Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN...

81
LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb Rubber 40 Mesh Sebagai Substitusi Sebagian Agregat Halus Nama Peneliti: I Nyoman Karnata Mataram, ST, MT Prof. Ir. I Nyoman Arya Thanaya, ME, PhD. Ir. I Gusti Putu Suparsa, MT. Luh Gede Noviana Dewi, ST. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana 2015 Dibiayai dari: Dana DIPA BLU Universitas Udayana Tahun Anggaran 2015 Sesuai SK Rektor Unud No: 1564/UN14.1.31/PN/2015 Tanggal 27 Juli 2015

Transcript of Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN...

Page 1: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

LAPORAN PENELITIAN

HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN

Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir)

Kelas A Dengan Crumb Rubber 40 Mesh

Sebagai Substitusi Sebagian Agregat Halus

Nama Peneliti:

I Nyoman Karnata Mataram, ST, MT Prof. Ir. I Nyoman Arya Thanaya, ME, PhD.

Ir. I Gusti Putu Suparsa, MT. Luh Gede Noviana Dewi, ST.

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Udayana 2015

Dibiayai dari:

Dana DIPA BLU Universitas Udayana Tahun Anggaran 2015 Sesuai SK Rektor Unud No: 1564/UN14.1.31/PN/2015

Tanggal 27 Juli 2015

Page 2: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb
Page 3: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaiakan Laporan Penelitian ini.

Kami Tim Peneliti, Mengucapkan Banyak terimakasih kepada Bapak Rektor Unud,

Bapak Dekan FT Unud, dan Bapak Ketua Jurusan Teknik Sipil FT Unud, yang telah

memfasilitasi.

Semoga Proposal Penelitian ini dapat dipertimbangkan dan atas perhatiannya kami

ucapkan terimakasih.

Bukit Jimbaran,

Hormat Kami

Tim Peneliti

Page 4: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

iii

ABSTRAK

Menurut data terakhir Korps Lalu Lintas Kepolisian Republik Indonesia peningkatan jumlah kendaraan bermotor pada tahun 2012 mencapai 10 juta unit. Hal ini mengakibatkan populasi kendaraan bermotor yang tercatat pada kepolisian naik sebesar 12% menjadi 94,229 juta unit dibandingkan periode tahun 2011 hanya 84,19 juta unit. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang pesat ini mengakibatkan kebutuhan akan ban kendaraan menjadi semakin meningkat. Oleh karena itu, perlu adanya solusi untuk mengatasi ban kendaraan bekas, yaitu dengan mengolah ban kendaraan bekas menjadi crumb rubber (parutan karet). Crumb rubber ini kemudian digunakan sebagai substitusi sebagian agregat halus pada campuran latasir kelas A. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui karakteristik crumb rubber 40 mesh, karakteristik campuran latasir kelas A dengan crumb rubber 40 mesh sebagai substitusi sebagian agregat halus, dan karakteristik campuran latasir kelas A dengan crumb rubber 40 mesh sebagai substitusi sebagian agregat halus dengan pengurangan kadar aspal. Manfaat dari penelitian ini adalah mengurangi limbah ban kendaraan bekas dan menghemat penggunaan aspal. Crumb rubber 40 mesh diperoleh dari distributor hasil pengolahan ban kendaraan bekas di Sarirogo, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Variasi kadar crumb rubber 40 mesh sebagai substitusi sebagian agregat halus adalah 50% dan 100% terhadap volume agregat halus yang lolos ayakan no. 40 (0,425 mm) dan tertahan ayakan no. 50 (0,30 mm) yang diperlukan. Substitusi agregat halus dengan crumb rubber 40 mesh dilakukan pada kadar aspal optimum (KAO) berdasarkan volume. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat karakteristik campuran dengan menggunakan crumb rubber sebagai substitusi sebagian agregat halus yang tidak memenuhi SNI. Nilai stabilitas rata-rata pada kadar crumb rubber 50% sebesar 240,82 kg dan pada kadar crumb rubber 100% sebesar 233,75 kg (spek. ≥200 kg). Nilai flow rata-rata pada kadar crumb rubber 50% sebesar 2,82 mm dan pada kadar 100% sebesar 2,91 mm (spek. 2-3 mm). Nilai Marshall Quotient rata-rata pada kadar crumb rubber 50% sebesar 85,45 kg/mm dan pada kadar crumb rubber 100% sebesar 80,26 kg/mm (spek. ≥80 kg/mm). Untuk nilai VIM rata-rata pada kadar crumb rubber 50% sebesar 4,432% dan pada kadar crumb rubber 100% sebesar 3,534% (spek. 3-6%). Nilai VMA rata-rata pada kadar crumb rubber 50% sebesar 19,795% dan pada kadar crumb rubber 100% sebesar 19,199% (spek. ≥20%). Nilai VFB rata-rata pada kadar crumb rubber 50% sebesar 77,620% dan pada kadar crumb rubber 100% sebesar 81,599% (spek. ≥75%). Karakteristik campuran dengan kadar crumb rubber tertinggi dengan pengurangan kadar aspal (7,0% dan 6,5%) yaitu nilai stabilitas (234,39 kg, 233,04 kg), flow (2,86 mm, 2,51 mm), Marshall Quotient (82,01 kg/mm, 92,75 kg/mm), VIM (4,962%, 6,182%), VMA (19,264%, 19,335%), dan VFB (74,248%, 68,046%)

Untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan perbandingan penggunaan crumb rubber 40 mesh dengan crumb rubber ukuran lain. Selain itu, perlu dilakukan penelitian mengenai analisis ekonomi dan reaksi kimia dari bahan pengganti yang digunakan.

Kata kunci: latasir kelas A, agregat halus, crumb rubber 40 mesh, kadar aspal optimum (KAO)

Page 5: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. i KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii BSTRAK………………………………………………………………………. iii DAFTAR ISI…………………………………………………………………….. iv DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………….. vii DAFTAR TABEL………………………………………………………………. viii BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….... 1 1.1 Latar Belakang………………………………………………………..……... 1 1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………...……. 3 1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………………........ 4 1.4 Manfaat Penelitian……………………………………………………..……. 4 1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian……………………………….…….. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………….. 6 2.1 Lapisan Permukaan (Surface Course)…………………………………....... . 6 2.2 Crumb Rubber……………………………………………………….......... 11 2.3 Perencanaan Campuran Aspal Panas……………………………………….. 12 2.3.1 Pengujian Material………………………………………………............ 12 2.3.2 Penentuan Gradasi Agregat……………………………………………… 13 2.3.3 Estimasi Kadar Aspal Awal………………………………………………. 13 2.3.4 Pengukuran Volumetrik Sampel…………………………………………. 14 2.3.5 Uji Stabilitas Marshall dan Flow………………………………………… 18 2.3.6 Penentuan Kadar Aspal Optimum……………………………………….. 20 2.3.7 Pengujian Stabilitas Marshall Sisa………………………………………. 21 2.4 Hasil Kajian Penelitian yang Menggunakan Karet Ban..………………….. 21

BAB III METODE PENELITIAN………………………………………………. 25 3.1 Umum………………………………………………………………………. 25 3.2 Lokasi Penelitian……………………………………………………………. 25 3.3 Bahan dan Alat……………………………………………………………… 25 3.3.1 Bahan…………………………………………………………………….. 25 3.3.2 Alat……………………………………………………………………….. 26 3.3.3 Jumlah Benda Uji….…………………………………………………….. 26 3.4 Bagan Alir Penelitian………………………………………………………. 26 3.5 Langkah-langkah Penelitian..………………………………………………. 29 3.5.1 Persiapan Material………………………………………………………… 29 3.5.2 Pemeriksaan Material…………………………………………………….. 29 3.5.3 Penentuan Gradasi Pilihan……….………………………………………. .29 3.6 Pembuatan Benda Uji Campuran Beraspal Panas…………………………. .32 3.7 Metode Pengujian Campuran Beraspal Panas dengan Alat Marshall……… .33 3.8 Penentuan Kadar Aspal Optimum…………………………………………. .34 3.9 Metode Pengujian Stabilitas Sisa dengan Alat Marshall…………………….. .34 3.10 Penggantian Agregat Halus dengan Crumb Rubber 40 mesh……………… .35

Page 6: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

v

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN….…………………………………….. 39

4.1 Pengujian Agregat.………………………………………………………… 39 4.1.1 Pengujian Agregat Kasar…..……………………………………………. 39 4.1.2 Pengujian Agregat Halus…..……………………………………………. 41 4.1.3 Pengujian Filler…..……………..………………………………………. 42 4.2 Pengujian Aspal….………………………………………………………… 42 4.2.1 Pengujian Penetrasi Aspal..……..………………………………………. 42 4.2.2 Pengujian Titik Lembek Aspal…..……………………………………… 43 4.2.3 Pengujian Kehilangan Berat Aspal……………………………………… 43 4.2.4 Pengujian Daktilitas Aspal….…..………………………………………. 43 4.2.5 Pengujian Berat Jenis Aspal……..……………………………………… 43 4.2.6 Pengujian Titik Nyala Aspal dan Titik Bakar Aspal……………………. 43 4.3 Pengujian Crumb Rubber 40 mesh….…………………………………….. 43 4.3.1 Pengujian Berat Jenis Crumb Rubber 40 mesh…………………………. 44 4.3.2 Pengujian Temperatur Lembek Crumb Rubber 40 mesh..……………… 44 4.4 Pencampuran Agregat……………………………………………………… 44 4.5 Perhitungan Kadar Aspal Awal……………….…………………………… 44 4.6 Rancangan Campuran Benda Uji Marshall..……………………………… 45 4.7 Karakteristik Campuran Latasir Kelas A..………………………………… 45

4.8 Hubungan Kadar Aspal dengan Karakteristik..……………………….…… 45 4.8.1 Stabilitas…………………………………………………………………. 46 4.8.2 Flow (Kelelehan Plastis)…………………………………………………. 46 4.8.3 Marshall Quotient………………………………………………..……… 47 4.8.4 Rongga Antar Butiran Agregat (VMA)……….………………………… 48 4.8.5 Rongga Udara dalam Campuran (VIM)…………………………………. 49 4.8.6 Rongga Udara Terisi Aspal (VFB)………………………………………. 50 4.9 Penentuan Kadar Aspal Optimum…………....……………………….…… 51 4.10 Pengujian Nilai Stabilitas Marshall Sisa pada Kadar Aspal Optimum

(KAO) 7,5% ….…………………………………………………………… 51 4.11 Analisis Karakteristik Campuran Latasir Kelas A pada Kadar Aspal

Optimum........................................................................................... 52 4.12 Rancangan Campuran Latasir Kelas A dengan Crumb Rubber 40 mesh

sebagai Substitusi Sebagian Agregat Halus............................................. 52 4.13 Karakteristik Campuran Latasir Kelas A dengan Crumb Rubber 40 mesh

sebagai Substitusi Sebagian Agregat Halus............................................ 53 4.14 Hubungan Kadar Crumb Rubber 40 mesh dengan Karakteristik……..…… 53 4.14.1 Stabilitas……………..…………………………………………..……… 54 4.14.2 Flow (Kelelehan Plastis)..………………………………………………. 54 4.14.3 Marshall Quotient………………………………..……………………… 55 4.14.4 Rongga Antar Butiran Agregat (VMA)……….…………..……………. 56 4.14.5 Rongga Udara dalam Campuran (VIM)…………………..……..……… 56 4.14.6 Rongga Udara Terisi Aspal (VFB)………………………..……..……… 57 4.15 Rancangan Campuran Latasir Kelas A dengan Crumb Rubber 40 mesh

sebagai Substitusi Sebagian Agregat Halus dan Kadar Aspal Dikurangi………………………………................................................ 58

Page 7: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

vi

4.16 Karakteristik Campuran Latasir Kelas A dengan Crumb Rubber 40 mesh sebagai Substitusi Sebagian Agregat Halus dan Kadar Aspal Dikurangi…………………………………............................................. 58

4.17 Hubungan Kadar Crumb Rubber 40 mesh dan Kadar Aspal yang Dikurangi dengan Karakteristik……………………………………….…… 58

4.17.1 Stabilitas……………..…………………………………………..………. 59 4.17.2 Flow (Kelelehan Plastis).………………………………………..………. 60 4.17.3 Marshall Quotient………………………………..………………………. 60 4.17.4 Rongga Antar Butiran Agregat (VMA)……….…………..…………..… 61 4.17.5 Rongga Udara dalam Campuran (VIM)…………………..……..……… 62 4.17.6 Rongga Udara Terisi Aspal (VFB)………………………..……..……… 62 4.18 Pengujian Nilai Stabilitas Marshall Sisa pada Kadar Crumb Rubber

Tertinggi dan Kadar Aspal Terendah….………………………………….. 63

BAB V SIMPULAN DAN SARAN……….…………………………………….. 64 5.1 Simpulan………….………………………………………………………. 64 5.2 Saran…………..….……………………………………………………….. 66

DAFTAR PUSTAKA……………..……….……………………………………67 LAMPIRAN : SK Rektor Unud ......................................................................... 70

Page 8: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Butiran crumb rubber 40 mesh……………………………………. 11 Gambar 2.2 Komponen campuran beraspal secara volumetrik…………............ 17 Gambar 2.3 Contoh penentuan kadar aspal optimum (KAO)………………….. 21 Gambar 3.1 Bagan alir penelitian………………………………………………. 28 Gambar 3.2 Grafik gradasi pilihan……………………………………………... 29 Gambar 3.3 Grafik gradasi agregat lolos ayakan no.40 tertahan ayakan

no.50………………..……………………………………………... 35 Gambar 4.1 Grafik hubungan antara kadar aspal dengan stabilitas rata-rata..…. 46 Gambar 4.2 Grafik hubungan antara kadar aspal dengan flow rata-rata……… 47 Gambar 4.3 Grafik hubungan antara kadar aspal dengan Marshall Quotient

rata-rata ……..……………………………………………………. 48 Gambar 4.4 Grafik hubungan antara kadar aspal dengan VMA rata-rata ...…… 49 Gambar 4.5 Grafik hubungan antara kadar aspal dengan VIM rata-rata ……. 49 Gambar 4.6 Grafik hubungan antara kadar aspal dengan VFB rata-rata ……. 50 Gambar 4.7 Bar chart karakteristik campuran latasir kelas A dengan variasi

kadar aspal……………………………………………………...… 51 Gambar 4.8 Grafik hubungan antara kadar crumb rubber 40 mesh dengan

stabilitas rata-rata..………..……………………………………… 54 Gambar 4.9 Grafik hubungan antara kadar crumb rubber 40 mesh dengan flow

rata-rata……………………………………………………………. 54 Gambar 4.10 Grafik hubungan antara kadar crumb rubber 40 mesh dengan

Marshall Quotient rata-rata ……………..………………………. 55 Gambar 4.11 Grafik hubungan antara kadar crumb rubber 40 mesh dengan

VMA rata-rata …………..……………………………………….. 56 Gambar 4.12 Grafik hubungan antara kadar crumb rubber 40 mesh dengan

VIM rata-rata ….………………………………………………….. 56 Gambar 4.13 Grafik hubungan antara kadar crumb rubber 40 mesh dengan

VFB rata-rata …………………………………………………..…. 57 Gambar 4.14 Grafik hubungan antara kadar aspal yang dikurangi dengan

stabilitas rata-rata pada kadar crumb rubber 100%…………..…. 59 Gambar 4.15 Grafik hubungan antara kadar aspal yang dikurangi dengan flow

rata-rata pada kadar crumb rubber 100%……………………..…. 60 Gambar 4.16 Grafik hubungan antara kadar aspal yang dikurangi dengan

Marshall Quotient rata-rata pada kadar crumb rubber 100%..…. 60 Gambar 4.17 Grafik hubungan antara kadar aspal yang dikurangi dengan VMA

rata-rata pada kadar crumb rubber 100%……………………..…. 61 Gambar 4.18 Grafik hubungan antara kadar aspal yang dikurangi dengan VIM

rata-rata pada kadar crumb rubber 100%……………………..…. 62 Gambar 4.19 Grafik hubungan antara kadar aspal yang dikurangi dengan VFB

rata-rata pada kadar crumb rubber 100%…………..….……….. 62

Page 9: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ketentuan agregat kasar…………………………………….………. 9 Tabel 2.2 Ketentuan agregat halus………….…………………………………. 9 Tabel 2.3 Persyaratan gradasi campuran latasir kelas A dan latasir kelas B 10 Tabel 2.4 Persyaratan sifat-sifat campuran latasir kelas A dan latasir kelas B…..………………………………………………………...… 11 Tabel 2.5 Konversi pembacaan dial gauge stabilitas ke KN untuk alat uji

tekan Marshall model H 4454.100……………………………….… 19 Tabel 2.6 Rasio korelasi stabilitas Marshall……..……………………………….... 20 Tabel 2.7 Hasil pengujian campuran Hot Rolled Asphalt akibat penambahan

limbah serbuk ban bekas………….……………………………….... 22 Tabel 2.8 Hasil pengujian Marshall campuran HRS-WC dengan berbagai

variasi kadar aspal………………….……………………………….. 23 Tabel 2.9 Pengaruh variasi kadar aspal dan karet terhadap nilai VMA……..… 23 Tabel 2.10 Pengaruh variasi kadar aspal dan karet terhadap nilai VIM……..…. 23 Tabel 2.11 Pengaruh variasi kadar aspal dan karet terhadap nilai stabilitas……. 24 Tabel 2.12 Pengaruh variasi kadar aspal dan karet terhadap nilai flow………… 24 Tabel 2.13 Pengaruh variasi kadar aspal dan karet terhadap nilai Marshall

Quotient (MQ)………………………………………………………. 24 Tabel 3.1 Gradasi agregat pilihan……………………………………………… 30 Tabel 3.2 Konversi proporsi material…………………………………………. 31 Tabel 3.3 Kebutuhan material untuk 1, 2, dan 3 buah sampel………………… 32 Tabel 3.4 Proporsi material dengan variasi kadar crumb rubber 40 mesh…...... 37 Tabel 3.5 Kebutuhan agregat untuk benda uji………………………………… 38 Tabel 4.1 Hasil pengujian agregat kasar….…………..……………………….. 39 Tabel 4.2 Hasil pengujian agregat halus….…………..……………………….. 41 Tabel 4.3 Hasil pengujian aspal penetrasi 60/70…..………………………….. 42 Tabel 4.4 Hasil pengujian crumb rubber 40 mesh….……………………..….. 44 Tabel 4.5 Nilai karakteristik campuran latasir kelas A…...………………….. 45 Tabel 4.6 Nilai karakteristik campuran latasir kelas A pada kadar aspal

optimum…………………………………………………………….. 52 Tabel 4.7 Nilai karakteristik campuran latasir kelas A dengan crumb rubber

40 mesh sebagai substitusi sebagian agregat halus…………...…….. 53 Tabel 4.8 Nilai karakteristik campuran latasir kelas A dengan crumb rubber

40 mesh sebagai substitusi sebagian agregat halus dan kadar aspal yang dikurangi………………………………………………...…….. 58

Page 10: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkerasan merupakan struktur lapisan yang terletak di atas tanah dasar dan

bersifat konstruktif sehingga memiliki nilai struktural dan fungsional. Nilai struktural

berkaitan dengan daya dukung perkerasan untuk mendukung repetisi beban lalu lintas

kendaraan dan kemampuannya untuk tetap stabil dan aman terhadap pengaruh infiltrasi

air permukaan dan perubahan cuaca. Nilai fungsional berkaitan dengan kinerja

permukaan jalan dalam melayani lalu lintas kendaraan dengan aman dan nyaman yang

meliputi aspek-aspek teknis, antara lain: kerataan, kekesatan dan kemiringan

permukaan (Bennett et al., 2007).

