Corporate Social Responsibility for City Branding in Slawi...

18
27 Corporate Social Responsibility for City Branding in Slawi Caentral Java Richard Mayopu dan Radius Tanone Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana [email protected] & [email protected] Pendahuluan Dalam perkembangan dunia Public Relations, Corporate Social Responsibility atau yang lebih sering dikenal dengan istilah CSR pun berkembang seiring mengkatnya kebutuhan tersebut. peraturan pemerintah yang menetapkan semua perusahan yang disebutkan dalam Undang-undang untuk menyisihkan sebagian anggarannya untuk dipergunakan sebagai dana pengembangan berbagai sektor ini memiliki dampak yang sangat signifikan terhadap perkembangan suatu kota. dibawah ini merupakan penjelasan Undang-undang yang mengatur CSR dalam Perseroan Terbatas 1 . jauh lebih penting dari itu adalah perkembangan bagi masyarakat yang bisa menikmati secara langsung dampak dari CSR itu sendiri. beberapa wilayah di Indonesia sudah menerapkan dan memanfaatkan Undang-undang ini untuk berkontribusi lebih dalam pembangunan masyarakat tersebut. Namun tidak sedikit pihak yang menolak keharusan melakukan CSR dari perusahan kepada pemerintah maupun masyarakat. Dengan dalih bahwa perusahan adalah lembaga profit yang mengurusi bisnis bukan mengurusi CSR. bahkan beberapa pandangan pesimistis yang mengemuka bahwa para investor akan memilih untuk melakukan investasi di negara lain daripada di Indonesia. Selain itu, pandangan bahwa pihak pemerintah hanya berusaha membuat regulasi hanya 1 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (“UUPT”) serta Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Perseroan Terbatas (“PP 47/2012”). http://www.hukumonline. com/klinik/detail/lt52716870e6a0f/aturan-aturan-hukum-corporate-social- responsibility Diakses pada 03 September 2013

Transcript of Corporate Social Responsibility for City Branding in Slawi...

Page 1: Corporate Social Responsibility for City Branding in Slawi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13341/17/BOOK_Richard M... · seperti ini pun perlu untuk dilakukan kajian yang

27

Corporate Social Responsibility for City Branding in Slawi Caentral Java

Richard Mayopu dan Radius Tanone Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

[email protected] & [email protected]

Pendahuluan Dalam perkembangan dunia Public Relations, Corporate Social

Responsibility atau yang lebih sering dikenal dengan istilah CSR pun berkembang seiring mengkatnya kebutuhan tersebut. peraturan pemerintah yang menetapkan semua perusahan yang disebutkan dalam Undang-undang untuk menyisihkan sebagian anggarannya untuk dipergunakan sebagai dana pengembangan berbagai sektor ini memiliki dampak yang sangat signifikan terhadap perkembangan suatu kota. dibawah ini merupakan penjelasan Undang-undang yang mengatur CSR dalam Perseroan Terbatas1. jauh lebih penting dari itu adalah perkembangan bagi masyarakat yang bisa menikmati secara langsung dampak dari CSR itu sendiri. beberapa wilayah di Indonesia sudah menerapkan dan memanfaatkan Undang-undang ini untuk berkontribusi lebih dalam pembangunan masyarakat tersebut.

Namun tidak sedikit pihak yang menolak keharusan melakukan CSR dari perusahan kepada pemerintah maupun masyarakat. Dengan dalih bahwa perusahan adalah lembaga profit yang mengurusi bisnis bukan mengurusi CSR. bahkan beberapa pandangan pesimistis yang mengemuka bahwa para investor akan memilih untuk melakukan investasi di negara lain daripada di Indonesia. Selain itu, pandangan bahwa pihak pemerintah hanya berusaha membuat regulasi hanya 1 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (“UUPT”)

serta Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Perseroan Terbatas (“PP 47/2012”). http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt52716870e6a0f/aturan-aturan-hukum-corporate-social-responsibility Diakses pada 03 September 2013

Page 2: Corporate Social Responsibility for City Branding in Slawi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13341/17/BOOK_Richard M... · seperti ini pun perlu untuk dilakukan kajian yang

28

Manajemen Image Kebhinekaan Indonesia

untuk memeras perusahan-perusahan yang berada di Indonesia ini harus menjadi perhatian khusus. pandangan-pandangan pesimistis seperti ini pun perlu untuk dilakukan kajian yang lebih dalam.Indon

Oleh karena itu perlu dilakukan kajian-kajian untuk setidaknya mencari tahu bagaimana fenomena-fenomena ini dapat terjadi dan berkembang dikalangan pengusaha, pemerintah maupun masyarakat. Artikel ini bertujuan memberikan pemahaman-pemahaman berkaitan dengan CSR maupun “bagaimana sebenarnya kontribusi CSR tersebut dalam membangun Branding sebuah daerah, dalam hal ini Slawi”.

