Cover Proposal

53
PROPOSAL PENINGKATAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN PROSES FOTOSINTESIS MELALUI METODE PENDEKATAN INKUIRI DAN LESSON STUDY PADA SISWA KELAS VIII SMP Oleh: Nama : Efriana Arga Trian NIM : 4001409054 Program Studi : Pendidikan IPA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

description

proposal

Transcript of Cover Proposal

Page 1: Cover Proposal

PROPOSAL

PENINGKATAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR DALAM

PEMBELAJARAN PROSES FOTOSINTESIS MELALUI METODE

PENDEKATAN INKUIRI DAN LESSON STUDY

PADA SISWA KELAS VIII SMP

Oleh:

Nama : Efriana Arga Trian

NIM : 4001409054

Program Studi : Pendidikan IPA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2011

Page 2: Cover Proposal

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

PROPOSAL SKRIPSI

Nama : Utari Dwi Kusuma

NIM : 2503406520

Program Studi : Pendidikan Seni Musik

I. JUDUL SKRIPSI

“PENINGKATAN KREATIVITAS PENYUSUNAN MELODI

PENGIRING DALAM PEMBELAJARAN ANSAMBEL MUSIK

DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROBLEM SOLVING PADA

SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 4 PEKALONGAN”

II. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pentingnya pendidikan bagi pembinaan Sumber Daya Manusia

sangat diharapkan oleh setiap manusia. Dengan adanya pendidikan maka

akan tercipta seorang manusia yang cakap, terampil dan berilmu sebagai

bekal hidup nantinya, serta mampu hidup mandiri di tengah pesatnya

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini. Oleh karena itu,

kualitas pendidikan semestinya ditingkatkan agar tujuan pendidikan

Page 3: Cover Proposal

Nasional dapat terwujud seperti yang dijelaskan dalam Undang-Undang

No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 yang merumuskan bahwa Pendidikan

nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dalam

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan, bertujuan untuk berkembangnya

potensi peserta agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa pada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, cakap, kreatif, demokratis, serta

bertanggungjawab (Surayin, 2004: 24).

Kurikulum di Indonesia telah mengalami beberapa kali

perubahan, yaitu kurikulum 1968, 1975, 1984, 1994 ( yang sering dikenal

dengan kurikulum CBSA), dan kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis

Kompetensi (KBK), serta kurikulum 2006 dengan model Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang digunakan sampai sekarang.

Mulyasa (2007:12) mengemukakan bahwa KTSP adalah

kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan

oleh setiap satuan pendidikan yang sudah siap dan mampu

mengembangkannya dengan memperhatikan Undang-Undang No. 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36:

Pengembangan kurikulum dilakukan dengan menngacu pada Standar

Nasonal Pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasiona.

Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan

dengan prinsip diversivikasi sesuai dengan satuan pendidikan,

potensi daerah dan peserta didik.

Kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah

dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada

standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan

kurikulum yang dibuat oleh BSNP.

Page 4: Cover Proposal

Struktur dan muatan KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan

menengah yang tertuang dalam SI meliputi lima kelompok mata

pelajaran sebagai berikut: (1) kelompok mata pelajaran agama dan akhlak

mulia, (2) kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian,

(3) kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan tekhnologi, (4)

kelompok mata pelajaran estetika, dan (5) kelompok mata pelajaran

jasmani, olahraga dan kesehatan.

KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) tahun 2006,

sekolah diperbolehkan menyelenggarakan pelajaran Seni Budaya sesuai

dengan guru yang tersedia. Sekolah diberi kebebasan dalam

mengembangkan materi pembelajaran. Secara garis besar pelajaran Seni

Budaya dalam KTSP mencakup dua aspek yaitu Apresiasi dan Kreasi.

Pembelajaran Seni Budaya dalam struktur dan muatan KTSP

termasuk kelompok mata pelajaran estetika. Pelajaran Seni Budaya di

Sekolah Menengah Pertama untuk kelas VII, VIII dan IX terdiri dari Seni

Rupa, Seni Musik dan Seni Tari. Fungsi pelajaran Seni Budaya adalah

untuk mengembangkan sikap, kemampuan kreativitas, kepekaan

citarasan dan musikalitas. Sedangkan tujuan pembelajaran Seni Budaya

adalah mengembangkan apresiasi seni, daya kreasi dan kecintaan pada

seni budaya nasional.

Pembelajaran Seni musik di Sekolah Menengah Pertama

merupakan salah satu bagian dari mata pelajaran Seni Budaya. Salah satu

pokok bahasan yang ada dalam mata pelajaran Seni Musik adalah

mengaransir secara sederhana karya lagu etnik nusantara dalam bentuk

ansambel musik. Yang akan dipelajari dalam pembelajaran ini adalah

mengaransir secara sederhana dengan memberikan melodi kedua dan

ketiga dari lagu etnik nusantara serta menampilkan hasil aransemen

sederhana dalam tiga suara dalam bentuk ansambel musik.

Page 5: Cover Proposal

Pembelajaran seni musik bertitik tolak pada bunyi atau suara yang

di dalamnya terkandung unsur-unsur musik. Unsur-unsur musik adalah

melodi, harmoni, irama, bentuk dan ekspresi. Sasaran pokok yang dicapai

dalam pembelajaran Seni Musik adalah penanaman rasa musikalitas,

mengembangkan sikap dan kemampuan berkreasi, menghargai seni dan

meningkatkan kreativitas sehingga siswa mampu memupuk rasa seni

pada diri setiap anak melalui perkembangan musik, anggapan terhadap

musik, kemampuan mengungkapkan dirinya melalui musik yang dapat

dijadikan bekal untuk melanjutkan studinya ke pendidikan yang lebih

tinggi.

Pendidikan seni musik dibelajarkan untuk mengetahui konsep

pendidikan seni musik secara teori dan praktek serta tidak melahirkan

musisi-musisi hebat tetapi lebih menekankan pada pengenalan secara

umum tentang seni musik yang diajarkan. Dalam hal ini siswa tidak

dituntut menjadi seniman, melainkan hanya untuk memperoleh

pengalaman berekspresi dan berapresiasi yang bersifat keterampilan

dasar, bukan keterampilan individu seperti sekolah-sekolah khusus

musik.

Pembelajaran musik di sekolah harus mengantarkan anak pada

pengalaman yang menyenangkan, sehingga anak dapat merasakan bahwa

musik itu adalah sumber keindahan. Bila anak terlibat dalam musik,

selain dapat mengembangkan kreativitas mereka, musik juga dapat

membantu dalam perkembangan individu anak, pengembangan

sensitivitas anak, membangun rasa keindahan anak, membuat anak dapat

mengungkapkan ekspresi, memberi tantangan, dan melatih disiplin.

