CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE,...

111
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, DAN ENVIRONMENTAL DISCLOSURE DI INDONESIA SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh THEODORA CETY YUSNITA F 0306078 FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE,...

Page 1: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL

PERFORMANCE, DAN ENVIRONMENTAL DISCLOSURE

DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh

THEODORA CETY YUSNITA

F 0306078

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul

CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE,

DAN ENVIRONMENTAL DISCLOSURE

DI INDONESIA

Telah disetujui dan diterima oleh pembimbing untuk diajukan kepada tim penguji

skripsi.

Surakarta, 20 Agustus 2010

Disetujui dan diterima oleh

Pembimbing

Drs. Djoko Suhardjanto, M.Com (Hons), Ph.D, Ak

NIP. 196302031989031006

Page 3: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 4: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

MOTTO

Hidup Itu Sesungguhnya Mudah, Jika Kita Mau Berusaha dan Tak

Mudah Putus Asa, sebab Segala Usaha Tak Kan Berakhir dengan

Sia – sia. . .

Semua Butuh Pengorbanan, dan Terkadang Harus Ada yang Dikorbankan

Demi Mendapatkan Sesuatu yang Lebih Baik, karena harus disadari

bahwa

Tak Ada yang Gratis di Dunia ini. . .

Orang lain boleh menilai apa yang ada pada diri kita maka kita akan

memandangnya sebagai sesuatu yang biasa saja, lumrah adanya, karena

akan ada kesempatan yang sama bagi kita untuk menilai apa yang ada pada

diri orang lain itu. . .

Me – refresh hidup itu tak semudah menekan tombol F5 di Komputer. . .

Saya adalah saya. . .

. . . .

Page 5: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERSEMBAHAN

Karya manis

ini aku persembahkan kepada:

♥ Ayah dan mama serta semua keluarga, yang selalu mendoakan yang

terbaik dalam hidupku

♥ Pak Djoko Suhardjanto, terimakasih buat bimbingannya selama ini

♥ Bagoes Ponco Nugroho, terimakasih buat doa, dan dukungannya

♥ Teman – teman semua tanpa terkecuali, Thanx for All

♥ ALMAMATER: Universitas Sebelas Maret Surakarta

Page 6: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena

anugerah serta ijin-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan

baik.

Skripsi ini disusun dan diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan

memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penyelesaian penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak, Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Jaka Winarna M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Djoko Suhardjanto, M.Com (Hons), Ph.D, Ak. selaku pembimbing

skripsi. Terimakasih banyak Pak Djoko atas semua pengorbanan waktu

dan pemikiran, saran, kritik, dorongan dan semangat yang telah banyak

membantu penulis. Maaf ya Pak, kalau saya sering banyak tanya dan

sering melakukan kesalahan, terima kasih untuk semuanya.☺☻

4. Bapak-ibu dosen, guru-guru TK, SD, SMP, SMA yang telah memberiku

ilmu dan pengetahuan. Terima kasih, sebab tanpa pengorbanan bapak-ibu

saya gag akan sampai ”sejauh” ini. ☻

Page 7: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5. KeluargaQ ter – Cinta: Yah, mah. . anakmu dah jadi SARJANA!!!

Waktunya aku bahagiain ayah dan mama. . Terlebih makasih buat doa dan

dukungannya!!; Mas Avick: Ade’mu dah SE kie!!Hohohoho. .

Mbah Kung, Mbah Uti, Mbah Klaten, Pakde, Bude, Om, Bulik, Sepupu2

Aq. .Pokoknya Dora’s Family et al. . .Lihat dibelakang namaq ada SE-nya:

Sarjana Ekonomi!!!Hooorrrreeee. . .

6. My Bee (^0^): Bagus Ponco Nugroho ♥. .makasih buat segalanya!!Ayo

raih mimpi bersama – sama. . Hahhaiii. .

7. Buat The DjoKo`s Family (Rena, Rini, Udjo, Mb. Shinta, Prima), temen –

temen seperjuanganQ. . makasih ya atas saran, kritik, semangat,

sharingnya. Senang sekali bisa berjuang bareng kalian. Semoga kita

sukses selalu ya. . .

8. Teman-temanku: Rena Rukmita, Rini Trimuharmi, Ichwanul Kamila,

Arfira Puspitadewi, Ariane Vita. . .pengen rasanya karaoke, makan,

nggosip, curhat, nonton film, makan duren, nge – juice, “nggembel”, jalan

– jalan, kapan pun, dimanapun, selalu dengan kalian!!!Gag tau berapa

banyak kenangan dan cerita bersama kalian!! Luph U all!!

Oiyyaaa. . Magetan – Kediri – Jakarta – Pati – Sukoharjo – Bukittinggi . .

bisa jadi rute perjalanan kita selanjutnya. .\(^0^)/

9. Teman saia yang paling praktis: Boi Apm. .aq gag bakal lupa bu Kartun

dan jeans Ijo. Ahhhhaaaii. .

10. Senior DjoKo’ s Family: Sesa, Choir, Asri, Kiki. .makasih y buat bantuan,

saran2, serta pengalamannya. .membantu banget teman – teman!!

Page 8: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11. Davit (EP): terimakasih. . .!!!!oiya. .aeo bersemangat. .\(^0^)/

12. Dyah & Tyas (Manajemen); Hili (Sahilda ding. .^0^), Ririn, Sekar, dan

semua akuntansi 2006 yang gag isa disebutin satu – satu. . Mungkin kita

akan jarang bertemu, tapi selamanya kita akan menjadi

teman!!!Setuju?????

13. Penghuni Fortuna (sekarang bernama: Griya Arimbi) dan penghuni Puri

Sanfina: terimakasih. .telah menemaniku 4 tahun ini!!

Especially Dhea: Yuu. .ayo maen2 lagiii!!!Miss U. .

14. Buat Pak Timin, Pak Man, Pak Pur, terima kasih buat doa dan bantuannya

selama ini.

15. Semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu yang telah

memberikan bantuan pada penulis, terimakasih banyak.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan

dalam penulisan ini. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis

harapkan dari pembaca skripsi ini.

Semoga amal baik dan bantuan ikhlas yang diberikan kepada penulis

mendapatkan balasan yang setimpal dari Tuhan YME. Akhirnya penulis berharap

skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Surakarta, Agustus 2010

Theodora Cety Yusnita

Page 9: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAKSI ………………………………………………………............

ABSTRACT ………………………………………………………..............

HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………..........................

HALAMAN PENGESAHAN …………………………………...................

HALAMAN MOTTO ……………………………………………...............

HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………..............

KATA PENGANTAR ……………………………………………..............

DAFTAR ISI ……………………………………………………….............

DAFTAR TABEL ………………………………………………….............

DAFTAR GAMBAR.....................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………................

A. Latar Belakang Masalah ………………………………..............

B. Rumusan Masalah ……………………………………………...

C. Tujuan Penelitian ………………………………………………

D. Manfaat Penelitian …………………………………………......

E. Sistematika Penulisan ………………………………….............

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................

A. Landasan Teori……………………….........................................

1. Annual Report dan Disclosure (Pengungkapan) …………...

ii

iii

iv

v

vi

vii

viii

xi

xiv

xv

1

1

5

6

6

7

9

9

9

Page 10: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Environmental Disclosure …………………………….........

3. Environmental Performance ………………………….........

4. Program Penilaian Kinerja Perusahaan (PROPER) ………..

5. Corporate Governance……………………………………..

B. Kaitan Corporate Governance dengan Environmental

Performance dan Environmental Disclousre...............................

C. Kerangka Konseptual..................................................................

D. Pengembangan Hipotesis.............................................................

BAB III. METODE PENELITIAN …………………………......................

A. Desain Penelitian..........................................................................

B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel....................

C. Data dan Metode Pengumpulan Data...........................................

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel...........................

E. Metode Analisis Data...................................................................

BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN ……………..........................

A. Statistik Deskriptif.......................................................................

B. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan..........................................

1. Analisis Regresi Berganda.....................................................

a) Pengaruh Corporate Governance Terhadap

Environmetal Performace................................................

b) Pengaruh Corporate Governance Terhadap

Environmetal Disclosure..................................................

11

14

17

20

27

30

31

36

36

36

37

38

45

49

49

60

61

61

69

Page 11: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Uji Korelasi............................................................................

3. T - test.....................................................................................

BAB V. PENUTUP........................................................................................

A. Kesimpulan..........................................................................

B. Saran....................................................................................

C. Keterbatasan.......................................................................

D. Rekomendasi.......................................................................

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

76

80

83

83

85

86

86

Page 12: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

2.1

3.1

3.2

4. 1

4. 2

4. 3

4. 4

4. 5

4. 6

4.7

4. 8

Peringkat Warna PROPER..............................................

Nilai Durbin – Watson…………………………………

Keterangan Persamaan Regresi Berganda.......................

Populasi dan Klasifikasi Industri ....................................

Statistik Deskriptif Variabel Dependen...........................

Statistik Deskriptif Variabel Independen........................

Hasil Regresi Berganda Tahap I......................................

Hasil Regresi Berganda Tahap II....................................

Hasil Uji Korelasi………................................................

Group Statistik.......................................……………….

Hasil Independent Sample Test………………………...

19

46

48

49

51

56

62

70

76

80

81

Page 13: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR Halaman

2. 1

2.2

2.3

2.4

Struktur Board of Director dalam One Tier System….....

Struktur Board of Commissioner dalam Board of

Director dalam Two Tiers System yang Diadopsi oleh

Belanda…………………………………………………..

Struktur Board of Commissioner dalam Board of

Director dalam Two Tiers System yang Diadopsi oleh

Indonesia………………………………………………...

Kerangka Konseptual........................................................

23

24

24

30

Page 14: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE,

DAN ENVIRONMENTAL DISCLOSURE DI INDONESIA

ABSTRAKSI

Theodora Cety Yusnita

F 0306078

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan corporate

governance terhadap environmental performance dan environmental disclosure

perusahaan peserta Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER)

serta untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kualitas environmental

disclosure dan environmental performance antara perusahaan yang listing dan

non-listing di Bursa Efek Indonesia (BEI). Selain itu, penelitian ini diharapkan

memberikan informasi mengenai hubungan antara environmental performance

dan praktik environmnetal disclosure di Indonesia. Corporate governance yang

digunakan adalah proporsi dewan komisaris independen, proporsi anggota komite

audit yang independen, jumlah rapat dewan komisaris, serta jumlah rapat komite

audit. Penelitian ini juga menggunakan ukuran perusahaan, leverage, dan

profitabilitas sebagai variabel kontrol.

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu annual report perusahaan

tahun 2008. Populasi penelitian ini adalah 627 perusahaan peserta Program

Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan. Metode pengambilan sampel yang

digunakan yaitu judgment sampling, sehingga diperoleh sampel 80 perusahaan.

Dari seluruh sampel yang mengikuti Program Penilaian Peringkat Kinerja

Perusahaan tersebut, diperoleh tingkat kinerja lingkungan hidup perusahaan

sebesar 1,5 atau tergolong kategori “Belum Taat”, dan level pengungkapan

lingkungan hidup sebesar 27,75%. Pengujian dilakukan dengan menggunakan

analisis regresi berganda dan uji korelasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja lingkungan hidup

dipengaruhi oleh proporsi komite audit independen (ρ-value 0,023) sedangkan

pengungkapan lingkungan hidup perusahaan hanya dipengaruhi oleh ukuran

perusahaan (ρ-value 0,038). Penelitian ini juga menunjukkan bahwa terdapat

hubungan antara kinerja lingkungan dengan pengungkapan lingkungan hidup,

serta terdapat perbedaan tingkat pengungkapan lingkungan antara perusahaan

yang terdaftar dengan perusahaan yang tidak terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Saran yang dihasilkan dari penelitian ini yaitu bahwa pemerintah

sebaiknya mendorong perusahaan untuk lebih meningkatkan kinerja lingkungan

dan memperhatikan pelaporan kegiatan mereka terkait lingkungan serta menyusun

regulasi yang mewajibkan perusahaan untuk melaksanakan kinerja dan

pengungkapan lingkungan.

Kata kunci : corporate governance, environmental performance, environmental

disclosure, Program Penilaian Peringkat Kinerja (PROPER)

Page 15: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE,

AND ENVIRONMENTAL DISCLOSURE IN INDONESIAN

ABSTRACT

Theodora Cety Yusnita

F 0306078

The purpose of this study is to examine the effect of corporate governance

to environmental performance and environmental disclosure at companies

participating Corporate Performance Rating Program and to investigate whether

there are differences in quality the environmental performances and

environmental disclosures among listed companies and non-listing on the

Indonesian Stock Exchange. In addition, this study is to examine information

about the relationship between environmental performance and environmental

disclosure practices in Indonesia. Corporate governance is proxied by the

proportion of independent commissioners, the proportion of independent audit

committee members, the number of board meetings, as well as the number of audit

committee meetings. This study also uses firm size, leverage, and profitability as a

control variable.

Data used in this study is the company's 2008 annual report. The sampling

method used is judgment sampling, in order to obtain the sample 80 firms. From

all these samples, obtained by the level of corporate environmental performance

for 1,5 or belonging to the category "Not Devout", and the level of environmental

disclosures by 27.75%. This study employed a hypothesis test using multiple

regression and correlation test.

The results of this study indicate that environmental performance is

influenced by the proportion of independent audit committees withρ – value 0.02 .

while corporate environmental disclosure is only influenced by company size with

ρ – value 0,038. This study also shows that there is a relationship between

environmental performances with environmental disclosures, and there are

differences in the level of environmental disclosure between listing companies and

non listing companies in Indonesia Stock Exchange.

The implication is that the regulator should encourage companies should

be more increase to environmental performance and concern to report their

environmental activities.

Keywords: corporate governance, environmental performance, environmental

disclosure, Corporate Performance Rating Program

Page 16: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

Bab yang pertama ini akan menjelaskan mengenai latar belakang

dilakukannya penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian

dan sistematika dari penulisan penelitian ini.

A. Latar Belakang

Menurut OPPapers.com (2008), permasalahan lingkungan hidup telah

menjadi bagian dalam kehidupan manusia, bahkan saat ini masalah lingkungan

telah menjadi isu global dan penting untuk dibicarakan karena menyangkut

kepentingan seluruh umat manusia. Empat puluh tahun terakhir ini telah terjadi

perubahan cara pandang dalam melihat masalah lingkungan. Pada tahun 1960an

masalah lingkungan hanya dipandang sebagai masalah lokal, pencemaran udara di

perkotaan, masalah limbah industri dan sebagainya. Pada tahun 1970an masalah

lingkungan dipandang sebagai masalah global seperti hujan asam, kerusakan

lapisan ozon, pemanasan global dan perubahan iklim. Pada tahun 1980an timbul

kesadaran bahwa masalah lingkungan global dapat mengancam kelangsungan

pembangunan ekonomi. Di tahun 1990an munculah kesadaran masyarakat akan

perlunya suatu alat analisis yang obyektif untuk menilai kinerja operasional

perusahaan terhadap lingkungan.

Salah satu isu utama yang mendapat perhatian besar masyarakat dunia

adalah pencemaran lingkungan hidup oleh perusahaan industri (OPPapers.com,

2008). Kiernan (2009) menyatakan bahwa sekitar 75 % permasalahan sosial dan

1

Page 17: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lingkungan di dunia ini, baik secara langsung maupun tidak langsung disebabkan

oleh aktivitas perusahaan – perusahaan multinasional. Hal ini sejalan dengan hasil

penelitian Dunlap dan Scarce (1991) yang menyatakan bahwa dari hasil pooling,

publik memandang kegiatan bisnis dan perusahaan sebagai kontributor terbesar

terhadap permasalahan lingkungan yang terjadi pada saat ini.

Berkaitan dengan permasalahan lingkungan, pada dasarnya kepedulian

perusahaan terhadap permasalahan dan upaya pelestarian lingkungan hidup

memberikan keuntungan lebih, diantaranya adalah ketertarikan pemegang saham

dan stakeholder terhadap keuntungan yang diperoleh perusahaan sebagai akibat

dari pengelolaan lingkungan yang bertanggungjawab menurut penilaian

masyarakat (Pflieger, Fischer, Hupfer, dan Eyerer, 2005). Melalui

pertanggungjawaban itu pula perusahaan dapat memberikan informasi mengenai

sejauh mana telah memberikan kontribusi (kontribusi positif maupun negatif)

terhadap kualitas hidup manusia dan lingkungannya (Belkaoui, 2000).

Namun, banyak peneliti yang masih mempertanyakan kualitas informasi

yang disampaikan dalam pengungkapan kinerja lingkungan (Lindrianasari, 2007).

Deegan dan Gordon (1996) menemukan bukti bahwa perusahaan di Australia

cenderung mengungkapkan hal – hal yang baik saja dan menahan (withheld)

informasi lingkungan yang berpengaruh buruk terhadap image perusahaan.

Penemuan ini membuktikan bahwa kualitas pengungkapan itu belum memadai

karena tidak adanya kesesuaian antara informasi yang diungkapkan dengan

kinerja sesungguhnya (Deegan, 2002; O’ Dwyer, 2003). Ini sejalan dengan

penelitian Ingram dan Frezier (1980), Wiseman (1982), Freedman dan Jaggi

Page 18: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(1982), Freedman dan Wasley (1990), Li, Richardson dan Thornton (1997), yang

menemukan tidak adanya hubungan yang signifikan dalam pengujian hubungan

antara environmental disclosure dengan environmental performance.

Hasil di atas kontradiktif dengan hasil penelitian yang dilakukan Al-

Tuwaijri et al. (2003), Pava dan Krauzs (1996), Preston (1980) yang menemukan

bahwa terdapat hubungan positif antara kinerja lingkungan dengan pengungkapan

lingkungan perusahaan.

Dalam upaya meningkatkan kualitas pertanggungjawaban lingkungan

hidup, corporate governance dapat menjadi salah satu kunci untuk mengawasi

performance perusahaan. Adanya corporate governance yang baik akan

meningkatkan transparansi dan akuntabilitas perusahaan, sehingga segala aktivitas

perusahaan yang berhubungan dengan environmental performance akan

diungkapkan. Hal ini sejalan dengan pendapat Eng dan Mak (2003) yang

menyatakan bahwa corporate governance yang baik menjadi salah satu faktor

yang memunculkan akuntansi pertanggungjawaban lingkungan hidup.

Penelitian yang menguji keterkaitan antara corporate governance terhadap

environmental disclosure sudah banyak dilakukan, antara lain penelitian Elipstein

dan Freedman (1994), Ho dan Wong (2001), Eng dan Mak (2003), serta Haniffa

dan Cooke (2005). Di Indonesia, penelitian untuk menguji keterkaitan antara

corporate governance terhadap pengungkapan informasi lingkungan dalam

laporan tahunan perusahaan juga sudah banyak dilakukan, antara lain oleh

Sembiring (2005), Anggraini (2006), Novita dan Djakman (2008), Miranti

(2009), dan Permatasari (2009).

Page 19: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Proporsi dewan komisaris independen merupakan variabel yang sering

digunakan untuk menguji pengaruh corporate governance terhadap

pengungkapan environmental performance. Penelitian Chen dan Jaggi (1998)

menunjukkan terdapat pengaruh positif proporsi dewan komisaris independen

terhadap environmental disclosure.

Kinerja dan tugas dewan komisaris untuk mengawasi jalannya perusahaan

akan efektif bila masing-masing anggota dewan secara aktif hadir dalam

pertemuan dewan komisaris (corporate governance guidelines, 2007). Pertemuan

ini dilakukan baik secara internal maupun eksternal sesuai dengan kebutuhan dan

tujuannya.

Keberadaan komite audit dalam suatu perusahaan berfungsi untuk

meningkatkan pengendalian dalam perusahaan (Forker, 1992). Dengan adanya

komite audit, perusahaan akan lebih meningkatkan kualitas laporan keuangan

sehingga pengungkapan dalam annual report akan diperluas sesuai dengan

aktivitas perusahaan (Ho dan Wong, 2001). Dalam menjalankan tugasnya, komite

audit mengadakan pertemuan minimal 4 kali dalam satu tahun (corporate

governance guidelines, 2007). Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kinerja

komite audit sehingga hasilnya dapat maksimal.

