Cover Jun 2015 PDF - ikorti-iao.comikorti-iao.com/uploads/majalah/Majalah IKORTI Desember...

49
ISSN 1411 - 7843 MAJALAH ORTODONTIK Ikatan Ortodontis Indonesia Ikatan Ortodontis Indonesia Ikatan Ortodontis Indonesia Edisi Kedua Desember 2014 Edisi Kedua Desember 2014 Edisi Kedua Desember 2014 Majalah Ortodontik Vol. 13 Hlm. 1-51 Nomor 2 Jakarta Desember 2014 ISSN 1411-7843

Transcript of Cover Jun 2015 PDF - ikorti-iao.comikorti-iao.com/uploads/majalah/Majalah IKORTI Desember...

Page 1: Cover Jun 2015 PDF - ikorti-iao.comikorti-iao.com/uploads/majalah/Majalah IKORTI Desember 2014.pdf · dan fungsi pengunyahan yang baik, serta kestabilan ... gigi, angulasi mesiodistal,

ISSN 1411 - 7843

MAJALAH ORTODONTIK

Ikatan Ortodontis IndonesiaIkatan Ortodontis IndonesiaIkatan Ortodontis Indonesia

Edisi Kedua Desember 2014Edisi Kedua Desember 2014Edisi Kedua Desember 2014

MajalahOrtodontik

Vol. 13 Hlm. 1-51Nomor 2Jakarta

Desember 2014ISSN 1411-7843

Page 2: Cover Jun 2015 PDF - ikorti-iao.comikorti-iao.com/uploads/majalah/Majalah IKORTI Desember 2014.pdf · dan fungsi pengunyahan yang baik, serta kestabilan ... gigi, angulasi mesiodistal,

ISSN 1411-7843

DAFTAR ISI

MAJALAH ORTODONTIKEdisi Kedua Desember 2014

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12

Treatment of skeletal class I malocclusion with crowding and severe bilateral palatal tipping ofcanine using begg technique (Case Report)Nur Rachmawati, Wayan Ardhana, Christnawati

Non-extraction treatment of severe class II division 1 malocclusions (Case Report)Fajar Hamonangan Nasution

Orthodontic treatment in class I maloclusion with protrusion and mandibular anterior crowding(Case Report)Anugra Eka Putra, Pambudi Rahardjo

Treatment of angle class I maloclusion with crossbite anterior using preadjusted tehnicque(Case Report)Bhakti Prasetyo Danaryudho, Achmad Sjafei

Treatment of class I malocclusion with multiple diastema and impacted maxillary left canine(Case Report)Dini setya rini, I.B. Narmada

Orthodontic treatment in impacted right maxillary central incisor with odontoma and mesiodens(Case Report)Erni Magdalena, Jusuf Sjamsudin

Orthodontic treatment class III angle with narrow arch and severe crowded upper and lower(case report)Paulus Maulana, I.B. Narmada

Correlation among malocclusion class ii division 1 profile planes using lower lip positionas reference (Research)Dhani Agustina, Achmad Sjafei, Irwadi Djaharuddin

Skeletal discrepancy measurement using ANB angle and wits appraisal (Research)Dini Setya Rini, Jusuf Sjamsudin, I.B. Narmada

The friction force of elgiloy blue and stainless steel wire in metal edgewise bracket(Research)Endriyana N, Thalca Hamid, Ida Bagus Narmada

Measurement of steiner analysis using conventional method and computerized method(Research)Fajar Kusuma D.K, Ida Bagus Narmada, Anang Soejono

Correlation between soft tissue and hard tissue measurements on subjects with symmetricaland asymmetrical faces (Research)Irwin Lesmono, Maria Purbiati, Krisnawati

1-4

5-8

9-11

12-15

16-19

20-23

24-27

28-31

32-35

36-39

40-43

44-47

Mohon perhatikan tata cara penulisan naskah untukjurnal Majalah Ortodontic di halaman 48-51

Page 3: Cover Jun 2015 PDF - ikorti-iao.comikorti-iao.com/uploads/majalah/Majalah IKORTI Desember 2014.pdf · dan fungsi pengunyahan yang baik, serta kestabilan ... gigi, angulasi mesiodistal,

1

ABSTRACT

Background: Severe crowded case needs such a technique that produce adequate force to unravel the crowded yet still giveconvinience for patient. Begg technique is one of techniques that provides a light continous force. Objectives: To describe treatmentfor severe crowding using Begg technique. Case Report and Management: 21 years old female with an acceptable profile, Class IAngle malocclusion and class I skeletal pattern, severe crowding due to the lateral constriction of both arches, severe bilateral palataltipping of upper canine, anterior deep bite and crossbite. Treatment involves the extraction of four frst premolars. The first stage oftreatment used the multiloop archwire to unravel the teeth with a little modification of the upper multiloops that were extended to thedistal of canine to unravel the severe palatal tip of canine. Result: The 1st stage took about 4 months to get alignment of the teeth inthe mandible, and took about 6 month to expand the upper arch and get all the teeth aligned, the deep bite has been corrected as well.The 2nd stage which is still running to close the space using intermaxillary class II and intramaxillary elastics. The correction ofinterdigitation will be done after the space closing stage. Conclusion The correction of severe crowding can be done by Beggtechnique in a short period of time.

Key words: crowding anterior teeth, bilateral severe palatal tipping canine, begg technique

PENDAHULUAN

Tujuan perawatan ortodontik adalah untukmemperoleh perbaikan dentofasial dengan estetis yangbaik, oklusi gigi yang normal dengan adaptasi fisiologisdan fungsi pengunyahan yang baik, serta kestabilanhasil perawatan.1 Maloklusi kelas I ditandai denganhubungan molar kelas I dengan fungsi otot yangnormal, jarak gigit dan tumpang gigit normal, disertaiketidakteraturan dental seperti keberjejalan, gigibercelah, gigi rotasi ataupun agenesis gigi.2 Maloklusiklas I pada umumnya dapat berkembang pada pasienyang memiliki hubungan skeletal kelas I, ataupun kelasII dan III ringan. Perawatan pada kasus dengankeberjejalan gigi lebih diutamakan untuk koreksikeberjejalan gigi dengan pencabutan empat premolarpertama pada kasus keberjejalan berat.3 Perawatanortodontik yang baik memerlukan evaluasi yang detailterhadap kasus pada berbagai komponen yang meliputikeberjejalan gigi dan celah antar gigi, kurva oklusal,lebar lengkung, posisi anteroposterior dari segmen labialgigi, angulasi mesiodistal, dan inklinasi gigi insisivus.4

Syarat utama dari alat ortodontik cekat adalahmampu menghasilkan gaya yang terkontrol untukmemperbaiki malposisi dan maloklusi. Alat ortodontikcekat harus mampu menghasilkan gaya denganintensitas, arah dan durasi yang tepat.2 Teknik Beggmerupakan salah satu jenis alat ortodontik cekat yang

TREATMENT OF SKELETAL CLASS IMALOCCLUSION WITH CROWDING AND SEVEREBILATERAL PALATAL TIPPING OF CANINE USING

BEGG TECHNIQUE(Case Report)

Nur Rachmawati*, Wayan Ardhana**,Christnawati***Orthodontic Resident

**Lecturer Department of OrthodonticFaculty of Dentistry, University of Gajah Mada

memiliki karakteristik utama yaitu penggunaan gayaringan dan kontinyu untuk menghasilkan gerakantipping gigi-gigi. Secara umum, perawatan teknik Beggmenggunakan kawat busur berpenampang bulat denganslot vertikal sehingga perlekatan keduanya menghasilkantitik kontak tunggal. Kawat busur dilengkapi denganloop, circle coil, anchorage bend serta berbagaiauxilliary yang digunakan pada tahap tertentu sepertirotating spring, uprighting spring dan torquing arch.5

Kasus maloklusi Angle Klas I dengan keberjejalan beratdapat dirawat menggunakan alat cekat teknik Begg.Penggunaan kawat busur penampang bulat yangdilengkapi dengan loop vertikal mampu menghasilkangaya yang simultan, optimal dan mampu mengontrolpergerakan gigi dengan baik pada saat yang bersamaan.Kasus dengan keberjejalan berat tidak jarangmemungkinkan modifikasi loop vertikal sampai dengansegmen posterior (regio premolar) yang memungkinkankontrol posisi akar gigi lebih baik.6 Penguranganoverbite yang terjadi pada penggunaan teknikBegg disebabkan gerakan resiprokal gigimolar mandibula dan anchorage bend sehinggamengakibatkan gaya intrusi gigi-gigi anterior.Komponen gaya vertikal elastik intermaksilar kelas IImembantu memberikan elevasi gigi molar mandibulasehingga menambah gaya depresi pada gigi insisivusmandibula juga intrusi gigi anterior maksila.5

Page 4: Cover Jun 2015 PDF - ikorti-iao.comikorti-iao.com/uploads/majalah/Majalah IKORTI Desember 2014.pdf · dan fungsi pengunyahan yang baik, serta kestabilan ... gigi, angulasi mesiodistal,

2

LAPORAN KASUS

Pasien wanita berusia 21 tahun datang ke klinikOrtodonsia RSGM Prof. Soedomo dengan keluhangigi-gigi depan atas dan bawahnya berjejal sehinggamengurangi rasa percaya diri. Profil muka cembungnormal dengan bibir posisi istirahat menutup.Pemeriksaan intraoral memperlihatkan ukuran lidahsedang, kebersihan mulut baik. Pemeriksaan model studimenunjukkan palatum dari vertikal sedang dan lateralsempit, bentuk lengkung gigi atas V shape dan bawahparabola simetris. Gigi-gigi anterior atas berjejal beratdengan kedua gigi kaninus tipping ke palatal dan rotasi,serta gigi anterior bawah yang berjejal berat. Konstriksilengkung gigi rahang atas yang ditunjukkan denganindeks Pont kontraksi berat regio premolar (-11,46) dankontraksi sedang regio molar (6,08). Hubungan gigi molarpertama kanan dan kiri klas I Angle. Overjet 2,69 mm danoverbite 3,07 mm, serta deep bite dan crossbite padaregio anterior. Garis tengah rahang bawah terhadaprahang atas segaris. Berdasarkan hasil analisissefalometri disimpulkan maloklusi klas I skeletal (SNA82°; SNB 80°). Diagnosis kasus pasien yaitu maloklusiAngle klas I dengan hubungan skeletal klas I disertaikeberjejalan berat pada rahang atas dan bawah.

Gambar 1a.. Foto ekstraoral pasien

Gambar 2a. Foto intraoral sebelum perawatan.

Rencana PerawatanTujuan perawatan meliputi koreksi keberjejalan

berat dan sedang pada rahang atas dan bawah, koreksicross bite anterior, koreksi deep bite anterior,mempertahankan overjet yaitu dengan tidakdilakukannya retraksi maupun protraksi pada kedualengkung gigi atas dan bawah, sehingga estetika wajahpasien tetap terjaga serta didapatkan hubungan oklusalyang stabil.

Koreksi keberjejalan anterior atas dan bawah,cross bite anterior, deep bite anterior dilakukan denganalat cekat teknik Begg. Berdasarkan perhitungandeterminasi lengkung dan set up model Keslingdiperlukan ruang sebesar 12,71 mm untuk rahang atasdan 11,29 mm untuk rahang bawah. Kekurangan ruangtersebut diperoleh dengan pencabutan gigi 14,24,34dan 44.Tahapan Perawatan

Perawatan dilakukan dengan alat cekat teknikBegg yang terbagi dalam tiga tahapan. Tahap pertamabertujuan untuk mendapatkan lengkung yang baik,mengoreksi kelainan bukolingual dan rotasi(unravelling), koreksi kelainan vertikal (levelling),koreksi overbite dengan pembukaan gigitan yaituadanya intrusi gigi anterior. Perawatan dimulai denganmenggunakan busur kawat Australian wire dari diameterkecil (0,014") hingga diameter besar. Prosedur perawatanuntuk leveling unraveling gigi menggunakan multipleloop 0,014" antara gigi kaninus kanan dan kiri dilengkapidengan circle hook 1 mm di depan mesial braket gigikaninus, namun pada kasus ini pembuatan vertikal looprahang atas diperluas sampai dengan bagian distalkaninus untuk memfasilitasi unravelling gigi kaninus ataskanan dan kiri sekaligus memberikan kontrol akar padakedua gigi tersebut. Besar anchorage bend 15° untukmemfasilitasi sliding kawat busur sehingga unravellingdapat terjadi dengan cepat. Penggunaan elastikintermaksiler kelas II ditunda sampai dengan gigi kaninusrahang atas dapat terkoreksi dengan baik untukmencagah terjadinya retraksi gigi anterior atas yang tidakdikehendaki. Terjadi efek round tripping akibat tidakdigunakan elastik intermaksiler pada awal perawatan (3bulan pertama), setelah kaninus rahang atas terkoreksi,dilakukan penggantian plain archwire 0,016" (Australianwire) dengan ekspansi lengkung wire rahang atas untukmengoreksi crossbite, dan digunakan anchorage bendsebesar 30° untuk mendapatkan efek bite opening.Elastik intermaksiler kelas II 5/16 2 oz digunakan untukmencegah terjadinya flaring gigi anterior dan koreksiadanya round tripping pada awal perawatan.Keberjejalan rahang bawah terkoreksi setelah 1 bulanpenggunaan plain archwire 0,016" sedangkanekpspansi lengkung gigi rahang atas, koreksi crossbitedan deep bite tampak setelah 4 bulan penggunaan plainarchwire 0,016".

Tujuan tahap kedua adalah mempertahankanhasil perawatan tahap pertama dan penutupan ruangpencabutan (space closing) dengan menarik gigi

Majalah Ortodontik Desember 2014, Edisi kedua 1-4

Page 5: Cover Jun 2015 PDF - ikorti-iao.comikorti-iao.com/uploads/majalah/Majalah IKORTI Desember 2014.pdf · dan fungsi pengunyahan yang baik, serta kestabilan ... gigi, angulasi mesiodistal,

3

posterior ke mesial, sehingga diperlukan penyatuan gigi-gigi anterior menjadi satu unit yang disebut reversedanchorage. Tahap kedua perawatan menggunakanplain wire 0,018", dilengkapi dengan circle hook didepan mesial braket gigi kaninus dan anchorage bend15° serta pemakaian elastik intermaksilar kelas II.Perawatan tahap ketiga yaitu mengoreksi relasi aksialseluruh gigi anterior dan posterior. Selama perawatandigunakan elastik intermaksiler kelas II. Perbaikaninklinasi gigi menggunakan plain archwire 0,020"dengan anchorage bend 15° di mesial gigi molar pertama,circle hook pada mesial braket kaninus, uprightingspring untuk koreksi mesial dan distal tilting, sertarotating spring untuk koreksi rotasi gigi dan elastikintermaksilar kelas II 5/16" 2 oz. Dilanjutkan denganpemakaian retainer.

HASIL PERAWATAN

Perawatan menggunakan alat cekat teknik Beggyang telah berlangsung selama 8 bulan memberikan hasilsebagai berikut: 1) Malposisi gigi-gigi anterior atas danbawah terkoreksi serta lengkung gigi atas dan bawahmenjadi lebih baik, 2) Gigi kaninus rahang atas yangtipping palatal telah terkoreksi sempurna dengan posisimahkota dan akar yang baik, 3) overjet awal yang normaldapat dipertahankan, 4) overbite berubah dari 3,07 mmmenjadi 2,1 mm, 5) cross bite anterior terkoreksi, 6) relasigigi molar pertama kanan dan kiri serta relasi gigi kaninusmenunjukkan relasi klas I.

Gambar 2b. Foto intraoral selama perawatan dengan teknikBegg tahap I.

Gambar 3. Rontgen foto panoramic sebelum dan setelahperawatan teknik Begg tahap I

Gambar 4. Rontgen foto sefalogram sebelum dan setelahperawatan teknik Begg tahap I

Tabel 1. Pengukuran sefalometri sebelum dan selama perawatanteknik Begg.

PEMBAHASAN

Perawatan maloklusi kelas I dengankeberjejalan berat pada pasien dewasa dapat terkoreksidalam periode yang relatif singkat menggunakan teknikBegg. Hal tersebut disebabkan adanya gaya ringan dankontinyu yang dihasilkan dari mekanisme alat Begg.5

Gaya ringan yang dihasilkan oleh teknik Begg, secara

Nur, dkk: Treatment of skeletal

Page 6: Cover Jun 2015 PDF - ikorti-iao.comikorti-iao.com/uploads/majalah/Majalah IKORTI Desember 2014.pdf · dan fungsi pengunyahan yang baik, serta kestabilan ... gigi, angulasi mesiodistal,

4

klinis mampu menggerakkan gigi dengan cepat danterkontrol dalam jalur gaya ringan sebagai respon selulerterhadap gaya ringan yang diaplikasikan.7 Gaya ringanmampu memacu respon seluler yang baik danmenghasilkan pergerakan yang lebih cepat dari gigi,sehingga lama perawatan menjadi lebih singkat.6

Tahap awal perawatan teknik Begg umumnyamenggunakan multiloop archwire 0,014" untuk koreksikeberjejalan. Perawatan pada kasus ini menggunakanmultiloop archwire yang diperluas sampai dengan distalgigi kaninus rahang atas untuk memfasilitasi unravellinggigi kaninus atas kanan dan kiri yang mengalami tippingpalatal ekstrim. Penggunaan loop pada kasus tertentumenurut Sims (1972) mampu memberikan keuntungantersendiri pada perawatan kasus tertentu.8 Kasus dengankeberjejalan berat tidak jarang memungkinkan modifikasiloop vertikal sampai dengan segmen posterior (regiopremolar) yang memungkinkan kontrol posisi akar gigilebih baik.6 Penggunaan plain archwire 0,016" yangdigunakan untuk alignment tahap akhir sekaligus untukmendapatkan efek ekspansi lengkung gigi terutama padarahang atas menghasilkan pergerakan yang terkontroldalam waktu yang singkat, hal tersebut terjadi karenapenggunaan archwire 0,016" yang lenting dan mampumenghasilkan gaya yang adekuat untuk menghasilkanrespon seluler yang memadai untuk menghasilkanpergerakan gigi.7

Retraksi gigi anterior atas akibat adanya roundtripping pada tahap awal perawatan dilakukanmenggunakan plain wire 0.016" dengan anchorage bend30° dan elastik intermaksilar klas II 5/16 2 oz. Elastikintermaksilar kelas II akan memberikan komponen gayahorisontal untuk meretraksi gigi-gigi anterior maksila danmengurangi overjet. Pengurangan overbite disebabkangerakan resiprokal gigi molar mandibula dan anchoragebend akan mengakibatkan gaya intrusi gigi-gigi anterior.Komponen gaya vertikal elastik intermaksilar kelas IIakan membantu memberikan elevasi gigi molar mandibulasehingga menambah gaya depresi pada gigi insisivusmandibula juga menurunkan intrusi gigi anterior maksila.Kombinasi gaya elastik intermaksiler klas II sebesar 2 ozdengan gaya intrusi anchorage bend 30° akanmenghasilkan gaya resultan untuk meretraksi danmengintrusi gigi-gigi anterior maksila dengan gigi molarpenjangkar tetap bertahan terhadap gaya tipping dangaya ungkit. Penggunaan anchorage bend bertujuanuntuk memberikan kekuatan penjangkaran pada gigimolar penjangkar dari tarikan elastik intermaksilar danmemberikan kekuatan intrusi pada gigi-gigi anteriorsehingga terjadi pembukaan gigitan.3,5

SIMPULANPerawatan kasus maloklusi Angle klas I dengan

skeletal klas I disertai keberjejalan berat rahang atas dansedang pada rahang bawah mandibula dapat dilakukandengan alat cekat teknik Begg. Penggunaan multilooparchwire yang diperluas sampai dengan distal gigikaninus mampu mengoreksi gigi kaninus yang mengalami

tipping palatal ekstrim dalam waktu singkat. Penggunaanplain archwire 0,016" mampu menghasilkan pelebaranlengkung gigi dalam waktu relatif singkat, serta adanyaachorage bend 30° dan kombinasi penggunaan elastikintermaksiler klas II mampu memperbaiki deep bite danmempertahankan overjet normal pasien. Kerjasamapasien untuk rutin memakai karet elastik ortodontik akanmenentukan keberhasilan perawatan ortodontik yangdilakukan.

DAFTAR PUSTAKA1. Graber TM, Vanarsdall RL, Orthodontics, Current Prin-

ciples and Techniques, ed.3, Mosby, Inc., St. Louis, Mis-souri, 2000, p: 305-8.

2. Iyyer BS. Orthodontics The Art and Science. 3rd ed. NewDelhi: Arya (Medi) Publishing House; 2003, p: 165-7.

3. Fletcher GGT : The Begg Appliance and Technique, JohnWright & Sons (print) Ltd, Briston,1981, p: 44-5.

4. Kirschen RH, O’Higgins EA, Lee RT., The Royal LondonSpace Planning: An integration of space analysis and treat-ment planning, Am J Orthod Dentofac Orthop. 2000;118(4):448-455.

5. Begg PR and Kesling PC : Begg Orthodontic Theory andTechnique, 2nd ,WB Saunders Co, Philadelphia, 1977, p:198-205.

6. Flowers RC, Variation of The Begg Technique, A Prelimi-nary report, Am J Orthod Dentofac Orthop. 1961; 47(4):286-307

7. Fogel MS, Magill JM, The Combination Technique: ASystem of Controlled Light-wire Therapy, Am J OrthodDentofacial Orthop. 1963; 49(11):801-25.

8. Sims MR, Loop System A Contemporary Reassessment,Am J Orthod Dentofac Orthop. 1972; 61(3):270-8.

Majalah Ortodontik Desember 2014, Edisi kedua 1-4

Page 7: Cover Jun 2015 PDF - ikorti-iao.comikorti-iao.com/uploads/majalah/Majalah IKORTI Desember 2014.pdf · dan fungsi pengunyahan yang baik, serta kestabilan ... gigi, angulasi mesiodistal,

5

ABSTRACT

Background: The treatment of Class II Division 1 depends upon many factors, age of the patient, growth potential, jaw position,severity of malocclusion, and patient compliance. Generally, Class II Division 1 case management will distalized molar position or dopremolar extraction to solved the problem. Multiloop Edgewise Arch Wire (MEAW) technique was well known for its effectiveness totreat openbite cases, technically this treatment has an advantage to uprighting posterior teeth and correct the openbite. Objective: Todescribe treatment of Class II Division 1 case with severe overjet and overbite by uprighting posterior teeth. Case management: Ourreport will explain the application of MEAW technique in treating Class II Division 1 case. This case described orthodontic treatmentof 14 years old girl with chief complaint protruded upper incisor. According to intraoral examination, patient showed severe Class IIDivision 1 malocclusion combined with excessive overjet, palatal bite and spaced arch due to anterior tooth size ratio problem.MEAW technique was well known for its effectiveness to treat openbite cases, treatment was done using modified MEAW techniquecombined with Damon 3 bracket, low hysteresis nickel titanium wire and Class II intermaxillary elastic. Result: Treatment can beaccomplished without any premolar extraction to correct overjet and overbite condition. Conclusion: This modified MEAW Class IItechnique can be used as an alternative treatment approach for severe Class II Division 1 malocclusion case.

Key words: Class II Division 1 malocclusion, Non-extraction, Multiloop Edgewise Archwire.

PENDAHULUAN

Perawatan maloklusi Kelas II divisi 1 dapatdilakukan melalui berbagai cara, penatalaksanaanperawatan dimulai dari penentuan diagnosis yangmelibatkan komponen skeletal atau dental. Kasus KelasII divisi 1 yang melibatkan komponen skeletal dibagilagi berdasarkan posisi maksila yang normal atau tidak.Jika posisi molar berada lebih anterior dan posisi maksilatidak mencacat muka (SNA normal), maka perawatandapat dilakukan dengan menggunakan headgear agarmolar terdistalisasi.

