Cooling Loads (Catatan 1)
Click here to load reader
Transcript of Cooling Loads (Catatan 1)
Prepared by: Himsar AMBARITA
Sustainable Energy Research Group Mechanical Engineering, USU
1
BAB V
BEBAN PENDINGINAN Cooling Loads Estimation
Seandainya urusan siklus refrigerasi, refrigeran, dan psikometrik telah anda
kuasai dengan baik atau benar-benar telah dimengerti, bisa saya pastikan bagian ini
akan sangat menantang adrenalin anda sebagai seorang calon mechanical engineer
sejati. Jika belum, maka saya sarankan anda untuk mengulangnya lagi. Satu
nasehat tambahan bagi anda yang belum lulus Perpindahan panas-II (konveksi)
saya minta untuk bekerja lebih keras karena bab ini akan didominasi oleh
perpindahan panas. Alasan saya menuliskan ini adalah: Dari bab inilah sebenarnya
petualangan merancang suatu system pendingin dimulai. Dengan diketahuinya
beban pendingin, maka besar beban evaporator dapat diketahui, dari beban
evaporator dapat dilanjutkan kepada kerja compressor dan beban kondensor.
Dengan kata lain, perhitungan inilah yang menentukan besar unit yang akan
dirancang. Besarnya suatu unit pendingin ditentukan oleh besarnya beban
pendinginan.
Perhatikan kasus berikut: seorang OKB (orang kaya baru) meminta nasehat
anda: “saya punya rumah baru yang luas bagunannya 10m × 20m. Dengan kondisi
cuaca kota Medan yang kadang sampai 350C, saya ingin membuat suhu ruangan
di rumah saya terjaga 200C sepanjang hari. Co kau buat dulu kalkulasinya berapa
PK AC yang dibutuhkan untuk itu!” Tentu anda tidak akan menjawabnya dengan
“perasanaan”. Sebagai seorang engineer yang tangguh anda akan melalukan
perkerjaan yang melibatkan semua ilmu heat transfer, mekanika fluida, dan
thermodinamika. Seperti inilah sebenarnya alur bekerja yang benar, tetapi pada
prakteknya hal ini sering dilanggar, apalagi bagi orang-orang yang maunya jalan
pintas saja. Misalnya kasus OKB tadi, kalau kita asal mendesign, akibatnya
temperatur 200C, sesuai pesanan, tidak pernah atau sulit tercapai, mungkin bagi
kita tidak ada resikonya. Apalagi kalau kita diminta menghitungnya dengan proyek
tengkyu.
Tetapi kadang kita harus berhadapan dengan keadaan yang menuntut
perhitungan dengan presisi tinggi. Misalnya suatu saat anda berencana memulai
usaha export pengalengan ikan. Ikan hasil tankapan nelayan, katakanlah sampai 10
ton, harus anda simpan di dalam cold storage pada temperatur sekitar -200C,
sebelum di export. Jika di atas temperature ini, misalnya -100C, ikan kalengan anda
tidak akan segar dan rasanya mungkin berubah dan tidak lolos kualifikasi export.
Karena masih merintis, anda harus turun tangan sendiri untuk mendesign cold
storage untuk itu. Kasus ini tentu bukan main-main, anda harus benar-benar
menghitung beban pendingin untuk bisa menjaga suhu ruangan penyimpanan itu
dibawah -200C, jika tidak perusahaan anda akan bangkrut. Untuk itulah diperlukan
pengetahuan menghitung beban pendingin.