Pada umumnya konstruksi perkerasan terdiri atas dua jenis, yaitu perkerasan

lentur (flexible pavement) dan perkerasan kaku (rigid pavement). Konstruksi perkerasan

lentur terdiri atas lapisan-lapisan yang diletakkan di atas tanah dasar yang telah

dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk menerima beban lalu lintas dan

menyebarkannya ke lapisan di bawahnya. Susunan lapisan konstruksi perkerasan lentur

terdiri atas lapisan permukaan (surface course), lapisan pondasi atas (base course),

lapisan pondasi bawah (subbase course) dan lapisan tanah dasar (subgrade) (Sukirman,

1999).

Lapisan permukaan (surface course) terdiri atas dua lapis, yaitu lapis aus

(wearing course) dan lapis antara (binder course). Bagian perkerasan yang terletak pada

lapisan teratas adalah lapis aus (wearing course). Secara non-struktural lapisan

permukaan ini berfungsi untuk mencegah masuknya air ke dalam lapisan perkerasan

yang ada di bawahnya, menyediakan permukaan yang tetap rata agar kendaraan dapat

berjalan dengan nyaman, membentuk permukaan yang tidak licin dan sebagai lapis aus

yang selanjutnya dapat diganti lagi dengan yang baru. Lapis antara (binder course)

yang terletak di bawah lapis aus (wearing course) berfungsi secara struktural. Lapis ini

berfungsi untuk mendukung dan menyebarkan beban kendaraan yang diterima oleh

perkerasan, baik beban vertikal maupun beban horizontal (gaya geser).

Di Indonesia jenis lapis permukaan yang umum digunakan untuk lapisan yang

bersifat struktural antara lain lapen (lapis penetrasi macadam), lasbutag (lapis aspal

buton agregat), laston (lapis aspal beton) dan lapis permukaan yang bersifat non-

struktural antara lain burtu (laburan aspal satu lapis), burda (laburan aspal dua lapis),

Page 11: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

2

latasir (lapis tipis aspal pasir), buras (laburan aspal), latasbum (lapas tipis asbuton murni),

lataston (lapis tipis aspal beton). Latasir atau lapis tipis aspal pasir merupakan lapis

penutup permukaan perkerasan yang terdiri atas agregat halus atau pasir atau campuran

keduanya dan aspal keras yang dicampur, dihampar dan dipadatkan dalam keadaan

panas pada temperatur tertentu. Lapis tipis aspal pasir (latasir) digunakan untuk jalan-

jalan dengan lalu lintas ringan seperti jalan lingkungan atau jalan luar kota dan pada

daerah dengan agregat kasar tidak tersedia. Dari jenisnya latasir dibagi menjadi dua,

yaitu latasir kelas A dan latasir kelas B. Pemilihan jenis latasir tergantung pada gradasi

pasir yang akan digunakan. Latasir kelas A memiliki gradasi campuran agregat lebih

halus dibandingkan dengan latasir kelas B (Dep. PU, 2007 dalam Tristianto dan Abdi,

2011).

Pada lapis tipis aspal pasir (latasir), agregat yang biasa digunakan adalah agregat

alam yang terdiri atas kerikil dan pasir. Agregat merupakan komponen utama dari

lapisan perkerasan jalan, yaitu mengandung 90%-95% agregat berdasarkan persentase

berat atau 75%-85% agregat berdasarkan persentase volume (Sukirman, 1999).

Menurut data Kementerian Pekerjaan Umum dan Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah

Prov/Kab/Kota, pertambahan panjang jalan di Indonesia rata-rata mencapai 11.488 km

tiap tahunnya (BPS, 2012). Hal ini mengakibatkan kebutuhan akan agregat untuk

konstruksi jalan raya menjadi besar. Sementara itu, jenis agregat yang biasa digunakan

pada lapisan perkerasan merupakan bahan baku yang tidak dapat diperbaharui dan

dalam jangka panjang ketersediaannya akan habis. Oleh karena itu, perlu adanya suatu

bahan pengganti untuk menggantikan pemakaian agregat alam dalam pembuatan

konstruksi perkerasan lentur.

Salah satu bahan yang diharapkan dapat menjadi pengganti agregat adalah

crumb rubber atau parutan karet. Crumb rubber adalah karet ban bekas yang proses

pengolahannya melalui tahap penggilingan. Crumb rubber ini terbuat dari 100% ban

bekas. Crumb rubber biasanya digunakan sebagai bahan campuran pada sol sepatu dan

campuran rumput sintetis yang terdapat di lapangan futsal atau lapangan bermain anak-

anak. Beberapa penelitian yang menggunakan crumb rubber adalah penelitian yang

dilakukan oleh Sugiyanto (2008) dan Perdana (2009) yang menggunakan parutan karet

ban bekas sebagai pengganti sebagian agregat pada campuran Hot Rolled Sheet

Wearing Course (HRS-WC) dengan hasil yang baik, yaitu stabilitas >1200 kg.

Peningkatan jumlah kendaraan bermotor sepanjang tahun mencapai 10 juta unit.

Hal ini mengakibatkan populasi kendaraan bermotor yang tercatat pada tahun 2012 naik

Page 12: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

3

sebesar 12% menjadi 94,229 juta unit dibandingkan periode tahun 2011 hanya 84,19

juta unit. Menurut data terakhir Korps Lalu Lintas Kepolisian Republik Indonesia,

pertambahan terbanyak adalah mobil pribadi dan sepeda motor. Sepeda motor baru

yang dibeli konsumen pada tahun 2012 mencapai 8.551.047 unit, sedangkan mobil

pribadi baru yang dicatat kepolisian mencapai 984.314 unit (Kompas, 26 Februari

2013). Peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang pesat ini mengakibatkan

kebutuhan akan ban kendaraan menjadi semakin meningkat. Secara berkala ban-ban

kendaraan ini akan diganti dengan yang baru karena sudah tidak layak pakai dan limbah

ban bekas pun menjadi bertambah setiap tahunnya. Masalah ini menjadi semakin besar

karena ban tidak dapat terurai dengan mudah apabila hanya dibiarkan begitu saja.

Memahami pentingnya pengolahan limbah ban bekas secara lebih lanjut, maka

karakteristik crumb rubber atau parutan karet ban bekas perlu diteliti terlebih dahulu.

Penelitian ini akan dilanjutkan pada karakteristik salah satu jenis campuran Latasir

yaitu latasir kelas A yang menggunakan crumb rubber 40 mesh atau parutan karet ban

bekas yang lolos saringan no. 40 (0,425 mm) dan tertahan saringan no. 50 (0,30 mm).

Satuan mesh menunjukkan banyaknya lubang ayakan tiap satu inci persegi

(Sigmaaldrich, 2004). Crumb rubber 40 mesh ini akan digunakan sebagai substitusi

sebagian agregat halus pada campuran latasir kelas A. Pada penelitian ini, juga akan

dilakukan upaya pengurangan kadar aspal untuk campuran latasir dengan kadar crumb

rubber yang telah memenuhi spesifikasi. Crumb rubber diasumsikan tidak menyerap

aspal sehingga campuran latasir dengan crumb rubber 40 mesh diharapkan mampu

menghemat kebutuhan aspal.

1.2 Rumusan Masalah

Bertolak dari uraian latar belakang, dapat dirumuskan bahan permasalahan

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah karakteristik crumb rubber 40 mesh?

2. Bagaimanakah karakteristik campuran lapis tipis aspal pasir (latasir) kelas A dengan

crumb rubber 40 mesh sebagai substitusi sebagian agregat halus pada kadar aspal

optimum (KAO)?

3. Bagaimanakah karakteristik campuran lapis tipis aspal pasir (latasir) kelas A dengan

crumb rubber 40 mesh sebagai substitusi sebagian agregat halus dengan

pengurangan kadar aspal?

Page 13: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

4

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengkaji dan mengetahui karakteristik crumb rubber 40 mesh.

2. Untuk mengkaji dan mengetahui karakteristik campuran lapis tipis aspal pasir

(latasir) kelas A dengan crumb rubber 40 mesh sebagai substitusi sebagian agregat

halus pada kadar aspal optimum (KAO).

3. Untuk mengkaji dan mengetahui karakteristik campuran lapis tipis aspal pasir

(latasir) kelas A dengan crumb rubber 40 mesh sebagai substitusi sebagian agregat

halus dengan pengurangan kadar aspal.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi praktisi/instansi terkait:

a. Sebagai bahan pertimbangan penggunaan bahan-bahan bekas sebagai substitusi

agregat halus pada berbagai jenis campuran.

b. Mengurangi limbah ban bekas.

c. Menghemat penggunaan aspal dalam campuran.

2. Bagi Peneliti:

a. Sebagai bahan acuan untuk peneliti dan pengembangan selanjutnya pada

bidang perkerasan jalan.

b. Untuk melatih ide-ide kreatif mahasiswa.

1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Ruang lingkup dan batasan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Karakteristik campuran latasir yang ditinjau:

a. sifat Volumetrik (VMA, VFB, VIM),

b. stabilitas Marshall,

c. kelelehan (flow),

d. Marshall Quotient.

2. Kadar aspal optimum (KAO) ditentukan saat campuran tidak menggunakan crumb

rubber.

3. Karakteristik crumb rubber yang ditinjau:

a. Berat jenis.

b. Temperatur lembek, yaitu suhu pada saat crumb rubber menjadi lembek namun

belum meleleh.

Page 14: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

5

4. Crumb rubber digunakan sebagai substitusi sebagian agregat halus pada campuran

lapis tipis aspal pasir (latasir) kelas A dengan variasi 0%, 50% dan 100% terhadap

berat total agregat halus lolos ayakan no. 40 (0,425 mm) dan tertahan ayakan no. 50

(0,30 mm), dengan substitusi berdasarkan volume. Crumb rubber yang digunakan

diperoleh dari pabrik pengolahan ban bekas.

5. Dilakukan pengurangan kadar aspal pada kadar aspal optimum (KAO) dengan kadar

crumb rubber yang memenuhi spesifikasi.

6. Penelitian ini tidak membahas analisis ekonomi dan reaksi kimia yang terjadi.

7. Penelitian yang dilakukan terbatas pada pengujian laboratorium dan tidak

melakukan pengujian lapangan.

Page 15: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lapis Permukaan (Surface Course)

Lapisan yang terletak paling atas disebut lapis permukaan dan berfungsi

sebagai:

1. Lapis perkerasan penahan beban roda, lapis ini mempunyai stabilitas tinggi

untuk menahan beban roda selama masa pelayanan.

2. Lapis kedap air, sehingga air hujan yang jatuh di atasnya tidak meresap ke

lapisan di bawahnya dan melemahkan lapisan-lapisan tersebut.

3. Lapis aus (wearing course), lapis yang langsung menerima gesekan akibat rem

kendaraan sehingga mudah menjadi aus.

4. Lapis yang menyebarkan beban ke lapisan bawah, sehingga dapat dipikul oleh

lapisan lain yang mempunyai daya dukung relatif rendah.

Untuk dapat memenuhi fungsi tersebut di atas, pada umumnya lapis permukaan

dibuat dengan menggunakan bahan pengikat aspal sehingga menghasilkan lapisan yang

kedap air dengan stabilitas tinggi dan daya tahan yang lama. Jenis lapis permukaan

yang umum dipergunakan di Indonesia antara lain:

1. Lapisan bersifat non-struktural, berfungsi sebagai lapisan aus kedap air.

Lapisan ini terdiri dari:

a. Burtu (laburan aspal satu lapis), merupakan lapis penutup yang terdiri atas

lapisan aspal yang ditaburi dengan satu lapis agregat bergradasi seragam

dengan tebal maksimum 2 cm.

b. Burda (laburan aspal dua lapis), merupakan lapis penutup yang terdiri atas

lapisan aspal ditaburi agregat yang dikerjakan dua kali secara berurutan

dengan tebal padat maksimum 3,5 cm.

c. Latasir (lapis tipis aspal pasir), merupakan lapis penutup yang terdiri atas

lapisan aspal dan pasir alam bergradasi menerus dicampur, dihampar dan

dipadatkan pada suhu tertentu dengan tebal padat 1-2 cm.

d. Buras (laburan aspal), merupakan lapis penutup terdiri atas lapisan aspal

taburan pasir dengan ukuran butir maksimum 3/8 inci.

e. Latasbum (lapisan tipis asbuton murni), merupakan lapis penutup yang

terdiri atas campuran asbuton dan bahan pelunak dengan perbandingan

tertentu yang dicampur secara dingin dengan tebal maksimum 1 cm.

Page 16: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

7

f. Lataston (lapis tipis aspal beton), dikenal dengan nama Hot Rolled Sheet

(HRS), merupakan lapisan penutup yang terdiri atas campuran antara

agregat bergradasi timpang, mineral pengisi (filler) dan aspal keras dengan

perbandingan tertentu, yang dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas.

Lapis ini memiliki tebal padat antara 2,5-3 cm.

Walaupun jenis lapisan permukaan di atas bersifat non-struktural, lapisan

permukaan tersebut dapat menambah daya tahan perkerasan terhadap penurunan

mutu, sehingga secara keseluruhan dapat menambah masa pelayanan dari

konstruksi perkerasan. Jenis perkerasan ini digunakan untuk pemeliharaan jalan.

2. Lapisan bersifat struktural, berfungsi sebagai lapisan yang menahan dan

menyebarkan beban roda. Lapisan ini terdiri dari:

a. Penetrasi macadam (lapen), merupakan lapis perkerasan yang terdiri atas

agregat pokok dan agregat pengunci bergradasi terbuka dan seragam yang

diikat oleh aspal dengan cara disemprotkan di atasnya dan dipadatkan lapis

demi lapis. Di atas Lapen ini biasanya diberi laburan aspal dengan agregat

penutup. Tebal satu lapis dapat bervariasi dari 4-10 cm.

b. Lasbutag merupakan suatu lapisan pada konstruksi jalan yang terdiri atas

campuran antara agregat, asbuton dan bahan pelunak yang diaduk,

dihampar dan dipadatkan secara dingin. Tebal padat tiap lapisannya antara

3-5 cm.

c. Laston (lapis tipis aspal beton), merupakan suatu lapisan pada konstruksi

jalan yang terdiri atas campuran aspal keras dan agregat yang mempunyai

gradasi menerus, dicampur, dihampar dan dipadatkan pada suhu tertentu.

2.1.1 Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir)

Latasir atau lapis tipis aspal pasir merupakan lapis penutup permukaan

perkerasan yang terdiri atas agregat halus atau pasir atau campuran keduanya dan aspal

keras yang dicampur, dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas pada temperatur

tertentu.

Spesifikasi latasir telah dikembangkan sejak tahun 1983, yaitu dengan

diterbitkannya pedoman berupa buku Petunjuk Pelaksanaan Lapis Tipis Aspal Pasir,

yang dikembangkan oleh Departemen Pekerjaan Umum dengan No. 02/PT/B/1983.

Selanjutnya dikembangkan pula standar nasional yaitu SNI 03-6749-2002, yang

selanjutnya pula dilakukan revisi untuk lebih menyempurnakan secara substansial dan

Page 17: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

8

memenuhi kebutuhan dalam pekerjaan pembangunan jalan. Menurut hasil revisi, latasir

terdiri atas dua kelas: latasir kelas A atau SS-1 (Sand Sheet-1) dengan ukuran nominal

butir agregat atau pasir 9,5 mm dan latasir kelas B atau SS-2 (Sand Sheet-2) dengan

ukuran nominal butir agregat atau pasir 2,36 mm. Pada umumnya tebal nominal

minimum untuk latasir kelas A dan latasir kelas B masing-masing 2,0 cm dan 1,5 cm

dengan toleransi ± 2,0 mm. Latasir pada umumnya digunakan untuk perencanaan jalan

dengan lalu lintas tidak terlalu tinggi (≤500.000 SST), tetapi dapat pula digunakan

untuk pekerjaan pemeliharaan atau perbaikan sementara pada lalu lintas yang lebih

tinggi.

2.1.1.1 Syarat Teknis Agregat pada Campuran Latasir

Adapun persyaratan agregat untuk campuran latasir adalah sebagai berikut:

1. Agregat kasar

a. Tertahan ayakan no. 4 (4,75 mm).

b. Mempunyai angularitas sesuai syarat. Angularitas agregat kasar didefinisikan

sebagai persen terhadap berat jumlah agregat yang lebih besar dari 4,75 mm

dengan muka bidang pecah satu atau lebih.

c. Agregat kasar untuk latasir kelas A dan B boleh dari kerikil yang bersih.

d. Berat jenis (specific gravity) agregat kasar dan halus tidak boleh berbeda lebih

dari 0,2

Page 18: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

9

Tabel 2. 1 Ketentuan agregat kasar

Pengujian Standar Nilai

Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan SNI 3407:2008 Maks. 12%

natrium dan magnesium sulfat Abrasi dengan mesin Campuran AC bergradasi

SNI 2417:2008 Maks. 30%

Los Angeles1) Kasar Semua jenis campuran

Maks. 40% aspal bergradasi lainnya Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 2439:2011 Min. 95%

Angularitas (kedalaman dari permukaan <10cm) DoT's

95/902) Pensylvania

Angularitas (kedalaman dari permukaan ≥ 10 cm) Test Method,

80/752) PTM No. 621

Partikel pipih dan lonjong ASTM D4791

Maks. 10% Perbandingan 1:5

Material lolos ayakan no. 200 SNI 03-4142-1996 Maks. 1% Sumber : Dep. PU (2010) Revisi 2 Catatan :

1)Abrasi dengan mesin Los Angeles dengan 100 putaran harus dilakukan untuk mengetahui

keseragaman mutu agregat dan nilai abrasi dengan 100 putaran yang diperoleh tidak boleh

melampaui 20% dari nilai abrasi dengan 500 putaran

2) 95/90 menunjukkan bahwa 95% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu atau lebih

dan 90% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah dua atau lebih.

2. Agregat halus

a. Pasir atau hasil pengayakan batu pecah lolos ayakan no. 4 (4,75 mm).

b. Berat jenis (specific gravity) agregat kasar dan halus tidak boleh berbeda lebih

dari 0,2

Tabel 2. 2 Ketentuan agregat halus

Pengujian Standar Nilai Nilai setara pasir SNI 03-4428-1997 Min. 60% Kadar lempung SNI 3423:2008 Maks. 1% Angularitas (kedalaman dari permukaan <10cm) SNI 03-6877-2002 Min. 45 Angularitas (kedalaman dari permukaan ≥10cm) Min. 40

Sumber: Dep. PU (2010) Revisi 2

Page 19: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

10

3. Bahan pengisi (filler)

a. Bahan pengisi yang ditambahkan terdiri atas debu kapur (limestone dust,

Calcium Carbonate, CaCO3) atau debu kapur padam yang sesuai dengan

AASHTO M303-89 (2006), semen atau mineral yang berasal dari asbuton yang

sumbernya disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Jika digunakan aspal modifikasi

dari jenis asbuton yang diproses maka bahan pengisi yang ditambahkan haruslah

berasal dari mineral yang diperoleh dari asbuton tersebut.

b. Bahan pengisi yang ditambahkan harus kering serta bebas dari gumpalan-

gumpalan dan bila diuji dengan pengayakan sesuai SNI 03-1968-1990 harus

mengandung bahan yang lolos ayakan no. 200 (75 mikron) tidak kurang dari

75% terhadap beratnya dan bersifat non plastis.

c. Kapur yang tidak terhidrasi atau terhidrasi sebagian dapat digunakan sebagai

bahan pengisi yang ditambahkan dengan proporsi maksimum yang diijinkan

adalah 1,0% dari berat total campuran beraspal. Kapur yang seluruhnya

terhidrasi yang dihasilkan dari pabrik yang disetujui, dapat digunakan

maksimum 2% terhadap berat total agregat.