Tujuan perawatan ortodontik selainmendapatkan profil yang baik, juga tergantung padaposisi molar pertama atas terhadap maksila dan gigi-gigi antagonisnya (interdigitasi yang ideal). Jika posisimaksila (SNA) normal tetapi posisi keseluruhan gigi-gigi atas lebih ke anterior, sehingga menyebabkan jarakgigit yang besar, maka perawatan dengan melakukandistalisasi gigi-gigi secara keseluruhan merupakanbentuk perawatan yang biasanya dianjurkan. Idealnyadistalisasi gigi-gigi dilakukan dengan menggunakanheadgear sebagai piranti ekstraoral sehinggahubungan molar Kelas I dapat tercapai.1 Kekurangandari piranti ekstraoral ini adalah membutuhkan tingkatkooperatif yang tinggi, selain itu tipe kraniofasial rata-rata orang Asia dari arah lateral, tidakklah memanjang(mempunyai kedalaman fasial / facial depth) sepertipada ras Kaukasoid. Hal ini mengakibatkan distalisasi

molar tidak bisa maksimal, karena distalisasi molar hanyaakan menyebabkan berjejalnya gigi-gigi posterior(sempitnya jarak molar pertama ke pterigomandibular).Selain dengan menggunakan headgear, pirantipendulum, distalisasi dengan menegakkan gigi-gigiposterior (uprighting) juga dapat menjadi opsiperawatan. Teknik menegakkan gigi-gigi posterior yangpopular diperkenalkan oleh Kim, dengan menggunakanmultiloop yang dikombinasikan dengan karetintermaksilaris. 2

Ketidakharmonisan hubungan maksila danmandibula pada kasus maloklusi Kelas II dapatdisebabkan karena masalah skeletal, dental ataupunkombinasi dari keduanya. Bentuk perawatan berupaekstraksi gigi-gigi premolar diperlukan jika pasienmemiliki masalah pada gigi-gigi anterior yang protrusifatau berjejal. Faktor profil jaringan lunak pasienmaloklusi Kelas II penting dipertimbangkan untukmerencanakan bentuk perawatan ekstraksi ataupunnon-ekstraksi.3

Di Indonesia prevalensi kasus maloklusi Kelas II yangdisertai kondisi gigi-gigi berjejal cukup tinggi ditambahlagi dengan profil Deutromalay yang cenderung konveksehingga bentuk perawatan lebih banyak dilakukandalam bentuk ekstraksi gigi-gigi premolar. 4

Riwayat Kasus dan DiagnosisPasien perempuan usia 14 tahun datang

dengan keluhan gigi-gigi depan atas maju danmenginginkan agar gigi-gigi tersebut dapat lebih

NON-EXTRACTION TREATMENT OF SEVERECLASS II DIVISION 1 MALOCCLUSIONS

(Case Report)

Fajar Hamonangan NasutionDepartment of Orthodontics

Faculty of Dentistry, Trisakti University

Page 8: Cover Jun 2015 PDF - ikorti-iao.comikorti-iao.com/uploads/majalah/Majalah IKORTI Desember 2014.pdf · dan fungsi pengunyahan yang baik, serta kestabilan ... gigi, angulasi mesiodistal,

6

mundur. Pemeriksaan ekstra-oral menunjukkan mukamesofasial dengan profil lateral konveks, terlihat dalamkeadaan istirahat gigi-gigi insisivus atas maju disertaimasuknya bibir bawah diantara gigi-gigi insisivus atasdan bawah akibat adanya jarak gigit yang besar. Adanyamasalah fungsional dan habitual (lower lip bitting),membuat prognosis kasus buruk, jika kondisi dibiarkanakan menyebabkan jarak gigit semakin bertambah besar.Pemeriksaan intraoral menunjukkan proklinasi berat gigi-gigi anterior atas, hubungan molar Kelas II divisi 1disertai jarak gigit sebesar 8 mm dan tinggi gigit sebesar5 mm, ukuran mesio-distal gigi-gigi secara keseluruhanlebih kecil dari normal. Dengan adanya jarak gigit yangbesar tetapi rasio ukuran gigi-gigi lebih kecil dari normalmaka perawatan dengan pencabutan premolar tidakdapat dilakukan (Gambar 1,2).

Gambar 1. Foto profil dan intraoral sebelum perawatan,terlihat jarak gigit yang besar disertai spacing.

Gambar 2. Foto Radiograf sefalometrik, penapakan sebelumperawatan, memperlihatkan proklinasi insisivusatas.

Rencana PerawatanPerawatan ini direncanakan tanpa pencabutan

dengan menggunakan piranti alat cekat braket dengantipe Damon 3 yang dikombinasikan dengan teknikMultiloop Edgewise Arch Wire (MEAW) yangdiperkenalkan oleh Kim2 dan elastik Kelas II.

Teknik PerawatanPerawatan pada kasus ini dilakukan dengan

menggunakan braket Damon 3 dengan alasan brakettersebut memiliki friksi rendah yang sangat diperlukanpada koreksi jarak gigit yang besar dan uprighting gigi-gigi posterior dalam perawatan ini. Teknik yangdigunakan pada kasus ini adalah denganmengkombinasikan teknik MEAW dan braket Damon 3.

Prinsip dasar dalam teknik MEAW berupauprighting gigi-gigi posterior, dikombinasikan dengankaret intermaksila baik dalam formasi vertikal (kaninusatas ke kaninus bawah) maupun Kelas II dengan jarakyang pendek (short span Class II elastic).Pengembangan/ modifikasi teknik MEAW dilakukandengan mengganti multiloop (L-loop) pada kawatstainless steel ukuran .016x .022 inci dengan kawat nikeltitanium hysteresis rendah (Nickel-titanium LowHysteresis/ NiTi-LH)2 ukuran .016x .022 inci yang diberifirst order bend berupa step down pada setiap gigipada segmen posterior (Gambar 3a,b).5

Bentuk dasar dari kawat MEAW yang terdiridari sejumlah L-loop pada region gigi-gigi posteriordimodifikasi sehingga fleksibilitas jarak interbraketdiganti dengan kawat nikel titanium yang memilikikarakteristik cukup lunak menyerupai fleksibilitas/defleksi yang didapat jika menggunakan multiloop(L-loop). Kawat nikel titanium dibengkokkan denganpiranti heat bender (alat untuk membengkokkan kawatNiTi), sehingga membentuk compensation curve untukmaksila dan stabilizing arch berupa kawat stainless steel.016x .022 inci tanpa loop untuk mandibula. Urutanperawatan tetap melalui tahapan leveling hingga tahapkawat rectangular, dimana dalam teknik MEAW saatmemasuki tahap ini kawat yang digunakan adalah kawatrectangular yang juga diberi multiloop (L-loop) dengankombinasi karet intermaxillaris.

Gambar 3a. Skema Multiloop Edgewise Archwire (MEAW)yang diperkenalkan Kim2 dengan posisi sebelumaktivasi (titik-titik) dan pada saat aktivasi(hitam)

Majalah Ortodontik Desember 2014, Edisi kedua 5-8

Page 9: Cover Jun 2015 PDF - ikorti-iao.comikorti-iao.com/uploads/majalah/Majalah IKORTI Desember 2014.pdf · dan fungsi pengunyahan yang baik, serta kestabilan ... gigi, angulasi mesiodistal,

7

Gambr 3b. Posisi karet intermaksila saat dikombinasikandengan kawat agar didapat gaya uprightinggigi-gigi posterior atas. (koleksi pribadi).

Kemajuan perawatanPerawatan maloklusi Kelas II divisi 1 tanpa

pencabutan dapat diselesaikan dalam waktu 18 bulan,dengan tingkat koperatif yang tinggi dari pasien dalammenggunakan karet. Intermaksila kelas II, sehingga jarakgigit yang besar dapat terkoreksi dan interdigitasi yangbaik didapat.

Gambar 4. Foto profil dan intraoral setelah perawatan, terlihatjarak gigit terkoreksi tanpa ekstraksi daninterdigitasi yang baik.

Gambar 5. Foto Radiograf sefalometriksesudah perawatanterlihat koreksi pada jarak gigit, superimposisipenapakan sebelum (titik-titik) dan sesudahperawatan (garis hitam), memperlihatkan koreksiatas proklinasi insisivus atas dan profil.

Tabel 1. Nilai sefalometrik sebelum dan sesudahperawatan

PEMBAHASAN

Ekstraksi gigi-gigi terutama gigi premolar padaperawatan ortodontik selalu menjadi kontroversi,jaringan lunak selalu menjadi pertimbangan terakhirapakah kasus tersebut perlu dilakukan ekstraksi atautidak terutama jika kasus tersebut merupakan kasusborderline. Perawatan maloklusi Kelas II dapat dilakukandengan penggunaan piranti headgear dan beberapajenis piranti lepasan fungsional. Piranti-piranti inimembutuhkan tingkat kooperatif yang tinggi agarperawatan dapat diselesaikan secara optimal danmemiliki keterbatasaan usia pemakai alat tersebut.

Idealnya perawatan maloklusi Kelas II yangdisertai dengan jarak gigit dan tumpang gigit yang besaradalah dengan mencari tahu apakah unsur skeletalterlibat (perbedaan sudut ANB). Tetapi jika tidakmelibatkan masalah skeletal maka penyebab dari kasusbisa akibat masalah diskrepansi ukuran gigi-gigi,hilangnya gigi-gigi, kebiasaan buruk, fungsional atauhanyalah akibat faktor dental atau letak dari gigi-giginyasaja. Tidak dipungkiri bahwa etiologi dari maloklusitidaklah sederhana tetapi jika hanya melibatkan sedikitfaktor, maka penatalaksanaanya juga lebih sederhana.Penatalaksanaan kasus maloklusi gigitan terbuka(openbite) merupakan suatu kasus yang sukar untukdisembuhkan, bentuk perawatan menutup gigitanterbuka dengan menggunakan elastik hanyamengkoreksi sesaat karena setelah itu biasanya diiringidengan relapse. Di tahun 70-an Kim2 pertama kalimengenalkan teknik Multiloop Edgewise Arch Wire

Fajar: Non-extraction treatment

Page 10: Cover Jun 2015 PDF - ikorti-iao.comikorti-iao.com/uploads/majalah/Majalah IKORTI Desember 2014.pdf · dan fungsi pengunyahan yang baik, serta kestabilan ... gigi, angulasi mesiodistal,

8

(MEAW), dengan teknik ini perawatan kasus maloklusigigitan terbuka dapat dikoreksi tanpa menyebabkanrelapse pasca perawatan. Prinsip dari teknik MEAW,adalah dengan menegakkan gigi-gigi posterior danmengintrusi gigi-gigi molar, sebagaimana diketahui bahwapenggunaan loop pada teknik ini adalah untuk mereduksigaya yang besar ke gigi akibat pemakaian kawat stainlesssteel.2 Pengembangan selanjutnya dari kawat MEAWadalah dengan mengaplikasikan kawat tersebut gunaperawatan kasus maloklusi Kelas II dan III, teknik initernyata dapat diaplikasikan pada kasus-kasus maloklusilain.6

SIMPULAN

Dengan ditemukannya teknik MEAW,2 makapenatalaksanaan perawatan maloklusi Kelas II Divisi 1dengan jarak gigit yang besar dapat dikoreksi tanpapencabutan. Hal yang masih perlu dikaji lebih lanjutsetelah ini adalah kestabilan jangka panjang oklusi daripasien yang telah dirawat dengan modifikasi teknikMEAW.

DAFTAR PUSTAKA

1. Hellekant, M, Lagerstrom, L, and Gleerup, A. Overbiteand overjet correction in a Class II, division 1 sample treatedwith edgewise therapy. Eur J Orthod. 1989; 11: 91–106.

2. Kim YH. Anterior openbite and its treatment withmultiloop edgewise arch-wire. Angle Orthod. 1987;57:290–321.

3. Taner-Sarisoy, L and Darendeliler, N. The influence ofextraction orthodontic treatment on craniofacial structures:evaluation according to two different factors. Am J OrthodDentofacial Orthop. 1999; 115: 508–514.

4. Schlegel KD, Satravaha S.Epidemiological findings inIndonesia of orthodontic interest. Anat Anz. 1986;162(4):259-69.

5. Horiguchi Y, Horiguchi M, and Soma K. Treatment of se-vere Class II Division 1 overbite malocclusion withoutextraction in an adult. Am J Orthod Dentofacial Orthop.2008; 133:S 121-9.

6. Sato S. Case Report: Developmental characterization ofskeletal Class III malocclusion. Angle orthod. 1994; 64 No2:105-111.

Majalah Ortodontik Desember 2014, Edisi kedua 5-8

Page 11: Cover Jun 2015 PDF - ikorti-iao.comikorti-iao.com/uploads/majalah/Majalah IKORTI Desember 2014.pdf · dan fungsi pengunyahan yang baik, serta kestabilan ... gigi, angulasi mesiodistal,

9

ABSTRACT

Background: Protrusion and crowding at anterior teeth are well-recognized clinical finding. Objective: To describe treatment ofmaxillary protusion with manidbular anterior crowding using straight wire appliace technique.Case management: A twelve yearsold boy visit dental clinic complaining unpleasant appereance of his teeth. Clinical examination showed protrusion maxillary andcrowding at anterior mandibula segmen, with class 1 malocclusion.The patient was treated with the straight wire appliance techniqueand using transpalatal arch to get maximum anchorage. Two months for levelling and unravelling. Caninus retraction was correctedusing a 0.016-Inch SS wire. Anterior retraction using 0.016x0.016 inch SS wire. Both retraction were achieved in 68 weeks, the SSwire was replaced with a 0.016 x 0.22-Inch stainles steel wire for finishing. Appliance was removed after 96 weeks for retentionphase. A posttreatment panoramic radiograph showed normal development roots. Result: The final position of protrusion maxillaryand crowding in mandible were succeeded in replacing the position and anatomy. Conclusion: The protrusion at maxillary andcrowding at anterior mandible can be corrected by straight wire appliance and patient is satisfied.

Key word : Protrusion, crowding anterior, orthodontic treatment, straight wire appliance technique

PENDAHULUAN

Beberapa tahun terakhir perawatan ortodontisemakin diminati baik dari pasien anak-anak maupundewasa. Terdapat berbagai alasan mengapa pasien ingindirawat ortodonti, salah satunya adalah kebutuhanestetika.1

Maloklusi merupakan kelainan ataupenyimpangan pertumbuhkembangan. Penyimpanganpetumbuhkembangan yang menyangkut letak gigi dapatmenyebabkan suatu maloklusi misalnya gigi berdesakanmaupun gigi yang protrusi.2 Tujuan dari perawatanortodonti adalah memperbaiki letak gigi dan rahang yangtidak normal sehingga didapatkan estetik yangmenyenangkan sehingga akan meningkatkan kondisipsikologis seseorang seperti pada pasien kasus ini yangusianya masih 13 tahun.

Maloklusi klas I Angle merupakan maloklusiyang paling sering dijumpai dengan prevalensi lebih dari50 persen. Sering disertai kelainan gigi berdesakan yangkebanyakan terjadi karena faktor lokal, misalnyakehilangan prematur gigi sulung. Pola skeletal jurusanmaloklusi klas I biasanya klas I walaupun kadang terjadirelasi skeletal klas II.2

Pada kasus maloklusi klas I dengan protrusidiperlukan pencabutan premolar dimana saat retraksi gigianterior harus diperhitungkan kemungkinan kehilanganpenjangkaran sebagai reaksi gaya ke mesial padaunit-unit penjangkar.3 TPA dan lingual arch merupakanalat penjangkar yang ditempatkan dibagian mesial gigi

molar pertama.4

LAPORAN KASUS

Riwayat kasusPasien seorang laki-laki 13th, ras Deutromelayu

datang ke klinik pendidikan spesialis Ortodonti FKGUnair bersama ayahnya. Ayah pasien merasa gigianaknya maju. Pasien merasa kurang percaya diri saattersenyum dikarenakan giginya yang maju. Sebelumnyabelum pernah mendapatkan perawatan kawat gigi. Pasieningin dirawat dengan tujuan memundurkan gigi yangmaju.

Pada pemeriksaan ekstra oral didapatkan: profilpenderita cembung, tipe muka ovoid dan tipe kepalamesosefalik. Penderita mempunyai bentuk muka yangsimetris dan didapatkan bibir yang kompeten(Gambar 1).

Gambar 1. Fotografi pasien sebelum perawatan

ORTHODONTIC TREATMENT IN CLASS IMALOCLUSION WITH PROTRUSION AND

MANDIBULARANTERIOR CROWDING

(Case Report)

Anugra Eka Putra* Pambudi Rahardjo***Orthodontic Resident

** Lecturer, Departement of OrthodonticsFaculty of Dentistry, University of Airlangga Surabaya

Page 12: Cover Jun 2015 PDF - ikorti-iao.comikorti-iao.com/uploads/majalah/Majalah IKORTI Desember 2014.pdf · dan fungsi pengunyahan yang baik, serta kestabilan ... gigi, angulasi mesiodistal,

10

Pemeriksaan intra oral terlihat: jaringan mukosa,bentuk lidah dan bentuk palatum normal. Pada rahangatas dan rahang bawah terlihat gigi anterior protrusi,gigi terletak berdesakan baik di rahang atas dan rahangbawah (Gambar 2).

Gambar 2. Fotografi intra oral sebelum perawatan

DIAGNOSIS

Maloklusi klas 1 Angle disertai protrusi RA danRB, berdesakan RA dan RBPemeriksaan LanjutanPemeriksaan foto radiografi panoramik terlihat benih gigi18,17, 28, 27, 38, 37, 48, 47 (Gambar 3). Hasil analisissefalometri gambar 4 didapatkan maksila dan mandibulamesognati(SNA= 840; SNB= 810). Inklinasi I RA dan RBproklinasi ( “1-maksila: 1140; “1-mandibula: 1000)

Gambar 3. Radiografi panoramik dan sefalometri sebelumperawatan

EtiologiSetelah dilakukan wawancara pada pasien dan

pemeriksaan studi model di dapatkan kemungkinanetiologi maloklusi adalah faktor keturunan seperti padaayah yang juga mempunyai gigi yang maju, pasien yangmemiliki kebiasaan jelek menggigit ballpoint, ada tanggalprematur gigi 72 dan 82, terdapat letak salah benih padagigi 23.

Tujuan PerawatanTujuan perawatan pada pasien ini adalah

awalnya menghilangkan berdesakan ada rahang atasdan rahang bawah kemudian mengoreksi protrusi rahang

atas dan rahang bawah dan juga mengoreksi kurva spee.

Kemajuan PerawatanTahap awal perawatan dimulai dengan

pemasangan TPA (Trans Platal Arch) pada maksila danlingual arch pada mandibula seabgai tambahanpengjangkaran, kemudian dilanjutkan dengan perawatanpiranti cekat dengan menggunakan braket pre-adjustedslot 0,18 pada maksila dan rahang bawah. Levelling danaligning menggunakan archwire NiTi 0,014 sampaidengan NiTi 0,016 pada maksila dan mandibula.Dilanjutkan dengan retraksi caninus menggunakanarchwire SS 0,016 baik pada maksila dan mandibula.Untuk retraksi anterior maksila dan mandibulamenggunakan archwire SS 0,016x0,016 dengan tambahanbull loop dan step up di maksila serta step down padamandibula berfungsi sebagai koreksi gigitan dalam.Tahap finishing dan detailing menggunakan arch wireSS 0,016x0,22 untuk melevelkan kembali geligi setelahretraksi anterior. Pada fase pasif menggunakan arch wireSS 0,017x0,025. Setelah 2 tahun 2 bulan perawatan,terlihat protrusi gigi RA dan RB terkoreksi. Berdesakananterior RA dan RB terkoreksi (Gambar 4,5, 6).

Gambar 4. Fotografi pasien setelah perawatan

Gambar 5. Fotografi intra oral pasien setelah perawatan

Majalah Ortodontik Desember 2014, Edisi kedua 9-11

Page 13: Cover Jun 2015 PDF - ikorti-iao.comikorti-iao.com/uploads/majalah/Majalah IKORTI Desember 2014.pdf · dan fungsi pengunyahan yang baik, serta kestabilan ... gigi, angulasi mesiodistal,

11

Gambar 6. Radiografi panoramik dan sefalometri setelahperawatan

Tabel 1. Analisis sefalometri sebelum dan sesudahperawatan ortodonti

PEMBAHASAN

Untuk memperbaiki keadaan protrusi gigidisertai gigi berdesakan pada rahang atas dan rahangbawah pada kasus ini memerlukan ruangan sebesar 14mm pada rahang atas dan 13 mm pada rahang bawahsehingga dalam rencana perawatan perlu dilakukanpencabutan ke empat premolar pertama.

Pada kasus ini dipilih TPA dan lingual archsebagai tambahan penjangkar untuk mencegahkehilangan penjangkaran dimana pada kasus ini gigiposterior tidak boleh maju dikarenakan ruang yangdibutuhkan untuk koreksi protrusi dan berdesakan padarahang atas dan rahang bawah terbatas. Di akhirperawatan, setelah 26 bulan perawatan menunjukkaninklinasi insisif atas terhadap maksila dan inklinasi insisifbawah terhadap mandibula berkurang dari sebelumperawatan yang dapat dilihat dari hasil analisissefalometri.

SIMPULAN

Perawatan maloklusi klas 1 Angle disertaiprotrusi dan berdesakan tujuan perawatannya adalahmengoreksi protrusi yang terjadi. Perawatan ortodontiharus segera dilakukan untuk menghindari efek yanglebih parah terutama pada pasien yang masih masapertumbuhan. Pada kasus ini akhir perawatan protrusidan berdesakan pada rahang atas dan rahang bawahterkoreksi sehingga estetik dan profil pasien menjadilebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Yovela, Krisnawati. Penatalaksanaan kasus protrusif gigianterior atas dengan kelainan periodontal pada pasiendewasa. Indonesian Journal of Dentistry. 2009; 16(1):25-31.

2. Rahardjo P., Ortodonsi dasar Airlangga University Press.2009,p. 70-71, 86.

3. Kuhlberg AJ, Derek NP. Space closure and anchoragecontrol. Semin Ortod. 2001; 7: 42-9.

4. Mc Namara JA, Brudon WL. Orthodontic and dentofacialorthopaedic. Michigan: Needham Press. 2001: 53-4.

Anugra, dkk: Orthodontic treatment in class I

Page 14: Cover Jun 2015 PDF - ikorti-iao.comikorti-iao.com/uploads/majalah/Majalah IKORTI Desember 2014.pdf · dan fungsi pengunyahan yang baik, serta kestabilan ... gigi, angulasi mesiodistal,

12

ABSTRACT

Background: Anterior crossbites is one of the most common orthodontic problems in the growth of child. It usually occurs at the stageof deciduous teeth and mixed dentition as a result of either skeletal disharmony, functional, or teeth in children ortognati system.Objective: to describe orthodontic treatment on class I maloclusion with anterior crossbite and crowding using preadjusted techniqueCase management: Female patients 12 years old, diagnosed as Angle class I malocclusion with crowding and anterior crossbite. Theprofile was convex, overbite bite 2 mm, overjet -2 mm, curve spee 3 mm positive, discrepancy model of Maxillary -5 mm Mandibulary-10 mm. Cephalometric analysis revealed ÐFH - NP 76º, 3º NAP (Convex profile), Ð SNA 74º (retrognati); Ð SNB 73º (retrognati);Ð ANB 1º (skeletal Class I). Possible etiology of malocclusion is bad habit of mouth breathing, 65 premature loss, teeth mutilation 16,and persistence of 53. Correction of the malposition was achieved using pre adjusted technique. Result: Individual malpositionrotation 14 and 24 were corrected, maxiallary and mandibular croding has corrected, cross bite result into normal overjet. Conclusion:Anterior cross bite and crowding correction using pre adjusted technique improve the aesthetics and profile of patient.