Kajian Teori Corporate Social Responsibility (CSR)

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan oleh beberapa peneliti telah menunjukkan hasil yang sangat mebantu dalam rangka menemukan “roh” dari CSR di Indonesia. peneltiian yang dilakukan oleh Siti Maryama dengan judul Tanggung Jawab Sosial Perusahan dalam Pesrpektif Regulasi di Indonesia, Belanda dan kanada, menemukan bahwa harus ada tujuan bersama khususnya tujuan yang baik demi melayani masyarakat antara perusahan, komunitas masyarakat dan terutama lingkungan sekitar2. point yang pertama adalah ketika melihat CSR di Indonesia yang sebenarnya sudah mulai digalakan sejak tahun 1983, ketika dikeluarkannya PP no 3 Tahun 1983 tentang tata cara pembinaan dan pengawasan Perusahan Jawatan (Perjan), Perusahan Umum (Perum) dan perusahan Perseorangan (Persero), Pada saat itu biaya pengembangan Usaha Kecil menengah dibebankan pada perusahan. Walaupun Peraturan Pemerintah tersebut di Inisiasi oleh Kementrian BUMN dengan tujuan untuk menghidupkan usaha kecil menengah masyarakat indonesia, namun peraturan ini seperti memberikan angin segar bagi maasyarakat Indonesia yang sangat ingin mengembangkan diri menjadi pengusaha-pengusaha menengah dan sekaligus mendapatkan bimbingan langsung dari pengusaha-pengusaha yang sudah berpengalaman.

Temuan penelitiian ini juga menjelaskan bahwa CSR bisa digunakan untuk memberikan stimulus bagi masyarakat yang ingin meningkatkan kualitas hidup mereka. Selanjutnya penelitian yang

2 Siti Marayama, Jurnal Liquidity Vol 2, No.2, Juli Desember 2013 Hal 189-194

Page 3: Corporate Social Responsibility for City Branding in Slawi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13341/17/BOOK_Richard M... · seperti ini pun perlu untuk dilakukan kajian yang

Richard Mayopu & Radius Tanone , Corporate Social Responsibility...

29

dilakukan oleh Agus Salim Harahap dengan judul Pengaturan CSR di Indonesia. Temuan dari penelitian ini adalah CSR diaplikasikan pada kegiatan-kegiatan yang menyentuh aspek-aspek sosial, pendidikan, pelatihan keterampilan dan aspek ekonomi. Hal-hal tersebut akan sangat membantu masyarakat yang berada di sekitar wilayah operasional perusahaan agar dapat meningkatkan kapasitas dan kualitas hidup mereka3.

Penelitian ini tentunya menjelaskan dengan tegas bagaimana CSR sangat efektif dan mungkin saja sangat dibutuh oleh masyarakat jika pengelolaan dilakukan secara profesional dan tertata rapi. Namun hasil peneltian tersebut belum mengungkapkan bagaimana CSR bisa digunakan untuk tujan branding suatu kota. oleh karena itu artikel hasil penelitian ini melihat CSR dari sisi yang sedikit berbeda. Menurut shrivasta ,1996 dalam nunung prajarto, menjelaskan bahawa untuk mempertahankan semangat (spirit), mendorong aktivitas maupun irama yang harmonis dalam melaksanakan CSR, paling tidak terdapat usaha saling memotivasi oihak lain, termasuk dilingkungan pemerintah dan swasta. Hal ini senada dengan salah seorang karyawan PT Gunung Slamat yang mengatakan bahwa relasi pihak perusahan dengan pemerintah kota Tegal dalam hal ini kecamatan Slawi, sangat harmonis dan bahkan saling mendukung satu dengan yang lainnya. pembangunan seutuhnya berarti membangun keseimbangan antara Bumi, Manusia, dan termasuk Pembangunan Ekonominya.

CSR di Indonesia masih sangat fokus pada pembahasan bagaimana perusahan memiliki tanggungjawab sosial terhadap masyarakat maupun pemerintah. Artinya perusahan pun ikut berkewajiban mensejahterakan masyarakat melalui kerja sama yang dilakukan bersama-sama dengan pemerintah. kerja sama yang dilakukan bukan saja kerja sama dalam bentuk dana, namun juga kerjasama dalam bentuk program kerja agar sinergisitas yang dilakukan bisa berjalan tidak saja secara kuantitas namun juga kualitas sinergisitas itu sendiri.

RelationshipSekalipun intensitas tinggi relationship dalam duni Public Relations

(PR) adalah melalui media massa, bukan berarti bahwa secara densitas,

3 Agus Salim Harahap, Pengaturan CS di INdonesia LexJurnalica Vol 7 No 3 Agustus 2010 hal 182-190

Page 4: Corporate Social Responsibility for City Branding in Slawi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13341/17/BOOK_Richard M... · seperti ini pun perlu untuk dilakukan kajian yang

30

Manajemen Image Kebhinekaan Indonesia

PR hanya berhubungan dengan media massa. apalagi sebetulnya end user dari PR adalah Publik. jalan akhir sebuah indformasi adalah yang akan dikembangkan, sikap yang akan diubah, dan perilaku yang diarahkan adalah pada publik itu sendiri4. pendapat ini tentunya juga bisa diartikan bahwa didalam membangun relasi yang baik adalah juga harus berkonstentrasi untuk tidak saja terhadap pihak media massa, namun juga adalah yang terpenting adalah publik. untuk membangun hubungan dengan publik pun bisa menggunakan berbagai cara, dan salah satunya adalah dengan menggunakan komunikasi interpersonal. komunikasi antar pribadi memiliki resiko kegagalan yang paling minim, respon dari proses ini bisa langsung terjadi dan dilihat pada saat komunikasi berlangsung5. Mengapa komunikasi interpersonal ini yang digunakan? tentunya ini bukanlah sesuatu yang tidak berdasar, selain apa yang sudah dijelaskan sebelumnya, komunikasi interpersonal ini yang kemudian digunakan oleh para pimpinan PT. Gunung Slamat untuk membangun relasi yang baik dengan pemerintah maupun masyarakat Slawi. Komunikasi interpersonal digunakan selain untuk membangun relasi yang baik, juga bertujuan untuk menyampaikan hal-hal yang dianggap saling mendukung keduabelah pihak untuk mensejahterakan masyarakat. dan dampak dari komunikasi ini bisa dilihat pada bagian hasil dan analisis penelitan ini.

Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan paradigma induktiv kritis dimana

penelitian berbasis pada data yang diperoleh dilampangan dan penelitian ini sama skali tidak bertujuan untuk menguji teori tertentu dalam CSR. selanjutnya akan dijelaskan pada bagian metode peneltian dibawah ini

Jenis dan Pendekatan PenelitianMetodologi adalah proses, prinsip dan prosedur yang kita gunakan

untuk mendekati problem dan mencari jawaban (Mulyana, 2010 : 145). Metode pengumpulan data adalah cara atau teknik bagaimana data 4 Silih Agung Wasesa, Jim Macnamara, Membangun Pencitraan Berbiaya Minimal

dengan Hasil Maksimal, STRATEGI PUBLIC RELATIONS, PT Gramedia Pustaka Utama, Cetakan ke lima 2015 Hal 13

5 Richard G. Mayopu, Pax Humana, Jurnal Humaniora Yayasan Bina Darma Vol 1, No. 1, januari 2014 Hal : 109

Page 5: Corporate Social Responsibility for City Branding in Slawi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13341/17/BOOK_Richard M... · seperti ini pun perlu untuk dilakukan kajian yang

Richard Mayopu & Radius Tanone , Corporate Social Responsibility...

31

itu bisa ditemukan, digali, dikumpulkan, dikategorikan dan dianalisis (Ardianto, 2011 : 61).

Penelitian berasal dari Bahasa Inggris, research artinya pencarian kembali atau penyelidikan kembali untuk menjawab berbagai fenomena yang ada, dengan mencari, menggali dan mengkategorikan sampai pada analisis fakta dan data. Penelitian itu sendiri setidaknya untuk menguji teori, membantah teori dalam penelitian ilmiah atau pemecahan masalah dalam penelitian ilmiah yang bersifat praktis (Faisal, 2001 : 11 dalam Ardianto, 2011 : 3).

Menurut Strauss dan Corbin (2013 : 4) dalam bukunya Dasar-dasar Penelitian Kualitatif menyebutkan penelitian kualitatif dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Contohnya dapat berupa penelitian tentang kehidupan, riwayat dan perilaku seseorang, disamping juga tentang peranan organisasi, pergerakan sosial, atau hubungan timbal-balik. dengan mengutip pernyataan Straus dan Corbin terwsebut maka penelitian ini pun dinilai sangat relevan untuk menggunakan pendekatan kualitatif, dimana penelitian ini melihat bagian hubungan timbal balik melalui simbol-simbol yang nampak di Slawi berkaitan dengan CSR yang dimanfaatkan sebagai City Branding.

Penelitian kualitatif merupakan perilaku artistik. Pendekatan filosofis dan aplikasi metode dalam rangka penelitian kualitatif dimaksudkan untuk memproduksi ilmu-ilmu “lunak”, seperti sosiologi, antropologi (komunikasi dan public relations). Penelitian kualitatif berangkat dari ilmu-ilmu perilaku dan ilmu-ilmu sosial. Esensinya adalah sebagai sebuah metode pemahaman atas keunikan, dinamika, dan hakikat holistik dari kehadiran manusia dan interaksinya dengan lingkungan (Ardianto, 2011 : 59).

Penelitian kualitatif memiliki karakteristik, yaitu (Sabarguna, 2005 : 6-7) : Peneliti memaknai apa yang diteliti dengan persepsi-persepsi subyektif untuk menghadirkan konteks yang menjelaskan suatu fenomena ; Tujuan penelitian adalah mengembangkan konsep-konsep yang dapat menjelaskan makna suatu fenomena ; Tidak dilakukan pengujian hipotesis, karena konteks atau lingkungan sosial menentukan bagaimana data dikumpulkan ; Konsep pengetahuan dalam bentuk tema, motif, taksonomi dan generalisasi bukan operasionalisasi variabel.

Page 6: Corporate Social Responsibility for City Branding in Slawi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13341/17/BOOK_Richard M... · seperti ini pun perlu untuk dilakukan kajian yang

32

Manajemen Image Kebhinekaan Indonesia

Teknik Pengumpulan Data & Jenis DataTeknik pengumpulan data adalah cara atau metode yang digunakan

oleh peneliti dalam mengumpulkan informasi yang terkait dengan penelitian. Pada penelitian kualitatif ini adalah terdiri dari metode wawancara, observasi dan pengumpulan dokumen.

Wawancara Interview (wawancara) merupakan alat pengumpulan data yang

sangat penting dalam penelitian komunikasi kualitatif yang melibatkan manusia sebagai subjek (pelaku, aktor) sehubungan dengan realitas atau gejala yang dipilih untuk diteliti (Pawito, 2008 : 132).

Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu (Mulyana, 2010 : 180).