Penelitian ini mengacu pada penelitian Permatasari (2009). Perbedaannya

adalah penelitian ini menambahkan pengujian pengaruh corporate governance

terhadap environmental performance serta menguji hubungan antara

environmental performance dan environmental disclosure. Hal ini dikarenakan

adanya hasil empiris penelitian terdahulu yang masih kontradiktif dan untuk

Page 20: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

mengetahui sejauh mana informasi pengungkapan lingkungan di laporan tahunan

perusahaan dalam menjelaskan kinerja lingkungan perusahaan tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan corporate

governance terhadap environmental performance dan environmental disclosure

oleh perusahaan peserta Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan

(PROPER), yang direpresentasikan melalui proporsi dewan komisaris

independen, proporsi anggota komite audit yang independen, jumlah rapat dewan

komisaris, serta jumlah rapat komite audit. Penelitian ini juga bertujuan untuk

mengetahui apakah terdapat perbedaan kualitas environmental disclosure dan

environmental performance antara perusahaan yang listing dan non – listing di

Bursa Efek Indonesia (BEI). Selain itu, penelitian ini diharapkan memberikan

gambaran terkini mengenai hubungan antara environmental performance dengan

praktik environmnetal disclosure di Indonesia. Berdasarkan uraian tersebut di

atas, peneliti akan melakukan penelitian dengan judul ”Corporate Governance,

Environmental Performance, dan Environmental Disclosure di Indonesia”.

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang dan judul penelitian, maka yang menjadi

pokok permasalahan adalah:

1. Apakah corporate governance mempengaruhi environmental

performance?

2. Apakah corporate governance mempengaruhi environmental disclosure?

Page 21: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3. Apakah terdapat hubungan antara environmental performance dengan

environmental disclosure?

4. Apakah terdapat perbedaan environmental disclosure dan environmental

performance antara perusahaan yang listing dan non – listing di Bursa

Efek Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui apakah implementasi corporate governance berpengaruh

terhadap environmental performance perusahaan.

2. Mengetahui apakah implementasi corporate governance berpengaruh

terhadap environmental disclosure perusahaan.

3. Mengetahui apakah terdapat hubungan antara environmental performance

dengan environmental disclosure perusahaan.

4. Mengetahui apakah terdapat perbedaan environmental disclosure dan

environmental performance antara perusahaan yang listing dan non –

listing di Bursa Efek Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat termasuk:

1. Dapat memberikan kontribusi terhadap literatur penelitian akuntansi

khususnya mengenai penerapan corporate governance terhadap

environmental performance dan environmental disclosure perusahaan.

Page 22: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Bagi Investor, dapat membantu memberikan gambaran mengenai kinerja

perusahaan dengan melihat penerapan corporate governance sehingga

dapat mengambil keputusan investasi yang tepat.

3. Bagi Perusahaan, dapat membantu memberikan gambaran tentang kinerja

perusahaan, dalam hal ini penerapan corporate governance, sehingga

dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan

keputusan di masa mendatang dan memberikan wacana tentang

pentingnya pengungkapan sosial dalam laporan tahunan untuk

memperhatikan lingkungan alam di sekitar perusahaan mereka, dalam

rangka menjaga alam dan juga untuk mencapai competitive advantage di

dunia bisnis.

4. Bagi akademis, bisa dijadikan referensi dalam penelitian – penelitian

selanjutnya disamping sebagai sarana untuk menambah wawasan.

E. Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan

Berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Pustaka

Bab ini menguraikan tinjauan pustaka yang memuat literatur

terkait dengan topik penelitian; kaitan variabel independen

dengan variabel dependen; kerangka konseptual;

pengembangan hipotesis.

Page 23: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB III : Metode Penelitian

Bab ini berisi tentang desain penelitian; populasi, sampel, dan

teknik pengambilan sampel; data dan metode pengumpulan

data; variabel penelitian dan pengukurannya; dan metode

analisis data yang terdiri dari statistik deskriptif dan pengujian

hipotesis.

BAB IV : Analisis Data

Bab ini menguraikan analisis deskriptif data; pengujian

hipotesis dan pembahasan hasil analisis.

BAB V : Penutup

Bab ini membahas kesimpulan mengenai obyek yang diteliti

berdasarkan hasil analisis data, menjelaskan mengenai

keterbatasan penelitian, dan memberikan saran bagi pihak yang

terkait, serta rekomendasi bagi peneliti berikutnya.

Page 24: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Setelah membahas pendahuluan di Bab I. Pada Bab II ini akan

menjelaskan mengenai tinjauan pustaka, kaitan corporate governance dengan

environmental performance dan environmental disclosure, kerangka konseptual,

serta pengembangan hipotesis dalam penelitian ini.

A. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka ini menerangkan literatur yang mendasari komponen

maupun variabel penelitian.

1. Annual Report dan Disclosure (Pengungkapan)

Annual report atau laporan tahunan merupakan media komunikasi bagi

manajemen perusahaan untuk memberikan informasi bagi pihak – pihak yang

berkepentingan dan merupakan sarana pertanggungjawaban kepada publik

atas sumber daya yang dikelolanya (Yustina, 2003). Rockness (1985) dan

Wiseman (1982) berpendapat bahwa annual report merupakan media

komunikasi utama perusahaan dan biasanya digunakan secara luas oleh

perusahaan untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial dan

lingkungannya.

Terdapat berbagai definisi mengenai pengungkapan (disclosure).

Na’im dan Rakhman (2002) menyatakan bahwa pengungkapan secara

sederhana dapat diartikan sebagai pengeluaran informasi. Guthrie dan

Matthews (1990), menyatakan bahwa tujuan pengungkapan adalah sebagai

9

Page 25: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ketersediaan informasi keuangan dan non keuangan berkaitan dengan

lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya yang dapat dibuat dalam laporan

tahunan perusahaan atau laporan pertanggungjawaban terpisah. Hal ini sejalan

dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 Paragraf

Kesembilan yang menyatakan:

”Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan

mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added

statement), khususnya bagi industri di mana faktor – faktor lingkungan

hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap

pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan

penting”.

Menurut Suwardjono (2005), secara umum tujuan pengungkapan

adalah menyajikan informasi yang dipandang perlu untuk mencapai tujuan

pelaporan keuangan untuk melayani berbagai pihak yang mempunyai

kepentingan berbeda – beda.

Evans dalam Suwardjono (2005) mengidentifikasi tiga tingkat

pengungkapan yaitu memadai (adequate disclosure), wajar atau etis (fair or

ethical disclosure), dan penuh (full disclosure). Tingkat ini mempunyai

implikasi terhadap apa yang harus diungkapkan.

Ada 2 sifat pengungkapan, yaitu: (a) pengungkapan yang didasarkan

pada ketentuan atau standar (required/regulated/mandotary disclosure) dan

(b) pengungkapan yang bersifat sukarela (voluntary disclosure).

Oleh karena sifatnya yang masih sukarela, pada umumnya perusahaan

enggan melakukan pengungkapan melebihi peraturan yang ditetapkan.

Menurut Hendriksen dan Brenda (2001), ada beberapa alasan yang

Page 26: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

menyebabkan perusahaan enggan melakukan pengungkapan sukarela yaitu

sebagai berikut:

1. Disclosure akan membantu para pesaing dan merugikan pemegang

saham.

2. Disclosure yang lengkap akan memberikan keuntungan kepada serikat

pekerja dalam hal tawar menawar upah.

3. Adanya keraguan terhadap kemampuan investor dalam memahami

kebijakan dan prosedur akuntansi sehingga full disclosure hanya akan

menyesatkan.

4. Tersedianya sumber – sumber informasi lain selain annual report yang

tersedia dengan biaya yang lebih mahal.

5. Kurangnya pengetahuan tentang kebutuhan investor.

Meskipun demikian, pengungkapan sukarela akan tetap dilakukan

perusahaan karena manfaat yang diterima melebihi biaya yang dikeluarkan

oleh perusahaan. Perusahaan bersedia melakukan pengungkapan sukarela

meski menambah cost perusahaan, untuk memenuhi tekanan masyarakat atau

untuk meningkatkan citra perusahaan. Selain itu, pengungkapan tambahan ini

diharapkan mampu menanamkan kepercayaan investor dan pihak – pihak

yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan tersebut.

2. Environmental Disclosure

Ada berbagai cara untuk meraih kepercayaan dari stakeholders dan

untuk memperoleh value added bagi perusahaan, salah satunya dengan

Page 27: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

meningkatan kredibilitas perusahaan melalui pengungkapan sukarela secara

lebih luas (Rahayu, 2008). Adapun salah satu jenis pengungkapan sukarela

adalah environmental disclosure.

Environmental disclosure adalah pengungkapan informasi yang

berkaitan dengan lingkungan di dalam laporan tahunan perusahaan (Gray,

1993). Pengungkapan informasi lingkungan hidup perusahaan bertujuan

sebagai media mengkomunikasikan realitas untuk pengambilan keputusan

ekonomi, sosial, dan politis (Hayuningtyas, 2007). Pertanggungjawaban

lingkungan hidup juga merupakan respon terhadap kebutuhan informasi dalam

kelompok – kelompok yang berkepentingan (interest groups) seperti serikat

pekerja, aktivitas lingkungan hidup, kalangan religius dan kelompok lain

(Guthrie dan Parker, 1990). Melalui pengungkapan lingkungan hidup pada

laporan tahunan, masyarakat dapat memantau aktivitas – aktivitas yang

dilakukan oleh perusahaan dalam rangka memenuhi tanggungjawab sosialnya.

Dengan cara demikian, perusahaan akan memperoleh perhatian, kepercayaan

dan dukungan dari masyarakat (Brown dan Deegan, 1998). Beberapa bentuk

media dapat digunakan oleh perusahaan untuk menyampaikan laporan

lingkungan, antara lain seperti annual reports, stand alone environmental

reports, dan website.

Environmental disclosure merupakan wujud pertanggungjawaban

sosial perusahaan (corporate social responsibility) (Hadi, 2006). Zhegal dan

Ahmed (1998) mengidentifikasi pelaporan lingkungan meliputi pengendalian

Page 28: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

polusi, pencegahan atau perbaikan terhadap kerusakan lingkungan, konservasi

alam dan pengungkapan lain yang berhubungan dengan lingkungan.

Pengungkapan informasi lingkungan hidup perusahaan masih bersifat

voluntary, unaudited dan unregulated (Mathews, 1984). Di Indonesia, Standar

Akuntansi Keuangan (SAK) belum mewajibkan perusahaan untuk

mengungkapkan informasi lingkungan hidup (Suhardjanto, 2008).

Seiring dengan banyaknya insiden pencemaran lingkungan yang

terjadi akibat aktivitas perusahaan, permintaan masyarakat terhadap

pengendalian dampak lingkungan semakin meningkat (Walden dan Schwartz

dalam Magness, 2007). Adanya faktor media yang mengangkat masalah

pencemaran lingkungan ke publik juga mendorong kebutuhan pengungkapan

informasi lingkungan hidup (Brown dan Deegan, 1998). Keinginan

masyarakat akan pengendalian dampak lingkungan ini pada dasarnya

bertujuan agar social cost yang ditimbulkan akibat pencemaran lingkungan

tidak semakin besar.

Meningkatnya tuntutan masyarakat sebagai reaksi kepedulian dampak

lingkungan memotivasi perusahaan untuk mengungkapkan tanggungjawab

lingkungan. Perusahaan perlu mengungkapkan informasi lingkungan hidup

untuk membentuk image perusahaan dalam pandangan stakeholder sebagai

suatu perusahaan yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan (Ahmad dan

Sulaiman, 2002).

Menurut Hikmah dalam Kusumawati (2008), latar belakang perlunya

pengungkapan lingkungan perusahaan adalah masalah – masalah yang selalu

Page 29: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

muncul karena ketidakpuasan terhadap kebijakan perusahaan terhadap

lingkungan alam, dimana untuk meminimalisasi masalah tersebut salah

satunya adalah perusahaan harus peduli dengan lingkungan, dan salah satu

yang bisa digunakan untuk pengungkapan lingkungan adalah laporan tahunan

(annual report).

Pentingnya pengungkapan informasi lingkungan (environmental

disclosure) berkaitan dengan adanya kontrak sosial (social contact). Kontrak

antara perusahaan dengan masyarakat, baik yang sifatnya eksplisit maupun

implisit yang timbul karena interaksi perusahaan dengan lingkungan,

membawa konsekuensi perusahaan harus bertanggungjawab tidak hanya

terhadap kesejahteraan pemegang saham, tetapi juga memiliki tanggungjawab

sosial, yaitu tanggungjawab untuk menjaga kelangsungan lingkungan hidup

(Belkaoui, 2000).

3. Environmnetal Performance

Corporate Social Responsibility (CSR) menurut Draft International

Standard ISO 26000 Guidance on Social Responsibility (Lingkar Studi CSR,

2008: 14) adalah:

“Responsibility of an organization for the impacts of its decisions and

activities on society and the environment, through transparent and

ethical behaviour that contributes to sustainable development, health

and the welfare of society; takes into account the expectations of

stakeholders; is in compliance with applicable law and consistent with

international norms of behaviour; and is integrated throughout the

organization and practiced in its relationships.”

Page 30: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Sebagai salah satu pendekatan sukarela yang berada pada tingkat

beyond compliance, penerapan CSR saat ini berkembang pesat termasuk di

Indonesia sebagai respon dunia usaha yang melihat aspek lingkungan dan

sosial sebagai peluang untuk meningkatkan daya saing serta sebagai bagian

dari pengelolaan risiko menuju sustainability (keberlanjutan) dari kegiatan

usahanya (Daniri, 2007).

Secara umum International Institute for Sustainable Development

(IISD) membagi CSR menjadi 3 aspek utama (Beardsell, 2008), yaitu

economic growth, social development, dan environmental protection.

Aspek perlindungan lingkungan (Environmental protection)

merupakan aspek CSR yang paling banyak disorot beberapa tahun terakhir ini.

Hal ini terkait dengan banyaknya permasalahan lingkungan yang timbul

akibat dari kegiatan operasional perusahaan seperti polusi udara, banjir, tanah

longsor, pencemaran air, greenhouse effect serta isu pemanasan global (global

warming) (Republika, 2008). Karena itulah, akhir – akhir ini tuntutan dan

tekanan kepada perusahaan agar concern terhadap lingkungan semakin

meningkat (Elkington dan Thorpe dalam Lingkar Studi CSR, 2008).

Perubahan pandangan masyarakat akan keberadaan suatu perusahaan

ini juga tergambar dari hasil penelitian Environics International yang

menunjukkan hasil penelitian yang menyatakan bahwa sebagian besar dari

masyarakat di 23 negara memberikan perhatian yang tinggi terhadap perilaku

sosial perusahaan (Gupta, 2003). Selain itu, permasalahan lingkungan hidup

juga telah menjadi pertimbangan bankers dan investors saat memutuskan

Page 31: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

untuk memberikan pinjaman atau berinvestasi pada perusahaan (Medley,

1997). Hal ini sejalan dengan penelitian Pfleiger et al. (2005) yang

menunjukkan bahwa upaya pelestarian lingkungan oleh perusahaan akan

mendatangkan sejumlah keuntungan, diantaranya adalah ketertarikan

pemegang saham dan stakeholder terhadap keuntungan yang diperoleh

perusahaan sebagai akibat pengelolaan lingkungan yang bertanggungjawab

menurut penilaian masyarakat.

Lebih lanjut, Ferreira (2004) menyatakan bahwa persoalan konservasi

lingkungan merupakan tugas setiap individu, pemerintah dan perusahaan.

Terdapat dua hal yang dapat mendorong perusahaan menerapkan kepedulian

terhadap lingkungan, yaitu bersifat dari luar perusahaan (external drivers) dan

dari dalam perusahaan (internal drivers) (Effendi, 2006). Kategori pendorong

dari luar, antara lain: adanya regulasi, hukum, dan diwajibkannya analisis

mengenai dampak lingkungan (Amdal), sedangkan untuk kategori pendorong

dari dalam perusahaan terutama bersumber dari perilaku manajemen dan

pemilik perusahaan (stakeholders), termasuk tingkat kepedulian/tanggung

jawab perusahaan untuk membangun masyarakat sekitar (community

development responsibility).

Tak bisa dipungkiri, saat ini kesadaran tentang pentingnya upaya

pelestarian dan kepedulian terhadap lingkungan memang telah menjadi trend

global. Di beberapa negara, kinerja pengelolaan lingkungan (environmental

performance) telah dijadikan sebagai salah satu benchmark untuk pemilihan

investasi seperti Dow Jones Sustainability Index (DJSI) pada New York Stock

Page 32: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Exchange, Socially Responsible Investment (SRI) Index pada London Stock

Exchange maupun FTSE4Good Index Series pada Financial Times Stock

Exchange.

4. Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER)

Di Indonesia, untuk mendorong perusahaan meningkatkan kepedulian

terhadap lingkungan, dalam beberapa tahun terakhir Kementerian Lingkungan

Hidup (KLH) telah melaksanakan program lingkungan yang diberi nama

PROPER atau Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (Effendi,

2008). Program ini pada awalnya dikenal dengan nama PROPER PROKASIH

(Program Kali Bersih). PROPER mulai dikembangkan oleh Kementerian

Negara Lingkungan Hidup sebagai salah satu alternatif instrumen penaatan

sejak tahun 1995. Alternatif instrumen penaatan ini dilakukan melalui

penyebaran informasi tingkat kinerja penaatan masing – masing perusahaan

kepada stakeholder pada skala nasional.

Para stakeholder diharapkan dapat menyikapi secara aktif informasi

tingkat penaatan ini, dan mendorong perusahaan untuk lebih meningkatkan

kinerja pengelolaan lingkungannya. Dengan demikian dampak lingkungan

dari kegiatan perusahaan dapat diminimalisasi. Dengan kata lain, PROPER

merupakan Public Disclosure Program for Environmental Compliance.

PROPER bukan pengganti instrumen penaatan konvensional yang ada,

seperti penegakan hukum lingkungan perdata maupun pidana. Program ini

merupakan komplementer dan bersinergi dengan instrumen penaatan lainnya.

Page 33: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dengan demikian upaya peningkatan kualitas lingkungan dapat dilaksanakan

dengan lebih efisien dan efektif.

Prinsip dasar dari pelaksanaan PROPER adalah mendorong penataan

perusahaan dalam pengelolaan lingkungan melalui instrumen insentif dan

disinsentif (Benefita, 2010). PROPER merupakan salah satu bentuk kebijakan

pemerintah untuk meningkatkan kinerja pengelolaan lingkungan perusahaan

sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam peraturan perundangan –

undangan. Selanjutnya, PROPER juga merupakan perwujudan transparansi

dan demokratisasi dalam pengelolaan lingkungan di Indonesia (Pasaribu,

2009). Penerapan instrumen ini merupakan upaya untuk menerapkan sebagian

dari prinsip – prinsip corporate governance (transparancy, fairness,

accountability) dan pelibatan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan

(KLH, 2008).

Untuk memudahkan komunikasi dengan para stakeholder dalam

menyikapi hasil kinerja penaatan perusahaan, maka peringkat kinerja

perusahaan dikelompokkan dalam lima peringkat warna. Dalam aspek

komunikasi, penggunaan peringkat warna akan lebih mudah dipahami dan

diingat oleh masyarakat. Penggunaan peringkat warna juga memberikan efek

insentif dan disinsentif reputasi bagi masing – masing perusahaan (Rasudin,

2006). Lima peringkat warna yang digunakan mencakup peringkat Hitam,

Merah, Biru, Hijau, dan Emas.