Key Words: Crossbite anterior, Angle Class I maloclusion, preadjusted Tehnicque

salah pada gigi insisivus kedua rahang sehinggamengakibatkan gigitan silang anterior4. Jika masalah gigiini secara simultan mengarah ke posisi anteriormandibula, hal itu disebut “ pseudoprognathism “ , atau“pseudo -Class III”. Pseudo-Class III didefinisikansebagai malrelasi posisi dengan refleks neuromuskularyang diperoleh. Kontak prematur antara gigi insisivusmaksila dan mandibula menghasilkan pergerakanmandibula ke depan agar gigi posterior dapat menutup.5

Diagnosis pembanding tergantung pada pemeriksaanklinis pasien, tidak hanya bergantung pada analisiscephalometri radiologi saja karena posisi gigi-geligianterior mandibula belum tentu mencerminkanhubungan skeletal yang benar. Diagnosis yang baikdidasarkan pada evaluasi oklusi saat mandibula dalamhubungan sentris. Dokter harus mengetahui apakahgigitan silang terkoreksi sebagian atau seluruhnya.Dalam kasus pseudo- prognatisme, gigi insisivus atasdan bawah biasanya dalam hubungan edge to edgedalam posisi sentris.6

RIWAYAT KASUS

Pasien wanita usia 12 tahun suku jawa, berat39 kg, tinggi badan 140 cm, bentuk skelet mesomorfik,memiliki ayah dengan kondisi gigi berdesakan, tipe profilcekung, tipe muka ovoid dengan kebiasaan burukbernapas melalui mulut dengan freeway space 5mm.

TREATMENT OF ANGLE CLASS I MALOCLUSIONWITH CROSSBITE ANTERIOR USING

PREADJUSTED TEHNICQUE(Case Report)

Bhakti Prasetyo Danaryudho*, Achmad Sjafei **

*Orthodontic Resident**Lecturer, Department of Orthodontics

Faculty of Dentistry, University of Airlangga university

PENDAHULUAN

Gigitan silang anterior adalah salah satumasalah ortodontik yang paling umum kita lihat dalampertumbuhan anak. Biasanya terjadi pada tahap gigi susudan tahap gigi campur sebagai akibat dariketidakharmonisan baik skeletal, fungsional, atau gigidalam sistem ortognati anak.1.

Selama perkembangan anak, gigi insisivuslateral permanen biasanya tumpang tindih, lebih kepalatal daripada gigi insisivus sentral permanen. Bilapertumbuhan normal, tumpang tindih ini akan terkoreksidengan sendirinya dan bila cukup ruang akan adapergerakan lateral dan labial menuju kesejajaranlengkung. Tapi ketika pertumbuhan tidak normal dantidak ada cukup ruang pada lengkung rahang maka gigiinsisivus lateral permanen untuk bergerak ke labialsebelum erupsi, kondisi ini akan mengubah jalur erupsidan posisi gigi menjadi lebih palatal sehingga terjadilahgigitan silang.2

Maloklusi ini tidak hanya memiliki dampakyang besar pada penampilan wajah pasien, tetapi jugafungsional. Namun, kelainan prognatisme mandibulayang ringan, pasien cenderung dapat menerimamaloklusi yang derita daripada melakukan tindakanoperasi rahang3. Etiologi crossbite anterior selainkemungkinan prognatisme skeletal, juga dapatdisebabkan malposisi dan kencederungan inklinasi yang

Page 15: Cover Jun 2015 PDF - ikorti-iao.comikorti-iao.com/uploads/majalah/Majalah IKORTI Desember 2014.pdf · dan fungsi pengunyahan yang baik, serta kestabilan ... gigi, angulasi mesiodistal,

13

Gambar 1. Ekstra oral dan intra oral sebelum perawatan

Gambar 2. Cephalometri sebelum perawatan

Gambar 3: Panoramik sebelum perawatan

Pemeriksaan intra oral menunjukan bentuk lengkungmaksila dan mandibula Lyra dengan bentuk palatumsempit dan tinggi. Keadaan gigi geligi 16 mutilasi, 36sisa akar, 46 tumpatan, sedangkan gigi 18,28,38,48 masihberbentuk benih gigi

DIAGNOSIS

Maloklusi klas I Angle disertai disertaiberdesakan dan proklinasi Mandibula.Analisis SefalometriA. Analisis Downs

B. Analisis Steiner

Bhakti, dkk: Treatment of angle Class I

Page 16: Cover Jun 2015 PDF - ikorti-iao.comikorti-iao.com/uploads/majalah/Majalah IKORTI Desember 2014.pdf · dan fungsi pengunyahan yang baik, serta kestabilan ... gigi, angulasi mesiodistal,

14

C. Analisis Wits

D. Analisis Jaringan Lunak

Faktor EtiologiKemungkinan dapat disebabkan oleh faktor

keturunan dimana ayah memilki gigi berdesakan danprotrusif, kebiasaan buruk pasien bernapas melalui mulut,tanggal prematur gigi 65, kelainan jumlah gigi karenamutilasi 16 dan persisitensi 53

RENCANA PERAWATANDilakukan pencabutan 25,53,36,44, koreksi

rotasi premolar pertama rahang atas kanan dan kiri,koreksi berdesakan RA dan RB, koreksi jarak gigit,evaluasi dan fase retensiTAHAP PERAWATANA. Rahang Atas· Pemasangan alat cekat pre-adjusted slot 0,018 inchi,,

molar band dengan welding tube pada 17,26· Levelling dan unravelling dengan Niti 0,012, Niti 0,014,

Niti 0,016· Koreksi rotasi 14 dan 24 dengan double elastic chain· Koreksi garis median· Koordinasi lengkung RA dan RB· Ideal arch dengan SS 0,016 x 0,022· Fase pasif dengan SS 0,017 x 0,025· Fase retensi dengan Hawley retainerB. Rahang Bawah· Pencabutan gigi 44 dirubah menjadi gigi 46 karena

tumpatan mengalami terlepas dan gigi tersebut didiagnosis mengalami gangren pulpa dan pasien memilihpencabutan gigi tersebut

· Pemasangan alat cekat pre-adjusted slot 0,018 inchi,,molar band dengan welding tube pada 37,47

· Levelling dan unravelling dengan Niti 0,012, Niti 0,014,Niti 0,016

· Retraksi premolar kedua dengan SS 0,016 x .016 danopen coil

· Retraksi premolar pertama dengan SS 0,016 x ,016 danelastic chain

Gambar 4. ekstraoral dan intra oral setelah perawatan

Gambar 5. Cephalometri setelah perawatan

Gambar 6. Panoramik setelah perawatan

Majalah Ortodontik Desember 2014, Edisi kedua 12-15

Page 17: Cover Jun 2015 PDF - ikorti-iao.comikorti-iao.com/uploads/majalah/Majalah IKORTI Desember 2014.pdf · dan fungsi pengunyahan yang baik, serta kestabilan ... gigi, angulasi mesiodistal,

15

Gambar 7. Superimpose Ket: Biru sebelum perawatan Merahsetelah perawatan

· Retraksi kaninus dengan SS 0,016 x .016 dan elasticchain

· Retraksi anterior dengan SS 0,016 x 0,016 elastic chain· Koordinasi lengkung RA dan RB· Ideal arch dengan SS 0,016 x 0,022· Fase pasif dengan SS 0,016 x 0,022· Fase retensi dengan Hawley retainer

PEMBAHASAN

Kasus ini di diagnosis sebagai pseudo kelasIII karena memiliki ciri profil pasien adalah cekung. Selainitu ketika relasi sentris hubungan molar kelas I dengandisertai proklinasi insisivus mandibula. Selain itu ANBdalam kasus ini berada dalam kondisi normal.1

Penggunaan opencoil digunakan untuk retraksi premolar.Penggunaan elastik power chain di khawatirkanmenyebabkan kehilangan penjangkaran pada gigimolar 7. Penambahan penjangkaran dengan lingual archtidak di anjurkan karena pasien memiliki kebersihan mulutyang kurang sehingga dikhawatirkan memperburukkondisi oral hygine.

Sudut I-NA 33° menunjukan bahwa insisifmaksila mengalami proklinasi. Koreksi rotasi pada gigi14 dan 24 memberikan ruang untuk koreksi gigiberdesakan pada gigi anterior maksila. Pencabutan gigi25 dilakukan oleh karena bila gigi tersebut di koreksikembali kedalam lengkung akan mengambil ruang yangdi sediakan gigi 24 dan menyebabkan gigi anteriorsemakin proklinasi.

Pada awal perawatan di rencanakanpencabutan gigi 44 dan 36 untuk mendapatkan ruanguntuk retraksi gigi anterior mandibula, namunberjalannya waktu tumpatan gigi 46 lepas dan mengalamigangren pulpa maka di putuskan gigi 46 menggantikanposisi gigi 44.

SIMPULANSetelah perawatan profil pasien memperlihatkan

kondisi yang lebih baik. Pasien terlihat lebih percayadiri dan mudah terseyum. Selama perawatan tingkatkerjasama pasien meningkat selama pertambahan usiadan membaiknya estetik rongga mulut.

DAFTAR PUSTAKA

1. Graber, Orthodontics: Principals and Practice. W.B.Saunders Co, Philadelphia: 1972, p. 833-847.

2. Major, Glover. Treatment of anterior cross-bites in theearly mixed dentition. Journal, July 1992; 58: 7.

3. Stellzig E A, Lux CJ, Schuster G. Treatment decision inadult patients with Clas III malocclusion: Orthodontictherapy or orthognathic surgery? Am J Orthod DentofacialOthop 2002; 122: 27-37.

4. Major PW, Glover K. Treatment of anterior crossbite inearly mixed dentition. J Can Dent Assoc 1992; 58:574-575.

5. Moyers RE., Handbook of Orthodontics (4th edition).Chicago, Year Book, 1988, pp. 410-415.

6. Wood NG. Centric relation and the treatment position inrehabilitating occlusion: A physiologic approach. Part II:The treatment position. J Prosthet Dent, 1988; 60:15-18.

Bhakti, dkk: Treatment of angle Class I

Page 18: Cover Jun 2015 PDF - ikorti-iao.comikorti-iao.com/uploads/majalah/Majalah IKORTI Desember 2014.pdf · dan fungsi pengunyahan yang baik, serta kestabilan ... gigi, angulasi mesiodistal,

16

ABSTRACT

Background: Impacted teeth refers to the condition that accompanied with delayed eruption time. Canine is very important forocclusion and aesthetic. Therefore impaction maxillary canine of these case is crucial for orthodontist. Objective: This case reportdescribes the combined orthodontic treatment and surgical of maxillary left canine impacted of a 13 years old female. Class Imalocclusion with multiple diastema. Case Management: The patient was treated with the Edgewise technique using standartedgewise bracket slot .018 Inch. Leveling process used Niti .014", SS .014" round wire. Space opening between left lateral incisive andfirst premolar was done by using Niti open coil spring and .016x.016" SS wire. Eventually it corrected multiple diastema on incisorregion. Diastema closure and space gaining had been achieved for 6 month later. Surgical exposure was managed with open flaptechnique, allowing traction of impacted maxillary canine to the dental arch. Complete eruption and normal position the canine wasachieved after 26 month. Result: The final treatment showed normal occlusion, the multiple diastema were corected. In the posttreatment panoramic rontgenogram has appear the maxillary left canine can erupted in normal position, but showed dilateration ofa third apically. Conclusion: The impacted maxillary left canine consider as complicated case, therefore this management needs tohave multidiscipline treatment between orthodontics and surgical.

Key words: impacted canine, surgical exposure, multiple diastema

PENDAHULUAN

Gigi impaksi adalah gigi yang erupsinyaterlambat atau tidak dapat erupsi sempurna yang bisadilihat dari pemeriksaan klinis dan radiografis. 1 Semuagigi bisa mengalami impaksi tetapi yang tersering adalahmolar ketiga, gigi kaninus atas, bawah dan insisiv sentralatas.2 Impaksi gigi kaninus atas memiliki frenkuensiurutan kedua setelah molar ketiga rahang bawah, yangmemiliki prevalensi 0,9%-2,2% dan lebih sering padaposisi palatal daripada bukal.3 Penyebab impaksi adalahmultifaktorial yaitu posisi benih gigi tidak normal, adanyadiskrepansi antara rasio ukuran gigi dan lengkung gigi,persistensi atau tanggal prematur kaninus sulung,trauma lokal, alveolar cleft, ankylosis, adanya kista atautumor, dilaserasi akar dan odontoma.4

Gigi kaninus atas merupakan gigi yang sangatpenting dalam oklusi dan estetik, sehingga memilikikontraindikasi pencabutan dan diupayakan semaksimalmungkin dipertahankan. Impaksi kaninus atasmerupakan tantangan bagi ortodontis dalam melakukanperawatan.5 Metode penanganan impaksi kaninus atassecara umum ada dua yaitu preventif dan bedah :1. Preventif : jika didiagnosa pada usia dini dan posisi

mahkota kaninus tidak berada di belakang atau me-sial akar insisif lateral, dengan pencabutan kaninussulung dapat mengarahkan erupsi kaninus permanen.

2. Bedah : jika posisi mahkota kaninus tepat beradadibelakang atau mesial akar insisif lateral, mahkota

gigi dibuka secara bedah dari jaringan lunak dan kerasyang menutupi, selanjutnya bisa erupsi dengansendiri atau diarahkan secara ortodontik menujulengkung gigi. 6

LAPORAN KASUS

Riwayat KasusPasien perempuan usia 13 tahun datang

bersama ibunya ke RSGM FKG Unair bagian Ortodontidan ingin merapikan giginya karena merasa maju danrenggang. Pernah dirawat ortodonti lepasan pada umur9 tahun selama 1 tahun, tetapi perawatan tidak sampaiselesai, gigi masih renggang dan sekarang bertambahparah. Pasien ingin dirawat dengan alat ortodonti cekatatas keinginan sendiri dan ibunya.Diagnosa

Pemeriksaan ekstra oral menunjukkan tipeprofil cekung, tipe muka sedang, tipe kepala brakisefalik,bibir kompeten. Pemeriksaan intra oral menunjukkan gigi23 belum erupsi sedangkan gigi 13 sudah erupsisempurna, gigi 55 persistensi goyang 3Ú, palatumsempit dan tinggi, kebersihan mulut dan frekuensi kariessedang, jaringan mukosa mulut dan lidah normal.Analisis studi model menunjukkan relasi molarneutroklusi dan relasi kaninus kanan neutroklusi. Jarakgigit 3 mm, tumpang gigit 3 mm, garis median segaristetapi insisif sentral kiri bergeser ke kiri 1,5 mm. Gigianterior atas terdapat diastema multipel pada regio kiri.

TREATMENT OF CLASS I MALOCCLUSIONWITH MULTIPLE DIASTEMA AND IMPACTED

MAXILLARY LEFT CANINE(Case Report)

Dini Setya Rini *, I. B. Narmada ***Orthodontic Resident

** Lecturer, Departement of OrthodonticsFaculty of Dentistry, University of Airlangga

Page 19: Cover Jun 2015 PDF - ikorti-iao.comikorti-iao.com/uploads/majalah/Majalah IKORTI Desember 2014.pdf · dan fungsi pengunyahan yang baik, serta kestabilan ... gigi, angulasi mesiodistal,

17

Gambar 1. Foto extra oral sebelum perawatan

Gambar 2. Foto intra oral sebelum perawatan

Pemeriksaan Lanjutan Analisis sefalometri sebelum perawatanmenunjukkan maksila retrusif terhadap basis kranial(SNA 73Ú), sedangkan mandibula normal (SNB 73Ú),ANB 0Ú menunjukkan skeletal klas III, hubungan antarinsisif normal (119Ú), IMPA (incisor mandibular planeangle) 86Ú tegak, sudut muka lurus (77Ú), sumbu Y(74Ú) terdapat rotasi mandibula. Analisis sefalometrijaringan lunak Steiner’s Lip Analysis bibir terletakdidepam garis S. Analisis foto panoramik terlihat gigi 23impaksi.

Gambar 3. Foto sefalometri dan panoramik sebelum perawatan

Etiologi Kemungkinan etiologi maloklusi adalah faktorketurunan : tipe muka panjang dengan gigi rahang atasberdesakan kaninus ekstostem (ayah dan kakak), tanggalprematur 63 dan dilaserasi akar 23.

Tujuan PerawatanTujuan perawatan pada pasien ini adalah menghilangkandiastema anterior rahang atas, membawa/menarik gigikaninus atas kiri yang impaksi ke posisi yang benar dalamlengkung geligi dan mempebaiki estetik pada saatsenyum.

Kemajuan PerawatanPerawatan dimulai dengan pencabutan gigi

persistensi 55, selanjutnya pemasangan alat ortodonticekat Edgewise slot 0.18", pada rahang atas dan rahangbawah, molar band dengan welding tube pada 16, 26, 36,46. Pada rahang atas dan rahang bawah dilakukan lev-eling dengan Niti 0,014, SS 0,014, SS 0,016. Pada rahangatas pemasangan open coil spring antara gigi 22-24 untukpersiapan tempat 23 dengan busur SS 0,016 X 0,016.Setelah 6 bulan diperoleh tempat yang cukup untuk gigi23 dan diastema telah menutup selanjutnya dilakukanpembedahan (surgical exposure) pada bagian palataldimana gigi 23 impaksi dengan open flap technique.Dilakukan pemasangan button pada gigi 23. Penarikan23 dengan kawat ligatur setelah luka pembedahansembuh, dan ditambah elastic chain jika diperlukantarikan yang lebih kuat, setelah 11 bulan dari pembedahangigi sudah menempati posisi dalam lengkung gigi danterlihat dari labial. Pada bulan ke 13 setelah pembedahangigi 23 sudah erupsi sempurna dan memiliki relasineutroklusi, meskipun interdigitasinya masih belumbagus.

Dini, dkk: Treatment of class I malocclusion

Page 20: Cover Jun 2015 PDF - ikorti-iao.comikorti-iao.com/uploads/majalah/Majalah IKORTI Desember 2014.pdf · dan fungsi pengunyahan yang baik, serta kestabilan ... gigi, angulasi mesiodistal,

18

Gambar 4. Foto intraoral dari palatal dan labial (a)Pemasangan button saat surgical exposure(b)Kawat ligatur diikat pada button ke kawatbusur (C) 7 bulan setelah pembedahan (d) 11bulan setelah pembedahan (e) 11 bulan setelahpembedahan (f) 13 bulan setelah pembedahan

Selanjutnya dilakukan proses detailing danfinishing pada rahang atas dan bawah dengan kawatbusur SS 0,016 X 0,016 dan koordinasi lengkung RAdan RB. Untuk mendapatkan interdigitasi yang bagusdigunakan up and down elastic. Ideal arch dengan SS0,016 x 0,022. Fase pasif dengan SS 0,017 x 0,025 selama4 bulan. Retensi dengan menggunakan Hawley re-tainer.

Gambar 5. Foto extra oral setelah perawatan

Gambar 6. Foto intra oral setelah perawatan

Gambar 7. Foto sefalometri, panoramik dan oklusal setelahperawatan

PEMBAHASAN

Pada kasus ini dilakukan pemasangan open coilspring pada 22 dan 24 untuk mempersiapkan tempat gigi23 dan menghilangkan diastema anterior sekaligusmenggeser gigi 21, 22 ke kanan. Pada kasus ini tidakdilakukan pencabutan karena terdapat diastema anteriordan pasien masih dalam masa pertumbuhan. Pada akhirperawatan didapatkan oklusi yang ideal dengan relasikaninus dan relasi molar neutroklusi, jarak gigit dantumpang gigit normal, namun karena terdapat diskrepansiukuran antara lengkung rahang atas (sempit) dan rahangbawah (normal) sehingga diperlukan labial root torquepada gigi kaninus atas agar tidak terlihat proklinasi dandidapatkan profil wajah yang kurang ideal karena pasienmemiliki tipe wajah panjang (long face). Lama perawatankasus ini tergolong lama yaitu perawatan aktif 26 bulandan perawatan pasif 4 bulan, dimana diperlukan beberapa

Majalah Ortodontik Desember 2014, Edisi kedua 16-19

Page 21: Cover Jun 2015 PDF - ikorti-iao.comikorti-iao.com/uploads/majalah/Majalah IKORTI Desember 2014.pdf · dan fungsi pengunyahan yang baik, serta kestabilan ... gigi, angulasi mesiodistal,

19

tahapan perawatan dari penutupan diastema danpersiapan tempat gigi 23, tahap pembedahan danmembawa gigi 23 ke lengkung geligi. Pada foto panoramikdiakhir perawatan terlihat adanya dilaserasi sepertigabagian akar, kemungkinan ini juga mempersulit penarikangigi dan menambah lama perawatan. Menurut Singh gigipermanen impaksi lebih sulit diperbaiki denganperawatan ortodonti saja dan kemungkinan diperlukantindakan bedah untuk membuka flap yang selanjutnyadilakukan penarikan gigi tersebut secara ortodonti.7

Keberhasilan perawatan gigi kaninus yang impaksitergantung pada posisi gigi dilihat dari bidang sagitaldan transversal, serta adanya ankylosis dan dilaserasiakar gigi, pada umumnya impaksi kaninus atas padaposisi horizontal dibagian palatal akan sulit dibawa padaposisi yang benar. 8

SIMPULAN

Perawatan gigi kaninus permanen impaksi padabagian palatal sulit dilakukan dengan perawatanortodonti saja, sehingga diperlukan perawatanmultidisiplin dari bedah (surgical exposure) untukmempermudah proses erupsi dengan cara memasangbutton yang digunakan untuk menarik gigi ke arahlengkung gigi dan menempati posisi yang benar.

DAFTAR PUSTAKA

1. Richardson C, Russell KA. A Review of ImpactedPermanent Maxillary Cuspids: Diagnosis and Prevention.Journal of the Canadian Dental Association. 2000; 66:497-501.

2. Kokich VC. Surgical and Orthodontic Management ofImpacted Maillary Canine. Advances in Orthodontics andDentofacial Surgery. 2004; 26: 278-83.

3. Ucuncu N, Aslan BI, Turel HT. Treatment and Long TermFollow Up of Patient with an Impacted TransmigrantCanine. Principles in Contemporary Orthodontics.2012;15: 338-52.

4. Bishara, SE, 2001. Textbook of Orthodontics. W.B.Sounder Company. Philadelphia. P.83-92.

5. Kokich VC. Preorthodontic Uncovering and AutonomousEruption of Palataly Impacted Maxillary Canine. Seminarin Orthodontic. 2010; 205-11.

6. Ngan P, Hornbrook R, Weaver B. Early TimelyManagement of Ectopically Erupting Maxillary Canine.Seminar in Orthodontic. 2005; 152-163.

7. Singh, G, 2007. Textbook of Orthodontics 2nd Ed. JoypePublisher New Delhi. P.305-12.

8. Bayram M, Ozer M, Sener I. Maxillary Canine ImpactedRelated to Impacted Central Incisor. The Journal ofContemporary Dental Practice. 2007; 8:1-12.