Jenis wawancara pada penelitian ini adalah wawancara mendalam, yaitu teknik mengumpulkan data atau informasi dengan cara bertatap muka langsung dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam. Pada wawancara mendalam ini, pewawancara relatif tidak mempunyai kontrol atas respon informan. Artinya, informan bebas memberikan jawaban-jawaban yang lengkap, mendalam; bila perlu, tidak ada yang disembunyikan (Ardianto, 2011 : 178).

Wawancara mendalam (in-depth interview) pada penelitian ini menggunakan pedoman wawancara (interview guide) pada umumnya dimaksudkan untuk kepentingan wawancara yang lebih mendalam dengan lebih memfokuskan pada persoalan-persoalan yang menjadi pokok dari minat penelitian. Pedoman wawancara tidak berisi pertanyaan mendetail, hanya secara garis besar tentang data yang ingin diketahui oleh peneliti dari informan, dan bisa berkembang lagi sesuai dengan konteks dan situasi wawancara (Pawito, 2008 : 133).

Wawancara dilakukan kepada staff PT Gunung Slamat Slawi yang bertempat di Slawi Tegal Jawa Tengah.

Observasi Observasi dilakukan di Slawi, Tegal. baik di Lokasi perusahan

maupun di lokasi tempat Ikon-ikon teh Poci ditempatkan sebagai simbol-simbol di Slawi.

Page 7: Corporate Social Responsibility for City Branding in Slawi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13341/17/BOOK_Richard M... · seperti ini pun perlu untuk dilakukan kajian yang

Richard Mayopu & Radius Tanone , Corporate Social Responsibility...

33

DokumenPengamatan berperan serta dan wawancara mendalam dapat pula

dilengkapi dengan analisis dokumen sepeti otobiografi, memoar, catatan harian, surat-surat pribadi, catatan pengadilan, berita koran, artikel majalah, brosur, buletin dan foto-foto (Mulyana, 2010 : 195). Dokumen yang diamati adalah daokumentasi Foto, video profil perusahan maupun dokumen-dokumen lainnya yang mendukung penlitian ini.

Jenis Data yang akan ditelitiData Primer

Sugiyono (2010 : 137) menyatakan bahwa sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Pada penelitian ini data primer diperoleh peneliti melalui cara wawancara dan observasi.

Data SekunderData sekunder menurut Sugiyono (2010 : 137) adalah sumber

data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.

Teknik Analisa DataAnalisis data merupakan proses sistematis pencarian dan pengaturan

transkrip wawancara, catatan lapangan, dan materi-materi lain yang telah dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman mengenai materi tersebut dan memungkinkan untuk menyajikan apa yang sudah ditemukan kepada orang lain (Ardianto, 2011 : 220). Menurut Nasution (2003) (dalam Ardianto, 2011 : 216) analisis data dalam penelitian kualitatif harus dimulai sejak awal, sehingga data yang diperoleh dalam lapangan harus segera dituangkan dalam bentuk tulisan dan dianalisis.

Miles dan Huberman adalah teknik analisa data yang dipilih oleh peneliti dalam menyelesaikan tugas akhir. Miles dan Huberman (1994) menawarkan suatu teknik analisis yang lazim disebut dengan interactive model. Teknik analisis ini pada dasarnya terdiri dari tiga komponen : reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan serta pengujian kesimpulan (drawing and verifying conclusions) (Punch, 1998 :202-204) (dalam Pawito, 2007 : 104)

Page 8: Corporate Social Responsibility for City Branding in Slawi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13341/17/BOOK_Richard M... · seperti ini pun perlu untuk dilakukan kajian yang

34

Manajemen Image Kebhinekaan Indonesia

Analisis data Model Interaktif dari Miles dan Huberman(Pawito, 2007 : 105)

Langkah-langkah reduksi data yang pertama adalah melibatkan langkah-langkah editing, pengelompokan dan meringkas data. Tahap kedua, peneliti menyusun kode-kode dan catatan-catatan (memo) mengenai berbagai hal, termasuk yang berkenaan dengan aktivitas serta proses-proses sehingga peneliti dapat menemukan tema-tema, kelompok-kelompok, dan pola-pola data. Kemudian, pada tahap terakhir dari reduksi data, peneliti menyusun rancangan konsep-konsep (mengupayakan konseptualisasi) serta penjelasan-penjelasan berkenan dengan tema, pola atau kelompok-kelompok data bersangkutan. Dalam komponen reduksi data ini peneliti dapat melihat mana data yang relevan dan tidak, serta data yang perlu di analisis atau tidak (Pawito, 2007 : 104-105).

Komponen kedua analisis interaktif dari Miles dan Huberman, yakni penyajian data (data display) melibatkan langkah-langkah mengorganisasikan data, yakni menjalin (kelompok) data yang satu dengan (kelompok) data yang lain sehingga seluruh data yang dianalisis benar-benar dilibatkan dalam satu kesatuan, karena dalam penelitian kualitatif biasanya terdapat beragam perspektif yang bertumpuk. Dalam hubungan ini, data yang tersaji berupa kelompok-kelompok atau gugusan-gugusan yang kemudian saling dikaitkan sesuai dengan kerangka teori yang digunakan (Pawito, 2007 : 106).

Komponen terakhir adalah penarikan dan pengujian kesimpulan, peneliti pada dasarnya mengimplementasikan prinsip induktif dengan mempertimbangkan pola-pola data yang ada dan atau kecenderungan dari display data yang telah dibuat. Walaupun ada kalanya kesimpulan terlihat di awal, peneliti harus menyelesaikan analisis seluruh data yang

Page 9: Corporate Social Responsibility for City Branding in Slawi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13341/17/BOOK_Richard M... · seperti ini pun perlu untuk dilakukan kajian yang

Richard Mayopu & Radius Tanone , Corporate Social Responsibility...