2.1.1.2 Persyaratan Campuran Latasir

Gradasi campuran latasir harus memenuhi persyaratan dalam Tabel 2.3

Tabel 2. 3 Persyaratan gradasi campuran latasir kelas A dan latasir kelas B

No. Ukuran Ayakan % Berat Agregat yang Lolos terhadap Ayakan (mm) Total Agregat dalam Campuran

Kelas A Kelas B 3/4" 19 100 100 1/2" 12,5 3/8" 9,5 90-100

No. 4 4,75 No. 8 2,36 75-100 No. 16 1,18 No. 30 0,6 No. 50 0,3

No. 100 0,15 No. 200 0,075 10-15 8-13

Sumber: Dep. PU (2010) Revisi 2

Page 20: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

11

2.1.1.3 Persyaratan Sifat-sifat Latasir

Campuran latasir harus memenuhi persyaratan sesuai dengan Tabel 2.4

Tabel 2. 4 Persyaratan sifat-sifat campuran latasir kelas A dan latasir kelas B

Sifat-sifat Campuran Latasir Kelas A & Kelas B

Penyerapan aspal (%) Maks. 2,0 Jumlah tumbukan per bidang 50

Rongga dalam campuran (%) Min. 3,0 Maks. 6,0

Rongga dalam agregat (%) Min. 20 Rongga terisi aspal (%) Min. 75 Stabilitas Marshall (kg) Min. 200

Pelelehan (mm) Min. 2 Maks. 3

Marshall Quotient (kg/mm) Min. 80 Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah perendaman selama 24 jam, 60oC Min. 90

Sumber: Dep. PU (2010) Revisi 2

2.2 Crumb Rubber

Crumb rubber adalah istilah yang biasanya digunakan untuk ban kendaraan

bekas yang melalui proses penggilingan hingga berbentuk parutan. Crumb rubber

biasanya diklasifikasikan menurut ukuran partikel. Cara mengukur besarnya butiran-

butiran tersebut adalah dengan melewatkannya melalui ayakan. Ukuran ayakan yang

biasa digunakan adalah mesh (Suhaemi, 2013). Satuan mesh menunjukkan banyaknya

lubang setiap satu inci persegi (Sigmaaldrich, 2004).

Gambar 2.1 Butiran crumb rubber 40 mesh Sumber: Suhaemi (2013)

Page 21: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

12

Adapun beberapa fungsi crumb rubber yang biasa dijumpai

(karetserbuk.wordpress, 2008) antara lain:

1. Sebagai bahan campuran rumput sintetis yang terdapat di lapangan bermain

Adanya crumb rubber yang tersebar di antara rumput sintetis di lapangan

bermain (antara lain lapangan futsal, lapangan bermain anak-anak dan lain-lain)

memberikan tambahan bantalan dan sifat pegas/kelentingan yang disukai anak-

anak atau para atlit. Crumb rubber tidak terpengaruh dengan cuaca karena

sifatnya yang tidak menyerap air. Crumb rubber dapat kering dengan sangat

cepat dan mengurangi debu dan lumpur, sehingga lapangan akan selalu siap

setiap saat. Crumb rubber menjaga anak-anak atau para atlit tetap aman dan

membantu mereka bermain lebih baik. Crumb rubber tidak beracun, bersih dan

sangat ekonomis bisa dipakai dalam jangka waktu sangat lama, tersedia dalam

berbagai ukuran, tidak akan membusuk, mengurangi kerumunan serangga dan

tidak akan terbang karena angin atau hujan.

2. Sebagai bahan campuran pada sol sepatu

Tujuan utama pencampuran karet daur ulang pada sol sepatu adalah untuk

menurunkan biaya produksi.

3. Sebagai bahan campuran pada adukan semen

Tujuannya adalah untuk mengembangkan bahan yang fleksibel saat aplikasi.

4. Sebagai bahan campuran pada tile grout (nat keramik)

Tujuannya adalah untuk membuat nat keramik yang fleksibel.

2.3 Perencanaan Campuran Aspal Panas

Perencanaan suatu campuran aspal panas (hot mix) dilaksanakan dengan

mengacu kepada spesifikasi yang ditentukan. Dalam bahan ajar mata kuliah Perkerasan

Jalan Jurusan Teknik Sipil Universitas Udayana (2012) dijelaskan beberapa tahapan

yang harus dilaksanakan antara lain:

2.3.1 Pengujian Material

Sebelum merencanakan campuran aspal, terlebih dahulu harus dilaksanakan

pengujian material: agregat kasar, agregat halus, filler dan aspal. Sifat-sifat material

yang digunakan harus memenuhi spesifikasi yang ditentukan.

Page 22: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

13

2.3.2 Penentuan Gradasi Agregat

Gradasi masing-masing jenis agregat (kasar, halus dan filler) mungkin saja

ditentukan dalam spesifikasi suatu jenis campuran aspal panas. Demikian pula gradasi

agregat gabungannya. Gradasi agregat gabungan bisa diperoleh dengan mencampur

(blending) agregat kasar, halus dan filler. Teknik mencampur (blending) agregat dapat

dilaksanakan secara analitis maupun secara grafis.

Perencanaan gradasi agregat untuk campuran aspal di laboratorium, bisa

dilaksanakan tanpa memblending agregat, yaitu berdasarkan gradasi ideal (batas

tengah) spesifikasi gradasi agregat gabungan yang ditentukan. Masing-masing ukuran

butir agregat diperoleh dengan mengayak agregat sesuai ukuran ayakan yang

ditentukan. Kemudian proporsi agregat dicari berdasarkan kumulatif persentase lolos

gradasi ideal.

Selain itu, gradasi dapat juga ditentukan dengan menggunakan rumus modifikasi

Kurva Fuller:

P= nn

nn

DdF

075,0)075,0)(100(

+F (2.1)

Dimana:

P = % material lolos ayakan d (mm)

D = diameter agregat maksimum (mm)

F = % filler

n = nilai eksponensial yang mempengaruhi kecekungan garis gradasi

2.3.3 Estimasi Kadar Aspal Awal

Untuk menentukan kadar aspal awal terdapat beberapa formula pendekatan.

Salah satunya adalah formula dari Depkimpraswil (2004):

Pb = 0,035 (%CA) + 0,045 (%FA) + 0,18 (%FF) + K (2.2)

dimana :

P b = % kadar aspal awal terhadap berat total campuran

%CA = % agregat kasar (coarse aggregate) terhadap berat total agregat

%FA = % agregat halus (fine aggregate) terhadap berat total agregat

%FF = % filler terhadap berat total agregat

K = Nilai konstanta kira-kira 0,5 sampai 1,0 untuk Laston dan 2,0

sampai 3,0 untuk Lataston. Untuk jenis campuran lain digunakan

nilai 1,0 sampai 2,5.

Page 23: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

14

2.3.4 Pengukuran Volumetrik Sampel

Campuran beraspal panas pada dasarnya terdiri atas aspal dan agregat. Proporsi

masing-masing bahan harus dirancang sedemikian rupa agar dihasilkan aspal beton

yang dapat melayani lalu lintas dan tahan terhadap pengaruh lingkungan selama masa

pelayanan. Ini berarti campuran beraspal harus:

1. Mengandung cukup kadar aspal agar awet.

2. Mempunyai stabilitas yang memadai untuk menahan beban lalu lintas.

3. Mengandung cukup rongga udara (VIM) agar tersedia ruangan yang cukup untuk

menampung ekspansi aspal akibat pemadatan lanjutan oleh lalu lintas dan

kenaikan temperatur udara tanpa mengalami bleeding atau deformasi plastis.

4. Rongga udara yang ada juga harus dibatasi untuk membatasi permeabilitas

campuran.

5. Mudah dilaksanakan sehingga campuran beraspal dapat dengan mudah dihampar

dan dipadatkan sesuai dengan rencana dan memenuhi spesifikasi.

Dalam Pedoman Teknik No. 028/T/BM/1999, kinerja campuran beraspal ditentukan

oleh volumetrik campuran (padat) yang terdiri atas:

1. Berat Jenis Bulk Agregat

Karena agregat total terdiri atas fraksi-fraksi agregat kasar, agregat halus dan

bahan pengisi (filler) yang masing-masing mempunyai berat jenis yang berbeda maka

berat jenis bulk (Gsb) agregat total dapat dihitung sebagai berikut:

G =P + P … + P

PG + P

G + ⋯ + PG

(2.3)

Keterangan:

= Berat jenis bulk total agregat

, , = Persentase masing-masing fraksi agregat

, , = Berat jenis bulk masing-masing fraksi agregat

Berat jenis bulk bahan pengisi sulit ditentukan dengan teliti. Namun demikian,

jika berat jenis semu (apparent) bahan pengisi dimasukkan, maka penyimpangan yang

timbul dapat diabaikan.

2. Berat Jenis Efektif Agregat

Berat jenis efektif campuran (Gse), rongga dalam partikel agregat yang

menyerap aspal, dapat ditentukan dengan rumus berikut:

Page 24: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

15

G =P + P … + P

PG + P

G + ⋯ + PG

(2.4)

Keterangan:

Gse = Berat jenis efektif agregat

, , = Presentase masing-masing fraksi agregat

, , = Berat jenis efektif masing-masing fraksi agregat

3. Berat Jenis Maksimum Campuran

Berat jenis maksimum campuran, Gmm pada masing-masing kadar aspal

diperlukan untuk menghitung kadar rongga masing-masing kadar aspal. Ketelitian hasil

uji terbaik adalah bila kadar aspal campuran mendekati kadar aspal optimum.

Sebaiknya pengujian berat jenis maksimum dilakukan dengan benda uji sebanyak

minimum dua buah (duplikat) atau tiga buah (triplikat). Selanjutnya Berat Jenis

Maksimum (Gmm) campuran untuk masing-masing kadar aspal dapat dihitung

menggunakan berat jenis efektif (Gse) rata-rata sebagai berikut:

G =PP

GPG

… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (2.5)

Keterangan:

Gmm = Berat jenis maksimum campuran, rongga udara nol

Pmm = Persen berat total campuran (= 100)

Ps = Kadar agregat, persen terhadap berat total campuran

Pb = Kadar aspal, persen terhadap berat total campuran

Gse = Berat jenis efektif agregat

Gb = Berat jenis aspal

4. Penyerapan Aspal

Penyerapan aspal dinyatakan dalam persen terhadap berat agregat total, tidak

terhadap berat campuran. Perhitungan penyerapan aspal (Pba) adalah sebagai berikut:

P = 100G − G

G .GG … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (2.6)

Keterangan:

Pba = Penyerapan aspal, persen total agregat

Gsb = Berat jenis bulk agregat

Gse = Berat jenis efektif agregat

Gb = Berat jenis aspal

Page 25: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

16

5. Kadar Aspal Efektif

Kadar aspal efektif (Pbe) campuran beraspal adalah kadar aspal total dikurangi

jumlah aspal yang terserap oleh partikel agregat. Kadar aspal efektif ini akan

menyelimuti permukaan agregat bagian luar yang pada akhirnya akan menentukan

kinerja perkerasan beraspal. Rumus kadar aspal efektif adalah:

P = P −P100

P … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . (2.7)

Keterangan:

Pbe = Kadar aspal efektif, persen total campuran

Pb = Kadar aspal, persen total campuran

Pba = Penyerapan aspal, persen total agregat

Ps = Kadar agregat, persen total campuran

6. Rongga di Antara Mineral Agregat (VMA)

Rongga di antara mineral agregat (VMA) adalah ruang di antara partikel agregat

pada suatu perkerasan beraspal, termasuk rongga udara dan volume aspal efektif (tidak

termasuk volume aspal yang diserap agregat). VMA dihitung berdasarkan Berat Jenis

Bulk (Gsb) agregat dan dinyatakan sebagai persen volume Bulk campuran yang

dipadatkan. VMA dapat dihitung pula terhadap berat campuran total atau terhadap berat

agregat total (lihat rumus 2.13). Perhitungan VMA terhadap campuran total adalah

dengan rumus berikut:

a. Terhadap Berat Campuran Total

= 100 −G xP

G… . … … … … … … … … … … … … … … … … … . … (2.8)

Keterangan:

VMA = Rongga di antara mineral agregat, persen volume bulk

Gsb = Berat jenis bulk agregat

Gmb = Berat jenis bulk campuran padat

Ps = Kadar agregat, persen total campuran

b. Terhadap Berat Agregat Total

= 100 −GG x

100(100 + P ) 100 … … … … … … … … … … … … … . (2.9)

Keterangan:

VMA = Rongga di antara mineral agregat, persen volume bulk

Gsb = Berat jenis bulk agregat

Page 26: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

17

Gmb = Berat jenis bulk campuran padat

Pb = Kadar aspal, persen total campuran

7. Rongga di Dalam Campuran (VIM)

Rongga udara dalam campuran (VIM) dalam campuran perkerasan beraspal

terdiri atas ruang udara di antara partikel agregat yang terselimuti aspal. Volume rongga

udara dalam persen dapat ditentukan dengan rumus berikut:

= 100−

… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . . (2.10)

Keterangan:

VIM = Rongga udara campuran, persen total campuran

Gmb = Berat jenis bulk campuran padat

Gmm = Berat jenis maksimum campuran

8. Rongga Terisi Aspal

Ronggi terisi aspal (VFB) adalah persen rongga yang terdapat di antara partikel

agregat (VMA) yang terisi oleh aspal, tidak termasuk aspal yang diserap

oleh agregat. Rumus VFB adalah sebagai berikut:

VFB =100( − VIM)

… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . . (2.11)

Keterangan:

VFB = Rongga terisi aspal, persen VMA

VMA = Rongga di antara mineral agregat, persen volume bulk.

VIM = Rongga di dalam campuran, persen total campuran

Gambaran volumetrik campuran beraspal seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.2

Gambar 2. 2 Komponen campuran beraspal secara volumetrik

Sumber: Dep. PU (1999)

Page 27: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

18

2.3.5 Uji Stabilitas Marshall dan Flow

Kinerja campuran aspal dapat diperiksa dengan menggunakan alat pemeriksa

Marshall. Pemeriksaan Marshall mengikuti prosedur RSNI M-01-2003. Pemeriksaan

ini dimaksudkan untuk menentukan ketahanan (stabilitas) yang optimum dikaitkan

dengan kategori lalu lintas (lalu lintas ringan, lalu lintas sedang, lalu lintas berat)

terhadap kelelehan plastis (flow) dari campuran aspal dan agregat. Kelelehan plastis

adalah keadaan perubahan bentuk suatu campuran yang terjadi akibat suatu beban

sampai batas runtuh yang dinyatakan dalam mm atau 0,01 inci.

Alat Marshall merupakan alat tekan yang berbentuk silinder berdiameter 4 inci

(10,2 cm) dan tinggi 2,5 inci (6,35 cm) serta dilengkapi dengan proving ring (cincin

penguji) yang berkapasitas 22,2 KN dan flow meter. Proving ring dilengkapi dengan

arloji pengukur yang berguna untuk mengukur nilai stabilitas campuran. Pembacaan

arloji tekan ini dikalikan dengan hasil kalibrasi cincin penguji serta angka korelasi

beban pada Tabel 2.6. Angka korelasi yang tidak tersedia pada tabel akan dicari dengan

cara interpolasi. Di samping itu terdapat arloji kelelehan (flow meter) untuk mengukur

kelelehan plastis (flow). Selanjutnya dari perhitungan diperoleh Rongga Di Antara

Agregat (VMA), Rongga Dalam Campuran Beraspal (VIM), Rongga Terisi Aspal

(VFB) dan Marshall Quotient.

VMA = Volume rongga di antara

mineral agregat

Vmb = Volume bulk campuran

padat

Vmm = Volume campuran padat

tanpa rongga

VFB = Volume rongga terisi aspal

VIM = Volume rongga dalam

campuran

Vb = Volume aspal

Vba = Volume aspal yang

diserap agregat

Vsb = Volume agregat

(berdasarkan berat jenis

bulk)

Vse = Volume agregat

(berdasarkan berat jenis

efektif)

Page 28: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

19

Tabel 2. 5 Konversi pembacaan dial gauge stabilitas ke kN untuk alat uji tekan

Marshall model H-4454.100

kN Pembacaan Dial

Gauge Stabilitas (0,0001")

kN Pembacaan Dial

Gauge Stabilitas (0,0001")

0,000 0,6 2,222 52,1 0,089 2,6 2,311 54,1 0,178 4,7 2,4 56,2 0,267 6,8 2,489 58,3 0,356 8,8 2,578 60,3 0,444 10,9 2,667 62,4 0,533 12,9 2,756 64,5 0,622 15,0 2,845 66,5 0,711 17,0 2,934 68,6 0,800 19,1 3,023 70,7

0,889 21,2 3,111 72,7 0,978 23,2 3,2 74,8 1,067 25,3 3,289 76,9 1,156 27,3 3,378 78,9 1,245 29,4 3,467 81,0 1,333 31,5 3,556 83,1 1,422 33,5 3,645 85,1 1,511 35,6 3,734 87,2 1,600 37,6 3,823 89,3 1,689 39,7 3,911 91,3 1,778 41,8 4,000 93,4 1,867 43,8 4,089 95,5 1,956 45,9 4,178 97,5 2,045 48,0 4,267 99,6 2,134 50,0 4,356 101,7

Sumber: Humboldt (2010)

Page 29: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

20

Tabel 2.6 Rasio kolerasi stabilitas Marshall

Isi Benda Uji (cm²) Tebal Benda Uji (mm) Angka Koreksi

200–213 25,4 5,56 214-225 27,0 5,00 226-237 28,6 4,55 238-250 30,2 4,17 251-264 31,8 3,85 265-276 33,3 3,57 277-289 34,9 3,33 290-301 35,5 3,03 302-316 38,1 2,78 317-328 39,7 2,50 329-340 41,3 2,27 341-353 42,9 2,08 354-367 44,4 1,92 368-379 46,0 1,79 380-392 47,6 1,67 393-405 49,2 1,56 406-420 50,8 1,47 421-431 52,4 1,39 432-443 54,0 1,32 444–456 55,6 1,25 457–470 57,2 1,19 471–482 58,7 1,14 483–495 60,3 1,09 496–508 61,9 1,04 509–522 63,5 1,00 523–535 65,1 0,96 536–546 66,7 0,93 547–559 68,3 0,89 560–573 69,9 0,86 574–585 71,4 0,83 586–598 73,0 0,81 599–610 74,6 0,78 611–625 76,2 0,76

Sumber: Pusjatan-Balitbang PU (2003)

2.3.6 Penentuan Kadar Aspal Optimum

Penentuan kadar aspal optimum ditentukan dengan merata-ratakan kadar aspal

yang memberikan stabilitas maksimum, serta persyaratan campuran lainnya seperti

VMA, VFB dan kelelehan campuran (flow). Kadar aspal optimum dapat ditentukan

dengan menggunakan metode bar chart seperti pada Gambar 2.3. Nilai kadar aspal

optimum ditentukan sebagai nilai tengah dari rentang kadar aspal maksimum dan

minimum yang memenuhi spesifikasi.