Dini, dkk: Treatment of class I malocclusion

Page 22: Cover Jun 2015 PDF - ikorti-iao.comikorti-iao.com/uploads/majalah/Majalah IKORTI Desember 2014.pdf · dan fungsi pengunyahan yang baik, serta kestabilan ... gigi, angulasi mesiodistal,

20

ABSTRACT

Background: Impacted teeth is seen in many cases. There are several factor that might cause tooth impaction such as mesiodens,odontoma, dentigerous lesion, etc. Surgical exposure might be done to improve better result in orthodontic treatment. Objective: Thisstudy describe treatment for impacted right maxillary incisor by surgical followed by orthodontic treatment Case Report andManagement: Fiveteen years old female patient reffered to clinic complaining unpleasant anterior teeth. Clinical examination showspermanent right maxillary central incisor agenesis, with class 1 malocclusion, and crowded mandibular teeth. Panoramic andocclusal radiographs shows impacted permanent right maxillary central incisor in vertical position with odontoma and mesiodens.An odontectomy was performed to extract the mesiodens and to remove the odontoma. Then, the permanent right maxillary centralincisor was retracted to the position with surgical exposure method, by placing lingual button at the labial side of the crown. Thepatient was treated with the edgewise technique. The archwire used while retracting the tooth was SS 0.016x0.022 with continuouslyligature tie, both in maxilla and mandibular arch. An elastomeric elastic tied to ligature -which was attached to the button- was usedto retract the tooth towards the archwire in the upper jaw. After 15 months, the clinical crown of permanent right maxillary centralincisor was totally erupted and it took 7 months to fix the final position. The final position of permanent right maxillary central incisorwas succeeded in placing the position. Based on panoramic radiograph, there was no external root resorption. Conclusion:Impacted of maxillary central incisor should be treated to improve an aesthetic. Multidisciplinary approach between orthodontics andsurgery should be made to place impacted maxillary incisor into the right position.

Key words: right maxillary central incisor impacted, orthodontic treatment

ORTHODONTIC TREATMENT IN IMPACTED RIGHTMAXILLARY CENTRAL INCISOR WITH

ODONTOMA AND MESIODENS(Case Report)

Erni Magdalena* Jusuf Sjamsudin***Orthodontic Resident

** Lecturer, Orthodontic DepartmentFaculty of Dentistry, University of Airlangga

PENDAHULUAN

Perawatan ortodonti pada kasus impaksikaninus menjadi tantangan tersendiri bagi para praktisi.Perawatan ini seringkali melibatkan tindakan bedahdiikuti traksi secara ortodonti untuk mengarahkan gigiyang impaksi pada lengkung gigi yang benar.Kehilangan tulang, resorpsi akar dan resesi gingiva disekitar gigi impaksi adalah komplikasi umum yang seringterjadi.1

Odontoma merupakan tumor jinak yang berasaldari odontogenik yang tergabung dari mesenkimal danelemen-elemen gigi. Secara histologi, terdiri dari jaringangigi yang berbeda termasuk email, dentin, sementum,dan dalam beberapa kasus termasuk jaringan pulpa.Berdasarkan klasifikasi dari WHO 2005, odontomadibagi menjadi 2 jenis yaitu kompleks odontoma dancompound odontoma. Compound odontoma biasanyaterletak di anterior bagian atas maksila, diatas gigi yangtidak erupsi atau diantara akar gigi yang erupsi. Lesibiasanya unilokuler dan terdiri dari berbagai radiopak,terlihat seperti miniatur gigi yang disebut dentikel.Odontoma kompleks biasanya ditemukan pada posteriormandibula, biasanya pada gigi impaksi dan ukurannyadapat mencapai beberapa sentimeter. Secara radiologi,

manifestasi dari lesi ini ialah massa solid yang radiopakdengan adanya elemen-elemen nodular, dan dikelilingioleh zona radiolusen tipis. Lesi bersifat unilokular dandipisahkan dari tulang oleh garis kortikasi. Tidak terlihatstruktur seperti gigi. Secara epidemiologi, odontomamerupakan tumor odontogenik yang paling sering terjadidengan insidensi 22-67% dari seluruh tumor padarahang atas. Lesi ini lebih sering terjadi pada anak-anakdan remaja, tidak jauh berbeda insidensinya pada laki-laki atau perempuan. Secara klinis, lesi yang asimptomatikini sering dihubungkan dengan perubahan pada erupsigigi sulung dan permanen. Diagnosis biasanyaditegakkan dengan pemeriksaan radiologis (fotopanoramik dan intraoral) atau dalam mengevaluasipenyebab tertundanya gigi erupsi.2

Hisatomi dkk. melaporkan bahwa gigi impaksi cenderungerupsi, terlepas dari tingkat pembentukan akar. Dengandemikian, perawatan pilihan untuk impaksi gigi terkaitodontoma tampaknya dengan pengangkatan lesi denganmembiarkan gigi yang impaksi. Pada gilirannya yangterakhir memerlukan tindak lanjut klinis dan radiologissetidaknya satu tahun. Jika tidak ada perubahan dalamposisi gigi selama periode ini, diindikasikan fenestrationdiikuti oleh traksi ortodontik.3

Pasien dengan impaksi seharusnya mendapatkan

Page 23: Cover Jun 2015 PDF - ikorti-iao.comikorti-iao.com/uploads/majalah/Majalah IKORTI Desember 2014.pdf · dan fungsi pengunyahan yang baik, serta kestabilan ... gigi, angulasi mesiodistal,

21

evaluasi maloklusi yang komprehensif. Klinisi sebaiknyamempertimbangkan pilihan perawatan yang mungkinbisa dilakukan salah satunya adalah dengan surgicalexposure dan perawatan ortodonti untuk membawa gigike dalam lengkung yang normal.1

LAPORAN KASUSRiwayat Kasus

Seorang penderita perempuan, umur 15 tahun,ras Deutromelayu datang ke klinik pendidikan spesialisOrtodonti FKG Unair bersama ibunya. Ibu pasien merasagigi anaknya tumbuh tidak lengkap. Pasien merasakurang percaya diri saat tersenyum dikarenakan gigidepannya ada celah. Sebelumnya belum pernahmendapatkan perawatan kawat gigi. Pasien ingin dirawatdengan tujuan mengeluarkan gigi yang tidak tumbuhtersebut, agar lebih baik secara estetik.

Pada pemeriksaan ekstra oral didapatkan: profilpenderita cembung, tipe muka ovoid dan tipe kepalamesosefalik. Penderita mempunyai bentuk muka yangsimetris dan didapatkan bibir yang kompeten(Gambar 1).

Gambar 1. Foto ekstra oral sebelum perawatan

Gambar 2. Foto intra oral sebelum perawatan

Pemeriksaan intra oral terlihat: jaringan mukosa,bentuk lidah dan bentuk palatum normal. Gigi terletakberdesakan di rahang bawah anterior dengan agenisigigi 11, terdapat diastema antara 12-21 (Gambar 2).

Pemeriksaan foto radiografi panoramik terlihatimpaksi gigi 11, odontoma, mesiodens, benih gigi 18,28, 38 dan 48 (Gambar 3.a).

Gambar 3. (a) Foto radiografi panoramik sebelum perawatan(b) Foto radiografi sefalometri sebelum perawatanortodonti

Analisis sefalometriTipe muka mesognati dengan profil muka

cembung (< FH-NP 82º, < NAP 18º). Hubungan maksiladan mandibula terhadap basis kranium menunjukkantendensi relasi skeletal klas II (< SNA 85º, < SNB 78º,< ANB 7º dan Wits appraisal AO-BO 3 mm) denganinklinasi insisif RA dan RB normal (< I-NA 22º,< I-NB 39º). Analisis sefalometri jaringan lunak Rickett’sLip Analysis: bibir atas 3,5 mm di depan garis E dan bibirbawah 5 mm di depan garis E. Analisis jaringan lunakSteiner’s Lip Analysis: bibir terletak di depan garis S.

Rencana Perawatan dan Tujuan PerawatanTujuan perawatan pada pasien ini mengkoreksi

letak gigi 11 yang impaksi, diawali denganmenghilangkan halangan erupsi yaitu odontectomymesiodens dan odontoma. Gigi 11 diputuskan dilakukantraksi dengan menempati diastema yang tersedia. Tujuanperawatan yang lain adalah mengkoreksi berdesakananterior rahang bawah.

Rencana perawatan adalah mempertahankanspace yang cukup di antara gigi 12 – 21. Proses ini diawalidengan odontectomy mesiodens dan odontoma,surgical exposure 11, dilanjutkan dengan pemasanganlingual button pada mahkota bagian bukal gigi 11.Perawatan selanjutnya melalui pendekatan ortodontidengan traksi gigi 11 ke dataran oklusal menggunakanelastic dan elastic chain secara bergantian.

PERAWATANPerawatan ortodonti dimulai pada tanggal 5

Januari 2012, diawali dengan pemasangan molar banddan welding tube pada gigi molar pertama rahang atasdan bawah. Braket standard edgewise slot 0,018 inchdipasang pada semua gigi rahang atas dan bawah.

Leveling dan aligning menggunakan busur SSround 0.014 di rahang atas maupun rahang bawah. Satubulan berikutnya, busur diganti dengan SS round 0.016disertai penggunaan open coil spring antara gigi 12 dan21. Pada kunjungan berikutnya prosedur yang samadilakukan secara berurutan menggunakan SS round0.016 x 0.016.

A

B

A

Erni, dkk: Orthodontic treatment in impacted right

Page 24: Cover Jun 2015 PDF - ikorti-iao.comikorti-iao.com/uploads/majalah/Majalah IKORTI Desember 2014.pdf · dan fungsi pengunyahan yang baik, serta kestabilan ... gigi, angulasi mesiodistal,

22

Dua bulan setelah perawatan aktif, dan prosesleveling aligning tercapai, pasien dikonsul untuksurgical exposure ke bagian bedah mulut. Busur rahangatas menggunakan SS 0.016 x 0.016.

Gambar 4. (a) Gigi 11 yang impaksi dan (b). Penutupan flapsetelah button dan kawat ligature terpasang

Gambar 4.a menunjukkan proses surgicalexposure. Lingual button dipasang pada bagian labial11. Kawat ligature ukuran 0.009 inci diikat pada lingualbutton dan pada busur utama yaitu SS 0.016 x 0.016.Penutupan flap (closed eruption technique) setelahlingual button dan kawat ligature terpasang pada busur,ikatan ligature bersifat pasif (Gambar 4.b).

Dua minggu setelah surgical exposure, jahitandiambil dan dilakukan aktivasi pertama dengan kekuatanringan. Aktivasi awal ini hanya menggunakan kawatligature yang diikat lebih kencang pada busur. Busuryang dipakai di rahang atas adalah SS rectangular 0.016x 0.016, sedangkan gigi lain di rahang atas diikatmenggunakan ikatan continuous untuk stabilisasi. Padapertemuan berikutnya arah dan alat yang digunakanuntuk aktivasi disesuaikan dengan posisi gigi insisifpermanen atas kanan. Terkadang memakai elastic chainatau elastic. Arah tarikan bisa ke kanan karena posisimahkota gigi 11 mesioversi, seperti terlihat padapemeriksaan radiografi periapikal (Gambar 5).

Gambar 5. Foto periapikal setelah 3 bulan surgical exposure

Setelah 2 tahun perawatan, terlihat gigi 11menempati diastem antara gigi 12-21. Berdesakananterior bawah terkoreksi (Gambar 7, 8, 9).

Gambar 6. Foto ekstra oral sesudah perawatan ortodonti

Gambar 7. Foto intra oral sesudah perawatan ortodonti

Gambar 8. (a). Foto radiografi panoramik sesudah perawatan.(b). Foto radiografi sefalometri sesudah perawatan

A

B

Majalah Ortodontik Desember 2014, Edisi kedua 20-23

Page 25: Cover Jun 2015 PDF - ikorti-iao.comikorti-iao.com/uploads/majalah/Majalah IKORTI Desember 2014.pdf · dan fungsi pengunyahan yang baik, serta kestabilan ... gigi, angulasi mesiodistal,

23

Tabel 1. Analisis sefalometri sebelum dan sesudah perawatanortodonti

PEMBAHASAN

Impaksi didefinisikan sebagai kegagalan erupsigigi pada lokasi dan lengkung gigi yang seharusnyadengan waktu erupsi yang normal, berdasarkanpemeriksaan klinis maupun radiologis. Impaksi gigikaninus permanen rahang atas menempati urutan keduasetelah impaksi gigi molar ketiga. Gigi kaninus rahangatas berperan penting secara estetik maupun fungsi.2

Sebelum dilakukan surgical exposure gigi insisif, spaceharus cukup untuk memberikan akses sehinggapergerakan ortodonti bisa segera diaplikasikan.1

Pada kasus ini digunakan surgical exposuremetode closed eruption technique dikombinasikandengan traksi secara ortodonti dikarenakan posisi gigiinsisif yang cukup dalam di regio apikal. Berdasarkanlamanya waktu perawatan, kombinasi kedua metodetersebut terbukti efektif.4

Traksi ortodonti dilakukan menggunakanelastic chain atau elastic terbukti efektif menggerakkangigi impaksi ke dalam lengkung rahang yang benar. Halini sesuai dengan hasil penelitian yang mengatakanbahwa penggunaan elastic untuk traksi gigi impaksi lebihdisarankan dibandingkan dengan kawat ligature.4

SIMPULAN

Ada beberapa pendekatan perawatan padaperawatan gigi insisif. Pada laporan kasus ini diperlukanpendekatan multidisiplin untuk mendapatkan perawatanyang optimal, sehingga mengurangi komplikasi akibatperawatan ortodonti.

DAFTAR PUSTAKA

1. Jacoby H. The etiology of maxillary canine impactions.American J of Orthod. 1983; 2: 125-132.

2. Hisatomi M, Asaumi JI, Konouchi H, Honda Y, WakasaT, Kishi K. A case of complex odontoma associated withan impacted lower deciduous second molar and analysisof the 107 odontomas. NCBI J. 2002: 2: 100.

3. Teruhnisa U, Murakami J, Hisatomi M, Yanagi Y, AsaumiJ. A case of unerupted lower primary second molarassociated with compound odontoma. The OpenDentistry Journal. 2009: 3: 173-176.

4. Pearson,MH, Robinson SN, Reed R, Birnie DJ and ZakiGA. Management of Palatally Impacted Canines:The Findings of A Collaborative Study. Eur J of Orthod.1997; 19: 511-515.

Erni, dkk: Orthodontic treatment in impacted right

Page 26: Cover Jun 2015 PDF - ikorti-iao.comikorti-iao.com/uploads/majalah/Majalah IKORTI Desember 2014.pdf · dan fungsi pengunyahan yang baik, serta kestabilan ... gigi, angulasi mesiodistal,

24

ORTHODONTIC TREATMENT OF ANGLE CLASS IIIMALOCLUSSION WITH NARROW ARCH

AND SEVERE CROWDED(Case Report)

Paulus Maulana* , I. B. Narmada**

* Orthodontic Resident **Lecturer, Orthodontic Departement

Faculty of Dentistry, University of Airlangga

ABSTRACT

Background: Class III Angle malocclusion commonly characterized by crammed a narrow upper jaw and normal lower jaw or widewithout dental crowding. Malocclusion class III angle with severe dental crowding in lower jaw is an uncommon case. Objectives: Todescribe treatment severe crowding, partial crossbite antero posterior and upper median shift of class III angle malocclusion. CaseManagement: A 19 year old female patient with clinical examination severe crowding in the upper, lower and partial antero posteriorcrosbite with upper median shift to the right, and mutilation teeth 36 and 46. Tranversal expansion of the upper arch was made usingcoffin spring and fixed appliance standart Edgewise. The first stage of leveling and unrevelling phase, 0,014 rounds NiTi wire fittedwith an open coil spring in the area 11-13, 31-33, and 41-43. The second phase retraction 35 and 45, 34 and 44, 33 and 43 with thepower chain and continues ligation 32 – 42 and mesial stops at tube 37 and 47. The third stage is lower anterior retraction with Tloop. The fourth stage interdigitation correction and Hawley retainer applied for retention. Result: Upper arch widen, severecrowding, midline alignment, and anterior cross bite was corrected. Conclusion: Class III Angle malocclusion can be achieved bycombination removable appliance and fix appliance.

Key words: Class III malocclusion

PENDAHULUAN

Maloklusi kelas III Angle dibandingkan tipemaloklusi lain sangat kecil dengan insiden kurang dari5%, tetapi sangat menarik dan memberi tantangan bagiorthodontist untuk memperbaikinya. Variasi maloklusikelas III Angle yaitu mandibula yang terlalu besar darinormal dibandingkan maksila, posisi mandibula yangterlalu ke depan dibandingkan maksila, maksila yangterlalu kecil dibandingkan mandibula yang normal,posisi maksila yang terlalu ke belakang dibandingkanmandibula, rotasi mandibula ke depan yang terlaluberlebihan, posisi dan ukuran mandibula yang normaldengan inklinasi gigi atas yang retroklinasi, dan kontakprematur yang menyebabkan displacement mandibula.1

Pengaruh heriditer merupakan faktor penyebebutama pada maloklusi kelas III skeletal. Maloklusi ini40 – 50% dikarenakan prognatik mandibula dan 41%karena retrognatik maksila. Terapi maloklusi kelas IIIAngle pada orang dewasa hanya dibatasi padaortodontik kamuflase dan ortodontik dekompensasisebagai persiapan pasien sebelum pembedahan.1 Terapisecara kamuflase pada mandibula yang prognatikmemerlukan pencabutan gigi dan paling sering premo-lar pertama untuk mendapatkan ruangan yang cukupuntuk meretraksi gigi insisive.2 Karekter pasien yangperlu dirawat dengan terapi kamufalse yaitu pasien yang

terlalu tua untuk dilakukan modifikasi pertumbuhan,mild skeletal kelas III, relasi gigi baik yang akandidapatkan bila dilakukan levelling, unrevelling danpencabutan saja.2

Laporan kasus ini menjelaskan perawatanmaloklusi kelas III Angle disertai berdesakan anteriorrahang atas dan rahang bawah dengan pergeseran garismedian rahang atas ke kanan dan rahang bawah ke kiri.Kasus maloklusi kelas III Angle dengan gigi bawahberdesakan sangat jarang ditemui, hal ini yangmemberikan tambahan wawasan terhadap variasi danterapi maloklusi kelas III Angle.

LAPORAN KASUS

Riwayat kasusPenderita wanita berusia 19 tahun dengan

keluhan utama gigi berdesakan rahang atas dan bawahdan penderita merasa malu terhadap keadaan giginya.Dari anamnesa didapatkan bahwa ada keluarga (kakak)dengan gigi berdesakan dan penderita mempunyaikebiasaan buruk tidur dengan tangan sebagai bantalpada sisi kiri wajah penderita.

Pemeriksaan ekstraoral didapatkan profilpenderita cekung, tipe muka ovoid, tipe kepaladoligosefalik. Penderita mempunyai bentuk muka yangtidak simetri pada bagian rahang dan didapatkan bibir

Page 27: Cover Jun 2015 PDF - ikorti-iao.comikorti-iao.com/uploads/majalah/Majalah IKORTI Desember 2014.pdf · dan fungsi pengunyahan yang baik, serta kestabilan ... gigi, angulasi mesiodistal,

25

yang kompeten.

Gambar 1. Foto ekstra oral sebelum perawatan

Pemeriksaan intraoral secara klinis didapatkanbentuk palatum sempit, gigi berdesakan parah padarahang atas dan bawah, gigitan silang sebagian padabagian anterior dan posterior, pergeseran garis medianatas ke kanan dan bawah ke kiri, dan adanya mutilasigigi 36 dan 46.

Gambar 2. Foto intra oral sebelum perawatan

DIAGNOSISMaloklusi kelas III Angle disertai berdesakan

anterior rahang atas dan rahang bawah denganpergeseran garis median rahang atas ke kanan danrahang bawah ke kiri.Pemeriksaan LanjutanPada pemeriksaan radiografik panoramik didapatkanbahwa adanya post perawatan saluran akar dan tumpatanpada gigi 11 & 15, dan adanya mutilasi gigi 36 & 46.

Gambar 3. Foto sefalometri dan panoramik sebelumperawatan

Gambar 4. Foto sefalometri dan panoramik sesudah perawatan

Pada pemeriksaan radiografik sefalometrididapatkan tipe muka prognatik dengan profil mukacekung (< FH-NP 88o , < NAP -6o ). Hubungan maksiladan mandibula terhadap basis kraniummenunjukan relasi skeletal klas III (< SNA 82o,< SNB 86o , < ANB -4o dan Wits apprisial AO-BO -3 mm)dan inklinasi insisif RA proklinasi dan RB retroklinasi(< I-NA 26o , < I-NB 20o ).

EtiologiKemungkinan etiologi maloklusi yaitu faktor

keturunan bapak rahang bawah maju, kakak ada gigiberdesakan, kebiasaan jelek tidur dengan tangan sebagaibantal pada sisi kiri wajah penderita, tanggal prematurgigi 61, 82 dan adanya mutilasi gigi 36 dan 46.

Tujuan PerawatanPerawatan ortodontik dilakukan untuk

menghilangan berdesakan gigi atas dan bawah danmendapatkan lengkung geligi yang ovoid,menghilangkan gigitan silang sebagian di bagian

Paulus, dkk: Othodontic treatment class III angle

Page 28: Cover Jun 2015 PDF - ikorti-iao.comikorti-iao.com/uploads/majalah/Majalah IKORTI Desember 2014.pdf · dan fungsi pengunyahan yang baik, serta kestabilan ... gigi, angulasi mesiodistal,

26

anterior dan posterior, dan memperbaiki pergeserangaris median gigi segaris dengan garis median wajah.

Kemajuan PerawatanPerawatan pendahuluan sebelum dipasang

peranti cekat yaitu pemakaian peranti lepasan pegasCoffin selama 4 bulan untuk melebarkan lengkung geligiatas. Pemasangan peranti cekat standar Edgewise slot0.018. Tahap pertama adalah fase levelling danunrevelling dengan menggunakan kawat NiTi 0,014dengan dengan ditambah open coil spring pada area11-13, 31-31, dan 41-43. Awal perawatan gigi 12, 32, 42dilewati kawat karena tidak memungkinkan dipasangbrecket setelah 2 bulan ada jarak baru brecket dipasangdan kawat NiTi dipaksa masuk ke slot brecket.Pemakaian kawat NiTi 0,014 ini memerlukan waktu 8bulan. Kawat NiTi 0,016 dipasang selama 2 bulan setelahitu digantikan kawat NiTi 0,016 x 0,016 untukmenuntaskan fase levelling dan unrevelling ini selama2 bulan.

Gambar 4. Fota intra oral pada masa levelling dan unrevelling

Tahap kedua yaitu retraksi gigi 35 dan 45, 34dan 55, 33 dan 43 dengan menggunakan power chaindan ikatan continues pada gigi 32 sampai gigi 42, gigi37- 38, gigi 47- 48 dan stop pada mesial tube pada gigi37 dan 47 digunakan sebagai penjangkaran. Tahapkedua ini memakai kawat SS 0,016 x 0,016 selama 6 bulan.Tahap ketiga yaitu retraksi anterior bawah denganmenggunakan T loop dengan kawat SS 0,016 x 0,016dengan stop pada 2 mm didepan tube gigi 37 dan 47.Aktivasi dilakukan dengan memberikan ikatan padahook tube 37 dan 47 ke stop sehingga T loop akan aktifdan meretraksi gigi 32 sampai 42. Tahap ketiga inimemerlukan waktu 5 bulan.

Tahap keempat adalah interdigitasi gigi atasdan bawah dengan mengunakan kawat SS 0,016 x 0,016dikoordinasikan atas adan bawah setelah 2 bulan digantikawat SS 0,016 x 0,022 sebagai ideal arch. Pada tahapaninterdigitasi ini digunakan box elastik pada bagian bukalkiri dan kanan sampai tercapai oklusi yang baik. Tahapaninterdigitasi ini memerlukan waktu 5 bulan. Setelahperawatan pasif selama 4 bulan, brecket dilepas dandipasang Hawley retainer atas dan bawah untukmenjaga agar tidak terjadi relaps.Total waktu perawatanaktif memerlukan 2 tahun 8 bulan.

