Cover Proposal
-
Upload
efriday-cicit-cuwit -
Category
Documents
-
view
229 -
download
2
description
Transcript of Cover Proposal
PROPOSAL
PENINGKATAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR DALAM
PEMBELAJARAN PROSES FOTOSINTESIS MELALUI METODE
PENDEKATAN INKUIRI DAN LESSON STUDY
PADA SISWA KELAS VIII SMP
Oleh:
Nama : Efriana Arga Trian
NIM : 4001409054
Program Studi : Pendidikan IPA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
PROPOSAL SKRIPSI
Nama : Utari Dwi Kusuma
NIM : 2503406520
Program Studi : Pendidikan Seni Musik
I. JUDUL SKRIPSI
“PENINGKATAN KREATIVITAS PENYUSUNAN MELODI
PENGIRING DALAM PEMBELAJARAN ANSAMBEL MUSIK
DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROBLEM SOLVING PADA
SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 4 PEKALONGAN”
II. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pentingnya pendidikan bagi pembinaan Sumber Daya Manusia
sangat diharapkan oleh setiap manusia. Dengan adanya pendidikan maka
akan tercipta seorang manusia yang cakap, terampil dan berilmu sebagai
bekal hidup nantinya, serta mampu hidup mandiri di tengah pesatnya
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini. Oleh karena itu,
kualitas pendidikan semestinya ditingkatkan agar tujuan pendidikan
Nasional dapat terwujud seperti yang dijelaskan dalam Undang-Undang
No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 yang merumuskan bahwa Pendidikan
nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dalam
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa pada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, cakap, kreatif, demokratis, serta
bertanggungjawab (Surayin, 2004: 24).
Kurikulum di Indonesia telah mengalami beberapa kali
perubahan, yaitu kurikulum 1968, 1975, 1984, 1994 ( yang sering dikenal
dengan kurikulum CBSA), dan kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK), serta kurikulum 2006 dengan model Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang digunakan sampai sekarang.
Mulyasa (2007:12) mengemukakan bahwa KTSP adalah
kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan
oleh setiap satuan pendidikan yang sudah siap dan mampu
mengembangkannya dengan memperhatikan Undang-Undang No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36:
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan menngacu pada Standar
Nasonal Pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasiona.
Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan
dengan prinsip diversivikasi sesuai dengan satuan pendidikan,
potensi daerah dan peserta didik.
Kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah
dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada
standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan
kurikulum yang dibuat oleh BSNP.
Struktur dan muatan KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah yang tertuang dalam SI meliputi lima kelompok mata
pelajaran sebagai berikut: (1) kelompok mata pelajaran agama dan akhlak
mulia, (2) kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian,
(3) kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan tekhnologi, (4)
kelompok mata pelajaran estetika, dan (5) kelompok mata pelajaran
jasmani, olahraga dan kesehatan.
KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) tahun 2006,
sekolah diperbolehkan menyelenggarakan pelajaran Seni Budaya sesuai
dengan guru yang tersedia. Sekolah diberi kebebasan dalam
mengembangkan materi pembelajaran. Secara garis besar pelajaran Seni
Budaya dalam KTSP mencakup dua aspek yaitu Apresiasi dan Kreasi.
Pembelajaran Seni Budaya dalam struktur dan muatan KTSP
termasuk kelompok mata pelajaran estetika. Pelajaran Seni Budaya di
Sekolah Menengah Pertama untuk kelas VII, VIII dan IX terdiri dari Seni
Rupa, Seni Musik dan Seni Tari. Fungsi pelajaran Seni Budaya adalah
untuk mengembangkan sikap, kemampuan kreativitas, kepekaan
citarasan dan musikalitas. Sedangkan tujuan pembelajaran Seni Budaya
adalah mengembangkan apresiasi seni, daya kreasi dan kecintaan pada
seni budaya nasional.
Pembelajaran Seni musik di Sekolah Menengah Pertama
merupakan salah satu bagian dari mata pelajaran Seni Budaya. Salah satu
pokok bahasan yang ada dalam mata pelajaran Seni Musik adalah
mengaransir secara sederhana karya lagu etnik nusantara dalam bentuk
ansambel musik. Yang akan dipelajari dalam pembelajaran ini adalah
mengaransir secara sederhana dengan memberikan melodi kedua dan
ketiga dari lagu etnik nusantara serta menampilkan hasil aransemen
sederhana dalam tiga suara dalam bentuk ansambel musik.
Pembelajaran seni musik bertitik tolak pada bunyi atau suara yang
di dalamnya terkandung unsur-unsur musik. Unsur-unsur musik adalah
melodi, harmoni, irama, bentuk dan ekspresi. Sasaran pokok yang dicapai
dalam pembelajaran Seni Musik adalah penanaman rasa musikalitas,
mengembangkan sikap dan kemampuan berkreasi, menghargai seni dan
meningkatkan kreativitas sehingga siswa mampu memupuk rasa seni
pada diri setiap anak melalui perkembangan musik, anggapan terhadap
musik, kemampuan mengungkapkan dirinya melalui musik yang dapat
dijadikan bekal untuk melanjutkan studinya ke pendidikan yang lebih
tinggi.
Pendidikan seni musik dibelajarkan untuk mengetahui konsep
pendidikan seni musik secara teori dan praktek serta tidak melahirkan
musisi-musisi hebat tetapi lebih menekankan pada pengenalan secara
umum tentang seni musik yang diajarkan. Dalam hal ini siswa tidak
dituntut menjadi seniman, melainkan hanya untuk memperoleh
pengalaman berekspresi dan berapresiasi yang bersifat keterampilan
dasar, bukan keterampilan individu seperti sekolah-sekolah khusus
musik.
Pembelajaran musik di sekolah harus mengantarkan anak pada
pengalaman yang menyenangkan, sehingga anak dapat merasakan bahwa
musik itu adalah sumber keindahan. Bila anak terlibat dalam musik,
selain dapat mengembangkan kreativitas mereka, musik juga dapat
membantu dalam perkembangan individu anak, pengembangan
sensitivitas anak, membangun rasa keindahan anak, membuat anak dapat
mengungkapkan ekspresi, memberi tantangan, dan melatih disiplin.
