nilai dan panggilan menurun” (Kusumawanta, 2007: 31).

Masalah-masalah tersebut menyebabkan banyak siswa yang tidak merasa nyaman

menjalani proses pembinaan di seminari. Hal tersebut menimbulkan pertanyaan

mengenai pandangan para siswa seminari terhadap pembinaan calon imam di Seminari

Menengah. Penelitian dengan topik “Persepsi Para Siswa Kelas I dan II SMA Seminari

Menengah Sinar Buana Weetebula Tahun Ajaran 2007/2008 Terhadap Aspek-Aspek

Pembinaan Calon Imam” ini dilaksanakan dengan tujuan memperoleh jawaban obyektif

terhadap permasalahan tersebut.

B. Perumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana persepsi siswa kelas I dan

II SMA Seminari Menengah Sinar Buana terhadap seluruh aspek pembinaan calon imam

di Seminari Menengah? (2) Bagaimana persepsi siswa kelas I dan II SMA Seminari

Page 24: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

7

Menengah Sinar Buana terhadap tiap aspek pembinaan calon imam di Seminari

Menengah? (3) Bagaimana persepsi para siswa tiap kelas (kelas I dan II SMA) terhadap

setiap aspek pembinaan calon imam di Seminari Menengah Sinar Buana? (4) Apakah ada

perbedaan yang signifikan persepsi siswa kelas I dan II SMA Seminari terhadap tiap

aspek pembinaan calon imam di Seminari Menengah. ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui persepsi para siswa kelas I dan II SMA Seminari Menengah

Sinar Buana terhadap seluruh aspek pembinaan calon imam di Seminari

Menengah.

2. Mengetahui persepsi para siswa kelas I dan II SMA Seminari Menengah Sinar

Buana terhadap tiap aspek pembinaan calon imam di Seminari Menengah.

3. Mengetahui persepsi para siswa tiap kelas (kelas I dan II SMA) terhadap tiap

aspek pembinaan calon imam di Seminari Menengah Sinar Buana

4. Mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan persepsi siswa kelas I dan

II SMA Seminari terhadap tiap aspek pembinaan calon imam di Seminari

Menengah.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat digunakan (1) oleh para pembina di Seminari Menengah

Sinar Buana sebagai masukan dalam menyusun program pembinaan di seminari, (2) oleh

para guru di Seminari Sinar Buana sebagai masukan dalam melaksanakan kegiatan

pendidikan dan pengajaran bagi seminaris, (3) oleh Program Studi Bimbingan dan

Page 25: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

8

Konseling Universitas Sanata Dharma sebagai masukan dalam merencanakan dan

menyusun kegiatan mahasiswa.

E. Definisi Operasional dan Variabel Penelitian

1. Definisi Operasional

a. Persepsi adalah pandangan, tanggapan dan penilaian individu terhadap benda,

kejadian, tingkah laku manusia, dan hal-hal lain yang ditemuinya dalam

kehidupan sehari-hari (Mulyono 1978:22).

b. Seminari

Seminari adalah lembaga pendidikan calon imam dalam gereja katolik

c. Seminari Sinar Buana

Seminari Sinar Buana adalah tempat pendidikan calon imam pada tingkat

SMP dan SMA di Keuskupan Weetebula Sumba Barat Daya NTT.

d. Pembinaan

Pembinaan berarti usaha, kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh hasil

yang lebih baik (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990: 117).

Pembinaan adalah pendampingan berupa pemeliharaan, pengasuhan kepada

seseorang dalam rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan

merencanakan masa depannya (Sarimas, 2005:8).

e. Calon Imam

Calon imam di Seminari Menengah adalah remaja (siswa SMA) yang bercita-

cita untuk menjadi imam.

f. Pembinaan Calon Imam

Page 26: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

9

Pembinaan calon imam adalah pendampingan berupa pemeliharaan,

pengasuhan siswa seminari sebagai calon imam dalam rangka menemukan

pribadi, mengenal lingkungan demi mencapai pribadi yang dewasa secara

manusiawi dan kristiani dan siap memenuhi tuntutan panggilan.

Pendampingan itu mencakup aspek pribadi-sosial, kristiani, menanggapi

panggilan, intelektual, semangat misioner, dialog antar umat beragama.

2. Variabel Penelitian

a. Aspek pembinaan calon imam

1) Persepsi siswa dalam aspek pembinaan pribadi adalah pengalaman,

pandangan dan tanggapan siswa dalam kegiatan pemeliharaan diri dan

lingkungan, solidaritas, relasi sosial dan komunikasi di seminari dan

diukur dengan kuesioner persepsi serta ditunjuk oleh skor yang diperoleh

siswa.

2) Persepsi siswa dalam aspek pembinaan kristiani adalah pengalaman,

pandangan dan tanggapan siswa terhadap bimbingan rohani, kitab suci,

doa, ekaristi, sakramen tobat, rekoleksi/ret-ret, doa rosario, bacaan rohani,

lagu-lagu gereja, petugas liturgi dan diukur dengan kuesioner persepsi

serta ditunjuk oleh skor yang diperoleh siswa.

3) Persepsi siswa dalam aspek pembinaan menanggapi panggilan adalah

pengalaman, pandangan dan tanggapan siswa terhadap kejujuran,

penerimaan diri, orientasi status/fungsi, cita-cita, pengenalan dunia,

tanggungjawab terhadap panggilan teman dan diukur dengan kuesioner

persepsi serta ditunjuk oleh skor yang diperoleh siswa.

Page 27: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

10

4) Persepsi siswa dalam aspek pembinaan intelektual adalah pengalaman,

pandangan dan tanggapan siswa terhadap kegiatan yang berkaitan dengan

pengetahuan akademis (pengajaran di kelas, sikap dan cara belajar),

keterampilan dan diukur dengan kuesioner persepsi serta ditunjuk oleh

skor yang diperoleh siswa.

5) Persepsi siswa dalam aspek pembinaan semangat misioner (kerasulan)

adalah pengalaman, pandangan dan tanggapan siswa terhadap kegiatan

ambulasi/pesiar, aksi panggilan dan aksi sosial, mengenal dokumen-

dokumen gereja, mengenal nilai-nilai budaya, katekese diukur dengan

kuesioner dan diukur dengan kuesioner persepsi serta ditunjuk oleh skor

yang diperoleh siswa.

6) Persepsi siswa dalam aspek pembinaan sikap dialog antar umat beragama

adalah pengalaman, pandangan dan tanggapan siswa terhadap kegiatan

pendalaman ajaran agama, relasi dengan umat beragama lain dan diukur

dengan kuesioner persepsi serta ditunjuk oleh skor yang diperoleh siswa.

b. Tingkat kelas siswa adalah pengalaman pendidikan siswa SMA Seminari

Menengah Sinar Buana yaitu kelas I, kelas II.

D. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah persepsi para siswa kelas

II SMA Seminari Menengah Sinar Buana terhadap tiap aspek pembinaan calon imam

lebih tinggi daripada siswa kelas I SMA. Hipotesis ini dapat dijabarkan menjadi 6

hipotesis yaitu:

Page 28: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

11

1. Persepsi siswa kelas II SMA Seminari Menengah Sinar Buana terhadap aspek

pembinaan pribadi calon imam lebih tinggi daripada siswa kelas I SMA

2. Persepsi siswa kelas II SMA Seminari Menengah Sinar Buana terhadap aspek

pembinaan hidup kristiani calon imam lebih tinggi daripada siswa kelas I SMA.

3. Persepsi siswa kelas II SMA Seminari Menengah Sinar Buana terhadap aspek

pembinaan menanggapi panggilan calon imam lebih tinggi daripada siswa kelas

I SMA.

4. Persepsi siswa kelas II SMA Seminari Menengah Sinar Buana terhadap aspek

pembinaan intelektual calon imam lebih tinggi daripada siswa kelas I SMA.

5. Persepsi siswa kelas II SMA Seminari Menengah Sinar Buana terhadap aspek

pembinaan semangat misioner calon imam lebih tinggi daripada siswa kelas I

SMA.

6. Persepsi siswa kelas II SMA Seminari Menengah Sinar Buana terhadap aspek

pembinaan sikap dialog antar umat beragama calon imam lebih tinggi daripada

siswa kelas I SMA.

Page 29: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

12

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Seminari Sebagai Lembaga Pendidikan Calon Imam dalam Gereja Katolik

1. Landasan Hukum Seminari

Landasan hukum berdirinya sebuah Seminari -Seminari Tinggi dan

Seminari Menengah- tercantum dalam Kitab Hukum Kanonik tentang Pembinaan

Klerus. Kanon 232 mengatakan: “Gereja mempunyai kewajiban dan juga hak

yang bersifat miliknya sendiri dan eksklusif untuk membina mereka yang

ditugaskan bagi pelayanan suci” (Rubiyatmoko, 2005: 86). Kanon ini menegaskan

bahwa pendidikan calon imam dalam gereja merupakan sebuah kewajiban dan

hak yang bersifat eksklusif bagi gereja. Artinya pendidikan calon imam adalah

hak istimewa bagi gereja. Kanon 234 menyatakan:

“Hendaknya dipelihara, kalau ada, dan juga dibina seminari-seminari menengah atau lembaga-lembaga sejenis, di mana diselenggarakan pendidikan keagamaan khusus bersama dengan pendidikan humaniora dan ilmiah demi pembinaan pangilan, bahkan bilamana dinilai bermanfaat, hendaknya Uskup diosesan mengusahakan didirikannya seminari menengah atau lembaga sejenis” (Rubiyatmoko, 2005:87).

Kanon ini menegaskan bahwa pembinaan calon imam adalah tugas uskup

diosesan melalui pendidikan khusus di seminari. Maka di setiap keuskupan perlu

didirikan seminari untuk mendidik calon imam; baik Seminari Tinggi maupun

Seminari Menengah.

2. Tingkatan Seminari

Secara etimologis kata Seminari berasal dari bahasa Latin Seminarium

(Semen = bibit) yang berarti tempat penyemaian atau pembibitan (Prent, 1969:

Page 30: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

13

779). The Chatolic Encyclopedia For Shcool and Home (1965:27) mendefinisikan

seminari sebagai “An institution established for the training of diocesan priest

those who work directly under the bishop in serving the faithful of a diocese”.

Istilah Seminari dipakai untuk menunjukkan menyemai dan menumbuhkan benih-

benih panggilan imamat. Seminari merupakan tempat dimana sekelompok

pemuda dipersiapkan menjadi imam (Staf Kepamongan Medan Utama, 1996:95).

Selanjutnya, menurut Ponomban (2007: http://yesaya.indocell.net/id766.htm.),

sekretaris eksekutif Komisi Seminari KWI, seminari adalah tempat di mana

benih-benih panggilan imam yang terdapat dalam diri anak-anak muda,

disemaikan secara khusus, untuk jangka waktu tertentu, dengan tatacara hidup dan

pelajaran yang khas, dengan dukungan bantuan para staf pengajar dan pembina,

yang biasanya terdiri dari para imam / biarawan. Adapun kata “seminaris”

menunjuk pada para siswa yang menempuh pembinaan di seminari.

Seminari merupakan lembaga pendidikan calon imam dalam gereja katolik.

Ada dua tingkatan Seminari yakni Seminari Tinggi dan Seminari Menengah.

Seminari Tinggi merupakan lembaga pendidikan calon imam pada tingkat

perguruan tinggi. Di Seminari Tinggi para calon imam memperoleh pendidikan

dalam bidang filsafat dan teologi sebagai persiapan menjadi imam.

Seminari Menengah merupakan lembaga pendidikan calon imam pada

tingkat SMP dan SMA. Siswa Seminari SMP berasal dari lulusan Sekolah Dasar.

Para siswa menempuh masa pembinaan selama tiga tahun, mengikuti kurikulum

nasional ditambah dengan beberapa materi pelajaran khas Seminari. Siswa

Seminari SMA berasal dari lulusan SMP Seminari dan juga dari siswa Kelas

Page 31: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

14

Persiapan Bawah (KPB). Para siswa menempuh masa pembinaan selama tiga

tahun, mengikuti kurikulum pemerintah ditambah beberapa materi pelajaran yang

khas Seminari, sekaligus dengan tambahan 1 tahun, entah pada tahun pertama

memasuki Seminari (disebut KPB: Kelas Persiapan Bawah) atau nanti

ditambahkan sesudah melewatkan 3 tahun pendidikan SMU (disebut KPA: Kelas

Persiapan Atas).

Seminari Menengah menerapkan dua kurikulum yaitu kurikulum nasional

dan kurikulum Seminari. Kurikulum nasional merupakan kurikulum yang

ditetapkan oleh pemerintah yang wajib ditempuh oleh siswa-siswa sekolah

menengah di seluruh Indonesia. Sedangkan kurikulum Seminari adalah kurikulum

yang ditetapkan oleh Komisi Seminari Konferensi Wali Gereja Indonesia.

Kurikulum ini memuat sejumlah mata pelajaran yakni: Bahasa Latin, Kitab Suci,

Liturgi, Sejarah Gereja, Tradisi Doa, Pengenalan Ordo dan Kongregasi, etiket

pergaulan, public speaking, musik dan kesenian gereja, hidup berkomunitas,

panggilan dan motivasi panggilan, bimbingan rohani, katekese.

3. Tujuan Pendidikan di Seminari Menengah

Konsili Vatikan II melalui Dekrit Optatam Totius (Dekrit tentang

Pembinaan Imam) No. 3 mengungkapkan bahwa Seminari Menengah Atas

didirikan untuk memupuk tunas-tunas panggilan. Para seminaris disiapkan untuk

mengikuti Kristus Penebus dengan semangat rela berkorban dan hati yang jernih

melalui pembinaan hidup rohani yang khas terutama bimbingan rohani yang

cocok. Seminaris dibantu untuk menjalani hidup yang cocok dengan usia dan

prinsip-prinsip psikologi yang sehat. Seminari Menengah menjadi tempat bagi

Page 32: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

15

seminaris memperoleh pengalaman-pengalaman manusia secukupnya dan

memiliki hubungan yang biasa dengan keluarganya (Hardawiryana, 1993: 271).

Seminari Menengah didirikan untuk mempersiapkan para seminaris

memasuki Seminari Tinggi. Paus Yohanes Paulus II (1992: 117) melalui Ensiklik

Pastores Dabo Vobis menegaskan bahwa Seminari Menengah merupakan

lembaga gereja dibidang karya pendidikan untuk untuk memelihara, melindungi

dan mengembangkan benih-benih panggilan imam. Tujuan pendidikan di

Seminari Menengah adalah melaksanakan secara bertahap pembinaan manusiawi,

budaya dan rohani untuk mengantar seminaris memasuki Seminari Tinggi dengan

dasar yang memadai dan andal.

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan di Seminari ini, misalnya Seminari

Menengah Mertoyudan memiliki visi: Sanctitas (Kesucian), Scientia

(Pengetahuan) dan Sanitas (Kesehatan). Aspek sanctitas menekankan kehidupan

rohani yang Kristosentris melalui meditasi,doa dan ekaristi, rekoleksi dan ret-ret,

pendalaman kitab susi. Aspek scientia menekankan pengetahuan ilmiah dan

keterampilan. Aspek sanitas menekankan pendidikan dan pemeliharaan

kesehatan fisik dan psikis (Staf Kepamongan Medan Utama, 1996:98-99).

Pada dasarnya Seminari Menengah merupakan lembaga pendidikan awal

calon imam yang bertujuan membentuk manusia kristiani yang Kristosentris

dengan mengembangkan segala aspek kepribadian secara seimbang dan

mengarahkannya kepada imamat. Tugas Seminari Menengah adalah

mempersiapkan seminaris untuk menempuh pendidikan lebih lanjut ke Seminari

Page 33: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

16

Tinggi atau memasuki tarekat/ordo tertentu ( Rapat Pimpinan Seminari

Menengah, 1978: 3).

4. Gambaran Lulusan Seminari Menengah

Menurut Pedoman Pembinaan Calon Imam di Indonesia Bagian Seminari

Menengah, lulusan Seminari Menengah adalah manusia dewasa secara manusiwi

dan kristiani pada tingkatnya serta diperlengkapi dengan kemampuan belajar

secara mandiri, hidup berpola pada Yesus Kristus untuk menuju imamat dengan

meneladan Bunda Maria dalam menghayati panggilannya (Driyanto, 2001: 31).

Dengan demikian seorang lulusan seminari Menengah adalah pribadi yang

dewasa secara menusiawi, pribadi dewasa secara kristiani dan pribadi yang siap

sedia terhadap tuntutan panggilan.

a. Pribadi Dewasa Secara Manusiawi

Pribadi dewasa secara manusiawi adalah pribadi yang mengalami

kepurnaan dan keutuhan jiwa dan badan dalam kesatuan dirinya. Ia tahu dan

menyadari apa yang dilakukannya karena ia sadar akan tujuan yang hendak

dicapainya. Ia dapat menempatkan dirinya dalam kehidupan dan pergaulan.

Pribadi yang dewasa adalah pribadi yang utuh. Ia mampu mengenal dan akrab

dengan dirinya. Ia merasa bahagia dengan dirinya dan menyadari bahwa ia

berarti bagi sesama. Ia mengenal dan menerima keunggulan maupun

kelemahannya. Ia sadar dan bangga dengan nilai-nilai hidupnya. Ia

menggunakan kemampuannya dengan sepenuhnya. Ia menerima dirinya dan

sesamanya apa adanya. Ia sanggup membangun relasi yang wajar dengan

sesama. Ia berani menghadapi berbagai kenyataan hidupnya. Ia mampu

Page 34: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

17

mengatasi konflik-konflik tanpa menjadi bingung dan putus asa ( Driyanto,

2001: 32).

Dalam konteks psikologi kepribadian Allport, pribadi yang dewasa

(matang) adalah pribadi yang memiliki perluasan diri, memiliki hubungan yang

hangat dengan orang lain, memiliki keamanan emosional, memiliki persepsi

yang realistis, memiliki keterampilan-keterampilan dalam tugas, memiliki

pemahaman diri yang obyektif, memiliki filsafat hidup yang mempersatukan

(Schultz, 1991:10-35). Menurut Maslow, pribadi yang dewasa adalah pribadi

yang mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan yakni kebutuhan fisiologis,

keamanan, dimiliki dan cinta, memiliki harga diri dan aktualisasi diri (Alwisol,

2005:257-260).

Disamping itu seminaris mampu membangun relasi yang wajar dengan

orang-orang di sekitarnya. Ia merasakan bahwa nilai-nilai manusiawi yang

tumbuh dari suasana hidup di keluarga dapat berkembang dengan baik dalam

suasana hidup berkomunitas di Seminari. Oleh karena itu seminaris sadar dan

rela menciptakan suasana hidup berkomunitas yang menumbuhkan rasa aman

dan kerasan dalam kehidupan berkomunitas di Seminari (Driyanto, 2001:33).

Dalam kehidupan bersama dengan orang lain ia mengembangkan sikap yang

benar seperti empati, otentik, respek, konfrontasi diri dan mewujudkan diri

(Fuster, 1985: 125).

Sebagai remaja, siswa seminari menyadari perlunya perkembangan bebas

menuju kedewasaan. Oleh karena itu ia menciptakan suasana kebebasan yang

mendukung terwujudnya perkembangan itu. Ia menerima dan menjalani

Page 35: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

18

kebebasannya dengan aturan yang mendorongnya kepada kedewasaan. Dalam

kehidupan bersama di Seminari, siswa seminari sudah mulai memperjuangkan

dan mau mewujudkan ciri-ciri pribadi yang dewasa. Misalnya: keseimbangan

antara segi rasional dan afektif, ketekunan, ketabahan, disiplin diri, inisiatif dan

kreatif, menerima dan menghayati seksualitas secara sehat.

Siswa menyadari diri sebagai calon imam yang akan bertanggungjawab

untuk mewartakan sabda Allah dan menanggapi berbagai aspek hidup manusia.

Untuk itu ia tekun dan sabar dalam belajar. Ia menemukan cara belajar yang

baik untuk mencapai perkembangan yang optimal dalam segi intelektual.

Dengan demikian mereka siap mengikuti pendidikan di perguruan tinggi. Ia

memiliki sikap dan kesanggupan belajar terus-menerus.

b. Pribadi Dewasa Secara Kristiani.

Menjadi pribadi yang dewasa pribadi secara kristiani merupakan suatu

proses penerimaan dan penghayatan rahmat Tuhan. Kedewasaan secara

kristiani diperoleh melalui penghayatan hidup rohani yang berpusat pada

Kristus. Seminaris ditantang untuk semakin mengenal Kristus dengan tepat dan

benar sebagai “Jalan, Kebenaran dan Kehidupan” (Yoh 14:6), memiliki

gambaran yang semakin jelas tentang Kristus sebagai “Sang Imam” (Ibr 9:11),

“Nabi dan Raja” (Mat 27:37). Dengan pengenalan tersebut, seminaris semakin

memiliki penghayatan kehidupan rohani yang baik.

Paus Yohanes Paulus II menegaskan bahwa kehidupan rohani adalah inti

kehidupan dan panggilan hidup kristiani. Kehidupan rohani merupakan nilai

pusat dan menyatukan pribadi maupun hidup sebagai orang kristen. Oleh

Page 36: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

19

karena itu pembinaan rohani merupakan poros yang menyatukan dan

menghidupkan kenyataan pribadi (Leteng, 2003: 11). Dengan penegasan

tersebut maka kehidupan rohani merupakan prinsip pemersatu dan identitas diri

serta kegiatan hidup seorang kristiani, juga seminaris sebagai calon imam.

Pribadi yang dewasa secara kristiani juga semakin mengenal Kristus

sebagai saksi sejati akan kehadiran Allah Bapa yang ditampakkan dalam

hidupNya, caraNya berpikir, sikap dan tindakanNya. Kristus adalah pribadi

yang terbuka sepenuhnya kepada kehendak BapaNya. Keterbukaan itu

diungkapkanNya antara lain dalam sikap melayani semua orang dengan setia

demi terwujudnya kehendak Bapa bagi manusia. Sikap dan semangat Kristus

ini menjadi sikap dan semangat seminaris. Keakraban dengan pribadi Kristus

secara nyata diungkapkan dalam hidup sehari-hari dalam komunitas

(Fuellenbach, 2004: 90). Kehidupan dalam kesatuan yang akrab dengan Kristus

dalam kehidupan rohaninya ini mendorong seminaris menjalani hidup di

Seminari sesuai dengan kehendak Allah.