Ada beberapa alasan yang mendorong penulis memilih aspek

peningkatan kreativitas penyusunan melodi pengiring dalam

pembelajaran ansambel musik di SMP Negeri 4 Pekalongan dalam

penelitian ini, yakni adanya permasalahan yang sering timbul dalam

Page 6: Cover Proposal

kegiatan belajar mengajar yang bersumber dari komponen yang

merupakan unsur penentu keberhasilan pengajaran tersebut, yaitu siswa,

tujuan, bahan atau materi,dan metode

Dari segi siswa permasalahan yang ada adalah rendahnya hasil

belajar yang dicapai oleh siswa dan kurangnya keaktifan siswa dalam

proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari nilai yang diperoleh siswa

masih banyak yang tidak memenuhi standar ketuntasan. Kemampuan

siswa kelas VIII A SMP 4 Pekalongan dalam keterampilan menyusun

melodi dan memainkan alat musik masih terbilang rendah. Hal tersebut

dapat dilihat dari siswa yang tidak memenuhi standar Kriteri Ketuntasan

Minimum (KKM) sekitar 51% yaitu 19 siswa dapat dikatakan belum

memenuhi standar ketuntasan dari jumlah seluruh siswa kelas VIII A

yaitu 37 siswa. Standar KKM di SMP Negeri 4 Pekalongan pada

pelajaran Seni Musik adalah 70. Data terakhir nilai siswa yang terendah

adalah 60, sedangkan nilai yang tertinggi adalah 80 dengan skor

maksimal 100. Pembelajaran yang terjadi di kelas masih cenderung pasif

dan jika ada yang aktif biasannya terbatas pada peserta didik yang sama.

Keaktifan dalam pembelajaran di kelas merupakan salah satu masalah

yang dihadapi di sekolah-sekolah pada umumnya tak terkecuali di SMP

Negeri 4 Pekalongan.

Berkenaan dengan masalah dari segi tujuan pembelajaran adalah

bagaimana cara untuk membuat peserta didik agar mudah memahami

materi pelajaran yang disampaikan oleh guru karena peserta didik setiap

hari diberi materi dari pelajaran yang berbeda dan itu membutuhkan

pemahaman yang ekstra untuk memahami dan mengerti semua materi

yang disampaikan oleh guru di dalam kelas. Seorang guru harus selalu

berusaha mengajarkan pendidikan musik dengan merencanakan

pembelajaran yang dapat langsung melibatkan anak dengan kegiatan

musik yang aktif dan dapat memberikan sentuhan pribadi pada anak baik

secara emosi maupun secara fisik.

Page 7: Cover Proposal

Adapun mengenai materi pendidikan yang dituntut agar sesuai

dengan peserta didik yang mempelajarinya. Artinya, bahan yang akan

diberikan harus dapat disesuaikan dengan kemampuan peserta didik,

menarik perhatian, sesuai jenis kelamin, umur, bakat, minat, latar

belakang dan pengalaman.

Unsur yang terakhir yaitu metode. Kesulitan lain yang dialami

oleh siswa dimungkinkan disebabkan karena sulitnya anak memahami

atau menangkap suatu materi pembelajaran karena suatu metode

pembelajaran yang kurang tepat. Kurang tepatnya penggunaan suatu

metode dalam pembelajaran mengakibatkan anak menjadi bosan dan

siswa kurang tertarik terhadap pembalajaran seni musik. Hal tersebut

dapat dilihat dari aktivitas siswa di kelas dalam proses belajar mengajar

seperti siswa melamun saat guru menjelaskan pelajaran, siswa berbicara

sendiri dan bergurau bersama temannya, serta siswa mengantuk saat

kegiatan pembelajaran berlangsung.

Berdasarkan masalah yang ada di SMP 4 Pekalongan penulis

bermaksud mengadakan penelitian yang berkaitan dengan penyusunan

melodi pengiring dalam pembelajaran ansambel musik dengan

menggunakan metode problem solving. Dengan diterapkannya metode

problem solving diharapkan dapat membantu siswa dalam peningkatan

kreativitas penyusunan melodi pengiring dalam pembelajaran ansambel

musik. Problem Solving adalah suatu metode pembelajaran yang

memusatkan pengajaran dan ketrampilan pemecahan masalah yang

diikuti dengan penguatan ketrampilan (Pepkin, 2004:1). Dalam metode

pembelajaran ini siswa harus dapat berfikir kreatif dan aktif. Berfikir

kreatif merupakan cara berfikir yang menghasilkan sesuatu yang baru

dalam konsep, pengertian, dan penemuan. Dengan berfikir kreatif dan

aktif seseorang akan lebih banyak menghasilkan alternatif pemecahan

permasalahan. Penerapan metode pembelajaran problem solving sangat

memberikan sarana bagi siswa untuk berfikir deduktif, aktif, dan kreatif.

Page 8: Cover Proposal

Siswa sering dihadapkan dengan bahan pelajaran yang tidak

disadari maknanya. Ia mempelajari karena terpaksa, karena takut akan

kegagalan dan hukuman, karena diharapkan oleh guru dan orang tua.

Karena itu memberi kesempatan bagi murid untuk menghadapi masalah

nyata tampaknya merupakan suatu cara yang penting dalam belajar

(Nasution, 2005 : 85). Siswa yang mulanya kurang minat terhadap

pembelajaran seni musik diharapkan menjadi senang dan tertarik, siswa

yang mulanya ragu-ragu dan takut mengikuti pelajaran seni musik

diharapkan mampu mengekspresikan dirinya. Guru dan siswa bersama-

sama memecahkan masalah yang dihadapi siswa, sehingga siswa lebih

mengerti apa yang kurang pada dirinya dan bagaimana cara penyelesaian

masalahnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut:

1. Apakah dengan menggunakan metode Problem Solving dapat

meningkatkan kreativitas penyusunan melodi pengiring siswa kelas VIII A

dalam pembelajaran ansambel musik di SMP Negeri 4 Pekalongan?

2. Apakah dengan menggunakan metode Problem Solving dapat

meningkatkan keaktifan siswa kelas VIII A dalam pembelajaran ansambel

musik di SMP Negeri 4 Pekalongan?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui peningkatan kreativitas penyusunan melodi pengiring

siswa kelas VIII A dalam pembelajaran ansambel musik di SMP Negeri 4

Pekalongan dengan menggunakan metode Problem Solving.

2. Untuk mengetahui peningkatan keaktifan siswa VIII A dalam

pembelajaran ansambel musik di SMP Negeri 4 Pekalongan dengan

menggunakan metodeProblem Solving.