Ada beberapa alasan yang mendorong penulis memilih aspek
peningkatan kreativitas penyusunan melodi pengiring dalam
pembelajaran ansambel musik di SMP Negeri 4 Pekalongan dalam
penelitian ini, yakni adanya permasalahan yang sering timbul dalam
kegiatan belajar mengajar yang bersumber dari komponen yang
merupakan unsur penentu keberhasilan pengajaran tersebut, yaitu siswa,
tujuan, bahan atau materi,dan metode
Dari segi siswa permasalahan yang ada adalah rendahnya hasil
belajar yang dicapai oleh siswa dan kurangnya keaktifan siswa dalam
proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari nilai yang diperoleh siswa
masih banyak yang tidak memenuhi standar ketuntasan. Kemampuan
siswa kelas VIII A SMP 4 Pekalongan dalam keterampilan menyusun
melodi dan memainkan alat musik masih terbilang rendah. Hal tersebut
dapat dilihat dari siswa yang tidak memenuhi standar Kriteri Ketuntasan
Minimum (KKM) sekitar 51% yaitu 19 siswa dapat dikatakan belum
memenuhi standar ketuntasan dari jumlah seluruh siswa kelas VIII A
yaitu 37 siswa. Standar KKM di SMP Negeri 4 Pekalongan pada
pelajaran Seni Musik adalah 70. Data terakhir nilai siswa yang terendah
adalah 60, sedangkan nilai yang tertinggi adalah 80 dengan skor
maksimal 100. Pembelajaran yang terjadi di kelas masih cenderung pasif
dan jika ada yang aktif biasannya terbatas pada peserta didik yang sama.
Keaktifan dalam pembelajaran di kelas merupakan salah satu masalah
yang dihadapi di sekolah-sekolah pada umumnya tak terkecuali di SMP
Negeri 4 Pekalongan.
Berkenaan dengan masalah dari segi tujuan pembelajaran adalah
bagaimana cara untuk membuat peserta didik agar mudah memahami
materi pelajaran yang disampaikan oleh guru karena peserta didik setiap
hari diberi materi dari pelajaran yang berbeda dan itu membutuhkan
pemahaman yang ekstra untuk memahami dan mengerti semua materi
yang disampaikan oleh guru di dalam kelas. Seorang guru harus selalu
berusaha mengajarkan pendidikan musik dengan merencanakan
pembelajaran yang dapat langsung melibatkan anak dengan kegiatan
musik yang aktif dan dapat memberikan sentuhan pribadi pada anak baik
secara emosi maupun secara fisik.
Adapun mengenai materi pendidikan yang dituntut agar sesuai
dengan peserta didik yang mempelajarinya. Artinya, bahan yang akan
diberikan harus dapat disesuaikan dengan kemampuan peserta didik,
menarik perhatian, sesuai jenis kelamin, umur, bakat, minat, latar
belakang dan pengalaman.
Unsur yang terakhir yaitu metode. Kesulitan lain yang dialami
oleh siswa dimungkinkan disebabkan karena sulitnya anak memahami
atau menangkap suatu materi pembelajaran karena suatu metode
pembelajaran yang kurang tepat. Kurang tepatnya penggunaan suatu
metode dalam pembelajaran mengakibatkan anak menjadi bosan dan
siswa kurang tertarik terhadap pembalajaran seni musik. Hal tersebut
dapat dilihat dari aktivitas siswa di kelas dalam proses belajar mengajar
seperti siswa melamun saat guru menjelaskan pelajaran, siswa berbicara
sendiri dan bergurau bersama temannya, serta siswa mengantuk saat
kegiatan pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan masalah yang ada di SMP 4 Pekalongan penulis
bermaksud mengadakan penelitian yang berkaitan dengan penyusunan
melodi pengiring dalam pembelajaran ansambel musik dengan
menggunakan metode problem solving. Dengan diterapkannya metode
problem solving diharapkan dapat membantu siswa dalam peningkatan
kreativitas penyusunan melodi pengiring dalam pembelajaran ansambel
musik. Problem Solving adalah suatu metode pembelajaran yang
memusatkan pengajaran dan ketrampilan pemecahan masalah yang
diikuti dengan penguatan ketrampilan (Pepkin, 2004:1). Dalam metode
pembelajaran ini siswa harus dapat berfikir kreatif dan aktif. Berfikir
kreatif merupakan cara berfikir yang menghasilkan sesuatu yang baru
dalam konsep, pengertian, dan penemuan. Dengan berfikir kreatif dan
aktif seseorang akan lebih banyak menghasilkan alternatif pemecahan
permasalahan. Penerapan metode pembelajaran problem solving sangat
memberikan sarana bagi siswa untuk berfikir deduktif, aktif, dan kreatif.
Siswa sering dihadapkan dengan bahan pelajaran yang tidak
disadari maknanya. Ia mempelajari karena terpaksa, karena takut akan
kegagalan dan hukuman, karena diharapkan oleh guru dan orang tua.
Karena itu memberi kesempatan bagi murid untuk menghadapi masalah
nyata tampaknya merupakan suatu cara yang penting dalam belajar
(Nasution, 2005 : 85). Siswa yang mulanya kurang minat terhadap
pembelajaran seni musik diharapkan menjadi senang dan tertarik, siswa
yang mulanya ragu-ragu dan takut mengikuti pelajaran seni musik
diharapkan mampu mengekspresikan dirinya. Guru dan siswa bersama-
sama memecahkan masalah yang dihadapi siswa, sehingga siswa lebih
mengerti apa yang kurang pada dirinya dan bagaimana cara penyelesaian
masalahnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Apakah dengan menggunakan metode Problem Solving dapat
meningkatkan kreativitas penyusunan melodi pengiring siswa kelas VIII A
dalam pembelajaran ansambel musik di SMP Negeri 4 Pekalongan?
2. Apakah dengan menggunakan metode Problem Solving dapat
meningkatkan keaktifan siswa kelas VIII A dalam pembelajaran ansambel
musik di SMP Negeri 4 Pekalongan?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui peningkatan kreativitas penyusunan melodi pengiring
siswa kelas VIII A dalam pembelajaran ansambel musik di SMP Negeri 4
Pekalongan dengan menggunakan metode Problem Solving.
2. Untuk mengetahui peningkatan keaktifan siswa VIII A dalam
pembelajaran ansambel musik di SMP Negeri 4 Pekalongan dengan
menggunakan metodeProblem Solving.
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti mempunyai dua manfaat yaitu manfaat teoritis
dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan penelitian pendidikan Indonesia, khususnya bidang
penelitian tindakan kelas. Penelitian ini juga diharapkan menambah
pengetahuan tentang pengajaran mata pelajaran pendidikan seni musik,
terutama penerapan penelitian untuk meningkatkan kreativitas penyusunan
melodi pengiring dalam pembelajaran ansambel musik dengan
menggunakan Problem Solving.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat:
1. Bagi guru,
Untuk mengembangkan media dan metode guru dalam pembelajaran
seni musik khususnya ansambel musik. Hasil penelitian ini yang dapat
menjadi masukan atau informasi dalam pembelajaran seni musik
dalam hal pengembangan kreativitas penyusunan melodi pengiring
dalam pembelajaran ansambel musik.
