Contoh Tab

download Contoh Tab

of 90

Transcript of Contoh Tab

BABI PENDAHULUAN A.Latar Belakang MasalahProsespembelajaranyangdilakukandisekolahataupundidalamkelasberupaya untukmencapaiprestasibelajarsiswaataumencapaitujuanbelajar.Karenaadanya tujuanyanghendakdicapai,makaprosesdalammencapaitujuanituharusdilakukan. Tujuanpembelajaranatauprestasibelajaryangdicapaiolehsiswapalingtidakterdpaat tigatujuanyaknikognitif,afektifdanpsikomotoriksebagaimanayangdiurakatnolehE. Mulyasa (2001: 110) bahwa Tujuan belajar yang hendak dicapai terdiri dari tiga macam yaitukognitif,efekrifdanpsikomotorik. Gambardarikomprenehsifdaritigaunsur tersebut, yaitu:1.Domain Kognitif (Cognitif Domain) Domaininimenyangkutprilakuberpikirdanmengetahuicaramemecahkan masalah. Domain ini terdiri dari:a.Pengetahuan(Knowlegde)yaitukemampuanmengungkapkanmateri yangtelah dipelajari.b.Pemahaman(Comprehention)yaitukemampuanmemahamiartisuatubahanyangtelah dipelajari.c.Penerapan(Aplication)yaknimenggunakan bahanyangtelahdipelajarisituasinyata dalam kehidupan. d. Analisis(Analysis)yaitumenguraikanbahanyangtelahdipelajari kedalam bagian-bagian sehingga susunannya dapat dimengerti.e.Sintesis(Synthesis)yaitukemampuanuntukmenghinpunbagian-bagian kedalamsuatu kesatuan/keseluruhan yang utuh.f.Evaluasi (Evalution) yakni kemampuan menggunakan pengetahuan untuk mengathui nilai terhadap sesuatu berdasarkan criteria tertentu.2.Domain Afektif (Affective Domain) Domaininiberkaitandenganprilaku,nilai-nilai,interes,apresiasisetapenyesuaian perasaan social. Domain ini terdiri dari:a. Menerima (Receiving) yakni kemampuan dan kesediaan untuk mempertahankan sesuatu. b. Menanggapi (Responding)yaitu kemampuan untuk aktif dalam kegiatan. c.Menghargai(Valuening)yaitumenghargaidanmenerimanilai,bendadangejala perbuatan tertentu. d. Mengatur(Organization)yaitumemadukanberbagainilaiyangberbedaberdasarkan suatu sistem nilai tertentu, seperti menyadari keselarasan antara hak dan kewajiban.e.Mengkarakteristikan(CharacterizationbyavalueComplex)yaitumemelikisystemnilai yangmampumengendalikanperbuatandanpenyelarasanprilakunyasesuaisystemniali tersebut.3.Domain Psikomotor ( Psychomotor Domain) Domainpsikomotoradalahkemampuanyangberkaitandengankegiatanototdan kegiatan fisik. Domain ini terdiri dari:a.Persepsi(Percption)yaitukemampuanmenggunakaninderasuatukegiatan,misalnya kerusakan mesin dengan suaranya.b.Kesiapan(Set)yaitukemampuanuntukmelakukansuatukegiatanatautindakan,baik bersifat fisik, mental maupun emosional. c.Mekanisme(Mechanisme) yaitukemampuanuntukmemberikanrespondariapayang telah dipelajari dengan gerakan yang mahir.d. Responterbimbing(GuideResponse)yaitukemampuanuntukmelaksanakanperbuatan yang ditujukan oleh orang lain, baik meniru atau mencoba. e.Kemahiran(ComplexOvertResponse)yaknikemampuanuntukmenampilkangerakan motorik dengan ketarmpialn penuh (mahir, cepat dan tepat). f. Adaptasi (Adaptation) yakni kemampuan untuk memodifikasi/ menyesuaikan gerakannya sesuai dengan situasi tertentu.g. Organisasi (Organization) yaitu kemampuan untuk menciptakan pola gerakan baru untuk mengembangkan keterampilan tertentu, misalnya gerakan tari.Dengankatalainketigatujuantersebutdapatdiartikanseabgaiberikut: Pertama, tujuanafektifyaknitujuanmeningkatkankemampuanhatiataumengolahperasaan dalamjiwa.Kedua,tujuankognitifyaknitujuanmeningkatkankemampuanakalatau dayapikir.Ketiga,tujuanpsikomotorikyaknitujuanmeningkatkankemampuanpraktis ataukemampuanfisik.Tercapainyatujuanbelajarmenjadikanseseorangmemiliki kompetensi dari hasil belajar. Walaupuntujuanpembelajarantelahdihariskandandijelaskankepadaanakdidik terkadang tidak tercapai tujuan belajar itu. Seperti halnya yang terjadi di SDN Jatitengah III KabupatenMajalengka,khususnyapadamatapelajaranIPAdikelasVIdengan satndarkompetensienergilistrikbagiIPAIndonesiapadaDalamhaliniguru berkewajibanuntukmemperbaikipembelajaranyaitu,sehinggaprosenyasemakin meningkat dan prestasi siswa semakin meronjak naik dari nilai sebelumnya. Upayayang dilakuan dalamperbaikaninidapatmelaluiPenelitianTindakanKelas, dimanaprosesPenelitianTindakanKelasmencaripenyebabdanmencarikanjalansolusi dalma perbaikan pembelajaran.Gambardiatas,sekiranyadapatdijadikansebuahjudulPenelitianTindakanKelasyakniMeningkatkanPemahmanSiswatentangEnergiListrikmelaluimetodelatihandi kelas VI SDN Jatitengah III Kab. Majalengka. B. Rumusan MasalahPenelitianTindakanKelasinidirumuskanmenjadisaturumusanmasalahyakni untuk pelajaran IPAyakni:a. Untuk Mata pelajaran IPABagaimanaupayameningktakanpemahmansiswatentangenergilistrikmelalui metode latihan pada pelajaran IPA?C.Tujuan PenelitianBerdasarkanrumusanmasalahdiatas,makatujuanperbaikanPenelitianTindakan Kelasyaitu:.a.Untukmeningkatkanpemahamansiswatentangenergilistrikmelalauimetodelatihan sertamengetahuihasilperbaikandariPenelitianTindakanKelasyangdilakukanpada pelajaran IPA. D.Manfaat PenelitianHasilPenelitianTindakanKelasmemberikanmanfaatyangberartibagipenulis, siswa, guru dan sekolah. Adapun manfaat tersebut adalah sebagai berikut:1) Bagi siswa, PTK ini diharapkan dapat : a)Meningkatkan makna pembelajaran yang berarti. b)Meningkatkan sikap dan jiwa untuk berprestasi.c)Meningkatkan minat dan motivasi belajar. d) Meningkatkan hasil belajar. 2) Bagi guru, PTK ini diharapkan dapat : a) Memotivasiguruuntukmelakukanpenelitiandarimasalahyangmunculdariproses pembelajaran. b)Meningkatkan keterampilan menggunakan variasi dalam metode pembelajaran. c)Bahan dalam menentukan bentuk tindakan dalam proses pembelajaran guna peningkatan minat dan hasil belajar siswa. d) Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. e) Melatihguruuntukmemahamicara-caramelakuanpenelitianTindakankelassupaya dapatmenyelesaikanmasalahyangterjadididalamkelassertadapatmemperbaiki pembelajaran ke arah yang lebih bermakna dan bernilai.f) Meningkatkan kualitas proses pembelajaran. g)Menentukan tindak lanjut hasil belajar yang akan bermakna bagi siswa. h) Meningkatkankerjasamayangbaikantarasiswa,gurudandenganinstrukturmaupun dengan pihak terkait. 3) Bagi Lembaga, hasil PTK ini diharapkan dapat : a) MemotivasiguruuntukmelakukanPTKgunameningkatkankompetensi profesionalismenyabagipeningkatankualitasprosespembelajarandanprestasibelajar siswa. b) Memberikandasarpijakandalammenentukankebijakan-kebiajaknyangmendukung pemberdayaan siswa dan peningkatan kulitas pendidikan dan pembelajaran.c) Memberikanlandasandanmenentukankebijakanyangakandiambildalam meningkatkan mutu pendidikan lembaga. d)Memberikangambarantentangcarapenyusunan,perencanaandanpelaksanaanserta evaluasi yang tepat dalam pembelajaran. e) Memberikanmasukanbagilembagatentanghasilpembelajaranyangdicapaisiswa sehingga menjadi dasar untuk peningkatan mutu pendidikan di lembaga tersebut. BABII KAJIAN PUSTAKA A.Metode Pembelajaran1) Pengertian Metode PembelajaranKedudukan metode mengajar sebagai alat komunikasi ektrinsik dalam kegiatan belajarmengajaryangberfungsisebagaialatperangsangdariluaryangdapat membangkitkan minat belajar siswa.MetodemengajarmenurutSurachmad(1980:75)bahwa: Metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat mencapai tujuan, makin baik metode itu makinbaikpuladalammencapaitujuan.Untukmenetapkansuatumetodeharus disesuaikandenganbeberapafaktor,faktorutamayangmenentukanadalahtujuanyang ingin dicapai.Dariuraiandiatasdapatdisimpulkan bahwametodebukantujuan,tetapi metodeadalahalatuntukmencapaitujuan.Dalammenyampaikanstruktur-strukturdan konsep-konsepkepadasiswaperluadasuatumetodepenyampaianagarmerekaikut berpartisipasi dalam proses belajar mengajar. 2) Jenis-jenis MetodeMetodemengajarmemelikiperananpentinguntukmenciptakanprosesbelajar mengajar. Adapun jenis metode mengajar, sebagai berikut:- Metode ceramah (Lecturing method). - Metode meniru dan mengingat (imitation and memotiter). - Metode Dikte . - Metode Melatih (Drill). - Metode tanya jawab (questioning and question answer period). - Metode katekesmus (catekhetical method); metode tanya jawab dengan jawaba tersedia.- Metode Sokrates (Socrates method; pertanyaan beruntun dan logis)- Metode Diskusi. - Metode Prileksi (Prelerctiaon method); mengananalisi dan menambil kesimpulan. - Metode Demontrasi dan ekperimen. - Metode Pemberian tugas dan resitasi. - Metode Herbat ( menghubungkan tanggapan). - Metode problem solving. - Metode Proyek. - Metode Unit ( The Unit plan) ; guru dan siswa mentukan materi yang akan dipelajari. - Metode Kerja Kelompok.- Metode sosiodrama dan Peran.- Metode Perkunjungan studi. - Metode panel. - Metode sismposium. - Metode musyawarah. - Metode seminar. - Metode forum- Metode mengajar beregu. - Metode mangajar Berprograma (Karo-karo, 1975:12) Keberhasilanprosesbelajarmengajardipengaruhiolehkemampuangurudalam membuat perencanaan pengajaran. Rencana pengajaran merupakan rumusan perkiraan tentag apa yang akan dilakukn oleh guru maupun siswa dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. (Ali, 1989:73). Perencanaansistempembelajaranterhadapapayanghendakdicapaidalamsuatu prosespembelajaransertabagaimanaupayamencapainya.Rmusantentangapayang hendak dicapaimerupakanrumusantujuan,sedangkanupayauntukmencapaitujuan merupakanperencanaanseluruhkomponensistemmengacukepadatujuan.Olehkarena itu perencanaan sistem pembelajaran mencakup perencanaan terhadap:- Tujuan yang hendak dicapai.- Bahan pelajaran yang sejharusnya dipelajari siswa agar dapat mencpai tujuan.-MetodebelajaradanmengajaryangdIPA ndangefektifuntukmengantarkansiswa mencapai tujuan.- Alat-alat pelajaran yang sesuai untuk membantu proses pemcapaian tujuan.-Evaluasiyangdilaksanakanuntukmenilaikeberhaislanupayapencpainatujuan. (Ali,1989:74). B. MetodeLatihan Metode atauyangseringkitasebutcarauntukmerncapaitujuan.Wahyu(1997) berpendapatbahwametodeadfalahdayaupayasiasatatauusahausahakhususyang digunakan untuk mencapai tujuan langsung. DalamKamusBesarbahasaIndonesiadisebutkanCarayangsistematisdalam mengrjakan sesutau. Jadi dapat disimpulkans ecara sederhana bahwa metode itu adalah cara sistematis yang telah dirumuskan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Metodelatihanadalahkegiatanbelajarmengajarsecarateraturdanberulang-ualngdenganmaksudmembatuuntukmenguasaiketerampilan,kemahirandan ketangkasan.KamusBesarBahasaIndonesia(1994)menyatakanbahwaMetodeadalah pelajaranuntukmembiasakanataumemperolehsesuatukecapakanyangterjadidalam suasana proses belajar mengajar yang telah dirancang sebelumnya.Setiapmetodememilikikelebihandankekurangan.,begitupuladenganMetode latihan ini.1.Kelebihan Metode Latihana.Pembentukan kebiasaan yang dilakan dengan menggunakan metode ini akan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan mengajar.b. Pemantapankebiasaan-kebiasaantidakmemerlukanbanyakkosentrasidalam pelaksanaannya.c.Pembentukankebiasaanmembuatgerakan-gerakanyangkompleks,rumitmenjadilebih otomatis. d. Pusatpembelajaranterpusatpadasiswasedangkanguruhanyamengawasidan emmbimbing. 2.Kelemahan Metode Latihana.Membuat siswa jenuh karena materia pembelajaran akan diulang-ulang baik dalma soal atau lainnya.b. Membuatsiswakurangberkreativitaskarenayangdibahasdalampembelajaranhanya itu-itu saja. Adapun pelaksanaan metode latihan itu dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1.Gurumemberikanpenjelasantentanghasil yangingindicapaidaripeleksanaan altihan. Penjelasan ini dengan contoh-contoh. 2.Gurumemberikanaltihanpendahuluansebagaipersiapanuntukmelaksanakan latihan yang sesungguhnya. 3.Siswamelaksanakanlatihansecaraberulang-ulang,gurumengadakanbimbingan, petunjuk dan pengawasan sepenuhnya. 