35

ada. Peneliti harus mengkonfirmasi, mempertajam, atau mungkin merevisi kesimpulan-kesimpulan yang telah dibuat untuk sampai pada kesimpulan final berupa proposisi-proposisi ilmiah mengenai gejala atau realitas yang diteliti (Pawito, 2007 : 106)

Teknik analisa data yang dilakukan peneliti mengacu dengan teori Miles dan Huberman adalah dengan mengumpulkan semua rekaman verbatim hasil wawancara dengan narasumber yang merupakan data primer, kemudian peneliti membuat log book yang merupakan ketikan percakapan dari hasil rekaman verbatim. Kemudian, peneliti mencoba untuk membaca/mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang ada dalam data ; mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema yang berasal dari data dan menuliskan “model” yang ditemukan (Bungin, 2010 : 145). Hal itu dilakukan dengan mencocokkan jawaban narasumber dengan pertanyaan dan membandingkan dengan jawaban narasumber lainnya.

Selain Miles dan Huberman, peneliti menggunakan metode triangulasi untuk analisis data. Triangulasi merupakan suatu pendekatan terhadap pengumpulan data, dengan mengumpulkan bukti secara seksama dari berbagai sumber yang berbeda-beda dan berdiri sendiri-sendiri, dan seringkali juga dengan alat yang berbeda-beda (contoh : membandingkan kesaksian lisan dengan catatan tertulis), atau mengacu pada perspektif teoritis yang berbeda (Sabarguna, 2005 : 27).

Tujuan Triangulasi adalah mengecek kebenaran data tertentu dengan membandingkannya dengan data yang diperoleh dari sumber lain, pada berbagai fase penelitian lapangan, pada waktu yang berlainan, dan dengan menggunakan metode yang berlainan (Ardianto, 2011 : 197).

Triangulasi dapat juga dilakukan dengan membandingkan antara hasil dua peneliti atau lebih, serta dengan menggunakan teknik yang berbeda, misalnya observasi, wawancara dan dokumen (Ardianto, 2011 : 197).

Beberapa tahapan triangulasi : (Sabarguna, 2005 : 6535)Definisi triangulasi adalah mencocokkan (Cross Check) antara

hasil wawancara, atau observasi dengan bukti dokumen, atau pendapat yang lain.

Page 10: Corporate Social Responsibility for City Branding in Slawi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13341/17/BOOK_Richard M... · seperti ini pun perlu untuk dilakukan kajian yang

36

Manajemen Image Kebhinekaan Indonesia

Uraian dari proses triangulasi adalah menentukan hal yang perlu dilakukan triangulasi kemudian melakukan cross check antara hasil wawancara, tema dengan dokumentasi atau pendapat lain.

Pedoman yang digunakan dalam triangulasi adalah menggunakan pertanyaan penelitian, tujuan atau masalah yang perlu ditriangulasi kemudian cross check dengan hal yang relevan. Contohnya, saat pegawai A, B, C, rajin masuk kerja, maka cross check dengan absensi dan tanggapan temannya.

Mengacu pada analisis data menggunakan metose triangulasi, peneliti menggabungkan data sekunder, yakni Foto dan Video mengenai CSR yang nantinya menjadi City Branding sebagai data pembanding dan pendukung dari data primer yang berupa wawancara dan observasi. Peneliti kemudian berusaha mencocokkan kedua jenis data dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dibuat peneliti. Diharapkan dari kedua jenis data ini peneliti dapat memberikan makna (making sense of) terhadap data, menafsirkan (interpreting), atau mentransformasikan (transforming) data ke dalam bentuk-bentuk narasi yang kemudian mengarah pada temuan yang bernuansakan proposisi-proposisi ilmiah (thesis) yang akhirnya sampai pada kesimpulan-kesimpulan final (Pawito, 2008 : 101).

Hasil Penelitian Dan Analisis Corporate Social Responsibility For City Branding

Ketika menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di Slawi, Tegal jawa Tengah, tradisi jawa, tradisi teh seakan menjadi image yang pertama tertanam dalam benak penulis. hal ini bukan tanpa alasan, namun disebabkan oleh karena beberapa ikon yang terdapat dibeberapa ruang publik di daerah tersebut. dan seketika pun langsung timbul pertanyaan kritis “apakah daerah ini merupakan daerah penghasil teh?; apakah daerah ini merupakan daerah pengrajin tanah liat?; apakah daerah ini merupakan ikon teh indonesia?. Hal ini tentunya menjadi pijakan awal untuk mendalami seberapa jauh dan seberapa kuat branding daerah ini. Namun tentunya penulis tidak ingin secara cepat mengambil kesimpulan yang mungkin saja tergolong prematur berkaitan dengan “temuan: awal ini.

Page 11: Corporate Social Responsibility for City Branding in Slawi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13341/17/BOOK_Richard M... · seperti ini pun perlu untuk dilakukan kajian yang

Richard Mayopu & Radius Tanone , Corporate Social Responsibility...