2. Bagi sekolah,
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan
acuan demi pelaksanaan tindakan pembelajaran seni musik pada waktu
berikutnya. Selain itu, dengan adanya penelitian ini diharapkan pihak
sekolah dapat meningkatkan sarana prasarana penunjang kegiatan
pembelajaran seni musik.
3. Bagi lembaga,
Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah daftar bacaan
dan referensi di Universitas, khususnya jurusan Pendidikan Seni
Musik. Sebelum itu juga diharapkan dapat menambah kasanah
pengetahuan dan pemahaman bagi pembaca tentang peningkatan
kreativitas penyusunan melodi pengiring dalam pembelajaran
ansambel musik dengan menggunakan Problem Solving.
E. Sistematika Penelitian Skripsi
Sistematika skripsi terdiri dari 3 bagian yaitu bagian awal, bagian isi dan
bagian akhir.
Bagian awal terdiri atas halaman judul, halaman pengesahan, halaman
motto, persembahan, kata pengantar, sari, daftar isi, daftar gambar dan daftar
lampiran.
Bagian Isi terdiri atas : Bab I, Pendahuluan yang berisi latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
skripsi. Bab II, Landasan Teori memuat pendapat-pendapat yang
dikemukakan oleh para ahli yang dapat digunakan sebagai landasan dalam
pelaksanaan dan penulisan laporan, kerangka teoritik dan hipotesis tindakan.
Bab III, Metode Penelitian berisi tentang pendekatan penelitian, subjek
penelitian, tempat dan waktu penelitian, proses pecemahan masalah, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data, indikator keberhasilan. Bab IV, Hasil
Penelitian berisi kondisi awal prestasi belajar dan perilaku siswa terhadap
mata pelajaran seni musik, hasil penelitian siklus I, hasil penelitian siklus II,
pembahasan. Bab V, Penutup terdiri atas kesimpulan, implikasi dan saran-
saran.
Dan bagian akhir terdiri atas daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
III. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
Landasan Teori:
A. Kreativitas
Makin banyak orang menyadari bahwa kreativitas memainkan
peran teramat penting dalam meraih kebahagiaan pribadi dan
keunggulan profesional. Orang kreatif adalah mereka yang unggul
dalam pekerjaan, produksi film dan pementasan, mengubah musik,
melukis, menurunkan berbagai karya keindahan dan lain sebagainya.
Kreativitas merupakan suatu bidang kajian yang kompleks, yang
menimbulkan berbagai perbedaan pandangan. Perbedaan definisi
kreativitas yang dikemukakan oleh banyak ahli merupakan definisi
yang saling melengkapi. Sudut pandang para ahli terhadap kreativitas
menjadi dasar perbedaan dari definisi kreativitas. Beberapa pendapat
tentang kreativitas antara lain adalah:
Evans (1994 : 1) kreativitas adalah keterampilan untuk
menentukan pertalian baru, melihat subjek dari perspektif baru, dan
membentuk kombinasi-kombinasi baru dari dua atau lebih konsep
yang telah tercetak dalam pikiran. Kreativitas adalah spontan, aturan
yang timbul dari dalam dan tidak dapat diramalkan.
Mack (2001 : 13) kreativitas berarti membangun sesuatu
melalui jumlah ilham-ilham baru, baik dalam rangka seni maupun
ilmu alam dan lain-lain.
Samples (2002 : 160) mengatakan bahwa ketika seorang anak
mengadukan pengalamannya menjadi suatu visi yang baru (bagi anak
tersebut), berarti ia telah mengalami kreativitas. Perubahan memang
perlu bagi kreativitas, tetapi demikian pula kestabilan. Perubahan
mendorong proses dan kestabilan menguatkan.
Munandar (2004 : 8) mengatakan bahwa harus diakui bahwa
memang sukar untuk menentukan satu devinisi yang operasional dari
kreativitas, karena kreativitas merupakan konsep yang majemuk dan
multi-dimensional, lepas dari kesulitan dalam terminology (daya cita,
daya kreasi atau kreativitas?). Baik faktor lingkungan maupun faktor
motivasi dan temperamen mempunyai peran penting dalam
produktivitas kreatif.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa pengertian kreativitas adalah kemampuan untuk
mendapatkan gagasan baru dan menerapkannya dalam memecahkan
masalah. Sesuatu dikatakan memiliki unsur kreativitas bila dapat
memunculkan gagasan-gagasan baru
Ayan (2002 : 73) menyebutkan 10 strategi kreativitas adalah:
1. Menyatu dengan Masyarakat Luas
Dapat dilakukan dengan memanfaatkan semua peluang dan
kesempatan dalam tiap percakapan. Tiap orang dapat menuntun ke
arah yang baru yang mampu memberikan inspirasi secara langsung
maupun tidak langsung seperti komentar.
2. Rancang Suatu Lingkungan Bernilai Tambah
Pengaruh lingkungan terhadap kreativitas sangat besar.
Lingkungan mempengaruhi suasana hati, memberi rangsangan kuat
pada perasaan, ide, dan wawasan serta dapat mengobarkan jiwa
seni.
3. Mengembara Keluar dari Dunia Sempit Anda
Bertualang keluar dari zona kenyamanan geografis akan
menyegarkan semangat kreativitas kita. Pergi ke tempat yang
belum pernah kita kunjungi sebelumnya, pikiran berkembang
bebas dan kita akan menjadi lebih sadar akan keadaan sekitar.
4. Menyulut Inspirasi dari Permainan dan Humor
Kemampuan bermain merupakan unsur penting dalam banyak
bidang usaha kreatif. Bermain mencakup semua bentuk bersenang-
senang, termasuk lomba, mainan, olahraga, lelucon, permaian kata,
dan kegiatan yang kadang disebut kesenangan anak: mewarnai
gambanr, serta aktivitas lain yang dianggap remeh.
5. Kembangkan Daya Pikir dengan Membaca
Salah satu tujuan terpenting membaca adalah mengobarkan
gagasan dan upaya kreatif. Orang yang tidak membaca buku
bermutu tidak memiliki kelebihan daripada orang yang tidak biasa
membaca buku tersebut.