Page 30: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

21

Gambar 2.3 Contoh penentuan kadar aspal optimum (KAO)

Sumber: Pusjatan-Balitbang PU (1989)

2.3.7 Pengujian Stabilitas Marshall Sisa

Pada Spesifikasi Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah untuk

mengevaluasi keawetan campuran adalah pengujian Marshall perendaman di dalam air

pada suhu 60oC selama 24 jam. Perbandingan stabilitas yang direndam dengan stabilitas

standar, dinyatakan sebagai persen dan disebut Indeks Stabilitas Sisa dan dihitung

sebagai berikut :

IRS =MSIMSS x100 (2.12)

Keterangan:

IRS = Indeks of Retained Strength

MSI = Stabilitas Marshall kondisi setelah direndam selama 24 jam dengan suhu

60ºC

MSS = Stabilitas Marshall kondisi standar (direndam selama 30-40 menit pada suhu

60ºC)

2.4 Hasil Kajian Penelitian yang Menggunakan Karet Ban

Salah satu penelitian yang menggunakan serbuk ban bekas adalah penelitian

yang dilakukan oleh Sugiyanto (2008), dengan judul Kajian Karakteristik Campuran

Hot Rolled Asphalt Akibat Penambahan Limbah Serbuk Ban Bekas. Tujuan dari

Rongga Diantara Agregat(VMA)Rongga Terisi Aspal(VFB)Rongga Dalam Campuran(VIM)

Kelelehan

Marshall Quotient

7 8Rentang Kadar Aspal yang Memenuhi SpesifikasiSifat-sifat Campuran

Stabilitas Marshall

4 5 6

Rentang yang Memenuhi Parameter Campuran Beraspal

Kadar Aspal RencanaKadar Aspal Optimum Rencana

Page 31: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

22

penelitian ini adalah untuk menganalis karakteristik campuran Hot Rolled Asphalt yang

mengandung butiran atau serbuk ban bekas dan membandingkan dengan campuran

beraspal tanpa serbuk ban bekas. Ketentuan pada penelitian ini adalah kadar serbuk ban

bekas yang digunakan sebagai pengganti agregat pada fraksi no. 50 dalam penelitian

adalah 0%, 50% dan 100%. Hasil penelitian oleh Sugiyanto ini dapat dilihat pada Tabel

2.7

Tabel 2.7 Hasil pengujian campuran Hot Rolled Asphalt akibat penambahan limbah

serbuk ban bekas

Kadar Kadar Nilai Nilai Nilai Nilai Serbuk Ban Aspal Stabilitas Flow VIM VMA

% % Kg mm % % 0 6,0 1316 3,20 7,5 18,1

6,5 1400 3,50 5,2 17,3 7,0 1320 3,90 3,8 16,8 7,5 1200 4,50 2,7 17,0 8,0 939 5,20 2,0 17,4

50 6,0 1245 2,75 6,5 17,1 6,5 1215 2,87 5,0 16,9 7,0 1190 3,24 4,1 17,0 7,5 1100 3,87 3,2 17,3 8,0 985 4,50 2,6 17,7

100 6,0 1375 3,00 4,0 15,0 6,5 1425 3,60 3,2 14,9 7,0 1390 4,05 2,6 15,1 7,5 1245 4,50 2,0 15,9 8,0 977 4,70 1,9 17,2

Spesifikasi Min. 800 Min. 2 3,0 - 6,0 Min. 18 Sumber: Sugiyanto (2008)

Dari Tabel 2.7 dapat dilihat nilai stabilitas maksimum campuran tanpa serbuk

ban bekas sebesar 1400 kg, campuran dengan 50% serbuk ban bekas sebesar 1245 kg

dan untuk campuran dengan 100% serbuk ban bekas sebesar 1425 kg.

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Darunifah (2007), dengan judul Pengaruh

Bahan Tambahan Karet Padat Bahan Vulkanisir terhadap Karakteristik Campuran Hot

Rolled Sheet Wearing Course (HRS-WC). Penelitian ini diawali dengan pengujian

campuran dengan beberapa variasi kadar aspal. Variasi kadar aspal yang digunakan

antara lain: 6,0%, 6,5%, 7,0%, 7,5% dan 8,0% pada komposisi kadar karet aspal 0%.

Kadar aspal optimum (KAO) didapat dari nilai tengah rentang karakteristik Marshall,

yaitu VMA, VIM, VFB, stabilitas, flow dan Marshall Quotient yang memenuhi syarat

Page 32: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

23

campuran HRS-WC untuk lalu lintas berat. Hasil pengujian Marshall campuran HRS-

WC dengan berbagai variasi kadar aspal tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.8.

Tabel 2.8 Hasil pengujian Marshall campuran HRS-WC dengan berbagai variasi kadar

aspal

No Karakteristik Syarat Pengujian Marshall

Variasi Kadar Aspal (%) 6,00 6,50 7,00 7,50 8,00

1 Berat volume (gr/cc) - 2248 2259 2283 2296 2344 2 VMA (%) ≥ 18 18,61 18,63 18,23 18,18 16,95 3 VIM (%) 3-6 7,55 6,44 4,83 3,61 0,97 4 Stabilitas (kg) ≥ 800 1466 1581 1613 1400 1345 5 Flow (mm) ≥ 2 2,78 3,2 3,35 3,42 4,18 6 MQ (kg/mm) ≥ 200 531,63 493,8 482,96 410,59 321,86

Sumber: Darunifah (2007)

Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 2.8, Kadar aspal optimum (KAO) yang

diperoleh adalah sebesar 7,1%. Untuk pengujian berikutnya dilakukan pada beberapa

kadar aspal optimum (KAO) dengan variasi kadar karet vulkanisir di dalamnya, yaitu

0%, 1%, 2%, 3%, 4% dan 5%. Pada pengujian ini dapat dibandingkan perubahan

karakteristik campuran yang digunakan.

Tabel 2.9 Pengaruh variasi kadar karet terhadap nilai VMA Variasi Syarat

(%) VMA

Kadar Aspal (%) Aspal + 0% karet ≥ 18 18,52 Aspal + 1% karet ≥ 18 17,51 Aspal + 2% karet ≥ 18 18,35 Aspal + 3% karet ≥ 18 18,70 Aspal + 4% karet ≥ 18 17,12 Aspal + 5% karet ≥ 18 16,69

Sumber: Darunifah (2007)

Tabel 2.10 Pengaruh variasi kadar karet terhadap nilai VIM Variasi Syarat

(%) VIM

Kadar Aspal (%) Aspal + 0% karet 3-6 4,94 Aspal + 1% karet 3-6 3,16 Aspal + 2% karet 3-6 4,09 Aspal + 3% karet 3-6 4,55 Aspal + 4% karet 3-6 2,73 Aspal + 5% karet 3-6 2,24

Sumber: Darunifah (2007)

Page 33: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

24

Tabel 2.11 Pengaruh variasi kadar karet terhadap nilai stabilitas Variasi Syarat

(%) Stabilitas

Kadar Aspal (kg) Aspal + 0% karet ≥ 800 1484 Aspal + 1% karet ≥ 800 1438 Aspal + 2% karet ≥ 800 1403 Aspal + 3% karet ≥ 800 1149 Aspal + 4% karet ≥ 800 1280 Aspal + 5% karet ≥ 800 1426

Sumber: Darunifah (2007)

Tabel 2.12 Pengaruh variasi kadar karet terhadap nilai flow

Variasi Syarat (%)

Flow Kadar Aspal (mm)

Aspal + 0% karet ≥ 2 3,39 Aspal + 1% karet ≥ 2 3,13 Aspal + 2% karet ≥ 2 2,84 Aspal + 3% karet ≥ 2 3,19 Aspal + 4% karet ≥ 2 2,51 Aspal + 5% karet ≥ 2 2,70

Sumber: Darunifah (2007)

Tabel 2.13 Pengaruh variasi kadar karet terhadap nilai Marshall Quotient (MQ) Variasi Syarat

(%) MQ

Kadar Aspal (kg/mm) Aspal + 0% karet ≥ 200 459,47 Aspal + 1% karet ≥ 200 460,53 Aspal + 2% karet ≥ 200 503,24 Aspal + 3% karet ≥ 200 366,62 Aspal + 4% karet ≥ 200 512,44 Aspal + 5% karet ≥ 200 532,62

Sumber: Darunifah (2007)

Hasil pengujian pada tabel-tabel di atas menunjukkan karakteristik campuran

HRS-WC yang memenuhi persyaratan adalah campuran dengan kadar karet sebesar

3%.

Page 34: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

25

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Umum

Sebelum melakukan suatu penelitian, perlu disusun suatu rencana kerja terlebih

dahulu. Di dalam susunan rencana kerja tersebut, terdapat metode-metode yang

nantinya dapat mendekatkan dengan tujuan yang ingin dicapai, sehingga tidak

menyimpang dari tujuan semula.

Metode yang digunakan meliputi studi literatur mengenai teknologi bahan

khususnya campuran latasir kelas A dan penelitian terhadap karakteristik campuran

yang menggunakan crumb rubber atau parutan karet ban bekas.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian diadakan di Laboratorium Jalan Raya Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Teknik, Universitas Udayana yang berlokasi di Jurusan Teknik Sipil, Universitas

Udayana, Bukit, Jimbaran.

3.3 Bahan dan Alat

Penelitian ini dilakukan terhadap material pembentuk campuran latasir kelas A

berupa agregat kasar, agregat halus dan filler dengan crumb rubber 40 mesh sebagai

substitusi sebagian agregat halus.

3.3.1 Bahan

Bahan yang digunakan dalam campuran latasir kelas A adalah sebagai berikut:

1. Agregat alam terdiri atas agregat kasar, sebagian agregat halus dan filler abu

batu yang diperoleh dari Asphalt Mixing Plant PT Tunas Jaya Sanur, Desa

Sebudi, Kabupaten Karangasem.

2. Crumb rubber 40 mesh atau karet ban bekas yang mengalami proses

penggilingan dan lolos ayakan no. 40 (0,425 mm) serta tertahan ayakan no.

50 (0,30 mm) yang diperoleh dari distributor pengolahan karet ban bekas di

Sarirogo, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.

3. Aspal, yaitu aspal Pertamina penetrasi 60/70 yang diperoleh dari Asphalt

Mixing Plant PT Tunas Jaya Sanur, Desa Sebudi, Kabupaten Karangasem.

Page 35: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

26

3.3.2 Alat

Semua alat yang diperlukan dalam penelitian ini merupakan alat-alat di

Laboratorium Jalan Raya Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana,

Bukit, Jimbaran, Badung.

3.3.3 Jumlah Benda Uji

Pada penelitian ini benda uji yang dibuat adalah benda uji dengan ukuran

standar yaitu diameter 101,6 mm (4 inci), tinggi 76,2 mm (3 inci). Total benda uji yang

diperlukan dalam penelitian ini adalah 36 buah sampel, dengan rincian 15 sampel untuk

mencari Kadar Aspal Optimum (KAO), 3 sampel untuk pengujian stabilitas sisa, 9

sampel untuk campuran latasir kelas A dengan crumb rubber, 6 sampel untuk campuran

latasir kelas A dengan crumb rubber 40 mesh dengan kadar aspal yang dikurangi, dan 3

sampel untuk pengujian stabilitas sisa pada kadar aspal terendah. Semua benda uji yang

telah dibuat dalam penelitian ini akan melalui pengujian Marshall dan pengukuran

volumetrik.

3.4 Bagan Alir Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, yang perlu dilakukan adalah membuat urutan

atau prosedur kerja yang akan dilakukan. Prosedur kerja berfungsi sebagai pemandu

dalam melakukan penelitian sehingga tidak ada tahapan yang terlewat.

Langkah pertama yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah persiapan

material, seperti agregat kasar (kerikil), agregat halus (pasir) dan filler, aspal penetrasi

60/70 dan bahan pengganti agregat yaitu crumb rubber 40 mesh. Langkah selanjutnya

adalah melakukan pemeriksaan dan proporsi agregat untuk memperoleh agregat yang

memenuhi spesifikasi latasir kelas A. Untuk aspal dilakukan pengujian sesuai

spesifikasi aspal penetrasi 60/70. Untuk bahan pengganti agregat (crumb rubber 40

mesh) dilakukan pengujian berat jenis dan titik lembek. Berdasarkan proporsi agregat

dicari nilai persentase kadar aspal dalam campuran dan dibuat rancangan benda uji.

Setelah benda uji terbentuk, pekerjaan dilanjutkan dengan pengujian Marshall. Dari

pengujian Marshall didapatkan data yang menghasilkan kadar aspal optimum. Kadar

aspal optimum ini digunakan untuk campuran dengan menggunakan bahan pengganti

(crumb rubber 40 mesh). Kemudian didapatkan data yang akan dianalisis dan ditarik

kesimpulan. Adapun langkah-langkah penelitian yang dilakukan seperti pada Gambar

3.1

Page 36: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

27

Page 37: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

28

Gambar 3. 1 Bagan alir penelitian

Page 38: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

29

3.5 Langkah-langkah Penelitian

3.5.1 Persiapan Material

Material yang disiapkan adalah agregat standar (agregat kasar, halus, filler),

crumb rubber 40 mesh dan aspal pertamina penetrasi 60/70.

3.5.2 Pemeriksaan Material

Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan agregat, aspal serta crumb rubber 40

mesh terlebih dahulu yang dilakukan berdasarkan SNI. Pemeriksaan yang dilakukan

meliputi: pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat, pemeriksaan angularitas,

kadar lumpur, soundness test, keausan agregat, kelekatan agregat terhadap aspal, sand

equivalent, penetrasi aspal, titik nyala dan titik bakar, titik lembek, berat jenis aspal,

daktilitas, kehilangan berat aspal serta berat jenis dan temperatur lembek crumb rubber

40 mesh.

3.5.3 Penentuan Gradasi Pilihan

Mengacu pada spesifikasi gradasi latasir kelas A pada Gambar 3.2, maka dibuat

grafik gradasi pilihan sebagai berikut:

Gambar 3. 2 Grafik gradasi pilihan

3.5.4 Proporsi dan Kebutuhan Material

Berdasarkan gradasi pilihan campuran agregat yang mengacu pada spesifikasi

gradasi agregat untuk campuran latasir kelas A seperti yang tertera pada Gambar 3.2,

maka proporsi rencana campuran agregat yang digunakan adalah seperti pada Tabel 3.3

dan 3.5.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0.01 0.1 1 10

% B

erat

Agr

egat

yan

g Lo

los

Ukuran Saringan (mm)

gradasi pilihanbatas atasbatas bawah

Page 39: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

30

Tabel 3. 1 Gradasi agregat pilihan

No. Ukuran Ayakan % Berat Agregat yang Lolos

Ayakan (mm) Batas Batas Batas Tengah % Tertahan

Atas Bawah (Gradasi Pilihan)

3/4" 19 100 100 100 - 1/2" 12,5 97 3 3/8" 9,5 100 90 94 3 no. 4 4,75 85 9 no. 8 2,36 70 15 no. 16 1,18 53 17 no. 30 0,6 35 18 no. 50 0,30 21 14 no. 100 0,15 14 7 no. 200 0,075 15 10 11 3

Talam 11 Jumlah 100

Proporsi agregat yang didapat dalam gradasi pilihan tersebut adalah agregat

kasar (tertahan ayakan 4,75 mm) sebanyak 15%, agregat halus (lolos ayakan 4,75 mm

tertahan ayakan 0,075 mm) sebanyak 74% dan filler sebanyak 11%. Ketiga proporsi

agregat tersebut yang nantinya akan digunakan dalam penelitian ini.

Nilai variasi kadar aspal rencana dalam campuran diperoleh berdasarkan

persentase penggunaan agregat kasar, agregat halus dan filler dengan menggunakan

Persamaan 2.6

Adapun perhitungannya sebagai berikut:

Pb = 0,035 (%CA) + 0,045 (%FA) + 0,18 (%FF) + k

k antara 1,0 – 2,5 untuk latasir dan diambil nilai k = 2

Maka:

Pb = 0,035 (15) + 0,045 (74) + 0,18 (11) + 2

= 7,8% ≈ 8,0% (dibulatkan ke 0,5% terdekat)

Maka didapat kadar aspal rencana sebesar 8,0% dari berat total campuran.

Untuk perhitungan volumetrik campuran, proporsi agregat perlu dikonversi

berdasarkan berat total agregat menjadi berdasarkan berat total campuran, dengan

prinsip seperti diperlihatkan pada Tabel 3.2.

Page 40: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

31

Tabel 3. 2 Konversi proporsi material

Material % terhadap

Faktor Pengali % terhadap

berat total

agregat berat total

campuran 1 2 3 = (100-d)/100 4=(2*3)

Agregat Kasar (a) 15 0,92 13,80 Agregat Halus (b) 74 0,92 68,08 Filler (c) 11 0,92 10,12 Kadar Aspal Rencana (d) - - 8

Total 100 100

Persentase terhadap berat total campuran akan berubah sesuai dengan variasi

persentase kadar aspalnya, misalnya: (7, 7,5, 8, 8,5, 9)% terhadap berat total campuran.

Contoh pada Tabel 3.2 di atas didasarkan atas persentase kadar aspal awal 8%, di mana

jumlah agregatnya 92 %.

Maka berat aspal yang diperlukan untuk satu sampel adalah:

(8/92) x 1200gr = 104,35 gr

Berat total campuran menjadi = 1200gr + 104,35 gr = 1304,35 gr

Perincian kebutuhan material ditabulasi menjadi sebagai berikut:

Page 41: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

32

Tabel 3. 3 Kebutuhan material untuk 1, 2 dan 3 buah sampel

Material Ayakan (mm) Proporsi

Tertahan (%) 1 sampel

(gram) 2 sampel

(gram) 3 sampel

(gram)

Agregat

Kasar

19 0 0 0 0

12,5 3 36 72 108

9,5 3 36 72 108

4,75 9 108 216 324

2,36 15 180 360 540

Agregat

Halus

1,18 17 204 408 612

0,6 18 216 432 648

0,30 14 168 336 504

0,15 7 84 168 252

0,075 3 36 72 108

Filler lolos 0,075 11 132 264 396

Total 100 1200 2400 3600 Kebutuhan Aspal

7,00% 7,0/ (100-7,0) x berat agg 90,32 180,65 270,97 7,50% 7,5/ (100-7,5) x berat agg 97,30 194,59 291,89 8,00% 8,0/ (100-8,0) x berat agg 104,35 208,70 313,04 8,50% 8,5/ (100-8,5) x berat agg 111,48 222,95 334,43 9,00% 9,0/ (100-9,0) x berat agg 118,68 237,36 356,04

3.6 Pembuatan Benda Uji Campuran Beraspal Panas

1) Pencampuran benda uji

(1) Untuk setiap benda uji diperlukan agregat sebanyak ± 1200 gram sehingga

menghasilkan tinggi benda uji kira-kira 63,5 mm ± 1,27 mm (2,5 ± 0,05)

inci.

