COVER. BAB I & II

download COVER. BAB I & II

If you can't read please download the document

description

cover

Transcript of COVER. BAB I & II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI NY.TW DENGAN

BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)

DI RUANG BAKUNG (PERINATOLOGI)

RSUP Dr.SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

JAWA TENGAH

STASE KEPERAWATAN ANAK

Disusun Oleh:

Ardian Dwi Ananta, S.Kep.

(24.11.0333)

VI B

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN IX

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

SURYA GLOBAL

YOGYAKARTA

2012

LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI NY.TW DENGAN

BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)

DI RUANG BAKUNG (PERINATOLOGI)

RSUP Dr.SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

JAWA TENGAH

Klaten, Desember 2012

Mahasiswa

(Ardian Dwi Ananta, S.Kep.)

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

( ) ()

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Dalam beberapa dasawarsa ini perhatian terhadap janin yang mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan sangat meningkat. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kematian perinatal neonatal karena masih banyak bayi yang dilahirkan dengan berat badan lahir rendah. (Mochtar, 1998 ). Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah premature baby dengan low birth weight baby ( bayi dengan berat lahir rendah = BBLR ), karena disadari tidak semua bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gr pada waktu lahir bukan bayi premature.

Menurut data angka kaejadian BBLR di Rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo pada tahun 1986 adalah 24 %. Angka kematian perinatal di rumah sakit dan tahun yang sama adalah 70 % dan 73 % dari seluruh kematian di sebabkan oleh BBLR (Prawirohardjo, 2005). Melihat dari kejadian terdahulu BBLR sudah seharusnya menjadi perhatian yang mutlak terhadap para ibu yang mengalamai kehamilan yang beresiko karena dilihat dari frekuensi BBLR di negara maju berkisar antara 3,6-10,8 %, di negara berkembang berkisar antara 10 43 %. Dapat di dibandingkan dengan rasio antara negara maju dan negara berkembang adalah 1 : 4 (Mochtar, 1998).

Kematian perinatal pada bayi berat badan lahir rendah 8 kali lebih besar dari bayi normal pada umur kehamilan yang sama. Kalaupun bayi menjadi dewasa ia akan mengalami gangguan pertumbuhan, baik fisik maupun mental.Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin rendah. Angka kematian yang tinggi terutama disebabkan oleh seringnya dijumpai kelainan komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi pneumonia, perdarahan intrakranial, dan hipoglikemia. Bila bayi ini selamat kadang-kadang dijumpai kerusakan pada syaraf dan akan terjadi gangguan bicara, IQ yang rendah, dan gangguan lainnya.

Hasil observasi dan pengkajian keperawatan yang dilakukan penulis, didapatkan pasien dengan jumlah cukup banyak dengan kasus Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Bakung (Perinatologi) RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Jawa Tengah. Berdasarkan hal tersebut penulis berminat memberikan Asuhan Keperawatan pada Bayi Ny.TW dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Bakung (Perinatologi) RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Jawa Tengah.

TUJUAN

Tujuan Umum

Tujuan umum dari asuhan keperawatan ini adalah penulis mampu memberikan asuhan keperawatan pada Bayi Ny.TW dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Bakung (Perinatologi) RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Jawa Tengah.

Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari asuhan keperawatan ini antara lain:

Penulis mampu melakukan pengkajian pada Bayi Ny.TW dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).Penulis mampu mempelajari cara mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial pada Bayi Ny.TW dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).Penulis mampu mempelajari cara menentukan intervensi pada Bayi Ny.TW dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Penulis mampu mempelajari cara pelaksanaan asuhan keperawatan pada Bayi Ny.TW dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).Penulis mampu mempelajari cara mengevaluasi keefektifan asuhan keperawatan pada Bayi Ny.TW dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).

RUANG LINGKUP

Dalam hal ini ruang lingkup dalam pemberian asuhan keperawatan yang dimaksud adalah pasien Bayi Ny.TW dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Bakung (Perinatologi) RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Jawa Tengah.

BAB II

TINJAUAN TEORI

DEFINISI

Bayi berat lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir < 2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram) tanpa memandang umur gestasi (Prawirohardjo, 2006). Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah prematur dengan BBLR. Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi yang berat kurang dari 2.500 gram pada waktu lahir bayi prematur.

KLASIFIKASI

Menurut Fraser (2009), berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya BBLR dibedakan dalam beberapa kategori:Bayi berat badan lahir rendah (BBLR)

Adalah bayi dengan berat badan lahir 1.500 gram 2.499 gram.

Bayi berat badan lahir sangat rendah (BBLSR)

Adalah bayi dengan berat badan lahir 1.000 gram 1.499 gram.

Bayi berat badan lahir ekstrim rendah (BBLER)

Adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari 1.000 gram.

Menurut Krisnadi (2009), BBLR dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu: Bayi prematur sesuai masa kehamilan (SMK)

Terdapat derajat prematuritas, menurut Usher digolongkan menjadi 3 kelompok:

Bayi sangat prematur (extremely premature), 24-30 minggu.Bayi prematur sedang (moderately premature), 31-36 minggu.

Borderline premature, 37-38 minggu. Bayi ini mempunyai sifat prematur dan matur, beratnya sama seperti bayi matur akan tetapi sering timbul masalah seperti yang dialami bayi prematur misalnya gangguan pernafasan, hiperbilirubinemia dan daya isap yang lemah.Bayi prematur kecil untuk masa kehamilan (KMK)

Banyak istiah yang digunakan untuk menunjukkan bahwa bayi KMK ini dapat menderita gangguan pertumbuhan di dalam uterus IUGR (intrauterine growth restriction) seperti pseudopremature, small for dates, dysmatur. Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasinya. Berat bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi kecil untuk masa kehamilannya.

