Cover + Daftar Isi Sefalo

26
SEJARAH SEFALOMETRI DAN KEGUNAAN ANALISIS SEFALOMETRI Pembimbing : Dr. Endah Mardiati, drg., MS., Sp.Ort (K) Oleh : Imacullati Teresia Rini K. 160321120002 Rosery Pasky Sitepu 160321120004 PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS ORTHODONTI

Transcript of Cover + Daftar Isi Sefalo

Page 1: Cover + Daftar Isi Sefalo

SEJARAH SEFALOMETRI

DAN KEGUNAAN ANALISIS SEFALOMETRI

Pembimbing : Dr. Endah Mardiati, drg., MS., Sp.Ort (K)

Oleh : Imacullati Teresia Rini K. 160321120002

Rosery Pasky Sitepu 160321120004

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS ORTHODONTIFAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PADJADJARAN

BANDUNG2012

Page 2: Cover + Daftar Isi Sefalo

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

BAB II DEFINISI DAN TUJUAN SEFALOMETRI ................................. 3

BAB III MACAM-MACAM ANALISIS SEFALOMETRI DAN

KEGUNAANNYA.......................................................................... 5

BAB IV DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 13

Page 3: Cover + Daftar Isi Sefalo

BAB I

PENDAHULUAN

Gambaran radiografi sefalometri sejak lama telah dikenal, pada tahun 1919 oleh

Kettcham dan Ellis, tahun 1921 oleh Percy Brown dan kemudian tahun 1922 diperkenalkan

oleh Pacini yang menuliskan paper mengenai radiografi sefalometri (Athanasiou, 1995). Pada

tahun 1931, Broadbent di Amerika dan Hofrat di Jerman, pada waktu bersamaan menemukan

teknik sefalometri yang telah terstandarisasi dengan menggunakan alat sinar X dan pemegang

kepala yang dinamakan sefalostat atau sefalometer. Film yang dihasilkan dari pemotretan

kepala ini desebut sefalogram atau film kepala atau sefalometri sinar X. Di atas sefalogram

ini dilakukan tracing atau penapakan, yaitu memindahkan atau memproyeksikan anatomi

tengkorak dan jaringan lunak wajah yang diperlukan pada sehelai kertas asetat yang tembus

pandang. Pengukuran-pengukuran dilakukan pada gambaran anatomi tengkorak dan jaringan

lunak wajah yang diperoleh dengan cara penampakan tersebut dan hasilnya dianalisis

sehingga menghasilkan gambaran ukuran-ukuran kraniofasial baik berupa ukuran linier

maupun anguler.

Page 4: Cover + Daftar Isi Sefalo

BAB II

Defenisi, Sejarah dan Kegunaan sefalometri

2.1. Defenisi Sefalometri

Sefalometri didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari pengukuran-pengukuran

yang bersifat kuantitatif terhadap bagian-bagian tertentu dari kepala untuk mendapat

informasi tentang pola kraniofasial. Terdapat dua gambaran radiografi yang biasa digunakan

dalam sefalometri, yaitu gambaran lateral dan gambaran frontal.

2.2. Sejarah Sefalometri

Metode analisis sefalometri pertama kali dikemukakan oleh William B. Downs

(1948). Kemudian berkembang metode analisis lainnya yaitu : Steiner (1953), Sassouni

(1955), Ricketts (1960), Tweed (1966), dan lain-lain. Dalam metode analilsis tersebut,

terdapat nilai-nilai normal untuk mendefinisikan karakter skeletal, wajah, dental yang baik.

Namun nilai normal tersebut kebanyakan ditentukan hanya berdasarkan pada populasi kulit

putih Amerika (ras Kaukasus). Hellman (1929) mengatakan bahwa meskipun memiliki

pertumbuhan wajah dan gigi yang normal, terdapat perbedaan secara individual yang disebut

tipe-tipe fasial yang dapat ditemukan pada masing-masing ras yang berbeda dan juga diantara

tiap individu dalam ras yang sama (Sassouni 1955). Telah dilaporkan pada tahun 1980,

mengenai pembuatan Visualized Treatment Objectives (VTO) secara manual (gambar 1-1)

dianjurkan sebagai alat dalam merencanakan perawatan. VTO merupakan tracing sefalometri

yang menggambarkan perubahan yang diinginkan selama perawatan.