(2) Wadah pencampur dipanaskan kira-kira 28oC di atas temperatur

pencampuran aspal keras.

(3) Agregat yang telah dipanaskan dimasukkan ke dalam wadah pencampur.

(4) Aspal dituangkan sebanyak yang dibutuhkan ke dalam agregat yang sudah

dipanaskan, kemudian diaduk dengan cepat sampai agregat terselimuti aspal

secara merata.

Page 42: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

33

2) Pemadatan benda uji

(1) Perlengkapan cetakan benda uji serta bagian muka penumbuk dibersihkan

dengan seksama dan dipanaskan sampai suhu antara 90oC - 150oC.

(2) Cetakan diletakkan di atas landasan pemadat dan ditahan dengan

pemegang cetakan.

(3) Kertas saring atau kertas penghisap dengan ukuran diletakkan sesuai

ukuran dasar cetakan.

(4) Seluruh campuran dimasukkan ke dalam cetakan, kemudian campuran

ditusuk-tusuk dengan spatula yang telah dipanaskan sebanyak 15 kali di

sekeliling pinggirannya dan 10 kali di bagian tengahnya.

(5) Kertas saring atau kertas penghisap diletakkan di atas permukaan benda uji

dengan ukuran sesuai cetakan.

(6) Campuran dipadatkan dengan jumlah tumbukan (Kementrian PU, 2010):

a. 75 kali tumbukan untuk campuran selain latasir

b. 50 kali tumbukan untuk campuran latasir atau Sand Sheet (SS)

(7) Pelat alas berikut leher sambung dilepas dari cetakan benda uji, kemudian

cetakan yang berisi benda uji dibalikkan dan pasang kembali pelat alas

berikut leher sambung pada cetakan yang dibalikkan tadi.

(8) Permukaan benda uji yang sudah dibalikkan tadi ditumbuk kembali

dengan jumlah tumbukan yang sama sesuai dengan (6) dan (7).

(9) Sesudah dilakukan pemadatan campuran, pelat alas dilepaskan dan alat

pengeluar dipasang pada permukaan ujung benda uji tersebut.

(10) Benda uji dikeluarkan dan diletakkan di atas permukaan yang rata dan

diberi tanda pengenal serta biarkan selama kira-kira 24 jam pada

temperatur ruang.

(11) Bila diperlukan untuk mendinginkan benda uji, dapat digunakan kipas

angin.

3.7 Metode Pengujian Campuran Beraspal Panas dengan Alat Marshall

Lamanya waktu yang diperlukan dari diangkatnya benda uji dari penangas air

sampai tercapainya beban maksimum saat pengujian tidak boleh melebihi 30 detik.

1) Benda uji direndam dalam penangas air selama 30 – 40 menit dengan

temperatur tetap 60oC ± 1oC untuk benda uji.

Page 43: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

34

2) Benda uji dikeluarkan dari penangas air dan letakkan dalam bagian bawah alat

penekan uji Marshall.

3) Bagian atas alat penekan uji Marshall dipasang di atas benda uji dan diletakkan

seluruhnya dalam mesin uji Marshall.

4) Arloji pengukur pelelehan dipasang pada kedudukannya di atas salah satu

batang penuntun kemudian kedudukan jarum penunjuk diatur pada angka nol,

sementara selubung tangkai arloji (sleeve) dipegang teguh pada bagian atas

kepala penekan.

5) Sebelum pembebanan diberikan, kepala penekan beserta benda uji dinaikkan

hingga menyentuh alas cincin penguji.

6) Jarum arloji tekan diatur pada kedudukan angka nol.

7) Pembebanan pada benda uji diberikan dengan kecepatan tetap sekitar 50,8 mm

(2 in) per menit sampai pembebanan maksimum tercapai. Untuk pembebanan

menurun seperti yang ditunjukkan oleh jarum arloji tekan, pembebanan

maksimum (stabilitas) yang dicapai dicatat. Untuk benda uji dengan tebal tidak

sama dengan 63,5 mm, beban harus dikoreksi dengan faktor pengali seperti

diperlihatkan pada Tabel 2.5.

8) Nilai pelelehan (flow) yang ditunjukkan oleh jarum arloji pengukur pelelehan

dicatat pada saat pembebanan maksimum tercapai.

3.8 Penentuan Kadar Aspal Optimum

Penentuan kadar aspal optimum ditentukan dengan merata-ratakan kadar aspal

yang memberikan stabilitas maksimum serta karakteristik campuran lainnya seperti

flow, Marshall Quotient, VMA, VIM dan VFB. Kadar aspal optimum dapat ditentukan

dengan menggunakan Metode Bar-chart seperti pada Gambar 2.3. Nilai kadar aspal

optimum ditentukan sebagai nilai tengah dari rentang kadar aspal maksimum dan

minimum yang memenuhi spesifikasi.

3.9 Metode Pengujian Stabilitas Sisa dengan Alat Marshall

Metode yang digunakan untuk pengujian stabilitas sisa ini hampir sama dengan

metode yang digunakan pada pengujian stabilitas dengan alat Marshall, yang

membedakan adalah lama perendaman sampel, yaitu 24 jam dan kadar yang digunakan

Page 44: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

35

pada metode ini adalah kadar aspal optimum. Untuk menghitung hasil pengujian

digunakan Persamaan 2.16.

3.10 Penggantian Agregat Halus dengan Crumb Rubber 40 mesh

Sebagai pengganti sebagian dari agregat halus dipergunakan crumb rubber 40

mesh dengan variasi 0%, 50% dan 100% terhadap berat total agregat halus lolos ayakan

no. 40 (0,425 mm) dan tertahan ayakan no. 50 (0,30 mm), dengan substitusi

berdasarkan volume. Berat total agregat halus lolos ayakan no. 40 (0,425 mm) dan

tertahan ayakan no. 50 (0,30 mm) yang diperlukan diperoleh dari grafik gradasi pilihan

(Gambar 3.2) yang diplot seperti Gambar 3.3. Dari grafik tersebut diperoleh persentase

agregat halus yang lolos ayakan no. 40 (0,425 mm) sebesar 27%. Penggantian sebagian

agregat halus dengan crumb rubber 40 mesh dilakukan pada kadar aspal optimum,

dengan substitusi berdasarkan volume. Proporsi kebutuhan material agregat disajikan

pada Tabel 3.5.

Gambar 3.3 Grafik gradasi agregat lolos ayakan no. 40 tertahan ayakan no. 50

3.10.1 Perhitungan untuk Kadar Crumb Rubber 50% dan 100%

Dimisalkan berat total agregat adalah 1200 gr. Sesuai dengan Tabel 3.1 dan

Grafik 3.3, persentase agregat halus lolos ayakan no. 40 (0,425 mm) dan tertahan

ayakan no. 50 (0,30 mm) yang dibutuhkan untuk satu benda uji adalah (27-21)%. Jadi

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0.01 0.1 1 10

% B

erat

Agr

egat

yan

g Lo

los

Ukuran Saringan (mm)

gradasi pilihan

batas atas

batas bawah

0.425

27

Page 45: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

36

berat agregat halus lolos ayakan no. 40 (0,425 mm) dan tertahan ayakan no. 50 (0,30

mm) yang dibutuhkan untuk satu benda uji [(27-21)% x 1200gr = 72 gr).

Diketahui : berat agregat halus (A) = 72 gr

SGagregat halus = 2,547 gr/cm3

SGcrumb rubber = 0,918 gr/cm3

Contoh perhitungan untuk variasi kandungan crumb rubber 50%

Berat agregat yang diganti ( ) = 50% x A = 50% x 72 = 36 gr

Volume agregat yang diganti ( ) =

= ,

= 14,13

Berat crumb rubber yang diperlukan = A2 x SGcrumb rubber

= 14,13 cm3 x 0,918 gr/cm3

= 12,97 gr

Page 46: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

37

Tabel 3. 4 Proporsi material dengan variasi kadar crumb rubber 40 mesh

No. Saringan Ukuran

Saringan (mm)

% lolos % tertahan

(Gradasi Ideal)

Variasi 1 Variasi 2 Variasi 3 Crumb Rubber

0% Agregat Crumb Rubber 50% Agregat Crumb Rubber

100% Agregat

3/4'' 19 100 - - - 1/2'' 12,5 97 3 3 3 3/8'' 9,5 94 3 3 3

No. 4 4,75 85 9 9 9 No. 8 2,36 70 15 15 15 No. 16 1,18 53 17 17 17 No. 30 0,6 35 18 18 18 No. 40 0,425 27 8 8 8 No. 50 0,30 21 6 3 3 6 -

No. 100 0,15 14 7 7 7 No. 200 0,075 11 3 3 3

Talam 11 11 11

Jumlah 100 3 97 6 94 100 100 100

Page 47: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

38

Tabel 3. 5 Kebutuhan agregat untuk benda uji

No.

Ayakan

Ukuran

Ayakan

(mm)

Agregat Total

(0% Crumb

Rubber)

Variasi 1 Variasi 2 Variasi 3

Agregat Crumb Rubber

0% Agregat

Crumb Rubber

50% Agregat

Crumb Rubber

100%

agg

(%)

agg

(gr) % gram gram % gram gram % gram gram

3/4'' 19 - - - - - - - -

1/2'' 12,5 3 36 3 36 3 36 3 36

3/8'' 9,5 3 36 3 36 3 36 3 36

no. 4 4,75 9 108 9 108 9 108 9 108

no. 8 2,36 15 180 15 180

15 180

15 180

no. 16 1,18 17 204 17 204

17 204

17 204

no. 30 0,6 18 216 18 216 18 216 18 216

no. 40 0,425 8 96 8 96

8 96

8 96

no. 50 0,30 6 72 6 72 3 36 12,97*) 0 0 25,95*)

no. 100 0,15 7 84 7 84 7 84 7 84

no. 200 0,075 3 36 3 36 3 36 3 36

Filler 11 132 11 132

11 132

11 132

Jumlah 100 1200 100 1200 0 97 1164 12,97 94 1128 25,95

Berat

Total (gr)

1 sampel (gr) 1200 1200 1176,97 1153,95

2 sampel (gr) 2400 2400 2353,94 2307,90

3 sampel (gr) 3600 3600 3530,91 3461,85

Catatan: *) 1. Lihat contoh perhitungan berat crumb rubber halaman 111 dan 112.

2. Kadar crumb rubber berdasarkan volume agregat yang lolos ayakan no. 40 (0,425 mm) dan tertahan ayakan no. 50 (0,30 mm).

3. Kadar aspal yang digunakan adalah kadar aspal optimum (KAO) yang jumlahnya berdasarkan volume agregat crumb rubber 0%.

Page 48: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

39

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengujian Agregat

Penelitian yang dilakukan di laboratorium adalah melakukan pemeriksaan

terhadap benda uji atau material dengan menggunakan alat-alat laboratorium untuk

masing-masing jenis pemeriksaan. Adapun pemeriksaan yang dilakukan adalah

terhadap material yang akan digunakan untuk campuran aspal, antara lain: agregat,

aspal dan crumb rubber 40 mesh.

4.1.1 Pengujian Agregat Kasar

Pengujian agregat kasar meliputi analisis saringan, pemeriksaan berat jenis dan

penyerapan, pengujian angularitas, pemeriksaan kelekatan, pemeriksaan keausan

agregat (abrasi), pemeriksaan keawetan agregat (soundness test) dan pemeriksaan kadar

lumpur atau lempung. Ringkasan hasil pemeriksaan agregat kasar ditabulasi pada Tabel

4.1.

Tabel 4.1 Hasil pengujian agregat kasar

Jenis Pengujian Hasil Spesifikasi

Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar

Bulk 2,545 - SSD 2,563 -

Apparent 2,591 - Penyerapan 0,694 % maksimum 3%

Pemeriksaan Angularitas Agregat Kasar 98,304 % minimum 95% Pemeriksaan Kelekatan Agregat Kasar terhadap Aspal 97,500 % minimum 95%

Pemeriksaan Keausan Agregat Kasar 34,417 % maksimum 40% Pemeriksaan Keawetan Agregat Kasar (Soundness Test) 4,483 % maksimum 12%

Pemeriksaan Kadar Lumpur/Lempung Agregat Kasar 0,559 % maksimum 1% Sumber : Hasil Penelitian (2014)

4.1.1.1 Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar

Pengujian terhadap berat jenis dan penyerapan agregat kasar dilakukan

sebanyak dua kali. Dari hasil rata-rata pengujian berat jenis dan penyerapan agregat

kasar yang ditabulasi pada Tabel 4.1, diperoleh penyerapan agregat kasar sebesar

0,694%. Spesifikasi untuk penyerapan agregat kasar maksimum yaitu 3%.

Page 49: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

40

4.1.1.2 Pengujian Angularitas Agregat Kasar

Pengujian angularitas agregat kasar dilakukan sebanyak dua kali. Dari hasil rata-

rata pengujian angularitas agregat kasar yang ditabulasi pada Tabel 4.1, diperoleh hasil

pengujian sebesar 98,304%, sehingga dapat disimpulkan bahwa agregat kasar yang

akan digunakan memenuhi spesifikasi, yaitu persentase angularitas agregat kasar

(kedalaman dari permukaan <10 cm) minimum 95%.

4.1.1.3 Pengujian Kelekatan Agregat Kasar Terhadap Aspal

Pengujian kelekatan agregat kasar terhadap aspal dilakukan sebanyak dua kali

terhadap agregat yang lolos ayakan 9,5 mm (3/8”) tertahan ayakan 6,3 mm (1/4”). Dari

hasil rata-rata pengujian kelekatan agregat kasar terhadap aspal yang ditabulasi pada

Tabel 4.1, diperoleh persentase kelekatan agregat terhadap aspal sebesar 97,50%. Jadi,

dapat disimpulkan bahwa agregat kasar yang akan digunakan memenuhi spesifikasi,

yaitu persentase kelekatan agregat terhadap aspal minimum 95%.

4.1.1.4 Pengujian Keausan Agregat Kasar

Ketahanan agregat terhadap pemecahan (degradasi) diperiksa melalui pengujian

keausan agregat kasar menggunakan mesin Los Angeles. Pengujian keausan agregat

dilakukan pada agregat tertahan ayakan 6,3 mm (1/2”) dan 4,75 mm (3/8”) sebanyak 2

kali pengujian dengan menggunakan 8 bola besi. Dari hasil rata-rata pengujian keausan

agregat kasar yang ditabulasi pada Tabel 4.1, diperoleh hasil pengujian sebesar

34,417% sehingga dapat disimpulkan bahwa agregat kasar yang akan digunakan

memenuhi spesifikasi, yaitu persentase keausan maksimum 40%.

4.1.1.5 Pengujian Keawetan Agregat (Soundness Test)

Pengujian keawetan agregat (soundness test) dilakukan terhadap agregat kasar

sebanyak dua kali. Dari rata-rata hasil pengujian keawetan agregat kasar (soundness

test) yang ditabulasi pada Tabel 4.1, diperoleh hasil pengujian sebesar 4,483%,

sehingga dapat disimpulkan bahwa agregat kasar yang akan digunakan memenuhi

spesifikasi, yaitu maksimum 12%.

4.1.1.6 Pengujian Kadar Lumpur/Lempung Agregat Kasar

Pengujian kadar lumpur/lempung agregat kasar dilakukan sebanyak dua kali.

Dari hasil rata-rata pengujian kadar lumpur/lempung agregat kasar yang ditabulasi pada

Tabel 4.1, diperoleh hasil pengujian sebesar 0,559%, sehingga dapat disimpulkan

bahwa agregat kasar yang akan digunakan memenuhi spesifikasi, yaitu memiliki

persentase kadar lumpur/lempung maksimum 1%.

Page 50: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

41

4.1.2 Pengujian Agregat Halus

Pengujian agregat halus terdiri dari analisis saringan, pemeriksaan berat jenis

dan penyerapan, pengujian angularitas, pemeriksaan kebersihan agregat halus (sand

equivalent). Untuk pengujian filler dilakukan pengujian berat jenis. Ringkasan hasil

pemeriksaan agregat halus ditabulasi pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil pengujian agregat halus

Jenis Pengujian Hasil Spesifikasi

Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus

Bulk 2,547 - SSD 2,564 -

Apparent 2,591 - Penyerapan 0,664 % maksimum 3%

Pemeriksaan Angularitas Agregat Halus 50,045 % minimum 45% Pemeriksaan Kebersihan Agregat Halus (Sand Equivalent) 83,135 % minimum 60%

Pemeriksaan Kadar Lumpur/Lempung Agregat Halus 0,563 % maksimum 1% Sumber : Hasil Penelitian (2014)

4.1.2.1 Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus

Pengujian terhadap berat jenis dan penyerapan agregat halus dilakukan

sebanyak dua kali. Dari hasil rata-rata pengujian berat jenis dan penyerapan agregat

halus yang ditabulasi pada Tabel 4.2, diperoleh penyerapan agregat halus sebesar

0,664%. Jadi, dapat disimpulkan bahwa agregat halus yang akan digunakan memenuhi

spesifikasi penyerapan agregat halus maksimum yaitu 3%. Berdasarkan data pada Tabel

4.1 dan Tabel 4.2 juga dapat diketahui bahwa beda berat jenis agregat kasar dan agregat

halusnya tidak lebih dari 0,2 sehingga memenuhi spesifikasi.

4.1.2.2 Pengujian Angularitas Agregat Halus

Pengujian angularitas agregat halus dilakukan sebanyak dua kali. Dari hasil rata-

rata pengujian angularitas agregat halus yang ditabulasi pada Tabel 4.2, diperoleh hasil

pengujian sebesar 50,045%, sehingga dapat disimpulkan bahwa agregat halus yang

akan digunakan memenuhi spesifikasi, yaitu persentase angularitas agregat halus

(kedalaman dari permukaan < 10 cm) minimum 45%.

4.1.2.3 Pengujian Kebersihan Agregat Halus (Sand Equivalent)

Pengujian kebersihan agregat (sand equivalent) dilakukan terhadap agregat

halus sebanyak dua kali. Dari hasil rata-rata pengujian sand equivalent yang ditabulasi

pada Tabel 4.2, diperoleh hasil pengujian sebesar 83,135% sehingga dapat disimpulkan

bahwa agregat halus yang akan digunakan memenuhi spesifikasi, yaitu minimum 60%.

Page 51: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

42

4.1.2.4 Pengujian Kadar Lumpur/Lempung Agregat Halus

Pengujian kadar lumpur/lempung agregat halus dilakukan sebanyak dua kali.

Dari hasil rata-rata pengujian kadar lumpur/lempung agregat kasar yang ditabulasi pada

Tabel 4.2, diperoleh hasil pengujian sebesar 0,563%, sehingga dapat disimpulkan

bahwa agregat halus yang akan digunakan memenuhi spesifikasi, yaitu persentase kadar

lumpur/lempung maksimum 1%.

4.1.3 Pengujian Filler

4.1.3.1 Pengujian Berat Jenis Filler

Pengujian terhadap berat jenis filler dilakukan sebanyak dua kali. Dari

pengujian berat jenis filler, diperoleh hasil rata-rata pengujian adalah 2,548.