Page 9: Cover Proposal

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mempunyai dua manfaat yaitu manfaat teoritis

dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

perkembangan penelitian pendidikan Indonesia, khususnya bidang

penelitian tindakan kelas. Penelitian ini juga diharapkan menambah

pengetahuan tentang pengajaran mata pelajaran pendidikan seni musik,

terutama penerapan penelitian untuk meningkatkan kreativitas penyusunan

melodi pengiring dalam pembelajaran ansambel musik dengan

menggunakan Problem Solving.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat:

1. Bagi guru,

Untuk mengembangkan media dan metode guru dalam pembelajaran

seni musik khususnya ansambel musik. Hasil penelitian ini yang dapat

menjadi masukan atau informasi dalam pembelajaran seni musik

dalam hal pengembangan kreativitas penyusunan melodi pengiring

dalam pembelajaran ansambel musik.

2. Bagi sekolah,

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan

acuan demi pelaksanaan tindakan pembelajaran seni musik pada waktu

berikutnya. Selain itu, dengan adanya penelitian ini diharapkan pihak

sekolah dapat meningkatkan sarana prasarana penunjang kegiatan

pembelajaran seni musik.

Page 10: Cover Proposal

3. Bagi lembaga,

Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah daftar bacaan

dan referensi di Universitas, khususnya jurusan Pendidikan Seni

Musik. Sebelum itu juga diharapkan dapat menambah kasanah

pengetahuan dan pemahaman bagi pembaca tentang peningkatan

kreativitas penyusunan melodi pengiring dalam pembelajaran

ansambel musik dengan menggunakan Problem Solving.

E. Sistematika Penelitian Skripsi

Sistematika skripsi terdiri dari 3 bagian yaitu bagian awal, bagian isi dan

bagian akhir.

Bagian awal terdiri atas halaman judul, halaman pengesahan, halaman

motto, persembahan, kata pengantar, sari, daftar isi, daftar gambar dan daftar

lampiran.

Bagian Isi terdiri atas : Bab I, Pendahuluan yang berisi latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika

skripsi. Bab II, Landasan Teori memuat pendapat-pendapat yang

dikemukakan oleh para ahli yang dapat digunakan sebagai landasan dalam

pelaksanaan dan penulisan laporan, kerangka teoritik dan hipotesis tindakan.

Bab III, Metode Penelitian berisi tentang pendekatan penelitian, subjek

penelitian, tempat dan waktu penelitian, proses pecemahan masalah, teknik

pengumpulan data, teknik analisis data, indikator keberhasilan. Bab IV, Hasil

Penelitian berisi kondisi awal prestasi belajar dan perilaku siswa terhadap

mata pelajaran seni musik, hasil penelitian siklus I, hasil penelitian siklus II,

pembahasan. Bab V, Penutup terdiri atas kesimpulan, implikasi dan saran-

saran.

Dan bagian akhir terdiri atas daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

Page 11: Cover Proposal

III. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

Landasan Teori:

A. Kreativitas

Makin banyak orang menyadari bahwa kreativitas memainkan

peran teramat penting dalam meraih kebahagiaan pribadi dan

keunggulan profesional. Orang kreatif adalah mereka yang unggul

dalam pekerjaan, produksi film dan pementasan, mengubah musik,

melukis, menurunkan berbagai karya keindahan dan lain sebagainya.

Kreativitas merupakan suatu bidang kajian yang kompleks, yang

menimbulkan berbagai perbedaan pandangan. Perbedaan definisi

kreativitas yang dikemukakan oleh banyak ahli merupakan definisi

yang saling melengkapi. Sudut pandang para ahli terhadap kreativitas

menjadi dasar perbedaan dari definisi kreativitas. Beberapa pendapat

tentang kreativitas antara lain adalah:

Evans (1994 : 1) kreativitas adalah keterampilan untuk

menentukan pertalian baru, melihat subjek dari perspektif baru, dan

membentuk kombinasi-kombinasi baru dari dua atau lebih konsep

yang telah tercetak dalam pikiran. Kreativitas adalah spontan, aturan

yang timbul dari dalam dan tidak dapat diramalkan.

Mack (2001 : 13) kreativitas berarti membangun sesuatu

melalui jumlah ilham-ilham baru, baik dalam rangka seni maupun

ilmu alam dan lain-lain.

Samples (2002 : 160) mengatakan bahwa ketika seorang anak

mengadukan pengalamannya menjadi suatu visi yang baru (bagi anak

tersebut), berarti ia telah mengalami kreativitas. Perubahan memang

Page 12: Cover Proposal

perlu bagi kreativitas, tetapi demikian pula kestabilan. Perubahan

mendorong proses dan kestabilan menguatkan.

Munandar (2004 : 8) mengatakan bahwa harus diakui bahwa

memang sukar untuk menentukan satu devinisi yang operasional dari

kreativitas, karena kreativitas merupakan konsep yang majemuk dan

multi-dimensional, lepas dari kesulitan dalam terminology (daya cita,

daya kreasi atau kreativitas?). Baik faktor lingkungan maupun faktor

motivasi dan temperamen mempunyai peran penting dalam

produktivitas kreatif.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka dapat

disimpulkan bahwa pengertian kreativitas adalah kemampuan untuk

mendapatkan gagasan baru dan menerapkannya dalam memecahkan

masalah. Sesuatu dikatakan memiliki unsur kreativitas bila dapat

memunculkan gagasan-gagasan baru

Ayan (2002 : 73) menyebutkan 10 strategi kreativitas adalah:

1. Menyatu dengan Masyarakat Luas

Dapat dilakukan dengan memanfaatkan semua peluang dan

kesempatan dalam tiap percakapan. Tiap orang dapat menuntun ke

arah yang baru yang mampu memberikan inspirasi secara langsung

maupun tidak langsung seperti komentar.

2. Rancang Suatu Lingkungan Bernilai Tambah

Pengaruh lingkungan terhadap kreativitas sangat besar.

Lingkungan mempengaruhi suasana hati, memberi rangsangan kuat

pada perasaan, ide, dan wawasan serta dapat mengobarkan jiwa

seni.

3. Mengembara Keluar dari Dunia Sempit Anda

Bertualang keluar dari zona kenyamanan geografis akan

menyegarkan semangat kreativitas kita. Pergi ke tempat yang

Page 13: Cover Proposal

belum pernah kita kunjungi sebelumnya, pikiran berkembang

bebas dan kita akan menjadi lebih sadar akan keadaan sekitar.

4. Menyulut Inspirasi dari Permainan dan Humor

Kemampuan bermain merupakan unsur penting dalam banyak

bidang usaha kreatif. Bermain mencakup semua bentuk bersenang-

senang, termasuk lomba, mainan, olahraga, lelucon, permaian kata,

dan kegiatan yang kadang disebut kesenangan anak: mewarnai

gambanr, serta aktivitas lain yang dianggap remeh.