2. Kegunaan Sefalometri

Page 5: Cover + Daftar Isi Sefalo

Adapun kegunaan dari foto sefalometri ini sangat luas, dan ditujukan untuk membantu

menegakkan diagnosis, merencanakan perawatan, mempelajari pertumbuhan kraniofasial,

dan mengevaluasi hasil perawatan. Selain itu, foto sefalometri baik lateral maupun frontal

digunakan untuk menambah aspek dinamik diagnosis dalam merencanakan perawatan yang

lebih baik, memberikan informasi tentang morfologi, pola pertumbuhan wajah, dimensi

kraniofasial, kelainan skeletal atau dento-alveolar yang terjadi pada seorang individu

(Rakosi,1982l; Graber, 1985; Proffit, 1993: Athanasiou, 1995).

Foto sefalometri dapat digunakan untuk memprediksi pertumbuhan fasial dan

merencanakan perawatan ortodonti dalam hubungannya dengan prediksi pertumbuhan.

Penggunaan foto sefalometri diakui sangat besar menfaatnya dalam ilmu kedokteran

gigi umumnya dan ortodonti khususnya. Hasil penellitian Journal of Clinical Orthodontics

tahun 1986 dan 1990 membuktikan pentingnya sefalometri pada perawatan ortodonti.

Sekarang, analisis sefalometri pada pasien sudah merupakan suatu kebutuhan. Dengan

metode tersebut kita dapat memperoleh informasi dalam tiga bidang yaitu jelas informasi

mengenai morfologi dentoalveolar, skeletal maupun jaringan lunak.

Penggunaan sefalometri dalam bidang ilmu kedokteran gigi di Indonesia pada

umumnya sudah populer dimanfaatkan. Di bidang ortodonti sarana tersebut sudah

dimanfaatkan untuk membantu menentukan etiologi, diagnosis, prognosis dan rencana

perawatan.

Analisis sefalometrik merupakan sarana diagnosis yang dapat membantu menegakkan

diagnosis serta merencanakan perawatan kelainan dentomaksilo fasial.

Page 6: Cover + Daftar Isi Sefalo

Gambar 1-1 Pembuatan visual treatment objectives (VTO) menggunakan metode Ricketts. A, Tracing sefalometrik. B, Prediksi pertumbuhan (merah) untuk 2 tahun kemudian ditumpangtindihkan pada tracing asli. C, VTO (garis merah putus-putus) ditumpangtindihkan pada prediksi pertumbuhan. D, Gambaran tumpang tindih VTO pada tracing asli, memperlihatkan perkiraan efek kombinasi antara pertumbuhan dan perawatan. Sayangnya, keakuratan dari pendekatan ini jauh dari yang diharapkan karena variasi pada pertumbuhan dan respon terhadap perawatan.

Page 7: Cover + Daftar Isi Sefalo

Dengan teknologi komputer modern, dimungkinkan untuk mempertautkan tracing

sefalometri dengan gambar digital wajah, sehingga jika gigi-geligi atau rahang direposisi

pada tracing, maka akan dihasilkan suatu perubahan pada penampakan wajah. Saat ini,

prediksi sefalometri manual atau VTO telah digantikan oleh program prediksi komputer.

Program sefalometrik komputer pertama kali digunakan terutama untuk

merencanakan perawatan bedah untuk orang dewasa. Keuntungannya adalah lebih

mempermudah memperoleh beberapa prediksi sefalometrik dari digitasi tracing. Kini semua

program yang dipasarkan mampu memberikan superimposisi gambaran profil (baik

gambaran digital langsung atau digitasi gambaran konvensional dengan scanning) ke atas

tracing, sehingga dokter dan pasien dapat dengan mudah memvisualisasikan efek perawatan

(gambar 1-2). Gambaran komputer tipe ini dapat memberi pemahaman pasien mengenai

rencana perawatan. Meskipun dengan memperlihatkan simulasi komputer ke pasien dapat

meningkatkan harapan estetik mereka terhadap perawatan, namun hal ini tidak berarti

memberikan harapan yang tidak realistis.

Page 8: Cover + Daftar Isi Sefalo

Gambar 1-2 Menampilkan simulasi komputer mengenai profil post perawatan dapat sangat membantu pasien dalam memahami perbedaan antara pilihan-pilihan pendekatan perawatan. Meskipun dengan memperlihatkan simulasi komputer ke pasien dapat meningkatkan harapan estetik mereka terhadap perawatan, namun hal ini tidak berarti memberikan harapan yang tidak realistis.