Beban pendingin adalah laju panas yang harus dipindahkan dari ruangan ke
lingkungan sehingga suhu dan kandungan uap airnya terjaga seperti yang
diinginkan. Banyak faktor yang mempengaruhi besarnya beban pendingin ini,
misalnya kodisi suhu di luar ruangan, kebocoran udara dari luar ke dalam ruangan,
aktifitas di dalam ruangan misalnya terdapat mesin yang menghasilkan panas dan
Prepared by: Himsar AMBARITA
Sustainable Energy Research Group Mechanical Engineering, USU
2
juga lampu listrik, dan jumlah orang yang keluar masuk dari ruangan, dll. Satu
fakta yang harus diingat bahwa terjadinya kondisi puncak masing-masing beban ini
bisa saja bersamaan atau tidak bersamaan. Misalnya beban panas yang mengalir
dari dinding terjadi di siang hari sekitar pukul 12 s/d 14 siang. Sementara beban
panas dari lampu listrik mencapai makximum pada malam hari (saat semua lampu
dihidupkan). Oleh karena itu beban pendingin selalu bervariasi selama 24 jam
dalam satu hari, bahkan akan berbeda tiap hari, tiap minggu, dan tiap bulan
tergantung kondisi rata-rata cuaca. Bisa dipastikan akan banyak asumsi yang bakal
digunakan selama perhitungan beban pendingin.
Pada prakteknya banyak metode perhitungan beban pendingin yang telah
diajukan oleh beberapa badan standard. Tetapi yang paling umum digunakan
adalah metode yang diajukan oleh ASHARE. Metode ini menggunakan banyak
parameter yang didapat dengan cara pengumpulan data dan juga eksperiment. Pada
bab ini metode ASHRAE akan digunakan sebagai acuan perhitungan beban
pendingin.
I. Jenis Beban Pendingin
Beban pendinginan adalah aliran energi dalam bentuk panas. Perlu diulang
kembali bahwa tugas unit pendingin adalah menjaga kondisi suatu ruangan agar
berada pada suhu dan kelembaban tertentu yang umumnya lebih rendah dari
temperatur dan kelembaban lingkungan luar. Jenis beban pendingin, dapat dibagi
menjadi dua, yaitu panas sensible dan panas laten. Panas sensible adalah panas
yang diterima atau dilepaskan suatu materi sebagai akibat perubahan suhunya.
Panas laten adalah panas yang diterima atau dilepaskan suatu materi karena
perubahan fasanya. Untuk lebih menjelaskan arti masing-masing panas ini,
misalkan kita mendinginkan air dari 100C sampai mejadi es 0
0C. Panas yang
diserap dari air mulai dari 100C menjadi 0
0C (masih tetap air) disebut beban
sensible. Jika air yang suhunya sudah 00C didinginkan lagi hingga akhirnya
menjadi es, di sini tidak terjadi perubahan suhu, tetapi perubahan fasa. Panas yang
diserap di sini disebut panas laten. Contoh yang lebih jelas pada masalah
pengkondisian udara dijelaskan pada contoh di alinea berikut.
Rasio kandungan uap, w(g/kg)
Td
80% 60%o
i
24,5
8,8
3220
95
55,5
42,5
t
Panas Laten
Panas sensibel
Gambar 1 Jenis beban pada pendinginan udara luar
Prepared by: Himsar AMBARITA
Sustainable Energy Research Group Mechanical Engineering, USU
3
Misalkan kita memasukkan udara ventilasi dari luar yang suhunya 320C
dan RH 80% ke dalam ruangan yang sedang dikondisikan pada temperatur 200C
dan RH 60%. Karena kita memasukkan udara dari luar yang lebih panas, maka
udara ventilasi ini akan menjadi beban pendinginan. Beban pendingin yang terjadi
di sini ada dua, yaitu beban sensibel dan beban laten. Bagaimana cara membedakan
masing-masing beban ini akan dijelaskan dengan diagram psikometrik pada
Gambar 1.
Panas sensible untuk mengubah temperatur udara luar dari 320C menjadi
200C adalah sebesar:
TcmQ as ∆= (1)
Untuk tiap 1 kilogram udara kering nilainya sama dengan entalpi titik t dikurangi
entalpi titik i atau sama dengan 55,5 – 42,5 = 13 kJ/kg.