6. Gemarilah Kesenian
Kekuatan kesenian sebenarnya terletak pada kesanggupannya
berkomunikasi langsung dan mendalam dengan ruh kreatif. Seni
dan musik dapat meringankan dan merangsang pikiran.
7. Geluti Teknologi
Jika kita tidak mampu mengimbangi laju revolusi teknologimasa
kini, kita sama sekali takkan mengerti manfaat yang dibawanya.
Belajarlah memanfaatkan teknologi sebagai penjelit terbaru
kreativitas.
8. Hadapi Tantangan dengan Teknik Berpikir Ampuh
Yang paling penting dalam teknik Berpikir Ampuh manapun
adalah meningkatkan jumlah ide, bukan mutu ide.
9. Membebaskan Alam Kesadaran Lain
“alam kesadaran lain” harus dianggap sebagai wilayah “antah
berantah” yang kemungkinan besar adalah tempat berasal ide-ide
kita.
10. Menyatu dengan Jiwa Kreatif
Inilah strategi yang paling sulit digambarkan. Mengkaitkan diri
dengan nurani terdalam membutuhkan keterbukaan diri agar yakin
bahwa dalam diri kita masing-masing sesungguhnya terdapat
benih-benih ide cemerlang.
Konsep kreativitas dalam musik adalah suatu kemampuan atau
keterampilan siswa dalam melakukan kegiatan musik baik bernyanyi
ataupun bermain instrument menuju hasil yang terbaik sesuai dengan
kemampuan dan alam siswa. Kreativitas biasanya terkait dengan
penjiwaan dalam bernyanyi atau bermain instrument, membuat irama
dengan ketukan, dan membuat hiasan melodi atau irama.
B. Melodi Pengiring
Dalam teori musik Barat, bahkan dalam pengertian musik pada
umumnya, tidak ada istilah lain yang sering dipakai daripada
“melodi”, sekalipun konotasinya sangat terbatas. Kenyataan ini tidak
hanya terdapat di Indonesia saja, di seluruh dunia pengertian
konvensional tentang istilah “melodi” sangatlah membingungkan.
Yang menarik juga adalah kenyataan bahwa jarang terdapat suatu
buku ilmiah tentang teori melodi atau estetika melodi, baik oleh ahli
teori maupun para pencipta.
Kodijat (1983 : 45) Melodie adalah nyanyian, urutan nada-
nada dalam berbagai tinggi dan nilai.
Jamalus (1988 : 16) mengemukakan bahwa melodi adalah
susunan rangkaian nada (bunyi dengan getaran teratur) yang terdengar
berurutan serta berirama, dan mengungkapkan suatu gagasan.
Abraham dan Dahlhaus (dalam Mack, 2004 : 9) berpendapat
bahwa teori melodi merupakan sesuatu yang sangat elementer (dasar)
dan hakiki, maka harus dikembangkan berbagai usaha rumusan ilmiah
tentang melodi sebagai elemen dasar teori musik terlebih dahulu.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa melodi pengiring
adalah susunan rangkaian nada-nada yang berbeda tinggi, yang kita
dengar berurutan dengan irama tertentu.
C. Pembelajaran
a. Pengertian Belajar
Belajar dan pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang
tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Dengan belajar
manusia dapat mengembangkan potensi-potensi yang dibawanya
sejak lahir. Belajar selalu berkenaan dengan perubahan-perubahan
pada diri orang yang belajar baik mengarah pada yang lebih baik
atau pun yang kurang baik, direncanakan atau tidak.
Menurut Pasaribu dan Simanjutak (1983 : 59 ) belajar
adalah suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap
lingkungan, perubahan tersebut tidak dapat disebut belajar apabila
disebabkan oleh pertumbuhan atau keadaan sementara seseorang
seperti kelelahan atau disebabkan obat-obatan.
Djamarah dan Zain (2002 : 11) belajar adalah proses
perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya,
tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang
menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap; bahkan
meliputi segenap aspek organisme atau pribadi.
Menurut Witherington (dalam Syaodih, 2005: 155) belajar
merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan
sebagai pola-pola respon yang baru yang berbentuk keterampilan,
sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan.
b. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran diidentikan dengan kata “mengajar” yang
berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan
kepada orang supaya orang tersebut tahu dan ditambah dengan
awalan “pe” dan akhiran “an menjadi “pembelajaran”, yang
berarti proses dan perbuatan. Beberapa pendapat tentang
pembelajaran antara lain adalah:
Hamzah (2006 : 2) pembelajaran merupakan upaya untuk
membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak
hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar,
tetapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar
yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
diinginkan.
Hamalik (1994 : 57) Pembelajaran merupakan suatu
kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi,
material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.
Hanzah (2007 : 54) Pembelajaran dapat diartikan sebagai
suatu proses interaksi antara peserta belajar dengan pengajar atau
instruktur dan atau sumber belajar pada suatu lingkungan belajar
untuk mencapai tujuan belajar tertentu.
Majid (2007 : 11) Pembelajaran atau ungkapan yang lebih
dikenal sebelumnya “pengajaran” adalah upaya untuk
membelajarkan siswa. Pembelajaran merupakan salah satu
wahana yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan potensi murid menuju jalan kehidupan yang
disediakan oleh Allah SWT, dan murid sendiri yang memilih,
memutuskan dan mengembangkan jalan hidup dan kehidupan
yang telah dipelajari dan dipilihnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran adalah suatu
kegiatan yang diarahkan untuk memberdayakan semua potensi
peserta didik untuk menguasai potensi yang diharapkan.
Dengan demikian kegiatan pembelajaran perlu : 1)
berpusat pada peserta didik; 2) mengembangkan kreativitas
peserta didik; 3) menciptakan kondisi yang menyenangkan dan
menantang; 4) bermuatan, nilai, etika, estetika, logika, dan
kinestetika, dan 5) menyediakan pengalaman belajar yang
beragam.
D. Ansambel Musik
Ansambel berasal dari kata Ensamble (Perancis) yang berarti
bersama-sama. Dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa ansambel musik
adalah sebuah sajian musik dengan menggunakan berbagai macam
alat musik dengan lagu yang sederhana. Kodijat ( 1983 ; 25 )
Ensambel adalah rombongan, permainan bersama, sekelompok
musisi.
Joseph (2006 : 126) ansambel adalah kesatuan musik yang
dimainkan beberapa orang secara bersama-sama.