Gambar 5. Foto ekstra oral setelah perawatan

Gambar 6. Foto intra oral setelah perawatan

Tabel 1. Analisis sefalometri sebelum dan sesudah perawatanortodonti

Majalah Ortodontik Desember 2014, Edisi kedua 24-27

Page 29: Cover Jun 2015 PDF - ikorti-iao.comikorti-iao.com/uploads/majalah/Majalah IKORTI Desember 2014.pdf · dan fungsi pengunyahan yang baik, serta kestabilan ... gigi, angulasi mesiodistal,

27

PEMBAHASAN

Maloklusi klas III Angle adalah maloklusi yangterjadi dimana tonjol bukal premolar kedua atas terletakdi sulkus diantara tonjol mesiobukal dan distobukalmolar pertama permanen bawah, dan ada beberapavariasi berdesakan terutama pada rahang atas. Inklinasiinsisif dan kaninus bawah lebih cenderung kearah lin-gual karena tekanan bibir bawah. Mandibula cenderungprotrusif.3

Pada kasus ini didapatkan maloklusi kelas IIIAngle dengan berdesakan anterior rahang atas danrahang bawah. Berdesakan anterior rahang bawah padamaloklusi klas III Angle disebabkan adanyakemungkinan etiologi yaitu tanggal prematur tanggalprematur gigi 61, 82 dan adanya mutilasi gigi 36 dan 46.

Penanganan pada kasus ini dengan caradilakukan terapi kamuflase memproklinasikan insisifatas ke anterior dan membawa ke lingual insisif bawah.1

Proklinasi insisif atas dimulai pada saat tahap level-ling dan unrevelling dan membawa insisif bawah kelingual dilakukan setelah tahapan levelling danunrevelling, retraksi premolar kedua, premolar pertamadan kaninus selesai.

Untuk memperbaiki lengkung geligi atasdilakukan dengan peranti pegas Coffin dengan maksuduntuk melebarkan lengkung geligi. Selanjutnya denganbantuan kawat NiTi perbaikan lengkung geligi atas danbawah dilakukan bersamaan dengan tahapan levellingdan unrevelling.

Retraksi insisif bawah akan memperbaikigigitan terbalik anterior menjadi gigitan yang normaldimana insisif bawah lebih lingual daripada insisif atas.Ruangan yang didapatkan untuk retraksi premolarkedua, premolar pertama, kaninus dan insisif adalahruangan bekas mutilsi gigi molar pertama permanenbawah kanan dan kiri.

Penjangkaran yang dibutuhkan pada rahangbawah adalah penjangkaran maksimum sehingga tidakdiperbolehkan gigi molar kedua dan ketiga permanenbawah bergerak ke mesial. Hal ini dilakukan dengan caradibuatkan stop pada mesial tube gigi molar keduapermanen bawah dan memberikan ikatan continues mo-lar kedua dan ketiga permanen bawah. Ikatan contin-ues pada anterior juga digunakan untuk menambahpenjangkaran. Saat retraksi premolar kedua bawahkanan kiri ikatan continues diberikan pada gigi34,33,32,31,41,42,43,44. Retraksi premolar pertama ikatancontinues diberikan pada gigi 33,32,31,41,42,43. Danpada retraksi kaninus ikatan continues diberikan padagigi 32,31,41,42.

Walaupun didapatkan hasil yang bagussetelah perawatan aktif, maloklusi kelas III Angle inimempunyai kecenderungan tinggi untuk relaps. Untukmencegah terjadinya relaps diperlukan fase retensi yanglama sampai masa pertumbuhan berakhir.1 Kasus inimenggunakan Hawley retainer pada rahang atas danrahang bawah. Penggunaan retainer ini dipilih karenapemakainan yang sangat mudah dan indikasi terhadap

adanya relaps mudah diketahui, dimana saat dipakaireteiner lebih ketat daripada pertama kali pakai dapatdikatakan gigi anterior relaps. Koreksi gigi yang relapsloop u pada Hawley retainer diaktivasi.

SIMPULAN

Maloklusi kelas III Angle bagi setiaporthodontist akan selalu memberikan tantangan karenatingkat kesulitan terapi yang dihadapi. Terapi maloklusikelas III Angle untuk orang dewasa hanya terapikamuflase dan bedah orthognatik. Bedah orthognatikdilakukan bila didapatkan kelainan skeletal yang parahyang tidak dapat dikompensasi dengan terapikamuflase. Terapi kamuflase dilakukan pada rahang atasdengan memproklinasikan insisif atas ke anterior danmelebarkan lengkung rahang atas yang sempit. Terapikamuflase pada rahang bawah dengan cara meretraksiinsisif bawah ke lingual. Ruangan untuk retraksi insisifbawah didapatkan dengan cara pencabutan gigi( paling sering premolar pertama ) dan distalisasi molarbawah.

DAFTAR PUSTAKA

1. Singh G., Textbook of Orthodontics. 2nd Ed. Jaypee Broth-ers Medical Publishers Ltd, New Delhi. 2007, p. 631,633, 635.

2. Proffit WR., Contemporary Orthodontics. 1st Ed. MosbyCo, St.Louis, 2007:186. p. 202, 306,

3. Bishara S.. Textbook of Orthodontics. W. B. SaundersCo, Philadelphia. 2001, p. 103.

Paulus, dkk: Othodontic treatment class III angle

Page 30: Cover Jun 2015 PDF - ikorti-iao.comikorti-iao.com/uploads/majalah/Majalah IKORTI Desember 2014.pdf · dan fungsi pengunyahan yang baik, serta kestabilan ... gigi, angulasi mesiodistal,

28

ABSTRACT

Background: The soft tissue profile has always played a significant role in orthodontic diagnosis and treatment planning. Objective:To correlate between soft tissue profile plane proposed by (E-line), Steiner (S-line), Burstone (B-line), dan Holdaway (H-line) usedto determine the lower lip position. Material and Methods: Pretreatment cephalogram of 33 patient age 17-38 years old, 27 femaleand 3 male. Lower lip measured relative to Rickett E-line, Steiner S-line, Burstone B-line, danHoldaway H-line. Pearson Correlationhas used to determine the correlation between soft tissue profile plane used to determine lower lip position. Result: All pairs ofvariable showed statistically significant correlation (p<0,05). Strong correlation was found between E-line dan S-line (0,992), andbetween S-lineand B-line (0,950). Moderate correlation found betweenB-line and S-line. Weak Correlation found between H-line andother profile plane. Conclusion: This study found there is correlation between soft tissue profile planes used to determine lower lipposition.

Key words: Profile planes, cephalometric, soft tissue profile plane.

PENDAHULUAN

Profil jaringan lunak ditentukan oleh berbagaifaktor termasuk skeletal, sistem pendukung gigi, dankomponen jaringan lunak (hidung, dagu dan bibir).Posisi bibir adalah salah satu yang paling penting karenaterbatas pada sepertiga wajah bagian bawah dan dapatdiubah oleh perawatan ortodonti. Postur bibirdipengaruhi oleh kombinasi posisi gigi insisif, polaskeletal, ukuran hidung dan dagu, ketebalan bibir dantonisitas bibir.1,2

Beberapa metode telah digunakan untukmenggambarkan horizontal posisi bibir. Beberapametode telah diperkenalkan untuk menilai posisianteroposterior dari bibir dan kualitas estetik profil.Steiner berusaha untuk mengevaluasi profil jaringanlunak dengan menggambar S-line (garis S) dari tengahkurva berbentuk S antara ujung dari hidung dansubnasale ke pogonion jaringan lunak dan menyatakanbahwa bibir harus menyentuh garis referensi.3,4 Rickett’sanalysis terdiri dari E-line (garis E) yang ditarik dariujung hidung ke pogonion jaringan lunak.3,5 Burstonetentang B-line (garis B) diambil dari subnasale jaringanlunak ke pogonion jaringan lunak. Burstonemenyimpulkan bahwa bibir atas dan bawah berada dianterior dari garis ini.3,6 Holdaway terkait posisi bibirbawah dengan H-Line, yang memanjang dari pogonionjaringan lunak ke perbatasan vermillion dari bibir atas.3,7

Profil jaringan lunak ini digunakan untukmengevaluasi posisi bibir melibatkan titik referensi yangberbeda yang masing-masing dipengaruhi oleh beberapafaktor, dan dengan demikian layak untuk menghasilkandiagnosis berbeda tentang posisi bibir. Jika terdapathubungan antar profil jaringan lunak, maka profil jaringanlunak dapat lebih baik diterapkan untuk diagnosis danperencanaan perawatan.1 Penelitian ini dimaksudkanuntuk menghubungkan antar profil jaringan lunak yangdiusulkan oleh Rickett (E-line), Steiner (S-line),Burstone (B-line), dan Holdaway (H-line) yangmenggunakan posisi bibir bawah sebagai referensi.

BAHAN DAN METODE

Pada penelitian ini terkumpul sampel 33sefalogram yang jumlahnya didapatkan berdasarkanperhitungan menggunakan rumus pada saat studipendahuluan. Penelitian ini dilakukan pada penderita 27perempuan dan 6 laki-laki dengan usia 17-38 tahun yangdatang ke RSGMP Fakultas Kedokteran Gigi UniversitasAirlangga. Dengan kelainan maloklusi klas II divisi 1yang belum pernah mendapat perawa tan ortodonti cekat.Dilakukan pengukuran linier Labrale inferior (Li)terhadap E-line, S-line, B-line dan H-line pada sefalometri.Prosedur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:1. Foto rontgenogram sefalometri sebelum perawatan

yang telah tersedia di RSGMP Fakultas Kedokteran

CORRELATION AMONG MALOCCLUSION CLASSII DIVISION 1 PROFILE PLANES USING LOWER

LIP POSITION AS REFERENCE(Research)

Dhani Agustina* Achmad Sjafei** Irwadi Djaharuddin***Orthodontic Resident

**Lecturer, Departement of OrthodonticsFaculty of Dentistry University of Airlangga Surabaya

Page 31: Cover Jun 2015 PDF - ikorti-iao.comikorti-iao.com/uploads/majalah/Majalah IKORTI Desember 2014.pdf · dan fungsi pengunyahan yang baik, serta kestabilan ... gigi, angulasi mesiodistal,

29

Gigi Unair Surabaya dilakukan penapakan ulangdengan menggunakan alat

dan bahan yang telah disediakan.2. Menggambar anatomi Landmarks dan menentukan

titik: Li, Pn, Pog’, Columella (S), Sn, Ls.

Gambar 1. Hasil tracing sefalometri

3. Melakukan pengukuran linier yang sudah ditentukanpada sefalogram lateral sebelum perawatan.

Gambar 2. Rickett’s E-line, Steiner’s S-line, Holdaway’s H-line, Burstone’s B-line.

4. Melakukan uji statistik untuk mengetahui hubunganantara profil jaringan lunak.

HASIL

Untuk mengetahui kevaliditasan penelitiandilakukan uji validasi sebelum uji statistik dengan interval4 minggu dari pengukuran pertama dan pengukurankedua. Kemudian dilakukan uji statistik menggunakanPaired t Test tidak didapatkan perbedaan bermakna daripengukuran pertama dan kedua, sehingga hasil

pengukuran pertama adalah valid dan dapat dilakukanpada penelitian ini. Tujuan analisis data ini adalah untukmelihat hubungan antar profil jaringan digunakananalisa Pearson Correlation.

Hasil penelitian dan analisa data dengan ujiKolmogorov-Smirnov menunjukkan semua databerdistribusi normal nilai p > 0,05.

Tabel 1. Hasil uji Kolmogorov smirnov

Tabel 2. Hasil uji Pearson Test

Pada tabel 2 di atas dapat kita ketahui darihasil uji korelasi Pearson bahwa nilai signifikansi(0,992) < α (5%), jadi dapat disimpulkan H

0 ditolak, yang

artinya ada hubungan antara RICKETT (E-line) danSTEINER (S-line). Hubungan yang ada sangat kuat.

Pada tabel 2 di atas dapat kita ketahui darihasil uji korelasi Pearson bahwa nilai signifikansi(0,944) < α (5%), jadi dapat disimpulkan H

0 ditolak, yang

artinya ada hubungan antara RICKETT (E-line) danBURSTONE (B-line). Hubungan yang ada sangat kuat. Pada tabel 2 di atas dapat kita ketahui darihasil uji korelasi Pearson bahwa nilai signifikansi(0.912) < α (5%), jadi dapat disimpulkan H

0 ditolak, yang

artinya ada hubungan antara RICKETT (E-line) danHOLDAWAY (H-line). Hubungan yang ada sangat kuat.

Pada tabel 2 di atas dapat kita ketahui dari hasiluji korelasi Pearson bahwa nilai signifikansi(0,950) < α (5%), jadi dapat disimpulkan H

0 ditolak, yang

artinya ada hubungan antara STEINER (S-line) danBURSTONE (B-line). Hubungan yang ada sangat kuat.

Pada tabel 2 di atas dapat kita ketahui darihasil uji korelasi Pearson bahwa nilai signifikansi(0.922) < α (5%), jadi dapat disimpulkan H

0 ditolak, yang

artinya ada hubungan antara STEINER (S-line) danHOLDAWAY (H-line). Hubungan yang ada sangat kuat.

Pada tabel 2 di atas dapat kita ketahui darihasil uji korelasi Pearson bahwa nilai signifikansi(0,925) < α (5%), jadi dapat disimpulkan H

0 ditolak, yang

artinya ada hubungan antara BURSTONE (B-line) danHOLDAWAY (H-line). Hubungan yang ada sangat kuat.

Agustina, dkk: Correlation among malocclusion class II

Page 32: Cover Jun 2015 PDF - ikorti-iao.comikorti-iao.com/uploads/majalah/Majalah IKORTI Desember 2014.pdf · dan fungsi pengunyahan yang baik, serta kestabilan ... gigi, angulasi mesiodistal,

30

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini hubungan tertinggiditemukan antara E-line dan S-line (0,992). Hasil nilaikoefisien korelasi pada penelitian ini tidak jauh berbedadengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hasan dkk,juga menunjukkan hubungan tertinggi ditemukan antaraE-line dan S-line (0,868).8 Penelitian Erbay dkk, saatmengevaluasi posisi horisontal bibir pada orang dewasaturki juga menunjukkan kesamaan hubungan tertinggiditemukan antara E-line dan S-line.9

Ricketts yang dikutip Rains dan Nada,menggunakan garis yang melalui ujung hidung dan daguyang disebut bidang estetik untuk menentukanhubungan kedudukan bibir terhadap bagian mukalainnya. Profil jaringan lunak Ricketts dipengaruhi olehbentuk dan ukuran hidung dan dagu.10

Pada penelitian ini ditemukan hubungantertinggi antara S-line dan B-line (0,950) sama halnyadengan penilitian Hasan dkk, juga menunjukkanhubungan tertinggi antara S-line dan B-line (0,733).8

Pada penelitian ini juga ditemukan hubungan kuat antaraB-line dan E-line (0,944). Pada penelitian Hasan dkk,menunjukkan hubungan kuat antara B-line dan E-line(0,645).8

Burstone, mempertanyakan pemilihan titikpada hidung untuk mengevaluasi posisi bibir.6 Burstonedan Marcote, menggunakan bidang subnasale danmenyinggung Pogonion jaringan lunak untukmenentukan kedudukan normal bibir atas dan bibirbawah secara linier, ia menyatakan bahwa bidang inikedudukannya tetap dan tidak banyak berbeda padaindividu dewasa, sedangkan bentuk dan ukuran hidungdapat mempengaruhi evaluasi.11 Hsu, menyarankanbahwa B-line adalah yang terbaik dalam hal sensitivitasuntuk membedakan profil yang menarik dan tidakmenarik dibandingkan S-line, E-line dan H-line.12

Hubungan kuat antara S-line dan B-linedengan B-line dan E-line mungkin dikarenakan letakSubnasale, S (Collumela), dan Pronasale berdekatan.8

Buschang dkk, menemukan hubungan tertinggiditemukan antara garis-garis profil yang melibatkanPogonion jaingan lunak dan bagian hidung (S-line,E-line dan B-line) dan itu mungkin karena besar relatifpertumbuhan hidung yang terjadi atau karena letak titikSubnasale, Collumela dan Pronasale yang berdekatan.3

Dalam penelitian ini, H-line berhubungan kuatdengan E-line, S-line, dan B-line. H-line memanfaatkanjaringan lunak Pogonion dan Vermillion border bibiratas sebagai titik acuan. Buschang dkk, menemukanhubungan sedang H-line dengan E-line, S-line danB-line. Hasil ini didapatkan karena sampel merekamenggunakan populasi pasien kelas I berbeda denganpenelitian ini yang menggunakan sampel pasienkelas II.3

Harmony line tidak melibatkan ukuran danbentuk hidung. Sama seperti pernyataan Finnoy dkkdikutip Bravo, yang melakukan penelitian pada 30 pasienmaloklusi Klas II divisi I Angle menggunakan teknik

edgewise dengan pencabutan 4 premolar pertamamendapatkan hasil yang sangat kontras antarapengukuran posisi bibir atas dan bawah terhadapE-line dan H-line. Ia menyatakan pengukuran denganmenggunakan harmony line lebih akurat karena tidakdipengaruhi oleh ukuran dan bentuk hidung.13 Basciftcidkk, juga menyatakan bahwa Holdaway’s Harmony linememiliki keuntungan menghilangkan pengaruhpertumbuhan hidung pada evaluasi postur bibir.14

Dalam suatu penelitian posisi horisontal bibirdihubungkan dengan berbagai profil jaringan lunakmenunjukkan variasi korelasi. Variasi korelasi ini adalahyang paling mungkin karena profil jaringan lunakmengukur posisi bibir bawah menggunakan titikLandmark yang berbeda pada kontur hidung dan dagu.Jadi posisi bibir yang menonjol mungkin dipengaruhioleh beberapa faktor termasuk ketebalan bibir, tonisitasbibir, ketebalan dagu, protrusi atau retrusi gigi insisifatau pola skeletal.8

SIMPULAN

Dari penelitian tentang hubungan antar profiljaringan lunak pada maloklusi klass II divisi 1 denganmenggunakan posisi bibir bawah sebagai referensi dapatdisimpulkan :1. Terdapat hubungan antara RICKETT (E-line) dan

STEINER (S-line); RICKETT (E-line) danBURSTONE (B-line); RICKETT (E-line) danHOLDAWAY (H-line).

2. Terdapat hubungan antara STEINER (S-line) danBURSTONE (B-line); STEINER (S-line) danHOLDAWAY (H-line).

3. Terdapat hubungan antara BURSTONE (B-line) danHOLDAWAY (H-line).

4. Hubungan dengan nilai koefisien korelasi tertinggiterdapat pada RICKETT (E-line) dengan STEINER(S-line) dan STEINER (S-line) dengan BURSTONE(B-line).

DAFTAR PUSTAKA

1. Ackerman JL, Proffit WR. Soft tissue limitations inorthodontics: Treatment planning guidelines. Angle Orthod.1997;67(5):327–36.

2. Subtelny JD. The Soft Tissue Profile, Growth AndTreatment Changes. The Angle Orthodontist. 1961 Apr1;31(2):105–22.

3. Buschang PH, Fretty K, Campbell PM. 2011. CanCommonly Used Profile Planes be Used To EvaluateChanges in lower Lip Position? Angle Orthod. 81(4):557-63.

4. Steiner, CC. The Use of Cephalometrics as an Aid toPlanning and Assessing Orthodontic Treatment. Am. J.Orthod. 1960, 46:721-35.

5. Ricketts, RM. Esthetics, Environment, and The Law ofLip Relation. Am. J. Orthod. 1968, 54:272-289.

6. Burstone, CJ., Lip Posture and Its Significance inTreatment Planning. Am. J. Orthod. 1967, 53: 262-284.

7. Holdaway, RA. A Soft-Tissue Cephalometric Analysisand Its Use in Orthodontic Treatment Planning. Part I.Am J Orthod. 1983, 84(1):1-28.

Majalah Ortodontik Desember 2014, Edisi kedua 28-31

Page 33: Cover Jun 2015 PDF - ikorti-iao.comikorti-iao.com/uploads/majalah/Majalah IKORTI Desember 2014.pdf · dan fungsi pengunyahan yang baik, serta kestabilan ... gigi, angulasi mesiodistal,

31

8. Hasan Syeda R, Raja Ulfat B., Correlation AmongDifferent Profile Planes Used To Evaluate Lower LipPosition. Pakistan Oral & Dental Journal, 2011, 31 (2):332-335.

9. Erbay EF, Canklioglu CM., Soft Tissue Profile in AnatolianTurkish Adult: Part II. Comparison of Different SoftTissue Analyses in The Evaluation of Beauty. Am J OrthodDentofacial Orthop, 2002, 121(1):65-72

10. Rains M, Nanda R., Soft Tissue Change assosiatedMaxillary Incissor Retraction. Am. J. Orthod; 1982, 81(6): 481-488.

11. Burstone CJ, Marcote MR.. Problem solving inOrthodontics. Goal Oriented Treatment Strategies.Quintessence Publishing Co, Inc. 2000, p:91-98.

12. Hsu, BS.. Comparison of The Five Analytic ReferenceLines of The Horizontal Lip Position: their Consistencyand Sensitivity. Am. J. Orthod. Dentofac. Orthop. 1993,104(4):355-60.

13. Bravo, LA.. Soft Tissue Facial Profile Changes AfterOrthodontic Treatment With Four Premolar Extracted.Angle Orthod. 1994, 64 (1): 31-42.

14. Basciftci FA, Uyysal T, Buyukerkmen A, Demir A.. TheInfluence of Extraction Treatment on Holdaway SoftTissue Measurement. Angle Orthodontic. 2004, 74:167-173.

Agustina, dkk: Correlation among malocclusion class II

Page 34: Cover Jun 2015 PDF - ikorti-iao.comikorti-iao.com/uploads/majalah/Majalah IKORTI Desember 2014.pdf · dan fungsi pengunyahan yang baik, serta kestabilan ... gigi, angulasi mesiodistal,

32

SKELETAL DISCREPANCY MEASUREMENT USINGANB ANGLE AND WITS APPRAISAL

(Research)

Dini Setya Rini*, Jusuf Sjamsudin**, I.B. Narmada**

*Orthodontic Resident** Lecturer, Departement of Orthodontics

Faculty of Dentistry, University of Airlangga

ABSTRACT

Background: ANB angle and Wits appraisal (AO-BO) has the same purpose which is to analyze anteroposterior skeletal relationship.However it is often found difference between ANB angle and Wits value (AO-BO) of skeletal discrepancy. Objective: The purpose ofthis study was to determine the correlation of skeletal discrepancy measurement using ANB angle and Wits appraisal. Material andMethods: Pre-orthodontic medical records (consist of study cast model and lateral cephalogram) with inclusion criteria. They weredivided into 3 group: 21 cases of Angle class I with skeletal class I malocclusion (group I), 16 cases of Angle class II division 1 withskeletal class II malocclusion (group II) and 16 cases of Angle class III with skeletal class III malocclusion (group III). ANB angleand Wits appraisal were measured on the lateral cephalogram and values have been taken with Pearson correlation analysis. Result:Correlation analysis of ANB angle and Wits appraisal (AO-BO) showed a weak correlation (p > 0.05) in group I and group III,despite the correlation in group II was statistically significant (p < 0.05). Conclusion: ANB angle measurement were influenced byvariation of mandibular rotation, which can caused incompatibility in values of the ANB angle and Wits measurement results in groupI and group III.