4.Guru memberikan komentas atas peleksanaan latihan. BABIII PELAKSANAAN PERBAIKAN A.Subjek PenelitianPerbaikanpembelajarandiadakandiSDNJatitengahIIIKabupatenMajalengka mulaitanggal24Februari,3Maret2009matapelajaranIPAadapunpelaksanaannya, dalam setiap pertemuan adalah:a. Mata Pelajaran IPATanggal24 Februari 2009perbaikan siklus ITanggal03 Maret2009perbaikan siklus IIB. Deskripsi Persiklusa.Pelaksanaan perbaikan pembelajaran, yang bertindak sebagai pengamatSamsudin, S.Pd GuruKelasVI SDN JatitengahIII sebagaitemansejawatyangtugasnyamelaksanakan pertemuan pendahuluan antara penelitian dan pengamat yang membahas tugas pengamat, instrumen dalam observasi serta proses Penelitian Tindakan Kelassampai selesai.Langkah-langkah yang ditempuh dalam perbaikan IPA adalah sebagai berikut: Siklus ke I :a. Menyusun skenario pembelajaran atau rencana perbaikan pembelajaran (terlampir)b.Menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung saran perbaikan pembelajaran.c. Mempersiapkan lembar observasi.d.Melaksanakan perbaikan pembelajaran I, sebagai berikut:\Siswa dikondisikan dalam situasi belajar.\Melaksanakan apersepsi sebagai kegiatan awal.\Menyampaikan tujuan dari kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.\ Menyampaikan materi pembelajaran dengan metode latihan. \Secara bersamaan siswa dalam kelompok masing-masing mengerjakan latihan. \Siswa dengan bimbingan guru materi pelajaran.\Guru memberikan tindak lanjut dengan pekerjaan rumah. e.Mengadakanevaluasiakhirpelajaransebagaiumpanbalikdengancaramemberikansoal tes. Siklus II : Sikluskeduadilakukansebagaipertimbangandarisikluspertamamengingathasilyang ditunjukanolehsiswabelumoptimal,walaupuntelahmenunjukanadanyapeningkatan (bisa dilihat dalam pengolahan data).Langkah-langkah yang ditempuh dalam perbaikan pembelajaran IPA siklus ke II sebagai berikut:e. MenyusunPembelajaran siklusII (terlampir). f. Menyiapkan media pembelajaran yang mendukung pelaksanaan perbaikan pembelajaran. g.Mempersiapkan lembar observasi (terlampir). h.Melaksanakan perbaikan pembelajaran sebagai berikut: \Memberikan apersepsi sebagai kegiatan awal.\Menyampaikan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan \ Gurumemberikanlatihantentangnergilistrikdalambentuklatihanpraktisyakni merakit alat listrik sederhana.\Guru memberikan latihan dalam buku kerja siswa. i.Mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan melalui soal tes (terlampir). BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian1.Hasil Pengolahan Data 1) IPA dengan standar kompetensi energi listrik .Observasi yang dilakukan untuk konsepini, ternyata banyak yang menjawab benar tanpa ragu dengan menggunakanmetode pembelajaran latihan.Siswayangragumenjawabtersebutdikarenakanmerekamenduga-dugadalam menjawab pertanyaan dari guru. Hasil tes dapat dilihat dalam tabel.2.Deskripsi Temuan dan Refleksi 1) Refleksi pada perbaikan pembelajaran IPA.Siklus IPerbaikan pelajaran IPA telah meningkat dilihat dari siwa yang mendapatkan nilai:1) Nilai 70 ada - siswa2) Nilai 80 ada 12 siswa3) Nilai 90 ada 3-siswa 4) Nilai 100 ada - siswa Tapiwalaupundemikianmasihadasiswayangbelummenguasaimateridilihatdari jumlah siswa, yakni:1) Nilai 60 ada16 orang2) Nilai 50 ada 3 orang3) Nilai 40 ada - orang Siklus IIUntukmengukurkemapuansiswa,padaakhirpembelajarandilakukanpostestdan terdapat peningkatann dilihat dari jumlah siswa yang mendapat nilai baik yakni:1) Nilai 70 ada 13 siswa2) Nilai 80 ada7 siswa3) Nilai 90 ada 5 siswa 4) Nilai 100 ada 2 siswa Ternyata dari kedua siklus itu mendapatkan nilaiyang baik, masihterdapat nilai 60. ini menunjukan bahwa pelaksanaan perbaikan berhasil dengan baik karena meningkat.1).Nilai 60 ada4 orang2).Nilai 50 ada - orang3).Nilai 40 ada - orang Tabel 1 Daftar Nilai IPA NoNama SiswaNilaiJumlah Rata-Rata Kategori Siklus ISiklus II 1Tuti Noviyanti607013065S 2Abdul Wahid Hasim506011055R 3Azis Daiman608014070T 4Alif Gina Fitriyah808016080ST 5Anjasmara 808016080ST 6Anto Ruamanto607013065S 7Arif Rachman N.808016080T 8Awa 607013065S 9Ecih Puspitasari809017085ST 10Eki Arif Munandar607013065S 11Elia607013065S 12Engkar8010018090ST 13Fahru Adi Rahman809017085ST 14Iip Sugiana607013065S 15Lukman808016080ST 16Mahmud Saenun607013065S 17Muhamad Sahirin607013065S 18Mutijah506011055S 19Nursalim 809017085ST 20Oanah Fitriyah809017085ST 21Pipit Andriyani8010018090ST 22Pipit Samipri808016080ST 23Siti Badriyah607013065S 24Sri Rahayu607013065S 25Tedi ruswandi506011055S 26Tia Cahyati607013065S 27Tira Maulida Sani607013065S 28Tita Mariwatun N.608014070T 29Uamr Agus Munawar607013065S 30Uus Jupriatna607013065S 31Wawan mamun M.809017085ST Jumlah 20702370 Rata-Rata 66,7776,45 Kategori TT Tabel 2Hasil Siswa yang menguasai Materi melalui TesSelama Dua Siklus Mata pelajaran IPA No Nilai PelaksanaanI II 1100-2 290-5 380127 470-13 560164 6503- Jumlah Siswa 3131 Yang Hadir 3131 1.Grafik Persentase rata-rata Siswa dalam penguasaanMateri Pelajaran IPA 3.H al-hal Yang Unik Selamapelaksanaanperbaikanpembelajaranmunculbeberapahalyangunik yangdiperlihatkanolehsiswa.Hal-halyangunikmunculpadasaatwaktupelaksanaan perbaikan Matematika, sebagai berikut:a. Siswa kelihatan gugup karena kehadiran teman sejawat. b.Siswa merasa heran dan saling memandang satu sama lain jadi pembelajaran terganggu.c. Siswa kelihatan malu untuk bertanya apa tujuan sebenarnya kehasiran teman sejawat. d.Guru merasa kesulitan dan akhirnya menjelaskan tujuan kedatangan teman sejawat.e.Siswagelisahmalahancenderungributkarenawaktupelaksanaanpembelajaranguru menjadi lebih baik dan teliti serta tegas . B. PembahasanBedasarkan temuan dari proses pembelajaran menganai kemajuan, artinya program perbaikanmemilikiperngaruhsangatpositif.PadasikluspertamamatapelajaranIPA dengan rata-rata 66,77, siklus kedua rata-rata 76,45 ini membuktikan ada peningkatan.Halinijugamempunyaipengalamandarisiklussebelumnya.Perbaikan pembelajaran pada mata pelajaran IPA juga terjadi setelah guru memberikan penjelasan denganperlahan-lahanmemberikanpenjelasandenganmetodeyangtepatserta alat peraga yang sesuai.Dengandemikiandapatdisimpulkanprogramperbaikanpembelajaranmemiliki pengaruhyangsangatbaikterhadapkemampuansiswauntukmengetahuimenguasai materi IPA. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.KesimpulanHasilyangdiperlehdapatdismpulkanperbaikanpembelajarandalammata pelajaran IPAdiantaranya:1.Dengan media pembelajaran peta, pembelajaran semakin meningkat hal ini terbukti pada siklus pertama mata pelajaran IPA rata-rata siklus I 66,78, siklus kedua rata-rata 78,57 ini membuktikanadapeningkatan. BegitujugapadaamatapelajaranIPSdarisiklus pertamasampaisiklusketduamemperolehpeningkatannilai.Iadalah 67,85.SiklusII adalah 79,64.2. MetodelatihandalampembelajaranIPAuntukkompetensidasarenergilistrik dapat meningkatkan hasil belajar.B. SaranSaran-saran yang harus ditindak lanjuti setelah kesimpulan disampikan yakni: 1. GuruharusmemahamiPenelitianTindakanKelas supayamampumengatasi permasalahn yang terjadi di dalam kelas.2. Untukmencaridanmerumuskanmasalahyangterjadihambatandalampembelajaran, makasebaiknyagurumencatathasiltemuanyangperludikajiselamaprosesbelajar mengajar.3. Perluadanyakoordinasiyangbaikdenganrekansejawatuntukmenerencanakan tindakan kelas, walaupun keputusan akhir ada pada guru sendiri. 4. Perlukonsepyangmatangdalampenulisanlaporansehinggadapatmemperolehbahan laporan yang rinci.DAFTAR PUSTAKA Depdiknas. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD, Depdikanas: Jakarta, 2006 Karo-Karo. Suatu Pengantar Dalam Metodelogi Pengajaran. CV. Saudara: Salatiga, 1975 Kosadi Hidayat. Perencanaan Pengajaran. Bina Cipta: Bandung, 1990 M. Ali. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru: Bandung, 1989 Peraturan Pemerintah No. 22,23 dan 24 Tahun 2006 Saadah Ridwan. Penelitian Tindakan kelas Bagi Guru. Dinas Pendidikan, Bandung, 2000 Saliwangi. Strategi Belajar Mengajar. IKIP Malang: Malang, 1989 Suherman. Psikologi Pendidikan. Rosda Karya: Bandung, 2001 KATA PENGANTAR PujidansyukurpenulispanjatkankehadiratAllahSWT.berkatnikmatdan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikanPenelitian Tindakan Kelas (PTK) ini. PTKinidisusunsebagaiSyaratpengajuanSertifikasitenagapendidikProfesional AdapunjudulPTKyaitu:MeningkatkanPemahman Siswatentang EnergiListrik melalui metode Latihan di kelas VI SDN Jatitengah III Kab. Majalengka.BanyakhambatandankesulitandalampenulisanPTKini,akhirnyapenulisdapat menyelesaikannyawalaupunmasihjauhdarikesempurnaan.PenyelesaianPTKinitidak lepas dari bantuan semua pihak, selayaknya penulis mengucapkan terima kasih kepada:1.Bapak Kepala UPTD Kec. Jatitujuh Drs. U. Suharto, M.MPd2.Bapak Jaya Nurjaya selaku pengawas bina Kec Jatitujuh.3.Bapak Moch. Isya Anshori, Kepala SDN Jatitengah III 4.Bapak Samsudin, S.Pd selakuteman sejawat 5.Reka-rekan guru yangtelah membantu penyusunan laporan PTK ini. Laporaninijauhdarikesempurnaan,olehkarenanyategursapadansaranyang membangun, penulis harapkan dari pembaca.AkhirkatapenulisberharapsemogaPTKinimemberikanmanfaatdanmenambah pengetahuan bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.Majalengka,Maret2009 Penulis iii DAFTAR ISI Lembar Identitas dan Pengesahan .......................................................................Kata Pengantar .....................................................................................................Daftar Isi ..............................................................................................................BABI PENDAHULUAN ............................................................................A.Latar Belakang Masalah ...............................................................B. Rumusan Masalah ........................................................................ C. Tujuan Penelitian ..........................................................................D.Manfaat Penelitian ....................................................................... BABII KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... BABIII PELAKSANAAN PERBAIKAN ....................................................A.Subjek Penelitian ..................................................................... B. Deskripsi Persiklus ....................................................................... BABIV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................A.Hasil Penelitian ............................................................................. B. Pembahasan ..................................................................................BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... A.Kesimpulan ...................................................................................B. Saran ............................................................................................. Daftar Pustaka Lampiran LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN Judul Laporan: Meningkatkan Pemahman Siswa Tentang Energi Listrik Melalui Metode Latihan Nama Mahasiswa:NIP : 19611107198109 2 001 Tempat mengajar : SDN Jatitengah III Kecamtan Jatitujuh Kab. Majalengka Jumlah : IPA 2x pertemuan Tanggal perbaikan :1. Mata Pelajaran IPAa. Siklus 1,24 Februari 2009 b. Siklus II, 3 Maret 2009 Masalah perbaikan: 1.Mata pelajaran IPABagaimanaMeningkatkanPemahmanSiswaTentangEnergiListrikMelaluiMetode Latihan pada pelajatan IPA? Jatitengah, Maret 2009 MenyetujuiPeneliti Kepala SDN Jatitengah III MOCH ISYA ANSHORI Hj. SOIBAH,A.Ma.Pd NIP. 19510512197703 1 005 NIP. 19611107198109 2 001 LAPORANPENELITIAN TINDAKAN KELAS LEMBAR OBSERVASI No Aspek yang diobservasiKemunculan KomentarAda Tidak ada1Perencanaan Pembelajaran (RPP) - Standar kompetensi- Kompetensi dasar - Hasil belajar - Indikator - Tujuan perbaikan- Materi- Langkah-langkah- Alat, media dan sumber - Penilaian \ \ \ \ \ \ \ \ \ 2Tindakan pembelajarana. Kegiatan Guru- Berpenampilan rapih -Menggunakanbahasa komunikatif - Menyampaikan materi dengan tes -Memberikankesempatan bertanya pada siswa - Memberikan motivasi- Mengkondisikan siswa -Menggunakanmetodeyang bervariasi- Menggunakan alat peraga b.Kegiatan Siswa- Belajar dengan kondusif - Menjawab pertanyaan- Bertanya- Merespon dengan baik- Aktif menggunakan alat peraga- Mengerjakan tugas Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya 3Penilaiana. proses- Bentuk- Jenis \ \ - Alat- Prosedurb.Hasil\ \ \ Jatitengah, Februari2009 Teman SejawatPeneliti ..