Page 34: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 2.1 Peringkat Warna PROPER

Tingkat

Penaatan Alternatif Peringkat

Efek publikasi yang

diharapkan

Lebih dari

taat

A Insentif

Reputasi

Penghargaan

Stakeholder B

Taat C

Belum taat D Disinsentif

Reputasi

Tekanan

Stakeholder E

Terdapat 8 aspek dan 42 karakteristik untuk menilai kinerja

lingkungan dengan 5 peringkat: (1) Gold dengan 42 karakteristik, (2) Green

dengan 37 karaketeristik penilaian, (3) Blue dengan 19 karakteristik, (4) Red

dengan 5 karakteristik, serta (5) Black dengan karakteristik kurang dari 5

(Ja’far, 2006). Delapan aspek PROPER tersebut meliputi: (1) Pencemaran air,

(2) Pencemaran laut, (3) Pencemaran udara, (4) Pengolahan limbah B3 (Bahan

Beracun dan Berbahaya), (5) AMDAL/UKL/UPL, (6) Penggunaan sumber

daya, (7) Sistem manajemen lingkungan, dan (8) Partisipasi dan hubungan

masyarakat.

Bagi pemerintah, PROPER dapat digunakan sebagai instrumen untuk

mengukur kinerja pengelolaan lingkungan makro yang telah dilakukan di

tingkat pusat maupun daerah. PROPER juga dapat menjadi pendorong untuk

penerapan sistem basis data modern.

Bagi perusahaan, informasi peringkat PROPER dapat digunakan

sebagai benchmark untuk mengukur kinerja perusahaan. Sedangkan untuk

perusahaan yang berperingkat Hijau atau Emas, PROPER dapat digunakan

sebagai alat untuk mempromosikan perusahaan. PROPER dapat juga

Page 35: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

digunakan dalam mendorong perusahaan untuk melakukan upaya lebih dari

taat, seperti melaksanakan konservasi sumber daya alam atau eco – efficiency.

Selain itu bagi investor, konsultan, supplier, dan masyarakat, dapat

menjadikan PROPER sebagai balai kliring untuk mengetahui kinerja penaatan

perusahaan. PROPER dapat digunakan investor untuk mengukur tingkat risiko

investasi mereka. Konsultan dan supplier dapat memanfaatkan informasi

kinerja penaatan perusahaan untuk melihat prospek peluang bisnis yang ada.

Informasi PROPER dapat menunjukkan tingkat tanggungjawab perusahaan

terhadap lingkungan bagi masyarakat di sekitar lokasi kegiatan perusahaan.

Menurut Deputi Bidang Pengelolaan B3 dan Limbah B3 Kementerian

Lingkungan Hidup (2006), saat ini data PROPER sudah banyak digunakan

oleh berbagai pihak untuk mengetahui tingkat kinerja penaatan pengelolaan

lingkungan pada perusahaan. Sektor perbankan merupakan pihak yang paling

banyak menggunakan data PROPER, selain itu data PROPER juga digunakan

oleh beberapa investor yang akan melakukan due – diligence.

5. Corporate Governance

Committee Cadbury mendefinisikan Corporate Governance (Forum

for Corporate Governance in Indonesia (FCGI), 2002:1) sebagai:

"Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang

saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah,

karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya

yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan

kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan."

Page 36: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Menurut Ho dan Wong (2001), corporate governance dipandang

sebagai cara yang efektif untuk menggambarkan hak dan tanggungjawab

masing – masing kelompok stakeholder dalam sebuah perusahaan dimana

transparansi merupakan indikator utama standar corporate governance dalam

sebuah ekonomi.

Corporate governance diperkenalkan untuk mengontrol masalah agen

dan memastikan bahwa manajemen bertindak sesuai dengan harapan para

pemegang saham. Selain itu, pengaruh dari corporate governance terhadap

pengungkapan informasi sosial perusahaan termasuk environmental disclosure

dapat bersifat sebagai tambahan atau pengganti (Ho dan Wong, 2001).

Secara umum, corporate governance diperlukan untuk mendorong

terciptanya pasar yang efisien, transparan dan konsisten dengan peraturan

perundang – undangan yang berlandaskan pada beberapa prinsip dasar.

Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (2002) sebuah

organisasi profesional non pemerintah (NGO) yang bertujuan

mensosialisasikan praktik corporate governance, prinsip – prinsip dasar

tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Pertanggungjawaban (responsibility). Tanggungjawab perusahaan

tidak hanya diberikan kepada pemegang saham tetapi juga kepada

stakeholders.

2. Transparansi (transparency). Perusahaan harus menyediakan informasi

yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan

dipahami oleh pemangku kepentingan.

Page 37: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3. Akuntabilitas (accountability). Perusahaan harus dapat

mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar.

4. Kesetaraan dan kewajaran (Fairness). Dalam melaksanakan

kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan

pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas

kesetaraan dan kewajaran

5. Independensi (Independency). Untuk melancarkan pelaksanaan asas

tata kelola perusahaan yang baik, perusahaan harus dikelola secara

independen sehingga masing – masing organ perusahaan tidak saling

mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.

Salah satu aspek penting dalam corporate governance adalah Dewan

Pengurus Perseroan (Board of Directors). Menurut FCGI (2002), terdapat 2

sistem yang berkaitan dengan bentuk dewan dalam perusahaan, yaitu one tier

system (sistem satu tingkat) dan two tiers system (sistem dua tingkat).

Sistem satu tingkat dimiliki oleh negara yang menganut sistem hukum

Anglo – Saxon. Dalam hal ini perusahaan hanya mempunyai satu dewan

direksi yang pada umumnya merupakan kombinasi antara manajer atau

pengurus senior (direktur eksekutif) dan direktur independen yang bekerja

dengan prinsip paruh waktu (non direktur eksekutif), dimana non direktur

eksekutif diangkat karena kebijakan, pengalaman dan relasinya. Negara –

negara dengan one tier system misalnya Amerika Serikat dan Inggris.

Page 38: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 2.1

Struktur Board of Director dalam One Tier System (sumber: FCGI, 2002)

Sementara itu, untuk two tiers system dimiliki oleh negara yang

menganut sistem hukum kontinental Eropa. Dalam hal ini perusahaan

mempunyai 2 badan terpisah yaitu dewan pengawas (dewan komisaris) dan

dewan manajemen (dewan direksi). Tugas dewan direksi adalah mengelola

dan mewakili perusahaan dibawah pengarahan dan pengawasan dewan

komisaris. Dalam sistem ini anggota dewan direksi diangkat dan setiap waktu

dapat diganti oleh dewan komisaris. Dewan direksi juga harus memberikan

informasi kepada dewan komisaris dan menjawab hal – hal yang diajukan oleh

dewan komisaris. Tugas dewan komisaris utama adalah bertanggungjawab

untuk mengawasi tugas – tugas manajemen. Dalam hal ini dewan komisaris

tidak boleh melibatkan diri dalam tugas – tugas manajemen dan tidak boleh

mewakili perusahaan dalam transaksi – transaksi dengan pihak ketiga.

Anggota dewan komisaris diangkat dan diganti dalam Rapat Umum

Pemegang Saham (RUPS). Negara – negara dengan two tiers system adalah

Denmark, Jerman, Belanda dan Jepang. Sebagai akibat penjajahan Belanda

sistem hukum di Indonesia mengadopsi sistem hukum Belanda, maka hukum

General Meeting of the Shareholders

(GMoS)

Boards of Directors

Executive

Director

Non-

Executive

Director

Page 39: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perusahaan Indonesia menganut two tiers system untuk sistem dewan dalam

perusahaan.

Gambar 2.2

Struktur Board of Commissioner dan Board of Director dalam Two Tiers

System yang diadopsi oleh Belanda (sumber: FCGI, 2002)

Menurut Herwidayatmo (2000), Indonesia menganut two tiers system

yang berarti bahwa komposisi dewan pengurus perseroan terdiri dari fungsi

eksekutif yaitu dewan direksi, dan fungsi pengawasan yaitu dewan komisaris.

Berdasarkan kerangka hukum yang ada, fungsi independent directors pada

single – boards system dapat direpresentasikan dengan fungsi dewan

komisaris pada two – board system. Oleh karena itu, sistem pengawasan yang

ada pada perusahan di Indonesia terletak di dewan komisaris.

Gambar 2.3

Struktur Board of Commissioner dan Board of Director dalam Two Tiers

System yang diadopsi oleh Indonesia (sumber: FCGI, 2002)

Menururt Egon Zehnder (dalam FGCI, 2002), dewan komisaris

merupakan inti dari corporate governance yang ditugaskan untuk menjamin

Dewan Komisaris

Dewan Direksi

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

General Meeting of The Shareholders (GMoS)

Board of Commissioner (BoC)

Board of Directors (BoD)

Page 40: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola

perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Keefektifan peran

pengawasan oleh dewan komisaris ini didukung dengan keberadaan komisaris

independen dalam komposisi dewan komisarisnya (John dan Senbet, 1998).

Keberadaan komisaris independen diatur dalam ketentuan Peraturan

Pencatatan Efek Bursa Efek Indonesia (BEI) Nomor I-A tentang Ketentuan

Umum Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas di Bursa yang berlaku sejak tanggal 1

Juli 2000. Perusahaan yang tercatat di BEI wajib memiliki komisaris

independen yang jumlahnya secara proposional sebanding dengan jumlah

saham yang dimiliki oleh bukan pemegang saham pengendali dengan

ketentuan jumlah komisaris independen 30% dari jumlah seluruh anggota

komisaris. Dalam menjalankan tugasnya, dewan komisaris biasanya

mengadakan pertemuan rutin baik itu intenal maupun eksternal dengan pihak

lain. Dewan komisaris harus mengadakan rapat minimal sebanyak 4 kali

dalam setahun. Hal ini bertujuan agar kelangsungan perusahaan dapat terjaga

(corporate govenance guidelines, 2007).

Peran pengawasan yang dilakukan dewan komisaris perusahaan di

Indonesia belum memadai (Herwidayatmo, 2000). Untuk itu diperlukan suatu

komite untuk membantu tugas dan fungsi dewan komisaris yang disebut

dengan Komite Audit. Menurut FGCI (2002), komite audit memiliki tugas

terpisah dalam membantu dewan komisaris untuk memenuhi

tanggungjawabnya dalam memberikan pengawasan secara menyeluruh.

Page 41: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pada bulan Mei tahun 2000 Bapepam menerbitkan surat edaran kepada

para emiten/perusahaan untuk memiliki komite audit. Komite audit sering

ditunjukkan sebagai sebuah kesuksesan corporate governance, karena

keberadaan komite audit dalam suatu perusahaan berfungsi untuk

meningkatkan pengendalian dalam perusahaan (Forker, 1992). Komite audit

merupakan suatu variabel yang dapat digunakan untuk memonitor kinerja

perusahaan dan mempengaruhi keputusan manajer (Menon dan Williams,

1994). Komite audit mempunyai tugas memberikan pendapat profesional yang

independen kepada dewan komisaris terhadap laporan atau hal – hal yang

disampaikan oleh direksi (Herwidayatmo, 2000). Dalam tugasnya membantu

dewan komisaris untuk meningkatkan akuntabilitas dan transparasi

perusahaan, maka komite audit dituntut harus independen.

Menurut McMullen (1996), keberadaan anggota komite audit yang

independen akan meningkatkan transaparasi komite audit dalam menjalankan

tugasnya. Agar tugas dan tanggungjawabnya berjalan dengan baik, komite

audit minimal mengadakan rapat 4 kali dalam satu tahun (corporate

governance guidelines, 2007). Semakin tinggi proporsi outsider maka

pertemuan audit comittee akan semakin sering, dimana hubungan antara

komposisi dewan dan frekuensi pertemuan akan merefleksikan monitoring

komite audit. Jadi apabila komite audit semakin sering melakukan pertemuan

(rapat) maka akan meningkatkan kinerja perusahaan (Menon dan Williams,

1994).

Page 42: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

B. Kaitan Corporate Governance dengan Environmental Performance dan

Environmental Disclosure

Penerapan corporate governance dipercaya dapat meningkatkan

performance perusahaan. Pernyataan ini dapat ditemukan dalam berbagai codes of

corporate governance hampir di semua negara (Kusumawati dan Riyanto, 2005).

Dey Report (1994) mengemukakan bahwa corporate governance yang efektif

dalam jangka panjang dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan

menguntungkan pemegang saham. Selain itu, Salowe (2002) juga menyatakan

bahwa implementasi corporate governance menjamin adanya control dan

accountability yang mendorong efisiensi dan peningkatan performance

perusahaan termasuk kinerja lingkungan perusahaan. Hal ini sejalan dengan

penelitian Black, Jang dan Kim (2003); Dwivedi dan Jain (2005) yang

menemukan bahwa corporate governance berpengaruh positif terhadap kinerja

perusahaan.

Selain terkait dengan performance perusahaan, penerapan corporate

governance juga memiliki pengaruh terhadap luas pengungkapan informasi

perusahaan (Ho dan Wong, 2001). Yayasan Pendidikan Pasar Modal Indonesia

(YPPMI) dan Sinergy Communication (2002) menyatakan bahwa terdapat 2 hal

yang menjadi perhatian utama konsep corporate governance. Pertama, pentingnya

hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar (akurat) dan

tepat pada waktunya. Kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan

pengungkapan (disclosure) secara akurat tepat pada waktunya dan transparan

mengenai semua hal yang berkaitan dengan performance perusahaan (termasuk

Page 43: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kinerja mengenai lingkungan hidup). Pernyataan tersebut didukung oleh temuan

Khomsiyah (2003) yang menyatakan bahwa semakin baik implementasi corporate

governance, maka semakin banyak pula informasi yang diungkapkan oleh

perusahaan dalam laporan tahunan. Hal ini sejalan dengan pendapat Eng dan Mak

(2003) yang menyatakan bahwa corporate governance yang baik berpengaruh

terhadap pengungkapan sukarela (termasuk environmental disclosure) dan

menjadi salah satu faktor yang memunculkan akuntansi pertanggungjawaban

lingkungan hidup.

Penelitian yang menguji keterkaitan antara corporate governance terhadap

environmental disclosure sudah banyak dilakukan, antara lain penelitian Elipstein

dan Freedman (1994), Ho dan Wong (2001), Eng dan Mak (2003), serta Haniffa

dan Cooke (2005). Di Indonesia, penelitian untuk menguji keterkaitan antara

corporate governance terhadap pengungkapan informasi lingkungan dalam

laporan tahunan perusahaan juga sudah banyak dilakukan, antara lain oleh

Sembiring (2005), Anggraini (2006), Novita dan Djakman (2008), Miranti

(2009), dan Permatasari (2009).

Penelitian Haniffa dan Cooke (2005) meneliti pengaruh corporate

governance terhadap luas pengungkapan sosial dan lingkungan pada perusahaan

di Malaysia, menemukan bukti bahwa terdapat pengaruh positif corporate

governance terhadap pengungkapan sosial dan lingkungan. Hal ini sejalan dengan

penelitian Permatasari yang menyatakan bahwa corporate governance yang

diproksikan dalam proporsi komisaris independen berpengaruh positif terhadap

environmental disclosure pada perusahaan di Indonesia.

Page 44: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Proporsi dewan komisaris independen merupakan variabel yang sering

digunakan untuk menguji pengaruh corporate governance terhadap

pengungkapan environmental performance. Rosenstein dan Wyatt (1990)

berpendapat bahwa dewan komisaris independen merupakan alat untuk

mengawasi perilaku manajemen untuk meningkatkan pengungkapan informasi

dalam laporan tahunan perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian Leftwich

(1981); Fama dan Jansen (1983); Chen dan Jaggi (1998); menunjukkan terdapat

pengaruh positif proporsi dewan komisaris independen terhadap environmental

disclosure.

Selain dewan komisaris, keberadaan komite audit dalam suatu perusahaan

juga berfungsi untuk meningkatkan pengendalian dalam perusahaan (Forker,

1992). Dengan adanya komite audit, perusahaan akan lebih meningkatkan kualitas

informasi sehingga pengungkapan dalam annual report akan diperluas sesuai

dengan aktivitas perusahaan (Ho dan Wong, 2001).

Terkait dengan environmental disclosure, keberadaan dewan komisaris

dan komite audit dalam perusahaan mendukung prinsip responsibilitas dalam

penerapan corporate governance yang mengharuskan perusahaan untuk

memberikan informasi lebih baik sebagai wujud pertanggungjawaban kepada

stakeholders yaitu melindungi para stakeholders dari informasi yang

menyesatkan, fraud dan insider information yang hanya menguntungkan beberapa

pihak (Mintara, 2008).

Page 45: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

C. Kerangka Konseptual

Secara garis besar model penelitian ini terdiri dari dua tahap. Tahap

pertama menjelaskan pengaruh corporate governance terhadap environmental

performance dan environmental disclosure. Tahap kedua menjelaskan hubungan

antara environmental performance dengan environmental disclosure. Berikut ini

kerangka konseptual yang menggambarkan model penelitian dan hubungan tiap

variable dalam penelitian:

Gambar 2.4

Kerangka Konseptual

D. Pengembangan Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan untuk menguji implementasi corporate

governance (proporsi dewan komisaris independen, proporsi anggota komite audit

Variabel Dependen Variabel Independen

Step I

Step II

Environmental Performance

Corporate Governance:

1. Proporsi komisaris independent (X1)

2. Jumlah rapat dewan komisaris (X2)

3. Proporsi anggota komite audit yang

independent (X3)

4. Jumlah rapat komite audit (X4)

Environmental

Disclosure

Environmental

Performance/

Environmental

Disclosure

(Y)

V. Kontrol:

1. Firm Size

2. Leverage

3. Profitabilitas

Page 46: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

yang independen, jumlah rapat dewan komisaris, dan jumlah rapat komite audit)

terhadap environmental performance dan environmental disclosure, dengan size,

leverage dan profitabilitas sebagai variabel kontrol. Selain itu, pengujian hipotesis

juga dilakukan untuk mengetahui hubungan antara environmental performance

dan environmental disclosure di Indonesia. Berikut ini merupakan pengembangan

hipotesis yang dilakukan:

1. Pengaruh proporsi dewan komisaris independen terhadap environmental

performance dan environmental disclosure.

Dewan komisaris sebagai puncak dari sistem pengelolaan internal

perusahaan memiliki peranan terhadap aktivitas pengawasan (Pound, 1995)

dan menentukan kebijakan perusahaan termasuk kaitannya dengan praktik dan

pengungkapan kinerja lingkungan perusahaan (Nurkhin, 2008).

Berkaitan dengan proporsi dewan komisaris independen, Rosenstein

dan Wyatt (1990) berpendapat bahwa dewan komisaris independen

merupakan alat untuk mengawasi perilaku manajemen untuk meningkatkan

pengungkapan informasi sukarela termasuk environmental disclosure dalam

laporan tahunan perusahaan. Ini berarti dewan komisaris independen

mempunyai pengaruh besar terhadap keputusan manajemen termasuk dalam

pengungkapan informasi lingkungan perusahaan (Szweczky, Uzun, dan

Varma, 2004). Hal ini sejalan dengan penelitian Chen dan Jaggi (1998) yang

menyatakan bahwa proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif

terhadap environmental disclosure. Hasil yang sama juga diperoleh dalam

penelitian yang dilakukan oleh Fama dan Jansen (1983), Forker (1992),

Page 47: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Beasley (2000), Arifin (2002), dan Permatasari (2009). Selain itu, Black et al.

(2003) menemukan bahwa semakin besar proporsi dewan komisaris

independen akan meningkatkan performance perusahaan. Hal yang sama juga

diperoleh dalam penelitian Dwivedi dan Jain (2005). Berdasarkan uraian

tersebut, maka dapat dikembangkan hipotesis:

H1a: Terdapat pengaruh positif proporsi dewan komisaris independent

terhadap environmental performance

H1b: Terdapat pengaruh positif proporsi dewan komisaris independen

terhadap environmental disclosure

2. Pengaruh jumlah rapat dewan komisaris terhadap environmental performance

dan environmental disclosure.

Sesuai dengan corporate governance guidelines yang ditetapkan 12

September 2007, dewan komisaris harus memiliki skedul atau jadwal rapat

tetap dan dapat dilakukan rapat tambahan sesuai dengan kebutuhan serta

dilakukan pada saat yang tepat. Rapat ini untuk mengetahui apakah operasi

perusahaan telah sesuai dengan strategi dan kebijakan perusahaan termasuk

didalamnya terkait pertanggungjawaban lingkungan oleh perusahaan.