5. Kembangkan Daya Pikir dengan Membaca

Salah satu tujuan terpenting membaca adalah mengobarkan

gagasan dan upaya kreatif. Orang yang tidak membaca buku

bermutu tidak memiliki kelebihan daripada orang yang tidak biasa

membaca buku tersebut.

6. Gemarilah Kesenian

Kekuatan kesenian sebenarnya terletak pada kesanggupannya

berkomunikasi langsung dan mendalam dengan ruh kreatif. Seni

dan musik dapat meringankan dan merangsang pikiran.

7. Geluti Teknologi

Jika kita tidak mampu mengimbangi laju revolusi teknologimasa

kini, kita sama sekali takkan mengerti manfaat yang dibawanya.

Belajarlah memanfaatkan teknologi sebagai penjelit terbaru

kreativitas.

8. Hadapi Tantangan dengan Teknik Berpikir Ampuh

Yang paling penting dalam teknik Berpikir Ampuh manapun

adalah meningkatkan jumlah ide, bukan mutu ide.

9. Membebaskan Alam Kesadaran Lain

Page 14: Cover Proposal

“alam kesadaran lain” harus dianggap sebagai wilayah “antah

berantah” yang kemungkinan besar adalah tempat berasal ide-ide

kita.

10. Menyatu dengan Jiwa Kreatif

Inilah strategi yang paling sulit digambarkan. Mengkaitkan diri

dengan nurani terdalam membutuhkan keterbukaan diri agar yakin

bahwa dalam diri kita masing-masing sesungguhnya terdapat

benih-benih ide cemerlang.

Konsep kreativitas dalam musik adalah suatu kemampuan atau

keterampilan siswa dalam melakukan kegiatan musik baik bernyanyi

ataupun bermain instrument menuju hasil yang terbaik sesuai dengan

kemampuan dan alam siswa. Kreativitas biasanya terkait dengan

penjiwaan dalam bernyanyi atau bermain instrument, membuat irama

dengan ketukan, dan membuat hiasan melodi atau irama.

B. Melodi Pengiring

Dalam teori musik Barat, bahkan dalam pengertian musik pada

umumnya, tidak ada istilah lain yang sering dipakai daripada

“melodi”, sekalipun konotasinya sangat terbatas. Kenyataan ini tidak

hanya terdapat di Indonesia saja, di seluruh dunia pengertian

konvensional tentang istilah “melodi” sangatlah membingungkan.

Yang menarik juga adalah kenyataan bahwa jarang terdapat suatu

buku ilmiah tentang teori melodi atau estetika melodi, baik oleh ahli

teori maupun para pencipta.

Kodijat (1983 : 45) Melodie adalah nyanyian, urutan nada-

nada dalam berbagai tinggi dan nilai.

Page 15: Cover Proposal

Jamalus (1988 : 16) mengemukakan bahwa melodi adalah

susunan rangkaian nada (bunyi dengan getaran teratur) yang terdengar

berurutan serta berirama, dan mengungkapkan suatu gagasan.

Abraham dan Dahlhaus (dalam Mack, 2004 : 9) berpendapat

bahwa teori melodi merupakan sesuatu yang sangat elementer (dasar)

dan hakiki, maka harus dikembangkan berbagai usaha rumusan ilmiah

tentang melodi sebagai elemen dasar teori musik terlebih dahulu.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa melodi pengiring

adalah susunan rangkaian nada-nada yang berbeda tinggi, yang kita

dengar berurutan dengan irama tertentu.

C. Pembelajaran

a. Pengertian Belajar

Belajar dan pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang

tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Dengan belajar

manusia dapat mengembangkan potensi-potensi yang dibawanya

sejak lahir. Belajar selalu berkenaan dengan perubahan-perubahan

pada diri orang yang belajar baik mengarah pada yang lebih baik

atau pun yang kurang baik, direncanakan atau tidak.

Menurut Pasaribu dan Simanjutak (1983 : 59 ) belajar

adalah suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap

lingkungan, perubahan tersebut tidak dapat disebut belajar apabila

disebabkan oleh pertumbuhan atau keadaan sementara seseorang

seperti kelelahan atau disebabkan obat-obatan.

Djamarah dan Zain (2002 : 11) belajar adalah proses

perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya,

tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang

menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap; bahkan

meliputi segenap aspek organisme atau pribadi.

Page 16: Cover Proposal

Menurut Witherington (dalam Syaodih, 2005: 155) belajar

merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan

sebagai pola-pola respon yang baru yang berbentuk keterampilan,

sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan.

b. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran diidentikan dengan kata “mengajar” yang

berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan

kepada orang supaya orang tersebut tahu dan ditambah dengan

awalan “pe” dan akhiran “an menjadi “pembelajaran”, yang

berarti proses dan perbuatan. Beberapa pendapat tentang

pembelajaran antara lain adalah:

Hamzah (2006 : 2) pembelajaran merupakan upaya untuk

membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak

hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar,

tetapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar

yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang

diinginkan.

Hamalik (1994 : 57) Pembelajaran merupakan suatu

kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi,

material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling

mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.

Hanzah (2007 : 54) Pembelajaran dapat diartikan sebagai

suatu proses interaksi antara peserta belajar dengan pengajar atau

instruktur dan atau sumber belajar pada suatu lingkungan belajar

untuk mencapai tujuan belajar tertentu.

Majid (2007 : 11) Pembelajaran atau ungkapan yang lebih

dikenal sebelumnya “pengajaran” adalah upaya untuk

membelajarkan siswa. Pembelajaran merupakan salah satu

Page 17: Cover Proposal

wahana yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan potensi murid menuju jalan kehidupan yang

disediakan oleh Allah SWT, dan murid sendiri yang memilih,

memutuskan dan mengembangkan jalan hidup dan kehidupan

yang telah dipelajari dan dipilihnya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran adalah suatu

kegiatan yang diarahkan untuk memberdayakan semua potensi

peserta didik untuk menguasai potensi yang diharapkan.

Dengan demikian kegiatan pembelajaran perlu : 1)

berpusat pada peserta didik; 2) mengembangkan kreativitas

peserta didik; 3) menciptakan kondisi yang menyenangkan dan

menantang; 4) bermuatan, nilai, etika, estetika, logika, dan

kinestetika, dan 5) menyediakan pengalaman belajar yang

beragam.

D. Ansambel Musik

Ansambel berasal dari kata Ensamble (Perancis) yang berarti

bersama-sama. Dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa ansambel musik

adalah sebuah sajian musik dengan menggunakan berbagai macam

alat musik dengan lagu yang sederhana. Kodijat ( 1983 ; 25 )

Ensambel adalah rombongan, permainan bersama, sekelompok

musisi.

Joseph (2006 : 126) ansambel adalah kesatuan musik yang

dimainkan beberapa orang secara bersama-sama.