Key words : ANB angle, Wits appraisal, anteroposterior jaw relationship

PENDAHULUANRadiografi sefalometri digunakan untuk

pengukuran relasi skeletal anteroposterior maksila danmandibula. Beberapa pengukuran sefalometri adalahsudut ANB (analisis Steiner), jarak AO-BO (Witsappraisal), sudut FH-NA (analisis Mc. Namara) dansudut Beta. Pengukuran sudut ANB dan jarak AO-BOmerupakan pengukuran yang paling sering digunakandalam penentuan diagnosis ortodonti.1

Sudut ANB menekankan relasi skeletal maksiladan mandibula terhadap basis kranial sedangkan jarakAO-BO merupakan pengukuran linier terhadap relasiskeletal maksila dan mandibula yang diproyeksikan padabidang oklusi fungsional. Pengukuran sudut ANBbiasanya kurang bisa merefleksikan derajat disharmonirahang, hal ini disebabkan relasi rahang terhadap bidangkranial kemungkinan tidak tetap karena ada variasiskeletal dalam anatomi kraniofasial. Variasi skeletalkraniofasial yang pertama adalah relasi anteroposteriorrahang terhadap kranial yang ditentukan oleh posisinasion yang relatif ke depan atau belakang karena basiskranial anterior terlalu panjang atau pendek. Keduaadalah pengaruh rotasi mandibula terhadap basis kranialanterior. Rotasi mandibula searah atau berlawanan arahjarum jam terhadap basis kranial anterior memberikanpengaruh pada penilaian sudut ANB.2 Wits appraisaluntuk mengatasi kelemahan pengukuran sudut ANBdengan mengabaikan bidang referensi kranial, Jacobsonpada tahun 1975 menggunakan bidang oklusi fungsional

sebagai bidang referensi pada pengukuran Witsappraisal.3 Penelitian Bishara et al. (1983) menunjukkanadanya korelasi antara pengukuran sudut ANB dan Witsappraisal tetapi nilai koefisiennya relatif rendah. Daripenemuan ini perlu mengaplikasikan kedua parameteruntuk mendapatkan hasil pengukuran yang akurat.4

Menurut hasil penelitian Siddaya dan Suke (2013)menganalisa perbandingan pengukuran sudut ANB danWits appraisal pada kelompok maloklusi skeletal klas IIberdasar sudut ANB (4O-8O) menunjukkan hasil korelasiyang kuat. 5

SASARAN DAN TUJUANTujuan penelitian ini adalah mengetahui

hubungan pengukuran diskrepansi skeletalmenggunakan sudut ANB dengan jarak AOBO (Witsappraisal) pada tiap kelompok maloklusi.

BAHAN DAN CARA KERJAPada penelitian ini digunakan cetakan model

gigi dan sefalogram lateral. Sampel dipilih secara selektifrandom yaitu data pasien yang memenuhi kriteria, yangmenjalani perawatan ortodonti di Rumah Sakit GigiMulut Pendidikan Fakultas Kedokteran Gigi UniversitasAirlangga tahun 2009-2013. Beberapa kriteria inklusisampel antara lain : masa pertumbuhan selesai, tidakada pencabutan gigi (kecuali molar ketiga), tidak adagigi kelebihan, belum pernah dirawat ortodonti, tidakada gigitan terbuka, tidak ada gigitan dalam yang parah

Page 35: Cover Jun 2015 PDF - ikorti-iao.comikorti-iao.com/uploads/majalah/Majalah IKORTI Desember 2014.pdf · dan fungsi pengunyahan yang baik, serta kestabilan ... gigi, angulasi mesiodistal,

33

(cover bite), sefalogram diambil dari Parahita DiagnosticCenter (PDC). Kriteria eksklusi: pasien klas II divisi 2Angle, asimetri wajah, gangguan TMJ, deviasi ataudisplacement mandibula. Dengan kriteria ini jugadiharapkan pengaruh sudut bidang oklusi fungsionalsekecil mungkin sebanding dengan sudut bidangmandibula. Menurut penelitian Brodie, antara sudutmandibula dan sudut bidang oklusi fungsionalmempuyai korelasi yang signifikan.6

Sudut ANB sebagai variabel bebas(independent) selanjutnya diukur sudut SNA, sudutSNB dan jarak AO-BO sebagai variabel tergantung(dependent) dan kemudian diolah secara statistik.Selanjutnya pengukuran variabel yang mempengaruhisudut ANB yaitu: panjang basis kranial anterior(garis SN), sudut mandibula (sudut SN-GoGn) dansumbu Y (sudut FH-SGn).Pengelompokan sampel dalam 3 kelompok yaitu:Kelompok I

Gambar 1. Kelompok I, diagnosa maloklusi klas I Angle,relasi molar pertama permanen neutroklusi danskeletal klas I : 2O <= ANB <= 4O

Kelompok II

Gambar 2. Sampel kelompok II, diagnosa maloklusi klas IIdivisi 1 Angle, relasi molar pertama permanendistoklusi dan skeletal klas II: ANB > 4O.

Kelompok III

Gambar 3. Kelompok III, diagnosa maloklusi klas III Angle,relasi molar pertama permanen mesioklusi danskeletal klas III : ANB < 2O.

Berikut pengukuran sefalometri yang dilakukan:

Gambar 4. Tracing penelitian

Analisis sefalometri pada sefalogram dengantracing manual. Alat yang digunakan: kertas tracing,protraktor, meja tracing, pensil 3H, penggaris,penghapus, selotif, gunting. Kesalahan pengukurandihindari dengan dilakukan pengukuran ulang setelahdua minggu oleh satu operator.

HASILHasil analisis sefalometri dan pengamatan

model pada 53 subyek yang tediri dari kelompok Isebanyak 21 subyek, kelompok II sebanyak 16 subyekdan kelompok III sebanyak 16 subyek, sebagai berikut:

Dini, dkk: Skeletal discrepancy measurement

Page 36: Cover Jun 2015 PDF - ikorti-iao.comikorti-iao.com/uploads/majalah/Majalah IKORTI Desember 2014.pdf · dan fungsi pengunyahan yang baik, serta kestabilan ... gigi, angulasi mesiodistal,

34

Tabel 1. Nilai rerata, standar deviasi, uji Kolmogorov-Smirnof,Pearson correlation sudut ANB dan jarak AO-BOpada Kelompok I

Hasil uji Pearson Correlation diperoleh nilai p: 0.96(p> a) dan r: -0.01 disimpulkan tidak ada hubungan atauhubungan lemah antara sudut ANB dan jarak AO-BO.

Tabel 2. Rerata, Standar deviasi, uji Kolmogorov-Smirnof,Pearson correlation dan Regression sudut ANBdan jarak AO-BO pada Kelompok II

Hasil uji Pearson Correlation diperoleh nilai p : 0.02(p< ), disimpulkan ada hubungan antara sudut ANB danjarak AO-BO. Hubungannya kuat, dengan nilai koefisienkorelasi sebesar 0.56, sehingga bisa dilakukan uji regresi.Hasil uji Regresi diperoleh nilai signifikansi : 0,024 (p <a), disimpulkan perubahan nilai sudut ANB berpengaruhterhadap jarak AO-BO. Nilai koefisien determinasi/ RSquare (R2) : 0,82 , nilai ini menjelaskan perubahan sudutANB mempengaruhi jarak AO-BO sebesar 82%.Persamaan garis regresi diperoleh : AO-BO2 = 0,852(ANB2).

Gambar 5. Diagram Tebar kelompok II

Diagram tebar pada kelompok IImenggambarkan tebaran titik-titiknya lebih rapat danmembentuk pola linier positif.

Tabel 3. Rerata, Standar deviasi, uji Kolmogorov-Smirnof,Pearson correlation sudut ANB dan jarak AO-BOpada Kelompok III

Uji Pearson Correlation diperoleh nilai p : 0,36 (p> a)disimpulkan tidak ada hubungan antara sudut ANB danjarak AO-BO pada kelompok III.

Tabel 4. Uji beda panjang basis kranial anterior (SN), sudutmandibula (SN-GoGn) dan Sumbu Y padakelompok I, kelompok II dan kelompok III

Uji beda panjang SN pada kelompok I,kelompok II dan kelompok III didapatkan nilai p: 0.49( p > 0,05) , disimpulkan tidak ada perbedaan panjanggaris SN berdasarkan kelompok maloklusi. Uji bedasudut mandibula diperoleh nilai p: 0,04 (p < a),disimpulkan ada perbedaan sudut mandibula (SN-GoGn)berdasarkan kelompok maloklusi. Uji beda sumbu Y(sudut FH-SGn) diperoleh nilai p: 0,00 (karenanilai p < ), disimpulkan ada perbedaan sumbu Yberdasarkan kelompok maloklusi.

PEMBAHASANPada kelompok I dari hasil uji korelasi diperoleh

nilai p: 0.96 (p> 0,05) menunjukkan tidak ada hubunganpengukuran diskrepansi skeletal antara sudut ANB danjarak AO-BO. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitianGhani dan Jabbar (2013) bahwa tidak ada korelasipengukuran sudut ANB dan jarak AO-BO padakelompok maloklusi klas I Angle dengan signifikansi p:0,513 (p > 0,05).7 Tidak adanya hubungan inikemungkinan disebabkan karena pengukuran sudutANB dipengaruhi oleh relasi anteroposterior rahangterhadap basis kranial (diukur melalui panjang SN) danefek rotasi mandibula terhadap basis kranial.8 Hasil ujibeda panjang basis kranial anterior menunjukkan tidakada perbedaan antar kelompok maloklusi, sehinggadalam penelitian ini tidak dipengaruhi oleh panjang garisSN. Untuk melihat pengaruh rotasi mandibula dapatdiketahui melalui adanya perubahan sudut mandibula(SN-GoGn) dan perubahan posisi dagu (sumbu Y).9

Pengukuran sudut mandibula dan pengukuran sumbupertumbuhan yaitu sumbu Y (FH-SGn) didapatkandalam rentang normal. Namun jika dilihat dalam datasecara keseluruhan didapatkan nilai yang bervariasi,ada yang kurang dan ada yang lebih jika dirata-ratadidapatkan nilai dalam rentang normal. Dengan adanyanilai yang kurang atau lebih akan mempengaruhipembacaan nilai sudut ANB. Karena nilai yang kurang

Majalah Ortodontik Desember 2014, Edisi kedua 32-35

Page 37: Cover Jun 2015 PDF - ikorti-iao.comikorti-iao.com/uploads/majalah/Majalah IKORTI Desember 2014.pdf · dan fungsi pengunyahan yang baik, serta kestabilan ... gigi, angulasi mesiodistal,

35

diindikasikan adanya rotasi berlawanan arah jarum jamyang menyebabkan adanya pengurangan nilai sudutANB dan nilai yang lebih diindikasikan adanya rotasisearah jarum jam yang menyebabkan penambahan nilaisudut ANB.10 Dengan terdapat pola rotasi yangbervariasi menyebabkan penambahan atau pengurangannilai sudut ANB sehingga nilainya tidak konstanterhadap nilai AO-BO, hal ini menyebabkan tidak adanyahubungan antara nilai sudut ANB dan jarak AO-BO padakelompok I .

Pada kelompok II didapatkan hasil uji korelasiantara sudut ANB dan jarak AO-BO yaitu p : 0,02( p < 0,05), nilai ini menjelaskan ada hubunganpengukuran antara sudut ANB dengan jarak AO-BO dannilai r : 0,56 menunjukkan adanya hubungan kuat,sehingga bisa dilakukan uji regresi untuk melihatpengaruh perubahan sudut ANB terhadap jarak AO-BO.Hasil regresi antara sudut ANB dengan jarak AO-BOnilai signifikansi: 0,024 (p < a), disimpulkan perubahannilai sudut ANB berpengaruh terhadap jarak AO-BO.Diagram tebar membentuk pola linier positif (kekananatas), menunjukkan dengan meningkatnya sudut ANBmeningkat pula jarak AO-BO. Pengukuran sudutmandibula dan sumbu Y didapatkan nilai diatas rata-rata dapat disimpulkan adanya rotasi mandibula kebawah belakang atau searah jarum jam. Pada umumnyapola rotasi klas II divisi 1 adalah searah jarum jam, hal inijuga menyebabkan mandibula retrognati dan profilcembung.11,12 Dengan mayoritas rotasi searah jarumjam, menambah pembacaan nilai sudut ANB secarakonstan, maka didapatkan hasil uji korelasinya signifikan.Meskipun nilai sudut ANB bertambah namun tidakmempengaruhi klasifikasi skeletal klas II, karena nilaisudut ANB > 4O semua termasuk dalam skeletal klas II.

Pada kelompok III ( klas III Angle denganskeletal klas III) didapatkan hasil korelasi antara sudutANB dan jarak AO-BO yaitu p: 0,36 ( p > 0,05). Nilai inimenjelaskan bahwa hubungan lemah atau tidak adahubungan antara pengukuran diskrepansi skeletal antarasudut ANB dan jarak AO-BO. Pengukuran sudutmandibula pada klas III Angle didapatkan nilai rata-rata29,94Ú, nilai ini menunjukkan adanya pertumbuhanvertikal yang kurang, sumbu Y didapatkan nilai rata-rata57,62Ú nilai ini menunjukkan posisi dagu lebih ke depanatas. Dengan nilai rata-rata pada kelompok III dibawahnilai normal dapat disimpulkan adanya rotasi mandibulake depan atas atau berlawanan arah jarum jam, hasil inisesuai dengan Iwasaki et al., (2002).13 Dengan adanyarotasi berlawanan arah jarum jam, mengurangipembacaan nilai sudut ANB karena nilai menjadi lebihkecil, sehingga mempengaruhi adanya tidak kesesuaianpengukuran sudut ANB dan jarak AO-BO.

Pengukuran diskrepasi skeletal rahang bisadengan cara anguler (sudut ANB) maupun linier(jarak AO-BO). Keduanya mempunyai kelebihan dankekurangan yang saling melengkapi sebagai rujukanjika salah satu pengukuran nilainya tidak bisamencerminkan pola skeletal secara klinis dalampenentuan diagnosis ortodonti.14

SIMPULAN Hubungan pengukuran diskrepansi skeletalmenggunakan sudut ANB dan jarak AO-BO (Witsappraisal) pada kelompok I dan kelompok IIImenunjukkan hubungan lemah atau tidak ada hubungan,hal ini dipengaruhi oleh adanya variasi rotasi mandibulasearah dan berlawanan arah jarum jam, yangmenyebabkan penambahan dan pengurangan nilai sudutANB, sedangkan pada kelompok II terdapat hubungankuat, karena pada umumnya terdapat rotasi mandibulasearah jarum jam, yang menyebabkan penambahan nilaisudut ANB secara konstan.

DAFTAR PUSTAKA1. Shrikant,et al. Correlation of The Anteroposterior Rela-

tionship of The Dental Arch and Jaw Base in Subjectswith Class I, Class II and Class III malocclusion. Interna-tional Journal of Contemporary Dentistry. 2011; 2(2): 8-73.

2. Jacobson A. The “Wits” Appraisal of JawDisharmony.American Journal of Orthodontics. 1975;67(2): 125-138.

3. Jabbar A and Mahmood A. Correlation of Overjet, ANBand Wits Appraisal For Assessment Of Sagital SkeletalRelationship. Pakistan Orthodontic Journal. 2012; 4(1) :17-23.

4. Jacobson A. Update on the Wits Appraisal. The AngleOrthodontist. 1988 Jul 1;58(3):205–19.

5. Siddayya M. and Suke DK. An Analysis Variation of AngleANB and its Evaluation with Wits Appraisal in SkeletalClass II Malocclusion. Oral & Science Research.2013;3(1):23-30.

6. Bushra E. Variations In the Human Facial Pattern In NormaLateralis. The Angle Orthodontist. 1948 Jul 1;18(3):100–2.

7. Ghani, S and Jabbar,A. Correlation of ANB Angle andWits Appraisal in Different Malocclusion Groups. Jour-nal of the Pakistan Dental Association. 2013; 22(2): 130-133.

8. Jacobson, A and Jacobson, R. 2006. RadiographicsCephalomentry From Basic to 3-D Imaging. 2nd ed. Quin-tessence Publishing Co. Berlin.p. 104-118.

9. Mitchel, L. 2007. An Introduciton to Orthodontics. Ox-ford University Press. New York. p. 87-90.

10. Athanasiou, AE, 1995. Orthodontic Cephalometry.Mosby. London. p: 66-80.

11. Bokhari, F and Asad, S. Sagittal Pattern and Severity ofSkeletal Discrepancy In Class II Div I Malocclusion. Pa-kistan Orthodontic Journal. 2010; (2)2: 66-71.

12. Kamalamma, et al. Establising Norms for Beta Angle andWits Appraisal for Various Skeletal Malocclusions. Jour-nal of Orofacial & Health Sciences, 2011 2(30): 1-6.

13. Iwasaki, H, et.al. Properties of the ANB angle and theWits Appraisal In The Skeletal Estimation Of Angle’sClass III Patients. The European Journal of Orthodon-tics. 2002; 24:477-483.

14. Augustine,S.,2005. Angles Classification andCephalometricMeasurements of Facial Prognatism andSagital Apical Base Difference. Dissertation Master ofDental Surgery in Orthodontic and Dentofacial Orthope-dics Rajiv Gandhi University of Health Science. Retrieved:May 21,2012. p.13-20.

Dini, dkk: Skeletal discrepancy measurement

Page 38: Cover Jun 2015 PDF - ikorti-iao.comikorti-iao.com/uploads/majalah/Majalah IKORTI Desember 2014.pdf · dan fungsi pengunyahan yang baik, serta kestabilan ... gigi, angulasi mesiodistal,

36

THE FRICTION FORCE OF ELGILOY BLUEAND STAINLESS STEEL WIRE IN

METAL EDGEWISE BRACKET(Research)

Endriyana N*, Thalca Hamid*, Ida Bagus Narmada**

* Orthodontic Resident**Lecturer, Departement of Orthodontics

Faculty of Dentistry University of Airlangga Surabaya

ABSTRACT

Background : Friction force could be defined as a movement that opposite direction toward the normal force during orthodonticmovement. In orthodontic, the friction force occurs when orthodontic wire immediately contacts the bracket slot and its ligation. Ingeneral, the sliding tooth movement (frictionless movement) is influenced by the magnitude of surface roughness between two areas,which produces frictional force. A great friction can reduce the mechanical effectiveness and the efficiency of tooth movement.Objective: The aim of this study was to compare simply friction force between two type of wires such as Elgiloy Blue and Stainless Steelone. Materials and methods: The samples of Elgiloy Blue and Stainless Steel wires 0,016 x 0, 016" had been tested with simply frictionmethode through Shimadzu AG-10 TE autograph machine. The mean was taken from every samples repeatedly measured. Result:Statistically, based on Mann Whitney- U Test, there was significant differences between sample groups with significant rate of(p)=0,001 (p< α=0,05). Conclusion: The friction force of Elgiloy Blue wire is lower than Stainless Steel wire.

Key words: friction force, Elgiloy Blue wire, and Stainless Steel wire

PENDAHULUAN

Pada perawatan ortodonti, gaya gesek ataufriksi dapat terjadi selama pergerakan gigi secaraortodonti. Gaya gesek tersebut sering dijumpai padasalah satu mekanisme pergerakan gigi ortodonti yangdisebut dengan sliding mechanic. Pada proses slidingmechanic, kawat ortodonti berkontak dengan breket danpengikatnya, sehingga terjadi gesekan secaraberlawanan dari arah gaya yang diaplikasikan. Gayagesek ini mengurangi besar gaya pada daerah tersebut.Apabila gaya gesek yang bekerja lebih besar dari gayaortodonti, maka pergerakan gigi yang diharapkan dapatterhambat.1

Gaya gesek yang terjadi selama pergerakan gigisecara sliding merupakan tantangan tersendiri bagiklinisi. Karena semakin besar gaya gesek yang terjadi,maka hal ini dapat mengurangi efektifitas mekanik danefisiensi pergerakan gigi, serta berpengaruh padamasalah penjangkaran. Meskipun demikian, gaya gesektidak selamanya menimbulkan akibat buruk bagiperawatan ortodonti karena pada tahap perawatantertentu, justru gaya gesek yang dihasilkan dari ikatanbreket dengan kawat diperlukan untuk mengkoreksigigi-geligi yang tidak dalam lengkungnya(misalignment). Dengan demikian, besar gaya gesekyang terjadi diharapkan dalam batas tertentu, yakniminimal gaya gesek tetapi cukup untuk menghasilkanpergerakan gigi ortodonti yang optimal.2

Gambar 1. Pergerakan gigi ortodonti melalui SM. Padamekanik tersebut dapat timbul deformitas darikawat busur dan menyebabkan gigi miring.3

Pada saat ini, klinisi menggunakan empat macam tipemetal alloy sebagai kawat busur, antara lain StainlessSteel, Cobalt Chromium Nickel, dan Beta Titanium.Dalam perawatan ortodonti tidak ada kawat busur yangideal untuk semua tahapan. Semua kawat memilikikeuntungan dan kerugian masing-masing. Padaperawatan ortodonti, gaya gesek diperkirakanmengurangi efisiensi perawatan ortodonti dan dapatmenghasilkan gerakan gigi yang tertunda. Oleh karenaitu, beberapa penelitian dilakukan untuk menentukansumber gesekan dan menemukan cara untuk mengurangi

Page 39: Cover Jun 2015 PDF - ikorti-iao.comikorti-iao.com/uploads/majalah/Majalah IKORTI Desember 2014.pdf · dan fungsi pengunyahan yang baik, serta kestabilan ... gigi, angulasi mesiodistal,

37

besar gaya gesek tersebut1. Fidalgo et al (2012) menelititentang gaya gesek pada berbagai kombinasi breket dankawat busur secara in-vitro. Mereka menyatakan bahwakoefisien gaya gesek terbesar dijumpai pada pemakaianbreket jenis Ceramic dengan kawat busur StainlessSteel.4

Pemilihan kawat busur juga mempengaruhikeberhasilan pergerakan gigi tersebut. Kawat busur NiTi(Nickel-Titanium) dan b-Ti (Beta-Titanium) memilikigaya gesek yang lebih besar dibanding dengan jeniskawat busur Stainless Steel dan Elgiloy Blue5. Haltersebut juga disebabkan adanya perbedaan tingkatkekerasan kawat busur. Elgiloy Blue memiliki sifatmekanik yang hampir sama dengan Stainless Steel. Akantetapi, pemakaian kawat busur Elgiloy Blue di klinikmasih jarang karena kawat tersebut harganya lebih mahaldaripada kawat busur dengan Stainless Steel.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuibesar gaya gesek pada kawat busur ortodonti jenisElgiloy Blue 0.016 x 0.016" dan kawat busur StainlessSteel 0.016 x 0.016" pada slot breket metal Edgewise slot0.018".

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini menggunakan penelitianeksperimental laboratoris yang mengunakan rancanganeksperimental sederhana (the postest-only control bygroup design). Dua puluh kawat terbagi atas 2 (dua)kelompok sampel yakni kelompok kontrol yang terdiridari kawat busur Stainless Steel dan kelompokberikutnya adalah kawat busur Elgiloy Blue, masing-masing terdiri dari sepuluh kawat yang berukuran 0,016x 0,016 “ (gambar 2). Kawat diatur sedemikian rupa padaalat autograf, dan dilakukan kalibrasi setiap kalipengukuran. Perbedaan besaran gaya gesek dilakukandengan mengamati angka yang tertera pada mesinautograf.

Gambar 2. Kawat busur Stainless Steel (a); kawat busurElgiloy Blue (b) kawat stainless steel

Proses pengaturan load cell pada mesinautograf yaitu dengan menggunakan kecepatan gesersebesar 5 mm per menit, dengan pergerakkan cross-hedsepanjang 2,5 mm pada kawat uji (gambar 3).

Gambar 3. (a) mesin autograf Shimadzu AG-10 TE; (b)Positif kawat busur dan breket pada mesinautograf

HASIL DAN ANALISIS DATA

Penelitian ini dilakukan terhadap sampel yangberupa kawat busur ortodonti tipe Elgiloy Blue danStainless Steel yang berukuran 0,016 x 0,016 “.Perbedaan besaran gaya gesek dilakukan denganmengamati angka atau digit yang tertera pada mesinautograf. Data hasil penelitian ditabulasi kemudiandilakukan uji normalitas One Sample Kolmogorov-Smirnov (tabel 1). Berdasarkan uji, data hasil penelitianmenunjukkan bahwa data tidak berdistribusi normal.Taraf kemaknaan (p) Elgiloy Blue < 0,05, sedangkantaraf kemaknaan (p) Stainless Steel > 0,05. Sedangkanberdasarkan analisis statistik Mann Whitney-U Testmenunjukkan adanya perbedaan bermakna diantarakelompok sampel, dengan taraf kemaknaan (p) = 0,001(atau < α=0,05).