Page 9: Cover + Daftar Isi Sefalo

BAB III

Penggunaan, Macam dan Dosis Radiasi Sefalometri

3.1. Penggunaan Analisis Sefalometri dalam Perawatan Ortodonti

Menurut tujuan penggunaannya analisis sefalometri dapat digolongkan sebagai

berikut (Kusnoto, 1997) :

3.1.1. Analisis untuk mendiagnosa :

a. Penilaian relasi skeletal

Pengukuran yang sering digunakan untuk menilai relasi skeletal adalah :

Relasi Pengukuran

Maksila – Kranium -- Sudut SNA

-- Sudut NA – FHP

Mandibula – Kranium -- Sudut SN – Pg

-- Sudut SNB

-- Sudut fasial

-- Sudut bidang mandibula

Maksila – mandibula -- Sudut ANB

-- Sudut AB

-- Sudut kecembungan

Proporsi vertikal -- Tinggi muka atas

Tinggi muka total

Arah/jurusan pertumbuhan -- Sudut sumbu Y

b. Penilaian relasi dental

Beberapa pengukuran yang digunakan untuk me-nilai relasi gigi-geligi terhadap

skeletal :

Page 10: Cover + Daftar Isi Sefalo

- Sudut 1 - NA, jarak 1 - NA

- Sudut 1 - NB, jarak 1 - NB

- Sudut 1 - 1, 1 - bidang mandibula

c. Analisis fungsionil

Misalnya untuk mengetahui pergerakan mandibula, fungsi dari palatal sewaktu

bicara dan besarnya free way space. Tetapi penggunaan sefalometri untuk hal-hal

tersebut masih sangat terbatas.

3.1.2. Analisis untuk merencanakan suatu perawatan.

Beberapa analisis sefalometri dibuat terutama untuk memberi gambaran yang jelas

dari penderita dan penyimpangannya dari tujuan perawatan yang ideal. Dalam penerapan

klinis, analisis ini digunakan dalam 3 tahap :

Penentuan dari bentuk, luas dan lokasi dari kelainan dentofasial.

Penentuan perawatan.

Tujuan dari rencana perawatan.

Analisis untuk merencanakan perawatan yang paling populer adalah analisis

STEINER.

3.1.3. Analisis untuk meramalkan pertumbuhan.

Masalah dari analisis sefalometri selama perawatan Ortodonti adalah adanya

pertumbuhan fisik pasien selama perawatan. Perawatan Ortodonti terse-but tidak hanya

mempengaruhi susunan gigi-geligi tetapi juga jurusan, waktu dan banyaknya pertum-

buhan skeletal. Hal ini menimbulkan gagasan untuk membuat analisis sefalometri yang

lebih dinamik yang dilakukan oleh RICKETTS. Ricketts mengajukan metoda analisis

untuk menduga adanya proses pertumbuhan.

3.1.4. Penilaian terhadap hasi1 perawatan.

Efek gabungan dari perawatan Ortodonti dan pertumbuhan biasanya dapat

Page 11: Cover + Daftar Isi Sefalo

dinyatakan dengan mensuperposisikan sefalogram sebelum dan sesudah perawatan pada

salah satu bidang orientasi yang terdapat pada basis kranium.

Pertumbuhan maksila dan perubahan susunan gigi-geligi maksila dapat diketahui

dengan cara mensuperposisikan pada bidang palatal dan berpatokan pada bagian superior

pada busur palatal di belakang prosesus alveolaris atas.

Pertumbuhan mandibula dan perubahan susunan gigi-geligi mandibula dapat

diketahui dengan cara mensuperposisikan pada kanalis mandibularis dan berpatokan pada

aspek lingual dari simpisis mandibula.

Penggunaan lainnya dari sefalometri di bidang Ortodonti, yaitu :

- Mempelajari profil wajah

- Analisis bibir

- Analisis posisi lidah

- Melakukan penelitian

Analisis Posisi Lidah

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam analisis lidah yaitu :

M : Servikal, setengah distal dari M yang paling belakang ( M yang erupsi)

V : titik yang paling kaudal pada bayangan palatum lunak atau proyeksinya terhadap garis

referensi

I dan Mc dihubungkan oleh garis penghubung yang diteruskan s/d titik V yang disebut

sebagai garis referensi

Patokan (template) yang transparan digunakan untuk menentukan garis-garis referensi

(gambar 2.2). Garis horizontal yang ditempatkan bertepatan dengan garis referensi

ditempelkan (tracing) pada rongten dan garis vertical harus diletakkan pada garis referensi

Page 12: Cover + Daftar Isi Sefalo

vertical. Dari patokan 0, dimana ketika garis bertemu, kita menggambar 4 garis tambahan,

semua sebesar 30 , sehingga total garis ada 7 dan ditandai dalam satuan millimeter (mm).