Pedoman Dasar Pembinaan Imam di Indonesia menegaskan bahwa hidup

rohani calon imam hendaknya berpola pada pribadi Yesus Kristus Sang Imam

Agung (Komisi Seminari KWI, 1987: 22). Maka kedewasaan kristiani tampak

dalam usaha membina hidup yang berpolakan pada Kristus. Hidup yang

berpolakan pada Kristus ini dibina melalui ketekunan dan kesetiaan dalam doa

dan refleksi dibawah bimbingan Roh Kudus (Purnomo, 2003:16). Dengan

demikian seminaris semakin peka dalam membedakan roh yang bersuara dan

bekerja dalam dirinya sehingga akhirnya ia sanggup memihak kepada Roh

Page 37: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

20

Kudus dan tegas menolak roh jahat. Kerelaan dan kesetiaan dibimbing oleh

Roh Kudus diungkapkan dalam menerima kehadiran Kristus dalam perayaan

ekaristi dan menjalani pertobatan melalui sakramen rekonsiliasi.

Kedewasaan secara kristiani tersebut juga tampak dalam kerelaan dan

kesetiaan seminaris menerima bimbingan rohani dari pembimbing rohani.

Kerelaan membuka diri menjadikannya semakin mampu mengenal panggilan

Allah melalui sejarah hidupnya sehingga ia makin menyadari dan sanggup

menjawab panggilannya yang khas yakni menjadi imam (Driyanto,2001: 35).

c. Pribadi yang Siap dan Bersedia Memenuhi Tuntutan Panggilan

Kesiapan dan kesediaan memenuhi tuntutan panggilan adalah kepatuhan

untuk mendengarkan dan menjawab panggilan Tuhan. Kesiapan dan kesediaan

itu mencakup kemauan bebas dan kesanggupan mengikuti Kristus Sang

Penebus dengan kebesaran jiwa dan hati yang murni (Fuellenbach, 2004: 87).

Kesiapan dan kesediaan tersebut mengandaikan kemauan dan kemampuan

memenuhi tuntutan-tuntutan panggilan: “Setiap orang yang mau mengikuti

Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikuti

Aku” (Luk 9:23).

Kesanggupan mengikuti tuntutan-tuntutan panggilan dapat dilaksanakan

bila seminaris bersatu dengan Kristus yang memanggil: “Marilah dan kamu

akan melihatnya” (Yoh 1:39). “Ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala

manusia” (Mrk 1:17) dan mengutusnya: “...pergilah, jadikanlah semua bangsa

murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,

Page 38: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

21

dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan

kepadamu” (Mrk 28:19).

Kesiapan dan kesediaan mengikuti tuntutan-tuntutan panggilan dapat

dipupuk dan dikembangkan melalui kesadaran dan latihan hidup sebagai

pendoa, sikap melayani tanpa pamrih dan tanpa kenal lelah, keberanian

menyampaikan kebenaran, kerelaan untuk diutus dan diperintah dengan sikap

taat orang beriman. Untuk itu seminaris dapat belajar dari Bunda Maria dalam

menjawabi tuntutan panggilan. Jawaban dan sikap “YA” Maria dalam

menanggapi panggilan Tuhan itu diwujudkan dalam seluruh hidupnya,

konsisten dalam suka dan duka. Paus Yohanes Paulus II mengatakan:

“Melalui contoh dan kepengantaraannya, kita juga belajar untuk percaya dan menerima kekayaan rahmat yang hendak Tuhan curahkan ke atas kita. Dalam sejarah individu- individu dan masyarakat Bunda Marialah yang menyingkapkan pedagogi Allah kepada komunitas-komunitas dan kepada seluruh gereja. Ia membuat kita responsif terhadap iman, kepercayaan dan sambutan yang rendah hati” (Leteng, 2003: 356).

Maria memberi teladan dalam kesiapsediaan bagi seminaris dalam usaha

membina diri memenuhi tuntutan panggilan. Oleh karena itu di dalam

kehidupan sehari-hari, seminaris berusaha membina keakraban dengan Bunda

Maria melalui doa dan devosi.

B. Aspek-Aspek Pembinaan Calon Imam di Seminari Menengah

Pembinaan calon imam dilaksanakan secara integral dan berkesinambungan dalam

aspek-aspek pribadi, hidup kristiani, menanggapi panggilan, intelektual, semangat

kerasulan, sikap dialog antar umat beragama.

Page 39: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

22

1. Pembinaan Pribadi

Kepribadian adalah pola menyeluruh dari semua kemampuan, perbuatan

serta kebiasaan seseorang baik yang jasmani, mental, rohani, emosional maupun

sosial (Heuken, dkk, 2002:15). Pembinaan pribadi adalah pembinaan untuk

mengenal dan akrab dengan diri sendiri dan orang lain. Pembinaan pada aspek ini

menekankan pemeliharaan diri dan lingkungan, solodaritas dan relasi sosial.

Pengenalan diri mencakup kesadaran akan kekuatan dan kelemahan, bakat dan

minat. Pembinaan pribadi diarahkan antara lain agar seminaris “terbuka untuk

mengetahui dan menerima dirinya dan orang lain” (Prasetya, 1992: 100).

Pengenalan dan penerimaan terhadap diri membuat individu menghargai dan

mempercayai dirinya dan mempu membuat keputusan yang tepat bagi dirinya

(Bennet 2004: 60). Oleh karena itu melalui pengenalan diri tersebut seminaris

semakin dapat menggunakan kemampuannya seoptimal mungkin untuk

mengembangkan diri dan bertumbuh menjadi orang yang bertanggungjawab,

berinisiatif, kreatif, eksploratif, jujur, tekun dan dapat menjadi pemimpin yang

baik. (Driyanto, 2001:37).

Konseli Vatikan II dalam Optatam Totius (Dekrit tentang Pembinaan

Imam) nomor 11 menegaskan bahwa pembinaan kepribadian bertujuan:

“Mencapai kedewasaan kepribadian yang nyata dalam sifat kejiwaan yang stabil, dalam kemampuan mengambil keputusan yang dipertimbangkan, mampu menilai peristiwa-peristiwa dan orang-orang secara saksama, menghargai keutamaan-keutamaan seperti kejujuran, keadilan, kesetiaan pada janji-janji, sopan-santun dalam perilaku, kesederhanaan dalam berbicara yang diserta cintakasih” (Hardawiryana, 1993:279)

Page 40: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

23

Pembinaan diri juga diwujudkan dalam usaha seminaris menjaga

keseimbangan antara hidup individual dan hidup bersama. Briere (2003:57)

mengatakan: “Kristus mengutus para rasul berdua-dua sehingga mereka dapat

saling mencintai. Kristus menghendaki murid-muridNya saling mencintai”. Hidup

bersama dalam asrama membutuhkan suasana yang mendukung pertumbuhan

pribadi dan perkembangan aspek kepemimpinan. Disamping itu perlu pula

seminaris menciptakan suasana kebebasan yang diimbangi dengan kesadaran

bertanggungjawab. Dalam konteks tersebut Prama (2006: 45) mengatakan:

“Dalam rumah......kita diberi kebebasan yang seluas- luasnya untuk mengisinya

dengan apa saja...tapi apapun kegiatan yang digunakan untuk mengisinya

berpengaruh terhadap wajah rumah kita”. Oleh karena itu dalam kehidupan

berasrama seminaris dibiasakan mengembangkan rasa sosial sehingga ia menjadi

pribadi yang sanggup memperhatikan dan melayani kepentingan sesama. Untuk

itu seminaris perlu berlatih untuk mengendalikan diri untuk tidak mementingkan

diri. Hal itu dilakukan karena seminaris menyadari bahwa hidup bersama di

asrama merupakan salah satu bentuk latihan untuk menyiapkan diri guna

memasuki persaudaraan sakramental para imam dalam keuskupan.

Selain itu seminaris berlatih bersikap positif terhadap peraturan seminari.

Peraturan dapat membentuk kedisiplinan dalam diri seminaris. White (2005: 235)

mengatakan: “Tujuan disiplin ialah mendidik seseorang untuk memerintah diri,

bersandar pada diri dan mengendalikan diri”. Dengan demikian peraturan di

seminari tidak diadakan untuk membatasi kebebasan melainkan membantu

seminaris menciptakan suasana hidup bersama yang baik yang menunjang

Page 41: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

24

perkembangan pribadi, pertumbuhan hidup rohani, perkembangan panggilan

setiap siswa seminari.

Dalam rangka pembinaan pribadi, seminaris perlu menerima pembinaan

intensif untuk dapat bersikap terbuka dan mudah berkomunikasi dengan orang

lain. Seminaris juga dibimbing untuk mencintai kebenaran, menghargai sesama,

mampu menciptakan rasa percaya diri, mudah menjalin kerjasama, setia kawan,

mempunyai rasa keadilan, memiliki sikap belaskasihan yang tulus, mampu

menyampaikan penilaian secara jernih dan obyektif (Driyanto, 2001: 39).

Salah satu aspek pembinaan pribadi yang sangat penting adalah aspek

seksualitas. Goldman dan Bradley mengatakan: “Pada tingkat individu,

pertumbuhan dan pemahaman seksualitas seseorang akan menambah

perkembangan pribadinya, kepercayaan diri, kedewasaan dan kecakapan

mengambil keputusan. Secara sosial,orang akan beruntung dengan menjadi lebih

berwawasan, lebih waspada, lebih percaya diri “ (Reiss dan Halstead, 2006:406).

Seminaris perlu menghayati dimensi seksualitas secara sehat dan dapat bergaul

dengan lawan jenis secara sehat sehingga seminaris mampu membaktikan diri

seutuhnya kepada Allah melalui pelayanan kepada sesama dalam cintakasih

universal dan tulus. Konsili Vatikan II melalui Optatam Totius (Dekrit tentang

Pembinaan Imam) menyatakan bahwa dengan menghayati seksualitas seminaris

belajar menghayati hidup selibat demi menyerahkan diri seutuhnya kepada Tuhan

(Hardawiryana, 1993: 278). Hal tersebut ditegaskan oleh Clark (2002: 168)

dengan menyatakan: “Seorang selibater memberikan kesaksian khusus akan cinta

tapa pamrih dari Allah kita dalam Yesus Kristus dan memberikan kesaksian akan

Page 42: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

25

kebenaran bahwa ada suatu kepenuhan dan kedalaman hidup yang melampaui apa

yang kita kihat sekarang”. Untuk mencapai pemahaman dan kedewasaan dalam

aspek seksualitas ini para seminaris diberi penjelasan dan pendampingan pribadi

di bidang seksualitas. Pembinaan dan pendampingan seksualitas diarahkan agar

seminaris mendapat pemahaman yang benar dan wajar serta mampu mewujudkan

kebenaran cinta kasih manusiawi. Dengan penghayatan seksualitas secara sehat

maka seminaris terarah untuk “...menyadari keluhuran kehidupan selibat yang

dikuduskan kepada Kristus sehingga atas pilihan sendiri...mereka membaktikan

diri kepada Tuhan dengan menyerahkan jiwa-raga seutuhnya” (Hardawiryana,

1993: 279).

2. Pembinaan Hidup Kristiani

Pembinaan kristiani yang dimaksudkan adalah pendidikan keagamaan

secara khusus terutama bimbingan rohani yang tepat agar seminaris dapat

mengikuti Kristus dengan jiwa besar dan hati yang murni (Driyanto, 2001:40).

Salah satu cirikhas seorang yang mengikuti Kristus adalah “...terus bersedia dan

setia mengikuti Yesus dengan keberanian yang sungguh-sungguh” (Meier (2001:

193). Kesungguhan mengikuti Kristus tersebut disadari dan diwujudkan para

seminaris dalam kehidupan sehari-hari. Maka dalam pembinaan tersebut

hendaklah disadari bahwa para seminaris adalah kaum muda kristiani yang

mencita-citakan imamat. Mengingat peranan imam sebagai pemimpin rohani

maka perkembangan hidup rohani yang benar dibina dengan sungguh-sungguh

sejak Seminari Menengah.

Page 43: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

26

Kristus menjadi sumber dan pola hidup mereka. Sebagai sumber, Kristus

dasar kekuatan bagi perkembangan hidup rohani seperti yang dikatakn oleh Santo

Paulus: “Aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus

yang hidup di dalam aku” (Gal 2:20). Sebagai pola hidup, sikap kerohanian

Kristus mendasari hidup rohani para seminaris (Habeahan, 2006:87).

Yohanes Paulus II (1992:89) menegaskan bahwa hidup rohani adalah pusat

hidup imam. Oleh karena itu kehidupan rohani adalah inti kehidupan dan

panggilan calon imam juga. Krisnamurti salah seorang alumni Seminari

Mertoyudan mengatakan:

“Kehidupan rohani bagi seorang imam adalah hal yang amat esensial sebab pondasi utama dari kehidupan selibat (tidak menikah) adalah kehidupan rohani. Kehancuran dari kehidupan spiritualitas sama artinya dengan runtuhnya kehidupan imamat seorang selibater.... Oleh karena itu, seminari menengah sebagai lembaga pendidikan dasar dari para kandidat imam diharapkan dengan sangat untuk dapat memberikan pondasi yang kuat bagi para kandidat imam sehingga kelak dapat menjadi imam yang tangguh; apalagi di tengah-tengah badai globalisasi dan kemajuan teknologi ini (2001: http://krisnaster.blogspot.com/2001_03_01_archive.html)

Dengan pembinaan rohani dalam kehidupan bersama di seminari

diharapkan terwujudnya persaudaraan kristiani yang mendukung kedewasaan

hidup rohani. Persaudaraan tersebut dapat dikembangkan melalui hidup doa: doa

pribadi dan doa bersama, kunjungan menghadap sakramen Mahakudus, meditasi

dan renungan pribadi, latihan doa terbimbing, upacara liturgis. Selain itu, upacara

liturgis sebagai ungkapan resmi iman untuk memperteguh hidup rohani:

merayakan ekaristi, menerima sakramen tobat. Pendalaman hidup rohani untuk

memperteguh panggilan dapat dilaksanakan melalui bimbingan rohani secara

Page 44: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

27

teratur, refleksi bersama yang terpimpin, pengajaran dan pendalaman kitab suci,

bacaan rohani, rekoleksi dan ret-ret, devosi pribadi dan bersama (Driyanto,

2001:44). Dalam konteks ini Venantius salah seorang staf Seminari Menengah

mengatakan:

“Kehidupan rohani harus menjadi satu keunggulan seminaris yang diharapkan menjadi pemimpin umat kelak. Maka dalam hal ini, seminaris mempunyai keniscayaan mempunyai nilai lebih dari yang lain. Untuk mendukung keunggulan ini, Seminari Menengah memfasilitasi siswa dengan berbagai macam kegiatan seperti misa setiap hari, lectio brevis bacaan rohani, retret dan rekoleksi, latihan meditasi, kerasulan anak sekolah minggu dan doa lingkungan, pengakuan dosa, berkunjung ke tempat-tempat wisata rohani, menulis refleksi harian. Melalui seluruh kegiatan ini, siswa diharapkan akan mempunyai rasa religius yang tinggi. Keunggulan ini tampak dalam rasa empati yang tinggi, pengorbanan terhadap orang lain, kemauan untuk saling meneguhkan dalam panggilan, keterbukaan untuk berbagi hidup, kemampuan untuk mensyukuri, sikap ikut serta menderita bersama teman” (2007: http://seminaripem.wordpress.com/2007/06/08/pendidikan-dan-pembinaan-seminaris-ke-depan/)

3. Pembinaan Menanggapi Panggilan

Berbicara tentang panggilan Tierney (2002:69) mengatakan: “Panggilan

mengandung pengertian bahwa Tuhan itu benar-benar memanggil dan juga

memerlukan suatu tanggapan hidup dan cinta yang penuh rahmat. Panggilan

menuntut kita untuk membuat suatu keputusan tentang masa depan kita”.

Pembinaan menanggapi panggilan merupakan kegiatan pendampingan membantu

seminaris untuk berani dan rela menerima panggilan Tuhan. Seminaris dapat

menanggapi panggilannya kalau ia mempunyai sikap siap-sedia. Sikap siap-sedia

ini mengembangkan sikap terbuka, menumbuhkan kesadaran bertanggungjawab

dan memupuk keberanian berkorban demi sesama (Driyanto, 2001:46). Untuk itu

Page 45: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

28

Ponomban (2007: http://yesaya.indocell.net/id766.htm), mengatakan bahwa

peranan para staf pembina, baik rektor maupun sesama imam lainnya menjadi

sangat penting. Mereka bertugas membantu seminaris memurnikan motivasi

panggilannya, membantu seminaris untuk mengatasi berbagai kekurangan dan

masalah panggilan, menolong seminaris untuk mengambil keputusan yang

matang menjadi imam atau tidak. Selain itu seminaris mempunyai peran yang

tidak tergantikan dalam keputusan bebas bebas untuk “menuruti tuntutan-tuntutan

injil: kemiskinan, kemurnian dan ketaatan (Philibert, 2002:95) yang merupakan

tuntutan utama bagi kehidupan dan panggilan imam dan calon imam.

Pembinaan menanggapi panggilan menjadi imam dilaksanakan melalui

program-program yang membantu seminaris menyadari dan menerima

konsekuensi-konsekuensi mengikuti Tuhan. Mereka perlu dibantu untuk berani

menerima diri secara realistis dan terbuka terhadap kehendak Roh Kudus.

Seminaris perlu memiliki komitmen dalam pangilannya. Artinya, seminaris

memiliki motivasi rohani dan apostolik, terarah kepada penyerahan diri dalam

kebebasan menanggapi panggilan Tuhan

Para seminaris juga perlu mengenal dokumen-dokumen gereja mengenai

calon imam, mengenal imam dioses dan imam tarekat religius supaya pada akhir

masa pendidikan di Seminari Menengah mereka dapat memilih dan meneruskan

ke jenjang selanjutnya sesuai dengan keinginan mereka.

Hidup bersama di seminari dilandasi tangungjawab bersama membina

panggilan. Untuk itu diperlukan pembinaan hidup bersama secara tertib dan

teratur yang dilaksanakan antara lain dengan melaksanakan acara harian secara

Page 46: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

29

sadar dan bertanggungawab, menunaikan tugas yang diserahkan kepadanya,

bergaul dengan sopan yang disadari rasa cinta dan hormat terhadap sesama.

4. Pembinaan Intelektual

Paus Yohanes Paulus II (1992:99) mengatakan: “Pembinaan intelektual

merupakan tuntutan mendasar akal budi manusia yang merupakan ‘partisipasi

dalam cahaya budi Allah’ dan melaluinya manusia berusaha meraih

kebijaksanaan yang mengarahkannya mengenal Allah dan berpaut padaNya”.

Konsili Vatikan II dalam Optatam Totius (Dekrit tentang Pembinaan Imam)

nomor 13 menyatakan bahwa para seminaris perlu dibekali dengan pendidikan

humaniora dan ilmiah yang memungkinkan seminaris menempuh pendidikan

lebih tinggi (Hardawiryana, 1993: 281). Oleh karena itu menurut Krisnamurti

(2001: http://krisnaster.blogspot.com/2001_03_01_archive.html) : “....seminari

menengah dalam kapasitasnya sebagai lembaga calon imam tingkat dasar dituntut

untuk dapat memberikan bekal kemampuan intelektualitas yang memadai bagi

para calon imamnya”.

Pembinaan intelektual merupakan upaya yang dilakukan membantu siswa

seminari untuk semakin menguasai ilmu pengetahuan yang relevan dengan

perkembangannya. Hal ini dilakukan agar di kemudian hari seminaris menjadi

orang berpendidikan yang sanggup mewartakan kabar baik kepada sesama.

Pembinaan intelektual meliputi pengetahuan akademik maupun

keterampilan Pembinaan akademik bertujuan meningkatkan kemampuan

seminaris untuk berpengetahuan luas, memiliki pemahaman yang mendalam dan

mempunyai disiplin berpikir. Seminaris dilatih memahami masalah, berpikir

Page 47: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

30

secara kritis dan mencari pemecahan sehingga mereka siap mengikuti pendidikan

imamat pada jenjang selanjutnya. Untuk itu sejak awal seminaris perlu mendapat

pemahaman dan penyadaran tentang cara belajar yang efisien dan efektif sesuai

dengan kemampuan mereka, memelihara kebiasaan belajar seumur hidup

(Driyanto,2001:49). Berkaitan dengan hal tersebut Venantius mengatakan:

“Seminaris kiranya unggul secara intelektual, artinya seminaris mempunyai kelebihan yang sungguh signifikan dalam kemampuan intelektual bila dibandingkan dengan anak muda seusianya yang non seminaris. Seminaris hendaknya mampu menelaah, menganalisa suatu masalah. Seminaris dengan kemampuan intelektual yang mumpuni mempunyai daya pikir yang tajam, mampu belajar otodidak” (http://seminaripem.wordpress.com/2007/06/08/pendidikan-dan-pembinaan-seminaris-ke-depan/)

Pembinaan keterampilan bertujuan mengembangkan bakat dan minat

seminaris yang mendukung pelayanan imam di kemudian hari. Tujuan ini

dilaksanakan melalui berbagai kegiatan terbimbing seperti berpidato, musik dan

paduan suara, orkes, tari, menulis dan mengarang, pertukangan praktis, drama,

olah raga, dan lain- lain.

Seminaris perlu meningkatkan kemampuan memahami bacaan-bacaan yang

bermutu, memakai bahasa Indonesia dengan baik dan benar, kemampuan

berbahasa Inggris dengan penekanan pada kemampuan untuk memahami bacaan

yang bermutu dalam bahasa Inggris dan menterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia. Selain itu seminaris mengalami pendidikan agama, kitab suci dan studi

sejarah.

Page 48: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

31

5. Pembinaan Semangat Misioner atau kerasulan

Pembinaan semangat kerasulan adalah pembinaan semangat mewartakan

injil kepada orang lain. Paus Benediktus XVI (2007: 2) dalam pesannya pada hari

minggu misi sedunia yang ke-81 menegaskan: “Gereja yang telah menerima

pewartaan injil dipanggil dan diutus oleh Gembala yang baik untuk mengabdikan

diri mereka pada misi ad gentes”. Tugas mewartakan injil adalah tugas yang

diemban oleh gereja. Maka seminaris turut mengemban tugas tersebut. Konferensi

Wali Gereja Filipina mengatakan bahwa salah satu cara untuk menanamkan

semangat dan komitmen misioner adalah memberikan pelajaran tentang misi di

Seminari untuk membekali para seminaris dengan mengetahuan dan pemahaman

tentang misi (Patris, 2007:42).

Seminaris perlu memahami ajaran sosial gereja, memahami keadaan nyata

masyarakat melalui berbagai media massa. Dengan bimbingan seorang imam

seminaris merefleksikan, mengevaluasi berbagai situasi tersebut untuk merasakan

dan menangkap pesan Tuhan di balik semua peristiwa tersebut dan mendorong

mereka menanggapinya (Driyanto, 2001: 51).

6. Pembinaan Sikap Dialog Antar Umat Beragama

Pembinaan sikap dialog antar umat beragama merupakan usaha dan

kegiatan yang dilakukan di seminari untuk meningkatkan pemahaman dan

penghargaan terhadap agama-agama lain. Usaha ini dilakukan antara lain melalui

studi dan dialog sederhana dengan umat beragama lain (Driyanto, 2001: 51).