Terdapat dua jenis ansambel musik, yaitu :
1. Musik Ansambel Sejenis
Dalam ansambel ini hanya terdapat satu jenis alat musik dalam
jumlah yang banyak. Biasanya nama musik ansambel ini
disebutkan menurut alat musiknya, misalnya ansambel musik gitar,
ansambel musik recorder, pianika, alat musik ritmis atau biola.
2. Musik Ansambel Campuran
Musik ansambel campuran yaitu bentuk penyajian musik ansambel
yang menggunakan beberapa jenis alat musik, antara lain :
recorder, pianika, gitar, castanet, triangle, maracas, dan cymbal.
Bagian-bagian musik ansambel:
1. Pendahuluan
Bagian pendahuluan berbentuk melodi yang dimainkan pada awal
sebelum memasuki lagu, biasanya disebut prelude. Prelude
biasanya terdiri dari 4 – 8 birama atau frase terakhir dari melodi
lagu atau dapat juga melodi lain yang dirasa lebih harmonis.
2. Isi dan Tema
Isi dan tema berupa lagu yang akan disajikan baik menggunakan
instrument ataupun vocal. Lagu ini ditulis oleh komponis untuk
menyampaikan tema tertentu mengenai pengalaman estetis.
3. Penutup
Bagian penutup dalam musik ansambel juga berupa melodi yang
dimainkan setelah isi (lagu). Melodi ini disebut coda. Melodi coda
bisa sama dengan melodi prelude atau bisa juga melodi lain yang
dirasa lebih enak di dengar. Panjang coda antara 4 sampai dengan 8
birama atau satu frase.
E. Problem Solving
Problem Solving atau yang biasa disebut dengan pemecahan
masalah merupakan salah satu metode mengajar. Dalam model
pembelajaran ini siswa harus dapat berfikir kreatif dan aktif. Berfikir
kreatif merupakan cara berfikir yang menghasilkan sesuatu yang baru
dalam konsep, pengertian dan penemuan. Dengan berfikir kreatif dan
aktif, seseorang akan lebih banyak menghasilkan alternatif
penyelesaian masalah.
Sudjana (1987 : 85) mengatakan bahwa metode Problem
Solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode
mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam
Problem Solving dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai
dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
Evans (1994 : 105) mengatakan bahwa problem solving
merupakan sebuah metodologi terstruktur untuk pemecahan masalah
yang melengkapi pendekatan praktis pada problem-problem yang
menjadi tujuan yang didapatkan pada setiap disiplin.
Majid (2007 : 142) metode pemecahan masalah (problem
solving) merupakan cara memberikan pengertian dengan menstimulasi
anak didik untuk memperhatikan, menelaah, dan berfikir tentang suatu
masalah untuk selanjutnya menganalisis masalah tersebut sebagai
upaya untuk memecahkan masalah.
Nasution (2005 : 170) mengatakan bahwa memecahkan
masalah dapat dipandang sebagai proses dimana pelajar menemukan
kombinasi aturan-aturan yang telah dipelajarinya lebih dahulu yang
digunakannya untuk memecahkan masalah yang baru.
Jadi, problem solving adalah salah satu metode pembelajaran
yang memusatkan pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah
yang diikuti dengan penguatan keterampilan sehingga siswa dapat
menemukan permasalahan, menelaahnya dan memecahkan masalah
itu sehingga dalam memecahkan masalah akan diperoleh hasil yang
maksimal.
Langkah-langkah dalam Problem Solving
Majid (2007 : 143) adapun langkah-langkah yang ditempuh
dalam metode problem solving adalah sebagai berikut:
1. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus
tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.
2. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah tersebut. Misalnya dengan jalan membaca
buku-buku, meneliti, bertanya, berdikusi, dan lain-lain.
3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan
jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh.
4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini
siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul
yakin bahwa jawaban tersebut itu betul-betul cocok.
5. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada
kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.
F. Kerangka Teoritik
Mengaransir secara sederhana karya lagu etnik nusantara
dalam bentuk ansambel musik merupakan kompetensi dasar yang
harus digunakan oleh siswa dalam pembelajaran yang sesuai dengan
kurikulum yang berlaku yakni kurikulum 2006 model KTSP. Dalam
hal ini, siswa sebagai subjek penelitian dituntut untuk mengaransemen
sebuah lagu secara bertahap. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
mengaransir sebuah lagu adalah ketepatan melodi.
Pada dasarnya pengajaran mengaransir lagu mempunyai tujuan
supaya siswa memiliki kemampuan berkreativitas, pengalaman
berkreasi, dan memanfaatkan ketrampilan dalam berbagai keperluan.
Mengaransir lagu dalam penyusunan melodi bukanlah suatu
pekerjaan yang mudah. Pada umumnya siswa mengalami kesulitan
menuangkan ide kedalam sebuah lagu. Karena itu agar kesulitan
tersebut dapat diatasi perlu diterapkan suatu metode yang tepat serta
menarik perhatian siswa. Salah satu metode yang digunakan adalah
dengan menerapkan metode Problem Solving. Dengan metode ini
diharapkan dapat membantu mengembangkan kreativitas serta
semangat siswa dalam pembelajaran seni musik dan menjadikan
motivasi siswa untuk terus belajar.
Metode Problem Solving adalah suatu metode pembelajaran
yang memusatkan pengajaran dan ketrampilan pemecahan masalah
yang diikuti dengan penguatan ketrampilan (Pepkin, 2004:1). Ketika
dihadapkan pada suatu pertanyaan, siswa dapat melakukan
keterampilan untuk memecahkan masalah, untuk memilih dan
mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya dengan cara menghafal
tanpa dipikir, keterampilan memecahkan masalah memperluas proses
berfikir.
Pembelajaran menggunakan metode problem solving
diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa dan keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran yang berlangsung.
Dengan adanya permasalahan tersebut peneliti melakukan
penelitian tindakan kelas. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini
dilakukan melalui dua siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahap,
yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Siklus I dimulai dari tahap perencanaan berupa rencana
kegiatan menentukan langkah-langkah yang dilakukan peneliti untuk
memecahkan masalah. Pada tahap tindakan sesuai dengan rencana
yang telah disusun. Tindakan yang dilakukan adalah melakukan
pembelajaran mengaransir lagu menjadi tiga suara dengan
mengunakan metode problem solving. Tahap observasi dilakukan
ketika proses pembelajaran berlangsung. Hasil yang diperoleh dalam
pembelajaran kemudian direfleksikan.
Kelebihan yang diperoleh dalam siklus I dipertahankan.