RENCANA PERBAIKAN PEMBELAJARANSIKLUS I Mata Pelajaran: Ilmu Pengetahuan AlamKelas / Semester: VI / II Alokasi Waktu: 1 X 35 Menit Topik : Energi Listrik A.Standar Kompetensi Mempraktekkan pola penggunaan dan perpindahan energi B. Kompetensi Dasar Menyajikan informasi tentang perpindahan dan perubahan energi listrik C.Hasil Belajar Siswa mempunyai kemampuan untuk menunjukkan sumber energi listrik D.Indikator Mengidentifikasi berbagai sumber energi listrik E. Tujuan Perbaikan -Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar -Meningkatkan kualitas dan belajar siswa -Mampu memahami berbagai sumber energi listrik F. Metode Pembelajaran -Ceramah -Tanya jawab -Diskusi G.Materi Pembelajaran -Listrik statik merupakan kumpulan muatan negatif yang dinamakan elektron -Sumber energi listrik merupakan sesuatuatu yang dapat menimbulkan listrik- Sumberenergilistrikantaralain:elemenvolta,batubaterai,akiatauakumulator, dinamo dan generator - Elemenvoltadapatmenghasilkanenergilistrikdalampembuatanelemenvolta dibutuhkan lempengan logam dan cairan H.Langkah-langkah Pembelajaran 1.Kegiatan Awal (5 menit) a.Mempersiapkanlangkah-langkahpembelajaranyangdirancangmenggunakanalat peraga sederhana, seperti mistar plastik, potongan kertas, gambar elemen volta b. Mengkondisikansiswaagarmengikutiprosespembelajaran,misal:gurumemberikan jalan dan menanyakan keadaan anak-anak c. Melakukan apersepsi -Tanya jawab untuk menggali persepsi siswa tentang energi listrik -Memberi motivasi positif agar siswa aktif dalam proses pembelajaran. 2Kegiatan Inti (20 menit) - Anak mendengarkan penjelasan guru tentang berbagai sumber energi listrik dengan alat peraga berupa mistar plastik, potongan kertas dan gambar elemen volta - Beberapaoranganakdisuruhkedepankelasuntukmengamatidanmengetahuigejala kelistrikandengancaramenggosok-gosokkanmistarplastikdengancepatdirambutlalu mistar ditempelkan pada potongan kertas tipis (kecil-kecil) -Guru mengadakan tanya jawab tentang bagaimana cara menghasilkan energi listrik a. Apa yang dimaksud dengan listrik statik? b.Apa yang dimaksud dengan sumber energi listrik? c. Apa saja yang termasuk sumber energi listrik? - Guru memberi motivasi berupa pujian bagi siswa yang berhasil dan dorongan bagi siswa yang belu berhasil -Memberikan balikan terhadap hasil pekerjaan siswa 1.Kegiatan Akhir -Mengerjakan soal-soal -Memberi PR -Menilai hasil kerja anak I. Alat Media dan Sumber 1. Alat Peraga Mistar plastik, potongan kertas, gambar elemen volta 2. Sumber Pelajaran - Buku IPA kelas IV, Sarana Panca Karya J. Evaluasia. Prosedur: Proses: Menilai keaktifan siswa Terakhir : Menilai hasil belajar siswab.Jenis tes : Tertulis c. Bentuk tes : Isian d.Alat tes: Butir-butir soal Butir-butir soal 1.Yang dimaksud dengan listrik statik adalah 2.Sumber energi listrik adalah 3.Cara kerja elemen volta sama dengan 4.Lempengan logam yang dapat dipergunakan untuk membuat elemen volta adalah 5.Cairan yang digunakan dalam pembuatan elemen volta yaitu Kunci jawaban 1.Listrik yang bergerak 2.Sesuatu yang dapat menghasilkan/ menimbulkan listrik 3.Aki/akumulator 4.Seng atau tembaga 5.Asam sulfat encer Kriteria Penilaian Setiap jawaban diberi nilai 2 Jika betul semua 2 x 5 = 10 Jatitengah, 24 Februari 2009 Mengetahui,Kepala SD Negeri Jatitengah IIIGuru Kelas MOCH. ISYA ANSHORIHj. SOIBAH, A.Ma.Pd NIP. 19510512197703 1 005 NIP. 19611107198109 2 001

RENCANA PERBAIKAN PEMBELAJARANSIKLUS II Mata Pelajaran: Ilmu Pengetahuan AlamKelas / Semester: VI / II Alokasi Waktu: 1 X 35 Menit Topik : Energi Listrik A. Standar Kompetensi Mempraktekkan pola penggunaan dan perpindahan energi B. Kompetensi Dasar Menyajikan informasi tentang perpindahan dan perubahan energi listrik C. Hasil Belajar Siswa mempunyai kemampuan untuk menunjukkan sumber energi listrik D. Indikator Mengidentifikasi berbagai sumber energi listrik E. Tujuan Perbaikan - Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran - Siswa dapat lebih memahami berbagai sumber energi listrik F. Metode Pembelajaran - Ceramah - Tanya jawab G. Materi Pembelajaran - Batu baterai disebut juga elemen kering - Di dalam batu baterai terdapat serbuk arang, batu kawi dan larutan salmiak. - Aki/akumulator disebut juga baterai basah - Di dalam aki terdapat lempengan timbal dan larutan asam sulfat - Aki dapat didisi kembali atau disetrum - Peristiwa penyetruman aki adalah energi listrikberubah menjadi energi kimia - Dinamo sepeda termasuk juga sumber jhuga energi listrik - Di dalam dinamo terdapat kumparan kawat email - jika dinamo berputar kumparan kawart akan menghasilkan enrgi listrik H. Langkah-langkah Pembelajaran 1.Kegiatan Awal (5 menit) a.Mempersiapkanlangkah-langkahpembelajaranyangdirancangmenggunakanalat peraga sederhana, seperti batu baterai, aki, dinamo dan gambar batu baterai, aki b. Mengkondisikan siswa agar mengikuti proses pembelajaran, misal: guru memberikan salam dan menanyakan keadaan anak-anak c. Melakukan apersepsi - Tanya jawab untuk menggali persepsi siswa tentang sumber energi listrik- Memberi motivasi positif agar siswa aktif dalam proses pembelajaran.2. Kegiatan Inti (20 menit) -Anakmendengarkanpenjelasangurutentangberbagaisumberenergilistrikdenganalat peraga batu baterai, aki dan dinamo. -Gurudansiswamengadakantanyajawabtentangbagaimanacaramenghasilkanenergi listrik a. bagian mana dari batu baterai yang disebut kutub positif dan kutub negatif? b.Terdiri dari apa sajakah bagian dalam batu baterai? c. Terdiri dari apa saja bagian dalam aki? d.Peristiwa apa yang terjadi saat menyetrum aki? e. Peristiwa apa yang terjadi saat aki digunakan untuk menghidupkan stater mobil? f. Apa yang menyebabkan lampu sepeda itu bisa menyala? g.Apa yang menyebabkan dinamo sepeda menghasilkan energi listrik? - Guru memberi motivasi berupa pujian bagi siswa yang berhasil dan dorongan bagi siswa yang belu berhasil menjawab -Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya -Memberikan balikan terhadap hasil pekerjaan siswa 2.Kegiatan Akhir (10 menit) -Mengerjakan soal-soal -Memberi PR -Menilai hasil kerja anak I.Alat Media dan Sumber 1. Alat Peraga Batu baterai, aki, dinamo sepeda. 2.Sumber Pelajaran - Buku IPA kelas IV, Sarana Panca Karya J. Evaluasi a.Prosedur: Proses: Menilai keaktifan siswa Terakhir : menilai hasil belajar siswab. Jenis tes : Tertulis c. Bentuk tes : Isian d. Alat tes: Butir-butir soal Butir-butir soal 1.Batu baterai disebut juga 2.Bagian ujung baterai yang menonjol keluar dan dilapisi temabag disebut kutub 3.Pada saat menyetrum aki terjadi perubahan energi, dari energi menjadi energi 4.Bagian dalam dari aki terdiri dari dan 5.Tegangan arus listrik yang dihasilkan dinamo sepeda volt Kunci jawaban 1.Elemen kering 2.positif 3.listrik-kimia 4.lempengan timbal-lempengan asam sulfat 5.6 volt Kriteria Penilaian Setiap jawaban diberi nilai 2 Jika betul semua 2 x 5 = 10 Jatitengah , 3 Maret 2009 Mengetahui,Kepala SD Negeri Jatitengah IIIGuru Kelas MOCH. ISYA ANSHORIHj. SOIBAH, A.Ma.Pd NIP. 19510512197703 1 005 NIP. 19611107198109 2 001 LEMBAR OBSERVASI No Aspek yang diobservasiKemunculan KomentarAda Tidak ada1Perencanaan Pembelajaran (RPP) - Standar kompetensi- Kompetensi dasar - Hasil belajar - Indikator - Tujuan perbaikan- Materi- Langkah-langkah- Alat, media dan sumber - Penilaian \ \ \ \ \ \ \ \ \ 2Tindakan pembelajaranb.Kegiatan Guru- Berpenampilan rapih -Menggunakanbahasa komunikatif - Menyampaikan materi dengan tes -Memberikankesempatan bertanya pada siswa - Memberikan motivasi- Mengkondisikan siswa -Menggunakanmetodeyang bervariasi- Menggunakan alat peraga b.Kegiatan Siswa- Belajar dengan kondusif - Menjawab pertanyaan- Bertanya- Merespon dengan baik Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya - Aktif menggunakan alat peraga- Mengerjakan tugasYa Ya Ya 3Penilaiana. proses- Bentuk- Jenis- Alat- Prosedurb.Hasil \ \ \ \ \ Jatitujuh,Maret2009 Teman SejawatGuru Kelas SAMSUDIN, S.PdHj. SOIBAH, A.Ma.Pd NIP. 19680804199212 1 002 NIP. 19611107198109 2 001 SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan dibawah ini:Nama : Hj. SOIBAH, A.Ma,Pd NIP : 814164897 Tempat Mengajar: SDN Jatitengah III Kec. JatitujuhMenyatakan bahwa: Nama : SamsudinTempat Mengajar: SDN Jatitengah III Jabatn: Guru Kelas V Adalah teman sejawat yang akan membantu dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran Demikian pernyataan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya Jatitengahi, Februari2009Teman Sejawat, Guru Kelas ;;;..................................................... NIP.NIP. 1 SEJARAH ASAL USUL TANGERANG A. ASAL USUL NAMA TANGERANGNama Tangerang menurut sumber berita tidak tertulis berasal dari kata Tangeran, kata Tangeran dalam bahasa Sunda memiliki arti tanda. Tangeran di sini berupa tugu yang didirikan sebagai tanda batas wilayah kekuasaan Banten dan VOC, pada waktu itu. Tangeran tersebut berlokasi dibagian barat Sungai Cisadane (Kampung Grendeng atau tepatnya di ujung jalan Otto Iskandar Dinata sekarang). Tugu tersebut dibangun oleh Pangeran Soegiri, salah satu putra Sultan Ageng Tirtayasa. Pada tugu tersebut tertulis prasasti dalam huruf Arab gundul dengan dialek Banten, yang isinya sebagai berikut : Bismillah peget Ingkang Gusti Diningsun juput parenah kala Sabtu Ping Gasal Sapar Tahun Wau Rengsena Perang nelek Nangeran Bungas wetan Cipamugas kilen Cidurian Sakebeh Angraksa Sitingsung Parahyang-Titi Artinya terjemahan dalam bahasa Indonesia : Dengan nama Allah tetap Maha Kuasa Dari kami mengambil kesempatan pada hari Sabtu Tanggal 5 Sapar Tahun Wau Sesudah perang kita memancangkan Tugu Untuk mempertahankan batas Timur Cipamugas (Cisadane) dan Barat yaitu Cidurian Semua menjaga tanah kaum Parahyang Kemudian kata Tangeran berubah menjadi Tangerang disebabkan pengaruh ucapan dan dialek dari tentara kompeni yang berasal dari Makasar. Orang-orang Makasar tidak mengenal huruf mati, akhirnya kata Tangeran berubah menjadi Tangerang. Menurut kajian buku Sejarah Kabupaten Tangerang yang diterbitkan Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang bekerjasama dengan LPPM Unis Tangerang, daerah Tangerang sejak dulu telah mengenal pemerintahan. Cerita pemerintahan ini telah berkembang di masyarakat. Cerita itu berawal dari tiga maulana yang diangkat oleh penguasa Banten pada waktu itu. Tiga Maulana kemudian mendirikan kota Tangerang itu adalah Yudhanegara, Wangsakara dan Santika. Pangkat ketiga Maulana tersebut adalah Aria. Pemerintahan kemaulanaan yang menjadi pusat perlawanan terhadap penjajah di Tigaraksa (artinya pemimpin), mendirikan benteng, disepanjang tepi Sungai Cisadane. Kata Benteng ini kemudian menjadi sebutan kota Tangerang. Dalam pertempuran melawan VOC, maulana ini berturut-turut gugur satu persatu. Dengan gugurnya para maulana, maka berakhirlah pemerintahan kemaulanaan di Tangerang. Masyarakat mengangap pemerintahan kemaulanaan ini sebagai cikal bakal pemerintahan di Tangerang. Untuk mengungkapkan asal-usul tangerang sebagai kota Benteng, diperlukan catatan yang menyangkut