Seringnya frekuensi pertemuan atau rapat diharapkan mampu

meningkatkan peran dewan komisaris sehingga tercipta corporate governance

di dalam perusahaan dan meningkatkan environmental disclosure. Penelitian

yang dilakukan oleh Brick dan Chidambaran (2007) menunjukkan bahwa

semakin banyak frekuensi rapat yang diselenggarakan dewan komisaris maka

Page 48: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

akan meningkatkan kinerja perusahaan. Hal ini sejalan dengan pendapat

Adams (2005) dan Vafeas (1999) yang menyatakan bahwa jumlah rapat

dewan komisaris berpengaruh positif terhadap performance perusahaan. Dari

uraian tersebut, maka dapat dikembangkan hipotesis:

H2a: Terdapat pengaruh positif jumlah rapat dewan komisaris terhadap

environmental performance

H2b: Terdapat pengaruh positif jumlah rapat dewan komisaris terhadap

environmental disclosure

3. Pengaruh proporsi komite audit independen terhadap environmental

performance dan environmental disclosure.

Komite audit merupakan komponen baru dalam sistem pengelolaan

perusahaan. Dari aspek pengendalian, keberadaan komite audit sangat penting

dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan termasuk di dalamnya kinerja

lingkungan (Effendi, 2005).

Keberadaan komite audit independen meningkatkan kualitas control

terhadap aktivitas perusahaan (Forker, 1992), termasuk fungsinya dalam

meningkatkan kualitas pengungkapan informasi perusahaan (Collier, 1993).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ho dan Wong (2001)

bahwa komite audit independen berpengaruh positif terhadap luasnya

pengungkapan sukarela yang mana didalamnya mengungkapkan kinerja

lingkungan perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikembangkan

hipotesis sebagai berikut:

Page 49: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

H3a: Terdapat pengaruh positif proporsi anggota komite audit

independen terhadap environmental performance

H3b: Terdapat pengaruh positif proporsi anggota komite audit

independen terhadap environmental disclosure

4. Pengaruh jumlah rapat komite audit terhadap environmental performance dan

environmental disclosure.

Komite audit memiliki fungsi pengawasan terhadap operasi

perusahaan termasuk kaitannya dengan praktik dan pengungkapan kinerja

lingkungan. Dalam audit committe charter tahun 2005 dinyatakan bahwa

semakin banyak rapat komite audit yang dilakukan akan meningkatkan kinerja

komite audit. Hal ini menunjukkan bahwa semakin sering komite audit

mengadakan rapat maka praktik dan pengungkapan kinerja lingkungan akan

semakin baik. Menon dan Williams (1994) yang menyatakan bahwa semakin

sering komite audit melakukan pertemuan (rapat) maka akan meningkatkan

kinerja perusahaan, termasuk kinerja dan pertanggungjawaban perusahaan

terhadap pelestarian lingkungan. Hal ini sejalan dengan penelitian Li, Pike,

dan Haniffa (2008) juga menemukan bahwa frekuensi rapat komite audit

berpengaruh positif terhadap disclosure. Dari uraian tersebut, maka dapat

dikembangkan hipotesis sebagai berikut:

H4a: Terdapat pengaruh positif jumlah rapat komite audit terhadap

environmental performance

Page 50: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

H4b: Terdapat pengaruh positif jumlah rapat komite audit terhadap

environmental disclosure

5. Hubungan environmental performance dengan environmental disclosure.

Perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan yang baik dan

melakukan pengungkapan yang tinggi memposisikan mereka sebagai

perusahaan yang memiliki aktifitas yang berguna dan kualitas pengungkapan

ini didorong legitimasi terhadap masyarakat (Preston, 1981). Selanjutnya,

Pava dan Krausz (1996) menyatakan bahwa perusahaan yang mengungkapkan

tanggungjawab lingkungannya, terbukti memiliki kinerja yang lebih baik

dibandingkan dengan perusahaan yang tidak mengungkapkan tanggungjawab

sosial dan lingkungannya. Hal ini sejalan dengan penelitian Al-Tuwaijri, et al.

(2003) yang menyatakan bahwa kinerja lingkungan yang baik akan

mendorong dilakukannya pengungkapan yang baik pula. Berdasarkan uraian

tersebut, maka dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut:

H5: Terdapat hubungan antara environmental performance dengan

environmental disclosure

Page 51: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

Setelah membahas landasan teori dan pengembangan hipotesis di Bab II,

maka pada Bab III akan menjelaskan mengenai desain penelitian, populasi,

sampel dan teknik pengambilan sampel, data dan metode pengumpulan data,

pengukuran variabel, dan metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian

ini.

A. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian pengujian hipotesis (hypothesis testing)

yang bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan oleh peneliti mengenai

pengaruh corporate governance yang diproksikan dalam proporsi dewan

komisaris independen, proporsi anggota komite audit yang independen, jumlah

rapat dewan komisaris, dan jumlah rapat komite audit terhadap praktik

environmental performance dan environmental disclosure serta hubungan

environmental performance terhadap environmental disclosure. Menurut Sekaran

(2000), pengujian hipotesis harus dapat menjelaskan sifat dari hubungan tertentu,

memahami perbedaan antar kelompok atau independensi dua variabel atau lebih.

B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan peserta Program

Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup

(PROPER) tahun 2008 sebanyak 627 perusahaan (Press Briefing PROPER, 2009).

36

Page 52: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah judgement sampling,

dimana sampel yang terpilih akan sangat bergantung pada pemahaman peneliti

terhadap karakteristik populasi (Efferin, Darmadji, dan Tan, 2008). Judgement

sampling digunakan untuk memilih sesuatu menjadi sampel karena mempunyai

“information rich”.

Berdasarkan teknik pengambilannya, sampel pada penelitian ini yaitu:

1. perusahaan peserta Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam

Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER) tahun 2008, baik yang terdaftar

maupun tidak terdaftar di Bursa Efek Indonesia,

2. perusahaan yang menerbitkan annual report tahun 2008 dan menyediakan

informasi secara lengkap terkait dewan komisaris dan komite audit.

Kriteria di atas digunakan karena tidak semua perusahaan peserta

PROPER menyediakan informasi yang dibutuhkan, dalam hal ini yang dimaksud

adalah annual report tahun 2008 dan informasi terkait corporate governance.

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 80 perusahaan.

karena dalam analisis regresi berganda ukuran sampel hendaknya minimal

sepuluh kali variabel dalam penelitian (Sekaran, 2006).

C. Data dan Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diambil dari laporan

tahunan perusahaan tahun 2008, hal ini dikarenakan kinerja perusahaan sampel

diperoleh berdasarkan data PROPER tahun 2008 (Press Briefing PROPER, 2009).

Page 53: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Laporan tahunan dipilih karena memiliki kredibilitas yang tinggi (Zeghal

dan Ahmed, 1999), selain itu laporan tahunan digunakan oleh sejumlah

stakeholder sebagai sumber utama informasi yang pasti (Deegan dan Rankin,

1997), dan dapat diakses untuk tujuan penelitian (Woodward, 1998).

Data sekunder yang dikumpulkan diperoleh dari jurnal, Indonesia Capital

Market Directory (ICMD), situs www.menlh.go.id, www.idx.co.id dan dari situs

masing – masing perusahaan sampel.

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Berikut ini akan dijelaskan mengenai definisi variabel – variabel penelitian

dan pengukurannya.

a. Variabel independen

1. Proporsi komisaris independen

Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak

terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan

pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan

lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak

independen atau bertindak semata – mata demi kepentingan perusahaan

(Herwidayatmo, 2000). Indikator yang digunakan sesuai dengan penelitian

Haniffa dan Cooke (2005), Eng dan Mak (2005), Nurkhin (2008), Miranti

(2009), dan Permatasari (2009) yaitu persentase anggota dewan komisaris

yang berasal dari luar perusahaan dari seluruh ukuran anggota dewan

komisaris perusahaan.

Page 54: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Jumlah rapat dewan komisaris

Jumlah rapat dewan komisaris merupakan rapat yang dilakukan antara

dewan komisaris dalam suatu perusahaan. Sesuai dengan corporate

governance guidelines yang ditetapkan 12 September 2007, dewan komisaris

harus memiliki skedul atau jadwal rapat tetap dan dapat dilakukan rapat

tambahan sesuai dengan kebutuhan serta dilakukan pada saat yang tepat.

Indikator yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan penelitian Brick

dan Chidambaran (2007) dan Permatasari (2008) yaitu jumlah rapat yang

dilakukan oleh dewan komisaris dalam waktu satu tahun. Hal ini juga sesuai

dengan corporate governance guidelines (2007).

3. Proporsi anggota komite audit yang independen

Komite audit independen merupakan anggota komite audit yang tidak

terafiliasi dengan manajemen, anggota komisaris lainnya dan pemegang

saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya

yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau

bertindak semata – mata demi kepentingan perusahaan. Indikator yang

digunakan adalah persentase anggota komite audit yang berasal dari luar

perusahaan dari seluruh ukuran komite audit perusahaan, yaitu sesuai dengan

penelitian Forker dan Simon (2001) dan Permatasari (2009).

%100KomisarisDewan

Independen KomisarisIndependen Komisaris Proporsi

Page 55: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4. Jumlah rapat komite audit

Jumlah rapat komite audit merupakan rapat yang dilakukan oleh

komite audit dalam perusahaan. Dalam menjalankan tugasnya, komite audit

mengadakan pertemuan minimal 4 kali dalam satu tahun (corporate

governance guidelines, 2007). Indikator yang digunakan adalah jumlah rapat

audit yang diselenggarakan dalam jangka satu tahun, dan sesuai dengan audit

committe charter (2005), corporate governance guidelines (2007) dan

penelitian Permatasari (2009).

b. Variabel dependen

1. Environmental Performance

Environmental performance perusahaan dalam penelitian ini diukur

dari prestasi perusahaan mengikuti program PROPER yang menurut

Kementerian Lingkungan Hidup (2008) merupakan suatu Public Disclosure

Program for Environmental Compliance di Indonesia.

Sistem peringkat kinerja PROPER mencakup pemeringkatan

perusahaan dalam lima (5) warna, akan diberi skor secara berturut – turut

dengan nilai tertinggi 5 untuk warna emas, 4 untuk warna hijau, 3 untuk warna

biru, 2 untuk warna merah dan terendah 1 untuk warna hitam (Almilia dan

Wijayanto, 2007).

%100Audit Komite

IndependenAudit KomiteIndependenAudit Komite Proporsi

Page 56: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Environmental Disclosure

Menurut Al – Tuwaijri et al. (2003), teknik pengukuran lingkungan

dapat dibedakan menjadi dua kelompok. Pertama, menggunakan content

analysis, yaitu pengukuran beberapa tingkatan dengan mengkuantifikasi

pengungkapan lingkungan yang terdapat dalam laporan tahunan perusahaan

yang dibagi menjadi beberapa halaman (Gray et al., 2005; Patten, 1995;

Guthrie dan Parker, 1989; Patten, 1992), kalimat (Wiseman, 1982; Ingram dan

Krazer, 1980), dan kata – kata (Deegan dan Gordon, 1996; Zeghal dan

Ahmed, 1990).

Teknik pengukuran yang kedua menggunakan disclosure scoring,

peneliti mengidentifikasi kemungkinan isu – isu lingkungan, kemudian

menganalisis pengungkapan lingkungan dari masing – masing isu dengan

menggunakan metode skor yes atau no (atau 1 dan 0) (Al – Tuwaijri et al.,

2003).

Kelemahan pendekatan yang pertama (content analysis) adalah tingkat

subyektifitas yang tinggi dalam mengkuantifikasikan pengungkapan dalam

laporan tahunan dan mengandalkan coding yang sangat dipengaruhi selera

coder (Inmarc’s News, 2008). Selain itu menurut Suhardjanto (2008:68):

“Content analysis is at times more easily identified but it is not

considered the best approach. A large numbers of words, sentences, or

pages do not always reflect high quality of disclosure”.

Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan pendekatan disclosure

scoring atau yang disebut dichotomous, yaitu jika sebuah perusahaan

Page 57: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

mengungkapkan item yang terdapat dalam daftar, maka diberi nilai 1, dan 0

jika tidak mengungkapkan (Cooke, 1989).

Dalam penelitian ini environmental disclosure diproksikan dengan

menggunakan skor pengungkapan lingkungan pada annual report. Skor 1

diberikan pada tiap aspek PROPER yang diungkapkan dalam annual report

dan skor 0 untuk item yang tidak terdapat dalam annual report perusahaan

sampel tahun 2008.

c. Variabel kontrol

Variabel kontrol digunakan untuk melengkapi atau mengontrol

hubungan kausalnya supaya lebih baik untuk didapatkan model empiris yang lebih

lengkap dan lebih baik (Hartono, 2004). Dalam penelitian ini ada tiga variabel

kontrol yang digunakan yaitu firm size (ukuran perusahaan), leverage, dan

profitabilitas.

1. Firm Size

Size perusahaan merupakan variabel penduga yang banyak digunakan

untuk menjelaskan variasi pengungkapan (Miranti, 2009). Hackston dan Milne

(1996) menyatakan bahwa perusahaan yang lebih besar melakukan aktivitas

yang lebih banyak pula, sehingga memberikan dampak yang lebih besar

terhadap lingkungan, sehingga lebih banyak pula shareholder maupun

stakeholder yang peduli terhadap program lingkungan yang dijalankan oleh

perusahaan. Hal ini sejalan dengan pendapat Cowen, Ferreri, dan Parker

(1987) yang menyatakan bahwa perusahaan – perusahaan besar mendapatkan

Page 58: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

lebih banyak tekanan untuk mengungkapkan aktivitas sosial dan lingkungan

mereka kepada masyarakat.

Ukuran perusahaan bisa diukur dengan menggunakan total aktiva,

penjualan atau modal dari perusahaan tersebut. Mengacu pada penelitian

sebelumnya yaitu Freedman dan Jaggi (2005), Haniffa dan Cooke (2005),

Miranti (2009) dan Permatasari (2009), penelitian ini menggunakan total

aktiva sebagai dasar ukuran perusahaan. Total aktiva digunakan karena total

aktiva berisi keseluruhan aktiva yang dimiliki perusahaan baik current assets

maupun non – current assets, sehingga lebih menunjukkan ukuran perusahaan

yang sebenarnya.

2. Leverage

Leverage merupakan pengukur proporsi atas penggunaan utang untuk

membiayai investasi perusahaan (Sartono, 2005). Teori agensi memprediksi

bahwa perusahaan dengan rasio leverage yang lebih tinggi akan

mengungkapkan informasi yang lebih banyak sebab biaya keagenan

perusahaan dengan struktur modal demikian akan lebih tinggi (Jensen dan

Meckling, 1976). Sementara menurut teori legitimasi, manajemen

membutuhkan legitimasi untuk tindakan baik dari shareholder maupun

kreditor sehingga cenderung untuk mengungkapkan informasi yang lebih

banyak (Haniffa dan Cooke, 2005). Penelitian ini mengadopsi pendekatan

Freedman dan Jaggi (2005) dalam mengukur tingakat leverage perusahaan,

yaitu menggunakan Debt to Equity Ratio (DER). DER merupakan

Page 59: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perbandingan antara total liabilities dan total equity yang digunakan sebagai

pendanaan.

3. Profitabilitas

Menurut Ullmann (1985), profitabilitas adalah faktor penting dalam

menentukan apakah suatu isu sosial mendapat perhatian dari manajemen.

Hubungan antara profitabilitas dan pengungkapan merupakan refleksi yang

menunjukkan bahwa diperlukan respon sosial untuk membuat perusahaan

memperoleh keuntungan. Dengan begitu pengungkapan tanggungjawab

lingkungan dipercaya sebagai pendekatan manajemen untuk mengurangi

tekanan sosial dan merespon kebutuhan sosial (Hackston dan Milne, 1996).

Penelitian ini menggunakan Return on Equity (ROE) sebagai proksi

profitabilitas, yang dihitung dengan membandingkan antara pendapatan

setelah pajak dengan total ekuitas (Haniffa dan Cooke, 2005). ROE adalah

rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal sendiri

perusahaan untuk mengahasilkan keuangan bagi pemegang saham (Riyanto,

2000).

%100(DER) RatioEquity Debt to yTotalEquit

litiesTotalLiabi

%100(ROE)Equity On Return yTotalEquit

NetIncome

Page 60: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

E. Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan statistik deskriptif dan

pengujian hipotesis. Pengujian dilakukan dengan menggunakan bantuan program

SPSS release 17.

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif terdiri dari penghitungan mean, standar deviasi,

maksimum, dan minimum. Analisis ini dimaksudkan untuk memberikan

gambaran mengenai distribusi dan perilaku data (Ghozali, 2006).

2. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis, penelitian ini menggunakan analisis regresi

berganda, uji korelasi dan t – test.

a. Analisis Regresi Berganda

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi

berganda dimana sebelumnya dilakukan clean up data dengan pemenuhan asumsi

klasik untuk memastikan bahwa data penelitian valid, tidak bias, konsisten, dan

penaksiran koefisien regresinya efisien (Gujarati, 2003). Pengujian asumsi klasik

terdiri dari beberapa macam pengujian, meliputi:

1) Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah masalah yang

sering muncul dalam analisis regresi terjadi, yaitu dimana terdapat korelasi

yang tinggi antar dua atau lebih variabel independen (Harrison dan

Tamaschke, 2008; Ghozali, 2006).

Page 61: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pada model yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel

bebas. Cara mendeteksi multikolinieritas menurut Ghozali (2006) yaitu:

a. Dengan menganalisa matrik korelasi antar variabel bebas. Jika

matrik antar variabel bebas mempunyai korelasi yang tinggi

(umumnya diatas 0,90) maka terdapat indikasi terjadinya

multikolinieritas.

b. Dengan melihat colinierity statistic yaitu nilai tolerance dan nilai

variance inflation factor (VIF). Secara umum nilai tolerance yang

dipakai adalah 0,10 atau sama dengan nilai VIF diatas 10. Jika nilai

VIF dibawah 10 maka diantara variabel bebas tidak terdapat indikasi

terjadinya multikolinieritas.

2) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier

ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t – 1 (Ghozali, 2006). Untuk mengetahui dan

menguji ada tidaknya autokorelasi dalam model analisis regresi, bisa

digunakan cara pengujian statistik Durbin Watson (DW).

Tabel 3.1

Nilai Durbin – Watson

Nilai DW Kesimpulan

Kurang dari 1,10 Ada autokorelasi

1,10 sampai 1,54 Tanpa kesimpulan

1,55 sampai 2,46 Tidak ada autokorelasi

2,47 sampai 2,90 Tanpa kesimpulan

Lebih dari 2,91 Ada autokorelasi

Page 62: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain (Harrison dan Tamaschke, 2008; Ghozali, 2006). Untuk menentukan

heteroskedastisitas dengan grafik scatterplot, titik yang terbentuk harus

menyebar secara acak, baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y.

Bila kondisi ini terpenuhi maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali,

2006)

4) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2006).

Untuk menguji data yang berdistribusi normal akan digunakan alat uji

normalitas, yaitu One Sample Kolmogorov – Smirnov. Data dikatakan

terdistribusi normal jika signifikansi variabel dependen memiliki nilai

signifikansi lebih dari 10 %. Data penelitian yang baik adalah yang

terdistribusi secara normal.