Menilai Posisi Lidah

Rontgen dilakukan pada posisi oklusi, ruang antara lidah dan langit-langit mulut

dijabarkan dalam ukuran millimeter (gambar 2.1). Bila garis tersebut diberi angka 1-7, maka

pengukuran dibuat sepanjang garis 1 memberikan gambaran antara palatum lunak dan dasar

lidah (posterior border rongga mulut). Di antara garis 2-6 memberikan gambaran dorsum

lidah s/d langit-langit dan sepanjang garis 7 memperlihatkan ujung lidah dan hubungan

dengan I bawah.

a. Bagian dasar lidah (Pengukuran nomor 1). Dengan kelainan nasal, ruang kecil

ditemukan antara dasar lidah s/d palatum lunak (rata-rata 0,9 – 1,2 mm). ruang di

antra segmen ini tidak selalu berhubungan dengan bernafas melalui mulut tapi dapat

terjadi juga pada kasus-kasus lidah yang kecil (pada kasus overbite).

b. Bagian dorsum lidah (pengukuran no. 2-6) yang Sering berhubungan dengan

maloklusi kelas 3. Pada kasus overbite, dorsum tinggi pada belakang dan rendah di

depan. Pada kasus yang lain, dorsum cenderung lebih rendah.

c. Bagian ujung lidah (pengukuran no. 7), ditarik pada kasus maloklusi kelas 3 dan kelas

2 dengan bernafas melalui hidung (6,33 mm) dan pada kasus-kasus overbite dalam.

Page 13: Cover + Daftar Isi Sefalo

Gambar 2.1 Gambaran penilaian posisi lidah pada radiorafi

Gambar 2.2. Template untuk penilaian posisi lidah pada radiografi

3.2. Macam Sefalometri

Analisa sefalometri seringkali menjadi dasar dalam membandingkan hasil

pengukuran dari setiap individu dengan rata-rata nilai dari masyarakat. Analisis sefalometri

Page 14: Cover + Daftar Isi Sefalo

juga memiliki komponen dari maloklusi dan faktor etiologi yang memungkinkan, ini juga

berguna untuk menentukan penyebab terjadinya kelainan pada individu tersebut.

Macam- macam metode analisis sefalometri :

1. Analisis Down’s (William B Downs 1948)

2. Analisis Steiner (1953)

3. Analisis Sassouni (1955)

4. Analisis Rickets (1960)

5. Analisis Tweed (1966)

6. Analisis Wit’s

Metode analisis sefalometri yang sering digunakan di USA adalah analisis

Down’s, Steiner, Rickets, Tweed dan Wit’s. Masing-masing analisis memberikan nilai

normal untuk skeletal, dental, dan wajah untuk populasi kulit putih.

Analisis sefalometri memberikan informasi dalam 3 bidang, yaitu :

1. Bidang sagital dan vertikal lateral foto

2. Bidang transversal antero-posterior foto

3. Memberi informasi yang jelas mengenai :

a. Skeletal

b. Jaringan lunak

c. Morfologi dentoalveolar

Analisis Steiner

Salah satu analisis yang sering digunakan adalah analisis Steiner karena cukup mudah

dan cepat pengerjaanya. Analisis ini merupakan salah satu yang paling popular untuk

merencanakan perawatan orthodonti. Analisis ini mencakup perhitungan posisi dan inklinasi

gigi terhadap rahang dan posisi rahang terhadap basis cranium. Steiner memakai garis

Page 15: Cover + Daftar Isi Sefalo

orientasi SN karena titik S dan N terletak pada jaringan keras yang mudah terlihat pada foto

rontgen. Keduanya terletak di bidang midsagital aehingga perpindahan letak kedua titik

karena perbedaan posisi kepala hanya sedikit sekali.

Titik referensi dalam analisis steiner :

1. S (Sella) : Titik yang terletak di tengah-tengah Sella Tursica (hypophysial fossa)

2. N (nasion) : Titik paling anterior dari sutura naso frontonasalis.

3. A (Subspinal) : Titik terdalam pada kurvatura tulang alveolar antara Spina Nasalis

Anterior dan Posterior

4. B (Supramental) : Titik terdalam pada kontur anterior dari symphysis mandibula

antara interdental dengan Pogonion.