Terdapat dua jenis ansambel musik, yaitu :

1. Musik Ansambel Sejenis

Dalam ansambel ini hanya terdapat satu jenis alat musik dalam

jumlah yang banyak. Biasanya nama musik ansambel ini

Page 18: Cover Proposal

disebutkan menurut alat musiknya, misalnya ansambel musik gitar,

ansambel musik recorder, pianika, alat musik ritmis atau biola.

2. Musik Ansambel Campuran

Musik ansambel campuran yaitu bentuk penyajian musik ansambel

yang menggunakan beberapa jenis alat musik, antara lain :

recorder, pianika, gitar, castanet, triangle, maracas, dan cymbal.

Bagian-bagian musik ansambel:

1. Pendahuluan

Bagian pendahuluan berbentuk melodi yang dimainkan pada awal

sebelum memasuki lagu, biasanya disebut prelude. Prelude

biasanya terdiri dari 4 – 8 birama atau frase terakhir dari melodi

lagu atau dapat juga melodi lain yang dirasa lebih harmonis.

2. Isi dan Tema

Isi dan tema berupa lagu yang akan disajikan baik menggunakan

instrument ataupun vocal. Lagu ini ditulis oleh komponis untuk

menyampaikan tema tertentu mengenai pengalaman estetis.

3. Penutup

Bagian penutup dalam musik ansambel juga berupa melodi yang

dimainkan setelah isi (lagu). Melodi ini disebut coda. Melodi coda

bisa sama dengan melodi prelude atau bisa juga melodi lain yang

dirasa lebih enak di dengar. Panjang coda antara 4 sampai dengan 8

birama atau satu frase.

E. Problem Solving

Page 19: Cover Proposal

Problem Solving atau yang biasa disebut dengan pemecahan

masalah merupakan salah satu metode mengajar. Dalam model

pembelajaran ini siswa harus dapat berfikir kreatif dan aktif. Berfikir

kreatif merupakan cara berfikir yang menghasilkan sesuatu yang baru

dalam konsep, pengertian dan penemuan. Dengan berfikir kreatif dan

aktif, seseorang akan lebih banyak menghasilkan alternatif

penyelesaian masalah.

Sudjana (1987 : 85) mengatakan bahwa metode Problem

Solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode

mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam

Problem Solving dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai

dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.

Evans (1994 : 105) mengatakan bahwa problem solving

merupakan sebuah metodologi terstruktur untuk pemecahan masalah

yang melengkapi pendekatan praktis pada problem-problem yang

menjadi tujuan yang didapatkan pada setiap disiplin.

Majid (2007 : 142) metode pemecahan masalah (problem

solving) merupakan cara memberikan pengertian dengan menstimulasi

anak didik untuk memperhatikan, menelaah, dan berfikir tentang suatu

masalah untuk selanjutnya menganalisis masalah tersebut sebagai

upaya untuk memecahkan masalah.

Nasution (2005 : 170) mengatakan bahwa memecahkan

masalah dapat dipandang sebagai proses dimana pelajar menemukan

kombinasi aturan-aturan yang telah dipelajarinya lebih dahulu yang

digunakannya untuk memecahkan masalah yang baru.

Jadi, problem solving adalah salah satu metode pembelajaran

yang memusatkan pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah

yang diikuti dengan penguatan keterampilan sehingga siswa dapat

menemukan permasalahan, menelaahnya dan memecahkan masalah

Page 20: Cover Proposal

itu sehingga dalam memecahkan masalah akan diperoleh hasil yang

maksimal.

Langkah-langkah dalam Problem Solving

Majid (2007 : 143) adapun langkah-langkah yang ditempuh

dalam metode problem solving adalah sebagai berikut:

1. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus

tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.

2. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk

memecahkan masalah tersebut. Misalnya dengan jalan membaca

buku-buku, meneliti, bertanya, berdikusi, dan lain-lain.

3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan

jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh.

4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini

siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul

yakin bahwa jawaban tersebut itu betul-betul cocok.

5. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada

kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.

F. Kerangka Teoritik

Mengaransir secara sederhana karya lagu etnik nusantara

dalam bentuk ansambel musik merupakan kompetensi dasar yang

harus digunakan oleh siswa dalam pembelajaran yang sesuai dengan

kurikulum yang berlaku yakni kurikulum 2006 model KTSP. Dalam

hal ini, siswa sebagai subjek penelitian dituntut untuk mengaransemen

sebuah lagu secara bertahap. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

mengaransir sebuah lagu adalah ketepatan melodi.

Page 21: Cover Proposal

Pada dasarnya pengajaran mengaransir lagu mempunyai tujuan

supaya siswa memiliki kemampuan berkreativitas, pengalaman

berkreasi, dan memanfaatkan ketrampilan dalam berbagai keperluan.

Mengaransir lagu dalam penyusunan melodi bukanlah suatu

pekerjaan yang mudah. Pada umumnya siswa mengalami kesulitan

menuangkan ide kedalam sebuah lagu. Karena itu agar kesulitan

tersebut dapat diatasi perlu diterapkan suatu metode yang tepat serta

menarik perhatian siswa. Salah satu metode yang digunakan adalah

dengan menerapkan metode Problem Solving. Dengan metode ini

diharapkan dapat membantu mengembangkan kreativitas serta

semangat siswa dalam pembelajaran seni musik dan menjadikan

motivasi siswa untuk terus belajar.

Metode Problem Solving adalah suatu metode pembelajaran

yang memusatkan pengajaran dan ketrampilan pemecahan masalah

yang diikuti dengan penguatan ketrampilan (Pepkin, 2004:1). Ketika

dihadapkan pada suatu pertanyaan, siswa dapat melakukan

keterampilan untuk memecahkan masalah, untuk memilih dan

mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya dengan cara menghafal

tanpa dipikir, keterampilan memecahkan masalah memperluas proses

berfikir.

Pembelajaran menggunakan metode problem solving

diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa dan keaktifan

siswa dalam proses pembelajaran yang berlangsung.

Dengan adanya permasalahan tersebut peneliti melakukan

penelitian tindakan kelas. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini

dilakukan melalui dua siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahap,

yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

Siklus I dimulai dari tahap perencanaan berupa rencana

kegiatan menentukan langkah-langkah yang dilakukan peneliti untuk

Page 22: Cover Proposal

memecahkan masalah. Pada tahap tindakan sesuai dengan rencana

yang telah disusun. Tindakan yang dilakukan adalah melakukan

pembelajaran mengaransir lagu menjadi tiga suara dengan

mengunakan metode problem solving. Tahap observasi dilakukan

ketika proses pembelajaran berlangsung. Hasil yang diperoleh dalam

pembelajaran kemudian direfleksikan.