Persamaan regresi berganda untuk pengujian hipotesis dalam

penelitian ini adalah:

EVPERF = 0 + 1PRODKI+ 2RPTDK+ 3PROKAI+ 4RPTKA+

4SIZE+ 5LEV+ 5PROF+ e

EVDISC = 0 + 1PRODKI+ 2RPTDK+ 3PROKAI+ 4RPTKA+

4SIZE+ 5LEV+ 5PROF+ e

Page 63: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 3.2

Keterangan Persamaan Regresi Berganda

Simbol Keterangan

ENVPERF Environmental Performance

ENVDISC Environmental Disclosure

PRODKI Proporsi Dewan Komisaris Independen

RPTDK Jumlah Rapat Dewan Komisaris

PROKAI Proporsi Komite Audit yang Independen

RPTKA Jumlah Rapat Komite Audit

SIZE Ukuran Perusahaan

LEV Leverage

PROF Profitabilitas

Koefisien Regresi

e Error

b. Uji Korelasi

Pengujian hipotesis pada penelitian ini juga menggunakan Spearman –

Brown test dan Karl Pearson test untuk mengetahui korelasi (Harrison dan

Tamaschke, 2008) antara environmental performance dan environmental

disclosure di Indonesia. Apabila p – value dibawah tingkat signifikan 5% maka

terdapat hubungan antara environmental performance dan environmental

disclosure di Indonesia.

c. T - test

T – test digunakan untuk menguji rata – rata atau pengaruh perlakuan dari

suatu percobaan yang menggunakan 1 faktor, dimana 1 faktor tersebut memiliki 2

level (Ghozali, 2006). Dalam penelitian ini t – test digunakan untuk mengetahui

perbedaan environmental performance dan environmental disclosure antara

perusahaan yang listing dan non – listing di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Page 64: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan menjelaskan mengenai deskripsi data, pengujian hipotesis

dan pembahasan hasil pengujian yang telah dilakukan selama penelitian. Model

analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda, uji korelasi

dan t – test dengan bantuan program SPSS release 17 untuk sistem operasi

windows.

A. Deskriptif Data

Analisis deskriptif data terdiri dari seleksi sampel dan statistik deskriptif.

1. Seleksi Sampel

Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa annual report tahun

2008. Data ini diperoleh dari situs www.idx.co.id dan dari situs masing – masing

perusahaan sampel. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan

peserta Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan

Lingkungan Hidup (PROPER) tahun 2008, dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 4.1

Populasi dan Klasifikasi Industri

No Sektor Jumlah

1 Pertambangan, Energi dan Migas 183

2 Manufaktur 220

3 Agroindustri 209

4 Kawasan Industri & Jasa Pengolah Limbah 15

Total 627

49

Page 65: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode judgment sampling.

Perusahaan yang menjadi sampel adalah perusahaan yang memenuhi beberapa

kriteria tertentu yang sudah dijelaskan di Bab III. Berdasarkan teknik

pengambilan sampel tersebut, maka jumlah sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebanyak 80 perusahaan, nama perusahaan sampel dapat

dilihat pada Lampiran II. Namun dari 80 perusahaan sampel tersebut, ternyata

hanya terdapat 40 perusahaan yang menyediakan data dan informasi secara

lengkap terkait corporate governance dalam annual report – nya.

2. Statistik Deskriptif

Environmental performance sebagai variabel dependen dalam penelitian

ini diperoleh dari prestasi perusahaan saat mengikuti program PROPER tahun

2008 yang diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup. Berdasarkan

tabel 4.2 dapat diketahui bahwa nilai rerata kinerja lingkungan hidup untuk 40

perusahaan sebesar 3 atau dalam PROPER termasuk dalam peringkat Biru,

namun berdasarkan keseluruhan sampel yang diambil sebanyak 80 perusahaan

reratanya sebesar 1,5 atau 30%. Nilai rerata environmental performance sebesar

1,5 menunjukkan bahwa tingkat kepedulian terhadap lingkungan hidup

perusahaan di Indonesia tergolong sangat rendah karena skor total untuk kinerja

lingkungan pada penelitian ini adalah 5. Dalam PROPER, skor 1,5 atau 30%

mengindikasikan bahwa perusahaan di Indonesia tergolong “Belum Taat” yang

berarti bahwa perusahaan telah melakukan upaya pengelolaan lingkungan, akan

tetapi baru sebagian kecil mencapai hasil yang sesuai dengan persyaratan

Page 66: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sebagaimana diatur dalam peraturan perundang – undangan (KLH, 2008). Dari 40

perusahaan dengan skor rerata 1,5, ada 38 perusahaan yang mempunyai skor

kinerja di atas rerata sedangkan 2 perusahaan lainnya mempunyai skor kinerja

lingkungan di bawah rerata.

Nilai minimum 1 untuk environmental performance pada penelitian ini

diperoleh PT Ultra Jaya Milk dan PT Charoen Pokhpand Indonesia. Skor 1 atau

dalam PROPER termasuk peringkat Hitam, mengindikasikan bahwa perusahaan

belum melakukan upaya pengelolaan lingkungan hidup secara berarti, atau secara

sengaja tidak melakukan upaya pengelolaan lingkungan sebagaimana yang

dipersyaratkan, serta berpotensi mencemari lingkungan.

Nilai maksimum atau skor tertinggi environmental performance sebesar 5

atau berperingkat Emas diperoleh PT Indocement. Hal ini menurut Kementerian

Lingkungan Hidup, PT Indocement telah melakukan pengelolaan lingkungan

lebih dari yang dipersyaratkan dan telah melakukan upaya 3R (Reduce, Reuse,

Recycle), menerapkan sistem pengelolaan lingkungan yang berkesinambungan,

serta melakukan upaya – upaya yang berguna bagi kepentingan masyarakat pada

jangka panjang.

Tabel 4.2

Statistik Deskriptif Variabel Dependen

Variabel Mean Min Max St. Deviasi

Env_Perf 3 1 5 0.716

Env_Disc 4.03 1 7 1.641

Page 67: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Environmental disclosure dalam penelitian ini diperoleh dari skor total

dari 8 aspek PROPER yang diungkapkan dalam annual report perusahaan.

Delapan aspek PROPER tersebut meliputi: (1) Pencemaran air, (2) Pencemaran

laut, (3) Pencemaran udara, (4) Pengolahan limbah B3 (Bahan Beracun dan

Berbahaya), (5) AMDAL/UKL/UPL, (6) Penggunaan sumber daya, (7) Sistem

manajemen lingkungan, dan (8) Partisipasi dan hubungan masyarakat.

Statistik deskriptif pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa rerata tingkat

pengungkapan lingkungan hidup pada annual report sebesar 4,03 untuk 40

perusahaan yang melakukan pengungkapan lingkungan, tetapi berdasarkan

keseluruhan sampel yang diambil reratanya sebesar 2,22 atau 27,75%. Hal

tersebut menunjukkan bahwa tingkat pengungkapan lingkungan hidup pada

annual report perusahaan di Indonesia masih sangat rendah karena skor total

untuk environmental disclosure pada penelitian ini adalah 8. Dari 40 perusahaan

sampel, ada 32 perusahaan yang skor pengungkapan diatas rerata sedangkan 8

perusahaan lainnya mempunyai skor pengungkapan di bawah rerata.

Nilai minimum environmental disclosure pada penelitian ini adalah 1

(12,5%) yaitu PT Charoen Pokhpand Indonesia yang hanya mengungkapkan

aspek partisipasi dan hubungan masyarakat dalam annual report – nya. PT

Charoen Pokhpand Indonesia dalam annual report – nya mengungkapkan,

”Perseroan menyadari bahwa aktivitas usaha dan operasional tidak hanya

ditujukan demi menciptakan nilai bagi pemegang saham (shareholder),

namun juga harus mampu memberikan manfaat nyata bagi masyarakat

(stakeholder). Melalui berbagai program dan kegiatan sosial

kemasyarakatan Perseroan selalu menumbuhkan kerja sama dan hubungan

yang harmonis dengan masyarakat setempat, terutama di sekitar lokasi

operasional.” (AR PT Charoen Pokhpand Indonesia, 2008).

Page 68: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Aspek partisipasi dan hubungan masyarakat ini juga merupakan aspek

terbanyak yang diungkapkan dalam annual report perusahaan di Indonesia.

Partisipasi dan hubungan masyarakat merupakan aspek dimana perusahaan telah

melakukan kegiatan pengembangan masyarakat; perusahaan berperan aktif dalam

kegiatan masyarakat disekitar lokasi kegiatan perusahaan; dan perusahaan

mempunyai hubungan yang baik dengan masyarakat disekitar lokasi kegiatan

perusahaan. Semua perusahaan sampel dalam penelitian ini mengungkapkan

aspek partisipasi dan hubungan masyarkat pada annual report perusahaan.

Aspek terbanyak kedua yang diungkapkan dalam annual report

perusahaan adalah aspek manajemen lingkungan yang diungkapkan oleh 35

perusahaan. Dalam aspek ini perusahaan mempunyai komitmen dan kebijakan

lingkungan yang kuat (KLH, 2008), seperti yang dilakukan PT Asahimas Flat

Glass yang mengungkapkan,

“Perseroan mempunyai komitmen untuk selalu patuh terhadap hukum dan

peraturan yang berlaku, termasuk peraturan di bidang lingkungan hidup.

Perseroan telah mengelola limbah padat, cair dan gas baik itu yang

merupakan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) maupun non B3 sesuai

dengan peraturan perundangan yang berlaku.” (AR PT Asahimas Flat

Glass, 2008)

Nilai maksimum environmental disclosure pada penelitian ini adalah

sebesar 7 yaitu oleh PT Timah, PT Semen Gresik dan PT Medco. Hal ini

dikarenakan PT Timah dan PT Medco sebagai perusahaan pertambangan serta PT

Semen Gresik sebagai perusahaan manufaktur memiliki aktivitas operasi utama

yang berhubungan langsung dengan alam sehingga memiliki tanggungjawab yang

lebih untuk mengungkapkan kegiatan lingkungan hidup mereka.

Page 69: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Terkait dengan permasalahan lingkungan hidup, pada tanggal 7 – 18

Desember 2009 telah diselenggarakan Konferensi Perubahan Iklim PBB di

Kopenhagen, Denmark. Pada konferensi ini, utusan lebih dari 190 negara akan

bernegosiasi untuk mencapai kesepakatan baru sebagai pengganti skema Protokol

Kyoto yang akan berakhir masa berlakunya pada tahun 2012. Konferensi ini

menghasilkan kesepakatan yang disebut “Copenhagen Accord”. Ada beberapa

poin penting dalam “Copenhagen Accord” berkenaan dengan lingkungan hidup,

diantaranya adalah kesediaan negara – negara peserta konferensi untuk

mengurangi emisi gas yang ada (Kompas, 7 Desember 2009). Indonesia sebagai

salah satu negara peserta konferensi yang sangat concern dalam hal global

warming tentu saja bersedia untuk mengurangi jumlah emisi gas yang dihasilkan

dari aktivitas sehari – hari. Hal ini dapat dibuktikan dalam annual report PT

Medco yang menyatakan,

“Komitmen Medco Energi terhadap pelestarian alam diwujudkan dalam

pengembangan proyek – proyek ramah lingkungan, dimulai dengan pabrik

LPG yang memproses gas asosiasi dari jumlah volume minyak yang besar

yang dipompa dari lapangan Rimau. Sebagai pengganti pembakaran gas

(flaring) yang berdampak pada pemanasan global, MedcoEnergi telah

membangun pembangkit listrik berbahan bakar gas di tahun 2004.

Pembangkit ini merupakan salah satu pembangkit paling ramah

lingkungan di Indonesia. Sejak tahun 2006, Perseroan telah memulai

pengembangan pembangkit listrik tenaga panas bumi. Di tahun 2006 pula,

Perseroan memulai konstruksi pabrik ethanol yang menggunakan

singkong akar sebagai bahan bakar disamping biogas yang dihasilkan dari

limbah pabrik, sehingga mengurangi penggunaan bahan bakar fosil untuk

menghasilkan energi yang sama sekaligus mengurangi emisi karbon.”

(AR PT Medco, 2008).

Aspek dalam PROPER yang sama sekali tidak diungkapkan dalam annual

report perusahaan di Indonesia adalah aspek pencemaran air laut. Aspek ini

terkait dengan ijin untuk membuang limbah di laut (dumping) yang dimiliki

Page 70: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perusahaan. Hal ini dikarenakan adanya kebijakan pemerintah yang mengizinkan

perusahaan untuk membuang limbah di laut menyebabkan tingginya tingkat

pencemaran di lingkungan laut (red tide) Indonesia (Antara, 2010). Efek

terjadinya red tide ini ditunjukkan dengan penurunan kadar oksigen serta

meningkatnya kadar toksin yang menyebabkan matinya biota laut, penurunan

kualitas air, serta menganggu kestabilan populasi organisme laut.

Teknologi pembuangan limbah ke dasar laut (Submarine Tailing

Disposal/STD) sebenarnya sudah tidak lagi digunakan oleh perusahaan –

perusahaan tambang di luar negeri. Sejumlah pemerintah negara maju melarang

perusahaan tambang yang beroperasi di wilayahnya untuk membuang limbah ke

dasar laut. Namun, di Indonesia operasi ini masih dilakukan seperti yang

dilakukan oleh PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) dan PT Freeport yang

membuang limbahnya melalui jalur sungai sehingga banyak pihak yang

memprotes kebijakan tersebut dan menuntut pemerintah mengubah kebijakannya

terhadap perizinan perusahaan itu (Suara Pembaharuan, 2005). Selain itu,

terjadinya kasus pencemaran di Teluk Buyat membuat masyarakat tidak lagi yakin

akan keamanan pembuangan limbah ke dasar laut.

Kasus pencemaran Teluk Buyat yang dilakukan oleh PT Newmont Nusa

Tenggara merupakan bukti bahwa pembuangan tailing ke laut (Submarine Tailing

Disposal) telah mengakibatkan pencemaran di Teluk Buyat, Sulawesi Utara.

Bahkan hasil survei KLH yang dilakukan pada bulan September 2004 di daerah

Tongo Sejorong, Benete dan Lahar, Nusa Tenggara Barat, menunjukkan sekitar

76 – 100% responden nelayan menyatakan bahwa pendapatan mereka menurun

Page 71: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

setelah PT Newmont membuang tailing – nya ke Teluk Senunu, yang besarnya

mencapai 120.000 ton tailing per hari, atau 60 kali besarnya tailing PT Newmont

di Teluk Buyat (WALHI, 2004).

Pada tabel 4.3 di bawah ini dijelaskan statistik deskriptif dari variabel

independen penelitian. Informasi mengenai statistik deskriptif tersebut meliputi:

nilai minimum, maksimum, rerata (mean), dan standar deviasi yang dihitung

dengan menggunakan alat bantu statistik SPSS release 17. Hasil dari perhitungan

tersebut ditampilkan pada tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3

Statistik Deskriptif Variabel Independen

Variabel Mean Min Max St. Deviasi

Pro_DKI (%) 45.38 20 93 0.18234

Rpt_DK (kali / tahun) 7.98 2 33 6.538

Pro_KAI (%) 63.15 40 80 0.09694

Rpt_KA (kali / tahun) 9.78 2 47 8.129

Size (juta Rupiah) 31464000 1129852 3547449600 662963000

Leverage 98.97 10.2 333 79.052

Profitabilitas 18.47 -34.39 77.64 20.64141

Rerata proporsi dewan komisaris independen adalah 45,38%. Proporsi ini

sudah baik karena berdasarkan peraturan yang dikeluarkan oleh Bapepam pada

tanggal 1 Juli tahun 2000, menyatakan bahwa proporsi dewan komisaris

independen adalah 30% dari total anggota dewan komisaris. Komisaris

independen mempunyai peranan penting dalam pengungkapan informasi

lingkungan pada annual report.

Page 72: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Ada 2 perusahaan yang mempunyai proporsi dewan komisaris independen

sebesar 20% yaitu PT Pupuk Kujang dan PT Petrokimia, dan hanya ada 1

perusahaan yang anggota dewan komisaris independennya sebanyak 93% yaitu

PT Nestle. Proporsi dewan komisaris independen sebesar 20% mengindikasikan

bahwa PT Pupuk Kujang dan PT Petrokimia belum menerapkan corporate

governance dengan baik karena tidak mematuhi regulasi yang telah ditetapkan

oleh Bapepam terkait proporsi dewan komisaris independen. Sementara itu,

proporsi dewan komisaris sebanyak 93% pada PT Nestle dapat diartikan bahwa

perusahaan telah menerapkan corporate governance dengan baik karena semakin

besar proporsi dewan komisaris independen dapat mendorong diterapkannya

prinsip tata kelola perusahaan (Corporate Governance) di dalam perusahaan

melalui tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada Direksi secara efektif

serta lebih memberikan nilai tambah bagi perusahaan (Task Force Komite Nasional

Kebijakan Corporate Governance, 2006).

Agar proses pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris berjalan

efektif, corporate governance guidelines (2007) menyatakan bahwa minimal

dewan komisaris harus mengadakan rapat internal sebanyak 4 kali dalam 1 tahun.

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa rerata frekuensi rapat perusahaan di

Indonesia sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yaitu sebanyak 9,78 kali

dalam setahun. Namun, terdapat 4 perusahaan yang menyelenggarakan rapat

dibawah ketentuan yang ada yaitu PT Asahimas Flat Glass, PT Adaro Energy, PT

Ultra Jaya Milk, dan PT INCO, dimana nilai minimum diperoleh PT Asahimas

Flat Glass yang hanya mengadakan pertemuan dewan komisaris sebanyak 2 kali

Page 73: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dalam setahun. Hal ini menunjukkan bahwa masih kurangnya kesadaran

perusahaan di Indonesia akan ketentuan yang telah ditetapkan.

Pada umumnya perusahaan di Indonesia sudah memenuhi peraturan

Bapepam terkait dengan proporsi komite audit independen minimal sebesar 33%.

Hal ini terbukti dengan jumlah rerata proporsi komite audit independen

perusahaan di Indonesia sebesar 63,15%. Tingginya rerata proporsi komite audit

independen mengindikasikan bahwa kualitas kontrol oleh komite audit terhadap

aktivitas perusahaan semakin baik (Forker, 1992).

Terkait dengan peraturan Bapepam dinyatakan bahwa komite audit

independen harus menyelenggarakan rapat internal minimal 4 kali dalam 1 tahun

(corporate governance guidelines, 2007). Dari data statistik pada tabel 4.3 di atas

masih terdapat perusahaan yang tidak mematuhi ketentuan rapat intern komite

audit yaitu PT Kalbe Farma yang mengadakan rapat sebanyak 2 kali dalam 1

tahun.

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa rerata size perusahaan yang

diukur dengan total aktiva berjumlah sebesar Rp 31.464.000.000.000,00. Terdapat

15 perusahaan yang memilki jumlah aset di atas rerata dan terdapat 25 perusahaan

yang memiliki jumlah aset di bawah rerata. Size perusahaan terbesar diperoleh PT

Toyota dengan jumlah aset yang dimiliki Rp 3.547.449.600.000.000,00.

Sementara size perusahaan terkecil dimiliki oleh PT Lippo Cikarang dengan

jumlah aset sebesar Rp 1.129.852.000.000,00. Selain mengungkapkan besarnya

aset yang dimiliki, perusahaan juga mengungkapkan nominal jumlah yang

Page 74: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dikeluarkan dalam rangka tanggungjawab lingkungan seperti PT Semen Gresik

yang menyatakan dalam annual report – nya,

“Kepedulian Perseroan untuk menjaga kelestarian alam termasuk isu

pemanasan global maka Perseroan melaksanakan penghijauan melalui

penanaman pohon baik yang bersifat produktif maupun non produktif dan

biaya yang telah dikeluarkan untuk program tersebut tahun 2008 sebesar

Rp 0,6 milyar. Pada akhir tahun 2008 Perseroan mendapat tugas dari

Pemerintah untuk menanam pohon sebanyak 500.000 pohon dan ditunjuk

sebagai koordinator BUMN menaman pohon di Jatim dan Bali, program

tersebut akan diselesaikan paling lambat kwartal 1 tahun 2009.”