ETIOLOGI

Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain adalah umur, paritas, dll. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR.

Faktor Ibu

Faktor penyakit

Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan, misalnya toxemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis. Selain itu penyakit lain seperti nefritis akut, infeksi akut, dll.

Usia

Angka kejadian tertinggi pada bayi BBLR adalah umur ibu dibawah 20 tahun dan pada multigravida yang jarak kelahirannya terlalo dekat.

Keadaan Sosial

Keadaan ini sangat berperan sekali terhadap timbulnya BBLR. Hal ini disebabkan oleh gizi yang kurang baik dan antenatal care yang kurang.

Sebab Lain

Karena ibu perokok, peminum atau narkotik.

Faktor JaninHydrammionKehamilan yang multipleKelainan kromosomSyphilis termasuk juga infeksi kronis

Faktor LingkunganTempat tinggal di dataran tinggiRadiasiZat-zat racun

Ada beberapa faktor yang dominan mempengaruhi kejadian prematur (Krisnadi, 2009):

Idiopatik

Apabila faktor penyebab lain tidak ada sehingga penyebab prematuritas tidak dapat diterangkan, maka penyebab persalinan prematur ini disebut idiopatik.

Iatrogenik (elektif)

Apabila kelanjutan kehamilan dapat membahayakan janin atau sebaliknya keadaan ibu terancam oleh kehamilannya, maka kehamilan harus diakhiri agar ibu dan janin selamat. Kondisi tersebut membutuhkan persalinan prematur buatan/iatrogenik yang disebut sebagai elektif preterm.

Keadaan ibu yang sering menyebabkan persalinan prematur elektif adalah: preeklampsi berat dan eklampsi, perdarahan antepartum, korioamnionitis, penyakit jantung yang berat atau penyakit paru/ginjal yang berat.Keadaan janin yang dapat menyebabkan persalinan prematur dilakukan adalah: gawat janin (anemia, hipoksia, asidosis atau gangguan jantung janin), infeksi intrauterine, isoimunisasi rhesus, pertumbuhan janin terhambat, simpul tali pusat pada monokorionik.

Sosio demografik

Yang termasuk kedalam faktor ini adalah kecemasan, depresi, keberadaan stress, respon emosional, dukungan sosial, pekerjaan, perilaku, aktivitas seksual, dan keinginan untuk hamil, usia ibu, status maternal, kondisi sosio ekonomi, faktor ras dan etnik.

Faktor ibu

Inkompetensi serviks

Imkompetensi serviks didiagnosis secara klinis bila terdapat pembukaan serviks pada saat kehamilan (belum ada kontraksi rahim). Beberapa peneliti memasukkan faktor resiko ini ke dalam kelainan rahim. Angka kejadian pasti sulit untuk diketahui dan keadaan ini sangat mungkin menjadi persalinan prematur apabila dipicu oleh perambatan infeksi asendens yang akan menyebabkan pecahnya ketuban atau mengeluarkan prostaglandin dan menyebabkan kontraksi rahim. Persalinan prematur dapat juga berlangsung karena fetus dengan cairan ketubannya terlalu berat untuk disangga oleh rahim dengan serviks inkompeten, ketuban dapat segera pecah atau didahului oleh kontraksi rahim.

Pada beberapa kasus, inkompetensi serviks terjadi akibat tindakan operatif pada serviks, misalnya pernah melakukan aborsi, dilatasi serviks yang menimbulkan robekan, atau ada kelainan kongenital pada serviks. Dalam kehamilan, inkompetensi serviks dapat didiagnosis dengan pemeriksaan sonografi. Funneling sebagai prediktor persalinan prematur dapat dideteksi secara transvaginal tetapi seringkali tidak tampak bila dilakukan pemeriksaan transabdominal.

Riwayat reproduksi: pernah menagalami persalinan prematur, KPD, abortus, interval kehamilan, paritas.Kehamilan kembar

Rata-rata kehamilan kembar dua hanya mencapai usia kehamilan 35 minggu, sekitar 60% mengalami persalinan prematur pada usia kehamilan 32 minggu sampai 5 minggu

1.500-2000 gr

1-10 hari

11 hari 4 minggu

> 4 minggu

2.1002500 gr

1-2 hari

3 hari 3 minggu

> 3 minggu

> 2.500 gr

1-2 hari

> 2 hari

Bayi di dalam inkubator hanya dipakaikan popok. Hali ini penting untuk memudahkan pengawasan mengenai keadaan umum, perubahan tingkah laku, warna kulit, pernafasan, kejang dan sebagainya sehingga penyakit yang diderita dapat dikenal sedini-dininya dan tindakan serta pengobatan dapat dilaksanakan secepat-cepatnya.

Pemberian Oksigen

Para peneliti di UT Southwestern dan 19 pusat-pusat kesehatan akademik menemukan bahwa penggunaan continuous positive airway pressure (CPAP), yang berhembus udara melalui lubang hidung bayi untuk mengembangkan paru-paru, mungkin pilihan yang lebih baik untuk bayi prematur dibandingkan ventilator lebih konvensional dan surfaktan terapi. Pada bayi prematur, pemberian terapi oksigen harus hati-hati dan diikuti dengan pemantauan terus-menerus tekanan oksigen darah arteri. Hal ini dilakukan karena pemberian terapi oksigen dapat menimbulkan ibehiperoksigenasi yang dapat menyebabkan fibroplasias retrolental dan fibroplasias paru. Sebaiknya terapi oksigen tidak melebihi konsentrasi 30%.

Penggunaan continous positive airway pressure (CPAP) diindikasikan pada bayi dengan berat lahir