Kesadaran akan nilai-nilai rohani dalam agama lain dapat mengantar seminaris

Page 49: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

32

kepada dialog. Dialog itu hendaknya diserta refleksi untuk menjaga otentisitas

iman.

Kesadaran dan upaya dialog ini diungkapkan oleh Konsili Vatikan II

melalui Nostra Aetate (Pernyataan Tentang Hubungan Gereja Dengan Agama-

Agama Bukan Kristen) nomor 1 yang mengatakan:

“Dengan sikap hormat yang tulus Gereja merenungkan cara-cara bertindak dan hidup,kaidah-kaidah serta ajaran-ajaran yang memang dalam banyak hal berbeda dari apa yang diyakini dan diajarkannya sendiri, tetapi tidak jarang toh memantulkan sinar kebenaran, yang menerangi semua orang...Maka gereja mendorong para puteranya supaya dengan bjaksana dan penuh kasih, melalui dialog dan kerjasama dengan para penganut agama-agama lain, sambil memberi kesaksian tentang iman serta peri hidup kristiani, mengakui, memelihara dan mengembangkan harta kekayaan rohani dan moral serta nilai-nilai sosio-budaya yang terdapat pada mereka (Hardawiryana, 1992: 311).

Dialog antar umat beragama memerlukan refleksi iman, pedoman-pedoman

untuk menjaga otentisitas iman, kesadaran akan hubungan dialog dengan

kesaksian kristiani. Selain itu perlu juga dikembangkan sikap-sikap yang

membantu terciptanya dialog seperti kemampuan mendengarkan orang lain,

keterbukaan hati terhadap berbagai situasi dan kebutuhan sesama dalam semangat

cinta kasih.

C. Pembinaan di Seminari Menengah Sinar Buana

1. Gambaran Umum tentang Seminari Menengah Sinar Buana

Seminari Sinar Buana didirikan pada tanggal 4 Oktober 1967 dengan nama

“Asrama Pewarta Injil”. Lembaga ini didirikan dengan tujuan menampung dan

mendidik calon imam dan tenaga pastoral awam seperti guru agama, katekis.

Siswa yang ditampung adalah siswa-siswa yang menempuh pendidikan di SMP

Page 50: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

33

St. Aloysius dan Sekolah Pendidikan Guru (SPG) St. Alfonsus Weetebula. Sejak

tahun 1987 asrama Sinar Buana menampung siswa-siswa SMAK St. Thomas

Aquinas yang ingin menjadi imam, biarawan dan katekis. Pada tahun 1990 Sinar

Buana dikukuhkan oleh Uskup Weetebula Mgr. G. Kherubim Pareira, SVD

menjadi Seminari Menengah Sinar Buana. Para siswa Seminari masih menempuh

pendidikan di SMP St. Aloysius dan SMAK St. Thomas Aquinas. Sejak tahun

1999 pendidikan formal SMP dan SMA diselenggarakan di Seminari Menengah

Sinar Buana.

2. Kegiatan Pembinaan di Seminari Menengah Sinar Buana

Seminari Menengah Sinar Buana merupakan lembaga pendidikan calon

imam Keuskupan Weetebula tingkat sekolah lanjutan (SMP dan SMA) dengan

tujuan mempersiapkan kaum muda katolik untuk menjadi imam. Tujuan

pendidikan tersebut tekandung dalam visi dan misi Seminari Menengah yaitu:

“Seminari Menengah Sinar Buana adalah lembaga pendidikan calon imam Keuskupan Weetebula, bercita-cita agar seminaris dididik dan didampingi - para pembina dalam kerjasama dengan orang tua - berkembang secara seimbang dalam sanctitas, sanitas, scientia, sapientia, solidaritas sehingga menjadi orang beriman yang mengikuti Yesus Kristus ke arah imamat dalam Gereja umat Allah” (Sando, 2007:13).

Visi tersebut dijabarkan dalam misi Seminari Menengah Sinar Buana,

yaitu:

“Menjadi orang beriman kristiani yang teguh (sanctitas), menjadi orang beriman yang berilmu (scientia), menjadi orang beriman yang sehat rohani dan jasmani (sanitas), menjadi orang beriman yang berkepribadian matang dan bijaksana berdasarkan moral kristiani (sapientia) peka, tanggap dan solider dengan sesama terutama yang menderita (Sando, 2007: 13).

Page 51: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

34

Mengacu pada visi dan misi tersebut maka kegiatan pembinaan di

Seminari Menengah Sinar Buana dapat dijabarkan dalam enam aspek

pembinaan menurut pedoman pembinaan di Seminari Menengah:

a. Pembinaan Kepribadian

Pembinaan kepribadian dilaksanakan untuk membantu para siswa

seminari untuk lebih mengenal dan menerima dirinya sehingga siswa

seminari semakin menghargai dan percaya pada dirinya. Pembinaan

kepribadian ini dilakukan dalam kegiatan seperti konferensi kelas

(bimbingan klasikal/kelompok), konsultasi pribadi, refleksi pribadi, kerja

(Opus Manuale).

b. Pembinaan Kehidupan Kristiani

Pembinaan kehidupan kristiani dilaksanakan untuk membantu para

seminaris agar memupuk kehidupan rohani melalui kegiatan doa-doa,

liturgi, sharing kitab suci, adorasi dan bacaan rohani, bimbingan rohani,

penerimaan sakramen tobat, latihan lagu gerejani, rekoleksi dan ret-ret.

Pembinaan kehidupan kristiani dilaksanakan dalam kegiatan-kegiatan:

doa pribadi dan doa bersama, renungan kitab suci, ekaristi dan sakramen

tobat, meditasi pribadi, kunjungan kepada sakramen maha kudus, sharing

kitab suci.

c. Pembinaan Menanggapi Panggilan

Pembinaan menanggapi panggilan merupakan kegiatan membantu

seminaris untuk rela dan berani menerima panggilan Tuhan untuk

menjadi imam dalam gereja katolik. Kegiatan pembinaan menanggapi

Page 52: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

35

panggilan dilaksanakan melakui penyadaran (refleksi) akan panggilan

pribadi, pengenalan kehidupan imam tarekat dan diosesan, pengenalan

tarekat/ordo, aksi panggilan.

d. Pembinaan Intelektual

Pembinaan intelektual merupakan upaya membantu seminaris untuk

mengenal dan menguasai ilmu pengetahuan yang relevan. Pembinaan

dalam aspek ini meliputi pengetahuan akademik dan keterampilan.

Pembinaan akademik dilaksanakan sesuai dengan kurikulum nasional

dan kurikulum seminari menengah. Sedangkan pembinaan keterampilan

dilaksanakan melalui kegiatan musik dan paduan suara, berpidato,

drama, olahraga, tulis-menulis, opus manuale atau kerja tangan.

e. Pembinaan Semangat Kerasulan atau Misioner

Pembinaan misioner adalah upaya membantu seminaris untuk

mewartakan injil kepada orang lain. Kegiatan pembinaan semangat

misioner dilaksanakan melalui pendalaman kitab suci, aksi sosial

kemasyarakatan, memimpin ibadat sabda lingkungan, latihan kotbah atau

memberikan renungan harian, kegiatan live in dalam masyarakat,

mendampingi putera altar/misdinar, mendampingi sekami (anak

misioner).

f. Pembinaan Sikap Dialog Antar Umat Beragama

Pembinaan sikap dialog antar umat beragama merupakan upaya

membantu seminaris untuk mengenal dan menghargai agama-agama lain

yang ada di sekitarnya. Kegiatan pembinaan sikap dialog antar umat

Page 53: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

36

beragama dilaksanakan melalui studi praktis tentang agama lain,

kunjungan ke tempat ibadat agama lain, live in ke daerah yang mayoritas

beragama lain.

D. Persepsi

1. Arti Persepsi

Secara etimologis, kata persepsi atau dalam kata bahasa Inggris perception

berasal dari kata bahasa Latin perceptio; dari kata percipere yang berarti

menerima atau mengambil. Menurut De Vito (1997), persepsi adalah proses

ketika individu menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi

inderanya (Sobur, 2003: 445). Gulo (1982) mendefinisikan persepsi sebagai

proses seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui

indera- indera yang dimilikinya (Sobur, 2003:446). Menurut Irwanto, dkk (1989:

71) persepsi merupakan proses diterimanya rangsang (obyek, kualitas, hubungan

antar gejala maupun peristiwa) sampai rangsang itu disadari dan dimengerti.

Menurut Ahmadi (2003: 63), persepsi adalah hasil perbuatan jiwa secara aktif dan

penuh perhatian untuk menyadari adanya perangsangan. Walgito (1989: 53)

persepsi merupakan seluruh proses integral dalam diri individu yang meliputi

penginderaan terhadap stimulus, pengorganisasian, penginterpretasian stimulus

sehingga individu mengerti tentang stimulus yang diinderainya. Persepsi adalah

pandangan, pengamatan atau tanggapan individu terhadap benda, kejadian,

tingkah laku manusia, dan hal-hal lain yang ditemuinya dalam kehidupan sehari-

hari (Mulyono 1978:22). Menurut Davidoff (1981), proses persepsi diawali

Page 54: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

37

dengan penginderaan terhadap stimulus kemudian stimulus itu diorganisasikan

dan diinterpretasikan menjadi sesuatu yang bermakna (Walgito, 2004: 88).

2. Faktor-Faktor yang berperan dalam persepsi

Ada faktor- faktor yang berperan dalam pembentukan persepsi. Menurut

Su’adah (2003: 32), faktor- faktor yang berperan terjadinya persepsi adalah obyek

yang dipersepsi, alat indra atau reseptor dan perhatian.

a. Obyek yang dipersepsi

Obyek yang dipersepsi menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera

atau reseptor. Stimulus datang dari luar individu yang mempersepsi.

Stimulus dapat datang dari luar langsung mengenai alat indera atau reseptor

yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, pencecapan dan kulit

atau peraba. Stimulus dapat datang dari dalam langsung mengenai susunan

syaraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Stimulus harus cukup kuat agar

dapat disadari oleh individu.

Dengan demikian ada batas kekuatan minimal dari stimulus agar dapat

menimbulkan kesadaran pada individu. Menurut Underwood (1949), batas

minimal kekuatan stimulus yang dapat menimbulkan kesadaran pada

individu disebut ambang absolut sebelah bawah yaitu kekuatan stimulus

minimal yang dapat disadari oleh individu. Apabila kekuatan stimulus

kurang dari ambang batas absolut bawah maka individu tidak akan dapat

menyadari stimulus tersebut. Tetapi kekuatan stimulus tersebut ditambah

maka stimulus akan makin kuat. Sejauhmana individu mampu membedakan

stimulus yang satu dengan stimulus yang lain ditentukan oleh ambang

Page 55: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

38

perbedaan. Ada individu yang dapat membedakan stimulus yang satu dengan

yang lain secara tajam tetapi ada individu yang tidak dapat membedakannya.

Pada suatu ketika stimulus ditambah kekuatannya sampai tidak dapat

dirasakan atau disadari oleh individu. Apabila tercapai keadaan yang

demikian maka stimulus tersebut maka menurut Underwoor (1949) mencapai

ambang absolut sebelah atas (Walgito, 2004:104-105), yaitu kekuatan

stimulus maksimal, kekuatan stimulus yang ada di atasnya sudah tidak dapat

disadari lagi. Range antara ambang absolut sebelah bawah dan ambang

absolut sebelah atas merupakan daerah yang dapat disadari oleh individu.

Misalnya, menurut Christian Huygens, kekuatan stimulus untuk penglihatan

terletak antara 390 milimocron dan 760 milimicron. Kekuatan dibawah 390

milimicron adalah sublimanil, sedangkan yang diatas 760 adalah

supralimanil (Walgito, 1989:162).

b. Alat indera, saraf dan pusat susunan saraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus dari

luar individu. Di samping itu, ada saraf sensoris sebagai alat untuk

meneruskan stimulus yang diterima ke pusat susunan saraf. Pusat susunan

saraf adalah otak sebagai pusat kesadaran. Dan sebagai alat untuk

mengadakan respons diperlukan syaraf motorik.

c. Perhatian

Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi seluruh aktifitas

individu kepada stimulus. Dengan demikian perhatian merupakan syarat

psikologis dalam diri individu untuk mengadakan persepsi. Perhatian

Page 56: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

39

merupakan langkah pertama dalam diri individu untuk mengadakan persepsi.

Drever (1960) mendefinisikan bahwa perhatian merupakan penyeleksian

terhadap stimulus (Walgito 1989:56). Hal ini terjadi karena stimulus yang

diterima individu dapat berupa sejumlah stimulus atau sekumpulan obyek.

Individu menerima banyak sekali stimulus setiap saat. Meskipun demikian

individu tidak dapat menanggapi semua stimulus. Untuk itu individu

memusatkan perhatian para stimulus-stimulus tertentu saja (Irwanto

1989:96).

Ditinjau dari segi timbulnya perhatian maka perhatian dapat dibedakan

atas perhatian spontan dan perhatian tidak spontan. Perhatian spontan adalah

perhatian yang timbul dengan sendirinya. Perhatian ini mempunyai

hubungan erat dengan minat individu. Bila individu memiliki minat terhadap

sesuatu obyek maka terhadap obyak tersebut biasanya timbul perhatian

spontan. Misalnya, bila individu memiliki minat terhadap sepak bola maka

secara spontan perhatiannya akan tertuju kepada sepak bola. Sedangkan

perhatian tidak spontan adalah perhatian yang ditimbulkan dengan sengaja,

karena ada kemauan untuk menimbulkannya. Misalnya, seorang murid harus

memperhatikan pelajaran fisika yang sedang diajarkan oleh gurunya

sekalipun ia kurang menyenangi pelajaran tersebut karena ia harus

mempelajarinya (Su’adah, 2003: 36).

Ditinjau dari banyaknya obyek yang dicakup oleh perhatian pada suatu

waktu maka perhatian dapat dibedakan atas perhatian yang sempit dan

perhatian yang luas. Perhatian yang sempit adalah perhatian individu pada

Page 57: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

40

suatu waktu pada sedikit obyek. Sedangkan perhatian yang luas adalah

perhatian individu pada suatu waktu kepada banyak obyek. Berkaitan dengan

perhatian yang luas maka perhatian dapat dibedakan atas perhatian yang

terpusat dan perhatian yang terbagi-bagi (Walgito, 2004:100). Perhatian yang

terpusat adalah perhatian individu pada suatu waktu pada suatu obyek.

Perhatian yang terbagi-bagi adalah perhatian individu pada suatu waktu pada

banyak obyek.

3. Proses terjadinya persepsi

Obyek menimbulkan stimulus. Stimulus tersebut mengenai alat indera atau

reseptor. Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses fisik. Stimulus

yang diterima alat indera diteruskan oleh saraf sensoris ke otak. Proses ini

disebut sebagai proses fisiologi. Proses selanjutnya terjadi di otak sebagai pusat

kesadaran individu. Di dalam otak terjadi proses pengorganisasian dan

penginterpretasian stimulus sehingga individu menyadari stimulus tersebut.

Proses yang terjadi di dalam otak atau dalam pusat kesadaran ini disebut proses

psikologis. Dengan demikian proses terakhir persepsi adalah individu menyadari

tentang apa yang diterima melalui alat indera atau reseptor. Proses inilah yang

menjadi proses persepsi yang sebenarnya. Respon sebagai akibat dari persepsi

dapat diambil leh individu dalam berbagai-bagai bentuk (Su’adah, 2003: 33).

Dalam proses persepsi perlu adanya perhatian sebagai langkah persiapan

dalam persepsi. Hal ini terjadi karena individu tidak hanya dikenai oleh satu

stimulus melainkan berbagai macam stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan di

sekitar individu. Namun tidak semua stimulus mendapatkan respon untuk

Page 58: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

41

dipersepsi. Stimulus mana yang yang mendapat respon dari individu tergantung

pada perhatian individu yang bersangkutan. Dengan demikian individu akan

diberikan oleh individu terhadap stimulus yang menarik individu.

Secara skematis, proses persepsi dapat digambarkan sebagai berikut:

Keterangan:

L: Lingkungan

S: Stimulus

O: Organisme atau individu

R: Respon atau reaksi.

Menurut Pareek (1996), terjadinya persepsi sampai menghasilkan respon

meliputi tiga proses yaitu proses menerima stimulus, proses menyeleksi stimulus

dan proses pengorganisasian (Sobur, 2003: 451-463). Dalam proses menerima

stimulus, kebanyakan stimulus diterima melalui alat indera. Dalam proses

menyeleksi stimulus individu memperhatikan stimulus yang menarik baginya.

Faktor-faktor intern individu yang mempengaruhi proses seleksi stimulus adalah

kebutuhan psikologis, latar belakang , pengalaman, kepribadian, sikap dan

kepercayaan umum, penerimaan diri individu. Faktor- faktor ekstern individu

yang mempengaruhi proses seleksi stimulus adalah intensitas, ukuran, kontras,

gerakan, ulangan, keakraban (menarik), sesuatu (simulus) yang baru. Proses

L S

O R

Page 59: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

42

pengorganisasian memiliki tiga dimensi utama yaitu pengelompokan, bentuk

timbul dan latar, kemantapan persepsi. Pengelompokan simulus dipengaruhi oleh

faktor kesamaan stimulus, kedekatan stimulus dan kecenderungan untuk

melengkapi hal-hal yang belum lengkap. Bentuk timbul dan latar merupakan

pemusatan perhatian pada gejala tertentu yang timbul menonjol sedangkan

simulus yang lain berada di latar belakang. Kemantapan persepsi merupakan

proses menstabilkan persepsi sehingga tidak dipengaruhi oleh perubahan-

perubahan. Dengan demikian persepsi itu telah terbentuk.

Meskipun telah terjadi kemantapan persepsi, biasanya individu masih selalu

membuat penafsiran terhadap stimulus dengan berbagai cara. Dengan proses

penafsiran ini individu memberi arti stimulus yang diterimanya. Setelah

memberi arti stimulus yang diterima selanjutnya individu memberikan reaksi

terhadap stimulus yang diterimanya.

4. Fungsi dan sifat-sifat dunia persepsi

a. Fungsi persepsi

Fungsi utama persepsi adalah lokalisasi dan pengenalan (Atkinson, tanpa

tahun: 276-277). Fungsi lokalisasi berarti fungsi menentukan letak suatu obyek.

Proses lokalisasi meliputi: segregasi (memisahkan) obyek satu dari yang lain

dan dari latar belakangnya, mengorganisasikan obyek dengan menentukan

posisi obyek dan menentukan pola pergerakannya Sedangkan fungsi

pengenalan adalah fungsi menentukan jenis suatu obyek. Pengenalan

(recognation) obyek dilakukan dengan penggolongan obyek dalam kategori

tertentu berdasarkan letak obyek tersebut.

Page 60: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

43

b. Sifat-sifat dunia persepsi

Dunia persepsi pada umumnya mempunyai berbagai sifat. Meskipun

setiap indera memiliki kekhasan dalam mempersepsi namun, beberapa sifat ini

berlaku untuk segala obyek yang dipersepsi, yaitu: (1) Dunia persepsi

mempunyai sifat-sifat ruang; artinya obyek-obyek yang dipersepsi itu

“meruang”, berdimensi ruang. (2) Dunia persepsi mempunyai dimensi waktu;

artinya proses mempersepsi obyek (yang relatif stabil) itu memerlukan waktu.

Oleh karena itu persepsi dapat berubah seiring dengan perjalanan waktu. (3)

Dunia persepsi memiliki struktur menurut berbagai obyek persepsi; artinya

persepsi terbentuk menurut struktur dari obyek yang dipersepsi. Misalnya,

dalam ruang kelas yang dipersepsi siswa terdapat kursi, meja, papan tulis, maka

terbentuk persepsi tentang meja, kursi, papan tulis, mahasiwa. (4) Dunia

persepsi adalah dunia yang penuh dengan arti; artinya obyek-obyek yang

dipersepsi “mengatakan sesuatu” kepada individu (Sobur, 2003:470).

E. Persepsi Para Siswa Seminari Menengah Sinar Buana

1. Perkembangan Persepsi Siswa Seminari

Para siswa seminari sebagai calon imam sedang mempersiapkan diri untuk

menjawab dan mengikuti panggilan Tuhan (Mat 4:19). Dalam rangka menjawab

dan mengikuti panggilan Tuhan tersebut para siswa perlu mengikuti proses

pembinaan di seminari. Proses pembinaan tersebut dilaksanakan dalam bentuk

kegiatan-kegiatan pembinaan dan aturan-aturan hidup harian.

Seluruh kegiatan pembinaan di seminari merupakan stimulus bagi siswa.

Stimulus tersebut diproses secara fisiologis dan psikologis dalam diri siswa

Page 61: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

44

sehingga menghasilkan tanggapan atau respon. Tanggapan tersebut nampak

dalam aktifitas kognitif seperti terbentuknya pengetahuan perseptual, dan reaksi

perasaan yang mendorong perilaku lahir seperti tindakan menjalankan kegiatan

pembinaan, ketaatan menjalani aturan-aturan hidup harian (Sarimas, 2005: 40).

Tanggapan siswa seminari terhadap kegiatan-kegiatan pembinaan dapat

berkembang seiring dengan semakin lama siswa mengenal dan menjalani proses

pembinaan. Mula-mula, ia tergantung pada stimulus eksternal seperti kehadiran

para pembina yang mengawasinya. Kemudian semakin lama di seminari siswa

diharapkan bisa lebih proaktif menjalani kegiatan-kegiatan pembinaan. Misalnya:

Mula-mula, para siswa seminari mengikuti kegiatan doa malam (completorium)

sebagai suatu kewajiban melaksanakan peraturan harian semata-mata dengan

pengawasan ketat dari para pembina. Ia menjalani tanpa menyadari manfaat dari

kegiatan doa bersama tersebut bagi dirinya. Namun diharapkan semakin lama

siswa semakin menyadari nilai dan manfaat aturan harian dalam hidupnya

sehingga ia menjalani kegiatan doa bersama tersebut tanpa ada pengawasan dari

para pembina di seminari. Ia akan mengikuti kegiatan doa bersama karena ia

menyadari nilai doa bersama tersebut bagi perkembangan hidup rohaninya.

Meskipun tidak ada pembina yang mengawasi, ia menjalani kegiatan doa

bersama dengan tekun dan disiplin. Tindakan ini dilakukan karena ia memiliki

pengetahuan perseptual akan manfaat doa bersama bagi dirinya. Siswa

mengetahui bahwa ia akan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut bagi

perkembangan diri dan panggilannya.

Page 62: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

45

Kerap kali siswa belum menyadari manfaat dari kegiatan-kegiatan

pembinaan. Siswa juga dapat mengalami kesulitan-kesulitan dalam menjalani

kegiatan-kegiatan pembinaan tersebut. Oleh karena itu kegiatan bimbingan dan

konseling di seminari perlu dilaksanakan bagi para siswa untuk meningkatkan

pengetahuan tentang kegiatan dan manfaat, nilai dari kegiatan tersebut.