Panas laten untuk mengubah kelembaban udara dari kondisi kelembaban
temperatur udara luar 320C menjadi 20
0C adalah sebesar:
)( iofgas wwhmQ −= (2)
Dimana hfg adalah entalpi penguapan pengembunan uap air dan w adalah rasio
kelembaban udara. Untuk tiap 1 kilogram udara kering nilainya sama dengan
entalpi di titik o dikurangi entalpi di titik i atau sama dengan 95 – 55,5 = 39,5 kJ/kg.
Sementara total beban pendingin dari mulai o ke i adalah sebesar 95 – 42,5 = 52,5
kJ/kg. Seandainya udara ventilasi yang dimasukkan adalah 1 kg/s, maka
selanjutnya kasus pendinginan ini akan sering disebut sebagai berikut: Total beban
pendingin adalah 52,5 kW, yang terdiri dari beban sensible 13 kW dan beban laten
52,5 kW.
II. Sumber-sumber Beban Pendingin
Beban pendingin bagi suatu ruangan yang dikondisikan bisa berasal dari
beberapa sumber. Sumber-sumber ini umumnya dibagi 2 bagian besar, yaitu beban
yang berasal dari luar ruangan dan beban yang berasal dari dalam ruangan. Panas
yang berasal dari luar ruangan antara lain: panas yang berpindah secara konduksi
dari dinding, dari kaca, dari atap, dan dari jendela. Panas radiasi sinar matahari
yang masuk dari material yang tembus pandang seperti bahan kaca dan plastic.
Panas dari masuknya udara luar, yaitu udara ventilasi dan udara infiltrasi.
Sementara sumber panas yang berasal dari dalam dapat berupa panas
akibat lampu penerangan, panas dari mesin yang ada di ruangan, panas akibat
peralatan memasak yang ada di ruangan, komputer, dll. Dan juga panas dari
mahluk hidup yang ada di ruangan (manusia). Semua sumber-sumber panas ini
akan dihitung beban yang diakibatkannya pada unit pendingin. Bagaimana
persamaan menghitung beban ini dan apa jenis beban yang ditimbulkan (panas
sensible atau panas laten) akan dibahas satu-persatu.
Menghitung beban pendingin pada prinsipnya adalah menghitung laju
perpindahan panas yang melibatkan semua jenis perpindahan panas, yaitu:
konduksi, konveksi, radiasi, penguapan, dan pengembunan. Adalah sangat sulit
jika harus menghitungnya satu persatu pada waktu tertentu. Oleh karena itu dikenal
banyak metode perhitungan beban pendingin. Metode yang umum digunakan
antara lain Transfer function method (TFM), Cooling Load Temperature Difference
(CLTD), dan Time-averaging (TETD/TA). Dari ketiga cara ini, hanya CLTD yang
menggunakan perhitungan sederhana sehingga dapat dilakukan secara manual.
Sementara TFM dan TETD/TA adalah perhitungan yang dirancang untuk
diselesaikan dengan menggunakan komputer. Pada buku kuliah ini, kita hanya akan
membahas CLTD, sementara metode yang dua lagi diserahkan kepada mahasiswa
untuk mempelajarinya dan bagi yang serius bisa menekuninya dalam bentuk Tugas
Akhir.
Prepared by: Himsar AMBARITA
Sustainable Energy Research Group Mechanical Engineering, USU
4
Sebelum melakukan perhitungan beban pendinginan pada suatu ruangan
yang akan dikondisikan, data-data pendukung harus dikumpulkan. Data yang harus
dimiliki sebelum melakukan perhitungan adalah sebagai berikut:
1. Lokasi bangunan dan arahnya
Dimana posisi bangunan yang akan dihitung bebannya? Pada lintang berapa,
ketinggian berapa? Informasi ini perlu untuk mengetahui temperatur
lingkungan dan radiasi matahari rata-rata di sekitar bangunan. Kearah mana
gedung menghadap? (timur atau ?). Informasi ini dibutuhkan untuk mengetahui
arah paparan radiasi matahari.