Tabel 1. Hasil uji normalitas dengan uji One SampleKolmogorov-Smirnov

Tabel 2. Hasil analisis data dengan Mann Whtiney-U

Berdasarkan penelitian mengenai besar gaya gesekkawat busur Elgiloy Blue dan Stainless Steel denganmenggunakan sistem gaya gesek statis pada mesinautograf dengan breket metal Edgewise slot 0,018 “didapatkan hasil rata-rata pada tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata dan nilai standar deviasi (SD) besar gayagesek masing-masing kelompok percobaan.

Endriyana, dkk: The Friction force of

Page 40: Cover Jun 2015 PDF - ikorti-iao.comikorti-iao.com/uploads/majalah/Majalah IKORTI Desember 2014.pdf · dan fungsi pengunyahan yang baik, serta kestabilan ... gigi, angulasi mesiodistal,

38

Berdasarkan grafik 1, kedua kelompok tersebut memilikistandar deviasi 5,3 dan 5,8 (tabel 3).Rata-rata gaya gesekkawat busur Elgiloy Blue sebesar 8,33 N dan sekitar12,67 N pada kawat busur Stainless Steel pada sekuenkawat busur yang sama.

Gambar 4. Grafik rata-rata besar gaya gesek pada kawatbusur Elgiloy Blue dan stainless Steel 0,016 X 0,016

DISKUSI

Berdasarkan hasil penelitian dan analisisstatistik, penelitian ini dapat dibandingkan denganbeberapa pendapat dari ilmuwan yang pernah menelititentang gaya gesek sebelumnya. Salah satu ilmuwan,Moore et al (2004), mengemukakan bahwa tidak adaperbedaan bermakna antara besaran gaya gesek padabreket Stainless Steel dan Cobalt Chromium Nickelpada slot yang sama6. Berbeda pendapat denganWillems et al (2004) pada studi mereka terdapatperbedaan besaran gaya gesek secara bermakna padaberbagai jenis kawat busur yang ada, diantaranyaStainless Steel dan Elgiloy Blue7. Hal ini mendukunghasil penelitian yang menunjukkan bahwa terdapatperbedaan gaya gesek yang bermakna pada uji gesekanstatis. Gaya gesek pada kawat Stainless Steel lebihtinggi 20,67 % bila dibandingkan dengan Elgiloy Blue.Sudut kontak kritikal (èc) kawat busur dengan slotbreket harus minimal atau kurang dari 50 untukmenghasilkan pergerakan gigi ortodonti dengan slidingmechanic.8,9 Variasi tipe dan bahan breket jugamenentukan adanya gesekan selama pergerakkan gigisecara ortodonti. Liu et al (2013) melaporkan bahwaterdapat pengaruh desain breket terhadap resistensiuntuk sliding. Hal ini dikarenakan adanya tip-torquepada slot breket yang mempengaruhi sudut kontakkawat busur.10

Pada hasil penelitian didapatkan rata-rata gayagesek pada kawat busur Elgiloy Blue lebih rendahdibandingkan kawat busur Stainless Steel, karena selaindipengaruhi faktor perbedaaan kekasaran permukaankawat busur, terdapat pula faktor dari jenis breket.Adapun jenis breket yang digunakan pada penelitianini adalah breket metal Edgewise dengan tipe MIM.Handayani (2009) meneliti bahwa breket MIM memilikigaya gesek yang lebih rendah dibandingkan denganbreket Synergic.11

Hal ini dikarenakan proses pembuatan breketitu sendiri, breket MIM memiliki karakteristik permukaanslot breket yang lebih halus, demikian halnya padadinding dari slot breket tersebut. Gaya gesek yang dimilikipada sampel breket yang digunakan dalam penelitian inimemberi konstribusi nilai gesek pada alat autograf.

Sifat dan performa dari kawat busur ElgiloyBlue mendekati kawat busur Stainless Steel, dimanaKawat Stainless Steel memiliki modulus elastisitastinggi, ketahanan terhadap korosi baik, dapat dipanasi(heat treatment), gaya geseknya kecil, dapat disolderdan dilas untuk pembuatan tambahan piranti yang lebihkompleks. Kawat busur Stainless Steel Tru-Chrom yangdipakai dalam penelitian ini merupakan kawat busur yangstabil, konsisten, dan dapat diakukan heat treatment.Komposisi kawat busur tipe ini antara lain karbon (C)sekitar 0,08-0,02 %, mangan ±2%, silikon ±1%, fosforus±0,04%, sulfur ±0,03%, kromium ±17-19%, nikel ±8-10%,dan besi sekitar 70%.12,14

Pada perawatan ortodonti cekat, kawat busurElgiloy Blue (yang memiliki komposisi seperti kobalt± 40%, kromium ± 20%, nikel ± 15%, besi ±15,4%,molibdenum ±7 %, mangan ±2%, berilium ± 4%, danlain-lain ± 0,05%) direkomendasikan saat fasepenutupan diastema. Modulus elastisnya yang hampirsama dengan kawat busur Stainless Steel, dan juga kawatElgiloy Blue lebih tahan terhadap deformitas karenayang dapat terjadi saat sliding mechanic, atau yangbiasa disebut dengan binding dan notching.14

Komposisi penyusun breket mempengaruhitekstur dari kawat busur itu sendiri. Berdasarkanpenelitian Kusy et al (1988), tentang hasil pengukurantingkat kekerasan permukaan via spektroskopi lasermenyatakan bahwa refleksi cahaya permukaan padakawat Stainless Steel lebih sedikit dibandingkan padapermukaan kawat busur Elgiloy Blue. Karena terdapatpenyerapan cahaya yang lebih besar pada permukaankawat busur Stainless Steel, sehingga semakin sedikitcahaya yang direfleksikan, maka semakin kasarpermukaan suatu benda.5

Pada penelitian ini, insersi ligatur elastomerikdengan gun shooter pada alat pemfiksasi breket. Suatupenelitian melaporkan bahwa resistensi friksi ligaturelastomerik lebih besar daripada ligatur kawat StainlessSteel.15 Namun, ligatur tersebut dapat memberikankekuatan ligasi antara kawat busur dengan breket secarakonstan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan saatmenggerakkan gigi seperti pemasangan kawat busurpada breket, tekanan pengikatan kawat busur terhadapbasis slot, torque pada pemakaian kawat busurberpenampang persegi atau square, serta pergerakangigi secara bodily yang cenderung tipping dan tertahanoleh dua titik kontak breket dan kawat busur 16.

Proses pengaturan load cell pada mesinautograf yaitu dengan menggunakan kecepatan gesersebesar 5 mm per menit, dengan pergerakkan cross-headsepanjang 2,5 mm pada kawat uji. Simulasi kecepatan

Majalah Ortodontik Desember 2014, Edisi kedua 36-39

Page 41: Cover Jun 2015 PDF - ikorti-iao.comikorti-iao.com/uploads/majalah/Majalah IKORTI Desember 2014.pdf · dan fungsi pengunyahan yang baik, serta kestabilan ... gigi, angulasi mesiodistal,

39

pergeseran tersebut merupakan kisaran kecepatan danbesar gaya yang diaplikasikan ke gigi secara klinis padatahap retraksi kaninus. Meskipun pada dasarnyabeberapa gaya akan hilang karena gaya ditransmisikanke akar gigi dan jaringan periodontal15.

SIMPULAN

Pengujian gaya gesek dilakukan secaralaboratoris, sehingga klinisi memilih jenis kawat busursecara bijak dan mengantisipasi adanya gaya apikasiyang berlebihan yang dapat membuat pasien tidaknyaman dengan perawatan ortodonti. Pada penelitianini jenis kawat busur Elgiloy Blue 0,016 x 0,016 “ dapatdigunakan pada tahap retraksi kaninus, retraksi anteriordengan bentukan lup, serta space closing 0,016 x 0,016“. Sedangkan kawat busur SS dapat digunakan padatahap retraksi anterior. Berdasarkan penelitian dananalisis hasil penelitian, maka dapat dsimpulkan bahwagaya gesek pada kawat busur ortodonti Elgiloy Blue0,016 x 0,016 “ lebih rendah daripada kawat busurStainless Steel 0,016 x 0,016”. Dengan demikian, kawatbusur Elgiloy Blue dapat sebagai alternatif pemilihankawat busur pada tahap retraksi kaninus atau penutupandiastema.

DAFTAR PUSTAKA

1. VandeBerg JR. Effects of Ligation On Orthodontic FrictionWith First-Order Misalignment [Internet]. Saint LouisUniversity; 2008 [cited 2013 Jul 21]. Available from: http:www.ncbi.mlm.nih.gov

2. Pacheco MR, Jansen WC, Oliveira DD. The role of friction in orthodontics. Dental Press Journal ofOrthodontics. 2012 Apr;17(2):170–7.

3. Sivakumar, A. dan Valiathan, A., ‘Intra-Arch RetractionMechanics- A Contemporary Review’, Journal IndianOrthodontic Society, 2006; (39), pp 101-109.

4. Fidalgo, T, Phiton M. M., Maciel, V. B., Bolognese,A. M., ‘Friction Between Different Wire BracketCombinations, in- Vitro Evaluation’, Journal Applicationof Oral Sciences. 2012, Maret, 19 (1), pp. 57-62.

5. Kusy, R. P., Whitley, J. Q., Mahew, M., Buckthal, J.,‘Sourface Roughness of Orthodontics Wires via LaserSpectroscopy’. The Angle Orthdontist, , 1988, Januari.

6. Moore, M. M., Harrington, E, Rock, W.P., ‘FactorsAffecting Friction in the Pre-adjusted Appliances’, TheEuropean Journal of Orthodontics. 2004; 26 (6):579-583.

7. Wichelhaus, A., Geserick, M., Hibst,R., Sander, F. G.,‘The Effect of Surface Treatment and Clinical Use onFriction in NiTi Orthodontic Wires’, Dental Materials,2005, (21) pp. 938-945.

8. Eliades, T dan Brantley, W, ‘Orthodontic Material’,Thieme Stuttggart, New York, 2001.

9. Kasmawati, ’Perbedaan Besar Friksi Antara BreketEdgewise Standard dan Breket Pre-Adjusted’, Karya TulisIlmiah, Universitas Airlangga, 2008.

10. Liu, X, Ding, P, Lin, J., (), ‘Effects of Bracket Design onCritical Contact Angle’, The Angle Orthodontics, 2013,83 (5), pp. 877-844.

Endriyana, dkk: The Friction force of

Page 42: Cover Jun 2015 PDF - ikorti-iao.comikorti-iao.com/uploads/majalah/Majalah IKORTI Desember 2014.pdf · dan fungsi pengunyahan yang baik, serta kestabilan ... gigi, angulasi mesiodistal,

40

MEASUREMENT OF STEINER ANALYSIS USINGCONVENTIONAL METHOD

AND COMPUTERIZED METHOD(Research)

Fajar Kusuma D K* Ida Bagus Narmada** Anang Soejono***Orthodontic Resident

** Lecturer, Orthodontic Department Faculty of Dentistry, University of Airlangga Surabaya

ABSTRACT

Background: Manual methods or conventional methods is done by drawing a pattern on paper acetate and radiographic measurementsof linear and angular variable, whereas in digital or computerized method is a method that is done by scanning the paper cephalometrithen visualized into a computer program to be analyzed. Objective: This study was to compare result of steiner analysis measurementusing conventional and computerized technique so it can be used as a reference for use in orthodontic practice. Material andMethods: 18 sample cephalogram that meet inclusion criteria and variables have been analyzed manually, then 18 sample photoscephalogram who have met the earlier criteria for transparent coated mica determined landmark points that have been selected inorder to avoid differences in the determination of the point, after was scanned and analyzed by a computer program. The resultsobtained were tested by using a paired t-test. Result: There was no significant difference in steiner analysis using conventionalmethods and computerized methods, except for the measurement of ANB and SNB angle variable which has a value of p < 0.05.Conclusion: computerized method is a good option that can be used to meet the needs of today’s practitioners orthodontist. The timeis fast and accurate data analysis is one of the advantages of this method, besides the results of x-rays and analysis of data can bestored in the form of data that scans the same quality as the initial x-rays.

Key words: conventional methods, computerized methods, Steiner analysis, cephalometry.

PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi radiografi sefalometridalam kurun waktu belakangan ini sangatlah cepat, halini tidak terlepas dari keinginan dari para praktisiorthodontis untuk mempermudah penentuan diagnosadan rencana perawatan terhadap berbagai kasus yangdihadapi dalam praktek sehari-hari9.Radiografi sefalometri adalah sarana yang sangatberguna dalam mempelajari perkembangan tulang fasial,menegakkan diagnosa dan rencana perawatan,mengevaluasi perubahan sebelum dan sesudahperawatan, serta memprediksi pertumbuhan.10

Radiografi diperkenalkan pertama kali olehBroadbent dan Hofrath pada tahun 1931. Diawalpenggunaannya analisis sefalometri dilakukan denganmenggambar pola radiografi pada kertas asetat dandilakukan pengukuran variable linear dan angular.Walaupun pada masa itu banyak dilakukan paraorthodontis, teknik ini memakan waktu yang lama dankemungkinan terjadi kesalahan penentuan polapenentuan titik dan kesalahan pengukuran.13

SASARAN DAN TUJUANKarena pertimbangan waktu yang lama dan

kemungkinan terjadi kesalahan pengukuran dan

penentuan titik dalam proses tracing sefalometri, makapara orthodontis mulai mempertimbangkan adanyapenggunaan komputer dalam proses analisis radiografisefalometri. Dengan adanya penggunaan teknologikomputerisasi ini diharapkan dapat mengurangi tidakhanya kesalahan-kesalahan individual, akan tetapi jugaakan didapatkan standarisasi pengukuran yang cepatdan akurat.4

Kemajuan analisis sefalometri membuatortodontis memiliki kesempatan besar untuk semakinmencapai kesuksesan perawatan. jadi kewajiban semuatenaga kesehatan untuk meningkatkan kualitas hidupmanusia yang meliputi segala aspek. Hal ini tidak akanberhenti begitu saja, namun berkembang semakin pesatsetiap waktu. Berdasarkan pernyataan di atas, maka halini mendorong penelitian ini.2,5,8

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini bersifat Observasional Analitik.Penelitian dilakukan diklinik Spesialis Ortodonti FakultasKedokteran Gigi Universitas Airlangga, Jl. Prof.Dr. Moestopo 47, Surabaya. Sampel penelitian adalahsefalogram klinik Spesialis Ortodonti FKG Unair paskaperawatan ortodonti yang telah dirawat dan didiagnosismaloklusi klas I. Jumlah sampel yang digunakan

Page 43: Cover Jun 2015 PDF - ikorti-iao.comikorti-iao.com/uploads/majalah/Majalah IKORTI Desember 2014.pdf · dan fungsi pengunyahan yang baik, serta kestabilan ... gigi, angulasi mesiodistal,

41

sebanyak 18 buah sefalogram.

Gambar 1. Sampel sefalogram

Pembagian kelompok sampel dibagi dua,yaitu : Kelompok I : 18 sampel foto sefalogram yangmemenuhi kriteria dilakukan tracing dan melakukananalisis pada variabel yang telah dipilih secara manual.;Kelompok II : 18 sampel foto sefalogram yang telahmemenuhi kriteria tadi dilapisi mika transparan untukditentukan titik-titik landmark yang telah ditentukan agartidak terjadi perbedaan dalam penentuan titik landmark,setelah itu discan dan dianalisis melalui programcomputer.

Alat yang digunakan dalam penelitian iniadalah sebagai berikut : Seperangkat computer yangdidalamnya telah terisi program Vistadent OC, ScannerCanon Pixma, Viewbox dan protractor, pensil hitam 3H,penghapus dan selotip, mika transparan beserta spidolberwarna dan kertas asetat.

Kelompok pertama dilakukan pengamatananalisis sefalometri secara manual yaitu dengan caramelakukan tracing diatas viewer box dan dilakukanpenentuan letak landmark diatas kertas asetat, setelahitu dilakukan pengukuran jarak dan sudut yangdiinginkan oleh para pengamat, setelah itu padakelompok yang kedua hasil analisis sefalometri kelompokpertama diberi mika yang telah ditentukan titik landmarkyang diinginkan pada sefalogram agar tidak terjadikesalahan penentuan titik pada proses analisakomputerisasi, kemudian sefalogram discan dankemudian dimasukan kedalam program computer, yaituVistadent OC. Ketika gambar hasil scan telah masuk kedalam program, seluruh titik landmark didigitalisasisecara manual. Bila semua titik landmark selesaiditentukan, program komputer tersebut akan melakukananalisis dan pengukuran sesuai dengan yang diinginkan.

Gambar 3. Tracing sefalogram a. Tracing secara manual, b.Tracing dengan menggunakan program komputer

HASIL

Pada penelitian ini terdapat dua tahap analisisdata, yaitu tahap validitas dan tahap uji statistik datahasil penelitian. Pada tahap validitas, dilakukanpengujian hasil pengukuran oleh peneliti utama danpeneliti pendamping, untuk menguji validitaspengukuran peneliti utama. Pada tahap uji statistik datahasil penelitian, dilakukan uji statistik untuk melihatperbandingan hasil pengukuran antara metodekonvensional dengan metode komputerisasi olehpeneliti utama.1. Uji validitas antara hasil pengukuran metodekonvensional oleh dua peneliti

Hasil analisis validitas pengukuran metodekonvensional terhadap 18 sefalogram oleh dua orangpeneliti, yang sebelumnya telah dilakukan kesepakatanterhadap penentuan titik landmark dan penggunaananalisis Steiner adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Hasil pengukuran metode konvensional yangdilakukan oleh dua peneliti

Berdasarkan Uji analisis paired t-test yangdigunakan untuk mendapatkan hasil pengukuran yangtampak pada Tabel 5.1. dari hasil tersebut terlihat bahwasemua variable pengukuran memiliki nilai p > 0.05. Halini menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan secarastatistik dari hasil pengukuran sefalometri melaluimetode konvensional yang dilakukan oleh keduapeneliti, sehingga hasil pengukuran peneliti utamadapat digunakan dalam perbandingan hasil pengukurandengan metode komputerisasi.2. Uji validitas antara hasil pengukuran metodekomputerisasi oleh dua peneliti

Hasil analisis validitas pengukuran metodekomputerisasi terhadap 18 sefalogram oleh dua orangpeneliti, yang sebelumnya telah dilakukan kesepakatanterhadap penentuan titik landmark dan penggunaananalisis Steiner adalah sebagai berikut.

Uji analisis paired t-test digunakan untukmendapatkan hasil pengukuran yang tampak pada Tabel5.2. dari hasil tersebut terlihat bahwa semua variablepengukuran memiliki nilai p > 0.05, dan didapatkan pulabeberapa pasang dengan nilai yang sama atau identik.Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan signifikansecara statistik dari hasil pengukuran sefalometri melaluimetode komputerisasi yang dilakukan oleh keduapeneliti

Fajar, dkk: Measurement of steiner

Page 44: Cover Jun 2015 PDF - ikorti-iao.comikorti-iao.com/uploads/majalah/Majalah IKORTI Desember 2014.pdf · dan fungsi pengunyahan yang baik, serta kestabilan ... gigi, angulasi mesiodistal,

42

Tabel 2. Hasil pengukuran metode komputerisasi yangdilakukan oleh dua peneliti.

3. Hasil pengukuran metode konvensional denganmetode komputerisasi melalui uji statistikmenggunakan Paired t-test

Uji paired t-test digunakan untuk menganalisishasil pengukuran antara metode konvensional denganmetode komputerisasi. Hasil uji tersebut didapatkan hasilsebagai berikut.

Tabel 3. Hasil uji statistik menggunakan Paired t-test.

Pada analisis statistik hasil pengukuran,didapatkan bahwa hampir seluruh variabel memiliki nilaip > 0,05, hal tersebut menyatakan bahwa terdapatperbedaan yang tidak signifikan secara statistik antarapengukuran metode konvensional dan metodekomputerisasi pada sudut tersebut. Sedangkan padavariabel SNB dan ANB memiliki nilai p < 0,05, hal tersebutmenunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikansecara statistik antara pengukuran metode konvensionaldan metode komputerisasi pada kedua pengukuransudut tersebut, walaupun secara statistik nilai p hampirmendekati 0.05 dalam artian hasil pengujian statistikmendekati tidak ada perbedaan yang signifikan.

PEMBAHASAN

Dalam uji distribusi dari variabel-variabel yangdiukur didapatkan nilai p > 0,05. Sehingga test tersebutberdistribusi normal dan dapat menggunakan pairedt-test. Hasil penelitian oleh penulis menunjukkan bahwatidak terdapat perbedaan yang signifikan diantarapengukuran sefalogram yang dilakukan tracing secarakonvensional dengan sefalogram yang di scan ke dalamprogram komputer. Perbedaan yang signifikandidapatkan pada dua pengukuran sudut, yaitu pada

pengukuran variabel sudut SNB dan ANB. Pada variabelini memiliki perbedaan yang signifikan, dimananilai p < 0,05.

Sepuluh variabel sudut yang diukur, delapandiantara sudut-sudut tersebut didapatkan perbedaanyang tidak signifikan. Hal tersebut menunjukkan bahwapada hasil pengukuran delapan variabel sudutpengukuran tersebut secara konvensional mempunyainilai yang tidak berbeda secara signifikan biladibandingkan dengan hasil pengukuran atau tracingdengan metode komputerisasi. Sedangkan pada hasilpengukuran dua variabel sudut pengukuran yaitu SNBand ANB, menunjukkan bahwa pada kedua sudutpengukuran tersebut mempunyai hasil yang dinilaiberbeda signifikan dibandingkan dengan hasilpengukuran metode komputerisasi.10,12

Pada analisis dan telaah yang dilakukan olehpenulis. Terdapat bahasan yang diperkirakan dapatmempengaruhi hasil penelitian ini. Bahasan tersebutadalah detail atau presisi pengukuran antara metodekonvensional dan komputerisasi. Pada pengukuransecara digital atau komputerisasi, dapat dihasilkan nilaipengukuran yang sangat detail serta memiliki ketepatanpenentuan nilai pengukuran yang presisi dan tajam, haltersebut dikarenakan nilai pengukuran akanmenghasilkan angka sudut hingga tiga desimaldibelakang koma.4,9

Hasil pengukuran sudut SNB dimungkinkanmempunyai risiko perbedaan detail nilai pengukuranantara metode konvensional dengan komputerisasi.Lokasi sudut yang berhimpit dengan sudut SNAdimungkinkan menuntut hasil pengukuran sudut SNByang presisi atau tajam. Hal tersebut sejalan denganproses pengukuran relasi rahang atas dan rahang bawaholeh analisis Steiner. Pada analisis Steiner untukmengetahui relasi rahang atas, Steiner menarik garis darititik S ke titik N yang kemudian dihubungkan ke titik Adan akan didapatkan sudut SNA dengan sudut normalrata-rata 82O.

Pada proses pengukuran untuk mengetahuirelasi rahang bawah, Steiner menarik titik S ke titik N dandihubungkan ke titik B yang nantinya akan didapatkansudut SNB dengan sudut normal rata-rata sebesar 80O.