4.2 Pengujian Aspal

Aspal yang digunakan adalah aspal keras penetrasi 60/70 Pertamina. Adapun

pengujian yang dilakukan di laboratorium adalah pengujian penetrasi aspal, titik lembek

aspal, kehilangan berat aspal, daktilitas aspal, berat jenis aspal serta titik nyala dan titik

bakar aspal. Ringkasan hasil pengujian aspal ditabulasi pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Hasil pengujian aspal penetrasi 60/70

Jenis Pengujian Satuan Hasil Spesifikasi

Pengujian Penetrasi Aspal 0,1 mm 66,25 60 – 70 Pengujian Titik Lembek Aspal °C 51,50 minimum 48

Pengujian Kehilangan Berat Aspal % 0,593 maksimum 0,8 Pengujian Daktilitas Aspal Cm 130,5 minimum 100

Pengujian Berat Jenis Aspal gr/cm³ 1,044 minimum 1 Pengujian Titik Nyala dan °C 322 minimum 232°C

Titik BakarAspal °C 327 minimum 232°C Sumber : Hasil Penelitian (2014)

4.2.1 Pengujian Penetrasi Aspal

Pengujian penetrasi aspal dilakukan dengan membuat dua buah benda uji yang

masing-masing diperiksa dengan alat penetrometer sebanyak lima kali. Dari hasil rata-

rata pengujian penetrasi aspal yang ditabulasi pada Tabel 4.3, diperoleh hasil penetrasi

sebesar 66,25 satuan 0,1 mm sehingga hasil pengujian memenuhi spesifikasi, yaitu nilai

penetrasi minimum 60 sedangkan nilai maksimum 70.

Page 52: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

43

4.2.2 Pengujian Titik Lembek Aspal

Pengujian titik lembek dilakukan sebanyak dua kali. Dari hasil rata-rata

pengujian titik lembek aspal yang ditabulasi pada Tabel 4.3, diperoleh titik lembek

aspal adalah 51,5°C sehingga aspal yang akan digunakan memenuhi spesifikasi, yaitu

titik lembek aspal minimum 48°C.

4.2.3 Pengujian Kehilangan Berat Aspal

Pengujian kehilangan berat aspal dilakukan sebanyak dua kali. Dari hasil rata-

rata pengujian kehilangan berat aspal yang ditabulasi pada Tabel 4.3, diperoleh

kehilangan berat aspal sebesar 0,593% sehingga aspal yang akan digunakan memenuhi

spesifikasi, yaitu persentase kehilangan berat aspal maksimum 0,8%.

4.2.4 Pengujian Daktilitas Aspal

Pengujian daktilitas dilakukan sebanyak dua kali. Dari hasil rata-rata pengujian

daktilitas aspal yang ditabulasi pada Tabel 4.3, diperoleh nilai daktilitas aspal adalah

130,5 cm sehingga aspal yang akan digunakan memenuhi spesifikasi, yaitu daktilitas

aspal minimum 100 cm.

4.2.5 Pengujian Berat Jenis Aspal

Pengujian berat jenis aspal dilakukan sebanyak dua kali. Dari hasil rata-rata

pengujian berat jenis aspal yang ditabulasi pada Tabel 4.3, diperoleh berat jenis aspal

sebesar 1,044 sehingga aspal yang akan digunakan memenuhi spesifikasi, yaitu berat

jenis minimum aspal penetrasi 60/70 adalah 1,0.

4.2.6 Pengujian Titik Nyala Aspal dan Titik Bakar Aspal

Pengujian titik nyala dan titik bakar aspal dilakukan sebanyak dua kali. Dari

hasil rata-rata pengujian titik nyala dan titik bakar aspal yang ditabulasi pada Tabel 4.3,

diperoleh titik nyala aspal adalah 322°C dan titik bakar aspal adalah 327°C sehingga

aspal yang akan digunakan memenuhi spesifikasi, yaitu titik nyala dan titik bakar aspal

minimum 232°C.

4.3 Pengujian Crumb Rubber 40 mesh

Pada penelitian ini bahan yang digunakan sebagai substitusi sebagian agregat

halus adalah crumb rubber 40 mesh atau parutan karet ban bekas yang lolos ayakan

no.40 (0,425 mm) dan tertahan ayakan no.50 (0,30 mm) dengan pengujian yang telah

dibatasi yaitu pengujian berat jenis dan pengujian temperatur lembek. Ringkasan hasil

pengujian ditabulasi pada Tabel 4.4

Page 53: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

44

Tabel 4.4 Hasil pengujian crumb rubber 40 mesh

Jenis Pengujian Hasil Pemeriksaan Berat Jenis Crumb Rubber 40 mesh 0,918

Pemeriksaan Temperatur Lembek Crumb Rubber 40 mesh 161°C Sumber : Hasil Penelitian (2014)

4.3.1 Pengujian Berat Jenis Crumb Rubber 40 mesh

Pengujian berat jenis crumb rubber 40 mesh dilakukan dengan metode

pengujian menggunakan piknometer seperti yang dilakukan pada pengujian berat jenis

aspal. Pengujian ini dilakukan sebanyak dua kali. Dari hasil rata-rata pengujian berat

jenis crumb rubber 40 mesh yang ditabulasi pada Tabel 4.4, diperoleh berat jenis rata-

rata adalah 0,918.

4.3.2 Pengujian Temperatur Lembek Crumb Rubber 40 mesh

Pengujian temperatur lembek crumb rubber 40 mesh dilakukan untuk

mengetahui suhu pada saat crumb rubber mulai melembek. Pengujian ini dilakukan

sebanyak dua kali. Dari hasil rata-rata pengujian temperatur lembek crumb rubber 40

mesh yang ditabulasi pada Tabel 4.4, diperoleh titik lembek crumb rubber adalah

161°C.

4.4 Pencampuran Agregat

Setelah dilakukan pengujian terhadap material yang akan digunakan, yaitu:

agregat kasar, halus, filler, aspal dan crumb rubber 40 mesh, dilanjutkan dengan

proporsi agregat. Metode memproporsikan agregat yang dipakai adalah berdasarkan

gradasi ideal yang telah ditentukan. Grafik gradasi campuran dapat dilihat pada Gambar

3.2. Adapun hasil proporsi yang diperoleh untuk masing-masing agregat adalah :

Agregat kasar : 15%

Agregat halus : 74%

Filler : 11%

4.5 Perhitungan Kadar Aspal Awal

Setelah proporsi masing-masing agregat diketahui, maka dilakukan perhitungan

kadar aspal awal yang nantinya digunakan sebagai acuan dalam menentukan variasi

kadar aspal.

Adapun perhitungannya sesuai dengan persamaan 2.6 sebagai berikut :

Pb = 0,035 (%CA) + 0,045 (%FA) + 0,18 (%FF) + konstanta

Page 54: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

45

Konstanta untuk latasir adalah 1,0 sampai 2,5, diambil konstanta = 2

Pb = 0,035 (15) + 0,045 (74) + 0,18 (11) + 2

= 7,8% % ≈ 8,0%

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka untuk mendapatkan kadar aspal

optimum, kadar aspal divariasi sebagai berikut : 7%, 7,5%, 8%, 8,5%, 9%.

4.6 Rancangan Campuran Benda Uji Marshall

Setelah diperoleh komposisi agregat dan variasi kadar aspal, maka dibuat

rancangan campuran benda uji pada variasi kadar aspal. Masing-masing kadar aspal

dibuat tiga buah benda uji.

4.7 Karakteristik Campuran Latasir Kelas A

Dari hasil pengujian Marshall, didapatkan data berupa nilai stabilitas dan flow.

Untuk mendapatkan nilai stabilitas yang sesuai, maka angka dari pembacaan dial perlu

dikalibrasi dan dikoreksi terhadap tebal benda uji. Nilai Marshall Quotient, VMA, VIM

dan VFB didapat dari hasil perhitungan.

Tabel 4.5 Nilai karakteristik campuran latasir kelas A

Karakteristik Campuran

Kadar aspal (%) Persyaratan Campuran

7 7,5 8 8,5 9

Stabilitas (Kg) 226,43 241,80 214,99 197,38 190,96 Min. 200 Flow (mm) 2,53 2,71 2,95 3,11 3,23 2,0-3,0 Marshall Quotient (kg/mm) 89,46 89,26 72,77 63,53 59,04 Min. 80

VMA (%) 19,841 20,117 20,143 20,184 20,636 Min. 20

VIM (%) 5,681 4,869 3,752 2,207 1,158 3,0-6,0

VFB (%) 71,366 75,796 81,374 89,068 94,388 Min. 75 Sumber : Hasil Penelitian (2014)

4.8 Hubungan Kadar Aspal dengan Karakteristik

Setelah karakteristik campuran didapat melalui pengujian Marshall dan

perhitungan, maka selanjutnya dibuat grafik hubungan antara kadar aspal dengan

karakteristik yang didapat di antaranya stabilitas, flow (kelelehan), Marshall Quotient,

VMA, VIM dan VFB.

Page 55: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

46

4.8.1 Stabilitas

Stabilitas campuran mengindikasikan kemampuan lapis perkerasan jalan untuk

menerima beban tanpa terjadi deformasi sesuai tingkat beban lalu lintas yang

direncanakan. Stabilitas yang rendah akan memudahkan terjadinya lendutan, sebaliknya

stabilitas yang terlalu tinggi dapat berakibat campuran menjadi kaku dan menyebabkan

campuran menjadi relatif lebih cepat retak. Stabilitas terjadi karena geseran antar butir,

penguncian antar partikel agregat dan daya ikat dari lapisan aspal.

Nilai stabilitas rata-rata campuran latasir kelas A pada kadar aspal 7%, 7,5%,

8%, 8,5%, 9% berturut-turut adalah 226,43 kg, 241,80 kg, 214,99 kg, 197,38 kg, 190,96

kg. Spesifikasi minimum untuk nilai stabilitas campuran latasir adalah 200 kg.

Gambar 4. 1 Grafik hubungan antara kadar aspal dengan stabilitas rata-rata

Sumber: Hasil Penelitian (2014)

Gambar 4.1 menunjukkan bahwa nilai stabilitas rata-rata meningkat dari kadar

aspal 7% sampai 7,5% dan selanjutnya mengalami penurunan pada kadar aspal 8%

sampai 9%. Pada kadar aspal 8,5% dan 9% nilai stabilitas rata-rata tidak memenuhi

spesifikasi minimum. Hal ini dapat terjadi karena kandungan aspal terlalu tinggi

sehingga aspal tidak efektif lagi menyelimuti agregat.

4.8.2 Flow (Kelelehan Plastis)

Flow menunjukkan besarnya deformasi yang terjadi pada lapis perkerasan

akibat menahan beban yang diterimanya. Nilai flow yang rendah akan mengakibatkan

campuran menjadi kaku sehingga lapis perkerasan menjadi mudah retak, sedangkan

campuran dengan nilai flow tinggi akan menghasilkan lapis perkerasan yang plastis

sehingga perkerasan akan mudah mengalami perubahan bentuk seperti gelombang dan

alur (rutting).

150175200225250

7.0 7.5 8.0 8.5 9.0

Stab

ilita

s (kg

)

Kadar Aspal (%)Batas Minimum Benda Uji 1 Benda Uji 2Benda Uji 3 Stabilitas Rata-rata

Page 56: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

47

Nilai flow rata-rata untuk campuran latasir kelas A pada kadar aspal 7%, 7,5%,

8%, 8,5%, 9% berturut-turut adalah 2,53 mm, 2,71 mm, 2,95 mm, 3,11 mm, 3,23 mm.

Spesifikasi minimum nilai flow untuk campuran latasir kelas A adalah 2 mm dan

spesifikasi maksimumnya adalah 3 mm.

Gambar 4.2 Grafik hubungan antara kadar aspal dengan flow rata-rata

Sumber: Hasil Penelitian (2014)

Gambar 4.2 menunjukkan bahwa nilai flow rata-rata yang diperoleh meningkat

seiring dengan bertambahnya kadar aspal. Pada kadar aspal 8,5% dan 9%, nilai flow

rata-rata lebih dari batas maksimum spesifikasi. Nilai flow rata-rata yang tinggi

disebabkan oleh kadar aspal yang terlalu tinggi sehingga perkerasan akan mudah

mengalami perubahan bentuk.

4.8.3 Marshall Quotient

Marshall Quotient merupakan perbandingan nilai stabilitas campuran dengan

flow. Semakin besar nilai Marshall Quotient, campuran yang dihasilkan akan semakin

kaku sebaliknya bila semakin kecil nilainya maka campuran semakin lentur.

Nilai Marshall Quotient rata-rata untuk campuran latasir kelas A pada kadar

aspal 7%, 7,5%, 8%, 8,5%, 9% berturut-turut adalah 89,46 kg/mm, 89,26 kg/mm, 72,77

kg/mm, 63,53 kg/mm, 59,04 kg/mm. Spesifikasi minimum nilai Marshall Quotient

untuk campuran latasir kelas A adalah 80 kg/mm.

1.52

2.53

3.5

7.0 7.5 8.0 8.5 9.0

Flow

(mm

)

Kadar Aspal (%)

Batas Minimum Batas Maksimum Flow Rata-rata

Benda Uji 1 Benda Uji 2 Benda Uji 3

Page 57: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

48

Gambar 4.3 Grafik hubungan antara kadar aspal dengan Marshall Quotient rata-rata

Sumber: Hasil Penelitian (2014)

Gambar 4.3 menunjukkan bahwa nilai Marshall Quotient rata-rata dari

campuran dengan kadar aspal 7% sampai 9% cenderung mengalami penurunan. Untuk

nilai Marshall Quotient rata-rata pada campuran dengan kadar aspal 7% dan 7,5%

memenuhi spesifikasi, sedangkan Marshall Quotient rata-rata pada campuran dengan

kadar aspal 8% sampai 9% tidak memenuhi spesifikasi. Nilai Marshall Quotient rata-

rata yang rendah disebabkan oleh nilai stabilitas rendah dan flow yang relatif tinggi.

4.8.4 Rongga Antar Butiran Agregat (VMA)

Rongga antar Butiran Agregat (VMA) adalah rongga antar butir agregat, terdiri

dari rongga udara serta aspal efektif yang dinyatakan dalam persentase volume total

campuran. VMA yang terlalu besar menyebabkan campuran memiliki stabilitas yang

rendah sedangkan VMA yang terlalu kecil menyebabkan campuran memiliki durabilitas

rendah.

Nilai VMA untuk campuran latasir kelas A pada kadar aspal 7%, 7,5%, 8%,

8,5%, 9% berturut-turut adalah 19,841%, 20,117%, 20,143%, 20,184%, 20,636%.

Spesifikasi minimum nilai VMA untuk campuran latasir kelas A adalah 20%.

5060708090

100

7.0 7.5 8.0 8.5 9.0M

arsh

all Q

uotie

nt(k

g/m

m)

Kadar Aspal (%)

Batas Minimum Benda Uji 1 Benda Uji 2Benda Uji 3 MQ Rata-rata

Page 58: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

49

Gambar 4.4 Grafik hubungan antara kadar aspal dengan VMA rata-rata Sumber: Hasil Penelitian (2014)

Gambar 4.4 menunjukkan bahwa VMA semakin meningkat seiring dengan

bertambahnya kadar aspal. Nilai VMA pada kadar aspal 7% berada di bawah

spesifikasi, sedangkan untuk campuran dengan kadar aspal 7,5% sampai 9% memenuhi

spesifikasi nilai VMA minimum.

4.8.5 Rongga Udara dalam Campuran (VIM)

Rongga Udara dalam Campuran (VIM) merupakan persentase rongga yang

terdapat dalam campuran. Nilai VIM yang tinggi dapat menimbulkan oksidasi/penuaan

aspal dengan masuknya udara sehingga campuran bersifat porous, sedangkan nilai VIM

yang terlalu rendah akan menimbulkan bleeding karena pada suhu yang tinggi,

viskositas aspal akan menurun sesuai sifat termoplastisnya.

Nilai VIM untuk campuran latasir kelas A pada kadar aspal 7%, 7,5%, 8%,

8,5%, 9% berturut-turut adalah 5,681%, 4,869%, 3,752%, 2,207%, 1,158%. Spesifikasi

minimum nilai VIM untuk campuran latasir kelas A adalah 3% dan spesifikasi

maksimumnya adalah 6%.

Gambar 4.5 Grafik hubungan antara kadar aspal dengan VIM rata-rata

Sumber: Hasil Penelitian (2014)

1919.219.419.619.8

2020.220.420.620.8

21

7.0 7.5 8.0 8.5 9.0VM

A (%

)

Kadar Aspal (%)Batas Minimum Benda Uji 1 Benda Uji 2Benda Uji 3 VMA Rata-rata

1234567

7.0 7.5 8.0 8.5 9.0

VIM

(%)

Kadar Aspal (%)Batas Minimum Batas MaksimumVIM Rata-rata Benda Uji 1Benda Uji 2 Benda Uji 3

Page 59: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

50

Gambar 4.5 menunjukkan bahwa bertambahnya kadar aspal menyebabkan nilai

VIM cenderung semakin menurun. Hal ini disebabkan karena rongga-rongga udara

dalam campuran terisi oleh aspal. Nilai VIM yang memenuhi spesifikasi adalah nilai

VIM dengan kadar aspal 7% sampai 8%, sedangkan nilai VIM pada kadar aspal 8,5%

dan 9% kurang dari spesifikasi minimum. Nilai VIM yang kurang dari spesifikasi dapat

mengakibatkan terjadinya bleeding.

4.8.6 Rongga Udara Terisi Aspal (VFB)

Rongga Udara Terisi Aspal merupakan persentase rongga terisi aspal pada

campuran setelah mengalami proses pemadatan. Semakin tinggi nilai VFB

menunjukkan semakin banyak rongga dalam campuran yang terisi aspal sehingga

kekedapan campuran terhadap air dan udara juga semakin tinggi. Namun jika nilai VFB

terlalu tinggi akan menyebabkan terjadinya bleeding.

Nilai VFB untuk campuran latasir kelas A pada kadar aspal 7%, 7,5%, 8%,

8,5%, 9% berturut-turut adalah 71,366%, 75,796%, 81,374%, 89,068%, 94,388%.

Spesifikasi VFB untuk campuran latasir kelas A adalah minimal 75%.

Gambar 4.6 Grafik hubungan antara kadar aspal dengan VFB rata-rata

Sumber: Hasil Penelitian (2014)

Gambar 4.6 menunjukkan nilai VFB cenderung meningkat sesuai dengan

penambahan kadar aspal. Nilai VFB pada kadar aspal 7% berada di bawah spesifikasi

minimum. Nilai VFB yang relatif kecil dipengaruhi oleh kadar aspal yang terlalu

rendah, sehingga rongga di dalam campuran tidak terisi secara optimal, sedangkan nilai

VFB pada kadar aspal 7,5% sampai 9% memenuhi spesifikasi.

65707580859095

100

7.0 7.5 8.0 8.5 9.0

VFB

(%)

Kadar Aspal (%)Batas Minimum Benda Uji 1 Benda Uji 2Benda Uji 3 VFB Rata-rata

Page 60: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

51

4.9 Penentuan Kadar Aspal Optimum

Kadar aspal optimum adalah kadar aspal yang ditentukan dari rentang kadar

aspal maksimum dan minimum yang memenuhi spesifikasi masing-masing karakteristik

antara lain nilai stabilitas, flow, Marshall Quotient, VMA, VIM dan VFB.