37

City branding6 bisa berkembang dalam pemahaman masyarakat urban, dimana banyak pandangan yang selalu berkutat pada paradigma “woow” yang selalu menjadi ciri khas sebuah kota. sebut saja DKI Jakarta yang secara langsung maupun tidak langsung memiliki branding sebagai kota metropolitan. Segala sesuatu bisa didapatkan di Jakarta. Citra sebagai Kota Bisnis, Kota Pemerintahan, Kota Pemerintahan, Kota Pariwisata, dan masih banyak lagi hal yang bisa ditemui dengan gampangnya di Jakarta. selain Jakarta, beberapa daerah yang juga mulai membangun CB salah satunya adalah SOLO. The Spirit Of Java menjadi pilihan Tagline untuk mewujudkan keinginan untuk menjadikan SOlo sebagai salah satu destinasi pariwisata di Jawa Tengah. Berbagai kebijakan maupun infrastruktur dibangun untuk menopang tujuan terebut. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ina Primasari dkk7, menemukan bahwa Solo disiapkan untuk menjadi sebuah kota tujuan wisata dengan Budaya jawa yang kental. terdapat beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk membangun CB yaitu : • MenentukantujuanyangjelasdaripengembanganbrandingKota

Solo.• MenentukanKhalayakPengunjungKotaSolo• MengidentifikasicitraKotaSolo• MengaturIdentitasAspiratifKotaSolo• MengembangkanpositioningkotaSolo• Menciptakanproposisiuntukprioritastargetsasaran.• MenjalankanStrategi• MengukurKeberhasilan

Dari delapan point diatas yang menjelaskan hasil peneltian yang diklakukan di Kota Solo, paling tidak kita bisa mengambil temuan tersebut untuk merefleksikan dalam peneltian di Slawi. Slawi yang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Tegal tentunya harus mengikuti Visi dan misi Kabupaten Tegal. Berikut merupakan Visi dan misi Pemerintah Kabupaten Tegal

6 Selanjutnya disingkant CB 7 Ina Primasari, Widodo Muktiyo, Diah Kusumawati, 2014 Vol 1 No CITY BRANDING

SOLO SEBAGAI KOTA WISATA BUDAYA JAWA (Studi Deskriptif Kualitatif tentang City branding Solo sebagai kota wisata budaya Jawa oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Solo)

Page 12: Corporate Social Responsibility for City Branding in Slawi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13341/17/BOOK_Richard M... · seperti ini pun perlu untuk dilakukan kajian yang

38

Manajemen Image Kebhinekaan Indonesia

Visi dan MisiVisi dan misi RPJMD selaras dengan arahan RPJPD sebagai pembangunan daerah tahap kedua dan ketiga, yaitu tahap Pelengkapan Instrumen Inovatif dan tahap Dinamisasi Sistem Inovasi. Perumusan visi dan misi ini dilakukan untuk menjawab permasalahan umum daerah yang berlaku saat ini, dan prediksi kondisi umum daerah yang diperkirakan akan berlangsung.

1. VisiVisi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan

pada akhir periode perencanaan. Sesuai visi Bupati dan Wakil Bupati terpilih, maka visi pembangunan daerah jangka menengah Kabupaten Tegal 2014-2019 adalah:

Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Tegal yang Mandiri, Unggul, Berbudaya, Religius dan Sejahtera“Cinta Desa, Cinta Rakyat, Cinta Produk Tegal, Cinta Budaya Tegal”Arti Visi:Mandiri : Pembangunan daerah dilaksanakan sebagai usaha untuk mengisi kemerdekaan dan merupakan upaya membangun kemandirian ekonomi melalui peningkatan daya saing.Unggul : Masyarakat memiliki kemampuan berpikir, beraktualisasi dan memiliki kapasitas inovatif dan kreatif sehingga menjadi masyarakat yang unggulBerbudaya : Masyarakat memilki integritas, jati diri yang mulia, terbuka dan bertanggungjawab disertai kepribadian yang mulia atas dasar agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha EsaReligius : Segala tata kehidupan dan regulasi pembangunan ditujukan bagi kesejahteraan masyarakat Kabupaten Tegal dengan niat ibadah mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menjaga hubungan baik kepada sesama manusia maupun kepada Tuhan Yang Maha EsaSejahtera : Menunjukan kondisi kemakmuran, yaitu masyarakat yang terpenuhi kebutuhan ekonomi, sosial dan keamanan, dengan kata lain kebutuhan dasar masyarakat telah terpenuhi secara lahir dan batin secara adil dan merata

2. MisiDalam rangka penjabaran Visi Kabupaten Tegal maka disusunlah misi untuk mewujudkan masyarakat Kabupaten Tegal yang

Page 13: Corporate Social Responsibility for City Branding in Slawi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13341/17/BOOK_Richard M... · seperti ini pun perlu untuk dilakukan kajian yang

Richard Mayopu & Radius Tanone , Corporate Social Responsibility...

39

mandiri, unggul, berbudaya, religius dan sejahtera, dengan rincian sebagai berikut:1. Mewujudkan birokrasi yang bersih dan responsif terhadap

pemenuhan hak dasar rakyat.2. Mewujudkan kesejahteraan rakyat melalui pembangunan

ekonomi kerakyatan yang difokuskan pada sektor perdagangan, industri dan pertanian.

3. Mewujudkan kehidupan paseduluran dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama.

4. Mengembangkan seni budaya dan pengetahuan tradisional.5. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa melalui

penguatan kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat.