Sedangkan kelemahan yang ada dicari solusinya dalam siklus II
dengan cara memperbaiki perencanaan pada siklus II. Setelah
memperbaikai perencanaan, pada tahap berikutnya tindakan dan
observasi dilakukan sama dengan siklus I.
G. Hipotesis Tindakan
1. Metode Problem Solving dapat meningkatkan kreativitas siswa
dalam pembelajaran ansambel musik pada siswa kelas VIII A SMP
Negeri 4 Pekalongan.
2. Metode Problem Solving dapat meningkatkan keaktivan siswa
dalam pembelajaran ansambel musik pada siswa kelas VIII A SMP
Negeri 4 Pekalongan.
IV. METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian yang berjudul
“Peningkatan Kreativitas Pebnyusunan Melodi Pengiring dalam
Pembelajaran Ansambel Musik dengan Menggunakan Metode Problem
Solving pada Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 4 Pekalongan” adalah
pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian yang
dilakukan di dalam kelas dalam satu sekolah.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitiannya adalah siswa kelas VIII A dan guru mata pelajaran
seni musik SMP Negeri 4 Pekalongan.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 4 Pekalongan dan akan
dilaksanakan selama 3 bulan yakni bulan Januari sampai dengan April
2010.
Adapun tahapan-tahapannya sebagai berikut:
1. Bulan Januari dilakukan observasi ke SMP 4 Pekalongan,
mengamati bagaimana kondisi sekolah dan bagaimana
pembelajaran seni musik di SMP 4 Pekalongan.
Kemudian diadakan refleksi pra tindakan yaitu memberikan tugas,
memberi lagu. Disini siswa dibebaskan untuk memilih alat musik
yang disenanginya serta membentuk kelompok dari 40 siswa yang
terbagi menjadi 4 kelompok dimana tiap kelompoknya terdiri dari
10 orang.
2. Bulan Februari akan dilakukan tindakan siklus I yaitu mengaransir
lagu menjadi tiga suara yang telah diberikan oleh guru dengan
menerapkan metode problem solving sesuai dengan kelompoknya.
Kemudian di tampilkan dalam bentuk ansambel musik.
3. Bulan Maret dilakukan tindakan siklus II yaitu mengaransemen
lagu yang telah diberikan oleh guru dengan menerapkan metode
problem solving sesuai dengan kelompoknya. Kemudian di
tampilkan dalam bentuk ansambel musik.
D. Proses Pemecahan Masalah
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK), yakni
penelitian yang dilakukan di dalam kelas dalam satu sekolah. Penelitian
ini terdiri dari dua siklus pertama dan siklus kedua, masing-masing
siklus terdiri dari empat tahap yakni perencanaan (planning),
pelaksanaan/ tindakan (action), pengamatan (observation) dan refleksi
(reflection). Keempat tahap tersebut digunakan secara sistematis.
Berikut gambar siklus peneliti tindakan kelas ini,
Perencanaan Perencanaan
Refleksi Tindakan Refleksi Tindakan
Pengamatan Pengamatan
Tahap pertama pada desain PTK yaitu perencanaan, yakni rencana
tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki sebagai penyelesaian
masalah. Tahap yang kedua yaitu pelaksanaan atau tindakan, yaitu
suatu langkah yang dilakukan oleh peneliti sebagai suatu upaya
perbaikan atau solusi. Tahap yang ketiga yaitu observasi atau
pengamatan terhadap hasil dari tindakan yang telah dilaksanakan siswa,
kesulitan yang dialami siswa, tanggapan siswa di dokumentasikan
untuk dijadikan pertimbangan dalam perencanaan siklus berikutnya.
Tahap yang keempat atau yang terakhir yaitu refleksi, yakni kegiatan
mengulas hasil dari tindakan yang telah dilaksanakan. Berdasarkan
hasil refleksi penulis dapat melakukan perbaikan terhadap rencana
perbaikan terhadap rencana awal untuk siklus berikutnya. Penelitian ini
berupa mengaransemen sebuah lagu menjadi dua suara yang digunakan
untuk meningkatkan kreativitas siswa dan diterapkan dalam bentuk
ansambel musik.
Siklus I Siklus II
E. Prosedur Penelitian
1. Siklus 1
a) Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini dilakukan persiapan
pembelajaran yang dilakukan adalah menyusun rencana
pembelajaran, membuat dan menyiapkan instrument penelitian
berupa observasi, wawancara yang akan digunakan dalam
pembelajaran serta foto untuk dokumentasi, serta menyiapkan
perangkat tes yang digunakan untuk meningkatkan kreativitas
siswa melalui mengaransemen sebuah lagu, kemudian menyiapkan
alat musik yang digunakan untuk bermain ansambel musik serta
mengadakan kolaborasi dengan guru wali kelas.
b) Tindakan
Tindakan merupakan pelaksanaan rencana pembelajaran
yang telah dipersiapkan. Tindakan yang akan dilakukan garis
besarnya adalah pembelajaran mengaransemen lagu yaitu
menyusun melodi menjadi dua suara dengan menggunakan
problem solving kemudian di praktekkan dalam bentuk ansambel
musik . Pada tahap ini, dilakukan tiga tahap proses belajar
mengajar, yaitu pendahuluan, inti dan penutup.
Pada tahap pendahuluan, siswa dikondisikan untuk siap
mengikuti proses pembelajaran. Guru memberikan penjelasan
kepada siswa mengenai tujuan pembelajaran serta manfaat yang
akan diperoleh setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Tahap inti yaitu tahap mengaransemen lagu dan
mempraktekkannya, (1) guru menerangkan tentang bagaimana cara
mengaransemen lagu dengan cara membuat dua suara dari nada
asli, (2) guru menuliskan sebuah lagu di papan tulis lalu siswa
disuruh mengamati partitur lagu tersebut, (3) siswa
mengidentifikasi unsur-unsur musik (melodi, tempo, ketukan) pada
lagu tersebut, (4) siswa bersama-sama mengaransemen lagu yaitu
menyusun melodi menjadi tiga suara bersama kelompoknya
dengan menggunakan metode problem solving, (5) salah satu siswa
menuliskan masalah apa yang terjadi pada kelompoknya, (6) siswa
bersama-sama dengan kelompoknya mencari jawaban sementara
(hipotesis), (7) guru dan siswa bersama-sama menguji hipotesis
tersebut dan, (8) siswa di beri penguatan oleh guru terhadap hasil
pekerjaan siswa.