perjuangan. Menurut sari tulisan F. de Haan yang diambil dari arsip VOC,resolusi tanggal 1 Juni 1660 dilaporkan bahwa Sultan Banten telah membuat negeri besar yang terletak di sebelah barat sungai Untung Jawa, dan untuk mengisi negeri baru tersebut Sultan Banten telah memindahkan 5 sampai 6.000 penduduk. Kemudian dalam Dag Register tertanggal 20 Desember 1668 diberitakan bahwa Sultan Banten telah mengangkat Radin Sina Patij dan Keaij Daman sebagai penguasa di daerah baru tersebut. Karena dicurigai akan merebut kerajaan, Raden Sena Pati dan Kyai Demang dipecat Sultan. Sebagai gantinya diangkat Pangeran Dipati lainnya. Atas pemecatan tersebut Ki Demang sakit hati. Kemudian tindakan selanjutnya ia mengadu domba antara Banten dan VOC. Tetapi ia terbunuh di Kademangan. Dalam arsip VOC selanjutnya, yaitu dalam Dag Register tertanggal 4 Maret 1980 menjelaskan bahwa penguasa Tangerang pada waktu itu adalah Keaij Dipattij Soera Dielaga. Kyai Soeradilaga dan putranya Subraja minta perlindungan kompeni dengan diikuti 143 pengiring dan tentaranya (keterangan ini terdapat dalam Dag Register tanggal 2 Juli 1982). Ia dan pengiringnya ketika itu diberi tempat di sebelah timur sungai, berbatasan dengan pagar kompeni. Ketika bertempur dengan Banten, ia beserta ahli perangnya berhasil memukul mundur pasikan Banten. Atas jasa keunggulannya itu kemudian ia diberi gelar kehormatan Raden Aria Suryamanggala, sedangkan Pangerang Subraja diberi gelar Kyai Dipati Soetadilaga. Selanjutnya Raden Aria Soetadilaga diangkat menjadi Bupati Tangerang I dengan wilayah meliputi antara sungai Angke dan Cisadane. Gelar yang digunakannya adalah Aria Soetidilaga I. Kemudian dengan perjanjian yang ditandatangani pada tanggal 17 April 1684, Tangerang menjadi kekuasaan kompeni, Banten tidak mempunyai hak untuk campur tangan dalam mengatur tata pemerintahan di Tangerang. Salah satu pasal dari perjanjian tersebut berbunyi: Dan harus diketahui dengan pasti sejauh mana batas-batas daerah kekuasaan yang sejak masa lalu telah dimaklumi maka akan tetap ditentukan yaitu daerah yang dibatasi oleh sungai Untung Jawa atau Tangerang dari pantai Laut Jawa hingga pegunungan-pegunungan sejauh aliran sungai tersebut dengan kelokan-kelokannya dan kemudian menurut garis lurus dari daerah Selatan hingga utara sampai Laut Selatan. Bahwa semua tanah disepanjang Untung Jawa atau Tangerang akan menjadi milik atau ditempati kompeni Dengan adanya perjanjian tersebut daerah kekuasaan bupati bertambah luas sampai sebelah barat sungai Tangerang. Untuk mengawasi Tangerang maka dipandang perlu menambah pos-pos penjagaan di sepanjang perbatasan sungai Tangerang, karena orang-orang Banten selalu menekan penyerangan secara tiba-tiba. Menurut peta yang dibuat tahun 1962, pos yang paling tua terletak di muara sungai Mookervaart, tepatnya disebelah utara Kampung Baru. Namun kemudian ketika didirikan pos yang baru, bergeserlah letaknya ke sebelah Selatan atau tepatnya di muara sungai Tangerang. Menurut arsip Gewone Resolutie Van hat Casteel Batavia tanggal 3 April 1705 ada rencana merobohkan bangunan-bangunan dalam pos karena hanya berdinding bambu. Kemudian bangunannya diusulkan diganti dengan tembok. Gubernur Jenderal Zwaardeczon sangat menyetujui usulan tersbut, bahkan diinstruksikan untuk membuat pagar tembok mengelilingi bangunan-bangunan dalam pos penjagaan. Hal ini dimaksudkan agar orang Banten tidak dapat melakukan penyerangan. Benteng baru yang akan dibangun untuk ditempati itu direncanakan punya ketebalan dinding 20 kaki atau lebih. Disana akan ditempatkan 30 orang Eropa dibawah pimpinan seorang Vandrig(Peltu) dan 28 orang Makasar yang akan tinggal diluar benteng. Bahan dasar benteng adalah batu bata yang diperoleh dari Bupati Tangerang Aria Soetadilaga I. Setelah benteng selesai dibangun personilnya menjadi 60 orang Eropa dan 30 orang hitam. Yang dikatakan orang hitam adalah orang-orang Makasar yang direkrut sebagai serdadu kompeni. Benteng ini kemudian menjadi basis kompeni dalam menghadapi pemberontakan dari Banten. Kemudian pada tahun 1801, diputuskan untuk memperbaiki dan memperkuat pos atau garnisun itu, dengan letak bangunan baru 60 roeden agak ke tenggara, tepatnya terletak disebelah timur Jalan Besar pal 17. Orang-orang pribumi pada waktu itu lebih mengenal bangunan ini dengan sebutan Benteng. Sejak itu, Tangerang terkenal dengan sebutan Benteng. Benteng ini sejak tahun 1812 sudah tidak terawat lagi, bahkan menurut Superintendant of Publik Building and Work tanggal 6 Maret 1816 menyatakan: ...Benteng dan barak di Tangerang sekarang tidak terurus, tak seorangpun mau melihatnya lagi. Pintu dan jendela banyak yang rusak bahkan diambil orang untuk kepentingannya Kabupaten Tangerang sejak ratusan tahun lalu sudah menjadi daerah perlintasan perniagaan, perhubungan sosial dan interaksi antardaerah lain. Hal ini, disebabkan letak daerah ini yang berada di dua poros pusat perniagaan Jakarta - Banten. Berdasarkan catatan sejarah, daerah ini sarat dengan konflik kepentingan perniagaan dan kekuasaan wilayah antara Kesultanan Banten dengan Penjajah Belanda. Secara tutur-tinular, masa pemerintahan pertama secara sistematis yang bisa diungkapkan di daerah dataran ini, adalah saat Kesultanan Banten yang terus terdesak agresi penjajah Belanda lalu mengutus tiga maulananya yang berpangkat aria untuk membuat perkampungan pertahanan di Tangerang. Ketiga maulana itu adalah Maulana Yudanegara, Wangsakerta dan Santika. Konon, basis pertahanan merka berada di garis pertahanan ideal yang kini disebut kawasan Tigaraksa dan membentuk suatu pemerintahan. Sebab itu, di legenda rakyat cikal-bakal Kabupaten Tangerang adalah Tigaraksasa [sebutan Tigaraksasa, diambil dari sebutan kehormatan kepada tiga maulana sebagai tiga pimpinan = tiangtiga = Tigaraksa]. Pemerintahan ketiga maulana ini, pada akhirnya dapat ditumbangkan dan seluruh wilayah pemerintahannya dikuasai Belanda, berdasar catatan sejarah terjadi tahun 1684. Berdasar catatan pada masa ini pun, lahir sebutan kota Tangerang. Sebutan Tangerang lahir ketika Pangeran Soegri, salah seorang putra Sultan Ageng Tirtayasa dari Kesultanan Banten membangun tugu prasasti di bagian barat Sungai Cisadane [diyakini di kampung Gerendeng, kini]. Tugu itu disebut masyarakat waktu itu dengan Tangerang [bahasa Sunda=tanda] memuat prasasti dalam bahasa Arab Gundul Jawa Kuno, "Bismillah peget Ingkang Gusti/Diningsun juput parenah kala Sabtu/Ping Gangsal Sapar Tahun Wau/ Rengsenaperang netek Nangeran/Bungas wetan Cipamugas kilen Cidurian/Sakabeh Angraksa Sitingsun Parahyang" Arti tulisan prasasti itu adalah: "Dengan nama Allah tetap Yang Maha Kuasa/Dari kami mengambil kesempatan pada hari Sabtu/Tanggal 5 Sapar Tahun Wau/Sesudah perang kita memancangkan tugu/Untuk mempertahankan batas timur Cipamugas [Cisadane] dan barat Cidurian/ Semua menjaga tanah kaum Parahyang" Diperkirakan sebutan Tangeran, lalu lama-kelamaan berubah sebutan menjadi Tangerang.Desakan pasukan Belanda semakin menjadi-jadi di Banten sehingga memaksa dibuatnya perjanjian antar kedua belah pihak pada 17 April 1684 yang menjadikan daerah Tangerang seluruhnya masuk kekuasaan Penjajah Belanda. Sebagai wujud kekuasaannya, Belanda pun membentuk pemerintahan kabupaten yang lepas dari Banten dengan dibawah pimpinan seorang bupati. Para bupati yang sempat memimpin Kabupaten Tangerang periode tahun 1682 - 1809 adalah Kyai Aria Soetadilaga I-VII. Setelah keturunan Aria Soetadilaga dinilai tak mampu lagi memerintah kabupaten Tangerang dengan baik, akhirnya penjajah Belanda menghapus pemerintahan di daerah ini dan memindahkan pusat pemerintahan ke Jakarta. Lalu, dibuat kebijakan sebagian tanah di daerah itu dijual kepada orang-orang kaya di Jakarta, sebagian besarnya adalah orang-orang Cina kaya sehingga lahir masa tuan tanah di Tangerang. Pada 8 Maret 1942, Pemerintahan Penjajah Belanda berakhir di gantikan Pemerintahan Penjajah Jepang. Namun terjadi serangan sekutu yang mendesak Jepang di berbagai tempat, sebab itu Pemerintahan Militer Jepang mulai memikirkan pengerahan pemuda-pemuda Indonesia guna membantu usaha pertahanan mereka sejak kekalahan armadanya di dekat Mid-way dan Kepulauan Solomon. Kemudian pada tanggal 29 April 1943 dibentuklah beberapa organisasi militer, diantaranya yang terpenting ialah Keibodan [barisan bantu polisi] dan Seinendan [barisan pemuda]. Disusul pemindahan kedudukan Pemerintahan Jakarta Ken ke Tangerang dipimpin oleh Kentyo M Atik Soeardi dengan pangkat Tihoo Nito Gyoosieken atas perintah Gubernur Djawa Madoera. Adapun Tangerang pada waktu itu masih berstatus Gun atau kewedanan berstatus ken (kabupaten). Berdasar Kan Po No. 34/2604 yang menyangkut pemindahan Jakarta Ken Yaskusyo ke Tangerang, maka Panitia Hari Jadi Kabupaten Tangerang menetapkan terbentuknya pemerintahan di Kabupaten Tangerang. Sebab itu , kelahiran pemerintahan daerah ini adalah pada tanggal 27 Desember 1943. Selanjutnya penetapan ini dikukuhkan dengan Peraturan Daerah Tingkat II Kabupaten Tangerang Nomor 18 Tahun 1984 tertanggal 25 Oktober 1984. Dalam masa-masa proklamasi, telah terjadi beberpa peristiwa besar yang melibatkan tentara dan rakyat Kabupaten Tangerang dengan pasukan Jepang dan Belanda, yaitu Pertempuran Lengkong dan Pertempuran Serpong. Pertumbuhan perekonomian Kabupaten Tangerang sebagai daerah lintasan dan berdekatan dengan Ibukota Negara Jakarta melesat pesat. Apalagi setelah diterbitkannya Inpres No.13 Tahun 1976 tentang pengembangan Jabotabek, di mana kabupaten Tangerang menjadi daerah penyanggah DKI Jakarta. Tanggal 28 Pebruari 1993 terbit UU No. 2 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kota Tangerang. Berdasarkan UU ini wilayah Kota Administratif Tangerang dibentuk menjadi daerah otonomi Kota Tangerang, yang lepas dari Kabupaten Tangerang. Berkaitan itu terbit pula Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1995 tentang pemindahan Ibukota Kabupaten Dati II Tangerang dari Wilayah Kotamadya Dati II Tangerang ke Kecamatan Tigaraksa. Akhirnya, pada awal tahun 2000, pusat pemerintahan Kabupaten Tangerang pun di pindahkan Bupati H. Agus Djunara ke Ibukota Tigaraksa. Pemindahan ini dinilai strategis dalam upaya memajukan daerah karena bertepatan dengan penerapan otonomi daerah, diberlakukannya perimbangan keuangan pusat dan daerah, adanya revisi pajak dan retribusi daerah, serta terbentuknya Propinsi Banten. B. SEJARAH KABUPATEN TANGERANG Kabupaten Tangerang lahir pada saat Kesultanan Banten yang terus terdesak oleh agresi penjajah Belanda sehingga mengutus tiga Maulana yang berpangkat aria untuk membuat perkampungan pertahanan di Tangerang. Ketiga Maulana itu adalah Maulana Yudanegara, Wangsakerta dan Santika. Konon basis pertahanan mereka berada di garis pertahanan ideal yang kini disebut Kawasan Tigaraksa dan membentuk suatu pemerintahan. Sebab itu, dalam cerita legenda rakyat cikal bakal Kabupaten Tangerang adalah Tigaraksa (sebutan Tiga Raksa diambil dari sebutan kehormatan kepada tiga