Kelebihan yang diperoleh dalam siklus I dipertahankan.

Sedangkan kelemahan yang ada dicari solusinya dalam siklus II

dengan cara memperbaiki perencanaan pada siklus II. Setelah

memperbaikai perencanaan, pada tahap berikutnya tindakan dan

observasi dilakukan sama dengan siklus I.

G. Hipotesis Tindakan

1. Metode Problem Solving dapat meningkatkan kreativitas siswa

dalam pembelajaran ansambel musik pada siswa kelas VIII A SMP

Negeri 4 Pekalongan.

2. Metode Problem Solving dapat meningkatkan keaktivan siswa

dalam pembelajaran ansambel musik pada siswa kelas VIII A SMP

Negeri 4 Pekalongan.

IV. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian yang berjudul

“Peningkatan Kreativitas Pebnyusunan Melodi Pengiring dalam

Pembelajaran Ansambel Musik dengan Menggunakan Metode Problem

Solving pada Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 4 Pekalongan” adalah

pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian yang

dilakukan di dalam kelas dalam satu sekolah.

B. Subjek Penelitian

Page 23: Cover Proposal

Subjek penelitiannya adalah siswa kelas VIII A dan guru mata pelajaran

seni musik SMP Negeri 4 Pekalongan.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 4 Pekalongan dan akan

dilaksanakan selama 3 bulan yakni bulan Januari sampai dengan April

2010.

Adapun tahapan-tahapannya sebagai berikut:

1. Bulan Januari dilakukan observasi ke SMP 4 Pekalongan,

mengamati bagaimana kondisi sekolah dan bagaimana

pembelajaran seni musik di SMP 4 Pekalongan.

Kemudian diadakan refleksi pra tindakan yaitu memberikan tugas,

memberi lagu. Disini siswa dibebaskan untuk memilih alat musik

yang disenanginya serta membentuk kelompok dari 40 siswa yang

terbagi menjadi 4 kelompok dimana tiap kelompoknya terdiri dari

10 orang.

2. Bulan Februari akan dilakukan tindakan siklus I yaitu mengaransir

lagu menjadi tiga suara yang telah diberikan oleh guru dengan

menerapkan metode problem solving sesuai dengan kelompoknya.

Kemudian di tampilkan dalam bentuk ansambel musik.

3. Bulan Maret dilakukan tindakan siklus II yaitu mengaransemen

lagu yang telah diberikan oleh guru dengan menerapkan metode

problem solving sesuai dengan kelompoknya. Kemudian di

tampilkan dalam bentuk ansambel musik.

D. Proses Pemecahan Masalah

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK), yakni

penelitian yang dilakukan di dalam kelas dalam satu sekolah. Penelitian

ini terdiri dari dua siklus pertama dan siklus kedua, masing-masing

Page 24: Cover Proposal

siklus terdiri dari empat tahap yakni perencanaan (planning),

pelaksanaan/ tindakan (action), pengamatan (observation) dan refleksi

(reflection). Keempat tahap tersebut digunakan secara sistematis.

Berikut gambar siklus peneliti tindakan kelas ini,

Perencanaan Perencanaan

Refleksi Tindakan Refleksi Tindakan

Pengamatan Pengamatan

Tahap pertama pada desain PTK yaitu perencanaan, yakni rencana

tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki sebagai penyelesaian

masalah. Tahap yang kedua yaitu pelaksanaan atau tindakan, yaitu

suatu langkah yang dilakukan oleh peneliti sebagai suatu upaya

perbaikan atau solusi. Tahap yang ketiga yaitu observasi atau

pengamatan terhadap hasil dari tindakan yang telah dilaksanakan siswa,

kesulitan yang dialami siswa, tanggapan siswa di dokumentasikan

untuk dijadikan pertimbangan dalam perencanaan siklus berikutnya.

Tahap yang keempat atau yang terakhir yaitu refleksi, yakni kegiatan

mengulas hasil dari tindakan yang telah dilaksanakan. Berdasarkan

hasil refleksi penulis dapat melakukan perbaikan terhadap rencana

perbaikan terhadap rencana awal untuk siklus berikutnya. Penelitian ini

berupa mengaransemen sebuah lagu menjadi dua suara yang digunakan

untuk meningkatkan kreativitas siswa dan diterapkan dalam bentuk

ansambel musik.

Siklus I Siklus II

Page 25: Cover Proposal

E. Prosedur Penelitian

1. Siklus 1

a) Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini dilakukan persiapan

pembelajaran yang dilakukan adalah menyusun rencana

pembelajaran, membuat dan menyiapkan instrument penelitian

berupa observasi, wawancara yang akan digunakan dalam

pembelajaran serta foto untuk dokumentasi, serta menyiapkan

perangkat tes yang digunakan untuk meningkatkan kreativitas

siswa melalui mengaransemen sebuah lagu, kemudian menyiapkan

alat musik yang digunakan untuk bermain ansambel musik serta

mengadakan kolaborasi dengan guru wali kelas.

b) Tindakan

Tindakan merupakan pelaksanaan rencana pembelajaran

yang telah dipersiapkan. Tindakan yang akan dilakukan garis

besarnya adalah pembelajaran mengaransemen lagu yaitu

menyusun melodi menjadi dua suara dengan menggunakan

problem solving kemudian di praktekkan dalam bentuk ansambel

musik . Pada tahap ini, dilakukan tiga tahap proses belajar

mengajar, yaitu pendahuluan, inti dan penutup.

Pada tahap pendahuluan, siswa dikondisikan untuk siap

mengikuti proses pembelajaran. Guru memberikan penjelasan

kepada siswa mengenai tujuan pembelajaran serta manfaat yang

akan diperoleh setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

Tahap inti yaitu tahap mengaransemen lagu dan

mempraktekkannya, (1) guru menerangkan tentang bagaimana cara

Page 26: Cover Proposal

mengaransemen lagu dengan cara membuat dua suara dari nada

asli, (2) guru menuliskan sebuah lagu di papan tulis lalu siswa

disuruh mengamati partitur lagu tersebut, (3) siswa

mengidentifikasi unsur-unsur musik (melodi, tempo, ketukan) pada

lagu tersebut, (4) siswa bersama-sama mengaransemen lagu yaitu

menyusun melodi menjadi tiga suara bersama kelompoknya

dengan menggunakan metode problem solving, (5) salah satu siswa

menuliskan masalah apa yang terjadi pada kelompoknya, (6) siswa

bersama-sama dengan kelompoknya mencari jawaban sementara

(hipotesis), (7) guru dan siswa bersama-sama menguji hipotesis

tersebut dan, (8) siswa di beri penguatan oleh guru terhadap hasil

pekerjaan siswa.