Bimbingan diberikan untuk memperluas persepsi siswa terhadap kegiatan

pembinaan dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Konseling diberikan

untuk membantu siswa yang memiliki masalah pribadi dalam melaksanakan

kegiatan-kegiatan pembinaan.

2. Perkembangan Persepsi Sisiwa Seminari Terhadap Aspek-Aspek Pembinaan

Calon Imam

Konferensi Wali Gereja Indonesia menetapkan enam aspek pembinaan

calon imam di Seminari Menengah, yaitu: aspek pembinaan pribadi (diri), aspek

pembinaan hidup kristiani, aspek pembinaan menanggapi panggilan, aspek

pembinaan intelektual, aspek pembinaan semangat kerasulan (misioner), aspek

pembinaan sikap dialog antar umat beragama.

Pembinaan siswa seminari dalam aspek-aspek pembinaan tersebut

bertujuan membantu para siswa untuk mencapai kematangan dalam dimensi

personal dan komunal. Dalam dimensi personal, siswa dibantu untuk

mengaktualisasikan dirinya secara penuh dan utuh. Dimensi personal meliputi

aspek kematangan mental (sapientia), intelektual (scientia), kedewasaan rohani

(sanctitas). Dalam dimensi komunal, siswa seminari dibantu untuk membangun

hidup komunitas yang penuh persaudaraan atau solidaritas (Sando, 2007:16).

Page 63: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

46

a. Persepsi Siswa Seminari terhadap Aspek Pembinaan Pribadi.

Persepsi siswa seminari terhadap aspek pembinaan pribadi adalah

pandangan atau tanggapan para siswa seminari terhadap aturan-aturan hidup

harian dan kegiatan-kegiatan pembinaan dalam aspek-aspek pembinaan diri

yang diselenggarakan di seminari. Aturan-aturan hidup dan kegiatan-kegiatan

pembinaan aspek pembinaan pribadi merupakan stimulus bagi siswa yang

menimbulkan tanggapan tertentu dari siswa. Tanggapan siswa tersebut

dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianutnya, kebutuhan-kebutuhannya dan

berbagai pengalaman masa lalunya. Tanggapan tersebut menghasilkan reaksi

kognitif seperti terbentuknya pengetahuan perseptual, dan reaksi afektif yang

mendorong siswa untuk bertindak tertentu seperti mengikuti aturan-aturan

harian serta berbagai kegiatan pembinaan dalam aspek pembinaan pribadi

(diri).

b. Persepsi Siswa Seminari terhadap Aspek Hidup Kristiani

Persepsi siswa seminari terhadap aspek pembinaan hidup kristiani adalah

pandangan atau tanggapan para siswa seminari terhadap aturan-aturan hidup

harian dan kegiatan-kegiatan pembinaan dalam aspek-aspek pembinaan hidup

kristiani yang diselenggarakan di seminari. Aturan-aturan hidup dan kegiatan-

kegiatan pembinaan aspek pembinaan hidup kristiani merupakan stimulus

bagi siswa yang menimbulkan tanggapan tertentu dari siswa. Tanggapan siswa

tersebut dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianutnya, kebutuhan-kebutuhannya

dan berbagai pengalaman masa lalunya. Tanggapan tersebut menghasilkan

reaksi kognitif seperti terbentuknya pengetahuan perseptual, dan reaksi afaktif

Page 64: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

47

yang mendorong siswa untuk bertindak tertentu seperti mengikuti aturan-

aturan harian serta berbagai kegiatan pembinaan dalam aspek pembinaan

hidup kristiani.

c. Persepsi Siswa Seminari terhadap Aspek Menanggapi Panggilan

Persepsi siswa seminari terhadap aspek pembinaan menanggapi

panggilan adalah pandangan atau tanggapan para siswa seminari terhadap

aturan-aturan hidup harian dan kegiatan-kegiatan pembinaan dalam aspek-

aspek pembinaan menanggapi panggilan yang diselenggarakan di seminari.

Aturan-aturan hidup dan kegiatan-kegiatan pembinaan aspek pembinaan

menanggapi panggilan merupakan stimulus bagi siswa yang menimbulkan

tanggapan tertentu dari siswa. Tanggapan siswa tersebut dipengaruhi oleh

nilai-nilai yang dianutnya, kebutuhan-kebutuhannya dan berbagai pengalaman

masa lalunya. Tanggapan tersebut menghasilkan reaksi kognitif seperti

terbentuknya pengetahuan perseptual, dan reaksi afaktif yang mendorong

siswa untuk bertindak tertentu seperti mengikuti aturan-aturan harian serta

berbagai kegiatan pembinaan dalam aspek menanggapi panggilan.

d. Persepsi Siswa Seminari terhadap Aspek Intelektual

Persepsi siswa seminari terhadap aspek pembinaan intelektual adalah

pandangan atau tanggapan para siswa seminari terhadap aturan-aturan hidup

harian dan kegiatan-kegiatan pembinaan dalam aspek-aspek pembinaan

intelektual yang diselenggarakan di seminari. Aturan-aturan hidup dan

kegiatan-kegiatan pembinaan aspek pembinaan intelektual merupakan

stimulus bagi siswa yang menimbulkan tanggapan tertentu dari siswa.

Page 65: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

48

Tanggapan siswa tersebut dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianutnya,

kebutuhan-kebutuhannya dan berbagai pengalaman masa lalunya. Tanggapan

tersebut menghasilkan reaksi kognitif seperti terbentuknya pengetahuan

perseptual, dan reaksi afaktif yang mendorong siswa untuk bertindak tertentu

seperti mengikuti aturan-aturan harian serta berbagai kegiatan pembinaan

dalam aspek pembinaan intelektual.

e. Persepsi Siswa Seminari terhadap Aspek Semangat Misioner (Kerasulan)

Persepsi siswa seminari terhadap aspek pembinaan misioner adalah

pandangan atau tanggapan para siswa seminari terhadap aturan-aturan hidup

harian dan kegiatan-kegiatan pembinaan dalam aspek-aspek pembinaan

semangat misioner (kerasulan) yang diselenggarakan di seminari. Aturan-

aturan hidup dan kegiatan-kegiatan pembinaan aspek pembinaan misioner

merupakan stimulus bagi siswa yang menimbulkan tanggapan tertentu dari

siswa. Tanggapan siswa tersebut dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianutnya,

kebutuhan-kebutuhannya dan berbagai pengalaman masa lalunya. Tanggapan

tersebut menghasilkan reaksi kognitif seperti terbentuknya pengetahuan

perseptual, dan reaksi afaktif yang mendorong siswa untuk bertindak tertentu

seperti mengikuti aturan-aturan harian serta berbagai kegiatan pembinaan

dalam aspek pembinaan misioner (kerasulan).

f. Persepsi Siswa Seminari terhadap Aspek Sikap Dialog Antar Umat Beragama.

Persepsi siswa seminari terhadap aspek pembinaan sikap dialog antar

umat beragama adalah pandangan atau tanggapan para siswa seminari

terhadap aturan-aturan hidup harian dan kegiatan-kegiatan pembinaan dalam

Page 66: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

49

aspek-aspek pembinaan dialog antar agama yang diselenggarakan di seminari.

Aturan-aturan hidup dan kegiatan-kegiatan pembinaan aspek pembinaan sikap

dialog antar umat beragama merupakan stimulus bagi siswa yang

menimbulkan tanggapan tertentu dari siswa. Tanggapan siswa tersebut

dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianutnya, kebutuhan-kebutuhannya dan

berbagai pengalaman masa lalunya. Tanggapan tersebut menghasilkan reaksi

kognitif seperti terbentuknya pengetahuan perseptual, dan reaksi afaktif yang

mendorong siswa untuk bertindak tertentu seperti mengikuti aturan-aturan

harian serta berbagai kegiatan pembinaan dalam aspek pembinaan sikap

dialog antar agama.

Page 67: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

50

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapat gambaran tentang persepsi para siswa

SMA Seminari Menengah Sinar Buana tahun ajaran 2007/2008 terhadap aspek-aspek

pembinaan calon imam. Karena itu jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif.

Penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada

saat penelitian dilakukan. Tujuan penelitian deskriptif adalah meluk iskan variabel atau

kondisi apa adanya dalam suatu situasi (Ary, dkk, 2004: 447).

Penelitian ini menggunakan metode survei. Tujuan survei adalah mengumpulkan

informasi tentang variabel (Ary, dkk, 2004: 450). Variabel adalah atribut suatu obyek

yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lain (Sugiyono, 2008: 60). Variabel

dalam penelitian ini adalah persepsi siswa kelas I dan II SMA Seminari Menengah Sinar

Buana terhadap aspek-aspek pembinaan calon imam. Survei yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah survei populasi. Survei populasi adalah survei yang mencakup

seluruh anggota dari kelompok yang diteliti (Ary,dkk, 2004: 451).

B. Populasi Penelitian

Populasi adalah semua anggota sekelompok orang, kejadian, atau obyek (Ary, dkk,

2004:193). Penelitian yang dilakukan adalah penelitian populasi yakni seluruh siwa kelas

I dan II SMA Seminari Sinar Buana tahun ajaran 2007/2008. Siswa kelas II adalah siswa

yang berasal dari kelas I SMA Seminari Menengah Sinar Buana. Siswa kelas I adalah

siswa yang berasal dari kelas III SMP dan KPB (Kelas Persiapan Bawah) Seminari

Page 68: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

51

Menengah Sinar Buana. Rincian siswa kelas I dan II SMA Seminari Menengah Sinar

Buana yang dijadikan populasi penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 1: Siswa kelas I dan II SMA Seminari Menengah Sinar Buana Tahun Ajaran 2007/2008 sebagai populasi penelitian.

Berasal dari No Kelas

SMP KPB ∑

1 I 17 (71%) 7 (29%) 24 (100%) 2 II 23 (74%) 8 (26%) 31 (100%)

∑ 40 (73%) 15 (27%) 55 (100%)

Penelitian ini mengenai para siswa kelas I dan II SMA Seminari Menengah Sinar

Buana. Mereka menjadi subyek penelitian ini karena: (1) belum pernah ada penelitian

yang dilaksanakan di SMA Seminari Menengah Sinar Buana, (2) mempunyai rencana

mengembangkan program pembinaan calon imam di Seminari Menengah.

C. Alat Penelitian

1. Kuesioner Persepsi Siswa

Alat penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner adalah alat

pengumpul data yang berbentuk pertanyaan yang akan diisi atau dijawab oleh

responden (Sugiyono, 2008:199). Kuesioner merupakan suatu cara

mengumpulkan data dengan menggunakan daftar pertanyaan yang harus dijawab

oleh orang yang dikenai, atau disebut responden (Walgito, 2003: 35). Kuesioner

dalam penelitian ini adalah kuesioner tentang persepsi siswa kjelas I dan II SMA

Seminari Menengah Sinar Buana terhadap aspek-aspek pembinaan calon imam.

Kuesioner tersebut disusun oleh Emilianus Sarimas dalam skripsinya yang

berjudul : “Tingkat Persepsi Para Siswa Seminari Pius XII Kisol Keuskupan

Ruteng Tahun Ajaran 2005/2006 Terhadap Pembinaan Calon Imam”. Kuesioner

Page 69: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

52

tersebut digunakan karena Seminari Menengah Sinar Buana dan Seminari Pius

XII Kisol berada dalam regio Nusa Tenggara, program pembinaan kedua seminari

tersebut disusun bersama oleh para pembina seminari Menengah se-Regio Nusa

Tenggara. Meskipun demikian ada perubahan pada item-item kuesioner yang

menggunakan kata “puas”. Kata “puas” diganti dengan kata “senang”. Alasan

perubahan ini adalah bahwa kata “senang” lebih mudah dipahami oleh para siswa.

Kata “puas” juga tepat untuk keadaan fisiologis sedangkan kata “senang” lebih

tepat untuk keadaan psikologis.

Kuesioner terdiri dari dua bagian. Bagian pertama memuat tujuan

kuesioner, petunjuk pengisian, identitas subyek penelitian. Bagian kedua memuat

pertanyaan-pertanyaan tentang persepsi siswa terhadap aspek-aspek pembinaan

calon imam. Pertanyaan-pertanyaan tersebut terdiri dari 180 item. Pertanyaan-

pertanyaan tersebut memuat pengalaman, pandangan dan tanggapan siswa

seminari tentang aspek-aspek pembinaan calon imam di Seminari Menengah

Sinar Buana, yakni: . Aspek-aspek pembinaan calon imam meliputi: aspek

pembinaan pribadi terdiri dari 33 item, aspek pembinaan hidup kristiani terdiri

dari 33 item, aspek pembinaan menanggapi panggilan terdiri dari 33 item, aspek

pembinaan intelektual meliputi 33 item, aspek pembinaan semangat misioner atau

kerasulan meluputi 30 item, aspek pembinaan sikap dialog antar umat beriman

meliputi 18 item. Unsur-unsur yang dinyatakan dalam tiap aspek pembinaan

diringkas dalam tabel berikut:

Tabel 2: Rincian aspek-aspek pembinaan Calon Imam dan nomor Item

Page 70: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

53

NO ASPEK PEMBINAAN CALON IMAM NOMOR ITEM I Pembinaan Pribadi-Sosial

A. Pemeliharaan diri 1,2,3,4,5,6 B. Pemeliharaan Lingkungan 7,8,9 C. Solidaritas 10,11,12,13,14,15 D. Relasi Sosial 16,17,18,19,20,21,

22,23,24,25,26,27

E. Komunikasi 28,29,30,31,32,33 II Pembinaan Hidup Kristiani

A.Bimbingan Rohani 34,35,36 B. Kitab Suci 37,38,39 C. Hidup Doa 40,41,42,43,44,45 D. Ekaristi 46,47,48 E. Sakramen Tobat 48,50,51 F. Rekoleksi/Retret 52,53,54 G. Doa rosario 55,56,57 H. Bacaan Rohani 58,59,60

I. Lagu-Lagu Gereja 61,62,63 J. Petugas Liturgi 64,65,66 III Pembinaan Menanggapi Panggilan

A. Kejujuran 67,68,69,70,71,72 B. Penerimaan Diri 73,74,75 C. Orientasi Komitmen 76,77,78,79,80,81 D. Orientasi Status/Fungsi 82,83,84 E. Pengenalan Cita-cita 85,86,87,88,89,90 F. Pengenalan Dunia 91,92,93

G. Tanggungjawab terhadap panggilan teman

94,95,96,97,98,99

IV Pembinaan Intelektual A. Pengetahuan akademis

1. Pengajaran di kelas 100.101,102, 103,104,105

2. Sikap dan cara belajar 106,107,108,109.110, 111,112,113,114,115, 116,117,118,119,120

B. Keterampilan 121,122,123,124,125, 126,127,128,129,130, 131,132

V Pembinaan Semangat Kerasulan/misioner A. Ambulasi/Pesiar 133,134,135,

136,137,138 B. Asi Panggilan dan aksi sosial

139,140,141,142,143, 144,145,146,147,148, 149,150

C. Mengenal dokumen-dokumen 151,152,153

Page 71: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

54

D. Mengenal nilai-nilai budaya 154,155,156, 156,158,159

E. Katekese

160,161,162

VI Pembinaan sikap dialog antar umat beragama

A. Ajaran agama 163,164,165,166,167, 168,169,170,171

B. Relasi sosial 172,173,174,175,176, 177,178,179,180

Dalam aplikasinya, dapat ditemukan prespsi yang tinggi dan rendah. Yang

dimaksudkan dengan persepsi yang tinggi adalah persepsi positif ; artinya para

siswa memiliki pandangan, tanggapan dan penilaian yang baik terhadap aspek-

aspek pembinaan calon imam di Seminari Menengah Sinar Buana. Sebaliknya,

persepsi yang rendah berarti persepsi negatif ; artinya para siswa memiliki

pandangan, tanggapan dan penilaian yang kurang/tidak baik terhadap aspek-

aspek pembinaan calon imam di Seminari Menengah Sinar Buana.

2. Pengskoran Item Kuesioner

Pengskoran item kuesioner persepsi sebagai berikut: jawaban “selalu”

adalah 4, jawaban “banyak kali” adalah 3, jawaban “kadang-kadang” adalah 2,

jawaban “tidak pernah” adalah 1, kemudian dihitung jumlah seluruh skor untuk

tiap responden.

3. Reliabilitas dan Validitas Kuesioner

a. Reliabilitas

Reliabilitas suatu alat ukur adalah derajat keajegan alat ukur tersebut

dalam mengukur apa saja yang diukur (Ary, 2004: 310). Reliabilitas

sebenarnya mengacu pada konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur yang

Page 72: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

55

mengandung makna kecermatan pengukuran (Aswar, 2006: 83). Reliabilitas

kuesioner ditunjuk oleh koefisien reliabilitas. Mekanisme untuk memeriksa

reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini menggunakan teknik belah dua

(Split Half Reliability). Pada teknik belah dua pengukuran dilakukan dengan

dua kelompok item yang setara pada saat yang sama. Setiap kelompok item

merupakan separuh dari seluruh item. Biasanya kelompok item pertama

diambil dari item-item yang bernomor gasal, sedangkan kelompok item kedua

diambil dari item-item yang bernomor genap (Djaali, 2000: 84).

b. Validitas Kuesioner

Validitas suatu alat ukur adalah derajat ketepatan dan ketelitian alat

tersebut untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas menunjukkan

sejauh mana suatu alat pengukur mampu mengukur apa yang seharusnya

diukur (Ary, 2004: 293). Validitas yang dipakai dalam penelitian ini adalah

validitas isi (Content validity). Validfitas isi menunjuk pada sejauh mana alat

ukur mencerminkan isi yang dikehendaki (Ary, 2004: 295). Validitas isi

dalam penelitian ini adalah persepsi para siswa kelas I dan II SMA Seminari

Menengah Sinar Buana terhadap aspek-aspek pembinaan calon imam.

D. Pengumpulan Data

Pengumpulan data biasanya dilakukan dengan melewati dua tahap, yaitu tahap uji

kuesioner dan tahap penelitian. Uji kuesioner bertujuan menguji taraf reliabilitas dan taraf

validitas kuesioner yang akan dijadikan alat penelitian. Oleh karena kuesioner penelitian

ini telah diuji taraf reliabilitas dan taraf validitasnya maka tahap uji kuesioner tidak

dilaksanakan lagi. Tahap penelitian dilaksanakan di Seminari Menengah Sinar Buana

Page 73: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

56

pada tanggal 31 Mei 2008. Penelitian dilakukan untuk mengetahui persepsi siswa kelas I

dan II SMA Seminari Menengah Sinar Buana terhadap aspek-aspek pembinaan calon

imam.

E. Analisa Data

1. Perhitungan Reliabilitas dan Validitas

Langkah- langkah menghitung reliabilitas dan validitas adalah:

a. Reliabilitas

Menghitung reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini dilakukan melalui

langkah sebagai berikut: (1) Menghitung koefosien korelasi skor item ganjil-

genap dengan teknik korelasi Product-Moment dari Pearson (Hadi, 2004: 236)

dengan rumus sebagai berikut: YX

xy SDSDNxy

r..

Σ=

Keterangan rumus:

rxy = koefisien korelasi antara X dan Y

xy = product dari x kali y

SDx = Standar Deviasi dari variabel X

SDy = Stabdar Deviasi dari variabel Y

N = Jumlah subyek/populasi

(2) Menghitung koefisien reliabilitas kuesioner dengan mempergunakan

rumus Spearman-Brown: xy

xyxy r

rr

+=

1

)(2 (Ary, 2004:322).

Keterangan rumus:

rxy = koefisien reliabilitas X dan Y

rxy = koefisien ganjil-genap

Page 74: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

57

Dalam aplikasinya, reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (rxy)

yang angkanya berada dalam rentangan dari 0,00 sampai dengan 1,00. Semakin

tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi

reliabilitas. Sebaliknya, koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0,00

berarti semakin rendah reliabilitasnya (Azwar, 2006:83). Untuk memberi arti

terhadap koefisien reliabilitas yang diperoleh digunakan klasifikasi menurut

Garett (1967:176) sebagai berikut:

Tabel 3: Klasifikasi koefisien korelasi Gareth.

Koefisien Korelasi Klasifikasi 0,70-1,00 Tinggi-sangat tinggi 0,40- 0,70 Cukup 0,20-0,40 Rendah 0,00-0,20 Sangat rendah

b. Validitas

Untuk menghitung koefisien validitas menggunakan rumus:

xyt rr =α (Guiford, 1965: 443).

Keterangan rumus:

∞tr = Koefisien validitas.

rxy = Koefisien Korelasi.

Hasil perhitungan reliabilitas dan validitas kuesioner penelitian asli dan

kuesioner penelitian sesudah dimodifikasi disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 4: Rincian Hasil Perhitungan reliabilitas dan validitas kuesioner Persepsi terhadap aspek-aspek pembinaan calon imam para siswa kelas I dan II SMA Seminari Menengah Sinar Buana tahun ajaran 2007/2008

Page 75: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

58

Koefisien Penelitian sebelum Modifikasi Item

Penelitian Sesudah Modifikasi Item

rtt 0,97 0,98 rt ∞ 0,98 0,99

Dari tabel diatas disimpulkan bahwa hasil penelitian menunjukan

reliabilitas dan validitas kuesioner termasuk tinggi-sangat tinggi.

2. Mean

Perhitungan Mean menggunakan rumus Nx

= (Ary, dkk, 2004: 158)

Keterangan:

M = Mean (Skor rata-rata)

N = Jumlah siswa

xΣ = Jumlah skor

Rumus ini digunakan untuk menghitung Mean skor persepsi siswa kelas I

dan II. Mean digunakan untuk menentukan tinggi rendah persepsi siswa.

Apabila skor persepsi siswa sama dengan nilai Mean atau di atas nilai Mean

termasuk dalam kategori tinggi. Apabila skor persepsi siswa di bawah nilai

Mean termasuk dalam kategori rendah.

3. Standar Deviasi

Perhitungan standar deviasi menggunakan rumus Nxy

SDΣ

= (Hadi,

2004:239).

4. Uji Hipotesis

Perhitungan uji hipotesis menggunakan rumus Chi kuadrat (Hadi, 2004:

266):

Page 76: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

59

))()()(()( 2

2

DBCADCBABCADN

++++−

Untuk tabel yang selnya di bawah 10 dipakai Chi kuadrat koreksi Yates

dengan rumus:

{ }))()()((

2/)( 22

DBCADCBANBCADN

c ++++−

=χ (Gareth:1967:265).

Page 77: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

60

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Persepsi Para Siswa Kelas I dan II Seminari Menengah Sinar

Buana Tahun Ajaran 2007/2008 Terhadap Semua Aspek Pembinaan Calon

Imam.