Tahap penutup meliputi, (1) siswa dan guru
menyampaikan materi pembelajaran, (2) guru dan siswa melakukan
refleksi terhadap pembelajaran hari itu, dan (3) guru memberikan
pekerjaan rumah untuk berlatih memainkan hasil aransemen
tersebut dalam bentuk ansambel musik menurut pembagian alat
musik mereka masing-masing sesuai dengan kelompoknya.
c) Pengamatan (Observasi)
Observasi adalah mengamati hasil atau dampak dari
tindakan-tindakan yang dilakukan siswa dalam pembelajaran
mengaransemen lagu dengan menggunakan metode problem
solving dan di tampilkan dalam bentuk ansambel musik. Dalam
observasi ini diungkapkan segala peristiwa yang berhubungan
dengan pembelajaran maupun respon terhadap metode
pembelajaran yang digunakan yaitu metode problem solving.
Dalam proses observasi ini, data diperoleh melalui
beberapa cara, yaitu (1) tes untuk mengetahui kemampuan siswa
dalam mengaransemen lagu dan menampilkannya, (2) observasi
untuk mengetahui tingkah laku dan aktivitas siswa selama
pembelajaran berlangsung, (3) wawancara untuk mengetahui
pendapat siswa yang dilakukan diluar jam pembelajaran terhadap
perwakilan siswa yang memperoleh nilai tertinggi, sedang dan
rendah, (5) dokumentasi foto yang digunakan sebagai laporan yang
berupa gambar aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran.
d) Refleksi
Setelah pelaksanaan tindakan, peneliti melaksanakan
refleksi yaitu mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil atau
dampak dari tindakan yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil
refleksi ini, peneliti dapat melakukan revisi terhadap rencana
selanjutnya atau terhadap rencana awal tes siklus II.
Pada tahap ini, peneliti menganalisis hasil tes dan nontes
(hasil observasi, dan hasil wawancara) siklus I. jika hasil tes
tersebut belum belum memenuhi nilai target yang telah di tentukan,
akan dilakukan tindakan siklus II. Sedangkan timbul pada siklus I
akan dicarikan alternatif pemecahannya pada siklus II, sedangkan
kelebihan-kelebihan yang ada pada siklus I akan dipertahankan dan
ditingkatkan.
2. Siklus II
a) Perencanaan
Perencanaan pada siklus II iniberdasarkan hasil siklus I.
Adapun rencana tindakan yang akan dilakukan adalah (1)
membuat perbaikan rencana pembelajaran tindakan
mengaransemen lagu menggunakan metode problem solving yang
materinya masih sama dengan siklus I. Namun, diupayakan dapat
memperbaiki masalah atau kekurangan-kekurangan pada siklus I,
(2) menyiapkan lembar wawancara, dan lembar observasi untuk
memperoleh data nontes siklus II, (3) menyiapkan perangkat tes
mengaransemen lagu yang akan digunakan dalam evaluasi
peningkatan kreativitas pada siklus II dan (4) menyiapkan alat
musik yang akan digunakan untuk permainan ansambel musik
dalam pembelajaran siklus II.
b) Tindakan
Tindakan yang dilaksanakan peneliti dalam siklus II
adalah pendahuluan yang meliputi, (1) guru menyiapkan keadaan
siswa, (2) guru mengingatkan kembali mengenai pembelajaran
pada pertemuan sebelumnya, (3) guru menyiapkan tujuan
pembelajaran hari itu.
Tahap inti yaitu tahap mengaransemen lagu dan
mempraktekkannya, (1) guru menuliskan sebuah lagu di papan
tulis lalu siswa disuruh mengamati partitur lagu tersebut, (2) siswa
mengidentifikasi unsur-unsur musik (melodi, tempo, ketukan) pada
lagu tersebut, (3) siswa bersama-sama mengaransemen lagu dengan
menyusun melodi menjadi tiga suara bersama kelompoknya
dengan menggunakan metode problem solving, (4) salah satu siswa
menuliskan masalah apa yang terjadi pada kelompoknya, (5) siswa
bersama-sama dengan kelompoknya mencari jawaban sementara
(hipotesis), (6) guru dan siswa bersama-sama menguji hipotesis
tersebut dan, (7) siswa di beri penguatan oleh guru terhadap hasil
pekerjaan siswa.
Tahap penutup meliputi guru dan siswa menyimpulkan
pembelajaran hari itu dan siswa bersama guru melakukan refleksi
terhadap proses pembelajaran hari itu.
c) Pengamatan (observasi)
Pada siklus II ini masih dilakukan pengamatan untuk
melihat peningkatan kreativitas belajar ansambel musik dan
perubahan perilaku siswa setelah tindakan siklus II. Observasi yang
dilakukan pada siklus II ini hampir sama dengan pelaksanaan
observasi pada siklus I.
Dalam proses observasi ini, data diperoleh melalui
beberapa cara, yaitu (1) tes untuk mengetahui kemampuan siswa
dalam mengaransemen lagu dan untuk mengetahui kemampuan
anak dalam bermain alat musik, (2) observasi tes untuk mengetahui
tingkah laku dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung,
(3) wawancara untuk mengetahui pendapat siswa yang dilakukan
diluar jam pembelajaran terhadap perwakilan siswa yang
memperoleh di laur jam pembelajaran terhadap perwakilan siswa
yang memperoleh nilai tinggi, sedang, rendah, (4) dokumentasi
foto yang digunakan sebagai laporan yang berupa gambar aktivitas
siswa selama mengukuti pembelajaran.
d) Refleksi
Refleksi pada siklus II dilakukan untuk mengetahui
keefektifan penggunaan metode problem solving dalam
peningkatan kreativitas belajar ansambel musik dan untuk
mengetahui keberhasilan pelaksanaan perbaikan tindakan pada
siklus I. Refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil tes
mengaransemen lagu dan hasil non tes yang dilakukan pada siklus
II. Hasil nontes yang berupa observasi, wawancara, dokumentasi
foto, dan juga dianalisis untuk mengetahui perubahan tingkah laku
siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
F. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data diperoleh melalui:
1. Teknik Tes
Data dalam penelitian tindakan kelas ini diperoleh dengan
mengadakan tes. Teknik tes yang digunakan dalam peneliti ini yaitu
pelaksanaan tes awal dan tes akhir. Tes awal dilakukan sekali pada
awal siklus I untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa
tentang mengaransemen sebuah lagu yaitu dengan menyusun melodi
menjadi tiga suara dengan menggunakan metode problem solving dan
sejauh mana kemampuan mereka dalam bermain ansambel musik.