Selain itu, pengungkapan jumlah nominal yang telah dikeluarkan

perusahaan dalam rangka melakukan upaya pelestarian dan kepedulian terhadap

lingkungan hidup juga diungkapkan oleh PT Perusahaan Gas Negara secara detail

dalam annual report – nya yaitu:

Pengelolaan lingkungan berorientasi pada pelaksanaan pengelolaan dan

pemantauan lingkungan sesuai dengan Rencana Pengelolaan Lingkungan

(RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) pada dokumen

AMDAL maupun UKL-UPL

Biaya Pengelolaan Lingkungan Tahun 2008

Uraian Jumlah (Rp)

A. AMDAL maupun UKL-UPL

1. UKL-UPL Pipanisasi Distribusi Gas 138.946.500

Bumi Lampung

2. UKL-UPL CNG Station Pondok

Ungu 90.667.500

Jawa Barat

3. UKL-UPL Off Take Porong Jawa 156.000.000

Timur

B. Pengelolaan dan Pemantauan

Lingkungan

UKL-UPL Stasiun Kompressor Gas 21.000.000

Pagar Dewa Sumatera Selatan

TOTAL 406.614.000

Page 75: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Sementara itu, dari sisi leverage perusahaan dapat dilihat bahwa rerata

perusahaan di Indonesia memiliki leverage sebesar 98,97%. Hal ini

mengindikasikan bahwa sekitar 98,97% investasi perusahaan dibiayai oleh utang.

Pada penelitian ini tingkat leverage terendah sebesar 10,20% dimiliki oleh PT

Santos Maleo, sementara tingkat leverage tertinggi sebesar 333% dimiliki oleh PT

Pupuk Kujang.

Rerata profitabilitas perusahaan sampel pada penelitian ini sebesar

18,47%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan dari modal perusahaan

untuk menghasilkan laba bagi pemegang saham sebesar 18,47%. Profitabilitas

tertinggi sebesar 77,64% diperoleh PT Unilever, sedangkan untuk profitabilitas

terendah didapat oleh PT Pupuk Kujang sebesar -34,39%.

Berdasarkan hasil statistik deskriptif dan penjelasan di atas maka dapat

disimpulkan bahwa rerata environmental performance sebesar 3; rerata

environmental disclosure sebesar 4,03; rerata proporsi komisaris independen

sebesar 45,38%; rerata frekuensi rapat dewan komisaris sebanyak 7,98; rerata

proporsi komite audit independen sebesar 63,15%; rerata jumlah rapat komite

audit sebesar 9,78; rerata size perusahaan sebesar Rp 31.464.000.000.000,00;

rerata leverage sebesar 98,97%; dan rerata profitabilitas sebesar 18,47%.

B. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 2

pengujian, yaitu dengan menggunakan analisis regresi berganda dan uji korelasi.

Selain itu, penelitian ini menambahkan t – test untuk mengetahui apakah terdapat

Page 76: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perbedaan environmental disclosure dan environmental performance antara

perusahaan yang listing dan non – listing di Bursa Efek Indonesia.

Sebagai prasyarat pengujian regresi berganda dilakukan uji asumsi klasik

untuk memastikan bahwa data penelitian valid, tidak bias, konsisten, dan

penaksiran koefisien regresinya efisien (Gujarati, 2003). Pengujian asumsi klasik

terdiri dari beberapa macam pengujian, meliputi: Normalitas, Multikolinieritas,

Autokorelasi, dan Heteroskedastisitas. Penelitian ini telah memenuhi uji asumsi

klasik. Hasil pengujian asumsi klasik tersebut dapat dilihat pada lampiran V.

1. Analisis Regresi Berganda

Regresi berganda dalam penelitian ini digunakan untuk menjawab rumusan

masalah yaitu menguji apakah corporate governance berpengaruh terhadap

environmental performance dan environmental disclosure perusahaan. Pengujian regresi

berganda ini dilakukan dengan metode backward.

a) Pengaruh Corporate Governance terhadap Environmental Performance

Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

corporate governance yang direpresentasikan dengan proporsi komisaris

independen, jumlah rapat dewan komisaris, komite audit independen, jumlah rapat

komite audit, terhadap environmental performance dengan size perusahaan,

leverage, dan profitabilitas sebagai variabel kontrol.

Berdasarkan hasil pengujian regresi berganda terkait pengaruh corporate

governance terhadap environmental performance diperoleh hasil sebagai berikut:

Page 77: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 4.4

Hasil Regresi Berganda Tahap I

Variabel Koefisien t Sig.

(Constant) 1.853 2.492 0.170

Pro_DKI 0.611 0.967 0.340

Rpt_DK 0.014 0.468 0.741

Pro_KAI 2.496 2.193 0.023*

Rpt_KA -0.023 -1.730 0.092**

Size 0.046 0.435 0.721

Leverage -6.29E-05 -0.040 0.968

Profitabilitas -0.004 -0.638 0.528

R Square 0.179

Adjusted R Square 0.135

F 4.044

Sig 0.026

*Secara statistik signifikan pada tingkat 5%

**Secara statistik signifikan pada tingkat 10%

Koefisien Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh variabel

independen mampu menerangkan variabel dependen. Setiap tambahan satu

variabel independen, maka R2

pasti meningkat tidak peduli apakah variabel

tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena

itu, untuk jumlah variabel independen lebih dari dua, lebih baik menggunakan

koefisien determinasi yang telah disesuaikan yaitu Adjusted R2 ( Ghozali, 2006).

Dari tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa nilai R Square (R2) sebesar

0,179 dan Adjusted R Square (Adjusted R2) sebesar 0,135. Berdasarkan nilai

Adjusted (R2) tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebanyak 13,5% variabel

dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen dan variable kontrol dan

sisanya sebanyak 86,5% dijelaskan oleh faktor lain.

Dalam tabel tersebut juga menunjukkan nilai F hitung sebesar 4,044

dengan probabilitas 0,026 (p – value < 0,05). Karena nilai F lebih besar dari 4 dan

Page 78: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

probabilitas jauh lebih kecil dari 5% maka model regresi ini menunjukkan

tingkatan yang baik (good overall model fit) sehingga model regresi dapat

digunakan untuk memprediksi environmental performance atau dapat dikatakan

bahwa proporsi komisaris independen, jumlah rapat dewan komisaris, komite

audit independen, jumlah rapat komite audit, size perusahaan, leverage, dan

profitabilitas secara bersama – sama berpengaruh terhadap environmental

performance (Ghozali, 2006).

Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, hasilnya

menunjukkan bahwa proporsi komite audit independen berpengaruh terhadap

environmental performance sedangkan jumlah rapat komite audit proporsi dewan

komisaris independen, jumlah rapat dewan komisaris, size, leverage, dan

profitabilitas tidak berpengaruh terhadap environmental performance.

Proporsi komite audit independen berpengaruh (p – value sebesar 0,023)

terhadap environmental performance. Hal ini mengindikasikan bahwa peran dan

tanggung jawab anggota komite audit independen telah berfungsi sebagai mana

mestinya. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Collier (2003);

Menon dan Williams (1994) bahwa keberadaan anggota komite audit yang

independen berpengaruh positif terhadap kinerja lingkungan hidup perusahaan.

Di Indonesia keberadaan komite audit masih merupakan hal yang relatif

baru. Perkembangan komite audit di Indonesia sangat terlambat dibandingkan

dengan negara lain, hal ini antara lain disebabkan karena pemerintah baru

menetapkan kebijakan tentang pemberlakuan komite audit pada Badan Usaha

Milik Negara (BUMN) tertentu pada tahun 1999. Selain itu anjuran dari Bapepam

Page 79: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kepada perusahaan yang telah go – public agar memiliki komite audit baru

ditetapkan pada tahun 2000. Mengingat pentingnya keberadaan komite audit

dalam meningkatkan performance perusahaan, terutama dari aspek pengendalian,

maka 33% dari komite audit merupakan pihak eksternal yang independen. Pihak

eksternal dipilih karena memiliki pandangan segar dan tidak memiliki hubungan

historis dengan perusahaan sehingga kemungkinan kolusi dengan manajemen

dapat diperkecil sehingga independensinya dapat dipercaya.

Pada penelitian ini, rerata proporsi komite audit independen di Indonesia

(sebesar 63,15%) sudah di atas persyaratan minimal yang ditetapkan oleh

Bapepem menunjukkan bahwa penetapan komite audit independen dalam

perusahaan bukan hanya sekedar untuk memenuhi ketentuan formal dari

pemerintah saja. Tingginya rerata proporsi komite audit independen

mengindikasikan bahwa kualitas kontrol oleh komite audit terhadap aktivitas

perusahaan semakin baik sehingga semakin besar proporsi komite audit

independen dalam perusahaan semakin baik pula kinerja lingkungan perusahaan.

Pada dasarnya komite audit dibentuk guna mencapai tujuan dan

mewujudkan peranannya secara efektif. Kesukseskan komite audit tidak hanya

ditentukan oleh independensi dan kompetensi saja, tetapi ditentukan pula oleh

pola hubungan dan komunikasi. Seperti pendapat yang diungkapkan Carey

(1953:680):

“There seems to be no doubt that a direct channel of communications

between the board (committee) and (external dan internal) auditors is very

much to the advantage of all concerned.”

Page 80: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Komunikasi komite audit biasanya dapat dilakukan dalam bentuk

pengamatan, analisis laporan dan rapat (diskusi). Hasil – hasil pengamatan dan

analisis terhadap sistem pengendalian manajemen, auditor eksternal dan internal

selanjutnya dikomunikasikan dan dibahas langsung dalam rapat komite audit. Hal

itu diperlukan agar masalah – masalah penting segera menjadi perhatian bersama

untuk ditindak lanjuti.

Komite audit dipandang oleh banyak pihak sebagai alat monitoring untuk

menghindari kecurangan dalam pelaporan keuangan dan memonitor kinerja

manajemen. Komite audit yang melakukan pertemuan secara rutin memungkinkan

untuk membahas mengenai penyelesaian pekerjaan, permasalahan yang dihadapi

perusahaan dan bersama – sama mencari penyelesaian terbaik untuk perusahaan

serta memungkinkan untuk mengevaluasi kinerja lingkungan hidup perusahaan.

Namun, meskipun proporsi komite audit independen berpengaruh positif

terhadap environmental performance, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

jumlah rapat komite audit berpengaruh secara negatif terhadap kinerja lingkungan

hidup perusahaan (koefisien = -0,023, dengan p – value sebesar 0,092 signifikan

pada tingkat 10%). Hal ini mengindikasikan bahwa tingginya rerata jumlah

pertemuan komite audit di Indonesia sebesar 9,78 dimungkinkan hanya untuk

mematuhi ketentuan Bapepam yaitu minimal 4 kali dalam setahun karena

seringnya frekuensi komite audit melakukan rapat tidak mejadikan fungsi

pengawasan komite audit perusahaan semakin baik dan efektif, sehingga

seringnya frekuensi rapat komite audit tidak menjamin perusahaan melakukan

kinerja lingkungan hidup yang baik. Kondisi ini seperti yang terjadi pada

Page 81: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PT Charoen Pokhpand Indonesia, dimana dalam setahun frekuensi pertemuan

komite auditnya sebanyak 47 kali tetapi memiliki kinerja lingkungan yang buruk

dimana dalam PROPER perusahaan mendapat peringkat Hitam. Hasil penelitian

ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan Zahra dan Pearce (1989); Menon

dan Williams (1994); Raghunandan, Read, Rama (2001); Bradbury, et al. (2004);

Kelley, Koh, Toh (2005).

Variabel yang tidak signifikan secara statistik adalah proporsi dewan

komisaris independen (ρ – value = 0,340). Hal ini mengindikasikan bahwa peran

dan tanggung jawab dewan komisaris independen pada perusahaan di Indonesia

belum berfungsi sebagai mana mestinya.

Di Indonesia, pengangkatan atau penambahan anggota dewan komisaris

yang independen pada kebanyakan perusahaan dimungkinkan hanya sekedar

memenuhi ketentuan formal dari pemerintah saja dan tidak dimaksudkan untuk

menegakkan corporate governance yang baik di perusahaan tersebut (Gideon,

2006). Hal menarik dapat dilihat berkaitan dengan independensi, terdapat

fenomena di Indonesia yang memberikan jabatan komisaris kepada seseorang

bukan berdasarkan kompetensi dan profesionalisme namun hanya sebagai

penghargaan atau penghormatan (Surya dan Yustiavanda, 2006) sehingga dapat

dikatakan, pemilihan komisaris di Indonesia kurang mempertimbangkan

intergritas serta kompetensi. Selain itu, hasil ini mendukung survei dari Asian

Development Bank yang menemukan bahwa kuatnya kendali pendiri perusahaan

dan kepemilikan saham mayoritas menjadikan dewan komisaris tidak independen

dan fungsi pengawasan tidak efektif karena timbulnya masalah dalam koordinasi,

Page 82: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

komunikasi, dan pembuatan keputusan. Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan Conet, Marcuss dan Tehranian (2006); Gideon (2006);

Feltham dan Pae (2000).

Jumlah rapat dewan komisaris (ρ – value = 0,741) tidak mempengaruhi

environmental performance. Hal ini bisa dikarenakan rapat yang dilakukan oleh

dewan komisaris belum dilakukan secara efektif dan hanya sebagai pelengkap

saja. Kebanyakan perusahaan di Indonesia dimungkinkan hanya sekedar

memenuhi ketentuan formal dari corporate governance guidelines (2007), dimana

dewan komisaris harus memiliki skedul atau jadwal pertemuan tetap dan dapat

dilakukan pertemuan tambahan sesuai dengan kebutuhan serta pada saat yang

tepat, dan tidak dimaksudkan untuk menegakkan corporate governance di dalam

perusahaan tersebut (Permatasari, 2009). Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Vafeas (2003); Brick dan Chidambaran (2007).

Size perusahaan memiliki ρ – value sebesar 0,721, hal ini menunjukkan

bahwa size perusahaan sebagai variabel kontrol dalam penelitian ini tidak

berpengaruh terhadap environmental performance. Hasil ini sejalan dengan

penelitian Darmawanti, Khomsiyah, Rika (2004) yang menyatakan bahwa

pengaruh ukuran perusahaan terhadap kinerja belum jelas arahnya karena

perusahaan besar belum tentu memiliki kinerja lingkungan yang lebih baik

dibanding perusahaan kecil dan sebaliknya perusahaan kecil tidak selalu memiliki

performance yang lebih rendah dibandingkan perusahaan yang lebih besar. Selain

itu, menurut Durnev dan Kim (2003), perusahaan besar dianggap memiliki

Page 83: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

masalah keagenan yang besar pula sehingga belum bisa mengoptimalkan

performance dengan lebih baik.

Di Indonesia, ukuran perusahaan tidak memberikan pengaruh bagi kinerja

lingkungan hidup perusahaan. Hal ini mungkin disebabkan adanya pandangan

perusahaan yang mengangkap belum efektifnya pelaksanaan kinerja lingkungan

hidup. Artinya, aktivitas pelestarian dan kepedulian terhadap lingkungan hidup ini

belum dianggap sebagai kebijakan yang akan berdampak positif di masa yang

akan datang. Selain itu, semakin besar ukuran perusahaan tidak menjamin

perusahaan concern terhadap lingkungan karena adanya anggapan bahwa

melakukan aktivitas pelestarian lingkungan hidup hanya menambah pengeluaran

perusahaan sehingga dapat mengurangi kekayaan dan keuntungan perusahaan

(Utama, 2007).

Leverage sebagai variabel kontrol memiliki ρ-value 0,968 pada tingkat

signifikan 5% sehingga dapat disimpulkan bahwa leverage tidak berpengaruh

signifikan terhadap kinerja lingkungan perusahaan. Koefisien leverage pada tabel

4.4 menunjukkan nilai yang negatif. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi

tingkat leverage maka semakin rendah tingkat environmental performance

perusahaan. Perusahaan dengan tingkat ketergantungan terhadap utang yang

tinggi cenderung memiliki kinerja lingkungan yang rendah, hal ini dikarenakan

utang perusahaan diprioritaskan untuk membiayai operasional perusahaan bukan

digunakan untuk melakukan upaya pelestarian lingkungan hidup.

Dalam penelitian ini juga ditunjukkan bahwa profitabilitas (ROE) tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja lingkungan hidup perusahaan. Hal

Page 84: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ini ditunjukkan dengan ρ – value ROE sebesar 0, 528 dimana nilai tersebut diatas

0,05. Koefisien negatif yang ditunjukkan dalam tabel 4.4 menunjukkan hubungan

yang negatif antara profitabilitas perusahaan dan kinerja lingkungan perusahaan

artinya semakin tinggi profitabilitas maka semakin rendah tingkat kepedulian

perusahaan terhadap upaya pelestarian lingkungan hidup. Hal ini dikarenakan

perusahaan dengan tingkat profitabilitas tinggi tidak menggunakan sebagian

profitnya untuk memperbaiki kinerja lingkungan hidup. Selain itu, perusahaan

cenderung enggan harus mengeluarkan biaya tambahan untuk melakukan upaya

pelestarian lingkungan karena dapat mengurangi laba perusahaan.

b) Pengaruh Corporate Governance terhadap Environmental Disclosure

Hasil analisis regresi berganda pengaruh corporate governance terhadap

environmental disclosure bisa dilihat dalam ringkasan tabel 4.5. Dari tabel 4.5

menunjukkan bahwa nilai R Square (R2) sebesar 0,108 dan Adjusted R Square

(Adjusted R2) sebesar 0,085. Berdasarkan nilai Adjusted (R

2) tersebut, dapat

disimpulkan bahwa sebanyak 8,5% environmental disclosure dapat dijelaskan

oleh variabel independen dan variable kontrol dan sisanya sebanyak 91,5%

dijelaskan oleh faktor lain.

Dalam tabel 4.5 juga menunjukkan nilai F hitung sebesar 4,625 dengan

probabilitas 0,038 (probabilitas < 0,05). Karena nilai F lebih besar dari 4 dan

probabilitas jauh lebih kecil dari 5% maka model regresi ini menunjukkan

tingkatan yang baik (good overall model fit) sehingga model regresi dapat

digunakan untuk memprediksi environmental disclosure atau dapat dikatakan

Page 85: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

bahwa bahwa variabel – variabel independen dan kontrol secara bersama-sama

berpengaruh terhadap kinerja lingkungan hidup (Ghozali, 2006).

Tabel 4.5

Hasil Regresi Berganda Tahap II

Variabel Koefisien t Sig.

(Constant) 1.853 2.492 0.170

Pro_DKI 1.424 0.965 0.341

Rpt_DK 0.054 1.410 0.167

Pro_KAI -1.875 -0.648 0.521

Rpt_KA -0.015 -0.385 0.703

Size 0.217 2.151 0.038*

Leverage 0.010 0.212 0.833

Profitabilitas 0.150 1.217 0.210

R Square 0.108

Adjusted R Square 0.085

F 4.625

Sig 0.038

*Secara statistik signifikan pada tingkat 5%

Secara parsial, variabel yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat

pengungkapan lingkungan hidup hanya ada satu, yaitu Ukuran Perusahaan (ρ –

value = 0,038), sedangkan untuk variabel proporsi dewan komisaris independen (ρ

– value= 0,341), jumlah rapat dewan komisaris (ρ – value = 0,167), proporsi

komite audit independen (ρ – value = 0,521), jumlah rapat komite audit (ρ –

value = 0,703), leverage (ρ – value = 0,833), dan profitabilitas (ρ – value = 0,210)

tidak berpengaruh signifikan karena ρ – valu e > 0,05.

Pada variabel proporsi dewan komisaris independen, memiliki nilai ρ –

value 0,341 yang lebih besar daripada tingkat signifikansi 5% sehingga

disimpulkan bahwa proporsi dewan komisaris independen tidak berpengaruh

Page 86: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

terhadap environmental disclosure perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa

peran dan tanggungjawab dewan komisaris independen pada perusahaan di

Indonesia belum berfungsi sebagaimana mestinya. Namun hasil penelitian ini

dapat diterima mengingat lemahnya praktik corporate governance di Indonesia

(Mintara, 2008).