pimpinan sehingga lahirlah nama Tigaraksa). Berdasarkan catatan sejarah, pemerintahan ketiga Maulana ini pada akhirnya dapat ditumbangkan dan seluruh wilayah pemerintahan Kesultanan Banten di wilayah ini dikuasai oleh Belanda pada tahun 1684. Diperkirakan pada tahun tersebut lahir sebutan Tangerang. Sebutan Tangerang lahir ketika Pangeran Soegri salah seorang putra Sultan Ageng Tirtayasa dari Kesultanan Banten membangun tugu prasasti di bagian Barat Sungai Cisadane (diyakini dikampung grendeng kini), Waktu itu masyarakat sekitar menyebut tugu tersebut dengan Tengeran atau dalam bahasa Sunda artinya tanda. Lalu lama kelamaan berubah menjadi Tangerang. C. LAMBANG DAERAH Lambang daerah kabupaten Tangerang ditetapkan dengan peraturan daerah No. 19 tahun 1984 tanggal 25 oktober 1984, yang kemudian disempurnakan dengan Peraturan Daerah No. 10 tahun 1987 tanggal 21 Mei 1987. Motto daerah yang terkandung dalam lambang daerah adalah \"SATYA KARYA KERTA RAHARJA\", artinya \"Dengan dasar kesetiaan dan ketaatan kepada pemerintah dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) disertai doa dan kerja keras, kita wujudkan masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur dari segi fisik material dan mental spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Uundang Dasar 1945. Arti Gambar Lambang Daerah adalah : 1. Bagian atas a. Pucuk perisai lima buah melambangkan pancasila yang menjadi dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia. b. Susunan batu merupakan lambang benteng pertahanan yang mengingatkan kita kepada pahlawan rakyat Kabupaten Tangerang. c. Jumlah bata melambangkan tanggal, bulan, dan tahun proklamasi kemerdekaan Negara Republik Indonesia, tanggal 17 bulan 8 tahun 1945. 2. Bagian Tengah a. Jumlah butir padi, bunga kapas dan ruas bambu melambangkan tanggal, bulan dan tahun hari jadi Kabupaten Tangerang. b. Dua puluh tujuh butir padi melambangkan tanggal dua puluh tujuh. c. Dua belas bunga kapas melambangkan bulan dua belas. d. Empat puluh tiga ruas bambu melambangkan tahun empat puluh tiga. e. Topi bambu melambangkan hasil kerajinan dan industri dari Kabupaten Tangerang. 3. Bagian bawah a. Garis putih berombak melambangkan bahwa Kabupaten Tangerang dilintasi oleh sungai-sungai besar. b. Garis putih biru berombak melambangkan laut yang bermakna bahwa Kabupaten Tangerang merupakan daerah pantai. D. SEJARAH WALIKOTA TANGERANG H. Wahidin Halim, lahir pada tanggal 14 Agustus 1954 di Kampung Pinang Tangerang. Sebuah tempat yang jauh dari hikuk pikuk keramaian Kota.Dia adalah putra ketiga dari sembilan bersaudara. Putera pasangan H. Djiran Bahjuri dan Siti Rohana ini, bersama saudara lainnya, dibesarkan di lingkungan yang terbilang sederhana. Ayahnya hanya berprofesi sebagai guru SD di Poris Plawad sedangkan ibunya tidak lebih dari ibu rumah tangga biasa. Ketika duduk di bangku SD, seusai pulang sekolah, Wahidin banyak menghabiskan waktunya untuk menggembala kerbau. Rutinitas itu dilakukannya tanpa sedikitpun keluhan. Dia selalu riang gembira, sekalipun kerbau yang digembalakan cukup jauh rutenya. Mulai dari rumahnya di Pinang hingga ke sekitar Bandara Soekarno-Hatta, Selapajang, Rawalele ataupun Rawabokor. Di sela-sela mengembala kerbau, Wahidin bersama teman-temannya kerapkali bersenang-senang, mandi di Kali Angke yang kala itu airnya masih bening dan bersih. Kegiatan lain selain menggembala, Wahidin kecil turut serta membantu orang-tuanya menjual hasil pertanian seperti cabe yang baru dipanen dari sejumlah petani ke Pasar Anyar. Sekitar tahun 65 dan 70-an, Ayah saya bersama tetangga, kalau panen cabe menjualnya ke pasar, kenangnya. Ada sebuah kenangan yang membekas di benaknya, yaitu ketika duduk di bangku SMP, dia pernah merasakan belajar sambil berdiri di ruang kelas, karena tidak ada bangku. Saking ingin mendapatkan kenyamanan dalam belajar, dia terpaksa membawa bangku milik orang-tuanya yang sudah tidak layak pakai ke sekolah. Bahkan terkadang dijumpai Wahidin terkantuk-kantuk dalam mengikuti pelajaran di sekolah, hal itu disebabkan kurang tidur, selepas dini harinya mengantar cabe ke Pasar Anyar. Di lingkungan keluarga, Wahidin termasuk orang yang cukup dekat dengan keluarga. Salah satunya dengan Hasan Wirayudha, yang sekarang menjadi Menteri Luar Negeri. Semasa kecil, keduanya cukup komunikatif, baik ketika di rumah, maupun bila sedang bermain. Pernah suatu ketika, keduanya asyik memandang pesawat terbang yang melintas di atas rumahnya. Mereka berdua berlarian mengejar kemana arahnya pesawat pergi. Ada terlontar ucapan Wahidin untuk minta duit dan kue, sedangkan kakaknya minta ikut pesawat itu. Ibunya lantas bilang Gua doain supaya kelak dapat ikut ke luar negeri gratis, dan doa itu terkabul, kenang Wahidin. H. Djiran Bahjuri, ayahnya, selalu menanamkan nilai-nilai kejujuran kepada anak-anaknya dalam bersikap. Hal semacam itu menjadi pelajaran berharga bagi Wahidin. Tidak dibenarkan mengambil sesuatu yang sebenarnya milik orang lain menjadi milik pribadi. Ayahnya terkadang kalau hendak mengajar ke sekolah, membawa palu dan paku. Kalau ada bangku yang rusak, ayahnya tidak segan-segan untuk memperbaiki. Kedua orang tuanya sempat berpesan, agar ilmu yang dituntut Wahidin besaudara, dapat digunakan untuk kepentingan masyarakat luas. Jangan sampai mengambil harta negara untuk kepentingan pribadi. Mengabdi sepenuh hati dengan tulus ikhlas, sehingga mendatangkan manfaat dan barokah bagi semuanya. Demikian pesan orang tuanya yang hingga kini tetap terngiang-ngiang di telinga Wahidin. Dia merasa beruntung dibesarkan dalam keluarga yang demokratis. Ibunya, meski sebatas ibu rumah tangga, namun cukup disiplin dan ulet dalam mendidik anak-anaknya. Kedisiplinan yang ditanamkan kedua orang tuanya ternyata membuahkan hasil. Sampai sekarang kedisiplinan itu menjadi prioritas bagi Wahidin. Wahidin kecil memulai pendidikannya di SD Pinang, yang kala itu hanya berdinding bambu dan berlantai tanah. Wajar jika semasa itu ia tidak mengenal sepatu, layaknya anak sekolahan masa kini. Setamat SD, ia melanjutkan SMP di Ciledug. Baginya berjalan kaki setiap hari ke Ciledug merupakan keharusan, lantaran ayahnya tak juga mampu membelikan sepeda, bahkan sekedar sepatu sekalipun. Selepas mengenyam pendidikan di SMU Tangerang (1972), dia melanjutkan studi ke Fakultas Ilmu Sosial Politik (FISIP) Universitas Indonesia (UI), jurusan Administrasi Negara. Sebelum ke UI, kakaknya sudah lebih dulu kuliah di sana, sehingga Wahidin ketika SMU, sering disuplai buku-buku pelajaran untuk jenjang orang kuliah. Tahun 1978, di tengah perjalanan masa mudanya, ia didaulat oleh warga desanya untuk ikut pencalonan kepala desa. Tak disangka , ia kemudian terpilih sebagai kepala desa. Jadilah Wahidin muda seorang kepala desa termuda dan yang berpendidikan sarjana pertama di Tangerang; bahkan dengan status bujangan. Dari sinilah ia mulai mengenal makna mengabdi yang sesungguhnya. Tiga tahun kemudian, menikah dengan gadis Jawa teman kuliahnya, dan hingga kini telah dikaruniai 3 orang anak. UU No. 5 tahun 1979 mengantarnya menjadi Pegawai Negeri. Dan saat itulah ia memulai karirnya sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil).Obsesi untuk mengabdi kepada masyarakat merupakan pilihannya, hingga ia tertuntut untuk berbuat lebih banyak lagi bagi masyarakatnya. Menjadi Sek Kota Administratif Tangerang, kemudian kabag di Kabupaten Tangerang, camat Tigaraksa, camat Ciputat, Kepala Dinas, asisten Pemkab Tangerang, sekda Kota Tangerang, dan kini Walikota Tangerang periode 2003 2008; merupakan perjalanan panjang karirnya. Itulah perjalanan panjang seorang pejabat karir yang sangat jarang dimiliki oleh orang lain. Bakat dan aktivitas sosialnya sangat kelihatan sejak kecil. Menjadi juara pidato tingkat anak anak di desanya adalah prestasi yang mengawali keberadaannya di masyarakat. Mencari rumput dan angon kerbau peliharaan sang ayah, atau mandi di kali angke menjadikannya terasah dalam menghadapi realitas kehidupan di sekitarnya, sekaligus mengajarinya banyak hal tentang arti kehidupan. Selain aktif mengkoordinir pemuda di kampungnya, saat kuliah ia juga mengkoordinir Remaja Masjid di kampusnya, menjadi pemimpin asrama mahasiswa, Ketua AMPI, pengurus KNPI. Bahkan di tengah kesibukannya sebagai Kepala Desa, ia juga masih menyempatkan diri untuk mengajar di SMP PGRI dan SMA di kampungnya. Ini ia lakukan semata untuk mengabdi kepada masyarakat. Pola pendidikan demokratis yang pernah didapat dari kedua orangtuanya dulu, berlanjut kepada ketiga anaknya. Saya bersikap demkratis di keluarga, sama halnya seperti ayah saya dulu. Saya tidak mendikte mereka harus sekolah kemana, mau ke pesantren atau mau dagang, silakan saja. Yang penting niat dan caranya dalam sekolah atau dagang dilakukan secara baik, katanya. Sebagai kepala keluarga, yang juga tokoh masyarakat, Wahidin mempunyai komitmen dengan keluarganya. Sebuah komitmen yang mengatur urusan keluarga dengan urusan publik, yang dibekali dengan sikap keterbukaan dan saling percaya. Urusan kantor, keluarga tidak perlu tahu, begitupun kebalikannya. Perlu konsentrasi, karena saya juga milik masyarakat. Prinsipnya istri tidak perlu ikut campur dalam hal jabatan atau urusan kantor, tegasnya. Keluarga ikut mendukung sikapnya itu. Dia sendiri berupaya untuk tidak membawa persoalan kantor ke rumah. Segala sesuatunya ia pecahkan sendiri atau diselesaikan dengan ibadah. Apa yang terbaik bagi saya, itu juga yang terbaik bagi keluarga. Sejauh ini keluarga tidak protes, ucapnya mantap. Menekuni agama melalui pengajian rutin tiap Rabu dan Jumat di rumahnya, serta mengikuti pengajian di daerahnya merupakan langkah yang ia sadari akan selalu menuntunnya ke kebenaran hakiki. Olah raga ditekuninya adalah sepak bola, badminton dan catur hingga kini. Jabatan sebagai pengurus dan manajer PERSITA, dan kini sebagai Ketua Umum PERSIKOTA adalah pengalaman organisasinya di bidang olah raga, yang mencuatkan namanya ke kancah persepakbolaan nasional. Kepedulian dirinya terhadap persoalan sosial, terutama dunia pendidikan, ia wujudkan dalam bentuk sebuah lembaga yakni Yayasan Kemanusiaan Nurani Kami pada tahun 1977. Yayasan ini sampai sekarang mampu memberikan beasiswa kepada 150 orang, mulai dari tingkat Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi. Kemampuan intelektual, integritas moral, serta kepiawaian berkomunikasi dengan berbagai kalangan telah menjadikannya sebagai salah seorang birokrat yang sangat diperhitungkan oleh berbagai elemen masyarakat di Tangerang, termasuk ormas-ormas besar. Tetapi ia tetap saja bersahaja seperti ayahnya, tuan guru yang ia kagumi. Sumber : SulaemanBentengCisadaneBlogshttp://leeisman.blogspot.com/2009/11/sejarah-asal-usul-nama-tangerang-dan.html http://alumnistisipyuppentek.blogspot.com http://bp3.blogger.comDiposkan oleh Benteng Cisadane Blogs di 12:09:00 AM Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Reaksi: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan tantangan kehidupan