Gambar 4.7 Bar chart karakteristik campuran latasir kelas A dengan variasi kadar aspal Sumber: Hasil Penelitian (2014)

Berdasarkan pada grafik perbandingan stabilitas, flow, Marshall Quotient, VIM, VMA,

VFB dengan variasi kadar aspal didapatkan bar chart seperti Gambar 4.7. Pada bar

chart nilai stabilitas untuk kadar aspal 7% sampai 8,4% memenuhi spesifikasi

minimum. Nilai flow memenuhi spesifikasi minimum dan maksimum pada kadar aspal

7% sampai 8,1%. Nilai Marshall Quotient memenuhi spesifikasi minimum pada

campuran dengan kadar aspal 7% sampai 7,75% sedangkan nilai VIM memenuhi

spesifikasi minimum dan maksimum pada kadar aspal 7% sampai 8,2%. Untuk nilai

VMA, campuran dengan kadar aspal 7,3% sampai 9% memenuhi spesifikasi minimum.

Nilai VFB yang memenuhi spesifikasi minimum adalah kadar aspal 7,35% sampai 9%.

Berdasarkan rentang minimum yang memenuhi spesifikasi yaitu kadar aspal

7,35% dan rentang maksimum yang memenuhi spesifikasi yaitu kadar aspal 7,75%,

didapat nilai tengah yaitu 7,5% yang sekaligus menjadi kadar aspal optimum (KAO).

4.10 Pengujian Nilai Stabilitas Marshall Sisa pada Kadar Aspal Optimum

(KAO) 7,5%

Pengujian nilai stabilitas Marshall sisa dilakukan untuk memperoleh nilai

indeks kekuatan sisa dengan jumlah sampel yang dibuat sebanyak 3 (tiga) buah benda

KAO = 7,5%

Page 61: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

52

uji pada kadar aspal optimum. Pengujian dilakukan dengan cara merendam benda uji

selama ±24 jam dalam air yang bersuhu 60 ± 1°C sebelum dilakukan uji tekan

Marshall. Nilai stabilitas Marshall sisa rata-rata adalah 232,62 kg.

Adapun perhitungannya sesuai dengan Persamaan 2.19 sebagai berikut:

IRS =MSIMSS x100

IRS =232,62241,80 x100

IRS = 96,20 %

Jadi, nilai stabilitas Marshall sisa untuk campuran latasir kelas A pada kadar

aspal optimum (KAO) 7,5% adalah sebesar 96,20%. Nilai ini telah memenuhi

spesifikasi, yaitu nilai stabilitas Marshall sisa minimum adalah 90%.

4.11 Analisis Karakteristik Campuran Latasir Kelas A pada Kadar Aspal

Optimum

Dari semua pengujian dan analisis yang telah dilakukan pada campuran, maka

dibuat ringkasan hasil-hasil pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Nilai karakteristik campuran latasir kelas A pada kadar aspal optimum

Sumber: Hasil Penelitian (2014)

4.12 Rancangan Campuran Latasir Kelas A dengan Crumb Rubber 40 mesh

Sebagai Substitusi Sebagian Agregat Halus

Pada penelitian ini dibuat benda uji sebanyak 3 (tiga) buah untuk masing-

masing variasi. Agregat halus yang lolos ayakan no.40 dan tertahan ayakan no. 50 akan

diganti dengan parutan karet ban bekas atau crumb rubber dengan ukuran 40 mesh.

Persentase penggantian agregat halus dengan crumb rubber 40 mesh adalah 50% dan

Karakteristik campuran Hasil Persyaratan Campuran

Stabilitas (kg) 241,80 Min. 200 Flow (mm) 2,71 2,0-3,0 Marshall Quotient (kg/mm) 89,26 Min. 80 VIM (%) 4,869 3,0-6,0 VMA (%) 20,117 Min. 20 VFB (%) 75,796 Min. 75

Page 62: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

53

100% terhadap berat total agregat halus yang lolos ayakan no.40 dan tertahan ayakan

no. 50 dengan metode subtitusi berdasarkan volume pada kadar aspal optimum (KAO)

yaitu 7,5%.

4.13 Karakteristik Campuran Latasir Kelas A dengan Crumb Rubber 40 mesh

Sebagai Substitusi Sebagian Agregat Halus

Dari hasil pengujian Marshall, didapatkan data berupa nilai stabilitas dan flow.

Untuk mendapatkan nilai stabilitas yang sesuai, maka angka dari pembacaan dial perlu

dikalibrasi dan dikoreksi terhadap tebal benda uji. Nilai Marshall Quotient, VMA, VIM

dan VFB didapat dari hasil perhitungan. Ringkasan hasil pengujian dapat dilihat pada

Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Nilai karakteristik campuran latasir kelas A dengan crumb rubber 40 mesh

sebagai substitusi sebagian agregat halus

Karakteristik campuran

Kadar crumb rubber 40 mesh terhadap agregat halus lolos ayakan no.40 & tertahan ayakan no.50 (%)

Persyaratan campuran

0 50 100

Stabilitas (Kg) 241,80 240,82 233,75 Min. 200

Flow (mm) 2,71 2,82 2,91 2,0-3,0 Marshall quotient (kg/mm) 89,26 85,45 80,26 Min. 80

VMA (%) 20,117 19,795 19,199 Min. 20

VIM (%) 4,869 4,432 3,534 3,0-6,0

VFB (%) 75,796 77,620 81,599 Min. 75 Sumber : Hasil Penelitian (2014)

4.14 Hubungan Kadar Crumb Rubber 40 mesh dengan Karakteristik

Setelah karakteristik campuran didapat melalui pengujian Marshall dan

perhitungan, maka selanjutnya dibuat grafik hubungan antara kadar crumb rubber 40

mesh dengan karakteristik yang didapat tersebut di antaranya stabilitas, flow

(kelelehan), Marshall Quotient, VMA, VIM dan VFB.

Page 63: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

54

4.14.1 Stabilitas

Gambar 4.8 Grafik hubungan antara kadar crumb rubber 40 mesh dengan stabilitas rata-

rata Sumber: Hasil Penelitian (2014)

Berdasarkan hasil pengujian, nilai stabilitas rata-rata campuran latasir kelas A

pada kadar crumb rubber 40 mesh 0%, 50% dan 100% berturut-turut adalah 241,80 kg,

240,82 kg dan 233,75 kg yang kemudian disajikan dalam grafik seperti yang tertera

pada Gambar 4.8. Hal ini menunjukkan bahwa nilai stabilitas rata-rata menurun seiring

dengan bertambahnya kadar crumb rubber pada campuran, namun tetap memenuhi

spesifikasi minimum latasir kelas A, yaitu 200 kg. Stabilitas rata-rata menurun

disebabkan oleh kadar aspal yang meningkat seiring dengan meningkatnya kadar crumb

rubber 40 mesh. Kandungan aspal yang terlalu tinggi menyebabkan aspal tidak efektif

lagi menyelimuti agregat dan crumb rubber.

4.14.2 Flow (Kelelehan Plastis)

Gambar 4.9 Grafik hubungan antara kadar crumb rubber 40 mesh dengan flow rata-rata

Sumber: Hasil Penelitian (2014)

150

200

250

300

0 50 100St

abili

tas (

kg)

Kadar Crumb Rubber 40 mesh terhadap Sebagian Agregat Halus (%)

Batas Minimum Benda Uji 1 Benda Uji 2

Benda Uji 3 Stabilitas Rata-rata

1

2

3

4

0 50 100

Flow

(mm

)

Kadar Crumb Rubber 40 mesh terhadap Sebagian Agregat Halus (%)Batas Minimum Benda Uji 1 Benda Uji 2

Benda Uji 3 Flow Rata-rata Batas Maksimum

Page 64: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

55

Berdasarkan hasil pengujian, nilai flow rata-rata campuran latasir kelas A pada

kadar crumb rubber 0%, 50% dan 100% berturut-turut adalah 2,71 mm, 2,82 mm dan

2,91 mm yang kemudian disajikan dalam grafik seperti yang tertera pada Gambar 4.9

Hal ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata flow meningkat seiring dengan

bertambahnya kadar crumb rubber 40 mesh dalam campuran dan tetap memenuhi

spesifikasi latasir kelas A, yaitu nilai flow minimum adalah 2 mm dan maksimum

adalah 3 mm. Meningkatnya nilai flow rata-rata disebabkan oleh kadar aspal yang terus

meningkat seiring dengan penambahan kadar crumb rubber 40 mesh, sehingga

campuran akan mudah mengalami deformasi.

4.14.3 Marshall Quotient

Gambar 4.10 Grafik hubungan antara kadar crumb rubber 40 mesh dengan Marshall

Quotient rata-rata Sumber: Hasil Penelitian (2014)

Berdasarkan hasil perhitungan, nilai Marshall Quotient rata-rata campuran

latasir kelas A pada kadar crumb rubber 0%, 50% dan 100% berturut-turut adalah 89,26

kg/mm, 85,45 kg/mm dan 80,26 kg/mm yang kemudian disajikan dalam grafik seperti

yang tertera pada Gambar 4.10. Hal ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata Marshall

Quotient cenderung mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya kadar crumb

rubber 40 mesh dalam campuran, namun masih memenuhi spesifikasi minimum

campuran latasir kelas A, yaitu 80 kg/mm. Nilai Marshall Quotient yang menurun

disebabkan oleh nilai stabilitas yang cenderung menurun dan nilai flow yang relatif

meningkat.

60708090

100

0 50 100

Mar

shal

l Quo

tient

(kg/

mm

)

Kadar Crumb Rubber 40 mesh terhadap Sebagian Agregat Halus (%)

Batas Minimum Benda Uji 1Benda Uji 2 Benda Uji 3Marshall Quotient Rata-rata

Page 65: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

56

4.14.4 Rongga Antar Butiran Agregat (VMA)

Gambar 4.11 Grafik hubungan antara kadar crumb rubber 40 mesh dengan VMA rata-

rata Sumber: Hasil Penelitian (2014)

Berdasarkan hasil perhitungan, nilai VMA rata-rata campuran latasir kelas A

pada kadar crumb rubber 40 mesh 0%, 50% dan 100% berturut-turut adalah 20,117%,

19,795% dan 19,199% yang kemudian disajikan dalam grafik seperti yang tertera pada

Gambar 4.11. Hal ini menunjukkan bahwa nilai VMA rata-rata cenderung menurun

seiring dengan bertambahnya kadar crumb rubber 40 mesh dalam campuran, sehingga

pada kadar crumb rubber 50% dan 100% campuran tidak memenuhi spesifikasi

minimum latasir kelas A, yaitu 20%.

4.14.5 Rongga Udara Dalam Campuran (VIM)

Gambar 4.12 Grafik hubungan antara kadar crumb rubber 40 mesh dengan VIM rata-

rata Sumber: Hasil Penelitian (2014)

1718192021

0 50 100VM

A (%

)

Kadar Crumb Rubber 40 mesh terhadap Sebagian Agregat Halus (%)

Batas Minimum Benda Uji 1 Benda Uji 2

Benda Uji 3 VMA Rata-rata

234567

0 50 100

VIM

(%)

Kadar Crumb Rubber 40 mesh terhadap Sebagian Agregat Halus (%)Batas Minimum Benda Uji 1 Benda Uji 2

Benda Uji 3 VIM Rata-rata Batas Maksimum

Page 66: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

57

Berdasarkan hasil perhitungan, nilai VIM rata-rata campuran latasir kelas A pada kadar

crumb rubber 0%, 50% dan 100% berturut-turut adalah 4,869%, 4,432% dan 3,534%

yang kemudian disajikan dalam grafik seperti yang tertera pada Gambar 4.12. Hal ini

menunjukkan bahwa nilai VIM rata-rata cenderung menurun seiring dengan

bertambahnya kadar crumb rubber 40 mesh dalam campuran, namun tetap memenuhi

spesifikasi latasir kelas A, yaitu nilai VIM minimum adalah 3% dan maksimum adalah

6%. Nilai VIM rata-rata menurun disebabkan oleh nilai VMA yang relatif menurun. Hal

ini menyebabkan campuran menjadi lebih kedap.

4.14.6 Rongga Udara Terisi Aspal (VFB)

Gambar 4.13 Grafik hubungan antara kadar crumb rubber 40 mesh dengan VFB rata-

rata Sumber: Hasil Penelitian (2014)

Berdasarkan hasil perhitungan, nilai VFB rata-rata campuran latasir kelas A

pada kadar crumb rubber 0%, 50% dan 100% berturut-turut adalah 75,796%, 77,620%

dan 81,599% yang kemudian disajikan dalam grafik seperti yang tertera pada Gambar

4.13. Hal ini menunjukkan bahwa nilai VFB meningkat seiring dengan bertambahnya

kadar crumb rubber 40 mesh dalam campuran. Nilai VFB untuk semua kadar crumb

rubber memenuhi spesifikasi minimum latasir kelas A, yaitu 75%. Faktor yang

menyebabkan nilai VFB rata-rata cenderung meningkat adalah crumb rubber 40 mesh

yang tidak menyerap aspal sehingga aspal lebih banyak mengisi rongga.

70

75

80

85

0 50 100

VFB

(%)

Kadar Crumb Rubber 40 mesh terhadap Sebagian Agregat Halus (%)

Batas Minimum Benda Uji 1 Benda Uji 2

Benda Uji 3 VFB Rata-rata

Page 67: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

58

4.15 Rancangan Campuran Latasir Kelas A dengan Crumb Rubber 40 mesh

Sebagai Substitusi Sebagian Agregat Halus dan Kadar Aspal yang

Dikurangi

Pada penelitian ini, jumlah benda uji yang dibuat adalah 3 (tiga) buah untuk

masing-masing variasi. Agregat halus lolos ayakan no. 40 dan tertahan ayakan no. 50

akan diganti dengan crumb rubber dengan ukuran 40 mesh. Kadar crumb rubber yang

digunakan adalah 100% terhadap agregat halus lolos ayakan no.40 dan tertahan ayakan

no.50 dengan kadar aspal yang terus menurun, yaitu 7% dan 6,5%.

4.16 Karakteristik Campuran Latasir Kelas A dengan Crumb Rubber 40 mesh

Sebagai Substitusi Sebagian Agregat Halus dan Kadar Aspal yang

Dikurangi

Dari hasil pengujian Marshall, didapatkan data berupa nilai stabilitas dan flow.

Untuk mendapatkan nilai stabilitas yang sesuai, maka angka dari pembacaan dial perlu

dikalibrasi dan dikoreksi terhadap tebal benda uji. Nilai Marshall Quotient, VMA, VIM

dan VFB didapat dari hasil perhitungan. Tabel perhitungan dapat dilihat pada Tabel

C.3. Ringkasan hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Nilai karakteristik campuran latasir kelas A dengan crumb rubber 40 mesh

sebagai substitusi sebagian agregat halus dan kadar aspal yang dikurangi

Karakteristik campuran Kadar aspal (%) Persyaratan campuran 7,5 7,0 6,5

Stabilitas (kg) 233,75 234,39 233,04 Min. 200 Flow (mm) 2,91 2,86 2,51 2,0-3,0 Marshall quotient (kg/mm) 80,26 82,01 92,75 Min. 80 VMA (%) 19,089 19,264 19,335 Min. 20 VIM (%) 3,550 4,962 6,182 3,0-6,0 VFB (%) 81,409 72,248 68,046 Min. 75

Sumber : Hasil Penelitian (2014)

4.17 Hubungan Kadar Crumb Rubber 40 mesh dan Kadar Aspal yang Dikurangi

dengan Karakteristik

Setelah karakteristik campuran didapat melalui pengujian Marshall dan

perhitungan, maka selanjutnya dibuat grafik hubungan antara kadar crumb rubber dan

kadar aspal yang dikurangi dengan karakteristik yang didapat tersebut di antaranya

stabilitas, flow, Marshall Quotient, VMA, VIM dan VFB. Pengurangan kadar aspal

Page 68: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

59

dilakukan pada campuran dengan kadar crumb rubber tertinggi yaitu 100% terhadap

agregat halus lolos ayakan no.40 dan tertahan ayakan no.50.

4.17.1 Stabilitas

Gambar 4.14 Grafik hubungan antara kadar aspal yang dikurangi dengan stabilitas

rata-rata pada kadar crumb rubber 100% Sumber: Hasil Penelitian (2014)

Berdasarkan hasil pengujian, nilai stabilitas rata-rata campuran latasir pada

kadar aspal 7% dan 6,5% adalah 234,39 kg dan 233,04 kg yang kemudian disajikan

dalam grafik seperti yang tertera pada Gambar 4.14. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi

peningkatan stabilitas rata-rata dari kadar aspal awal 7,5% sampai dengan penurunan

kadar aspal 7%, kemudian mengalami penurunan pada kadar aspal 6,5%, tetapi masih

memenuhi spesifikasi minimum campuran latasir kelas A, yaitu 200 kg. Peningkatan

stabilitas rata-rata terjadi karena penyelimutan aspal terhadap agregat menjadi lebih

efektif dibandingkan dengan kadar aspal pada saat belum dikurangi, sehingga sifat

saling kunci antar agregat menjadi lebih optimal. Namun jika kadar aspal dalam

campuran terlalu sedikit, ikatan antar agregat menjadi berkurang dan stabilitas pun

menurun.

175

200

225

250

6.5 7.0 7.5

Stab

ilita

s (kg

)

Kadar Aspal (%)Batas Minimum Benda Uji 1 Benda Uji 2Benda Uji 3 Stabilitas Rata-rata

Page 69: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

60

4.17.2 Flow (Kelelehan Plastis)

Gambar 4.15 Grafik hubungan antara kadar aspal yang dikurangi dengan flow rata-rata

pada kadar crumb rubber 100% Sumber: Hasil Penelitian (2014)

Berdasarkan hasil pengujian, nilai flow rata-rata campuran latasir pada kadar

aspal 7% dan 6,5% adalah 2,86 mm dan 2,51 mm yang kemudian disajikan dalam

grafik seperti yang tertera pada Gambar 4.15. Pada nilai rata-rata flow cenderung

mengalami penurunan dari kadar aspal 7,5% sampai 6,5%. Nilai rata-rata flow pada

kadar aspal 7% sampai 6,5% memenuhi spesifikasi minimum, yaitu 2 mm dan

spesifikasi maksimumnya, yaitu 3 mm. Penurunan nilai rata-rata flow terjadi karena

kadar aspal yang dikurangi menyebabkan campuran menjadi relatif lebih kaku,

sehingga menyebabkan campuran tidak mudah mengalami deformasi.

4.17.3 Marshall Quotient

Gambar 4.16 Grafik hubungan antara kadar aspal yang dikurangi dengan Marshall

Quotient rata-rata pada kadar crumb rubber 100% Sumber: Hasil Penelitian (2014)

1.5

2

2.5

3

3.5

6.5 7.0 7.5

Flow

(mm

)

Kadar Aspal (%)Batas Minimum Batas Maksimum Flow Rata-rata

Benda Uji 1 Benda Uji 2 Benda Uji 3

70

80

90

100

110

6.5 7.0 7.5

Mar

shal

l Quo

tient

(kg/

mm

)

Kadar Aspal (%)Batas Minimum Benda Uji 1 Benda Uji 2Benda Uji 3 MQ Rata-rata

Page 70: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

61

Berdasarkan hasil perhitungan, nilai Marshall Quotient rata-rata campuran

latasir kelas A pada kadar aspal 7% dan 6,5% adalah 82,01 kg/mm dan 92,75 kg/mm

yang kemudian disajikan dalam grafik seperti yang tertera pada Gambar 4.16. Hal ini

menunjukkan nilai Marshall Quotient rata-rata mengalami peningkatan dari kadar aspal

7,5% sampai dengan kadar aspal 6,5%. Nilai Marshall Quotient rata-rata pada kadar

aspal 7% dan 6,5% memenuhi spesifikasi minimum latasir kelas A, yaitu 80 kg/mm.