2. Konstruksi dari bangunan, misalnya tebal dinding dan terbuat dari apa?
Informasi ini dibutuhkan untuk mendapatkan koefisien perpindahan panas
menyeluruh dari konstruksi bangunan.
3. Kondisi di luar gedung, misalnya apakah ada pelindung misalnya pohon atau
bangunan tinggi yang menghindari gedung dari paparan sinar matahari.
4. Kondisi design di dalam gedung, misalnya pada temperatur dan RH berapa
gedung akan dikondisikan.
5. Jadwal penghuni di dalam gedung, misalnya jika pusat perbelanjaan pada
pukul berapa terjadi kunjungan terbanyak, dll.
6. Jumlah lampu dan peralatan listrik yang dipasang di dalam gedung
7. Jadwal masuknya/beroperasinya peralatan-peralatan di dalam gedung
8. Kebocoran udara (infiltrasi) dan penambahan udara (ventilasi).
Informasi-informasi ini akan digunakan sebagai parameter pada
perhitungan dan atau untuk mencari parameter-parameter tambahan yang akan
digunakan dalam perhitungan beban pendingin.
Prosedur perhitungan beban pendingin dengan menggunakan metode
CLTD adalah sebagai berikut.
A. Beban Pendingin dari Luar
a. Panas konduksi dari dingin, atap, dan konduksi dari dinding yang berbahan
kaca.
( )corrs CLTDUAQ = (3)
Dimana sQ adalah beban pendingin (Watt) dan merupakan beban sensible.
Sebagai catatan panas konduksi tidak mempunyai beban latent. U koefisien
perpindahan panas untuk bahan dinding, atap dan kaca (Lihat Lampiran1 dan
Lampiran 2 pada bagian ketiga catatan ini).
CLTD adalah cooling load temperature difference ditampilkan pada Tabel 30
dan Tabel 32 Bab 28 ASHARE (Bahan ini akan saya bagi beserta tulisan ini,
disebut sebagai bahan kedua).
Data pada table tersebut adalah untuk kondisi di USA pada 400LU di bulan
July, sementara untuk yang bukan lintang itu harus dikoreksi dengan
menggunakan persamaan berikut:
)4,29()5.25()( −+−++= mrcorr TTkLMCLTDCLTD (4)
Nilai LM dapat dilihat pada Lampiran 3 (catatan bagian 3). Dan k adalah
koreksi karena pengaruh warna = 1 (Gelap), =0,83 (medium), dan =0,65
(cerah). rT = temperatur ruangan yang direncanakan. mT = temperatur udara
luar maksimum – (beda temperature harian/2).
b. Panas transmisi dari dinding kaca
SCLSCAQs ××= (5)
Dimana A adalah luas penampang, dan SC adalah koefisien bayang (shading
coefficient), gunakan tabel 4 pada lampiran. SCL adalah solar cooling load
factor ditampilkan pada table 36 ASHARE Bab 28. Panas ini adalah panas
sensible.
Prepared by: Himsar AMBARITA
Sustainable Energy Research Group Mechanical Engineering, USU
5
c. Panas dari atap, partisi, dan lantai
)( 0 rs TTUAQ −= (6)
Dimana U dihitung berdasarkan bahan atap dan lantai (Lampiran 1).
0T temperatur di luar ruangan yang dijaga pada temperature rT .
B. Beban Panas dari Dalam Ruangan
d. Panas dari tubuh manusia di dalam ruangan
Tubuh manusia dalam beraktivitas, selalu mengeluarkan panas ke udara
sekelilingnya. Panas yang dilepaskan oleh tubuh manusia ini terdiri dari 2 jenis,
yaitu panas sensible dan panas laten. Masing-masing panas ini dapat dihitung
sebagai berikut:
×= NQs (Sensible heat gain)× CLF (7)
×= NQl (Laten heat gain) (8)
Sensible heat gain dan Laten heat gain adalah perkiraan panas sensible dan
panas laten yang dikeluarkan manusia dan sesuai umur dan aktivitasnya.