5. Pg (Pogonion) : Titik paling anterior dari symphysis mandibula.

6. Gn (Gnathion) : Titik paling luar pada kurvatura symphysis antara Pogonion dan

Menton.

7. Go (Gonion) : Titit yang terletak pada angulus mandibula yang ditentukan dengan

membuat perpotongan antara garis singgung tepi bawah mandibula dengan garis

singgung tepi belakang mandibula.

Bidang referensi dalam analisis steiner :

1. Bidang Sella-Nasion (Sella-Nasion Plane) : garis yang menghubungkan titik S dan

N.

2. Bidang Frankfurt horizontal (Frankfurt Horizontal Plane-FFH/FHP) : garis yang

menghubungkan titik terbawah dari orbita kiri (Or) dan titik paling atas dari

projeksi “ear-rod” pada alat sefalostat atau garis yang menghubungkan titik porion

dengan titik orbita.

3. Bidang mandibula (Mandibular Plane-Mpl) : Garis yang menghubungkan titik Go

dan Gn.

Page 16: Cover + Daftar Isi Sefalo

4. Bidang Oklusal (Occlusal Plane=Occ.P) : Garis yang melalui titik pertemuan

antara insisif atas dan bawah denngan titik pertemuan antara bonjol mesiobukal

dari molar pertama atas dan bawah pada waktu oklusi.

5. Bidang palatal (Pt.P/Palatal Plane Spina Plane/Sp.P) : garis yang menghubungkan

ANS dan PNS.

Analisis Down’s

Titik dan bidang dalam analisis down’s :

1. Nasion

2. Titik Bolton

3. Tengah-tengah sella tursika

4. Orbital

5. Porion (sefalometrik)

6. Pogonion

7. Titik A (subspinale)

8. Titik B (supramentale)

9. Gnathion

10. Bidang Bolton

11. Frankfort Horizontal

12. Bidang mandibula

13. Bidang fasial

14. Basis gigi

15. Bidang oklusal

16. Sumbu Y

17. Sudut kecembungan (angle of convexity)

Page 17: Cover + Daftar Isi Sefalo

18. Bidang fasial

Analilsis Tweed

Mengukur 3 buah sudut yaitu :

Sudut FMPA (Frankfort Mandibular Plane Angle) dibentuk oleh bidang

mandibula dengan FHP. Besar sudut 16-35. Rata-rata 25

Sudut IMPA (Incisor Mandibular Plane Angle) dibentuk oleh inklinasi insisif Rb

dengan bidang mandibula. Besar sudut 85-95. Rata-rata 90

Sudut FMIA (Frankfort Mandibular Incisor Angle) dibentuk oleh bidang

Frankfort dengan bidang insisif. Besar sudut 60 – 75. Rata-rata 65.

Analisis Wits

Wits merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis kelainan rahang satu

sama lain dalam bidang sagital atau antero posterior.

Analisis Ricketts

Variabel dan norma :

Posisi dagu :

1. Sumbu fasial

2. sudut kedalaman fasial

3. Bidanng mandibula

4. Facial tapper

5. Tinggi muka bawah

6. Mandibular arc

Konvektivitas :

Page 18: Cover + Daftar Isi Sefalo

7. Konvektivitas titik A

Gigi-geligi :

8. Insisif bawah

9. Inklinasi insisif mandibula

10. Molar atas ke PtV

Profil

11. Bibir bawah ke bidang E

3.2.6. Analisis Wendel Wyle

Tujuan : Untuk melihat perbandingan tinggi total wajah (N-ME) dengan tinggi wajah

bawah (ANS-ME).

Perbandingan normal N-ANS : ANS-Me = 55 % - 45 %

Bila ANS-Me > 45 % artinya tinggi wajah bawah panjang = kasus openbite

Bila ANS-Me < 45 % artinya tinggi wajah bawah panjang = kasus deepbite

Page 19: Cover + Daftar Isi Sefalo

DAFTAR PUSTAKA

Athanasiou, A.E. 1995. Orthodontic Cephalometry. Mosby-Wolfe. London.

Moyers, R. E. 1998. Handbook of orthodontic. 4 th ed. Chicago-London: Year Book

Medical Publisher

Proffit, W R. dan Field, Jr. HW. 2000. Contemporrary Orthodontic. St Louis: The

C. V. Mosby company. 4 th

Rakosi, T. 1993. Color Atlas Orthodontic of Dental Medicine. Orthodontic-

Diagnosis. New York. Thieme Medical Publisher

Visser H, 2004. British Dental Journal