Rentang skor keseluruhan adalah 423-677. Jumlah skor 31178. Dengan

jumlah populasi 55 orang maka diperoleh mean = 567. Rerata (mean) = 567 ini

menjadi patokan batas kategori tinggi dan rendah persepsi para siswa terhadap

semua aspek pembinaan calon imam. Apabila skor ≥ 567 maka termasuk

kategori tinggi. Apabila skor ∠ 567 maka termasuk kategori rendah. Gambaran

umum persepsi siswa kelas I dan II SMA terhadap aspek-aspek pembinaan calon

imam di Seminari Menengah Sinar Buana disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 5: Gambaran Umum Persepsi Para Siswa Kelas I dan II SMA Seminari Menengah Sinar Buana Tahun Ajaran 2007/2008

Kelas Persepsi

I II ∑

Tinggi 10 siswa (18,18%) 20 siswa (36,36 %) 30 siswa (54,55%) Rendah 14 siswa (25,45%) 11 siswa (20 %) 25 siswa (45,45%) ∑ 24 siswa (43,64%) 31 siswa (56,36%) 55 siswa (100%)

Berdasarkan data pada tabel di atas disimpulkan:

a. Jumlah siswa kelas I dan II SMA yang mempunyai persepsi tinggi terhadap

semua aspek pembinaan calon imam lebih banyak dari jumlah siswa kelas I

dan II SMA yang mempunyai persepsi rendah.

Page 78: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

61

b. Jumlah siswa kelas I SMA yang mempunyai persepsi tinggi terhadap semua

aspek pembinaan calon imam lebih sedikit (lebih sedikit) daripada jumlah

siswa kelas I SMA yang mempunyai persepsi rendah.

c. Jumlah siswa kelas II SMA yang mempunyai persepsi tinggi terhadap semua

aspek pembinaan calon imam lebih banyak daripada jumlah siswa kelas II

SMA yang mempunyai persepsi rendah.

2. Gambaran Umum Persepsi Para Siswa Kelas I dan II Seminari Menengah Sinar

Buana Tahun Ajaran 2007/2008 terhadap tiap-tiap aspek pembinaan calon imam

disajikan dalam tabel berikut

Tabel 6: Gambaran Umum Persepsi Para Siswa Secara Keseluruhan ( Kelas I dan II) SMA Seminari Terhadap Tiap-Tiap Aspek Pembinaan Calon Imam di Seminari Menengah Sinar Buana Tahun Ajaran 2007/2008

Aspek-Aspek Pembinaan Calon Imam Persepsi

I II III IV V VI ∑

Tinggi 34 (61,8%)

27 (49%)

28 (51 %)

34 (61,8%)

33 (60%)

30 (54,5%)

186

Rendah 21 (38,2%)

28 (51%)

27 (49%)

21 (38,2%)

22 (40%)

25 (45,5%)

144

∑ 55 55 55 55 55 55 330

Berdasarkan data pada tabel di atas disimpulkan:

a. Jumlah siswa kelas I dan II SMA yang mempunyai persepsi tinggi terhadap

aspek pembinaan pribadi calon imam lebih banyak daripada jumlah siswa

kelas I dan II SMA yang mempunyai persepsi rendah.

b. Jumlah siswa kelas I dan II SMA yang mempunyai persepsi tinggi terhadap

aspek pembinaan hidup kristiani calon imam lebih sedikit (lebih kecil)

daripada jumlah siswa kelas I dan II SMA yang mempunyai persepsi rendah.

Page 79: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

62

c. Jumlah siswa kelas I dan II SMA yang mempunyai persepsi tinggi terhadap

aspek pembinaan menanggapi panggilan calon imam lebih banyak daripada

jumlah siswa kelas I dan II SMA yang mempunyai persepsi rendah.

d. Jumlah siswa kelas I dan II SMA yang mempunyai persepsi tinggi terhadap

aspek pembinaan intelektual calon imam lebih banyak daripada jumlah siswa

kelas I dan II SMA yang mempunyai persepsi rendah.

e. Jumlah siswa kelas I dan II SMA yang mempunyai persepsi tinggi terhadap

aspek pembinaan semangat misioner calon imam lebih banyak daripada

jumlah siswa kelas I dan II SMA yang mempunyai persepsi rendah.

f. Jumlah siswa kelas I dan II SMA yang mempunyai persepsi tinggi terhadap

aspek pembinaan sikap dialog antar umat beragama calon imam lebih banyak

daripada jumlah siswa kelas I dan II SMA yang mempunyai persepsi rendah.

3. Gambaran umum persepsi para siswa tiap kelas (kelas I dan II) SMA Seminari

Menengah Sinar Buana Tahun Ajaran 2007/2008 terhadap masing-masing aspek

pembinaan calon imam disajikan dalam tabel berikut

Tabel 7: Gambaran Umum Persepsi Para Siswa Tiap Kelas (Kelas I dan II) SMA Seminari Terhadap Masing-Masing Aspek Pembinaan Calon Imam di Seminari Menengah Sinar Buana Tahun Ajaran 2007/2008

Aspek-Aspek Pembinaan Calon Imam

I II III IV V VI Kelas

(SMA) R T R T R T R T R T R T

I 10 14 12 12 15 9 10 14 14 10 14 10 144 II 11 20 16 15 12 19 11 20 8 23 11 20 186 ∑ 21 34 28 27 27 28 21 34 22 33 25 31 330

Page 80: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

63

Berdasarkan data pada tabel di atas disimpulkan:

a. Persepsi para siswa kelas I dan II SMA Seminari Menengah Sinar Buana

terhadap aspek pembinaan pribadi:

1) Jumlah siswa kelas I SMA yang mempunyai persepsi tinggi terhadap

aspek pembinaan pribadi calon imam lebih banyak daripada jumlah siswa

kelas I SMA yang mempunyai persepsi rendah.

2) Jumlah siswa kelas II SMA yang mempunyai persepsi tinggi terhadap

aspek pembinaan pribadi calon imam lebih banyak daripada jumlah siswa

kelas II SMA yang mempunyai persepsi rendah.

b. Persepsi para siswa kelas I dan II SMA Seminari Menengah Sinar Buana

terhadap aspek pembinaan hidup kristiani calon imam:

1) Jumlah siswa kelas I SMA yang mempunyai persepsi tinggi terhadap

aspek pembinaan hidup kriatiani calon imam tidak lebih daripada jumlah

siswa kelas I SMA yang mempunyai persepsi rendah.

2) Jumlah siswa kelas II SMA yang mempunyai persepsi tinggi terhadap

aspek pembinaan hidup kristiani calon imam lebih sedikit (lebih kecil)

daripada jumlah siswa kelas II SMA yang mempunyai persepsi rendah.

c. Persepsi para siswa kelas I dan II SMA Seminari Menengah Sinar Buana

terhadap aspek pembinaan menanggapi panggilan calon imam:

1) Jumlah siswa kelas I SMA yang mempunyai persepsi tinggi terhadap

aspek pembinaan menanggapi panggilan calon imam lebih sedikit (lebih

kecil) daripada jumlah siswa kelas I SMA yang mempunyai persepsi

rendah.

Page 81: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

64

2) Jumlah siswa kelas II SMA yang mempunyai persepsi tinggi terhadap

aspek pembinaan menanggapi panggilan calon imam lebih banyak

daripada jumlah siswa kelas II SMA yang mempunyai persepsi rendah.

d. Persepsi para siswa kelas I dan II SMA Seminari Menenga h Sinar Buana

terhadap aspek pembinaan intelektual calon imam:

1) Jumlah siswa kelas I SMA yang mempunyai persepsi tinggi terhadap

aspek pembinaan intelektual calon imam lebih banyak daripada jumlah

siswa kelas I SMA yang mempunyai persepsi rendah.

2) Jumlah siswa kelas II SMA yang mempunyai persepsi tinggi terhadap

aspek pembinaan intelektual calon imam lebih banyak daripada jumlah

siswa kelas II SMA yang mempunyai persepsi rendah.

e. Persepsi para siswa kelas I dan II SMA Seminari Menengah Sinar Buana

terhadap aspek pembinaan semangat misioner calon imam:

1) Jumlah siswa kelas I SMA yang mempunyai persepsi tinggi terhadap

aspek pembinaan semangat misioner calon imam lebih sedikit (lebih kecil)

daripada jumlah siswa kelas I SMA yang mempunyai persepsi rendah.

2) Jumlah siswa kelas II SMA yang mempunyai persepsi tinggi terhadap

aspek pembinaan semangat misioner calon imam lebih banyak daripada

jumlah siswa kelas II SMA yang mempunyai persepsi rendah.

f. Persepsi para siswa kelas I dan II SMA Seminari Menengah Sinar Buana

terhadap aspek pembinaan sikap dialog antar umat beragama calon imam:

1) Jumlah siswa kelas I SMA yang mempunyai persepsi tinggi terhadap

aspek pembinaan sikap dialog antar umat beragama calon imam lebih

Page 82: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

65

sedikit (lebih kecil) daripada jumlah siswa kelas I SMA yang mempunyai

persepsi rendah.

2) Jumlah siswa kelas II SMA yang mempunyai persepsi tinggi terhadap

aspek pembinaan sikap dialog antar umat beragama calon imam lebih

banyak daripada jumlah siswa kelas II SMA yang mempunyai persepsi

rendah.

4. Uji Hipotesis

a. Hipotesis 1

Hipotesis Penelitian

Persepsi para siswa kelas II terhadap aspek pembinaan pribadi calon imam lebih

tinggi daripada persepsi para siswa kelas I SMA Seminari Menengah Sinar Buana

Hipotesis Statistik

Jumlah siswa kelas II SMA Seminari Menengah Sinar Buana dalam tingkat

persepsi terhadap terhadap aspek pembinaan pribadi calon imam lebih tinggi

daripada jumlah siswa kelas I SMA.

Hipotesis Nol

Jumlah siswa kelas II SMA Seminari Menengah Sinar Buana dalam tingkat

persepsi terhadap terhadap aspek pembinaan pribadi calon imam tidak lebih tinggi

daripada jumlah siswa kelas I SMA

Tabel 8: Nilai-Nilai Statistik Uji Hipotesis Persepsi Para Siswa Terhadap Aspek Pembinaan Pribadi

Klasifikasi Kelas

Rendah Tinggi ∑

I 10 (A) 14(B) 24 II 11(C) 20(D) 31 ∑ 21 34 55

Page 83: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

66

Nilai χ 2 empiris = 0,22. Nilai χ 2 tabel (Chi Kuadrat tabel) dengan derajat

kebebasan (db) = 1 untuk taraf signifikan 5% = 3,841. Berarti tidak ada

perbedaan yang signifikan persepsi terhadap aspek pembinaan pribadi antara

kelas I dan kelas II. Dengan demikian hipotesis nol diterima dan hipotesis

statistik ditolak. Jadi, persepsi siswa kelas II terhadap aspek pembinaan pribadi

calon imam tidak lebih tinggi daripada persepsi para siswa kelas I.

b. Hipotesis 2

Hipotesis Penelitian

Persepsi siswa kelas II SMA Seminari Menengah Sinar Buana terhadap aspek

pembinaan hidup kristiani calon imam lebih tinggi daripada siswa kelas I SMA.

Hipotesis Statistik

Jumlah siswa kelas II SMA Seminari Menengah Sinar Buana dalam tingkat

persepsi terhadap terhadap aspek pembinaan hidup kristiani calon imam.lebih

tinggi daripada jumlah siswa kelas I SMA.

Hipotesis Nol

Jumlah siswa kelas II SMA Seminari Menengah Sinar Buana dalam tingkat

persepsi terhadap terhadap aspek pembinaan hidup kristiani calon imam tidak

lebih tinggi daripada jumlah siswa kelas I SMA.

Tabel 9: Nilai-Nilai Statistik Uji Hipotesis Persepsi Siswa Terhadap Aspek Pembinaan Hidup Kristiani

Klasifikasi Kelas

Rendah Tinggi ∑

I 12 (A) 12 (B) 24 II 16 (C) 15 (D) 31 ∑ 28 27 55

Page 84: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

67

Nilai χ 2 empiris = 0,01. Nilai χ 2 tabel (Chi Kuadrat tabel) dengan derajat

kebebasan (db) = 1 untuk taraf signifikan 5% = 3,841. Berarti tidak ada

perbedaan yang signifikan persepsi terhadap aspek pembinaan hidup kristiani

antara kelas I dan kelas II. Dengan demikian hipotesis nol diterima dan hipotesis

statistik ditolak. Jadi, persepsi siswa kelas II terhadap aspek pembinaan hidup

kristiani calon imam tidak lebih tinggi daripada persepsi para siswa kelas I.

c. Hipotesis 3

Hipotesis Penelitian

Persepsi para siswa kelas II SMA Seminari Menengah Sinar Buana terhadap

aspek pembinaan menanggapi panggilan calon imam lebih tinggi daripada

persepsi para siswa kelas I SMA.

Hipotesis Statistik

Jumlah siswa kelas II SMA Seminari Menenga h Sinar Buana dalam tingkat

persepsi terhadap terhadap aspek pembinaan menanggapi panggilan calon imam

lebih tinggi daripada jumlah siswa kelas I SMA.

Hipotesis Nol

Jumlah siswa kelas II SMA Seminari Menengah Sinar Buana dalam tingkat

persepsi terhadap terhadap aspek pembinaan menanggapi panggilan calon imam

tidak lebih tinggi daripada jumlah siswa kelas I SMA.

Tabel 10: Nilai-nilai statistik Uji Hipotesis Persepsi Siswa Terhadap Aspek Pembinaan Menanggapi Panggilan

Klasifikasi Kelas

Rendah Tinggi ∑

I 15 (A) 9 (B) 24 II 12 (C) 19 (D) 31 ∑ 27 28 55

Page 85: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

68

Nilai χ 2 empiris = 2,18. Nilai χ 2

tabel (Chi Kuadrat tabel) dengan derajat

kebebasan (db) = 1 untuk taraf signifikan 5% = 3,841. Berarti tidak ada

perbedaan yang signifikan persepsi terhadap aspek pembinaan menanggapi

pangilan antara kelas I dan kelas II. Dengan demikian hipotesis nol diterima dan

hipotesis statistik ditolak. Jadi, persepsi siswa kelas II terhadap aspek pembinaan

menanggapi panggilan calon imam tidak lebih tinggi daripada persepsi para siswa

kelas I.

d. Hipotesis 4

Hipotesis Penelitian

Persepsi siswa kelas II SMA Seminari Menengah Sinar Buana terhadap aspek

pembinaan intelektual calon imam lebih tinggi daripada siswa kelas I SMA.

Hipotesis Statistik

Jumlah siswa kelas II SMA Seminari Menengah Sinar Buana dalam tingkat

persepsi terhadap terhadap aspek pembinaan intelektual calon imam lebih tinggi

daripada jumlah siswa kelas I SMA.

Hipotesis Nol

Jumlah siswa kelas II SMA Seminari Menengah Sinar Buana dalam tingkat

persepsi terhadap terhadap aspek pembinaan intelektual calon imam tidak lebih

tinggi daripada jumlah siswa kelas I SMA.

Tabel 11: Nilai-nilai Statistik Uji Hipotesis Persepsi Siswa Terhadap Aspek Pembinaan Intelektual

Page 86: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

69

Klasifikasi Kelas Rendah Tinggi

I 10 (A) 14 (B) 24 II 11 (C) 20 (D) 31 ∑ 21 34 55

Nilai χ 2 empiris = 0,22 Nilai χ 2 tabel (Chi Kuadrat tabel) dengan derajat kebebasan

(db) = 1 untuk taraf signifikan 5% = 3,841 . Berarti tidak ada perbedaan yang

signifikan persepsi terhadap aspek pembinaan intelektual antara kelas I dan kelas

II. Dengan demikian hipotesis nol terima dan hipotesis statistik ditolak. Jadi,

persepsi siswa kelas II terhadap aspek pembinaan intelektual calon imam tidak

lebih tinggi daripada persepsi para siswa kelas I.

e. Hipotesis 5

Hipotesis Penelitian

Persepsi siswa kelas II SMA Seminari Menengah Sinar Buana terhadap aspek

pembinaan semangat misioner calon imam lebih tinggi daripada siswa kelas I

SMA.

Hipotesis Statistik

Jumlah siswa kelas II SMA Seminari Menengah Sinar Buana dalam tingkat

persepsi terhadap terhadap aspek pembinaan semangat misioner calon imam lebih

tinggi daripada jumlah siswa kelas I SMA.

Hipotesis Nol

Jumlah siswa kelas II SMA Seminari Menengah Sinar Buana dalam tingkat

persepsi terhadap terhadap aspek pembinaan semangat misioner calon imam tidak

lebih tinggi daripada jumlah siswa kelas I SMA.

Page 87: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

70

Tabel 12: Nilai-nilai Statistik Uji Hipotesis Persepsi Siswa Terhadap Aspek Pembinaan Semangat Misioner.

Klasifikasi Kelas

Rendah Tinggi ∑

I 14 (A) 10 (B) 24 II 8 (C) 23 (D) 31 ∑ 22 33 55

Nilai χ 2 empiris = 4,68. Nilai χ 2 tabel (Chi Kuadrat tabel) dengan derajat

kebebasan (db) = 1 untuk taraf signifikan 5% = 3,841. Berarti ada perbedaan

yang signifikan persepsi terhadap aspek pembinaan semangat misioner antara

kelas I dan kelas II. Dengan demikian hipotesis nol ditolak dan hipotesis statistik

diterima. Jadi, persepsi siswa kelas II terhadap aspek pembinaan semangat

misioner calon imam lebih tinggi daripada persepsi para siswa kelas I.

f. Hipotesis 6

Hipotesis Penelitian

Persepsi siswa kelas II SMA Seminari Menengah Sinar Buana terhadap aspek

pembinaan sikap dialog antar umat beragama calon imam lebih tinggi daripada

siswa kelas I SMA.

Hipotesis Statistik

Jumlah siswa kelas II SMA Seminari Menengah Sinar Buana dalam tingkat

persepsi terhadap terhadap aspek pembinaan sikap dialog antar umat beragama

calon imam lebih tinggi daripada jumlah siswa kelas I SMA.

Hipotesis Nol

Page 88: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

71

Jumlah siswa kelas II SMA Seminari Menengah Sinar Buana dalam tingkat

persepsi terhadap terhadap aspek pembinaan sikap dialog antar umat beragama

calon imam tidak lebih tinggi daripada jumlah siswa kelas I SMA.

Tabel 13: Nilai-nilai Statistik Uji Hipotesis Persepsi Siswa Terhadap Aspek Pembinaan Sikap Dialog Antar Umat Beragama.

Klasifikasi Kelas

Rendah Tinggi ∑

I 14 (A) 10 (B) 24 II 11 (C) 20 (D) 31 ∑ 25 30 55

Nilai χ 2 empiris = 2,85. Nilai χ 2 tabel (Chi Kuadrat tabel) dengan derajat

kebebasan (db) = 1 untuk taraf signifikan 5% = 3,841. Berarti tidak ada

perbedaan yang signifikan persepsi terhadap aspek pembinaan sikap dialog antar

umat beragama antara kelas I dan kelas II. Dengan demikian hipotesis nol

diterima dan hipotesis statistik tolak. Jadi, persepsi siswa kelas II terhadap aspek

pembinaan sikap dialog antar umat beragama calon imam tidak lebih tinggi

daripada persepsi para siswa kelas I.

B. Pembahasan

Hasil penelitian uji hipotesis menunjukan bahwa: Pertama, persepsi para

siswa kelas II SMA Seminari Menengah Sinar Buana terhadap aspek pembinaan

pribadi, aspek pembinaan hidup kristiani, aspek menanggapi panggilan, aspek

pembinaan intelektual dan aspek pembinaan sikap dialog antar umat beragama calon

imam tidak lebih tinggi daripada persepsi para siswa kelas I. Kedua, persepsi para

siswa kelas II SMA Seminari Menengah Sinar Buana terhadap aspek pembinaan

semangat misioner lebih tinggi daripada persepsi para siswa kelas I.

Page 89: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

72

Pembahasan mengenai hasil-hasil penelitian disajikan sebagai berikut :

1. Persepsi para siswa kelas II terhadap aspek pembinaan pribadi calon imam tidak

lebih tinggi daripada tingkat persepsi para siswa kelas I.

Hal ini kiranya terjadi karena sebagian besar siswa kelas I dan II SMA

Seminari Menengah Sinar Buana berusia 16-18 tahun. Dalam rentang usia ini

mereka mengalami proses perubahan dalam diri yang nampak dalam

pertumbuhan fisik, perkembangan emosional, moral dan sosial. Secara umum,

dalam masa remaja awal (12/13-17/18 tahun) terjadi pertumbuhan yang sangat

pesat (Mappiare, 1982: 48). Bahkan dalam rentang usia ini menurut Hurlock

(1978: 114) remaja mengalami “ledakan pertumbuhan pubertas” yang nampak

dalam perubahan ukuran dan proporsi tubuh. Pertumbuhan fisik ini terarah

kepada kematangan biologis. Pertumbuhan fisik ini mempengaruhi

perkembangan psikologi (Sobur, 2003: 130). Misalnya, bertambahnya fungsi

otak memungkinkan anak untuk memperluas pengetahuan, memperluas

pergaulan secara tepat. Menurut Hurlock (1978: 213), perkembangan emosi

dipengaruhi oleh faktor pematangan (maturation) dan faktor belajar dan tidak

semata-mata bergantung pada salah satunya. Perkembangan fungsi otak

memungkinkan seseorang dapat mengetahui, mengingat mengerti suatu

rangsangan mempengaruhi reaksi emosional. Sedangkan, proses dan hasil

belajar amat menunjang perkembangan emosi seseorang. Ekspresi emosi

ditentukan faktor internal (pertimbangan dan keputusan pribadi) dan eksternal

(misalnya pengaruh orang tua, teman sebaya, guru,dll). Menurut Mitchell

(Hurlock, 1980: 225), perkembangan moral yang harus dilakukan remaja adalah:

Page 90: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

73

pandangan moral individu makin lama makin lebih abstrak, keyakinan moral

lebih terpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah, penilaian

moral makin kognitif dan kurang egosentris, penilaian moral merupakan bahan

emosi dan menimbulkan ketegangan psikologis. Perkembangan sosial remaja

nampak dalam penyesuaian sosial. Dalam proses penyesuaian sosial ini kuat

pengaruh teman atau kelompok sebaya, kelompok sosial yang baru, nilai-nilai

baru dalam persahabatan, nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial,

nilai-nilai baru dalam seleksi pemimpin (Hurlock, 1980:213).

Sebagai remaja siswa kelas I dan II SMA Seminari semakin mengenal

dirinya. Mereka mengenal kemampuan dan kelemahan dirinya. Mereka

mengarahkan diri untuk mengembangkan dan memelihara identitas dirinya.