Tagline “Cinta Desa, Cinta Rakyat, Cinta Produk Tegal, Cinta Budaya Tegal” yang diusung Pemerintah Kabupaten tegal, nampaknya menjadi angin segar bagi Slawi untuk mengembangkan diri menjadi salah satu wilayah dikabupaten tegal yang sarat akan nilai budaya. Dalam salah satu diskusi dengan seorang karyawan PT Gunung Slamat Slawi Tegal, disampaikan bahwa salah satu alasan masyarakat Tegal terutama Slawi bangga dengan daerahya adalah karena perkembangan budaya dan terutama produknya yang sudah terkenal se-Nusantara, (walaupun target pemasaran yang difokuskan pada wilaya Jawa Tengah saja). salah satu produk yang sering dibicarakan adalah Teh Poci. Produk ini merupakan salah satu produk unggulan dari PT. Gunung Slamat untuk memenangkan pasar, namun jauh dari pada itu, produk ini digunakan sebagi ikon yang nantinya akan berperan besar dalam city branding Slawi Tersebut. PT Gunung Slamat yang sangat berkomitmen untuk mengembangkan masyarakat Slawi ini, sudah bertransformasi dari intdustri Rumahan, menjadi industri yang besar dengan total karyawan yang mencapai 2.715 karyawan8

Berdiri sejak 1940 di Slawi, Perusahan ini kemudian harus beradaptasi dengan perkembangan ekonimi Republik Indonesia dan juga harus selalu menyesuaikan diri dengan iklim investasi yang selalu mengalami perubahan. namun dengan transformasi yang terjadi sejak tahun 1940, PT Gunung Slamat tetap konsisten untuk tetap berjuang mengembangkan produk lokal yang juga berkaitan dengan budaya dan tradisi masyarakat Slawi yaitu Teh. tradisi masayarakat slawi yang sengat 8 Sumber Data Bulan maret 2017 di PT Gunung Slamat

Page 14: Corporate Social Responsibility for City Branding in Slawi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13341/17/BOOK_Richard M... · seperti ini pun perlu untuk dilakukan kajian yang

40

Manajemen Image Kebhinekaan Indonesia

gemar untuk mengkonsumsi Teh kemudian dilihat sebagai peluang secara ekonomi untuk mengembangkan bisnis ini sekaligus menangkap peluang untuk melestarikan budaya dan tardisi masyarakat Slawi yaitu Nge-Teh. Tradisi ini lebih dikenal oleh masyarakat Slawi dengan sebutan Moci. Moci yang artinya menikmati teh dikala senggang, atau dikenal dengan istilah skrg adalah Nge-teh ini kemudian menjadi salah satu inspirasi untuk membuat suatu produk teh bernama teh Poci. Inilah yang kemudian menjadi titik awal City Branding dimulai di Kota Slawi.

Bagi masyarkat Jawa tengah tentunya sudah mengenal produk Teh Poci ini. segmentasi pasar yang berfokus untu masyarakat jawa tengah ini kemudian berkembang dengan sangat pesat di Jawa Tengah. produk ini hadi diberbagai pusat perbelanjaan baik yang modern maupun tradisional. oleh karena itu produk ini cukup memiliki tempat dimasyarakat Jawa Tengah.

Kembali ke Slawi, Teh Poci berkembang menjadi ikon Slawi. Bahkan di beberpa tempat Strategis di Slawi, gampang di temui Iklan atau pun tugu Teh Poci

Gambar 1 : Tugu Teh Poci di Salah satu ruas jalan di Slawi Sumber : Dokumentasi Pribadi Richard G. Mayopu

Pada Gambar 1 merupakan salah satu kerja sama PT Gunung Slamat dengan pemerintah Slawi untuk memperindah dan meningkatkan fungsi visual dari salah satu ruas jalan di Slawi (pertiga-an).

Page 15: Corporate Social Responsibility for City Branding in Slawi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13341/17/BOOK_Richard M... · seperti ini pun perlu untuk dilakukan kajian yang

Richard Mayopu & Radius Tanone , Corporate Social Responsibility...

41

Gambar 2 : Tugu Poci di Slah Satu Taman Kota di Slawi Sumber : Dokumentasi Pribadi Richard G. Mayopu

Pada Gambar 2 merupakan salah satu tugu poci yang di tempat pada salah satu taman kota di Slawi. jika pada malam hari, sering digunakan sebagai tempat berkumpul kaum muda Slawi untuk sekedar Nongkrong.

Gambar 3 : Tugu Poci yang terdapat di Alun-alun Slawi

Sumber : Dokumentasi Pribadi Richard G. Mayopu

Pada Gambar 3 Merupakan Ikon Slawi. Berada tepat di tengah kota tepatnya di Alun-alun yang notabenenya selalu menjadi salah satu lokasi berkumpul, bercengkrama maupun berolahraga bagi masyarakat

Page 16: Corporate Social Responsibility for City Branding in Slawi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13341/17/BOOK_Richard M... · seperti ini pun perlu untuk dilakukan kajian yang

42

Manajemen Image Kebhinekaan Indonesia

Slawi. Tugu yang tepat berada di jantung kota ini menjadi simbol yang tidak terbantahkan lagi bahwa branding Slawi yang merupakan daerah dimana budaya dan tradisi masyarkatnya yang gemar Moci, dimanfaatkan dengan sangat elegan dalam mengenalkan produk sekaligus membantuh pemerintah untuk mem-Branding Slawi sebagai kota Moci-Poci. Dibawah ini merupakan bagan rangkaian proses yang bisa dirangkum dalam hasil peneltian ini