Peningkatan nilai Marshall Quotient terjadi disebabkan oleh nilai flow rata-rata yang

cenderung menurun.

4.17.4 Rongga Antar Butiran Agregat (VMA)

Gambar 4.17 Grafik hubungan antara kadar aspal yang dikurangi dengan nilai VMA

rata-rata pada kadar crumb rubber 100% Sumber: Hasil Penelitian (2014)

Berdasarkan hasil perhitungan, nilai VMA rata-rata campuran latasir pada kadar

aspal 7% dan 6,5% berturut-turut adalah 19,264% dan 19,335% yang kemudian

disajikan dalam grafik seperti yang tertera pada Gambar 4.17. Hal ini menunjukkan

bahwa nilai VMA rata-rata cenderung meningkat seiring dengan berkurangnya kadar

aspal dalam campuran. Nilai VMA rata-rata pada kadar aspal 7% dan 6,5% tidak

memenuhi spesifikasi minimum latasir kelas A, yaitu 20%. Peningkatan nilai VMA

terjadi karena dengan berkurangnya kadar aspal maka campuran menjadi lebih kaku

sehingga lebih sulit dipadatkan.

18

19

20

21

6.5 7.0 7.5

VMA

(%)

Kadar Aspal (%)Batas Minimum Benda Uji 1 Benda Uji 2Benda Uji 3 VMA Rata-rata

Page 71: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

62

4.17.5 Rongga Udara Dalam Campuran (VIM)

Gambar 4.18 Grafik hubungan antara kadar aspal yang dikurangi dengan nilai VIM

rata-rata pada kadar crumb rubber 100% Sumber: Hasil Penelitian (2014)

Berdasarkan hasil perhitungan, nilai VIM rata-rata campuran latasir pada kadar

aspal 7% dan 6,5% adalah 4,962% dan 6,182% yang kemudian disajikan dalam grafik

seperti yang tertera pada Gambar 4.18. Hal ini menunjukkan bahwa nilai VIM rata-rata

cenderung meningkat seiring dengan berkurangnya kadar aspal. Nilai VIM rata-rata

kadar aspal 7% memenuhi spesifikasi minimum campuran latasir kelas A, yaitu 3% dan

spesifikasi maksimum, yaitu 6%, namun pada kadar aspal 6,5% tidak memenuhi

spesifikasi tersebut. Nilai VIM rata-rata yang meningkat disebabkan oleh nilai VMA

yang juga relatif meningkat. Campuran yang lebih kaku menyebabkan pemadatan tidak

dapat dilakukan secara optimal, akibatnya kepadatan menjadi berkurang sehingga

porositas meningkat.

4.17.6 Rongga Udara Terisi Aspal (VFB)

Gambar 4.19 Grafik hubungan antara kadar aspal yang dikurangi dengan nilai VFB

rata-rata pada kadar crumb rubber 100% Sumber: Hasil Penelitian (2014)

234

567

6.5 7.0 7.5

VIM

(%)

Kadar Aspal (%)Batas Minimum Batas Maksimum VIM Rata-rata

Benda Uji 1 Benda Uji 2 Benda Uji 3

657075808590

6.5 7.0 7.5

VFB

(%)

Kadar Aspal (%)Batas Minimum Benda Uji 1 Benda Uji 2Benda Uji 3 VFB Rata-rata

Page 72: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

63

Berdasarkan hasil perhitungan, nilai VFB rata-rata campuran latasir pada kadar

aspal 7% dan 6,5% adalah 74,248% dan 68,046% yang kemudian disajikan dalam

grafik seperti yang tertera pada Gambar 4.19. Nilai VFB rata-rata cenderung mengalami

penurunan. Nilai VFB rata-rata pada kadar aspal 7% dan 6,5% tidak memenuhi

spesifikasi minimum, yaitu 75%. Nilai VFB yang menurun disebabkan oleh kadar aspal

yang berkurang, sehingga tidak dapat mengisi rongga secara optimal.

4.18 Pengujian Nilai Stabilitas Marshall Sisa pada Kadar Crumb Rubber

Tertinggi dan Kadar Aspal Terendah (6,5%)

Pengujian nilai stabilitas Marshall sisa dilakukan untuk memperoleh nilai

indeks kekuatan sisa dengan jumlah sampel yang dibuat sebanyak 3 (tiga) buah benda

uji pada kadar crumb rubber tertinggi, yaitu 100% terhadap agregat halus lolos ayakan

no.40 dan tertahan ayakan no.50 serta pada kadar aspal terendah yaitu 6,5%. Pengujian

dilakukan dengan cara merendam benda uji selama ±24 jam dalam air yang bersuhu 60

± 1°C sebelum dilakukan uji tekan Marshall. Nilai stabilitas Marshall sisa rata-rata

adalah 225,12 kg.

Adapun perhitungannya sesuai dengan Persamaan 2.19 sebagai berikut:

IRS =MSIMSS x100

IRS =225,12233,04 x100

IRS = 96,60 %

Jadi, nilai stabilitas Marshall sisa untuk campuran latasir kelas A pada kadar

crumb rubber tertinggi yaitu 100% terhadap volume halus lolos ayakan no.40 serta

tertahan ayakan no.50 dan pada kadar aspal terendah yaitu 6,5% adalah sebesar 96,60%.

Nilai ini telah memenuhi spesifikasi, yaitu nilai stabilitas Marshall sisa minimum

adalah 90%.

Page 73: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

64

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka dapat disimpulkan:

1. Berdasarkan pengujian-pengujian yang dilakukan, diperoleh berat jenis crumb

rubber 40 mesh sebesar 0,918 dan temperatur lembek crumb rubber 40 mesh rata-

rata 161oC.

2. Karakteristik campuran latasir kelas A dengan crumb rubber 40 mesh sebagai

substitusi sebagian agregat halus pada kadar aspal optimum 7,5% adalah:

a. Stabilitas

Nilai stabilitas rata-rata campuran latasir kelas A pada kadar crumb rubber 0%,

50% dan 100% terhadap berat total agregat halus lolos ayakan no.40 dan

tertahan ayakan no. 50 yang disubstitusi berdasarkan volume, berturut-turut

adalah 241,80 kg, 240,82 kg dan 233,75 kg, dengan spesifikasi nilai stabilitas

minimum yaitu 200 kg.

b. Flow

Nilai flow rata-rata campuran latasir kelas A pada kadar crumb rubber 0%,

50% dan 100% terhadap berat total agregat halus lolos ayakan no.40 dan

tertahan ayakan no.50 yang disubstitusi berdasarkan volume, berturut-turut

adalah 2,71 mm, 2,82 mm dan 2,91 mm, dengan spesifikasi nilai flow minimum

adalah 2 mm dan maksimum adalah 3 mm.

c. Marshall Quotient

Nilai Marshall Quotient rata-rata campuran latasir kelas A pada kadar crumb

rubber 0%, 50% dan 100% terhadap berat total agregat halus lolos ayakan

no.40 dan tertahan ayakan no.50 yang disubstitusi berdasarkan volume,

berturut-turut adalah 89,26 kg/mm, 85,45 kg/mm dan 80,26 kg/mm, dengan

spesifikasi nilai Marshall Quotient minimum yaitu 80 kg/mm.

d. Rongga Udara Dalam Campuran (VIM)

Nilai VIM rata-rata campuran latasir kelas A pada kadar crumb rubber 0%,

50% dan 100% terhadap berat total agregat halus lolos ayakan no.40 dan

tertahan ayakan no.50 yang disubstitusi berdasarkan volume, berturut-turut

Page 74: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

65

adalah 4,869%, 4,432% dan 3,534%, dengan spesifikasi nilai VIM minimum

adalah 3% dan maksimum adalah 6%.

e. Rongga Antar Butiran Agregat (VMA)

Nilai VMA rata-rata campuran latasir kelas A pada kadar crumb rubber 0%,

50% dan 100% terhadap berat total agregat halus lolos ayakan no.40 dan

tertahan ayakan no.50 yang disubstitusi berdasarkan volume, berturut-turut

adalah 20,117%, 19,795% dan 19,199%, dengan spesifikasi nilai VMA

minimum adalah 20%.

f. Rongga Udara Terisi Aspal (VFB)

Nilai VFB rata-rata campuran latasir kelas A pada kadar crumb rubber 0%,

50% dan 100% terhadap berat total agregat halus lolos ayakan no.40 dan

tertahan ayakan no.50 yang disubstitusi berdasarkan volume, berturut-turut

adalah 75,796%, 77,620% dan 81,599%, dengan spesifikasi nilai VFB

minimum adalah 75%.

3. Karakteristik campuran latasir kelas A dengan crumb rubber 40 mesh sebagai

substitusi sebagian agregat halus dengan pengurangan kadar aspal dari kadar aspal

optimum 7,5% adalah:

a. Stabilitas

Nilai stabilitas rata-rata campuran latasir kelas A pada kadar aspal 7,0% dan

6,5% adalah 234,39 kg dan 233,04 kg, dengan spesifikasi nilai stabilitas

minimum adalah 200 kg.

b. Flow

Nilai flow rata-rata campuran latasir kelas A pada kadar aspal 7,0% dan 6,5%

adalah 2,86 mm dan 2,51 mm, dengan spesifikasi nilai flow minimum adalah 2

mm dan maksimum adalah 3 mm.

c. Marshall Quotient

Nilai Marshall Quotient rata-rata campuran latasir kelas A pada kadar aspal

7,0% dan 6,5% adalah 82,01 kg/mm dan 92,75 kg/mm, dengan spesifikasi nilai

Marshall Quotient minimum adalah 80 kg/mm.

Page 75: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

66

d. Rongga Udara dalam Campuran (VIM)

Nilai VIM rata-rata campuran latasir kelas A pada kadar aspal 7,0% dan 6,5%

adalah 4,962% dan 6,182%, dengan spesifikasi nilai VIM minimum adalah 3%

dan maksimum adalah 6%.

e. Rongga Antar Butiran Agregat (VMA)

Nilai VMA rata-rata campuran latasir kelas A pada kadar aspal 7,0% dan 6,5%

berturut-turut adalah 19,264% dan 19,335%, dengan spesifikasi nilai VMA

minimum adalah 20%.

f. Rongga Udara Terisi Aspal (VFB)

Nilai VFB rata-rata campuran latasir kelas A pada kadar aspal 7,0% dan 6,5%

adalah 74,248% dan 68,046%, dengan spesifikasi nilai VFB minimum adalah

75%.

5.2 Saran

Sesuai dengan hasil penelitian, maka dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Untuk penelitian selanjutnya dapat dikembangkan penggunaannya dengan

mengubah variabel penelitian sebelumnya antara lain:

a. Menambah variasi kadar crumb rubber 40 mesh.

b. Mengganti ukuran crumb rubber yang digunakan sebagai substitusi sebagian

agregat.

c. Pengurangan kadar aspal perlu dilakukan pada semua variasi kadar crumb

rubber.

d. Mengganti jenis campuran dengan latasir kelas B.

2. Untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan pengujian kelekatan aspal terhadap

crumb rubber dan ekstraksi pada campuran yang menggunakan crumb rubber guna

mengetahui perubahan bentuk crumb rubber.

3. Untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan pembahasan mengenai analisis

ekonomi dan reaksi kimia yang terjadi pada bahan alternatif yang digunakan.

Page 76: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

67

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standardisasi Nasional. 2008a. Cara Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus. SNI 1970:2008.

Badan Standardisasi Nasional. 2008b. Cara Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air

Agregat Kasar. SNI 1969:2008. Badan Standardisasi Nasional. 2008c. Cara Uji Keausan Agregat dengan Mesin Abrasi Los Angeles. SNI 2417:2008. Badan Standardisasi Nasional. 2008d. Cara Uji Sifat Kekekalan Agregat dengan

Cara Perendaman Menggunakan Larutan Natrium Sulfat atau Magnesium Sulfat. SNI 3407:2008.

Badan Standardisasi Nasional.2008e.Spesifikasi Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir). SNI 6749-2008. Badan Standardisasi Nasional. 2011a. Cara Uji Berat Jenis Aspal Padat. SNI

2441:2011. Badan Standardisasi Nasional. 2011b. Cara Uji Daktilitas Aspal. SNI 2432:2011. Badan Standardisasi Nasional. 2011c. Cara Uji Penetrasi Aspal. SNI 2488:2011. Badan Standardisasi Nasional. 2011d. Cara Uji Penyelimutan dan Pengelupasan

pada Campuran Agregat-Aspal. SNI 2439:2011. Badan Standardisasi Nasional. 2011e. Cara Uji Titik Lembek Aspal dengan lat Cincin dan Bola (Ring and Ball). SNI 2434:2011. Badan Standardisasi Nasional. 2011f. Cara Uji Titik Nyala dan Titik Bakar

dengan alat Cleveland Open Cup. SNI 2433:2011. Bennett, C.R.. 2007. Business Processes and Data Collection for Road

Management Systems, The World Bank, Washington, D.C.

Darunifah, N. 2007. Pengaruh Bahan Tambahan Karet Padat terhadap Karakteristik Campuran Hot Rolled Sheet Wearing Course. (Tesis Dipublikasikan Magister Teknik Sipil Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, 2007).

Departemen Pekerjaan Umum. 1983. Petunjuk Pelaksanaan Lapis Tipis Aspal Pasir. No. 02/PT/B/1983. Departemen Pekerjaan Umum. 1990. Metode Pengujian Tentang Analisis Saringan Agregat Halus dan Kasar. SNI 03-1968-1990.

Page 77: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

68

Departemen Pekerjaan Umum. 1991a. Metode Pengujian Berat Jenis Semen Portland. SNI 15-2531-1991. Departemen Pekerjaan Umum. 1991b. Metode Pengujian Kehilangan Berat Minyak dan Aspal dengan Cara A. SNI 06-2440-1991. Departemen Pekerjaan Umum. 1991c. Pengujian Campuran Beraspal Dengan

Alat Marshall. SNI 06-2489-1991. Departemen Pekerjaan Umum. 1996. Metode Pengujian Gumpalan Lempung dan Butir-Butir Mudah Pecah Dalam Agregat. SNI 03-4141-1996. Departemen Pekerjaan Umum. 1997. Metode Pengujian Agregat Halus atau Pasir yang Mengandung Bahan Plastis dengan Cara Setara Pasir. SNI 03- 4428-1997. Departemen Pekerjaan Umum. 2000. Spesifikasi Agregat Lapis Pondasi Bawah, Lapis Pondasi Atas dan Lapis Permukaan. SNI 03-6388-2000. Departemen Pekerjaan Umum. 2002a. Metode Pengujian Kadar Rongga Agregat Halus yang Tidak Dipadatkan. SNI 03-6877-2002. Departemen Pekerjaan Umum. 2002b. Spesifikasi Bahan Pengisi untuk Campuran Beraspal. SNI 03-6723-2002. Departemen Pekerjaan Umum. 2002c. Spesifikasi Agregat Halus untuk Campuran Perkerasan Beraspal. SNI 03-6819-2002. Departemen Pekerjaan Umum. 2006. Pedoman Tentang Pelaksanaan Lapis Campuran Beraspal Panas. Revisi SNI 03-1737-1989. Departemen Pekerjaan Umum. 2010. Spesifikasi Campuran Beraspal Panas 2010

Revisi 2. Epps, J.A. and Galloway, B.M. 1980. First Asphalt-Rubber. User-Producer

Workshop Proceedings Summary. Hanson, D.I., Epps, J.A., Hicks, R.G. 1996. Construction Guidelines for Crumb

Rubber Modified Hot Mix Asphalt. National Center for Asphalt Technology

Heitzman, M.A. 1992. State of the Practice-Design and Construction of Asphalt

Paving Materials With Crumb Rubber Modifier. Report FHWA A-SA-92-022.

Huffman, J.E. 1980. Sahuaro Concept of Asphalt-Rubber Binders. Presentation at

the First Asphalt Rubber User Producer Workshop, Scottsdale Arizona.

Page 78: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

69

Karetserbukwordpress. 2008. Kegunaan Karet Serbuk. http://karetserbuk.wordpress.com/2008/10/23/peranan-karet-serbuk/ Diakses tanggal 26/3/2014

Kerbs, R.D. and Walker, R.D., 1971, Highway Materials. McGraw-Hill Book Company

Kurniawan, A. 2013. 94,2 juta Mobil dan Sepeda Motor Berseliweran di Jalanan

Indonesia. Harian Kompas. 26 Februari 2013 http://otomotif.kompas.com/read/2013/02/26/6819/94.2.juta.Mobil.dan.Sepeda.Motor.Berseliweran.di.Jalanan.Indonesia Diakses tanggal 24/3/2014

Lamadi, A. 2010. Penggunaan Agregat Quary PT.Intrako Jalan Sorong-Makbon Km.16 Sebagai Agregat Beton Aspal 1 http://ardi-lamadi.blogspot.com/2010/12/penggunaan-agregat-quary-ptintrako_14.html Diakses tanggal 27/3/2014

Pradana, J. P. 2009. Pengaruh Penambahan Parutan Karet Ban Gradasi Tipe 2 Terhadap Parameter Marshall Hot Rolled Sheet Wearing Course (Tugas Akhir Dipublikasikan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta).

Sigmaaldrich. 2004. Particle Size Conversion.

http://www.sigmaaldrich.com/chemistry/stockroom-reagents/learningcenter/technical-library/particle-size-conversion.html Diakses tanggal 24/3/2014

Sugiyanto, G. 2008. Kajian Karakteristik Campuran Hot Rolled Asphalt Akibat Penambahan Limbah Serbuk Ban Bekas. Jurnal Teknik Sipil Universitas Jenderal Soedirman Volume 8 No. 2.

Suhaemi, M. 2013. Alternatif Pengganti Aspal Minyak dari Olahan Limbah

Vulkanisir Ban. (Karya Tulis Mahasiswa Universitas Sebelas Maret pada Kompetisi Rancang Bangun Jurusan Teknik Sipil Universitas Udayana Tahun 2013)

Sukirman, S. 1999. Perkerasan Lentur Jalan Raya. Nova, Bandung. Sukirman, S. 2007. Beton Aspal Campuran Panas.Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. Tristianto, A.B. dan Abadi, K. 2011. Pengaruh Penambahan Limbah Karet Ban Luar Terhadap Karakteristik Marshall pada Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas B. Media Teknik Sipil Volume 9 Nomor 2. Hlm, 107-115.

Page 79: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb

70

LAMPIRAN

SK Rektor Unud No: 1564/UN14.1.31/PN/2015, tertanggal 27 Juli 2015, tentang Hibah

Penelitian Ketekniksipilan Jurusan Teknik Sipil FT Unud 2015

Page 80: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb
Page 81: Cover Laporan Penelitian Hibah Jts 2015 · LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN Kajian Karakteristik Campuran Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) Kelas A Dengan Crumb