Tahap penutup meliputi, (1) siswa dan guru

menyampaikan materi pembelajaran, (2) guru dan siswa melakukan

refleksi terhadap pembelajaran hari itu, dan (3) guru memberikan

pekerjaan rumah untuk berlatih memainkan hasil aransemen

tersebut dalam bentuk ansambel musik menurut pembagian alat

musik mereka masing-masing sesuai dengan kelompoknya.

c) Pengamatan (Observasi)

Observasi adalah mengamati hasil atau dampak dari

tindakan-tindakan yang dilakukan siswa dalam pembelajaran

mengaransemen lagu dengan menggunakan metode problem

solving dan di tampilkan dalam bentuk ansambel musik. Dalam

observasi ini diungkapkan segala peristiwa yang berhubungan

dengan pembelajaran maupun respon terhadap metode

pembelajaran yang digunakan yaitu metode problem solving.

Dalam proses observasi ini, data diperoleh melalui

beberapa cara, yaitu (1) tes untuk mengetahui kemampuan siswa

dalam mengaransemen lagu dan menampilkannya, (2) observasi

Page 27: Cover Proposal

untuk mengetahui tingkah laku dan aktivitas siswa selama

pembelajaran berlangsung, (3) wawancara untuk mengetahui

pendapat siswa yang dilakukan diluar jam pembelajaran terhadap

perwakilan siswa yang memperoleh nilai tertinggi, sedang dan

rendah, (5) dokumentasi foto yang digunakan sebagai laporan yang

berupa gambar aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran.

d) Refleksi

Setelah pelaksanaan tindakan, peneliti melaksanakan

refleksi yaitu mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil atau

dampak dari tindakan yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil

refleksi ini, peneliti dapat melakukan revisi terhadap rencana

selanjutnya atau terhadap rencana awal tes siklus II.

Pada tahap ini, peneliti menganalisis hasil tes dan nontes

(hasil observasi, dan hasil wawancara) siklus I. jika hasil tes

tersebut belum belum memenuhi nilai target yang telah di tentukan,

akan dilakukan tindakan siklus II. Sedangkan timbul pada siklus I

akan dicarikan alternatif pemecahannya pada siklus II, sedangkan

kelebihan-kelebihan yang ada pada siklus I akan dipertahankan dan

ditingkatkan.

2. Siklus II

a) Perencanaan

Perencanaan pada siklus II iniberdasarkan hasil siklus I.

Adapun rencana tindakan yang akan dilakukan adalah (1)

membuat perbaikan rencana pembelajaran tindakan

mengaransemen lagu menggunakan metode problem solving yang

materinya masih sama dengan siklus I. Namun, diupayakan dapat

memperbaiki masalah atau kekurangan-kekurangan pada siklus I,

(2) menyiapkan lembar wawancara, dan lembar observasi untuk

Page 28: Cover Proposal

memperoleh data nontes siklus II, (3) menyiapkan perangkat tes

mengaransemen lagu yang akan digunakan dalam evaluasi

peningkatan kreativitas pada siklus II dan (4) menyiapkan alat

musik yang akan digunakan untuk permainan ansambel musik

dalam pembelajaran siklus II.

b) Tindakan

Tindakan yang dilaksanakan peneliti dalam siklus II

adalah pendahuluan yang meliputi, (1) guru menyiapkan keadaan

siswa, (2) guru mengingatkan kembali mengenai pembelajaran

pada pertemuan sebelumnya, (3) guru menyiapkan tujuan

pembelajaran hari itu.

Tahap inti yaitu tahap mengaransemen lagu dan

mempraktekkannya, (1) guru menuliskan sebuah lagu di papan

tulis lalu siswa disuruh mengamati partitur lagu tersebut, (2) siswa

mengidentifikasi unsur-unsur musik (melodi, tempo, ketukan) pada

lagu tersebut, (3) siswa bersama-sama mengaransemen lagu dengan

menyusun melodi menjadi tiga suara bersama kelompoknya

dengan menggunakan metode problem solving, (4) salah satu siswa

menuliskan masalah apa yang terjadi pada kelompoknya, (5) siswa

bersama-sama dengan kelompoknya mencari jawaban sementara

(hipotesis), (6) guru dan siswa bersama-sama menguji hipotesis

tersebut dan, (7) siswa di beri penguatan oleh guru terhadap hasil

pekerjaan siswa.

Tahap penutup meliputi guru dan siswa menyimpulkan

pembelajaran hari itu dan siswa bersama guru melakukan refleksi

terhadap proses pembelajaran hari itu.

c) Pengamatan (observasi)

Page 29: Cover Proposal

Pada siklus II ini masih dilakukan pengamatan untuk

melihat peningkatan kreativitas belajar ansambel musik dan

perubahan perilaku siswa setelah tindakan siklus II. Observasi yang

dilakukan pada siklus II ini hampir sama dengan pelaksanaan

observasi pada siklus I.

Dalam proses observasi ini, data diperoleh melalui

beberapa cara, yaitu (1) tes untuk mengetahui kemampuan siswa

dalam mengaransemen lagu dan untuk mengetahui kemampuan

anak dalam bermain alat musik, (2) observasi tes untuk mengetahui

tingkah laku dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung,

(3) wawancara untuk mengetahui pendapat siswa yang dilakukan

diluar jam pembelajaran terhadap perwakilan siswa yang

memperoleh di laur jam pembelajaran terhadap perwakilan siswa

yang memperoleh nilai tinggi, sedang, rendah, (4) dokumentasi

foto yang digunakan sebagai laporan yang berupa gambar aktivitas

siswa selama mengukuti pembelajaran.

d) Refleksi

Refleksi pada siklus II dilakukan untuk mengetahui

keefektifan penggunaan metode problem solving dalam

peningkatan kreativitas belajar ansambel musik dan untuk

mengetahui keberhasilan pelaksanaan perbaikan tindakan pada

siklus I. Refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil tes

mengaransemen lagu dan hasil non tes yang dilakukan pada siklus

II. Hasil nontes yang berupa observasi, wawancara, dokumentasi

foto, dan juga dianalisis untuk mengetahui perubahan tingkah laku

siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data diperoleh melalui:

Page 30: Cover Proposal

1. Teknik Tes

Data dalam penelitian tindakan kelas ini diperoleh dengan

mengadakan tes. Teknik tes yang digunakan dalam peneliti ini yaitu

pelaksanaan tes awal dan tes akhir. Tes awal dilakukan sekali pada

awal siklus I untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa

tentang mengaransemen sebuah lagu yaitu dengan menyusun melodi

menjadi tiga suara dengan menggunakan metode problem solving dan

sejauh mana kemampuan mereka dalam bermain ansambel musik.