Bagan City Branding menggunakan CSR di SLAWISumber : Richard G. Mayopu & Radius Tanone

Pada Bagan diatas diatas, nampak bahwa untuk menjalankan CSR, perlu diperhatikan Visi dan Misi dari perusahan yang menjalankan CSR tersebut. namun juga perlu diperhatikan bahwa jika visi dan misi pemerintah pun harus dilihat dan dipertimbangkan dalam mengambil kebijakan CSR perusahan. Hal ini menjadi penting karena dalam beberapa rancangan program, perlu diperhatikan sinergi dan mulualisme dari kedua belah pihak. Persoalan mendasar yang terjadi di Indonesia adalah ketika pamerintah daerah ingin mem-branding suatu daerah, belum menempatkan perusahan atau korporasi sebagai mitra yang bisa saling menguntungkan satu dengan yang lain, tanpa mengurangi nilai-nilai budaya dan tradisi masyarakat setempat. Pemahaman bahwa untuk melakukan City Branding pun sudah harus bisa di sesuaikan dengan kebutuhan dan konteks pemerintah daerah dan korporasi. Pemerintah membutuhkan City Branding

Page 17: Corporate Social Responsibility for City Branding in Slawi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13341/17/BOOK_Richard M... · seperti ini pun perlu untuk dilakukan kajian yang

Richard Mayopu & Radius Tanone , Corporate Social Responsibility...

43

untuk pencitraan kota sedangkan perusahan butuh CSR karena sudah diamanatkan dalam regulasi yaitu undang-undang.

Oleh karena itu sinergisitas menjadi mutlak dibutuhkan. Secara konseptual pun bisa dilihat bahwa yang terjadi di Slawi adalah City Branding menggunakan CSR. Hal ini menjadi suatu strategi pencitraan kota yang relativ baru dan belum banyak digunakan oleh daerah-daerah lain. kecenderungan yang terjadi adalah bahwa City Branding dilakukan dengan cara meningkatkan sektor pariwisata baik wisata alam, maupun wisata religi. Strategi ini menjadi dominan di Indonesia. Lihat saja Solo, Yogyakarta, Raja Ampat, Sumba, Lombok dan masih banyak lagi daerah di Indonesia. oleh karena itu CSR for City Branding menjadi salah satu alternativ pilihan yang bisa dipetimbangkan.

Kesimpulan Melihat perkembangan pembangunan daerah di Indonesia yang

sudah mulai beranjak dari daerah tradisional menjadi daerah modern, menuntut para pembuat kebiajakan maupun para stakeholder yang ada di Negeri ini untuk mulai memikirkan cara dan strategi-strategi yang terbarukan. Oleh karena itu dalam penelitian ini berusaha untuk memberikan sentuhan yang relativ berbeda yang berkaitan dengan city branding suatu daerah terutama di Indonesia. Pendekatan memperkenalkan daerah dengan menonjolkan aspek pariwisata yang saat ini sedang berkembang di Indonesia bisa digunakan sebagai senjata untuk pencitraan kota. namun yang menjadi tantangan adalah bagaimana dengan daerah yang potensi wisatanya sangat minim? Penelitian ini telah menunjukan bahwa Corporate Social Responsibility bisa digunakan menjadi salah satu alternativ yang menarik untuk melakukan pencitraan kota (CSR For City Branding).

Page 18: Corporate Social Responsibility for City Branding in Slawi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13341/17/BOOK_Richard M... · seperti ini pun perlu untuk dilakukan kajian yang

44

Manajemen Image Kebhinekaan Indonesia

Daftar Pustaka Agus Salim Harahap, Pengaturan CS di INdonesia LexJurnalica Vol 7

No 3 Agustus 2010 hal 182-190

Ina Primasari, Widodo Muktiyo, Diah Kusumawati, 2014 Vol 1 No CITY BRANDING SOLO SEBAGAI KOTA WISATA BUDAYA JAWA (Studi Deskriptif Kualitatif tentang City branding Solo sebagai kota wisata budaya Jawa oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Solo)

Pawito, 2008. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta : Lkis.

Richard G. Mayopu, Pax Humana, Jurnal Humaniora Yayasan Bina Darma Vol 1, No. 1, januari 2014 Hal : 109

Sabarguna, Boy S. 2005. Analisis Data Pada Penelitian Kualitatif. Jakarta : UI-Press.Ardianto,

Elvinaro. 2011. Metodologi Penelitian untuk Public Relations Kualitatif dan Kuantitatif. Bandung :

Simbiosa Rekatama Media.

Silih Agung Wasesa, Jim Macnamara, Membangun Pencitraan Berbiaya Minimal dengan Hasil Maksimal, STRATEGI PUBLIC RELATIONS, PT Gramedia Pustaka Utama, Cetakan ke lima 2015 Hal 13

Siti Marayama, Jurnal Liquidity Vol 2, No.2, Juli Desember 2013 Hal 189-194

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kualitatif kuantitatif dan R&D. Bandung Alfabeta

Strauss, Anselm dan Juliet Corbin. 2013. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif, Tatalangkah dan teknik-teknik Teorisasi Data. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Mulyana, Deddy. 2005. Komunikasi Efektif. Bandung : Remaja Rosdakarya.