Setelah itu pada siklus I dan II dilakukan tes akhir. Tes akhir
dilakukan dengan cara memainkan hasil aransemen lagu sesuai
dengan kelompoknya.
2. Teknik Non Tes
a. Observasi
Observasi digunakan untuk mengungkap data keaktifan siswa
selama proses pembelajaran ansambel musik dengan
menggunakan metode problem solving. Adapun tahap
observasinya yaitu:
1) mempersiapkan lembar observasi berisi butir-butir sasaran
amatan tentang keaktifan siswa dalam mendengarkan
penjelasan guru, keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran, dan keaktifan siswa dalam bermain ansambel
musik,
2) melaksanakan observasi selama proses pembelajaran yaitu
melalui mulai dari penjelasan guru, proses belajar
mengajar sampai dengan siswa memainkan lagu
aransemennya dalam bentuk ansambel musik,
3) Mencatat hasil observasi dengan mengisi lembar observasi
yang telah di persiapkan.
b. Wawancara
Teknik wawancara digunakan untuk memperoleh data tentang
tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran mengaransemen
lagu dan dalam pembelajaran ansambel musik dengan
menggunakan metode problem solving, serta untuk mengungkap
data penyebab kesulitan dan hambatan dalam pembelajaran
ansambel musik. Wawancara dilakukan pada 6 orang siswa yaitu
2 orang siswa yang mendapatkan nilai tes yang tinggi, 2 orang
yang mendapatkan nilai tes yang sedang, dan 2 orang yang
mendapatkan nilai tes yang rendah. Hal ini berdasarkan nilai tes
pada tiap siklus dan berdasarkan observasi yang dilakukan guru
selama proses pembelajaran.
c. Dokumentasi Foto
Pengambilan data melalui dokumentasi dilakukan pada saat
proses pembelajaran berlangsung, peneliti meminta bantuan
teman untuk mengambil gambar atau mendokumentasi
pembelajaran melalui foto proses pengambilan foto dilakukan
pada saat siswa melaksanakan proses pembelajaran yang terdiri
dari (1) kegiatan siswa awal pembelajaran, (2) kegiatan siswa saat
bersama-sama memecahkan masalah bersama kelompoknya (3)
kegiatan siswa saat bersama-sama berlatih alat musik, dam (4)
kegiatan pada siswa bermain ansambel musik bersama dengan
kelompoknya. Gambar-gambar foto yang telah terkumpul
selanjutnya dilaporkan secara diskripsi sesuai dengan kondisi
yang ada.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif.
1. Teknik Kuantitatif
Teknik kuantitatif dipakai untuk menganalisi data kuantitatif yang
diperoleh dari hasil tes mengaransemen lagu dan bermain ansambel
musik pada siklus I dan II.
Hasil tes ditulis secara presentase dengan langkah berikut ini. (a)
merekam nilai yang diperoleh siswa, (b) Menghitung nilai
kumulatif dari kegiatan siswa, (c) menghitung nilai rata-rata, dan
(d) menghitung nilai presentase.
Persentase ditulis dengan menggunakan rumus berikut.
SP = x 100 %
Keterangan :
SP : skor persentase
SK : skor komulatif
R : jumlah responden
Hasil perhitungan masing-masing siklus kemudian
diperbandingkan yaitu antara hasil siklus I dengan siklus II. Hasil
ini akan memberikan gambaran mengenai prosentase peningkatan
kreativitas belajar ansambel musik dengan menggunakan metode
problem solving.
2. Teknik Kualitatif
Teknik kualitatif dipakai untuk menganalisis data kualitatif yang
diperoleh dari hasil non tes. Hasil analisis digunakan untuk
mengetahui siswa yang mengalami kesulitan dalam mengaransir
lagu dan bermain ansambel musik. Hasil ini sebagai dasar untuk
menentukan siswa yang akan diwawancarai selain hasil nilai tes.
Penganalisisan data kualitatif adalah dengan menganalisi lembar
observasi yang telah diisi pada saat pembelajaran. Data wawancara
dianalisis dengan memutar lagi hasil wawancara dan menyalinnya
dalam bentuk tulisan. Hasil analisis secara keseluruhan digunakan
untuk mengetahui efektifitas penggunaan metode problem solving
untuk meningkatkan hasil belajar ansambel musik.
H. Indikator Keberhasilan
1. Adanya peningkatan kreativitas siswa dalam pembelajaran ansambel
musik yang ditunjukkan dengan hasil tes penguasaan kompetensi dasar
yang diperoleh mencapai ≥ 70 sebanyak ≥70 % setelah dilakukan
tindakan selama 2 siklus.
2. Adanya peningkatan aktivitas siswa yang ditunjukkan dengan
menggunakan skor aktivitas hingga mencapai rerata ≥ 3,00 atau
kualifikasi baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ayan, Jordan. 2002. Bengkel Kreativitas. Bandung : Kaifa.
Bell, B. F. 1993. Children’s Science, Constructivism and Learning in Science. Victoria : Deakin University.
BSNP. 2006. Panduan Penyusunan KTSP Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : BSNP
Departement of Physics, Indiana University, Bloomingtoon. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/hake [20 Juni 2004] 8 Inquiry Page. (2004). Our Definition of Inquiry. Tersedia: http://www.inquiry.uiuc.edu/inquiry/definition.php3
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA SMP/MTs. Jakarta: Balitbang Depdiknas
Depdiknas. 2001. Standar Kompetensi Guru SLTP. Jakarta : Dirjen Dikdasmen
Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain Aswan. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Evans, James. 1994. Berfikir Kreatif. Jakarta : Bumi Aksara.
Hake, R.R .1998. Interactive-Engagement Methods in Introductory Mechanics Courses
Horsley, S.L. et al. 1990. Elementary School Science for the ’90. Alexandria. Virginia: Association for Supervision and Curriculum Development
Hamalik, Umar. 1994. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung : Bumi Aksara.
Hanzah, Uno. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta : Bumi Aksara.
Inquiry Page. (2004). Inquiry Process. Tersedia: http://www.inquiry.uiuc.edu/ inquiry/process.php3
Majid, Abdul. 2007. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Munandar, Utami. 2004. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : Rineka Cipta.
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikn, sebuah panduan praktis. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Nasution. 2005. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.
Partanto, Pius dan Yuwono, Trisno. 1994. Kamus Kecil Bahasa Indonesia. Surabaya : Arkola.
Pasaribu, Simandjutak. 1982. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Tarsito.
Sudjana Nana. 1987. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo.
Surayin. 2004. SISDIKNAS. Bandung : Yrama Widya.