Setelah itu pada siklus I dan II dilakukan tes akhir. Tes akhir

dilakukan dengan cara memainkan hasil aransemen lagu sesuai

dengan kelompoknya.

2. Teknik Non Tes

a. Observasi

Observasi digunakan untuk mengungkap data keaktifan siswa

selama proses pembelajaran ansambel musik dengan

menggunakan metode problem solving. Adapun tahap

observasinya yaitu:

1) mempersiapkan lembar observasi berisi butir-butir sasaran

amatan tentang keaktifan siswa dalam mendengarkan

penjelasan guru, keaktifan siswa dalam proses

pembelajaran, dan keaktifan siswa dalam bermain ansambel

musik,

2) melaksanakan observasi selama proses pembelajaran yaitu

melalui mulai dari penjelasan guru, proses belajar

mengajar sampai dengan siswa memainkan lagu

aransemennya dalam bentuk ansambel musik,

3) Mencatat hasil observasi dengan mengisi lembar observasi

yang telah di persiapkan.

Page 31: Cover Proposal

b. Wawancara

Teknik wawancara digunakan untuk memperoleh data tentang

tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran mengaransemen

lagu dan dalam pembelajaran ansambel musik dengan

menggunakan metode problem solving, serta untuk mengungkap

data penyebab kesulitan dan hambatan dalam pembelajaran

ansambel musik. Wawancara dilakukan pada 6 orang siswa yaitu

2 orang siswa yang mendapatkan nilai tes yang tinggi, 2 orang

yang mendapatkan nilai tes yang sedang, dan 2 orang yang

mendapatkan nilai tes yang rendah. Hal ini berdasarkan nilai tes

pada tiap siklus dan berdasarkan observasi yang dilakukan guru

selama proses pembelajaran.

c. Dokumentasi Foto

Pengambilan data melalui dokumentasi dilakukan pada saat

proses pembelajaran berlangsung, peneliti meminta bantuan

teman untuk mengambil gambar atau mendokumentasi

pembelajaran melalui foto proses pengambilan foto dilakukan

pada saat siswa melaksanakan proses pembelajaran yang terdiri

dari (1) kegiatan siswa awal pembelajaran, (2) kegiatan siswa saat

bersama-sama memecahkan masalah bersama kelompoknya (3)

kegiatan siswa saat bersama-sama berlatih alat musik, dam (4)

kegiatan pada siswa bermain ansambel musik bersama dengan

kelompoknya. Gambar-gambar foto yang telah terkumpul

selanjutnya dilaporkan secara diskripsi sesuai dengan kondisi

yang ada.

Page 32: Cover Proposal

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif.

1. Teknik Kuantitatif

Teknik kuantitatif dipakai untuk menganalisi data kuantitatif yang

diperoleh dari hasil tes mengaransemen lagu dan bermain ansambel

musik pada siklus I dan II.

Hasil tes ditulis secara presentase dengan langkah berikut ini. (a)

merekam nilai yang diperoleh siswa, (b) Menghitung nilai

kumulatif dari kegiatan siswa, (c) menghitung nilai rata-rata, dan

(d) menghitung nilai presentase.

Persentase ditulis dengan menggunakan rumus berikut.

SP = x 100 %

Keterangan :

SP : skor persentase

SK : skor komulatif

R : jumlah responden

Hasil perhitungan masing-masing siklus kemudian

diperbandingkan yaitu antara hasil siklus I dengan siklus II. Hasil

ini akan memberikan gambaran mengenai prosentase peningkatan

kreativitas belajar ansambel musik dengan menggunakan metode

problem solving.

Page 33: Cover Proposal

2. Teknik Kualitatif

Teknik kualitatif dipakai untuk menganalisis data kualitatif yang

diperoleh dari hasil non tes. Hasil analisis digunakan untuk

mengetahui siswa yang mengalami kesulitan dalam mengaransir

lagu dan bermain ansambel musik. Hasil ini sebagai dasar untuk

menentukan siswa yang akan diwawancarai selain hasil nilai tes.

Penganalisisan data kualitatif adalah dengan menganalisi lembar

observasi yang telah diisi pada saat pembelajaran. Data wawancara

dianalisis dengan memutar lagi hasil wawancara dan menyalinnya

dalam bentuk tulisan. Hasil analisis secara keseluruhan digunakan

untuk mengetahui efektifitas penggunaan metode problem solving

untuk meningkatkan hasil belajar ansambel musik.

H. Indikator Keberhasilan

1. Adanya peningkatan kreativitas siswa dalam pembelajaran ansambel

musik yang ditunjukkan dengan hasil tes penguasaan kompetensi dasar

yang diperoleh mencapai ≥ 70 sebanyak ≥70 % setelah dilakukan

tindakan selama 2 siklus.

2. Adanya peningkatan aktivitas siswa yang ditunjukkan dengan

menggunakan skor aktivitas hingga mencapai rerata ≥ 3,00 atau

kualifikasi baik.

Page 34: Cover Proposal

DAFTAR PUSTAKA

Ayan, Jordan. 2002. Bengkel Kreativitas. Bandung : Kaifa.

Bell, B. F. 1993. Children’s Science, Constructivism and Learning in Science. Victoria : Deakin University.

BSNP. 2006. Panduan Penyusunan KTSP Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : BSNP

Departement of Physics, Indiana University, Bloomingtoon.  [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/hake [20 Juni 2004] 8 Inquiry Page. (2004). Our Definition of Inquiry. Tersedia: http://www.inquiry.uiuc.edu/inquiry/definition.php3

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA SMP/MTs. Jakarta: Balitbang Depdiknas

Depdiknas. 2001. Standar Kompetensi Guru SLTP. Jakarta : Dirjen Dikdasmen

Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain Aswan. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Evans, James. 1994. Berfikir Kreatif. Jakarta : Bumi Aksara.

Hake, R.R .1998. Interactive-Engagement Methods in Introductory Mechanics Courses

Horsley, S.L.  et al. 1990.  Elementary School Science for the ’90. Alexandria. Virginia: Association for Supervision and Curriculum Development

Hamalik, Umar. 1994. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung : Bumi Aksara.

Hanzah, Uno. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta : Bumi Aksara.

Inquiry Page. (2004). Inquiry Process. Tersedia: http://www.inquiry.uiuc.edu/ inquiry/process.php3

Majid, Abdul. 2007. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Munandar, Utami. 2004. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : Rineka Cipta.

Page 35: Cover Proposal

Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikn, sebuah panduan praktis. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Nasution. 2005. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Partanto, Pius dan Yuwono, Trisno. 1994. Kamus Kecil Bahasa Indonesia. Surabaya : Arkola.

Pasaribu, Simandjutak. 1982. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Tarsito.

Sudjana Nana. 1987. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo.

Surayin. 2004. SISDIKNAS. Bandung : Yrama Widya.