global, pendidikan merupakan hal yang sangat penting karena pendidikan salah satu penentu mutu Sumber Daya Manusia. Dimana dewasa ini keunggulan suatu bangsa tidak lagi ditandai dengan melimpahnya kekayaan alam, melainkan pada keunggulan Sumber Daya Manusia (SDM). Dimana mutu Sember Daya Manusia (SDM) berkorelasi positif dengan mutu pendidikan, mutu pendidikan sering diindikasikan dengan kondisi yang baik, memenuhi syarat, dan segala komponen yang harus terdapat dalam pendidikan, komponen-komponen tersebut adalah masukan, proses, keluaran, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana serta biaya. Mutu pendidikan tercapai apabila masukan, proses, keluaran, guru, sarana dan prasarana serta biaya apabila seluruh komponen tersebut memenuhi syarat tertentu. Namun dari beberapa komponen tersebut yang lebih banyak berperan adalah tenaga kependidikan yang bermutu yaitu yang mampu menjawab tantangan-tantangan dengan cepat dan tanggung jawab. Tenaga kependidikan pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut tenaga kependidikan untuk senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian penguasaan kompetensinya. Pendidikan yang bermutu sangat membutuhkan tenaga kependidikan yang professional. Tenaga kependidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam pembentukan pengetahuan, ketrampilan, dan karakter peserta didik. Oleh karena itu tenaga kependidikan yang professional akan melaksanakan tugasnya secara professional sehingga menghasilkan tamatan yang lebih bermutu. Menjadi tenaga kependidikan yang profesional tidak akan terwujud begitu saja tanpa adanya upaya untuk meningkatkannya, adapun salah satu cara untuk mewujudkannya adalah dengan pengembangan profesionalisme ini membutuhkan dukungan dari pihak yang mempunyai peran penting dalam hal ini adalah kepala sekolah, dimana kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan yang sangat penting karena kepala sekolah berhubungan langsung dengan pelaksanaan program pendidikan di sekolah. Ketercapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada kecakapan dan kebijaksanaan kepemimpinan kepala sekolah yang merupakan salah satu pemimpin pendidikan. Karena kepala sekolah merupakan seorang pejabat yang profesional dalam organisasi sekolah yang bertugas mengatur semua sumber organisasi dan bekerjasama dengan guru-guru dalam mendidik siswa untuk mencapai tujuan pendidikan. Dengan keprofesionalan kepala sekolah ini pengembangan profesionalisme tenaga kependidikan mudah dilakukan karena sesuai dengan fungsinya, kepala sekolah memahami kebutuhan sekolah yang ia pimpin sehingga kompetensi guru tidak hanya mandeg pada kompetensi yang ia miliki sebelumnya, melainkan bertambah dan berkembang dengan baik sehingga profesionalisme guru akan terwujud. Karena tenaga kependidikan profesional tidak hanya menguasai bidang ilmu, bahan ajar, dan metode yang tepat, akan tetapi mampu memotivasi peserta didik, memiliki keterampilan yang tinggi dan wawasan yang luas terhadap dunia pendidikan. Profesionalisme tenaga kependidikan juga secara konsinten menjadi salah satu faktor terpenting dari mutu pendidikan. Tenaga kependidikan yang profesional mampu membelajarkan murid secara efektif sesuai dengan kendala sumber daya dan lingkungan. Namun, untuk menghasilkan guru yang profesional juga bukanlah tugas yang mudah. Guru harus harus lebih dinamis dan kreatif dalam mengembangkan proses pembelajaran siswa. Agar proses pendidikan dapat berjalan efektif dan efisien, guru dituntut memiliki kompetensi yang memadai, baik dari segi jenis maupun isinya. Namun banyak faktor penghambat tercapainya kualitas keprofesionalan kepemimpinan kepala sekolah seperti proses pengangkatannya tidak trasnparan, rendahnya mental kepala sekolah yang ditandai dengan kurangnya motivasi dan semangat serta kurangnya disiplin dalam melakukan tugas, dan seringnya datang terlambat, wawasan kepala sekolah yang masih sempit , serta banyak faktor penghambat lainnya yang menghambat tumbuhnya kepala sekolah yang professional untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Ini mengimplikasikan rendahnya produktivitas kerja kepala sekolah yang berimplikasi juga pada mutu (input, proses, dan output) Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk mengkaji Profesionalisme Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu pendidikan B. Tujuan Penulisan Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana gambaran Profesionalisme Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu pendidikan 2. Untuk mengetahui bagaimana tugas yang dijalankan oleh kepala sekolah 3. Untuk memahami peran kepala sekolah 4. Untuk mengaetahui masalah-masalah yang dihadapi dalam merealisasikan keprofesionalan kepala sekolah 5. Untuk mengetahui dan memahami upaya pemecahan dalam merealisasikan peningkatan profesionalisme kepala sekolah. C. Manfaat Penulisan 1. Dapat mengetahui bagaimana gambaran Profesionalisme Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu pendidikan 2. Dapat mengetahui bagaimana tugas yang dijalanka oleh kepala sekolah 3. Dapat memahami peran kepala sekolah 4. Dapat mengaetahui masalah-masalah yang dihadapi dalam merealisasikan keprofesionalan kepala sekolah 5. Dapat mengetahui dan memahami upaya pemecahan dalam merealisasikan peningkatan profesionalisme kepala sekolah. BAB II PROFESIONALISME GURU DAN KEPALA SEKOLAH A. Pengertian Profesionalisme Profesionalisme berasal dari kata sifat yakni jabatan yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian. Jadi profesionalisme adalah suatu pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu, dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang tidak dapat memperoleh pekerjaan lain (Sudjana, 1988:14).Guru adalah orang yang memberikan pengetahuan kepada anak didik (Djamarah, 2000:31).Jadi profesionalisme guru yang dimaksud penulis adalah guru yang mengajar tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya pada bidang keahlian yang diajarkannya yakni guru kelas di SDN Sukatani III Kecamatan Rajeg Kabupaten Tangerang B. Tuntutan Profesionalisme GuruUsaha untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan tugas besar dan berjangka waktu panjang karena menyangkut pendidikan bangsa dan masa depan suatu bangsa banyak ditentukan oleh negara itu, yakni manusia berkualitas hasil produk pendidikan, oleh karena itu pendidikan pun harus berkualitas. Dalam dunia pendidikan, pendidik pada umumnya diistilahkan sebagai guru, sebagai pengajar atau pendidik. Guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam setiap upaya pendidikan, khususnya dalam kurikulum dan peningkatan sumber daya manusia yang dihasilkan dari upaya pendidikan selalu bermuara pada faktor guru. Hal ini menunjukkan betapa eksisnya peran guru dalam dunia pendidikan. Guru adalah unsur manusiawai, dalam figur manusia sumber yang menempati posisi dan peranan penting dalam pendidikan. Ketika semua orang mempersoalkan masalah dunia pendidikan, figur guru selalu terlibat dalam agenda pembicaraan, terutama yang menyangkut persoalan pendidikan formal di sekolah. Hal itu tidak dapat disangkal, karena lembaga pendidikan formal adalah dunia kehidupan guru.(Djamarah,2000:1) Oleh sebab itu, mengacu kepada tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-undang No. 2 Tahun 1983 dalam sistem pendidikan nasional, yakni : 1. Bahwa Undang-undang Dasar 1945 mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran yang diatur dengan undang-undang; 2. Bahwa pembangunan nasional di bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur serta memungkinkan para warganya mengembangkan diri, baik berkenaan dengan aspek jasmani maupun rohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945; 3. Bahwa untuk mewujudkan pembangunan nasional di bidang pendidikan, diperlukan peningkatan dan penyempurnaan penyelenggaraan pendidikan nasional. Maka dari pada itu peningkatan kualitas manusia Indonesia sebagaimana yang diinginkan tersebut, tidak akan tercapai jika faktor pendukung tidak ditingkatkan. Salah satu faktor pendukung tersebut yang sangat berperan dominan adalah faktor guru. Dalam menjalankan proses pendidikan dan mengajar perlu diperhatikan kualitas mengajar guru. Berbicara mengenai kualitas guru berarti berbicara pula mengenai lembaga pendidikan guru. karena pendidikan dan pembinaan guru perlu ditingkatkan. Pentingnya mengenai kualitas mengajar guru disebabkan karena eksistensi guru bagi suatu bangsa sangat esensial, apalagi bagi bangsa Indonesia di tengah-tengah situasi dan kondisi yang terus mengalami perubahan zaman dan teknologi yang kian canggih. Seorang guru harus menyadari bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, selain mampu merencanakan pengajaran, juga dituntut banyak membaca, menyerap informasi dan mengembangkan ilmunya guna meningkatkan kualitas mengajarnya. Semakin akurat para guru melaksanakan fungsinya, semakin terjamin, tercipta dan terbina kesiapan dan keandalan seseorang sebagai manusia pembangunan. Dengan kata lain potret dan wajah diri bangsa tercermin dengan potret guru di masa kini dan gerak dinamika kehidupan bangsa berbanding lurus citra para guru di tengah-tengah masyarakat (Usman, 1997 : 7). Sistem pendidikan guru sebagai suatu sub sistem pendidikan nasional merupakan faktor kunci dan memiliki peranan yang sangat strategis. Pada hakekatnya penyelenggaraan dan keberhasilan proses pendidikan pada semua jenjang dan semua satuan pendidikan ditentukan oleh faktor guru, di samping perlunya unsur-unsur penunjang lainnya. Kualitas kemampuan guru yang rendah akan berdampak pada rendahnya mutu pendidikan. Sedangkan derajat kemampuan guru sejak semula disiapkan pada suatu lembaga pendidikan guru, baik secara berjenjang maupun secara keseluruhan. Derajat keualitas pendidikan guru ditentukan oleh tingkat kualitas semua komponen yang memberikan kontribusi terhadap sistem pendidikan guru secara keseluruhan. Komponen-komponen tersebut adalah siswa calon guru, pendidikan, pembimbing calon guru, kurikulum, strategi pembelajaran, media instruksional, sarana dan prasarana, waktu dan ketersediaan, serta masyarakat dan sosial budaya. Semuanya memberikan pengaruh dan warna terhadap proses pendidikan guru dalam upaya mencapai tujuan pendidikan guru, yang hasil atau lulusannya dapat diketahui melalui komponen evaluasi secara menyeluruh dan berkesinambungan. Profesi guru banyak dibicarakan orang atau masih saja dipertnyakan orang,baik dikalangan para pakar pendidikan bahkan selama dasawarsa terakhir ini hamper setiap hari,media masa khususnya,baik media cetak harian atau mingguan memuat cerita tentang guru. Kita akui bahwa profesi guru mudah tercemar dalam arti masih saja ada orang yang memaksakan diri menjadi guru walaupun sebenarnya yang bersangkutan tidak dipersiapkan untuk itu.Hal ini disebabkan karena adanya pandangan sebagian masyarakat bahwa siapapun boleh menjadi guru asalkan berpengetahuan.Rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap profesi guru disebabkan oleh beberapa factor sebagai berikut: 1. Adanya pandangan masyarakat bahwa siapapun boleh menjadi guru asalkan dia berpengetahuan. 