Dari kedua sudut itu akan didapatkan relasirahang atas dan rahang bawah dengan menghubungkantitik A ke titik N dan dilanjutkan ke titik B yang akandidapatkan sudut ANB dengan besaran normalrata-rata 2O. Besaran nilai pengukuran sudut ANB yangrelatif kecil bersifat sensitif terhadap hasil pengukuransudut SNA dan SNB

Perbedaan perbandingan hasil pengukuranantara metode konvensional dan komputerisasi dapatterkait dengan ketepatan atau presisi alat yang digunakandalam mengukur sudut secara konvensional.Keterbatasan satuan pengukuran yang tertera pada alatukur, memaksa pengamat untuk melakukan perkiraanpembulatan angka yang terkadang mempunyai selisihperbedaan nilai angka secara presisi dengan nilai besarsudut yang dihasilkan oleh komputer.5,10

Majalah Ortodontik Desember 2014, Edisi kedua 40-43

Page 45: Cover Jun 2015 PDF - ikorti-iao.comikorti-iao.com/uploads/majalah/Majalah IKORTI Desember 2014.pdf · dan fungsi pengunyahan yang baik, serta kestabilan ... gigi, angulasi mesiodistal,

43

SIMPULANMetode konvensional merupakan metode

yang paling ekonomis dan dapat dilakukan dengansederhana, namun memakan waktu dan seiringperjalanan waktu kualitas sefalogram dapat menurun.Oleh karena pertimbangan tersebut maka teknologikomputerisasi mencoba untuk menghilangkankekurangan-kekurangan yang terjadi pada metodekonvensional.1,6

DAFTAR PUSTAKA1. Jacobson A, Jacobson RL. Radiographic Cephalometry:

From Basics to 3-D Imaging. Quintessence PublishingCo, Inc; 2006. p. 189.

2. Baumrind S, Frantz RC. The reliability of head filmmeasurements: 1. Landmark identification. Am J Orthod.1971;60(2):111–27.

3. Gregston M. D, et al., A Comparison of Conventionaland Digital Radiographic Methods and CephalometricAnalysis Software: I. Hard Tissue. Semin. Orthod. 2004;10; 204-211.

4. Houston WJB, Stephens CD and Tulley WJ., A Text-book of Orthodontics. Great Britain: Wright; 1994,p. 1-13.

5. Lemeshow. S and Lwanga, S. K., Sample size determina-tion in health studies: A Practical Manual. World HealthOrganization; 1990, p.1-11.

6. Leonardi R, et al., Automatic Cephalometric Analysis.Angle Orthodontist, 2008, Vol 78; 145-151

7. Mohammad H. A, Abu Hassan, M. I and Hussain S. F.,Cephalometric evaluation for Malaysian Malay by Steineranalysis. Scientific Research and Essays, 2011, Vol. 6.No.3; p. 627-634

8. Oded Yitschaky, et al : Comparison of common hardtissue cephalometric measurements between computedtomography 3D reconstruction and conventional 2Dcephalometric images. Angle Orthod; 2011, 81:11–16

9. Omur Polat-Ozsoy, Aylin Gokcelik, T. Ufuk ToygarMemikoglu, Differences in cephalometric measurements:a comparison of digital versus hand-tracing methods.European Journal of Orthodontics, 2009, p.254–259.

10. Sarver, D.M., Esthetic orthodontics and orthognathicsurgery. 1st edn. St. Louis: Mosby; 1998, p. 123-134

11. Silva J. M. G, et al: Comparative study between conven-tional and digital radiography in cephalometric analysis.J. Health Sci. Inst., 2011, 29 (1); 19-22

12. Techno Centre : Vistadent OC Digital Imaging : manualguide for beginner. GAC Dentsply; 2010, p.78-90

13. Tjokro P, Perbedaan Hasil Pengukuran Sefalogram yangdi tracing secara manual dengan sefalogram yang di scanke dalam program computer. Universitas Airlangga; 2008,p. 2-5.

14. Ulfa, et al : Variasi Antropometri, Wajah Indonesia danSefalometri sebagai Data Dasar pada Rekonstruksi traumamaksilofasial. Journal of Emergency, 2011, Vol. 1. No. 1;6-12

Fajar, dkk: Measurement of steiner

Page 46: Cover Jun 2015 PDF - ikorti-iao.comikorti-iao.com/uploads/majalah/Majalah IKORTI Desember 2014.pdf · dan fungsi pengunyahan yang baik, serta kestabilan ... gigi, angulasi mesiodistal,

44

CORRELATION BETWEEN SOFT TISSUEAND HARD TISSUE MEASUREMENTSON SUBJECTS WITH SYMMETRICAL

AND ASYMMETRICAL FACES(Research)

Irwin Lesmono*, Maria Purbiati**, Krisnawati**Lecturer, Department of Orthodontics

Faculty of Dentistry, University of Airlangga university

ABSTRACT

Background: Posteroanterior cephalometry is a gold standard in orthodontic diagnosis which provides information for asymmetryevaluation, but requires specific technique, high cost, and radiation exposure. Standardized facial photograph is a simple and lowcost technique to describe craniofacial anatomy. Objectives: This study was to determine the correlation between soft and hard tissuemeasurements on subjects with symmetrical and asymmetrical faces. Materials and methods: Linear and angular measurementsof the soft and hard tissue’s reference points were done on standardized frontal photograph and posteroanterior cephalometry takenfrom 31 subjects with symmetrical faces and 31 subjects with asymmetrical faces. The measurements were computed by Sirona-SIDEXIS-XG.2.52 software then analyzed by Pearson and Spearman test. Results: This study showed no correlations for allmeasurements (p>0,05), except for linear and angular menton measurements (p<0,05) on subjects with symmetrical faces. Therewere also no correlations (p>0,05) between right gonion and antegonion, lateral canthus and zygomatic angle, as well as ala nasiand nasal cavity angle on subjects with asymmetrical faces. There were significant correlations (p<0,05) between right and leftlateral canthus and zygomatic, right and left ala nasi and nasal cavity, left gonion and antegonion, gonion and antegonion angle, aswell as linear and angular menton measurements on subjects with asymmetrical faces. Conclusions: This study concluded that someof the soft and hard tissue measurements have significant correlations particularly on subjects with asymmetrical faces. There weresignificant correlations between soft and hard tissue menton, both linear and angular measurements, on subjects with symmetricaland asymmetrical faces.

Key words: Posteroanterior cephalometry, frontal extra oral photograph, asymmetry

PENDAHULUANSefalometri posteroanterior merupakan

pemeriksaan penunjang diagnosis ortodonti yangmemberikan informasi radiograf mediolateral untukevaluasi pra-bedah dan asimetri.1-3 Pemilihan titik-titikreferensi dalam analisa sefalometri posteroanteriormengacu pada titik referensi dental maupun skeletal.Menton merupakan salah satu titik skeletal yang jelasterlihat dan mudah ditentukan. Kim, dkk (2011)menyatakan bahwa deviasi menton digunakan sebagaistandar evaluasi kuantitatif derajat asimetri dalam diag-nosis asimetri fasial.4 Di lain pihak, Masuoka, dkk (2005)menyatakan bahwa pergeseran menton merupakanindeks yang paling relevan dalam evaluasi subjektifsuatu asimetri fasial melalui fotografi ekstra oral.5 Lee,dkk (1998) serta Ahn dan Hwang (2001) melaporkanbahwa deviasi titik menton mandibula merupakan faktoryang paling berpengaruh dalam pemeriksaan asimetrifasial.6 Hal ini disebabkan karena asimetri fasial palingbanyak ditemukan pada 1/3 muka bawah yaitumandibula, sesuai dengan pernyataan Severt dan Proffit(1997).7

Meskipun sefalometri merupakan standar

prosedur untuk melihat karakteristik morfologikraniofasial dalam diagnosis ortodonti, namunmemerlukan radiasi besar, biaya relatif mahal serta teknikkhusus. Fotografi ekstra oral yang telah distandarisasimerupakan salah satu teknik yang relatif mudahdilakukan, ekonomis, serta dapat menggambarkananatomi kraniofasial. Graber (2011), menyatakan bahwafotografi ekstra oral mempunyai peranan yang sangatpenting sebagai alat diagnostik ketika dokter gigi tidakmempunyai sarana untuk mengambil rontgensefalometri.2,8-10

SASARAN DAN TUJUANDalam penelitian terdahulu, Zhang (2007)

menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yangsignifikan antara hasil pengukuran sefalometri lateral danfotografi ekstra oral lateral dari bentuk kraniofasial.2

Namun hingga saat ini belum ada penelitian yang mengujihubungan antara hasil pengukuran sefalometriposteroanterior dan fotografi ekstra oral frontal dariasimetri kraniofasial baik pada subjek dengan wajahsimetris maupun asimetris. Oleh karena itu, penelitianini dilakukan untuk melihat ada tidaknya hubungan

Page 47: Cover Jun 2015 PDF - ikorti-iao.comikorti-iao.com/uploads/majalah/Majalah IKORTI Desember 2014.pdf · dan fungsi pengunyahan yang baik, serta kestabilan ... gigi, angulasi mesiodistal,

45

antara ukuran jaringan lunak dan jaringan keras padasubjek dengan wajah simetris dan asimetris.

BAHAN DAN CARA KERJAPenelitian ini adalah penelitian analitik dengan

desain potong lintang. Subjek penelitian berjumlah 62orang yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu 31 subjekdengan wajah simetris, dan 31 subjek dengan wajahasimetris. Subjek penelitian berasal dari siswa SD 03Menteng, SDN 013 Meruya, SMPN 280 Menteng, SMPN215 Meruya, SMK Satria Meruya, dan mahasiswa FKGUI. Data penelitian adalah data sekunder berupasefalogram PA dan fotografi EO frontal. Cara samplingfoto dengan simple random sampling. Kriteria inklusiyang digunakan adalah subjek dengan wajah asimetrisdan simetris berdasarkan kriteria kesimetrisan wajahjaringan keras, yaitu pergeseran menton tidak lebih dari3 mm, memiliki Body Mass Index (BMI) tidak lebih dari24,9, serta foto sefalometri PA dan fotografi EO frontaldalam keadaan baik. Sedangkan kriteria eksklusi yangdigunakan adalah pernah menjalani perawatanortodonti, prosedur bedah fasial, memiliki riwayat trauma,kelainan sindromik maupun kongenital.

Seluruh sefalogram PA dan fotografi EO frontaldiambil dalam keadaan yang distandarisasi dan padaoklusi sentrik. Penapakan dan pengukuran sefalogramPA dan fotografi EO frontal dilakukan dengan pirantilunak Sirona-SIDEXIS XG 2.52. Titik-titik referensijaringan lunak yang digunakan adalah (Gambar 1):6,9,11

1. Glabella (G): titik paling menonjol pada dahi di garistengah supraorbital ridges.

2. Subnasion (Sn): titik dimana columella bertemu bibiratas pada bidang midsagital.

3. G-Sn: garis referensi vertikal jaringan lunak4. Lateral canthus kiri dan kanan (LC): sudut mata luar

atau titik pertemuan antara kelopak mata atas danbawah bagian luar.

5. Ala nasi kiri dan kanan (AN): titik paling luar dari alanasi.

6. Gonion kiri dan kanan (Go): titik paling luar dari sudutmandibula.

7. Menton jaringan lunak (Me’): titik paling inferior darijaringan lunak dagu.

Sedangkan titik-titik referensi jaringan keras yangdigunakan adalah (Gambar 1):12-14

1.Crista galli (Cg): titik paling superior padaperpotongannya dengan tulang sphenoid.

2. Anterior nasal spine (ANS): ujung dari spina nasalanterior di bawah rongga nasal dan di atas palatumdurum.

3. Cg-ANS: garis referensi vertikal jaringan keras.4. Zygomatic suture point kiri dan kanan (Z): titik paling

medial dan anterior dari pertemuan antara tulangzigomatik dan tulang frontal.

5. Nasal cavity kiri dan kanan (NC): titik paling lateralpada permukaan dalam tulang rongga nasal.

6. Antegonion kiri dan kanan (Ag): titik paling superiorpada antegonial notch.

7. Menton jaringan keras (Me): titik paling inferior darijaringan keras dagu.

Gambar 1. Titik-titik referensi pengukuran linear dan angu-lar jaringan lunak (Kiri), dan jaringan keras(Kanan).

Pengukuran linear (horizontal) didapat darijarak titik-titik referensi baik jaringan lunak maupunjaringan keras terhadap garis referensi vertikalnya.Pengukuran angular didapat dari sudut yang dibentukoleh perpotongan garis-garis jaringan lunak dan kerastertentu terhadap garis referensi horizontal. Garis-garisjaringan lunak dan keras tersebut dibentuk denganmenghubungkan masing-masing titik referensi kiri dankanan. Garis referensi horizontal merupakan garis tegaklurus terhadap garis referensi vertikal. Kesimetrisanwajah jaringan lunak dan keras ditentukan daripergeseran titik menton jaringan lunak dan keras yangtidak melebihi 3 mm.6 Seluruh pengukuran fotografi EOfrontal dan sefalogram PA dilakukan denganmemperhitungkan skala yang tertera pada masing-masing sampel (Gambar 2).

Gambar 2. Cara penghitungan ukuran jaringan lunak padafotografi EO frontal (Kiri) dan jaringan keras padasefalogram PA menggunakan piranti lunak Sirona-SIDEXIS XG 2.52. (Kanan).

Uji intraobserver dan interobserver dengan ujit-test berpasangan dan Bland Altman dilakukan denganmengulang penentuan titik-titik dan garis-garis referensiukuran jaringan keras dan lunak pada 10% sefalogramPA dan fotografi EO frontal setelah 1 minggu. Uji korelasiPearson atau Spearman digunakan untuk melihat adatidaknya hubungan ukuran linear dan angular antaraukuran jaringan lunak dan jaringan keras pada subjekdengan wajah simetris dan asimetris. Sedangkan ujikomparatif Fisher untuk melihat adanya perbedaaninterpretasi pergeseran menton jaringan lunak danjaringan keras pada subjek dengan wajah simetris danasimetris.

Irwin, dkk: Correlation between soft tissue

Page 48: Cover Jun 2015 PDF - ikorti-iao.comikorti-iao.com/uploads/majalah/Majalah IKORTI Desember 2014.pdf · dan fungsi pengunyahan yang baik, serta kestabilan ... gigi, angulasi mesiodistal,

46

HASILSubjek penelitian yang diambil sejumlah 62

orang sesuai dengan kriteria inklusi, yang terdiri dari 31subjek dengan wajah simetris dan 31 subjek denganwajah asimetris. Uji reliabilitas intra dan interobserver t-test berpasangan menunjukkan bahwa pengukuran yangdilakukan oleh peneliti pada sefalogram PA dan fotografiEO frontal mempunyai tingkat reliabilitas baik yangterlihat pada nilai p>0,05. Berdasarkan hasil uji BlandAltman, dengan nilai bias terbesar 0,2, rentang limit ofagreement terbesar antara -0,7-1,1, serta distribusisebagian besar data yang tersebar di sekitar mean ofdifference namun masih berada dalam rentang limit ofagreement, difference plot menunjukkan bahwapengukuran yang dilakukan oleh peneliti baik padasefalogram PA maupun fotografi EO frontal mempunyaireliabilitas yang baik.

Uji korelasi antara ukuran jaringan lunak dankeras pada subjek dengan wajah simetris menunjukkanbahwa tidak terdapat korelasi yang bermakna antaralateral canthus dan zygomatic kanan dan kiri, ala nasidan nasal cavity kanan dan kiri, gonion dan antegonionkanan dan kiri, sudut lateral canthus dan zygomatic,sudut ala nasi dan nasal cavity, serta sudut gonion danantegonion (p>0,05). Korelasi yang bermakna ditemukanpada pengukuran linear dan angular menton jaringanlunak dan keras (p<0,05) (Tabel 1).

Tabel 1. Hasil uji korelasi antara ukuran jaringan lunak dankeras pada subjek dengan wajah simetris

Uji korelasi antara ukuran jaringan lunak dankeras pada subjek dengan wajah simetris menunjukkantidak adanya korelasi yang bermakna antara gonionkanan dan antegonion kanan, sudut lateral canthus danzygomatic, serta sudut ala nasi dan nasal cavity (p>0,05).Sedangkan terdapat korelasi yang bermakna antaralateral canthus dan zygomatic kanan dan kiri, ala nasidan nasal cavity kanan dan kiri, gonion kiri danantegonion kiri, sudut gonion dan antegonion, sertaukuran linear dan angular menton jaringan lunak dankeras (p<0,05) (Tabel 2).

Tabel 2. Hasil uji korelasi antara ukuran jaringan lunak dankeras pada subjek dengan wajah asimetris

Uji komparatif kategorik Fisher’s Exact Test denganp<0,05 (p = 0,002) menunjukkan bahwa terdapatperbedaan interpretasi pergeseran menton jaringanlunak dan jaringan keras pada subjek dengan wajahsimetris dan asimetris.

PEMBAHASANPengambilan data sekunder dilakukan dengan

terlebih dahulu menentukan kriteria inklusi dan eksklusi.Salah satu kriteria inklusi adalah subjek memiliki BodyMass Index (BMI) dengan nilai tidak lebih dari 24,9. Halini dimaksudkan untuk mengantisipasi adanya bias yangmungkin terjadi karena ketebalan jaringan lunak dapatmenyamarkan derajat keparahan suatu asimetri fasial.6,15

Rossi (2003) dalam artikelnya mengatakan bahwa wajahharmonis yang terlihat simetris ternyata menunjukkanadanya asimetri skeletal dalam skala minor, namun halini diminimalkan oleh jaringan lunak yangmenutupinya.16 Usia dan jenis kelamin tidak dimasukkanke dalam kriteria inklusi karena sesuai dengan penelitianoleh Farkas, Proffit, serta Ferrario, dkk, yangmenyimpulkan bahwa tidak ditemukan pengaruh yangsignifikan dari usia dan jenis kelamin terhadap keadaanasimetri tengkorak dan rahang.16,17 Aspek maloklusi jugatidak disertakan ke dalam kriteria inklusi karena sesuaiLetzer dan Kronman (1967) yang menyatakan bahwa tidakadanya pengaruh yang signifikan dari ada tidaknyamaloklusi terhadap keadaan asimetri fasial.16 Namunvariasi subjek yang luas menyebabkan terjadinyaketidaknormalan distribusi data.

Uji korelasi Pearson dan Spearman yangdilakukan menemukan bahwa tidak terdapat korelasiyang bermakna antara seluruh ukuran jaringan lunakdan jaringan keras pada subjek dengan wajah simetris(p>0,05), kecuali pada pengukuran linear dan angularmenton (p<0,05) (Tabel 1). Tidak adanya korelasi yangbermakna secara statistik kemungkinan dikarenakanfaktor ketebalan jaringan lunak yang menyamarkankeadaan jaringan keras, sehingga keadaan asimetri minorpada jaringan keras menjadi tidak terlihat.

Majalah Ortodontik Desember 2014, Edisi kedua 44-47

Page 49: Cover Jun 2015 PDF - ikorti-iao.comikorti-iao.com/uploads/majalah/Majalah IKORTI Desember 2014.pdf · dan fungsi pengunyahan yang baik, serta kestabilan ... gigi, angulasi mesiodistal,

47

Berlawanan dengan hasil uji korelasi padasubjek dengan wajah simetris, hasil uji korelasi padasubjek dengan wajah asimetris menunjukkan bahwasebagian besar dari ukuran jaringan lunak mempunyaikorelasi yang bermakna dengan ukuran jaringan keras.Hal ini kemungkinan disebabkan sebagian besar derajatkeparahan asimetri skeletal yang ada cukup parahsehingga tidak bisa disamarkan oleh ketebalan jaringanlunak. Keadaan ini mengakibatkan asimetri jaringan lunakjuga terlihat jelas. Hal tersebut telah dikemukakansebelumnya oleh Rossi (2003), Neeley dan Gozalez (2007)bahwa ketebalan jaringan lunak dapat menyamarkankeadaan asimetri skeletal sehingga terlihat simetris.15,16

Namun hanya asimetri fasial yang cukup besar yaitulebih dari 3% yang dapat terlihat secara klinis sepertiyang dikemukakan Lu (1965).18 Di lain pihak, ujikomparatif Fisher’s Exact Test menunjukkan bahwaterdapat perbedaan interpretasi pergeseran mentonjaringan lunak dan jaringan keras pada subjek denganwajah simetris dan asimetris. Hal ini diakibatkan karenapada sebagian subjek, pergeseran menton pada jaringankeras dapat disamarkan oleh jaringan lunak yang ada.

SIMPULANPada subjek dengan wajah simetris, sebagian

besar ukuran jaringan lunak tidak dapat menggantikanukuran jaringan keras. Pada subjek dengan wajahasimetris, tidak semua ukuran jaringan lunak dapatmenggantikan ukuran jaringan keras. Terdapat hubunganantara titik menton jaringan lunak dan keras, baik ukuranlinear dan angular, pada subjek dengan wajah simetrisdan asimetris.

DAFTAR PUSTAKA1. Broadbent BH. A new x-ray technique and its application

to orthodontia. Angle Orthod. 1981;51:86-88, 93-114.2. Zhang X, dkk. Correlations between cephalometric and

facial photographic measurements of craniofacial form.Am J Orthod Dentofacial Orthop. 2007;131:67-71.

3. Grummons DC, De Coppello MAK. A Frontal Asymme-try Analysis. J. Clin. Orth. 1987;21(7):448-465.

4. Kim EJ, dkk. Maxillofacial characteristics affecting chindeviation between mandibular retrusion and prognathismpatients. Angle Orthod. 2011;81:988-993.

5. Masuoka N, dkk. Can Cephalometric Indices and Subjec-tive Evaluation Be Consistent for Facial Asymmetry?Angle Orthod. 2005;75:651-655.

6. Lee MS, dkk. Assessing soft-tissue characteristics offacial asymmetry with photographs. Am J OrthodDentofacial Orthop. 2010;138:23-31.

7. Cheong YW, Lo LJ. Facial Asymmetry: Etiology,Evaluation, and Management. Chang Gung Med J.2011;34:341-351.

8. Dahan J. A simpe digital procedure to assess facialasymmetry. Am J Orthod Dentofacial Orthop.2002;122:110-116.

9. Ferrario V, dkk. Craniofacial morphometry byphotographic evaluations. Am J Orthod DentofacialOrthop. 1993;103:327-337.

10. Graber TM. 2011. Orthodontics – Current Principles and

Techniques. 5th Ed. Elsevier, Philadelphia: p. 59-98.11. Kamble RH, dkk. Assessment and Comparison of Facial

Asymmetry by Photographic and RadiographicMeasurements: Using Visual Studio 2005 Software andPosteroanterior Cephalogram. J Indian Acad Oral Med &Radiology. 2011;23(4):527-530.

12. Miyashita K. 1996. Contemporary CephalometricRadiography. Quintessence, Tokyo: p. 160-209.

13. Ricketts RM, Grummons D. Frontal Cephalometrics:Practical Applications, Part 1. World J Orthod.2003;4:297-316.

14. Ricketts RM, Grummons D. Frontal Cephalometrics:Practical Applications, Part 2. World J Orthod. 2004;5:99-119.

15. Neeley WW, Gonzales DA. Obesity in adolescence:Implications in orthodontic treatment. Am J OrthodDentofacial Orthop. 2007;131:581-588.

16. Rossi M, Ribeiro R, Smith R. Craniofacial Asymmetry inDevelopment: An Anatomical Study. Angle Orthod.2003;73:381-385.

17. Ferrario VF, dkk. The Effect of Sex and Age on FacialAsymmetry in Healthy Subjects: A Cross-Sectional StudyFrom Adolescence to Mid-Adulthood. J. Oral Maxillofac.Surg. 2001;59(4):382-388.

18. Peck S, Peck L, Kataja M. Skeletal asymmetry inesthetically pleasing faces. Angle Orthod. 1990;61(1):43-47.

Irwin, dkk: Correlation between soft tissue