Dalam kenyataannya dapat dilihat bahwa tidak ada keharusan bagi

perusahaan untuk mengungkapkan tentang kondisi dan struktur corporate

governance khususnya yang berkaitan dengan tanggung jawab dan indepedensi

dewan komisaris. Hal lain yang juga mendasari adalah meskipun Bapepam telah

mengatur jumlah keberadaan komisaris independen, namun dalam praktiknya

belum ada mekanisme tentang bagaimana pemegang saham memilih komisaris

independen ini, sehingga walaupun dewan komisaris ini telah ada namun tidak

diketahui bagaimana penunjukkannya. Kondisi yang demikian masih memperluas

kesempatan bagi beberapa pihak untuk melakukan praktik KKN, salah satunya

dengan penunjukkan anggota komisaris independen yang masih memiliki

hubungan kekerabatan dengan direksi perusahaan. Hal ini akan sangat

melemahkan aplikasi corporate governance, karena dengan adanya transaksi

dengan orang dalam (insider transaction), penyelewengan (fraud) dan sebagainya

akan membawa corporate governance dalam kondisi yang semakin terpuruk dan

hal ini akan membawa imbas pada pengungkapan informasi yang menjadi bagian

dalam transparansi sebagai salah satu prinsip corporate governance. Hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Laras (2009), Robert

(1992), Davey (1982), dan Ng (1985).

Page 87: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Jumlah rapat dewan komisaris memiliki ρ – value 0,167, ini menunjukkan

bahwa jumlah rapat dewan komisaris tidak mempengaruhi environmental

disclosure. Hal ini mengindikasikan bahwa peraturan yang ditetapkan belum

berjalan baik di Indonesia. Peraturan yang ada hanya dijalankan sebagai

formalitas demi menjaga image perusahaan itu sendiri. Kebanyakan perusahaan di

Indonesia dimungkinkan hanya sekedar memenuhi ketentuan formal dari

corporate governance guidelines (2007), dimana dewan komisaris harus memiliki

skedul atau jadwal pertemuan tetap dan dapat dilakukan pertemuan tambahan

sesuai dengan kebutuhan serta pada saat yang tepat, dan tidak dimaksudkan untuk

menegakkan corporate governance di dalam perusahaan tersebut. Hal ini sejalan

dengan penelitian Permatasari (2009) yang menyatakan bahwa jumlah rapat

dewan komisaris tidak berpengaruh positif terhadap environmental disclosure di

Indonesia.

Proporsi komite audit independen dengan ρ – value 0,521 juga tidak

berpengaruh terhadap pengungkapan informasi lingkungan hidup perusahaan.

Hasil ini konsisten dengan penelitian Suhardjanto (2008) dan Permatasari (2009),

karena seharusnya keberadaan komite audit independen mendukung prinsip

responsibilitas dalam penerapan corporate governance, yang menekan perusahaan

untuk memberikan informasi lebih baik terutama keterbukaan dan penyajian yang

jujur dalam laporan tahunan (FCGI, 2002).

Sommer (1991) berpandangan bahwa komite audit di banyak perusahaan

masih belum melakukan tugasnya dengan baik. Menurut pendapat Sommer,

banyak komite audit yang hanya sekedar melakukan tugas-tugas rutin, seperti

Page 88: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

review laporan dan seleksi auditor eksternal, dan tidak mempertanyakan secara

kritis dan menganalisis secara mendalam kondisi pengendalian dan pelaksanaan

tanggungjawab oleh manajemen. Penyebabnya diduga bukan saja karena banyak

dari mereka tidak memiliki kompetensi dan independensi yang memadai, tetapi

juga karena banyak yang belum memahami peran pokoknya (Manao, 1997)

Seperti halnya dewan komisaris independen, proses penunjukkan anggota

komite audit independen masih belum jelas dan terbuka, sehingga

independensinya masih patut diragukan (Yunita, 2008). Sehingga dimungkinkan

pemilihan komite audit di Indonesia kurang mempertimbangkan intergritas serta

kompetensi. Hal ini tentu saja akan memberikan dampak negatif pada aplikasi

corporate governance dan merendahkan kualitas informasi yang diberikan

perusahaan karena banyaknya kesempatan untuk memanipulasi dan

mempermainkan data.

Jumlah rapat komite audit secara statistik tidak berpengaruh signifikan

terhadap environmental disclosure dengan ρ – value sebesar 0,703. Sama halnya

dengan rapat dewan komisaris, rapat komite audit belum berfungsi secara

maksimal dikarenakan ada kecenderungan bahwa hal tersebut hanya merupakan

wujud kepatuhan terhadap aturan saja sehingga rapat yang dilakukan oleh

sehingga belum dilakukan secara efektif dan hanya sebagai pelengkap saja.

Kebanyakan perusahaan di Indonesia dimungkinkan hanya sekedar memenuhi

ketentuan formal dari corporate governance guidelines (2007), dimana komite

audit harus memiliki skedul atau jadwal pertemuan minimal 4 kali dalam 1 tahun,

dan tidak dimaksudkan untuk menegakkan corporate governance di dalam

Page 89: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perusahaan tersebut (Permatasari, 2009). Hal ini sejalan dengan penelitian

Permatasari (2009) yang menemukan bahwa tidak terdapat pengaruh positif

jumlah rapat komite audit terhadap environmental disclosure.

Dalam penelitian ini juga terdapat tiga variabel kontrol yang juga turut

diujikan yaitu firm size, leverage, dan profitabilitas.

Variabel kontrol yang pertama yaitu ukuran perusahaan (firm size). Size

perusahaan memiliki nilai ρ – value sebesar 0,038 (ρ – value lebih kecil dari pada

tingkat signifikansi) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh

signifikan terhadap pengungkapan lingkungan perusahaan.

Di Indonesia, rerata size perusahaan yang diukur dengan total aktiva

berjumlah sebesar Rp 31.464.000.000.000,00 dimana perusahaan dengan total

aktiva yang besar akan memiliki cukup dana untuk berinvestasi pada teknologi

dan manajemen lingkungan yang baik sehingga sistem manajemen lingkungan

yang baik akan memotivasi perusahaan untuk melakukan pengungkapan demi

menjaga reputasi perusahaan. Selain itu, perusahaan besar melakukan lebih

banyak aktivitas dan memberikan dampak yang lebih besar. Hal ini membuat

stakeholders lebih peduli terhadap environmental disclosure yang dilakukan

perusahaan (Cowen et al. dalam Hackstone dan Milne, 1996) sehingga perusahaan

besar cenderung mempunyai permintaan informasi yang lebih tinggi daripada

perusahaan kecil (Andrew et al, 1989; Suhardjanto, 2008). Selain itu, menurut

Watt dan Zimmerman (1986); Pitts dan Walance dalam Zang et al, (2005),

perusahaan besar mendapat perhatian lebih dari media, pembuat keputusan dan

Page 90: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

regulasi sehingga mereka akan memperluas praktek disclosure – nya daripada

perusahaan yang lebih kecil.

Leverage sebagai variabel kontrol memiliki ρ – value 0,833 pada tingkat

signifikan 5% sehingga dapat disimpulkan bahwa leverage tidak berpengaruh

signifikan terhadap pengungkapan lingkungan perusahaan. Hasil ini sejalan

dengan penelitian Watts dan Zimmerman (1986); Jensen dan Meckling (1976);

Marwata (2001); dan Laras (2009) yang menemukan bahwa perusahaan yang

memiliki leverage yang tinggi akan mengurangi disclosure perusahaan yang

dibuatnya untuk mengurangi sorotan bondholder. Selain itu, Kent dan Chan

(1994) menyatakan bahwa kreditur bukan merupakan kelompok stakeholder yang

meminta informasi lingkungan hidup. Oleh karena itu, struktur utang tidak

memberi pengaruh pada pengungkapan lingkungan hidup.

Sementara itu profitabilitas memiliki ρ – value = 0,210 yang lebih besar

daripada tingkat signifikasi 5% sehingga disimpulkan bahwa profitabilitas tidak

berpengaruh signifikan terhadap environmental disclosure. Mengingat budaya

yang berkembang di Indonesia yang beranggapan bahwa praktik corporate

governance hanyalah merupakan suatu bentuk kepatuhan (conformance) terhadap

peraturan atau ketentuan dan bukannya sebagai suatu sistem yang diperlukan

perusahaan untuk meningkatkan kinerja (Mintara, 2008), dapat disimpulkan

bahwa perusahaan dengan tingkat profitabilitas tinggi tidak menggunakan

sebagian profitnya untuk memperbaiki kualitas informasi. Hasil penelitian ini

sejalan dengan pendapat Belkaoui dan Karpik (1989) dalam Anggraini (2006)

yang menyatakan bahwa pengungkapan informasi perusahaan justru memberikan

Page 91: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kerugian kompetitif (competitive disadvantage) karena perusahaan harus

mengeluarkan biaya tambahan untuk mengungkapkan informasi tersebut. Hasil ini

konsisten dengan penemuan riset sebelumnya seperti Cowen, Ferreri Dan Parker

(1987), Patten (1991); Hackston Dan Milne (1996); Suda dan Kokubu (1994);

Park (1999); Yuliani (2003); Sembiring (2003); Choiriyah (2010) dan Diah

(2010). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa profitabilitas yang tinggi dari

suatu perusahan tidak menjamin bahwa perusahaan tersebut lebih banyak

melakukan pengungkapan lingkungan hidup.

2. Uji Korelasi

Uji korelasi Pearson dan Spearman pada penelitian ini digunakan untuk menguji

apakah terdapat hubungan antara environmental performance dengan environmental

disclosure di Indonesia. Hasil uji korelasi Pearson dan Spearman dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 4.6

Hasil Uji Korelasi

Env_Perf Env_Disc

Env_Perf Pearson Correlation 1 0.349*

Sig 0.027*

Env_Disc Spearman Correlation 0.335 1

Sig 0.034*

Correlation is significant at the 0.05 level

Page 92: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dari hasil uji korelasi baik dengan uji Pearson maupun uji Spearman

diperoleh hasil ρ – value 0,027 dan 0,034 yang berada di bawah tingkat signifikan

5%. Hasil ini membuktikan bahwa terdapat hubungan positif antara environmental

performance dengan environmental disclosure di Indonesia. Hal ini

mengindikasikan bahwa: (1) perusahaan yang mengungkapkan tanggungjawab

lingkungannya terbukti memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan perusahaan

yang tidak mengungkapkan tanggungjawab lingkungannya (Pava dan Krausz,

1996; Lindrianasari, 2007); dan (2) perusahaan dengan kinerja lingkungan yang

rendah memiliki tingkat pengungkapan lingkungan hidup yang buruk karena

umumnya perusahaan tersebut memang memiliki keterbatasan item – item

pengungkapan lingkungan hidup (Guthrie dan Parker, 1990).

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Al – Tuwaijri et al. (2003)

yang menyatakan bahwa kinerja lingkungan yang baik akan mendorong

dilakukannya pengungkapan yang baik pula. Hal ini seperti yang dilakukan oleh

PT Bukit Asam, dimana sesuai hasil PROPER tahun 2008 PT Bukit Asam

memperoleh peringkat Hijau atau ”Lebih dari Taat” serta mengungkapkan 7 aspek

dari 8 aspek PROPER dalam laporan tahunan perusahaan. PT Bukit Asam dalam

annual report – nya mengungkapkan,

”Perseroan merupakan perusahaan tambang batubara yang menerapkan

metode penambangan terbuka, baik secara continues mining dengan

menggunakan BWE system maupun secara konvensional dengan

menggunakan Shovel & Truck. Untuk mengurangi dampak kegiatan

pertambangan bagi lingkungan dan masyarakat, Perseroan melakukan

kegiatan pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan. Parameter

indikator sasaran lingkungan yang telah ditetapkan oleh Perseroan pada

tahun 2008 adalah sebagai berikut :

Page 93: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

No Parameter

Rencana

2008

2008

(Aktual)

1 Melakukan revegetasi lahan (ha) 110 181

2

Menjamin Keluaran Air dari Tambang

Memenuhi Baku Mutu Lingkungan

(BML) sesuai Per Gub Sumsel No. 18 Th

2005

pH 6 - 9 6.01 - 7.85

TSS <300 mg/lt 2 – 142

Fe < 7 mg/lt 0.018 - 5.76

Mn < 4 mg/lt 0.023-0.986

3

Menjamin Kualitas Udara Ambien dan Emisi

Udara di Area Tambang dan

Sekitarnya Memenuhi Baku Mutu

Lingkungan (BML) sesuai Per Gub Sumsel

No. 17 Th 2005

SO2 μg/Nm3 <900 40.6 – 405

CO μg/Nm3 <30.000 1.85 – 5153

NO2 μg/Nm3 <400 21.64 – 310

O3 μg/Nm3 <235 0.15 - 78.6

Debu μg/Nm3 <230 15 – 217

4

Penataan Pengelolahan Limbah B3 dari

Kegiatan Operasional Sesuai PP 100 100

No 18 Th 1999 Jo PP No 85 Th 1999

5 Pemenuhan Provisi Lingkungan Rp/ton Rp2,469/ton Rp3,969/ton

parameter indikator sasaran lingkungan

Indikator sasaran lingkungan ditetapkan setiap tahun dengan

mempertimbangkan penilaian terhadap dampak utama yang muncul akibat

kegiatan penambangan serta peraturan lingkungan yang berlaku. Indikator

tersebut meliputi kegiatan rehabilitasi daerah bekas tambang, kualitas air,

kualitas udara serta pengolahan limbah/sampah dan hydrocarbon”.

(AR PT Bukit Asam, 2008)

Selain itu, dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang memiliki kinerja

lingkungan yang buruk akan semakin tidak mungkin melakukan pengungkapan

lingkungan yang lebih luas. Hal ini seperti yang dilakukan oleh PT Charoen

Pokhand Indonesia yang memperoleh peringkat Hitam dalam PROPER 2008 dan

hanya mengungkapkan 1 aspek terkait partisipasi dan hubungan masyarakat

Page 94: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dalam annual report – nya. Dalam annual report – nya PT Charoen Pokhand

Indonesia hanya mengungkapkan,

”Perseroan menyadari bahwa aktivitas usaha dan operasional tidak hanya

ditujukan demi menciptakan nilai bagi pemegang saham (shareholder),

namun juga harus mampu memberikan manfaat nyata bagi masyarakat

(stakeholder). Melalui berbagai program dan kegiatan sosial

kemasyarakatan Perseroan selalu menumbuhkan kerja sama dan hubungan

yang harmonis dengan masyarakat setempat, terutama di sekitar lokasi

operasional.

Kegiatan tersebut antara lain adalah Program Orang Tua Asuh yang

dimulai sejak pada 1984 dengan 140 anak asuh dan sampai saat ini telah

mencapai 2.338 anak yang tersebar di 14 propinsi di Indonesia dengan

jenjang pendidikan dari Sekolah Dasar hingga Universitas.

Perseroan juga mencetuskan Program Telorisasi dengan mendatangi

sekolah – sekolah di seluruh Indonesia untuk mengadakan acara makan

telor bersama dengan maksud untuk meningkatkan gizi anak Indonesia.

Selain itu, di lingkungan operasional, Perseroan juga mengadakan

berbagai kegiatan seperti pengasapan nyamuk demam berdarah, khitanan

massal, donor darah, perbaikan rumah ibadah, perbaikan jalan dan

perbaikan sekolah.” (AR PT Charoen Pokhand Indonesia, 2008)

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gray et

al., 1995; Freedman dan Wasley, 1990; Parker, 1986 yang menyatakan bahwa

pengungkapan lingkungan hidup akan banyak dilakukan oleh perusahaan yang

memiliki environmental performance yang baik, sehingga hasil penelitian ini

dapat menyanggah temuan Li et al. (1997); Wiseman (1982); dan Freedman dan

Jaggi (1982) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara kinerja

lingkungan dengan pengungkapan lingkungan hidup perusahaan.

Namun hasil penelitian ini juga mengindikasikan bahwa perusahaan

cenderung mengungkapkan hal – hal yang baik saja dan menahan (withheld)

informasi lingkungan yang berpengaruh buruk terhadap image perusahaan

(Deegan dan Gordon, 1996). Selain itu, informasi yang diungkapkan oleh

Page 95: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perusahaan dalam annual report – nya adalah informasi yang positif mengenai

perusahaan (Hartanti, 2003). Fakta ini menunjukkan bahwa pengungkapan

lingkungan hidup masih dipandang sebagai suatu alat public relation dan bukan

sarana akuntabilitas perusahaan terhadap para stakeholders (Haigh dan Jones,

2006).

3. T – test

T – test digunakan untuk menguji apakah kinerja lingkungan hidup dan

tingkat pengungkapan lingkungan hidup antara perusahaan yang listing dan non –

listing di Bursa Efek Indonesia mempunyai perbedaan signifikan. Karena sampel

tidak berhubungan atau berasal dari populasi yang berbeda maka t-test

menggunakan independent sample test (Ghozali, 2006).

Tabel 4.7

Group Statistik

Perusahaan Mean Std. Deviasi

Envr_Perf Listing 3.08 0,845

Non - Listing 2.93 0,475

Envr_Disc Listing 3,65 1,810

Non - Listing 4,71 0,994

Dari tabel 4.7 di atas dapat diketahui bahwa rerata environmental

performance perusahaan yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI)

sebesar 3,08 atau lebih tinggi 0,15 jika dibandingkan dengan perusahaan non –

listing yang memiliki rerata kinerja lingkungan hidup sebesar 2,93. Namun rerata

environmental disclosure perusahaan yang terdaftar (listing) di Bursa Efek

Indonesia (BEI) yaitu sebesar 3,65 menunjukkan bahwa tingkat pengungkapan

Page 96: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perusahaan yang listing di BEI lebih rendah dibandingkan perusahaan non –

listing yang memiliki rerata tingkat environmental disclosure sebesar 4,71.

Pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa F hitung levene test untuk

environmental performance sebesar 1,472 dengan probabilitas 0,232, karena

probabilitas > 5% maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok populasi

tersebut mempunyai variance yang sama. Hasil t – test dengan menggunakan

equal variance assumed dan equal variance non assumed juga menunjukkan nilai

di atas probabilitas 0,05 yaitu masing – masing dengan probabilitas 0,549 dan

0,481. Jadi dapat disimpulkan bahwa rata – rata environmental performance tidak

berbeda secara signifikan antara perusahaan yang terdaftar dan tidak terdaftar di

BEI.

Tabel 4.8

Hasil Independent Sample Test

Levene's Test T - test Equality

Equality of Variance of Means

F Sig t

Sig

(2tailed)

Envr_Perf Equal variance assumed 1,472 0,232 0,605 0,549

Equal variance non

assumed 0,711 0,481

Envr_Disc Equal variance assumed 6,657 0,037 -2,026 0,050

Equal variance non

assumed -2,392 0,022

Terkait dengan environmental disclosure, dari tabel 4.8 di atas

menunjukkan F hitung levene test untuk environmental disclosure sebesar 6,657

dengan probabilitas 0,037, karena probabilitas < 5% maka dapat disimpulkan

bahwa kedua kelompok populasi tersebut mempunyai variance yang berbeda.

Page 97: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Selain itu, diperoleh probabilitas 0,022 pada equal variance non assumed. Hasil

ini menunjukkan bahwa rata – rata environmental disclosure berbeda secara

signifikan antara perusahaan yang terdaftar dan tidak terdaftar di BEI.

Jadi dapat disimpulkan bahwa meskipun tidak terdapat perbedaan kinerja

lingkungan hidup yang dilakukan oleh perusahaan yang terdaftar maupun tidak

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tetapi dalam melakukan pengungkapan

lingkungan hidup terdapat perbedaan di antara keduanya, dimana perusahaan yang

non – listing cenderung lebih luas dalam mengungkapkan kinerja lingkungan

hidupnya dibandingkan dengan perusahaan yang listing di BEI. Hal ini

dikarenakan perusahaan non – listing yang kebanyakan kepemilikannya di miliki

oleh pihak asing dianggap pihak yang concern terhadap pengungkapan

lingkungan hidup perusahaan. Seperti diketahui, negara – negara luar terutama

Eropa dan United State merupakan negara-negara yang sangat memperhatikan isu

– isu lingkungan seperti, efek rumah kaca, pembalakan liar, serta pencemaran air.