Datanya ditampilkan pada Tabel 3. Dan N adalah jumlah manusia yang ada di
ruangan. CLF adalah cooling load factor datanya ditampilkan pada Table 37.
e. Panas dari Lampu/Penerangan
Lampu atau alat penerangan mengubah energi listrik menjadi cahaya, dan
sebagian energi ini akan berubah menjadi panas. Sebagai catatan bola lampu
akan terasa panas setelah dihidupkan beberapa lama. Besar panas yang
dilepaskan bola lampu/penerangan ke lingkungan adalah panas sensible dan
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
CLFFFWQ sauls ××= (9)
Dimana W adalah daya total lampu, ulF lighting use (dibuat pada table),
saF special allowance factor, dan CLF adalah cooling load factor untuk lampu
(Tabel 38).
f. Panas dari motor listrik
Di dalam ruangan yang dikondisikan juga umumnya terdapat motor listrik,
misalnya motor listrik yang membuat perputaran udara melalui evaporator.
Contoh lain misalnya motor penggerak pompa air. Data pata Tabel 4 dapat
digunakan langsung atau dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
berikut:
CLFEPQ Fs ××= (10)
P adalah total daya motor, FE factor efisiensi, dan CLF adalah cooling load
factor untuk motor (Tabel 37).
g. Panas dari peralatan dapur dan memasak (Appliances)
Sudah dapat dipastikan kegiatan memasak di dapur akan memberikan beban
pendingin ke dalam ruangan yang akan didinginkan. Besar beban ini dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
CLFFFqQ RUinputs ××= (11)
atau
CLFFqQ Linputs ××= (12)
CLF cooling load factor yang ditampilkan pada Tabel 37 dan Tabel 39.
h. Panas dari udara ventilasi dan udara infiltrasi
Arti dari udara ventilasi dan infiltrasi telah dijelaskan di bagian atas, saat
menjelaskan jenis beban pendingin di persamaan (1) dan persamaan (2).
Persamaan yang lebih praktis yang dapat digunakan untuk menghitung panas
Prepared by: Himsar AMBARITA
Sustainable Energy Research Group Mechanical Engineering, USU
6
sensible dan panas laten dari tambahan udara ventilasi ini adalah persamaan
berikut ini :
)(23,1 ios TTQQ −= (13)
)(3010 iol wwQQ −= (14)
Dan beban total adalah:
)(2,1 iototal hhQQ −= (15)
Dimana Q adalah laju aliran udara ventilasi. Biasanya ditetapkan sesuai design.
III. Nasehat Bagi Mahasiswa
Di antara semua Bab yang ada di pelajaran Teknik Pendingin ini, bagian
ini adalah bagian tersulit yang harus saya ajarkan. Beberapa alasannya antara lain:
Alasan pertama, pada bagian ini semua ilmu perpindahan panas akan diterapkan,
mulai dari menghitung koefisien perpindahan panas dan metode-metode
perpindahan panas. Alasan kedua, beban pendingin bersifat sangat transient dan
sangat tergantung tempat. Beban pendingin pada hari yang sama akan berbeda pada
jam 10 pagi dan pada jam 2 siang misalnya. Bahkan seandainyapun bentuk
bangunan dan jenis bangunan sama, jika tempatnya berbeda misalnya di Jakarta
akan berbeda dengan jika di Medan. Oleh karena itu adalah sangat sulit
merumuskan suatu rumus yang general untuk menghitung beban pendingin ini.