Mereka pun semakin menyadari makna dan tujuan serta keputusan hidupnya. Ia

mengembangkan sifat-sifat pribadi yang diinginkannya. Selain itu mereka

semakin memperhatikan nilai-nilai, norma-norma, etika yang berlaku dalam

lingkungan sosialnya

Sebagian besar siswa kelas I dan II SMA Seminari telah cukup lama

mengalami berbagai pembinaan pribadi. Sebagian besar siswa kelas I berasal

dari SMP Seminari. Kegiatan pembinaan pribadi dilaksanakan bagi seluruh

siswa tanpa membedakan kelas siswa. Maka selama tinggal di Seminari para

siswa semakin berkembang persepsi terhadap pembinaan pribadi calon imam di

Seminari. Proses pendidikan di Seminari memberi kesempatan kepada siswa

Seminari untuk mengembangkan pribadinya. Rentang waktu para siswa SMA

antara 1-3 tahun memberi kesempatan bagi pengenalan, pengembangan dan

Page 91: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

74

pemeliharaan terhadap pribadi siswa tanpa kecuali. Pembinaan pribadi siswa di

Seminari merupakan pembinaan yang berkaitan dengan diri internal siswa yang

nampak dalam aturan-aturan dan kegiatan-kegiatan pembinaan pribadi. Aturan-

aturan dan kegiatan-kegiatan pembinaan pribadi tersebut meliputi: (a) kegiatan

pemeliharaan diri seperti: makan-minum, mandi, tidur, olahraga, kerja, rekreasi;

(b) kegiatan pemeliharaan lingkungan seperti: membersihkan kamar-kamar,

ruang-ruang, menanam dan memeliharan bunga dan pepohonan, menata taman;

(c) membangun sikap solidaritas seperti: mengunjungi teman yang sakit,

menolong teman yang berkekurangan dan mengalami masalah; (d) membangun

relasi sosial seperti menjalin hubungan rengan teman sesama seminaris, menjalin

hubungan teman bukan siswa seminari, menjalin relasi dengan lawan jenis; (e)

menjalin komunikasi seperti bercakap-cakap, berdiskusi.

Pelaksanaan aturan-aturan dan kegiatan-kegiatan tersebut bertujuan agar

baik para siswa kelas I maupun para siswa kelas II SMA Seminari semakin

mengenal diri dan memahami lingkungan hidup sebagai calon imam. Dengan

pengenalan diri dan lingkungan tersebut para siswa mengembangkan dan

menggunakan berbagai kemampuannya untuk berkembang menjadi pribadi utuh

yang memiliki tanggungjawab, inisiatif, kreativitas, jujur, tekun, komunikatif

dan solider.

2. Persepsi siswa kelas II terhadap aspek pembinaan hidup kristiani calon imam

tidak lebih tinggi daripada tingkat persepsi para siswa kelas I

Hal ini kiranya terjadi karena pembinaan hidup kristiani merupakan suatu

proses yang berkelanjutan; artinya pembinaan hidup kristiani di Seminari

Page 92: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

75

merupakan kelanjutan dari pembinaan hidup kristiani dalam keluarga dan

lingkungan siswa sebelum masuk di Seminari. Pembinaan hidup kristiani

dilaksanakan “tanpa mengabaikan pengalaman manusiawi dan hubungan

keluarga mereka” (Driyanto, 2001:40). Pembinaan hidup kristiani di Seminari

tidak dimulai dari nol; artinya sebelum masuk di Seminari para siswa mengalami

pembinaan dan dinamika kehidupan kristiani di dalam keluarga dan lingkungan

tempat tinggal mereka. Pembinaan hidup kristiani tersebut dilanjutkan di

Seminari sehingga para siswa memiliki kehidupan rohani yang baik. Semua

siswa dituntut untuk mengembangkan pola kehidupan kristiani dalam dirinya.

Selain itu pembinaan hidup kristiani yang dilaksanakan di Seminari Menengah

Sinar Buana yang bercorak kolektif; artinya pembinaan dilakukan dengan

mengikuti secara bersama-sama aturan-aturan dan kegiatan-kegiatan yang telah

ditentukan, berlaku untuk semua kelas dan terarah kepada pengembangan diri

menjadi imam.

Pembinaan hidup kristiani di Seminari Menengah Sinar Buana nampak

dalam aturan-aturan dan kegiatan-kegiatan rohani yang kebanyakan

dilaksanakan secara kolektif seperti bimbingan rohani pribadi, membaca dan

merenungkan kitab suci, doa pribadi dan doa bersama, perayaan ekaristi, ibadat

tobat dan pengakuan dosa, rekoleksi dan retret, doa rosario, bacaan rohani,

latihan lagu- lagu gerejani, menjalankan tugas-tugas liturgis seperti lektor, koster,

organis, dan lain- lain.

Pembinaan hidup kristiani yang bercorak berkelanjutan dan kolektif serta

terarah kepada pembentukan hidup rohani calon imam menjadi sarana dan

Page 93: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

76

kesempatan bagi siswa Seminari untuk membentuk persepsi mengenai

kehidupan kristiani seorang calon imam. Persepsi siswa seminari terhadap hidup

kristiani semakin obyektif dan berkembang ke arah kesadaran akan tuntutan

hidup rohani seorang calon imam. Persepsi tersebut semakin mengembangkan

kehidupan rohani siswa.

3. Persepsi siswa kelas II terhadap aspek pembinaan menanggapi panggilan calon

imam tidak lebih tinggi daripada tingkat persepsi para siswa kelas I.

Hal ini kiranya terjadi karena pembinaan menanggapi panggilan

dilaksanakan agar para siswa semakin menyadari dan menjawabi panggilan

Tuhan secara terus-menerus. Pembinaan menanggapi panggilan ditujukan dan

dilaksanakan baik untuk kelas I maupun untuk kelas II SMA. Siswa kelas I dan

II SMA dibina dan diarahkan kepada pilihan menjadi imam. Pembinaan tersebut

meliputi pengembangan sikap kejujuran, penerimaan diri, orientasi komitmen,

pengenalan cita-cita dan tanggungjawab terhadap panggilan teman. Setiap dan

semua siswa dibantu untuk semakin mengenal, menyadari panggilannya dan

menanggapinya secara secara jujur untuk membangun dirinya sesuai dengan

panggilannya. Dengan mengenal diri dan panggilan para siswa memiliki dasar

yang kuat untuk mengambil keputusan yang tepat dalam menanggapi panggilan

Tuhan.

Menurut Konseng (1995), kata ‘panggilan’ dalam gereja katolik

menunjukankan hasrat dan keinginan seseorang untuk mengabdikan hidupnya

bagi pelayanan kepada Allah sebagai imam atau religius (Sarimas, 2006:72).

Keinginan seseorang untuk mengabdikan hidup sebagai imam atau religius

Page 94: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

77

dipupuk, dibina dan dikembangkan di Seminari. Pembinaan menanggapi

panggilan di Seminari membantu siswa untuk menyadari, menanggapi panggilan

Tuhan dan menerima berbagai konsekuensi dari panggilan tersebut, sebagaimana

dikatakan penulis injil Matius : ”Setiap orang yang mau mengikuti Aku, ia harus

menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikuti Aku” (16:24).

4. Persepsi siswa kelas II terhadap aspek pembinaan intelektual calon imam tidak

lebih tinggi daripada tingkat persepsi para siswa kelas I.

Hal ini kiranya didukung oleh upaya pihak lembaga Seminari dan siswa

sendiri untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan intelektual siswa.

Kemampuan intelektual dan upaya pribadi siswa untuk meningkatkan

kemampuan intelektual merupakan tuntutan penting dan pokok menjadi imam.

Tuntutan tersebut berlaku wajib bagi siswa kelas I dan II SMA serta bagi

seluruh siswa Seminari. Siswa yang memiliki kemampuan intelektual yang

memadai dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Oleh

karena itu setiap siswa terdorong untuk belajar sungguh-sungguh agar memenuhi

tuntutan tersebut. Hal ini penting selain untuk memenuhi syarat akademis juga

untuk mengantisipasi tuntutan tugas pewartaan kelak sebagai imam.

Pembinaan intelektual yang dilaksanakan di Seminari Menengah Sinar

Buana meliputi bidang akademik dan bidang keterampilan. Pembinaan

intelektual dalam bidang akademik membantu siswa memiliki pengetahuan

relevan dengan tugas sebagai imam, memiliki pemahaman yang mendalam

sesuai jenjang pendidikan dan mempunyai disiplin belajar yang baik. Pembinaan

intelektual ini nampak dalam pengajaran di kelas serta pengembangan sikap dan

Page 95: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

78

cara belajar yang efektif. Pembinaan intelektual dalam bidang keterampilan

bertujuan mengembangkan kreativitas, bakat dan minat siswa Seminari yang

mendukung pelayanan imam di kemudian hari. Tujuan ini dilaksanakan melalui

berbagai kegiatan terbimbing seperti berpidato, musik dan paduan suara, orkes,

tari, menulis dan mengarang, pertukangan praktis, drama, olah raga.

5. Persepsi siswa kelas II terhadap aspek pembinaan semangat misioner calon

imam lebih tinggi daripada tingkat persepsi para siswa kelas I.

Hal ini kiranya terjadi karena pembinaan semangat kerasulan pada kelas II

SMA berjalan dengan seiring dengan kesadaran dan tanggapan akan panggilan

Tuhan sebagai calon imam. Sebagai bentuk konkrit pembinaan semangat

kerasulan tersebut para siswa kelas II SMA lebih diarahkan dan dilibatkan dalam

kegiatan-kegiatan doa dan katekese di lingkungan, mengkoordinir kegiatan-

kegiatan aksi panggilan dan aksi sosial, memimpin kegiatan-kegiatan doa dan

katekese di Seminari, membuat laporan- laporan tentang kunjungan umat.

Pada dasarnya sebagai orang kristiani setiap siswa memiliki semangat

merasul melalui karya kerasulan yang bersifat umum dan sama bagi semua

siswa. Hal ini didorong oleh semangat injil :”...pergilah dan jadikanlah semua

bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh

Kudus”(Mat 28:16). Para siswa sebagai calon imam pun dibina untuk siap

menjalankan tugas kerasulan ini. Siswa Seminari sejak awal masa pendidikan di

Seminari ditanamkan kesadaran dan semangat kerasulan.

Pembinaan semangat kerasulan di Seminari meliputi pelaksanaan aturan-

aturan dan kegiatan-kegiatan seperti: kunjungan kepada umat baik secara pribadi

Page 96: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

79

maupun secara kelompok, melakukan aksi-aksi panggilan dan sosial,

mempelajari dokumen-dokumen gereja tentang kerasulan kegeja,

memperkenalkan budaya-budaya daerah dan nilai-nilai yang terkandung di

dalamnya, melaksanakan kegiatan-kegiatan katekese di seminari.

6. Persepsi siswa kelas II terhadap aspek pembinaan sikap dialog antar umat

beragama calon imam tidak lebih tinggi daripada tingkat persepsi para siswa

kelas I.

Hal ini kiranya didukung oleh latar belakang keluarga siswa yang

majemuk baik dalam keluarga keluarga inti maupun dalam keluaga besar

sehingga siswa mengenal iman dan kehidupan umat beragama lain. Para siswa

tinggal di Seminari yang berada dalam lingkungan majemuk sehingga

memungkinkan siswa menjalin relasi dengan orang yang memeluk agama lain.

Pembinaan sikap dialog antar umat beragama di Seminari dilaksanakan

untuk membantu siswa mengenal dan toleran dengan ajaran agama lain serta

membangun relasi dengan umat beragama lain. Oleh karena itu para siswa kelas

I dan II SMA selalu didorong untuk menjalin hubungan dan membangun dialog

dengan umat beragama lain. Para siswa mengikuti kegiatan kunjungan ke tempat

ibadat agama lain, terlibat dalam kegiatan ekumene; misalnya: membawakan

paduan suara (koor) di Gereja Kristen Sumba (GKS), terlibat kegiatan bersama

dengan remaja-remaja yang beragama lain terutama pada hari raya agama lain.

Page 97: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

80

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian terhadap 55 orang siswa kelas I dan II SMA Seminari

Menengah Sinar Buana Weetebula tahun ajaran 2007/2008 dan pembahasan yang

telah dikemukakan maka diperoleh gambaran umum tingkat persepsi sebagai

berikut:

1. Jumlah para siswa kelas I dan II SMA yang mempunyai persepsi tinggi terhadap

semua aspek pembinaan calon imam lebih banyak dari jumlah siswa kelas I dan

II yang mempunyai persepsi rendah.

2. Jumlah siswa kelas I SMA yang mempunyai persepsi rendah terhadap semua

aspek pembinaan calon imam lebih banyak daripada jumlah siswa kelas I SMA

yang mempunyai persepsi tinggi.

3. Jumlah siswa kelas II SMA yang mempunyai persepsi tinggi terhadap aspek-

aspek pembinaan calon imam lebih banyak daripada jumlah siswa kelas II SMA

yang mempunyai persepsi rendah.

Selain itu uji hipotesis menunjukan bahwa:

1. Persepsi siswa kelas II terhadap aspek pembinaan pribadi calon imam tidak

lebih tinggi daripada tingkat persepsi para siswa kelas I.

Hal ini terjadi karena baik siswa kelas I maupun kelas II SMA mengalami

proses pembinaan pribadi di Seminari. Sebagian besar (70 %) siswa kelas I

berasal dari SMP Seminari sehingga proses pembinaan diri sudah dialami

Page 98: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

81

dalam waktu yang relatif lama. Selain itu usia kels II dan Ii SMA tidak terpaut

jauh yakni 16-18 tahun.

2. Persepsi siswa kelas II terhadap aspek pembinaan hidup kristiani calon imam

tidak lebih tinggi daripada tingkat persepsi para siswa kelas I.

Hal ini kiranya terjadi karena baik kelas I maupun kelas II mengalami

pembinaan hidup kristiani secara berkelanjutan dan kolektif di Seminari.

3. Persepsi siswa kelas II terhadap aspek pembinaan menanggapi panggilan calon

imam tidak lebih tinggi daripada tingkat persepsi para siswa kelas I.

Hal ini kiranya terjadi karena baik kelas I maupun kelas II SMA Seminari telah

dituntut dan diarahkan kepada cita-cita menjadi imam.

4. Persepsi siswa kelas II terhadap aspek pembinaan intelektual calon imam tidak

lebih tinggi daripada tingkat persepsi para siswa kelas I.

Hal ini terjadi karena baik kelas I maupun kelas II SMA dituntut (wajib)

memenuhi tuntutan akademik Seminari untuk menjadi imam.

5. Persepsi siswa kelas II terhadap aspek pembinaan semangat misioner calon

imam lebih tinggi daripada tingkat persepsi para siswa kelas I.

Hal ini kiranya terjadi karena kelas II SMA Seminari lebih banyak diarahkan

dan dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan kerasulan/misioner seperti doa dan

katekese baik di Seminari maupun di lingkungan, mengkoordinir kegiatan aksi

panggilan dan sosial, membuat laporan- laporan tentang aksi dan kunjungan

umat.

Page 99: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

82

6. Persepsi siswa kelas II terhadap aspek pembinaan sikap dialog antar umat

beragama calon imam tidak lebih tinggi daripada tingkat persepsi para siswa

kelas I.

Hal ini terjadi kiranya karena baik kelas I maupun kelas II berasal dari

keluarga majemuk. Selain itu lingkungan yang majemuk di sekitar Seminari

memungkinkan mereka mengembangkan relasi dengan umat beragama lain.

Mereka juga dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan lintas agama seperti aksi

sosial, ibadat bersama, dan lain- lain.

B. Saran

Berkaitan dengan penelitian ini dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Program pembinaan di SMA Seminari Menengah Sinar Buana perlu

dirumuskan dalam aturan-aturan dan kegiatan-kegiatan yang terarah dan

terpusat pada upaya membantu para siswa untuk mencapai persepsi yang baik

dan benar terhadap semua aspek pembinaan calon imam. Program pembinaan

perlu dirumuskan secara jelas dan dilaksanaan secara utuh dan berkelanjutan

dalam pembinaan pribadi, hidup kristiani, menanggapi panggilan, intelektual,

semangat misioner dan sikap dialog antar agama secara kelompok bagi kelas I

dan II SMA. Secara khusus perlu ditingkatan kegiatan pembinaan hidup

kristiani bagi kelas I dan II, pembinaan menanggapi panggilan dan sikap dialog

antar umat beragama bagi kelas I. Seluruh pelayanan bimbingan pribadi,

bimbingan sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karier yang dilaksanakan

secara klasikal perlu juga dirumuskan dan dijalankan secara integral dan

berkelanjutan. Dengan demikian para siswa dibantu untuk semakin mengenal

Page 100: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

83

dan mengembangkan diri serta memantapkan pilihan. Kegiatan bimbingan

yang dilaksanakan secara klasikal perlu dilanjutkan dengan konseling pribadi.

2. Lembaga Seminari perlu mengembangkan kerjasama seluruh komponen

pendidikan di Seminari dan pihak-pihal lain yang dapat dilibatkan dengan cara

masing-masing. Dengan demikian seluruh program pembinaan dapat

dilaksanakan secara integral.

3. Pembinaan para siswa menuntut perlu dilaksanakan secara berkualitas dan

profesional. Oleh karena itu perlu ditingkatkan kualitas pribadi dan profesional

para pembina bagi pengetahuan, keterampilan maupun kepribadian. Untuk itu

diperlukan usaha “bina lanjut” bagi para pembina /guru secara teratur.

Page 101: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

84

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, H. Abu. 2003. Psikologi Umum. Cetakan ke-3. Jakarta: Rineka Cipta.

Alwisol. 2005. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press

Ary, Donald, dkk. 2004. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Terjemahan Arief

Furchan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Atkinson, Rita L., dkk. tanpa tahun. Pengantar Psikologi. Jilid 1. Edisi kesebelas.

Penerjemah Widjaja Kusuma. Batam: Interaksara.

Azwar, Saifuddin. 2006. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

---------------------. 2007. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baan, A.G. 1979. Imam dan Calon Imam Di Indonesia. SPEKTRUM. No. 2. Jakarta:

Dokpen MAWI.

Banawiratma, J.B. 1987. Visi Imamat Sebagai Dasar Pendidikan Seminari. ORIENTASI

BARU. No. 1. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Filsafat dan Sosiologi

Pendidikan Program Studi Teologi IKIP Sanata Dharma.

Betu, Kristoforus. 2000. Persepsi Siswa Seminarti Menengah Atas Terhadap Pembinaan

Diri Calon Imam. (Skripsi). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Briere, Emile. 2003. Imam Membutuhkan Imam, terjemahan F. Hardjodirono, CM.

Malang: Dioma.

Clark, Matthew H. 2002. Imamat dan Selibat. Dalam Goergen, Donald J (editor). Imam

Masa Kini.Terjemahan Konred Kebung. Ende: Ledalero.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka.

Page 102: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

85

Djaali, H, dkk. 2000. Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Yogyakarta: Program

Pasca Sarjana Universitas Negeri Yogyakarta.

Djiwandono, Sri Esti Wuryani. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Gramedia.

Driyanto, Y. (Editor) 2001. Pedoman Pembinaan Calon Imam di Indonesia Bagian

Seminari Menengah. Jakarta: Komisi Seminari KWI.

Fuellenbach, John. 2004. Mewartakan Kerajaan Allah. Cetakan I. Ende: Nusa Indah.

Fuster, J.M. 1985. Teknik Mendewasakan Diri, Tumbuh dan Berkembang Dalam Iman.

Yogyakarta: Kanisius.

Garett, Henry E. 1967. Statistics In Psychology and Education. London: Longmans

Green and Co LTD.

Gitowiratno, St. Menggagas Pendidikan Imam Jaman Sekarang. ROHANI. No.07 tahun

ke-47. Juli 2000.

Guilford, JP. 1965. Fundamental Statistics in Psychology and Education. Tokyo:

Kogakushu Company Ltd.

Habeahan, Salman. 2006. Membangun Hidup Berpolakan Pribadi Yesus. Yogyakarta:

Yayasan Pustaka Nusatama.

Hadi, Sutrisno. 2000. Statisti. Jilid 2. Yogyakarta: Andi

Hardawiryana, R. (Penerjemah). 1993. Dokumen Konsili Vatikan II. Jakarta: Obor.

Hartono. 2004. Statistik Untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Heuken, A. 1994. Ensiklopedi Gereja. Jakarta: Cipta Loka Caraka

Heuken, Adolf, dkk. 2002. Tantangan Membina Kepribadian. Jakarta: Cipta Loka

Caraka

Page 103: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

86

Hill, J. 1987. The Real Troble With Seminaries. Priest of People. Volume 1 No.4.

Durham; The Tablet.

Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak. Jilid 1. Terjemahan Meitasari

Tjandrasa. Jakarta: Erlangga.

Hurlock, Elizabeth B. tanpa tahun. Perkembangan Anak. Jilid 2. Terjemahan Meitasari

Tjandrasa dan Muslichah Zarkasih. Jakarta: Erlangga.

Hurlock, Elisabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan. Edisi kelima. Terjemahan Istiwidayanti dan Soedjarwo.

Jakarta: Erlangga.

Irwanto, dkk. 1989. Psikologi Umum. Jakarta: Gramedia.

Komisi seminari KWI. 1987. Pedoman Dasar Pembinaan Imam di Indonesia. Jakarta:

Departemen Dokpen KWI.

Krisnamurti. 2001. KPP dan KPA perlu nggak sih?.

http://krisnaster.blogspot.com/2001_03_01_archive.html

Kusumawanta, D. Gst. Bgs. 2007. Kompendium Laporan Kegiatan Komisi Seminari KWI

Tahun 2003-2006. Jakarya: Komisi Seminari KWI.

Leteng, Hubertus. 2003. Spiritualitas Imamat Motor Kehidupan Imam. Maumere:

Ledalero.

Liem, Yani Mulia. 2006. Pengaruh Buku Cerita Bergambar Terhadap Pemahaman

Cerita Anak Usia 8-9 Tahun. (Skripsi). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Mappiare, Andi. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.

Meier, Paul dan Meier Jan. 2001. Menjadi Remaja Yang Bahagia. Yogyakarta: Yayasan

Andi.

Page 104: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

87

Mulyono, 1978. Masalah Persepsi. ANDA. Volume 19. Jakarta: Yayasan Bina Psikologi.

Mulyono, YR. 2007. Melacak Identitas Imamat. PRESBYTERIUM. Jakarta: Komisi

Seminari KWI.

Nugroho, Ag. Surya. Refleksi Tentang Pendidikan Imam. ROHANI. No. 07. tahun ke-47.

Juli 2000.

Patris, Pa. Menanamkan Semangat Misioner Di Seminari. MISSIO KKI. 21 Oktober

2007. Jakarta: Karya Kepausan Indonesia.

Paus Benediktus XVI. Gereja Bagi Seluruh Dunia. MISSIO KKI. 21 Oktober 2007.

Jakarta: Karya Kepausan Indonesia.