2. Kekurangan guru didaerah terpencil memberikan peluang untuk mengangkat seseorang yang tidak mempunyai keahlian untuk menjadi guru. 3. Banyak guru yang belum menghargai profesinya,apalagi mengembangkan profesinya itu,perasaan rendah diri karena menjadi guru penyalahgunaan profesi dari profesinya sehingga wibawa guru suka merosot.(Sudjana,1998) Faktor lain yaitu kelemahan yang terdapat pada diri guru itu sendiri diantaranya,rendahnya tingkat kompetensi profesionalnya yang disebabkan karena latar belakang pendidikan guru tidak sesuai dengan profesi yang diberikan,sehingga target pengajaran tidak tercapai secara maksimal dengan katalian apa yang diajarkan guru tersebut tidak dikuasai oleh siswa dengan baikkarena sang guru tidak menguasai secara substansial. Proses intraksi belajar mengajar adalah inti dari kegiatan pendidikan,sebagai inti dari kegiatan pendidikan,proses intraksi belajar mengajar adalah suatu upaya untuk mencapai tujuan pendidikan,tujuan pendidikan tidak akan tercapai bila proses interaksi belajar mengajar tidak pernah berlangsung dalam pendidikan,guru dan siswa adalah dua unsure yang terlibat langsung dalam prose situ.Oleh karena itu disinilah peranan guru diperlukan sebagaimana menciptakan intrasi belajar mengajar yang kondusif.Untuk itu seorang guru perlu memahami ciri-ciri intraksi belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Masalah kompetensi guru tidak semua guru dapat menguasai dengan baik.Jangankan untuk guru yang belum pengalaman,guru yang sudah pengalaman cukup lama belum tentu dapat menguasainya dengan baik.Namun penguasaan dengan baik belum tentu dapat melaksanakannya dalam proses interaksi belajar mengajar dengan baik pula,sesuai dengan situasi dan kondisi di SDN Sukatani III UPT.Pendidikan Kecamatan Rajeg sering terjadi proses pembelajaran yang tidak sesuai dengan yang diharapkan misalnya perencanaan dan pelaksanaan kurikulum dikelas harus memperhatikan komponen isi,komponen metode,komponen evaluasi.Disampina keempat komponen tersebut perlu diperhatikan pula bimbingan dan penyuluhan ,komponen administrasi pendidikan dan supervise serta sarana.Karena itulah,komponen guru bukanlah suatu masalah yang berdiri sendiri,tetapi dipengaruhi oleh factor-faktor lain,yakni latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa permasalahan profesionalisme guru pada latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajarnya menjadi sangat penting karena menyangkut kemampuan guru dalam mencapai target pengajaran disekolah. C. Tuntutan Profesionalisme Guru Kepala Sekolah Paradigma baru manajemen pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas secara efektif dan efisien, perlu didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Dalam hal ini, pengembangan SDM merupakan proses peningkatan kemampuan manusia agar mampu melakukan pilihan-pilahan. Proses pengembangan SDM tersebut harus menyentuh berbagai bidang kehidupan yang tercermin dalam pribadi pimpinan, termasuk pemimpin pendidikan, seperti kepala sekolah. Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 12 ayat 1 PP 28 tahun 1990 bahwa: Kepala sekolah bertanggungjawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pememliharaan sarana dan prasarana. Namun kenyataan dilapangan masih banyak kepala sekolah yang tidak menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pemimpin pendidikan ini disebabkan karena dalam proses pengangkatannya tidak ada trasnfaransi, rendahnya mental kepala sekolah yang ditandai dengan kurangnya motivasi dan semangat serta kurangnya disiplin dalam melakukan tugas, dan seringnya datang terlambat serta banyak faktor penghambat lainnya untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang mengimplikasikan rendahnya produktivitas kerja kepala sekolah yang berimplikasi juga pada mutu (input, proses, dan output) Berdasarkan uraian di atas penyusun sangat tertarik untuk membahas Profesionalisme Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu pendidikan. Untuk mempermudah dalam pemahaman pemabahasan ini, berikut penyusun sajikan kerangka teoritisnya. D. Pengertian Profesionalisme, Kepemimpinan, dan Kepala Sekolah 1. Profesionalisme Kusnandar (2007:46) mengemukakan bahwa Profesionalisme adalah kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan yang berkaitan dengan mata pencaharian sesseorang. Selanjutnya Profesionalisme menurut Mohamad Surya (2007:214) adalah: Sebutan yang mengacu pada sikap mental dalam bentuk komitmen dari para anggota asuatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesionlanya. Sementara Sudarwan Danin (2002:23) mendefinisikan bahwa: Profesionalisme adalah komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus-menerus mengmbangkan strategi-strategi yang digunakanny dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan profesinya itu Kemudian Freidson (1970) dalam Syaiful Sagala (2005:199) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan profesionalisme adalah sebagai komitmen untuk ide-ide professional dan karir. Jadi dapat disimpulkan bahwa profesionalisme adalah suatu bentuk komitmen para anggota suatu profesi untuk selalu meningkatkan dan mengembangkan kompetensinya yang bertujuan agar kualitas keprofesionalannya dapat tercapai secara berkesinambungan. 2. Kepemimpinan Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu organisai karena sebagian besar keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi ditentukan oleh kepemimpinan dalam organisasi tersebut. Pentingnya kepemimipinan seperti yang dikemukakan oleh James M. Black pada Manajemem: a Guide to Executive Command dalam Sadili Samsudin (2006:287) yang dimaksud dengan Kepemimpinan adalah kemampuan meyakinkan dan menggerakkan orang lain agar mau bekerja sama di bawah kepemimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sementara R. Soekarto Indrafachrudi (2006:2) mengartikan Kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapailah tujuan itu. Kemudian menurut Maman Ukas (2004:268) Kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi orang lain, agar ia mau berbuat sesuatu yang dapat membantu pencapaian suatu maksud dan tujuan. Sedangkan George R. Terry dalam Miftah Thoha (2003:5) mengartikan bahwa Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi. Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mempangaruhi orang lain untuk mau bekerja sama agar mau melakukan tindakan dan perbuatan dalam mencapai tujuan bersama. 3. Kepala Sekolah Kepala sekolah bersal dari dua kata yaitu Kepala dan Sekolah kata kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga. Sedang sekolah adalah sebuah lembaga di mana menjadi tempat menerima dan memberi pelejaran. Jadi secara umum kepala sekolah dapat diartikan pemimpin sekolah atau suatu lembaga di mana temapat menerima dan memberi pelajaran. Wahjosumidjo (2002:83) mengartikan bahwa: Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Sementara Rahman dkk (2006:106) mengungkapkan bahwa Kepala sekolah adalah seorang guru (jabatan fungsional) yang diangkat untuk menduduki jabatan structural (kepala sekolah) di sekolah. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah adalah sorang guru yang mempunyai kemampuan untuk memimpin segala sumber daya yang ada pada suatu sekolah sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan bersama. Jadi Profesionalisme Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu pendidikan berarti suatu bentuk komitmen para anggota suatu profesi untuk selalu meningkatkan dan mengembangkan kompetensinya yang bertujuan agar kualitas keprofesionalannya dalam menjalankan dan memimpin segala sumber daya ayang ada pada suatu sekolah untuk mau bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama. E. Profesionalisme Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu pendidikan Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk itu kepala sekolah harus mengetahui tugas-tugas yang harus ia laksankan. Adapun tugas-tugas dari kepala sekolah seperti yang dikemukakan Wahjosumidjo (2002:97) adalah: 1. Kepala sekolah bekerja dengan dan melalui orang lain. Kepala sekolah berperilaku sebagai saluran komunikasi di leingkungan sekolah. a. Kepala sekolah bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan. Kepala sekola bertindak dan bertanggungjawab atas segala tindakan yang dilakukan oleh bawahan. Perbuatan yang dilakukan oleh para guru, siswa, staf, dan orang tua siswa tidak dapat dilepaskan dari tanggung jawab kepala sekolah b. Dengan waktu dan sumber yang terbatas seorang kepala sekolah harus mampu menghadapi berbagai persoalan.Dengan segala keterbatasan, seorang kepala sekolah harus dapat mengatur pemberian tugas secara cepat serta dapat memprioritaskan bila terjadi konflik antara kepentingan bawahan dengan kepentingan sekolah. c. Kepala sekolah harus berfikir secara analitik dan konsepsional. Kepala sekolah harus dapat memecahkan persoalan melalui satu analisis, kemudian menyelesaikan persoalan dengan satu solusi yang feasible. Serta harus dapat melihatsetiap tugas sebagai satu keseluruhan yang saling berkaitan. d. Kepala sekolah adalah seorang mediator atau juru penengah. Dalam lingkungan sekolah sebagai suatu organisasi di dalamnya terdiri dari manusia yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda yang bisa menimbulkan konflik untuk itu kepala sekolah harus jadi penengah dalam konflik tersebut. e. Kepala sekolah adalah seorang politisi. Kepala sekolah harus dapat membangun hubungan kerja sama melalui pendekatan persuasi dan kesepakatan (compromise). Peran politis kepala sekolah dapat berkembang secara efektif, apabila: (1) dapat dikembangkan prinsip jaringan saling pengertian terhadap kewajiban masing-masing, (2) terbentuknya aliasi atau koalisi, seperti organisasi profesi, OSIS, BP3, dan sebagainya; (3) terciptanya kerjasama (cooperation) dengan berbagai pihak, sehingga aneka macam aktivitas dapat dilaksanakan. f. Kepala sekolah adalah seorang diplomat. Dalam berbagai macam pertemuan kepala sekolah adalah wakil resmi sekolah yang dipimpinnya. g. Kepala sekolah mengambil keputusan-keputusan sulit. Tidak ada satu organisasi pun yang berjalan mulus tanpa problem. Demikian pula sekolah sebagai suatu organisasi tidak luput dari persoalan dn kesulitan-kesulitan. Dan apabila terjadi kesulitan-kesulitan kepala sekolah diharapkan berperan sebagai orang yang dapat menyelesaikan persoalan yang sulit tersebut. Dalam menjalankan kepemimpinannya, selain harus tahu dan paham tugasnya sebagai pemimpin, yang tak kalah penting dari itu semua seyogyanya kepala sekolah memahami dan mengatahui perannya. Adapun peran-peran kepala sekolah yang menjalankan peranannya sebagai manajer seperti yang diungkapkan oleh Wahjosumidjo (2002:90) adalah: (a)Peranan hubungan antar perseorangan; (b) Peranan informasional; (c) Sebagai pengambil keputusan. Dari tiga peranan kepala sekolah sebagai manajer tersebut, dapat penulis uraikan sebagai berikut: a. Peranan hubungan antar perseorangan 1) Figurehead, figurehead berarti lambang dengan pengertian sebagai kepala sekolah sebagai lambang sekolah.2) Kepemimpinan (Leadership). Kepala sekolah adalah pemimpin untuk menggerakkan seluruh sumber daya yang ada di sekolah sehingga dapat melahirkan etos kerja dan peoduktivitas yang tinggi untuk mencapai tujuan. 