Bandingkan dua kasus berikut. Kasus A, sebuah siklus kompressi uap
R134a beroperasi pada temperatur kondensasi 400C dan temperatur evaporasi -
100C, satu berada di London dan satu berada di Medan, ditanya berapakah COP
nya? Kasus B, sebuah rumah berdinding beton berada di Paris dan Rumah dengan
bentuk dan bahan yang persis sama berada di Medan. Berapakah beban
pendinginan rumah tersebut pada musim panas, yaitu bulan July. Jawaban untuk
kasus A akanlah sama dimanapun SKU itu berada. Sementara jawaban untuk kasus
B akan sangat berbeda. Oleh karena sangat berbeda, maka perhitungan beban
pendingin ini akan melibatkan sangat banyak table dan asumsi-asumsi. Adalah
sangat tidak mungkin memang mempelajari semuanya hanya dalam beberapa kali
pertemuan. Tetapi paling tidak anda tau bahwa ada metode perhitungan beban
pendingin yang harus dipelajari lebih lanjut.
Berbicara tentang perhitungan beban pendingin ini, saya jadi teringat
betapa frustasinya saya dulu (tahun 1996-1997) mengerjakan Tugas Akhir saya.
Tema tugas saya dulu adalah Design unit pengkondisian udara untuk sebuah rumah
sakit di kota Medan. Karena saat itu RS Gleneagles di Jl Listrik, sedang dibangun
dan Project Manajernya adalah alumni kita, maka saya menjadikan RS itu sebagai
acuan perhitungan saya. Saya mengumpulkan semua informasi gambar bangunan
tiap lantai, bahan bangunan, rencana pemasangan listrik, motor untuk Lift,
peralatan di dapur, dll. Dengan menggunakan semua data itu dan rumus-rumus dari
buku ASHRAE, saya harus bekerja siang malam melakukan perhitungan manual.
Saat itu komputer belum sebanyak sekarang, hanya ada beberapa rental computer
di Sp. Kampus, Sumber dan Pasar-I. Laptop sama sekali belum ada, apalagi
internet yang bisa facebookan.
Jadi saya harus menghitung dulu manual di tempat kost, baru dipindahkan
ke komputer dengan merental jam-jaman. Hanya pada bagian menghitung beban
pendingin ini, saya menghabiskan waktu nonstop kurang lebih 3 bulan. Menurut
saya itu termasuk cepat, mungkin karena saat itu belum ada facebook, jadi tidak
ada waktu terbuang mengubah-ubah status di facebook. Misalnya: “Bagaimana ya
mencari CLTD dinding timur rumah sakit?” Setelah itu besok diubah lagi, “Patent
sekarang lanjut menghitung beban sensible”…He..he..Maksud saya, anda akan
sama pengingnya dengan saya dulu waktu mahasiswa mengerjakan tugas
perhitungan beban pendingin ini.
Prepared by: Himsar AMBARITA
Sustainable Energy Research Group Mechanical Engineering, USU
7
Tulisan ini akan disertai 2 bagian tulisan tambahan (Total menjadi 3).
Bagian kedua berupa copy dari BAB 28 ASHRAE 1997 Fundamental yang khusus
membahas perhitungan beban pendingin. Pada bagian ini akan banyak dijumpai
contoh-contoh soal dan tabel tabel untuk melakukan perhitungan. Bagian ketiga
adalah lampiran tabel tambahan yang akan dibutuhkan untuk melakukan
perhitungan beban pendingin. Silahkan dipelajari setiap contoh soal yang ada.
Tugas-3. Perhatikan contoh soal No 6 di halaman 34 Bab 28 ASHARAE 1997
(Bagian kedua catatan yang diberikan). Pada soal tersebut bangunan itu
menghadap ke Utara. Jika gedung tersebut diputar jadi menghadap ke Timur
lakukanlah perhitungan beban pendingin untuk gedung tersebut dengan cara
CLTD (Seperti yang dilakukan contoh 11 di halaman 54).
Catatan Contoh soal No 6 dan No 11 adalah sama, perbedaannya di No 6
diselesaiakan dengan cara TFM dan No 11 dengan cara CLTD. Di tugas ini saya
minta anda mengerjakan soal yang sama dengan cara CLTD (No 11) tetapi arah
gedungnya diputar menjadi menghadap ke Timur.
Selamat Bekerja.
This File Belongs to Himsar AMBARITA
Mechanical Engineering Department, USU