Paus Yohanes paulus II. 1992. Pastores Dabo Vobis, Gembala-Gembala Akan Kuangkat

Bagimu. Terjemahan R. Hardawiryana. Jakarta: Departemen Dokpen KWI.

Philibert, Paul J. 2002. Imamat dalam Konteks Hidup Membiara. Dalam Goergen,

Donald J (editor). Imam Masa Kini. Terjemahan Konrad Kebung. Ende: Ledalero.

Ponomban, Terry. 2007. Seminari: Apa Ini Apa Itu. http://yesaya.indocell.net/id766.htm

Prama, Gede. 2006. Dengan Hati Menuju Tempat Tertinggi, Menemukan Kehidupan

Tertinggi Melalui Jendela Hati. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Prasetya, F. Mardi. Psikologi Hidup Rohani. Jilid 2, Yogyakarta: Kanisius.

Prasetya, F. Mardi. Unsur-Unsur Hakiki dalam Pembinaan. Jilid 2, Yogyakarta:

Kanisius.

Prent, K. dkk.. 1969. Kamus Latin – Indonesia. Semarang: Jajasan Kanisius.

Purnomo, Aloys Budi. 2003. Sapta Karunia Bagi Kita. Yogyakarta: Yayasan Pustaka

Nusatama.

Page 105: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

88

Rapat Pimpinan Seminari Menengah. 1978. Keputusan Sidang Seminari Menengah Se-

Nusa Tenggara tentang Garis-Garis Besar Pola Pendidikan dan Pembinaan Siswa-

Siswa Seminari Menengah Se-Nusa Tenggara. Ledalero: Seminari Tinggi Santo

Paulus.

Reiss, Michail dan Halstead, J. Mark. 2006. Pendidikan Seks Bagi Remaja, terjemahan

Kuni Khairun Nisak. Yogyakarta: Alenia Press.

Sando, John Kota. (editor). 2007. Buku Kenangan 40 Tahun Seminari Menengah Sinar

Buana. Weetebula: Seminari Menengah Sinar Buana.

Sarimas, Emilianus. 2006. Tingkat Persepsi Para Siswa Seminari Pius XII Kisol

Keuskupan Ruteng Tahun Ajaran 2005/2006 Terhadap Pembinaan Calon Imam.

(Skripsi). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma

Schultz, Duane. 1991. Psikologi Pertumbuhan Model-Model Keribadian Sehat.

Terjemahan Yustinus. Yogyakarta: Kanisius.

Setyawan, A. Studi Oke, Panggilan Oke. ROHANI. No 11. Tahun ke-50. Nopember 2003.

Sidang MAWI. 1977. Pendidikan Pastoril Para Calon Imam di Indonesia. Jakarta:

Departemen Dokpen MAWI.

Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.

Staf Kepamongan Medan Utama. 1996. Follow Me, Langkah-Langkah Kecil Pergumulan

Panggilan Seminari Medan Utama 1995-1996. Magelang: Seminari Menengah

Mertoyudan.

Su’adah. 2003. Pengantar Psikologi. Malang: UMM Press.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D. Bandung: Alfabeta.

Page 106: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

89

Suharman, Th. Maman. 2007. Melacak Identitas Imamat. PRESBYTERIUM. Jakarta:

Komisi Seminarri KWI.

Suyitno, S. Benarkah Panggilan Religius Menurun? ROHANI. No. 09. September 2005.

Yogyakarta: Kanisius.

Tierney, Terence. 2002. Should You Become A Priest? Menjadi Pastor Mengapa Tidak?

Terjemahan Johni Hartono. Yogyakarta: Kanisius.

The Chatolic Encyclopedia For Shcool and Home. 1965. New York: Grolier

Incorporated.

Venantius, Qwei. 2007. Pendidikan dan Pembinaan Seminari Ke Depan:

http://seminaripem.wordpress.com/2007/06/08/pendidikan-dan-pembinaan-

seminaris-ke-depan/

Verhoeven, Th.L. dan Carvello , Marcus. 1969. Kamus Latin-Indonesia. Ende: Nusa

Indah.

Walgito, Bimo. 1989. Pengantar Psikologi Umum. Edisi pertama. Yogyakarta: Andi

Offset.

-----------------. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Edisi keempat. Yogyakarta: Andi.

-----------------. 2003. Psikologi Sosial, Suatu Pengantar. Yogyakarta: Andi.

Walizae, Michael H dan Wiener, Paul L. 1987. Metode dan Analisis Penelitian Mencari

Hubungan. Jilid 2. Terjemahan Arif Sukadi Sadiman. Jakarta: Erlangga.

White, Ellen G. 2005. Membina Anak Yang Bertanggungjawab. Terjemahan Bahasa

Sumarna. Bandung: Indonesia Publishing House.

Page 107: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

1

Lampiran 1 KUESIONER

PERSEPSI TERHADAP ASPEK-ASPEK PEMBINAAN CALON IMAM KELAS I DAN II SMA SEMINARI MENENGAH SINAR BUANA

WEETEBULA TAHUN AJARAN 2007/2008

A. PENDAHULUAN Seminari Menengah adalah tempat mendidikan calon imam pada tingkat sekolah

menengah. Para siswa mengalami pembinaan dalam aspek-aspek pembinaan, yaitu: aspek pembinaan pribadi, aspek pembinaan hidup kristiani, aspek pembinaan menjawabi panggilan Tuhan, aspek pembinaan intelektual, aspek pembinaan semangat misioner (kerasulan), aspek pembinaan sikap dialog antar umat beragama. Tujuan dari semua kegiatan pembinaan tersebut adalah agar para siswa mencapai kematangan pribadi untuk menjawabi panggilan Tuhan sebagai calon imam.

B. TUJUAN KUESIONER Tujuan kuesioner ini adalah mengetahui persepsi (pandangan atau pendapat) anda

mengenai aspek-aspek pembinaan calon imam di Seminari Menengah Sinar Buana berdasarkan pengalaman anda sendiri. Anda siharapkan menjawab kuesioner ini sesuai dengan pengalaman anda apa adanya.

C. PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER 1. Bacalah pertanyaan-pertanyaan kuesioner di bawah ini dengan teliti 2. Pilihlah salah satu jawaban dari empat (4) kemungkinan jawaban yakni: SL (Selalu),

BK (Banyak Kali), KK (Kadang-Kadang), TP (Tidak Pernah). 3. Berilah tanda centang (V) pada kolom yang anda pilih. 4. Apabila anda keliru menjawab, berilah tanda silang (X) pada jawaban yang keliru, lalu

pilihlah jawaban baru yang anda anggap tepat. 5. Isilah identitas anda sebelum mengerjakan kuesioner pada kolom di bawah ini.

NO INDENTITAS ANDA 1 Nama Lengkap 2 Umur 3 Kelas 4 Tamatan a. SMP Seminari

b. KPB Seminari 5 Tanggap pengisian kuesioner

NO PERTANYAAN SL BK KK TP 1 Apakah anda tidur secara teratur setiap hari? 2 Apakah anda senang tidur secara teratur setiap hari? 3 Menurut anda, apakah tidur secara teratur itu bermanfaat? 4 Apakah anda berolahraga teratur secara berkala 5 Apakah anda senang berolahraga teratur secara berkala? 6 Menurut anda, apakah kegiatan berolahraga secara teratur itu

bermanfaat?

7 Apakah anda melakukan pekerjaan-pekerjaan seperti: membersihkan km mandi/wc, kmr tidur, kmr pakaian, kmr cuci, kmr makan, ruang kelas secara teratur?

8 Apakah anda senang melakukan pekerjaan-pekerjaan tersebut? (lihat no 7)

Page 108: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

2

9 Menurut anda, apakah melakukan pekerjaan-pekerjaan tersebut itu bermanfaat? (lihat no.7)

10 Apakah anda mengunjungi teman/siswa seminari pada saat ia sakit?

11 Apakah anda senang dengan kegiatan tersebut (lihat no 10)? 12 Menurut anda, apakah mengunjungi teman/siswa seminari

yang sakit itu bermanfaat?

13 Apakah anda menolong teman yang mengalami kesulitan keuangan atau kesulitan dalam pelajaran?

14 Apakah anda senang menolong teman yang mengalami kesulitan keuangan atau dalam pelajaran?

15 Menurut anda, apakah menolong teman yang mengalami kesulitan tersebut itu bermanfaat? (lihat no.13)

16 Apakah anda menyapa/memberi salam kepada guru/pembina di seminari ketika bertemu/ berpapasan di jalan?

17 Apakah senang melakukan hal tersebut? (lihat no 16) 18 Menurut anda, apakah menyapa/memberi salam kepada

guru/pembina di seminari itu bermanfaat?

19 Apakah anda berteman dengan siapa saja tanpa memandang latar belakang ekonomi, suku, status sosial, daerah asal?

20 Apakah anda senang berteman dengan siapa saja tanpa memandang latar belakang ekonomi, suku, status sosial, daerah asal?

21 Menurut anda, apakah berteman dengan siapa saja tanpa memandang latar belakang ekonomi, suku, status sosial, daerah asal itu bermanfaat?

22 Apakah anda berteman dengan wanita seusia anda? 23 Apakah anda senang berteman dengan wanita seusia anda? 24 Menurut anda, apakah berteman dengan wanita seusia anda itu

bermanfaat?

25 Apakah anda ngobrol/bercakap-cakap dengan wanita seusia anda?

26 Apakah anda senang ngobrol/bercakap-cakap dengan teman wanita seusia anda?

27 Menurut anda, apakah ngobrol/bercakap-cakap dengan teman wanita seusia anda itu bermanfaat?

28 Apakah anda bercakap-cakap/ngobrol/bercanda dengan orang lain?

29 Apakah anda senang bercakap-cakap/ngobrol/bercanda dengan orang lain?

30 Menurut anda, apakah bercakap-cakap/ngobrol/bercanda dengan orang lain itu bermanfaat?

31 Apakah anda menerima pendapat orang lain yang tidak sesuai dengan anda selama bercakap-cakap/ngobrol?

32 Apakah anda senang menerima pendapat orang lain yang tidak sesuai dengan anda selama bercakap-cakap/ngobrol?

Page 109: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

3

33 Menurut anda, apakah menerima pendapat orang lain yang tidak sesuai dengan anda itu bermanfaat?

34 Apakah anda mengikuti bimbingan rohani pada pembimbing rohani anda?

35 Apakah anda senang mengikuti bimbingan rohani pada pembimbing rohani anda?

36 Menurut anda, apakah mengikuti bimbingan rohani pada pembimbing rohani anda itu bermanfaat?

37 Apakah anda membaca dan merenungkan kitab suci setiap hari?

38 Apakah senang membaca dan merenungkan kitab suci setiap hari?

39 Menurut anda, apakah membaca dan merenungkan kitab suci setiap hari itu bermanfaat?

40 Apakah anda tekun berdoa/ibadat bersama di seminari? 41 Apakah anda senang berdoa/ibadat bersama di seminari? 42 Menurut anda, apakah berdoa/ibadat bersama di seminari itu

bermanfaat?

43 Apakah anda berdoa pribadi setiap hari di seminari? 44 Apakah senang berdoa pribadi setiap hari di seminari? 45 Menurut anda, apakah berdoa pribadi setiap hari di seminari itu

bermanfaat?

46 Apakah anda mengikuti perayaan ekaristi setiap hari? 47 Apakah senang mengikuti perayaan ekaristi setiap hari? 48 Menurut anda, apakah mengikuti perayaan ekaristi setiap hari

itu bermanfaat?

49 Apakah anda melakukan ibadat tobat dan sakramen pengakuan dosa?

50 Apakah anda senang melakukan ibadat tobat dan sakramen pengakuan dosa?

51 Menurut anda, apakah ibadat tobat dan sakramen pengakuan dosa itu bermanfaat?

52 Apakah anda mengikuti rekoleksi/ret-ret? 53 Apakah anda senang mengikuti rekoleksi/ret-ret? 54 Menurut anda, apakah mengikuti rekoleksi/ret-ret itu

bermanfaat?

55 Apakah anda berdoa rosario secara pribadi? 56 Apakah anda senang berdoa rosario secara pribadi? 57 Menurut anda, apakah berdoa rosario secara pribadi itu

bermanfaat?

58 Apakah anda membaca buku-buku rohani/riwayat orang kudus?

59 Apakah anda senang membaca buku-buku rohani/riwayat orang kudus?

60 Menurut anda, apakah membaca buku-buku rohani/riwayat orang kudus itu bermanfaat?

61 Apakah anda mengikuti latihan lagu- lagu gereja?

Page 110: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

4

62 Apakah anda senang mengikuti latihan lagu- lagu gereja? 63 Menurut anda, apakah mengikuti latihan lagu-lagu gereja itu

bermanfaat?

64 Apakah anda menjadi misdinar/putera altar, lektor, koster, petugas lainnya dalam liturgi?

65 Apakah anda senang menjadi misdinar/putera altar, lektor, koster, petugas lainnya dalam liturgi?

66 Menurut anda, apakah menjadi misdinar/putera altar, lektor, koster, petugas lainnya dalam liturgi itu bermanfaat?

67 Apakah anda mengakui dengan jujur pelanggaran yang anda lakukan di seminari?

68 Apakah anda senang mengaku dengan jujur pelanggaran anda tersebut?

69 Menurut anda, apakah mengakui dengan jujur pelanggaran yang dilakukan di seminari itu bermanfaat?

70 Apakah anda bila melakukan pelanggaran akan menyampaikan kepada pamong/prefek/pembina?

71 Apakah anda senang dengan sikap tersebut? (lihat no 70)

72 Menurut anda, apakah bermanfaat bila menyampaikan pelanggaran anda kepada pamong/prefek/pembina?

73 Apakah anda menerima dan menghargai diri anda? 74 Apakah anda senang menerima dan menghargai diri anda? 75 Menurut anda, apakah menerima dan menghargai diri itu

bermanfaat?

76 Apakah anda merefleksikan panggilan anda sebagai calon imam?

77 Apakah anda senang dengan refleksi anda tersebut? (lihat no.76)

78 Menurut anda, apakah merefleksikan panggilan anda sebagai calon imam itu bermanfaat bagi anda?

79 Apakah anggota keluarga anda memberi perhatian kepada anda selama di seminari, misalnya mengirim uang, mengunjungi, menelepon, mengirim surat?

80 Apakah anda senang terhadap perhatian keluarga anda? 81 Menurut anda, apakah perhatian keluarga kepada anda itu

bermanfaat?

82 Apakah anda melakukan tugas-tugas yang dipercayakan kepada anda?

83 Apakah anda senang melakukan tugas-tugas yang dipercayakan kepada anda?

84 Menurut anda, apakah melakukan tugas-tugas yang dipercayakan kepada anda itu bermanfaat?

85 Apakah anda mempelajari dokumen-dokumen gereja tentang imam atau pendidikan calon imam (misalnya: Optatam Totius, Pastores Dabo Vobis,dll) atau tulisan-tulisan/artikel lain yang berhubungan dengan imam atau calon imam?

Page 111: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

5

86 Apakah anda senang mempelajari dokumen-dokumen/artikel tersebut?

87 Menurut anda, apakah mempelajari dokumen-dokumen gereja dan tulisan-tulisan yang berhubungan dengan imam atau pendidikan calon imam tersebut bermanfaat?

88 Apakah anda berusaha mengenal imam-imam (baik imam diosesan/projo maupun imam religius/imam biarawandari berbagai tarekat/ordo) di lingkungan paroki anda?

89 Apakah senang mengenal imam-imam diosesan/projo maupun imam religius/imam biarawan dari berbagai tarekat/ordo di paroki anda?

90 Menurut anda, apakah mengena l imam-imam baik imam diosesan/projo maupun imam religius/imam biarawan dari berbagai tarekat/ordo di lingkungan paroki anda itu bermanfaat?

91 Apakah anda mencari informasi- informasi dengan cara membaca surat kabar/menonton televisi/bertanya kepada guru/pembina?

92 Apakah anda senang dengan kegiatan tersebut? (Lihat no. 91) 93 Menurut anda, apakah mencari informasi- informasi dengan

cara membaca surat kabar/menonton televisi/bertanya kepada guru/pembina itu bermanfaat?

94 Apakah anda mendengarkan teman yang mengalami kesulitan dalam panggilannya?

95 Apakah anda senang mendengarkan yang teman yang mengalami kesulitan dalam panggilannya?

96 Menurut anda, apakah mendengarkan teman yang mengalami kesulitan dalam panggilannya itu bermanfaat?

97 Apakah anda mengingatkan teman yang melakukan pelanggaran?

98 Apakah anda senang dengan tindakan tersebut? (lihat no.97) 99 Menurut anda, apakah mengingatkan teman yang melakukan

pelanggaran itu bermanfaat?

100 Apakah anda mengikuti pelajaran di kelas setiap hari? 101 Apakah anda senang mengikuti pelajaran di kelas? 102 Menurut anda, apakah mengikuti pelajaran di kelas setiap hari

itu bermanfaat?

103 Apakah anda bertanya dan menjawab pertanyaan guru selama mengikuti pelajaran?

104 Apakah anda senang bila bertanya dan menjawab pertanyaan guru selama mengikuti pelajaran?

105 Menurut anda, apakah bertanya dan menjawab pertanyaan guru selama mengikuti pelajaran itu bermanfaat?

106 Apakah anda belajar/studi pada sore/malam untuk mempersiapkan pelajaran untuk esok harinya?

107 Apakah anda senang dengan kegiatan belajar/stud i tersebut?

Page 112: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

6

108 Menurut anda, apakah belajar/studi pada sore/malam hari itu bermanfaat?

109 Apakah anda mengerjakan pekerjaan rumah (PR)? 110 Apakah senang mengerjakan pekerjaan rumah tersebut? 111 Menurut anda, apakah mengerjakan pekerjaan rumah itu

bermanfaat?

112 Apakah anda belajar secara kelompok? 113 Apakah anda senang belajar secara kelompok? 114 Menurut anda, apakah belajar secara kelompok itu bermanfaat? 115 Apakah anda membaca buku-buku ilmu (buku yang berkaitan

dengan buku pelajaran)?

116 Apakah anda senang membaca buku-buku ilmu tersebut?

117 Menurut anda, apakah membaca buku-buku ilmu itu bermanfaat?

118 Apakah anda mengisi waktu luang dengan kegiatan belajar/membaca buku-buku ilmu?

119 Apakah anda senang mengisi waktu luang kegiatan-kegiatan tersebut?

120 Menurut anda, apakah mengisi waktu luang dengan kegiatan belajar/membaca buku-buku ilmu itu bermanfaat?

121 Apakah anda mengikuti kegiatan perlombaan di seminari seperti kuis, pidato, karya tulis, baca puisi, paduan suara, menyanyi,dll?

122 Apakah anda senang dengan mengikuti semua kegiatan perlombaan tersebut (lihat no.121)?

123 Menurut anda, apakah mengikuti kegiatan-kegiatan perlombaan di seminari itu bermanfaat?

124 Apakah anda berbicara bahasa Iggris pada hari yang ditentukan?

125 Apakah anda senang dengan kegiatan berbicara bahasa Inggris tersebut?

126 Menurut anda, apakah kegiatan berbicara bahasa Inggris pada hari yang ditentukan itu bermanfaat?

127 Apakah anda mengikuti kegiatan musik (misalnya: guitar, jazz, orgel,suling,dll)?

128 Apakah anda senang dengan kegiatan tersebut (no.127)?

129 Menurut anda, apakah kegiatan musik tersebut itu bermanfaat? 130 Apakah anda terlibat dalam kegiatan-kegiatan pentas seni (tari-

tarian, vocal group, drama, lawak,dll)?

131 Apakah anda senang dengan kegiatan-kegiatan pentas seni tersebut? (lihat no.130)

132 Menurut anda, apakah kegiatan-kegiatan pentas seni tersebut bermanfaat?

Page 113: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

7

133 Apakah anda berjalan-jalan (pesiar) keluar kompleks seminari pada hari minggu bebas/hari libur?

134 Apakah anda senang dengan kegiatan tersebut? (lihat no.133) 135 Menurut anda, apakah kegiatan berjalan-jalan/pesiar itu

bermanfaat?

136 Apakah anda berkunjung ke rumah kenalan/rumah umat? 137 Apakah anda senang dengan kegiatan kunjungan rumah

tersebut?

138 Menurut anda, apakah berkunjung ke rumah kenalan/rumah umat itu bermanfaat?

139 Apakah anda mengikuti kegiatan live in atau melakukan kunjungan ke sekolah lain/paroki?

140 Apakah anda senang dengan kegiatan live in tersebut? (lihat no.139)

141 Menurut anda, apakah kegiatan live in tersebut bermanfaat?

142 Apakah anda terlibat dalam kegiatan aksi panggilan di sekolah lain/paroki/stasi pada waktu liburan?

143 Apakah anda senang dengan kegiatan tersebut? (lihat no.142) 144 Menurut anda, apakah kegiatan aksi panggilan di sekolah

lain/paroki/stasi pada waktu liburan tersebut bermanfaat?

145 Apakah anda terlibat dalam kegiatan memimpin ibadat, membaca kitab suci, memberikan renungan selama di seminari atau pada waktu liburan?

146 Apakah anda senang dengan kegiatan-kegiatan tersebut? (lihat no.145)

147 Menurut anda, apakah kegiatan-kegiatan tersebut bermanfaat? (lihat no.145)

148 Apakah anda mengikuti kegiatan-kegiatan aksi sosial? 149 Apakah anda senang dengan kegiatan-kegiatan aksi sosial

tersebut?

150 Menurut anda, apakah kegiatan aksi-aksi sosial tersebut itu bermanfaat?

151 Apakah anda membaca/mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan agama katolik/ajaran agama katolik?

152 Apakah anda senang membaca/mempelajari buku-buku tersebut? (lihat no.151)

153 Menurut anda, apakah membaca buku-buku yang berhubungan dengan agama katolik/ajaran agama katolik itu bermanfaat?

154 Apakah anda mempelajari budaya dan adat istiadat daerah anda sendiri?

155 Apakah anda senang mempelajari budaya dan adat istiadat anda sendiri?

156 Menurut anda, apakah mempelajari budaya dan adat istiadat daerah anda itu bermanfat?

157 Apakah anda mempelajari budaya, adat istiadat/kebiasaan daerah lain?

Page 114: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

8

158 Apakah anda senang mempelajari budaya, adat istiadat/kebiasaan daerah lain?

159 Menurut anda, apakah mempelajari budaya, adat istiadat daerah/kebiasaan lain itu bermanfaat?

160 Apakah anda mengikuti kegiatan katekese/pendalaman iman baik di seminari maupun pada waktu liburan?

161 Apakah anda senang dengan kegiatan-kegiatan tersebut? (lihat no.160)

162 Menurut anda, apakah mengikuti katekese/pendalaman iman itu bermanfaat?

163 Apakah anda mempelajari ajaran agama lain (Hindu, Budha, Islam, Protestan,dll)?

164 Apakah anda senang dengan kegiatan tersebut? (lihat no.163) 165 Menurut anda, apakah mempelajari ajaran agama lain itu

bermanfaat?