3) Penghubung (liasion). Kepala sekolah menjadi penghubung antara kepentingan kepala sekolah dengan kepentingan lingkungan di luar sekolah. Sedangkan secara internal kepala sekolah menjadi perantara antara guru, staf dan siswa. b. Peranan informasional 1) Sebagai monitor. Kepala sekolah selalu mengadakan pengamatan terhadap lingkungan karena kemungkinan adanya informasi-informasi yang berpengaruh terhadap sekolah. 2) Sebagai disseminator. Kepala sekolah bertanggungjawab untuk menyebarluaskan dan memabagi-bagi informasi kepada para guru, staf, dan orang tua murid. 3) Spokesman. Kepala sekolah menyabarkan informasi kepada lingkungan di luar yang dianggap perlu. c. Sebagai pengambil keputusan 1) Enterpreneur. Kepala sekolah selalu berusaha memperbaiki penampilan sekolah melalui berbagai macam pemikiran program-program yang baru serta malakukan survey untuk mempelajari berbagai persoalan yang timbul di lingkungan sekolah. 2) Orang yang memperhatikan gangguan (Disturbance handler). Kepala sekolah harus mampu mengantisipasi gangguan yang timbul dengan memperhatikan situasi dan ketepatan keputusan yang diambil. 3) Orang yang menyediakan segala sumber (A Resource Allocater). Kepala sekolah bertanggungjawab untuk menentukan dan meneliti siapa yang akan memperoleh atau menerima sumber-sumber yang disediakan dan dibagikan. 4) A negotiator roles. Kepala sekolah harus mampu untuk mengadakan pembicaraan dan musyawarah dengan pihak luar dalam memnuhi kebutuhan sekolah. Seperti halnya diungkapkan di muka, banyak faktor penghambat tercapainya kualitas keprofesionalan kepemimpinan kepala sekolah seperti proses pengangkatannya tidak trasnparan, rendahnya mental kepala sekolah yang ditandai dengan kurangnya motivasi dan semangat serta kurangnya disiplin dalam melakukan tugas, dan seringnya datang terlambat, wawasan kepala sekolah yang masih sempit , serta banyak faktor penghambat lainnya yang menghambat tumbuhnya kepala sekolah yang professional untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Ini mengimplikasikan rendahnya produktivitas kerja kepala sekolah yang berimplikasi juga pada mutu (input, proses, dan output) Berdasarkan masalah-masalah tersebut, adapun pemecahannya adalah: 1. Pembinaan kemampuan profesional kepala sekolah Wadah-wadah yang telah dikembangkan dalam pembinaan kemampuan profesional kepala sekolah adalah Musyawarah Kepala Sekolah (MKS) , kelompok kerja kepala sekolah (KKKS), Pusat Kegiatan Kepala Sekolah (PKKS). Disamping itu peningkatan dapat dilakukan melalui pendidikan, dengan program sarjana atau pasca sarjana bagi para kepala sekolah sesuai dengan bidang kehaliannya, sehingga tidak terlepas dari koridor disiplin ilmu masing-masing. 2. Revitalisasi KKG, MGMP dan MKKS di sekolah Melalui MGMP dan MKKS dapat dipikirkan bagaimana menyiasati kurikulum yang padat dan mencari alternatif pembelajaran yang tepat serta menemukan berbagai variasi metoda dan variasi media untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan mengefektifkan MGMP dan MKKS semua kesulitan dan permasalahan yang dihadapi oleh guru dan kepala sekolah dalam kegiatan pendidikan dapat dipecahkan, dan diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. 3. Peningkatan disiplin Dalam menumbuhkan kepala sekolah profesional dalam paradigma baru manajemen pandidikan di sekolah diperlukan adanya peningkatan disiplin untuk menciptakan iklim sekolah yang lebih kondusif dan dapat memotivasi kerja, serta menciptakan budaya kerja dan budaya disiplin para tenaga kependidikan dalam melakukan tugasnya di sekolah. 4. Pembentukan kelompok diskusi profesi Kelompok diskusi profesi dapat dibentuk untuk mengatasi tenaga kependidikan yang kurang semangat dalam melakukan tugas-tugas kependidikan di sekolah yang melibatkan pengawas sekolah, komite sekolah atau orang lain yang ahli dalam memecahkan masalah yang dihadapi kepala sekolah dan tenaga kependidikan. 5. Peningkatan layanan perpustakaan dan penambahan koleksi Salah satu sarana peningkatan profesionalisme kepala sekolah adalah tersedianya buku yang dapat menunjang kegiatan sekolah dalam mendorong visi menjadi aksi. Karena akan sangat sulit dapat mengembangkan dan meningkatkan profesionalisme kepala sekolah jika tidak ditunjangkan oleh sumber belajar yang memadai. Peningkatan Profesionalisme Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu pendidikan harus dilakukan melalui suatu strategi. Melalui strategi perbaikan mutu inilah diharapkan dapat mengatasi masalah rendahnya pendidikan mutu pendidikan yang mengoptimalkan segala sumber daya yang terdapat di sekolah. Upaya peningkatan profesionalisme kepala sekolah merupakan proses keseluruhan dan organisasi sekolah serta harus dilakukan secara berkesinambungan karena peubahan yang terjadi selalu dinamis serta tidak bisa diprediksi sehingga kepala sekolah maupun tenaga kependidikan harus selalu siap dihadapkan pada kondisi perubahan. Ada istilah seorang tenaga pendidik yang tadinya professional belum tentu akan terus professional bergitupun sebaliknya, tenaga kependidikan yang tadinya tidak professional belum tentu akan selamanya tidak professional. Dari pernyataan itu jelas kalau perubahan akan selalu terjadi dan menuntut adanya penyasuaian sehingga kita dapat mengatasi perubahan tersebut dengan penuh persiapan. Dalam upaya peningkatan mutu sekolah dan profesionalisme kepala sekolah harus ada pihak yang berperan dalam peningkatan mutu tersebut. Dan yang berperan dalam peningkatan profesionalisme kepala sekolah adalah pengawas sekolah yang juga merupakan pemimpin pendidikan yang bersama-sama kepala sekolah memiliki tanggung jawab terhadap perkembangan sekolah. Selain itu kepala sekolah harus memiliki visi dan misi, serta strategi manajemen pendidikan secara utuh yang berorientasi kepada mutu. Strategi ini dikenal dengan manajemen mutu terpadu (MMT) atau kalau dunia bisnis dikenal dengan nama total quality management (TQM). Yang merupakan usaha sistematis dan terkoordinasi untuk secara terus-menerus memperbaiki kualitas layanan. Sedikitnya terdapat lima sifat layanan yang harus diwujudkan oleh kepala sekolah agar pelanggan puas; yakni layanan sesuai dengan yang dijanjikan (reliability), mampu menajmin kualitas pembelajaran (assurance), iklim sekolah yang kondusif (tangible), memberikan perhatian penuh kepada peserta didik (emphaty), dan cepat tanggap terhadap kebutuhan peserta didik (responsiveness) F. Profesionalisme Kepala Sekolah Melakukan Supervisi Klinis Untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru 1. Pengertian Supervisi Klinis Supervisi klinis merupakan salah satu jenis supervisi yang paling intensif dibandingkan dengan supervisi-supervisi lain. Jenis supervisi ini dikenal sebagai supervisi yang paling akhir dikenal di Indonesia. Para ahli di bidang ini memberikan pengertian supervisi klinis dengan kalimat yang berbeda, walaupun apa yang mereka maksudkan tidak jauh berbeda. Perbedaan itu seringkali hanya disebabkan penekanan pada aspek-aspek tertentu dari supervisi sendiri. Berikut ini akan dikemukakan beberapa pengetian supervisi klinis dari para ahli. Waller (dalam Purwanto, 2002) mendefinisikan tentang supervisi klinis adalah : Clinical supervision may be defined as supervision focused upon the improvement of instruction by means analysis of sistimatic cycles of planning, observation and intensive intelectual anaylis of actual teaching perfomances in the interest of rational modification.Dalam definisinya di atas Waller menjelaskan bahwa supervisi klinis difokuskan pada perbaikan pengajaran dengan melalui siklus yang sistematis dari tahap perencanaan, pengamatan, dan analisis intelektual yang intensif terhadap penampilan mengajar sebenarnya dengan tujuan untuk mengadakan modifikasi rasional.Pengertian di atas senada dengan pengertian yang diungkapkan oleh Keith dan Moudith (dalam Azhar, 1996) yang mengemukakan batasan tentang supervisi klinis yaitu: Proses membantu guru memperkecil jurang antara tingkah laku mengajar yang nyata dan tingkah laku mengajar yang ideal. Dari pengertian diatas memberikan indikasi bahwa supervisi klinis adalah suatu proses bimbingan yang bertujuan untuk membantu mengembangkan profesional guru/calon guru yang bersangkutan dalam penampilan mengajar berdasarkan observasi dan analisis data secara teliti dan obyektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku mengajar tersebut.Selain itu pula bahwa supervisi klinis dapat pula diartikan sebagai suatu upaya supervisor memecahkan masalah belajar mengajar yang dihadapi oleh guru. Hal itu sesuai dengan ungkapan yang dikemukakan oleh Pidarta (1999) yang menjelaskan bahwa supervisi klinis itu merupakan satu model supervisi untuk menyelesaikan masalah tertentu yang sudah diketahui sebelumnya. Sedangkan Sahertian (2000) memberi definisi supervisi klinis adalah suatu proses pembimbingan dalam pendidikan yang bertujuan membantu pengembangan profesional guru dalam pengenalan mengajar melalui observasi dan analisis data secara obyektif, teliti sebagai dasar untuk usaha mengubah perilaku mengajar guru. Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulan bahwa supervisi klinis adalah suatu tehnik supervisi yang dilakukan oleh supervisor untuk membantu guru mengatasi masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar melalui bimbingan yang intensif yang disusun secara sistematis guna memperbaiki perilaku mengajar sekaligus meningkatkan profesionalisme guru. 2. Ciri-Ciri Supervisi Klinis Para ahli pada umumnya memberikan ciri-ciri yang berbeda mengenai supervisi klinis, tatapi pada prinsipnya mempunyai tujuan yang sama yaitu meningkatkan profesionalisme guru. Di bawah ini akan dikemukakan beberapa ciri-ciri supervisi klinis yang dikemukakan oleh para ahli yang relevan dengan tulisan ini. Salah satu ahli yang telah banyak memberikan kontribusi dalam bidang supervisi klinis adalah Pidarta (1999) yang menyebutkan beberapa ciri supervisi klinis yaitu:a. Ada kesepakatan antara supervisor dengan guru yang akan disupervisi tentang aspek perilaku yang akan diperbaiki.b. Yang disupervisi atau diperbaiki adalah aspek- aspek perilaku guru dalam proses belajar mengajar yang spesifik, misalnya cara menertibkan kelas, teknik bertanya, teknik mengendalikan kelas dan metode keterampilan proses, teknik menangani anak membandel, dan sebagainya.c. Memperbaiki aspek perilaku diawali dengan pembuatan hipotesis bersama tentang bentuk perbaikan perilaku atau cara mengajar yang baik. Hipotesis ini biasa diambil dari teori-teori dalam proses belajar menga