Hal ini yang menjadikan dalam beberapa tahun terkhir ini, perusahaan

multinasional mulai mengubah perilaku mereka dalam beroperasi demi menjaga

legitimasi dan reputasi perusahaan (Simerly dan Li, 2001; Fauzi, 2006).

Selain itu, di negara maju seperti halnya di Amerika Serikat terdapat

korelasi antara perusahaan dan pasar sehingga perusahaan merasa rugi ketika

tidak peduli terhadap lingkungan dan tidak mengungkapkan kinerja

lingkungannya secara sukarela. Hal ini terjadi karena masyarakat akan menjauhi

perusahaan yang dianggap tidak concern terhadap lingkungan hidup (Dewanta

dalam Bataviase, 2010).

Page 98: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB V

PENUTUP

Setelah dilakukan analisis hasil pembahasan pada bab IV, maka pada bab

ini akan dibahas mengenai kesimpulan hasil penelitian, saran, keterbatasan dan

rekomendasi untuk peneliti selanjutnya.

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat diambil kesimpulan:

1. Dari 80 perusahaan sampel, peringkat kinerja lingkungan perusahaan

sesuai dengan hasil PROPER rerata sebesar 1,5 (30%) atau dalam kategori

“Belum Taat”. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat kepedulian

terhadap lingkungan hidup perusahaan di Indonesia tergolong sangat

rendah karena meskipun perusahaan telah melakukan upaya pengelolaan

lingkungan, akan tetapi baru sebagian kecil mencapai hasil yang sesuai

dengan persyaratan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-

undangan. Selain itu, diperoleh juga level of disclosure 2,22 (27,75%)

yang menunjukkan bahwa tingkat pengungkapan lingkungan hidup pada

annual report perusahaan-perusahaan di Indonesia masih sangat rendah.

Perusahaan paling banyak mengungkapkan item partisipasi dan hubungan

masyarakat dengan persentase 100%. Item yang sama sekali tidak

diungkapkan dalam annual report adalah pencemaran laut.

2. Hasil regresi berganda menunjukkan bahwa terdapat pengaruh corporate

governance terhadap environmental performance perusahaan. Variabel

83

Page 99: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

corporate governance yang berpengaruh terhadap environmental

performance yaitu proporsi komite audit independen sedangkan yang tidak

berpengaruh terhadap environmental performance adalah jumlah rapat

komite audit, proporsi komisaris independen, jumlah rapat dewan

komisaris, size perusahaan, leverage, dan profitabilitas.

3. Hasil regresi berganda menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh

corporate governance terhadap environmental disclosure. Variabel yang

tidak berpengaruh terhadap environmental disclosure perusahaan adalah

proporsi komisaris independen, jumlah rapat dewan komisaris, proporsi

komite audit independen, jumlah rapat komite audit, leverage, dan

profitabilitas. Level of environmental disclosure hanya dipengaruhi oleh

size perusahaan.

4. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara

environmental performance dan environmental disclosure perusahaan di

Indonesia.

5. Hasil t – test terkait environmental performance menunjukkan bahwa tidak

terdapat perbedaan variance yang berarti bahwa tidak terdapat perbedaan

kinerja lingkungan antara perusahaan yang terdaftar maupun perusahaan

yang tidak terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Namun, hasil t – test

menunjukkan adanya perbedaan variance terkait environmental

disclosure, hal ini mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan level of

environmental disclosure antara perusahaan yang terdaftar dengan

perusahaan yang tidak terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Page 100: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

B. Saran

Beberapa saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian adalah

sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kinerja

lingkungan dan pengungkapan lingkungan hidup perusahaan di Indonesia

masih sangat rendah. Oleh karena itu, sebaiknya kinerja lingkungan

perusahaan dan pengungkapan informasi lingkungan pada annual report

harus lebih ditingkatkan. Adanya penyusunan dan penerapan regulasi

tentang pengukuran atas dampak sosial perusahaan sebagai bagian dari

mekanisme akuntabilitas perusahaan sangat diperlukan.

2. Proporsi komite audit independen mempunyai pengaruh terhadap

environmental performance, sebaiknya peran komite audit independen

dalam suatu perusahaan harus lebih dioptimalkan agar tingkat kinerja

lingkungan hidup perusahaan lebih tinggi. Selain itu, sebaiknya komite

audit benar – benar menggunakan rapat audit untuk mengevaluasi dan

mengawasi kinerja manajemen sehingga dapat meningkatkan dan

memperbaiki kinerja lingkungan perusahaan.

3. Size perusahaan menentukan perusahaan untuk melakukan pengungkapan

atau tidak. Oleh karena itu, semakin besar ukuran suatu perusahaan maka

selayaknya perusahaan tersebut juga semakin meningkatkan kontribusinya

terhadap lingkungan. Sehingga environmental disclosure – nya pun akan

meningkat.

Page 101: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

C. Keterbatasan

Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sampel dalam penelitian ini hanya sebanyak 80 perusahaan sehingga

kurang bisa mewakili populasi yang berjumlah 627 perusahaan.

2. Variabel independen corporate governance yang digunakan dalam

penelitian ini hanya terbatas pada dewan komisaris dan komite audit

independen karena cakupan corporate governance sangat luas seperi

meliputi struktur kepemilikan, dewan direksi ataupun keberadaan komite –

komite lainnya.

D. Rekomendasi

Peneliti selanjutnya bisa membandingkan penelitian kinerja dan

pengungkapan lingkungan hidup di Indonesia dengan negara lain seperti,

Malaysia, Brunei Darussalam, dll.

Page 102: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, NNN., dan Sulaiman, M. 2004. Environmental Disclosures in Malaysian

Annual Reports: A Legitimacy Theory Perspective. IJCM. Vol. 14: 44

Almilia, L.S., dan Wijayanto, Dwi. 2007. Pengaruh Environmental Performance

dan Environmental Disclosure terhadap Economic Performance.

Proceedings The 1st Accounting Conference 6-7 November 2007.

Al-Tuwaijri, S.A., Christensen, T.E. dan Hughes II, K.E. 2003. The Relations

among environmental disclosure, environmental performance, and

economic performance: a simultaneous equations approach. Accounting

Organizations and Society. Vol. 29: .447-471.

Anggraini, Fr. Reni Retno. 2006. Pengungkapan informasi sosial dan faktor-

faktor yang mempengaruhi pengungkapan informasi sosial dalam laporan

keuangan tahunan (studi empiris pada perusahaan-perusahaan yang

terdaftar Bursa Efek Jakarta). Simposium Nasional Akuntansi IX Padang

Antara News. 2010. Pencemaran Laut di Indonesia Masih Tinggi.

www.antara.com. 20 Juli 2010

Audit Committee Charter. 2005.

www.ecolab.com/investor/pdf/AuditCommitteeCharter.pdf. 30

September 2009

Beardsell, Julle. 2008. The influence of CSR disclosure on corporate governance

and company performance. SMC Working Paper. ISSN 1662-761X

Belkaoui, A. 2000. Accounting Theory. Thomson Learning: London

Benefita The United Environment. 2010. PROPER (Program Penilaian Peringkat

Kinerja Lingkungan Perusahaan). www.benefita.com.

view.php?item=pelatihan&id=EM-04. 11 Januari 2010

Page 103: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Brick E, Ivan, dan Chidambaran N.K.2007. Board Meetings, Committee

Structure, and Firm Performance.

http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?SSRN_id=11082414. 20 Oktober

2009.

Cooke, T. E. 1989. Disclosure in The Corporate Annual Report of Swedish

Companies. Accounting and Business Research. Vol. 19: 113-124

Collier, P. 1993. Factors affecting the formation of audit committees in major UK

listed companies. Accounting and Business Research. Vol. 23: 421-430

Corporate Governance Guidelines. 2007.

www.ecgi.org/codes/documents/cg_guidelines_en.pdf. 30 September

2009

Cowen, S.S., Ferreri, L.B. and Parker, L.D. 1987. The Impact Of Corporate

Characteristics On Social Responsibility Disclosure: A Typology And

Frequency-Based Analysis. Accounting, Organisations and Society. Vol.

12: 111-22.

Daniri, Achmad. 2008. Standarisasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.

http://www.madani-ri.com/2008/01/17/standarisasi-tanggung-jawab-

sosial-perusahaan-bag-i/. 15 Oktober 2009.

Darwin, Ali. 2004. Penerapan Sustainability Reporting di Indonesia. Konvensi

Nasional Akuntansi V, Program Profesi Lanjutan. Yogyakarta, 13-15

Desember.

Deegan, C., dan Brown, N. 1998. The public disclosure of environmental

performance information-a dual test of media agenda setting theory and

legitimacy theory. Accounting, Auditing and Accountability Journal. Vol.

9: 52–69

Deegan, C., dan Gordon, B. 1996. A Study of the Environmental Disclosure

Practices of Australian Corporations. Accounting and Business Research.

Vol. 26: 187-199

Page 104: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Deegan, C., dan Rankin, M. 1997. The materiality of environmental information

to users of annual reports. Accounting, Auditing and Accountability

Journal. Vol. 10: 562-583

Deputi Bidang Pengelolaan B3 dan Limbah B3 Kementerian Lingkungan Hidup.

2006. Proper sebagai Instrumen Pengukuran Penerapan CSR oleh

Perusahaan. www.menlh.go.id. 2 Februari 2010.

Dunlap, Riley, E., and Scarce, Rik. 1991. Environmental Problem and Protection.

Public Opinion Quarterly. Vol. 55: 651-672

Effendi, Muh. Arief. 2006. Implementasi Good Corporate Governance Melalui

Corporate Social Responsibility. www.muhariefeffendi.wordpress.com. 15

Oktober 2009.

Efferin, S., Darmandji, S.H., Tan, Y.2008. Metode Penelitian Akuntansi:

Mengungkap Fenomena dengan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif.

Graha Ilmu

Eng, L.L., dan Mak, Y.T. 2001. Corporate Governance and Voluntary

Disclosure. Journal Accounting and Public Policy. Vol. 22: 325-345

Fama, E.F., dan Jensen, M.C. 1983. Separation of Ownership and Control.

Journal of Law and Economics. Vol. 26: 301-325

Fauzi, Hasan, 2006. Corporate Social and Environment Perfomance: A

Comparative Study Between Indonesian Companies and Multinational

Companies (MNCs) Operating In Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Bisnis,

Vol.6: 87-100.

Forker, J.J. 1992. Corporate Governance and Disclosure Quality. Accounting and

Business Research. Vol. 22: 111-124

Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI). 2002. Tata Kelola

Perusahaan (Corporate Governance). Jilid II:“Peranan Dewan Komisaris

dan Komite Audit dalam Melaksanakan Corporate Governance (Tata

Kelola Perusahaan)”. http://www.cic-fcgi .org. 5 Juli 2009

Page 105: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Freedman, M., dan Jaggi, B. 2005. Global Warming, Commitment to The Kyoto

Protocol, and Accounting Disclosures by The Largest Global Public Firms

from Polluting Industries. The International Journal of Accounting. Vol.

40: 215– 232

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.

Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Gupta, Ashok. 2003. Why Should Companies Care. Mid-American Journal of

Business. Vol. 18:1

Gray, R., Kouhi, R., and Lavers, S. 1995. Corporate Social and Environmental

Reporting: A Review of Literature and A Longitudinal Study of UK

Disclosure. Accounting, Auditing, and Accountability Journal. Vol. 8:47 –

77

Guthrie, J. dan Parker, L.D. 1990, “Corporate Social Disclosure Practice: A

Comparative International Analysis”. Advances in Public Interest

Accounting. Vol. 3: 159-175

Hackston, D., dan Milne, M.J. 1996. Some Determinant Of Social And

Environment Disclosures In New Zealand Companies. Accounting,

Auditing & Accountability Journal. Vol. 9: 77-108

Hadi, A.S. 2006. Regression Analysis by Example. Forth Edition. A John Willey

and Sons, Inc.

Haniffa, R. M., dan Cooke, T. E. 2005. The Impact of Culture and Governance on

Corporate Social Reporting. Journal of Accounting and Public Policy.

Vol. 24: 391–430

Hendriksen, Eldon. Dan Brenda, M. Van. 2001. Accounting Theory. USA:

Mc.Graw – Hill

Page 106: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Ho, Simon S.M. dan Wong, Kar Shun. 2001. A Study of Relationship Between

Corporate Governance Structure and Extent of Voluntary Disclosure.

Journal of International Accounting Auditing and Taxation. Vol. 10: 139 –

156

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2004. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta:

Salemba Empat

Ingram, R., Krazer, K. 1980. Environmental Performance and Corporate

Disclosure. Journal of Accounting Research. Vol. 18:614 – 622

Inmarc’s News. 2008. Pendekatan Content Analysis. www.google.com. 30 Maret

2010.

Ja’far, M. 2006. Pengaruh Dorongan Manajemen Lingkungan, Manajemen

Lingkungan Proaktif dan Kinerja Lingkungan terhadap Public

Environmental Reporting. Simposium Nasional Akuntansi IX Padang

Jensen, M.C., dan Meckling, W.H. 1976. Theory of the Firm: Managerial

Behavior, Agency Cost, and Ownership Structure. Journal of Financial

Economic. Vol. 3:302-360

Kusumawati, N. D., Riyanto, Bambang. 2005. Corporate Governance dan

Kinerja: Analisis Pengaruh Compliance Reporting dan Struktur Dewan

terhadap Kinerja. SNA VIII

Li, Pike, dan Haniffa. 2008. Intellectual Capital Disclosure and Corporate

Governance Structure in UK Firms. Accounting and Business Research.

Vol. 38: 137-159

Lingkar Studi CSR. 2008. Pembangunan Berkelanjutan dan Tanggungjawab

Sosial Perusahaan. www.csrindonesia.com/data/articles/20080405121322

- a.pdf. 15 Desember 2009.

Mintara, Yunita Heryani. 2008. Pengaruh Implementasi Corporate Governance

terhadap Pengungkapan Informasi. Skripsi FE. Universitas Islam

Indonesia, Yogyakarta.

Page 107: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Miranti, Laras 2009. Praktik Penerapan Indonesian Environmental Reporting

Index dan Kaitannya dengan Karakteristik Perusahaan. Skripsi FE.

Universitas Sebelas Maret. Tidak dipublikasikan.

Medley, Patrick. 1997. Environmental Accounting – What Does It Mean to

Professional Accountants? Journal of Accounting Auditing &

Accountability. Vol. 10: 594-600.

Na’im, Ainun., dan Rakhman, F. 2000. Analisis Hubungan Antara Kelengkapan

Pengungkapan Laporan Keuangan dengan Struktur Modal dan Tipe

Kepemilikan Perusahaan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol. 15:

70-82

Ng, L. W. 1985. Social responsibility disclosures of selected New Zealand

companies for 1981, 1982, 1983. Occasional Paper No. 54

Novita dan Chaerul D. Djakman. 2008. Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap

Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (CSR Disclosure) pada

Laporan Tahunan Perusahaan; Studi Empiris pada Perusahaan Publik

yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2006. Makalah disampaikan

pada Simposium Nasional Akuntansi X, Pontianak.

Nurkhin, Ahmad. 2008. Corporate Governance dan Profitabilitas: Pengaruhnya

terhadap Pengungkapan Tanggungjawab Sosial Perusahaan (Studi

Empiris Pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia).

www.eprints.undip.ac.id/8038/1/Ahmad_Nurkhin.pdf. 10 April 2010.

O’Dwyer, B. 2003. Managerial Perception of Corporate Social Disclosure: AN

Irish Story. Accounting, Auditing, and Accountability Journal. Vol. 15:

406 – 436

OPPapers.com. 2008. Audit Lingkungan dan Aplikasinya.

http://www.oppapers.com/essays/Audit-Lingkungan-Dan Aplikasinya/

177317. 30 Maret 2010

Pava, M,. Krausz, J. 1996. The Accossiation Between Corporate Social

Responsibility and Financial Performance: The Paradox of Social Cost.

Journal of Business Ethic. Vol.15:321-357

Page 108: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pasaribu, Sri N. 2009. Program Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) dalam

Pengelolaan Lingkungan. http://www.tobapulp.com/index.php?

option=com_content&view=article&catid=35:News%20&%20events&id=

100:program-penilaian-peringkat-kinerja-perusahaan-proper-dalam-

pengelolaan-lingkungan&Itemid=57. 23 April 2010.

Permatasari, Novita Diah. 2009. Pengaruh Corporate Governance, Latar

Belakang Pendidikan terhadap Environmental Disclosure. Skripsi FE.

Universitas Sebelas Maret. Tidak dipublikasikan.

Pflieger, Juli., Matthias Fischer., Thilo Kupfer., dan Peter Eyerer. (2005). The

contribution of life cycle assessment to global sustainability reporting of

Organization. Management of Environmental. Vol. 16:167-179

Pound, J. 1995. The Promise of The Governed Corporation. Harvard Business

Review. Vol. 73: 89-98

Press Briefing PROPER. 2009. www.menlh.go.id. 11 Maret 2010.

Preston, L. 1981. Research on Corporate Social Reporting Directions for

Development. Accounting, Organization, and Society. Vol. 6:255-262

Rosenstein, S., dan Wyatt, J.G. 1990. Outside directors, board independence and

shareholder wealth. Journal of Financial Economics. Vol. 26: 175-192

Sarumpaet, Susi. 2005. The Relationship Between Environmental Performance

and Financial Performance of Indonesian Companies. Jurnal Akuntansi

dan Keuangan. Vol. 7: 89 – 98

Sembiring, Eddy Rismanda. 2005. Karakteristik perusahaan dan pengungkapan

tanggung jawab sosial; studi empiris pada perusahan yang tercatat di

Bursa Efek Jakarta. Jurnal MAKSI Undip No. 1 Vol 6 Januari 2006.

Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Business. Fourth Edition. John Wiley

and Sons Inc

Page 109: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Suara Pembaruan. 4 Januari 2005. MSM Tak Diberi Izin Buang Limbah ke Laut.

http://www.djmbp.esdm.go.id/modules/news/index.php?_act=detail&sub=

news_minerbapabum&news_id=436. 20 Juli 2010

Suhardjanto. 2008. Environmental Reporting Practice: An Envidence From

Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Bisnis. Vol. 8:33-46

Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi

Ketiga BPFE – Yogyakarta

Szewczyk, S.H., Uzun, Hatice., and Varma, Raj. 2004. Board Composition and

Corporate Fraud. Financial Analysts Journal. Vol. 60: 34-43

Ullmann, A. 1985. Data in search of a theory: A critical examination of

relationships among social performance, social responsibility, and

economic performance of U.S. firms. Academy of Management Review.

Vol.10:540-557.

Utama, Sidharta. 2007. Evaluasi Infrastruktur Pendukung Pelaporan Tanggung

Jawab Sosial dan Lingkungan di Indonesia.

www.csrindonesia.com/data/articlesother/20071121152745-a.pdf. 19

September 2009

Vafeas, Nikos, 1999, Board meeting frequency and firm performance. Journal of

Financial Economics. Vol. 53: 113-42.

Watts, R. L., dan Zimmerman, J. L. 1986. Positive accounting theory: A ten year

perspective. The Accounting Review. Vol. 65: 131-156

Wiseman, J. 1982. An Evaluation of Environmental Disclosures Made in Annual

Report. Accounting, Organizations and Sciety. Vol. 7:553 – 563

YPPMI Sinergi Communication, 2002. The Essence of good corporate

govermance : konsep dan implementasi perusahaan public dan korporasi

indonesia. Jakarta : YPPMI Sinergi Communication

Page 110: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Zeghal, D., dan Ahmed, S.A. 1990. Comparison of social responsibility

information disclosure media used by Canadian firms. Accounting,

Auditing & Accountability Journal. Vol. 3: 38-53.

Page 111: CORPORATE GOVERNANCE, ENVIRONMENTAL PERFORMANCE, …eprints.uns.ac.id/10124/1/221292012201110051.pdf · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user MOTTO Hidup Itu Sesungguhnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user