166 Apakah anda menonton acara agama-agama lain yang ditayangkan di televisi?

167 Apakah anda senang dengan kegiatan tersebut? (lihat no.166) 168 Menurut anda, apakah menonton acara agama-agama lain di

televisi itu bermanfaat?

169 Apakah anda mempelajari kesamaan dan perbedaan agama katolik dengan agama lain?

170 Apakah anda senang dengan kegiatan tersebut? (lihat no.169) 171 Menurut anda, apakah mempelajari kesamaan dan perbedaan

agama katolik dengan agama lain itu bermanfaat?

172 Apakah anda bersedia menerima orang yang beragama lain yang berkunjung ke Seminari?

173 Apakah anda senang dengan sikap anda tersebut? (lihat no.172) 174 Menurut anda, apakah menerima orang beragama lain yang

berkunjung ke seminari itu bermanfaat?

175 Apakah anda bersikap sopan dan tidak mencurigai orang yang tidak seiman dengan anda?

176 Apakah anda senang dengan sikap anda tersebut? (lihat no.175) 177 Menurut anda, apakah bersikap sopan santun dan tidak curiga

bila bertemu dengan orang yang tidak seiman dengan anda itu bermanfaat?

178 Apakah anda tidak canggung/tidak takut berbincang/berdiskusi tentang iman anda dengan orang lain yang berbeda iman dengan anda?

179 Apakah anda senang dengan sikap anda tersebut? (lihat no.178) 180 Menurut anda, apakah sikap tidak canggung/tidak takut

berbincang/berdiskusi dengan orang lain yang berbeda iman dengan anda itu bermanfaat?

Page 115: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

Lampiran 2 Skor kelas I dan II Siswa SMA

Dalam Aspek-aspek Pembinaan Calon Imam

I II III IV V VI No Skor

Pri-Sos H. Krist M.Pangln Intelektual Misioner Dialog

1 575 110 110 100 106 94 55 2 550 95 112 102 105 87 49 3 454 91 96 79 70 80 38 4 504 108 95 87 89 89 36 5 591 103 112 107 117 101 51 6 517 98 101 93 95 78 52 7 472 86 99 72 82 78 55 8 561 90 108 92 113 100 58 9 598 107 126 109 107 97 52 10 546 107 115 99 81 88 56 11 461 88 91 85 82 69 46 12 482 105 100 76 82 73 46 13 492 88 98 79 101 69 55 14 423 93 85 72 84 53 36 15 559 106 106 95 106 99 45 16 611 112 116 114 110 97 62 17 620 120 120 109 107 100 64 18 577 117 113 93 100 95 59 19 603 116 119 116 115 86 51 20 677 128 124 116 121 118 70 21 625 119 114 114 113 105 60 22 552 114 107 80 104 97 50 23 573 110 113 102 118 89 41 24 541 111 111 93 111 73 42 25 614 116 122 114 103 106 53 26 570 107 113 98 112 91 49 27 619 117 118 110 110 108 56 28 606 116 106 114 108 102 60 29 535 99 112 97 96 79 52 30 613 120 123 105 100 107 58 31 622 124 107 116 115 109 51 32 481 96 91 98 89 69 38 33 637 111 120 121 119 104 62

Page 116: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

34 622 112 114 109 115 111 61 35 603 113 118 112 105 107 48 36 518 105 95 79 102 93 44 37 631 112 119 111 116 108 65 38 582 105 102 106 115 99 55 39 533 94 108 94 108 88 41 40 571 107 112 99 97 97 59 41 561 111 107 92 103 103 45 42 573 106 109 101 111 91 55 43 564 105 116 101 99 95 48 44 622 115 119 105 114 104 65 45 607 109 119 108 104 104 63 46 563 120 109 104 104 85 41 47 649 114 122 120 119 108 66 48 597 113 114 111 104 100 55 49 564 103 109 99 100 93 60 50 529 95 102 94 100 85 53 51 574 114 103 100 106 97 54 52 524 106 103 89 87 96 43 53 559 103 106 99 108 86 57 54 596 109 109 112 105 99 62 55 575 112 106 97 107 100 53

Jumlah 31178 5911 6024 5499 5700 5139 2901

Page 117: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

Lampiran 3 SKOR GASAL-GENAP PENELITIAN PERSEPSI Kelas I DAN II

Subyek X (Ganjil)

Y (Genap) x x2 y y2 xy

( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) ( 6 ) ( 7 ) ( 8 ) 1 291 284 7 49 1 1 7 2 275 275 -9 81 -8 64 72 3 229 225 -55 3,025 -58 3,364 3190 4 246 258 -38 1,444 -25 625 950 5 296 295 12 144 12 144 144 6 257 260 -27 729 -23 529 621 7 234 238 -50 2,500 -45 2,025 2250 8 288 273 4 16 -10 100 -40 9 305 293 21 441 10 100 210 10 271 275 -13 169 -8 64 104 11 231 230 -53 2,809 -53 2,809 2809 12 243 239 -41 1,681 -44 1,936 1804 13 252 240 -32 1,024 -43 1,849 1376 14 214 209 -70 4,900 -74 5,476 5180 15 278 281 -6 36 -2 4 12 16 310 301 26 676 18 324 468 17 310 310 26 676 27 729 702 18 289 288 5 25 5 25 25 19 304 299 20 400 16 256 320 20 338 339 54 2,916 56 3,136 3024 21 315 310 31 961 27 729 837 22 278 274 -6 36 -9 81 54 23 285 288 1 1 5 25 5 24 269 272 -15 225 -11 121 165 25 310 304 26 676 21 441 546 26 290 280 6 36 -3 9 -18 27 303 316 19 361 33 1,089 627 28 308 298 24 576 15 225 360 29 267 268 -17 289 -15 225 255 30 303 310 19 361 27 729 513 31 310 312 26 676 29 841 754 32 240 241 -44 1,936 -42 1,764 1848

Page 118: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

33 322 315 38 1,444 32 1,024 1216 34 311 311 27 729 28 784 756 35 302 301 18 324 18 324 324 36 268 250 -16 256 -33 1,089 528 37 316 315 32 1,024 32 1,024 1024 38 286 296 2 4 13 169 26 39 268 265 -16 256 -18 324 288 40 290 281 6 36 -2 4 -12 41 282 279 -2 4 -4 16 8 42 288 285 4 16 2 4 8 43 278 286 -6 36 3 9 -18 44 312 310 28 784 27 729 756 45 309 298 25 625 15 225 375 46 275 288 -9 81 5 25 -45 47 323 326 39 1,521 43 1,849 1677 48 296 301 12 144 18 324 216 49 280 284 -4 16 1 1 -4 50 266 263 -18 324 -20 400 360 51 287 287 3 9 4 16 12 52 265 259 -19 361 -24 576 456 53 280 279 -4 16 -4 16 16 54 296 300 12 144 17 289 204 55 287 288 3 9 5 25 15

TOTAL 15,626 15,552 6 38,038 -13 39,085 37,360

Page 119: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

Lampiran 4

PERHITUNGAN RELIABILITAS DAN VALIDITAS PENELITIAN

Mean X (Skor ganjil)

28455

15626

=

=

Σ=

X

X

X

M

M

Nx

M

Mean Y (Skor Genap)

28355

15552

=

=

Σ=

y

y

y

M

M

Ny

M

Standar deviasi X (Skor ganjil)

26

29,266,691

5538038

2

=

==

=

Σ=

x

x

x

x

x

SD

SDSD

SD

Nx

SD

Page 120: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

Standar Deviasi Y (Skor Genap)

27

65,26

6,710

5539085

2

=

=

=

=

Σ=

y

y

y

y

y

SD

SD

SD

SD

Ny

SD

Koefisien korelasi X (skor ganjil) dan Y (skor genap):

97,0

9676,03861037360

27.26.5537360

..

=

=

=

=

Σ=

xy

xy

xy

xy

yxxy

r

r

r

r

SDSDNxy

r

Peliablitas Penelitian:

( )

( )

98.097,194,1

97,0197,02

1

2

=

=

+=

+=

xy

xy

xy

xy

xyxy

r

r

r

r

rr

Validitas Penelitian:

99,09899,0

98,0

===

=

rrr

rr xy

Page 121: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

Lampiran 5

TABEL FREKUENSI SKOR DAN TINGGI RENDAH SKOR KELAS I DAN II SMA SEMINARI MENENGAH SINAR BUANA

Mean: 567

KELAS N O SKOR KELAS I T/R SKOR KELAS II T/R

1 575 T 614 T 2 550 R 570 T 3 454 R 619 T 4 504 R 606 T 5 591 T 535 R 6 517 R 613 T 7 472 R 622 T 8 561 R 481 R 9 598 T 637 T 10 546 R 622 T 11 461 R 603 T 12 482 R 518 R 13 492 R 631 T 14 423 R 582 T 15 559 R 533 R 16 611 T 571 T 17 620 T 561 R 18 577 T 573 T 19 603 T 564 R 20 677 T 622 T 21 625 T 607 T 22 552 R 563 R 23 573 T 649 T 24 541 R 597 T 25 564 R 26 529 R 27 574 T 28 524 R 29 559 R 30 596 T 31 575 T

Page 122: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

TABEL FREKUENSI SKOR DAN TINGGI RENDAH SKOR TERHADAP SETIAP ASPEK PEMBINAAN CALON IMAM

SMA SEMINARI MENENGAH SINAR BUANA

ASPEK-ASPEK PEMBINAAN CALON IMAM I II III IV V VI

M:107 M: 110 M: 100 M: 104 M: 93 M: 53 NO

SKOR T/R SKOR T/R SKOR T/R SKOR T/R SKOR T/R SKOR T/R 1 110 T 110 T 100 T 106 T 94 T 55 T 2 95 R 112 T 102 T 105 T 87 R 49 R 3 91 R 96 R 79 R 70 R 80 R 38 R 4 108 T 95 R 87 R 89 R 89 R 36 R 5 103 R 112 T 107 T 117 T 101 T 51 R 6 98 R 101 R 93 R 95 R 78 R 52 R 7 86 R 99 R 72 R 82 R 78 R 55 T 8 90 R 108 R 92 R 113 T 100 T 58 T 9 107 T 126 T 109 T 107 T 97 T 52 R 10 107 T 115 T 99 R 81 R 88 R 56 T 11 88 R 91 R 85 R 82 R 69 R 46 R 12 105 T 100 R 76 R 82 R 73 R 46 R 13 88 R 98 R 79 R 101 R 69 R 55 T 14 93 R 85 R 72 R 84 R 53 R 36 R 15 106 R 106 R 95 R 106 T 99 T 45 R 16 112 T 116 T 114 T 110 T 97 T 62 T 17 120 T 120 T 109 T 107 T 100 T 64 T 18 117 T 113 T 93 R 100 R 95 T 59 T 19 116 T 119 T 116 T 115 T 86 R 51 R 20 128 T 124 T 116 T 121 T 118 T 70 T 21 119 T 114 T 114 T 113 T 105 T 60 T 22 114 T 107 R 80 R 104 T 97 T 50 R

23 110 T 113 T 102 T 118 T 89 R 41 R 24 111 T 111 T 93 R 111 T 73 R 42 R 25 116 T 122 T 114 T 103 R 106 T 53 T 26 107 T 113 T 98 R 112 T 91 R 49 R 27 117 T 118 T 110 T 110 T 108 T 56 T 28 116 T 106 R 114 T 108 T 102 T 60 T 29 99 R 112 T 97 R 96 R 79 R 52 R 30 120 T 123 T 105 T 100 R 107 T 58 T 31 124 T 107 R 116 T 115 T 109 T 51 R 32 96 R 91 R 98 R 89 R 69 R 38 R 33 111 T 120 T 121 T 119 T 104 T 62 T 34 112 T 114 T 109 T 115 T 111 T 61 T 35 113 T 118 T 112 T 105 T 107 T 48 R 36 105 R 95 R 79 R 102 R 93 T 44 R 37 112 T 119 T 111 T 116 T 108 T 65 T 38 105 R 102 R 106 T 115 T 99 T 55 T

Page 123: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

39 94 R 108 R 94 R 108 T 88 R 41 R 40 107 T 112 T 99 R 97 R 97 T 59 T 41 111 T 107 R 92 R 103 R 103 T 45 R 42 106 R 109 R 101 T 111 T 91 R 55 T 43 105 R 116 T 101 T 99 R 95 T 48 R 44 115 T 119 T 105 T 114 T 104 T 65 T 45 109 T 119 T 108 T 104 T 104 T 63 T 46 120 T 109 R 104 T 104 T 85 R 41 R 47 114 T 122 T 120 T 119 T 108 T 66 T 48 113 T 114 T 111 T 104 T 100 T 55 T 49 103 R 109 R 99 R 100 R 93 T 60 T 50 95 R 102 R 94 R 100 R 85 R 53 T 51 114 T 103 R 100 T 106 T 97 T 54 T 52 106 R 103 R 89 R 87 R 96 T 43 R 53 103 R 106 R 99 R 108 T 86 R 57 T 54 109 T 109 R 112 T 105 T 99 T 62 T 55 112 T 106 R 97 R 107 T 100 T 53 T

Page 124: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

TABEL FREKUENSI SKOR DAN TINGGI RENDAH SKOR TERHADAP SETIAP ASPEK PEMBINAAN CALON IMAM KELAS I SMA SEMINARI MENENGAH SINAR BUANA

ASPEK I II III IV V VI

M:107 M: 110 M: 100 M: 104 M: 93 M: 53 NO

SKOR T/R SKOR T/R SKOR T/R SKOR T/R SKOR T/R SKOR T/R 1 110 T 110 T 100 T 106 T 94 T 55 T 2 95 R 112 T 102 T 105 T 87 R 49 R 3 91 R 96 R 79 R 70 R 80 R 38 R 4 108 T 95 R 87 R 89 R 89 R 36 R 5 103 R 112 T 107 T 117 T 101 T 51 R 6 98 R 101 R 93 R 95 R 78 R 52 R 7 86 R 99 R 72 R 82 R 78 R 55 T 8 90 R 108 R 92 R 113 T 100 T 58 T 9 107 T 126 T 109 T 107 T 97 T 52 R

10 107 T 115 T 99 R 81 R 88 R 56 T 11 88 R 91 R 85 R 82 R 69 R 46 R 12 105 T 100 R 76 R 82 R 73 R 46 R 13 88 R 98 R 79 R 101 R 69 R 55 T 14 93 R 85 R 72 R 84 R 53 R 36 R 15 106 R 106 R 95 R 106 T 99 T 45 R 16 112 T 116 T 114 T 110 T 97 T 62 T 17 120 T 120 T 109 T 107 T 100 T 64 T 18 117 T 113 T 93 R 100 R 95 T 59 T 19 116 T 119 T 116 T 115 T 86 R 51 R 20 128 T 124 T 116 T 121 T 118 T 70 T 21 119 T 114 T 114 T 113 T 105 T 60 T 22 114 T 107 R 80 R 104 T 97 T 50 R

23 110 T 113 T 102 T 118 T 89 R 41 R 24 111 T 111 T 93 R 111 T 73 R 42 R

Page 125: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

TABEL FREKUENSI SKOR DAN TINGGI RENDAH SKOR TERHADAP SETIAP ASPEK PEMBINAAN CALON IMAM

SMA SEMINARI MENENGAH SINAR BUANA

ASPEK I II III IV V VI

M:107 M: 110 M: 100 M: 104 M: 93 M: 53 NO

SKOR T/R SKOR T/R SKOR T/R SKOR T/R SKOR T/R SKOR T/R 1 116 T 122 T 114 T 103 R 106 T 53 T 2 107 T 113 T 98 R 112 T 91 R 49 R 3 117 T 118 T 110 T 110 T 108 T 56 T 4 116 T 106 R 114 T 108 T 102 T 60 T 5 99 R 112 T 97 R 96 R 79 R 52 R 6 120 T 123 T 105 T 100 R 107 T 58 T 7 124 T 107 R 116 T 115 T 109 T 51 R 8 96 R 91 R 98 R 89 R 69 R 38 R 9 111 T 120 T 121 T 119 T 104 T 62 T 10 112 T 114 T 109 T 115 T 111 T 61 T 11 113 T 118 T 112 T 105 T 107 T 48 R 12 105 R 95 R 79 R 102 R 93 T 44 R 13 112 T 119 T 111 T 116 T 108 T 65 T 14 105 R 102 R 106 T 115 T 99 T 55 T 15 94 R 108 R 94 R 108 T 88 R 41 R 16 107 T 112 T 99 R 97 R 97 T 59 T 17 111 T 107 R 92 R 103 R 103 T 45 R 18 106 R 109 R 101 T 111 T 91 R 55 T 19 105 R 116 T 101 T 99 R 95 T 48 R 20 115 T 119 T 105 T 114 T 104 T 65 T 21 109 T 119 T 108 T 104 T 104 T 63 T 22 120 T 109 R 104 T 104 T 85 R 41 R

23 114 T 122 T 120 T 119 T 108 T 66 T 24 113 T 114 T 111 T 104 T 100 T 55 T 25 103 R 109 R 99 R 100 R 93 T 60 T 26 95 R 102 R 94 R 100 R 85 R 53 T 27 114 T 103 R 100 T 106 T 97 T 54 T 28 106 R 103 R 89 R 87 R 96 T 43 R 27 103 R 106 R 99 R 108 T 86 R 57 T 30 109 T 109 R 112 T 105 T 99 T 62 T 31 112 T 106 R 97 R 107 T 100 T 53 T

Page 126: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

TABEL PRODUCT MOMENT KELAS I DAN II SMA

Subyek X Y x x2 y y2 xy

( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) ( 6 ) ( 7 ) ( 8 ) 1 291 284 7 49 1 1 7 2 275 275 -9 81 -8 64 72 3 229 225 -55 3,025 -58 3,364 3190 4 246 258 -38 1,444 -25 625 950 5 296 295 12 144 12 144 144 6 257 260 -27 729 -23 529 621 7 234 238 -50 2,500 -45 2,025 2250 8 288 273 4 16 -10 100 -40 9 305 293 21 441 10 100 210 10 271 275 -13 169 -8 64 104 11 231 230 -53 2,809 -53 2,809 2809 12 243 239 -41 1,681 -44 1,936 1804 13 252 240 -32 1,024 -43 1,849 1376 14 214 209 -70 4,900 -74 5,476 5180 15 278 281 -6 36 -2 4 12 16 310 301 26 676 18 324 468 17 310 310 26 676 27 729 702 18 289 288 5 25 5 25 25 19 304 299 20 400 16 256 320 20 338 339 54 2,916 56 3,136 3024 21 315 310 31 961 27 729 837 22 278 274 -6 36 -9 81 54 23 285 288 1 1 5 25 5 24 269 272 -15 225 -11 121 165 25 310 304 26 676 21 441 546 26 290 280 6 36 -3 9 -18 27 303 316 19 361 33 1,089 627 28 308 298 24 576 15 225 360 29 267 268 -17 289 -15 225 255 30 303 310 19 361 27 729 513 31 310 312 26 676 29 841 754 32 240 241 -44 1,936 -42 1,764 1848 33 322 315 38 1,444 32 1,024 1216 34 311 311 27 729 28 784 756

Page 127: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

35 302 301 18 324 18 324 324 36 268 250 -16 256 -33 1,089 528 37 316 315 32 1,024 32 1,024 1024 38 286 296 2 4 13 169 26 39 268 265 -16 256 -18 324 288 40 290 281 6 36 -2 4 -12 41 282 279 -2 4 -4 16 8 42 288 285 4 16 2 4 8 43 278 286 -6 36 3 9 -18 44 312 310 28 784 27 729 756 45 309 298 25 625 15 225 375 46 275 288 -9 81 5 25 -45 47 323 326 39 1,521 43 1,849 1677 48 296 301 12 144 18 324 216 49 280 284 -4 16 1 1 -4 50 266 263 -18 324 -20 400 360 51 287 287 3 9 4 16 12 52 265 259 -19 361 -24 576 456 53 280 279 -4 16 -4 16 16 54 296 300 12 144 17 289 204 55 287 288 3 9 5 25 15

TOTAL 15,626 15,552 6 38,038 -13 39,085 37,360

Page 128: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

Lampiran 6

PERHITUNGAN UJI HIPOTESIS

1. Rumus-rumus

a. Rumus Chi Kuadrat:

))()()(()( 2

2

DBCADCBABCADN

++++−

b. Rumus Chi Kuadrat koreksi Yates

{ }))()()((

2/)( 22

DBCADCBANBCADN

c ++++−

2. Perhitungan uji hipotesis

a. Hipotesis I: Aspek pembinaan pribadi

22,0531216

)46(5534213124)154200(55

)2014)(1110)(1120)(1410()11142010(55

2

22

22

22

=

=

−=

++++−

=

χ

χ

χ

χ

xxx

xx

b. Hipotesis II: Aspek pembinaan hidup kristiani

01,0562464

)12(5527283124)192180(55

)1512)(1612)(1516)(1212()16121512(55

2

22

22

22

=

−=

−=

++++−

=

χ

χ

χ

χ

xxx

xx

Page 129: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

c. Hipotesis III: Aspek pembinaan menanggapi panggilan

{ }

{ }

{ }

{ }

18,2562464

25.2235055562464

5,14955562464

)5,27177(5528273124

5,27)108285(55

)199)(12115)(1912)(915(2/55)1291915(55

2

2

22

22

22

22

=

=

=

−=

−−=

++++−−

=

c

c

c

c

c

c

x

xxx

xx

χ

χ

χ

χ

χ

χ

d. Hipotesis IV: Aspek pembinaan intelektual

22,0531216

)46(5534213124)154200(55

)2014)(1110)(1120)(1410()11142010(55

2

22

22

22

=

=

−=

++++−

=

χ

χ

χ

χ

xxx

xx

e. Hipotesis V: Aspek pembinaan semangat misioner

{ }

{ }

{ }

{ }

68,4540144

25,4601055540144

5,21455540144

)5,27242(5533223124

5,27)80322(55

)2310)(814)(238)(1014(2/55)8102314(55

2

2

22

22

22

22

=

=

=

−=

−−=

++++−−

=

c

c

c

c

c

c

x

xxx

xx

χ

χ

χ

χ

χ

χ

Page 130: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

f. Hipotesis VI: Aspek pembinaan sikap dialog antar umat beragama

85,2558000

)170(5530253124)110180(55

)2010)(1114)(2011)(1014()11102014(55

2

22

22

22

=

=

−=

++++−

=

χ

χ

χ

χ

xxx

xx

Page 131: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

Lampiran 7

Page 132: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

Lampiran 8

Page 133: Cover revisi terbaru - core.ac.uk file“Kerjakan hal-hal baik yang dapat kau kerjakan, dengan semua cara yang dapat kau lakukan, pada setiap tempat di mana kau berada, pada setiap

Lampiran 9